Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar...

15

Transcript of Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar...

Page 1: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”
Page 2: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

Wintersong

Wintersong haldep.indd 1 10/10/2018 4:04:10 PM

Page 3: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Wintersong haldep.indd 2 10/10/2018 4:04:10 PM

Page 4: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Wintersong

S. Jae-Jones

Wintersong haldep.indd 3 10/10/2018 4:04:10 PM

Page 5: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

WINTERSONGBy S. Jae-Jones

Copyright © 2017 by S.Jae-JonesThis edition is published by arrangement with Thomas Dunne Books, an imprint of St. Martin’s Press

WINTERSONGAlih Bahasa: Meggy SoedjatmikoPenyunting: Grace SitungkirPenata Letak: Kum@rtDesainer sampul: Erson

Hak Cipta Terjemahan IndonesiaPenerbit PT Elex Media KomputindoHak Cipta dilindungi oleh Undang-UndangDiterbitkan pertama kali pada tahun 2018 olehPenerbit PT Elex Media KomputindoKelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

718031692ISBN: 978-602-04-8559-1

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab Percetakan

Wintersong haldep.indd 4 10/10/2018 4:04:10 PM

Page 6: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

Bagian 1

PASAR GOBLIN

Janganlah para goblin kau pandang

Jangan pula beli buah-buahan mereka:

Entah di mana mereka meladang

Untuk beri makan akar-akarnya?

CHRISTINA ROSSETTI, GOBLIN MARKET

Wintersong.indd 3 10/10/2018 4:05:31 PM

Page 7: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

B E R H AT I - H AT I L A H

T E R H A D A P G O B L I N

“Hati-hati dengan para goblin,” ujar Constanze. “Dan barang-barang

dagangan yang mereka jajakan.”

Aku terlonjak saat bayangan nenekku menyapu catatan-

catatanku, sekaligus membuyarkan pikiranku dan tumpukan kertas

folio. Aku tergeragap menutupi musikku, perasaan malu membuat

tanganku gemetar, tetapi Constanze tidak sedang bicara padaku.

Dia berdiri di ambang pintu, menatap marah ke arah adikku Käthe

yang tengah bersolek dan mematut diri di depan cermin di kamar

tidur kami—satu-satunya cermin di seluruh penginapan kami.

“Dengar baik-baik, Katharina.” Constanze menuding ke pantulan

adikku di kaca dengan jari kasar berlekuk. “Keangkuhan mengundang

cobaan, dan merupakan tanda kehendak diri yang lemah.”

Käthe tak mengacuhkannya, dia mencubit pipi dan menepuk-

Wintersong.indd 4 10/10/2018 4:05:32 PM

Page 8: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

W I N T E R S O N G 5

nepuk rambut ikalnya agar tampak lebih penuh. “Liesl,” ujarnya seraya

meraih topi di meja rias. “Bisa kau kemari dan bantu aku dengan

ini?”

Aku memasukkan kembali catatan-catatanku ke dalam kotak

brankas kecil tempat penyimpannya. “Itu pasar, Käthe, bukan pesta

dansa. Kita hanya akan mengambil busur Josef di tempat Herr Kassl.”

“Liesl,” rengek Käthe. “Tolonglah.”

Constanze berdeham tak suka dan mengetuk-ngetuk lantai

dengan tongkatnya, tapi aku dan adikku tidak menghiraukannya.

Kami sudah terbiasa dengan pernyataan-pernyataan nenek kami

yang muram dan seram-seram.

Aku menghela napas. “Baiklah.” Kusembunyikan brankas itu di

kolong tempat tidur kami dan bangkit untuk bantu menyematkan

topi ke rambut Käthe.

Topi itu berupa karya dari sutra dan bulu-bulu yang menjulang,

sebentuk kepura-puraan yang konyol, terlebih di desa provinsi kecil

kami. Tetapi adikku juga konyol, karena itu dia dan topi tersebut

memang cocok.

“Auw!” cetus Käthe saat tak sengaja aku menusuknya dengan

jarum penyemat topi. “Lihat-lihat ke mana kau menusukkan itu.”

