ANALISA KEBIJAKAN TURKI DALAM PEMBERIAN
BANTUAN LUAR NEGERI KE SOMALIA (2011-2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Chesa Helsin Qiswian
1112113000104
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ii
iii
iv
v
ABSTRAKSI
Skripsi ini membahas mengenai kebijakan luar negeri Turki dalam
memberikan bantuan luar negeri ke Somalia periode 2011-2016. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui faktor apa yang mendorong Turki dalam menentukan
kebijakan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dilakukan
melalui studi pustaka dan wawancara. Untuk menjawab pertanyaan penelitian,
akan digunakan analisa menggunakan teori Neoclassical Realism dan konsep
bantuan luar negeri. Penelitian ini dirumuskan melalui tahapan analisa yang
dimulai pada Pada kunjungan Perdana Menteri Turki, yang kini telah menjadi
Presiden yaitu Recep Tayyip Erdogan ke ibukota Somalia, Mogadishu.
Kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama yang dilakukan oleh
pemimpin non Afrika dalam 20 tahun terakhir. Dalam kunjungan tersebut,
pemerintah Turki memberikan bantuan kemanusiaan dalam jumlah yang besar.
Pada beberapa tahun berikutnya Turki terus memperluas cakupan bantuannya dan
meningkatkan hubungan bilateral dengan Somalia. Berdasarkan konsep bantuan
luar negeri, bantuan yang diberikan Turki kepada Somalia dapat dikelompokan
menjadi tiga jenis berdasarkan tujuannya (purpose) yaitu humanitarian relief,
development dan commerce. Terkait dengan kasus tersebut, Neoclassical Realism
melihat bahwa ada dua faktor utama penentu bagaimana suatu kebijakan luar
negeri terbentuk yaitu systemic incentive dan internal factor (intervening variable)
yaitu elit dan policy maker. Merujuk pada teori tersebut, faktor pendorong
kebijakan Turki dalam pemberian bantuan luar negeri yaitu insentif berupa akses
menuju material resource dan peningkatan pengakuan power. Faktor yang kedua
adalah Partai AKP dan konsep Strategic Depth yang merupakan persepsi dari
intervening variable.
Kata Kunci : Turki, Kebijakan Luar Negeri, Somalia, Bantuan Luar Negeri,
Neoclassical Realism
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kebijakan Turki dalam Pemberian Bantuan Luar Negeri ke Somalia (2011-
2016)”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah
Muhammad SAW. Berserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan program S1 program studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan atas bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Ahmad Alfajri selaku dosen pembimbing penulis yang telah
memberikan banyak saran dan arahan kepada penulis terkait skripsi ini. Serta
atas motivasi dan nasihat beliau selama proses penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Irfan Hutagalung selaku dosen seminar proposal penulis yang telah turut
memberikan saran dan arahan dalam perumusan permasalahan di awal kasus
penelitian
3. Ibu Eva Mushoffa dan Ibu Inggrid Galuh selaku dosen penguji I dan dosen
penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam skripsi ini.
4. Kepada orang tua penulis yang luar biasa, Ibunda Kholidah dan Ayahanda
Yurizal yang tak pernah henti memberikan dukungan, motivasi, dan doa
kepada penulis. Juga yang selalu ada untuk menenangkan dan menyemangati
penulis selama proses penulisan skripsi ini.
5. Adik penulis, Muhammad Ilfadin Yusri. Sepupu, Syifa Aulia Utami dan
Rachmy Chaerunnisa serta seluruh keluarga besar penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang selalu mendoakan keberhasilan dan kesuksesan
penulis
vii
6. Sahabat penulis di SMK Wikrama Lola Fitriani dan Larasati, dan seluruh RPL
Generation 7
7. MFB. Thanks for always there.
8. Teman-teman HI D yang menemani penulis sejak semester awal: Annisaa
Fachriyah, Rikh Rezza Saudia, Meisarah, Nurjannah, Amirah Bahir, Nurul
Minchah dan lain-lain
9. International Studies Club (ISC) sebagai organisasi yang menjadi keluarga
kedua penulis di kampus, terima kasih untuk teman-teman Keluarga Super
Family 100 Khairiah Fajrin, Dzikri Nurhabibi, Dinda Cipta, Dita, Fadhillah,
Faruq Arjuna H, Anisa serta kepada kakak-kakak dan adik-adik lainnya
terutama yang tergabung dalam kepanitiaan Java MUN 2015 dan Java MUN
2016.
10. Teman-teman HI 2012 lainnya: Anna, Ratna Widya, Arrijal, Labib, Fathu,
Virza, Irma, dan semua teman-teman lainnya yang tidak dapat disebut satu
persatu
11. Mr. Federico Donelly, and Mr. Mehmet Ozkan, yang telah bersedia menjadi
narasumber penulis
12. ASPASAF BPPK Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, tempat
magang penulis beserta para diplomat dan rekan-rekan Aspasaf Warriors yang
telah memberikan dukungan kepada penulis.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Saran dan kritik yang membangun untuk
menyempuranakan skripsi ini dapat disampaikan melalui [email protected].
Terima Kasih.
Jakarta, 24 Juni 2016
Chesa Helsin Qiswian
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Pernyataan Masalah ................................................................... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian .................................................................. 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7
1.4 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 8
1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................... 10
1.5.1 Teori Neoclassical Realism ............................................... 10
1.5.2 Konsep Foreign Aid .......................................................... 13
1.6 Metode Penelitian ..................................................................... 15
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................... 17
BAB II KEADAAN DAN KRISIS KEMANUSIAAN DI SOMALIA
2.1 Keadaan Domestik Somalia ........................................................... 19
2.2 Krisis Kemanusiaan di Somalia ..................................................... 23
BAB III. BANTUAN LUAR NEGERI TURKI KE SOMALIA
3.1 Jenis-Jenis Bantuan yang diberikan Turki ke Somalia .................. 37
3.1.1 Humanitarian Relief .............................................................. 38
3.1.2. Development ........................................................................ 41
3.1.3 Commerce ............................................................................. 46
3.2 Catatan dalam Pemberian Bantuan Turki di Somalia ................... 48
ix
BAB IV. KEBIJAKAN TURKI DALAM PEMBERIAN BANTUAN LUAR
NEGERI KE SOMALIA
4.1 Systemic Incentive ......................................................................... 55
4.2 Intervening Variable ..................................................................... 64
4.2.1 Partai AKP .......................................................................... 64
4.2.2 Konsep Strategic Depth ...................................................... 68
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 76
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 76
5.2 Saran ............................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... xiii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Negara Penerima Bantuan Terbesar Turki .......................................4
Gambar II.1 Peta Geografis Somalia ..................................................................18
Gambar IV.1 Geografis Somalia dan Yaman .....................................................56
Gambar IV.2 Anggaran Pembelanjaan Militer Turki .........................................61
xi
DAFTAR SINGKATAN
IDP Internal Displacement People
SNM Somali National Movement
SSDF Somali Salvation Democratic Front
AFAD Turkish Disaster And Emergency Management Presidency
AKP (Adalet Ve Kalkynma Partisi) Justice And Development Party
AMISOM African Union Mission In Somalia
AU African Union
CERF Central Emergency Response Fund
CIA Central Intelligence Agency
GDP Gross Domestic Product
ICU Islamic Courts Union
IGAD Inter-Governmental Authority On Trade And Development
IHH Human Rights Foundation
KLN Kebijakan Luar Negeri
NCR Neoclassical Realism
NGO Non Governmental Organization
OKI Organisasi Kerjasama Islam
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
SNM Somalian National Movement
SPM Somali Patriotic Movement
TFG Transitional Federal Government
TIKA Turkish International Cooperation And Development Agency
UNDP United Nations Develpment Programme
UNHCR United Nations High Commissioner for Refugees
UNITAF Unified Task Force
USC United Congress
USC United somali Congress
WFP World Food Programme
WSLF Western Somali Liberation Front
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Bapak Federico Donelli..........................xx
Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Bapak Mehmet Ozkan..........................xxvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pernyataan Masalah
Skripsi ini membahas mengenai kebijakan Turki dalam pemberian bantuan
luar negeri ke Somalia periode 2011-2016. Turki merupakan negara yang secara
geografis terletak di antara dua benua yaitu benua Eropa dan Asia. Negara ini
memiliki ibukota bernama Ankara. Terdapat beberapa negara yang secara
geografis berdekatan dengan Turki diantaranya yaitu Yunani dan Bulgaria di
sebelah timur, di sebelah barat laut berbatasan dengan Georgia, Armenia,
Azerbaijan dan Iran. Sementara di sebelah tenggara berbatasan dengan Irak dan
Suriah.1
Pada 2015 Turki memiliki jumlah populasi sebesar 82 juta dengan
mayoritas merupakan penganut Islam.2 Turki merupakan negara republican
parliamentary democracy yang memiliki Presiden dan Perdana Menteri. Pada
2007 Presiden Turki adalah Abdullah Gul dan Perdana Menterinya adalah Recep
Tayyip Erdogan. Kemudian pada 2014, posisi Gul sebagai Presiden digantikan
oleh Erdogan yang menjabat hingga kini.3
Karena posisi yang berdekatan di antara Eropa dan Asia, Turki memiliki
hubungan yang intensif dengan negara-negara di kedua benua tersebut. Misalnya
dalam bidang perekonomian, pada 2011, biggest trade partners Turki adalah
1 Geography and climate of turkey. Diakses dari http://istanbul.com/en/explore/info/geography-and-climate-of-turkey pada 15 Juni 2016 2Diakses dari http://www/nationmaster.com/country-info/profiles/turkey/people pada 16 Juni 2016 3Turkey Government Stats. Diakses dari http://www.nationmaster.com/country-info/profiles/turkey/government pada 16 Juni 2016
2
Jerman, Prancis, Italia, Tiongkok, Irak dan lain-lain.4 Namun, pada beberapa
tahun ini Turki juga mulai menunjukan hubungan yang lebih dominan di kawasan
Afrika. Keberadaan Turki di Afrika sendiri dimulai pada akhir 1998 dengan
adanya Africa Action Plan. Salah satu misi yang tercantum adalah pembukaan
kedutaan besar untuk meningkatkan hubungan bilateral, khususnya dalam bidang
ekonomi dan politik.5Sehingga Turki terus meningkatkan jumlah kedutaan besar
di Afrika, dimana pada 2002 hanya terdapat 12 kedutaan besar dan bertambah
hingga menjadi 34 pada 2012.6
Salah satu pergerakan Turki di benua Afrika yang mencuri perhatian adalah
kunjungan Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan.Erdogan datang
bersama tim delegasi yang terdiri terdiri dari menteri luar negeri, anggota kabinet,
para pekerja dari organisasi pemberi bantuan, pengusaha, bahkan keluarga dari
Erdogan.7Kunjungan tersebut merupakan peristiwa yang menandai sejarah dimana
untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir, ada pemimpin dari luar Afrika
yang datang mengunjungi ibukota Somalia.8 Kunjungan Erdogan pada 19 Agustus
tersebut sebagai respon atas bencana kekeringan dahsyat yang dialami benua
tersebut khususnya wilayah Afrika Timur, dimana terdapat lima distrik di Somalia
4Diakses dari http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/export/tur/show/all/2011/ pada 16 Juni 2016 5Katerina Rudincova. “New Player on the Scene: Turkish Engagement in Africa”. Bulletin of Geography Socio-Economic Series (No. 25. 2014), 202 6Ahmet Yukleyen dan Mohammed Zulkarnian. “Turkey’s Foreign Policy in Somalia”. Journal of caspian Affairs (Vol. I No. 2. 2015), 98 7Erdogan Set For Historical Visit Drought-Hit Somalia. Diakses dari
http://www.hurriyetdailynews.com/erdogan-set-for-historical-visit-to-drought-hit-somalia.aspx?pageID=438&n=erdogan-set-for-historical-visit-to-drought-hit-somalia-2011-08-18 diakses pada 25 Juni 2016 8Pinar tank. “Turkey’s New Humanitarian Approach In Somalia”. Norwegian Peacebuilding Resource Centre. (2013). 2
3
yang terserang kelaparan. Wilayah tersebut mengalami kelaparan parah yang
diakibatkan oleh kekeringan, yang telah berlangsung lama dan menjadi kekeringan
terburuk sepanjang 60 tahun terakhir.9 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
memperkirakan terdapat 12 juta orang yang menderita kelaparan akibat dari
kekeringan tersebut.10
Kunjungan Erdogan ke Somalia bukan hanya sekedar kunjungan biasa. Pada
2011, pemerintahan Turki mendonasikan bantuan sebesar 49 juta dollar AS kepada
Somalia.11
Paska kunjungan tersebut, terdapat ratusan Turkish relief workers dan
sekitar 20 aid agencies yang beroperasi di Somalia. Turkish aid organisastions
seperti Turkish Red Crescent (Kizilay) dan Turkish International Cooperation And
Development Agency (TIKA) juga sangat aktif dalam pembangunan program
infrastruktur, kesejahteraan dan sektor pelayanan di Somalia seperti pembersihan
sampah-sampah, menyediakan air bersih, membangun rumah sakit serta
menjalankan permanent settlement di Mogadishu untuk warga Somalia yang perlu
dipindahkan. Pada 2011, Somalia menjadi negara penerima bantuan terbesar
Turkihingga mencapai persentase 93,39 dibandingkan dengan negara Afrika
lainnya seperti Sudan,Nigeria,Kenya,Ethiopia dan negara lainnya.12
Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut:
9 Dikutip dari http://www.aljazeera.com/news/africa/2011/08/201181985954902402.html pada 16 September 2015 10Dikutip dari http://www.bbc.com/news/world-africa-14588960 pada 17 September 2015 11Dikutip dari http://www.theguardian.com/global-development-professionals-network/2013/apr/10/turkey-development-partner-africa pada 16 September 2015 12Pinar Tank, “Turkey’s New Humanitarian Approach In Somalia,” Norwegian Peacebuilding Resource Centre (Desember 2013),2.
4
Gambar I.1 Negara Penerima Bantuan Terbesar Turki
Namun, keberadaan Turki di Somalia bukan tanpa hambatan. Turki
dihadapkan dengan ancaman keamanan (security challenge) dari kelompok teroris
yang ada di Somalia yaitu Al Shabaab. Al Shabaab sendiri merupakan suatu
organisasi yang telah diklaim sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat,
Inggris, Uni Emirat Arab, Turki dan lain-lain. Walaupun kekuatan Al Shabaab
telah menurun semenjak terbentuknya koalisi oleh Somali Militarydan African
Union Mission In Somalia (AMISOM) pada 2011, kelompok yang memiliki camp
pelatihan di wilayah Somalia Selatan ini terus mengembangkan kekuatan melalui
upaya perekrutan anggota dan territorial control. Al Shabaab juga tak segan untuk
melakukan serangan bom bunuh diri maupun serangan militer konvensional
5
terhadap pihak-pihak yang mengancam keberadaannya seperti Somali Federal
Government, AMISOM peacekeepers bahkan pihak Turki.13
Pada bulan April 2011, serangan bom di Mogadishu mengakibatkan
beberapa warga Somalia terbunuh dan tiga Turkish officers terluka ketika
terjadinya pendistribusian bantuan oleh Turkish Red Crescent di Mogadishu.14
Serangan Al Shabaab terbesar terjadi pada Oktober 2011 dimana terjadi serangan
truk bom bunuh diri yang membunuh lebih dari 70 orang yang banyak diantaranya
merupakan murid dan orang tua yang sedang menunggu penawaran beasiswa yang
diberikan oleh Turki di depan Kementerian Pendidikan Somalia.15
Ancaman dari keberadaan Al Shabaab tersebut mengakibatkan situasi yang
tidak kondusif serta terbatasnya ruang gerak bagi Turki dan pihak eksternal
lainnyayang ingin memberikan bantuan. Sehingga pada akhirnya banyak aktor
eksternal yangmenjalankan program pemberian bantuan melalui remote
management.Misalnya International Country Management Team (CMT) yang
berbasis di Nairobi, Kenya dan dijalankan oleh Medecins Sans
Frontieres.16
Bahkan UNDP (United Nations Development Programme) juga
menjalankan program serupa yang juga berpusat di Nairobi.17
Namun, Turki justru
menjalankan program bantuannya secara langsung di wilayah Somalia. Banyak
13Dikutip dari http://beta.trtworld.com/in-depth/al-shabaab-dark-shadow-over-somalia-426 pada 17 September 2015 14Dilge Timocin. Turkey’s Moves in Somalia Unnerve al-Shabaab. Diakses dari http://aljazeera.com/indepth/features/2013/08/201386115526820190.html pada 3 Mei 2016 15BBC. Somali Al Shabab Attack: Wounded Airlifted to Turkey. Diakses dari http://www.bbc.com/news/world-africa-15196979 pada 11 Juni 2016 16Joe Belliveau. Remote Management in Somalia. Diakses dari http://odihpn.org/magazine/remote-management-in-somalia/# pada 15 Juni 2016 17United Nations Development Programme. “Assessment of Development Results Evaluation of UNDP Contribution Somalia”. Evaluation Office (Juli 2010)
6
organisasi-organisasi dan pegawai pemberi bantuan Turki yang bergerak secara
aktif di Mogadishu.18
Walaupun Turki menghadapi tantangan tersendiri dari resistensi Al Shabaab,
namun hal tersebut tidak mengurangi tendensitas bantuan Turki. Hal ini
menunjukan keseriusan langkah Turki dalam mengupayakan bantuan di Somalia.
Sehingga kemudian timbul pertanyaan mengenai apa yang mendorong Turki untuk
memberikan bantuan secara komprehensif kepada Somalia. Selain itu, Turki
menghabiskan sejumlah dana yang besar dalam agendanya di negara tersebut.
Hal ini merupakan salah satu kebijakan luar negeri Turki yang signifikan di
Afrika. Dimana Turki menekankan upaya dan keinginanannya untuk memimpin
dalam pemberian bantuan ke Somalia ketika komunitas internasional yang tidak
lagi terlibat sepenuhnya sejak peristiwa battle of Mogadishu pada 1993.19
Terlebih, pada dasarnya Somalia dan Turki tidak memiliki hubungan dekat
sebelumnya. Terutama paska penutupan kedutaan besar Turki di Mogadishu pada
1991 ketika bergejolaknya perang sipil di Somalia.20
Selain itu, secara geografis
posisi Somalia yang cukup jauh tidak akan mengancam persoalan pengungsi garis
batas, berbeda dengan yang terjadi ketika Krisis Suriah yang juga berdampak
kepada Turki karena lokasinya yang berbatasan langsung.
Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji mengenai apa yang menjadi
faktorpendorongTurki dalam pemberian bantuan luar negeri kepada Somalia.
18Kathryn Achilles, Onur Sazak, dan Thomas Wheeler. Turkish Aid Agencies in Somalia: Risks and Opportunities for Building Peace. (Istanbul: Saferworld and Istanbul Policy Center, 2015) 2 19Matthew T. Gullo, Turkey’s Somalia Adventure: the Quest for Soft Power and Regional Recognition. (London. Research Turkey. 2012), 2 20Ministry of Foreign Affairs Republic of Turkey Directorate General for Africa. Turkey and Somalia: A Synopsis of Technial and Humanitarian Cooperation 2011-2015. Februari 2016. 3
7
Periode 2011-2016 diambil karena pada 2011 merupakan awal mula pemerintah
Turki mengambil tindakan signifikan ke Somalia dengan melakukan kunjungan ke
Mogadishu dan memberikan bantuan dalam jumlah yang besar.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini akan berfokus pada
pertanyaan:
MengapaTurki mengeluarkan kebijakan pemberian bantuan luar negeri ke Somalia
periode 2011-2016?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Skripsi ini bertujuan untuk :
a. Menganalisa alasan mengapaTurki memberikan bantuan luar negeri ke Somalia
b. Mengetahui bantuan apa saja yang diberikan oleh Turki kepada Somalia melalui
konsep Foreign Aid Carol Lancaster
c. Menerapkan analisa teori Neoclassical Realism
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu sumber rujukan
penelitian selanjutnya yang terkait dengan analisa kebijakan luar negeriTurki
dalam pemberian bantuan luar negeri ke Somalia serta penerapan teori
Neoclassical Realism dalam suatu kasus atau fenomena dalam hubungan
internasional.
8
I.4 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai tema serupa telah beberapa kali diteliti sebelumnya.
Penelitian tersebut dijadikan sebagai referensi untuk memahami permasalahan
yang ada dengan lebih baik serta sebagai pembanding terhadap fokus dalam
penelitian yang akan dilakukan.
Pertama, tesis yang ditulis pada Juni 2015 oleh Salad Sheikh Yusuf Addow,
mahasiswa Universitas Sakarya yang berjudul The Role of Turkish Civilian Power
in Somali State Building Process. Dalam tulisannya ia memaparkan mengenai
bagaimana konsep “Civilian Power Policy” dalam menganaslisa keterlibatan Turki
dalam proses“state-building” di Somalia yang berfokus pada penciptaan
perdamaian, proses politik serta pembangunan sosioekonomi negara di Somalia.
Konsep yang digunakan yaitu konsep civilian power(low politics, non-state actors,
ideational influences serta international interdependence.) dan konsep state
building. Perbedaannya adalah penelitian ini hanya berfokus pada bagaimana
peran Turki di Somalia dikaji dengan konsep tersebut, sedangkan penelitian yang
akan dikaji adalah alasan yang mendorong peran Turki dengan menggunakan teori
Neoclassical Realism dimana pemerintah Turkiyang merupakan intervening
variable memiliki peran yang signifikan dengan dikombinasikan faktor lain yaitu
systemic incentive.
Kedua, bukuyang ditulis pada 2014 oleh Mehmet Ozkan yang berjudul
Turkey’s Involvement In Somalia, Assesment Of A State-Building In Progress yang
diterbitkan oleh SETA Foundation For Political Economy And Social Research.
Dalam buku tersebut, Ozkan menjelaskan mengenai sejauh mana keterlibatan
9
Turki di Somalia melalui humanitarian aid, development assistance dan state
building. Buku tersebut hanya memaparkan mengenai sejauh mana keterlibatan
Turki di Somalia. Perbedaan dengan penelitian yang akan ditulis ini adalah, selain
juga memaparkan mengenai keterlibatan Turki dengan menjelaskan bantuan yang
diberikan di Somalia, penelitian ini juga akan meneliti apa alasan atau faktor yang
mendorong Turki dalam keterlibatan aktifnya di Somalia tersebut. Selain itu,
penelitian yang akan ditulis juga menggunakan suatu teori untuk menganalisa
fenomena hubungan internasional yaitu Neoclassical Realism.
