· Web viewJarak antara frame rata-rata 30 m, panjang pipa lateral bervariasi 150-600 m.air...
Transcript of · Web viewJarak antara frame rata-rata 30 m, panjang pipa lateral bervariasi 150-600 m.air...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi pertanian yang luar
biasa. Segala bentuk Sumber Daya Alam tersedia untuk dapat dikelola menjadi
sumberdaya yang secara teoritis seharusnya mampu membuat Indonesia menjadi
negara kaya raya. Namun demikian, dewasa ini justru hal sebaliknya terjadi.
Kekayaan alam yang perlahan terkikis habis merupakan representasi
ketidakmampuan negara dalam mengelola sumberdaya yang ada.
Hal ini tentu juga berdampak besar pada lingkungan lebih khususnya
pertanian. Berbagai masalah telah muncul pada sektor ini yang membuat
masyarakat khususnya petani kebingungan cara mengatasinya. Salah satu
masalah terbesar ialah hasil produksi yang selalu dibawah angka harapan petani.
Sehingga dengan sangat terpaksa petani harus terbiasa dengan menggunakan
berbagai bahan kimia untuk mendongkrak hasil produksi pertanian lahannya.
Setelah ditelaah secara mendalam oleh beberapa pakar, disinyalir bahwa
usaha peningkatan produkstivitas pertanian ternyata tidak hanya terletak pada
upaya budidaya yang nyatanya semakin hari semakin beranjak ketergantungan
pada bahan kimia sintetis, namun lebih jauh dari itu adahal penting yang begitu
sering diabaikan terlebih oleh petani ialah pengelolaan jaringan irigasi. Jika
jaringan irigasi ini dapat dirancang dengan baik, maka produktivitas seyogianya
juga akan terangkat dan mencapai target optimumnya.
1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah :
Mengetahui pentingnya perancangan jaringan Irigasi
Mengetahui metode Irigasi Curah (Sprinkler) dan Irigasi Tetes
Mengetahui keunggulan dan kekurangan metode Irigasi Curah (Sprinkler)
dan Irigasi Tetes
1.3 Manfaat
Manfaat pembelajaran praktikum ini adalah mahasiswa dapat melihat secara
langsung keunggulan dan kekurangan dari metode Irigiasi yang digunakan.
Sehingga dapat merancang jaringan irigasi sesuai dengan kondisi lahan yang
membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pentingnya Perencanaan Jaringan Irigasi
Dalam pembentukan system irigasi, perencanaan jaringan irigasi sangatlah
diperlukan. Hal ini dikarenakan dalam proses perencanaan jaringan irigasi
dilakukan untuk mengetahui:
Lokasi dan perkiraan luas daerah irigasi;
Garis besar rencana pertanian;
Sumber air irigasi dengan penilaian mengenai banyaknya air yang tersedia
serta perkiraan kebutuhan akan air irigasi, kebutuhan air minum, air baku,
industri dan rumah tangga;
Deskripsi tentang pekerjaan prasarana infrastruktur baik yang sedang
direncanakan maupun yang sudah ada dengan perkiraan lokasi-Iokasi
alternatifnya;
Program pelaksanaan dan skala prioritas pengembangannya
terpenuhinya kedelapan persyaratan pengembangan dari Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air
Dampaknya terhadap pembangunan sosial-ekonomi dan lingkungan.
Sehingga dengan dapat diketahuinya syarat-syarat tersebut maka pembentukan
system irigasi dapat dilakukan dengan baik dan mengurangi kendala yang ada
(Hansen, V.E, 1992).
