HUBUNGAN FAKTOR IBU DAN PELAYANAN KESEHATAN
DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN PIDIE
TAHUN 2008
TESIS
Oleh
CUT SRI WAHYUNI 077023002/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
HUBUNGAN FAKTOR IBU DAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL
DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2008
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
CUT SRI WAHYUNI 077023002/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
Judul Tesis : HUBUNGAN FAKTOR IBU DAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2008
Nama Mahasiswa : Cut Sri Wahyuni Nomor Induk Mahasiswa : 077023002 Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Haryono Roeshadi, Sp.OG(K)) Ketua
(dr. Yusniwarti Yusad, MSi)
Anggota
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS)
Dekan,
(dr. Ria Masniari Lubis, MSi) Tanggal lulus : 2 September 2009
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
Telah diuji pada Tanggal : 2 September 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Haryono Roeshadi, Sp.OG(k)
Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, MSi
2. Drs. Jemadi, M.Kes
3. drh. Hiswani, M.Kes
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
PERNYATAAN
HUBUNGAN FAKTOR IBU DAN PELAYANAN KESEHATAN
DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN PIDIE
TAHUN 2008
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, Juli 2009 (Cut Sri Wahyuni) 077023002/IKM
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
i
ABSTRAK
Kematian perinatal adalah kematian dalam masa kehamilan 28 minggu sampai bayi lahir dan berusia 7 hari. Angka kematian perinatal menurut Survei Demografi Indonesia (SDKI) 2002-2003 sebesar 24 per 1000 kelahiran dan menyumbang sekitar 77% dari kematian neonatal. Kasus kematian perinatal di Kabupaten Pidie mengalami peningkatan dari 0,94% tahun 2007, menjadi 1,33% pada tahun 2008.
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain studi kasus kontrol untuk menganalisis hubungan faktor ibu dan pelayanan kesehatan dengan kematian perinatal di Kabupaten Pidie tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan dan bayinya mengalami kematian perinatal di Kabupaten Pidie periode Januari sampai Desember 2008 dan jumlah sampel sebanyak 60 ibu melahirkan dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan umur ibu (p=0,011, OR=2,765), paritas (p=0,028, OR=2,270), jarak antar kelahiran (p=0,003, OR=3,763), riwayat penyakit (p=0,000, OR=6,417), riwayat persalinan (p=0,000, OR=9,100) dan kunjungan antenatal care (p=0,000, OR=27,008) dengan kematian perinatal, sedangkan penolong persalinan tidak ada hubungan.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat tentang pentingnya kunjungan antenatal care dengan memberikan penyuluhan secara rutin di puskesmas, polindes, posyandu, tempat-tempat perwiritan dan lain-lain
Kata kunci : Kematian Perinatal, Ibu, Pelayanan Kesehatan.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
ii
ABSTRACT
Prenatal mortality is a mortality occur within the period of commencing from 28 week pregnancy until the baby is 7 days old. According to the result of the Indonesia Demography Survey (IDHS) 2002-2003, prenatal mortality rate was 24 per 1000 life birth and about 77% contributed by neonatal death. In Pidie District, the case of prenatal mortality increased from 0,94% in 2007 to 1,33% in 2008. The purpose of this observational analytical study with case control design is to analyze the influence of the factors of mother and health service on the incident of prenatal mortality in Pidie District in 2008. The population of this study were all of the 60 mothers who delivered their babies but the babies were prenatally dead and all of the mothers were selected to be the samples for this study with purposive sampling technique. The data obtained were analyzed through Chi-Square tests. The result of Chi-Square test showed that there were a relationship between the age of mothers (p=0,011, OR=2,765), parity (p=0,028, OR=2,270), interval between childbirth (p=0,003, OR=3,763), history of mothers disease (p=0,000, OR=6,417), history of pregnancy (p=0,000, OR=9,100) and antenatal care visit (p=0,000, OR=27,008) with prenatal mortality. Birth assistant in this research had no relationship with prenatal mortality It is suggested that District Health Office of Pidie to promote the importance of antenatal care visit to the community through the provision of routine extensions in the Health Center, polindes (Rural Polyclinic), posyandu (Integrated Service Post) or in the other places such as perwiritan (reciting passages of the Quran and saying prayers) take place. Key words: Prenatal Mortality, Mother, Health Service
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan berkahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul Hubungan Faktor Ibu
dan Pelayanan Kesehatan dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie
Tahun 2008.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademis untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, Sp.A(k)
atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dr. Ria
Masniari Lubis, MSi atas kesempatan yang diberikan menjadi mahasiswa Program
Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Dr. Drs. Surya Utama, MS dan
Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
iv
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
atas kesempatan yang diberikan menjadi mahasiswa Program Studi Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Prof.dr.Haryono Roeshadi, Sp.OG(k)
selaku ketua komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing
penulis selama penyusunan tesis dan dr. Yusniwarti Yusad, MSi, selaku pembimbing
kedua yang juga telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dengan penuh
kesabaran. Drs. Jemadi, M.Kes selaku komisi pembanding yang telah membantu
memberikan arahan demi kesempurnaan penulisan tesis ini dan drh. Hiswani, M.Kes,
selaku komisi pembanding yang telah membantu penulisan tesis ini.
Terima kasih juga disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Pidie, dr.H.Abd.Hamid, MSi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
di wilayah kerjanya.
Terima kasih kepada keluarga tercinta Ayahanda T. Ibrahim Ali dan ibunda
Zoebaidah serta seluruh keluarga besar tercinta yang telah membantu memberikan
dorongan dan dukungan moril maupun materil yang tak terbatas.
Teristimewa buat suami tercinta Chairil Anshar, S.Sos yang selalu setia
memberikan motivasi selama pendidikan, anak-anak tersayang M. Azzam Al Ulya
dan Ainin Shazia yang selalu menjadi penyemangat dalam menyelesaikan penulisan
tesis ini.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
v
Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Minat Studi
Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Angkatan 2007 yang telah
menyumbangkan masukan dan saran untuk kesempurnaan tesis ini
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap tesis ini bisa berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak.
Medan, Agustus 2009 Penulis,
(Cut Sri Wahyuni)
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
vi
RIWAYAT HIDUP
Cut Sri Wahyuni, lahir di Matang Sagoe pada tanggal 02 Agustus tahun 1978,
agama Islam, status menikah dan mempunyai 2 orang anak. Alamat rumah di
Kelurahan Blang Paseh, Kecamatan Kota Sigli, Kabupaten Pidie.
Riwayat pendidikan, memasuki SD Negeri 4 selama 6 tahun dan lulus tahun
1990, kemudian memasuki SMPN 1 Matanggumpang Dua selama 3 tahun dan lulus
tahun 1993, selanjutnya memasuki SMA Negeri 1 Bireuen selama 3 tahun dan lulus
tahun 1996, kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia (FKM UI) selama 4,5 tahun dan lulus tahun 2001. Terakhir
melanjutkan tugas belajar ke Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada bulan September
2007 dan lulus tahun 2009.
