World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... ·...

30

Transcript of World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... ·...

Page 1: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual
Page 2: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 | i

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL & TEMU ILMIAH PSIKOLOGI POSITIF I 2018

“POSITIVE PSYCHOLOGY in DEALING with MULTIGENERATION”

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Editor:

Dr. Dr. Wustari L. Mangudjaya, M Org.Psi, MA

Dr. Nurlaila Effendy, M.Si

Dr. Abdul Rahman Saleh, M.Si

Dr. Rostiana, M.Si., Psikolog

M. Taufiq Amir, Ph.D

Diterbitkan oleh:

Himpunan Psikologi Indonesia

Jl. Kebayoran Baru No. 85B

Kebayoran Lama, Velbak

Jakarta 12240

ISBN: 978-602-96634-7-1

Dicetak oleh PT. KERTAS PUTIH DIGITAL PRINTING

Page 3: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

ii | SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018

PENGANTAR KETUA ASOSIASI PSIKOLOGI POSITIF INDONESIA

Salam Bahagia

Perkembangan Psikologi Positif di berbagai belahan dunia sangat cepat, baik dari

penelitian, terapi, maupun aplikasi dari konsep Psikologi Positif.. Setiap 2 tahun sekali

International Conference juga dilaksanakan di berbagai belahan dunia (Eropa, Australia, New

Zaeland, Amerika, China, Turki). Asosiasi Psikologi Positif di dunia dikenal dengan IPPA

(International Positive Psychology Association). World Congress dilaksanakan 2 tahun sekali, dan

5th World Congress of Positive Psychology baru saja dilaksanakan bulan Juli 2017 di Montreal,

Kanada., dan tahun depan (2019) akan dilaksanakan di Melbourne, Australia.

Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I) adalah Asosiasi/Ikatan yang ke 15 dibawah

HIMPSI, yang dideklarasikan satu tahun lalu, 26 Agustus 2017. AP2I memang baru satu tahun,

namun para peneliti, pemerhati Psikologi Positif cukup banyak dan aktif mengembangkan

Psikologi Positif di Indonesia. Hal ini yang mendorong asosiasi menyelenggarakan beberapa

program pada tahun 2018 dari Positive Organization Award, RTM pengampu MK. Psikologi

Positif, Workshop, dan Temilnas dengan topik “ Positive Psychology in Dealing with

Multigeneration”

Topik tersebut menjadi topik Temilnas 2018 dengan berbagai alasan. Salah satunya adalah

karakteristik penduduk Indonesia dan kondisi yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan proyeksi

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2013 jumlah penduduk Indonesia pada

2018 mencapai 265 juta jiwa (133,17 juta jiwa laki-laki dan 131,88 juta jiwa perempuan).Menurut

kelompok umur, penduduk yang masih tergolong anak-anak (0-14 tahun) sekitar 26,6% dari total

populasi, usia produktif (14-64 tahun) sekitar 67,6% dan penduduk usia lanjut 65 ke atas

diperkirakan 5,8%. Rasio angka ketergantungan (usia produktif terhadap usia nonproduktif)

sebesar 47,9%, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 48,1% dan juga turun dari posisi 2010

yang mencapai 50,5%.

Jumlah Penduduk Indonesia akan mencapai puncaknya diperkirakan pada 2062. Peran

Psikologi Positif sangat penting memberikan kontribusi bagi kualitas hidup baik pada usia

produktif maupun pada usia lanjut, yang akan mempengaruhi pada generasi dibawahnya. Sehingga

pembicara pada seminar juga menyampaikan untuk mendukung topik tersebut. Topik-topik yang

beragam pada sesi paralel akan menambah kedalaman dan keluasan topik-topik pada Psikologi

Positif sesuai kondisi Indonesia.

Terimakasih kepada semua yang terlibat dari pengurus, panitia, para peserta, sehingga

terselenggaranya Temilnas Psikologi Positif 2018 sehingga akan mengembangkan keilmuan

Psikologi Positif di Indonesia dan dapat bermanfaat pada Bangsa Indonesia.

Page 4: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 | iii

Selamat mengikuti Temu Ilmiah Psikologi Positif 2018 dan menikmati prosesnya.

SAPOSE…

Ketua Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I)

Dr. Nurlaila Effendy, M.Si

Page 5: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 | xvii

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..........................................................................................................

KATA PENGANTAR KETUA UMUM AP2I

DAFTAR ISI .................................................................................................................. .....

MATERI KEYNOTE: Dr.Nurlaila Effendy, M.Si

Empowerment pada Wanita: Menguji Pengaruh Harga Diri dan Dukungan Sosial?

(Hally Weliangan) ................................................................................................................ 1-18

Faktor yang mempengaruhi Subjective Well-Being pada Ibu Jalanan

(Fitrianur) ............................................................................................................................. 19-27

Overview Subjective Well Being in the Young Women at boarding schools

(Mauliddina Qurrota A'yun) ................................................................................................ 28-37

Pengaruh Kebersyukuran Terhadap Work Engagement Pada Pegawai Aparatur Sipil Negara

(ASN) Di Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat

(Muhammad Hafiz) ............................................................................................................ 38-47

Penerapan Psycological Capital pada Industri Skala Usaha Menengah (Kajian Peran,

Pengaruh dan Tantangan)

( Desak Nyoman Arista Retno Dewi ) ................................................................................ 48-55

Eksplorasi ketidakbahagiaan kerja pada generasi Y: Survei pada Industri IT Yogyakarta

(Nafilatul Lely) ................................................................................................................... 56-67

Hubungan Flow Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi Psikologi

Universitas X

(Teguh Lesmana)................................................................................................................ 68-78

Menggunakan Pendekatan Berbasis Kekuatan dalam Pengasuhan

( Agnes Maria Sumargi)...................................................................................................... 79-90

Mengembangkan Konsep Kota Ramah Lansia Melalui Photovoice Antargenerasi

(Made Diah Lestari) ............................................................................................................ 91-109

Persepsi Ritual Keluarga dan Kehangatan Hubungan dengan Orang Tua

Membedakan Kadar Perilaku Prososial (Studi Kasus Remaja Sma Di Kota Makassar)

(St. Muthia Maghfirah M)................................................................................................... 110-122

Page 6: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

xviii | SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018

Husnu Al-Zhann & Kepuasan Pernikahan: Studi Korelasi terhadap Pada Pegawai Negeri Sipil

(PNS) di Kota Pangkalan Bun, Provinsi Kalimantan Tengah

(Anwar Iqbal) ..................................................................................................................... 123-131

Pengaruh Pelatihan Berbasis VIA (Values In Action) terhadap Resiliensi Mahasiswa:

Sebuah Studi Awal Menggunakan Quasi Eksperimen

(Irfan Aulia Syaiful)............................................................................................................ 133-140

Hubungan Antara Flow dan Authentic Leadership dengan Psychological Well

Being Pada Karyawan

(Anggie Rumondang Berliana) ........................................................................................... 141-151

Peran Trait Mindfulness (Rasa Kesadaran) terhadap Penerimaan Diri pada Remaja

dengan Orangtua Bercerai (Retty Fauzia)........................................................................... 152-163

Perilaku Submisif, Persepsi Glass Ceiling, dan Dampaknya Terhadap Wellbeing

Karyawan Perempuan

(Nuri Sadida)....................................................................................................................... 164-178

