VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi
Transcript of VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi
rssN 18s8 - 3636VOLUME 02 NOMOR 02
MEI AGUSTUS 2006,95 196
IDENELITIAN1ffi, ffiffiffiffiffii
l:,.- ,+ji. , _ Str ',tr Lingkungan Pengendapan Batubara Berdasarkan,; i'...r,', ,, '* Kandunga Mineral dan Maseral Daerah Gattareng;'l : ,,'13.:: Soppeng, Sutawesi Selatan
'"' *ffi -?rl* Irzal Nur, H.Djamaluddin <- :. Metode Geolistrik Di Daerah Buttu Banatoir:i:+ Kecamatan Tapango Kabupaten Polman.'l'1- Provinsi Sulawesi Baratl ;. :'')i, ,.
Mineragrafi Kromit Pada Daerah JempuluKecamatan Pujananting Kabupaten Barru
Provinsi Sulawesi Selatan
- Ulva Ria ldan, Ratna HL, Yanny -'o
Evaluasi Geokimia dan Striping Rasio TambangSebagai Koreksi Cadangan Terkira Pada
Endapan Besi Daerah Tapango KabupatenPolman Provinsi Sulawesi Barat
Adi Tonggiro <Alterasi dan Mineralisasi Daerah Bakan
Kecamatan Lolayan Kabupaten BolaangMongondow Provinsi Gorontalo
- $ufli3din, Ulva Ria Irfan .--oThe Occurance Of Melange In
Bantimala Area South SulawesiAdi Maulana -<
JURNAL PEHELITIAH
GEOSAil NSUMK ffiUOO T'NTVBSITAS HA$ITfl'IIII{
lssN 1858 - 3636Volume 02, Nomor02, Mei - Agustus 2006
Penanggung JawabKetua Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin
PlmPinan RedaksiSultan, ST. MT.
SekretarisAsriJaYa HS, ST. MT.
Egota Redaksi
V.Inal Nur, MT.
r Afrnuddin, ST'MGIS
r.rth Farida, ST'['{T.iTonggiro, ST.MT.
k grfriadin, MT.
Itewan Redaksi
Pembantu Umum
Asran Illyas, ST. MT.
Nuhibuddin, sr,Msc.Hendra Fahri, ST.
AdiMaulana, ST.
Purwanto, ST.
Mitra Bestari
}adangAchmadSuriamiharjaDr.Ir._AndangBahtiar,MSC.(IAGI)Dr.lr: H. Haruna Mappa Dr'Ir' Haryadi Permana (uPI)
;s"fri Burhanuddin, DEA'. Dr.Ir. Bambang priadi(rrB)-grdiAo.n*anto,MSc.Dr'DarhartaDahrin(ITB)
Dr.Ir. A.M. Imran
Alamat Surat :
*i lumal Penelitian Geosains Jurusan Teknik Geologi UNHAS
,,En rumik Geologi FT-UH, Kampus universitas Hasanuddin
tp"'inu'KemerdekaanKM.IO,TamalanreMakassar90245Propinsi SulawesFSelatan. Tel p/Fax : 624 1 1-5 80202,
Email : sultan [email protected] ; irzal nur@yahoo'com- nef aanf : llandiri Cab. UNHAS : 152-H0496231-8
Atas Nama : Meutia Farida, ST' MT'
JUR}IAL Pffiffiffi&*TIAH
GEOSAil NSIBEffi (ffiO(il I'NIVBSTAS IASANUII)IN
tssN 1858'3636Volume 02, Nomor 02, Mei - Agustus 2006
DAFTAR ISI
r Redaksi
ngkungan Pengendapan Batubara Berdasarkan
rr Mineral dan Maseml Daerah Gattareng
, grlawesi Selatan
; H. Djamaluddin./'----(gs - rts -l
_*-el
i Elijih Besi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik
h Buttu Banato Kecamatan Tapango, Kabupatenrrorrinsi Sulawesi Bamt
dpt,lamalRauf
fr Kromit Pada Daerah Jempulu Kecamatan
ip lGbupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan
Irfan, Rahta Hl YannY -.
Geokimh dan Striping Rasio Tambang Sebagai
Hangan Terkira Pada Endapan Besi Daerah
I tGbtrpaten Polman Provinsi Sulawei Barat
Frofur Mineralisasi Daerah Bakan Kecamatan Lolayan
en Bolaang Mongondow Provinsi Gorontalo
+ llw Rb lrfan
119 - 134
135 - 152
153 - L72
173 - 186
IrirflcihresibD
of Melange in Bantimala Area
187 - L96
-
,, sTUDI LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA
gTNOISNNKAN KANDUNGAN MINERAL DAN MASERAL
;FIiAi GATTARENG SoPPENG, sut-AwEsr SELATAN
t/ to"l Nur 1) dan H' Djamatuddin 2)
ABSTRACT
The research aim to interprete depositional environment of coal in
Gattareng Area, Soppenl'n"g"nty' on the ,base
of mineral and
ffii -*nt"n! rid, i"sutti of petrosraphy analvsis- ytthqtapdied is inductive method, by com-bining resutts from desk study'
HiJ *uav, ano tauoraiorv lnivss' Reseirch, results indicating that
F;iil ,"h0", oi pfattawa Formation which is (15-90) cm. in
iliJutlr"ly northepst-souttreast strike'( 1 5- 1 8)o dip' Macroscopicly
;;';"1 it duil coal - ;t;; coal types' and microscopicly consist of
;*"; in",ti"it", ana e'inite/tintinite macglals; and clay' p-yrirc'. and
-rO""Jt" minerai matters' fypq ol microlithotype are clarite' vitrite'
drrodarite, vitrinertite, and clarodurite'gased on the mineiat mattert by considering their shapel
&ibution,anacontents,itcan-beinterpretedthatdepositionalernrironment or $,e coai'il research area is brackish condition; while
based on the microlithJtyp"t, it in limno-telmatic environment' which
16" inie*"Oiate of telmatic and limnic condition'
This environment is ii"'Sif affected by tidal' Factors caused the
rdatively thin of tn" .*iiiir,e unstable condition of the depositional
eruironmen! anO typls of plants formed the coal which are
dorninated bY bush and clumP'
Ieyvrords : C-oal, minenls, maceral' Gatbreng' microlithotype'
r) Den Tetap pada Program Studi Teknik Pertambanan' Fakultas Teknik UNHAS
D Een Tetap pada Program Studi Teknik Geotogi, Fakultas Teknik UNHAS
?ETDAHULUAN
Kebutuhan akan bahan bakar energi dari tahun ke tahun
tErus rnengalami peningkatan, sedangkan ketersediaan bahan
Utu, "*rgi terutama minyaf dan gasbumi semakin menurun'
lt*uk mengantisipasi hal iersebut, maka perlu adanya energi
&ira* di-luar minyak dan gasbumi yang mampu menyangga
t-,Li{,l'lglPeueIldapanftri(ubaraBerdasa*anKandunganldinemt,...'(lrzalNuri95
/
kebutuhanenergiduniasaatini,DilndonesiabatubarasebalOiftun bakar fosil, dari segi cadangan, berpotensi besar sebat
-bahae hakar alterrlatif
Peranan batubara sebagai sumber energi altenr