“Kalau begitu, belajarlah berpakaian sendiri.” Aku merapikan ram-

but ikal adikku dan memasangkan syal hingga menutupi bahunya yang

telanjang. Bagian pinggang gaunnya ditumpuk tinggi di bawah dada,

potongan sederhana gaunnya menunjukkan setiap lekuk tubuhnya.

Menurut Käthe, itu mode busana termutakhir di Paris, tetapi di

mata ku, adikku tampak seperti tak berbusana dan menggoda.

“Ck.” Käthe mematut diri di depan pantulannya. “Kau hanya iri.”

Aku menggerenyet. Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan

rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak

Wintersong.indd 5 10/10/2018 4:05:32 PM

Page 9: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

S . J A E - J O N E S6

delima merekah, dan tubuh yang sintal. Di usia tujuh belas tahun, dia

sudah terlihat seperti perempuan dewasa, dengan pinggang langsing

dan pinggul indah yang ditonjolkan sangat baik oleh gaun barunya.

Usiaku hampir dua tahun lebih tua, tetapi penampilanku masih se perti

anak-anak: kecil, kurus, dan pucat. Hobgoblin cilik, Papa me nye but-

ku. Makhluk gaib, adalah panggilan Contanze untukku. Hanya Josef

yang pernah menyebutku cantik. Tidak manis, kata saudaraku itu.

Cantik.

“Ya, aku iri,” timpalku. “Sekarang, kita akan pergi ke pasar atau

tidak?”

“Sebentar.” Käthe mencari-cari dalam kotak aksesorinya. “Yang

mana menurutmu, Liesl?” tanyanya sambil mengangkat beberapa helai

pita panjang. “Merah atau biru?”

“Memang jadi soal?”

Dia menghela napas. “Kurasa tidak. Tak akan ada lagi pemuda desa

yang peduli, setelah sekarang aku akan menikah.” Käthe menariki

hiasan gaunnya dengan murung. “Hans bukan tipe yang suka barang

bagus atau bersenang-senang.”

Bibirku merapat. “Hans pria yang baik.”

“Pria yang baik, dan membosankan,” balas Käthe. “Kau lihat dia di

acara dansa malam itu? Dia tidak pernah, satu kali pun, mengajakku

berdansa dengannya. Dia hanya berdiri di pojokan dengan melotot

dengan ekspresi tak suka.”

Itu karena Käthe bergenit-genit tanpa malu dengan beberapa

prajurit Austria yang tengah dalam perjalanan ke Munich untuk

mengusir orang-orang Prancis. Gadis cantik, mereka membujukknya

dengan logat Austria yang lucu, Ayo beri kami ciuman!

“Perempuan nakal adalah buah matang,” Contanze melagukan,

“yang meminta dipetik Raja Goblin.”

Wintersong.indd 6 10/10/2018 4:05:32 PM

Page 10: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

W I N T E R S O N G 7

Perasaan gelisah menjalar naik di tulang punggungku. Nenek kami

suka menakuti-nakuti kami dengan dongeng mengenai goblin dan

makhluk-makhluk lain yang hidup di hutan di balik desa kami, tapi

aku, Käthe, dan Josef tak pernah menganggap serius kisah-kisah nya

semenjak kami masih anak-anak. Di usia delapan belas, aku sudah ter-

lalu tua untuk dongeng-dongeng nenekku, tapi aku masih me nyukai

sensasi nikmat yang memunculkan rasa bersalah, yang mengaliri diriku

setiap kali Raja Goblin disebut-sebut. Terlepas dari semuanya, aku ma-

sih memercayai Raja Goblin. Aku masih ingin memercayai Raja Goblin.

“Oh, sana pergi berkoak di tempat lain, kau gagak tua,” Käthe

cemberut. “Kenapa kau harus selalu mematukiku?”