Riwayat Pekerjaan, pertama sekali ditempatkan menjadi Staf Puskesmas
Peukan Baro, Kabupaten Pidie pada tahun 2002 sampai tahun 2003, kemudian
ditempatkan menjadi Staf Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Sigli pada
tahun 2004 sampai tahun 2005, Kepala Sub Bagian Pelayanan Penunjang Medis RSU
Sigli tahun 2006 sampai tahun 2007.Tahun 2008 mendapatkan tugas belajar sebagai
mahasiswa pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ i ABSTACT ............................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vi DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 1.4 Hipotesis .......................................................................................... 6 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8 2.1. Definisi yang Berhubungan dengan Penelitian ................................ 8 2.2. Faktor Risiko Terjadinya Kematian Perinatal ............................... 10 2.3. Faktor Pelayanan Kesehatan .......................................................... 19 2.4. Pengawasan terhadap Kehamilan Risiko Tinggi ........................... 23 2.5. Kerangka Teori .............................................................................. 24 2.6. Kerangka Konsep ........................................................................... 25 BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 26 3.1. Jenis Penelitian .............................................................................. 26 3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ........................................ 26 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 26 3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 28 3.5. Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 28 3.6. Metode Pengukuran ....................................................................... 30 3.7. Metode Analisis Data ..................................................................... 31 BAB 4. HASIL PENELITIAN ........................................................................ 33 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Pidie ............................................... 33 4.2. Analisis Univariat .......................................................................... 35 4.3. Analisis Bivariat Hubungan Faktor Ibu dan Pelayanan Kesehatan dengan Kematian Perinatal .......................................... 39
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
viii
BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................... 45 5.1. Hubungan Faktor Ibu dengan Kematian Perinatal ......................... 45 5.2. Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Kematian Perinatal ......................................................................................... 52 5.3. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 56 BAB 6. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 58 6.1. Kesimpulan .................................................................................... 58 6.2. Saran .............................................................................................. 58 DAFTAR PUSTAKA
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman 3.1 Variabel, Cara dan Alat Ukur dan Skala Ukur 30
4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan dan
Pekerjaan di Kabupaten Pidie Tahun 2008. 35
4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Ibu di Kabupaten Pidie Tahun 2008............................ 37 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Pidie Tahun 2008.. 38
4.4 Distribusi Responden Menurut Umur dengan Kematian Perinatal
di Kabupaten Pidie Tahun 2008 39
4.5 Distribusi Proporsi Responden Menurut Paritas dengan Kematian di Kabupaten Pidie Tahun 2008 40
4.6 Distribusi Responden Menurut Jarak Antar Kelahiran
dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008 41
4.7 Distribusi Responden Menurut Riwayat Penyakit dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008... 42
4.8 Distribusi Responden Menurut Riwayat Persalinan
dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008.. 43
4.9 Distribusi Responden Menurut Kunjungan Antenatal Care dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008 44
4.10 Distribusi Responden Menurut Penolong Persalinan
dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008 44
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman 2.1 Kerangka Teori Mosley and Chen. 24
2.2 Kerangka Konsep Penelitian ............... 25
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
xi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman
1 Formulir Pengumpulan Data. 64
2 Master Data Kematian Perinatal.... 67
3 Analisis Univariat.. 69
4 Analisis Bivariat.... 72
6 Peta Kabupaten Pidie.. 80
7 Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana USU 81
8 Surat Telah Selesai Melaksanakan Penelitian Dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Pidie 82
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan
indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu negara dan status
kesehatan masyarakat. Angka kematian bayi sebagian besar adalah kematian neonatal
yang berkaitan dengan status kesehatan ibu saat hamil, pengetahuan ibu dan keluarga
dengan pentingnya pemeriksaan kehamilan dan peranan tenaga kesehatan serta
ketersediaan fasilitas kesehatan.
Setiap tahun diperkirakan terjadi 4,3 juta kelahiran mati dan 3,3 juta kematian
neonatal di seluruh dunia. Meskipun angka kematian bayi di berbagai dunia telah
mengalami penurunan namun kontribusi kematian neonatal pada kematian bayi
semakin tinggi (Prameswari, 2007) .
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 9 juta bayi
setiap tahun meninggal sebelum lahir atau pada minggu pertama kehidupannya
(periode perinatal) dan hampir semua kematian perinatal (Perinatal Mortality Rate)
terjadi dinegara berkembang (USAID, 1999).
Angka kematian bayi menurut WHO (2000) sangat memprihatinkan yang
dikenal dengan fenomena 2/3. Fenomena itu terdiri dari, 2/3 kematian bayi (0-1
tahun) terjadi pada masa neonatal (0-28 hari), 2/3 kematian neonatal terjadi pada
masa perinatal (0-7 hari) dan 2/3 kematian perinatal terjadi pada hari pertama
(BKKBN, 2008).
1
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
2
Angka kematian perinatal (AKP) di negara maju 10 per 1000 kelahiran
sedangkan di negara berkembang 50 per 1000 kelahiran, angkanya lima kali lebih
tinggi daripada negara maju (WHO, 2006).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 di antara
15.235 kehamilan ditemukan 147 (0,96%) lahir mati dan 224 (1,48%) kematian
neonatal dini sehingga menghasilkan angka kematian perinatal 24 per 1000 kelahiran.
AKP menyumbang sekitar 77% dari kematian neonatal, dimana kematian neonatal
menyumbang 58% dari total kematian bayi (BPS, 2003).
AKB menurut hasil SDKI 2002- 2003 terjadi penurunan yang cukup besar dari
tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2002-2003 (Depkes RI, 2007).
Meskipun terus menurun, AKB di Indonesia masih tergolong tinggi jika
dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari
Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand.
Indonesia menduduki ranking ke-6 tertinggi setelah Singapura (3 per 1.000), Brunei
Darussalam (8 per 1.000), Malaysia (10 per 1.000), Vietnam (18 per 1.000), dan
Thailand (20 per 1.000). Diharapkan target Millenium Development Goals (MDGS)
bisa tercapai pada tahun 2015 yaitu menurunkan AKB sebesar dua pertiganya dalam
kurun waktu 1990-2015 (Bappenas, 2007).
Sedangkan di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam AKB sebesar 40/1.000
kelahiran hidup, angkanya lebih tinggi dari angka nasional (Dinkes NAD, 2007).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
3
Pengendalian kematian perinatal akan berkontribusi sangat besar terhadap
penurunan AKB. Penurunan kematian perinatal sangat ditentukan oleh
penatalaksanaan kesehatan ibu pada saat kehamilan, menjelang persalinan dan setelah
persalinan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kelangsungan hidup pada
masa perinatal juga dihubungani oleh sejumlah faktor meliputi karakteristik
demografi dan sosial ibu, riwayat kesehatan reproduksi ibu, kondisi kesehatan bayi
dan lingkungan tempat tinggal (Prameswari, 2007).
Beberapa penyebab kematian bayi menurut hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 2001 dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-
7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah
karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran
prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%. Sedangkan
penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen
dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini
menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal dihubungani pada kondisi ibu saat
melahirkan (Depkes RI, 2007).
Hasil SKRT dengan sampel 211.168 rumah tangga di Indonesia pada tahun
2001 ditemukan kematian neonatal sebanyak 180 kasus. Kasus lahir mati berjumlah
115 kasus, distribusi kematian neonatal sebagian besar diwilayah Jawa dan Bali
(66,7%) dan didaerah pedesaan (58,6%). Menurut umur kematian, 79,4% dari
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
4
kematian neonatal terjadi sampai dengan usia 7 hari dan 20,6% terjadi pada usia 8-28
hari (Sarimawar, 2004).
Dari laporan situasi anak dunia menyatakan seorang anak yang lahir dari
keluarga 20% paling miskin rata-rata memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar
untuk meninggal daripada seorang anak yang lahir pada kelompok 20% paling kaya
di Asia Timur dan Pasifik. Ini semua erat kaitannya dengan kekurangan gizi yang
sering diawali dengan dengan rendahnya berat bayi pada saat kelahiran (Unicef,
2007).
Pola penyakit penyebab kematian di Indonesia menunjukkan bahwa proporsi
penyebab kematian neonatal kelompok umur 0-7 hari yang tertinggi adalah berat
badan lahir rendah/ BBLR (35%), kemudian asfiksia lahir (33,6%). Dilihat dari
karakteristik ibu yang bayinya meninggal pada saat dilahirkan (perinatal) sebelumnya
telah melakukan perawatan antenatal 4 kali dimana K1 (64,6%), K4 (60,8%) dan
mendapatkan imunisasi tetanus (53%). Penurunan kematian maternal dan perinatal
sangat erat kaitannya dengan pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan
(57%) sementara oleh dukun (40%). Sementara 54,2% bayi yang dilahirkan di rumah
meninggal, sebagian besar proses persalinan berlangsung normal (88,9%) dan hanya
8% bayi yang dilahirkan dengan tindakan bedah caesar meninggal (Sarimawar, 2004).
Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil bisa kita lihat
dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Berdasarkan data Dinas Kesehatan NAD pada
tahun 2005 cakupan K1 (83,1%) dan K4 (71,9%) dan tahun 2006 cakupan K1
(85,7%) dan K4 (75,9%), terjadi peningkatan cakupan K1 dan K4 tetapi jumlah ini
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
5
masih jauh di bawah target nasional yaitu K1 (95%) dan K4 (90%) (Dinkes NAD,
2007).
Sedangkan cakupan pelayanan K1 dan K4 di Kabupaten Pidie mengalami
penurunan, pada tahun 2005 cakupan K1 (87%) dan cakupan K4 (70,32%) dan tahun
2006 cakupan K1 (85,98%) dan cakupan K4 (69,34%) (Dinkes Pidie, 2007).
Survey pendahuluan yang dilakukan berdasarkan laporan Sub Dinas
Kesehatan Keluarga Kabupaten Pidie, ditemukan kasus kematian perinatal cenderung
berfluktuatif pada tahun 2005 dari 9.194 persalinan terdapat 101 (1,09%) kasus
kematian perinatal, tahun 2006 dari 12.408 persalinan terdapat 160 (1,28%) kasus
kematian perinatal, tahun 2007 dari 10.996 persalinan terdapat 104 (0,94%) kasus
kematian perinatal dan tahun 2008 dari 7.955 persalinan terdapat 106 (1,33%) kasus
kematian perinatal (Dinkes Pidie, 2009).
