USM IMPLEMENTASI TUGAS BABINSA KORAMIL 01/SEMARANG …
Transcript of USM IMPLEMENTASI TUGAS BABINSA KORAMIL 01/SEMARANG …
USM
IMPLEMENTASI TUGAS BABINSA KORAMIL 01/SEMARANG BARAT
DALAM MELAKSANAKAN PEMBINAAN TERITORIAL
DI KELURAHAN KALIBANTENG KULON
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan
Program Studi S1. Hukum
Oleh
Nama : Elviana Candra Dwi Kartika
NIM : A.111.15.0053
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
TAHUN 2020
vi
DOKUMENTASI PERPUSTAKAAN
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEMARANG
Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Semarang dengan ini
menerangkan, bahwa skripsi di bawah ini :
Judul : IMPLEMENTASI TUGAS BABINSA KORAMIL
01/SEMARANG BARAT DALAM PEMBINAAN
TERITORIAL DI KELURAHAN KALIBANTENG KULON
Peneliti : Nama : Elviana Candra Dwi Kartika
NIM : A.111.15.0053
Telah didokumentasikan dengan nomor :…………………………………..
di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Semarang untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Semarang, 25 Februari 2020
Bagian Administrasi Perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Semarang
Galih Putri Wijaya
vii
KATAPENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah Rabbil Alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya yang senantiasa memberi langkah bagi penulis dengan terselesainya
penyusunan Skripsi ini dengan judul, “Kajian Yuridis Bunga Bank Konvensional
Berdasarkan Hukum Islam”.
Adapun maksud dari penyusunan Skripsi ini adalah untuk melengkapi tugas
dan syarat guna menyelesaikan Program Pendidikan Strata Satu (S-1) pada
Fakultas Hukum Universitas Semarang.
Penulis menyadari banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi,
mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penyusunan
Skripsi ini, namun berkat bantuan, petunjuk, serta saran-saran maupun arahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya dan rasa hormat kepada:
1. Bapak Andy Kridasusila, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas Semarang
beserta segenap jajarannya;
2. Kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan dukungan baik moral
maupun materil serta doa sehingga dapat terselesainya Skripsi ini.
3. Ibu Rini Heryanti, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Semarang.
4. Ibu Tri Mulyani, S. Pd., S.H, M.H., selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr.
Sukimin, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan
ix
MOTTO
“SEMESTER MUDA SENANG-SENANG SEMESTER TUA KELABAKAN”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk diri saya sendiri, orang tua dan kakak
tercinta yang selalu mendoakan kesuksesan saya, dan kakak serta teman-teman
membuat saya semangat untuk menjadi lebih baik.
x
ABSTRAK
Tugas TNI sangat berat, sehingga dalam penelitian ini berusaha untuk
mengkaji tentang implementasi tugas Babinsa Koramil 01/Semarang Barat dalam
Pembinaan Teritorial di Kelurahan Kalibanteng Kulon dan kendala dalam
implementasi serta upaya mengatasinya. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi : jenis penelitian adalah yuridis sosiologis, spesifikasi penelitian
adalah deskriptif analitis. Data yang digunakan adalah data primer dan didukung
data sekunder dengan analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
implementasi tugas Babinsa Koramil 01/Semarang Barat dalam Pembinaan
Teritorial di Kelurahan Kalibanteng Kulon sudah dilaksanakan sesuai petunjuk
Danramil menurut Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor 19/IV/2008
Tanggal 8 April 2008, namun ada salah satu tugas yang belum terlaksana yakni
mengajari masyarakat di bidang pertanian, peternakan, perikanan dengan
membawa tim penyuluh serta melaksanakan pendampingan kepada masyarakat.
Hal ini di karenakan letak Kelurahan Kalibanteng Kulon bukan wilayah pertanian
dan warganya tidak ada yang memiliki peternakan ataupun perikanan, mengingat
wilayah Kelurahan Kalibanteng Kulon masih dalam wilayah kota bukan pedesaan.
Adapun kendala dalam implementasinya meliputi 3 hal yakni : 1) kurangnya
fasilitas sarana dan prasarana, dalam hal ini dapat diupayakan dengan cara
pengadaan fasilitas dari koordinator yang dibentuk oleh Kodim 0733 Semarang
dengan melibatkan personil-personil TNI; 2) kurangnya personil babinsa, dalam
hal ini dapat diupayakan dengan cara subsidi silang tiap-tiap wilayah; 3)
kurangnya kesadaran masyarakat, dalam hal ini dapat diupayakan dengan cara
memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya keamanan dan
ketertiban.
Kata kunci : tugas; babinsa; koramil; pembinaan teritorial.
xi
ABSTRACT
The task of the TNI is very heavy, so in this study it is necessary to examine
the implementation of the Babinsa Koramil 01 / Semarang Barat task in Territorial
Development in the Kalibanteng Kulon Village and improve its implementation
and help overcome it. The method used in this study includes: the type of research
is sociological juridical, descriptive analytical research specifications. The data
used are primary and secondary data which are supported by qualitative data
analysis. Babinsa Koramil 01 / Semarang Barat in Territorial Development in
Kalibanteng Kulon Village has been implemented according to Danramil's
instructions in accordance with Army Chief of Staff Regulation Number 19 / IV /
2008 April 8, 2008, but there is one task that has not been carried out as teaching
the community in agriculture , animal husbandry, fisheries by bringing the
extension team accompanied by carrying out assistance to the community. This is
because the location of the Kalibanteng Kulon Kelurahan is not an agricultural
area and its residents do not have any livestock or fisheries, considering that the
Kalibanteng Kulon Kelurahan is still in a city area rather than a region. 3 things,
namely: 1) require facilities and infrastructure, in this case can be pursued by
means of the procurement of facilities from the coordinator made by Kodim 0733
Semarang by providing TNI personnel; 2) the number of babinsa employees, in
this case can be pursued by cross-subsidizing each region; 3) the importance of
public awareness, in this case can be pursued by giving guidance to the public on
the importance of security and order.
Keywords: task; babinsa; koramil; territorial formation.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN ORISINALITAS ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PENGESAHAN MEMPERBANYAK ........................................................... iv
PENGESAHAN UJIAN ................................................................................. v
DOKUMENTASI PERPUSTAKAAN ............................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. ix
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 10
1.3.1 Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
1.3.2 Manfaat Penelitian .......................................................................... 11
1.4 Keaslian Penelitian .................................................................................... 12
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 15
2.1 Tinjauan Tentang TNI ............................................................................... 15
2.1.1 Pengertian TNI ................................................................................ 15
2.1.2 Sejarah TNI ..................................................................................... 17
xiii
2.1.3 Jati Diri TNI ..................................................................................... 22
2.1.4 Peran, Fungsi, dan Tugas TNI ........................................................ 23
2.1.5 Kewajiban dan Larangan TNI ......................................................... 28
2.2 Tinjauan Tentang Pertahanan dan Keamanan ............................................ 29
2.2.1 Pengertian Pertahanan .. ................................................................... 29
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Pertahanan ......................................................... 30
2.2.3 Pengerahan dan Penggunaan Kekuatan TNI (Pertahanan) ............. 30
2.2.4 Pengertian tentang Keamanan .......................................................... 31
2.2.5 Pengerahan dan Penggunaan Kekuatan TNI (Keamanan) ............... 33
2.3 Tinjauan Tentang Bintara Pembina Desa (Babinsa) .................................. 34
2.3.1 Pengertian Babinsa .......................................................................... 34
2.3.2 Tugas dan Peran Babinsa ................................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 39
3.1 Jenis/ Tipe Penelitian ................................................................................ 39
3.2 Spesifikasi Penelitian ................................................................................ 40
3.3 Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 40
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 41
3.5 Metode Analisis Data ................................................................................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 44
4.1 Implementasi Tugas Babinsa Dalam Melaksanakan Pembinaan
Teritorial di wilayah Kalibanteng Kulon .................................................. 44
4.2 Kendala Implementasi Tugas Babinsa Dalam Melaksanakan Pembinaan
Teritorial di wilayah Kalibanteng Kulon dan upaya mengatasinya ............. 55
xiv
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 59
5.1 Simpulan ................................................................................................... 59
5.2 Saran .......................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara kepulauan yang penduduknya terdiri dari
berbagai suku, ras, dan budaya yang berbeda-beda. Indonesia memiliki jumlah
penduduk dan kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah. Secara
geografis Indonesia terletak pada jalur lintas dunia, yakni Benua Asia dan
Benua Australia serta antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik yang
menjadikan letak Indonesia sebagai negara yang strategis.
Potensi sumber daya manusia serta sumber daya alam yang melimpah itu
Negara Indonesia berpotensi menjadi negara maju. Akan tetapi, dengan
jumlah penduduk sebanyak 269 juta jiwa dengan latar belakang yang berbeda-
beda juga dapat menimbulkan hal negatif yakni perpecahan atau konflik.
Sumber daya alam yang melimpah juga berpotensi mendatangkan ancaman
dari luar yang dapat mengganggu kedaulatan Negara Indonesia. Dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI)
Tahun 1945, tujuan nasional Bangsa Indonesia adalah melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.1
1 Alenia IV, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2
Diperlukan upaya bersama dalam mencapai amanat Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) yakni
setiap komponen Bangsa Indonesia dalam mewujudkan sistem pertahanan
yang kuat. Upaya bersama tersebut diwujudkan dalam Sistem Pertahanan dan
Keamanan Rakyat Semesta yang terdapat pada Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) dalam Pasal 30 ayat
(1) dan (2) yang menyatakan bahwa “(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. (2) Usaha
pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai
kekuatan pendukung.”
Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta yang disebutkan dalam
UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa TNI, POLRI, dan masyarakat sipil
harus bersatu dalam menjaga pertahanan dan keamanan negara. Ketetapan
MPR Republik Indonesia Nomor VI Tahun 2000 tentang Pemisahan Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia menyatakan bahwa
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
(POLRI) secara kelembagaan terpisah sesuai dengan peran dan fungsi masing-
masing. Dalam penelitian ini akan difokuskan pada tugas TNI dalam menjaga
keamanan.
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, TNI berperan sebagai alat
negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan
3
kebijakan dan keputusan politik negara. Kemudian Pasal 6 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia menjelaskan tentang fungsi TNI sebagai alat pertahanan Indonesia,
yakni berfungsi sebagai penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan
ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan
wilayah, dan pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu
akibat kekacauan keamanan. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, TNI
adalah komponen utama.
Sedangkan dalam Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, tugas pokok TNI adalah
menegakkan kedaulatan negara. Mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yanng berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah arah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tugas pokok tersebut
dilakukan dengan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain
perang. Tugas TNI AD terdapat dalam Pasal 8 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia yang
menyatakan bahwa Angkatan Darat bertugas melaksanakan tugas TNI matra
darat di bidang pertahanan, melaksanakan tugas TNI dalam menjaga
keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain, melaksanakan tugas
TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra darat, serta
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat.
4
Menurut Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menilai ada 5 faktor
yang berpotensi menjadi ancaman pertahanan dan keamanan nasioanl
sehingga bangsa Indonesia harus mewaspadai.2 Pertama, tatanan dunia baru,
seiring melemahnya hegemoni kekuatan super sebagai akibat pengaruh
kekuatan-kekuatan ekonomi baru seperti China, Rusia, India dan Brazil.
Potensi ancaman yang kedua adalah terorisme, semua negara rentan terhadap
ancaman teroris, bahkan terorisme sering dijadikan alat untuk menguasai suatu
wilayah yang berujung pada perang melibatkan pihak ketiga, contohnya yang
terjadi di Irak dan Suriah. Ancaman ketiga yaitu perang siber, ancamannya
dianggap sama bahayanya dengan senjata kinetik sehingga menganggap
perkembangan dunia siber harus dijadikan pertimbangan dalam fungsi
ketahanan dan keamanan nasional. Ancaman keempat menurut Hadi,
kebangkitan Tiongkok yang sangat pesat karena negara tersebut telah
mengubah konstalasi politik dunia dalam waktu singkat lewat ekonomi dan
militer. Ancaman terakhir adalah kerawanan di laut Indonesia, TNI
bertanggung jawab atas kerawanan laut Indonesia dari ancaman dari luar dan
dalam.
