UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH...
Transcript of UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH...
i
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK
PADA MATERI MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI MELALUI
METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V
DI MI AN NUR DEYANGAN KECAMATAN MERTOYUDAN
KABUPATEN MAGELANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Islam
Oleh :
M. MUHAIMIN
NIM : 093 111 202
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M. Muhaimin
NIM : 093111202
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, Mei 2011
Saya yang menyatakan,
M. Muhaimin
NIM. 093111202
iii
iv
v
ABSTRAK
Judul : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak pada Materi
Membiasakan Akhlak Terpuji Melalui Metode Sosiodrama pada Siswa Kelas V di MI An Nur Deyangan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten
Magelang Penulis : M. Muhaimin NIM : 093111202
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode sosiodrama
dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak pada materi membiasakan akhlak terpuji kelas V di MI An Nur Deyangan Tahun Pelajaran 2010 / 2011, dan Untuk mengetahui apakah penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran Aqidah Akhlak pada materi membiasakan akhlak terpuji kelas V di MI An Nur Deyangan Tahun Pelajaran 2010 / 2011.
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan subyek penelitian siswa kelas V MI An Nur Deyangan Mertoyudan Kabupaten Magelang sebanyak 15 orang
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi, tes tertulis individual pada akhir pembelajaran, dan melihat dokumentasi
nilai mata pelajaran Aqidah Akhlak sebelum penerapan metode sosiodrama, data yang diperoleh dari dokumentasi nilai mata pelajaran Aqidah Akhlak sebelum penerapan metode sosiodrama dan nilai rata-rata tes tertulis akhir pembelajaran tiap-
tiap siklus dengan penerapan metode sosiodrama dianalisis menggunakan kualitatif deskriptif. Penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
mata pelajaran aqidah akhlak kelas V MI An Nur Deyangan yaitu pada siklus I 40%, siklus II 54,9% dan siklus III 78,3%. Penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak kelas
V MI An Nur Deyangan yaitu dari 65,2 menjadi 82,8 atau meningkat 17.6 poin Berdasarkan analisis diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan positif yang
signifikan antara sebelum dan sesudah penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Jadi hipotesis yang penulis ajukan “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak Terpuji Melalui
Metode Sosiodrama pada Siswa Kelas V di MI An Nur Deyangan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang” terbukti kebenarannya. Hal ini terbukti hasil
belajar siswa yaitu nilai rata-rata tes tertulis siswa meningkat.
vi
TRANSLITERASI
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No.0543 b/u/1987 tertanggal 10 September 1987
yang ditanda tangani pada tanggal 22 Januari 1988.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Huruf
Latin
{t ط a ا
ب b ظ z}
ت t ع ‘
ث s\ غ g
f ف j ج
q ق {h ح
k ك kh خ
د d ل l
ذ z\ م m
n ن r ر
w و z ز
س s ه h
ش sy ء ,
y ي {s ص
{d ض
Bacaan Madd : Bacaan Diftong :
a = a panjang َاْو = au
i = i panjang َاْي = ai
u = u panjang
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang
mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa
skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari
semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah
membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang,
beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik
2. Nasirudin, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Walisongo Semarang.
3. Mursyid, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan PAI IAIN Walisongo Semarang.
4. FAHRURROZI, M.Ag., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
5. Kepala MI An Nur Deyangan Magelang yang telah memberikan izin dan
memberikan bantuan dalam penelitian.
6. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
7. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi
ini.
