USTjournal.ustjogja.ac.id/download/natural-fix_edit.pdf · Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Taman...
Transcript of USTjournal.ustjogja.ac.id/download/natural-fix_edit.pdf · Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Taman...
Jurnal Ilmiah Pendidikan IPAVolume 1 No. 1 Tahun 2014
ISSN: 2355-0813
Program Studi Pendidikan IPAFakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta
UST
Jurnal Ilmiah Pendidikan IPAVolume 1 No. 1 Tahun 2014
UST
ISSN: 2355-0813
Program Studi Pendidikan IPAFakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta
Dewan Redaksi Jurnal Pendidikan IPA NATURAL Penanggungjawab : Ketua Program Studi Pendidikan IPA Dra. Hj. Hidayati, M.Pd Pimpinan Redaksi Dr. I Nyoman Jelun Erosa, M.Si Mitra Bestari 1. Prof. Adi Susanto, M.Sc (UST) 2. Prof. Sismanto, Phd, M.Sc (UGM) 3. Prof. Dr. Zuhdan Kun Prasetyo (UNY) 4. Prof. Dr. Sudarmin, M.Si (UNNES) Dewan Penyunting : 1. Drs. H. Aris Munandar, M.Pd 2. Astuti Wijayanti, M.Pd.Si 3. Sigit Sujatmika, M.Pd 4. Tias Ernawati, M.Sc 5. Widowati Pusporini, M.Pd Layout Septi Ambarwati, M.Pd.Si Fandi Chriswantoro Putro Sekertariat dan Administrasi M. Nur Fitriyanto, SE Tiras dan Pemasaran/Promosi Erni Indiastuti, SE ISSN : 2355-0813 Terbit 6 Bulan Sekali Diterbitkan Oleh : Program Studi Pendidikan IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Jl.Batikan UH III/1043 Telp. 0274-375637, 3749997 Email : [email protected] Pencetak :
i
KATA PENGANTAR
Salam dan Bahagia
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat serta karunia sehingga
Jurnal Pendidikan Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam NATURAL dapat terbit edisi perdana. Jurnal
Pendidikan IPA NATURAL berisi hasil penelitian, hasil kajian pustaka dosen, mahasiswa dan praktisi
dalam lingkup Sains. Jurnal ini diterbitkan bertujuan memfasilitasi dosen dan mahasiswa IPA serta
praktisi sains untuk mempublikasikan karya ilmiahnya seperti yang diwajibkan oleh Kemendikbud
Republik Indonesia melalui Surat Edaran DIRJEN DIKTI NO 152/E/T/2012 tertanggal 27 Januari 2012
tentang publikasi karya ilmiah.
Edisi Pertama ini berisi tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Penelitian Eksperimen, dan
Penelitian pengembangan. Redaksi berharap artikel yang tersaji dalam Jurnal Pendidikan IPA
NATURAL ini dapat memberikan manfaat yang luas untuk semua kalangan dalam rangka ikut
berpartisipasi dalam perkembangan pendidikan khususnya dalam bidang Sains.
Pada kesempatan ini pula, redaksi mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga jurnal pendidikan IPA NATURAL dapat diterbitkan, dan jika terdapat
kesalahan ataupun kekurangan kritik dan saran sangat kami harapkan.
