4. LAPISAN PELINDUNG
1. Pendahuluan
Kereaktifan kimia dari logam-logam tertentu di lingkungan dimana logam berada,
mendorong diterapkannya usaha untuk melindungi logam tersebut dengan cara mencegah
permukaan logam mengalami kontak dengan lingkungan. Usaha ini dapat dilakukan dengan
melapisi permukaan logam dengan materi yang inert terhadap lingkungan dimana logam
mengalami kontak langsung dengan lingkungan tersebut. Materi yang inert ini disebut
lapisan pelindung. Lapisan pelindung dapat mempunyai tampilan seperti logam (metalik)
atau nonlogam (non metalik). Lapisan pelindung non metalik dapat anorganik seperti
oksida, lapisan (film) fosfat atau chromat, dan materi ceramic, atau organik seperti cat dan
lacquer (vernis). Lapisan pelindung tidak hanya harus inert secara kimia, akan tetapi juga
harus cukup tebal. Selain melindungi logam dari korosi, lapisan pelindung dapat digunakan
juga sebagai dekorasi dan memberi logam sifat-sifat mekanik dan fisik yang spesifik
seperti tahan terhadap aus dan oksidasi, dan sifat-sifat isolasi terhadap panas, tergantung
pada lapisan pelindung yang digunakan. Supaya berfungsi secara efektif, lapisan pelindung
harus menempel dengan baik pada permukaan logam.
2. Pembersihan Permukaan
Supaya lapisan pelindung melekat dengan baik pada permukaan logam, perlu dilakukan
pembersihan dan perlakuan awal pada permukaan logam. Metoda ini meliputi degreasing
dan descaling.
1. Degreasing
Tujuannya adalah menghilangkan senyawa-senyawa minyak, lemak, dan bahan lemak
lainnya yang digunakan sebagai pelindung sementara selama logam disimpan.
Degreasing yang efektif dilakukan dengan menggunakan pelarut organik seperti nafta,
khloro hidrokarbon (trikhloro atau tetrakhloro etilen), toluen, xylen, aseton, dll.
Pembersihan dan perlakuan awal ini diikuti dengan pemanasan permukaan logam dan
pembersihan lagi dengan menggunakan air panas yang mengandung senyawa basa
dan alkalin. Pada degreasing alkalin, untuk menghilangkan sejumlah besar lapisan cat
lama dan bahan minyak yang bandel, permukaan logam diberi larutan senyawa
pembersih seperti natrium fosfat (Na3PO4) dan sabun atau surfaktan sintetis. Setelah
pembersihan alkalin, permukaan logam dicuci dengan air dan direndam dalam larutan
kalium khromat (inhibitor anodik) untuk pencegahan korosi sementara sampai lapisan
pelindung lainnya digunakan.
2. Descaling
Tujuannya adalah menghilangkan kerak oksida dan hasil-hasil korosi dari permukaan
logam. Caranya dimulai dengan metoda mekanik dan dilanjutkan dengan metoda
kimia. Metoda mekanik terdiri atas wire brushing yaitu menyikat permukaan logam
dengan kawat, dilanjutkan dengan shot blasting yaitu penyemprotan permukaan logam
dengan partikel-partikel kasar untuk menggosok, seperti leburan bauksit, butiran-
butiran halus logam, silika, dll., yang disemprotkan ke permukaan logam dibawah udara
tekan (pneumatic blasting). Shot blasting ini menimbulkan masalah kesehatan yang
berkaitan dengan iritasi dari saluran pernapasan, oleh karena itu diperlukan tindakan
pencegahan. Dalam hal baja, proses descaling dapat efektif dengan pembakaran
menggunakan oksiasetilen, tujuannya untuk melonggarkan kerak oksida dari permukaan
logam, yang kemudian dihilangkan dengan wire brushing. Metoda mekanik cukup
memuaskan untuk permukaan yang harus dicat secara berkala.
Metoda kimia untuk menghilangkan kerak disebut pickling (pengasaman) yaitu
merendam permukaan yang akan dihilangkan keraknya dengan larutan asam. Setelah
digunakan, misal mesin yang berputar dengan adanya unsur panas, permukaan logam
akan terlapisi dengan lapisan FeO, lapisan Fe3O4 di atas lapisan FeO, dan lapisan Fe2O3
di lapisan paling atas. Kerak campuran (komposit) ini disebut mill scale (kerak pabrik)
yang akan menghambat pelapisan permukaan logam dengan lapisan pelindung seperti
pengecatan, dll. Kerak seperti ini paling baik dihilangkan dengan pickling, yaitu
merendam lapisan oksida dengan larutan asam H2SO4 25% atau asam HCl 10%.
Kecepatan pickling tergantung pada lapisan oksida pada permukaan logam. Pada mill
scale, yang langsung dapat larut adalah lapisan oksida FeO, diikuti dengan Fe3O4 dan
Fe2O3. Pickling sangat baik digunakan untuk mill scale yang banyak mengandung FeO
dan sedikit Fe3O4 dan Fe2O3. Dulu banyak dipakai asam H2SO4 karena lebih ekonomis,
sekarang lebih banyak digunakan asam HCl, karena tersedia dalam jumlah yang lebih
banyak, proses pickling yang lebih cepat, dan proses pembuangan serta daur ulang dari
larutan asam yang lebih mudah. Reaksi utama dalam proses pickling adalah pelarutan
besi (Fe) pada anoda diikuti dengan reaksi reduksi dari lapisan oksida dan ion H+ pada
katoda.
Anoda : Fe Fe2+ + 2 e –
Katoda : Fe3O4 + 8 H+ + 2 e – 3 Fe2+ + 4 H2O
Fe2O3 + 6 H+ + 2 e – 2 Fe2+ + 3 H2O
2 H+ + 2 e – H2
3. Lapisan Pelindung Logam
Penggunaan lapisan pelindung logam dapat dilakukan dengan cara-cara clading, dipping,
spraying, cementation, dan electro depotition.
1. Cladding
Logam yang akan dilapisi (logam dasar) diletakkan diantara 2 lembar logam lapisan
pelindung, kemudian seluruh lapisan logam ditekan (dipres).
Contoh:
a. Duralumin
Aloy (campuran logam) Al yang terdiri atas 4% Cu, 0,5% Mg, 0,5% Mn, dan
sejumlah kecil Si dan Fe. Aloy Al ini kuat dan tahan terhadap korosi.
b. Stainless steel yang dijepit dengan nikel dan aloy nikel banyak digunakan untuk
peralatan yang digunakan sebagai wadah zat-zat kimia, minyak bumi, karet, kertas,
dan industri sabun.
c. Baja yang dijepit dengan Cu digunakan dalam industri listrik karena mempunyai
konduktivitas listrik dan kekuatan tinggi.
d. Baja yang dijepit dengan Al digunakan untuk badan pesawat terbang dan tangki air
dan bensin.
