· Web view2020/10/15 · Setelah selesai, Gunadharma menuju ke arah selatan yaitu ke Bukit...
Transcript of · Web view2020/10/15 · Setelah selesai, Gunadharma menuju ke arah selatan yaitu ke Bukit...
MAKALAH
WISATA EDUKASI YOGYAKARTA
Oleh :
SRI DEVI
XI IPA 2
SMA NEGRI 1 CISAAT
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan pengganti “Wisata Edukasi Yogyakarta” dengan baik, dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan
ini.
Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini. Namun
tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Dan semoga dari laporan ini
dapat memberikan manfaat terhadap pembacanya. Amin.
Sukabumi, 09 Februari 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................1
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
2.1 Universitas Gadjah Mada (UGM)......................................................3
2.1.1 Perkembangan Universitas Gadjah Mada (UGM)..................7
2.1.2 Jurusan Dan Fakultas UGM....................................................9
2.1.3 Strategi Dan Peluang Lolos SNMPTN, SBMPTN, dan UM..12
2.2 Sejarah Perkembangan Candi Borobudur dan Prambanan.................13
2.3 Tradisi atau Budaya Masyarakat Yogyakarta.....................................22
2.4 Peristiwa Letusan Gunung Merapi dan Dampaknya..........................29
BAB III PENUTUP...........................................................................................33
3.1 Kesimpulan.........................................................................................33
3.2 Saran...................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................34
LAMPIRAN.......................................................................................................35
INFORMASI DATA DIRI...............................................................................36
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Baik itu wisata edukatif
(pendidikan) atau pun rekreasi (sarana hiburan). Banyaknya objek, dan daya tarik
wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara.
Yogyakarta yang kaya akan wisata keindahan alam dan wisata sejarah. Hal
ini menjadikan kota Jogja sebagai tujuan wiasata terbesar di Indonesia setelah
Bali. Banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi di kota ini seperti wisata alam,
wiasata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan dan wisata malam.
Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek
wisata yang terjangkau, dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan
menjadi motor kegiatan perekonomian DIY yang secara umum bertumpu pada
tiga sektor andalan yaitu: jasa-jasa; perdagangan, hotel, dan restoran; serta
pertanian. Dalam hal ini pariwisata memberi efek pengganda (multiplier effect)
yang nyata bagi sektor perdagangan disebabkan meningkatnya kunjungan
wisatawan. Selain itu, penyerapan tenaga kerja, dan sumbangan terhadap
perekonomian daerah sangat signifikan.
1.2 Rumusan Masalah
- Dimana lokasi UGM ?
- Bagaimana sejarah berdirinya UGM ?
- Jurusan dan fakultas yang ada di UGM ?
- Strategi dan peluang lolos SNMPTN,SBMPTN,dan UM
- Bagaimana sejarah dari candi Borobudur?
- Bentuk Candi Borobudur ?
- Mengenal Makna Relief Candi Borobudur !
1
- Bagaimana Sejarah Candi Prambanan ?
- Bagaimana Sejarah Tradisi Masyarakat Yogyakarta ?
- Peristiwa letusan Gunung merapi dan apa dampak yang ditimbulkan dari
letusan gunung merapi tersebut ?
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menambah ilmu
pengetahuan, wawasan yang umum dan luas. Mengenal tempat-tempat wisata
edukasi dan rekreasi di Yogja yang indah dan dipelihara di Indonesia. Mengetahui
asal usul dari tempat-tempat wisata di Yogyakarta.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Universitas Gadjah Mada (UGM)
Visi dan Misi Universitas Gadjah Mada (UGM)
Visi :
Menjadi universitas riset kelas dunia yang unggul, mandiri, bermartabat, dan
dengan dijiwai Pancasila mengabdi kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa.
Misi :
1. Meningkatkan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat berkelas dunia, beridentitas kerakyatan serta membangun
sosio-budaya Indonesia (Misi Khusus).
2. Menuntaskan transisi UGM menjadi universitas yang mandiri dan
mempunyai tata kelola yang baik (Good University Governance).
3. Melaksanakan pembelajaran dan pengabdian berbasis riset (Misi Umum).
UGM atau Universitas Gadjah Mada merupakan Universitas Negeri tertua
di indonesia, dimana Universitas ini secara resmi berdiri pada tanggal 19
Desember 1949. Selain bersifat nasional, Universitas Gadjah Mada atau disingkat
UGM juga merupakan universitas yang berperan sebagai pengemban pancasila
serta universitas pembina di indonesia.
Universitas yang berlokasi di Kampus Bulaksumur Yogyakarta ini
awalnya hanya memiliki enam fakultas. Namun seiring berjalannya waktu, maka
terus bertambah fakultas-fakultas yang ada di UGM tersebut. Dan hingga sampai
saat ini, sudah tercatat kurang lebih 18 Fakultas dan satu Sekolah Pascasarjana,
dan lebih dari 100 Program Studi untuk S-2, S-3, dan Spesialis.
Sebagian besar fakultas dalam lingkungan Universitas Gadjah Mada terdiri
atas beberapa jurusan/bagian dan/atau program studi. Kegiatan Universitas Gadjah
Mada dituangkan dalam bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri atas
Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
3
Ditilik dari sejarahnya, Universitas Gadjah Mada merupakan
penggabungan dan pendirian kembali dari berbagai balai pendidikan, sekolah
tinggi, perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta, Klaten dan Surakarta.
Nama Gadjah Mada berawal dari dibentuknya Balai Perguruan Tinggi
Gadjah Mada yang terdiri dari Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan.
Pendirian diumumkan di Gedung KNI Malioboro pada tanggal 3 Maret 1946 oleh
Mr. Boediarto, Ir. Marsito, Prof. Dr. Prijono, Mr. Soenario, Dr. Soleiman, Dr.
Buntaran dan Dr. Soeharto.
Sejak 4 Januari 1946 Soekarno dan Hatta memindahkan ibukota Republik
Indonesia ke Yogyakarta. Dengan maraknya pertempuran antara pejuang
kemerdekaan dan Sekutu serta NICA di Jakarta dan Bandung, maka Sekolah
Tinggi Teknik (STT) Bandung ikut pindah ke Yogyakarta.
Pada tanggal 17 Februari 1946, Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung
dihidupkan kembali di Yogyakarta dengan para pengajarnya antara lain Prof. Ir.
Rooseno dan Prof. Ir. Wreksodhiningrat.
Lembaga pendidikan lain yang berdiri pada waktu yang hampir bersamaan
adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (berdiri 5 Maret 1946), Sekolah Tinggi
Kedokteran Hewan (berdiri 20 September 1946), Sekolah Tinggi Farmasi (berdiri
27 September 1946), dan Perguruan Tinggi Pertanian (berdiri 27 September 1946)
yang kesemuanya berada di Klaten, sekitar 20 kilometer dari Yogyakarta.
Institut Pasteur di Bandung sejak 1 September 1945, turut pula
dipindahkan ke Klaten dengan laboratorium di Rumah Sakit Tegalyoso. Salah
seorang yang berperan dalam pemindahan ini adalah Prof. Dr. M. Sardjito yang
kelak menjadi Rektor Universitas Gadjah Mada yang pertama. Kehidupan kampus
di Klaten semakin ramai dengan berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi pada awal
1948.
Pada awal Mei 1948, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan mendirikan Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta atas usul
Kementerian Dal am
4
Negeri untuk mendidik calon-calon pegawai Departemen Dalam Negeri,
Departemen Luar Negeri dan Departemen Penerangan.
Akademi ini awalnya dipimpin oleh Prof. Djokosoetono, S.H. Sayangnya
akademi ini tidak berumur panjang, setelah pemberontakan PKI Madiun meletus,
September 1948, akademi ini ditinggalkan para mahasiswanya yang ikut
menumpas pemberontakan sehingga akademi ini ditutup.
