i
PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU
DI KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN SEBAGAI DASAR PENGUATAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
TENTANG SERTIFIKASI GURU
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mencapai derajad Sarjana S-2
Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan
Oleh
SUDARMAN NIM 05370056
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2007
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul : Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap
Program Sertifikasi Guru di Kecamatan
Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar
Penguatan Program Pemerintah Tentang
Sertifikasi Guru.
Nama Mahasiswa : SUDARMAN
N I M : 05370056
Telah disetujui Oleh :
Pembimbing Utama
Dr. Arif Budi Wurianto, Drs,M.Si.
Pembimbing Pendamping
Dra. Siti Fatimah Sunaryo, M.Pd.
ii
iii
TESIS
Dipersiapkan dan disusun oleh
SUDARMAN
NIM : 05370056
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 30 September 2007
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Pembimbing Utama
Dr. ARIF BUDI WURIANTO, M.Si.
Anggota Dewan Penguji,
Dr. DWI PRIYO UTOMO, M.Pd .
Pembimbing Pendamping,
Dra. SITI FATIMAH SUNARYO, M.Pd.
Drs. HARTONO, M.Pd.
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajat gelar Magister Pendidikan
Tanggal 30 September 2007
Dr. H. ACHMAD HABIB, MA Direktur Program Pasca Sarjana
iii
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 30 September 2007
S U D A R M A N NIM. 05370056
iv
v
M O T T O
” Bacalah atas nama Tuhanmu, gunakan hidupmu untuk terus membaca, karena membaca adalah kunci dari segala kesuksesan hidup”
v
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan untuk :
1. Istriku tercinta TIK SOEHINDRARTI EH, yang telah memberikan dukungan
untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjanaku.
2. Anakku tercinta TYAR JATU ALMIRA dan ABHITAH NOVIAR JANITRA
yang telah ikut memberikan inspirasi dalam menyelesaikan kuliah.
vi
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang
berjudul ”Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di
Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Program Pemerintah
Tentang Sertifikasi Guru” dengan lancar.
Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik secara
moral maupun secara material yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Untuk itu sebagai ungkapan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada yang terhormat Bapak/Ibu :
1. Drs. H. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku rektor Universitas Muhammadiyah
Malang
2. Dr. H. Achmad Habib, MA, sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Universitas
Muhammadiyah Malang
3. Dr. Dwi Priyo Utomo, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Kebijakan dan
Pengembangan Pendidikan Program Pasca Sarjana UMM Malang
4. Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, sebagai dosen pembimbing Utama
5. Dra. Siti Fatimah Sunaryo, M.Pd, sebagai pembimbing pendamping
6. Drs. Suwito, sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Jiwan
7. Seluruh Kepala Sekolah Dasar se Kecamatan Jiwan
vii
viii
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan dan sudah barang tentu masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan yang disebabkan oleh dangkalnya pengetahuan penulis dan keterbatasan
waktu. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.
Mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama para
pemerhati di bidang kebijakan dan pengembangan pendidikan.
Malang, September 2007
Penulis
viii
ix
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................
HALAMAN MOTTO .................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
ABSTRAK ..................................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xii
xiii
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………...
B. Fokus Penelitian …………………………………………
C. Tujuan Penelitian ………………………………………..
D. Manfaat Penelitian ………………………………………
1. Manfaat Teoritis …………………………………….
2. Manfaat Praktis ……………………………………..
E. Penegasan Istilah ………………………………………...
1
8
9
9
9
10
10
ix
x
BAB II.
BAB III.
BAB IV.
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ………………………………………….
1. Penelitian Terdahulu ………………………………..
2. Kebijakan Pemerintah ………………………………
B. Landasan Teori ………………………………………….
1. Konsep Persepsi ……………………………………
2. Konsep Guru dan Peranannya ……………………..
3. Profesi Guru........................ ………………………..
4. Sertifikasi Guru ……………………………………..
METODE PENELITIAN
A. Rangcangan Penelitian …………………………………..
B. Lokasi Penelitian dan Informan Penelitian ......................
C. Teknik Penelitian ………………………………………..
1. Teknik Pengumpulan Data ………………………….
2. Teknik Pengolahan Data ……………………………
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
A. Gambaran Umum Pendidikan di Kecamatan Jiwan …….
B. Tanggapan Positif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi ………….................
C. Tanggapan Negatif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan
Jiwan Terhadap Program Sertifikasi ........……………….. D. Temuan-Temuan Penelitian................................................
11
11
11
13
13
19
23
28
41
41
42
42
43
47
50
64
69
x
xi
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................
B. Saran .................................................................................
72
73
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
LAMPIRAN………………………………………………………………
75
77
xi
xii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1. Daftar Guru dan Kualifikasi Akademik di Indonesia..............
Tabel 2. Data Sekolah di Kecamatan Jiwan …………………………..
Tabel 3. Data Penyebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan ............
Tabel 4. Data Guru, Kepala Sekolah dan Penjaga.................................
7
47
48
49
xii
xiii
ABSTRACT
Sudarman. 2007. The Elementary Teacher Perception on Teacher’s Certification in Jiwan Sub district Madiun Regency the Strengthen Base of Government Policy on Teacher’s Certification. The Education Development and Policy Study Program. Post Graduate Program UMM Malang. Advisor (I) Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, (II) Dra. Siti Fatimah, M,Pd.
This study aims at sharing informations both positive and negative opinions of the Elementary Teacher in Jiwan Sub district on teacher’s certification program and to get some findings which can explain the Elementary teacher’s perception in Jiwan Sub district about teacher’s certification.
This study is designed and analyzed with qualitative method or pospositivistic based on pospositivism philosophy. There are three kinds of data collection held to support to each other, those are observation, questionnaire and further interview of some respondents. The data analyzing of the study uses Interactive Model of Miles and Huberman started by collecting, reducing, presenting and verifying data.
Positive respond from the teachers of Elementary School in Jiwan subdistrict to the program of teachers certification are (1) Fourteenth law, 2005 as a basic of law to increase teachers quality, (2) Undergraduate Degree? Four – year diploma prgram as the academic qualification is appropriate with nowadays period and the progress of knowledge and technology, (3) Four of basic competence has to be owned by teacher, (4) Portfolio model certification is good for teacher, (5) Teachers conviction of professions subsidy. Negative respond from the teachers of Elementary School in Jiwan subdistrict to the program of teachers certification are (1) Fourteenth law, 2005 seems hard to be realized, (2) Teacher should not has an academic qualification of Undergraduate Degree / Four – year diploma, (3) Lack of socialization on portfolio model certification, (4) Hard to get subsidy for profession. Result of the research which are connect to the teachers certificaton are (1) It needs much effort to get minimal score of governments requirement, (2) Deceit on collecting documents, (3) Innappropriate in choosing participants of portfolio certification.
xiii
xiv
ABSTRAKSI
Sudarman, 2007. Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru. Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Program Pasca Sarjana UMM Malang. Pembimbing (I) Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, (II) Dra. Siti Fatimah, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang tanggapan positif dan tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru dan memperoleh temuan-temuan yang dapat menjelaskan persepsi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap sertifikasi guru. Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif atau postpositivistik yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yang saling mendukung yaitu observasi, kuisioner dan wawancara yang mendalam dengan sejumlah informan. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan Model Interactive dari Miles and Huberman dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru adalah (1) UU No.14 Tahun 2005 merupakan landasan hukum dalam meningkatkan kualitas guru, (2) kualifikasi akademik Sarjana/D IV bagi guru sudah sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) Guru wajib memiliki empat kompetensi dasar, (4) sertifikasi model portofolio sangat menguntungkan bagi guru, (5) tunjangan profesi diyakini guru akan dapat terealisasi. Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru adalah (1) UU No. 14 Tahun 2005 hanya merupakan janji yang sulit untuk terealisasi, (2) guru tidak harus berkualifikasi Sarjana/ D IV, (3) sertifikasi model portofolio kurang sosialisasi, (4) tunjangan profesi guru tidak akan dapat terealisasi. Temuan-temuan dalam penelitian yang terkait dengan sertifikasi guru adalah (1) Guru kurang yakin dapat mencapai skor minimal yang ditetapkan oleh pemerintah, (2) masih ada guru yang bermoral kurang baik dalam melengkapi dokumen, (3) penentuan peserta sertifikasi portofolio masih belum sesuai dengan aturan yang berlaku. .
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
pembangunan suatu bangsa. Berbagai kajian di banyak negara menunjukkan
kuatnya hubungan antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa-
bangsa tersebut yang ditunjukkan oleh berbagai indikator ekonomi dan sosial
budaya. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan
yang merata, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Menyadari peran strategis pendidikan tersebut, pemerintah Indonesia
senantiasa mendukung ide yang menempatkan sektor pendidikan, khususnya
pendidikan dasar, sebagai prioritas dalam pembangunan nasional. Bahkan
dalam masa krisis ekonomi sekalipun, pendidikan tetap mendapatkan
perhatian meskipun fokusnya dibatasi pada upaya penanggulangan dampak
krisis ekonomi terhadap pendidikan.
Agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia, terdapat tiga syarat utama yang
harus diperhatikan yaitu : (1) sarana gedung, (2) buku yang memadai dan
berkualitas serta (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional (Mulyasa,
2005 : 3).
Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung
dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok dan
1
2
kehidupan setiap individu. Jika di bidang-bidang lain seperti ekonomi,
pertanian dan perindustrian berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi
kepentingan manusia, maka pendidikan berurusan langsung dengan
pembentukan manusia. Pendidikan menentukan model manusia yang akan
dihasilkannya. Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar
terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam
menterjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak
bangsa. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan suatu
bangsa yang cerdas pula dan secara progresif akan membentuk kemandirian
dan kreatifitas.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang lebih demokratis, transparan dan menjujung tinggi
hak azasi manusia hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Hanya melalui
pendidikan yang benar bangsa ini dapat membebaskan diri dari krisis
multidimensi yang berkepanjangan. Pendidikan yang berkualitas juga dapat
membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan dan keterpurukan hidup.
Pendidikan yang benar dan berkualitas adalah pendidikan yang dapat
mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, dapat
membangkitkan generasi muda untuk menggali potensi dan
mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan bangsa
(Mulyasa : 2005).
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa pendidikan nasional
3
bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menetapkan tiga
rencana strategis yaitu (1) perluasan dan peningkatan akses, (2) peningkatan
mutu, relevansi dan daya saing serta (3) peningkatan tata kelola pendidikan,
transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pendidikan.
Salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dalam rangka
pelaksanaan rencana strategis tersebut adalah guru. Guru merupakan
komponen pendidikan yang sangat menentukan dalam membentuk wajah
pendidikan di Indonesia. Ujung tombak dari semua kebijakan pendidikan
adalah guru. Gurulah yang akan membentuk watak dan jiwa bangsa, sehingga
baik dan buruknya bangsa ini sangat tergantung pada guru. Banyaknya
kejahatan, pencurian, kerusuhan, pengangguran disebabkan oleh guru yang
salah dalam menerapkan pendidikan. Demikian juga bangsa yang malas,
kurang kreatif, kurang berani mengambil resiko, kurang inovatif, culas,
berjiwa korup, sering meyalahkan orang lain, semua itu sangat ditentukan oleh
peran guru.
Karena peran guru yang begitu besar, maka diperlukan guru yang
profesional, kreatif, inovatif, mempunyai kemauan yang tinggi untuk terus
4
belajar, melek terhadap teknologi informasi, sehingga mampu mengikuti
perkembangan zaman.
Tuntutan profesionalisme guru terus didengungkan oleh berbagai
kalangan di masyarakat kita, termasuk kalangan guru sendiri melalui berbagai
organisasi guru yang ada, di samping tuntutan perbaikan taraf hidup guru.
Mereka berharap, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di
Indonesia, diperlukan seorang guru yang profesional dalam mendidik siswa-
siswinya di sekolah.
Sejalan dengan tuntutan profesionalisme guru itulah, maka pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut guru diposisikan
sebagai suatu profesi sebagaimana profesi dokter, hakim, jaksa, akuntan dan
profesi-profesi lain yang akan mendapat penghargaan sepadan sesuai dengan
profesinya masing-masing.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14/2005 : pasal 1).
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada
jalur formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU
No. 14/2005 : pasal 2). Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
5
profesional seperti yang dimaksudkan di atas dibuktikan dengan sertifikasi
pendidik (UU No. 14/2005 : pasal 2).
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang tentunya tidak
bisa dilakukan oleh sembarangan orang dan hanya bisa dilaksanakan oleh
orang-orang terdidik yang sudah disiapkan untuk menekuni bidang
pendidikan. Pekerjaan khusus tersebut dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
(1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki
komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia, (3) memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugasnya, (4) memiliki kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan bidang tugasnya, (5) memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan
tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan prestasi kerja, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8)
memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan dan (9) memilik organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas profesi guru.
Sebagai profesi guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
akademik yang disyaratkan bagi guru adalah guru harus mempunyai
pendidikan sarjana atau diploma empat. Sedangkan kompetensi guru yang
dipersyaratkan adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
6
kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
Sertifikasi pendidik diperoleh melalui program pendidikan profesi
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh
pemerintah. Syarat dan materi sertifikasi ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Tentang Guru yang saat ini masih menunggu verifikasi dan
pengesahan dari pemerintah.
Karena Peraturan Pemerintah Tentang Guru belum selesai dan
program sertifikasi guru sudah dicanangkan sejak tahun 2006, maka
pelaksanaan sertifikasi guru kemungkinan menggunakan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (www.depdiknas.go.id diakses : 9 Pebruari 2007 ).
Menurut Mendiknas, sertifikasi guru pada APBN 2006 disediakan anggaran
sebesar 35,8 miliar untuk mensertifikasi 20.000 guru, sedangkan pada APBN
2007 disediakan anggaran sebesar 380,9 miliar untuk mensertifikasi 190.450
guru (www.depdiknas.go.id diakses : 9 Pebruari 2007 ). Pelaksanaan
sertifikasi akan mendahulukan 20.000 guru yang berasal dari kuota tahun 2006
yaitu 14.000 guru Sekolah Dasar (SD) dan 6.000 guru Sekolah Menengah
Pertama (SMP).
Menurut data dari Depdiknas tahun 2007 jumlah guru di Indonesia
sebanyak 2.224.721 orang guru dengan kualifikasi pendidikan seperti terlihat
dalam Tabel 1.
