Usulan Fani

42
USULAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN BUDIDAYA CABAI (Capsicum annum L.) UNTUK PRODUKSI BENIH DI PT. BENIH CITRA ASIA, MAJENANG Oleh: Fani Yuliana Sari NIM A1L012010

description

DSADDSDS

Transcript of Usulan Fani

USULAN PRAKTIK KERJA LAPANGANBUDIDAYA CABAI (Capsicum annum L.) UNTUK PRODUKSI BENIH DI PT. BENIH CITRA ASIA, MAJENANG

Oleh:Fani Yuliana SariNIM A1L012010

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2015

20

19

USULAN PRAKTIK KERJA LAPANGANBUDIDAYA CABAI (Capsicum annum L.) UNTUK PRODUKSI BENIH DI PT. BENIH CITRA ASIA, MAJENANG

Oleh:Fani Yuliana SariNIM A1L012010Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Praktik Kerja Lapangan pada Pendidikan Strata Satu Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2015

USULAN PRAKTIK KERJA LAPANGANBUDIDAYA CABAI (Capsicum annum L.) UNTUK PRODUKSI BENIH DI PT. BENIH CITRA ASIA, MAJENANG

Oleh:Fani Yuliana SariNIM A1L012010

Diterima dan disetujuiTanggal :Januari 2015Mengetahui : Pembimbing,Wakil Dekan Bidang Akademik,Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P. Ir. Bambang Hartanto, M.S.NIP 196011081986011001NIP 195701031984031002DAFTAR ISIHalamanDAFTAR ISI ivDAFTAR TABEL viI. PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang 1B. Tujuan dan Sasaran 2C. Manfaat 2II. TINJAUAN PUSTAKA 3 A. Sejarah 3B. Klasifikasi 4C. Morfologi 5D. Syarat Tumbuh 6E. Manfaat Cabai 7F. Teknik Budidaya Tanaman Cabai untuk Produksi Benih 81. Pembibitan 82. Pengolahan tanah 83. Pemasangan mulsa 94. Penanaman 105. Pemeliharaan 116. Panen dan pasca panen 14III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN 16A. Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapangan 16B. Materi Praktik Kerja Lapangan 16C. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan 16D. Pengambilan Data 16IV. JADWAL PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 17DAFTAR PUSTAKA 18LAMPIRAN 20

DAFTAR TABELTabel Halaman1. Komposisi gizi buah cabai dalam setiap 100 gram bahan 72. Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapangan 17

I. II. PENDAHULUANA. Latar BelakangCabai (Capsicum annum L.) merupakan komoditas penting (Barus, 2006). Cabai tidak hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga, tetapi juga digunakan dalam industri makanan (Rukmana dan Yuniarsih, 2005), dan obat (Tarigan dan Wiryanta, 2003). Statistik menunjukan bahwa konsumsi cabai dari tahun 2007-2011 terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,47 %/tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2012). Produksi cabai tahun 2011 baru mencapai 888.852 ton (Badan Pusat Statistik, 2013), sedangkan kebutuhan mencapai 1.644.000 ton (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2012).Produktivitas cabai nasional masih sangat rendah. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), produktivitas cabai nasional baru mencapai 7,93 ton/ha, padahal potensi hasil bisa mencapai 40 ton/ha (Agustin et al., 2010). Rendahnya produktivitas, salah satunya karena penggunaan benih kurang bermutu di tingkat petani dan teknik budidaya yang belum sempurna (Siregar dan Khardinata, 2005). Usaha untuk meningkatkan hasil cabai merah adalah dengan menggunakan benih bermutu (Marliah et al., 2011 ).Pengetahuan terkait produksi benih sangat diperlukan untuk mengatasi produktivitas cabai yang rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan Praktik Kerja Lapangan dengan judul Budidaya Cabai (Capsicum annum L.) untuk Produksi Benih di PT. Benih Citra Asia Majenang.B. Tujuan dan SasaranTujuan Praktik Kerja Lapangan adalah:1. Mengetahui dan melaksanakan praktik tentang budidaya cabai untuk produksi benih di PT. Benih Citra Asia, Majenang, Cilacap.2. Mengkaji kendala dan cara mengatasinya dalam budidaya cabai untuk produksi benih di PT. Benih Citra Asia, Majenang, Cilacap.3. Mengetahui sistem organisasi perusahaan PT. Benih Citra Asia, Majenang, Cilacap.Sasaran Praktik Kerja Lapangan adalah:1. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai praktik budidaya cabai untuk produksi benih di PT. Benih Citra Asia, Majenang, Cilacap.2. Memperoleh informasi mengenai kendala dan cara penanganannya dalam budidaya cabai untuk produksi benih di PT. Benih Citra Asia, Majenang, Cilacap.3. Memperoleh informasi mengenai sistem organisasi perusahaan PT. Benih Citra Asia, Majenang, Cilacap.