2.2 Metode Irigasi Curah (Sprinkler) Dan Irigasi Tetes
A. Metode Irigasi Curah (Sprinkler)
Irigasi Sprinkler (Sprinkler or spray Irrigation) adalah suatu metode
pemberian air ke seluruh lahan yang akan diirigasi dengan menggunakan pipa
yang bertekanan melalui nozzle. Sistem sprinkler dapat diklasifikasikan
menjadi berberapa macam:
Sistem permanent (Fixed/Solid Set)
Solid Set Sistem adalah sebuah system Irigasi Sprinkler dimana jaringan
pipa dan sprinkler ditempatkan secara permanent pada lahan. Biasanya
jarak antar pipa sama dengan jarak antar sprinkler sehingga menimbulkan
jarak yang bujur sangkar (square spacing). Pipa dapat dikubur di dalam
tanah (biasanya PVC atau besi) atau dapat juga berjenis alumunium dan
dapat dipindahkan.
portable dan semi portable (hand move atau mechanical move)
a. Hand Move system
System portable yang paling simple adalah digerakkan atau dipindah
dengan tangan. Terdiri dari satu pompa, pipa utama dan pipa lateral
dilengkapi dengan rotary sprinkler dengan jarak 9-24 m setiap bagian.
Pipa lateral biasanya berdiameter 50 mm s/d 125 mm, dapat diangkat atau
dipindahkan dengan mudah. Cara operasinya pipa lateral dipindah dari
satu bagian ke bagian lain dengan tenaga manusia dengan melepas
sambungan pada pipa utama. Berpindahnya pipa lateral tergantung pada
set time. Untuk areal yang lebih luas dapat digunakan lebih dari satu pipa
lateral.
b. Side Roll
Sistem Side roll atau biasa disebit juga Wheel roll seperti terlihat pada
gambar, terdiri dari sebuah lateral, biasanya panjangnya 1,25 mil; Pipanya
berperan seperti sebuah poros sumbu. Pipa berdiamater antara 4-5 inci.;
dan roda berdiameter 4-10 kaki. System ini mampu mengairi lahan seluas
60x90 kaki. Setelah selesai mengairi satu set, mesin akan menindahkan
roda ke set berikutnya. Sprinkler diletakkan diatas connector yang
memungkinkannya tetap berada diatas ketika roda berputar. System ini
tidak direkomendasikan untuk topografi lahan yang mempunyai
kemiringan lebih dari 5 persen.
Traveling Big Gun
Sistem Traveling Big Gun menggunakan sprinkler berkapasitas besar
(diameter 3/4 sampai 1,5 inci) dan bertekanan besar (90 -125 PSI) untuk
melemparkan air ke tanaman (radius 175-350 kaki). Traveling big guns
dapat terdiri dari pipa hard hose dan selang fleksibel. Pada system selang
yang keras, selang polietilen keras di pasang pada rel atau trailer. Trailer ini
berada ditengah ataupun diujung lahan. Gun ditempatkan diujung selang
kemudian selang ditarik ke ujung lahan. Selang ini kemudian ditarik oleh
rel mengitari lahan. Pada flexible hose system, gun dipasang pada sebiah
kereta. Sebuah pipa fleksibel yang tersambung dengan mainline mengisi air
ke gun.
Center pivot atau Linear move
a. Center Pivot
Pada system ini mesin yang digunakan terdiri dari pipa lateral dari baja
galvanisyang berputar dalam satu sumbu dari luas areal yang diairi. Pipa
lateral mensuport airdari ketinggian 3 m diatas tanah dipegang oleh frame
baja dan kabel-kabel. Jarak antara frame rata-rata 30 m, panjang pipa
lateral bervariasi 150-600 m.air disuplai ke pusat pivot melalui pipa
utama menyilang lapangan atau dari sumur yang berlokasi dekat pivot,
kemudian didistribusi melalui swivel joint ke lateral dan sprinkler. Ketika
mengairi, pipa lateral berputar secara kontinyu. Pembasahan radius
lapangan bisa mencapai 100 ha, tergantung juga panjang pipa lateral yang
ada. Satu putaran membutuhkan 1- 100 jam tergantung dari letak puncak
air yang dipakai. Lambatnya putaran pipa lateral berarti lebih banyak air
yang digunakan.
b. Linear Move
Sistem irigasi Linear Move (sering disebut juga lateral move) dibangun
dengan cara yang sama seperti center pivot. Perbedaannya adalah menara
bergerak pada kecepatan dan arah yang sama. System ini dirancang untuk
mengairi petak lapangan berbetuk persegi yang bergerak secara kontinyu.
