URUTAN LATIHAN OVERHEAD LAY UP SHOT DAN UNDERHAND LAY …/Urutan... · perpustakaan.uns.ac.id...
Transcript of URUTAN LATIHAN OVERHEAD LAY UP SHOT DAN UNDERHAND LAY …/Urutan... · perpustakaan.uns.ac.id...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
URUTAN LATIHAN OVERHEAD LAY UP SHOT DAN UNDERHAND LAY UP
SHOT
TERHADAP HASIL TEMBAKAN LAY UP SHOT
PADA SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET
SMP NEGERI 26 SURAKARTA
TAHUN 2012/2013
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
IMAM FAJAR UTAMA
K4608113
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
URUTAN LATIHAN OVERHEAD LAY UP SHOT DAN UNDERHAND LAY UP
SHOT
TERHADAP HASIL TEMBAKAN LAY UP SHOT
PADA SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET
SMP NEGERI 26 SURAKARTA
TAHUN 2012/2013
Oleh :
IMAM FAJAR UTAMA
K4608113
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jurusan
Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Imam Fajar Utama. URUTAN LATIHAN OVERHEAD LAY UP SHOT DAN UNDERHAND LAY UP SHOT TERHADAP HASIL TEMBAKAN LAY UP SHOT PADA SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET SMP NEGERI 26 SURAKARTA TAHUN 2012/2013. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil tembakan lay up shot dengan teknik overhead dan underhand lay up shot juga efektifitas urutan latihan underhand-overhead lay up shot dan overhead-underhand lay up shot terhadap hasil tembakan lay up shot pada siswa ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi (PEK), dengan desain The Counterbalanced Design. Subjek penelitian eksperimen kuasi ini adalah siswa ekstrakurikuler bola basket SMP N 26 Surakarta tahun 2012/2013 berjumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes lay up shot dari Imam Sodikun. Teknik analisis data yang digunakan dengan rancangan pengukuran berulang (One Way Repeated Measures ANOVA) dengan bantuan program SPSS Release 20.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik overhead lay up shot dan underhand lay up shot memperoleh hasil yang berbeda, yaitu dapat dibuktikan bahwa hasil lay up shot dengan teknik overhead lay up shot memperoleh hasil lebih baik dari teknik underhand lay up shot. Dan untuk memperoleh hasil yang optimal harus dimulai latihan dari hal yang mudah terlebih dahulu ke yang lebih sukar. Urutan latihan overhead-underhand lay up shot terhadap hasil tembakan lay up shot memang lebih efektif.
Simpulan penelitian ini adalah: 1) Terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara hasil tembakan lay up shot dengan underhand lay up shot dan overhead lay up shot pada siswa ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013. 2) Urutan latihan overhead-underhand lay up shot lebih efektif dibandingkan urutan latihan underhand-overhead lay up shot terhadap hasil tembakan lay up shot siswa ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013.
Kata kunci: urutan latihan, overhead lay up shot, underhand lay up shot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Imam Fajar Utama. OVERHEAD LAY UP SHOT AND UNDERHAND LAY UP SHOT PRACTICES SEQUENCE ON THE LAY UP SHOT RESULT IN THE BASKETBALL EXTRACURRICULAR STUDENTS OF SMP NEGERI 26 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2012/2013. Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. January, 2013.
The objective of research is to find out the difference of lay up shot result using overhead and underhand lay up shots technique, and the effectiveness of underhand-overhand lay up shot and overhead-underhand lay up shot sequence on the lay up shot result in the basketball extracurricular students of SMP Negeri 26 Surakarta in the school year of 2012/2013.
This study was a quasi-experimental research, with Counterbalanced Design. The subject of quasi-experiment research was the basketball extracurricular students of SMP Negeri 26 Surakarta in the school year of 2012/2013 consisting of 20 students. Technique of collecting data used was lay up shot test from Imam Sodikun. Technique of analyzing data used was One Way Repeated Measures ANOVA with SPSS Release 20 program help.
The result of research showed that overhead lay up shot and underhand lay up shot obtained different result, that can be seen from the lay up shot with overhead lay up shot technique obtaining better achievement than the underhand lay up shot did. And to obtain the optimum achievement, the practice should start with the easy one first and then move to the more difficult one. The overhead-underhand lay up shot practice sequence was indeed more effective on the lay up shot result.
The conclusions of research were: 1) there was a significantly different result between lay up shot result with underhand lay up shot and that with overhead lay up shot in the basketball extracurricular students of SMP Negeri 26 Surakarta in the school year of 2012/2013; 2) The overhead-underhand lay up shot practice sequence was more effective than the underhand-overhead lay up shot practice sequence on the lay up shot result of the basketball extracurricular students of SMP Negeri 26 Surakarta in the school year of 2012/2013.
Keywords: practice sequence, overhead lay up shot, underhand lay up shot.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Di dalam melakukan sesuatu pasti akan mengalami cobaan dan hal-hal baru yang tanpa kita ketahui, untuk itu kita harus selalu siap menghadapinya dan bersahabat dengan ketidak pastian. (Penulis)
Kepuasan dan kebanggaan tidak ditentukan oleh acungan jempol orang lain melainkan kerja keras atas kemampuan yang dimiliki diri kita sendiri. (Penulis)
Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan. (Ali Bin Abi Thalib)
MAN JADA WAJADDA
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. ( Qs. Al Insyirah: 6-8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
Ibu dan Bapak tercinta, terimakasih atas semua
semangat,dukungan dan harapan yang selalu tercurah untukku.
Kakak dan adikku tercinta yang selalu menjadi penyemangatku.
Rosy, atas cinta, kasih, sayang, dan dukungannya.
Teman- Almamater UNS yang ku banggakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
URUTAN LATIHAN OVERHEAD LAY
UP SHOT DAN UNDERHAND LAY UP SHOT TERHADAP HASIL
TEMBAKAN LAY UP SHOT PADA SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA
BASKET SMP NEGERI 26 SURAKARTA TAHUN 2012/2013
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan
dan Rekreasi, Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari
bahwa terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan POK FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun
skripsi.
3. Ketua Program POK FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun
skripsi.
4. Pomo Warih Adi, S.Pd. M.Or., sebagai Koordinator Skripsi POK FKIP
UNS yang telah memberikan kemudahan dalam pengajuan ijin menyusun
skripsi.
5. Drs. Sarwono, M.S., selaku Pembimbing I, yang dengan sabar selalu
memberikan pengarahan, motivasi dan bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Dedy Whinata K. S.Or, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang selalu
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
7. Kepala SMP N 26 Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
8. Guru mata pelajaran Penjasorkes SMP N 26 Surakarta, yang telah
memberi bantuan dalam proses izin penelitian.
9. Pak Tugimen, Agus Nur Salim S.Pd. dan mas Dani (Genter), sebagai
pelatih ekstrakurikuler bola basket SMP N 26 Surakarta, yang selalu
membantu dan memberikan masukan selama penelitian ini berlangsung.
10. Para siswa SMP N 26 Surakarta, khususnya anak-anak ekstrakurikuler
bola basket, yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan
penelitian ini.
11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, 4 Januari 2013
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 6
A. Kajian Teori .................................................................................. 6
1. Permainan Bola Basket ........................................................... 6
a. Pengertian Bola Basket ....................................................... 6
b. Teknik Dasar Bola Basket .................................................. 7
c. Teknik Menembak .............................................................. 11
d. Tembakan Lay Up .............................................................. 13
e. Overhead dan Underhand Lay Up Shot ............................. 18
f. Analisis Biomekanika ...................................................... .. 21
2. Pembelajaran .......................................................................... ...... 27
a. Pengertian Pembelajaran ..................................................... 27
b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ........................................... .. 29
c. Kondisi Belajar Keterampilan ............................................ 31
3. . .. 33
a. Pengertian Latihan .............................................................. 33
b. Tujuan Latihan .................................................................... 34
c. Prinsip-prinsip Latihan ........................................................ 34
d. Bentuk Latihan Lay Up Shot ............................................... 42
B. Kerangka Berpikir ......................................................................... 43
C. Hipotesis........................................................................................ 46
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 47
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 47
B. Rancangan Penelitian .................................................................. 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
C. Subyek Penelitian ........................................................................ 49
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 49
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 51
A. Deskripsi Data ........................................................................... . 51
B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................. 54
1. Uji Normalitas .................................................................... 54
2. Uji Homogenitas ................................................................. 55
3. General Linier Model (GLM) - Repeated Measures ........... 55
C. Pengujian Hipotesis ................................................................... 59
D. Pembahasan Hasil Analisis Data .............................................. .. 61
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ....................................... 63
A. Simpulan ...................................................................................... 63
B. Implikasi .................................................................................. ... 64
C. Saran ............................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65
LAMPIRAN .................................................................................................... 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Teknik Dribble ............................................................................................ 9
2. Teknik Tembakan Lay Up .......................................................................... 15
3. Gerakan Fase Persiapan ............................................................................. 16
4. Gerakan Fase Pelaksanaan ......................................................................... 16
5. Overhead Lay Up Shot ............................................................................... 19
6. Underhand Lay Up Shot ............................................................................. 21
7. Latihan Lay Up Shot dengan Dribble ........................................................ 42
8. Bagan Kerangka Berpikir ........................................................................... 45
9. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 47
10. The Counterbalanced Design .................................................................... 48
11. Grafik Data Rata-rata Hasil Underhand Lay Up Shot dan Overhead
12. Lay Up Shot pada kelompok Adan B ....................................................... 53
13. Grafik Data Rata-rata Hasil Underhand-Overhead Lay Up Shot dan
Overhead-Underhand Lay Up Shot............................................................ 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Hasil Tes Lay Up Shot Pertama .............................................................. 51
2. Hasil Tes Lay Up Shot Kedua .................................................................. 52
3. Rangkuman Hasil Tes Tembakan Lay Up Shot pada Kelompok
4. A dan B ..................................................................................................... 52
5. Hasil Uji Normalitas (Kolmogrov-Smirnov) ............................................ 54
6. Hasil Uji Homogenitas Data ..................................................................... 55
7. Between-Subjects Factors ........................................................................ 56
8. Descriptive Statistics ................................................................................ 56
9. Multivariate Testsa ................................................................................... 57
10. Tests of Within-Subjects Effects .............................................................. 58
11. Tests of Between-Subjects Effects ........................................................... 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Program Latihan Kelompok A ............................................................... 68
2. Program Latihan Kelompok B ................................................................. 69
3. Daftar Hasil Tes Lay Up Shot Kelompok A ............................................ 70
4. Daftar Hasil Tes Lay Up Shot Kelompok B ............................................ 71
5. Analisis Frekuensi ................................................................................... 72
6. Uji Persyaratan Analisis .......................................................................... 73
7. General Linier Model .............................................................................. 78
8. Dokumentasi Penelitian ........................................................................... 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari pendidikan secara keseluruhan. Pada dasarnya penjasorkes
merupakan pendidikan yang dilakukan dengan gerak tubuh atau fisik. Lutan dan
Muthohir (2001:2) berpendapat, dikan jasmani merupakan bagian dari
pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani merupakan sebagai suatu proses
pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerak
Gerak fisik merupakan media utama dalam pembelajaran pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan. Untuk membelajarkan penjasorkes, maka telah
diatur dalam kurikulum Penjasorkes. Materi yang harus diberikan kepada peserta
didik Menurut Depdiknas (2004:19-20) dalam kurikulum Penjasorkes SMP
ri penjasorkes dibedakan menjadi dua, salah satunya materi
pokok. Materi pokok pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu : (1) Permainan dan olahraga, (2)
Aktivitas pengembangan, (3) Uji diri/senam, (4) Aktivitas ritmik, (5) Akuatik, dan
Permainan bola basket merupakan cabang olahraga yang makin banyak
digemari oleh masyarakat terutama dikalangan pelajar dan mahasiswa. Melalui
kegiatan olahraga bola basket ini para pelajar banyak memperoleh manfaat
khususnya dalam pertumbuhan fisik, mental, dan sosial. Permainan bola basket
saat ini mengalami perkembangan yang pesat terbukti dengan munculnya klub-
klub tangguh ditanah air dan atlet-atlet bola basket pelajar baik ditingkat sekolah
maupun perguruan tinggi. Ditunjang lagi dengan sering diadakannya turnamen-
tunamen antar klub, event-event pelajar dari tingkat daerah hingga nasional.
Permainan bola basket di Indonesia sekarang ini mulai menunjukkan
perkembangan yang sangat pesat. Sekarang banyak sekali terdapat lapangan bola
basket diberbagai kota maupun di pelosok-pelosok tanah air. Itu tertanda bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
masyarakat ditanah air ini mulai menyukai dan mengenal permainan bola basket.
Permainan bola basket ini sudah mulai dipertandingkan dalam Olympiade di
Jerman pada tahun 1936. Bola basket masuk ke Indonesia sekitar tahun 1948 yang
lalu dan berkembang setelah proklamasi kemerdekaan. Namun baru pada tanggal
23 Oktober 1951 didirikanlah Persatuan Bolabasket Seluruh Indonesia
(PERBASI).
