Viola Nur Afifah
-
Upload
v.nurafifah22 -
Category
Education
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of Viola Nur Afifah
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
KESALAHAN KALIMAT EFEKTIF
PADA KARANGAN NARASI
SISWA KELAS V DI SDN MEKAR BAKTI I
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun oleh :
Viola Nur Afifah
201591062
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2020
Kesalahan Kalimat Efektif pada Karangan NarasiSiswa Kelas V SDN Mekar Bakti I
Kecamatan Panongan Kabupaten Tangerang
Viola Nur AfifahFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jalan ArjunaUtara No. 9, Kebon Jeruk, [email protected]
AbstrakPermasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas V dalam menulis karangan narasi dan apa yang menjadi sebab siswa melakukan kesalahan dalam menulis karangan narasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana gambaran penggunaan kalimat efektif serta pembuatan karangan narasi yang menyebabkan kesalahan dalam penggunaan kalimat efektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah cara mengumpulkannya berdasarkan instrumen penelitian berhubung dalam masa pandemi dilakukan secara daring. Hasil penelitian menunjukkan (1) kalimat tanpa subjek berganda memperoleh kriteria baik dengan persentase 33% yaitu 10 siswa dari 30 siswa, (2) kalimat yang tidak berpredikat mendapatkan sangat baik dengan persentase 13% yaitu 4 siswa dari 30 siswa, (3) pemakaian kata penghubung yang tidak tepat memperoleh kriteria sangat baik dengan persentase 7% yaitu 2 siswa dari 30 siswa, (4) penyuntingan kalimat melingkar memperoleh kriteria sangat baik dengan persentase 10% yaitu 3 siswa dari 30 siswa, (5) penyuntingan kalimat tidak membosankan memperoleh kriteria sangat baik dengan persentase 10% yaitu 3 siswa dari 30 siswa, (6) kalimat berkonstruksi makna ganda memperoleh baik dengan persentase 20% yaitu 6 siswa dari 30 siswa, (7) penyuntingan kalimat mubazir mendapatkan kriteria sangat baik dengan persentase 7% yaitu 2 siswa dari 30 siswa. Penggunaan kalimat efektif yang masih sangat rendah, siswa terlalu bertele-tele dalam mengungkapkan sebuah ide, banyak kata yang tidak penting menyelingi satu unsur dengan unsur lainnya. Adapun faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan penggunaan kalimat efektif diantaranya adalah: motivasi menulis rendah, kurang kreatif, sulit mengembangkan karangan, sulit untuk berpikir secara runtut, penggunaan bahasa lisan ke dalam tulisan.
Kata kunci: kalimat efektif, karangan narasi
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
ABSTRAK ...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................v
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Fokus dan Sub fokus..........................................................................4
C. Rumusan Masalah..............................................................................4
D. Tujuan Masalah..................................................................................5
E. Manfaat Penelitian..............................................................................5
F. Definisi Operasional...........................................................................5
Bab II Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Kalimat.............................................................................7
B. Ciri-ciri Kalimat Efektif.....................................................................9
C. Unsur-unsur Kalimat Efektif..............................................................11
D. Cara Mengefektifkan Kalimat dan Paragraf.......................................13
E. Keterampilan Menulis........................................................................17
F. Pengertian Karangan Narasi...............................................................18
G. Ciri-ciri Karangan Narasi...................................................................20
H. Jenis-jenis Karangan Narasi...............................................................21
I. Penelitian yang Relevan.....................................................................23
Bab III Metodologi Penelitian
A. Metode Penelitian...............................................................................26
B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................26
C. Teknik Pengumpulan Data.................................................................27
D. Teknik Analisis Data..........................................................................28
E. Keabsahan Data..................................................................................30
Bab IV Temuan Penelitian
A. Paparan Data Penelitian......................................................................32
iii
Bab V Pembahasan
A. Pembahasan........................................................................................54
Bab VI Penutup
A. Simpulan....................................................................................................59
B. Saran..........................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Taa’la atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul: Kesalahan Kalimat Efektif Pada Karangan Narasi Kelas V di SDN Mekar
Bakti 1.
Penulisan ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
studi serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Esa Unggul.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima saran,
petunjuk, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Arief Kusuma Among Praja, MBA., sebagai Rektor
Universitas Esa Unggul.
2. Ibu Ratnawati Sutanto, S.Pd., MM., M.Pd., sebagai Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Esa Unggul.
3. Bapak Ainur Rosyid, SPdI, MA sebagai ketua jurusan PGSD.
4. Bapak Ezik Firman Syah, M.Pd., sebagai Pembimbing Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Esa Unggul.
5. Dosen-dosen di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan jurusan PGSD.
6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan.
7. Ibu Rohdianah, S.Pd.i., sebagai Kepala SDN Mekar Bakti I.
8. Ibu Dian Indriani, S.Pd., sebagai Wali kelas V SDN Mekar Bakti I.
9. Murid-murid kelas V SDN Mekar Bakti I.
10. Teristimewa untuk Ayahanda Suhermanto dan Ibunda Netty Susilowati
yang selalu menyayangiku, mendoakanku dan membimbingku.
11. Teman-teman angkatan tahun 2015 PGSD.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
demi kesempurnaannya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
v
menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca, semua pihak yang
memerlukan dan khususnya kepada penulis sebagai calon guru.
Tangerang, November 2020 Penulis
Viola Nur Afifah
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide,
pendapat, pikiran dan perasaan salah satu keterampilan berbahasa yang
digunakan untuk mengungkapkan isi dalam menyampaikan pesan melalui
bahasa tulis sebagai alat atau medianya agar mudah dipahami oleh pembaca.
Menulis adalah meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang di
mengerti oleh orang lain. Menulis tidak hanya membuat satu kalimat atau
hanya beberapa hal tidak berhubungan, tetapi menghasilkan serangkaian
tulisan yang teratur, saling berhubungan satu dengan yang lain dalam gaya
penulisan tertentu. Pemilihan kata dan tata tulis menjadi salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang penulis. Sebagai suatu
keterampilan berbahasa menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena
penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya
serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi
penulisan lainnya.
Dalam pembelajaran siswa dituntut untuk dapat menulis karena
menulis merupakan kewajiban bagi siswa yang tidak dapat dipisahkan dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran menulis dengan memanfaatkan penulisan
bahasa, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol-simbol
sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.
Mengkombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam sebuah
karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan terlihat
sejauh mana pengetahuan yang dimiliki penulis dalam menciptakan sebuah
karangan yang efektif. Kosakata dan tata kalimat yang digunakan dalam
kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Di samping
itu, jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan
sebuah karya tulis atau karangan yang berkualitas, dengan kata lain hasil
sebuah karangan yang berkualitas umumnya ditunjang oleh keterampilan
berbahasa yang dimiliki seorang penulis.
1
Pentingnya siswa mempelajari keterampilan menulis, siswa harus
diperkenalkan cara-cara penulisan kata yang baik dan benar. Jenis-jenis
menulis keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut
pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas
dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.
Untuk menyajikan tulisan narasi yang baik adalah merangkai peristiwa
berdasarkan urutan waktu secara jelas untuk memberi arti dari berbagai
kejadian yang ada dan dapat memetik hikmah cerita tersebut. Teknik narasi
dibagi dalam dua bagian yaitu narasi sugestif dan narasi ekspositoris. Salah
satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan rangkaian peristiwa
sesuai waktu kejadian dijabarkan dengan urutan awal, urutan tengah, dan
urutan akhir.
Karangan narasi sebagai pengembangan suatu karangan yang
memaparkan berdasarkan alur atau plot, di dalamnya terdapat suatu kejadian,
tokoh, dan konflik. Teknik menulis kejelasan merupakan asas yang pertama
dan utama bagi hampir semua karangan, khususnya ragam karangan faktawi.
Setiap pembaca betapa pun terpelajarnya menghargai karangan yang dapat
dibaca dan dimengerti secara jelas. Pemakaian kalimat yang panjang harus
diimbangi oleh kalimat-kalimat yang pendek sehingga meningkatkan
kejelasa6n karangan. Hindari kata-kata yang kurang sesuai, setiap kata harus
mempunyai peranan dalam kalimat dan karangan. Kata-kata yang tak perlu
hanya melelahkan pembaca dan melenyapkan perhatian. Mengarang sebagai
cara penulis mengungkapkan, mengesankan para pembaca dalam isi pokok
cerita.
Gaya menulis yaitu kemampuan memanipulasi kalimat dan paragraf
serta kemampuan menggunakan bahasa secara efektif. Kemampuan
mengambil keputusan, yaitu kemampuan menulis dengan gaya yang tepat
untuk tujuan dan untuk pembaca tertentu, serta kemampuan memilih,
mengorganisasi, dan menyusun informasi yang relevan. Pada tahap
prapenulisan kita membuat persiapan-persiapan yang akan digunakan pada
penulisaan dengan kata lain merencanakan karangan. Pemilihan topik adalah
kegiatan yang mula-mula dilakukan jika menulis suatu karangan untuk
2
menentukan topik. Hal ini untuk menentukan apa yang akan dibahas dalam
tulisan. Ada beberapa yang harus dipertimbangkan dalam memilih topik
yaitu; 1) topik tersebut ada banyak manfaatnya dan layak untuk dibahas. Isi
atau makna, sebagai sumber manfaat terdapat pengertian bahwa pembahasan
tentang topik yang terkandung akan memberikan ilmu dan pengetahuan atau
riwayat hidup seseorang yang dikagumi oleh seluruh masyarakat Indonesia,
atau berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Layak dibahas berarti
topik itu memang memerlukan pembahasan dan sesuai dengan pembelajaran
yang ditekuni; 2) topik tersebut menarik perhatian bagi para pembaca dan
pendengar; 3) topik tersebut baik untuk digunakan bahan pembelajaran di
sekolah; 4) bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai; 5)
topik tersebut tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Setelah berhasil
memilih topik sesuai dengan syarat-syarat pemilihan di atas maka yang akan
dilakukan selanjutnya membatasi topik tersebut. Langkah awal, ide induk
yang menjadi benih suatu karangan yang akan ditulis hendaknya juga
dikembangkan. Setelah ide induk dikembangkan sampai cukup tuntas,
langkah berikutnya ialah memilih salah satu saja di antara rincian ide-ide
yang muncul itu untuk dijadikan topik karangan. Topik inilah yang kemudian
perlu diolah lebih lanjut dengan membatasi topik dengan sebuah tema
tertentu. Jadi pada topik ini ditentukan salah satu ciri, unsur, atau
keterampilan penulisnya yang dijadikan pembicaraan.
Masalah yang dialami guru ketika pelajaran berlangsung yaitu,
biasanya siswa sulit untuk memahami tentang karangan narasi karena jenis
karangan narasi itu ada konflik, alur cerita, lalu biasanya anak-anak malas
membaca berulang-ulang, siswa merasa bosan saat mulai mendekati jam
istirahat, siswa menjadi tidak konsentrasi saat belajar. Ketika guru
menjelaskan karangan narasi, siswa tidak mendengarkan dan memperhatikan
pembelajaran karangan narasi tersebut.
Masalah guru terhadap kesulitan siswa ketika pelajaran berlangsung
biasanya dari sisi bahasa, siswa menggunakan bahasa yang tidak baku dan
dalam segi penyusunan kalimat yang kurang runtut, kebiasaan siswa dalam
pengggunan bahasa sehari-hari siswa masih kesulitan menyusun alur cerita,
3
membiasakan siswa menggunakan bahasa yang baik dan benar. Agar siswa
lebih memahami cerita karangan narasi.
Langkah yang terakhir yang perlu dilakukan pengarang ialah
menguraikan rumusan kalimat ide pokok menjadi sebuah garis besar
karangan. Garis besar, rangka atau disebut juga outline sebagai suatu rencana
kerangka yang menunjukkan ide-ide yang berhubungan satu sama lain secara
tertib untuk kemudian dikembangkan menjadi sebuah karangan yang lengkap
dan utuh. Kalimat efektif memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan–gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti pikiran
penulis atau pembicara. Hal ini berarti bahwa proses pembuatan karangan
dalam kalimat efektif harus tersusun secara sadar untuk mencapai daya
informasi yang diinginkan penulis terhadap pembacanya. Bila proses
pembuatan karangan tersebut tercapai, maka pembaca akan tertarik kepada
topik yang dibicarakan dan tergerak hatinya oleh pesan yang disampaikan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti akan membahas
mengenai sebuah karangan dengan Judul “Kesalahan Kalimat Efektif pada
Karangan Narasi Siswa Kelas V di SDN Mekar Bakti I Kecamatan Panongan
Kabupaten Tangerang”.
B. Fokus dan Sub fokus
Fokus penelitian ini yaitu “Mengkaji Penggunaan Kalimat Efektif
pada Karangan Narasi Siswa Kelas V di SDN Mekar Bakti I Tangerang.
Adapun sub fokus penelitian ini sebagai berikut.
1. Memahami pembuatan karangan narasi pada siswa kelas V di SDN
Mekar Bakti I.
2. Mengetahui penggunaan kalimat efektif pada karangan narasi siswa kelas V di SDN Mekar Bakti I.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan permasalahannya
sebagai berikut.
1. Bagaimana pembuatan karangan narasi pada siswa kelas V di SDN Mekar
Bakti I?
4
2. Bagaimana penggunaan kalimat efektif pada karangan narasi siswa kelas V di SDN Mekar Bakti I?
D. Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka tujuan masalahnya
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pembuatan karangan narasi pada siswa kelas V di
SDN Mekar Bakti I.
2. Untuk mengetahui penggunaan kalimat efektif pada karangan narasi siswa kelas V di SDN Mekar Bakti I.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan acuan dalam referensi
menggunakan kalimat efektif pada karangan narasi dengan keterampilan
menulis bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru: untuk memberikan masukan dan gambaran kepada guru
mengenai penggunaan kalimat efektif dapat meningkatkan
keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas V SDN Mekar
Bakti I Tangerang.
b. Bagi siswa: untuk mengetahui kondisi sebenarnya penggunaan
kalimat efektif dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan
narasi.
c. Bagi peneliti: untuk memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengetahui secara langsung penggunaan kalimat efektif dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas V SDN Mekar Bakti I Tangerang.
