library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data...

58
BAB 2 LANDASAN TEORI 1. 2.1. Evaluasi 2.1.1. Pengertian Evaluasi Menurut Bastian, Indra (2007: 58), komponen kunci dari penilaian kinerja organisasi adalah evaluasi efisien dan efektivitas program. Evaluasi ini akan memberikan data mengenai apakah masing- masing program akan dilanjutkan atau tidak, mempertahankan program tersebut pada tingkat yang ada, memperluas atau mengubah arah program tersebut, memasarkannya secara agresif atau tidak, dan seterusnya. Sebagian besar evaluasi program difokuskan pada hasil dan proses atau metode. Sementara evaluasi atas hasil program tersebut memperlihatkan apakah suatu proyek mencapai hasil yang direncanakan atau tidak. Evaluasi proses

Transcript of library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data...

Page 1: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

BAB 2

LANDASAN TEORI

1.

2.1. Evaluasi

2.1.1. Pengertian Evaluasi

Menurut Bastian, Indra (2007: 58), komponen kunci dari penilaian

kinerja organisasi adalah evaluasi efisien dan efektivitas program. Evaluasi

ini akan memberikan data mengenai apakah masing-masing program akan

dilanjutkan atau tidak, mempertahankan program tersebut pada tingkat yang

ada, memperluas atau mengubah arah program tersebut, memasarkannya

secara agresif atau tidak, dan seterusnya. Sebagian besar evaluasi program

difokuskan pada hasil dan proses atau metode. Sementara evaluasi atas hasil

program tersebut memperlihatkan apakah suatu proyek mencapai hasil yang

direncanakan atau tidak. Evaluasi proses memperlihatkan kepada pengelola

organisasi proyek internal, baik kinerja staf maupun tingkat proyek mana

yang berhasil diimplementasikan. Adapun menurut Wongso, Darmanto,

Ariowibowo, Dicky Rizky, Satya (2011: 2), evaluasi merupakan kegiatan

yang terencana dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya

merupakan kegiatan akhir atau penutup dari suatu sistem tertentu, melainkan

merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama sistem

berlangsung dan pada akhir sistem setelah sistem itu selesai.

Page 2: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

2.2. Sistem Informasi

2.2.1. Pengertian Sistem Informasi

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 112) “sistem informasi dapat

didefinisikan sebagai kumpulan elemen-elemen atau sumber daya dan

jaringan prosedur yang saling berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam

suatu hubungan hierarkis tertentu, dan bertujuan untuk mengolah data

menjadi informasi”. Adapun Menurut O’Brien (2008: 7) mendefinisikan,

“Information system can be any organized combination of people,

hardware, software, communication networks, and data resource that

collect, transform, disseminates information in an organization”. Dengan

demikian “sistem informasi adalah suatu kesatuan yang terdiri dari

manusia (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat lunak

(software), jaringan komputer dan sumber daya data yang mengumpulkan,

menstransformasikan dan mendistribusikan informasi di dalam suatu

organisasi”. Adapun menurut Julyandi, Nurmasari, Juni (2012: 2), sistem

dan informasi dirangkai menjadi sebuah kata mempunyai pengertian yaitu

suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan

pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan

kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu

dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sistem informasi juga dapat

didefenisikan sebagai gabungan dari berbagai sistem yang saling terkait

dengan menggunakan basis data dan sumber daya secara bersama-sama.

Page 3: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

Dapat disimpulkan bahwa, sistem informasi adalah satu kesatuan

yang terdiri dari elemen atau sumber daya dan jaringan kompuer yang

saling berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam suatu hubungan

hierarkis tertentu yang mengumpulkan, mentrasformasikan dan

mendistribusikan informasi dalam suatu organisasi, bersifat manajerial dan

menyediakan laporan-laporan yang diperlukan terhadap pihak luar

tertentu.

2.2.2. Komponen Sistem Informasi

Menurut Kusrini, Koniyo Andri (2007: 9), dalam suatu sistem

informasi terdapat komponen – komponen sebagai berikut :

1. Perangkat keras (hardware), mencakup berbagai peranti fisik seperti

komputer dan printer.

2. Perangkat lunak (software) atau program, yaitu sekumpulan intruksi

yang memungkinkan perangkat keras memproses data.

3. Prosedur, yaitu sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan

pemrosesan data dan pembangkitan keluaran yang dikehendaki.

4. Orang, yaitu semua pihak yang bertanggung jawab dalam

pengembangan sistem informasi, pemrosesan dan penggunaan

keluaran sistem informasi.

5. Basis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain –

lain yang berkaitan dengan penyimpanan data.

6. Jaringan komputer dan komunikasi data, yaitu sistem penghubung

yang memungkinkan sumber (resources) dipakai secara bersama atau

diakses oleh sejumlah pemakai.

Page 4: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

2.2.3. Tujuan Sistem Informasi

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 124) terdapat 3 tujuan utama dari

sistem informasi, yaitu :

1. Untuk mendukung fungsi kepengurusan (stewarship) manajemen.

Kepengurusan merujuk ketanggungjawab manajer untuk mengatur

sumber daya perusahaan secara benar. Sistem informasi menyediakan

informasi tentang kegunaaan sumber daya ke pemakai eksternal

melalui laporan keuangan tradisional dan laporan-laporan yang diminta

lainnya. Secara internal, pihak manajemen menerima informasi

kepengurusan dari berbagai laporan pertanggungjawaban.

2. Untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen.

Sistem informasi memberikan para manajer informasi mereka perlukan

untuk melakukan tanggung jawab pengambilan keputusan.

3. Untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan hari demi hari.

Sistem informasi menyediakan informasi bagi personel operasi untuk

membantu mereka melakukan tugas mereka setiap hari secara efektif

dan efisien.

2.3. Sistem Informasi Akutansi

2.3.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 107) sistem informasi akuntansi

adalah struktur yang menyatu dalam suatu entitas, yang menggunakan

sumber daya fisik dan komponen lain, untuk merubah data transaksi

keuangan/akuntansi menjadi informasi akuntansi dengan tujuan untuk

Page 5: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

memenuhi kebutuhan informasi bagi para pengguna atau pemakai (users).

