wayanrudiarta.files.wordpress.com · Web viewEKO SASMITO (16.1.2.5.2.0922) KEMENT. E. RIAN AGAMA....
Transcript of wayanrudiarta.files.wordpress.com · Web viewEKO SASMITO (16.1.2.5.2.0922) KEMENT. E. RIAN AGAMA....
PERAN TEKNOLOGI DAN MEDIA
DALAM BELAJAR
DOSEN : DR. I KETUT SUDARSANA, S.AG., M.PD.H
OLEH:
I PUTU WIDYA CANDRA PRAWARTANA (16.1.2.5.2.0925)
A.A GEDEADI MEGA PUTRA (16.1.2.5.2.0938)
NI WAYAN NITA ADNYANI (16.1.2.5.2.0936)
I WAYAN RUDIARTA (16.1.2.5.2.0916)
EKO SASMITO (16.1.2.5.2.0922)
KEMENTERIAN AGAMA
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2017
1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Om Awighnamastu namo’sidham,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya, paper yang berjudul "Peran
Teknologi dan Media dalam Belajar" dapat penulis selesaikan guna memenuhi
salah satu tugas mata Kuliah Kajian Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana
Institut Hindu Dharma Denpasar.
Dalam penyusunan paper ini, tidak sedikit hambatan yang peneliti hadapi.
Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu, yaitu kepada:
1. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H., selaku pengampu mata kuliah Kajian
Teknologi Pendidikan.
2. Rekan-rekan Karyasiswa jurusan Dharma Acarya IHDN Denpasar yang telah
banyak memberikan semangat dari awal sampai pada penyelesaian paper ini.
3. Seluruh pihak yang telah membantu baik moril maupun material sehingga
paper ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam paper ini masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan paper ini.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om
Denpasar, Februari 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
a.Tujuan Umum ............................................................................ 3
b. Tujuan Khusus .......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teknologi Informasi dan Media Ajar........................................... 4
2.1.1 Definisi Teknologi Informasi............................................. 4
2.1.2 Definisi Media.................................................................... 8
2.2 Peran Teknologi dan Media dalam Belajar................................ 11
2.2.1 Peran Media dalam Belajar................................................ 11
2.2.2 Peran Teknologi dalam Proses Belajar............................... 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 20
B. Saran ........................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 45 ayat 1 disebutkan
bahwa Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaan peserta didik. Dengan adanya sarana dan prasarana dalam pendidikan
maka proses belajar-mengajar akan mampu berlangsung secara maksimal guna
mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003
pasal 3).
Sarana dan prasarana memang merupakan dua sisi penunjang yang tidak
dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan, dan ketika merujuk pada sarana maka
pembicaraan akan mengarah pada penggunaan teknologi dan media. Pembelajaran
di era modern ini memang sudah tidak asing dengan penggunaan teknologi dan
media pembelajaran. Bahkan teknologi dan media sudah menjadi kebutuhan yang
selayaknya ada dalam upaya mengoptimalkan pembelajaran. Hal ini dikarenakan
dengan penggunaaan teknologi atau media berbagai metode dan strategi mengajar
akan mampu dilakukan dengan lebih optimal.
Penggunaan teknologi salah satunya seperti komputer akan mampu
memberikan jawaban terhadap masalah pendidikan yang selama ini selalu
membelenggu negara ini. Hal ini didasarkan pada fakta yang terjadi di negara-
negara maju bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam penyelenggraraan
pendidikan terbukti mampu menunjang peningkatan kualitas pendidikan.
