WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik...

100
i WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN STRUKTURAL, PRAGMATIS, DAN KULTURAL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Sony Christian Sudarsono NIM: 094114002 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik...

Page 1: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

i

WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA:

KAJIAN STRUKTURAL, PRAGMATIS, DAN KULTURAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Sony Christian Sudarsono

NIM: 094114002

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

iv

Be(e) not afraid

(Bee Community)

Saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantumu

meraihnya.

(The Alchemist – Paulo Coelho)

Karya sederhana ini aku persembahkan kepada:

Tuhan Yang Maha Esa,

Bapak Darsono dan Ibu Siti serta Nduk Christin di Klaten,

Cempluk dari Bandung

Prodi Sastra Indonesia USD,

Segenap pembaca karya sederhana ini….

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat

karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Februari 2013

Penulis

Sony Christian Sudarsono

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

vi

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah

untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Sony Christian Sudarsono

NIM : 094114002

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul ―Wacana Gombal dalam Bahasa Indonesia:

Kajian Struktural, Pragmatis, dan Kultural‖.

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti

kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 28 Februari 2013

Yang menyatakan,

Sony Christian Sudarsono

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Yang Mahakasih atas berkat dan

rahmat yang melimpah selama penulis menyusun tugas akhir ini dari awal mencari topik

hingga akhir penyelesaiannya.

Skripsi berjudul ―Wacana Gombal dalam Bahasa Indonesia: Kajian Struktural,

Pragmatis, dan Kultural‖ ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar

Sarjana S1 pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Setelah melalui proses yang panjang, skripsi ini akhirnya terselesaikan. Oleh

karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih teriring doa tulus kepada pihak-pihak

yang telah menjadi perpanjangan Tangan Tuhan berikut.

1. Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum. yang berkenan menjadi pembimbing I penulis dalam

menyusun skripsi ini. Beliau memberikan banyak inspirasi, masukan, pinjaman buku

referensi, dan pesan-pesan yang berguna baik untuk penyusunan skripsi ini maupun

untuk kehidupan sehari-hari penulis.

2. Drs. Hery Antono, M.Hum. yang berkenan menjadi pembimbing II penulis dalam

menyusun skripsi ini. Beliau juga memberikan banyak inspirasi, masukan, pinjaman

buku referensi, dan pesan-pesan yang berguna baik untuk penyusunan skripsi ini

maupun untuk kehidupan sehari-hari penulis.

3. Para dosen Program Studi Sastra Indonesia USD yang belum disebut: Drs. B.

Rahmanto, M.Hum., Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji,

M.Hum. (dosen pembimbing akademik penulis), S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum., Dr. Y.

Yapi Taum, M.Hum., dan Drs. F.X. Santosa, M.S., serta dosen-dosen pengampu mata

kuliah tertentu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Pengabdian mereka

untuk dunia pendidikan sangat berharga dan patut dihormati.

4. Bapak Anthonius Sudarsono dan Ibu Maria Magdalena Siti Satsini serta Adik Christina

Susi Rahayu, keluarga tercinta yang telah membiayai dan selalu mendoakan penulis

selama hampir 24 tahun penulis hidup di dunia ini. Semoga karya ini dapat menjadi

kado pesta perak pernikahan Bapak dan Ibu yang sangat penulis cintai.

5. Benedikta Haryanti yang menjadi inspirator khusus penulis dari awal menemukan topik

hingga akhir penyusunan skripsi ini.

6. Staf karyawan sekretariat Program Studi Sastra Indonesia dan Fakultas Sastra yang

selama ini mengurus keperluan akademik penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

viii

7. Pengelola dan segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang membantu

penulis menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan untuk penelitian ini pada

khususnya dan untuk keperluan kuliah penulis pada umumnya.

8. Teman-teman lain di Prodi Sastra Indonesia angkatan 2009. Tanpa disadari, mereka

semua bukan sekadar teman seperjalanan, melainkan juga inspirasi dan penyemangat

penulis.

9. Teman-teman PSM Cantus Firmus USD dan sang pelatih yang setiap berjumpa tak

henti-hentinya menanyakan apakah skripsi ini sudah selesai atau belum. Terima kasih

juga untuk pengalaman-pengalaman bersama di Palangkaraya, Malang, TBY, dan

terakhir Bali yang sungguh tak ternilai harganya. Pengalaman-pengalaman tersebut

secara tidak langsung membuat penulis lebih kuat menghadapi kesulitan-kesulitan

dalam menyusun skripsi ini. Semoga tahun depan sukses di Latvia.

10. Semua pihak yang ikut membantu dan mendukung penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas semuanya.

Penulis menyadari, karya sederhana ini masih memiliki banyak kekurangan karena

keterbatasan penulis sebagai seorang manusia. Oleh karena itu, saran dan kritik yang

membangun demi lebih baiknya karya ini dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Akhir

kata, semoga karya sederhana ini memberikan manfaat yang berguna bagi pembacanya.

Tuhan memberkati.

Yogyakarta, 28 Februari 2013

Sony Christian Sudarsono

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

ix

ABSTRAK

Sudarsono, Sony Christian. 2013. ―Wacana Gombal dalam Bahasa Indonesia:

Kajian Struktural, Pragmatis, dan Kultural‖. Skripsi Strata Satu

(S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia,

Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas wacana gombal (WG). Gombal adalah kata dalam

bahasa Indonesia yang mengekspresikan sesuatu yang tidak berguna dan tidak

berarti. WG digunakan oleh seseorang (biasanya pria) untuk merayu, menggoda,

dan atau mencari perhatian orang lain terutama lawan jenis. Sekarang, WG

banyak digunakan untuk hiburan sebagai bagian dari wacana humor. Kajian atas

WG ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur WG, kesesuaian WG dengan

prinsip kerja sama, penyebab muncul dan berkembangnya WG, dan fenomena-

fenomena lingual dalam WG.

Teori yang digunakan untuk mengkaji WG meliputi (a) pengertian dan

struktur wacana, (b) wacana dialog, (c) wacana gombal, wacana humor, dan

budaya populer, (d) prinsip kerja sama, serta (e) humor dan penciptaan humor.

Landasan teori poin (a) dan (b) digunakan sebagai dasar analisis kajian struktural

terhadap WG. Sementara itu, landasan teori butir (c) s.d. (e) menjadi dasar dalam

mengkaji kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama, penyebab

muncul dan berkembangnya WG, dan jenis-jenis fenomena lingual yang terdapat

dalam WG.

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

mengumpulkan data dari buku-buku kumpulan WG dan dari video-video acara

televisi yang memuat WG. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa dalam sumber-sumber data

tersebut dan mencatatnya dalam kartu data. Kedua, data dianalisis dengan metode

agih dan metode padan. Teknik yang digunakan dalam metode agih adalah teknik

bagi unsur langsung. Metode padan yang digunakan adalah metode padan

pragmatis. Terakhir, hasil analisis data disajikan dengan teknik informal dan

formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata

biasa yang bersifat denotatif, bukan konotatif. Dengan teknik formal, hasil analisis

data disajikan dengan tabel ataupun rumus tertentu (Sudaryanto, 1993: 145).

Hasil dari penelitian ini meliputi empat hal yaitu struktur WG, kesesuaian

tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama, penyebab muncul dan

berkembangnya WG, dan fenomena lingual dalam WG. Struktur WG terdiri dari

dua unsur, yaitu pengantar dan ketidakterdugaan. Pengantar merupakan bagian

WG yang berfungsi sebagai pembangun persepsi tentang sesuatu. Sementara itu,

ketidakterdugaan merupakan bagian WG yang berfungsi membelokkan persepsi

yang telah dibangun di bagian pengantar untuk menghasilan ―nilai rasa gombal‖

dan efek jenaka.

Berdasarkan letak unsur pengantar dan ketidakterdugaannya, WG dibagi

menjadi dua tipe, yaitu tipe wacana dialog sederhana dan tipe wacana dialog

kompleks. WG yang bertipe wacana dialog sederhana memiliki fungsi I dan F.

Unsur pengatar dan ketidakterdugaan dalam WG terletak pada fungsi I. WG yang

bertipe wacana dialog kompleks sekurang-kurangnya memiliki fungsi I, R/I, R,

dan kadang-kadang F. Unsur ketidakterdugaan terletak di fungsi R yang terakhir,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

x

sedangkan fungsi-fungsi sebelumnya merupakan unsur pengantar yang

membangun sebuah persepsi.

Tuturan dalam WG membelok dari prinsip kerja sama untuk menghasilkan

―nilai rasa gombal‖. WG memuat sumbangan informasi yang bersifat berlebihan,

kurang logis, keluar dari konteks, dan ambigu. Penyebab terjadinya fenomena

nggombal dimulai dari media massa, terutama televisi. Media massa melalui

acara-acara televisi mempublikasikan WG sehingga populer di kalangan

masyarakat. WG pun menjadi trend center dalam dunia humor dan trend setter

dalam pergaulan sehari-hari.

Fenomena-fenomena lingual dalam WG meliputi pemanfaatan aspek-

aspek kebahasaan, yaitu (a) aspek fonologis yang meliputi (i) subtitusi fonem, (ii)

permainan fonem, dan (ii) penambahan suku kata; (b) aspek ketaksaan yang

meliputi (i) ketaksaan leksikal: polisemi dan homonimi, dan (ii) ketaksaan

gramatikal: idiom dan peribahasa; (c) gaya bahasa yang meliputi (i) hiperbola, (ii)

elipsis, (iii) metafora, dan (iv) personifikasi; (d) pantun; (e) nama; (f) pertalian

kata dalam frasa, (g) pertalian antarklausa yang meliputi (i) hubungan perlawanan,

(ii) hubungan sebab, (iii) hubungan pengandaian, (iv) hubungan syarat, (v)

hubungan tujuan, dan (vi) hubungan kegunaan; serta (i) pertalian antarproposisi

yang meliputi (i) silogisme dan (ii) entailmen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

xi

ABSTRACT

Sudarsono, Sony Christian. 2013. ―Wacana Gombal in Indonesian Language:

Structural, Pragmatics, and Cultural Study‖. Undergraduate Thesis.

Study Program of Indonesian Literary, Indonesia Literature Course,

Sanata Dharma University.

This thesis discusses wacana gombal (―gombal discourse‖, abbreviated as

WG). Gombal is a word in Indonesian language that describes something that is

useless and invaluable. Someone (usually a man) use WG to attempt to persuade

someone else, especially a woman. Now, WG is used as an entertainment so WG

is a part of humor discourse. This study on WG aims to describe the structure of

WG, the expediency of WG with cooperative principles, the reason WG can be

popular, and the lingual phenomenon in the WG.

The teories that be used in this studying are (a) the definition and structure

of discoures, (b) the dialogue discourse, (c) the WG, humor discoures and popular

culture, (d) the cooperative principles, and (e) the humor and the humor creating.

Teories in point (a) and (b) are used to analyse the structure of WG. Point (c) to

(e) become the basis to analyse the expediency of WG with the cooperative

principle, the reason WG can be popular, and the lingual phenomenons in the

WG.

The steps of the study are as follows. First, collect the data from the books

that and videos TV programs that contain WG with simak methods or observe

attentively the using of its langue and wrote it in the data card. Second, the data is

analyzed with the method of agih and padan. The agih method is applied through

the bagi unsur langsung technique (direct dividing element). The padan method

(equal method) that is used is pragmatics padan. Finally, the analytical result from

the data is served with informal and formal method. By informal method means

that the analytical data are presented by way of ordinary words that is words that

has its denotative character not it‘s connotative. Using formal method means that

the analytical data are presented by table or a certain formula (Sudaryanto, 1993:

145).

The result of this research are the structure of WG, the expediency of WG

with cooperative principles, the reason WG can be popular, and the lingual

phenomenon in the WG. The structure of WG is composed of the introduction and

unexpectedness. The function of introduction is to make a perception about

something. In the mean time, the unexpectedness functions to split the perception

that be made in the introduction to produce ―gombal effect‖ and humor.

WG can be divided to two types, which are simple conversation and

complicated conversation. Simple conversation has I and F. The introduction and

unexpectedness are in I. Complicated conversation has I, R/I, R, and sometimes F.

The unexpectedness is in the last R. the introduction is the part before the latest R.

The speech in WG is not appropriate with cooperative principles to

produce ―gombal effect‖. WG give the contribution as uninformative as is

required or more informative than is required, not logic, out of context, and

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

xii

ambiguous. The reason WG can be popular is started from the mass-media. It

through the TV programs publishes WG so that be popular in the public. WG

become trend center in entertainment world and trend setter in the daily life.

The lingual phenomenon in WG cover the utilization of lingual aspects,

that are (a) phonological aspects: (i) phonemic play and (ii) syllabic adding; (b)

equivocal aspects: (i) lexically equivocal and (ii) grammatically equivocal; (c)

figure of a speech: (i) hyperbola, (ii) ellipsis, (iii) metaphor, and (iv)

personification; (d) limerick; (e) name; (f) the relation of words in the phrase; (g)

the relation inter clauses: (i) paradox relations, (ii) reason relations, (iii)

assumption relations, (iv) conditional relations, (v) aim relations, and (vi) useless

relations; and (i) inter proposition relations: (i) syllogism and (ii) entailment.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

xiii

DAFTAR SINGKATAN

F : feed back

I : inisiasi

Ir : reinisiasi

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

OVJ : Opera Van Java

O1 : orang pertama

O2 : orang kedua

R : respons

R/I : respons/inisiasi

WG : wacana gombal

DAFTAR TANDA

: memprediksi elemen berikutnya

: terprediksi oleh elemen sebelumnya

: terprediksi elemen sebelumnya dan memprediksi elemen berikutnya

[ ] : batas pertukaran

( ) : unsur yang diapit bersifat opsional

/ / : transkripsi fonemik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................................... v

KATA PENGANTAR......................................................................................................... vii

ABSTRAK.......................................................................................................................... ix

ABSTRACT ........................................................................................................................ xi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ....................................................................... xiii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................... 6

1.5 Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 7

1.6 Landasan Teori ........................................................................................................ 10

1.6.1 Pengertian dan Struktur Wacana...................................................................... 10

1.6.2 Wacana Dialog ................................................................................................ 12

1.6.3 Wacana Gombal, Wacana Humor, dan Budaya Populer .................................. 14

1.6.4 Prinsip Kerja Sama.......................................................................................... 17

1.6.4.1 Maksim Kuantitas ............................................................................... 17

1.6.4.2 Maksim Kualitas ................................................................................. 18

1.6.4.3 Maksim Relevansi ............................................................................... 19

1.6.4.4 Maksim Pelaksanaan ........................................................................... 20

1.6.5 Humor dan Penciptaan Humor ........................................................................ 21

1.7 Metode dan Teknik Penelitian .................................................................................. 22

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 22

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data.................................................................... 23

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data .......................................... 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

xv

1.8 Sistematika Penyajian .............................................................................................. 25

BAB II STRUKTUR WACANA GOMBAL ....................................................................... 26

2.1 Pengantar ................................................................................................................. 26

2.2 Struktur Wacana Gombal ......................................................................................... 26

2.3 Tipe Wacana Gombal .............................................................................................. 28

2.2.1 Tipe WG Dialog Sederhana ............................................................................. 28

2.2.2 Tipe WG Dialog Kompleks ............................................................................. 31

2.4 Rangkuman ............................................................................................................. 32

BAB III WACANA GOMBAL DAN PRINSIP KERJA SAMA .......................................... 34

3.1 Pengantar ................................................................................................................. 34

3.2 Kesesuaian Tuturan dalam Wacana Gombal dengan Prinsip Kerja Sama ................. 34

3.2.1 Tuturan dalam WG yang Membelok dari Maksim Kuantitas......................... 35

3.2.2 Tuturan dalam WG yang Membelok dari Maksim Kualitas .......................... 36

3.2.3 Tuturan dalam WG yang Membelok dari Maksim Relevansi ........................ 37

3.2.4 Tuturan dalam WG yang Membelok dari Maksim Pelaksanaan .................... 38

3.3 Rangkuman ............................................................................................................. 40

BAB IV WACANA GOMBAL DAN BUDAYA POPULER ............................................... 41

4.1 Pengantar ................................................................................................................. 41

4.2 Penyebab Terjadinya Fenomena Nggombal.............................................................. 41

4.3 Rangkuman ............................................................................................................. 43

BAB V FENOMENA LINGUAL DALAM WACANA GOMBAL...................................... 45

5.1 Pengantar ................................................................................................................. 45

5.2 Pemanfaatan Fenomena Lingual dalam WG ............................................................. 46

5.2.1 Aspek Fonologis ............................................................................................. 46

5.2.1.1 Permainan Fonem ............................................................................... 47

5.2.1.2 Penambahan Suku Kata ....................................................................... 49

5.2.2 Aspek Ketaksaan ............................................................................................ 50

5.2.2.1 Ketaksaan Leksikal ............................................................................. 50

5.2.2.1.1 Polisemi ................................................................................ 50

5.2.2.1.2 Homonimi ............................................................................ 52

5.2.2.2 Ketaksaan Gramatikal ......................................................................... 53

5.2.2.2.1 Idiom .................................................................................... 54

5.2.2.2.2 Peribahasa ............................................................................ 55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

xvi

5.2.3 Gaya Bahasa ................................................................................................... 56

5.2.3.1 Hiperbola ............................................................................................ 57

5.2.3.2 Elipsis ................................................................................................. 57

5.2.3.3 Metafora ............................................................................................. 58

5.2.3.4 Personifikasi ....................................................................................... 60

5.2.4 Pantun ............................................................................................................. 61

5.2.5 Nama .............................................................................................................. 62

5.2.6 Pertalian Kata dalam Frasa .............................................................................. 63

5.2.6.1 Frasa Endosentrik Koordinatif ............................................................ 64

5.2.6.2 Frasa Endosentrik Atributif ................................................................. 65

5.2.7 Pertalian Antarklausa ...................................................................................... 66

5.2.7.1 Pertalian Perlawanan ........................................................................... 66

5.2.7.2 Pertalian Sebab ................................................................................... 68

5.2.7.3 Pertalian Pengandaian ......................................................................... 69

5.2.7.4 Pertalian Syarat ................................................................................... 70

5.2.7.5 Pertalian Tujuan .................................................................................. 71

5.2.7.6 Pertalian Kegunaan ............................................................................. 71

5.2.8 Pertalian Antarproposisi .................................................................................. 72

5.2.8.1 Silogisme ............................................................................................ 72

5.2.8.2 Entailmen ............................................................................................ 74

5.3 Rangkuman ............................................................................................................. 76

BAB VI PENUTUP ............................................................................................................ 78

6.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 78

6.2 Saran ....................................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 81

SUMBER DATA ................................................................................................................ 84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skripsi ini membahas wacana gombal (selanjutnya WG) baik secara

struktural, pragmatis, maupun kultural. Akhir-akhir ini, WG mudah dijumpai

dalam komunikasi sehari-hari, terutama di kalangan kaum muda. Banyak website

dan webblog yang mempublikasikan tulisan-tulisan berupa WG. Bahkan, ada

program televisi yang menyediakan ruang tersendiri untuk nggombal.

