Download - (1997) TULISAN BG 1997

Transcript
Page 1: (1997) TULISAN BG 1997

KELAS DUA SMP SUDAH BERINTERNET RIA

Kabarnya Ketua BPK Penabur KPS Jakarta Ir. Harjanto Tresno sudah menyetujui agar pada tiap SMUK dipasang internet. Tetapi pelaksanaannya agak seret karena dikuatirkan kalau ada internet maka kalau telepon ke SMUK tsb menjadi susah. Ketika masih ada kekuatiran akan internet untuk SMUK tiba-tiba tanggal 27 Januari 1997 masuk e-mail dari seorang siswi kelas dua SMPK IV sbb: "Halo...nama saya Silka N., saya adalah salah seorang murid SMPK IV. Saya mempunyai usul, gimana kalau di homepagenya SMPK IV ditambah dengan daftar murid murid SMPK IV (per kelas). Terima kasih."

Menerima e-mail dari alumni BPK Penabur sudah sering, juga dari siswa-siswa SMUK yang masih sekolah. Siswa kelas tiga SMP ada beberapa yang pernah mengirimkan e-mail. Tetapi dari siswa kelas dua SMP baru pertama kali ini menerimanya. Maka langsung surprise. Jadi Indonesia khususnya BPK Penabur tidak kalah dengan Amerika Serikat yang mentargetkan tiap anak berusia 12 tahun harus mampu mengakses internet. Segera e-mail tsb dibalas. Bagaimana perkembangan selanjutnya, sangat menarik.

Usulnya didiskusikan bagaimana sebaiknya karena jumlah siswa di SMPK IV cukup banyak. Juga ada ide untuk memasang selain nama juga foto per kelas. Tetapi timbul kebutuhan bahwa hal ini harus minta ijin dari Kepala Sekolah. Segera Silka ditugaskan menghadap Kepala Sekolah untuk minta ijin, apakah jawabannya: "OKE deh, nanti saya coba, tapi nggak janji ya, soalnya hari hari ini lagi ulangan umum, jadi mungkin saya baru minta ijin setelah ulangan umum. Tapi... nanti kalau Pak Sit nggak percaya gimana ???" Dari jawaban ini terkesan Silka masih tahu tugas utamanya ialah ulangan umum yang harus dihadapinya. Berarti dia bisa membagi waktu dengan baik. Yang agak unik ialah timbul keragu-raguan dengan kata-kata "Kalau Pak Sit nggak percaya gimana?". Maklumlah Silka masih kelas dua SMP.

Pertanyaan-pertanyaan segera diajukan seperti, apakah tahu sudah berapa banyak anak yang memiliki internet di SMPK IV. Kalau tahu, tolong minta alamat-alamat e-mailnya. Silka menjawab: "Saya kurang tahu sih, tapi entar deh, saya coba tanyain, berapa banyak temen temen yang pake internet dan tahu alamat web ini..." Benar saja, esok harinya Silka melaporkan sbb: "Kemarin, saya sudah coba tanyakan kepada beberapa orang teman dekat saya yang juga pakai internet, tetapi kebanyakan dari mereka yang pakai internet di rumahnya adalah orangtua atau kakaknya, jadi mereka kurang tahu mengenai homepage SMPK IV."

Timbullah rasa ingin tahu dari mana Silka tahu ada home page SMPK IV. Inilah jawabannya: "Iya yah... tapi saya juga bisa dapetin alamat SMPK IV waktu lagi iseng iseng di Yahoo!, eh taunya ada..., bukannya sengaja nyari..." Memang Yahoo adalah

Page 2: (1997) TULISAN BG 1997

suatu program yang dinamakan 'search engine' yang disediakan di internet untuk mencari sesuatu informasi yang kita butuhkan. Caranya mudah sekali, hanya dengan menulis satu potong kata maka Yahoo akan melaporkan tempatnya di mana saja di seluruh dunia kata tsb dapat ditemukan. Semua ini berlangsung dalam waktu beberapa menit saja.

Beruntunglah Silka, mungkin kebetulan karena anak tunggal, maka dia memiliki komputer serdiri merk IBM type Aptiva seharga enam juta lebih dan memiliki alamat e-mail sendiri yaitu [email protected]. Ketika ditanyakan rupanya Anda hobby komputer, jawabnya: "Yah..lumayan sih...saya seneng juga.. Apalagi kalo udah masuk ke Netscape...". Memang kini program Netscape juga Microsoft Internet Explorer adalah program yang banyak digemari karena dengan program tsb kita bisa menelusuri banyak sekali informasi dari seluruh dunia. Kalau ingin melihat siapa saja yang menjadi kepala sekolah di BPK Penabur KPS Jakarta, silakan berkunjung ke home page BPK Penabur KPS Jakarta. Bukan hanya namanya saja tetapi juga ada fotonya. Kalau ingin tahu siswa BPK Penabur KPS Jakarta yang pernah ikut olympiade Fisika, Matematika dan Komputer juga ada di sana.

Saat ini masih terus dikumpulkan prestasi siswa-siswa BPK Penabur KPS Jakarta mulai dari prestasi tingkat kelurahan atau kecamatan sampai ke tingkat nasional. Mohon bantuan kepada sekolah-sekolah atau orang tua murid yang merasa prestasi siswanya belum diabadikan di internet bisa mengirimkan e-mail ke [email protected]. Memang berkat e-mail ini kita dapat berhubungan langsung dan secara pribadi tanpa mengenal batas waktu, ruang (tempat, negara, kota dll) bahkan tanpa mengenal birokrasi.

Tgl. 1 Februari 1997, Bambang Gunawan

BANTUAN DARI ALUMNI SMUK IBantuan dari alumni SMUK I dalam bidang internet sudah banyak dilaksanakan. Mula-mula pada awal tahun 1996, Jeffrey Rufinus, alumnus SMUK I 1981, menawarkan agar home page BPK Penabur KPS Jakarta dipasang di server bernama curie yang berada di University of Wisconsin di Madison. Waktu itu BPK Penabur KPS Jakarta memang sedang mencari tempat untuk sewa. Ada dua alternatif, yang pertama di Australia dan yang ke dua di Amerika Serikat. Iseng-iseng minta komentar dari J. Rufinus mengenai harga-harga yang ditawarkan. Apakah jawabannya? "Untuk sementara dan sambil mencari tempat yang permanen silakan pasang di tempat saya. Gratis!" Sejak itulah home page BPK Penabur KPS Jakarta bisa dilihat dan dikunjungi siapa saja dari seluruh dunia. Yang menarik bukan hanya home page BPK Penabur KPS Jakarta dipasang di situ tetapi home page CyberGKI dan UKRIDA menyusul di tempat yang sama.

Page 3: (1997) TULISAN BG 1997

Hasil nyata dari adanya home page BPK Penabur KPS Jakarta ialah datangnya surat dari Yoko Nishioka, Jepang. Melihat pada namanya pasti penduduk asli Jepang. Bukan alumni BPK Penabur yang sekolah di Jepang. Kalau surat dari alumni BPK Penabur yang berada di luar negeri dan berkunjung ke home page BPK Penabur KPS Jakarta, bukan suatu hal yang aneh. Mereka memang membutuhkan karena masih punya hubungan psikologis yang sangat dalam. Dalam suratnya Yoko Nishioka mengajukan permohonan untuk berkunjung ke BPK Penabur KPS Jakarta guna meneliti penggunaan internet oleh siswa-siswa SMUK di BPK Penabur KPS Jakarta.

Sayang kunjungan yang direncanakan pada pertengahan bulan Nopember 1996 itu tidak jadi. Walaupun demikian Ir. Jimmy Sadikin (Direktur Pelaksana) sempat diwawancarai melalui telepon. Pada bulan Januari 1997 timbul keinginan tahu hasil dari riset Yoko Nishioka tsb. Karena selain ke Indonesia dia juga berkunjung ke Malaysia dan Singapura. Segera e-mail dikirimkan kepadanya. Apakah jawabannya?

E-mail pertama tidak mendapat jawaban. Beberapa minggu kemudian dicoba lagi kirim e-mail ke dua. Barulah diperoleh jawaban sbb: "I am just finishing the report in Japanese and have not started to work on English one yet. It takes some time, I am afraid. I will send it to you when it is ready. Thank you." Wah sedih juga nih, laporannya dalam bahasa Jepang sedang penulis tidak bisa bahasa Jepang. Tiba-tiba timbul ide, bagaimana kalau minta bantuan alumni SMUK I yang sedang sekolah di Jepang. Segera e-mail tsb dikirimkan ke SMAKI-net dari rumah penulis sekitar jam 9 malam. Besok pagi kira-kira jam 7 ketika buka e-mail di kantor sudah ada jawaban masuk dari Yanto Suryono ([email protected]) sbb: "Saya sedang belajar di Jepang, tapi berlokasi di Hokkaido. Saya akan mencoba membantu dengan jalan mengirim e-mail ke Yoko Nishioka untuk meminta kesediaannya mengirimkan laporannya yang dalam bahasa Jepang tersebut kepada saya untuk saya coba terjemahkan."

Bagaimana jawaban dari Yoko Nishioka? Tidak ada jawaban sama sekali. E-mail berikutnya dikirimkan lagi, tetapi juga tidak ada jawaban. Rupanya Yanto Suryono juga tidak kehilangan akal. Apakah yang dilakukannya? Bacalah surat ini: "Sampai hari ini saya masih belum mendapat kabar dari Yoko. Saya sudah menghubungi alumni Hendry Muljadi ([email protected]) yang ada di Tokyo untuk menghubungi Yoko langsung melalui telepon, dan saya sedang menunggu kabar dari dia."

Beberapa hari kemudian datang e-mail dari Hendry Muljadi sbb: "Halo, saya Hendry Muljadi, alumni SMAK1 seangkatan Yanto. Tadi saya sempat berbicara melalui telpon dgn Yoko Nishioka. Saya rasa dia akan segera mengirim email ke pak Bambang. Dari pembicaraan di telpon, dia bilang kalau hasil penelitiannya itu masih belum selesai. Mungkin minggu depan baru selesai. Selesai disini, maksudnya sudah diperiksa oleh atasannya. Dan kemungkinan, utk dapat diperlihatkan kepada orang luar, akan makan waktu lagi, karena utk itu, perlu diperbaiki lagi tulisannya.

Page 4: (1997) TULISAN BG 1997

Entahlah, semacam sensor mungkin. Ok segitu dulu dari saya. Maaf membuat anda menunggu cukup lama."

Benar, tidak lama kemudian datang e-mail dari Yoko sbb: "Thank you for your interest on our research. I received your student's e-mail, and phone call about it. I am sorry the "Japanese version" of the report has not completed yet, but it will be ready very soon. Since this research is funded by NTT (Nippon Telegraph and Telephone), I will give this matter over to Ms. Kayo Ito, NTT. She will contact you later by e-mail. But I will continue to study the use of the Internet in school. So please keep in touch. Thank you very much."

Kepada Hendry Muljadi saya katakan sbb: "Terima kasih untuk Hendry Muljadi atas usahanya. Saya bangga sekali ternyata alumni SMAK1 cukup kompak dan mau saling bantu membantu. Dapat atau tidak itu laporan, itu masalah ke dua tetapi yang sudah saya peroleh ialah kerja sama yang baik dari para alumni SMAK1. Saya rasa hal ini jauh lebih berharga, lebih penting dan sangat membahagiakan." Moga-moga saja pernyataan saya di atas tidak salah.

Tgl. 1 April 1997, Bambang Gunawan

PERLUKAH AKTE BAKTIS/SIDI?Ada suatu hal yang menarik ketika membaca laporan di CNN Interactive pada tanggal 9 Februari 1997 sbb: "Clinton noted during Saturday's address that a Department of Education survey showed that 65 percent of schools had been connected to the Internet by last fall, compared to 35 percent in 1994." Itu di Amerika Serikat. Bagaimana dengan di Indonesia khususnya di BPK Penabur?

Ketika laporan ini dibuat belum ada satupun sekolah di BPK Penabur yang memiliki akses ke internet walaupun semua sekolah sudah memiliki home page untuk memperkenalkan sekolahnya. Nyata benar bedanya. Walaupun demikian manfaat dari home page BPK Penabur tersebut sudah dirasakan oleh masyarakat. Apa buktinya?

Sejak bulan Januari 1997 persiapan-persiapan untuk memproses siswa-siswa baru sudah mulai dilaksanakan. Salah satu yang sedang disiapkan ialah mencetak ulang Pedoman Penerimaan Siswa Baru. Tanggal 7 Februari 1997 konsep Pedoman Penerimaan Siswa Baru sudah siap untuk dikirimkan ke percetakan. Tanggal 8 Februari 1997 konsep tersebut dipasang pada home page BPK Penabur KPS Jakarta. Tanpa diduga, sudah ada yang baca.

Tanggal 9 Februari 1997 masuk e-mail dari Kwan Raharja ([email protected]) sbb: "Untuk keluarga orang tua calon murid yg belum di baptis apakah dapat diterima

Page 5: (1997) TULISAN BG 1997

di KPS, karena saya lihat salah satu persyaratan adalah copy Surat Baptis. Hal tsb karena kami adalah simpatisan GKI dan berkeinginan putera/i kami dididik secara dalam lingkungan kristen. Terima kasih atas jawaban dan perhatiannya." Wah, kaget juga dapat pertanyaan yang begitu cepat padahal brosur belum selesai dicetak. Jadi pasti informasi diperoleh dari home page BPK Penabur KPS Jakarta.

Segera pertanyaan tersebut dijawab melalui e-mail sbb: "Terima kasih banyak untuk pertanyaannya. Pedoman itu baru saja dipasang sedang brosurnya belum keluar dari percetakan tetapi sudah ada yang baca. Untuk keluarga yang belum dibaptis tentu saja bisa hanya saja "nilai" yang dimiliki lebih rendah. Selain faktor baptis, faktor ada saudara yang sudah sekolah di BPK Penabur juga dapat "nilai" tambah. Walaupun punya surat baptis tetapi prestasi akademiknya rendah (misalnya NEM) bisa tidak diterima karena kalah ketika di sort dengan calon yang lain. Saya baru saja komunikasi dengan alumni SMAK1 di Jepang. Agamanya Buddha tetapi dia sekolah di SDK XI, SMPK VII dan SMAK I. Namanya Yanto Suryono, e-mailnya: [email protected] dan personal home pagenya: http://home.ml.org/yanto/index.html. Kebetulan Yanto Suryono selain mewakili SMAK I juga mewakili Indonesia pada olimpiade Fisika tahun 1994"

Tidak heran kalau Presiden Amerika Serikat Bill Clinton memberikan bantuan kepada tiga negara bagian "Illinois, Mississippi and New Mexico will share $14.3 million" untuk membeli peralatan komputer dan latihan guru-gurunya. Inilah cita-cita Bill Clinton: "To give our children the best education, we must help them to harness the powerful forces of technology," he said. "For the first time in history, children in the most isolated rural towns, the most comfortable suburbs and the poorest inner city schools will have the same access to the same universe of knowledge."

Bagaimana dengan sekolah-sekolah di BPK Penabur KPS Jakarta? Marilah kita bantu dengan doa agar terus maju.

Tgl. 1 Maret 1997, Bambang Gunawan

DUA BELAS TAHUN BISA INTERNETPada harian Suara Pembaharuan tgl. 5 Februari 1997 ada diberitakan bahwa Presiden Amerika Serikat Bill Clinton memiliki sasaran bahwa tiap anak berusia delapan tahun harus sudah mampu membaca, tiap anak berusia 12 tahun harus mampu mengakses internet, mereka yang berusia 18 tahun bisa mengenyam universitas dan tiap warga AS bisa tetap belajar.