Diluar dari kelima faktor ancaman tersebut, saat ini Indonesia berada pada
masa damai. TNI tidak saja sebagai kekuatan pertahanan yang disiapkan untuk
menghadapi ancaman militer yang membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangas Indonesia, tetapi juga
atensinya adalah sebagai kekuatan untuk membantu pemerintah di dalam
proses pembangunan nasional melalui tugas Operasi Militer Selain Perang
2 Ari Nursanti, “5 Potensi Ancaman Pertahanan Nasional Versi Hadi Tjahjanto”.
(https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-01290366/5-potensi-ancaman-pertahanan-nasional-
versi-hadi-tjahjanto-415311, diakses 27 November 2019), 2017.
5
(OMSP), sehingga tidaklah berlebihan jika TNI di samping sebagai kekuatan
pertahanan juga berkiprah sebagai kekuatan moral dan kekuatan kultural, yang
mampu mengangkat citra bangsa di kancah pergaulan Internasional.
Sumbangsih yang optimal TNI kepada bangsa dan negara, dimanifestasikan
dengan kekuatan dan kemampuan serta fasilitas yang dimiliki melalui
optimalisasi peran TNI dalam membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan implementasi yang diwujudnyatakan dalam bentuk
kerjasama lewat Pemerintah Daerah dimanifestasikan terus-menerus tanpa
pamrih dengan semangat militansi dan dedikasi yang tinggi guna mencapai
misi dan tujuannya.
Dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2004 tentang TNI berisi tentang tugas pokok TNI dalam OMSP yakni :
1. Mengatasi gerakan separatisme bersenjata
2. Mengatasi pemberontakan bersenjata
3. Mengatasi aksi terorisme
4. Mengamankan wilayah perbatasan
5. Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis
6. Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik
luar negeri
7. Mengamankan presiden dan wakil presiden beserta keluarganya
8. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya
secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta
9. Membantu tugas pemerintahan di daerah
6
10. Membantu kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-
undang
11. Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala dan
perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia
12. Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan
pemberian bantuan kemanusiaan
13. Membantu perncarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and
recue), serta
14. Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan
terhadap pembajakan, perompak, dan penyelundupan.
Dari keempat belas tugas TNI tersebut, maka penelitian ini akan dilakukan
pada tugas TNI dalam rangka membantu pemerintahan di daerah. Berdasarkan
Peraturan Kepala Staff TNI AD Nomor 19/IV/2008 tertanggal 8 April 2008
yakni berisi bahwa seorang Bintara Pembina Desa berkewajiban untuk
melaksanakan pembinaan teritorial sesuai petunjuk atasannya, yaitu komandan
Komando Rayon Militer, maksudnya ialah TNI bertugas membantu
pemerintahan daerah di tingkat paling bawah yakni di wilayah desa yang
dilakukan oleh seorang Bintara Pembina Desa atau sering dikenal dengan
Babinsa.
Menurut Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor 19/IV/2008
Tanggal 8 April 2008, yaitu anatara lain :
1. Melaksanakan Pembinaan Teritorial sesuai petunjuk Danramil dengan
kegiatan sebagai berikut :
7
a. Anjangsana ke seluruh rumah-rumah yang ada di desa binaan agar
Babinsa dikenal masyarakat
b. Ikut semua kegiatan yang ada di masyarakat
c. Membantu masyarakat yang terkena musibah
d. Ikut gotong royong pada Jumat bersih
e. Membantu masyarakat yang melaksanakan hajatan
f. Mengajari masyarakat di bidang pertanian, peternakan, perikanan dengan
membawa tim penyuluh serta melaksanakan pendampingan kepada
masyarakat
g. Olahraga bersama dengan masyarakat
h. Ikut kegiatan agama dan kesenian daerah
i. Ikut aktif kegiatan Siskampling dengan masyarakat
j. Mengajar PBB terhadap pelajar, warga dan karang taruna desa
k. Mengajari masyarakat untuk mengungsi apabila ada bencana dan
menentukan tempat pengungsian.
l. Ikut melaksanakan setiap permasalahan antara masyarakat yang
berselisih dengan bijaksana
m. Menghormati orang tua
n. Menyayangi anak kecil.3
2. Melaksanakan pengumpulan dan pemeliharaan data geografi, demografi,
kondisi sosial dan Potensi Nasional meliputi SDM, SDA/SDB serta sarana
dan prasarana di wilayahnya.
a. Ketahui batas Utara, Barat, Selatan dan Timur desa binaan
b. Ketahui daerah rawan bencana
c. Ketahui daerah yang dapat menjadi sumber logistik wilayah seperti
pertanian, perikanan perkebunan dan peternakan yang ada di wilayahnya.
d. Ketahui jumlah penduduk, jenis kelamin, usia dan status
e. Mengenal orang/kelompok ekstrem kiri, ekstrem kanan, tokoh unjuk
rasa, tokoh radikal, mantan residivis dan orang yang tidak puas kebijakan
pemerintah.
f. Ketahui jenis pekerjaan masyarakat yang ada di wilayahnya.4
3. Memberikan informasi tentang situasi dan kondisi wilayah bagi pasukan
yang bertugas didaerahnya.
a. Karakteristik daerah seperti kondisi jalan, sungai, jembatan,
hutan/gunung di wilayah yang bisa dilalui pasukan
b. Daerah logistik wilayah
c. Karakteristik tentang adat istiadat, budaya
d. Kondisi cuaca.5
3 Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor 19/IV/2008 Tanggal 8 April 2008
4 Ibid.
5 Ibid.
8
4. Melaporkan perkembangan situasi kepada Danramil pada kesempatan
pertama (laksanakan Tamu Cepat dan Lapor Cepat dengan berpedoman
kepada SIABIDIBAME)
a. Si = Siapa yang menjadi pelakunya
b. A = Apa yang terjadi
c. Bi = Kapan terjadinya
d. Di = Dimana lokasi kejadiannya
e. Ba = Bagaimana kejadianny
f. Me = Mengapa bisa terjadi.6
5. Babinsa dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab
kepada Danramil.
a. Babinsa harus punya jadwal kegiatan rutin setiap harinya yang
mengandung unsur “KS2A” maksudnya adalah :
1) „K‟ adalah Kemana tujuan saya hari ini
2) „S‟ adalah Siapa yang akan saya temui
3) „A‟ adalah Apa kegiatan yang akan di kerjakan
4) „A‟ adalah Apa hasil yang harus didapatkan
b. Semua kegiatan harus bermanfaat terhadap masyarakat dan dilaporkan
kepada Danramil.7
Dari kelima tugas Babinsa menurut Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat
Nomor 19/IV/2008 Tanggal 8 April 2008, dalam penelitian ini akan
difokuskan pada tugas Babinsa dalam melaksanakan Pembinaan Teritorial
sesuai petunjuk Komadan Komando Rayon Militer. Tugas pembinaan
teritorial ini merupakan amanat dari Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Keberadaaan
Babinsa merupakan ujung tombak dan garda terdepan dalam pembinaan
wilayah teritorial dengan tujuan untuk membantu masyarakat desa dan
pemerintah daerah serta kepolisian, sehingga TNI dalam hal ini tidak hanya
6 Ibid.
7 Ibid.
9
menjaga NKRI, tidak hanya perang tetapi juga memiliki tugas untuk
melakukan pembinaan wilayah teritotial.
Tugas ini sangat berat namun Babinsa wajib melaksanakannya. Di setiap
wilayah Koramil membawahi beberapa desa/kelurahan. Dapat diambil contoh
pelaksanaan pembinaan teritorial oleh Babinsa di Dusun Gumukgebang, Desa
Nogosari, Kecamatan Rambiuji, Jember pada tanggal 9 Juli 2019 Babinsa
Koramil 0824/13 mengikuti kerja bakti yang dilaksanakan oleh Kepala Dusun
dan masyarakat selain itu melakukan patroli malam bersama masyarakat.
Selain di Dusun Gumukgebang, di Dusun Malukloka, Desa Maluk,
Kecamatan Maluk Sumbawa Barat Babinsa bekerjasama dengan cara
bergotong royong membersihkan area pinggir jalan dan area pemukiman
warga setempat pada hari Minggu 7 Juli 2019.8 Babinsa dalam hal ini selain
memberikan motivasi budaya kegotong royongan juga menjalin komunikasi
sosial bersama masyarakat karena memang Babinsa harus selalu dekat
bersama masyarakat dalam rangka memantapkan kemanunggalan TNI-rakyat.9
Berdasarkan fanomena tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian secara yuridis sosiologis di Wilayah Kalibanteng Kulon.
Wilayah ini sengaja dijadikan objek penelitian mengingat wilayah
Kalibanteng ini merupakan suatu wilayah dengan tingkat kriminalitas tinggi,
karena banyak sekali tempat hiburan malam. Untuk membatasi ruang lingkup,
maka peneliti akan memfokuskan kajian dengan menentukan judul
8 Lensa NTB, “Laksanakan Tugas Pokok TNI AD, Babinsa Bersama Warga Maluk Kota
Lakukan Gotong Royong” (lensantb.com/, diakses pada tanggal 6 Februari 2019), 2019 9 Lucky Setyo Hendrawan, “Ketahanan Informasi Desa : Babinsa Nogosari Kodim 0824
Jember Bantu Masyarakat Benahi Saluran Air yang Jebol” (https://www.timesindonesia.co.id/,
diakses pada tanggal 6 Februari 2019), 2019
10
“Implementasi Tugas Babinsa Koramil 01/Semarang Barat Dalam
Melaksanakan Pembinaan Teritorial Di Kelurahan Kalibanteng Kulon”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi tugas Babinsa Koramil 01/Semarang Barat
dalam melaksanakan pembinaan teritorial di Kelurahan Kalibanteng Kulon
?
2. Apa kendala implementasi tugas Babinsa Koramil 01/Semarang Barat
dalam melaksanakan pembinaan teritorial di Kelurahan Kalibanteng Kulon
dan upaya mengatasinya ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui implementasi tugas Babinsa Koramil
01/Semarang Barat dalam melaksanakan pembinaan teritorial di
Kelurahan Kalibanteng Kulon
b. Untuk mengetahui kendala dalam implementasi tugas Babinsa
Koramil 01/Semarang Barat dalam melaksanakan pembinaan
teritorial di Kelurahan Kalibanteng Kulon, dan upaya
mengatasinya.
11
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum,
khususnya Hukum Administrasi Negara (HAN) terkait dengan
implementasi tugas Babinsa Koramil 01/Semarang Barat dalam
melaksanakan pembinaan teritorial.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Pemerintah
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi pemerintah agar dalam menyusun kebijakan
terkait dengan tugas Babinsa Koramil 01 dalam melaksanakan
pembinaan teritorial, untuk kedepannya dapat dijalankan
dengan efektif.
2) Bagi TNI
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan masukan Tentara Nasional Indonesia agar dapat lebih
extra dalam menjaga pertahanan dan keutuhan NKRI.
3) Bagi akademisi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat
memperkaya dan menambah wawasan tentang arti pentingnya
menjaga pertahanan negara dan ketahanan nasional.
12
D. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu
yang mempunyai karakteristik yang relatif sama dalam hal tema, kajian,
meskipun berbeda dalam kriteria subjek jumlah dan posisi variabel penelitian
atau metode yang digunakan. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian
tentang :
1. Muhammad Faizal Rangkuti “Peran Manunggal TNI-AD Dalam
Pemberdayaan Masyarakat”. Dengan rumusan masalah bagaimana peran
manunggal TNI AD dalam pemberdayaan masyarakat dan apa saja faktor
yang menentukan peran manunggal TNI AD dalam pemberdayaan
masyarakat.10
2. Galang Musabrianto dan Arif Darmawan “Peran Babinsa dalam
Meningkatkan Keamanan di Desa Gedangan”. Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik dengan rumusan masalah bagaimana peran Babinsa di wilayah
Desa Gedangan dan faktor apa saja yang memperngaruhinya.11
3. Kuntum Chairum Ummah “Peran Fungsi Pembinaan Teritorial TNI AD
dalam pembantuan Pemerintah Daerah: Studi di Kabupaten Lebak”.