Dilihat dari arti katanya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

gombal berarti ‗kain yang sudah tua (sobek-sobek)‘ (Tim Penyusun Kamus, 2008:

485). Awalnya, wacana yang disebut bernilai gombal berarti wacana yang tidak

benar, tidak sesuai dengan kenyataan, atau berbohong. Bahkan, WG disebut juga

wacana yang tidak berguna atau tidak berarti. Berangkat dari pengertian tersebut,

WG dapat diartikan sebagai wacana yang kurang serius dan menjurus pada

kebohongan atau berlebih-lebihan. Namun, makna WG mengalami pergeseran.

WG banyak dipakai untuk merayu, khususnya merayu seorang wanita. Dalam

hubungan pacaran atau usaha untuk merebut hati wanita yang diinginkan, seorang

pria biasa menggunakan WG untuk merayu wanita pujaannya. Berikut dua contoh

WG yang dalam konteksnya diucapkan oleh seorang pria kepada pacarnya.

(1) Kamu cantik sekali sich, bagaikan rembulan yang sedang purnama.

(2) Wajahmu lebih manis daripada gula sekalipun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

2

Baik contoh (1) maupun (2) memuat tuturan berupa pujian yang berlebihan

bagi mitra tuturnya. Wacana seperti itulah yang disebut sebagai wacana ―bernilai

gombal‖. Kegiatan yang menggunakan WG sering disebut nggombal.

Pada perkembangannya, para pengguna WG pun kreatif dalam

menciptakan WG. WG tidak melulu berlebihan, namun juga memiliki nilai rasa

yang berbeda seperti pada contoh berikut.

(3) O1 : Aku udah pernah jatuh dari jembatan. Aku udah pernah

jatuh dari tangga. Semuanya gak enak.

O2 : Emangnya ada jatuh yang enak?

O1 : Ada satu jatuh yang paling enak, yaitu jatuh cinta sama

kamu.

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hal. 19)

(4) O1 : Kamu suka tanaman ya?

O2 : Kok tau sich?

O1 : Karena pohon cintamu telah tumbuh rimbun di hatiku.

(Si Raja Gombal: Rayuan Gombal Ala Andre OVJ, hal. 37)

Contoh tuturan (3) dan (4) termasuk WG yang sebenarnya juga hendak

merayu mitra tutur dengan pujian gombal. Perbedaannya, pujian pada tuturan (3)

dan (4) lebih kreatif dibandingkan tuturan (1) dan (2). Kreativitas tersebut terletak

pada permainan bahasa yang digunakan. Tuturan (3) memanfaatkan idiom jatuh

cinta yang diperlawankan dengan kata jatuh dalam arti yang denotatif. Tuturan (4)

memanfaatkan entailmen antara tanaman dengan tumbuh rimbun.

Seperti telah dikatakan di atas, WG awalnya digunakan penutur untuk

merayu, memuji, menggoda, dan mencari perhatian dari mitra tutur. Biasanya

penuturnya adalah seorang pria yang hendak merayu seorang wanita sebagai mitra

tuturnya. Dalam perkembangannya, kini WG pun dapat dijadikan humor yang

menghibur (http://aziznurc.blogspot.com/2012/01/pengeritan-gombal.html). Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

3

tersebut dapat dibuktikan dengan adanya program-program televisi yang memuat

WG dan dijadikan humor seperti ―Comedy Project‖ di Trans TV serta ―Raja

Gombal‖ dan ―Opera van Java‖ di Trans7. Ketika WG hanya dipakai oleh penutur

pria kepada mitra tutur wanita, wacana tersebut sedang dipakai untuk merayu dan

menggoda mitra tutur. Namun, ketika WG dipakai di atas panggung hiburan dan

disaksikan penonton, wacana tersebut sedang dipakai untuk melucu seperti yang

telah lazim ada dalam acara-acara televisi di atas. Dengan demikian, WG telah

menjadi gejala bahasa yang berkembang dan mempublik sehingga menarik untuk

diteliti. Di samping itu, WG merupakan bagian dari budaya pop yang bersifat

sementara sehingga kajian tentang WG menjadi perlu untuk mendokumentasikan

salah satu fenomena bahasa yang pernah berkembang ini.

Seperti yang telah ditulis di bagian awal, hal yang akan dilakukan dalam

penelitian ini adalah mengkaji WG secara struktural, pragmatis, dan kultural. WG

sebagai sebuah satuan kebahasaan berupa wacana tentu memiliki struktur yang

membangunnya. Oleh karena itu, kajian terhadap stuktur WG menjadi perlu untuk

menentukan tipe-tipenya dan mendasari kajian pragmatis. Perhatikan dua contoh

WG di bawah ini

(5) O1 : Aku nggak pernah dengar tentang belahan jiwa. Aku

nggak pernah percaya sampai aku ketemu dirimu.

O2 : Makasi sayank.

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hal. 42)

(6) O1 : Aku didiagnosa sakit jantung.

O2 : Hah, kok bisa?

O1 : Iya, jantungku selalu berdegup kencang saat dekat

denganmu.

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hal. 43)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

4

Wacana (5) dan (6) sama-sama memiliki bagian awal, isi, dan akhir.

Namun, wacana (5) lebih sederhana daripada wacana (6) karena hanya memiliki

dua tuturan dari O1 dan O2. Adapun wacana (6) bersifat lebih kompleks karena

baik O1 maupun O2 mengemukakan lebih dari satu tuturan.

WG dalam praktiknya digunakan untuk berkomunikasi dan memiliki

maksud tertentu sehingga dapat dikaji secara pragmatis. Sebagai alat

berkomunikasi, WG tidak dapat lepas dari prinsip kerja sama. Hal kedua yang

akan dibahas adalah kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama

yang dikemukakan oleh Grice. WG memiliki ciri-ciri pragmatik yang

membedakannya dari bentuk wacana-wacana yang lain. WG memiliki sebuah

efek rasa yang sulit didefinisikan yang membuat mitra bicara merasa tersanjung

karena pujian dari penutur. Efek rasa tersebut penulis sebut dengan wacana yang

memiliki ―nilai rasa gombal‖. Untuk menciptakan ―nilai rasa gombal‖ tersebut

penutur WG menciptakan tuturan yang tidak sesuai dengan prinsip kerja sama

Grice. Perhatikan contoh berikut.

(7) O1 : Neng, punya dua ribu nggak?

O2 : Nggak Bang, emang untuk apa?

O1 : Parkir di hatimu.

(Si Raja Gombal, hal. 15)

Tuturan O1 di atas kurang sesuai dengan maksim kualitas. Uang dua ribu

rupiah memang sesuai jika digunakan untuk membayar tarif parkir. Yang diparkir

adalah kendaraan dan tempat parkir yang tepat adalah area parkir. Namun,

ternyata O1 menyimpangkan tuturannya dengan mengatakan bahwa yang diparkir

justru O1 itu sendiri, dan tempatnya di hati O2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

5

Berkembangnya WG bukan tanpa sebab. Terkait dengan sebab terjadinya

fenomena nggombal, penelitian ini akan mengaitkan WG dengan budaya populer.

WG dipopulerkan oleh media-media massa sehingga WG dapat dikatakan

merupakan bagian dari budaya populer. Dengan demikian, penelitian ini tidak

hanya mencakup kajian bahasa baik secara struktural maupun pragmatis, tetapi

juga kajian budaya.

Dalam berbagai acara televisi seperti ―Comedy Project‖, ―Opera van

Java‖, dan ―Raja Gombal‖, wacana ―bernilai gombal‖ tersebut dapat menjadi

humor bagi penontonnya karena wacana tersebut mengandung permainan bahasa.

Permainan bahasa dalam WG mencakup penggunaan tuturan yang kurang sesuai

dengan aspek-aspek pragmatik dan gaya bahasa. Hal tersebut membuat permainan

bahasa dalam WG mendukung penciptaan humor. Aspek-aspek pragmatik

meliputi prinsip kerja sama, prinsip kesopanan, dan parameter pragmatik. Namun,

dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah tuturan-tuturan dalam WG yang

tidak sesuai dengan prinsip kerja sama. Dengan demikian akan dilihat bagaimana

kesesuaian tuturan-tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama. Hal tersebut

tersebut tentunya tidak bisa lepas dari penerapan implikatur dan entailmen dalam

WG. Permainan bahasa juga mencakup pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan,

seperti ketaksaan, gaya bahasa, pertalian antarklausa, dan sebagainya.

Pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan tersebut menciptakan fenomena-fenomena

lingual yang dapat dijadikan prinsip menciptakan tuturan yang bersifat gombal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan membahas masalah-

masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana strukur WG?

2. Bagaimana kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama

Grice?

3. Mengapa WG muncul serta berkembang?

4. Fenomena lingual apa saja yang terdapat dalam WG?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan stuktur WG.

2. Mendeskripsikan kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja

sama Grice.

3. Mendeskripsikan kemunculan dan perkembangan WG.

4. Mendeskripsikan fenomena lingual yang terdapat dalam WG.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini adalah deskripsi struktur dan tipe-tipe WG,

deskripsi kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama, penyebab

terjadinya fenomena nggombal, dan fenomena lingual dalam WG. Secara teoretis,

hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dalam khazanah

linguistik—khususnya kajian wacana dan pragmatik—dan kajian budaya populer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

7

Penelitian ini menghasilkan deskripsi prinsip-prinsip pembentukan tuturan yang

menurut Grice tidak logic atau tidak konvensional. Penelitian ini juga bermanfaat

sebagai dokumentasi WG sebagai salah satu gejala bahasa yang sempat populer

dan hanya bersifat sementara.

Sementara itu, secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan

pembaca untuk mengetahui jenis-jenis WG serta cara menilai dan membuat WG

yang menarik sebagai sebuah hiburan dan humor. Hasil penelitian ini

memaparkan bagaimana penciptaan humor terjadi dalam WG dan apa saja tipe-

tipe WG. Dengan mengetahui tipe-tipe WG, seseorang dapat membuat WG yang

bervariasi sehingga tidak membosankan. Sementara itu, dengan mengetahui

kriteria WG yang bernilai gombal, seseorang dapat membuat WG yang menarik

dan menghibur bagi mitra tuturnya. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi

retorika yang mengembangkan sisi kreativitas orang dalam bertutur.

1.5 Tinjauan Pustaka

Sejauh ini belum ada pustaka yang membahas WG dari segi kebahasaan.

Buku-buku tentang WG yang ada hanya memuat kumpulan-kumpulan WG,

seperti dalam Antakutsuka (2012), Hape Hang (2011), Deny Ale-Ale (2012), dan

Irvan Bachsim (2012). Setiap buku tersebut hanya memuat kumpulan WG dari

berbagai sumber tanpa ada analisis terhadapnya. Meskipun demikian, Bachsim

dalam Rayuan Gombal Ala Denny Cagur pada bagian Kata Pengantar mengatakan

bahwa rayuan gombal yang romantis bahkan menyentuh hati selalu bisa membuat

orang merasa ―melayang‖, atau bahkan terharu, tetapi juga bisa membuat orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

8

tertawa jika rayuan gombal tersebut lucu dan jenaka (Bachsim, 2012: 3). Oleh

karena itu, perlu ditinjau pustaka yang membahasa humor dari segi kebahasaan.

Kajian tentang humor yang berkaitan dengan bahasa pernah dibahas dalam

Rahardi (2011). Dalam buku Humor Ada Teorinya: Bahasa dan Gaya Melawak

(Rahardi, 2011: 49-92) humor diklasifikasikan menjadi (a) humor plesetan, (b)

humor malapropis, (c) humor silap lidah, (d) humor jargon, (e) humor estetis, dan

(f) humor konatif.

Humor plesetan merupakan jenis humor yang paling umum ditemui.

Kejenakaan dalam humor plesetan muncul karena ketidakjelasan dan keambiguan

dengan sengaja direkayasa sedemikian rupa dengan cara kata-katanya diplesetkan

(Ibid., hlm. 49). Humor malapropis biasanya dibuat dengan cara menyelipkan

kata-kata atau ungkapan-ungkapan tertentu di tengah-tengah susunan atau formula

bahasa yang sudah mapan keberadaannya. Dengan menyelipkan kata-kata tertentu

yang dijenakakan itu, formula atau struktur yang sudah ada dapat menjadi cukup

membingungkan dan membuat orang-orang menjadi terpana. Keterpanaan inilah

letak dari sasaran lawakan itu. Begitu kebingunan dan ketidaktahuan itu mencair,

meledaklah tawakan didalam lawakan jenaka itu (Rahardi, 2011: 60).

Bentuk humor yang disusun dengan mempermainkan urutan kata-kata

disebut silap lidah. Fenomena kebahasaan yang demikian ini mempermainkan

urutan kata-kata yang lazimnya melibatkan bentuk kebahasaan yang mirip-mirip

sekali bunyinya (Ibid., hlm. 67). Humor juga banyak dilakukan warga masyarakat

Indonesia melalui pemanfaatan jargon-jargon bahasa. Dapat juga hal ini dilakukan

lewat bahasa yang khas digunakan di dalam kelompok sosial tertentu. Humor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

9

model ini juga banyak digunakan dengan cara memanfaatkan kata-kata dari

bahasa daerah tertentu (Ibid., hlm. 71).

Wacana humor estetis dapat disusun dengan memakai bentuk-bentuk yang

khusus yang memiliki persamaan bunyi atau mungkin memiliki persajakan akhir

tertentu yang memang indah didengar lantaran bunyinya yang memang ritmis

(Ibid., hlm. 77). Humor konatif berkenaan dengan salah satu fungsi bahasa yaitu

fungsi memerintah dan menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu atau untuk

berbuat sesuatu. Kreativitas berbahasa dengan memanfaatkan piranti-piranti

wacana konatif juga muncul dalam aneka bentuk ketidaklangsungan

pemyampaian maksud imperatif (Ibid., hlm. 87).

Kajian permainan bahasa dilihat dari sudut pandang pragmatik juga pernah

dilakukan Wijana (2004) serta Wijana dan Rohmadi (2009). Wijana dalam

disertasi S3-nya yang kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Kartun: Studi

tentang Permainan Bahasa melihat proses terjadinya humor melalui pematuhan

dan pelanggaran prinsip-prinsip pragmatik, yaitu prinsip kerja sama, prinsip

kesopanan, dan paremeter pragmatik.

Sementara itu, Wijana dan Rohmadi (2009: 143-144) dalam makalah

berjudul ―Teori Kesantunan dan Humor‖ yang kemudian dimasukkan sebagai

contoh analisis dalam buku Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan

Analisis, mengatakan bahwa berhumor adalah salah satu bentuk aktivitas yang

sering kali dicapai dengan penyimpangan prinsip-prinsip kesopanan. Kelucuan

sebuah wacana sering kali terbentuk karena adanya pelanggaran terhadap prinsip-

prinsip kesopanan. Dengan demikian, pemahaman dan penguasaan terhadap teori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

10

kesopanan merupakan syarat mutlak yang harus dikuasai di dalam upaya

memahami wacana humor.

Dibahas pula kaitan permainan bahasa dengan budaya melalui makalah

berjudul ―Wacana Dagadu: Kreativitas yang Berakar dari Kearifan Lokal‖ (Ibid.,

hlm. 77—94). Dalam makalah tersebut disebutkan bahwa permainan bahasa

berupa plesetan merupakan kearifan lokal masyarakat Yogyakarta yang

keberadaan dan peranannya di tengah masyarakat sangat sentral. Salah satu

peranan itu menjadi alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat

selalu dipatuhi oleh anggota kolektifnya.

Masalah media massa, khususnya televisi, juga pernah dibahas Baudrillard

(1983) dalam bukunya Simulations. Baudrillard menyebut kehidupan di zaman

postmodern ini sebagai hiper-realitas. Hal ini ditandai oleh simulasi. Proses

simulasi mengarah kepada penciptaan simulakra. Perbedaan antara tanda dan

kenyataan semakin menipis. Yang ada hanyalah simulasi dan simulakra.

1.6 Landasan Teori

Pada landasan teori ini akan dipaparkan (a) pengertian dan struktur

wacana, (b) wacana dialog, (c) wacana gombal, wacana humor, dan budaya

populer, (d) prinsip kerja sama, serta (e) humor dan penciptaan humor. Landasan

teori poin (a) dan (b) digunakan sebagai dasar analisis kajian struktural terhadap

WG. Sementara itu, landasan teori butir (c) s.d. (e) menjadi dasar dalam mengkaji

kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama Grice, penyebab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

11

terjadinya fenomena nggombal, dan jenis-jenis fenomena lingual yang terdapat

dalam WG.

1.6.1 Pengertian dan Struktur Wacana

Baryadi dalam Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa (2002)

menjelaskan hakikat wacana secara etimologis. Wacana berasal dari kata dalam

bahasa Sansekerta vacana yang berarti ‗bacaan‘ yang kemudian masuk ke dalam

kosakata bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru wacana yang memiliki makna

‗bicara, kata, ucapan‘. Kata wacana dalam bahasa Jawa Baru tersebut kemudian

diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana yang bermakna ‗ucapan,

percakapan, tutur yang merupakan suatu kesatuan (Tim Penyusun Kamus, 2008:

1612). Kata wacana dalam bahasa Indonesia digunakan sebagai padanan kata

discourse dalam bahasa Inggris (Baryadi, 2002: 1). Menurut Kamus Linguistik,

wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar (Kridalaksana, 2008:

231).

Wacana dihasilkan oleh proses komunikasi verbal yang

berkesinambungan, yaitu dari titik mula, tengah berlangsung, sampai titik akhir.

Tahap-tahap komunikasi itu menentukan struktur wacana yang dihasilkannya.