Work Engagement Ditinjau dari Workplace Spirituality dan Thriving

(I Gede Surya Dinata) ......................................................................................................... 179-189

Hubungan Psychological Capital dengan Stres Kerja Pada Personel Pemadam Kebakaran

Provinsi DKI Jakarta

(Invanie Giana Permata) ..................................................................................................... 190-209

Pembandingan Proporsi Kadar Adversity Quotient dan Grit Pada Remaja SMA yang

Menganggap Keberfungsian Keluarganya Nyata dengan yang

menganggap Keberfungsian Keluarganya Tidak Nyata (Studi Pada Siswa SMA di Makassar)

(Amadea Novanka Hasanah) .............................................................................................. 210-221

Peran Perceived Teacher Support terhadap School Well-Being pada Siswa SMA di

Jakarta

(Dewi Kumalasari).............................................................................................................. 222-234

Model Teoritik Coping Sebagai Mediator Dari Pengaruh Optimisme Dan Resiliensi

Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

(Nur’aeni) ........................................................................................................................... 235-247

Page 7: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 | xix

Peran Regulasi Emosi terhadap Gejala Depresi pada Remaja dengan Orangtua Bercerai

(Tania Farahdika)................................................................................................................ 248-258

Deskripsi Kualitatif Makna Cinta pada Remaja Di Sulawesi Selatan

(Asniar Khumas) ................................................................................................................ 259-273

Hubungan Gejala Depresi dengan Health Related Quality Of Life (HRQoL) pada

Remaja dengan Orangtua Bercerai

(Nurtsani )........................................................................................................................... 274-283

Hubungan antara Trait Mindfulness (Rasa Kesadaran) dengan Kekuatan Karakter pada

Mahasiswa

(Ratih Arruum Listiyandini ).............................................................................................. 284-294

Terapi Suportif untuk Meningkatkan Konsep Diri pada Mantan Penderita Skizofrenia

(Maharani Kusumaningrum)............................................................................................... 295-305

Hubungan antara Work-Life Balance dan Life Satisfaction: Studi pada Wanita

Pekerja Dewasa Awal di DKI Jakarta

(Gracia Marindra Puteri Suryapranata ).............................................................................. 306-327

Dampak Body Shaming pada Remaja Putri

(Sumi Lestari ) .................................................................................................................... 328-338

Analisis Peran Psychological Capital dalam Dunia Kerja

(Muhammad Kadafi ).......................................................................................................... 339-348

Kepuasan Hidup Akademisi di Indonesia: Suatu Studi Kepustakaan

(Yusak Novanto) ................................................................................................................ 349-358

Minat Belajar Matematika Melalui Quipper School Pada Siswa SMAN 15 Palembang

(Dwi Hurriyati) ................................................................................................................... 359-375

Kelas Akselerasi : Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Resiliensi

(Tjitjik Hamidah) ................................................................................................................ 376-387

Peran Guru terhadap Kesejahteraan Subyektif Anak ADHD

(Iriani Indri Hapsari) ........................................................................................................... 388-402

Perbedaan Kepuasan Hidup Remaja Ditinjau dari Pola Asuh Orangtua

(Peiter Houtama)................................................................................................................. 403-413

Hubungan antara Psychological Wealth Dengan Flourish PERMA Dalam Bekerja

(Dyah Kusmarini) ............................................................................................................... 414-422

Page 8: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

xx | SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018

Makna Kebahagiaan pada Generasi Y

(Nina Zulida Situmorang) ................................................................................................... 423-430

Pelatihan Syukur untuk Meningkatkan Flourishing pada Lansia

(Nora Devi Irianjani)........................................................................................................... 431-440

Pelatihan Syukur untuk Meningkatkan Flourishing pada Mahasiswa Fakultas

Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

( Miftahus Sa’adah Maulidiyah) ......................................................................................... 441-450

Studi Tentang Korelasi Post Traumatic Growth dengan Flourishing pada

Mahasiswa Perantau Tahun Pertama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Ahmad Dahlan (Salsabilla Shaumi Nadhifa) ...................................................................... 451-460

Hubungan Antara Motivasi Kerelawanan Dengan Penetapan Tujuan Hidup

Pada Relawan Emerging Adulthood

(Bianda Retno Widyani)…………... ................................................................................... 461-474

Work Readiness Among University Students :

The Impact of Psychological Capital and Social Support

(Kiky D.H. Saraswati)......................................................................................................... 475-485

Resiliensi Pada Generasi Milenial di Era Disrupsi Teknologi dan Industri 4.0

(Wustari L. Mangundjaya).................................................................................................. 486-497

Hubungan Flourish Dengan Kinerja Pada Tenaga Kependidikan Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin Makassar

(Dwiana Fajriati Dewi)........................................................................................................ 498-505

Hubungan Kadar Kepuasan Pemeranan Keberfungsian Keluarga pada

Pemposisian Sebagai Diri, Istri, Bunda, dengan Kadar Subjective Well-Being Wanita

Menikah dan Bekerja

(Sri Ismayanti).................................................................................................................... 506-516

Pengaruh Persepsi Dukungan Atasan Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan

(Cince Rohmawati)............................................................................................................. 517-533

Gambaran Kepuasan Hidup dan Keberfungsian Keluarga Mantan Penyalahguna

Narkoba di Kecamatan Mamuju

Page 9: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 | xxi

(Syurawasti Muhiddin)........................................................................................................ 534-542

Adaptabilitas Karier Dan Well Being Pada Mahasiswa Tahun Pertama

(Sari Zakiah Akmal)............................................................................................................ 543-553

Aspek-aspek Kualitas Kehidupan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

ditinjau dari Perspektif Orangtua

(Monika)............................................................................................................................. 554-563

Pengaruh Positive Word Terhadap Kepercayaan Diri Mencapai Cita-Cita

Pada Remaja Penyandang Disabilitas Di Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar

(Sumarni)............................................................................................................................ 564-573

Studi Awal Mengenai Gambaran Tentang Character Strength dan Kaitannya

dengan Gaya Hidup Sehat (Studi Awal Pada Mahasiswa S2 Psikologi Sains)

(Ulantri)............................................................................................................................. 574-585

Analisa Konflik Keluarga-Pekerjaan Terhadap Subjective Well Being

Pada Wanita Yang Bekerja di Perbankan DIY

(Dewi Handayani Harahap)............................................................................................... 586-596

Efektivitas Tayangan Humor Untuk Meningkatkan Psychological Well-Being

Anak Napi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kutoarjo

(Fatima Sari Aprizal)......................................................................................................... 597-605

Page 10: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 |91

Mengembangkan Konsep Kota Ramah Lansia Melalui Photovoice

Antargenerasi Made Diah Lestari1, Ni Made Sri Nopiyani2, Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya1,

Gede Kamajaya3, Ni Luh Ayu Cahya Saraswati1, Adixie Axell, Arrixavier1 1Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, 2Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, 3Program Studi

Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Udayana, Bali.