Page 6: (1997) TULISAN BG 1997

Luar biasa karena sasarannya tiap anak berusia 12 tahun harus mampu mengakses internet, sedangkan di BPK Penabur KPS Jakarta ketika laporan ini dibuat, guru-guru yang mampu akses internet masih dapat dihitung dengan jari.

Karena penasaran segera kirim e-mail kepada Isa Ismail ([email protected], [email protected]), wartawan Voice of America di Washington untuk meminta teks aslinya. Tidak sampai satu hari hanya beberapa jam kemudian teks asli sudah didapatkan yang berbunyi sbb: "MAKING SURE EVERY 8-YEAR-OLD CAN READ, EVERY 12-YEAR-OLD CAN LOG ON TO THE INTERNET (COMPUTER NETWORK), EVERY 18-YEAR-OLD CAN GO TO COLLEGE, AND EVERY ADULT CAN, IN SOME WAY, CONTINUE THEIR EDUCATION". Jadi tidak salah kutipan yang dibuat oleh Suara Pembaharuan tsb.

Bagaimana dengan Indonesia khususnya BPK Penabur KPS Jakarta? Kendala utama menggunakan internet ialah "MAHAL" karena pulsa teleponnya masih mahal. Kalau di Amerika Serikat mengakses internet berjam-jam bahkan ada yang berhari-hari, tidak ada masalah karena tidak ada sistem pulsa. Untuk bersaing dengan Amerika Serikat dalam bidang internet ini suatu yang mustahil. Kini apa yang bisa dilakukan?

Tahap pertama sebagai tahap jangka pendek ialah untuk guru-guru SMUK dan Kejuruan lebih dahulu, agar guru-guru tidak buta huruf alias buta internet. Hal ini telah dilaksanakan di PPPK Petra Surabaya. Saat ini semua SMUK (ada lima) dan satu STMK telah dapat mengakses internet. Untuk internet ini satu line telepon ditambah, satu set perangkat komputer disediakan dan biaya akses ke internet ditanggung oleh yayasan. Inilah alamat mereka: Kantor Petra ([email protected]), SMUK 1 ([email protected]), SMUK 2 ([email protected]), SMUK 3 ([email protected]), SMUK 4 ([email protected]), SMUK 5 ([email protected]), STMK ([email protected]).

Tahap berikutnya untuk siswa. Tahap inilah yang paling sulit. Kalau di Amerika Serikat anak umur 12 tahun bukan saja "boleh" main-main dengan internet tetapi "harus bisa". Sedangkan di BPK Penabur KPS Jakarta untuk siswa-siswa SMUK, kabarnya, masih "belum ada kesepakatan". Jadi untuk siswa-siswa SMUK masih ada dua kendala, yang pertama kendala "prinsip" dan ke dua adalah kendala "biaya yang masih mahal". Moga-moga saja kendala ke dua ini dapat diatasi oleh ide dari Pak Onno W. Purba: "Anda mungkin akan terkejut bahwa sebenarnya akses Internet amat sangat murah - bayangkan kalau kita cukup jeli dapat mengakses Internet 24 jam sehari pada kecepatan 64Kbps dengan iuran hanya sebesar Rp. 500-1000 / bulan / orang! - artinya biaya telepon selama beberapa menit sebetulnya cukup untuk mengakses Internet 24 jam sehari selama satu bulan pada kecepatan 64Kbps!

Tgl. 1 Maret 1997, Bambang Gunawan

Page 7: (1997) TULISAN BG 1997

NETDAY SEDUNIA, 19 APRIL 1997Pada tanggal 29 November 1996, radio Suara Amerika dalam rubrik Science Today bercerita tentang Netday 96 yang telah dilaksanakan pada sekolah-sekolah di Amerika Serikat. Karena hal ini sesuatu hal yang baru dan kebetulan semua sekolah BPK Penabur KPS Jakarta dapat dilihat di internet maka mengetahui situasi yang ada di Amerika Serikat tidak ada ruginya. Inilah cerita dari radio Suara Amerika tsb:

Jutaan anak sekolah di Amerika saat ini bisa mengakses jaringan komputer Internet dari sekolah masing-masing, dan menjelang tahun 2,000 nanti diharapkan semua sekolah dan semua perpustakaan di Amerika sudah masuk ke dalam jaringan Jalan Raya Informasi. Akses lewat Internet itu sangat membantu anak-anak sekolah dalam mendapat informasi paling baru dalam bidang ilmu pengetahuan yang sedang mereka pelajari.

Seorang guru tata-negara di sebuah SMP di kota Alexandria, misalnya, tiap pagi mengakses jaringan Internet untuk mencari bahan-bahan bacaan guna dibahas dalam kelas. Bahan bacaan itu antara lain mencakup laporan latar belakang apa yang terjadi di Bosnia, di Zaire dan Cina. Dengan bimbingan guru, murid-murid SMP itu diajak ikut mengetahui apa yang terjadi di bagian lain dunia, tentang sistem pemerintahan yang berbeda dan tentang pelaksanaan hak-hak asasi. Sebuah laporan mengatakan, sepertiga dari 107,000 sekolah dasar dan sekolah menengah di Amerika saat ini sudah masuk ke dalam jaringan Internet. Dan bulan Maret 1996, Presiden Clinton melancarkan apa yang disebut NetDay-96.

Sebagai bahan perbandingan bahwa pada tahun 1995 di Indonesia ada 7.735 SMU dengan jumlah siswa 2.471.584 dan jumlah guru sebanyak 203.374. Ada berapa SMU di Indonesia yang sudah masuk jaringan internet? Rasanya masih dapat dihitung dengan jari.

APA ITU NETDAY-96?

NetDay-96 adalah proyek untuk menghubungkan lebih banyak sekolah ke dalam jaringan Internet. Hanya dalam satu hari pada bulan Maret 1996 tsb, ribuan orang tua dan sukarelawan berhasil memasang jaringan kawat komputer yang menghubungkan 1/5 dari seluruh sekolah negeri di California ke dalam jaringan Internet. Akhir tahun 1996 sasaran pemasangan jaringan komputer itu diperluas ke 18 negara bagian. Kata Presiden Clinton, setiap sekolah dan perpustakaan umum di Amerika harus punya akses Internet tanpa bayar, supaya tiap siswa dan orang dewasa bisa mengakses seluruh khazanah ilmu pengetahuan yang terdapat di dalamnya.

Page 8: (1997) TULISAN BG 1997

PELOPOR NETDAY-96

NetDay-96 itu dimulai oleh Michael Kaufman, bekas guru taman kanak-kanak di California, dan John Gage, seorang pakar industri teknologi tinggi. Kedua orang itu membuka WorldWide Site, atau semacam kios di cyberspace untuk mencari dukungan bagi usaha menghubungkan semua sekolah di California lewat komputer. Patut dicatat, sejak 10 tahun belakangan ini banyak sekolah di Amerika sudah dilengkapi dengan komputer. Hasilnya luar biasa; 100,000 orang tua dan sukarelawan berkumpul, dan dalam satu hari saja berhasil memasang kabel komputer di 4,000 sekolah negeri di California. Kata Michael Kaufman, tujuan yang hendak dicapai semula adalah sederhana; yaitu menghubungkan komputer yang terdapat dalam lima ruangan kelas dan sebuah perpustakaan ke dalam jaringan Internet. Tapi respons yang diperolehnya sangat luar biasa.

Pada suatu hari Sabtu bulan November 1996, di sekolah dasar di kota New York, ratusan orang tua murid datang secara sukarela memasang kawat komputer. Kata Kaufman, orang-orang tua itu ada yang sama sekali tidak tahu soal teknik, dan malahan ada yang tidak tamat sekolah menengah, tapi yang penting mereka sadar akan pentingnya menciptakan sarana pendidikan yang paling baik bagi anak-anak mereka. Michael Kaufman menambahkan, tanggal 19 April 1997 akan dinyatakan sebagai hari NetDay Sedunia. Kegiatan itu diharapkan akan meluas tidak hanya di Amerika tapi juga di banyak bagian dunia lainnya. Bagi orang yang berminat ikut dalam kegiatan NetDay itu bisa mendapat keterangan lebih lanjut lewat Internet. Alamatnya: www.netday96.com

Suatu hal yang menarik dari moto NETDAY SEDUNIA tsb ialah "ON SATURDAY, APRIL 19, PARENTS, TEACHERS, STUDENTS AND STAFF WILL CONNECT EVERY SCHOOL IN AMERICA TO THE INTERNET".

Saat ini semua sekolah BPK Penabur KPS Jakarta sudah punya home page, berarti sejak tanggal 19 April 1997 semua sekolah di Amerika dapat berkunjung, melihat dan mengetahui sekolah-sekolah BPK Penabur KPS Jakarta. Tetapi bagaimana kebalikannya? Sayang belum semua sekolah BPK Penabur KPS Jakarta punya akses ke internet sehingga semua sekolah di Amerika bisa melihat BPK Penabur tetapi BPK Penabur tidak bisa melihat sekolah di Amerika.

Bagaimana cara mengatasinya? Rasanya kita juga perlu meniru Amerika dengan jalan mencari tenaga sukarelawan. Ketika ditanyakan, benaran nih, ada 100.000 orang tua dan sukarelawan berkumpul, dan dalam satu hari saja berhasil memasang kabel komputer di 4,000 sekolah negeri di California maka Isa Ismail, wartawan Suara Amerika menjawab sbb: "Lho, iya tho. Masa saya bohong? Begini: di banyak kota besar di Amerika ada semacam gerakan pengumulan kwitansi/receipt oleh murid-murid sekolah. Kwitansi itu didapat kalau belanja di supermarket. Toko-toko seperti itu mengadakan kerjasama dengan perusahaan komputer, dalam hal ini Apple. Supermarket akan memberikan sekian persen dari jumlah belanja yang tertera dalam receipt itu

Page 9: (1997) TULISAN BG 1997

kepada sekolah tempat murid-murid tadi belajar. Uang yang terkumpul kemudian dipakai untuk membeli komputer Apple dengan harga yang relatif murah. Hasilnya, praktis semua Sekolah Dasar/SMP dan SMA di Amerika punya komputer merk Apple. Jelas ini adalah iklan bagi Apple, dan murid-murid itu nantinya kemungkinan besar akan membeli atau minta dibelikan komputer Apple pada orang tua masing-masing! Saya kira, kalau belum ada sistem seperti ini di Indonesia, bisa Anda mulai! Coba saja hubungi perusahaan perakit komputer lokal dan toko-toko/supermarket setempat. Disamping itu, di Amerika juga ada kesadaran dari pihak orang tua murid untuk membantu anak-anak mereka supaya siap menghadapi abad ke-21 yang pasti akan padat komputer."

Moga-moga sekolah-sekolah BPK Penabur bisa ikut serta dan menjadi pelopor pada NETDAY SEDUNIA 1997 pada tanggal 19 April 1997.

Desember 1996, Bambang Gunawan

NASIB HOME PAGE BPK PENABUR KPS JAKARTA

Awal tahun 1996 adalah awal yang paling bersejarah di lingkungan BPK Penabur KPS Jakarta karena sekolah-sekolah BPK Penabur KPS Jakarta mulai dari Taman Kanak-kanak sampai tingkat Sekolah Menengah Umum dapat dikunjungi di internet. Alamatnya adalah: http://curie.ece.wisc.edu/bpkpenabur/kps-jkt. Tanpa gembar-gembor berarti sekolah-sekolah BPK Penabur KPS Jakarta sudah "go international".

Bagaimana hal ini memungkinkan? Hal ini adalah berkat jasa dari seorang alumni SMUK I tahun 1981 ialah Jeffrey Rufinus. Ketika sedang mencari tempat yang cocok untuk disewa, antara dua kemungkinan yaitu di Amerika Serikat atau di Australia, tiba-tiba J. Rufinus menawarkan tempat di University of Wisconsin Madison secara gratis. Tentu saja pesannya ini bukan untuk selamanya tetapi hanya untuk sementara waktu sambil mencari tempat yang permanen.

Tetapi yang disebut sementara telah mencapai waktu satu tahun tanpa terasa. Beberapa bulan yang lalu J. Rufinus telah menawarkan untuk joint dengan server FICA (Fellowship of Indonesian Christians in America), karena kebetulan waktu itu FICA sedang butuh dana untuk beli server baru tetapi sayang karena pengurus belum kenal dengan FICA maka tawaran tsb terpaksa tidak mendapat sambutan.

Karena ada keinginan untuk meningkatkan pelayanan melalui home page BPK Penabur KPS Jakarta maka J. Rufinus menawarkan sbb: "Kalau soal pemasangan web-server saja

Page 10: (1997) TULISAN BG 1997

(tidak termasuk lain-lainnya) banyak sekali di Amerika. Tetapi kalau usulan saya sendiri, ada baiknya beli 1 mesin saja (1 mesin PC) yang dedicated, dan kemudian mesin itu ditaruh di salah satu internet provider di Amerika. Mesin itu kemudian bisa ditaruh sebuah Operating System (Linux misalnya) dan bisa menjalankan mailing list, ftp server, webserver, membuka unlimited account, dll...dll... Salah satu keuntungannya adalah peng- operasiannya tidak terbatas karena semua server dikendalikan oleh "kita" (bpkpenabur), lagipula bisa dioperasikan siang hari dari Indo- nesian dimana traffic internet di USA sedang agak slow down. Untuk PC nya sendiri, bervariasi harganya, tetapi sebuah PC yang agak baik dari sudut CPU dan memory serta harddisk total harganya sekitar $2000 sampai $2500. Untuk sebuah server ada baiknya memory dibuat besar sekali karena memory yang akan berperanan besar (kalau bisa diatas 64 MB memory). Lalu, untuk provider, saya tahu ada 1 internet provider yang lumayan, namanya visi.com (di Minneapolis) dengan biaya bulanan $ 150 Untuk pendaftaran domain name bpkpenabur.org hanya $ 100 untuk 2 tahun pertama, dan $ 50/tahun setelah itu. Jadi perkiraan harga awal adalah $ 2500 + $ 100 + $1800 = $ 4400 untuk tahun pertama, untuk tahun selanjutnya hanya perlu sekitar $ 50 + $ 1800 = $ 1850 (dengan anggapan harga kontrak tidak naik). Tapi lihat keuntungannya, segala macam server bisa dijalankan."

Karena kebetulan ada pengurus BPK Penabur KPS Jakarta yang baru kembali dari Amerika Serikat dan sudah berkenalan dengan pengurus dari FICA maka timbul ide untuk joint dengan server FICA saja dengan harapan memperoleh harga yang lebih murah. Sayang sekali harapan ini tidak tercapai karena ternyata kalau joint dengan FICA bukannya lebih murah tetapi lebih mahal. Berikut ini perincian penawaran dari FICA. Initial Cost: ISP Set-Up and Consultation $ 100.00, Domain Name Registration $ 50.00, Additional Software $ 150.00, Total $ 300.00. Sedangkan Monthly Maintenance Cost: ISP Reselling Fee $ 50.00, Technical Support $ 750.00, Administration $ 50.00 (faxes, phone calls, stamps, etc.), Total $ 850.00. Sedangkan Monthly Disk Quota Pricing: 50 MB $50.00, 75 MB $75.00, 100 MB $100.00, 150 MB $150.00, 200 MB $200.00.

Kemudian iseng-iseng tanya ke Radnet. Diperoleh harga sbb: Biaya pasang server (server telehousing) : Setup : Rp 2.000.000,00, Monthly fee : Rp 2.000.000,00, Plus PPN 10%, Biaya pengurusan domain Rp 750.000,00 / 2 tahun.