Ketiga,jurnal yang berjudul Turkey’s New Humanitarian Approach In
Somaliayang dikeluarkan oleh Norwegian Peacebuilding Resource Centre. Jurnal
ini ditulis oleh Pinar Tankyang berpendapat bahwa adanya pendekatan intensif
yang dilakukan oleh Turki kepada Somalia melalui humanitarian aid. Tank
berpendapat bahwa hal ini merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan agenda
Turki sebagai global peace mediator. Perbedaan yang akan diteliti dalam jurnal
tersebut adalah pada penelitian Pinar hanya dijelaskan kepentingan yang ingin
diperoleh Turki tanpa menggunakan kerangka teoritis apapun. Sementara dalam
penelitian ini akan dikaji mengenai faktor pendorong terbentuknya kebijakan
Turki memberikan bantuan luar negeri ke Somaliadengan menggunakan teori
Neoclassical Realism. Selain itu, dalam penelitian ini juga akan menekankan peran
dari konsep strategic depth yang melandasi kebijakan luar negeri Turki, dimana
Pinar hanya menjelaskan konsep humanitarian approach.
Keempat, jurnal yang ditulis oleh Matthew T. Gulo pada 2012 dalamResearch
Turkey yang Berjudul Turkey’s Somalia Adventure: The Quest For Soft Power
10
And Regional Recognition. Dalam tulisannya, Gulo memaparkan mengenai agenda
Turki dalam hal peningkatan soft power recognition di kawasan Afrika khususnya
Somalia. Dimana hal tersebut nampaknya merupakan suatu contoh konkret dari
agenda “Turkish exceptionalism” di Middle East yang diusung oleh AKP Party
yang salah satunya diwujudkan dalam humanitarian aid. Penelitian ini juga hanya
menjelaskan mengenai agenda politik Turki dan hanya berfokus pada bantuan
kemanusiaan saja. Sementara dalam penelitian yang akan ditulis, selain
menggunakan kerangka pemikiran yang berbeda yaitu Neoclassical Realism, juga
akan dipaparkan mengenai cakupan bantuan yang lebih luas dalam konsep bantuan
luar negeri.
1.5 Kerangka Pemikiran
Untuk menganalisa alasan terbentuknya kebijakan Turkimemberikan bantuan
luar negeri ke Somalia (2011-2016), penelitian ini akan menggunakan teori
Neoclassical Reallism, dan konsep bantuan luar negeri (foreign aid)
1.5.1 Neoclassical Realism
Neoclassical Realism (NcR) mengansumsikan negara sebagai aktor yang
paling penting dalam politik internasional. Seperti halnya varian dari realism
lainnya, NcR berpendapat bahwa politik adalah a perpetual struggle di antara
negara-negara berbeda demi material power dan security di dunia yang langka
akan sumber daya dan pervasive uncertainty. Teori ini melihat bahwa negara
cenderung merespon ketidakpastian anarki internasional dengan berusaha
11
seeking to control and shape lingkungan eksternal mereka. Negara merespon
lingkungan eksternal mereka melalui bagaimana systemic pressureatausystemic
incentive diterjemahkan oleh intervening variable yang terlibat seperti decision
maker perception dan struktur domestik negara. Mereka melihat bahwa
tindakan pemimpin dunia dibatasi oleh politik domestik dan internasional.21
Selain itu, NcR beranggapan bahwa arah, ambisi dan cakupan kebijakan
luar negeri suatu negara ditentukan oleh perannya dalam sistem internasional
dan juga secara spesifik oleh kapabilitas atau kemampuan material power yang
dimiliki. Relative material power tersebut akan menciptakan parameter dasar
dari kebijakan luar negeri suatu negara. Istilah power tersebut merupakan
kapabilitas atau resources yang akan membuat negara mampu mempengaruhi
satu sama lain.22
Keputusan KLN tersebut dibuat oleh actual political leaders
dan elites negara, sehingga persepsi mereka mengenai relative power tersebut
sangat berpengaruh.23
Peningkatan relative material power akan segera mendorong perluasan
cakupan dan ambisi dari KLN. Proses peningkatan tersebut tidak memiliki
tahap atau pola tertentu yang seragam atau sama antara satu negara dengan
negara lain, karena hal itu bergantung tidak hanya pada objective material
trends namun juga pada bagaimana political decision makers subjectively
perceive them. Ketika suatu negara telah mengalami perpindahan rank karena
terjadi peningkatan kapasitas powernya, kebijakan luar negeri mereka pun akan
21 Gideon Rose. “Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy”. World Politics (Vol. 51 Oktober 1998). 151 22Gideon Rose. Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy. 151 23Gideon Rose. Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy. 147
12
menyesuaikannya. Negara akan berusaha mencari lebih banyak pengaruh di
luar domestiknya melalui KLN.Adanya pergeseran dalam relative power yang
dimiliki akan secara otomatis mengakibatkan pergeseran dalam KLN suatu
negara. Dampak dari kapabilitas power dalam KLN tersebut tidak secara
langsung karena adanya systemic pressureand incentive yang hanya dapat
diterjemahkan melalui keterlibatan variabel di unit level.24
Pilihan-pilihan keputusan dalam KLN dibuat oleh pemimpin negara dan
mereka yang menentukan penilaian mengenai „threat‟. Sehingga mereka
menempati posisi penting dan menjadi pembuat KLN otoritatif yang
bertanggung jawab terhadap keamanan nasional dan pembuatan grand strategy
jangka panjang. Grand strategy tersebut terdiri dari beberapa komponen bukan
hanya mengenai militer, namun juga fiskal dan politik di masa mendatang.
Penyusunan Grand strategy juga melibatkan perencanaan jangka panjang.25
Teori ini akan digunakan untuk menganalisa bagaimana kebijakan luar
negeri Turki yaitu pemberian bantuan luar negeri ke Somalia terbentuk.
Dimana adanya sistemic incentive yang ada berupa insentif material resource
maupun power yang mungkin diperoleh Turki ketika memberikan bantuan luar
negeri ke Somalia. Insentif tersebut kemudian ditafsirkan atau diterjemahkan
oleh Intervening Variable di unit domestik yaitu para policy maker di Turki.
24Gideon Rose. Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy. 146 25Steven E. Lobell, Norrin M. Ripsman dan Jeffrey W. Taliaferro. Neoclassical Realism, The State and Foreign Policy. Cambridge, 61
13
1.5.2 Konsep Foreign Aid
Merujuk pada Carol Lancaster, bantuan luar negeri atau foreign aid
diartikan sebagai suatu perpindahan sumber daya umum secara sukarela dari
satu pemerintahan ke pemerintahan lainnya, atau ke suatu lembaga non
pemerintah (Non Governmental Organization) maupun kepada suatu organisasi
internasional.26
Salah satu tujuan utama dari pengadaan foreign aid ini adalah
untuk menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik di negara penerima.
Lancaster memaparkan beberapa fungsi dari bantuan luar negeri yaitu
sebagai tanda persetujuan diplomatik, meningkatkan kekuatan dan pengaruh
negara pengirim di negara penerima, memperluas pengaruh budaya, sebagai
penghargaan kepada negara lain karena berperilaku sesuai dengan kehendak
negara pendonor serta sebagai usaha untuk mendapatkan akses ke
perekonomian di negara penerima.27
Bantuan luar negeri dapat berupa cash (grants or concessional loans)
atau juga berbentuk debt relief. Perpindahan atau capital transfer ini dapat
mendanai berbagai jenis kegiatan di negara penerima seperti budgetary and
balance of payments, investasi projek dan kegiatan riset, agenda reformasi
politik maupun ekonomi, pelatihan dan humanitarian relief.28
26Carol Lancaster. Foreign Aid. Diplomacy, Development, Domestic Politics. United States of America. University of chicago. 2007. 9 27Carol Lancaster. Foreign Aid. Diplomacy, Development, Domestic Politics. 10 28Carol Lancaster. Foreign Aid. Diplomacy, Development, Domestic Politics. 10
14
Menurut Picard yang juga sejalan dengan Carol, bantuan luar negeri
memiliki 4 jenis pengelompokan berdasarkan tujuan (purpose)utama dari
pemberian bantuan tersebut29
yaitu :
a. Humanitarian Relief
Bantuan ini diberikan kepada suatu negara yang terkena krisis baik bencana
yang diakibatkan oleh faktor alam (natural crises) maupun bencana yang
diakibatkan oleh manusia (manmade crises). Bencana tersebut biasanya
mengakibatkan banyak korban jiwa terutama displaced persons dan
pengungsi (refugee). Karena situasi yang buruk, pemerintah negara yang
terkena bencana, terutama jika negara itu miskin akan kesulitan untuk
mengakomodir ataupun memenuhi kebutuhan para korban bencana. Sehingga
negara lain, terutama NGO yang khusus bergerak di bidang kemanusiaaan
membantu memberikan bantuan dalam jenis ini.
b. Development
Bantuan ini diberikan untuk mendukung peningkatan ekonomi dan sosial di
negara penerima. Bantuan ini bertujuan untuk menstabilkan perekonomian
sehingga pada akhirnya dapat mengurangi kemiskinan. Bentuk bantuan ini
biasanya berupa bantuan untuk finance technical assistance and training,
projek infrastruktur dasar, serta peningkatan layanan publik seperti
pendidikan dan kesehatan.30
.
29Louis A. Picard, Robert Groelsema dan Terry F. Buss. Foreign Aid and Foreign Policy. Lessons for the Next Half-Century. United States of America. M.E Sharpe Inc. 2007 30Lancaster. Foreign Aid. Diplomacy, Development, Domestic Politics, 14
15
c. Diplomacy
Bantuan ini biasanya melibatkan aspek kepentingan keamanan, agenda politik
internasional dan pengelolaan hubungan jangka panjang di antara pemerintah
negara-negara
d. Commerce.
Merujuk pada Carol Lancaster, bantuan ini dapat berupa penyediaan insentif
finansial untuk mengimpor barang dan jasa dari negara pemberi bantuan ke
negara penerima. Bantuan ini biasanya berbentuk projek yang spesifik seperti
bandar udara atau dam.31
I.6 Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif
menurut Patton Michael Quinn diartikan sebagai penelitian yang menggunakan
kata-kata sebagai penjabaran dari objek yang diteliti.32
Menurut Yin penelitian
kualitatif memiliki lima hal utama yang mendefinisikannya. Pertama, penelitian ini
mempelajari makna kehidupan individu atau masyarakat. Kedua, ini
merepresentasikan pandangan dan perspektif seseorang terkait suatu studi. Ketiga,
penelitian kualitatif merangkul kondisi kontekstual di dalam kehidupan individu
atau bersifat dinamis. Keempat, penelitian kualitatif berkontribusi memberikan
pandangan baru ke dalam konsep-kosep yang telah ada dan membantu
menjelaskan perilaku makhluk sosial. Kelima, berusaha keras untuk menggunakan
31Lancaster. Foreign Aid. Diplomacy, Development, Domestic Politics. 14 32Patton Michael Quinn. A Guide To Using Qualitative Research Methodology. Medecins Sans
Frontieres. 2
16
berbagai sumber atau bukti-bukti daripada hanya percaya terhadap satu sumber
penelitian.33
Skripsi ini menggunakan teknis mengumpulan data melalui studi pustaka,
dimana teknik ini data dikumpulkan melalui data sekunder seperti jurnal, buku,
artikel website, serta media nasional maupun internasional. Sementara Teknik
analisa yang digunakan adalah teknik deskriptif analitis yaitu teknik menganalisa
variabel-variabel yang ada serta menghubungan masalah dengan konsep-konsep
yang digunakan. Dalam segi pemaparan, penelitian ini menggunakan teknik
deduktif yaitu teknik pemaparan dan penjabaran masalah secara umum terlebih
dahulu kemudian ditarik kesimpulan utama di akhir penelitian.
Penelitian ini juga menggunakan pengumpulan data secara primer yaitu
melalui wawancara. Wawancara dilakukan kepada dua narasumber yang memiliki
minat dalam penelitian ini yaitu Mehmet Ozkan selaku peneliti kebijakan luar
negeri di SETA Foundation for Political Economic and Social Research serta
menjabat sebagai Regional Director di Turkish Cooperation And Coordination
Agency (TIKA) dan Federico Doneteli yang merupakan Ph.D Researcher di
Universitas Genova. Karena keberadaan narasumber di negara lain dengan jarak
yang jauh, maka wawancara dilakukan melalui email. Selanjutnya data dan fakta
yang telah ditemukan kemudian diolah untuk menjawab pertanyaan penelitian.
33 R. K Yin. Qualitative Research From Start to Finish. (New York: Guildford Press)
17
I.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab awal ini akan dijelaskan mengenai pernyataan masalah dari
kasus yang akan diteliti, kemudian pertanyaan masalah yang akan menjadi
parameter bahasan. Selain itu, ada penjelasan mengenai beberapa penelitian
serupa yang telah dilakukan sebelumnya serta perbedaannya dengan
penelitian yang akan diteliti. Menjelaskan mengenai teori dan konsep yang
akan dipakai, dan penjelasan mengenai metode serta sistematika penulisan
BAB II KEADAAN DAN KRISIS KEMANUSIAAN DI SOMALIA
Bab ini menjelaskan mengenai keadaan domestik somalia yang dimulai
dari letak geografis, keadaan wilayah, hingga sejarah negara Somalia.
Kemudian selanjutnya dipaparkan mengenai krisis kemanusiaan yang terjadi
di Somalia, baik itu yang bersifat man made crisis seperti perang sipil,
warisan kolonialisme, maupun natural disasters seperti kekeringan yang
mengakibatkan kelaparan.
BAB III. BANTUAN LUAR NEGERI TURKI KE SOMALIA
Pada bab ini dijelaskan mengenai jenis-jenis bantuan yang diberikan
Turki kepada Somalia selama periode 2011-2016. Pengelompokan jenis
tersebut berdasarkan tujuan (purpose) dari bantuan tersebut, yaitu
humanitarian relief,development dan commerce. Kemudian di akhir
dipaparkan mengenai catatan dalam proses pemberian bantuan Turki kepada
18
Somalia dimana salah satunya adalah adanya resistensi dari Al Shabaab yang
berujung pada penyerangan terhadap Turki.
BAB IV. ANALISA KEBIJAKAN TURKI MEMBERIKAN BANTUAN
LUAR NEGERI KE SOMALIA
Pada bab ini akan dijawab pertanyaan penelitian mengenai mengapa
Turki mengeluarkan kebijakan untuk memberikan bantuan luar negeri ke
Somalia. Pada penjelasan tersebut, digunakan kerangka teori Neoclassical
Realism yang membagi menjadi dua faktor penting yaitu Systemic Incentive
danIntervening Variableyang berupa elit atau policy maker yaitu Partai AKP
serta konsep pemikiran dari elit tersebut yang dikenal dengan Strategic
Depth.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan intisari dari keseluruhan bahasan serta hasil akhir
penemuan berdasarkan dengan teori dan konsep yang digunakan dalam
penelitian ini. Selain itu, terdapat saran dan rekomendasi yang tidujukan
bagi peneliti selanjutnya pada akhir bab.
19
BAB II
KONDISI DAN KRISIS KEMANUSIAAN DI SOMALIA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kondisi yang ada dalam domestik
Somalia. Berupa kondisi geografis, sejarah negara serta kondisi politik dan sosial
yang ada di negara Somalia. Kondisi politik dan sosial tersebut kemudian menjadi
salah satu penyebab terjadinya konflik dan perselisihan yang mengakibatkan
banyak persoalan domestik dan berujung pada krisis kemanusiaan. Selain itu,
adanya kekeringan dahsyat yang menimpa wilayah Somalia juga semakin
memperburuk keadaan.
2.1 Kondisi Domestik Somalia
Secara geografis, Federal Republic of Somalia (Jamhuuriyadda Federaalka
Soomaaliya) terletak di wilayah Afrika Timur dan dikenal berada di wilayah Horn
of Africa. Negara ini memiliki Ibukota bernama Mogadishu. Wilayah Somalia
mencakup luas sebesar 637.657 km2.Negara ini berbatasan langsung dengan
Kenya di sebelah selatan, Ehiopia di barat, Djibouti di barat laut, Teluk Aden di
utara dan Samudra Hindia di timur.34
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
peta berikut:
34Diana Briton Putman Dan Mohamood Cabdi Noor, “The Somalis: Their History And Culture”. Refugee Fact Sheet No. 9 (1993): 4.
20
Gambar II.1 Peta Geografis Somalia
Sumber: Somalia Map Satellite Image. Diakses dari http://geology.com pada 8 Juni 2016
Pada Mei 2016, CIA (Central Intelligence Agency) memperkirakan populasi
Somalia mencapai 10.616.380 jiwa dengan mayoritas menganut Islam Sunni.
Etnis Somalia terdiri dari Somali (85%), Bantu dan etnis non-Somali (15%
termasuk suku arab) sehingga bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Somali
dan bahasa Arab serta bahasa Italia dan Inggris.35
Somalia memiliki iklim yang panas dan kering. Tanah Somalia mayoritas
semi-arid yang merupakan lingkungan yang cocok untuk pengelolaan peternakan
(nomadic pastoralism). Sementara pertanian banyak dilakukan di wilayah barat
laut dan wilayah selatan dekat dengan sungai. Somalia memiliki dua sungai yaitu
Jubba dan theShabelle. Kedua sungai tersebut memanjang ke arah selatan dari
35Central Intelligence Agency. The World Factbook: Somalia. Diakses dari https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/so.html pada 7 Juni 2016
21
Ethiopia. Sungai TheShabelle memiliki panjang 1.800 km dimana sekitar 1.000
km berada di Somalia. Kedua sungai tersebut menyediakan air untuk irigasi
pertanian di wilayah sekitarnya.36
Perekonomian Somalia mayoritas bertumpu pada sektor agrikultur,
khususnya pada peternakan dan hasil panen. Misalnya pada 1990, pertanian
memberikan pemasukan mencapai 65% dari GDP (Gross Domestic
Product).37
Somalia pada dasarnya memiliki potensi sumber daya alam yang baik,
di wilayah selatan dimana tanahnya tergolong subur serta potensi perikanan dan
sumber daya alam seperti gas dan minyak di wilayah utara, yang sebenarnya
menjadikan Somalia mampu memenuhi kebutuhan dirinya (self-sufficiency).38
Produk ekspor utama Somalia adalah hewan ternak, pisang, kulit hewan dan
ikan.39
Keberadaan Somalia sebagai entitas negara modern diawali dengan
kemerdekaannya dari kependudukan Inggris dan Italia pada 1960. Presiden
Somalia, yang waktu itu memiliki nama resmi negara Republic of Somalia
pertama adalah Aden Abdullah Osman Daar dengan Perdana Menteri Abdurashid
Ali Shemarke. Pada saat itu tidak ditentukan dengan jelas garis batas negara
Somalia, sehingga menyebabkan perselisihan dengan negara tetangga yaitu Kenya
dan Ethiopia sepanjang tahun 1960.40
36Putman Dan Noor, The Somalis: Their History And Culture,5 37Putman Dan Noor, The Somalis: Their History And Culture,6 38Teri Murphy dan Auveen Woods. Turkey’s International Development Framework Case Study: Somalia.( Istanbul. Istanbul Policy Center. 2014),6 39BBC. Somalia Profile. Diakses dari http://www.bbc.com/news/world-africa-14094546 pada 7 Juni 2016 40Diakses dari http://www.theguardian.om/global-development/gallery/2012/feb/23/Somalia-history-events-in-pictures pada 7 Juni 2016
22
Pada masa pemerintahan Presiden Osman, Somalia menjalankan civilan
democratic government. Pada masa pemerintahan tersebut, Somalia mendapat
pujian dari negara-negara barat sebagai suatu model demokrasi yang sukses di
Afrika karena telah melaksanakan pemilihan umum secara damai dan sukses.
Namun Osman turun pada 1967, dan dua tahun kemudian pemerintahan diambil
alih oleh Supreme Revolutionary Council yang dipimpin oleh Jenderal
Mohammed Siad Barre. Barre menangguhkan konstitusi, membubarkan parlemen,
pengadilan tertinggi dan semua partai politik yang ada.41
Terdapat hukum komunal tersendiri yang mengatur interaksi sosial antara
masyarakat Somalia. Dalam hukum tersebut terdapat suatu struktur klan yang
membagi masyarakat ke dalam beberapa kelompok sosial. Dalam kelompok
tersebut terdapat konsep hubungan solidaritas (solidarity nexus), pembagian
sumber daya (sharing or resources) dan sebagainya. Selain itu, dengan
keanggotaan suatu kelompok tersebut juga menentukan hak dan kewajiban dari
anggota kelompok, yang kemudian membentuk identitas bagi setiap individu
anggota. Sehingga walaupun memiliki sistem aturan negara, kehidupan
masyarakat Somalia pada dasarnya tidak pernah didasarkan pada aturan negara
modern.42
Komunitas internasional menganggap Somalia sebagai negara kesatuan.
Namun pada faktanya negara ini terbagi ke dalam tiga wilayah. Yang pertama
adalah Somalia Utara, yang dikuasai oleh warga Puntland. Mereka mendirikan
41Salad Sheikh Yusuf Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. (Sakarya: Sakarya University Social Sciences Institute, 2015) , 20. 42Rosella Marangio, “The Somali crisis: Failed State and International Interventions”. Instituto Affari Internazionalli Working Papers12 (Mei 2012) , 4
23
informal quasi-autonomous state seperti suku kurdistan di Irak utara. Puntland
juga mendirikan „building block‟ bagi pemerintah federal Somalia. Di wilayah
barat laut yang membentang wilayah semi-dessert dan berdekatan dengan wilayah
Teluk Aden, yang memberikan keuntungan komersial tersendiri. Hal ini
memungkinkan pendirian institusi pemerintah dengan basis ekonomi yang cukup
kuat. Wilayah ini dikenal dengan Somaliland yang menyatakan kemerdekaannya
secara sepihak pada 1991, namun hingga kini belum mendapat pengakuan
internasional.43
Wilayah yang terakhir adalah Somalia Selatan dan Mogadishu yang berada
di bawah kontrol TFG (Transitional Federal Government), yang diakui sebagai
perwakilan resmi pemerintah Somalia sejak 2004. Pemerintahan ini disokong oleh
tentara dari Uni Afrika serta negara-negara tetangga yang juga berjuang dalam
konflik melawan pergerakan Islamic Courts Union (ICU) yang telah mengambil
kontrol Mogadishu sejak 2006.44
2.2 Krisis Kemanusiaan di Somalia
Krisis kemanusiaan diartikan sebagai situasi dengan tingkat human
suffering yang tinggi dimana kesejahteraan dasar bagi manusia berada dalam
kondisi riskan dalam skala yang besar (a humanitarian crisis is a situation with
high levels of human suffering in which basic human welfare is in danger on a
43Lewis M. Ioan. Understanding Somalia and Somaliland: Culture, History and Society. (London: Hurst and company, 2008), 139. 44Ahmet Yukleyen dan Mohammed Zulkarnian. “Turkey’s Foreign Policy in Somalia,” Journal of caspian Affairs (Vol. I No. 2. 2015), 99.