Departemen Ilmu Politik Universitas Padjajaran dengan rumusan masalah
10
. Muhammad Faizal Rangkuti, “Peran Manunggal TNI-AD Dalam
Pemberdayaan Masyarakat”. Governance, Vol. 5, No. 1, (Online),
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/governance/article/view/1453, diakses 10 Januari
2020), 2013. 11
. Galang Musabrianto dan Arif Darmawan, “Peran Babinsa dalam
Meningkatkan Keamanan di Desa Gedangan”. (Online), (http://repository.untag-
sby.ac.id/954/, diakses 10 Januari 2020), 2018.
13
peran dan fungsi TNI AD dalam upaya perbantuan pemerintah untuk
terlaksananya program-program pemerintah daerah.12
Berdasarkan uraian di atas, maka walau telah ada penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan implementasi tugas TNI, namun tetap
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, penelitian yang
peneliti lakukan adalah sama sama mejelaskan terkait tugas pokok TNI
sedangkan perbedaannya yaitu pada objek pelaksanaan penelitiannya.
Dengan demikian, maka topik penelitian yang peneliti lakukan ini benar-
benar asli.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika
penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum
maka penulis menggunakan sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika
penulisan hukum terdiri dari 5 bab yang tiap babnya terbagi dalam sub-sub
bagian yang dimaksud untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan
hasil penelitian ini. Sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan.
Dalam bab ini berisi uraian tentang latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian
penelitian serta sistematika penulisan.
12
. Kuntum Chairum Ummah, “Peran Fungsi Pembinaan Teritorial TNI AD
dalam pembantuan Pemerintah Daerah: Studi di Kabupaten Lebak”. Cosmogov,
Vol. 3, No. 1, (Online),
(https://www.researchgate.net/publication/318559163_PERAN_DAN_FUNGSI_PEMBINAAN_
TERITORIAL_TNI_AD_DALAM_PERBANTUAN_PEMERINTAH_DAERAH_STUDI_DI_K
ABUPATEN_LEBAK, diakses 10 Januari 2020), 2017.
14
Bab II : Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang terkait dengan
permasalahan yang sedang di kaji, diantaranya tinjauan teori
tentang TNI, tinjauan teori tentang pertahanan dan kemananan,
dan tinjauan tentang Bintara Pembina Desa.
Bab III : Metode Penelitian
Dalam bab ini berisi uraian tentang metode yang dipergunakan
dalam penelitian yaitu jenis penelitian, spesifikasi penelitian,
metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan
metode analisis data.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi uraian pembahasan mengenai implementasi tugas
Babinsa dalam melaksanakan pembinaan teritorial di wilayah
Kalibanteng Kulon, kendala-kendala dalam implementasi tugas
Babinsa dalam melaksanakan pembinaan teritorial di wilayah
Kalibanteng Kulon, dan upaya mengatasi kendala-kendala dalam
implementasi tugas Babinsa dalam melaksanakan pembinaan
teritorial di wilayah Kalibanteng Kulon
Bab V : Penutup
Bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan pada pembahasan
yang ada di Bab IV dan saran yang akan disampaikan oleh
penulis.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang TNI
1. Pengertian Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004
definisi Tentara Nasional Indonesia adalah kekuatan angkatan perang dari
suatu negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Definisi tersebut
memang belum lengkap tetapi terdapat pengertian tentang tujuan pokok
kehadiran tentara dalam suatu negara yaitu seperti yang diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004. Tentara
Nasional Indonesia (TNI) adalah menegakkakn kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah negara kesatuan Indoneisa yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 serta melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara. Dari konsep pemikiran seperti diatas
kemudian timbul pendirian bahwa fungsi utama Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dalam negara adalah melakukan tugas dibidang
pertahanan. Untuk melaksanakan konsep pertahanan negara trsebut yang
memiliki peranandan menjadi komponen utama adalah Tentara Nasional
Indonesia (TNI).13
13
Andirizal, “Analisis Yuridis Tentang Kedudukan Tentara Nasional Indonesia (TNI)
setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004”, (online),
(https://www.neliti.com/id/publications/43279/analisis-yuridis-tentang-kedudukan-tentara-
nasional-indonesia-tni-setelah-berlak, diakses pada tanggal 25 januari 2020), 2014
16
Tentara Nasional Indonesia atau TNI merupakan profesi sekaligus
sebagai alat negara dibidang pertahanan. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal
1 dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010
tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia, yaitu “Tentara
Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat TNI adalah komponen
utama yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan
negara”. Hal tersebut senada dengan bunyi Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia yang
menyatakan bahwa Tentara Nasional Indonesai sebagai alat pertahanan
Negara Kesatuan Rpublik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan
pertahanan negara untuk menekgakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan bangsa,
menjalankan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain
perang, serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian
regional dan internasional.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun
1945 BAB XII Pertahanan dan Keamanan Negara Pasal 30 ayat (2)
dijelaskan bahwa :
“Usaha Pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dana
rakyat, sebagai pendukung.”
Prajurit adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan diangkat oleh
17
pejabat yang berwenang untuk mengabdikan diri dalam dinas keprajuritan
yakni dalam Pasal 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Prajurit TNI terdiri atas
prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, prajurit Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Laut, dan prajurit Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Udara yang melaksanakan tugasnya secara matra atau
gabungan di bawah pimpinan Panglima.
2. Sejarah Terbentuknya Tentara Nasional Indonesia
Dalam sejarah kehidupan manusia sejak dahulu, dimana sekelompok
rakyat yang bertempur tinggal di suatu daerah tertentu akan bangkit
serentak memanggul senjata dan mengadakan perlawanan apabila mereka
dan daerahnya mengalami ancaman atau serangan dari pihak lain.
Disinilah timbul pengertian bahwa pembelaan negara itu adalah hak dan
kewajiban seluruh rakyat. Segala sesuatu didalam Negara ikut dikerahkan
untuk melakukan peprangan dan tak dapat dipisahkan lagi antara angkatan
bersenjata dengan rakyat biasa didalam peperangan. Kaerna adanya
persamaan nasib cita-cita dan tanggung jawab yang kemudian
menimbulkan adanya kegiatan sehaluan antara militer dan masyarakat
dalam usaha mencapai cita-cita bangsa dan memikul tanggung jawab
bersama.
Salah satu organ yang harus dimiliki oleh pemerintah suatu negara
ialah militer yang merupakan suatu kelompok orang-orang yang
diorganisir dengan disiplin untuk melakukan pertempuran, yang dibedakan
18
dengan orang-orang sipil. Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia
belum mempunyai organisasi militer yang teratur, yang berjuang
mempertahankan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 adalah rakyat yang
bergabung didalam laskar laskar serentak memanggul senjata untuk
mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai. Berintikan berkas-
berkas PETA, Heiho, KNIL yang insaf, Seinedan Keibodan, Gyugun,
Suisyitai yang terlatih baik, bersama dengan rakyat yang militan dari
segala lapisan masyarakat secara spontan dan serentak bengkit
mengangkat senjata.
Rakyat yang berjuang mempertahankan kemerdekaan 17 Agustus 1945
bergabung didalam laskar-laskar perjuangan dengan bermacam-macam
nama. Rakyat bersenjata ini dengan berintikan bekas-bekas PETA, Heiho,
Seinenda, Keribodan, Suisyintai dan KNIL yang sudah terlatih baik
dibidang kemiliteran, merupakan modal lahirnya Badan Keamanan Rakyat
(BKR) yang diumumkan pembentukannya oleh Pemerintah Republik
Indonesia pada tanggal 22 Agustus 1945. Badan Keamanan Rakyat inilah
sebagai wadah dari seluruh laskar yang mempertahankan kemerdekaan.
Sejarah pertumbuhan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia agak
berbeda dengan negara-negara lain, karena Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia tumbuh secara spontan dari kesadaran rakyat yang berjuang
mewujudkan cita-cita sebagai suatu bangsa, rakyat yang memulai revolusi
itu membangun tentaranya, mempersenjatai dirinya sendiri.
Tentara kebangsaan Republik Indonesia, bukanlah warisan kolonial
akan tetapi lahir dari rakyat. Tentara yang lahir dari kebangunan
19
perjuangan kemerdekaan, yang menjadi dewasa akibat panasnya api
revolusi kemerdekan. Badan Keamanan Rakyat sebagai embrio dari TNI
yang lahir atas inisiatif dan spontanitas rakyat kemudian menjadi motor,
menjadi pelopor serta dinamisator jalannya revolusi, yang pada waktu itu
dimana-mana seluruh Nusantara merebut kekuasaan dan senjata dari bala
tentara Jepang, yang berusaha mempertahankan kedudukannya serta
berniat akan menyerahkan Indoneisa kepada sekutu. Maksud bala tentara
Dei Nippon tersebut digagalkan oleh BKR, oleh karena itu terjadilah
perebutan kekuasaan baik sipil maupun militer oleh para pejuang, yang
sudah mempunyai tekad bulat “Merdeka atau Mati”. Kelahiran yang
spontan dari rakyat, yang beraneka ragam suku dan masyarakat,
menjadikan BKR sangat heterogen anggotanya, proses pertumbuhan
begitu lahir terus-menerus bertempur menyebabkan BKR metang
menghadapi segala rintangan.
Sebagai wadah organisasi perjuangan BKR tumbuh semakin mantap,
sehingga pada tanggal 5 Oktober 1945 Pemerintah RI mendekritkan
pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai peningkatan
organisasi BKR yang tadinya sebagai wadah laskar-laskar perjuangan.
Sejak pembentukan TKR ini, maka para pejuang yang tergabung di dalam
TKR mulai didata, yaitu sebagai peralihan dari organisasi yang belum
teratur, menjadi organisasi yang teratur. Sebagai Kepala Staf yang ditunjuk
Oerip Soemorhardjo, seorang pejuang yang dianggap mempunyai
pengetahuan militer cukup memadai, untuk menyusun organisasi militer
yang resmi dan teratur. Sejak saat itu Republik Indonesia mempunyai
20
tentara yang teratur, disertai kesatuan-kesatuan mulai dari tingkat Peleton
sampai Divisi, dengan kepangkatan mulai dari prajurit sampai dengan
Jendral, semuanya disusun sesuai organisasi Militer Internasional. Pada
tanggal 12 November 1945 diadakan Konferensi itu Pak Soedirman
dipilih sebagai Panglima Besar.
Dibawah pimpinan Panglima Besar Soedirman, Tentara Keamanan
Rakyat disempurnakan organisasinya yang kemudian pada tanggal 7
Januari 1946 namanya berubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat.
Tidak lama kemudian pada tanggal 25 Januari 1946 berdasarkan
Penetapan Pemerintah No. 4/S. D. Nama Tentara Keselamatan Rakyat
diganti menjadi Tentara Republik Indonesia. Walaupun nama
organisasinya berganti akan tetapi semangat juang para anggotanya tidak
berubah, bahkan semakin berkobar-kobar, hal ini terlihat bagaimana
heroik dan patriotik para pejuang dalam menghadapi dan melucuti tentara
Jepang, menghadapi tentara sekutu yang mendarat di Jakarta, Surabaya,
Semarang, Bandung, Ujungpandang, Palembang, Bali dan banyak tempat
lagi di Nusantara ini. Musuh yang persenjataannya begitu lengkap,
dihadapi oleh para pejuang dengan senjata seadanya.
Perlawanan rakyat ini menunjukkan pada dunia bahwa bangsa
Indonesia sudah mampu untuk berdiri sendiri, bukan sebagai mana
anggapan bangsa Belanda yang menganggap bangsa Indonesia itu adalah
bangsa yang bodoh dan belum mampu untuk mengurus dirinya sendiri.