Dari BATAVIAnet diperoleh penawaran sbb: Setup fee (sekali saja, untuk instalasi dsb.): Rp 300.000 - diskon 15% = Rp 255.000. Sewa space: Rp 60.000/MB - diskon 15% = Rp 51.000/MB/bulan. Minimum kontrak: 6 bulan. Jika kontrak 1 tahun, gratis 1 bulan (cukup bayar 11 bulan saja). Spesifikasi server: Operating system: BSD UNIX, Connection speed: multiple DS3 (45Mbps) ke Internet backbone. Bonus: Domain name: bpkpenabur.org, HTTP Server: http://www.bpkpenabur.org, FTP Server: ftp://ftp.bpkpenabur.org (untuk transfer file), Telnet (untuk logon ke mesin server), SMTP Server (untuk mengirim mail), POP Server (untuk menerima mail dengan jumlah account tidak terbatas), Program mailing list, Banner iklan di BATAVIAnet dan Indonesian Super Links, CGI-BIN, Java, ActiveX enabled.

Page 11: (1997) TULISAN BG 1997

Dari NETCOM diperoleh harga $2,160 setahun untuk fasilitas sbb: Domain Name registration & routing, 50 E-mail accounts, On-line E-mail maintenance, Full access NETCOM Business Center, FTP, 100MB disk space, 1,000MB monthly transfer, Weekly backup, Full CGI access, Traffic Logs.

Wah, bingung juga karena semua butuh biaya yang tidak kecil. Pada saat bingung tiba-tiba dari Amerika Serikat masuk komentar Hadi Wijaya S., laki-laki, umur 10-19 tahun, e-mail: [email protected] dan memberikan komentar sbb: I just want to say that this is a very good homepage. Actually I am proud of it because I am an alumni from BPK Penabur KPS Jakarta schools (TKK X, SDK X, SMPK VI). Just hope that BPK Penabur KPS Jakarta will always improve.

Kalau di atas dari seorang remaja maka di bawah ini dari seorang dewasa berumur antara 30-39 tahun dan setiap tahun selalu menyumbangkan buku dan majalah komputer/elektronika untuk SMUK dan STMK BPK Penabur KPS Jakarta. Namanya Puntjak Tan dari PT Lanindo Selaras, e-mail: [email protected] dan komentarnya: Saya baru keliling di home page BPK Penabur KPS Jakarta ini tapi saya lihat address emailnya Pak Benyamin masih yang lama takut kalau ada yang kirim email pakai address tsb. tidak sampai. Sejauh ini home page nya sih OK dan cukup keren. Mudah-mudahan terus dipertahankan dan data-datanya up to date. Thanks. Best Regards.

Kini, bagaimana nasib home page BPK Penabur KPS Jakarta? Mohon bantuan dengan doa (juga dana?) agar home page BPK Penabur KPS Jakarta panjang umurnya.

Tgl. 1 April 1997, Bambang Gunawan

Komputer dan Internet di BPK Penabur KPS Bandung

Pada tanggal 14 Maret 1997 jam 21:35:46 Irwan Hadi (siswa SMUK III kelas 2) mengirimkan e-mail ke BPK Penabur KPS Jakarta ([email protected]) dengan subject: Pemasangan Internet di sekolah. Sesuai dengan usulannya menurut Irwan Hadi sudah saatnya BPK Penabur KPS Jakarta memanfaatkan internet dalam proses belajar mengajar. Tentu saja hal ini membutuhkan persiapan yang cukup matang baik dari segi sumber daya manusianya yaitu guru-guru maupun fasilitas yang disediakan. Mengenai fasilitas Irwan Hadi memberikan laporan sbb: "Seperti yang saya saksikan sendiri komputer di ruang tata usaha mempergunakan komputer 486DX-2 66 yang sudah uzur dan memakai memori hanya 4 M. Hal ini tentu saja membutuhkan peningkatan tersendiri, sebab dengan komputer seperti itu jika ada guru yang hendak mempergunakan internet, ia akan merasa jenuh terlebih dahulu. Kurangnya penyuluhan tentang komputer dan penggunaannya pada guru-guru BPK Penabur KPS Jakarta turut

Page 12: (1997) TULISAN BG 1997

memberikan citra bahwa era globalisasi, era informatika belum diperhatikan sungguh-sungguh oleh BPK Penabur KPS Jakarta. Jika para guru seminimalnya mengerti cara menggunakan komputer dan tidak melulu menggunakan mesin tik untuk membuat soal atau catatan, serta guru itu mampu untuk menambahkan efek-efek menarik pada catatan yang diberikan, tentu saja murid-murid yang menerima catatan itu akan lebih lama menyimpan catatan yang diberikan. Yang sering saya perhatikan, soal yang dibuat, sudah tidak jelas, kotor (belepotan tinta stensil), ada yang bagian tebal-tipis tulisannya dan bahkan sering susah untuk terbaca. Menurut saya jika masternya (sheet paper) diprint dengan menggunakan printer tentu saja akan jauh lebih baik hasilnya."

Membaca komentar di atas Pak Ibrahim Surya, Ketua BPK Penabur KPS Bandung memberikan tanggapan sbb: "Mengenai komputer yang dipergunakan di KPS adalah komputer tua, saya pikir tidak demikian juga, karena dengan berkembangnya perangkat lunak dengan segala kelebihannya, mau tidak mau perangkat kerasnya juga terpaksa harus di upgrade, karena kami juga menginginkan tampilan surat/makalah/presentasi yang lebih baik. Sebagai contoh untuk laboratorium komputer di 2 SLTP dan 1 SMU sudah menggunakan prosesor Pentium, untuk tahun ini 1 SLTP lagi lab. komputernya akan diupgrade dari prosesor 486 SX menjadi Pentium 133. Jadi kami Pengurus juga cukup tanggap untuk mengikuti perkembangan, karena kami tidak ingin BPK Penabur tertinggal oleh sekolah lain".

Mengenai internet Irwan Hadi memberikan usulan secara panjang lebar dengan segala alasan seperti: "Saat ini saya melihat sekolah - sekolah di luar negeri, baik universitas maupun high school telah memiliki domain/nama/hubungan khusus ke internet, sehingga murid-murid dari sekolah tersebut dapat belajar mempergunakan dan memanfaatkan internet". Ternyata hal ini juga mendapat tangapan dari Ibrahim Surya sbb: "Mengenai usulan agar di tiap jenjang sekolah bisa mempunyai akses sendiri ke internet saya setuju sekali, cuma untuk saat ini barangkali untuk jenjang SLTP dan SMU saja dulu. Di BPK Penabur KPS Bandung kami mulai mencoba dengan SMUK 1 sebagai pelopor dengan perangkat keras yang memadai (Pentium 133, memory 16 MB) untuk keadaan sekarang".

Di lingkungan BPK Penabur KPS Jakarta baru di perpustakaan Tirta Marta BPK Penabur penulis bertemu dengan fasilitas internet dan CD-ROM, tetapi hal ini rupanya sudah menjadi standard di BPK Penabur KPS Bandung. Ibrahim Surya menulis sbb: "Untuk Perpustakaan SLTP dan SMU mulai tahun ini juga sudah dilengkapi dengan komputer yang dilengkapi dengan CD Rom berikut dengan koleksi CD Rom yang perlu seperti Encyclopedia (Grolier, Compton, Britanica dll.) Untuk para guru kami juga sudah menyediakan komputer disekolah yang dilengkapi dengan CD Rom, sehingga bagi guru yang tidak memiliki komputer pun dapat berlatih disekolah".

Kalau Irwan Hadi menulis sbb: "Saya sangat menyayangkan bahwa dari sekian banyak sekolah-sekolah BPK Penabur KPS Jakarta (dari TKK sampai SMUK), tidak ada satupun sekolah yang langsung memiliki akses ke internet. Jika kita para murid ada usulan yang ingin disampaikan, maka kita terpaksa mengungkapkannya langsung atau melalui surat. Dengan jumlah sekolah-sekolah yang cukup banyak (di Jakarta saja), saya rasa BPK Penabur KPS Jakarta dapat meminta penawaran atau bahkan harga khusus

Page 13: (1997) TULISAN BG 1997

dari provider internet yang akan digunakan. Serta saya rasa BPK Penabur KPS Jakarta dapat memiliki nama/domainnya sendiri contoh [email protected] atau [email protected] atau [email protected] dan lainnya". Maka inilah cita-cita dari BPK Penabur KPS Bandung: "Cita-cita kamipun sebagai pengurus dikemudian hari dapat menggunakan internet sebagai sarana untuk berhubungan antar sekolah atau sekolah dengan pengurus. Apalagi tentuya biaya untuk akses ke internet makin lama semakin murah dan semakin terjangkau".

Di atas adalah cita-cita pengurus, moga-moga saja cita-cita dari Irwan Hadi di bawah ini juga cepat tercapai: "Dengan adanya nama domain sendiri (bpkpenabur.ac.id), saya rasa juga akan menjadi salah satu kebanggaan BPK Penabur dimana BPK Penabur termasuk sekolah yang sudah menerapkan teknologi informasi yang canggih (internet) pada sekolah-sekolahnya. Saya juga merasa dengan adanya alamat internet seperti itu akan membuat bangga murid-murid yang sekolah di sekolah itu, apalagi jika murid-murid dari suatu sekolah di bawah naungan BPK Penabur itu juga memiliki account sendiri dengan memakai nama domain dari sekolahnya misalnya: [email protected] atau [email protected]. Bahkan untuk lebih jauhnya siswa-siswi yang pandai di dalam programming computer dapat membuat homepagenya sendiri-sendiri, misalnya Ani adalah anak yang pandai melukis, ia dapat memajang hasil lukisannya itu pada homepage. Dengan adanya nama domain, homepage sendiri, sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan BPK Penabur tentu akan lebih terkenal di seluruh dunia".

Tgl. 10 April 1997, Bambang Gunawan

Internet di PerpustakaanPada tanggal 16 April 1997 harian Suara Pembaharuan memberitakan bahwa "Internet Merombak Konsep Pendidikan" yang disampaikan oleh Onno W Purbo Ph.D. Selain mengemukakan bahwa keberadaan internet menjadikan biaya pendidikan menjadi murah dan dunia internet juga memungkinkan perombakan total konsep pendidikan yang selama ini berlaku. Juga mengemukakan pengaruhnya pada perpustakaan. "Perpustakaan yang biasanya merupakan arsip buku-buku, dengan dibantu teknologi informasi dan internet dapat dengan mudah mengubah konsep perpustakaan yang pasif menjadi lebih agresif dalam berinteraksi dengan penggunanya".

Membaca informasi di atas penulis jadi teringat dengan Perpustakaan SMP/SMU Tirta Marta BPK Penabur di jalan Sekolah Kencana, Pondok Indah. Perpustakaan SMP/SMU Tirta Marta BPK Penabur ini telah dilengkapi dengan 3 (tiga) unit komputer. Yang pertama digunakan untuk memproses peminjaman buku-buku oleh siswa-siswa SMP & SMU Tirta Marta BPK Penabur sehingga setiap bulan dapat dilaporkan 10 siswa yang menjadi kutu buku dan 10 buku yang paling laris dipinjam. Komputer ke dua digunakan untuk akses ke internet dengan alamat '[email protected]' dan ini sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Komputer ke tiga adalah paling lengkap karena ada CD-ROM dan

Page 14: (1997) TULISAN BG 1997

Sound Card bahkan baru saja dilengkapi dengan image scanner merk Hawlett Packard. Melihat alat-alat di atas maka menurut penulis Perpustakaan SMP/SMU Tirta Marta BPK Penabur adalah paling lengkap fasilitasnya di seluruh BPK Penabur.

Semua peralatan di atas memang tidak sia-sia. Suatu hari penulis menerima e-mail yang memohon bantuan karena ada file di Perpustakaan SD Tirta Marta BPK Penabur yang harus diperbaiki. File tsb adalah file data peminjaman siswa dan kebetulan rekap untuk masing-masing kelas menjadi double karena kebanyakan di-input sedang menghapusnya tidak berhasil dilakukan. Karena hanya satu file saja maka diusulkan agar file tsb dikirimkan kepada penulis melalui internet (e-mail). Tentu saja sangat tidak efisien dan suatu pemborosan yang besar sekali, berapa biaya bensin yang harus dikeluarkan untuk pulang pergi dari Tanjung Duren ke Pondok Indah dan berapa banyak waktu yang terbuang sia-sia selama di perjalanan, kalau harus datang ke Perpustakaan Tirta Marta BPK Penabur hanya untuk memperbaiki satu file saja. Setelah file tsb diterima dan diperbaiki segera file tsb dikirimkan kembali ke Perpustakaan Tirta Marta BPK Penabur. Semua hal ini hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam. Kalau harus datang ke Perpustakaan Tirta Marta BPK Penabur paling sedikit membutuhkan waktu tiga jam pulang pergi.

Selanjutnya di harian Suara Pembaharuan tsb tertulis sbb: "Beberapa konsekuensi menarik dengan banyaknya perpustakaan tersambung ke internet adalah sumber ilmu pengetahuan biasanya terbatas ada di perpustakaan sekolah/universitas lokal menjadi tidak terbatas dengan adanya akses internet". Membaca informasi di atas, penulis jadi teringat kepada puteri penulis yang mendapat tugas dari sekolahnya untuk mengumpulkan kliping mengenai "pianis". Sudah satu tumpukan majalah Gatra dibuka-buka tetapi belum juga ketemu. Segera ditawarkan untuk mencari di internet. Melalui program search engine yang bernama "Yahoo" hanya dalam waktu beberapa menit saja sudah terpampang di layar komputer daftar pianis dari seluruh dunia. Maka alangkah baiknya kalau di tiap perpustakaan di sekolah-sekolah BPK Penabur disediakan satu set komputer yang bisa akses ke internet sehingga bagi siswa yang belum memiliki internet di rumahnya dapat meminta bantuan dari para pustakawan di sekolahnya.

Selain dibutuhkan komputer juga dibutuhkan langganan ke suatu provider internet. Di Jakarta saat ini sudah puluhan jumlah provider yang memberikan pelayanannya. Ada pengalaman yang kurang enak terjadi pada CBN di mana alamat e-mail BPK Penabur KPS Jakarta terpasang. Setiap bulan selalu harus bayar Rp. 99.000,- untuk akses 40 jam. Berarti lebih dari dua ribu rupiah setiap jamnya. Memang ini sudah tarif standar untuk seluruh provider di Indonesia karena ditetapkan oleh pemerintah. Tiba-tiba datang tagihan dari CBN sebanyak 3 kali Rp. 99.000,-. Tentu saja kaget karena setiap bulan selalu teratur dikirimkan pembayaran melalui bank. Ketika masalah ini dicomplain ke CBN, mereka meminta di fax bukti pembayaran. Wah konyol, berarti setiap bulan selain harus pergi ke bank juga harus fax ke CBN. Bagaimana dengan provider lain?

Umumnya tidak banyak berbeda dengan CBN. Silka, siswa kelas 2 SMPK IV mengeluh sbb: "Saat ini saya sedang mikir untuk pindah perusahaan internet, abis Indonet tagihan pembayarannya nggak bener sih, orang udah bayar, dibilang belum bayar.., jadi setiap

Page 15: (1997) TULISAN BG 1997

bulan ditagih 2x, untuk bukti sudah bayar, saya jadi harus ngefax ke sana... sebel...". Ada provider lain (LinkNet) memberikan penawaran menarik untuk akses selama satu tahun biayanya Rp. 500.000,- untuk 480 jam, jadi setiap jam hanya sekitar seribu rupiah. Karena perhitungannya tahunan maka tidak perlu repot tiap bulan harus ke bank dan harus kirim fax ke provider. Bagi mereka yang tidak stabil memakai internet juga lebih menguntungkan. Kalau dengan sistim bulanan misalnya dengan jatah 40 jam per bulan, bila kita hanya menggunakan 30 jam sebulan tetap harus bayar seharga 40 jam tetapi begitu lebih dari 40 jam, setiap jam akan dikenakan biaya tambahan sebesar dua ribu rupiah. Melihat biaya dari LinkNet tsb, semua pustakawan di BPK Penabur KPS Jakarta dari tingkat SD sampai dengan tingkat SMU menyatakan tidak keberatan untuk menyisihkan dari iuran perpustakaan yang biasanya dibelikan buku-buku baru. Memang, sebenarnya yang dibeli bukan bukunya tetapi informasi yang ada di dalamnya dan kini informasi itu juga bisa diperoleh melalui internet.

