Wedusan (Ageratum Conizoides)
-
Upload
soyadesita -
Category
Documents
-
view
611 -
download
0
description
Transcript of Wedusan (Ageratum Conizoides)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau
karakteristik luar, hubungan antara struktur luar dan struktur dalam, pertumbuhan
dan perkembangan organ tubuh, bentuk bagian-bagian, perkembangan organ dan
cara terbentuknya, kaitan struktur dengan fungsi pada tumbuhan.
Makalah ini akan membahas morfologi salah satu tumbuhan yang ada di
sekitar gedung Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang. Tumbuhan yang dipilih adalah wedusan (Ageratum
conyzoides Linn.) yang merupakan salah satu tumbuhan gulma. Disebut wedusan
karena memiliki aroma seperti kambing yang dalam bahasa Jawa berarti wedus.
Namun, wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) ternyata memiliki banyak manfaat
salah satunya untuk menyembuhkan luka bakar dan cepat menghentikan
pendarahan.
Klasifikasi tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) menurut
Plantamor (2013):
Kingdom : Plantae
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae
Order : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Ageratum
Species : Ageratum conyzoides L.
Menurut Ihsan (2013), Ageratum conyzoides Linn. yang lebih dikenal
dengan nama daerah babadotan (Sunda), wedusan (Jawa), rukun weru (Sulawesi),
dan daun tombak (Sumatera) merupakan jenis tanaman obat-obatan yang telah
lama dimanfaatkan oleh masyarakat di dunia dalam mengobati berbagai penyakit
seperti influenza, demam, diare, rematik, luka bakar, dan iritasi lambung. Dahulu
1
tanaman Ageratum conyzoides lebih dikenal sebagai tanaman gulma sehingga
tanaman ini selalu diberantas karena dianggap merugikan.
Oleh karena itu, disusunlah makalah yang berjudul “Morfologi dan
Manfaat Tanaman Wedusan (Ageratum conyzoides Linn.).” Makalah ini
diharapkan dapat membantu pemahaman mengenai morfologi tanaman wedusan
mulai dari akar (radix), batang (caulis), daun (folium), bunga (flos), dan buah
(fructus). Selain itu dengan mengetahui manfaat tanaman wedusan (Ageratum
conyzoides Linn.), diharapkan tanaman wedusan dapat digunakan sebagai
alternatif pengobatan yang efektif dan efisien. Serta makalah ini dapat digunakan
sebagai referensi untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya.
2
BAB II
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data
No. Organ Yang Diamati Deskripsi
1. Akar (radix) -Sistem perakaran -Sistem perakaran tunggang
-Warna -Coklat tua, coklat muda, hingga putih tulang
2. Batang
(caulis)
- Berbatang atau tidak - Tumbuhan yang jelas berbatang,
batang berkayu (lignosus)
- Penampang melintang
batang
- Bulat (teres)
- Permukaan batang - Berambut jarang
- Arah tumbuh batang - Tegak lurus (erectus)
- Percabangan pada
batang
- Simpodial
- Arah tumbuh cabang - Ortotrop
- Warna - Hijau keunguan
3. Daun
(folium)
-Majemuk atau tunggal -Daun tunggal (folium simplex)
-Bagian-bagian daun -Tangkai daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina), termasuk daun
bertangkai
-Tangkai daun -Pendek dan berwarna hijau, pada daun
yang tua tangkai daun adakalanya
panjang
-Penampang melintang
tangkai daun
-Pipih dan beralur
-Permukaan tangkai
daun
-Memiliki rambut-rambut
3
-Helaian daun -Berwarna hijau tua
-Bentuk (bangun)
helaian daun
-Bangun bulat telur (ovatus)
-Ujung daun -Runcing (acutus)
-Pangkal daun -Membulat (rotundatus)
-Susunan tulang-tulang
daun
-Menyirip (penninervis)
-Tepi daun -Bertoreh dengan toreh merdeka
-Beringgit (crenatus)
-Daging daun -Tipis seperti selaput (membranaceus)
-Permukaan daun -Permukaan atas (adaksial) dan bawah
suram, permukaan atas berwarna hijau
tua, sedangkan permukaan bawah