C. Manfaat1. Praktik Kerja Lapangan dapat dijadikan sarana menambah pengalaman kerja yang tidak diperoleh dalam kegiatan perkuliahan.2. Praktik Kerja Lapangan dapat dijadikan sarana memperoleh ilmu pengetahuan mengenai organisasi perusahaan.3. Praktik Kerja Lapangan dapat dijadikan sumber informasi untuk penelitian.III. TINJAUAN PUSTAKAA. SejarahCabai berasal dari Amerika Selatan, tepatnya di daerah Peru (Alex, 2012). Orang indian dipercaya paling berperan menyebarluaskan tanaman cabai dari Amerika Selatan ke Amerika Tengah, hingga mencapai Amerika Utara. Sejak 7000 sebelum masehi, orang indian telah menggunakan cabai sebagai bumbu masak (Setiadi, 2005). Sejarah cabai erat kaitannya dengan ditemukannya benua Amerika oleh Columbus tahun 1492. Columbus membawa cabai ke Eropa dan menjadi tanaman favorit di Eropa (Alex, 2012). Tanaman cabai menyebar ke Eropa hingga ke Asia (Soedarya, 2009).Tanaman cabai masuk ke Indonesia dibawa oleh pelaut Portugis, Ferdinand Magelhaes (Tarigan dan Wiryanta, 2003). Sumber lain menyebutkan bahwa, cabai dibawa oleh saudagar-saudagar dari Persia ketika singgah di Aceh (Prajnanta, 2008). Penyebaran tanaman cabai kemudian dilanjutkan oleh orang Belanda (Wiryanta, 2002). Penghasil utama cabai di Indonesia adalah Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Provinsi tersebut menghasilkan cabai lebih dari 190.000 ton pada tahun 2013 (Badan Pusat Statistik, 2014). Produksi cabai tahun 2012 mencapai 1,66 juta ton. Sumber pertumbuhan produksi cabai adalah pertumbuhan luas panen yang juga menderung meningkat dengan laju rata-rata 2,97 %/tahun dan peningkatan produktivitas rata-rata 6,83 %/tahun (Direktorat Pangan dan Pertanian, 2013).B. KlasifikasiMenurut Prajnanta (2008), tanaman cabai diklasifikasikan sebagai berikut:Kingdom: PlantaeDivisi: SpermatophytaSubdivisi: AngiospermaeKlas: DicotyledoneaeSubklas: SympetalaeOrdo: Tubiflorae (Solanales)Famili: SolanaceaeGenus: CapsicumSpesies: Capsicum annum L.Tanaman cabai merupakan terna tahunan yang tumbuh tegak dengan batang berkayu dan bercabang banyak. Ketinggian bisa mencapai 120 cm dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm (Redaksi Agromedia, 2007a). Tanaman lain yang masih sekerabat dengan cabai antara lain kentang (Solanum tuberosum L.), terung (Solanum melongena L.), leunca (Solanum ningrum L.), takokak (Solanum torvum Swatz.), dan tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) (Wiryanta, 2002). Jenis dan ragam buah cabai sangat banyak dan bervariasi. Jenis cabai yang merajai pasaran diantaranya Papirus, Lado, Salero hibrida yang memiliki buah kriting dan berasa pedas, dan kultivar TM 999. Kultivar cabai besar diantaranya Hot Beauty, Kresna, Maraton, dan Long Chili (Redaksi Agromedia, 2007a). Varietas cabai merah pada dasarnya terdiri dari varietas hibrida dan non hibrida (Maliah et al., 2011).C. MorfologiCabai memiliki akar tunggang yang kuat (Redaksi Agromedia, 2007b) dan bercabang ke samping membentuk akar serabut. Perakaran tanaman cabai terdiri atas akar utama (primer), akar lateral (sekunder), dan akar tersier yang berbentuk serabut akar (Prajnanta, 2008). Panjang akar dapat mencapai 1 m (Pitojo, 2003) dan lebar akar dapat mencapai 45 cm (Redaksi Agromedia, 2007b). Akar berfungsi untuk mengabsorpsi air dari tanah untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Intara et al., 2011).Batang utama cabai tegak lurus, kokoh (Prajnanta, 2008), berkayu, dan bercabang banyak dan menyebar (Redaksi Agromedia, 2007b). Tinggi tanaman sekitar 50-90 cm (Setiadi, 2005). Diameter batang cabai 1,5-3 cm (Prajnanta, 2008). Warna batang hijau hingga keunguan (Pitojo, 2003).Daun cabai berwarna hijau muda hingga hijau tua (Wiryanta, 2002). Daun cabai merupakan daun tunggal berbentuk ovote atau lanceolate (Redaksi Agromedia, 2007b). Daun ditopang oleh tangkai daun (Prajnanta, 2008). Panjang daun 5-12 cm, dan lebar daun 1-1,25 cm (Pitojo, 2003). Tulang daun berbentuk menyirip (Prajnanta, 2008). Daun terletak berselang-seling tanpa daun penumpu (Pitojo, 2003).Bunga muncul dari ketiak tangkai daun dan memiliki lima kelopak bunga yang saling berlekatan. Tanaman cabai memiliki bunga sempurna (Pitojo, 2003). Benang sari dan putik terdapat dalam satu tangkai (Wiryanta, 2002). Tangkai putik berwarna putih dengan panjang 0,5 cm. Warna kepala putik kuning kehijauan, sedangkan warna tangkai sari putih hingga kecoklatan. Panjang tangkai sari 0,5 cm. Kepala sari berwarna biru atau ungu (Setiadi, 2005). Bunga cabai juga merupakan bunga lengkap (Wiryanta, 2002).Bentuk buah cabai bervariasi tergantung varietasnya (Prajnanta, 2008). Buah cabai besar merupakan buah buni yang memiliki tiga ruang berukuran 1-30 cm dan berbentuk bulat atau kerucut (Pitojo, 2003). Daging buah umumnya renyah. Plasenta terdapat dalam buah sebagai tempat biji melekat. Warna biji putih atau kuning. Biji memiliki kulit keras dibagian luar (Redaksi Agromedia, 2007b). Biji cabai berukuran 3-5 mm (Pitojo, 2003).

