Download - 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Transcript
Page 1: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

1

STUDI PEMBANGUNAN PASAR IKAN HIGIENIS (PIH) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

LAPORAN PENELITIAN

OLEH : INDRA GUMAY YUDHA, S.Pi., M.Si.

NIP 132231087

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2005

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 2: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

2

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Propinsi Lampung memiliki panjang pantai 1.105 km2 dan luas wilayah pesisir

sekitar 16.625,3 km2 merupakan salah satu propinsi dengan keragaman

potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup besar. Keragaman

potensi tersebut meliputi sumberdaya ikan, rumput laut, teripang, ubur-ubur,

udang, kerang hijau, kepiting, dan sumberdaya perikanan lainnya yang

tersebar di sepanjang perairan Pantai Barat, Pantai Timur, Teluk Lampung

dan Teluk Semangka. Selain wilayah pesisir, propinsi Lampung juga memiliki

berbagai jenis perairan umum seperti sungai, rawa, waduk, dan danau yang

juga mengandung potensi perikanan air tawar yang cukup tinggi. Dengan

luas wilayah perairan yang demikian diharapkan sektor perikanan dapat

dijadikan unggulan sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD) Propinsi

Lampung.

Walaupun Propinsi Lampung memiliki potensi sumberdaya perikanan yang

cukup tinggi, namun tingkat konsumsi ikan rata-rata per kapita penduduknya

masih di bawah jumlah yang dianjurkan. Konsumsi ikan rata-rata per kapita

penduduk Lampung pada tahun 2003 sebesar 24,8 kg/kapita/tahun,

sedangkan jumlah yang dianjurkan adalah 26,55 kg/ kapita/tahun. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsumsi ikan adalah

melalui perbaikan pelayanan di tingkat konsumen.

Di sisi lain konsumen hasil perikanan di Propinsi Lampung masih belum

terlayani kebutuhannya secara optimal. Hal ini dikarenakan model

pemasaran ikan di Lampung masih tersebar pada berbagai tempat yang

berbeda dengan sarana pemasaran sebagian besar masih berupa pasar

tradisional yang kondisinya kumuh, becek, dan bau. Demikian pula standar

teknis mutu serta higienis hasil perikanan belum secara optimal diterapkan

sehingga tidak menunjang masyarakat berminat mengkonsumsi ikan;

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 3: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

3

padahal perkembangan ke depan tuntutan penerapan standar teknis mutu

dan higienis merupakan kebutuhan mutlak bagi perlindungan konsumen.

Berdasarkan hal tersebut maka di Propinsi Lampung pada tahun 2005 akan

segera dibangun sarana dan prasarana pemasaran hasil perikanan yang

memenuhi kriteria Pedoman Perencanaan dan Petunjuk Teknis Pusat

Pemasaran Hasil Laut dan Ikan Terpadu (PPHLIT). Kawasan pemasaran

terpadu ini diharapkan mampu menyediakan fasilitas yang relatif lengkap

untuk kebutuhan promosi dan informasi serta display penjualan hasil

perikanan yang memenuhi standar teknis mutu dan higienis yang diwujudkan

dalam bentuk Pasar Ikan Higienis (PIH). PIH yang akan dibangun harus

dapat memenuhi konsep good and link manufacturing practice, di mana

komoditas perikanan yang tersedia ditangani dan ditampilkan dengan kondisi

yang bagus dan terjamin mutunya, sehingga siapa pun konsumen yang

datang ke PIH akan mendapatkan jaminan. Adapun calon lokasi pasar ikan

higienis tersebut terletak di Lempasing.

Tujuan dibangunnya Pasar Ikan Higienis adalah :

• Menyediakan sarana pemasaran hasil perikanan yang memenuhi

kriteria teknis mutu.

• Meningkatkan pelayanan serta perlindungan kepada konsumen hasil

perikanan.

• Meningkatkan konsumsi ikan masyarakat.

Pembangunan pasar ikan higienis merupakan kegiatan yang diduga akan

menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik pada tahap prakonstruksi,

tahap konstruksi, maupun tahap pasca konstruksi/operasi. Dampak terhadap

lingkungan tersebut dapat terjadi apabila sistem pengelolaan dan

pemantauan lingkungan tidak tepat, sehingga dapat terjadi pencemaran air,

pencemaran tanah, serta berbagai masalah sosial, sehingga rencana

pembangunan pasar ikan higienis diwajibkan untuk :

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 4: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

4

a. Menerapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan.

b. Mematuhi setiap peraturan dan ketentuan lindungan lingkungan yang

berlaku.

c. Menggalakkan kegiatan perlindungan lingkungan dalam rangka

memperkecil dampak negatif akibat kegiatan usaha.

d. Menciptakan kondisi kerja yang aman, bebas dari kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.

e. Menggalang kemampuan dalam menanggulangi kejadian

pencemaran, kecelakaan kerja atau keadaan darurat yang terjadi

f. Mendidik dan melatih karyawan serta kontraktor tentang aspek LK3.

g. Menciptakan dan memeliharan hubungan harmonis dengan

masyarakat di sekitar kegiatan usaha, serta bersikap tanggap apabila

timbul masalah yang berlaitan dengan dampak akibat kegiatan usaha.

1.2 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi lokasi kegiatan pembangunan Pasar Ikan Higienis

yang meliputi kualitas lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya

masyarakat setempat, serta persepsi masyarakat tentang keberadaan

pasar ikan tersebut.

b. Mengidentifikasi rencana kegiatan pembangunan Pasar Ikan Higienis

(PIH) Lempasing terutama yang berpotensi menimbulkan dampak

terhadap lingkungan.

c. Memprediksi terjadinya dampak terhadap komponen lingkungan

sebagai akibat kegiatan pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH)

Lempasing

d. Menyusun upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 5: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

5

II. METODE PENELITIAN

2.1 WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September 2005 di sekitar lokasi

yang direncanakan akan dibangun Pasar Ikan Higienis, yaitu di Lempasing.

Lokasi tersebut terletak dekat dengan lokasi Pelabuhan Perikanan Pantai

Lempasing, yang secara administrasi terletak di Kecamatan Teluk Betung

Barat, Kota Bandar Lampung. Dari pusat kota ke lokasi ini berjarak lebih

kurang 3 km, dan terletak di pinggir jalan kabupaten yang menuju ke arah

Kecamatan Padang Cermin, Lampung Selatan (Gambar 1). Luas lahan yang

disediakan untuk rencana pembangunan PIH Lempasing beserta sarana dan

prasarana pendukungnya tersebut lebih kurang 1,6 ha.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa sarana

pengukuran lapangan, seperti theodolite, kompas, alat-alat pengukur kualitas

air, current meter, kamera, seperangkat kuisioner dan beberapa alat lainnya.

2.3 Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperoleh dapat dibedakan atas data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diukur secara langsung, seperti

kualitas air dan udara. Data sekunder umumnya merupakan data penunjang

yang telah tersedia di dinas/instansi terkait, seperti data produksi perikanan,

kebijakan pemerintah setempat, data kependudukan, sosial ekonomi dan

budaya, dan data lainnya. Dalam penelitian ini beberapa data utama

merupakan data sekunder yang telah tersedia di Dinas Kelautan dan

Perikanan Propinsi Lampung, seperti data situasi (topografi) lokasi PIH, data

analisis tanah, dan data lainnya yang telah diukur oleh pihak konsultan.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 6: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

6

5º27’ -

Lokasi PIH Lempasing

5º30’ -

5º29’ -

5º28’ -

5º26’ -

5º25’ -

5º24’ -

5º23’ -

5º22’ -

105º13’ 105º14’ 105º15’ 105º16’ 105º17’ 105º18’ 105º19’ 105º20’

U

Skala 1: 93.750

Gambar 1. Lokasi Pasar Ikan Higienis Lempasing

Page 7: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

7

3. DESKRIPSI WILAYAH STUDI

Deskripsi wilayah studi yang diamati meliputi informasi kualitas lingkungan

dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, termasuk juga persepsi mayarakat

terhadap keberadaan Pasar Ikan Higienis yang akan dibangun. Informasi

kualitas lingkungan yang diamati pada lokasi kegiatan pembangunan meliputi

kualitas air, tanah, udara, kebisingan, flora dan fauna. Informasi tentang

kehidupan sosial ekonomi budaya masyarakat setempat dan persepsi

masyarakat terhadap keberadaan PIH Lempasing perlu diketahui untuk

memperoleh gambaran tentang kondisi sosial masyarakat saat ini dan

memprediksi manfaat yang diperoleh dengan adanya rencana kegiatan

tersebut.

