PENGARUH PEMBERIAN DOSIS DAN FREKUENSI BIOFERTILIZER TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JATI (Tectona grandis Linn. f.)
TiniSurtiningsih, Ika Putri Dewanty, Tri NurhariyatiDepartemenBiologi, FakultasSainsdanTeknologi
UniversitasAirlangga, Surabaya 60115Email :[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out that there is a difference of the dosage to be grow and biofertilizer frequence concerning the growth and the chlorophyll amount of teak seed’s leaf (Tectona grandis Linn. f.). This research has the quality of experimental as a factorial 6 x 2 plan, with the result of 12 treatments. There are dosage factor consist of negative control (without treatment), positive control (NPK fertilizer 0,5 g/plant), biofertilizer application as many as 20, 40, 60, and 80 mL/plant and the frequency factor consists of once in a week, once in two weeks. Each application consisted of 4 repetition. The data obtained as per the obsevations were analyzed using Two Way of ANOVA analysis, followed by Duncan analysis at 5%, and Brown-Forsythe analysis, Games-Howell analysis and also T Independent sample as a continued analysis test. The result showed that biofertilizer dosing is significantly different in improving the growth of seedlings of teak (Tectona grandis Linn. f.). The best dose for growth parameter achieved by treatment of B80 (biofertilizer dose application of 80 mL/plant) by the height of 52,16±4,85 cm, stem diameter 0,38±0,03 cm, number of leaves 43,34±2,97 pieces. While the best dose in chlorophyll content parameter, achieved K+F1 (NPK fertilizer 0,5 g/plant) 56,33±2,53mg/L. Frequency of biofertilizer is not significantly different in improving the growth and significantly different in chlorophyll content of seedlings of teak. But the best frequency based on average value achieved treatment once in a week (F1) with height 47,39±5,50 cm, stem diameter 0,35±0,04cm, number of leaves 40,38±3,92 pieces and chlorophyll content 54,37±2,24 mg/L. The combination of dosage and frequency concerning the growth of seedlings of teak (Tectona grandis Linn. f.). The best combination is achieved by dosing biofertilizer 80 mL/plant with the frequency once in a week (B80F1) with height 55,33±2,38 cm, stem diameter 0,40 ± 0,02 cm, number of leaves 45,25±2,22 strands. However, the parameter of chlorophyll content is achieved by provision chemical fertilizer 0,5 g/plant with the frequency of once a week (K+F1) 60,14±0.63mg/L.
Keywords: Biofertilizer, growth, leaf chlorophyll content, teak seeds, Tectona grandis Linn f.
1
2
PENDAHULUAN
Hutan rakyat adalah kesatuan ekosistem yang berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan yang dimiliki oleh rakyat (Departemen
Kehutanan dan Perkebunan, 1996).Potensi hutan rakyat di Indonesia mencakup populasi
jumlah pohon ini diharapkan mampu menyokong bahan baku untuk industri.Berdasarkan data
yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, terdapat tujuh jenis tanaman yang
dikembangkan di hutan rakyat dan tersebar di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa. Dari ke
tujuh jenis tanaman berdasar data tersebut, jenis pohon yang banyak ditanam di hutan rakyat
adalah jati, yaitu sebanyak 79,7 juta batang.
Jati sering juga dipakai untuk dok pelabuhan, bantalan rel kereta api, jembatan, dan
kapal (Ariyantoro, 2006). Sanjaya (2011) mengemukakan bahwa pasokan jati Indonesia
masih kekurangan, yaitu sebesar 1,7 juta m3/tahun.Dengan demikian, pengembangan jati
dinilai sangat prospek di masa yang akan datang. Sayangnya, beberapa permasalahan masih
dihadapi saat ini.Oleh karena itu, kita perlu mengembangkan teknologi budidaya yang dapat
mempercepat pertumbuhan jati, termasuk pada saat pembibitan.
Untuk menghasilkan bibit yang berkualitas diantaranya diperlukan pemupukn dengan
media yang kaya dengan bahan organik dan mempunyai unsur hara yang diperlukan tanaman.