7
Tabel 1. Data Guru dan Kualifikasi Akademik di Indonesia
Kualifikasi Pendidikan
No Jenjang Jumlah S 1 D 3 D 2 D 1
1. TK 137.069 5.318 - 7.539 124.143 2. SLB 8.304 3.886 467 - 3.951 3. SD 1.234.927 103.116 26.798 495.700 609.189 4. SMP 466.748 197.621 117.154 999.557 52.416 5. SMA 230.114 168.167 55.043 4.349 2.531 6. SMK 147.559 95.161 44.533 2.641 5.297 Jumlah 2.224.721 573.269 243.995 609.786 797.527
Sumber : Depdiknas 2007 Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah guru Sekolah
Dasar menduduki peringkat pertama diantara jenjang pendidikan lainnya.
Dari 1.234.927 orang guru SD, hanya 103.116 (8,35 %) orang yang
berpendidikan Sarjana dan sebanyak 609.189 (49,33 %) orang guru yang
berpendidikan D1. Karena jumlahnya yang cukup banyak dan rata-rata
tingkat pendidikan guru rendah, maka guru SD mengahadapi permasalahan
yang sangat komplek.
Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang
tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri
fisik yang khas pada masing-masing rangsangan (Winkel 1996 : 249).
Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan
kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulus) dan perbedaan antara
rangsangan-rangsangan yang ada. Persepsi termasuk ranah psikomotorik
menurut klasifikasi Simpson, dengan kemampuan internal individu yaitu
menafsirkan suatu rangsangan, kepekaan terhadap suatu rangsangan dan
kemampuan untuk membedakan suatu rangsangan.
8
Kepekaan, penafsiran dan kemampuan membedakan terhadap
rangsang yang berupa informasi tentang aturan dan perundang-undangan
sangat diperlukan oleh guru, sehingga pada saat guru melaksanakan dan
menjalani aturan tersebut benar-benar paham sesuai dengan aturan yang
dikehendaki. Bearangkat dari situasi itulah maka persepsi terhadap program
sertifikasi guru sangat penting bagi setiap guru.
Di lain pihak belum semua guru di setiap jenjang pendidikan
memahami terhadap sertifikasi guru. Bagaimana aturan main dan
persyaratan sertifikasi guru, peraturan-peraturan yang melandasi sertifikasi
guru, Lembaga penyelenggara sertifikasi guru, belum banyak dimengerti oleh
guru. Apalagi guru-guru yang berada di daerah terpencil yang belum
terjangkau oleh arus informasi dan komunikasi.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas , maka penulis ingin melakukan
penelitian yang berjudul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program
Sertifikasi Guru Di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar
Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru”
B. Fokus Penelitian
Dalam pandangan penelitian kualitatif gejala dari suatu obyek bersifat
holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), oleh karena itu perlu
ditetapkan suatu fokus. Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif
merupakan batasan masalah. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus
penelitian adalah sebagai berikut :
9
1. Bagaimanakah tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan
terhadap program sertifikasi ?
2. Bagaimanakah tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan
terhadap program sertifikasi ?
3. Temuan-temuan apakah yang dapat menjelaskan tanggapan positif dan
negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program
sertifikasi ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang :
1. Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap
program sertifikasi.
2. Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap
program sertifikasi.
3. Temuan-temuan yang dapat menjelaskan tanggapan positi dan negatif
guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap sertifikasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
a. Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan terutama di bidang pengembangan kebijakan pendidikan.
b. Bagi para peneliti, penelitian ini dapat diajdikan referensi dalam penelitian
lanjutan di bidang pengembangan kebijakan pendidikan
10
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka
pelaksanaan sertifikasi guru sekolah dasar di Kecamatan Jiwan Kabupaten
Madiun.
b. Bagi Dinas Pendidikan dan para pengambil kebijakan, penelitian ini dapat
dijadikan cermin tentang pelaksanaan sertifikasi guru sekolah dasar di
Kabupatren Madiun
E. Penegasan Istilah
1. Persepsi
Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi
yang ditujukan terhadap suatu obyek yang berupa program sertifikasi guru dan
dinyatakan secara verbal.
2. Tanggapan Positif
Tanggapan positif yaitu pandangan terhadap suatu obyek dan menuju pada
suatu keadaan dimana subyek yang memberikan tanggapan cenderung
menerima obyek (program sertifikasi guru) yang ditangkapnya sesuai dengan
pribadinya.
3. Tanggapan Negatif
Tanggapan negatif yaitu pandangan terhadap suatu obyek dan menunjukkan
pada keadaan dimana subyek yang memberikan tanggapan cenderung
menolak obyek (program sertifikasi guru) yang ditangkapnya karena tidak
sesuai dengan pribadinya.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas tentang persepsi guru terhadap pelaksanaan
program sertifikasi belum banyak dilakukan oleh para peneliti, hal ini
disebabkan sertifikasi guru baru akan dilaksanakan oleh pemerintah di seluruh
Indonesia setelah dikeluarkan Peraturan Pemerintah tentang Sertifikasi Guru.
Hasil penelitian yang agak relevan yaitu Basri ( 2002 ) menyatakan
bahwa pada umumnya belum ada kesamaan persepsi guru SMK Negeri di
Kotamadya Banjarmasin terhadap implementasi Pendidikan Sistem Ganda
(PSG). Demikian juga dengan Hendarman (2003) menyimpulkan dalam
penelitiannya yang berjudul Persepsi Guru dan Institusi Pasangan Tentang
Kendala-Kendala Implementasi Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
Kelompok Pariwisata bahwa antara guru dan institusi pasangan mempunyai
persepsi yang berbeda terhadap implementasi kurikulum.
2. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah yang mendasari Sertifikasi Guru adalah
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Di dalam
pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
11
12
Sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan (UU No. 14 Tahun 2005 pasal 11). Sertifikasi pendidik diperoleh
melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Beban belajar pendidikan
profesi untuk guru pada satuan pendidikaan TK dan SD atau yang sederajat
adalah 18 sampai 20 satuan kredit semester. Sedangkan untuk satuan
pendidikan setingkat SMP dan SMA atau yang sederajat adalah 30 sampai 40
satuan kredit semester.
Muatan pendidikan profesi meliputi kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial dan profesional. Bobot muatan kompetensi disesuaikan
dengan latar belakang pendidikan yaitu untuk lulusan program sarjana (S1)
atai diploma empat (D-IV) kependidikan dititik beratkan pada penguatan
kompetensi profesional. Sedangkan untuk lulusan sarjana (S1) atau diploma
empat (D-IV) non-kependididkan dititik beratkan pengembangan kompetensi
pedagogik. Program sertifikasi profesi diakhiri dengan uji sertifikasi pendidik
yaitu melalui ujian tertulis dan ujian kinerja. Ujian kinerja dilaksanakan
secara holistik yang mencakup ujian kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial dan profesional. Sertifikat pendidik dianggap sah setelah mendapatkan
nomor registrasi unik dari Departemen Pendidikan Nasional
13
B. Landasan Teori
1. Konsep Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi dalam Psikologi diartikan sebagai salah satu perangkat
psikologis yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan
memaknakan sesuatu objek yang ada di lingkungannya. Menurut Scheerer
persepsi adalah representasi phenomenal tentang objek distal sebagai hasil dari
pengorganisasian dari objek distal itu sendiri, medium dan rangsangan
proksinal. Dalam persepsi dibutuhkan adanya objek atau stimulus yang
mengenai alat indera dengan perantaraan syaraf sensorik, kemudian diteruskan
ke otak sebagai pusat kesadaran (proses psikologis). Selanjutnya, dalam otak
terjadilah sesuatu proses hingga individu itu dapat mengalami persepsi (proses
psikologis).
Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang
mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkannya, mengalami, dan
mengelola pertanda atas segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya
(Hammer dan Morgan dalam Ibrahim, 1983 : 33). Sedangkan menurut Abizar
(1988 : 18) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana
seseorang individu memilih, mengevaluasi dan mengorganisasi stimulus dari
lingkungannya. Persepsi juga menentukan cara kita berperilaku terhadap
suatu obyek atau permasalahan, bagaimana segala sesuatu itu mempengaruhi
persepsi seseorang nantinya akan mempengaruhi perilaku yang dipilihnya.
14
Persepsi, menurut Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan.
Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang
petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang
relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang
terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal
tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi
adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus
dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa
persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang
individu.
Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan
khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja
stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai
proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan
bantuan indera (Chaplin, 1989: 358)
Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap
stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk
ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui
proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard,
1991 : 209). Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs),
pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang
15
telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan
membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku
orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).
b. Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Proses pembentukan persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan
yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap
selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu
juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang
memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan
tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure
terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang
berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang
bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara
menyeluruh. Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini,
pengalaman masa silam atau dahulu. memegang peranan yang penting.
Bagaimana seseorang melakukan persepsi serta bagaimana suatu
rangsangan dipersepsi banyak faktor yang mempengaruhinya. Suatu stimulus
yang sama bisa dipersepsi berbeda oleh orang lain yang berbeda juga.
Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi suatu persepsi
seseorang yaitu (1) faktor ciri khas dari obyek stimulus (2) faktor-faktor
pribadi (3) faktor pengaruh kelompok dan (4) faktor perbedaan latar belakang.
16
Faktor dari obyek stimulus terdiri dari (1) nilai dari stimulus (2) arti
emosional orang yang bersangkutan (3) familiaritas dan (4) intensitas yang
berhubungan dengan derajad kesadaran seseorang mengenai stimulus tersebut.
Termasuk di dalam faktor pribadi yaitu ciri khas individu seperti taraf
kecerdasan, minat, emosional dan sebagainya. Respon orang lain dapat
memberi kearah suatu tingkah laku konform. Studi Flamen (1961)
menemukan bahwa adanya kohesi dalam kelompok yang berpengaruh dapat
menyebabkan perubahan persepsi pada anggota. Perbedaan latar belakang
seseorang juga sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap suatu
stimulus.
Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :
1). Faktor-Faktor Fungsional
Faktor-faktor fungsional ini juga disebut sebagai faktor personal
atau perseptor, karena merupakan pengaruh-pengaruh di dalam individu
yang mengadakan persepsi seperti kebutuhan, pengalaman masa lalu dan
hal-hal lainnya. Berarti persepsi bersifat selektif secara fungsional
sehingga obyek-obyek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi
biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi.
Termasuk dalam faktor fungsional ini adalah pengaruh kebutuhan,
kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang sosial budaya. Jadi
yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus tetapi
karakteristik orang menentukan respon atau stimulus.
17
2). Faktor-Faktor Struktural
Faktor struktural merupakan pengaruh yang berasal dari sifat
stimulus fisik dan efek-efek yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu.
Prinsip yang bersifat struktural yaitu apabila kita mempersepsikan sesuatu,
maka kita akan mempersepsikan sebagian suatu keseluruhan. Jika kita
ingin memahami sutau peristiwa, kita tidak dapat meneliti faktor-faktor
yang terpisah, tetapi harus mendorongnya dalam hubungan keseluruhan.
Sebagai contoh dalam memahami seseorang kita harus melihat
masalah-masalah yang dihadapinya, konteksnya maupun lingkungan sosial
budayanya. Dalam mengorganisasi sesuatu, kita harus melihat
konteksnya. Walaupun stimulus yang kita terima tidak lengkap, kita akan
mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimulus
yang kita persepsi.
Oleh karena manusia selalu memandang stimulus dalam
konteksnya, maka manusia akan mencari struktur pada rangkaian stimulus
yang diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau
persamaan, sehingga dari prinsip ini berarti obyek atau peristiwa yang
berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain,
cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.
c. Bentuk-Bentuk Persepsi
Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu
evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek dan dinyatakan secara verbal,
sedangkan bentuk-bentuk persepsi merupakan pandangan yang berdasarkan
18
penilaian terhadap suatu obyek yang terjadi, kapan saja, dimana saja, jika
stimulus mempengaruhinya. Persepsi yang meliputi proses kognitif mencakup
proses penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang
bersangkutan.
Oleh karena itu dalam menerima suatu stimulus kemampuan manusia
sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu memproses seluruh
stimulus yang ditangkapnya. Artinya meskipun sering disadari, stimulus yang
akan dipersepsi selalu dipilih suatu stimulus yang mempunyai relevansi dan
bermakna baginya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi
yaitu yang bersifat positif dan negatif.
1). Persepsi Positif
Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu
obyek dan menuju pada suatu keadaan dimana subyek yang
mempersepsikan cenderung menerima obyek yang ditangkap karena sesuai
dengan pribadinya.
2). Persepsi Negatif
Yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menunjuk
pada keadaan dimana subyek yang mempersepsi cenderung menolak
obyek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya.
19
2. Konsep Guru dan Peranannya
a. Pengertian Guru
Guru secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik (Anwar Q & Sagala S, 2004 : 120).
Karena tugasnya itulah, guru dapat menambah kewibawaannya dan
keberadaan guru sangat diperlukan masyarakat, mereka tidak meragukan lagi
akan urgensinya guru bagi anak didik.
Menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
b. Peran Guru
Menurut Manan dalam Mulyasa (2005) sedikitnya ada 19 peran guru
yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu,
model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreatifitas, pembangkit
pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor,
emansipator, evaluator, pengawet dan kulminator.
Sedangkan menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang
Undang No. 14 Tahun 2005 peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar,
pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta didik.
20
1). Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu
guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup
tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta
berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara
mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi,
serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.
2). Guru Sebagai Pengajar
Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang
berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya,
membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.
Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan teknologi,
sehinga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal
yang uptodate dan tidak ketinggalan jaman.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang
bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang
bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena
perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif
21
murah dan peserta didik dapat belajar melalui internet dengan tanpa
batasan waktu dan ruang, belajar melalui televisi, radio dan surat kabar
yang setiap saat hadir di hadapan kita.
Derasnya arus informasi, serta cepatnya perkembangan teknologi
dan ilmu pengetahuan telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas guru
sebagai pengajar. Masihkah guru diperlukan mengajar di depan kelas
seorang diri , menginformasikan, menerangkan dan menjelaskan. Untuk
itu guru harus senantiasa mengembangkan profesinya secara profesional,
sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar masih tetap diperlukan
sepanjang hayat.
3). Guru Sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing
perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang
bertanggungjawab. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan
secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus
ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru
harus berdasarkan kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik.
Guru memiliki hak dan tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang
direncanakan dan dilaksanakannya.
