WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

56
1

Transcript of WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

Page 1: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

1

Page 2: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

2

“WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

SEGALA YANG HALAL DAN BAIK”

(AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH : 168)

Page 3: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

3

BERBISNIS-BISNIS DAHULU

MASUK SURGA KEMUDIAN

2

ARAFAT

http://telegram.me/arafat_channel

Page 4: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

4

DAFTAR ISI ___________________________________ 4

KATA PENGANTAR _____________________________ 6

HADIST KE-21 _________________________________ 8

HADIST KE-22 _________________________________ 10

HADIST KE-23 _________________________________ 12

HADIST KE-24 _________________________________ 14

HADIST KE-25 _________________________________ 17

HADIST KE-26 _________________________________ 19

HADIST KE-27 _________________________________ 22

HADIST KE-28 _________________________________ 24

HADIST KE-29 _________________________________ 26

HADIST KE-30 _________________________________ 28

HADIST KE-31 _________________________________ 31

HADIST KE-32 _________________________________ 33

HADIST KE-33 _________________________________ 35

HADIST KE-34 _________________________________ 37

HADIST KE-35 _________________________________ 39

HADIST KE-36 _________________________________ 41

HADIST KE-37 _________________________________ 43

HADIST KE-38 _________________________________ 45

Page 5: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

5

HADIST KE-39 _________________________________ 47

HADIST KE-40 _________________________________ 50

KESIMPULAN _________________________________ 52

PENUTUP ____________________________________ 55

Page 6: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

6

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين

اللهم صل على رسول الله واله واصحابه

KATA PENGANTAR JILID 2

“If you can dream it, you can do it!” inilah salah satu quote

kesukaan saya, sebab quote ini memang sejalan dengan hadist

Nabi sejak 14 abad yang lalu, dimana Nabi bersabda, “Segala

sesuatu tergantung dari niatnya”.

Salah satu makna dari hadist tersebut, Nabi hendak berpesan

kepada kita bahwa, “Segala sesuatu akan tercapai atau tidak,

tergantung apakah engkau sudah meniatkannya atau belum”.

Atau jika dibaca dari belakang menjadi; “Jika engkau sudah

meniatkannya, maka segala sesuatu akan tercapai!” If you can

dream it, you can do it!

Hari ini saya membuktikan kebenaran ucapan Nabi tersebut,

walaupun untuk sesuatu yang cukup sederhana, yaitu saya

berhasil menulis sebuah buku yang sudah saya impikan (niatkan)

untuk menulisnya sejak bertahun-tahun lalu. Alhamdulillah.

Sebuah buku yang berisi 40 hadist dari Rasulullah, yang

menerangkan khusus tentang 40 niat mulia dalam berbisnis

maupun bekerja.

Page 7: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

7

Ke depannya, insya Allah saya sudah merancang suatu impian

lain yang lebih besar lagi manfaatnya, dan saya kelak akan

bersyukur kembali kepada Allah suatu hari ketika Allah berkenan

kepada saya untuk mencapainya. Alhamdulillah.

Tentu berikutnya, giliran saudara ya. Rancanglah mimpi saudara

hari ini sehingga saudara kelak akan membuktikan janji Nabi ini

saat saudara mencapainya!

Jakarta,25 Januari 2017

Arafat

Page 8: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

8

HADIST KE-21

قال الله عز و جل: ي رك غنى وبسد فق رك ن ب ل صد آ دبم تفرغ لعبادت آم

عل ملت يدي ك شغ لى ولم بسد فق رك وبل تف

Allah Azza Wajalla berfirman (Hadist Qudsi),

“Wahai anak Adam, luangkanlah waktumu untuk ibadah

kepadaKu, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan

hindarkan kamu dari kefakiran. Kalau tidak, Aku penuhi

tanganmu dengan kesibukan, dan aku tidak akan menghindarkan

kamu dari kefakiran”

(Hadist Riwayat At-Tirmidzi)

Page 9: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

9

KETENANGAN DALAM IBADAH

Jika saudara mendapat amanat untuk mengajar pengajian umum

di Masjid seminggu sekali, pasti sering menerima kalimat seperti

ini dari jamaah, “Maaf ustad, sudah berapa kali saya tidak bisa

hadir pengajian, karena sekarang saya kerja serabutan. Kontrak

saya dari kantor lama sudah habis, sekarang apa aja lah saya

kerjakan asal bisa makan”.

Paling jawaban saya standar saja, “Iya gak apa-apa, ngaji itu

ibadah, mencari rezeki juga ibadah. Sama-sama ibadah kan ?”

Walaupun dalam hati saya sebenarnya tidak mau mengatakan

hal tersebut, sebab buat saya bekerja itu walaupun benar ibadah

harusnya ya menghabiskan waktu kita secara sehat lah. Yaitu

yang tidak mengganggu ketenangan ibadah kita yang lain.

Jika saat ini pekerjaan atau bisnis saudara tidak menganggu

waktu-waktu ibadah kita yang lain, bahkan sebaliknya justru

menambah ketenangan dalam beribadah, maka bersyukurlah

kepada Allah. Tidak banyak orang bekerja yang bisa seperti

saudara, apalagi mereka yang belum memiliki pekerjaan.

Jadi, ini poin penting dalam niat mencari rezeki. Saat langkah

pertama kaki kita keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah

nawaitu mencari rezeki ini agar aku mendapat ketenangan dalam

ibadah”.

Page 10: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

10

HADIST KE-22

ة و بل فربغ ح من بلناس بلص ما كثي ن في بو متان مغ نع

“Dua kenikmatan yang memperdaya banyak manusia, yaitu

nikmat sehat badan, dan nikmat waktu luang”

(Hadist Riwayat Bukhari)

Page 11: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

11

TERTIB WAKTU

“Bulan Ramadhan seperti ini buat bibi sehari 24 jam itu rasanya

masih kurang. Kalo bisa sih bibi pengennya itu sehari 36 jam.

Bayangin aja, abis subuh bibi siap-siap barang dagangan, pagi

langsung dagang. Baca Quran di toko dapat 1 juz. Sore pulang

hitung-hitung penjualan dan beres-beres barang sampai magrib

terus buka puasa, taraweh. Pulang taraweh terima kiriman

barang dari konveksi, abis itu baca Quran dapat 1 juz lagi, paling

Cuma sempat tidur dua jam, sudah harus bangun lagi siap-siap

sahur”.

Begitulah curhat bibi saya seorang pedagang pakaian di Cirebon.

Waktu beliau begitu teratur. Sekian jam untuk mencari rezeki,

sekian jam untuk membaca Quran, tidak lupa istirahat sekian jam

karena tubuh kita punya hak istirahat. Apalagi bulan puasa

dimana pakaian mencapai puncak kesibukannya. Tetapi tetap

saja kesibukan yang sangat padat tidak mengacaukan

keteraturan pembagian waktu beliau.