Sesuai dengan tahap-tahap komunikasi itu, wacana memiliki bagian-bagian, yaitu

bagian awal wacana, bagian tubuh wacana, dan bagian penutup (Luxemburg

1984: 100). Sebagai sebuah struktur, setiap bagian wacana memiliki fungsi

tersendiri. Bagian awal wacana berfungsi sebagai pembuka wacana, bagian tubuh

wacana berfungsi sebagai pemapar isi wacana, dan bagian penutup berfungsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

12

sebagai penanda akhir wacana. Dari ketiga bagian itu, bagian yang wajib ada

adalah tubuh wacana. Dua bagian yang lain tidak selalu ada dalam setiap wacana

(Baryadi, 2002: 14).

1.6.2 Wacana Dialog

Berdasarkan keaktifan partisipan komunikasi, wacana dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu (i) wacana monolog, (ii) wacana dialog, dan (iii) wacana

polilog. Wacana monolog adalah wacana yang pemproduksiannya hanya

melibatkan pihak pembicara. Wacana dialog adalah wacana yang

pemproduksiannya melibatkan dua pihak yang bergantian peran sebagai

pembicara dan pendengar. Contoh wacana dialog adalah sapa-menyapa, tanya

jawab, peristiwa tawar-menawar dalam jual beli. Wacana polilog adalah wacana

yang diproduksi melalui pertukaran tiga jalur yang lebih. Pemproduksian wacana

polilog pada dasarnya sama dengan wacana dialog karena keduanya melibatkan

pihak-pihak yang bergantian peran sebagai pembicara dan pendengar. Contoh

wacana polilog adalah percakapan, diskusi, rapat, dan musyawarah (Baryadi,

2002: 11—12).

WG termasuk dalam jenis wacana dialog. Menurut Wijana (2003:278),

berdasarkan elemen-elemen pembentuknya, wacana dialog dapat dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu (i) wacana dialog sederhana dan (ii) wacana dialog

kompleks. Wacana dialog sederhana adalah wacana dialog yang memiliki struktur

elemen minimal, yaitu terdiri dari unsur inisiasi (I) dan responss (R). Inisiasi

adalah elemen dialog yang dipergunakan oleh seorang penutur untuk memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

13

informasi, perintah atau memancing reaksi dari lawan tuturnya. Sementara itu

responss adalah reaksi verbal mitra tutur terhadap inisiasi itu. Bila batas transaksi

dilambangkan dengan [ ], dan elemen wacana yang memprediksikan

dilambangkan dengan , serta elemen yang diprediksi dengan , maka struktur

minimal dialog sederhana dapat diformulasikan sebagai berikut.

[I R]

Contoh:

(8) O1 : Nama kamu siapa? (I)

O2 : Sony. (R)

Sementara itu, wacana kompleks adalah wacana yang sekurang-kurangnya

terdiri dari elemen inisiasi dan responss ditambah satu atau lebih unsur-unsur

yang lain, seperti responss inisiasi (R/I), dan feed back (F). Responss inisiasi

adalah elemen wacana yang diutarakan oleh partisipan dialog sebagai

responss/inisiasi awal terhadap elemen inisiasi. Responss/inisiasi terprediksi oleh

inisiasi dan memprediksi responss secara langsung mengikutinya. Bila sebuah

dialog memiliki elemen inisiasi, respons inisiasi, dan respons maka formulasi

elemennya adalah sebagai berikut ini:

[I R/I R]

Contoh:

(9) O1 : Son, masih ada saldo deposit nggak? I

O2 : Ada, mau beli berapa? R/I

O1 : Lima ribu aja ke nomor biasa. R

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

14

Wacana dialog kompleks yang terdiri dari tiga elemen dapat juga memiliki

struktur elemen inisiasi, respons, dan feed back. Elemen yang terakhir ini bersifat

opsional. Kehadirannya hanya sebagai kelanjutan dari respons yang diberikan

oleh lawan tutur. Karena kehadirannya yang bersifat terprediksi, atau

memprediksi ujaran sebelum dan sesudahnya, formulasi wacana yang berelemen

inisiasi, respons, dan feed back dapat digambarkan sebagai berikut ini (Wijana,

2003: 283—285):

[I R (F) ]

Contoh:

(10) O1 : Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus kuliah? I

O2 : Bekerja, Bu. R

O1 : Okelah kalo begitu. F

Tuturan terakhir dari O1 disebut F karena apabila tuturan tersebut

dihilangkan, wacana dialog (11) tidak mempengarui keutuhan wacana. Perhatikan

contoh berikut.

(11) O1 : Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus kuliah? I

O2 : Bekerja, Bu. R

1.6.3 Wacana Gombal, Wacana Humor, dan Budaya Populer

Sebelum memahami apa itu WG, perlu diketahui terlebih dahulu

pengertian dari gombal. Gombal dalam KBBI (Tim Penyusun Kamus, 2008: 458)

menjadi dua lema yang berbeda. Lema pertama memaknai gombal sebagai ‗kain

tua yang sudah sobek-sobek‘, sementara lema kedua memaknai gombal sebagai

‗bohong, omong kosong, rayuan‘. Kata gombal pada lema kedua dapat diturunkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

15

menjadi bentuk yang lebih kompleks menjadi gombalan yang berarti ‗ucapan

yang tidak benar, tidak sesuai dengan kenyataan, dan omongan bohong. Kata

benda gombal bila mendapatkan imbuhan me(N)- menjadi menggombal dapat

diartikan sebagai ‗melakukan aktivitas menggunakan gombal yang berarti

bohong, omong kosong, dan rayuan‘.

Berbagai artikel online mendefinisikan pengertian gombal dan nggombal.

Gombal adalah kata dari bahasa Indonesia yang mengekspresikan sesuatu yang

tidak berguna atau tidak berarti. Dalam bahasa Inggris, artinya hampir sama

dengan arti kata shit atau bullshit. Kata-kata gombal digunakan oleh seseorang

(biasanya pria) untuk merayu, menggoda, dan atau mencari perhatian orang lain

terutama lawan jenis. Namun, saat sekarang ini juga banyak digunakan hanya

untuk hiburan (http://id.wikipedia.org/wiki/Gombal).

WG termasuk bagian dari wacana humor. Berbicara tentang humor

sebagai wacana, Raskin (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 139) membedakan

wacana biasa dengan wacana humor. Wacana biasa terbentuk dari proses

komunikasi yang bonafid (bonafide process of communication), sedangkan

wacana humor terbentuk dari proses komunikasi yang tidak bonafid (non-

bonafide process of communication). Oleh karena itu, wacana humor sering kali

menyimpang dari aturan-aturan berkomunikasi yang digariskan oleh prinsip-

prinsip pragmatik, baik yang bersifat tekstual maupun interpersonal (Nelson

dikutip Wijana dan Rohmadi, 2009: 139)

WG akhirnya menjadi suatu hiburan ringan yang mempublik. Bergesernya

fungsi WG tersebut tak lepas dari peran media massa, khususnya televisi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

16

media online yang memberikan banyak ruang bagi WG sebagai hiburan. Seiring

berkembangnya WG sebagai hiburan, WG pun menjadi apa yang disebut trend

center dan menjadikannya bagian dari budaya populer.

Frasa budaya populer terdiri dari dua kata yaitu budaya dan populer.

Dalam KBBI, budaya diartikan sebagai ‗pikiran‘ atau ‗akal budi‘ (Tim Penyusun

Kamus, 2008: 226). Sementara itu kata populer memiliki makna (i) ‗dikenal dan

disukai orang banyak (umum)‘; (ii) ‗sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada

umumnya; mudah dipahami orang banyak‘; (iii) disukai dan dikagumi orang

banyak (Ibid., hlm. 1120). Adapun budaya populer adalah ‗budaya yang

diproduksi secara komersial, massal, dan menjadi ikon budaya massa‘ (Ibid., hlm.

226).

Menurut Williams (1983: 237) dalam bukunya Keywords: A Vocabulary

of Culture and Society, budaya populer memiliki ciri-ciri (i) disukai banyak orang;

(ii) jenis kerja rendahan; (iii) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang;

(iv) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri.

Meminjam dikotomi dalam dunia sastra, dikenal pembedaan sastra serius

dan sastra populer seperti yang dibahas oleh Nurgiyantoro (2007). Ciri-ciri sastra

populer memiliki kemiripan dengan ciri-ciri budaya populer yang diutarakan oleh

Williams di atas. Mengutip pendapat Umar Kayam, Nurgiyantoro menyatakan

beberapa ciri-ciri sastra populer, antara lain (i) mengikuti ―selera populer‖ atau

selera orang banyak, (ii) diproduksi untuk dijadikan ―barang dagangan populer‖

atau bersifat komersial, (iii) menampilkan masalah yang aktual namun hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

17

sebatas pada tingkat permukaan, (iv) bersifat sementara, (v) memberikan hiburan

semata.

1.6.4 Prinsip Kerja Sama

Tuturan digunakan dalam komunikasi dengan bahasa. Berkomunikasi

merupakan proses pertukaran informasi antara penutur dan mitra tutur. Proses

komunikasi antara penutur dan mitra tutur dapat berjalan dengan baik jika terjalin

kerja sama. Kerja sama dalam komunikasi akan berjalan baik jika setiap penutur

memberikan kontribusi yang cukup, logis, sesuai dengan konteks, serta runtut dan

tidak taksa. Oleh karena itu, komunikasi dengan bahasa perlu mematuhi prinsip

kerja sama. Prinsip kerja sama merupakan kaidah penggunaan bahasa dalam

komunikasi supaya pertukaran informasi antara penutur dan mitra tutur bersifat

kooperatif. Menurut Grice (1975: 45), untuk melaksanakan prinsip kerja sama,

seseorang harus mematuhi empat maksim percakapan, yaitu maksim kuantitas,

maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.

1.6.4.1 Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas menuntut setiap peserta tutur memberikan pernyataan

yang sesuai dengan kebutuhan. Yang dimaksud sesuai dengan kebutuhan adalah

kontribusi yang diberikan sebanyak yang dibutuhkan mitra tuturnya, tidak kurang

dan tidak lebih.

Grice (1975: 45-46) menyatakan bahwa ada dua aturan khusus dalam

maksim kuantitas yaitu pertama, buatlah sumbangan seinformatif yang diperlukan

dan kedua, jangan membuat sumbangan yang lebih informatif daripada yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

18

diperlukan. Informasi yang berlebih membuang atau rugi waktu. Kelebihan

informasi mungkin akan dianggap disengaja untuk menciptakan efek tertentu

sehingga dapat menimbulkan salah pengertian. Misalnya penutur yang berbicara

secara wajar tentu akan memilih (12) daripada (13) (Wijana, 1996: 46).

(12) Tetangga saya hamil.

(13) Tetangga saya yang perempuan hamil.

Ujaran (14) di samping lebih ringkas, juga tidak menyimpangkan nilai

kebenaran (truth value). Setiap orang tentu tahu bahwa hanya wanitalah yang

hamil. Dengan demikian elemen yang perempuan dalam tuturan (13) sudah

menyarankan tuturan itu. Kehadiran yang perempuan dalam (13) justru

menerangkan hal-hal yang sudah jelas. Hal ini bertentangan dengan maksim

kuantitas.

1.6.4.2 Maksim Kualitas

Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta tutur memberikan pernyataan

yang benar, dapat dipercaya, dan didasarkan pada bukti-bukti yang memadai.

Misalnya seseorang harus mengatakan bahwa ibu kota Indonesia adalah Jakarta,

bukan kota-kota lain kecuali kalau benar-benar tidak tahu. Akan tetapi, bila terjadi

hal yang sebaliknya, tentu ada alasan-alasan mengapa hal demikian bisa terjadi.

Grice (1975: 46) juga menyatakan dua aturan khusus dalam maksim

kualitas yaitu (a) jangan mengatakan apa yang dianggap salah, dan (b) jangan

mengatakan sesuatu yang tidak didukung dengan bukti yang cukup.

Misalnya seorang harus mengatakan bahwa ibukota Indonesia adalah

Jakarta dan bukan kota-kota lain kecuali kalau benar-benar tidak tahu. Akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

19

tetapi, bila terjadi hal yang sebaliknya tentu ada alasan mengapa hal demikian bisa

terjadi. Untuk ini dapat diperhatikan wacana (14) berikut ini (Wijana, 1996: 48).

(14) Guru : Coba kamu Andi, apa ibukota Bali?

Andi : Surabaya, Pak Guru.

Guru : Bagus, kalau begitu ibukota Jawa Timur Denpasar ya?

Dari wacana (14) di atas tampak Guru memberikan kontribusi yang

melanggar maksim kualitas. Guru mengatakan ibu kota Jawa Timur Denpasar

bukannya Surabaya. Jawaban yang tidak mengindahkan maksim ini diutarakan

sebagai reaksi terhadap jawaban Andi yang salah/dengan jawaban ini sang murid

(Andi) sebagai individu yang memiliki kompetensi komunikatif (communicative

competence) kemudian secara serta-merta mencari jawaban mengapa gurunya

membuat pernyataan yang salah. Mengapa kalimat Bapak Guru diutarakan dengan

nada yang berbeda. Dengan bukti-bukti yang memadai akhirnya Andi mengetahui

bahwa jawabannya terhadap pertanyaan gurunya salah. Kata bagus yang

diucapkan gurunya tidak konvensional karena tidak digunakan seperti biasanya

untuk memuji, tetapi sebaliknya untuk mengejek. Jadi, ada alasan-alasan

pragmatis mengapa Guru dalam (14) memberikan kontribusi yang melanggar

maksim kualitas.

1.6.4.3 Maksim Relevansi

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan

kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan yang sedang dipertuturkan.

Maksim relevansi menuntut kesesuaian tuturan dengan yang dibicarakan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

20

terwujud dalam suatu implikatur (Wijana, 1996: 49). Perhatikan contoh berikut

(Wijana, 1996: 50).

(15) Ibu : Ani, ada telepon untuk kamu.

Ani : Saya lagi di belakang, Bu.

Jawaban Ani pada wacana (15) di atas sepintas tidak berhubungan, tetapi

bila dicermati, hubungan implikasionalnya dapat diterangkan. Jawaban Ani pada

(15) mengimplikasikan bahwa saat itu ia tidak dapat menerima telepon itu secara

langsung. Ia secara tidak langsung meminta tolong Ibu menerima telepon itu.

1.6.4.4 Maksim Pelaksanaan

Maksim pelaksanaan menuntut setiap pesrta percakapan berbicara secara

langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut

(Wijana, 1996: 50). Grice (1975: 46) mengatakan bahwa maksim pelaksanaan

berkenaan dengan bukan apa yang dikatakan tetapi bagaimana tuturan itu

diungkapkan. Perhatikan contoh berikut (Wijana, 1996: 51).

(16) Ayah : Mari kita berhenti dan membeli makanan.

Ibu : Oke, tapi tidak M-C-D-O-N-A-L-D.

Dalam (16) Ibu menjawab ajakan Ayah secara tidak langsung, yakni

dengan mengeja satu per satu kata Mc Donald. Penyimpangan ini dilakukan karna

ia tidak menginginkan anaknya yang sangat menggemari makanan itu mengetahui

maksudnya. Anak-anak kecil dalam batas-batas umur tertentu memang akan

kesulitan atau tidak mampu mengangkap makna kata yang dieja hurufnya satu per

satu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

21

1.6.5 Humor dan Penciptaan Humor

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 533) humor berarti (a)

‗kemampuan merasai sesuatu yang lucu atau yang menyenangkan‘, dan (b)

‗keadaan yang menggelikan hati; kejenakaan; kelucuan. Menurut Arwah Setiawan

(dikutip Suhadi, 1989: 28), humor merupakan rasa atau gejala yang merangsang

orang secara mental untuk tertawa atau cenderung tertawa. Jadi, humor bisa

berupa rasa atau kesadaran di dalam diri dan bisa berupa suatu gejala atau hasil

cipta dari dalam maupun luar diri manusia. Ketika dihadapkan pada humor, orang

bisa langsung tertawa lepas atau cenderung tertawa saja, misalnya tersenyum atau

merasa tergelitik di dalam batin saja. Rangsangan yang ditimbulkan haruslah

rangsangan mental untuk tertawa, bukan rangsangan fisik seperti misalnya dikili-

kili yang mendatangkan rasa geli dan akhirnya membuat orang yang bersangkutan

tertawa.

Permainan bahasa dalam wacana humor memuat ketidakterdugaan. Unsur

ketidakterdugaan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan di dalam penciptaan

humor (Wijana, 2004: 280). Penciptaan ketidakterdugaan dalam wacana humor

terbentuk lewat pemanfaatan berbagai aspek kebahasaan yang digunakan secara

tidak semestinya. Sehubungan dengan ini, ragam bahasa informal cenderung lebih

banyak digunakan sebagai sarana berhumor sehubungan dengan sifat-sifatnya

yang tidak terikat pada kaidah kebakuan sehingga ketaksaan yang merupakan

aspek penting dalam humor mudah dimunculkan (Ibid., hlm. 33-34).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

22

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu (i) pengumpulan data, (ii)

analisis data, (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut akan dijelaskan masing-

masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah WG. Wacana ini berada dalam data yang

berupa wacana berbentuk dialog atau percakapan. Data diperoleh dari sumber-

sumber tertulis dari buku-buku kumpulan kata-kata gombal maupun lisan dari

percakapan dalam program-program televisi yang memuat acara WG maupun

hasil percakapan sehari-hari yang memuat WG. Sumber buku kumpulan kata-kata

gombal yang dipilih adalah Rayuan Gombal Andre Vs Jessica karya Tauwa

Antakutsuka (2012), Si Raja Gombal: Rayuan Gombal Ala Andre OVJ karya

Hape Hang (2011), Makhluk Tuhan Paling Gombal: Kata Gombal Rayuan Maut

dan Lucu Ala Deny Cagur Comedy Project karya Deny Ale-Ale (2012), dan

Rayuan Gombal Ala Denny Cagur karya Irvan Bachsim (2012). Acara ―Comedy

Project‖ di Trans TV menjadi sumber data berwujud audio visual.

Data yang dikumpulkan berupa tuturan yang mengandung nilai rasa

gombal. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak.

Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133).

Adapun teknik yang digunakan dalam metode simak ada dua tahapan,

yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan (Ibid., hlm. 133-135). Teknik dasar pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

23

metode simak adalah teknik sadap. Teknik sadap dilakukan dengan cara

menyadap pembicaraan (baca: menyadap penggunaan bahasa) seseorang atau

beberapa orang (Ibid., hlm. 133).

Teknik lanjutan dari metode simak yang digunakan pada penelitian ini

adalah teknik catat. Teknik catat dilakukan dengan cara mencatat pembicaraan

atau penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang secara lisan baik dalam

kehidupan sehari-hari maupun dalam acara televisi yang memuat WG. Teknik

catat juga digunakan untuk mencatat kembali WG yang telah diterbitkan dalam

buku-buku populer maupun yang diunggah ke media online.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, langkah berikutnya adalah analisis data.