Memang di dunia pendidikan bangsa Indonesia atau bangsa yang terjajah
akan selalu bodoh, karena tidak diberi kesempatan untuk mengecap dunia
21
pendidikan formal sejajar dengan bangsa yang menjajahnya, terutama
bangsa Belanda yang hanya memberi kesempatan untuk mengenyam
pendidikan kepada segelintir warga yaitu hanya anak priyayi-priyayi
tertentu saja, hal ini perlu karena priyayi itulah yang mengisi jabatan-
jabatan pekerjaan untuk membantu kelancaran pemerintahan penjajahan di
Indonesia. Sebagai bukti tingginya kebudayaan dan ilmu pengetahuan
bangsa Indonesia dapat kita lihat kebesaran kerajaan-kerajaan di
Indonesia, peninggalan-peninggalan sejarah seperti Candi Borobudur,
Candi Prambanan, dan berbagai peninggalan sejarah lainnya.
Oleh karena itu, para pejuang tak gentar dalam menghadapi tentara
kolonial Belanda yang bersenjata lengkap dan modern, dengan senjata
seadanya. Kemudian nama TRI disempurnakan lagi, karena belum
dianggap tepat, maka pada tanggal 7 Juni 1947 dirubah lagi menjadi
Tentara Nasional Indonesia, sebagai wadah perjuangan para pejuang yang
baru, yang tadinya masih berkotak-kotak didalam laskar perjuangan
dengan berbagai nama. Tentara Nasional Indonesia ini terdiri dari Tentara
Darat, Tentara Laut, Tentara Udara. Polisi sebagaimana tradisi
internasional tidak dimasukkan ke dalam organisasi tentara, karena fungsi
polisi adalah menjaga ketertiban masyarakat diwaktu damai. Akan tetapi
Polisi Indonesia pembentukannya tidak dapat disamakan dari negara lain,
karena didalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajah
Belanda seluruh lapisan masyarakat bahu-membahu termasuk kesatuan-
kesatuan polisi. Oleh karenanya, Polisi RI dimasukkan di dalam jajaran
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Dengan masuknya Polisi ke
22
dalam angkatan bersenjata, mempunyai konsekuensi yaitu apabila terjadi
peperangan dengan negara lain, maka polisi diperlakukan sebagai militer,
bukan aparat keamanan yang memelihara ketertiban.
3. Jati Diri TNI
TNI adalah bagian yang tak terpisahkan dari rakyat yang mesti
diberdayakan pemikirannya dalam setiap langkah yang di tempuh bangsa
dan negara ini mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Jati diri TNI
terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia yakni :
a. Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga
Negara Indonesia
b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara
Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya,
c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas
demi kepentingan negara dan di atas kepentingan daerah, suku, ras,
dan golongan agama
d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, dilengkapi
secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin
kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang
menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia,
ketentuan hukum nasioanl, dan hukum internasional yang telah
diratifikasi.
23
4. Peran, Fungsi, dan Tugas TNI
Tugas Tentara Nasional Indonesia secara signifikan tertera didalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia pada Pasal 7 sebagai tugas pokok Tentara
Nasional Indonesia, yang berbunyi :
a. Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesai Tahun 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bengsa dan negara.
b. Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
1) Operasi militer untuk perang
2) Operasi militer selain perang, yaitu untuk :
a) Mengatasi gerakan separatis bersenjata
b) Mengatasi pemberontakan bersenjata
c) Mengatasi aksi terorisme
d) Mengamankan wilayah perbatasan
e) Mengamankan obyek vital nasional yang bersifat strategis
f) Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan
kebijakan politik luar negeri
g) Mengamankan presiden dan wakil presiden beserta
keluarganya
24
h) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan
semesta
i) Membantu tugas pemerintah di daerah
j) Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang
diatur dalam Undang-Undang
k) Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala
negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada
di Indonesia
l) Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian
dan pemberian bantuan kemanusiaan
m) Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan
(search and resque), serta
n) Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan
penerbangan terhadap pembajakan, perompak dan
penyelundupan.
Tugas pokok TNI yang terdapat dalam Pasal 7 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional
Indonesia adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD
NRI) Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
25
darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara.
Adapun fungsi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terdapat pada
Pasal 6 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 yaitu:
a. TNI sebagai alat pertahanan negara berfungsi sebagai :
1) Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman
bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.
2) Penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dan
3) Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat
kekacauan keamanan.
b. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
TNI merupakan komponen utama.
Adapun asa-asas yang dipergunakan Tentara Nasional Indonesia dalam
rangka melaksanakan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) adalah
sebagai berikut :
a. Asas Tujuan, setiap penyelenggaraan operasi harus memiliki rumusan
tujuan/sasaran yang jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan
dalam pencapaian tugas pokok
b. Asas kesatuan komando dan pengendalian seluruh kegiatan operasi
yang dilaksanakan dalam rangka OMSP berada di bawah satu
komando/penanggung jawab dari institusi negara yang ditunjuk sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
26
c. Asas Proposionalitas, diartikan bahwa kekuatan, persenjataan dan
peralatan TNI yang dikerahkan dalam pelaksanaan operasi dilakukan
secara sepadan, tidak berlebihan, memiliki prosedur standar operasi
yang jelas, terhindar dari tindakan diluar batas kewajaran.
d. Asas Keamanan, tindakan yang tepat untuk menjamin keamanan,
kerahasiaan, keleluasaan bergerak, melindungi satuan sendiri dan
menghindari jatuhnya informasi ke tangan lawan. Asas keamanan
diterapkan mulai proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
pengakhiran operasi dengan tujuan untuk menghindari kegagalan
dalam pelaksanaan OMSP.
e. Asas Legitimasi, diartikan bahwa pelaksanaan OMSP yang
dilaksanakan oleh TNI sudah berdasar kepada peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan keputusan politik negara.
f. Asas Keterpaduan, mengingat OMSP merupakan operasi yang
melibatkan institusi di luar TNI, maka diperlukan adanya persamaan
persepsi, koordinasi yang tepat dan keterpaduan dalam kesatuan dan
dukungan.
g. Asas Ekonomis, dalam OMSP harus dipertimbangkan penggunaan
kekuatan secara ekonomis. Segala faktor harus diperhitungkan dengan
cermat, sehingga pada pelaksaannya dapat dikerahkan kekuatannya
secara efektif dan efisien.
Tentara Nasional Indonesia dalam menggalang sistem pertahanan
negara memiliki susunan dan kedudukannya yang diatur oleh aturan agar
tidak terjadi perbuatan yang sewenang-wenang dari alat pertahanan negara
27
ini. Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia tertuang dalam
regulasi yang jelas, yakni pada Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara
Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Republik Indonesia, pada Pasal 3
yang berbunyi :
a. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara yang organisasinya disusun berdasarkan
kebutuhan yang diatur dalam undang-undang.
b. Tentara Nasional Indonesia berada di bawah Presiden.
c. Tentara Nasional Indonesia dipimpin oleh seorang Panglima yang
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
d. Prajurit Tentara Nasional Indonesia tunduk kepada kekuasaan
peradilan militer dalam hal pelanggaran hukum militer dan tunduk
kepada kekuasaan peradilan umum dalam hal pelanggaran hukum
pidana umum. Apabila kekuasaan peradilan umum tidak berfungsi
maka prajurit Tentara Nasional Indonesia tunduk di bawah kekuasaan
peradilan yang diatur dengan undang-undang.
Telah jelas dari susunan Tentara Nasional Indonesia memiliki daerah
atau matra (wilayah) yang vital yang harus di jaga dan dilindungi yakni
wilayah darat, wilayah laut, dan wilayah udara yang dari wilayah-wilayah
tersebut di komando dengan angkatan yang memiliki tugas masing-
masing.
28
Ketiga wilayah tersebut Tentara Nasional Indonesia memiliki pusat
komando yang dipimpin oleh Panglima TNI yang saat ini di jabat oleh
Jendral TNI Moeldoko dan Panglima TNI bertanggung jawab terhadap
presiden karena presiden sebagai pemegang kekuasaan tertinggi TNI
sesuai dengan asas Proposionalitas.
Tentara Nasional Indonesia dalam menjalankan tugas dan fungsinya
melalui Panglima TNI harus bertanggung jawab kepada Presiden karena
alat pertahanan negara ini di bawah tanggung jawab seorang presiden
sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan serta panglima
tertinggi.
5. Kewajiban dan Larangan TNI
Prajurit berkewajiban menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan
oleh bangsa dan negara untuk melakukan usaha pembelaan negara
sebagaimana termuat dalam Sumpah Prajurit. Untuk keamanan negara,
setiap prajurit yang telah berakhir menjalani dinas keprajuritan atau
prajurit siswa yang karena suatu hal tidak dilantik menjadi prajurit wajib
memegang teguh rahasia tentara walaupun yang bersangkutan
diberhentkan dengan hormat atau dengan tidak hormat.
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, prajurit berpedoman
pada Kode Etik Prajurit dan Kode Etik Perwira. Selain itu berpedoman
pada hukum disiplin prajurit yang merupakan serangkaian peraturan dan
norma untuk mengatur, menegakkan, dan membina disiplin atau tata
29
kehidupan prajurit agar setiap tugas dan kewajibannya dapat berjalan
dengan sempurna.
B. Tinjauan Tentang Pertahanan dan Keamanan
1. Pengertian Pertahanan
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pertahanan berasal dari kata
tahan yang berarti tetap dalam keadaan, atau tetap dalam kedudukan.
Maka dengan demikian pertahanan berarti mengupayakan supaya tetap
tidak berubah dari keadaan semula, menjaga dan melindungi supaya
selamat.
Sementara yang dimaksud dengan pertahanan negara adalah segala
usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara.14
Sedangkan pengertian pertahanan negara dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional
Indonesia Pasal 1 ayat (5) adalah segala usaha untuk menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dan melindungi segenap bangsa dari ancaman
dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, disusun dengan
memperhatikan kondisi grafis Indonesia sebagai negara kepulauan.
14
Conni Rahakundini Bakrie, Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2007), halaman. 49.
30
2. Tujuan dan Fungsi Pertahanan
a) Tujuan
1) Menjaga dan melindungi kedaulatan negara
2) Mejaga dan melindungi keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)
3) Mejaga dan melindungi segenap komponen bangsa dari segala
bentuk ancaman.
b) Fungsi
Mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) sebagai satu kesatuan pertahanan.
3. Pengerahan dan Penggunaan Kekuatan TNI Untuk menjaga
Pertahanan
Penggunaan kekuatan TNI dilaksanakan melalui operasi militer untuk
perang dan operasi militer selain perang dengan memperhatikan prinsip-
prinsip penggunaan kekuatan sesuai dengan aturan yang di landasi oleh
legitimasi politik dan hukum. Prinsip kewenangan dan tanggung jawab
pengerahan kekuatan TNI berada pada Presiden setelah mendapat
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI),
selanjutnya tanggung jawab penggunaan kekuatan TNI berada pada
panglima TNI. Sesuai dengan Pasal 19 dan Pasal 20 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, tanggung jawab
penggunaan kekuatan TNI berada pada Panglima TNI yang terdiri dari:
31
a. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi militer
untuk perang, dilakukan untuk kepentingan penyelenggaraan
pertahanan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi militer
selain perang, dilakukan untuk kepentingan pertahanan Negara atau
dalam rangka mendukung kepentingan nasional sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
c. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka tugas perdamaian dunia
dilakukan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia dan
ketentuan hukum nasional.
4. Pengertian tentang Keamanan
Secara etimologis konsep keamanan (security) berasal dari bahasa latin
“securus: (se+cura)” yang bermaksa terbebas dari bahaya, terbebas dari
ketakutan (free from danger, freedom fear). Keamanan (security) secara
umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan mempertahankan diri
(survival) dalam menghadapi ancaman nyata (existensial threat).15
Kata ini
juga bisa bermakna dari gabungan se (yang berarti tanpa/without) dan
curus (yang berarti uneasiness). Sehingga bila digabungkan kata ini
bermakna “liberation from uneassiness, or a peaceful situstion without
any risk or threats”.
Kemudian yang dimaksusd dengan gangguan keamanan adalah
gangguan dan ancaman yang muncul akibat dari kondisi yang pada
15
Muhamad Yamin dan Sebastian Matengkar, Intelijen Indonesia Towards Profesional
Inteligence (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), halaman 6.