Dari paparan data data diatas menggambarkan terjadi peningkatan angka
kematian perinatal pada tahun 2008 sehingga penulis ingin melakukan penelitian
mengenai hubungan faktor ibu dan pelayanan kesehatan dengan kematian perinatal di
Kabupaten Pidie.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana hubungan faktor ibu dan pelayanan kesehatan dengan kematian
perinatal di Kabupaten Pidie tahun 2008.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
6
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis hubungan faktor ibu dan pelayanan kesehatan dengan
kematian Perinatal di Kabupaten Pidie tahun 2008.
1.4 Hipotesis Penelitian
1.4.1 Ada hubungan faktor ibu dengan kematian perinatal di Kabupaten Pidie tahun
2008.
a. Ada hubungan umur ibu dengan kematian perinatal.
b. Ada hubungan paritas dengan kematian perinatal.
c. Ada hubungan jarak antar kelahiran dengan kematian perinatal.
d. Ada hubungan riwayat penyakit ibu dengan kematian perinatal.
e. Ada hubungan riwayat persalinan ibu dengan kematian perinatal.
1.4.2 Ada hubungan pelayanan kesehatan dengan kematian perinatal di Kabupaten
Pidie tahun 2008.
a. Ada hubungan kunjungan K1 dan K4 dengan kematian perinatal.
b. Ada hubungan penolong persalinan dengan kematian perinatal.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah wawasan kepada peneliti dalam memahami hubungan
faktor ibu dan pelayanan kesehatan dengan kematian perinatal.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
7
2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie dalam
meningkatkan pelayanan antenatal care dalam upaya meningkatkan kesehatan
ibu dan anak sehingga dapat mengurangi Angka Kematian Perinatal.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kesehatan perinatal.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Yang Berhubungan dengan Penelitian
2.1.1 Kematian Perinatal
Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa untuk dapat memahami kematian
perinatal maka ada definisi-definisi yang lazim dipakai seperti kelahiran hidup,
kematian janin, kelahiran mati , kematian perinatal dini dan kematian perinatal.
Kelahiran hidup (live birth) adalah keluarnya hasil konsepsi secara sempurna
dari ibunya tanpa memandang lamanya kehamilan dan sesudah terpisah dari ibunya
bernafas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyutan tali pusat atau
pergerakan otot, tidak peduli apakah tali pusat telah dipotong atau belum.
Kematian janin (foetal death) adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan.
Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak
bernafas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung, atau
palsasi tali pusat atau kontraksi otot.
Kelahiran mati (stillbirth) ialah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati
yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau
sama dengan 1000 gram).
Kematian perinatal dini (early neonatal death) ialah kematian bayi dalam 7
hari pertama kehidupannya. Sedangkan kematian perinatal (perinatal mortality) ialah
bayi lahir mati dan kematian bayi dalam 7 hari pertama sesudah lahir.
8
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
9
Kematian perinatal adalah kematian dalam masa kehamilan 28 minggu sampai
bayi lahir dan berusia 7 hari. Kematian perinatal ditentukan dengan menghitung
jumlah kematian masa perinatal tersebut di bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan
lahir mati (Ranuh, 2005).
Periode perinatal didefinisikan sebagai masa sejak janin mampu hidup diluar
kandungan hingga akhir hari ke-7 setelah kelahiran. Menentukan usia janin
sebenarnya adalah hal yang sulit karena hal tersebut tergantung pada umur kehamilan
dan fasilitas pelayanan khusus yang tersedia. Oleh sebab itu, akan lebih mudah untuk
menggunakan berat lahir dalam menentukan usia janin. Di negara maju, bayi dapat
bertahan hidup sejak usia 22 minggu umur kehamilan (berat mencapai 500 gram)
sedangkan dinegara berkembang, bayi diharapkan untuk dapat bertahan hidup sejak
usia kehamilan 28 minggu (dimana berat telah mencapai 1000 gram) (WHO, 2001).
2.1.2 Angka Kematian Perinatal
Angka Kematian Perinatal (AKP) adalah jumlah kematian perinatal dikalikan
1000 dan kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun
yang sama (Wiknjosastro, 2005).
AKP = jumlah kematian perinatal x 1000 Jumlah lahir mati + jumlah lahir hidup AKP perlu diketahui karena dapat merefleksikan tingkat kesehatan ibu hamil
dan bayinya serta standar pelayanan yang diberikan. Angka ini juga merupakan salah
satu indikator terbaik dari status sosial ekonomi masyarakat, daerah dan negara.
Angka ini rendah bila standar kehidupan meningkat sehingga pengamatannya secara
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
10
berkala dapat memperlihatkan kemajuan di masyarakat. Masyarakat dengan AKP
yang tinggi juga memiliki AKI yang tinggi karena keduanya merefleksikan kondisi
hidup yang buruk dan kurang memadainya pelayanan kesehatan yang diberikan
(WHO, 2001).
2.2 Faktor Risiko Terjadinya Kematian Perinatal.
Banyak faktor yang terkait dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi
penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu kematian bayi endogen dan
kematian bayi eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut kematian
neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan
umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh
dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian
eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia
satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
bertalian dengan pengaruh lingkungan luar (Utomo, 1988).
Dimana dengan semakin meningkatnya usia bayi, penyebab endogen
utamanya berperan pada kematian bayi usia di bawah satu bulan (neonatal).
Sedangkan penyebab eksogen bertanggung jawab pada sebagian kecil kematian
neonatal dan hampir semua kematian bayi usia di atas satu bulan (post-neonatal).
Mosley and Chen (1988) menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi dan
budaya mempengaruhi kelangsungan hidup anak melalui berbagai faktor. Faktor
faktor tersebut antara lain adalah faktor ibu, faktor lingkungan, kekurangan gizi,
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
11
trauma dan upaya pencegahan dari individu itu sendiri. Faktor ibu adalah termasuk
umur ibu, paritas dan jarak kehamilan, faktor lingkungan yaitu berhubungan dengan
media penyebaran penyebab penyakit seperti udara, air, makanan, kulit, tanah,
serangga dll. Kekurangan gizi yaitu kekurangan kalori, protein dan kekurangan
vitamin dan mineral, sedangkan faktor upaya pencegahan penyakit individu yaitu
termasuk imunisasi dan pengobatan (Singarimbun, 1988).
Masalah kesehatan neonatal tidak dapat dilepaskan dari masalah kesehatan
perinatal dimana proses kehamilan, dan persalinan memegang faktor yang amat
penting.
Faktor risiko adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan
kemungkinan risiko atau bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan yang dapat
menyebabkan kematian atau kesakitan ibu dan bayinya. Adapun ciri-ciri faktor risiko
adalah (1) Faktor risiko/masalah mempunyai hubungan dengan kemungkinan
terjadinya komplikasi tertentu pada persalinan, (2) Faktor risiko dapat ditemukan dan
diamati/dipantau selama kehamilan sebelum peristiwa yang diperkirakan terjadi, (3)
beberapa faktor risiko pada seorang ibu hamil dapat merupakan suatu mata rantai
dalam proses terjadinya komplikasi pada persalinan (Rochjati, 2003).
1. Umur ibu
Umur berhubungan terhadap proses reproduksi, umur ibu yang dianggap
optimal untuk kehamilan adalah antara 20 sampai 30 tahun. Sedangkan dibawah atau
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
12
diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan
(Martaadisoebrata, 2005).
Umur ibu < 20 tahun belum cukup matang dalam menghadapi kehidupan
sehingga belum siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan. Pada umur tersebut rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan
baik hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan
keracunan kehamilan atau gangguan lain kerena ketidaksiapan ibu untuk menerima
tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sebaliknya jika umur ibu > 35 tahun
cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, myoma uteri,
persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnya (Depkes RI, 2001).
Pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan perkembangan dari organ-
organ dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan memhubungani kehidupan janin dalam
rahim. Pada wanita usia muda dimana organ-organ reproduksi belum sempurna
secara keseluruhan, disertai kejiwaan yang belum bersedia menjadi seorang ibu
(Jumiarni, 1993).
Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun
karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental juga sudah
matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya (Draper, 2001).
2. Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Paritas terdiri
atas 3 kelompok yaitu: (1) Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
13
paritas, (2) Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-6 dan (3)
Golongan grande multipara adalah golongan ibu dengan paritas > 6.
Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai keempat.
Kehamilan pertama dan setelah kehamilan keempat mempunyai risiko yang tinggi.
Grande multi para adalah istilah yang digunakan untuk wanita dengan kehamilan
kelima atau lebih. Kehamilan pada kelompok ini sering disertai penyulit, seperti
kelainan letak, perdarahan ante partus, perdarahan post partum dan lain-lain
(Martaadisoebrata, 2005).