D. Syarat TumbuhTanaman cabai cocok tumbuh di dataran rendah, menengah (Wiryanta, 2002), hingga dataran tinggi 2000 m diatas permukaan laut (Pitojo, 2003). Pertumbuhan cabai lambat apabila ditanam di dataran tinggi (Redaksi Agromedia, 2007b). Suhu ideal untuk pertumbuhan cabai adalah 25-30 C (Wiryanta, 2002). Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan cabai adalah 80 %. Tanaman cabai bukan merupakan tanaman hari panjang. Penyinaran yang dibutuhkan tanaman cabai adalah selama 10-12 jam per hari (Redaksi Agromedia, 2007a). Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan cabai adalah 600-1250 mm sepanjang masa pertumbuhannya (Pitoji, 2003)Tanaman cabai dapat tumbuh pada tanah yang gembur, remah, dan memiliki drainase baik. Jenis tanah yang memiliki karakteristik tersebut adalah tanah andosol, regosol, dan latosol (Pitojo, 2003). Derajat keasaman (pH) yang paling ideal adalah 6-7 (Wiryanta, 2002).E. Manfaat CabaiCabai merah mengandung zat gizi yang sangat berguna untuk kesehatan seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin, dan senyawa alkaloid, dan minyak esensial (Taufik et al., 2013). Rasa pedas pada cabai ditimbulkan oleh zat capsaicin (Arief et al., 2011).Cabai bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, memperkuat jantung, nadi, saraf, mencegah flu, demam, rematik, dan menambah semangat (Prajnanta, 2013). Menurut Surh (2002) capsaicin pada cabai dapat membunuh sel tumor. Penelitian lain yang dilakukan Venier et al. (2012), menyimpulkan bahwa kombinasi antara lycopene dan capsaicin dapat menunda perkembangan kanker prostat. Kandungan gizi yang terkandung dalam cabai disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Komposisi gizi buah cabai dalam setiap 100 gram bahanNo.Jenis Zat GiziKadar