32
umumnya selalu panik atau tidak teratur-tidak disiplin atau paranoid,
demokrasi yang tidak terkendali, pertentangan ideology (clash of
civilization), dominasi kekuatan politik tertentu, peredaran senjata gelap,
globalisasi, instabilitas politik dan pemberontakan terhadap dominasi
negara-negara lain, diantaranya adalah terorisme, sparatisme, konflik
horizontal dan pemberontakan senjata.16
Hakikat keamanan negara mencakup keselamatan individu dalam
ketertiban umum harus disusun berdasarkan kondisi obyektif domestik
dengan memperhatikan konteks strategis regional dan global. Di dalam
negeri, keselamatan warga dan ketertiban publik akan dihadapkan pada
kejahatan konvensional berupa tindakan kriminalitas seperti pencurian,
perampokan, tawuran, pemerkosaan, dll. Selain itu aparat keamanan juga
akan dihadapkan pada masalah ancaman dalam negeri seperti huru-hara
(akibat tidak puasnya masyarakat terhadap pemerintah), pengamanan
obyek vital (akibat maraknya berbagai aksi reclaiming masyarakat, konflik
komunal, terorisme serta tribalisme).17
Keamanan negara diselenggarakan oleh pemerintah melalui usaha
sistem keamanan negara yang diselenggarakan oleh beragam institusi
keamanan yang masing-masing memiliki tugas, wewenang, dan tanggung
jawab yang spesifik. Pengelolaan keamanan negara perlu membedakan
antara institusi-institusi penanggung jawab politik adalah pemerintah dan
16
Liota P.H., Boomerang Effect: The Convergen of National and Human Security, dalam
security dialogue, Vol 33 No. 4, hal. 473-488 dalam Tim Propatria Institute, Mencari Format
Komprehensif Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara (Jakarta: Tim Propatria Institute, 2006),
halaman 27. 17
Ibid., halaman 473-488.
33
parlemen yang memiliki kewenangan dalam merumuskan kebijakan
keamanan dan/atau dalam mengawasi pelaksanaan kebijakan.18
Singkatnya, keamanan negara adalah bentuk pendekatan keamanan
(security approach) yang diberlakukan penguasa negara terhadap
masyarakat secara umum.19
Disisi lain, menurut Kelak Walden Bello
menyatakan, keamanan negara adalah pemberhentian terakhir dari tujuan
negara yang terus bergelut dalam menghadapi kekuatan di luar dirinya.20
Kekuatan di luar dirinya bisa berarti kekuatan luar negeri tapi juga
kekuatan yang merongrong di dalam negeri.
5. Pengerahan dan Penggunaan Kekuatan TNI Untuk Keamanan
Penggunaan kekuatan TNI dilaksanakan melalui operasi militer untuk
perang dan operasi militer selain perang dengan memperhatikan prinsip-
prinsip penggunaan kekuatan sesuai dengan aturan yang di landasi oleh
legitimasi politik dan hukum. Prinsip kewenangan dan tanggung jawab
pengerahan kekuatan TNI berada pada Presiden setelah mendapat
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI),
selanjutnya tanggung jawab penggunaan kekuatan TNI berada pada
panglima TNI. Sesuai dengan Pasal 19 dan Pasal 20 UU Nomor 34 Tahun
2004 tentang TNI, tanggung jawab penggunaan kekuatan TNI berada pada
Panglima TNI yang terdiri dari:
18
Anak Agung Bayu Perwita, Mencari Format Komperhensif Pertahanan dan
Keamanan Negara (Jakarta: Propartia Institute, 2006), halaman 7. 19
M. Busyro Muqoddas, Hegemoni Rezim Intelijen (Yogyakarta: PUSHAM UII, cetakan
pertama, 2011), halaman 9. 20
Ibid., halaman 9.
34
a. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi militer
untuk perang, dilakukan untuk kepentingan penyelenggaraan
pertahanan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi militer
selain perang, dilakukan untuk kepentingan pertahanan Negara atau
dalam rangka mendukung kepentingan nasional sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
c. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka tugas perdamaian dunia
dilakukan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia dan
ketentuan hukum nasional.
C. Tinjauan Umum Tentang Bintara Pembina Desa (Babinsa)
1. Pengertian Babinsa
Babinsa adalah pelaksanaan Danramil dalam melaksanakan fungsi
pembinaan teritorial di pedesaan yang bertugas pokok melatih rakyat dan
memberikan penyuluhan dibidang pertahanan negara serta pengawasan
fasilitas atau prasarana untuk pertahanan negara di pedesaan. Konsep
Babinsa merupakan kepanjangan dari Bintara Pembina Desa yang berada
di bawah Koramil. Babinsa adalah pelaksana pembinaan teritorial yang
berhadapan langsung dengan masyarakat desa serta dengan segala
permasalahan yang penuh dengan kemajemukan. Oleh karena itu sesuai
dengan tekat TNI dalam rangka ikut berperan aktif dalam pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertumpu pada pembangunan masyarakat
desa. Maka Babinsa harus mempunyai kemampuan yang memadai agar
35
dapat memacu masyarakat desanya aktif dalam pembangunan. Babinsa
dituntut memiliki kondisi mental, motivasi yang tangguh, tingkat
profesionalisme yang memadai dan kemampuan yang dapat diandalkan.
Babinsa dijabat oleh seseorang Ba/Ta Angkatan Darat berpangkat
Kopral Satu sampai dengan Pembantu Letnan Satu, merupakan pelaksana
Koramil (Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor 19/IV/2008
Tanggal 8 April 2008).
2. Tugas dan Peran Babinsa
Babinsa bertugas pokok melatih rakyat dan memberikan penyuluhan
dibidang pertahanan negara serta pengawasan fasilitas atau prasarana
untuk pertahanan negara di pedesaan.
Dalam buku Petunjuk Tuntunan Tugas Babinsa, tugas Babinsa
tercantum di Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor 19/IV/2008
Tanggal 8 April 2008, yaitu antara lain :
a. Melaksanakan Pembinaan Teritorial sesuai petunjuk Danramil
dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Anjangsana ke seluruh rumah-rumah yang ada di desa binaan agar
Babinsa dikenal masyarakat
2) Ikut semua kegiatan yang ada di masyarakat
3) Membantuk masyarakat yang terkena musibah
4) Ikut gotong royong pada Jumat bersih
5) Membantu masyarakat yang melaksanakan hajatan
36
6) Mengajari masyarakat di bidang pertanian, peternakan, perikanan
dengan membawa tim penyuluh serta melaksanakan
pendampingan kepada masyarakat
7) Olahraga bersama dengan masyarakat
8) Ikut kegiatan agama dan kesenian daerah
9) Ikut aktif kegiatan Siskampling dengan masyarakat
10) Mengajar PBB terhadap pelajar, warga dan karang taruna desa
11) Mengajari masyarakat untuk mengungsi apabila ada bencana dan
menentukan tempat pengungsian.
12) Ikut melaksanakan setiap permasalahan antara masyarakat yang
berselisih dengan bijaksana
13) Menghormati orang tua
14) Menyayangi anak kecil
b. Melaksanakan pengumpulan dan pemeliharaan data geografi,
demografi, kondisi sosial dan Potensi Nasional meliputi SDM,
SDA/SDB serta sarana dan prasarana di wilayahnya.
1) Ketahui batas Utara, Barat, Selatan dan Timur desa binaan
2) Ketahui daerah rawan bencana
3) Ketahui daerah yang dapat menjadi sumber logistik wilayah
seperti pertanian, perikanan perkebunan dan peternakan yang ada
di wilayahnya.
4) Ketahui jumlah penduduk, jenis kelamin, usia dan status
37
5) Mengenal orang/kelompok ekstrem kiri, ekstrem kanan, tokoh
unjuk rasa, tokoh radikal, mantan residivis dan orang yang tidak
puas kebijakan pemerintah.
6) Ketahui jenis pekerjaan masyarakat yang ada di wilayahnya
c. Memberikan informasi tentang situasi dan kondisi wilayah bagi
pasukan yang bertugas di daerahnya.
1) Karakteristik daerah seperti kondisi jalan, sungai, jembatan,
hutan/gunung di wilayah yang bisa dilalui pasukan
2) Daerah logistik wilayah
3) Karakteristik tentang adat istiadat, budaya
4) Kondisi cuaca
d. Melaporkan perkembangan situasi kepada Danramil pada kesempatan
pertama (laksanakan Tamu Cepat dan Lapor Cepat dengan
berpedoman kepada SIABIDIBAME)
1) Si = Siapa yang menjadi pelakunya
2) A = Apa yang terjadi
3) Bi = Kapan terjadinya
4) Di = Dimana lokasi kejadiannya
5) Ba = Bagaimana kejadiannya
6) Me = Mengapa bisa terjadi
e. Babinsa dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab
kepada Danramil.
38
f. Babinsa harus punya jadwal kegiatan rutin setiap harinya yang
mengandung unsur “KS2A” maksudnya adalah :
1) „K‟ adalah Kemana tujuan saya hari ini
2) „S‟ adalah Siapa yang akan saya temui
3) „A‟ adalah Apa kegiatan yang akan di kerjakan
4) „A‟ adalah Apa hasil yang harus didapatkan
g. Semua kegiatan harus bermanfaat terhadap masyarakat dan dilaporkan
kepada Danramil
Dapatlah dipahami bahwa peran Babinsa adalah mengaplikasikan
kemampuan teritorial, sebagai berikut :
1) Kemampuan temu lapor cepat
2) Kemampuan manajemen teritorial
3) Kemampuan penguasaan wilayah
4) Kemampuan meningkatkan pembinaan perlawanan rakyat
5) Kemampuan komunikasi sosial
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan
pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara mencari,
mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporan. Istilah
metodelogi berasal dari kata metode yang berarti jalan, namun demikian, menurut
kebiasaan metode dirumuskan dengan kemungkinan-kemungkinan suatu tipe yang
dipergunakan dalam penelitian dan penilaian.
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian yudiris sosiologis.
Sebab dari judul yang diangkat mengacu kepada tugas Babinsa Koramil
01/Semarang Barat dalam melaksanakan pembinaan teritorial di Kelurahan
Kalibanteng Kulon. Dalam metode penelitian ini peneliti menggunakan beberapa
perangkat penelitian yang sesuai guna memperoleh hasil yang maksimal, antara
lain sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian yuridis sosiologis. Penelitian
yuridis sosiologis tidak hanya ditinjau dari kaidah saja, tetapi juga berusaha
untuk menelaah keterkaitan antara faktor yuridis dengan faktor sosiologis.21
Penelitian yuridis sosiologis menggunakan data primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari sumbernya jadi masih berupa data yang belum diolah.
Jenis penelitian dipergunakan karena dalam penelitian ini akan mengkaji
tentang implementasi tugas Babinsa Koramil 01/Semarang Barat dalam
melaksanakan pembinaan teritorial di Kelurahan Kalibanteng Kulon.
21
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: PT. Ghalia
Indonesia, 1990), hlm. 22.
40
2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang dipergunakan adalah deskriptif analitis yaitu
untuk memberikan paparan secara sistematis dan logis, serta kemudian
menganalisisnya, dalam rangka mengkaji bahan-bahan dari kepustakaan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dikaitkan dengan
teori-teori hukum yang menyangkut permasalahan yang dihadapi untuk
menggambarkan dan menganalisis fakta-fakta secara sistematis, faktual, logis
dan memiliki landasan pemikiran yang jelas.22
Spesifikasi ini dipergunakan
karena dalam penelitian ini akan mengkaji tentang implementasi tugas
Babinsa Koramil 01/Semarang Barat dalam melaksanakan pembinaan
teritorial di Kelurahan Kalibanteng Kulon.
3. Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel merupakan suatu proses dalam memilih suatu bagian
yang representatif dari seluruh populasi. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro,
populasi adalah seluruh objek atau seluruh unit yang akan di teliti, atau dapat
dikatakan populasi merupakan jumlah manusia yang mempunyai karakterisitik
sama.23
Populasi dalam penelitian ini adalah Babinsa Koramil 01/Semarang
Barat di Kelurahan Kalibanteng Kulon menggunakan teknik non random
sampling. Sedangkan sampelnya adalah implementasi tugas Babinsa Koramil
01/Semarang barat dalam melaksanakan pembinaan teritorial di wilayah
Kalibanteng Kulon periode tahun 2018-2019.