Tgl. 20 April 1997, Bambang Gunawan

BIAR TULI TETAP DAPAT DISKUSI

Pada tanggal 26 Feb 1997 pada mailing-list DISKUSI SARA ([email protected]) terlihat surat sbb: "Terlebih dahulu mohon maaf atas penggunaan jalum (jalur umum, red.) ini untuk keperluan pribadi. Adakah di antara subsciber milis ini yang bisa menginfokan ke saya lewat japri (jalur pribadi, red.) home page dari TEMPO INTERAKTIF dan ISNET? Saya akan sangat berterima kasih atas bantuannya. L. Putuhena, Jatiasih, Pondok Gede 17423, E-mail: [email protected]". Tiba-tiba teringat teman lama yang bernama Lukas Putuhena, apakah ini orangnya? Segera e-mail tsb dijawab serta ditanyakan. Apakah jawabnya? "Hai! Apakah anda Bambang Gunawan yang tinggal di Roxy dulu, tempat kita belajar bareng malam-malam sebelum tentamen." Wah, kaget juga ketemu teman lama setelah 30 tahun. Lebih kaget lagi ketika mengetahui bahwa Lukas Putuhena saat ini dalam keadaan semi lumpuh dan tuli total. Inilah ceritanya.

Halo Bang, Wow! Keluarga semuanya aktif di BPK Penabur. Aku telah bertamu ke homepages yang anda sebutkan dan sudah bertemu juga dengan istri dan putri kedua anda di sana. Bukan main! Ngiri aku yang kini cuma sebatang kara (yang ini jangan ditangkap serius, cuma intermmezzo, lho!). Proficiat, Bang, atas keluarga bahagia yang telah anda bina. Nomong-ngomong, Bang, istri anda rupanya rekan guru hasil gaetan di Penabur, betul nnga? Aku terakhir ketemu Pak Singgih medio '95, pada waktu ada reuni

Page 16: (1997) TULISAN BG 1997

anak-anak psi masukan (saya nggak menyebutkan angkatan, karena angkatan biasanya diasosiasikan dengan jebolan) tahun '63 dan '64 di Putri Duyung. Aku waktu itu sudah setengah lumpuh tapi pendengarannya masih prima. Anda koq ngga datang? Dengan Bob Abednego yang konsultan management perusahaan, aku berkali-kali ketemu dia, terakhir tahun '80-an akhir. Pertengahan tahun lalu aku ketemu Michael Thung dan Tumenggung di suatu pertemuan di Cisarua. Ketika itu aku sudah jadi kambing conge. Oh ya, setengah bulan yang lalu aku terima telepon tak terduga (tentu saja yang bicara mewakili aku si Tini, yang kemaren menelepon anda) dari Ina Lie/Gunawan yang sekarang sudah menjadi Ina Wibowo. Itu lho, cewe cakep banget masukan th. 64. Anda kenal dia, bukan? Tak terduganya karena saya nggak pernah ketemu dia lagi, seperti halnya dengan anda, sejak masa-masa kuliah dulu. Dia menawarkan aku kesembuhan lewat doa dan menanyakan aku ikut di paroki mana. Paroki ialah pembagian wilayah berjemaat di kalangan Katolik. Aku bingung menjawabnya karena ngga tahu Jatiasih berada di paroki mana. Aku jawab apa adanya dan menyebutkan bahwa aku ikut paroki-net. Baik-baik benar rupanya teman-temanku, termasuk anda juga. Ina mengetahui keadaanku dari Dradjat. Anda kenal dia juga, kan?

Bang, akupun pernah menjadi guru (guru asal-asalan) pada saat awal-awal anda berkarya di BPK Penabur. Guru bahasa Inggris dan ilmu alam untuk para calon bidan di Carolus. Guru psikologi sosial untuk siswa sekolah pariwisata di SMA Theresia, sekolah perawat RS Angkatan laut dan di Kursus Perpustakaannya DEPDIKBUD. Pada tahun '74, aku meninggalkan pekerjaan guru dan mulai makan gaji (juga asal-asalan) di sejumlah aneka jenis perusahaan berturut-turut, dari jasa traktor di UT, tekstil, manufaktur sparepart kendaraan dan farmasi. Terakhir aku kerja di Indombil sampai aku diPHK setelah 6 bulan tidak efektif karena tuli mendadak di awal desember '95. Sejak PHK aku di rumah saja sendirian dengan dibantu seseorang boleh disebut sebagai housekeeper.

Membaca tulisan di atas, terus terang saya tidak percaya bahwa Lukas Putuhena yang ketika masih mudanya begitu lincah mengalami hal demikian. Pada foto sebelah kiri terlihat Lukas Putuhena sedang jongkok paling kanan. Foto tersebut dibuat tahun 1964 di depan ruang kuliah ketika Fakultas Psikologi Universitas Indonesia masih di jalan Diponogoro. Berikut ini cerita selanjutnya.

Bang, aku nikah dengan seorang gadis Bogor fresh from high school yang kugaet ketika aku berdomisili di sana karena hubungan kerja di tahun '76. Dari sebab itu umur kami berbeda jauh, namun perkawinan kami harmonis walaupun tidak dikaruniai anak. Aku benar-benar sangat kehilangan ketika dia meninggal karena kanker rahim di usia menjelang 42 tahun di bulan Maret '95. Aku sendiripun tidak lepas dari sejumlah penyakit menakutkan. Di pertengahan tahun '87 aku divonis menderita kanker nasofaring stadium lanjut. Penyebabnya menurut dugaan mungkin karena rokok yang sejak SMP sudah menjadi kebiasaanku menghisapnya. Aku berhenti merokok secara total langsung sejak vonis tadi dijatuhkan. Terapi radiologi maksimal yang dilakukan di RSCM yang ketika itu katanya tercanggih di dalam negeri tidak membuahkan hasil dan masih tersisa

Page 17: (1997) TULISAN BG 1997

residu di metastasenya di leher yang sebesar telur ayam. Dokter menyarankan agar aku menjalan kemoterapi untuk tindakan lanjutan, tapi karena prognosis dari hasil terapinya jelek, dua orang adikku yang juga dokter menyarankan lebih baik aku berobat saja ke luar negeri. Karena prevalensi kanker nasofaring lebih menonjol di derita orang-orang Asia, kami memilih terapinya di HongKong. Di sana metastasenya diangkat, dan di bekas operasinya ditanamkan isotop butir-butir emas radioaktif. Ini juga pekerjaan presisi waktu mengingat 'paruh waktu' radioaktifnya yang sangat singkat. Isotopnya di produksi di London, selesai produksi diterbangkan ke Hongkong dan dari airport langsung dibawa ke tempatku menunggu di kamar operasi. Sangat mencekam, kata istriku yang diusir jauh-jauh bersama orang-orang lainnya ketika kotak roda berisi isotop dengan lampu kedap-kedipnya lewat di dorong orang-orang berpakaian tahan radioktif dari kepala sampai ke kaki. Kejadian ini berlangsung di bulan Januari '88.

Tahun '93 giliran istriku di vonis kanker rahim lewat biopsi operasi pengangkatan tumor endometriosis. Operasinya sediri (sebelun vonis) mengalam pengunduruan sebulan, karena pada harinya tepat dijadwalkan aku terkena stroke yang hospitalisasinya memakan waktu dua bulan. Aku ada di MMC ketika istriku dioperasi di Carolus dan masih tetap berada di sana ketika vonisnya istriku dijatuhkan. Terapi maksimal yang diberikan ke istriku tidak mempan sehingga dia akhirnya meninggal 2 tahun kemudian.

'Stroke'ku terbilang cukup berat dan aku mengalami semi lumpuh dengan kesanggupan jalan a'la zombie. Aku jadinya ngiri sama anak perempuan tetangga yang berumur belum dua tahun, tetapi bisa berjalan jauh lebih cepat dariku sambil berlompat-lompat di tanah yang tidak rata. Aku masih beruntung karena dengan kesanggupan gerak yang terbatas aku masih diterima di tempatku bekerja. Tetapi musibahku tak kunjung surut dengan mampirnya sudden total hearing loss yang irreversible dengan predikat tambahan 'cause unknown'. Demikian kata dokter. Tiba-tiba aku jadi ngga bisa ikut diskusi, dengar radio dan musik, nonton televisi kecuali yang pakai text, kerja kantor dan seabrek kegiatan lainnya.

Bang, aku baru tahu ihkwal Isa Ismail setelah anda cerita. Laporan netdaynya akan saya baca. Tentang Nana Agus, aku pernah menemuinya sekitar sebelas/duabelas tahun lalu, ketika aku iseng-iseng mampir ke kampus Depok. Aku, senang sekali bisa diajak anda untuk berhubungan dengan Isa dan menunggu kabar selanjutnya dari/tentang dia. Barangkali anda bisa juga forwardkan tulisan saya ini ke dia. Is, apa kabar? Pingin, deh cerita-ceritanya anda dari belahan dunia sana. Regards to you and the family.

Bang, sampai di sini dulu, ya? Pingin denger deh kelanjutannya kabar anda. Regards to you, too, and to your family. L. Putuhena.

Syukurlah kemajuan tekonologi telah membantu Lukas Putuhena yang walaupun cacat dan tuli tetapi masih tetap dapat berkomunikasi dan berdiskusi dengan masyarakat khususnya masyarat di internet. Inilah ceritanya berhubungan dengan internet.

Page 18: (1997) TULISAN BG 1997

Betul juga, Bang. Selain membaca, saya membunuh waktu dengan surfing ke websites a.l. juga untuk gaetin cewe JPEG :-). Bang, saya bergabung ke internet kira-kira baru setengah tahun dengan modal pengetahuan komputer cuma bisa laporan WS dan bikin data base Lotus serta mengolahnya doang diprogram applikasi Windows. Sedangkan DOSnya dll. saya buta sama sekali dan bahkan waktu di kantor dulu untuk ngeprint hasilnya minta tolong staf. Jadi betapa repotnya ketika saya menghadapi internet dengan guiding singkat hanya beberapa jam dari petugas provider yang saya hadapi dengan kondisi tuli total. Guiding selanjutnya saya hanya dapatkan dari manual-manual dan fasilitas HELP. Nah, anda kirim saya 4 foto, kan? Seumur-umur baru pertama kali ini saya mendown-load foto di e-mail. Walhasil 3 bisa saya dapatkan dalam kondisi prima, walau yang saya liat ada nuansa kuning-kuningnya karena dari sononya sudah bulukan di makan waktu. Bang, saya suka dan senang sekali terima foto-foto anda dan trims banget-banget atas kirimannya (pakai logat gaya anak muda nih, boleh kan?) :-). Bila usahanya cuma seperti sekedar membalik telapak tangan, bolehkan anda mengirim kembali ke saya foto yang filenya bernama Lukas1? soalnya saya salah pencet dan hilang entah ke mana di dalam komputer saya. Bang, sekali lagi, trims. Foto-fotonya anda masukin via scanner tentunya. Wah, kalau dari tempat saya ngga mungkin untuk melakukan seperti hal itu. Ngga ada fasilitasnya!

Puji Tuhan, Lukas Putuhena bisa ber-internet-ria sehingga banyak saran dan bantuan moril yang diperolehnya. Salah satunya berasal dari Kanada dari Jusni Hilwan, beginilah bunyinya:

Kalau data yang diberikan Cak Nursalim belum lama ini akurat, yakni jumlah warga Paroki-Net sekarang ada 450, maka Anda semua tentu setuju kalau saya katakan mayoritas nge-ROM. Yang suka menulis, baik karangan asli maupun komentar atas sesuatu yang dibacanya, sedikit sekali. Taksiran saya, dalam suatu periode singkat tidak sampai 10% atau 45 orang yang berlainan. Namun, saya yakin meski Anda tidak pernah atau belum mengarang cerita, Anda bisa membayangkan prosesnya seperti apa. Bagi saya sih, kalau datang ide, terkadang saya ingat-ingat, terkadang saya catat, garis-garis besar saja, beberapa patah kata, apa yang akan saya tulis. Lalu begitu ada waktu saya tuangkan apa yang sebagian sudah ada di memory saya ke komputer, jarang-jarang ke kertas. Kalau tayangannya tidak panjang, satu jam sudah selesai. Bila ada waktu lalu saya baca ulang dan perbaiki lagi. Semakin banyak waktu saya, semakin sering saya baca ulang. Kalau saya menulis dalam keadaan terdesak misalnya karena tukang kredit hutang Paroki-Net sudah menunggu di depan pintu, ya saya cepat-cepat. Paling dua tiga kali saya baca ulang, sudah lalu saya tayangkan. Bandingkan cara saya menulis itu dengan apa yang akan saya kisahkan di bawah ini.

Saya tidak kenal dengan orang bernama Jean-Dominique Bauby. Saya yakin Anda juga tidak, kecuali Anda perempuan dan berbahasa Perancis atau suka membaca majalah bernama Elle. Ia pemimpin redaksi Elle. Tahun lalu ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang "ditulisnya" secara istimewa dan diberinya judul Le Scaphandre et le Papillon (The Bubble and the Butterfly). Tahun 1995 ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut 'locked-in syndrome', kelumpuhan total yang disebutnya 'seperti pikiran di dalam

Page 19: (1997) TULISAN BG 1997

botol'. Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah caranya berkomunikasi dengan para perawatnya, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya. Mereka menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip bila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya. "Bukan main," kata Anda. Ya, itu juga reaksi saya. Nah, lalu saya jadi merenung (apalagi kebisaan saya) setelah membaca kisah itu. Saya memang bisa menulis tayangan 4-5 buah per minggu dan kalau perlu atau ada waktu, bisa setiap hari. Namun, kalau saya disuruh "menulis" dengan cara si Jean, saya nangis dulu berhari-hari barangkali.

Sehabis saya mengagumi tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang luar biasa ini (ia meninggal 3 hari setelah bukunya diterbitkan) saya lalu mengatakan, "Berapapun problem dan stress dan beban hidup kita semua, warga Net ini, tidak ada artinya dibanding dengan si Jean!" Apa yang a.l. ditulisnya di memoarnya itu? "I would be the happiest man in the world if I could just properly swallow the saliva that permanently invades my mouth." Bayangkan, menelan ludah pun ia tak mampu :-(. Jadi saya dan Anda yang masih bisa makan bakmi, tak usahlah Bakmi Gajah Mada, supermie Rp 300 saja, seharusnya sudah berbahagia 100 kali lipat dibanding si Jean. Namun, Anda dan saya tetap saja mengeluh ... we are constant whiners. Bukan saja kita tidak menghargai bahwa ada orang yang kalau saja bisa menelan ludah, ia berikan segala-galanya, harta miliknya, eh kita saling "ludah- meludahi" sesama kita. Kita menjadi orang paling bahagia di dunia, bila lawan kita mati tenggelam di dalam ludah kita. Saya menjadi teringat kepada anggota keluargaku yang konon sedang ngambek kepada pasangan hidupnya. Sudah berminggu- minggu mereka saling tidak berbicara :-(. Aduh, kalian masih bisa makan bakmi, masih sehat segar bugar, kog sampai seperti itu sih.