pengganti minyak dan gasbumi tt'lhl besar, terutama der4
menlilgratnyu'p"rounf,rnan di segala .bidang vang mgmerlul
bahan bakar energi Lperi pembangkit tenaga listrik' pd
semen, industri metalurgi, rumah tangga, dan bidang indu
lainnya. eenggunaan-Gt"ubu. memberi andil yang U"ft Ppeningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional'
Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap batuba3
Sulawesi Selatan, uuif kanngun akademisi maupun ry"!"t'lokal dan asing untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatam
Sebagian besai penelitian tersebui menltikberatkan pada qirufitit, seperti kadar kalori, kandungan sulfur dan abunya qaspek geologi seperti posisi stratigrafi, sebaran' serta kdt
struhur geologinya. saLn satu aspek yang juga penup dd
meneliti 6nOapan- batubara, adalah lingkungan pengendaparr
karena lingkungan p"ng"nOupun ini berhubungan erat den
variasi feteUalan lapisan- Uatubara serta tinggi-rendahnya h'dbatubara dari segi kandungan abu dan sulfurnya'
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian geologi' k'-Fdan kualitas batubara sangat dipengaruhi oleh cekungan En
ieiUentufnya abu lingkungan pengendapannya' Kondisi dan
lingkungan pengendafian iii memberikan karakteristik yang ld
;"k;# di [anoun'gan mineral mattermaupun maseral &batubara tersebut, serta. variasi ketebalan endapannya'
Secara administratif daerah peneliUan terletak di tt'it
Desa Gattareng, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Sopp
Provinsi sulawesi selatan (lihat Gambar 1). Dari Peta Topq
(Peta Rupabumi) Skala 1 : 50'000 yang diterbitlan .
BAKOSURTANALedisiItahunlggl,daerahinitermasukdLembar Lalebata dengan batas-batas koordinat 04o321I
04"33'00' Lintang Selitan dan 119o47'00' - 119o51'00' E
Tlmur. Daerah ini terletak di sebelah utara Kota Plala
Oengan jarak * 135 km, yang dapat dicapai dengan kerda
rodJempat melaluiialan poros Makassar - Barru - Soppengt
96 Jumat Penetitian Gewins, Vofime 02, Nonpr 02, Mei - AguSus 2000 (
b Ho Fqrdb 1610 b4den5d kysHGxdrlsS(€d
Eembar 1. Peta lokasi penelitian Lingkungan Pengendapan Batubara di
Daerah Gattareng, Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan"
ETODE PENELTTIAN
L Pengambilan Data LaPangan
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan
pqrambilan sampel langsung di lapangan yang kemudian
&ralisis di laboratorium.
Tdlap pergumpulan data yang telah dilakukan, adalah :
{ 0
ltE
li -ryt;r1a ?apendapan Batubara Berdasarkan Kandungan Mineral" "'' ( lzal Nur ) 97
a) Survey ttniau (quick survefl; mengelilingi daerah ptqryuntuk mengetahui batas-batas sebaran batubara secara lebih
akura! untuk pengukuran dan pengambiian sampei'
b) Sampling dan pengambilan data; pada setiap .-stasiun'' dilakuka-n kegiatan pengamatan dan pengukuran, meliputi :
. Pengamatan kondisi morfologi, vegetasi, dan singkapan
batuan dan singkaPan batubara.
. Pengukurah ketebalan lapisan batubara sampai batas/levd
tere-nOan di permukaan, pengukuran kedudukan perlapisan
batubara (strike/dip), pengukuran panjang penyebaran
lateral batubara yang tersingkap di lapangan, pembuata. n
tespit(sumur uji)'serta deskripsi dan pengambilan sam @'. Pengambilan sampel batubara dilakukan dengan meto&
alui(channeD pty Oy pty (lapis;arn perlapisan) berdasadst
perbedaan sifat fisiknya secara makroskopis'
. Pengambilan sketsa/ foto singkapan serta datadata
pendukung lainnYa'
c) Setelah melakukan pengukuran dan pengambilan data pada
stasiunl testpit pertama, Ailanjutkan dengan pengukuran dan
pengambilan data pada stasiunltatpit selanjutnya' dan
ietetusnya hingga keseluruhan areal penelitian ter-olasecara rePresentatif.
2. Kegiatan laboratorium
Sampel batubara yang diperoleh dari lapangan selanjutryt
diolah di iaboratorium dengan metode &n tahapan sebaga
berikut (sebagian kegiatan laboratorium ini, di samping dilakulodi laboratorium mineral optik Jurusan Teknik Geologi universita
Hasanuddin, juga dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian dal
Pengembangan Geologi Bandung):
1) Pencucian samPelmaterial pengotor.
untuk membersihkannya dari materid
2) Prepamsi sampel, dilakukan dengan membuat pllet atal' pii5nA sstion da6 contoh batubara untuk diidentifikasi d'bawah
mikroskop. Identifikasi maseral dilakukan secripetrografis menggunakan mikroskop refleksi (pantul) denga
Jumat Penelitian Geosar:ns, Volume 02, Nomor 02, Mei - Agustus 20A6' !fi - tl
I
metode white tight dan flourescence. White light (sinar
langsung) digunakan untuk mengidentifikasi kelompok
inaseral vitrinite dan inertitnite, sedangkan flucrescence
digunakan untuk mengidentifikasi kelompok maseral
PJngamatan dilakukan pada sejumlah (ratusan titik) pada
*li polished section dan selanjutnya dipersentasikan'
,) Hal yang sama akan dilakukan untuk indentifikasi kandungan' minerall mineral mattefs, baik mineral lempung, mineral pirit
maupun mineral karbonat.
3" Pengolahan/Analisis Data
pada tahap ini dilakukan analisis terhadap datadata hasil
pengamatan petrografis, baik dari kandungan mineral matter
[Uripung, piri! karbon, dan lain) maupun maseralnya, meliputi:
r penentuan persentasi maseral dalam batubara dengan terlebih
dahulu mengurangi kandungan mineralnya'
I pembuatan tabel distribusi mineral-mineral yang terkandung
dalam batubara berdasarkan urutan vertikal dari lapisannya.
