teknonatura.files.wordpress.com€¦ · Web viewMinyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat...
Transcript of teknonatura.files.wordpress.com€¦ · Web viewMinyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat...
MAKALAH FARMAKOGNOSI
“MINYAK LEMAK NABATI”
DOSEN PENGAMPU :
Saiful Bahri, S.Si., M.Si
Amelia Febriani, S.Farm,. Msi, Apt
DISUSUN OLEH :
1. REZA FEBRIAN (17330031)
2. SIFA FAUZIAH (17330032)
3. CHRISTOPHER ELLON (17330041)
4. SUCI MADHANI (17330045)
5. MUHAMMAD ARDIANSYAH (17330112)
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL (ISTN)
FAKULTAS FARMASI
2017/2019
1
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Farmakognosi yang berjudul
“Minyak Lemak Nabati”.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, dan kerja sama kelompok sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dari makalah ini.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami menerima segala kritik dan saran. penyusun sangat
mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar
keinginan kami dapat menginspirasi para pembacanya.
Jakarta, 23 Oktober 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah…..................................................................................................2
1.3 Tujuan …..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Lemak dan Minyak.................................................................................................... 3
2.2 Minyak Nabati............................................................................................................ 4
2.3 Sumber Minyak
2.3.1 Minyak Sawit................................................................................................... 5
2.3.2 Minyak Kelapa................................................................................................. 6
2.3.3 Minyak Wijen..................................................................................................8
2.3.4 Minyak Kedelai................................................................................................9
2.3.5 Minyak Atsiri...................................................................................................9
2.4 Klasifikasi Bahan Baku
2.4.1 Berdasarkan Sumber Minyak Nabati..............................................................11
2.4.2 Berdasarkan Sifat Mudah Mengering.............................................................11
2.4.3 Berdasarkan Fisiknya......................................................................................11
2.5 Karakteristik Minyak Nabati
2.5.1 Sifat Fisika......................................................................................................12
2.5.2 Sifat Kimia......................................................................................................13
2.5.3 Kerusakan Minyak dan Lemak.......................................................................14
2.6 Proses Pengolahan Minyak Nabati
2.6.1 Kondering.......................................................................................................18
2.6.2 Pengepresan Mekanik.....................................................................................20
ii
2.6.3 Ekstraksi dan Pelarur......................................................................................20
2.7 Proses Pemurnian Minyak Nabati...........................................................................12
2.8 Simplisia Minyak Lemak Nabati.........................................................................23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................25
3.2 Saran..........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA …..........................................................................................................26
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan
dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan
adalah minyak kelapa sawit, jagung, kedelai, bunga matahari, dan lain-lain.
Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi dua golongan. Pertama,
minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan (edible oils) dan dikenal
dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak
kedelai, dan sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan dalam indutri non makanan
(non edible oils) misalnya minyak kayu putih, dan minyak jarak. Minyak goreng adalah
hasil akhir (refined oils) dari sebuah proses pemurnian minyak nabati (golongan yang
bias dimakan) dan terdiri dari beragam jenis senyawa trigliserida. Untuk menganalisa
karakteristik dari suatu minyak goreng maka jumlah kandungan asam lemak inilah yang
dipakai sebagai tolak ukur.
Minyak dan lemak memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh
manusia. Sebagaimana diketahui, lemak memberikan energi kepada tubuh sebanyak 9
kalori tiap gram lemak. Minyak nabati pada umumnya merupakan sumber asam lemak
esensial, misalnya asam lemak oleat, linoleat, dan arachidonat. Asam-asam lemak
esensial ini dapat mencegah timbulnya gejala arthero sclerosis, karena penyempitan
pembuluh-pembuluh darah yang disebabkan oleh tertumpuknya kolesterol pada
pembuluh-pembuluh darah tersebut.Lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut
bagi vitamin-vitamin A, D,E, dan K.
Di samping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak dan minyak berfungsi
sebagai bahan pembuat sabun, bahan pelumas (misalnya minyak jarak), sebagai obat-
obatan (misalnya minyak ikan), sebagai pengkilap cat (terutama yang berasal dari minyak
mengering).
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu minyak lemak nabati?
2. Apa saja faktor penyebab kerusakan minyak lemak nabati ?
3. Bagaimana pengolahan minyak lemak nabati ?
4. Bagaimana proses pemurnian minyak nabati ?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu minyak lemak nabati
2. Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan minyak lemak nabati
3. Dapat mengetahui pengolahan minyak lemak nabati
4. Dapat mengetahui proses pemurnian minyak nabati
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan
lipid, yaitu senyawa organic yang terdapat dialam serta tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform
(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalampelarut
yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama
dengan pelarut tersebut.
Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang sama
polaritasnya dengan zat terlarut. Tetapi polaritas bahan dapat berubah karena adanya
proses kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan KOH berada dalam keadaan
terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah larut serta dapat
diekstraksi dengan air. Ekstraksi asam lemak yang terionisasi ini dapat dinetralkan
kembali dengan menambahkan asam sulfat encer (10 N) sehingga kembali menjadi tidak
terionisasi dan kembali mudah diekstraksi dengan pelarut non-polar.
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau trigliserol, yang berarti
“triester dari gliserol”. Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester. Hasil
hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini
juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak
bercabang.
Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak
larut/bercampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Ada sifat
tambahan lain yang dikenal awam yaitu terasa licin apabila dipegang. Dalam arti sempit,
kata minyak biasanya mengacu ke minyak bumi (petroleum) atau produk olahannya,
sepertiminyak tanah (kerosen), padahal kata ini berlaku luas, baik untuk minyak sebagai
bagian dari menu makanan (minyak goreng), sebagai bahan bakar (kerosen, solar),
7
sebagai pelumas (minyak rem), sebagai medium pemindahan energi, maupun sebagai
wangi-wangian (minyak nilam).
Minyak tumbuhan dan hewan semuanya merupakan lipid. Dari sudut pandang
kimia, minyak kelompok ini sama saja dengan lemak. Minyak dibedakan dari lemak
berdasarkan sifat fisiknya pada suhu ruang, yaitu minyak berwujud cair sedangkan lemak
berwujud padat. Penyusunnya bermacam-macam, tetapi yang banyak dimanfaatkan orang
hanya yang tersusun dari dua golongan saja: Gliserida dan atau asam lemak, yang
mencakup minyak makanan (minyak masak atau minyak sayur serta minyak ikan), bahan
baku industri sabun, bahan campuran minyak pelumas, dan bahan baku biodiesel.
Golongan ini biasanya berwujud padat atau cair pada suhu ruang tetapi tidak mudah
menguap.
Terpena dan terpenoid, yang dikenal sebagai minyak atsiri, atau minyak eteris,
atau minyak esensial (bukanasam lemak esensial) dan merupakan bahan dasar wangi-
wangian (parfum) dan minyak gosok. Golongan ini praktis semuanya berasal dari
tumbuhan, dan dianggap memiliki khasiat penyembuhan ("aromaterapi"). Kelompok
minyak ini memiliki aroma yang kuat karena sifatnya yang mudah menguap pada suhu
ruang.
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tetumbuhan yang berbeda.
Digunakan dalam makanan dan untuk memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang
biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit, jagung, zaitun, minyak lobak, kedelai, dan
bunga matahari. Margarin adalah mentega buatan yang terbuat dari minyak nabati.
2.2 Minyak Nabati
Minyak nabati adalah minyak yang disari/diekstrak dari berbagai bagian
tumbuhan. Minyak ini digunakan sebagai makanan, menggoreng, pelumas, bahan bakar,
bahan pewangi (parfum), pengobatan, dan berbagai penggunaan industri lainnya. Minyak
nabati berasal dari tumbuhan seperti kelapa, kedelai, kacang dan sawit.
8
Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit
Afrika, jagung, zaitun, minyak lobak, kedelai, dan bunga matahari. Margarin adalah
mentegabuatan yang terbuat dari minyak nabati.
Bukan hanya minyak zaitun yang berinovasi, minyak yang terbuat dari biji-bijian
pun kini mudah ditemui di pasaran. Sama seperti minyak zaitun, minyak dari biji-bijian
ini ternyata juga teman yang baik bagi kesehatan tubuh. Pada minyak biji-bijian
terkandung banyak asam lemak tidak jenuh, seperti omega 3 dan omega 6. Minyak
dengan asam lemak tidak jenuh ini mudah dicerna oleh tubuh dan tidak mudah
menggumpal dalam darah.
Minyak kedelai Terbuat dari biji kacang kedelai. Minyak kedelai ini kaya akan
kandungan asam lemak tidak jenuh ganda (asam linoleat (omega 3) dan asam linolenat
(omega 6) yang lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lainnya. Makanya, minyak ini
dapat mencegah kolesterol dan penyakit jantung koroner.
Minyak Kelapa Kandungan minyak kelapa dapat membantu dalam mencegah
penuaan dini, membantu degeneratif karena sifat antioksidan mengobati pankreatitis,
mencegah penyakit ginjal, mencegah kandung empedu, melarutkan batu ginjal,
mengendalikan gula darah, mencegah dan mengobati diabetes, osteoporosis.
Kandungan minyak kelapa sangat efektif melawan berbagai infeksi karena minyak kelapa
memiliki sifat anti jamur, anti virus, dan anti bakterinya. Kandungan minyak kelapa dapat
membunuh virus yang menyebabkan influenza, campak, hepatitis, herpes, Sars, bisul,
infeksi tenggorokan, infeksi saluran kemih, pneumonia dan gonore, dan membantu
meningkatkan sistem pencernaan
2.3 Sumber Minyak
2.3.1 Minyak Sawit
Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma
yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon
Kelapa Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara Angola dan
Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika
Tengah dan Amerika Selatan.
9
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa
sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya
memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun
biasanya tandan buahnya besar‐besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%.
Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat
jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera.
Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing‐masing induk
dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera
unggul persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak
pertandannya dapat mencapai 28%.
Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit:
Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit merupakan susunan dari fatty
acids, esterified, serta glycerol yang masih banyak lemaknya. Didalam keduanya tinggi
serta penuh akan fatty acids, antara 50% dan 80% dari masing‐masingnya. Minyak kelapa
sawit mempunyai 16 nama carbon yang penuh asam lemak palmitic acid berdasarkan
dalam minyak kelapa minyak kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric acid. Minyak
kelapa sawit sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian dari
vitamin E. Minyak kelapa sawit didalamnya banyak mengandung vitamin K dan
magnesium. Napalm namanya berasal dari naphthenic acid, palmitic acid dan
pyrotechnics atau hanya dari cara pemakaian nafta dan minyak kelapa sawit.