24
large scale).45
Ada beberapa jenis krisis kemanusiaan berdasarkan sumber
penyebabnya, yaitu Natural Disasters yang merupakan bencana yang diakibatkan
oleh alam, Man-made emergencies yang diakibatkan oleh manusia seperti konflik
sipil, dan complex emergencies yang merupakan kombinasi dari adanya natural
and man-made elements misalnya food insecurity, armed conflicts, and displaced
populations.46
Krisis kemanusiaan yang terjadi di Somalia merupakan jenis yang
ketiga yaitu complex emergencies karena diakibatkan oleh dua penyebab tersebut.
Dalam segi man-made crises, yang mengakibatkan perang sipil diakibatkan
oleh beberapa hal. Salah satu faktor utamanya adalah faktor politik. Semenjak
awal kekuasaanya pada 1969, rezim Barre yang dianggap diktator menerapkan
scientific socialism dari Marxist-Leninist. Hal tersebut mendorong kedekatan
hubungan Somalia dengan Uni Soviet dan memperkeruh hubungannya dengan
Amerika Serikat. Soviet bahkan memberikan bantuan senjata dan technical
support kepada militer Somalia. Namun kemudian Siad Barre mengakhiri Treaty
of Friendship and Cooperation dengan Somalia.47
Pada saat yang sama, Barre dianggap menginvasi wilayah Ogaden yang
berada di bawah kekuasaan Ethiopia dan dihuni oleh mayoritas etnis Somalia.48
Pada saat itu pemerintah Somalia memberikan dukungan kepada Western Somali
Liberation Front (WSLF) yaitu kelompok pro-Somali liberation yang ingin
45Manual Handout. “Reporting on Humanitarian Crises: A Manual for Trainers & Journalist and an Introduction for Humanitarian Workers”. Internews. 2014. 20 46Humanitarian Coalition. What is Humanitarian Emergency? Diakses dari http://humanitariancoalition.ca/media-resources/factsheets/what-is-a-humanitarian-emergency diakses pada 13 Juni 2016 47Lefebre JA. “The United States, Ethiopia and the 1963 Somali-Soviet Arms Deal”. J. Modern African Studies (36 (4)) hal 611-643 48Walter S. Poole, The Effort to Save Somalia August 1992-March 1994. (Washington DC: US Government Printing Office, 2005), 5
25
melepaskan diri dari pemerintah Ethiopia. Hingga pada akhir 1977, WSLF
berhasil menguasai 60% wilayah Ogaden. Pemerintah Ethiopia menuduh
keterlibatan Somalia sebagai ambisi PresidenBarre yang ingin menganeksasi
wilayah Ogaden. Hingga pada 1978 pecahlah perang di antara kedua negara
tersebut yang dikenal dengan Perang Ogaden.49
Dalam perang tersebut Soviet memberikan dukungannya terhadap Ethiopia
hingga hubungan Soviet dan Somalia memburuk. Pada waktu itu, Amerika Serikat
mengambil kesempatan dengan membangun hubungan dengan Somalia.50
Somalia kemudian mendapatkan perlengkapan militer dari Amerika Serikat,
Inggris dan Prancis. Di sisi lain, Soviet menempatkan pasukan, adviser dan
bahkan tentara Kuba ke Ethiopiayang berhasil memukul mundur Somalia.51
Kekalahan dalam perang melawan Ethiopia mengakibatkan melemahnya
kekuatan militer pemerintah Somalia. Pada saat itu pasukan militer yang merasa
kecewa dengan pemerintah berupaya melakukan serangan perlawanan terhadap
pemerintahBarre. Selain itu, bencana kekeringan yang terjadi juga semakin
menambah situasi menjadi tidak terkendali.Kelompok oposisi mulai melakukan
perlawanan bersenjata terhadap pemerintah. Aparat pemerintah bertindak
defensivedengan menekan klan dan wilayah dimana para pemimpin
perlawanantersebut berasal.Namun hal tersebut justru mengakibatkan semakin
meningkatkan perlawanan.52
49Napoleon A. Bamfo, “Ethiopia’s Invasion of Somalia in 2006: Motives and Lesson Learned,” African Journal of Political and International Relations (Vol.4, Februari 2010), 57 50Hassan Yussuf Muhammed, The Role Of External Actors In The Somali Conflict. (Department of Global Political Studies faculty of culture and Society Malmo University. 2014), 9 51Poole, The Effort to Save Somalia August 1992-March 1994, 5 52Muhammed, The Role Of External Actors In The Somali Conflict,9.
26
Pada beberapa tahun kemudian terjadi perlawanan oposisi terhadap
pemerintah di berbagai wilayah. Misalnya di wilayah Hargeisa dan Burau, terjadi
penyerangan yang dilakukan oleh kelompok SNM (Somalian National Movement)
pada Mei 1988. Kelompok tersebut telah melakukan perlawanan terhadap rezim
pemerintah di wilayah utara Somalia sejak 1985. Kemudian pada 1989, terjadi
underground resistance di wilayah Somalia Selatan dan Somalia Tengah yang
dipimpin oleh kelompok oposisi lain yaitu USC (United Somali Congress). Pada
tahun selanjutnya Mei 1990,dibentuk Mogadishu Manifesto yang diprakarsai oleh
politisi, pemuka agama hingga pebisnis Somalia yang berasal dari 114 klan yang
ada. Manifesto tersebut berisi tentang pengutukan tindakan rezim Siad Barre dan
penuntutan adanya dialog bersama untuk reformasi kebijakan. Hingga akhirnya
pada Oktober, kelompok oposisi sepakat untuk mengkudeta pemerintahan secara
paksa. Mereka juga menuntut pembebasan para tawanan politik yang
diperlakukan penuh kekerasan.53
Dalam proses penurunan paksa Barre dari pemerintahan, terdapat campur
tangan dari aktor eksternal, yaitu pemerintah Ethiopia. Pemerintah Ethiopia
dianggap menjadi penyokong terbesar kelompok pemberontak di Somalia dalam
hal militer, materi dan bahkan moral. Beberapa konflik antara Ethiopia dan
Somalia sebelumnya memang menyisakan hubungan permusuhan khususnya
dengan rezim Barre.54
Penggulingan secara paksa rezim diktator Siad Barre oleh koalisi kelompok
oposisi bersenjata pada 1990 menandai awalnya krisis politik yang terjadi di
53Tim Editor. “Somalia 1991-1993: civil war, famine alert and UN Military Humanitarian Intervention 1991-1993,” Medecins Sans Frontieres Speaking Out. (September 2013), 13 54Muhammed, The Role Of External Actors In The Somali Conflict,9.
27
Somalia. Hal tersebut mengakibatkan ketidakstabilan dan pergolakan politik sosial
domestik dengan ketiadaan pemerintahan yang mengatur serta memberikan
pelayanan dasar bagi warga negaranya.Koalisi kelompok yang dianggap dominan
dalam keberhasilan penggulingan pemerintah tersebut yaituSomali National
Movement (SNM), Somali Salvation Democratic Front (SSDF),Somali Patriotic
Movement (SPM) danUnited Somali Congress (USC)).55
Kemudian kelompok
USC yang dipimpin oleh Ali Mahdi Mohammed membentuk pemerintahan
sementara secara sepihak tanpa berunding dengan faksi lain.56
Hal tersebut menyebabkan kemarahan dan ketidaksetujuan dari banyak
pihak, hingga The Somali National Movement mengadakan konferensi regional
yang menghasilkan deklarasi kemerdekaan di wilayah utara sebagai Somaliland
Republic. Sementara di wilayah selatan, USC (United Somali Congress) terpecah
menjadi dua faksi, yang dipimpin oleh presiden sementara Ali Mahdi Mohammed,
yang lainnya dipimpin oleh USC Military Wing Leader Jenderal Mohammed
Farah Aideed.57
Keadaan domestik yang kacau kemudian mendorong pihak internasional
melakukan intervensi yang diawali oleh Dewan Keamanan PBB melalui
operasinya yang dikenal dengan UNOSOM I yang dimulai pada 24 April 1992.
Operasi ini bertujuan untuk mengawasi gencatan senjata di Mogadishu serta
melindungi para utusan dan pekerja PBB yang melakukan misi kemanusiaan.
Namun, situasi Somalia kian memburuk hingga misi tersebut diganti oleh
UNITAF (Unified Task Force) atau yang dikenal dengan “Restore Hope
55Muhammed, The Role Of External Actors In The Somali Conflict. 9. 56Putman Dan Noor, The Somalis: Their History And Culture. 11 57Addow. The Role Of Turkish Civillian Power In Somalia State Building Process.22
28
Operation” yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan mengusung mandat DK
PBB untuk memenggunakan segala cara yang diperlukan guna melindungi nilai-
nilai kemanusiaan.58
Pada Maret 1993, disepakati penggantian nama operasi menjadi UNOSOM
II yang memperluas misi operasinya ke seluruh penjuru Somalia. Namun operasi
tersebut gagal ditambah dengan insiden Black Hawk Down pada 1993 yang
memukul mundur pasukan PBB dan Amerika Serikat. Pertarungan sengit dengan
aparat setempat juga mengakibatkan penarikan mundur pasukan PBB dari
Somalia pada Maret 1995.59
Situasi yang kacau membuat upaya perdamaian di
Somalia menjadi beresiko dan sangat dibatasi. Sehingga dalam beberapa dekade
ini Somalia menjadi negara yang paling diabaikan oleh komunitas internasional.60
Pada 1999 pemimpin faksi di Somalia mengajukan laporan kepada Dewan
Keamanan PBB atas serangan di garis perbatasan yang dilakukan oleh pemerintah
Ethiopia dan mendesak untuk menghentikan agresi Ethiopia. Pada 2000, beberapa
pengadilan Islam di Somalia membentuk Somali’s Union Of Islamic Courts (UIC)
yang bertujuan untuk bekerjasama dalampengelolaan sumber daya dengan
didasarkan pada aturan Islam dan bukan pada garis klan. Sejak 1990, Islamic
Union di Somalia telah aktif dalam pengurangan kejahatan seperti pencurian dan
perampokan serta penyelesaian perselisihan lokal sehingga mulai memiliki
pengaruh di antara para pemimpin klan.61
58Addow. TheRole Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process.20 59Addow. TheRole Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process.21 60Matthew T. Gullo. Somalia Adventure: the Quest for Soft Power and Regional Recognition. Research Turkey. (2012) 3 61Bamfo, Ethiopia’s Invasion of Somalia in 2006: Motives and Lesson Learned. 58
29
Namun pembentukan tersebut mengakibatkan reaksi yang beragam.
Walaupun pada dasarnya UIC berhasil menerapkan kembali aturan dan hukum di
Somalia, namun juga mendatangkan kekhawatiran terhadap masa depan Somalia
khususnya dari Amerika Serikat paska peristiwa 9/11. Begitu juga dengan
Ethiopia yang merupakan negara tetangga Somalia, merasa khawatir akan
perkembangan pengaruh Islam yang cukup pesat sehingga mencoba untuk terlibat
dalam urusan domestik Somalia.62
Pada 2004 organisasi regional bernama Inter-Governmental Authority On
Trade And Development (IGAD) yang terdiri dari Uganda, Kenya, Ethiopia,
Sudan, Eritrea, Djibouti danSomalia mendirikan Somalia’s Transitional Federal
Government.63
Pemerintahan ini mendapatkan pengakuan internasional yang tidak
diperoleh Islamic Court. Walaupun terdiri dari beberapa sekte. Mereka bersatu
untuk meruntuhkan TFG.64
Namun, keberadaan TFG tidak mendapat pengakuan dari seluruh
masyarakat Somalia hingga tidak mampu menerapkan kekuasaannya di kota-kota
besar di Somalia. Banyak kelompok oposisi yang menentang hingga membentuk
faksi Somalia Restoration and Reconciliation Council dan Mogadishu-based
warlordsyang kemudian melakukan penyerangan bersenjata terhadap pemerintah
TFG dan aliansinya di wilayah Somalia Selatan dan Tengah.65
62Bamfo, Ethiopia’s Invasion of Somalia in 2006: Motives and Lesson Learned. 58 63IGAD Leaders Agree to Deploy Peace Mission in Somalia. Diakses dari http://www.sudantribune.com/spip.php?article7801 pada 7 Juni 2016 64Bamfo, Ethiopia’s Invasion of Somalia in 2006: Motives and Lesson Learned. 59 65Internal Displacement Monitoring centre. Somalia, “Displacement and Worsening Humanitarian Situation as a Result of Ongoing Violence and conflict,” Norwegian Refugee Council (Juli 2010), 32
30
Kemudian pada November 2006, parlemen Ethiopia yang mengizinkan
pemerintah untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menghadapi
serangan Islamic CouncilSomalia. Hingga pasukan Ethiopiamulai melewati garis
batas dan memasuki Somalia pada Desember 2006 yang mencapai 3000 pasukan
dan dibantu oleh pasukan TFG. UIC memobilisasi kekuatan oposisi yang terdiri
dari berbagai kelompok insurgent yang memiliki kepentingan bersama.66
Perang sipil yang terus berkelanjutan di Somalia juga pada dasarnya
diakibatkan oleh warisan kolonialisme. Ketika era kolonialisme, negara-negara
kolonial yang menduduki Somalia membagi wilayah berdasarkan kekuasaan
mereka. Pada waktu itu, Somalia dibagi menjadi 5 bagian. Inggris mengambil
dua wilayah yaitu British Somaliland dan wilayah utara Kenya. Italia menduduki
wilayah Italian Somaliland. Prancis menduduki wilayah utara yang kini
merupakan Djibouti dan sisanya diduduki oleh Ethiopia (Wilayah Ogaden).67
Upaya penyatuan wilayah yang dihuni oleh warga Somali menjadi satu
negara kesatuan berhasil menyatukan dua bagian yaitu British Somaliland dan
Italian Somaliland pada 1960. Pada waktu selanjutnya, upaya untuk
menggabungkan 3 wilayah lainnya untuk menjadi wilayah Somalia terus
dilakukan hingga mengakibatkan perang sipil dan perselilisihan dengan negara-
negara tetangga yang mengklaim atas kepemilikan wilayah tersebut yaitu Ethiopia
dan Kenya.68
Kerusuhan di Somalia juga diakibatkan oleh perselisihan dari warlords dan
klan dalam perebutan sumber daya maupun kekuasaan.Somalia terdiri dari 85%
66Bamfo. Ethiopia’s Invasion of Somalia in 2006: Motives and Lesson Learned. 67Muhammed. The Role of External Actors in the Somali conflict. 8 68 Muhammed. The Role of External Actors in the Somali conflict. 9
31
suku Somali, tetapi prasarana sosial di Somalia dibangun dalam hierarki kaum dan
suku. Klan terbesar adalah Darood, Dir, Hawiya, dan Isaak yang merupakan
keturunan dari Samaal. Klan kecil yang merupakan keturunan dari Saab dikenal
dengan nama Digil dan Rahanweyn. The main clan families nomadic pastoralist
terdiri dari 75% populasi di Somalia. Di Somalia tidak ada identitas sosial, atau
pengakuan dan akses sosial tanpa kepemilikan kelompok klan. Dan keanggotaan
klan dapat memberikan akses khusus seperti akses tanah, pendapatan dan layanan
sosial.69
Contoh permusuhan yang terjadi antara klan di Somalia adalah perebutan
wilayah Jubaland, yang terletak di ujung selatan Somalia. Yang mengupayakan
pembentukan pemerintahan sendiri karena pemerintah pusat yang dianggap
kurang mampu mengontrol wilayah tersebut. Hingga disusun sebuah konvensi
Jubaland yang diselenggarakan pada Mei 2013 tanpa persetujuan pemerintah
Somalia, yang berupaya untuk memilih ruling party dan mendirikan otonomi
regional. Namun ada ketidaksepahaman terkait dengan kepemimpinan Jubaland
dari 4 klan yang berbeda yang juga didorong oleh kepentingan Kenya dan
Ethiopia di wilayah Kismayo dan pinggiran pantai yang memiliki cadangan gas
alam.70
Somalia semakin dianggap menjadi potensi ancaman bagi masyarakat
internasional paska peristiwa 9/11 dimana negara-negara gagal (failed states)
semacam ini dapat menjadi ladang subur perkembangan kelompok teroris.
Konflik sipil yang terus bergemuruh di Somalia juga mengakibatkan krisis
69 Institute For National Security and Counterterrorism. Somalia Risk Assessment 2014. 70Institute For National Security and Counterterrorism. Somalia Risk Assessment 2014.
32
kemanusiaan. Meningkatnya kebutuhan akan bantuan kemanusiaan mengalami
tantangan insecurity (ketidakamanan) yang menghambat penyaluran akses
bantuan kepada masyarakat. Tantangan tersebut berasal dari kelompok teroris
yang ada di Somalia seperti Al Shabaab. Pada 2009 dan 2010, banyak organisasi
kemanusiaan yang terpaksa mengurangi atau menarik mundur operasi
kemanusiaan di wilayah Somalia Selatan dan Somalia Tengah paska deklarasi
ancaman Al Shabaab yang menjadikan mereka sebagai target utama.71
Selama berkecamuknya konflik baik yang diakibatkan oleh faktor politik
seperti perselisihan warisan kolonialisme maupun perselisihan antar klan yang
berujung pada perang sipil, mengakibatkan dampak buruk khususnya bagi
masyarakat Somalia. Ratusan ribu warga Somalia tewas karena pelanggaran
kekerasan,penyakit dan kelaparan.Pada Agustus 1992, diperkirakan terdapat 1,5
juta warga terancam kelaparan. Pada tahun yang sama, bahkan US Centers For
Disease Control menyatakan bahwa di kota Baidoa, setidaknya 40% dari populasi
tewas di antara Agustus dan November. Dan pada awal 1993 sekitar setengah dari
total anak-anak Somalia di bawah 5 tahun tewas.72
Pada tahun yang sama,
sebanyak 300.000 warga Somalia tewas dikarenakan perang yang juga
mengakibatkan kelaparan.73
Adanya Invasi Ethiopia ke Somalia juga mengakibatkan situasi
kemanusiaan yang buruk. PBB bahkan mendeklarasikan situasi pada saat itu
71Kathryn Achilles, Mohammed Enow, Onur Sazak, Thomas Wheeler, Auveen Elizabeth Woods.
Turkish Aid Agencies in Somalia: Risks and Opportunities for building Peace.(Istanbul. Safeworld and Istanbul Policy center). 2015. 11 72Putman dan Noor. The Somalis: Their History And Culture. 73Michael Smith. Somalia: Pushing Humanitarianism into the Post-Pollyannaish Era & Applying Previous Lessons Learned Today. University of Denver. 2012. 1
33
sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di Afrika. Pada 2007, sekitar
600.000 warga Somalia dialokasikan dari rumah mereka dan pada tahun yang
sama,terjadi gagal panen sereal terburuk dalam 13 tahun terakhir di wilayah
Middle and Lower Shabelle yang sebelumnya merupakan wilayah pertanian
paling subur di Somalia. Bahkan pada 2008 World Food Programme (WFP) harus
menangani setidaknya 1,2 juta warga Somalia yang membutuhkan makanan.74
Krisis kemanusiaan di Somalia juga diakibatkan oleh natural disaster.Pada
2010-2011 wilayah Horn Of Africa mengalami krisis kelangkaan pangan yang
menimpa 13 juta orang. Pada saat itu pemerintahSomalia bahkan untuk pertama
kalinya secara resmi mendeklarasikan status kelaparan (famine).75
Somalia
merupakan negara yang terkena dampak kekeringan terparah. Minimnya
persediaan air dan jatuhnya hasil produksi panen hingga mencapai titik terburuk
selama 17 tahun terakhir. Rendahnya hasil panen, khususnya jagung dan gandum
mengakibatkan tingginya harga sereal. Hal ini mengakibatkan tingginya anak-
anak yang kekurangan gizi, sulitnya mata pencaharian, dan bahkan banyak yang
harus kehilangan nyawanya. Lebih dari setengah dari populasi Somalia terkena
dampak kekeringan. Angka kematian Somalia bahkan diperkirakan mencapai
260.0000 antara Oktober 2010 hingga April 2012.76
Selain banyaknya korban jiwa dan kelaparan, krisis kemanusiaan tersebut
juga mengakibatkan gelombang Internal Displacement People (IDP) yang tinggi.
74 Martin Plaut. Ethiopia in Somalia: One Year On. Diakses dari http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/7155868.stm pada 7 Juni 2016 75Mehmet Ozkan. Turkey’s Involvement In Somalia: Assesment Of A State-Building In Progress. (Istanbul. SETA Foundation) 2014. 21 76Daniel Maxwell, dkk. Lesson Learned From The Somalia famine and The Greater Horn of Africa crisis 2011-2012. (Somerville. Feinsten International Center). 2014. 9
34
Sejak 1995, terjadi gelombang alokasi skala besar di Somalia. Diperkirakan
terdapat puluhan ribu warga yang dialokasikan setiap tahunnya akibat konflik sipil
yang terjadi.77
Di akhir 2005, PBB memperkirakan terdapat internal displacement yang
mencapai 375.000 hingga 400.000 warga Somalia. Banyak IDP yang tidak tinggal
di camp pengungsian dan tersebar dimana-mana. Mereka hidup dalam kondisi
yang tidak pasti di wilayah pedesaan tandus. Sekitar 2/3 dari populasi hidup
secara nomaden maupun semi-nomaden, mereka bergerak bersama
rombongan.78
Berdasarkan laporan UNHCR pada 2010, diperkirakan sebanyak
lebih dari 200.000 warga Somalia harus dialokasikan dari rumah mereka.79
Konflik antara pemerintah TFG dan kelompok oposisi pada tahun tersebut juga
diperkirakan mengakibatkan 60 orang tewas dan 50 lainnya luka-luka.80
Pada akhir Juni 2011 UNHCR memperkirakan sekitar 800.000 pengungsi
Somalia yang tersebar ke beberapa negara lain seperti Kenya, Yaman, Mesir,
Ethiopia, Eritrea, Djibouti, Tanzania dan Uganda. Selain itu terdapat hampir 1.5
juta warga Somalia yang harus dialokasikan ke wilayah domestik lainnya yang
mayoritas tinggal di wilayah Selatan dan Tengah. Pada tahun ini juga diperkirakan
sejumlah 2,8 juta warga Somalia terkena dampak krisis, dimana satu dari 3 orang
77 Internal Displacement Monitoring Centre. Somalia: Displacement and Worsening Humanitarian Situatuion as a Result of Ongoing Violence and conflict. Jenewa. 68 78Internal Displacement Monitoring Centre. Somalia: Displacement and Worsening Humanitarian Situatuion as a Result of Ongoing Violence and conflict. Jenewa. 69 79UNHCR. UNHCR Appeals for US$60 million to Help Growing Numbers of Displaced Somalis. Diakses dari http://www.unhcr.org/4beac9389.html pada 6 Juni 2016 80UNHCR. Heavy clashes continue to kill and displace thousands of civilians in Mogadishu. Diakses dari http://www.unhcr.org/4bffaf6b6.html pada 7 Juni 2016
35
membutuhkan bantuan.81
Kondisi kesehatan mereka sangat buruk karena kesulitan
mendapatkan makanan, air dan layanan kesehatan. Banyak dari mereka yang juga
menderita wabah penyakit diare akut dan cacar.82
Kekeringan mengakibatkan tingginya harga makanan pokok sehingga
masyarakat dengan pendapatan menengah kebawah sangat terkena dampaknya.