Oleh karena itu, penggunaan pupuk alternatif, seperti biofertilizer perlu dikaji untuk
mengatasi permasalahan lingkungan serta usaha untuk mempercepat pertumbuhan bibit
jati.Menurut Daryatmo (2000), untuk mempercepat pertumbuhan tanamaan jati harus
diberikan pupuk dalam dosis yang tepat serta waktu yang tepat pula. Dalam penelitian
Suprapto (2007), pemberian konsentrasi pupuk organik 1 sampai 3 g/L air/bibit sesuai untuk
pembibitan jati karena meningkatkan tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, dan diameter
akar. Pada hasil penelitian Rosihan et al.(2015) menunjukkan bahwa perlakuan 1,5 g pupuk
daun/4 L air/2 kali seminggu dan 4,5 g pupuk/4 L air/2 minggu memberikan persentase
bertunas, panjang tunas, jumlah daun, bobot basah daun, bobot kering daun dan bobot basah
batang dan bobot kering batang terbaik.Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan
kajian mengenai pengaruh pemberian dosis dan frekuensi biofertilizer terhadap pertumbuhan
bibit jati.
3
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitianinidilaksanakan di duatempatyaitu di LaboratoriumMikrobiologi,
DepartemenBiologi, FakultasSainsdanTeknologi, UniversitasAirlangga, Surabaya
danlahanperkaranganpeneliti di Perumahan Star Safira Regency, KecamatanSukodono,
KabupatenSidoarjo, JawaTimur. Penelitianinidilaksanakanmulaibulan Januari hingga April
2015.
Bahan dan Metode
Padapenelitianini, bibitTectonagrandisLinn. f. yang diamatiberumur
2bulandanformulasidaribiofertilizeryang digunakanterdiriatasRhizobium leguminosarum,
Azospirillumbrasilense,Azotobacterchroococum,Bacilluslicheniformis, B. subtilis, B.
megaterium, Pseudomonasfluorescens,P. putida, Cellvibriomixtus, Cellulomonascellulans,
Lactobacillus plantarum, Cytophagasaccharophila, dankhamirSaccharomyces cerevisiae.
Penelitian ini bersifat eksperimental dan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap Faktorial 6 x 2 dengan variasi perlakuan dosisdan frekuensi pemberian biofertilizer.
Terdapat pengulangan sebanyak 4 kali pada setiap perlakuan.Perlakuan yang diberikan terdiri
atas dua faktor yaitu dosis ada 4 macam yaitu pemberian dosis biofertilizer sebanyak 20, 40,
60, dan 80 mL/tanaman, dan frekuensi ada 2 macam yaitu yaitu 1 x 1 minggu dan 1 x 2
minggu. Untuk kontrol negatif yaitu tanpa pemberian pupuk apapun dan control positifadalah
perlakuan dengan pemberian pupuk NPK 0.5 g/tanaman.
Respon yang diukur untuk melihat pengaruh perlakuan pemberian dosis dan frekuensi
biofertilizer. yaitu parameter pertumbuhan (tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun)
serta kadar klorofil daun. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji Two
Way Anova atau Brown Forsythe dengan uji lanjutan yaitu uji Duncan atau uji Games-Howell
serta uji T independent sample.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penghitungan jumlah total dari masing-masing mikroba pada biofertilizer dan
mikroba tanah menggunakan metode TPC (Total Plate Count) dan MPN (Most Probable
Number). Berikut ini adalah hasil penghitungan jumlah dari total masing-masing mikroba
pada biofertilizer.
44
4
Tabel 1.Jumlah total mikroba pada biofertilizer
No. Jenismikroba Jenis media Nilaiabsorbansipadaλ = 600nm
Jumlah totalmikroba
(CFU/mL)/ (MPN/100mL
)1. Saccharomyces cerevisiae PDA 1 3,4 x 1010
2. Cellvibriomixtus CMC 1 3,8 x 1010
3. Cellulomonascellulans CMC 1 2,1 x 109
4. Cythophagasaccharophila CMC 1 1,6 x 108
5. Lactobacillumplantarum CMC 1 1,2 x 1011
6. Azotobacterchroococum Nfb 1 7 x 107
7. Azospirillumbrasilense Nfb 0,8 4 x 107
8. Rhizobium leguminosarum Nfb 1 7 x 107
9. Bacillus subtilis Pikovskaya 1 1,9 x 109
10. Bacillus megaterium Pikovskaya 1 8,1 x 1010
11. Bacillus licheniformis Pikovskaya 1 5,4 x 1010
12. Pseudomonas fluorescens Pikovskaya 0,9 6,6 x 109
13. Pseudomonas putida Pikovskaya 1 2,2 x 1010
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor70 / Permentan / SR.140/10/2011
biofertilizer harus mengandung konsorsium mikroba ≥ 107 CFU/mL. Berdasarkan tabel 1
tersebut menunjukkan bahwa jumlah total mikroba fungsional telah memenuhi standar baku
mutu biofertilizer berdasarkan peraturan menteri pertanian melalui metode penghitungan TPC
dan MPN. Sehingga biofertilizer tersebut dapat diaplikasikan.
