guzngurahblog.files.wordpress.com · Web viewHEWAN DAN LINGKUNGANNYA. MATA ... sedangkan tumbuhan...
-
Upload
nguyenkhanh -
Category
Documents
-
view
228 -
download
6
Transcript of guzngurahblog.files.wordpress.com · Web viewHEWAN DAN LINGKUNGANNYA. MATA ... sedangkan tumbuhan...
PAPER
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA
MATA KULIAH KONSEP DASAR MAPEL IPA SD
OLEH:
Putu Dewi Handayani / 16.1.1.3.3.166Desak Putu Karuni / 16.1.1.3.1.39Desak Ketut Alit Swarnadi / 16.1.1.3.3.20Kadek Widiasa / 16.1.1.3.3.29I GN Agung Mahesa Ardy / 16.1.1.3.3.07
PROGRAM STUDI PGSD
JURUSAN DHARMA ACARYA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
MPU KUTURAN SINGARAJA
PROVINSI BALI
2016/ 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotic dan abiotik yang ada di
sekitarnya dandapat mempengaruhinya. Dalam konsep rantai makanan, hewan
ditempatkan sebagai konsumen, sedangkan tumbuhan sebagai produsen. Hewan disebut
sebagai makhluk hidup yang heterotrof.
Setiap organisme di muka bumi menempati habitatnya masing-masing. Dalam
suatuhabitat terdapat lebih dari satu jenis organisme dan semuanya berada dalam satu
komunitas.Komunitas menyatu dengan lingkungan abiotik dan membentuk suatu
ekosistem. Dalam ekosistem hewan berinteraksi dengan lingkungan biotic , yaitu hewan
lain, tumbuhan serta mikroorganisme lainnya. Interaksi tersebut dapat terjadi antar
individu, antar populasi danantar komunitas.
Setiap organisme harus mampu beradaptasi untuk menghadapi kondisi
faktor lingkungan abiotik. Hewan tidak mungkin hidup pada kisaran faktor abiotik yang seluas-
luasnya. Pada prinsipnya masing-masing hewan memiliki kisaran toleransi tertentu
terhadapsemua semua faktor lingkungan.
1.2 Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka batasan masalah yang dapat di ambil yaitu :
1. Pengertian Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya
2. Jenis hewan apa saja yang termasuk Organisme Heterotrof
3. Jenis hewan apa saja yang termasuk Ektotermi atau poikilotermi
4. Jenis hewan apa saja yang termasuk Endotermi atau homeotermi
5. Jenis hewan apa saja yang termasuk dan Lingkungan Biotik
6. Hewan dan Lingkungan Abiotik
1.3 Tujuan
Dari uraian permasalahan diatas maka batasan tujuan yang dapat di ambil yaitu untuk
mengetahui :
1. Pengertian Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya
2
2. Hewan yang termasuk sebagai Organisme Heterotrof
3. Hewan Ektotermi atau poikilotermi
4. Hewan Endotermi atau homeotermi
5. Hewan dan Lingkungan Biotik
6. Hewan dan Lingkungan Abiotik
3
BAB II
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA
2.1 Pengertian Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya
Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotic dan abiotik yang ada di
sekitarnya dandapat mempengaruhinya. Hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan
berkembang biak dalamsuatu lingkungan yang menyediakan kondisi dan
sumberdaya serta terhindar dari faktor-faktor yang membahayakan. Begon (1996),
membedakan faktor lingkungan bagi hewan ada 2 kategori,yaitu;Kondisi dan Sumber
daya.
Kondisi adalah faktor-faktor lingkungan abiotik yang keadaannya berbeda dan
berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan waktu. Hewan bereaksi terhadap
kondisi lingkungan, yang berupa perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan tingkah
laku. Kondisi lingkungan antara lain berupa temperature, kelembaban, Ph, salinitas, arus
air, angina, tekanan, zat-zat organik dan anorganik.