“Camkan kata-kataku.” Constanze memelototi adikku dari balik

lapisan renda yang sudah menguning dan kain kepar yang sudah pudar,

mata cokelat gelapnya merupakan satu-satunya yang tajam di

wajah nya yang keriput. “Jaga dirimu baik-baik, Katharina, kalau tidak,

para goblin akan datang membawamu karena kelakuanmu yang tak

ber moral.”

“Cukup, Constanze,” sergahku. “Jangan ganggu Käthe dan biarkan

kami berangkat. Kami sudah harus kembali sebelum Master Antonius

tiba.”

“Ya, pantang buat kita melewatkan audisi Josef cilik tersayang

untuk maestro biola kenamaan,” gerutu adikku.

“Käthe!”

“Aku tahu, aku tahu.” Dia menghela napas. “Berhenti khawatir,

Liesl. Dia akan baik-baik saja. Kau lebih buruk dari ayam betina yang

sudah ditunggui rubah di pintu.”

“Dia tidak akan baik-baik saja kalau tidak punya busur untuk

memainkan biola.” Aku berbalik hendak pergi. “Ayo, atau aku akan

pergi tanpamu.”

Wintersong.indd 7 10/10/2018 4:05:32 PM

Page 11: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

S . J A E - J O N E S8

“Tunggu.” Käthe menangkap tanganku. “Boleh kulakukan sesuatu

dengan rambutmu? Rambutmu sangat indah; sayang sekali hanya kau

kepang begitu saja. Aku bisa—”

“Burung gelatik tetap saja burung gelatik, sekalipun mengenakan

bulu merak.” Aku melepaskan diri. “Tak usah buang-buang waktu. Lagi

pula—Hans atau siapa pun—tak akan memperhatikannya.”

Adikku menggerenyet saat nama tunangannya disebut. “Ya sudah,”

balasnya pendek, kemudian berjalan melewatiku tanpa berkata apa

pun lagi.

“Ka—” aku hendak memanggil, tapi Constanze menghentikanku

sebelum aku sempat menyusul.

“Jaga adikmu, Nak,” dia memperingatkan. “Awasi dia.”

“Bukannya selalu begitu?” sergahku. Dari dulu semuanya selalu

ber gantung padaku—aku dan Ibu—untuk tetap menyatukan keluarga

kami. Ibu mengurus penginapan yang menjadi tempat tinggal sekaligus

penghidupan kami; aku mengurus para anggota keluarga yang men-

jadikannya rumah.

“Oh ya?” Nenekku menatap wajahku lekat dengan bola mata

kelamnya. “Josef bukan satu-satunya yang perlu diperhatikan.”

Aku mengerutkan dahi. “Apa maksudmu?”

“Kau lupa hari ini hari apa?”

Terkadang masih lebih mudah menuruti saja keinginan Constanze

ketimbang mengabaikannya. Aku menghela napas. “Hari apa?”

“Hari matinya tahun lama.”

Gigil kembali merambati tulang punggungku. Nenekku masih

menganut hukum dan perhitungan kalender lama, dan malam terakhir

musim gugur ini merupakan waktu saat tahun yang lama mati dan

pembatas antar dunia menipis. Saat para penghuni Bawah Tanah ber-

Wintersong.indd 8 10/10/2018 4:05:32 PM

Page 12: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

W I N T E R S O N G 9

keliaran di dunia permukaan sepanjang hari-hari musim dingin, se-

belum tahun kembali dimulai saat musim semi.

“Malam terakhir tahun ini,” ujar Constanze. “Sekarang begitu hari-

hari musim dingin mulai dan Raja Goblin berkeliaran ke luar dunianya,

mencari mempelainya.”

Aku memalingkan wajah. Dulu aku pasti ingat tanpa perlu diingat-

kan. Dulu aku ikut nenekku menaburkan garam sepanjang ambang

jendela, semua ambang pintu, semua jalan masuk, sebagai langkah

pencegahan untuk menangkal malam-malam buas ini. Dulu, dulu, itu

dulu. Tetapi aku sudah tak bisa lagi bermewah-mewah dan memanja-

kan imajinasiku. Sudah waktunya untuk meninggalkan hal-hal yang

ber sifat kanak-kanak.