Metode yang digunakan pada tahap ini antara lain metode padan dan metode agih.

Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya merupakan bagian

dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto: 1993: 15). Teknik yang digunakan

dalam metode ini adalah teknik bagi unsur langsung. Cara kerja teknik bagi unsur

langsung adalah membagi satuan lingual data menjadi beberapa bagian atau unsur

dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung

membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 31). Metode dan

teknik ini digunakan untuk mengkaji permasalahan tentang struktur dan tipe WG

dengan menggunakan teori strukur wacana dialog.

Berikut merupakan contoh penerapan metode agih dengan teknik bagi

unsur langsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

24

(17) O1 : Eh, kamu suka makan permen ya? I

O2 : Lho kok tau? R/I

O1 : Habis senyum kamu manis sich. R

(Rayuan Gombal Ala Deni Cagur, hlm. 51)

WG di atas berstruktur I-R/I-R. Dialog O1 yang pertama memiliki fungsi I

karena memiliki sifat memprediksi dialog selanjutnya yang dituturkan oleh O2.

Tuturan O2 sendiri memiliki fungsi R/I karena menjadi antisipasi awal atas I dari

O1 dan memprediksi sebuah R dari O1.

Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di

luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan

(Sudaryanto, 1993: 13). Metode padan yang digunakan adalah metode padan

pragmatis. Metode padan pragmatis adalah metode analisis data yang alat

penentunya adalah mitra tutur (Sudaryanto, 1993: 15). Metode ini digunakan

untuk mengidentifikasi, misalnya, satuan kebahasaan menurut reaksi atau akibat

yang terjadi atau timbul pada mitra tutur ketika satuan kebahasaan itu dituturkan

oleh pembicara. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, metode ini digunakan untuk

mengkaji permasalahan kesesuaian tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama

dan fenomena lingual dalam WG dengan teori prinsip kerja sama dan penciptaan

humor.

(18) O1 : Kamu tau ga apa bedanya Gery Chocolatos sama hati aku?

O2 : Hmhmhm…. Ga tau, emang apa sich?

O1 : Gery Chocolatos ada coklat di dalamnya, tapi kalo hati aku

ada kamu di dalamnya.

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 19)

Penciptaan humor dalam wacana (18) terletak pada dialog kedua O1.

Tuturan tersebut memiliki hubungan perlawanan. Klausa pertama berlawanan

dengan klausa kedua. Keduanya dipisahkan dengan kata hubung tapi. Efek jenaka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

25

muncul ketika klausa pertama dilawankan dengan klausa kedua yang mana klausa

kedua tidak memiliki hubungan langsung dan logis dengan klausa pertama.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah data dianalisis, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil

analisis data. Hasil analisis data pada penelitian ini disajikan dengan

menggunakan metode formal dan informal. Penyajian dengan metode formal

adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Pada metode informal

hasil penelitian disajikan menggunakan kata-kata biasa yang dapat langsung

dipahami secara mudah oleh pembacanya (Sudaryanto, 1993: 145).

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam enam bab. Bab pertama adalah

pendahuluan. Bab Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan teknik

penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II memuat kajian struktural WG yang mencakup unsur-unsur

pembangun WG dan fungsinya serta tipe-tipe WG. Bab III membahas kesesuaian

tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama. Bab IV berisikan penyebab

terjadinya fenomena nggombal. Bab V berisikan fenomena-fenomena lingual

dalam WG. Bab VI memuat kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

26

BAB II

STRUKTUR WACANA GOMBAL

2.1 Pengantar

WG sebagai sebuah satuan kebahasaan tingkat wacana memiliki struktur

pembangunnya. Dari analisis struktural, bentuk-bentuk WG dapat diklasifikasikan

menurut ciri-cirinya menjadi beberapa tipe. Setiap tipe memiliki keunikannya

sendiri. Mengkaji WG secara struktural menjadi dasar penelitian sebelum

mengkajinya secara pragmatis. Berikut dipaparkan deskripsi struktur dan tipe-tipe

WG.

2.2 Struktur WG

WG merupakan wacana berbentuk dialog. Wacana dialog adalah wacana

yang pemproduksiannya melibatkan dua pihak yang bergantian peran sebagai

pembicara dan pendengar (Baryadi, 2002: 11). Dalam wacana dialog, terdapat dua

elemen utama, yaitu inisiasi (I) dan respons (R). Inisiasi adalah elemen dialog

yang dipergunakan oleh seorang penutur untuk memberikan informasi, perintah

atau memancing reaksi dari lawan tuturnya. Sementara itu, respons adalah reaksi

verbal mitra tutur terhadap inisiasi itu. Selain I dan R, masih ada dua elemen

tambahan lain yaitu respons/inisiasi (R/I) dan feed back (F). Respons/inisiasi

adalah elemen wacana yang diutarakan oleh partisipan dialog sebagai

respons/inisiasi awal terhadap elemen inisiasi. Respons/inisiasi terprediksi oleh

inisiasi dan memprediksi respons secara langsung mengikutinya. Feed back

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

27

bersifat opsional. Kehadirannya hanya sebagai kelanjutan dari respons yang

diberikan oleh lawan tutur.

Sebagai wacana yang berbentuk dialog, WG memiliki bagian-bagian

utama tersebut. Struktur WG yang paling umum terdiri dari bagian dialog yang

berfungsi sebagai I, R/I, R, dan kadang-kadang disertai F seperti pada contoh

berikut.

(19) O1 : Sayang, tau ga di mana tempat beli piala? I

O2 : Tau, emang buat apa Yank? R/I

O1 : Buat beliin kamu piala sebab kamu juara di hati aku R

O2 : Wooo, gombal!!! F

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 13)

(20) O1 : Yang, coba deh balik badan kamu… I

O2 : Buat apaan sih beb? R/I

O1 : Subhanallah, kok ada ya bidadari

yang ga punya sayap. R

O2 : Ah kamu beb. F

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 20)

Unsur I memiliki fungsi sebagai pembuka wacana (19) yang membuat O2

merasa penasaran dan kemudian ditanggapi dengan R/I berupa pertanyaan tentang

I. Kemudian, O1 pun menyampaikan R berupa jawaban yang bersifat tidak

terduga oleh O2. Respons yang bersifat tidak terduga oleh O2 ini menjadi ciri

khas WG yang memiliki ―nilai rasa gombal‖. Sering kali O2 masih akan

memberikan F walaupun hal tersebut tak wajib ada seperti pada contoh berikut.

(21) O1 : Bapak kamu tukang ketoprak ya? I

O2 : Kok tau? R/I

O1 : Habis kamu telah mengulek-ulek hatiku. R

(Rayuan Gobal Andre Vs Jessica, hlm. 40)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

28

(22) O1 : Dek, bisa tunjukin kakak jalan ga? I

O2 : Jalan kemana Kak? R/I

O1 : Ke hati Adek. R

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 20)

Dari analisis di atas dapat dilihat bahwa struktur WG terdiri dari dua

elemen pokok, yaitu pengantar dan ketidakterdugaan. Pengantar merupakan

bagian WG yang berfungsi sebagai pembangun persepsi tentang sesuatu. Ketika

masuk ke WG, bagian pengantar membuat mitra tutur merasa penasaran; rasa

keingintahuannya terpancing. Sementara itu, ketidakterdugaan merupakan bagian

WG yang berfungsi membelokkan persepsi yang telah dibangun di bagian

pengantar untuk menghasilan ―nilai rasa gombal‖ dan efek jenaka.

2.3 Tipe-Tipe WG

WG dapat dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan kelengkapan dan

jumlah elemen-elemen sebuah wacana dialog. Ada dua jenis wacana dialog, yaitu

wacana dialog sederhana dan wacana dialog kompleks. Wacana dialog sederhana

hanya memiliki unsur I dan R, sedangkan wacana dialog kompleks memiliki

elemen I, R/I, R, dan kadang F. Berikut dipaparkan tipe-tipe WG.

2.3.1 Tipe WG Dialog Sederhana

Menurut Wijana (2004: 278), wacana dialog sederhana hanya memiliki

elemen I dan R. Namun, sepertinya hal tersebut tidak sepenuhnya tepat bagi WG

tipe ini. WG berupa wacana dialog sederhana memiliki elemen I dan dan F karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

29

respons dari mitra tutur hanya berupa ungkapan ekspresi perasaan semata.

Perhatikan contoh berikut.

(23) O1 : Butuh tiga detik untuk bilang aku cinta kamu.

Tiga jam untuk ngejelasin.

Dan tiga abad untuk ngebuktiinnya.. I

O2 : Gitu ya? Makasi Sayank…. F

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 21)

(24) O1 : Kalau aku harus memilih,

antara bernafas dan mencintaimu,

aku akan menggunakan nafas terakhirku untuk bilang

―Aku cinta kamu‖ I

O2 : Oya? So sweet… Jadi terharu… F

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 22)

(25) O1 : Jatuh cinta denganmu bikin aku semangat kerja di kantor,

bikin aku menari tiap kali mendengar suara mesin

fotokopi,

bikin aku tersenyum saat dimarahin bos.

Dan bikin hari Sabtu jadi hari yang paling kutunggu-

tunggu.. I

O2 : Makasii… F

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 15)

Respons dari O2 pada ketiga wacana di atas lebih bersifat F daripada R

karena I yang diutarakan O1 memang tidak wajib menuntut adanya R. Inisiasi

pada ketiga wacana di atas berupa pujian yang bersifat berlebihan kepada O2

sehingga O2 merasa tersanjung dan kemudian memberikan tanggapan berupa

ungkapan ekspresif atas perasaannya.

Selain itu, terdapat pula WG bertipe wacana dialog sederhana yang O2-

nya tidak sekadar memberikan tanggapan berupa ungkapan ekspresif, tetapi juga

memberikan F berupa pertanyaan retoris seperti pada contoh berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

30

(26) O1 : Cintaku untuk kamu seperti angin.

Kamu ga akan pernah bisa lihat,

tapi kamu bisa selalu merasakannya I

O2 : Tapi bukan kentut kan? F

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 27)

(27) O1 : Hari di mana aku jatuh cinta sama

kamu adalah hari di mana aku mulai hidup. I

O2 : Kemaren ngapain? F

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 27)

(28) O1 : Kamu adalah hal pertama yang ada di

pikiranku saat aku bangun, dan hal terakhir

di hatiku saat aku tidur I

O2 : Bantal apa guling ya? F

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 27)

Tanggapan O2 pada ketiga wacana di atas tetap disebut F karena

keberadaannya tidak wajib. Hal yang paling pokok hanya terdapat pada elemen I.

Ketidakterdugaan dalam WG yang berupa dialog sederhana terletak pada

dialog yang memiliki fungsi I. Jadi, baik pengantar maupun ketidakterdugaannya

berada di dialog pertama. Dalam wacana (21) misalnya, dialog yang memiliki

fungsi I terdiri dari tiga bagian, yaitu (a) Butuh tiga detik untuk bilang aku cinta

kamu, (b) Tiga jam untuk ngejelasin, (c) Dan tiga abad untuk ngebuktiinnya.

Dua kalimat pertama berfungsi sebagai pengantar, sedangkan kalimat

ketiga memiliki fungsi memunculkan ketidakterdugaan. Ketiga kalimat ini

memiliki unsur kata tiga dengan satuan yang berbeda: tiga detik, tiga jam, dan

tiga abad; serta kata kerja yang berbeda: cinta, ngejelasin, ngebuktiin. Selisih tiga

detik dan tiga jam pada kalimat pertama dan kedua tidak terlalu jauh, tetapi

selisih kalimat ketiga sangat jauh dibandingkan dua kalimat sebelumnnya, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

31

tiga abad. Hal inilah yang menciptakan ketidakterdugaan. Ternyata, ngebuktiin

membutuhkan waktu yang lebih lama daripada cinta dan ngejelasin.

Ketidakterdugaan muncul ketika O2 mengetahui perbedaan waktu yang

dibutuhkan sangat jauh.

2.3.2 Tipe WG Dialog Kompleks

WG yang bertipe wacana dialog kompleks sekurang-kurangnya memiliki

elemen I, R/I, dan R, serta kadang diikuti F seperti yang telah dicontohkan pada

bagian sturktur WG di atas. Namun, tidak jarang para peserta tutur memiliki

kemungkinan besar untuk mengutarakan elemen-elemen wacana (I, R/I, R, dan

[F]) lebih dari sekali. Sehubungan dengan ini, perulangan R/I dan F dimarkahi

dengan simbol (..n) sehingga secara lebih kompleks didapatkan formulasi berikut

[I R/In R (F

n) ]

Inisiasi juga dapat diulang kembali dalam sebuah wacana dialog dan

ditandai dengan Ir (Reinisiasi). Dengan demikian tipe wacana dialog kempleks

menjadi lebih beragam. Perhatikan contoh berikut.

(29) O1 : Neng, boleh liat tangannya ga? I

O2 : Boleh Bang… R

O1 : Kok tangan Neng kasar banget sich? Ir

O2 : Ah masa sich? R/I

O1 : Pasti Neng sering nyuci hati aku ya? R

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 22)

(30) O1 : Say, 1 + 1 berapa? I

O2 : 2 Say. R

O1 : Salah, mustinya itu 1 Ir

O2 : Kok bisa? R/I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

32

O1 : Karena nanti cintamu dan cintaku

akan melebur jadi satu. R

O2 : Ah Say bisa aja dech.. F

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 24)

(31) O1 : Halo, bisa bicara dengan Dita? I

O2 : Ya, saya sendiri, dari mana ya? R/I

O1 : Oh, kebetulan, ini dari kepolisian mbak.

Mbak ditangkap atas tuduhan pencurian Ir

O2 : Hah! Pencurian? Pencuri apa?

Saya ga ngerasa mencuri R/I2

O1 : Pencuri hatiku…. R

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 25)

Berbeda dengan tipe wacana dialog sederhana, ketidakterdugaan dalam

tipe wacana dialog kompleks terletak pada fungsi R yang terakhir. Semua fungsi

sebelum R yang terakhir pada contoh-contoh di atas memiliki fungsi sebagai

pengantar yang membangun sebuah persepsi yang nantinya akan dibelokkan oleh

O1 di bagian R terakhir. Dalam wacana (29) misalnya, O1 berhasil membangun

persepsi O2 tentang pencurian dalam arti denotatifnya. Ketidakterdugaan tercipta

ketika O1 membelokkan persepsi tersebut dengan R terakhir: Pencuri hatiku yang

memiliki makna kiasan.

2.4 Rangkuman

Struktur WG terdiri dari dua unsur, yaitu pengantar dan ketidakterdugaan.

Pengantar merupakan bagian WG yang berfungsi sebagai pembangun persepsi

tentang sesuatu. Sementara itu, ketidakterdugaan merupakan bagian WG yang

berfungsi membelokkan persepsi yang telah dibangun di bagian pengantar untuk

menghasilan ―nilai rasa gombal‖ dan efek jenaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

33

Berdasarkan letak unsur pengantar dan ketidakterdugaannya, WG dibagi

menjadi dua tipe, yaitu tipe wacana dialog sederhana dan tipe wacana dialog

kompleks. WG yang bertipe wacana dialog sederhana memiliki fungsi I dan F.

Unsur pengatar dan ketidakterdugaan dalam WG terletak pada fungsi I. WG yang

bertipe wacana dialog kompleks sekurang-kurangnya memiliki fungsi I, R/I, R,

dan kadang-kadang F. Unsur ketidakterdugaan terletak di fungsi R yang terakhir,

sedangkan fungsi-fungsi sebelumnya merupakan unsur pengantar yang

membangun sebuah persepsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

34

BAB III

WACANA GOMBAL DAN PRINSIP KERJA SAMA

3.1 Pengantar

Dalam sebuah komunikasi verbal yang wajar menurut kacamata

pragmatik, baik penutur maupun mitra tutur selalu memberikan sumbangan

informasi yang patuh terhadap prinsip kerja sama supaya komunikasi dapat

berjalan lancar. Yang dimaksud dengan patuh terhadap prinsip kerja sama adalah

ketika para partisipan berbicara seinformatif mungkin, mengatakan sesuatu

dengan bukti-bukti yang memadai, mempertimbangkan secara seksama konteks

pembicaraan, senantiasa berusaha agar tuturan yang dihasilkan ringkas, dan tidak

taksa sehingga tidak menyesatkan mitra tuturnya. Jenis komunikasi verbal yang

demikian disebut komunikasi yang bonafid (Wijana, 2004: 78). WG berbeda

dengan wacana komunikasi yang bonafid. Keduanya sama-sama memiliki tujuan

untuk berkomunikasi, tetapi jenis tujuan yang diinginkan berbeda. Kesesuaian

tuturan dalam WG dengan prinsip kerja sama akan dibahas di bab ini.

3.2 Kesesuaian Tuturan dalam WG dengan Prinsip Kerja Sama

Komunikasi yang bonafid digunakan untuk saling bertukar informasi

secara wajar tanpa ada nilai rasa tambahan. Komunikasi yang bonafid bersifat

denotatif. Sementara itu, WG memiliki nilai rasa tambahan yang pada penelitian

ini disebut ―nilai rasa gombal‖. Untuk menimbulkan nilai rasa tersebut, penutur

WG menciptakan tuturan yang membelok dari prinsip kerja sama. Berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

35

merupakan paparan tuturan-tuturan dalam WG yang mengalami pembelokan

prinsip kerja sama.

3.2.1 Tuturan dalam WG yang Membelok dari Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas menuntut setiap partisipan tutur memberikan

sumbangan yang memadai dan sebanyak yang dibutuhkan. Namun, dalam WG,

seorang penutur justru memberikan sumbangan yang kurang memadai dari apa

yang dibutuhkan. Perhatikan wacana di bawah ini.

(32) O1 : Hei, punya korek ga?

O2 : Ga punya

O1 : Kalo nama punya kan?

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm 51)

(33) O1 : Kamu tau kan, makanan itu ada tanda kadaluarsanya.

O2 : Iya, terus?

O1 : Sama kaya cinta aku ke kamu ada tanda kadaluarsanya

juga.

O2 : Loh, kok bisa? Emang di mana?

O1 : Ya bisalah, tanda kadaluarsanya ada di batu nisanku

karena aku akan mencintaimu sampai mati....

