Vi. Perhitungan Pentarifan
-
Upload
ismu-nagh-x-trone -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
description
Transcript of Vi. Perhitungan Pentarifan
VI-1
VI. MESSAGE ACCOUNTING / PERHITUNGAN PENTARIFAN
VI.1. PENGERTIAN UMUM Biaya penyambungan terdiri dari : 1. Biaya investasi
Initial cost yang dibebankan kepada pelanggan 2. Biaya berlangganan a. Bea tetap Sewa peralatan / perangkat yg dikhususkan bagi pelaksanaan sambungan si pelanggan mis: sewa pesawat telepon dan saluran b. Bea tidak tetap Tergantung pada hubungan pembicaraan yang dilakukan Metode Pentarifan : 1. Pentarifan Lokal
Pertimbangan yang dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa setiap sambungan : 1. Butuh peralatan teknis yang sama 2. Butuh panjang saluran yang relatif sama 3. Perbedaan hanya pada lamanya sambungan
Macam pentarifan lokal : 1. Flate Rate Metering 2. Unit Rate Metering
2. Pentarifan Interlokal Pertimbangan yang dilakukan berdasar bahwa setiap sambungan mungkin berbeda dalam :
1. Kebutuhan peralatan teknis 2. Jarak hubungan 3. Lamanya sambungan 4. Saat sambungan (siang/malam)
Macam pentarifan interlokal : 1. Unit Rate Metering 2. All Ticketing 3. Multi Metering / Bulk Billing :
- Multi Metering pada akhir pembicaraan - Multi Metering selama berlangsungnya pembicaraan
VI-2
VI.2. FLATE RATE METERING Sifat khusus metode ini adalah :
1. Terdapat 4 klasifikasi / kelompok pelanggan : a. Pribadi / Rumah Tangga misal Rp 2x b. Sosial → paling murah misal Rp x c. Dinas misal Rp 3x d. Bisnis → paling mahal misal Rp 4x
2. Untuk setiap kelompok terdapat pembayaran bea tetap 3. Besarnya bea tetap tidak tergantung pada :
a. Banyaknya sambungan b. Lamanya sambungan
4. Tidak ada batasan jumlah sambungan lokal sehingga dngan demikian para pelanggan punya kecenderungan untuk melakukan sambungan walaupun hal tersebut tidak terlalu perlu
5. Bea sambungan tidak sesuai penggunaan 6. Penyelenggaraan pentarifan relatif sederhana karena tidak perlu
pencatatan kecuali untuk hubungan interlokal hrs ada pencatatan khusus.
VI.3. UNIT RATE METERING (LOKAL) Sifat khusus metode ini adalah :
1. Pentarifan tergantung pada jumlah panggilan yang berhasil. 2. Sehingga bea bulanan punya 2 kemungkinan :
a. Sejumlah unit tetap dan unit rate b. Hanya berdasar unit rate
3. Pencatatan pada unit rate dapat secara : a. Manual b. Otomat, menggunakan alat pencatat berupa : kartu / ticket,
punch card, counter. VI.4. UNIT RATE METERING (INTERLOKAL) Sifat khusus metode ini adalah :
1. Prinsipnya hampir sama dengan unit rate metering lokal, hanya disini dengan mempertimbangkan : a. Zoning b. Lamanya hubungan
2. Pencatatan yang dilakukan meliputi : a. No. Pemanggil b. Wilayah dengan no. yang dipanggil c. Saat sambungan ( pagi/siang/malam )
VI-3
3. Lamanya sambungan VI.5. ALL TICKETING
Gbr.VI-1: Bagan all ticketing dalam pencatatan billing Penjelasan : 1. Merupakan pencatatan otomatis yang dilakukan di sentral dalam
bentuk punched card, magnetic tape, dll. 2. Data yang dicatat :
a. DN pemanggil, PN dan DN yang dipanggil b. Saat dan lamanya sambungan c. Zone d. Tarif
3. Guna menyederhanakan pencatatan / peralatan, ada kalanya lama pembicaraan dibatasi.
4. Agar tarif jatuh pada pelanggan yg berhak dibutuhkan identifikator. 5. Operation cost tinggi 6. Identificator sering tidak berfungsi dengan baik, yang mengakibatkan
kesalahan pentarifan sehingga cara ini kurang kurang reliable
VI.6. MULTI METERING / BULK BILLING 1. Merupakan pengembangan all ticketing 2. Tidak diperlukan identificator karena pencatatan dilakukan oleh
counter yang terdapat pada masing-masing pelanggan. Counter ini ditempatkan pada berkas keluar sebelum MDF (Main Distribution Frame)
3. Pentarifan jatuh pada yang berhak, shg lebih dapat diandalkan. 4. Terdapat 2 macam :
a. Multi metering pada akhir pembicaraan b. Multi metering selama berlangsungnya pembicaraan
1
2 3
4
5
PS GS (1-9) lokal RS
1. Identifikator 2. Identification relay
repeater 3. Memory circuit 4. Register converter
5. Translator equipment
VI-4
VI.6.1. MULTI METERING PADA AKHIR PEMBICARAAN
Gbr.VI-2: Bagan Multi Meteringpada Akhir Pembicaraan dalam pencatatan billing
Penjelasan : 1. Time Zone Storage untuk menentukan wilayah tujuan berdasar PN yang diterimanya. 2. Time Zone Storage untuk menentukan kecepatan pulsa sesuai
wilayah tujuan 3. Call Meter untuk mencatat pulsa pembicaraan 4. Pengiriman pulsa tersebut dilakukan setelah pembicaraan selesai. Selama itu LF/GS pelanggan tetap digrendel. Kekurangan metode pentarifan ini : 1. Pada akhir pembicaraan penggrendelan tetap terjadi sampai pulsa
metering terkirim semua. Hal ini akan menyebabkan menurunnya efisiensi alat switching karena terhalangnya pendudukan baru yang mungkin muncul.
2. TZM ditempatkan pada setiap junction sehinggan biaya mahal. 3. Agar TZM sederhana, maka lama pembicaraan dibatasi misalk dgn
pemutusan paksa.
PS GS (1-9) lokal RS
pulsa info
zoning PN
CM
TZM
TZS
CM : Call Meter TZS : Time Zone Storage
TZM : Time Zone Metering
VI-5
VI.6.2. MULTI METERING SELAMA BERLANGSUNGNYA PEMBICARAAN / TIME PULSE METERING
Gbr.VI-3: Bagan Multi Meteringpada Akhir Pembicaraan
Cara Kerja : 1. Pulsa pentarifan dikirim oleh MPG ke CM. 2. Interval pulsa diatur oleh PRG berdasarkan info zoning yg dikirim oleh register / translator 3. Info zoning ini tergantung kepada PN tujuan, sesuai pulse dialing pemanggil. Terdapat 2 cara : 1. Time Metering
Yang dihitung hanya lama pembicaraan sedangkan jarak tidak . Bentuk ini dipakai di wilayah yang sempit. 2. Time Zone Metering Periode pulsa tergantung : - Jarak hubungan - Jumlah sentral transit / alat switching yang dipakai Jumlah pulsa tergantung lamanya sambungan
1. Call Meter 2. Register 3. Translator 4. Meter Pulse Generator A 5. Pulse Rate Generator Lintasan / aliran sinyal: A : Digit dialing dr pemanggil :seblm bicara B : Informasi zoning :seblm bicara C : Info periode pulsa :seblm bicara
D : Pulsa pentarifan :selama pembicaraan
PS GS (1-9) lokal RS
1
4
5
2
3
B
C
VI-6
Kelebihan : 1. Pencatatan dimulai pada saat sambungan terbentuk dan berakhir
pula saat pembicaraan selesai. 2. Begitu hubungan selesai, maka semua alat switching dibubarkan 3. Tidak membutuhkan TZS. 4. Tidak perlu identifikasi pelanggan 5. Pencatatan selalu jatuh pada pelanggan yang berhak. 6. Metering pulse dapat berupa : a. Pulse DC
b. Pulse AC (out of band frequency) VI.7. ZONING Fungsi zoning: menentukan interval pulsa, berdasar klasifikasi dari jarak hubungan yang dilaksanakan.
Gbr.VI-4: Klasifikasi zoning
Berdasarkan jarak hubungan dikenal 3 klasifikasi zoning :
1. Zoning halus 2. Zoning sedang 3. Zoning kasar
* Zoning Halus :
1. Jarak hubungan diukur antar sentral lokal, sehingga paling teliti 2. Alat zoning / metering ditempatkan disetiap sentral lokal sehingga jumlahnya sangat banyak. 3. Peralatan zoning harus menerima semua PN dari sentral tujuan
* Zoning Kasar : 1. Jarak hubungan diukur antar sentral tingkat paling tinggi (RC) 2. Jumlah peralatan zoning / metering relatif kecil 3. Tidak menggambarkan jarak yang sebenarnya 4. Hanya cocok digunakan untuk hubungan international.
LE
zone1 zone2 zone3 zone4 1 pulsa 2 pulsa 8 pulsa 15 pulsa
VI-7
* Zoning Sedang : 1. Jarak hubungan diukur antar sentral toll (TC) / sentral primer (PC) 2. Alat zoning / metering ditempatkan pada TC / PC 3. Jumlah peralatan zoning / metering lebih sedikit dibanding pada zoning halus 4. Lebih menggambarkan keadaan sebenarnya dibanding zoning dgn kasar 5. Peralatan zoning/metering lebih sederhana dibanding zoning halus 6. Cara ini paling banyak dipakai 7. Adakalanya pentarifan juga dgn membedakan waktu sambungan: a. Pagi, siang, malam b. Hari libur / kerja