“Aku tak punya waktu buat ini.” Kudorong Constanze ke samping.

“Biarkan aku lewat.”

Kesedihan membuat kerutan-kerutan di wajah nenekku semakin

dalam, duka dan rasa kesepian, bahunya yang bungkuk melengkung

tertindih beban keyakinan-keyakinannya. Sekarang ia menyandang

semua keyakinan itu seorang diri. Tak seorang pun dari kami masih

percaya pada Der Erlkönig; tak seorang pun, kecuali Josef.

“Liesl!” teriak Käthe dari bawah. “Boleh kupinjam jubah merahmu?”

“Hati-hati dalam memilih, Nak,” kata Constanze padaku. “Josef

bukan bagian permainan. Saat Der Erlkönig bermain, dia akan main

dengan niat menyimpan.”

Kata-katanya menghentikanku seketika. “Apa maksudmu?” tanya-

ku. “Permainan apa?”

“Coba kau yang beri tahu aku.” Raut Constanze terlihat suram.

“Setiap harapan yang dibuat dalam kegelapan selalu punya kon se-

kuensi, dan sang Raja Kelaliman akan menagih perhitungannya.”

Wintersong.indd 9 10/10/2018 4:05:32 PM

Page 13: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

S . J A E - J O N E S10

Kata-katanya menggelitik benakku. Aku ingat perkataan ibuku

mengenai akal Constanze yang sudah menua dan lemah, tapi belum

pernah nenekku terlihat lebih jernih pikirannya atau lebih bersungguh-

sungguh, dan terlepas dari kemauanku sendiri, sebersit rasa takut

mulai terasa menjerat leherku.

“Apa itu artinya ‘ya’?” seru Käthe. “Karena kalau memang begitu,

aku akan mengambilnya!”

Aku mengerang. “Tidak, tidak boleh!” balasku sambil bersandar

pada birai tangga. “Aku segera ke situ, janji!”

“Janji, heh?” Constanze terkekek. “Kau banyak buat janji, tapi

berapa banyak yang bisa kau tepati?”

“Apa—” aku baru hendak berkata, tapi saat aku memalingkan

wajah ke arahnya, nenekku sudah pergi.

Di bawah, Käthe sudah mengambil jubah merahku dari gantungan-

nya, tetapi kurampas jubah itu dari tangannya dan memasangkannya

di bahuku sendiri. Kali terakhir Hans membawakan kami hadiah dari

toko kain milik ayahnya—sebelum lamarannya kepada Käthe, se belum

segala sesuatu di antara kami berubah—dia memberi kami se gulung

kain wol tebal yang indah. Untuk keluarga, katanya, tetapi semua

orang tahu bahwa pemberian itu untukku. Gulungan kain wol itu

berwarna merah darah, sangat cocok dengan rambutku yang ber-

warna gelap dan kulitku yang putih. Ibu dan Constanze mem buat kan

jubah musim dingin untukku dari kain itu, dan Käthe sama sekali tak

menyembunyikan bahwa dia sangat menginginkannya.

Kami melewati ayah kami yang memainkan melodi lama khayalan

pada biolanya di ruang depan utama. Aku menebar pandang mencari

tamu-tamu kami, tetapi ruangan itu kosong, perapiannya dingin dan

batu baranya padam. Papa masih mengenakan pakaian dari malam se-

belumnya, dan bau bir apak menggantung di sekelilingnya seperti kabut.

Wintersong.indd 10 10/10/2018 4:05:32 PM

Page 14: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

W I N T E R S O N G 11

“Di mana Ibu?” tanya Käthe.

Ibu tak terlihat di mana pun, dan kemungkinan itu sebabnya Papa

merasa cukup berani untuk bermain di luar sini, di ruang masuk utama,

tempat siapa pun mungkin akan mendengarnya. Biola itu merupakan

topik sensitif di antara kedua orangtua kami; uang kami pas-pasan,

dan Ibu lebih suka Papa memainkan instrumennya untuk mencari

uang ketimbang untuk kesenangan belaka. Tetapi kedatangan Master

Antonius sebentar lagi mungkin telah melunakkan pundi uang sekali-

gus hati ibuku. Pemusik kenamaan itu akan mampir ke penginapan

kami untuk mengaudisi adik laki-lakiku.