Selanjutnya pada 1 November 1948 didirikan Balai Pendidikan Ahli
Hukum di Surakarta, sebagai hasil kerja sama Kementerian Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan dengan Kementerian Kehakiman. Bersamaan dengan
itu Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta, yaitu Drs.
Notonagoro, S.H., Koesoemadi, S.H. dan Hardjono, S.H. di Surakarta
merencanakan mendirikan Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Demi efisiensi, Panitia
mengusulkan penggabungan Balai Pendidikan Ahli Hukum ke dalam Sekolah
Tinggi Hukum Negeri yang akhirnya disetujui dan disahkan oleh Peraturan
Pemerintah No. 73 tahun 1948.
Serangan Belanda ke ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta dalam
rangka Agresi Militer Belanda II melumpuhkan semua kegiatan belajar mengajar
di Yogyakarta, Klaten dan Surakarta dan semua perguruan tinggi tersebut terpaksa
ditutup dan para mahasiswa ikut berjuang.
Setelah serangan Belanda, wilayah Republik Indonesia menjadi semakin
sempit. Pada tanggal 20 Mei 1949, diadakan rapat Panitia Perguruan Tinggi, di
Pendopo Kepatihan Yogyakarta yang dipimpin oleh Prof. Dr. Soetopo, dengan
anggota rapat antara lain, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Dr. M. Sardjito,
Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan
Slamet Soetikno, S.H.
Salah satu hasil rapat adalah pendirian perguruan kembali di wilayah
republik yang masih tersisa, yaitu Yogyakarta. Disepakati Prof. Ir.
Wreksodhiningrat, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Harjono dan Prof. Dr. M. Sardjito
akan berusaha keras mewujudkannya. Kesulitan utama saat itu adalah tidak
5
adanya ruangan untuk kuliah. Namun Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersedia
meminjamkan ruangan keraton dan beberapa gedung di sekitarnya.
Tanggal 1 November 1949, di Kompleks Peguruan Tinggi Kadipaten,
Yogyakarta, berdiri kembali Fakultas Kedokteran Gigi dan Farmasi, Fakultas
Pertanian dan Fakultas Kedokteran. Pembukaan ketiga fakultas ini dihadiri oleh
Presiden Soekarno. Pada upacara pembukaan diadakan sebuah renungan bagi para
dosen dan mahasiswa yang telah gugur dalam peperangan melawan Belanda,
yaitu: Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, Ir. Notokoesoemo, Roewito, Asmono,
Hardjito dan Wurjanto.
Tanggal 2 November 1949, Fakultas Teknik, Akademi Ilmu Politik serta
Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan yang berada di bawah naungan
Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada ikut diresmikan.
Tanggal 3 Desember 1949 dibuka Fakultas Hukum di Yogyakarta dengan
pimpinan Prof. Drs. Notonagoro, S.H.. Fakultas ini merupakan pindahan Sekolah
Tinggi Hukum Negeri Solo.
Akhirnya tanggal 19 Desember 1949, lahirlah Universitas Gadjah Mada
dengan enam fakultas. Menurut Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1949,
keenam fakultas tersebut adalah:
1. Fakultas Teknik (di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan Akademi
Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti).
2. Fakultas Kedokteran, yang di dalamnya termasuk bagian Farmasi, bagian
Kedokteran Gigi dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan limu
Hayat.
3. Fakultas Pertanian di dalamya ada Akademi Pertanian dan Kehutanan.
4. Fakultas Kedokteran Hewan.
5. Fakultas Hukum, yang di dalamnya termasuk Akademi Keahlian Hukum,
Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan Akademi
Pendidikan Guru Bagian Tatanegara, Ekonomi dan Sosiologi.
6
6. Fakultas Sastra dan Filsafat, yang di dalamnya termasuk Akademi
Pendidikan Guru bagian Sastra.
Sebagai Rektor yang pertama (Presiden) ditetapkan Prof. Dr. M. Sardjito.
Pada saat yang sama juga ditetapkan Senat UGM dan Dewan Kurator UGM.
Dewan Kurator UGM terdiri dari Ketua Kehormatan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, dan Ketua adalah Sri Paku Alam VIII, seorang wakil ketua
dan anggota.
2.1.1 Perkembangan Universitas Gadjah Mada (UGM)
Tahun 1952 Fakultas Hukum, Sosial dan Politik ditambah dengan bagian
ekonomi sehingga menjadi Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik HESP).
Pada bulan September 1952 Fakultas Pertanian ditambah dengan Bagian
Kehutanan, sehingga menjadi Fakultas Pertanian dan Kehutanan.
Sejak September 1955, beberapa fakultas dimekarkan menjadi fakultas-fakultas
baru, antara lain:
1. Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi menjadi Fakultas
Kedokteran dan Kedokteran Gigi dan Fakultas Farmasi.
2. Bagian Bakaloreat Biologi Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan
Farmasi menjadi Fakultas Biologi.
3. Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik dipecah menjadi tiga
fakultas, yaitu: Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sosial
dan Politik.
4. Fakultas Sastra, Pedagogik dan Filsafat dipecah menjadi tiga fakultas,
yaitu: Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Fakultas Ilmu Pendidikan dan
Fakulas Filsafat.
5. Tingkat pengajaran Bakaloreat Ilmu Pasti dan Bakaloreat Ilmu Alam pada
Bagian Sipil Fakultas Teknik dijadikan Fakultas Ilmu Pasti dan Alam.
6. Fakultas Ilmu Pendidikan mempunyai dua bagian yaitu Bagian Pendidikan
dan Bagian Pendidikan Jasmani.
7
7. Fakultas Kedokteran Hewan diuubah namanya menjadi Fakultas
Kedokteran Hewan dan Peternakan.
Pada tahun 1960 Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi dipisahkan
menjadi Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi.
Pada tahun 1962 Bagian Pendidikan Jasmani dari Fakultas Ilmu
Pendidikan ditingkatkan menjadi Fakultas Pendidikan Jasmani. Fakultas ini
diserahkan pada Departemen Olah Raga pada tahun 1963 dan menjadi Sekolah
Tinggi Olah Raga (STO).
Untuk memberikan pendidikan umum yang kuat bagi semua Fakultas,
didirikan pula Fakultas Umum, dan digabungkan dengan Fakultas Filsafat
menjadi Gabungan Fakultas Umum dan Fakultas Filsafat. Pada tahun 1961
Fakultas Filsafat dibubarkan dan pada tahun 1962 Fakultas Umum juga
dibubarkan.
Sebagai penggantinya tahun 1963 didirikan Biro Penyelenggara Kuliah-
Kuliah khusus untuk melaksanakan tugas yang semula menjadi tugas gabungan
Fakultas Umum dan Fakultas Filsafat. Namun pada tanggal 18 Agustus 1967
Fakultas Filsafat didirikan kembali dan pada tahun 1969 Biro Penyelenggara
Kuliah-Kuliah khusus dimasukkan dalam Fakultas Filsafat sebagai Biro
Penyelenggara Kuliah-Kuliah Agama.
Pada tahun 1963 Bagian Kehutanan Fakultas Pertanian ditingkatkan
menjadi Fakultas Kehutanan, seksi teknologi dan seksi kultur teknik menjadi
Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun itu pula Jurusan Geografi pada Fakultas
Sastra dan Kebudayaan ditingkatkan menjadi Fakultas Geografi.
Jurusan Psikologi pada FIP menjadi Bagian Psikologi yang kemudian pada
tanggal 8 Januari 1965 menjadi Fakultas Psikologi.