Grande multipara kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah
berulang kali direnggangkan oleh kehamilan membatasi kemampuan berkerut untuk
menghentikan perdarahan sesudah persalinan. Disamping itu banyak pula dijumpai
tidak cukupnya tenaga untuk mengeluarkan janin yang disebut dengan merits uteri.
Keadaan ini akan lebih buruk lagi pada kasus dengan jarak kehamilan yang singkat.
3. Jarak Antar Kelahiran
Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua
kehamilan < 2 tahun atau > 4 tahun. Jarak kehamilan yang aman ialah antara 2-4
tahun. Jarak antara dua kehamilan yang < 2 tahun berarti tubuh ibu belum kembali ke
keadaan normal akibat kehamilan sebelumnya sehingga tubuh ibu akan memikul
beban yang lebih berat. Jarak kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim
dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, kehamilan dalam keadaan ini perlu
diwaspadai karena adanya kemungkinan pertumbuhan janin yang kurang baik,
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
14
mengalami persalinan yang lama atau perdarahan. Sebaliknya jika jarak kehamilan
antara dua kehamilan > 4 tahun, disamping usia ibu yang sudah bertambah juga
mengakibatkan persalinan berlangsung seperti kehamilan dan persalinan pertama
(Depkes RI, 2002).
Anak yang memiliki jarak kelahiran terlalu dekat ( 2 tahun atau kurang), akan
beresiko terhadap kematian neonatal sebesar 4.4 kali dibandingkan dengan jarak
kelahiran lebih dari dua tahun (Iswarati, 2007).
4. Riwayat Kesehatan Ibu
Kesehatan dan pertumbuhan janin dihubungani oleh kesehatan ibu. Bila ibu
mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau merugikan kehamilannya, maka
kesehatan dan kehidupan janin pun terancam (Depkes RI, 2001).
Penyakit yang diderita oleh ibu selama kehamilan terbagi dua, yaitu Penyakit
akibat komplikasi yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan, yang terdiri
dari:
(a) Diabetes Mellitus;
Diabetes mellitus pada ibu dapat menyebabkan bayi mengalami berat badan
lahir lebih besar melebihi usia kehamilan karena kadar gula darah dalam tubuh iubu
sangat tinggi sehingga memhubungani pertumbuhan janin. Diabetes mellitus pada
bayi mengakibatkan hipoglikemia karena ketika di dalam tubuh ibu, janin
menyesuaikan jumlah insulin dengan tubuh ibunya tetapi setelah lahir jumlah insulin
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
15
yang telah terbentuk tidak sesuai dengan kadar gula darah dengan tubuh bayi
(Jumiarni, 1994 )
(b) Anemia
Anemia atau kurang darah adalah rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam
sel-sel darah merah,yaitu kurang dari 11gr%. Prevalensi anemia pada ibu hamil pada
tahun 1995 adalah 51,3% (SKRT 1995).
Anemia dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin
baik sel tubuh maupun otaknya. Anemia dapat mengakibatkan kematian janin
didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan kematian perinatal meningkat.
Kegiatan pencegahan dan penanggulangan masalah anemia secara luas telah
dilaksanakan bagi semua ibu hamil berupa pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet
selama masa kehamilan dan bagi ibu hamil yang menderita anemia ( Hb < 11 gr%)
diberikan pengobatan khusus di puskesmas atau rumah sakit ( Depkes RI, 2002).
Tanda tanda ibu menderita anemia seperti perasaan lesu, sering mengantuk,
selaput bagian dalam kelopak mata, bibir dan kuku pucat serta penglihatan
berkunang-kunang (Depkes RI, 2001).
Jika wanita hamil mengidap anemia, pengaruhnyanya dapat terjadi di awal
kehamilan, yaitu terhadap hasil pembuahan (janin, plasenta, darah). Hasil pembuahan
membutuhkan zat besi yang jumlahnya cukup banyak untuk membentuk butir-butir
darah merah dan pertumbuhan embrio.pada bulan ke-5 dan ke-6 janin membutuhkan
zat besi yang semakin besar. Jika kandungan zat besi ibu kurang maka terjadinya
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
16
abortus, kematian janin dalam kandungan atau waktu lahir, lahir premature serta cacat
bawaan tidak dapat dihindari (Huliana, 2001).
Masalah ditemui adalah rendahnya cakupan pemberian tablet Fe yaitu sekitar
64,4% pada tahun 1998,hal ini di sebabkan tidak mencukupinya persediaan tablet Fe
saat pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang saat ini dilakukan adalah mengganti Fe
dengan multivitamin dan pemberian tablet Fe pada remaja putri sejak usia sekolah
menengah (Depkes RI, 2002).
Kehilangan fisilogis basal dari tubuh melalui kulit dan alat pencernaan
diperkirakan 14mikrogram / kilogram berat badan perhari atau sekitar 0,8 miligram
bagi wanita dewasa yang berat badannya 55 kilogram. Wanita selain kehilangan zat
besi melalui fisologis basal juag terjadi kehilangan zat besi melalui proses menstruasi.
Jumlah zat besi yang hilang meliputi 95% wanita menstruasi adalah 1,6 miligram
perhari (Martianto, 1992).
Wanita yang berat badannya 55 kilogram memerlukan tambahan zat besi
untuk pembentukan hemoglobin sejumlah 500 miligram,untuk pembentukan janin
290 miligram dan untuk plasenta 25 miligram serta untuk darah yang keluar pada saat
melahirkan diperkirakan total kebutuhan zat besi wanita hamil selama 9 bulan 1000
miligram ( Martianto, 1992).
Penyakit akibat komplikasi langsung dengan kehamilan, terdiri dari:
(a) Preeklamsia dan eklamsia
Preeklamsia adalah suatu sindroma yang dijumpai pada ibu hamil diatas 20
minggu yang ditandai dengan hipertensi atau proteinuria dengan atau tanpa edema.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
17
Disebut hipertensi bila tekanan darah 140/90 mmHg atau terjadi kenaikan tekanan
systolic 30 mmHg atau kenaikan tekanan diastolic 15 mmHg dari ukuran tekanan
darah normal. Guna menentukan Preeklamsia maka pengukuran tekanan darah harus
dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval waktu 6 jam atau lebih guna
keakuratan hasil pemeriksaan tekanan darah yang diperoleh (Tanjung, 2004).
Preeklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan. Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan air. Perubahan pada organ ibu yang mengalami
preeklamsia dan eklamsia yaitu terjadinya aliran darah menurun ke plasenta dan
menyebabkan gangguan plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin
karena kekurangan oksigen (Mochtar, 1995).
Apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu
ini dinamakan preeklamsia sedangkan jika dijumpai kejang-kejang pada penderita
preeklamsi dan sampai koma ini dinamakan eklamsia (Roeshadi, 2006).
Ibu hamil yang mengalami preeklampsia berisiko tinggi mengalami
keguguran, gagal ginjal akut, pendarahan otak, pembekuan darah intravaskular,
pembengkakan paru-paru, kolaps pada system pembuluh darah, dan eklampsia , yaitu
gangguan tahap lanjutan yang ditandai dengan serangan toxemia yang bisa berakibat
sangat serius bagi ibu dan bayinya.
Pada bayi, preeklampsia dapat mencegah plasenta (jalur penyaluran udara dan
makanan untuk janin) mendapat asupan darah yang cukup, sehingga bayi bisa
kekurangan oksigen ( hypoxia ) dan makanan. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
18
bobot tubuh bayi ketika lahir dan juga menimbulkan masalah lain pada bayi, seperti
kelahiran prematur sampai dengan kematian pada saat kelahiran ( perinatal death ).
Tetapi banyak wanita penderita preeklampsia tetap melahirkan bayi yang
sehat. Hal ini karena preeklampsia dapat dideteksi lebih awal apabila calon ibu rajin
merawat kehamilannya.
Berdasarkan penelitian di 6 negara yaitu Argentina, Egypt, India, Peru, South
Africa and Vietnam pada tahun 20012003 memperlihatkan bahwa angka kelahiran
mati 12,5 per 1000 kelahiran dan angka kematian neonatal dini adalah 9,0 per 1000
kelahiran pada kejadian preeklamsi dan eklamsi (Ngoc, 2006).
(b) Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah
kehamilan 22 minggu. Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu biasanya lebih
banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 22 minggu.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta. Perdarahan yang terjadi pada ibu hamil sebelum proses persalinan, dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti placenta previa, solusio plasenta dan lain-lain
(Wiknjosatro, 2007).
