Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi...

17
0 Authors : Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri Julianti, S.Ked Ruth Tambunan, S. Ked Ayu Hasriani, S. Ked Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 © Files of DrsMed FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk

Transcript of Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi...

Page 1: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

0

Authors :

Yayan Akhyar Israr, S.Ked

Christopher A.P, S. Ked Riri Julianti, S.Ked

Ruth Tambunan, S. Ked Ayu Hasriani, S. Ked

Faculty of Medicine – University of Riau

Pekanbaru, Riau

2009

© Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk

Page 2: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

1

GIZI BURUK (SEVERE MALNUTRITION)

Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya

dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk

terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Menurut Departemen

Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang

gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk

(8,3%). WHO (1999) mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi gizi

kurang ke dalam 4 kelompok yaitu: rendah (di bawah 10%), sedang (10-19%),

tinggi (20-29%), sangat tinggi (30%).1

Gizi buruk masih merupakan masalah di Indonesia, walaupun Pemerintah

Indonesia telah berupaya untuk menanggulanginya. Data Dusenas menunjukkan

bahwa jumlah BALITA yang BB/U < -3 SD Z-score WHO-NCHS sejak tahun

1989 meningkatkan dari 6,3 % menjadi 7,2 % tahun 1992 dan mencapai

puncaknya 11,6% pada tahun 1995. Upaya Pemerintah antara lain melalui

pemberian makanan tambahan dalam jaringan pengaman sosial (JPS) dan

peningkatan pelayanan gizi melalui pelatihan-pelatihan tatalaksana gizi buruk

kepada tenaga kesehatan, berhasil menurunkan angka gizi buruk menjadi 10,1%

pada tahun 1998, 8,1% pada tahun 1999, dan 6,3% tahun 2001. Namun pada tahun

2002 terjadi peningkatan kembali 7% dan pada tahun 2003 menjadi 8,15%.2,3

Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) dan Laporan Survei Departemen Kesehatan-Unicef tahun 2005,

dari 343 kabupaten/kota di Indonesia penderita gizi buruk sebanyak 169

kabupaten/kota tergolong prevalensi sangat tinggi dan 257 kabupaten/kota lainnya

prevalensi tinggi. Dari data Depkes juga terungkap masalah gizi di Indonesia

ternyata lebih serius dari yang kita bayangkan selama ini. Gizi buruk atau anemia

gizi tidak hanya diderita anak balita, tetapi semua kelompok umur. Perempuan

adalah yang paling rentan, disamping anak-anak. Sekitar 4 juta ibu hamil,

setengahnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya kekurangan energi

kronis (KEK). Dalam kondisi itu, rata-rata setiap tahun lahir 350.000 bayi lahir

dengan kekurangan berat badan (berat badan rendah).4

Page 3: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

2

ETIOLOGI

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis

besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang

kurang atau anak sering sakit / terkena infeksi.

A. Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain :1

1. Tidak tersedianya makanan secara adekuat

Tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung dengan

kondisi sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun

kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan

menyebabkan hal ini. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya

makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa

adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan.

Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk.

Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin

kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan

gizi.

2. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang

Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah

usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap

status gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi

dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat,

vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik

dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan

dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan

makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena

ketidaktahuan.

3. Pola makan yang salah

Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian

banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi

buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini

diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk.

Page 4: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

3

Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi

ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu

dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih

sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan

anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh

nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan.

Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari kerja di

kota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan anak

menderita gizi buruk.

Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan / adat istiadat masyarakat

tertentu yang tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan

anak. Misalnya kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih,

memberikan makanan padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu

( misalnya tidak memberikan anak anak daging, telur, santan dll) , hal ini

menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak, protein

maupun kalori yang cukup

B. Sering sakit (frequent infection)

Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara

negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana

kesadaran akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman

endemisitas penyakit tertentu, khususnya infeksi kronik seperti misalnya

tuberkulosis (TBC) masih sangat tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti

layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait

dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan

kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem

pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.1

KLASIFIKASI

Gizi buruk dikalsifikasikan berdasarkan gambaran klinisnya sebagai

berikut :5

1. Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi nutrisi bayi (athrepesia))

Page 5: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

4

Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup

atau hygien jelek. Sinonim marasmus ditetapkan pada pola penyakit klinis yang

menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. Gambaran klinis

marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup karena diet yang tidak

cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat seperti mereka yang hubungan

orangtua-anak terganggu, atau karena kelainan metabolik atau malformasi

kongenital. Gangguan berat setiap sistem tubuh dapat mengakibatkan malnutrisi.5

Pada awalnya, terjadi kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan

kehilangan berat badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada

kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang.

Lemak pada daerah pipih adalah bagian terakhir yang hilang sehingga untuk

beberapa waktu muka bayi tampak relative normal sampai nantinya menyusut dan

berkeriput. Abdomen dapat kembung atau datar dan gambaran usus dapat dengan

mudah dilihat. Terjadi atrofi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya

subnormal, nadi mungkin lambat, dan angka metabolism basal cenderung

menurun. Mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian menjadi lesu dan nafsu

makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul diare dengan buang

air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit.5

Ciri dari marasmus menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004) antara lain:6

- Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus

- Perubahan mental

- Kulit kering, dingin dan kendur

- Rambut kering, tipis dan mudah rontok

- Lemak subkutan menghilang sehingga turgor kulit berkurang

- Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas

- Sering diare atau konstipasi

- Kadang terdapat bradikardi

- Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya

- Kadang frekuensi pernafasan menurun

2. Malnutrisi protein (Malnutrisi protein-kalori (PCM), kwashiorkor)

Anak harus mengkonsumsi cukup makanan nitrogen untuk

mempertahankan keseimbangan positif (karena sedang dalam masa pertumbuhan).

Page 6: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

5

Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit gambaran klinik dan

kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak

cukup bernilai biologis baik. Dapat juga karena penyerapan protein terganggu,

seperti pada diare kronis, kehilangan protein abnormal seperti pada proteinuria

atau nefrosis, infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensistensis protein

seperti pada penyakit hati kronis.5

Kwashiorkor merupakan sindroma klinis akibat dari malnutri protein berat

(MEP berat) dan masukan kalori tidak cukup. Dari kekurangan masukan atau dari

kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh

infeksi kronis, akibat defisiensi vitamindan mineral dapat turut menimbulkan

tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Bentuk malnutrisi yang paling serius dan

paling menonjol di dunia saat ini terutama yang berada didaerah industri belum

berkembang. Kwashiorkor berarti “anak tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi

menghisap, dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun,

biasanya sesudah menyapih dari ASI. Walaupun penambahan tinggi dan berat

badan dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi

dan berat badan anak normal.5

Ciri dari Kwashiorkor menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004)

antara lain:6

- Perubahan mental sampai apatis

- Sering dijumpai Edema

- Atrofi otot

- Gangguan sistem gastrointestinal

- Perubahan rambut dan kulit

- Pembesaran hati

- Anemia

Klasifikasi menurut Wellcome pada MEP berat dapat digunakan sampai usia

lebih dari 20 tahun. Klasifikasi menurut Wellcome ini sangat sederhana karena

hanya melihat % BB/U dan ada atau tidaknya edema. Terdapat kategori kurang gizi

ini meliputi anak dengan PEM sedang atau yang mendekati PEM berat tapi tanpa

edema, pada keadaan ini % BB/U berada diatas 60%. 7

Page 7: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

6

Tabel 1. Klasifikasi MEP berat menurut Wellcome 7

% BB/U Dengan edema Tanpa edema

60-80 Kwashiorkor Kurang Gizi <60 Marasmus- kwashiorkor Marasmus

Klasifikasi lain yang banyak digunakan di Amerika Latin dan tempat lain

adalah menurut GOMEZ 7

Tabel 2. Klasifikasi MEP berat menurut Gomez 7

Klasifikasi % BB/U

Normal > 90 Grade I ( Mallnutrisi Ringan) 75-89.9 Grade II ( Mallnutrisi sedang) 60-74.9 Grade III (Mallnutrisi Berat) <60