Apa lagi yang dikerjakan Jean di dalam kelumpuhan totalnya selain menulis buku? Ia mendirikan suatu asosiasi penderita 'locked-in syndrome' untuk membantu keluarga penderita. Ia juga menjadi "bintang film" alias memegang peran di dalam suatu film yang dibuat TV Perancis yang menceritakan kisahnya. Ia merencanakan buku lainnya setelah ia selesai menulis yang pertama. Pokoknya ia hidup seperti yang dikehendaki Penciptanya, 'to celebrate life', to do something good for others.

Betapapun kemelutnya keadaan Anda saat ini, mereka yang sedang stress berat, mereka yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun melawan orang lain atau anggota keluarga, mereka yang sedang tidak bahagia karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, mereka yang jalannya masih terpincang-pincang karena kaki baru saja patah :-), mereka yang sedang di-PHK-kan, sedang dilecuti, saya yakin Anda, seperti saya, masih bisa menelan ludah. Semoga kita semua tidak terus menjadi whiner, pengeluh abadi, manusia yang sukar puas. Salam dari yang akan makan Bakmi Enci Scarborough di akhir pekan ini :-). jusni hilwan Internet id: [email protected] Scarborough, CANADA

Saya kagum bahwa Lukas Putuhena masih memiliki ketabahan yang prima sehingga dia bisa menulis seperti di bawah ini.

Page 20: (1997) TULISAN BG 1997

Bung Yusni, saya baru tahu dari Anda perihal Jean-Dominique Bauby dengan locked-in-syndromenya. Di tahun 1993 saya juga mengalami kejadian serupa, namun tingkat keparahannya lebih ringan. Jadinya lalu saya bisa merasakan betapa 'bukan main'nya daya tahan dia. Dibandingkan dia, pengalaman saya bukan apa-apanya. Saya waktu itu masih sanggup berkomunikasi dengan mendiang istri melalui cara menggerakkan jari tangan yang digeserkan ke atas papan alfabet. Usaha geser jari rasanya berat sekali karena tangan cenderung jatuh ke kasur karena gravitasi (andai saya dirawat di dalam space shuttle, tentu lebih mampu barangkali). Juga di samping adanya invasi saliva yang tak berkesudahan ke dalam mulut, ada kalanya saya juga rindu akan ketopraknya Bang Makmur yang enaknya sudah tidak bisa saya rasakan lagi, karena semua makanan dan minuman saya langsung dicemplungkan ke lambung lewat slang. Sementara sudah sebulan berbaring di High Care Unit rumah sakit, istri sayapun juga diopname dan dioperasi karena endometriosis. Kami tidak dihospitalisasi bareng di satu tempat, karena dokter-dokter kami berlainan rumah sakitnya. Nah, dalam keadaan terkapar di ranjang rumah sakit itulah dan sembari dikitari sejumlah dokter di sisi kiri, kanan dan kaki, saya dilapori bahwa istri menderita kanker ganas yang diketahui dari hasil biopsi kandungannya. Seusai hospitalisasi, saya menjalani rehabilitasi berupa physio dan speech therapy sekitar setahun sedangkan istri masuk-keluar rumah sakit menjalani kemoterapinya. Kantor saya tinggalkan selama 10 bulan dan masuk kerja kembali dengan keadaan fisik yang serba terbatas. Saya berjalan pakai tongkat dengan gaya zombie, dan pasti akan bergelayutan ke apa saja bila permukaan lantai tempat berpijak tidak rata. Bicara saya terbata-bata dan emosi saya mudah lepas kendali. Karena rasio praktis tidak mengalami hambatan, maka bukan main rasa malunya saya bila emosi saya terpicu oleh hal yang sepele saya. Saya bisa tertawa terkekeh-kekeh atau nangis tersedu-sedu bagaikan orang gila, hanya karena melihat hal-hal yang menyimpang. Terhadap istri saya Tuhan menentukan lain, dan saya merasa sangat kehilangan sejak berpulangnya dia di bulan Maret '95.

Musibah yang saya alami bagaikan tak kunjung henti. Di akhir tahun '95 saya mengalami apa yang dikatakan oleh dokter THT superspesialisasi telinga sebagai irreversible total hearing loss, causa: unkown. Terapi yang langsung dilakukan sia-sia a.l. dimasukkan ke 'decompression cabin/casule/whatever'nya Angkatan Laut dan disetel masuk ke kedalaman bawah laut sejam/hari selama 10 hari. Sejak menjadi tuli praktis saya memasuki satu lagi 'deprived World' dan tidak bisa keluar lagi. Saya menjadi 'kambing hitam' ... eh 'kambing conge' dalam artian yang sebenarnya, bila berada di antara orang yang sedang ngobrol/diskusi. Untung tidak ada yang 'ngegebuk':-). Saya tidak bisa lagi bertelepon, dengar radio ketika berada di dalam kendaraan, menikmati televisi, kecuali yang ada subtitlenya. Tidak seperti Bung Yusni, saya harus juga melupakan toko favorit yang menjual CDnya Julie London (Harry Belafonte juga lho!). Saya harus mengucapkan selamat tinggal untuk selama-lamanya dengan a.l. koleksi Blues, Swing Jazz New Orleans tahun dua puluhan, der Berliner Philharmonic Orchestra dengan konduktor Von Karayan, album-albumnya Mariah Carey dan banyak lagi.

Saya tidak dikaruniai anak, maka sehari-hari saya, seorang pengangguran karena tidak produktif lagi untuk kantor, lalu tinggal berdua saja dengan seorang seorang pembantu di rumah. Karena tidak ada kegiatan selain membaca saya lalu berinternet-ria saja,

Page 21: (1997) TULISAN BG 1997

karena promising buat seorang deprived person macam saya. Selain PC yang dibeli September tahun lalu, bekal untuk surfing di WEB dan ber-E-mail cuma sekelumit pengetahuan mengolah spreadsheetnya Lotus dan wordprocessornya WordStar di Windows ketika masih ngantor. Mengenai DOS saya buta sama sekali dan kagum sama staf yang bisa seenaknya saja mengutak-utiknya. Kapan saya bisa kaya begitu? Namun kemudian saya berucap 'thank God' ketika 'denger' bahwa DOS itu bakalan obsolete. Lewat Manual dan guidance satu dua jam dari petugas provider saya mengenal WEB dan E-mail. Jika ada masalah atau fasilitas HELP tidak bisa membantu, saya minta pembantu yang tamatan SD menelepon provider dan terjadilah hubungan segi tiga, saya, pembantu dan provider. Konyol tapi bisa berhasil! Arahan-arahan provider dengan istilah/perintah berbahasa Inggris yang diterima pembantu lewat kuping di telepon disampaikan ke saya lewat tulisan tangan. Kalau saya tidak sanggup menyimaknya, saya menanyakan/mengkonfirmasikan dengan bicara langsung dengan suara yang tidak sempurna, lalu si pembantu kembali menyampaikan responnya provider ke saya. Huh, betapa susahnya hal yang sepele ini!

Kalau ngga salah, saya mulai gabung dengan P-net Januari lalu, Dan saya puas dengan milis ini. Saya juga gabung dengan beberapa milis lain, but for me P-Net is the best. I like it! Kira-kira satu setengah bulan lalu saya mendapat kejutan berupa telepon dari seorang teman dari jaman masih mahasiswa dulu dipertengahan tahun '60-an, yang sudah 25 tahun lebih tidak pernah lagi saling kontak. Tentu Tini lagi, si pembantu, yang jadi perantara pembicaraan. Rupanya Ina, teman yang dulu cantiknya menawan itu, sudah mengetahui perihal kondisi fisik saya dari orang lain dan menawarkan saya untuk didoakan bersama seorang Romo dari Parokinya di Pluit. Oh, how nice you are, Ina! Tapi kemudian ada satu pertanyaan inosen dari dia yang membuat saya terkesiap, yaitu domisili saya berada di paroki mana? Sambil guyon saya menyebut sekenanya saja, Parokinet. Tini memberitahukan bahwa Ina tertawa mendengar jawaban saya. Sorry untuk Ina, saya memang tidak bisa menjawab pertanyaannya.

Saya menikah di luar gereja karena mendiang istri saya beragama Islam yang patuh. Dan memang sejak menikah saya lalu tidak lagi hidup menggereja. Namun, setahun belakangan ini melalui papasan yang sarat dengan semangat Kristiani dengan sejumlah orang, baik yang pernah dikenal maupun yang tidak, membuat saya dirundung kerinduan. Karena itulah saya lalu mencari info tentang paroki di mana saya bertempat tinggal a.l. melalui milis ini beberapa waktu yang lalu. Responnya menyejukkan. Sekali lagi, terima kasih untuk Bung Widyatmoko, Bung Windu beserta Mbak Endang, dan juga Mbak Anna Maria.

Bung Yus, I did and still do whine. I'm looking for my 'crutches of life' and I find them also here in this Parokinet,and certainly in your postings too. So please, keep on posting and thanks. L. Putuhena Jatiasih, Pondok Gede 17423 E-mail: [email protected].

Marilah kita bantu Lukas Putuhena dengan doa agar dia tetap tabah menanggung penderitaan yang dialaminya ini. Semoga cerita-cerita Lukas Putuhena dapat menjadi berkat untuk kita semua. Amin. (Bambang Gunawan)

Page 22: (1997) TULISAN BG 1997

PELUANG UNTUK ANAK IPSSesuai dengan kurikulum 1994, hanya di kelas 3 SMU ada penjurusan jadi perbedaan antara jurusan IPA dan IPS hanya berbeda satu tahun saja. Tetapi perbedaan kecil ini telah berakibat fatal untuk siswa-siswa dari jurusan IPS, peluang untuk masuk jurusan eksakta sudah tidak mungkin, beli formulir pendaftaran saja tidak boleh.

Pada pertengahan April 1997 saya memperoleh brosur dari STMIK Darma Bakti, dari namanya jelas Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer berarti syarat masuknya adalah jurusan IPA. Tetapi di situ tertulis syarat masuk adalah SMU semua jurusan. Lalu iseng-iseng brosur ini saya berikan kepada anak saya yang akan lulus tahun 1997 ini dari SMUK III jurusan IPS. Setelah dia pelajari brosur itu, lalu dia minta ijin untuk daftar. Wah, saya kaget, anak IPS ada minat belajar Komputer.

Kita ketahui pada tahun 1996 SMUK I dan SMUK III untuk semua jurusan yaitu A1 (Fisika), A2 (Biologi) dan A3 (Sosial) termasuk 10 besar dalam bidang NEM di antara SMU-SMU di DKI Jakarta. Berarti jurusan IPS di dua sekolah tsb tidak buruk.

Di samping itu kita juga ketahui bahwa seleksi untuk masuk IPA pada ke dua sekolah tsb adalah sangat ketat sehingga ada siswa yang tidak rela dijuruskan ke IPS lalu pindah sekolah dan diterima di jurusan IPA. Orang tua yang protes karena anaknya dijuruskan ke IPS juga banyak.

Saya jadi berpikir kalau anak saya ada minat untuk belajar komputer walaupun dari jurusan IPS tentu ada anak-anak lain yang dari jurusan IPS juga punya minat yang sama tetapi peluang ini sudah tertutup karena syarat masuknya IPA.

Alangkah baiknya untuk sekolah-sekolah yang masuk dalam 10 besar tidak perlu ada syarat IPA atau IPS lagi karena perbedaannya hanya satu tahun. STMIK Darma Bakti sudah berani mempeloporinya dan bersedia membuat kelas martikulasi untuk mengatasi kekurangan anak-anak IPS yang satu tahun itu. Alangkah baiknya kalau perguruan tinggi lain juga bersikap demikian.

Berikut ini komentar yang masuk:1. Date: Wed, 7 May 1997 20:33:46, From: Raul Kusuma Elnitiarta

([email protected]) Pak Bambang, rasanya kurang adil kalau anak IPS tidak boleh daftar ke komputer. Memang di sini pun kelas-kelas Kalkulus dan Linear Algebra diwajibkan untuk Computer Science, tapi itu diwajibkan untuk diambil dalam 2 tahun pertama di universitas. Sebagai murid CS, saya rasa asal ada minat dan logic yang bagus, anak IPS bisa sukses belajar komputer, baik CS atau IS. Raul (ps: salam untuk guru-guru SMAK III).

2. Date: Wed, 7 May 1997 22:53:32, From: R Tjachyadi ([email protected]) Hallo, saya setuju dengan ide untuk tidak membedakan jurusan IPA dan IPS sebagai persyaratan untuk masuk perguruan tinggi. Adanya pembagian jurusan

Page 23: (1997) TULISAN BG 1997

IPA dan IPS bukan sarana untuk mengelompokan siswa bodoh dan siswa pintar. Penjurusan seharusnya lebih diarahkan untuk membimbing siswa untuk memilih apa yang mereka suka dan apa yang mereka mau pelajari di perguruan tinggi. Dan saya rasa tidak ada salahnya apabila siswa yang pada awalnya tertarik pada jurusan IPS berubah pikiran untuk mengambil jurusan ekstakta di perguruan tinggi. Selama di SMA, walaupun saya anak IPA, kita diajarkan untuk mengeksklusifkan anak IPA dari anak IPS. Saya pribadi selalu menganggap bahwa siswa yang mengambil IPA masuk A1 atau A2 bukan karena ingin kelihatan pintar, tapi karena mereka tertarik di bidang ekstakta, begitu juga untuk anak IPS. Persepsi umum bahwa anak IPA selalu di atas anak IPS tidak selalu benar dan pemaksaan siswa untuk masuk IPS bila tidak bisa masuk IPA juga tidak baik utuk siswa itu sendiri. Belum tentu siswa yang menurut sekolah "tidak bisa masuk IPA" bisa melanjutkan sekolah dengan baik di IPS. Dengan memberikan kesempatan untuk anak IPS mengambil jurusan ekstakta di perguruan tinggi akan megurangi "kesenjangan" antara anak IPA dan anak IPS di SMA dan masalah siswa memaksakan diri untuk masuk IPA juga akan tidak segencar sekarang. Rachmad Tjachyadi, Alumni SMAK III Angkatan 93-94

3. From: Andy ([email protected]), Date: Thu, 8 May 1997 12:09:01 Bapak Bambang, umumnya STMIK memang menerima lulusan IPS, tergantung jurusannya. Sewaktu Bina Nusantara masih menjadi STMIK, jurusan Manajemen Informatika dan Komputerisasi Akuntansi menerima lulusan IPS. Untuk jurusan Teknik Informatika dan Teknik Komputer memang hanya menerima lulusan IPA. Setelah menjadi universitas, seharusnya lulusan IPS masih tetap diterima, tapi saya tidak tahu untuk jurusan apa saja, karena sekarang dibagi per fakultas dan nama jurusan banyak yang berubah. BG: STMIK Darma Bakti memiliki tiga jurusan yaitu Teknik Komputer (Robotika dan Teknik Komunikasi Data), Teknik Informatika (Internet dan Grafik & Multimedia) dan Manajemen Infomatika (Sistem Informasi dan Komputerisasi Akuntansi). Khusus untuk lulusan SMUK BPK Penabur walaupun dari IPS boleh memilih salah satu jurusan tsb.

4. Date: Thu, 08 May 1997 12:26:22, From: Fransiska ([email protected])Saya setuju sekali! karena saya mengalami hal seperti itu juga, ingin ambil komputer setelah tamat sma, tapi gara-gara syarat harus dari jurusan IPA tersebut, rasanya kesempatan saya jadi bertambah kecil, karena sulit sekali masuk jurusan IPA, terutama di SMUK1.