Adapun menurut Soudani, Siamak Nejadhosseini (2012), sistem informasi

akuntansi adalah seluruh komponen terkait yang disatukan untuk

mengumpulkan informasi, data mentah atau data biasa dan mengubah

mereka menjadi data keuangan untuk tujuan pelaporan kepada pengambil

keputusan. Serta menurut Efendi, Mukhammad Yusuf (2010: 30), sistem

informasi akuntansi (SIA) adalah suatu komponen organisasi yang

mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengelolah, menganalisa, dan

mengkomunikasikan informasi finansial dan pengambilan keputusan yang

relevan kepada pihak diluar perusahaan (eksternal) dan pihak didalam

perusahaan (internal).

2.3.2. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Sunarko, Jane Dorothy (2011: 37), menyatakan bahwa

penyusunan sistem informasi akuntansi untuk suatu perusahaan mempunyai

beberapa tujuan yang harus dipertimbangkan. Tujuan utama sistem

informasi akuntansi adalah :

1. Untuk meningkatkan kualitas informasi, yaitu informasi yang tepat guna

(relevance), lengkap dan terpercaya (akurat). Dengan kata lain sistem

informasi akuntansi harus dengan cepat dan tepat mampu memberikan

informasi yang diperlukan.

2. Untuk meningkatkan kualitas internal check atau pengendalian intern,

yaitu sistem pengendalian yang diperlukan untuk mengamankan

kekayaan perusahaan. Ini berarti bahwa sistem akuntansi yang disusun

harus juga mengandung kegiatan pengendalian intern.

Page 6: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

3. Untuk dapat menekan biaya-biaya tata usaha, ini berarti bahwa biaya tata

usaha untuk sistem akuntansi harus seefisien mungkin dan harus jauh

lebih murah dari manfaat yang akan diperoleh dari penyusunan sistem

akuntansi.

2.3.3. Siklus-siklus Transaksi Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Kusrini, Koniyo Andri (2007: 11), sistem informasi

akuntansi memiliki beberapa sistem bagian (sub-system) yang berupa siklus

akuntansi. Siklus akuntansi menunjukan prosedur akuntansi, mulai dari

sumber data sampai ke proses pencatatan/pengolahan akuntansinya. Berikut

ini adalah pembagian dari siklus akuntansi :

1. Revenue Cycle

Siklus pendapatan merupakan prosedur pendapatan yang dimulai dari

bagian penjualan otorisasi kredit, pengambilan barang, penerimaan

barang, penagihan sampai dengan penerimaan kas.

2. Expenditure Cycle

Siklus pengeluaran merupakan prosedur pengeluaran yang dimulai dari

proses pembelian sampai ke proses pembayaran.

3. Conversion cycle

Siklus konversi merupakan siklus produksi, dimulai dari bahan mentah

sampai barang jadi.

4. Human Resource Management Cycle

Siklus manajemen sumber daya manusia merupakan siklus yang

melibatkan proses penggajian pada karyawan.

Page 7: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

5. General Ledger and Reporting

Siklus ini berupa prosedur pencatatan dan perekaman ke jurnal dan

buku besar dan pencetakan laporan keuangan yang datanya diambil dari

buku besar.

2.3.4. Komponen Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Kusrini, Koniyo Andri (2007: 10), komponen-komponen

yang terdapat dalam sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut :

1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut.

2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang

dilibatkan dalam pengumpulan, pemprosesan dan penyimpanan data

aktivitas-aktivitas organisasi.

3. Data tentang proses-proses bisnis.

4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi.

5. Infrastruktur teknologi informasi.

2.3.5. Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 123), karakteristik sistem informasi

akuntansi ada 10 yaitu :

1) SIA bersifat mandatory, diwajibkan oleh aturan legal sebagai

pelaksanaan prinsip akuntabilitas dan stewardship dari para pengurus

perusahaan (direksi) kepada stakeholder.

2) SIA digunakan oleh internal maupun eksternal perusahaan.

3) SIA digunakan oleh seluruh unit dan seluruh strata manajemen, bahkan

RUPS menggunakan bahan rapat dari SIA.

Page 8: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

4) SIA mengolah data transaksi akuntansi.

5) SIA memberikan masukan - masukan, menjadi salah satu komponen

penting input bagi SIM.

6) SIA dianggap lebih independen, karena disusun oleh unit netral,bukan

yang langsung terlibat.

7) Berfokus pada data historis (sebagai pertanggung jawaban direksi atas

kinerja tahun lalu dilihat dari aspek keuangan). Kinerja dapat diukur

dengan perspektif yang lebih luas, misalnya dengan balance score

card.

8) Karena bersifat pertanggungjawaban, data SIA dapat disajikan secara

rinci bila perlu persatuan moneter terkecil.

9) Laporan akuntansi yang dihasilkan SIA diatur dengan aturan legal, baik

aturan BAPEPAM, otoritas bursa saham, serta standar akuntansi

keuangan.

10) SIA merupakan implementasi dari system pengendalian intern

organisasi, pada subset CBIS lain tidak harus sebagai implementasi

pengendalian intern.

2.4. Sistem Pengendalian Internal (Internal Controls)

2.4.1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 250), sistem pengendalian internal

pada hakikatnya adalah suatu mekanisme yang di desain untuk menjaga

(preventive), mendeteksi (detective), dan memberikan mekanisme

pembetulan (corrective) terhadap potensi / kemungkinan terjadinya

Page 9: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

kesalahan (kekeliruan, kelalaian, error) maupun penyalahgunaan

(kecurangan, fraud). Serta menurut Webber, Ron (1999: 35), pengendalian

adalah suatu sistem untuk mencegah, mendeteksi dan mengoreksi kejadian

yang timbul saat transaksi dari serangkaian pemrosesan yang tidak

terotorisasi secara sah, tidak akurat, tidak lengkap, mengandung radudansi,

tidak efektif dan tidak efisien. Adapun menurut Dasaratha, V.Rama &

Frederick, L.Jones (2009: 132), dalam buku yang berjudul Sistem

Informasi Akuntansi bahwa pengendalian internal (internal control) adalah

suatu proses yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem

teknologi informasi yang dirancang untuk organisasi mencapai suatu

tujuan atau objektif tertentu dengan efektivitas dan efisiensi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal adalah

suatu mekanisme yang digunakan untuk menjaga, mendeteksi dan

memberikan mekanisme pembetulan terhadap serangkaian pemrosesan

transaksi yang tidak terotorisasi secara sah dan tidak lengkap guna

mencapai suatu tujuan tertentu dengan efektif dan efisien.