Pada tahun 1969 Fakultas yang ke-18 lahir yaitu Fakultas Peternakan yang
merupakan peningkatan Bagian Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan dan
Peternakan.
8
Semenjak tahun 1983 Universitas Gadjah Mada memiliki 18 Fakultas
Program Sarjana, dua Fakulas Program Diploma (Fakultas Non Gelar Ekonomi
dan Fakultas Non Gelar Teknologi) dan satu Fakultas Pascasarjana (Magister dan
Doktor).
Awal tahun 1992 terjadi penyederhanaan jumlah fakultas, Fakultas
Pascasarjana diubah menjadi Program Pascasarjana, sedangkan Fakultas Non
Gelar Ekonomi diintegrasikan ke Fakultas Ekonomi dan Fakultas Non Gelar
Teknologi diintegrasikan ke Fakultas Teknik.
2.1.2 Jurusan Dan Fakultas UGM
Fakultas dan jurusan untuk program sarjana. Sebagai berikut:
1. Fakultas Biologi
2. Fakultas Ekonomika dan Bisnis
a. Jurusan Ilmu Ekonomi
b. Jurusan Manajemen
c. Jurusan Akuntansi
3. Fakultas Farmasi
4. Fakultas Filsafat
5. Fakultas Geografi
a. Jurusan Geografi dan Ilmu Lingkungan
b. Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh
c. Jurusan Pembangunan Wilayah
6. Fakultas Hukum
7. Fakultas Ilmu Budaya
a. Jurusan Pariwisata
b. urusan Antropologi
9
c. Jurusan Arkeologi
d. Jurusan Sastra Asia Barat
e. Jurusan Ilmu Sejarah
f. Jurusan Sastra Indonesia
g. Jurusan Sastra Inggris
h. Jurusan Sastra Jepang
i. Jurusan Bahasa Korea
j. Jurusan Sastra Nusantara
k. Jurusan Sastra Prancis
8. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
a. Jurusan Politik dan Pemerintahan (sebelum tahun 2010 bernama
Jurusan Ilmu Pemerintahan)
b. Jurusan Hubungan Internasional
c. Jurusan Manajemen & Kebijakan Publik (sebelum tahun 2010
bernama Jurusan Ilmu Administrasi Negara)
d. Jurusan Komunikasi
e. Jurusan Sosiologi
f. Jurusan Pembangunan Sosial & Kesejahteraan (sebelum tahun 2010
bernama Jurusan Sosiatri)
9. Fakultas Kedokteran
a. Jurusan Pendidikan Dokter
b. Jurusan Ilmu Keperawatan
c. Jurusan Gizi Kesehatan
10. Fakultas Kedokteran Gigi
10
11. Fakultas Kedokteran Hewan
12. Fakultas Kehutanan
a. Jurusan Manajemen Hutan
b. Jurusan Budidaya Hutan
c. Jurusan Teknologi Hasil Hutan
d. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan
13. Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
a. Jurusan Fisika
b. Jurusan Kimia
c. Jurusan Matematika
d. Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika
14. Fakultas Pertanian
a. Jurusan Budidaya Pertanian
b. Jurusan Perlindungan Tanaman
c. Jurusan Tanah
d. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
e. Jurusan Mikrobiologi Pertanian
f. Jurusan Perikanan
15. Fakultas Peternakan
a. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak
b. Jurusan Produksi Ternak
c. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan
d. Jurusan Teknologi Hasil Ternak
11
16. Fakultas Psikologi
17. Fakultas Teknik
a. Jurusan Arsitektur
b. Jurusan Teknik Fisika
c. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Tata Kota
d. Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi
e. Jurusan Teknik Geologi
f. Jurusan Teknik Mesin
g. Jurusan Teknik Nuklir
h. Jurusan Teknik Industri
i. Jurusan Teknik Kimia
j. Jurusan Teknik Sipil
18. Fakultas Teknologi Pertanian
a. Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
b. Jurusan Teknik Pertanian
c. Jurusan Teknologi Industri Pertanian
2.1.3 Strategi Dan Peluang Lolos SNMPTN, SBMPTN, Dan UM
1. Berdoa
Berdoa adalah hal yang terpenting. Berdoa kepada Allah SWT supaya
diberi kemudahan dan diberi kelulusan baik melalui jalur SNMPTN, SBMPTN,
Dan UM.
2. Nilai Rapot
SNMPTN menggunakan nilai rapot untuk seleksinya. Usahakan nilai
kalian stabil cenderung naik tiap semesternya. Nilai rapot yang digunakan untuk
seleksi itu dari semester 1 (satu) sampai 5 (lima) bagi SMA/SMK/MA atau
12
sederajat dengan masa 3 (tiga) tahun atau semester 1 (satu) sampai dengan
semester 7 (tujuh) bagi SMK dengan masa belajar 4 (empat) tahun, serta
fortofolio akademik. Akan tetapi nilai rapot yang tinggi bukan jaminan kalian
akan lolos SNMPTN.
3. Daya Tampung
Dalam pemilihan Prodi di SNMPTN usahakan kalian melihat jumlah
peminat dan daya tampung jurusan. Kalian bisa melihat Jumlah Peminat dan Daya
Tampung di laman SNMPTN atau klik: Jumlah Peminat dan Daya Tampung
Universitas . Usahakan kalian melihat jurusan dengan daya tampung yang cukup
banyak dan jumlah peminat yang sedikit, ini akan memperbesar peluang kalian
untuk lolos.
4. Pemilihan Universitas
Tiap tahun pasti akan muncul beberapa universitas dengan jumlah
pendaftar SNMPTN terbanyak. Usahakan kalian tidak memilih universitas-
universitas tersebut di SNMPTN karena akan memperkecil peluang untuk lolos.
5. Alumni
Banyak yang bilang jumlah alumni di suatu universitas juga
mempengaruhi peluang kita untuk lolos. Tentunya alumni yang berprestasi dan
satu jurusan dengan yang kita pilih.
6. Hasil Simulasi SNMPTN
Sebelum SNMPTN resmi dibuka banyak situs-situs atau lembaga
bimbingan belajar yang melakukan uji coba/simulasi SNMPTN. Saya pernah
mengikuti simulasi SNMPTN dari sebuah bimbingan belajar yang cukup
terkemuka. Nantinya kita disuruh untuk memasukan nilai rapot dan pilihan
jurusan. Saat itu saya memilih 6 jurusan di 2 universitas dan hasilnya saya hanya
lolos di 2 jurusan. Lalu satu dari dua jurusan tersebut saya pilih untuk pendaftaran
SNMPTN dan ternyata benar membuat saya lolos SNMPTN 2015. Saran saya
ketika ada simulasi SNMPTN ikutilah dengan sebaik mungkin.
7. Prestasi
13
Saat pendaftaran SNMPTN kalian bisa memasukan maksimal 3 piagam.
Jika kalian memiliki lebih dari 3 saya sarankan untuk memasukan yang tingkatnya
paling tinggi. Seperti tingkat kota, nasional atau internasional.
2.2 Sejarah Perkembangan Candi Borobudur dan Candi Perambanan
Sejarah Perkembangan Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur dikelilingi oleh
Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di
sebelah Utara, dan pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di
antara Sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah
dimodifikasi, dengan ketinggian 265 dpl.
Denah Candi Borobudur ukuran panjang 121,66 meter dan lebar 121,38
meter Tinggi 35,40 meter. Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan sebuah
stupa induk di puncaknya. Terdiri dari 6 teras berdenah persegi dan3 teras
berdenah lingkaran. Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat
Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu. Pembagian vertikal secara teknis
meliputi bagian bawah, tengah, dan atas. Terdapat tangga naik di keempat penjuru
utama dengan pintu masuk utama sebelah timur dengan ber-pradaksina. Batu-batu
Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudur dengan volume
seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu).