Coba ingat-ingat saat kita sudah mengambil cuti bulan puasa,

bagaimana jadwal sehari-hari kita ? Entahlah, tidur sampai jam

berapa, bangun pun sesuka hati. Ternyata aktivitas bekerja

membuat kita terpaksa memiliki keteraturan dalam waktu kita.

Maka, lengkapi poin berikutnya dalam niat mencari rezeki. Saat

langkah pertama kaki kita keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya

Allah nawaitu mencari rezeki ini agar aku mendapat ketenangan

dalam ibadah, dan agar waktu saya menjadi tertib”.

Page 12: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

12

HADIST KE-23

لبه آجل بن د كم يط لب بل عب ق ليط ز بلر

“Sesunggunya rezeki akan mencari pemiliknya, sebagaimana ajal

mencarinya”

(Hadist Riwayat Ath-Thabrani)

Page 13: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

13

REZEKI SUDAH DIATUR

Orang-orang malas selalu memiliki kata pamungkas untuk

menutupi kemalasan mereka, “Rezeki sudah diatur oleh Allah,

buat apa terlalu berlebihan mengejar rezeki”. Kelihatannya

seperti kalimat orang yang yakin ya, padahal justru dari kalimat

tersebut menunjukkan ada sebuah keraguan.

Sebab bagi orang yang yakin rezekinya sudah disiapkan oleh

Allah, maka orang ini akan mengejarnya. Jika seluruh ikhtiar

manusiawi sudah ditempuh, lalu rezekinya belum datang, baru

yakinlah ia memang rezeki untuknya belum waktunya tiba.

Sebaliknya jika baru sedikit ikhtiar, lalu rezekinya datang

berlimpah, yakin pula lah ia memang rezekinya sudah waktunya

tiba. Itu baru namanya yakin. Suatu nilai kepercayaan yang

timbul karena kita sudah membuktikannya sendiri.

Jadi sudah tidak masalah lagi buat kita bagaimana rezeki kita

besok, karena kita yakin rezeki sudah diatur dengan sangat adil

oleh Allah. Tugas kita adalah mencari rezeki hari ini. Future is

mistery, but Present is gift. Aneh kan kalau ada orang mengaku

yakin bahwa rezeki sudah diatur, tapi dia tidak keluar dari

rumahnya untuk membuktikannya.

Maka, tambahkan dalam niat mencari rezeki. Saat langkah

pertama kaki kita keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah

nawaitu mencari rezeki ini agar aku mendapat ketenangan dalam

ibadah, dan agar waktu saya menjadi tertib, dan agar

memperkuat iman saya tentang pengaturan rezeki Engkau”.

Page 14: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

14

HADIST KE-24

ن من ه ب لمن تعلمو نة وبل وقار وتوبضعو كي بلس ب لل عل مو و تعل ب بل عل مو تعل

“Tuntutlah ilmu, dan pelajari ilmu (untuk memperoleh)

ketenangan dan kehormatan, dan bersikaplah rendah hati

kepada orang yang mengajarimu”

(Hadist Riwayat Ath-Thabrani)

Page 15: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

15

TOLABUL ILMU

Ribuan tahun silam, Allah sudah memberi kabar kepada para

malaikat yang mulia, bahwa Allah akan menciptakan satu bentuk

kehidupan bernama manusia di muka bumi ini.

Para malaikat pun bertanya penuh keheranan mengapa mahluk

bernama manusia ini harus diciptakan ? Mahluk yang penuh

dengan nafsu, keserakahan, keangkuhan, tak mengenal belas

kasihan, membuat kerusakan di atas muka bumi, dan saling

menumpahkan darah.

Para malaikat ini bukan menebak-nebak tentang sifat manusia,

melainkan memang mereka diberi penglihatan tentang masa

depan manusia. Para malaikat melihat bagaimana manusia

membakar hutan secara brutal sampai asapnya menutupi langit.

mengeruk bumi sampai habis isi perut bumi ini.

Para malaikat melihat para tentara yang saling membunuh rakyat

yang lemah di Palestina, dan di Aleppo hari ini.

Tetapi ada sisi lain yang terlewat dari penglihatan para malaikat

ini, bahwa mahluk bernama manusia ini dibekali dengan akal

untuk berpikir.

Saat Nabi Adam diciptakan, diajarkanlah Nabi Adam ini oleh Allah

berbagai ilmu, maka sejak itulah para malaikat tersadar bahwa

manusia itu demikian unik dan sempurna.

Manusia itu mahluk pembelajar, bukan mahluk yang statis.

Manusia mampu belajar. Dengan ilmu yang dipelajari manusia

mampu menciptakan kedamaian dunia.

Page 16: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

16

Inilah kelebihan kita sebagai manusia. Oleh karena itu jadilah

mahluk pembelajar dimana saja. Pelajari apa saja. Sejauh hal

tersebut menambah keyakinan kita kepada kebesaran Allah.

Jadi, jangan sampai terlewatkan dalam niat mencari rezeki. Saat

langkah pertama kaki kita keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya

Allah nawaitu mencari rezeki ini agar aku mendapat ketenangan

dalam ibadah, dan agar waktu saya menjadi tertib, dan agar

menguat iman saya tentang pengaturan rezeki Engkau, dan agar

saya bertambah ilmu”.

Page 17: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

17

HADIST KE-25

ل ولو ة و بحبك ب يبك من بل ن من ك ما ما آط رجو مي بخ ل آن قو

ك سكن ت غي

“Alangkah baiknya engkau (duhai tanah airku) sebagai sebuah

negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai.

Seandainya kaumku tidak mengusirku, niscaya aku tidak akan

tinggal di negeri selainmu (yaitu Mekkah sebagai tanah air

kelahiran Nabi)”

(Hadist Riwayat Ibnu Hibban)

Page 18: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

18

MEMBANGUN BANGSA

Welcome to The New World. Pernahkah mendengar tagline

seperti ini? Dimana kita diingatkan bahwa dunia yang baru

adalah model dunia yang semakin kurang beradab. Bukan lagi

orang yang kuat memangsa orang yang lemah, melainkan bangsa

yang kuat akan “memangsa” bangsa yang lemah.

Saya yakin saudara lebih banyak mengetahui bagaimana

terancamnya negara kita di tengah dunia yang baru ini.

Pilihannya hanya dua, berubah atau punah. Siapa yang berubah?

Kitalah yang harus berubah. Kita tuan rumah di negeri ini yang

harus mulai berkorban untuk bangsa. Kita yang harus berteriak

dengan lantang JIHAD EKONOMI!!! diiringi suara takbir. Setelah

teriakan pertama, keluarlah dari rumah-rumah kita dan kalahkan

para penjajah ekonomi itu dengan karya terbaik kita.