Pengaruh pemberian biofertilizer terhadap pertumbuhan dan kadar klorofil daun bibit jati pada minggu ke 2, 4, 6, 8, 10, dan 12
Gambar 1.Empat parameter pertumbuhandankadarklorofildaunbibitjatipada
5
berbagaiperlakuansetelahmingguke2, 4, 6, 8, 10, dan 12.Pertumbuhan tanaman dapat dianggap sebagai hasil dari beberapa metabolisme
tumbuhan (Gardner et al., 1991). Menurut Harjadi (1996), pertumbuhan tanaman
didefinisikan sebagai pertambahan ukuran yang dapat diketahui dengan adanya pertambahan
panjang, diameter, dan luas bagian tanaman. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain umur, keadaan
tanaman, faktor hereditas, dan zat pengatur tumbuh. Faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan adalah cahaya, temperatur, kelembapan, nutrisi atau garam-garam mineral,
oksigen (Gardner et al., 1991; Harjadi (1996). Dari Gambar 1 dapatdilihatbahwadarimingguke
2 hinggamingguke 12, bibitjatimengalamipertumbuhanpadasemua parameter yang diukur.
Tabel 2. Rata-rata nilaipertumbuhanbibitakasiapadaberbagaidosisbiofertilizerpadamingguke 12
No. Dosis Tinggi tanaman (cm)
Diamater batang (cm)
Jumlah daun (helai)
Kadar klorofil (mg/L)
1. K- 39,60±1,54a 0,30±0,01a 38,50±3,07a 47,47±0,24a
2. K+ 44,91±2,17b 0,34±0,03b 38,63±2,39a 56,27±4,19c
3. B20 44,64±2,69b 0,35±0,03bc 38,00±2,78a 49,70±0,24b
4. B40 46,01±2,96b 0,36±0,03bc 39,38±4,10a 52,82±1,21bc
5. B60 49,23±3,72c 0,37±0,03cd 39,86±3,52a 54,33±2,38bc
6. B80 52,16±4,85c 0,38±0,03d 43,34±2,97b 56,33±2,53c
Gambar 2 . Rata-rata pertumbuhan dan kadar klorofil daun bibit jati padapemberian dosis biofertilizer yang berbeda minggu ke-12.
6
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian
dosis biofertilizerberpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan yaitu tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan kadar klorofil daun bibit jati.Nilai
tertinggi dan beda nyata antar perlakuan pada masing masing parameter dapat dilihat
pada Gambar 2. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataaan Hardjowigeno (1987)
bahwa peningkatan tinggi bibit dan diameter batang diikuti dengan peningkatan
jumlah daun diduga ada hubungannya dengan kandungan unsur hara.
Tabel 3. Rata-rata nilai pertumbuhan bibit jati pada berbagai frekuensi pemberian biofertilizer minggu ke-12
No. Frekuensi Tinggi tanaman
(cm)
Diamater batang (cm)
Jumlah daun
(helai)
Kadar klorofil (mg/L)
1. F1 47,39±5,50 0,35±0,04 40,38±3,92 54,37±2,24b
2. F2 44,80±3,78 0,35±0,03 38,88±2,94 51,27±3,96a
Gambar 3 . Rata-rata pertumbuhan dan kadar klorofil daun bibit jati padafrekuensi pemberian biofertilizer yang berbeda minggu ke-12.