Candi Borobudur muncul kembali tahun 1814 ketika Sir Thomas Stanford
Raffles, Gubernur Jenderal Inggris yang menjadi wali negara Indonesia
mengadakan kegiatan di Semarang, waktu itu Raffles mendapatkan informasi
bahwa di daerah Kedu telah ditemukan susunan batu bergambar, kemudian ia
mengutus Cornelius seorang Belanda untuk membersihkannya. Pekerjaan ini
dilanjutkan oleh Residen Kedu yang bernama Hartman pada tahun 1835.
Disamping kegiatan pembersihan, ia juga mengadakan penelitian khususnya
terhadap stupa puncak Candi Borobudur, namun sayang mengenai laporan
penelitian ini tidak pernah terbit.
14
Pendokumentasian berupa gambar bangunan dan relief candi dilakukan
oleh Wilsen selama 4 tahun sejak tahun 1849, sedangkan dokumen foto dibuat
pada tahun 1873 oleh Van Kinsbergen. Menurut legenda Candi Borobudur
didirikan oleh arsitek Gunadharma, namun secara historis belum diketahui secara
pasti. Pendapat Casparis berdasarkan interpretasi prasasti berangka tahun 824 M
dan prasasti Sri Kahulunan 842 M, pendiri Candi Borobudur adalah Smaratungga
yang memerintah tahun 782-812 M pada masa dinasti Syailendra. Candi
Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Budha Mahayana. Pendapat
Dumarcay Candi Borobudur didirikan dalam 5 tahap pembangunan yaitu:
1. Tahap I + 780 Masehi
2. Tahap II dan III + 792 Masehi
3. Tahap IV + 824 Masehi
4. Tahap V + 833 Masehi
Mengenai penamaannya terdapat beberapa pendapat diantaranya:
1. Raffles: Budur yang kuno (Boro = kuno, budur = nama tempat) Sang
Budha yang agung (Boro = agung, budur = Buddha) Budha yang banyak
(Boro = banyak, budur = Buddha)
2. Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha
3. Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara,
berdasarkan kutipan dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya
bangunan suci yang melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh
tingkatan Bodhisattva.
4. Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur= nama tempat/desa)
5. Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit
Menurut Soekmono fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk
memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.
Upaya pemugaran Candi Borobudur dilakukan sebanyak dua kali yaitu
pertama dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda dibawah pimpinan Van Erp
15
dan yang kedua dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang diketuai oleh
Soekmono (alm).
Pemugaran I tahun 1907 – 1911, Pemugaran I sepenuhnya dibiayai oleh
pemerintah Hindia Belanda. Sasaran pemugaran lebih banyak ditujukan pada
bagian puncak candi yaitu tiga teras bundar dan stupa pusatnya. Namun oleh
karena beberapa batunya tidak diketemukan kembali, bagian puncak (catra) stupa,
tidak bisa dipasang kembali. Pemugaran bagian bawahnya lebih bersifat tambal
sulam seperti perbaikan/pemerataan lorong, perbaikan dinding dan langkan tanpa
pembongkaran sehingga masih terlihat miring. Usaha-usaha konservasi telah
dilakukan sejak pemugaran pertama oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan terus
menerus mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap Candi Borobudur,
sementara proses kerusakan dan pelapukan batu-batu Candi Borobudur yang
disebabkan oleh berbagai faktor terus berlangsung. Dan hasil penelitian yang
diadakan oleh suatu panitia yang dibentuk dalam tahun 1924 diketahui bahwa
sebab-sebab kerusakan itu ada 3 macam, yaitu korosi, kerja mekanis dan kekuatan
tekanan dan tegangan di dalam batu-batu itu sendiri (O.V. 1930 : 120-132).
Pemugaran II tahun 1973 – 1983, Sesudah usaha pemugaran Van Erp
berhasil diselesaikan pada tahun 1911, pemeliharaan terhadap Candi Borobudur
terus dilakukan. Berdasarkan perbandingan antara kondisi saat itu dengan foto-
foto yang dibuat Van Erp 10 tahun sebelumnya, diketahui ternyata proses
kerusakan pada Candi Borobudur terus terjadi dan semakin parah, terutama pada
dinding relief batu-batunya rusak akibat pengaruh iklim. Selain itu bangunan
candinya juga terancam oleh kerusakan. Dengan masuknya Indonesia menjadi
anggota PBB, maka secara otomatis Indonesia menjadi anggota UNESCO.
Melalui lembaga UNECO tersebut, Indonesia mulai mengimbau kepada dunia
internasional untuk ikut menyelamatkan bangunan yang sangat bersejarah
tersebut. Usaha tersebut berhasil, dengan dana dari Pelita dan dana UNESCO,
pada tahun 1975 mulailah dilakukan pemugaran secara total. Oleh karena pada
tingkat Arupadhatu keadaannya masih baik, maka hanya tingkat bawahnya saja
yang dibongkar. Dalam pembongkaran tersebut ada tiga macam pekerjaan, yaitu
tekno arkeologi yang terdiri atas pembongkaran seluruh bagian Rupadhatu, yaitu
empat tingkat segi empat di atas kaki candi, pekerjaan teknik sipil yaitu
16
pemasangan pondasi beton bertulang untuk mendukung Candi Borobudur untuk
setiap tingkatnya dengan diberi saluran air dan lapisan kedap air di dalam
konstruksinya, dan pekerjaan kemiko arkeologis yaitu pembersihan dan
pengawetan batu-batunya, dan akhirnya penyusunan kembali batu-batu yang
sudah bersih dari jasad renik (lumut, cendawan, dan mikroorganisme lainnya) ke
bentuk semula.
Disamping maknanya sebagai lambang alam semesta dengan pembagian
vertikal secara filosofis meliputi Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu, Candi
Borobudur mengandung maksud yang amat mulia, maksud ini diamanatkan
melalui relief-relief ceritanya. Candi Borobudur mempunyai 1.460 panil relief
cerita yang tersusun dalam 11 deretan mengitari bangunan candi dan relief
dekoratif berupa relief hias sejumlah 1.212 panil.
Jika kita lihat dari atas, komplek candi Borobudur berbentuk persegi
dengan pusat berbentuk lingkaran yang semakin lama semakin mengecil.
Bangunan candi Borobudur terdiri atas sepuluh tingkat. Tingkat pertama
sampai tingkat ke enam berbentuk persegi. Tingkat ketujuh sampai ke sepuluh
berbentuk lingkaran. Pada puncaknya terdapat sebuah stupa induk. Stupa tersebut
tertutup rapat sehingga tidak diketahui apa isinya. Stupa tersebut bergaris tengah
9,90 meter, sedangkan tingginya 7 meter.
Bangunan candi Borobudur dibagi menjadi tiga bagian bangunan, yaitu
Kamadatu, Rupadatu, dan Arupadatu.
1. Bagian Kamadatu
Bagian kaki Candi Borobudur meliputi tingkat pertama sampai tikat ketiga
disebut Kamadatau. Relief yang terdapat pada bagian kamadatu adalah relief
Karmawibangga atau hukum karma. Relief Karmawibangga menggambarkan
perbuatan manusia yang baik maupunn yang buruk dan berlakunya hukum sebab
akibat (karma). Relief Karmawibangga panel 1 sampai 117 menggambarkan
tingkah laku yang menyimpang (buruk). Relief Karmawibangga pada panel 118
sampai 160 menggambarkan berbagai akibat dari suatu perbuatan. Pada saat ini
relief Karmawibangga tidak dapat dilihat karena tertutup oleh susunan batu. Akan
17
tetapi, kita dapat melihat relief Karmawibangga tersebut pada bagian sudut selatan
Candi Borobudur.