[email protected] [email protected]

[email protected] [email protected] [email protected]

[email protected]

RINGKASAN

Latar belakang: Bali adalah provinsi keempat dengan proporsi lanjut usia (lansia)

tertinggi di Indonesia. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa konsep ageing in place

bagi lansia di Bali adalah menghabiskan masa tua hidup bersama dengan keluarga dan

berada di komunitas tempat lansia menjalani kesehariannya. Untuk itu pemberdayaan

lansia sebaiknya berbasis keluarga dan komunitas. Usaha yang bisa dikembangkan adalah

membangun konsep kota ramah lansia. Denpasar menjadi salah satu kota di Indonesia

yang ditargetkan menjadi kota ramah lansia di tahun 2030. Konsep kota ramah lansia

yang dikembangkan di Indonesia mengacu kepada dimensi dari WHO. Sayangnya

dimensi WHO bersifat top down dan kenyataannya tidak melibatkan satupun kota di

Indonesia sebagai pilot study. Tujuan: Penelitian ini ingin menggali dari sudut pandang

indigenous psychology terkait dengan kebutuhan lansia akan lingkungannya melalui

kegiatan photovoice antargenerasi dengan melibatkan 18 lansia dan 18 mahasiswa mata

kuliah gerontologi. Metode: Teknik analisis partisipatori dan open coding terhadap narasi

digunakan sebagai analisis data sehingga menemukan tema-tema kebutuhan lansia.

Hasil: Ditemukan aspek infrastruktur dan interaksi sosial yang berkaitan dengan

kebutuhan lansia akan kota ramah lansia. Responden penelitian menilai bahwa

pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur seperti ketersediaan transportasi umum,

trotoar, dan ruang terbuka hijau perlu ditingkatkan menuju Denpasar ramah lansia. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Pemerintah Denpasar dalam

mewujud kota ramah lansia dengan memperhatikan aspirasi lansia.

Keywords: ageing population, antargenerasi, kota ramah lansia, lansia, photovoice.

Page 11: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

92 | SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018

PENDAHULUAN

Proporsi lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bali termasuk

lima besar provinsi dengan proporsi lansia tertinggi di Indonesia. Menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jika di tahun 1995 proporsi

penduduk lansia di Bali 8.93%, maka di tahun 2007 proporsinya menjadi 11.02% dan di

tahun 2016, angkanya menjadi dua kali lipat dari tahun 1995. Bertambahnya jumlah

lansia seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup. Tahun 2000 usia harapan hidup

penduduk di Bali adalah 68.1 tahun dan meningkat menjadi 70.5 tahun sejak tahun 2006.

Angka ini melampui rata-rata usia harapan hidup nasional di angka 66.2 tahun (Rimbawa,

2015).

Pada Masyarakat Bali, ageing in place dimana lansia ingin hidup dan menghabiskan

waktunya tetap di tempat dimana lansia lahir dan dibesarkan bersama dengan keluarga

menjadi sebuah pilihan tempat tinggal bagi sebagian besar lansia. Ditambah lagi Bali

menganut budaya dimana pengasuhan lansia menjadi tanggung jawab dari keluarga

(Lestari, dkk., 2017). Konsekuensi dari pilihan ini adalah komunitas di mana lansia

tinggal dan beraktivitas dituntut untuk dapat memberikan dukungan bagi lansia baik

menyangkut lingkungan fisik maupun sosial. Karakteristik budaya ini berbeda dengan

beberapa negara di dunia. Jika dibandingkan dengan Jepang dan Hong Kong, pilihan

lansia untuk tinggal di panti werdha jauh lebih sedikit. Lebih dari 30% penduduk lansia

di Indonesia tinggal bersama dengan anak dan lebih dari 35% penduduk lansia tinggal

bersama dengan anak, cucu, dan juga anggota keluarga lainnya dalam tiga generasi

(Badan Pusat Statistik (BPS), 2015)

Sebagai upaya untuk memfasilitasi lansia mencapai kondisi successful ageing,

maka pemberdayaan lansia di Indonesia sebaiknya mengedepankan pendekatan

komunitas dan keluarga. Salah satunya adalah memfasilitasi kota menjadi tempat yang

ramah bagi lansia. Di tahun 2030, Denpasar menjadi salah satu kota di Indonesia yang

ditargetkan untuk berkembang menjadi kota yang ramah lansia. Pengembangan kota

ramah lansia di Denpasar mengacu pada dimensi kota ramah lansia yang dikembangkan

oleh World Health Organization (WHO). Di tahun 2007, WHO mempublikasikan

panduan untuk mengembangkan kota ramah lansia. Panduan ini dibangun dengan

Page 12: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 |93

pendekatan studi kualitatif terhadap 33 kota di seluruh dunia. Tujuan dari studi kualitatif

tersebut adalah untuk mendapatkan karateristik utama dari kota ramah lansia.

Karakteristik utama ini didapatkan melalui perspektif lansia, pengasuh, dan elemen

masyarakat lainnya (Barusch, 2013; Kano, Rosenberg, & Dalton, 2017). WHO

menetapkan delapan dimensi yang merupakan aspek kunci dari kota ramah lansia, yakni

ruang terbuka hijau, transportasi, perumahan, partisipasi sosial, penghormatan dan

keterlibatan sosial, partisipasi sipil dan pekerjaan, komunikasi dan informasi, serta

dukungan masyarakat dan kesehatan (Menec, dkk, 2011).

Tidak ada satu pun kota di Indonesia dari 33 kota di seluruh dunia yang menjadi

setting pengembangan panduan kota ramah lansia oleh WHO, walaupun pada

penerapannya hingga saat ini panduan WHO ini berlaku secara umum di seluruh kota di

dunia. Pada tahun 2013, Survey Meter melakukan assessment terhadap Denpasar terkait

dengan sejauh mana Denpasar menjadi kota yang ramah lansia. Hasilnya adalah Kota

Denpasar masih lemah dalam hal kesediaan transportasi publik, ruang terbuka hijau,

partisipasi publik, dan kesempatan kerja (Lestari, 2016a; SurveyMeter, 2013). Barusch

(2013) mengkritisi bahwa inisiatif kota ramah lansia oleh WHO merepresentasikan

pendekatan top-down dimana pengambil kebijakan bersama dengan akademisi dan

praktisi mengambil alih upaya perubahan dan penerapan konsep kota ramah lansia.

Konsekuensinya beberapa dimensi bisa jadi kurang tepat jika diterapkan pada kota

dengan budaya dan keadaan demografi yang berbeda. Kano, dkk (2017) berargumen

bahwa dalam perjalanannya beberapa model dari kota ramah lansia telah dikembangkan

dengan melakukan modifikasi terhadap konsep dan dimensi dari WHO. Dalam

kenyataannya pendekatan partisipatori yang mengikutsertakan peran lansia dan

kolaborasi pemerintah kota adalah pendekatan yang paling efektif dalam

mengembangkan konsep kota ramah lansia (Kano, dkk., 2017).

