karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Tugas... · Web viewSungai...
Transcript of karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Tugas... · Web viewSungai...
DINAMIKA MUSIMAN PENANGKAPAN IKAN DI SUNGAI PIRACICABA, BRAZIL
Oleh: R.A.M. Silvano dan A. Beggosi
1. PENDAHULUAN
Perikanan air tawar dalam skala kecil yang komersial memberikan peranan penting
sebagai sumber penghasilan bagi nelayan dan sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani
bagi masyarakat di Negara-negara berkembang. Namun demikian, perikanan air tawar
memiliki banyak kendala seperti nelayan yang berpenghasilan renah serta posisi tawar yang
yang lemah (Petrere, 1989).
Selama beberapa dekade terakhir telah dibuat waduk di Brazil, khususnya di sekitar
Sungai Parana yang terletak di bagian tenggara. Tujuan utama pembangunan wadu-waduk
tersebut dirancang sebagai sumber untuk menyediakan tenaga listrik. Sungai-sungai dan
waduk di Negara Sao Paulo (sebelah tenggara Brasil) telah mengalami banyak perubahan
ekologis akibat polusi dan deforestasi. Meskipun dengan kondisi tersebut, sungai masih tetap
dimanfaatkan oleh nelayan skala kecil.
Saat ini aktivitas penangkapan ikan skala kecil banyak dilakukan oleh dua desa nelayan
yang terletak di transisi sungai dan waduk di wilayah tenggara Brasil. Menurut Mc Cay (1978),
umumnya nelayan bergantung pada dua alternatif strategis untuk menangani kelangkaan ikan,
yaitu intensifikasi dan diversifikasi. Para nelayan secara intensif meningkatkan jumlah effort
atau upaya penangkapan untuk memperoleh hasil tangkapan. Strategi diversifikasi dilakukan
oleh para nelayan dengan beralih kepada aktivitas ekonomi lainnya, seperti yang bekerja di
sektor pertanian atau konstruksi.
Informasi ilmiah tentang dinamika perikanan tangkap air tawar skala kecil di Brazil
masih relatif langka. Sehingga perlu dilakukan kajian guna menginformasikan karakteristik
usaha perikanan tangkap air tawar sebagai bahan masukan untuk membuat perencanaan
strategis pembangunan sektor perikanan
2. TUJUAN
Tujuan utama dari kegiatan penelitian ini yaitu :
Mengetahui karakteristik perikanan tangkap yang meliputi keragaman ikan, komposisi dan
kuantitas ikan yang tertangkap.
Mengetahui perubahan strategi pada penangkapan ikan, berkaitan dengan alokasi upaya
penangkapan ikan dan target spesies.
3. METODE
3.1. Ruang Lingkup Wilayah Studi
Sungai Piracicaba yang terletak di tenggara Brazil memiliki panjang 115 km. Wilayah
studi ini dilakukan di dua desa ini perikanan tangkap yaitu Tanquaa dan Ponte de Santa Maria
da Serra (Santa Maria). Alat tangkap utama yang digunakan oleh para nelayan di dua desa
tersebut yaitu gillnets dengan perahu motor aluminium. Hasil tangkapan ikan biasanya dijual
oleh pada nelayan kepada pedagang perantara dari kota-kota di dekatnya (Silvano dan
Begossi, 1998). Secara lebih jelas lokasi wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Wilayah Penelitian
3.2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan yaitu berupa data primer berdasarkan sample. Data sampel
diambil dari dua desa nelayan yang menjadi wilayah kajian. Pengambilan sample dilakukan
setiap bulan selama 6 hari mulai Bulan Oktober 1994 hingga Bulan September 1995. Ikan-ikan
hasil tangkapan yang didaratkan dari dua daerah tersebut selanjutnya dikelompokkan untuk
analisis.
Metode pengambilan sample dilakukan dengan cara ikan-ikan hasil tangkapan nelayan
yang didaratkan selanjutnya ditimbang beratnya, dan kemudian nelayan diwawancarai
tentang jarak perjalanan ke fishing ground, serta jumlah dan ukuran mata jaring gillnets yang
digunakan.