2. Bagian Rupadatu
Bangunan di atas dater candi atau bagian tubuh candi disebut Rupadatu.
Bagian ini meliputi tingkat keempat sampai tingkat keenam. Relief yang terdapat
pada bagian Rupadatu disebut relief Lalitavistara. Relief Lalitavistara
menggambarkan kehidupan Sang Buddha saat masih bergelimang harta. Sang
Buddha mengganggap hai itu sebagai sandiwara belaka. Untuk memperoleh hidup
sejati, Sang Buddha mengasingkan diri dan bertapa. Pada saat bertapa itulah, Sang
Buddha mendapat wahyu tentang hidup sejati. Untuk melihat bagian ini, kita
harus berkeliling lewat lorong-lorong candi. Pada bagian Rupadatu juga terdapat
relief Jatakamala yang menggambarkan cerita Sang Buddha yang selalu berbuat
baik selama hidupnya. Bagian Rupadatu terdiri atas lorong-lorong dengan pagar-
pagar tembok dan penuh dengan hiasan serta relief-reliefyang panjangnya lebih
kurang 4 km. Arca-arca Buddha pada tingkai Rupadatuterletak pada relung yang
terbuka bagian depannya.
3. Bagian Arupadatu
Bagian atap candi yaitu tingkat tujuh sampai kesepuluh disebut Arupadatu.
Pada tingkat ini tidak terdapat relief. Bagian Arupadatu terdiri atas batu-batu
bundar dengan lingkaran-lingkaran stupa yang semuanya tidak dihiasi sama
sekali. Pada bagian Arupadatu digambarkan manusia manusia telah mencapai
tingkat kesempurnaan, yaitu manusia mencapai alam nirwana. Pada bagian
Arupadatu terdapat 72 stupa yang mengelilingi stupa induk. Stupa-stupa tersebut
terbagi dalam tiga lingkaran. Pada lingkaran pertama terdapat 32 stupa. Pada
lingkaran kedua terdapat 24 stupa. Pada lingkaran ketiga terdapat 16 buah stupa.
Pada stupa-stupa tersebut terdapat lubang dan di dalamnya terdapat arca Buddha.
Arca pada candi borobudur. Candi borobudur memiliki sejumlah arca.
Pada tingkat kamadatu terdapat 368 buah arca buddha. Pada tingkat rupadatu
terdapat 64 buah arca buddha. Pada tingkat arupadatu terdapat 72 buah arca
buddha. Arca-arca buddha tersebut menghadap ke setiap arah mata angin. Arca-
18
arca yang terdapat di candi borobudur tersebut memiliki sikap tangan (mudra)
yang berbeda-beda. Arca-arca diletakkan pada relung-relung di atas pagar langka,
dalam stupa-stupa berlubang, dan tersembunyi dalam stupa induk.
Sikap-sikap tangan (mudra) di candi borobudur
1. Bhumisparcamudra, sikap ini berarti menyentuh bumi sebagai saksi.
Patung ini menghadap ke timur.
2. Witarkamudra, sikap ini berarti buddha memberi pengajaran. Patung ini
menghadap ke seluruh mata angin dan terdapat di tingkat ketujuh.
3. Dhyanamudra, sikap ini berarti mengheningkan cipta atau meditasi. Patung
ini menghadap ke barat.
4. Waramudra, sikap ini berarti buddha memberi anugerah (kedermawan).
Patung ini menghadap ke selatan.
5. Abhayamudra, sikap ini berarti buddha bersikap melindungi. Patung ini
menghadap ke utara.
6. Dharmacakramudra, sikap ini berarti buddha memberikan ajaran yang
benar. Patung ini menghadap ke seluruh mata angin dan terdapat pada
tingkat ke delapan.
Selain arca-arca buddha yang ada, terdapat pula 32 buah arca singa yang
menjadi arca penjaga pintu masuk di halaman maupun di pintu naik tangga.
Bangunan candi borobudur telah berusia berabad-abad. Selama berabad-
abad tersebut candi borobudur mengalami beberapa kerusakan karena pengaruh
alam, seperti gempa bumi dan gunung meletus. Selain itu, ulah manusia juga
menimbulkan kerusakan pada candi borobudur. Baru pada awal abad 19 muncul
perhatian pemerintah terhadap candi sebagai bangunan bersejarah. Usaha
pemugaran yang pertama kali dilakukan oleh Th. Van Erp, seorang ahli bangunan
berkebangsaan Belanda. Th. Van Erp melakukan pemugaran dari tahun 1907
sampai 1910.
19
Selanjutnya, pada tahun 1973 sampai 1983 dilakukan pemugaran tahap
kedua. Pemugaran tahap kedua tersebut dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
bekerja sama dengan salah satu badan PBB, yaitu UNESCO.
Pada saat ini, pemerintah dan rakyat indonesia telah menyadari bahwa
candi borobudur merupakan salah satu bukti kebesaran dan ketinggian budaya
bangsa Indonesia. Adalah suatu kewajiban kita bersama untuk memelihara dan
melestarikan hasil budaya bangsa tersebut.
Dikisahkan pada zaman raja Sailendra terdapat seorang arsitek yang sangat
terkenal de kawasan Kedu dan sekitarnya. Arsitek tersebut bernama Gunadharma.
Dia berasal dari India. Pada waktu itu, raja memerintahkan Gunadharma untuk
membangun sebuah candi. Dengan segala kemampuannya, Gunadharma
membangun candi yang akhirnya diberi nama Candi Borobudur.
Setelah selesai, Gunadharma menuju ke arah selatan yaitu ke Bukit
Menoreh yang jaraknya lebih kurang 2 km dari Candi Borobudur. Di atas Bukit
Menoreh, Gunadharma memilih lokasi yang paling tinggi sebagai tempat
beristirahat (tidur). Selain itu, ia ingin melihat keindahan dan kemegahan Candi
Borobudur dari atas bukit.
Masyarakat di sekitar Candi Borobudur yakin bahwa tempat peristirahatan
Gunadharma adalah di atas Bukit Menoreh yang digambarkan dengan posisi
tubuh yang sedang tiodur membujur dari arah timur ke barat. Dari kejauhan posisi
tubuh Gunadharma dalam posisi tidur itu dapat dilihat pada gundukan tanah di
atas bukit bagian timur yang menyerupai kepala, lekukan mata, batang hidung,
lekukan mulut, dan lekukan dagu. Selanjutnya, diikuti lekukan kecil yang
menyerupai leher. Sedagkan gundukan tanah besar memanjang ke arah barat
digambarkan sebagai tubuh Gunadharma.
Sejarah Perkembangan Candi Prambanan
Candi Prambanan adalah mahakarya kebudayaan Hindu dari abad ke-10.
Bangunannya yang langsing dan menjulang setinggi 47 meter membuat
kecantikan arsitekturnya tak tertandingi. Candi yang utama yaitu Candi Siwa
(tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara). Didepannya terletak
20
Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi Angkasa adalah
kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan
Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa
Pencipta).
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang
candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro
Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi
dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum
Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar
terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999
arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa
dicurangi.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi
Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam
kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur.
Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke
barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu.
Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut.
Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling
tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa,
sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa),
Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-
sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.
Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya
akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi
Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan
menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang
terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia
21
setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam
mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh
dan bersayap mirip elang.
Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti
‘terbit’ atau ‘bersinar’, biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi
Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa
menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat)
dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).
Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai
sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya
untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari
inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang
negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan
yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.
Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana.
Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat
tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama
Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan.
Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa.
Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad
ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.
Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai
kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan
Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri
Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di
candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang
digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada
di Prambanan telah mendunia.
Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena
batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi
22
hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu,
banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya
saja.