Perkembangan bola basket di Jawa Tengah juga tidak mau kalah dengan
daerah-daerah lain yang sudah maju. Di Jawa Tengah sudah berdiri klub-klub bola
basket yang cukup besar. Perkembangan bola basket di Jawa Tengah dapat
berkembang pesat dikarenakan adanya pembibitan-pembibitan atlet yang baik dari
berbagai klub di daerah. Dengan adanya pembibitan inilah lahir atlet-atlet yang
berpotensional untuk meningkatkan prestasi bola basket di daerahnya dan
khususnya di Jawa Tengah. Di Surakarta misalnya, sering diadakan turnamen-
turnamen bola basket antar klub, pelajar, maupun antar mahasiswa. Hal ini
bertujuan untuk mengembangkan bola basket sekaligus sebagai ajang untuk
mencari atlet-atlet yang berbakat.
Di Surakarta setiap tahunnya pasti ada pertandingan-pertandingan
bolabasket yang diadakan diberbagai daerah oleh klub bola basket, sekolah,
maupun perguruan tinggi. Baik yang sifatnya resmi maupun tidak resmi atau
hiburan. Dalam suatu kompetisi atau pertandingan, penguasan teknik permainan
sangat penting terutama dalam penguasan teknik dasar permainan bola basket.
Penguasaan teknik dasar yang baik harus benar-benar dikuasai oleh seorang
pemain bola basket.
Sebagai salah satu bagian dari teknik dasar permainan bola basket, teknik
lay up shot adalah jenis tembakan yang efektif, sebab dilakukan pada jarak yang
sedekat- melepas bola disaat tembakan lay up
pada dasarnya ada dua, yaitu Underhand lay up shot (scoop lay up) dan Overhead
lay up shot (push lay up) (Krause, dkk., 2008).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada peserta
ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta, didapat hasil bahwa para
peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta telah menguasai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
teknik dasar bola basket dengan benar. Namun, pada penyelesaian lay up shot nya
masih kurang baik. Untuk itu perlu ada penelitian guna membantu memecahkan
masalah tersebut. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
Latihan Overhead Lay Up Shot dan Underhand Lay Up Shot
Terhadap Hasil Tembakan Lay Up Shot pada Siswa Ekstrakurikuler Bola Basket
SMP Negeri 26 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat di
identifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Hasil tembakan lay up shot siswa ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26
Surakarta belum optimal.
2. Penguasaan teknik dasar lay up shot pada siswa ekstrakurikuler bola basket
SMP Negeri 26 Surakarta perlu ditingkatkan.
3. Belum diketahui efektivitas urutan latihan overhead lay up shot dan
underhand lay up shot terhadap hasil tembakan lay up shot siswa
ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun2012/2013.
4. Belum diketahui perbedaan hasil tembakan lay up shot dengan teknik
overhead lay up shot dan underhand lay up shot pada siswa ekstrakurikuler
bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari identifikasi
masalah maka pembatasan perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian
dan menghindari perluasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Perbedaan hasil tembakan lay up shot dengan teknik overhead lay up shot dan
underhand lay up shot pada siswa ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26
Surakarta tahun 2012/2013.
2. Efektifitas urutan latihan underhand-overhead lay up shot dan overhead-
underhand lay up shot terhadap hasil tembakan lay up shot siswa
ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan hasil yang signifikan antara hasil tembakan lay up shot
dengan teknik overhead lay up shot dan underhand lay up shot pada siswa
ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013?
2. Manakah yang lebih efektif antara urutan latihan underhand-overhead lay up
shot dan overhead-underhand lay up shot terhadap hasil tembakan lay up shot
siswa ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
E.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul, dan identifikasi, maka penelitian ini mempunyai tujuan
untuk mengetahui :
1. Perbedaan hasil tembakan lay up shot dengan teknik overhead lay up shot dan
underhand lay up shot pada siswa ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26
Surakarta tahun 2012/2013.
2. Lebih efektif mana antara urutan latihan underhand-overhead lay up shot dan
overhead-underhand lay up shot terhadap hasil tembakan lay up shot siswa
ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013.
F.Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan diatas, manfaat
penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa SMP Negeri 26 Surakarta
a. Dapat meningkatkan kemampuan lay up shot bagi siswa yang dijadikan
objek penelitian.
b. Dapat menambah pengetahuan siswa dalam melakukan teknik dasar lay up
shot yang efektif.
2. Bagi peneliti
Peneliti mendapatkan fakta bahwa ada perbedaan hasil antara latihan
overhead lay up shot dan underhand lay up shot terhadap hasil tembakan lay
up shot pada siswa ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta.
3. Bagi Pengajar/Pelatih
Sebagai masukan guru penjasorkes dan pelatih ekstrakurikuler di SMP
Negeri 26 Surakarta untuk meningkatkan keterampilan dalam
mengajar/melatih teknik dasar lay up shot sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Permainan Bola Basket
a. Pengertian Bola Basket
Bola basket adalah salah satu olahraga paling populer di dunia.
Penggemarnya yang berasal dari segala usia merasakan bahwa bola basket
adalah olahraga menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur, dan
menyehatkan. Keterampilan-keterampilan perseorangan seperti tembakan,
umpan, dribbel, dan rebound, serta kerja tim untuk menyerang atau
bertahan, adalah prasyarat agar berhasil dalam memainkan olahraga ini.
Menurut Shawaf (2012) Pertandingan bola basket adalah salah satu
kegiatan olahraga yang memiliki efek positif pada peserta didik secara
fisik, mental dan sosial sebagai akibat dari yang memperoleh perhatian
luas lokal dan global, menyangkut dengan berbagai konsep dan
keterampilan dasar sebagai persyaratan mendasar untuk belajar .
Permainan ini dimulai dengan jump ball dan dipimpin oleh 2 orang
wasit yaitu refree dan umpire. Dalam satu pertandingan bola basket
terdapat empat babak atau yang biasanya disebut dengan Quarter.
Pergantian pemainnya bebas namun harus melapor kepada wasit terlebih
dahulu. Lamanya waktu pertandingan dalam satu kuarter adalah kurang
lebih 10 menit. Kemenangan dalam permainan ini adalah apabila kedua
tim yang paling banyak mengumpulkan point selama empat kuarter.
Meskipun permainan 5 lawan 5 adalah bentuk permainan bola basket
yang paling populer, selama ini telah berkembang berbagai permainan dan
pertandingan menghibur yang berkaitan dengan bola basket untuk
membantu penggemarnya mengembangkan keterampilan dan pengetahuan
dasar mereka. Jenis permainan atau pertandingan yang dimainkan
tergantung pada peralatan yang tersedia, tingkat keterampilan pemain, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
jumlah peserta. Apakah untuk tujuan bersenang-senang atau bertanding,
bermain bola basket bisa membuat hidup lebih bermakna dan memberikan
kenikmatan sepanjang hayat bagi para penggemar yang memilih
membulatkan tekad dan memainkan olahraga ini.
b. Teknik Dasar Bola Basket
Gerakan yang efektif dan efisien pada permainan bola basket perlu
didasarkan pada penguasaan teknik dasar yang baik. Teknik dasar tersebut
dapat dibagi sebagai berikut :
1) Teknik melempar (mengoper)
Istilah melempar mengandung pengertian mengoper bola kepada
rekan satu tim. Kegiatan ini dapat berlangsung silih berganti, maka
selalu dilakukan berteman biasanya disebut operan. Operan ini
merupakan teknik dasar yang pertama, sebab dengan cara inilah
pemain dapat melakukan gerakan mendekati ring (basket) dan
seterusnya melakukan tembakan.
Menurut Kosasih, (2008:28-30) ada beberapa jenis passing dan
penggunaannya haruslah tepat pada setiap situasinya adalah :
a) Chest Pass (operan setinggi dada atau tolakan dada) Adalah jenis passing yang paling efektif apalagi pada saat
pemain tidak dijaga. Urutan teknik chest pass dimulai dengan posisi triple threat dan ibu jari menghadap ke atas saat memegang bola, maksudnya agar saat didorong bola akan berputar ke belakang (back spin). Pada akhir gerakan, ibu jari harus menghadap kebawah. Ingatkan pemain untuk melakukan pivot dalam passing.
b) Bounce Pass (operan pantulan)
Passing ini direkomendasikan untuk digunakan pada sasaran yang melakukan backdoor cut dan pada saat pemain di-trap sehingga kesulitan mencari passing line. Gerakan yang dilakukan hampir sama dengan chest pass, hanya saja arah bola dipantulkan kelantai 2/3 dari jarak penerima bola. Passer perlu memperkirakan agar nantinya bola memantul ke arah pinggul penerima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c) Overhead Pass (operan atas kepala) Overhead pass sangat efektif digunakan saat tim defender
menggunakan zone defense. Pertahankan posisi siku paling tidak setinggi kepala. Kekuatan dorongan overhead pass hanya terletak pada bagian siku, pergelangan tangan, dan jari-jari. Bahu hanya berfungsi sebagai penopang siku agar tetap setinggi kepala. Posisi awal ibu jari adalah menhadap ke belakang dan posisi akhir menghadap ke depan. Untuk mendapatkan tambahan tenaga dorongan, pemain dapat melakukan pivot.
d) Baseball Pass (operan lepas untuk mengawali gerak menerobos) Biasanya digunakan untuk melakukan passing jarak jauh.
Pada posisi awal pemain menempatkan bola disalah satu sisi kepala dan posisi kaki parallel stance. Lalu kaki pada sisi yang sama dengan tangan yang memegang bola ditarik ke belakang, titik tumpu terletak pada kaki ini. Setelah itu lempar bola seperti melakukan lemparan pada baseball.
e) One-hand push/shoulder pass (operan satu tangan dengan
dorongan dari bahu) Passing ini menggunakan satu tangan dan biasa digunakan
karena persiapannya cepat. Maksudnya, dari posisi triple threat pemain dapat langsung melakukan passing ini.
2) Teknik Dribble
Dribble dilakukan dengan kekuatan dari siku, pergelangan
tangan, telapak tangan, jari-jari, dan sedikit bantuan dari bahu. Jadi
harus selalu rileks namun tegas menekan bola. Dalam permainan bola
basket dribble berguna:
a) Sebagai senjata untuk menyerang ke arah basket
b) Untuk mendapatkan peluang menyerang di saat tidak dapat
melakukan passing.
c) Untuk menghindari tekanan dari lawan yang melakukan defense.
Menurut Sumiyarso, (2002:41) kesalahan yang mungkin terjadi
pada saat melakukan dribble sebagai berikut :
a) Otot-otot tegang pada saat melakukan gerakan b) Sendi yang di pergunakan untuk sumbu gerak tidak pada siku c) Saat bola bergerak ke atas tidak melekat pada telapak tangan,
melainkan ditepuk-tepuk sehingga berbunyi d) Pandangan tidak ke arah bola, tetapi mengarah disekitarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Menurut Kosasih, (2008:40-44) beberapa tipe dribble yang
umum digunakan pemain, yaitu :
a) Low Dribble b) Power Dribble c) Speed Dribble d) Change of Pace Dribble e) Crossover Dribble f) Head and Shoulder Move g) Head and Shoulder Crossover Move h) Reverse/Spin Dribble i) Back Dribble j) Behind the Back Dribble k) Between the Legs Dibble
Gambar 2.1. Teknik dribble (Kosasih, 2008:39)
3) Teknik Menembak (shooting)
Menembak merupakan keahlian yang sangat penting didalam
olahraga basket. Untuk keberhasilan sebuah tim harus memiliki
pemain-pemain yang mampu melakukan tembakan. Menuru Kosasih,
Shooting adalah daya tarik bagi pemain untuk bermain
bola basket, demikian juga daya tarik untuk penonton menikmati
unsur dasar yang sangat menentukan menang kalahnya suatu regu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
4) Teknik Gerak Berporos (Pivot) dan Olah Kaki (Foot Work)
Pivot merupakan teknik dasar yang harus dikuasai oleh setiap
pemain sehubungan dengan peraturan permainan. Karena dalam
bermain bola basket tidak boleh bergerak lebih dari langkah tanpa
menggiring, maka orang melakukan pivot. Dengan menguasai teknik
pivot yang baik ia dapat mengamankan bola dan dapat memikirkan
gerakan berikutnya dengan baik, yaitu ke arah mana bola akan
digiring atau dilempar atau ditembakkan. Menurut Sodikun, (1992:63)
satu kaki sebagai poros sering tergeser pindah tempat, dan pada waktu
melangkahkan kaki yang lain tidak diikuti dengan berat badan dan
5) Teknik Merayah (rebound)
Teknik merayah adalah usaha mengambil bola sesaat setelah
shooting tidak masuk. Menurut Kosas Rebound adalah
bagian yang sangat besar dari sebuah pertandingan pada semua level
bola basket. Pada kenyataannya, pengaruh rebound akan sangat
nampak pada level pemula, karena pemain muda belum memiliki
persentase shooting
c. Teknik Menembak
Dalam permainan bola basket angka terjadi apabila bola masuk ke
dalam keranjang dan bola jatuh ke bawah. Menurut PERBASI, (2006:46)
point adalah dihitung sebanyak dua angka, sedangkan gol di luar garis
three point adalah tiga angka, dan angka ini diberikan kepada regu yang
tembakan lapangan harus dilakukan oleh setiap pemain yang membawa
bola dan mendapat kesempatan atau lolos dari kawalan pemain lawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Menembak merupakan sasaran akhir setiap bermain. Keberhasilan
suatu regu dalam permainan selalu ditentukan dalam keberhasilan
anggotanya melakukan tembakan. Dalam menciptakan skor sebuah tim
harus mampu melakukan tembakan yang baik dan tepat. Menurut Wissel,
kompleks meliputi gerakan tungkai, tubuh, lengan dan gerakan lompatan
vertikal ke atas. Untuk melaksanakan tembakan tersebut dibutuhkan
adanya sinkronisasi antara kaki, punggung, bahu, siku tembakan,
Menurut PERBASI (2006: 23) menyimpulkan bahwa teknik
menembak terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Set shot Tembakan ini jarang digunakan dalam permainan biasa. Karena bila penembak tidak melompat, maka tembakannya akan mudah dihalangi oleh lawan. Umumnya tambakan ini dilakukan saat lemparan bebas atau bila kemungkinan untuk menembak tanpa rintangan.