2. Dipping
Cara ini digunakan untuk lapisan pelindung logam atau aloy yang memiliki titik leleh
yang rendah, seperti Zn, Sn, Pb, dll. Logam dasar yang akan dilapisi lapisan pelindung
dicelup ke dalam bak berisi lapisan pelindung cair, ketebalan dari lapisan pelindung
diatur dengan menekan sisa lapisan pelindung dengan pemutar (rollers). Pelapisan
dengan cara ini tidak seragam. Pelapisan Zn pada besi melalui proses ini disebut
galvanizing dan pelapisan timah (tin/Pb) pada besi disebut tin plating. Sekarang tin
plating dilakukan dengan elektrolisis menggunakan larutan sodium stannate
(Na2SnO3.3H2O). Pelapisan dengan dipping panas biasanya paling sedikit terdiri atas
dua lapisan, lapisan aloy yang menempel pada permukaan logam dasar dan lapisan di
atasnya yang relatif merupakan logam pelapis murni. Pada galvanisasi besi, digunakan
senyawa inter-metallic seperti Fe3Zn10, FeZn, FeZn13, sedangkan pada tin plating besi
digunakan lapisan aloy FeSn2. Galvanisasi besi digunakan untuk bagian dalam badan
mobil, atap, pipa, penyangga lampu, dan paku, sedangkan tin plating digunakan untuk
tempat bahan makanan (food container).
3. Spraying
Aliran logam cair sebagai lapisan pelindung seperti Al, Zn, dll. disemprotkan pada
permukaan logam yang dilindungi sebagai butiran atomisasi dengan menggunakan
kompresor udara. Lapisan pelindung logam yang disemprotkan akan lebih berpori
dibandingkan dengan cara pelapisan lainnya. Meskipun demikian hal ini tidak
mengurangi kekuatan dari lapisan pelindung tersebut dalam hal melindungi logam
dasar. Salah satu keuntungan besar dari metoda ini adalah bahwa spraying dapat
digunakan terhadap struktur yang sudah jadi seperti jembatan, kendaraan perang (tank),
kapal, menara, dll., dengan demikian maka kerusakan lapisan pelindung pada saat
proses pembuatan struktur dapat dihindari.
4. Cementation
Pada proses ini lapisan pelindung dalam bentuk bubuk logam dilekatkan pada
permukaan logam dasar dan dipanaskan pada temperatur yang cukup tinggi supaya
terjadi difusi dari lapisan pelindung ke logam dasar. Obyek-obyek kecil seperti sekrup
dan mur dapat dilapis dengan lapisan Zn, Al, atau Cr yang sangat tipis dengan
memanaskan bagian tersebut dengan campuran bubuk Zn, ZnO (sherardizing) atau
bubuk Al, Al2O3, dan NH4Cl (calorizing process), atau Cr dan alumina (chromizing).
Pada sherardizing, terbentuk aloy FeZn7, baja yang dilapisi Zn ini digunakan pada
pembuatan furnitur, kusen jendela, konduktor listrik, pengait, engsel, dll. Pada
chromizing, logam dasar adalah baja yang mengandung kadar karbon rendah (0,1 –
0,2%). Penggunaan Al2O3 adalah untuk mencegah penggabungan partikel-partikel
chromium. Diyakini bahwa terbentuk larutan padat dari Cr dalam Fe. Baja yang
chromizing digunakan untuk peralatan yang tahan terhadap korosi yang berasal dari
semprotan garam, uap, dan larutan encer HNO3. Pada calorizing, penggunaan Al2O3
adalah untuk mencegah penggabungan aluminium, diyakini bahwa terbentuk larutan
padat Al dalam Fe. Baja yang calorizing digunakan untuk bagian-bagian pembakar,
katup, kondensor pada penyulingan minyak, dan peralatan umum yang tahan terhadap
oksidasi dan serangan sulfur pada temperatur tinggi.
5. Electro deposition
Electro deposition merupakan metoda pelapisan logam yang paling banyak digunakan,
dengan logam pelapis diantaranya adalah Au, Ag, Cu, Sn, Ni, Cd, Cr, Zn, dan Pb.
Logam yang akan dilapisi dijadikan katoda dalam bak pelapis yang berisi ion-ion
logam yang akan diendapkan. Anoda biasanya logam atau materi inert dengan
konduktivitas listrik yang baik (grafit). Biasanya diupayakan supaya kecepatan
pelarutan pada anoda dan kecepatan pengendapan pada katoda sama, supaya komposisi
elektrolit tetap. Untuk sifat melindungi, banyak digunakan pelapisan dengan chromium.
Pelapisan chromium (Cr) dilakukan dalam bak yang berisi asam chromat, bertindak
sebagai anoda adalah Pb, sedangkan katoda adalah logam dasar yang akan diberi
lapisan pelindung. Lapisan padat logam Cr pada dasarnya rapuh, lapisan ini akan retak
dan terkelupas sebelum mencapai ketebalan tertentu. Oleh karena itu besi terlebih
dahulu dilapisi dengan Cu, lalu Ni, baru kemudian dengan Cr. Ni melindungi
permukaan besi, sedangkan Cr meningkatkan penampilan. Pelapisan ini menunjukkan
kekerasan yang tinggi, koefisien gesekan yang rendah, dan ketahanan tinggi terhadap
korosi.
Pelapisan dengan pencelupan disebut electroless plating, dimana ion-ion dari logam
mulia dipindahkan dari larutan garam oleh atom-atom logam yang lebih tidak mulia.
Electroless plating ini sangat seragam tetapi tipis.
4. Lapisan Pelindung Non Logam – An Organik
Lapisan pelindung anorganik terdiri atas surface or chemical conversion coating dan
ceramic protective materials.