Salah satu cara untuk mengairi areal yang luas umumnya dikonstruksi
melalui center pivot yang mensupport pipa lateral di atas tanaman melalui
tower yang tersedia. Air dapat disuplai dari suatu fleksibel hose atau dari
saluran sepanjang tepi atau ditengah-tengah lapangan. Pipa lateral
digerakkan dengan motor yang ada pada setiap tower dan dikontrol sama
seperti pada center pivot.
Irigasi Sprinkler adalah suatu system irigasi yang fleksibel dimana selain
dapat digunakan untuk menyiram tanaman juga dapat digunakan untuk
pemupukan dan pengobatan dan untuk menjaga kelembaban tanah dan
mengontrol kondisi iklim agar sesuai bagi pertumbuhan tanaman.
Adopsi dari system sprinkler ini tergantung pada keuntungan ekonomis
dan lingkungan yang akan didapatkan dibandingkan dengan system irigasi yang
lain. Sistem sprinkler sekarang ini digunakan untuk berbagai jenis tanaman
terutama komoditas yang bernilai tinggi seperti buah-buahan, sayuran dan
digunakan pada berbagai jenis lahan dan topografi (Kartasapoetra, A.G. dan M.
Sutedjo, 1994).
B. Metode Irigasi Tetes
Pemberian air irigasi pada irigasi tetes meliputi beberapa metoda pemberian,
yaitu sebagai berikut:
Irigasi tetes (drip irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dalam
bentuk tetesan yang hampir terus menerus di permukaan tanah sekitar daerah
perakaran dengan menggunakan emitter. Debit pemberian sangat rendah,
biasanya kurang dari 12l/jam untuk point source emitter atau kurang dari
12l/jam per m untuk line source emitter.
Irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation). Pada metoda ini air irigasi
diberikan menggunakan emitter di bawah permukaan tanah. Debit pemberian
pada metoda irigasi ini sama dengan yang dilakukan pada irigasi tetes.
Bubbler irrigation. Pada metoda ini air irigasi diberikan ke permukaan tanah
seperti aliran kecil menggunakan pipa kecil (small tube) dengan debit sampai
dengan 225 l/jam. Untuk mengontrol aliran permukaan (run off) dan erosi,
seringkali dikombinasikan dengan cara penggenangan (basin) dan alur
(furrow)
Irigasi percik (spray irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dengan
menggunakan penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan tanah. Debit
pemberian irigasi percik sampai dengan 115 l/jam. Pada metoda ini,
kehilangan air karena evaporasi lebih besar dibandingkan dengan metoda
irigasi tetes lainnya.
Irigasi tetes juga dapat dibedakan berdasarkan jenis cucuran air menjadi:
a. Air merembes sepanjang pipa lateral (viaflo)
b. Air menetes atau memancar melalui alat aplikasi yang di pasang pada pipa
lateral
c. Air menetes atau memancar melalui lubang-lubang pada pipa lateral
(Mukhtar, A.M., 1999).
