Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

25
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA IDENTIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH ALAI PARAK KOPI BIDANG KEGIATAN: PKM – ARTIKEL ILMIAH Diusulkan oleh: WANDA SYAPUTRA 1210015311017 (Angkatan 2012) ANDIKA PRAMANA PUTRA 1210015311014 (Angkatan 2012) UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2015

description

https://www.scribd.com/upload-document?archive_doc=219587642&escape=false&metadata={%22context%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A%22toolbar_download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22}

Transcript of Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

Page 1: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

IDENTIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH ALAI PARAK KOPI

BIDANG KEGIATAN:

PKM – ARTIKEL ILMIAH

Diusulkan oleh:

WANDA SYAPUTRA 1210015311017 (Angkatan 2012)

ANDIKA PRAMANA PUTRA 1210015311014 (Angkatan 2012)

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2015

Page 2: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

PENGESAHAN PROPOSAL PKM ARTIKEL ILMIAH1. Judul Kegiatan : Identifikasi Permukiman Kumuh Alai Parak Kopi2. Bidang Kegiatan : PKM-AI3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Wanda Syafutrab. NIM : 1210015311017c. Jurusan : Perencanaan Wilayah & Kotad. Universitas : Bung Hattae. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Handayani III, Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan

Nanggalo Kota Padang / 087895355345f. Alamat email : Wandasyaputra77 @ gmail .com

4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang 5. Dosen Pendamping a. Nama : Ir. Haryani, M.T b. NIDN : 1002036501 c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Sumatera Ulak Karang Padang

Padang, 14 – Maret - 2015Menyetujui,

Ketua Jurusan Ketua Pelaksana Kegiatan

(Fidel Miro,SE,MSTr) (Wanda Syafutra) NIP. 196106131983031002 NIM. 1210015311017

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

(Drs. Suparman Khan, M.Hum) (Ir. Haryani, M.T) NIP. 195607121984031004 NIK. 940200248

Page 3: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

IDENTIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH ALAI PARAK KOPI RW IX(1) Wanda Syafutra (2) Andika Pramana putra

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Bung Hatta, Wandasyaputra77 @ gmail .com

ABSTRAK

Di kota Padang permukiman kumuh juga permasalahan yang sangat pelik, dilihat dari data tahun 2012 hasilnya adalah angka rumah tangga miskin sebanyak 101.170 jiwa (19.845 KK). Atau 11,98 persen dari penduduk kota Padang tahun 2011, (844.316 jiwa). Dengan jumlah penduduk miskin yang ada merupakan salah satu faktor berkembangnya permukiman kumuh diberbagai kawasan di kota Padang salah satu kawasan yaitu di Kelurahan Alai Parak Kopi yang terletak di Kecamatan Padang Utara. Pada artikel ilmiah ini ruang lingkup yang diambil yaitu salah satu kawasan yaitu RW IX dengan jumlah penduduk sekitar 235 KK. Adapun permasalahan yang ada seperti yang terjadi pada daerah permukiman kumuh lainya, sebagian rumah pada kawasan ini terletak di sempadan sungai ini masih banyak masalah seperti tidak lengkapnya sarana dan prasarana,pencemaran lingkungan dan penduduk yang tidak terlayani air bersih.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah “Metode Penelitian deskriptif” merupakan penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran tentang keadaan dan kondisi fisik perumahan dan permukiman berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang tampak atau sebagaimana adanya di lokasi penelitian. Pada penelitian ini populasi obyek penelitian adalah perumahan dan permukiman di Kelurahan Alai Parak Kopi. Sebagai subyek penelitian, populasi dalam penelitian ini adalah permukiman kumuh berbasis kawasan di Kota Padang di Kelurahan Alai Parak Kopi terletak pada RW IX.

Page 4: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

BAB I

PENDAHULUAN

Fenomena permukiman kumuh telah menjamur di berbagai tempat, salah satunya di kawasan

kumuh yang banyak dijumpai diperkotaan. Berbagai dampak negatif ditimbulkan oleh fenomena

permukiman kumuh.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin di

Indonesia mencapai 28,28 juta orang, sekitar 11,25%.