. penentuan mikrolitotipe batubara berdasarkan maseral,
menggunakan diagram klasifikasi microlitotype (ICCP, 1963 &
Stac[;1982 dalam Bustin et al, l9B3; Gambar 2)
o Penentuan lingkungan pengendapan batubara dengan cara
memplottipe-tipemikrolitotipekedalamdiagramMarchioni.
HITERAL }IATTE& MASERAL DAN MIKROLITOTIPE
BATUBARA
Batubara (coat1 adalah batuan yang mudah atau bisa
Erbakar (combustibte) yang mengandung lebih dari 50o/o berat
dan lebih'd ari 7ao/o volume material karbonat termasuk inherent
firiiurenYa,Yangterbentukakibatkompaksidanindurasiberbagai jenis sisa lapukan tumbuhan, yang sama dengan yang
rurf.tfortig dalam gambut (Bates & Jackson, 1980)' Proses
pnUut Outuun (coatification) adalah perkembangan gambut-(Ffl menjadi iignit, sub-bituminous dan bituminous coal,
nettiaOi antrasit dan meta-antrasit (Diessel, 1992)'
5Li$ttgrPengendapan Muban Betdasartan Kaflungan MineraL' "'' ( lzal Nur ) 99
Mineral matter pada batubara dapat diartikan sebagaimineraFmineral dan material an-organik lainnya yang berasosiasi
dengan tratubara Otr4ard, 1986 dalam Iaylor, 199s). Secara
keseluruhan mencakup tiga golongan material yaitu :
r Mineral bentuk partikel diskrit dan kristalin pada batubara. Unsurl senyawa anorganik yang terikat dengan molekul organik
batubara, biasanya tidak termasuk unsur nitrogen dan sulfur. Senyawa anorganik yang larut dalam air pori batubara dan air
permukaan.
Mineral matter pada batubara dapat berasal dari unsur an-organik pada tumbuh-tumbuhan pembentuk batubara atau
disebut inherent mineral, serta mineral yang berasal dari luar
rawa atau endapan yang kemudian tertransportasi ke dalam
cekungan pengendapan batubara melalui air atau angin yargdisebut utragenuus ata,u adventitious mineml matter (Falcon
and Synman, 1986 dalam Diessel, 1992).
Berdasarkan episode pembentukannya, Mackowsky, 1982
(dalam Taylor, 1998), membagi mineral matter menjadi dua ;
o Syngenetic (primary) mineral matter adalah mineral yargterbentuk pada tahap akumulasi gambut hingga tahap awalpembatubaraan. Mineral syngenetic dapat terbentuk se@aidetrital maupun authigenic Umumnya mineral-mineral inimempunyai ukuran butir lebih kecil dari mineral epigenett&ntersebar secara merata pada batubara.
. Epygenetic (*condary) mineral matter adalah mineralyang terbentuk pada tahap akhir pembatubaraan, setelahkompaksi. Umumnya mineral epigenetic terdapat seba$timaterial pengisicelah rekahan dan kekar pada batubara.
Mineral dalam batubara dapat dibedakan berdasarkan aEkelimpahannya, yang terdiriatas mineral utama (maior minem6l,mineral tambahan (minor minerals) dan mineral jejak (treminerals). Renton, 1982 (dalam Diessell, 1992) menggolongkanmineral utama jika kadarnya >10o/o berat mineral tambahan (1-l})o/o, dan mineraljejak <1olo berat. Mineral lempung dan kuarsaumumnya termasuk mineral utama, sedangkan mineral minayang umum adalah karbonat, sulfida dan sulfat. Komposiimineral dalam batubara dapat di lihat pada Tabel 1 berikut.
100 Jumal Penelitian Geosains, Volume 02, Nonpr 02, Mei - Agustus 2006, 95 - , r8
.Del 1. Mineral dalam batubara (ICCP, 1963; Mackowsky, 1982)
PRIMARY FOR}IATION SECONDARY FORMATION
)aF Detrital ' AuthioenicDeposited in cleat
ractures and cavitier
Iransformation oforimary minerals
kaolinite, illite mixed-laver clavs
seriticsmectites
illite (from otherclavs)
hnab$ siderite, dolomite,
ankerite, calcite
ankerite, dolomitcalcite
f+hiks pynle, marcasite,
melnikovite
pyrite, marcasite,
sphalarite, galena,
cha lnnnvrile
pyrite (from
siderite)
quaru quar2, chalcedony ouarE. chalcedonv
and rutile hematite
limonite
geothite
apatite (phosphorite)
aoatite
zirmn, feldsfar
tourmaline, micas
S.i tabs hydraled iron
sulphates, gypsum{nridation nrodrui)
Secara optik bahan-bahan organik pembentuk batubaraisebut maseral (maceral). Maseral pada batubara analogmgEn mineral pada batuan atau bagian terkecil dari batubaramg hisa diamati dibawah mikroskop. Maseral ini dikelompokkanE rirdi tiga, yaitu vitrinit, eksinit dan inertinit. Pengelompokkani dirJasarkan pada bentuk, morFologi, ukuran, relief, struKur&rn, komposisi kimia, warna pantulan, intensitas refleksi, sertarpkat pembatubaraan (degree of coalifiation).
Yltrinit; berasal dari tumbuhan yang mengandung serat kayu(tdy tissues) seperti batang, dahan, akar dan serat daun.kngamatan dengan mikroskop sinar langsung (transmitted'
ryt microscope) menunjukkan warna coklat kemerahan:npai gelap, dan pengamatan dengan mikroskop sinar pantul(rffid light microscope) memberikan warna pantul yang
tsbitr terang, mulai dariabu-abu fua sampaiabu-abu terang.
Binit (liptinit); berasal dari jenis tanaman yang relatifE dah tingkatannya seperti spra {spores), ganggang (algae),hIt luar (culticles), getah tanaman (resin), dan serbuk sari
Ur*n). Berwarna terang, kuning sampai kuning tua di bawahirr lanEsung, abu-abu sarnpai gelap di bawah sinar pantul.
I
YL tgtPengendapan MubaraMasa*anKadunganMinenl....." (lzalNur) 161
. Inertini$ berasal dari tumbuhan yang sudah tgrbaka(charcrtr,t|dansebagiandariprosesoksidasimaserallainnyaidwr\oxyAffon) yang disebabkan oleh jarnur dan bakteri
(proses biokimia).