2) Lay up shot Lay up adalah jenis tembakan yang dilakukan di akhir dribble. Pada jarak beberapa langkah dari ring, pen-dribble secara serentak mengangkat tangan dan lutut ke atas ketika melompat ke arah keranjang.
3) Underhand shot Tembakan ini adalah jenis tembakan lay up. Ketika penembak setelah melompat kearah keranjang, mengangkat lengan dan mengangkat tangannya ke atas untuk menjauhkan bola dari pemain lawan.
4) Jump shot Tembakan ini dilakukan pada titik tertinggi lompatan vertikal penembak, karena hal tersebut tembakan ini menjadi sulit untuk dihalangi.
5) Hook shot Tembakan hook adalah tembakan lemah dan akurat serta merupakan gerakan low post yang baik. Tembakan hook selalu diawali dengan posisi pemain memunggungi keranjang. Bila dilakukan dengan benar maka tembakan ini sulit dihalangi oleh lawan, karena tangan yang menembak berada jauh dari pemain bertahan.
6) Dunking
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Tembakan dunking adalah tembakan yang dilakukan tanpa lompatan jauh Karena hal tersebut tembakan ini sangat sulit dihalangi. Dunking dapat dilakukan dengan satu tangan atau dua, dari depan atau belakang
7) Reverse lay up shot Tembakan ini memakai ring dan backboard untuk menjaga penembak dari pemain bertahan yang berusaha menghalangi tembakan dari belakang. Tembakan ini baik dilakukan setelah penetrasi di sepanjang garis belakang atau ketika pemain menerima bola di dalam daerah terlarang dengan posisi memunggungi keranjang.
8) Tapping (Tip-in) Gerakan ini hanya terdiri dari kibasan lemah ujung jari. Ketika bola memantul dari ring, ujung jari diletakkan di bagian bawahnya dan kemudian dengan lembut bola didorong ke atas dan ditepuk ke arah ring atau backboard. Dibutuhkan pemilihan waktu yang tepat dan kemampuan lompat yang baik untuk melakukannya.
Menurut Kosasih, (2008:48-49) pada dasarnya semua tembakan
dalam permainan bola basket memiliki mekanika sebagai berikut:
1) Target Ring adalah target shooting, maka fokus pandangan kita adalah ring.
2) Balance Shooting yang baik bermula dari posisi kaki yang siap (triple threat position).
3) Shooting Hand Cenkram bola dengan mantap dan lebarkan jari-jari dengan nyaman, kecuali bagian telapak tangan tidak menyentuh bola. Tekukan pergelangan tangan tidak melebihi 70 derajat. Kunci siku pada posisi huruf L. Kesalahan shooting sering terjadi karena siku sebagai penopang terbuka kesamping.
4) Balance Hand Tangan pendukung ini hanya digunakan untuk menjaga keseimbangan memegang bola sebelum bola meninggalkan tangan. Kesalahan sering terjadi saat mencengkram bola, dimana ibu jari ikut mendorong bola saat shooting.
5) Release Teori ini mengajarkan bagaimana melepas bola dengan back spin. Hindari kebiasaan tidak melihat target tetapi melihat bola. Agar bola dapat back spin gunakan jari-jari untuk menekan bola ke atas, sesaat sebelum bola dilepaskan.
6) Follow Through Langkah terakhir shooting yang baik adalah pergerakan tangan dengan mengikuti ke arah ring. Siku tetap dikunci dan gunakan tenaga dorongan terakhir dari pergelangan tangan.
d. Tembakan Lay Up
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Menurut Rohim, (2008:24) Tembakan lay up adalah tembakan yang
dilakukan dari jarak dekat sekali dengan keranjang, sehingga seolah-olah
bola itu diletakkan ke dalam keranjang yang didahului dengan gerakan
melangkah lebar dan melompat setinggi-
lay up adalah tembakan yang berpeluang paling tinggi untuk
mencetak angka dalam bola basket, para pemain penyerang harus mencoba
melakukan lay up menurut
PERBASI (2006:24) dalam buku bola basket untuk semua tembakan lay
up adalah hal yang harus di pelajari dalam permainan bola basket . Dalam
situasi persaingan, jenis tembakan ini harus biasa dilakukan pemain baik
dengan tangan kanan maupun kiri. tembakan ini dimulai dari menangkap
bola sambil melayang
-tingginya atau
sedekat-dekatnya dengan basket.
dari samping (kiri atau kanan) basket dan bola dipantulkan lebih dulu ke
papan. Cara Ini adalah paling mudah dilakukan, tinggal memperhitungkan
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tembakan,
yaitu :
1) Saat menerima bola
Saat menerima bola harus dalam keadaan melayang.
2) Saat melangkah
Langkah pertama harus lebar atau jauh untuk memelihara
keseimbangan, langkah kedua pendek untuk memperoleh awalan
tolakan agar dapat melompat setinggi-tingginya.
3) Saat melepaskan bola
Bola harus dilepas dengan kekuatan kecil, perhatikan pantulan pada
papan di sekitar garis tegak sebelah kanan pada petak kecil di atas
basket, kalau arah bola dari kanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Sesuai dengan peraturan permainan bahwa seorang pemain yang
menerima bola saat melayang, maka pemain tersebut diperbolehkan untuk
menambah langkah 2 (dua) hitungan, dan hitungan ketiga adalah saat
melepaskan bola sebagai suatu tembakan.
Begitu juga sebaliknya bila saat menerima bola dalam keadaan
melayang dengan kaki kiri di depan, maka hitungan satu dikenakan pada
saat kaki kiri mendarat di lantai, hitungan dua pada saat kaki kanan
melangkah ke depan dan mendarat, sedang hitungan ketiga adalah saat
melepaskan bola untuk tembakan. Menembak, khususnya tembakan lay up
merupakan keahlian yang sangat penting dalam bola basket disamping
teknik dasar yang lain. Penembak yang baik sering disebut dengan pure
shooter, disebut demikian karena kehalusan tembakannya. Penembak yang
handal itu merupakan hasil dari latihan, bukan bawaan dari lahir. Menurut
Wissel, (2000:46) lay up) adalah suatu teknik yang dapat
Gambar 2.2. Teknik Tembakan Lay Up
(Kosasih, 2008:50)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dalam melakukan tembakan lay up sangat diperlukan adanya
ketepatan dalam mengarahkan bola ke ring basket. Menurut Wissel
untuk menghasilkan suatu tembakan yang akurat adalah sudut tembakan.
Menurut Wissel, (2000:61-62) bahwa terdapat beberapa kunci sukses
melakukan tembakan lay up, yaitu:
1) Fase persiapan
a) Langkah pertama harus lebar atau jauh untuk memelihara keseimbangan
b) Langkah kedua pendek untuk memperoleh awalan tolakan yang kuat agar dapat melompat yang tinggi
c) Bahu rileks d) Tangan yang tidak menembak diletakkan di bawah bola e) Tangan yang menembak diletakkan di belakang bola f) Siku masuk dan rapat.
Gambar 2.3. Gerakan Fase Persiapan (Wissel, 2000:61)
2) Fase pelaksanaan
a) Angkat lutut untuk melompat kearah vertikal b) Tangan yang menembak diangkat lurus ke atas c) Bola dilepas dengan kekuatan ujung jari pada titik tertinggi dan
memantul di sekitar garis tegak sebelah kanan pada petak kecil di atas keranjang, jika dilakukan dari sisi kanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Gambar 2.4. Gerakan Fase Pelaksanaan
(Wissel, 2000:62)
3) Fase follow through
a) Mendarat dengan seimbang dan lutut ditekuk b) Tangan ke atas.
Adapun kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada saat
melakukan tembakan lay up menurut Wissel (2000:62-63), adalah:
1) Pada saat mengambil ancang-ancang menggunakan lompatan jauh (imbang ke depan atau ke samping) daripada melompat tinggi
2) Sebelum melakukan tembakan, bola diputar ke arah dalam sehingga mudah
3) Dihalang atau dicuri oleh lawan. 4) Kehilangan kontrol bola karena terlalu cepat menarik tangan
penyeimbang pada bola 5) Tembakan menggunakan tangan yang jauh dari ring sehingga
menghasilkan bola yang memutar menjauhi ring. Bola memantul terlalu rendah pada papan dan keluar, karena tembakan bola tidak lebih tinggi dari papan
Teknik tembakan lay up shot ini ada dua cara, yaitu dengan melalui
tembakan lay up pada dasarnya ada dua, yaitu Underhand lay up shot
(scoop lay up) dan Overhead lay up shot (push lay up) (Krause, Meyer D
& Meyer J, 2008). Menurut Sandeep Kr. & Barkha Bhardwaj (2011)
Tembakan lay up di dalam bola basket didefinisikan sebagai tembakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang dibuat dengan satu tangan dari posisi di bawah atau di samping
keranjang. Lay up dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu underhand
dan overhead .
Adapun teknik lay up shot yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tembakan lay up dari sisi kanan dengan menggiring bola.
Lay up shot dari sisi kanan menggunakan tangan kanan adalah
kecakapan seorang pemain dalam menggiring bola atau dribble sendiri
dengan menggunakan tangan kanan menuju basket, setelah dekat
melaksanakan tembakan lay up shot dan dilakukan pada sisi kanan
lapangan bola basket. Dalam pelaksanaan lay up shot yang dilakukan
peneliti menggunakan dribble ke depan . Pemain bersiap sisi kanan
lapangan, lalu melakukan gerakan lay up. Yang peneliti inginkan adalah
hasil dari lay up shot bukan kecepatan dribble maupun kualitas dribble.
Lay up Shot kanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
bola basket dan yang penting bagi permainan individu atau tim. Jika
seseorang ingin memiliki tembakan lay up shot yang bagus, maka harus
ditunjang kemampuan dribble kanan yang sangat bagus juga karena teknik
dasar tersebut sangat penting, maka harus benar-benar dimiliki oleh
seorang pemain bola basket. Keterampilan lay up shot menggunakan
tangan kanan mempunyai peranan penting dalam kemampuan melakukan
tembakan lay up dalam permainan bola basket.
e. Overhead dan Underhand Lay Up Shot
Adapun teknik lay up yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
Overhead lay up shot dan Underhand lay up shot.
1) Overhead Lay Up Shot
Overhead lay up shot merupakan teknik yang dapat digunakan
saat melepaskan bola kearah ring dalam teknik dasar lay up. Menurut
Krause, et al. (2008), pelaksanaan dari overhead lay up shot ini adalah
dimulai dari menangkap bola sambil melayang, kemudian menumpu
satu kaki, melangkahkan kaki yang lain ke depan, menumpu satu kaki,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
melompat setinggi-tingginya atau sedekat-dekatnya dengan basket,
dan diakhiri dengan gerakan ayunan tangan satu atau dua ditembakkan
dari arah atas kepala.
Keuntungan dari tembakan overhead lay up shot ini adalah :
a) Gerakan dalam melepaskan bola ke dalam ring basket lebih mudah
karena tinggal meluruskan lengan ke depan.
b) Tenaga yang diperlukan untuk mendorong bola ke dalam ring
basket lebih kecil sehingga membuat pemain tidak cepat lelah saat
latihan maupun dalam mencetak point saat pertandingan.
c) Motivasi pemain saat melakukan lay up shot akan lebih tinggi
karena peluang masuknya bola lebih tinggi.
Kelemahan dari tembakan overhead lay up shot ini adalah :
a) Gerakan melompat sambil memegang bola di atas kepala
membutuhkan keseimbangan tubuh yang baik agar tangan tidak
goyah saat mendorongkan bola ke arah ring basket.
b) Hasil lompatan saat memegang bola di atas kepala cenderung tidak
maksimal.
c) Laju bola kurang dapat membentuk sudut para bola.