Pemerintah bukan tidak memiliki solusi dalam mengatasi fenomena tersebut, namun

realisasinya pemerintah kebingungan untuk mengatasi masalah tersebut. Kompleksitas

pembenahan permukiman kumuh adalah dari segi sosial masyarakat dan meningkatnya

kebutuhan akan perumahan yang menjadi penghambat penanganan fenomena permukiman

kumuh milik penduduk yang kini sudah dibilang tidak mengindahkan lagi.

Meluasnya lingkungan permukiman kumuh di perkotaan telah menimbulkan dampak pada

peningkatan frekuensi bencana kebakaran dan banjir di perkotaan, meningkatnya potensi

kerawanan dan konflik sosial, menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, menurunnya kualitas

pelayanan prasarana dan sarana permukiman, dll.

Di kota Padang permukiman kumuh juga permasalahan yang sangat pelik, dilihat dari data tahun

2012 hasilnya adalah angka rumah tangga miskin sebanyak 101.170 jiwa (19.845 KK). Atau

11,98 persen dari penduduk kota Padang tahun 2011, (844.316 jiwa). Dengan jumlah penduduk

miskin yang ada merupakan salah satu faktor berkembangnya permukiman kumuh diberbagai

kawasan di kota Padang salah satu kawasan yaitu di Kelurahan Alai Parak Kopi yang terletak di

Kecamatan Padang Utara. Pada artikel ilmiah ini ruang lingkup yang diambil yaitu salah satu

kawasan yaitu RW IX dengan jumlah penduduk sekitar 235 KK. Adapun permasalahan yang

ada seperti yang terjadi pada daerah permukiman kumuh lainya, sebagian rumah pada kawasan

ini terletak di sempadan sungai ini masih banyak masalah seperti tidak lengkapnya sarana dan

prasarana,pencemaran lingkungan dan penduduk yang tidak terlayani air bersih.

Page 5: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

Dengan kondisi permukiman yang seperti ini tentunya harus perlu penanangan dari berbagai

pihak terkait untuk menyelesaikan permasalahan serta memenuhi kebutuhan masyarakat akan

permukiman layak huni.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk penanganan lingkungan kumuh di Kelurahan

Alai Parak Kopi

Lingkup Studi dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh di kawasan studi

Page 6: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Permukiman Kumuh

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat

merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Sedangkan kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai kotor

atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya, tetapi justru

kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh.

Menurut Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang

pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam

menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan

perkotaan. Sedangkan kawasan permukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio

permukiman kumuh. Dan yang kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara

geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh. Yang

menjadi penyebabnya adalah mobilitas sosial ekonomi yang stagnan.

Masrun (2009) memaparkan bahwa permukiman kumuh mengacu pada aspek lingkungan

hunian atau komunitas. Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai suatu lingkungan

permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas atau memburuk baik secara fisik, sosial

ekonomi maupun sosial budaya, yang tidak mungkin dicapainya kehidupan yang layak bagi

penghuninya, bahkan dapat pula dikatakan bahwa para penghuninya benar-benar dalam

lingkungan yang sangat membahanyakan kehidupannya. Pada umumnya permukiman kumuh

memiliki ciri-ciri tingkat kepadatan penduduk yang sangat rendah, tidak memadainya kondisi

sarana dan prasarana dasar, seperti halnya air bersih, jalan, drainase, sanitasi, listrik, fasilitas

pendidikan, ruang terbuka / rekreasi, fasilitas pelayanan kesehatan dan perbelanjaan.

Page 7: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

2.2 Sempadan sungai

Berdasarkan peraturan pemerintah republik indonesia nomor 38 tahun 2011 tentang sungai

Pasal 9

Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a ditentukan:

a. paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai

sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 m

(tiga meter);

b. paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai

sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga meter) sampai

dengan 20 m (dua puluh meter); dan

c. paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai

sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh

meter).

2.3 Karakteristik Permukiman Kumuh : (Menurut Johan Silas)

1. Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata 6 m2/orang.

Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani karena tidak tersedia. Namun

karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tak

sulit mendapatkannya.

2. Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat mencari nafkah

(opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas keterjangkauan) baik membeli atau

menyewa. Manfaat permukiman disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga murah

adalah kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi.Hampir setiap orang tanpa syarat

yang bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan membayar apapun, selalu dapat

diterima dan berdiam di sana, termasuk masyarakat “residu” seperti residivis, WTS dan lain-lain.

Page 8: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

Kriteria Umum Permukiman Kumuh:

1. Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat yang perlu dibenahi.

2. Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas, namun masih

dapat ditingkatkan.

3. Para penghuni lingkungan permukiman kumuh pada umumnya bermata pencaharian tidak

tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan rendah

4. Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang paling bawah,

meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan pemerintah, kecuali dibuka peluang untuk

mendorong mobilitas tersebut.

5. Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan program pembangunan

kota pada umumnya.

6. Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang satu, tetapi tidak

semua begitu saja dapat dianggap permanen.

Kriteria Khusus Permukiman Kumuh:

1. Berada di lokasi tidak legal

2. Berada di sempadan sungai atau kawasan rawan

3. Akses jalan buruk tidak menjangkau seluruh permukiman

4. Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah (miskin)

5. Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota

6. Pelayanan sanitasi dan air bersih buruk

7. Tingkat keamanan suatu kawasan

8. Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non formal), ada sistem

angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan secara umum walau tidak selalu murah.

Page 9: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

  Aturan - aturan penerima BLT :

No Variasi Kemiskinan Karakteristik Kemiskinan

1 Luas lantai bangunan tempat tinggal Kurang dari 8 m2 per orang

2 Jenis lantai bangunan tempat tinggal Tanah, bambu, kayu murahan

3 Jenis dinding bangunan tempat tinggal Bambu, rumbai, kayu kualitas rendah, tembok tanpa

plester

4 Fasilitas tempat buang air besar Tidak ada, menumpang rumah lain

5 Sumber penerangan rumah tangga Bukan listrik

6 Sumber air minum Sumur, mata air tidak terlindungi, sungai, air hujan

7 Bahan bakar untuk memasak Kayu bakar, arang, minyak tanah

8 Konsumsi daging,ayam,susu,per minggu Satu kali atau dua kali dalam seminggu

9 Pembelian pakaian baru setiap anggota rumah

tangga setiap tahun

Tidak pernah membeli, satu stel

10 Frekuensi makan dalam satu hari Satu kali, dua kali sehari

11 Kemampuan membayar untuk berobat ke

puskesmas atau dokter

Tidak mampu membayar

12 Lapangan pekerjaan utama kepala rumah

tangga

Petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha, buruh

tani, nelayan, buruh bangunan, pekerjaan lainya

dengan pendapatan rumah tangga di bawah Rp

600.000,00 per bulan

13 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga Tidak sekolah, tidak tamat SD atau hanya tamat SD

Page 10: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

saja.

14 Pemilikan aset, harta bergerak maupun tidak

bergerak

Tidak punya tabungan, barang yang mudah dijual

dengan nilai minimal Rp 500.000,00 sepert sepeda

motor (kredit maupun bukan kredit), emas, perhiasan,

perahu motor dan barang modal lainya

Berdasarkan aturan minimal penerima BLT harus memenuhi 8 dari 14 aspek kriteria BLT.

Page 11: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah “Metode Penelitian deskriptif” merupakan

penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran tentang keadaan dan kondisi fisik

perumahan dan permukiman berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang tampak atau

sebagaimana adanya di lokasi penelitian. Pada penelitian ini populasi obyek penelitian adalah

perumahan dan permukiman di Kelurahan Alai Parak Kopi. Sebagai subyek penelitian, populasi

dalam penelitian ini adalah permukiman kumuh berbasis kawasan di Kota Padang di Kelurahan

Alai Parak Kopi terletak pada RW IX.

Penelitian ini merupakan tahap eksplorasi, dengan teknik meta analisis, untuk mengidentifikasi

profil penghuni pemukiman kumuh, permasalahan-permasalahan yang dihadapi, dan identifikasi

kebutuhan yang perlu diakomodasi dalam perencanaan program dan kegiatan pembangunan

kota. Analisis data dilakukan berdasarkan , yaitu memandang perilaku manusia—apa yang

mereka katakan, dan lakukan sebagai suatu produk dari orang yang menafsirkan dunia mereka

sendiri. Metode ini berusaha memahami makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia

dalam situasinya yang khusus. Penelitian ini juga berorientasi pada sejumlah kasus dengan

karakteristik spesifik sesuai dengan tujuan penelitian, untuk mendapatkan kedalaman makna.