(1)
(2)
(3)
Gambar 2. (1) Viaflo, (2) Alat aplikasi yang dipasang pada lateral, dan (3)
Pipa berlubang
2.3 Keunggulan dan Kekurangan Metode Irigasi Curah (Sprinkjler) dan Irigasi
Tetes
A. Metode Irigasi Curah (Sprinkler)
Keunggulan
Sistem irigasi sprinkler cocok untuk semua jenis tanah apabila application
ratenya sesuai dengan kapasitas inflitrasi tanahnya. Termasuk juga pada lahan
marginal yang memiliki kapasitas infitrasi atau kapasitas menyimpan air yang
rendah.
a. Dapat mengontrol pemberian air pada tanaman sehingga dapat
mengurangi tingkat pertumbuhan tanaman yang vegetatif dan
memperbesar peluang tanaman untuk tumbuh secara generatif dimana
akan meningkatkan produktivitas hasil panen.
b. Desain dapat dirancang secara fleksibel sesuai dengan jenis tanaman,
tenaga kerja yang tersedia dan penghematan energi
c. Dapat dilakukan fertigation atau pemberian nutrisi tanaman melalui
system irigasi
d. Dapat digunakan untuk mengontrol iklim bagi pertumbuhan tanaman
e. Dapat menjaga tanah tetap lembut agar cocok bagi pertumbuhan seedling
(persemaian)
f. Mempercepat perkecambahan dan penentuan panen
Kerugian
a. Memerlukan biaya investasi yang tinggi
b. Keseragaman distribusi air dapat terus menurun seiring dengan waktu
c. Angin sangat berpengaruh atas keseragaman distribusi air
d. Dapat mengakibatkan kanopi tanaman lembab dan mendatangkan
penyakit tanaman
e. Dapat merusak tanaman muda pada saat air disiramkan (Pohan, H.I. dan
K.S. Bahri, 1997).
B. Metode Irigasi Tetes
Keuntungan:
a. Meningkatkan nilai guna air
b. Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan
dengan metode lainnya. Penghematan air dapat terjadi karena pemberian air
yang bersifat local dan jumlah yang sedikit sehingga akan menekan evaporasi,
aliran permukaan dan perkolasi. Transpirasi dari gulma juga diperkecil karena
daerah yang dibasahi hanya terbatas disekitar tanaman.
c. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
d. Fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes
ini dan kelembaban tanah dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman.
e. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian
f. Pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air
irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih
sedikit, frekuensi pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar
daerah perakaran.
g. Menekan resiko penumpukan garam
h. Pemberian air yang terus menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam
dari daerah perakaran.
i. Menekan pertumbuhan gulma
j. Pemerian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman,
sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.
k. Menghemat tenaga kerja
l. Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis,
sehingga tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Penghematan
tenaga kerja pada pekerjaan pemupukan, pemberantasan hama dan
penyiangan juga dapat dikurangi.
Kerugian:
a. Memerlukan perawatan yang intensif
Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada
irigasi tetes, karena akan mempengaruhi debit dan keseragaman pemberian
air. Untuk itu diperlukan perawatan yang intesif dari jaringan irigasi tetes agar
resiko penyumbatan dapat diperkecil.
b. Penumpukan garam
Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang
kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi.
c. Membatasi pertumbuhan tanaman
Pemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan
air bila perhitungan kebutuhan air kurang cermat.
d. Keterbatasan biaya dan teknik
Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam
pembangunannya. Selain itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang,
mengoperasikan dan memeliharanya (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 01 Juni 2013 jam 13.20
sampai 15.00 di kebun percobaan erosi (plot erosi), samping mushola Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya.