Sekarang, candi ini adalah sebuah situs yang dilindungi oleh UNESCO
mulai tahun 1991. Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks ini terlindung dan
memiliki status istimewa, misalkan juga dalam situasi peperangan.
2.3 Tradisi atau Budaya Masyarakat Yogyakarta
Pada perjanjian Giyanti tahun 1755 yang secara politis terbelahnya
kerajaan Mataram menjadi dua yaitu Kasultanan Surakarta dan Kasultanan
Yogyakarta, juga menyangkut perjanjian budaya antara Sunan Paku Buwono III
dengan Sultan Hamengku Buwono I, yaitu antara lain bahwa Kasultanan
Yogyakarta tetap melestarikan budaya Mataram Islam , sedangkan Surakarta
mengadakan modifikasi meski masih berpijak pada budaya Mataram Islam.
Adapun yang akan kita bahas di sini adalah tentang upacara adat dan budaya di
Kraton Yogyakarta, yang terdiri atas:
1. Upacara Inisiasi, yang terdiri atas:
a. Parasan
Yaitu upacara potong rambut yang pertama kali bagi seorang putera sultan.
Dilakukan saat bayi berumur selapan (35) hari.
Perlengkapannya antara lain sajen-sajen, air dengan bunga setaman,
handuk, sabun, alat cukur, dan pakaian bayi.
Jalannya upacara setelah semua perlengkapan siap di tempat upacara, Sri
Sultan hadir dan duduk di atas kasur (Palenggahan Dalem), kemudian
memerintahkan kepada kyai pengulu untuk memulai do’a bagi putera sultan yang
akan di cukur. Setelah do’a selesai, segera Sri Sultan mencukur rambut puteranya,
dilanjutkan oleh ibunya hingga selesai. Rambut selanjutnya ditanam, setelah itu,
bayi segera dimandikan dengan air bunga dan diberi pakaian yang bagus, dan
upacarapun selesai.
23
b. Tedhak Siten
Yaitu upacara menginjak tanah yang pertama kali. Dilakukan bila anak
berusia 7, 8 atau 9 bulan bila anak sudah mulai berdiri.
Perlengkapannya antara lain sajen-sajen, air bunga setaman, handuk,
sabun, alat mandi, tangga (ondho) dari pohon tebu, alat-alat tulis, uang, mainan,
yang semua ini diletakkan di dalam kurungan (sangkar) yang khusus dan dihias
dengan bunga.
Jalannya upacara setelah Sri Sultan hadir, segera upacara di mulai dari
do’a kyai pengulu. Selesai do’a, anak beserta emban (Inang Pengasuh) masuk
dalam kurungan. Anak dibimbing untuk memilih benda-benda yang ada di dalam
kurungan. Bila anak memilih uang, ia dianggap kelak akan menjadi orang kaya.
Kemudian sianak dibimbing untuk menaiki tangga yang terbuat dari tebu.
Selanjutnya si anak di mandikan dengan air bunga. Setelah selesai, ibu dari si
anak menyebar udhik-udhik, yaitu berupa uang logam dan beras kuning.
Terkadang upacara ini dilanjutkan dengan upacara Panggangan, yaitu anak
menarik pisang saja dengan jumlah lirang genap bertongkatkan ayam (ingkung)
yang disunduk sebagai teken saat berjalan yang pertama.
c. Supitan
Yaitu upacara sunatan. Perlengkapannya antara lain krobongan (ruang
berbentuk segi empat ditutup dengan kain sutra putih yang didalamnya ada sebuah
kursi dan sajen-sajen). Pakaian: kepala dengan songkok (bagi putera permaisuri)
atau puthut, baju bludiran tanpa lengan, kamus dan timang, kain pradan.
Jalannya upacara setelah segalanya siap, Sri Sultan memerintahkan kepada
Narpa Cundhaka (ajudan) untuk memanggil putera yang akan disunat. Dengan
dibimbing oleh seorang Pangeran dan beberapa orang pembawa alat perlengkapan
yaitu kebut, ode kollonye, sapu tangan, minum dan cengkal perak, ia langsung
masuk kedalam krobongan untuk disunat. Namun sebelumnya ia di do’akan
terlebih dahulu. Begitu disunat, dihormati dengan bunyi gamelan Kodhok Ngorek.
Setelah selesai ia langsung caos bekti (sungkem) kepada Sri Sultan. Setelah
sungkem ia kembali ke Kasatriyan untuk beristirahat. Dan upacara selesai.
24
d. Tetesan
Yaitu upacara sunatan bagi perempuan. Dilaksanakan setelah menempuh
usia 8 tahun. Perlengkapannya antara lain 2 buah krobongan, sajen-sajen,
perlengkapan mandi dan pakaian kebesaran.
Jalannya upacara setelah segala perlengkapan siap, Sri Sultan hadir dan
memerintahkan kyai pengulu untuk mendo’akan puteri yang akan disunat. Usai
berdo’a, puteri dibopong oleh seorang emban masuk dalam krobongan dan di
sunat oleh seorang bidan. Setelah selesai lalu ia dimandikan di krobongan yang
lain dengan air bunga serta dirias dengan busana berkain sabuk wala pradan.
Selanjutnya ia caos bekti (sungkem) kepada Sri Sultan.
e. Tarapan
Yaitu upacara yang diadakan saat puteri menstruasi pertama.
Perlengkapannya antara lain krobongan, sajen-sajen, perlengkapan mandi, dan
busana.
Jalannya upacara setelah semua siap, Sri Sultan Hadir dan menyuruh kyai
pengulu untuk berdo’a. Puteri dimandikan dalam krobongan dengan air bunga.
Setelah selesai ia dirias dengan menggunakan pakaian kebesaran berupa
pinjungan dengan kain batik pradan. Selanjutnya ia sungkem kepada Sri Sultan,
dan upacarapun selesai.
f. Perkawinan
Upacara yang berhubungan dengan perkawinan dilakukan selama
beberapa hari, dimulai dengan :
- Upacara Nyanti. Calon menantu Sri Sultan masuk ke Kraton untuk di
sangker (karantina). Bagi pria menginap di Dalem Kasatriyan dan wanita
di Emper Bangsal Prabeyaksa.
- Hari berikutnya diadakan Upacara Siraman. Memandikan calon pengantin.
Bagi pria bertempat di Gedhong Pompa Dalem Kasatriyan dan wanita
bertempat di kamar mandi Dalem Sekar Gedhatonan.
25
- Malam harinya di adakan Upacara Midadareni. Pada malam ini bagi calon
mempelai wanita di adakan Upacara Tantingan, yaitu menanyakan kepada
calon mempelai wanita apakah sudah siap melaksanakan Upacara
Pernikahan dengan calon suaminya. Bagi puteri Sri Sultan yang
melakukan penantingan adalah Sri Sultan sendiri. Sedangkan bagi calon
mantu Sri Sultan yang melakukan adalah orang tuanya sendiri.
- Pagi harinya diadakan Upacara Akad Nikah di Masjid Panepen.
- Siang harinya diadakan Upacara Panggih yang berlangsung di Tratag
Bangsal Kencana dengan pakaian kebesaran pengantin corak basahan.
Selesai upacara ini diadakan Upacara Pondhongan (Bila menantu Sultan
itu pria).
- Sore harinya diadakan Upacara Kirab mengelilingi benteng.
- Malam harinya diadakan Upacara Resepsi.
- Pagi harinya diadakan Upacara Pamitan: yaitu kedua pengantin pamit
kepada Sri Sultan Untuk pulang ke rumah pengantin pria, di luar Kraton.
