Wedusan (Ageratum Conizoides)

28
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau karakteristik luar, hubungan antara struktur luar dan struktur dalam, pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh, bentuk bagian-bagian, perkembangan organ dan cara terbentuknya, kaitan struktur dengan fungsi pada tumbuhan. Makalah ini akan membahas morfologi salah satu tumbuhan yang ada di sekitar gedung Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Tumbuhan yang dipilih adalah wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) yang merupakan salah satu tumbuhan gulma. Disebut wedusan karena memiliki aroma seperti kambing yang dalam bahasa Jawa berarti wedus. Namun, wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) ternyata memiliki banyak manfaat salah satunya untuk menyembuhkan luka bakar dan cepat menghentikan pendarahan. Klasifikasi tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) menurut Plantamor (2013): Kingdom : Plantae Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida 1

description

Deskripsi Tanaman Wedusan (Ageratum Conizoides)akar, daun, batang, bunga, biji

Transcript of Wedusan (Ageratum Conizoides)

Page 1: Wedusan (Ageratum Conizoides)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau

karakteristik luar, hubungan antara struktur luar dan struktur dalam, pertumbuhan

dan perkembangan organ tubuh, bentuk bagian-bagian, perkembangan organ dan

cara terbentuknya, kaitan struktur dengan fungsi pada tumbuhan.

Makalah ini akan membahas morfologi salah satu tumbuhan yang ada di

sekitar gedung Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Malang. Tumbuhan yang dipilih adalah wedusan (Ageratum

conyzoides Linn.) yang merupakan salah satu tumbuhan gulma. Disebut wedusan

karena memiliki aroma seperti kambing yang dalam bahasa Jawa berarti wedus.

Namun, wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) ternyata memiliki banyak manfaat

salah satunya untuk menyembuhkan luka bakar dan cepat menghentikan

pendarahan.

Klasifikasi tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) menurut

Plantamor (2013):

Kingdom : Plantae

Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Asteridae

Order : Asterales

Family : Asteraceae

Genus : Ageratum

Species : Ageratum conyzoides L.

Menurut Ihsan (2013), Ageratum conyzoides Linn. yang lebih dikenal

dengan nama daerah babadotan (Sunda), wedusan (Jawa), rukun weru (Sulawesi),

dan daun tombak (Sumatera) merupakan jenis tanaman obat-obatan yang telah

lama dimanfaatkan oleh masyarakat di dunia dalam mengobati berbagai penyakit

seperti influenza, demam, diare, rematik, luka bakar, dan iritasi lambung. Dahulu

1

Page 2: Wedusan (Ageratum Conizoides)

tanaman Ageratum conyzoides lebih dikenal sebagai tanaman gulma sehingga

tanaman ini selalu diberantas karena dianggap merugikan.

Oleh karena itu, disusunlah makalah yang berjudul “Morfologi dan

Manfaat Tanaman Wedusan (Ageratum conyzoides Linn.).” Makalah ini

diharapkan dapat membantu pemahaman mengenai morfologi tanaman wedusan

mulai dari akar (radix), batang (caulis), daun (folium), bunga (flos), dan buah

(fructus). Selain itu dengan mengetahui manfaat tanaman wedusan (Ageratum

conyzoides Linn.), diharapkan tanaman wedusan dapat digunakan sebagai

alternatif pengobatan yang efektif dan efisien. Serta makalah ini dapat digunakan

sebagai referensi untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya.