Salam
Redaksi
ii
DAFTAR ISI (JURNAL NATURAL NO. 1 TAHUN 2014)
Halaman Judul.......................................................................................................................... i Kata Pengantar......................................................................................................................... ii Daftar Isi.................................................................................................................................. iii
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 Oleh: Jati Aurum Asfaroh dan Hidayati....................................................................... 1
Upaya Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 Melalui Model Pembelajaran Konstruktivisme Oleh: Chairin Najemi dan Astuti Wijayanti……….............................................................................. 11
Penggunaan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Tahun Ajaran 2012/2013 Oleh : Deni Afriani dan Astuti Wijayanti................................................................................. 19
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2013/2014 Oleh : Wahyuni dan Astuti Wijayanti........................................................................................ 30
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kecakapan Sosial (Social Skills) dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 Oleh : Rizky Ridha Syafika dan Astuti Wijayanti.................................................................... 39
Studi Korelasi Kualitas Soal Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Biologi Dasar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam FKIP UST Semester Gasal Tahun Ajaran 2010/2011 Oleh: Widowati Pusporini ...................................................................................................... 48
Pengembangan Modul Pembelajaran IPA 2 Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Yang Terintegrasi Mahasiswa Pendidikan IPA FKIP UST Oleh : Septi Ambarwati.......................................................................................................... 53
Penerapan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Kuliah Ilmu Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan IPA FKIP UST Tahun Akademik 2010/2011 Oleh : Tias Ernawati ................................................................................................................. 61
Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar IPA di Tinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tepus Gunungkidul Tahun Ajaran 2013/2014 Oleh : Susi Murtini dan Astuti Wijayanti ..................................... ………………………….. 68
iii
ISSN. 2355-0813
Jurnal Pendidikan IPA NATURAL Volume 1 No. 1 tahun 2014 1
UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 12 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Chairin Najemi dan Astuti WijayantiProgram Studi Pendidikan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Abstract
The purpose of this research was to determine the constructivism learning model in order
to increase interest in science learning and achievement of class VIII C of SMP Negeri 12
Yogyakarta in the Academic Year 2012/2013. This type of research is Classroom Action Research
(CAR) or Clasroom Action Research (CAR) conducted collaboratively. Subjects in this study were
students of class VIII C, amounting to 34 students. Objects in this research is of interest, science
learning achievement and learning constructivism. The data collecting technique is conducted by
observation, interview, questionnaires engineering, documentation and test. Techniques of data
analysis conducted qualitative descriptions. Achievement test data analysis is done by calculating
the average and the percentage of successful products. The results showed that after the
implementation of this constructivism learning students' interest in learning has increased. Seen
before action students just passively listening to the teacher explain the matter but after being
given the actions they have started actively to ask, and discuss with friends. Percentage of student
interest obtained from the questionnaire on pre-action that is 63.81%, while the percentage
obtained in the first cycle of 71.55%, and the second cycle is obtained percentage of 78.34%. The
students also experienced an increase of value average 56.65 initial capability, increased in the
first cycle to 68.7, and the second cycle increased to 75.92. It can be said that the interest in
constructivism learning model and student achievement VIII Class C SMP Negeri 12 Yogyakarta
can be improved.
Keywords: Learning Constructivism, Interests, Learning Achievement.
A. PENDAHULUAN
Menurut Dimyati (2009:7), pendidikan adalah proses interaksi guru dengan siswa, yang
bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga mandiri dan utuh. Hal ini membuat siswa
mempunyai peran belajar serta guru sebagai fasilitator, motivator, dan sekaligus evaluator dalam
kegiatan belajar mengajar. Peran guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran, antara lain
menyediakan kemudahan kepada siswa dalam belajar. Peran guru sebagai motivator dalam kegiatan
pembelajaran antara lain memberikan rangsangan bagi pengembangan inisiatif dan kreatifitas para
siswa serta mendorong siswa untuk menerapkan ide/gagasan barunya. Peran guru yang lain adalah
sebagai evaluator atau penilai, artinya guru harus mampu menilai kemajuan belajar siswa baik.
Menurut Munjid Nur Alamsyah (2003:1), kenyataan yang terjadi di lapangan, guru
cenderung dominan dalam mengajarkan konsep atau materi pelajaran di kelas sehingga siswa
semakin tergantung pada inisiatif guru. Dalam hal ini semua kegiatan di kelas berpusat pada guru,
apabila keadaan ini berlangsung secara terus menerus, maka upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran tidak akan mengalami perubahan. Pembelajaran yang dilaksanakan miskin aktivitas
ISSN. 2355-0813
Jurnal Pendidikan IPA NATURAL Volume 1 No. 1 tahun 2014 2
sehingga siswa merasa bosan dan pada akhirnya kemampuan berpikir tidak berkembang, hal
tersebut mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak bermakna. Dari hal tersebut akan secara
otomatis mengurangi ketertarikan siswa terhadap pelajaran IPA. Padahal pelajaran IPA bukanlah
pelajaran yang sulit. Hal seperti di atas juga terjadi di kelas VIII C SMP Negeri 12 Yogyakarta.
Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran IPA masih rendah. Sebagaimana data yang diperoleh dari
hasil nilai rata-rata ulangan IPA akhir semester 1 kelas VIII C SMP Negeri 12 Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2012/2013 sebesar 56,65. Artinya dalam Kriteria Ketuntusan Minimal (KKM) belum
memenuhi standar dari sekolah tersebut yang nilainya sebesar 70. Kondisi ini sangat
memperhatinkan dan perlu upaya konkrit sejak dini untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 14 Maret 2013 di kelas VIII C SMP Negeri
12 Yogyakarta pada pelajaran IPA, suasana belajar-mengajar masih berpusat pada guru sehingga
menjadikan siswa kurang komunikatif dalam kegiatan belajar mengajar. Rasa ingin tahu siswa
terhadap pelajaran IPA serta motivasi siswa untuk menyelesaikan soal masih kurang. Siswa terkesan
takut dan kurang percaya diri mengemukakan idenya apalagi ketika guru meminta menyelesaikan
soal di depan kelas. Untuk menumbuhkan minat dan ketertarikan belajar IPA, guru harus berani
menggunakan model-model pembelajaran inovatif. Salah satu model pembelajaran yang berpusat
pada siswa yaitu model pembelajaran kontruktivisme.
Von Glaserfeld dan Matthews yang dikutip dalam Paul Suparno (1997:18), menyatakan
bahwa konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pada pendekatan konstruktivisme,
pengetahuan adalah bukan suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang
diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Para konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu
ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja
dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Langkah-langkah model pembelajaran
konstruktivisme menurut Tyler dalam Sumatowa (2006:55), dibagi dalam 3 fase sebagai berikut, 1)
Fase Eksplorasi yaitu guru memancing pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan
dipelajari pada saat itu, 2) Fase Klarifikasi, Pada fase ini informasi berupa pengetahuan awal siswa
di perdalam agar bisa menambah pengetahuan siswa mengenai materi yang dipelajari, dan 3) Fase
Aplikasi, Pada fase ini guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari agar bisa
mengetahui apakah perencanaan sesuai dengan pelaksanaan. Belajar merupakan proses konstruksi
pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental siswa secara aktif, juga merupakan proses yang
menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalaman-pengalaman yang dimiliki seseorang
sehingga pengetahuannya mengenai objek tertentu menjadi lebih kokoh. Siswa mampu
mengkonstruksikan pengetahuan untuk dirinya sendiri, dan bukan pengetahuan yang datang dari
guru “diserap” oleh siswa. Ini berarti bahwa setiap siswa akan mempelajari sesuatu yang sedikit
berbeda dengan pelajaran yang diberikan (Muijs dan Reynolds, 2011:97). Menurut Syaiful Bahri D
dan Aswan Zain (1996:95), model pembelajaran konstruktivisme memiliki kelebihan antara lain
sebagai berikut. 1) Dapat membina siswa dengan kebiasaan menerapkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan secara terpadu, 2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru,
3) Dapat merangsang dan mengembangkan kreatifitas siswa dalam bentuk ide, gagasan dan
terobosan dalam memecahkan suatu masalah, dan 4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan pendapatnya dengan bahasa sendiri. Kekurangan model pembelajaran
konstruktivisme sebagai berikut. 1) Memerlukan waktu yang cukup lama, 2) Tidak mudah
merangsang siswa dengan memberikan pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikirnya siswa,
3) Tidak semua siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan, dan 4)
ISSN. 2355-0813
Jurnal Pendidikan IPA NATURAL Volume 1 No. 1 tahun 2014 3
Jumlah alat yang disediakan harus disesuaikan dengan jumlah siswa, jika hal tersebut tidak dipenuhi
maka akan menimbulkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran konstruktivisme merupakan
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses pembelajaran, dimana dalam proses
pembelajaran siswa dituntut untuk aktif dalam membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa
mampu berpikir mandiri. Pada pembelajaran ini guru tidak mentransfer pengetahuan yang telah
dimilikinya, akan tetapi guru berperan sebagai fasilitator untuk membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa dapat berjalan lancar. Dalam kegiatan pembelajaran,
model pembelajaran konstruktivisme dapat membangkitkan minat karena siswa dituntut aktif dalam
membangun sendiri pengetahuannya yang kemudian siswa mampu berpikir mandiri, maka
penerapan model pembelajaran konstruktivisme dilakukan sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan minat siswa terhadap materi yang dipelajari melalui interaksinya terhadap alam
melalui pengalaman langsung, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. Pembelajaran IPA
melalui pendekatan konstruktivisme diharapkan siswa dapat terlihat aktif dalam pelajaran sehingga
siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah
yang baru ditemukan. Dari latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah:
bagaimana upaya meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran
konstrukstivisme dan bagaimana upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
IPA melalui model pembelajaran konstruktivisme. Aplikasi model pembelajaran konstruktivisme
dalam materi mata pelajaran IPA diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA.
B. METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII C SMP Negeri 12 Yogyakarta tahun ajaran
2012/2013. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas. Menurut Suharmi Arikunto
(2009:2), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Subyek penelitian ini
adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 12 Yogyakarta berjumlah 34 siswa. Objek dalam penelitian
ini adalah minat, prestasi belajar IPA, dan model pembelajaran
konstruktivisme.Teknikpengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
lembar observasi, angket, tes hasil belajar, catatan lapangan, lembar wawancara, dan dokumentasi.
Data penelitian dikumpulkan melalui observasi langsung oleh peneliti dan kolaborator
pada saat pembelajaran berlangsung yang terdiri dari lembar observasi keaktifan siswa, lembar
observasi aktivitas guru dalam proses belajar mengajar. Angket untuk mengetahui minat siswa
terhadap pembelajaran konstruktivisme, tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar sedangkan
dokumentasi digunakan untuk memperoleh data kemampuan awal siswa.
Indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur tercapainya
peningkatan prestasi belajar siswa, yaitu sebagai berikut. 1) Tindakan yang telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan dalam model pembelajaran konstruktivisme, 2) Meningkatnya minat
belajar IPA siswa minimal 5% dilihat dari hasil angket yang diberikan pada saat pra siklus, siklus I
dan siklus II, dan 3) Setelah tindakan nilai rata-rata tes prestasi belajar siswa dikatakan meningkat
bila dari pra tindakan ke siklus I naik minimal 5%, kemudian dari siklus I ke akhir siklus II naik
minimal 5% dan mencapai kategori tinggi (61% - 80%) sesuai dengan tabel tingkat keberhasilan
prestasi belajar siswa.
ISSN. 2355-0813
Jurnal Pendidikan IPA NATURAL Volume 1 No. 1 tahun 2014 4
C. HASIL PENELITIAN
Proses pembelajaran pada penelitian tindakan kelas ini dalam 2 siklus. Siklus
pertama terdiri dari 3 pertemuan dan siklus kedua terdiri dari 3 pertemuan dengan
menerapkan modelpembelajaran konstruktivisme.
Siklus I
Pada siklus I dilaksanakan dalam 3 pertemuan, membahas tentang materi bahan
kimia dalam rumah tangga. Langkah-langkah dalam pembelajaran ini sebagai berikut. Pada
fase eksplorasi pembelajaran diawali dengan kegiatan merangsang dan memancing
pengetahuan siswa untuk mengungkapkan idenya mengenai materi yang akan dibahas.
