Web FH Unram€¦ · Web viewPELAKSANAAN PEMBINAAN PENDIDIKAN TERHADAP NARAPIDANA ANAK ( Studi Di...
Transcript of Web FH Unram€¦ · Web viewPELAKSANAAN PEMBINAAN PENDIDIKAN TERHADAP NARAPIDANA ANAK ( Studi Di...
i
PELAKSANAAN PEMBINAAN PENDIDIKAN TERHADAP NARAPIDANA ANAK
( Studi Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mataram)
JURNAL ILMIAH
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Untuk mencapai derajat S-1 pada
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
SITI RAHMATIN MARDIAH
D1A115269
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PELAKSANAAN PEMBINAAN PENDIDIKAN TERHADAP NARAPIDANA ANAK
( Studi Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mataram)
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh:
SITI RAHMATIN MARDIAH
D1A115269
Menyetujui,
Pembimbing Pertama,
Abdul Hamid, SH., MH. NIP.195907311987031001
iii
PELAKSANAAN PEMBINAAN PENDIDIKAN TERHADAP NARAPIDANA ANAK
(Studi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mataram)SITI RAHMATIN MARDIAH
D1A115269FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAMABSTRAK
“Pelaksanaan pembinaan pendidikan terhadap narapidana anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mataram merupakan upaya untuk membentuk dan mengembalikan perilaku anak yang menyimpang dari nilai dan norma dalam masyarakat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pelaksanaan pembinaan pendidikan serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan pendidikan.Jenis penelitian ini menggunakan penelitian empiris. Pendekatan yang digunakan adalah perundang-undangan, konseptual, dan sosiologis. Jenis dan sumber bahan hukum yang digunakan, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Teknik pengumpulan bahan dalam penelitian ini adalah studi lapangan dan studi dokumen kemudian di analisis secara kualitatif. Hasil penelitian yaitu pembinaan pendidikan yang di laksanakan oleh lembaga pembinaan khusus anak terhadap narapida anak terdapat dua jenis pembinaan yaitu pembinaan kemandirian dan pembinaan keterampilan namun belum efektif karena adanya kendala-kendala yaitu kurangnya anggaran dari pemerintah, sarana dan prasarana yang kurang memadai, kurangnya tenaga pendidik yang ahli dibidangnya dan kurangnya regulasi khusus dibidang pendidikan.
Kata kunci :Pembinaan Pendidikan , Lapas , Narapidana anak
IMPLEMENTATION OF EDUCATION GUIDANCE FOR CHILD INMATES(STUDY IN CORECTIONAL INSTITUTION FOR CHILDREN CLASS II MATARAM)
ABSTRACT
The implementation of education guidance for child inmate at the Correctional Institution for Children in Mataram is an effort to shape and restore children's behavior that deviates from the values and norms in society. This study aims to find out and analyze the implementation of education guidance as well as the obstacles faced in implementing education guidance. This type of research uses empirical research. The approach used is legislation, conceptual, and sociological. The types and sources of legal materials used are primary, secondary and tertiary. Material collection techniques applied in this research are field study and document study which are then analyzed qualitatively. The results of the study are educational coaching carried out by special fostering institutions for child prisoners. There are two types of fostering namely fostering independence and fostering skills but they have not been effective due to constraints such aslack of government budget, inadequate facilities and infrastructure, lack of teaching staff who are experts in their fields and lack of special regulations in the field of education sector.