22
4). Guru Sebagai Pengarah
Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi
orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu mengarkan peserta didik
dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi,
mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan
menemukan jati dirinya.
Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam
mengembangkan potensi dirinya, sehingga peserta didik dapat
membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan
nyata di masyarakat.
5). Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru
untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam
pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing
peserta didik.
Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan
kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan
perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu guru
harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal dan tidak setiap
hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.
23
6). Guru Sebagai Penilai
Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks
yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.
Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan
proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik.
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik
apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang
jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak
lanjut.
Mengingat kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai. Guru harus
memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis
masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara
menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas,
reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal.
3. Profesi Guru
a. Pengertian Profesi
Pengertian profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka
(to profess artinya menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang itu
24
mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut
merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. (Sahertian, 1994 : 26)
Pengertian profesi menurut Hornby dalam Roestiyah (1982 : 176)
“accuption is one reguiring, advanced educational and special training “
Profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dan latihan
khusus. Sutisna (1983 : 302) mengemukakan bahwa profesi adalah suatu
pekerjaan yang meminta pendidikan tertentu dalam liberal arts atau science
dan biasanya meliputi pekerjaan mental, seperti : mengajar, pekerja Sosial,
pengarang dan seterusnya terutama kedokteran, hukum / teologi.
Sejalan dengan itu, Ornstein dan Levine dalam Soetjipto dan Kosasi.
(1999:15) menyatakan bahwa profesi adalah jabatan yang mengandung
pengertian ; 1) melayani masyarakat, merupakan karier yang akan
dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan), 2) memerlukan
bidang ilmu dan ketrampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai (tidak
setiap orang dapat melakukannya) 3) menggunakan hasil penelitian dan
aplikasi dari teori ke praktek (teori baru di kembangkan dari hasil penelitian)
4) memerlukan latihan khusus dengan waktu yang panjang, 5) terkendali
berdasarkan lisensi baku dan/atau mempunyai persyaratan masuk (untuk
menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau persyaratan khusus
yang ditentukan untuk dapat mendudukinya), 6) otonomi dalam membuat
keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu atau adanya persyaratan
tertentu (tidak teratur orang lain), 7) menerima tanggung jawab terhadap
keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan
25
dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa
yang diputuskannya, tidak pindah ke atasan atau instansi yang lebih tinggi).
Mempunyai sekumpulan untuk kerja yang baku, 8) mempunyai komitmen
terhadap jabatan dan klien; dengan penekanan terhadap layanan yang akan
diberikan, 9) menggunakan administrator untuk memindahkan profesinya;
relatif bebas dari supervisi dalam jabatan (misalnya: dokter memakai tenaga
administrator untuk mendata klien, sementara tidak ada supervisi dari luar
terhadap pekerjaan dokter itu sendiri), 10) mempunyai organisasi yang diatur
oleh anggota profesi sendiri, 11) mempunyai profesi dan atau kelompok elit
untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan, 12) mempunyai kode etik
untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyaksikan yang
berhubungan dengan layanan yang diberikan, 13) mempunyai kadar
kepercayaan yang tinggi dari publik kepercayaan diri setiap anggotanya
(anggota masyarakat selalu meyakini dokter lebih tahu tentang penyakit pasien
yang dilayani). 14) mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila di
banding dengan jabatan lainnya).
Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dari pekerjaan yang
menuntut dan dapat dipenuhi lewat pembiasaan melakukan ketrampilan
tertentu (magang, keterlibatan langsung dalam situasi kerja dilingkungannya,
dan ketrampilan kerja sebagai warisan orang tua atau pendahulunya). Seorang
pekerja profesional perlu dibedakan dari: pertama, seorang teknisi, kedua
(pekerja profesional dan teknisi) dapat saa tampil dengan unjuk kerja yang
sama (misalnya: menguasai tehnik kerja sama, menguasai prosedur yang
26
sama, dapat memecahkan masalah-masalah teknik dalam bidang kerjanya),
tetapi seorang yang profesional dituntut menguasai visi yang mendasari
ketrampilan yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan
memiliki pola yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu
karyanya ( Joni: 1980:6)
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU No. 14/2005).
b. Profesi Guru
Guru sebagai profesi, bukan lagi dianggap sebagai pekerjaan biasa,
tetapi suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan keahlian tertentu
yang tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang.
Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1.
Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. Sedangkan ayat 2 berbunyi pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi.
27
Di dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengakuan guru sebagai
tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
c. Syarat – Syarat Menjadi Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan gampang, seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada peserta didik, hal ini belum cukup untuk dikatakan
sebagi guru yang memiliki pekerjaan profesional. Guru harus memiliki
berbagai ketrampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya dan
menjaga kode etik guru.
Menurut Oemar Hamalik dalam Yamin (2006 : 7) guru profesional
harus memiliki persyaratan yang meliputi (1) memiliki bakat sebagai guru, (2)
memiliki keahlian sebagai guru, (3) memiliki keahlian yang baik dan
terintegrasi, (4) memiliki mental yang sehat, (5) berbadan sehat, (6) memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang luas, (7) berjiwa Pancasila, (8) merupakan
warga negara yang baik.
Sedangkan menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pasal 7, profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : (1) memiliki bakat, minat,
panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan
28
mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, (3) memiliki
kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas,
(4) memilik kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5)
memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6)
memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7)
memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) memiliki jaminan
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan (9)
memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
4. Sertifikasi Guru
a. Pengertian Sertifikasi
Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan
mereka berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang
diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif. Setiap usaha peningkatan
mutu pendidikan seperti pembaharuan kurikulum, pengembangan metode-
metode mengajar, penyediaan sarana dan prasarana hanya akan berarti jika
melibatkan guru. Artinya titik total pembangunan pendidikan tergantung dari
bagaimana membangun mutu guru ke arah yang profesional.
Dalam kenyataannya mutu guru di Indonesia sangat beragam dan rata-
rata masih di bawah standar yang telah ditentukan. Banyak guru yang belum
memenuhi standar kualifikasi pendidikan dan belum mempunyai kompetensi
yang telah disyaratkan.
29
Sertitifikasi adalah pemberian sertifikat kompetensi atau surat
keterangan sebagai pengakuan terhadap kemampuan seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan setelah lulus uji kompetensi. Sertifikasi berasal
dari kata certification yang berarti diploma atau pengakuan secara resmi
kompetensi seseorang untuk memangku sesuatu jabatan profesional.
Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai surat bukti kemampuan mengajar
dalam mata pelajaran, jenjang dan bentuk pendidikan tertentu seperti yang
diterangkan dalam sertifikat kompetensi tersebut (depdiknas, 2003).
Dalam Undang Undang No. 14/2005 pasal 2, disebutkan bahwa
pengakuan guru sebagai tenaga yang profesional dibuktikan dengan sertifikasi
pendidik. Selanjutnya pasal 11 menjelaskan bahwa sertifikasi pendidik
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi pendidik
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi.
Menurut Samani (2006 : 8) sertifikat pendidik adalah bukti formal
dari pemenuhan dua syarat, yaitu kualifikasi akademik minimum dan
penguasaan kompetensi minimal sebagai guru. Sedangkan menurut Trianto
dan Tutik (2007 : 9) Sertifikat pendidik adalah surat keterangan yang
diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi
sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi kualifikasi
pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimal sebagai agen
pembelajaran.
30
Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemeberian
pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (Mulyasa, 2007 :
34).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sertifikasi pendidik adalah
suatu bukti pengakuan sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki oleh
seorang pendidik dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu, setelah yang bersangkutan menempuh uji kompetensi
yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi.
b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi
Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007 : 35) mengungkapkan bahwa
tujuan sertifikasi guru adalah (1) melindungi profesi pendidik dan tenaga
kependidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak
kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3)
membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan
menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap
pelamar yang kompeten, (4) membangun citra masyarakat terhadap profesi
pendidik dan tenaga kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan.
Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional mengungkapkan
bahwa tujuan sertifikasi guru adalah (1) menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, (2) meningkatkan
31
profesionalisme guru, (3) meningkatkan proses dan hasil pendidikan, (4)
mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional.
Manfaat sertifikasi pendidik dan kependidikan menurut Mulyasa
(2007: 35) yaitu untuk pengawasan dan penjaminan mutu tenaga kependidikan
dalam rangka pengembangan kompetensi, pengembangan karir tenaga
kependidikan secara berkelanjutan dan peningkatan program pelatihan yang
lebih bermutu.
c. Kerangka Sertifikasi
Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sertifikasi dapat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan
sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi
panel, lokakarya dan simposium (UU RI No. 20/2003 pasal 61). Sertifikat
kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan
setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
Sertifikasi guru dikenakan terhadap calon guru lulusan LPTK,
maupun yang berasal dari perguruan tinggi nonkependidikan bidang ilmu
tertentu yang ingin memilih guru sebagai profesi. Bagi lulusan dari perguruan
tinggi nonkependidikaan sebelum mengikuti uji sertifikasi dipersyaratkan
mengikuti program pembentukan kemampuan mengajar di LPTK.
32
Kerangka pelaksanaan sertifikasi kompetensi guru baik lulusan sarjana
kependidikan maupun lulusan sarjana nonkependidikan, menurut Mulyasa
(2007: 40) dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pertama, lulusan program sarjana kependidikan sudah mengalami
pembentukan kompetensi menmgajar, sehingga mereka hanya memerlukan uji
kompetensi yang dilaksanakan oleh pendidikan tinggi yang memeliki Program
Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) terakreditasi dan ditunjuk oleh
Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
Kedua, lulusan program sarjana nonkependidikan harus terlebih dahulu
mengikuti proses pembentukan kompetensi mengajar pada perguruan tinggi
yang memiliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) secara
tersetruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi
mengajar, baru mengikuti sertifikasi.
Ketiga, penyelenggara program Pembentukan Kompetensi Mengajar
dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK yang terakreditasi. Sedangkan
untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi
kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang
ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas.
Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus, baik
yang berasal dari lulusan program sarjana pendidikan maupun sarjana
nonkependidikan diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti yang
bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan praktik dalam bidang
profesi guru pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
33
Kelima, peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah
melaksanakan tugas dalam interval waktu tertentu sebagai bentuk kegiatan
penyegaran dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Disamping itu uji
kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas profesinya
sebagai guru dalam jangka waktu tertentu.
d. Standar Kompetensi Guru dalam Sertifikasi
Menurut Broke and Stone dalam Mulyasa (2007 : 25) kompetensi
guru sebagai .. descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to
be entirely meaningful (kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif
tentang hakekat perilaku guru yang penuh arti).
Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Sedangkan menurut Mulyasa (2007 : 26) menyatakan bahwa
kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh
melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan
perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam
pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.
Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi guru merupakan
gambaran tentang kemampuan guru yang mencakup pengetahuan, ketrampilan
34
dan perilaku guru yang harus dikuasai agar dapat menjalankan tugas secara
profesional.
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (UUGD No. 14
/2005 : pasal 10 ). Empat kompetensi guru seperti yang diamanatkan dalam
Undang-Undang tersebut merupakan standar kompetensi yang harus dikusai
oleh guru. Dengan kompetensi tersebut diharapkan guru dapat melaksanakan
tugas sebagai tenaga kependidikan yang profesioanal yaitu sebagai agen
pembelajaran.
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhlak mulia. Guru dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap terbuka,
kritis dan skeptis untuk mengaktualisasi penguasaan isi bidang studi.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
35
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam standar nasional pendidikan.
Keempat standar kompetensi guru tersebut dijabarkan dalam bentuk
kisi-kisi standar kompetensi guru dalam sertifikasi seperti terdapat dalam
Lampiran.
e. Sertifikasi Guru dengan Portofolio
Guru dalam jabatan atau guru yang sudah memiliki pengalaman
mengajar proses sertifikasi guru dilakukan dengan berlandaskan pada
Permendiknas No. 18 Tahun 2007. Uji kompetensi untuk memperoleh
sertifikat pendidik dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Portofolio
adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman
berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru
dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman,
karya dan prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai
agen pembelajaran (kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan
sosial).
Dalam Permendiknas No. 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru
dalam jabatan komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2)
pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi
akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum
ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, serta
(10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
36
Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah
dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelas ( S1,
S2 atau S3 ) maupun non gelas ( D4 atau Post Graduate diploma ), baik di
dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini
berupa ijazah atau sertifikat diploma.
Pendidikan dan Pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan
pendidik dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan
kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidikan, baik pada tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, nasional, maupun internasional. Bukti
fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari
lembaga penyelnggara diklat.
Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat
tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari Pemerintah, dan/atau
kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen
ini dapat berupa surat keputusan / surat keterangan yang sah dari lembaga
yang berwenang.
Perencanaan Pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran
yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan
pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan tujuan / kompetensi,
pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber / media
pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Bukti fisik
37
dari sub komponen ini berupa dokumen perencanaan pembelajaran ( RP / RPP
/ SP ) yang diketahui / disahkan oleh atasan.
Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola
pembelajaran di kelas. Kegiatan ini mencakup tahapan pra pembelajaran (
pengecekan kesiapan kelas dan apersepsi ), kegiatan inti ( penguasaan materi,
strategi pembelajaran, pemanfaatan media / sumber belajar, evaluasi,
penggunaan bahasa), dan penutup ( refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut ).
Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian oleh kepala
sekolah dan/atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola
oleh guru.
Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap
kompetensi kepribadian dansosial, yang meliputi aspek-aspek ketaatan
menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan,
keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreativitas, kemampuan menerima kritik
dan saran, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan bekerjasama dengan
menggunakan format penilaian.
Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang
terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari
lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan
karya akademik ( juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang
pendidikan atau non kependidikan ), dan pembimbingan teman sejawat
dan/atau siswa ( instruktur, guru inti, tutor atau pembimbing ). Bukti fisik
38
yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat
yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara.
Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan
adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru.
Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat
kabupaten/kota, propinsi atau nasional; artiket yang dimuat dalam media
jurnal/majalah/buletin yang tidak terakreditasi, terakreditasi dan internasional
menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN; modul/buku cetak lokal
( Kabupaten / Kota ) yang minimal mencakup materi pembelajaran selama 1
(satu) semester ; media / ata pembelajaran dalam bidangnya; laporan
penelitian tindakan kelas ( individu / kelompok ); dan karya seni (patung,
rupa, tari, lukis, sastra, dll). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat
keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut.
Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan
ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan,
kabupaten / kota, provinsi, nasional atau internasional; baik sebagai
pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang dimapirkan berupa
makalah dan sertifikat / piagam bagi nara sumber, dan sertifikat / piagam bagi
peserta.
Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu
pengalaman guru menjadi pengurus, dan bukan hanya sebagai anggota di
suatu organisasi kependidikan dan sosial. Pengurus organisasi di bidang
kependidikan antara lain pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
39
ketua jurusan, kepala lab, kelapa bengkel, kepala studio, ketua asosiasi guru
bidang studi, asosiasi profesi, dan pembina kegiatan ekstra kurikuler
(pramuka, drumband, mading, karya ilmiah remaja – KIR). Sedangkan
pengurus di bidang sosial anatara lain menjabat ketua RW, Ketua RT, Ketua
LMD, dan pembina kegiatan keagamaan. Bukti fisik yang dilampirkan adalah
surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.
Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu
penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik
dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu,
hasil, lokasi/geografis), kualitatif (komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam
bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional,
maupun internasional. Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotocopy
sertifikat, piagam, atau surat keterangan.
Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam
jabatan) untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan
perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik dinilai antara
lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan,
pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui
dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai
antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan,
pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan
prestasi akademik.
40
Portofolio juga berfungsi sebagai : (1) wahana guru untuk
menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kinerjanya yang meliputi
produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan
pendukung, (2) informasi/data dalam memberikan pertimbangan tingkat
kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang
telah ditetapkan, (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti
sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidik atau belum) dan (4) dasar
memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan
kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan
guru.
f. Mekanisme Pengujian Sertifikasi
Pengujian sertifikasi terutama pengujian dengan portofolio dilakukan
dengan dua tahapan, yaitu harus menempuh tes tertulis dan tes kinerja yang
dipadukan dengan self appraisal, portofolio dan dilengkapi dengan peer
appraisal. Adapun materi tes tertulis dan tes kinerja, portofolio dan peer
appraisal didasarkan pada indikator esensial kompetensi guru sesuai dengan
tuntutan minimal sebagai agen pembelajaran.
Menurut Trianto dan Tutik (2007 : 83), mekanisme pengujian
sertifikasi guru mengikuti tiga alur yaitu : (1) para guru harus memenuhi
persyaratan administrasi yang telah ditetapkan dan baru menempuh ujian tulis;
(2) jika lulus dalam ujian tertulis, guru diwajibkan mengikuti uji kinerja; (3)
guru wajib mencatat dan mengumpulkan semua aktivitas yang dilakukan baik
saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran dalam bentuk portofolio.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rangcangan Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya akan memberikan penjelasan tentang
persepsi guru sekolah dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi
melalui kegiatan analisis secara kualitatif.
Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif, dimana realitas
dipandang sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna dan dengan
menggunakan pola pikir yang induktif. Fokus penelitian kualitatif belum
begitu jelas dan akan berkembang pada waktu penelitian berlangsung.
Hubungan antara peneliti dengan yang diteliti bersifat interaktif dengan
sumber data supaya memperoleh makna.
Metode Penelitian kualitatif juga dinamakan metode postpositivistik
karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme dan juga dinamakan metode
artistik karena bersifat seni, serta dinamakan metode alamiah atau natural
setting (Sugiyono, 2006 : 8).
B. Lokasi dan Informan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar se Kecamatan Jiwan
Kabupaten Madiun tahun 2007.
Informan dalam penelelitian kualitatif merupakan nara sumber atau
partisipan yang menjadi teman dan guru dalam penelitian. Informan dalam
penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Kabupaten
41
42
Madiun. Jumlah dan penentuan informan dilakukan dengan teknik Snowball
sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya
jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar seperti bola salju yang
menggelinding
C. Teknik Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2006 : 253) pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara.
Ditinjau dari settingnya, pengumpulan data dapat dilakukan pada
setting alamiah (natural setting), pada laboratorium (eksperimen), pada suatu
seminar, di rumah dan dapat juga pada waktu diskusi. Berdasarkan sumber
data, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber
skunder. Sedangkan ditinjau dari cara pengambilan data, pengumpulan data
dapat dilakukan dengan cara Observasi, interview, kuisioner dan dokumentasi.
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan pada setting alamiah
dengan sumber data primer dan dengan cara kuisioner, dokumentasi, dan
wawancara.
a. Teknik Angket (kuesioner)
Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi guru
terhadap program sertifikasi guru. Angket ini digunakan untuk memperoleh
data bagaimana persepsi guru terhadap program sertifikasi yang akan
43
dilaksanakan oleh pemerintah. Daftar pertanyaan yang ada dalam angket
bersifat terbuka dan dapat diisi sesuai dengan pendapat informan penelitian.
b. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan berupa catatan harian, cerita,
biografi,monografi, peraturan dan kebijakan.
Dokumen yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk dokumen
tulisan yang berupa monografi, peraturan dan kebijakan pemerintah.
c. Teknik Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan wawancara dimaksudkan untuk
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari informan. Wawancara
digunakan untuk memperoleh data yang lebih valid dari informan dan
memperkuat data yang sudah diperoleh dari hasil angket dan dokumentasi.
Wawancara terhadap informan dilakukan dengan semiterstruktur
(semistructure interview), dimana dalam pelaksanaan wawancara dilakukan
secara terbuka, bebas tetapi masih berpedoman pada pedoman wawancara
yang sudah disiapkan.
2. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
44
Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data
tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif
(walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik pengolahan data
yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu sering
mengalami kesulitan dalam melakukan pengolahan data.
Pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Pengolahan data telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, pengolahan data lebih difokuskan
selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
Model pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Model Interactive dari Miles and Huberman yaitu analisis data
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data
meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data
seperti dilukiskan pada Gambar 1.
Data Collection Data Disply
Data Reduction
Verifying
Gambar 1. Pengolahan data Model Interactive ( Miles and Huberman )
45
a. Data Collection (Pengumpulan Data)
Data dikumpulkan dengan berbagai teknik pengumpulan data
(Triangulasi), yaitu merupakan penggabungan dari berbagai macam teknik
pengumpulan data baik wawancara, observasi maupun dengan menggunakan
angket. Semakin banyak data yang terkumpul, maka hasil penelitian yang
didapat semakin bagus.
b. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka data perlu dicatat secara teliti dan rinci. Kemudian data dirangkum,
dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari
tema serta polanya.
Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencari data berikutnya jika diperlukan. Data-data yang tidak terpakai
dibuang, sehingga peneliti lebih fokus pada data yang telah tereduksi.
Dalam penelitian ini data-data yang tereduksi adalah data-data yang
ada kaitannya dengan tujuan penelitian yaitu persepsi positif dan persepsi
negatif guru terhadap sertifikasi guru serta temuan-temuan di lapangan yang
ada kaitanya dengan sertifikasi guru. Data yang tidak ada kaitannya dengan
persepsi positif dan persepsi negatif guru terhadap sertifikasi guru dibuang.
Karena reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan, maka
reduksi data dapat dilakukan dengan mendiskusikan pada teman atau orang
46
lain yang dipandang ahli, misalnya Kepala Cabang Dinas Pendidikan, Kepala
Dinas Pendidikan atau para Pengawas pada Dinas Pendidikan Kabupaten
Madiun. Dari hasil diskusi akan diperoleh data yang benar-benar penting dan
sesuai dengan tujuan.
c. Data display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendispaykan data. Display data dapat dalam bentuk tabel, grafik, chard dan
sejenisnya. Melalui penyajian data dalam bentuk display, maka data dapat
terorganisir, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami.
Display data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan flowchart. Penyajian data dengan
menggunakan teks yang bersifat naratif.
d. Verifying (Verifikasi)
Langkah berikutnya dalam analisis data adalah verifikasi yaitu
memverifikasi data dan menarik kesimpulan. Kesimpulan yang diambil harus
didukung oleh data-data yang valid dan konsisten, sehingga kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan yang diperoleh merupakan jawaban dari fokus penelitian
yang telah dirumuskan sejak awal dan dapat berkembang sesuai dengan
kondisi yang berada di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh juga dapat
berupa temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
A. Gambaran Umum Pendidikan di Kecamatan Jiwan
Kecamatan Jiwan merupakan salah satu bagian dari lima belas
kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun. Kecamatan Jiwan terletak di
sebelah barat daya wilayah Kabupaten Madiun. Batas wilayah Kecamatan
Jiwan yaitu sebelah timur Kota Madiun, sebelah barat dan selatan berbatasan
dengan Kabupaten Magetan dan disebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Sawahan.
Perkembangan pendidikan di Kecamatan Jiwan ditinjau dari kuantitas
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Data jumlah sekolah di
Kecamatan Jiwan dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Sekolah di Kecamatan Jiwan
No.
Jenis Sekolah Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Sekolah Menengah Atas (SMA)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Sekolah Luas Biasa (SLB)
Madrasah Tsanawiyah
28
2
1
2
1
1
Jumlah sekolah 35
47
48
Melihat jumlah sekolah yang ada di Kecamatan Jiwan sebenarnya
sudah sangat memadai, tetapi masyarakat Jiwan lebih banyak mengacu pada
perkembangan pendidikan yang ada di Kota Madiun. Masyarakat lebih
banyak menyekolahkan anaknya di Kota Madiun, bahkan sejak Sekolah Dasar
mereka menyekolahkan anaknya di kota. Apalagi sejak pendidikan di Kota
Madiun memberlakukan kuota anak luar kota yang bisa masuk hanya 10
persen, maka sebagian besar anak-anak Jiwan sejak Sekolah Dasar sudah
sekolah di kota.
Penyebaran Sekolah Dasar hampir merata di semua desa di Kecamatan
Jiwan. Data Penyebaran Sekolah Dasar berdasarkan wilayah seperti terlihat
pada Tabel 4.
Tabel 3. Data Penyebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan
No.
Nama Desa Jumlah
SD
Jumlah Guru
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Jiwan Sukolilo Kwangsen Bibrik Teguhan Grobogan Klegen Serut Ngetrep Wayut Sambirejo Kincang Bedoho Bukur Metesih
2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 1 2 2
23 19 15 16 24 16 12 9 18 19 29 7 18 18
Jumlah sekolah 28 243
49
Potensi tenaga kependidikan pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan
seperti terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Data Guru, Kepala Sekolah dan Penjaga
Jenis Guru
No. Nama Sekolah Um
um
Aga
ma
Islam
Aga
ma
Kriste
n
Ola
h Ra
ga
Jumla
h Guru
Ke
pala S
ekola
h
Pe
njaga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Wayut 01 Wayut 03 Jiwan 01 Jiwan 02 Sukolilo 01 Sukolilo 03 Kincang 01 Kincang 02 Kincang 03 Metesih 01 Metesih 03 Teguhan 01 Teguhan 02 Teguhan 03 Kwangsen 01 Kwangsen 02 Ngetrep Grobogan 01 Grobogan 02 Sambirejo 01 Sambirejo 02 Bukur 01 Bukur 02 Klagenserut 01 Klegenserut 02 Bibrik 01 Bibrik 02 Bedoho
7 7 10 7 8 7 8 6 7 8 6 6 7 6 6 6 6 5 6 7 8 6 6 8 0 6 6 6
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 3 0 1 2 1
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 9 12 10 11 9 11 9 9 10 8 8 9 8 7 8 8 7 9 9 10 9 9 12 1 7 9 8
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 182 35 3 23 243 25 15
50
B. Tanggapan Positif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi Guru
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 dibentuk dan
dikeluarkan dengan berbagai pertimbangan yaitu (1) dalam rangka upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (2) untuk menjamin perluasan dan
pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan
yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu
dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru secara terencana, terarah
dan berkesinambungan; (3) bahwa guru mempunyai fungsi, peran, dan
kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang
pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.
Pemberlakuan UU No. 14 Tahun 2005 merupakan komitmen
pemerintah dalam rangka mengangkat martabat profesi guru yang sekarang
berada di titik nadir yang ”hidup segan matipun tak mau”. Profesi guru akan
diposisikan sebagai sutau profesi sebagaimana halnya profesi dokter,
pengacara, akuntan. Tanggapan positif guru terhadap pemebrlakuan Undang-
Undang Guru dan Dosen sebagai berikut :
51
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan langkah maju pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru di Indonesia, sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Sebagaimana kita ketahui pak, bahwa peningkatan mutu pendidikan tidak akan lepas dari peningkatan mutu guru. Kalau menurut saya jika guru-guru kita bagus-bagus terutama guru SD, maka kualitas pendidikan kita juga bagus. (Wiwik Widagti, S.Pd., guru SDN Jiwan 01)
Dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut harapan guru untuk meningkatkan kemampuannya sangat besar dan yang tidak kalah menariknya adalah peningkatan kesejahteraan guru. Selama ini kan guru-guru kita banyak yang ekonominya pas-pasan. (Eny Priyatin, S.Pd, guru SDN Kincang 03)
Adanya Undang Undang tersebut dapat dikatakan bahwa guru mempunyai landasan hukum yang sangat kuat dalam mengembangkan dirinya. (Indyah Ayu TM, S.Pd., Kepala SDN Kincang 03)
Bahwa Undang Undang tersebut sangat penting dalam mendukung pengembangan kompetensi guru. Saya sangat setuju, karena pemberlakuan Undang Undang tersebut merupakan perjuangan rekan-rekan pengurus PGRI. Dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut merupakan angin segar bagi guru untuk memperoleh penghasilan yang layak. (Koesbagyo, S.Pd, Kepala SDN Jiwan 02)
Dari paparan data hasil wawancara menunjukkan bahwa guru di
Kecamatan Jiwan sangat mendukung adanya pemberlakuan UU RI No.
14/2005. Keberanian pemerintah dalam memberlakukan Undang-Undang
tersebut merupakan langkah maju dalam rangka memperbaiki kualitas
pendidikan terutama di lihat dari segi perbaikan kualitas guru. Guru
merupakan kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka
berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan
pada perubahan-perubahan kualitattif. Setiap usaha peningkatan mutu
pendidikan seperti pembaharuan kurikulum, pengembangan metode
52
pengajaran, penyediaan sarana hanya akan mempunyai nilai tinggi jika
melibatkan guru.
Pemberlakuan Undang-Undang Guru dan Dosen sangat berdampak
pada peningkatan kesejahteraan guru. Seperti yang telah diamanatkan dalam
Undang-Undang tersebut bahwa jika seorang guru telah memiliki sertifikat
pendidik, maka guru tersebut berhak atas tunjangan profesi sebesar satu kali
gaji pokok.