2

Page 3: Wedusan (Ageratum Conizoides)

BAB II

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data

No. Organ Yang Diamati Deskripsi

1. Akar (radix) -Sistem perakaran -Sistem perakaran tunggang

-Warna -Coklat tua, coklat muda, hingga putih tulang

2. Batang

(caulis)

- Berbatang atau tidak - Tumbuhan yang jelas berbatang,

batang berkayu (lignosus)

- Penampang melintang

batang

- Bulat (teres)

- Permukaan batang - Berambut jarang

- Arah tumbuh batang - Tegak lurus (erectus)

- Percabangan pada

batang

- Simpodial

- Arah tumbuh cabang - Ortotrop

- Warna - Hijau keunguan

3. Daun

(folium)

-Majemuk atau tunggal -Daun tunggal (folium simplex)

-Bagian-bagian daun -Tangkai daun (petiolus) dan helaian

daun (lamina), termasuk daun

bertangkai

-Tangkai daun -Pendek dan berwarna hijau, pada daun

yang tua tangkai daun adakalanya

panjang

-Penampang melintang

tangkai daun

-Pipih dan beralur

-Permukaan tangkai

daun

-Memiliki rambut-rambut

3

Page 4: Wedusan (Ageratum Conizoides)

-Helaian daun -Berwarna hijau tua

-Bentuk (bangun)

helaian daun

-Bangun bulat telur (ovatus)

-Ujung daun -Runcing (acutus)

-Pangkal daun -Membulat (rotundatus)

-Susunan tulang-tulang

daun

-Menyirip (penninervis)

-Tepi daun -Bertoreh dengan toreh merdeka

-Beringgit (crenatus)

-Daging daun -Tipis seperti selaput (membranaceus)

-Permukaan daun -Permukaan atas (adaksial) dan bawah

suram, permukaan atas berwarna hijau

tua, sedangkan permukaan bawah

(abaksial) berwarna lebih muda

-Berbulu halus dan jarang (pilosus)

-Perkembangan daun -Bagian distal (apeks) membentuk

helaian daun

-Bagian proksimal (basal) membentuk

tangkai daun

-Primordium daun -Bentuk pasak

-Mesofil daun -Tipe dorsiventral atau bifasial

-Tata letak daun pada

batang (filotaksis)

-Berhadapan (folia opposita)

-Rumus daun - 1/3 (tristik)

4. Bunga (flos) - Tunggal atau majemuk - Bunga majemuk (inflorescentia)

- Bunga majemuk

berbatas atau tak

berbatas

- Bunga majemuk tak berbatas

(inflorescentia racemosa)

- Golongan malai rata (corymbus

ramosus)

- Simetri bunga - Aktinomorf

- Ibu tangkai bunga - Berambut jarang, berwarna hijau,

terdapat bractea

4

Page 5: Wedusan (Ageratum Conizoides)

- Tangkai bunga - Berambut jarang, berwarna hijau,

terdapat bracteole

- Dasar bunga - Sebagai pendukung benang sari dan

putik (androgynophorum)

- Bentuk dasar bunga - Menyerupai kerucut

- Jumlah dan warna sepal - Calyx mengalami modifikasi menjadi

pappus, warna hijau (Sistem Informasi

Tanaman Obat, 2009)

- Jumlah dan warna petal - 5, mahkota dengan tabung sempit dan

pinggiran sempit bentuk lonceng

warna putih atau ungu, berlekuk 5,

panjang 1-1,5 mm (Sistem Informasi

Tanaman Obat, 2009)

- Jumlah stamen - 5 (Sistem Informasi Tanaman Obat,

2009)

- Kedudukan ovarium - Inferior (Sistem Informasi Tanaman

Obat, 2009)

5. Buah - Tipe buah - Buah kurung (achenium) (Wikipedia,

2013)

- Bentuk dan

ukuran                          

- Bersegi 5, panjang 2 mm (Wikipedia,

2013)

- Warna   - Hitam

- Aksesoris buah -Berambut sisik (Wikipedia, 2013)

6. Aksesoris - Mempunyai bau khas yang makin

lama bisa menyebabkan mual (Sistem

Informasi Tanaman Obat, 2009)

B. Deskripsi

1. Akar

Akar (radix) pada tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.)

memiliki sistem perakaran tunggang atau sistem perakaran pokok (utama).

Akarnya berasal dari radikula (bakal akar) yang ada di dalam biji (embrio).