Keywords :Education guidance; Corectional institution; Child inmates.
i
I. PENDAHULUAN
Anak adalah generasi bangsa yang perlu dilindungi hak-haknya oleh
negara, anak memiliki hak untuk hidup dan merdeka, bebas dari perampasan
hak dan sudah jelas bebas dari tindak kejahatan baik anak sebagai pelaku
maupun anak sebagai korban, sebagaimana yang tertuang dalam Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 B
ayat (2) yang berbunyi:
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”
Perlindungan terhadap anak harus semakin ditingkatkan mengingat makin
maraknya kejahatan terhadap anak, sebagaimana diketahui bahwa anak adalah
potensi dan cerminan nasib manusia dimasa yang akan datang, dengan ini
Negara berkewajiban melindungi dan memperhatikan perkembangan kejiwaan
anak, karena bagaimanapun, anak adalah anugerah yang diciptakan oleh
Tuhan yang Maha Kuasa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat
sebagai manusia.1
Sejak tahun 1964 sistem pembinaan bagi narapidana anak telah berubah
secara mendasar yaitu dari sistem penjaraan menjadi sistem pemasyarakatan
berdasarkan Surat Instruksi Kepada Direktorat Kemasyarakatan Nomor:
J.H.G.8/506 tanggal 17 Juni 1964.2
1 Sudarsono, Kenakalan Anak, Prevensi, Rehabilitasi, Dan Resosiliasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2012, Hlm 5
2 Endang Sumiarni, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Hukum Pidana, Universitas Atmajata Pers, Yogyakarta, 2015, Hlm 429
ii
Anak yang berhadapan dengan hukum berhak memperoleh pembinaan
pendidikan baik secara formal maupun non formal di Lembaga Pembinaan
khusus Anak. Tujuan dari pembinaan di Lapas Anak adalah untuk
memperoleh pembimbingan, pengawasan, pendampingan, pelatihan,sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan.
Peran Lembaga Pembinaan khusus Anak (LPKA) menjadi sangat strategis
untuk membentuk dan mengembalikan perilaku anak yang menyimpang dari
nilai-nilai atau norma yang ada di dalam masyarakat.3
Tujuan di laksanakannya pembinaan pendidikan bagi anak adalah agar anak
kembali menjadi generasi yang bermoral, kembali kejalan yang benar,
sehingga karakter anak tersebut terbentuk berbudi pekerti yang mulia dan
luhur. Sehingga dapat menunjukkan sikap sopan santun, tertib, sesuai
dengan etika, norma dan adat yang ada dan memperlihatkan tingkah laku
atau perbuatan yang beradab, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
masyarakat, sertamenumbuhkan sikap dan kesadaran hukum pada anak
sehingga anak menyadari kesalahannya dan tidak akan mengulangi, sehingga
dapat membedakan mana perbuatan yang dianggap salah dan perbuatan yang
dianggap benar.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas adalah:1. Bagaimana pelaksanaan sistem pembinaan pendidikan
terhadap narapidana anak studi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II
Mataram? 2. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
3 Wigiati Soetedjo Dan Melani, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama, Bandung, 2013, Hlm 167
iii
pembinaan pendidikan terhadap narapidana anak di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Kelas II Mataram?
Adapun tujuan yang dicapai dalam penelitian ini antara lain: 1. Untuk
mengetahui dan memahami pelaksanaan sistem pembinaan pendidikan
terhadap narapidana anak di lembaga pembinaan khusus anak kelas II
mataram. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala-kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan sistem pembinaan pendidikan terhadap
narapidana anak di lembaga pembinaan khusus anak kelas II mataram.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis
untuk memberikan konstribusi dan pemikiran yang lebih baik dalam
pengembangan ilmu hukum pidana, khususnya tentang pelaksanaan
pembinaan pendidikan terhadap narapidana anak. 2. Manfaat Praktis agar
hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan bagi petugas yang
bekerja di Lembaga Pemasyarakatan dalam melakukan pembinaan terhadap
narapida anak dan dapat menerima kembali para narapidana anak yang telah
menjalani pembinaan menjadi masyarakat yang baik.
Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan antara lain: 1. Jenis
penelitian hukum empiris. 2. Metode Pendekatan yang digunakan yaitu
Pendekatan Perundang-Undangan (statue approach), Pendekatan Konseptual
(conceptual approach), Pendekatan Sosiologis (sociologicalapproach)3.