3.1 KUALITAS AIR

3.1.1 Sumber Air Bersih

Survei sumber air di lokasi PIH Lempasing berasal dari air PDAM, air sumur

dangkal, dan air laut. Hasil survei kualitas air yang berasal dari air sumur

dangkal menunjukkan bahwa ketersediaan air sangat melimpah pada

kedalaman 3-5 m, namun air tersebut mengandung sedikit garam (salinitas

1,2 ‰) sehingga tidak layak digunakan sebagai air bersih untuk memasak

ataupun untuk mengisi bak/akuarium ikan air tawar. Dengan demikian air

dari sumur dangkal ini hanya dapat diperuntukkan sebagai air saniter kamar

mandi/wc dan pembersihan/ penggelontoran kios.

Air yang berasal dari PDAM memiliki kualitas yang layak digunakan sebagai

air bersih untuk keperluan memasak di rumah makan. Secara lengkap, hasil

pengujian kualitas air disajikan pada Tabel 1 berikut.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 8: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

8

Tabel 1. Kualitas Air Bersih di Lokasi Studi

Sumber Air Uji No. Parameter Kualitas Air PDAM Sumur dangkal Baku Mutu*)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13.

pH Kesadahan (ppm) Salinitas (‰) Turbiditas (NTU) Konduktivitas (μhos/cm) Nitrat (ppm) Nitrit (ppm) Zat organik (ppm) Fe (ppm) Total Dissoved Solid (ppm) Cl (ppm) Na (ppm) SO4 (ppm)

7,78 12,4

0,00 2,90 16,3

0,86 0,02

0,015 0,002

12,0 26,2 15,2

1,45

7,53 18,2

1,20 1,23

230,0 1,45 0,16

0,096 0,016

42,0 148,0

56,0 9,24

6-9 - - - -

10 0,06

- 0,3

1000 - -

400

Sumber data: PT Piramida Eng. Conslt. (2004) Keterangan: *) Baku mutu berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air (untuk air Kelas I)

3.1.2 Air Laut

Oleh karena lokasi rencana pembangunan PIH Lempasing dekat dengan laut

dan tidak ada sungai yang melintasi area PIH, maka pengukuran parameter

kualitas air laut perlu dilakukan untuk mengetahui kondisinya sebelum

dilakukan kegiatan pembangunan. Kualitas air laut yang diukur disajikan

pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kualitas Air Laut di Lokasi Studi No. Parameter Kualitas Air Nilai Pengukuran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12.

pH Kesadahan (ppm) Salinitas (‰) Turbiditas (NTU) Nitrat (ppm) Nitrit (ppm) Zat organik (ppm) Fe (ppm) Total Dissoved Solid (ppm) Cl (ppm) Na(ppm) SO4 (ppm)

7,98 35,67 33,7 1,05 2,67 0,32 0,12

0,082 14,0

268,7 149,34 18,35

Sumber data: PT Piramida Eng. Conslt. (2004)

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 9: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

9

3.2. AIR LIMBAH

Pengambilan contoh air limbah dilakukan terhadap air buangan yang berasal

dari pasar ikan di TPI Lempasing yang lokasinya berdekatan (bersebelahan)

dengan rencana pembangunan PIH Lempasing. Tipe limbah yang dihasilkan

dari TPI Lempasing diduga akan mempunyai karakteristik yang sama pada

limbah yang nantinya akan dihasilkan oleh PIH Lempasing. Dari hasil

analisis laboratorium diketahui bahwa air limbah yang berasal dari TPI

Lempasing memiliki kandungan BOD dan COD yang sangat tinggi. Demikian

juga dengan TDS, NH3 dan H2S, sehingga memerlukan penanganan khusus

dalam pengelolaannya. Secara rinci, hasil pengukuran air limbah disajikan

dalam Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Kondisi Limbah di TPI Lempasing No. Parameter Kualitas Air Nilai Pengukuran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

pH Kesadahan (ppm) Salinitas (‰) Turbiditas (NTU) BOD (ppm) COD (ppm) TDS (ppm) NH3 (ppm) H2S (ppm)

7,03 25,67 20,7

109,0 5340

10600 4230 4540 2610

Sumber data: PT Piramida Eng. Conslt. (2004)

3.3 TANAH

Berdasarkan Peta Geologi Propinsi Lampung skala 1:250.000 dapat

diketahui bahwa formasi geologi di wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat,

Kota Bandar Lampung termasuk dalam formasi kuarter dengan tipe batuan

andesit muda (Qhv), yaitu bahan induk batuan tuf andesit atau lava andesit.

Selain itu terdapat juga endapan aluvial dan marin (Qal) yang dijumpai

sepanjang sungai-sungai utama, dataran rendah pantai dan pelembahan

sungai.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 10: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

10

Dari hasil pengukuran tanah yang dilakukan pada lokasi PIH Lempasing

diketahui beberapa hal seperti yang tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pengukuran Tanah

Titik Uji Parameter Uji Notasi Satuan 1 2 3 4

Direct Sheer: Sudut geser (f) ° 25,868 Kohesi (C) kg/cm2 0,023 Kadar air (W) % 56,991 Berat jenis (Gs) 2,242 Berat volume (g) g/cm3 1,473 Sieve Analysis: Finer sieve No.200 % 4,04 Sand fraction N0.4-No.200 % 40,14 Gravel fraction > N0.4 % 55,22 Sondir: TS1 TS2 TS3 TS4Kedalaman m 12,3 6,7 12,1 12,0 Nilai konus kg/cm2 55 30 76 80 JHL kg/cm3 350 210 375 460

Sumber data: PT Piramida Eng. Conslt. (2004)

3.4 KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN

3.4.1 Kualitas Udara

Pengamatan kualitas udara dilakukan pada lokasi PIH Lempasing yang

dapat menggambarkan kondisi awal sesungguhnya terhadap kemungkinan

dampak nantinya setelah operasional. Pengukuran kualitas udara dilakukan

di tengah lokasi PIH Lempasing. Hasil pengukuran dapat dilihat pada

Tabel 5.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 11: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

11

Tabel 5. Data hasil analisis laboratorium terhadap kualitas udara

No Parameter BML Dasar Hasil

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Parameter Fisika: Suhu (oC) Kelembaban (%RH) Kecepatan angin (m/det) Arah angin Partikel debu (μg/m3) Parameter Kimia: NO2 (μg/m3) SO2 (μg/m3) CO (μg/m3) NH3 (μg/ m3) H2S (μg/ m3) Oksidan/O3 (μg m3) Kebisingan (dB A)

- - - -

230

400 900

30.000 1360 42 -

70

- - - -

PP No.41 tahun 1999

PP No. 41 Tahun 1999 - -

Kep. Men.LH No.02 tahun 1988 Kep. Men.LH No.02 tahun 1988

- Kep. Men.LH No.48 tahun 1996

32 79

2,5-9,6 Barat 59,13

1,44 0,10 479

11,53 2,00 6,77

46 - 50

Sumber: Data primer

Pencemaran udara didefinisikan masuknya atau dimasukannya suatu zat,

energi maupun komponen lain ke dalam udara oleh adanya kegiatan

manusia, yang mengakibatkan perubahan kualitas udara ambien sampai ke

tingkat tertentu yang berakibat akan mengganggu keseimbangan ekosistem

yang ada di sekitarnya. Hasil analisis kualitas udara ambien di laboratorium

menunjukkan indikasi secara umum bahwa kualitas udara pada lokasi

rencana pembangunan PIH Lempasing, masih berada dibawah Nilai Baku

Mutu lingkungan yang berdasarkan pada Kep. Men. LH No. 02 Tahun 1988

dan PP No. 41 Tahun 1999.

3.4.2 Kebisingan

Kebisingan (noise) didefinisikan sebagai suara/bunyi yang tidak diinginkan

dari suatu kegiatan pada tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan, khususnya pada sistem

pendengaran manusia. Tingkat kebisingan merupakan ukuran energi bunyi

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 12: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

12

yang dinyatakan dalam satuan desibel dengan notasi dBA; sedangkan Baku

Tingkat Kebisingan merupakan batas maksimum kebisingan yang diperboleh-

kan untuk diradiasikan ke lingkungan dari suatu kegiatan sehingga tidak

menimbulkan gangguan di sekitarnya.

Analisis tingkat kebisingan dilakukan dengan metode pengukuran sesaat

pada lokasi rencana pembangunan PIH Lempasing bersamaan pengukuran

kualitas udara. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas kebisingan di

lokasi rencana kegiatan masih di bawah batas Baku Mutu Kebisingan yang

besarnya 46-50 dBA (Tabel 5). Mengingat bahwa Kep. Men. LH No. 48

Tahun 1996 menyatakan baku mutu lingkungan untuk parameter kebisingan

yang direkomendasikan maksimal 70 dBA. Bila melebihi batas tersebut,

akan menimbulkan gangguan pendengaran pada masyarakat di sekitar

proyek.