22
Beni Ahmad Sacbani, Metode Penelitian Hukum (Bandung: Pustaka Setia,2009),
halaman 57. 23
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Yurimetri (Jakarta: Ghalia,
1994), halaman 42.
41
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara pengumpulan data untuk
kepentingan penelitian. Proses ini sangat penting untuk mendukung dan
memperjelas hasil penelitian sehingga dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan.
Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau
kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk memperoleh
data primer dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara.
Wawancara dilakukan dengan responden atau narasumber secara bebas
terpimpin yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada
responden atau narasumber, dimana pertanyaan yang diajukan berdasarkan
kerangka yang telah dibuat sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan
Bapak Wahyu Nugroho selaku Babinsa Koramil 01/Semarang Barat di
Kelurahan Kalibanteng Kulon, tokoh masyarakat, RT, RW, Lurah, Carik,
dan warga Kelurahan Kalibanteng Kulon.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui stude kepustakaan untuk mendapatkan
konsep-konsep, teori-teori atau pendapat-pendapat serta landasan teoritis
yang berhubungan erat dengan permasalahan. Data sekunder meliputi:
42
1. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang sumber-
sumber hukumnya dibentuk oleh pihak yang berwenang, yakni:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI)
Tahun 1945
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004
tentang Tentara Nasional Indonesia
3) Peraturan Kepala Staf TNI AD Nomor 19/IV/2008 tanggal 8 April
2008
2. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang erat
kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu serta
menganalisis, yakni: buku-buku/literatur dan karya ilmiah yang
berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.
5. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja. Jadi
dalam analisis bertujuan untuk mengorganisasikan data-data yang telah
diperoleh. Setelah data dari lapangan terkumpul dengan metode
pengumpulan data yang telah dijelaskan diatas, maka penulis mengelola
dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis kualitatif.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
43
dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.24
Analisis data
kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan mengakui
data-data yang telah diperoleh dan disusun secara sistematis, kemudian
ditarik kesimpulan.
24
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Remaja Rosdakarta, 2010),
halaman 248.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi tugas Babinsa dalam melaksanakan pembinaan
teritorial di wilayah Kalibanteng Kulon
Objek dalam penelitian ini adalah Koramil 01/Semarang Barat
yang beralamat di Jalan Ronggolawe Selatan Nomor 2, Gisikdrono,
Kecamatan Semarng Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah 50149. Babinsa
adalah unsur pelaksana Koramil bertugas melaksanakan bimbingan
Teritorial (BINTER) di wilayah pedesaan atau kelurahan. Kemampuan
Babinsa sangat menentukan keberhasilan bimbingan teritorial di desa atau
kelurahan dimana dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan
aparat terkait di desa atau kelurahan seperti tokoh masyarakat, tokoh
agama dan tokoh pemuda agar tidak terjadi kegagalan–kegagalan dalam
melaksanakan tugasnya. Di dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Babinsa
diperhadapkan dengan masalah yang berhubungan dengan masyarakat
oleh karena itu Babinsa perlu diberikan tuntutan pendidikan khusus
dibidang teritorial.
Kepanjangan dari Babinsa sendiri adalah Bintara Pembina Desa
yang berada di bawah Koramil. Babinsa merupakan pelaksana pembinaan
teritorial yang berhadapan langsung dengan masyarakat desa serta dengan
segala permasalahan yang ada di dalam wilayah binaannya. Oleh karena
itu sesuai dengan tekad TNI dalam rangka ikut berperan aktif dalam
pelaksanaan pembangunan nasional yang bertumpu pada pembangunan
masyarakat desa, maka Babinsa harus mempunyai kemampuan yang
45
memadai agar dapat memacu masyarakat desanya aktif dalam
pembangunan, bekerjasama dalam menjaga lingkungan tetap aman dan
tertib. Babinsa dituntut memiliki kondisi mental serta motivasi yang
tangguh (nilai juang yang tinggi), tingkat profesionalisme yang memadai
dan kemampuan yang dapat diandalkan agar pelaksanaan tugas di wilayah
binaan terlaksana dengan baik. Dalam melaksanakan tugas binaan di desa,
Babinsa dibantu oleh aparat desa atau tokoh masyarakat serta unsur-unsur
terkait yang ada di wilayah tugas binaan Babinsa.
Babinsa sebagai Prajurit TNI AD dalam mengemban misi TNI AD
selalu siap dimanapun dan kapanpun diperlukan. Ada berbagai tugas yang
ada di wilayah binaan Babinsa bertugas antara lain melaksanakan tugas
utama untuk menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan Binaan,
namun dalam pelaksanaan tugas tersebut selalu mendapatkan petunjuk
atau Komando dari atas dalam pembinaan teritorial yaitu dari Kodim.
Kodim sebagai satuan wilayah Pembinaan Teritorial telah mempersiapkan
pelaksanaan sistem pembinaan teritorial melalui koramil dan sebagai
pelaksanaan sistem pembinaan teritorial melalui Koramil dan sebagai
pelaksana tugas di Koramil adalah Babinsa. Oleh karena itu Babinsa
sebagai ujung tombak pelaksana dalam melaksanakan pembinaan kegiatan
teritorial TNI AD bertugas untuk melakukan pembinaan geografi,
pembinaan penduduk serta melaksanakan berbagai kegiatan sosial
ekonomi dimasyarakat serta dapat bekerjasama dengan pemerintah desa.
Tugas Babinsa juga diperlukan untuk mengatasi berbagai peristiwa
46
bencana alam, seperti longsor, musibah kebakaran, banjir, dan tugas-tugas
lainnya.
Begitu kompleksnya tugas Babinsa di wilayah teritorial di desa
atau kelurahan maka Babinsa harus memiliki kesiapan dan kemampuan
serta selalu tanggap dalam situasi dan kondisi yang ada di manapun juga.
Babinsa sebagai pengemban misi TNI AD dalam kegiatan pembinaan
teritorial perlu memantapkan pembinaan yang efektif khususnya dalam
menciptakan, menyiapkan dan menyiagakan kekuatan wilayah yang
tangguh, mandiri, berdaya guna dan berhasil guna.
Tugas Babinsa adalah sangat kompleks karena Babinsa harus
mampu memprogramkan pembinaan teritorial secara terpadu terutama
pada program pembangunan di wilayah kecamatan dan desa/kelurahan
sehingga diharapkan dapat terealisasi kekuatan yang memadai sesuai
dengan kemampuan dan tahapan pembangunan. Berdasarkan Peraturan
Kepala Staff TNI AD Nomor 19/IV/2008 tertanggal 8 April 2008 yakni
berisi bahwa seorang Bintara Pembina Desa berkewajiban untuk
melaksanakan pembinaan teritorial sesuai petunjuk atasannya, yaitu
komandan Komando Rayon Militer, maksudnya ialah TNI bertugas
membantu pemerintahan daerah di tingkat paling bawah yakni di wilayah
desa yang dilakukan oleh seorang Bintara Pembina Desa atau sering
dikenal dengan Babinsa. Menurut Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat
Nomor 19/IV/2008 Tanggal 8 April 2008, tugas Babinsa dalam
melaksanakan Pembinaan Teritorial sesuai petunjuk Danramil dengan
kegiatan sebagai berikut :
47
1. Anjangsana ke seluruh rumah-rumah yang ada di desa binaan agar
Babinsa dikenal masyarakat
2. Ikut semua kegiatan yang ada di masyarakat
3. Membantuk masyarakat yang terkena musibah
4. Ikut gotong royong pada Jumat bersih
5. Membantu masyarakat yang melaksanakan hajatan
6. Mengajari masyarakat di bidang pertanian, peternakan, perikanan
dengan membawa tim penyuluh serta melaksanakan pendampingan
kepada masyarakat
7. Olahraga bersama dengan masyarakat
8. Ikut kegiatan agama dan kesenian daerah
9. Ikut aktif kegiatan Siskampling dengan masyarakat
10. Mengajar PBB terhadap pelajar, warga dan karang taruna desa
11. Mengajari masyarakat untuk mengungsi apabila ada bencana dan
menentukan tempat pengungsian.
12. Ikut melaksanakan setiap permasalahan antara masyarakat yang
berselisih dengan bijaksana
13. Menghormati orang tua
14. Menyayangi anak kecil.
Adapun implementasinya di Kelurahan Kalibanteng Kulon
berdasarkan wawancara yang dilakukan penetili kepada Babinsa
Kalibanteng Kulon, pada periode 2018-2019 adalah sebagai berikut:25
25
Wahyu Nugroho, Babinsa Kelurahan Kalibanteng Kulon, wawancara (Semarang, 5
Februari 2020)
48
1. Anjangsana ke seluruh rumah-rumah yang ada di desa binaan agar
Babinsa dikenal masyarakat
Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan teritorial anjangsana ke
seluruh rumah-rumah yang ada di desa binaan agar Babinsa dikenal
masyarakat sudah terlaksana, karena menurut Bapak Wahyu Nugroho
Babinsa Koramil 01/Semarang Barat, tugas ini menjadi program wajib
bagi seorang Babinsa. Bapak Wahyu Nugroho mengaku tiap minggunya
pasti mengunjungi rumah tokoh-tokoh masyarakat yakni mengunjungi
Ketua RT dan RW untuk mendapatkan informasi terkait tentang keamanan
di wilayah binaannya yakni Kelurahan Kalibanteng Kulon. Pernyataan ini
dibenarkan oleh Ketua RT 5/3 Bapak Usdiyanto dan Ketua RW 3 Bapak
Tugiman, ketika diwawancarai menyatakan bahwa petugas Babinsa
Koramil 01/Semarang Barat aktif mengunjungi RT dan RW Kelurahan
Kalibanteng Kulon.26
2. Mengikuti kegiatan yang diadakan oleh masyarakat
Dalam pembinaan teritorial ini yakni ikut semua kegiatan yang ada di
masyarakat juga sudah dilaksanakan dengan baik dan secara rutin oleh
Babinsa. Dalam implementasinya sendiri Babinsa juga ikut dalam
pelaksaaan Yasinan yang bertempat di makam Banteng Wareng RT 1 RW
4 Kelurahan Kalibanteng Kulon tiap Jumat Kliwon, sosialisasi dan rapat
yang diadakan oleh Pemerintah Kota Semarang (sosisalisasi tentang
penutupan Lokalisasi Argorejo bertempat di Balai Pertemuan Warga RW 4
Argorejo Jalan Argorejo Raya Nomor 1 RT 3/4 Kelurahan Kalibanteng
26
Usdiyanto dan Tugiman, Ketua RT 5/3 dan Ketua RW 3 Kelurahan Kalibanteng Kulon,
wawancara (Semarang, 5 Februari 2020)
49
Kulon, menghadiri rapat koordinasi penanganan pasca penutupan
Resosialisasi Argorejo yang bertempat di ruang Satpol PP Kota Semarang
Gedung A lantai 10 Kelurahan Gisikdrono). Pernyataan ini dibenarkan
oleh Bapak Suwandi selaku Ketua RW 4 Kelurahan Kalibanteng Kulon
dan Bapak Yanto selaku anggota Satpol PP Kota Semarang.27
3. Membantu masyarakat yang terkena musibah dan bencana longsor
Membantu masyarakat yang terkena musibah dan bencana alam juga
sudah menjadi tugas utama dari seorang Babinsa dalam menjaga
keamanan dan pertahanan di wilayah binaannya. Pada implementasinya
sendiri Babinsa mendatangi rumah warga yang sedang terkena musibah
yakni Lelayu di rumah duka Alm. Suhardjono (67 tahun) yang bertempat
tinggal di jalan Lebdosari VIII No 411 RT 8 RW 3 Kelurahan Kalibanteng
Kulon. Pada daerah Argorejo juga pernah terjadi bencana longsor yakni
tepatnya pada bulan Januari awal tahun 2019. Dalam perbantuannya,
seorang Babinsa membantu memulihkan tempat terjadinya longsor
dengan membersihkan tanah-tanah longsor dan mengungsikan warga
setempat pada lahan kosong yang jauh lebih aman berada tidak jauh dari
tempat kejadian. Hal ini dibenarkan oleh ketua RW 3 yakni Bapak
Tugiman dan selaku Ketua RW 4 yakni Bapak Suwandi.28
4. Ikut kerja bakti membersihkan selokan guna mencegah banjir
Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-
sama dan bersifat suka rela. Gotong royong merupakan kepribadian
27
Bapak Suwandi dan Bapak Yanto, Ketua RW 4 Kelurahan Kalibanteng Kulon dan
anggota Satpol PP Kota Semarang, wawancara (Semarang, 5 Februari 2020) 28
Tugiman dan Suwandi, Ketua RW 3 dan RW 4 Kelurahan Kalibanteng Kulon,
wawancara (Semarang, 5 Februari 2020)
50
bangsa Indonesia dan merupakan budaya yang telah berakar kuat dalam
kehidupan masyarakat. Kegiatan Gotong Royong yang dilakukan oleh
Kelurahan Kalibanteng Kulon dilaksanakan pada tiap hari Minggu,
dikarenakan warga Kelurahan Kalibanteng Kulon rata-rata adalah pekerja
kantoran. Tetapi pada implementasinya, Babinsa tetap mengikuti gotong
royong yang di adakan oleh warga tiap minggunya. Membersihkan
selokan selalu menjadi program utama pada setiap pelaksanaan kegiatan
kerja bakti karna untuk pencegahan terjadinya banjir. Hal ini dibenarkan
oleh Ketua RT 5/3 yakni Bapak Usdiyanto.29
5. Membantu warga yang melaksanakan hajatan khitanan/pernikahan
Babinsa Kalibanteng Kulon selalu mendatangi acara hajatan yakni
khitanan ataupun pernikahan yang diadakan oleh warga Kelurahan
Kalibanteng Kulon, karena menurut Babinsa sendiri tugas ini masuk ke
dalam buku program seorang Babinsa dan harus di laporkan kepada
Danramil. Tidak hanya menghadiri acara tersebut sebagai tamu pada
umumnya, seorang Babinsa juga membantu dalam menyiapkan acara
tersebut seperti membantu mengangkat sound atau perbantuan dalam
bentuk tenaga lainnya. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Usdiyanto selaku
RT 5/3 Kelurahan Kalibanteng Kulon.30
6. Mengajari masyarakat di bidang pertanian, peternakan, perikanan
dengan membawa tim penyuluh serta melaksanakan pendampingan
kepada masyarakat
29
Usdiyanto, Ketua RT 5/3 Kelurahan Kalibanteng Kulon, wawancara (Semarang, 5
Februari 2020) 30
Ibid.