ANTROPOMETRIK

Berat Badan

Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah

diukur dan diulang dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Hasil

pengukuran berat badan dipetakan pada kurva standar Berat Badan/Umur (BB/U)

dan Berat Badan/ Tinggi Badan (BB/TB). Adapun interpretasi pengukuran berat

badan yaitu: 8

BB/U dibandingkan dengan acuan standard (CDC 2000) dan dinyatakan

dalam persentase 8

• > 120 % : disebut gizi lebih

• 80 – 120 % : disebut gizi baik

• 60 – 80 % : tanpa edema ; gizi kurang

dengan edema ; gizi buruk (kwashiorkor)

• < 60% : gizi buruk : tanpa edema (marasmus) dengan edema (

marasmus – kwashiorkor)

Tinggi Badan (TB)

Tinggi badan pasien harus diukur pada tiap kunjungan . Pengukuran berat

badan akan memberikan informasi yang bermakna kepada dokter tentang status

nutrisi dan pertumbuhan fisis anak 8

Page 8: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

7

Seperti pada pengukuran berat badan, untuk pengukuran inggi badan juga

diperlukan informasi umur yang tepat, jenis kelamin dan baku yang diacu yaitu

CDC 2000 8

Interpretasi dari dari TB/U dibandingkan standar baku berupa:8

• 90 – 110 % : baik/normal

• 70 – 89 % : tinggi kurang

• < 70 % : tinggi sangat kurang

Rasio Berat Badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Rasio BB/TB bila dikombinasikan dengan beraat badan menurut umur dan

tinggi badan menurut umur sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian status

nutrisi karena ia mencerminkan proporsi tubuh serta dapat membedakan antar

wasting dan stunting atau perawakan pendek. Indeks ini digunakan pada anak

perempuan hanya sampai tinggi badan 138 cm, dan pada anak lelaki sampai tinggi

badan 145 cm. setelah itu rasio BB/TB tidak begitu banyak artinya, karena adanya

percepatan tumbuh (growth spurt). Keuntungan indeks ini adalah tidak

diperlukannya faktor umur, yang seringkali tidak diketahui secara tepat 8

BB/TB (%) = (BB terukur saat itu) (BB standar sesuai untuk TB terukur)

x 100%, interpretasi di nilai sebagai berikut : 8

• > 120 % : Obesitas

• 110 – 120 % : Overweight

• 90 – 110 % : normal

• 70 – 90 % : gizi kurang

• < 70 % : gizi buruk

PATOFISOLOGI

Malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.

Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri

(host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet

(makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan 6,9

Gopalan dalam Lubis (2002) menyebutkan marasmus adalah compensated

malnutrition. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk

mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.

Page 9: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

8

Gambar 1. Patogenesis malnutrisi energy protein 6

MARASMIC KWASHIORKOR (EDEMA +)

MARASMUS ( EDEMA -)