3.5 FLORA DAN FAUNA

3.5.1 Flora

Jenis-jenis flora yang terdapat di sekitar lokasi studi dikelompokkan

berdasarkan kelompok pohon berkayu, semak, dan terna. Jumlah jenis flora

yang ada di sekitar lokasi studi tidak banyak, seperti yang tertera pada Tabel

6, hanya ada 4 jenis pohon berkayu, yaitu kersen, petai cina, jarak cina dan

kedondong. Jenis terna yang ada hanya 2 jenis, yaitu pepaya dan pisang.

Pepaya dan pisang merupakan jenis yang dominan karena sebagian lokasi

studi dimanfaatkan oleh penduiduk untuk ditanami pepaya dan pisang. Jenis

yang hampir menutupi permukaan sebagian lokasi studi adalah semak,

seperti rumput, alang-alang, dan putri malu.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 13: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

13

Tabel 6. Jenis-jenis flora yang terdapat di sekitar tapak proyek

Nama Daerah Nama Latin Jumlah Keterangan

Kersen Petai Cina Kedondong Jarak cina Alang-alang Rumput Putri malu Pepaya Pisang Kangkungan Cabe Waluh Suluran

Muntingia calabora Leucaena glauca Spondias sp Ricinus communis Imperata cylindrica Panicum maximum Mimosa podica Carica papaya Musa paradisiacal Ipomoea sp Capcicum anuum Cucurbita moschata Micania sp

2 8 1 2

t.d t.d t.d 39 10 t.d t.d t.d t.d

Pohon berkayu Pohon berkayu Pohon berkayu Pohon berkayu Semak Semak Semak Terna Terna Semak Semak Semak Semak

Sumber data : Hasil Pengamatan / pencatatan di lapangan Ket. : t.d = tidak dihitung 3.5.2 Fauna

Jenis-jenis fauna yang terdapat di sekitar lokasi studi tidak terlalu banyak,

umumnya jenis fauna terrestrial, tidak ditemukan fauna akuatik, karena tidak

ada sungai atau selokan, kecuali ada cekungan yang ada sedikit genangan

air, yang hanya di temukan jenis amphibia. Di lokasi tersebut hanya ada

beberapa jenis aves atau burung, reptilia dan amphibia yang ditemukan

melalui pengamatan langsung yang jenisnya dapat dilihat pada Tabel 7

Jenis burung atau aves berdasarkan pengamatan 1 hari penuh di sekitar

lokasi studi hanya ditemukan 5 jenis. Burung gereja berjumlah 8 ekor. Burung

sriti tidak sempat dihitung dan jumlahnya cukup banyak terbang di sekitar

lokasi. Jumlah burung perkutut, prenjak coklat dan prenjak bergaris masing-

masing 3, 1, dan 2 ekor . Untuk jenis reptile banyak ditemukan kadal dan

hanya 1 ekor bunglon yang saat itu hinggap di pohon kersen. Sedangkan

jenis amphibi yang ada di cekungan berair ditemukan 2 ekor kodok dan di

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 14: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

14

semak-semak ditemukan 3 ekor katak. Masih ditemukan beberapa belalang

yang hidup di semak-semak

Tabel 7. Jenis-jenis fauna terestrial yang ada dilokasi studi

No Nama Daerah Nama Latin Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

A. Aves / Burung Perkutut Prenjak coklat Prenjak bergaris Sriti Gereja B. Reptilia Kadal Bunglon C. Amphibia Kodok Katak

Geophelia striata Muscicapa latirotris Prioniapolycroa Hirudo tahtica Passer Montan Mabouya multifasciata Calotes jubatus Bufo bufo Rana rana

3 1 2

t.d 8 2 1 2 3

Sumber data : Hasil Pengamatan / pencatatan di lapangan

3.6 KONDISI SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA

Kecamatan Teluk Betung Barat yang memiliki luas wilayah sebesar 27.160

ha dengan jumlah penduduk sebesar 49.197 jiwa dengan 8 wilayah desa.

Jumlah penduduk di Kecamatan Teluk Betung Barat dan kepadatan

penduduk per desa, cukup bervariasi dengan rata-rata jumlah penduduk

sebanyak 6.150 jiwa dalam kisaran terendah yakni sejumlah 3.286 jiwa yang

terdapat di Desa Perwata dan tertinggi yakni sejumlah 17.317 jiwa yang

terdapat di Desa Kota Karang. Kepadatan penduduk per desa di Kecamata

Teluk Betung Barat yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk dibagi luas

wilayah memiliki kisaran terendah, yaitu 46 jiwa /km2 di desa N O Gading dan

tertinggi sejumlah 1.088 jiwa/km2 di Desa Kota Karang.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 15: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

15

Tabel 8. Kepadatan Penduduk per Desa di Kecamatan Teluk Betung Barat 2001

No Kelurahan Luas Wilayah

( ha )

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Kepadatan (jiwa/ha)

1 Sukamaju 550 4.052 131 2 Keteguhan 256 7.061 966 3 Kota Karang 80 17.317 1.088 4 Perwata 40 3.286 391 5 Bakung 120 3.777 471 6 Kuripan 84 4.864 76 7 N O Gading 240 4.730 46 8 Sukajaya 310 4.110 207

Jumlah 27.160 49.197 3.376

Sumber : Kecamatan Teluk Betung Barat Dalam Angka 2001

Komposisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Teluk

Betung Barat adalah jumlah penduduk laki-laki mencapai 25.053 jiwa,

sedangkan penduduk perempuan berjumlah 24.144 jiwa; sehingga rasio jenis

kelamin (sex ratio) adalah 103,76.

Berdasarkan struktur umur, diketahui bahwa penduduk kelompok umur 15-19

tahun dan 10-14 tahun merupakan kelompok terbesar, yaitu masing-masing

berjumlah 6.602 jiwa dan 6.018 jiwa.

Kondisi budaya masyarakat dapat dilihat sebagai berikut: agama yang dianut

oleh sebagian besar penduduk adalah agama Islam (95,60%) dengan jumlah

jiwa 47.032. Agama lainnya adalah: Katolik (555 jiwa), Protestan (691 jiwa),

Hindu (149 jiwa), Budha (739 jiwa), dan lainnya (31 jiwa). Heterogenitas

penduduk berdasarkan suku bangsa dapat diketahui bahwa sebagian besar

penduduknya adalah Suku Jawa yang mencapai 14.207 jiwa (28.88%). Suku

Lampung terdiri dari suku Peminggir, Pepadun dan Abung Bunga Mayang

hanya 9.103 jiwa (18,50%), suku Sunda Priangan berjumlah 9.840 jiwa,

Melayu Semendo berjumlah 14 jiwa, Banten 4.685 jiwa, Melayu Palembang

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 16: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

16

876 jiwa, dan selebihnya, yaitu sejumlah 10.472 jiwa, dikelompokkan dalam

suku lainnya.

Kualitas sumberdaya manusia yang terdapat di Kecamatan Teluk Betung

Barat dapat diketahui dari tingkat pendidikan. Mayoritas penduduk adalah

tamatan SD (16.033 jiwa) dan tidak/belum tamat SD (11.883 jiwa). Jumlah

penduduk yang menamatkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi hanya

267 jiwa. Selebihnya adalah tamatan SMP (8.383 jiwa), SLTA (6.905 jiwa),

Diploma I/II (234 jiwa), dan Akademi/DIII (239 jiwa).

Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja mencapai 20.494 jiwa,

sedangkan yang dikelompokkan bukan angkatan kerja adalah 11.983 jiwa.

Dari kelompok angkatan kerja tersebut, diketahui bahwa 19.661 jiwa telah

bekerja, sedangkan sisanya 833 sedang mencari kerja. Dengan demikian

besarnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mencapai 63,10% dan Tingkat

Pengangguran Terbuka mencapai 4,42%.

3.7 PERSEPSI MASYARAKAT

Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi yang telah dilakukan oleh CV

Piramida Eng. Conslt. pada bulan September 2004 dalam rangka

rekomendasi lokasi rencana pembangunan pasar ikan higienis diperoleh

gambaran tentang persepsi masyarakat sekitar Kota Bandar Lampung

terhadap keberadaan pasar ikan higienis (PIH).

Responden yang diwawancarai adalah kelompok pedagang dan konsumen di

dua jenis pasar yang berbeda, yakni pasar tradisional dan pasar swalayan.

