INSPEKTORAT iii INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
WEWENANG INSPEKTORAT PENGAWASAN DAERAH POLDA DALAM ...
Transcript of WEWENANG INSPEKTORAT PENGAWASAN DAERAH POLDA DALAM ...
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
1
WEWENANG INSPEKTORAT PENGAWASAN DAERAH POLDA
DALAM PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI
DI KEPOLISIAN DAERAH SULAWESI TENGAH
Amir Hamzah
Email: [email protected]
Universitas Tadulako
Abstrak
This study aims to find out and analyze the authority of the Central Sulawesi Regional Police
Supervisory Inspectorate (Itwasda), with the aim of knowing and analyzing the prevention of
Corruption Crimes. The type and type of this research is normative juridical by conducting
literature searches, and police regulations related to the authority of the Regional
Supervision Inspectorate (Itwasda) in supervision and inspection. Republic of Indonesia
National Police Chief Regulation Number 22 of 2010 concerning Police Organizational
Structure and Work Procedures at the Regional Level (Polda) which is the main reference in
answering the problems of Supervision and Inspection in the work area of the Central
Sulawesi Regional Police. The results of the discussion that based on Perkap 22 of 2010
there is no mention that the Regional Supervision Inspectorate (Itwasda) is a Work Unit that
serves to prevent corruption, but in the implementation of activities other than the assistant
leader of the Regional Supervision Inspectorate (Itwasda) has the main task of Supervision
and Examination in the fields of Operations, Human Resources (HR), Infrastructure and
Statements. The activity was carried out in two phases: the first and the second stages, the
first stage included aspects of planning and organizing, stage two included aspects of
implementation and control. The results of the implementation and inspection will be
reported to the Leader for the next step.
Kata Kunci: Authority of Regional Supervision Inspection (Itwasda); Corruption Crime;
Prevention
PENDAHULUAN
Kepolisian Negara Republik Indonesia
merupakan alat negara yang menjalankan
salah satu fungsi pemerintahan terutama
dibidang pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, melalui pemberian
perlindungan, pengayoman, serta pelayanan
pada masyarakat.1 Hal tersebut sesuai
1Undang-Undang Dasar 1945 pasal 30 ayat 4
dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang bunyinya : “Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, serta melayani masyarakat dan
menegakan hukum”.
Memahami keberadaan Polisi tidak
dapat dilepaskan dari wewenang Polri itu
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
2
sendiri sesuai yang diamanatkan oleh
konstitusi Negara, serta konsep perlindungan
hukum terhadap masyarakat. Jika dilihat dari
perspektif fungsi maupun lembaga,
Kepolisian memiliki tanggung jawab untuk
melindungi rakyat dari segala bentuk
ancaman kejahatan dan gangguan yang dapat
menimbulkan rasa tidak aman, tidak tertib,
dan tidak tentram.2
Disamping fungsinya sebagai alat negara
dalam hal pengamanan Kepolisian juga
mempunyai fungsi sebagai penegak hukum,
melakukan pemeriksaan terhadap tindak
pidana kejahatan, dalam bentuk fisik,
maupun tindak pidana kejahatan berupa
narkoba dan korupsi.
Kewenangan Polri dalam hal
pencegahan dan pemberantasan tindak
Pidana Korupsi sangat besar hal ini
didasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia dalam Pasal 14 huruf f dan g,
bahwa : “Kepolisian Negara Republik
Indonesia bertugas melakukan penyelidikan
dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana
dan peraturan Undang-Undang yang
lainnya.3 melakukan koordinasi,
pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri
2 Muhammad Nuh, SH., MH., Adv. Etika Ptofesi Hukum,
Pustaka Setia Offset, 2011, Hal XVII 3 Hartanti, Evi. 2005. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar
Grafika.
sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa. Jadi jika dikaitkan dengan tindak
pidana korupsi, Polri memilki peran dan
andil besar dalam mencegah merebaknya
tindak pidana korupsi ini. Apalagi Polri
adalah elemen penting yang dapat
menjembatani antara masyarakat dengan
pemerintah.
Masalah korupsi bukan saja sebagai
masalah yang dihadapi oleh suatu Bangsa
atau Negara, tetapi korupsi adalah
merupakan masalah yang dihadapi oleh
umat manusia karena dampak yang
ditimbulkan oleh kejahatan ini, bukan saja
kerugian dari aspek ekonomi, tetapi hampir
semua aspek kehidupan dipengaruhi baik
sosial, budaya, politik dan keamanan. Upaya
pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah
adalah dengan memperketat pengawasan,
baik pengawasan secara Eksternal maupun
pengawasan secara Internal.
Pengawasan eksternal adalah
pengawasan yang dilakukan oleh lembaga
pemerintah maupun lembaga non
pemerintah seperti, pengawasan yang
dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Kompolnas dan
Ombusman. Pengawasan eksternal yang
dilakukan lembaga pemerintah maupun non
pemerintah ini bertujuan untuk menjaga agar
tidak terjadi penyalahgunaan anggaran yang
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
3
dikelola oleh Kepolisian Republik
Indonesia. Salah satu contoh adalah
pengawasan yang dilakukan oleh DPR
mencakup 3 (tiga) aspek fungsi DPR antara
lain fungsi legislasi, fungsi anggaran dan
fungsi pengawasan. Bentuk pengawasan
yang dilakukan adalah dengan menggelar
rapat dengan Polri terkait dengan
penggunaan anggaran, mulai dari tingkat
Mabes sampai ke tingkat Polda dan Polres.
Di jajaran Kepolisian sendiri, bentuk
pengawasan dilakukan dengan membentuk
bagian pengawasan, dengan urutan sebagai
berikut : Pada tingkat Mabes disebut
Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum).
Itwasum dibentuk berdasarkan Peraturan
Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 yang
mempunyai fungsi sebagai unsur pembantu
pimpinan dan pelaksana staf pada Mabes
Polri yang bertanggungjawab kepada
Kapolri dan dibawa kendali Waka Polri.
Pada tingkat Polda disebut dengan
Inspektorat pengawasan Daerah (Itwasda).
Itwasda dibentuk berdasarkan Peraturan
Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 yang
mempunyai fungsi sebagai unsur pembantu
pimpinan dan pelaksana staf pada Polda
yang berada dibawah Kapolda. yang
bertugas menyelenggarakan pengawasan
dan pemeriksaan umum dan perbendaharaan
dalam lingkungan Polda termasuk satuan-
satuan non struktural yang berada dibawah
pengendalian Kapolda. Itwasda melakukan
kegiatan adalah sebagai berikut : (a).
Penyelenggaraan kegiatan pengawasan
umum dan pemeriksaan baik yang
terprogram (rutin) maupun yang tidak
terprogram (Wasrik khusus dan verifikasi)
terhadap aspek manajerial semua unit
organisasi khusus perencanaan, pelaksanaan
dan pencapaian program kerja serta
pengelolaan dan administrasi anggaran dan
perbendaharaan; (b). Penyusunan laporan
hasil Wasrik dan analisa evaluasi hasil
pelaksanaan Wasrik. Itwasda terdiri dari
beberapa bagian antara lain: (a). Inspektorat
bidang Operasional disingkat Itbidops.
Itbidops adalah unsur pelaksana staf yang
bertugas menyelenggarakan pengawasan
dan perbendaharaan di bidang operasional
dalam lingkungan Polda termasuk satuan-
satuan organisasi non struktural yang berada
dibawah pengendalian Kapolda. Itbidops
dipimpin oleh Inspektur Bidang
Operasional, disingkat Irbidops yang
bertanggungjawab kepada Irwasda dalam
pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Parik
(Perwira pemeriksa) Auditor. (b).