Hanya orang-orang lemah yang mana dalam posisi terancam

seperti ini masih saja berdebat kusir tentang ketimpangan sosial,

kelemahan pemerintah, korupsi, dan sebagainya. Tetapi mereka

lupa untuk bertindak. Hanya sebatas berdebat dan mengeluh.

Bukan waktunya lagi beropini! Sekarang waktunya ikhtiar!

Jadi, masukkan hal ini dalam niat mencari rezeki. Saat langkah

pertama kaki kita keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah

nawaitu mencari rezeki ini agar aku mendapat ketenangan dalam

ibadah, dan agar waktu saya menjadi tertib, dan agar menguat

iman saya tentang pengaturan rezeki Engkau, dan agar saya

bertambah ilmu, dan agar bangsa saya terbebas dari penjajah

ekonomi”.

Page 19: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

19

HADIST KE-26

م بل جي ش ذل بل جي ش ها ولنع بمي مي م بل نية فلنع طي طن لتف تحن بل قس

“Suatu saat Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam.

Pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baik pemimpin.

Dan pasukan yang di bawah komandonya adalah sebaik-baik

pasukan”

(Hadist Riwayat Ahmad dan Al-Hakim)

Page 20: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

20

THE BIG DREAM

Alkisah pada suatu malam Rasulullah diberikan impian dalam

tidur beliau bahwa beliau dan para sahabatnya memasuki kota

Mekkah dalam keadaan aman dan damai. Kisah ini diabadikan

dalam Al-Quran, dan terjadi sebelum penaklukan kota Mekkah

(Fathu Makkah). Dengan sebab impian yang diperlihatkan Allah

tersebutlah kemudian Rasulullah berangkat ke kota Mekkah,

namun ternyata terhenti di Hudaibiyah dan mengikat perjanjian

disana.

Barulah dua tahun berikutnya Rasulullah dan kaum muslimin

akhirnya benar-benar menguasai kota Mekah dengan aman dan

damai tanpa peperangan apapun.

Begitu banyak hikmah dari kisah Fathu Makkah ini, salah satu

hikmahnya adalah; bagaimana Allah memperlihatkan sebuah

Dream (impian) kepada Rasulullah, menunjukkan bahwa impian

itu sesuatu yang cukup penting.

Hidup kita ini juga harus memiliki sebuah Dream. Sebuah impian

apa yang ingin kita capai. Konsepkan mimpi kita sekarang juga,

agar kita tau kemana tujuan kita hidup. Visualisasikan target

hidup kita, sebagaimana Rasulullah diperlihatkan secara visual

pula oleh Allah, tentang impian menaklukan kota Mekkah, dalam

mimpinya.

Jika saudara sudah membangun sebuah proposal kehidupan,

sekarang tinggal Kejar Impian Saudara!

Page 21: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

21

Jadi, agar kita tetap termotivasi dalam mencari rezeki,

tambahkan lagi niatnya. Saat langkah pertama kaki kita keluar

mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah nawaitu mencari rezeki ini

agar aku mendapat ketenangan dalam ibadah, dan agar waktu

saya menjadi tertib, dan agar menguat iman saya tentang

pengaturan rezeki Engkau, dan agar saya bertambah ilmu, dan

agar bangsa saya terbebas dari penjajah ekonomi, dan untuk

mengejar dream yang saya impikan”.

Page 22: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

22

HADIST KE-27

ه وشاهدي ه وقال ه سوبء ب وموك ل الله آ ك بلر لعن رسو

“Rasulullah melaknat orang yang meminjamkan dengan riba, dan

nasabahnya, dan para saksinya. Rasulullah bersabda : Mereka

semua sama dosanya”

(Hadist Riwayat Ahmad)

Page 23: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

23

RIBA

Riba adalah kekejaman. Karena dalam riba tidak diperbolehkan

memiliki belas kasihan.

Riba adalah kemalasan. Karena para pemodal tidak mau terlibat

dalam usaha peminjamnya, mereka hanya ingin setoran

keuntungannya saja sambil duduk manis.

Riba adalah kepengecutan. Karena dalam riba para pemodal

tidak berani mengambil resiko rugi.

Riba adalah ketidakadilan. Karena para pemodal tidak mau tau,

mereka harus selalu untung walaupun para peminjam jatuh rugi

bahkan bangkrut.

Riba adalah kebencian. Karena semakin dalam terjerumus di

dalamnya, semakin jauh dari kasih sayang Allah dan RasulNya.

Riba adalah; Ruginya pasti, Indahnya pergi, Berkahnya hilang,

Azabnya datang.

Jadi, jangan beri toleransi kepada riba. Saat langkah pertama kaki

kita keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah nawaitu mencari

rezeki ini agar aku mendapat ketenangan dalam ibadah, dan

agar waktu saya menjadi tertib, dan agar menguat iman saya

tentang pengaturan rezeki Engkau, dan agar saya bertambah

ilmu, dan agar bangsa saya terbebas dari penjajah ekonomi, dan

untuk mengejar dream yang saya impikan, dan agar saya bisa

melindungi diri saya dari riba”.

Page 24: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

24

HADIST KE-28

دو فت ن ل ر ذ ب آ ي ل من آن تصل مائة تغ آ يةى من كتاب الله خي عل

ببى من دو فتعل عة ولأن تغ و آ ه ب ل ع ل ع بل رك خ ل م ع ي م ل ص ت ن آ ن م ي ل

ة ع ك ر ف ل آ

“Wahai Abu Dzar, sungguh kepergianmu mengajarkan satu ayat

dari Kitabullah, lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah)

seratus rakaat. Dan kepergianmu mengajarkan satu bab ilmu,

lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah) seribu rakaat”

(Hadist Riwayat Ibnu Majah)

Page 25: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

25

MENYEBARKAN ILMU

Saya pernah membaca pengalaman seseorang yang berkunjung

langsung ke negeri China. Rupanya disana benar-benar ada kuil

kungfu seperti di film-film silat. Hanya saja para pendekar kungfu

hari ini tidak semahir para pendahulunya. Mengapa demikian?

Menurut cerita si guide tour, karena dalam kuil kungfu ada

semacam tradisi dimana sang guru tidak akan mengajarkan

semua jurus kepada muridnya. Mereka khawatir muridnya akan

sepandai mereka, maka setiap generasi guru kungfu pasti

menyembunyikan satu jurus kepada generasi murid di

bawahnya.

Akibatnya seiring pergantian masa demi masa, jurus-jurus kungfu

yang legendaris itupun semakin berkurang dari kuil-kuil mereka.