Lokasi pasar tradisional yang dipilih adalah: Pasar Lelang Ikan Lempasing,

Pasar Bambu Kuning/SMEP, dan Pasar Koga; sedangkan pasar swalayan

yang dipilih adalah Alfa, Gelael, dan Matahari (di Jl. Kartini).

Hasil survei tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut:

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 17: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

17

• Pedagang ikan di pasar ikan Lempasing yang setuju dengan

pembangunan PIH sekitar 80% dengan catatan bahwa biaya untuk

mendapatkan kios tidak mahal dan suasana benar-benar nyaman

sehingga pembeli akan lebih banyak. Para pedagang ikan di Pasar

Koga dan Pasar Bambu Kuning sebagian kecil (20%) tidak setuju

dengan alasan dapat mengurangi pendapatan mereka; sedangkan

sisanya (80%) tidak menjawab.

• Konsumen di pasar ikan tradisional Lempasing menyatakan setuju

(100%) dengan catatan bahwa harga ikan tidak akan berbeda jauh

dengan harga saat ini dan karena faktor kenyamanan yang

ditawarkan. Konsumen di Pasar Bambu Kuning dan Pasar Koga

sekitar 70% setuju dan 30% tidak menjawab. Alasan mereka setuju

karena faktor kenyamanan saat berbelanja sekaligus dapat berekreasi

bersama keluarga.

• Konsumen ikan di pasar swalayan sebagian besar (100%)

menyatakan setuju dengan pembangunan PIH dengan alasan akan

mendapatkan kenyamanan saat berbelanja dan membeli ikan yang

terjamin mutu dan kualitasnya.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 18: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

18

IV. RENCANA PEMBANGUNAN PASAR IKAN HIGIENIS

4.1 SARANA DAN PRASARANA

Rencana pembangunan Pasar Ikan Higienis Lempasing meliputi gedung 3

lantai yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sarana pendukung,

seperti kantor pengelola pasar, pos retribusi, pos satpam, ruang genset,

rumah pompa, jalan akses, saluran drainase, bak sampah, instalasi

pengolahan limbah, restoran/cafe, mini market, dan jasa keuangan/

perbankan.

Bangunan Pasar Ikan Higienis Lempasing akan dibuat dalam 3 lantai yang

terdiri dari lantai basement seluas 809,75 m2 yang terdiri dari kios grosir ikan

sebanyak 7 lokal dengan luas masing-masing lokal 4x5 m2, laboratorium

kualitas ikan dengan luas 8x5 m2, toilet seluas 8x4 m2, dan selebihnya

merupakan lokasi pedagang tradisional dengan kapasitas lebih kurang 200

pedagang.

Pada lantai bawah seluas 809,75 m2 akan dibangun ruang staf administrasi

berukuran 6x5 m2, ruang kepala UPT 4x4 m2, gudang 4x3 m2, cold storage

6x4 m2, ruang refrigerator 4x3 m2, ruang penerimaan ikan segar 6x4 m2,

locker dan toilet 4x8 m2, ruang sortir ikan 4x2 m2, dan selebihnya merupakan

lokasi penjualan ikan pedagang modern yang terdiri dari bak akuarium ikan

hidup, meja penyayatan ikan, meja pajang ikan olahan, serta kasir dan ruang

pengepakan.

Lantai atas seluas 794,12 m2 direncanakan akan digunakan sebagai ruang

restoran terbuka serta minimarket. Restoran terbuka terdiri dari stand ikan

hidup dan akurium, tempat pembakaran ikan, tempat saji masakan, gudang,

tempat masak, ruang staf, ruang manajer restoran, ruang utility, ruang

refrigerator, toilet, locker, dan washbasin. Detail desain bangunan secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 19: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

19

Beberapa sarana yang diperlukan untuk arus barang di pasar ikan higienis

meliputi: area parkir, area bongkar muat, lantai bongkar muat, alat bantu

angkut, pelindung sinar matahari, penerangan, alat timbang, bak penampung

ikan, bak sampah, air bersih (mengandung antiseptik), bak penyimpan dan

gudang peralatan. Sarana penyimpanan dilengkapi dengan fasilitas

pendukung berupa ruang penyimpanan, alat bantu angkut, alat bantu angkat

dan susun, alat pendingin, es curai, dan penerangan.

Lokasi persiapan penjualan dilengkapi dengan meja ruang sortasi, alat

timbang, alat labelisasi, es curia, air bersih, bak sampah dan penerangan.

Tempat pajangan (show room) dilengkapi dengan tempat display, pendingin

(untuk ikan segar), dan kolam (untuk ikan hidup), tempat untuk

membersihkan, alat timbang, es curai, meja transaksi, meja pengepakan, bak

sampah, air bersih dan penerangan.

4.2 SKALA USAHA

Pasar Ikan Higienis Lempasing bergerak di bidang pemasaran hasil

perikanan. Komoditas perikanan yang diperjualbelikan diperkirakan dapat

mencapai 1.400 ton per tahun atau 3,84 ton per hari. Berdasarkan perkiraan

volume transaksi tersebut, maka PIH Lempasing merupakan salah satu Pusat

Pemasaran Hasil Laut dan Ikan Terpadu (PPHLIT) skala besar di Indonesia,

setara dengan Denpasar (3 ton/hari) dan Batam (2 ton/hari). Sebagai

perbandingan, Jakarta dan Surabaya merupakan model PPHLIT Metro

dengan perkiraan volume transaksi masing-masing 20 ton/hari dan 10

ton/hari

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 20: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

20

4.3 GARIS BESAR RENCANA USAHA

4.3.1 Pra Konstruksi

A). Pembebasan Lahan

Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan PIH Lempasing tidak ada

kegiatan pembebasan lahan karena kegiatan ini dilaksanakan di atas lahan

milik Pemerintah Daerah (Pemda) Propinsi Lampung yang terletak di

Lempasing.

B). Detail Desain dan Studi Kelayakan

Pelaksanaan detail desain yang meliputi berbagai pengukuran lapangan

hingga pembuatan denah bangunan PIH Lempasing sudah selesai

dilaksanakan dengan melibatkan konsultan swasta. Demikian juga dengan

feasibility study (studi kelayakan) dan studi banding pasar ikan higienis di

beberapa kota besar di Indonesia (PIH Pejompongan Jakarta dan PIH

Pandaan Surabaya).

C). Perijinan

Pelaksanaan kegiatan pembangunan PIH Lempasing direncanakan akan

dilakukan pada pertengahan tahun 2005. Hingga saat ini perijinan (SIUP,

SITU, IMB, dan lain-lain) belum diajukan kepada dinas/instansi terkait.

Direncanakan perijinan akan diproses pada tahun 2005 saat akan dilakukan

pelaksanaan pembangunan PIH.

4.3.2 Tahap Konstruksi

Pekerjaan konstruksi pembangunan PIH Lempasing dan fasilitas penunjang

lainnya dilaksanakan oleh kontraktor yang akan ditunjuk melalui proses

tender. Pekerjaan konstruksi mencakup beberapa tahap yaitu :

a. Rekrutmen tenaga kerja

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 21: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

21

b. Pekerjaan persiapan: mobilisasi dan demobilisasi, pembuatan pagar

pengaman proyek, pembuatan direksikeet dan gudang bahan,

pembersihan lapangan, pengukuran, penyediaan air dan listrik.

c. Pekerjaan Bangunan, yang meliputi:

• Pekerjaan sarana dan prasarana: pembangunan pos jaga,

pembangunan pagar keliling, pekerjaan pasangan paving blok,

pembangunan taman lengkap.

• Pekerjaan tanah: pekerjaan galian tanah basement , galian

pondasi dan sloof, urugan kembali pondasi dan sloof, dan

peninggian tanah pelataran depan.

• Pekerjaan pondasi.

• Pekerjaan penahan tanah: pasangan batu belah hitam,

plesteran, pasangan batu bata

• Pekerjaan struktur beton yang meliputi basement, lantai 1 dan

lantai 2.

• Pekerjaan atap.

• Pekerjaan pasangan yang meliputi basement, lantai 1 dan

lantai2.

• Pemasangan kusen pintu, jendela dan jalusi.

• Pekerjaan pengecatan, pemasangan instalasi listrik dan instalasi

air.