Tugas guru dalam proses ini lebih menekankan untuk merangsang pemikiran siswa,
memberikan persoalan, dan membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya,
serta kritis menguji konsep yang dibentuk siswa. Untuk memancing pemikiran dan ide
siswa maka guru memberikan beberapa soal tanya jawab mengenai materi yang akan
dibahas. Ketika guru melakukan tanya jawab hanya beberapa siswa saja yang aktif
menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Setelah itu untuk memudahkan siswa
membentuk ide dan konsep baru kemudian guru mengenalkan berbagai macam contoh baik
berupa benda maupun gambar. Yang terpenting dalam tahap ini adalah menghargai dan
menerima pemikiran siswa apa pun adanya. Dengan tetap mengarahkan apakah pemikiran
atau ide tersebut jalan atau tidak.Dalam fase klarifikasi guru lebih memperdalam lagi
informasi berupa pengetahuan awal siswa dengan kegiatan diskusi. Sebelum diskusi
dimulai guru membentuk beberapa kelompok siswa yang masing-masing kelompok
beranggotakan 4-5 siswa. Pada awalnya siswa banyak yang kurang setuju dengan
pembagian kelompok tersebut. Guru kemudian membujuk siswa kembali ke kelompok
semula. Guru membimbing kelompok dalam melakukan kegiatan diskusi. Pada waktu
berdiskusi guru berkeliling membimbing siswa jika mengalami kesulitan, selain itu guru
juga bertugas mengarahkan siswa jika terjadi kesalahan konsep. Guru mengamati kerja
kelompok 3 dan 4 yang terlihat ramai sendiri. Mereka masih terlihat bingung dalam
bekerjasama dengan kelompok. Kemudian guru menanyakan apa kesulitan mereka. siswa
masih malu untuk menanyakan kepada guru. Berbeda dengan dengan kelompok 5 dan 7
mereka justru terlihat aktif mengerjakan LKS. Mereka bahkan sudah berbagi tugas untuk
mencari informasi tentang materi tersebut. Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok,
kemudian guru memberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas. Dari sinilah minat siswa mulai terlihat jelas dari pertemuan sebelumnya.
Ketika menyarankan untuk presentasi di depan, 4 dari 7 kelompok mengangkat tangan
berharap kelompok merekalah yang dipersilahkan maju ke depan. Setelah semua anggota
kelompok presentasi kemudian guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan hasil
diskusi yang telah dibahas. Guru juga memberikan penguatan terhadap materi yang
dianggap penting supaya tidak terjadi kesalahpahaman konsep. Dalam fase aplikasi guru
mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan evaluasi ini
dilakukan untuk mengetahui apakah perencanaan pembelajaran sesuai dengan yang
dilaksanakan. Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan memberikan tes.
Pada siklus I, guru secara umum sudah melaksanakan proses pembelajaran sesuai
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun akan tetapi keaktifan siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung masih belum sepenuhnya tampak. Berdasarkan hasil
observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus I dapat disimpulkan bahwa
ISSN. 2355-0813
Jurnal Pendidikan IPA NATURAL Volume 1 No. 1 tahun 2014 5
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme sudah
sesuai dengan prosedur yang direncanakan. Meskipun demikian, terdapat beberapa
permasalahan yang muncul pada siklus I antara lain: 1) Masih banyak siswa yang belum
terlihat aktif berdiskusi dengan kelompok, 2) Siswa masih cenderung malu untuk bertanya,
3) Siswa belum terbiasa belajar secara kelompok sehingga kerjasama dalam kelompok
masih kurang optimal, 4) Siswa masih belum siap presentasi ketika ditunjuk untuk maju,
dan 5) Beberapa siswa ada yang kurang memperhatikan ketika kelompok lain presentasi di
depan. 5) Masih membutuhkan waktu yang lama untuk berdiskusi.
Siklus II
Berdasarkan refleksi yang dilakukan terhadap siklus I, masih terdapat beberapa
permasalahan yang harus diselesaikan sehingga pada siklus II dapat diperbaiki. Hal-hal
yang masih perlu dilakukan dalam memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I
untuk diperbaiki pada siklus II, dilaksanakan dengan cara sebagai berikut. 1) Guru
memberikan motivasi secara intensifkepada siswa agar berperan aktif dalam proses
pembelajaran. 2) Guru lebih intensif dalam melakukan pendampingan dalam kelompok
supaya bisa bekerjasama secara optimal. 3) Guru memberikan waktu yang cukup untuk
persiapan terlebih dahulu kepada kelompok yang akan presentasi. 4) Dalam pelaksanaan
pembelajaran guru lebih bersikap tegas dan efisien terhadap waktu agar pembelajaran lebih
efektif. 5) Guru mengingatkan dan memberikan teguran kepada siswa agar memperhatikan
ketika penyampaian materi. 6) Guru lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya. Pada awal siklus II, guru membuka pertemuan dengan mengucap salam. Sebelum
pembelajaran dimulai guru mengumumkan hasil evaluasi dan memberikan penghargaan
kepada kelompok atas keberhasilannya. Siswa terlihat senang dan termotivasi untuk lebih
meningkatkan nilainya pada evaluasi selanjutnya. Materi yang dibahas pada siklus ini yaitu
gerak pada tumbuhan.