Pendekatan bottom up dengan memberikan ruang bagi lansia untuk berpartisipasi

di dalam pengembangan Denpasar menjadi kota yang ramah lansia perlu menjadi

pertimbangan dengan mengacu kepada beberapa hal, yakni, apakah menggunakan survei

universal dari WHO untuk mengembangkan kota ramah lansia adalah cara yang paling

efektif dan adekuat dalam kemajukan dan perbedaan dari setiap populasi (Buffel,

Phillipson, & Scharf, 2012). Di sisi lain mengembangkan kota yang ramah lansia

Page 13: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

94 | SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018

membutuhkan intervensi yang bersifat radikal dengan melibatkan peran lansia sebagai

aktor kunci dalam pengembangan kota ramah lansia. Pada kenyataannya di beberapa

kota, lansia tidak mendapatkan akses yang leluasa dalam level strategik (Buffel, dkk.,

2012)

Berdasarkan argumen di atas, penelitian ini bertujuan untuk melakukan

modifikasi terhadap konsep dan dimensi kota ramah lansia WHO dengan melibatkan

partisipasi aktif lansia di lingkungan Denpasar. Penelitian ini bertujuan untuk menggali

kebutuhan lansia terkait kondisi lingkungan fisik dan sosial serta sejauh mana Kota

Denpasar saat ini mampu mengakomodir dan memenuhi kebutuhan lansia akan

lingkungannya. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan photovoice

antargenerasi.

LANDASAN TEORI

Pada dasarnya sejumlah penelitian berargumen bahwa modifikasi dan

pengembangan konsep kota ramah lansia dari dimensi WHO sangat dimungkinkan

dengan mempertimbangkan kekhasan demografi dan budaya di wilayah tersebut serta

target sasaran kelompok-kelompok minoritas yang dalam hal kesempatan terbatas,

dibandingkan dengan kelompok lainnya (Barusch, 2013; Kendig, dkk., 2014; Kano, dkk.,

2017). Sebagai contoh di Australia, pada negara bagian Canberra dimana proporsi suku

Aborigin lebih banyak dibandingkan dengan negara bagian lainnya, maka pengembangan

dan modifikasi terhadap dimensi WHO menjadi hal yang krusial guna mengakomodir

kebutuhan suku tersebut.

Konsep kota ramah lansia pada dasarnya sudah diteliti dan mulai dibangun oleh beberapa

ahli dan pemerhati kesehatan lansia. Dimensi yang dibangun mengakomodir berbagai

perspektif, mulai dari perspektif lansia, perspektif ahli, dan juga perspektif empiris. Kota

ramah lansia menurut analisis Scharlach dan Lehning (2016) terhadap beberapa

penelitian, menemukan empat simpulan terkait dengan komunitas ramah lansia, yakni

infrastrukur yang memadai dalam hal kesehatan dan kehidupan sosial yang mampu

mempromosikan kondisi sehat dan sejahtera, akses yang mudah dan tidak adanya barrier

dalam menjangkau infrastuktur yang tersedia, layanan yang mampu berespon terhadap

Page 14: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 |95

kebutuhan lansia dan seluruh anggota di dalam komunitas, dan sistem atau mekanisme

yang mampu melibatkan lansia untuk berkontribusi bagi kehidupan di dalam komunitas.

Berdasarkan simpulan tersebut, maka Scharlach dan Lehning (2016) lalu membangun

enam aspek dari komunitas ramah lansia yang tergabung di dalam tiga domain, yakni:

1. Environmental fit and accessibility, yakni mencakup membangun lingkungan

(perumahan terasuk desain dan affordability) dan transportasi serta mobilitas

(termasuk jalan, trotoar, dan dukungan)

2. Social engagement, mencakup keterlibatan sosial (partisipasi sosial, aktivitas

sosial, rekreasi, budaya, dan aktivitas edukasi, dan peran yang bermakna) dan juga

lingkungan sosial (sikap yang positif terhadap kelompok lansia, kebijakan yang

ramah lansia)

3. Multidimensional health and well-being, mencakup kesehatan dan kemandirian

(akses layanan kesehatan, layanan sosial, promosi kesehatan, sejahtera secara

finansial, dan layanan yang mendukung) dan juga keamanan dan perlindungan

dari bahaya, pelecehan, dan kriminalitas.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan photovoice yang

dipopulerkan oleh Wang dan Burris (dalam O’Grady, 2008). Dalam studi ini media photo

digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkomunikasi makna, menggali kebutuhan

lansia terkait kondisi lingkungan fisik dan sosial, serta sejauh mana Denpasar saat ini

mampu mengakomodir dan memenuhi kebutuhan lansia akan lingkungannya. Identifikasi

dilakukan oleh responden penelitian dengan mecapture photo yang sesuai dengan

pertanyaan penelitian. Elisitasi photo kemudian dilakukan melalui wawancara mendalam

dengan menggunakan SHOWED teknik yang terdiri dari lima pertanyaan, yakni, What

do you SEE here?, What’s really HAPPENING here?, How does this relate to OUR

lives?, Why does this situation EXIST?, What can we DO about it?

Penelitian dilakukan dalam dua fase, yakni fase penggalian data melalui

photovoice dan focused group discussion (FGD). Penelitian ini terintegrasi dengan mata

kuliah Psikologi Gerontologi yang memberikan kesempatan bagi beberapa lansia untuk

Page 15: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

96 | SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018

terlibat dan sit in di dalam dua topik perkuliahan, yakni hubungan antargenerasi dan

agefriendly city. Peneliti utama yang merupakan pengampu mata kuliah ini melakukan

open recruitment lansia dan menamakan program ini dengan Golden Age Club yang

secara tidak langsung juga bertujuan untuk mempromosikan long-life learning dan

interaksi antargenerasi. Dalam kuliah ini satu mahasiswa akan mendampingi satu lansia.

Program city tour dengan photovoice dilakukan sebagian bagian dari metode perkuliahan

untuk memberikan kesempatan bagi lansia untuk melakukan observasi dan penilaian

terhadap beberapa bagian Kota Denpasar seperti pasar, taman, banjar, perumahan, dan

layanan publik.

Penelitian diawali dengan program induksi kepada 18 responden lansia usia 6074

tahun dan 18 mahasiswa. Program induksi ini bertujuan untuk memperkenalkan

photovoice dan konsep age-friendly city kepada responden dan memperkenalkan

mekanisme pengambilan data dengan menggunakan photovoice. Dalam kegiatan induksi

ini, disetujui bahwa hal-hal yang akan menjadi fokus dari pengambilan foto, yakni, sejauh

mana Denpasar Ramah Lansia, dan hal apa yang dibutuhkan lansia dari lingkungannya?

Setelah mengikuti program induksi, responden diminta untuk menyetujui terlebih dahulu

informed consent dan mekanisme photovoice sebelum melakukan kegiatan photovoice.

Kegiatan photovoice dilakukan pada saat program city tour. Seluruh responden lansia dan

mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok merah dan biru. City tour

dilakukan dengan mengunjungi pasar, taman, perumahan, pantai, museum, dan lokasi

kantor pemerintahan yang ada di wilayah Denpasar. Responden berhak mengambil foto

yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian. Di akhir kegiatan city tour, responden

menyerahkan seluruh foto kepada tim peneliti. Foto-foto tersebut kemudian dicetak,

dipilih oleh kelompok pada saat kegiatan FGD. Tahapan berikutnya adalah membuat

narasi pada foto dan wawancara mendalam dengan SHOWED teknik. Data yang berupa

foto dan narasi kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis partisipatori dan

koding.

HASIL DAN ANALISIS

Analisis terhadap photo dan FGD menemukan dua tema utama yang berkaitan

dengan pertanyaan pertama, yakni sejauh mana Denpasar dinilai sudah ramah lansia.

Page 16: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 |97

Pada beberapa aspek, Denpasar sudah dinilai ramah lansia, namun aspek pedestrian,

zebra cross, fasilitas publik yang tidak manfaatkan, polusi, dan pedagang kaki lima masih

membutuhkan perhatian dan perbaikan untuk mendukung Denpasar menuju ramah lansia.