Tingkat kesejahteraan guru di Indonesia tergolong rendah, bahkan
amat rendah, tidak setara dengan pengabdian yang diberikannya. Jumlah gaji
yang diterimanya jauh di bawah kebutuhan minimal untuk hidup guru bersama
keluarganya. Keadaan ini berlaku untuk semua guru di semua tingkat
pendidikan dan semua daerah, baik guru yang menyandang pegawai negeri
sipil apalagi guru yang berstatus honorer, guru tidak tetap dan juga guru
bantu. Kesejahteraan guru yang rendah berdampak tidak menguntungkan
terhadap motivasi guru, status sosial profesi keguruan dan dunia pendidikan
secara keseluruhan. Oleh karena itulah dengan diberlakukannya Undang-
Undang tersebut, maka memberikan harapan bagi guru untuk dapat
meningkatkan kesejahteraannya. Jika kesejahteraan guru meningkat, maka
akan berdampak positif terhadap peningkatan kinerja guru dan pada gilirannya
akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Landasan hukum sangat diperlukan bagi guru, karena dengan adanya
landasan hukum yang kuat, maka semua hak dan kewajiban guru akan dijamin
sepenuhnya oleh undang-undang. Hak-hak guru yang dijamin oleh undang-
53
undang meliputi (1) memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum dan jaminan kesejahteraan sosial ; (2) mendapatkan promosi dan
penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja ; (3) memperoleh
perlindungan dalam menghasilkan tugas dan hak atas kekayaan intelektual ;
(4) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi; (5)
memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan ; (6) memiliki kebebasan dalam
memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan dan atau
sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru
dan peraturan perundang-undangan; (7) memperoleh rasa aman dan jaminan
keselamatan dalam melaksanakan tugas; (8) memiliki kebebasan untuk
berserikat dalam organisasi profesi; (9) memiliki kesempatan untuk berperan
dalam penentuan kebijakan pendidikan; (10) memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi
serta; (11) memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
bidangnya.
Sedangkan kewajiban guru yang harus dilaksanakan sesuai dengan
undang-undang adalah (1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran; (2) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik
dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni; (3) bertindak obyektif dan tidak diskriminatif
atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik
54
tertentu atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik
dalam pembelajaran; (4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan,
hukum dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika; (5) memelihara
dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Undang-Undang Guru dan Dosen mensyaratkan bahwa guru harus
mempunyai kualifikasi akademik Sarjana atau Diploma IV. Dengan
pendidikan Sarjana atau Diploma IV, diharapkan setiap guru dari segi ilmu
sungguh kompeten untuk mengajar disekolah menengah ke bawah. Guru juga
diharapkan lebih menguasai bidang ilmunya, tidak salah konsep, dan tidak
akan menyebarkan salah konsep kepada siswa.
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas dari tenaga guru
yang mengasuh anak didiknya. Guru menjadi sumber ilmu bagi anak-anak
bangsa. Sebagai sumber ilmu guru harus senantiasa meningkatkan
kemampuannya dengan cara menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Guru
juga harus terus belajar, agar tidak merasa kekeringan dalam bidang ilmu
pengetahuan.
Informan yang diwawancarai menyatakan sangat setuju dengan syarat
kualifikasi akedemik seperti diamanatkan pada pasal 9 Undang-Undang
Republik Indonesia No. 14/2005. Guru harus terus mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan, oleh karena itu kualifikasi akademik Sarjana atau Diploma
IV merupakan sesuatu hal yang telah menjadi tuntutan jaman. Tanggapan
tentang kualifikasi akademik dalam sertifikasi guru disampaikan sebagai
berikut :
55
Saya sangat setuju dengan persyaratan seorang guru yang harus mempunyai kualifikasi sarjana atau diploma IV. Sebab dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, guru mutlak harus mempunyai kualifikasi akademik sarjana atau diploma IV. Kalau guru diberi kesempatan untuk meningkatkan pendidikannya, pasti guru tersebut akan menyelesaikannya dengan baik, walaupun hanya serampangan. Saya sangat setuju guru sarjana dan juga harus mempunyai kreatifitas yang tingggi. (Wiwik Widagti, S.Pd. guru SDN Jiwan 01 )
Syarat guru harus sarjana atau diploma IV sudah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi saat ini. Tetapi sebenarnya yang terpenting adalah kemampuan guru dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sebab banyak juga guru yang belum sarjana atau diploma IV tetapi mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan guru-guru yang sudah sarjana.(Suyoto, S.Pd. guru SD Grobogan 2)
Pasal 10 Undang-Undang Guru Dosen No.14/2005 menyebutkan
tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu : Kompetensi
Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi
Profesional. Sebagian besar informan sangat setuju dengan persyaratan empat
kompetensi dasar tersebut. Sedangkan untuk membuktikan bahwa guru
mempunyai empat kompetensi dasar tersebut dilakukan pengujian dengan cara
sertifikasi guru. Tanggapan tentang persyaratan kompetensi dasar yang harus
dimiliki oleh guru disampaikan sebagai berikut :
Saya setuju dengan empat kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh para guru dan saya juga sangat setuju bila guru yang mempunyai masa kerja lebih dari 20 tahun diutamakan dalam pelaksanaan penilaian kinerja dan penilaian portofolio. Sertifikasi guru dalam jabatan hendaknya dengan persyaratan yang tidak memberatkan pribadi guru yang mana guru SD khususnya pada saat ini usianya sudah rata-rata sekitar 50 tahun dan portofolio hendaknya dilakukan oleh lembaga masing-masing.( Parminto, S.Pd, Kepala SDN Jiwan 01 ).
56
Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi guru
disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam
prosedur pengawasan. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara
kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara
kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi : (1)
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (2) pemahaman terhadap
peserta didik; (3) pengembangan kurikulum; (4) perancangan pembelajaran;
(5) pelaksanaan pembelajaran; (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran; (7)
pelaksanaan evaluasi belajar; (8) pengembangan peserta didik. Kemampuan-
kemampuan diatas merupakan kemampuan standar yang harus dimiliki oleh
semua guru.
Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik
dan berakhlak mulia. Guru merupakan panutan yang harus ”digugu dan
ditiru”, oleh karena itu semua perilaku guru harus merupakan perilaku yang
baik dan menjadi teladan bagi semua peserta didik. Semua informan sangat
setuju dengan syarat kompetensi kerpibadian tersebut, tetapi sebagian
informan juga berharap bahwa pengembangan terhadap kompetensi
kepribadian ini juga perlu mendapat perhatian oleh pemerintah, agar
kepribadian guru lebih stabil dan tidak goyah oleh pengaruh lingkungan dan
perkembangan jaman seperti diungkapkan oleh informan berikut ini.
57
Saya sangat setuju dengan persyaratan kompetensi kepribadian yang tertuang dalam UU No. 14/2005 tersebut, namun tolong pemerintah memperhatikan kepribadian semua guru. Guru juga perlu peningkatan kemampuan kepribadian sesuai dengan tuntutan jaman. Agar menjadi arif dan berwibawa guru memerlukan pelatihan-pelatihan khusus.( Hariyanto, S.Pd. guru SDN Teguhan 01).
Kompetensi profesional adalah kemampuan pengusaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan. Penguasaan materi pembelajaran sangat diperlukan oleh
semua guru. Keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran sangat
ditentukan oleh kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran. Semua
informan juga sangat setuju dengan persyaratan kompetensi profesional
tersebut, seperti yang disampaikan oleh seorang guru SD Negeri Ngetrep
berikut ini :
Saya sangat setuju dengan persyaratan kompetensi dasar yaitu kompetensi profesional. Guru yang profesional mestinya harus menguasai materi pelajaran, hanya kami ini yang guru SD yang jauh dari kota dan kemampuan ekonomi pas-pasan sulit untuk terus meningkatkan kemampuan profesional. Apalagi guru kelas harus menguasai semua mata pelajaran yang ada. Untuk itu pemerintah juga harus memperhatikan peningkatan profesionalitas guru-guru SD. ( Baseno, S.Pd. guru SDN Ngetrep)
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Kemampuan ini sekurang-kurangnya meliputi
(1) berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat; (2) menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (3) bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua
58
peserta didik dan (4) bergaul secara santun dengan masyarakat. Tanggapan
tentang kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh semua guru seperti
disampaikan oleh informan berikut ini .
Guru memang harus pandai berkomunikasi terutama adalah bagaimana cara guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Guru juga harus mampu menggunakan teknologi komunikasi seperti menggunakan komputer dan alat-alat teknologi lainnya. Pengusaan penggunaan komputer sangat diperlukan bagi guru-guru SD saat ini agar kita dapat mengikuti terus perkembangan jaman.(Koesbagyo, S.Pd. Kepala SDN Jiwan 02)
Di era globalisasi teknologi komunikasi, guru tidak hanya dituntut
mampu berkomunikasi dengan anak didik, sesama pendidik, masyarakat
disekitarnya, tetapi juga harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat
dunia. Untuk itu guru harus mampu mengikuti perkembangan teknologi
komunikasi.
Guru menjadi tumpuan utama dan harapan dalam pengembangan dan
peningkatan kualitas pendidikan. Selain penguasaan kompetensi dasar, guru
juga dituntut melek angka (numerate), melek ilmu (science literacy), memiliki
kecerdasan spiritual (spiritual intelligence), kecerdasan emosi (emotional
intelligence) dan kecerdasan intelektual (intellectual intelligence), semua itu
berkaitan dengan perkembangan kemajuan sain dan teknologi.
Peran guru dewasa ini sangat penting ketika pola pembelajaran
mengalami pergeseran. Ini sebagai akibat dari perubahan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat. Perkembangan teknologi
informasi sudah tidak ditawar lagi keberadaannya. Segala macam informasi
yang menjadi sumber ilmu pengetahuan dapat diakses dimanapun berada.
59
Melalui teknologi informasi, setiap orang dapat merambah ke berbagai
pelosok penjuru dunia untuk memperoleh untuk memperoleh informasi
mengenai hal-hal yang diperlukan sebagai pengetahuan. Bahkan dengan
teknologi informasi kita bisa mengadakan transaksi untuk kepentingan
kehidupan. Dengan teknologi informasi ini kecepatan perolehan pengetahuan
tidak terhambat lagi oleh suatu sistem tradisional.
Sesuai dengan pasal 82 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, pemerintah wajib mulai melaksanakan program
sertifikasi pendidik paling lama dalam waktu 12 bulan terhitung sejak
diberlakukannya Undang-Undang tersebut. Mengingat samapai saat ini
Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang sertifikasi guru juga belum
terbit, maka sebagai jalan pintas pemerintah melalui Menteri Pendidikan
Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 18
Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan.
Sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru dalam jabatan. Sertifikasi ini diberikan kepada guru yang
sudah lama mengabdi dan memenuhi kualifikasi akademik Sarjana (S1) atau
Diploma Empat (D-IV). Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui
uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik dalam bentuk penilaian
Portofolio. Portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional
guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang dimiliki oleh
guru. Sertifikasi model ini dimulai tahun 2007 atas jatah kuota tahun 2006
60
dan 2007. Berbagai pendapat tentang sertifikasi portofolio diungkapkan oleh
informan berikut ini.
Untuk sertifikasi model portofolio saya sangat mendukung, terutama ini kan diperuntukkan bagi guru-guru yang mempunyai masa kerja 20 tahun ke atas. Dengan portofolio pengalaman guru, diklat guru, sertifikat dan prestasi akademik guru sangat dihargai oleh pemerintah. Saya sangat optimis dengan model sertifikasi ini, karena sangat menghargai guru yang sudah lama mengabdi.( Wiwik Widagti, S.Pd. guru senior SDN Jiwan 01)
Sertifikasi model portofolio sangat menguntungkan guru-guru terutama mereka yang sudah mempunyai pengalaman kerja di atas 20 tahun. Untuk itu saya berharap agar sertifikasi dengan portofolio ini segera diwujudkan, sehingga keinginan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru dapat tercapai.( Suyoto, S.Pd. guru senior SDN Grobogan 02)
Dokumen yang dinilai dalam sertifikasi guru model portofolio adalah
(1) kualifikasi akademik; (2) pendidikan dan pelatihan; (3) pengalaman
mengajar; (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; (5) penilaian dari
atasan dan pengawas; (6) prestasi akademik; (7) karya penembangan profesi;
(8) keikutsertaan dalam forum ilmiah; (9) pengalaman organisasi di bidang
kependidikan dan sosial; (10) penghargaan yang relevan dengan bidang
kependidikan.
Masing-masing dokumen dinilai sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Kualifikasi akademik guru
untuk ijazah Sarjana (S1) yang sesuai dengan bidang studi atau mata pelajaran
yang diasuh diberikan skor 150, sedangkan ijazah Pasca Sarjana yang sesuai
dengan bidang studi diberikan skor 175. Nilai untuk pendidikan dan pelatihan
disesuaian dengan lama diklat, tingkatan penyelenggaraan diklat dan relevansi
61
terhadap bidang tugasnya. Untuk diklat yang lebih dari 640 jam pelatihan
tingkat nasional dan relevan dengan bidang tugasnya diberikan skor nilai 50,
sedangkan diklat 8- 29 jam pelatihan tingkat kecamatan dan relevan dengan
bidang tugasnya diberikan skor nilai 10.
Pengalaman mengajar guru dihitung dan diberikan skor sesuai dengan
masa kerjanya. Guru yang mempunyai pengalaman mengajar lebih dari 25
tahun mendapat skor nilai 160, sedangkan pengalaman mengajar yang paling
rendah yaitu 2 – 4 tahun diberikan skor nilai 40.
Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dinilai berdasarkan
dokumen perangkat mengajar yang dikumpulkan oleh guru dan penilaian
pembelajaran dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Skor
maksimal yang dapat diperoleh oleh guru dalam membuat perencanaan
pembelajaran adalah 40, sedangkan penilaian oleh kepala sekolah memperoleh
skor maksimal 120. Penilaian dari atasan dilakukan oleh Kepala Sekolah
masing-masing, sedangkan komponen portofolio lainnya dinilai berdasarkan
sertifikat yang dimilik oleh guru yang bersangkutan.
Seorang guru dapat lulus sertifikasi dan memperoleh sertifikat
pendidik jika guru tersebut mampu mengumpulkan skor nilai minimal 850.