Inspektorat bidang Pembinaan
disingkat Itbidbin adalah unsur pelaksana
staf yang bertugas menyelenggarakan
pengawasan dan perbendaharaan di bidang
pembinaan dalam lingkungan Polda
termasuk satuan-satuan organisasi non
struktural yang berada dibawah
pengendalian Kapolda. Itbidbin dipimpin
oleh Inspektur Bidang Pembinaan,
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
4
disingkat Irbidbin yang bertanggungjawab
kepada Irwasda dan dalam pelaksanaan
tugasnya dibantu oleh Parik dan Auditor.
Bentuk pengawasan di atas sebagai
upaya yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mencegah tindak pidana korupsi, akan
tetapi masih saja kejahatan ini dilakukan
oleh oknum-oknum tertentu. Upaya yang
telah dilakukan oleh pemerintah adalah
berawal dengan keluarnya peraturan No.
PRT/PM-06/1957 tentang pemberantasan
korupsi dan PRT/PERPU/013/1958 tentang
pengusutan, penuntutan dan pemeriksaan
perbuatan korupsi dan pemilikan harta
benda dari kepala staf Angkatan Darat
selaku penguasa perang pusat angkatan
Darat. Selain itu juga terdapat Undang-
Undang yang mengatur tentang tindak
pidana korupsi yang kemudian secara
berturut-turut mengalami perubahan
sebanyak 4 (empat) kali. Yang pertama
adalah PERPU Nomor 24 Tahun 1960
tentang Pengusutan, Penuntutan, dan
Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi
berubah menjadi Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1961 yang kemudian berubah untuk
kedua kalinya menjadi Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1871 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
kemudian berubah ketiga kalinya menjadi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Di era reformasi saat ini, transparansi
pada sebuah kelembagaan baik pemerintah
maupun swasta sangatlah penting dan
menjadi dambaan masyarakat umumnya.
Oleh karena itu perlunya dilakukan berbagai
pengawasan dan pengendalian, baik yang
melakukan secara fungsional maupun
strukural, sehingga kinerja organisasi
terlihat ekonomis, efektif dan efisien.
Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian
berpedoman kepada langkah-langkah
manajemen dan dilakukan oleh para
pejabat/manajer yang berwenang dan untuk
mengoptimalkan fungsi pengawasan dan
pengendalian memerlukan peran auditor
profesional dan independen yang dapat
memberikan laporan tentang kredibilitas
kesatuan, baik dibidang operasional maupun
pembinaan.
Para auditor haruslah memahami
teknik-teknik auditing yang merupakan
metode dasar dan digunakan untuk
menghimpun dan menilai laporan sebagai
bukti, serta memahami standardisasi
auditing yang berkaitan dengan ukuran
kemahiran, keahlian sebagai seorang
profesional dalam menilai suatu
pekerjaan. Reformasi Polri menjadi pijakan
para auditor dalam pelaksanaan tugasnya
untuk menciptakan Polri yang bersih dan
berwibawa bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) dimana selama ini
menjadi kendala bagi kemajuan Polri
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
5
khususnya. Polri telah mengeluarkan
kebijaksanaan dibidang organisasi untuk
tugas pengawasan dan pengendalian yang
bertanggung jawab dalam hal ini adalah
pejabat auditor untuk tingkat Mabes Polri.
Untuk membangun kepolisian RI
diselenggarakan dalam rangka membangun
kekuatan Polri yang profesional mahir dan
berwibawa baik sebagai aparat penegak
hukum maupun penjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat dengan melalui
pendidikan, pelatihan, pembinaan karier dan
pengadaan alat perlengkapan utama yang
modern untuk mengimbangi ilmu
pengetahuan dan tehnologi yang sudah
semakin maju. Segala upaya untuk
mewujudkan tujuan harus didahului oleh
suatu proses pemikiran yang dituangkan
kedalam berbagai bentuk rencana atau
strategi, sehingga persoalan pemilihan
strategi pada dasarnya juga merupakan
permasalahan manajemen. Karena itu setiap
pengambilan keputusan hendaknya
berpedoman pada kerangka pikir
penyelenggaraan upaya pengamanan negara
yang merupakan tugas utama Polri dan
dilaksanakan secara terpadu pada setiap
langkah oprasional perencanaan strategi
sampai pada tahap pelaksanaan. Didalam
perkembangannya manajemen profesional
dituntut agar menggunakan paradigma
manajerial yaitu bahwa kegiatan oprasional
tidak hanya berbeda dan berkaitan dengan
para pelaksana dilapisan manajer paling
bawah (low management), tetapi dalam
batas-batas tertentu menyentuh seluruh
aspek manajerial mulai dari tingkatan
tertinggi sampai kepada lepel terendah (Top,
middle and lower) sehingga pada akhirnya
terbentuk suatu audit baru yang disebut
MANAGEMENT AUDIT.4
Perkembangan penegakan hukum
Pidana saat ini khusunya Tindak Pidana
Korupsi, menunjukan bahwa munculnya
lembaga-lembaga penyidik lainnya diluar
Penyidik Kepolisian Negara Indonesia,
menjadi semakin banyak dan cenderung
berdiri sendiri-sendiri. Oleh karena itu,
selain berpotensi menimbulkan tumpang
tindih kewenangan, juga berpotensi
menimbulkan konflik antar penyidik.
Disparitas lembaga penyidik tersebut
menunujukan tidak adanya integralisasi
yang sinergi dan harmonis, sehingga
berdampak pada tidak efektifnya upaya
penyidikan tindak pidana itu sendiri.
Tindak pidana korupsi sebagaimana
diuraikan di atas sudah merambah seluruh
lapisan masyarakat, bahkan yang lebih
parahnya kejahatan tindak pidana korupsi ini
sudah merambah pada tubuh penegak
hukum itu sendiri. Salah satu contohnya
adalah aparat penegakan hukum kepolisian
juga sudah digerogoti oleh tindak kejahatan
4 arriwp1997.blogspot.com/2012/10/sistem-pengawasan-
dan-pengendalian_8395.html
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
6
ini. Banyak dari penyidik polri yang terseret
dalam kasus ini, sampai pada tingkatan
Jenderal sekalipun, lihat saja bagaimana
kasus korupsi alat simulator SIM yang
melibatkan Komjen Polisi Joko Susilo, dan
masih banyak yang lainnya. Di jajaran Polda
Sulawesi pada Tahun 2016, telah ditemukan
satu kasus tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh salah satu Bintara Polda
Sulawesi Tengah berpangkat Brigadir
Kepala Jabatan Kaurkeu dan sekarang sudah
sidang dengan vonis 6 Tahun penjara. Hal
ini berdasarkan data dan informasi dari
Bagian Inspektorat Pengawasan Daerah
(Itwasda) Polda Sulawsi Tengah.
Oleh karena itu Inspektorat
Pengawasan Daerah (Itwasda) mempunyai
peranan sangat penting dalam mendukung
program Kapolri menuju Polri yang
Profesional, Moderan dan Terpercaya
(Promoter). Sehingga kepercayaan
masyarakat terhadap Polri semakin
meningkat dalam hal penegakan hukum.
Masalahnya kemudian adalah di lingkup
Itwasda itu sendiri, dimana adalah beberapa
kendala yang dihadapi oleh tim pemeriksa
dari Inspektorat Pengawasan Daerah
(Itwasda) diantaranya adalah kurangnya
Sumber Daya Manusia (SDM) baik jumlah
personel maupun kualitas pemeriksa belum
maksimal, struktur jabatan Irtwasda masih
dibawah Kapolda dan Wakapolda. Agar
lebih efektif seharusnya Irwasda dalam
struktur jabatan dibawah Irwasum Polri dan
bertanggungjawab langsung kepada
Irwasum.
Dalam hal ini Inspektorat Pengawasan
Daerah (Itwasda) sebagaimana disebutkan
pada uraian diatas hanya sebatas melakukan
pencegahan terhadap Tindak pidana korupsi,
tidak sampai pada tahap pemberantasan.