4.3.3 Tahap Operasi

Seperti halnya kegiatan di pasar lainnya, kegiatan utama PIH Lempasing

adalah sebagai sarana (tempat) transaksi jual beli produk perikanan segar

dan olahan. Kegiatan yang terkait langsung dengan aktivitas ekonomi

tersebut adalah bongkar muat barang, pemeriksaan laboratorium, penjualan,

dan penyimpanan. Aktivitas lainnya yang terdapat di PIH Lempasing adalah

kegiatan rekreasi yang berupa rumah makan/restoran khas Jepang atau

Cina.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 22: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

22

A). Bongkar Muat Barang

Kegiatan bongkar muat barang yang berupa berbagai jenis komoditas

perikanan dan produk olahannya dilakukan di lantai 1. Ikan yang diterima

selanjutnya disortir berdasarkan jenis, ukuran, dan mutunya untuk

selanjutnya didistribusikan kepada para pedagang. Kegiatan bongkar muat

barang ini terletak di bagian belakang PIH Lempasing.

B). Pemeriksaan Ikan

Pemeriksaan kesehatan ikan dilakukan di Laboratorium Mutu Hasil Perikanan

yang yerletak di basement. Pemeriksaan ikan ini harus mengacu pada

HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) untuk penanganan dan

pemasaran hasil laut/ikan yang meliputi aktivitas analisis bahaya (hazard),

penetapan batas kritis (critical limit), identifikasi pengendalian titik kritis (CCP)

dan adanya pencatatan pemantauan pada lembar perekaman (record

keeping).

C). Penjualan

Kegiatan penjualan produk perikanan dan olahan terdapat di lantai basement

dan lantai 1. Di basement kegaitan penjualan dilakukan oleh pedagang

tradisional dengan kapasitas sekitar 200 pedagang dan kios grosir sebanyak

7 lokal. Di lantai 1 terdapat pedagang ikan modern yang dilengkapi dengan

akuarium ikan hidup, meja penyayatan ikan, meja pajang ikan olahan, kasir,

dan ruang pengepakan. Akurium ikan hidup berfungsi sebagai pajangan ikan

konsumsi dalam kondisi hidup, sehingga pembeli dapat memilih dan membeli

ikan tersebut dalam kondisi yang hidup ataupun segar. Pada saat transaksi,

diperkirakan akan terjadi kegiatan pembersihan (penyiangan) ikan karena

biasanya konsumen berpikir praktis untuk membeli ikan dalam kondisi yang

sudah dibersihkan.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 23: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

23

D). Penyimpanan

Untuk mendukung konsep HACCP, PIH Lempasing akan dilengkapi dengan

sarana penyimpanan produk perikanan dan olahan yang berupa cool storage

dan refrigerator yang terletak di lantai 1.. Cool storage direncanakan

berukuran 6x4 m2 , sedangkan ruang refrigerator berukuran 4x3 m2. Dengan

adanya fasilitas tersebut, maka penyimpanan ikan segar akan lebih terjamin

mutunya dan stok ikan yang ada dapat memenuhi kebutuhan konsumen

hingga pasokan berikutnya.

E). Rekreasi

Kegiatan rekreasi dipusatkan pada lantai 2 seluas 794,12 m2 yang

merupakan ruang restoran terbuka serta minimarket. Pengunjung dapat

menikmati suasana rileks memandang keindahan pantai Lempasing sambil

menikmati masakan ikan yang disajikan. Di ruangan tersebut juga tersedia

ruang pajangan yang berupa akuarium air laut sebagai sarana menikmati

keindahan biota laut dan akurium air tawar untuk pajangan beberapa jenis

ikan air tawar yang menarik. Selain itu juga terdapat akuarium yang

berfungsi sebagai pajangan ikan konsumsi untuk dapat dilihat dan dipilih oleh

konsumen sebagai hidangan yang akan disajikan.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 24: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

24

V. PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN

Hasil pengamatan dan pengkajian terhadap rencana kegiatan pembangunan

Pasar Ikan Higienis (PIH) Lempasing diperoleh beberapa komponen yang

dikatagorikan berpotensi menghasilkan limbah atau cemaran. Jenis limbah

dan cemaran kegiatan PIH Lempasing dapat terjadi saat tahap prakonstruksi,

konstruksi, dan pasca konstruksi/operasi yang berupa limbah padat, limbah

cair, debu, dan kebisingan. Selain itu dapat juga terjadi dampak yang

berupa keresahan masyarakat akibat kegiatan pembangunan PIH Lempasing

tersebut.

5.1 TAHAP PRA KONSTRUKSI

Pada tahap prakonstruksi diduga tidak menimbulkan dampak yang berarti,

baik terhadap lingkungan maupun sosial masyarakat. Lahan yang akan

digunakan adalah lahan milik pemerintah daerah (Pemda) Propinsi Lampung,

sehingga tidak memerlukan proses ganti rugi lahan. Keresahan yang

biasanya muncul akibat ganti rugi lahan dengan masyarakat tidak akan

terjadi. Demikian juga dengan tahap pembuatan detail desain yang meliputi

pengukuran lapangan tidak menimbulkan masalah sosial dan konflik dengan

masyarakat, karena lokasi yang akan digunakan adalah milik pemda.

5.2. TAHAP KONSTRUKSI

Aktivitas proyek pada tahap konstruksi berupa pembersihan lahan

diperkirakan akan menimbulkan dampak antara lain peralihan bentang lahan

hijau menjadi lahan terbangun, sehingga dapat menurunkan nilai estetika

lingkungan dan mempercepat proses erosi. Adanya lalu lalang kendaraan

proyek juga diperkirakan akan menimbulkan penurunan kualitas udara

karena akan terjadi peningkatan debu dan kebisingan di sekitar lokasi

kegiatan. Pada saat pekerjaan tanah yang meliputi galian dan urugan tanah

dampak yang terjadi antara lain terjadinya erosi tanah dan pencemaran udara

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 25: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

25

yang berupa debu. Pada saat pembangunan gedung PIH Lempasing yang

terdiri dari 3 lantai (1 basement dan 2 lantai utama) diperkirakan akan

menimbulkan dampak lingkungan yang berupa peningkatan debu, kebisingan

dan sampah padat yang berasal dari sisa-sisa material bangunan yang tidak

terpakai. Kebisingan dapat terjadi pada saat pengerasan tanah yang

menggunakan stamper, pengecoran yang menggunakan alat pencampur dan

pengaduk semen (mollen), serta saat pemotongan keramik untuk lantai,

sehingga dapat mengganggu ketenangan masyarakat sekitarnya.

5.3 TAHAP PASCA KONSTRUKSI/OPERASI

Pada tahap pasca konstruksi/operasi diperkirakan akan terjadi dampak yang

berupa pencemaran limbah cair dan padat yang berasal dari kegiatan

pembersihan/penyiangan produk ikan dan olahannya. Kegiatan pembersihan

ikan dengan menggunakan air bersih akan menimbulkan limbah cair yang

dipastikan mengandung bahan organik tinggi yang apabila langsung dibuang

dapat mencemari perairan laut di sekitar Lempasing. Limbah padat yang

dihasilkan dari produk ikan dan olahannya juga dapat menjadi sumber

pencemaran dan berpotensi menimbulkan bau tak sedap bila dibuang ke

lingkungan.

Selain hal tersebut, masalah lainnya yang juga perlu mendapat perhatian

khusus adalah penggunaan klorin sebagai desinfektan pada sebagian besar

aktivitas yang menggunakan air di dalam lokasi PIH Lempasing (basement

dan lantai 1). Limbah cair yang mengandung klorin tersebut harus diolah

(treatment) terlebih dahulu, sehingga saat dibuang sudah bersifat netral dan

tidak mencemari lingkungan.

Pencemaran udara yang berupa peningkatan debu dan kebisingan dapat

terjadi saat aktivitas bongkar muat dimana kendaraan-kendaraan yang

mengangkut produk ikan dan olahannya keluar masuk ke lokasi PIH

Lempasing. Hal lainnya yang juga dapat menimbulkan kebisingan yang

dapat mengganggu masyarakat di sekitarnya adalah suara yang berasal dari

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Page 26: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Kota Bandar Lampung

Kegiatan restoran/rumah makan yang terdapat di lantai 2 juga akan

menghasilkan sejumlah limbah berupa limbah cair dan padat, baik yang

bersifat orgnik maupun anorganik. Limbah organik terutama dapat berasal

dari bahan-bahan makanan dan saniter (wc/toilet), sedangkan limbah

anorganik dapat dihasilkan dari plastik kemasan ataupun pembungkus dan

sampah lainnya (kaleng minuman ringan, botol kemasan air minum, bungkus

rokok, dan lain-lain). Secara ringkas, hasil prakiraan dampak yang mungkin

terjadi pada rencana pembangunan pasar ikan higienis (PIH) Lempasing

disajikan pada Tabel 9 berikut.

kerja mesin pendingin pada cool storage dan freezer, serta .generator listrik

(genset) yang dioperasikan saat listrik dari PLN tidak bekerja (padam).