51
Dalam pembinaan teritorial ini Babinsa Kelurahan Kalibanteng Kulon
mengaku belum pernah mengimplementasikan tugas ini karena dalam
kenyataannya Wilayah Kalibanteng Kulon bukan wilayah pertanian dan
warganya tidak ada yang memiliki peternakan ataupun perikanan,
mengingat wilayah Kelurahan Kalibanteng Kulon masih dalam wilayah
kota bukan pedesaan.
7. Olahraga bulutangkis bersama dengan warga setempat
Kelurahan Kalibanteng Kulon terkenal dengan warganya yang mahir
dalam bulutangkis, tiap hari Selasa dan Kamis di adakan latihan rutin
bersama di balai desa Kelurahan Kalibanteng Kulon. Babinsa mengaku,
terkadang Beliau datang untuk sesekali ikut olahraga bersama warga
Kelurahan Kalibanteng Kulon untuk menjalin hubungan erat dan dekat
dengan warga setempat. Hal ini dibenarkan oleh Ketua RT 5/3 yakni
Bapak Usdiyanto, karena beliau sering berolahraga bersama dengan Bapak
Wahyu Nugroho selaku Babinsa Koramil 01/Semarang Barat.31
8. Mengikuti pengajian yang diadakan oleh warga
Ikut dalam kegiatan keagamaan sudah sering dilaksanakan oleh
Babinsa Kelurahan Kalibanteng Kulon. Menurut Bapak Wahyu Nugroho
selaku Babinsa Kelurahan Kalibanteng Kulon mengatakan, “tidak ada
masalah dengan adanya perbedaan agama, saya Nasrani dan saya selalu
mengikuti pengajian ataupun tahlilan yang diadakan oleh warga setempat”.
Dalam implementasinya sendiri yakni Babinsa menghadiri pelaksaaan
Yasinan di Makam Banteng Wareng tiap Jumat Kliwon bertempat di RT 1
31
Ibid.
52
RW 4 Kelurahan Kalibanteng Kulon. Setiap minggunya pun selalu ada
pengajian rutin yang dilaksanakan oleh RW setempat dan Babinsa selalu
datang untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengajian tersebut. Hal ini
di benarkan oleh Ketua RW 4 yakni Bapak Suwandi dan Modin yakni
Bapak Slamet.32
9. Ikut aktif kegiatan Siskampling dengan masyarakat
Salah satu bentuk partisispasi masyarakat kepada TNI khususnya
Babinsa dalam menjaga keamanan dan pertahanan adalah melalui kegiatan
siskampling. Kegiatan siskampling adalah cara termudah untuk
masyarakat dalam menjaga keamanan di wilayah sekitar. Biasanya
siskampling dilakukan di tingkat RT, tiap-tiap RT menugaskan seluruh
warganya dalam kegiatan siskampling secara bergantian tiap harinya.
Adapun ketentuannya yakni dalam sekali kegiatan ada 3-5 orang yang
berjaga. Namun, Kegiatan siskalmpling pada Kelurahan Kalibanteng
Kulon sudah lama di non aktifkan karna menurut Babinsa dan warga
Kelurahan Kalibanteng Kulon sudah cukup aman dan tidak ada gangguan
yang mengancam daerah tersebut. Tetapi, terakhir kegiatan ini aktif pada
tahun 2015 dan Babinsa selalu memantaunya. Hal ini dibenarkan oleh
Ketua RT 5/3 yakni Bapak Usdiyanto, bahwa menurut warga RT 5
wilayahnya sudah aman dan siskampling sudah ditiadakan dari tahun 2015
lalu.33
32
Suwandi dan Slamet, Ketua RW 4 dan Modin Kelurahan Kalibanteng Kulon,
wawancara (Semarang, 5 Februari 2020) 33
Usdiyanto, Ketua RT 5/3 Kelurahan Kalibanteng Kulon, wawancara (Semarang, 5
Februari 2020)
53
10. Mengajar PBB di sekolah-sekolah
Babinsa mengaku banyak sekali sekolah-sekolah yang meminta
kepada Koramil 01/Semarang Barat untuk ikut berpartisipasi dalam
mengajarkan PBB terhadap siswa-siswinya yang mengikuti ekstrakulikuler
paskibraka ataupun pramuka. Sering pula seorang Babinsa diminta untuk
menjadi pembina upacara. Salah satu contoh implementasinya adalah
Koramil 01/Semarang Barat mengajar siswa-siswi SMAN 6 Semarang,
dan masih banyak sekali sekolah-sekolah di Kota Semarang yang tidak
bisa penulis sebutkan satu-persatu. Hal ini dibenarkan oleh salah satu Guru
di SMAN 6 Semarang yakni Bapak Agung.34
11. Mengajari masyarakat untuk mengungsi apabila ada bencana
longsor/banjir dan menentukan tempat pengungsian.
Dalam pembinaan teritorial tentang mengajari masyarakat untuk
mengungsi apabila ada bencana longsor/banjir dan menentukan tempat
pengungsian belum terlaksana pada Kelurahan Kalibanteng Kulon,
mengingat letak geografisnya yang jarang akan bencana alam. Tetapi
wilayah Kalibanteng Kulon sering sekali dilanda banjir apabila curah
hujan meningkat, karena Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan
Semarang Barat ini berada pada Semarang Kota bagian bawah. Babinsa
sendiri mengaku hanya bisa memberikan arahan untuk melakukan kerja
bakti membersihkan gorong-gorong untuk mencegah terjadinya banjir di
wilayah tersebut. Namun, ada salah satu daerah di Wilayah Kalibanteng
Kulon yang letaknya pada dataran tinggi yakni Argorejo. Argorejo sendiri
34
Agung, Guru TIK SMAN 6 Semarang, wawancara (Semarang, 5 Februari 2020)
54
menjadi satu-satunya tempat tertinggi yang ada di wilayah Kalibanteng
Kulon, jadi tidak heran jika wilayah tersebut rawan akan terjadinya
bencana longsor. Dalam hal ini, Babinsa hanya bisa mengajari warga
setempat dimana mereka harus mengungsi jika bencana longsor terjadi,
yakni pada lahan kosong yang tentunya lebih rendah dari tempat terjadinya
longsor dan lebih aman. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Suwandi selaku
Ketua RW 4 Kelurahan Kalibanteng Kulon.35
12. Ikut menyelesaikan permasalahan antara masyarakat yang berselisih
dengan bijaksana
Dalam implementasinya, Babinsa Kalibanteng Kulon yakni Bapak
Wahyu Nurhroho mengaku belum pernah mendapati laporan tentang
permasalahan antara warga yang berselisih paham, karena menurutnya
warga dari Kelurahan Kalibanteng Kulon sangat rukun dengan sesama.
“Kalaupun Babinsa mendapati laporan tentang perselisihan antara warga
mungkin perselisihan antara warga A dengan B sudah sangat meresahkan
masyarakat sekitar”, kata Bapak Wahyu Nugroho sekalu Babinsa
Kalibanteng Kulon. Setelah penulis konfirmasikan dengan Bapak
Usdiyanto selaku Ketua RT 5/3, hal ini dibenarkan oleh Beliau, yakni
jarang sekali adanya perselisihan bahkan hampir tidak pernah terjadi di
wilayah tersebut.36
35
Suwandi, Ketua RW 4 Kelurahan Kalibanteng Kulon, wawancara (Semarang, 5
Februari 2020) 36
Usdiyanto, Ketua RT 5/3 Kelurahan Kalibanteng Kulon, wawancara (Semarang, 5
Februari 2020)
55
13. Menghormati orang tua
Babinsa Kalibanteng Kulon selalu menghormati orang tua tanpa
memandang siapa mereka, yakni tidak memandang jabatan (tokoh
masyarakat). Bukan semata mata karna pangkat dan jabatan yang
mempengaruhi seorang Babinsa bisa bertindak angkuh dan tidak sopan
terhadap orang tua. Menurut Babinsa, menghormati orang tua sudah suatu
kewajiban beretika dalam perilaku sehari-hari apalagi harus berhadapan
langsung dengan masyarakat. Hal ini dapat dipertanggung jawabkan oleh
penulis, karna penulis merasa orang tua penulis sangat di hormati saat
Babinsa berkunjung ke rumah penulis.
14. Menyayangi anak kecil.
Dalam Implementasinya, penulis melihat sendiri tugas nyata seorang
Babinsa dalam menyayangi anak kecil. Yakni saat melihat anak kecil
menangis diwilayah RT 5/3 Kelurahan Kalibanteng Kulon karena terjatuh,
lalu diantarkannya anak kecil ini pulang ke rumahnya. Sebenarnya tidak
hanya dilakukan di wilayah binaannya saja, tetapi tugas ini sudah wajib
ada di dalam hati nurani seorang Babinsa.