Berdasar karakteristik dan isu penelitian ini, pendekatan penelitian yang dipilih adalah deskriftif.

Page 12: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Tinjauan Gambaran Umum Kawasan

Kawasan studi pada artikel ilmiah ini yaitu terletak Kelurahan Alai Parak Kopi, adapun deliniasi kawasannya yaitu pada RW IX dengan luas lahan yaitu 3,5 Ha. Jumlah penduduk yang ada pada RW IX yakni 235 KK.

A. Lokasi Permukiman Adanya permukiman yang berdiri disepanjang sempadan sungai, dengan sungai yang

kedalamnya kurang dari 3 meter seharusnya tidak ada bangunan berdiri diri sisi kiri maupun kanan sungai dengan jarak 10 meter.

Page 13: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

Lokasi permukiman berbatasan atau dekat dengan pasar tradisional (pasar Alai) kurang lebih 50 meter.Berdasarkan kriteria permukiman kumuh yaitu lokasi permukiman kumuh berada di sempadan sungai dan berbatasan dengan kawasan pasar alai. Dengan demikian dapat masuk salah satu kriteria permukiman kumuh.

B. Kebijakan

Berdasarkan dokumen  Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan

Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Padang tahun 2012 di nyatakan bahwa kawasan

Alai Parak Kopi merupakan kawasan kumuh.

Jadi berdasarakan aspek kebijakan kawasan ini juga digolongkan sebagai kawasan

permukiman kumuh.

Page 14: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

C. Tinjauan terhadap Kondisi Bangunan

Penilaian terhadap perumahan dan permukiman dari aspek kondisi bangunan mencakup 4

kriteria, yaitu tingkat kualitas dan kelayakan bangunan, kepadatan bangunan dan tingkat

penggunaan luas lantai.

a. Tingkat Kualitas dan Kelayakan Bangunan

Sebagian besar rumah penduduk berbentuk rumah biasa Umumnya merupakan bangunan

sederhana, semi permanen, dan tidak layak huni. Berdasarkan pengamatan di lokasi

terdapat ±60% rumah tidak layak huni, terutama rumah-rumah yang berada di tepi sungai,

dengan kondisi material konstruksi yang mudah rusak dan berkesan darurat.

Gambar : Rumah non permanen Gambar: salah satu kondisi rumah

D. Tinjauan terhadap Kondisi Prasarana dan Sarana Lingkungan

Penilaian terhadap perumahan dan permukiman dari aspek prasarana dan sarana lingkungan mencakup 4 kriteria, yaitu: tingkat pelayanan air bersih, drainase, persampahan, jalan.

Page 15: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

a) Tingkat Pelayanan Air Bersih

Di RW IX Kelurahan Lamokato sebagian besar penduduk telah memperoleh air bersih

dari saluran PAM (70%) panjang pipa besar (840m) dilihat dari aliran pipa yang

berada dipinggir jalan (panjang jalan yang melayani 1200m ) yang ada di kawasan

studi. Sisanya berdasarkan wawancara dengan warga yang tidak terlayani saluran

PAM menggunakan air sumur untuk pemenuhan kebutuhan air. Dengan demikian

dapat dikatakan kawasan ini kumuh rendah dari segi pelayanan air bersih.

b) Kondisi Persampahan

Umumnya penduduk di RW IX Kelurahan Lamokato membuang sampah dengan cara

dibakar di pekarangan atau di tempat-tempat terbuka. Tidak adanya armada angkutan

sampah dan tempat pembuangan sampah sementara yang memadai menyebabkan

penduduk lebih memilih cara yang mudah dilakukan dan tempat yang mudah

dijangkau. Dari cara membuang sampah penduduk, kondisi ini dapat dikategorikan

kumuh.

c) Saluran Drainase

Saluran drainase yang terdapat pada RW IX tidak menjangkau seluruh kawasan, dilihat

disepanjang jalan tidak seluruhnya terlayani oleh saluran drainase, untuk permukiman

pembuangan air limbah bagi yang termasuk dalam jangkauan drainase membuang air

limbah ke drainase sedangkan untuk permukiman yang tidak terjangkau yakni

membuang limbahnya ke sungai.