(abaksial) berwarna lebih muda
-Berbulu halus dan jarang (pilosus)
-Perkembangan daun -Bagian distal (apeks) membentuk
helaian daun
-Bagian proksimal (basal) membentuk
tangkai daun
-Primordium daun -Bentuk pasak
-Mesofil daun -Tipe dorsiventral atau bifasial
-Tata letak daun pada
batang (filotaksis)
-Berhadapan (folia opposita)
-Rumus daun - 1/3 (tristik)
4. Bunga (flos) - Tunggal atau majemuk - Bunga majemuk (inflorescentia)
- Bunga majemuk
berbatas atau tak
berbatas
- Bunga majemuk tak berbatas
(inflorescentia racemosa)
- Golongan malai rata (corymbus
ramosus)
- Simetri bunga - Aktinomorf
- Ibu tangkai bunga - Berambut jarang, berwarna hijau,
terdapat bractea
4
- Tangkai bunga - Berambut jarang, berwarna hijau,
terdapat bracteole
- Dasar bunga - Sebagai pendukung benang sari dan
putik (androgynophorum)
- Bentuk dasar bunga - Menyerupai kerucut
- Jumlah dan warna sepal - Calyx mengalami modifikasi menjadi
pappus, warna hijau (Sistem Informasi
Tanaman Obat, 2009)
- Jumlah dan warna petal - 5, mahkota dengan tabung sempit dan
pinggiran sempit bentuk lonceng
warna putih atau ungu, berlekuk 5,
panjang 1-1,5 mm (Sistem Informasi
Tanaman Obat, 2009)
- Jumlah stamen - 5 (Sistem Informasi Tanaman Obat,
2009)
- Kedudukan ovarium - Inferior (Sistem Informasi Tanaman
Obat, 2009)
5. Buah - Tipe buah - Buah kurung (achenium) (Wikipedia,
2013)
- Bentuk dan
ukuran
- Bersegi 5, panjang 2 mm (Wikipedia,
2013)
- Warna - Hitam
- Aksesoris buah -Berambut sisik (Wikipedia, 2013)
6. Aksesoris - Mempunyai bau khas yang makin
lama bisa menyebabkan mual (Sistem
Informasi Tanaman Obat, 2009)
B. Deskripsi
1. Akar
Akar (radix) pada tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.)
memiliki sistem perakaran tunggang atau sistem perakaran pokok (utama).
Akarnya berasal dari radikula (bakal akar) yang ada di dalam biji (embrio).
5
Pada sistem perakaran tunggang ini, akar utama tumbuh terus memanjang
ke bawah dan menembus tanah. Kemudian dari akar utama itu tumbuh
akar lateral (cabang akar) yang lebih kecil dari akar utama. Dari cabang
tersebut muncul cabang-cabang lagi. Rambut-rambut akar atau bulu-bulu
akar terdapat pada akar utama maupun akar lateral.
Seperti yang dikemukakan Tjitrosoepomo (2009), sistem perakaran
tunggang jika akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang
bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Akar pokok yang
berasal dari akar lembaga disebut akar tunggang (radix primaria).
Warna akar yang dimiliki tanaman wedusan (Ageratum conyzoides
Linn.) ini adalah antara coklat tua kemudian coklat muda hingga putih
tulang. Coklat tua berada di sekitar akar utama kemudian berseling dengan
coklat muda. Akar lateral dan rambut-rambut akar berwarna coklat tua,
coklat muda, hingga putih tulang.
2. Batang
Batang (caulis) tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.)
merupakan tumbuhan yang jelas berbatang dan termasuk batang berkayu
(lignosus). Batang berkayu (lignosus) yaitu batang yang biasa keras dan
kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu (Tjitrosoepomo, 2009).
Setelah diiris secara melintang dapat dilihat bahwa penampang melintang
batang adalah bulat (teres). Permukaan batangnya jika dilihat dan diraba
maka akan terasa ada rambut-rambut halus yang jarang berada di
sepanjang batang. Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), karena arah
tumbuhnya lurus ke atas.
Tipe percabangan pada batang termasuk simpodial. Menurut
Tjitrosoepomo (2009), percabangan simpodial batang pokok sukar
ditentukan, karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu
menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat
pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya.