(c) Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban pecah
sebelum terjadinya persalinan, yang disebabkan oleh kurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intra uteri. Ketuban pecah dini berkaitan dengan penyulit
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
19
kelahiran, prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis. Pecahnya
selaput ketuban jauh sebelum aterm merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas
perinatal (Wiknjosastro, 2007).
5. Riwayat Persalinan
Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan perdarahan, abortus, partus
prematuritas, kematian janin dalam kandungan, preeklamsia/eklamsia, Ketuban Pecah
Dini (KPD), kehamilan muda, kelainan letak pada hamil tua, hamil dengan tumor
(myoma atau kista ovari) serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami
ibu merupakan risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan tersebut
perlu diwaspadai karena kemungkinan ibu akan mendapatkan kesulitan dalam
kehamilan dan saat akan melahirkan (Princus, 1998).
2.3 Faktor Pelayanan Kesehatan
Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional
untuk ibu selama masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan yang telah ditetapkan. Pelayanan antenatal merupakan upaya penting untuk
menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan sekaligus merupakan tempat melakukan
konseling gizi, pemantauan terhadap kenaikan berat badan semasa hamil ( Depkes RI,
2000). Hal ini meliputi pemeriksaan kehamilan dan tindak lanjut terhadap
penyimpangan yang ditemukan, pemberian intervensi dasar seperti pemberian
imunisasi Tetanus Toksoid ( TT ) dan tabelt Fe serta mendidik dan memotivasi ibu
agar dapat merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan persalinannya.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
20
Penerapan praktis pelayanan antenatal care sering dipakai standard minimal
meliputi 5T, yaitu: (1) timbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan yang
dapat dimanfaatkan untuk menilai suatu status gizi ibu; (2) pemeriksaan tekanan
darah; (3) pemeriksaan tinggi fundus uteri; (4) pemberian Tetanus Toksoid (TT) dua
kali selama hamil; (5) pemberian tabelt zat besi (Fe) minimal 90 tabelt selama hamil,
untuk pemeriksaan paripurna meliputi 7 T yaitu ditambah dengan test terhadap
penyakit menular seksual dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Antenatal care merupakan kegiatan pemeriksaan ibu dan janin selama
kehamilan yang dilakukan secara teratur. Pemeriksaan antenatal pertama kali
dilakukan pada bulan pertama kehamilan, selanjutnya periksa ulang 1 kali sebulan
dan periksa ulang 1 kali setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan. Adapun jadwal
pemeriksaan antenatal adalah : Trimester I dan II : (1) dilakukan setiap bulan; (2)
diambil data tentang laboratorium; (3) pemeriksaan Ultrasonografi; (4) nasehat diet :
empat sehat lima sempurna, protein gram/kg berat badan ditambah satu telor/hari;
(5) observasi : penyakit yang dapat memhubungani kehamilan, komplikasi
kehamilan,; (6) rencana : pengobatan penyakit, menghindari terjadinya komplikasi
kehamilan, dan imunisasi TT pertama. Trimester III : (1) dilakukan setiap seminggu
atau dua minggu sampai ada tanda kelahiran tiba; (2) evaluasi data laboratorium
untuk melihat hasil pengobatan; (3) diet empat sehat lima sempurna; (4) pemeriksaan
Ultrasonografi; (5) imunisasi TT kedua; (6) observasi : penyakit yang menyertai
kehamilan, komplikasi hasil trimester ketiga, berbagai kelainan kehamilan trimester
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
21
III; (7) nasehat dan petunjuk tentang tanda inpartus serta kemana harus datang untuk
melahirkan.
Frekuensi kunjungan masing-masing ibu hamil berbeda-beda tergantung pada
keadaan masing-masing ibu hamil. Frekuensi pelayanan antenatal care pada triwulan
pertama minimal 1 kali, triwulan kedua minimal 1 kali dan minimal 2 kali pada
triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal care tersebut untuk menjamin
mutu pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam
menangani kasus resiko tinggi yang ditemukan (Depkes, RI, 2005).
Tujuan pengawasan antenatal adalah menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan
mental ibu hamil serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan
masa nifas sehingga keadaan ibu pada saat postpartum dalam keadaan sehat dan
normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental.
Adapun tujuan dari pelayanan antenatal care adalah; (1) Memantau kemajuan
kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin; (2)
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial janin; (3)
Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan; (4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat
baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin; (5) Mempersiapkan ibu
agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif; (6) Mempersiapkan
peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
secara normal (Depkes, RI, 2002).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
22
Penelitian di Brazil yang dikutip oleh Mutiara (1994) melaporkan bahwa
jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan berhasil menurunkan Angka Kematian
Perinatal (AKP) diantara wanita yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan
adalah 56,2 per 1000 kelahiran hidup, sementara untuk wanita yang melaksanakan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 10 kali atau lebih mempunyai AKP 26,2 per 1000
kelahiran hidup.
Sedangkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terjamin sebagai
persalinan yang bersih dan aman karena selain pertolongan persalinan dilakukan
dengan bersih, bila terjadi gangguan dalam persalinan akan segera diketahui dan
ditangani atau dirujuk. Pada prinsipnya penolong persalinan harus memperhatikan
sterilisasi/ pencegahan penyakit, metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
pelayanan serta merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi
(Depkes RI, 2005).
Dalam progran Kesehatan Ibu dan anak (KIA) dikenal beberapa jenis tenaga
yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga tersebut
adalah dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat (Depkes, RI,
2005).
Penolong persalinan dalam memberikan pertolongan persalinan harus
memperhatikan; (1) Sterilitas/pencegahan infeksi, (2) Metode pertolongan persalinan
yang sesuai standar pelayanan dan (3) Merujuk kasus yang memerlukan tingkat
pelayanan yang lebih tinggi. Dengan program penempatan bidan di desa diharapkan
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
23
secara bertahap jangkauan persalinan oleh tenaga kesehatan terus meningkat dan
masyarakat semakin menyadari pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
2.4 Pengawasan Terhadap Kehamilan Resiko Tinggi ( High Risk Pregnancy )
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu atau
janin dapat terancam. Penentuan kehamilan risiko tinggi pada ibu maupun janin dapat
dilakukan dengan cara : (1) melakukan anamnese yang intensif berupa anamnese
identitas (istri dan suami), anamnese umum (tentang keluhan-keluhan, nafsu makan,
tidur, perkawinan, haid, riwayat kehamilan yang lalu dan sebagainya ); (2) melakukan
pemeriksaan fisik; (3) melakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium yang meliputi ; pemeriksaan urine dan darah sekurang-kurangnya 2 kali
selama kehamilan (pada permulaan dan akhir kehamilan); pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) untuk mengetahui letak plasenta, jumlah air ketuban, taksiran
berat badan janin, gerakan dan bunyi jantung janin (Depkes RI, 2001).
Ada 10 tanda bahaya yang perlu dikenali dalam pengawasan ibu dan bayi pada
saat kehamilan, yaitu (1) ibu tidak mau makan dan muntah terus, (2) berat badan ibu
hamil tidak naik, (3) perdarahan, (4) bengkak tangan/wajah, pusing dan dapat diikuti
kejang, (5) gerakan janin berkurang atau tidak ada, (6) kelainan letak janin dalam
rahim, (7) ketuban pecah sebelum wakyunya, (8) persalinan lama, (9) penyakit ibu
yang berhubungan terhadap kehamilan dan (10) demam tinggi pada masa nifas
(Depkes, RI, 2003).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
24
2.5 Kerangka Teori
Untuk menganalisis hubungan kematian perinatal mengacu pada teori Mosley
and Chen (1984). Adapun kerangka teorinya seperti pada gambar dibawah ini:
Sumber: Singarimbun, 1988
Gambar 2.1 Kerangka Teori Mosley and Chen
Kunci untuk model teori ini adalah identifikasi serangkaian determinan terdekat
atau variabel antara yang secara langsung mempengaruhi risiko morbiditas dan
mortalitas. Untuk mempengaruhi kelangsungan hidup anak, semua determinan sosial
ekonomi harus melalui variabel-variabel antara yang dikelompokkan ke dalam lima
kategori, yaitu (1) faktor ibu; (2) Pencemaran lingkungan udara; (3) kekurangan
gizi;(4) luka dan (5) pengendalian penyakit perorangan.