1. Surface or chemical conversion coating
Selain melindungi logam dasar dari korosi, pelapisan ini juga menyediakan permukaan
yang ideal untuk pengecatan atau tindakan dekorasi lainnya. Secara komersial surface or
chemical conversion coating digunakan untuk besi dan baja, Al dan aloy nya, dan Zn
dan aloy nya. Senyawa yang kurang reaktif dan lebih tahan korosi terbentuk secara kimia
atau elektrokimia pada logam dasar, dan menyatu dengan logam dasar. Beberapa contoh
adalah sebagai berikut :
a. Phosphate coating
Phosphate coating atau pelapisan fosfat dihasilkan melalui reaksi kimia larutan cair
garam fosfat dari Fe, Mn, atau Zn dalam larutan encer asam fosfat. Proses ini
digunakan untuk logam dasar dari bahan Fe, baja, atau Zn. Proses pelapisan fosfat
yang sering digunakan dan merupakan proses yang sudah dipatenkan adalah
parkerizing, bonderizing, dan cosletizing. Reaksi kimia yang menuju pada
pembentukan lapisan fosfat pada permukaan besi, dengan menggunakan larutan
fosfat yang terdiri atas Zn dan fosfat primer, Zn(H2PO4)2, dan asam fosfat bebas,
dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Fe + 2 H3PO4 Fe(H2PO4)2 + H2
b. 3 Zn(H2PO4)2 + H2O Zn3(PO4)2 + 4 H3PO4
c. Fe(H2PO4)2 FeHPO4 + H3PO4
d. 3 FeHPO4 Fe3(PO4)2 + H3PO4
Ketika permukaan besi dan baja dicelup kedalam bak fosfat maka akan diserang
oleh asam fosfat seperti pada reaksi (1). Zn atau Fe fosfat primer akan mengalami
hidrolisis seperti pada reaksi (2). Fe fosfat primer bereaksi membentuk fosfat
sekunder seperti pada reaksi (3), dan fosfat sekunder bereaksi membentuk fosfat
tertier seperti pada reaksi (4). Persamaan reaksi (2), (3), dan (4) menyebabkan
pembentukan asam fosfat (H3PO4). Karena asam fosfat digunakan oleh Fe, maka
kesetimbangan persamaan reaksi (2), (3), dan (4) akan terganggu, mengakibatkan
kondisi super jenuh, yang mengawali pengendapan Fe sekunder dan Zn fosfat
tertier, pada permukaan logam. Reaksi secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
3 Zn(H2PO4)2 + Fe + 4 H2O Zn3(PO4)2.4H2O + FeHPO4 + 3 H3PO4 + H2
lapisan pelindung
b. Chromate coating
Chromate coating atau pelapisan chromat merupakan pelindung yang tahan korosi
yang juga menawarkan dasar yang lebih baik untuk pengecatan pada Zn, Cd, Mg,
dan Al. Lapisan chromat dibentuk melalui reaksi antara permukaan logam dengan
ion-ion Cr(VI) dan asam mineral. Pada proses cronak digunakan asam mineral
natrium dichromat dan H2SO4 encer. Larutnya logam dalam asam mineral
meningkatkan pH larutan yang bersentuhan dengan logam, bersamaan dengan itu
terjadi reduksi Cr(VI) menjadi Cr(III). Pada pH kritis, chromium chromat
(Cr2O3.CrO3.xH2O) mengendap pada permukaan logam. Meskipun lebih tahan
korosi dibandingkan dengan phosphate coating, chromate coating tahan terhadap
abrasi rendah.
c. Oxide coating
Oxide coating atau lapisan oksida dapat dibentuk pada permukaan logam seperti Fe,
Al, Mg, dan aloy yang mengandung Al dan Mg. Lapisan ‘gun metal’ pada baja
dapat dihasilkan melalui pemanasan baja dengan karbon dan minyak pada
temperatur 340ºC – 400ºC. Lapisan hitam oksida pada baja terjadi dengan
merendam baja dalam larutan NaOH pekat yang mengandung oksidator seperti nitrit
(NO2) atau natrium chlorat (NaClO3) pada temperatur 80ºC – 90ºC. Lapisan oksida
ini tidak tahan terhadap korosi, akan tetapi merupakan dasar yang baik untuk
minyak, lemak dan lilin, dan juga tahan terhadap aus. Pada baja tampaknya lapisan
pelindung adalah Fe3O4. Beberapa logam non besi seperti Al membentuk lapisan
oksida (Al2O3) tipis dalam udara yang dapat menghambat proses korosi lebih lanjut.
Untuk meningkatkan ketahanan, ketebalan lapisan film oksida ditingkatkan dari 100
menjadi 1000 kali melalui oksidasi elektrolisis (anodizing). Anodizing pada
aluminium adalah untuk menghasilkan lapisan berpori atau lapisan kedap air.
Lapisan berpori digunakan untuk perlindungan terhadap korosi dan dekorasi,
sedangkan lapisan kedap air digunakan dalam kondensasi elektrolitik. Lapisan
berpori bisa didapat dengan menggunakan elektrolit yang korosif seperti asam
sulfat, asam chromat, atau asam oksalat, sedangkan lapisan kedap air diperoleh
dengan menggunakan elektrolit yang tidak korosif seperti asam borat dan borax.
Lapisan berpori dapat dibuat lebih tahan terhadap korosi dengan sealing, yaitu
dengan mengekspos film pada air mendidih atau perendaman film dalam larutan
encer natrium dichromat mendidih. Lapisan berpori dapat diwarna dengan
peresapan dengan pewarna, atau dengan pengendapan pigmen berwarna ke dalam
pori. Lapisan pelindung kemudian ditutup dengan perendaman dalam air mendidih
atau larutan encer Ni atau Co asetat mendidih. Permukaan aluminium hasil
anodizing dapat juga digunakan dalam reproduksi fotografi melalui peresapan
permukaan pori dengan materi yang sensitif terhadap sinar.
2. Ceramic protective materials
Materi ini inert secara kimia terhadap lingkungan yang korosif kecuali HF dan alkali,
tahan terhadap oksidasi pada kenaikan temperatur, dan mempunyai sifat sebagai isolasi
panas dan listrik. Tergantung pada komposisi kimia dan metoda aplikasinya, lapisan
pelindung ceramic diklasifikasi sebagai email bening (tembus cahaya), keramik, dan
cermet.
a. Email
Email bening (atau porselen) merupakan lapisan pelindung seperti gelas dan film
dekoratif yang diaplikasikan pada besi cor dan peralatan baja pada industri kimia,
farmasi, makanan, minuman ringan, dan susu. Baja email juga digunakan dalam
lemari pendingin, alat-alat dapur, bagian atas meja, dll. Sesudah proses degreasing
dan descaling pada permukaan logam, bahan lapisan kaca untuk email (frit)
dilapiskan dalam keadaan basah atau kering, kemudian dibakar dalam tungku.