Di bawah mikroskop, terdapat suatu asosiasi maseral yarp
disebut mikrolitotiPe, Yang tebalnya minimum 50 mm (fieInternational Commitee for @at Petrolog, 1963 dalam Bustin ef
at, L9B3). Ketiga kelompok utama microlitotype ditandai sebagei
satu maseral, dua maseral, atau tiga maseral(Tabel 2)'
Tabel 2. Jenis-jenis mikrotitotipe (ICCP, 1963 & Sbch, 1982 dalarn
Bustin ef a/, 1983)
MicrolitotypeGonstituent Macerals
Principal GrouPs
of CompositionMaceral Group
Vitrite
Liptite
lnertite
Vitrinite (V)
Liptinite (L)
lnertinirtite (l)
>95% V>95% L>95% I
Clarite
Durite
Vitrinertite
Vitrinite*Liptinite
lnertinitediptiniteVitrinite+lnertite
>95% Vd>9570 ld>95% Vd
BimacerdicBimm#Bimrerdc
Duroclarite
Vitrinertoliptite
Clarodurite
Vitrinite*Liptinite+lnertite
Vitrinitediptinite+lnertiteVitrinite+Liptinitednertite
/,L,leach >S%Vlt
/,L,leach >5%Ll\
V,L,l each >S%lVt
Trimacer*TrimacerdcTrimacerdc
Analisis mikolitotipe sangat penting untuk studi getrc{dan lingkungan pengendapan batubara di suatu daerd!yaitu Oengan mengasosiasikannya denfan maseral unh'l
penentuan klasifi kasinya (Gambar 2).
LTNGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA
Pengendapan batubara tidak dapat dipisahkan d9nrylingkungai di sekelilingnya. Distribusi lateral, keteballt<oirposisi, dan kualitas batubara banyak pula dipengaruhi old
lingkungan pengendapannya' Pada dasarnya lingkurgapengendapan batubara terbagi atas (Diessel, L992) :
102 Jumat Penelitian Geosarns, Volume 02, Norar 02, Mei - Agustus 2006, *5' 1l
r
Y]IRMIE
Yufie -2:./ i..
+^
tu*/.4
*nbar 2. Diagranr"penentuan klasifikasi microlitotype (ICCP' 1963
& itach, 1982 dalam Bustin efad 1983)
TeimaUc/Terrestial (Terestrial)Lid-dfu;" pengendapan ini menghasilkan gambut yang tidak
E6G, dan timbuh in situ (forest peat, peed peatdan high
nwr moos reaq.
Umnic/Subaquatic (Lingkungan Bawah Air)r-lngkrn'gun telmatis dan iimnis sulit dibedakan, karena pada-fure t'*anp biasanya ada bagian yang berada di bawah air
tW t*uiA. Batubara limnis biasanya mempunyai lapisan
png tipit dengan penyebaran lateralterbatas'
FaYauEtirGtu yang terbentuk pada lingkungan ini mempunyai ciri
G fu,u'ukan abu, unsui S (pirit) dan N, serta mengandung
A,if U,it, lingkungannya sangat dekat dengan laut' Untuk
Ouurah tropis biasanya terbentuk dari mangrove (bakau) dan
faya-sufui (S)' Batu'bara Zaman Karbon yang terbentgt<. na!3
frtrngun ini- mengandung konkresi kalsit (calcitic, dglonitic-eii-ii*"tir) coat bitt. Vitrinitnya tidak mempunyai struktur lagj
mut pH tinggi, sehingga aktivitas baKeri tinggi' Tingginya S
3aut'naiknyJ kemampuan ion sulfat dari air laut dan oleh
#ivitas baKeri anaerobik, yang juga diperkaya oleh material
t rninnyu yang kemudian membenluk perhidrous vitrinite'
fuwtinite dan kemudia n macrinite'
-;;
(a ,' hrociorltc*.161:,q' '
Yljr}lngt Perryendapan ktuban krdasad<at Kandungan Minenl" "'' ( lzal Nur ) 103
. Ca-rich (Kaya Ca)Batubara yang terendapkan pada lingkungan yang kaya Ca
- mempunyai ciri yang sarna dengan yang terendapkan pada
lingkungan marine. Lingkungan pengendapan ini terjad! p?edaerah-batugamping atau campuran air yang kaya akan Ca dari
daerah sekitarnya. Ca-rich caal terbentuk pada lingkungan
bawah air dengan kondisi oksigen terbatas. Sisa binatang
(tulang yang kaya Ca) terawetkan dengan baik, sehingga pada
batubara yang terendapkan pada lingkungan ini akan banyak
mengandung iosil. Sebagian besar batubara kaya Ca, juga akan
kayJdengan S Oan pirit singenetik' Keberadaan unsur N pada
. batubara -yang
terendapkan pada lingkungan ini juga naik
Disamping itu G-ich ccrrljuga menghasilkan banyak bitumen'
. Penentuan lingkungan pengendapanDapat dilakukan dari kandungan maseralnya, dengan terlebih
dahulu menentukan mikrolitotipe-nya. Hal ini memungkinkan
karena jenis maseral yang terkandung dalam batubara berasd
dari tumbuhan dan dapat menggambarkan kondisi lingkungan
pengendapan tempat batubara tersebut terbentuk (Marchioni,
1980), perhatikan Gambar 3.
. Terestrial; lingkungan pengendapan ini tidak terhfu
dipengaruhi oleh air lau! kondisi air pada lingkungan ini
bersifut perodik bahkan bisa tidak ada sama sekali pengaruh air
laut atau merupakan daerah yang kering' Umumnya ditumbutioleh tumbuhan herbacous.
. Telmatic; lingkungan pengendapan ini " merupakan daerdtyang masih dipengaruhi oleh air laut, kondisi air sangd
dipengaruhi oleh musim, sebagian besar tumbuhannya adalah
tumbuhan connifer.
