VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · PDF filepergerakan harga CPO internasional,...
date post
10-Mar-2019Category
Documents
view
223download
0
Embed Size (px)
Transcript of VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · PDF filepergerakan harga CPO internasional,...
67
VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG
Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena
perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang
terjadi pada komoditas CPO dan minyak goreng yang merupakan produk turunan
dan olahan lanjutan dari kelapa sawit. Pada bab ini akan diuraikan tentang
pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga rata-rata
minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa kota besar di Indonesia
pada periode bulan Januari 2000-April 2012.
6.1 Pergerakan Harga CPO Internasional Dalam perdagangan minyak nabati dunia, CPO mempunyai pangsa pasar
yang semakin besar dari tahun ke tahun. Dari sisi penawaran, Indonesia
mempunyai peran penting dalam peningkatan produksi CPO dunia dimana
produksinya diperkirakan akan terus meningkat dan ditargetkan akan mencapai 40
juta ton pada tahun 2020 (meningkat 200% dari tahun 2010). Dari sisi konsumsi,
pertumbuhan penduduk dan pergeseran pola konsumsi minyak nabati dunia dari
minyak kedelai ke minyak sawit juga menjadi faktor yang dapat meningkatkan
permintaan CPO dunia.
Pergerakan harga CPO Internasional selama bulan Januari 2000-April 2012
berfluktuasi dengan tren yang terus meningkat (Gambar 18). Pada periode itu,
pertumbuhan harga bulanan (growth month to month) tertinggi terjadi pada bulan
Juli 2001, dimana harga CPO internasional meningkat 24.9% dari bulan
sebelumnya dan sebaliknya penurunan harga terbesar terjadi pada bulan Oktober
2008 dimana harga turun hingga 24.0% dari bulan sebelumnya. Kenaikan harga
CPO dunia pada tahun 2001 merupakan dampak dari penurunan produksi sejak
tahun 1999 yang diakibatkan pengaruh kemarau panjang yang melanda Malaysia
dan Indonesia.
Pada tahun 2006, harga CPO Internasional mengalami kenaikan akibat
kenaikan permintaan dari Cina dan India yang merupakan importir terbesar selain
negara-negara Eropa. Selain itu, kenaikan harga CPO internasional juga
68
disebabkan tingginya harga minyak bumi yang mendorong peningkatan
penggunaan bioetanol yang antara lain diproduksi dari minyak sawit. Kenaikan
harga terus berlanjut pada tahun 2007 dan triwulan pertama 2008, dimana harga
CPO internasional pada bulan Maret 2008 mencapai Rp 11 577/kg, yang
merupakan harga tertinggi sejak tahun 2000. Lonjakan harga pada periode itu
disebabkan kenaikan permintaan dari industri bioetanol di India dan Cina. Pada
tahun 2007 tersebut, pemerintah India mengeluarkan kebijakan berupa pemberian
subsidi bagi penggunaan minyak nabati yang digunakan untuk bahan bakar
(Bachtiar, 2010).
Setelah mengalami puncak kenaikan harga pada triwulan pertama tahun
2008 tersebut, harga CPO internasional mulai mengalami penurunan sejalan
dengan perlambatan perekonomian dunia yang berdampak terhadap pengurangan
permintaan CPO dari negara-negara importir. Penurunan harga juga disebabkan
anjloknya harga minyak mentah dunia sehingga penggunaan minyak sawit
sebagai bioetanol juga ikut berkurang. Penurunan harga terjadi sejak bulan Mei
2008 hingga akhir tahun 2008. Harga CPO internasional pada bulan Oktober
2008 sebesar Rp 5 476/kg yang mendekati harga awalnya sebelum terjadi
lonjakan harga pada awal tahun 2007.
Pada tahun 2009, meskipun terlihat adanya kenaikan harga namun jauh
lebih kecil dibandingkan pada tahun sebelumnya. Meskipun demikian,
perkembangan harga CPO menunjukkan tren yang cenderung meningkat.
Rendahnya harga CPO internasional pada tahun 2009 masih merupakan dampak
dari penurunan harga yang terjadi pada akhir 2008. Menghadapi rendahnya harga
CPO internasional, pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk melakukan
peremajaan kebun kelapa sawit yang berakibat turunnya pasokan CPO dari kedua
negara tersebut ke pasar CPO dunia. Pasokan CPO Indonesia pada tahun 2009
berkurang hingga 75.000 ton sementara Malaysia berkurang 500.000 ton
(Bachtiar, 2010).
Memasuki tahun 2010, pertumbuhan produksi minyak sawit dunia
melambat karena adanya penurunan produktivitas perkebunan kelapa sawit di
Indonesia yang berakibat penurunan produksi dan pasokan ekspor. Hal ini
menyebabkan harga CPO internasional mulai menunjukkan peningkatan
69
dibandingkan harga pada akhir tahun 2009. Harga meningkat cukup tajam selama
tahun 2010 dan mencapai puncak kenaikan harga pada bulan Januari 2011,
dimana harga CPO internasional pada bulan tersebut mencapai Rp 11 515/kg,
lebih tinggi dari puncak kenaikan harga pada tahun 2008 dan menjadi harga
tertinggi sejak tahun 2000. Kenaikan harga CPO pada pasar minyak nabati dunia
menyebabkan peningkatan konsumsi minyak kedelai, namun peralihan ini hanya
bersifat sementara karena stok minyak kedelai dunia yang terbatas dan mulai
menipis pada bulan Juni 2010 (Drajat, 2010).
Harga CPO internasional kembali mengalami penurunan setelah Februari
2011 seiring peningkatan produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia
selama tahun 2011. Pada bulan Maret 2011 stok minyak sawit Malaysia
meningkat 7% hingga 8% (Kemendag, 2011). Kenaikan suplai menyebabkan
harga terus mengalami penurunan harga hingga bulan Oktober dimana harga CPO
internasional menjadi Rp 8 841/kg yang merupakan harga terendah sejak tahun
2011. Harga kembali mengalami kenaikan setelah November 2011 yang dipicu
oleh banjir yang terjadi di Malaysia (World Bank, 2012). Harga CPO
internasional terus mengalami kenaikan selama kuartal pertama tahun 2012.
Namun demikian World Bank memprediksi jika harga CPO tahun 2012 tetap akan
mengalami penurunan sebesar 20 % karena adanya peningkatan suplai CPO
dunia.
Gambar 18 Pergerakan dan pertumbuhan harga CPO internasional periode
Januari 2000-April 2012
70
Tabel 8 memperlihatkan keragaman harga CPO internasional per tahun
pada periode tahun 2000-kuartal pertama tahun 2012. Dalam kurun waktu
tersebut, terjadi beberapa kali fluktuasi harga yang relatif tinggi, yaitu pada tahun
2001, 2007, 2008 dan 2010. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variasi (CV)
pada tabel tersebut, dimana nilai CV pada tahun-tahun tersebut relatif lebih tinggi.
Tingginya fluktuasi harga CPO internasional pada tahun 2007 dan 2008 tidak
terlepas dari pergerakan harga dalam periode itu. Sebagaimana telah
dideskripsikan sebelumnya, bahwa pada tahun 2007 terjadi kenaikan harga yang
cukup tajam selama tahun 2007. Fluktuasi semakin besar pada tahun 2008 karena
pada tahun ini harga masih meningkat tajam yang diikuti penurunan harga yang
juga relatif tajam setelah puncak kenaikan harga pada bulan yang diikuti
penurunan harga yang juga cukup tajam setelah bulan Mei 2008. Harga kembali
berfluktuasi pada tahun 2010, dimana harga CPO internasional mengalami
kenaikan yang cukup tajam selama tahun 2010.
Fluktuasi harga CPO internasional mendapat perhatian serius dari
pemerintah karena akan berpengaruh terhadap harga CPO dan minyak goreng
domestik. Tingkat harga CPO internasional menjadi dasar penetapan kebijakan
yang terkait dengan penetapan harga kelapa sawit (TBS) dan harga minyak goreng
domestik.
Tabel 8 Keragaman harga CPO internasional periode 2000-2012
Tahun Harga Rata-Rata
(Rp/kg)
Standar Deviasi CV (%)
2000 2435.04 169.12 6.95 2001 2724.40 423.07 15.53 2002 3359.32 264.19 7.86 2003 3535.51 341.99 9.67 2004 3897.70 324.12 8.32 2005 3802.02 242.57 6.38 2006 4079.00 445.72 10.93 2007 6681.15 1192.14 17.84 2008 8485.12 2394.96 28.23 2009 6567.07 603.51 9.19 2010 7638.62 1200.89 15.72 2011 9184.57 872.61 9.50
2012* 10265.09 538.07 5.24 Rata-rata 5588.81 693.30 11.64 * kuartal pertama
71
6.2 Pergerakan Harga CPO Domestik Harga CPO di dalam negeri dihasilkan dari mekanisme penawaran dan
permintaan pada pasar CPO domestik. Penawaran CPO domestik merupakan
gabungan dari produksi CPO dari prosesor minyak sawit milik negara maupun
swasta. Sedangkan permintaan CPO domestik berasal dari berbagai industri
turunan kelapa sawit seperti industri pangan, biofuel dan oleokimia dimana
permintaan terbesar berasal dari industri minyak goreng.
Harga CPO domestik pada periode bulan Januari 2000 hingga April 2012
menunjukkan tren yang cenderung naik dari tahun ke tahun. Sebagaimana
pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik pada periode sebelum
tahun 2006 cenderung stabil dan menjadi lebih fluktuatif sejak tahun 2006.
Pertumbuhan harga bulanan (growth month to month) tertinggi terjadi pada bulan
November 2006 dimana terjadi kenaikan harga sebesar 20.4 % dari bulan
sebelumnya (Gambar 19).
Harga CPO domestik sempat mengalami fluktuasi pada awal tahun 2000
yang disebabkan penurunan kualitas tandan buah segar yang dihasilkan oleh
perkebunan rakyat yang merupakan dampak dari kenaikan harga pupuk pada
tahun 1999. Harga CPO domestik terus mengalami penurunan hingga akhir tahun
2000 dan mencapai titik terendah pada bulan Desember 2000 sebesar Rp 1 667/kg
sebelum bergerak naik kembali.
Gambar 19