2.4.2. Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 260), tujuan disusunnya system

control atau pengendalian internal komputerisasi adalah untuk :

1. Meningkatkan pengamanan (improve safeguard) aset sistem informasi

(data/catatan akuntansi (accounting record) yang bersifat logical assets,

maupun physical assets seperti hardware, infrastructures, dan

sebagainya.)

Page 10: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

2. Meningkatkan integritas data (improve data integrity), sehingga dengan

data yang benar dan konsisten akan dapat dibuat laporan yang benar.

3. Meningkatkan efektifitas sistem (improve system effectiveness).

4. Meningkatkan efisiensi sistem (improve system efficiency).

Menurut Nafisah (2010: 116), menyatakan bahwa suatu perusahaan

akan berhasil dengan baik apabila dari setiap perusahaan itu telah

ditetapkan dan direncanakan oleh semua anggota yang ikut terlibat dalam

suatu perusahaan baik tujuan maupun komponan-komponen yang

mempengaruhi kegiatan tersebut.

Adapun tujuan pengendalian intern menurut AICPA sebagai berikut:

1. Melindungi harta kekayaan perusahaan.

2. Meningkatkan akurasi informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi

yang dijalankan oleh perusahaan.

3. Meningkatkan efisiensi kinerja perusahaan sehingga dalam berbagai

kegiatan dapat dilakukan penghematan.

4. Meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen

Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Melindungi harta kekayaan perusahaan. Kekayaan perusahaan dapat

berupa kekayaan yang berwujud maupun kekayaan yang tidak berwujud.

Kekayaan sangat diperlukan untuk menjalankan kegiatan perusahaan.

2. Meningkatkan akurasi informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi

yang dijalankan oleh perusahaan. Informasi menjadi dasar pembuatan

Page 11: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

keputusan. Apabila informasi salah, keputusan yang diambil baik oleh

manajemen maupun pihak lain dapat salah.

3. Meningkatkan efisiensi kinerja perusahaan sehingga dalam berbagai

kegiatan dapat dilakukan penghematan. Efisiensi merupakan suatu

perbandingan antara besarnya pengorbanan dan hasil yang diperoleh.

4. Meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen. Secara berkala

manajemen telah menetapkan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan

dan tujuan tersebut hanya dapat dicapai apabila semua pihak dalam

perusahaan bekerja sama dengan baik.

Jika dilihat dari uraian di atas mengungkapkan bahwa tujuan

pengendalian intern merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah

perusahaan juga mendukung manajemen dan pelaksanaannya, sehingga

perusahaan dapat berjalan dengan semestinya dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

2.4.3. Komponen Pengendalian Internal

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 478), komponen sistem

pengendalian internal yaitu :

1. Pemisahan tugas atau fungsi (separation of duties).

2. Pembagian wewenang dan tanggung jawab (delegation of autaority and

responsibility).

3. Pegawai yang terlatih atau cakap dan dapat dipercaya (competent and

trustworthy personnel).

4. Otorisasi (system of authorization).

Page 12: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

5. Pencatatan dan dokumentasi yang memadai (adequate document and

records).

6. Control antara catatan dengan harta secara fisik yang ada (physical

control user assets and records).

7. Pengawasan manajemen yang memadai (adequate management

supervision).

8. Pemeriksaan terhadap kinerja oleh pihak luar organisasi (Independent

checks on performance).

9. Rekonsiliasi catatan dengan fisik atau harta yang sesungguhnya ada

(comparing recorded accountability with assets).

Menurut Committee of sponsoring organization (COSO),

menyebutkan bahwa sistem pengendalian internal terdiri dari lima

komponen. Kelima komponen tersebut berasal dari para menajemen dalam

menjalankan bisnisnya, dan terintegrasi dengan proses manajemen. Kelima

komponen tersebut adalah:

a. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian menentukan "warna" dari sebuah perusahaan,

memberikan pengaruh kesadaran akan pengendalian kepada orang-

orang di dalam perusahaan.

b. Penaksiran Risiko (Risk Assessment)

Setiap entitas dalam melaksanakan aktivitas akan menghadapi berbagai

risiko, baik internal maupun eksternal yang harus diperhitungkan terkait

Page 13: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

dalam pencapaian tujuan sehingga membentuk suatu basis penetapan

bagaimana risiko tersebut seharusnya dikelola.

c. Aktifitas pengawasan (control Activities)

Aktivitas pengawasan meliputi kebijakan dan prosedur yang menunjang

arahan dari manajemen untuk diikuti. Kebijakan dan prosedur tersebut

memungkinkan diambilnya tindakan dengan mempertimbangkan risiko

yang terdapat pada seluruh jenjang dan fungsi dalam organisasi.

Didalamnya termasuk berbagai jenis otorisasi dan verifikasi,

rekonsiliasi, evaluasi kinerja dan pengaman harta serta pemisahan

tugas.

d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Informasi yang relevan perlu diidentifikasi, dicatat dan

dikomunikasikan. Dalam bentuk dan waktu yang tepat, sehingga

pelaksanaan tanggung jawab yang baik oleh anggota organisasi. Sistem

informasi menghasilkan laporan tentang kegiatan operasional dan

keuangan, serta ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dalam rangka

melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan tugas.

e. Pemantauan (monitoring)

Pemantauan adalah suatu proses yang mengevaluasi kualitas kinerja

sistem pengendalian intern pada saat kegiatan berlangsung. Proses ini

diselenggarakan melalui aktivitas pemantauan yang berkesinambungan

dan melalui audit intern atau melalui kedua-duanya.