Gagalnya produksi panen yang mengakibatkan tingginya inflasi harga makanan
semakin memperburuk kondisi di Somalia. Terlebih lagi terbatasnya akses bagi
penyaluran bantuan kemanusiaan oleh Al Shabaab menyebabkan banyaknya
upaya bantuan yang tidak maksimal.83
Selain itu, situasi keamanan dan kemanusiaan yang buruk diperparah
dengan banyaknya tindakan penyimpangan sosial khususnya pada wanita dan
anak-anak. Pada 2002 PBB memperkirakan ¾ dari displaced population di
somalia berada dalam kondisi yang rentan. Tindakan asusila seperti pemerkosaan
sering dijadikan alat bagi kelompok militan dalam rangka pembalasan dendam
maupun penghinaan terhadap suatu etnis grup. Ancaman tersebut datang setiap
saat bahkan ketika mereka berjalan jauh untuk mencari sumber air maupun kayu
bakar. IDP juga cenderung memiliki sedikit akses untuk pekerjaan,pendidikan dan
fasilitas lainnya dan mereka hidup dalam garis kemiskinan.84
81Reliefweb. UNHCR somalia briefing sheet, Juli 2011. Diakses dari http://reliefweb.int/report/somalia/unhcr-somalia-briefing-sheet-july-2011 pada 6 Juni 2016 82UNHCR Emergency Response. East Africa crisis: Horn of Africa- Somalia, Kenya, Ethiopia, Djibouti, Eritrea. Diakses dari http://www.unrefugees.org.au/emergencies/current-emergencies/east-africa-crisis pada 7 Juni 2016 83Daniel Maxwel dan Nisar Majid. Another Humanitarian crisis in Somalia? (Feinsten International Center. 2014) 4 84Internal Displacement Monitoring centre. Somalia: Displacement and Worsening Humanitarian Situation as a Result of Ongoing Violence and conflict. 86
36
Keadaan Somalia mencapai kondisi genting bagi masyarakatnya. Hal ini
dikarenakan tiga hal yaitu warga Somalia yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidup mereka karena produksi pertanian yang tidak mampu mencukupi
kebutuhan dasar makan dan minum, kemudian mayoritas masyarakat Somalia
tidak memiliki akses kepada pemerintahan yang resmi, dan yang ketiga warga
Somalia tidak memiliki daya untuk meredakan kondisi kesulitan mereka sendiri.85
Krisis kemanusiaan yang terjadi di Somalia mengakibatkan situasi domestik
yang tidak kondusif. Banyak warga Somalia yang meninggal dunia baik karena
perang dan kekerasan, maupun karena kelapran yang daikibatkan dari kekeringan.
Selain itu, krisis di Somalia juga mengakibatkan tingginya gelombang pengungsi
khsususnya IDP. Krisis di Somalia ini merupakan complex emergencies yang
merupakan kombinasi dari adanya man-made crisis berupa civil warserta natural
disaster yaitu kekeringan yang telah melanda selama puluhan tahun.
85Ozkan. Turkey’s Involvement in Somalia: Assesment of a State-building in Progress. 21
37
BAB III
BANTUAN LUAR NEGERI TURKI KE SOMALIA
Sebelum menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi kebijakan Turki
dalam pemberian bantuan luar negeri Turki ke Somalia, pada bab ini akan
diberikan penjelasan lebih jauh mengenai bantuan luar negeri yang diberikan.
Selama periode 2011 hingga 2016, Turki memberikan bantuan dalam beragam
sektor seperti bantuan kemanusiaan, infrastruktur, pendidikan, perekonomian dan
sebagainya. Pemaparanmengenai jenis dan jumlah bantuan yang diberikan
tersebut akan dikelompokan berdasarkan konsep Foreign Aid dari Carol
Lancaster. Kemudian pada akhir bagian bab akan dijelaskan mengenaicatatan
dalam proses pemberian bantuanTurki di Somalia.
3.1 Jenis Bantuan Turki Kepada Somalia
Merujuk pada konsep Foreign Aid Carol Lancaster (2006), bantuan luar
negeri (Foreign Aid) dapat dikatakan sebagai suatu kebijakan. Namun terkadang
juga dianggap sebagai tool atau alat yang digunakan untuk menjalankan suatu
kebijakan.86
Pemberian bantuan luar negeri dari suatu negara dapat dikaji
berdasarkan motif ataupun tujuan yang ingin dicapai oleh negara tersebut.
Walaupun tujuan yang ingin dicapai tersebut dapat beragam, menurut Lancaster
pada dasarnya terdapat empat jenis bantuan luar negeri berdasarkan
tujuannya(purpose) yaitu diplomatic, humanitarian relief, commerce dan
86Carol Lancaster, Foreign Aid,Diplomacy,Development,Domestic Politics.9
38
development.87
Namun dalam penjelasan ini akan dielaborasi tiga jenis bantuan
yaitu humanitarian relief, commerce dan development yang diberikan Turki
kepada Somalia sejak 2011. Berikut pemaparannya:
3.1.1 Humanitarian Relief
Jenis bantuan yang pertama adalah humanitarian relief (bantuan
kemanusiaan). Menurut Carol Lancaster, Humanitarian Relief merupakan
bantuanyang diberikan kepada negara yang mengalami bencana alam (natural
crises) maupun bencana yang dibuat oleh manusia (manmade crises) yang
mengakibatkan korban dalam jumlah yang banyak. Terutama jika negara
tersebut merupakan negara miskin yang kekurangan sumber daya ataupun
kemampuan untuk mengakomodir kebutuhan dari korban bencana.88
Sejak
awal kedatangan Erdogan ke Mogadishu pada Agustus 2011, pemerintah Turki
memaparkan betapa gentingnya kondisi di Somalia. Pada waktu itu Somalia
mengalami kekeringan terparah dalam 60 tahun terakhir yang banyak
menimbulkan korban. Hingga pemerintah Somalia mengeluarkan pernyataan
resmi status famine (kelaparan) untuk pertama kalinya pada 20 Juli 2011.89
Dalam pertemuan OKI (Organisasi Kerjasama Islam) pada Agustus 2011
yang digelar di Turki, menghasilkan bantuan kemanusiaan bagi Somalia
sejumlah US$ 350 juta.90
Pada 2011 pemerintah Turki memberikan donasi
sebesar US$ 94 juta dan sektor swasta Turki menggelar donasi yang mencapai
US$ 57 juta. Sejak Agustus 2011 terdapat sejumlah 500 Turkish Aid Workers
87 Carol Lancaster. Foreign Aid, Diplomacy, Development,Domestic Politics. 13 88Carol Lancaster. Foreign Aid. Diplomacy, Development, Domestic Politics. 14 89Maxwell, Lessons Learned From the Somalia Famine and the Greater Horn of Africa crisis 2011-2012.9 90Achilles,Turkish Aid Agencies In Somalia. 18
39
dan volunteer yang disebar di Mogadishu untuk mendistribusikan bantuan
kemanusiaan termasuk pembagian air, makanan dan barang kebutuhan lainnya
di IDP camps.Pada 2012 pemerintah Turki memberikan official aid sejumlah
US $ 86,6 juta. Yang kemudian meningkat menjadi US $116 juta pada 2013.91
Ada beberapa organisasi publik dan NGO Turki yang juga turut
memberikan bantuan. Misalnya Kimse Yok Mu (Is Anybody There?)yang
merupakan salah satu NGO terbesar di Turki, pada 2012 mengirimkan 23 ton
emergency aid. Juga menyediakan makanan layanan kesehatan dan tenda di
tujuhcamps. Ada 15 dokter KYMyang telah mengunjungi Somalia, dan pada
Mei 2012 ada enam dokter di Somalia.92
Institusi publik TurkiDisaster And Emergency Management Presidency
(AFAD) fokus dalam penanganan emergency.Berdasarkan laporan tahunan
AFAD 2011, AFAD telah mengirim 22,128 ton bantuan kemanusiaan atau
setara dengan 92.690.000 TL dengan 16 pesawat dan delapan kapal laut.
AFAD juga membawa 57 warga Somalia yang terluka ke Turki untuk
pengobatan karena fasilitas Somalia yang tidak memadai. AFAD telah
mengirim total 149 ton dan 6.493.553 kg bantuan kemanusiaan ke Somaliapada
waktu yang terpisah yaitu pada 5 Maret, 1 Mei, 26 Mei dan 24 Desember
2012.93
Padalaporan tahunan AFAD pada 2012, sekitar 80 ton obat dan
persediaan medis dikirim ke Somalia pada 9 Februari dan 28 Februari 2012.
Sekitar 19.862.439 TL telah dialokasikan untuk menyediakan 200 tempat tidur
91Achilles,Turkish Aid Agencies In Somalia. 23 92Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 32 93Addow,The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 28
40
rumah sakit di Mogadishu dan 5 ambulan ke Somalia untuk digunakan di
Mogadishu. Selain itu pada 2012 AFAD juga mendukung proses evakuasi 32
warga Somalia yang terluka dalam peristiwa bom bunuh diri di Mogadishu.
Mereka dibawa dalam dua pesawat terpisah ke Turki pada 13 Februari dan 14
Februari. Pada 2013 AFAD mengirim 139 juta TL dalam bentuk 11.000 ton
bantuan kemanusiaan yang dikirim melalui kapal.94
Selain itu ada Turkish Red Crescent (Kizilay) Pada Agustus 2011
mendirikan Jazeera Hayat untuk IDP (Internally Displaced People)untuk 2500
orang yang kemudian diperbesar sebanyak 15.000.95
TRC menyediakan
makanan, pelayanan kesehatan dasar, air, pendidikan untuk anak-anak, mesjid,
taman bermain untuk anak-anak,fasilitas kesehatan, mesjid dan lapangan bola.
Pada laporan Januari 2015 TRC telah mendistribusikan 12.180.000 roti sejak
dan 170.665.605 hot meals untuk rumah sakit, sekolah, orang berkebutuhan
khusus dan rumah yatim di SomaliaNovember 2011 hingga Desember 2014.96
Ministry of Religious AffairsTurkiyang dikenal dengan Diyanet juga turut
memberikan bantuan ke Somalia. Sejak Agustus 2011, Diyanet telah mengirim
300 tonmakanan melalui jalur udara dan laut.97
Sementara Kementerian
Kesehatan Turkiberfokus dalam pelayanan kesehatan. Pada 2011, telah
mengirimkan 265 petugas kesehatan yang terdiri dari 72 physician,tiga
apoteker, 174 asisten petugas kesehatan, enam tekinisi, 10 juru masak danlima
ambulan darurat serta melatih para petugas kesehatan Somalia. Berdasarkan
94Addow,The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 29 95International Crisis Group, “Assessing Turkey’s Role in Somalia”,Policy Briefing(Oktober 2012)4 96Addow,The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 30 97International Crisis Group, “Assessing Turkey’s Role in Somalia”,Policy Briefing(Oktober 2012)4
41
laporan tahunan 2012 terdapat 263.380 pasien telah diperiksa dan 1928 operasi
telah dilakukan.98
Pada 2013 Lembaga Disaster and Emergency Management Presidency of
Turkey (AFAD) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian
Luar Negeri dan TIKA memberikan bantuan kemanusiaan sebesar 40 ton yang
setara dengan 104.000.000 Lira Turki. Bantuan tersebut berupa makanan,
pakaian, perlengkapan medis, obat-obatan,komputer, ambulans, dan lain-lain
yang dikirim menggunakan 19 pesawat udara dan 10 kapal.99
3.1.2.Development
Jenis bantuan yang kedua adalah bantuan pembangunan
(development).Bantuan ini ditujukan untuk mendukung perkembangan
ekonomi dan sosial di negara penerima. Bantuan ini bertujuan untuk
menstabilkan perekonomian sehingga pada akhirnya dapat mengurangi
kemiskinan. Bentuk bantuan ini biasanya berupa bantuan untuk finance
technical assistance and training, projek infrastruktur dasar, serta peningkatan
layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan.100
Setelah krisis kemanusiaan
di Somalia akibat bencana kekeringan mereda, Turkimemperluas cakupan
bantuannya dengan aktif melakukan beragam projek pembangunan dalam
berbagai bidang di Somalia.
98Addow,The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 31 99Republic of Turkey Prime Minister Disaster & Emergency Management Authority. Humanitarian Aid. https://www.afad.gov.tr/EN/IcerikDetay1.aspx?IcerikID=983&ID=158 100Lancaster. Foreign Aid. Diplomacy, Development, Domestic Politics. 14
42
Ada beberapa organisasi Turki yang secara berkesinambungan aktif
memberikan bantuan di Somalia. Salah satunya yaitu Turkish Cooperation And
Cordination Agency (TIKA) memberikan bantuan sebesar US$ 93,4 juta pada
2011. Hal tersebut menjadikan Somalia menjadi negara penerima bantuan
terbesar dari TIKA dengan persentase mencapai 93,39 dibandingkan dengan
negara Afrika lainnya seperti Sudan, Ethiopia, Nigeria, Kenya dan lain-
lain.101
Pada 2012 Somalia menjadi negara tujuan nomor satu alokasi bantuan
TIKA yang mencapai 30,5 % dari total pengeluaran bantuan.102
Setiap tahun, TIKA menyusun program dan agenda prioritas yang
berbeda di Somalia. Pada 2012 alokasi anggaran TIKA diprioritaskan untuk air
dan sanitasi (44,41%) infrastuktur ekonomi (15,83%), pendidikan
(15.61%),dan kesehatan (13.07%).103
Alokasi ini berubah pada 2014 dimana
infrastuktur ekonomi memegang 80% yang diikuti kesehatan 24% dan institusi
pemerintah serta sipil 4%.104
Organisasi TurkiHuman Rights Foundation (IHH) pada 2012
menyediakan operasi mata katarak untuk 10.000 orang memperbaiki 14 mesjid
mengebor 340 sumur air, mendistribusikan Al Quran, merelokasi 1500 orang
dan mensponsori 3100 anak yatim. Selain itu IHH berencana membuka SD
SMP dan SMA di Mogadishu untuk 1500 siswa pada Juli 2012.105
Pada 2012,pemerintah Turki menyediakan 440 beasiswa untuk belajar di
Turki serta dana bantuan untuk universitas dan sekolah di Mogadishu.
101Tank. Turkey’s New Humanitarian Approach In Somalia. 2 102 TIKA Annual Report 2012. 24 103TIKA Annual Report 2012. 275 104Achilles, Turkish Aid Agencies In Somalia. 24 105Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 32
43
Sebanyak 52 dokter dan manager Turki bekerja di Somalia-Turkey Training
and Research Hospital untuk melatih warga Somalia. Pemerintah Turki
memberikan sebanyak US$ 85,6 juta untuk biaya operasi Turkey Training And
Research Hospital selama 5 tahun. Selama Juni dan Desember 2013
pemerintah Turki menyediakan dana US$ 4-5 juta dalam bentuk tunai setiap
bulan kepada Somali Central Bank. Hal tersebut bertujuan untuk mengatasi
turunnya alokasi pendapatan Somali Public Servants dan Security
Forces.106
Pada 2015 Turki menyatakan akan membangun 10.000 rumah untuk
kelompok dengan pendapatan rendah di Mogadishu.107
Turki juga melakukan program pembangunan beberapa rumah sakit di
Somalia. Rumah sakit pertama dibangun oleh Kementerian Kesehatan Turki,
TIKA dan the Presidency of Turkish Housing Administration (TOKI). Rumah
sakittersebut merupakan salah satu yang terbesar di Somalia sebelum adanya
perang sipil serta paling modern di Afrika Timur.108
Pada 2015 TurkiSomalia menandatangani perjanjian protokol mengenai
administrasi rumah. Dalam perjanjian itu dinyatakan bahwa rumah sakit akan
dijalankan bersama antara Kementerian Kesehatan Turki dan Somalia, dimana
KementerianTurki akan menyediakan dokter spesialisasi dan bantuan finansial
selama 5 tahun ke depan yang selanjutnya akan dijalankan secara penuh oleh
106Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 26 107Mohamed Sheikh Nor. Turkey’s Erdogan Pledges 10.000 New Somalia Homes During Visit. Diakses dari http://bloomberg.com/news/articles/2015-01-26/turkey-s-erdogan-pledges-10-000-new-somali-homes-during-visit pada 16 Juni 2016 108Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 72
44
Somalia. Rumah sakit tersebut awalnya bernama Digfeer namun diganti
menjadi Erdogan sebagai penghormatan kepadanya.109
Rumah sakit tersebut memiliki 17 single rooms, 34 untuk ruangan empat
orang dan dua kamar untuk tiga orang serta satu kamr untuk lima orang. Selain
itu juga memiliki 12 intensive care beds, 14 tempat tidur intensive untuk bayi
yang baru lahir, 20 inkubator,empat ruang operasi serta unit radiologi dan
laboratorium. Selain itu juga memiliki banyak department seperti bagian anak-
anak, persalinan, urology,neurosurgery, plastic surgery, internal medicine,
general surgery,anestesi, mata dan gigi. Rumah sakit ini terdiri dari 52 pegawai
Turki dan 91 staf lokal.110
Rumah sakityang kedua adalah rumah sakit khusus ibu dan anak. Pada
2011, Yardimeli Foundation bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan
Somalia mendirikan rumah sakit seluas 27.000 meter111
.Terdapat 100 tempat
tidur yang ada akan terbagi dalam ruang emergency, ruang operasi, ruang
observasi dan ruang pelayanan anak di atas satu tahun.112
Sedangkan rumah
sakit ketiga dibangun oleh Kimse Yok Mu. Rumah sakit ini menyediakan
layanan bebas biaya bagi masyakarat miskin. Kemudian Rumah sakit keempat
yang bernama Al-Shifa didirikan oleh Doctors Worldwide (Yeryuzu Doktorlar)
foundation pada 2012 di wilayah Hodan. Untuk menjalankan rumah sakit
109Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 55 110Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 58 111Turkish charity builds children’s hospital in Somalia. Diakses dari http://hurriyetdailynews.com/turkish-charity-builds-childrens-hospital-in-somalia---.aspx?pageID=238&nID=95722&NewsCatID=357 pada 25 Juni 2016 112Yardimeli International Humanitarian and Association. Somalia Hospital Project About. Diakses dari http://yardimeli.org.tr/en/news/18474/somali-cocuk-hastanesi-projesi-hakkinda pada 16 Juni 2016
45
tersebut, sebanyak 13 perawat dan physicians Somalia telah melakukan
pelatihan di Istanbul selama dua bulan.113
Organisasi TRC juga bekerja sama dengan Kedutaan Besar Turki di
Mogadishu membangun rumah sakit kecil di Somaliland, Taleh, Awdal,
Boramo, Jubaland Kismayo, Bay-Baidawa, Middle Shabelle-Jowhar,
Galmudug-Galkayo dan Sool-Lascanonut. Selain itu, TIKA juga telah
merenovasi rumah sakit barbara di wilayah utara Somalia.114
Selain di bidang kesehatan, Turki juga aktif memberikan bantuan di
bidang pendidikan. Turki mendirikan Agriculture School Projectyang berjalan
sejak Desember 2012. Sekolah tersebut didirikan oleh TIKA dan IHH.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup warga Somalia dengan
kegiatan agrikultural yang didukung oleh pengetahuan yang tepat. Program
pertama sekolah ini adalah farmer training course antara 2013-2015 yang
diikuti oleh 50 siswa pada tahun pertama. Mereka mendapatkan pelatihan
mengenai inseminasi, pengairan, penggalian lahan, penerapan obat, panen
hingga pengumpulan benih. Ada sekitar total 500 siswa yang lulus pada akhir
tahun kedua. Mereka juga mendapatkan pendidikan tentang perkembangan
terbaru teori agrikultur dan peternakan. Turki juga memberikan 150 spesies
tanaman baru yang akan ditanam di Somalia.115
113Opening ceremony of Doctors Worldwide Turkey Shifa Hospital in Mogadishu. Diakses dari http://reliefweb.int/report/somalia/opening-ceremony-doctors-worldwide-turkey-shifa-hospital-mogadishu pada 16 JUni 2016 114Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process.59 115Agriculture School Project in Somalia brings Result. Republic of Turkey Prime Ministry Turkish coopration and coordination agency. Diakses dari http://www.tika.gov.tr/en/news/agriculture_school_project_in_somalia_brings_results-19330 pada 2 Mei 2016
46
Sementara di bidang transportasi, Turki mendirikan projekMogadishu
Friendship Roadyang dijanjikan oleh Erdogan pada 2011.Projek ini dijalankan
oleh TIKA yang telah membangun 23 km jalan raya dengan lebar 30 meter.
Pembangunan tersebut dimulai pada Oktober 2012. TIKA juga memasang 736
lighting post serta fasilitas sosial lainnya seperti kafetaria, gedung administratif
dan warehouse di jalanan tersebut. Jalan tersebut menghubungkan bandara ke
pusat kota sehingga menjadi salah satu jalan terpenting di kota.116
Pada 2013, pemerintah Turki memberikan $115,74 juta dana
pembangunan untuk pembangunan jalan tersebut. Turki telah mengirim mesin
kontruksi dan truk ke Mogadishu sebanyak 50 buah. Peralatan tersebut
digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan pabrik fasilitas produksi
bebatuan dan stone crusherunit untuk memenuhi kebutuhan material dalam
konstruksi jalan.117
3.1.3 Commerce
Merujuk pada Carol Lancaster, bantuan ini dapat berupa penyediaan
insentif finansial untuk mengimpor barang dan jasa dari negara pemberi
bantuan ke negara penerima. Bantuan ini biasanya berbentuk projek yang
spesifik.118
Dalam jenis bantuan ini,Turkidan Somalia bekerja sama dalam
pengelolaan pelabuhan dan bandar udara internasional Somalia di Mogadishu.