2. Siraman Pusaka
Yaitu Upacara membersihkan segala bentuk pusaka yang menjadi milik
Kraton. Diadakan setiap bulan Suro pada hari Jum’at Kliwon atau Selasa Kliwon
dari pagi hingga siang hari. Biasanya dilakukan selama dua hari. Adapun bentuk
pusaka yang dibersihkan antara lain: tombak, keris, pedang, kereta, ampilan
(banyak dhalang sawunggaling), dan lain-lain.
Pusaka yang dianggap paling penting yaitu: tombak K.K. Ageng Plered,
keris K.K. Ageng Sengkelat, kereta K. Nyai Jimat. Khusus Sri Sultan
membersihkan K.K. Ageng Plered dan Kyai Ageng Sengkelat, setelah itu selesai
baru pusaka yang lain dibersihkan oleh para Pangeran, Wayah Dalem dan Bupati.
3. Ngabekten
Yaitu Upacara Sungkem dari para kerabat Kraton Yogyakarta. Upacara ini
diadakan setiap bulan syawal bersamaan dengan perayaan Idul Fitri. Upacara ini
26
dilaksnakan selama dua hari. Sri Sultan menerima permohonan ma’af dari para
kerabat Kraton yakni para Bupati, Pangeran, Tentana Dalem (wayah, buyut, dan
canggah) kaji, dan wedana. Upacara ini dilaksanakan di Bangsal Kencana dan di
Emper Bangsal Prabayeksa. Untuk para pangeran, bupati, pengulu dan kaji serta
wedana dilaksanakan di Bangsal Prabayeksa Kencana. Untuk para sentana dalem
pria di Emper Bangsal Prabeyaksa. Untuk sentana dalem perempuan di Tratag
Bangsal Prabeyaksa.
4. Sekaten
Perayaan sekaten diadakan pada bulan Maulud atau bulan Robiul Awal,
dalam rangka memperingati hari Maulid Nabi Muhammad SAW, dilangsungkan
selama 6 hari berturut-turut, dimulai tanggal 6 s.d. 12 bulan Maulud. Dalam
perayaan sekaten ini dimainkan dua perangkat gamelan pusaka yang dikenal
dengan nama K.K. Gunturmadu dan K.K. Nagawilaga atau juga disebut K.K.
Sekati. Sementara itu di alun-alun utara diadakan keramaian dengan berbagai
pertunjukkan hiburan dan pameran..
Pertama-tama gamelan sekaten dibunyikan di Bangsal Ponconiti, kira-kira
jam 00.00 WIB kedua gamelan diusung ke Masjid Besar sebelah barat alun-alun
dan diletakkan di Bangsal Pagengan sebelah utara dan selatan. Dan selanjutnya
gamelan tersebut ditabuh setiap hari kecuali hari jum’at.
Pada tanggal 12 Rabiul Awal, Sri Sultan hadir di Masjid Besar langsung
menuju ke tempat gamelan dan menyebar udhik-udhik kearah gamelan dan
masyarakat yang hadir di situ. Kemudian Sri Sultan masuk ke Masjid Besar untuk
mendengarkan riwayat Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh K. Pengulu.
Tepat pada pukul 00.00 Sri Sultan kembali ke Kraton. Sepulangnya beliau,
gamelan sekaten juga dikembalikan ke dalam Kraton.
Pada pagi harinya diadakan Upacara Grebeg. Pada upacara ini dikeluarkan
Gunungan dari Keraton yang di bawa ke Masjid Besar dan ke Pakualaman.
Gunungan ini terdiri dari Gunungan Jantan, Betina, Darat, Pawuhan, Gepak, dan
Kutuk. Pada grebeg Maulud tahun Dal, semua gunungan itu dikeluarkan.
5. Labuhan
27
Upacara ini diadakan setiap peringatan Jumenengan Dalem ke
Parangkusumo.
6. Upacara Nguras Enceh
Upacara Nguras Enceh adalah tradisi ritual tahunan yang dilaksanakan
setiap hari Jum’at Kliwon atau Selasa Kliwon pada bulan Sura (penanggalan
jawa). Ritual ini berupa membersihkan Gentong yang berada di makam raja-raja
Jawa di Imogiri, Bantul, D.I Yogyakarta. Upacara ini dimaknai sebagai upaya
membersihkan diri dari hati berbagai hal kotor.
7. Busana
Di dalam Keraton Yogyakarta berlaku suatu peraturan secara turun
temurun apabila mereka masuk Kraton, yaitu:
- Bagi Perempuan. Berkain wiron, berangkin (kemben) yang dikenakan
dengan cara ”ubet-ubet”, gelung tekuk, tanpa baju dan tanpa alas kaki.
- Bagi Laki-laki. Berblangkon, baju pranakan, kain batik dengan cara wiron
engkol, berkeris (Bagi yang berpangkat bekel ke atas), dan tanpa alas kaki.
Pakaian tersebut di atas digunakan sehari-hari. Bila ada acara, mempunyai
aturan tersendiri, berlaku bagi kerabat keraton, dan tidak berlaku bagi wisatawan.
8. Bahasa
Di dalam Kraton Yogyakarta bahasa sehari-hari yang digunakan disebut
bahasa bagongan atau bahasa kedhatonan. Terdiri dari 11 (sebelas) kata, yaitu:
- Henggeh artinya inggih atau iya.
- Mboya artinya mboten atau tidak.
- Menira artinya kula atau saya.
- Pekenira artinya panjenengan atau kamu.
- Punapi artinya punapa atau apa.
- Puniki artinya punika atau ini.
28
- Puniku artinya punika atau itu.
- Wenten artinya wonten atau ada.
- Nedha artinya mangga atau mari.
- Besaos artinya kemawon atau hanya.
- Seyos artinya sanes atau lain.
Bahasa ini mulai berlaku sejak pemerintahan Sultan Agung
Hanyokrokusumo yang memerintah Kerajaan Mataram tahun 1612 -1645, dan
dilanjutkan Sultan Hamengku Buwono I yang memerintahkan Kraton Yogyakarta
tahun 1755. Bahasa ini berlaku bagi kerabat kraton bila di dalam Kraton. Mereka
berbahasa Krama Inggil khusus hanya kepada Sultan saja, dan Sultan berbahasa
Ngoko pada semua kerabat, kecuali pada saudara Sultan yang lebih tua digunakan
bahasa Krama Inggil.
9. Tata Krama
Di dalam Kraton terdapat suatu tata cara yang khusus pula. Sembah hanya
diberikan kepada Sri Sultan saja. Bila kita hendak melaksanakan suatu tugas
selalu di dahului dengan sembah dulu.begitu pula apabila kita dari duduk hendak
berdiri.
Di dalam keraton semua kerabat Kraton dianggap sama, terbukti dari
bahasa yang digunakan sehari-hari yakni bahasa bagongan. Sehingga tidak ada
perbedaan antara yang berpangkat tinggi ataupun rendah, serta abdi dalem dan
pangeran.
Di dalam Kraton terbagi atas dua bagian yaitu bagi perempuan di Kaputren
dan bagi laki-laki di Ksatriyan. Batas ini diaktualisasikan dengan adanya Regol
Manikantaya.
2.4 Peristiwa Letusan Gunung Merapi Dan Dampaknya
Gunung berapi adalah sebuah gunung yang memiliki kawah yang berisi
magma dari dalam perut bumi. Gunung berapi yang aktif dapat sewaktu-waktu
29
mengeluarkan magma yang terkandung di dalam perut bumi. Letusan tersebut
dapat membawa dampak yang positif maupun negative.