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm 48)

Orang pertama pada wacana (30) memiliki maksud hendak mengajak

berkenalan dengan O2. Cara yang dilakukan O1 ternyata menggunakan

sumbangan komunikasi yang kurang memadai. Untuk mengajak berkenalan saja

O1 justru bertanya apakah O2 memiliki korek atau tidak. Dialog kedua dari O1

juga bersifat berlebihan. Secara wajar, O2 pasti memiliki nama. Untuk apa O1

harus bertanya apakah O2 memiliki nama atau tidak. Namun, bila O1 hanya

menggunakan wacana komunikasi yang bonafid dengan maksud yang sama, yaitu

berkenalan, nilai rasa gombal tidak akan terasa dalam wacana (30). Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

36

demikian dapat disimpulkan O1 dalam wacana (30) membelokkan maksim

kuantitas. Sebagai pembanding perhatikan wacana (a) berikut.

(30a) O1 : Namamu siapa?

O2 : Dita

Tidak jauh berbeda dengan wacana (30), O1 dalam (31) juga memberikan

sumbangan tuturan yang bersifat berlebihan. Untuk mengungkapkan janji

mencintai O2 seumur hidup, O1 justru berputar-putar dengan mengungkapkan

tanggal kadaluarsa cintanya berada di batu nisannya nanti.

3.2.2 Tuturan dalam WG yang Membelok dari Maksim Kualitas

Ciri-ciri sebuah wacana yang sesuai dengan maksim kuantitas antara lain

mengatakan sesuatu yang sebenarnya dan logis. Hal tersebut tidak sepenuhnya

berlaku untuk WG. Dilihat dari pengertian awalnya saja, WG merupakan wacana

yang bersifat bohong atau omong kosong. Perhatikan contoh WG berikut.

(34) O1 : Aduh, hati aku sakit banget nich…. Aduh….

O2 : Kenapa? Kamu liver??

O1 : Bukan, ada yang mengukir nama kamu di hati aku….

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 33)

(35) O1 : Hai cewek, lagi di mana nich?

O2 : Lagi di rumah. Mau di mana lagi?

O1 : Lho, kok bisa?

O2 : Ya bisalah, emang kenapa?

O1 : Kamu bohong, kamu kan ada di hatiku.

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 24)

(36) O1 : Tiap malem, aku jalan-jalan.

O2 : Malem-malem? Jalan-jalan ke mana kamu malem-malem

gitu?

O1 : Di hatimu….

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 26)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

37

Wacana (32), (33), dan (34) mengandung tuturan-tuturan yang tidak logis.

Tuturan-tuturan yang tidak logis tersebut dikatakan oleh O1. O1 dalam (32)

mengatakan bahwa hatinya sedang diukir dengan nama O2, O1 dalam (33)

menyatakan bahwa O2 sedang berada di dalam hatinya, dan O1 dalam (34)

mengatakan bahwa ia berjalan-jalan di hati O2. Semua itu tidak logis dan tidak

dapat dibuktikan kebenarannya. Seperti pada maksim kuantitas, pembelokan

maksim kualitas juga berfungsi menimbulkan ―nilai rasa gombal‖. Ketiga wacana

di atas memiliki maksud yang sama, yaitu memuji O2 dengan ungkapan-

ungkapan bernilai rasa positif yang sebenarnya tidak logis namun justru dapat

diterima oleh O2.

3.2.3 Tuturan dalam WG yang Membelok dari Maksim Relevansi

Maksim relevansi menuntut para peserta tutur untuk memberikan

sumbangan informasi yang harus berkaitan dengan topik-topik yang sedang

diperbincangkan. Tuturan yang disampaikan hendaknya memiliki satu tafsiran

yang relevan dengan konteks pembicaraan. Yang dimaksud dengan konteks

adalah asumsi-asumsi yang dimiliki oleh pendengar mengenai ―dunia‖ (Wijana,

2004: 85).

WG justru banyak mempermainkan maksim ini. Sebenarnya maksim

relevansi tak sepenuhnya dilanggar dalam WG. Justru sumbangan informasi yang

diberikan terlihat tetap berkaitan dengan topik yang sedang dibicarakan, namun

sumbangan tersebut dibelokkan sedemikian rupa sehingga memiliki ―nilai rasa

gombal‖. Perhatikan contoh berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

38

(37) O1 : Neng, Bapak Neng pasti asli Jakarta kan?

O2 : Ih kok Abang bisa tau sich?

O1 : Soalnya Eneng telah memonaskan hati Abang

(Si Raja Gombal, hlm. 11)

(38) O1 : Kamu pasti suka gaya Briptu Norman ya?

O2 : Kok tau?

O1 : Soalnya kamu udah men-chaiyya-chaiyyakan hatiku.

(Si Raja Gombal, hlm. 10)

(39) O1 : Neng, Bapakmu orang Garut ya

O2 : Emang kenape Bang?

O1 : Karena kamu telah mendodolkan hatiku.

(Si Raja Gombal, hlm. 10)

Di ketiga wacana di atas, O1 membangun sebuah konteks pada dialog

yang pertama. Dalam (35), (36), (37) secara berurutan O1 membentuk persepsi

tentang Jakarta, Briptu Norman, dan Garut. Pada dialog yang kedua, O1 tetap

menjaga konteks pembicaraan dengan memberikan sumbangan informasi yang

tetap berkaitan dengan Jakarta, Briptu Norman, dan Garut dengan kata kunci

monas, chaiyya-chaiyya, dan dodol. Namun informasi pada dialog yang kedua

dipermainkan dengan menambahkan konteks yang berbeda, yaitu tentang hati O1

terhadap O2. Di situlah letak pembelokan maksim relevansi. Tentu tidak ada

hubungan yang relevan antara Jakarta, Briptu Norman, dan Garut dengan hati O1,

namun oleh O1 hal tersebut dijadikan alat pembuat ―nilai rasa gombal‖.

3.2.4 Tuturan dalam WG yang Membelok dari Maksim Pelaksanaan

Selain bersifat logis dan relevan, sumbangan informasi para peserta tutur

dalam wacana komunikasi yang bonafid juga harus bersifat mudah dipahami

dengan menghindari kekaburan dan ketaksaan, bersifat padat, langsung, serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

39

runtut (Wijana, 2004: 89). Sementara itu, WG justru membelokkan maksim

pelaksanaan dengan sumbangan-sumbangan yang taksa seperti dalam contoh

berikut.

(40) O1 : Kalo deket kamu kok aku jadi males ya Yank?

O2 : Kok gitu sich? Udah bosen ya?

O1 : Males untuk jauh lagi darimu.

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 32)

(41) O1 : Aku udah pernah jatuh dari jembatan, aku udah pernah

jatuh dari tangga. Semuanya ga enak.

O2 : Emangnya ada jatuh yang enak?

O1 : Ada satu jatuh yang paling enak, yaitu jatuh cinta sama

kamu.

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 19)

(42) O1 : Kalo IPS apa artinya?

O2 : Ilmu Pengetahuan Sosial.

O1 : Kalo IPA?

O2 : Ilmu Pengetahuan Alam.

O1 : Kalo KPK?

O2 : Komisi Pemeberantasan Korupsi

O1 : Salah, tapi artinya Kamu Punya Ku

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm.81)

Dalam wacana (38) O1 tidak langsung mengatakan malas berjauhan

dengan O2 sehingga sempat menimbulkan penafsiran yang berbeda pada O2.

Dalam wacana (39) O1 memanfaatkan kepolisemian kata jatuh dengan

mengatakan ada jatuh yang enak, yaitu jatuh cinta pada O2. Dalam (40) O1

menyimpangkan kepanjangan dari KPK pada umumnya yang dikenal sebagai

Komisi Pemberantasan Korupsi menjadi Kamu Punya Ku. Ketiga WG di atas

tidak sepenuhnya mematuhi maksim pelaksanaan karena membuat sebuah

pernyataan yang ambigu. Namun justru pembelokan maksim pelaksanaan tersebut

menciptakan ―nilai rasa gombal‖ bagi O2 karena merasa dipuji.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

40

3.3. Rangkuman

WG berbeda dengan wacana komunikasi yang bonafid yang hanya sekadar

bertukar informasi secara wajar. WG memiliki tujuan merayu untuk mendapatkan

hati mitra tutur. Penutur dalam WG berusaha membesarkan hati mitra tuturnya

dengan menciptakan tuturan-tuturan yang membelok dari prinsip kerja sama

dengan keempat maksimnya, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim

relevansi, dan maksim pelaksanaan. Tutran WG memberikan sumbangan

informasi yang berlebihan, tidak logis, menyimpang dari konteks, dan ambigu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

41

BAB IV

WACANA GOMBAL DAN BUDAYA POPULER

4.1 Pengantar

Seperti yang telah dijelaskan di bagian latar belakang, WG pada mulanya

hanya digunakan untuk menggoda, memuji, dan merayu mitra tutur. Biasanya

penuturnya adalah seorang pria dan mitra tuturnya adalah seorang wanita. Hal

tersebut wajar terjadi dalam kehidupan sehari-hari sebagai sebuah interaksi sosial

antara pria dengan wanita. Pada awalnya nggombal bersifat privat, namun kini

perlahan bergeser ke ruang publik.

4.2 Penyebab Terjadinya Fenomena Nggombal

Media massa membawa WG sebagai hiburan. Trans TV dan Trans7, dua

stasiun televisi milik Trans Corporation, menjadi pelopor pembawa WG masuk

ke panggung hiburan Indonesia. Kedua stasiun televisi tersebut memang

mengakui diri sebagai stasiun televisi hiburan. Hampir semua program yang

dibawakan dikemas sedemikian rupa menjadi hiburan bagi pemirsanya. Karena

berorientasi sebagai televisi hiburan, Trans TV dan Trans7 harus kreatif saat

menyuguhkan sebuah tontonan yang menghibur. Tontonan menghibur yang

paling umum adalah humor. Kedua stasiun televisi tersebut banyak memuat

program-program bergenre humor. Salah satu tontonan humor yang ditawarkan

kepada pemirsa adalah WG.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

42

Akhirnya, WG menjadi populer dan sempat menjadi trend center humor di

Indonesia. WG pun menjadi bagian dari budaya pop yang dibawa lewat media

massa. Dari situ, muncullah fenomena baru dalam kehidupan sosial antara pria

dan wanita sehingga WG menjadi trend setter dalam kehidupan sehari-hari.

Fenomena itu adalah fenomena nggombal.

Dari stasiun televisi, WG mulai dikenal banyak orang dan berkembang di

dunia maya. Banyak website dan webblog yang memuat WG. Dilihat dari

komentar-komentar pembacanya, WG yang ada di internet tersebut juga

digunakan dalam kehidupan nyata sehari-hari untuk merayu pasangannya.

Dengan demikian, televisi memegang peran penting atas berkembangnya

WG ke publik. Di era postmodern ini, media massa terutama televisi memiliki

pengaruh yang sedemikian kuat dalam hidup sosial daripada era sebelumnya

(Putranto, 2005: 232). Menurut Baudrillard, kehidupan postmodern ditandai oleh

simulasi (1983: 4). Proses simulasi mengarah pada penciptaan simulacra. Di era

ini perbedaan antara tanda dan realitas menjadi semakin kabur sehingga yang

tulen dari barang tiruan sukar dikenali (Ritzer dan Goodman, 2004: 641).

Baudrillard juga berbicara tentang televisi. Menurutnya, televisi telah larut ke

dalam kehidupan dan kehidupan ke dalam televisi (1983: 55). Kehidupan

postmodern bagi Baudrillard adalah hiper-realitas. Media berhenti menjadi

cerminan realitas, tetapi justru menjadi realitas itu sendiri, atau bahkan lebih nyata

daripada realitas itu (Ritzer dan Goodman, 2004: 642).

Dari fenomena di media massa tersebut, khususnya televisi, muncullah

budaya pop. WG sebagai produk yang dipublikkan lewat televisi dapat dikatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

43

termasuk dalam budaya pop karena memiliki ciri-ciri budaya pop di dalamnya.

Menurut Williams (1983: 237), ciri-ciri budaya pop antara lain (i) banyak disukai

orang; (ii) jenis kerja rendahan; (iii) karya yang dilakukan untuk menyenangkan

orang; (iv) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri.

Keempat ciri-ciri tersebut sesuai dengan WG. WG banyak disukai orang sebagai

sebuah tontonan yang lucu dan akhirnya menyenangkan bagi banyak orang.

Selain itu WG juga sesuai dengan ciri-ciri karya sastra populer yang

dijelaskan oleh Nurgiyantoro (2007: 16-22) yang bersifat (i) mengikuti ―selera

populer‖ atau selera orang banyak, (ii) diproduksi untuk dijadikan ―barang

dagangan populer‖ atau bersifat komersial, (iii) menampilkan masalah yang aktual

namun hanya sebatas pada tingkat permukaan, (iv) bersifat sementara, (v)

memberikan hiburan semata.

Sebagai sebuah tontonan dalam televisi, WG menjadi hiburan yang

menuruti selera populer dan diproduksi untuk dikomersialkan. WG juga hanya

membahas masalah yang ringan dan hanya di tingkat permukaan. Terakhir,

pupularitas WG tidak bertahan lama, ―Comedy Project‖ TransTV tidak lagi

memuat segmen ―Gombal Gembel‖. Andre OVJ hanya sekali waktu menggombal.

WG hanya tenar sebentar dan siap untuk tenggelam dengan hadirnya budaya-

budaya pop yang baru.

4.3 Rangkuman

Penyebab terjadinya fenomena nggombal dimulai dari media massa,

terutama televisi. Media massa melalui acara-acara televisi mempublikasikan WG

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

44

sehingga populer di kalangan masyarakat. WG pun menjadi trend center dalam

dunia humor dan trend setter dalam pergaulan sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

45

BAB V

FENOMENA LINGUAL DALAM WACANA GOMBAL

SEBAGAI PENDUKUNG PENCIPTAAN HUMOR

5.1 Pengantar

Seperti yang telah dijelaskan WG awalnya tidak digunakan untuk

berhumor. Media massalah yang telah membuat WG masuk ke dunia hiburan

sebagai bahan berhumor. Lagi pula, tidak semua WG bersifat lucu. Kelucuan

dalam WG yang dibawakan di atas panggung ―Comedy Project‖, ―Raja Gombal‖,

maupun ―Opera Van Java‖ lebih bersifat situasional. Situasi acara tersebut

memang didesain sedemikian rupa menjadi bersuasana humor. Situasi ketika ada

seorang pria yang merayu seorang wanita atau sebaliknya di depan umum dengan

WG yang kreatif, ternyata bagi penonton dianggap tidak wajar dan lucu sehingga

menghasilkan tawa. Walaupun demikian, perlu digarisbawahi bahwa situasi

tersebut tetap harus didukung dengan permainan bahasa yang menarik dalam

setiap WG yang dibawakan.

Permainan bahasa dalam WG memuat ketidakterdugaan. Unsur

ketidakterdugaan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan di dalam penciptaan

humor (Wijana, 2004: 280). Biasanya ketidakterdugaan dalam WG terletak pada

dialog bagian terakhir dari I pada tipe WG dialog sederhana dan R yang terakhir

pada tipe WG dialog kompleks. Ketidakterdugaan terjadi ketika mitra tutur

memiliki sebuah persepsi sendiri terhadap konteks pembicaraan, sementara di sisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

46

lain penutur ternyata memilki sesuatu yang berbeda dan tidak terpikirkan oleh

mitra tutur.

Ketidakterdugaan itu diciptakan melalui pembelokan prinsip kerja sama

dan pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan mulai dari tataran fonologis hingga

konstruksi proposisional. Adapun pembelokan prinsip kerja sama telah dibahas

pada bagian sebelumnya. Sementara itu, pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan

menciptakan fenomena-fenomena lingual yang akan diuraikan di bawah ini.

5.2 Pemanfaatan Fenomena Lingual yang Terdapat dalam WG

Fenomena lingual dalam WG mencakup aspek-aspek kebahasaan mulai

dari tataran yang paling rendah hingga tataran tertinggi. Satuan kebahasaan yang

paling kecil adalah bunyi atau fonem dan satuan kebahasaan yang tertinggi adalah

wacana. Selain melalui satuan kebahasaan, fenomena lingual juga mencakup gaya

bahasa dan peribahasa. Berikut dipaparkan fenomena-fenomena lingual yang

terdapat dalam WG dengan memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan.

5.2.1 Aspek Fonologis

Aspek fonologis berkaitan dengan satuan kebahasaan yang paling kecil,

yaitu bunyi bahasa. Ada tiga satuan kebahasaan yang berada di tingkat satuan

fonologis, yaitu fona, fonem, dan suku kata. Fona berbeda dengan fonem.

Perbedaannya terletak pada kemampuan untuk membedakan makna. Fonem

merupakan satuan kebahasaan berupa bunyi yang memiliki potensi untuk

membedakan makna (Wijana, 2009: 22); sedangkan fona tidak memiliki potensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

47

tersebut. Sementara itu, suku kata adalah satuan ritmis terkecil yang memiliki

puncak kenyaringan (Wijana, 2009: 28).

Oleh pencipta WG, fonem dan suku kata dapat ―dipermainkan‖ sehingga

menimbulkan ketidakterdugaan dalam WG. Berikut merupakan penjabaran

pemanfaatan permainan fonem dan suku kata dalam WG.

5.2.1.1 Permainan Fonem

Salah satu cara mempermainkan fonem untuk menciptakan

ketidakterdugaan adalah dengan mengganti sebuah fonem dalam sebuah kata

dengan fonem lain sehingga mitra tutur menjadi salah kira. Perhatikan contoh WG

berikut.

(43) O1 : Neng, aku punya tebak-tebakan nich..

O2 : Apa tu Bang?

O1 : Tinta apa yang melekat dan ga bisa dihilangin?

O2 : Hmhmhm, ga tau, emang apa Bang?

O1 : Tintaku padamu…

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 33)

Fonem /t/ di awal pada kata tinta sebenarnya merupakan fonem /c/

sehingga menjadi kata cinta. Namun, O1 sengaja mengganti fonem /c/ dengan /t/

untuk menciptakan ketidakterdugaan. Orang kedua mengira jawaban atas

pertanyaan O1 pasti seputar tinta, entah itu tinta pena, spidol, atau jenis tinta yang

lain. Ternyata, O1 ―memplesetkan‖ kata cinta menjadi tinta. Hal tersebut

membuat O2 terkejut dan menimbulkan efek lucu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

48

Selain mengganti fonem dalam sebuah kata, permainan fonem dalam WG

juga bisa melalui cara menukar fonem dalam sebuah kata. Perhatikan contoh

berikut ini.