Beberapa sampel negara yang telah berhasil memanfaatan teknologi informasi
dalam bidang pendidikan seperti:
1. SMU Lester B. Pearson di Kanada merupakan model pendidikan yang
banyak memanfaatkan teknologi komputer. Sekolah ini memiliki 300
komputer untuk 1200 murid. Dan sekolah ini memiliki angka putus
sekolah yang terendah di Kanada: 4% dibandingkan rata-rata nasional
sebesar 30%
2. Prestasi lebih spektakuler ditunjukkan oleh SMP Christopher Columbus di
Union City, New Jersey. Di akhir 1980-an, nilai ujian sekolah ini begitu
rendah, dan jumlah murid absen dan putus sekolah begitu tinggi hingga
negara bagian memutuskan untuk mengambil alih. Lebih dari 99% murid
berasal dari keluarga yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
kedua. Bell Atlantic (Sebuah perusahaan telepon di daerah itu) membantu
menyediakan komputer dan jaringan yang menghubungkan rumah murid
dengan ruang kelas, guru, dan administrator sekolah. Semuanya
dihubungkan ke Internet, dan para guru dilatih menggunakan komputer
pribadi. Sebagai gantinya, para guru mengadakan kursus pelatihan akhir
minggu bagi orangtua. Dalam tempo dua tahun, baik angka putus sekolah
maupun murid absen menurun ke titik nol. Nilai ujian-standar murid
meningkat hampir 3 kali lebih tinggi dari rata-rata sekolah seantero New
Jersey. (http://www.e-dukasi.net/artikel.php?id=30.com/)
Di Indonesia sendiri, terhitung sejak satu dekade terakhir pendidikan telah
diwarnai dengan penggunaan berbagai teknologi. Hal ini tentu menjadi angin
segar dalam upaya mewujudkan output bahkan outcome pendidikan yang semakin
berkualitas. Teknologi yang dipergunakan dalam dunia pendidikan bisa dijadikan
salah satu meda pembelajaran oleh guru. Sebagaimana Menurut Oemar Hamalik
media pembelajaran adalah Alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam
rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Penggunaan teknologi dan media memang tidak menjanjikan bahwa
seketika pendidikan akan menjadi lebih baik. Semua membutuhkan proses dan
waktu untuk menunjukkan hasilnya. Bahkan perlu direnungi pula bahwa segala
sesuatu yang ada selalu memiliki dua sisi yang berbeda dalam hal ini teknologi
2
dan media akan mampu memberikan dampak positif atau bahkan sebaliknya akan
memberikan dampak yang negatif sesuai dengan siapa yang menggunakan.
Namun secara umum, tujuan penggunaan teknologi dan media dalam pendidikan
adalah untuk memperbaiki kualitas pendidikan dari waktu ke waktu.
Berkaca dari gencarnya pemanfaatan teknologi dan media dalam dunia
pendidikan, maka melalui paper ini penulis akan mencoba menguraikan peran
teknologi dan media dalam belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah penulis uraikan, dalam paper ini akan
mencoba untuk merumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Apakah definisi dari Teknologi Informasi dan Media Pendidikan?
b. Bagaimanakah peran teknologi dan media dalam kegaitan belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam penulisan paper ini ada dua jenis tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan paper ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman penulis dalam bidang keilmuan pendidikan terutama yang berkaitan
dengan media atau teknologi pendidikan, sehingga akan memberikan bekal yang
lebih maksimal dalam realisasi di dunia sekolah.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dengan penulisan paper ini
adalah sebagai berikut:
a. Agar penulis dan pembaca memahami definisi dari Teknologi Informasi
dan Media Pendidikan.
b. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui peran teknologi dan media
dalam kegaitan belajar.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teknologi Informasi dan Media Ajar
2.1.1 Definisi Teknologi Informasi
Menurut William dan Sawyer dalam Abdul Kadir dan Terra CH (2003),
teknologi informasi didefinisikan sebagai teknologi yang menggabungkan
komputer dengan jalur komunikasi kecepatan tinggi, yang membawa data, suara,
dan video. Definisi ini memperlihatkan bahwa dalam teknologi informasi pada
dasarnya terdapat dua komponen utama yaitu teknologi komputer dan teknologi
komunikasi. Teknologi komputer yaitu teknologi yang berhubungan dengan
komputer termasuk peralatan-peralatan yang berhubungan dengan komputer.
Sedang teknologi komunikasi yaitu teknologi yang berhubungan perangkat
komunikasi jarak jauh, seperti telephone, faximile, dan televisi.
Disamping itu Nina W. Syam (2004) memaknai teknologi informasi
sebagai ilmu yang diperlukan untuk memanage informasi agar informasi tersebut
dapat ditelusuri kembali dengan mudah dan akurat. Isi ilmu tersebut dapat berupa
prosedur dan teknik-teknik untuk menyimpan dan mengelola informasi secara
efisien dan efektif. Lebih lanjut menurut Nina W. Syam, informasi dipandang
sebagai data yang telah diolah dan dapat disimpan baik dalam bentuk tulisan,
suara, maupun dalam bentuk gambar, dimana gambar tersebut dapat berupa
gambar mati atau gambar hidup. Sedang informasi yang dikelola atau
disampaikan melalui teknologi informasi tersebut dapat berupa ilmu dan
pengetahuan itu sendiri. Bila informasi tersebut volumenya kecil tentu tidak
memerlukan teknik-teknik atau prosedur yang rumit untuk menyimpannya.