Pada pertanyaan kedua terkait hal yang dibutuhkan lansia ditemukan dua tema utama,

yakni infrastruktur dan interaksi sosial.

Tabel 1.

Hasil Photovoice dan FGD

Sejauh mana Denpasar Ramah Lansia Hal yang dibutuhkan lansia dari Denpasar Sudah Ramah Lansia Infrastruktur

a. Terdapat rambu-rambu di area publik. a. Infrastruktur

b. Ketersediaan toilet umum yang ramah

lansia. - Ruang terbuka hijau dengan fasilitas

yang memadai.

c. Pasar yang nyaman. - Zebra cross dengan petugas yang

membantu

d. Lingkungan yang sejuk dan indah. Interaksi Sosial

e. Terdapat ruang berkumpul dan interaksi antargenerasi

a. Ruang bagi pekerja lansia

Belum Ramah Lansia b. Titik berkumpul dan antargenerasi

interaksi

a. Kondisi jalan dan trotoar yang tidak

memadai.

b. Minimnya zebra cross.

c. Pantai yang penuh sesak wisatawan dan

polusi.

d. Fasilitas publik yang kurang

dimanfaatkan.

e. Fasilitas publik yang digunakan oleh

pedagang.

A. Sejauh Mana Denpasar Lansia

1. Ramah Lansia

Melalui kegiatan photovoice terekam bahwa Denpasar sudah dinilai ramah lansia oleh

responden dalam beberapa hal, yakni adanya rambu-rambu tertentu di area publik yang

memberikan kenyamanan bagi lansia, ketersediaan toilet di area publik, kenyamanan di

Page 17: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

98 | SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018

pasar, kesejukan dan keindahan lingkungan, dan tersedianya ruang berkumpul dan ruang

antargenerasi di taman.

a. Rambu-rambu di area publik

Rambu-rambu dan tanda larangan yang ada di area publik bagi lansia memberikan rasa

nyaman dan aman ketika beraktivitas di area publik, seperti misalnya tanda larangan

merokok dan informasi terkait peraturan yang ada di taman kota.

b. Ketersediaan toilet yang ramah lansia

Toilet di area publik bagi lansia merupakan suatu kebutuhan yang penting. Ketika toilet

didesain dengan memperhatikan kondisi fisik lansia, maka lansia merasa diperhatikan

oleh lingkungannya. Toilet yang memerhatikan kondisi fisik lansia ditemukan pada

taman kota dan pasar. Salah satu toilet umum yang berada di sudut taman kota

memberikan fasilitas pegangan untuk menghindari lansia jatuh dan terpeleset saat menuju

toilet umum.

c. Pasar yang nyaman

Pasar adalah salah satu tempat beraktivitas bagi lansia. Lansia di pasar bertindak sebagai

pembeli maupun penjual. Salah satu pasar di Denpasar yang dikunjungi oleh responden

dinilai sudah memenuhi aspek kenyamanan dan memiliki infrastruktur yang mendukung

lansia untuk beraktivitas.

d. Lingkungan yang sejuk dan indah

Lingkungan yang sejuk dan indah dapat ditemukan pada beberapa sudut kota, yakni

taman kota dan daerah wisata di kawasan Pantai Sanur. Hanya saja tidak seluruh wilayah

Pantai Sanur tergolong sejuk dan indah, pada bagian hasil terkait dengan penilaian tidak

ramah lansia akan diuraikan mengenai sudut Pantai Sanur yang masih harus dibenahi.

e. Ruang berkumpul dan ruang antargenerasi

Dua taman yang dikunjungi oleh responden dinilai sudah memenuhi kebutuhan lansia

akan lingkungan yang ramah. Hal ini ditunjukan dengan disediakannya ruang bagi lansia

untuk berkumpul, berinteraksi, dan menjalankan aktivitas seperti olahraga. Beberapa

taman memiliki sudut bermain yang diperuntukan untuk anak-anak, sudut ini dapat

menjadi tempat berinteraksi antargenerasi.

Page 18: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 |99

C. Infrastruktur yang nyaman untuk

lansia karena terdapat pegangan

dan akses jalan yang landai

menuju toilet. Menjaga

kebersihan dan kenyamanan

selain itu akses untuk difabel

juga disediakan (Tim Biru)

F. Berjalan sendiri di tengah

keramaian kota, ada tempat segar

dan sejuk untuk bernafas. Jadi

tempat bersantai sehari-hari dan

berolahraga (Tim Biru)

A. Ada tanjakan yang membantu untuk

lansia, difabel dan membawa troli

buah. Pedagangnya ramah dan

tampak kebersihan pasar selalu dijaga (Tim Merah)

B. Ini adalah toilet di Pasar Agung.

Kebersihannya kurang, namun

terdapat fasilitas untuk difable dan

terdapat tempat duduk untuk

mengantri. Ini penting

untuk lansia (Tim Merah)

Page 19: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

100 | SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018

menginformasikan larangan pada taman kota.

Terkadang ada yang mematuhi dan ada juga yang

melanggarnya. Ini ada karena kesadaran pemerintah

terhadap kenyamanan masyarakat. Peraturan harus

dipatuhi dan diperlukan pengawasan secara rutin,

menegur yang melanggar (Tim Merah) pejalan kaki

terutama lansia. Mereka dapat menikmati keindahan

alam sambil berolahraga. Didukung pula oleh

suasana pantai, penghijauan sehingga tercipta kenyamanan (Tim Merah)

G. Kakek rutin mengantar cucunya

bermain. Hanya saja alat

bermain kurang banyak dan

tidak tersedia fasilitas P3K (Tim

Merah)

Gambar 1. Denpasar Ramah Lansia. Foto A. Pasar yang nyaman. Foto B. Toilet pasar

yang ramah lansia. Foto C. Toilet taman yang ramah lansia. Foto D. Rambu-rambu di

taman. Foto E. Lingkungan indah dan sejuk. Foto F. Berolahraga di taman. Foto G. Kakek

sayang cucu.

2. Tidak Ramah Lansia

Kondisi Denpasar yang dinilai tidak ramah lansia meliputi kondisi jalan dan trotoar,

minimnya zebra cross, ruang yang terbatas bagi pejalan kaki, pantai yang penuh sesak

dengan wisatawan dan polusi, fasilitas yang tidak dimanfaatkan, fasilitas publik yang

digunakan oleh pedagang.

a. Kondisi jalan dan trotoar yang tidak memadai

Ketika mengunjungi pantai dan pusat kota, responden menilai bahwa beberapa pedestrian

berlubang dan berbahaya bagi lansia. Gang sempit menuju pantai juga dinilai tidak ramah

D. Sebuah papan yang E. Lingkungan yang ramah bagi

Page 20: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 |101

lansia karena jalanannya berbatu dengan tangga yang licin dan tinggi. Pejalan kaki

seringkali harus berbagi dengan pengguna sepeda ketika berjalan di jalan setapak. Hal ini

terutama ditemukan pada daerah pantai. Hal ini mengganggu keselamatan lansia saat

berjalan kaki. Di sudut kota yang lain yang merupakan daerah padat penduduk,

ditemukan kendaraan parkir di trotoar sehingga menggeser hak pejalan kaki.