(44) O1 : Neng, goda-goda 1 porsi.

O2 : Di sini adanya gado-gado Bang.

O1 : Oh, maaf Neng. Karena liat Eneng, abang jadi tergoda

sich…

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 27)

Letak fonem /a/ dan /o/ dalam kata gado-gado ditukar oleh O1 menjadi

goda-goda. Orang kedua pun bingung karena ia merasa menjual gado-gado dan

tidak ada makanan bernama goda-goda. Ternyata goda-goda hanyalah akal-

akalan O1 untuk memuji O2 karena yang dimaksud goda-goda adalah O1 tergoda

dengan O2. Hal tersebut tentu membuat O2 terkejut dan terciptalah humor.

Tidak hanya mengganti dan menukar fonem, permainan fonem dalam WG

juga meliputi penambahan fonem. Perhatikan contoh berikut.

(45) O1 : Yang, tau nggak perbedaan antara kamu dengan lukisan?

O2 : Nggak tau….

O1 : Perbedaannya kalo lukisan semakin lama dipandang

semakin antik, kalo kamu semakin lama dipandang

semakin cantik.

(Raja Gombal ala Denny Cagur, hlm. 40)

Pernyataan kedua dari O1 mengandung dua kata yang mirip, yaitu antik

dan cantik. Secara kreatif, O1 menambahkan fonem /c/ pada kata antik sehingga

menjadi cantik dan menciptakan ketidakterdugaan bagi O2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

49

5.2.1.2 Penambahan Suku Kata

Sebuah kata yang terdiri dari dua suku kata atau lebih bisa berubah makna

jika salah satu suku katanya dihilangkan seperti pada contoh berikut ini.

(46) O1 : Bang, katanya lagi sakit ya?

O2 : Ga kok, cuma geli aja..

O1 : Geli kenapa Bang?

O2 : Gelisah memikirkan kamu

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 110)

(47) O1 : Kamu tau nggak KERA apa yang harus dimusnahkan dari

bumi ini?

O2 : Hmmm, apa yah… nggak tau….

O1 : KERAguanku untuk meminangmu….

(Si Raja Gombal, hlm. 48)

Kata geli terdiri dari dua suku kata yaitu ge- dan li-. Orang kedua dalam

WG (44) sengaja membuat O1 menjadi penasaran dengan mengaku geli. Orang

pertama mengira fisik O2 merasa geli. Ternyata fisik O2 tidak merasakan geli

tetapi hati O2 yang merasa gelisah karena memikirkan O1. Penambahan suku kata

–sah pada kata geli menjadi gelisah tersebut menciptakan ketidakterdugaan

sehingga mendukung munculnya efek lucu.

Demikian juga dengan kata keraguanku yang mengandung unsur suku

kata ke- dan ra- yang jika digabungkan menjadi kera memiliki makna tersendiri

karena juga memiliki referen yang berbeda dengan keraguanku. Pengacauan

persepsi tentang kera yang diciptakan oleh O1 menimbulkan ketidakterdugaan

bagi O2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

50

5.2.2 Aspek Ketaksaan

Menurut Wijana (2004: 140), satuan gramatikal seperti kata, frasa, dan

kalimat bila dilucuti dari konteks pemakaiannya, ternyata ada sejumlah di

antaranya memiliki potensi secara aksidental bersifat taksa dengan satuan

gramatikal lain. Ketaksaan dalam humor memiliki kedudukan yang sentral

sehubungan dengan potensinya untuk mengacaukan penutur dan mitra tuturnya.

Kekacaauan tersebut akhirnya menciptakan ketidakterdugaan yang melahirkan

humor. Secara sederhana, ketaksaan yang dimanfaatkan di dalam WG dapat

dibedakan menjadi ketaksaan leksikal dan ketaksaan gramatikal.

5.2.2.1 Ketaksaan Leksikal

Ketaksaan leksikal adalah ketaksaan yang terbentuk karena bentuk-bentuk

yang memiliki dua makna atau lebih. Perbedaan makna itu memungkinkan satu

sama lain masih bertalian dan memungkinkan tidak berkaitan sama sekali. Sifat

hubungan makna yang pertama disebut polisemi, sedangkan sifat hubungan

makna yang kedua disebut homonimi (Wijana, 2004: 141)

5.2.2.1.1 Polisemi

Secara sederhana, polisemi dapat diartikan sebagai satu kata banyak arti.

Walaupun demikian, hanya terdapat satu makna primer dalam sebuah kata yang

berpolisemi. Makna selain makna primer dalam sebuah kata berpolisemi disebut

makna sekunder. Makna primer dari sebuah kata dapat diketahui tanpa melibatkan

konteks pemakaian, sebaliknya diperlukan konteks pemakaian untuk mengetahui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

51

makna sekunder dari sebuah kata (Wujana, 2004: 142). Untuk lebih jelasnya

perhatikan contoh berikut.

(48) O1 : Neng, kok waktu Eneng lewat kopi abang jadi ga ada

rasanya ya?

O2 : Emang kenapa Bang?

O1 : Karena manisnya ada di muka Eneng semua… hehehe….

(Si Raja Gombal, hlm. 14)

Orang pertama dalam WG di atas memanfaatkan kepolisemian kata manis.

Makna primer dari manis adalah ‗rasa seperti rasa gula‘ (Tim Penyusun Kamus,

2008: 914). Rasa tersebut dapat dikecap oleh lidah. Sementara itu, makna kata

manis yang digunakan O1 dalam (45) ternyata merupakan makna sekundernya

padahal konteks pemakaiannya lebih menjurus ke makna primernya. Makna

sekunder dari manis yang dimaksud oleh O1 adalah ‗elok‘ atau ‗sangat menarik

hati‘ (Ibid., 914).

Dalam WG, pemanfaatan kepolisemian kata manis sangat sering terjadi

seperti dalam ketiga contoh berikut.

(49) O1 : Kamu suka coklat nggak?

O2 : Suka…

O1 : Kalo susu?

O2 : Suka juga…

O1 : Hmhmhm…. Kalo madu???

O2 : Suka juga sich. Emang kenapa tanya gitu???

O1 : Hmhm… Pantes….

O2 : Pantes kenapa??

O1 : Pantes kamu manis… soalnya suka yang manis-manis….

(Rayuan Gombal ala Denny Cagur, hlm. 73)

(50) O1 : Kamu tau gak kenapa cabe rasanya pedes?

O2 : Gak tau, emang kenapa?

O1 : karena yang manis itu kamu….

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 18)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

52

(51) O1 : Kamu kayak donat topping coklat dech. Habis kamu

manis banget sih…

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 53)

Penggunaan makna sekunder yang kurang sesuai dengan konteks tersebut

menciptakan ketidakterdugaan bagi O2. Ia mengira yang membuat rasa minuman

dan makanan yang dipunyai O1 menjadi manis bukanlah wajahnya yang berparas

elok atau cantik.

5.2.2.1.2 Homonimi

Berbeda dengan polisemi, homonimi secara sederhana dapat diartikan dua

kata yang memiliki bentuk sama tetapi maknanya berbeda. Penggunaan dua

makna yang berbeda tersebut dapat menimbulkan kekacauan persepsi yang juga

berakhir pada ketidakterdugaan. Jenis homonimi dalam WG sering ditemui

dengan cara menyimpangkan kepanjangan dari sebuah singkatan atau akronim

seperti pada contoh berikut.

(52) O1 : Kalo IPS apa artinya?

O2 : Ilmu Pengetahuan Sosial.

O1 : Kalo IPA?

O2 : Ilmu Pengetahuan Alam.

O1 : Kalo KPK?

O2 : Komisi Pemberantasan Korupsi

O1 : Salah, tapi artinya Kamu Punya Ku

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 81)

(53) O1 : Aku boleh nggak bikin KTP?

O2 : Lho kok tanya ke aku?

O1 : Iya dong,

O2 : Kenapa?

O1 : KTP yang aku maksud adalah Kartu Tanda Pasanganmu

(―Comedy Project‖, 27 April 2012)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

53

(54) O1 : Aku mau buat STNK di rumah kamu.

O2 : Bikinnya bukan di rumah aku, Kak.

O1 : Di rumah kamu kali, kan Surat Tanda Nikahin Kamu.

(―Comedy Project‖, 27 April 2012)

Dari ketiga contoh di atas terdapat tiga singkatan yang oleh O1 diartikan

dengan kepanjangan yang baru. Perhatikan tabel di bawah ini.

No Singkatan Kepanjangan Umum Kepanjangan Baru

1 KPK Komisi Pemberantasan Korupsi Kamu Punya Ku

2 KTP Kartu Tanda Penduduk Kartu Tanda Pasanganmu

3 STNK Surat Tanda Nomor Kendaraan Surat Tanda Nikahin Kamu

Singkatan KPK secara umum dimengerti sebagai Komisi Pemberantasan

Korupsi. Namun, O1 justru mengganti kepanjangan tersebut dengan Kamu Punya

Ku sehingga menimbulkan ketidakterdugaan bagi O2 yang memiliki persepsi

umum tentang KPK.

Demikian juga dengan singkatan KTP dan STNK yang pada umumnya

dimengerti sebagai Kartu Tanda Penduduk dan Surat Tanda Nomor Kendaraan

dikacaukan dengan kepanjangan Kartu Tanda Pasanganmu dan Surat Tanda

Nikahin Kamu.

5.2.2.2 Ketaksaan Gramatikal

Menurut Wijana (2004: 181), ketaksaan tidak semata-mata terbentuk

karena leksem yang memiliki dua arti atau lebih sehubungan dengan luas

pemakaiannya, atau secara aksidental identik bentuk dan ejaannya, tetapi dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

54

pula dibentuk karena penggabungannya dengan leksem atau leksem-leksem lain.

Ketaksaan yang terbentuk karena gabungan dua atau beberapa leksem disebut

dengan ketaksaan gramatikal. Ada dua bentuk ketaksaan gramatikal dalam WG

yaitu idiom dan peribahasa.

5.2.2.2.1 Idiom

Idiom adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frasa, maupun

kalimat) yang maknanya tidak dapat ―diramalkan‖ dari makna leksikal unsur-

unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut (Chaer, 1990: 76).

Dengan kata lain, makna sebuah idiom tidak tidak dapat diterangkan secara logis

atau secara gramatikal dengan bertumpu pada makna kata-kata yang

membentuknya (Keraf, 1984: 109). Keunikan makna dalam idiom tersebut

dimanfaatkan oleh pencipta WG untuk mengacaukan persepsi mitra tutur seperti

dalam contoh berikut.

(55) O1 : Neng, aku dan kamu kan sama-sama calon arsitek. Jika

nanti sudah besar, mari kita bangun rumah yang paling

indah di muka bumi ini.

O2 : Rumah apa itu Bang?

O1 : Rumah tangga kita Neng.

O2 : Asik-asik…

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 41)

(56) O1 : Aku udah pernah jatuh dari jembatan, aku udah pernah

jatuh dari tangga. Semuanya ga enak.

O2 : Emangnya ada jatuh yang enak?

O1 : Ada satu jatuh yang paling enak, yaitu jatuh cinta sama

kamu.

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 19)

Idiom rumah tangga tidak bisa diuraikan berdasarkan dua leksem yang

membentuknya, yaitu rumah dan tangga. Oleh karena itu, ketika O1 mengatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

55

bahwa ia akan membangun rumah yang paling indah, persepsi O2 akan menuju ke

suatu bangunan fisik berupa rumah. Ternyata, maksud O1 tidak menunjuk pada

bangunan rumah melainkan idiom rumah tangga yang berarti ‗segala sesuatu

yang berhubungan dengan rumah‘. Kesalahan persepsi itu pun menciptakan

sebuah ketidakterdugaan.

Demikian juga dengan idiom jatuh cinta. Jatuh cinta bukan juga berarti

‗terlepas dan turun ke bawah dengan cepat‘. Jatuh cinta memiliki arti ‗menaruh

cinta kepada‘ (Tim Penyusun Kamus, 2008: 582). Jatuh dalam arti yang pertama

memiliki akibat sakit, sedangkan jatuh cinta tentu sangat disukai banyak orang.

5.2.2.2.2 Peribahasa

Peribahasa adalah ungkapan atau kalimat ringkas, padat, dan berisi

perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku

(Tim Penyusun Kamus, 2008: 1085). Penciptaan ketidakterdugaan dalam

peribahasa dapat dilakukan dengan mengganti objek-objek dalam peribahasa

tersebut dengan penutur dan mitra tutur. Perhatikan contoh berikut.

(57) O1 : Ada peribahasa ada udang di balik batu.

O2 : Iya Bang, emang kenapa?

O1 : Aku rela jadi batu dech asalkan di balik aku ada kamu

O2 : So Sweet…

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 123)

Penutur dalam WG di atas mengganti objek udang dan batu dalam

peribahasa ada udang di balik batu dengan aku (O1) dan kamu (O2) sehingga

menimbulkan efek jenaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

56

Peribahasa juga mencakup pepatah. Pepatah adalah peribahasa yang

mengandung nasihat (Tim Penyusun Kamus, 2008: 1080). Pepatah juga bisa

menjadi sumber kreativitas dalam WG. Perhatikan contoh berikut.

(58) O1 : Kamu pernah denger nggak kata pepatah bilang tak kenal

maka tak sayang?

O2 : Iya Bang, emang kenapa?

O1 : Buat aku itu nggak berlaku.

O2 : Nggak berlaku kenapa?

O1 : Karena sebelum aku kenal kamu, aku udah sayang kamu.

O2 : So Sweet…

(Rayuan Gombal ala Denny Cagur, hlm. 36)

Orang pertama dengan cerdik membantah pepatah ―Tak kenal maka tak

sayang‖ dengan menyatakan bahwa ia telah menyayangi O2 sebelum

mengenalnya terlebih dahulu sehingga menimbulkan ketidakterdugaan bagi O2.

5.2.3 Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara yang khas dalam menyatakan sesuatu dengan

bahasa (Tim Penyusun Kamus, 2008: 443). Gaya bahasa berdasarkan makna

diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih

mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Bila acuan

yang digunakan itu masih mempertahankan makna dasar, bahasa itu masih

bersifat polos. Namun, bila sudah ada perubahan makna, entah berupa makna

konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna denotatifnya, acuan tersebut

dianggap sudah memiliki gaya bahasa.

Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna dibagi atas dua

kelompok yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

57

semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek

tertentu, sedangkan gaya bahasa kiasan merupakan penyimpangan yang lebih jauh

(Keraf, 1984: 129). Dalam WG, gaya bahasa retoris yang digunakan adalah

hiperbola dan elipsis, sedangkan gaya bahasa kiasan meliputi metafora dan

personifikasi.

5.2.3.1 Hiperbola

Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang

berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal (Keraf, 1984: 135). Esensi WG

adalah memuji mitra tutur. Sering kali, penutur akan melebih-lebihkan pujiannya

untuk mendapatkan simpati dari mitra tutur seperti contoh berikut.

(59) O1 : Jatuh cinta denganmu bikin aku semangat kerja di kantor,

bikin aku menari tiap kali mendengar suara mesin

fotokopi, bikin aku tersenyum saat dimarahin si bos. Dan

bikin hari Sabtu menjadi hari yang paling kutunggu-

tunggu.

O2 : Makasii sayank….

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 15)

(60) O1 : Adek mau tau nggak seberapa banyak cinta mas buat

Adek?

O2 : Emang berapa banyak Mas?

O1 : Hitung aja tiap tetes air hujan yang jatuh. Sebanyak itu

cinta mas buat Ade.

(Si Raja Gombal, hlm. 26)

5.2.3.2 Elipsis

Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur

kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh mitra tutur

sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku (Keraf,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

58

1984: 132). Dalam WG kalimat yang unsurnya dihilangkan berada di fungsi I dan

unsur yang dihilangkan tersebut akhirnya dikembalikan menjadi sebuah

ketidakterdugaan dalam fungsi R di akhir wacana. Perhatikan contoh berikut.

(61) O1 : Sayang kamu harus belajar terima kenyataan...

O2 : Kenyataan apa sich Bang maksudmu?

O1 : Kenyataan kalau kita memang jodoh….

(Si Raja Gombal, hlm. 71)

(62) O1 : Halo, kamu di mana?

O2 : Aku lagi sibuk nich…

O1 : Sibuk ngapain sich?

O2 : Sibuk mikirin kamu….

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 26)

(63) O1 : Jangan GR dech. Aku kangen kamu sedikit aja kok

O2 : Kok cuma sedikit?

O1 : Sedikit berlebihan maksudnya….

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 50)

Pada WG (59), O1 menghilangkan bagian kalimat setelah kata kenyataan

pada dialog pertamanya. Orang kedua pun merasa bingung kenyataan apa yang

dimaksud. Barulah O1 menjawab dengan sebuah ketidakterdugaan di dialog

keduanya dengan melengkapi unsur yang dihilangkan sehingga kata kenyataan

menjadi kenyataan kalau kita memang jodoh.

Demikian juga dengan wacana (60) dan (61), orang yang ingin

menggombal menyembunyikan unsur-unsur setelah kata sibuk dan sedikit

sehingga menimbulkan kejengkelan bagi mitra tuturnya. Namun, setelah

dilengkapi menjadi sibuk mikirin kamu dan sedikit berlebihan, ketidakterdugaan

pun terjadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

59

5.2.3.3 Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara

langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Metafora sebagai perbandingan

langsung tidak mempergunakan kata: seperti, bak, bagai, bagaikan, dan

sebagainya sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua

(Keraf 1984 139). Metafora merupakan perubahan makna karena persamaan sifat

antara dua objek (Ibid., hlm. 98). Bekher (dikutip Pradopo, 2005: 66) mengatakan

metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Pradopo juga

menyatakan metafora terdiri dari dua term atau dua bagian, yaitu term pokok dan

term kedua. Term pokok disebut tenor dan term kedua disebut vehicle. Tenor

menyebutkan hal yang dibandingkan, sedangkan vehicle adalah hal yang untuk

membandingkan.

Ketika memuji mitra tutur, penutur WG sering kali menggunakan metafora

untuk menyamakan mitra tutur dengan objek lain yang memiliki persamaan sifat

seperti pada contoh berikut.

(64) O1 : Kenapa malem ini gelap banget ya Neng?

O2 : Mendung kali Bang.

O1 : Kayaknya nggak dech.

O2 : Emang kenapa dong Bang?

O1 : Soalnya bulannya sedang menerangi dan menemaniku di

sini.

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 8)

(65) O1 : Yang, tau nggak?

O2 : Tau apaan?