2.3.2 Minyak Kelapa
Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih sebesar kepala
manusia. Buah terdiri dari sabut (ekskarp dan mesokarp), tempurung (endokarp), daging
buah (endosperm) dan air buah. Tebal sabut kelapa kurang lebih 5 cm dan tebal daging
buah 1 cm atau lebih. Bunga betina tanaman kelapa akan dibuahi 18 – 25 hari setelah
bunga berkambang dan buah akan menjadi masak (ripe) setelah 12 bulan.
Daging buah kelapa yang sudah masak dapat dapat dijadikan kopra dan bahan
makanan, daging buah merupakan sumber protein yang penting dan mudah dicerna.
10
Komposisi kimia daging buah kelapa ditentukan oleh umur buah. Semakin tua umur buah
maka kandungan lemaknya makin tinggi.
Daging buah kelapa dapat diolah menjadi santan (juice extract) santan kelapa ini
dapat dijadikan bahan pengganti susu atau dijadikan minyak. Kandungan gula santan
daging buah kelapa kurang dari 1 persen, karena itu santan kelapa tidak dapat dijadikan
alkohol. Selain dari pada itu telah dapat diisolasi komponen raffinosa, sukrosa, fruktosa,
galaktosa, dan glukaosa dari daging buah kelapa.
Air buah kelapa dapat dipergunakan sebagai bahan minuman segar, bahan
pembuat cuka, dan oleh sebagian penduduk desa juga dipergunakan sebagai pencegah
penyakit demam dan kencing batu.
Pengolahan Kopra Daging buah kelapa (endosperm) yang sudah dikeringkan
dinamakan kopra. Proses pembuatan kopra ialah proses mengeringkan daging buah
kelapa. Tahap-tahap pengeringan untuk mendapatkan kopra bermutu baik adalah,:
1. Kadar air daging buah kelapa segar besarnya 50 sampai 55 persen, pada
periode 24 jam pertama diturunkan menjadi 35 persen
2. Pada periode 24 jam kedua, kadar air tersebut diturunkan menjadi 20 persen
3. Pada periode 24 jam berikutnya, diturunkan menjadi 6 sampai 5 persen
Metode umum pembuatan kopra terdiri atas 3 cara, yaitu :
1. Pengeringan dengan sinar matahari (sun drying)
2. Pengeringan dengan bara atau pengasapan di atas api (smoke curing or drying
over an open fire)
3. Pengeringan dengan pemanasan secara tidak langsung (indirect drying).
Dalam prakteknya ketiga cara di atas sering dikombinasikan untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan ke dalam
minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar jika dibandingkan
dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan
11
dengan bilangan Iod (iodine value), maka minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam
golongan non drying oils, karena bilangan iod minyak tersebut berkisar antara 7,5 – 10,5.
Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90 persen. Minyak kelapa
mengandung 84 persen trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12 persen
trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4 persen trigliserida dengan satu asam
lemak jenuh.
Minyak kelapa yang belum dimurnikan mengandung sejumlah kecil komponen
bukan minyak, misalnya fosfatida, gum, sterol (0,06 – 0,08 persen), tokoferol (0,003
persen) dan asam lemak bebas (kurang dari 5 persen), sterol yang terdapat di dalam
minyak nabati disebut phitosterol dan mempunyai dua isomer, yaitu beta sitosterol
(C29H50O) dan stigmasterol (C29H48O). Sterol bersifat tidak berwarana, tidak berbau,
stabil dan berfungsi sebagai stabilizer dalam minyak. Tokoferol mempunyai tiga isomer,
yaitu α – tokoferol (titik cair 158° - 160°C), β – tokoferol (titik cair 138° - 140°C), dan ϒ
– tokoferol. Persenyawaan tokoferol bersifat tidak dapat disabunkan, dan berfungsi
sebagai antioksidan. Warna coklat pada minyak yang mengandung protein dan
karbohidrat bukan disebabkan oleh zat warna alamiah, tetpai oleh reaksi browning.
Warna ini merupakan hasil reaksi dari senyawa karbonil (berasal dari pemecahan
peroksida) dengan asam amino dari protein, dan terjadi terutama pada suhu tinggi.
2.3.3 Minyak Wijen
Minyak wijen mengandung zat tidak tersabunkan dalam jumlah relative tinggi.
Tetapi kandungan tertinggi adalah sterol dan zat-zat yang tidak dapat dipisahkan dengan
pemurnian, sedangkan kadar bahan non minyak lainnya relative rendah.
Minyak wijen mengandung kurang lebih 0,3-0,5 persen sesameoline, fenol
berikatan 1-4 yang dikenal sebagai sesamol, dan sesamin sekitar 0,5-0,1 persen. Minyak
wijen juga mengandung asam-asam lemak, yaitu oleat dan linoleat, palmitat dan stearate.
Minyak wijen bersifat larut dalam alkohol dan dapat bercampur dengan eter,
petroleum benzene dan CS2, tetapi tidak larut dalam eter. Setelah dimurnikan, minyak
12
berwarna kuning pucat dan tidak menimbulkan gejala kabut pada suhu 0°C. Minyak
wijen bersifat sinergis terhadap phrethrum yang merupakan sifat khas dari minyak wijen.