Gambar 2.5. Overhead Lay Up Shot
(Krause, et al., 2008:85)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Underhand Lay Up Shot
Underhand lay up shot juga merupakan salah satu teknik yang
dapat digunakan saat melepas bola kearah ring dalam teknik dasar lay
up. Menurut Krause, et al. (2008), pelaksaan dari underhand lay up
shot ini adalah dimulai dari menangkap bola sambil melayang,
kemudian menumpu satu kaki, melangkah kaki yang lain ke depan,
menumpu satu kaki, melompat setinggi-tingginya atau sedekat-
dekatnya dengan basket, dan diakhiri dengan gerakan ayunan tangan
satu atau dua ditembakkan dari arah bawah kepala.
Keuntungan dari tembakan underhand lay up shot ini adalah :
a) Kontrol terhadap bola saat melakukan tembakan lebih mudah
karena posisi tubuh saat melayang di udara akan lebih stabil saat
melakukan ayunan bola dari bawah dalam melakukan tembakan.
b) Ayunan bola dari bawah akan memberikan laju bola membentuk
sudut para bola sehingga peluang masuknya bola ke dalam ring
basket lebih besar.
c) Untuk tipe pemain yang berpostur tinggi seolah-olah gerakan
tangan yang memegang bola seperti hanya meletakkan bola di atas
ring basket.
Kelemahan dari tembakan underhand lay up shot ini adalah :
a) Gerakan melakukan tembakan dari bawah tangan dalam posisi
melayang di udara cenderung rumit sehingga diperlukan
penguasaan teknik yang baik dan benar.
b) Mengayunkan bola dari bawah saat posisi tubuh melayang di udara
membutuhkan kekuatan otot lengan yang besar sehingga membuat
pemain cepat lelah saat melakukan lay up di dalam pertandingan
maupun latihan.
c) Mengayunkan bola dari bawah saat melakukan lay up shot rawan
sekali terkena blocking dari pemain bertahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Gambar 2.6. Underhand Lay Up Shot
(Krause, et al., 2008:85)
f. Analisis Biomekanika (Gerakan dalam Permainan Bola Basket)
1) Tahap Permulaan
Posisi tubuh berdiri menghadap ring basket kaki sejajar dibuka
ketiak lebih dari dua kepalan tangan, atau sedikit lebih lebar terpisah
tergantung pada referensi penempatan pemain Foot. Jika terlalu
berdekatan dapat menghasilkan masalah keseimbangan untuk menembak
tepat, sebagai dasar dukungan ini kemudian sangat tepat, sedangkan
penempatan kaki terlalu lebar selain akan memperkenalkan komponen
lateral untuk menekan kaki di lantai.
Gerakan awal yang paling umum terdiri dari beberapa kali
dribel bola di tempat dengan tangan menembak,menjaga longgar
pergelangan tangan dan jari-jari dan tangan santai (rileks). Penembak
harus menyebarkan jari sehingga mereka akan memiliki kontrol yang
lebih baik dari bola, dan tempat jari-jari, sehingga jari-jari secara
langsung berada di belakang bola dan bukan pada sisi bola, pergelangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
tangan harus dalam ekstensi (membungkuk ke belakang) untuk
membantu mendukung bola dan berada dalam posisi untuk memberikan
kekuatan mendorong untuk menembak. Membuat rangka tubuh sebagai
objek utama untuk memudahkan pergerakan anggota yang lain dalam
gerakan linear.
Mempertahankan kondisi keseimbangan, menempatkan posisi
kaki yang sama dengan lengan yang melempar lebih maju sedikit akan
membantu titik berat badan agar tetap bisa dipertahankan. Visualisasi
gerakan yang akan menambah keyakinan dalam mengeksekusi gerakan,
penempatan tangan yang melempar langsung di belakang bola akan
memudahkan kontinuitas gerakan dan transfer gaya yang konstan, tangan
yang lainnya berada di samping bola dengan tujuan menjaga
keseimbangan posisi bola dan sinergis gerakan otot dari anggota badan
yang sejenis.
2) Tahap Back Swing
Gerakan backswing untuk menembak terdiri dari gerakan
selama berjongkok dan persiapan untuk menembak bola. Ini diadakan
stasioner pada tingkat pinggang dengan tangan penembakan di belakang
bola. Bahu lengan yang menembak mendekati nol derajat (sejajar dengan
tubuh) dengan lengan atas dirapatkan sepanjang badan. Lutut yang
tertekuk hampir 90 derajat, batang tersebut tertekuk hampir 50 derajat
dari vertikal.
Fleksi tubuh pada tahap tembakan. sangat penting, digunakan
untuk meningkatkan pembebanan kaki.Fleksi lutut dan pinggul hanya
sebelum ekstensi untuk menembak. Posisi kaki, tungkai dan lengan untuk
menembak harus simetri. Fleksi anggota tubuh bagian atas di lakukan
guna mengurangi pembebanan pada sendi dengan memperpendek lengan
torsi. Fleksi anggota tubuh bagian bawah berguna agar tingkat konstraksi
otot anggota badan bagian atas berkurang karena beban lebih meningkat
anggota tubuh bagian bawah dan juga untuk mendekati pusat gravitasi.
Fleksi lutut yang hampir 90 dan pinggang mencapai 50 akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
memudahkan gerakan vertical karena nilai torsi dibantu dengan panjang
lengan torsi (tungkai atas).
Posisi bola yang tegak lurus dengan tubuh dan posisi lengan atas
rapat di tubuh berguna untuk mengurangi nilai torsi sehingga bola lebih
mudah digerakkan vertical dan tetap membuka pandangan kearah ring
Posisi ini akan berguna agar transger gaya yang bekerja tetap linera dan
vertical dan ada interupsi sehingga dapat optimal di terima di bagian
akhir
3) Tahap Produksi Kekuatan
Gaya memproduksi gerakan adalah gerakan dari bagian-bagian
tubuh yang menghasilkan gaya ke atas dan ke depan untuk proyek bola ke
keranjang, yang mencakup kaki dan penyuluhan batang serta penegakan
lengan penembakan.
Selama gerakan ini bola ditempatkan di depan tubuh dengan
tangan kanan menembak tepat di belakang bola, dan tangan kiri ke
samping dan bawah bola. Jari-jari menyebar dengan baik dan bola duduk
di dasar bantalan jari dan jari-jari, tidak secara langsung di telapak.
Posisi ini menghasilkan gerakan untuk menembak dimulai ketika tubuh
mencapai posisi vertikal dan bola tersebut dilakukan tepat di atas setinggi
bahu. Lutut dalam fleksi maksimal dan kecepatan vertikal bola adalah
nol. Dari posisi gaya yang pertama menghasilkan gerakan adalah
perpanjangan dari lutut dan pinggul dan elevasi bola oleh fleksi bahu.
Waktu perpindahan pertama adalah lutut dan pinggul diperluas,
diikuti oleh fleksi bahu, maka ekstensi siku dan pergelangan lengkungan
tangan. Satu kesalahan kadang-kadang terlihat pada gerakan yang
menghasilkan kekuatan tembakan itu adalah elevasi bahu korset
berlebihan di mana bahu ke atas dibawa lebih dekat ketelinga. ini posisi
ketegangan berlebihan di muscle dapat menyebabkan bahu yang
berlebihan dan ketegangan leher, dan mungkin mengganggu lengkungan
bahu mulus selama tembakan. kesalahan lain yang kadang-kadang terlihat
selama fase ekstensi batang adalah batang hyperextension terjadi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
punggung bawah inimuncul sebagai lordosis lumbal berlebihan, atau
kelengkungan berlebihan tulang belakang lumbal Posisi ini dapat
menyebabkan untuk menurunkan kembali strain dari sesak yang
berlebihan dalam tulang belakang ekstensor.
Gaya dorong vertical tungkai dan badan dari posisi flexi secara
sinergis akan membantu gerakan lengan untuk mendorong. Posisi bola
yang sudah ditempatkan di atas kepala dan lurus kearah basket dengan
tetap memperhatikan sudut siku harus lebih kecil dibandingkan sudut
yang terbentuk oleh badan dan lengan atas akan membantu transfer gaya
dorong karena jarak lemparan sebelum bola dilepas lebih panjang.
4) Tahap kritis
Detik kritis dalam penembakan adalah peristiwa pelepasan bola,
sejak mengikuti aba-aba rilis penembak akan bisa mempengaruhi
penerbangan bola. Pada rilis tubuh dan kaki harus sepenuhnya di ekstensi,
yang menunjukkan bahwa sendi ini telah memberikan kontribusi penuh
kepada penerbangan dari bola. Kesalahan umum dalam penembakan
adalah sedikit melayang ke belakang atau ke depan di rilis, yang
mengarah ke pendaratan di belakang titik lepas landas. batang harus
vertikal dan tidak condong ke depan atau ke belakang selama pelepasan
dan tindak lanjut dari shoot.
Optimal Bahu penembakan harus dalam 140-150 derajat fleksi,
posisi di mana bahu pemotretan vertikal hampir menunjuk ke langit-
langit. Sebuah isyarat pembinaan yang baik adalah untuk mencari adalah
lengan penembakan dekat vertikal sebagai bola dilepaskan, untuk
memastikan optimal.
Kecepatan vertikal diberikan kepada bola. siku harus mendekati
ekstensi penuh di rilis, untuk memastikan bahwa kerjasama ini
memberikan kontribusi penuh untuk penerbangan bola. Jika bola
dilepaskan terlalu awal atau terlalu terlambat, kecepatan bola tidak akan
optimal sebagai pergelangan tangan dan sendi siku akan mempercepat
atau memperlambat bukannya di kecepatan puncak. Fleksi pergelangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tangan memberikan dorongan final untuk pelepasan bola dan membantu
menentukan baik kecepatan dan sudut proyeksi bola.
Sudut yang paling efektif untuk menembak sukses adalah yang
setinggi mungkin lebih dekat ke 90 derajat sudut pendekatan bola ke
lingkaran itu, semakin besar kemungkinan untuk membuat skor .
Melengkung tinggi memerlukan lebih banyak kekuatan tembakan untuk
menghasilkan kecepatan vertikalyang diperlukan untuk mencapai puncak
ketinggian yang lebih besar. The kecepatan vertikal optimal untuk bola
basket lemparan bebas adalah antara 6,0 dan 6,3 m / detik, tergantung
pada ketinggian pelepasan; dengansudut 50-55 derajat pelepasan
(Brancazio, 1981). Sudut teoretis dan kecepatan rilis ditentukan
eksperimental menjadi 60 derajat dan 7,3 m / s, tetapi nilai-nilai ini belum
diukur secara langsung dari pemain terampil (Hamilton & Reinschmidt,
1997).
Sebuah model komputer dari lemparan bebas ideal untuk
seorang pemain 6 kaki 6 inci tinggi adalah 52 ºdari horizontal (Tran &
Silverberg, 2008).
Sebuah kecepatan yang lebih tinggi akan vertikal. membutuhkan
kekuatan otot lebih signifikan, yang akan membutuhkan berbagai gerak
yang lebih besar dari kaki dan lengan menembak dan akan sangat berbeda
dari teknik menembak yang digunakan dalam permainan. Transfer gaya
dorong akibat runtutan gerakan sinergis dari fleksi ke ekstensi tungkai,
badan, lengan dan telapak tangan menyebabkan bola terhempas kearah
ring.
Posisi telapank tangan memegang peranan penting hasil akhir
eksekusi lemparan. Jari telunjuk sebagai jari terakhir ayng menyentuh
bola. Posisi ekstensi sendi di pergelangan kaki akan membantu dalam
menjaga keseimbangan anggota tubuh bagian atas selama proses
berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
5) Tahap gerak lanjutan.
Gerakan lanjutan, di mana kelanjutan dari transfer gaya dari
anggota tubuh ke bola. Setelah bola telah meninggalkan tangan siku harus
mencapai ekstensi penuh, pergelangan harus secara penuh melenturkan,
lengan lebih rendah harus di pronation dan jari harus menunjuk agak
kepada bagian luar kearah ring basket.
Gerakan rilis melepaskan bola yang di ikuti oleh esktensi semua
sendi akibat perpanjangan gerakan akan lebih mengarahkan bola tepat
menuju ring.Tingkat ketegangan otot anggota tubuh yang terlibat harus
dikurangi agar sinergi transfer gaya tetap berlanjut.(Syukur Abdus, 2011)
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis secara berulang-
ulang atau ajeg dengan selalu memberikan peningkatan materi
pembelajaran. Dengan pembelajaran yang sistematis melalui pengulangan
tersebut akan menyebabkan mekanisme susunan syaraf bertambah baik.