1Air (%)83

2Lemak (%)0,6

3Protein (%)3

4Karbohidrat (%)6

5Serat (%)7

6Kalori (kal.)32

7Kalsium (mg)15

8Fosfor (mg)30

9Zat besi(mg)0,5

10Vitamin A (IU)15000

11Thiamin (vitamin B1) (mg)50

12Riboflavin (B2) (mg)40

13Niasin (mg)0,4

14Vitamin C (mg)360

Sumber: Setiadi, 2005.

F. Teknik Budidaya Tanaman Cabai untuk Produksi BenihBudidaya cabai untuk keperluan produksi benih pada dasarnya sama dengan budidaya cabai untuk keperluan konsumsi. Langkah-langkah budidaya cabai untuk produksi benih adalah sebagai berikut:1. PembibitanPembibitan cabai dilakukan dengan membuat persemaian. Benih di rendam di dalam air hangat suhu 50 C selama satu jam, untuk mempercepat perkecambahan dan menghilangkan hama atau penyakit yang menempel (Redaksi Agromedia, 2007b). Pembibitan cabai sebaiknya dilakukan dengan menggunakan plastik kecil yang berukuran kurang lebih 128 cm. Plastik dilubangi bagian samping dan bawahnya untuk membuang kelebihan air. Plastik di isi dengan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Pupuk TSP sebanyak 150 gram, NPK 80 gram, dan Furadan 75 gram ditambahkan dalam tanah sebagai pupuk dasar (Wiryanta, 2002).2. Pengolahan tanahMenurut Intara et al. (2011), pengolahan tanah dilakukan untuk memperbaiki keadaan fisik tanah dan mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara di cangkul atau di bajak menggunakan traktor (Setiadi, 2005). Pembajakan terdiri dari pembajakan ringan, sedang, dan dalam. Pembajakan ringan dilakukan pada lahan bekas sawah, kedalaman bajakannya 8-12 cm. Pembajakan sedang dilakukan pada lahan bekas tanaman palawija, kedalaman bajakannya 15-20 cm. Pembajakan dalam di lakukan pada lahan bekas atau di sela-sela tanaman tahunan, kedalaman bajakannya 20-25 cm (Prajnanta, 2008).Pengolahan tanah dilakukan sampai tanah menjadi gembur. Pembuatan bedengan, saluran irigasi, dan drainase, dapat dibuat apabila tanah sudah gembur (Setiadi, 2005). Bedengan dibuat setinggi 30-40 cm, sementara itu untuk budidaya pada musim hujan tinggi bedengan 40-60 cm (Redaksi Agromedia, 2007a). Pemupukan dasar untuk cabai digunakan dengan pupuk kandang sebanyak 20-30 ton/ha dan pemberian fungisida seperti Furadan 3G atau indofuran sebanyak 100 gram per tanaman. Pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk secara merata. Pengapuran dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar apabila tanah masam (Wiryanta, 2002).3. Pemasangan mulsaPemasangan mulsa plastik pada cabai digunakan plastik hitam perak (Redaksi Agromedia, 2007a). Salah satu keuntungan pemakaian mulsa plastik yaitu bisa menekan serangan hama dan penyakit. Keuntungan ini diperoleh karena warna perak akan memantulkan sinar ultraviolet ke permukaan bawah daun yang dihuni oleh hama aphid, thrips, tungau, ulat, dan cendawan (Wiryanta, 2002). Pemasangan mulsa plastik dilakukan bersamaan dengan pemupukan kimia. Pemasangan mulsa plastik hitam perak sebaiknya dilakukan pada saat cuaca panas, antara pukul 09.00-14.00 (Prajnanta, 2008).Bedengan yang telah ditutup mulsa dibiarkan selama 5-7 hari agar unsur hara dalam pupuk bereaksi dan sudah dalam bentuk tersedia hingga dapat diserap oleh tanaman muda. Satu atau dua hari sebelum penanaman perlu dibuat lubang penanaman. Lubang penanaman dibuat dengan ukuran diameter 10 cm agar pupuk dan air di dalam bedengan tidak mudah mengalami penguapan. Jarak tanam ditandai dengan menggunakan meteran ukur dan potongan bambu yang dibuat sesuai jarak tanam (Prajnanta, 2005)4. PenanamanPenanaman adalah kegiatan menanam bibit cabai yang berasal dari persemaian ke bedengan (Prajnanta, 2003). Penanaman bibit cabai sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari panas matahari yang dapat menyebabkan bibit layu (Wiryanta, 2002). Bibit yang baik dipilih dari persemaian, yaitu bibit yang tidak terserang hama atau penyakit. Tanah digali sedalam 20 cm, kemudian lubang tanam diberi pupuk urea sebanyak 5 gram. Polibag di sobek secara hati-hati, kemudian tanaman cabai ditanam (Prajnanta, 2003). Bibit cabai dalam kantung plastik dipindahkan kelapangan setelah berumur 21 hari setelah semai. Bibit ditanam dengan jarak tanam 0,60,4 m. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk anorganik separuh dosis yaitu N (100 kg/ha) dilakukan dua kali (1/3 dosis pada saat tanam dan 2/3 dosis saat umur empat minggu), sedangkan P2O5 (75 kg/ha) dan K2O (75 kg/ha) diberikan saat tanam (Sutariati dan Safuan, 2012). Menurut Wiryanta (2002), penanaman bibit cabai diusahakan hanya sebatas leher akar tanaman, sehingga tidak menyebabkan kebusukan.