Sumber daya adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh organisme, yang dapat
dibedakan atas materi, energi dan ruang. Sumber daya digunakan untuk
menunjukkan suatu faktor abiotik maupun biotic yang diperlukan oleh hewan, karena tersedianya
di lingkungan berkurang apabila telah dimanfaatkan oleh hewan. Setiap hewan akan
bervariasi menurut ruang (tempat) dan waktu. Oleh karena itu setiap hewan senantiasa
berusaha untuk selalu dapat beradaptasi terhadap setiap perubahan lingkungan tersebut.
Dalam penyesuaian diri tersebut hanya hewan yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan yang dapat bertahan hidup, sementara yang tidak mampu beradaptasi akan
mati atau beremigrasi bahkan akan punah. Perubahan lingkungan terhadap waktu,
secara garis besarnya terdiri atas 3, yaitu;
1. Perubahan Siklik, perubahan yang terjadinya berulang-ulang secara berirama,
seperti malam dan siang, laut pasang dan surut, kemarau dan penghujan, dll.
Perubahan siklik dapat berskala harian, bulanan, musiman, tahunan
2. Perubahan Terarah , suatu perubahan yang terjadi berangsur-angsur, terus menerus
dan progresif dan menuju ke suatu arah tertentu. Prosesnya bisa lama. Contohnya
mendangkalnya danau Limboto di Gorontalo
4
3. Perubahan Eratik, suatu perubahan yang tidak berpola dan tidak menunjukkan arah
perubahannya. Contohnya; pengendapan Lumpur Lapindo di Jawa Timur,
kebakaran hutan, letusan gunung berapi dan lain-lain.
2.2 Hewan Sebagai Organisme Heterotrof
Dalam konsep rantai makanan, hewan ditempatkan sebagai konsumen,
sedangkan tumbuhan sebagai produsen. Hal ini karena hewan tidak dapat mensintesis
makanannya sendiri dari bahan anorganik di lingkungannya. Untuk memenuhi
kebutuhannyaakan bahan – bahan organik berenergi tinggi guna menyediakan energi
untuk aktivitas hidup dan menyediakan bahan – bahan untuk membangun tubuhnya,
hewan mengambil bahan organik dari makhluk hidup lain, baik tumbuhan atau hewan
lain. Karena itulah hewan disebut sebagai makhluk hidup yang heterotrof, sebagai
lawan dari tumbuhan yang bersifat autotrof atau dapat mensintesis makanannya sendiri
yang berupa bahan organik dengan cara melakukan fotosintesis.
Dalam dunia hewan dapat dibedakan 3 macam nutrisi heterotrof yaitu :
1. Tipe nutrisi holozoik. Dalam tipe makanan ini baik yang berupa tumbuhan atau jenis
hewan lain, pertama – tama harus dicari dan didapatkan dahulu, baru kemudian
dimakan serta selanjutnya dicerna sebelum dapat diabsorpsi dan dimanfaatkan oleh
sel – sel tubuh hewan itu. Untuk mencari dan mendapatkan makanan diperlukan
peranan berbagai struktur indera, saraf serta mekanisme otot. Selanjutnya, untuk
mengubah substansi makanan itu kedalam bentuk yang dapat diabsorpsi, diperlukan
juga mekanisme dari sistem pencernaan.
2. Tipe nutrisi saprozoik. Dijumpai pada berbagai hewan protozoa, yang memperoleh
nutrien – nutrien organik yang diperlukan dari organisme – organisme yang telah
mati, membusuk, dan telah terurai. Nutrien – nutrien tersebut diabsorpsi melalui
membran sel dalam bentuk molekul – molekul terlarut.
3. Tipe nutrisi parasitik. Dijumpai pada hewan – hewan parasit. Hewan – hewan ini
mencerna partikel – partikel padat dari tubuh organisme inangnya atau secara
langsung mengabsorpsi molekul – molekul organik dari cairan atau jaringan tubuh
inangnya. Sebagai contoh dari fenomena ini adalah berbagai jenis cacing parasit
pada tubuh hewan atau manusia, misalnya cacing hati di dalam hati, cacing pita dan
cacing perut di dalam usus.
5
Dengan dasar yang lain, yakni ukuran hewan yang menentukan cara makannya,
hewan heterotrof dikelompokkan menjadi makro konsumen dan mikro konsumen.