Beruntung sekali kita yang masih meyakini bahwa ilmu tidak

akan berkurang dengan diajarkan kepada orang lain, bahkan

semakin bertambah. Sehingga kita selalu bersemangat setiap

hari untuk mengajarkan orang lain apa yang kita ketahui.

Jadi, tambah niat. Saat langkah pertama kaki kita keluar mencari

rezeki, berniatlah “Ya Allah nawaitu mencari rezeki ini agar aku

mendapat ketenangan dalam ibadah, dan agar waktu saya

menjadi tertib, dan agar menguat iman saya tentang pengaturan

rezeki Engkau, dan agar saya bertambah ilmu, dan agar bangsa

saya terbebas dari penjajah ekonomi, dan untuk mengejar dream

yang saya impikan, dan agar saya bisa melindungi diri saya dari

riba, dan untuk menyebarkan ilmu kepada orang lain”.

Page 26: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

26

HADIST KE-29

ب و ن الله ل يمل حت تملن فا قو ال ما تطي ع ب من بل فو بك

“Lakukanlah apa yang mampu engkau amalkan. Sesungguhnya

Allah tidak jemu sehingga engkau sendiri yang jemu”

(Hadist Riwayat Bukhari)

Page 27: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

27

SEBAB AKIBAT

Jika datang musim hujan, biasanya kita sudah siap-siap payung di

tempat yang mudah terlihat. Kalau kita pengendara motor, pasti

juga persiapan jas hujan di dalam jok motor. Betul kan. Kalau

belum punya gimana? Biasanya kita akan paksakan beli payung

dan jas hujan juga. Gimana lagi, namanya musim hujan.

Kelihatannya terpaksa ya, tapi dengan cara begitu ada bagusnya

juga. Kita jadi punya payung. Mungkin belum tentu kita terus-

terusan yang pakai payung itu, kadang orang lain juga

memakainya. Jadi bermanfaat.

Begitulah contoh hubungan sebab-akibat. Sebab datang musim

hujan, kita jadi punya payung. Sama seperti; sebab kita sakit, kita

jadi rajin berdoa kepada Allah. Sebab kita memiliki usaha, maka

kita jadi sering shalat dhuha dan tahajud. Karena bagi orang-

orang seperti kita, ikhtiar beriringan dengan tawakal.

Berarti perlu disyukuri kita sampai hari ini masih bekerja atau

berbisnis. Jangan lupa diniatin. Saat langkah pertama kaki kita

keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah nawaitu mencari

rezeki ini agar aku mendapat ketenangan dalam ibadah, dan

agar waktu saya menjadi tertib, dan agar menguat iman saya

tentang pengaturan rezeki Engkau, dan agar saya bertambah

ilmu, dan agar bangsa saya terbebas dari penjajah ekonomi, dan

untuk mengejar dream yang saya impikan, dan agar saya bisa

melindungi diri saya dari riba, dan untuk menyebarkan ilmu

kepada orang lain, dan menjadi penyebab ibadah penunjang

yang lain”.

Page 28: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

28

HADIST KE-30

ود بلناس و سن بلناس وبج ل الله بح ه قال: كن رسو آنس رض الله عن

ب اس بلن ع ش

Sahabat Anas berkata, “Rasulullah adalah yang paling baik

akhlaknya diantara manusia, yang paling ringan tangan

(dermawan) diantara manusia, dan paling berani diantara

manusia”

(Hadist Riwayat Ahmad)

Page 29: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

29

MENGHIASI DIRI DENGAN AKHLAK KARIMAH

Jika saudara melewati terminal Cileunyi ke arah Jatinangor,

Bandung, ada sebuah warung yang sangat berkesan di hati saya.

Letaknya di ujung gang masuk Pesantren Al-Jawami. Dulu saat

mahasiswa, saya kos di sekitar warung itu selama setahun.

Warung yang dijaga oleh dua orang suami-isteri akang dan teteh

yang sangat ramah. Wah saya sendiri kehabisan kata-kata untuk

menuliskan bagaimana ramah dan bersahajanya si akang ini saat

melayani pembelinya.

Contohnya begini, saya pernah membeli suatu barang dengan

uang sepuluh ribu cetakan lama. Saat itu uang jenis seperti itu

sudah tidak beredar lagi, saya sendiri ragu apa masih ada warung

yang menerima pembayaran dengan uang tersebut.

Makanya hanya di warung si akang saya beranikan diri bertanya,

“Kang, apa uang yang kaya gini masih laku?”

“Sepertinya sih sudah tidak laku mas, tapi biarlah sementara saya

terima saja dulu duit mas ini, nanti saya coba tanyakan ke agen

saya yah saat belanja. Kalau mereka masih terima, Alhamdulillah.

Kalau mereka ternyata tidak menerima, punten pisan ya mas

nanti bisa kan ganti uang yang lain?”

Apa susahnya si akang langsung minta tukar uangnya saat itu,

tetapi karena memang pembawaan beliau yang baik hati, beliau

selalu bersikap yang membahagiakan lawan bicaranya.

Page 30: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

30

Dengan bekerja, kita pasti sering bergaul dengan banyak orang,

artinya kita punya banyak kesempatan untuk menunjukkan

akhlak yang baik.

Ini perlu diniatkan juga kan. Saat langkah pertama kaki kita

keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah nawaitu mencari

rezeki ini agar aku mendapat ketenangan dalam ibadah, dan

agar waktu saya menjadi tertib, dan agar menguat iman saya

tentang pengaturan rezeki Engkau, dan agar saya bertambah

ilmu, dan agar bangsa saya terbebas dari penjajah ekonomi, dan

untuk mengejar dream yang saya impikan, dan agar saya bisa

melindungi diri saya dari riba, dan untuk menyebarkan ilmu

kepada orang lain, dan menjadi penyebab ibadah penunjang

yang lain, dan agar saya dapat menghiasi diri dengan akhlak

karimah”.

Page 31: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

31

HADIST KE-31

بن و كفل بل يتي ف بل جنة كهاتي

“Saya dan pengasuh anak yatim di surga seperti dua jari ini”

(Rasulullah menunjuk jari telunjuk dan jari tengah seraya

merapatkannya)

(Hadist Riwayat Bukhari)

Page 32: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

32

DOA YANG SELALU BEKERJA TANPA KITA SADARI

Tidak ada kata berlebihan untuk sesuatu yang baik. Pernahkah

saudara melihat seseorang yang berlebihan dalam menyantuni

anak-anak yatim? Saya mengenal baik orang yang seperti ini.

Sampai-sampai beliau membangun sebuah rumah khusus,

menyekolahkan anak-anak yatim setinggi-tingginya sesuai

keinginan mereka.