Lapisan kaca (frit) dibuat dengan melebur senyawa-senyawa asam pembias seperti
kuarsa dan feldspar (batuan untuk bahan baku keramik dan gelas) dengan
pengaliran basa seperti borax, fluorspar, cryolite, soda ash, dll., kemudian dicuci
dalam air. Ketahanan email bening terhadap zat kimia dapat ditingkatkan dengan
kandungan silika, dimana daya lekat pada logam dasar lebih baik dan temperatur
peleburan lebih rendah. Senyawa-senyawa pemburam seperti TiO2, PbO, atau SnO2
ditambahkan untuk membuat film yang tidak tembus cahaya (buram). Senyawa
pewarna biasanya digerus terlebih dahulu bersama frit sebelum digunakan.
Disamping beberapa karakteristik yang diinginkan, peralatan dari email tidak
dipakai secara luas karena rapuh dan tidak mampu bertahan pada perubahan
temperatur yang tiba-tiba.
b. Keramik
Lapisan pelindung keramik mengandung oksida pembias seperti Al2O3, Cr2O3 dan
Co2O3 dalam frit dengan persentase yang tinggi, atau seluruhnya adalah oksida
logam murni seperti Al2O3 atau ZrO2. Materi keramik dapat digunakan dengan
penyemprotan materi yang dilelehkan oleh api oksi asetilen atau dengan
penyemprotan plasma (materi yang akan disemprotkan dipanaskan dengan listrik
pada temperatur tinggi sehingga terbentuk uap, yang kemudian
diembunkan/dikondensasi ke materi yang akan dilapisi). Alternatif lain adalah
pelapisan materi keramik pada logam dasar melalui penguraian panas dari garam
tertentu. Sebagai contoh, lapisan Cr2O3 dan ZrO2 yang diperoleh dengan penguraian
panas dari Cr(NO3)3 dan karbonat amonium zirconyl. Lapisan keramik ini lebih
berpori dibandingkan dengan email dan cermet. Lapisan keramik digunakan pada
peralatan dengan temperatur tinggi seperti mulut/ujung pipa penyemprot api, baling-
baling dan pisau dalam turbin gas, tabung termokopel, dan isolator listrik. Materi
keramik berfungsi sangat memuaskan meskipun pada temperatur tinggi, akan tetapi
ductility (keliatan) logam kurang. Logam dan aloy tidak sekuat keramik pada
temperatur tinggi.
c. Cermet (ceramic metal)
Cermet adalah gabungan keramik dengan logam, gabungan ini tidak hanya memiliki
ketahanan terhadap temperatur tinggi seperti keramik, akan tetapi juga memiliki
keliatan dan konduktivitas panas dari logam. Materi kelas baru ini digunakan untuk
struktur pada temperatur tinggi dengan teknik penyemprotan api.
5. Lapisan Pelindung Non Logam – Organik
Tingkat melindungi dari lapisan pelindung organik seperti cat, vernis, lacquer, dan email,
tergantung pada daya inert kimia terhadap lingkungan korosif, daya lekat pada permukaan,
impermeabilitas (tidak bisa ditembus) terhadap stimulasi korosi, dan metoda penerapannya.
1. Cat
Cat adalah dispersi satu atau lebih padatan yang digerus halus (pigmen dan extender)
dalam medium (vehicle). Medium (vehicle) terdiri atas materi pembentuk film yang
tidak mudah menguap seperti minyak kering dan/atau resin (alamiah atau sintetik)
dalam pelarut (thinner) yang mudah menguap yang sesuai. Ketika permukaan logam
yang sudah bersih dicat, thinner akan menguap sedangkan pembentuk film dan pigmen
akan tinggal di permukaan. Campuran kedua materi ini secara perlahan-lahan akan
mengering membentuk film padat. Pada kasus minyak kering, pembentukan film dapat
dipercepat dengan penambahan dryer (pengering), yaitu sabun-sabun logam (metallic
soaps), diantaranya garam-garam Pb, Mn, Co, Fe, Ca, dan Zn dengan asam-asam lemak.
Komponen cat adalah pigmen, extender atau filler, vehicle, dan pelarut (pengencer).
a. Pigmen
Fungsi utama dari pigmen adalah memberi warna (untuk dekorasi) dan
opacity/keburaman (kemampuan untuk mencegah tembusnya sinar tampak) pada
film yang sudah kering. Film yang berpigmen dapat tahan terhadap paparan sinar
matahari tanpa mengalami kerusakan, jauh lebih baik dibandingkan dengan film-
film yang bening. Sifat-sifat cat dipengaruhi oleh komposisi kimia dari pigmen,
ukuran partikel, indeks refraksi/pantulan (refractive index), dan perbandingan
pigmen terhadap vehicle.
Sifat-sifat penting dari pigmen pada cat adalah warna, hiding power (kekuatan
menyembunyikan), oil absorption (penyerapan minyak), dan chemical
behaviour (perilaku kimia).
1) Warna
Ketika sinar putih jatuh pada pigmen, maka pigmen akan menyerap sebagian
daerah tampak dari spektrum elektromagnetik, dan warna pigmen adalah
pantulan dari spektrum tersebut. Pigmen hitam terjadi karena kemampuannya
menyerap semua radiasi, sedangkan pigmen putih terjadi karena memantulkan
sebagian besar dari sinar. Beberapa pigmen juga menyerap daerah ultra violet
dan infra merah. Hal ini tidak merubah warna-warna yang tampak, akan tetapi
sangat mempengaruhi daya tahan vechicle organik. Warna dan keteduhan
pigmen tergantung pada ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel semakin
besar proporsi sinar yang disebarkan, dan sebagai konsekuensi warnanya
menjadi lebih pucat, dibandingkan dengan sinar yang dipantulkan dari pertikel
yang lebih besar.
2) Hiding power
Hiding power atau covering power (kekuatan menyembunyikan) dari pigmen
adalah kemampuan untuk menyembunyikan atau menghilangkan warna latar
belakang lainnya. Supaya memiliki hiding power yang baik, pigmen (dengan
menyerap dan menyebarkan sinar) harus mencegah sinar menembus film ke
lapisan warna sebelumnya dan kembali ke mata pemirsa. Dari beberapa sifat,
indeks refraksi (refractive index) merupakan hal yang penting dalam
menentukan hiding power dari pigmen. Apabila pigmen memiliki indeks
refraksi yang sama dengan vehicle, maka pigmen akan memiliki hiding power
yang kecil. Pigmen dengan hiding power yang baik seperti TiO2 memiliki
indeks refraksi 2,5, sedangkan vehicle biasanya memiliki indeks refraksi 1,5.