26

Page 27: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

27

Tabel 9. Ringkasan Hasil Prakiraan Dampak yang Mungkin Terjadi pada Rencana Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) Lempasing.

No. Tahap Kegiatan

Jenis Kegiatan yang Menjadi

Sumber Dampak

Jenis Dampak Lingkungan Ukuran Dampak Sifat Dampak

1. Prakonstruksi Tidak ada • Tidak ada a. Rekruitment tenaga

kerja • Tersedianya kesempatan kerja • Jumlah penduduk setempat yang

terekrut sebagai tenaga kerja +

b. Pembersihan lahan • Penurunan kualitas perairan • Penurunan nilai Estetika

• Meningkatnya kekeruhan perairan pantai

• Menurunkan nilai estetika

- -

2. Konstruksi

c. Pekerjaan Bangunan

• Penurunan kualitas perairan • Meningkatnya kandungan debu udara • Meningkatnya nilai estetika

• Kekeruhan (turbiditas) perairan pantai

• Kandungan debu di udara > 230 µg

• Penilaian masyarakat menurun

- - +

a. Bongkar Muat Barang

Tidak ada b. Pemeriksaan Ikan • Penurunan kualitas perairan oleh limbah

organik cair • BOD > 40 mg/l • COD > 40 mg/l

- c. Penyiangan dan

penjualan ikan • Penurunan kualitas perairan oleh limbah

organik • Penurunan kualitas udara akibat

pembusukan limbah padat ikan

• BOD > 40 mg/l • COD > 40 mg/l • Kandungan Khlorin • Udara berbau bangkai ikan

- -

d. Penyimpanan • Kebisingan akibat mesin pendingin • Tingkat kebisingan > 55 dBA -

3. Pasca konstruksi/ Operasional

e Rekreasi. • Penurunan kualitas perairan akibat limbah organik

• Penurunan kualitas udara akibat limbah padat ikan

• BOD > 40 mg/l • BOD > 40 mg/l • Udara berbau bangkai ikan

- -

f. Saniter (WC dan Kamar mandi)

• Penurunan kualitas perairan pantai • BOD > 40 mg/l • COD > 40 mg/l

- Keterangan: (+) = Dampak positif, (-) = Dampak negatif

Ukuran dampak untuk BOD dan COD ditentukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.Kep.02/MENKLH/1/1988, tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

Page 28: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

28

VI. PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

6.1 PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Upaya pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan oleh pengelola PIH

Lempasing harus berprinsip pada pengelolaan 3 R yaitu reduce, reuse, dan

recycle dengan minimalisasi limbah yang dihasilkan. Kegiatan yang akan

dilakukan pada prinsipnya adalah mereduksi dan mengurangi kuantitas dan

kualitas limbah dari sumbernya serta menggunakan ulang sebagian atau seluruh

limbah dalam proses daur ulang menjadi bahan dalam bentuk yang mempunyai

nilai ekonomis, sehingga dapat mengurangi limbah yang masuk ke lingkungan dan

memperkecil terjadinya pencemaran. Pola ini juga dapat diterapkan pada

pengelolaan limbah berbentuk padat dan cair yang sebagian besar dapat didaur

ulang atau digunakan kembali. Selain itu upaya penghijauan dengan tumbuhan

hijau yang berfungsi untuk mengurangi dampak terhadap kualitas udara serta

meningkatkan nilai estetika lingkungan di dalam maupun di luar lokasi kegiatan.

Berdasarkan analisis prakiraan dampak (Bab 5) diketahui bahwa pada tahap

prakonstruksi tidak dihasilkan limbah, limbah hanya dihasilkan pada saat

konstruksi dan pasca konstruksi/operasi.

6.1.1 Tahap Konstruksi

Peralihan bentang lahan hijau menjadi lahan terbangun pada tahap konstruksi

yang dapat menurunkan nilai estetika lingkungan dan mempercepat proses erosi

diperkirakan tidak menimbulkan dampak penting karena prosesnya tidak

berlangsung lama dan lahan yang digunakan merupakan lahan tidur dengan

keanekaragaman flora dan fauna yang rendah. Pengubahan bentang alam yang

pada awalnya dapat mengurangi nilai estetika lingkungan justru akan meningkat

setelah pembangunan selesai dengan dibangunnya taman yang ditanami dengan

berbagai jenis tanaman untuk mendukung kegiatan rekreasi dan penghijauan.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

Page 29: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

29

Limbah padat yang dihasilkan pada tahap konstruksi diperkirakan cukup banyak,

yaitu yang berasal dari sisa-sisa material yang tidak terpakai (potongan kayu, sisa

keramik, kantong semen, kaleng cat, potongan besi, dan sisa-sisa material

lainnya). Limbah tersebut tidak berbahaya, namun memiliki potensi untuk

mencemari lingkungan. Berdasarkan pengamatan pada beberapa proyek

bangunan, biasanya sudah ada pihak-pihak yang akan menampung limbah

tersebut untuk digunakan ataupun dijual kembali kepada pihak lain. Dalam hal ini

berlaku prinsip reuse dan recycle. Adapun limbah padat yang tidak dimanfaatkan

kembali dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA) Bakung yang

terletak tidak jauh dari lokasi PIH Lempasing (sekitar 5 km). Pemusnahan sampah

dengan cara dibakar tidak dianjurkan karena dapat mencemari udara.

Pencemaran udara yang terjadi pada tahap konstruksi yang berupa cemaran debu

dan kebisingan diperkirakan tidak menimbulkan dampak penting karena

berlangsung dalam waktu yang relatif tidak lama dan terus menerus. Pencemaran

debu yang terjadi saat mobilisasi bahan/material bangunan dapat dikurangi

dengan cara penyiraman dengan air, sehingga tidak terbawa angin dan

mengganggu masyarakat sekitarnya; sedangkan kebisingan saat pelaksanaan

pembangunan diupayakan dikurangi atau setidak-tidaknya terjadi saat siang hari,

sehingga tidak mengganggu istirahat (tidur) masyarakat pada malam harinya.

6.1.2 Tahap Pasca Konstruksi/Operasi

Pada tahap pasca konstruksi/operasi akan dihasilkan limbah cair dan padat.

Selain itu juga diperkirakan juga akan menimbulkan pencemaran udara yang

berupa debu dan kebisingan (Bab 5). Limbah padat anorganik yang dihasilkan

saat operasional PIH Lempasing dapat diatasi dengan menampung sementara

dalam bak sampah untuk selanjutnya dibuang ke TPA Bakung yang terletak tidak

jauh dari lokasi PIH (sekitar 5 km). Pemusnahan sampah dengan cara dibakar

tidak dianjurkan karena dapat mencemari udara.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

Page 30: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

30

Limbah padat organik yang berasal dari sisa-sisa hasil pembersihan (penyiangan)

ikan, seperti isi perut, insang, sisik, sirip, tulang, serta ikan yang telah busuk, dapat

dibuang langsung ke tempat penampungan sampah sementara untuk selanjutnya

dibuang ke TPA Bakung dengan sistem sanitary landfill; atau diolah menjadi silase

yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak dan ikan (pengganti

tepung ikan). Alternatif penanganan limbah ini menjadi silase sangat dianjurkan

karena dapat memanfaatkan bahan-bahan yang tidak berguna menjadi bahan

yang bermanfaat. Silase ini masih mengandung protein yang cukup tinggi,

sehingga sangat baik untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak dan ikan.

Proses pembuatan silase ini tidak memerlukan teknologi tinggi dan dapat

dilakukan secara sederhana (Lampiran 2). Dengan pemanfaatan limbah padat

sisa-sisa ikan tersebut, maka prinsip 3R telah terpenuhi.

Penggunaan air tawar yang mengandung klor sebagai desinfektan sangat

dianjurkan untuk digunakan secara daur ulang. Apabila teknologi yang akan

digunakan tidak memungkinkan atau secara ekonomis tidak menguntungkan,

maka air tersebut sebelum dibuang sebaiknya diolah terlebih dahulu, sehingga

sudah bersifat netral dan tidak menimbulkan masalah lingkungan. Air yang

mengandung klorin jika dibuang langsung ke lingkungan dapat menyebabkan

kematian pada biota di perairan dan lingkungan tanah, sehingga dapat

menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Mikroba pengurai di lingkungan

dapat mengalami kematian dan berkurang jumlahnya akibat pengaruh

desinfektan, sehingga fungsi mereduksi atau menguraikan bahan organik di

lingkungan akan terganggu. Upaya yang dapat dilakukan untuk menetralisisr

klorin yang terkandung di dalam air adalah dengan penambahan thiosulfat dalam

jumlah (konsentrasi) yang sama ke dalam air tersebut. Perlakuan oksidasi dengan

mengalirkan oksigen ke dalam air menggunakan kincir juga akan mempercepat

proses penghilangan klor di dalam air.