F. Definisi Operasional
1. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan,
perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud pembicara atau
penulis. Kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat menuangkan
kembali gagasan secara tepat dan teratur.
2. Karangan narasi adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata-kata
sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah
5
wacana yang dapat dibaca dan dipahami. Narasi adalah uraian yang
menceritakan sesuatu atau serangkaian kejadian, tindakan, keadaan secara
berurutan dari permulaan sampai akhir sehingga terlihat rangkaian
hubungan satu sama lain.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
A. Pengertian Kalimat
Menurut Finoza (2018:161) Kalimat merupakan primadona dalam
kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain dengan perantara kalimat
seseorang dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan
bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat
adalah kata (mis. tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kata
dan frasa tidak dapat mengungkapkan maksud secara lengkap dan jelas,
kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan sebagai kalimat minor misalnya
berupa seruan atau jawaban singkat atas sebuah pertanyaan. Menurut
Mustakim dalam Warsiman (2013:107) Kalimat adalah rangkaian kata yang
mengungkapkan gagasan, perasaan, atau pikiran yang relative lengkap.
Menurut Fuad, dkk, dalam Dalman (2016:58) Pengertian kalimat adalah yang
disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi penulis terhadap
pembacanya. Kalimat yang disusun harus jelas, sehingga informasi yang
disampaikan mudah diterima oleh pembacanya.
Menurut Dalman (2016:22) Kalimat dikatakan efektif apabila
berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan
sesuai dengan maksud pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus
memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan
katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.
Kalimat seperti kita ketahui bahwa bahasa terdiri atas dua lapisan. Kalimat
merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa. Kalimat adalah suatu bentuk
lingustis, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena
merupakan suatu konstruksi gramatikal. Setiap kalimat selalu mengandung
dua bagian yang saling mengisi. Bagian yang saling mengisi itu harus dapat
memberikan arti yang dapat diterima secara logis.
7
Selalu ada yang dikemukakan dan diikuti oleh bagian menerangkan
atau memberikan sesuatu tentang topik dikemukakan tersebut. Bagian yang
dikemukakan dalam bahasa biasa disebut subjek dan bagian yang
menerangkan disebut predikat. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang
terdiri dari dua kata. Kalimat merupakan hubungan dua buah kata atau lebih
yang paling renggang. Karena renggangnya hubungan kata yang membangun
suatu kalimat bisa dibalik susunannya tanpa membawa perubahan arti.
Menurut Hibbert (2012) Kalimat efektif merupakan kalimat yang
dapat menuangkan kembali gagasan secara tepat dan teratur. Sebuah kalimat
disebut efektif jika penulisan kalimat itu telah dirakit dengan baik dan teliti
sehingga pembaca (1) mengerti dengan baik pesan, berita dan amanat yang
hendak disampaikan, (2) tergerak oleh pesan, berita, dan amanat tersebut, (3)
mengetahui serta tergerak berdasarkan pesan, berita, dan amanat tersebut.
Kesempurnaan bahasa Indonesia akan ditentukan oleh kesempurnaan sistem
bahasa masyarakat pemakaianya, baik sistem bunyi, sistem pembentuk kata,
maupun sistem pembentukan kalimat salah satu kesempurnaan bahasa
Indonesia ditentukan adanya sistem pembentukan kalimat.
Menurut Putrayasa (2014:19) Bahasa terdiri dari dua lapisan yaitu
lapisan bentuk dan lapisan makna yang dinyatakan oleh lapisan bentuk
tersebut. Bentuk bahasa terdiri atas satuan-satuan yang dapat dibedakan
menjadi satuan gramatikal dan fonologi. Satuan fonologi meliputi fonem dan
suku, sedangkan satuan gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, frase,
kata, dan morfem. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun atau naik. Berdasarkan definisi-definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil berupa klausa
seperti dapat berdiri sendiri, terkandung kalimat yang jelas, dan pemikiran
yang mudah dipahami. Kalimat diucapkan dengan suara naik turun atau keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda
seru.
Berdasarkan uraian tersebut, kalimat adalah kalimat yang disusun
dengan sadar untuk mencapai daya informasi apabila telah berhasil
menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, atau pemberitahuan diucapkan
8
dengan suara naik turun atau keras lembut serta membuat isi dan maksud
suatu ungkapan tersebut tergambar lengkap agar mudah dipahami dalam
pikiran pendengar atau pembaca.
Jadi, kalimat efektif harus mewakili pikiran penulis dan pembaca.
Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang mampu menjembatani
timbulnya pikiran yang sama antara penulis, pembaca dan pendengar. Ada tiga
macam kalimat efektif. Pertama, kalimat yang dapat dipahami maknanya.
Kedua, makna kalimatnya tidak sukar dipahami karena bermakna lebih dari
satu (ambigu). Ketiga, kalimat yang dihasilkan tidak terjadi kesalahan dalam
bernalar.
B. Ciri-ciri Kalimat Efektif
Menurut Sumarni (2018) Kalimat efektif didefinisikan sebagai yang
disusun berdasarkan kaidah-kaidah bahasa tertentu. Untuk mengetahui seperti
apa ciri dari kalimat ini, berikut ditampilkan pembahasan mengenai ciri-ciri
kalimat efektif.
1. Kesepadanan Struktur
Ciri pertama yang melekat pada kalimat efektif adalah adanya
kesepadanan struktur pada kalimat efektif. Adapun kesepadanan struktur yang
dimaksud adalah adanya unsur subjek dan predikat yang jelas dan terkandung
pada kalimat efektif. Misalnya, “Para tamu undangan dipersilakan mencicipi
hidangan yang telah disediakan”. Subjek: para tamu undangan, Predikat:
dipersilakan.
2. Kesamaan Bentuk
Ciri kedua yang melekat pada kalimat efektif adalah adanya
kesamaan bentuk yang ada di dalamnya. Adapun kesamaan bentuk yang
dimaksud adalah adanya kesamaan penggunaan imbuhan pada kata-kata
tertentu di dalamnya. Misalnya, “Untuk mengetahui apakah uang kertas yang
kita pakai itu asli atau palsu, maka kita mesti melihat,
meraba, dan menerawang uang kertas tersebut”. Contoh: Tiga kata yang
9
dicetak miring di atas mempunyai kesamaan dalam penggunaan imbuhan, di
mana tiga kata tersebut sama-sama menggunakan imbuhan me-“.
3. Ketegasan Makna
Ciri kalimat efektif selanjutnya adalah adanya ketegasan makna di
dalamnya. Maksud dari ciri ini adalah bahwa makna yang terkandung di
dalam kalimat efektif jelas dan dapat dipahami oleh orang lain. Contoh:
Pergilah kamu dari sini! Makna kalimat di atas sangat jelas dan mudah
dipahami, di mana kita memahami bahwa maksud kalimat itu adalah perintah
kepada kamu untuk pergi dari sini.
4. Kehematan Kata
Maksud dari ciri ini adalah kata-kata yang digunakan pada kalimat
ini dipakai sesuai dengan keperluan atau konteks yang hendak disampaikan
dari kalimat efektif. Contoh: Aku menyukai buah apel, aku menyukai buah
pepaya. (bentuk kalimat yang masih belum efektif). Aku menyukai buah apel
dan pepaya. (bentuk kalimat di atas yang telah diubah menjadi kalimat efektif)
5. Kelogisan Makna
Selain tegas, makna yang terkandung pada kalimat efektif mestilah
logis, dalam artian makna yang terkandung dalam kalimat efektif mesti dapat
diterima oleh nalar sehat. Misalnya, “Anni kini sudah besar”. (bentuk kalimat
yang masih belum logis). Anni kini sudah beranjak dewasa. (bentuk kalimat
yang logis)
6. Kepaduan Makna
Ciri kalimat efektif ini masih ada hubungannya dengan ciri kalimat
efektif yang kedua. Jadi, jika suatu kalimat efektif sudah disamakan, maka
makna yang dikandung oleh kalimat efektif pun menjadi kian padu. Misalnya,
“Jika kita hendak mengetahui apakah uang kertas yang kita punyai itu asli atau
tidak, maka kita meski terlihat meraba, dan terterawang uang kertas yang kita
punyai itu”. (kalimat yang masih belum sama bentuknya dan belum padu
maknanya). Jika kita hendak mengetahui apakah uang kertas yang kita punyai
itu asli atau tidak, maka kita mesti melihat, meraba, dan menerawang uang
10
kertas yang kita punyai itu. (kalimat efektif yang sudah disamakan bentuknya
dan sudah padu maknanya)
7. Kecermatan dan Kesantunan
Ciri terakhir dari kalimat efektif adalah kecermatan dan kesantunan
dalam penggunaan kata di dalamnya. Kecermatan dan kesantunan penggunaan
kata dilakukan agar kata yang digunakan sesuai dengan konteks kalimat dan
tidak menyinggung pihak-pihak tertentu.
Berdasarkan uraian tersebut, kesepadanan struktur melekat pada
kalimat efektif adalah adanya kesepadanan struktur pada kalimat efektif.
Adapun kesepadanan struktur yang dimaksud adalah adanya unsur subjek dan
predikat yang jelas dan terkandung pada kalimat efektif. Kesamaan bentuk
melekat pada kalimat efektif adalah adanya kesamaan bentuk yang ada di
dalamnya. Adapun kesamaan bentuk yang dimaksud adalah adanya kesamaan
penggunaan imbuhan pada kata-kata tertentu di dalamnya. Ketegasan makna,
maksud dari ciri ini menunjukkan bahwa makna yang terkandung di dalam
kalimat efektif jelas dan dapat dipahami oleh orang lain.
Kehematan kata yang digunakan pada kalimat ini dipakai sesuai
dengan keperluan atau konteks yang hendak disampaikan dari kalimat efektif.
Kelogisan makna terkandung pada kalimat efektif harus jelas, dalam arti
makna yang terkandung dalam kalimat efektif dapat diterima oleh nalar sehat.
Kepaduan makna masih ada hubungannya dengan ciri kalimat efektif yang
kedua. Jadi, jika suatu kalimat efektif sudah disamakan, maka makna yang
dikandung oleh kalimat efektif pun menjadi kian padu. Kecermatan dan
kesantunan penggunaan kata dilakukan agar kata yang digunakan sesuai
dengan konteks kalimat dan tidak menyinggung pihak-pihak tertentu.
C. Unsur-unsur Kalimat Efektif
Menurut Kridalaksana dalam Putrayasa (2014:63-69) Tiap kata atau
frase dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau
frase lain yang ada dalam kalimat. Fungsi disini adalah hubungan saling
kebergantungan antara unsur-unsur dari suatu perangkat sedemikian rupa
11
sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah struktur.
Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase
dalam kalimat. Untuk membuat kalimat efektif seorang penulis harus
mengetahui empat unsur-unsur kalimat efektif seperti di bawah ini:
1. Subjek
Subjek adalah sesuatu bagian yang dianggap bisa berdiri sendiri.
Kata atau frase benda yang merupakan pokok persoalan atau bagian
kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh pembaca. Subjek dapat
berbentuk kata, benda, frasa kata benda, atau kata kerja.
2. Predikat
Bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri
sendiri atau subjek itu. Memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri
sendiri tentulah menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan
apakah subjek itu. Oleh karena itu, biasanya predikat terjadi dari kata kerja
atau kata keadaan.
3. Objek
Konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat
yang berupa verba transitif pada kalimat. Objek selalu diletakkan setelah
predikat. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan memerhatikan
jenis predikat yang melengkapinya, dan ciri khas objek itu sendiri.
Biasanya, verba transitif ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks –
kan dan –i serta prefiks meng- umumnya mmerupakan pembentuk verba
transitif.
4. Pelengkap
Orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan
pelengkap. Hal ini dapat dimengerti karena antara kedua konsep itu
memang terdapat kemiripan. Baik objek, maupun pelengkap sering
berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang
sama, yakni di belakang verba.
5. Keterangan
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan
paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, awal,
12
dan bahkan di tengah kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan
dalam kalimat bersifat manasuka. Biasanya, konstituen keterangan berupa
frase nominal, frase preposisional, atau frase adverbial.
Berdasarkan uraian tesebut, subjek dapat berbentuk kata, benda,
frasa kata benda, atau kata kerja. Predikat bagian yang memberi
keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau subjek, biasanya
predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan. Objek dapat dikenali
dengan memerhatikan jenis predikat yang melengkapinya, dan ciri khas
objek itu sendiri. Biasanya, verba transitif ditandai oleh kehadiran afiks
tertentu. Sufiks –kan dan –i serta prefiks meng- umumnya mmerupakan
pembentuk verba transitif. Pelengkap menunjukkan baik objek, maupun
pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki
tempat yang sama, yakni di belakang verba. Pada umumnya, kehadiran
keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Biasanya, konstituen
keterangan berupa frase nominal, frase preposisional, atau frase adverbial.
D. Cara Mengefektifkan Kalimat dan Paragraf
Menurut Kusumaning (2019:202) Memudahkan pembahasan, cara
mengefektifkan kalimat dibagi menjadi dua sub bab, yakni membetulkan
kesalahan kalimat dan membetulkan rangkaian kalimat. Bagian pertama
khusus memperbaiki kalimat tunggal maupun majemuk. Sementara pada
bagian kedua adalah cara menyunting rangkaian kalimat dan menyusun
paragraf.
1. Membetulkan kesalahan kalimat
a. Kalimat tanpa subjek atau bersubjek berganda
Contoh:
(1) Bagi siswa yang sudah membayar uang SPP dapat memperoleh kartu
ujian. (Salah)
Kalimat pertama salah karena memakai kata bagi pada posisi yang tidak
semestinya sehingga mengaburkan fungsi subjek. Demikian pula pada
kalimat kedua. Pembetulannya, yakni:
13
(1) Siswa yang sudah membayar uang SPP dapat memperoleh kartu
ujian.
Contoh lain ialah pada kalimat yang bersubjek ganda berikut.
(1) Alif sedang menyampaikan materi di kelas tiba-tiba ia buru-buru
berhenti. (Salah)
(2) Presiden meresmikan acara kemudian beliau menyampaikan pidato di
mimbar. (Salah)
(3) Pembuatan tugas itu saya memperoleh bantuan dari teman-teman
mahasiswa. (Salah)
Jika terdapat subjek ganda, salah satu di antaranya harus dihilangkan sehingga
kalimat sebagaimana contoh, menjadi:
1) Ketika menyampaikan materi di kelas, tiba-tiba Alif buru-buru
berhenti.
2) Presiden meresmikan acara kemudian menyampaikan pidato di
mimbar.
3) Saya memperoleh bantuan dari teman-teman mahasiswa dalam
membuat tugas.
b. Kalimat yang tidak berpredikat
Contoh:
(1) Cut Nyak Dien yang berasal dari Aceh. (Salah)
Pemakaian kata yang dalam kedua kalimat di atas kurang tepat
karena menghilangkan fungsi predikat. Pembetulannya adalah dengan
menghilangkan kata tersebut.
(1) Cut Nyak Dien berasal dari Aceh.
c. Pemakaian kata penghubung yang tidak tepat.
Contoh:
(1) Perundingan berjalan macet. Sehingga para peserta membubarkan
diri. (Salah)
(2) Tujuan utama politik adalah kesejahteraan rakyat. Sedangkan pada
praktiknya adalah persoalan perebutan kekuasaan. (Salah)
Kata sehingga dan sedangkan termasuk ke dalam kata
penghubung intrakalimat maka tidak dapat diletakkan di depan kalimat. Di
14
samping itu, pemakaian kata penghubung tersebut membuat kalimat kedua
tidak memiliki subjek. Dengan demikian, perbaikannya seperti berikut.
(1) Perundingan berjalan macet sehingga para peserta membubarkan diri.
(2) Tujuan utama politik adalah kesejahteraan rakyat, sedangkan
praktiknya merupakan persoalan perebutan kekuasaan walaupun
tujuan utamanya demi kesejahteraan rakyat. Pada praktiknya, politik
merupakan persoalan perebutan kekuasaan walaupun tujuan utamanya
demi kesejahteraan rakyat.diadakan pukul 19.00 malam.
d. Penyuntingan kalimat melingkar
Kalimat melingkar adalah nama lain dari kalimat yang bertele-
tele. Ketika menuangkan gagasan pada kalimat, penulis mengungkapkan hal-
hal lain terlebih dahulu yang sebenarnya tidak perlu.
Contoh:
(1) Peristiwa bencana gunung meletus selain kita dapat menyaksikan
beritanya di televisi sebagaimana disiarkan dalam berita-berita, juga dapat
ditemui informasinya melalui media internet. (Salah)
(2) Konflik dan pertikaian selain membuat suasana di antara pihak bertikai
menjadi tidak kondusif juga membuat mereka merugi, baik secara psikis
maupun materiil. (Salah)
Kalimat yang disusun melingkar akan membingungkan dan
memecah konsentrasi pembaca sehingga pada akhirnya gagasan tidak secara
efektif disampaikan. Penyuntingan kalimat melingkar dapat dilakukan
dengan membuang bagian yang tidak diperlukan sehingga menjadi:
(1) Peristiwa bencana gunung meletus dapat disaksikan beritanya di
media televisi dan internet.
(2) Konflik dan pertikaian membuat suasana tidak kondusif dan
menimbulkan kerugian, baik psikis maupun materiil, atau Konflik dan
pertikaian membuat suasana di antara pihak bertikai menjadi tidak
kondusif dan menimbulkan kerugian, baik psikis maupun materiil.
e. Penyuntingan kalimat membosankan
Apabila sebuah kalimat menggunakan dua kata atau bahkan
lebih yang memiliki kata dasar sama dapat membuat pembaca menjadi bosan.
15
Kalimat tersebut akan terbaca monoton sehingga tidak menarik perhatian
pembaca.
Contoh:
(1) Pertanyaan tentang mengapa kemiskinan ada selalu ditanyakan
berulang-ulang. (Salah)
(2) Kabar peristiwa pembunuhan telah dikabarkan oleh televisi setempat.
(Salah)
(3) Presenter memberitakan berita yang terjadi tadi malam. (Salah)
Kalimat diatas disunting dengan cara dihilangkan salah satu
bagian yang berkata dasar sama atau diganti dengan kata yang lain unuk
membuat kalimat menjadi lebih efektif dan menarik.
(1) Mengapa kemiskinan ada adalah pertanyaan yang selalu diulang-
ulang.
(2) Peristiwa pembunuhan telah dikabarkan di televisi.
(3) Presenter memberitakan peristiwa yang terjadi tadi malam.
f. Kalimat berkonstruksi makna ganda
Sebuah kalimat mungkin saja dapat mengandung tafsiran
ganda. Hal ini bisa terjadi karena pemilihan kata maupun karena pemakaian
tanda baca yang kurang tepat. Kalimat yang mengandung tafsiran ganda,
misalnya:
(1) Pemerhati pendidikan menyarankan suatu metode belajar mengajar murid
baru kepada guru baru.
Pada kalimat (1) unsur keterangan baru mengacu kepada
metode belajar mengajar ataukah murid. Apabila yang dimaksud adalah
metode belajar mengajar yang baru, kalimatnya dapat diubah menjadi:
(1) Pemerhati pendidikan menyarankan suatu metode baru belajar
mengajar murid kepada para guru.
g. Penyuntingan kalimat mubazir
Penyuntingan kalimat mubazir dilakukan agar kalimat menjadi
lebih efektif. Penyuntingan dapat dilakukan dengan memilih atau membuang
kata-kata yang memiliki arti serupa, tetapi dipakai bersamaan. Selain itu,
16
kata-kata yang dipandang tidak perlu dari sudut makna sebaiknya dihindari.
Contoh:
(1) Kardus-kardus kotak ini nanti akan dinaikkan ke atas ke loteng rumah.
(Salah)
(2) Sejak sedari semalam perempuan itu termenung sendirian di tepi
jalan. (Salah)
(3) Walaupun ia termasuk murid pintar, tetapi peringkatnya di kelas tidak
pernah baik. (Salah)
Penyuntingan kalimat mubazir dilakukan dengan cara
membuang kata, frasa, atau bagian yang tidak diperlukan. Perbaikan kalimat-
kalimat di atas menjadi:
(1) Kardus-kardus kotak ini nanti akan dinaikkan ke loteng rumah.
(2) Sejak semalam perempuan itu termenung sendirian di tepi jalan atau
Sedari semalam perempuan itu termenung sendirian di tepi jalan.
(3) Walaupun ia termasuk murid pintar, peringkatnya di kelas tidak pernah
baik.
Pada kalimat (1) terdapat pemborosan frasa dinaikkkan ke atas
karena dinaikkan sudah mengimplisitkan makna ke atas sehingga dapat
dihilangkan salah satu katanya. Begitu juga dengan kalimat (2) dan (3)
berfungsi sama sehingga dapat dipilih salah satunya.
Berdasarkan uraian tersebut, pemakaian kata yang dalam kedua
kalimat di atas kurang tepat karena menghilangkan fungsi predikat. Kata
sehingga dan sedangkan termasuk ke dalam kata penghubung intrakalimat
maka tidak dapat diletakkan di depan kalimat. Kalimat melingkar adalah
nama lain dari kalimat yang bertele-tele. Ketika menuangkan gagasan pada
kalimat, penulis mengungkapkan hal-hal lain terlebih dahulu yang sebenarnya
tidak perlu. Kalimat yang disusun melingkar akan membingungkan dan
memecah konsentrasi pembaca sehingga pada akhirnya gagasan tidak secara
efektif disampaikan. Apabila sebuah kalimat menggunakan dua kata atau
bahkan lebih yang memiliki kata dasar sama dapat membuat pembaca
menjadi bosan.
17
Kalimat diatas disunting dengan cara dihilangkan salah satu bagian
yang berkata dasar sama atau diganti dengan kata yang lain unuk membuat
kalimat menjadi lebih efektif dan menarik. Sebuah kalimat mungkin saja
dapat mengandung tafsiran ganda. Hal ini bisa terjadi karena pemilihan kata
maupun karena pemakaian tanda baca yang kurang tepat. Penyuntingan
kalimat mubazir dilakukan agar kalimat menjadi lebih efektif. Penyuntingan
dapat dilakukan dengan memilih atau membuang kata-kata yang memiliki arti
serupa, tetapi dipakai bersamaan.
E. Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis, siswa diperuntukkan untuk terampil dalam
menulis. Menurut Oliver (2013) Keterampilan menulis mempunyai peran
yang sangat penting dalam kehidupan. Selain dapat menunjang kesuksesan
hidup seseorang, juga dapat melibatkan diri dalam persaingan global yang saat
ini terjadi. Pada era globalisasi, semua informasi disajikan secara instan
dengan media yang beragam, termasuk media cetak. Melalui karya tulis
seseorang dapat mengaktualisasikan diri dan ikut menjadi bagian kemajuan
zaman. keterampilan menulis memiliki kedudukan yang sangat penting di
dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Oleh karenanya, perlu adanya upaya untuk meningkatkan
keterampilan menulis. Keterampilan dalam menulis harus dibina dan dikuasai
sejak dini sebagai salah satu keterampilan berbahasa.
Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa tulis yang bersifat produktif, artinya keterampilan ini merupakan
keterampilan yang menghasilkan tulisan. Keterampilan adalah suatu
ketekunan manusia hingga menghasilkan sebuah karya. Menulis adalah
keterampilan berbahasa secara tidak langsung, yang bersifat produktif.
Produktif adalah sesuatu yang dapat menghasilkan, seperti karya tulis.
Keterampilan menulis adalah kecakapan dalam melahirkan pikiran atau
perasaan dalam bentuk karangan atau membuat cerita. Kecakapan adalah
kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas atau misi. Melahirkan
pikiran atau perasaan adalam kemampuan siswa dalam melahirkan atau
18
mengungkapkan gagasan, ide, pendapat dan perasaannya kepada pihak lain
melalui tulisan.
Karangan cerita adalah merupakan karya tulis hasil dari kegiatan
seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui
bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Keterampilan menulis yang
dimiliki seseorang, diperoleh dengan latihan yang intensif. Kemampuan
menulis bukanlah keterampilan yang diwariskan secara turun temurun, tetapi
merupakan hasil proses belajar dan ketekunan berlatih. Untuk memiliki
keterampilan menulis tidak cukup dengan mempelajari pengetahuan tentang
teori menulis, ataupun hanya melafalkan definisi yang terdapat dalam bidang
menulis, tetapi diperlukan proses berlatih secara terus menerus dan
berkelanjutan.
F. Pengertian Karangan Narasi
Menurut Kusumaning (2019:273) Istilah narasi berasal dari kata
narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Maka dari itu, narasi
adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa. Dengan kata lain,
narasi merupakan suatu bentuk karangan yang berupaya mengisahkan
peristiwa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri peristiwa tersebut.
Untuk dapat bercerita, narasi memiliki unsur-unsur yakni pertama peristiwa
atau kejadian. Setiap karangan narasi pasti berkisah tentang sebuah peristiwa
atau kejadian. Misalkan, peristiwa kecelakaan lalu lintas antara angkutan
umum dengan sepeda motor. Karangan narasi menceritakan bagaimana
kecelakaan terjadi.
Menurut Bruno (2019) Karangan adalah bahasa tulis yang
merupakan rangkaian kata-kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf,
dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami. Karangan
terdiri dari beberapa paragraf yang masing-masing berisi pikiran-pikiran
utama dan kemudian diikuti dengan pikiran penjelas. Maka, karangan
merupakan hasil gagasan yang dituangkan dalam bentuk bahasa tulis berupa
beberapa kalimat yang membentuk paragraf yang dapat dibaca dan dipahami
pembaca. Narasi adalah uraian yang menceritakan sesuatu atau serangkaian
19
kejadian, tindakan, keadaan secara berurutan dari permulaan sampai akhir
sehingga terlihat rangkaian hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa
paparan yang gayanya bersifat naratif. Contoh jenis karangan ini adalah
biografi, kisah, roman, novel, dan cerpen.
Menurut Finoza (2018:261) Karangan narasi adalah suatu bentuk
tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-
tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau
yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan
narasi adalah cerita yang menyajikan serangkaian peristiwa dalam sebuah
kerangka karangan. Narasi merupakan suatu bentuk karangan yang berupaya
membuat pembaca seolah-olah mengalami kejadian tersebut. Narasi adalah
cerita. Cerita ini berdasarkan pada urut-urutan suatu (atau rangkaian) kejadian
atau peristiwa. Di dalam kejadian ini, ada tokoh (beberapa tokoh) dan tokoh
ini mengalami dengan menghadapi suatu (serangkaian) konflik dengan
tikaian. Kejadian, tokoh, dan konflik ini merupakan alur. Dengan demikian,
narasi adalah cerita berdasarkan alur.
G. Ciri-ciri Karangan Narasi
Ciri-ciri sebuah karangan narasi yaitu terbagi empat bagian. Menurut
Studi (2011) Ciri karangan narasi yaitu menonjolkan unsur perbuatan atau
tindakan, dirangkai dalam urutan waktu. Narasi dibangun oleh sebuah alur
cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita,
konfiks dan susunan kronologis, ciri-ciri narasi berupa cerita tentang peristiwa
atau pengalaman penulis. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa
peristiwa yang benar -benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau
gabungan keduanya. Berdasarkan konfiks karena tanpa konfiks biasanya
narasi tidak menarik. Memiliki nilai estetika. Menekankan susunan secara
kronologis.
Pengarang akan menceritakan secara jelas peristiwa tentang aturan tempat, aturan waktu, jalan cerita, pemikiran dan perasaan para tokoh, dan lain sebagainya sehingga pembaca seperti mengalami sendiri kisah petualangan tersebut, yaitu:
20
a. Alur (plot)
Alur merupakan rangkaian pola perjalanan cerita berusaha
memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi. Alur dengan
jalan cerita memang tidak terpisahkan, tetapi harus dibedakan.
Jalan cerita memuat kejadian, suatu kejadian ada karena sebabnya
dan alasan. Alur yang menggerakan kejadian cerita. Suatu kejadian
akan dapat disebut narasi jika didalamnya ada perkembangan.
Konflik adalah penyebab terjadinya perkembangan pada suatu
cerita. Contoh: 1) pengenalan, 2) adanya konflik, 3) konflik
memuncak, 4) klimaks, dan 5) pemecahan masalah.
b. Penokohan
Penokohan merupakan salah satu ciri khusus karangan narasi
mengisahkan tokoh bergerak dalam suatu rangkaian peristiwa dan
kejadian.
c. Latar
Latar merupakan tempat dan waktu dalam suatu peristiwa
terjadinya perbuatan tokoh atau yang dialami tokoh. Dalam
karangan narasi tidak disebutkan secara jelas tempat tokoh ketika
tokoh mengalami kejadian tertentu.
d. Sudut pandang
Sudut pandang merupakan arah pandang penulis dalam
menyampaikan sebuah cerita. Dalam karangan narasi penulis harus
menyesuaikan dengan watak tokoh.
Berdasarkan uraian diatas, alur yaitu suatu kejadian akan dapat
disebut narasi jika didalamnya ada perkembangan. Konflik adalah penyebab
terjadinya perkembangan pada suatu cerita. Contoh: 1) pengenalan, 2) adanya
konflik, 3) konflik memuncak, 4) klimaks, dan 5) pemecahan masalah.
Penokohan adalah ciri khusus dari karangan narasi mengisahkan tokoh
bergerak dalam suatu rangkaian peristiwa dan kejadian. Latar merupakan
sebuah lokasi dan suasana ketika tokoh mengalami kejadian tertentu dalam
satu waktu. Sudut pandang yaitu arah pandang penulis dalam menyampaikan
21
sebuah cerita. Dalam karangan narasi penulis harus menyesuaikan dengan
watak tokoh.
H. Jenis-jenis Karangan Narasi
Menurut Fatmawati, Dede & Fatonah (2018) Narasi merupakan satu
jenis wacana berisi cerita yang memiliki unsur-unsur pokok utama, seperti
waktu, pelaku, peristiwa, dan aspek emosi yang dirasakan pembaca atau
penerima. Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan dengan sangat jelas kepada pembaca suatu peristiwa yang
telah terjadi. Jenis karangan narasi terbagi menjadi dua yaitu, Narasi
ekspositoris adalah narasi yang berisi penyampaian informasi secara tepat
tentang suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya dengan memperluas
pengetahuan pembaca tentang kisah seseorang.
Menurut Tresiana Sari Diah Utami (2018) Karangan merupakan
suatu hasil proses berpikir. Karangan merupakan hasil ungkapan ide, gagasan
dan perasaan yang diperoleh melalui kegiatan berpikir kritis dan kreatif.
Pelaksanaan kegiatan menulis menuntut proses berpikir Karena menuntut
proses berpikir kritis dan kreatif, menulis menjanjikan manfaat yang begitu
besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif, kepercayaan diri dan
keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan,
mengumpulkan, mengolah, dan menata informasi.
Dalam praktiknya, hasil tulisan siswa berupa karangan dapat
dianalisis berdasarkan isi dari karangan tersebut dan ketepatan dalam
menggunakan kata, kalimat dan ejaan. Selain itu, dalam karangan siswa yang
berisi kalimat-kalimat terbentuk dari pola-pola struktur gramatika yang
tersusun membentuk makna. Karangan siswa biasanya berbentuk atau berpola
kalimat tunggal. Kalimat yang dihasilkan dalam karangan siswa berupa
karangan sederhana.
Menurut Kunci (2014) Karangan ini berusaha menyampaikan
serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud
memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat
memetik hikmah dari cerita itu dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang
terjadi dalam satu kesatuan waktu.
22
Tokoh diceritakan mulai dari sejak kecil hingga saat dewasa atau
sampai akhir hidupnya. Contoh paragraf narasi ekspositoris antara lain adalah
biografi, autobiografi, dan riwayat perjalanan. Narasi ekspositoris dapat
bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi
ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan
suatu proses yang umum sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja dan dapat
pula dilakukan secara berulang-ulang. Narasi yang bersifat khusus adalah
narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas dan hanya
terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat
terulang kembali, cerita karangan narasi ini merupakan pengalaman atau
kejadian pada suatu waktu tertentu seperti berikut.
1. Narasi ekspositoris merupakan jenis karangan narasi yang
mengutamakan kisah yang sebenarnya dari tokoh yang diceritakan.
Karangan ini menceritakan tokohnya berdasarkan fakta yang dialami si
tokoh. Narasi ekspositoris ini bertujuan memberikan informasi
berdasarkan fakta yang sebenarnya untuk memperluas pengetahuan
dan pengalaman pembaca. Tokoh yang diceritakan benar-benar hidup
dan peristiwa yang dialami tokoh juga benar-benar terjadi.
2. Narasi Sugestif ialah jenis narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil
rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang. Jenis karangan ini dapat
dilihat pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Narasi
sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran
yang ingin dicapai yaitu kesan terhadap peristiwa. Dalam hal ini,
kepandaian seorang pengarang dalam merangkaikan suatu kejadian
atau peristiwa atas tindakan atau perbuatan para tokohnya dapat
merangsang daya khayal para pembaca, sehingga pembaca merasa
berada di tengah-tengah kejadian atau peristiwa yang dialami para
tokoh. Oleh sebab itu, dalam menulis narasi sugestif, seorang
pengarang harus mampu membangkitkan daya imajinasi si pembaca.
Karangan narasi sugestif ini, pengarang diizinkan menggunakan
daya khayal atau daya imajinasinya untuk menghidupkan sebuah cerita.
Dalam hal ini, bahasa yang digunakan juga bahasa konotatif, yaitu bahasa
23
yang mengandung makna kias. Makna atau amanat yang disampaikan
pengarangnya masih dalam bentuk tersirat, bukan tersurat. Oleh sebab itu,
narasi sugestif ini lebih bersifat estetik atau artistik sehingga menjadi karangan
yang menyenangkan untuk dibaca. Contoh narasi sugestif ini adalah roman,
novel, cerpen, naskah drama, dan lain-lain.
Berdasarkan definisi diatas tersebut, jenis-jenis karangan narasi
terdiri dari dua bagian yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Penelitian
yang akan penliti ambil adalah narasi ekspositoris. Empat hal yang berkaitan
dengan karangan narasi ekspositoris atau bersifat faktual seperti memperluas
pengetahuan, menyampaikan informasi faktual mengenai sesuatu kejadian,
didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional, bahasanya
lebih condong ke bahasa informative dengan titik berat pada pemakaian kata-
kata denotative.
I. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam
karangan telah banyak dilakukan, penelitian-penelitian tersebut antara lain
dilakukan oleh Elhami (2004) yang berjudul Kesalahan Berbahasa dalam
Karangan Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Ulak Kembang Pemulutan
Ogan Ilir, kesimpulan dari skripsi Elhami tersebut mengatakan bahwa
kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri
Ulak Kembang Pemulutan Ogan Ilir yaitu kesalahan berbahasa yang
disebabkan penggunaan bahasa pertama (BI) atau bahasa ibu susah
dihilangkan ketika siswa mau belajar menggunakan bahasa Indonesia yang
benar. Persamaan penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian
sebelumnya yaitu membahas tentang karangan siswa dalam menggunakan
kalimat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
penelitian sebelumnya membahas kesalahan berbahasa siswa dalam kalimat,
sedangkan penelitian ini dibatasi dalam Kajian Kesalahan Kalimat Efektif
pada Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN Mekar Bakti I.
Penelitian yang dilakukan Yunarti (2006) yang berjudul Kesalahan
Bahasa Tulis dalam Karangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sekolah
Dasar Negeri Palembang, kesimpulan dalam penelitian ini yaitu penelitian ini
24
mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan berbahasa disebabkan oleh pengaruh
bahasa pertama siswa, pengaruh bahasa yang digunakan oleh siswa sehari-
hari, dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Persamaan
penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu
mengenai karangan bahasa Indonesia siswa kelas V sekolah dasar. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu membahas mengenai
kesalahan bahasa dalam menulis, sedangkan penelitian ini ditujukan dalam
Kajian Kesalahan Kalimat Efektif pada Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN
Mekar Bakti I.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Imam Khoirul Arifin (2013)
yang berjudul Kemampuan Siswa Dalam Menggunakan Kalimat Efektif pada
Karangan Narasi Sekolah Dasar Negeri 15 Air Saleh Kabupaten Banyuasin,
kesimpulan dari skripsi ini mengatakan bahwa penggunaan ciri-ciri kalimat
efektif seperti kesepadanan struktur kalimat, keparalelan bentuk kalimat,
ketegasan makna kalimat, kehematan kata kalimat, kecermatan penalaran
kalimat, kepaduan gagasan kalimat, kelogisan bahasa kalimat pada karangan
siswa kelas V SD Negeri 15 Air Saleh Kabupaten Banyuasin penelitian
diperoleh data bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan kalimat efektif
pada karangan narasi memiliki kekurangan dalam menguasai materi dan siswa
kurang banyak latihan menulis. Persamaan penelitian yang akan penulis
lakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama membahas tentang
kalimat efektif siswa dalam menggunakan kalimat. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian sebelumnya membahas
kesalahan berbahasa siswa dalam kalimat, sedangkan penelitian ini membahas
tentang kesalahan kalimat efektif.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penelitian ini adalah analisis isi. Menurut
Titscher (2009:106) analisis isi kualitatif Mayring telah mengembangkan
sebuah model berangkai dan, selama tujuan penelitian masih menjadi
perhatian, mengusulkan tiga prosedur analitis yang berbeda yang bisa
dilaksanakan secara mandiri maupun dikombinasikan tergantung pada
pertanyaan penelitian tertentu, salah satunya eksplikasi melibatkan kegiatan
penjelasan, pengklarifikasian, dan penganotasian materinya.
Sebagai langkah pertama, ditetapkan dulu definisi leksigramatikal,
kemudian ditentukan materi yang akan dijelaskan, dan kemudian diikuti
dengan analisis konteks sempit dan analisis konteks luas. Analisis konteks
sempit meliputi teks (koteks) dan berkaitan dengan makna konteks yang
digunakan dalam analisis percakapan berusaha menemukan prosedur dan
prinsip generatif yang digunakan oleh partisipan untuk menghasilkan struktur
karakteristik dan tatanan dari sebuah situasi komunikatif. Ragam teks naratif
(kisah, cerita, dan sebagainya) bergantung pada prinsip penataan temporal.
Menurut Moleong (2011: 8-13) mengungkapkan beberapa ciri
penelitian kualitatif, yaitu: (1) berlangsung dalam latar yang alami, (2)
manusia sebagai alat (instrumen), (3) analisis data secara induktif, (4)
pengungkapan data dan laporan secara deskriptif, (5) lebih mementingkan
proses daripada hasil, (6) adanya “batas” yang ditentukan oleh fokus, (7)
adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, (8) desain yang bersifat
sementara, dan (9) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri Mekar Bakti I yang
berlokasi di Jl. Kecamatan Panongan Kabupaten Tangerang
Jl. Wijaya Raya, Graha Pesona, Mekar Bakti, Kecamatan Panongan,
Tangerang, Banten 15710.
26
2. Waktu penelitian :
Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan, terhitung sejak
penyusunan proposal penelitian pada pertengahan bulan April 2019.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Perencanaan April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Des Jan Feb Mar
Menyusun Bab I
Menyusun Bab II
Menyusun bab III
C. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa
wawancara dan dokumentasi. Pemilihan jenis ini, peneliti mendeskripsikan
kehidupan individu, mengumpulkan, mengatakan cerita tentang kehidupan
individu, dan menuliskan cerita atau riwayat pengalaman individu tertentu.
Dikatakan studi naratif kualitatif karena penelitian ini berusaha memaparkan
dan memberikan data yang akurat dari wawancara dan dokumentasi tentang
kajian penggunaan kalimat efektif pada karangan narasi siswa SD Negeri
Mekar Bakti 1.
a. Wawancara
Menurut Sugiyono (2017:137) Wawancara terstruktur, yaitu
wawancara terbuka selain itu narasumber telah menyusun jawaban dari
pertanyaan yang akan ditanyakan peneliti sesuai pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Oleh karena itu peneliti harus membawa instrumen untuk
pengumpul data dapat dibantu dengan tape recorder, gambar, brosur, dan
material lainnya dalam pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Tujuannya
adalah mengungkapkan peristiwa atau kejadian disesuaikan melalui
27
pengumpulan data. Wawancara menekankan pada penyesuaian data yang
didapatkan oleh peneliti. Dalam penelitan ini, secara umum wawancara
adalah salah satu syarat untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan
sebagai metode wawancara dan observasi.
b. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2017:240) Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen juga sebagai salah
satu teknik pengumpulan data yang menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tetulis seperti sejarah kehidupan (life
histories), cerita biografi, dan lain-lain. Dalam penelitan ini, dokumentasi
digunakan untuk mendukung data yang diperoleh dari hasil observasi
sehingga data akan semakin kredibel. Dokumentasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah tulisan dan data-data tentang hasil karya siswa serta
foto-foto selama kegiatan berlangsung di kelas V D SDN Mekar Bakti I,
Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang.
D. Teknik Analisis Data
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, instrumen penelitian
ini dilakukan oleh (peneliti) sendiri jurusan pendidikan guru sekolah dasar,
peneliti tertarik untuk membuat suatu penelitan kualitatif tentang
kesalahan kalimat efektif pada karangan narasi karya siswa kelas V D
SDN Mekar Bakti I Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang. Berikut
instrumen penelitian yang akan dilakukan peneliti.
1. Melakukan observasi kegiatan menulis karangan narasi siswa di dalam
kelas V D SDN Mekar Bakti I Kecamatan Panongan, Kabupaten
Tangerang.
2. Memberikan nomor urut pada setiap karangan siswa kelas V D SDN
Mekar Bakti I Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang.
3. Memberikan kode pada setiap karangan narasi dengan kalimat efektif
pada siswa kelas V D SDN Mekar Bakti I Kecamatan Panongan,
Kabupaten Tangerang.
28
4. Memberikan suatu kegiatan menulis karangan narasi dengan kalimat
efektif pada siswa kelas V D SDN Mekar Bakti I Kecamatan
Panongan, Kabupaten Tangerang.
5. Mengambil karya kegiatan menulis karangan narasi dengan kalimat
efektif pada siswa kelas V D SDN Mekar Bakti I Kecamatan
Panongan, Kabupaten Tangerang.
6. Mengkaji tugas kegiatan menulis karangan narasi dengan kalimat
efektif pada siswa kelas V D SDN Mekar Bakti I Kecamatan
Panongan, Kabupaten Tangerang.
7. Membaca karangan narasi siswa satu persatu di kelas V D SDN Mekar
Bakti I Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang.
8. Menilai karya kegiatan menulis karangan narasi dengan kalimat efektif
pada siswa kelas V D SDN Mekar Bakti I Kecamatan Panongan,
Kabupaten Tangerang.
Tabel 3.2
Analisis Kalimat Efektif
No Aspek Kalimat Efektif Indikator Jumlah Persentase
1 Kalimat tanpa subjek bergandaSiswa mampu membuat kalimat dengan subjek
berganda
2 Kalimat yang tidak berpredikat Siswa mampu membuat kalimat yang berpredikat
3 Pemakaian kata penghubung yang tidak tepat
Siswa mampu membuat pemakaian kata
penghubung dengan tepat
4 Penyuntingan kalimat melingkarSiswa mampu membuat penyuntingan kalimat
tidak melingkar
5 Penyuntingan kalimat membosankan
Siswa mampu membuat penyuntingan kalimat tidak membosankan
6 Kalimat berkonstruksi makna ganda
Siswa mampu membuat kalimat tidak
berkonstruksi makna ganda
29
7 Penyuntingan kalimat mubazirSiswa mampu membuat penyuntingan kalimat
tidak mubazir
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai
sumber, dengan mengunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-
macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya
jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan
variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh adalah data kualitatif
sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang
jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan
analisis.
= data kesalahan x 100 % Sudijono (2008:43)
Jumlah siswa
Untuk mengetahui tingkat kriteria tesebut, persentase analisis deskriptif dikonsultasikan dengan kriteria.
Tabel 3.3
Analisis Deskriptif
No Persentase Kriteria
1 0 % - 24 % Sangat baik
2 25 % - 49 % Baik
3 50 % - 74 % Kurang baik
4 75 % - 100 % Tidak baik
E. Keabsahan Data
a. Triangulasi
Menurut Sugiyono (2011:330) Triangulasi adalah sebuah
penelitian penting dilakukan jika meneliti benar-benar menginginkan
data yang akurat. Dalam pengumpulan data peneliti sering dijumpai
ketidaksamaan antara data yang diperoleh dari narasumber satu dengan
yang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu teknik yang dapat
30
membuat data yang berbeda tersebut, agar dapat ditarik kesimpulan
yang pasti dan akurat. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka peneliti harus mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibelitas data, yaitu mencocokkan kredibelitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Adapun
triangulasi yang ingin saya gunakan, antara lain:
a. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beerapa
sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.
b. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu
dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan
tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data
yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut,
kepada number data yang bersangkutan untuk memastikan data
mana yang dianggap benar, atau mungkin semuanya benar, karena
sudut pandangnya berbeda-beda.
c. Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan
data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu jika dalam
rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik
lain dengan waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-
ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.
31
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
Sebagaimana penulis kemukakan pada Bab sebelumnya, di dalam bab
ini
penulis akan memaparkan data yang penulis temukan di SDN Mekar Bakti I.
Dalam Bab ini, penulis mengemukakan analisis data yang diperoleh dari hasil
karangan narasi pada pemilihan kata khususnya siswa kelas V SD.
A. Paparan Data Penelitian
1. Deskripsi Data
a) Kalimat tanpa subjek
Data kesalahan penggunaan kalimat tanpa subjek atau subjek
berganda
Karangan narasi pertama di tulis oleh Rajwa dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Dalam masa pengasingan, Beliau belajar ilmu pendidikan
hingga memperoleh gelar Europeesche akte” Kesalahan kalimat (1) kata
dalam termasuk ke dalam kata penghubung intrakalimat maka tidak
dapat diletakkan di awal kalimat. Subjek tidak didahului preposisi
seperti kata dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai
kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti dari, dalam, di, ke,
kepada, pada di awal kalimat sehingga menyebabkan kalimat-kalimat
yang dihasilkan tidak bersubjek. Kalimat yang sepadan harus memiliki
keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
Kalimat tersebut menyalahi salah satu ciri kesepadanan, yaitu kalimat
harus mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Dengan demikian,
perbaikannya seperti berikut: Beliau belajar ilmu pendidikan hingga
memperoleh gelar Europeesche akte dalam masa pengasingan.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan kata
dalam berada di awal kalimat. Kata dalam tidak dapat menjadi subjek
karena menyebabkan kalimat tidak efektif.
32
Karangan narasi kedua di tulis oleh Angel dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Tulisan Ki Hajar Dewantara yang terkenal antara lain:
“Seandainya Saya Seorang Erlanda” Kalimat (2) salah karena memakai
kata tulisan pada posisi yang tidak seharusnya sehingga mengaburkan
fungsi subjek termasuk kesalahan pada aspek kesepadanan. Kalimat
yang sepadan harus memiliki keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kalimat tersebut menyalahi salah satu ciri
kesepadanan, yaitu kalimat harus mempunyai subjek dan predikat yang
jelas. Kalimat diatas memiliki kata subjek pada tempat yang tidak sesuai
maka penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk
subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya
siapa. Perbaikan kalimat yang benar yaitu “Ki Hajar Dewantara terkenal
dengan tulisan antara lain: Seandainya Saya Seorang Erlanda”. Kalimat
tersebut efektif apabila satu kata dengan kata yang lain saling
berhubungan seperti adanya kesepadanan struktur yang dimaksud
dengan unsur subjek dan predikat yang jelas.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada objek kata
tulisan berada di awal kalimat. Kata tulisan tidak dapat menjadi subjek
karena memiliki penempatan kata yang tidak sesuai menyebabkan
kalimat tidak efektif.
Karangan narasi ketiga di tulis oleh Daffa dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Karena Ki Hajar Dewantara sangatlah berjasa dalam
pendidikan maka dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia” Kalimat (3) salah karena memakai kata karena di awal
kalimat yang tidak seharusnya sehingga mengaburkan fungsi subjek.
Kalimat yang sepadan harus memiliki keseimbangan antara pikiran
33
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kalimat tersebut menyalahi
salah satu ciri kesepadanan, yaitu kalimat harus mempunyai subjek dan
predikat yang jelas. Subjek dapat berbentuk kata benda atau yang
dibendakan. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata
penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan
sehingga. Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap,
keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam
struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib. Perbaikan kalimat yang
benar menjadi: Ki Hajar Dewantara sangat berjasa maka Beliau
dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap kata
karena berada di awal kalimat. Kata karena tidak dapat berada di awal
kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek menyebabkan kalimat
tidak efektif.
Karangan narasi keempat di tulis oleh Alia dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia
sebagai hari Pendidikan Nasional” Kalimat (4) salah karena memakai
kata tanggal pada awal kalimat yang tidak seharusnya sehingga
mengaburkan fungsi subjek. Keterangan tambahan memberi penjelasan
nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi.
Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan,
sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang
diterangkan. Kalimat yang sepadan harus memiliki keseimbangan antara
pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kalimat tersebut
menyalahi salah satu ciri kesepadanan, yaitu kalimat harus mempunyai
subjek dan predikat yang jelas. Subjek dapat berbentuk kata, benda, frasa
kata benda, atau kata kerja. Perbaikan kalimat yang benar menjadi:
Kelahiran Ki Hajar Dewantara diperingati sebagai hari Pendidikan
Nasional di Indonesia.
34
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada predikat kata
tanggal berada di awal kalimat. Kata tanggal tidak dapat berada di awal
kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek yang menyebabkan
kalimat tidak efektif.
Karangan narasi kelima di tulis oleh Raysha dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh
pendidikan untuk para kaum bangsawan” Kalimat (5) salah karena
memakai kata terlahir pada awal kalimat yang tidak seharusnya
sehingga mengaburkan fungsi subjek. Objek yang hanya terdapat dalam
kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari
aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan
bentuk verba predikatnya. Seharusnya kalimat yang benar yaitu “Beliau
terlahir sebagai bangsawan maka Ia berhak memperoleh pendidikan
untuk kaum bangsawan”.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada predikat kata
terlahir berada di awal kalimat. Kata terlahir tidak dapat berada di awal
kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek yang menyebabkan
kalimat tidak efektif.
Karangan narasi keenam di tulis oleh Musthofa dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Tulisan Ki Hajar Dewantara yang terkenal antara lain:
“Seandainya Saya Seorang Inlander” Kalimat (6) salah karena memakai
kata tulisan pada posisi yang tidak seharusnya sehingga mengaburkan
fungsi subjek termasuk kesalahan pada aspek kesepadanan. Kalimat
yang sepadan harus memiliki keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kalimat tersebut menyalahi salah satu ciri
35
kesepadanan, yaitu kalimat harus mempunyai subjek dan predikat yang
jelas. Kalimat diatas tersebut memiliki kata subjek pada tempat yang
tidak sesuai maka penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari
jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu
kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan
kata tanya siapa. Perbaikan kalimat yang benar yaitu “Ki Hajar
Dewantara terkenal dengan karya tulisnya antara lain: “Seandainya Saya
Seorang Inlander”.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada objek kata
tulisan berada di awal kalimat. Kata tulisan tidak dapat berada di awal
kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek menyebabkan kalimat
tidak efektif.
Karangan narasi ketujuh di tulis oleh Dzikri dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Tak berhasil meneruskan pendidikannya di Stovia tak
membuat Ki Hajar Dewantara rapuh beliau pun mulai menulis untuk
beberapa surat kabar sebagai wartawan muda” Kesalahan kalimat (7)
kata tak pada posisi yang tidak seharusnya sehingga kalimat tidak
efektif. Kata tersebut dapat dipindahkan salah satunya yang terdapat di
awal kalimat. Perbaikan kalimat yang benar yaitu “Ki Hajar Dewantara
tidak berhasil meneruskan pendidikan di Stovia namun tidak membuat
Beliau rapuh dan mulai menulis untuk beberapa surat kabar sebagai
wartawan muda”.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada predikat kata tak
berada di awal kalimat. Kata tak tidak dapat berada di awal kalimat
karena tidak menunjukkan fungsi subjek yang menyebabkan kalimat
tidak efektif.
36
Karangan narasi kedelapan di tulis oleh Meisya dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Tulisan Ki Hajar Dewantara membangkitkan kesadaran rakyat
Indonesia tentang pentingnya persatuan dan kesatuan” Kalimat (8) salah
karena memakai kata tulisan pada posisi yang tidak seharusnya sehingga
mengaburkan fungsi subjek termasuk kesalahan pada aspek
kesepadanan. Kalimat yang sepadan harus memiliki keseimbangan
antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kalimat
tersebut menyalahi salah satu ciri kesepadanan, yaitu kalimat harus mem
punyai subjek dan predikat yang jelas. Kalimat diatas tersebut memiliki
kata subjek pada tempat yang tidak sesuai maka penentuan subjek dapat
dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang
dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa
manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa. Perbaikan kalimat yang
benar menjadi: Ki Hajar Dewantara membangkitkan kesadaran rakyat
Indonesia dengan menulis tentang pentingnya persatuan dan kesatuan.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada objek kata
tulisan berada di awal kalimat. Kata tulisan tidak dapat berada di awal
kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek yang menyebabkan
kalimat tidak efektif.
Karangan narasi kesembilan di tulis oleh Raden dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Kembali ke Indonesia dan mendirikan Taman Siswa
kemudian pada tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan langsung
bergabung sebagai guru sekolah” Kalimat (9) salah karena menggunakan
kata kembali pada posisi yang tidak seharusnya sehingga mengaburkan
fungsi subjek termasuk kesalahan pada aspek kesepadanan. Kalimat
yang sepadan harus memiliki keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kalimat tersebut menyalahi salah satu ciri
37
kesepadanan, yaitu kalimat harus mempunyai subjek dan predikat yang
jelas. Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk
subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya
siapa. Pemakaian kalimat yang benar menjadi: Ki Hajar Dewantara
mendirikan Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia dan menjadi guru
sekolah pada tahun 1919.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada perdikat kata
kembali berada di awal kalimat. Kata kembali tidak dapat berada di awal
kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek yang menyebabkan
kalimat tidak efektif.
Karangan narasi kesepuluh di tulis oleh Nadya dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Dalam kongres yang berlangsung 31 Agustus 1928 tersebut,
Beliau mengemukakan perlunya pengajaran nasional sebelum bangsa
Indonesia mempunyai pemerintahan nasional sendiri” Kesalahan kalimat
(10) kata dalam termasuk ke dalam kata penghubung intrakalimat maka
tidak dapat diletakkan di awal kalimat. Kalimat yang sepadan harus
memiliki keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa
yang dipakai. Kalimat tersebut menyalahi salah satu ciri kesepadanan,
yaitu kalimat harus mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Subjek
tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang
sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu
sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
Dengan demikian, perbaikannya seperti berikut: Ki Hajar Dewantara
mengemukakan perlunya pengajaran nasional sebelum bangsa Indonesia
mempunyai pemerintahan nasional sendiri dalam kongres yang
berlangsung 31 Agustus 1928.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap kata
dalam berada di awal kalimat. Kata dalam tidak dapat berada di awal
38
kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek yang menyebabkan
kalimat tidak efektif.
b) Kalimat yang tidak berpredikat
Salah satu diantara unsur-unsur kalimat dalam bahasa
Indonesia adalah unsur predikat. Unsur ini merupakan suatu unsur yang
menerangkan tindakan yang dilakukan atau dikenai pada unsur subjek.
Unsur ini biasanya terbentuk dari verbal/verba (jenis-jenis kata
kerja) atau bisa juga terbentuk dari frasa verbal/verba.
Data kesalahan kalimat yang tidak berpredikat
Karangan narasi pertama di tulis oleh Ghizel dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Langkah besar beliau adalah ketika mendirikan sekolah
Perguruan Nasional Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922” Kesalahan
kalimat (1) kata adalah dalam kalimat di atas kurang tepat karena
menghilangkan fungsi predikat. Predikat kalimat dapat berupa kata
adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat
berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap
tidak jelas. Pembetulannya dengan menghilangkan kata adalah tersebut:
Langkah besar Beliau ketika mendirikan sekolah Perguruan Nasional
Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap kata
adalah kurang tepat karena dapat menghilangkan fungsi predikat maka
kata adalah sebaiknya dihilangkan.
Karangan narasi kedua di tulis oleh Kyla dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Ki Hajar Dewantara yang merupakan Bapak Pendidikan
Nasional” Kesalahan kalimat (2) kata yang dalam kalimat tersebut
kurang tepat karena menghilangkan fungsi predikat. Kebanyakan subjek
39
dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan
takrif, biasanya digunakan kata merupakan. Subjek yang sudah takrif
misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama gelar dan
pronomina tidak disertai kata yang. Pembetulannya adalah dengan
menghilangkan kata seperti berikut: Ki Hajar Dewantara adalah Bapak
Pendidikan Nasional.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap kata
yang dengan kata merupakan tidak dapat digabungkan karena
menyebabkan kalimat tidak efektif.
Karangan narasi ketiga di tulis oleh Althaf dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Langkah besar beliau adalah ketika mendirikan sekolah
perguruan nasional taman siswa pada tanggal 3 Juli 1922” Kesalahan
kalimat (3) kata adalah dalam kalimat di atas kurang tepat karena
menghilangkan fungsi predikat. Predikat kalimat dapat berupa kata
adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat
berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap
tidak jelas. Pembetulannya adalah dengan menghilangkan kata tersebut:
Langkah besar beliau yaitu ketika mendirikan sekolah Perguruan
Nasional Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap kata
adalah kurang tepat karena dapat menghilangkan fungsi predikat maka
digantikan dengan kata yaitu.
Karangan narasi keempat di tulis oleh Nayla dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Beliau adalah ketika mendirikan sekolah Perguruan Nasional
Taman Siswa pada tanggal 3 dapat memperoleh hak pendidikan seperti
priyayi maupun orang Belanda” Kesalahan kalimat (3) kata adalah
40
dalam kalimat di atas kurang tepat karena menghilangkan fungsi
predikat. Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat
itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang
sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas. Pemakaian
kalimat yang benar menjadi: Beliau dapat memperoleh hak pendidikan
seperti priyayi maupun orang Belanda pada tanggal 3 Juli 1922 ketika
mendirikan sekolah Perguruan Nasional Taman Siswa.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap kata
adalah berada di awal kata ketika dapat menghilangkan fungsi predikat.
Kata adalah dan ketika tidak dapat digabungkan karena menyebabkan
kalimat tidak efektif.
c) Pemakaian kata penghubung yang tidak tepat
Kata penghubung atau konjungsi adalah sebuah kata tugas yang
berfungsi untuk menggabungkan klausa dengan klausa, kalimat dengan
kalimat dan paragraf dengan paragraf. Kata penghubung antar klausa
seringkali dijumpai di tengah suatu kalimat.
Sementara kata penghubung antar kalimat dan antar paragraf
terdapat di awal sebuah paragraf. Berdasarkan fungsinya konjungsi atau
kata penghubung terdiri dari beberapa jenis, yaitu konjungsi aditif atau
gabungan, konjungsi pertentangan, konjungsi pilihan, konjungsi waktu,
konjungsi tujuan, konjungsi sebab, konjungsi akibat, konjungsi syarat,
konjungsi tak bersyarat, konjungsi perbandingan, konjungsi korelatif,
konjungsi penegas, konjungsi penjelas, konjungsi pembenaran,
konjungsi urutan, konjungsi pembatas.
Data kesalahan pemakaian kata penghubung yang tidak tepat
Karangan narasi pertama di tulis oleh Cintya dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Banyak halangan dan rintangan yang diluncurkan oleh
Pemerintah Belanda terhadap beliau. Akan tetapi beliau tetap
memperjuangkan pendidikan. Hingga beliau menciptakan semboyan
41
yang terkenal sampai sekarang” Kesalahan kalimat (1) kata akan dan
hingga termasuk ke dalam kata penghubung intrakalimat maka tidak
dapat diletakkan di depan kalimat. Di dalam kalimat, keterangan
merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan
dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek
dan predikat. Di samping itu, pemakaian kata penghubung tersebut
membuat kalimat kedua tidak memiliki subjek. Dengan demikian,
perbaikannya seperti berikut: “Banyak halangan dan rintangan yang
diluncurkan oleh Pemerintah Belanda tetapi beliau tetap
memperjuangkan pendidikan sehingga beliau menciptakan semboyan
yang terkenal sampai sekarang”.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan kata
akan dan hingga berada di awal kalimat. Kata akan dan hingga tidak
dapat menjadi kata penghubung yang tepat karena menyebabkan kalimat
tidak efektif.
Karangan narasi kedua di tulis oleh Yumna dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Namun Ki Hajar Dewantara tidak dapat menamatkan
pendidikan karena sakit, Ia memlih menjadi wartawan di beberapa surat
kabar seperti Soeditomo” Kesalahan kalimat (2) kata namun termasuk ke
dalam kata penghubung intrakalimat maka tidak dapat diletakkan di
depan kalimat. Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat
yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di
awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat. Di samping
itu, pemakaian kata penghubung tersebut membuat kalimat kedua tidak
memiliki subjek. Dengan demikian, perbaikannya seperti berikut: Ki
Hajar Dewantara tidak dapat menamatkan pendidikan karena sakit dan Ia
memlih menjadi wartawan di beberapa surat kabar seperti Soeditomo.
42
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan yaitu
kata namun berada di awal kalimat. Kata tersebut tidak dapat menjadi
subjek karena menyebabkan kalimat penghubung tidak tepat.
d) Penyuntingan kalimat melingkar
Pada penyuntingan kalimat melingkar atau kalimat bengkok
adalah kalimat yang seharusnya tidak perlu dituangkan dalam karangan
narasi. Kalimat melingkar sebaiknya dihindari penyunting naskah karena
dua hal.
Pertama, “lingkaran” yang timbul dapat memecah konsentrasi
pembaca. Kedua, ada kemungkinan “lingkaran” yang timbul panjang
sehingga kalimat menjadi tidak efektif.
Data kesalahan penyuntingan kalimat melingkar
Karangan narasi pertama di tulis oleh Arya dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Ki Hajar Dewantara adalah tokoh nasional pendidikan Ia
terlahir dengan Raden Mas Soewardi Soejarningrat yang kemudian kita
kenal sebagai Ki Hajar Dewantara” Pemakaian kalimat (1) yang disusun
melingkar akan membingungkan dan mengalihkan konsentrasi pembaca
sehingga pada akhirnya gagasan tidak secara efektif disampaikan.
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan
merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar
kebanyakan tidak bersifat wajib. Penyuntingan kalimat melingkar dapat
dilakukan dengan membuang bagian yang tidak diperlukan sehingga
menjadi: Ki Hajar Dewantara yang kita kenal adalah tokoh nasional
pendidikan, Ia terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soejarningrat.
Kesalahan unsur kalimat efektif pada pelengkap yaitu kata
yang berada di awal kata kemudian dapat mengalihkan konsentrasi
pembaca. Kata yang dan kemudian tidak dapat digabungkan karena
menyebabkan kalimat melingkar.
.
43
Karangan narasi kedua di tulis oleh Devina dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Disini Ia mempunyai pengalaman mengajar yang kemudian
digunakan untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang
akan dia dirikan” Kesalahan kalimat (2) kata disini dan yang pada posisi
yang tidak seharusnya sehingga kalimat tidak efektif. Kata tersebut dapat
dihilangkan salah satunya yang terdapat di depan kalimat. Penentuan
subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa
atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat
yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa. Berbeda dari
subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur
tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak
bersifat wajib. Pembetulannya adalah dengan mengganti posisi kata
tersebut: Ia mempunyai pengalaman mengajar kemudian digunakan
untuk mengembangkan konsep belajar bagi sekolah yang akan didirikan.
Kesalahan unsur kalimat efektif terbagi dua. Pertama terdapat
pada pelengkap yaitu kata yang berada sebelum kata kemudian. Kedua
terdapat pada keterangan kata disini berada di awal kalimat. Kata disini
tidak dapat dicantumkan karena tidak menunjukkan fungsi subjek
sedangkan kata yang dan kemudian tidak dapat digabungkan karena
menyebabkan kalimat melingkar.
Karangan narasi ketiga di tulis oleh Intan dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Selain itu, dia juga diberi gelar Bapak Pendidikan Nasional. Selain di
dunia pendidikan, Ia juga merintis penerbitan majalah Hindia Poetra”
Kalimat (3) salah karena memakai kata selain pada dua posisi yang tidak
seharusnya sehingga menyebabkan kalimat tidak efektif. Kata tersebut
dapat dihilangkan atau digantikan posisi kalimat salah satunya yang
berada di awal kalimat. Keterangan pewatas memberikan pembatas
44
nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap.
Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak
dapat ditiadakan. Perbaikan kalimat yang benar yaitu: Beliau diberi gelar
Bapak Pendidikan Nasional selain di dunia pendidikan Ia juga merintis
penerbitan majalah Hindia Poetra.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap yaitu
kata selain berada di awal kalimat dengan dua posisi yang berbeda. Kata
selain tidak dapat dicantumkan karena menyebabkan kalimat melingkar.
e) Penyuntingan kalimat membosankan
Pada penyuntingan kalimat membosankan adalah kalimat yang
mengandung dua buah kata yang berasal dari kata dasar yang sama.
Kalimat seperti ini sebaiknya dihindari oleh penyunting naskah karena
dapat membuat pembaca bosan atau jenuh.
Data kesalahan penyuntingan kalimat membosankan
Karangan narasi pertama di tulis oleh Nabila dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Di Belanda, Ia bergabung dengan Indische Vereeniging (IV)
organisasi pelajar Indonesia di Belanda, serta terus menulis media
massa” Kalimat (4) salah karena memakai kata di pada posisi yang tidak
seharusnya sehingga kalimat tidak efektif. Pemakaian kalimat diatas
disunting dengan cara dihilangkan salah satu bagian yang berkata dasar
sama atau diganti dengan kata yang lain unuk membuat kalimat menjadi
lebih efektif dan menarik. Keterangan tempat berupa frasa yang
menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan
dalam. Pembetulannya yakni: Ia bergabung dengan Indische
Vereeniging (IV) aktif dalam organisasi pelajar Indonesia saat di
Belanda, serta terus menulis media massa.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan yaitu
kata di berada di awal kalimat. Kata di tidak dapat menjadi subjek
45
karena kalimat yang mmbosankan dapat mengalihkan konsentrasi
pembaca.
Karangan narasi kedua di tulis oleh Aura dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Ki Hajar Dewantara adalah pahlawan nasional Indonesia yang
berjuang memperjuangkan pendidikan Indonesia” Kesalahan pada
kalimat (2) kata berjuang disunting dengan cara dihilangkan salah satu
bagian yang berkata dasar sama atau diganti dengan kata yang lain unuk
membuat kalimat menjadi lebih efektif dan menarik. Objek yang selalu
menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan
kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
Pembetulannya yakni: Ki Hajar Dewantara adalah pahlawan nasional
yang memperjuangkan pendidikan Indonesia.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada objek yaitu kata
berjuang berada pada bagian yang berkata dasar sama dengan
memperjuangkan. Kata tersebut tidak dapat menjadi objek karena
kalimat yang membosankan dapat mengalihkan konsentrasi pembaca.
Karangan narasi ketiga di tulis oleh Hendriyan dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Di Belanda, Ia bergabung dengan Indische Vereeniging (IV)
organisasi pelajar Indonesia di Belanda, serta terus menulis media
massa” Pemakaian kalimat (3) diatas disunting dengan cara dihilangkan
salah satu bagian yang berkata dasar sama atau diganti dengan kata yang
lain unuk membuat kalimat menjadi lebih efektif dan menarik.
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai
oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam. Pembetulannya yakni: Beliau
bergabung dengan Indische Vereeniging (IV) aktif dalam organisasi
pelajar Indonesia saat di Belanda, serta terus menulis media massa.
46
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada kata keterangan
yaitu kata di berada di awal kalimat. Kata di tidak dapat menjadi subjek
karena kalimat yang membosankan dapat mengalihkan konsentrasi
pembaca.
f) Kalimat berkonstruksi makna ganda
Pada penyuntingan kalimat berkonstruksi makna ganda adalah
kalimat ambigu yang berkaitan dengan ujaran. Pertama, sifat atau hal
yang berarti dua kemungkinan yang mempunyai dua pengertian.
Kedua, kemungkinan adanya makna lebih dari satu dalam
sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat. Jadi kalimat ambigu adalah
kalimat yang mempunyai tafsiran lebih dari satu atau bermakna ganda.
Ambigu atau ketaksaan adalah bagian dari makna sebuah pengutaran.
Ambiguitas dapat terjadi dalam berbagai tatanan bahasa, frasa, klausa
dan kalimat.
Data kesalahan kalimat berkonstruksi makna ganda
Karangan narasi pertama di tulis oleh Nadif dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Setelah kembali dari pengasingan dari Belanda pada tahun
1919, Ki Hajar Dewantara bergabung dengan sekolah yang dikelola oleh
saudaranya” Kesalahan pada kalimat (1) unsur keterangan setelah
mengacu kepada waktu dari belanda ataukah dari pengasingan. Apabila
yang dimaksud adalah kembali dari pengasingan, seharusnya kalimat
dapat diubah menjadi: Ki Hajar Dewantara kembali setelah dari
pengasingan Belanda bergabung dengan sekolah yang dikelola oleh
saudaranya pada tahun 1919.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan yaitu
kata setelah berada di awal kalimat. Kata setelah tidak dapat menjadi
subjek dan kata dari Belanda tidak dapat digabungkan karena
menyebabkan kalimat berkonstruksi makna ganda.
47
Karangan narasi kedua di tulis oleh Nazwa dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Sebelum beliau mengganti namanya menjadi Ki Hajar
Dewantara nama beliau adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat”
Kesalahan pada kalimat (3) menggunakan kata setelah pada posisi yang
tidak seharusnya sehingga kalimat tidak efektif. Kata tersebut dapat
diganti posisi kalimat salah satunya yang berada di awal kalimat.
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu,
seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam.
Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang
menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu
depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum,
saat, sesaat, sewaktu, dan ketika. Perbaikan kalimat di atas menjadi:
Beliau mengganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara sebelumnya nama
beliau adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada kata keterangan
yaitu kata sebelum berada di awal kalimat. Kata sebelum di awal kalimat
dapat menghilangkan fungsi keterangan karena menyebabkan kalimat
berkonstruksi makna ganda.
Karangan narasi ketiga di tulis oleh Azahra dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Setelah pulang ke Indonesia maka pada 3 Juli 1922 Ki Hajar
Dewantara medirikan sekolah perguruan nasional taman siswa dari
sekolah ini mendapatkan nama Ki Hajar Dewantara” Kesalahan pada
kalimat (3) menggunakan kata setelah pada posisi yang tidak seharusnya
sehingga kalimat tidak efektif. Kata tersebut dapat diganti posisi kalimat
salah satunya yang berada di awal kalimat. Keterangan waktu dapat
48
berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata
adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok,
sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa
frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin
pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang
berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu,
seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
Perbaikan kalimat di atas menjadi: Ki Hajar Dewantara mendirikan
sekolah perguruan nasional taman siswa setelah pulang ke Indonesia
maka pada 3 Juli 1922 Beliau mendapatkan nama Ki Hajar Dewantara.
Kesalahan unsur kalimat efektif menyatakan pada kata
keterangan yaitu kata setelah berada di awal kalimat. Kata setelah dapat
menghilangkan fungsi keterangan karena menyebabkan kalimat
berkonstruksi makna ganda.
Karangan narasi keempat di tulis oleh Ariya dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Akibat tulisan ini, Ia ditangkap dan diasingkan ke Belanda
pada 1919. Setelah pulang ke Indonesia pada tahun 1918, Ki Hajar
Dewantara ingin mendirikan sebuah sekolah” Kalimat (4) salah karena
menggunakan kata akibat dan setelah pada posisi yang tidak seharusnya
sehingga kalimat tidak efektif. Kata tersebut dapat dihilangkan atau
diganti posisi kalimat salah satunya yang berada di awal kalimat.
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab
yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti
oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak
kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran dan keterangan
waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang
berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin,
besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang
berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti
49
kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu
yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan
waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan
ketika. Pemakaian kalimat yang benar menjadi: Ki Hajar Dewantara
ditangkap dan diasingkan ke Belanda pada 1919 akibat tulisan ini.
Beliau ingin mendirikan sebuah sekolah setelah pulang ke Indonesia
pada tahun 1918.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan kata
akibat dan setelah berada di awal kalimat. Kata akibat dan setelah di
awal kalimat dapat menghilangkan fungsi keterangan karena
menyebabkan kalimat berkonstruksi makna ganda.
Karangan narasi kelima di tulis oleh Murni dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Ki Hajar Dewantara dibuang ke Pulau Bangka. Namun, atas
permintaan mereka sendiri mereka diasingkan ke Belanda” Kalimat (5)
salah karena memakai kata mereka pada dua posisi yang tidak
seharusnya dapat bermakna ganda sehingga kalimat tidak efektif. Kata
tersebut dapat dihilangkan salah satunya yang terdapat di depan kata
keterangan. Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif
(definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek
yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau
nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu. Pembetulannya
adalah dengan menghilangkan kata seperti berikut: Ki Hajar Dewantara
dibuang ke Pulau Bangka. Namun, atas permintaan warga mereka
diasingkan ke Belanda.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada subjek kata
mereka memiliki makna ganda. Kata mereka dapat menghilangkan
fungsi subjek karena menyebabkan kalimat berkonstruksi makna ganda.
50
Karangan narasi keenam di tulis oleh Rizky dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Setelah lulus Ia bersekolah di Stovia (Sekolah Dokter Bumi
Putera) yang saat ini telah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Namun, Ia tidak dapat tamat di sekolah tersebut karena sakit”
Kesalahan pada kalimat (6) menggunakan kata setelah pada posisi yang
tidak seharusnya sehingga kalimat tidak efektif. Kata tersebut dapat
digantikan posisi kalimat salah satunya yang berada di awal kalimat.
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu,
seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam.
Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang
menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu
depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum,
saat, sesaat, sewaktu, dan ketika. Perbaikan kalimat yang benar menjadi:
Ia bersekolah di Stovia (Sekolah Dokter Bumi Putera) setelah lulus yang
saat ini telah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia namun
tidak dapat tamat di sekolah tersebut karena sakit.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan yaitu
kata setelah dan namun berada di awal kalimat. Kata setelah dan kata
namun dapat menghilangkan fungsi keterangan karena menyebabkan
kalimat berkonstruksi makna ganda.
g) Penggunaan kata mubazir
Pemilihan kata dalam menulis karangan narasi dianggap siswa
mudah. Namun, pada kenyataannya siswa masih banyak mengalami
kesalahan. Siswa cenderung menggunakan kata sehari hari yang tidak
sesuai dengan aturan yang berlaku.
Berikut perwakilan kesalahan pemilihan kata pada karangan narasi.
Data kesalahan penggunaan kata mubazir
51
Karangan narasi pertama di tulis oleh Bagus dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Dunia pendidikan akan selalu berterimakasih terhadap jasa
tokoh pelopor pendidikan sejak zaman penjajahan Belanda” Pemakaian
pada kalimat (1) salah karena menggunakan kata akan dan selalu secara
digabung sehingga membuat kalimat tidak efektif. Penggunaan kalimat
mubazir harus dihindari karena dapat menyebabkan terjadinya
kesalahpahaman terhadap inti kalimat. Keterangan pewatas memberikan
pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau
pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan
pewatas tidak dapat ditiadakan. Perbaikan kalimat di atas menjadi:
Dunia pendidikan berterimakasih terhadap jasa tokoh pelopor sejak
zaman penjajahan Belanda.
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada kata keterangan
yaitu kata akan berada sebelum kata selalu. Kata akan dan selalu tidak
dapat dicantumkan karena menyebabkan kalimat mubazir.
Karangan narasi kedua di tulis oleh Fadel dengan judul
“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan
dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.
“Dunia pendidikan akan selalu berterimakasih terhadap jasa
tokoh pelopor pendidikan sejak zaman penjajahan Belanda” Pemakaian
pada kalimat (2) salah karena menggunakan kata akan dan selalu secara
digabung sehingga membuat kalimat tidak efektif. Penggunaan kalimat
mubazir harus dihindari karena dapat menyebabkan terjadinya
kesalahpahaman terhadap inti kalimat. Keterangan pewatas memberikan
pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau
pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan
pewatas tidak dapat ditiadakan. Perbaikan kalimat di atas menjadi:
Dunia pendidikan berterimakasih terhadap jasa tokoh pelopor sejak
zaman penjajahan Belanda.
52
Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada kata keterangan
yaitu kata akan berada sebelum kata selalu. Kata akan dan selalu tidak
dapat dicantumkan karena menyebabkan kalimat mubazir.
Tabel 4.1
Analisis Kalimat Efektif
No Aspek Kalimat Efektif Indikator Jumlah Persentase
1 Kalimat tanpa subjek bergandaSiswa mampu membuat kalimat dengan subjek
berganda 10 33 %
2 Kalimat yang tidak berpredikat Siswa mampu membuat kalimat yang berpredikat 4 13 %
3 Pemakaian kata penghubung yang tidak tepat
Siswa mampu membuat pemakaian kata
penghubung dengan tepat 2 7 %
4 Penyuntingan kalimat melingkarSiswa mampu membuat penyuntingan kalimat
tidak melingkar 3 10 %
5 Penyuntingan kalimat membosankan
Siswa mampu membuat penyuntingan kalimat tidak membosankan
3 10 %
6 Kalimat berkonstruksi makna ganda
Siswa mampu membuat kalimat tidak
berkonstruksi makna ganda
6 20 %
7 Penyuntingan kalimat mubazirSiswa mampu membuat penyuntingan kalimat
tidak mubazir
2 7 %
Keterangan :Persentase tertinggi = 33 % kalimat subjek bergandaPersentase terendah = 7 % kalimat penghubung yang tidak tepat
7 % kalimat mubazir
53
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kajian kesalahan kalimat
efektif pada karangan narasi siswa kelas V di SD Negeri Mekar Bakti I ada
beberapa hal yang dapat disimpulkan, diantaranya sebagai berikut.
Kesalahan kalimat efektif pada karangan narasi siswa kelas V di SD
Negeri Mekar Bakti I analisis dokumen berupa pembelajaran tematik dan hasil
karangan narasi siswa. Hasil karangan narasi siswa belum maksimal karena
beberapa faktor, di antaranya adalah kesulitan membedakan kalimat tanpa
subjek berganda, kalimat yang tidak berpredikat, pemakaian kata penghubung
yang tidak tepat, penyuntingan kalimat melingkar, penyuntingan kalimat tidak
membosankan, kalimat berkonstruksi makna ganda, penyuntingan kalimat
mubazir sehingga dengan kondisi yang demikian maka tujuan dari
pembelajaran menulis karangan narasi belum dapat terpenuhi terutama
mengenai kemampuan menulis karangan menggunakan kemampuan
intelektual untuk menuangkan ide atau gagasan yang dimiliki.
Analisis kajian kesalahan kalimat efektif pada karangan narasi siswa
kelas V di SD Negeri Mekar Bakti I penulis menggunakan ciri-ciri kalimat
efektif dan unsur-unsur kalimat efektif. Ciri-ciri kalimat efektif terdapat pada
kesepadanan, kesamaan, ketegasan, kehematan, kelogisan, kepaduan,
kecermatan. Unsur-unsur kalimat efektif terdapat pada subjek, predikat, objek,
pelengkap, keterangan. Data kesalahan kalimat tidak bersubjek ada sepuluh
siswa. Data kesalahan kalimat yang tidak berpredikat ada empat siswa. Data
kesalahan pemakaian kata penghubung yang tidak tepat ada empat siswa. Data
kesalahan penyuntingan kalimat melingkar ada tiga siswa. Data kesalahan
penyuntingan kalimat membosankan ada tiga siswa. Data kesalahan kalimat
berkonstruksi makna ganda ada enam siswa dan data kesalahan penyuntingan
kalimat mubazir ada dua siswa.
Pembagian kriteria persentase pada tabel temuan penelitian yaitu, (1)
kalimat tanpa subjek berganda memperoleh kriteria baik dengan persentase
33% yaitu 10 siswa dari 30 siswa, (2) kalimat yang tidak berpredikat
54
mendapatkan sangat baik dengan persentase 13% yaitu 4 siswa dari 30 siswa,
(3) pemakaian kata penghubung yang tidak tepat memperoleh kriteria sangat
baik dengan persentase 7% yaitu 2 siswa dari 30 siswa, (4) penyuntingan
kalimat melingkar memperoleh kriteria sangat baik dengan persentase 10%
yaitu 3 siswa dari 30 siswa, (5) penyuntingan kalimat tidak membosankan
memperoleh kriteria sangat baik dengan persentase 10% yaitu 3 siswa dari 30
siswa, (6) kalimat berkonstruksi makna ganda memperoleh baik dengan
persentase 20% yaitu 6 siswa dari 30 siswa, (7) penyuntingan kalimat mubazir
mendapatkan kriteria sangat baik dengan persentase 7% yaitu 2 siswa dari 30
siswa.
Penelitian mengenai kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam
karangan telah banyak dilakukan, penelitian-penelitian tersebut antara lain
dilakukan oleh Elhami (2004) yang berjudul Kesalahan Berbahasa dalam
Karangan Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Ulak Kembang Pemulutan
Ogan Ilir, kesimpulan dari skripsi Elhami tersebut mengatakan bahwa
kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri
Ulak Kembang Pemulutan Ogan Ilir yaitu kesalahan berbahasa yang
disebabkan penggunaan bahasa pertama (BI) atau bahasa ibu susah
dihilangkan ketika siswa mau belajar menggunakan bahasa Indonesia yang
benar. Persamaan penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian
sebelumnya yaitu membahas tentang karangan siswa dalam menggunakan
kalimat. Perbandingan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
penelitian sebelumnya membahas kesalahan berbahasa siswa dalam kalimat,
sedangkan penelitian ini dibatasi dalam Kesalahan Kalimat Efektif pada
Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN Mekar Bakti I.
Hasil penelitian yang saya lakukan memiliki permasalahan kesalahan
kalimat efektif pada karangan narasi siswa. Penelitian yang dilakukan Yunarti
(2006) yang berjudul Kesalahan Bahasa Tulis dalam Karangan Bahasa
Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Palembang, kesimpulan
dalam penelitian ini yaitu penelitian ini mengatakan bahwa kesalahan-
kesalahan berbahasa disebabkan oleh pengaruh bahasa pertama siswa,
pengaruh bahasa yang digunakan oleh siswa sehari-hari, dan kurangnya
55
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Persamaan penelitian yang akan
penulis lakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu mengenai karangan
bahasa Indonesia siswa kelas V sekolah dasar. Perbandingan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu membahas mengenai kesalahan bahasa
dalam menulis, sedangkan penelitian ini ditujukan dalam Kesalahan Kalimat
Efektif pada Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN Mekar Bakti I.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Imam Khoirul Arifin (2013)
yang berjudul Kemampuan Siswa Dalam Menggunakan Kalimat Efektif pada
Karangan Narasi Sekolah Dasar Negeri 15 Air Saleh Kabupaten Banyuasin,
kesimpulan dari skripsi ini mengatakan bahwa penggunaan ciri-ciri kalimat
efektif seperti kesepadanan struktur kalimat, keparalelan bentuk kalimat,
ketegasan makna kalimat, kehematan kata kalimat, kecermatan penalaran
kalimat, kepaduan gagasan kalimat, kelogisan bahasa kalimat pada karangan
siswa kelas V SD Negeri 15 Air Saleh Kabupaten Banyuasin penelitian
diperoleh data bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan kalimat efektif
pada karangan narasi memiliki kekurangan dalam menguasai materi dan siswa
kurang banyak latihan menulis. Persamaan penelitian yang akan penulis
lakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu membahas tentang kalimat
efektif siswa dalam menggunakan kalimat. Perbandingan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya yaitu penelitian sebelumnya membahas kesalahan
berbahasa siswa dalam kalimat, sedangkan penelitian ini membahas tentang
kesalahan kalimat efektif.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas V dalam menulis
karangan narasi dan apa yang menjadi sebab siswa melakukan kesalahan
dalam menulis karangan narasi. Guna memfokuskan penelitian dan melakukan
berbagai pertimbangan dipilihlah sekolah tersebut untuk pengambilan data
penelitian pada hasil tulisan siswa dalam membuat karangan narasi.
Skor tertinggi 33% 10 siswa dari 30 siswa kalimat efektif terdapat
pada kalimat subjek berganda. Kalimat subjek berganda tidak terdapat pada
kesepadanan struktur. Penyebab kalimat tidak efektif yaitu tidak termasuk
56
kesepadanan struktur yang dimaksud adalah adanya unsur subjek dan predikat
yang jelas dan terkandung pada kalimat efektif. Jika terdapat subjek ganda,
salah satu di antaranya harus dihilangkan sehingga kalimat sebagaimana
contoh: “Ki Hajar Dewantara sangat berjasa maka dinyatakan sebagai Bapak
Pendidikan Nasional”.
Skor terendah 7% 2 siswa dari 30 siswa kalimat efektif terdapat pada
kalimat mubazir. Kalimat mubazir tidak terdapat pada ketegasan makna.
Penyebab kalimat tidak efektif yaitu tidak termasuk ketegasan makna di
dalamnya. Maksud dari ciri ini adalah bahwa makna yang terkandung di
dalam kalimat efektif jelas dan dapat dipahami oleh orang lain. Penyuntingan
dapat dilakukan dengan memilih atau membuang kata-kata yang memiliki arti
serupa, tetapi dipakai bersamaan. Selain itu, kata-kata yang dipandang tidak
perlu dari sudut makna sebaiknya dihindari sehingga kalimat sebagaimana
contoh, menjadi: “Beliau mengemukakan perlunya pengajaran nasional
sebelum bangsa Indonesia mempunyai pemerintahan nasional sendiri dalam
kongres yang berlangsung 31 Agustus 1928 tersebut”.
Kata-kata yang digunakan pada kalimat ini dipakai sesuai dengan
keperluan atau konteks yang hendak disampaikan dari kalimat efektif.
Misalnya, “Setelah kembali dari pengasingan Belanda Ki Hajar Dewantara
bergabung dengan sekolah yang dikelola oleh saudaranya pada tahun 1919”.
Selain tegas, makna yang terkandung pada kalimat efektif mestilah logis,
dalam artian makna yang terkandung dalam kalimat efektif mesti dapat
diterima oleh nalar sehat. Misalnya, “Ki Hajar Dewantara dibuang ke Pulau
Bangka. Namun, atas permintaan warga mereka diasingkan ke Belanda”.
Kesatuan makna masih ada hubungannya dengan ciri kalimat efektif
yang kedua. Jadi, jika suatu kalimat efektif sudah disamakan, maka makna
yang dikandung oleh kalimat efektif pun menjadi kian padu. Jika terdapat
makna ganda, salah satu di antaranya harus dihilangkan atau digantikan
posisinya sehingga kalimat sebagaimana contoh: “Ki Hajar Dewantara
mendirikan sekolah perguruan nasional taman siswa setelah pulang ke
57
Indonesia maka pada 3 Juli 1922 Beliau mendapatkan nama Ki Hajar
Dewantara”.
Kecermatan dan kesantunan kalimat efektif digunakan agar kata
sesuai dengan konteks kalimat dan tidak menyinggung pihak-pihak tertentu.
Jika terdapat kata penghubung tidak tepat, salah satu di antaranya harus
dihilangkan sehingga kalimat sebagaimana contoh: Ki Hajar Dewantara tidak
dapat menamatkan pendidikan karena sakit dan Ia memlih menjadi wartawan
di beberapa surat kabar seperti Soeditomo.
Subjek merupakan aktor, atau orang yang melakukan perbuatan,
kegiatan, tindakan, aktivitas atau pekerjaan tertentu dalam kalimat. Subjek
adalah kata benda, seperti nama orang, hewan, tumbuhan, dan benda. Predikat
merupakan unsur kalimat dalam bentuk tindakan yang dilakukan oleh subjek
dalam kalimat. Predikat dalam bentuk kata kerja (lisan) dalam kondisi tertentu
predikat dapat ditempatkan sebagai kata sifat. Objek merupakan unsur kalimat
yang digambarkan sebagai sesuatu yang patuh pada tindakan atau aktivitas
subjek. Keterangan merupakan fungsi kalimat sebagai penjelasan dimana,
kapan, dan bagaimana suatu peristiwa yang terjadi dinyatakan dalam kalimat.
Berdasarkan kesalahan unsur kalimat siswa belum mampu membuat
subjek dan predikat dengan jelas, siswa belum mampu membuat kalimat kata
penghubung dengan baik dan benar agar mudah dipahami pembaca dan
pendengar, siswa belum mampu membuat kalimat tidak berkonstruksi makna
ganda, siswa belum mampu membuat sistem pembentuk kata seperti kalimat
melingkar dan kalimat membosankan sehingga pembaca atau pendengar tidak
dapat tergerak oleh pesan berita dan amanat tersebut.
58
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti maka peneliti dapat mengemukakan simpulan ialah bentuk-bentuk
kesalahan kalimat efektif pada karangan narasi siswa kelas V SDN Mekar
Bakti 1 belum mengarah pada keefektifan kalimat, karena ketujuh syarat untuk
mencapai kalimat yang efektif tidak dimiliki. Dari 30 karangan narasi siswa,
ditemukan banyak kesalahan. 10 kesalahan pada kalimat tanpa subjek
berganda, 6 kesalahan pada aspek kalimat berkonstruksi makna ganda, 4
kesalahan pada aspek kalimat yang tidak berpredikat, 3 kesalahan pada aspek
penyuntingan kalimat melingkar dan 3 kesalahan pada aspek penyuntingan
kalimat membosankan, 2 kesalahan pada aspek pemakaian kata penghubung
yang tidak tepat dan 2 kesalahan pada aspek penyuntingan kalimat mubazir.
Hasil persentase jumlah kesalahan terbanyak terdapat pada kalimat
tanpa subjek berganda dalam kalimat yang masih sangat rendah yaitu 33%,
siswa terlalu bertele-tele dalam mengungkapkan sebuah ide, banyak kata yang
tidak penting menyelingi satu unsur dengan unsur lainnya, kata tidak
berpredikat 13% dan kata makna ganda dalam kalimat yang kurang tepat 20%.
Adapun faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan penggunaan
kalimat efektif diantaranya adalah motivasi menulis rendah, kurang kreatif,
sulit mengembangkan karangan, sulit untuk berpikir secara runtut,
penggunaan bahasa lisan ke dalam tulisan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian skripsi yang dilakukan mengenai
“Kesalahan Kalimat Efektif pada Karangan Narasi Siswa kelas V SDN Mekar
Bakti I”, peneliti memberikan saran pada pihak-pihak yang terkait berdasarkan
permasalahan yang terjadi, antara lain:
a. Bagi guru: hendaknya lebih sering meltih siswa dalam pelajaran
menulis, lebih banyak mengalokasikan waktu untuk pelajaran
59
menulis, penulis berharap guru dapat memberikan contoh kebahasaan
yang baik dan benar serta guru dapat memperhatikan kemampuan
menulis mengenai penggunaan kalimat efektif untuk menunjang
keterampilan menulis siswa kelas V di SDN Mekar Bakti I tentang
karangan narasi, alangkah baiknya guru juga memberikan banyak
pengetahuan mengenai keterampilan menulis, oleh karena itu baik
teori maupun praktik supaya siswa lebih menguasai dan memahami
kalimat efektif dalam karangan narasi.
b. Bagi siswa: penulis berharap siswa dapat melatih dan
mengembangkan kemampuan keterampilan menulis, oleh karena itu
keterampilan menulis akan mempengaruhi penggunaan kalimat
efektif pada hasil karya karangan narasi siswa, penulis berharap siswa
dapat membedakan bahasa ibu atau bahasa sehari-hari dengan bahasa
menurut kaidah yang benar sehingga dari tahun ke tahun prestasi
belajar siswa akan mengalami kemajuan. Siswa dapat mengikuti
arahan yang diberikan oleh guru dan lebih sering melatih
keterampilan menulis agar kualitas karangan narasi semakin bagus.
c. Bagi peneliti: untuk memberikan kesempatan kepada peneliti agar
mengetahui secara langsung kalimat efektif yang digunakan oleh
siswa dalam karangan narasi. Penulis berharap penggunaan kalimat
efektif dapat memberikan contoh dalam aspek kemampuan
keterampilan menulis tentang karangan narasi pada siswa kelas V
SDN Mekar Bakti I. Penulis berrharap siswa dan guru dapat
menggunakan kaidah bahasa dalam menulis karangan narasi.
60
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, 2012. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa. Jakarta: Gelora
Aksara Pratama
Bruno, Latour. 2019. “Tono.” Journal of Chemical Information and Modeling
53(9): 1689–99.
Dalman, 2016. Keterampilan Menulis. Depok: Rajawali Persada Grafindo
Fatmawati, Dede & Fatonah, Khusnul. 2018. “Peningkatan Keterampilan Menulis
Narasi Melalui Pembelajaran Kontekstual Kelas IV SDN Sukabumi Utara
04 PAGI.” Jurnal Eduscience 4(1): 38–46.
Finoza, 2018. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Nonjurusan
Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia
Hibbert. 2012. “Metode Pengajaran Bahasa Arab.” Ekonomi Daerah (August): 32.
Kunci, Kata. 2014. “Model Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran Membaca
Berbasis Teks Narasi Bermuatan Pendidikan Karakater Cinta Budaya.”
Jurnal Pendidikan Karakter (2): 61–72.
Moleong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Oliver, J. 2013. “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Narasi Dengan
Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Baturaden.”
Journal of Chemical Information and Modeling 53(9): 1689–99.
Putrayasa, 2014. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung: Refika Aditama
_________2012. Jenis Kalimat Dalam Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama
_________2014. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: Refika Aditama
Ratri, Kusumaning. 2018. Cakap Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
61
Studi, Program. 2011. Karangan Narasi Dengan Teknik Brainstorming Melalui Media Album Foto Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kalisegoro Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Sumarni, Ratna. 2018. “7 Ciri-Ciri Kalimat Efektif dalam Bahasa Indonesia.” dosenbahasa.com: 1. https://dosenbahasa.com/ciri-ciri-kalimat-efektif.
Titscher, Stefan, dkk. 2009. Metode Analisis Teks & Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tresiana Sari Diah Utami. 2018. “Perwujudan Pola Struktur Gramatikal Kalimat Pada Karangan Naratif Siswa Kelas vi Sd Palm Kids Palembang.” 1(1): 66-79.
Warsiman, 2013. Bahasa Indonesia Ilmiah untuk Penulisan Laporan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Malang: Universitas Brawijaya Press
62
Lampiran I.I Wawancara
Saya : Assalamualaikum. Perkenalkan, nama saya Viola Nur Afifah dari
Universitas Esa Unggul. Jurusun Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Maaf
Ibu, saya meminta waktunya sebentar. Bolehkah saya tahu nama Ibu?
Guru : Waalaikumsalam. Nama saya Dian Indriani wali kelas VD SD Negeri
Mekar Bakti 1. Ada yang bisa saya bantu?
Saya : Saya ingin mewawancarai Ibu tentang pembelajaran karangan narasi di
kelas V, SD Negeri Mekar Bakti I
Guru : Oh, iya silahkan
Saya : Apa saja permasalahan itu terjadi ketika Ibu menjelaskan karangan narasi
pada siswa kelas V D?
Guru : Biasanya anak sulit untuk memahami tentang karangan narasi karena jenis
karangan narasi itu ada konflik, alur cerita, lalu juga biasanya anak-anak
malas membaca berulang-ulang
Saya : Kapan permasalahan yang terjadi ketika Ibu menjelaskan karangan narasi
pada siswa kelas V D?
Guru : Biasanya menjelang jam istirahat ketika anak-anak sudah mulai merasa
lapar apalagi yang dari rumahnya tidak sarapan terlebih dahulu dan
cuacanya panas anak jadi sulit untuk konsentrasi
Saya : Mengapa permasalahan itu terjadi ketika Ibu menjelaskan karangan narasi
pada siswa kelas V D?
Guru : Anak-anak sulit konsentrasi dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Bagi
mereka, pelajaran mengarang cukup membosankan waktu menentukan
kalimat dalam karangan
Saya : Bagaimana cara Ibu mengatasi permasalahan tersebut pada siswa kelas
VD?
63
Guru : Siswa banyak yang mengobrol, bercanda dengan teman sebangkunya, dan
ada beberapa juga siswa yang mengantuk ketika saya menjelaskan
karangan narasi.
Saya : Apa masalah yang dihadapi oleh siswa saat pembelajaran karangan narasi
yang diberikan Ibu?
Guru : Iya ada, biasanya dari sisi bahasa, siswa menggunakan bahasa yang tidak
baku dan dalam segi penyusunan kalimat yang kurang tepat
Saya : Kapan masalah itu terjadi pada siswa dalam pembelajaran karangan narasi?
Guru : Ketika saya memberikan tugas membuat karangan narasi tentang wisata
study tour
Saya : Mengapa permasalahan itu terjadi pada siswa ketika pembelajaran
karangan narasi?
Guru : Karena kebiasaan siswa dalam pengggunan bahasa sehari-hari. Siswa
masih kesulitan menyusun alur ceita.
Saya : Bagaimana cara Ibu mengatasi masalah yang terjadi pada pembelajaran
karangan narasi?
Guru : Dengan membiasakan siswa menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Saya juga menjelaskan kembali tentang karangan narasi agar siswa lebih
memahami cerita karangan narasi.
Saya : Apa siswa mempunyai masalah ketika membuat kalimat efektif?
Guru : Iya ada
Saya : Kapan Ibu menghadapi permasalahan yang terjadi pada siswa dalam
membuat kalimat efektif?
Guru : Ketika siswa diberikan tugas membuat kalimat efektif dan ternyata masih
banyak siswa yang belum memahami tentang kalimat efektif
Saya : Mengapa siswa mengalami masalah ketika membuat kalimat efektif?
64
Guru : Karena banyak siswa yang masih menggunakan dua kali subjeknya misal
Ani sakit demam sehingga hari ini Ani tidak sekolah atau masih
menggunakan dua klausa misalnya meskipun dia sakit tetapi dia masih
tetap sekolah
Saya : Bagaimana cara Ibu menghindari permasalahan yang terjadi pada siswa
tentang kalimat efektif?
Guru : Dengan banyak memberikan contoh-contoh kalimat efektif dan
membiasakan diri kepada siswa saat belajar tertulis dan berkomunikasi
secara langsung
65
66
67
68
69
70
Angel
71