“Kemungkinan sedang tidur siang,” tebakku. “Kami sudah bangun

sebelum fajar untuk membersihkan kamar-kamar bagi Master

Antonius.”

Ayah kami pemain biola yang tiada tandingannya. Dia pernah

bermain bersama para musisi terbaik istana di Salzburg. Di Salzburg-

lah, demikian Papa membanggakan diri, dia pernah menapat kehor-

matan bermain bersama Mozart, salah satu concerto mendiang kom-

ponis besar itu. Orang genius seperti itu, kata Papa, hanya muncul

sekali sepanjang hidup. Sekali dalam dua kehidupan. Tapi kadang, dia

me lanjutkan sambil melirik nakal ke arah Josef, petir memang me-

nyambar dua kali.

Josef tak ada di antara para tamu yang berkerumun. Adik laki-

lakiku itu malu berhadapan dengan orang asing, jadi kemungkinan

dia tengah bersembunyi di Hutan Goblin, berlatih hingga jari-jarinya

berdarah. Hatiku terasa pedih karenanya, bahkan ujung-ujung jariku

terasa berkedut dengan rasa sakit simpati.

“Baguslah, tak ada yang akan mencariku,” ujar Käthe ceria. Adik

perempuanku sering mencari-cari alasan untuk menghindar dari

tugas-tugasnya. “Ayo pergi.”

Wintersong.indd 11 10/10/2018 4:05:32 PM

Page 15: Wintersong - s3.amazonaws.com · Käthe-lah si cantik di keluarga kami, dengan rambut bak sinar matahari, mata sebiru musim panas, pipi merah bak ... pita panjang. “Merah atau biru?”

S . J A E - J O N E S12

Di luar, udara terasa segar. Hari itu dingin tak seperti biasanya,

bahkan untuk ukuran akhir musim gugur. Cahaya terlihat jarang-

jarang, lemah dan goyah, seolah dilihat dari balik tirai atau selubung.

Kabut tipis mendekap pepohonan di sepanjang jalan menuju kota,

membuat dahan-dahannya yang panjang dan kurus jadi mirip lengan

hantu. Malam terakhir tahun ini. Di hari seperti ini, aku bisa percaya

bahwa pembatas antar dunia memang tipis.

Jalan menuju kota bergelombang dan berliang dengan bekas jejak

kereta, dan di sana-sini dihiasi dengan kotoran kuda. Aku dan Käthe

berhati-hati untuk tetap berjalan di tepian dengan rumput pendek

mati yang membantu mencegah kelembapan menyusup ke dalam

sepatu bot kami.

“Uh.” Käthe melangkah mengitari satu lagi genangan kotoran.

“Aku berharap kita punya kereta.”

“Seandainya saja harapan punya kekuatan,” timpalku.

“Maka aku akan jadi orang terkuat di dunia,” seloroh Käthe, “karena

aku punya banyak harapan. Aku berharap kita kaya. Alu berharap

kita bisa membeli apa pun yang kita inginkan. Coba bayangkan, Liesl:

bagai mana seandainya, bagaimana seandainya, bagaimana se andai-

nya….”

Aku tersenyum. Saat masih kecil, aku dan Käthe menyukai per-

mainan Bagaimana seandainya. Sekalipun imajinasi adik perempuanku

tidak mencakup hal-hal yang luar biasa, seperti imajinasiku dan Josef,

dia tetap memiliki kapasitas luar biasa untuk bermain pura-pura.

“Ya, bagaimana seandainya,” ucapku pelan.

“Ayo kita bermain,” ajak Käthe. “Dunia Imajinasi Ideal. Kau duluan,

Liesl.”

“Baiklah.” Aku membayangkan Hans, kemudian menyingkirkannya.

“Josef akan menjadi musisi terkenal.”

Wintersong.indd 12 10/10/2018 4:05:32 PM