Page 16: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

Peta Saluran Drainase

Page 17: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

d) Kondisi Jalan

Panjang jalan yang melayani kawasan ini yaitu sepanjang 1,3 km. Dengan rincian yaitu

900 meter jalan beton dan 400 meter jalan tanah. Dengan masih adanya permukiman

yang masih belum memiliki akses hanya jalan setapak dan jalan tanah. Termasuk salah

satu indikator permukiman kumuh yakni akses jalan belum melayani permukiman.

E. Tinjauan terhadap Aspek Sosial Ekonomi Penduduk

Page 18: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

a) Tingkat Kemiskinan

Penilaian terhadap perumahan dan permukiman dari aspek sosial ekonomi penduduk, dalam

aspek ini penilaian dilakukan dengan menggunakan indikator penerima BLT (bantuan langsung

tunai). Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan ketua RW IX yaitu jumlah

KK penerima BLT sebanyak 153 KK dari 235 KK atau dengan persentase 65% merupakan

penerima BLT. Dengan lebih dari 50% penduduk di permukiman RW IX dapat di katakan

kawasan kumuh.

b) Tingkat Keamanan

Umumnya kondisi lingkungan relatif aman dari pencurian dan tindak kejahatan lainnya.

Penduduk tidak mengalami gangguan keamanan dalam 6 bulan terakhir. Demikian pula dengan

konflik antar warga cenderung tidak terjadi, karena adanya hubungan kekerabatan yang erat

antar warga atau berasal dari daerah yang sama. Hal ini juga disebabkan oleh persamaan latar

belakang sosial budaya dan ekonomi antar penduduk, sehingga tidak terjadi kecemburuan sosial

di masyarakat (wawancara dengan RW IX).

BAB V

KESIMPULAN

Page 19: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

Kesimpulan

Karakteristik permukiman kumuh di Kelurahan Alai Parak Kopi , khususnya diwilayah studi

yaitu RW IX :

(1) Dari segi lokasi dapat dikategorikan kumuh yakni berada disempadan sungai dan berbatasan

langsung dengan pasar tradisional.

sarana & prasarana air bersih belum terdistribusi merata, pembuangan air kotor dan pembuangan

sampah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan

(2) kualitas lingkungan yang rendah

(3) masih banyaknya bangunan dengan kualitas bangunan yang rendah dan tidak layak huni

(4) tingkat kemiskinan yang tinggi.

Dari aspek sarana dan prasarana dapat disimpulkan sebagian besar kondisi yang ada

termasuk kategori kumuh, yaitu: sanitasi lingkungan, jalan, persampahan dan saluran air hujan.

Kebiasaan penduduk membuang sampah, air kotor dan jamban di sungai, menjadikan sungai

tercemar. Akibat kurangnya kesadaran penduduk terhadap kesehatan lingkungan, sehingga

berimplikasi pada kualitas lingkungan yang rawan bencana banjir dan kualitas hidup penduduk

yang rentan terhadap wabah penyakit. Kondisi sosial ekonomi penduduk yang umumnya

berpenghasilan rendah, menyebabkan rendahnya motivasi penduduk untuk memiliki rumah yang

layak & sehat dilihat dari jumlah KK penerima BLT (

bantuan langsung tunai) .

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Wanda Syaputra Dan Andika Pramana

Johan Silas, 2014 “Karakteristik Permukiman Kumuh” http://dawnfairies.blogspot.com/2014/07/makalah-

pengetahuan-lingkungan_8727.html di akses pada 30 Mei 2015.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan_langsung_tunai

Masrun, 2009 “Permukiman kumuh “https://1janumuhammad.wordpress.com/2013/01/20/geografi-sosial-

munculnya-perkampungan-kumuh-di-tengah-kota/ diakses 29 juni 2015

Peraturan Pemerintah, 2011. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai http://www.sanitasi.net/peraturan-pemerintah-no-38-tahun-2011-tentang-sungai.html diakses 30 Mei 2015.