Dengan asumsi bahwa Inspektorat
Pengawasan Daerah (Itwasda) akan
melaporkan kepada pihak penyidik dalam
hal ini Propam apabila ada terindikasi
anggota Polisi yang melakukan tindak
pidana korupsi seperti kasus yang diuraiakan
di atas.
1.1.Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana Wewenang Inspektorat
Pengawasan Daerah dalam Pencegahan
Tindak Pidana Korupsi di Internal
Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah ?
b. Bagaimana proses pengawasan Tindak
Pidana Korupsi yang dilakukan oleh
Inspektorat Pengawasan Daerah ?
METODE PENELITIAN
Jenis dan tipe penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
Hukum Normatif, yaitu dengan memaparkan
mengenai wewenang Inspektorat
Pengawasan Daerah dalam Pencegahan
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
7
Tindak Pidana Korupsi di Internal
Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah serta
proses pengawasan Tindak Pidana Korupsi
yang dilakukan oleh Inspektorat Pengawasan
Daerah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Wewenang Inspektorat Pengawasan
Daerah (ITWASDA) Dalam Pencegahan
Tindak Pidana Korupsi di Internal
Kepolisian Daerah Propinsi Sulawesi
Tengah
Dalam konsep negara hukum, bahwa
wewenang pemerintahan berasal dari
peraturan perundang-undangan, artinya suatu
wewenang yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan, sehingga di dalam
negara hukum asas legalitas menjadi salah
satu prinsip utama yang dijadikan dasar
dalam penyelenggaraan pemerintahan
terutama terutama bagi negara-negara hukum
yang menganut “civil law system” (Eropa
Kontinental). Dengan demikian setiap
penyelenggaraan pemerintahan harus
memiliki legitimasi, yakni kewenangan yang
diberikan oleh Undang-undang.5
Berpijak pada konsep penyelenggaraan
kepolisian adalah penyelenggaraan salah satu
fungsi pemerintahan, sebagaimana
dirumuskan dalam pasal Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri, maka
5 . Sadjijono, Memahami Hukum Kepolisian, Yogyakarta,
Laksbang Pressindo, 2010, hlm. 115
asas legalitas menjadi prinsip utama dalam
menjalankan tugas dan wewenang
kepolisian, karena undang-undang yang
memberi legitimasi atas kewenangan
kepolisian dalam menjalankan fungsi
pemerintahan, terutama dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, pelindung, pengayom dan
pelayan kepada masyarakaat. Berdasarkan
prinsip legalitas tersebut, dengan demikian
wewenang kepolisian bersumber dari
peraturan perundang-undangan. Secara
teoritik wewenang yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan tersebut
diperoleh dari tiga cara, yaitu atribusi,
delegasi dan mandat. Menurut H.D. Van
Wijk/Willem Konijnenbelt defenisi
wewenang tersebut, sebagai berikut:
a. Atributie: toekening van een
bestuursbevoegheid door een wetgever
aan een bestuursoganen, (atribusi adalah
pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pembuat undang-undang kepada organ
pemerintah). Artinya wewenang atribusi
diperoleh dari peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang
wewenang pemerintahan.
b. Delegatie: overdracht van een bevoegheid
van het ene bestuursorganen aan een
ender, (delegasi adalah pelimpahan
wewenang pemerintahan dari suatu organ
pemerintahan kepada organ pemerintahan
lainnya).
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
8
c. Mandaat: een bestuursorganen laat zijn
bevoegheid namens hem uitoefenen door
een ander, (mandat terjadi ketika organ
pemerintahan mengizinkan
kewenangannya dijalankan oleh organ
lain atas namanya.6
Pengawasan Itwasda
Di dalam lembaga Kepolisian telah ada
sistem pengawasan, baik secara struktural
maupun fungsional yang tugas dan
wewenangnya melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan kepolisian. Bidang
pengawasan secara struktural ditingkat
Mabes disebut Inspektorat Pengawasan
Umum disingkat Itwasum dan ditingkat
daerah disebut Inspektorat Pengawasan
Daerah disingkat Itwasda. Istilah
“pengawasan” ini memiliki padan kata
“controlling” yang oleh Sujamto diartikan
sebagai segala usaha atau kegiatan untuk
mengetahui dan menilai kenyataan yang
sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau
pekerjaan, apakah sesuai dengan semestinya
atau tidak. Dengan demikian pengawasan
ditunjukan untuk menjaga agar pelaksanaan
tugas atau perkerjaan yang dijalankan tetap
berjalan semestinya, sesuai dengan arah dan
tujuan diberikannya dan dilaksanakannya
tugas itu.
Dikaitkan dengan pengawasan
kepolisian mengandung makna, bahwa
pengawasan dilaksanakan agar tugas dan
6 . Ibid, hlm 116
wewenang dalam menyelenggarankan
kepolisian berjalan semestinya sesuai dengan
tujuan tugas dan wewenang tersebut
diberikan, sehingga tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pengawasan tersebut ada yang
bersifat vertikal dan horizontal. Pengawasan
vertikal adalah pengawasan dari satuan atas
yang bertingkat lebih tinggi terhadap yang
lebih rendah atau bawah, misal Polda
pengawasi Polwil atau Polres dan seterusnya
baik secara struktural maupun fungsional,
sedangkan pengawasan horizontal adalah
pengawasan yang dilakukan oleh bidang atau
lembaga lain secara secara menyamping.7
Pengawasan tersebut dilakukan dalam
bentuk, antara lain: pengawasan preventif,
pengawasan represif dan pengawasan positif.
Pengawasan preventif adalah pengawasan
yang dilakukan sebelumnya untuk mencegah
terjadinya penyimpangan terhadap
pelaksanaan tugas dan wewenang yang
diberikan; pengawasan represif adalah, yakni
pengawasan yang dilakukan kemudian
karena telah ada indikasi terjadinya
penyimpangan dalam pelaksanaan tugas dan
wewenang; sedangkan pengawasan positif
adalah pengawasan dilakukan dalam rangka
pembinaan dengan memberikan pengarahan
dan petunjuk-petunjuk dari satuan yang lebih
tinggi pada satuan yang lebih rendah.8
7 . Ibid, hlm. 415 8 . Ibid, hlm. 416
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
9
Pengaturan eksistensi pengawas di
lingkungan lembaga kepolisian ditingkat
Mabes Polri ditetapkan dalam Pasal 4
Keputusan Presiden No. 70 Tahun 2002,
dimana dalam ayat (1) dan (2) mengatur
tentang eksistensi fungsi pengawas, tugas
dan wewenangnya, yang substansinya : ayat
(1) : Inspektorat Pengawasan Umum
disingkat Itwasum adalah unsur pembantu
pimpinan dan pelaksana staf bidang
pengawasan yang berada di bawah Kapolri;
dan ayat (2) menyebutkan: Itwasum bertugas
membantu Kapolri dalam menyelenggaraan
pengawasan dan pemeriksaan umum dan
perbendaharaan dalam lingkup Polri
termasuk satuan organisasi non-struktural
yang dibawah pengendalian Kapolri.9
Tindak lanjut dari Keputusan
Presiden No. 70 Tahu 2002 tersebut
dikeluarkan Keputusan Kapolri No. Pol.
Kep/53/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Satuan-Satuan Organisasi Pada Tingkat
Mabes Polri, dan Keputusan Kapolri No. Pol.
Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Satuan-Satuan Organisasi Pada Tingkat
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Daerah (Polda).10
Keputusan Presiden No. 70 Tahu
2002 khususnya Pasal 4 secara jelas
9 . Ibid 10 . Ibid, hlm. 417
mengatur tentang eksistensi Itwasum beserta
tugas dan wewenangnya, sehingga
pengaturan eksistensi, tugas dan wewenang
Itwasum dalam Keputusan Kapolri No. Pol.