5. PemeliharaanTanaman cabai harus dipelihara agar tidak mengalami gagal panen (Redaksi Agromedia, 2007b). Pemeliharaan tanaman cabai terdiri dari pengairan, penyulaman, pemupukan, penyiangan, pemasangan ajir, pemangkasan, pengendalian hama penyakit, dan roguing (Pitojo, 2003).Penyiraman dilakukan setiap pagi untuk mengantisipasi bibit kekurangan air karena penguapan (Pitojo, 2003). Kekurangan air pada masa pertumbuhan menyebabkan tanaman menjadi kerdil (Redaksi Agromedia, 2007b). Menurut Utaminingsih (2013), kekeringan pada tanaman cabai dapat menyebabkan penurunan viabilitas, penurunan jumlah daun, penurunan rasio panjang-lebar daun, peningkatan panjang akar, peningkatan tebal daun, peningkatan kadar prolin dan asam absisat daun, dan percepatan waktu berbunga.Kebutuhan air per tanaman selama masa pertumbuhan sekitar 250 ml, diberikan setiap dua hari sekali. Jumlah tersebut ditingkatkan pada masa pembungaan dan pembuahan. Pengairan cabai oleh petani pada umumnya dilakukan dengan sistem leb, yaitu air irigasi dialirkan ke dalam parit yang ada di antara bedengan selama 15-40 menit sampai meresap ke perakaran tanaman (Redaksi Agromedia, 2007b).Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang gagal tumbuh dengan bibit yang baru dipersemaian yang seumur. Penyulaman bertujuan untuk menjaga populasi tanaman tidak berkurang. Penyulaman dilakukan bersamaan dengan pemeliharaan tanaman atau pada saat pengairan. Bibit yang mati dicabut berikut tanahnya. Bibit yang baru ditanam pada lubang bekas tanaman yang mati. Penyulaman harus dilakukan tepat waktu, tidak lebih dari dua minggu setelah penanaman pertama (Pitojo, 2003).Pemupukan pada cabai bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman (Wiryanta, 2002). Jenis pupuk yang diberikan dalam pemupukan susulan adalah pupuk ZA, NPK, dan pupuk pelengkap cair. Pupuk di aplikasikan dengan interval 10-14 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran (Pitojo, 2003).Penyiangan pada pertanaman cabai dilakukan secara manual. Gulma yang berada di bedengan dicabut beserta akarnya agar tidak tumbuh kembali (Redaksi Agromedia, 2007). Penyiangan pertama dilakukan sesegera mungkin setelah terlihat adanya gulma, atau satu minggu setelah tanam. Penyiangan kedua dilakukan enam minggu setelah tanam (Pitojo, 2003).Pemasangan ajir dilakukan segera setelah tanaman cabai ditanam. Ajir yang digunakan adalah batang bambu yang dibelah empat yang telah di haluskan (Wiryanta, 2002). Panjang ajir sekitar 1-2,5 m, ditancapkan di dekat tanaman dengan kedalaman 20-25 cm. Batang utama tanaman diikatkan ke ajir dengan menggunakan tali rafia sehingga tanaman tetap berdiri tegak (Pitojo, 2003).Pemangkasan adalah kegiatan memotong tunas atau cabang air yang tumbuh dan tidak produktif. Pemangkasan pada tanaman cabai dilakukan dengan dua tahap, yaitu 20 hari setelah tanam atau pada saat pemasangan ajir dan 3-4 minggu setelah pemangkasan pertama. Bunga pertama yang tumbuh di sela-sela percabangan pertama perlu dipangkas untuk merangsang pertumbuhan tunas cabang di atasnya sehingga tanaman lebih produktif (Pitojo, 2003). Menurut Hatta (2012), praktek perawatan yang umum dilakukan oleh petani adalah melakukan pemangkasan tunas yang tumbuh di ketiak daun.Hama utama yang menyerang tanaman cabai adalah kutu persik, thrips, apis, kutu kebul, lalat buah, dan ulat grayak. Penyakit utama pada tanaman cabai adalah antraknosa, busuk daun, dan bercak daun. Pengendalian hama penyakit pada cabai dilakukan dengan memadukan berbagai pengendalian seperti kultur teknis, biologis, mekanis, dan kimiawi. Secara kultur teknis dilakukan dengan tindakan budidaya tanaman. Pengendalian biologis dilakukan dengan musuh alami atau agensia hayati berupa jamur. Pengendalian mekanis dilakukan dengan membuang langsung hama atau tanaman yang terserang penyakit. Pengendalian kimiawi dilakukan dengan pemakaian pestisida seperti Betacol 75 SP, Marshal 200 EC, dan Voltage 560 EC (Pitojo, 2003).Roguing adalah kegiatan membuang tanaman yang sakit, tanaman yang dirugikan kemurniannya, dan tanaman yang berasal dari varietas lain agar tidak mengganggu penyelenggaraan perbenihan cabai. Roguing dilakukan pada tanaman cabai sebelum berbunga dan berbuah. Patokan yang digunakan adalah keragaan tanaman, antara lain daun, tangkai daun, batang, tinggi tanaman, dan pertumbuhan tanaman. Roguing dilakukan dengan memperhatikan warna dan ukuran bunga pada fase berbunga. Fase berbuah, roguing dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat buah, antara lain bentuk, warna, dan ukuran buah (Pitojo, 2003).