INTAKE MAKANAN TIDAK ADEKUAT

Stres Katabolik disebabkan infeksi

Macrophages Tumor Necrosing Factor IL-1

Asam amino

Reaktan fase akut terstimulasi

Protein viseral

Penurunan produksi albumin & lipoprotein

Hipoalbumin, Edema, Perlemakan hati Defisiensi protein makanan

KWASHIORKOR

< - 2 SD BB/TB

Defisiensi Energi makanan

↑Kadar koresterol �Kadar insulin

Adaptasi

Asam amino esensial

Sintesis Protein Viseral

Produksi serum albumin & lipoprotein

Protein viseral

Reaktan fase akut

Kortisol, insulin & Hormon Pertumbuhan

Gangguan Metabolik < - 3 SD BB/TB

Page 10: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

9

MANIFESTASI DAN GEJALA KLINIS

Kondisi dari Malnutrisi Energy Protein (MEP) dikenal sebagai fenomena

gunung es dimana hanya 20 % yang tampak dipermukaan air sedangkan 80% dari

berada dibawah permukaan air. Keadaan dengan MEP yang berat disebut sebagai

kwashiorkor, marasmus dan marasmus-kwashiorkor ini merupakan keadaan-

keadaan yang diilustrasikan sebagai bagian teratas dari gunung es. Pada keadaan

ini akan sangat mudah bagi seorang dokter untuk dapat menegakkan diagnosis

dilihat dari gejala klinis yang ditemukan 7.

Gambar 2. Fenomena Gunung Es pada MEP 7

Pada gambar 10 dapat kita lihat bahwa keadaan MEP yang tampak

sebagai marasmus, kwashiorkor hanya 1-5 %, dimana kedua keadaan ini dapat

kita kenali dan dibedakan dari manifestasi klinis yang tampak. Secara umum telah

disepakati bahwa tanda yang khas pada kwashiorkor adalah bila ditemukanya

pitting edema sedangkan tanda utama yang ditemukan pada anak dengan

marasmus adalah berat badan yang sangat kurang dari yang seharusnya, apabila

pada seorang anak ditemukan kedua keadaan ini kita sebut sebagai marasmus –

kwashiorkor.7

Page 11: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

10

Tabel 3. Perbandingan ciri kwashiorkor dan marasmus 7

Ciri - ciri Kwashiorkor Marasmus

Gagal tumbuh + +

Edema + (kadang sangat sedikit) -

Perubahan pada rambut Selalu Lebih jarang

Perubahan mental Sangat umum Luar biasa

Dermatosis, flaky-paint Sering Tidak pernah terjadi

Nafsu makan Kurang Baik

Anemia Berat (kadang-kadang) (+) , jarang berat

Lemak subkutan berkurang (-)

Wajah Edema Seperti monyet

Infiltrasi lemak hati + -

Kwashiorkor merupakan salah satu bentuk dari MEP yang serius, ini

sering terjadi pada anak umur 1-3 tahun, tetapi bisa terjadi pada semua umur.

Adapun gambaran klinis kwashiorkor antara lain :7,10

- Edema merupakan kumpulan cairan dalam jaringan tisu yang disebabkan

karena pembengkakan. Biasanya dimulai dari tungkai yang menyebar luas

sampai ke lengan, tangan dan wajah.

- Gagal tumbuh biasanya ada pada penderita kwashiorkor, tinggi badan akan

lebih pendek dari anak normal, kecuali berat badan, berat badan akan lebih

dari normal disebabkan karena adanya edema.

- Infiltrasi lemak hati selau ditemukan pada pemeriksaan kematian pada

penderita kwasiokhor . Ini dapat menyebabkan pembesaran hati.

- Perubahan mental pada umumnya ditemukan tetapi tidak selau tercatat.

Penderita ini biasanya apatis dengan sekitarnya atau cepat tersinggung.

- Perubahan rambut. Rambut pada anak Asia, Afrika dan Amerika Latin

biasanya hitam,lebat dan berkilau, tetapi pada penderita kwashiorkor,

rambutnya menjadi halus dan tipis.

- Perubahan kulit biasanya terdapat dermatosis tetapi tidak semua penderita

kwashiorkor menderita dermatosis.

Page 12: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

11

- Anemia pada kwasiokhor disebabkan karena kekurangan protein yang

dibutuhkan dalam sintesis sel darah. Anemia juga dapat disebabkan karena

komplikasi dari defisiensi besi, malaria dan cacing tambang.

- Diare: frekuensi BAB yang meningkat , sulit untuk ditahan , dan terdiri

dari partikel makanan yang belum dicerna , terkadang mempunyai bau

yang menyengat, dapat berupa air dan bercampur darah.