3.3. Analisis Data
Analisis data dilakukan terhadap trip penangkapan ikan dari aktivitas kapal dalam satu
hari (one day fishing). Untuk mendapatkan ukuran yang lebih baik mengenai jumlah tangkapan
per unit upaya (CPUE), analisis korelasi pearson digunakan untuk melihat hubungan antara
berat ikan yang tertangkap terhadap dua tindakan dari upaya penangkapan yaitu jumlah alat
tangkap gillnets (m2) dan total waktu setting alat tangkap gillnet (h). hasilnya menunjukkan
bahwa hanya jumlah alat tangkap gillnet yang memiliki hubungan korelasi yang signifikan
terhadap berat ikan yang tertangkap (r = 0,35; p > 0,05), Sehingga CPUE didefinisikan sebagai
jumlah ikan yang tertangkap (kg) per jumlah jaring yang bekerja (m2).
Jumlah bulan dikelompokkan berdasarkan musim yaitu musim panas (Desember-
Februari), musim gugur (Maret-Mei), musim dingin (Juni-Agustus) dan musim semi
(September-November). Selain itu, alat tangkap gillnet juga dikelompokkan berdasarkan
ukuran mata jaring yang digunakan oleh nelayan yaitu : 3 (3-4 cm), 7 (6-8 cm), 10 (10-13 cm),
7-10 ( campuran mesh ukuran antara 7 dan 12 cm), 10-14 (10-20 cm). selanjutnya kriteria
ukuran mata jaring tersebut dikelompokkan menjadi kategori berikut mata jaring berukuran
kecil dikelompokkan sebagai (3), ukuran mata jaring medium (7), ukuran campuran dari media
besar (7 ± 10) dan ukuran besar (10 dan 10 ± 14)
CPUE (g fish/m2 jaring), jumlah berat ikan yang tertangkap (kg), upaya penangkapan
ikan (m2 jaring) dan jarak ke fishing ground (km) dibandingkan berdasarkan kategori musim
dan ukuran mata jaring gillnet melalui analisis ANOVA dua arah. Uji Anova dua arah juga
dilakukan terhadap jumlah berat ikan dan nilai CPUE dari dua spesies tangkapan utama yaitu
Prochilodus lineatus dan Plagioscion squamosissimus. Sebelum melakukan uji ANOVA, maka
dilakukan uji kenormalan data dan kehomogenan ragam melalui melalui uji Kolmogorov
Smirnov dan Bartlett, berturut-turut (Zar, 1984). Ketika asumsi tersebut tidak dapat dipenuhi
maka dilakukan transformasi kedalam bentuk logaritma natural (Ln) (Zar, 1984; Fowler dan
Cohen, 1990). Jumlah ikan selama perjalanan sampel lapangan (72 hari sampel) telah
dibandingkan antara musim dan ukuran mata jaring melalui tabel kontingensi tes-2 (Fowler
dan Cohen, 1990).
Indeks keragaman dihitung dengan menggunakan data berat ikan (Shannon Diversity
Index) karena parameter ini dianggap lebih relevan bagi para nelayan atas dasar pertimbangan
ikan yang dijual sesuai dengan berat ikan. Indeks ini digunakan untuk menggambarkan
keragaman menangkap ikan yang digunakan nelayan, dan bukan untuk menggambarkan
keragaman ikan di lingkungan. Indeks keragaman dan musim dianalisis melalui ANOVA satu
arah.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jumlah Produksi dan Komposisi Ikan Hasil Tangkapan
Umumnya setiap kapal penangkapan ikan dioperasikan rata-rata oleh dua orang
nelayan. Selama melakukan sampling tercatat bahwa total jumlah hasil tangkapan ikan
sebanyak 8.382 kg ikan dari berbagai species dengan total daerah fishing ground yang
dikunjungi sebanyak 51. Apabila dibagi dengan jumlah hari sampling selama penelitian
dilakukan yakni sebanyak sebanyak 72 hari, maka rata-rata jumlah ikan yang didaratkan sekitar
116 kg ikan per hari. Berdasarkan hasil survey dapat diketahui bahwa jumlah hari melaut
nelayan di dua desa yang menjadi wilayah kajian rata-rata sekitar 240 hari melaut per tahun,
biasanya nelayan tidak pergi melaut pada akhir pekan. Sehingga apabila dikonversi dalam
periode satu tahun, jumlah total ikan tangkapan di Sungai Piracicaba rata-rata sekitar 28 ton
per tahun.
Spesies ikan yang tertangkap oleh nelayan di Sungai Piracicaba meliputi 43 spesies
ikan, terdiri dari 35 spesies ikan habitat asli dan 8 spesies ikan yang eksotik. Dari total 43
spesies ikan tersebut terdapat 6 spesies ikan ini menyumbang sekitar 90% dari total ikan
tangkapan. Keenam spesies ikan tersebut meliputi :
Corimbata (P. lineatus),
Corvina (P. squamosissimus),
Mandi (Pimelodus maculatus dan Pimelodus fur),
Cascudo (Liposarcus aff. Anisitsi),
Lambari (Astyanax spp., Moenkhausia Intermedia dan juvenile Triportheus signatus)
Traira (Hoplias malabaricus).
4.2. Selektivitas Gillnet
Ukuran mata jaring pada alat tangkap gillnet memiliki tingkat selektivitas yang baik
berdasarkan jenis dan ukuran ikan yang tertangkap. Kategori ukuran mata jaring yang kecil
cukup efektif menangkap ikan-ikan yang berukuran kecil, hal ini dapat ditunjukkan dari hasil
tangkapan dari alat tangkap gillnet yang menggunakan ukuran mata jaring kecil hampir
seluruhnya menangkap jenis ikan lambaris (Characidae)dan ikan-ikan ukuran kecil lainnya yang
memiliki nilai ekonomis rendah, seperti fernete (Steindachnerina insculpta), ferreirinha
(Leporinus striatus), canivete ( Apareiodon piracicabae), tuvira (Gymnotus carapo) serta
juvenile dari corimbata dan corvine.
Alat tangkap gillnets dengan ukuran mata jaring medium lebih banyak menangkap ikan
mandi dan traira. sedangkan untuk ukuran mata jaring besar banyak menangkap spesies ikan
corimbata. Ikan corvina banyak ditangkap dengan gillnet berukuran besar dan medium
(Gambar 2).
Keragaman ikan hasil tangkapan dari alat tangkap gillnet dengan ukuran mata jaring
yang berbeda menunjukkan beberapa trend: pertama, tingkat keragaman ikan yang besar
ditangkap dengan gillnet untuk ukuran mata jaring yang medium, campuran medium dan
besar; kedua, alat tangkap gillnets dengan ukuran mata jaring yang besar dan kecil dapat
dipandang memiliki keanekaragaman ikan yang lebih rendah (Gambar 2).
Gambar 2. Komposisi dan Keragaman Ikan Hasil Tangkapan Berdasarkan Ukuran Mata Jaring pada Alat Tangkap Gillnet
4.3. Dinamika Musiman pada Perikanan
Selama musim gugur dan musim dingin, ukuran mata jaring alat tangkap gillnet yang
digunakan nelayan yaitu berukuran medium atau campuran medium dan besar. Keragaman
ikan pada musim tersebut yang lebih besar dibandingkan keragaman ikan pada musim panas
dan musim semi saat nelayan menggunakan ukuran mata jaring yang besar. Selama musim
semi dan musim panas, ikan hasil tangkapan lebih terkonsentrasi pada spesies corvina dan
corimbata (Gambar 3).
Gambar 3. Komposisi Jumlah Alat Tangkap Gillnet menurut Ukuran Mata Jaring dan Musim serta Komposisi Jumlah Ikan Hasil Tangkapan menurut Musim.
Beberapa variabel, secara statistik menunjukkan nilai yang tidak signifikan (Tabel 1),
yang meliputi variable musim dan interaksi antara musim dan ukuran mata jaring. Analisis
ANOVA dua arah menunjukkan bahwa nilai CPUE, berat ikan yang tertangkap dan jumlah alat
tangkap gillnet hanya berbeda signifikan terhadap ukuran mata jaring. Nilai CPUE lebih tinggi
untuk gillnets dengan ukuran mata jaring kecil, sebaliknya jika ukuran mata jaring besar maka
nilai CPUE semakin kecil (Tabel 1, Gambar 4a).
Total berat ikan mengikuti pola yang mundur, berat ikan lebih tinggi untuk ukuran
mata jaring yang besar dan campuran medium dan besar, sedangkan bobot ikan tangkapan
yang lebih ringan diperoleh untuk ukuran mata jaring yang kecil. bobot ikan hasil tangkapan
dengan ukuran mata jaring yang besar mengalami peningkatan dari musim gugur ke musim
semi dan musim panas. Bobot ikan hasil tangkapan dengan ukuran mata jaring medium
merupakan yang tertinggi selama musim semi dan terendah selama musim panas (Tabel 1,
Gambar 4b).
Alokasi upaya penangkapan tidak bervariasi antara musim dan nelayan lebih banyak
menggunakan ukuran mata jaring yang lebih besar sepanjang tahun (Tabel 1, Fig. 4c). Nelayan
mengeksploitasi lebih jauh daerah fishing ground ketika menggunakan ukuran mata jaring
yang besar selama musim semi dan musim panas (Tabel 1, Fig. 4d).
Tabel 1. Hasil Analisis ANOVA Dua Arah untuk 260 Trip Penangkapan
Gambar 4. Variasi Hubungan Musim Penangkapan dan Ukuran Mata Jaring Alat Tangkap Gillnet: (a) CPUE; (b) volume berat ikan hasil tangkapan; (c) Jumlah Upaya Penangkapan; (d) Jarak menuju Fishing Groung (n=260 trip)
Ada dua spesies yang merupakan ikan tangkapan yang paling banyak yaitu P. lineatus
dan P. squamosissimu. Selanjutnya terhadap kedua spesies ikan tersebut dilakukan analisis
ragam ANOVA seperti yang disajikan pada Tabel 2. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai CPUE
hanya berbeda nyata terhadap variable musiman, dengan nilai terendah selama musim dingin
dan yang tertinggi selama musim panas (Fig. 5a). Berat ikan hasil tangkapan berbeda nyata
pada veriabel musim dan ukuran mata jaring (Tabel 2). selama musim semi dan musim panas
sebagian besar nelayan menangkap ikan dengan ukuran mata jaring yang besar. Sebaliknya,
penangkapan ikan dengan ukuran mata jaring medium memberikan jumlah hasil tangkapan
yang terendah selama musim panas (Fig. 5b).
Tabel 2. Hasil Analisis ANOVA Dua Arah terhadap Dua Spesies Ikan yaitu P. lineatus dan P. squamosissimu (n=188 trip)
Jumlah trip penangkapan berbeda diantara kombinasi musim dan ukuran mata jaring
alat tangkap gillnet. Jumlah trip penangkapan yang dilakukan nelayan lebih banyak saat
menggunakan ukuran mata jaring yang besar pada musim semi dan musim panas dan ketika
menggunakan ukuran mata jaring medium pada musim dingin. Sementara untuk penggunaan
ukuran mata jaring yang kecil memiliki jumlah trip penangkapan yang paling sedikit (Tabel 3, 2
9,0,05 = 203: 5; n = 260; p < 0:001).
Tabel 3. Tabel Kontingensi Jumlah Trip Penangkapan menurut Musim dan Kategori Ukuran Mata Jaring Alat Tangkap (2
9,0,05 = 203, 5; n = 260; p < 0:001)
Gambar 5. Variasi Hubungan Musim dan Ukuran Mata Jaring terhadap CPUE (a); dan Bobot Ikan Hasil Tangkapan (b)
5. KESIMPULAN
Jumlah ikan hasil tangkapan di Sungai Piracicaba rata-rata sebesar 116 kg per hari atau
sekitar 28 ton ikan per tahun. Ada 43 spesies ikan yang tertangkap di Sungai Piracicaba, terdiri
dari 35 spesies habitat asli dan 8 spesies yang eksotik. Dari keseluruhan spesies yang
tertangkap, terdapat 6 spesies ikan yang mendominasi jumlah hasil tangkapan yaitu sekitar
90% dari total ikan yang tertangkap. Keenam spesies ikan tersebut meliputi Corimbata (P.
lineatus), Corvina (P. squamosissimus), Mandi (Pimelodus maculatus dan Pimelodus fur),
Cascudo (Liposarcus aff. Anisitsi), Lambari (Astyanax spp., Moenkhausia Intermedia dan
juvenile Triportheus signatus), dan Traira (Hoplias malabaricus).
Nelayan menggunakan ukuran mata jaring yang lebih besar pada musim semi dan
musim panas dibandingkan dengan musim gugur dan musim dingin. Ukuran mata jaring yang
digunakan berkorelasi positif terhadap ukuran Ikan yang tertangkap. Hasil analisis ANOVA
menunjukkan bahwa ukuran mata jaring berpengaruh signifikan terhadap nilai CPUE, berat
ikan yang tertangkap, jumlah effort yang digunakan serta jarak terhadap fishing ground. Oleh
karena itu, alat tangkap gillnet memiliki tingkat selektivitas yang cukup tinggi.