Kekurangan Gizi 1.Kalori 2.Protein 3.Gizi-mikro
Sakit
Gangguan Pertumbuhan Mortalitas
Pengendalian Penyakit Perorangan 1.Preventif Perorangan 2.Perawatan Dokter
Determinan Sosial Ekonomi
Faktor Ibu 1.Umur 2.Paritas 3.Jarak Kehamilan
Kekurangan Gizi 1.Kalori 2.Protein 3.Gizi-mikro
Pencemaran Lingkungan 1.Udara 2.Makanan/air/jari 3.Kulit/tanah 4.Vektor
Luka 1.Kecelakaan 2.Luka Yang Disengaja
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
25
2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian
yang telah dimodifikasi dimana berdasarkan beberapa pendapat (Utomo,1988; WHO,
2001 dan Prameswari, 2007) bahwa faktor yang sangat berhubungan dengan
kematian perinatal adalah faktor ibu dan pelayanan kesehatan. Adapun kerangka
konsep dalam penelitian ini adalah
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Faktor Ibu 1. Umur 2. Paritas 3. Jarak Antar Kelahiran 4. Riwayat Penyakit 5. Riwayat Persalinan
Kematian Perinatal
Pelayanan Kesehatan 1. Kunjungan Antenatal care 2. Penolong Persalinan
Tidak Mengalami Kematian Perinatal
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
26
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi analitik observasional dengan
desain studi kasus kontrol (Case Control Study) yang dilakukan secara retrospektif.
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pidie berdasarkan survei awal yang
telah dilakukan dimana jumlah kematian perinatal meningkat pada tahun 2008.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Juli 2009.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan dan bayinya
mengalami kematian perinatal di Kabupaten Pidie periode Januari sampai Desember
2008 yang berjumlah 106 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan metode Purposive Sampling,
sample diambil berdasarkan suatu pertimbangan tertentu. Penentuan kriteria inklusi
ini didasarkan atas beberapa hal, antara lain; (1) Hanya kasus yang tercatat
26
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
27
berdasarkan laporan audit perinatal di Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie,
(2) Responden berdomisili di wilayah Kabupaten Pidie dengan alamat yang jelas;
(3) Responden bersedia diwawancarai. Sedangkan penentuan kriteria eksklusi
didasarkan atas ; (1) Responden meninggal , (2) Responden pindah dari Kabupaten
Pidie.
Berdasarkan kriteria sampel diatas, maka besarnya jumlah sampel dalam
penelitian adalah 60 ibu yang bayinya mengalami kematian perinatal. Perbandingan
kasus dan kontrol adalah 1:1.
Kontrol dalam penelitian ini adalah ibu yang bayinya lahir hidup dan tidak
mati pada periode perinatal di Kabupaten Pidie dari bulan Januari sampai dengan
Desember 2008. Pemilihan kontrol disesuaikan dengan bulan kejadian kasus, diambil
dengan memperhatikan matching dan berada dalam satu wilayah puskesmas yang
sama dengan kejadian kasus.
Untuk mengurangi bias penelitian juga dilakukan matching pada pekerjaan
dan pendidikan ibu. Matching pendidikan dilakukan karena pendidikan berhubungan
dengan tingkat pengetahuan dan perilaku ibu dalam merawat kehamilan sehingga ibu
mengetahui pentingnya perawatan kesehatan pada masa kehamilan yang
menyebabkan terjadinya kematian perinatal.
Matching pekerjaan karena ibu yang melakukan pekerjaan yang berat dapat
mengganggu perkembangan janin dalam rahim sehingga dapat menyebabkan
terjadinya kematian perinatal.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
28
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan wawancara langsung
dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Kasus kematian
perinatal yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie melalui laporan audit
perinatal, ditelusuri ke tempat tinggal dimana kasus berada untuk dilakukan
wawancara. Penelusuran dilakukan melalui data yang diperoleh dari buku Kohort ibu
yang ada di puskesmas. Hanya kasus yang tercatat yang diikutsertakan dalam
penelitian. Data primer meliputi; (1) Umur; (2) Paritas; (3) Jarak antar kelahiran; (4)
Riwayat penyakit; (5) Riwayat persalinan; (6) Kunjungan antenatal care; (7)
Penolong persalinan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pencacatan dan pelaporan
yang ada di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie. Data sekunder
diperoleh dari buku register ibu dan anak, laporan laboratorium hasil pemeriksaan
Hb, laporan autopsi perinatal, formulir ANC serta data-data pendukung lainnya.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Terikat
Kematian perinatal adalah kejadian lahir mati dan kematian bayi berusia 0-7 hari.
Kategori : 1. Lahir mati dan bayi meninggal 0-7 hari
2. Bayi yang hidup 0-7 hari
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
29
3.5.2 Variabel Bebas
1. Umur ibu adalah usia ibu saat melahirkan bayi pada tahun 2008 yang diperoleh
dari hasil wawancara terhadap responden.
Kategori : 1. Risiko, Umur < 20 tahun dan > 35 tahun
2. Tidak risiko, Umur 20-35 tahun
2. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik lahir hidup maupun
lahir mati yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.
Kategori : 1. Risiko, Paritas 1 dan > 4
2. Tidak risiko, Paritas 2-3
3. Jarak Antar Kelahiran adalah Interval persalinan sebelumnya dengan awal
kehamilan terakhir diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.
Kategori : 1. Risiko, < 2 tahun atau > 4 tahun
2. Tidak risiko, 2 - 4 tahun
4. Riwayat penyakit ibu adalah ibu yang menderita salah satu penyakit diabetes,
anemia, preeklamsia dan eklamsi, perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini
(KPD)
Kategori : 1. Risiko, jika ibu menderita salah satu penyakit tersebut
2. Tidak risiko tinggi jika tidak menderita penyakit tersebut
5. Riwayat persalinan adalah riwayat persalinan yang diperoleh dari hasil
wawancara
Kategori : 1. Risiko, jika ibu pernah mengalami persalinan dengan tindakan
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
30
2. Tidak risiko, jika ibu tidak pernah mengalami persalinan dengan
tindakan
6. Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil kepelayanan kesehatan
dengan jumlah kunjungan minimal 4 (empat) kali selama hamil, 1 kali pada
trimester pertama, 1 kali pada trisemester kedua dan 2 kali pada trisemester ketiga
dengan standar 5T oleh tenaga kesehatan yang diperoleh dari hasil wawancara
terhadap responden.
Kategori : 1. Tidak lengkap, K1 dan K4 < 4
2. Lengkap, K1 dan K4 4
7. Penolong Persalinan adalah orang yang menolong ibu bersalin selama proses
Persalinan.
Kategori : 1. Bukan petugas kesehatan, jika yang melakukan persalinan adalah
dukun bayi terlatih atau tidak terlatih.
2. Petugas kesehatan, jika yang melakukan persalinan adalah dokter
spesialis kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat.
3.6 Metode Pengukuran
Tabel 3.1 Variabel, Cara dan Alat Ukur dan Skala Ukur
No. Variabel Cara dan Alat Ukur Skala Ukur
Variabel Terikat
1 Kematian perinatal Dokumen Nominal
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
31
Lanjutan Tabel 3.1
No. Variabel Cara dan Alat Ukur Skala Ukur
Variabel Bebas
2 Umur Ibu Wawancara (kuesioner) Ordinal
3 Paritas Wawancara (kuesioner) Ordinal
4 Jarak antar kelahiran Wawancara (kuesioner) Ordinal
5 Riwayat penyakit ibu Wawancara (kuesioner) Ordinal
6 Riwayat persalinan Wawancara (kuesioner) Nominal
7 Kunjungan antenatal care Wawancara (kuesioner) Ordinal
8 Penolong Persalinan Wawancara (kuesioner) Ordinal
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi atau
besarnya proporsi menurut berbagai karakteristik variable yang diteliti baik untuk
variabel bebas maupun variabel terikat.
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variable yaitu
variable bebas dan variable terikat dengan menggunakan test kemaknaan berupa uji
Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% (=0,05). Hasil perhitungan statistik
dapat menunjukkan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variable yang
diteliti yaitu dengan melihat nilai p. bila nilai p < 0,05 maka hasil perhitungan
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
32
statistik bermakna yang berarti ada hubungan yang signifikan antara satu variable
dengan variable lainnya.
Selain itu dilakukan juga perhitungan Odd Rasio (OR) untuk melihat estimasi
risiko terjadinya outcome. Estimasi confidence interval (CI) untuk OR ditetapkan
pada tingkat kepercayaan 95%. Interpretasinya adalah:
Bila OR >1 berarti sebagai faktor risiko menyebabkan terjadinya outcome
Bila OR=1 berarti tidak ada pengaruh faktor risiko dengan terjadinya outcome
Bila OR
33
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Pidie
a. Geografis
Kabupaten Pidie merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nanggoe Aceh
Darussalam, dengan luas wilayah 4.160,55 Km2. Daerah Kabupaten Pidie terdiri dari
dataran rendah, pesisir dan dataran tinggi. Secara administratif Pemerintah Kabupaten
Pidie terdiri dari 23 kecamatan, 94 kemukiman, 727 gampong definitive dan 3
gampong persiapan.