Semakin besar perbedaan harga indeks refraksi antara pigmen dan vehicle,
maka semakin besar juga hiding power nya. Apabila CaSO4 (indeks refraksi =
1,57) digerus dalam minyak biji rami (indeks refraksi = 1,5) maka hasilnya
adalah dispersi yang tembus cahaya. Akan tetapi, apabila digunakan TiO2, akan
dihasilkan cat dengan hiding power besar. Penyebaran sinar oleh pigmen
bertambah dengan bertambahnya diameter partikel, dan di bawah diameter
optimum 0,2 – 0,4 mikron, partikel kehilangan daya untuk menyebarkan sinar.
Kombinasi antara pigmen dengan konsentrasi tinggi dan vehicle dengan
konsentrasi rendah akan menghasilkan hiding power yang maksimum.
Sedangkan apabila konsentrasi pigmen dan vehicle sama rendahnya, maka akan
dihasilkan cat yang mengkilap yang memiliki sifat refleksi/pantulan yang baik.
Cat dengan konsentrasi pigmen yang tinggi akan memiliki sifat mengkilap
yang buruk.
3) Oil absorption
Nilai oil absorption (penyerapan minyak) dari pigmen adalah berat dari minyak
biji rami yang diperlukan untuk melebur 100 gram pigmen, sehingga dihasilkan
pasta keras yang halus. Anatase (bentuk kristal lain dari TiO2) memerlukan 27
gram minyak biji rami, sedangkan timah putih hanya memerlukan 7 gram
minyak biji rami. Oleh karena itu, secara ekonomi, lebih dipilih timah putih.
4) Chemical behaviour (perilaku kimia)
Kereaktifan kimia dari pigmen-pigmen tertentu menyebabkan mereka tidak
sesuai digunakan untuk keperluan-keperluan tertentu. Cat yang mengandung
garam-garam timah (timah putih, timah merah, dll.) sebaiknya tidak digunakan
pada atmosfer industri dengan kadar H2S, karena akan terbentuk timah sulfida
yang hitam pada permukaan yang dicat. Sama halnya dengan seng oksida,
sebaiknya tidak digunakan sebagai pigmen dengan resin-resin yang
mengandung proporsi yang tinggi dari gugus asam, karena akan dihasilkan
sabun seng dan cat menjadi sangat kental sehingga sulit digunakan.
Beberapa contoh pigmen dan penggunaannya adalah sebagai berikut :
Pigmen Rumus Kimia Catatan
Pigmen putihWhite lead 2 PbCO3.Pb(OH)2 1) Gravitasi spesifiknya tinggi maka cenderung
mudah melekat sehingga ideal untuk diterapkan pada kayu
2) Biasanya dihitamkan dengan menggunakan H2S
Basic lead sulphate Pb(OH)2.PbSO4 Resistan terhadap penghitaman dengan H2S, biasanya ditambahkan ZnO
Zinc oxide ZnO 1) Mengering dengan lambat2) Serapan terhadap radiasi ultra violet tinggi3) Kalau dicampur dengan cat mengurangi chalking
pigmen lain
Zinc sulphide ZnS 1) Hiding power yang baik2) Tidak terpengaruh oleh H2S3) Digunakan sendiri atau sebagai unsur pokok dari
lithophone
Litophone 70 – 75% BaSO4 dan 30 – 25% ZnS
Keburaman (opasitas) meningkat dengan peningkatan kandungan ZnS
Titania TiO2 1) Pigmen yang paling putih2) Menunjukkan refleksi (pantulan) yang tinggi
terhadap semua panjang gelombang spektrum tampak
3) Hiding power terbaik4) Digunakan untuk mengecat tangki penyimpanan
bahan bakar dan pelarut untuk menghindari penguapan
Pigmen merahVenetian red Fe2O3 dan CaSO4 Ideal untuk permukaan kayu, tapi tidak ideal untuk
permukaan logam karena CaSO4 memicu korosi
Indian red Gerusan Fe2O3 Ideal untuk cat pada besi
Minium atau red lead Pb3O4 Digunakan sebagai lapisan utama pada permukaan logam karena sifat mencegah korosi kalau
digunakan dengan minyak kering
Chrome red Pb(OH)2.PbCrO4 Paling baik untuk mengecat permukaan logam karena sifat mencegah korosinya yang sangat baik
Pigmen kuningLead chromate (Chrome yellow)
PbCrO4 Perbedaan warna dapat dicapai dengan mencampur dengan Pb(OH)2.PbSO4 atau PbCO3
Zinc chromate (citron yellow)
ZnCrO4 Merupakan unsur pokok dari cat pencegah korosi untuk melindungi besi dari korosi
Barium chromate BaCrO4
Yellow ochre Tanah liat atau CaCO3 diwarnai oleh Fe2O3
Digunakan sebagai cat-cat arsitektural
Cadmium sulphide CdS Untuk perbedaan warna dari kuning pucat (CdS + BaSO4) sampai merah marun (CdS + CdSe), digunakan pada cat lateks
Pigmen coklatBrown pigmen Mengandung
oksida besi sebagai unsur utama pemberi warna
1) Beberapa pigmen coklat yang ditemukan secara alami mengandung hidrat Fe2O3 dan MnO2
2) Pada pemanasan terbentuk oksida-oksida lebih tinggi menghasilkan pigmen dengan warna lebih gelap
Pigmen biruPrussian blue KFe[Fe(CN)6] Cat lateks, tinta printing, cat-cat arsitektural
Ultramarine lazuli Silikat kompleks dan sulfida dari Na dan Al
Memuaskan untuk cat-cat pada kayu
Pigmen hijauPermanent green Cr2O3 Tidak terpengaruh atmosfer dan stabil pada
temperatur tinggi
Chrome green Campuran prussian blue dangan lead chromate
Digunakan dengan luas karena murah dibandingkan warna hijau lainnya
Paris green Cu aseto arsenit/ arsenat
Untuk cat-cat arsitektural
Pigmen hitamBlack pigmen Lamp black
Carbon blackDigunakan secara luas pada cat-cat hitam, juga pada industri tinta printing
Jenis pigmen ada tiga, yaitu organik, anorganik, dan organologam
(organometalik). Beberapa serbuk logam seperti serbuk aluminium, serbuk
perunggu, debu seng, dll, sebagai pigmen anorganik telah digunakan sebagai
pilihan dalam cat, bukan hanya karena memberikan warna akan tetapi juga untuk
keperluan melindungi dan dekorasi. Pigmen anorganik biasanya tidak luntur oleh
cahaya, stabil terhadap panas, dan non-bleeding (bleeding adalah larutnya pigmen
dalam vehicle dan memudarnya warna lapisan cat karena larutnya pigmen). Pigmen
organik dan organometalik lebih disukai saat ini, karena kecerahan warnanya dan
ketersediaannya dalam banyak warna. Beberapa pigmen organik adalah pewarna
organik yang terserap dalam ‘danau’ anorganik seperti Al(OH)3, BaSO4, dll.