Page 14: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

2.4.4. Pengendalian Umum (General Control)

Menurut Weber, Ron (1999: 256), pengendalian umum dibagi

menjadi :

a. Pengendalian Manajemen Puncak (Top Management Controls).

b. Pengendalian Manajemen Sistem Pengembangan (Systems Development

Management Controls).

c. Pengendalian Manajemen Pemrograman (Programming Management

Controls).

d. Pengendalian Manajemen Sumber Data (Data Resource Management

Controls).

e. Pengendalian Manajemen Keamanan (Security Management Controls).

f. Pengendalian Manajemen Operasional (Operations Management

Controls).

g. Jaminan Kualitas Manajemen (Quality Assurance Management).

2.4.4.1. Pengendalian Manajemen Operasional

Menurut Weber (1999: 292), secara keseluruhan

Pengendalian Manajemen Operasional bertanggung jawab terhadap

hal-hal sebagai berikut:

1. Pengoperasian Komputer (Computer Operation)

Tipe pengendalian yang harus dilakukan adalah :

a. Menetapkan fungsi yang sebaiknya dilakukan operator atau

fasilitas operasi otomatis.

b. Menetapkan bagaimana penjadwalan kerja pada pemakaian

Page 15: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

hardware atau software.

c. Menentukan perawatan terhadap hardware agar dapat

berfungsi dengan baik.

2. Pengoperasian jaringan (Network Operation)

Manajer Operasional bertanggung jawab terhadap kegiatan

operasional dari WAN (Wide Area Network) dan LAN (Local

Area Network) yang digunakan oleh organisasi setiap hari.

Untuk menjalankan kewajiban ini, mereka harus

mengendalikan operasi jaringan dan mengawasi performa

saluran komunikasi, perangkat jaringan dan program jaringan

dan file.

3. Persiapan dan Pengentrian Data (Preparation and Entry Data)

Manajemen operasi harus memastikan kegiatan entri data dari

dokumen sumber sudah dirancang dengan baik. Selain itu,

manajemen operasi harus memastikan adanya backup untuk

setiap data yang diinput, persiapan data dan perangkat entri

data. Data yang dimasukkan langsung ke sistem komputer

(tanpa ada dokumen sumber) harus di backup sebagai bagian

dari sistem backup file.

4. Pengendalian Produksi (Production Control)

5 fungsi utama pengendalian produksi adalah :

a. Penerimaan dan pengiriman input dan output

b. Penjadwalan kerja

Page 16: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

c. Manajemen service-level agreement dengan user

d. Pengawasan pengeluaran biaya

e. Akuisisi komputer

5. File Library

Fungsi file library di dalam area operasional adalah bertanggung

jawab terhadap manajemen media penyimpanan yang bersifat

machine-readable milik organisasi. Pengelolaan media

penyimpanan removable melibatkan 4 fungsi:

a. Media penyimpanan disimpan di tempat yang aman

b. Media penyimpanan hanya boleh digunakan oleh orang yang

berwenang

c. Media penyimpanan harus dipelihara agar tetap berfungsi

dengan baik.

d. Media penyimpanan harus ditetakan ditempat yang sesuai

6. Documentation and Program Library

Staf dokumentasi memiliki tanggung jawab untuk mengelola

dokumentasi yang mendukung fungsi sistem informasi, antara

lain:

a. Memastikan dokumentasi disimpan dengan aman.

b. Memastikan bahwa hanya staff berwenang yang memiliki

akses terhadap dokumentasi.

c. Memastikan bahwa dokumentasi selalu up to date.

d. Memastikan ketersediaan back-up tambahan untuk

dokumentasi.

Page 17: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

7. Help Desk / Technical Support

Help Desk / Technical Support memiliki dua tanggung jawab

utama:

a. Membantu end user untuk menggunakan hardware dan

software, seperti microcomputer, spreadsheet, database

management, dan local area networks.

b. Menyediakan technical support untuk sistem produksi

dengan dilengkapi suatu penyelesaian masalah.

8. Capacity Planning and Performance Monitoring

Tujuan utama dari fungsi sistem informasi ini adalah untuk

mencapai tujuan dari pengguna sistem informasi dengan biaya

seminimal mungkin. Dalam memantau statistik kinerja, manajer

operasional harus mengambil 3 keputusan:

a. Menentukan apakah kinerja profil kinerja mengindikasikan

adanya kegitan ilegal yang mungkin terjadi.

b. Menetukan apakah kinerja sistem sudah sesuai dengan

kebutuhan user.

c. Menentukan beberapa sumber daya hardware dan software

yang mungkin dibutuhkan.

9. Management of Outsourced Operations

Manajaemen operasional harus fokus pada 4 tipe pengendalian

dalam memantau kontrak outsourcing:

a. Evaluasi berkelanjutan terhadap siklus keuangan vendor

Page 18: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

outsourcing.

b. Memastikan kepatuhan terhadap syarat dan ketentuan di

dalam kontrak outsourcing .

c. Memastikan kehandalan pengendalian dari operasional

sebuah vendor outsourcing yang sedang berlangsung.

d. Menegakan prosedur pemulihan bencana dengan vendor

outsourcing.

2.4.4.2. Pengendalian Manajemen Keamanan

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 345), pengendalian internal

terhadap manajemen keamanan (security management controls)

dimaksudkan untuk menjamin agar aset sistem informasi tetap

aman. Aset sumber daya informasi mencakup fisik (perangkat

mesin dan fasilitas penunjangnya) serta aset tak berwujud (non –

fisik, misalnya data/ informasi, dan program aplikasi komputer).

Terdapat beberapa unsur dalam pengendalian manajemen

keamanan, pengendalian manajemen keamanan pada dasarnya

terdiri dari:

1. Kebijakan keamanan IT (IT Security Policy).

2. Beberapa aspek serangan potensial.

3. Mitos – mitos seputar keamanan komputer.

4. Kebijakan pengamanan komputer.

5. Personil dan kebijakan keamanan komputer.

Page 19: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

2.4.5. Pengendalian Aplikasi

Menurut Gondodiyoto,S (2007: 372), pengendalian aplikasi

(application control) adalah sistem pengendalian internal (intern control)

pada sistem informasi berbasis teknologi informasi yang berkaitan dengan

pekerjaan/ kegiatan/ aplikasi tertentu (setiap aplikasi memiliki karakteristik

dan kebutuhan pengendalian yang berbeda).