1. Makro konsumen disebut juga sebagai fagotrof, yakni kelompok hewan yang
mengambil bahan organik dari makhluk hidup lain dengan cara memakan, misalnya
kuda, kambing, harimau, ikan dan sebagainya.
2. Mikro konsumen adalah kelompok hewan yang mengambil makanannya dengan
cara menguraikan jaringan dan mengabsorpsi bahan organiknya. Termasuk
kelompok ini adalah saprofot atau pengurai atau osmotrof, termasuk juga parasit.
Sebagai contoh adalah cacing parasit dan serangga pengurai di tanah.
2.3 Hewan Ektotermi atau poikilotermi
Hewan ektotermi adalah hewan yang untuk menaikkan suhu tubuhnya
memperoleh panas yang berasal dari lingkungan. Dalam kaitannya dengan hal yang
sama, hewan yang suhu tubuhnya berubah – ubah sesuai dengan perubahan suhu
lingkungan disebut hewan poikilotermi, yang dalam istilah lain disebut hewan berdarah
dingin. Dikatakan berdarah dingin karena rata – rata suhu tubuh lebih rendah dari suhu
tubuh hewan homeotermi. Hampir semua hewan tergolong kelompok poikilotermi,
yaitu mulai dari golongan protozoa sampai reptil, aves dan mamalia merupakan hewan
– hewan homeotermi. Ini berarti bahwa hewan – hewan tersebut panas tubuhnya sangat
bergantung pada sumber panas dari lingkungannya. Kemampuan mengatur suhu tubuh
pada hewan – hewan ektoterm sangat terbatas sehingga suhu tubuh bervariasi mengikuti
suhu lingkungannya atau disebut sebagai penyelaras (konfermer).
Ada kondisi suhu lingkungan yang ekstrim rendah di bawah batas ambang
toleransinya, hewan ektoterm mati. Hal ini karena praktis enzim tidak aktif bekerja,
sehingga metabolisme berhenti. Pada suhu yang masih ditolelir, yang lebih rendah dari
suhu optimumnya, laju metabolisme tubuhnya dan segala aktivitasnya pun rendah.
Akibatnya gerakan hewan tersebut menjadi sangat lamban, sehingga akan mudah bagi
predator untuk menangkapnya.
Sebenarnya hewan – hewan ektotermi berkemampuan juga untuk mengatur suhu
tubuhnya, namun daya mengaturnya san gat terbatas dan tidak fisiologis sifatnya
melainkan secara perilaku. Apabila suhu lingkungan terlalu panas, hewan ektoterm akan
berlindung di tempat – tempat teduh, bila suhu lingkungan turun hewan tersebut akan
6
berjemur di panas matahari atau berdiam diri ditempat – tempat yang memberikan
kehangatan baginya.
2.4 Hewan Endotermi atau homeotermi
Hewan endotermi adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas
dari dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, misalnya
golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam istilah lain kelompok hewan ini
disebut juga sebagai kelompok homeoterm. Hewan homeoterm adalah hewan – hewan
yang dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selalu konstan berada pada kisaran suhu
optimumnya.
Hewan – hewan homeotermi, dalam kondisi suhu lingkungan yang berubah –
ubah , suhu tubuhnya konstan. Hal ini karena hewan – hewan ini mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui perubahan produksi
panas (laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (terkait dengan sifat endotermi).
Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui mekanisme
metabolisme ini dikarenakan hewan – hewan homeotermi memiliki organ sebagai pusat
pengaturnya, yakni otak khususnyahipotalamus sebagai thermostat atau pusat pengatur
suhu tubuh. Suhu konstan untuk tubuh hewan – hewan homeotermi biasanya terdapat di
antara 35-40 derajat celcius. Karena kemampuannya mengatur suhu tubuh sehingga
selalu konstan,maka kelompok ini disebut hewan regulator.