Hal ini sesuai dengan prinsip beban belajar meningkat yang dikemukakan
oleh Sugiyanto (2000 : 55 ) sebagai berikut:
Penguasaan gerakan keterampilan terjadi secara bertahap dalam peningkatannya. Mulai dari belum bisa menjadi bisa, dan kemudian menjadi terampil. Dengan demikian hendaknya pengaturan materi belajar yang dipraktekkan dimulai dari yang mudah ke yang sukar, atau dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
Pembelajaran merupakan suatu usaha yang sangat strategis serta
merupakan faktor sentral dalam meraih tujuan pengajaran dan pendidikan
di sekolah. Untuk lebih memahami arti belajar dan pembelajaran, di bawah
ini dipaparkan mengenai kedua konsep tersebut. Pengertian belajar
menurut Surachmad (2002 : 67) adalah :
Belajar adalah mengalami, yang berarti menghayati sesuatu yang
aktual. Penghayatan akan menimbulkan respon-respon dari pihak murid.
Pengalaman yang berupa pelajaran akan menghasilkan perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(pematangan, pendewasaan) pola tingkah laku. Perubahan dalam sistem
nilai, perbendaharaan konsep-konsep serta informasi.
Sedangkan Husdarta, Saputra (2000 : 2) mengemukakan pendapat
antara individu dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang dapat diamati (behavioral
performance) dan yang tidak (behavioral tendency
Jadi belajar adalah suatu proses individu dalam memperoleh
perubahan tingkah laku dan penambahan pengetahuan, pengalaman dan
lain-lain, melalui latihan, praktek, membaca, dan memahami suatu
pengertian.
Istilah pembelajaran sama artinya dengan instruction atau pengajaran
yang mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Bila
pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar, berarti dalam hal ini ada
yang mengajar yaitu guru dan ada yang diajar yaitu siswa. Dengan
demikian pengajaran diartikan sebagai perbuatan belajar oleh siswa dan
mengajar oleh guru.
guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor
intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belaj
kawan-kawan, 2000 : 32). Pengertian lain mengenai pembelajaran menurut
rangsangan, dorongan dan pengarahan kepada siswa supaya terjadi proses
belajar. Arah yang akan dituju oleh proses belajar adalah tujuan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku akan terjadi
apabila ada interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Pembelajaran
merupakan upaya guru untuk memberikan rangsangan, dorongan,
pengarahan kepada siswa dan menciptakan situasi yang memungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar. Dalam hal ini guru
lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator agar siswa mau belajar.
Hasil nyata dari pembelajaran ini adalah gerakan-gerakan otomatis
yang tidak terlalu membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf, sehingga
gerakan otomatis yang terjadi akan mengurangi gerakan tambahan yang
berarti penghematan tenaga.
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani ditentukan oleh
orang yang menangani atau guru dan teori-teori ilmu olah raga sebagai
penunjang. Keberhasilan interaksi antara teori dan praktek dalam
pembelajaran akan membawa keberhasilan dalam penampilan olahraga.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran seorang guru pendidikan jasmani
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pengaturan pelaksanaan
gerakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang benar
sehingga menghasilkan peningkatan yang sempurna. Menurut Sugiyanto
(2000 : 55-
melakukan gerakan antara lain, prinsip pengaturan giliran praktek, beban
belajar meningkat, kondisi belajar bervariasi dan pemberian motivasi dan
Dengan demikian pengaturan pelaksanaan gerakan atau praktek yang
benar dari guru, akan memperlancar proses pembelajaran, sehingga
diharapkan tujuan dari pembelajaran akan dapat tercapai. Pengaturan
pelaksanaan gerakan harus didukung oleh unsur lain, yaitu keadaan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran, prasarana dan sarana. Sehingga ada
hubungan yang saling menunjang antara guru selaku pengelola proses
pembelajaran dan siswa selaku sasaran pembelajaran, serta prasarana dan
sarana selaku alat untuk memproses kegiatan pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani tidak lepas dari
bergerak, karena belajar gerak merupakan salah satu sarana untuk
memperoleh keterampilan gerak yang diperlukan dalam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pendidikan jasmani. Sugiyanto ( 2000
adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular yang
Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan
tubuh. Proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-
pola gerak yang dipelajari. Intensitas keterlibatan kemampuan yang paling
utama adalah unsur kemampuan melakukan pola-pola gerak keterampilan
tubuh.
Oleh karena gerak dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani
mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, maka diharapkan syarat-
syarat dalam belajar gerak harus dipenuhi. Soemanto (2000 : 6 )
menerangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam belajar gerak
adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui tujuan. Jadi harus mengenal dan yakin akan kegunaan tujuan itu bagi dirinya.
2) Mempunyai tanggapan yang jelas terhadap kecakapan itu. 3) Pelaksanaan yang tepat pada taraf permulaan. Pada taraf permulaan
yang penting adalah teknik gerakan yang benar, selanjutnya baru menuju prestasi.
4) Latihan untuk meningkatkan prestasi.
Sedangkan unsur-unsur yang berkaitan dengan proses pembelajaran
pendidikan jasmani meliputi : kurikulum pendidikan jasmani, prinsip-
prinsip pembelajaran dan jenis-jenis latihan. Apabila unsur-unsur tersebut
dapat terpenuhi dalam proses pembelajaran, maka diharapkan tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Semua unsur kemampuan individu terlibat di dalam belajar gerak,
hanya saja intensitas keterlibatannya berbeda-beda. Intensitas keterlibatan
domain kognitif dan domain afektif relatif lebih kecil dibandingkan
keterlibatan domain psikomotor. Keterlibatan domain psikomotor
tercermin dalam respon-respon muscular yang diekspresikan dalam gerak
tubuh secara keseluruhan atau bagian-bagian tubuh. Menurut Drowatzky
mewujudkan melalui respon-respon muscular diekspresikan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar
motorik merupakan perubahan perilaku motorik berupa keterampilan
sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk
membedakan perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan
pertumbuhan. Faktor-faktor tersebut juga menyebabkan perubahan
perilaku (seperti anak yang lebih tua lebih terampil melakukan suatu
keterampilan yang baru daripada anak yang lebih muda), meskipun dapat
disimpulkan perubahan itu karena belajar.
Belajar motorik atau keterampilan olahraga tidak teramati secara
langsung. Proses yang terjadi di balik perubahan keterampilan sangat
kompleks dalam sistem persyarafan, misalnya bagaimana informasi
sensoris diproses, diorganisasi, kemudian diubah menjadai pola gerak otot-
otot. Perubahan itu semuanya tidak dapat diamati secara langsung, hanya
dapat ditafsirkan eksistensinya dan perubahan yang terjadi dalam
keterampilan atau perilaku motorik.
c. Kondisi Belajar Keterampilan
Mengajar keterampilan gerak membutuhkan kemampuan dan
kecermatan dalam membelajarkan siswa. Seorang guru harus mampu
menciptakan kondisi belajar yang baik dan tepat. Kondisi belajar adalah
suatu keadaan yang diperlukan agar proses belajar bisa berlangsung sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai.
Kondisi belajar sangat menentukan pencapaian hasil belajar.
Kondisi belajar yang sesuai dengan keperluan, akan memberi
kemungkinan pencapaian hasil yang lebih baik. Sebaliknya kondisi belajar
yang tidak sesuai dengan keperluan bisa mengakibatkan pencapaian hasil
belajar yang tidak baik. Lebih lanjut Sugiyanto (2000 : 49) menyatakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
maka kondisi belajar harus disiapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar
Kondisi belajar harus disesuaikan dengan jenis belajar yang
ditangani dalam proses belajar mengajar. Kondisi belajar untuk belajar
kognitif, belajar afektif dan belajar gerak berbeda-beda. Masing-masing
jenis belajar tersebut perlu penanganan yang berbeda-beda dalam proses
belajar mengajar. Menurut Sugiyanto (2000 : 49-51) kondisi belajar
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1). Kondisi internal ialah keadaan yang seharusnya ada pada diri pelajar meliputi 2 macam yaitu :
a) Pelajar harus mengingat-ingat bagian-bagian gerakan keterampilan. b) Pelajar harus mengingat-ingat urutan-urutan rangkaian gerakan.
2). Kondisi eksternal adalah stimulus dari luar diri pelajar atau perlakuan yang dikenakan pada diri pelajar agar proses belajar bisa terjadi , meliputi 4 macam yaitu :
a) Sajian instruksi verbal. b) Sajian instruksi visual. c) Kegiatan praktek. d) Penyampaian umpan balik.
Kondisi internal dan kondisi eksternal saling mempengaruhi dalam
proses belajar mengajar. Tujuan belajar akan tercapai dengan baik, jika
kondisi internal dan eksternal dapat berjalan dengan baik pula.
Di dalam belajar gerak perlu dipertimbangkan mengenai lamanya
waktu berlatih, frekuensi mempraktekkan gerakan selama waktu yang
tersedia, dan perbandingan antara waktu praktek dan waktu istirahat.
Waktu yang tersedia harus digunakan sebaik-baiknya untuk mencapai
peningkatan keterampilan yang sebesar-besarnya.
Dalam hal ini seorang guru harus merencanakan pendistribusian
waktu latihan. Hal yang perlu dipikirkan dalam hal ini bukan hanya
bagaimana memberikan waktu yang cukup, tetapi juga bagaimana
mengatur waktu yang tersedia agar bisa mencapai hasil yang memadai,
baik hasil jangka pendek maupun jangka panjang. Waktu yang tersedia
untuk sekali latihan perlu pendistribusian untuk praktek dan istirahat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pengaturan waktu latihan erat hubungannya dengan perhitungan
beberapa kali sebaiknya setiap siswa mengulang-ulang gerakan
keterampilan yang dipelajari agar hasil belajarnya yang berupa penguasaan
gerakan bisa memadai. Mengenai banyaknya ulangan, secara umum dapat
dikatakan bahwa semakin banyak mengulang-ulang maka gerakan
semakin bisa dikuasai. Lutan (2001 : 385) m
merupakan konsep utama, dan karena itu dalam pengertian yang lebih
operasional, beberapa jumlah waktu yang dihabiskan oleh siswa untuk
aktif belajar atau berlatih, merupakan indikator utama dan efektivitas
Hal ini menunjukkan bahwa, pemanfaatan waktu secara optimal
merupakan faktor yang penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Semakin aktif melakukan pengulangan keterampilan yang dipelajari, maka
tujuan pembelajaran akan tercapai, sehingga pengajaran yang dilaksanakan
akan lebih efektif.
3. Latihan
a. Pengertian Latihan
Menurut Harsono (2005) bahwa Training adalah proses yang
sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-
ulang, dengan kian hari kian menambah beban latihan atau pekerjaannya
(Ambarukmi,2008:80). Dan Biyakto, (2004:1) menyatakan tentang
kontinyu, dimana beban dan intensitas latihan makin hari makin
bertambah, yang akhirnya memberikan rangsangan secara menyeluruh
terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan
mental secara bersama-
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa latihan
adalah suatu proses kerja yang sistematis dan berulang-ulang dengan
peningkatan beban latihan, untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Tujuan Latihan
Menurut Ambarukmi, (2008:78
training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan
itu
ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan oleh pelatih :
1) Latihan fisik
2) Latihan teknik
3) Latihan taktik
4) Latihan mental
Keempat aspek diatas harus dibina secara serempak dan tak satu pun
boleh diabaikan. Keempat aspek harus dilatih dengan cara dan metode
yang benar agar setiap aspek dapat berkembang semaksimal mungkin
sehingga prestasi yang dicapai juga bisa maksimal.