Nilai tersebut dikumpulkan dari hasil penskoran 10 dokumen yang telah
dikumpulkannya. Dari seluruh guru di Kecamatan Jiwan yang diwawancarai
menyatakan tidak akan mencapai nilai tersebut, baik guru tersebut berasal dari
sekolah inti dan terletak jalur utama ataupun guru yang berasal dari sekolah
yang berada di dalam dan jauh dari jalur utama.
62
Tanggapan guru tersebut di atas menunjukkan bahwa sertifikasi
dengan model portofolio sangat menguntungkan terutama guru-guru yang
sudah mempunyai pengalaman mengajar lebih dari 20 tahun. Wiwik widagti,
S.Pd. maupun Suyoto, S.Pd merupakan guru senior yang mempunyai
pengalaman mengajar lebih dari 26 tahun, sehingga skor untuk pengalaman
mengajar kedua guru tersebut mendapatkan penilaian 160.
Tanggapan positif juga diungkapkan oleh berbagai pimpinan sekolah
dan lembaga pendidikan di Kecamatan Jiwan, seperti terangkum dalam hasil
wawancara sebagai berikut.
Saya sangat mendukung sertifikasi guru dalam jabatan dengan portofolio, karena sertifikasi model ini sangat menghargai prestasi guru di masa lalu dan juga menghargai pengalaman mengajar yang dimiliki oleh guru. Guru yang sudah mengajar di atas 25 tahun akan diberikan skor 160, dimana skor tersebut melebihi skor nilai kualifikasi akademik.(Drs. Suwito, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Jiwan)
Kalau menurut saya, model portofolio sudah bagus karena model ini guru tidak perlu tes tulis dan tes kemampuan lainnya. Guru hanya mengumpulkan berkas-berkas yang sudah dimiliki di masa yang lalu, kemudian diberikan skor nilai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.(Kusbagyo, S.Pd. Kepala SDN Jiwan 02)
Kepala Cabang Dinas, sebagai pejabat struktural merupakan
kepanjangan tangan dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Oleh
karena itu sudah sangat wajar bahwa pendapatnya harus sejalan dengan
kebijakan pemerintah. Demikian juga dengan Kusbagyo, S.Pd. merupakan
kepala sekolah dan merangkap menjadi pengurus Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) Cabang Kecamatan Jiwan, sehingga apa yang disampaikan
juga sangat mendukung dengan program-program pemerintah.
63
Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005, pasal 16 dan
Permenidknas No. 18 tahun 2007 pasal 6 yang menyatakan bahwa guru
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Pemerintah Daerah yang telah
memiliki sertifikasi pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen
Pendidikan Nasional dan melaksanakan tugas dengan beban mengajar
sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas
tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan
melalui Dana Alokasi Umum terhitung mulai bulan Januari pada tahun
berikutnya setelah memperoleh sertifikasi pendidik. Demikian juga guru
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Pemerintah yang telah memiliki
sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan
Nasional dan melaksanakan beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam
tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik sebesar
satu gaji pokok yang dibayarkan melalui APBN terhitung mulai bulan Januari
pada tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik. Untuk guru
non PNS yang telah memperoleh sertifikat pendidik akan diberikan tunjangan
profesi setara dengan satu kali gaji pokok guru PNS dibayarkan melalui dana
Dekonsentrasi terhitung mulai bulan Januari tahun berikutnya setelah
memperoleh sertifikat pendidik. Ada beberapa informan yang yakin bahwa
janji pemerintah tersebut akan terealisasi seperti terungkap dalam hasil
wawancara sebagai berikut.
Saya kira akan terealisasi pak, wong itu kan sudah dianggarkan oleh pemerintah. Untuk angkatan saya yang menggunakan kuota sertifikasi tahun 2006, nanti tunjangan profesi sebesar satu kali gaji
64
pokok akan diberikan bulan Oktober 2007.( Wiwik Widagti, S.Pd, guru SDN Jiwan 01)
Keyakinan guru akan terealisasinya tunjangan profesi karena dalam
Permendiknas No. 18 Tahun 2007 pasal 7 menyatakan bahwa guru yang
terdaftar sebagai calon peserta sertifikasi guru pada tahun 2006 dan telah
memiliki sertifikat pendidik dan nomor registrasi guru dari Departemen
Penidikan Nasional sebelum Oktober 2007 akan memperoleh tunjangan
profesi pendidik terhitung mulai 1 Oktober 2007. Disamping itu gencarnya
pemberitaan media yang menyatakan bahwa anggaran untuk tunjangan profesi
guru sudah tersedia sejak tahun 2006 yang lalu. Untuk sertifikasi guru kuota
tahun 2006 jika guru sudah mendapatkan sertifikat pendidik maka tunjangan
profesi akan diberikan bulan Oktober 2007 dan untuk kuota 2007 tunjangan
profesi akan diberikan mulai bulan Januari 2008. Keyakinan akan
terealisasinya tunjangan profesi guru juga dipengaruhi oleh adanya janji-janji
pejabat provinsi dalam sosialisasi sertifikasi guru, terlepas apakah janji
tersebut ada kaitannya dengan politik atau tidak, guru-guru di daerah sangat
yakin bahwa tunjangan profesi guru akan terealisasi. Menjelang pemilihan
Gubernur Jawa Timur Tahun 2008, maka banyak pejabat propinsi yang
memberikan sosialisai sambil mengadakan kampanye.
C. Tanggapan Negatif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap
Program Sertifikasi Guru
Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, dihadirkan
ditengah-tengah dunia pendidikan yang sedang berada pada titik nadir.
Kualitas pendidikan secara terus menerus menurun, kesejahteraan guru saat ini
65
masih di bawah rata-rata. Berbagai tanggapan negatif tentang hadirnya
Undang-Undang tersebut seperti terungkap sebagai berikut:
Saat ini sebenarnya yang dibutuhkan adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan guru, bukan hanya iming-iming atau janji-janji seperti dikeluarkannya UU No. 14/2005.(Suyoto. Guru SDN Grobogan 02)
Saya sangat pesimis dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut apakah apa yang termuat dalam undang-undang tersebut dapat terlaksana. Kalau misalnya terlaksana program sertifikasi apakah pemerintah dapat memenuhi janjinya dengan mengeluarkan tunjangan satu kali gaji pokok. (Eny Priyatin. Guru SDN Kincang 03)
Dari bebarapa tanggapan tersebut di atas guru di Kecamatan Jiwan
masih menanggapi pesimis dengan adanya Undang-Undang Guru dan Dosen.
Pemerintah hanya memberikan janji-janji seperti yang sudah dilakukan
terhadap guru sebelumnya. Disamping itu guru yang belum dipersiapkan
untuk sertifikasi juga bertanya-tanya apakah pemerintah mampu memberikan
tunjangan guru sesuai dengan amanat Undang-Undang tersebut.
Pengembangan profesi guru sebagai mana profesi dokter, akuntan, jaksa dan
profesi-profesi lainnya yang bermartabat sesuai amanat Undang-Undang
tersebut masih belum diyakini oleh semua guru akan keberhasilannya.
Kualifikasi pendidikan minimal guru menurut Undang-Undang Guru
dan Dosen adalah Sarjana (S1) atau Diploma-IV (D-IV). Persyaratan tersebut
ditanggapi oleh berbagai guru sebagai berikut :
Syarat sarjana memang diperlukan terutama sebagai bukti administratif, tetapi yang penting adalah bagaimana guru meningkatkan pengetahuan, sehingga mempunyai kemampuan seperti seorang sarjana. Jadi sebenarnya tidak harus sarjana secara tertulis, tetapi sarjana secara kemampuan. Guru yang berpendidikan Sarjana (S1) belum tentu mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan
66
dengan guru yang tidak sarjana tetapi mempunyai kreatifitas yang tinggi.(Sumini. Guru SDN Grobogan 02)
Kalau menurut saya pak, sebenarnya guru SD itu tidak perlu harus sarjana. Lha wong Presiden saja syaratnya hanya SMA koq ini guru harus sarjana. Bagi kita guru-guru SD ini yang penting mempunyai loyalitas dan dedikasi yang tinggi sebagai seorang guru dan yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kecintaan kita terhadap profesi guru. Kalau kita sudah mencintai profesi ini maka kita akan berusaha untuk mengembangkan diri, agar anak-anak kita juga dapat berkembang dengan baik.(Lilik. Guru SDN Sukolilo 03)
Sebagai mana kita ketahui bahwa guru Sekolah Dasar di Indonesia
rata-rata pendidikannya masih belum memenuhi standar yang diinginkan
sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen. Dari 1.234.927 guru
Sekolah Dasar di Indonesia hanya 103.116 orang guru yang sudah
berpendidikan Sarjana (S1) atau hanya 8,35 % dari jumlah yang ada. Hal ini
akan menjadi tugas berat pemerintah untuk meningkatkan kualifikasi guru
Sekolah Dasar menjadi seorang Sarjana atau Diploma IV.
Guru Sekolah Dasar masih menunggu pelaksanaan sertifikasi guru,
jika sertifikasi guru berhasil dan janji pemerintah untuk memberikan
tunjangan profesi juga terealisasi, maka akan menjadi pendorong bagi guru-
guru yang saat ini belum memenuhi kualifikasi akademiknya untuk berlomba-
lomba mencapai tingkat Sarjana atau Diploma IV. Sertifikasi guru dalam
jabatan dengan model portofolio dan penilaian kinerja ditanggapi negatif oleh
guru sebagai berikut :
Sertifikasi dengan portofolio kurang sosialisasi, sehingga saya sangat sulit untuk melengkapi berkas-berkas atau dokumen yang diminta, karena sebagian dokumen yang saya miliki banyak yang belum ketemu.(Baseno.Guru SDN Ngetrep)
67
Saya itu mengabdi menjadi guru sudah lebih dari 25 tahun, mengapa harus pakai portofolio lagi. Apakah dengan pengabdian saya tidaklah cukup untuk mendapat sertifikat. Bagai saya sebenarnya tidak memerlukan sertifikasi portofolio, yang penting gaji guru dinaikkan sudah cukup.(Daryanto. Guru SDN Sambirejo) Saya itu guru SD pak, dan saya juga ndak tahu kalau piagam dan surat-surat keterangan yang saya miliki dihargai dalam portofolio. Piaga dan surat keterangan yang saya dapatkan puluhan tahun lalu sudah hilang, ndak tahu dimana rimbanya. Nanti kalau saya terlalu repot dengan ngurusi sertifikasi, lalu kapan saya dapat membimbing anak-anak untuk maju.(Hariyanto. Guru SDN Teguhan 01)
Program sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2007 di seluruh
Indonesia melibatkan 190.450 orang guru dan untuk kuota Propinsi Jawa
Timur sebanyak 29.625 orang guru, sedangkan kuota Kabupaten Madiun
sebanyak 601 orang guru. Dari jatah 601 orang guru untuk Kabupaten
Madiun dibagi lagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan tingkat satuan
pendidikan yaitu Sekolah Dasar, Sekolah Luar Biasa, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan.
Sertifkasi guru dalam jabatan menghadapi banyak kendala terutama
adalah bagaimana guru melengkapi dokumen-dokumen yang telah bertahun-
tahun diperolehnya. Banyak diantara guru-guru yang mempunyai banyak
sertifikat, piagam tetapi karena merasa tidak banyak bermanfaat, maka guru
kurang tertib dalam mendokumenkan sertifikat dan piagam tersebut.
Guru dalam jabatan yang lulus penilaian portofolio mendapatkan
sertifikat, sedangkan yang tidak lulus dapat melakukan kegiatan untuk
melengkapi dokumen portofolio atau mengikuti pendidikan dan pelatihan
profesi guru yang diakhiri dengan ujian. Untuk lulus dalam penilaian
portofolio, guru dalam jabatan harus mampu mengumpulkan skor penilaian
68
850. Dari beberapa informan yang diwawancarai menyatakan bahwa mustahil
guru-guru dapat mencapai nilai 850 seperti terekam berikut ini.
Saya koq ndak yakin dapat mencapai skor nilai sebesar itu, kalau menurut perhitungan saya hanya sekitar 500 sampai 600. Perkiraan ini saya asumsikan nilai yang saya peroleh maksimal dan diakui oleh para asesor. Kalau banyak yang tidak diakui ya nanti nilaianya berkurang lagi.(Wiwik Widagti,S.Pd., guru SDN Jiwan 01)
Kalau menurut saya skor nilai itu koq berat banget to pak. Mudah-mudahan pemerintah dpat menurunkan syarat nilai 850. saya setuju kalau diturunkan menjadi 500 – 550 saja, sehingga mayoritas guru yang mengajukan sertifikasi dapat memenuhinya.( Endang Suci, S.Pd., guru SDN Teguhan 03)
Skor nilai portofolio 850 memang dirasakan sangat berat bagi guru
Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan. Persyaratan yang wajar dan dapat dicapai
oleh mayoritas guru adalah 550 – 600. Walaupun sebenarnya bagi guru-guru
yang tidak lulus dapat mengikuti portofolio ulang atau dapat mengikuti
pendidikan profesi guru yang dilaksanakan oleh pemerintah. Kalau sebagian
besar guru harus mengikuti pendidikan profesi guru, berapa besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh pemerintah, disamping itu guru juga harus
meninggalkan tempat kerjanya.
Guru Pegawai Negeri Sipil yang telah lulus dan memiliki sertifikat
pendidik, dijanjikan oleh pemerintah yang termuat dalam Permendiknas No.
18 Tahun 2007 akan diberikan tunjangan jabatan sebesar satu kali gaji pokok.
Berbagai pendapat muncul dalam penelitian ini seperti terangkum sebagai
berikut :
Saya koq belum yakin pak, kalau tunjangan profesi dapat direalisasikan, apalagi kalau melihat kemampuan uang negara saat ini. Uang makan yang jumlahnya tidak seberapa saja tidak dapat terealisasi, apalagi ini jumlahnya satu kali gaji pokok. Janji itu
69
sebenarnya angan-angan belaka untuk menina bobokkan guru. (Endang Suci, M. S.Pd, guru SDN Teguhan 03)
Sebaiknya pemerintah jangan memberi janji yang muluk-muluk bagi guru. Satu kali gaji pokok itu suatu jumlah yang tidak sedikit bagi guru, seperti saya ini. Karena jumlahnya terlalu besar, maka hampir semua guru di sini koq nggak yakin kalau pemerintah mampu membayar tunjangan profesi guru. (Yuli Astutik, guru SDN Jiwan 02).