Secara Geografis, Kabupaten Pidie terletak pada posisi 04,300-04,060 Lintang
Utara dan 95,75o-96,200 Bujur Timur dan 04,460-00,400 Lintang Selatan, dengan
batas-batasnya sebagai berikut:
- Sebelah Utara dengan Selat Malaka
- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Jaya,
Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Pidie Jaya
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie Jaya
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Besar
b. Sosiodemografi
Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie berdasarkan hasil pendataan Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2007 sebanyak 428.285 jiwa yang terdiri dari 214,547 laki-laki
dan 213,738 perempuan.
33
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
34
Tingkat pendidikan di Kabupaten Pidie diuraikan sebagai berikut; SD
sebanyak 11,63%, SLTP sebanyak 5,75%, SLTA sebanyak 5,85% dan Perguruan
Tinggi sebanyak 66,60%. Tingkat pendidikan di Kabupaten Pidie berada pada tingkat
menengah keatas.
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Pidie adalah pertanian, perkebunan
dan perikanan (65%), perdagangan, hotel dan restoran (13,21%), bangunan (5,43%),
pengangkutan dan komunikasi (4,71%), pegawai negeri (4,25%), keuangan,
persewaan dan jasa (2,14%) dan lain-lain
c. Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan sebanyak 1.117 orang yang bekerja di puskesmas,
puskesmas pembantu, polindes, rumah sakit, institusi pendidikan dan sarana
kesehatan lainnya.
Jumlah dokter spesialis di Kabupaten Pidie sebanyak 9 orang yang terdiri dari
2 orang spesialis kebidanan dan kandungan, 1 orang spesialis anak, 2 orang spesialis
mata, 1 orang spesialis bedah, 1 orang spesialis penyakit dalam, 1 orang spesialis
THT, dan 1 orang spesialis saraf, dokter umum berjumlah 57 orang dan dokter gigi
berjumlah 8 orang, sedangkan bidan berjumlah 675 orang dan bidan desa sebanyak
147 orang dan perawat 380 orang.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
35
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dan pekerjaan menunjukkan
bahwa pada responden pendidikan terbanyak berpendidikan SMA sebanyak 34
responden (56,7%), SLTP sebanyak 12 responden (20%), SD sebanyak 9
responden(15%) sedangkan DIII/PT sebanyak 5 responden (8,3%), sedangkan pada
tingkat pekerjaan responden terbanyak adalah tidak bekerja sebanyak 52 responden
(86,7%), PNS sebanyak 5 responden (8,3%), petani 2 responden (3,3%) dan pegawai
swasta/wiraswasta sebanyak 1 responden (1,7%). Pendidikan dan pekerjaan
responden merupakan variable matching dalam penelitian ini. Hasil penelitian dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan di
Kabupaten Pidie Tahun 2008
Sosiodemografi Kasus Kontrol n % N %
Tingkat Pendidikan SD 9 15 9 15SMP 12 20 12 20SMA 34 56,7 34 56,7DIII/PT 5 8,3 5 8,3Total 60 100 60 100
Pekerjaan Petani 2 3,3 2 3,3Pegawai Swasta/Wiraswasta 1 1,7 1 1,7PNS/Polri 5 8,3 5 8,3Tidak Bekerja 52 86,7 52 86,7Total 60 100 60 100
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
36
4.2.2 Faktor Ibu
Faktor ibu yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: umur, paritas, jarak
antar kelahiran, riwayat penyakit dan riwayat persalinan. Berdasarkan hasil penelitian
dapat dilihat bahwa kelompok kasus, umur ibu pada kelompok umur < 20 atau > 35
tahun jumlahnya lebih besar (78,3%) dibandingkan dengan kelompok umur 20-35
tahun (21,7%) sedangkan untuk kelompok kontrol pada umur 35 tahun
sebanyak 34 responden (56,7%) dan umur 20-35 tahun sebanyak 26 responden
(43,3%).
Berdasarkan paritas maka pada kelompok kasus 55,0% adalah paritas 1 dan
>4 lebih besar dari paritas 2-3 yaitu 45,0% sedangkan pada kelompok kontrol paritas
1 dan >4 lebih kecil (35,0%) dari pada paritas 2-3 (65,0%).
Berdasarkan jarak antar kelahiran pada kelompok kasus dengan jarak 4 tahun jumlahnya lebih besar yaitu 52 responden (86,7%) dibandingkan dengan
jarak 2-4 tahun yaitu 8 responden (13,3%) sedangkan pada kelompok kontrol dengan
jarak berisiko ( 4 tahun) yaitu 38 responden (63,3%) dibandingkan dengan
jarak yang tidak berisiko (2-4 tahun) yaitu 22 responden (36,7%).
Berdasarkan riwayat penyakit pada kelompok kasus yang berisiko jumlahnya
lebih besar yaitu 42 responden (70,0%) dibandingkan dengan yang tidak berisiko
yaitu 18 responden (30%) sedangkan pada kelompok kontrol yang berisiko
jumlahnya lebih kecil yaitu 16 responden (26,7%) dibandingkan dengan tidak
berisiko yaitu 44 responden (73,3%).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
37
Berdasarkan riwayat persalinan pada kelompok kasus menunjukkan 35
responden (58,3%) mengalami persalinan dengan tindakan dan 25 responden (41,7%)
mengalami persalinan tidak dengan tindakan sedangkan pada kelompok kontrol
sebanyak 8 responden (13,3%) mengalami persalinan dengan tindakan dan 52
responden (86,7%) mengalami persalinan tidak dengan tindakan. Hasil penelitian
daapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Ibu di
Kabupaten Pidie Tahun 2008
Faktor Ibu Kasus Kontrol
n % N % Umur Risiko (35 tahun) 47 78,3 34 56,7 Tidak Risiko (20-35 tahun) 13 21,7 26 43,3 Total 60 100 60 100 Paritas Risiko (1 dan >4 anak) 33 55,0 21 35,0 Tidak Risiko (2-3 tahun) 27 45,0 39 65,0 Total 60 100 60 100 Jarak Antar Kelahiran Risiko (4 tahun) 52 86,7 38 63,3 Tidak Risiko (2-4 tahun) 8 13,3 22 36,7 Total 60 100 60 100 Riwayat Penyakit Risiko 42 70,0 16 26,7 Tidak Risiko 18 30,0 44 73,3 Total 60 100 60 100 Riwayat Persalinan Risiko 35 58,3 8 13,3 Tidak berisiko 25 41,7 52 86,7 Total 60 100 60 100
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
38
4.2.3 Faktor Pelayanan Kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan dalam penelitian ini terbagi atas kunjungan
antenatal care dan penolong persalinan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa kunjungan antenatal care pada kelompok kasus dengan K1 dan K44 yaitu 7
responden (11,7%) sedangkan pada kelompok kontrol dengan K1 dan K4
39
4.3 Analisis Bivariat Hubungan Faktor Ibu dan Pelayanan Kesehatan dengan Kematian Perinatal
4.3.1 Hubungan Umur Ibu dengan Kematian Perinatal
Hubungan umur ibu dengan kematian perinatal berdasarkan penelitian
menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yaitu 47 responden (78,3%) merupakan
kelompok umur risiko (35 tahun) dan 13 responden (21,7%) merupakan
kelompok umur tidak risiko (20-30 tahun), sedangkan pada kelompok kontrol yang
berumur 35 tahun sebanyak 34 responden (56,7%) dan 26 responden
(43,3%) yang berumur 20-35 tahun.
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2=5,470 dan p Value adalah
0,019 yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan hubungan yang signifikan
antara umur ibu dengan kematian perinatal, nilai OR = 2,765 artinya ibu pada
kelompok umur 35 tahun mempunyai risiko 2,765 kali untuk mengalami
kematian perinatal dibandingkan ibu pada kelompok umur 20-35 tahun. Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Distribusi Responden menurut Umur dengan Kematian Perinatal
di Kabupaten Pidie Tahun 2008
Umur Kasus Kontrol X2 /
P(Value) OR /
(CI 95%) n % n %Risiko (35 tahun) 47 78,3 34 56,7 5,470 2,765 Tidak Risiko (20-35 tahun) 13 21,7 26 43,3 (0,019) (1,244-6,145) Total 60 100.0 60 100.0
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
40
4.3.2 Hubungan Paritas dengan Kematian Perinatal
Hubungan paritas dengan kematian perinatal menunjukkan bahwa paritas
pada kelompok kasus yaitu 33 responden (55,0%) dengan paritas 1 dan >4 anak dan
27 (45,0%) dengan paritas 2-3, sedangkan pada kelompok kontrol 21 responden
(35,0%) dengan paritas 1 dan >4 anak dan 39 (65,0%) dengan paritas 2-3 anak.
