LAPORAN PRAKTIKUM
EKSTRAKSI MINYAK DAN LEMAK
NAMA : YUSI ANDA RIZKY
NIM : H311 08 003
KELOMPOK : I (SATU)
HARI/TGL PERC.: SENIN/18 OKTOBER 2010
ASISTEN : MUH. ASHADI CANGARA
LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lemak dan minyak termasuk dalam golongan lipida sederhana. Lemak
dan minyak disusun dari trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-
asam lemak. Asam-asam lemak mengalami esterifikasi dengan ketiga gugus
hidroksil dari gliserol. Ikatan ester adalah ikatan yang paling umum digunakan
dalam lemak.
Minyak dan lemak adalah trigliserida atau triasil gliserol (merupakan asam
ester lemak dengan gliserol). Perbedaan antara minyak dan lemak bisa dari bentuk
dan sumbernya yakni minyak berbentuk cair pada suhu kamar dan umumnya
berasal dari tumbuhan yang merupakan minyak nabati dan lemak berbentuk padat
pada suhu kamar dan umumnya berasal dari hewan yang merupakan lemak
hewani.
Lemak dan minyak atau lipida pada umumnya tidak larut dalam air akan
tetapi larut dalam bahan pelarut organik. Pemilihan bahan pelarut yang paling
sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan derajat polaritasnya.
Dalam percobaan ini dilakukan pengamatan kelarutan beberapa contoh
minyak dan lemak terhadap beberapa jenis pelarut seperti air, etanol, kloroform,
dan n-heksan sehingga kita dapat menentukan pelarut yang paling baik bagi
minyak dan lemak sehingga menjadi dasar penentuan pelarut yang paling tepat
dalam ekstraksi minyak dan lemak. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga
percobaan ini dilakukan.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami
kelarutan minyak dan lemak dalam beberapa pelarut serta metode ekstraksi
minyak dan lemak.
1.2.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan berbagai
macam pelarut.
2. Menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik dalam ekstraksi minyak
dan lemak
1.3 Prinsip Percobaan
1.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Prinsip dari percobaan ini adalah melarutkan minyak/lemak dalam pelarut
akuades, etanol, n-heksan, kloroform dan menghitung diameter noda pada
penetesan di atas kertas saring yang dikeringkan.
1.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Prinsip dari percobaan ini adalah menambahkan n-heksan dan kloroform
pada campuran air dan minyak beberapa kali dan memisahkan larutan yang
terbentuk yang kemudian dihitung diameter noda yang terbentuk pada kertas
saring yang dikeringkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lipid (dari kata Yunani lipos, lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau
hewan yang dicirikan sifat kelarutannya. Lipid dapat diekstraksi dari sel dan
jaringan dengan pelarut organik. Sifat kelarutan ini membedakan lipid dari tiga
golongan utama lain dari produk alam lainnya, yaitu karbohidrat, protein, dan
asam nukleat, yang pada umumnya tidak larut dalam pelarut organik
(Hart dkk., 2003).
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali
campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar
sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah
dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat
erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia
dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam. itu, seringkali
ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin
paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan
dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji
kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan
komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang
telah dibakar atau digiling (Rahayu, 2009).
Aplikasi metode ekstraksi tidak hanya dalam pemisahan minyak dan
lemak dari campurannya. Ekstraksi pelarut dapat merupakan suatu langkah
penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam laboratorium
organik, anorganik, atau biokimia. Salah satu pemanfaatannya adalah dalam
reaksi transesterifikasi minyak sawit menjadi biodiesel. Biodiesel pada umumnya
disintesis melalui reaksi transesterifikasi dengan alkohol ringan menggunakan
katalis basa konvensional. Dengan pemanfaatan ekstraksi, kalium yang
terkandung dalam abu tandan kosong (TKS) dapat dipakai sebagai katalis dalam
konversi minyak sawit menjadi biodisel melalui reaksi transesterifikasi
(Imanuddin dkk., 2008).