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik pada penelitian ini menunjukkan
bahwa frekuensi pemberian biofertilizer tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap
parameter pertumbuhan yaitu tinggi batang, diameter batang, dan jumlah daun.Hasil
penelitian diduga efektivitas biofertilizer ini lebih dari 12 minggu. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Santosa (2003) bahwa pemberian pupuk kandang efektif pada umur
tanaman bibit jati lebih dari 12 minggu setelah tanam. Hasil penelitian frekuensi
7
pemberian biofertilizer berbeda nyata (P < 0,05) hanya terhadap parameter
pertumbuhan kadar klorofil daun bibit jati. Perlakuan F1 terhadap klorofil daun bibit
jati berbeda nyata dengan perlakuan F2. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan
Marschner (1986), bahwa kecenderungan peningkatan kandungan nitrogen tanaman
dapat berpengaruh terhadap fotosintesis baik lewat kandungan nitrogen daun
meningkat, maka fotosintat akan meningkat, sebaliknya jika kandungan nitrogen daun
rendah maka fotosintat yang terbentuk juga rendah.
Tabel 4.Pengaruh kombinasi dosis dan frekuensi pemberian biofertilizerterhadap pertumbuhan dan kadar klorofil daun bibit jati pada minggu ke 12.
No. Perlakuan Tinggi tanaman (cm)
Diamater batang (cm)
Jumlah daun (helai)
Kadar klorofil (mg/L)
1. K-39,60±1,66a 0,30±0,01a 38,50±3,32a 47,47±0,26a
2. K+F144,35±2,29bc 0,33±0,03ab 40,25±2,36a 60,14±0,63g
3. B20F145,33±1,62bcd 0,34±0,04b 38,25±3,69a 49,73±0,26b
4. B40F147,80±1,22cd 0,35±0,03b 39,25±4,92a 53,81±0,42d
5. B60F151,93±1,93e 0,37±0,04bc 40,75±3,77ab 56,43±0,95e
6. B80F155,33±2,38f 0,40±0,02c 45,25±2,22b 58,65±0,45f
7. K+F245,48±2,22bcd 0,34±0,03b 37,00±0,82a 52,40±0,71c
8. B20F243,95±3,62b 0,35±0,01b 37,75±2,06a 49,68±0,27b
9. B40F244,23±3,22bc 0,37±0,03bc 39,50±3,87a 51,84±0,82c
10. B60F246,53±3,02bcd 0,37±0,02bc 39,00±3,56a 52,24±0,78c
11. B80F249,00±1,96de 0,36±0,01b 41,50±2,52ab 54,01±0,64d
8
Gambar 4 . Rata-rata pertumbuhan dan kadar klorofil daun bibit jati pada kombinasi dosis dan frekuensi pemberian biofertilizer yang berbeda minggu ke-12
Hasil analisis data secara statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa
kombinasi dosis dan frekuensi pemberian biofertilizer berbeda nyata (P < 0,05)
terhadap parameter pertumbuhan bibit jati yaitu tinggi tanaman dan kadar klorofil
daun. Namun kombinasi dosis dan frekuensi pemberian biofertilizer tidak berbeda
nyata (P > 0,05) terhadap parameter pertumbuhan diameter batang dan jumlah daun
bibit jati. Nilai rata-rata tertinggi pengaruh kombinasi dosis dan frekuensi pemberian
biofertilizer terhadap pertumbuhan dan kadar klorofil daun bibit jati yang paling baik
adalah pemberian dosis biofertilizer80 mL/tanaman dengan frekuensi satu kali dalam
seminggu atau B80F1 untuk parameter pertumbuhan tinggi, diameter batang, dan
jumlah daun. Untuk parameter kadar klorofil daun, nilai rata-rata tertinggi dengan
pemberian pupuk NPK 0,5 g/tanaman dengan frekuensi satu kali dalam seminggu atau
K+F1. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dimana faktor tersebut
berasal dari tanaman itu sendiri misalnya ketahanan terhadap iklim, laju fotosintesis,
respirasi, aktivitas enzim, dan diferensiasi sel (Gardnerr et al., 1991). Faktor eksternal
salah satunya adalah tercukupinya unsur hara makro N, P, dan K. Selain jumlah dan
jenis hara, keseimbangan hara terutama N, P, dan K pada tanaman dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang berdampak terhadap produktivitas
tanaman (Rahardjo dan Ekwas, 2010). Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Fahn
(1995) bahwa masing-masing tanaman mempunyai kemampuan masing-masing dalam
penyerapan unsur hara dan kemampuan dalam melakukan fotosintesis. Kecenderungan
peningkatan kandungan nitrogen tanaman dapat berpengaruh terhadap fotosintesis
baik lewat kandungan nitrogen daun meningkat, maka fotosintat akan meningkat,
sebaliknya jika kandungan nitrogen daun rendah maka fotosintat yang terbentuk juga
rendah.