Sumber dan jenis bahan hukum dalam penelitian ini yaitu bahan hukum
primerdan bahan hukum sekunder. 4. Analisis bahan hukum yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu secara yuridis.
iv
II. PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Sistem Pembinaan Pendidikan Terhadap Narapidana Anak
Pembinaan terhadap narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan harus dilaksanakan berdasarkan asas-asas pembinaan,sebagaimana yang diatur dalam Pasal 5 Undang-UndangNomor 12 Tahun 1995 Tentang Lembaga Pemasyarakatan yaitu :
1. Asas pengayoman, bahwa perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan adalah dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulangnya tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan dan juga memberikan bekal kehidupan kepada warga binaan agar menjadi warga negara yang beragama dalam masyarakat.
2. Asas persamaan perlakuan dan pelayanan, bahwa warga binaan pemasyarakatan mendapat perlakuan dan pelayanan yang sama di dalam Lembaga Pemasyarakatan tanpa membedakan orangnya.
3. Asas pendidikan, bahwa didalam Lembaga pemasyarakatan mendapat pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pancasila, antara lain dengan menanamkan jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan, kerohanian, dan kesempatan menunaikan ibadah sesuai agamanya masing-masing.
4. Asas Pembinaan, bahwa warga binaan pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan juga mendapat pembinaan yang diselenggarakan berdasarkan Pancasila dengan menanamkan jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan, dan kerohanian.
5. Asas Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia, bahwa warga binaan pemasyarakatan tetap di perlakukan sebagai manusia dengan menghormati harkat dan martabatnya.
6. Asas kehilangan Kemerdekaan Satu-satunya Penderitaan, bahwa warga binaan pemasyarakatan harus berada didalam lembaga Pemasyarakatan untuk jangka waktu tertentu sesuai keputusan atau penetapan hakim. Maksudnya penempatan itu adalah untuk memberikan kesempatan kepada Negara guna memperbaikinya, melalui pendidikan dan pembinaan. Selama dalam Lembaga Pemasyarakatan warga binaan tetap memperoleh hak-haknya yang lain layaknya manusia, atau dengan kata lain hak-hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak memperoleh perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan keterampilan, olahraga, atau rekreasi. Warga binaan tidak boleh diperlakukan di luar ketentuan Undang-Undang seperti dianiaya, disiksa, dan sebagainya.Akan tetapi penderitaan satu-satunya dikenakan kepadanya hanyalah kehilangan kemerdekaan.
7. Asas berhubungan dengan keluarga atau orang-orang tertentu, bahwa warga binaan pemasyarakatan harus tetap didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat serta tidak boleh diasingkan dari masyarakat. Untuk itu, warga binaan harus tetap berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan ke dalam lembaga pemasyarakatan dari
v
anggota masyarakat yang bebas dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga.
Asas-asas tersebut di atas merupakan pedoman dalam melakukan
pembinaan terhadap narapidana. Berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan Kepada Subseksi pendidikan dan bimbingan kemasyarakatan Dedy
Hardi Putra, penulis memperoleh keterangan mengenai pelaksanaan
pembinaan pendidikan terhadap narapidana anak di LPKA Kelas II
Mataram terdiri dari dua jenis pembinaan yaitu: 4
a. Pembinaan Kepribadian
Dalam pembinaan kepribadian narapidana anak, LPKA menerapkan
beberapa cara dalam mengembangkan kepribadian anak dengan tujuan
supaya kelak ketika anak sudah kambalike orang tua ada perubahan
yang baik dan taat hukum.Pembinaan Kepribadian tersebut ada
beberapa jenis pembinaan pendidikan yang dilaksanakan antara lain:
1) Pembinaan budi pekerti
Pendidikan ini menitikberatkan pada pendidikan moral dengan
tujuan agar dapat mengembalikan anak ke arah yang lebih baik
dengan memberikan siraman rohani.
2) Pembinaan kesadaran beragama
Pendidikan ini menitikberatkan pada iman agar narapidana
menyadari akibat dari pada perbuatannya, dengan cara melakukan
sholat berjamaah 5 waktu di musholla.
3) Pendidikan formal dan non formal
4Hasil Wawancara, Dedi Hardi Putra, Kasubsi Pendidikan dan Bimbingan Kemasyarakatan, Senin, tanggal 20 Mei 2019, LPKA Kelas II Mataram, diolah.
vi
Pendidikan non formal yang menitikberakan pada kegiatan-
kegiatan positif, sedangkan pendidikan formal antara lain:
a) Meneruskan pendidikan anak dengan sistem paket A setara
dengan SD paket B setara dengan SMP, paket C setara dengan
SMA.
b) Penyelenggaraan kursus keterampilan
c) Taman bacaan masyarakat (literasi)
4) Pendidikan kesadaran berbangsa dan bernegara
Bentuk pendidikan dengan memberikan kegiatan latihan di
lapangan beris berbaris, dan melatih narapidana berperan aktif
dalam pembangunan.
5) Pembinaan kemandirian
Bentuk pendidikan kemandirian bertujuan untuk memberikan
keterampilan pada narapidana anak. Bentuk-bentuk pembinaan
kemandirian antara lain:
a) Pembuatan siluet dari bahan triplek, cendramata figuran,
tempat tissue, tempat hendphone.
b) Pembuatan kloset dari beton
c) Pelatihan cukur rambut
d) Pelatihan sablon
e) Keterampilan dibidang pertanian dengan mengolah tanaman.5
Menurut pendapat penulis sehubungan dengan hasil penelitian
yang dilakukan di LPKA Kelas II Mataram, menunjukaan bahwa 5Ibid
vii
pelaksanaan pembinaan pendidikan terhadap narapidana anak yang
berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mataram
telah di upayakan sebaik mungkin oleh pihak-pihak terkait, sesuai
yang di tentukan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan.
B. Kendala-kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Pembinaan
Pendidikan Terhadap Narapidana Anak
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Riva Dilyanti, selaku Kepala
Seksi Pembinaan LPKA Kelas II Mataram, ada beberapa kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan pendidikan terhadap narapidana
anak diuraikan sebagai berikut:6
1. Kurangnya anggaran
Anggaran merupakan salah satu factor penunjang dalam proses
pelaksanaan pembinaan pendidikan anak,dalam lembaga Pembinaan
Khusus Anak Kelas II Mataram, terdapat keterkaitan yang erat antara
anggaran dengan pemenuhan kebutuhan lainnya guna kelancaran
proses pendidikan. Anggaran pendidikan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Kelas II Mataram masih sangatlah kurang sehingga
masih minim untuk melakukan pembinaan secara mandiri.
2. Sarana dan prasarana yang kurang memadai
6Hasil Wawancara, Riva Dilyanti, Kepala Seksi Pembinaan, Senin, Tanggal 20 Mei 2019, LPKA Kelas II Mataram, diolah
viii
Sarana dan prasarana yang kurang memadai merupakan salah satu
factor kendala dalam proses pendidikan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Kelas II Mataram, sehingga pelaksanaan pembinaan
pendidikan terkadang tidak efektif. Sarana dan prasarana juga
merupakan factor penunjang dalam kegiatan-kegiatan pembinaan yang
di lakukan. Menurut penulis kurangnya sarana dan prasarana terhadap
pelaksanaan pembinaan pendidikan terhadap narapidana anak di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mataram dapat menjadai
kendala yang signifikan dalam pelaksanaan pendidikan, sebab tanpa
adanya fasilitas yang mendukung pembinaan anak akan meyulitkan
petugas dalam melakukan tugas dan fungsinya selaku tenaga pendidik
dalam pelaksanaan pembinaan pendidikan.
3. Kurangnya Tenaga Pendidik yang ahli di bidangnya (SDM)
Dalam proses pelaksanaan program pendidikan yang berorientasi pada
pembinaan harus ada tenaga ahli dibidangnya sangatlah dibutuhkan
mengingat bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting
terhadap anak, belum adanya tenaga pendidik yang ahli dibidangnya
karena memang rekrutmen petugas lapas hanya untuk tenaga
pengaman saja dan pembinaannya tidak khusus dalam pendidikan saja
atau masih bersifat umum seperti pembinaan mental, rohani, fisik,
disamping itu Kementerian Hukum dan Ham rekrutmen pegawai yang
di cari dari sarjana hukum, sosial, psikologi, sehingga tenaga pendidik
ix
yang khusus dalam dunia pendidikan, belum ada di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mataram.
4. Kurangnya regulasi khusus dibidang pendidikan
Pendidikan dalam dunia anak sangatlah penting mengingat anak
merupakan generasi penerus bangsa. sehingga perlu mendapatkan
sentuhan berbeda dari Lembaga Pemasyarakatan pada umumnya. Anak
yang berada di Lapas berasal dari keluarga yang sebagian besar
keluarga “broken home” sehingga anak-anak tersebut putus sekolah,
padahal pemerintah mewajibkan pendidikan bagi anak 12 tahun
sedangkan pada saat masuk ke Lapas usianya sudah 15 tahun, sehingga
pihak lapas harus mengadakan kerja sama dengan instansi terkait harus
melanjutkan sekolahnya ke jenjang pendidikan yang mana. Oleh
karena itu apabila mengikuti Peraturan pemerintah maka pendidikan
tidak dilanjutkan.7
Menurut Pendapat penulis kurangnya regulasi khususnya dalam dunia
pendidikan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mataram
menjadi pusat perhatian khusunya bagi petugas karena anak harus
mendapat pendidikan yang berbeda di bandingan narapidana pada
umumnya. Hal ini dapat di atasi dengan cara melakukan kerja sama
dengan dinas pendidikan dan pihak-pihak terkait lainnya yang
berhubungan dengan dunia pendidikan.8
7 Ibid 8Ibid
x
Dari hasil wawancara tersebut, jika diamati dapat dikatakan bahwa
terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksaan pembinaan
pendidikan bagi Narapidana anak di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak kelas II Mataram, hal ini mengakibatkan perlunya keterlibatan
pihak-pihak tertentu, salah satunya seperti Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dalam hal menyediakan tenaga pendidik agar
narapidana anak yang sedang menjalani pemidanaan tetap
mendapatkan pendidikan seperti yang bisa didapatkan di sekolah
formal, selain itu, dapat pula dilakukan berbagai cara untuk
meningkatkan kualitas petugas Lapas yang tentu saja mempunyai
pengaruh langsung dalam pelaksanaan pendidikan, karena petugas
Lapas merupakan motor penggerak terlaksananya pembinaan terhadap
narapidana. Petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam
melaksanakan tugasnya mempunyai peranan penting sebagai orang
tua, guru, teman, kakak, dan sebagainya. Petugas dituntut memiliki
keterampilan yang dapat membantu pelaksanaan tugasnya, paling tidak
harus mengetahui dan mengerti benar tugas pokok yang di embannya
dan dituntut untuk dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang
mungkin terjadi di dalam rutan sehingga dibutuhkan keterampilan
berkomunikasi yang baik dengan narapidana anak.
III. PENUTUP
Kesimpulan
xi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan di atas yang menjadi
kesimpulan adalah :
1. Pelaksanaan pembinaan pendidikan terhadap narapidana anak di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mataram terdiri dari beberapa jenis
pembinaan yaitu pembinaan kepribadian yang meliputi pembinaan budi
pekerti, pendidikan kesadaran beragama, pendidikan formal dan non
formal, kesadaran berbangsa dan bernegara. Pembinaan kemandirian yang
meliputi pembuatan siluet, pembuatan kloset dari beton, pelatihan
barbershop, sablon, dan pelatihan dibidang pertanian. Pembinaan
narapidana anak tersebut dalam rangka meningkatkan kualitas ketaqwaan
kepada Tuhan yang Maha Esa, Intelektual, sikap, perilaku, keterampilan,
serta kesehatan jasmani dan rohani. Pembinaan-pembinaan yang dilakukan
berdampak bagi masa depan mereka setelah keluar dari lapas sehingga
dapat di kembangkan dan diterima kembali menjadi warga masyarakat.