Kep/53/X/2002 sebagai penjabaran yang
bersifat teknis akan tetapi untuk Keputusan
Kapolri No. Pol.: Kep/54/X/2002
sebagaimana disebutkan di muka,
menguraikan secara rinci tentang Organisasi
dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi
Polri ditingkat Polda, sehingga eksistensi,
tugas dan wewenang Itwasda diatur secara
khusus dalam Keputusan Kapolri No. Po.:
Kep/54/X/2002 dimaksud, terutama dalam
Pasal 9 Ayat (1), (2) dan ayat (3):
Ayat (1) mengatur eksistensi Itwasda, yakni
Itwasda adalah unsur pembantu
pimpinan dan pelaksana staf pada
Polda yang berada dibawah
Kapolri;
Ayat (2) mengatur tugas dan wewenang
Itwasda yang substansinya :
Itwasda menyelenggarakan
pengawasan dan pemeriksaan
umum dan perbendaharaan dalam
lingkup Polda termasuk satuan-
satuan organisasi non-struktural
yang berada dibawah pengendalian
Kapolda;
Ayat (3) mengatur rincian tugas sebagai
dimaksudkan dalam ayat (2).
Dilihat dari ketentuan di atas, Itwasda
dalam Struktur Organisasi pada tingkat Polda
berada dibawah Kapolda yang secara
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
10
strutural bertugas dan bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan pengawasan pada
semua bidang di lingkungan Polda dan
secara fungsional pengawasan pada satuan
bawah. Yakni Polres secara struktural
diemban oleh Siwas. Disamping itu Itwasda
juga berwenang melakukan pengawasan
hingga tingkat Polres secara berjenjang.
Terkait tentang pengawasan beberapa
teori tentang pengawasan yang akan
mejawab apa itu pengawasan dianggap
penting sebagai salah satu penunjang atau
aplikasi teori dalam tulisan ini. Hal ini
bertujuan untuk mengapresiasi Satuan Kerja
(Satker) Inspektorat Penagawasan Daerah
Polda Sulawesi Tengah sebagai Satker
pengawasan intern pemerintah bagi
pelaksanaan kinerja Kepolisian Daerah
Sulawesi Tengah, agar dapat menjalankan
tugas dan fungsinya dengan baik dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang
ada.
Dalam kamus bahasa Indonesia,
Poerwadarminta istilah pengawasan
diartikan sebagai: “suatu bentuk pemeriksaan
atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas
kepada pihak bawahannya”. Lebih lanjut
Lembaga Administrasi Negara memberikan
pengertian pengawasan sebagai : “suatu
usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan
menilai pelaksanaan tugas atau kegiatan
apakah sesuai dengan semestinya atau tidak”.
Istilah pengawasan dikenal dalam
ilmu administrasi, yaitu sebagai salah satu
unsur dalam kegiatan pengelolaan. Geoge R.
Terry, menggunakan istilah “control”
sebagai mana yang dikutif oleh Muhsan
sebagai berikut:11
“control is to deteminc what is
accomplished, evaluate it, and apply
corrective meassures, if needed to ensure
result in keeping with the paln”. Diartikan
pengawasan adalah menentukan apa yang
telah dicapai, mengevaluasi dan menerapkan
tindakan krektif, jika perlu, memastikan hasil
yang sesuai dengan rencana.
Lebih lanjut Muchsan mengemukakan
terdapat lima hal yang wajib dipenuhi untuk
adanya tindakan pengawasan sebagai
berikut:
a. Adanya kewenangan yang jelas yang
dimiliki oleh aparat penegak hukum.
a. Adanya suatu rencana yang mantap
sebagai alat penguji terhadap pelaksanaan
suatu tugas yang akan diawasi.
b. Tindakan pengawasan dapat dilakukan
terhadap suatu proses kegiatan yang
sedang berjalan maupun terhadap hasil
yang dicapai dari kegiatan tersebut.
c. Tindakan pengawasan berakhir dengan
disusunnya evaluasi akhir terhadap
kegiatan yang dilaksanakan serta
11 Awaluddin, Eksistensi Komisi Kepoliisian Nasional
Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, 2014,
hlm. 90.
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
11
pencocokan hasil yang dicapai dengan
rencana sebagai tolak ukurnya.
d. Selanjutnya tindakan pengawasan akan
diteruskan dengan tindak lanjut, baik
secara administrasi maupun secara
yuridis.12
e. Pengawasan dipandang dari kelembagaan
yang dikontrol dan yang melaksanakan
kontrol dapat dibedakan menjadi kontrol
internal (internal control) dan control
ekstern (internal control). (1). Kontrol
Internal adalah pengawasan yang
dilakukan oleh suatu badan atau organ
yang secara struktural adalah masih
termasuk organisasi dalam lingkup
pemerintah. Misalnya, pengawasan yang
dilakukan oleh pejabat atasan terhadap
bawahannya secara hierarkis. Bentuk
kontrol semacam itu dapat digolongkan
sebagai jenis kontrol teknis administratif
atau built-in control. (2). Kontrol
eksternal adalah pengawasan yang
dilakukan oleh badan atau organ secara
struktur organisasi berada di luar
pemerintah dalam arti eksekutif.
Misalnya, kontrol yang dilakukan secara
langsung, seperti kontrol keuangan yang
dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), kontrol sosial yang
dilakukan oleh lembaga sosial masyarakat
(LSM) termasuk media massa dan
kelompok masyarakat yang berminat pada
12 Ibid, hlm. 91
bidang tertentu, control politis yang
dilakukan oleh MPR dan DPR terhadap
pemerintah.13
Dipandang dari segi cara pengawasan,
dapat dibedakan menjadi pengawasan negatif
represif dan pengawasan negatif preventif.
Pengawasan negatif represif adalah
pengawasan yang dilakukan setelah suatu
tindakan dilaksanakan. Sedangkan
pengawasan negatif preventif dan
pengawasan positif, yaitu badan
pemerintahan yang lebih tinggi menghalangi
terjadinya kelalaian pemerintah yang lebih
rendah.14
Menurut Sondak P. Siagian, terdapat
hubungan yang sangat erat antara
perencanaan dan pengawasan. Jelas bahwa
tanpa rencana pengawasan tidak mungkin
dilaksanakan karena tidak ada pedoman
untuk dilaksanakan pengawasan itu.
Demikian pula sebaliknya, rencana tanpa
pengawasan akan berarti timbulnya
penyimpangan-penyimpangan yang serius
tanpa ada sarana untuk mencegahnya.15
Syamsir Torang mendefinisikan
pengawasan sebagai pengendalian atau
kontrol yang menjadi salah satu fungsi
manajemen untuk menjamin keputusan,
perencanaan, dan pelaksanaan program
sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau
13 Ibid, hlm. 92 14 . Awaluddi, Eksistensi Komisi Kepolisian Naional Dalam
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, 2004. Hlm. 94 15 . Ibid
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
12
tidak. Dapat juga dikatakan bahwa
pengawasan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan maksud mengetahui
kondisi suatu organisasi. Luas pengawasan
suatu organisasi dihubungkan dengan; (a)
komponen administrasi; (b) sentralisasi dan
desentralisasi; dan (c) tingkatan kekuasaan.16
Komponen administrasi adalah bagian
dari organisasi yang terdiri dari koordinasi,
pemberian fasilitas, dan dukungan terhadap
aktivitas anggota yang berhubungan dengan
organisasi. Komponen administrasi biasanya
ditempatkan sebagai variabel. Ukuran,
kompleksitas, formalisasi, dan tujuan
merupakan dimensi komponen
administrasi.17
Selanjutnya, Paulus Efendi Lotulung
menyatakan bahwa fungsi pengawasan
dalam perspektif hukum itu berbeda dengan
pengawasan dalam perspektif administrasi
atau manajemen, pengawasan itu
dimaksudkan untuk mengamati dan menilai
apakah pelaksanaan tugas dan pekerjaan
dalam suatu organisasi tertentu itu telah
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
dan apakah tujuan yang dicanangkan tercapai
atau tidak. Berdasarkan perspektif hukum,
pengawasan itu dilakukan untuk menilai
apakah pelaksanaan tugas dan pekerjaan itu
telah dilakukan sesuai dengan norma hukum
yang berlaku, dan apakah pencapaian tujuan
16 . ibid, hlm. 95 17 . ibid
yang telah ditetapkan itu tercapai tanpa
melanggar norma hukum yang berlaku.18
Peran Aparat pengawasan pemerintah
dalam pemberantasan korupsi ditekankan
kepada tindakan preventif, tanpa
mengabaikan peran melalui tindakan
represif. Tindakan preventif, dilakukan
melalui pengawasan internal pemerintah
dengan cara : audit kinerja, monitoring,
evaluasi, reviu, konsultasi, Sosialisasi dan
asistensi (bimbingan teknis). Kegiatan ini
menghasilkan rekomendasi kepada pimpinan
instansi pemerintah dan unit kerja yang
bersifat memperbaiki sistem pengendalian
intern (organisasi, perencanaan, kebijakan,
dan reviu intern), penyempurnaan metoda
pelaksanaan kegiatan dan koreksi secara
langsung atas penyimpangan yang dijumpai
dilapangan. Tindak lanjut atas rekomendasi
kegiatan pengawasan ini merupakan langkah
yang efektif untuk mencegah terjadinya
tindak pidana korupsi. Kegiatan konsultasi,
sosialisasi dan asistensi bertujuan
meningkatkan kapasitas obyek pengawasan
dalam pelaksanaan tugas, terutama dalam hal
yang berhubungan dengan peraturan
perundang-undangan dan administrasi
keuangan.