2.5 Hewan dan Lingkungan Biotik
Setiap organisme di muka bumi menempati habitatnya masing-masing. Dalam
suatuhabitat terdapat lebih dari satu jenis organisme dan semuanya berada dalam satu
komunitas. Komunitas menyatu dengan lingkungan abiotik dan membentuk suatu
ekosistem. Dalam ekosistem hewan berinteraksi dengan lingkungan biotic , yaitu hewan
lain, tumbuhan serta mikroorganisme lainnya. Interaksi tersebut dapat terjadi antar
individu, antar populasi danantar komunitas. Interaksi tersebut merupakan fungsi
ekologis dari suatu ekosistem. Interaksi antara individu dapat terjadi antar individu
dalam suatu populasi atau berbeda populasi. Misalnya interaksi ayam jantan dengan
pejantan lainnya untuk memperebutkan territorial, antarseekor kucing dengan tikus.
Interaksi populasi terjadi antar kelompok hewan dari suatu jenis organisme dengan
7
kelompok lain yang berbeda jenis organisme. Misalnya sekelompok harimau berburu
sekelompok rusa di padang rumput. Interaksi antar komunitas terjadi antar kelompok-
kelompo singa, kerbau, bison dan bantengdi satu pihak dengan rumput dan semak-semak di
pihak lain ketika hewan itu merumputdi padang rumput. Hubungan antar hewan dengan
lingkungan biotiknya terjadi antar organisme yang hidup terpisah dengan organisme
yang hidup bersama. Faktor-faktor biotic yang mempengaruhi kehidupan hewan adalah
sebagai berikut:
1. Komunitas
Komunitas (biocenose) adalah beberapa jenis organisme yang merupakan
bagian dari jenis ekologis tertentu yang disebut ekosistem unit ekologis, yaitu suatu
satuan lingkungan hidup yang di dalamnya terdapat bermacam-macam makhluk hidup
(tumbuhan, hewan dan mikro organisme) dan antar sesamanya dan lingkungan di
sekitarnya (abiotik) membntuk hubungan timbale balik yang saling mempengaruhi.
2. Ekosistem
Ekosistem adalah suatu unit lingkungan hidup yang di dalamnya terdapat
hubungan yang fungsional antar sesame makhluk hidup dan antar makhluk hidup
dengan komponen lingkungan abiotik. Hubungan fungsional dalam ekosistem adalah
proses-proses yang melibatkan seluruh komponen biotik dan abiotik untukm mengelola
sumber daya yang masuk dalam ekosistem. Sumber daya tersebut adalah sesuatu yang
digunakan oleh organism untuk kehidupannya, yaitu energi, cahaya dan unsur-unsur nutrisi.
Interaksi antar komponen di dalam ekosistem menentukan pertumbuhan populasi setiap
organisme dan berpengaruh terhadap perubahan serta perkembangan struktur
komunitas biotik.
3. Produsen
Produsen terdiri dari organisme autotrof, yaitu organisme yang dapat
menyusun bahan organik dari bahan organik sebagai bahan makanannya. Penyusunan
bahan organik itu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan energi yang diperlukan
untuk aktivitas metabolisme dan aktivitas hidup lainnya. Organisme autotrof adalah;
sebagian besar adalah organisme berklorofil, yang sebagian besar terdiri dari tumbuhan
hijau dan sebagian kecil berupa bakteri.
8
4. Konsumen
Konsumen adalah komponen biotik yang terdiri dari organisme heterotrof, yaitu
organism yang tidak dapat memanfaatkan energi secara langsung untuk memenhuhi
kebutuhan energinya. Organisme heterotrof sebagai organisme yang tidak dapat
menyusun bahan organik dari bahan anorganik. Energi kimia dan bahan organik yang
diperlukan dipenuhi dengan cara mengkonsumsi energi kimia dan bahan organik yang
diproduksi oleh tumbuhan hijau (produsen). Organisme yang tergolong konsumen
adalah;
5. Herbivore
Yaitu memakan tumbuhan. Misalnya sapi, kuda, kambing, kerbau, kupu-kupu,
belalang dan siput.
6. Karnivor
Adalah hewan pemakan hewan lain baik herbivora maupn sesame
karnivor. Karnivor pada umumnya adalah hewan buas (harimau, singa, ular), dan hewan
pemakan bangkai (komodo, burunghantu, dll). Predator juga termasuk sebagai karnivor.