2. Kendala-kendala yang dihadapi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas
II Mataram dalam melaksanakan pembinaan pendidikan terdiri dari
beberapa faktor yaitu kurangnya anggaran dari Pemerintah, sarana dan
prasarana yang kurang memadai, kurangnya tenaga pendidik yang ahli di
bidangnya, serta kurangnya regulasi khusus di bidang pendidikan.
Saran
xii
1. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mataram perlu meningkatkan
lagi kesadaran beragama dan budi pekerti karena merupakan pembinaan
yang menjadi faktor penunjang dalam pembinaan lainnya karena
pembinaan ini merupakan awal untuk memulai pembinaan yang lain
karena anak yang berstatus narapidana anak perlu mendapatkan
pendidikan moral dan agama terlebih dahulu mengingat dalam masa
sekarang banyaknya anak yang menjadi pelaku tindak pidana sehingga
setelah anak keluar dari lapas dapat mengembangkan dan menerapkan
ilmu yang telah didapatkan dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat
dan dapat diterima kembali oleh masyarakat.
2. Meningkatkan anggaran khususnya dalam dunia pendidikan,
meningkatkan kualitas sarana dan prasarana agar lebih menunjang dalam
proses pembinaan narapidana anak dan meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia yaitu petugas yang profesional dengan mengikutsertakan
petugas Lembaga Pemasyarakatan dalam kegiatan pelatihan-pelatihan dan
seminar yang berkaitan dengan pembinaan narapidana anak, mengingat
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mataram yang khusus
menangani narapidana anak, sehingga petugas harus banyak belajar
tentang pola pembinaan narapidana anak yang benar serta memberikan
pendidikan yang lebih khusus lagi terhadap narapidana anak.
DAFTAR PUSTAKA
xiii
Buku, Makalah, Artikel
A, Munandar, Pembinaan dan Masalahnya, Gunung Agung, Jakarta, 1993.
Amiruddin, dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012.
Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana, Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-Teori Pemidanaan dan Batas Berlakunya Hukum Pidana Grasindo Persada, Jakarta 2002.
D, Soejono, Sosio Kriminologi, Ilmu-ilmu Sosial Dalam Studi Kejahatan, Sinar Baru,Bandung, 1984.
Efendi, Erdianto,Hukum Pidana Indonesia, Bandunng PT. Refika Aditama,2011.
Hamzah, Andi, Asas-Asas HukumPidana ,PT.RinekaCipta, Jakarta, 2008.
Masdi Amim Muhammad, Kitab Quwaid Fiqih.
Muladi, dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1992
Mulyatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : PT. Rajawali Pers, 2008.
Poernomo, Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, jakarta : Rajawali Pers, 2005
Poerwadinata, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, 1976.
QosimSyarifAmin ,Kitab Usul Fiqih.
SoekantoSoejonodan Sri Muliadi, PenelitianHukumNormatif :SuatuTinjauanSingkat, Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2001.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2010.
SujatnoAdi, SistemPemasyarakatan Indonesia MembangunManusiaMandiri, DirektoratJendralPemasyarakatanDepartemenHukumdan HAM RI, Jakarta, 2004
SutedjoWagiato dan Melani, Hukum Pidana Anak (Edisi Revisi) Bandung, 2013
xiv
Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,1989).
Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak
Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1955 Tentang Pemasyarakatan
Internet
https:/ferliannusgulo.wardpress.com, diakses pada tanggal 13 april 2019, jam
12.30 Wita.
Repositori.uin-alauddin.ac.id di akses pada hari selasa, 3april 2019, jam 12.33 WITA
http://keyword: Aris Irawan Blog, Permasalahan Anak dan Remaja