Namun bila informasi tersebut dalam volume yang cukup besar, maka diperlukan
teknik atau prosedur tertentu untuk menyimpannya, agar mudah menemukan
kembali informasi yang tersimpan. Teknik atau prosedur untuk mengelola
informasi itulah yang disebut dengan teknologi informasi.
Berdasarkan dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi
informasi secara sederhana dapat dipandang sebagai ilmu yang diperlukan untuk
4
mengelola/memanage informasi agar informasi tersebut dapat secara mudah dicari
atau ditemukan kembali. Sementara dalam pelaksanaannya untuk dapat mengelola
informasi tersebut dengan baik, cepat, dan efektif, maka diperlukan teknologi
komputer sebagai pengolah informasi dan teknologi komunikasi sebagai
penyampai informasi jarak jauh.
Teknologi informasi serta Komunikasi dewasa ini berkembang cepat
menurut deret ukur. Dari tahun ke bulan, dari bulan ke minggu, dari minggu ke
hari, dari hari ke jam, dan dari jam ke detik. Oleh karena itulah para cerdik-
cendekia sepakat pada suatu argumen, bahwa informasi memudahkan kehidupan
manusia tanpa harus kehilangan kehumanisannya.
Manusia tidak bisa lepas dari pendidikan yang sebenarnya juga merupakan
kegiatan informasi, bahkan dengan pendidikanlah informasi ilmu pengetahuan
dan teknologi dapat disebarluaskan kepada generasi penerus suatu bangsa sebagai
pengaruh dari Teknologi informasi dan komunikasi terhadap dunia pendidikan
khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (dalam Raharjo.
2002), dengan berkembangnya penggunaan Teknologi informasi dan komunikasi
ada lima pergeseran di dalam proses pembelajaran yaitu:
a. Pergeseran dari pelatihan ke penampilan,
b. Pergeseran dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
c. Pergeseran dari kertas ke “on line” atau saluran,
d. Pergeseran fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
e. Pergeseran dari waktu siklus ke waktu nyata.
Banyak pergeseran yang memang terjadi akibat muncullnya teknologi
informasi ini. Sebagai media pendidikan, komunikasi dilakukan dengan
menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-
mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui
hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-
media tersebut. Dengan adanya teknologi informasi sekarang ini guru dapat
memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian
pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai
sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau
5
internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut
“cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan
dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-
learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi
komunikasi dan informasi khususnya internet. E-learning merupakan satu
penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam
jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: E-learning merupakan
jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan,
mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi. Pengiriman sampai
ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet
yang standar. Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang
pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. (Raharjo. 2002).
E-learning pada hakikatnya adalah bentuk pembelajaran konvensional
yang dituang dalam format digital dan disajikan melalui teknologi informasi.
Secara ringkas, Anwas (dalam Juniwati. 2007) menyatakan e-larning perlu
diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja
dipindahkan ke dalam system digital melalui internet. Keunggulan- keunggulan e-
learning yang paling menonjol adalah efisiensinya dalam penggunaan waktu
dan ruang. Seperti telah disebutkan di atas, pendidikan berbasis teknologi
informasi cenderung tidak lagi tergantung pada ruang dan waktu. Tak ada
halangan berarti untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar lintas daerah,
bahkan lintas negara melalui e- learning. Dengan e-learning pengajar dan siswa
tidak lagi selalu harus bertatap muka dalam ruang kelas pada waktu bersamaan.
Dengan sifatnya yang tidak tergantung pada ruang dan waktu, e-learning
memiliki keunggulan lain yakni memungkinkan akses ke pakar yang tak terhalang
waktu dan tak tidak memerlukan biaya mahal. Seorang pelajar di daerah dapat
belajar langsung dari pakar di pusat melalui fasilitas internet chatting atau
mengakomodir suara dan bahkan gambar realtime. Dengan e-learning,
sekolah-sekloah dengan mudah dapat melakukan kerjasama saling
menguntungkan melalui program kemitraan. Dengan demikian sekolah yang
lebih maju dapat membantu sekolah yang belum maju sehingga dapat
6
diupayakan adanya pemerataan mutu pendidikan. Satu lagi keunggulan e-
learning tentunya adalah ketesediaan informasi yang melimpah dari sumber-
sumber di seluruh dunia. Dengan menggunakan internet sebagi media
pembelajaran akan didapatkan sumber informasi untuk pengayaan materi yang
jumlahnya sangat tak terbatas (Alisyahbana. 1980).