5

Page 6: Wedusan (Ageratum Conizoides)

Pada sistem perakaran tunggang ini, akar utama tumbuh terus memanjang

ke bawah dan menembus tanah. Kemudian dari akar utama itu tumbuh

akar lateral (cabang akar) yang lebih kecil dari akar utama. Dari cabang

tersebut muncul cabang-cabang lagi. Rambut-rambut akar atau bulu-bulu

akar terdapat pada akar utama maupun akar lateral.

Seperti yang dikemukakan Tjitrosoepomo (2009), sistem perakaran

tunggang jika akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang

bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Akar pokok yang

berasal dari akar lembaga disebut akar tunggang (radix primaria).

Warna akar yang dimiliki tanaman wedusan (Ageratum conyzoides

Linn.) ini adalah antara coklat tua kemudian coklat muda hingga putih

tulang. Coklat tua berada di sekitar akar utama kemudian berseling dengan

coklat muda. Akar lateral dan rambut-rambut akar berwarna coklat tua,

coklat muda, hingga putih tulang.

2. Batang

Batang (caulis) tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.)

merupakan tumbuhan yang jelas berbatang dan termasuk batang berkayu

(lignosus). Batang berkayu (lignosus) yaitu batang yang biasa keras dan

kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu (Tjitrosoepomo, 2009).

Setelah diiris secara melintang dapat dilihat bahwa penampang melintang

batang adalah bulat (teres). Permukaan batangnya jika dilihat dan diraba

maka akan terasa ada rambut-rambut halus yang jarang berada di

sepanjang batang. Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), karena arah

tumbuhnya lurus ke atas.

Tipe percabangan pada batang termasuk simpodial. Menurut

Tjitrosoepomo (2009), percabangan simpodial batang pokok sukar

ditentukan, karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu

menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat

pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya.

Arah tumbuh cabang termasuk tipe ortotrop, karena cabang-

cabangnya tumbuh tegak ke atas atau vertikal dan mendekati sumbu.

6

Page 7: Wedusan (Ageratum Conizoides)

Warna batang hijau, dan pada beberapa bagian terutama di bagian bawah

berwarna hijau keunguan.

3. Daun

Daun (folium) tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.)

adalah daun tunggal (folium simplex), karena pada setiap tangkai daunnya

hanya terdapat satu helaian daun saja. Merupakan daun bertangkai karena

hanya memiliki bagian-bagian daun berupa tangkai daun (petiolus) dan

helaian daun (lamina).

Tangkai daun pendek sekitar satu sentimeter dan berwarna hijau.

Pada beberapa daun yang tua memiliki tangkai daun yang panjang.

Tangkai daunnya memiliki penampang melintang pipih dan beralur, selain

itu permukaan tangkai daunnya memiliki rambut-rambut halus dan jarang.

Helaian daun (lamina) berwarna hijau, memiliki bangun bulat telur

(ovatus). Bangun bulat telur ini bagian terlebarnya berada di bawah tengah

helaian daun dan bagian pangkal daunnya tidak bertoreh. Ujung daunnya

memiliki bentuk runcing (acutus). Menurut Tjitrosoepomo (2009), bentuk

ujung daun runcing (acutus) jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang

puncak daun membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90°). Pangkal

daunnya membulat (rotundatus), pangkal daun yang membulat ini

biasanya terdapat pada daun bulat telur.

Tulang-tulang daun pada tumbuhan wedusan ini memiliki bentuk

menyirip (penninervis). Untuk mengamati susunan tulang-tulang daun

wedusan akan lebih mudah dengan melewatkan cahaya ke daun, karena

tulang-tulang daunnya agak sukar diamati. Dari hasil pengamatan dapat

dilihat bahwa dari pangkal daun muncul satu ibu tulang daun (costa),

kemudian dari costa muncul tulang cabang daun tingkat satu, dan dari

tulang cabang daun tingkat satu muncul tulang cabang tingkat dua,

beberapa daun memiliki tulang cabang tingkat tiga, namun kebanyakan

hanya sampai tingkat dua saja dan diteruskan dengan munculnya urat-urat

daun. Menurut Tjitrosoepomo (2009), daun-daun bertulang menyirip

(penninervis) mempunyai satu ibu tulang daun yang berjalan dari pangkal

ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini ke

7

Page 8: Wedusan (Ageratum Conizoides)

samping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunanya mengingatkan

kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan.