3.2 Langkah Kerja Praktikum
a. Alat dan Bahan
Alat :
- Toples : Sebagai tempat penampung air
- Gelas ukur : Sebagai alat pengukur tinggi air
- Meteran : Sebagai alat pengukur panjang atau lebar sebaran air
- Penggaris : Sebagai alat untuk mengukur tinggi air pada toples
- Stopwatch : Sebagai alat pengukur waktu
- Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan
- 1 set peralatan irigasi sprinkler (Calenger, Butterfly, micro sprinkler,
dan drip ) : Digunakan untuk mengetahui tipe irigasi yang paling
efektif dan efisien
Bahan :
- Air : Sebagai sumber irigasi
b. Cara Kerja
1. Drip Irrigation (Irigasi Tetes)
Perhitungan Volume
Persiapan alat dan bahan
Masukkan emitter ke gelas ukur, hitung waktu yang dibutuhkan
emitter untuk memenuhi gelas hingga 10 ml
Catat Hasil
Perhitungan Sebaran
Persiapan alat dan bahan
Tancapkan emitter ke dalam tanah
Nyalakan pompa
Tunggu hingga 10 menit, matikan pompa
Hitung sebaran air pada tanah secara menyilang
Catat hasil
2. Micro Sprinkler
Perhitungan Volume
Persiapan alat dan bahan
Menampung air yang keluar dari micro sprinkler selama 1 menit
dengan toples
- Hitung volume dengan gelas
ukur
Catat hasil pengamatan
Perhitungan Sebaran Air
Persiapan alat dan bahan
Irigasi micro sprinkler dihidupkan selama 3 – 5 menit
- Amati sebaran air pada 5 titik
pengamatan dan ukur panjang
sebarannya.
- Jika sebaran arahnya menyebar,
ukur panjang sebaran pada 4
titik (sistem X) dan jika arah
sebaran 2 arah, ukur pada 2 titik
saja.
Catat hasil kelima ulangan
3. Sprinkler Butterfly
Perhitungan Waktu
Persiapan alat dan bahan
Nyalakan pompa
Tampung air yang keluar dari sprinkler dengan toples hingga penuh
- Lakukan 3 kali ulangan
- Hitung waktu yang dibutuhkan
sprinkler untuk memenuhi toples
Catat waktu yang dibutuhkan per ulangan
Perhitungan Sebaran
Persiapan alat dan bahan
Nyalakan pompa
Tunggu hingga 5 menit untuk menghitung sebaran air
- Amati sebaran sprinkler
- Hitung sebaran sprinkler pada 5
titik terjauh dengan meteran
(semakin banyak titik
pengamatan semakin baik).
Catat hasil pengamatan
4. Sprinkler Rangers
Perhitungan Waktu
Persiapan alat dan bahan
Nyalakan pompa
Tampung air yang keluar dari sprinkler dengan toples hingga penuh
- Lakukan 3 kali ulangan
- Hitung waktu yang dibutuhkan
sprinkler untuk memenuhi toples
Catat waktu yang dibutuhkan per ulangan
Perhitungan Sebaran
Persiapan alat dan bahan
Nyalakan pompa
Tunggu hingga 5 menit untuk menghitung sebaran air
- Amati sebaran sprinkler
- Hitung sebaran sprinkler pada 5
titik terjauh dengan meteran
(semakin banyak titik
pengamatan semakin baik).
Catat hasil pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
4.1.1 Hasil Pengamatan Debit Pada 3 Metode Irigasi
Debit Air
Drip Irrigation (Irigasi Tetes)
Micro Sprinkler
Titik Pengamat
an
Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai volume air 50ml (detik)
Debit (Liter/detik)
1 47 0.0012 57 0.000883 77 0.000644 70 0.000795 60 0.00083
Debit rata – rata 0.000828
Titik Pengamat
an
Volume yang didapat selama waktu 1 menit
(ml)
Debit (Liter/detik)
1 490 0.00812 498 0.00833 500 0.00834 500 0.00835 515 0.0086
Debit rata – rata 0.0083
Sprinkler Butterfly
Sprinkler Rangers
Titik Pengamat
an
Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai volume air 150ml (detik)
Debit (Liter/detik)