. Limnic, lingkungan pengendapan ini merupakan daerah yarE
dekat dengan laut, sehingga air laut sangat berpengaruh'Daerah ini selalu tergenang oleh air, walaupun di sini masih
terjadi fluktuasi muka air. Jenis tumbuhan yang paling ymum
hid-up di lingkungan ini adalah tumbuhan perdu/semak dan
sedikit tumbuhan con nifer (ppohonan)'
104 Jumal Penelitian Geosins, Volume 02, Notar 02, Mei - Agustus 200f, 95 - 118
TERRESRIALB
TELMATIC,- TEl-M ATICA+D
1
LL
Erh =+ a a-_
,J HsE cod- Bar6d Bdg]a cdr B-ffQod^ Eldr&d Exal CdA ()dl Cel
.^1
"/v
LIM N ICA Spddzit + Extoddb + \/lHtEtdiPtlbB- tub Ctdlt +\,ltttrErtlb+ IlEUUbc- Ctalte + Vlirlb + Crfidocr*lb + vlttf lEgteol- GrEdrrb + Drdb + l'*db + csbnltBtb
bmbar 3. Diagram penentuan lingkungan pengendapan batubara
berdasarkan kandungan maseral dan microlitotype(Marchioni, 1980 dalam Bustin ef a/, 1983)
IASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan lokasi geografis dan kesamaan ciri litologinya,
+isan batubara pada daerah penelitian merupakan urutan
+risan anggota Formasi Mallawa, dengan strike perlapisan relatif
inurlaut-baratdaya dan kemiringan (15-18)o. Sampel batubara
arp diambil sebagai contoh berasal dari 5 singkapan dari testpit
L lGrakteristik Batubara
Batubara di daerah penelitian tersingkap dibeberapa lokasi
tengnn ketebalan berkisar (15-90) cffi, berasosiasi dengan
latupasir pada bagian atasnya (atap) dan pada bagian bawah
Etai) berupa batulempung. Dari kelima testpit yang dibuat
em,lian ditentukan urutan stratigrafi vertikalnya berdasarkan
tsdudukan dari lapisan batubara serta lapisan pengapitnya, di
rura testpit V merupakan batubara yang berada pada bagian
tsr&s, kemudian di bawahnya testpit II, I, IV, dan testpit IIIrEruFrakan lapisan pada bagian terbawah-
5 -tdtngal Peryendapan futubara Berdasarkan Kandungan Mineral.. ...' (lrzal Nur ) 105
7.r. T6pit fiISecara megoskopis batubara oada tepit Itr benrrsrn
hihm sampai kecoklatan, cerat cokla! terkekarkan derEEn hd,densitas sedang-tinggi, kekerasan rapuh-sedang, mengandung
pirit berbentuf framUoidal dan menyebar, kandungan nrytinggi, merupakan batubara ienis dull caal (sampel 04Tg)7D,
o+rsozc dan 04TS07A), dijumpai berlapis dengan baik di rnarn
semakin ke atas batubaranya semakin menyerpih dan berwann
lebih kusam, terdapat tiga lapisan dengan ketebalan (15-90) crn,
disisipi oleh shalty catlengan ketebalan (10-30) cm,.di bagEil
atas tidak Oapat Aifetahui, sedangkan di bagian bawahrya
terdapat batulempung dengan ketebalan yang tak diketahui'
Pada.pengumutun mikroskopis dari 4 sampel, diperokfi
rata-rata kandunlan mineral pirit sekitar 7,1o/o,lempung 11,8595'
dan karbonat 2,559/o serta maseral 78,5o/o' Bentu[ pitframboidal, berukuran kecil, menyebar merata bersama denfimaseral, merupakan pirit singenetik yang terbentuk @a sdproses penggambubn. Xehadimn pirit pada batubara merupalatpungutun OJti uit laut yang banyak mengadung sen)awa. suf*yani mereduksi unsur Fe yang terdapat pada tumbuhan dergrtirnf,run organisme/mikoba (Cohen, 1992 dalam Taylor, 1998)'
Gambar 4. Urutan vertikal lapisan batubara pada testpit III
90 crn
%
106 Jumal Penelitiat Geosairs, Votunc 02, Nonnt 02, Mei - Agudus 2006' fi - lll
A B c D E F G H I ,
I t
2_
I!:I7
2
3
4
5
6
7
8I
9
10
9
to
A B c D E F G H I ,
ffi 1. Kenampakan mikroskopis batubara testpit III (Sampel 04TS-
07C) yang mengandung mineral pirit berbentuk framboidal
(10H) dan lemPung (9F)'
Kadar lempung relatif tinggi, sekitar V6,45o/o' menunjukkan
roses singeneti'k yang terjadi bersamaan dengan pembentukan
"trG., lni Oiindifaiit<an senagai akibat_percampuran dengan
.*pnrt pada saat proses penggambutan'. Sedangkan kandungan
rrtirui sebesar 2,55o/o kemungkinan akibat pengisian cleatalau
ekahan oleh unsur CaCq dari batuan yang ada di. atasnya
l#;"t")t Dapat dilihat fada foto 1, kenampakan mikroskopis
dd tiour. t"rt"Lut merata dengan maseral pada batubara '
LZ Testpit IV
Seara megaskopis batubara di tespit W berwarna coklat
tetrtaman, ceraicoklat, densitas relatif sedang-tinggi' rekahan
"l'ionroioal, terkekarkan, menyerpih, agak lunak sampai keras'
-n"il ke atas makin berwarna kusam, sulfur dan pirit tersebar'
,pufun batubara ienis dutt coat(2mpel 04TS0BF' 04TS0BD'
OfISOSC dan 04TS0BA), lihat Gambar 5'
5 rr@Jfpan Petryendapan Batuban Berdasartan Kafiungan Mineral" "'' ( lftal Nur ) 107
A B c D E F G H I J
_a 1
2 2
3 3
4 4
5-5
6 6
7 7
8 8
s 9
10 10
A B c D E F G H I lFoto 2. Kenampakan mikoskopis batubara testpit IV (Sampel fi
08F) yang mengandung mineral pirit berbentuk frambo(sC-H), lempung (78), dan karbonat (5I-J)
Tebal lapisan batubara ini bervariasi (15-55) cm daberselingan clay karbonan dengan $ally c@l yang mempurryrketebalan (7-60)cm, di bagian atas diUtupi oleh srAdan batupaiberbutir halus-sedang, mengandung cangkang moluska dan jepcacing bersifat pararel, ketebalan total sltdln batupasir 230 on.