Pada fase eksplorasi guru menyampaikan indikator yang akan dicapai sebelum
pelajaran dimulai. Sesuai dengan pembelajaran konstruktivisme guru mencoba memancing
pengetahuan siswa tentang gerak pada tumbuhan. Guru melakukan tanya jawa kepada
siswa mengenai materi tersebut. Tidak seperti pada siklus I, pada siklus ini ketika guru
melakukan tanya jawab banyak siswa yang menanggapi pertanyaan tersebut. Keaktifan
siswa siswa mulai terlihat perkembanganya. Mereka sudah tidank cangung lagi untuk
menjawab pertanyaan dari guru, begitupula untuk menanggapi. Guru memberikan
beberapa contoh gambar tumbuhan yang sering terlihat disekeliling kita setiap hari. Ada
beberapa siswa yang cepat memahami contoh tersebut dan ada juga siswa yang lambat.
Beberapa ide yang diungkapkan siswa beranekaragam. Mereka sudah aktif untuk mencari
informasi tentang materi yang disajikan dari berbagai sumber. Misalnya buku-buku
refrensi, internet, bertanya kepada teman, dan lain sebagainya. Berbeda dengan siklus I
siswa masih malu untuk bertanya bahkan mengungkapkan idenya ketika guru memberikan
kesempatan. Pada fase klarifikasi siswa kembali memposisikan diri untuk duduk
bergabung dengan teman sekelompoknya. kemudian guru membagikan LKS kepada siswa
untuk didiskusikan. Kemudian kegiatan diskusi dimulai dengan membahas materi tentang
gerak pada tumbuhan. Masing-masing kelompok mulai mempelajari materi dan
mendiskusikan LKS yang dibagikan. Kegiatan diskusi pada pertemuan ini sudah terlihat
berjalan dengan baik. Guru selalu berkeliling kelas mengamati perkembangan tiap-tiap
ISSN. 2355-0813
Jurnal Pendidikan IPA NATURAL Volume 1 No. 1 tahun 2014 6
kelompok. Guru juga terus memberikan motivasi kepada kelompok yang kurang aktif.
Menanyakan tentang kesulitan yang dihadapi mereka. mereka harus berani dan aktif
mengemukakan pendapatnya serta menunjukkan sikap saling berbagi dan bekerjasama
dalam berdiskusi. Guru memberikan waktu kepada kelompok terlebih dahulu untuk
persiapan. Pada presentasi kali ini terlihat berbeda dengan siklus I. Hampir semua
kelompok berani mengangkat tangan untuk maju ke depan tanpa ditunjuk oleh guru
terlebih dahulu. Mereka sudah tidak canggung dan ragu lagi untuk berbicara di depan.
Seperti kelompok 3 yang sebelumnya hanya 1 orang saja yang berbicara, namun sekarang
semua anggotanya sudah berani berbicara sesuai dengan tugasnya masing-masing. Pada
siklus II ini kegiatan diskusi mulai terlihat perkembangan dari siklus I. Keaktifan siswapun
terlihat ketika mereka berani berbicara di depan kelas dan mengemukakan pendapatnya.
Selain itu mereka juga mampu menangapi hasil presentasi dari kelompok lain. Dalam fase
aplikasi guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari agar bisa
mengetahui apakah perencanaan sesuai dengan pelaksanaan. Seperti pada siklus I kegiatan
evaluasi dilakukan dengan memberikan tes. Tes ini dilaksanakan secara individu, maka
setiap siswa harus mengerjakanya sendiri tanpa bertanya kepada siapapun. Kemudian
setelah siswa selesai mengerjakan guru kembali membagikan angket untuk diisi oleh siswa.
Berdasarkan observasi selama pembelajaran siklus II, minat dan prestasi belajar siswa
sudah meningkat. Peningkatan tersebut tidak hanya dilihat dari nilai yang diperoleh siswa,
namun juga dilihat dari perubahan sikap siswa.