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga
budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda dari
Allah SWT.
viii
Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan
dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya
semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Semarang, 19 Mei 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………………………. ii
PENGESAHAN ……………………………………………………………... iii
NOTA PEMBIMBING ……………………………………………………… iv
ABSTRAK ………………………………………………………………….. v
TRANSLITERASI ………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xi
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………… 1
B. Penegasan Istilah ……………………………………………… 3
C. Rumusan Masalah …………………………………………….. 6
D. Tujuan Penelitian ………………………………….………….. 6
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………. 7
BAB II : LANDASAN TEORI ……………………………………………. 8
A. Kerangka Berfikir ………………….…………………………. 8
B. Telaah Pustaka ………………………………………………… 22
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ………………………………… 25
A. Jenis Penelitian ………………………………………………… 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………. 26
C. Subyek Penelitian ……………………………………….…….. 26
D. Metode Pengumpulan Data …………………………………… 28
E. Prosedur Penelitian ……………………………………………. 29
F. Instrumen Penelitian ………………………………………..…. 35
x
G. Tehnik Analisis Data ……………………….…………………. 37
H. Indikator Keberhasilan ……………………………………….. 37
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………….. 39
A. Hasil Penelitian ………………………………………….……. 39
B. Pembahasan …………………………………………………… 45
BAB V : PENUTUP ………………………………………………………. 49
A. Kesimpulan ……………………………………………………. 49
B. Saran …………………………………………………………... 49
C. Penutup ……………………………………………………….. 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. : Nilai Rata-Rata Hasil Mid Semester II Tahun 2011
Tabel 2. : Data Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2010/2011
Tabel 3. : Daftar Kelompok Pembagian Peran
Tabel 4. : Lembar Pengamatan
Tabel 5. : Keaktifan Siswa pada Siklus I
Tabel 6. : Hasil Belajar Siswa Siklus I
Tabel 7. : Keaktifan Siswa pada Siklus II
Tabel 8. : Hasil Belajar Siswa Siklus II
Tabel 9. : Keaktifan Siswa pada Siklus III
Tabel 10. : Hasil Belajar Siswa pada Siklus III
Tabel 11. : Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Tabel 12. : Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan
Metode Sosiodrama
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akidah Akhlak merupakan pendidikan yang sangat perlu untuk para
siswa agar dapat mencerminkan dan menanamkan akhlak yang mulia di dalam
jiwa anak dalam masa pertumbuhannya sehingga akhlak itu sebagai kemampuan
jiwa.
Di Madrasah Ibtidaiyah Akidah Akhlak merupakan salah satu mata
pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan
pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma’ al-husna, serta penciptaan
suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan
adab islami melalui pemberian contoh-contoh akhlak dan cara mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran akidah akhlak
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mempraktekan al-akhlaqul karimah dan adab islami dalam kehidupan sehari-hari
sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Alloh, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, hari akhir serta qada dan qodar.1
Dalam pelaksanaan pembelajaran Akdiah akhlak bukanlah suatu hal yang
sangat mudah karena kurang tepatnya suatu metode dan strategi yang baik proses
belajar mengajar tidak akan berhasil dan hasil belajar kurang memenuhi standar
yang diharapkan. Sebagaimana penulis temukan hasil belajar akidah akhlak
siswa kelas V MI An Nur Deyangan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten
Magelang kurang memenuhi target/standar yang diharapkan atau masih belum
memenuhi Standar Ketuntasan Minimal dibandingkan dengan hasil belajar mata
pelajaran PAI yang lain. Hal ini sesuai dengan nilai rata–rata mid semester II.
Siswa kelas V dari 4 bidang studi PAI yang tercantum dalam tabel berikut.
1 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah . Hlm
65.
2
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Hasil Mid Semester II Tahun 2011
No Bidang Studi Nilai Rata-Rata
1.
2.
3.
4.
Al Qur’an Hadist
Akidah Akhlak
Fiqih
SKI
8,20
6,30
7,85
6,50
Hal ini disebabkan karena masih banyak anak-anak atau siswa yang
menganggap bahwa pelajaran Aqidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang
tidak penting. Sehingga siswa kurang bersemangat dan tidak aktif dalam
mengikuti pelajaran Aqidah akhlak
Standar pendidikan di Indonesia semakin meningkat, hal tersebut dapat
kita lihat dari Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yang semakin meningkat dan
terus berubahnya kurikulum serta tuntutan keprofesionalan dari tenaga pengajar.