Pada pengamatan mikroskopis dari empat sampel diperoldkandungan rata-rata dari mineral pirit sekitar L!,82o/o, lemprrq26,450/o, dan karbonat 3,05o/o serh rnaseral 58,7o/o. Bentuk fiiframboidal merupakan pirit singenetik yang terbentuk pada wproses penggambutan. Kehadiran pirit pada batubara merupakapengaruh da.ri air laut yang banyak mengadung senyawa sulfayang mereduksi unsur Fe yang terdapat pada tumbuhan derpubantuan organisme/mikoba. Tingginya kadar lempung batubrasekitar 26,450/o menunjukan proses singenetik yang teriibersamaan dengan pembenhrkan batubara, ini diindikaahsebagai akibat permmpuran dengan lumpur pada saat prdse
108 Jumal Penelitiat Geosains, Vohnc UL ltonnr 02, ttei - Agudus M6, fi - l,
Egmbutan. Sedangkan kadar karbonat yang terkandung
ffifinin akibat pengisian cteat ata,u rekahan oleh unsur
)r darl=battran yung ;Oi di atasnya (proses epigenetik)' Hal
;";d il i h;i aa ri' t<enam pa kan mikrbskooi:^I1T tidak terseba r
il;"il"; maseral pada batubara, lihat foto 2'
55cm 04TS08H
l5 cm
ru=r-:::lt-:-=
ffi
ilEr; urutan vertikal lapisan batubam pada testpit iV
3.TesnPit ISecara megaskopis batubara pada tespit I benryarna hitam
-H"";; .eiut- .orrbt, tidak beriapis' terkekar dengan kuat'
ffi rrJ ronkoidai' densitas .l*t'f -t"dang- tinggi' resin
ffi nnl -u"tukriun
kecil (0'1 mm)' secara setempat
ffiritr"*" n spot resin, semakin ke. alas seam ini sulfurnya
rdin merimpah, m"mfrnvui P fry^ ::'!!! I!1!9:merupaka n
ds batubara aut cat{'strlmpef o+rsb1F dan 04TS01B)'
- Aan Batubaia Berdasarkan Kadungan Minera'" "'" ( lrzal Nur ) 109
160 cm
* odTsoRG
l5 cm
45 cm
30 cm
?O em
6O cm
l5 cm7cm
55 cm
MTSORF
o4TqnRF
O4TSORr}
n4Tqo*c
o4TCORR
NATS,NRA
Keterangan:
Cnal
Shallv coal
Coallv
BafulemPune
Batunasir
40 cm
35 cm
5cm
75 cm
l0 cm
O4TSOIG
O4TSOIF
O4TSOIE
O4TSOID
O4TSOIC
O4TSOIB
O4TSOIA
m
-l
t---_-_-lL-------l
Gambar 6. Urutan vertikal lapisan batubara pada testpit I
framboidal (3C) dan
Kenampakan mikroskopis batubara testpit I (Sampe
04TS-01C) yang mengandung mineral pirit berbe*tl
ll0JumalPenelitianGeosains,Volume02,Nonar02'Mei-Agustus2006'95-'x
Pada pengamatan mikroskopis dari tiga sampel diperoleh
rrdungan rata-rata mineral pirit sekitar 3,Bo/o,lempung 6,870/o,
m i.arbonat 0olo, sefta rnaseral 89,!2o/o. tsentuk pirit framboidai
m tersebar merata bersama dengan maseral batubara yang
rbentuk pada saat proses penggambutan (proses singenetik)'
dradiran pirit pada batubara merupakan pengaruh dari air laut
mg banyak mengadung senyawa sulfat yang mereduksi unsur
= iung terdapat pada tumbuhan dengan bantuan organisme/
*roUa-. Kadar lempung sekitar 6,870/o menunjukkan proses
p{pnetik yang terjadi setelah pembentukan batubara, hal ini
liifasifan seOagii akibat percampuran dengan lumpur pada
aat proses penggambutan' Sedangkan kandungan karbonat
dak dijumpai pada pengamatan mikroskopis, lihat foto 3'
-4. TestPit IISecara megaskopis batubara pada tespit II benruarna hitam
kecoklatan, terkekarkan dengan kua! cerat coklat densitas
ebtif sedang-tinggi, rekahan sub-konkoidal, kekerasan sedang -gak keras, rekanan terisi oleh jarum kalsit dan pirit berbentuk
,.b berukuran kecil (ketebalan sekitar O,2 mm), secara
elernpat memperlihatkan spof resin (O,5-l mm), kandungan
rfnr'Unggi, jenis batubara duttcoal(sampel 04TS02B), di bagian
B dibaGsi oleh clay karbonatan dengan tebal tidak diketahui,
edanglGn di bagian 'bawah
oleh dilapisi clay seteful225 cm, di
trra-uagian bawah dan bagian atasnya lebih bersifat karbonan.
ee'ngamatan mikroskopis menunjukan kandungan lempung
1t,896, piril 2,60/o dan karbonat 1,60lo, serta maseral 81,0olo'
f;-"1 pirit berwarna kuning keemasan, bentuk framboidal dan
,-w"Out merata bersamaan dengan maseral, merupakan pirit
irgo*tif yang terbentuk saat proses penggambutan dan juga
-foirn kecil d'rjumpai mengisi rekahan batubara (epigenetik)'j6,,*-n pirit pada batubara merupakan pengaruh dari air laut
prg banyak mengadung senyawa sulfat yang mereduksi unsur
[ 1..,g terdapat pada tumbuhan dengan bantuan organisme/
*oba. Kadar lempung sekitar 26,450/o menunjukkan proses
lirenetlkyangterjadisetelahpembentukanbatubara,haliniilhasifan sebagai akibat percampuran dengan lumpur pada
E proses Penggambutan.
3 :r*rW Pengendapan futubara Berdasarkan Kandungan Mineral" .''' ( lzal Nur ) 1 1 1
Gambar 7. Urutan vertikal lapisan batubara pada testpit ii
Mineral karbonat yang ada dalam batubara mungkin akb*pengisian clat atau rekahan oleh unsur CaCO3 dari batuan yarg
uou-oi atasnya. Hal ini dapat dilihat dari kenampakan mikroskoS*s
yang tidak tersebar merata dengan maseral pada batubara'
1.5. TestpitV
Secara megaskopis batubara pada tespit V berwgmg 9*n-kehitaman, cera[ coklat-hitam, menyerpih, densitas relatif tinggl
terkekarkan kuat, mengandung lapisan tipis pirit fralloi{'kadar sulfur tinggi, leniJUatuUira brown coat(ampl 04IS09)'
ketebalan anb;; (7-so) cm, berselingan dengan shally mdengan ketebalan antari (20-60) cm' Secara umum ketebaht
dan-jenis batubara pada testpit ini cukup baik dan tidak dijumpa
adanya lapisan pengapit, baik batupasir maupun batulempung'
Pengamatan mkroskopis menunlukkan kandungan ka$o0olo, pirit i,Go/o,lempung ZLo/o, dan serta maseral73,4o/o. Minere
pirit'berwarna kuning keemasan pada sinar langsung, ryiramboidal, yang me.upakan pirit epigenetik yang terbentuk pdsaat proses penggambutan. Kehadiran pirit pada but'Fmerupakan intervensi dari air laut yang banyak mengadun
senyawa sulfat yang mereduksi unsur Fe yang terdapat -padtumbuhan dengan bantuan organisme/mikroba' Tingginya ka&
lempung 21olo, ITl€Iluniukkan proses epigenetik yang teriasetelah
-pembentukan batubara, ini diindikasikan sebagai aldr
172 Jumal Penetitian Geoains, Vofune 02, llarnor 02, ltei - Agudus 2M, 95 - 11
er@mpuran dengan lumpur pada saat proses penggambutan.
edangkan kadar karbonat yang terkandung kemungkinan akibat
ergisian cleat atau rekahan oleh unsur CaCO3 dari batuan yang
da di tasnya. Hal ini dapat dilihat dari kenampakan mikroskopis
arg tidak tersebar merata dengan maseral pada batubara'
Secara umum distribusi dari mineral pirit, lempung dan
rbonat dari kelima testpit secara vertikal, menuniukkan
Eqpbaran yang tidak merata, kadar lempung (2,0-48,0)o/o, pirit
2p2t,691'to seda ng ka n m i nera I ka rbonata n ( 0-7,8)o/o.