7. Omnivor
Adalah hewan pemakan segalanya baik tumbuhan maupun hewan yang sudah mati,
misalnya kucing, ayam, musang ,tikus dan lain-lain.
8. Detritivor,
Adalah organisme yang berperan sebagai pengurai (mikroorganisme) seperti bakteri.
9. Predator
Predator adalah hewan yang makan hewan lain dengan cara berburu dan membunuh.
Hewan yang dimangsanya adalah hewan yang masih hidup. Contohnya adalah kucing
makan tikus,capung makan serangga.
10. Parasit
Parasit adalah hewan yang hidup pada hewan lain. Hidupnya sangat mempengaruhi
inangnya karena semua zat makanan dari inang diserapnya untuk memenuhi
kebutuhannya. Parasit berupa hewan kecil dan organisme kecil yanmg termasuk jamur
dan bakteri pathogen.
11. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang pada fase dewasanya hidup bebas, tetapi pada
fase larva berkembang di dalam tubuh (telur, larva dan pupa) serangga lain yang
9
merupakan inangnya. Serangga parasitoid pada umumnya termasuk pada ordo
Hymenoptera dan Diptera. Hewan dewasa parasitoid meletakkan telurnya di dekat atau
pada tubuh serangga lain (telur, larva dan pupa). Ketika telur parasitoid yang diletakkan
pada tubuh inangnya menetas, selam faselarva itu belum dewasa akan hidup terus dalam
tubuh inang. Larva tersebut akan makan sebagian atau seluruh tubuh dari inang
sehingga menyebakan kematian bagi inangnya.
12. Pengurai
Pengurai adalah organisme yang berperan sebagai pengurai. Cara
mengkonsumsimakanan tidak dapat menelan dan mencerna makanan di dalam sel
tubuhnya, melainkanharus mengeluarkan enzim pencerna keluar sel untuk dapat
menguraikan makanannya yang berupa organik mati menjadi zat-zat yang molekulnya
13. Mikrobivor
Mikrobivor adalah hewan-hewan kecil yang makan mikroflora (bakteri dan
fungi). Hewan ini berupa protozoa dan nematoda.
14. Detritivor
Detritivor adalah hewan yang makan detritus, yaitu bahan-bahan organik mati
yang berasal dari tubuh tumbuhan dan hewan. Hewan yang tergolong detritus antara
lain; rayap,anjing tanah dan cacing tanah.
2.6 Hewan dan Lingkungan Abiotik
Hewan adalah organisme yang bersifat motil, yaitu dapat bergerak dan
berpindah tempat. Gerakannya disebabkan oleh rangsangan tertentu yang berasal dari
lingkungannya. Faktor-faktor yang merangsang hewan untuk bergerak adalah makanan,
air, cahaya, suhu, kelembaban, dan lain-lain.Faktor lingkungan yang berpengaruh pada
kehidupan hewan dibedakan atas kondisi dan sumberdaya. Sumber daya terdiri atas:
1. Materi
Adalah bahan-bahan atau zat yang diperlukan oleh organisme untuk membangun
tubuh. Materi terdiri atas; zat-zat anorganik (air, garam-garam mineral) dan zat-zat
organi k(tubuh organisme lain atau sisa-sisa tubuh organisme yang sudah mati).
2. Energi
Adalah daya yang diperlukan oleh organisme untuk melakukan aktivitas hidup.
10
3. Ruang
Adalah tempat yang digunakan organisme untuk menjalankan siklus hidupnya.
Hewan dan organisme lain mempunyai hubungan yang saling ketergantungan dengan
lingkungannya, sehingga timbullah hubungan timbal balik antara keduanya. Hubungan
timbal balik tersebut meliputi; Aksi, Reaksi dan Koasi. Lingkungan abiotik hewan
meliputi faktor-faktor Medium dan Substrat
4. Medium
Adalah bahan yang secara langsung melingkupi organisme dan organism tersebut
berinteraksi dengan medium, seperti; Ikan menerima zat-zat mineral dari air, sebaliknya
air menerima kotoran ikan dalam air. Bagi beberapa jenis hewan, medium merupakan
habitatnya. Beberapa fungsi medium bagi hewan;
a) Tempat tinggal misalnya; ikan hidup di air, cacing hidup di dalam tanah
b) Sumber materi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh, misalnya; hewan darat
memperolh Oksigen dari udara.
c) Tempat membuang sisa metabolisme, seperti Karbondioksida dan feces.
d) Tempat berepeoduksi, misalnya, katak pergi ke air untuk kawindan bertelur.
e) Menyebarkan keturunan, misalnya; Larva ketam air tawar (Megalopa), menyebar di
perairan sungai setelah berimigrasi dari laut ke arah hulu sungai.
5. Substrat
Adalah permukaan tempat organisme hidup terutama untuk menetap
atau bergerak, atau benda-benda padat tempat organisme menjalankan seluruh atau
sebagian hidupnya. Setiap organisme memerlukan medium, tetapi tidak semua
mempunyai substrat. Hewan air yang bersifat pelagic (berenang) tidak mempunyai
substrat. Medium juga tidak berubah sebagai akibat adanya aktifitas organisme.
Substrat mengalami modifikasi oleh aktivitas organisme, misalnya tanah padang rumput yang
gembur menjadi padat jika digunakan untuk gembala kambing atau kerbau terus menerus.
Substrat sebagai tempat berpijak, membangun rumah atau kandang dan tempat
makanan. Beberapa hewan menggunakan substrat sebagai tempat berlindung, karena
warna substrat sama dengan warna tubuhnya, misalnya; bunglon dan belalang kayu.
11
Beberapa faktor fisik yang berpengaruh pada kehidupan hewan adalah
a) Tanah
Tanah merupakan substrat bagi tumbuhan untuk tumbuh, merupakan medium
untuk pertumbuhan akar dan untuk menyerap air dan unsure-unsur hara makanan. Bagi
hewan tanah adalah substrat sebagai tempat berpijak dan tempat tinggal, kecuali hewan
yang hidup di dalam tanah. Kondisi tanah yang berpengaruh terhadap hewan tersebut
adalah kekerasannya. Faktor dalam tanah yang mempengaruhi kehidupan hewan tanah
antara lain kandungan air (drainase), kandungan udara (aerase), suhu, kelembaban serta
sisa-sisa tubuh tumbuhan yang telah lapuk. Jika tanah banyak mengandung air maka
oksigen di dalam tanahakan berkurang dan karbondioksidanya akan meningkat. Air juga
menyebabkan tanah menjadi cepat asam, karena eir mempercepat pembusukan.
Kurangnya oksigen menyebabkan gangguan pernapasan , dan zat-zat yang bersifat asam
dapat meracuni hewan. Tanah yang terlalu kering menyebabkan hewan dalam tanah
tidak dapat mengekstrak air secara normal. Kandungan karbondioksida dalam tanah
lebih banyak daripada di atmosfir. Jika tanah banyak mengandung rongga pertukaran
udara antar tanah dengan atmosfir menjadi lancar, karbondioksida dapat keluar
sementara oksigen masuk. Rongga-rongga tanah dapat diperbanyak jika dalam tanah
tersebut banyak hewan penggali tanah seperti cacing tanah dananjing tanah.
b) Air
Air sangat menentukan kondisi lingkungan fisik dan biologis hewan. Perwujudan
air dapat berpengaruh terahadap hewan. Misalnya jika air dalam tubuh hewan akan
berubahmenjadi dingin atau membeku karena penurunan suhu lingkungan,
menyebabkan sel dan jaringan tubuh akan rusak dan metabolosme tidak akan bejalan
noremal, sebaliknya penguapan air yang berlebihan dari dalam tubuh hewan
menyebabkan tubuh kekeurangan air. Hewan dapat dibedakan atas 3 kelompok ditinjau
dari pengaruh air, yaitu; Hidrosol (Hydrosoles) atau hewan air,Mesosol (Mesocoles),
hewan yang hidup di tempat yang tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering
dan Xeroso (Xerosole), hewan yang hidup di tempat yang kering karena tingginya
penguapan. Penyebaran dan kepadatan hewan air di lingkungan air ditentukan oleh
kemampuannya mempertahankan osmotic dalam tubuhnya dan berhubungan dengan
kemampuannya untuk bertoleransi dengan salinitas air.
12
c) Temperatur
Temperatur merupakan faktor lingkungan yang dapt menembus dan menyebar
ke berbagai tempat. Temperatur dapat berpengaruh terhadap hewan dalam
proses reproduksi,metabolisme serta aktivitas hidup lainnya. Suhu optimum adalah
batas suhu yang dapat ditolerir oleh hewan, lewat atau kurang dari suhu tersebut
menyebabkan hewan terganggu bahkan menuju kematian karena tidak tahan terhadap
suhu.
d) Cahaya
Cahaya dapat mempengaruhi hewan, misalnya warna tubuh, gerakan hewan dan
tingkah laku.
e) Gravitasi
Pengaruh gravitasi dirasakan oleh hewan jika hewan sedang berpijak pada substrat
yang horizontal. Hewan yang berdiri di suatu bidang yang miring atau tegak, berenang
di air dan terbang di udara merasakan adanya pengaruh gravitasi bumi. Gravitasi juga
berpengaruh pada perbedaan tekanan air dan udara.
f) Gelombang Arus dan Angin
Kehidupan hewan juga dipengaruhi oleh arus dan angin. Hewan yang hidup di
lingkungan air mengalir menghadapi resiko hanyut karena adanya aliran dan arus air.
Demikian dengan hewan yang hidup di darat dan udara menghadapi arus angin. Namun
demikian arus air dan angin yang normal sangat berpengaruh positif terhadap hewann,
g) pH
Pengaruh pH terhadap organisme terjadi melalui 3 cara, yaitu; 1) secara langsung,
mengganggu osmoregulasi, kerja enzim dan pertukaran gas di respirasi, 2) tidak
langsung, mengurangi kualitas makanan yang tersedia bagi organisme, 3) meningkatkan
konsentarasi racun logam berat terutama ion AI. Di lingkungan daratan dan perairan, pH
menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan penyebaran organisme.
h) Salinitas
Salinitas adalah kondisi lingkungan yang menyangkut konsentrasi garam
dilingkungan perairan dan air yang terkandung di dalam tanah. Di lingkungan perairan
tawar,air cenderung meresap ke dalam tubuh hewan karena salinitasi air lebih rendah
daripada cairan tubuh. Hewan yang hidup di ph abitat laut umumnya bersifat isotonic
terhadap salinitas air laut sehingga tidak ada peresapan air ke dalam tubuh hewan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian penjelasan diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara
lain yaitu :
1. Lingkungan adalah faktor-faktor abiotik dan biotik di luar tubuh organisme
yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme, yang dibedakan atas kondisi dan
sumberdaya.
2. Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotik dan abiotik yang ada di
sekitar hewan dan dapat mempengaruhinya. Contoh-contoh kondisi adalah:
Temperatur, kelembaban, pH,
3. Di dalam rantai makanan hewan adalah makhluk hewan ersifat heterotrof baik
secara holozoik, saprozoik, dan parasitik
4. Faktor-faktor biotic yang berpengaruh terhadap kehidupan hewan adalah komunitas
danekosistem, produsen, konsumen, predator, parasit dan parasitoid, pengurai,
mikrobivor dan detritivor.
5. Faktor-faktor abiotik yang berpengaruh pada kehidupan hewan adalah tanah,
air,temperature, arus air dan angin, salinitas dan makanan.
6. Setiap organisme terdedah pada faktor lingkungan abiotik yang selalu dinamis
atau berubah-ubah dalam skala ruang dan waktu.
7. Setiap hewan mempunyai batas kisaran toleransi tertentu terhadap setiap factor
lingkungannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan,Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang
Begon, M., T.L. Harper & C.R. Townsend. 1986.Ecology: Individuals PopulationsandCommunities
Blacwell. Oxfor.Kendeigh, S.C.1980. Ecology With Special Reference to Animal & ManPrenticeHall, New Jersey.
http://www.inforedia.com/2010/03/faktor-pembatas-ekosistem.html
Kramadibrata, H. (1996). Ekologi Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
http://amybiologi.blogspot.co.id/2012/03/makalah-ekologi-hewan-hewan-dan.html
15