Perbedaan lemak dan minyak bisa dilihat pada sifat fisiknya. Pada
temperatur kamar, lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Suatu
kekecualian adalah minyak nabati yaitu minyak kelapa, yang mencair pada
temperatur 21-25ºC, hampir sama dengan temperatur kamar di daerah beriklim
dingin dan di bawah temperatur kamar di daerah tropis. Lemak dan minyak pada
umumnya merupakan trigliserida yang tidak homogen dengan beberapa
kekecualian. Oleh sebab itu kebanyakan trigliserida mengandung dua atau tiga
asam lemak yang berbeda, misalnya satu asam palmitat, satu asam stearat dan satu
asam oleat sebagai esternya. Golongan asam lemak yang spesifik yang ada dalam
trigliserida tergantung pada jenis spesies dan kondisi lainnya (Fessenden dan
Fessenden, 1997)
Lemak dan minyak mempunyai struktur kimia umum yang sama.
Perbedaan antara lemak dan minyak disebabkan karena terdapatnya asam-asam
lemak yang berbeda. Lemak mengandung sejumlah besar asam-asam lemak jenuh
yang terdistribusi di antara trigliserida-trigliserida sedangkan minyak mempunyai
sejumlah besar asam lemak tidak jenuh. Adanya asam-asam lemak tidak jenuh
akan menyebabkan lebih rendahnya titik lincir (slip point) yaitu suhu di mana
lemak atau minyak mulai mencair. Pada umumnya, lemak diperoleh dari bahan
hewani sedang minyak dari bahan nabati. Keduanya, lemak dan minyak,
mengandung sejumlah kecil non-trigliserida; khususnya, senyawa kompleks asam
lemakyang mengandung fosfat yang dinamakan fosfolipida (Gaman dan
Sherrington, 1994).
Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih
dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh
titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuknya akrolein yang
tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi
gliserol akan membentuk aldehida tak jenuh atau akrolein tersebut (Winarno,
2004).
Lemak adalah campuran trigliserida. Trigliserida terdiri atas satu molekul
gliserol yang berikatan dengan tiga molekul asam lemak. Digliserida terdiri dari
gliserol yang mengikat dua molekul asam lemak sedangkan monogliserida hanya
memiliki satu asam lemak. Digliserida dan monogliserida sering terdapat dalam
makanan berlemak dalam jumlah sedikit (Gaman dan Sherrington, 1994).
Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam
lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida, atau
trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak,
oleh karena itu lemak adalah (Poedjiadi, 1994) :
Suatu trigliserida R1 – COOH, R2 – COOH, dan R3 – COOH adalah
molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak itu
boleh sama, boleh berbeda. Asam lemak yang terdapat dalam alam adalah asam
palmitat, stearat, oleat, dan linoleat (Poedjiadi, 1994).
Tipe gliserida yang paling sederhana adalah yang ketiga asam lemaknya
sama. Namun demikian, kebanyakan trigliserida mengandung dua atau tiga asam
lemak yang berbeda dan dikenal sebaga trigliserida majemuk. Lemak alami adalah
campuran dari trigliserida majemuk yang berbeda-beda dan karenanya dapat
mengandung sejumlah asam lemak yang beraneka ragam pula. Pada dasarnya ada
dua tipe asam lemak (Gaman dan Sherrington, 1994) :
1. Asam lemak jenuh, yaitu bila rantai hidrokarbonnya dijenuhi dengan
hidrogen.
2. Asam lemak tidak jenuh, yaitu bila rantai hidrokarbonnya tidak dijenuhi oleh
hidrogen dank arena itu mempunyai satu ikatan rangkap atau lebih.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan gliserol,
minyak kelapa, margarin, etanol, kloform, n-heksan, kertas saring, korek api,
akuades, tissu rol, sabun cair, dan kertas label.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet tetes, oven, pembakar spritus, mistar, pensil, pinset, sikat
tabung, dan gegep.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan sebanyak 4 buah,
masing-masing diisi dengan 5 tetes sampel minyak dan lemak. Tabung reaksi
pertama ditambahkan akuades, tabung reaksi kedua dengan etanol, tabung reaksi
ketiga dengan kloroform, dan tabung reaksi keempat dengan n-heksan. Tiap-tiap
tabung reaksi tersebut kemudian dikocok, dipipet dan diteteskan pada kertas
saring. Kertas saring yang ditetesi masing-masing larutan kemudian dikeringkan
dalam oven lalu diukur diameter masing-masing noda yang ada.