Secara keseluruhan bentuk pirit dari semua sampel yang
ranati berbentuk framboidal dan sebagian kecil sebagai pengisi
r,d.;Elnl ctea t. Ini mengindikasikan kehadira n pirit mencerminkan
rgaruh air laut saat pembentukan batubara, adanya fluktuasi
rle air laut berupa regresi yang menyebabkan ketebalan air
trlnrrang sehingga kandungan oksigen bertambah, yang
snberikan pengaruh pada aktivitas organisme/mikroba untuk
-eduksi sulfat yang terkandung pada tumbuhan asal.
Kadar lempung yang tinggi mencapai 69,60/o (testpit IV)tsrrrgkinan berasal dari proses percampuran dengan suspensi
tsi h.rnpur saat terjadi pembentukan batubara fienis singenetik),
lfr dapat pula diakibatkan kontaminasi oleh lapisan pengapit.
Gambar 8. Urutan vertikal lapisan batubara pada test pit V
Y-rytWnPengendapanhfubaraBerdasarkanKandunganMineral..-.-" llrzalNur) 113
Kehadiran lempung pada batubara sebagai mineral pengotorturut mempengaruhi rendahnya kualitas suatu batubara.
Kadar karbonat relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
mineral lain, kehadiran mineral karbonat terjadi akibat frekuensi
cteadrekahan pada batubara yang cukup tinggi. Dari profil
distribusi kadar karbonat terlihat pada bagian terbawah lapisan
mengandung kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bagian teratas..Ini disebabkan mineral karbonat yang mempunyai
mobilitas tinggi, memungkinkan migrasi unsur yang terakumulasipada bagian terbawah. Tipe karbonat pada batubara merupakan
tipe epigenetik yang terbentuk setelah proses pembatubaraan'
2, Mikrolitotipe
Mikrolitotipe merupakan suatu asosiasi maseral (terlihat di
mikroskop) dengan ketebalan minimum 50 mm. Pembagian jenis
mikrolitotipe didisarkan atas 3 parameter, tergantung komposisi
maseral yang menyusun batubara, yaitu satu jenis maseral
(monomaceral'1, dua jenis maseral (bimacerals), dan tiga jenb
maseral (trimacemls) (Bustin,1983). Jenis maseral yang dijadikan
sebagai acuan dalam penentuan mikrolitotipe batubara yaitu
vitri nite, i nertinite, da n eksin ite/ lipti nite.
Tabel 4. lenis mikrolitotipe batubara pada daerah penelitian
No. Tesoft l(ode % ibserd 6Vlthil % lnerinit )6 Eksk, % tfin€d lfifroe@
V 04-TS09 73,40 93,13 2,17 4,63 26,60 Clarite
2 il M-TSO2A 81,00 86.41 3.21 10,37 1900 Clarib
3 04-TS01C 96,60 88,81 5,79 5,38 3,40 Durodarits
4 04-TS01D 94,38 9335 4.02 2,52 .5.N VfuiE
5 04-TS01F 76.40 87.17 1.57 11 25 23,60 Clarite
6 IV 04-TS08A 30,40 48.13 47.26 4.60 69,60 Clarodudte
7 IV O4.TSOBB 56,40 97.51 0 2,48 43,60 Viffie
I IV 04-TS08C 75,40 90.98 |,Ja 7.69 24,60 Clarite
q IV 04-TS08F 72.60 77.13 0,82 22,03 27.40 Clarile
10 lI 04-TS07A 72,80 8631 5,21 7.96 27,20 Durochrite
ilt 04-TS07B 90,00 94.0 3,34 2,67 10,00 Vitrinertite
12 ilt 04-TS07C 67,60 94.97 2,95 ?07 32.40 VitrineffE
13 lil 04-TS07D 83,60 89,47 1,67 B.B5 16,40 Clarib
t14 Jumal Penelitian Geosains, Valume 02, Nonpr 02, Mei - Agustus 2006, 95 - 118
!
Berdasarkankandunganketigamaseraldalambatubara,rka dapat ditentukan jenis mikrolitotipe batubara pada daerah
rnltian (lihat Tabel 4 di atas)"
Analisis Lingkungan Pengendapan Batubara
Analisislingkunganpengendapanbatubaradapatdilakukanrdasarkan miierat matter atau berdasarkan mikrolitotipenya'
,arngun mineral matter pada batubara, baik lempung, pirit
n pu; karbonatnya, berdasarkan karakteristik berupa bentuk
n -AistriUusinya
ai<an memberikan gambaran mengenai kondisi
,gfi.rngun serta genesis terbentuknya batubara tesebut'--- M'ineral Pirit (FeSz) merupakan salah satu mineral yang
enrberikan kontribusi terbesar terhadap kandungan sulfur
&m Gtunura (Maclowsky, 1943 dalam Taylor, 1998). Mineral
O p"O" batubaia biasanya munculdalam bentuk kristal tunggal'|,'-"inrarut, bentuk subhedral pengisi rekahan, dan bentuk
frOoiOut. feiiga bentuk pirit ini memiliki genesis yang berbeda,
*aG; kemu-nculannya dalam batubara dapat dikorelasikan
;# genesis dan lingkungan pengendapan batubara' Secara
ffi dntur. pirit dariiemua contoh batubara daerah penelitian
rrg temmati secara mikroskopis berbentuk framboidal' dan
,i" t Uugian kecil yang berbentuk subhedral yang mengisi
Gnun. Ae.-ntuf framboidil dihasilkan dari organisme/mikroba
fr m"reOuksi sulfur yang dijump-ai^di.air laut dan payau' tidak
ffi*' dalam air tawar (Cohen, 1968 dalam Diessel' 1992)'
Padakondisiregresi,ketebalanairyangrelatiftipisturutEmpercepatreaksiion-ionsulfat.Berdasarkanbentuk,distribusi,r, LnaJngan pirit yang tinggi tersebut, dapat diinterpretasi
d*ra lingkungan pengendapan batubara daerah penelitian '
frfr lingfungan payau yang sangat dekat dengan laut'
frcu*i Jr Ueiupa transgresi turut mempengaruhi kandungan
!Irr* pada batubara ying cenderung. tinggi. Karakteristik di
;rE"; menunjukan lapisan pengapit batubara secara umum
Ei Ltrl"*prng dan batupasir yang sangat dipengaruhi oleh
--tr*nyu mukJ air laut. Indikator lain sebagai pendukung
p,t*n' lingkungan pengendapan batubara yang dipengaruhi
E-a.,rtori-air laut yaitu kehadiran mineral karbonat berupa
E *"ngisi rekahan. Karbonat pada batubara kemungkinan
Y:lTrJl{Et Papaldqan futuban Berdasarkan /(jttdutwan Minenl.. '..' ( lzal Nur ) 1 15
besar berasal dari batugamping Formasi Tonasa yang berada d[
atas formasi pembawa lgtubara di daerah ini (Formasi Mallawa).