Tindakan represif, dilaksanakan
melalui pemberian rekomendasi kepada
pimpinan instansi pemerintah, berupa sanksi
sehubungan dengan adanya temuan yang
18 . Ibid
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
13
diduga tindak pidana korupsi atau kerugian
negara melalui audit. Selain itu rekomendasi
kepada pimpinan instansi pemerintah dapat
berupa pelimpahan hasil audit kepada aparat
penegak hukum apabila terjadi tindak pidana
korupsi.
Dalam lingkup Kepolisian
pengawasan terhadap Tindak Pidana Korupsi
mempunyai proporsi yang besar seperti yang
diatur dalam Undang-undang No 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) Pasal 14 huruf “f” yaitu
melakukan koordinasi, pengawasan, dan
pembinaan teknis terhadap kepolisian
khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
kemudian di secara terperinci dalam Perkap
22 tahun 2010 disebutkan bahwa Inspektorat
Pengawasan Daerah (Itwasda) mempunyai
fungsi dan wewenang membantu pimpinan
dalam melakukan Pengawasan dan
pemeriksanaan. Adapun dasar pengawasan
dan pemeriksaan terdapat dalam Perkap 18
Tahun 2011 tentang Pengawasan dan
Pemeriksaan Rutin di lingkungan Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Pengawasan
pemeriksanaan dilakukan dengan dua tahap
yaitu tahap pertama dan tahap kedua.
Tahap pertama
Melakukan pengawasan dan
pemeriksaan pada Aspek perencanaan dan
pengorganisasian meliputi :
1. Aspek perencanaan terdiri dari: (a)
rencana anggaran belanja (RAB), (b)
rencana pendistribusian anggaran, (c)
rencana kegiatan, (d) rencana penggunaan
personel, (e) rencana penggunaan sarana
prasarana (sarpras) dll.
2. Aspek pengoorganisasian terdiri dari surat
perintah dan penempatan personel sesuai
dengan kompetensi masing-masing.
f. Tahap kedua
Melakukan pengawasan dan pemeriksaan
pada aspek pelaksanaan dan pengendalian
meliputi :
1. Aspek pelaksanaan yaitu melakukan
pengawasan dan pemeriksaan pada
bidang operasional, Sumber daya Manusia
(SDM), Sarana Prasarana (Sarpras) dan
anggaran.
2. Aspek pengendalian melakukan
pemeriksaan administrasi pendukung
berupa sprin dan pertanggujawaban
keuangan apakah berjalan sesuai dengan
aturan atau tidak.
Ada tiga pokok tujuan diadakannya
wasrik agar tercapai sesuai harapan, yakni,
meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan program, mengurangi sekecil
mungkin penyimpangan yang terjadi, serta
meningkatkan integritas dan sinergitas antar
fungsi. hal tersebut dilaksanakan guna
menjamin terselenggaranya sistem
manajemen yang baik. Yakni, fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengendalian. Sehingga berbagai temuan
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
14
yang sifatnya berulang maupun strategis,
dapat diminimalisir.
Harapan itu sejalan kebijakan
Reformasi Birokrasi Polri. Yaitu, dalam
program penguatan pengawasan dan
akuntabilitas kinerja. Sehingga akan
terwujud institusi Polri yang bersih dan
bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.“ Lalu
meningkatnya kualitas pelayanan Polri
kepada masyarakat. Serta meningkatnya
kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi
polri.
Dalam mewujudkan hal tersebut di atas
itwasda perlu bersinergi dengan pengawas
eksternal seperti Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Ombusman, DPR dan DPRD Provinsi
diwilayah kerja polda Sulawesi Tengah.
Yang bertujuan untuk memberi penguatan
terkait tata kelola kepemerintahan yang baik
di lingkungan Polda Sulawesi Tengah.
Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya
mengimplementasikan transparansi dan
akuntabilitas Polri.
Dengan demikian bahwa kalau tata
kelola keuangan dan anggaran dilakukan
dengan baik. Maka Dapat menghindari
adanya penyimpangan yang dapat
menghambat upaya Polri dalam mewujudkan
pelayanan prima kepada masyarakat. untuk
menjamin terlaksananya seluruh program
kerja sesuai dengan aturan, maka perlu
dilakukan kontrol. Maksudnya, untuk
mengetahui apakah semua program kerja,
telah dilaksanakan sesuai dengan yang
diharapkan. Serta mencegah terjadinya
penyimpangan dan penyalahgunaan
wewenang, yang berakibat berkurangnya
kepercayaan masyarakat kepada Polri.
Disamping itu proses pengawasan
yang dilakukan dapat mewujudkan tiga
tujuan pokok pengawasan yaitu
1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan program,
2. mengurangi sekecil mungkin
penyimpangan yang terjadi, serta
3. meningkatkan integritas dan sinergitas
antar fungsi
Ketiga hal tersebut dilaksanakan
guna menjamin terselenggaranya sistem
manajemen yang baik. Yakni, fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengendalian. Sehingga berbagai temuan
yang sifatnya berulang maupun strategis,
dapat diminimalisir.
Berdasarkan uraian tersebut diatas
menurut penulis bahwa, wewenang
Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum)
Polri dan Inspektorat Pengawasan Daerah
Polda (Itwasda) dalam pencegahan tindak
Pidana Korupsi telah diberikan wewenang
yang sangat besar dalam Undang-Undang
yaitu sebagai aparatur intern pemerintah
yang menyelenggarakan pengawasan dan
pemeriksaan terhadap kegiatan baik yang
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
15
terprogram maupun tidak terprogram untuk
mencegah terjadinya penyalagunaan
wewenang dalam penggunaan anggaran.
Proses Pengawasan Tindak Pidana
Korupsi yang dilakukan oleh Inspektorat
Pengawasan Daerah (ITWASDA) Polda
Istilah pengawasan dikenal dalam
ilmu manajemen dan ilmu administrasi, yaitu
sebagai salah satu unsur dalam kegiatan
pengelolaan. Istilah pengawasan di Indonesia
merupakan terjemahan dan sinonim dari
istilah “control”19
Pengawasan kepolisian ditinjau dari
segi hubungan kewenangan, ada yang
bersifat vertikal dan horizontal. Pengawasan
vertikal, artinya pengawasan dari satuan atas
yang setingkat lebih tinggi terhadap yang
lebih rendah atau bawah, misalnya Polda
Mengawasi Polwil atau Polres dan
seterusnya baik secara struktural maupun
fungsional, sedangkan pengawasan yang
bersifat horizontal, artinya pengawasan yang
dilakukan oleh bidang atau lembaga lain
secara menyamping. Pengawasan kepolisian
dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk
pengawasan preventif dan pengawasan
represif.20
Pada tingkat Kepolisian daerah telah
membentuk pengawas internal yaitu
19 Sadjijono. Memahami Hukum Kepolisian. Laksban
Pressindo Yogyakarta Cetakan 1 2010. Hlm, 151. 20 Ibid. hlm 153.