Secara khusus dalam dunia pendidikan, tujuan mempelajari Teknologi
Informasi adalah:
a. Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi untuk
mengevaluasi dan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi
sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.
b. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi
perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga siswa bisa
melaksanakan dan menjalani aktifitas kehidupan seharihari secara mandiri
dan lebih percaya diri.
c. Mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja,
dan berbagai aktifitas dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi, sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal,
menarik, dan mendorong siswa terampil dalam berkomunikasi, terampil
mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama
e. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif,
inovatif, kreatif, dan bertanggungjawab dalam penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan
masalah sehari-hari.
Keberadaan teknologi informasi bagi dunia pendidikan berarti tersedianya
saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pembelajaran
baik secara searah maupun secara interaktif. Pemanfaatan teknologi informasi ini
penting mengingat kondisi geografis Indonesia secara umum berada pada daerah
pegunungan yang terpencar ke dalam banyak pulau-pulau. Dengan adanya
7
teknologi informasi memungkinkan diselenggarakannya pendidikan jarak jauh,
sehingga memungkinkan terjadinya pemerataan pendidikan di seluruh wilayah
bumi Indonesia, baik yang sudah dapat dijangkau transportasi darat maupun yang
belum dapat dijangkau dengan transportasi darat. Dengan demikian pemanfaatan
teknologi informasi dalam pendidikan mempunyai arti penting terutama dalam
rangka pemerataan pendidikan dan peningkatan kualitas serta efektifitas
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.
2.1.2 Definisi Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara hafal berarti
tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau
pengantar dari pengirim kepada penerima pesan. Geanlach dan Ely (1971)
menyatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengetahuan ini, guru,
buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranya
akan diberikan berkat ini, AECT (Association Of Education and Communication
Technology, 1977) memberikan batasa tentang media sebagai segala bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping
sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata
mediator menurut Fleming (1987: 234) adalah penyebab atau alat yang turut
campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator
media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif
antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran.
Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa
setiap sistem pengajaran yang melakukan peran mediasi mulai dari guru sampai
kepada peralatan paling canggih dapat disebut media. Ringkasnya media adalah
8
alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. Heimich
dkk (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar
informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman
audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah
media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media
itu disebut media pengajaran.
Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo dalam Latuheru (1993) memberi
batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia
untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga ide,
gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang
dituju.
Apabila kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah
alat bantu atau media komunkasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1986)
di mana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil
yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.
Sementara Gagne dan Briggs (1975) secara implisit menyatakan bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran yang terdiri dari, antara lain buku, tape-recorder, kaset, video
camera, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.
Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar.
Di lain pihak National Education Association memberikan definisi media
sebagai bentuk-beentuk komunikasi baik terletak maupun audio-visual dan
peralatannya. Dengan demikian media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar atau
dibaca. Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata
“teknologi” yang berasal dari kata latin tekne (bahasa inggris; art) dan logos
(bahasa Indonesia; ilmu).
Menurut Websten (1983:105) “art” adalah ketrampilan (skill) yang
diperoleh lewat pengalaman, study dan observasi. Bila dihubungkan dengan
9
pendidikan dan pengajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai:
perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat,
bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan organisasi dan
manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu, Azhar Arsyad (2002: 3-5)
Pengertian lain disebutkan bahwa pengertian media adalah sebuah alat
yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Media
pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk pesan
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar,
pengajar dan bahan ajar. Dapat dikatan bahwa bentuk komunikasi tidak akan
berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk
stimulus dapat dipergunakan sebagai media, diantaranya adalah hubungan atau
interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang
direkam. Media dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu pembelajar
mempelajari bahan pelajaran atau dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk
stimulus yang dipergunakan sebagai media pembelajaran adalah suara, visual dan
gerakan.