5. Date: Thu, 8 May 1997 19:11:07, From: Tirta W N ([email protected])Anak IPS banyak lho yang berminat untuk masuk komputer :) salah satunya saya :) , saya lulus tahun 1994 (*A3*), tapi setelah itu, karena saya ingin mengambil komputer, maka saya terpaksa harus pergi ke Melbourne untuk mengambil komputer. :), Tirta

6. Date: Thu, 8 May 1997 08:56:46, From: Kong Hoei Susanto ([email protected]) Setuju juga. Seharusnya perguruan tinggi membiarkan murid yang menentukan sendiri bidang yang mereka mau pelajari. Kalau mereka merasa bisa bersaing dengan yang lain, give them the chance. Everybody at some point can change their point of view, their thought, their opinion about something, termasuk bidang

Page 24: (1997) TULISAN BG 1997

pelajaran. They should have, at least, a chance to prove that they can go through it and succeed. Dengan membiarkan murid memilih majornya sendiri tanpa ditentukan dari IPA/IPS, at least they will have a chance to make up if they messed up at one point along the way to college. Ada representator dari Sandia National Laboratory, USA, yang bawa presentation about the Lab in one my classes. Dia sebagai freshman majornya Music, either di Princeton, Harvard, or MIT, I forgot. Terus di tahun sophomore dia pindah ke Math major. Waktu dia ketemu yang sekarang istrinya di junior year (EE major), dia pindah ke major Electrical Engineering block Material Eng. Graduate as an engineer. Terus lanjut ke tingkat Master di Nuclear Physics. He is now one of the senior engineer and head of one of Sandia National Lab's Department. Imagine what his life would be kalo dia dipaksa tetap di major Music. It could be better, it could be worse. At least he has a chance to choose his own way of life. That was one of the reason I went abroad for college here in US. It doesn't matter if you were economic students or physics. If you think you can succeed in what you choose, go for it. I did and I survive.

7. Date: Thu, 8 May 1997 10:12:53, From: Subianto Windoro ([email protected]) Jujur aja saya baru tau kalau pembagian jurusan di SMU hanya di kelas 3 saja. Keliatannya banyak sekali informasi yang agak ketinggalan buat saya. :) Tapi bagaimanapun juga saya tetap ingin memberikan sedikit pandangan saya ttg masalah ini. Sebenarnya pembagian jurusan di SMU (atau setidaknya di SMAK I dulu waktu angkatan saya dan sebelumnya) tidak benar2 dijalankan sebagaimana mestinya. Seharusnya pembagian jurusan tersebut ditujukan utk memberikan pilihan bagi murid2 yang akan naik kelas 3 (atau kelas 2 dulu), utk berkonsentrasi di mata pelajaran yang mereka minati. Tapi kenyataan pelaksanaannya berupa paksaan dari pihak sekolah dgn cara 'membuang' mereka2 yang tidak cukup IP nya ke jurusan IPS (A3). Maaf, ini hanya pandangan saya, mungkin bisa ditanggapi dari yang lain. Akibatnya pilihan pun menjadi tidak ada artinya. Cilakanya, mereka2 yang jurusan IPS pilihan utk jurusan selanjutnya di universitas menjadi sangat terbatas karena banyak sekali mata kuliah / jurusan yang menuntut calon mahasiswa mengambil jurusan IPA sewaktu SMA. Sedangkan mereka2 yang jurusan IPA bisa kemana saja tanpa batasan. Itu memang masuk akal mengingat banyak bahan2 di jurusan tehnik, ilmu alam, kedokteran/biologi dan matematik yang agak asing utk lulusan IPS. Memang bisa saja lulusan IPS pindah ke salah satu jurusan IPA waktu mendaftar ke universitas, tapi mungkin agak sulit utk mengejar ketinggalannya. Apakah dgn cara menghapus sistem pembagian jurusan adalah jawaban yang tepat? Saya rasa tidak. Konsentrasi ke mata pelajaran tertentu otomatis menjadi berkurang, dan sebagai akibatnya, kualitas sekolah bisa menurun. Misalnya, setelah sistem pembagian jurusan dihapus, mata pelajaran Fisika harus dikurangi jam belajarnya tiap minggu (dibanding ex-IPA dulu), mata pelajaran Biologi dan Ekonomi juga akan mengalami kejadian yang sama (dibanding ex-Bio dan ex-IPS dulu, resp.) setelah sistem jurusan dihapus. Akibatnya kualitas keseluruhan (overall quality) menjadi turun. Bukan itu saja, dgn adanya campur aduk seperti

Page 25: (1997) TULISAN BG 1997

itu, mereka yang kurang kuat fisikanya, ato kurang kuat biologinya, ato kurang mampu di ekonomi akan makin sulit utk mengikuti mata pelajaran tsb. Konsekwensi-nya: entah murid yang tidak naik kelas menjadi banyak atau guru2 terpaksa harus menurunkan kualitas pelajaran mereka. Ketidakpuasan murid2 karena diharuskan mengambil mata pelajaran yang mereka tidak sukai akan semakin bertambah. Sebenarnya sistem pembagian lama yang sudah harus pisah sejak kelas 2 SMA, menurut saya lebih bagus. Tapi pelaksanaannya harus dijalankan secara benar2. Murid2 harus bisa diberikan pilihan secara jujur dan tidak ada paksaaan, benar2 sesuai dgn minat dan keinginan mereka. Kalau soal requirement utk masuk ke universitas, saya rasa itu urusan universitas yang bersangkutan, dan menurut saya juga memang agak terlalu kasar pembagiannya (seperti misalnya jurusan IPA saja yang boleh mengambil komputer di uni, belajar komputer kan tidak perlu jurusan IPA, mana saja bisa). Tapi menurut saya masalahnya bukan di SMUK I tapi di universitas yang bersangkutan. Begitu saja, 'ma kasih.

8. Date: Thu, 8 May 1997 10:26:50, From: surya gardenia ([email protected]) Pak Bambang, saya salah satu alumni BPK yang sekarang ada di Amerika. Saya mau menambahkan komentar saja. Menurut pengalaman saya, saya tahu banyak sekali teman-teman yang masuk IPS dan tidak bisa meneruskan ke bidang teknik kalau melanjutkan belajar di Indonesia. Di sini, siswa dari jurusan manapun bisa masuk jurusan apa saja asal kelas-kelas dasar di university mendapat hasil yang bagus. Misalnya, kalau mereka tidak punya dasar kimia atau fisika yang kuat untuk masuk engineering, mereka harus mengambil kelas-kelas kimia dan fisika atau biologi yang lebih banyak daripada mereka yang punya background kuat. Menurut saya, sistem seperti ini tidak merugikan, malah menguntungkan.

9. Date: Thu, 8 May 1997 16:52:57, From: Irfan Ciputra ([email protected]) Hallo, saya Irfan, angkatan 1996, kalau boleh saya mau menambahkan sesuatu. Sebenarnya pokok yang saya lihat dari masalah ini adalah; sistem pendidikan kita tidak fleksibel. Sebenarnya tugas instansi pendidikan tingkat menengah atas (SMU) itu 'kan salah satunya untuk membimbing siswa mencari bidang yang benar-benar diminatinya. Dan yang saya lihat, dulu salah satu tujuan siswa masuk IPA karena lebih punya banyak pilihan setelah lulus (bisa masuk jurusan apa saja). Tapi setelah ada GBPP 1994 yang sekarang ini (dimana siswa IPA harus masuk jurusan IPA di universitas, dan begitu juga dengan siswa IPS harus masuk jurusan IPS di universitas), siswa SMU hanya punya waktu satu tahun untuk menetapkan jurusan mereka, yang nota bene juga menjadi hal yang akan mereka geluti sampai seterusnya. Kita seharusnya bisa lebih fleksibel dengan memberi merka waktu sebanyak mungkin untuk 'explore' di berbagai bidang, sampai mereka benar2 yakin apa yang paling cocok buat mereka. Kita bisa bandingkan dengan sistem pendidikan AS yang bisa dikatakan sangat fleksibel. Di SMU siswa boleh mengambil mata pelajaran apa saja (sesuai minat), dan pelajaran apapun yang diambil di SMU, siswa boleh masuk ke jurusan apa saja di perguruan tinggi. Bahkan di perguruan tinggi di AS, seorang siswa yang belum bisa menentukan jurusannya bisa 'explore' atau 'mencari-cari' (dengan mangambil mata kuliah dari berbagai macam bidang) sampai dua tahun. Irfan Ciputra.

Page 26: (1997) TULISAN BG 1997

10. From: "David Oka Gunawan" ([email protected]), Date: Fri, 9 May 1997 00:10:46 Hmmm... Pengen kasih input dikit nih, Bp. Bambang. Saya setuju dgn Subiantoro, itu tergantung dari univ-nya. Di Univ. of Wisconsin at Madison, penggemar komputer dari Business juga banyak, bahkan sampai dibuat major bernama: MIS (Management & Information system) / OIM (Operation & Information Management). U-W Madison termasuk one of the big ten univ. in USA dlm major ini! Tentunya org Indonesia yg mengambil juga banyak, krn banyak anak Indonesia yg mengambil business in Madison (one of the big ten for undergrad [S1], too). Penggemar Indonesianya juga tidak pandang bulu, bulu laki2x dan bulu perempuan juga banyak...=0) Juga demand dari perusahaan di Jakarta banyak utk jurusan MIS ini, terutama di Banking & di Arthur Andersen. Well, you all know why: we are in the era where a bit of knowledge about computer is a must, at least some of Spreadsheet program like Excel. d.oka.

11. Date: Sat, 10 May 1997 20:10:14, From: Harkim Kayatsu Wah kalo bisa semua perguruan tinggi tuh (Universitas) jadi jangan hanya Darma Bakti saja, seperti BINUS dan GUNADARMA juga universitas lainnya diusahakannya tuh, bila ide ini berhasil. Saya sangat berterima kasih kepada Bapak Bambang yang memiliki ide cemerlang ini. Saya sangat setuju dengan pendapat bapak.

Tgl. 11 Mei 1997, Bambang Gunawan

BPK PENABUR KPS CICURUG BER-INTERNET-RIA

Pada hari Jumat tgl. 16 Mei 1997 tiba-tiba diberitahukan bahwa ada interlokal dari BPK Penabur KPS Cicurug. Wah, kaget juga, tumben nih, ada apa ya, karena sebelumnya tidak pernah terima interlokal dari Cicurug. Ternyata dari Pak Sutiyo, Pengurus BPK Penabur KPS Cicirug meminta ijin untuk mengirimkan laporan keuangan untuk PH BPK Penabur melalui [email protected]. Nggak salah nih, BPK Penabur KPS Cicurug sudah punya e-mail jadi sudah bisa akses ke internet. Segera alamat e-mail BPK Penabur KPS Cicurug yaitu [email protected] dites dengan jalan mengirimkan surat sbb: "Terus terang saya kaget sekali bahwa diam-diam BPK Penabur KPS Cicurug dapat dihubungi dengan teknologi yang paling canggih saat ini yaitu internet. Pak Budianta dari Cirebon sudah janji mau memberikan alamat e-mail dari BPK Penabur KPS Cirebon tetapi sampai saat ini saya belum terima. Saya tidak tahu sudah ada atau belum. Tiba-tiba Cicurug yang benar-benar di luar dugaan sudah lebih dahulu. Tolong cerita sedikit dong latar belakang sampai memutuskan pasang internet atau buka e-mail di Cicurug ini. Tolong berikan informasi situasi pengurus, guru-guru berikut foto-fotonya supaya bisa dipasang baik di majalah Karya Wiyata maupun di homepage BPK Penabur".

Page 27: (1997) TULISAN BG 1997

Esok hari tgl. 17 Mei 1997 segera diperoleh jawaban dari BPK Penabur KPS Cicurug sbb:

Date: Sat, 17 May 1997 06:39:27, From: BPK Penabur KPS Cicurug, Subject: Asal usul bergabung dengan Internet

Hallo Pak Bambang, surat Pak Bambang sudah saya baca dan beginilah kalau munculnya dari kota kecil selalu mengagetkan. Dan saya juga sudah mendapat kiriman majalah elektronik. Saya sangat bangga sekali dengan terbitnya majalah elektronik dikalangan kita (yang dikiprahkan oleh gki yang didalamnya juga ada ikut serta bpk penabur dalam mengisi pendidikan).

Kalu Pak Bambang bertanya asal-usul Cicurug membuka e-mail, ceritanya begini: pada mulanya peristiwa Tasikmalaya dan disusul Rengasdengklok, saya buta informasi sebab saat itu saya menghubungi lewat telepon, sama sekali tidak bisa masuk baik ke Tasikmalaya maupun ke Rengasdengklok.

Dengan adanya kasus itu terpikirlah bahwa gki maupun kps Cicurug harus punya jaringan internet, supaya tidak buta informasi. Maklum Cicurug kota kecil dan rawan lagi. Kalau tidak mempunyai alat komunikasi yang canggih dan murah biayanya akan ketinggalan informasi dan akibatnya fatal. Mungkin Pak Bambang tahu, bagaimana Cicurug. Jemaat yang ada di Cicurug adalah jemaat yang ada diujung tombak. Maka dari itu, mohon Milis Cyber yang mempunyai bergudang-gudang informasi supaya dibagi-bagikan ke daerah-daerah. Dan tolong ketukan hati para dermawan untuk mensubsidi seperangkat komputer yang dilengkapi modem kepada daerah-daerah kecil supaya mereka tidak buta informasi.

Memang seperti apa yang ditulis Pak Bambang bahwa menggunakan jasa jaringan internet itu ada dampak negatip dan positipnya, tapi lebih banyak positipnya dibanding dengan negatipnya. Yang penting bagaimana iman kita dalam menghadapi era globalisasi.

Terakhir dan yang terpenting, bagaimana kita menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat Pedesaan yang miskin akan informasi. Itulah yang harus kita garap.

Terima kasih Pak Bambang, dan jangan lupa informasinya yang selalu saya nantikan sebab kami-kami yang ada diCicurug adalah masyarakat pedesaan yang miskin akan informasi.

Salam hangat, S u t i y o

Tidak lama kemudian Pak Sutiyo mengirimkan e-mail lagi dengan lampiran laporan keuangan. Terus terang ini pertama kali saya menerima laporan keuangan dari daerah via internet. Berhasil diterima dan berhasil dibuka dengan tidak kurang satu apapun walaupun menggunakan program yang spreadsheet yaitu MS EXCEL. Melihat program MS EXCEL yang digunakan rupanya orang-orang di Cicurug sudah lebih maju karena di

Page 28: (1997) TULISAN BG 1997

Jakarta sendiri masih banyak yang menggunakan program Lotus 123 (di Amerika Serikat program ini sudah ditinggalkan) untuk membuat laporan keuangan. Benar-benar hebat dan patut dikagumi kepada BPK Penabur KPS Cicurug. Inilah surat pengantar untuk mengirimkan laporan keuangan tsb.

Date: Sat, 17 May 1997 07:03:17, From: BPK Penabur KPS Cicurug, Subject: Neraca April 1997

Pak Bambang Yth, Pak Bambang tolong lampiran surat ini yang tersimpan di ATTACHMENTS di klik dua kali dan mohon bantuannya supaya disampaikan di kantor Sekretariat PH.BPK Penabur. Atas bantuan dan kerja sama yang baik kami ucapkan terima kasih. S u t i y o, KPS. Cicurug, Attachment Converted: C:\MAILBOX\BOOK1.XLS

Dari kenyataan di atas adalah suatu bukti bahwa daerah tidak perlu ketinggalan asal ada kemauan. Semoga jejak dari BPK Penabur KPS Cicurug ini dapat diikuti oleh daerah lain. Tetapi anehnya di kantor pusat PH BPK Penabur sendiri sampai saat ini belum memiliki e-mail. E-mail dengan alamat [email protected] adalah e-mail pinjaman dari suatu perusahaan yang bernama PD GEMBALA NIAGA, pinjamnya nggak tanggung-tanggung sudah lebih dari satu tahun. Apakah mau pinjam terus selamanya?