Arah tumbuh cabang termasuk tipe ortotrop, karena cabang-
cabangnya tumbuh tegak ke atas atau vertikal dan mendekati sumbu.
6
Warna batang hijau, dan pada beberapa bagian terutama di bagian bawah
berwarna hijau keunguan.
3. Daun
Daun (folium) tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.)
adalah daun tunggal (folium simplex), karena pada setiap tangkai daunnya
hanya terdapat satu helaian daun saja. Merupakan daun bertangkai karena
hanya memiliki bagian-bagian daun berupa tangkai daun (petiolus) dan
helaian daun (lamina).
Tangkai daun pendek sekitar satu sentimeter dan berwarna hijau.
Pada beberapa daun yang tua memiliki tangkai daun yang panjang.
Tangkai daunnya memiliki penampang melintang pipih dan beralur, selain
itu permukaan tangkai daunnya memiliki rambut-rambut halus dan jarang.
Helaian daun (lamina) berwarna hijau, memiliki bangun bulat telur
(ovatus). Bangun bulat telur ini bagian terlebarnya berada di bawah tengah
helaian daun dan bagian pangkal daunnya tidak bertoreh. Ujung daunnya
memiliki bentuk runcing (acutus). Menurut Tjitrosoepomo (2009), bentuk
ujung daun runcing (acutus) jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang
puncak daun membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90°). Pangkal
daunnya membulat (rotundatus), pangkal daun yang membulat ini
biasanya terdapat pada daun bulat telur.
Tulang-tulang daun pada tumbuhan wedusan ini memiliki bentuk
menyirip (penninervis). Untuk mengamati susunan tulang-tulang daun
wedusan akan lebih mudah dengan melewatkan cahaya ke daun, karena
tulang-tulang daunnya agak sukar diamati. Dari hasil pengamatan dapat
dilihat bahwa dari pangkal daun muncul satu ibu tulang daun (costa),
kemudian dari costa muncul tulang cabang daun tingkat satu, dan dari
tulang cabang daun tingkat satu muncul tulang cabang tingkat dua,
beberapa daun memiliki tulang cabang tingkat tiga, namun kebanyakan
hanya sampai tingkat dua saja dan diteruskan dengan munculnya urat-urat
daun. Menurut Tjitrosoepomo (2009), daun-daun bertulang menyirip
(penninervis) mempunyai satu ibu tulang daun yang berjalan dari pangkal
ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini ke
7
samping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunanya mengingatkan
kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan.
Tepi daunnya bertoreh dengan toreh yang merdeka dan
dikategorikan dalam daun yang memiliki tepi beringgit (crenatus) karena
memiliki sinus yang lancip dan angulus yang tumpul. Seperti yang
dikemukakan oleh Tjitrosoepomo (2009), tepi daun beringgit (crenatus)
merupakan kebalikan bergigi, jadi sinusnya tajam dan angulusnya yang
tumpul.
Daging daunnya tipis seperti selaput (membranaceus). Permukaan
atas (adaksial) maupun permukaan bawah (abaksial) daun suram,
permukaan atas (adaksial) memiliki warna hijau yang lebih gelap daripada
permukaan bawah (abaksial). Kedua permukaan daun berbulu halus dan
jarang (pilosus).
Perkembangan daun wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) bagian
distal (apeks) nya membentuk helaian daun dan bagian proksimal (basal)
nya membentuk bagian pangkal daun dan tangkai daun. Seperti yang
dikemukakan oleh Sulasmi et al. (2013), daerah proksimal bakal daun
pada banyak daun dikotil berkembang membentuk bagian pangkal dari
daun, termasuk kelengkapannya, misalnya daun penumpu (stipula), bila
ada. Daerah distal bakal daun biasanya membentuk helaian daun.
Perkembangan daun awalnya diakibatkan oleh aktivitas meristem
apeks dari bakal daun yang menyebabkan bakal daun bertambah panjang
dan tinggi. Kemudian aktivitas meristem apeks ini cepat mereda pada
waktu tertentu dan pemanjangan daun disebabkan oleh aktivitas meristem
interkalar, yang terdapatdi dekat pangkal helaian daun. Meristem adaksial
menyebabkan tangkai daun dan tulang-tulang daun mengalami penebalan.
Meristem tepi (marginal) menyebabkan lembaran tesebut berkembang ke
samping dan menyebabkan pelebaran helaian daun. Aktivitas meristem
papan menyebabkan helaian daun berkembang menjadi lembaran pipih
dorsiventral (Sulasmi et al. 2013). Primordium daunnya berbentuk pasak,
karena merupakan tumbuhan dikotil.
8
Mesofil daun berdiferensiasi menjadi susunan jaringan palisade di
sisi atas (adaksial) dan jaringan spons di sisi bawah (abaksial) sehingga
disebut bertipe dorsiventral atau bifasial. Seperti yang dikemukakan
Sulasmi et al. (2013), pada mesofil satu atau lebih lapis jaringan tiang
tersusun di atas (adaksial) menempel di bawah epidermis atas, sedang
jaringan spons mengisi ruang di bawahnya. Daun semacam ini disebut
daun dorsiventral atau bifasial.
Tata letak daun pada batang (filotaksis) nya adalah berhadapan
(folia opposita). Daun yang berhadapan pada setiap bukunya terdapat dua
daun. Menurut Sulasmi et al. (2013), filotaksis daun berhadapan (folia
opposita) yaitu pada setiap buku terdapat dua daun yang kedudukannya
terpisah 180°.
4. Bunga
Pada saat pengamatan organ bunga wedusan (Ageratum conyzoides
Linn.) terdapat kesulitan karena ukuran bunganya kecil, serta mengalami
kesulitan karena bingung menentukan bagian-bagian bunga seperti
kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik.
Pengamatan secara langsung mendapatkan data antara lain bunga
wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) merupakan bunga majemuk
(inflorescentia) golongan malai rata (corymbus ramosus). Bunga majemuk
ini memiliki ibu tangkai daun yang bercabang-cabang dan seakan-akan
tersusun pada satu bidang yang agak melengkung. Menurut Tjitrosoepomo
(2009), malai rata memiliki ibu tangkai yang mengadakan percabangan,
demikian pula seterusnya cabangnya, tetapi cabang-cabng tadi mempunyai
sifat sedemikian rupa sehingga seakan-akan semua bunga pada bunga
majemuk ini terdapat pada suatu bidang data rata agak melengkung.
Bunga ini memiliki simetri aktinomorf yang berarti dapat dibagi
menjadi banyak bidang yang setangkup. Ibu tangkai bunga berambut
jarang and berwarna hijau serta terdapat bractea yang berfungsi sebagai
pelindung bunga majemuk ketika masih kuncup. Tangkai bunga berambut
jarang, berwarna hijau, dan terdapat bracteole yang merupakan pelindung
9
bunga yang masih kuncup. Dasar bunga berfungsi sebagai pendukung
benang sari dan putik (androgynophorum) dan berbentuk seperti kerucut.
Bunga ini seperti memiliki bunga majemuk dalam bunga majemuk.
Bunga-bunga yang merupakan kumpulan bongkol tersusun membentuk
malai rata. Dan dalam satu bongkol itu terdapat banyak bentukan tabung
sempit, satu tabung sempit merupakan satu individu. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bentukan tabung sempit tersebut,
namun terdapat kebingungan dalam menentukan individu tersebut jantan
atau betina. Bunga-bunga wedusan yang memiliki kelamin yang sama
berkumpul dalam satu bongkol. Seperti yang tercantum pada Wikipedia
(2013), bunga-bunga dengan kelamin yang sama berkumpul dalam
bongkol rata-atas, yang selanjutnya (3 bongkol atau lebih) terkumpul
dalam malai rata terminal. Bongkol 6–8 mm panjangnya, berisi 60–70
individu bunga, di ujung tangkai yang berambut, dengan 2–3 lingkaran
daun pembalut yang lonjong seperti sudip yang meruncing.
Berdasarkan Sistem Informasi Tanaman Obat (2009), warna sepal
(kelopak) pada bunga adalah hijau, calyx mengalami modifikasi menjadi
pappus, daun mahkota (corolla) berjumlah lima, mahkota dengan tabung
sempit dan pinggiran sempit bentuk lonceng warna putih atau ungu,
berlekuk 5, panjang 1-1,5 mm. Stamen berjumlah lima. Kedudukan
ovariumnya inferior atau tenggelam.
Karena kurangnya informasi yang di dapatkan mengenai bunga,
maka rumus dan diagram bunga belum bisa digambarkan.
5. Buah
Pada saat pengamatan buah wedusan (Ageratum conyzoides Linn.)
terdapat kesulitan dalam pengamatan karena buahnya terlalu kecil. Buah
ini berwarna hitam dan terdapat di bagian bawah bentukan tabung sempit
dalam bongkol.
Menurut Wikipedia (2013), buah wedusan termasuk buah kurung
(achenium), bentuknya bersegi lima dengan panjang 2 mm, aksesoris buah
ini yaitu berambut sisik.
10
Buah kurung (achenium), yaitu buah berbiji satu, tidak pecah,
dinding buahnya tipis, berdampingan dengan kulit biji, tetapi tidak
berlekatan (Tjitrosoepomo, 2009).
6. Aksesoris
Wedusan mempunyai bau khas yang dapat menimbulkan mual
karena berbau seperti kambing.
C. Manfaat Tumbuhan
Tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) dapat
dimanfaatkan untuk mengobati dan mencegah berbagai macam penyakit
seperti influenza, demam, diare, rematik, luka bakar, dan iritasi lambung
(Ihsan, 2013). Selain itu dapat mengobati sakit tenggorokan, radang paru,
pendarahan, mimisan, luka berdarah, disentri, mulas, muntah, perut
kembung, keseleo, pegal linu, mencegah kehamilan, produksi air seni, dan
perawatan rambut (Marwanto et al. 2010).
Wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) juga dapat digunakan untuk
mengobati tumor rahim, malaria, pneumonia, antiinflamasi dan
sebagainya. Tumbuhan ini mengandung komponen kimia seperti precocen
I dan precocen II yang termasuk terpenoid; flavonoid, alkaloid, kumarin,
minyak menguap, dan tanin. Ekstrak n-heksan yang mengandung precocen
II menghambat sempurna perkembangan Rhizoctonia solani dan
Sclerotium rolfsii pada konsentrasi 80 – 100 ppm. Ekstrak etanol daun
wedusan menurunkan persentase perkembangan larva menjadi nyamuk
dewasa dan menghambat waktu perkembangan dari larva ke pupa dan dari
pupa menjadi nyamuk dewasa dengan nilai EI50 untuk instar II adalah
117,64 ppm dan untuk instar IV 1532,45 ppm (Rahim et al. 2012).
Selain itu wedusan dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi
penyakit demam berdarah, seperti yang dikemukakan dalam Sjamsuhidajat
et al. (1992), beberapa senyawa kimia berasal dari tumbuhan dapat juga
digunakan untuk mengendalikan populasi serangga. Ageratum conyzoides
L. mengandung senyawa kumarin, eugenol 5% dan sianida (HCN).
Sianida diketahui bersifat racun dan dapat membunuh mamalia dan
11
serangga. Isi sel tumbuhan yang berupa racun tersebut dapat dikeluarkan
dengan cara eksudasi maupun ekstraksi. Hasil percobaan menunjukan,
bahwa larva A. aegypti instar II paling peka terhadap ekstrak A.
conyzoides. Kematian larval, aegypti lebih dari 50% populasi terjadi pada
pemberian dosis 20 mL, 30 mL, 40 mL, 50 mL dengan LCso sebesar
19,33 mL dan LC95 sebesar 47,50 mL dalam 100 mL air selama 3 x 24
jam. Banyaknya larval, aegypti yang mati dengan pemberian dosis ekstrak
A. conyzoides dalam 100 mL air menunjukkan hubungan garis linier dan
kuadrater yang sangat nyata.
D. Gambar dan Foto
Foto Gambar
1. Tanaman Wedusan (Ageratum conyzoides
Linn.)
Keterangan:
12
2. Akar
Keterangan:
3. Batang
13
Keterangan:
4. Daun
Keterangan:
14
5. Bunga
Keterangan:
6. Buah
15
Keterangan:
Rumus Daun Diagram Daun
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Morfologi tumbuhan wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) yaitu:
1. Akarnya yaitu sistem perakaran tunggang, warna coklat tua, coklat muda,
hingga putih tulang. batangnya merupakan tumbuhan yang jelas
berbatang, batang berkayu (lignosus), bulat (teres), berambut jarang, tegak
lurus (erectus), simpodial, ortotrop, warnanya hijau keunguan.
2. Daunnya merupakan daun tunggal (folium simplex), terdiri dari tangkai
daun (petiolus) dan helaian daun (lamina), termasuk daun bertangkai,
tangkai daun pendek dan berwarna hijau, pada daun yang tua tangkai daun
adakalanya panjang, tangkai daun pipih dan beralur, memiliki rambut-
rambut, helaian daun berwarna hijau tua, bangun bulat telur (ovatus),
ujung daun runcing (acutus), pangkalnya membulat (rotundatus), tulang
daun menyirip (penninervis), tepi daun bertoreh dengan toreh merdeka,
beringgit (crenatus), daging daun tipis seperti selaput (membranaceus),
permukaan atas (adaksial) dan bawah suram, permukaan atas berwarna
hijau tua, sedangkan permukaan bawah (abaksial) berwarna lebih muda,
berbulu halus dan jarang (pilosus), bagian distal (apeks) membentuk
helaian daun, bagian proksimal (basal) membentuk tangkai daun,
primordium daun bentuk pasak, tipe dorsiventral atau bifasial, tata letak
daun berhadapan (folia opposita), rumus daun 1/3 (tristik).
17
3. Bunganya merupakan bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia
racemosa) golongan malai rata (corymbus ramosus), aktinomorf, ibu
tangkai bunga berambut jarang, berwarna hijau, terdapat bractea, tangkai
bunga berambut jarang, berwarna hijau, terdapat bracteole, dasar bunga
sebagai pendukung benang sari dan putik (androgynophorum), bentuk
dasar bunga menyerupai kerucut, calyx mengalami modifikasi menjadi
pappus, warna hijau, jumlah mahkota5, mahkota dengan tabung sempit
dan pinggiran sempit bentuk lonceng warna putih atau ungu, berlekuk 5,
panjang 1-1,5 mm, jumlah stamen lima, kedudukan ovarium inferior.
4. Buahnya merupakan buah kurung (achenium), bentuknya bersegi lima
dengan panjang 2 mm, berwarna hitam, berambut sisik.
2. Manfaat tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) antara lain: dapat
dimanfaatkan untuk mengobati dan mencegah berbagai macam penyakit
seperti influenza, demam, diare, rematik, luka bakar, iritasi lambung,
mengobati sakit tenggorokan, radang paru, pendarahan, mimisan, luka
berdarah, disentri, mulas, muntah, perut kembung, keseleo, pegal linu,
mencegah kehamilan, produksi air seni, dan perawatan rambut, mengobati
tumor rahim, malaria, pneumonia, antiinflamasi, menanggulangi penyakit
demam berdarah.
18
Daftar Pustaka
Ihsan, Fajrul. 2013. Identifikasi Metabolit Sekunder Potensial Antibakteri pada
Bakteri Endorizosfer Ageratum Conyzoides. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Marwanto et al. 2010. Revitalisasi Program Studi dan Peningkatan Peran
Perguruan Tinggi Ilmu-Ilmu Pertanian dalam Pembangunan Pertanian
Nasional. Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Plantamor. 2013. Ageratum conyzoides, (Online),
(http://www.plantamor.com/species/ageratum-conyzoides), diakses 14
Desember 2013.
Rahim, Abdul et al. 2012. Skrining Toksisitas Ekstrak Herba Bandotan (Ageratum
conyzoides L) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test. Makassar:
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 16, No.2 – Juli 2012, hlm. 99 –
106.
Sistem Informasi Tanaman Obat. 2009. Ageratum conyzoides, (Online),
(ff.unair.ac.id/sito/index.php?
search=Ageratum+conyzoides&p=1&mode=search&more=true&id=108),
diakses 13 Desember 2013.
Sjamsuhidajat, Sri Sugati et al. 1992. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa
Perguruan Tinggi di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.
19
Sulasmi, Eko Sri et al. 2013. Daun dan Alat Tambahan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Wikipedia. 2013. Bandotan, (Online), (id.m.wikipedia.org/wiki/Bandotan),
diakses 13 Desember 2013.
20