Limbah cair yang berasal dari air cucian ikan, restoran, dan akuarium pajangan

yang diperkirakan mengandung bahan organik tinggi harus diolah terlebih dahulu,

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

Page 31: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

31

sehingga saat dibuang telah memenuhi kriteria air limbah yang diperbolehkan

dibuang ke lingkungan. Penanganan limbah cair ini memerlukan instalasi

pengolah limbah khusus dengan berbagai perlakuan, sehingga nantinya limbah

tersebut tidak lagi memiliki nilai BOD dan COD yang tinggi, dengan kriteria BOD <

50 mg/l dan COD< 100 mg/l. Instalasi pengolah limbah yang disarankan terdiri

dari kolam aerobik, kolam fakultatif, kolam pengendapan (settling) dan saluran

pembuangan (Gambar 2). Kapasitas kolam aerobik, kolam fakultatif dan kolam

pengendapan disesuaikan dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan setiap

harinya. Perlakuan yang dialami oleh air limbah di kolam aerobik adalah

pemberian oksigen dengan cara aerasi menggunakan kincir, sehingga oksigen

terlarut akan tercampur merata di dalam air limbah tersebut. Di kolam aerobik ini

juga ditambahkan lumpur aktif yang mengandung sejumlah mikroba pengurai

aerob. Di kolam fakultatif air limbah yang ditampung akan mengalami pemisahan

secara alami, lapisan air di permukaan bersifat aerabik karena dilengkapi dengan

kincir, sedangkan di bagian bawah hingga dasar perairan bersifat anaerob. Air

anaerobik di lapisan bawah ini akan dioksidasi oleh lapisan di atasnya. Lumpur

yang terendapkan di dasar perairan akan diuraikan secara anaerob. Selanjutnya

air limbah dari kolam fakultatif akan dialirkan ke kolam pengendapan. Di kolam

pengendapan akan terjadi pemisahan air dengan lumpur residual, untuk

selanjutnya air tesebut sudah dapat dibuang jika telah memenuhi syarat. Proses

pembuangan limbah yang telah diolah tersebut ke perairan mengikuti persyaratan

dan prosedur yang tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

No. 111 tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan

serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air (Lampiran

1.B)

Pengelolaan terhadap limbah cair yang berasal dari saniter (kamar mandi dan WC)

akan dikelola dengan sistem resapan melalui septic tank, sehingga limbah cair ini

tidak akan mencemari perairan sekitar, terutama sumur penduduk di sekitarnya,

sehingga dampak yang ditimbulkan sangat kecil atau tidak penting.

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

Page 32: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

32

Keterangan:

Upaya pengelolaan terhadap kualitas udara yang meliputi pengurangan debu dan

kebisingan dapat dilakukan dengan menanam tumbuhan hijau yang dapat

menahan debu dan berfungsi sebagai peredam suara. Jenis tumbuhan yang

dipilih adalah jenis yang dapat ditanam dengan kerapatan tinggi, seperti bambu

kuning/jepang atau jenis lainnya. Secara lebih rrinci, upaya pengelolaan

lingkungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Gambar 2. Skema Unit Pengolah Limbah Pasar Ikan Higienis Lempasing

• Air limbah (wastewater) yang masuk ke kolam aerobic sudah terbebas dari pengaruh klorin • Kekuatan kincir air yang digunakan di kolam aerobic mampu mengaduk air limbah secara merata • Di kolam aerobic dan kolam fakultatif dapat ditambahkan proobiotik (mikroba pengurai) yang biasa

digunakan pada tambak payau • Residu Lumpur yang tersisa pada kolam pengendapan (settling pond) dapat diambil secara berkala

untuk digunakan sebagai pupuk tanaman. • Effluent yang dibuang ke perairan harus memiliki BOD < 50 mg/l dan COD < 100 mg/l (berdasarkan

Kep. Men. L.H. No. Kep.51/MENLH/10/1995).

Page 33: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

33

Tabel 10. Ringkasan Langkah Pencegahan dan Pengelolaan Dampak Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) Lempasing.

No. Tahap Kegiatan

Jenis Kegiatan yang Menjadi

Sumber Dampak

Jenis Dampak Lingkungan

Langkah Pencegahan dan Pengelolaan Dampak Ukuran Dampak

1. Prakonstruksi Tidak ada • Tidak ada a. Rekruitment tenaga

kerja • Tersedianya kesempatan

kerja • Memberikan prioritas kepada

penduduk setempat • Jumlah penduduk

setempat yang terekrut sebagai tenaga kerja

b. Pembersihan lahan • Penurunan kualitas perairan

• Penurunan nilai Estetika

• Mencegah masuknya lumpur ke perairan

• Pemagaran areal pembangunan

• Lumpur tidak masuk ke perairan pantai

• Areal pembangunan terpagar rapi

2. Konstruksi

c. Pekerjaan Bangunan

• Penurunan kualitas perairan

• Meningkatnya kandungan debu udara

• Meningkatnya nilai estetika

• Pengaturan tanah galian agar tidak hanyut ke perairan

• Penyemprotan areal pembangunan

• Penanaman tumbuhan bernilai estetik tinggi

• Tanah galian tidak masuk ke perairan pantai

• Kandungan debu di udara < 230 µg

• Penilaian masyarakat meningkat

a. Bongkar Muat Barang

Tidak ada

b. Pemeriksaan Ikan • Penurunan kualitas perairan oleh limbah organik cair

• Pembuatan IPAL

• BOD efluent < 50 mg/l • COD efluent < 100 mg/l

c. Penyiangan dan penjualan ikan

• Penurunan kualitas perairan oleh limbah organik

• Penurunan kualitas udara akibat pembusukan limbah padat ikan

• Pembuatan IPAL • Penetralan Khlorin efluent

sebelum masuk ke IPAL • Limbah padat ikan dapat

dikelola dengan sistem sanitary landfill di TPA Bakung

• Menjual limbah padat ikan kepada pengusaha Silase

• BOD efluent < 50 mg/l • COD efluent < 100 mg/l • Efluent tidak mengandung

Khlorin • Udara tidak berbau

bangkai ikan

d. Penyimpanan • Kebisingan akibat mesin pendingin

• Pemasangan peredan suara • Tingkat kebisingan < 55 dBA

3. Pasca konstruksi/ Operasional

e Rekreasi. • Penurunan kualitas perairan akibat limbah organik

• Pembuatan IPAL

• BOD efluent < 50 mg/l • COD efluent < 100 mg/l

Page 34: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

34

No. Tahap Kegiatan

Jenis Kegiatan yang Menjadi

Sumber Dampak

Jenis Dampak Lingkungan

Langkah Pencegahan dan Pengelolaan Dampak Ukuran Dampak

• Penurunan kualitas udara akibat limbah padat ikan

• Limbah padat ikan dapat dikelola dengan sistem sanitary landfill di TPA Bakung

• Menjual limbah padat ikan kepada pengusaha silase

• Udara tidak berbau bangkai ikan

f. Saniter (WC dan Kamar mandi)

• Penurunan kualitas perairan pantai

• Pembuatan septic tank

• Air limbah tidak masuk ke perairan umum/pantai

Keterangan :

• Baku mutu pencemaran udara ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan RI Nomor 205/07/1996 Tentang : Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara untuk Sumber Tidak Bergerak.

• Baku mutu untuk BOD dan COD effluent ditentukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep.51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

Page 35: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

35

6.2 PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Pemantauan merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan lingkungan

hidup. Pengelolaan lingkungan tanpa diikuti oleh aktivitas pemantauan tidak akan

banyak berarti. Tidak akan ada yang dapat mengetahui apakah pendugaan

dampak benar terjadi dan aktivitas pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan

dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Hasil pemantauan merupakan bahan

untuk melakukan evaluasi atas kebijakan yang telah diambil oleh pengambil

keputusan, apakah perlu perbaikan atau penyempurnaan.

Adanya perubahan-perubahan yang berkenaan dengan kualitas lingkungan akan

dapat terdeteksi dan diidentifikasi melalui upaya pemantauan lingkungan, sehingga

timbulnya kemerosotan kualitas lingkungan yang mengarah pada keadaan kritis

dapat diketahui secara dini dan tindakan pencegahan dan perbaikan segera dapat

dilakukan. Oleh karena itu upaya pemantauan lingkungan merupakan kunci

keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan merupakan alat kontrol

bagi setiap perubahan komonen lingkungan. Usaha-usaha yang akan dilakukan

akan lebih menitikberatkan pada jenis-jenis dampak negatif dan meningkatkan

dampak positifnya.