Jika anak-anak yatim itu menyelesaikan pendidikannya, sampai

mendapat pekerjaan, maka mereka akan keluar dari rumah

tersebut, untuk kemudian digantikan dengan anak-anak yatim

yang baru. Begitu seterusnya tidak pernah terputus.

Akankah kita bilang berlebihan? Tentu saja tidak. Sebab rezeki

beliau juga selalu saja mencukupi untuk melakukan hal tersebut.

Begitulah, bisa saja tanpa sepengetahuannya lisan-lisan kecil

anak-anak itu yang justru doanya didengar Allah untuknya,

sehingga rezekinya demikian lancar mengalir seperti air sungai.

Karena itulah kita juga perku lebih banyak lagi lisan orang lain

yang selalu mendoakan kita. Kita perlu lebih banyak lagi air mata

bahagia yang menetes karena perhatian kita kepada mereka.

Setelah sepuluh niat diatas, lengkapi lagi niat kita. Saat langkah

pertama kaki kita keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah

nawaitu mencari rezeki ini agar aku dapat memperhatikan anak

yatim“

Page 33: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

33

HADIST KE-32

ئة ظر بل صغر بل خطي ولكن بن ظر بل من عصي ت ل تن

“Janganlah memandang kecil suatu perbuatan dosa, tetapi

pandanglah kepada Siapa yang engkau durhakai”

(Hadist Riwayat Ath-Thuusi)

Page 34: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

34

SIBUK

Kesibukan bagai pisau yang tajam. Jika digunakan oleh orang

yang tidak tepat, bisa melukai diri sendiri. Tetapi jika berada di

tangan terampil seorang ahli, pisau itu bermanfaat untuk banyak

hal. Begitu juga kesibukan.

Bagi sebagian orang, dengan alasan kesibukan mereka

melalaikan hak-hak Allah dan RasulNya. Shalat jadi terlantar,

tilawah Al-Quran jadi terabaikan, bahkan keluarga dan

orangtuanya sendiri kurang diperhatikan. Ini namanya kesibukan

berada pada orang yang tidak tepat.

Tetapi tidak sedikit loh, orang-orang hebat justru karena

kesibukannya jadi gak kepikiran macam-macam untuk

melakukan maksiat. Mereka menikmati sekali pekerjaannya,

sehingga fokus mereka selalu tertuju dengan hal tersebut, dan

mereka tidak punya waktu untuk perbuatan maksiat. Asal

kewajiban agama Allah sudah ditunaikan, mereka sudah merasa

enjoy dengan aktivitasnya.

Apakah saudara termasuk orang hebat itu?

Berarti hal penting seperti ini perlu diniatkan juga. Saat langkah

pertama kaki kita keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah

nawaitu mencari rezeki ini agar aku dapat memperhatikan anak

yatim, dan melindungi diriku dari perbuatan maksiat kepadaMu“

Page 35: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

35

HADIST KE-33

ر ه بل و ر ه ل ك ة ن بلس ن و ك ت , ف ان م بلز ب ار ق ت ي ت ح ة اع بلس م و ق ت ل

ة اع بلس ن و ك ت و ة اع لس ك م و ي بل ن و ك ي و م و ي ل ك ة ع م ج بل ن و ك ت و ة ع م ج ل ك

ار لن ب ة م ل ك

“Saat akan tiba hari kiamat, waktu akan semakin dekat. Sehingga

satu tahun seperti sebulan, satu bulan seperti seminggu, satu

minggu seperti sehari, satu hari seperti sejam, dan satu jam

seperti menyalakan kayu dengan api”

(Hadist Riwayat At-Tirmidzi)

Page 36: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

36

JAMAN SEKARANG KAYANYA BEDA YA SAMA JAMAN DULU

Hayoo siapa yang pernah ngomong kaya gitu. Kaya nya kita

semua pernah bilang ya. Saat kita merasakan waktu kok cepat

banget berlalu. Perasaan baru kemaren bulan puasa, sekarang

sudah mau puasa lagi.

Perasaan cari rezeki semakin besar tantangannya ya. Dulu mah

orang tua kita bisa berangkat agak siang, sore udah pulang ke

rumah lagi, tapi rezekinya ada aja. Bisa kebeli rumah, kebeli

kebon. Sekarang berangkat pagi pulang malam, mau beli motor

aja susahnya minta ampun, apalagi rumah.

Apa bener cuma perasaan kita doang? Tentu saja bukan sebatas

perasaan, tetapi memang benar dunia ini semakin mendekati

kepada hari akhir. Bukankah Rasulullah sendiri yang bersabda,

bahwa ciri-ciri semakin dekat datangnya hari akhir, waktu yang

semakin sempit. Begitu pula semakin banyak orang terjerumus

mencari rezeki yang tidak halal.

Kita membuktikannya sendiri kan, bedanya jaman dulu dengan

jaman sekarang ? Sekarang percaya kan sama hadist Nabi

tersebut? Salah satu pembuktian kita tersebut karena kita

terlibat dalam usaha mencari rezeki sehari-hari.

Karena itulah perlu dijadikan niat juga. Saat langkah pertama kaki

kita keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah nawaitu mencari

rezeki ini agar aku dapat memperhatikan anak yatim, dan

melindungi diriku dari perbuatan maksiat kepadaMu, dan

semakin menguatkan imanku kepada hari akhir“

Page 37: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

37

HADIST KE-34

س ج عن مع بته فل يفر ج كر وته وآن تفر تجاب دع من بربد آن تس

“Barangsiapa ingin agar doanya terkabul dan kesulitannya

teratasi, maka bantulah kesulitan orang lain”

(Hadist Riwayat Ahmad)

Page 38: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

38

INGIN BAHAGIA? BAHAGIAKAN ORANG LAIN!

Bidang apa yang saudara tekuni saat ini? Saya yakin bidang

apapun itu pasti memberi manfaat untuk orang lain. Seorang

guru yang mengajarkan anak muridnya agar mengerti ilmu

pengetahuan yang mereka butuhkan di masa yang akan akan

datang. Seorang sopir yang mengantarkan penumpangnya

sehingga kehidupan mereka efisien, tidak membuang banyak

waktu di jalan karena jasa transportasi yang saudara kerjakan.

Seorang dokter yang menyembuhkan pasiennya yang sakit,

seorang pelukis yang meghidupkan ruang-ruang rumah dan

kantor dengan lukisannya sehingga menyenangkan mata

memandang. Seorang polisi dan TNI yang menjaga keamanan,

seorang buruh pabrik yang memproduksi barang-barang yang

menunjang kebutuhan orang banyak, montir, petugas

kebersihan, pegawai negeri, pedagang pakaian, apapun profesi

saudara, adakah yang tidak bermanfaat?

Jadi saat kita sedang berusaha mencari rezeki, ketahuilah bahwa

pada saat yang sama kita sedang membuka jalan rezeki pula bagi

orang lain.