6. Panen dan pasca panenPanen buah cabai untuk benih berbeda dengan buah cabai untuk dikonsumsi. Buah cabai harus di panen pada saat mencapai kemasakan fisiologis. Buah cabai di katakan telah mencapai tingkat kemasakan fisiologis jika tiga per empat bagian buah berwarna merah, biasanya terjadi 55 hari setelah pembentukan bunga (Pitojo, 2003). Umur panen cabai ditntukan oleh varietas, lokasi tempat penanaman, dan kombinasi pemupukan yang digunakan (Prajnanta, 2008).Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari. Pemetikan buah cabai dilakukan secara manual (dengan tangan) dan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak cabang, ranting, bunga, dan buah muda yang belum saatnya dipetik. Buah dipetik bersama tangkainya, selanjutnya hasil panen ditampung di dalam wadah. Buah cabai yang digunakan untuk membuat benih harus dipilih buah yang sehat (Pitojo, 2003). Cabai yang terserang penyakit di tempatkan dalam wadah tersendiri (Prajnanta, 2008).Cabai hasil panen di kumpulkan dalam satu hamparan untuk dilakukan sortasi (pemilihan). Cabai yang utuh dan sehat, cabai utuh tetapi abnormal, cabai yang rusak sewaktu pemanenan, dan cabai yang terserang hama dan penyakit dipilah-pilah. Cabai hasil sortasi yang terbaik, kemudian dilakukan grading, yaitu penggolongan buah cabai berdasarkan kualitas dan ukuran panjang buah. Cabai yang normal dan cabai yang bentuknya abnormal dipisah (Prajnanta, 2008).Cabai yang sudah di sortasi dan di grading kemudian di kemas menurut keperluan (Prajnanta, 2008). Biji cabai yang telah di tiriskan di tebar di atas nyiru beralas koran dibawah sinar matahari. Pengeringan dilakukan selama 5-7 hari sehingga kadar air benih tinggal sekitar 10 %. Biji cabai yang telah kering ditampung untuk sementara di dalam tong plastik hitam, sambil menunggu proses sertifikasi benih. Tempat penyimpanan calon benih cabai harus tertutup rapat dan diusahakan agar tidak terganggu oleh hama (Pitojo, 2003). Cabai yang telah dikemas dan tidak langsung dipasarkan, disimpan pada ruangan yang berudara sejuk dan kering. Suhu yang biasa digunakan untuk penyimpanan berkisar 7,8-8,9 C. Penyimpanan pada suhu 0 C dan kelembaban relatif 95-98 % mampu mempertahankan kesegaran cabai sampai 40 hari dengan tingkat kerusakan 4 % (Prajnanta, 2008).