Inspektorat Pengawasan Daerah (Itwasda)
dimana tugas dan wewenangnya
melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan
di internal Polri semua kegiatan kepolisian
baik yang menggunakan anggaran maupun
non anggaran hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya menyalagunaan
wewenang yang akan mengakibatkan
kerugian negara.
Inspektorat Penagawasan Daerah
(Itwasda) merupakan satuan kerja (Satker)
pengawas dan pembantu pimpinan,
Inspektorat Pengawasan Daerah (Itwasda)
dibentuk melalui :
1. Undang-undang No 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia Pasal 14 huruf f dan g yaitu:
Huruf f Melakukan koordinasi,
pengawasan, dan pembinaan teknis
terhadap kepolisian khusus,
penyidik pegawai negeri sipil, dan
bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa.
Huruf g Melakukan penyelidikan dan
penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara
pidana dan peraturan perundang-
undangan lainnya.”
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Pasal 48 ayat (1) dan Pasal
49 Ayat 1 huruf b, Ayat (4) yaitu :
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
16
Pasal 48 Ayat (1) Pengawasan intern
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (2) huruf a dilakukan
oleh aparat pengawasan intern
pemerintah.
Pasal 49 Ayat (4) Inspektorat Jenderal
atau nama lain yang secara
fungsional melaksanakan
pengawasan intern melakukan
pengawasan terhadap seluruh
kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi
kementerian negara/lembaga yang
didanai dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
3. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun
2010 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kepolisian Negara Repunlik
Indonsia Pasal 7 ayat (1) dan (2) yaitu :
Ayat (1) Inspektorat Pengawasan
Umum disingkat Itwasum adalah
unsur pengawas yang berada
dibawah Kapolri dan Itwasum.
Ayat (2) Sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) , bertugas membantu
Kapolri dalam penyelenggaraan
pengawasan internal, pemeriksaan
umum, perbendaharaan dan
akuntabilitas dalam lingkungan
Polri, serta memfasilitasi lembaga
pengawasan eksternal Polri.
4. Keputusan Presiden No 70 Tahun 2002
tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Kepolisian Negara Repunlik
Indonsia Pasal 4 ayat (1) dan (2) yaitu:
Ayat (1) Inspektorat Pengawasan
Umum disingkat Itwasum adalah
unsur pembantu pimpinan dan
pelaksana staf dalam bidang
pengawasan yang berada di bawah
Kapolri.
Ayat (2) Itwasum bertugas membantu
Kapolri dalam penyelenggaraan
pengawasan dan pemeriksaan
umum dan perbendaharaan dalam
lingkungan Polri termasuk satuan-
satuan organsiasi non struktural
yang berada di bawah pengendalian
Kapolri.
5. Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010
tentan Susunan Organisasi dan Tata
Kerja (SOTK) Pada Tingkat Kepolisian
Daerah Pasal 17 ayat (1) dan (2) yaitu:
Ayat (1) Itwasda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf a
merupakan unsur pengawas dan
pembantu pimpinan pada Polda
yang berada di bawah Kapolda.
Ayat (2) Itwasda bertugas
menyelenggarakan pengawasan,
pemeriksaan umum, dan
perbendaharaan dalam lingkungan
Polda.
Pengawasan adalah proses untuk
memastikan bahwa segala aktifias yang
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
17
terlaksana sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Sedangkan fungsi pengawasan
dalam manajemen adalah upaya sistematis
dalam menetapkan standar kinerja dan
berbagai tujuan yang direncanakan,
mendesain sistem informasi umpan balik,
membandingkan antara kinerja yang dicapai
dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan apakah terdapat
penyimpangan dan tingkat signifikansi dari
setiap penyimpangan tersebut, dan
mengambil tindakan yang diperlukan secara
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
Instansi.
Pengawasan adalah salah satu fungsi
dari seorang pemimpin, tapi seorang
pemimpin harus memahami arti dan tujuan
pengawasan. Pengawasan dapat diartikan
sebagai control is to determine what is
complished, evaluate it and apply corrective
measures, if need, to insure result in keeping
with the plan (Pengawasan adalah
mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan,
maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan
apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan
korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan).21
pengawasan juga diartikan sebagai control
consist in verifying whwther everything
occure in conformity with the plan adopted,
21 George R. Tery (2006:395)
the instruction issued and principles
established. 22
Jenis-jenis Pengawasan
Pengawasan Intern dan Pengawasan
Ekstern
Pengawasan Intern adalah pengawasan
yang dilakukan oleh orang atau badan yang
ada di dalam lingkungan unit organisasi yang
bersangkutan. Pengawasan dalam bentuk ini
dapat dilakukan dengan cara pengawasan
atasan langsung atau pengawasan melekat
(built in control).
Pengawasan ekstern adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh unit
pengawasan yang berada di luar unit
organisasi yang diawasi.
Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif adalah
pengawasan yang dilakukan terhadap suatu
kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan,
sehingga dapat dicegah terjadinya
penyimpangan. Lazimnya, pengawasan ini
dilakukan organisasi dengan maksud untuk
menghindari adanya penyimpangan
pelaksanaan keuangan organisasi yang akan
membebankan dan merugikan organisasi
lebih besar. Disisi lain, pengawasan ini juga
dimaksudkan agar sistem pelaksanaan
anggaran dapat berjalan sebagaimana yang
dikehendaki.
Pengawasan preventif akan lebih
bermanfaat dan bermakna jika dilakukan
22 Henry Fayol
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
18
oleh atasan langsun, sehingga penyimpangan
yang kemungkinan dilakukan akan
mendeteksi lebih awal.
Di sisi lain, pengawasan represif
adalah pengawasan yang dilakukan terhadap
suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.
Pengawasan model ini lazimnya dilakukan
pada akhir tahun anggaran, dimana anggaran
yang telah ditentukan kenudian disampaikan
laporannya. Setelah itu, dilakukan
pemeriksaan dan pengawasannya untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya
penyimpangan.
Pengawasan Aktif dan Pasif.
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan
sebagai petunjuk “pengawasan yang
dilaksanakan di tempat kegiatan yang
bersangkutan”.
Hal ini berbeda dengan pengawasan
jauh (pasif) yang dilakukan pengawasan
melalui “penelitian dan pengujian terhadap
surat-surat pertanggung jawaban yang
disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan
pengeluaran. Disisi lain, pengawasan
berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil
menurut hak (rechmatigheid) adalah
pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah
telah sesuai denagn peraturan, tidak
kadaluarsa, dan hak itu terbukti
kebenarannya. Sementara, hak berdasarkan
pemeriksaan kebenaran materil mengenai
maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid)
adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran
apakah telah memenuhi prinsip ekonomi,
yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan
beban biaya yang serendah mungkin.23
Jenis dan isi pengawasan dilakukan
semata-mata menurut atau berdasarkan
ketentuan peraturan yang ada di dalam
organisasi, sehingga pengawasan tidak
berlaku atau tidak diterapkan hal yang tidak
ditentukan atau berdasarkan peraturan.
Mencermati pengertian pengawasan
tersebut maka dapat ditarik beberapa unsur
yang terkandung di dalamnya, yakni:
a) Adanya aturan hukum sebagai
landasan pengawasan;
b) Adanya aparat pengawas;
c) Adanya tindakan pengamatan;
d) Adanya obyek yang diawasi.