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2=4,074 dan p Value adalah
0,044 yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan hubungan yang signifikan
antara paritas dengan kematian perinatal, nilai OR = 2,270, artinya ibu dengan paritas
1 dan > 4 anak mempunyai risiko 2,270 kali untuk mengalami kematian perinatal
dibandingkan ibu dengan paritas 2-3 anak. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.5 Distribusi Responden menurut Paritas dengan Kematian Perinatal di
Kabupaten Pidie Tahun 2008
Paritas Kasus Kontrol X2 /
P(Value) OR/
(CI 95%) n % n % Risiko (1 dan >4 anak) 33 55.0 21 35.0 4,074 2,270 Tidak Risiko (2-3 anak) 27 45.0 39 65.0 (0,044) (1,088-4,733) Total 60 100.0 60 100.0
4.3.3 Hubungan Jarak Antar Kelahiran dengan Kematian Perinatal
Hubungan jarak antar kelahiran dengan kematian perinatal menunjukkan
bahwa pada kelompok kasus sebanyak 52 responden (86,7%) mempunyai jarak antar
kelahiran < 2 atau > 4 tahun dan 8 responden (13,3%) mempunyai jarak antar
kelahiran 2-4 tahun, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 38 responden
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
41
(63,3%) mempunyai jarak antar kelahiran 4 tahun dan 22 responden
(36,7%) mempunyai jarak antar kelahiran 2-4 tahun.
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2=7,511 dan p Value adalah
0,006 yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara jarak antar kehamilan dengan kematian perinatal, nilai OR = 3,763, artinya ibu
dengan jarak antar kelahiran 4 tahun mempunyai risiko 3,763 kali
untuk mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu dengan jarak antar kelahiran
2-4 tahun. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Jarak Antar Kelahiran dengan
Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008
Jarak Antar Kelahiran Kasus Kontrol X2 /
P(Value) OR/
(CI 95%) n % n %Risiko (4 tahun) 52 86,7 38 63,3 7,511 3,763
Tidak Risiko (2-4 tahun) 8 13,3 22 36,7 (0,006) (1,513-9,357)
Total 60 100.0 60 100.0
4.3.4 Hubungan Riwayat Penyakit dengan Kematian Perinatal
Hubungan riwayat penyakit dengan kematian perinatal menunjukkan bahwa
kelompok kasus yaitu 42 responden (70,0%) mempunyai riwayat penyakit yang
berisiko dan 18 responden (30,0%) yang tidak mempunyai riwayat penyakit,
sedangkan pada kelompok kontrol 16 responden (26,7%) mempunyai riwayat
penyakit yang berisiko dan 44 responden (73,3%) tidak mempunyai riwayat penyakit.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
42
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2=20,857 dan p Value adalah
0,000 yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara riwayat penyakit dengan kematian perinatal, nilai OR = 6,417, artinya ibu yang
mempunyai riwayat penyakit mempunyai risiko 6,417 kali untuk mengalami
kematian perinatal kali dibandingkan ibu yang tidak mempunyai riwayat penyakit.
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Riwayat Penyakit dengan Kematian
Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008
Riwayat Penyakit Kasus Kontrol X2 /
P(Value) OR/
(CI 95%) n % N %Risiko 42 70.0 16 26,7 20,857
(0,000) 6,417
Tidak Risiko 18 30.0 44 73,3 (2,897-14,212) Total 60 100.0 60 100.0
4.3.5 Hubungan Riwayat Persalinan dengan Kematian Perinatal
Hubungan riwayat persalinan dengan kematian perinatal menunjukkan bahwa
kelompok kasus dengan riwayat persalinan berisiko sebanyak 35 responden (58,3%)
dan riwayat persalinan tidak risiko sebanyak 25 responden (41,7%), sedangkan pada
kelompok kontrol yaitu 8 responden (13,3%) mempunyai riwayat persalinan berisiko
dan 52 responden (86,7%) dengan riwayat persalinan tidak risiko.
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2=24,500 dan p Value adalah
0,000 yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara riwayat persalinan dengan kematian perinatal, nilai OR = 9,100 artinya ibu
yang mempunyai riwayat persalinan mempunyai risiko 9,100 kali mengalami
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
43
kematian perinatal dibandingkan ibu yang tidak mempunyai riwayat persalinan. Hasil
penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Riwayat Persalinan dengan Kematian
Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008
Riwayat Persalinan
Kasus KontrolX2 / P(Value) OR/ (CI 95%) n % N %
Risiko 35 58,3 8 13,3 24,500 9,100 Tidak risiko 25 41,7 52 86,7 (0,000) (3,684-22,475) Total 60 100.0 60 100.0
4.3.6 Hubungan Kunjungan Antenatal Care dengan Kematian Perinatal
Hubungan kunjungan antenatal care dengan kematian perinatal menunjukkan
bahwa pada kelompok kasus kunjungan antenatal care yang tidak lengkap sebesar 53
responden (88,3%) dan 7 responden (11,7%) kunjungan antenatal care lengkap, ini
menunjukkan bahwa pada kelompok kasus mayoritas responden dengan kunjungan
antenatal care yang tidak lengkap (K1 dan K4
44
dengan ibu yang melakukan kunjungan antenatal care lengkap (K1 dan K44). Hasil
penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Kunjungan Antenatal Care dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008
Kunjungan Antenatal care Kasus Kontrol X2/
( p Value) OR/
(CI 95%) N % N %Tidak Lengkap (K1 dan K4 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara penolong persalinan dengan kematian perinatal. Hasil penelitian
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Penolong Persalinan dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008
Penolong Persalinan Kasus Kontrol X2/
( p Value) OR/
(CI 95%) n % n %Bukan Petugas Kesehatan 1 1,7 0 0
0,000 (1,000)
2,017 (1,683-2,418) Petugas Kesehatan 59 98,3 60 10,00Total 60 100.0 60 100.0
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
45
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Faktor Ibu dengan Kematian Perinatal
5.1.1 Umur
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur reproduksi
yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan di usia < 20 tahun dan >35
tahun dapat menyebabkan kematian perinatal karena pada kehamilan diusia < 20
tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil dan mentalnya belum
matang menghadapi kehamilan dan persalinan. Sedangkan pada usia > 35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit
yang sering menimpa diusia ini.
Proporsi ibu pada kelompok umur berisiko (< 20 tahun atau > 35 tahun) yang
mengalami kematian perinatal yaitu 47 responden (78,3%) sedangkan kelompok
umur tidak risiko (20-30 tahun) yang mengalami kematian perinatal yaitu 13
responden (21,7%). Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara umur ibu dengan kematian perinatal ( sig=0,019), nilai OR = 2,765,
artinya ibu pada kelompok umur 35 tahun mempunyai risiko 2,765 kali
mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu pada kelompok umur 20-35 tahun.
Sesuai dengan penelitian Rahmawati (2007) bahwa kesehatan reproduksi yang
harus menghindari 4 terlalu dimana dua diantaranya adalah menyangkut dengan usia
ibu, yaitu terlalu muda artinya hamil pada usia dibawah 20 tahun. Risiko yang
mungkin dapat terjadi jika hamil usia dibawah 20 tahun antara lain keguguran,
45
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
46
preeklamsi dan eklamsi, timbulnya kesulitan persalinan karena system reproduksi
belum sempurna, bayi lahir sebelum waktunya dan BBLR. Sedangkan umur yang
terlalu tua artinya hamil diatas 35 tahun. Risiko yang mungkin terjadi jika hamil pada
usia terlalu tua antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklamsi dan eklamsi,
timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR dan cacat bawaan.
Hasil penelitian ini sama dengan pendapat Wiknjosastro (2007) bahwa
kematian perinatal cenderung terjadi pada ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun.
Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah 20-35 tahun karena usia
tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah
mampu merawat bayi dan dirinya (Drapper, 2001)
5.1.2 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko
mengalami kematian perinatal.
Proporsi ibu dengan paritas 1 dan >4 anak sebesar 33 responden (55,0%) dan
ibu dengan paritas 2-3 sebesar 27 responden (45,0%). Hasil uji statistik Chi-Square
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kematian perinatal
(sig=0,044), dengan nilai OR = 2,270, artinya ibu dengan paritas 1 dan > 4 anak
mempunyai risiko 2,270 kali mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu dengan
paritas 2-3 anak.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
47
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati
(2001) bahwa risiko ibu dengan paritas 1 dan >4 anak dengan nilai OR=4,5 yang
artinya risiko untuk mengalami kematian perinatal pada paritas 1 dan >4 anak adalah
4,5 kali lebi
Top Related