Beberapa contoh pigmen organik adalah Toluidone Red, Perylene Maroon, dan
Phthalocyanine Blue
Toluidine red
Perylene maroon
Phthalocyanine blue
b. Extender atau filler
Istilah ini digunakan untuk pigmen yang tidak berwarna atau putih, dimana pigmen
semacam ini memiliki sedikit hiding power, yang diperlukan untuk mengatasi
kekurangan pigmen-pigmen lain. Meskipun pada mulanya extender digunakan
untuk mengurangi harga cat, akan tetapi apabila dipilih dengan tepat extender dapat
memperbaiki kinerja lapisan pelindung organik. Tanah liat, asbestin, atau talk,
apabila digerus dengan pigmen dan minyak, cenderung mengencerkan warna
pigmen dan menghasilkan warna yang lebih terang. Gypsum, chalk, silika, barium
sulfat, dll., dengan minyak tidak menghasilkan pasta putih akan tetapi warna
transparan. Extender ini memiliki indeks refraksi yang sama dengan minyak dan
tidak merubah warna pigmen, akan tetapi meningkatkan warnanya.
c. Vehicle
Bagian cair dari cat dimana pigmen terdispersi di dalamnya disebut medium atau
vehicle. Ada dua jenis unsur utama dari vehicle yaitu yang tidak mudah menguap
(non volatile) dan yang mudah menguap (volatile).
- Unsur utama yang tidak mudah menguap terbentuk dari materi-materi
pembentuk film seperti minyak kering dan/atau resin, yang berfungsi :
memberikan daya lekat yang lebih baik pada permukaaan, sebagai penahan
kelembaban, dan menyatukan partikel-partikel pigmen (oleh karena itu sering
disebut juga sebagai binder). Persentase berat dari materi yang tidak mudah
menguap dalam cat disebut kepadatan cat, semakin besar persentase semakin
kental cat.
- Unsur utama yang mudah menguap dari vehicle biasanya terdiri atas pelarut
seperti hidrokarbon, terpentin, air, keton, ester, dll., dan disebut thinner. Thinner
digunakan secara luas untuk mengurangi kekentalan cat untuk memperoleh
produk yang memiliki konsistensi yang diperlukan, untuk memudahkan proses
pengecatan.
d. Pelarut dan pengencer
Pelarut adalah cairan yang mudah menguap dimana materi pembentuk film larut.
Pengencer adalah cairan yang mudah menguap yang ditambahkan pada larutan
binder dengan kekentalan rendah. Pengencer ini disebut juga sebagai thinner, dan
thinner ini dapat atau tidak dapat melarutkan binder. Pelarut dan pengencer yang
biasa dipakai adalah air, hidrokarbon alifatik dan aromatik, khloro dan nitro parafin,
alkohol, eter, ester, keton, terpentin, dll. Kemampuan melarutkan dari cairan
tergantung pada kapasitas ikatan hidrogennya.
Pelarut diklasifikasi menjadi 3 kelompok :
I. Cairan dengan ikatan hidrogen lemah (khloro dan nitro-parafin, hidro karbon)
II. Cairan dengan ikatan hidrogen sedang (keton, ester, eter)
III. Cairan dengan ikatan hidrogen kuat (air, alkohol)
Terlepas dari klasifikasi pelarut seperti diatas, pelarut yang dapat melarutkan
berbagai binder adalah sebagai berikut :
Binder Pelarut yang mampu melarutkan, dan klasifikasinya
I II III
Resin alkyd n-heksana, siklo heksana, benzen, toluen, nitro benzen, nitro propana, asetonitril
Eter Alkohol
Resin epoksi Ester, cellosolve, metil etil keton
Nitroselulosa Nitrometan, asetonitril Ester, cellosolve Metanol, etanol
Poli (metil metakrilat), poli (vinil asetat)
Nitrometan, asetonitril, benzen, toluen, dan nitrobenzen
Ester, cellosolve
Resin urea formaldehid
Alkohol
Poliester tak jenuh Nitrobenzen, nitroparafin, asetonitril
Ester, cellosolve, metil etil keton
Thinner adalah cairan yang mudah menguap atau campuran dari cairan yang mudah
menguap. Beberapa yang umum digunakan adalah terpentin, fraksi-fraksi minyak
bumi, dan oxygenated solvents (pelarut-pelarut teroksigenasi) seperti alkohol, ester,
keton, eter, alkohol). Terpentin digunakan secara luas sebagai thinner untuk cat-cat
minyak. Pelarut minyak bumi komersial terdiri utamanya atas parafin, naftalen, dan
aromatik. Semula pelarut ini digunakan untuk menggantikan terpentin, akan tetapi
karena flash point yang rendah, maka berbahaya digunakan karena berpotensi
menimbulkan kebakaran, sehingga tidak direkomendasikan sebagai thinner.
2. Vernis
Vernis adalah larutan dari resin (alamiah atau sintetik) dalam vehicle yang terdiri atas
minyak kering, thinner, dan dryer. Vernis tidak mengandung pigmen, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa cat adalah vernis yang berpigmen.
3. Lacquer
Lacquer adalah larutan materi pembentuk film dalam pelarut yang sesuai. Sebagai
contoh adalah vernis dalam spiritus dan larutan shellac (lak) dalam metanol, dimana
pembentukan film terjadi semata-mata karena penguapan dari pelarut.
4. Email
Email adalah vernis atau lacquer yang berpigmen, dilihat dari perbandingan kelembutan
dan mengkilapnya film terhadap email bening. Kilap adalah derajat dimana permukaan
yang dicat memantulkan sinar seperti kaca.
6. Materi Pembentuk Film atau Binder
Cat biasanya diklasifikasi berdasarkan cara terbentuknya film (film formation). Pembentukan
film dapat terjadi dengan satu atau kombinasi dari tiga metoda umum yaitu lacquer drying,
oxidative drying, dan curing. Pengeringan cat dapat terjadi secara sederhana melalui
penguapan dari pelarut dengan tanpa adanya perubahan kimia (lacquer drying), melalui
reaksi kimia antara cat dan udara (oxidative drying), atau melalui reaksi kimia antara
komponen-komponen cat (curing).
a)Lacquer drying
Pada lacquer drying, pengeringan semata-mata terjadi karena penguapan dari pelarut.