Gunung berapi terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang
didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Indonesia berada pada
pertemuan antara 3 lempeng besar yang terdiri dari dari 2 lempeng benua dan 1
lempeng samudera. Oleh karena itu, sangatlah wajar kalau tatanan tektonik
Indonesia sangat kompleks. Di bagian barat sampai selatan Indonesia merupakan
daerah zona subduksi
yang juga merupakan jalur gunung api. Di Indonesia terdapat sekitar 129
buah gunung berapi yang masih aktif dan merentang sepanjang 700 KM mulai
dari Aceh (Sumatra), Jawa, Sulawesi (bukit Barisan), Nusa Tenggara dan Maluku
dengan luas daerah yang terancam terkena dampak letusan sekitar 16.670 Km2.
Beberapa tanda-tanda sebelum meletus :
- Suhu di sekitar gunung naik. Hal ini menunjukkan terjadu kenaikan
aktifitas Merapi.
- Mata air menjadi kering.
- Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
- Tumbuhan di sekitar gunung layu
Letusan Gunung Merapi 2010 adalah rangkaian peristiwa gunung berapi
yang terjadi di Indonesia . Aktivitas seismik dimulai pada akhir September 2010,
dan menyebabkan letusan gunung berapi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober
2010, mengakibatkan sedikitnya 353 orang tewas, termasuk Mbah Maridjan .
Kronologi:
20 September , Status Gunung Merapi dinaikkan dari Normal menjadi Waspada
oleh BPPTK Yogyakarta.
21 Oktober, Status berubah menjadi Siaga pada pukul 18.00 WIB.
25 Oktober, BPPTK Yogyakarta meningkatkan status Gunung Merapi menjadi
Awas pada pukul 06.00 WIB.
30
26 Oktober, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi.
Menurut laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB.
Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas
setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini
menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.
27 Oktober, Gunung Merapi pun meletus. Dari sekian lama penelitian gunung
teraktif di dunia ini pun meletus.
28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan Lava pijar yang muncul hampir
bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.
Berikut adalah Waktu kronologi letusan Gunung Merapi :
1. Pukul 17.02 mulai terjadi awan panas selama 9 menit.
2. Pukul 17.18 terjadi awan panas selama 4 menit.
3. Pukul 17.23 terjadi awan panas selama 5 menit.
4. Pukul 17.30 terjadi awan panas selama 2 menit.
5. Pukul 17.37 terjadi awan panas selama 2 menit.
6. Pukul 17.42 terjadi awan panas besar selama 33 menit.
7. Pukul 18.00 sampai dengan 18.45 terdengar suara gemuruh dari Pos
Pengamatan Merapi di Jrakah dan Selo.
8. Pukul 18.10, pukul 18.15, pukul 18.25 terdengan suara dentuman.
9. Pukul 18.16 terjadi awan panas selama 5 menit.
10. Pukul 18.21 terjadi awan panas besar selama 33 menit.
11. Dari pos Pengamatan Gunung Merapi Selo terlihat nyala api bersama
kolom asap membumbung ke atas setinggi 1,5 km dari puncak Gunung
Merapi.
12. Pukul 18.54 aktivitas awan panas mulai mereda.
31
13. Luncuran awan panas mengarah ke sektor Barat-Barat Daya dan sektor
Selatan-Tenggara.
Dampak letusan Gunung Merapi 2010
1. Dampak Sosial
Erupsi merapi menimbulkan banyak korban jiwa. Bencana alam ini telah
merenggut kurang lebih 206 jiwa hingga tanggal 12 November 2010. Jumlah ini
masih mungkin bertambah karena adanya korban tewas yang masih belum
ditemukan. Sedangkan jumlah pengungsi yang berasal dari D.I.Y dan Jawa
Tengah diperkirakan sekitar 384.136 orang yang menyebar 635 titik pengungsian.
Selain itu, para korban yang dirawat ada sekitar 486 pasien yang dirawat di
beberapa RS di Klaten, Magelang, Boyolali, Sleman, dan Kota Magelang ( data
per tanggal 12 November 2010). Selain itu, erupsi merapi mengakibatkan
sejumlah warga kehilangan ternak, rumah, pekerjaan sehari – hari serta harta
benda. Banyak juga para korban yang menjadi depresi.
2. Dampak Lingkungan
Sebanyak 14 desa habis terlahap letusan gunung merapi. Yaitu desa
Kalibening, Kaliurang, Kapuhan, Keningar, Lencoh, Ngargomulyo, Paten,
Samiran, Sengi, Sewukan, Sumber, Seruteleng dan Tlogolele. Selain itu berbagai
jenis gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen
Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended
Particulate atau Particulate Matter) berterbangan bebas di udara. Partikel debu
tersebut selain membahayakan kesehatan, juga membahayakan lalulintas
penerbangan.
3. Dampak Kesehatan
Menurut laporan, rata – rata pasien korban merapi mengalami luka bakar
akibat terkena wedhus gembel . Selain itu abu vulkanik yang berterbangan bebas
di udara juga dapat mengganggu kesehatan pernapasan sehingga setiap orang
diwajibkan untuk memakai masker. Banyak juga para korban yang cedera karena
terkena batu kerikil yang berjatuhan dari udara. Dan letusan ini juga semakin
memperparah penyakit yang sudah diderita para korban.
32
4. Dampak Materiil
Kerugian material yang diderita akibat erupsi merapi diperkirakan
mencapai 5 triliyun rupiah. Kegiatan di semua sektor macet total. Dari sektor
perikanan, pariwisata, pertanian, UMKM, perhotelan dan ekonomi tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat Provinsi di
Indonesia yang meliputi Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alaman.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa
bagian tengah dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera
Hindia.
Yogyakarta banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik dari dalam
maupun dari luar negeri. Beberapa objek wisata di Yogyakarta yang sering
dikunjungi oleh para wisatawan diantaranya Malioboro,candi prambanan,
Candi Borobudur. Meski Candi Borobudur berada di luar daerah Yogyakarta
namun obyek wisata ini merupakan objek wisata yang wajib dikunjungi
sebelum pergi ke Yogyakarta.
3.2 Saran
Dari pembuatan karya tulis ini penulis akan menyajikan beberapa saran
diantaranya:
33
1. kita sebagai generasi muda harus menjadi generasi penerus bangsa dengan
cara giat belajar dan berlatih supaya menjadi siswa – siswi yang terampil
dan bertaqwa.
2. Kita sebagai warga negara harus menjaga dan melestarikan budaya bangsa
dengan memelihara tempat – tempat bersejarah sebagai peninggalan nenek
moyang kita.
3. Penulis berharap dengan berkembangnya kebudayaan barat di harapkan
pada rekan generasi muda mampu memilih dan menilia budaya yang
masuk dan berusaha mempertahankan kebudayaan bangsa sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://duniabaca.com/sejarah-pembentukan-dan-perkembangan-universitas-
gadjah-mada.html#perkembangan
http://awank64-wijayanto.blogspot.co.id/2012/03/adat-istiadat-dan-budaya-
yogyakarta.html
https://hendrysuwarno.wordpress.com/2010/12/16/contoh-karya-tulis-laporan-
kunjungan-ke-jogja/
https://irenaishiteru89.wordpress.com/2010/11/30/dampak-positivenegative-
meletusnya-gunung-merapi/
https://www.students.id/10-upacara-adat-yang-unik-ini-hanya-ada-di-
yogyakarta/2
http://www.google.co.id/search?
q=upacara+rabo+pamungkasan&btnG=&client=ms-opera-mini-
android&tbm=isch
https://redblacksquad.wordpress.com/2010/11/19/dampak-erupsi-merapi-2010/
34
LAMPIRAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
35
CANDI BOROBUDUR CANDI PRAMBANAN
TRADISI SEKATEN YOGYAKARTA LETUSAN GUNUNG MERAPI
LAMPIRAN DATA DIRI
NAMA : SRI DEVI
KELAS : XI IPA 2
TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR : SUKABUMI, 21 JUNI 1999
36