Peningkatan gaji guru yang luar biasa besarnya, justru ditanggapi
negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan, karena selama ini bebarapa
tunjangan yang dijanjikan oleh pemerintah yang jumlahnya sebenarnya tidak
terlalu besar belum dapat direalisasikan oleh pemerintah. Kondisi inilah yang
menyebabkan guru bersikap apatis, apalagi setelah era otonomi daerah dengan
program desentralisasi termasuk masalah keuangan. Banyak program-
program yang telah diluncurkan oleh pemerintah pusat, tetapi setelah sampai
di daerah tidak dapat terlaksana dengan berbagai alasan.
D. Temuan-Temuan Penelitian
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.18 Tahun 2007 tentang
sertifikasi guru dalam jabatan, dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.
Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru
dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang meliputi kualifikasi
akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi
akademiki, kerya pengembangan profesi, keikut sertaan dalam forum ilmiah,
pengalaman organisasi dan penghargaan.
70
Aspek-aspek tersebut harus dipenuhi dengan cara mengumpulkan
dokumen keprofesiannya yang disusun dengan sistematika sebagaimana diatur
dalam Panduan Penyusunan Portofolio yang diterbitkan oleh Ditjen Dikti
Depdiknas. Bobot skor untuk setiap aspek telah ditetapkan dengan rentang
nilai kelulusan berada pada kisaran nilai 850. Guru yang memperoleh nilai
dibawah dari batas kelulusan, ada tiga kemungkinan yang harus di tempuh
yaitu (1) melengkapi kembali dokumennya, (2) mengikuti fase diklat profesi
guru dan (3) mengikuti pendidikan profesi pendidik.
Tanggapan guru Sekolah Dasar terhadap nilai standar kelulusan
sertifikasi model Portofolio adalah sebagai berikut :
Saya tidak yakin dapat mencapai skor nilai 850 pak, kalau saya analisa nilai maksimal yang bisa saya peroleh maksimal 600 (Wiwik W, guru SDN Jiwan 01) Skor nilai 850 saya rasa sangat berat bagi guru Sekolah Dasar, skor yang dapat saya capai, jika semua berkas dinilai secara maksimal perkiraan nialai yang dapat saya peroleh sekitar 500 - 600 (Endang S, guru SDN Teguhan 03)
Temuan yang diperoleh dilapangan menunjukkan, bahwa batas nilai
kelulusan sertifikasi guru dalam jabatan dirasakan oleh guru sangat berat.
Hasil perhitungan skor nilai secara kasar dan diasumsikan mendapatkan
penilaian maksimal, perolehan skor nilai antara 500 – 600. Dari hasil
pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa rendahnya perolehan skor nilai
yang dicapai oleh guru disebabkan oleh rendahnya kinerja guru. Hal ini
dibuktikan dengan rendahnya guru dalam membuah karya ilmiah dan
kurangnya guru dalam membuat prestasi di bidang kependidikan. .
71
Dari hasil pengamatan di lapangan juga menunjukkan bahwa masih
ada guru dan kepala sekolah yang bermoral kurang terpuji. Hal ini
ditunjukkan adanya pengumpulan kelengkapan dokumen portofolio yang tidak
asli atau terjadi penggadaan dokumen-dokumen yang mestinya tidak berhak
dimiliki oleh guru yang bersangkutan. Guru cukup memfotocopy dokumen,
lalu diganti identitasnya dan dilegalisir oleh Kepala Sekolah. Demikian juga
dengan nilai yang diperoleh dari penilai Kepala Sekolah dan penilaian
Pengawas lebih banyak yang menguntungkan guru. Oleh karena itu perlu
adanya uji validasi terhadap dokumen-dokumen yang telah dikumpulkan oleh
guru, sehingga diperoleh dokumen yang benar-benar valid sesuai dengan
aslinya.
Mengingat kuota pesrta sertifikasi tiap tahun terbatas dan jumlah guru
yang memenuhi persyaratan kualifikasi akademik bervariasi, maka Dinas
Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
mempertimbangkan (1) masa kerja/pengalaman mengajar, (2) usia, (3)
pangkat/golongan (bagi PNS), (4) beban mengajar, (5) jabatan/tugas tambahan
dan (6) prestasi kerja. Temuan di lapangan terdapat penyimpangan prosedur
standar operasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada analisis data pada Bab IV dan fokus penelitian
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program
sertifikasi guru adalah sebagai berikut :
a. Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 merupakan landasan hukum bagi
guru dalam meningkatkan kualitas guru, meningkatkan kompetensi guru
dan meningkatkan kesejahteraan guru.
b. Kualifikasi akademik Sarjana/D IV bagi guru sudah sangat tepat, hal ini
sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan ilmu serta teknologi.
c. Guru harus memiliki empat kompetensi dasar yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional.
d. Sertifikasi Portofolio bagi guru dalam jabatan sangat menguntungkan,
karena model ini menghargai masa kerja guru, kualifikasi akademik,
pendidikan dan pelatihan, kepribadian guru, kinerja guru dan prestasi guru
di masa lalu.
e. Tunjangan profesi bagi pendidik akan dapat terealisasi setelah guru dalam
jabatan memperoleh sertifikat pendidik.
72
73
2. Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program
sertifikasi guru adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 hanya merupakan janji pemerintah
yang tidak mungkin dapat terealisasi.
b. Guru tidak harus berkualifikasi Sarjana/D IV, tetapi yang penting adalah
kreatifitas, loyalitas dan kecintaan guru terhadap profesinya.
c. Dalam pelaksanaannya sertifikasi model portofolio kurang sosialisasi,
sehingga banyak dokumen yang dimiliki oleh guru tidak dapat disertakan
dalam sertifikasi, karena rata-rata guru tidak menyimpannya secara rapi.
d. Guru kurang yakin terhadap realisasi tunjangan profesi guru sesuai dengan
undang-undang.
3. Temuan-temuan dalam penelitian yang masih terkait dengan sertifikasi guru
adalah sebagai berikut :
a. Guru di Kecamatan Jiwan kurang yakin dapat mencapai skor 850 sesuai
yang ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
b. Masih ada guru yang bermoral kurang baik dalam melengkapi dokumen
sertifikasi, yaitu dengan cara menggandakan dokumen milik orang lain.
c. Penentuan peserta sertifikasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan,
masih terdapat beberapa peserta yang tidak sesuai dengan aturan yang
ditetapkan.
B. Saran
1. Bagi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan dalam mengumpulkan
dokumen hendaknya benar-benar dokumen yang asli.
74
2. Bagi Kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan, tanggapan positif
maupun tanggapan negatif yang diberikan guru Sekolah Dasar, dapat
dijadikan pijakan dalam mempersiapkan guru untuk menghadapi
sertifikasi guru dalam jabatan. Kepala sekolah juga harus terus
mendorong para guru agar mempersiapkan dokumen-dokumen yang
dibutuhkan dalam sertifikasi.
3. Bagi Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Jiwan, sosialisasi
tentang sertifikasi harus lebih ditingkatkan, sehingga pemahaman guru
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan lebih meningkat.
75
DAFTAR PUSTAKA
Abizar. 1988. Kemiskinan Organisasi. Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta. __________. 2006. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Anwar Q dan Syaiful S. 2004. Profesi Jabatan Kependidikan dan Guru Sebagai UpayaMenjamin Kualitas Pembelajaran. Atkinson, R. C., dan E.R. Hilgar. 1991 Pengantar psikologi, diterjemahkan oleh NurjanahTaufik dan Rukmini. Barhana. Erlangga. Jakarta. Basri Djapri. 2002. Persepsi Guru Terhadap Implementasi Pendidikan Sistem Ganda di Kotamadya Banjarmasin. Bimo Walgito. 1994. Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset. Yogyakarta. Chaplin, C.P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono, RajawaliPress. Jakarta. Depdiknas. 2004. Pedoman Sertifikasi Kompetensi Pendidik. Depdiknas. Jakarta. Gibson, James. 1986. Organisasi Prilaku, Struktur dan Proses. Diterjemah oleh Djoerban Wahid. Erlangga. Jakarta Gunarsah. D. Singgih. 1995. Psikologi Untuk Membimbing. Gunung Mulia. Hamid, Dedi. 2003. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Asokadikta. Jakarta. Hendarman. 2002. Persepsi Guru dan Institusi Pasangan Tentang Kendala- Kendala Implementasi Kurikulum SMK Kelompok Pariwisata. Ibrahim, Abdul Syukur. 1983. Kapita Selekta Sosio Linguistik. Usaha Nasional. Surabaya. Jalal F dan Supriadi D. 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi DaerahAdicita Karya Nusa. Yogjakarta. Jalaluddin Rahmat. 1998. Psikologi Kumunikasi. PT Rosdakarya. Bandung Joni Raka TS. 1981. Wawasan Kependidikan. Depdikbud. Jakarta
75
76
Mulyasa. E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung. Mulyasa. E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Rosda. Bandung. Nurdin M. 2004. Kiat Menjadi Guru Profesional. Prismasophie. Jogjakarta. Oteng Sutisna. 1983. Psikologi Manajemen. Alumni. Bandung Roestiyah, NK. 1982. Strategi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Jakarta. Ruch, Floyd L. 1967. Psychology and Life, 7 Edt. Scott. Foresman and Company. Atlanta. Sahertian. 1994. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Mataram MudaMalang. Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2000. Profesi Keguruan. Rineka Cipta. Jakarta. Sudarwan D. 2000. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Bumi Aksara. Jakarta Sudjana, Nana. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru. Bandung. Sudjana, Nana. 1989. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. Suharsimi Arikunto. 1985. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara. Jakarta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung. Tilaar H.A.R. 2000. Paradikma Baru Pendidikan Nasional. Rineka Cipta. Jakarta. Trianto dan Tutik TT. 2007. Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kulifikasi Kompetensi dan Kesejahteraan. Prestasi Pustaka. Jakarta Umar T. Dan La Sula. 1995. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Yamin M. 2006. Profesionalisasi Guru dan Implementas Kurikulum Berbasis Kompetensi. Gaung Persada Pers. Jakarta.
77
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
Kepada Yth :
Sdr./Bpk./Ibu ...........................................
Guru/Kepala SDN ...................................
Di Jiwan.
No. Informan : ....................................................................
Tgl. Wawancara : ....................................................................
A. Pribadi
1. N a m a : ...................................................................
2. N I P : ...................................................................
3. Pangkat/Gol. : ..................................................................
4. Tempat Tgl. Lahir : ...................................................................
5. Pendidikan/Jurusan : ......................./..........................................
6. Mengajar Bid.Studi : ..................................................................
7. Masa Kerja : ..................................................................
B. Lembaga
1. Nama Sekolah : SDN .........................................................
2. Alamat : ..................................................................
3. Jumlah Guru : ..................................................................
Dengan hormat, Dengan ini perkenankan kami mengajukan pertanyaan di bawah ini sebagai bahan untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan studi Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) N a m a : SUDARMAN N I M : 05370056 Program Studi : Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan (KPP) Judul Tesis : Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru Atas perhatian dan partisipasinya dalam memberikan jawaban dalam penelitian ini, kami haturkan terima kasih.
78
DAFTAR PERTANYAAN
1. Bapak/Ibu sudah pernah membaca/mendengar tentang UUGD No.14/2005
tentang guru dan dosen ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
2. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang Undang Undang Guru dan Dosen
tersebut ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
3. Dalam UUGD No. 14/2005, pasal 9 guru wajib mempunyai kualifikasi
akademik minimal Sarjana atau Diploma IV, bagaimana tanggapan Bapak/Ibu
tentang persyaratan tersebut ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
4. Pasal 10 UUGD No.14/2005 menyebutkan tentang kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru yaitu : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Profesional. Bagaimana
tanggapan Bapak/Ibu tentang persyaratan tersebut ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
79
5. Untuk membuktikan penguasaan kompetensi tersebut guru diwajibkan
mengikuti sertifikasi. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang sertifikasi guru
tersebut ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
6. Sesuai dengan Permendiknas No. 18 tahun 2007 tentang pelaksanaan
sertifikasi guru. Bagi guru yang telah bekerja dan mempunyai pengalaman
mengajar, sertifikasi guru dilakukan dengan jalan PENILAIAN KINERJA dan
PENILAI PORTOFOLIO, bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang kedua
jenis tes tersebut ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
7. Penilaian Kinerja Guru meliputi 2 komponen yaitu :
a. Persiapan guru dalam mengelola Pembelajaran
b. Pelaksanaan pembelajaran di kelas
Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu dengan kedua komponen penilaian
kinerja guru tersebut ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
8. Penilaian yang menyangkut dengan persiapan pembelajaran dituangkan ke
dalam Instrumen Penilaian Kinerja Guru I ( IPKG I ) yang terdiri dari 5 aspek
dan 17 sub aspek, bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu tentang aspek-
aspek penilaian Kinerja Guru ( IPKG I ) ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
80
9. Penilaian yang menyangkut dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas secara
real dituangkan ke dalam Instrumen Penilaian Kinerja Guru 2 (IPKG 2), yang
terdiri dari 4 aspek dan 27 sub aspek penialaian, bagaimana pendapat
Bapak/Ibu mengenai aspek-aspek penilaian kinerja guru tersebut ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
10. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang penilaian Portofolio yang
dipadu/disertai dengan Penilaian Diri/Self Appraisal ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
11. Penilaian Portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru
dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendiskripsikan
tentang 10 aspek dokumen. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang
dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam Permendiknas No. 18 /2007 ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
12. Untuk lulus Portofolio guru harus mampu mengumpulkan nilai sebesar 850,
bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
81
13. Guru yang tidak lulus penilain Portofolio dikelompokkan menjadi 3 kelompok
yaitu : 800 - 849 = mengikuti Portofolio Ulang, 600 - 799 = mengikuti diklat
Tipe A, di bawah 600 = mengikuti diklat tipe B, Bagaimana menurut pendapat
Bapak/Ibu ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
14. Guru PNS yang diangkat oleh Pemerintah Daerah yang telah memiliki
sertifikast pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan
Nasional, dan melaksanakan beban kerja sekurang-kurangnya 24 jam tatap
muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik sebesar satu
kali gaji pokok yang dibayarkan melalui Dana Alokasi Umum terhitung mulai
bulan Januari tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat Pendidik.
Bagaimana pendapat Ibu/Bapak ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
15. Jika Uji Kompetensi Guru dengan Penilaian Portofolio dilaksanakan sekarang,
yakinkah Bapak/Ibu dapat lulus sertifikasi ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
82
Lampiran 2. Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI (Permen Diknas No. 16/2007)
No.
Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Kelas SD/MI
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
1.1 Memahami karakteristik peserta didik usia sekolah dasar yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya.
1.2 Mengidentifikasi potensi peserta didik usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.
1.3 Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.
1.4 Mengidentifikasi kesulitan peserta belajar usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.
2. Menguasai teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
2.1 Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan lima mata pelajaran SD/MI.
2.2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam lima mata pelajaran SD/MI
2.3 Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis, khususnya di kelas-kelas awal SD/MI
3. Mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
3.1 Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
3.2 Menentukan tujuan lima mata pelajaran SD/MI
3.3 Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan lima mta pelajaran SD/MI
3.4 Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran
3.5 Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik usia SD/MI
3.6 Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian
83
No.
Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Kelas SD/MI
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
4.1 Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang menidik
4.2 Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran
4.3 Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
4.4 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, laboratorium, dan lapangan
4.5 Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan lima mata pelajaran SD/MI untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
4.6 Mengambil keputusan transaksional dalam lima mata pelajaran SD/MI sesuai dengan situasi yang berkembang.
5. Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran
5.1 Memahami teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
6.1 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi belajar secara optimal.
6.2 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
7.1 Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun, baik secara lisan maupun tulisan.
7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik, (b) memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk merspons, (c) respons peserta didik, (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.
84
No.
Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Kelas SD/MI
8 Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.
8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI
8.3 Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
8.4 Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
8.5 Mengandministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambung- an dengan menggunakan berbagai instrumen.
8.6 Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan.
8.7 Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
9.1 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar
9.2 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.
9.3 Mengkomunikasikan hasil penilain dan evaluasi kepada pemangku kepentingan.
9.4 Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
10. Melakukan tindakan refleksi untuk peningkat-an kualitas pembelajaran
10.1 Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
10.2 Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan lima mata pelajaran SD/MI.
10.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI
Kompetensi Kepribadian 11. Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia
11.1 Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
85
No.
Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Kelas SD/MI
11.2 Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma agama yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
12. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat
12.1 Berperilaku jujur, tegas dan manusiawi. 12.2 Berperilaku yang mencerminkan
ketakwaan dan akhlak mulia. 12.3 Berperilaku yang dapat diteladani oleh
peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
13. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
13.1 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
13.2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif dan berwibawa.
14. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
14.1 Menunjukan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
14.2 Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
14.3 Bekerja mandiri secara profesional 15. Menjunjung tinggi kode
etik profesi guru 15.1 Memahami kode etik profesi guru. 15.2 Menerapkan kode etik profesi guru. 15.3 Berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
Kompetensi Sosial 16. Bersikap inklusif,
bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
16.1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.
16.2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
17. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyuarakat.
17.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif.
17.2 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik.
86
No.
Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Kelas SD/MI
17.3 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik
18. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya
18.1 Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa daerah setempat.
18.2 Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.
19. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
19.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunikasi ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
19.2 Mengkomunikasiukan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunikasi profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Kompetensi Profesional 20. Menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
Bahasa Indonesia 20.1 Memahami hakikat bahasa dan
pemerolehan bahasa. 20.2 Memahami kedudukan, fungsi, dan
ragam bahasa Indonesia. 20.3 Menguasai dasar-dasar dan kaidah
bahasa Indonesia sebagai rujukan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
20.4 Memiliki keterampilan berbahasa Indonesia (menyimak, berbicara, membaca dan menulis)
20.5 Memahami teori dan genre sastra Indonesia
20.6 Mampu mengapresiasi karya sastra Indonesia, secara reseptif dan produktif.
Matematika 20.7 Menguasai pengetahuan konseptual dan
prosedural serta keterkaitan keduanya dalam konteks materi aritmatika, alja-bar, geometri, trigonometri, pengukur-an, statistika dan logika matematika.
87
No.
Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Kelas SD/MI
20.8 Mampu menggunakan matematisasi horizontal dan vertikal untuk menyelesaikan masalah matematika dan masalah dalam dunia nyata.
20.9 Mampu menggunakan pengetahuan konseptual, prosedural, dan keterkaitan keduanya dalam pemecahan masalah matematika, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
20.10 Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, dan piranti lunak komputer.
IPA 20.11 Mampu melakukan observasi gejala
alam baik secara langsung maupun tidak langsung.
20.12 Memanfaatkan konsep-konsep dan hukum-hukum ilmu pengetahuan alam dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari.
20.13 Memahami struktur ilmu pengetahuan alam, termasuk hubungan fungsional antar konsep, yang berhubungan dengan mata pelajaran IPA.
IPS 20.14 Menguasai materi keilmuan yang
meliputi dimensi pengetahuan, nilai dan keterampilan IPS.
20.15 Mengembangkan materi, struktur dan konsep keilmuan IPS.
20.16 Memahami cita-cita, nilai, konsep dan prinsip-prinsip pokok ilmu-ilmu sosial dalam konteks kebhinnekaan masyara-kat Indonesia dan dinamika kehidupan global.
20.17 Memahami fenomena interaksi perkem-bangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, kehidupan agama, dan perkem-bangan masyarakat serta saling keter-gantungan global.
88
No.
Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Kelas SD/MI
PKn 20.18 Menguasai materi keilmuan yang
meliputi dimensi pengetahuan, sikap, nilai dan perilaku yang mendukung kegiatan pembelajaran PKn.
20.19 Menguasai konsep dan prinsip kepriba-dian nasional dan demokrasi konstitu-sional Indonesia, semangat kebangsaan dan cinta tanah air serta bela negara.
20.20 Menguasai konsep dan prinsip perlindungan, pemajuan HAM, serta penegakan hukum secara adil dan benar.
20.21 Menguasai konsep, prinsip, nilai, moral, dan norma kewarganegaraan Indonesia yang demokratis dalam konteks kewargaan negara dan dunia.
21. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
21.1 Memahami standar kompetensi lima mata pelajaran SD/MI.
21.2 Memahami kompetensi dasar lima mata pelajaran SD/MI.
21.3 Memahami tujuan pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI.
22. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
22.1 Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
22.2 Mengolah materi lima mata pelajaran SD/MI secara integratif dan kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
23. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan refleksi.
23.1 Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.
23.2 Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan.
23.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.
23.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
24. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri
24.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.
24.2 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri
89
Lampiran 3. Kisi-Kisi Kompetensi dalam Sertifikasi Guru
KISI-KISI KOMPETENSI GURU SESUAI DENGAN UU NO. 14/2005 PASAL 10
No
Kompetensi
Sub Kompetensi
Indikator
1. Kompeten si Pedago gik
1. Memahami Karakteristik Peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, emosional dan intelektual.
a. Mengkaji Karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, emosional dan intelektual berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber.
b. Berlatih mengumpulkan dan menganalisis data tentang karakteristik peserta didik melalui teknik yang relevan
c. Berlatih menerapkan cara-cara memahami perilaku peserta didik sesuai dengan perkembangan peserta didik.
d. Berlatih merancang stimulasi berfikir sesuai dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
e. Mengidentifikasi perilaku anak yang memiliki kelainan fisik, gangguan emosional dan intelektual berdasarkan data yang dikumpulkan.
f. Mengkaji karakterisitik perilaku anak yang berbakat. g. Mengkaji berbagai faktor yang menyebabkan masalah psikologis peserta
didik dengan berbagai tekni yang relevan. h. Berlatih memberikan bantuan/bimbingan kepada peserta didik yang
mengalami masalah psikologis i. Berlatih mengembangkan kegiatan pengayaan bagi peserta didik berbakat. j. Berlatih merancang kegiatan untuk peserta didik dengan kebutuhan khusus.
90
No
Kompetensi
Sub Kompetensi
Indikator
2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya.
a. Mengkaji latar belakang keluarga, masyarakat dan kebutuhan belajar peserta didik dalam konteks kebhinekaan budaya.
b. Berlatih menganalisis situasi dan kondisi keluarga dalam kaitannya dengan proses pembelajaran.
c. Berlatih melakukan survei lingkungan keluarga dan masyarakat.
3 Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik
a. Mengkaji berbagai gaya belajar peserta didik b. Berlatih mengidentifikasi gaya belajar peserta didik c. Berlatih mengindetifikasi gejala-gejala kesulitan belajar peserta didik. d. Berlatih mendiagnosa kesulitan belajar dan perilaku anak yang mengalami
kesulitan belajar. e. Berlatih menentukan alternatif pemecahan masalah berdasarkan diagnosis. f. Berlatih mengembangkan pembelajaran remedial dan pengayaan g. Berlatih melaksanakan bimbingan h. Mengembangkan strategi belajar peserta didik.
4. Memfasiliatasi pengembangan potensi peserta didik.
a. Mengkaji dan mengidentifikasi potensi peserta didik b. Berlatih merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program
pemberdayaan potensi peserta didik. c. Mengoptimalkan pemberdayaan sumber belajar untuk pengembangan
potensi peserta didik. 5. Menguasai teori dan
prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik
a. Mengkaji landasan filosofis pembelajaran b. Mengkaji teori dan prinsip pembelajaran. c. Mengkaji prinsip-prinsip perencanaan kurikulum dan pembelajaran d. Mengkaji berbagai model pembelajaran inovatif e. Mengkaji dan berlatih menggunakan berbagai model pendekatan, strategi,
metode dan teknik pembelajaran.
91
No
Kompetensi
Sub Kompetensi
Indikator
6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
a. Berlatih menganalisis kurikulum b. Berlatih mengembangkan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik
secara konstekstual. c. Berlatih mengembangkan berbagai media pembelajaran kontekstual.
7. Merancang pembelajaran yang mendidik.
a. Mengkaji teori, prinsip dan model rancangan pembelajaran b. Berlatih menyusun, melaksanakan, mengevaluasi berbagai model rancangan
pembelajaran. 8. Melaksanakan
pembelajaran yang mendidik.
a. Berlatih menerapkan ketrampilan dasar mengajar b. Berlatih menciptakan lingkungan belajar yang kondusif c. Berlatih melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran. d. Berlatih melakukan penyesuaian transaksional dalam pembelajaran e. Berlatih menerapkan model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan. f. Berlatih memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai laboratorium
pembelajaran g. Berlatih memberikan bantuan belajar secara individual sesuai dengan
kebutuhan peserta didik h. Berlatih mengelola kelas dengan memanfaatkan potensi yang ada peserta
didik 9. Mengevaluasi proses
dan hasil pembelajaran.
a. Mengkaji teori, jenis dan prosedur evaluasi proses dan hasil pembelajaran b. Berlatih mengembangkan berbagai instrumen evaluasi proses dan hasil
pembelajaran c. Berlatih melaksanakan evaluasi proses dan hasil pembelajaran d. Berlatih menganalisis evaluasi proses dan hasil pembelajaran
92
No
Kompetensi
Sub Kompetensi
Indikator
2. Kompeten si Kepriba dian
1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
a. Berlatih membiasakan diri untuk menerima dan memberikan kritik dan saran
b. Berlatih membiasakan diri mentaati peraturan c. Berlatih membiasakan diri bersikap dan bertindak secara konsisten d. Berlatih mengendalikan diri e. Berlatih membiasakan diri menempatkan persoalan secara proporsional f. Berlatih membiasakan diri melaksanakan tugas secara mandiri dan
bertanggungjawab
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
a. Berlatih membiasakan diri berperilaku santun b. Berlatih membiasakan diri berperilaku yang mencerminkan keimanan dan
ketaqwaan. c. Berlatih membiasakan diri berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta
didik dan masyarakat.
3. Mengevaluasi kinerja a. Berlatih mengevaluasi kekuatan dan kelemahan diri sendiri b. Berlatih mengevaluasi kinerja sendiri c. Berlatih menerima kritik dan saran dari peserta didik
4. Mengembangkan diri secara berkelanjutan
a. Berlatih memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian.
b. Mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan profesi guru c. Berlatih mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang menunjang
profesi.
93
No
Kompetensi
Sub Kompetensi
Indikator
3.
Kompeten si Sosial
1. Berkomunikasi secara efektif dan emfirik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan
a. Mengkaji hakekat dan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif dan empatik. b. Berlatih berkomunikasi secara efektif dan empatik c. Berlatih mengevaluasi komunikasi yang efektif dan empatik.
2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat
1. Berlatih merancang berbagai program untuk mengembangkan pendidikan di sekitar sekolah dan lingkungan sekitarnya.
2. Berlatih berberan serta dalam penyelenggaraan berbagai berbagai program di sekolah dan lingkungan sekitarnya.
3. Berkonstribusi
terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional dan global.
a. Berlatih mengindetifikasi dan menganalisis masalah-masalah pendidikan
pada tataran lokal, regional, nasional dan global. b. Berlatih mengembangkan alternatif pemecahan masalah-masalah
pendidikan pada tataran lokal, regional dan nasional c. Berlatih merancang program pendidikan pada tataran lokal, regional dan
nasional
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
a. Mengkaji berbagai perangkat ICT b. Berlatih mengoperasikan berbagai peralatan ICT untuk berkomunikasi c. Berlatih memanfaatkan ICT untuk berkmunikasi dan mengembangkan
kemampuan profesional
94
No
Kompetensi
Sub Kompetensi
Indikator
4 Kompeten si Profesional
1. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya
a. Mengkaji substansi bidang studi b. Mengkaji metodologi keilmuan bidang studi
2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi
a. Mengkaji struktur kurikulum bidang studi b. Mengkaji materi bidang studi dalam kurikulum c. Mengkaji bahan ajar bidang studi d. Berlatih mengembangkan bahan ajar bidang studi
3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
a. Mengkaji berbagai jenis teknologi informasi dan kamunikasi dalam pembelajaran
b. Memilih berbagai jenis teknologi informasi dan kamunikasi dalam pembelajaran secara kontekstual
c. Berlatih menggunakan dan memanfaatkan berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi
a. Berlatih memilih subtansi, cakupan dan tata urut materi pembelajaran secara kontekstual
b. Berlatih mengidentifikasi subtansi materi bidang studi yang sesuai dengan perkembangan dan potensi peserta didik
5. Meningkatkan kwalitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
a. Mengkaji hakekat penelitian tindakan kelas b. Berlatih mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan pembelajaran c. Berlatih menyusun rancangan penelitian tindakan kelas d. Berlatih melaksanakan penelitian tindakan kelas e. Berlatih merancang upaya-upaya peningkatan kwalitas pembelajaran
Top Related