b. Minimnya zebra cross

Di pusat kota yang dekat dengan salah satu pasar tertua di Denpasar, responden

menemukan bahwa tidak ada zebra cross di depan pasar. Sebetulnya sudah ada fasilitas

traffic light yang dapat digunakan pejalan kaki ketika menyebrang jalan, namun kurang

dimanfaatkan oleh lansia karena relatif jauh dari pintu masuk pasar.

c. Pantai yang penuh sesak dengan wisatawan dan polusi

Saah satu sudut di Pantai Sanur dinilai sangat sesak oleh wisatawan yang akan

menyebrang ke Nusa Penida dengan kapal boat. Kapal boat menimbulkan polusi, yakni

minyak yang mengotori pantai, di sisi lain tidak sedikit lansia yang berenang di pantai

tersebut. Fasilitas bagi wisatawan lansia juga terbatas padahal wisatawan harus membawa

koper mereka ke bibir pantai dan menaiki boat.

d. Fasilitas yang tidak dimanfaatkan

Sebetulnya salah satu pasar memiliki fasilitas kebersihan yang memadai, seperti tempat

mencuci tangan, namun tampak bahwa fasilitas tersebut jarang digunakan dan tidak ada

peralatan seperti sabun dan alat-alat kebersihan yang mendukung.

e. Fasilitas publik yang digunakan oleh pedagang

Bangku-bangku di taman dan pantai yang seharusnya digunakan bagi pengunjung

seringkali harus berbagi dengan pedagang yang menjajakan barang dagangannya di meja

dan bangku taman. Hal ini mengakibatkan pengunjung memiliki ruang yang terbatas

untuk duduk dan menikmati pantai dan taman.

A. Jalan banyak yang berlubang dan C. Membahayakan penyebrang

Page 21: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

102 | SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018

trotoar yang sempit. membahayakan lansia lewat disana (Tim Biru)

Ini

yang B. Ketidaknyamanan bagi

masyarakat khususnya lansia

saat berjalan kaki. Kendaraan

mengambil alih trotoar dan

dijadikan tempat parkir,

sehingga memungkinkan

terjadinya kemacetan dan rawan

kecelakaan di jalan karena

masyarakat menjadi jalan kaki di

jalan raya (Tim Merah)

jalan. Mobil melaju cepat dan rawan kecelakaan. Harus dilengkapi trotoar dan zebra cross (Tim Biru)

D. Sebagai tempat rekreasi E. Tidak ada jalan setapak untuk F. Tempat duduk yang seharusnya berenang terganggu

karena membantu lansia membawa digunakan untuk bersantai malah polusi minyak dari kapal. koper. Perlu

dibuatkan jalan digunakan untuk berjualan Berbahaya untuk kesehatan (Tim setapak sehingga layak dan

pedagang sehingga mengurangi Biru) nyaman dilewati lansia (Tim ruang bagi pengunjung (Tim Biru) Merah)

Gambar 2. Denpasar Belum Ramah Lansia. Foto A. Trotoar sempit jalan berlubang. Foto

B. Hak yang dirampas. Foto C. Jalan tidak bebas hambatan. Foto D. Bermandi polusi.

Foto E. Minim jalan setapak. Foto F. Berbagi dengan pedagang.

B. Yang Dibutuhkan Lansia dari Lingkungan

1. Infrastruktur

Ruang terbuka hijau dengan fasilitas yang memadai seperti tempat duduk yang terpisah

bebas dari penjual, ruang bagi pejalan kaki, pagar pembatas sungai dan tangga yang

landai, tempat berteduh, dan olahraga. Responden pun menyatakan bahwa zebra cross

dan pedestrian yang memerhatikan kondisi lansia perlu ditambah di beberapa sudut kota

terutama daerah-daerah dekat perumahan, pasar, dan taman. Zebra cross yang ramah

lansia salah satunya adalah dengan adanya tenaga pendamping atau petugas yang

membantu lansia untuk menyeberang jalan.

2. Interaksi Sosial

Ruang bagi pekerja lansia perlu mendapatkan perhatian dari Kota Denpasar mengingat

beberapa lansia di Denpasar masih bekerja terutama untuk sektor-sektor informal. Salah

Page 22: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 |103

satu foto memperlihatkan kebutuhan lansia akan tempat beristirahat di sela-sela bekerja.

Maraknya lansia yang berjualan kaki lima dan tenaga asongan juga memerlukan

perhatian khusus seperti menyediakan lapak untuk bekerja sehingga tidak menggunakan

fasilitas publik yang seharusnya digunakan untuk hal lainnya seperti bangku yang ada di

area taman. Titik berkumpul dan interaksi antargenerasi juga dirasakan penting bagi

lansia dalam memfasilitasi interaksi sosial dan partisipasi lansia di masyarakat.

A. Akses tangga yang melingkar tidak aman bagi lansia.

Dibutuhkan tangga yang lebih aman agar tidak

perlu memutar lagi. Diperlukan tangga penghubung

antar tepi sungai dan pagar pembatas bagi lansia

(Tim Biru)

B. Adanya fasilitas zebra cross dapat membantu lansia

untuk menyebrang jalan. Perlu dipertimbangkan

adanya petugas yang dapat membantu sehingga

akan memudahkan bagi lansia (Tim Merah)

C. Memiliki pekerjaan yang sama membuat lansia dapat

berinteraksi sambil menunggu jam kerja. Perlu ada

ruang tunggu khusus bagi pekerja lansia.

Kesempatan bekerja di sektor informal membuat

lansia tetap merasa berharga (Tim Biru)

D. Infrastruktur yang ada di tempat umum dapat menunjang terjadinya interaksi sosial dan antargenerasi bagi lansia (Tim Merah)

Gambar 3. Kebutuhan lansia. Foto A. Fasilitas publik yang aman. Foto B. Zebra cross

dan jalan yang ramah lansia. Foto C. Ruang bagi pekerja lansia. Foto D. Titik berkumpul.

Page 23: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

104 | SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018

C. Kebutuhan Psikologis

Kebutuhan psikologis lansia dianalisis berdasarkan narasi foto dan tema-tema utama yang

muncul dalam narasi foto. Kebutuhan psikologis mencakup:

1. Keramahan.

Kebutuhan akan lingkungan yang ramah tercermin dari narasi yang muncul pada foto

yang berkaitan dengan perlakuan petugas dan pedagang pasar, keindahan, dan kesejukan

lingkungan yang ada di sekitar Denpasar.

2. Kebersihan.

Kebersihan muncul di hampir seluruh narasi photo, misalnya kebersihan yang berkaitan

dengan kondisi pasar, toilet publik yang ada di pasar dan taman, dan juga kepedulian akan

polusi yang terjadi di daerah pantai.

3. Kesetaraan hak.

Kesetaraan hak muncul dalam kata difabel yang digunakan pada saat mendeskripsikan

fasilitas publik yang ramah lansia dan untuk kelompok berkebutuhan khusus. Kesetaraan

hak juga terlihat dari narasi yang mendeskripsikan terkait hak pejalan kaki dalam

menggunakan fasilitas trotoar dan fasilitas taman berupa bangku taman yang seringkali

digunakan oleh pedagang untuk menjajakan barang dagangannya.