Dalam proses pelaksanaan pengawasan
dilakukan dalam dua bentuk pengawasan
sebagai berikut:
Bentuk-Bentuk Pengawasan
Pengawasan Internal
Pengawasan internal dilakukan oleh
Inpektorat Pengawasan Umum untuk tingkat
Mabes Polri, Ispektorat Pengawasan Daerah
untuk tingkat Polda, dan SIWAS untuk
tingkat Polres. Semua tingkat pengawasan
dan pemeriksanaan melakukan pengawasan
kepada semua bagian tanpa terkecuali
23 Dictio. Apa Saja Jenis-Jenis Pengawasan Yang Ada di
Dalam Organisasi.www.dictio.id. tgl 16 September 2018
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
19
Kapolri, Waka Polri, Kapolda, wakapolda,
Kapolres dan Wakapolres. Semua bagian
harus diperiksa sesuai dengan prosedur tetap
(Protap) yang telah ditentukan, dengan
terlebih dahulu memperoleh rekomendasi
dari pimpinan tertinggi dalam satuan
Kepolisian.
Pengawasan internal pemerintahan
termasuk Polri merupakan fungsi manajemen
yang penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan untuk mencapai sasaran
strategis Polri. Pengawasan internal
diperlukan untuk mendorong terwujudnya
good governance dan clean government dan
mendukung penyelenggaraan pemerintahan
yang efektif, efisien, transparan, akuntabel,
serta bersih dan bebas dari KKN. Hal ini
dapat dicapai bilamana seluruh level
pimpinan menyelenggarakan kegiatan
pengendalian atas seluruh kegiatan pada
Institusi mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengendalian sampai dengan
pertanggungjawaban pelaksanaan program
dan anggaran dilaksanakan secara tertib,
ekonomis, efektif, dan efisien.
Proses pengawasan dan pemeriksanaan
di tingkat Kepolisian Daerah, dilakukan
Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010
tentang Struktur Organisasi dan Tupoksi
Kepolisian Tingkat Daerah Pasal 17 tentang
Itwasda dimana pada ayat 2 disebutkan
bahwa fungsi dan tugas itwasda, yaitu
melakukan pengawasan dan pemeriksanaan
terhadap semua bagian yang ada pada
kepolisian tingat Daerah.
Dengan demikan dapat diketahui
bahwa Inspektorat Pengawasan Daerah
(ITWASDA) dalam peraturan perundang-
undangan maupun dalam Peraturan Kapolri
telah memberikan wewenang yang sangat
besar pada Satker Itwasda Polda dalam hal
pencegahan Tindak Pidana Korupsi, ada
kegiatan pengawasan dan pemeriksaan yang
dilaksanakan dua kali setahun dan terbagi
dalam dua tahap yaitu :
1. Perencanaan dan Pengorganisasi pada
masing-masing bagian. Proses ini
dilakukan dengan memeriksa semua
perencanaan dan pengorganisian atau
pelaksana, tujuannya untuk mengetahui
apa-apa saja yang direncanakan oleh
bagian-bagian tersebut.
2. Pelaksanaan dan Pengendalian. Proses ini
dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
antara perencanaan dan realisasi
pelaksanaan. Apakah rencana sesuai
dengan pelaksanaan, proses ini biasanya
melibatkan pihak ketiga, seperti badan
usaha yang melakukan kerjasama dalam
hal pengadaan barang.
Adapun langkah-langkah atau proses
pemeriksaan pencegahan tindak pidana
korupsi yaitu:
1. Melakukan rapat internal Itwasda Polda
dan mengidentikafikasi kegiatan satuan
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
20
kerja yang berpotensi rawan terjadi tindak
pidana korupsi;
2. Menyusun rencana wasrik;
3. Menyusun rencana kebutuhan (Renbut);
4. Membuat surat perintah (sprin);
5. Membuat laporan pelaksanaan wasrik.
Hasil pemeriksanaan yang dilakukan
oleh Itwasda dilaporkan kepada kapolda.
Kemudian diteruskan ke Satker dan Satwil
jajaran dalam bentuk tabulasi yang berisi
uraian temuan, kode temuan, kriterian
temuan, sebab, akibat dan rekomendasi.
Kemudian dari satker dan satwil
menindaklanjuti rekomendasi tersebut
dengan mengirim kembali ke Itwasda dan
meneruskan ke Itwasum Polri sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan wasrik
yang dilaksanakan Itwasda Polda
Adapun hasil pemeriksaan yang
dilakukan Itwasda Polda sulteng 3 (tiga )
tahun terakhir sebagai berikut :
Hasil Pemeriksanaan pada Biro SDM
tahun 2017
Hasil pemeriksaan tehadap laporan
kinerja Instasi pemerintah (LKIP) Biro
SDM Polda Sulteng T.A 2016 pada Bab III
untuk mengukur Akuntabiltas Kinerja.
Hasil Pemeriksanaan pada TAHTI
Hasil pemeriksaan terhadap anggaran
pengadaan makan tahanan dan perawatan
tahanan senilai Rp.471,408,000,- telah
direalisasikan/dicairkan oleh Bensat
Ditreskrimum dengan rincian sebagai
berikut:
(1) SPM No. 19/10-02-2016 Rp.
17,484,000.-
(2) SPM No. 67/10-05-2016 Rp.
5,760,000.-
(3) SPM No. 66/10-05-2016
Rp.20,628,000.-
(4) SPM No. 47/21-04-2016 Rp.
27,540,000.-
(5) SPM No.123/21-04-2016 Rp.
7,700,000.-
(6) SPM No. 82/25-05-2016 Rp.
43,618,000.-
(7) SPM No.115/28-06-2016
Rp.60,900,000.-
(8) SPM No.153/25-08-2016
Rp.52,488,000.-
(9) SPM No.126/25-08-2016
Rp.14,730,000.-
(10) SPM No.141/11-08-2016
Rp.56,038,000.-
(11) SPM No.163/22-09-2016 Rp.
57,336,000.-
(12) SPM No.179/21-10-2016 Rp.
68,346,000.-
(13) SPM No.237/06-12-2016 Rp.7,700,000.-
(14) SPM No.228/23-11-2016
Rp.30,870,000.-
Total Rp.
471.408.000,-
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
21
Dari dua contoh temuan hasil
pemeriksaan yang dikaukan oleh Itwasda
Polda Sulteng, menunjukan bahwa dalam
melaksanaan tugasnya Itwasda tidak pandang
buluh. Semua hasil temuan di laporkan
kepada pimpinan, untuk ditinjak lanjut .
Data informasi dan dokumentasi
hasil Wasrik Inspektorat dan tindak lanjut
hasil Wasrik oleh Obyek Pemeriksaan
(Obrik); menganalisis dan mengevaluasi data
informasi pengawasan; menyusun laporan
atensi hasil pelaksanaan Wasrik Itwasda; dan
menerima laporan atau pengaduan
masyarakat melalui kementerian dan/atau
lembaga, yang berkaitan dengan dugaan
penyimpangan yang dilakukan oleh anggota
atau PNS Polri di lingkungan Polda.
Tindak lanjut hasil temuan Itwasda,
diserahkan kepada pimpinan tertinggi dalam
hal ini kapolda untuk langka selanjutnya.
Kalau hasil temuan hanya kesalah
administrasi makan direkomendasikan
kepada pimpinan dari bagian untuk
dilakukan perbaikan, akan tetapi kalau hasil
temuannya terjadi penyalagunaan wewenang
dalam hal ini penggunaan anggaran maka
akan dilanjutkan pada tahap hukum.