O1 : Waktu kamu lewat tadi, aku ngerasa mendadak silau..

O2 : Ah, masak sih?

O1 : Soalnya ada bidadari lewat di depan aku.

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 12)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

60

(66) O1 : Kayaknya aku salah jatuh cinta dech.

O2 : Lho kok gitu?.

O1 : Aku jatuh cinta dengan seorang malaikat karena di bumi

ini nggak ada seseorang kayak kamu.

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 35)

Pada WG (64) O1 menyamakan O2 dengan bulan. Jadi, bagi O1, O2

adalah tenor atau hal yang dibandingkan. Orang kedua dibandingkan dengan

vehicle berupa bulan. Terdapat kesamaan sifat antara O2 dengan bulan bagi O1,

yaitu keduanya memiliki sifat menerangi sesuatu. Ketidakterdugaan dalam WG di

atas terletak ketika O2 tidak mengira bahwa ia akan dimetaforakan dengan bulan

yang identik dengan sifat indah dan cantik.

Demikian pula dengan WG (65) dan (66). Orang kedua dimetaforakan

dengan bidadari dan malaikat karena menjadi sosok yang istimewa bagi O1.

Orang kedua yang tidak mengira hal tersebut akhirnya merasa dipuji.

5.2.3.4 Personifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan

benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa atau makhluk selain

manusia seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan (Keraf 1984: 140). Sifat

kemanusiaan tersebut meliputi berbuat, berpikir, merasa, dan sebagainya (Pradopo

75).

Personifikasi biasanya digunakan dalam WG untuk memuji mitra tutur

seperti pada contoh berikut.

(67) O1 : Eh, jangan duduk deket-deket bunga?

O2 : Emang kenapa Bang?

O1 : Nanti bunga-bunganya layu Neng..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

61

O2 : Kok bisa?

O1 : Mereka layu karena malu kalah cantik sama kamu..

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 10)

(68) O1 : Waktu kamu lahir pasti lagi hujan ya?

O2 : Lho kok tau?

O1 : Abis langit nangis ditinggalin bidadari secantik kamu.

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 39)

(69) O1 : Andai sebuah bintang akan jatuh setiap kali aku

mengingatmu, bulan pasti protes.

O2 : Emang kenapa Bang?

O1 : Soalnya dia bakal sendirian di angkasa..

(Rayuan Gombal Ala Denny Cagur, hlm. 51)

Bunga-bunga bukan manusia. Namun, oleh O1 bunga-bunga

dipersonifikasikan sehingga memiliki sifat kemanusiaan yang dalam contoh WG

di atas merasa malu karena kalah cantik dengan O2. Hal tersebut menimbulkan

ketidakterdugaan karena persepsi O2 sudah dikacaukan karena merasa bingung

apa hubungan antara dirinya (O2) dengan bunga.

Langit dan bulan dalam (68) dan (69) juga dipersonifikasikan sehingga

dapat menangis dan protes. Hal tersebut seperti halnya pada (67) dapat

menciptakan ketidakterdugaan.

5.2.4 Pantun

Pantun merupakan salah satu jenis puisi Melayu Lama yang

mengandalkan persamaan rima di akhir baris untuk menciptakan suatu estetika.

Ada dua bagian dalam pantun yaitu sampiran dan isi. Sampiran menjadi tumpuan

atau pengantar dalam sebuah pantun, sedangkan isi berisi pesan utama dalam

sebuah pantun. Tidak ada hubungan yang logis antara sampiran dan isi sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

62

permainan antara sampiran dan isi menciptakan sebuah ketidakterdugaan dalam

membuat WG seperti pada contoh berikut.

(70) O1 : Ay, aku punya pantun nich buat kamu..

O2 : mana Bang?

O1 : Ikan hiu bergoyang..

O2 : Artinya?

O1 : I love you sayank…

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 116)

(71) O1 : Ke Cimanggis membeli kopiah, kopiah indah kan kau

dapati.

O2 : Artinya Bang?

O1 : Begitu banyak gadis yang singgah, hanya Dinda yang

memikat hati.

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 112)

(72) O1 : Di ruang tamu ada Sari, si Sari bawa duit

O2 : Artinya Bang?

O1 : Wajahmu kayak bidadari, bidadari yang turun dari langit.

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 91)

Pernyataan O1 di sampiran tidak memiliki hubungan yang logis dengan

isinya. Namun, justru hal itulah yang membuat WG di atas ―bernilai rasa gombal‖

dan menarik.

5.2.5 Nama

Kata-kata nama, baik yang berkaitan dengan nama individu, atau

perluasannya, seperti nama jalan, tempat, tari-tarian, dsb., tidak memiliki makna.

Namun, kata-kata nama di dalam penciptaan humor merupakan sumber yang

cukup penting mengingat potensinya untuk diperlakukan sebagai kata-kata biasa

yang memiliki makna. Berikut merupakan contoh pemakaian nama dalam WG.

(73) O1 : Neng, kemaren abang ke Sukabumi lho.

O2 : Asik dong Bang?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

63

O1 : Tapi ada yang aneh.

O2 : Aneh kenapa Bang?

O1 : Gara-gara mikirin kamu, rambu-rambu jalan di Sukabumi

berubah menjadi Sukakamu..

(Si Raja Gombal, hlm. 60)

(74) O1 : Kamu asalnya dari Jepang ya?

O2 : Kok tau Bang?

O1 : Nama kamu Takada kan? Pasti nama panjangnya Takada

yang bisa gantiin kamu di hatiku.

(Si Raja Gombal, hlm. 72)

Nama Sukabumi sebenarnya tidak memiliki makna leksikal apa-apa.

Nama tersebut hanya menandai sebuah kota di Jawa Barat. Namun, Sukabumi

memiliki keunikan karena terdiri dari dua kata yang sebenarnya bermakna yaitu

suka dan bumi. Kata suka memiliki arti ‗menaruh kasih‘ (Tim Penyusun Kamus,

2008: 1383). Oleh O1, makna tersebut dimanfaatkan untuk menciptakan

ketidakterdugaan bagi O2 dengan cara mengubah unsur kata bumi menjadi kamu

sehingga O2 merasa digombali oleh O1.

Nama Takada juga tidak memiliki makna leksikal. Namun, Takada secara

ortografis dapat diuraikan menjadi dua kata, yaitu tak dan ada sehingga dapat

dilanjutkan menjadi kalimat tak ada yang bisa gantiin kamu di hatiku.

5.2.6 Pertalian Kata dalam Frasa

Menurut Ramlan (1982: 121), frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri

dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Frasa dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa yang mempunyai

distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu

dari unsurnya disebut frasa endosentrik, seperti rumah baru, mobil merah, dsb;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

64

sedangkan frasa yang tidak demikian, maksudnya tidak mempunyai distribusi

yang sama dengan semua unsurnya disebut frasa eksosentrik, seperti di kelas,

dalam kamar, dsb.

Frasa endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu frasa

endosentrik koordinatif, atributif, dan apositif. Frasa endosentrik koordinatif

terdiri dari unsur-unsur yang setara, seperti aku dan kamu, belajar atau bekerja,

suami istri, dsb. Frasa endosentrik atributif terdiri dari unsur-unsur yang tidak

setara, seperti buku baru, sedang bekerja, wanita itu, dsb. Frasa endosentrik

apositif memiliki unsur-unsur yang tidak dapat dihubungkan dengan kata

penghubung dan atau atau, dan secara semantik unsur yang satu sama dengan

unsur yang lain, seperti Sule, pelawak asal Jawa Barat.

Dalam WG, ketidakterdugaan dapat diciptakan dengan memakai frasa

endosentrik koordinatif dan frasa endosentrik atributif seperti halnya wacana

humor menurut Wijana (2003: 236). Berikut dipaparkan penciptaan

ketidakterdugaan dalam WG dengan frasa.

5.2.6.1 Frasa Endosentrik Koordinatif

Menurut Ramlan (1882: 126), kesetaraan dalam frasa endosentrik

koordinatif dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan

dengan akta penghubung dan atau atau.

(75) O1 : Eh, eh, kamu punya kunci apa aja?

O2 : Ada kunci rumah, kunci motor, kunci inggris, kunci pas,

kunci L. Emang kenapa? Kamu mau pinjem?

O1 : Tapi ada nggak yang bisa buka kunci hatimu?

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 34)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

65

(76) O1 : Neng pilih utara apa selatan?

O2 : Hmhm…. Utara deh. Emang kenapa Bang?

O1 : Kalo gitu aku pilih selatan biar cinta kita nempel terus

kayak kutub magnet utara dan selatan….

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 19)

Dalam WG (75), O2 mengira O1 akan meminjam salah satu kunci yang ia

punya dan kunci tersebut tidak bermakna kias. Namun, O1 tidak menghendaki

kunci-kunci yang disebutkan oleh O2. O1 justru meminta kunci hati O2 supaya

O1 dapat masuk ke dalamnya. Hal ini menimbulkan ketidakterdugaan bagi O2.

Demikian pula dengan WG (76). Orang kedua tidak mengira maksud dari

pilihan utara maupun selatan yang diajukan oleh O1. Ternyata, pilihan tersebut

untuk menggambarkan kutub magnet yang selalu menempel ketika bertemu kutub

yang berlawanan.

5.1.6.2 Frasa Endosentrik Atributif

Menurut Wijana (2003: 236), atributif dalam frasa endosentrik pada

hakikatnya adalah elemen pembatas yang memodifikasi makna generik unsur

pusatnya sehingga makna unsur pusat itu lebih spesifik. Sifat atributif yang

demikian ini dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengacaukan persepsi

pembaca dari sesuatu yang besar kepada sesuatu yang remeh atau sesuatu yang

menyimpang dari konteksnya semula. Perhatikan contoh berikut.

(77) O1 : Kamu punya peta nggak?

O2 : Peta apa?

O1 : Peta hatimu, karena aku tersesat dan nggak bisa keluar dari

hatimu.

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 28)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

66

(78) O1 : Aku udah punya dan baca banyak buku. Sayangnya ada

satu buku yang belum aku punya.

O2 : Buku apa?

O1 : Buku nikah kita berdua..

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 28)

Munculnya frasa peta hatimu dan buku nikah kita berdua dalam kedua

wacana di atas tidak diduga oleh O2. Peta yang mungkin dikira oleh O2 bisa jadi

adalah peta sebuah kota, negara, atau dunia; dan buku yang dikira oleh O2 bisa

jadi berupa novel atau buku bacaan lainnya. Namun, O1 dengan cerdik

mengejutkan O2 dengan menambahkan kata hatimu dan nikah kita berdua untuk

memperjelas peta dan buku apa yang dimaksud.

5.2.7 Pertalian Antarklausa

Menurut Wijana (2004: 249), sejauh yang berhubungan dengan

pemanfaatan pertalian antarklausa untuk kreativitas humor, pengacauan konsepsi

dilakukan dengan pembatasan ruang lingkup makna klausa pertama dengan klausa

kedua. Kehadiran klausa kedua di dalam dialog secara tiba-tiba mengubah

presuposisi mitra tutur. Dalam WG ada beberapa jenis pertalian antarklausa yang

berpotensi untuk dikreasikan, antara lain pertalian perlawanan, sebab,

pengandaian, dan syarat.

5.2.7.1 Pertalian Perlawanan

Hubungan perlawanan dinyatakan ketika klausa yang satu berlawanan atau

tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa lainnya (Ramlan, 1982: 38).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

67

Hubungan perlawanan dalam WG biasanya mengontraskan sifat mitra tutur

dengan suatu pembanding yang lain seperti dalam contoh berikut.

(79) O1 : Kamu tau gak bedanya kamu sama rumus fisika?

O2 : Ga tau, emang apa?

O1 : Kalo rumus fisika itu susah dihafal, kalo kamu susah

dilupain.

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 29)

(80) O1 : Lukisan emang bisa ngejelasin ribuan kata. Tapi, saat aku

ngeliat kamu, nggak ada satu kata pun di dunia ini yang

mampu ngejelasinnya.

O2 : So sweet….

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 62)

(81) O1 : Kamu tau gak bedanya kamu sama bunga anggrek?

O2 : Ga tau, emang apa?

O1 : Kalo bunga anggrek menempel di batang pohon, kamu

menempel di hatiku.

(Rayuan Gombal ala Denny Cagur, hlm. 88)

(82) O1 : Kamu tau gak bedanya skripsi sama kamu?

O2 : Ga tau, emang apa?

O1 : Kalo srkripsi itu tugas terakhir aku, kalo kamu cinta

terakhir aku.

(Rayuan Gombal ala Denny Cagur, hlm. 106)

Orang kedua dalam WG (78) dibandingkan dengan rumus fisika. Ternyata

bagi O1, rumus fisika memiliki sifat yang bertentangan dengan O2. Pertentangan

tersebut ternyata memberikan kesan tak terduga karena O2 tidak mengira akan

dibandingkan dengan rumus fisika dan ternyata sifat keduanya saling

bertentangan.

Demikian juga dengan WG (79) dan (80) yang mengandung dua hal yang

saling bertentangan. Salah satu hal tersebut adalah diri O2 yang tidak menduga

akan dibandingkan dengan sesuatu yang bagi O1 memiliki peran dan ciri yang

berlawanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

68

5.2.7.2.Pertalian Sebab

Dalam pertalian sebab, klausa bukan inti menyatakan sebab atau alasan

terjadinya peristiwa atau dilakukannya tindakan yang tersebut dalam klausa inti

(Ibid., hlm. 48). Ketidakterdugaan WG dalam pertalian sebab terletak pada klausa

bukan inti atau yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya peristiwa atau

dilakukannya tindakan tersebut. Alasan yang dikemukakan penutur tidak memiliki

hubungan yang logis atau tidak dapat ditebak dengan pernyataan di klausa inti

sehingga menimbulkan ketidakterdugaan. Perhatikan contoh berikut.

(83) O1 : Kamu tau gak kenapa cabe rasanya pedes?

O2 : Gak tau, emang kenapa?

O1 : Karena yang manis itu kamu….

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 18)

(84) O1 : Kamu tau nggak kenapa pelangi hanya setengah

lingkaran?

O2 : Gak tau, emang kenapa?

O1 : Karena setengahnya lagi ada di mata kamu….

(Rayuan Gombal ala Denny Cagur, hlm. 99)

(85) O1 : Sayang, kamu tau gak kenapa aku ga pernah bisa bangun

pagi?

O2 : Kamu males sich..

O1 : Karena aku tu nggak mau pisah sama kamu biarpun di

dalam mimpi….

(Si Raja Gombal, hlm. 78)

Dalam WG (81), tidak ada hubungan logis antara pedasnya cabai dengan

manisnya wajah O2. Namun, hal tersebut justru disengaja oleh O1 untuk

menciptakan ketidakterdugaan. Awalnya O2 tidak menyadari bahwa O1 akan

memujinya. Pertanyaan mengapa rasa cabai itu pedas oleh O2 hanya dianggap

sebagai pertanyaan biasa. Orang kedua mengira alasan yang akan dikemukakan

O1 masih berhubungan dengan cabai. Setelah O1 memberikan alasan, barulah O2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

69

menyadari bahwa pertanyaan O1 hanyalah pengantar yang tidak memiliki

hubungan langsung dan logis dengan alasan yang diberikan.

Demikian juga dengan alasan yang dikemukakan O1 pada WG (81) dan

(82). Alasan-alasan O1 tersebut tidak masuk akal dan tidak logis. Namun, justru

ketidaklogisan tersebut yang membuat O2 merasa terkejut dan tidak menduganya.

5.2.7.3 Pertalian Pengandaian

Dalam pertalian pengandaian, klausa bukan inti menyatakan suatu

andaian, suatu syarat yang tak mungkin terlaksana bagi klausa inti sehingga apa

yang dinyatakan dalam klausa inti juga tidak mungkin terlaksana (Ramlan, 1982:

54). WG yang memiliki hubungan pengandaian memiliki ketidakterdugaan pada

klausa inti seperti pada contoh berikut.

(86) O1 : Neng, tau gak astronot yang pertama kali menginjak

bulan?

O2 : Neil Amstrong kan Bang..

O1 : Yups, betul banget. Tau juga kan di sana nancepin apa?

O2 : Pasti nancepin bendera USA kan Bang?

O1 : Ih, eneng betul lagi, tapi asal kamu tahu Neng, kalo

astronot itu aku, akau ga bakal nancepin bendera USA

ataupun Indonesia.

O2 : Trus nancepi apa Bang?

O1 : Di sana aku bakal nancepin bendera bertuliskan ―Neng,

Aku Sayank Kamu‖

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 122)

Dialog ketiga dan keempat O1 memiliki hubungan pengandaian. Kedua

dialog tersebut jika dikonsutruksi ulang dapat dinyatakan menjadi:

(85a) O1 : Seandainya astronot itu aku, aku bakal nancepin bendera

bertuliskan ―Neng, Aku Sayank Kamu‖.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

70

Klausa seandainya astronot itu aku merupakan klausa bukan inti

sedangkan klausa aku bakal nancepin bendera bertuliskan “Neng, Aku Sayank

Kamu” merupakan klausa inti. Letak ketidakterdugaannya berada di dialog

terakhir yang memuat klausa inti karena di luar perkiraan O2.

Contoh lain yang lebih jelas terdapat pada wacana di bawah ini.

(87) O1 : Seandainya aku hanya memiliki kesempatan untuk

meminta satu hal, boleh nggak aku minta satu hal dari

kamu?

O2 : Apa itu?

O1 : Aku minta jadikan aku halal untukmu….

(―Comedy Project‖ 7 Desember 2011)

(88) O1 : Seandainya aku cuma punya kesempatan terakhir untuk

berbicara, aku akan menggunakan kesempatan itu buat

bilang ―Aku sayang kamu‖.

O2 : So sweet….

(―Comedy Project‖ 7 Desember 2011)

5.2.7.4 Pertalian Syarat

Dalam pertalian syarat, klausa inti menyatakan syarat bagi terlaksananya

apa yang tersebut dalam klausa inti (Ramlan, 1982: 50). Syarat tersebut dalam

WG dimanfaatkan untuk menciptakan ketidakterdugaan karena di luar perkiraan

O2. Perhatikan contoh berikut.

(89) O1 : Ada peribahasa ada udang di balik batu.

O2 : Iya Bang, emang kenapa?