Tepi daunnya bertoreh dengan toreh yang merdeka dan

dikategorikan dalam daun yang memiliki tepi beringgit (crenatus) karena

memiliki sinus yang lancip dan angulus yang tumpul. Seperti yang

dikemukakan oleh Tjitrosoepomo (2009), tepi daun beringgit (crenatus)

merupakan kebalikan bergigi, jadi sinusnya tajam dan angulusnya yang

tumpul.

Daging daunnya tipis seperti selaput (membranaceus). Permukaan

atas (adaksial) maupun permukaan bawah (abaksial) daun suram,

permukaan atas (adaksial) memiliki warna hijau yang lebih gelap daripada

permukaan bawah (abaksial). Kedua permukaan daun berbulu halus dan

jarang (pilosus).

Perkembangan daun wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) bagian

distal (apeks) nya membentuk helaian daun dan bagian proksimal (basal)

nya membentuk bagian pangkal daun dan tangkai daun. Seperti yang

dikemukakan oleh Sulasmi et al. (2013), daerah proksimal bakal daun

pada banyak daun dikotil berkembang membentuk bagian pangkal dari

daun, termasuk kelengkapannya, misalnya daun penumpu (stipula), bila

ada. Daerah distal bakal daun biasanya membentuk helaian daun.

Perkembangan daun awalnya diakibatkan oleh aktivitas meristem

apeks dari bakal daun yang menyebabkan bakal daun bertambah panjang

dan tinggi. Kemudian aktivitas meristem apeks ini cepat mereda pada

waktu tertentu dan pemanjangan daun disebabkan oleh aktivitas meristem

interkalar, yang terdapatdi dekat pangkal helaian daun. Meristem adaksial

menyebabkan tangkai daun dan tulang-tulang daun mengalami penebalan.

Meristem tepi (marginal) menyebabkan lembaran tesebut berkembang ke

samping dan menyebabkan pelebaran helaian daun. Aktivitas meristem

papan menyebabkan helaian daun berkembang menjadi lembaran pipih

dorsiventral (Sulasmi et al. 2013). Primordium daunnya berbentuk pasak,

karena merupakan tumbuhan dikotil.

8

Page 9: Wedusan (Ageratum Conizoides)

Mesofil daun berdiferensiasi menjadi susunan jaringan palisade di

sisi atas (adaksial) dan jaringan spons di sisi bawah (abaksial) sehingga

disebut bertipe dorsiventral atau bifasial. Seperti yang dikemukakan

Sulasmi et al. (2013), pada mesofil satu atau lebih lapis jaringan tiang

tersusun di atas (adaksial) menempel di bawah epidermis atas, sedang

jaringan spons mengisi ruang di bawahnya. Daun semacam ini disebut

daun dorsiventral atau bifasial.

Tata letak daun pada batang (filotaksis) nya adalah berhadapan

(folia opposita). Daun yang berhadapan pada setiap bukunya terdapat dua

daun. Menurut Sulasmi et al. (2013), filotaksis daun berhadapan (folia

opposita) yaitu pada setiap buku terdapat dua daun yang kedudukannya

terpisah 180°.

4. Bunga

Pada saat pengamatan organ bunga wedusan (Ageratum conyzoides

Linn.) terdapat kesulitan karena ukuran bunganya kecil, serta mengalami

kesulitan karena bingung menentukan bagian-bagian bunga seperti

kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik.

Pengamatan secara langsung mendapatkan data antara lain bunga

wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) merupakan bunga majemuk

(inflorescentia) golongan malai rata (corymbus ramosus). Bunga majemuk

ini memiliki ibu tangkai daun yang bercabang-cabang dan seakan-akan

tersusun pada satu bidang yang agak melengkung. Menurut Tjitrosoepomo

(2009), malai rata memiliki ibu tangkai yang mengadakan percabangan,

demikian pula seterusnya cabangnya, tetapi cabang-cabng tadi mempunyai

sifat sedemikian rupa sehingga seakan-akan semua bunga pada bunga

majemuk ini terdapat pada suatu bidang data rata agak melengkung.

Bunga ini memiliki simetri aktinomorf yang berarti dapat dibagi

menjadi banyak bidang yang setangkup. Ibu tangkai bunga berambut

jarang and berwarna hijau serta terdapat bractea yang berfungsi sebagai

pelindung bunga majemuk ketika masih kuncup. Tangkai bunga berambut

jarang, berwarna hijau, dan terdapat bracteole yang merupakan pelindung

9

Page 10: Wedusan (Ageratum Conizoides)

bunga yang masih kuncup. Dasar bunga berfungsi sebagai pendukung

benang sari dan putik (androgynophorum) dan berbentuk seperti kerucut.

Bunga ini seperti memiliki bunga majemuk dalam bunga majemuk.

Bunga-bunga yang merupakan kumpulan bongkol tersusun membentuk

malai rata. Dan dalam satu bongkol itu terdapat banyak bentukan tabung

sempit, satu tabung sempit merupakan satu individu. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bentukan tabung sempit tersebut,

namun terdapat kebingungan dalam menentukan individu tersebut jantan

atau betina. Bunga-bunga wedusan yang memiliki kelamin yang sama

berkumpul dalam satu bongkol. Seperti yang tercantum pada Wikipedia

(2013), bunga-bunga dengan kelamin yang sama berkumpul dalam

bongkol rata-atas, yang selanjutnya (3 bongkol atau lebih) terkumpul

dalam malai rata terminal. Bongkol 6–8 mm panjangnya, berisi 60–70

individu bunga, di ujung tangkai yang berambut, dengan 2–3 lingkaran

daun pembalut yang lonjong seperti sudip yang meruncing.

Berdasarkan Sistem Informasi Tanaman Obat (2009), warna sepal

(kelopak) pada bunga adalah hijau, calyx mengalami modifikasi menjadi

pappus, daun mahkota (corolla) berjumlah lima, mahkota dengan tabung

sempit dan pinggiran sempit bentuk lonceng warna putih atau ungu,

berlekuk 5, panjang 1-1,5 mm. Stamen berjumlah lima. Kedudukan

ovariumnya inferior atau tenggelam.

Karena kurangnya informasi yang di dapatkan mengenai bunga,

maka rumus dan diagram bunga belum bisa digambarkan.

5. Buah

Pada saat pengamatan buah wedusan (Ageratum conyzoides Linn.)

terdapat kesulitan dalam pengamatan karena buahnya terlalu kecil. Buah

ini berwarna hitam dan terdapat di bagian bawah bentukan tabung sempit

dalam bongkol.

Menurut Wikipedia (2013), buah wedusan termasuk buah kurung

(achenium), bentuknya bersegi lima dengan panjang 2 mm, aksesoris buah

ini yaitu berambut sisik.

10

Page 11: Wedusan (Ageratum Conizoides)

Buah kurung (achenium), yaitu buah berbiji satu, tidak pecah,

dinding buahnya tipis, berdampingan dengan kulit biji, tetapi tidak

berlekatan (Tjitrosoepomo, 2009).

6. Aksesoris

Wedusan mempunyai bau khas yang dapat menimbulkan mual

karena berbau seperti kambing.

C. Manfaat Tumbuhan

Tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) dapat

dimanfaatkan untuk mengobati dan mencegah berbagai macam penyakit

seperti influenza, demam, diare, rematik, luka bakar, dan iritasi lambung

(Ihsan, 2013). Selain itu dapat mengobati sakit tenggorokan, radang paru,

pendarahan, mimisan, luka berdarah, disentri, mulas, muntah, perut

kembung, keseleo, pegal linu, mencegah kehamilan, produksi air seni, dan

perawatan rambut (Marwanto et al. 2010).

Wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) juga dapat digunakan untuk

mengobati tumor rahim, malaria, pneumonia, antiinflamasi dan

sebagainya. Tumbuhan ini mengandung komponen kimia seperti precocen

I dan precocen II yang termasuk terpenoid; flavonoid, alkaloid, kumarin,

minyak menguap, dan tanin. Ekstrak n-heksan yang mengandung precocen

II menghambat sempurna perkembangan Rhizoctonia solani dan

Sclerotium rolfsii pada konsentrasi 80 – 100 ppm. Ekstrak etanol daun

wedusan menurunkan persentase perkembangan larva menjadi nyamuk

dewasa dan menghambat waktu perkembangan dari larva ke pupa dan dari

pupa menjadi nyamuk dewasa dengan nilai EI50 untuk instar II adalah

117,64 ppm dan untuk instar IV 1532,45 ppm (Rahim et al. 2012).

Selain itu wedusan dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi

penyakit demam berdarah, seperti yang dikemukakan dalam Sjamsuhidajat

et al. (1992), beberapa senyawa kimia berasal dari tumbuhan dapat juga

digunakan untuk mengendalikan populasi serangga. Ageratum conyzoides

L. mengandung senyawa kumarin, eugenol 5% dan sianida (HCN).

Sianida diketahui bersifat racun dan dapat membunuh mamalia dan

11

Page 12: Wedusan (Ageratum Conizoides)

serangga. Isi sel tumbuhan yang berupa racun tersebut dapat dikeluarkan

dengan cara eksudasi maupun ekstraksi. Hasil percobaan menunjukan,

bahwa larva A. aegypti instar II paling peka terhadap ekstrak A.

conyzoides. Kematian larval, aegypti lebih dari 50% populasi terjadi pada

pemberian dosis 20 mL, 30 mL, 40 mL, 50 mL dengan LCso sebesar

19,33 mL dan LC95 sebesar 47,50 mL dalam 100 mL air selama 3 x 24

jam. Banyaknya larval, aegypti yang mati dengan pemberian dosis ekstrak

A. conyzoides dalam 100 mL air menunjukkan hubungan garis linier dan

kuadrater yang sangat nyata.

D. Gambar dan Foto

Foto Gambar

1. Tanaman Wedusan (Ageratum conyzoides

Linn.)

Keterangan:

12

Page 13: Wedusan (Ageratum Conizoides)

2. Akar

Keterangan:

3. Batang

13

Page 14: Wedusan (Ageratum Conizoides)

Keterangan:

4. Daun

Keterangan:

14

Page 15: Wedusan (Ageratum Conizoides)

5. Bunga

Keterangan:

6. Buah

15

Page 16: Wedusan (Ageratum Conizoides)

Keterangan:

Rumus Daun Diagram Daun

16

Page 17: Wedusan (Ageratum Conizoides)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Morfologi tumbuhan wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) yaitu:

1. Akarnya yaitu sistem perakaran tunggang, warna coklat tua, coklat muda,

hingga putih tulang. batangnya merupakan tumbuhan yang jelas

berbatang, batang berkayu (lignosus), bulat (teres), berambut jarang, tegak

lurus (erectus), simpodial, ortotrop, warnanya hijau keunguan.