Terdapat beberapa unsur dalam pengendalian aplikasi, pengendalian

aplikasi pada dasarnya terdiri dari:

1. Pengendalian batas sistem (boundary controls).

2. Pengendalian masukan (input controls).

3. Pengendalian proses pengolahan data (process controls).

4. Pengendalian keluaran (output controls).

5. Pengendalian file/ database (file/ database controls).

6. Pengendalian komunikasi aplikasi (communication controls).

2.4.5.1. Pengendalian Batasan Sistem (Boundary Controls)

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 374), yang dimaksud

boundary adalah interface antara pengguna (users) dengan sistem

berbasis teknologi informasi. Tujuan utama boundary controls

adalah antara lain :

a. Untuk mengenal identitas dan otentik (authentic) / tidaknya

user / pemakai sistem, artinya suatu sistem yang didesain

dengan baik seharusnya dapat mengidentifikasi dengan tepat

siapa user tersebut, dan apakah identitas diri yang dipakainya

otentik.

Page 20: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

b. Untuk menjaga agar sumber daya informasi digunakan oleh

user dengan cara yang ditetapkan.

2.4.5.2. Pengendalian Masukan (Input Controls)

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 377), pengendalian masukan

(input controls) dirancang dengan tujuan untuk mendapat

keyakinan bahwa data transaksi input adalah valid, lengkap, serta

bebas dari kesalahan dan penyalahgunaan. Input controls ini

merupakan pengendalian aplikasi yang penting, karena input yang

salah akan menyebabkan output juga keliru.

Mekanisme masuknya data input ke sistem dapat dikategorikan ke

dalam dua cara, yaitu :

a. Batch System (Delayed Processing Systems)

Pada sistem pengolahan data secara batch processing system,

tiap transaksi (misalnya formulir sensus, kartu coblosan

pemilihan umum, atau answer sheet ujian calon mahasiswa)

dibundel dalam jumlah lembar tertentu untuk direkam.

Demikian pula sistem batch dalam siklus akuntansi keuangan

(book – keeping untuk mencatat transaksi ke dalam jurnal,

posting ke buku besar dan buku pembantu, serta pengolahan

untuk menghasilkan laporan keuangan) dilakukan tidak pada

saat transaksi itu terjadi. Sistem pengolahan data lebih bersifat

back office system, yaitu semata-mata untuk mengolah data

dokumen-dokumen akuntansi yang transaksinya sudah lewat

Page 21: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

(yang lalu). Jadi pengolahan datanya tertunda (delayed

processing). Pada sistem batch ini orientasi utamanya adalah

sistem pengolahan data (dahulu disebut sistem pengolahan

data elektronik, electronic data processing, EDP). Data input

yang akan dimasukkan ke sistem informasi berbasis teknologi

pada hakikatnya dapat dikelompokan dalam tiga tahapan,

yaitu: 1. data capture (penangkapan data, pengisian dokumen

sumber atau source document), 2. data preparation

(penyiapan data untuk di entry), serta 3. data entry

(pemasukkan data) merupakan proses merekam atau

memasukkan data ke komputer, suatu proses mengubah data

ke dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin (machine

readable form).

b. On-line Transaction Processing System (pada umumnya

bersifat real-time system)

Cara pemrosesan data input yang lain yang lebih lazim pada

saat ini adalah dengan on-line transaction processing system.

Pada sistem tersebut data masukan dientri dengan workstation/

terminal atau jenis input device seperti ATM (Automatic

Teller Machine) dan point of sales (POS). Meskipun online

dikaitkan dengan real time system, artinya updating data di

komputer bersamaan dengan terjadinya transaksi.

Page 22: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

2.4.5.3. Pengendalian Keluaran (Output Controls)

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 382), pengendalian keluaran

merupakan pengendalian yang dilakukan untuk menjaga output

sistem agar akurat, lengkap, dan digunakan sebagaimana mestinya.

Pengendalian keluaran (output controls) ini didesain untuk

menjamin agar output / informasi dapat disajikan secara akurat,

lengkap, mutakhir, dan didistribusikan kepada orang – orang yang

berhak (para pengguna) secara cepat dan tepat waktu. Yang

termasuk pengendalian keluaran antara lain adalah :

a. Rekonsiliasi Keluaran dengan Masukan dan Pengolahan.

Rekonsiliasi keluaran dilakukan dengan cara membandingkan

hasil keluaran dari sistem dengan dokumen asal.

b. Penelaahan dan Pengujian Hasil – Hasil Pengolahan.

Pengendalian ini dilakukan dengan cara melakukan

penelaahan, pemeriksaan dan pengujian terhadap hasil – hasil

pengolahan dari sistem. Proses penelaahan dan pengujian ini

biasanya dilakukan oleh atasan langsung pegawai.

c. Pendistribusian Keluaran.

Pengendalian ini didesain untuk memastikan bahwa keluaran

didistribusikan kepada pihak yang berhak, dilakukan secara

tepat waktu dan hanya keluaran yang diperlukan saja yang

didistribusikan.

Page 23: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

2.4.6. Standart Audit: IT Audit Guideline ISACA

G15 Audit Planning

1. Keterkaitan dengan standart

Standar S5 perencanaan menyatakan bahwa IT audit dan jaminan

professional harus merencanakan informasi sistem audit cakupan

untuk mengatasi tujuan audit dan untuk mematuhi undang-undang

yang berlaku dan standar audit professional, pengembangan serta

dokumentasi :

a. Pendekatan berbasis risiko audit

b. Audit rencana rincian bahwa sifat dan tujuan, waktu dan batas,

tujuan, dan sumber daya yang diperlukan

c. Program audit dan rencana yang merinci sifat, waktu dan tingkat

prosedur audit diperlukan untuk menyelasaikan audit.

2. Preliminary Engagemenet Activities

Tujuan diadakannya aktivitas ini untuk memastikan IT audit jaminan

professional dapat memperkirakan kejadian atau keadaan yang dapat

memberi efek terhadap kemampuan rencana dan penampilannya serta

mengurangi risiko audit ke level yang rendah.