3.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Diambil tabung reaksi yang berisi campuran air dan minyak/lemak,
selanjutnya ditambahkan 1 mL kloform. Dikocok tabung hingga tampak dua
lapisan. Dipindahkan lapisan yang satu ke tabung reaksi yang lain. Lapisan air
pada tabung ditambahkan lagi 1 mL. Lapisan organik digabungkan. Dikocok dan
dipipet masing-masing 1 tetes larutan dalam tabung tersebut di atas kertas saring.
Dikeringkan kertas saring di dalam oven. Diukur masing-masing diameter noda
yang ada dan dicatat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
4.1.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Besarnya kelarutan suatu zat
dalam pelarut organik maupun dalam air bergantung pada jenis zat tersebut.
Zat-zat yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar (seperti air) dan zat-zat
yang nonpolar akan larut dalam pelarut-pelarut nonpolar (umumnya
pelarut-pelarut organik).
Data pengamatan diameter noda yang dihasilkan oleh minyak dengan
berbagai pelarut dapat dilihat pada tabel berikut :
Pelarut Diameter Noda (cm) Keterangan
Air 1,30 2 fasa
Etanol 1,75 2 fasa
n-Heksan 3,25 1 fasa
Kloroform 1,50 2 fasa
4.1.2 Ekstraksi minyak dan Lemak
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Percobaan
ekstraksi minyak dan lemak ini, dilakukan pencampuran antara sampel campuran
air dengan minyak dan lemak dengan kloroform. Lapisan organiknya dipisahkan
dan dimasukkan dalam tabung reaksi lain. Lapisan air yang tetap ada ditambahkan
lagi kloroform.
Data pengamatan hasil ekstraksi sampel-sampel minyak dan lemak dapat
dilihat pada tabel berikut :
Lapisan Diameter Noda (cm) keterangan
Air 2,00 cm 2 fasa
Organik 1,20 cm 1 fasa
4.2 Reaksi
4.2.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
a. Minyak dan air
+ H2O
b. Minyak dengan etanol
+ 3 C2H5OH
C2H5OH
c. Minyak dengan n-heksana
+ 3 CH3(CH2)4CH3
CH3(CH2)4CH3
d. Minyak dengan kloroform
+ 3 CHCl3
CHCl3
CH2 O C R1
CH
O
O C R2
CH2 O C R3
O
O
4.2.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
a. Minyak/lemak dengan air
OCH2 – O – C
R1
O CH – O – C + H2O
R2 O
CH2 – O – C R3
b. Minyak/lemak dengan kloroform
O
CH2 – O – C
R1
O
CH – O – C + CHCl3
R2
O CHCl3
CH2 – O – C
R3
4.3 Pembahasan
4.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu minyak dan lemak
ialah panjang pendeknya rantai asam lemak penyusunnya. Suatu gliserida asam
lemak rantai pendek dapat dengan mudah larut dalam air, sementara itu gliserida
asam lemak rantai panjang tidak dapat larut dalam air. Semakin panjang rantai
atom karbon penyusun lemak dan minyak, semakin tidak polar minyak dan lemak
tersebut, sehingga semakin tidak larut dalam air.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan yang paling baik bagi
minyak dan lemak dimana pelarutnya adalah akuades, etanol, n-heksana, dan
klororform, dengan cara melihat dan mengukur diameter noda yang dihasilkan
setelah ditetesi pada kertas saring dimana kertas saring itu telah dikeringkan.
Fungsi dari pengeringan kertas saring adalah untuk memudahkan dilakukannya
pengukuran dan untuk mendapatkan hasil noda yang lebih baik karena pada saat
kertas saring telah kering, noda yang terbentuk akan lebih mudah untuk diamati.