2.3.4 Minyak Kedelai
Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh
varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari trigliserida sebesar
90-95 persen, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan
tokoferol. Minyak kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh sekitar 15% sehingga
sangat baik sebagai pengganti lemak dan minyak yang memiliki kadar asam lemak jenuh
yang tinggi seperti mentega dan lemak babi. Hal ini berarti minyak kedelai sama seperti
minyak nabati lainnya yang bebas kolestrol.
Minyak kedelai juga digunakan pada pabrik lilin, sabun, varnish, lacquers, cat,
semir, insektisida dan desinfektans. Bungkil kedelai mengandung 40-48 persen protein
dan merupakan bahan makanan ternak yang bernilai gizi tinggi, juga digunakan untuk
membuat lem, plastik, larutan yang berbusa, rabuk dan serat tekstil sintesis.
Bila minyak kedelai akan digunakan di bidang nonpangan, maka tidak perlu
seluruh tahap pemurnian dilakukan. Misalnya untuk pembuatan sabun hanya perlu proses
pemucatan dan deodorisasi, agar warna dan bau minyak kedelai tidak mencemari warna
dan bau sabun yang dihasilkan.
2.3.5 Minyak Atsiri
Minyak atsiri atau yang dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak
esensial, minyak terbang serta minyak aromatik adalah kelompok besar minyak nabati
atau berasal dari tumbuh-tumbuhan yang merupakan bahan dasar dari wangi-wangian
atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami dan mempunyai aroma khas. Dalam
perdagangan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga,
buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome. Berbagai macam tanaman yang
dibudidayakan atau tumbuh dengan sendirinya di berbagai daerah di Indonesia memiliki
potensi yang besar untuk diolah menjadi minyak atsiri, baik yang unggulan maupun
13
potensial untuk dikembangkan. Khususnya di Indonesia telah dikenal sekitar 40 jenis
tanaman penghasil minyak atsiri, namun baru sebagian dari jenis tersebut telah digunakan
sebagai sumber minyak atsiri secara komersil.
Beberapa fungsi minyak atsiri, yaitu:
Membantu proses penyerbukan
Mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan
Sebagai cadangan makanan dalam tanaman
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa dari proses metabolisme dalam
tanaman yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia
dengan adanya air.
Minyak atsiri disintesa dalam sel glanular pada jaringan tanaman dan ada juga
yang terbentuk dalam pembuluh resin (resin duct), misalnya minyak terpentin dari
pohon pinus.
Beberapa manfaat minyak atsiri, yaitu:
Sebagai flavoring agent dalam bahan pangan atau minuman
Antiseptik obat-obatan
Pembuatan kosmetik, parfum
Sebagai pencampur rokok kretek.
Sebagai aroma terapi
Obat gosok
dll
Proses untuk mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara menyuling atau
destilasi terhada tanaman penghasil minyak. Didunia komersil, metode destilasi/penyulingan
minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara, antara lain :
1. Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation)
2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
14
2.4 Klasifikasi Bahan Baku
2.4.1 Berdasarkan Sumber Minyak Nabati
Biji-bijian palawija, Contohnya: minya jagung, biji kapas, kacang, rape seed,
wijen, kedelai, dan bunga matahari.
Kulit buah tanaman tahunan, Contohnya: minyak zaitun dan kelapa sawit.
Biji-bijian dari tanaman tahunan, Contohnya: kelapa, cokelat, inti sawit, babassu,
cohune, dan sebagainya.
2.4.2 Berdasarkan Sifat Mudah Mengering
a) Minyak tidak mongering
Contohnya: minyak zaitun, kelapa, inti zaitun, kacang tanah, almond, inti alpukat,
inti plum, jarak rape, dan mustard.
b) Minyak setengah mongering
Contohnya: minyak dari biji kapas, kapok, jagung, gandum, biji bunga matahari,
croton, dan urgen.
c) Minyak mongering
Contohnya: minyak kacang kedelai, safflower, argemone, hemp, walnut, biji
poppy, biji karet, perilla, tung, linseed, dan candle nut.
2.4.3 Berdasarkan Sifat Fisiknya
a) Lemak (berwujud padat)
Lemak biji cokelat, inti sawit, cohune, babassu, tengkawang, nutmeg butter,
mowwah butter dan shea butter.
b) Minyak (berwujud cair)
Tidak mengering (non drying oil)
Minyak zaitun, kelapa, inti zaitun, kacang tanah, almond, inti alpukat, inti
plum, jarak rape dan mustard.
Setengah mengering (semi drying oil)
Minyak dari biji kapas, kapok, jagung, gandum, biji bunga matahari,
eroton dan urgen.
Mengering (drying oil)
15
Minyak kacang kedelai, safflower, argemone, walnut, biji poppy, biji
karet, penilla, lin seed dan candle nut.