4. Kenyamanan dan keamanan.

Kebutuhan psikologis akan kenyamanan dan keamanan menjadi kebutuhan utama bagi

lansia terhadap fasilitas publik dan lingkungan sekitarnya. Adanya jalan setapak di salah

satu sudut pantai dan keindahan lingkungan sekitar mampu memunculkan kenyamanan

bagi lansia. Fasilitas olahraga di taman menimbulkan kesejukan dan menjadi alternatif

kegiatan yang menyegarkan bagi lansia. Aspek keamanan terlihat dari kebutuhan kondisi

jalanan dan trotoar yang memerhatikan keselamatan lansia. Kebutuhan akan keamanan

juga tampak dari kebutuhan akan zebra cross dengan petugas yang mendampingi lansia

ketika menyebrang. Rambu-rambu yang berfungsi untuk mengingatkan masyarakat akan

peraturan adalah contoh lain yang menunjukkan kebutuhan lansia akan rasa aman.

5. Relasi dan dukungan.

Page 24: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 |105

Narasi yang menunjukkan kebutuhan akan relasi dan dukungan terlihat dari kebutuhan

akan titik kumpul dan ruang-ruang yang memberikan kesempatan bagi lansia untuk

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

PEMBAHASAN

Mengembangkan kota yang ramah lansia memerlukan peran aktif dari lansia.

Peran aktif yang dimaksud dalam hal ini adalah mengajak lansia untuk memberikan sudut

pandang mereka dan sudut pandang ini menjadi dasar bagi pemangku kebijakan dalam

menetapkan keputusan, kebijakan, dan juga membantu di dalam melakukan perencanaan

(Buffel, dkk, 2012; Menec, dkk., 2011, Novek & Menec, 2014). Hal ini berimplikasi pada

pendekatan riset yang digunakan dalam membangun konsep ramah lansia di suatu

wilayah. Pendekatan riset partisipatori yang mengajak lansia sebagai pelaksana,

responden, sekaligus analis data penelitian bisa menjadi salah satu pendekatan yang

digunakan untuk menggali kebutuhan lansia, isu prioritas, dan memastikan implementasi

dari hasil penelitian. Lebih lanjut Novek dan Menec (2014) mengatakan bahwa

pendekatan ini merepresentasikan teori ekologi yang memepertimbangkan perspektif

lansia dapat mengarahkan pada pemahaman yang holistik terkait lansia dan

komunitasnya.

Penelitian ini menggunakan photovoice sebagai alat pengumpul data dengan

melibatkan peran aktif lansia di dalam melaksanakan pengumpulan data dan menganalisis

data yang didapat melalui analisis partisipatori narasi. Responden penelitian juga

melibatkan mahasiswa pada kelas Psikologi Gerontologi guna memberikan pengalaman

interaksi antargenerasi antara lansia dan mahasiswa. Kegiatan antargenerasi memberikan

manfaat bagi lansia, antar lain menumbuhkan emosi positif, memumbuhkan perilaku

yang konstruktif, mempererat hubungan antargenerasi, dan memfasilitasi kondisi fisik

lansia (Lestari, dkk.,2016b). Kegiatan photovoice antargenerasi ini bertujuan untuk

menumbuhkan rasa berharga bagi lansia dan juga meningkatkan kelekatan antargenerasi.

Scott (2017) menyatakan bahwa melakukan riset co-design age-friendly city yang

dijalankan oleh mahasiswa arsitektur di Inggris dengan melibatkan saran dan masukan

dari lansia terbukti mampu meningkatkan empati generasi muda terhadap lansia.

Penelitian ini menemukan bahwa Denpasar dinilai sudah ramah lansia dalam

beberapa aspek seperti ruang terbuka hijau yang nyaman, fasilitas pasar yang memenuhi

Page 25: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

106 | SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018

kebutuhan lansia, adanya fasilitas publik seperti toilet yang memerhatikan kondisi fisik

lansia, dan ruang berkumpul antargenerasi. Novek dan Menec (2014) dalam

penelitiannya menemukan bahwa ruang terbuka hijau, fasilitas umum, pasar, dan

lingkungan sosial adalah serangkaian hal yang dibutuhkan lansia dari lingkungannya.

Penelitian terkait dimensi – dimensi utama age-friendly city dan kaitannya dengan actice

ageing menemukan bahwa dimensi yang berkaitan dengan lingkungan fisik sebaiknya

menjadi prioritas utama sebelum dimensi lingkungan sosial dalam membangun kota yang

ramah lansia. Hal disebabkan karena lingkungan fisik yang tidak mendukung seringkali

menjadi halangan bagi lansia di dalam membangun interaksi sosial dengan

lingkungannya (Lai, dkk., 2016). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa beberapa

infrastruktur yang ada dan kondisi lingkungan tertentu berkaitan dengan kesempatan bagi

lansia di dalam membantu interaksi sosial. Terdapatnya gazebo, taman bermain, pojok

olahraga di sudut taman bagi lansia berasosiasi dengan titik kumpul dan memberikan

kesempatan bagi lansia untuk tetap terkoneksi dengan lingkungan sosialnya, termasuk

interaksi antargenerasi.

Di sisi lain, pantai yang penuh polusi, sesak, dan terbatasnya akses bagi lansia

untuk mencapai pantai membuat kesempatan lansia menjadi berkurang dan bisa jadi

berbahaya bagi lansia dalam beraktivitas. Buffel, dkk. (2012) menyatakan bahwa lansia

adalah kelompok yang rentan terhadap perubahan, polusi dan risiko yang ada di perkotaan

tidak jarang membuat lansia tidak dilibatkan dalam banyak aktivitas sosial di

lingkungannnya karena dianggap berbahaya bagi lansia. Ketika tidak dilibatkan dalam

interaksi sosial, kualitas hidup lansia menjadi menurun dan persepsi positif lansia akan

dukungan lingkungan menjadi menurun. Memperhatikan kondisi fisik dan sosial dari

lingkungan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup lansia

(Tiraphat, dkk., 2017)

Hal yang dibutuhkan lansia terhadap lingkungan sosialnya mencakup ruang bagi

lansia bekerja dan titik berkumpul untuk interaksi sosial. Lestari, dkk. (2016c)

menemukan bahwa salah satu alasan lansia untuk bekerja adalah kesempatan untuk

berinteraksi dengn lingkungan sosialnya. Tingkat partisipasi sosial lansia dalam hal ini

mampu meningkatkan kepuasan hidup lansia (Levasseur, Desrosiers, & Whiteneck,

2010; Scharlach & Lehning, 2016). Penelitian ini mencoba untuk menemukan hasil yang

Page 26: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 |107

berbicara pada tataran pemaknaan lansia terhadap kebutuhan mereka terhadap

lingkungan. Pemaknaan ini dianalisis dari narasi setiap foto dan peneliti memberikan

istilah kebutuhan psikologis terhadap pemaknaan tersebut. Terdapat lima kebutuhan akan

keramahan, kebersihan, kesetaraan hak, kenyaman dan keamanan, serta relasi dan

dukungan sosial. Keamanan dan keterlibatan sosial menjadi daftar kebutuhan yang sama

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Plouffe dan Kalache (2010). Kebutuhan

lainnya yang ditemukan adalah berkaitan dengan aksesibilitas, kedekatan, dan

keterjangkauan. Plouffe dan Kalache (2010) berargumen bahwa kebutuhan yang mereka

temukan seragam baik pada negara yang berkembang atau negara maju, namun dalam

penelitian ini justru didapatkan beberapa kebutuhan yang berbeda. Novek dan Menec

(2014) satu kebutuhan lainnya yang tidak ditemukan pada penelitian ini maupun pada

penelitian Plouffe dan Kalache (2016), yakni kemandirian.