Dalam percobaan penentuan kelarutan minyak dan lemak, sampel minyak
dan lemak dilarutkan dalam beberapa pelarut seperti air, etanol, kloroform, dan
n-heksan untuk melihat kelarutannya. Dalam percobaan diatas terlihat bahwa
minyak kelapa tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena perbedaan sifat
kepolarannya dimana sampel diatas tersebut bersifat non polar sedangkan pelarut
yang digunakan bersifat polar, selain itu sampel tersebut umumnya berbentuk
trigliserida berantai panjang sehingga sangat sulit untuk larut dalam air.
Selanjutnya minyak kelapa sedikit larut dengan membentuk 2 fasa dengan pelarut
etanol hal ini disebabkan karena etanol adalah pelarut yang bersifat semi polar dan
rantai karbonnya tidak terlalu panjang sehingga jika di campurkan dengan
keempat sampel tersebut akan membentuk kelarutan yang sedikit dimana fasa
diatas adalah sampel dan fase bawah adalah fase etanol karena momen dipol
etanol dan bobot molekulnya lebih besar dibandingakn keempat sampel tersebut.
Kemudian minyak kelapa dilarutkan dengan pelarut kloroform dimana minyak
kelapa larut dengan kloroform hal ini disebabkan karena kloroform pada
struturnya ada satu atom H yang terikat Cl, sehingga ada sedikit perbedaan
momen dipol yang menyebabkan kloroform tidak terlalu polar sehingga dapat
larut pada sampel yang bersifat non polar. Namun, dalam kloroform, terbentuk
larutan yang keruh karena pengaruh momen dipolnya.
Dilihat dari noda yang dihasilkan, hubungan kelarutan dengan diameter
noda pelarut pada kertas saring yaitu semakin besar diameter noda, semakin besar
pula kelarutan minyak dan lemak dalam pelarut tersebut. Hal ini disebabkan
karena semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka
partikel-partikel minyak dan lemak tersebut akan semakin terdistribusi secara
merata dalam pelarut, sehingga apabila pelarut diteteskan pada suatu kertas saring
dan kemudian kertas saring tersebut dipanaskan hingga pelarutnnya menguap,
akan tersisa noda minyak atau lemak yang diameternya besar. Berbeda jika
minyak dan lemak tersebut tidak larut. Jika minyak dan lemak tidak larut, maka
dalam pelarut tersebut tidak ada partikel-partikel lemak atau minyak, sehingga
apabila pelarut diteteskan pada kertas saring dan kemudian dipanaskan hingga
pelarut tersebut menguap, maka tidak ada noda minyak atau lemak pada kertas
saring.
Berdasarkan percobaan ini, kelarutan minyak kelapa yang paling baik
adalah dalam n-heksan. Urutan kelarutannya dalam etanol, kloroform, dan
n-heksan adalah n-heksan > kloroform > etanol > air.
4.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Suatu hal yang penting dalam ekstraksi pelarut adalah perbandingan
distribusi yang didefinisikan sebagai perbandingan antara konsentrasi zat dalam
pelarut organik dengan konsentrasi zat tersebut dalam pelarut air. Sehingga, dalam
melakukan ekstraksi yang paling penting adalah bagaimana kita memilih pelarut
yang paling tepat. Semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka
semakin baik pelarut tersebut digunakan dalam ekstraksi. Hal ini disebabkan
karena akan semakin besar nilai koefisien distribusinya, dimana semakin besar
nilai koefisien distribusi, maka pelarut akan semakin baik untuk digunakan.
Dalam percobaan ekstraksi minyak dan lemak ini, hanya digunakan
pelarut kloroform. Dari pelarut ini, dapat dibuktikan bahwa minyak dan lemak
cukup larut dalam kloroform yang dapat dilihat dari diameter noda yang
dihasilkan. Saat dicampurkan terdapat dua lapisan. Saat kloroform dan air
dicampurkan, larutan kloroform di bawah dan air di atas karena berat jenis air
lebih kecil dari pada kloroform. Tabel di atas menunjukkan pelarut air
memberikan noda yang bahkan lebih besar bila dibandingkan dengan lapisan
minyak. Artinya minyak dan lemak sangat larut dalam air. Hal ini sangat tidak
bersesuaian dengan teori yang ada, air bukan pelarut yang baik untuk minyak dan
lemak karena perbedaan kepolarannya. Hal ini terjadi mungkin karena praktikan
terlalu memaksakan untuk memberikan noda pada kertas saring, walaupun
sebenarnya tak ada noda pada kertas saring tersebut. Ketidaktahuan atau
kurangnya pemahaman praktikan juga menjadi kendala pada percobaan ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Pelarut yang paling baik untuk melarutkan minyak dan lemak adalah n-heksan.