Berdasarkan uraian proses
penagawasan tindak pidana Korupsi dan
temuan Itwasda tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa, bahwa dalam
menjalankan pengawasan masih terkendala
dengan sumber daya manusia seperti jumlah
personel dan auditor yang mempunyai
sertifikasi audit, sarana prasara seperti
kendaraan R4 yang digunakan untuk
kegiatan pengawasan belum ada, mengingat
waktu jarak tempuh ke obyek wasrik sangat
jauh, anggaran yang digunakan untuk
pengawasan dan pemeriksaan masih kurang.
Terkait dengan temuan wasrik pada Satker
Bidti dan Tahti diatas dapat disimpulkan
bahwa pengawasan melekat (Waskat) oleh
pimpinan tidak berjalan dan tidak
memferevikasi perwabku pengajuan
anggaran.
Pengawasan Ekternal
Pengawasan ekternal merupakan
pengawasan yang dilakukan lembaga-
lembaga diluar organisasi polri atau yang
tidak dalam kendali manajemen organisasi,
lembaga-lembaga pengawas eksternal yang
dimaksud antara lain:
1. Badan Pengawas Keuangan (BPK)
lembaga ini sebagai pengawas kepolisian
berkaitan dengan penggunaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang diserahkan kepada Polri untuk
pendanaan operasional dan pembinaan
kepolisian. Kewenangan pengawasn
tersebut diatur dalam pasal 23E, pasal 23F
dan pasal 23G UUD 1945
2. Komisi pemberantasan korupsi (KPK)
lembaga pengawas ini difokuskan pada
indikasi terjadinya penyalagunaan
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
22
wewenang dan jabatan yang dilakukan
oleh anggota polri, baik secara individu
maupun kelompok yang menimbulkan
kerugian keuangan negara. Pengawasan
dimaksud dibentuk berdasarkan undang-
undang no. 30 tahun 2002 tentang komisi
Pemberantasan Korupsi.
3. Lembaga independen. Lembaga-lembaga
ini didirikan oleh masyarakat, intelektual
dan lain-lain yang difokuskan untuk
melakukan pengawasan terhadap kinerja
lembaga pemerintahan termasuk
kepolisian.
4. Lembaga legislatif : lembaga DPR dan
DPRD juga berperan sebagai pengawas
dalam penyelenggaraan pemerintahan
termasuk lembaga kepolisian. Wewenang
ini melekat sebagai kontrol politis dalam
kedudukannya DPR dan DPRD
menjalankan fungsi pengawas diatur
dalam Bab IV tentang Dewan Perwakilan
Rakyat khususnya pasal 20 A UUD 1945,
dan berkaitan dengan wewenang DPRD
sebagai pengawas diatur dalam Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan Daerah khususnya pasal 41
, yang isinya DPRD memiliki fungsi
legislasi, anggaran dan pengawasan.
Pengawasan ini dilakukan jika ada
indikasi pelanggaran atau ketidaksesuaian
dalam penyelenggaraan kepolisian atau
ada hal-hal yang perlu diklarifikasi dalam
mewujudkan transparansi
penyelenggaraan kepolisian, sehingga
DPR dan DPRD memiliki wewenang
untuk mengundang/memanggil pejabat
kepolisian yang diperlukan.
5. Komisi Ombusman Nasional : komisi ini
didirikan berdasarkan keputusan presiden
No. 44 Tahun 2000 dan amanat ketetapan
MPR RI No. VIII/MPR/ 2001 yang
merupakan suatu lembaga independen dan
berperan sebagai pengontrol bagi
penyelenggaraan negara dalam
memberikan pelayanan kepada
masyarakat, khususnya aparatur
pemerintahan termasuk lembaga
kepolisian dan lembaga-lembaga
peradilan.
6. Komisi nasional Hak Asasi Manusia:
lembaga ini sebagai pengawas khusus
berkaitan dengan penyelenggaraan
kepolisian yang dinilai melakukan
tindakan melanggar norma-norma hak
asasi manusia yang diatur dalam undang-
undang No. 39 tahun 1999 tentang hak
asasi manusia. Lembaga pengawas ini
dibentuk berdasarkan Undang-Undang
No. 26 tahun 2000 tentang Peradilan Hak
Aasai manusia.
7. Lembaga Peradilan: pengawas ini juga
disebut sebagai pengawas legalitas,
artinya menilai dari segi hukumnya atas
komplin masyarakat karena akibat
tindakan kepolisian. Pengawasn ini terdiri
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
23
dari peradilan umum dan peradilan tata
Usaha negara.24
Tujuan Pengawasan
Adapun tujuan pengawasan yaitu :
1. Menjamin ketetapan pelaksanaan tugas
sesuai dengan rencana tersebut,
kebijkasanaan dan pemerintah;
2. Melaksanakan koordinasi kegiatan-
kegiatan;
3. Mencegah pemborosan dan
penyelewengan;
4. Menjamin terwujudnya kepuasan
masyarakat atas barang dan jasa yang
dihasilkan;
5. Membina kepercayaan masayarakat
terhadap kepemimpinan organisasi
“pemerintah”
Manfaat Pengawasan
Adapun menurut Terry dan Rue
mengatakan dimana manfaat dari
pengawasan ialah relatif dan tergantung dari
pentingnya kegiatan itu, sumbangan yang
dibuat, serta besarnya organisasi.25
Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan ialah sebagai
berikut:
1. Untuk menilai apakah setiap unit-unit
telah melakukan kebijaksanaan dan
24 Ibid 161 25 Guru Pendidikan. Pengawasan. www.
Gurupendidikan.co.id. tgl 16 September 2018.
prosedur yang menjadi tangggung
jawabnya masing-masing;
2. Untuk menilai apakah surat-surat atau
laporan yang dihasilkan telah
menggambarkan kegiatan-kegiatan yang
sebenarnya secara cermat maupun tepat;
3. Untuk menilai apakah pengendalian
manajemen sudah cukup memadai dan
dilaksanakan secara epektif;
4. Untuk meneliti apakah kegiatan sudah
terlaksana secara efektif yaitu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya;
5. Untuk meneliti apakah kegiatan sudah
dilaksanakan secara efesien.
Dari uraian tersebut di atas menurut
penulis, bahwa :
a. Proses pengawasan yang dilaksanakan
oleh Inspektorat Pengawasan Daerah
Polda Sulawesi Tengah selaku Apip unit
intern pemerintah yang melakukan
pengawasan dan pemeriksaan sudah
berjalan sesuai tugas dan wewenangnya
yang telah diberikan oleh Undang-
undang;
b. Dalam proses pengawasan dan
pemeriksaan yang dilakukan
Parik/auditor Itwasda Polda Sulteng
terkait data temuan tersebut diatas
menurut penulis bahwa pengawasan
melekat (waskat) atau pengawasan
horizontal dari atasan langsung tidak
berjalan sesuai dengan prosedur yang
ada, misalnya dalam hal pengeluaran
anggaran pejabat pembuat komitmen
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 1, Februari 2020
24
tidak memverifikasi perwaku yang
diajukan oleh personel yang
melaksanakan tugas.
Kesimpulan
Dalam pelaksanaanya Wewenang
Inspektorat Pengawasan daerah diwilayah
kerja Polda Sulawesi Tengah, Sudah
dijalakan sesuai dengan aturan perundang-
undangan, dalam hal ini erat kaitannya
dengan proses pengawasan dan
pemeriksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Gramedia, Jakarta, 1991
Arya Maheka, Mengenali dan Memberantas Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi
Republik Indonesia, Jakarta, 2006
Awaluddin, Eksistensi Komisi Kepoliisian Nasional Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia, 2014, hlm. 90
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005
Emmy Hafild, Transparancy International Annual Report, Transparancy International,
Jakarta 2004
Marwan Effendy, Kejaksaan Republik Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005
Pramono Suko Legowo. “Pengantar Hukum Indonesia”. Buku/ Diktat Fakultas Hukum
Unsoed Purwokerto. 2007
Sadjijono, Memahami Hukum Kepolisian, Yogyakarta, Laksbang Pressindo, 2010, hlm. 115