Upaya pemantauan lingkungan yang akan dilakukan oleh pengelola Pasar Ikan

Higienis Lempasing mulai dari tahap konstruksi hingga pasca konstruksi/operasi,

yang meliputi: jenis kegiatan yang menjadi sumber dampak, jenis dampak

lingkungan yang terjadi, metode pemantauan dampak lingkungan yang akan

dilakukan, dan ukuran dampak. Adapun lokasi pemantauan adalah di sekitar

lokasi PIH Lempasing, baik di lingkungan darat, perairan, udara, serta kondisi

sosial ekonomi masyarakat setempat.

Pada saat tahap konstruksi pemantauan dilakukan dengan pengawasan dan

pemeriksaan secara seksama, baik saat pembersihan lahan, pemasangan pagar

proyek, pekerjaan tanah, dan pembangunan gedung PIH Lempasing. Tolok ukur

yang dipantau antara lain: lumpur dan tanah galian tidak masuk ke perairan pantai

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

Page 36: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Studi

Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

36

yang dapat menyebabkan kekeruhan di perairan, kandungan debu di udara

dibawah 230 μg, dan tingkat kebisingan di bawah 55 dBA. Dari segi sosial

ekonomi, pemantauan juga dilakukan terhadap perekrutan tenaga kerja dengan

tolok ukur ada/tidaknya masyarakat setempat yang terekrut sebagai tenaga kerja

sesuai dengan kualifikasi/keahlian yang dibutuhkan.

Pada saat tahap operasional, pemantauan dititikberatkan pada komponen utama

penyebab dampak lingkungan, baik pada kegiatan pemeriksaan ikan di

laboratorium, kegiatan penyiangan dan penjualan ikan, ataupun dari kegiatan

rekreasi (restoran). Limbah yang dihasilkan harus terus dipantau agar tidak

mencemari lingkungan. Pemantauan dilakukan pada instalasi pengolah limbah

yang ada, sehingga limbah tersebut benar-benar diolah secara baik sebelum

dibuang ke lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan saat dibuang ke lingkungan

harus memiliki nilai BOD5 dan COD yang nilainya dibawah ambang batas. Nilai

BOD5 harus dibawah 50 mg/l; sedangkan COD dibawah 100 mg/l. Pemantauan

limbah tersebut dilakukan 3 bulan sekali.

Pemantauan tingkat kebisingan dilakukan dengan mengukur parameter tersebut di

sekitar lokasi PIH Lempasing secara periodik 3 bulan sekali. Dari hasil

pemantauan akan diketahui apakah tingkat kebisingan sudah melebihi ambang

batas (< 55 dBA) atau masih di batas aman yang tidak mengganggu masyarakat

sekitarnya. Dari pemantauan ini juga dapat diketahui efektivitas tumbuh-tumbuhan

yang ditanam yang berfungsi sebagai peredam/penahan kebisingan. Secara rinci,

upaya pemantauan lingkungan tersebut disajikan pada Tabel 11.

Page 37: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

37

Studi

Tabel 11. Ringkasan Upaya Pemantauan Lingkungan Pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) Lempasing.

No. Tahap Kegiatan

Jenis Kegiatan yang Menjadi

Sumber Dampak

Jenis Dampak Lingkungan

Metode Pemantauan Lingkungan Ukuran Dampak

1. Prakonstruksi Tidak ada • Tidak ada a. Rekruitment

tenaga kerja • Tersedianya kesempatan

kerja • Pemeriksaan administrasi

perekrutan tenaga kerja • Jumlah penduduk setempat

yg terekrut sebagai tenaga kerja

b. Pembersihan lahan • Penurunan kualitas perairan

• Penurunan nilai Estetika

• Pengawasan selama pembersihan lahan

• Pemeriksaan pagar areal pembangunan

• Lumpur tidak masuk ke perairan pantai

• Areal pembangunan terpagar rapi

2. Konstruksi

c. Pekerjaan Bangunan

• Penurunan kualitas perairan

• Meningkatnya kandungan debu udara

• Meningkatnya nilai estetika

• Pengawasan selama penggalian pondasi

• Pengamatan kualitas udara, pema-sangan alat pemantau sederhana & pengambilan sampel udara.

• Pengamatan selama pembangunan taman.

• Tanah galian tidak masuk ke perairan pantai

• Kandungan debu di udara < 230 µg

• Penilaian masyarakat meningkat

a. Bongkar Muat Barang

Tidak ada

b. Pemeriksaan Ikan • Penurunan kualitas perairan oleh limbah organik cair

• Pengambilan sampel secara periodik dan pemeriksaan di laboratorium (3 bulan sekali)

• BOD efluent < 50 mg/l • COD efluent < 100 mg/l

c. Penyiangan dan penjualan ikan

• Penurunan kualitas perairan oleh limbah organik

• Penurunan kualitas udara akibat pembusukan limbah padat ikan

• Pengambilan sampel secara periodik dan pemeriksaan di laboratorium (3 bulan sekali)

• Pengamatan ada tidaknya tumpukan limbah ikan busuk dan pemeriksaan kualitas udara

• BOD efluent < 50 mg/l • COD efluent < 100 mg/l • Efluent tidak mengandung

Khlorin • Udara tdk berbau bangkai

ikan d. Penyimpanan • Kebisingan akibat mesin

pendingin • Pengukuran tingkat kebisingan

secara periodik (3 bulan sekali) • Tingkat kebisingan < 55 dBA

3. Pasca konstruksi/ Operasional

e Rekreasi. • Penurunan kualitas perairan akibat limbah organik

• Pengambilan sampel secara periodik dan pemeriksaan di lab (3 bln sekali)

• BOD efluent < 50 mg/l • COD efluent < 100 mg/l

Page 38: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

Studi

Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

38

No. Tahap Kegiatan

Jenis Kegiatan yang Menjadi

Sumber Dampak

Jenis Dampak Lingkungan

Metode Pemantauan Lingkungan Ukuran Dampak

• Baku mutu kandungan debu ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan RI Nomor 205/07/1996 Tentang : Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara untuk Sumber Tidak Bergerak.

• Penurunan kualitas udara akibat limbah padat ikan

• Pengamatan ada tidaknya tumpukan limbah ikan busuk dan pemeriksaan kualitas udara

• Udara tidak berbau bangkai ikan

f. Saniter (WC dan Kamar mandi)

• Penurunan kualitas perairan pantai

Pengamatan ada tidaknya buangan limbah ke perairan umum.

• Air limbah tidak masuk ke perairan umum/pantai

• Baku mutu untuk BOD dan COD effluent ditentukan berdasarkan Kep. Men. Lingkungan Hidup No. Kep.51/MENLH/10/1995)

Keterangan :

Page 39: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

39

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN Berdasarkan studi ini, dapat disimpulkan beberapa hal:

• Dampak lingkungan yang akan terjadi pada pelaksanaan pembangunan

Pasar Ikan Higienis di Lempasing diperkirakan berlangsung pada tahap

konstruksi dan pasca konstruksi/operasional. Pada tahap prakonstruksi

tidak menimbulkan dampak.

• Jenis dampak lingkungan yang perlu mendapat perhatian lebih adalah

timbulnya pencemaran di perairan akibat limbah cair organik dan limbah

padat organik yang berasal dari ikan.

• Instalasi pengolah limbah cair organik yang cocok untuk diaplikasikan

adalah sistem kolam aerobik, fakultatif, dan pengendapan yang dapat

menurunkan nilai BOD dan COD limbah tersebut sehingga tidak

mencemari lingkungan.

• Limbah padat organik yang berasal dari ikan dapat diolah menjadi silase

untuk bahan baku pakan ternak, atau dikelola dengan sistem sanitary

landfill .

• Pemantauan lingkungan dilakukan secara periodik 3 bulan sekali untuk

memonitor kondisi limbah yang dibuang ke lingkungan, sehingga dapat

meminimalkan dampak negatif yang mungkin terjadi.

7.2 SARAN

Disarankan untuk dapat dilakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan

upaya pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan hasil studi/kajian ini

dengan tetap melakukan koordinasi dan konsultasi pada dinas/instansi

lainnya yang terkait (Bapedalda).

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung

Page 40: 13338069 Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis PIH Di Kota Bandar Lampung Oleh Indra Gumay Yudha

40

Studi Pembangunan Pasar Ikan Higienis di Kotamadya Bandar Lampung