c. Prinsip-prinsip Latihan
Yang dimaksud dengan latihan dalam penelitian ini adalah latihan
overhead lay up shot dan underhand lay up shot, dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil tembakan lay up shot pada siswa ekstrakurikuler bola
basket SMP Negeri 26 Surakarta. Dengan pembebanan yang cukup dan
berulang-ulang akan mempengaruhi pembentukan fisik secara anatomis
dan mempertinggi kesehatan. Sajoto (2005:114) menyatakan bahwa,
rangsangan tersebut sering disebut sebagai tekanan atau stress dan
Tujuan latihan akan berhasil dengan baik, maka harus diterapkan
prinsip prinsip latihan yang baik dan tepat. Prinsip prinsip latihan yang
diterapkan merupakan upaya untuk mencapai tujuan latihan. Prinsip-
prinsip latihan yang harus diperhatikan dalam melakukan latihan berbeban
menurut Ambarukmi (2008:81) yaitu :
(1) Prinsip beban lebih (overload principle). (2) Perkembangan
menyeluruh. (3) Spesialisasi. (4) Prinsip Individualisasi (5) Variasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dalam Latihan. (6) Intensitas Latihan. (7) Kualitas Latihan. (8)
Volume Latihan (9) Lama Latihan. Sedangkan menurut Sadoso
Sumosardjuno (2000 :9 13) prinsip prinsip yang harus diperhatikan
dalam melakukan latihan yaitu : (1) latihan dengan beban lebih
(overload), (2) kekhususan latihan, (3) latihan harus progresif, (4)
latihan harus teratur, (5) pemulihan atau istirahat, (6) berkurangnya
kemajuan, (7) pembagian masa, (8) individualitas
Untuk lebih jelasnya prinsip prinsip latihan tersebut di atas dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Latihan dengan Beban Lebih (overload)
Prinsip beban yang berlebih merupakan pembebanan yang lebih
berat dari sebelumnya. Pembebanan yang lebih berat sebelumnya
tersebut akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban
tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Beban latihan
harus berada di atas ambang rangsang latihan. Jika beban latihan
tidak ditingkatkan, meskipun latihan dilakukan dengan rutin prestasi
tidak akan meningkat. Harsono (2005
beban latihan terlalu ringan atau tidak ditambah (tidak diberi
overload), maka beberapa lamapun kita berlatih, betapa seringpun kita
mengulang-ulang latihan tersebut, peningkatan prestasi tidak akan
Salah satu hal yang harus diingat bahwa beban latihan yang
diberikan tidak boleh terlalu berat atau berlebihan. Hal ini justru akan
berakibat tidak baik terhadap hasil latihan. Jika beban latihan yang
diberikan terlalu berat dan berlebihan, yang diperoleh bukan
kemampuan fisik yang meningkat, justru sebaliknya akan terjadi
cidera dan fisik menurun karena sakit. Untuk menghindari pemberian
beban yang berlebihan, maka peningkatan beban latihan diberikan
sedikit demi sedikit secara bertahap. Beban yang diberikan harus
dinaikkan terus menerus secara teratur atau secara progresif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2) Kekhususan Latihan
Pada prinsipnya pengaruh yang ditimbulkan dari latihan akan
bersifat khusus sesuai dengan latihan yang dilakukan atau
karakteristik gerakan keterampilan yang dipelajari atau unsur kondisi
fisik dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Latihan yang
ditujukan pada unsur kodisi fisik tertentu atau teknik dasar tertentu
hanya akan memberikan pengaruh yang besar terhadap komponen
kondisi fisik atau teknik dasar yang dipelajari. Menurut Suharno
(2003
sesuai dengan cabang olahraga yang ditangani. Hal tersebut sesuai
dengan sifat dan tuntutan tiap tiap cabang olahraga yang selalu
berbeda
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan
yang dilakukan harus bersifat khusus disesuaikan dengan tuntutan
cabang olahraga yang dipelajari. Kekhususan tersebut disesuaikan
dengan pola gerakan (keterampilan) cabang olahraga yang dipelajari.
3) Latihan Harus Progresif
Prinsip latihan yang progresif menekankan bahwa harus
memperpanjang waktu latihan secara progresif dalam keseluruhan
program latihan. Di samping itu juga penambahan beban latihan harus
dilakukan secara progresif. Peningkatan beban secara progresif adalah
peningkatan beban secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit.
Menurut Suharno (2003:14) bahwa, Peningkatan beban latihan
jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaliknya dua atau tiga kali
latihan baru dinaikkan. Bagi si Atlet masalah ini sangat penting,
karena ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan
sebelumnya yang memerlukan waktu paling superkompensas .
Pemberian beban latihan yang dilakukan secara bertahap yang
kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan
efektifitas kemampuan fisik. Penambahan beban yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dengan tepat akan dapat menimbulkan adaptasi tubuh terhadap latihan
secara tepat pula.
4) Latihan Harus Teratur
Latihan harus dilakukan secara teratur dan kontinyu. Hal ini
dimaksudkan agar terjadi adaptasi tubuh terhadap jenis keterampilan
yang dipelajari. Latihan yang tidak dilakukan secara teratur, maka
tidak dapat menguasai teknik yang dipelajari. Dengan latihan yang
teratur dan kontinyu, akan terjadi adaptasi yang baik oleh badan
terhadap situasi latihan yang dilakukan. Dengan demikian adaptasi
tubuh terhadap situasi latihan, maka kemampuan tubuh akan
meningkat sesuai dengan rangsangan yang diterima.
5) Pemulihan atau Istirahat
Pemulihan atau istirahat merupakan hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan latihan. Prinsip pemulihan atau istirahat
bermanfaat terhadap pengawasan latihan yang dipelajari. Menurut
Suharno (2003
menghindari terjadinya overtraining, (2) memberi kesempatan
organisme atlet untuk beradaptasi dengan beban latihan, dan (3)
Istirahat yang cukup akan memberikan dampak baik terhadap
tubuh, sehingga akan siap kembali untuk melakanakan aktivitas
latihan selanjutnya. Di samping itu juga istirahat yang cukup akan
menghindari cidera dan beradaptasi terhadap beban latihan, sehingga
dapat diperoleh superkompensasi secara baik.
6) Berkurangnya Kemajuan
Hasil dari latihan adalah meningkatkan kemampuan kondisi
fisik dan keterampilan. Namun hal tersebut pada suatu saat akan
mengalami penurunan atau mengalami masa plateu. Prinsip
berkurangnya kemajuan ini dapat disebabkan oleh usia atau umur.
Umur yang semakin tua tentunya akan mengalami penurunan fisik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
maupun prestasi. Oleh karena itu perlu dipahami oleh pelatih maupun
atlet, agar tidak menimbulkan sikap yang negatif terhadap latihan dan
menimbulkan rasa keputusasaan.
7) Pembagian Masa
Dalam melaksanakan latihan harus diperhitungkan waktu yang
dibutuhkan dalam latihan. Waktu yang telah ditetapkan harus dibagi
menjadi beberapa periode atau masa latihan. Hal ini dimaksudkan
bahwa dari periode periode yang ada akan lebih terarah bagian atau
komponen yang akan dilatih atau dikembangkan. Selanjutnya jika
sudah baik diteruskan pada periode berikutnya. Dengan demikian
pada waktu yang telah ditetapkan prestasi yang tinggi dapat dicapai.
8) Individualisasi
Karakteristik antara individu yang satu dengan yang lainnya
adalah berbeda, demikian halnya tingkat kondisi fisik atau
kemampuan menguasai teknik dasar olahraga juga berbeda, meskipun
diberi program latihan yang sama. Menurut Ambarukmi (2008:8
bahwa training memang harus direncanakan dan disesuaikan bagi
setiap individu agar dengan demikian latihan tersebut dapat
menghasilkan hasil yang terbaik (the best result) bagi individu
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa latihan
yang dilaksanakan harus bersifat individu. Hal ini disebabkan karena
manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi
atlet.
Oleh karena itu seorang pelatih harus mampu mengenali ciri
ciri atau karakteristik atlet yang dilatihnya. Dengan demikian akan
lebih mudah dalam menentukan besarnya latihan yang harus
dilakukan setiap atletnya. Latihan dengan beban yang bersifat individu
akan dapat memberikan pengaruh yang tepat dan optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tekanan yang terus menerus di dalam sistem tubuh akan
mengakibatkan adaptasi yang menghasilkan peningkatan kapasitas
fungsional sistem tersebut. Fox yang dikutip Sajoto (2005:126)
prinsip yang cukup mendasar, yaitu : prinsip penambahan beban
berlebih atau overload, prinsip peningkatan beban terus menerus,
prinsip urutan pengaturan latihan dan prinsip kekhususan program
Latihan yang dilakukan harus direncanakan, disusun dan
diprogram dengan baik sehingga tujuan tercapai. Dalam menyusun
program latihan harus memperhatikan faktor-faktor yang terkait
dengan keberhasilan program latihannya. Sedangkan peningkatan
kemampuan yang diperoleh dapat dilihat antara lain berupa
peningkatan kemampuan gerak, tidak cepat merasa lelah, peningkatan
keterampilan dan sebagainya.
Dalam membuat suatu program latihan agar mendapat suatu hasil,
maka hendaknya memperhatikan unsur-unsur latihan sebagai berikut :
a) Intensitas latihan. b) Frekuensi latihan. c) Lama latihan.
Beban latihan merupakan bentuk rangsangan yang harus dilawan
oleh atlet dalam melakukan aktivitas latihan. Menurut Suharno (2003:15)
volume (isi), intensitas,
recovery, frekuensi, irama dan duration -faktor dalam penyusunan
program latihan tersebut diuraikan sebagai berikut :
a) Intensitas
Intensitas latihan adalah merupakan berat ringannya dosis latihan
yang dilakukan seorang atlet. Menurut Ambarukmi
(2008:84),
dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu atau berat ringannya kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
yang dilakukan dalam latihan
pelaksanaan latihan merupakan bentuk dari intensitas latihan.
b) Lama latihan
Lama latihan yaitu lamanya waktu yang diperlukan untuk
melatih hingga terjadi perubahan yang nyata. Adapun yang dimaksud
dengan frekuensi adalah jumlah berapa kali latihan dilakukan tiap
minggunya. Dalam pelaksana latihan dianjurkan istirahat antara dua
session latihan sedikitnya 48 jam dan sebaiknya tidak lebih dari 96
jam. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Harsono (2005:194) yang
sebaiknya latihan dilakukan tiga kali dalam seminggu dan diselingi
dengan satu hari istirahat untuk memberikan kesempatan otot untuk
berkembang dan mengadaptasikan diri pada hari istirahat tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, karena pelatihan adalah
overhead lay up shot dan underhand lay up shot, maka akan
menggunakan waktu 7 minggu, dengan frekuensi tiga kali perminggu.
c) Repetisi dan set
Penentuan jumlah repetisi dan set yang harus dilakukan dalam
latihan, harus ditentukan dengan tepat. Menurut Sajoto (2005:34)
n mengangkat suatu beban,
Repetisi dan set untuk latihan menurut Bompa (2005:44) yaitu
-25, sedangkan jumlah setnya yaitu 3-6.
Adapun istirahat antar setnya yaitu 30 detik-
d) Peningkatan
Setelah melakukan latihan tubuh akan selalu mengadakan
adaptasi terhadap rangsang yang diberikan dalam latihan. Oleh karena
itu, agar peningkatan kemampuan tubuh dapat meningkat terus maka
latihan yang diberikan harus selalu ditingkatkan. Peningkatan latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
yang diberikan tersebut harus selalu berpegang pada prinsip
peningkatan secara progresif.
Program latihan overhead lay up shot dan underhand lay up shot
: frekuensi latihan 3 kali seminggu dengan lama latihan 7 minggu,
repetisi sebanyak 10-12 kali, set 4-6, istirahat antar set 30 detik.
d. Bentuk Latihan Lay Up Shot
Dalam latihan lay up, penangkapan bola dilakukan dari pantulan bola
persis seperti tembakan lay up yang dilakukan dengan bola dari teman.
Bedanya hanyalah pada saat menerima bola, yaitu dari teman dan diri
sendiri disaat menggiring (mendrible). Tujuannya adalah sama yaitu
melakukan tembakan sedekat-dekatnya pada ring basket. Dalam
penangkapan bola saat melayang sebaiknya jangan terlalu jauh dan jangan
terlalu dekat dengan ring basket. Karena nantinya akan mempengaruhi
keberhasilan dalam melakukan lay up.
Gambar 2.7. Latihan Lay Up Shot dengan Dribble
Keterangan :
= Tembakan lay up shot
= Peserta latihan
= Dribbling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Kerangka Berpikir
Salah satu dari tujuan dasar permainan bola basket adalah untuk
mendapatkan suatu tembakan yang baik untuk mendapatkan skor, tembakan
tersebut salah satunya bisa dilakukan dengan lay up shot, maka dari itu
pemain harus belajar lay up shot, baik menggunakan overhead lay up shot
maupun underhand lay up shot.
Keuntungan dari tembakan overhead lay up shot ini adalah :
1. Gerakan dalam melepaskan bola ke dalam ring basket lebih mudah
karena tinggal meluruskan lengan ke depan.
2. Tenaga yang diperlukan untuk mendorong bola ke dalam ring basket
lebih kecil sehingga membuat pemain tidak cepat lelah saat latihan
maupun dalam menyetak point saat pertandingan.
3. Motivasi pemain saat melakukan lay up shot akan lebih tinggi karena
peluang masuknya bola lebih tinggi.
Keuntungan dari tembakan underhand lay up shot ini adalah :
1. Kontrol terhadap bola saat melakukan tembakan lebih mudah karena
posisi tubuh saat melayang di udara akan lebih stabil saat melakukan
ayunan bola dari bawah dalam melakukan tembakan.
2. Ayunan bola dari bawah akan memberikan laju bola membentuk sudut
para bola sehingga peluang masuknya bola ke dalam ring basket lebih
besar.
3. Untuk tipe pemain yang berpostur tinggi seolah-olah gerakan tangan
yang memegang bola seperti hanya meletakkan bola di atas ring basket.