2.5 Karakteristik Minyak Nabati
2.5.1 Sifat Fisik
a. Warna
b. Warna alamiah
c. Warna akibat oksidasi dan degradasi komponen kimia yang terdapat dalam
minyak.
d. Bau lemak atau bahan pangan berlemak, dapat menghasilkan bau tidak enak yang
mirip dengan bau ikan yang sudah basi, yang disebabkan oleh interaksi
trimetilamineoksida dengan ikatan rangkap dari lemak tidak jenuh.
e. Kelarutan dipengaruhi oleh nilai polaritas dari masing-masing minyak nabati.
f. Titik cair
Dalam keadaan suhu kamar minyak berada pada fase cair sedangkan lemak
berada pada suhu yang lebih tinggi dibanding dengan suhu kamar supaya
berbentuk fase cair. Karena lemak dalam suhu kamar berbentuk padat.
g. Titik didih dari asam lemak akan semakin meningkat dengan bertambahnya rantai
karbon asam lemak tersebut.
h. Titik lunak Ditentukan dengan penggunaan tabung kapiler yang diisi dengan
minyak.
i. Sliping point, Cara penetapannya yaitu dengan mempergunakan suatu silinder
kuningan yang kecil, yang diisi dengan leak padat, kemudian disimpan dalam bak
yang tertutup dan dihubungkan dengan termometer.
j. Sort melting point, Yaitu temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak
atau lemak.
k. Bobot jenis, Bobot jenis ditentukan oleh temperatur kamar (25°C)
l. Indeks bias adalah derajar penyimpangan yang dilewatkan pada suatu medium
yang cerah.Ini digunakan untuk pengujian kemurniaan minyak.
m. Titik asap, titik nyala, titik api.
16
Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau lemak menghasilkan asap
pada pemanasan,
Titik nyala adalah temperature pada saat campuran uap dari minyak dengan udara
mulai terbakar.
Sedangkan titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang
terus menerus.
n. Titik kekeruhan, Ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak atau
lemak dengan pelarut lemak.
2.5.2 Sifat Kimia
a. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan berubah menjadi asam lemak bebas
dan gliserol. Hal ini dapat merusak minyak karena terdapatnya sejumlah air dalam
minyak atau lemak yang mengakibatkan ketengikan.
b. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan
lemak atau minyak, hal ini akan menyebabkan bau tengik pada lemak atau minyak.
c. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,menjadi
bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut
interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip transesterifikasi
Fiedel-Craft.
d. Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida.
Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan
dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
17
e. Pembuatan Keton
Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
2.5.3 Kerusakan Minyak dan Lemak
Ketengikan (rancidity) merupakan kerusakan atau perubahan bau dan flavor
dalam lemak atau bahan pangan berlemak. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena 4
faktor, yaitu:
1. Absorbsi bau oleh lemak.
2. Aksi oleh enzim dalam jaringan bahan mengandung lemak.
3. Aksi mikroba.
4. Oksidasi oleh oksigen udara atau kombinasi dari dua atau lebih penyebab
kerusakan tersebut di atas.
A. Absorbsi Odor (Bau) Oleh Lemak
Salah satu kesulitan dalam penanganan atau penyimpanan bahan pangan
adalah usaha mencegah pencemaran oleh bau yang berasal dari bahan
pembungkus, cat, bahan bakar, atau pencemaran bau dari bahan pangan
lainnya yang ada pada wadah yang sama, terutama terjadi pada bahan pangan
berlemak tinggi. Kemungkinan hal ini disebabkan karena lemak dapat
mengabsorbsi zat menguap yang dihasilkkan dari bahan lain. Sebagai contoh
adalah pencemaran bau dalam lemak mentega.
Absorbsi bau oleh mentega selama penyimpanan, terutama berasal dari
bahan pengepak (packaging) yang terbuat dari kayu atau timber, yang
mengandung zat terpene menguap (volatile terpene), terutama jika peti-peti
18
tersebut terbuat dari kayu yang kurang baik. Untuk mengurangi pencemaran
bau ini, biasanya peti kayu tersebut sebelum digunakan terlebih dahulu
disemprot dengan casein-borax atau formaldehida, yang berfungsi untuk
melapisi permukaan peti, sehingga tidak bersifat permiabel. Cara lain dapat
juga dilakukan dengan melapisi peti dengan kertas timah.
Kerusakan bahan pangan berlemak akibat proses absorbsi bau oleh lemak
dapat dihindari dengan memisahkan lemak dari dari bahan-bahan lain yang dapat
mencemari bau. Cara seperti itu sulit untuk diterapkan, terutama pada
pengangkutan bahan pangan dengan kapal laut, yang biasanya mengangkut lebih
dari 1 macam produk. Cara lain, dengan membungkus produk menggunakan
bahan pembungkus yang tidak menghasilkan bau.
Banyak di antara bahan pangan didibungkus dengan pembungkus yang
dapat mencegah kehilanagan air, misalnya kertas berlilin (waxed paper) namun
tidak memadai untuk mencegah pencemaran oleh uap (bau).Kertas timah
(metallic foil) secara praktis bersifat tidak permeabel terhadap semua gas atau zat
menguap yang berbau tetapi bahan pembungkus ini relatif mahal, sedangkan
kertas kulit yang dilapisi kertas timah relatif lebih murah dan efektif.
Destruksi uap atau zat berbau menggunakan gas ozon dapat dilakukan
untuk membersihkan udara ruangan yang telah dicemari oleh bau dari suatu bahan
yang disimpan, sehingga dapat digunakan untuk menyimpan bahan-bahan
berlemak. Gas ozon ini biasanya juga digunakan dalam jumlah terbatas selama
penyimpanan.
Penanganan bahan pangan menggunakan gas ozon harus dilakukan dengan
hati-hati, karena bahan pangan berlemak tinggi akan berbau tidak enak jika
kontak dengan senyawa ozon.
B. Kerusakan Oleh Enzim
Lemak yang masih berada dalam jaringan, biasanya mengandung
enzim yang dapat menghidrolisa lemak netral (trigliserida) sehingga
19
menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol, namun enzim tersebut in aktif
oleh panas.
Dalam organisme hidup enzim pada umumnya berada dalam bentuk
zymogen in aktif, sehingga lemak yang terdapat dalam jaringan lemak tetap
bersifat netral dan masih utuh. Dalam organ tertentu, misalnya hati dan
pankreas kegiatan proses metabolisme cukup tinggi, sehingga menghasilkan
sejumlah asam lemak bebas.
Jika organism telah mati, maka koordinasi mekanisme sel-sel rusak,
dan enzim lipase mulai bekerja dan merusak molekul lemak. Kecepatan
hidrolisa oleh enzim lipase yang terdapat dalam jaringan relatif lambat pada
suhu rendah, sedangkan pada kondisi yang cocok, proses hidrolisa oleh enzim
lipase akan lebih intensif dibandingkan dengan enzim lipolitik yang dihasilkan
oleh bakteri.
Minyak nabati hasil ekstraksi biji-bijian atau buah yang disimpan
dalam jangka panjang dan terhindar dari proses oksidasi, ternyata mengandung
bilangan asam tinggi. Hal ini terutama disebabkan akibat kombinasi kerja
enzim lipase dalam jaringan dan enzim yang dihasilkan oleh kontaminasi
mikroba.
Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral dan pada konsentrasi sampai 15
persen, belum menghasilkan flavor yang tidak disenangi.
Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1 persen, jika
dicicipi akan terasa membentuk film pada permukaan lidah dan tidak berbau
tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya asam
lemak bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil
mengakibat rasa tidak lezat.Hal ini berlaku pada lemak mengandung asam
lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14 (C >
14).
Asam lemak yang dapat menguap dengan atom karbon C4, C6, C8, dan
C10, menghasilkan bau tengik dan rasa tidak enak dalam bahan pangan
berlemak. Asam lemak ini pada umumnya terdapat dalam lemak susu dan
20
minyak nabati, misalnya minyak inti sawit. Asam lemak bebas juga dapat
mengakibatkan karat dan warna gelap jika lemak dipanaskan di wajan besi.
C. Kerusakan Oleh Mikroba
Mikroba dalam proses metabolisme (jamur, ragi, dan bakeri)
membutuhkan air, senyawa nitrogen dan garam mineral. Kerusakan lemak oleh
mikroba biasanya terjadi pada lemak yang masih dalam jaringan dan dalam
bahan pangan berlemak.Minyak yang telah dimurnikan biasanya masih
mengandung mikroba berjumlah maksimum 10 organisme setiap 1 gram
lemak, dapat dikatakan steril.
Mikroba yang menyerang bahan pangan berlemak biasanya termasuk
tipe mikroba non pathologi, tapi umumnya dapat merusak lemak dengan
menghasilkan cita rasa tidak enak, disamping menimbulkan perubahan warna
(discoloration).
Bahan pangan berlemak dengan kadar gula yang tinggi lebih mudah
ditumbuhi ragi dibandingkan dengan bakteri, dan juga ragi tersebut dapat
tumbuh dalam larutan garam, asam, dan pada bahan berkadar air rendah.
Bakteri juga dapat menyerang bahan pangan, namun sebagian aktivitasnya
terhambat dalam suasana asam, media bertekanan osmosis tinggi dan suhu
rendah.
D. Kerusakan Lemak Oleh Oksidasi Atmosfer
Bentuk kerusakan, terutama ketengikan yang paling penting disebabkan
oleh aksi oksigen udara terhadap lemak. Dekomposisi lemak oleh mikroba hanya
dapat terjadi jika terdapat air, senyawa nitrogen dan garam mineral, sedangkan
oksidasi oleh oksigen udara terjadi secara spontan jika bahan yang mengandung
lemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya
tergantung dari tipe lemak dan kondisi penyimpanan.
Oksidasi spontan ini tidak hanya terjadi pada bahan pangan berlemak,
tetapi dapat terjadi terhadap persenyawaan lain yang memegang peranan penting
dalam kegiatan biologis dan industri. Contoh persenyawaan selain lemak, yang
dapat dioksidasi antara lain hidrokarbon, aldehida, eter, senyawa sulfidril, fenol,
amine, dan senyawa sulfit.
21
2.6 Proses Pengolahan Minyak Nabati
Pada Pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada
sifat alami minyak atau lemak tersebut dan juga tergantung dari hasil akhir yang
dikehendaki.
Ekstraksi adalah pengolahan dengan pemisahan suatu zat dari campurannya
dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur
untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali
campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami) tidak dapat atau sukar sekali
dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan.
Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap
panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang
terlalu rendah.
Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang
dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester
(essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan
kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah
pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang
telah dibakar atau digiling.
Ekstraksi minyak atau lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau
lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun ekstraksi
minyak atau lemak itu bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet
rendering), mechanical expression dan solvent extraction.
2.6.1 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara
rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik, yang bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel
22
tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung
didalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi dengan dua cara,yaitu :
a. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau
tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60
pound tekanan uap (40-60psi). Penggunaan temperatur rendah pada wet rendering
dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan
diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat
pangaduk,kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan
sampai suhu 50°C sambil diaduk.
Minyak yang terekstraksi akan naik keatas akan naik keatas dan kemudian
dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang
begitu popular, sedangkan proses wet rendering dengan mempergunakan temperatur
yang tinggi disertai dengan tekanan uap air bertujuan untuk menghasilkan minyak
atau lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang digunakan adalah autoclave
atau digester.
b. Dry Rendering
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan
mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air.
Bahan di dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220°F
sampai 230°F (105°C-110°C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan
diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari
23
ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas
ketel.
2.6.2 Pengepresan Mekanik (mechanical expression)
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau
lemak,terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada
pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak
dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih,
perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan. Dua cara umum dalam
pengepresan mekanis, yaitu:
a. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)
Pada cara hydraulic pressing,bahan di press dengan tekanan sekitar
2000pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang
dapat diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan yang
dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya
minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi antara 4 sampai 6 persen,
tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidrolik.
b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri
dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada
temperatur 240°F (115,5°C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air
minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan
bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak antara 4-5 persen.
Cara lain dalam mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering
dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifugasi.
2.6.3 Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent extraction)
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut
minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah
24
yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah. Mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung
menyerupai hasil dari expeller pressing,karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut
terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi
dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline carbon disulfide, karbon tetra
klorida, benzene dan n-heksan.Perlu diperhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau
hilang tidak boleh lebih dari 5 persen.Bila lebih, seluruh sistem solvent extraction perlu
diteliti lagi.
Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi, yaitu ekstraksi
dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut
relatif konstan dengan menggunakan alat soklet.
2.7 Proses Pemurnian Minyak Nabati
Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa
serta aroma yang tidak sedap, menghilangkan warna yang tidak menarik dan
memperpanjang massa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai
bahan mentah dalam industri. Pada umumnya minyak untuk bahan pangan dimurnikan
melalui tahap proses sebagai berikut :
a. Pemisahan bahan berupa suspensi dan dispersi koloid dengan cara penguapan,
degumming, dan pencucian dengan asam.
b. Pemisahan asam lemak bebas dengan cara netralisasi.
c. Dekolorisasi dengan proses pemucatan
d. Deodorisasi
e. Pemisahan gliserida jenuh (stearin) dengan cara pendinginan (chilling)
Disamping itu kadang-kadang dilakukan penambahan flavor dan zat warna
sehingga didapatkan minyak dengan rasa dan aroma yang enak serta warna yang
menarik. Kotoran yang terdapat dalam minyak terdiri dari 3 golongan yaitu:
1. Kotoran yang tidak larut dalam minyak (fat insoluble) dan terdispersi dalam
minyak. Kotoran yang terdiri dari biji atau partikel jaringan, lendir dan getah,
serat-serat yang berasal dari kulit- kulit, abu atau mineral yang terdiri dari Fe,
Cu, Mg,dan Ca, serta air dalam jumlah kecil. Kotoran ini dapat dipisahkan
25
dengan beberapa cara mekanis, yaitu dengan pengendapan, penyaringan dan
sentrifugasi.
2. Kotoran yang berbentuk suspensi koloid dalam minyak. Kotoran ini terdiri
dari fosfolipid, karbohidrat, senyawa yang mengandung nitrogen, dan
senyawa kompleks lainnya. Kotoran ini dapat dihilangkan dengan uap panas,
elektrolisa disusul dengan perlakuan mekanik seperti pengendapan,
sentrifugasi, atau penyaringan dengan menggunakan adsorben.
3. Kotoran yang terlarut dalam minyak (fat soluble compound). Kotoran yang
termasuk dalam golongan ini terdiri dari asam lemak bebas, sterol,
hidrokarbon: mono dan digliserida yang dihasilkan dari hidrolisa trigliserida,
zat warna yang terdiri dari karotenoid, klorofil. Zat warna lainnya yang
dihasilkan dari proses oksidasi dan dekomposisi minyak yang terdiri dari
keton, aldehid, resin serta zat lain yang belum dapat diidentifikasi.
Selain kotoran tersebut, beberapa jenis minyak mengandung senyawa beracun,
misalnya seperti minyak biji kapas mengandung gossipol, dan mustard oil mengandung
ester dari asam thiosianat dan etil alkohol. Dalam proses pemurnian dilakukan perlakuan
pendahuluan. Tujuan Perlakuan pendahuluan adalah sebagai berikut:
a. Menghilangkan kotoran dan memperbaiki stabilitas minyak dengan
mengurangi jumlah ion logam terutama besi dan tembaga. Pada proses
deodorisasi, pertambahan jumlah asam pada minyak akibat perlakuan
pendahuluan lebih kecil dibandingkan dengan tanpa perlakuan pendahuluan.
b. Proses pemisahan gum dilakukan terhadap minyak untuk tujuan tertentu
misalnya minyak biji lin yang digunakan untuk pembuatan lak (lacquer).
c. Untuk memudahkan proses pemurnian selanjutnya, dan mengurangi minyak
yang hilang selama proses pemurnian, terutama pada proses netralisasi.
d. Salah satu perlakuan pendahuluan yang umum dilakukan terhadap minyak
yang akan dimurnikan dikenal dengan proses pemisahan gum (de-gumming)
26
2.8 Simplisia Minyak Lemak Nabati
OLEUM ARACHIDIS
Nama Lain : Minyak kacang, Peanut oil
Nama Tanaman Asal : Arachis hypogaea ( L. )
Keluarga : Leguminosae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Gliserida dari asam oleat, linoleat, asam
palmitat, asam hipogeat, asam lignoserat, asam arakhidat
Penggunaan : Sebagai pengganti minyak zaitun untuk
pembuatan margarine dan sabun
Sediaan :
1. Methylis Salicylatis Linimentum (Formularium Nasional)
2. Peruviani Emulsum II ( Formularium Nasional )
Pemerian : Cairan berwarna kuning pucat, bau khas
lemah, rasa tawar
Cara memperoleh : Minyak lemak yang diolah dimurnikan,
diperoleh dengan pemerasan biji yang telah dikupas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh
OLEUM FOENICULI
Nama Lain : Minyak adas
Nama Tanaman Asal : Foeniculum Vulgare (Mill.)
Keluarga : Apiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Anetol, zat pahit fenkhon
Penggunaan : Obat gosok gigi, obat mulas untuk anak-
anak, karminativanya lemah, terbanyak dipakai sebagai bahan pewangi
Aqua Foeniculi (F.I. Ed.I)
Pemerian : Bau dan rasa khas ketumbar
Cara memperoleh : Minyak atsiri yang diperoleh dengan
penyulingan uap buah-buah yang dimasak dan kering
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
OLEUM CORIANDRI
Nama Lain : Minyak ketumbar
27
Nama Tanaman Asal : Coriandrum sativum ( L. )
Keluarga : Apiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Koriandrol (= d-linalool ), terdapat
pula geraniol
Penggunaan : Bahan pewangi dan Karminativa
Pemerian : Bau dan rasa khas ketumbar
Cara memperoleh : Minyak atsiri yang diperoleh dengan
penyulingan uap buah-buah yang dimasak dan kering
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Minyak nabati adalah minyak yang disari/diekstrak dari berbagai bagian
tumbuhan. Kerusakan minyak dan lemak disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
Absorbsi bau oleh lemak, aksi oleh enzim dalam jaringan bahan mengandung lemak,
Aksi mikroba, Oksidasi oleh oksigen udara atau kombinasi dari dua atau lebih penyebab
kerusakan tersebut di atas. Proses pengolahan minyak nabati terbagi menjadi dua, yaitu
proses ekstraksi dan pemurnian.
3.2 Saran
Penyusun menyadari dalam penyusunan atau penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekhilafan, kritik dan saran yang membangun penyusun harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Ralp J. Fessenden and Joan S. Fessenden, “ Organic Chemistry” Third Edition, University Of
Montana, 1986, Wadsworth, Inc, Belmont, Califfornia 94002, Massachuset, USA.
Buku cetak mengenai produksi dan perdagangan minyak asiri (Tony Luqman Lutony Yeyet
Rahmayati)
Anonim, 1990, Cara Pembuatan Simplisia, Dep. Kes. R.I., Jakarta.
Tyler,V.E., Brady,L.R., Robbers,J.E., 1988, Pharmacognosy, Ninth Edition, Lea & Febiger,
Philedephia.
Utami, Budi, dkk.2010. KIMIA untuk SMA/MA kelas XII Program Ilmu Alam. Bandung: Buku
Sekolah Elektronik
30
HASIL DISKUSI KELOMPOK 3
“MINYAK LEMAK NABATI”
Nama anggota : 1. Reza febrian (17330031)
2. Sifa Fauziah (17330032)
3. Christopher Eloon (17330041)
4. Suci Madhani (17330045)
5. Muhammad Ardiansyah (17330112)
Pertanyaan dari Roby Setiyawan (17330104)
1. Apa perbadaan dari minyak mudah mengering dan minyak tidak mudah mengering?
Jawab:Minyak mudah mengering membutuhkan tempat penyimpanan khusus agar tidak mudah menguap. Contohnya: minyak-minyak yang digunakan sebagai bahan pewangi. Sedangka minyak tidak mudah mengering tidak membutuhkan tempat penyimpanan khusus. Contoh: minyak kelapa, minyak zaitun dan minyak wijen.
Penjawab pertanyaan adalah Muhamad Ardiansah (17330112)
Pertanyaan dari Mutiya Juniarti (17330060)
2. Bagaimana proses pemurnian pada minyak lemak nabati?
Jawab:a) Pemisaha bahan berupa suspensi dan dispersi koloid dengan cara penguapan,
degumming dan pencucian dengan asamb) Pemisahan asam lemak bebas dengan cara netralisasic) Dekolorisasi dengan proses pemucatand) Deodorisase) Pemisahan gliserida jenuh dengan cara pendinginan
Penjawab pertanyaan adalah Sifa Fauziah (17330032)
31
32