Banyak batasan atau pengertian yang dikemukakan para ahli tentang
media, diantaranya adalah Asosiasi teknologi dan komunikasi pendidikan
Associtiation Of Education and Communication Technology (AECT) di Amerika,
membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan atau informasi. National Education Assocition (NEA)
mengatakan bahwa “media” adalah bentuk-bentuk komunikasi bank cetak
maupun audio-audio serta peralatannya.
Gagne (1970) mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang
pembelajar untuk belajar. Briggs (1970) mengatakan media adalah segala wahana
atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk
belajar. Schramm mengatakan media adalah teknologi pembawa informasi atau
pesan instrusional. Y. Miarso mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
10
kemajuan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada
diri pembelajar.
Maka secara umum media adalah “alat bantu” yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran. Istilah media sangat populer dalam bidang
komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses
komunikasi, kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan kata dari kata
instruksi. Kata instruksi mempunyai pengertian yang lebih luas dari pengajaran,
jika kata pengajaran dalam konteks guru dan siswa di kelas (ruang) / formal maka
pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri guru
secara fisik. Dalam hal ini yang ditekankan adalah proses belajar mengajar dan
adanya usaha-usaha terencana dalam memanipulasi sumber-sumber agar terjadi
proses belajar pada diri siswa (Sadiman, dkk, 1993: 7).
Salah satu usaha dalam sumber-sumber belajar adalah dengan penggunaan
media sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media
pembelajaran. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara
dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam
mencapai tujuan pengajaran. Dalam pengertian lebih luas media pembelajran
adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam
proses pembelajaran di kelas. Pengertian media secara lebih luas dapat diartikan
manusia, benda atau peristiwa yang membuat kondisi siswa memungkinkan
memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap (Basyiruddin Usman, 2002:
127).
Dari keseluruhan pengertian di atas secara umum dapat dikatakan bahwa
subtansi dari media pemebelajaran adalah :
a. bentuk saluran yang digunakan menyalurkan pesan, informasi atau bahan
pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar
b. berbagai jenis komponen dalam lingkngan pembelajar yang dapt
merangsang pembelajar untuk belajar
11
c. bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
pembelajar untuk belajar
d. bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merangsang pembelajar untuk
belajar, baik cetak maupun audio, visual dan audio visual. (Hujair Sanaky,
2009: 4).
2.2 Peran Teknologi dan Media dalam Belajar
2.2.1 Peran Media dalam Belajar
Pada dasarnya, media adalah sebagai alat komunikasi yang digunakan
dalam proses belajar mengajar. Sebagai alat komunikasi, media pembelajaran
menurut Oemar Hamalik (1994:54) memiliki fungsi yang luas di antaranya:
a. Fungsi edukatif media komunikasi, yakni bahwa setiap kegiatan media
komunikasi mengandung sifat mendidik karena di dalamnya memberikan
pengaruh pendidikan.
b. Fungsi sosial media komunikasi, media komunikasi memberikan informasi
aktual dan pengalaman dalam berbagai bidang kehidupan sosial orang.
c. Fungsi ekonomis media komunikasi, media komunikasi dapat digunakan
secara intensif pada bidang-bidang pedagang dan industri.
d. Fungsi politis media komunikasi, dalam bidang politik media komunikasi
dapat berfungsi terutama politik pembangunan baik material maupun
spiritual.
e. Fungsi seni dan budaya media komunikasi, perkembangan ke bidang seni
dan budaya dapat tersebar lewat media komunikasi.
Sedangkan menurut Arif Sadiman (1993:16-17), media pembelajaran
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya:
1) Obyek yang terlalu besar bisa digantikan oleh realita, gambar, film,
atau model.
12
2) Obyek yang kecil dibantu oleh proyektor mikro, film bingkai, film
atau gambar.
3) Gerak yang terlalu lamban atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan
timelapse atau hagh speed photograpy.
4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi
lewat rekaman film, video, film bingkai, foto atau pun secara verbal.
5) Obyek yang terlalu kompleks (missal mesin-mesin) dapat disajikan
dengan model, diagram dan lain-lain.
6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-
lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar
dan lain-lain.
c. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi
sikap pasif anak didik, dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:
1) Menimbulkan kegairahan belajar.
2) Memungkinkan belajar interaksi yang lebih langsung antara anak
didik dengan lingkungan dan kenyataan.
3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
d. Dengan sifatnya yang unik pada tiap siswa, ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan
materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka akan banyak
mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri, apalagi
bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah
ini, dapat diatasi dengan kemampuan dalam:
1) Memberikan rangsangan yang sama.