Aktivitas IT audit dan jaminan professional menjalankan prosedur

terlepas dari hubungan klien dan hubungan audit spesifik.

3. Planning

Strategi Audit perlu dijalankan dalam langkah yang efektif.

Perenanaan yang bagus dapat membantu penyelesaian masalah yang

Page 24: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

terjadi di area tertentu, penentuan area yang bermasalah, penentuan

potensi masalah, serta penentuan penyelesaian masalah dalam jangka

waktu yang jelas.

4. Dokumentasi

Adanya lembar dokumentasi dalam setiap rencana audit dalam bentuk

tampilan

2.5. Audit Sistem Informasi

2.5.1. Pengertian Audit Sistem Informasi

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 443), audit sistem informasi

dimaksudkan untuk mengevaluasi tingkat kesesuaian antara sistem

informasi dengan prosedur bisnis (business processes) perusahaan

(kebutuhan pengguna, user needs) untuk mengetahui apakah suatu sistem

informasi telah didesain dan diimplementasikan secara efektif, efisien dan

ekonomis, memiliki mekanisme kepengamanan asset, serta menjamin

integritas data yang memadai.

Information systems audit reviews the general and application

controls of an accounting information system (AIS) to assess its

compliance with internal control policies and procedures and its

effectiveness in safeguarding assets. Audit sistem informasi merupakan

mereview pengendalian umum dan pengendalian aplikasi dari sistem

informasi akuntansi untuk menilai ketaatan sistem terhadap kebijakan dan

prosedur pengendalian internal serta efektifitas dalam melindungi asset.

Jadi dapat disimpulkan bahwa audit sistem informasi merupakan

suatu proses pengevaluasian terhadap sistem informasi berdasarkan

Page 25: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

prosedur pengendalian bisnis perusahaan yang telah ditetapkan, untuk

menentukan apakah sistem informasi dapat mendukung tercapainya tujuan

organisasi secara efektif dan efisien yang memberikan manfaat bagi

perusahaan secara maksimal.

2.5.2. Tujuan Audit Sistem Informasi

Tujuan audit sistem informasi menurut Weber, Ron (1999: 11) dapat

disimpulkan secara garis besar terbagi menjadi empat tahap, yaitu:

1. Meningkatkan keamanan asset-asset perusahaan

Aset informasi suatu perusahaan seperti hardware, software, sumber

data, file data harus dijaga oleh suatu sistem pengendalian intern yang

baik agar tidak terjadi penyalahgunaan asset perusahaan.

2. Menjaga intergritas data

Integritas data adalah suatu konsep dasar informasi.

3. Efektifitas sistem

Efektifitas sistem informasi perusahaan memiliki peranan penting

dalam proses pengambilan keputusan.

4. Efisiensi sistem

Efisiensi menjadi hal yang sangat penting ketika suatu komputer tidak

lagi memiliki kapasitas yang memadai.

2.5.3. Pendekatan Audit Sistem Informasi

Menurut Weber, Ron (1999: 55), metode audit antara lain :

1. Auditing around the computer merupakan suatu pendekatan audit

dengan memperlakukan komputer sebagai black box, maksudnya

Page 26: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

metode ini tidak menguji langkah-langkah proses secara langsung,

tetapi hanya berfokus pada input dan output dari sistem komputer.

Diasumsikan bahwa jika input benar akan diwujudkan pada output,

sehingga pemrosesan juga benar dan tidak melakukan pengecekan

terhadap pemrosesan komputer secara langsung.

Pendekatan ini mengandung beberapa kelemahan, antara lain :

a. Umumnya database mencakup jumlah data yang banyak dan suka

di telusuri secara manual.

b. Tidak menciptakan saran bagi auditor untuk mengayati dan

mendalami lebih mantap tentang komputer.

c. Cara ini mengabaikan pengendalian sistem dalam pengolahan

komputer itu sendiri, sehingga rawan terhadap adanya kelemahan

dan kesalahan potensial didalamnya.

d. Kemampuan komputer sebagai fasilitas penunjang pelaksanaan

audit menjadi sia-sia.

e. Tidak dapat mencakup keseluruhan maksud dan tujuan

penyelenggaraan audit.

2. Auditing through the computer

Merupakan suatu pendekatan audit yang berorientasi pada komputer

dengan membuka black box, dan secara langsung berfokus pada

operasi pemrosesan dalam sistem komputer. Dengan asumsi bahwa

apabila pemrosesan mempunyai pengendalian yang memadai, maka

kesalahan dan penyalahgunaan tidak akan terlewat untuk dideteksi,

Page 27: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

sebagai akibat dari keluaran dapat diterima. Keuntungan utama pada

pendekatan ini adalah dapat meningkatkan kekuatan terhadap

pengujian sistem aplikasi secara efektif dimana ruang lingkup dan

kemampuan dari pengujian yang dilakukan dapat diperluas sehingga

tinggkat kepercayaan terhadap keandalan dari pengumpulan dan

pengevaluasian bukti dapat di tingkatkan. Selain itu dengan memeriksa

secara langsung logika pemrosesan dari sistem aplikasi, dapat

diperkirakan kemampuan sistem dalam menangani perubahan dan

kemungkinan kehilangan yang terjadi pada masa yang akan datang.

Kelemahan dari pendekatan ini adalah sebagai berikut :

a. Biaya yang dibutuhkan relative tinggi yang disebabkan jumlah

jam kerja yang banyak untuk dapat lebih memahami struktur

kontrol internal dari pelaksanaan sistem aplikasi.

b. Butuh banyak keahlian teknis yang lebih mendalam untuk

memahami cara kerja.

3. Auditing with computer

Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan komputer dan software

untuk mengotomatisasi prosedur pelaksanaan audit. Pendekatan ini

merupakan cara audit yang sangat bermanfaat, khususnya dalam

pengujian substantive atas file dan record perusahaan. Software audit

yang digunakan merupakan program komputer auditor untuk membantu

dalam pengujian dan evaluasi kehandalan data, file dan record

perusahaan.