Menec, dkk (2011) dalam kajiannya terkait membangun konsep age-friendly

communities menegaskan bahwa penelitian terkait konsep ini haruslah memerhatikan

konteks sehingga tidak ada konsep yang sebetulnya berlaku general untuk kondisi yang

berbeda. Ada beragam faktor yang berada dalam level individu dan lingkungan yang

saling berinteraksi dan bersifat dinamis. Untuk itu pengembangan kota ramah lansia tidak

bisa dipisahkan dari variabel usia, jenis kelamin, penghasilan, kondisi lingkungan dan

suhu politik. Keterbatasan dari penelitian ini adalah belum sepenuhnya melakukan

diferensiasi hasil berdasarkan jenis kelamin dan data-data demografi lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa responden menilai bahwa dalam

beberapa hal seperti ketersediaan fasilitas publik, pasar yang nyaman, peraturan di

lingkungan, ruang terbuka hijau, dan titik kumpul antargenerasi, Denpasar dinilai sudah

menjadi kota yang ramah lansia. Peningkatan dalam hal keamanan jalan, trotoar,

ketersediaan zebra cross, dan perhatian akan penanggulangan polusi menjadi pekerjaan

rumah tangga yang harus diselesaikan dan dirapikan agar dukungan kota terhadap lansia

semakin dirasakan. Ruang bagi pekerja lansia menjadi sebuah kebutuhan sosial yang juga

memerlukan perhatian khusus bagi pemerintah kota. Terdapat lima kebutuhan psikologis

Page 27: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

108 | SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018

lansia terhadap lingkungannya yakni, keramahan, kebersihan, kesetaraan hak, kenyaman

dan keamanan, serta relasi dan dukungan sosial. Perbaikan di dalam metodologi seperti

mempertimbangkan data demografi responden menjadi masukan bagi penelitian

selanjutnya. Harapannya hasil penelitian ini bisa menjadi referensi bagi langkah awal

menuju tahun 2030, yakni Denpasar yang ramah lansia.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh lansia dan mahasiswa mata

kuliah Psikologi Gerontologi tahun ajaran 2017/2018 yang sangat bersemangat dan

berpartisipasi aktif memberikan pendapat dan kontribusinya dalam penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik penduduk lanjut usia 2015. Retrieved from

https://www.bps.go.id 18th July 2017.

Barusch, A. (2013). Age-frinedly cities: A social work perspective. Journal of

Gerontological Social Work, 56 (6), 465-472. DOI: 10.1080/01634372.

Buffel, T., Phillipson, C., & Scharf, T. (2012). Ageing in urban environments:

Developing ‘age-friendly cities’. Critical Social Policy, 32(4), 597-617. DOI:

10.1177/0261018311430457.

Kano, M., Rosenberg, P.E., & Dalton, S.P. (2017). A global pilot study of age-friendly

city indicators. Social Indicator Response, 26. DOI: 10.1007/s11205-017-1680-

7.

Kendig, H., Elias, A.M., Matwijiw, P., & Anstey, K. (2014). Developing age-friendly

cities and communities in Australia. Journal of Aging and Health, 26(8),

13901414. DOI: 10.1177/0898264314532687.

Lai, M.M., Lein, S.Y., Lau, S.H., & Lai, M.L. (2016). Modeling age-friendly

environment, active ageing, and social connectedness in an emerging Asian

economy. Journal of Ageing Research. DOI:

hhtp://dx.doi.org/10.1155/2016/2052380.

Lestari, M.D. (2016a). Menuju Denpasar yang ramah lansia. Scientific News Magazines,

September 2016.

Lestari, M.D., Marheni, A, Suarya, L.M.K.S., Indrawati, K. R. (2016b). Membuat Canang

Bersama Kakek dan Nenek: Sebuah Program Antargenerasi Guna

Menumbuhkan Rasa Berharga Lanjut Usia dan Perilaku Melestarikan Budaya

Bagi Generasi Muda. Temu Ilmiah Himpunan Psikologi, Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 28: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual

Positive Psikologi in Dealing with Multigeneration

SEMINAR NASIONAL dan TEMU ILMIAH POSITIVE PSIKOLOGI 2018 |109

Lestari, M.D., Natalya, N.P., Santosa, R.D., Puspitasari, N.P.E.Y., Perry, O.A. (2016c).

Makna bekerja pada perempuan lansia. Proceeding of International Conference

on Feminism: Intersecting Identities, Agency, & Politics, 310-333.

Lestari, M.D., Puspitasari, N.P.E.Y., Perry, O.A., & Santosa, R.D. (2017). The Model of

Intergenerational Relation in Balinese Family. The Asian Conference on Aging

and Gerontology 2017 Official Conference Proceeding, 17-20.

Levasseur, M., Desrosiers, J., & Whiteneck, G. (2010). Accomplishment level and

satisfaction with social participation of older adults: association with quality of

life and best correlates. Quality of Resipatory, 19, 665 – 675.

Menec, V.H., Means, R., Keating, N., Parkhurst, G., & Eales, J. (2011). Conceptualizing

age-friendly communities. Canadian Journal on Aging, 30(3), 479-493.

Novek, S., & Menec, V.H. (2014). Older adults’ perception of age-friendly communities

in Canada: a photovoice study. Ageing & Society, 34, 1052-1072. DOI:

10.1017/s0144686x1200150X.

O’Grady, L. (2008). The world of adolescence: Using photovoice to explore

psychological sense of community and well being in adolescents with and without

an intelectual disability. PhD Thesis. Melbourne: Victoria University

Plouffe, L., & Kalache, A. (2010). Towards global age-friendly cities: determining urban

features that promote active ageing. Journal of Urban Health: Bulletin of The New

York Academy of Medicine, 87 (5), 733-739. DOI: 10.1007/511524-010-9466-0.

Rimbawa, N.D. (2015). Profil lansia di Bali dan kaitannya dengan pembangunan:

Deskripsi berdasarkan hasil Supas 2005 dan Sakernas 2007. Denpasar:

Universitas Udayana.

Scharlach, A.E., & Lehning, A.J. (2016). Creating aging-friendly communities. New

York: Oxford University Press.

Scoot, I. (2017). Mobility, mood, and place-co-designing age-friendly cities: a report on

collaborations between older people and students of architecture. Arts, 6 (12), 119.

DOI: 10.3390/arts6030012.

SurveyMeter. Indicators of Age Friendly City for Planning and Policy Formulation: One

Step Towards Age Friendly City in Indonesia. 2013 Agustus.

Tiraphat, S., Peltzer, K., Aphipol, K.T., Suthisukon, K. (2017). The role of age-friendly

environments on quality of life among Thai older adults. International Journal of

Environmental Research and Public Health, 14 (282), 1-13. DOI:

10.3390/ijerph14030282.

Page 29: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual
Page 30: World Congress of Positive Psychologyerepo.unud.ac.id/id/eprint/25482/1/dc8dd8d98bc5ee5... · Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Ibu Dengan Anak Disabilitas Intelektual