- Moonface : pipi akan terlihat membengkak berisi jaringan lemak atau

cairan yang dikenal dengan istilah moon face (wajah seperti bulan)

Gambar 3. Karakteristik dari penderita kwashiorkor7

DETEKSI DAN INTERVENSI DINI

Mengingat penyebabnya sangat kompleks, pengelolaan gizi buruk

memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak. Bukan hanya dari

dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak orang tua, keluarga, pemuka

masyarakat maupun agama dan pemerintah. Langkah awal pengelolaan gizi buruk

adalah mengatasi kegawatan yang ditimbulkannya, dilanjutkan dengan "frekuen

feeding" (pemberian makan yang sering), pemantauan akseptabilitas diet

(penerimaan tubuh terhadap diet yang diberikan), pengelolaan infeksi dan

pemberian stimulasi. Perlunya pemberian diet seimbang, cukup kalori dan protein

Page 13: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

12

serta pentingnya edukasi pemberian makan yang benar sesuai umur anak, Pada

daerah endemis gizi buruk perlu distribusi makanan yang memadai.1

Posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak dalam melakukan

skrining/ deteksi dini dan pelayanan pertama menjadi vital dalam pencegahan

kasus gizi buruk saat ini. Penggunaan kartu menuju sehat dan pemberian makanan

tambahan di posyandu perlu digalakkan lagi. Tindakan cepat pada balita yang 2x

berturut-turut tidak naik timbangan berat badan untuk segera mendapat akses

pelayanan dan edukasi lebih lanjut, dapat menjadi sarana deteksi dan intervensi

yang efektif. Termasuk juga peningkatan cakupan imunisasi untuk menghindari

penyakit yang dapat dicegah, serta propaganda kebersihan personal maupun

lingkungan. Pemuka masyarakat maupun agama akan sangat efektif jika mau

membantu dalam pemberian edukasi pada masyarakat, terutama dalam

menanggulangi kebiasaan atau mitos-mitos yang salah pada pemberian makan

pada anak. Kasus gizi buruk mengajak semua komponen bangsa untuk peduli,

berrsama kita selamatkan generasi penerus ini untuk menjadi Indonesia yang lebih

baik.1

Gambar 4. Hubungan timbal balik antara faktor-faktor yang menjurus pada MEP.6

Penghasilan rendah tidak mencukupi kebutuhan

Asupan makan tidak cukup

Anak lebih mudah sakit

Keperluan makanan bagi anak bertambah

Anak sakit

Keperluan makanan bertambah bagi wanita yang sedang mengandung

Sebagai kompensasi ibu lebih sering mengandung

Penghasilan menurun Kapasitas kerja bila dewasa

berkurang

Anak meninggal

Page 14: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

13

PENATALAKSANAAN

Menurut Depkes RI pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 4 fase

yang harus dilalui yaitu fase stabilisasi ( Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 – 14), fase

rehabilitasi (Minggu ke 3 – 6), fase tindak lanjut (Minggu ke 7 – 26). Dimana

tindakan pelayanan terdiri dari 10 tindakan pelayanan sbb :2

Tabel 4. Sepuluh langkah tatalaksana gizi buruk 2

No Tindakan Pelayanan Fase Stabilisasi

Fase transisi

Fase Rehabilitasi

Fase Tindak lanjut *)

H 1 - 2 H 3 - 7 H 8 - 14 Minggu ke 3 - 6 Minggu ke 7 -26

1 Mencegah dan mengatasi

hipoglikemia

2 Mencegah dan mengatasi

hipotermia

3 Mencegah dan mengatasi

Dehidrasi

4 Memperbaiki gangguan

keseimbangan elektrolit

5 Mengobati infeksi

6 Memperbaiki zat gizi mikro Tanpa Fe Dengan Fe

7 Memberikan makanan

untuk stabilisasi dan

transisi

8 Memberikan makanan

untuk tumbuh kejar

9 Memberikan stimulasi

tumbuh kembang

10 Mempersiapkan untuk

tindak lanjut di rumah

*) Pada fase tindak lanjut dapat dilakukan di rumah, dimana anak secara berkala (1 minggu/kali) berobat jalan ke Puskesmas atau Rumah Sakit