Berdasarkan laporan tahunan TIKA pada 2012, Turkish General
Directorate of State Airports Authority bersama TIKA memperbaiki dan
116Turkish Cooperation And Coordination Agency. Annual Report 2013 117Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process.61 118Lancaster. Foreign Aid. Diplomacy, Development, Domestic Politics. 14
47
merenovasi bandar udara internasional Mogadishu. Turki melakukan perbaikan
infrastruktur teknis seperti pemasangan pagar dinding kawat sepanjang
sembilan km untuk pengamanan, perbaikan bangunan Airport VIP Salon and
Directorate General of Civil Aviation serta pemasangan VOR devices untuk
penjaminan safe landing dan takeoff.119
Dengan perbaikan yang dilakukan
tersebut, International Civil Aviation Organization menghapus bandara
Somalia dari daftar “Zone 5” yang mengacu pada bandar udara yang memiliki
resiko keamanan terhadap pesawat, kru dan penumpang. Pada 2015 TIKA juga
menjalankan rekonstruksi Somali Civil Aviation School guna meningkatkan
kapasitas petugas dan kelancaran jalannya bandara Somalia.120
Pada 2013, AFAD bekerja sama dengan sebuah perusahaan teknologi
yang berafiliasi langsung dengan Turkish Armed Forces Foundation121
, yaitu
ASELSAN mendirikan sistem telekomunikasi wireless. Sistem pemancar pusat
dibangun di kedutaan besar Turki di Somalia. Selain itu AFAD juga membantu
projek Somalia Portable Water Supply dengan memberikan mesin pengeboran,
tanki air, kompressor mesin disel ke Somalia. Dalam projek tersebut dibangun
20 sumur air portable yang mampu mencukupi kebutuhan hampir 175.000
warga di Mogadishu.122
119TIKA 2012 Annual Report. 274 120Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 61 121Aselsan. Mission & Vision. Diakses dari http://www.aselsan.com.tr/en-us/about-us/Pages/quality-mission-vision.aspx pada 16 Juni 2016 122Republic of Turkey Prime Minister Disaster & Emergency Management Authority. Project Investments. Diakses dari https://www.afad.gov.tr/EN/IcerikDetay1.aspx?IcerikID=985&ID=158 pada 3 Mei 2016
48
3.2 Catatan Dalam Pemberian Bantuan Luar Negeri Turki Di Somalia
Selama melakukan pemberian bantuan luar negeri ke Somalia,Turki
mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut berasal dari kelompok teroris
Al Shabaab.Al Shabaab merupakan kelompok yang sebelumnya dikenal dengan
Ittihad Al-Islami (AIAI atau Unity of Islam) yang merupakan kelompok militan
salafi yang muncul setelahjatuhnya rezim Siad Barre 1990 dan pecahnya perang
sipil.AIAI lahir dari sekelompok ekstrimis Somalia yang menempuh ilmu di
Timur Tengah dan dibiayai sebagian oleh pimpinan Al Qaeda Osama Bin
Laden.123
Al shabaab dikenal juga sebagai Harakat Al-Shabab Al-Mujahideen
Kelompok ini diperkirakan memiliki anggota antara 7.000 hingga 9.000 orang.124
Pada 2008, pemerintah Amerika Serikat telah menyatakan Al Shabaab sebagai
Foreign Terrorist Organization dan Specially Designated Global
Terrorist.125
Pemimpin Al Shabaab yaitu Sheikh Hassan Dahir Aweys dilaporkan
sebagai pemimpin spriritual Al Shabaab. Dia memimpin pasukan militer AIAI
dan mengambil alih ICU. Pada 2006 ia menyerahkan alih pimpinan Al Shabaab
kepada jihadis muda Somalia, Aden Hashi Ayro. Namun Ayro tewas dalam
serangan misil AS pada mei 2008 dan digantikan oleh Ahmed Abdi Godane (Abu
Zubayr) yang diklaim sebagai teroris global oleh Amerika pada November 2008.
Pada 2011 Al Shabaab berhasil ditarik mundur dari Mogadishu dan
meninggalkan pelabuhan utama di Kismayo pada September 2012. Namun
123Jonathan Masters. Al Shabab. Dikutip dari http://www.cfr.org/somalia/al-shabab/p18650 pada 2 Mei 2016. 124Diakses dari http://www.bbc.com/news/world-africa-15336689 pada 2 Mei 2016 125National counterterrorism center. Terrorist Groups Al Shabaab. Diakses dari http://www.nctc.gov/site/groups/al_shabaab.html pada 12 Juni 2016
49
kelompok ini masih mampu melakukan serangan bom bunuh diri di Mogadishu.
Pada 2014 Godane dikabarkan tewas terbunuh. Kemudian Ahmed Umar (Abu
Ubaidah) menjadi pemimpin Al Shabaab sekarang. Namun kini kekuatan Al
Shabaab mulai melemah karena pemimpin yang kurang memiliki kemampuan
strategi bagus serta menyerahnya pimpinan intelijen Al Shabaab pada 2014. Al
Shabaab juga terus mengalami kekalahan terhadap pasukan AU pada 2015.126
Pada Februari 2014, tentara Somalia memecat lebih dari 700 tentara karena
dianggap tidak cukup kompeten untuk ditugaskan, namuntanpa dilucuti senjata
terlebih dahulu. Kemudian banyak tentara yang merasa tidak puas dan tidak
memiliki gaji direkrut oleh Al Shabaab yang kemudian semakin meningkatkan
tensi permusuhan dengan pemerintah. Selain itu, klan yang termarjinalkan dan
populasi pria lokal bergabung dengan Al Shabaab. Selain itu kurangnya kontrol
pasukan pemerintah merupakan salah satu alasan mengapa Al Shabaab mampu
melakukan rekruitmen dengan bebas dan tanpa hambatan.127
Al Shabaab ingin menegakan hukum syariah dengan tegas berdasarkan
interpretasi mereka di area yang dikontrolnya. Misalnya melakukan pelemparan
batu kepada wanita yang dituduh melakukan perzinahan hingga tewas dan
melakukan pemotongan tangan kepada pencuri. Al Shabaab juga melarang segala
jenis hiburan yang dianggap bertentangan dengan nilai islam. International Right
Groups bahkan melaporkan bahwa Al Shabaab telah menculik anak laki-laki dari
sekolah dan memaksa mereka untuk ikut berperang/berjihad.128
126Jonathan Masters. Al Shabab. Dikutip dari http://www.cfr.org/somalia/al-shabab/p18650 pada 2 Mei 2016. 127Institute For National Security and counterterrorism. Somalia Risk Assessment 2014. 128http://www.bbc.com/news/world-africa-15336689
50
Para peneliti menyatakan bahwa Al Shabaab mendapatkan dana dari
beragam sumber seperti penghasilan dari gorup teroris lainnya, negara sponsor,
diaspora Somalia, pembajakan penculikan dan pemerasan terhadap pengusaha
lokal. Beberapa negara seperti Eritrea, Iran, Saudi Arabia, Qatar dan
Yamanpernah dikabarkan mendanai kelompok ini walaupun kebanyakan dari
mereka telah menyangkal secara resmi.129
Selama keberadaan Turki di Somalia, Al Shabaab beberapa kali melakukan
penyerangan. Pada bulan April 2011, serangan bom di Mogadishu mengakibatkan
beberapa warga Somalia terbunuh dan tiga Turkish officers terluka ketika
terjadinya pendistribusian bantuan oleh Turkish Red Crescent di Mogadishu.130
Serangan Al Shabaab terbesar terjadi pada Oktober 2011. Serangan truk bom
bunuh diri tersebutmengakibatkan 150 orang luka-luka dan 77 orang meninggal
dunia.Sebanyak 36 korban yang mengalami luka berat diterbangkan ke Turki
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Banyak diantaranya merupakan
murid dan orang tua yang sedang menunggu penawaran beasiswa yang diberikan
oleh Turki di depan Kementerian Pendidikan Somalia.131
Pada 27 Juli 2013, Kedutaan Besar Turki di Mogadishu diserang oleh
serangan bom bunuh diri. Serangan bom yang diam-diam diletakan ke dalam
mobil yang masuk ke area kedutaan tersebut, menewaskan tiga orang dan
sembilan lainnya mengalami luka-luka serta menghancurkan pintu gerbang
129Jonathan Masters. Al Shabab. Dikutip dari http://www.cfr.org/somalia/al-shabab/p18650 pada 2 Mei 2016. 130Dilge Timocin. Turkey’s Moves in Somalia Unnerve al-Shabaab. Diakses dari http://aljazeera.com/indepth/features/2013/08/201386115526820190.html pada 3 Mei 2016 131BBC. Somali Al Shabab Attack: Wounded Airlifted to Turkey. Diakses dari http://www.bbc.com/news/world-africa-15196979 pada 11 Juni 2016
51
kedutaan.132
Petugas keamanan Turki berhasil menangkap dua pelaku
pengemboman sebelum pelaku ketiga berniat untuk meledakan kembali
kendaraanya.133
Al Shabaab mengatakan bahwa Turki menjadi target sasaran
karena dianggap mendukung rezim pemerintahan murtad di Somalia dan berupaya
untuk mencegah penegakan hukum syariah yang mereka inginkan.134
Pada Januari 2015, sebuah bom mobil meledak di depan pintu gerbang salah
satu hotel di Mogadishu. Ledakan terjadi tepat satu hari sebelum jadwal
kunjungan Presiden Erdogan ke Mogadishu. Lokasi Hotel yang diledakan tersebut
merupakan tempat pelaksanaan pertemuan sekitar 70 delegasiTurki.135
Ledakan
ini mengakibatkan dua petugas polisi meninggal dunia namun seluruh perwakilan
Turki dalam keadaan selamat.136
Keberadaan Al Shabaab memang menjadi ancaman tersendiri di Somalia.
Bukan hanya bagi pemerintah, atau warga Somalia, namun juga bagi pihak
eksternal yang ingin memberikan bantuan seperti Turki. Al Shabaab tidak segan
melakukan penyerangan terhadap pihak-pihak yang dianggap menentang
keinginannya. Sehingga banyak negara yang mempertimbangkan ulang untuk
terlibat aktif dalam membantu Somalia. Banyak negara pendonormenjalankan
132Reuters. Al Shabaab Claim Attack on Turkish Mission in Somalia, Three Dead. Diakses dari http://mobile.reuteurs.com/article/idUSBRE96Q0A420130728 pada 16 Juni 2016 133Wounded Officers in Somali bombing Arrive in Turkey. Diakses dari http://hurriyetdailynews.com/Default.aspx?PageID=517&NID=51584&NewsCatID=357 pada 27 Juni 2016 134Mustafa Akyol. Why Did Al-Qaeda-Linked Group Hit Turkish Embassy in Somalia. Diakses dari http://www.al-monitor.com/pulse/originals/2013/08/somalia-al-qaeda-turkey-attack-al-shabab.html pada 2 Mei 2016 135Suicide Car Bomb Targets Mogadishu Hotel As Turks Meet On Eve Of Erdogan Visit. Diakses dari http://hurriyetdailynews.com/suicide-car-bomb-targets-mogadishu-hotel-as-turks-meet-on-eve-of-erdogan-visit.aspx?pageID=238&nID=77289&NewsCatID=357 pada 26 Juni 2016 136Abdi Sheikh dan Feisal Omar. Bomb Explodes Near Turkish Delegation in Somalia Day Before President’s Visit. Diakses dari http://uk.mobile.reuters.com/article/idUKKBN0KV19O20150122?irpc=932 pada 10 Juni 2016
52
program pemberian bantuan melalui remote management. Misalnya International
Country Management Team (CMT) yang berbasis di Nairobi, Kenya dan
dijalankan oleh Medecins Sans Frontieres.137
Bahkan UNDP (United Nations
Development Programme) juga menjalankan program serupa yang juga berpusat
di Nairobi.138
Namun, Turki justru menjalankan program bantuannya secara
langsung. Banyak organisasi-organisasi dan pegawai pemberi bantuan Turki yang
bergerak secara aktif di Mogadishu.139
Bantuan yang diberikan Turki ke Somalia juga merupakan bantuan terbesar
dan paling komprehensif pada 2011. Tidak hanya memberikan bantuan dalam
penanganan korban krisis kekeringan, Turki juga terus memperluas cakupan
bantuannya ke bidang state-building process seperti pembangunan infrastruktur
dan layanan publik. Dalam sejarah Turki, hal ini belum pernah terjadi sebelumnya
dalam catatan sejarah bantuan luar negeri Turki. Bahkan sebelumnya, Turki tidak
memiliki hubungan yang tergolong dekat dengan Somalia, terutama paska
penutupan Kedutaan Besar Turki di Mogadishu sejak perang sipil 1991. Selain
itu, Somalia merupakan negara yang masih dihadapkan dengan banyak
permasalahan domestik.
137Joe Belliveau. Remote Management in Somalia. Diakses dari http://odihpn.org/magazine/remote-management-in-somalia/# pada 15 Juni 2016 138United Nations Development Programme. “Assessment of Development Results Evaluation of UNDP Contribution Somalia”. Evaluation Office (Juli 2010) 139Achilles, Turkish Aid Agencies in Somalia: Risks and Opportunities for Building Peace. 2
53
BAB IV
KEBIJAKAN TURKI DALAM PEMBERIAN BANTUAN LUAR NEGERI
KE SOMALIA
Pada bab sebelumnya telah dipaparkan mengenai bantuan luar negeri yang
diberikan Turki ke Somalia sejak 2011. Merujuk pada Carol Lancaster, bantuan
tersebut mencakup beberapa jenis yaitu humanitarian relief, development dan
commerce.140
Bantuan yang diberikan Turki tersebut memiliki jumlah yang
signifikan. Dimana pada 2011 Somalia merupakan penerima bantuan terbesar
Turkish Cooperation And Cordination Agency (TIKA) yang mencapai 93,39
persen. Hal ini merupakan untuk pertama kalinya Turki memberikan bantuan
tertinggi. Selain itu, Turki juga merupakan negara non-Afrika pertama dalam 20
tahun terakhir yang masuk ke Mogadishu dan memberikan bantuan.141
Selain itu, dalam proses pemberian bantuan tersebut Turki mengalami
tantangan agresif dari kelompok teroris Al Shabaab. Al Shabaab melakukan
beberapa kali penyerangan terhadap petugas dan kedutaan besar Turki untuk
menunjukan resistensi terhadap keberadaan Turki di Somalia. Itulah mengapa
banyak pihak internasional yang kemudian tidak ingin mengambil resiko untuk
terlibat lebih jauh dalam memberikan bantuan. Sementara Turki justru mengambil
langkah untuk terlibat langsung di tengah kondisi Somalia yang dihadapkan
dengan banyak permasalahan.
140 Lancaster, Foreign Aid. Diplomacy, Development, Domestic,13. 141Tank, Turkey’s New Humanitarian Approach In Somalia. 2.
54
Sehingga pada bab ini akan dijelaskan mengenai faktor yang
melatarbelakangi kebijakan Turki memberikan bantuan luar negeri ke Somalia.
Kebijakan tersebut pun terus berkesinambungan dan tidak hanya berhenti di satu
bidang. Pemaparan faktor pendorong kebijakan tersebut akan menggunakan teori
Neoclassical Realism. Merujuk pada tulisan Gideon Rose yang berjudul “A
Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy, Neoclassical Realism”
melihat bahwa negara cenderung bertindak atau merespon lingkungan
internasional melalui bagaimana internal factors yang merupakan intervening
variable yaitu elit dan decision maker menerjemahkan systemic incentive yang
ada di luar domestik negara.142
Berdasarkan pada premis asumsi teori
Neoclassical Realism tersebut, dua faktor penentu utama pembentuk kebijakan
adalahsystemic incentive dan intervening variable.
4.1Systemic Incentive
Merujuk pada Rose, Neoclassical Realism melihat bahwa negara cenderung
merespon ketidakpastian anarki internasional dengan berusaha seeking to control
and shape lingkungan eksternal mereka. Negara merespon lingkungan eksternal
mereka melalui bagaimana systemic pressure atau systemic incentive
diterjemahkan oleh intervening variable yang terlibat seperti elit dan decision
maker perception. Alur pemikiran dalam pembentukan kebijakan luar negeri
142Rose, Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy, 154
55
Realisme Neoklasik bermula dari adanya insentif di level sistem yang kemudian
dipertimbangkan oleh unit level domestik (intervening variable).143
Dalam kasus ini, Somalia menawarkan insentif ekonomi dan politik
termasuk memberikan kesempatan bagi Turki untuk menunjukan peran aktif dan
dominan di negara gagal seperti Somalia.Somalia memang merupakan salah satu
negara yang berada di daftar negara gagal (failed state) karena tidak efektifnya
pemerintahan pusat, situasi domestik yang tidak terkendali, serta maraknya
pembajakan. Pada 2011 Somalia menempati urutan teratas dari jajaran indeks
failed state selama 4 tahun berturut-turut.144
Namun, pada dasarnya Somalia memiliki potensi tersendiri terkait dengan
sumber daya alam dan keuntungan geografis Somalia. Negara ini memiliki lokasi
yang sangat strategis di dunia yang merupakan persimpangan antara Teluk Aden
dan Samudera Hindia. Berdasarkan data CIA, Somalia memiliki cadangan gas
alam sebesar 5.663.000.000 kubik meter.145
Selain itu, Somalia diperkirakan
memiliki cadangan minyak yang besar. Walaupun belum ada data pasti terkait
jumlah cadangan minyak Somalia yang terbaru, karena minimnya upaya
eksplorasi di Somalia. Sebelumnya pernah ada upaya eksplorasi dari perusahaan
Inggris dan Italia namun terpaksa dihentikan karena alasan keamanan, ketika
pecahnya perang sipil pada 1991 paska turunnya rezim pemerintahan Barre. Posisi
geografis Somalia yang sejajar dengan Yaman, dimana wilayah Yaman Selatan
143Rose, Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy,156 144Somalia Again Is At Top Of Failed States List. CNN. Diakses dari http://editor.cnn.com/2011/WORLD/africa/06/21/failed.states/index.html pada 9 Juni 2016 145Central Intelligence Agency. World Factbook, Natural Gas Proved Reserves. Diakses dari https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/rankorder/2253rank.html pada 22 Juni 2016
56
Marib-Shabwa dan Sayun-Masila berada dalam satu blok yang terhubung dengan
wilayah Somalia Utara yaitu Nugaal dan Dharoor. Berdasarkan posisi geografis
tersebut, ada kecenderungan bahwa Somalia memiliki jumlah cadangan minyak
yang serupa dengan Yaman. Yaman sendiri memiliki cadangan mencapai 9 milyar
barrel minyak.146
Gambar 4.1 Geografis Somalia dan Yaman
Sumber: Dominik Balthasar. Oil in Somalia Adding Fuel to the Fire. Mogadishu: Heritage
Institute for Policy Studies. 2014
Selain itu, Somalia merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang
di Afrika mencapai 3.300 km. Hal ini menjadikannya penting dalam
perdagangannya dengan negara-negara di Timur Tengah dan negara Afrika
lainnya.147
Samudera Hindia memang merupakan salah satu persimpangan
perdagangan internasional. Sebesar 30% world’s commerce melewati rute ini.
146Dominik Balthasar. Oil in Somalia Adding Fuel to the Fire. Mogadishu: Heritage Institute for Policy Studies. 2014. 3 147 Putman Dan Noor. The Somalis: Their History And Culture.
57
Somalia juga merupakan negara yang paling cepat/advanced perkembangannya
dalam bidang perdaganganjika dibandingkan dengan negara lainnya di Afrika.148
Sehingga keberadaan pelabuhan internasional Mogadishu memiliki peran
yang signifikan. Namun, karena situasi domestik yang tidak kondusif, banyak
fasilitas publik Somalia yang terbengkalai. Pelabuhan tersebut ditutup pada 1991
paska runtuhnya rezim pemerintah, dan kembali dibuka pada tahun selanjutnya
oleh pasukan perdamaian PBB. Namun kembali ditutup pada 1995 ketika pasukan
PBB telah ditarik mundur. Walaupun baru pada 2006 dibuka kembali oleh
Islamic Courts Union yang mengontrol wilayah Somalia Selatan, namun
pengelolaannya belum maksimal.149
Padahal jika dikelola dengan maksimal, hal
ini dapat menjadi sumber pendapatan komersil yang sangat tinggi.
Potensi ini dilihat oleh Turki, hingga pemerintah Turki berhasil mendapat
hak pengelolaan pelabuhan internasional Mogadishu. Pada Agustus 2015.
Perusahaan Turki, Al Bayrak Group mendapat kontrak alih pemindahan kontrol
pelabuhan dari pemerintah Somalia selama 20 tahun ke depan.150
Direktur Al
Bayrak Group, Ahmet Al Bayrak menyatakan akan berupaya menarik jaringan
perdagangan internasional ke Somalia dengan mengakomodir Pelabuhan
Mogadishu menggunakan peralatan yang modern. Pendapatan dari pelabuhan
148Abdirahman Ali. “Turkey’s Foray Into Africa: A New Humanitarian Power?” Insight Turkey (vol. 13/no.4/2011) 73 149Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 63 150Abdulkhadir Khalif. Turkish Firm Lands contract to Run Mogadishu Port. Diakses dari http://www/africareview.om/business-finance/turkish-firm-lands-contract-to-run-mogadishu-port-/-/979184/205047/-/j6tbi2/-/index.html pada 15 Juni 2016
58
akan dibagi dua dimana pemerintah Somalia mendapatkan persentase 55% dan
perusahaan Turki 45%.151
Somalia juga dapat menjadi pasar baru yang menguntungkan bagi Turki.
Dimana produk ekspor Turkiyang menarik minat banyak eksporter Somalia
karena harga yang lebih murah dari produk negara-negara barat, dengan kualitas
yang lebih baik dari produk yang berasal dari Tiongkok.152
Terlebih lagi, Somalia
dapat menjadi pintu gerbang “gateway” bagi Turki masuknya produk-produk serta
pengusaha kecil dan menengah Turki untuk masuk pasar di Afrika.153
Afrika
merupakan benua yang sedang berkembang dengan cepat. Bahkan pada periode
2001-2010, enam dari 10 negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat adalah
negara afrika yaitu Angola, Nigeria, Ethiopia,Chad, Mozambik dan Rwanda.154
Dari segi insentif politik, Turki dianggap sebagai negara pertama yang
berhasil memasuki kembali dan melakukan hubungan negara yang memiliki kota
paling berbahaya di dunia. Turki juga dianggap paling berhasil dalam membantu
Somalia karena beberapa hal. Yaitu pengiriman bantuan yang lebih cepat dari
negara pendonor tradisional lainnya. Hal ini dikarenakan Turki memiliki kedutaan
besar yang kembali dibuka pada 2011 sementara negara-negara pendonor lain
tidak. Kemudian selain melibatkan banyaknya NGO yang dapat menjangkau
lapisan yang lebih luas, Turki juga melibatkan warga Somalia dalam menjalankan
151Al Bayrak Group To Operate Somali’s Mogadishu Port. diakses darihttp://dailysabah.com/money/2015/08/24/albayrak-group-to-operate-somalis-mogadishu-port pada 18 April 2016 152Mahad Wasuge. Turkey’s Assistance Model in Somalia: Achieving Much With Little. (Mogadishu. Heritage Institute for Policy Studies. 2016) 26 153Berdasarkan wawancara melalui email pada 8 Juni 2016 bersama Federico Donetelli, PhD Researcher di Universitas Degli (Genova) 154The Economist. Africa’s Impressive Growth. Diakses dari http://www.economist.com/blogs/dailychart/2011/01/daily_chart pada 17 Juni 2016
59
bantuan tersebut. Hal ini karena Turki telah memiliki kedekatan yang lebih baik
dibandingkan dengan negara-negara pendonor lain. Turki juga dianggap mampu
memberikan bantuan yang efektif dan beragam, yaitu dalam bidang kemanusiaan
pembangunan bisnis hingga pertukaran kebudayaan.155
Keberadaan Turki di Afrika khususnya Somalia memang dianggapberbeda
dengan negara-negara pendonor tradisional lainnya. Turkiterbebas dari
kecenderungan citra imperialisme yang melekat di negara-negara barat seperti
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Bahkan Turki dan Somalia memiliki
sejarah hubungan baik yang bermula sejak Ottoman Empire pada abad ke 16.
Pada saat itu kekaisaran Ottoman membantu pemerintah Somalia menghalau
kekuatan Ethiopia dan Portugis yang berupaya memperluas pengaruh di kawasan
dan menduduki Somalia.156
Ottoman memberikan pelatihan dan peralatan militer
kepada warga Somalia untuk mempertahankan wilayah mereka khususnya di
wilayah pesisir.157
Selain itu, Turki juga tidak memiliki catatan pelanggaran HAM
domestik seperti India dan Tiongkok.158
Kepercayaan Somalia terhadap Turki juga melibatkannya dalam upaya
rekonsiliasi politik Somalia dengan Somaliland. Turki berperan sebagai fasilitator
dalam proses negosiasi antara pemerintah Federal Government of Somalia dan
pemerintah Somaliland sejak 2013. Pertemuan yang digelar di Ankara
menghasilkan beberapa kesepakatan di antara kedua belah pihak di antaranya
sepakat untuk bekerja sama dalam bidang keamanan melalui sharing
155Wasuge. Turkey’s Assistance Model in Somalia: Achieving Much With Little. 156International Crisis Group, “Assessing Turkey’s Role In Somalia”, Policy Briefing (Oktober 2012) 2 157Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 24 158Ali. Turkey’s Foray Into Africa: A New Humanitarian Power? . 65
60
intelligence,pelatihan serta beasiswa bagi security sector professionals untuk
meningkatkan perlawanan terhadap terorisme, ekstrimisme, pembajakan, dan
kejahatan maritim lainnya. Selain itu juga keduanya sepakat untuk menahan diri
dari penggunaan perkataan yang menghasut dan sejenisnya yang mungkin
berakibat buruk pada proses dialog perdamaian.159
Selain itu, Turki juga dianggap berhasil membantu infrastruktur Somalia
seperti bandara. Dengan perbaikan yang dilakukan seperti pemasangan air traffic
control equipment dan pengelolaan pengamanan bandara yang lebih baik160
,
International Civil Aviation Organization menghapus bandara Somalia dari daftar
“Zone 5” yang mengacu pada bandar udara yang memiliki resiko keamanan
terhadap pesawat, kru dan penumpang.161
Maskapai penerbangan Turki, Turkish
Airline juga menjadi maskapai negara Eropa pertama yang memiliki direct flight
ke Mogadishu dalam 20 tahun terakhir.162
Intensitas hubungan sosial politik antar negara cenderung memberikan
peluang terjadinya hubungan militer keamanan. Seperti halnya Turki dan Somalia
menandatangani perjanjian kerjasama industri pertahanan (agreement on defense
159The Ankara Communique Released At The End Of The Meetings Between Somali And Somaliland, 13 April 2012 Ankara. Republic Of Turkey Ministry Of Foreign Affairs. Diakses Dari http://www.mfa.gov.tr/ankara-communique-_-between-somali-and-somaliland_-13-april-2013.en.mfa pada 29 April 2016 160Abdihakim Aynte. Turkey’s Increasing Role in Somalia: An Emerging Donor? (Aljazeera Centre For Studies. 2012) 4 161Addow, The Role Of Turkish Civilian Power In Somali State Building Process. 63 162Volkan Ipek. “The 2011 Landing of Turkey on Somalia: The State to People Aspect of Turkish Foreign Policy Towards Sub-Saharan Africa”, European Scientific Journal (Mei 2014), 413
61
industry) pada 25 januari 2016 di Mogadishu setelah beberapa tahun sebelumnya
melakukan pelatihan dan pertukaran pasukan militer.163
Selain itu, pada 2016 Turki berencana untuk mendirikan pangkalan militer
luar negeri pertama di Afrika yang akan ditempatkan di Mogadishu. Pangkalan
militer tersebut merupakan pangkalan Turki yang kedua di luar negeri, setelah
sebelumnya menyatakan akan mendirikan pangkalan militer di Qatar. Menteri
Luar Negeri Turki, Emil Tekin menyatakan bahwa pangkalan militer tersebut
akan menjadi basis penting untuk menyediakan pelatihan militer untuk semua
negara Afrika Kedua negara telah sepakat untuk menandatangani perjanjian
pelatihan 1500 pasukan Somalia oleh 200 perwira militer Turki. Turki juga
berencana untuk membangun sekolah militer di negara Afrika.164
Pusat pelatihan
militer tersebut akan memiliki peran penting dalam meredam agresifitas kelompok
ekstrimis di Somalia dan kawasan salah satunya Al Shabaab. sehingga
menciptakan kondisi politik yang lebih stabil. Kondisi politik yang stabil
cenderung mendorong terjadinya kondisi ekonomi yang lebih baik.
Kebijakan pemerintah Turki untuk datang ke Mogadishu juga dianggap
berhasil menghapus anggapan bahwa tidak ada satupun negara yang mampu
datang ke Mogadishu karena pertimbangan yang terlalu beresiko. Bahkan
kehadiran Turki di Somalia dianggap menjadi perintis dibukanya kembali Somalia
menuju komunitas internasional. Pada 3 bulan paska kunjungan Erdogan ke
Mogadishu, Sekjen PBB Ban Ki Moon melakukan kunjungan dan humanitarian
163Somalia: Turkey to build Military Training base in Somalia. Di akses dari http://allafrica.com/stories/201601081285.html pada 20 April 2016 164First Turkish military base in Africa to Open in Somalia. diakses dari http://www.dailysabah.com/diplomacy/2016/01/19/first-turkish-military-base-in-africa-to-open-in-somalia pada 20 April 2016
62
tour. Selain itu, Menteri Luar Negeri Inggris Wiliam Hague juga datang ke
Mogadishu.165
Sehingga keterlibatan Turki di Somalia dapat menjadi kesempatan Turki
untuk membuktikan kemampuannya tidak hanya aktif memberikan bantuan dalam
krisis kemanusiaan, bahkan juga mendorong stabilitas politik guna mendukung
state-building process di Somalia.166
Dalam upaya meraih hal tersebut, Turki juga
dapat mengimplementasikan agenda politik AKP serta konsep Strategic Depth
yang sedang menjadi esensi dasar kebijakan luar negeri Turki.
Selain itu, Somalia juga merupakan negara dengan potensi yang besar
khususnya dalam bidang ekonomi. Dan potensi ekonomi tersebut dapat
dimaksimalkan hanya jika telah terjadi stabilitas politik dan sosial domestik.
Ketika kondisinya telah stabil, Somalia dapat menjadi pintu gerbang Turki
menuju Afrika.167
Sehingga dari beberapa potensi tersebut baik dalam sektor ekonomi, politik
maupun militer menjadi insentif sistemik bagi Turki. Peluang untuk mendapatkan
insentif tersebut akan diperoleh jika Turki memberikan bantuan luar negeri ke
Somalia. Karena dengan keterlibatan Turki di Somalia melalui bantuan luar negeri
menjadi awal kembali hubungan Turki dan Somalia yang insentif, dimana
hubungan tersebut terus merambah ke sektor ekonomi, politik bahkan militer.
Peran aktif Turki dalam membantu Somalia juga memberikan kredibilitas
tersendiri bagi Turki dibandingkan dengan negara lainnya. Merujuk pada Rose,
165Gullo. Turkey’s Somalia Adventure: the Quest for Soft Power and Regional Recognition.4 166 Berdasarkan wawancara melalui email pada 8 Juni 2016 bersama Federico Donetelli, PhD Researcher di Universitas Degli (Genova) 167Berdasarkan wawancara melalui email pada 8 Juni 2016 bersama Federico Donetelli, PhD Researcher di Universitas Degli (Genova)
63
Faktor insentif sistemik yang ada diterjemahkan oleh para pembuat kebijakan atau
elit yang berkuasa untuk mengarahkan pembentukan suatu kebijakan yang
relevan. Sehingga untuk menganalisa lebih jauh alasan Turki memberikan bantuan
luar negeri kepada Somalia, perlu dikaji faktor kedua yaitu unit level domestik
(intervening variable).
4.2Intervening Variable (Faktor Domestik)
4.2.1 Partai AKP
Pada kasus ini, intervening variable atau elit dan decision maker yang
dimaksud adalah partai politik yang kini memegang kekuasaan di Turki yaitu
AKP. AKP (Adalet Ve Kalkynma Partisi) atau Justice And Development Party
(JDP) mulai menjadi partai dominan dan berhasil memenangkan pemilihan
umum sejak 2002. Partai ini secara resmi menyebut dirinya sebagai AK Parti
dimana dalam bahasa Turki, AK berarti cahaya, murni, bersih dan tidak
terkontaminasi. AKP mengklaim dirinya sebagai partai demokrat-konservatif
(muhafazakarlar demokrat) yang menekankan nilai-nilai tradisional Turki yang
religius.168
AKP pertama kali berdiri sebagai partai politik pada 14 Agustus
2001. Walaupun tergolong partai yang sangat baru, namun pada pemilihan
umum 3 November 2002, AKP meraih suara tertinggi mencapai 34,28 % dan
mengungguli partai politik lainnya yang telah lebih dulu ada.169
168M Alfan Alfian. Fenomena Recep Tayyip Erdogan dan Kepolitikan AKP di Turki. (Jurnal Politika Vol. 10 no.1 tahun 2014) 94 169Justice and Development Party (AKP) Adalet ve Kalkinma Parti. Diakses dari http://www.globalsecurity.org/military/world/europe/tu-political-party-akp.htm pada 7 Juni 2016
64
Pada Februari 2001 Turki mengalami krisis terbesar sepanjang sejarah.
Hal ini mengakibatkan turunnya pendapatan perkapita sebesar 9,4% yang
semula 2.986 Dollar AS menjadi 2.110 Dollar AS per tahun yang
menimbulkan mengakibatkan pengangguran bagi satu juta warga Turki.170
Kemudian pada 2003 pemerintah AKP menerapkan program stabilisasi
reformasi ekonomi IMF untuk mengatasi krisis yang ada. Hal ini berhasil
memberikan pertumbuhan ekonomi Turki hingga 6-7% pertahun dan inflasi
bisa ditekan hingga 3,9%. Ekspor Turki juga naik dari 32 milyar dolar AS pada
2002 menjadi 132 milyar dolar AS pada 2009.171
Di tahun yang sama, ketika
terjadi krisis global yang menghantam perekonomian Turki, perbankan Turki
dapat bertahan.172
Keberhasilan AKP dalam meningkatkan perekonomian
Turki serta mengatasi krisis yang terjadi menjadikan popularitas partai tersebut
meningkat. Sehingga pada pemilu selanjutnya di tahun 2007, AKP kembali
memenangkan pemerintahan dengan tingkat elektabilitas yang meningkat
mencapai 47%.173
Pada beberapa tahun berikutnya pertumbuhan Turki semakin pesat
dengan peningkatan industri dan teknologinya. Sebesar 95% produk ekspor
Turki adalah produk industri dengan sektor terbesar adalah bidang otomobil.
Majalah Time bahkan mencatat bahwa selama delapan tahun masa
pemerintahan AKP, pendapatan perkapita Turki naik sebesar 288% dari 3.492
Dollar AS menjadi 10.079 Dolar AS. Pada 2010, GDP Turki tumbuh sebesar
170Alfian. Fenomena Recep Tayyip Erdogan dan Kepolitikan AKP di Turki. 100 171Alfian. Fenomena Recep Tayyip Erdogan dan Kepolitikan AKP di Turki.113 172Andre Bank dan Roy Karadag. “The Political Economy of Regional Power: Turkey Under the AKP”, GIGA Working Papers(no. 204, September 2012),10 173Bank dan Karadag. The Political Economy of Regional Power: Turkey Under the AKP,16
65
8,9% melampaui Uni Eropa yang hanya mencapai 1,9%.174
Turki telah menjadi
anggota G-20 dengan menempati posisi ke 17, dan pemerintah Turki
menyatakan ingin meningkatkan posisi Turki menjadi dalam top ten list.175
Selaina dalam bidang ekonomi, Turki juga tetap berupaya untuk
meningkatkan kapasitas militernya. Pada 2011, berdasarkan data Global
Firepower Military Ranking, Turki menempati posisi ke-6 setelah Inggris,
India, Tiongkok, Rusia dan Amerika Serikat.176
Penilaian tersebut berdasarkan
diukur berdasarkan indikator kekuatan militer, pasukan keamanan, fire power,
senjata konvensional dan elemen militer lainnya.177
Hal ini terlihat dari data
alokasi anggaran pembelajaan militer yang meningkat setiap tahunnya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut:
Gambar IV.2 Anggaran Pembelanjaan Militer Turki
Sumber: Nurhan Yenturk. Measuring Turkish Military Expenditure. SIPRI Insights on Peace and
Security No.2014/1
174Alfian. Fenomena Recep Tayyip Erdogan dan Kepolitikan AKP di Turki. 106 175Ioannis N.Grigoriadis. The Davutoglu Doctrine and Turkish Foreign Policy. (Athena. Hellenic Foundation For European and Foreign Policy (ELIAMEP). 2010) 176Military Ranking 2011 by Global Firepower. Diakses dari http://www.defenceforumindia.com/forum/threads/military-ranking-2011-by-global-fire-power.28248 pada 17 Juni 2016 177Meltem Muftuler Bac. “Turkey as an Emerging Power: An Analysis of Its Role in Global and Regional Security Governance Constellations” European University Institute Working Papers (52. 2014) 2
66
Peningkatan perekonomian Turki yang mendorong kapasitas dan
imagenya dalam dunia internasional meningkatkan self-confidence Turki.
Pemerintah Turki pun terdorong untuk semakin meningkatkan kapasitasnya
serta mulai memiliki peran yang lebih signifikan dan bertindak lebih aktif
dalam dunia internasional.
Hal ini sejalan dengan argumen Neoclassical Realism bahwa ketika suatu
negara telah mengalami peningkatan material power dalam hal ini
perekonomian, maka negara tersebut cenderung untuk mencari pengaruh yang
lebih besar di luar domestiknya. Selain itu, perubahan dalam kapabilitas negara
juga membantu mengarahkan policy maker dalam membentuk persepsi
mengenai ancaman eksternal, kepentingan dan kesempatan.178
Sehingga hal
tersebut akan mendorong terjadinya penyesuaian kebijakan luar negerinya.179
Hal ini terlihat dalam kebijakan Turki selama dekade terakhir yang lebih
dinamis dari sebelumnya. Turki bertindak lebih aktif dan berpengaruh dalam
beberapa tahun terakhir. Hal ini tidak terlepas dari peran signifikan Turkey’s
domestic preferences dalam penentuan prinsip dan tujuan dari kebijakan luar
negeri. Penekanan pentingnya peran Turki yang harus lebih aktif dalam arena
global digaungkan khususnya sejak era AKP.180
Sehingga peran AKP atau
dalam Neoclassical Realism dikenal dengan intervening variable memiliki
peran yang sangat signifikan dalam penentuan kebijakan luar negeri.
178Rose, Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy,156 179Rose, Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy,155 180Laura Batalla Adam. “Turkey’s Foreign Policy in the AKP Era: Has There been a Shift in the Axis?“ Turkish Policy Quarterly (Volume 11 number 3.)
67
Selain itu, persepsi para pembuat kebijakan dalam intervening variable
tersebut sangat berpengaruh dalam bagaimana mereka membentuk arah dan
kecenderungan suatu kebijakan. Dalam pembentukan kebijakan AKP, salah
satu yang memiliki peran signifikan adalah Ahmet Davutoglu. Sebelumnya
Davutoglu merupakan chief foreign policy advisor bagi Perdana Menteri Recep
Tayyip Erdogan pada 2003. Kemudian Davutoglu diangkat menjadi Menteri
Luar Negeri Turki pada 2009.181
Davutoglu adalah politisi yang memiliki latar
belakang pendidikan hubungan internasional yang mengeluarkan konsep
Strategic Depth.yang melandasi kerangka kebijakan luar negeri Turki.
4.2.2 Konsep Strategic Depth
Menurut Gideon Rose, persepsi mengenai bagaimana intervening variable
yaitu aktor dan policy maker dalam menentukan kapabilitas material power
yang dimiliki sangat penting dalam penentuan suatu kebijakan luar negeri.182
Sehingga policy maker dalam AKP yang merupakan intervening variable
Turki, memiliki peran yang sangat signifikan dalam penentuan arah kebijakan
luar negeri Turki. Salah satu konsep pemikiran atau persepsi dari Ahmet
Davutoglu, yang dikenal sebagai arsitek kebijakan luar negeri AKP adalah
konsep Strategic Depth.
Beberapa konsep yang dimunculkan dalam kebijakan luar negeri Turki
pada dasarnya berakar dari kerangka pemikiran Davutoglu yang dituangkan
dalam sebuah buku berjudul “Strategic Depth” yang diterbitkan pada 2001.
181Joshua W. Walker. Understanding Turkey’s Foreign Policy Through Strategic Depth 182Rose, Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy,147
68
Tujuan utama Erdogan dalam penulisan bukunya adalah memaparkan
mengenai strategic visionnya untuk memberikan saran metode yang relevan
untuk membentuk kebijakan luar negeri Turki yang baru. Konsep utamadalam
buku tersebut adalah bahwa geopolitik, geocultural dan geoeconomic Turki
memiliki signifikansi dalam transformasi politik dunia dan sistem
internasional.183
Dalam bukunya, Davutoglu memaparkan ada tiga jenis karakter
masyarakat yang ada dalam dunia internasional. Pertama yaitu masyarakat
yang menerapkan static behavior, dimana mereka cenderung menunggu hingga
dinamika yang terjadi di sistem internasional itu berakhir. Sifat kestasitan ini
juga membatasi dinamika itu sendiri. Sikap ini biasanya terjadi ketika suatu
masyarakat tidak memiliki self-confidence untuk mengontrol dinamika tersebut
atau bahkan merasa khawatir maupun takut untuk meresponnya sehingga
mereka cenderung berlaku statis.
Masyarakat kedua yaitu yang menganggap diri mereka sebagai ordinary
actor yang cenderung memasrahkan takdir mereka terhadap dinamika sistem
internasional tersebut yang berada di bawah kontrol great powers. Dan yang
terakhir adalah masyarakat yang berusaha mengubah potensi mereka sebagai
power indicator kedalam dinamika sistem internasional. Pilihan dari sikap ini
183Murat Yesiltas dan Ali balci. “A Dictionary of Turkish Foreign Policy in the AK Party Era: A conceptual Map”. SAM Center forstrategic reseearch Republic of Turkey Ministry of Foreign Affairs. (7, Mei 2013)
69
merupakan hasil dari pemahaman dan penjelasan terhadap elemen, mekanisme
dan arah dinamika sistem internasional.184
Davutoglu juga menyatakan bahwa kelompok jenis pertama dan kedua
berjuang lebih keras mengatasi permasalahan self-confidence dan identitas, tipe
ketiga yang memiliki power dari self-confidence yang diperoleh dari sejarah
dan geografi dapat memberikan pengaruh yang penting untuk mengubah
dinamika menjadi perimbangan (balance) dalam sistem internasional.
Walaupun perilaku kelompok ketiga ini terlihat beresiko namun mereka
melihat dinamika tersebut sebagai keuntungan untuk menentukan atau
membentuk masa depan. Selain itu, dalam sistem internasional ketiga tipe
tersebut memiliki kecenderungan yang berbeda. Tipe pertama akan melindungi
diri mereka dari chaos, tipe kedua akan membiarkan diri mereka berada dalam
chaos sementara tipe ketiga berkeinginan untuk menjadi aktor dalam
perubahan dari chaos to cosmos.185
Berdasarkan kerangka tersebut Davutoglu menyarankan Turki harus
menjadi tipe ketiga dari masyarakat dan harus mengombinasikan sejarah
historical depth dan potensi yang dimilikinya dalam artikulasi strategic
policies Turki. Sehingga Turki perlu menyusun kebijakan luar negeri nya dan
kebijakan regionalnya menjadi center state di sistem internasional. Oleh karena
itu,Turki tidak seharusnya bergantung terhadap aktor manapun dan harus
berupaya untuk mengimbangkan hubungan dan aliansinya sehingga mampu
184Huseyin Bager dan Suay Nilhan Acikahn. Chapter 2 From Chaos To Cosmos: Strategic Depth And Turkish Foreign Policy In Syria. (Springer International Publishing Switzerland 2015.) 185Huseyin Bager dan Suay Nilhan Acikahn. Chapter 2 From Chaos To Cosmos: Strategic Depth And Turkish Foreign Policy In Syria.
70
mengoptimalkan independensi dan pengaruhnya di tatanan global serta
regional.186
Turki memiliki “strategic depth” karena sejarah dan posisi geografisnya
yang berada di antara negara-negara kecil dianggap sebagai “central power”.
Turkijuga sebagai penjembatan antara negara barat dan timur baik dari segi
budaya maupun material terms. Sehingga sehingga Turki harus berupaya
memainkan leading roledan bukan hanya sebagai regional power. Untuk
memperolehnya, Turki harus memaksimalkan potensi soft power di berbagai
wilayah to promote its regional and global strategic role.
Menurut Davutoglu ada beberapa tools atau alat yang harus digunakan
Turki untuk dapat mencapai kapabilitas power Turki di tatanan sistem
internasional. Yaitu Turki harus mengetahui power parameter yang dimiliki,
serta memiliki multidimensional foreign policy.187
Multidimensional policy
berarti Turki harus membangun hubungan secara bersama dengan aktor-aktor
yang berbeda. Sehingga KLN Turki tidak hanya dibatasi atau diarahkan ke satu
negara atau satu wilayah, maupun dibatasi hanya dalam satu konteks
permasalahan. Seperti halnya kebijakan Turki yang tidak hanya dibatasi dalam
ranah ke arah negara-negara barat melainkan juga mencakup negara-negara di
wilayah lainnya.188
186Huseyin Bager dan Suay Nilhan Acikahn. Chapter 2 From Chaos To Cosmos: Strategic Depth And Turkish Foreign Policy In Syria. 187Bager dan Acikahn. Chapter 2 From Chaos to Cosmos: Strategic Depth and Turkish Foreign Policy in Syria. 188Yesiltas dan Balci. A Dictionary of Turkish Foreign Policy in the AK Party Era: A conceptual Map. SAM center forstrategic reseearch Republic of Turkey Ministry of Foreign Affairs
71
Davutoglu menolak anggapan bahwa Turki telah menjauh atau
meninggalkan barat, karena pada dasarnya Turki merupakan anggota NATO
dan merupakan kandidat dalam pengupayaan keanggotaan Uni Eropa. Selain
itu juga menegaskan bahwa Turki tidak memprioritaskan salah satu wilayah
baik itu wilayah barat atau timur, dan menyatakan mengenai konsep
“integrated foreign policy”.189
Davutoglu melihat Turki bukan sebagai pembuat sejarah maupun hasil dari
sistem yang ada. Turki adalah negara unik yang merupakan hasil dari
keberadaan Ottoman Empire sebelumnya. Konsep religious leadership dan
imperialisme yang ada sebelumnya diganti dengan nasionalitas ketika Turki
terbentuk. Sehingga Davutoglu menyatakan bahwa Turki harus meninggalkan
its influential zones yang diwariskan dari Ottoman Empire dengan menyebut
harus adanya “break off from historical continuity”.190
Untuk dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam hubungan
internasional, Turki membentuk dua Kebijakan luar negeri. Yaitu Turki
meningkatkan multilateralisme atas dasar kepentingan nasional dan
internasional. Kedua, Turki membuka hubungan di wilayah baru yang
sebelumnya masih terbatas seperti di negara Sub-Sahara Afrika dengan
meningkatkan keterlibatkan Turki dalam beberapa organisasi regional
189Bager dan Acikahn. Chapter 2 From Chaos to Cosmos: Strategic Depth and Turkish Foreign Policy in Syria. 190Bager dan Acikahn. Chapter 2 From Chaos to Cosmos: Strategic Depth and Turkish Foreign Policy in Syria.
72
sertameningkatkan hubungan bilateral dalam bidang politik, komersial dan
budaya sekaligus dengan negara-negara di regional tersebut.191
Implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat pada beberapa kebijakan
Turki terhadap Afrika seperti terlibat dalam organisasi regional Afrika.
Misalnya pada 2005 Turki menjadi negara Observer dalam organisasi regional
African Union (AU) dan menjadi anggota non-regional ke 25 dalam African
Development Bank pada Mei 2008.192
Selain itu, sejak 2008 Turki merupakan
anggota partners forum dari organisasi politik dan ekonomi kawasan Afrika
Timur yaitu Intergovernmental Authority on Development (IGAD).193
Bahkan pada tahun yang sama, African Union (AU) mendeklarasikan
Turki sebagai strategic partner bagi Afrika yang menjadi salah satu pengakuan
dari hubungan Turki dan Afrika yang mulai signifikan.194
Pada Agustus di
tahun yang sama, Istanbul menjadi tuan rumah acara Turkey-Africa
Cooperation Summit dengan mengundang perwakilan 50 negara-negara Afrika.
Acara tersebut menghasilkan “Istanbul Declaration on Africa-Turkey
Partnership: Solidarity and Partnership for a common future”. Dan pada
Maret 2010 Perdana Menteri Turki mengeluarkan “African Strategy” sebagai
panduan langkah untuk mengimplementasikan hasil dari Turkey-Africa
Cooperation Summit sebelumnya.195
191Adam. Turkey’s Foreign Policy in the AKP Era: Has There been a Shift in the Axis? 192Yukleyen dan Zulkarnian. Turkey’s Foreign Policy in Somalia. 193Katerina Rudincova. “New Player on the Scene: Turkish Engagement in Africa”. Bulletin of Geography Socio-Economic Series ( 25. 2014) 194Turkey-Africa Relations. Diakses dari http://mfa.gov.tr/turkey-africa-relations.en.mfa pada 20 April 2016 195Katerina Rudincova. New Player on the Scene: Turkish Engagement in Africa. Bulletin of Geography Socio-Economic Series No. 25. 2014
73
Dalam tatanan bilateral, hubungan Turki dan Somalia merupakan salah
satu contoh yang paling relevan dimana Turki sejak kunjungan Erdogan pada
Agustus 2011, mulai memiliki peningkatan hubungan yang signifikan mulai
dari pemberian bantuan di bidang sosial, keamanan hingga peningkatan
kerjasama dalam bidang pembangunan, budaya dan perdagangan. Terutama
paska dibukanya kembali Kedutaan Besar Turki di Mogadishu pada November
2011, yang sebelumnya ditutup sejak pecahnya perang sipil pada 1991.196
Selain itu Davutoglu juga beranggapan bahwa dunia berada dalam tahap
perkembangan yang cepat (rapid stream of history) dimana terdapat banyak
kesempatan bagi negara-negara yang berambisi tinggi untuk mencari tempat
atau peran baru di sistem internasional. Dalam kondisi yang dinamis, suatu
perubahan mutlak terjadi. Oleh karena itu negara dalam hal ini Turki harus
memainkan peran yang lebih aktif untuk mencapai tujuan berupa peran yang
dinginkan.197
Perluasan ambisi Turki juga mencapai ke bantuan kemanusiaan. Hal ini
sejalan dalam UN Central Emergency Response Fund (CERF), dimana terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat perkembangan negara khususnya
pendapatan perkapita dengan kontribusinya dalam CERF. Negara yang lebih
mapan bisa memberi lebih karena mereka mampu melakukannya. Domestic
resistance dari negara pendonor terhadap foreign aid menurun ketika negara
tersebut telah mampu memberikan pelayanan dasar bagi warga negaranya.
196Directorate General for Africa Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Turkey. “Turkey and Somalia: A Synopsis of Technical and Humanitarian cooperation 2011-2015”. 2016 197Berdasarkan wawancara melalui email pada 8 Juni 2016 bersama Federico Donetelli, PhD Researcher di Universitas Degli (Genova)
74
Bagi negara-negara emerging power yang berada dalam Group 20 salah
satunya Turki.198
Pada periode kedua kepemimpinannya, pemerintah AKP memang mulai
menyadari pentingnya bantuan kemanusiaan dalam kebijakan luar negeri
Turki. Bantuan yang dikeluarkan pemerintah Turki melonjak tajam sejak
beberapa tahun terakhir masa kepemimpinan AKP. Pada 2002 Turki hanya
mengeluarkan bantuan sebesar 73 juta Dolar AS terus meningkat hingga pada
2013 mencapai hampir 3,3 milyar Dolar AS. Bahkan pada 2012, Turki
menempati posisi nomor dua pemberi bantuan terbesar setelah Amerika Serikat
mencapai 1,04 milyar dalam bantuan kemanusiaan saja.199
Langkah besar Turki dalam bidang bantuan kemanusiaan mulai mendapat
respon positif dari komunitas internasional. Terutama karena Turki dianggap
memiliki konsep bantuan yang lebih terarah dengan menjalankan state-to-state
cooperation dan langsung bergerak di wilayah yang terkena krisis, seperti di
Somalia. Sehingga Turki menjadi negara yang dipilih oleh Sekjen PBB Ban Ki
Moon untuk menjadi tuan rumah dalam UN Humanitarian Conference 2016.200
Dengan adanya faktor systemic incentive dimana keterlibatan Turki di
Somalia yang memiliki banyak permasalahan domestik di bidang sosial politik
serta keamanan, dapat menjadi peluang Turki dari segi politik untuk menunjukan
peran dan kemampuannya dalam mengatasi dan membantu menciptakan kondisi
198Bruce Gilley. “Turkey, Middle Powers, and the New Humanitarianism”. Springs 2015 (Vol XX, Number 1.) 199David Lepeska. Turkey’s Rise From Aid Recipient to Mega Donor. Diakses dari http://www.america.aljazeera.com/opinions/2014/4/turkey-internationalaidafricasomaliamiddleeasterdogan.html pada 9 juni 2016 200Bruce Gilley,Turkey, Middle Powers, and the New Humanitarianism
75
yang lebih stabil di Somalia. Hal ini akan memberikan image keberhasilan Turki
yang memang layak menjadi aktor yang signifikan dalam sistem internasional.
Selain itu, dari segi ekonomi potensi Somalia yang dapat memberikan keuntungan
material power juga dapat menjadi insentif yang baik bagi Turki. Bahkan Turki
juga mendapatkan insentif militer dengan adanya rencana pendirian basis militer
di Turki, yang akan semakin memudahkan Turki dalam mengupayakan
kepentingan nasionalnya.
Faktor insentif tersebut kemudian dijadikan pertimbangan oleh Intervening
Variable yaitu AKP Parti. Persepsi elit dan pembuat kebijakan dalam AKP
terlebih disokong dengan konsep pemikiran Davutoglu, yaitu Strategic Depth
dimana Turki sebagai negara dengan kelompok masyarakat ketiga perlu bertindak
lebih aktif untuk berupaya membentuk dan mengontrol lingkungan eksternalnya.
Terutama ketika Turki telah mengalami peningkatan material power sehingga
Turki akan mencari pengaruh yang lebih besar dengan menyesuaikan kebijakan
luar negerinya. Salah satunya adalah dengan mengeluarkan kebijakan pemberian
bantuan kepada negara lain. sehingga dengan kombinasi dua faktor tersebut,
berdasarkan Neoclassical Realism, pemerintah Turki mengeluarkan kebijakan luar
negeri untuk memberikan bantuan luar negeri yang berkesinambungan dan
terstruktur kepada Somalia.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hubungan Turki dan Somalia diawali sejak era Ottoman pada abad ke 16
ketika kekaisaran Ottoman membantu Turki melawan pasukan Ethiopia dan
Portugis. Kemudian hubungan keduanya sebagai entitas negara baru dimulai lagi
pada 1978 ketika Turki membuka kedutaan besar di Mogadishu. Walaupun pada
1991, Turki menutup kedutaan besarnya ketika terjadinya perang sipil yang
mengakibatkan situasi domestik Somalia tidak terkendali. Barulah paska
kunjungan Erdogan, pada Oktober 2011 Turki kembali membuka kedutaan
besarnya di Mogadishu.
Kunjungan Perdana Menteri Turki, Erdogan pada Agustus 2011 di
Mogadishu merupakan kunjungan pertama dalam 20 tahun terakhir dari pemimpin
non-Afrika ke Mogadishu. Dalam kunjungannya, Erdogan memberikan bantuan
kemanusiaan dalam jumlah yang besar. Bahkan pada tahun-tahun berikutnya,
bantuan tersebut meluas ke sektor lainnya. Berdasarkan konsep Foreign Aid Carol
Lancaster, ada tiga jenis bantuan yang diberikan Turki berdasarkan
pengelompokan tujuan (purpose) yaitu humanitarian aid, development dan
commerce.
Dalam menjalankan program bantuan tersebut, Turki menggunakan
pendekatan yang berbeda. Ketika banyak negara pendonor, NGO lainnya bahkan
UNDP mendistribusikan bantuan melalui remote management, Pemerintah dan
NGO Turki bergerak langsung di Somalia. Bahkan ketika adanya serangan dari
77
kelompok teroris Somalia yaitu Al Shabaab, Turki tetap menjalankan program
bantuannya. Turki bahkan terus meningkatkan hubungan dengan Somalia baik itu
di bidang ekonomi, politik dan keamanan walaupun Somalia masih dikategorikan
sebagai “failed state” yang memiliki banyak permasalahan domestik dan situasi
yang tidak stabil.
Sehingga hal tersebut mendorong munculnya pernyataan mengapa Turki
memberikan bantuan luar negeri dalam jumlah yang signifikan ke Somalia.
Dengan menggunakan teori Neoclassical Realism (Gideon Rose), ada dua faktor
penentu utama bagaimana kebijakan luar negeri suatu negara dapat terbentuk.
Yaitu karena adanya systemic incentive dan intervening variable. Insentif tersebut
berasal dari sistem atau lingkungan eksternal Turki yang mungkin diperoleh
ketika suatu negara melakukan tindakan atau merespon suatu keadaan atau konflik
yang ada. Dalam hal ini, insentif tersebut berupa peluang untuk meningkatkan
power maupun material resource Turki ketika Turki memberikan bantuan kepada
Somalia. Insentif tersebut dikombinasikan dengan faktor intervening variable
yaitu partai AKP serta konsep pemikiran dari pembuat kebijakan Turki, yang juga
melandasi kebijakan luar negeri Turki.
5.2 Saran
Penelitian ini mengenai faktor pendorong kebijakan Turki dalam pemberian
bantuan luar negeri ke Somalia 2011-2016. Penelitian ini diharapakan mampu
menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan hubungan Turki
dengan negara-negara di Afrika terutama terkait kebijakan pemberian bantuan ke
78
negara-negara tersebut. Untuk menyempurnakan penelitian ini, diharapkan agar
penelitian selanjutnya dapat menggunakan narasumber yang lebih beragam yaitu
dari pihak pemerintah Somalia dan pemerintah Turki untuk semakin memperkaya
sudut pandang dan fakta. Selain itu juga dapat menggunakan kerangka teori yang
berbeda sesuai dengan perkembangan hubungan maupun kebijakan Turki di
negara Afrika, khususnya di Somalia.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Achilles, Kathryn, Mohammed Enow, Onur Sazak, Thomas Wheeler, Auveen
Elizabeth Woods. Turkish Aid Agencies in Somalia: Risks and
Opportunities for building Peace. Istanbul: Safeworld and Istanbul Policy
Center, 2015
Bager, Huseyin dan Suay Nilhan Acikahn. Chapter 2 From Chaos To Cosmos:
Strategic Depth And Turkish Foreign Policy In Syria. Springer International
Publishing Switzerland, 2015
Balthasar, Dominik. Oil in Somalia Adding Fuel to the Fire. Mogadishu:
Heritage Institute for Policy Studies. 2014
Grigoriadis, Ioannis N.. The Davutoglu Doctrine and Turkish Foreign Policy.
Athena: Hellenic Foundation For European and Foreign Policy, 2010
Handout, Manual. “Reporting on Humanitarian Crises: A Manual for Trainers &
Journalist and an Introduction for Humanitarian Workers”. Internews. 2014
Ioan, Lewis M. Understanding Somalia and Somaliland: Culture, History and
Society. London: Hurst and company, 2008
Lancaster, Carol, Foreign Aid. Diplomacy, Development, Domestic Politics
Chicago: University of Chicago Press, 2007.
Lobell, Steven E, Norrin M. Ripsman dan Jeffrey W. Taliaferro. Neoclassical
Realism, The State and Foreign Policy. Cambridge
Maxwell, Daniel dan Nisar Majid. Another Humanitarian Crisis in Somalia?
Feinsten International Center, 2014
Maxwell, Daniel. Lesson Learned From The Somalia famine and The Greater
Horn of Africa Crisis 2011-2012. Somerville: Feinsten International Center,
2014
Muhammed, Hassan Yussuf. The Role Of External Actors In The Somali Conflict.
Department of Global Political Studies Faculty of Culture and Society
Malmo University. 2014
Murphy, Teri dan Auveen Woods. Turkey’s International Development
Framework Case Study: Somalia. Istanbul: Istanbul Policy Center, 2014
Ozkan, Mehmet. Turkey’s Involvement In Somalia: Assesment Of A State-
Building In Progress. Istanbul: SETA Foundation, 2014
Picard, Louis A, Robert Groelsema dan Terry F. Buss. Foreign Aid and Foreign
Policy. Lessons for the Next Half-Century. United States of America: M.E
Sharpe Inc, 2007
Poole, Walter S. The Effort to Save Somalia August 1992-March 1994.
Washington DC: US Government Printing Office, 2005
Quinn, Patton Michael. A Guide To Using Qualitative Research Methodology.
Medecins Sans Frontieres.
Smith, Michael. Somalia: Pushing Humanitarianism into the Post-Pollyannaish
Era & Applying Previous Lessons Learned Today. University of Denver,
2012
xiv
Wasuge, Mahad. Turkey’s Assistance Model in Somalia: Achieving Much With
Little. Mogadishu: Heritage Institute for Policy Studies. 2016
Yin, R. K. Qualitative Research From Start to Finish. New York: Guildford
Press, 2007
Thesis :
Addow, Salad Sheikh Yusuf, The Role of Turkish Civilian Power In Somali State
Building Process. Sakarya: Sakarya University Social Sciences Institute,
2015
Gullo, Matthew T. Turkey’s Somalia Adventure: the Quest for Soft Power and
Regional Recognition. London: Research Turkey. 2012
Jurnal :
Adam, Laura Batalla. “Turkey‟s Foreign Policy in the AKP Era: Has There Been
a Shift in the Axis?“ Turkish Policy Quarterly (Volume 11 number 3.)
Alfian, M Alfan. “Fenomena Recep Tayyip Erdogan dan Kepolitikan AKP di
Turki”. Jurnal Politika (Vol. 10 no.1 tahun 2014)
Ali, Abdirahman “Turkey‟s Foray Into Africa: A New Humanitarian Power?”
Insight Turkey (vol. 13/no.4/2011)
Aynte, Abdihakim. Turkey’s Increasing Role in Somalia: An Emerging Donor?
(Aljazeera Centre For Studies. 2012)
Bac, Meltem Muftuler. “Turkey as an Emerging Power: An Analysis of Its Role
in Global and Regional Security Governance Constellations” European
University Institute Working Papers (52. 2014) 2
Bamfo, Napoleon A. “Ethiopia‟s Invasion of Somalia in 2006: Motives and
Lesson Learned,” African Journal of Political and International Relations
(Vol.4, Februari 2010), 57
Bank, Andre dan Roy Karadag. “The Political Economy of Regional Power:
Turkey Under the AKP”, GIGA Working Papers (no. 204, September
2012),10
Directorate General for Africa. Ministry of Foreign Affairs of the Republic of
Turkey. Turkey and Somalia: A Synopsis of Technical and Humanitarian
cooperation 2011-2015. 2016
Gilley, Bruce. “Turkey, Middle Powers, and the New Humanitarianism”. Springs
2015 (Vol XX, Number 1.)
Group, International Crisis, “Assessing Turkey‟s Role in Somalia”, Policy
Briefing (Oktober 2012) 2
Institute For National Security and Counterterrorism. Somalia Risk Assessment
2014.
xv
Internal Displacement Monitoring Centre. Somalia, “Displacement and
Worsening Humanitarian Situation as a Result of Ongoing Violence and
Conflict,” Norwegian Refugee Council (Juli 2010), 32
Ipek, Volkan. “The 2011 Landing of Turkey on Somalia: The State to People
Aspect of Turkish Foreign Policy Towards Sub-Saharan Africa”, European
Scientific Journal (Mei 2014), 413
Lefebre, JA. “The United States, Ethiopia and the 1963 Somali-Soviet Arms
Deal”. J. Modern African Studies (36 (4)) hal 611-643
Marangio, Rosella, “The Somali Crisis: Failed State and International
Interventions”. Instituto Affari Internazionalli Working Papers, 12, Mei
2012 , 4
Ministry of Foreign Affairs Republic of Turkey Directorate General for Africa.
Turkey and Somalia: A Synopsis of Technial and Humanitarian Cooperation
2011-2015. Februari 2016.
Ozkan, Mehmet. “Turkey‟s Rising Role in Africa”,Turkish Policy Quarterly (Vol
9 No.4)
Putman, Diana Briton dan Mohamood Cabdi Noor, “The Somalis: Their History
And Culture”. Refugee Fact Sheet No. 9 (1993): 4.
Rose, Gideon. “Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy”. World
Politics (Vol. 51 Oktober 1998).
Rudincova, Katerina. “New Player on the Scene: Turkish Engagement in Africa”.
Bulletin of Geography Socio-Economic Series ( 25. 2014)
Tank, Pinar, “Turkey‟s New Humanitarian Approach in Somalia,” Norwegian
Peacebuilding Resource Centre (Desember 2013),2.
Tim Editor. “Somalia 1991-1993: Civil War, Famine Alert and UN Military
Humanitarian Intervention 1991-1993,” Medecins Sans Frontieres Speaking
Out. (September 2013), 13
United Nations Development Programme. “Assessment of Development Results
Evaluation of UNDP Contribution Somalia”. Evaluation Office (Juli 2010)
Walker, Joshua W. Understanding Turkey’s Foreign Policy Through Strategic
Depth
Yesiltas, Murat dan Ali Balci. “A Dictionary of Turkish Foreign Policy in the AK
Party Era: A conceptual Map”. SAM center forstrategic reseearch Republic
of Turkey Ministry of Foreign Affairs. (7, Mei 2013)
Yukleyen, Ahmet dan Mohammed Zulkarnian. “Turkey‟s Foreign Policy in
Somalia,” Journal of caspian Affairs (Vol. I No. 2. 2015), 99.
xvi
Laporan :
Global Humanitarian Assistance Report 2014
Turkish Cooperation And Coordination Agency. Annual Report 2011.
Turkish Cooperation And Coordination Agency. Annual Report 2012.
Turkish Cooperation And Coordination Agency. Annual Report 2013
Internet :
Abdi Sheikh dan Feisal Omar. Bomb Explodes Near Turkish Delegation in
Somalia Day Before President‟s Visit. Diakses dari
http://uk.mobile.reuters.com/article/idUKKBN0KV19O20150122?irpc=932
pada 10 Juni 2016
Abdi Sheikh dan Feisal Omar. Bomb Explodes Near Turkish Delegation in
Somalia Day Before President‟s Visit. Diakses dari
http://uk.mobile.reuters.com/article/idUKKBN0KV19O20150122?irpc=932
pada 10 Juni 2016
Abdulkhadir Khalif. Turkish Firm Lands contract to Run Mogadishu Port.
Diakses dari http://www/africareview.om/business-finance/turkish-firm-
lands-contract-to-run-mogadishu-port-/-/979184/205047/-/j6tbi2/-
/index.html pada 15 Juni 2016
Agriculture School Project in Somalia brings Result. Republic of Turkey Prime
Ministry Turkish coopration and coordination agency. Diakses dari
http://www.tika.gov.tr/en/news/agriculture_school_project_in_somalia_brin
gs_results-19330 pada 2 Mei 2016
Aselsan. Mission & Vision. Diakses dari http://www.aselsan.com.tr/en-us/about-
us/Pages/quality-mission-vision.aspx pada 16 Juni 2016
Aselsan. Mission & Vision. Diakses dari http://www.aselsan.com.tr/en-us/about-
us/Pages/quality-mission-vision.aspx pada 16 Juni 2016
BBC. Somali Al Shabab Attack: Wounded Airlifted to Turkey. Diakses dari
http://www.bbc.com/news/world-africa-15196979 pada 11 Juni 2016
BBC. Somalia Profile. Diakses dari http://www.bbc.com/news/world-africa-
14094546 pada 7 Juni 2016
Central Intelligence Agency. The World Factbook: Somalia. Diakses dari
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/so.html
pada 7 Juni 2016
David Lepeska. Turkey‟s Rise From Aid Recipient to Mega Donor. Diakses dari
http://www.america.aljazeera.com/opinions/2014/4/turkey-
internationalaidafricasomaliamiddleeasterdogan.html pada 9 juni 2016
Diakses dari
http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/export/tur/show/all/20
11/ pada 16 Juni 2016
Diakses dari http://www.theguardian.om/global-
development/gallery/2012/feb/23/Somalia-history-events-in-pictures pada 7
Juni 2016
xvii
Diakses dari http://www/nationmaster.com/country-info/profiles/turkey/people
pada 16 Juni 2016
Dikutip dari http://beta.trtworld.com/in-depth/al-shabaab-dark-shadow-over-
somalia-426 pada 17 September 2015
Dikutip dari
http://www.aljazeera.com/news/africa/2011/08/201181985954902402.html
pada 16 September 2015
Dikutip dari http://www.bbc.com/news/world-africa-14588960 pada 17
September 2015
Dikutip dari
http://www.peacebuilding.no/var/ezflow_site/storage/original/application/bb
ea860140d9140ccbcb6c5d427b4f28.pdf pada 16 September 2015
Dikutip dari http://www.theguardian.com/global-development-professionals-
network/2013/apr/10/turkey-development-partner-africa pada 16 September
2015
Dikutip dari http://www.theguardian.com/global-development-professionals-
network/2013/apr/10/turkey-development-partner-africa pada 16 September
2015
Erdogan Set For Historical Visit Drought-Hit Somalia. Diakses dari
http://www.hurriyetdailynews.com/erdogan-set-for-historical-visit-to-
drought-hit-somalia.aspx?pageID=438&n=erdogan-set-for-historical-visit-
to-drought-hit-somalia-2011-08-18 diakses pada 25 Juni 2016
First Turkish military base in Africa to Open in Somalia. diakses dari
http://www.dailysabah.com/diplomacy/2016/01/19/first-turkish-military-
base-in-africa-to-open-in-somalia pada 20 April 2016
Geography and climate of turkey. Diakses dari
http://istanbul.com/en/explore/info/geography-and-climate-of-turkey pada
15 Juni 2016
http://tvoinews.com/wp-content/uploads/2015/11/turkey-map.png
http://www.aljazeera.com/indepth/features/2013/08/201386115526820190.html
Humanitarian Coalition. What is Humanitarian Emergency? Diakses dari
http://humanitariancoalition.ca/media-resources/factsheets/what-is-a-
humanitarian-emergency diakses pada 13 Juni 2016
IGAD Leaders Agree to Deploy Peace Mission in Somalia. Diakses dari
http://www.sudantribune.com/spip.php?article7801 pada 7 Juni 2016
Jonathan Masters. Al Shabab. Dikutip dari http://www.cfr.org/somalia/al-
shabab/p18650 pada 2 Mei 2016.
Jonathan Masters. Al Shabab. Dikutip dari http://www.cfr.org/somalia/al-
shabab/p18650 pada 2 Mei 2016.
Justice and Development Party (AKP) Adalet ve Kalkinma Parti. Diakses dari
http://www.globalsecurity.org/military/world/europe/tu-political-party-
akp.htm pada 7 Juni 2016
Martin Plaut. Ethiopia in Somalia: One Year On. Diakses dari
http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/7155868.stm pada 7 Juni 2016
xviii
Military Ranking 2011 by Global Firepower. Diakses dari
http://www.defenceforumindia.com/forum/threads/military-ranking-2011-
by-global-fire-power.28248 pada 17 Juni 2016
Military Ranking 2011 by Global Firepower. Diakses dari
http://www.defenceforumindia.com/forum/threads/military-ranking-2011-
by-global-fire-power.28248 pada 17 Juni 2016
Mohamed Sheikh Nor. Turkey‟s Erdogan Pledges 10.000 New Somalia Homes
During Visit. Diakses dari http://bloomberg.com/news/articles/2015-01-
26/turkey-s-erdogan-pledges-10-000-new-somali-homes-during-visit pada
16 Juni 2016
Mustafa Akyol. Why Did Al-Qaeda-Linked Group Hit Turkish Embassy in
Somalia. Diakses dari http://www.al-
monitor.com/pulse/originals/2013/08/somalia-al-qaeda-turkey-attack-al-
shabab.html pada 2 Mei 2016
National counterterrorism center. Terrorist Groups Al Shabaab. Diakses dari
http://www.nctc.gov/site/groups/al_shabaab.html pada 12 Juni 2016
National counterterrorism center. Terrorist Groups Al Shabaab. Diakses dari
http://www.nctc.gov/site/groups/al_shabaab.html pada 12 Juni 2016
Opening ceremony of Doctors Worldwide Turkey Shifa Hospital in Mogadishu.
Diakses dari http://reliefweb.int/report/somalia/opening-ceremony-doctors-
worldwide-turkey-shifa-hospital-mogadishu pada 16 JUni 2016
Reliefweb. UNHCR somalia briefing sheet, Juli 2011. Diakses dari
http://reliefweb.int/report/somalia/unhcr-somalia-briefing-sheet-july-2011
pada 6 Juni 2016
Republic of Turkey Prime Minister Disaster & Emergency Management
Authority. Project Investments. Diakses dari
https://www.afad.gov.tr/EN/IcerikDetay1.aspx?IcerikID=985&ID=158 pada
3 Mei 2016
Republic of Turkey Prime Minister Disaster & Emergency Management
Authority. Humanitarian Aid.
https://www.afad.gov.tr/EN/IcerikDetay1.aspx?IcerikID=983&ID=158
Republic of Turkey Prime Minister Disaster & Emergency Management
Authority. Project Investments. Diakses dari
https://www.afad.gov.tr/EN/IcerikDetay1.aspx?IcerikID=985&ID=158 pada
3 Mei 2016
Reuters. Al Shabaab Claim Attack on Turkish Mission in Somalia, Three Dead.
Diakses dari http://mobile.reuteurs.com/article/idUSBRE96Q0A420130728
pada 16 Juni 2016
Reuters. Al Shabaab Claim Attack on Turkish Mission in Somalia, Three Dead.
Diakses dari http://mobile.reuteurs.com/article/idUSBRE96Q0A420130728
pada 16 Juni 2016
Somalia Again Is At Top Of Failed States List. CNN. Diakses dari
http://editor.cnn.com/2011/WORLD/africa/06/21/failed.states/index.html
pada 9 Juni 2016
Somalia: Turkey to build Military Training base in Somalia. Di akses dari
http://allafrica.com/stories/201601081285.html pada 20 April 2016
xix
Suicide Car Bomb Targets Mogadishu Hotel As Turks Meet On Eve Of Erdogan
Visit. Diakses dari http://hurriyetdailynews.com/suicide-car-bomb-targets-
mogadishu-hotel-as-turks-meet-on-eve-of-erdogan-
visit.aspx?pageID=238&nID=77289&NewsCatID=357 pada 26 Juni 2016
The Ankara Communique Released At The End Of The Meetings Between
Somali And Somaliland, 13 April 2012 Ankara. Republic Of Turkey
Ministry Of Foreign Affairs. Diakses Dari http://www.mfa.gov.tr/ankara-
communique-_-between-somali-and-somaliland_-13-april-2013.en.mfa pada
29 April 2016
The Economist. Africa‟s Impressive Growth. Diakses dari
http://www.economist.com/blogs/dailychart/2011/01/daily_chart pada 17
Juni 2016
Turkey Government Stats. Diakses dari http://www.nationmaster.com/country-
info/profiles/turkey/government pada 16 Juni 2016
Turkish Charity Builds Children‟s Hospital In Somalia. Diakses dari
http://hurriyetdailynews.com/turkish-charity-builds-childrens-hospital-in-
somalia---.aspx?pageID=238&nID=95722&NewsCatID=357 pada 25 Juni
2016
UNHCR Emergency Response. East Africa crisis: Horn of Africa- Somalia,
Kenya, Ethiopia, Djibouti, Eritrea. Diakses dari
http://www.unrefugees.org.au/emergencies/current-emergencies/east-africa-
crisis pada 7 Juni 2016
UNHCR. Heavy clashes continue to kill and displace thousands of civilians in
Mogadishu. Diakses dari http://www.unhcr.org/4bffaf6b6.html pada 7 Juni
2016
UNHCR. UNHCR Appeals for US$60 million to Help Growing Numbers of
Displaced Somalis. Diakses dari http://www.unhcr.org/4beac9389.html pada
6 Juni 2016
Wounded Officers in Somali bombing Arrive in Turkey. Diakses dari
http://hurriyetdailynews.com/Default.aspx?PageID=517&NID=51584&Ne
wsCatID=357 pada 27 Juni 2016
Yardimeli International Humanitarian and Association. Somalia Hospital Project
About. Diakses dari http://yardimeli.org.tr/en/news/18474/somali-cocuk-
hastanesi-projesi-hakkinda pada 16 Juni 2016
xx
Lampiran 1
Hasil wawancara dengan Bapak Federico Donelli
(PhD Researcher at University of Genoa)
Wawancara dilakukan melalui email [email protected] dan
Pada Kamis, 2 Juni 2016 pada 21:17 WIB dan Rabu, 8 Juni 2016 13.26 WIB
1. CHQ: In recent years, Turkey under AKP administration has made several
foreign policies thatseem to have a policy shifting. Turkey isn’t west-centered
anymore. Turkey’s started to deepen its relation with the east, like Asia and
Africa. Many relates this to “Strategic Depth” which was delivered by Foreign
Minister of Turkey, Mr.Ahmet Davutoglu. He argues Turkey posses the strategic
depth due to its historical and geographic position and claimed Turkey as the
central power. Do you think this “Strategic Depth” is the main basis behind
Turkey’s Foreign Policy to broaden its influence in Africa and to come to
Somalia?
FD: If we consider only the narrative of Turkey Foreign Policy (FP) the answer
could be “yes”, because the strong rhetoric of which is centered the Strategic
Depth, but more in general the whole academic thought of Ahmet Davutoğlu, is
about the historical role of Turkey as a central country. This idea is rooted in
Davutoğlu vision of history; he thinks that nowadays we are in the middle of a
period of rapid changing, or (as he said) “rapid stream of history”. Thus, there are
many opportunities for ambitious countries (as Turkey as well) which are looking
for a new place in the international system (“In a dynamic conjuncture, in
contrast, making a difference is possible, and this depends on presenting a
political rationale with the potential to shape such a conjuncture…”). In order to
do that Turkey has to take an active stance, based on a sounawareness that one is
a subject that affects the dynamic flow of history. But in IR and specifically in
Foreign Policy, the narrative and the practice of country‟s agenda are completely
different things. Behind Turkey‟s effort in Somalia there are a multiple of factors
with a mix of value-based and interest-oriented ones.
xxi
2. CHQ: The close relation between Somalia and Turkey was boosted in 2011
drought crisis, whenErdogan and his delegation team came to Somalia and giving
the aid with significant number. First of all, in Your opinion, What are the factors
that encouraged Erdogan to do so? Do You think Somalia was the milestone
country for Turkey to build the close relation with Africa? Why Turkey Chose
Somalia then? Was it because the good timing for Turkey to implement the
“Humanitarian Diplomacy” in Somalia or did the shared religious value between
them matter as well?
FD: We can enlightened several factors behind the Turkish interest for Africa,
among these: firstly, difficulties in the European Union (EU) accession process;
secondly, opening new markets for Turkish products; thirdly, looking for greater
operating autonomy from traditional Western allies; fourthly, gaining political
visibility and support inside international fora and, finally, fostering sustainable
African economic development by transferring Turkey‟s managerial skills and
technological know-how. Turkey‟s rapprochement with Somalia formally began
with the Istanbul Conference on Somalia during May 21-23, 2010 as part of the
Djibouti Agreement. However, in 2011 Somalia was a failed State and forgotten
country for international community. Its isolation was seen as an opportunity by
Turkey to show to the world its ability to handle a political and humanitarian
crisis, but at the same time, to reinforced its image in Africa. Moreover Somalia
presents historical links (useful in Turkey public diplomacy and also narrative)
and it is seen (not only by Turkey) as one of the greater Middle East suburbs.
Religious matters in Somalia are not a priority of Turkey‟s intervention but are an
important element of its efforts. The Somalis are primarily Sunni Muslims.
Turkey‟s use of religion has the aim of preventing faith from becoming a conflict
category by offering a model of inter confessional dialogue and reconciliation. I
also think that we cannot completely understand turkey humanitarian diplomacy
and humanitarianism without consider the role of Islam.
xxii
3. CHQ: As we know that Somalia is claimed by the international community as
a failed state having risky and unstable condition, so what makes Turkey want to
invest for the long term in Somalia? Besides, there is a terrorism group called Al-
Shabaab that attacked Turkey humanitarian officials and Turkish Embassy in
Mogadishu for several times, but why Turkey insist to stay and help Somalia?
How does Turkey deal with that?
FD: In the mid-term I think that Turkey will continue to invest resources and its
own image in Somalia because it assumed this as a lab to show to the whole world
its ability in managing crisis situations and post-conflict scenario. During last five
years, mainly after the Arab Uprisings, Turkey has lost a lot of international
credibility (gained in the previous decade “Turkish model” “Turkey soft
power”…). Especially the Syrian crisis highlighted the gap between Turkey‟s
rhetoric and its concrete power to operate and influence its neighbors or more in
general its partners (as Syria was until 2012!).We must have an overall vision
about Turkey FP, thus Somalia and Syria are linked situations, as well as
Myanmar and Afghanistan ones. For these reasons Turkey will insist in its effort
to Somalia normalization process even if Al-Shabaab terrorist attacks.
4. CHQ: Somalia indeed has some natural resources such as oil reserves and has
the longest coastal line in Africa. Although there is no official data for the total
number of oil reserves in Somalia, Turkey’s Genel Energy has already signed the
contract to explore Somalia oil but unfortunately the exploration was stopped
after 18 months because of security consideration. Do You think the oil and
coastal line things are the big (enough) incentives for Turkey?.
FD: No, I don‟t think so. Rather I think that Somalia could represent a gateway
toward Africa for Turkish goods and for the owners of small and medium
enterprises, mainly after the Middle Eastern turbulence due to the so called Arab
Uprisings (2011). Moreover about the oil, nowadays Norwegian specialists signed
a deal with the Somali government to explore the coast for oil and gas after
discoveries in Kenya, Tanzania and Mozambique.
xxiii
5. CHQ: Not only actively involved in social and development sphere of Somalia,
Turkey even come into political reconciliation between Somalia and Somaliland
by fasilitating the negotiation talk several times. Why Turkey seems need to help
them having a peaceful settlement?
FD: Turkey has choose to move into the hard political negotiations process for
two main reasons: 1) if you are a humanitarian actor (state and non state) and want
to do your best in some crises you have to be able to operate in all zones of the
country and with every type of actor or conflict-parties. In order to do that you
have to carry out what is well known as “humanitarian access negotiation”, and
that the reason why I think in Somali crisis and more in general in Turkish
approach is very important the role played by non state actors and civil society
organizations such as NGOs, foundations etc.. Because the can reach and establish
contacts with all conflict factions. 2) the other reason is because the main
Turkey‟s aim remains to grow its international role, and Somali situations
presented a good opportunity to prove its ability not only in political mediation
but also in supporting a state-building process (not nation-building!!). The reason
why Turkey needs help, is because behind Somali civil conflict there are
dynamics of balance of power that involve regional actors (Ethiopia, Eritrea,
Kenya..) and external actors (Saudi Arabia, China, US, EU..). So, the only way to
ensure peace and stability is through a comprehensive strategy inclusive the will
of all..the problem is that I‟m not sure that this solution is what Somali people
want and need.
6. CHQ: In early 2016 Turkey planned to build its second foreign military based
in Somalia after stating to build the first one in Qatar around 2015. In Your
opinion, what caused Turkey to determine this bold policy regarding the best and
worst possibility impact that might come in the future?
FD: Turkey in recent years has focused primarily on its soft power. This choice
has been dictated both by domestic political motivations (reduce the role of army)
and by a specific FP strategy. However, recent development in the region (Sunni-
Shi‟a tensions) and also inside its own borders (Kurdish question, PKK
xxiv
terrorism..) pushed Turkey to a more focus on its hard power. The Qatar base and
the Somali one are close linked because both can allow Turkish troops to
participate in military operations in a wide region (the Red Sea, Northern Africa,
and the Persian Gulf). It is a sign of Turkish support for the Gulf counciland even
if Turkey relations with Iran are still strong (mainly in energy field!) A Turkish
military base in Qatar may be considered hostile by Teheran. Moreover, for the
first time since 1950 the Turkish navy will have access to the Pacific. It must be
considered (many scholars and analysts in Europe do not understand it or just do
not see it..!) that during the last two decades, the global center of gravity has
shifted more and more towards the East, and Pacific Ocean it becomes more and
more the heart of international system. Thus Turkey doesn‟t want to be excluded.
Behind the decision to build a military base in Somalia there is also the awareness
that local security forces are not able to guarantee both, humanitarian and political
normalization against the Al-Shabaab militant group.
7. CHQ: After the series of foreign aid that Turkey’s given to Somalia, Turkey
under Erdogan Leadership seem to have a trustable and intimate image with
Somalia, both the TFG government and the Somali people. Do You think Turkey
will still keep this close relation with Somalia after Erdogan leave the office?
FD: Unfortunately, I cannot predict the future. But, if we consider that many of
the Turkish efforts are aimed at young Somalis (the future generation) it is likely
that the ties built during these years are a lasting long. The economic, commercial,
cultural and above all human relations are very strong and is hardly to think that it
will change in the future. Is more easy to think that will happen the same of the
Turkish Republic in Central Asia. During the „90s Turkey getting closer ties in
some field (economic, education, cultural) and today there are ruling classes
favorable to grow relations with Turkey. Anyway, at this moment, is difficult to
think that President Erdogan will leave his office.
xxv
Lampiran 2
Hasil wawancara dengan Bapak Mehmet Ozkan
(Regional Director di Turkish Cooperation And Coordination Agency (TIKA))
Wawancara dilakukan melalui email [email protected] dan
Pada Senin, 6 Juni 2016 pada 13.49 WIB dan 23.51 WIB
1. CHQ: In recent years, Turkey under AKP administration has made several
foreign policies thatseem to have a policy shifting. Turkey isn’t west-centered
anymore. Turkey’s started to deepen its relation with the east, like Asia and
Africa. Many relates this to “Strategic Depth” which was delivered by Foreign
Minister of Turkey, Mr.Ahmet Davutoglu. He argues Turkey posses the strategic
depth due to its historical and geographic position and claimed Turkey as the
central power. Do you think this “Strategic Depth” is the main basis behind
Turkey’s Foreign Policy to broaden its influence in Africa and to come to
Somalia?
MO: Strategic Depth argues that Turkey should have strong relations in near
abraod and should have a better relations with the far away places. Turkey's
Africa policy is an extension of this. Somalia has been the best repurcussion of
this policy in pratcice in terms of implementing Strategic Depth.
2. CHQ: As we know that Somalia is claimed by the international community as a
failed state having risky and unstable condition, so what makes Turkey want to
invest for the long term in Somalia? Besides, there is a terrorism group called Al-
Shabaab that attacked Turkey humanitarian officials and Turkish Embassy in
Mogadishu for several times, but why Turkey insist to stay and help Somalia?
How does Turkey deal with that?
MO: Turkey sees Somalia as a brother country, knowing that Somalia may not
have a full stability in future. Turkish policy in Somalia is just helping a
state/people to own their problems and solve them. However, Turkey's Somalia
policy has given lots of credit and prestige in foreign policy, Africa policy. Now
xxvi
western countries consult with Turkey almost every issue related to Somalia. They
know that Turkey did in 4 years what western countries could not do in 20 years.
3. CHQ: Not only actively involved in social and development sphere of Somalia,
Turkey even come into political reconciliation between Somalia and Somaliland
by fasilitating the negotiation talk several times. Why Turkey seems need to help
them having a peaceful settlement?
MO: Political actors trust Turkey very much. They know that Turkey does not
take sides. So they asked Turkey to play a mediator role in Somalia. If there is
peace in Somalia, it is better for development of Somalia and Somalians.
4. CHQ: After the series of foreign aid that Turkey’s given to Somalia, Turkey
under Erdogan Leadership seem to have a trustable and intimate image with
Somalia, both the TFG government and the Somali people. Do You think Turkey
will still keep this close relation with Somalia after Erdogan leave the office?
MO: Somalia issue is a domestic issue in Turkey. Even after Erdogan leaves
office, Turkey's Somalia engagement will continue. There is no opposition to
Turkey's Somalia policy inside Turkey among political parties. Indeed, all are
supportive.
Top Related