Urutan kelarutannya adalah n-heksan > kloroform > etanol > air.
2. Kloroform merupakan pelarut yang cukup bagus untuk digunakan dalam
ekstraksi minyak dan lemak.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk laboratorium yakni sebaiknya
persediaan bahan-bahan untuk semua percobaan diperbanyak dan kebersihan
laboratorium lebih dijaga lagi, terlebih lagi untuk laboratorium biokimia.
Saran yang dapat saya berikan untuk percobaan kali ini yakni sebaiknya
pada percobaaan kelarutan minyak dan lemak, sampel minyak dan lemaknya lebih
divariasikan lagi, jangan hanya satu jenis sampel minyak atau lemak saja, agar
praktikan dapat membandingkan dengan jenis-jenis minyak atau lemak lainnya,
sehingga pengetahuan praktikan lebih berkembang dan pada percobaan ekstraksi
minyak dan lemak, jenis pelarut yang digunakan jangan cuma satu saja, karena
tujuan dari percobaan ini adalah menentukan jenis pelarut yang baik untuk
ekstraksi minyak dan lemak, jadi butuh lebih dari satu jenis pelarut yang
digunakan sebagai pembanding antara jenis pelarut yang satu dengan pelarut yang
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, J., dan. Fessenden, J.S., 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Gaman, P.M., dan Sherrington, K.B., 1994, Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi, UGM-Press, Yogyakarta.
Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik: Edisi Sebelas, diterjemahkan oleh : Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Imanuddin, M., Yoeswono, Wijaya, K., dan Tahir, I., 2008, Ekstraksi Kalium dari Abu Tandan Kosong Sawit sebagai Katalis pada Reaksi Transesterifikasi Minyak Sawit, Bulletin of Chemical Reaction Engineering & Catalysis (online), 3(1-3):14-20, (http://bcrec.ac.id, diakses tanggal 23 Oktober 2010, pukul 21.00 WITA).
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia edisi revisi, UI-Press, Jakarta.
Rahayu, S. S., 2009, Ekstraksi, (online), (http://bcrec.ac.id,), diakses 23 Oktober 2010, pukul 20.35 WITA.
Winarno, F.G., 2004, Kimia Pangan dan Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 23 Oktober 2010
Asisten Praktikan
(MUH. ASHADI CANGARA) (YUSI ANDA RIZKY)
Lampiran
Bagan Kerja Kelarutan Minyak dan Lemak
- Dimasukkan dalam 4 buah tabung reaksi
- Diberikan tanda untuk masing-masing
tabung
- Tabung 1 ditambahkan dengan air
- Tabung 2 ditambahkan dengan etanol
- Tabung 3 ditambahkan dengan kloroform
- Tabung 4 ditambahkan dengan n-heksana
- Dikocok dan dipipet
- Diteteskan 1 tetes pada kertas saring yang
diberi tanda
- Dikeringkan dalam oven
- Diukur diameter noda
5 tetes sampel
Noda
Data
Bagan Kerja Ekstraksi Minyak dan Lemak
- Ditambahkan 1 mL kloroform
- Dikocok
- Kedua lapisan dipisahkan
- Ditambah 1 mL kloroform - Disimpan
- Dikocok dan dipisahkan lagi
- Dikocok dan dipipet - Digabungkan (I & II)
- Diteteskan 1 tetes pada kertas - Dikocok dan dipipet
Saring - Diteteskan 1 tetes pada
kertas saring
- Dikeringkan dalam oven - Dikeringkan dalam oven
- Diukur diameter noda - Diukur diameter noda
Larutan dengan dua lapisan
Lapisan organik (I)Lapisan air (I)
Lapisan air (II) Lapisan Organik (II)
Noda
Data
Noda
Data
Campuran air dan minyak
Top Related