Page 15: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

14

Berikut ini adalah bagan langkah rencana pengobatan anak gizi buruk :2

KONDISI

I II III IV V

- Renjatan (syok) Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

- Letargis (tidak sadar) Ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada

- Muntah/ diare/ dehidrasi Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada

Pemeriksaan

- Berat badan + + + + +

- Suhu tubuh (aksila) + + + + +

Tindakan

- Memberikan oksigen + - - - -

- Menghangatkan tubuh + + + + +

- Pemberian cairan dan makanan sesuai dengan :

Rencana I Rencana II Rencana III

Rencana IV

Rencana V

- Antibiotika sesuai umur + + + + +

Anamnesis lanjutan

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laboratorium

Tindakan Umum Khusus

Konfirmasi kejadian campak dan TB paru

- Panjang badan

- Thoraks - Abdomen - Otot - Jaringan

lemak

- Pemeriksaan mata

- Pemeriksaan kulit

- Pemeriksaan telinga, hidung, tenggorokan

- Kadar gula darah

- Hemoglobin

- Vitamin A - Asam folat - Multivitamin

tanpa Fe - Pengobatan

penyakit penyulit - Stimulasi

Tanda Bahaya dan Tanda Penting

Perawatan awal pada fase stabilisasi (B)

Perawatan Lanjutan pada fase stabilisasi (C)

Page 16: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

15

Pemeriksaan Tindakan

- Berat badan

- Makanan tumbuh kejar - Multivitamin tanpa Fe - Stimulasi - Pengobatan penyakit penyulit

Pemeriksaan Tindakan

- Monitoring tumbuh kembang

- $akanan tumbuh kejar - Multivitamin tanpa Fe - Pengobatan penyakit penyulit - Persiapan ibu - Stimulasi

Gambar 5. Lima langkah rencana pengobatan anak gizi buruk

Perawatan pada fase transisi (D)

Perawatan pada fase rehabilitasi (E)

Page 17: Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri ... · PDF fileGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. ... Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Nency Y, Arifin MT. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. Disitasi

dari http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=113 pada tanggal 14 Juli 2009.

Perbaharuan terakhir : Maret 2009.

2. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi

Masyarakat . Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jilid I. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia;2007.

3. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi

Masyarakat . Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jilid II. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia;2007.

4. Departemen Sosial Republik Indonesia. Balita Gizi Buruk. Disitasi dari

http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=280

pada tanggal 14 Juli 2009. Perbaharuan terakhir : 12 Oktober 2008.

5. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson Textbook of Pediatrics. 15th

Edition. Philadelphia : W.B. Saunders Company;2000.

6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.

Edisi I. Jakarta : IDAI;2004.

7. Food and Agriculture Organization of TheUnited Nation (FAO). Disorders of

Malnutrition. Disitasi dari http://www.fao.org/docrep/w0073e

/w0073e05.htm#P3167_359330.htm pada tanggal 23 Juli 2009. Perbaharuan

terakhir : Januari 2009.

8. Matondang CS, Wahidayat I, Sastroasmoro S. Diagnosis Fisis Pada Anak.

Edisi ke 2. Jakarta : CV Sagung Seto;2003.

9. Lubis NU, Marsida AY. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita. Langsa :

Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU Langsa;2002.

10. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Gizi buruk, Kwashiorkor, Marasmus,

atau Marasmik Kwashiorkor. Disitasi dari

http://www.dinkesjatim.go.id/berita-detail.html?news_id=112.htm pada

tanggal 24 Juli 2009. Perbaharuan terakhir : 16 Juni 2006.

© Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk