WR D1214033.doc · Web view2016 REPRESENTASI IDENTITAS DIRI PEREMPUAN MUSLIM BERJILBAB DAN MEDIA...
Embed Size (px)
Transcript of WR D1214033.doc · Web view2016 REPRESENTASI IDENTITAS DIRI PEREMPUAN MUSLIM BERJILBAB DAN MEDIA...

JURNAL
REPRESENTASI IDENTITAS DIRI PEREMPUAN MUSLIM BERJILBAB
DAN MEDIA
(Studi Analisis Semiotika Representasi Identitas Diri Perempuan Berjilbab dalam
Film Hijab)
Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
Diajukan Oleh :
Friska Widiyanti Rangkuti
D1214033
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

REPRESENTASI IDENTITAS DIRI PEREMPUAN MUSLIM BERJILBAB
DAN MEDIA
(Studi Analisis Semiotika Representasi Identitas diri Perempuan Muslim
Berjilbab dalam Film Hijab)
Friska Widiyanti Rangkuti
Prahastiwi Utari
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
AbstractFilm is a mass media that presents a story to the public, where such stories
usually contain specific intent to influence and shape society through the payload message behind it. Many reality or social phenomena which intentionally raised and presented to the audience in the film itself. Currently, Indonesia is a predominantly Islamic raised a lot of films with the theme of religion. One of them is a phenomenon on the development of Muslim women with their hijab. This phenomenon was accepted and enjoyed by people into a new social trend. The film is the film Hijab Directed by renowned Indonesian director, Hanung Bramantyo. Thus the researchers will look at how the representation of the identity of hijab women who are in the movie Hijab.
This study aims to determine how the representation of identity hijab women to conduct studies semiotic analysis using the method of Roland Barthes. Researchers will analyze the significance of denotation, connotation, and myths that exist in the film. Besides, researchers also will share both in terms of the analysis of visual or verbal. In this study, the researchers also used the theory of Identity "I" and "Me" from Herbert Mead and William James. It aims to reduce the subjectivity of researchers are currently performing analyzes.
The findings and conclusions of this study are Identity "I" veiled women in this film is a self-identity that is obtained on kesdaran hero to wear veils by Allah's command, while the identity of the "Me" is the identity of veiled women possessed by figures is the result interaction with the social environment. It is also found in this study was the occurrence of a change or shift of identity "I" becomes "Me" and then back again to identity the "I". The findings show that self identtas is not rigid and dynamic.
Key Words : Semiotic, Film, Personal Identity
1

Pendahuluan
Kemajuan teknologi komunikasi yang ada saat ini berkembang sangat pesat.
Kehadiran teknologi-teknologi baru mempengaruhi juga perkembangan-
perkembangan media yang ada. Salah satu bagian dari media massa yang ikut
mengalami perkembangan pesat seiring dengan kemajuan teknologi saat ini
adalah keberadaan film. Film menyajikan kepada publik sebuah cerita yang
mengandung unsur-unsur menyentuh perasaan manusia. Dalam banyak penelitian
ditemukan film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan
muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang
muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret
dari masyarakat di mana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat ke dalam pita seuloid dan kemudian
memproyeksikan ke atas layar (Sobur, 2004:127).
Dunia perfilman di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, genre
film yang hadir pun saat ini sangatlah beragam, meski terkadang tema-tema yang
diusung masih latah dengan tema yang sedang ramai pada kurun waktu tertentu.
Dengan variasi yang diusung memberikan kesempatan media film menjadi sarana
pembelajaran dan motivator bagi masyarakat (filmpelajar.com/sejarah-
perkembangan-film-indonesia diakses pada 4 Mei 2016 pukul 08.15).
Film sebagai salah satu bagian dari media yang digunakan untuk
berkomunikasi memiliki maksud dan tujuannya tersendiri, pesan yang ada di
dalam film biasanya mengandung nilai-nilai yang pada akhirnya akan mengalami
proses representasi makna yang dilakukan oleh khalayak. Representasi berangkat
dari kesadaran bahwa apa yang tersaji dalam film seringkali tidak sama dengan
realitas yang ada. Setelah pesan tersebut sampai pada khalayak luas, terdapat
proses penting didalamnya, yaitu proses perpindahan makna. Dengan kata lain
proses representasi merupakan proses di mana dapat mengidentifikasi nilai-nilai
yang ada baik yang tersirat atau tidak melalui proses pemaknaan.
2

Salah satu isu atau tema yang saat ini banyak diangkat dalam perfilman
Indonesia adalah sosok perempuan berjilbab yang banyak direpresentasikan oleh
media. Besarnya jumlah pemeluk Islam di Indonesia sangat mempengaruhi kultur
masyarakatnya, termasuk pada kaum perempuan muslimah. Dimana di Indonesia
muslimah menggunakan pakaian muslimah dan jilbab sebagai salah satu alternatif
untuk menutup aurat. Saat ini jumlah muslimah yang mengenakan jilbab terus
bertambah jumlahnya, utamanya dikalangan mahasiswa dan pelajar
(www.syariahpublications.com diakses pada 20 April 2016 pukul 17.20)
Identitas perempuan muslim di Indonesia saat ini pun telah banyak sekali
diangkat dan direprentasikan dalam media-media. Tak dapat dipungkiri bahwa
saat ini perempuan muslim yang mengenakan jilbab menjadi salah satu fenomena
yang banyak diikuti oleh masyarakat Indonesia. Identitas perempuan muslim
bukan hanya dilihat dari fashion dan penampilan sehari-harinya saja. Namun lebih
jauh lagi, identitas perempuan muslim baik dari gaya hidup sehari-harinya dan
kaitannya dengan struktur sosial lingkungannya. Secara tidak langsung identitas
perempuan muslim terbentuk juga karena keadaan lingkungan dan kehidupan
sosialnya.
Seperti yang dikatakan oleh Sheldon Stryker, Teori identitas memusatkan
perhatiannya pada hubungan saling mempengaruhi diantara individu dengan
struktur sosial yang lebih besar lagi yaitu masyarakat. Individu dan masyarakat
dipandang sebagai dua sisi dari satu mata uang. Seseorang dibentuk oleh interaksi,
namun struktur sosial membentuk interaksi (Stryker, 1980:384).
Banyak media-media massa di Indonesia mencoba mengangkat tema
mengenai identitas perempuan muslim di Indonesia. Idenitas perempuan muslim
yang diangkat mencoba memberikan pengetahuan atau menginfluence masyarakat
mengenai identitas sebagai seorang muslim yang menggunakan jilbab.
Salah satu media tersebut adalah film, banyak film yang mengangkat
representasi perempuan berjilbab sebagai tema atau tokoh utama untuk menarik
minat masyarakat. Beberapa diantaranya pun laris dan sukses di pasaran
3

contohnya saja film Ketika Cinta Bertasbih, Ayat-Ayat Cinta, Perempuan
Berkalung Surban, Surga Yang Tak Dirindukan, Kukejar Cinta Sampai ke Negeri
Cina dan masih banyak lainnya. Di mana hampir kesemua film tersebut mendapat
respon yang baik dari masyarakat Indonesia.
Salah satu film yang mengangkat tema mengenai kehidupan perempuan
berjilbab yang kontroversi adalah Film Hijab karya sutradara terkenal Hanung
Bramantyo. Film ini mengisahkan tentang kehidupan rumah tangga 4 perempuan
berjilbab dengan sekelumit permasalahannya masing-masing. Dalam film ini
mengisahkan kehidupan para istri yang ingin hidup mandiri dengan bekerja,
namun dengan latarbelakang mereka sebagai seorang istri dan pandangan agama
membuat para suami tidak membiarkan mereka untuk bekerja. Permasalahan
dalam film ini dikemas dengan genre drama komedi, namun terdapat pesan-pesan
moral yang terselip didalamnya (balibackpacker.com/synopsis-film-hijab-hanung-
bramantyo diakses pada 21 April 2016 pukul 15.56).
Keberadaan film Hijab menghadirkan pro dan kontra yang menjadikan film
besutan Hanung Bramantyo ini menjadi kontroversial. Film ini disamping
mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat, film Hijab ini juga
mendapatkan kritikan pedas bahkan penolakan dari masyarakat. Film Hijab
tembus sampai 100 ribu penonton. Angka tersebut terbilang cukup besar
mengingat tema yang diangkat adalah kehidupan para wanita berjilbab. Tuai
kontroversi yang bermula dari kicauan yang cukup tajam dari putri Amien Rais
yang memicu perdebatan dikalangan masyarakat masih mampu meraih simpati
penonton dengan jumlah penonton yang mencapai angka 100 ribu
(www.harianindo.com/2015/01/28/37177/tuai-kontroversi-film-hijab-tembus-100-
ribu-penonton diakses pada 21 April 2016 pukul 19.00).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya keberadaan film Hijab ini sangat
kontroversial, disamping mendapatkan dukungan, film ini juga cukup banyak
menuai kritikan pedas dari masyarakat yang menolak keberadaan film tsb. Hal ini
dikarenakan film Hijab ini dianggap memandang sinis para perempuan muslim
4

yang berhijab, terlihat dari representasi yang dilakukan melalui peran yang
dimainkan dalam film tsb. Bentuk penolakan terhadap keberadaan film Hijab ini
sampai membuat masyarakat melakukan petisi kepada KPI untuk melarang
pemutaran film Hijab ini. Petisi yang dikeluarkan oleh Ahmad Mujadid ini
mendapatkan jumlah pendukung sebesar 1.185 orang. Tidak dalam jangka waktu
yang lama petisi untuk melarang pemutaran film ini telah didukung oleh
masyarakat Indonesia. (www.change.org/p/kpi-larang-penayangan-film-hijab
diakses pada 21 April 2016 pukul 19.35)
Kontroversi mengenai perbedaan makna yang ada di masyarakat mengenai
representasi identitas diri perempuan muslim di dalam Film Hijab tersebut
menarik untuk diteliti. Di mana dari representasi pembentukan identitas diri
perempuan muslim berjilbab dalam film tersebut peneliti dapat mengetahui
bagaimana simbol-simbol identitas perempuan muslim berjilbab yang terdapat
dalam film Hijab, serta bagaimana lingkungan kehidupan di dalam cerita tersebut
mampu mempengarui konsep diri mereka masing-masing. Apakah identitas diri
yang terbentuk dalam diri mereka merupakan konsep sesungguhnya yang ada
dalam diri mereka, atau pengaruh pengaruh yang besar dari lingkungan mereka.
Seperti yang dikatakan Wiliam James tentang konsep diri dengan membedakan
antara “The I” diri yang sadar aktif, dan “ The Me” diri yang menjadi objek
renungan kita (Rahmat, Jalaludin : 2001, Hal 112).
Pesan yang coba diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana
penggambaran identitas diri perempuan muslim berjilbab yang terdapat dalam
Film Hijab. Karena identitas perempuan muslim berjilbab yang coba
direpresentasikan dalam film tsb. lah yang menuai kontoversi dikalangan
masyarakat. Seperti yang diketahui bahwa Konsep Identitas diri merupakan suatu
kategori yang stabil, utuh, dan jelas berdasarkan berbagai penanda (markers) yang
ada, contohnya saja jenis kelamin, ras, dan kelas sosial (Morissan, 2013:126).
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, apa saja yang melekat dalam diri seserorang
dan bagaimana interaksinya dengan struktur sosialnya, hal tersebut dapat
5

membentuk identitas diri seseorang, termasuk juga pembentukan identitas diri
seroang perempuan muslim berjilbab.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah representasi dan simbol–simbol identitas diri perempuan
muslim berjilbab “I” dalam film Hijab secara denotasi, konotasi, dan mitos?
b. Bagaimanakah representasi dan simbol–simbol identitas diri perempuan
muslim berjilbab “I” dalam film Hijab secara denotasi, konotasi, dan mitos?
c. Bagaimanakah perubahan identitas diri perempuan muslim berjilbab “I”
menjadi identitas perempuan muslim berjilbab “Me” dalam film Hijab?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi perempuan
muslim berjilbab dalam film Hijab “I” dan “Me”.
Tinjauan Pustaka
a. Komunikasi
Manusia merupakan makhluk sosial yang tentu memerlukan interaksi dan
informasi agar dapat bersosialisasi dengan makhluk hidup lainnya. Hampir
seluruh aspek dalam kehidupan manusia selalu berkaitan dengan komunikasi.
Istilah komunikasi (communication) berasal dari kata latin communication
dan bersumber dari kata communis yang berarti ‘sama’, maksudnya adalah
‘sama makna’, communico, communicatio, atau communicare yang berarti
‘membuat sama’ (to make common) (Mulyana, 2003:41).
b. Unsur Komunikasi
Unsur-unsur komunikasi merupakan komponen yang harus ada di dalam
proses komunikasi agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan
definisi Lasswell, unsur-unsur komunikasi meliputi : (Mulyana, 2005 : 62-63)
6

Komunikator (Source), Sumber merupakan pihak yang memiliki inisiatif
atau kebutuhan dalam berkomunikasi. Sumbernya bisa dari seorang
individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau Negara.
Pesan (Message), pesan merupakan apa yang disampaikan sumber kepada
penerima. Pesan bisa berupa simbol verbal maupun non verbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tersebut.
Saluran (Channel) adalah media yang digunakan dalam menyampaikan
pesan kepada komunikan
Komunikan (Receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari
komunikator. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai,
pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan ini dapat
diartikan sebagai simbol verbal dan atau nonverbal yang dia terima.
Umpan balik (Effect) adalah tanggapan dari penerima pesan atas isi pesan
yang disampaikannya. Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia
menerima pesan tersebut, misalnya terhibur, menambah pengetahuan,
perubahan sikap, atau bahkan perubahan perilaku.
c. Pesan Komunikasi
Onong Uchjana Effendy menyebutkan bahwa dalam menyampaikan pesan
kita menggunakan lambang-lambang. Salah satu lambang yang paling banyak
digunakan adalah bahasa. Karena dalam komunikasi, bahasa sebagai lambang
mampu mentransmisikan pikiran, ide, pendapat, dan sebagainya baik mengenai
hal-hal yang abstrak maupun yang konkret, tidak saja tentang hal atau
peristiwa yang terjadi saat sekarang tapi juga pada waktu yang lalu atau masa
mendatang (Effendy, 1985:16).
d. Pemaknaan
Simbol-simbol yang digunakan dalam berinteraksi dan komunikasi
tidaklah mutlak dan universal berlaku untuk semua wilayah atau daerah.
Makna dari simbol tergantung dari kesepakatan masyarakat yang
7

menggunakan simbol tsb. Suatu simbol dapat dipahami melalui interpretative
proses. Suatu makna kata, tidak begitu saja dapat diterima suatu masyarakat
tetapi harus melalui proses pemaknaan (J.Dwi Narwoko, 2007 : 74).
e. Film
Film adalah alat komunikasi massa. Film sebagai media komunikasi,
merupakan suatu kombinasi penyampaian pesan yang ingin disampaikan oleh
sutradara kepada khalayak film melalui gambar yang bergerak, pemanfaatan
teknologi kamera, warna dan juga suara. Walter Hageman dalam bukunya Der
Film, Wesen und Gestalt, menyatakan bahwa esensi sebuah film adalah
gerakan atau lebih tepat lagi gambar yang bergerak. Dimana gerakan yang
dimaksud adalah gerakan yang dilakukan, baik oleh pelaku film atau oleh
kamera yang digerakan (Susanto, 1982).
f. Teori Identitas
Konsep diri juga merupakan gambaran diri kita yang merupakan tema
utama humanistic. William James dalam Jalaludin Rakhmat (2001:99)
menyebutkan bahwa pembicaraan konsep diri dibedakan antara “The I” yakni
diri yang sadar dan aktif, dan “The Me” yaitu diri yang menjadi objek
renungan kita.
Komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-
norma budaya masyarakat dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya.
Kemampuan manusia berkomunikasi mewariskan pengetahuan dari generasi
satu ke generasi lainnya. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial
setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun
konsep diri lingkungan mereka. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi
dan interaksi yang terjalin dapat mempengaruhi identitas diri seseorang.
g. Representasi Perempuan Di Media Massa
Perempuan merupakan salah satu konsep atau konstruksi isu yang sering
diangkat menjadi tema dalam perfilman Indonesia. Banyak film yang mencoba
8

menggambarkan representasi seorang perempuan yang biasanya disandingkan
dengan suatu isu-isu sosial yang ada di masyarakat.
Pengertian perempuan menurut fakih adalah manusia yang memiliki alat
reproduksi seperti rahim, saluran untuk melahirkan, mereproduksi telur,
memiliki vagina dan mempunyai alat menyusui. Perempuan memiliki sifat
yang lemah, cantik, emosional, dan keibuan (Fakih, 2012:8). Gambaran
perempuan Indonesia kebanyakan dijadikan sebagai objek dari mesin
operasional industri media dan objek pola kerja patriarki.
h. Semiotika
Roland Barthes berpendapat bahwa dalam masyarakat tanda diproduksi
dan dipahami serta berkembang dalam dua system. Pertama system primer
yang merupakan konvensi masyarakat. Inilah yang disebut sebagai system
semiologi tingkat pertama. Signifikasi pada pertama merupakan hubungan
antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas
eksternal. Dimana Barthes menyebutnya denotasi yaitu makna yang paling
nyata dalam tanda (Sobur, 2009:63).
Tahap kedua, Barthes mengatakan bahwa mitos terbentuk dengan suatu
system yang dinamakan sistem sekunder. Dimana sistem ini terdapat tanda
pada pelapis pertama yang pada akhirnya menjadi sistem signified pada
lapisan kedua. Tahap kedua ini Barthes menamakannya Konotasi. Hal ini
menggambarkan yang terjadi ketika tanda bertemu dengan emosi dari
pembaca tanda serta nilai-nilai dari kebudayaannya (Sobur, 2009:65).
9

Metodologi
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif degan
menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan metode penelitian
analisis semiotika, dimana secara umum membahas bagaimana identitas diri
perempuan muslim berjilbab “I” dan “Me” dalam film Hijab.
Dalam menganalisis peneliti menggunakan analisis semiotika metode
Roland Barthes dimana teks tidak berkaitan dengan aspek linguistik saja. Teks
dipahami dalam arti luas seperti berita, film, fashion, fiksi, puisi, lirik, dan
sebagian analisa semiotik mengamati semua secara menyeluruh dari semua isi
berita (teks), termasuk cara pemberitaannya, maupun istilah-istilah yang
digunakannya. Peneliti akan memperhatikan makna dalam teks film Hijab.
Analisis dan Pembahasan
Identitas diri yang diperoleh secara sadar tersebut disebut dengan identitas
diri “I”, dimana identitas diri tersebut diperoleh dengan kesadaran individu yang
secara aktif membentuk identitas dirinya. Sedangkan, identitas diri yang berasal
dari pengaruh dan lingkungan sekitar disebut dengan identitas diri “Me”, identitas
tersebut merupakan identitas yang berasal dari renungan individu atas dirinya
sebagai objek atas interaksi dengan lingkungan sekitar sehingga pada akhirnya
membentuk identitas diri yang baru dalam dirinya.
Akan tetapi identitas diri bukan suatu hal yang statis, identitas diri seseorang
dapat berubah-ubah. Perubahan identitas diri seseorang dapat dikarenakan banyak
faktor eksternal, baik faktor lingkungan ataupun orang terdekat misalnya. Hal ini
juga yang peneliti temukan dalam analisis identitas perempuan muslim berjilbab
dalam film hijab. didalam film tersebut terjadi beberapa pergeseran identitas diri
“I” ke identitas diri “Me” pada tokoh perempuan tersebut. Ada berbagai macam
faktor yang mempengaruhi identitas diri perempuan muslim berjilbab yang
peneliti temukan dalam film hijab ini. Maka dari itu didalam merepresentasikan
identitas perempuan muslim berjilbab, peneliti mengkaji bagaimana identitas diri
10

perempuan muslim berjilbab “I”, identitas diri perempuan muslim berjilbab “Me”,
dan bagaimana pergeseran identitas diri “I” ke identitas diri “Me” yang terjadi
pada diri tokoh perempuan dalam film hijab tersebut. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut :
1. Identitas diri perempuan muslim berjilbab “I”
Identitas diri perempuan muslim berjilbab adalah identitas diri berjilbab
yang terdapat dalam diri tokoh film hijab yang diperoleh secara sadar dan aktif.
Identitas perempuan muslim berjilbab tersebut merupakan identitas yang secara
sadar dibentuk oleh individu berdasarkan norma dan kaidah yang ada, sehingga
diri mereka secara sadar mengikuti norma tersebut dan menggunakan jilbab atas
keinginan diri untuk mematuhi norma agama yang ada.
Terkait dengan hasil penelitian yang menjelaskan bagaimana identitas diri
“I” perempuan muslim berjilbab yang telah ditemukan didalam film Hijab
tersebut, hal tersebut sesuai dengan teori identitas diri yang dikemukakan oleh
William James. Teori tersebut menjelaskan bahwa konsep identitas diri “I” adalah
konsep diri yang secara sadar dan aktif terbentuk pada diri individu-individu
(Rahmat, Jalaludin : 2001, Hal 112). Hal tersebut menjelaskan bahwa identitas
diri “I” merupakan identitas diri yang secara sadar dan aktif terbentuk karena
kesadaran individu untuk menggunakan jilbab sesuai dengan aturan, kaidah, dan
syariat islam yang ada.
Hasil temuan atas representasi yang dilakukan oleh peneliti dalam film hijab
ini menunjukkan bahwa, jilbab dapat menunjukan identitas perempuan muslim
dengan cara mendesaign jilbab mereka seuai dengan karakter pribadi sang tokoh,
dan dengan macam-macam desaign yang ada tersebut akan menunjukkan
keragaman jilbab yang ada pada perempuan muslim. Jilbab saat ini bukan hanya
sebagai simbol untuk menujukkan identitas diri seorang perempuan muslim,
melainkan keberagaman jilbab yang ada saat ini juga menunjukkan identitas dan
karakter masing-masing dari perempuan muslim.
11

Disamping itu Herbert Mead mengatakan bahwa manusia mempunyai
sejumlah kemungkinan tindakan dalam pemikirannya sebelum ia melakukan
tindakan yang sebenarnya. Dimana berfikir menurut Mead disini adalah suatu
proses dimana individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dan mempergunakan
simbol-simbol yang bermakna. Melalui proses interaksi dengan diri sendiri itu,
individu memilih yang mana diantara stimulus yang akan ditanggapi sebagai
bentuk aksi pengungkapan identitas diri (George, Ritzer : 2011 Hal 67). Hal ini
sesuai dengan temuan peneliti yang menunjukkan bahwa identitas perempuan
muslim berjilbab ”I” merupakan bentuk ketaatan terhadap perintah agama.
Sehingga dalam upaya untuk mentaati perintah agama tersebut para tokoh dalam
film hijab tersebut menggunakan jilbab sebagai bentuk kesadaran sang tokoh atas
perintah Allah SWT, dan sebagai bentuk perwujudan seorang perempuan muslim
yang soleha.
2. Identitas diri perempuan muslim berjilbab “Me”
Jika identitas diri “I” adalah identitas diri yang terbentuk oleh diri secara
sadar dan aktif untuk memenuhi norma dan kaidah yang ada, identitas diri “Me”
adalah sebuah konsep diri yang merupakan hasil dari interaksi dengan orang lain,
atau dengan kata lain Identitas diri “Me” ada identitas diri yang terbentuk sebagai
bentuk hasil renungan seseorang atas proses interaksi yang ia lakukan.
Hasil temuan peneliti mengenai identitas diri “Me” dalam film hijab ini
adalah terdapat beberapa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi dan
membentuk identitas diri perempuan muslim berjilbab yang baru pada tokoh film
tersebut. William James mengatakan bahwa konsep identitas diri “Me” juga
terletak pada konsep pengambilan peran orang lain, hal ini karena individu
bersifat aktif, inovatif yang tidak sengaja diciptakan secara sosial, namun juga
dapat menciptakan masyarakat baru yang perilakunya tidak dapat ditentukan
(Jalaludin : 2001, Hal 99).
Terdapat beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi identitas diri
perempuan muslim berjilbab dalam film hijab ini, yaitu jilbab yang digunakan
12

oleh para tokoh wanita dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan,
seperti aktivitas pengajian dan bisnis online. Dimana interaksi mereka saat
melakukan aktivitas tersebut membawa pengaruh perubahan dalam diri tokoh.
Disamping itu lingkungan sosial juga menjadi salah satu faktor ektenal yang
mempengaruhi identitas jilbab mereka. dimana para tokoh menggunakan jilbab
sebagai bentuk penyesuaian diri mereka dengan lingkungan, dan menggunakan
jilbab sebagai keberhasilan internalisasi nilai-nilai agama oleh lingkungan
terhadap diri mereka.
Selain kedua faktor tersebut peneliti juga menemukan bahwa orang terdekat
(Significant Other) juga dapat memberikan pengaruh terhadap identits jilbab pada
tokoh perempuan dalam film hijab tersebut. Contohnya saja perubahan identitas
jilbab sebagai bentuk ketaatan sang tokoh terhadap suami, interaksi dan intensitas
pertemuan dengan teman dekat juga dapat mempengaruhi identitas jilbab mereka,
dan tentu saja pengalaman dan perjalan hidup orang terdekat juga menjadi salah
satu faktor pembentuk identitas jilbab yang ada pada tokoh-tokoh tersebut.
Hasil temuan dalam reprsentasi identitas perempuan muslim berjilbab
tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor external yang dapat menpengaruhi
identitas diri seseorang. Dalam hal ini identitas diri perempuan berjilbab “Me”
yang ditemukan adalah hasil interaksi sosial dengan lingkungannya, baik suami,
keluarga, profesi, ataupun teman-temannya. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh William James bahwa identitas diri “Me” adalah identitas diri
yang diperoleh sebagai bentuk hasil renungan yang menjadikan diri sebagai objek
renungannya. Dengan kata lain identitas diri “Me” merupakan identitas diri yang
diperoleh sebagai bentuk hasil interaksi diri (“I”) dengan lingkungan dan situasi
sekitarnya, sehingga mampu menghasilkan perilaku individu baru sebagai bentuk
hasil renungan (Jalaludin Rakhmat, 2001 : 99).
13

3. Pergeseran identitas “I” menjadi identitas diri “Me”, dan kembali ke
identitas diri “I”
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa identitas diri merupakan suatu
hal yang dinamis yang dapat berubah-ubah, hal ini juga yang ditemukan oleh
peneliti ketika melakukan reprsentasi identitas perempuan muslim berjilbab dalam
film hijab. Pergeseran identitas atau perubahan identitas “I” menjadi “Me”
ataupun sebaliknya perempuan berjilbab dalam tokoh merupakan hasil interaksi
komunikasi yang mereka lakukan dengan lingkungan sosialnya sehingga dapat
menimbulkan perubahan tersebut. Dimana hal ini sesuai dengan yang dikatakan
oleh Morissan, orang-orang terdekat memberikan pengaruh besar dalam
kehidupan kita. Mereka adalah orang-orang dengan siapa kita memiliki hubungan
dan ikatan emosional seperti orangtua, atau saudara. Mereka mengenalkan kita
dengan kata-kata baru, konsep-konsep tertentu, atau kategori-kategori tertentu
yang kesemuanya memberikan pengaruh kepada diri dalam melihat realitas
(Morissan, 2013 : 113).
Berdasarkan hasil temuan peneliti terkait perubahan identitas diri “I”
menjadi identitas diri “Me”, perubahan identitas jilbab pada tokoh dalam film
hijab ini dapat terlihat dari perubahan cara berjilbab, dimana terjadi perubahan
dari yang sebelumnya belum menggunakan jilbab kemudian berubah
menggunakan jilbab, dan juga dari yang sudah menggunakan jilbab menjadi lebih
syar’i. Dimana perubahan tersebut merupakan pengaruh interaksi sosial yang
dilakukan dengan lingkungan sekitar, diantaranya interaksi dengan sang suami,
dan teman terdekat mereka. Intensitas komunikasi yang sering mereka lakukan
membawa dampak perubahan dalam diri tokoh perempuan dalam film hijab
tersebut.
Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan oleh Marhaeni Fajar, Julia T.
Wood dalam bukunya Komunikasi Teori dan Praktek yang mengatakan identitas
diri merupakan hasil dari berkomunikasi dengan orang lain dan berpartisipasi di
dunia sosial. Sejak kita lahir, kita berinteraksi dengan oranglain. Kita belajar
14

bagaimana mereka melihat kita dan kita menginternalisasi banyak pandangan
mereka mengenai dunia dan tentang siapa kita dan harus menjadi apa kita.
Melalui dialog internal atau komunikasi interpersonal, kita mengingatkan diri
mengenai perspektif oranglain dan bagaimana mereka melihat kita (Julia T.
Wood, 2012 : 46). Hal ini juga yang peneliti temukan dalam penelitian ini, dimana
tokoh-tokoh perempuan muslim berjilbab dalam film hijab ini mengalami
pergeseran identitas diri mereka karena masuknya nilai-nilai yang ia peroleh dari
interaksi sosialnya. Disini tergambar bagaimana identitas diri pada seseorang
merupakan suatu hal yang bersifat dinamis. Dimana dinamis yang dimaksud disini
adalah identitas diri seseorang bersifat tidak kaku dan fleksibel terhadap
lingkungan sekitarnya. Sehingga identitas diri seseorang masih dapat berubah
selama proses interaksi masih dilakukan dengan lingkungan sosialnya.
Kesimpulan
Berikut ini merupakan kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti atas
perumusan masalah mengenai identitas perempuan muslim berjilbab “I”, identitas
perempuan muslim berjilbab “Me”, dan pergeseran identitas diri perempuan
muslim berjilbab, yakni sebagai berikut :
1. Identitas perempuan muslim berjilbab “I” dalam film hijab ini merupakan
identitas yang diperoleh secara sadar dan aktif pada diri tokoh-tokoh tersebut
untuk menggunakan jilbab. Mereka menggunakan jilbab sebagai bentuk
kesadaran mereka akan aturan dan norma yang ada, bahwasanya jilbab
merupakan hal yang wajib untuk seluruh perempuan muslim. Jilbab sebagai
identitas diri perempuan muslim “I” digunakan untuk menunjukkan bagaimana
identitas diri perempuan muslim yang ada pada diri mereka. Hal tersebut
terlihat melalui bagaimana tokoh-tokoh perempuan dalam film tsb. mendesaign
jilbab sesuai dengan karakter pribadi mereka, disamping itu dapat kita liat juga
ragam jilbab perempuan muslim yang ada saat ini ada yang menggunakan
jilbab syar’i, jilbab fashion, turban, dan bahkan jilbab turki. Dimana
kesemuanya dapat menunjukan identitas diri perempuan muslim mereka.
15

Selanjutnya, identitas diri “I” perempuan muslim berjilbab dalam film hijab ini
dapat terlihat dari alasan mereka menggunakan jilbab secara sadar akan
perintah dan norma yang ada. Jilbab digunakan sebagai bentuk ketaatan
terhadap perintah Allah SWT, dan juga sebagai upaya perwujudan sebagai
seorang perempuan yang soleha. Secara keseluruhan identitas perempuan
muslim berjilbab “I” merupakan identitas yang terbentuk atas kesadaran para
tokoh dalam film hijab untuk menggunakan jilbab dalam diri mereka untuk
mematuhi kewajiban mereka sebagai seorang perempuan muslim.
2. Identitas perempuan muslim berjilbab “Me” dalam film hijab ini, identitas diri
“Me” adaah konsep diri yang terbentuk dari interaksi dengan oranglain dan
aktivitas yang dilakukan. Dengan kata lain identitas diri tersebut merupakan
hasil atas renungan yang telah dilakukan atas proses interaksi yang dilakukan.
Dalam film hijab ini peneliti melihat bahwa terdapat identitas diri perempuan
berjilbab tokoh yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dari diri mereka sendiri.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuk dam berubahnya
identitas diri perempuan berjilbab, yaitu jilbab yang digunakan dipengaruhi
oleh aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan seperti aktivitas pengajian dan
bisnis online. Dimana interaksi itu membawa perubahan dalam identitas
mereka. Disamping itu lingkungan sosial dan orang-orang terdekat juga
memberikan pengaruh terhadap identitas diri tokoh perempuan berjilbab dalam
film hijab tsb. Seperti perubahan jilbab yang mereka gunakan sebagai bentuk
ketaatan terhadap suami, interaksi dan intesitas pertemuan dengan sahabat juga
membawa dampak perubahan dalam identitas diri mereka. Dapat ditarik
kesimpulan disini bahwa identitas diri “Me” merupakan identitas diri baru yang
terbentuk dalam diri tokoh sebagai hasil interaksi sosial yang dilakukan tokoh
dengan lingkungannya, baik suami, keluarga, profesi, ataupun sahabat-sahabat
mereka.
3. Identitas diri merupakan suatu hal yang berifat dinamis dan tidak kaku,
identitas diri seseorang dapat terus berubah selama proses interaksi dengan
16

lingkungan sosialnya masih dilakukan. Hal ini juga yang terjadi pada diri
tokoh-tokoh perempuan berjilbab dalam film hijab ini, terjadi pergeseran
identitas diri “I” menjadi identitas diri “Me” dalam diri tokoh. Perubahan
identitas diri tersebut dapat terlihat dari perubahan cara berjilbab, dimana
terjadi perubahan dari yang sebelumnya belum menggunakan jilbab kemudian
berubah menggunakan jilbab, dan juga dari yang sudah menggunakan jilbab
menjadi lebih syar’i. Perubahan tersebut sebagai hasil dari interaksi sosial yang
dilakukan dengan lingkungan sekitar diantaranya dengan sang suami dan
sahabat-sahabat mereka. Intensitas komunikasi yang sering mereka lakukan
membawa dampak perubahan dalam diri tokoh perempuan dalam film hijab
tersebut. Pergeseran identitas yang terjadi menunjukkan bahwa identitas diri
seseorang akan senantiasa berubah dan akan selalu fleksibel dengan lingkungan
tempat mereka melakukan interaksi sosialnya tersebut.
Saran
Setelah penulis melakukan analisa mengenai identitas perempuan berjilbab
dalam film hijab, berikut beberapa saran yang berkaitan dengan hasil temuan dari
peneliti :
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa identitas diri merupakan
hal yang bersifat dinamis, dimana identitas diri perempuan berjilbab yang
terdapat dalam diri kita (Identitas “I”) dapat terus berubah selama interaksi
sosial masih kita lakukan dengan lingkungan sosial kita. Dimana peneliti
mengharapkan dengan terbentuknya atau perubahan identita diri berjilbab
dalam diri kita tersebut (Identitas “Me”) akan memberikan dampak yang positif
bagi kehidupan kita. Dengan adanya penelitian ini peneliti mengharapkan agar
perempuan berjilbab lebih bijaksana dalam menanggapi fenomena perubahan
identitas perempuan muslim berjilbab yang ada saat ini. Diharapkan semakin
berkembangnya perempuan yang menggunakan jilbab saat ini justru akan dapat
meningkatkan kesadaran akan arti jilbab itu sendiri, dimana jilbab merupakan
busana yang digunakan untuk menutupi aurat perempuan muslim. Sehingga
17

diharapkan perempuan-perempuan muslim dapat berjilbab sesuai dengan
batasan-batasan dalam agama islam, bukan hanya semata mengikuti trend
fashion yang ada.
2. Selain itu, terkait dengan isi dalam film Hijab ini yang keberadaannya
mengalami kontroversi penerimaan dan penolakan dari masyarakat. Peneliti
menyarankan agar selanjutnya pihak-pihak yang terkait dalam industri
perfilman lebih bijak lagi dalam membuat cerita, hal ini dikarenakan film
merupakan sebuah media penyampaian pesan dimana khalayak akan dengan
sendirinya melakukan pemaknaan atas pesan yang terdapat dalam film tersebut.
Maka dari itu film menjadi sebuah media yang memiliki konsekuensi
perbedaan makna yang besar, karena khalayak sendirilah yang akan membuat
simpulan-simpulan dalam pesan tersebut secara subjektif. Peneliti
menyarankan kepada pihak yang berkaitan dalam industri film untuk lebih
memperhatikan lagi nilai-nilai yang ada sehingga dapat meminimalisir
perbedaan makna yang dan ada. Serta peneliti juga menyarankan kepada
khalayak yang menyaksikan film agar lebih bijaksana juga dalam memilah-
milah nilai-nilai yang ada dalam film. Sehingga nilai-nilai positif yang ingin
disampaikan dalam film tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan dapat
memberikan manfaat bagi yang menonton. Dari pandangan tersebut, peneliti
mengharapkan agar selanjutnya kontroversi perbedaan makna dalam dunia
perfilman yang ada dapat berkurang dan dunia perfilman yang ada dapat
menjadi wadah edukasi yang baik bagi masyarakat atau khalayak.
Daftar Pustaka
Bali Backpacker. 2015. Sinopsis Film Hijab Hanung Bramantyo. http://www.balibackpacker.com/synopsis-film-hijab-hanung-bramantyo. (diunduh pada 21/04/2016 pukul 15.56 WIB).
Effendy, Onong Uchjana. (1985). Hubungan Masyarakat. Bandung: Remaja Karya.
Film Pelajar. 2014. Sejarah Perkembangan Film Indonesia. http://www.filmpelajar.com/sejarah-perkembangan-film-indonesia. (diakses pada 4 Mei 2016 pukul 08.15).
18

George Ritzer, Douglas J. Goodman. (2011). Teori Sosiologi Modern. Jakarta :Prenada Media.
Harian Indonesia. 2015. Tuai Kontroversi Film Hijab Tembus 100 Ribu Penonton. http://www.harianindo.com/2015/01/28/37177/tuai-kontroversi-film-hijab-tembus-100-ribu-penonton diunduh pada 21/04/2016 pukul 19.00 WIB).
J. Dwi Narwoko, Bagong Suyanto. (2007). Sosiologi : Teks Pengantar dan Terapan (edisi Kedua). Jakarta : Kencana Prenada Group.
Komisi Penyiaran Indonesia. 2015. KPI Larang Penayangan Film Hijab. http://www.change.org/p/kpi-larang-penayangan-film-hijab diunduh pada 21/04/2016 pukul 19.35 WIB).
Morissan. (2013). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta : Kencana.Mulyana, Deddy. (2003). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.Rakhmat, Jalaludin. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.Sobur, Alex. (2004). Analisis Teks Media. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.Stryker, Sheldon. (1980). Symbolic Interactionism: A Struktural Version. Menlo
Park : Benjamin Cumings.Susanto, Astrid. (1982). Komunikasi Massa I. Bandung: Bina Cipta.Syariah Publication. 2015. Perkembangan Perempuan Berjilbab.
http://www.syariahpublications.com. (yang diunduh pada 20/04/2016 pukul 17.20 WIB).
19