D. PEMBAHASAN
Pada siklus I, pelaksanaan belajar kelompok belum dapat optimal karena masih
terlihat beberapa siswa kurang percaya diri untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran,
masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan materi yang disampaikan, dan siswa
masih enggan untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Sedangkan pada siklus II,
pelaksanaan belajar kelompok dapat berjalan dengan lebih baik. Siswa sudah aktif dan
lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran disebabkan siswa sudah bisa
membangun kerjasama dalam kelompok belajar, berani mengemukakan pendapat,
memperhatikan penjelasan yang diberikan dan hampir semua siswa sudah terlibat dalam
kerja kelompok.
Hasil lembar observasi keaktifan siswa dari tiap indikator mengalami peningkatan
dari siklus I dan siklus II. Jumlah rerata persentase yang diperoleh siswa pada siklus I
adalah 65,90% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 79,54% sehingga
indikator keberhasilan tindakan dapat tercapai. keaktifan siswa yang mengalami kenaikan
terletak pada indikator persiapan sebelum mulai pembelajaran, hal ini terlihat saat guru
sebelum memulai pelajaran siswa terlebih dahulu sudah mempersiapkan buku dan alat
tulis. Pada indikator kerjasama dalam kelompok juga mengalami peningkatan, dimana
pada saat bekerjasama dalam kelompok siswa juga aktif mencari informasi. Untuk
indikator presentasi hasil diskusi juga mengalami peningkatan, terlihat adanya perubahan
cara menyampaikan hasil diskusi pada tahap pengorganisasian kelompok dan menanggapi
pendapat dari kelompok lain. Selama proses pembelajaran siswa terlihat
ISSN. 2355-0813
Jurnal Pendidikan IPA NATURAL Volume 1 No. 1 tahun 2014 7
Lebih semnagat dibandingkan pada siklus sebelumnya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keaktifan siswa kelas VIII C SMP Negeri 12 meningkat. Hasil lembar
observasi pengamatan aktivitas guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran tutor sebaya mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II.
Jumlah rerata pada siklus I sebesar 78,12% dan meningkat pada siklus II menjadi 89,06%.
Pada umumnya guru sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Selain mengawasi
jalannya pembelajaran guru juga membimbing setiap kelompok untuk menyiapkan strategi
untuk mempresentasikan materi yang baru dipelajarinya bersama teman sekelompoknya
serta membantu menyiapkan media pengajaran yang diperlukan.
Berdasarkan hasil angket minat siswa, persentase angket yang dikelompokkan
dalam 4 indikator pada siklus I sebesar 71,55% dan meningkat pada siklus II menjadi
78,34%. Persentase minat siswa pada siklus I ke siklus II mengalami kenaikan tertinggi
pada indikator aktivitas dalam kegiatan belajar IPA dengan kenaikan 9,07 poin dari 68,94%
menjadi 77,94%, hal ini disebabkan karena banyaknya anggota kelompok yang aktif
berdiskusi, lancar bertanya, mengeluarkan pendapat ataupun menyanggah pendapat
anggota yang lain dan apabila ada anggota yang mengalami kesulitan maka tidak segan
untuk bertanya kepada anggota yang sudah paham. Sedangkan yang mengalami kenaikan
paling rendah indikator dapat rasa tertarik dalam belajar IPA yaitu mengalami kenaikan
sebesar 5,18 poin dari 79,96% menjadi 85,14%. Hal ini disebabkan karena pada waktu
mempersentasikan hasil pekerjaan kelompok mereka tidak mau maju untuk
mempersentasikan di depan kelas atau kemauan sendiri, tetapi hanya mau maju apabila
ditunjuk oleh guru. Prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 1. Berdasarkan nilai rata-rata tes untuk kemampuan awal adalah 56,65,
meningkat pada siklus I menjadi 68,7 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 75,92.
Banyak siswa yang mencapai KKM pada pra tindakan adalah 7 orang dengan persentase
sebesar 28,6%. Pada siklus I meningkat menjadi 52,9% dengan 18 orang siswa mencapai
KKM. Dan pada siklus II, yang mencapai KKM sebanyak 22 siswa dengan persentase
pencapaian sebesar 64,7%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
IPA siswa kelas VIII C SMP Negeri 12 Yogyakarta meningkat sehingga indikator
keberhasilan dapat tercapai.
E. KESIMPULAN
Pelaksanaan pembelajaran di kelas VIII C SMP Negeri 12 Yogyakarta sudah sesuai
dengan rencana pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme. Dalam
Jumlah Pra Tindakan Siklus I Siklus II
Nilai Tertinggi 90 92,86 100
Nilai Terendah 0 35,71 31,25
Banyak Siswa Tuntas 7 18 22
Banyak Siswa Tidak
Tuntas
27 16 12
Rata-Rata Kelas 56,65 68,7 75,92
ISSN. 2355-0813
Jurnal Pendidikan IPA NATURAL Volume 1 No. 1 tahun 2014 8
pembelajaran ini guru terlebih dahulu memancing pengetahuan awal siswa mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan materi. Hal ini dilakukan untuk membangun pengetahuan
baru siswa yang dibentuk dari pengetahuan awal yang sudah diperoleh. Kemudian untuk
mengkonfirmasinya guru memberikan soal tanya jawab kepada siswa supaya ada respon
dari siswa tersebut. Untuk lebih mempermudah siswa dalam memahami materi kemudian
guru memberikan beberapa contoh benda ataupun gambar yang berhubungan dengan
materi tersebut. Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok untuk melaksanakan diskusi.
Selama kegiatan diskusi guru berkeliling kelas untuk mengamati kegiatan diskusi. Jika ada
siswa yang merasa kesulitan maka guru memberikan bantuan, setelah selesai diskusi maka
guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan. Guru harus terus membimbing dan mengarahkan apabila terjadi
perbedaan pendapat antara kelompok satu dengan yang lainya. Setelah semua kelompok
melaksanakan tugas, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan tentang apa yang
mereka pelajari.
Model pembelajaran konstruktivisme dapat mengatasi permasalahan yang ada di
dalam kelas. Melalui model pembelajaran konstruktivisme, guru mampu menciptakan
suasana pembelajaran di kelas yang lebih kondusif dan interaktif. Hal tersebut berdampak
pada minat belajar IPA siswa kelas VIII C SMP Negeri 12 Yogyakarta mengalami
peningkatan pada pra tindakan mendapatkan hasil sebesar 63,81%, dan naik sebesar 7,74%
menjadi 71,55% pada akhir siklus I, kemudian naik sebesar 6,79% menjadi 78,34% pada
akhir siklus II. Berdasarkan hasil tes prestasi belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 12
Yogyakarta mengalami peningkatan, hal ini dilihat dari rata-rata kelas siswa pada nilai
kemampuan awal sebesar 56,65 naik 12,05 poin menjadi 68,7 pada siklus I dan naik lagi
sebesar 7,22 poin menjadi 75,92 pada siklus II. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka siswa diharapkan agar mampu membiasakan diri mengikuti proses belajar
dengan model pembelajaran konstruktivisme atau model pembelajaran lainnya sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar IPA dan dapat mengembangkan daya berpikir secara
mandiri. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sebaiknya guru melakukan
perincian waktu yang digunakan sangat penting agar proses pembelajaran model
konstruktivisme berjalan secara efektif. Model pembelajaran konstruktivisme yang telah
dilaksanakan di SMP Negeri 12 Yogyakarta, diharapkan dapat dilaksanakan secara
berkelanjutan agar keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA semakin berkembang
sehingga berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Untuk peneliti yang bermaksud
melakukan penelitian sejenis, hendaknya direncanakan dengan matang sehingga diperoleh
hasil sesuai yang diharapkan.
F. DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rhineka Cipta
Muijs, Daniel, dan Reynolds David. 2011. Effective Teaching, Teori dan Praktek. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Munjid Nur Alamsyah. 2003. Permasalahan yang Dihadapi Guru dalam Upaya Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran IPA di SMU. Yogyakarta: UNY.
Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Samatowa Usna. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA Sekolah Dasar. Jakarta: Prestasi Pustaka.
ISSN. 2355-0813
Jurnal Pendidikan IPA NATURAL Volume 1 No. 1 tahun 2014 9
Trianto. 2007. Model-Model pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.