9
KESIMPULAN
1. Pemberian dosis biofertilizer berbeda nyata terhadap pertumbuhan dan kadar klorofil
daun bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) Pemberian dosis biofertilizer yang paling
efektif adalah dengan dosis 80 mL terhadap pertambahan tinggi, diameter batang,
jumlah daun, dan kadar klrofil dengan nilai berturut-turut adalah 52,16±4,85 cm,
0,38±0,03 cm, 43,34±2,97 helai daun, dan 56,33±2,53 mg/L.
2. Pemberian frekuensi biofertilizer tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan dan
berbeda nyata terhadap kadar klorofil daun bibit jati (Tectona grandis Linn. f.).
Berdasarkan nilai rata-rata pemberian frekuensi biofertilizer yang efektif adalah
dengan pemberian frekuensi satu kali tiap minggu terhadap pertambahan tinggi,
diameter batang, jumlah daun, dan kadar klrofil dengan nilai berturut-turut adalah
47,39±5,50 cm, 0,35±0,04 cm, 40,38±3,92 helai daun, dan 54,37±2,24 mg/L.
3. Pemberian kombinasi dosis dan frekuensi biofertilizer berbeda nyata terhadap
pertumbuhan dan kadar klorofil daun tanaman bibit jati (Tectona grandis Linn. f.).
Berdasarkan hasil penelitian nilai rata-rata pemberian kombinasi dosis dan frekuensi
biofertilizer yang efektif adalah dengan pemberian dosis 80 mL/tanaman dan frekuensi
satu kali tiap minggu terhadap pertambahan tinggi, diameter batang, jumlah
daundengan nilai berturut-turut adalah 55,33±2,38 cm,0,40±0,02 cm,45,25±2,22 helai
daun. Namun untuk nilai rata-rata pemberian kombinasi dosis dan frekuensi
biofertilizer yang efektif pada klorofil adalah dengan pemberian pupuk NPK 0,5
g/tanaman dan frekuensi satu kali tiap minggu yaitu 60,14±0,63 mg/L.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ariyantoro, H., 2006. Budidaya Tanaman Kehutanan. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Potensi Hutan Rakyat Indonesia 2003. website http://www.google.co.id. Diakses pada tanggl 30 Desember 2015.
Daryatmo. 2000. Peluang Budidaya Jati Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Dirjen RRL Departemen Kehutanan. 1996. Hutan rakyat dan perannya dalam pembangunan daerah. Dalam Majalah Kehutanan Indonesia Edisi No. 06 Tahun 1995/1996. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Edisi ketiga. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants. Diterjemahkan oleh H.Susilo. Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Harjadi, S.S. 1983. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press Harcourt Brace Jovanovich Publisher, London. Dalam Ilmu Kesuburan Tanah.ed. Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Kanisius, Yogyakarta.
Rosihan, R., Soemono, S., danSuhendra. 2015. PengaruhKonsentrasidanFrekwensiPemberianPupukDaunterhadapPertumbuhanPanili di Pembibitan.BalaiPenelitianTanamanRempahdanObatFakultasPertanianUniversitasDjuanda.
Sanjaya, H., 2011. Lebih Untung dengan Tanaman Jati Emas. Cemerlang Publishing. Yogyakarta.
Santosa, A. 2003. Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan Mulsa terhadap Pertumbuhn Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera Mill.). Bul. Agron. 31(3): 120-125
Suprapto, A. 2007. Pertumbuhan Bibit Jati (Tectona grandis Linn F.) pada Variasi Konsentrasi dan Selang Waktu Pemberian Pupuk Organik. Universitas Tidar : Magelang.
Rahardjo, M dan Ekwasita, R.P. 2010. Pengaruh Pupuk Urea, SP-36, KCl Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb.). Jurnal Littri 16 (3) : hlm 98- 105.
11
Top Related