Banyak yang penasaran, koq Cicurug bisa punya internet, bagaimana proses belajarnya? Inilah jawaban dari Pak Sutiyo.

Kepada Pak Pdt. Kuntadi dan Pak Bambang, terima kasih atas suratnya. Saya berusaha untuk memiliki jasa jaringan internet, tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi dari seluruh pelosok. Apakah itu dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Sebab saya mempunyai cita-cita untuk menyerap informasi sebanyak mungkin dari mereka yang kaya akan informasi. Dan informasi itu akan saya sebarkan kepada mereka yang belum menerima informasi tersebut,terutama kepada masyarakat pedesaan. Mengapa saya selalu berfikir masyarakat pedesaan, sebab masyarakat pedesaan adalah tulang punggung negara untuk pengadaan pangan. Suatu contoh,kalau masyarakat pedesaan tidak mau menanam padi dan sayuran; dampaknya adalah bahwa masyarakat perkotaan khususnya kota besar seperti Jakarta akan mengalami kelaparan.

Dalam pelatihan manajemen agroindustri dan agrobisnis yang pertama diadakan atas kerja sama antara Departemen Pertanian Indonesia dan Departemen Pertanian Jerman dan yang kedua diadakan oleh LPPM, IPB dan Departemen Koperasi dan PPK disitu ditekankan bahwa informasi sangat diperlukan oleh masyarakat pedesaan.

Dalam setiap pelatihan, saya selalu mengikutinya dan terakhir saya dapat predikat terbaik satu untuk Indonesia.

Page 29: (1997) TULISAN BG 1997

Maka dari itu dengan adanya jaringan internet yang masuk ke Indonesia, saya sangat berbangga hati; mudah-2an sarana ini dapat dimanfaatkan oleh penggunanya berdasarkan kebutuhannya masing-masing dengan tujuan yang positip.

Khusus kepada kelembagaan kita, saya mohon kepada bapak-bapak untuk mengusulkan kepada PH. BPK Penabur supaya bisa memasyarakatakan sarana ini ke semua KPS-KPS. Sebab dengan menggunakan sarana ini sangat menguntungkan sekali. Satu contoh, saya minta tolong kepada Pak Bambang kemarin untuk menyampaikan laporan keuangan KPS Cicurug kepada PH.BPK Penabur yang saya kirim lewat user gembala hanya dalam waktu 2 menit. kalau dihitung dengan rupiah sudah menghemat ribuan rupiah; dengan waktu 2 menit berarti tidak ada satu pulsa dan kalau dihitung dengan rupiah tidak kurang dari seratus rupiah. Pada hal yang saya kirim adalah 7 lembar , kalau saya kirim lewat pesawat facimile saya harus mengeluarkan biaya sekitar 7 x Rp.1.800 = Rp.12.600 berarti secara ekonomis saya bisa menghemat biaya sebesar Rp.12.500,-

Pengalaman saya dalam penggunaan jasa jaringan internet, pertama-tama masih buta dalam mengoperasikan. Tetapi karena saya berkemauan keras untuk menggunakan jasa tersebut, yang cerita asal usulnya sudah saya ceriterakan kepada Pak Bambang; saya tidak kehilangan akal untuk menghadapi kesulitan untuk mengoperasikan internet. Saya panggil tehnisi internet, saya bayar Rp.50.000 untuk mengajari saya selama sehari penuh. Saya tidak malu-2 untuk bertanya, sebab saya memang belum bisa. Tepatnya saya menggunakan jasatersebut tanggal 15 April 1997. Yang penting bagaimana kita bisa mengendalikan pulsa.

Kalau Pak Bambang mengatakan bahwa di PH BPK Penabur tidak ada yang mengoperasikan, menurut saya itu tidak masuk akal. Sebab semua karyawan yang ada di PH BPK Penabur bisa mengoperasikan komputer. Sebab mengoperasikan jasa jaringan internet jauh lebih mudah dibanding mengoperasikan komputer.

Dan jikalau ada satu masalah tentang internet, saya selalu telepon kepada personel internet untuk memberikan petunjuk.

Terakhir, mudah-mudahan PH.BPK Penabur cepat membuka e-mail; supaya saya tidak numpang terus kepada Pak Bambang. Sementara PH. BPK Penabur belum membuka e-mail boleh kan Pak saya numpang titip laporan lewat e-mail Bapak?

Ah, sudah jam satu malam Pak; saya sudah ngantuk dan atas kerja sama yang baik saya ucapkan terima kasih.

Terima kasih diucapkan kepada Pak Sutiyo atas kesaksiannya, semoga bermanfaat baik untuk PH BPK Penabur maupun KPS-KPS lain di daerah.

Tgl. 20 Mei 1997, Bambang Gunawan

Page 30: (1997) TULISAN BG 1997

Domain Name: bpkpenabur.or.idPerjuangan untuk memiliki domain name sudah berlangsung sejak akhir tahun 1996. J. Rufinus mengusulkan untuk daftar di Amerika Serikat dengan nama "bpkpenabur.org". Tetapi karena perlu biaya maka harapan tsb kandas. Home page BPK Penabur telah menyita tempat sebesar 30 MB dan ini juga perlu biaya yang cukup besar.

Puji Tuhan. Saat ini sudah ada domain name 'bpkpenabur.or.id'. Juga sudah bisa di akses home page BPK Penabur pada alamat 'http://www.bpkpenabur.or.id' hanya sayang link-link yang ada di dalamnya belum berjalan mulus karena masalah huruf besar dan huruf kecil. Hal ini disebabkan server BITNET menggunakan operating system UNIX. Mohon maaf dan bersabar. Alamat lama yaitu 'http://curie.ece.wisc.edu/bpkpenabur' masih bisa di akses.

Pada majalah PENABUR, Berita Bulanan BPK Penabur KPS Jakarta, No. 3 Thn. XXIII Maret 1997, telah ada tulisan "Nasib Home Page BPK Penabur KPS Jakarta" yang memprihatinkan kelangsungan 'hidup' dari home page tsb. Alamat lama yang sifatnya sementara sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Tidak lama lagi J. Rufinus akan selesai studynya dan kembali ke Indonesia. Untuk pindah tempat ternyata butuh biaya yang cukup tinggi. Rupanya Tuhan berkehendak lain, tiba-tiba Pak Fofo Sariaatmadja (Tua-tua dari GKI Kayu Putih) dan Pak Fo Loeng Wahidin (Direktur PT. Bitnet Komunikasindo) turun tangan menyediakan tempat secara cuma-cuma di server BITNET bahkan juga membuatkan domain name 'bpkpenabur.or.id'.

Selain itu kini juga sudah ada alamat e-mail baru yaitu '[email protected]' dan moga-moga akan menyusul '[email protected]', '[email protected]', '[email protected]' dan kota-kota lain yang ada sekolah-sekolah BPK Penabur. Dengan adanya alamat seperti di atas maka identitas BPK Penabur menjadi lebih mantap dan lebih dikenal oleh masyarakat luas. Tidak tertutup kemungkinan adanya alamat untuk sekolah-sekolah di lingkungan BPK Penabur. Mari kita dukung dengan doa agar tidak lama lagi ada alamat seperti ini: '[email protected]', '[email protected]', '[email protected]' dan seterusnya. Dan kalau Tuhan berkenan juga ada alamat e-mail dari tiap-tiap guru sehingga komunikasi bisa lebih baik dan kelak akan menumbuhkan kerja sama yang lebih manis.

Seperti disebutkan di atas, manfaat lain dari internet ialah kemudahan untuk berkomunikasi dengan siapa saja ke seluruh dunia. Pada tanggal 27 Mei 1997 datang surat yang ke tiga kalinya dari James Lailah ([email protected]) dari Australia yang ditujukan kepada Bu Elika di SMUK V. Halo Bu Elika. Saya kira surat saya yang pertama sudah sampai, apa iya yach? Saya masih nggak ngerti tentang bagaimana cara

Page 31: (1997) TULISAN BG 1997

ibu bisa balesin surat saya, karena nggak ada internet access di SMUK V. Yach, gimanapun juga saya tunggu loh balesannya.... Terima kasih banyak Bu, buat keterangannya, walaupun singkat tapi itu sudah cukup untuk memberi saya ide mengenai apa yang terjadi...pokoknya, makasih banyak udah bantuin saya (murid udah jauh-jauh masih nyusahin). Memang untuk percobaan saya itu...sebenarnya saya tujukan pake sinar matahari langsung tapi berhubung di sini lagi deket musim dingin jadi selama 2 minggu terakhir matahari nggak nongol sama sekali....saya kelabakan jadinya, akhirnya saya putusin pinjem lampu infra merah dari temen. Jadinya sih memang rada susah jelasinnya...abis info tentang inframerah sendiri kan saya baru tahu dikit banget, saya jadi berteori sendiri....tapi saya dapet B loh (baru dibagiin hasilnya kemaren), nanti kapan-kapan saya coba lagi deh percobaan ini dengan sinar matahari langsung. oh iya, di sini kalau percobaan gitu....disupport banget sama sekolahnya, mau peralatan yang gimana aja dipinjemin (kalo mereka punya) waktu itu saya sempet coba pake termometer digital (akurat banget loh) terus kalo nimbang di sini pake timbangan digital juga....dan nggak pake ngantri lagi. Kelas Fisika saya cuma 9 orang...praktikumnya cukup sering di sini, dan bebas kalo lagi percobaan mau kreatif sendiri (asal aman saja). Bu, mengenai silabus...saya rada nggak nangkep maksudnya, apa daftar isi mengenai pelajaran saya atau yang lainnya...misalnya jenis soal disini atau cara ngajarnya...Saya minta penjelasan singkat yach Bu...soalnya nanti saya tanggal 24 Juni ke Jakarta (wah,kebetulan benget !) jadi kalau mau pesen apa-apa atau sebagainya saya bisa siapin sekarang. Nanti saya cerita semuanya deh.... Di sini kadang soalnya bisa lucu banget loh....Saya waktu itu dapet soal matematika buat assaignment, Soalnya gini : Pada suatu hari ada 2000 ahli matematika sedang mengadakan pertemuan...setiap mereka diberi nomor registrasi (no1-no2000). Pada pembukaannya, ketua perkumpulan itu meminta agar setiap orang yang nomor registrasinya habis dibagi 1 berdiri...tentu saja semua berdiri ! Lalu dia minta agar semua orang yang nomornya habis dibagi 2 duduk...tentu saja separohnya duduk. Lalu dia minta agar semua yang nomornya habis dibagi 3 untuk berdiri (jika sedang duduk) dan duduk (jika sedang berdiri) sisanya tetap pada posisinya. proses ini diulang untuk pembagian dengan 4 Hanya orang yang nomornya tidak habis dibagi 4 yang bertahan pada posisinya (duduk/berdiri). kemudian proses ini dilanjutkan sampai ke 2000. Pertanyaan : BERAPA ORANG YANG BERDIRI PADA AKHIR PERMAINAN INI ? Saya baca soalnya sudah pusing duluan tuh....kok ada-ada aja yach bisa bikin soal gituan ? Bu, itu soal bagus loh ....mungkin Bu Kezia, Bu Louis, Pak Agung atau ibu sendiri berminat untuk memecahkan "Problem" tersebut... OK deh, sekian dulu yach Bu...saya banyak assaignment buat 2 hari lagi nih....mesti pake SKS (warisan dari Indonesia tuh) kalo pingin selesai pada waktunya. Salam buat semuanya....terima kasih. Best Regards, James Lailah

Dari surat di atas dapat ditarik kesimpulan walaupun James Lailah sudah tidak menjadi siswa SMUK V tetapi hubungannya masih tetap mesra dengan guru-guru SMUK V. Terlihat jelas saling memanfaatkan dan saling bantu membantu. Memang di situlah letak

Page 32: (1997) TULISAN BG 1997

dari hikmahnya internet. Sangat heran sekali ketika beberapa hari yang lalu masih ada seorang rekan yang menanyakan apa manfaat internet untuk sekolah.

Kalau fakta di atas dari Australia, berikut ini laporan dari Singapore yang dibuat oleh Yoko Nishioka (peneliti dari Jepang yang juga ingin meneliti BPK Penabur) ketika melakukan penelitian tahun yang lalu: "Pemerintah sangat menaruh perhatian pada penggunaan internet. Tetapi internet belum sampai pada tahap dimasukkan ke dalam kurikulum. Guru dan murid sudah tidak memiliki waktu dan tenaga yang luang untuk hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan ujian sekolah."

Proyek yang menggunakan internet di Singapore:

1. IT Master Plan. Ditargetkan pada thn 2007, di seluruh sekolah akan ditempatkan jek untuk sambungan LAN di 600 tempat

2. JC (Junior College) Net. Proyek percobaan pertama yang menggunakan internet dengan kurikulum secara aktif

3. STW(Student`s and Teacher`s Multimedia Workbench). Untuk menguji sistem pendidikan yang menggunakan computer. Dilakukan di 6 buah sekolah.

4. Internet@The Library. Di 10 perpustakaan negara, dapat melakukan akses ke internet. Dimulai sejak Oktober 1995.

Proyek lain yang menggunakan computer:

1. AITP(Accelerating the Use of IT in Primary Schools). Proyek pendidikan informasi utk tingkat sekolah dasar. Percobaan dimulai dari tahun 1995, pada 6 sekolah. Mulai 1997, proyek dimulai secara reguler.

2. Edutainment Centres. Dimulai Mei 1996. Pusat utk anak2 dari umur 5 s/d 12 tahun untuk dapat menjadi akrab dengan computer.

Bagaimana dengan Malaysia? Inilah laporan yang diperoleh dari Yoko Nishioka:

1. Proyek Munsyi. Dikepalai oleh Educational Technology Division. Penempatan terminal di sekolah2 menengah atas di 14 daerah. Internet digunakan sebagai sumber informasi tambahan utk bahan pelajaran yang telah ada. Hasilnya dijadwalkan utk diumumkan pada pertemuan seluruh negeri Desember 1996. Sebagai percobaan tahap 2, dijadwalkan utk mengadakan percobaan di 1000 sekolah. Utk memenuhi kebutuhan service dan material utk hal ini, dibuka tender utk perusahaan asing.

2. Educational Network Project. Dikepalai oleh Curriculum Development Division. Dimulai sejak tahun 1994. Proyek ini dilakukan di 50 sekolah menengah atas. Telah berakhir.

Bagaimana dengan Indonesia? Yoko Nishioka menemukan sbb:

1. Proyek dari Asia Development Bank (ADB). Dikerjakan di 50 sekolah. Sebatas penggunaan e-mail. Wasantra-net sebagai provider.

Page 33: (1997) TULISAN BG 1997

2. Proyek dari World Bank - School Initiative Project. Dijadwalkan dilakukan di wilayah Jakarta. Secara jelas tidak dijadwalkan mengenai penggunaan internet, tapi kemungkinan itu ada. Secara detil masih dalam tahap peninjauan.

Bagaimana dengan BPK Penabur? Tim yang dipimpin oleh Hosea S. Tanutama (pengurus BPK Penabur KPS Jakarta) telah menyusun proposal yang tidak kalah canggihnya. Moga-moga saja mendapat dukungan dari semua pihak sehingga BPK Penabur terus bertambah maju.

Tgl. 1 Juni 1997, Bambang Gunawan

Internet di SLTPK IISebagai hadiah karena memiliki NEM tertinggi se-DKI Jakarta SLTPK II (SMPK II) memperoleh internet. Untuk tingkat SMU sudah banyak sekolah yang memiliki internet. Misalnya di PPPK Petra Surabaya semua SMUK berikut STMK sudah memiliki internet yang resmi milik sekolah. Untuk tingkat SLTP (SMP) mungkin SLTPK II (SMPK II) yang pertama di Indonesia. Tidak salah kalau Pak Boediono dari Depdikbud langsung mendaftarkan SLTPK II bersama SMU Negeri Denpasar mewakili Indonesia dalam kegiatan di SEAMEO.