IV. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGANA. Tempat dan Waktu Praktik Kerja LapanganPraktik Kerja Lapangan akan dilaksanakan di PT. Benih Citra Asia, Majenang, Cilacap. Praktik Kerja Lapangan akan dilaksanakan Januari-Februari 2015.

B. Materi Praktik Kerja LapanganMateri yang akan dikaji dalam Praktik Kerja Lapangan adalah teknik budidaya cabai untuk produksi benih di PT. Benih Citra Asia, Majenang. Materi lain mengkaji tentang keadaan umum perusahaan PT. Benih Citra Asia, Majenang.

C. Pelaksanaan Praktik Kerja LapanganPraktik Kerja Lapangan dilakukan dengan berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan budidaya cabai di PT. Benih Citra Asia, Majenang, Cilacap.

D. Pengambilan DataPraktik Kerja Lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi, pengamatan, praktik langsung, dan wawancara dengan staff dan pekerja setempat. Data sekunder diperoleh dari informasi berupa catatan, buku, dokumen dan pustaka lain yang berhubungan dengan teknik budidaya cabai untuk produksi benih.V. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja LapanganTabel 2. Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapanganNo.Jenis KegiatanMinggu ke-

1234

1Pengenalan lapang

2Praktik kerja lapangan dan pengambilan data primer

3Pengambilan data sekunder

4Tahap penyelesaian

5Pembuatan laporan

DAFTAR PUSTAKAAgustin, W., S. Ilyas, S.W. Budi, I. Anas, dan F.C. Suwarno. 2010. Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Pemupukan P untuk Meningkatkan Hasil dan Mutu Benih Cabai (Capsicum annuum L.). J. Agron Indonesia 38: 218-224.