O1 : Aku rela jadi batu dech asalkan di balik aku ada kamu

O2 : So Sweet…

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 123)

Ketidakterdugaan WG di atas terletak pada syarat yang diajukan O1. Pada

dialog terakhirnya, O1 mengajukan syarat yang tidak terduga oleh O2 dengan

meminta O2 berada di balik O1 bagaikan peribahasa ada udang di balik batu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

71

5.2.7.7 Pertalian Tujuan

Pertalian tujuan terdapat dalam kalimat yang klausa bukan intinya

menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama

(Alwi dkk., 2003: 407). Ketidakterdugaan dalam WG jenis ini terdapat dalam

klausa bukan inti. Ketidakterdugaan itu muncul karena harapan atau tujuan yang

disampaikan bersifat tidak logis dan bersifat berlebihan. Perhatikan contoh

berikut.

(90) O1 : Yang, sejak dulu aku pengen kepalaku dironsen.

O2 : Buat apa Bang?

O1 : Biar kamu tau isi kepalaku cuma ada kamu.

O2 : So Sweet…

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 19)

(91) O1 : Yang, temenin aku ke toko senjata yuk. Aku mau beli

pistol buat nembak kepalaku..

O2 : Kenapa?

O1 : Biar aku nggak mikirin kamu terus..

(―Comedy Project‖, 4 April 2012)

Tujuan-tujuan yang terdapat dalam WG (90) dan (91) di atas terkesan

tidak logis dan berlebihan. Namun, justru hal tersebut yang membuat O2 tidak

menyangka dan terkejut sehingga menimbulkan ketidakterdugaan.

5.2.7.8 Pertalian Kegunaan

Dalam pertalian kegunaan, klausa bukan inti menyatakan kegunaan dan

menjawab pertanyaan untuk apa (Ramlan, 1982: 60). Kegunaan dalam klausa

tersebut ketika dimanfaatkan dalam WG bersifat tidak logis dan berlebihan. Di

situlah letak ketidakterdugaannya. Perhatikan contoh berikut.

(92) O1 : Neng, punya USB nggak?

O2 : Buat apa Bang?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

72

O1 : Buat transfer hatiku ke hatimu….

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 22)

(93) O1 : Yang, aku mau ke apotek dulu yah beli formalin.

O2 : Buat apa?

O1 : Buat ngawetin cinta kita

(Rayuan Gombal ala Denny Cagur, hlm. 13)

Kabel USB memang berfungsi untuk mentransfer data dari komputer ke

media penyimpanan yang lain; dan formalin memang berfungsi untuk

mengawetkan. Namun, kedua kegunaan tersebut direka sedemikian rupa oleh O1

untuk menciptakan ketidaterdugaan bagi O2 karena yang ditransfer dan yang

diawetkan bersifat tidak lazim.

5.2.8 Pertalian Antarproposisi

Wacana komunikasi yang binafid terbentuk atau tersusun dari proposisi-

proposisi yang nalar. Dalam hal ini ada keterkaitan yang bersifat logis antara

pernyataan yang satu denga pernyataan yang lain. Dalam wacana humor sering

terjadi hal yang sebaliknya. Pernyataan yang satu sering disimpulkan atau

dianalogikan dengan pernyataan yang lain di luar kerangka berpikir yang dapat

diterima oleh akal (Wijana, 2004: 255). Ada dua cara yang ditempuh oleh

pencipta WG untuk mengacaukan hubungan antarproposisi ini, yaitu silogisme

dan entailmen.

5.2.8.1 Silogisme

Menurut Sumaryono (1999: 90), silogisme dapat didefinisikan sebagai

sebuah argumentasi yang sebuah proposisinya disimpulkan dari dua proposisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

73

lainnya yang sudah diketahui dan memuat gagasan-gagasan yang sudah diketahui

pula. Sekurang-kurangnya salah satu dari kedua proposisi tersebut universal

sehingga walaupun proposisi yang disimpulkan itu berbeda dari dua proposisi

lainnya, proposisi tersebut harus tetap mengikuti alur gagasan yang terdapat di

dalam dua prorosisi lainnya itu ada dua jenis silogisme yaitu silogisme kategoris

dan hipotetis.

Silogisme kategoris ialah silogisme yang terdiri dari proposisi-proposisi

kategoris. Misalnya:

Premis mayor : Semua mahasiswa bercita-cita tinggi.

Premis minor : Beberapa di antaranya kuliah dengan rajin.

Kesimpulan : Jadi, beberapa yang rajin kuliah bercita-cita tinggi.

Sementara itu, silogisme hipotetis adalah silogisme yang mana premis

mayor merupakan sebuah proposisi hipotetis, sementara premis minor dan

kesimpulannya berupa proposisi kategoris.

Contoh:

Premis mayor : Jika rusak, maka harus diperbaiki.

Premis minor : mesin ketik saya rusak.

Kesimpulan : Jadi, mesin ketik saya harus diperbaiki.

Pencipta WG memanfaatkan silogisme untuk menciptakan

ketidakterdugaan. Letak ketidakterdugaan dalam WG yang memakai silogisme

berada di kesimpulannya seperti pada contoh berikut.

(94) O1 : Kamu tau gak apa penyebab orang kesurupan?

O2 : Karena pikirannya kosong…

O1 : Oh gitu. Berarti aku yakin kalo seumur hidupku aku gak

akan pernah kesurupan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

74

O2 : Kok bisa gitu?

O1 : Karena selalu ada kamu dalam pikiran aku.

(Rayuan Gombal Andre Vs Jessica, hlm. 13)

Secara sederhana, dialog di atas dapat diuraikan menjadi tiga proposisi

berikut.

Premis mayor : Orang kesurupan karena pikirannya kosong.

Premis minor : Aku tidak akan pernah kesurupan.

Kesimpulan : Karena pikiranku selalu ada kamu

Perhatikan pula contoh berikut.

(95) O1 : Kamu tau nggak kerjaan polisi itu memberi tilang pada

orang yang melanggar lalu lintas. Apabila aku polisi, aku

pasti akan menilang kamu.

O2 : Lho, kok gitu?

O1 : Soalnya kamu telah parkir sembarangan di hati aku.

(Rayuan Gombal ala Denny Cagur, hlm 98)

Jika WG (95) diuraikan dalam bentuk logika silogisme, akan menjadi

seperti berikut.

Premis mayor : Polisi menilang pelanggar lalu lintas.

Premis minor : Aku adalah polisi dan aku menilang kamu.

Kesimpulan : Kamu melakukan pelanggaran: parkir sembarangan di hati aku.

Permainan silogisme kedua WG di atas menimbulkan ketidakterdugaan

bagi O2 karena O2 tidak menduga bahwa ia akan dilibatkan dalam kesimpulan di

atas sebagai pengisi pikiran O1 dan orang yang melakukan pelanggaran.

5.2.8.2 Entailmen

Entailmen merupakan pertalian makna. Entailmen adalah tuturan yang

dihasilkan karena konsekuensi mutlak atas tuturan sebelumnya. Sehubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

75

dengan ini pernyataan pertama membawa konsekuensi mutlak bagi pernyataan

yang kedua (Wijana, 2004: 261).

Meminjam teori alur dalam ilmu sastra, dikenal istilah suspense,

foreshadowing, dan surprise. Alur sebuah cerita dikatakan menarik jika memiliki

suspense atau rasa ingin tahu. Dengan kata lain, pembaca dibuat penasaran dengan

cerita selanjutnya. Salah satu cara untuk membangkitkan suspense sebuah cerita

adalah dengan menampilkan apa yang disebut foreshadowing.

Foreshadowing merupakan penampilan peristiwa(-peristiwa) tertentu yang

bersifat mendahului—namun biasanya ditampilkan secara tidak langsung—

terhadap peristiwa(-peristiwa) penting yang akan dikemukakan kemudian.

Foreshadowing, dengan demikian dapat dipandang sebagai semacam pertanda

akan terjadinya peristiwa yang lebih besar.

Surprise merupakan akhir cerita yang bersifat mengejutkan. Alur sebuah

cerita dikatakan memberikan kejutan jika sesuatu yang dikisahkan atau kejadian-

kejadian yang ditampilkan menyimpang atau bahkan bertentangan dengan

harapan pembaca (Nurgiyantoro, 134-136).

Hubungan entailmen yang memanfaatkan suspense, foreshadowing, dan

surprise merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam penciptaan

ketidakterdugaan dalam WG. Hampir semua WG memanfaatkan hal tesebut.

Contoh yang paling sering ditemui adalah gombalan ala bapak kamu yang sering

dipakai oleh Andre OVJ seperti pada contoh berikut.

(96) O1 : Neng, bapak kamu ketua RT ya?

O2 : Kok tau?

O1 : Karena kamu telah menyetempel hatiku.

(Si Raja Gombal, hlm. 17)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

76

(97) O1 : Yang, bagaimana kalo hari ini kita ke notaris?

O2 : Mau ngapain?

O1 : Buat balik nama kepemilikan hatiku untukmu…

(Rayuan Gombal ala Denny Cagur, hlm. 40)

(98) O1 : Neng, dulu pas hamil kamu, nyokapmu ngidam kopi ya?

O2 : Kok tau, Bang?

O1 : Soalnya tiap inget kamu aku jadi susah tidur.

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 16)

(99) O1 : Neng, bapak kamu pemain piano ya?

O2 : Kok tau?

O1 : Karena kamu telah memainkan simponi yang indah di hati

abang.

(Makhluk Tuhan Paling Gombal, hlm. 13)

Inisiasi yang diberikan oleh O1 mengandung suspense dengan

foreshadowing ketua RT, notaris, kopi, dan pemain piano. Untuk menciptakan

sebuah ketidakterdugaan harus dicari sebuah surprise yang memiliki hubungan

mutlak dengan ketua RT, notaris, kopi, dan pemain piano. Surprise yang dipilih

adalah menyetempel karena ketua RT identik dengan kegiatan menstempel suatu

surat keterangan, balik nama karena notaris identik dengan balik nama, susah

tidur karena kopi membuat susah tidur, dan simponi karena pemain piano

memainkan simponi yang indah. Tidak cukup sampai di situ, surprise

menyetempel harus diikuti bagian dari O1 sehingga memiliki ―nilai rasa gombal‖.

Bagian yang biasa digunakan adalah hatiku (hati O1).

5.3 Rangkuman

Berdasarkan uraian di atas, fenomena-fenomena lingual dalam WG

mencakup aspek kebahasaan yang paling kecil, yaitu fonem hingga yang paling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

77

besar, yaitu wacana. Fenomena-fenomena lingual dalam WG meliputi

pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan tersebut, yaitu (a) aspek fonologis yang

meliputi (i) subtitusi fonem, (ii) permainan fonem, dan (ii) penambahan suku kata;

(b) aspek ketaksaan yang meliputi (i) ketaksaan leksikal: polisemi dan homonimi,

dan (ii) ketaksaan gramatikal: idiom dan peribahasa; (c) gaya bahasa yang

meliputi (i) hiperbola, (ii) elipsis, (iii) metafora, dan (iv) personifikasi; (d) pantun;

(e) nama; (f) pertalian kata dalam frasa, (g) pertalian antarklausa yang meliputi (i)

hubungan perlawanan, (ii) hubungan sebab, (iii) hubungan pengandaian, (iv)

hubungan syarat, (v) hubungan tujuan, dan (vi) hubungan kegunaan; serta (i)

pertalian antarproposisi yang meliputi (i) silogisme dan (ii) entailmen. Fenomena-

fenomena lingual tersebut dapat menjadi prinsip-prinsip penciptaan tuturan yang

oleh Grice disebut tidak logic atau tidak kovensional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

78

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Masalah pada penelitian ini adalah (a) struktur WG, (b) kesesuaian tuturan

dalam WG dengan prinsip kerja sama, (c) penyebab terjadinya fenomena

nggombal, dan (d) fenomena lingual dalam WG. Semua permasalahan tersebut

telah dibahas dalam Bab II, III, dan IV.

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur WG terdiri

dari dua unsur, yaitu pengantar dan ketidakterdugaan. Pengantar merupakan

bagian WG yang berfungsi sebagai pembangun persepsi tentang sesuatu. Ketika

masuk ke WG, bagian pengantar membuat mitra tutur merasa penasaran; rasa

keingintahuannya terpancing. Sementara itu, ketidakterdugaan merupakan bagian

WG yang berfungsi membelokkan persepsi yang telah dibangun di bagian

pengantar untuk menghasilan ―nilai rasa gombal‖ dan efek jenaka.

Berdasarkan letak unsur pengantar dan ketidakterdugaannya, WG dibagi

menjadi dua tipe, yaitu tipe WG dialog sederhana dan tipe WG dialog kompleks.

WG yang bertipe wacana dialog sederhana memiliki fungsi I dan F. Unsur

pengatar dan ketidakterdugaan dalam WG terletak pada fungsi I.

WG yang bertipe wacana dialog kompleks sekurang-kurangnya memiliki

fungsi I, R/I, R, dan kadang-kadang F. Unsur ketidakterdugaan terletak di fungsi

R yang terakhir, sedangkan fungsi-fungsi sebelumnya merupakan unsur pengantar

yang membangun sebuah persepsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

79

Tuturan dalam WG membelok dari prinsip kerja sama untuk menghasilkan

―nilai rasa gombal‖. WG memuat sumbangan informasi yang bersifat berlebihan,

kurang logis, keluar dari konteks, dan ambigu. Penyebab terjadinya fenomena

nggombal dimulai dari media massa. Media massa melalui acara-acara televisi

mempublikasikan WG sehingga populer di kalangan masyarakat. WG pun

menjadi trend center dalam dunia humor dan trend setter dalam pergaulan sehari-

hari.

Dalam WG terdapat fenomena-fenomena lingual berupa pemanfaatan

aspek-aspek kebahasaan yang tidak semestinya untuk menciptakan sebuah

ketidakterdugaan. Ketidakterdugaan tersebut berfungsi mendukung permainan

bahasa dalam WG sehingga menarik dan mungkin menciptakan humor.

Ketidakterdugaan tersebut dibuat dengan membuat tuturan yang membelok dari

prinsip kerja sama dan memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan dalam WG.

Fenomena-fenomena lingual dalam WG meliputi pemanfaatan aspek-aspek

kebahasaan, yaitu (a) aspek fonologis yang meliputi (i) permainan fonem, dan (ii)

penambahan suku kata; (b) aspek ketaksaan yang meliputi (i) ketaksaan leksikal:

polisemi dan homonimi, dan (ii) ketaksaan gramatikal: idiom dan peribahasa; (c)

gaya bahasa yang meliputi (i) hiperbola, (ii) elipsis, (iii) metafora, dan (iv)

personifikasi; (d) pantun; (e) nama; (f) pertalian kata dalam frasa, (g) pertalian

antarklausa yang meliputi (i) hubungan perlawanan, (ii) hubungan sebab, (iii)

hubungan pengandaian, (iv) hubungan syarat, (v) hubungan tujuan, dan (vi)

hubungan kegunaan; serta (i) pertalian antarproposisi yang meliputi (i) silogisme

dan (ii) entailmen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

80

6.2 Saran

Setelah semua permasalahan dijawab, ada beberapa saran yang bisa

diajukan. Dari saran-saran ini dimungkinkan dilanjutkannya penelitian tentang

WG secara lebih mendalam. Misalnya, dari segi struktural penelitian ini dapat

dilanjutkan dengan meneliti kohesi dan koherensi dalam WG antara pengantar

dengan ketidakterdugaannya. Dari segi pragmatis, tuturan-tuturan dalam WG

dapat dikaji lebih lanjut untuk menemukan tindak lokusi, ilokusi, dan

perlokusinya. Kajian kultural dalam WG juga dapat dilanjutkan dengan metode

culture studies yang sedang berkembang dewasa ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

81

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).

Jakarta: Balai Pustaka.

Bachsim, Irvan. 2012. Rayuan Gombal Ala Denny Cagur. Yogyakarta: Akmal

Publishing.

Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa.

Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.

Baudrillard, Jean. 1983. Simulation. Diterjemahkan oleh Paul Foss, Paul Patton

dan Phillip Beitchman, Semiotex(e).

Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

―Gombal,‖ Stable URL: http://id.wikipedia.org/wiki/Gombal. Diunduh

03/09/2012, 21.00.

Grice, H.P. 1975. ―Logic and Corversation‖, Dalam P. Cole dan J. Morgan

(Peny). Syntax and Semantics, 3 Speech Act, New York: Academic Press,

hlm. 41—58.

Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit

PT Gramedia.

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik:Teori dan Penerapannya. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

―Pengertian Gombal,‖ Stable URL:

http://aziznurc.blogspot.com/2012/01/pengeritan-gombal.html. Diunduh:

12/05/2012, 10.00.

Pradopo, Rakhmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan

Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

82

Putranto, Hendar. 2005. ―Analisis Budaya dari Pascamodernisme dan

Pascamodernitas‖, Dalam Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto (Peny.).

Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang:

Dioma.

_______________. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

_______________. 2011. Humor Ada Teorinya: Bahasa dan Gaya Melawak.

Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Ramlan, M. 1982. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern (Edisi

Keenam). Diterjemahkan oleh Alimandan dari judul asli Modern

Sociological Theory. Jakarta: Prenada Media.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Suhadi, Agus. 1989. Humor itu Serius: Pengantar “Ilmu Humor”. Jakarta:

Pustaka Grafikatama.

Sumaryono, E. 2005. Dasar-Dasar Logika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tim Penyusun Kamus. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

_________________. 2004. Kartun: Studi tentang Permainan Bahasa.

Yogyakarta: Ombak.

_________________. 2009. Berkenalan dengan Linguistik. Yogyakarta: Pustaka

Araska.

Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana

Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis.Surakarta: Yuma Pustaka.

Williams, Raymonds. 1983. Keywords: A Vocabulary of Culture and Society.

New York: Oxford University Press.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

83

van Luxemburg, Jan dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Diterjemahkan oleh Dick

Hartoko. Jakarta: PT Gramedia.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Diterjemahkan oleh Indah Fajar Wahyuni dari

judul asli Pragmatics. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: WACANA GOMBAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN … · 2016. 11. 17. · formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif,

84

SUMBER DATA

Ale-ale, Deny. 2012. Makhluk Tuhan Paling Gombal: Kata Gombal Rayuan Mau

dan Lucu Ala Deny Cagur Comedy Project. Yogyakarta: Maher

Publishing.

Antakutsuka, Tauwa. 2012. Rayuan Gombal Andre vs Jessica. Yogyakarta: Syura

Media Utama.

Bachsim, Irvan. 2012. Rayuan Gombal Ala Denny Cagur. Yogyakarta: Akmal

Publishing.

Hang, Hape. 2011. Si Raja Gombal: Rayuan Gombal Ala Andre OVJ. Klaten:

Galmas Publisher.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI