· Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam...

39
METODE PENELITIAN KOMUNIKASI II “Analisis Semiotik, Analisis Wacana, dan Partisipatory action research” Oleh : Kelompok 7 Andika Persia (0810962009) Pratiwi Dwi Putri (0810962021) Nining Yulianti (0810962034) Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Transcript of · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam...

Page 1: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

METODE PENELITIAN KOMUNIKASI II

“Analisis Semiotik, Analisis Wacana, dan Partisipatory action

research”

Oleh :

Kelompok 7

Andika Persia (0810962009)

Pratiwi Dwi Putri (0810962021)

Nining Yulianti (0810962034)

Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Andalas

2010

Page 2: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penelitian Kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk

mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta,

kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olah raga, seni dan budaya, dan lain-lain sehingga

dapat dijadikan suatu kebijakan untuk dilaksankan demi kesejahteraan bersama. Menurut

Sugiono, ( 2007 : 238 ) “ Masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, tentative dan

akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan”.

Metodelogi penelitian komunikasi yang digunakan dalam menyelesaikan penelitian

kualitatif yakni Analisis Isi, Analisis Semiotik, Analisis Wacana, Semiotik Framing dan

Analisis Korelasional. Namun dalam makalah ini hanya membahas Analisis Semiotik,

Analisis Wacana, dan partisipatory action research.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Analisis Semiotik dan contohnya?

2. Apakah Pengertian Analisis Wacana dan contohnya?

3. Apakah pengertian partisipatory action research dan contohnya?

I.3 Tujuan

1. Dapat memahami pengertian Analisis Semiotik beserta contohnya.

2. Dapat memahami pengertian Analisis Wacana beserta contohnya.

3. Dapat memahami pengertian partisipatory action research beserta contohnya.

Page 3: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Analisis Semiotik

Pokok Pengertian dan Karakter

Menurut Eco, semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan

dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan

penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Menurut Eco, ada sembilan belas

bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian untuk semiotik, yaitu semiotik

binatang, semiotik tanda-tanda bauan, komunikasi rabaan, kode-kode cecapan, paralinguistik,

semiotik medis, kinesik dan proksemik, kode-kode musik, bahasa yang diformalkan, bahasa

tertulis, alfabet tak dikenal, kode rahasia, bahasa alam, komunikasi visual, sistem objek, dan

sebagainya. Semiotika di bidang komunikasi pun juga tidak terbatas, misalnya saja bisa

mengambil objek penelitian, seperti pemberitaan di media massa, komunikasi periklanan,

tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra sampai kepada musik.

Berkenaan dengan hal tersebut, analisis semiotik merupakan upaya untuk mempelajari

linguistik-bahasa dan lebih luas dari hal tersebut adalah semua perilaku manusia yang

membawa makna atau fungsi sebagai tanda. Bahasa merupakan bagian linguistik, dan

linguistik merupakan bagian dari obyek yang dikaji dalam semiologi. Selain bahasa yang

merupakan representasi terhadap obyek tertentu, pemikiran tertentu atau makna tertentu,

obyek semiotika juga mempelajari pada masalah-masalah non linguistik.

Secara singkat kita dapat menyatakan bahwa analisis semiotik merupakan cara atau

metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang

terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimkasud dalam hubungan

ini adalah segala bentuk serta sistem lambang baik yang terdapat pada media massa maupun

yang terdapat diluar media massa. Urusan analisis semiotik adalah melacak makna-makna

yang diangkut dengan teks yang berupa lambang-lambang. Dengan kata lain, pemaknaan

terhadap lambang-lambang dalam teks yang menjadi pusat perhatian analisis semiotik.

Page 4: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

Beberapa Tokoh Yang Memberikan Kontribusi

a. Charles Sanders Pierce (1839-1914)

Charles sanders pierce adalah seorang ahli matematika dari AS yang sangat tertarik pada

persoalan lambang-lambang. Ia melakukan kajian mengenai semiotika dari perspektif logika

dan filsafat dalam upaya melakukan sistematisasi terhadap pengetahuan. Dalam hal ini, ia

menggunakan istilah representamen yang tak lain adalah lambang (sign) dengan pengertian

sebagai something which stand to somebody for something in some respect or capacity

(sesuatu yang mewakilik sesuatu bagi seseorang dalam suatu hal atau kapasitas) (Matterlart

dan Matterlart, 1998: 23). Dari pemaknaan ini dapat dilihat bahwa lambang mencakup

keberadaan yang luas, termasuk pahatan, gambar, tulisan, ucapan lisan, isarat bahasa tubuh,

musik, dan lukisan.

Cara berfikir pierce pada dasarnya dipengaruhi aliran filsafat pragmatisme yang

cenderung bersifat empirisme radikal. Segala sesuatu adalah lambang, bahkan alam raya

sebenarnya adalah suatu lambang yang bukan main dahsyat sifatnya. Karena jalan pikiran

demikian maka banyak kalangan yang menilai bahwa pandangan pierce tentang lambang

kadangkala bersifat kabur, sulit dibedakan mana yang benar-benar lambang dan mana yang

bukan lambang. Hal ini membawa konsekuansi kaburnya batas-batas semiotika sebagai suatu

disiplin.

Pierce mebedakan lambang menjadi tiga kategori pokok : ikon (icon), indeks (index),

simbol (symbol). Yang dimaksud ikon disini adalah suatu lambang yang ditentukan (cara

pemaknaannya) oleh objek yang dinamis karena sifat-sifat internal yang ada. Hal-hal seperti

kemiripan, kesesuaian, tiruan, dan kesan-kesan atau citra menjadi kata kunci untuk

memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang bersifat ikonik. Ikon karena itu,

dapat dilihat karena memang mirip. Lukisan foto Dr. Ir. Sukarno Oleh Ratna Sari Dewi yang

dapat memberikan kesan kecerdasan, keceriaan, kegigihan, kesederhanaan, serta jiwa

kepemimpinan seorang Sukarno, semuanya adalah teks atau lambang-lambang ikonik yang

membawa makna-makna tertentu.

Istilah indeks menunjukan lambang yang cara pemaknaannya lebih ditentukan oleh

objek dinamis dengan cara keterkaitan yang nyata dengannya. Proses pemaknaan lambang-

lambang bersifat indeks tidak dapat bersifat langsung, tetapi dengan cara mamikirkan serta

mengkaitkanya. Bebrapa hal dapat dicontohkan dalam hal ini, misalnya ada isyarat asap yang

Page 5: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

dengan itu orang lalu memaknainya sebagai apai ataupun kebakaran. Isarat maraknya aksi-

aksi protes yang dengan itu orang lalu manfsirkan ketidakpuasan terhadap pemerintah

cenderung meluas.

Simbol dalam konteks semiotika biasanya dipahami sebaggai suatu lambang yang

ditentukan oleh objek dinamisnya dalam arti ia harus benar-benar di interpretasi. Dalam hal

ini, interpretasi dalam upaya pemaknaan terhadap lambang-lambang simbolik melibatkan

unsur dari proses belajar dan tumbuh atau berkembangnya pengalaman serta kesepakatan

kesepakatan dalam masyarakat. Misalnya kita harus belajar bicara, berlatih mengucapkan

kata-kata untuk dapat mengungkapkan perasaan serta keinginan-keinginan. Bendera

disepakati sebagai lambang bersifat simbolik dari suatu bangsa yang karenanya segenap

warga melakukan penghormatan terhadapnya. Kemarahan suatu bangsa terhadap bangsa lain

sering diekspresikan dengan pembakaran bendera bangsa lain, dan tindakan ini bersifat

simbolik yang dapat dimaknai justru sangat dalam oleh bangsa yang benderanya dibakar tadi,

yang kemudian juga dapat memancing kemarahan balik.

b. Ferdinand de Saussure (1857-1913)

Beliau adalah seorang ahli ilmu bahasa dari Swiss. Saussure menyarankan bahwa studi

tentang bahasa selayaknya menjadi bagian dari area yang ia sebut dengan semiology yang

ketika itu belum banyak berkembang. Saussure mendasarkan pemikiran demikian pada

keyakinan bahwa studi tentang bahasa pada dasarnya adalah studi tentang sistem lambang-

lambang.

Saussure menggunakan istilah semiology dengan makna ilmu yang mempelajari seluk-

beluk lambang-lambang yang ada atau yang digunakan masyarakat. Ia bermaksud

memberikan pemaknaan pada perihal yang ikut membentuk atau menentukan lambang-

lambang, dan hukum-hukum atau adanya ketentuan-ketentuan bagaimana yang mengaturnya.

Sejak saat ini berkembanglah pandangan bahwa semiotika atau semiologi tidak lain adalah

ilmu tantang lambang-lambang.

Suatu hal yang menarik, bahwa terdapat dua istilah yang berbeda: semiotika dan

semiologi. Semiotika pada umumnya digunakan untuk menunjukan studi tentang lambang-

lambang secara luas baik dalam konteks kultural maupun natural, sementara semiologi lebih

tertuju pada lambang-lambang bahasa, terutama dalam konteks komunikasi yang memliki

Page 6: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

tujuan-tujuan tertentu atua yang sering disebut intentional communication, yang karenanya

bersifat kultural (malone, 1996: 1152).

Saussure mengelompokkan lambang menjadi dua jenis: signifier dan signified. Signifier

menunjukan pada aspek fisik dari lambang, misalnya ucapan, gambar, lukisan, sedangkan

signified menunjukan pada aspek mental dari lambang, yakni pemikiran bersifat asosiasif

tentang lambang. Kedua jenis lambang ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

Saussure mengajukan dua dalil berkenaan dengan sistem lambang, terutama dalam

linguistik (Malone, 1996: 1152), sebagai berikut: Pertama, bahwa hubungan antara signifier

dan signified bersifat ditentukan atau dipelajari, pemberian makna terhadap lambang

merupakan hasil dari proses belajar. Hal ini mengingatkan kita pada lambang jenis simbolik

sebagaimana dimaksud Pierce. Kedua, bahwa signifier linguistik (misalnya kata-kata atau

ucapan-ucapan) dapat berubah dari waktu ke waktu. Hal demikian berbeda dengan signifier

visual, yang relatif tidak berubah, seperti gambar-gambar dan lukisan.

c. Roland Barthes

Roland batrhes menggunakan istilah denotasi dan konotasi untuk menunjukan tingkatan-

tingkatan makna. Makna denotasi adalah makna tingkat pertama yang bersifat objektif yang

dapat diberikan terhadap lambang-lambang, yakni dengan mengaitkan secara langsung antara

lambang dengan realitas atau gejala yang ditunjuk. Makna konotasi adalah maknaa-makna

yang dapat diberikan pada lambang-lambang dengan mengacu pada nilai-nilai budaya yang

karenanya berada pada tingkatan kedua.

Yang menarik berkenaan dengan semiotika Roland Barthes adalah digunakannya istilah

mitos, yakni rujukan bersifat kultural (berasal dari budaya yang ada) yang digunakan untuk

menjelaskan gejala atau realitas yang ditunjuk dengan lambang-lambang, penjelasan mana

yang notabene adalah makna konotatif dari lambang-lambang yang ada dengan mengacu

sejarah.

Bagi Barthes, teks merupakan konstruksi lambang-lambang atau pesan yang

pemaknaanya tidak cukup hanya dengan mengaitkan signifier dengan signified, namun juga

harus dilakukan dengan memerhatikan susunan (construction) dan isi (content) dari lambang.

Pemaknaan terhadap lambang-lambang selayaknya dilakukan dengan merekonstruksi

lambang-lambang bersangkutan. Dalam upaya ini, deformasi rupanya tak terelakkan: banyak

Page 7: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

hal di luar lambang harus dicari untuk dapat memberikan makna-makna terhadap lambang-

lambang, dan inilah yang dinamakan mitos.

Beberapa Contoh Penelitian dengan Analisis Semiotik

1) Analisis Semiotik untuk Film

Aditia Sonyaruri Hapsari (2005), misalnya meneliti film biola tak berdawai produksi

Kalyana Shira Film (bekerjasama dengan Cinekom) tahun 2002. Disini hapsari menggunakan

analisis semiotik Roland Barthes untuk meneliti lambang-lambang yang terdapat dalam film

tsb. Hapsari memperoleh kesan ini sarat dengan pesan-pesan moral, terutama cinta-kasih

dengan konteks yang bervariasi, seperti cinta-kasih terhadap sesama, cinta-kasih antara dua

insan yang berbeda jenis kelamin, cinta-kasih dalam konteks ibu dan anak, serta cinta-kasih

terhadap seluruh makhluk ciptaan Tuhan berupa binatang dan tumbuhan.

Kecintaan terhadap sesama manusia ditunjukan dalam film ini, misalnya ketika tokoh-

tokoh sentral Bhisma, Renjani, dan Mbak Wid mau merawat Dewa dan anak-anak cacat

lainnya di Panti Asuhan Ibu Sejati dengan tulus penuh kasih kendari orang tua anak-anak

bersangkutan telah membuang mereka. Kemudian cinta-kasih dalam pengertian umum

sebagaimana yang lazim terjadi antara pria dan wanita ditunjukan dengan romantisme jalinan

hubungan asmara antara Bhisma dan Renjani. Cinta-kasih terhadap sesama makhluk ciptaan

Tuhan, misalnya, ditunjukan lewat adegan betapa Renjani berusaha menangkap seekor kupu-

kupu tanpa melukai atau menyakitinya.

Selain nilai cinta-kasih, film berdurasi 90 menit ini juga membawa pesan moral lain,

yakni ketegaran dan kejujuran. Hal demikian ditunjukan lewat tokoh Renjani yang walaupun

sebenarnya ia seorang perempuan korban pemerkosaan dan melakukan aborsi, tetap tegar

menjalani hidup dengan tindakan terpuji, yakni mendirikan panti asuhan yang menampung

anak-anak cacat yang dibuang oleh orang tuanya.

2) Analisis Semiotik untuk Tayangan Langsung Televisi

Dapat diambil contoh dalam penelitian Ahmad Muhibbin (2005) yang meneliti paket

acara campursari Tambane Ati yang ditayangkan oleh TVRI Jawa Timur setiap hari Minggu

pukul 15.30-17.00 WIB. acara ini sangat unik sebab menggabungkan berbagai unsur budaya

tradisional, termasuk pakaian, musik, tari, dialek. Disini, Muhibbin tampak banyak

Page 8: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

dipengaruhi oleh pandangan-pandangan Fairclough (mengenai semiotika) serta Berger dan

Luckman (untuk teori konstritivisme).

Sebanyak 20 episode rekaman video diteliti oleh Muhibbin, dengan menitikberatkan

pada level teks, dan tidak meneliti persoalan discourse practice, dan sociocultural practice

mengacu pandangan Fairclough. Namun demikian, Muhibbin merasa penting untuk

melakukan wawancara dengan beberapa pimpinan dan seniman musik campursari, termasuk

para penyanyi yang pernah tampil dalam acara tersebut di stasiun televisi untuk

“memperkaya informasi”, disamping studi literatur “untuk melihat bagaimana aspek sosial

budaya ikut memengaruhi wacana” (Muhibbin, 2005: 91).

Pendekatan konstruktivisme digunakan dalam penelitian untuk melihat bagaimana pesan

atau tepatnya tanda-tanda mengkonstruksi tiga wacana penting: apresiasi budaya, akulturasi

budaya, dan elastisitas budaya Jawa. Dalam hal ini Muhibbin memperoleh kesan bahwa acara

ini mengkonstruksi wacana apresiasi budaya dengan cara menyajikan beberapa elemen

budaya daerah Jawa.tayangan ini juga mengapresiasi busana tradisional yang selalu

dikenakan oleh penyanyi, pemusik, dan bahkan penonton.

Muhibbin juga memperoleh kesan bahwa acara tsb mengkonstruksi wacana akulturasi

melalui beberapa elemen budaya menjadi satu paket acara, yang meliputi musik campursari,

senitari, lawak, dan budaya parikan. Musik-musik campursari merupakan paduan dari

beberapa jenis musik, baik dari segi instrumen, maupun aransemen. Berkenaan dengan unsur

tari, acara tersebut menampilkan berbagai variasi tari tradisional yang diiringi dengan musik

campursari.

Berkenaan dengan wacana elastisitas budaya Jawa, Muhibbin memperoleh kesan bahwa

paket acara ini mengkontruksi hal tsb melalui beberapa hal, termasuk sifat gamelan dan

instrumen musik lainnya, keragaman instrumentasi dan vokabuler musik, menyuguhkan

realitas bahwa musik tradisional Jawa dapat menerima unsur musik lain, serta realitas bahwa

seni tari tradisional dapat dipadukan dengan seni tari modern (Muhibbin, 2005: 192-193).

Page 9: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

II.2 Analisis Wacana (discourse analysis)

Pegertian Pokok dan Karakter

Secara singkat analisis wacana adalah suatu cara atau metode untuk mengakji wacana

yang terdapat atau terkandung didalam pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun

kontekstual. Analisis wacana berkenaan dengan isi pesan komunikasi, yang sebagian di

antaranya nerupa teks, seperti naskah pidato, transkrip sidang, artikel yang termuat disurat

kabar, buku-buku dan iklan kampanye pemilihan umum.

Analisis wacana berkembang pesat, terutama seyelah dekade 1970-aan. Kendati

demikian analisis wacana telah tumbuh sejak awal abad ke 20, khususnya setelah Franz Boas

(seorang ahli linguistik dan antropologi budaya) menyarankan untuk adanya penelitian yang

lebih serius mengenai saling keterkaitan yang kompleks antara bahasa dan kebudayaan.

Kendati berkenaan dengan wacana, para antropolog biasanya lebih mementingkan bahsa lisan

dibanding dengan bahsa tulis. Istilah wacana sebenarnya secara praktis berkenaan dengan

kedua bentuk bahasa tadi yakni lisan dan tulisan sekaligus.

Pada umumnya disepakati pendefinisian wacana adalah proses sosiokultural sekaligus

juga proses linguistik. Dalam konteks komunikassi sekarang analisis wacana tampaknya

semakin diminati dan terkesan sebagai semacam titik temu antara berbagai jenis disiplin.

Analisis wacana memungkinkan diupayakanya jembatan yang menghubungkan analisis

mengenai bahsa yang bersifat mikro di satu sisi dengan analisis dinamika yang bersifat makro

disisi lain.

Secara garis besar kita dapat menyatakan bahwa terdapat dua pendekatan dalam analisis

wacana (Matsuki, 1996: 351-352). Pertama, pendekatn sosiolinguistik yang menitikberatkan

persoalan-persoalan bahasa secara makro, seperti persoalan formasi tekstual dari wacana,

atau bentuk-bentuk serta fungsi-funsi dari lambang-lambang bahasa yang digunakan dalam

teks. Pendekatan ini seringkali di kritik sebagai terkesan kurang mementingkan proses-proses

makrohistoris dari teks bersangkutan.

Kedua, pendekatan sosiokultural yang melihat wacana sebagai praktik sosial.

Pendekatan ini lebih menitikberatkan pada praktik sosial kehidupan manusia, dan

menempatkan wacana sebagai tindakan manusia yang senantiasa berkaitan dengan proses-

proses simbolik, seperti kekuasaan dan ideologi. Pendekatan ini lebih menempatkan

lambang-lambang dalam konteks situasional maupun historis secara lebih luas sehingga lebih

Page 10: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

dekat dengan semiotika. Michael foucault seorang poststrukturalis Prancis mengingatkan

adlam hubungan ini bahwa pengguliran wacana dibatasi dan bahkan ditentukan dan dikontrol

oleh kekuatan-kekuatan pranata sosial yang kompleks yang ada di masyarakat, dan bukan

semata merupakan persoalan bahasa (Keiko Matsuki, 1996: 351).

Selain pembedaan ini, analisis wacana juga dapat dibedakan dengan cara lain, yakni

dengan melihat posisi peneliti dalam perspektif kritis. Bertolak dengan cara demikian maka

analisis wacana dalam kajian komunikasi dapat dibedakan menjadi empat jenis : (a) wacana

representasi (discourse of representation), (b) wacana pemahaman atau wacana interpretif

(discourse of understanding), (c) wacana keragu-raguan (discourse of suspicion), (d) wacana

posmodernisme (discourse posmodernism). Keempat jenis analisis wacana ini memiliki

karakter masing-masing yang dapat ditunjukan, seperti yang tampak pada tabel berikut ini:

N

o

Jenis Karakter Umum dan Posisi

Peneliti

Kritis

1 wacana

representasi

Bersifat positivistik.

Peneliti terpisah dari objek yang

diteliti dan mempersepsi objek serta

membuat representasi realitas dalam

bentuk pengungkapan bahasa.

Tidak bersifat

kritikal

2 wacana

pemahaman

Bersifat interpretatif

modernisme.

Antara peneliti dengan objek

(realitas yang diteliti) tidak terpisah.

Realitas didefinidikan oleh peneliti

melalui interaksi antara yang

mengetahui (subjek

peneliti/informan) dengan

pengetahuan (terutama dari sumber-

sumber literatur), peneliti

menstruktur observasi yang karena

itu menstruktur apa yang diketahui.

Tidak bersifat

kritikal

Page 11: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

3 wacana keragu-

raguan

Bersifat struktural dan kritikal

modernisme.

Mengkonstruksi realitas

berdasarkan frame social

arrangement.

Bersifat kritikal

4 wacana

posmodernisme

Bersifat poststruktural dengan

menolak segala social arrangement.

Bersifat kritikal

Dikemukakan catatan penegasan disini bahwa analisis wacana memiliki dua nuansa

pokok : bersifat kritis dan bersifat bukan kritis. Disini, analisis wacana yang bersifat kritis

sangat dipengaruhi oleh teori kritikal. Karakter kualitatif interpretif dengan sendirinya

berlaku sebagai pijakan penting. Disamping itu, juga mengambil titik tekan pada penekanan

ideologi atau kekuatan-kekuatan dominan dan meyakini bahwa pengetahuan adalah kekuatan.

Dengan kata lain, dalam konteks penelitian komunikasi pendekatan kritikal secara umum dan

analisis wacana bersifat kritis secara khusus berusaha untuk melacak bagaimana pesan-pesan

komunikasi mengukuhkan penekanan, pengekangan, atau opresi di dalam masyarakat.

Prinsip Dasar Analisis Wacana

Kalangan peminat analisis wacana, terlepas dari perbedaan-perbedaan di dalam

memaknai istilah “wacana” serta fokus dari jenis wacana yang diteliti, pada umumnya

berkeyakinan bahwa:

a) Komunikasi terdiri dari tindakan-tindakan kompleks yang kemudian membentuk

pesan dimana dikandung wacana atau wacana-wacana tertentu.

b) Menusai terikat oleh ketentuan-ketentuan ketika menggunakan bahasa, membawa

wacana, atau melakukan tindakan.

c) Komunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh

dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan.

d) Kendati bahasa dan sistem simbol lainnya merupakan wujud nyata dari aktivitas

komuniasi, namun sebenarnya discourse-lah yang menjadi materi dari komunikasi.

Page 12: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

Beberapa Tokoh dan Sumbangannya

1. John Power

Bagi Powers, pesan merupakan hal yang bersifat sentral dalam komunikasi. Pesan

memiliki tiga unsur pokok yang bersifat struktural, yakni sebagai berikut:

Lambang atau simbol sebenarnya relatif bersifat independen. Artinya, antara lambang

dan realitas yang dilambangkan sebenarnya tidak ada hubungan yang logis.

Bahasa merupakan suatu kode yang bersifat formal. Artinya, kata-kata serta kalimat-

kalimat, dan tanda-tanda bahasa lain dikembangkan dan dimaknai sesuai dengan

kesepakatan-kesepakatan yang ada dalam masyarakat.

Wacana pada umumnya memiliki struktur tertentu sebagai konsekuensi dari sifat

saling kait-mengkait antara unsur wacana yang satu dengan undur wacana lainnya.

2. Scott Jacobs

Scott menyaraankan tiga jenis persoalan yang dapat dilacak dengan menggunakan

analisis wcana. Pertama, masalah makna, yakni berkenaan dengan persoalan bagaimana

orang memahami pesan-pesan atau informasi-informasi apa yang terkemas dalam suatu

struktur pesan. Kalau ditanyakan, apakah ada air panas, maka salah satu makna yang dapat

kita berikan terhadap pertanyaan tersebut adalah bahwa orang yang bersangkutan

membutuhkan air panas.

Kedua, masalah tindakan, yakni berkenaan dengan persoalan bagaimana cara yang

digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu dengan pesan-pesan yang

disampaikan. Seseorang yang kehausan dan membutuhkan minuman maka kemingkinan akan

mengatakan “aduh, saya haus,” sambil menunjukan kegelisahan.

Ketiga, koherensi, yakni berkenaan dengan persoalan bagaimana menyususn pola-pola

perbincangan yang mudah diterima dan logis, serta prinsip bagaimana yang dipakai dalam

menjalin suatu pernyataan dengan pernyataan lain. Seseorang yang kehausan tadi setelah

Page 13: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

mengatakan “aduh, saya haus,” mungkin akan melepas kancing baju bagian atas, mengipas-

ngipas wajah, serta mengatakan, “apakah ada air dingin?”

Area Analisis Wacana

Ada tiga bidang kajian yang telah membuat analisis wacana menjadi berkembang pesat,

terutama dalam antropologi yang kemundian berpengaruh kedisiplin ilmu komunikasi, yakni

sebagai berikut:

a) Etnografi komunikasi

Etnografi komunikasi dirintis oleh Dell Hymes di awal dekade 1960-an. Ia lebih

memfokuskan studinya pada persoalan penggunaan bahasa serta fungsi-fungsinya ketimbang

pada struktur bahasa. Ia menyarankan seyogyanya para antropolog meneliti relativisme

linguistik tidak hanya mengenai struktur bahasa, tetapi juga funsi-fungsinya dengan cara

membandingkannya dengan budaya lain. Area ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia

yang terdiri dari berbagai macam suku bagsa dan budaya. Penelitian etnografis kemunikasi

dapat membantu meningkatkan saling pegertian, kerukunan, dan kerjasama.

b) Analisis Percakapan

analisis percakapan dirintis dalam tradisi sosiologi interaksional, terutama

ethnomethodology yang dikembangkan oleh Harold Garfikel di akhir dekade 1960-an. Dalam

conversational analysis, wacana atau percakapan dianggap sebagai produk dari proses

interaksi. Suatu realitas sosial tidak hadir secara objektif diluar pengaruh unsur-unsur sosial,

tetapi terkonstruksi melalui percakapan yang cenderung bersifat tatap muka diantara pihak-

pihak yang terlibat dalam proses interaksi.

c) Ethnopoetics

Analisis yang sangat rinci terhadap persoalan-persoalan bahasa lebih dipentingkan dalam

ethnopoetics. Tradisi ini merupakan yang paling tu dalamanalisis wacana sejak dirintis oleh

Boas beserta para mahasiswanya. Akan tetapi, pada dasawarsa 1970-an Hymes dan Tedlock

mengupyakan terobosan baru dengan meneliti struktur dan fungsi dari keindahan bahasa yang

digunakan masyarakat bukan barat. Kedua tokoh ini mengembangkan tradisi analisis wacana

berkenaan dengan bentuk wacana terucap (oral discourse). Tradisi ini rupanya memberikan

Page 14: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

inspirasi untuk berkembangnya penelitian mengenai berbagai bentuk karya seni yang

menggunakan bahasa lisan, termasuk drama, puisi, musik, khususnya lirik-lirik lagunya.

Titik berat dari studi area ini adalah pesan-pesan verbal yang digunakan oleh

komunikator (penyair, pengarang, penulis, naskah/skenario) dengan melihat penggunaan

bahasa sebagai bentuk ekspresi yang memiliki struktur dan fungsi-fungsi tertentu dalam

mengungkapkan nilai-nilai keindahan serta pandangan-pandangan filsafat dan moral.

Prosedur penelitian Analisis Wacana

Melakukan penelitian dengan mengguakan analisis wacana dapat dilakukan dengan

mengikuti prosedur sebagai berikut:

1. Memilih topik

2. Merumuskan pertanyaan penelitian, dengan membawa implikasi pada area penelitian

dengan metode analisis wacana dan juga jenis penelitian dengan analisis wcana serta

pendekatan mana yang sesuai.

3. Melakukan studi pustaka berkenaan dengan topik dan fokus yang dipilih sebagaimana

tersurat dalam pertanyaan penelitian. Studi pustaka akan meghasilkan penjelasan tentang

konsep-konsep dan simbol-simbol yang terdapat dalam teks yang sedang diteliti serta

pandangan-pandangan teoritik yang relevan dengan keduanya.

4. Menentukan metode penelitian sesuai/konsisten dengan pertanyaan penelitian.

5. Mengumpulkan data dan menganalisisnya dengan merujuk pandangan-pandangan

teoritik yang diperoleh dengan telaah pustaka.

6. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mengacu pada pertanyaan penelitian.

Kesimpulan tidak lain adalah asil interaksi antara kesan peneliti terhadap kecendrungan-

kecendrungan yang ada pada data serta pilihan rujukan berupa pandangan teoritis yang

diambil yang kemudian membingkai analisis.

7. Penyusunan laporan penelitian mungkin dapat diawali dengan laporan awal yang

diseminarkan.

Page 15: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

Contoh penelitian

Bagaimana soekarno mengembangkan wacana tentang perampuan dalam buku yang

ditulisnya berjudul sarinah diteliti oleh Pawito (2006). Penelitian ini mengambil titik tekan

pada pertanyaan: (a) bagaimana realitas tentang perempuan dilukiskan oleh soekarno?, (b)

bagaimana bahasa yang digunakan oleh soekarno dalam mengembangkan wacana tentang

perempuan dan apa fungsi dari bahasa bersangkutan?, (c) simbol-simbol apa (bagaiman) yang

digunakan oleh soekarno dalam mengembangkan wacana tentang perempuan?. Dalam kaitan

ini peneliti mengambil area analisis wacana, terutama etnografi komunikasi dengan

menggunakan pendekatan sosiokultural, yakni dengan menempatkan wacana sebagai praktik

sosial yang karenanya melihat wacana perempuan yang dikembangkan oleg soekarno dalam

sarinah ini sebagai tindakan manusia yang senantiasa berkaitan dengan proses-proses

simbolik, seperi kekuasaan dan ideologi.

Peneliti mendapatkan kenyataan, antara lain, bahwa malalui sarinah soekarno

mengembangkan wacana tetang perempuan ke dalam bingkai atau koteks yang bervariasi,

termasuk budaya masyarakat, kekuasaan, dan ideologi, serta perjuangan bangsa Indonesia.

Berkenaan dengan konteks budaya masyarakat, soekarno melihat bahwa masyarakat

Indonesia memperlakukan kaum perempuan (1960-an) secara tidak adil, yakni cenderugn

ditempatkan di belakang dan tidak diberi peran. Soekarno juga mengamati bahwa kaum

perempuan cenderung di perlakukan seperti dewi tolol, yang senantiasa di pundi-pundi dan

dijaga-jaga seperti seorang dwi, namun juga di tolong-tolong seolah-olah kaum perempuan

tidak dapat berbuat apa-apa untuk dirinya sendiri.

II.3 Partisipatory Action Research

Participatory Action Research memiliki prinsip dasar yang harus dipahami terlebih

dahulu, yakni antara lain sebagai berikut:

1. PAR harus diletekkan sebagai suatu pendekatan untuk memperbaiki praktek-praktek

sosial dengan cara merubahnya dan belajar dari akibat-akibat dari perubahan tersebut.

2. Secara keseluruhan merupakan partisipasi yang murni (autentik) dimana akan

membentuk sebuah spiral yang berkesinambungan sejak dari perencanaan (planing), tindakan

Page 16: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

(pelaksanaan atas rencana), observasi (evaluasi atas pelaksanaan rencana), refleksi (teoritisi

pengalaman).

3. PAR merupakan kerjasama (kolaborasi), semua yang memiliki tanggungjawab atas

tindakan perubahan dilibatkan dalam upaya-upaya meningkatkan kemampuan mereka.

4. PAR merupakan suatu proses membangun pemahaman yang sistematis (systematic

learning process), merupakan proses penggunaan kecerdasan kritis saling mendiskusikan

tindakan mereka dan mengembangkannya, sehingga tindakan sosial mereka akan dapat

benar-benar berpengaruh terhadap perubahan sosial.

5. PAR suatu proses yang melibatkan semua orang dalam teoritisasi atas pengalaman-

pengalaman mereka sendiri

Dari kesemua prinsip-prinsip PAR yang ada, yang terpenting adalah dalam PAR tidak

mengharuskan membuat dan mengelola catatan rekaman yang menjelaskan apa yang sedang

terjadi se-akurat mungkin, akan tetapi merupakan analisa kritis terhadap situasi yang secara

kelembagaan diciptakan (seperti melalui proyek-proyek, program-program tertentu atau

sistem. Salah satu prinsip dalam PAR yang paling unique adalah menjadikan pengalaman-

pengalaman mereka sendiri sebagai sasaran pengkajian (objectifying their own experience).

Pada dasarnya Participation Action Research (PAR) adalah penelitian yang melibatkan

semua pihak yang relevan dalam meneliti secara aktif bersama-sama tindakan saat ini ( yang

mereka alami sebagai bermasalah ) dalam rangka untuk mengubah dan memperbaikinya.

Mereka melakukan hal ini dengan merenungkan secara kritis historis, politik, budaya,

ekonomi, geografis dan konteks lainnya yang dapat di pahami. Participatory action research

tidak hanya melitian apa yang diharapkan akan diikuti oleh suatu tindakan. Hal ini adalah

tindakan yang harus diteliti, diubah dan kemudian diteliti kembali, dalam proses penelitian di

lakukan oleh para peserta.

Hal ini juga bukan hanya sekadar varian dari konsultasi eksotis. Sebaliknya, bertujuan

untuk menjadi aktif dengan adanya penelitian oleh dan untuk orang-orang yang akan

membantu. Ini juga tidak dapat digunakan oleh sekelompok orang untuk mendapatkan

sekelompok orang lain untuk melakukan apa yang pikiran terbaik untuk mereka , apakah itu

adalah untuk menerapkan kebijakan pusat atau suatu organisasi atau perubahan layanan.

Page 17: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

Sebaliknya adalah mencoba untuk menjadi orang yang benar-benar demokratis atau non-

koersif proses di mana orang-orang yang akan membantu, menentukan tujuan dan hasil

penyelidikan mereka sendiri. Wadsworth, Y. (1998) Apa Itu Participation Action Research?

Asal muasal action research tidak jelas dalam suatu literatur. Pengarang seperti Kemmis

dan Mc Taggert (1988), Zuber-Skerrit (1992), Holer dan Schwartz-Barcott (1993)

menyatakan bahwa action research berasal dari Kurt Lewin, seorang psikolog Amerika.

McKernan (1988 seperti disitasi dalam MecKernan 1991) menyatakan bahwa action research

sebagai sebuah method of inquiry telah berkembang pada abad lalu dan studi literatur

memperlihatkan “dengan jelas dan meyakinkan bahwa action research berakar pada derivatif

dari metode ilmiah” yang berhulu kepada gerakan ilmu pendidian pada akhir abad 19.”

(McKernan 1991:8).

McKernan (1991) juga menyatakan bahwa ada bukti bahwa dimana penggunaan action

research oleh sejumlah reformis sosial sebelum lewin, seperti Collier tahun 1945, Lippitt and

Radke tahun 1946 dan Corey tahun 1953. Mc Taggert (1992) mensitasi karya Gstettner and

Alltricher menggunakan group participation pada tahun 1913 pada sebuah inisiatif

pengembangan komunitas prostitusi di Vienna. Freideres (1992) memasukan konsep

participation research yang muncul tahun 1970 dari pengembangan lebih lanjut dari

pengalaman negara berpenghasilan rendah.

Meskipun masih berkabut asal mula action research, Kurt Lewin pada tahun 1940-an

membuat teori action research, yang menjelaskan action research sebagai  proceeding in a

spiral steps, each of which  is composed of planning, actions, and the evaluation of the result

of action (Kemmis and Mc Taggert 1990). Lewin berargumentasi bahwa dalam rangka

memahami dan merubah paksis-praksis sosial tertentu, ilmuwan sosial harus memasukkan

prakatisioner dari dunia sosial nyata  dalam semua fase penyelidikan (McKernan 1991).

Konstruksi dari teori action research oleh Lewin ini membuat action research menjadi

sebuah metode penyelidikan yang dapat diterima (McKernan 1991).

Pengertian Participation Action Research (PAR)

Participation Action Research (PAR) adalah suatu cara membangun jembatan untuk

menghubungkan orang. Jenis penelitian ini adalah suatu proses pencarian pengembangan

pengetahuan praktis dalam memahami kondisi sosial, politik, lingkungan, atau ekonomi.

Page 18: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

PAR(Participation Action Research) adalah suatu metoda penelitian dan pengembangan

secara partisipasi yang mengakui hubungan sosial dan nilai realitas pengalaman, pikiran dan

perasaan kita. Penelitian ini mencari sesuatu untuk menghubungkan proses penelitian ke

dalam proses perubahan sosial. Penelitian ini mengakui bahwa poses perubahan adalah

sebuah topik yang dapat diteliti. Penelitiain ini membawa proses penelitian dalam lingkaran

kepentingan orang dan menemukan solusi praktis bagi masalah bersama dan isu-isu yang

memerlukan aksi dan refleksi bersama, dan memberikan kontribusi bagi teori praktis.

PAR(Participation Action Research) melibatkan pelaksanaan penelitian untuk

mendefinisikan sebuah masalah maupun menerapkan informasi ke dalam aksi sebagai solusi

atas masalah yang telah terdefinisi. PAR(Participation Action Research) adalah “penelitian

oleh, dengan, dan untuk orang” bukan “penelitian terhadap orang”. PAR(Participation Action

Research) adalah partisipatif dalam arti bahwa ia sebuah kondisi yang diperlukan dimana

orang memainkan peran kunci di dalamnya dan memiliki informasi yang relevan tentang

sistem sosial (komunias) yang tengah berada di bawah pengkajian, dan bahwa mereka

berpartisipasi dalam rancangan dan implementasi rencana aksi itu didasarkan pada hasil

penelitian. PAR(Participation Action Research) dikenal dengan banyak nama, termasuk

partisipation research, action research, collaborative inquiry, collaborative action research,

emancipatory research, action learning, contextual action research; semuanya itu hanyalah

variasi dalam tema yang sama.

PAR(Participation Action Research) adalah ’seni’ membangun jembatan mencapai

pemahaman yang saling menguntungkan, menghubungkan orang, gagasan, dan sumber,

membangun hubungan melalui itu kita dapat menciptakan landasan yang kokoh antara

perorangan dan komunitas, bekerja menuju solusi yang saling menguntungkan atas masalah

bersama, dan belajar bagaimana untuk maju menyongsong masa dengan tana harus membuat

‘roda’, sambil melewati bermunculannya kembali kendala, secara esensial meraih suatu

tingkat kesadaran yang tinggi dari mana kita menjadi berdaya untuk memcahkan masalah-

masalah.

PAR(Participation Action Research) adalah sebuah dual shift yaitu sebuah pergeseran

dalam paradigma penelitian kita maupun sebuah pergeseran dalam cara-cara kita mengejar

pembangunan.

Page 19: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

Paradigma pertama, PAR(Participation Action Research) merubah cara berpikir kita

tentang penelitian dengan menjadikan penelitian sebuah proses partisipasi.

PAR(Participation Action Research) itu sendiri adalah sebuah kondisi yang diperlukan

dimana orang memainkan peranan kunci di dalamya dan memiliki informasi yang relevan

tentang sistem sosial atau komunitas,  yang tengah berada di bawah studi. ‘Subjek’ penelitian

lebih baik untuk dirujuk atau menjadi rujukan sebagai anggota-angota komnitas, dan mereka

berpartisipasi dalam rancangan, implementasi, dan eksekusi penelitian. PAR(Participation

Action Research) juga adalah sebuah pergeseran dalam pengertian bahwa ke dalamnya

termasuk elemen aksi. PAR(Participation Action Research) melibatkan pelaksanaan

penelitian untuk mendefinisikan sebuah masalah maupun penerapan informasi dengan

mengambil aksi untuk menuju solusi atas masalah-masalah yang terdefinisikan. Anggota-

anggota komunitas berpartisipasi dalam rancangan dan implementasi dalam rencana tindak

strategis didasarkan pada hasil penelitian.

Paradigma kedua, PAR(Participation Action Research) adalah proses dengan mana

komunitas-komunitas berusaha mempelajari masalah secara ilmiah dalam rangka memandu,

memperbaiki, dan mengevaluasi keputusan dan aksi mereka. Cara-cara penelitian yang

selama ini biasa dilakukan kalangan akademisi dan peneliti dalam komunitas kita, justru

dapat menjadi tantangan dan ancaman bagi sebuah komunitas. Hubungan antara penelitian

ilmiah (intellectual research) dapat menjadi intrusive dan exclusive. Kedua tipe penelitian ini

juga dapat melenyapkan bagian-bagian penting dan vital dari sebuah proyek penelitian  yakni

pengalaman hidup nyata, mimpi, pikiran, kebutuhan, kemauan dari anggota komunitas.

PAR(Participation Action Research) menawarkan metoda-metoda untuk merubah hakekat

hubungan antara orang, dengan organisasi yang biasanya dikejar proyek penelitian dan

pengembangan. Hubungan ini termasuk bagaimana kita memahami peran kita sebagai

facilitators, bukan sebagai experts, bagaimana kita mengelola hubungan dengan lembaga

pendidikan dan lembaga bisnis, dan bagaimana kita bekerja satu sama lain sebagai siswa,

guru, tetangga, dan anggota komunitas.

Dalam PAR terdapat tiga features, yakni participation, action, research.

1. Participation mengambil bentuk inquirer decision-making yang menggunakan ‘the

principle of equity’ (dipahami sebagai co-existence and self determination) untuk membawa

divergent contextual factors dan divergent interpretations dari metodologi ke dalam tugas

menggeneralisasi data (subscribing to the ‘relativist’ characteristic of the paradigm).

Page 20: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

2. Action adalah direct experience dari partisipan dengan isu sebagaimana

dipresentasikan dalam setiap kehidupan sehari-hari, dan bagaimana participatory action

research methods dapat melibatkan secara langsung partisipan dengan dunia mereka.

3. Research adalah process and form menghasilkan pengetahuan dalam empat domain

pengetahuan: experiental, presentational, propositional, practical (John Heron 1996), dan

sebagaimana diarahkan oleh partisipan untuk pelananan terbaik bagi kepentingan masyarakat.

Pengetahuan dikembangkan melalui dialog reflektif dan analisis kritis yang dilakukan oleh

partisipan yang terlibat dalam aksi (subscribing to the hetrmeneutic and dialog characteristic

of the paradigm).

Contoh Definisi

Beberapa contoh definisi yang pernah dirumuskan :

Kurt Lewin, (1947)

Pencetus terminologi “Action Research” AR adalah proses spiral yang meliputi ;

perencanaan tindakan yang melibatkan investigasi yang cermat ;

pelaksanaan tindakan ;

penemuan fakta-fakta tentang hasil dari tindakan ; dan

penemuan makna baru dari pengalaman sosial.

Corey, (1953)

Action Research adalah proses dimana kelompok sosial berusaha melakukan studi

masalah mereka secara ilmiyah dalam rangka mengarahkan, memperbaiki, dan mengevaluasi

keputusan dan tindakan mereka.

Hopkins, (1985)

Dimaksudkan untuk mengkontribusikan baik pada masalah praktis pemecahan masalah

maupun pada tujuan ilmu sosial itu sendiri dengan mengkolaborasikan didalamnya yang

dapat diterima oleh kerangka kerja etik.

Peter Park, (1993)

Para penguatan rakyat melalui penyadaran diri untuk melakukan tindakan yang efektif

menuju perbaikan kondisi kehidupan mereka.

Page 21: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

Tipe-Tipe Participation Action Research.

Grundy (1988) mendiskusikan tiga mode PAR (Participation Action

Research); technical, practical, emancipatory. Holter and Schwartz-Barcott (1993) juga

mendiskusikan tiga tipe PAR(Participation Action Research), yakni: technical collaborative

approach, mutual collabroative approach, enhancement approach. McKernan (1991) juga

mendaftarkan tiga tipe action research: scientific-technical view of problem solving;

practical-deliberative action research; critical-emancipatory action research. McCutcheon

and Jurg (1990) mendiskusikan tiga perspektif tentang PAR: positivist perspective,

interpretivist perspective, critical cscience perspective.

Metode dan Alat Kerja Participation Action Research.

Secara umum, metode PAR(Participation action Research) terbagi dalam dua tipe,

yakni Eksplanatif dan Tematik. PAR(Participation action Research) Eksplanatif

memfasilitasi komunitas/masyarakat untuk menganalisis kebutuhan, permasalahan, dan

solusinya, kemudian merencanakan aksi transformatif. Sedangkan PAR(Participation action

Research) Tematik menganalisis program yang sudah berjalan, sebagai alat evaluasi dan

pengamatan (monitoring).

Memanfaatkan kekayaan riset-riset konvensional yang masih terus berkembang, RAP

melengkapi diri dengan banyak metode dan alat kerja. Untuk mengumpulkan data lapangan

dan menganalisisnya, PAR(Participation action Research) memiliki metode pemetaan lokasi

melalui kegiatan kunjungan lapangan (transect), wawancara mendalam (in-depth interview)

dan diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/FGD).

Dalam FGD misalnya, partisipan atau informan tidak sebatas berdiskusi dalam posisi

duduk, melainkan bisa berdiskusi dalam dinamika tertentu dengan menggunakan alat kerja

tertentu, misalnya pemetaan gagasan (mind mapping), menggambar diagram pohon masalah

(problem tree), menulis peringkat kualitas (ranking), menggambar diagram keterkaitan

(linkage diagram), hingga bermain peran (role play) kemudian mendialogkan peran masing-

masing dalam konteks situasi yang dimaksud.

Page 22: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

Dalam dinamika tersebut, anggota komunitas sebagai partisipan PAR(Participation

action Research) berpeluang lebih besar mengungkapkan pengalaman, gagasan, dan refleksi

mereka secara lebih terbuka karena terbantu dengan sejumlah alat kerja yang memudahkan

pengamatan (visual) dan kegiatan yang dinamis/tidak kaku. Dinamika tersebut juga

memudahkan fasilitator untuk mendorong sebanyak mungkin anggota komunitas

berpartisipasi lebih aktif karena menggunakan kegiatan dan alat kerja yang bisa dipilih atas

dasar kesesuaiannya dengan latar belakang budaya, pendidikan, dan pekerjaan

partisipan/informan.

Rancangan dan Metoda Penelitian.

PAR(Participation action Research) secara teoritis menggambarkan semua metoda

penelitian ilmu sosial yang pernah ada. Karena PAR(Participation action Research) memiliki

premis prinsip-prinsip bahwa orang dengan sebuah masalah melakukan investigasi mereka

sendiri, sehingga mengesampingkan teknik-teknik yang membutuhkan pemisahan antara

penelitian dengan yang diteliti, seperti ketika experimental “subjects” dikesampingkan

sebagai kegunaan penelitian. Metoda PAR berada di balik teknik dan sumber material dari

orang yang terlibat. Field observation, penelitian pustaka dan arsip, investigasi sejarah

menggunakan dokumen dan sejarah pibadi, narratives and story telling,

maupun questionnaires dan wawancara, semuanya digunakan dalam PAR(Participation

action Research).

Sekali pertanyaan penelitian diformulasikan, peneliti menyajikan opsi-opsi metodologis

bagi kelompok dengan mempertimbangkan orang-orang yang ada  dan sumber material dari

komunitas, dan menjelaskan logika mereka, efikasi, dan batasan.  Aspek PAR ini

mengekspose metodologi penelitian dan menempatkannya pada tangan orang per orang

sehingga mereka dapat menggunakannya sebagai sebuah alat pemberdayaan. Tujuan dari

PAR(Participation action Research) adalah agar peneliti menggerakkan proses dengan

berbagi pengetahuan dan ketrampilan warga kelompok.

Komunikasi adalah sebuah metodologi kunci dalam PAR(Participation action

Research). Ia menggambarkan kombinasi komunikasi secara kreatif seperti tulisan, lisan, dan

visual dalam rancangan, implementasi dan dokumentasi penelitian. Pekerja sosial masyarakat

misalnya, kalangan perempuan pedesaan, dan kesadaran meningkatkan kelompok

menggunakan foto dokumentasi seseorang dalam kehiduoan sehari-hari (photo novella) untuk

Page 23: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

mencatat dan merefleksikan kebutuhan mereka, mempromosikan dialog, mendorong aksi,

dan menginformasikan kebijakan. Peneliti menggunakan teater dan imajinasi visual untuk

menfasilitasi collective learning, expression, action. Bentuk lain dari komunikasi populer

digunakan bersama-sama dalam menulis lagu, membuat kartun, pertemuan komunitas,

community self-portraits dan rekaman videotape.

Pengembangan pengetahuan secara kritis mengundang pencampuran kreatif  dari metoda

tradisional melalui pertanyaan dan pendekatan. Pengunaan metoda komunikasi alternatif

dalam PAR(Participation action Research) mendorong peneliti untuk menguji kembali

metoda konvensional dan membuka kemungkinan menggunakan metoda-metoda yang

selama ini tidak pernah mendapatkan legitimasi secara ilmiah.

Pengertian Participation Action Research Secara Terpisah.

Pengidentifikasi beberapa karakteristik utama PAR(Participation action Research), dan

untuk mencoba juga menunjukkan mengapa terdapat dua kesimpulan berikut:

PAR(Participation action Research) adalah deskripsi penelitian sosial (meskipun

penelitian sosial yang lebih benar akan asumsi-asumsi yang mendasarinya, dan kolektivis

alam, tindakannya mengatur konsekuensi dan nilai-nilai).

berbagai hambatan terhadap praktek, yang bahkan ketika kita berpikir kita mungkin

bisa melakukan itu, kita sering memiliki keraguan. Disini disimpulkan bahwa hampir semua

riset kita akan terlibat didalamnya, kurang lebih suatu pendekatan ke arah PAR(Participation

action Research). Artinya, setiap bagian dari penelitian kurang lebih berpartisi. Dan

memungkinkan tindakan sebagai bagian dari proses. Dan itu semua melibatkan refleksif

kritis, skeptis dan imajinatif penyelidikan.

Ditemukan untuk meringkas ciri utamanya di bawah tiga judul yang membentuk nama,

yaitu: participation, action dan research. Dimulai dengan menguraikan karakteristik

Pendefinisian PAR(Participation action Research) sebagai penelitian dalam jenis

pengalaman sehari-hari dalam hidup kita. Dalam contoh yang paling kecil dapat ditemukan

struktur yang sama atau logika penyelidikan sebagai yang paling luas dalam jangka panjang _

program penelitian universitas.

Page 24: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Analisis semiotik merupakan upaya untuk mempelajari linguistik-bahasa dan lebih luas

dari hal tersebut adalah semua perilaku manusia yang membawa makna atau fungsi sebagai

tanda. Bahasa merupakan bagian linguistik, dan linguistik merupakan bagian dari obyek yang

dikaji dalam semiologi. Selain bahasa yang merupakan representasi terhadap obyek tertentu,

pemikiran tertentu atau makna tertentu, obyek semiotika juga mempelajari pada masalah-

masalah non linguistik.

Secara singkat kita dapat menyatakan bahwa analisis semiotik merupakan cara atau

metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang

terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimkasud dalam hubungan

ini adalah segala bentuk serta sistem lambang baik yang terdapat pada media massa maupun

yang terdapat diluar media massa. Urusan analisis semiotik adalah melacak makna-makna

yang diangkut dengan teks yang berupa lambang-lambang. Dengan kata lain, pemaknaan

terhadap lambang-lambang dalam teks yang menjadi pusat perhatian analisis semiotik.

Pada dasarnya PAR(Participation action Research) yang banyak dipopulerkan oleh

pemikiran-pemikiran kritis seperti halnya Paulo Freire, Antonio Gramsci dan para pemikir

kritis mazhab kritis Frankfurt adalah upaya keluar dari kebuntuan mainstream analisis sosial

dan riset yang mekanis dan positivistik. Prinsip pokok yang ingin diangkat dalam riset ini

adalah meletakan keterlibatan subjek masyarakat sebagai bagian penting dalam analisis

sosial. Orientasi riset diarahkan untuk melakukan usulan-usulan perubahan dalam nilai proses

yang dialektikal yakni dikembangkan dalam spirit “ participation – action – research ”.

Dalam proses riset ini tidak ada kesimpulan akhir, karena menyadari bahwa kondisi

objektif masyarakat akan selalu berkembang, berubah dan berdinamika dengan seluruh

keterkaitan perubahan-perubahan kondisi objektif yang ada. Menjadi jelas bahwa

PAR(Participation action Research) memang tidak diorientasikan untuk melakukan

kesimpulan atas hipotesa kita tentang masyarakat, melainkan menjadi “alat dan senjata

analisis” untuk mendorong berbagai perubahan sosial. Ada tiga pilar penting untuk membaca

Page 25: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

secara utuh dimensin riset aksi ini, yakni : metodologi riset, dimensi aksi dan dimensi

partisipatoris. Tiga pilar itu lebih jelasnya akan mengatakan bahwa PAR(Participation action

Research) dikerjakan dengan memacu pada paradigma dan metodologi riset tertentu, harus

diorientasikan untuk melakukan aksi perubahan dan transformasi sosial, dan dalam

praktiknya riset ini harus melibatkan partisipasi masyarakat dalam setiap proses riset sosial.

PAR(Participation action Research) secara sadar mengakui bahwa riset ini mempunyai

kerangka dasar perspektif yang lebih kritis dibandingkan dengan pola-pola riset

“konvensional” yang masih menjadi mainstream penelitian saat ini. Paradigma kritis tentu

saja mendorong lahirnya sebuah riset sebagai cara membangun emansipasi. Riset ini secara

sadar mengakui adanya usaha wajib untuk keterlibatan penuh antara subjek peneliti dan

subjek komunitas (rakyat). Persentuhan dan keterlibatan peneliti dalam masyarakat bukan

hanya dalam hal kedekatan jarak secara fisik melainkan subjek peneliti menjadi bagian utuh

dari proses hidup komunitas. Riset Aksi Partisipatpris dilaksanakan secara partisipatoris di

antara masyarakat dalam sebuah komunitas atau lingkup sosial yang lebih luas untuk

mendorong terjadinya aksi-aksi transformatif. Konsep transformasi yang ditawarkan minimal

membawa pesan :

pertama, membawa orang-orang yang terisolasi kedalam masalah dan kebutuhan

bersama;

kedua, melakukan berbagai dialog dan validasi pengalaman untuk proses pemahaman

dan refleksi kritis;

ketiga, menyajikan pengetahuan dan pengalaman peneliti sebagai informasi tambahan

bagi upaya refleksi secara kritis;

keempat, mengkontekstualisasikan apa yang selama ini dirasakan setiap pribadi;

kelima, menghubugkan pengalaman pribadi dengan kenyataan-kenyataan sosial di

sekitarnya

Page 26: · Web viewKomunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. Kendati bahasa dan sistem

DAFTAR PUSTAKA

http://roelcup.wordpress.com/2010/03/22/participation-action-riset/#more-157

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta. LkiS

www.google.com/metodologipenelitiankomunikasi

diakses pada tanggal 24 Desember 2010, jam 19.15

www.google.com/analisiswacana

diakses pada tanggal 24 Desemser 2010, jam 19.40