1 40 0.00372 53 0.00283 34 0.00444 37 0.0040
Debit rata – rata 0.0037
Titik Pengamat
an
Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai volume air 150ml (detik)
Debit (Liter/detik)
1 25 0.0062 8 0.01863 6.5 0.0234 9.7 0.0155
Debit rata – rata 0.0158
Sebaran Air
Drip Irrigation (Irigasi Tetes)
Titik PengamatanSebaran Emitter (m)
Penampang 1 Penampang 2
1 0.25 0.28
2 0.32 0.13
3 0.27 0.19
4 0.415 0.425
5 0.34 0.50
Rata-rata Sebaran = 0.624 m
Micro Sprinkler
Sebaran Micro Sprinkler (m)
Titik 1 (Menyebar,4titik)
0.73
0.43
0.60
0.80
Titik 2 (Menyebar,4 titik)
0.78
0.74
0.32
0.44
Titik 3 (2 Arah = 2 titik)0.80
0.85
Titik 4 (Menyebar, 4 titik)
0.83
0.48
0.25
0.36
Rata-Rata Sebaran = 2.11 m
Sprinkler Butterfly
Titik Pengamatan Jarak Sebaran (m)
Titik 1 4.62
Titik 2 3.9
Titik 3 4.4
Titik 4 4
Rata – Rata Jarak Sebaran = 4.23 m
Sprinkler Rangers
Titik Pengamatan Jarak Sebaran (m)
Titik 1 7.94
Titik 2 6.9
Titik 3 6.7
Titik 4 7.8
Rata- Rata Jarak Sebaran = 7.355 m
4.2 Desain Jaringan Irigasi
4.2.1 Desain Jaringan Irigasi Sprinkler
Desain Jaringan Irigasi Sprinkle (Butterfly)
Berdasarkan data pengamatan jaringan sprinkle dapat didesain sebagai berikut :
Keterangan :
: Tanaman buah naga: Sprinkle: Pipa / selang: Sumber air: Area sebaran sprinkle
Keterangan peralatan yang dibutuhkan :Peralatan yang digunakan Jumlah kebutuhan alatSprinkle 6 buahSelang (untuk ke sprinkle) ± 12 meter x 3 (kolom tanaman)Pipa (untuk saluran primer) ± 10 meter
Berdasarkan data pengamatan sprinkle jenis butterfly yang memiliki
jangkauan penyebaran air rata – rata 4 meter maka pada desain jaringan irigasi
lahan tanaman buah naga dengan jarak antar plot 1 x 1 meter, penempatan
sprinkle diletakkan pada setiap 3 meter. Hal ini menghindari terjadinya
ketidaksampaian air pada jarak yang 4 meter. Karena pada praktikum,
pengukuran dilakukan pada jarak terjauh, sedangkan pada kondisi dilapangan
tentu akan berbeda karena ada pengaruh dari lingkungan sehingga untuk
menghindari tidak sampainya air pada tanaman maka diletakkan pada posisi ke-
3 meter.
Desain Jaringan Irigasi Sprinkle (Rangers)
Berdasarkan data pengamatan jaringan sprinkle dapat didesain sebagai berikut :
Keterangan :
: Tanaman buah naga: Sprinkle: Pipa / selang: Sumber air: Area sebaran sprinkle
Keterangan peralatan yang dibutuhkan :Peralatan yang digunakan Jumlah kebutuhan alat
Sprinkle (Jenis Rangers) 2 buahSelang (untuk ke sprinkle) ± 12 meterPipa (untuk saluran primer) ± 6meter
Berdasarkan data pengamatan sprinkle jenis rangers yang memiliki
jangkauan penyebaran air rata – rata 6 meter (bahkan terjauh mampu mencapai
7 meter dihitung dari tempat sprinkle) maka pada desain jaringan irigasi lahan
tanaman buah naga dengan jarak antar plot 1 x 1 meter, penempatan sprinkle
diletakkan pada setiap 5 meter. Hal ini menghindari terjadinya ketidaksampaian
air pada jarak yang 4 meter. Karena pada praktikum, pengukuran dilakukan
pada jarak terjauh, sedangkan pada kondisi dilapangan tentu akan berbeda
karena ada pengaruh dari lingkungan sehingga untuk menghindari tidak
sampainya air pada tanaman maka diletakkan pada posisi ke-5 meter dari
pinggir lahan. Adanya perbedaan dengan sprinkle jenis butterfly dikarenakan
jangkauan untuk sprinkle rangers yang lebih jauh maka desainnya pun berbeda.