2) Mempersamakan pengalaman.
3) Menimbulkan persepsi yang sama.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa fungsi media pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pendidikan.
Selain dua tokoh di atas, Ada beberapa peranan media pembelajaran menurut
Ahmad Rohani (1997), diantaranya adalah:
13
a. Media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta
didik.
b. Media pembelajaran mengatasi batas-batas ruang kelas.
c. Mengamati benda yang terlalu kecil.
d. Mengamati benda yang bergerak terlalu cepat atau terlalu lambat.
e. Mengamati suara yang halus untuk didengar.
f. Mengamati peristiwa-peristiwa alam.
g. Media pembelajaran berperan membangkitkan minat belajar yang baru.
Dan dari paparan di atas dapat diketahui bahwa media pembelajaran
berperan untuk membantu mewujudkan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran
dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang menyangkut pembelajaran.
2.2.2 Peran Teknologi dalam Proses Belajar
Penerapan teknologi pendidikan dalam pendidikan hendaknya membuat
proses pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya
lebih efisien, lebih efektif dan memberikan nilai tambah yang positif. Efektif dan
efesien berarti upaya pendidikan yang dilakukan hendaknya dapat mencapai
tujuan yang telah digariskan dengan sedikit mungkin mengeluarkan biaya, tenaga,
dan waktu. Kondisi seperti tersebut di atas dimungkinkan karena teknologi
pendidikan memiliki beberapa potensi sebagaimana yang dikemukakan oleh Ely
dalam Sadiman (2000) sebagai berikut:
a. Meningkatkan produktivitas pendidikan
1) Mempercepat laju belajar
Teknologi pendidikan sebagai media pembelajaran akan membantu proses
belajar menjadi lebih cepat dengan cara memfokuskan informasi pada
bagian yang penting yang akan disampaikan.
2) Membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik
Efisiensi waktu memiliki hubungan yang berkesinambungan dengan laju
proses pembelajaran.
3) Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat
lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar anak.
14
Dengan demikian guru akan lebih banyak berfungsi sebagai manager
pembelajaran.
b. Memberikan pendidikan yang sifatnya lebih individual
1) Mengurangi kontrol guru yang kaku dan konvensional, Teknologi akan
memfleksibelkan fungsi guru karena guru tidak harus menjadi pusat
pembelajaran melainkan menjadi fasilitator dan konsultan dalam proses
belajar
2) Memberikan kesempatan anak belajar secara maksimal, Anak harus
belajar secara maksimal karena dalam teknologi pendidikan siswa dituntut
berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat
mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya.
3) Dapat melayani karakteristik individu yang berbeda-beda, karena adanya
berbagai pilihan sumber belajar.
Karakter individu yang berbeda-beda tidak menutup kemungkinan adanya
penurunan minat belajar dengan media pembelajaran yang monoton dan
minim kreasi. Sehingga diperlukan media pembelajaran yang beragam
agar minat belajar siswa menjadi meningkat.
c. Memberikan dasar yang ilmiah pada pengajaran
1) Perencanaan program pengajaran yang lebih sistematis
Perencanaan program pengajaran menjadi tersusun secara rapi dan
sistematis dengan adanya bantuan teknologi. Sistem operasi dan perangkat
lunak yang ada memberikan fasilitas untuk memudahkan penyusunan
program.
2) Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang
perilaku manusia
Pengembangan bahan ajar disesuaikan dengan cara penyesuaian perilaku,
sikap dan nilai-nilai yang ada pada manusia. Sesuai dengan kodrat kita sebagai
sebagai makhluk berilmu, pengembangan bahan pengajaran sesuai dengan tingkat
kebutuhan seseorang. Menurut Resnick (2002) (dalam
http://tugaskelompoklusiana.blogspot.co.id/2011/11/paper-mengenai-peranan-ti-
15
dalam-dunia.html) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait
dengan modernisasi pendidikan:
1) Bagaimana kita belajar (how people learn);
2) Apa yang kita pelajari (what people learn);
3) Kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn).
Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI
yang bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam
moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan.
Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau
model 3 pembelajaran. Cara berinteraksi antara guru dengan siswa sangat
menentukan model pembelajaran. Terkait dengan ini, menurut Pannen (2005),
saat ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan ketergantungan
terhadap guru dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran
seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi
lebih banyak terpusat kepada siswa (student-centered learning atau instructor
independent). Guru juga tidak lagi dijadikan satu-satunya rujukan semua
pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator atau konsultan.