Tgl. 23 Juli 1997 komputer yang akan dipakai untuk untuk internet di SLTPK II sudah diisi program-programnya. Account untuk SLTPK II juga sudah dibuka di BITNET dengan alamat: "[email protected]". Segera dikirimkan e-mail ke SMAK1-net sbb: Halo alumni SMPK II. Sebagai hadiah karena prestasi NEM tertinggi se DKI Jakarta maka SMPK II dapat internet. Direncanakan hari Jumat tgl. 25 Juli 1997 komputernya akan dipasang di SMPK II. Mohon bantuan untuk alumni SMPK II agar mengirimkan e-mail ke alamat SMPK II yaitu "[email protected]" sehingga pada hari Jumat tsb guru-guru SMPK II sudah dapat membaca pesan-pesan dari mantan murid-muridnya. Terima kasih sebelumnya.

Benar. Tgl. 25 Juli 1997 ketika guru-guru SLTPK II memeriksa mailbox sudah cukup banyak surat-surat yang masuk. Inilah komentarnya.

Judha Wirawan ([email protected]) menulis sbb: "Salam. Saya ingin mengucapkan selamat atas dipasangnya sambungan internet ke SMPK II. Semoga para guru dan murid SMPK II bisa memakai sarana ini untuk senantiasa membangun citra SMPK II. Untuk Pak Amiril, Pak Eka, Ibu Hanna, Pak Samedi, Ibu Juli, Pak Fried, Ibu Debora, Ibu Adoe, juga Ibu Nina, Pak Munir yang mungkin sudah tidak mengajar di SMPK II lagi, dan in memoriam Pak Kwik dan Ibu Tan, anda-anda sekalian selalu saya ingat sebagai pemberi landasan pendidikan yang saya dapatkan. Saya melihat foto-foto bapak dan ibu di homepage SMPKII. Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian masih segar-segar seperti yang saya ingat 12 tahun yang lalu. :) Memori mengenai kalian seringkali

Page 34: (1997) TULISAN BG 1997

menjadi bahan percakapan antara sesama alumni, suatu kenangan yang tidak akan terlupakan (termasuk kenangan kena hukuman dsb :) ) Sekali lagi, bagi seluruh guru-guru SMPK II, selamat mempergunakan jasa internet sebagai penunjang kegiatan pendidikan di SMPK II. Tehnologi hanyalah berguna sejauh manusia mampu memakainya, semoga seluruh SMPK II bisa memanfaatkan tehnologi internet sebaik-baiknya. Judha Wirawan, Alumni 85, Software Engineer, Phoenix Technologies Ltd., Los Angeles, California."

Setiono Tandriono ([email protected]) menulis sbb: "Wah, sekarang K II udah punya internet yah. Keren sekali...... Entar Pak Leo jadi ajarin anak-anak maen internet dong ? ( Pak Leo masih ngajar komputer kan ? ) K II sekarang lain sekali yah dengan K II jaman saya sekolah dulu. Di samping fasilitasnya yang makin OK, kualitasnya juga makin siipp. Bikin bangga kita-kita yang alumni aja. Semoga makin sukses yah di masa depan...... Bravo SMPK II !!!!!"

Surya Gardenia ([email protected]) hanya menulis singkat sbb: "Halo Ibu Adoe...atau guru yang mana saja...saya Natalia dari angkatan '92..."

Dicksen Tanzil ([email protected]) juga menulis secara singkat sbb: "Halo Bapak/Ibu Guru dan Staf SMPK 2, Selamat atas keberhasilan SMPK 2 dalam (lagi-lagi) mencapai NEM tertinggi!!! Memang SMPK 2 selalu terbaik... :) Salam, Dicksen Tanzil (d/h Ng Wie Sen), alumnus 1988, PhD candidate, Dept of Chemical Engineering Rice University, Houston, Texas".

Hizkia Gunawan ([email protected]) menulis sbb: "Salam. Pertama-tama saya ucapkan selamat kepada staff guru SMPK II atas keberhasilan mereka meraih nilai NEM tertinggi di DKI. Senang sekali mendengar kabar tersebut, dan beberapa bulan lalu saya visit web page SMPK II dan melihat daftar guru-guru. Saya bermaksud mengirim e-mail tapi rupanya guru-guru belum mendapat fasilitas e-mail secara pribadi. Salam saya dan sekali lagi selamat, khususnya kepada guru-guru yang mengajar saya dari tahun 1980-1983: Pak Amiril, Pak Teng, Ibu Hanna, Pak Sam (Wali kelas saya waktu kelas 3, tahun 1983), Ibu Juliani (Wali kelas saya waktu kelas 1, tahun 1980), Pak Fritz, Ibu Debora, Pak Riyanto (tata usaha), Pak Waluyo (pekerja). Keep up the good work! Hizkia K. Gunawan, Fresno, California."

Donald Satriobudi ([email protected], [email protected]) mengucapkan: "Hallo guru2 SMPK II saya Donald dari angkatan 93 SMPK II saya cuma ingin mengucapkan selamat kepada para guru yang telah menjaga prestasi SMPK II .......hidup SMPK II !!!!, Donald.

Semmy G ([email protected]) juga menulis sbb: "Wah...k2 sekarang dah tambah canggih ya...sudah mulai pakai internet...seperti sekolah2 diluar negeri saja...=) Ok... gotta go now... take care ! Semmy G."

Page 35: (1997) TULISAN BG 1997

Haryanti Arif ([email protected]) menyampaikan: "Hallo....bapak2 dan ibu2 guru di K II?!?!!? Masih inget ngga sama saya?!?! saya Fransisca Haryanti ...anak angkatan '91!! Waktu itu saya seangkatan ama Monica Ika, Binsar, Clement, Imelda Krisiani, terus....siapa lagi yah?!?!!? Ibu Deborah, Ibu Yuli, pak Eka, Ibu Rina, Pak Amiril, eeeh.....siapa lagi yah?!?!!? pokoknya semua yang ada disana deh!!! Congrats yah atas prestasinya K II!!!! Semoga tetap jaya!!! salam dari haryanti. C'YA ALWAYS, HAR....The Imoewt

Tidak ketinggalan Bejamin K. Gunawan ([email protected]), Ketua Komp. Sarpras merangkap Wali Penghubung SLTPK II juga mengirimkan e-mal sbb: Pak Amiril dan semua guru di SMPK II. Selamat Pagi, selamat bergabung di Internet, semoga fasilitas ini dapat lebih menunjang perkembangan di SMPK II. Dengan kemajuan yang cepat dalam bidang komunikasi, maka akan ada peluang-peluang yang besar dalam sumber informasi, karena kita sudah masuk di abad informasi, maka yang menguasai informasi yang banyak katanya akan lebih berpeluang maju (asal jangan kebanyakan informasi terus bingung...) dan juga dengan adanya fasilitas email maka komunikasi akan lebih cepat dan terbuka, sehingga masukan-masukan yang berupa dorongan maupun koreksi akan lebih mudah diterima, saya harap para guru juga menyiapkan diri dalam hal ini, karena kritik-kritik yang membangun ataupun tidak akan lebih mudah masuknya, seperti beberapa surat dari orang tua murid yang sudah diterima di KPS melalui email berkenaan kepindahan sekolah di Bintaro. Setiap masukan hendaknya diterima dengan hati lapang dan dipilah mana yang harus segera ditindak lanjuti dan mana yang harus disimpan dulu untuk diproses sesuai perkembangan waktu, dan mana yang tidak perlu di tanggapi. Sekali lagi Selamat atas keberhasilan yang telah dicapai dan mari kta pertahankan terus ! Salam dalam Kristus, Benjamin K. Gunawan, Wali penghubung SMPK II".

Surat dari Pak Ben langsung dijawab oleh SLTPK II sbb: "Terima kasih untuk surat dan internetnya. Direncanakan internet akan diletakkan di perpustakaan dan saya yang bertanggung jawab. Sayang komputernya tidak pakai CD-ROM dan lebih baik ditambah laser printer supaya surat-surat yang masuk atau informasi yang dibutuhkan dapat dibaca oleh guru-guru kata Pak Amiril. Salam dari Rinna Setiawan."

Dengan adanya internet di SLTPK II, kini timbul pertanyaan: "Bagaimana dengan sekolah-sekolah lain?". "Apakah harus menjadi Juara I NEM se-DKI baru dapat internet?". Internet memang ada segi negatifnya tetapi jauh lebih banyak segi positifnya. Dengan adanya internet di SLTPK II dan dengan asumsi fasilitas ini dimanfaatkan secasa maksimal maka dikuatirkan kesenjangan antara SLTPK II dengan SLTPK lain makin jauh. Sekarang saja sudah terbukti, sejak tahun 1989 tidak pernah ada satupun SLTPK lain yang bisa melewati prestasi SLTPK II dalam bidang NEM. Bila kita ingin SLTPK lain juga meningkatkan mutunya maka fisilitas harus diberikan sama atau seimbang. Moga-moga saja tidak lama lagi SLTPK lain juga dapat internet.

Tgl. 1 Juli 1997, Bambang Gunawan

Page 36: (1997) TULISAN BG 1997

IKUT AT&T VIRTUAL CLASSROOM CONTESTSetiap tahun AT&T (the American Telephone and Telegraph, perusahaan besar dalam bidang telekomunikasi) mengadakan Virtual Classroom Contest yang diikuti oleh k.l. 30 negara dari seluruh dunia. Tgl. 22 September 1997 adalah batas akhir pendaftaran. Tahu adanya lomba ini tgl. 19 September 1997. Wah, sangat singkat sekali waktu persiapan untuk daftar. Karena lomba ini sangat menarik, segera diusahakan agar minimal ada satu sekolah BPK Penabur ikut serta. Menarik, karena membuat sebuah home page untuk proses belajar mengajar dan harus dilakukan kerja sama antara tiga sekolah dari tiga negara. Walaupun tidak menang lomba, bisa kerja sama dengan sekolah di negara lain sudah menimbulkan banyak sekali keuntungan.

SLTPK 2 sudah memiliki proyek Information Technology in Education SEAMEO RELC maka untuk AT&T Virtual Classroom Contest, SMUK 1 ditunjuk ikut partisipasi dan Pak Markiano Masin, guru Fisika, ditugaskan menjadi pembimbing. Dengan agak mendadak dan sedikit nekat langsung formulir pendaftaran diisi dan dikirimkan lengkap dengan testing yang dinamakan 'knowledge audit'. Bagaimana hasilnya? Richard Pavonarius dari AT&T Virtual Classroom Contest Secretariat menjawab sbb: Date: Mon, 22 Sep 1997 16:13:34 00000, To: [email protected], Subject: Virtual Classroom Knowledge Audit Results, Dear Markiano Masin: I have just checked the results of your Knowledge Audit and I'm happy to let you know that you passed.

Selain ke SMUK 1, informasi lomba ini juga disampaikan melalui e-mail ke SMUK 3 pada Irwan Hadi, siswa kelas 3IPA. Rupanya dia tertarik. Setelah mempelajari http://www.vc97.attjens.co.jp/, Irwan Hadi menanyakan bahwa pesertanya harus minimal 20 siswa, bagaimana nih? Karena waktu sudah tinggal sedikit, segera dijawab: "Jangan pikirkan jumlah peserta, isi saja sesukanya". Syukurlah Knowledge Audit yang menjadi persyaratan utama berhasil lulus walaupun dikerjakan seorang diri oleh siswa SMUK 3 ini..

Tahap berikutnya ialah cari pasangan dua sekolah dari negara lain, tidak boleh dari negara sendiri. Proses ini sudah mulai menarik karena harus aktif "melamar" dan kalau diri kita (sekolah kita) menarik, banyak "dilamar". Komunikasi seluruhnya dilakukan dalam bahasa Inggris.

Dari Indonesia hanya ada tiga sekolah yang daftar yaitu SMUK 1 (dua tim), SMUK 3 dan Kanisius. Yang dibutuhkan oleh panitia hanya 60 group a 3 sekolah (180 sekolah) tetapi yang daftar mencapai 308 sekolah dari 36 negara. Terpaksa dilakukan undian.

Page 37: (1997) TULISAN BG 1997

Syukurlah, dari Indonesia yang dapat adalah SMUK 3 dan SMAK 1 (SMUK 1 tim B). Kanisius gagal dalam undian.

Pasangan SMUK 1 adalah ITS "Citta' del Tricolore" dari Italia dan Wako Kokusai High School dari Jepang, dengan nomor group: VC-57.

Pasangan SMUK 3 adalah Mayflower Secondary School dari Singapure dan W.D. Cuts Community School dari Kanada, dengan nomor group: VC-25.

Bila berminat mengetahui lebih lanjut silakan berkunjung pada http://www.vc97.attjens.co.jp/INDEX.HTM

Mohon dukungan doa, agar proyek yang akan dibuat nanti juga memberi hasil yang baik dan mengharumkan nama BPK Penabur.

Bantuan dari Primanet

Bantuan sudah mulai mengalir. Primanet segera menyumbang dua account internet gratis untuk digunakan selama AT&T Virtual Classroom Contest yaitu [email protected] untuk SMUK 1 dan [email protected] untuk SMUK 3.

Masalah sarana prasana untuk SMUK 1 sudah tidak ada masalah karena baru saja dapat hadiah seperangkat komputer untuk internet sebagai hadiah karena NEM tertinggi se-DKI Jakarta. Tetapi SMUK 3 masih belum memilikinya. Ada yang berminat untuk membantu? Untuk sementara komputer untuk CAI juga digunakan untuk internet. Komputer CAI ini ada di lantai 3. Terpaksa Kepala SMUK 3 berswadaya pasang kabel telepon dari kantor SMUK 3 ke ruang CAI. Salut untuk Pak Arifin Jos yang merangkap jadi "tukang telepon". Karena SMUK 3 belum memiliki modem maka kini tiap hari Irwan Hadi bawa modem dari rumahnya. Jangan heran kalau tas sekolah siswa BPK Penabur besar dan berat. Kini isinya bukan saja setumpuk buku juga ada modem di dalamnya.

Tahun depan

Karena AT&T Virtual Classroom Contest ini sangat menarik, alangkah baiknya kalau tahun depan lebih banyak sekolah BPK Penabur yang ikut serta. Saat ini memang sudah dinyalakan 'green light' oleh Ketua KPS Jakarta agar semua SMUK (ada lima) di BPK Penabur Jakarta memiliki akses ke internet, hanya pelaksanaannya yang masih seret. Moga-moga tahun depan bukan hanya dua SMUK BPK Penabur Jakarta yang ikut serta tetapi ada lima SMUK BPK Penabur Jakarta juga ikut serta.

AT&T Virtual Classroom Contest ini juga terbuka untuk tingkat SD, SLTP dan SMU. Karena tahun 1997 ini hanya ada 18 group dari seluruh dunia untuk tingkat SD maka untuk tingkat ini tidak dilakukan undian. Jadi kalau ada SD BPK Penabur ikut serta sudah pasti tidak mungkin gagal karena undian.

Page 38: (1997) TULISAN BG 1997

Moga-moga tahun depan kita akan melihat, lima SMUK BPK Penabur Jakarta ikut serta, satu atau dua sekolah masing-masing dari SD dan SLTPK ikut serta. Kalau ada dari daerah ikut serta lebih baik lagi. Mulai dari sekarang persiapan sudah harus dilakukan. Jangan sampai pengalaman tahun ini terulang karena hanya punya waktu tiga hari untuk daftar. Moga-moga ini bukan hanya "mimpi".

Tgl. 1 Oktober 1997, Bambang Gunawan