Inilah dia niat berikutnya. Saat langkah pertama kaki kita keluar

mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah nawaitu mencari rezeki ini

agar aku dapat memperhatikan anak yatim, dan melindungi

diriku dari perbuatan maksiat kepadaMu, dan semakin

menguatkan imanku kepada hari akhir, dan memberi manfaat

kepada orang lain melalui usahaku ini“.

Page 39: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

39

HADIST KE-35

ه طل ق ف شي ئىا ولو بن تل قى بخاك بوج رو قرن من بل مع ل ت

“Janganlah meremehkan perbuatan baik sedikitpun. Walaupun

seperti tersenyum saat berjumpa saudaramu”

(Hadist Riwayat Muslim)

Page 40: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

40

MANUSIA SATU SAMA LAIN SALING TERHUBUNG

Mari kita pehatikan hal-hal kecil yang selama ini mungkin kita

abaikan, yaitu mereka yang mendapat manfaat secara tidak

langsung dari pekerjaan kita. Saat kita berangkat ke kantor

menggunakan kendaraan umum, artinya kita telah berbagi rezeki

dengan para sopir angkutan umum. Dengan kendaraan umum

tersebut beroperasi setiap hari, maka secara tidak langsung kita

telah berbagi juga dengan para pedagang spare part dan

aksesories kendaraan, tukang tambal ban, tukang cuci mobil, dan

bengkel.

Selanjutnya, dengan berlimpahnya rezeki para montir di bengkel

itu,maka kebutuhan pendukungnya jadi kebagian rezeki juga.

Termasuk Sekolah Menengah Kejuruan banyak diminati, para

guru mengajar disana, pengarang buku pelajaran pun akan

kebagian rezeki juga. Wah ga ada habisnya jika diteruskan.

Kita sebagai manusia adalah mahluk yang saling terhubung satu

sama lain. Saling membutuhkan sekaligus saling dibutuhkan. Kita

memiliki peran untuk orang lain, begitu pula orang lain berada

pada peran mereka untuk kita.

Inilah dia niat berikutnya. Saat langkah pertama kaki kita keluar

mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah nawaitu mencari rezeki ini

agar aku dapat memperhatikan anak yatim, dan melindungi

diriku dari perbuatan maksiat kepadaMu, dan semakin

menguatkan imanku kepada hari akhir, dan memberi manfaat

kepada orang lain melalui usahaku ini, dan menjaga kestabilan

ekonomi secara luas“.

Page 41: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

41

HADIST KE-36

بد كر بلناس ي آب هري رة كن ورعىا تكن بع بلناس وكن قنعىا تكن بش

سن جوبرمن جاورك تكن منىا وبح ب لنف سك تكن مؤ وبحب للناس ما ت

ت بل قل ب حك تمي ة بلض ن كث حك فا ا و بقل بلض لمى مس

“Wahai Abu Hurairoh, jadilah orang yang waro, maka engkau

akan menjadi sebaik-baik ahli ibadah. Dan jadilah orang yang

qonaah, maka engkau akan menjadi orang yang benar-benar

bersyukur. Dan engkau cinta sesuatu terjadi pada orang lain,

seperti terjadi pada dirimu sendiri, maka engkau akan menjadi

mukmin sejati. Dan berbuat baiklah pada tetanggamu, maka

engkau akan menjadi muslim sejati. Dan kurangilah tertawa,

karena banyak tertawa akan mematikan hati”

(Hadist Riwayat Ibnu Majah)

Page 42: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

42

WARO (BERHATI-HATI)

Mencari rezeki dengan tangan kita sendiri itu amazing banget.

Karena kita bisa langsung memilih sendiri mana rezeki yang halal

dan mana rezeki yang tidak halal. Kita bisa menentukan apakah

diri kita dan keluarga akan memakan rezeki hanya yang halal

atau mereka juga kita jerumuskan untuk memakan rezeki yang

tidak halal ? Semua pilihan ada di tangan kita.

Kehormatan kita sebagai seorang manusia itu diukur dengan

keberanian kita untuk menolak rezeki yang tidak halal. Berapa

banyak orang yang kelihatannya dalam keadaan keberlimpahan,

tapi ternyata berlimpahnya dengan rezeki yang tidak halal.

Rasanya orang tersebut sudah tidak punya harga diri lagi. Betul ?

Lagipula dari rezeki yang halal akan tumbuh pribadi yang

beriman, cerdas, dan berakhlak baik. Sebaliknya jika di tengah

keluarga ada anggota keluarga yang ahlaknya jauh dari agama,

koreksilah rezeki yang dia makan. Kemungkinan besar dari rezeki

yang tidak halal.

Memiliki sifat waro seperti ini bukan sesuatu yang bisa dianggap

sepele, harus diniatkan setiap hari. Maka saat langkah pertama

kaki kita keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah nawaitu

mencari rezeki ini agar aku dapat memperhatikan anak yatim,

dan melindungi diriku dari perbuatan maksiat kepadaMu, dan

semakin menguatkan imanku kepada hari akhir, dan memberi

manfaat kepada orang lain melalui usahaku ini, dan menjaga

kestabilan ekonomi secara luas, dan mendidik hatiku menjadi

waro“.

Page 43: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

43

HADIST KE-37

تف من بل مح ب بل مؤ ن الله ي ب

“Sesungguhnya Allah mencintai mukmin yang bekerja dengan

sempurna”

(Hadist Riwayat Ath-Thabrani)

Page 44: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

44

LABA-LABA

Semua ciptaan Allah demikian sempurna. Bahkan seekor hewan

yang keberadaannya kadang terabaikan oleh manusia, tetap saja

Allah ciptakan dengan sempurna. Coba lihat laba-laba.

Binatang yang satu ini demikian sempurna merajut jaringnya.

Bahkan serat untuk membuat jaringnya itu memiliki daya elastis

bisa diregangkan hingga 140% tanpa putus. Untuk serat sehalus

itu, elastisitasnya benar-benar tinggi mengalahkan serat halus

manapun yang mampu diproduksi manusia.

Tanpa menggunakan alat ukur dan alat hitung, laba-laba mahir

membuat jaringnya dengan berbagai variasi sudut yang

diinginkan sesuai dengan ukuran mahluk yang hendak ia

tangkap.

Jika hewan diciptakan sesempurna ini, bagaimana lagi dengan

manusia yang dibanggakan penciptaannya oleh Allah? Tentu jauh

lebih sempurna lagi. Karena itulah kita punya tanggung jawab

bahwa kita mampu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kita

dengan sempurna.