Walaupun sebenarnya perubahan kurikulum tersebut merupakan perbaikan dari
kurikulum sebelumnya. Seorang guru juga dituntut profesional dalam mengajar,
terutama dalam mengelola pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran dapat
tercapai secara maksimal.
Dalam kenyataan di lapangan, dalam menyampaikan materi guru
monoton hanya menggunakan metode ceramah, dan media pembelajaran yang
kurang mampu menggairahkan suasana pembelajaran, siswa cenderung hanya
sebagai pendengar, mencatat pelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan
guru, sehingga hasil belajar siswa (nilai) tidak dapat optimal, dan masih berada di
bawah SKM.
Kondisi demikian penulis temukan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak
padahal standar yang diharapkan dari mata pelajaran Aqidah Akhlak selain
penguasaan materi, siswa diharapkan mampu untuk menggali nilai, makna,
aksioma, ibrah / hikmah, dalil dan teori dari fakta sejarah yang ada, sehingga
3
siswa didik dapat meneladani dan meniru dalam perilakunya kisah-kisah yang
ada dalam materi pelajaran Aqidah Akhlak. Tujuan dari materi Aqidah Akhlak
sendiri akan kurang maksimal dalam pencapaiannya dikarenakan karena
pengelolaan pembelajaran Aqidah Akhlak yang sebatas hanya kepada
penyampaian materi dengan metode ceramah, siswa cenderung mendapatkan
informasi sejarah hanya dari cerita yang diberikan oleh guru.
Selain hal tersebut di atas, latar belakang siswa di MI An Nur Deyangan
sangat beragam, dimana sebagian besar siswa berasal dari keluarga yang kurang
peduli dengan pendidikan, karena para orang tua siswa lebih mengutamakan
tuntutan ekonomi keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut pembelajaran yang
selama ini berjalan belum mampu mencapai standar pendidikan yang diinginkan,
minat siswa terhadap materi pelajaran rendah, kektifan dalam pelajaran kurang
dan hasil belajar siswa rendah. Perlu adanya suatu metode khusus yang dapat
menggantikan metode tradisional tersebut, salah satunya dengan menggunakan
metode sosiodrama.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti bermaksud
untuk mencari tahu dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul
“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak pada Materi Membiasakan
Akhlak Terpuji Melalui Metode Sosiodrama pada Siswa Kelas V di MI An Nur
Deyangan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang”.
B. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Upaya
Upaya ialah usaha dengan menggunakan syarat-syarat tertentu untuk
menyampaikan suatu maksud berupa pendapat, usul-usul, idea, buah pikiran
kepada orang lain agar ia tahu dan menerimanya.2
Dengan demikian bedanya usaha dengan upaya terletak pada obyek
yang dikerjakan. Usaha itu untuk kebutuhan diri sendiri dan untuk memenuhi
2 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1984)
hlm. 1132.
4
keinginan pribadi, sedangkan upaya untuk kebutuhan orang lain. Dalam hal
ini upaya peneliti untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu penguasaan
materi siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.
2. Pengertian Peningkatan
Meningkatkan berasal dari kata “tingkat” (tataran tangga) bertambah
ke atas dari hasil yang dicapai sebelumnya.3 Peningkatan berarti kegiatan
yang mengacu pada usaha agar mampu naik ke tangga berikutnya. Sebagai
gambaran misalnya siswa bertambah dalam hafalan hadits tentang shalat
berjamaah
3. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar.4
4. Pengertian Hasil Belajar
Hasil Belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa
setelah melalui kegiatan belajar. Berbagai pemikiran mengenai taksonomi
hasil belajar telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan dewasa ini, Bloom
sebagaimana dikutip oleh Briggs mengklasifikasikan hasil belajar menjadi
tiga ranah, yaitu : ranah kognitif, ranah sikap, dan ranah psikomotor. ”Setiap
ranah dapat diklasifikasikan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisa, sintesis dan evaluasi.”5
Dari Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu
adalah merupakan hasil dari perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai
tujuan dari perbuatan belajar yang dilakukan, contohnya : siswa belajar
3 Ibid., h lm. 1077.
4 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 1995,
hal. 2. 5 Nashar, H, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran,
Jakarta : Delia Press,, 2003, hal. 1978.