Page 28: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

Keunggulan pendekatan ini adalah :

a. Merupakan program komputer yang diproses untuk membantu

pengujian pengendalian sistem komputer klien itu sendiri.

b. Dapat melaksanakan tugas audit yang terpisah dari catatan klien,

yaitu dengan mengambil copy data atau file untuk dites dengan

komputer lain.

2.5.4. Langkah – langkah Audit Sistem Informasi

Menurut Weber, Ron (1999: 47), langkah-langkah untuk melakukan

kegiatan audit terdiri dari :

1. Planning the audit

Perencanaan merupakan fase pertama dari kegiatan audit, bagi

eksternal auditor hal ini artinya adalah melakukan investigasi terhadap

klien untuk mengetahui apakah pekerjaan mengaudit dapat diterima,

menempatkan staff audit, menghasilkan perjanjian audit, menghasilkan

informasi latar belakang klien, mengerti tentang masalah hukum klien

dan melakukan analisa terhadap prosedur yang ada untuk mengerti

tentang bisnis klien dan mengidentifikasi risiko audit.

2. Test the controls

Auditor melakukan test controls ketika mereka menilai bahwa control

risiko berada pada level kurang dari maksimum, mereka mengandalkan

control sebagai dasar untuk mengurangi biaya testing. Sampai pada

fase ini auditor tidak mengetahui apakah identifikasi control telah

Page 29: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

berjalan dengan efektif, test terhadap control oleh karena itu

diperlukan evaluasi yang spesifik terhadap materi control.

3. Test the transactions

Auditor menggunakan test terhadap transaksi untuk mengevaluasi

apakah kesalahan atau proses yang tidak bisa terjadi pada transaksi

yang mengakibatkan kesalahan pencatatan yang material pada laporan

keuangan. Test transaksi ini termasuk menelusuri atau trace jurnal dari

sumber dokumen, memeriksa file berharga dan mengecek keakuratan

perhitungan. Pemakaian komputer sangat membantu pekerjaan ini dan

auditor harus menggunakan software audit umum untuk mengecek

apakah bunga yang dibayar kepada bank telah sesuai perhitungannya.

4. Test the balances or overall results

Untuk mengetahui pendekatan yang digunakan pada fase ini, yang

harus diperhatikan adalah tujuan pengamanan harta dan data integrity.

Beberapa jenis substantive test terhadap saldo yang digunakan adalah

konfimasi piutang, perhitungan ulang penyusutan aktiva tetap.

5. Completion of the audit

Pada fase akhir audit, eksternal audit akan membuat hasil laporan.

Terdapat 4 opini yang dapat diberikan terhadap hasil audit oleh

eksternal audit, yaitu :

a. Disclaimer of opinion (tidak memberikan pendapat), auditor tidak

akan memberikan opini.

b. Adverse opinion (pendapat tidak wajar), auditor berpendapat

bahwa terdapat banyak kesalahan.

Page 30: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

c. Qualified opinion (wajar dengan pengecualian), auditor

berpendapat bahwa terjadi beberapa kesalahan tetapi nilainya tidak

material.

d. Unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian), auditor

berpendapat bahwa tidak terjadi kesalahan atau misstatement.

2.6. Risiko

2.6.1. Jenis-Jenis Risiko

Menurut Gondodiyoto, S (2007: 259), dari berbagai sudut pandang,

risiko dapat dibedakan dalam beberapa jenis :

1. Risiko Bisnis (Business Risk)

Risiko bisnis adalah risiko yang dapat disebabkan oleh faktor-faktor

intern maupun ekstern yang berakibat kemungkinan tidak tercapainya

tujuan organisasi (business goals objectives).

a. Risiko ekstern (risk from external environment) misalnya

perubahan kondisi perekonomian, tingkat kurs yang berubah

mendadak, dan munculnya pesaing baru yang mempunyai potensi

pesaing tinggi.

b. Risiko yang berasal dari internal misalnya permasalahan

kepegawaian, risiko-risiko yang berkaitan dengan peralatan atau

mesin, risiko keputusan yang tidak tepat dan kecurangan

manajemen (management fraud).

Page 31: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

2. Risiko Bawaan (Inherent Risks)

Risiko bawaan ialah potensi kesalahan atau penyelahgunaan yang

melekat pada suatu kegiatan, jika tidak ada pengendalian intern.

3. Risiko Pengendalian (Control Risks)

Risiko pengendalian ialah masih adanya risiko meskipun sudah ada

pengendalian.

4. Risiko Deteksi (Detection Risks)

Risiko deteksi adalah risiko yang terjadi karean prosedur audit yang

dilakukan mungkin tidak dapat mendeteksi adanya eror yang cukup

materialitas atau adanya kemungkinan fraud. Risiko deteksi mungkin

dapat terjadi karena auditor ternyata dalam prosedur auditnya tidak

dapat mendeteksi terjadinya existing control failure (sistem

pengendalian intern yang ada ternyata tidak berjalan baik)

5. Risiko Audit (Audit Risks)

Risiko audit adalah risiko hasil pemeriksaaan auditor ternyata belum

dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Risiko audit

sesungguhnya merupakan gabunga antara inherent risks, control risks,

dan detection risks

2.6.2. Teknik Penilaian Risiko dan Pengendalian

Menurut Griffiths, David M (2007: 18), setelah memperoleh bukti

audit yang cukup beserta temuannya dengan menggunkan instrumen

pengumpulan bukti ,audit dilanjutkan dengan menggunakan matriks

penilaian risiko guna merumuskan dan mempertajam analisa terhadap

bukti evaluasi dan temuan agar dapat merumuskan dan menyimpulkan

Page 32: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

opini dengan melakukan perbandingan dan penilaian terhadap tingkat

risiko dan pengendalian yang ada.

Matriks penilaian risiko adalah suatu cara untuk menganalisa seberapa

besar risiko yang ada dari suatu temuan audit. Hal ini dilakukan dengan

cara menganalisa risiko yang ada (inherent rsik) dan risiko setelah adanya

pengendalian (residual risk).