Karena kemampuannya mengering secara cepat, lacquer digunakan dalam proses akhir
pada industri kendaraan bermotor dan furnitur. Materi pembentuk film pada lacquer
diantaranya polimer selulosa, chlorinated rubber, resin alam, polimer akrilik.
b)Oxidative drying
Pada oxidative drying, pembentuk film menjadi polimer cross-linked sebagai hasil dari
reaksi dengan oksigen di udara. Minyak yang digunakan pada cat minyak dan vernis
adalah fatty oil yang kebanyakan adalah vegetable oil, diperas atau diekstrak dari biji
atau buah beberapa jenis sayuran. Fatty oil adalah triester dari gliserol (trigliserida),
rumus umumnya adalah seperti pada gambar di bawah, dimana R1, R2, dan R3 mewakili
radikal yang berasal dari rantai panjang asam alifatik tak jenuh yang biasanya
mengandung 18 atom karbon.
c)Curing
Pada curing, pembentukan film terjadi karena reaksi komponen-komponen dalam cat
sendiri. Pengeringan terjadi karena interaksi antara unsur-unsur utama cat, maka
komponen yang berinteraksi dipisah dan dicampur menjelang dilakukan pengecatan.
Resin yang terbentuk melalui kondensasi urea dengan formaldehid disebut urea-
formaldehid, sedangkan yang terbentuk melalui kondensasi melamin (2,4,6-triamino-
1,3,5-triazin) dengan formaldehid disebut resin melamin formaldehid.
7. Macam-macam Cat dan Penggunaannya
Tergantung pada penggunaannya, cat dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1.Cat rumah
Untuk di luar rumah biasanya digunakan cat berbasis minyak biji rami (linseed oil) atau
berbasis alkyd, meskipun demikian juga tersedia cat lateks. Untuk di dalam rumah
digunakan vernis oleoresinous atau vernis alkyd. Distemper, yang biasanya digunakan
untuk kayu, semen, dan plesteran mengandung pigmen yang sesuai yang tersuspensi
dalam larutan casein (protein susu), slaked lime, lem atau emulsi dari minyak kering.
Konstruksi baja biasanya diberi satu atau lebih lapisan primer yang mengandung pigmen
anti korosif seperti red lead, zinc chromate, atau metallic zinc. Lapisan paling atas
dipilih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Bitumen atau aspal yang berasal dari tar
minyak bumi atau batu bara, sering digunakan untuk mengontrol aliran karakteristik
ketika tidak tersedia pigmen untuk memburamkan cat. Lapisan bitumen digunakan untuk
atap, kedap air, dan untuk melindungi pipa bawah tanah dari korosi.
2.Cat jalan raya
Cat untuk jalan raya harus yang cepat mengering, melekat dengan baik pada aspal dan
beton, dan tahan terhadap gesekan dan noda minyak. Biasanya digunakan cat berbasis
alkyd atau chlironated rubber.
3.Cat luminescent
Cat ini mengandung pigmen yang berpendar/berpijar (fluorescence) di bawah pengaruh
sinar ultra violet, yang disebut luminophor (bercahaya/berkilauan). Pigmen ini
menyerap radiasi ultra violet atau radiasi gelombang pendek lainnya dan memancarkan
radiasi dari spektrum daerah tampak. Pada kasus fluorescence, photoluminescence
langsung hilang kalau lampu dimatikan. Sedangkan pada phosphorescence, apabila
lampu dimatikan, pancaran sinar masih tetap bersinar untuk sementara waktu (after
glow). Pigmen luminescent mengandung ZnS atau sulfida dari Zn dan Cd dengan
sejumlah kecil logam pemberi variasi warna seperti Cu, Ag, Mn, dan Bi, yang disebut
aktivator.
4.Cat phosphorescent
Cat phosphorescent mengandung ZnS tidak murni yang kasar atau sulfida dari Zn dan
Ca. Cat dengan after glow yang lebih panjang mengandung sulfida dari Ca dan Sr.
Variasi warna dapat diperoleh melalui pemilihan aktivator yang tepat. Sulfida-sulfida ini,
karena mudah dihidrolisasi, maka harus dilindungi dari uap lembab dengan
menggunakan binder yang transparan dan tidak tembus air. Biasanya digunakan resin
akrilik atau resin vinil sebagai binder.
5.Pigmen fluoroscent
Pigmen fluoroscent digunakan pada layar televisi. Cat dengan pigmen ini digunakan
pada cakra angka, piringan, tombol penyetel (radio, telefon), dan papan iklan. Cat
phosphorescent digunakan untuk tanda batas, garis petunjuk, alat keselamatan, dll.,
dimana akan tetap tampak pada saat gelap/mati lampu. Jarum penunjuk jam mengandung
mesothorium (Ra-228, waktu paruh 6,7 tahun) dan radio-thorium (Th-228, waktu paruh
1,9 tahun) yang dicampur dengan pigmen. Radiasi dari senyawa radioaktif melebihi
luminophor. Pewarna organik seperti rhodamine (I, II), eosin (III), dan anthrapirimidin
(IV) yang berpendar dalam larutan dapat juga digunakan. Akan tetapi pewarna ini tidak
larut dalam binder yang biasa digunakan untuk cat, selain itu, pewarna ini mudah sekali
terdegradasi pada udara terbuka.
6.Cat tahan panas
Biasanya digunakan sebagai lapisan akhir dari oven, tungku, ruang pembakaran pesawat,
dll. Bahan dasar cat ini adalah polifenol silikon, bubuk metalik seperti Al, Zn, dan Sn,
atau pigmen tahan panas seperti grafit, titan, chrom, dll. Cat yang mengandung silikon
juga tahan terhadap air.
7.Cat penghambat api
Cat penghambat api mengandung binder atau komponen lain, yang akan terurai pada
kenaikan temperatur, menjadi gas yang tidak mudah terbakar seperti HCl, HBr, NH3,
CO2, dan uap air. Cat yang mengandung kalsium amonium fosfat, magnesium amonium
fosfat, seng amonium pirofosfat, dll., membentuk lelehan seperti kaca pada temperatur
tinggi, dan lelehan seperti kaca ini akan menjadi pemisah antara udara dengan zat yang
mudah terbakar, sehingga terhindar dari pembakaran.