Maka saat langkah pertama kaki kita keluar mencari rezeki,

berniatlah “Ya Allah nawaitu mencari rezeki ini agar aku dapat

memperhatikan anak yatim, dan melindungi diriku dari

perbuatan maksiat kepadaMu, dan semakin menguatkan imanku

kepada hari akhir, dan memberi manfaat kepada orang lain

melalui usahaku ini, dan menjaga kestabilan ekonomi secara

luas, dan mendidik hatiku menjadi waro, dan untuk

menghasilkan karya yang sempurna“.

Page 45: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

45

HADIST KE-38

ار بلن ل و مذل لي ه ه بل نن فا ي ك وبلد ي

ب

“Berhati-hatilah dengan hutang. Sesungguhnya berhutang itu

suatu kesedihan di malam hari, dan kehinaan di siang hari”

(Hadist Riwayat Baihaqi)

Page 46: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

46

PENJARA

Sebuah surat kabar nasional pernah memuat berita tentang

seorang gembong narkoba yang memiliki omset bisnis milyaran,

sedangkan dia masih berada di dalam penjara. Ajaib kan.

Rupanya dari dalam penjara dia bisa mengatur seluruh sirkulasi

bisnis narkobanya dan uangnya pun tetap berputar.

Jeruji besi hanya memenjara fisiknya, tetapi akalnya tetap bebas

mengendalikan bisnis haram orang banyak. Berbanding terbalik

dengan situasi tersebut, adalagi orang yang bebas fisiknya, tetapi

hatinya justru terpenjara. Siapa gerangan?

Merekalah orang yang terlilit hutang. Jeruji besi itu ada di

pikirannya. Mau apa-apa selalu ingat hutangnya. Mau kemana-

mana khawatir bertemu dengan orang yang mau menagih.

Benar-benar sebuah penjara pikiran.

Saya berpesan saudara jangan coba-coba mendekatinya. Dengan

rezeki yang kita cari, tutupi hutang tersebut. Jika sudah rampung,

berusahalah untuk menutupi hutang orang lain.

Maka saat langkah pertama kaki kita keluar mencari rezeki,

berniatlah “Ya Allah nawaitu mencari rezeki ini agar aku dapat

memperhatikan anak yatim, dan melindungi diriku dari

perbuatan maksiat kepadaMu, dan semakin menguatkan imanku

kepada hari akhir, dan memberi manfaat kepada orang lain

melalui usahaku ini, dan menjaga kestabilan ekonomi secara

luas, dan mendidik hatiku menjadi waro, dan untuk

menghasilkan karya yang sempurna, dan untuk melunasi

hutang,“.

Page 47: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

47

HADIST KE-39

د ل الله يعو ن آب وقاص قال, دخل رسو ل الله عن ب ن فقل ت ي رسو

لث؟ قال ف؟ قال ل, قل ت فبالث ه؟ قال ل, قل ت فبالن ص ص بمال ك آو

ن بلن فو من بن تدعهم عالى يتكف خي ي ل ب اس آن تدع به

Sahabat Abi Waqosh berkata; Ketika aku sakit Rasulullah datang

menjenguk dan aku bertanya, “Ya Rasulallah bolehkah aku

mewakafkan seluruh hartaku?” Nabi menjawab, “Tidak”. Aku

bertanya lagi, “Setengahnya?” Nabi menjawab, “Tidak”. Aku

bertanya lagi, “Sepertiganya?” Nabi menjawab, “Meninggalkan

keluargamu dalam keadaan berkecukupan lebih baik daripada

membiarkan mereka (kekurangan) sehingga mengemis pada

orang lain”

(Hadist Riwayat Bukhari)

Page 48: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

48

AKTOR TANPA FILM

“Mas, minta sedekahnya mas saya belum makan dari kemaren”

Seorang pengemis mengagetkan saya karena tiba-tiba dia berada

di depan pintu. Kebetulan saat itu memang pagar dalam keadaan

terbuka, pintu rumah pun demikian. Tapi yang lebih heran lagi

dia itu seorang bapak muda, badannya gemuk, segar, tampak

tidak ada alasan yang memaklumi dia untuk mengemis. Tetapi

saya berusaha tetap khusnuzon kepadanya,

“Pak ntar saya ambilin makan aja sebentar pak”

“Ga usah mas, duit aja”

“Loh gapapa pak, mumpung banyak makanan di rumah. Lagian

bapak kan butuhnya makan, hayu pak makan disini aja”

“Ga usah mas, duit aja”

Belum saya ambil makanan maupun duit, dia akhirnya buru-buru

pergi begitu saja sambil menahan malu. Hmm… Begitulah

kebanyakan pengemis. Kadang bilangnya belum makan, tapi

ditawari makan malah nolak. Aneh.

Di mana anehnya ? Banyak sekali kalau mau dihitung. Aneh aja

memiliki Allah Tuhan Yang Maha Kaya, malah mengemis kepada

manusia. Aneh aja badan sehat, akalpun sehat, kok malah

berpikir mengemis itu sebagai sebuah pilihan profesi. Ah banyak

lah hal-hal yang memang pantasnya disebut aneh.

Page 49: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

49

Saya yakin, tidak ada diantara kita yang menginginkan keanehan

tersebut terjadi pada diri kita, apalagi anak-anak kita. Karena itu

saat langkah pertama kaki kita keluar mencari rezeki, berniatlah

“Ya Allah nawaitu mencari rezeki ini agar aku dapat

memperhatikan anak yatim, dan melindungi diriku dari

perbuatan maksiat kepadaMu, dan semakin menguatkan imanku

kepada hari akhir, dan memberi manfaat kepada orang lain

melalui usahaku ini, dan menjaga kestabilan ekonomi secara

luas, dan mendidik hatiku menjadi waro, dan untuk

menghasilkan karya yang sempurna, dan untuk melunasi hutang,

dan melindungi diri dan keluarga dari mengemis kepada

manusia“.

Page 50: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

50

HADIST KE-40

ب ف خل ق الله ول ب ف الله تفكرو تفكرو

“Bertafakkur lah tentang ciptaan-ciptaan Allah, dan jangan

bertafakkur tentang Dzat Allah”

(Hadist Riwayat Abu Nu’aim)

Page 51: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

51

TAFAKKUR

Bekerja membuat kita bermuhasabah setiap malam, betapa

beranekaragam manusia hidup di dunia yang sama, mengejar

dunia yang sama, tetapi dunia itu justru mendekatkan kepada

Allah bagi sebagian orang, dan adapula dunia itu menjauhkan

dari Allah bagi sebagian yang lain.

Bekerja membuat kita bertafakkur di keheningan subuh, bahwa

uang bukan segalanya, tapi keridhaan Allah itulah segalanya.

Hanya saja terkadang sebagian orang mengabaikan keridhaan

Allah demi mengejar uang. Padahal bagi sebagian yang lain,

mengejar uang justru menjadi sebab mereka bisa mencapai ridha

Allah. Karena mereka mengejarnya dengan niat yang benar, dan

menunaikan hak-hak uang dengan benar, yaitu darimana didapat

dan kemana dibelanjakan.