Peranan yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat
jelas. Hadirnya e-learning dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi
perubahan ini. Secara umum, e-learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran
yang disampaikan melalui semua media elektronik termasuk, Internet, intranet,
extranet, satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM (Govindasamy,
2002). Menurut Kirkpatrick (2001), e-learning telah mendorong demokratisasi
pengajaran dan proses pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar
dalam pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip
penyelenggaraan pendidikan nasional seperti termaktub dalam Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
16
Menurut Riyana (2006), sebagai bagian dari pembelajaran, teknologi/ICT
memiliki tiga kedudukan, yaitu sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi.
a. Peran Tambahan (suplemen)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta
didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan
materi pembelajaran melalui ICT atau tidak. Dalam hal ini, tidak
ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran
melalui ICT. Sekalipun sifatnya hanya opsional, peserta didik yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
Walaupun materi pembelajaran melalui ICT berperan sebagai suplemen, para
dosen /guru tentunya akan senantiasa mendorong, mengggugah, atau
menganjurkan para peserta didiknya untuk mengakses materi pembelajaran
melalui ICT yang telah disediakan.
b. Fungsi Pelengkap (Komplemen)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), apabila
materi pembelajaran melalui ICT diprogramkan untuk melengkapi materi
pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen
berarti materi pembelajaran melalui ICT diprogramkan untuk menjadi materi
reinforcement (pengayaan) yang bersifat enrichment atau remedial bagi peserta
didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
c. Fungsi Pengganti (substitusi)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan
beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para
mahasiswanya. Tujuannya adalah untuk membantu mempermudah para maasiswa
mengelola kegiatan pembelajaran/ perkuliahannya sehingga para mahasiswa
dapat menyesuaikan waktu dan aktivitas lainnya dengan kegiatan
perkuliahannya. Sehubungan dengan hal ini, ada 3 alternatif model kegiatan
pembelajaran yang dapat dipilih para mahasiswa, yaitu apakah mereka akan
mengikuti kegiatan pembelajaran yang disajikan secara (1) konvensional (tatap
muka) saja, atau (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui
internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet. Alternatif model
17
pembelajaran manapun yang akan dipilih oleh para mahasiswa tidak menjadi
masalah dalam penilaian. Artinya, setiap mahasiswa yang mengikuti salah satu
model penyajian materi perkuliahan akan mendapatkan pengakuan atau
penilaian yang sama. Jika mahasiswa dapat menyelesaikan program
perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui
internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi
penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Keadaan
yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu para mahasiswa untuk
mempercepat penyelesaian perkuliahannya. Para mahasiswa yang belajar pada
lembaga pendidikan konvensional tidak perlu terlalu khawatir lagi apabila tidak
dapat menghadiri kegiatan perkuliahan secara fisik karena berbenturan dengan
kepentingan lain yang tidak dapat ditinggalkan atau ditangguhkan. Apabila
lembaga pendidikan konvensional tersebut menyajikan materi pembelajaran
yang dapat diakses para mahasiswa melalui internet, maka mahasiswa dapat
mempelajari materi perkuliahan yang terlewatkan tersebut melalui internet.
Dapat terjadi demikian karena para mahasiswa diberi kebebasan mengikuti
kegiatan perkuliahan yang sebagian disajikan secara tatap muka dan
sebagian lagi melalui internet (model pembelajaran kedua). Di samping itu,
para mahasiswa juga dimungkinkan untuk tidak sepenuhnya menghadiri kegiatan
perkuliahan secara fisik. Sebagai penggantinya, para mahasiswa belajar melalui
internet (model pembelajaran ketiga).
Pembelajaran berbasis teknologi sebagaimana yang diuraikan sebelumnya
lebih dikenal dengan istilah e-learning. Pada dasarnya e-learning dalam
pembelajaran komputer memiliki prinsip sebagai berikut:
a. Tercipta untuk mengatasi keterbatasan antara pendidik dan peserta didik
terutama dalam hal waktu dan ruang
b. Pendidik dan peserta didik tidak harus berada dalam satu dimensi ruang
dan waktu.
c. Proses pendidikan dapat berjalan kapan saja.
d. Merupakan penyampaian informasi komunikasi, pendidikan, pelatihan
secara online.