2.6.3. Matrik Penilaian Risiko

Menurut Griffiths, David M (2007: 20), matrik penilian risiko adalah

metode analisis dengan menghitung aspek tingkat risiko (Dampak) dan

tingkat terjadinya risiko tersebut, dengan nilai L (low) = -1, M (medium) =

-2, H (high) = -3.

Teknik perhitungan dalam matrik penilain risiko menggunakan

fungsi perkalian antara dampak dengan nilai terjadinya. Kriteria penilaian

dalam matrik pengendalian terdiri dari :

1. Risiko kecil (low) nilainya berkisar antaran -1 dan -2, seperti :

a. Jika dampak low (-1) dan terjadinya low (-1), maka nilai risiko

adalah -1. Artinya, nilai risiko dari dampak dan terjadinya adalah

kecil.

b. Jika dampak low (-1) dan terjadinya medium (-2), maka nilai risiko

adalah -2. Artinya, nilai risiko dari dampak dan terjadinya adalah

kecil.

Page 33: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

c. Jika dampak medium (-2) dan terjadinya low (-1), maka nilai risiko

adalah -2. Artinya, nilai risiko dari dampak dan terjadinya adalah

kecil.

2. Risiko sedang (medium) nilainya berkisar antara -3 dan -4, seperti :

a. Jika dampak low (-1) dan terjadinya high (-3), maka nilai risiko

adalah -3. Artinya, nilai risiko dari dampak dan terjadinya adalah

sedang.

b. Jika Jika dampak medium (-2) dan terjadi nya medium (-2), maka

nilai risiko adalah -4. Artinya, nilai risiko dari dampak dan

terjadinya adalah sedang.

c. Jika Jika dampak high (-3) dan terjadinya low (-1), maka nilai risiko

adalah -3. Artinya, nilai risiko dari dampak dan terjadinya adalah

sedang.

3. Risiko tinggi (high) nilainya berkisar antara -6 dan -9, seperti :

a. Jika dampak medium (-2) dan terjadinya high (-3), maka nilai risiko

adalah -6. Artinya, nilai risiko dari dampak dan terjadinya adalah

tinggi.

b. Jika dampak high (-3) dan terjadi nya medium (-2), maka nilai risiko

adalah -6. Artinya, nilai risiko dari dampak dan terjadinya adalah

tinggi.

c. Jika dampak high (-3) dan terjadi nya high (-3), maka nilai risiko

adalah -6. Artinya, nilai risiko dari dampak dan terjadinya adalah

tinggi.

Page 34: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

2.6.4. Matrik Penilaian Pengendalian

Menurut Griffiths, David M (2007: 23), matrik penilaian

pengendalian adalah metode analisis desain (Rancangan) dan tingkat

efektifitas pengendalian intern. Biasanya tingkat efektifitas dan design

(Rancangan) dinyatakan dengan nilai L (low) =1, M (medium) =2 dan H

(high) = 3

Teknik perhitungan dalam matrik penilaian pengendalian

menggunakan fungsi perkalian antara efektifitas dengan design

(rancangan). Kriteria penilaian dalam matrik pengendalian terdiri dari :

1. Pengendalian kecil( low) nilainya berkisar antara 1 dan 2, seperti :

a. Jika efektifitasnya low (1) dan terjadinya low (1), maka nilai

pengendaliannya adalah 1. Artinya, nilai pengendalian dari

efektifitas dan design adalah kecil.

b. Jika efektifitasnya low (1) dan terjadinya medium (2), maka nilai

pengendaliannya adalah 2. Artinya, nilai pengendalian dari

efektifitas dan design adalah kecil.

c. Jika efektifitasnya medium (2) dan terjadinya low (1), maka nilai

pengendaliannya adalah 2. Artinya, nilai pengendalian dari

efektifitas dan design adalah kecil.

Page 35: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

2. Pengendalian sedang( medium) nilainya berkisar antara 3 dan 4,

seperti:

a. Jika efektifitasnya low (1) dan terjadinya high (3), maka nilai

pengendaliannya adalah 3. Artinya, nilai pengendalian dari

efektifitas dan design adalah sedang.

b. Jika efektifitasnya medium (2) dan terjadinya medium (2), maka

nilai pengendaliannya adalah 6. Artinya, nilai pengendalian dari

efektifitas dan design adalah sedang.

c. Jika efektifitasnya high (3) dan terjadinya low (1), maka nilai

pengendaliannya adalah 3. Artinya, nilai pengendalian dari

efektifitas dan design adalah sedang.

3. Pengendalian tinggi( high) nilainya berkisar antara 6 dan 9, seperti :

a. Jika efektifitasnya medium (2) dan terjadinya high (3), maka nilai

pengendaliannya adalah 6. Artinya, nilai pengendalian dari

efektifitas dan design adalah tinggi.

b. Jika efektifitasnya high (3) dan terjadinya medium (2), maka nilai

pengendaliannya adalah 6. Artinya, nilai pengendalian dari

efektifitas dan design adalah tinggi.

c. Jika efektifitasnya high (3) dan terjadinya high (3), maka nilai

pengendaliannya adalah 9. Artinya, nilai pengendalian dari

efektifitas dan design adalah tinggi.

Page 36: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewBasis data (database), yaitu sekumpulan table, hubungan dan lain – lain yang berkaitan dengan

Penetapan tingkat efektifitas antara risiko dan pengendalian adalah

sebagai berikut :

1. Jika jumalah penilaian risiko dan pengendalian adalah 0, maka

tingkat pengendalian dan risiko adalah standar. Artinya setiap

risiko yang terjadi dapat ditanggulangi oleh pengendalian yang ada.

2. Jika jumlah penilaian risiko dan pengendaliannya adalah positif,

maka tingkat pengendalian dan risiko adalah baik. Tapi jika nilai

pengendaliannya terlalu tinggi dibanding dengan risiko, maka

kemungkinanan akan terjadi kelebihan pengendalian (overcontrol)

yang menyebabkan terjadinya pemborosan dalam operasional.

3. Jika jumlah penilaian risiko dan pengendaliannya adalah negatif,

maka tingkat pengendalian dan risiko adalah buruk. Sehingga perlu

dilakukan peningkatan terhadap pengendalian karena risiko yang

dihadapi besar.