Bekerja membuat kita tidak pernah berhenti selalu merenungkan

tentang banyak hal. Karena itu saat langkah pertama kaki kita

keluar mencari rezeki, berniatlah “Ya Allah nawaitu mencari

rezeki ini agar aku dapat memperhatikan anak yatim, dan

melindungi diriku dari perbuatan maksiat kepadaMu, dan

semakin menguatkan imanku kepada hari akhir, dan memberi

manfaat kepada orang lain melalui usahaku ini, dan menjaga

kestabilan ekonomi secara luas, dan mendidik hatiku menjadi

waro, dan untuk menghasilkan karya yang sempurna, dan untuk

melunasi hutang, dan melindungi diri dan keluarga dari

mengemis kepada manusia, dan membuatku selalu bertafakkur“.

Page 52: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

52

KESIMPULAN

Bisakah bekerja dan berbisnis tapi bernilai ibadah? Bisa banget.

Ibadahnya termasuk ibadah besar atau ibadah kecil? Tergantung

banyaknya niat. Semakin banyak niat-niat baik di dalamnya,

maka semakin besar nilai ibadah tersebut di sisi Allah.

Maka jangan pernah melupakan lagi empat puluh niat dalam

setiap langkah pertama kaki kita ketika mencari rezeki, yang

telah dibahas dalam kedua jilid buku ini, yaitu :

1. Niat agar Allah ridha kita menjadi hambaNya

2. Niat agar Rasulullah ridha kita menjadi umatnya

3. Niat mematuhi ayat Al-Quran

4. Niat mengikuti jejak ulama soleh

5. Niat agar bisa menunaikan haji dan umroh

6. Niat agar bisa mengeluarkan zakat

7. Niat menafkahi keluarga

8. Niat agar bisa memilih yang halal saja untuk keluarga

9. Niat silaturahmi

10. Niat memuliakan orang tua

11. Niat mengikuti jejak para Nabi

12. Niat mensyukuri nikmat

13. Niat berziarah kepada Rasulullah

Page 53: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

53

14. Niat berziarah kepada ulama soleh

15. Niat agar diampuni dosa-dosa

16. Niat mensyiarkan Islam

17. Niat mengejar pahala ibadah yang lebih melimpah

18. Niat memperbanyak doa dan zikir

19. Niat membantu orang lain

20. Niat mendidik anak-anak

21. Niat agar mendapat ketenangan dalam ibadah

22. Niat agar hidup menjadi tertib waktu

23. Niat agar menguat iman tentang pengaturan rezeki dari Allah

24. Niat agar bertambah ilmu

25. Niat membangun bangsa

26. Niat mengejar impian/cita-cita

27. Niat melindungi diri dari riba

28. Niat menyebarkan ilmu

29. Niat agar menjadi penyemangat ibadah-ibadah lain

30. Niat menghiasi diri dengan akhlak karimah

31. Niat memperhatikan anak yatim

32. Niat melindungi diri dari perbuatan maksiat

33. Niat agar menguat iman tentang hari akhir

Page 54: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

54

34. Niat memberi manfaat kepada orang lain

35. Niat menjaga kestabilan ekonomi secara luas

36. Niat mendidik hati menjadi waro

37. Niat menghasilkan karya sempurna

38. Niat melunasi hutang

39. Niat melindungi diri dari meminta-minta

40. Niat tafakkur

Page 55: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

55

PENUTUP

Hidup kita masih sangat panjang. Alam dunia ini bukan fase

terakhir dari kehidupan kita. Masih ada alam kubur dan alam

akhirat. Maka sudah sepantasnya semua yang kita lakukan di

alam dunia ini menjadi bekal kita juga saat nanti di alam kubur

dan alam akhirat. Sekali lagi, semua yang kita lakukan!

Kalau kita masih membeda-bedakan mana rutinitas duniawi dan

mana ibadah, ah rasanya rugi sekali umur kita habis entah untuk

apa. Tahukah saudara semua yang kita lakukan bisa 100%

bermanfaat untuk dunia sekaligus 100% bermanfaat untuk

akhirat. Semua hal ini sebenarnya kuncinya hanya satu. Cuma

saya lupa kuncinya itu ditaro dimana. Hehehe.

Semua hal ini kuncinya adalah niat. Letaknya di dalam hati.

Diucapkannya dengan jujur. Kemudian diperbanyak niat tersebut

dengan sebanyak-banyaknya niat-niat baik yang lain. Insya Allah

inilah kuncinya.

Jadi jika pepatah dari negeri china berbunyi “Perjalanan sejauh

ribuan mil dimulai dari langkah pertama kaki kita”, maka mari

kita sempurnakan pepatah tersebut dengan lebih lengkap lagi

yaitu,

“PERJALANAN SEJAUH RIBUAN MIL MENUJU SURGA, DIMULAI

DARI LANGKAH PERTAMA KAKI KITA SAAT MENJEMPUT

REZEKI”.

Setuju kan ?

Page 56: WAHAI MANUSIA, MAKANLAH DARI APA YANG ADA DI BUMI,

56

Belum membaca jilid pertama dari buku ini? Tidak apa-apa, buku

ini boleh dibaca dari jilid kedua dulu kok. Terus lanjut ke jilid

pertama. Bagaimana bisa mendapatkan buku jilid pertama?

Dowload terlebih dahulu aplikasi Telegram di smartphone

saudara. Aplikasi ini gratis di Playstore. Kemudian setelah

terpasang Telegram, buka aplikasinya,

1. Tekan tombol “search” di pojok kanan atas

2. Ketik dalam kolom search : arafat_channel

3. Kemudian masuk ke channel saya tersebut, dan klik tombol

JOIN yang berada paling bawah. (Sampai di sini saudara sudah

bergabung di channel saya ^_^ Saya ucapkan Selamat datang ya,

semoga menjadi sarana silaturahmi saya dengan saudara)

4. Dari channel saya tersebut scroll saja ke atas menuju tanggal

25 Januari 2017 dimana saya upload kedua jilid ebook ini. Tinggal

download deh. Mudah kan?

Saya ucapkan terimakasih tak terhingga karena saat saya

menyelesaikan jilid pertama dari ebook ini, saya memiliki banyak

saudara baru dari seluruh Indonesia yang telah berkenan

menyapa saya melalui akun pribadi di Telegram juga.

Saudara yang belum sempat menyapa, saya tunggu loh di akun

pribadi saya : @mukafiarafat. Karena silaturahmi itu

memperpanjang umur dan memperluas rezeki.

Sertakan nama saya dalam doa-doa saudara ya.

Arafat