2. Daunnya merupakan daun tunggal (folium simplex), terdiri dari tangkai

daun (petiolus) dan helaian daun (lamina), termasuk daun bertangkai,

tangkai daun pendek dan berwarna hijau, pada daun yang tua tangkai daun

adakalanya panjang, tangkai daun pipih dan beralur, memiliki rambut-

rambut, helaian daun berwarna hijau tua, bangun bulat telur (ovatus),

ujung daun runcing (acutus), pangkalnya membulat (rotundatus), tulang

daun menyirip (penninervis), tepi daun bertoreh dengan toreh merdeka,

beringgit (crenatus), daging daun tipis seperti selaput (membranaceus),

permukaan atas (adaksial) dan bawah suram, permukaan atas berwarna

hijau tua, sedangkan permukaan bawah (abaksial) berwarna lebih muda,

berbulu halus dan jarang (pilosus), bagian distal (apeks) membentuk

helaian daun, bagian proksimal (basal) membentuk tangkai daun,

primordium daun bentuk pasak, tipe dorsiventral atau bifasial, tata letak

daun berhadapan (folia opposita), rumus daun 1/3 (tristik).

17

Page 18: Wedusan (Ageratum Conizoides)

3. Bunganya merupakan bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia

racemosa) golongan malai rata (corymbus ramosus), aktinomorf, ibu

tangkai bunga berambut jarang, berwarna hijau, terdapat bractea, tangkai

bunga berambut jarang, berwarna hijau, terdapat bracteole, dasar bunga

sebagai pendukung benang sari dan putik (androgynophorum), bentuk

dasar bunga menyerupai kerucut, calyx mengalami modifikasi menjadi

pappus, warna hijau, jumlah mahkota5, mahkota dengan tabung sempit

dan pinggiran sempit bentuk lonceng warna putih atau ungu, berlekuk 5,

panjang 1-1,5 mm, jumlah stamen lima, kedudukan ovarium inferior.

4. Buahnya merupakan buah kurung (achenium), bentuknya bersegi lima

dengan panjang 2 mm, berwarna hitam, berambut sisik.

2. Manfaat tanaman wedusan (Ageratum conyzoides Linn.) antara lain: dapat

dimanfaatkan untuk mengobati dan mencegah berbagai macam penyakit

seperti influenza, demam, diare, rematik, luka bakar, iritasi lambung,

mengobati sakit tenggorokan, radang paru, pendarahan, mimisan, luka

berdarah, disentri, mulas, muntah, perut kembung, keseleo, pegal linu,

mencegah kehamilan, produksi air seni, dan perawatan rambut, mengobati

tumor rahim, malaria, pneumonia, antiinflamasi, menanggulangi penyakit

demam berdarah.

18

Page 19: Wedusan (Ageratum Conizoides)

Daftar Pustaka

Ihsan, Fajrul. 2013. Identifikasi Metabolit Sekunder Potensial Antibakteri pada

Bakteri Endorizosfer Ageratum Conyzoides. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Marwanto et al. 2010. Revitalisasi Program Studi dan Peningkatan Peran

Perguruan Tinggi Ilmu-Ilmu Pertanian dalam Pembangunan Pertanian

Nasional. Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

Plantamor. 2013. Ageratum conyzoides, (Online),

(http://www.plantamor.com/species/ageratum-conyzoides), diakses 14

Desember 2013.

Rahim, Abdul et al. 2012. Skrining Toksisitas Ekstrak Herba Bandotan (Ageratum

conyzoides L) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test. Makassar:

Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 16, No.2 – Juli 2012, hlm. 99 –

106.

Sistem Informasi Tanaman Obat. 2009. Ageratum conyzoides, (Online),

(ff.unair.ac.id/sito/index.php?

search=Ageratum+conyzoides&p=1&mode=search&more=true&id=108),

diakses 13 Desember 2013.

Sjamsuhidajat, Sri Sugati et al. 1992. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa

Perguruan Tinggi di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan

Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan RI.

19

Page 20: Wedusan (Ageratum Conizoides)

Sulasmi, Eko Sri et al. 2013. Daun dan Alat Tambahan. Malang: Universitas

Negeri Malang.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Wikipedia. 2013. Bandotan, (Online), (id.m.wikipedia.org/wiki/Bandotan),

diakses 13 Desember 2013.

20