4.2.2 Desain Jaringan Irigasi Micro Sprinkler
Berdasarkan data pengamatan jaringan mikro sprinkle dapat didesain sebagai berikut :
Keterangan desain :: Tanaman buah naga: Emiter dan sebarannya: Pipa / selang: Sumber air
Keterangan peralatan yang dibutuhkan :
Peralatan yang dibutuhkan Jumlah yang dibutuhkanNozzle micro sprinkle 80 buahPipa (saluran primer + saluran dari pompa)
± 12 meter + 5 meter
Selang (untuk emiter) ± 10 meter (tiap 1 baris tanaman)
Berdasarkan data pengamatan sebaran air dari penggunaan mikro
sprinkle maka dalam desain jaringan irigasi mikro sprinkle tidak jauh berbeda
dengan desain pada irigasi drip. Karena rata – rata sebaran air dari nozzle mikro
sprinkle tidak lebih dari 1 meter sehingga dalam perancangan irigasi mikro
sprinkle penempatan nozzle pada tiap tanaman karena jangkauan tidak lebih
dari 1 meter.
4.2.3 Desain Jaringan Irigasi Tetes
Drip Irrigation
Berdasarkan data pengamatan jaringan drip dapat didesain sebagai berikut :
Keterangan desain :: Tanaman buah naga: Emiter dan sebarannya: Pipa / selang: Sumber air
Keterangan peralatan yang dibutuhkan :
Peralatan yang dibutuhkan Jumlah yang dibutuhkanEmiter drip 80 buahPipa (saluran primer + saluran dari pompa)
± 12 meter + 5 meter
Selang (untuk emiter) ± 10 meter (tiap 1 baris tanaman)
Karena desain irigasi drip dipergunakan untuk tiap tanaman, maka
penempatan emiter drip diletakkan pada tiap – tiap tanaman sehingga
kebutuhan emiter untuk desain irigasi drip sebanyak 80 buah dimana
kebutuhannya lebih banyak, juga termasuk pipa 12 meter dan 5 meter dari
sumber air ke saluran primer. Sedangkan selang yang dibutuhkan sebanyak 10
meter untuk 1 baris tanaman sedangkan di lahan ada 8 baris tanaman maka
kebutuhan selang sebanyak ± 80 meter. Pada irigasi drip, sebaran airnya
memang tidak terlalu luas namun langsung pada tanaman pemberian airnya.
4.3 Pembahasan
Praktikum tentang perancangan irigasi ini dilakukan pada lahan plot erosi
dengan ukuran 20 x 10 meter dengan tanah bertekstur liat dan memiliki keadaan
lahan yang cukup bergelombang. Ada 4 jenis metode irigasi yang akan diamatai,
yaitu metode drip irrigation, micro sprinkler irrigation, rangers sprinkler
irrigation dan butterffy sprinkler irrigation. Setelah dilakukan pengamatan pada
beberapa metode tersebut, dapat diketahui besarnya debit per satuan waktu dan
panjang sebaran dari masing-masing metode irigasi. Dari data tersebut, maka
akan dapat diukur tingkat keefektifan dan keefisienannya,sehingga dapat
menentukan jenis irigasi apa yang paling tepat untuk diaplikasikan pada lahan
plot erosi tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan, debit air paling besar, yaitu pada metode
rangers sprinkler, yaitu sebesar 0.0158 l/detik, kemudian disusul micro sprinkler sebesar0.0083 l/ detik, kemudian butterfly sprinkler sebesar 0.0037 l/detik, dan yang terakhir metode dripp irrigation sebesar 0.000828 l/detik. Selanjutnya berdasarkan data sebaran air pada keempat metode tersebut, sebaran tertinggi adalah pada metode rangers sprinkler, yaitu dengan radius sebaran sejauh 7.355 m,
kemudian butterfly sprinkler dengan radius sebaran sejauh 4.23 m, micro
splinker dengan sebaran 2.11 m dan yang memiliki radius terendah adalah
metode drip irrigation dengan sebaran kurang dari 1 meter, yaitu 0.624 m.