8.Cat intumescent
Cat ini mengandung unsur seperti fosfat, melamin, dan pentaeritritol. Cat intumescent
akan mengembang pada pemanasan dan membentuk lapisan seperti spon/busa yang pada
batas tertentu akan menghalangi bahan dasar supaya tidak mencapai temperatur yang
akan menghasilkan gas yang mudah terbakar.
9.Cat penunjuk temperatur
Cat penunjuk temperatur mengandung termochrom yaitu senyawa yang mengalami
perubahan warna pada temperatur tertentu.
10.Untuk mengecat bagian bawah kapal diperlukan cat yang anti korosi dan anti kotor.
Fungsi dari zat anti kotor yang dilapiskan di atas lapisan anti korosi adalah mencegah
tumbuhnya organisme seperti remis, cacing pipa, jamur, dll. Pigmen dan vehicle dari cat
ini mengandung senyawa yang bersifat racun terhadap organisme seperti yang
disebutkan di atas. Senyawa yang biasa digunakan adalah Cu2O, Ag2O, dan senyawa-
senyawa merkuri organik. Resin vinyl, resin fenol, dan chlorinated rubber adalah
beberapa senyawa yang biasa digunakan sebagai binder. Sebagai anti jamur digunakan
pentaklorofenol.
11.Cat thixotropic
Cat thixotropic adalah cat yang apabila diaduk, suspensinya akan berbentuk cairan, akan
tetapi apabila dibiarkan tanpa terganggu beberapa waktu akan berbentuk seperti gelatin
atau agar-agar. Transisi cairan-gelatin ini bersifat reversibel. Cat jenis ini tidak menetes
dari kuas cat sehingga dapat digunakan untuk memperoleh lapisan cat yang tebal tanpa
adanya sagging (cat bergerak/merambat ke bawah). Sifat thixotropic diperoleh dengan
menggunakan extender seperti china clay, atau dengan menambahkan sabun logam
seperti Al, Ca, dan Zn, atau dengan menggunakan vehicle thixotropic seperti alkyd yang
dikombinasi dengan poliamin seperti etilen diamin, pada temperatur tinggi. Pemanasan
kemungkinan menghasilkan pembentukan amida, RCONHR, dan sifat thixotropic
kemungkinan berkaitan dengan pembentukan ikatan hidrogen intermolekul antara C = O
dan gugus = NH pada molekul yang berbeda. Cat thixotropic membuat pengecatan
permukaan seperti atap dapat dilakukan dengan mudah.
8. Cacat Pada Lapisan Cat
Tujuan dari pengecatan adalah memberikan lapisan pelindung dan fungsi dekorasi pada
permukaan. Seiring dengan waktu, lapisan cat dapat mengalami kerusakan. Beberapa cacat,
penyebab, dan tindakan pencegahannya adalah sebagai berikut :
No Nama Penjelasan Penyebab Pencegahan
1 Blistering Terbentuknya rongga atau gelembung pada cat atau vernis
1.Permukaan yang dicat terlalu lembab atau terkontaminasi secara kimia
2.Pengecatan dilakukan pada cuaca yang sangat panas
3.Lapisan cat terlalu tebal
1.Pembersihan permukaan dengan baik sebelum dicat
2.Gunakan cat dasar yang sesuai
3.Gunakan pelarut yang tepat
4.Usahakan ketebalan cat merata (seragam)
2 Blushing Terbentuknya bintik- 1.Penggunaan pelarut 1.Gunakan pelarut yang
bintik putih pada permukaan yang dicat
dengan titik didih rendah
2.Atmosfir yang lembab
tepat2.Pengecatan dilakukan
pada atmosfer yang kering
3 Cissing Pengelupasan cat pada beberapa daerah kecil
Permukaan yang dicat berminyak
1.Permukaan harus dibersihkan sehingga bebas minyak
2.Cat diusahakan tidak terkontaminasi minyak silikon
4 Lifting Pelunakan lapisan cat pertama waktu lapisan cat kedua dioleskan
Kecepatan menguap pelarut tidak sama, pelarut cat kedua lebih cepat mengering dibandingkan dengan pelarut dari cat pertama
Gunakan cat yang cocok satu sama lain
5 Orange Peeling
Permukaan lapisan cat bopeng seperti kulit jeruk
Pelapisan cat dengan cara disemprotkan akan tetapi tidak mengalir/ merata dengan baik
1.Memperbaiki sifat aliran dengan menggunakan thinner yang sesuai
2.Pelapisan tidak terlalu tebal
6 Pin Holing Terbentuknya sumur-sumur kecil pada lapisan cat dengan endapan padatan di tengahnya
Pencampuran yang tidak efisien (homogen) antara thinner dengan cat sehingga pelarut terjebak dalam film
Pencampuran thinner dengan cat yang homogen
7 Wringkling Terbentuknya kerutan pada permukaan lapisan cat
1.Penggunaan dryer yang berlebihan
2.Pemanasan yang berlebihan
3.Pelapisan cat yang terlalu tebal
Gunakan dryer secara proporsional dan thinner yang sesuai.
8 Chalking Terbentuknya taburan serbuk pada permukaan. Chalking tidak mengurangi efek melindungi akan tetapi mengurangi ketebalan lapisan cat
Erosi binder karena serangan oksigen dan sinar yang terus menerus. Chalking merupakan cacat pada cat yang paling tidak serius
Gunakan pigmen yang tahan terhadap cuaca
9 Checking Lapisan cat pecah 1.Penggunaan bahan 1.Gunakan bahan dasar
(Cracking) sedikit, menembus permukaan lapisan sehingga tampak lapisan cat dibawahnya
dasar dan lapisan akhir yang tidak cocok
2.Penggunaan dryer yang berlebihan
dan lapisan akhir yang cocok
2.Gunakan cat yang dibuat secara khusus untuk penggunaan di luar
3.Hindari lapisan yang tebal
10 Flaking Pengelupasan lapisan cat, biasanya terjadi setelah cracking
1.Hilangnya pelekatan cat pada permukaan karena tekanan dan ketegangan pada film
2.Pengecatan pada permukaan yang lembab, tidak bersih, dan berkarat
1.Sifat pelekatan yang baik antara bahan dasar dengan lapisan utama maupun lapisan atas
2.Permukaan yang akan dicat harus bersih dan kering
11 Sagging (Curtaining)
Lapisan cat yang bergerak kebawah setelah dilapiskan pada permukaan
1.Lapisan cat yang sangat tebal
2.Penggunaan thinner yang salah
3.Pelapisan cat dengan penyemprotan yang terlalu dekat
Hindari ketiga hal tersebut
Top Related