18
e. Menyediakan seperangkat alat yang bisa memperkaya nilai belajar secara
konvensional, sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan global.
f. Prinsip belajar siswa aktif (Student active learning), prinsip belajar
partisipatorik (Participation learning), prinsip mengajar yang reaktif
(Reaktive teaching)
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan dalam paper ini, dapat ditarik
kesimpulan bahwa keberadaan teknologi dan media belajar memang sangat
dibutuhkan untuk pengembangan kualitas pendidikan. Dengan adanya media da
teknologi ini, strategi serta metode mengajar dari seorang guru akan menjadi
semakin varatif yang disertai dengan meningkatnya daya tarik siswa untuk
mengkuti pelajaran. Keberadaan teknologi informasi bagi dunia pendidikan berarti
tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program
pembelajaran baik secara searah maupun secara interaktif. Olehnya, dengan
tersiarnya berbagai program pendidikan hingga ke seluruh pelosok negeri juga
akan mampu mempermudah standarsasi pendidikan nasional. Teknologi memang
kian hari kian mengalam kemajuan, bahkan perkembangannya terjadi begitu
pesat. Dampak dari teknologi untuk dunia pendidikan sangat besar, sehingga
dunia pendidikan sudah selayaknya tidak menutup diri dari adanya teknologi ini.
Teknologi pendidikan dapat mempermudah proses pendidikan tidak hanya dari
segi pembelajaran, tetapi juga dalam hal administratif dan manajemen. Dengan
sinerginya semua aspek pendidikan maka teknologi pendidikan akan mampu
memerankan dirinya sebagai katalis dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan nasional.
Memang ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan
modernisasi pendidikan, yaitu: Bagaimana kita belajar (how people learn); Apa
yang kita pelajari (what people learn); Kapan dan dimana kita belajar (where and
when people learn). Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan
potensi TI yang bisa dimanfaatkan telah diketahui, maka peran TI dalam
moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan secara lebih optimal. Dengan
hal tersebut, ketika dikaitkan dengan proses belajar maka teknologi juga akan
mampu diperankan sebagai media belajar yang akan semakin mempermudah
sampainya pesan/pelajaran yang diberikan oleh guru kepada para siswanya.
20
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan perumusan paper ini
adalah:
a. Seluruh stakeholder pendidikan harus menyadari bahwa teknologi
memiliki dua mata pisau, satu pada ranah positif dan yang lainya pada
bagian negatif. Ketika memanfaatkan teknologi dalam dunia pendidikan
sudah tentunya hal yang diharapkan adalah dampak positif dari teknologi
tersebut. Namun, sebelum dibuat terkesima oleh kehebatan teknologi ada
baiknnya pula bahwa seluruh stakeholder mengetahui dampak negatif
teknologi guna menghindari terjadinya eksploitasi teknologi yang
kebablasan, dan pada akhirnya malah akan menjadi bumerang bagi dunia
pendidikan.
b. Guru selayaknya membuka diri terhadap teknologi, mau belajar
menggunakan teknologi, karena pendidikan bersifat luwes dan fleksibel
sesuai dengan perkembangan peradaban. Ketika peradaban ini didominasi
oleh teknologi (modernisasi) maka pendidikan juga harus melakukan hal
serupa guna meningkatkan tingkat motivasi dan prestasi siswa.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir & Terra CH. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta:
Andi Offset.
Alisyahbana, Iskandar. 1980. Teknologi dan perkembangan. Jakarta: Yayasan
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti
http://www.e-dukasi.net/artikel.php?id=30.com/, tanggal akses 20 Februari 2017
Juniwati. 2007. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan.
Jakarta: Gramedia
Nina W. Syam. 2004. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia
Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Rahardjo, Budi. 2002. Memahami Teknologi Informasi. Jakarta: PT Elex Media
Riyana, Cepi. 2006. Peranan Teknologi Dalam Pembelajaran dalam
https://chepy.files.wordpress.com/2006/08/peran-teknologi.pdf (akses
tanggal 23 Februari 2017)
Rohani, Ahmad,1997. Media Instructional Educatif, Rineka Cipta: Jakarta.
Sadiman, Arief S dkk. 2000. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sadiman, Arif. 1993. Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sanaky, Hujair AH. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania
Press.
Usman, Basyirudin dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Delia Citra
Utama.
22