Dengan adanya keuntungan dari masing-masing bentuk latihan
tersebut, berarti perbedaan diantara kedua latihan tersebut pada teknik dan
hasil tembakan yang akan dihasilkan. Ditinjau dari segi tujuan
menggunakan latihan keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk
menghasilkan point yang tinggi yang diharapkan dapat meningkatkan
prestasi bola basket yang baik melalui teknik dasar bola basket, salah
satunya melalui teknik lay up shot. Dengan demikian diduga, antara latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
overhead lay up shot dan underhand lay up shot akan menimbulkan
perbedaan pada hasil tembakan lay up shot. Ditinjau dari segi
pelaksanannya, latihan overhead lay up shot memiliki efektifitas yang lebih
baik. Karena jika ditinjau dari sisi belajar gerak yaitu sesuai dengan prinsip
beban belajar/latihan meningkat yang dikemukakan oleh Sugiyanto (2000 :
55 ) sebagai berikut:
Penguasaan gerakan keterampilan terjadi secara bertahap dalam peningkatannya. Mulai dari belum bisa menjadi bisa, dan kemudian menjadi terampil. Dengan demikian hendaknya pengaturan materi belajar yang dipraktekkan dimulai dari yang mudah ke yang sukar, atau dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
mendapatkan hasil latihan yang optimal maka harus dilakukan dari hal yang
mudah ke yang sukar. Dan teknik overhead menjadi teknik lay up shot yang
paling mudah dilakukan siswa SMP.
Dan jika dilihat dari segi mekanika gerakannya, antara teknik
Overhead dan Underhand memiliki perbedaan ruang gerak (range of
motion). Untuk Overhead lay up shot ruang geraknya lebih fleksibel
dibandingkan underhand. Karena fakta di lapangan/pertandingan, banyak
sekali dijumpai bahwa teknik overhead lebih dominan digunakan terutama
pada saat ada pemain penyerang akan mencetak point dan di jaga oleh
pemain bertahan. Jadi lebih jelasnya, bahwa pada saat pemain melakukan
overhead lay up shot, apabila di jaga oleh pemain lawan maka masih dapat
mengecoh dengan lihai dan bisa berganti gaya dengan menggunakan
underhand lay up shot. Tetapi sebaliknya jika pemain menggunakan
underhand dan pada posisi penjagaan lawan,maka hal yang dapat dilakukan
penyerang tersebut adalah melakukan passing ke teman satu tim karena
tidak mungkin melakukan gerakan tipuan seperti berganti teknik overhead.
Seperti pernyataan yang diungkapkan Wissel (2000:47) arahkan
lengan, pergelangan tangan, dan jari lurus ke basket pada sudut antara 45º
hingga 60º lalu lepaskan bola menggunakan jari telunjuk dengan sentuhan
Untuk lay up shot yang efektif dan dapat menghasilkan poin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
maka sudut pelepasan bola harus pada sudut 45o hingga 60o. Selain itu,
faktor tinggi badan sangatlah berpengaruh. Untuk siswa SMP lebih
cenderung ke teknik overhead lay up shot karena postur mereka mayoritas
kurang tinggi,tetapi ada juga yang memiliki postur tinggi dan itu pun hanya
beberapa siswa saja.
Gambar 2.8. Bagan Kerangka Berpikir
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pusataka dan kerangka pemikiran, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan hasil yang signifikan antara hasil tembakan lay up shot
dengan overhead lay up shot dan underhand lay up shot pada siswa
ekstrakurikuler SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013.
2. Urutan latihan overhead-underhand lay up shot lebih efektif
dibandingkan urutan latihan underhand-overhead lay up shot terhadap
hasil tembakan lay up shot siswa ekstrakurikuler bola basket SMP
Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013.
Bola Basket
Lay Up Shot
Overhead Lay Up Shot
Underhand Lay Up Shot
Hasil Tembakan Lay Up Shot
Latihan (Repetisi, Set,
Intensitas & Recovery)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di lapangan bola basket SMP Negeri 26
Surakarta Jl. Joyonegaran no. 2 Telp. (0271) 642172 Solo 57129.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian selama 7 minggu atau 20 kali pertemuan, di mana setiap
minggu dilakukan 3 kali pertemuan. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada
bulan September sampai Oktober 2012. Menurut M. Sajoto (2005:29), bahwa
latihan selama 6-
No Kegiatan Waktu pelaksanaan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Sep Okt Nov Des 1 Tahap Persiapan
- Pengajuan Judul
- Penyusunan proposal
- Seminar proposal
- Pengajuan izin penelitian 2 Tahap pelaksanaan
- Pengumpulan data
- Pengolahan data 3 Tahap penyelesaian
- Analisa data
- Penyusunan laporan
Gambar 3.1. Jadwal Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
B. Rancangan Penelitian
1. Metode Eksperimen Kuasi
Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design.
Desain ini kadang-kadang disebut juga Eksperimen Semu, karena sepintas
modelnya seperti eksperimen tetapi bukan. Karena berbagai hal, terutama
berkenaan dengan pengontrolan variabel, kemungkinan sukar sekali dapat
digunakan eksperimen murni.
2. Rancangan Penelitian
(Sukmadinata, 2010 : 209). Gambar rancangan penelitian sebagai berikut :
Kelompok Perlak. Tes Perlak. Tes
A X1 X2
B X2 X1
Gambar 3.2. The Counterbalanced Design
Penelitian dilakukan terhadap dua kelompok tanpa acak atau pasangan,
dan tanpa tes awal. Masing-masing kelompok secara bergantian diberi dua
perlakuan. Pada setiap akhir perlakuan diberi tes. Hasil-hasil tes tersebut
pemberian perlakuan, mana yang paling tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
C. Subyek Penelitian
Penelitian ini hanya terfokus pada siswa ekstrakurikuler bola basket di
SMP Negeri 26 Surakarta. Jadi subyek penelitian ini adalah siswa
ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013 yang
berjumlah 20 siswa. Dan seluruh siswa berjenis kelamin laki-laki. Dengan
rincian siswa kelas VII ada 5 orang, siswa kelas VIII ada 6 orang, dan siswa
kelas IX ada 9 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan tes. Dan tes yang akan digunakan adalah tes lay up shot
(Sodikun, 1992:125).
Tujuan : Mengukur keterampilan tembakan lay up. Peralatan : Seperangkat papan basket, lapangan basket, peluit dan bola basket. Petunjuk : Testee berada di tengah lapangan, samping kanan sambil memegang
bola. Menggiring bola sendiri menuju ke basket dan melakukan tembakan lay up.
Skor : Tembakan yang sah masuk adalah langkah lay up betul dan bola masuk ke basket. Skor tes adalah dihitung dari semua bola yang sah masuk.
Penilaian : Makin banyak skor tes yang diperoleh makin baik. Skor tertinggi adalah 8.
Nilai atau Skor
(Lay Up Shot)
Kategori
7 - 8 Baik
5 - 6 Sedang
3 - 4 Kurang
1 2 Kurang sekali
Gambar 3.3 Norma Hasil Tes Lay Up Shot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
E. Teknik Analisis Data
Pengolahan data penelitian ini adalah Rancangan Pengukuran Berulang
(One Way Repeated Measures ANOVA) dengan rumus pendek dan data yang
diperoleh dari sampel yang akan di olah dengan menggunakan bantuan program
SPSS (Statistic Program for Special Science) Release 20.
Adapun contoh prosedur analisisnya seperti dibawah ini (Sarwono,
2012:191):
a. Analyse > General Linier Model > Repeated Measure b. Muncul kontak dialog Repeated Measures Define Factor (s) > Pada
pilihan Within Subject Factor Name, isikan nama variabel, yaitu lay up shot > Pada pilihan Number of Levels, isikan angka 2 > kemudian klik Add > Kemudian klik perintah Define untuk masuk ke kotak menu utama.
c. Kemudian pindahkan kedua variabel dari kolom sebelah kiri ke kolom Within Subject Variabel. Pindahkan secara bersamaan dengan cara memberikan blok pada kedua variabel kemudian klik tombol anak panah arah ke kanan.
d. Pilih perintah Contrast untuk menghitung nilai kontras dalam pengukuran berulang > pada pilihan contrast, pilih Repeated dengan cara mengklik tanda anak panah arah ke bawah pada kotak dialog, kemudian klik Change. Untuk pilihan Reference Category, pilih Last > klik Continue.
e. Pilih Options > Pindahkan variabel lay up shot dari kolom Factor (s) and Factor Interaction ke kolom Display Means for > kemudian lakukan check pada pilihan Compare main effects > Pada pilihan Confidence Internal Adjustment pilih Bonfferoni > Pada pilihan Display pilih cek Descriptive Statistics dan Transformation Matrix > klik Continue.
f. Klik Ok untuk diproses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil tembakan lay
up shot dengan teknik overhead lay up shot dan underhand lay up shot juga
efektifitas urutan latihan underhand-overhead lay up shot dan overhead-
underhand lay up shot terhadap hasil tembakan lay up shot pada siswa
ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013. Dalam
bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpresentasinya. Penyajian
hasil penelitian berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes pertama dan
kedua hasil tembakan lay up shot. Berturut-turut disajikan mengenai deskripsi
data, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil
analisis data. Hasil penelitiannya sebagai berikut:
1. Hasil Tes Pertama Tabel 4.1. Hasil Tes Lay Up Shot Pertama
Berdasarkan hasil tes pertama menunjukkan rata-rata underhand lay up
shot kelompok A sebesar 6,10 dan untuk kelompok B rata-rata overhead lay up
shot sebesar 6,50. Untuk nilai tertinggi dan terendah kedua kelompok
mendapatkan hasil yang sama yaitu 8 (nilai tertinggi) dan 5 (nilai terendah). Dan
untuk standar deviasi kelompok A (underhand lay up shot) sebesar 0,738 dan
kelompok B (overhead lay up shot) sebesar 0,850. Dilihat dari nilai rata-rata
kedua kelompok memiliki hasil yang berbeda.
Tes Lay Up Shot Kelompok A (Underhand Lay Up Shot)
Kelompok B (Overhead Lay Up Shot)
Nilai Rata-rata (Mean) 6,10 6,50 Nilai Tertinggi 8 8 Nilai Terendah 5 5 Standar Deviasi 0,738 0,850
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Hasil Tes Kedua Tabel 4.2. Hasil Tes Lay Up Shot Kedua
Berdasarkan hasil tes kedua menunjukkan rata-rata overhead lay up shot
kelompok A sebesar 6,20 dan untuk kelompok B rata-rata underhand lay up shot
sebesar 6,30. Untuk nilai tertinggi dan terendah kedua kelompok mendapatkan
hasil yang sama yaitu 8 (nilai tertinggi) dan 5 (nilai terendah). Dan untuk standar
deviasi kelompok A (overhead lay up shot) sebesar 0,919 dan kelompok B
(underhand lay up shot) sebesar 0,675. Dilihat dari nilai rata-rata kedua kelompok
memiliki hasil yang berbeda.
Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Tes Tembakan Lay Up Shot pada kelompok
A dan B
Kelompok Tes N Mean SD
Kelompok A
Underhand 10 6,10 0,738
Overhead 10 6,20 0,919
Total 20 6,15 0,813
Kelompok B
Overhead 10 6,50 0,850
Underhand 10 6,30 0,675
Total 20 6,40 0,754
Tes Lay Up Shot Kelompok A (Overhead Lay Up Shot)
Kelompok B (Underhand Lay Up Shot)
Nilai Rata-rata (Mean) 6,20 6,30 Nilai Tertinggi 8 8 Nilai Terendah 5 5 Standar Deviasi 0,919 0,675
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Gambar 4.1. Grafik Data Rata-rata Hasil Underhand Lay Up Shot dan
Overhead Lay Up Shot pada kelompok A dan B
Gambar 4.2. Grafik Data Rata-rata Hasil Underhand-Overhead Lay Up
Shot dan Overhead-Underhand Lay Up Shot
Dilihat dari hasil keseluruhan tes lay up shot kelompok A mendapat total
rata-rata 6,15 dengan standar deviasi 0,813 dan kelompok B mendapatkan total
rata-rata 6,40 dengan standar deviasi 0,754.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan uji persyaratan
analisis. Uji persyaratan analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas
dan homogenitas.
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi
kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan
metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil
tes lay up shot kelompok A dan B adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas (Kolmogrov-Smirnov)
Dari hasil output data Sig. pada uji Kolmogorov-Smirnov
kelompok A dan kelompok B sebesar 0,087 dan 0,178. Apabila nilai Sig.
> tingkatan alpha yang telah ditentukan maka H0 diterima. Di mana hasil
output menunjukkan kelompok A nilai Sig. = 0,087 > 0,05 sedangkan
kelompok B nilai Sig. = 0,178 > 0,05 maka H0 diterima dengan arti bahwa
data nilai hasil tes lay up shot berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai layup A .273 20 0.087 .864 20 .185
Nilai layup B .352 20 0.178 .796 20 .258
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians
antara kelompok A dan kelompok B. Uji homogenitas ini berfungsi
sebagai persyaratan dalam uji perbedaan, dimana jika terdapat perbedaan
antar kelompok yang diuji, perbedaan itu benar benar merupakan
perbedaan nilai rata rata. Hasil uji homogenitas data antara kelompok A
dan kelompok B adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas Data
Dari uji homogenitas yang telah dilakukan, menyatakan H0
diterima karena Sig. Dari Based on Mean = 0,558 > 0,05 dan 0,272 > 0,05
dimana artinya data nilai hasil tes lay up shot berasal dari populasi yang
bervarian homogen.
3.General Linier Model (GLM) Repeated Measures
General Linier Model - Repeated Measure; menganalisis varian
dengan melakukan pengukuran yang sama beberapa kali pada setiap
subjek atau variabel within-subject. Apabila melibatkan variabel within-
subject, variabel tersebut akan membagi populasi menjadi beberapa
kelompok.
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Nilai layup
Based on Mean .356 1 18 .558 Based on Median .130 1 18 .722 Based on Median and with adjusted df
.130 1 16.731 .723
Based on trimmed mean .263 1 18 .614
Nilai layup
Based on Mean 1.283 1 18 .272 Based on Median 2.526 1 18 .129 Based on Median and with adjusted df
2.526 1 15.096 .133
Based on trimmed mean 1.648 1 18 .215
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4.6. Between-Subjects Factors
Value Label N
Nilai Layup
1 AA 10
2 BB 10
Keterangan :
Tabel Within-Subjects Factors menginformasikan ada dua variabel
dependent.
Sedangkan tabel Between-Subjects Factors menginformasikan hanya
memiliki satu variabel, yaitu nilai lay up dengan nilai AA dan BB.
Tabel 4.7. Descriptive Statistics
Nilai Layup Mean Std. Deviation N
Nilai layup AA 6.10 .738 10
BB 6.20 .919 10 Total 6.15 .813 20
Nilai layup AA 6.50 .850 10
BB 6.30 .675 10 Total 6.40 .754 20
Keterangan :
Tabel Descriptive Statistics nilai rata-rata dan standar deviasi dari
variabel dependent.
Terlihat bahwa nilai rata-rata overhead lay up shot lebih besar
dibandingkan nilai underhand lay up shot.
Dan nilai rata-rata latihan overhead underhand lay up shot lebih besar
dibandingkan dengan nilai rata-rata latihan underhand overhead lay up
shot.
Tabel 4.8. Multivariate Testsa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Keterangan :
Tabel multivariate Tests memaparkan empat macam test signifikansi untuk
pengaruh lay up.
- sama seperti uji multivariate.
Perhatikan kolom Sig baris lay up shot. Semua menunjukkan nilai
Hal ini mengindikasikan rata-rata variabel lay up shot sama. Interaksi
antara variabel lay up shot dengan *lay up
Hal ini mengindikasikan interaksi terjadi.
Tabel 4.9. Tests of Within-Subjects Effects
Keterangan :
Perhatikan kolom Sig untuk lay up shot
sehingga H0 diterima.
Dan interaksi antara lay up shot dengan *lay up tidak terjadi karena nilai
0 diterima.
Effect Value F Hypothesis
df
Error df Sig. Partial
Eta
Squared
lay_up_
shot
Pillai's Trace .051 .966b 1.000 18.000 .339 .051
Wilks' Lambda .949 .966b 1.000 18.000 .339 .051
Hotelling's Trace .054 .966b 1.000 18.000 .339 .051
Roy's Largest Root .054 .966b 1.000 18.000 .339 .051
lay_up_
shot
*layup
Pillai's Trace .019 .348b 1.000 18.000 .563 .019
Wilks' Lambda .981 .348b 1.000 18.000 .563 .019
Hotelling's Trace .019 .348b 1.000 18.000 .563 .019
Roy's Largest Root .019 .348b 1.000 18.000 .563 .019
Source Type III Sum of Squares
df Mean Square
F Sig. Partial Eta Squared
lay_up_shot
Sphericity Assumed .625 1 .625 .966 .339 .051
Greenhouse-Geisser .625 1.000 .625 .966 .339 .051
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 4.10. Tests of Between-Subjects Effects
Source Type III Sum of Squares
df Mean Square F Sig. Partial Eta Squared
Intercept 1575.025 1 1575.025 2476.022 .000 .993 Lay up .025 1 .025 .039 .000 .002 Error 11.450 18 .636
Keterangan :
Tabel Test of Between-Subjects Effects. Perhatikan kolom Sig untuk baris
lay up 0 ditolak. Ada perbedaan
hasil lay up shot antara underhand-overhead lay up shot dan overhead-
underhand lay up shot.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan
interpretasinya. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik
analisis general linear model (GLM) repeated measures . Hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan hasil yang signifikan antara hasil tembakan lay up shot
dengan underhand lay up shot dan overhead lay up shot pada siswa
ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013.
Huynh-Feldt .625 1.000 .625 .966 .339 .051 Lower-bound .625 1.000 .625 .966 .339 .051
lay_up_shot * layup
Sphericity Assumed .225 1 .225 .348 .563 .019
Greenhouse-Geisser
.225 1.000 .225 .348 .563 .019
Huynh-Feldt .225 1.000 .225 .348 .563 .019 Lower-bound .225 1.000 .225 .348 .563 .019
Error(lay_up_shot)
Sphericity Assumed
11.650 18 .647
Greenhouse-Geisser 11.650 18.000 .647
Huynh-Feldt 11.650 18.000 .647 Lower-bound 11.650 18.000 .647
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan hasil analisis perbandingan secara deskriptif, diperoleh data
bahwa masing-masing kelompok mendapatkan hasil rata-rata antara teknik dasar
underhand dan overhead yang berbeda. Untuk kelompok A memperoleh hasil
rata-rata underhand lay up shot 6,10 dan overhead lay up shot 6,20. Sedangkan
kelompok B memperoleh hasil rata-rata overhead lay up shot 6,50 dan underhand
lay up shot 6,30. Jika dilihat dari hasil rata-rata tekniknya, latihan overhead lay up
shot dan underhand lay up shot sama-sama berpengaruh terhadap hasil tembakan
lay up shot, akan tetapi hasil dari teknik overhead lay up shot memperoleh hasil
yang lebih baik. Hal ini dapat diartikan bahwa ada perbedaan hasil yang
signifikan antara hasil tembakan lay up shot dengan underhand lay up shot dan
overhead lay up shot pada siswa ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26
Surakarta tahun 2012/2013.
2. Urutan latihan overhead-underhand lay up shot lebih efektif
dibandingkan urutan latihan underhand-overhead lay up shot terhadap
hasil tembakan lay up shot siswa ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri
26 Surakarta tahun 2012/2013.
Dari analisis perbandingan secara deskriptif, diperoleh data bahwa kedua
kelompok memiliki hasil terendah dan tertinggi yang sama yaitu 5 (hasil terendah)
dan 8 (hasil tertinggi). Rata-rata hasil kemampuan lay up shot dari kelompok A
yang dilatih menggunakan urutan latihan underhand-overhead lay up shot
mencapai 6,15 sedangkan kelompok B yang dilatih menggunakan urutan latihan
overhead-underhand lay up shot mencapai 6,40. Dilihat dari perolehan rata-rata
kemampuan lay up shot dari kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa hasil
lay up shot pada kelompok yang dilatih overhead-underhand lay up shot lebih
tinggi daripada hasil lay up shot pada kelompok yang dilatih underhand-overhead
lay up shot. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa urutan latihan overhead-
underhand lay up shot lebih efektif daripada urutan latihan underhand-overhead
lay up shot terhadap hasil lay up shot siswa ekstrakurikuler bola basket SMP
Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan interpretasi lebih
lanjut, terutama mengenai hasil analisis data yang telah dikemukakan
sebelumnya. Pembahasannya sebatas dalam pengertian evaluasi dan tidak
atau belum kearah verifikasi suatu teori, karena itu pembahasannya lebih
cenderung ke deskripsi empiris. Atas dasar hasil analisis statistik deskriptif
dan inferensial diperoleh informasi penting yakni:
1. Teknik overhead lay up shot dan underhand lay up shot memperoleh
hasil yang berbeda, yaitu dapat dibuktikan bahwa hasil lay up shot
dengan teknik overhead lay up shot memperoleh hasil lebih baik dari
teknik underhand lay up shot. Dari kelompok A memperoleh hasil rata-
rata underhand lay up shot 6,10 dan overhead lay up shot 6,20.
Sedangkan kelompok B memperoleh hasil rata-rata overhead lay up
shot 6,50 dan underhand lay up shot 6,30. Dan dari hasil kategori
norma hasil tes lay up shot, kelompok B (dengan teknik overhead lay
up shot) mendapatkan hasil persentase yang seimbang (Kategori
BAIK= Kategori SEDANG) atau (50%:50%). Hal ini dipengaruhi oleh
tingkat kemudahan dan faktor kebiasaan siswa saat melakukan latihan
overhead lay up shot. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil tembakan lay up shot antara underhand lay up shot
dengan overhead lay up shot.
2. Urutan latihan overhead-underhand lay up shot terhadap hasil
tembakan lay up shot memang lebih efektif. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Sugiyanto (2003:55) bahwa :
Penguasaan gerakan keterampilan terjadi secara bertahap dalam peningkatannya. Mulai dari belum bisa menjadi bisa, dan kemudian menjadi terampil. Dengan demikian hendaknya pengaturan materi belajar/latihan yang dipraktekkan dimulai dari yang mudah ke yang sukar, atau dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Dari pernyataan di atas maka dapat diartikan bahwa materi latihan
yang dipraktekkan akan memperoleh hasil yang lebih optimal jika
dimulai dari hal yang mudah terlebih dahulu ke yang lebih sukar.
Sehingga menjadikan motivasi siswa saat melakukan latihan semakin
tinggi yang pada akhirnya tingkat keterampilan lay up shot dapat
dikuasai secara optimal. Bila ditinjau dari biomekanika gerkan,
overhead lay up shot lebih mudah dilakukan karena pada saat lengan
memegang bola, maka posisi bola akan berada di atasa telapak tangan
sehingga dorongan yang harus dilakukan pun memerlukan tenaga yang
tidak harus besar. Sehingga pantulan bola ke papan ring basket pun
dengan mudah membentuk sudut yang efektif yaitu pada sudut 45o
hingga 60o, sehingga hasilnya juga dapat mencapai batas optimal. Dan
dari hasil kategori norma hasil tes lay up shot menunjukkan bahwa
kelompok B (Overhead-Underhand Lay Up Shot) memiliki hasil
persentase kategori BAIK lebih tinggi dibanding kelompok A
(Underhand-Overhead Lay Up Shot). Dengan demikian maka menjadi
jelas bahwa urutan latihan overhead-underhand lay up shot dalam
latihan lay up shot pada siswa ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri
26 Surakarta tahun 2012/2013 adalah efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara hasil tembakan lay
up shot dengan underhand lay up shot dan overhead lay up shot pada
siswa ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 26 Surakarta tahun
2012/2013. Untuk kelompok A memperoleh hasil rata-rata underhand
lay up shot 6,10 dan overhead lay up shot 6,20. Sedangkan kelompok
B memperoleh hasil rata-rata overhead lay up shot 6,50 dan underhand
lay up shot 6,30.
Dilihat dari hasil rata-rata pada kedua kelompok membuktikan bahwa
hasil lay up shot dengan overhead lay up shot mendapatkan hasil yang
lebih baik dibandingkan underhand lay up shot.
2. Urutan latihan overhead-underhand lay up shot lebih efektif
dibandingkan urutan latihan underhand-overhead lay up shot terhadap
hasil tembakan lay up shot siswa ekstrakurikuler bola basket SMP
Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013. Rata-rata hasil kemampuan lay
up shot dari kelompok A yang dilatih menggunakan urutan latihan
underhand-overhead lay up shot mencapai 6,15 sedangkan kelompok
B yang dilatih menggunakan urutan latihan overhead-underhand lay
up shot mencapai 6,40. Keefektifan overhead-underhand lay up shot
ditunjukkan oleh hasil analisis data, dimana urutan latihan overhead-
underhand lay up shot menunjukkan hasil yang lebih baik daripada
urutan latihan underhand-overhead lay up shot.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
B. Implikasi
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa urutan latihan
overhead-underhand lay up shot dan underhand-overhead lay up shot
keduanya mempunyai pengaruh terhadap hasil tembakan lay up shot.
Namun besarnya rata-rata dari masing-masing urutan latihan berbeda.
Implikasi yang diberikan bahwa dalam meningkatkan hasil
tembakan lay up shot, pelatih bola basket dapat menggunakan urutan
latihan overhead-underhand lay up shot, sehingga hal tersebut menjadi
dasar bagi pelatih bola basket untuk meningkatkan hasil tembakan lay up
shot.
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi
yang ditimbulkan, maka kepada pelatih ekstrakurikuler bola basket SMP
Negeri 26 Surakarta, disarankan hal-hal sebagai berikut :
Bagi pelatih atau pembina ekstrakurikuler bola basket di SMP
Negeri 26 Surakarta atau sekolah-sekolah lainnya dalam melatih
kemampuan dan hasil yang optimal dalam teknik lay up shot sebaiknya
dilakukan dengan urutan latihan overhead-underhand lay up shot karena
terbukti lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan lay up shot
dibandingkan urutan latihan underhand-overhead lay up shot. Sehingga
hasil lay up shot bisa tercapai secara optimal.