maseralnya, vitrinit, inertinit dan eksinit. Dari semua sampel yargteramati, kandungan vihinit rata-rata > 75o/o.lenis mikrolitotipebatubara yaitu Clarite, Vitrite, Durxlarite, Vitinertite, danClarodurite. Setelah dilakukan plotting pada diagram penentuan
lingkungan pengendapan (Marchioni, 1980), diketahui bahwalingkungan pengendapan batubara di daerah penelitianadalah limno-telmaticyang merupakan daerah di antaralingkungan telmaticdan limnic (Gambar 12). Daerah limtttelmatic ini merupakan daerah yang kondisi airnya sangddipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Adapun jenis tumbuhanyang hidup di sini yang paling umum adalah tumbuhanperdu/semak dan sedikit tumbuhan coniferous (pepohonan).
Berdasarkan pengamatan terhadap lapisan batubara dIapangan yang cenderung mempunyai ketebalan yang bervariaiserta banyaknya variasi lapisan pengapit mencerminkan kondisi
lingkungan pengendapan yang tidak stabil, yang menyebabkanlapisan batubara di daerah ini cenderung ketebalannya tipis.
B
cE!+C
\- \I
..-lNO-Elre
.. El.mC.,A+D.--:.*.'_:_-E_
umo+l,ffic
^ A-Spo,d.+Durc#.+WorPtu- B Fllfr-CH.+Wdtrdtu-ffi--. C,Cld.+lm.+Cd@@c+Wb.: O,C|'odd.+DuA-+xd.+Cffi
D
Gambar 12. Tipe lingkungan pengendapan batubara daerah peneff;ntberdasarkan mikrolitotiPe.
116 Jurnal Penetitian Geosains, Votume 02, Nonrcr 02, Mei - Agustus 2006, 95 - llt
GSIIIIPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian mengenai lingkungan pengendapanHubara berdasarkan kandungan mineral dan maseralnya diberah inidapat disimpulkan sebagai berikut :
, Laprsan pembawa batubara yang terdapat daerah penelitianmerupakan anggota Formasi Mallawa dengan ketebalan 15-90ern, strike perlapisan timurlaut-baratdaya dan dip 15-180.
, Secara makroskopis batubara daerah ini termasuk jenis dullml-brown ca[ secara mikroskopis batubara mengandungmaeral berupa vitrinit, inertinit, dan eksinit/liptinit, sertamineral matter ber0pa lempung, pirit dan mineral karbonat.
, Jenis mikrolitotipe batubara daerah penelitian adalah: clarite,yitite, durrclarite, vitrinertite, dan clarodurite.
, Berdasarkan kandungan mineral matter-nya, dengan melihatbentuk, distrusi, dan kandungannya, dapat diinterprestasikanbahwa lingkungan pengendapan batubara daerah ini adalah
@a kondisi payau, sedangkan berdasarkan mikrolitotipenyaberada pada lingkungan limnotelmatig yang merupakanperalihan lingkungan telmatic dan limnic yang sangatdipengaruhi oleh kondisi pasang-surut air laut.
, Faktor yang menyebabkan ketebalan lapisan batubara relatifUpis adalah akibat pengaruh lingkungan pengendapan yang
tidak stabil serta jenis tumbuhan pembentuk batubara yang
didominasi oleh tumbuhan sema(perdu.
Saran - Saran
Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai kondisi ekonomisbafubara daerah ini, utamdnya surnberdaya dan cadangarurya,
harena meskipun kualitas batubara kurang baik, tapi di lapanganlEjumpai banyak lapisan dengan ketebalan yang bervariasi.
Perlunya penelitian mengenai teknik pemanfaatan,pengolahan, dan pemurnian batubara di daerah ini, sehinggarnampu meningkatkan nilai ekonomis batubara tersebut.
W Lingkungan Pengendapan hfubam furdasarkan Kandungan Minenl-- .-.' ( lzal Nur ) 117
DAFTAR PUSTAKA
Anggayana, K., 2000, Genesa Batubara, Teknik PertambanganFak. Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral ITB, Bandung.
Bates, R.L. and Jackson, J.A., 1980, "Glossary of Geology',American Geological Institute, Falls Church, Virginia.
Bustin, R.M., et al, t983, Coal Petrology, fB Principlq'Method and Applications, Geological Association dCanada, Victoria, British Columbia, Canada'
essel, C.F.K., L992, Coal'Bearing Depositional System'' Springer-Verlag,BerlinHeidelberg,Germany.
Merri! R.D., 1986, Coal Exploration, Mine Planning atxDevelopment, Alaska Division of Geological arf,
Geophysical Surveys Fairbanks, Alaska.
Panggabean, H., ZOO4, Sumberdaya Energi Alternatif BahatBakar Fosil di fndonesia, P3G, Bandung'
Sanwani, E., 1998, Pencucian Batubara,llm Pengelola Dan:
IWPL - Pertambangan Umum, LPKM ITB dan DepartererTeknik PerEambangan ITB, Bandung.
Speight, J.G,, 1994, The Chemistry and Technology of Cd,Western Research Institue Laramie, Wyoming, USA.
Sukamto, R., 1982, Peta Geotogi Lembar Pangkaiene fuWatampone Bagian Barat Sulawui, P3G (Pusa
Penelitian dan Pengembangan Geologi), Bandung -
Sukandarrumidi, 1995, Batuhara dan Gambuf Gajah MaIUniversity Press, YogYakarta.
Taylor, et al, 1998, Organic Petrotogy, Gebruder Borntraegrer
Berlin-Stutgart, Germany.
Ward, C.R., 1984, Coat Geology and Coal TechnologtyBlackwell Scientific Publications, UK.
1 18 Jurnal Penelitian Geosarns, Votume 02, Nonwr 02, Mei - Agustus 2006, 95 - 11