Berdasarkan uraian tersebut, dari ke empat belas tugas Babinsa
dalam pembinaan teritorial maka dapat diketahui bahwa implementasi
tugas Babinsa Koramil 01/Semarang Barat dalam melaksanakan
pembinaan teritorial di Kelurahan Kalibanteng Kulon sudah dilaksanakan
sesuai petunjuk Danramil menurut Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat
Nomor 19/IV/2008 Tanggal 8 April 2008, namun ada salah satu tugas
yang belum terlaksana yakni mengajari masyarakat di bidang pertanian,
56
peternakan, perikanan dengan membawa tim penyuluh serta melaksanakan
pendampingan kepada masyarakat. Hal ini di karenakan letak Kelurahan
Kalibanteng Kulon bukan wilayah pertanian dan warganya tidak ada yang
memiliki peternakan ataupun perikanan, mengingat wilayah Kelurahan
Kalibanteng Kulon masih dalam wilayah kota bukan pedesaan. Tidak
heran jika tugas seorang Babinsa menjadi tugas paling penting dan
menjadi tugas utama dalam mencegah dan meminimalisir potensi
munculnya ancaman terhadap kedaulatan negara melalui wilayah
pedesaan/kelurahan, seperti terorisme dan sparatisme yang memanfaatkan
wilayah pedalaman serta pedesaan/kelurahan ini sebagai basis mereka
dalam merong-rong kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Kendala Implementasi tugas Babinsa dalam melaksanakan
pembinaan teritorial di wilayah Kalibanteng Kulon dan upaya
mengatasinya
1. Kurangnya Fasilitas Sarana dan Prasarana
Dalam melakukan implementasi tugas Babinsa dalam melaksanakan
pembinaan teritorial di wilayah Kalibanteng Kulon tidak selalu berjalan
dengan lancar. Terdapat beberapa kendala yang menghambat pelaksanaan
implementasi tugas TNI ini. Kurangnya sarana dan prasarana yang kurang
memadai sangat mempengaruhi kesigapan dan ketanggapan personil TNI
dalam melaksanakan tugasnya yakni membantu masyarakat guna
pembangunan, bencana ataupun pengamanan. Keterbatasan dana juga
membuat Babinsa tidak bisa membantu lebih jika ada masyarakat miskin
di wilayah binaannya.
57
Sehubungan dengan kendala berupa kurangnya fasilitas sarana dan
prasarana, upaya dalam hal ini dapat diupayakan dengan cara pengadaan
fasilitas dari koordinator yang dibentuk oleh Kodim 0733 Semarang
dengan melibatkan personil-personil TNI. Sumber dana yang digunakan
dalam kegiatan pengadaan bersumber dari APBD Pemerintah Kota
Semarang.
2. Kurangnya Personil Babinsa
Kendala kedua yaitu kurangnya personil Babinsa yang berdampak
pada keamanan nasional. Karna tugas Babinsa sendiri adalah bertanggung
jawab atas pelaporan dan pengawasan kondisi sosial masyarakat. Babinsa
merupakan orang pertama dari barisan TNI yang langsung turun ke tempat
kejadian.
Sehubungan dengan kendala berupa kurangnya personil Babinsa,
upaya dalam hal ini dapat diupayakan dengan cara subsidi silang tiap-tiap
wilayah. Maksudnya apabila pada wilayah A sedang mengalami bencana
dan harus segera dipulihkan maka personil dari wilayah B diperbantukan
atau ditugaskan untuk membantu wilayah A agar cepat kembali aman dan
pulih.
3. Kurangnya Kesadaran Masyarakat
Babinsa dituntut untuk memiliki kemampuan temu cepat dan lapor
cepat, tetapi dengan kurangnya kesadaran masyarakat Babinsa memiliki
kendala dalam informasi. Karna jika ada suatu masalah di dalam desa
binaannya, masyarakat wilayah tersebut adalah orang nomor satu yang
harus lapor dan memberikan informasi ke Babinsa.
58
Sehubungan dengan kendala berupa kurangnya kesadaran masyarakat,
upaya dalam hal ini dapat diupayakan dengan cara meberikan pengarahan
kepada masyarakat akan pentingnya keamanan dan ketertiban. Karena
dengan keamanan dan ketertiban yang tercipta dilingkungan masyarakat
akan berpengaruh juga terhadap meningkatnya kesejahteraan dilingkungan
tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diketahui bahwa Kendala
Implementasi tugas Babinsa dalam melaksanakan pembinaan teritorial di
wilayah Kalibanteng Kulon dan upaya mengatasinya meliputi 3 hal yakni :
1) kurangnya fasilitas sarana dan prasarana, dalam hal ini dapat
diupayakan dengan cara pengadaan fasilitas dari koordinator yang
dibentuk oleh Kodim 0733 Semarang dengan melibatkan personil-personil
TNI; 2) kurangnya personil babinsa, dalam hal ini dapat diupayakan
dengan cara subsidi silang tiap-tiap wilayah; 3) kurangnya kesadaran
masyarakat, dalam hal ini dapat diupayakan dengan cara meberikan
pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya keamanan dan ketertiban.
59
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
yaitu sebagai berikut:
1. Implementasi tugas Babinsa Koramil 01/Semarang Barat dalam
melaksanakan pembinaan teritorial di Kelurahan Kalibanteng Kulon sudah
dilaksanakan sesuai petunjuk Danramil menurut Peraturan Kepala Staf
Angkatan Darat Nomor 19/IV/2008 Tanggal 8 April 2008, namun ada
salah satu tugas yang belum terlaksana yakni mengajari masyarakat di
bidang pertanian, peternakan, dan perikanan dengan membawa tim
penyuluh serta melaksanakan pendampingan kepada masyarakat. Hal ini di
karenakan letak Kelurahan Kalibanteng Kulon bukan wilayah pertanian
dan warganya tidak ada yang memiliki peternakan ataupun perikanan,
mengingat wilayah Kelurahan Kalibanteng Kulon masih dalam wilayah
kota bukan pedesaan. Tidak heran jika tugas seorang Babinsa menjadi
tugas paling penting dan menjadi tugas utama dalam mencegah dan
meminimalisir potensi munculnya ancaman terhadap kedaulatan negara
melalui wilayah pedesaan/kelurahan, seperti terorisme dan sparatisme
yang memanfaatkan wilayah pedalaman serta pedesaan/kelurahan ini
sebagai basis mereka dalam merong-rong kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Kendala Implementasi tugas Babinsa dalam melaksanakan pembinaan
teritorial di wilayah Kalibanteng Kulon dan upaya mengatasinya meliputi
60
3 hal yakni : pertama, kurangnya fasilitas sarana dan prasarana, dalam hal
ini dapat diupayakan dengan cara pengadaan fasilitas dari koordinator
yang dibentuk oleh Kodim 0733 Semarang dengan melibatkan personil-
personil TNI; kedua, kurangnya personil babinsa, dalam hal ini dapat
diupayakan dengan cara subsidi silang tiap-tiap wilayah; ketiga, kurangnya
kesadaran masyarakat, dalam hal ini dapat diupayakan dengan cara
meberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya keamanan dan
ketertiban.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, maka dapat
dikemukakan saran bagi pihak-pihak yang terkait yaitu sebagai berikut:
Babinsa disarankan perlu melakukan lagi pemahanan, pengertian kepada
masyarakat atas keberadaan, peran, tugas dan tanggung jawab Babinsa di
desa karena masih ada masyarakat yang belum memahami keberadaan
Babinsa di desa/kelurahan, lebih ditingkatkan lagi kedekatan Babinsa
dengan masyarakat, berbaur dengan masyarakat dan aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan dalam lingkungan masyarakat yang sifatnya
kebersamaan seperti kerja bakti dan lainnya.
2. Aparat desa/kelurahan
Aparat desa/kelurahan disarankan perlu melakukan koordinasi secara
bersama dengan Babinsa setempat untuk menangkal berbagai tindakan
kejahatan yang muncul dan berkembang dalam masyarakat.
1. Bagi Babinsa
61
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat disarankan untuk bekerjasama dengan Babinsa wilayah
setempat guna meningkatkan keamanan dan ketertiban di wilayah
Kelurahan Kalibanteng Kulon. Perlu adanya kesadaran yang tinggi dari
masyarakat untuk dapat berpartisipasi secara nyata dalam menangkal dan
menanggulangi masalah kejahatan. Masyarakat juga perlu menjaga dan
mengantisipasi sedini mungkin sebagai bagian dari antisipasi berbagai
tindakan kejahatan yang muncul wilayahnya dengan cara lapor cepat
berbagai informasi yang diperlukan berkaitan dengan tindak kejahatan
baik ancaman dari luar maupun ancaman dari dalam.
62
DAFTAR PUSTAKA
a. Buku-buku
Bakrie, Conni Rahakundini. Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2007
Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif . Jakarta: Remaja Rosdakarta,
2010
Muqoddas, M. Busyro. Hegemoni Rezim Intelijen. Yogyakarta: PUSHAM UII,
2011
Perwita, Anak Agung Bayu. Mencari Format Komperhensif Pertahanan dan
Keamanan Negara . Jakarta: Propartia Institute, 2006
Sacbani , Beni Ahmad. Metode Penelitian Hukum. Bandung: Pustaka Setia,2009.
Soemitro, Ronny Hanitijo. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: PT.
Ghalia Indonesia, 1990.
________ . Metode Penelitian Hukum dan Yurimetri. Jakarta: Ghalia, 1994
Yamin, Muhamad dan Sebastian Matengkar. Intelijen Indonesia Towards
Profesional Inteligence. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006.
b. Jurnal
Liota P.H.. “Boomerang Effect: The Convergen of National and Human
Security”, Vol. 33, No. 4, hal. 473-488. Tim Propatria Institute, 2006.
c. Wawancara
Agung. Guru TIK SMAN 6 Semarang, Wawancara. Kota Semarang, 5 Februari
2020
Nugroho, Wahyu. Babinsa Kelurahan Kalibanteng Kulon. Wawancara. Kota
Semarang, 5 Februari 2020
63
Slamet. Modin. Wawancara. Kota Semarang, 5 Februari 2020
Suwandi. Ketua RW 4 Kelurahan Kalibanteng Kulon. Wawancara. Kota
Semarang, 5 Februari 2020
Usdiyanto. Ketua RT 5/3 Kelurahan Kalibanteng Kulon. Wawancara. Kota
Semarang, 5 februari 2020
Tugiman. Ketua RW 3 Kelurahan Kalibanteng Kulon. Wawancara. Kota
Semarang, 5 Februari 2020
Yanto. Satpol PP Kota Semarang. Wawancara.Kota Semarang, 5 Februari 2020
d. Internet berupa Artikel/Jurnal
Andirizal. “Analisis Yuridis Tentang Kedudukan Tentara Nasional Indonesia
(TNI) setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004” (online),
2004, (https://www.neliti.com/id/publications/43279/analisis-yuridis-
tentang-kedudukan-tentara-nasional-indonesia-tni-setelah-berlak, diakses
pada tanggal 25 januari 2020).
Hendrawan , Lucky Setyo. “Ketahanan Informasi Desa : Babinsa Nogosari Kodim
0824 Jember Bantu Masyarakat Benahi Saluran Air yang Jebol”
(https://www.timesindonesia.co.id/, diakses pada tanggal 6 Februari 2019)
Musabrianto, Galang dan Arif Darmawan. “Peran Babinsa dalam Meningkatkan
Keamanan di Desa Gedangan”. (Online), (http://repository.untag-
sby.ac.id/954/, diakses 10 Januari 2020), 2018.
NTB, Lensa. “Laksanakan Tugas Pokok TNI AD, Babinsa Bersama Warga Maluk
Kota Lakukan Gotong Royong” (lensantb.com/, diakses pada tanggal 6
Februari 2019)
Nursanti, Ari. “5 Potensi Ancaman Pertahanan Nasional Versi Hadi Tjahjanto”
(Online), 2017, (https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-01290366/5-
64
potensi-ancaman-pertahanan-nasional-versi-hadi-tjahjanto-415311, diakses
27 November 2019)
Rangkuti, Muhammad Faizal. “Peran Manunggal TNI-AD Dalam Pemberdayaan
Masyarakat”. Governance, Vol. 5, No. 1, (Online),
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/governance/article/view/1453,
diakses 10 Januari 2020), 2013.
Wikipedia, “Pengeboman Surabaya” (Online), 2018,
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_Surabaya, diakses 29 Oktober
2019)
e. Peraturan Perundang-Undangan
Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD
NRI) Tahun 1945. Jakarta, 1945.
Sekretariat Negara RI. Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia. Jakarta, 2004.