Dilihat dari kondisi lahan yang memiliki tekstur liat dan keadaan yang bergelombang, pemberian irigasi dengan jumlah debit yang besar tidak akan efektif. Hal ini dikarenakan tingkat infiltrasi dari tanah cukup rendah, sehingga jika dilakukan pemberian irigasi dengan debit yang tinggi dikhawatirkan akan terjadi genangan pada lahan dan menimbulkan reaksi kimia yang berdampak negative pada pertumbuhan tanaman. Sedangkan untuk keefisienan, lebih efisien jika menggunakan irigasi yang daerah sebarannya rendah atau kecil karena luas lahan yang diirigasi adalah 20 x 10 m atau 0.02 Ha (lahan lumayan sempit) sehingga jika menggunakan metode yang sebarannya luas, air akan banyak yang terbuang dan tidak termanfaatkan oleh tanaman yang dibudidayakan pada lahan tersebut.
Berdasarkan data hasil tingkat efisien dan efektifitas 4 metode irigasi
tersebut pada lahan pertanian dengan luas 0,02 hektar, maka sistem irigasi yang
sesuai untuk diterapkan adalah sistem irigasi tetes. Pada sistem irigasi tetes
didapatkan bahwa biaya dan lama pengoperasian lebih lama dibandingkan
dengan sistem irigasi micro sprinkler, butterfly irrigation maupun rangers
sprinkler. Namun, sistem irigasi ini memiliki kelebihan, yaitu penggunaan air
lebih efisien dan efektif dibandingkan sistem irigasi lainnya dan cocok untuk
jenis lahan yang akan diirigasi.
Dilihat dari aspek ekonomi meskipun biaya mahal dan waktu
pengoperasiaan lama, sistem irigasi dapat dijadikan investasi di masa mendatang.
Jika akan menanam tanaman yang sama/lain akan mengurangi besarnya biaya,
hal ini dikarenakan behwa alat untuk sistem irigasi tetes dapat digunakan
berulang-ulang kali. Berdasarkan (Ambler, J.S., 1991) beberapa kelebihan sistem
irigasi tetes dibandingkan sistem irigais yang lain, yaitu :
a. Efisiensi sangat tingi (evaporasi rendah, tidak ada gerakan air di udara, tidak
ada pembasahan daun, runoff rendah, pengairan dibatasi di sekitar tanaman
pokok).
b. Respon tanaman lebih baik (produksi, kualitas, keseragaman).
- Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsur hara, tekanan
rendah, tidak menggangu keseimbangan kadar lengas.
- Mengurangi perkembangan serangga, penyakit dan jamur.
- Penggaraman/pencucian garam efektif karena ada isolasi lokasi.
c. Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, siraman dll. Meningkatkan
drainase permukaan.
d. Perencanaan dan konstruksi murah bila penyumbatan tidak terjadi dan
pemeliharaan emiter minimum. Murah.
e. Bisa diletakkan di bawah mulsa plastik, bisa diterapkan di daerah
bergelombang seperti yang ada pada lahan plot erosi ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ambler, J.S., 1991. Irigasi di Indonesia. LP3ES, Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengairan, 1986. Standar Perencanaan Irigasi. Departemen
Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada, Bandung.
Hansen, V.E., O.W. Israelsen, dan G.E. Stringham, 1992. Irrigation Principles and
Practices. John Wiley and Sons, New York.
Kartasapoetra, A.G. dan M. Sutedjo, 1994. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi,
Bumi Aksara.
Mukhtar, A.M., 1999. Audit Sistem Informasi. Rineka Cipta, Jakarta.
Pohan, H.I. dan K.S. Bahri, 1997. Pengantar Perancangan Sistem. Erlangga, Jakarta.