Alex, S. 2012. Kreatif Bertanam Cabai dalam Pot. Pustaka Baru Press, Yogyakarta. 148 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Cabai Besar, Cabai Rawit, dan Bawang Merah Tahun 2012. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Barus, W.A. 2006. Pertumbuhan dan Produksi Cabai (Capsicum annum L.) Dengan Penggunaan Mulsa dan Pemupukan PK. Jurnal penelitian bidang pertanian 4: 41-44.

Direktorat Pangan dan Pertanian. 2013. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta.

Hatta, M. 2012. Pengaruh Pembuangan Pucuk dan Tunas Ketiak terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai. J. Floratek 7: 8-90.

Intara, Y.I., A. Sapei, Erizal, N. Sembiring, dan M.H.B. Djoefrie. 2011. Mempelajari Pengaruh Pengolahan Tanah dan Cara Pemberian Air terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.). Embryo 8: 32-39.

Marliah, A., M. Nasution, dan Armin. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Cabai Merah pada Media Tumbuh yang Berbeda. J. Floratek 6: 84-91.

Pitojo, S. 2003. Benih Cabai. Kanisius, Yogyakarta. 79 hlm.

Prajnanta, F. 2008. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya, Jakarta. 162 hlm.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2012. Statistik Konsumsi Pangan 2012. Kemeterian Pertanian, Jakarta.

Redaksi Agromedia. 2007a. Budidaya Cabai Hibrida. Agromedia Pustaka, Jakarta. 58 hlm.

_______________ . 2007b. Budidaya Cabai Merah pada Musim Hujan. Agromedia Pustaka, Jakarta. 66 hlm.

Rukmana, R. dan Y. Yuniarsih. 2005. Teknologi Tepat Guna Cabai Merah, Penanganan Pasca Panen. Kanisius, Yoryakarta. 41 hlm.

Setiadi. 2005. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya, Jakarta. 184 hlm.

Siregar, E.B.M. dan E.H. Khardinata. 2005. Rekayasa genetika tanaman cabai (Capsicum annum L.) tahan virus mosaik ketimun (CMV). Jurnal Komunikasi Penelitian 17: 30-36.

Soedarya, A.P. 2009. Agribisnis Cabai. CV. Pustaka Grafika, Bandung. 172 hlm.

Surh, Y.J. 2002. More Than Spice: Capsaicin in Hot Chili Peppers Makes Tumor Cells Commit Suicide. Journal of the National Cancer Institute 94: 1263-1265.

Sutariati, G.A.K dan L.O. Safuan. 2012. Perlakuan Benih dengan Rizobakteri Meningkatkan Mutu Benih dan Hasil Cabai (Capsicum annuum L.). J. Agron Indonesia 40: 125-131.

Tarigan dan Wiryanta. 2003. Bertanam Cabai Hibrida secara Intensif. AgroMedia Pustaka, Jakarta. 129 hlm.

Utaminingsih. 2013. Mikrosporogenesis Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L.) akibat Cekaman Kekeringan. Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Venier, N.A., A.J. Colquhoun, N.E. Fleshner, L.H. Klotz, and V. Venkateswaran. 2012. Lycopene Enhances the Anti-proliferative and Pro-apoptotic Effects of Capsaicin in Prostate Cancer In Vitro. Journal of Cancer Therapeutics 10.7243/2049-7962-1-30: 1-9.

Wiryanta, B.T.W. 2002. Bertanam Cabai pada Musim Hujan. Agromedia Pustaka, Jakarta. 92 hlm.

Lampiran. Laporan Kegiatan Harian Praktik Kerja Lapangan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NAISONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIANJl. Dr. Soeparno Kampus Karangwangkal telp. (0281) 638791 Purwokerto 53123LAPORAN HARIAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MAHASISWANama / NIM: Fani Yuliana Sari/ A1L012010Tempat Kerja Praktik: PT. Benih Citra Asia, Majenang, CilacapWaktu: Tgl ............ 2015 s.d tgl ........... 2015No.TanggalKegiatan HarianTanda Tangan Pembimbing Lapangan

Mengetahui,....................................2015Pembimbing lapanganPembuat laporan

Fani Yuliana Sari