5
membaca tadinya belum bisa membaca menjadi bisa membaca dan lain
sebagainya. Hasil belajar di sini dimaksudkan pada mata pelajaran Aqidah
Akhlak.
5. Pengertian Metode sosiodrama
Metode sosiodrama ialah bentuk metode mengajar dengan
mendramakan / memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial.
sedangkan bermain peranan lebih menekankan pada kenyataan dimana para
murid diikut sertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramakan
masalah-masalah hubungan sosial. Kedua metode ini kadang-kadang disebut
dengan dramatisasi.
Metode semacam ini dapat digunakan dalam pendidikan Agama,
terutama dalam bidang aqidah akhlak, karena dengan metode ini anak-anak
akan lebih bisa menghayati tentang pelajaran yang diberikan. misalnya :
dalam menerangkan bagaimana sikap seorang muslim terhadap fakir miskin,
atau dalam merekonstruksikan peristiwa sejarah Islam, tentang peristiwa
peristiwa awal mula Umar bin Khathtab memeluk Islam dan sebagainya. 6
6. Pengertian Aqidah akhlak
Mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu bagian dari mata
pelajaran pendidikan agama islam yang digunakan sebagai wahana
pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan watak siswa agar
dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran islam, serta
bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.7
Fungsi mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah adalah
sebagai berikut :
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa
kepada Alloh SWT, yang telah ditanamkan di lingkungan keluarga.
6 Zuhairini, H, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama , Surabaya : Biro Ilmiah Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 7 Tim Guru Inti, Penyesuaian Materi Kurikulum 1994 Berdasarkan Sistem Semester Kelas 5,
Semarang : Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 8.
6
b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan,
pemahaman dan pengamalan ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-
hari.
c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal dan mengantisipasi hal-hal negatif
dari lingkungan atau dari budaya lain yang dapat membahayakan.
d. Pengajaran, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan tentang keimanan dan
akhlak.8
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan metode sosiodrama dalam mata pelajaran Aqidah
Akhlak pada materi membiasakan akhlak terpuji kelas V di MI An Nur
Deyangan Tahun Pelajaran 2010 / 2011?
2. Apakah penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak pada materi membiasakan akhlak
terpuji kelas V di MI An Nur Deyangan Tahun Pelajaran 2010 / 2011?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan metode sosiodrama dalam mata
pelajaran Aqidah Akhlak pada materi membiasakan akhlak terpuji kelas V di
MI An Nur Deyangan Tahun Pelajaran 2010 / 2011.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak pada materi
membiasakan akhlak terpuji kelas V di MI An Nur Deyangan Tahun
Pelajaran 2010 / 2011.
8 Ibid
7
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran pada kualitas yang
lebih baik dan perlu diuji cobakan pada kelas yang lain khususnya pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak
2. Dapat membantu guru untuk memperbaiki media pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi siswa dan meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya
3. Sebagai bahan masukan untuk mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak dengan
Metode Sosiodrama terbukti dapat meningkatkan hasil belajar.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Berfikir
1. Belajar
a. Teori Belajar
Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak
sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap
perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. 1
Ernest R. Hilgard memberikan definisi belajar sebagai berikut :
“Learning is the process by which an activity originates or is
changed through training procedures (whether in the laboratory
or in the natural environment) as distinguished from changes by
factors not attribut able to training”.2
Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang yang belajar
kelakuannya akan berubah daripada sebelum itu. jadi belajar tidak hanya
mengenai bidang intelektual, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak.
Dalam kamus paedagogik dikatakan bahwa belajar adalah
berusaha memiliki pengetahuan atau kecakapan baru. Seseorang telah
mempelajari sesuatu terbukti dengan perbuatannya. Ia baru dapat
melakukan sesuatu hanya dari hasil proses belajar sebelumnya.
Proses belajar / kegiatan belajar dapat dihayati (dialami) oleh
orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat diamati
oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh seorang pembelajar (siswa)
ada hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh
1 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 1995,
hal. 2. 2 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta, 1999, hal. 280
9
pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh pembelajar
terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi
lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut
juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata
lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar.
Belajar menurut Abdul Azis dan Abdul Azis Majid dalam
kitabnya “At-Tarbiyah Wa Turuku Al-Tadris” adalah :
Sesungguhnya belajar merupakan perubahan di dalam orang
yang belajar (murid) yang terdiri dari pengalaman lama kemudian menjadi perubahan baru.3
Pengalaman belajar merupakan serangkaian kegiatan yang harus
diperbuat dan dikerjakan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai
indikator pembelajaran dan kompetensi dasar. Pemberian pengalaman
belajar kepada siswa mengacu kepada empat pilar pendidikan yang
dikembangkan badan PBB UNESCO yaitu belajar untuk mengetahui
(Learning to know), belajar untuk melakukan (Learning to do), belajar
untuk menjadi diri sendiri (Learning to be) dan belajar untuk hidup
bersama/kebersamaan (Learning to live together).
Pengalaman belajar yang didapat siswa dalam kegiatan belajar
sangat menentukan tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penguasaan materi pelajaran atau
pencapaian hasil belajar seseorang bervariasi tergantung dari pengalaman
belajar yang telah dilakukan.
Hasil penelitian tersebut tergambar dalam kerucut pengalaman
belajar yang dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :4
3Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Majid, At-Tarbiyah Wa Turuku Al-Tadris, Juz 1.,
Mesir : Daru l Ma’arif, 1979, hlm 179. 4 Drs. Darwyn Syah, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Gaung Persada Press, 2007, hlm. 295.
10
Berdasarkan kerucut pengalaman di atas jika guru mengajar
menggunakan pendekatan cara belajar siswa aktif yaitu dengan meminta
siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya maka siswa telah
melakukan kegiatan belajar dan mengingat apa yang dipelajari sebesar
90%.
Dari pendapat beberapa ahli tentang definisi belajar dapat
disimpulkan bahwa belajar atau menuntut ilmu itu penting dan sangat
bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Hal ini sesuai dengan firman Alloh dalam surat Al-Mujadalah ayat
11 disebutkan sebagai berikut :
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”5
5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, hal. 910.
11
Belajar sebagai proses psikologi terjadi dalam diri seseorang, oleh
karena itu sukar diketahui secara pasti bagaimana terjadinya. Karena
prosesnya begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar.
Secara global ada tiga teori belajar yakni :6
1) Teori belajar menurut Faculty-psychology (Ilmu Jiwa Daya)
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya
seperti daya berfikir, mengenal, mengingat, mengamat dan lain- lain.
Daya-daya ini dapat berkembang dan berfungsi apabila dilatih dengan
bahan-bahan dan cara-cara tertentu. Berdasarkan pandangan ini, maka
yang dimaksud dengan belajar ialah usaha melatih daya–daya itu agar
berkembang, sehingga kita dapat berfikir, mengingat dan sebagainya.
Cara yang digunakan ialah dengan menghafal, memecahkan soal-soal
dan berbagai kegiatan lainnya.
2) Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari assosiasi dari
berbagai tanggapan yang masuk ke dalam jiwa kita. Assosiasi itu
biasanya terbentuk berkat adanya hubungan stimulus-response,
disingkat S-R. Menurut pandangan ini, belajar berarti membentuk
hubungan-hubungan stimulus response dan melatih hubungan itu agar
bertalian erat. Belajar sifatnya mekanis, seperti mesin dan akhirnya
akan terbentuk kebiasaan-kebiasaan dan sejumlah ilmu pengetahuan.
Penyelidik aliran ini ialah : E.L. Thorndike.
3) Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt (Organis)
Menurut teori ini, jiwa manusia merupakan satu keseluruhan
yang bulat, bukan tanggapan-tanggapan (elemen-elemen). Jiwa
manusia bersifat hidup dan aktif, berinteraksi dengan lingkungan.
karena itu belajar menurut pandangan ini berarti mengalami, bereaksi
berbuatn berfikir, secara kritis.
6 Abu Ahmadi , op.cit., hal. 281
12
Beberapa asas belajar yang dikemukakan teori ini ialah :
a) Keseluruhan lebih dari jumlah bagian-bagian.
b) Belajar adalah suatu proses perkembangan.
c) Belajar adalah reorganisasi pengalaman.
d) Belajar lebih berhasil apabila berhubungan dengan minat,
keinginan dan tujuan anak.
e) Belajar adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus. 7
b. Motivasi Belajar
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan suatu hal yang
harus ada, karena motivasi terkandung makna adanya dorongan untuk
melakukan kegiatan/mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar
merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Ada atau
tidaknya motivasi dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa
terlibat secara aktif dalam pembelajaran atau bersikap pasif. Tentu saja
kondisi yang berbeda akan menghasilkan hasil belajar yang berbeda.
Supaya suatu proses pembelajaran efektif diperlukan tingkat motivasi
yang cukup tinggi. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan
terlibat secara aktif dalam belajar sehingga akan mencapai hasil belajar
yang diharapkan. Usaha membantu siswa menggunakan seluruh
potensinya untuk mencapai aktualisasi diri yang maksimal merupakan
tugas dan tanggung jawab guru. Guru diharapkan dapat mengarahkan
siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatikan
motif atau tujuan pribadi siswa.
Jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis yaitu,
motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik ditandai
dengan dorongan yang berasal dalam diri siswa untuk berprilaku tertentu.
Siswa berinisiatif sendiri untuk berusaha mencari sumber yang dapat
digunakan untuk belajar, tanpa harus ada penugasan dari guru. Sedangkan
motivasi ekstrinsik sangat dipengaruhi faktor dari luar siswa. Guru dapat
melakukan tindakan atau kegiatan untuk mengubah motivasi siswa dalam
7 Ibid.
13
pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pengajaran guru
harus menarik, menantang siswa berpikir dan berperan aktif akan
mempengaruhi motivasi siswa secara positif, sebaliknya apabila guru
tidak bersemangat, tidak kreatif dalam mengajar atau cenderung
membosankan tingkat motivasi siswa menjadi rendah.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor internal yang datang dari individu maupun faktor yang eksternal
yang datang dari lingkungan indivdu. Faktor internal yang mempengaruhi
hasil belajar terdiri dari dua aspek, yaitu fisiologis (yang bersifat
jasmaniah) dan aspek psikologis. Faktor- faktor psikis memiliki peran
yang sangat menentukan di dalam belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut :
1) Faktor Intern
Faktor yang berasal dari anak itu sendiri, yang meliputi :
a) Faktor Psikologis
(1) Tingkat intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui /
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar,
tinggi rendahnya intelegensi siswa akan mempengaruhi hasil
belajar.
(2) Minat
Minat merupakan kecenderungan untuk memperhatikan
dan berbuat sesuatu, minat siswa terhadap pelajaran akan
banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan belajarnya
14
(3) Bakat
Merupakan kemampuan potensial pada anak, yang
akan menjadi aktual jika sudah melalui proses belajar / latihan.
Dengan adanya bakat membuat anak hanya memerlukan
waktu sedikit dalam menyelesaikan sesuatu, termasuk dalam
hal pencapaian hasil belajar.
(4) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan
mempengaruhi dalam setiap usaha dan kegiatan seseorang.
Hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya dalam
belajar yang pada akhirnya akan memungkinkan pencapaian
hasil belajar yang tinggi.
(5) Kematangan
Kematangan merupakan kondisi siap baik jasmani
maupun rohani untuk melakukan aktivitas belajar. Tanpa
adanya kematangan akan menyulitkan proses belajar.
Kematangan tiap anak untuk melakukan aktivitas belajar
tidaklah sama, disamping faktor umur juga karena faktor
pembawaan.
(6) Konsentrasi dan perhatian
Hanya dengan perhatian dan konsentrasi anak dapat
memahami dan menyerap pelajaran. Anak dengan kemampuan
konsentrasi tinggi dan perhatian yang terfokus terhadap belajar
akan lebih mudah meraih sukses, daripada anak yang kurang
mempunyai daya konsentrasi dan kekuatan perhatian.
(7) Kepribadian
Kepribadian seseorang seperti ketekunan, daya saing,
ketabahan, atau kondisi pribadi yang mudah putus asa, takut
gagal, cemas, rendah diri, besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan belajar.
15
b) Faktor Fisik
Faktor fisik yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar
diantaranya adalah :
(1) Kesehatan, penyakit kronis
(2) Cacat fisik
(3) Gangguan panca indera
(4) Kelelahan
Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang
memungkinkan seorang anak untuk dapat belajar, dan sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar karena belajar tidak
hanya melibatkan aspek pikir dan aspek psikologis lainnya, namun
yang tak kalah penting adalah adanya keterlibatan aspek fisik.
2) Faktor Ekstern
Merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak, yang
termasuk faktor ekstern adalah :
a) Keadaan keluarga
Keadaan keluarga yang turut berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar antara lain kondisi ekonomi, status anak
dalam keluarga, pendidikan orang tua, hubungan antar anggota
keluarga dan sebagainya.
b) Faktor sekolah
Banyak faktor dari sekolah yang berperan mempengaruhi
keberhasilan belajar, diantaranya adalah kualitas guru, pengajar,
hubungan antar anggota sekolah, kurikulum yang dipakai,
kedisiplinan yang ditegakkan di sekolah, kondisi gedung dan
fasilitas sekolah, suasana lingkungan sekolah dan sebagainya.
c) Lingkungan masyarakat
Anak sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari
interaksi dengan orang lain beserta lingkungan. Lingkungan yang
turut mempengaruhi belajar antara lain, teman pergaulannya, adat
16
/ kebiasaan masyarakatnya, kondisi alam tempat tinggalnya serta
tata tertib yang berlaku di masyarakat.8
d. Hasil Belajar
Hasil Belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa
setelah melalui kegiatan belajar. Berbagai pemikiran mengenai taksonomi
hasil belajar telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan dewasa ini,
Bloom sebagaimana dikutip oleh Briggs mengklasifikasikan hasil belajar
menjadi tiga ranah, yaitu : ranah kognitif, ranah sikap, dan ranah
psikomotor. ”Setiap ranah dapat diklasifikasikan yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisa, sintesis dan evaluasi.” 9
Dari Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu
adalah merupakan hasil dari perubahan tingkah laku yang diperoleh
sebagai tujuan dari perbuatan belajar yang dilakukan, contohnya: siswa
belajar membaca tadinya belum bisa membaca menjadi bisa membaca
dan lain sebagainya. Hasil belajar di sini dimaksudkan pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.10 Prestasi adalah suatu
bukti keberhasilan usaha yang dicapai.
Adapun yang dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian ini
yaitu kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang
diberikan guru setelah mengikuti proses belajar mengajar selama periode
tertentu.11
Robert Gagne meninjau prestasi belajar yang harus dicapai oleh
siswa dalam lima kategori :
8 Lilik Sriyanti, Psikologi Pendidikan, Salatiga : STAIN Salatiga Press, 2003, hal. 7.
9 Nashar H, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran , Jakarta
: Delia Press, 2004, hal. 77. 10
Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1995, hal. 51. 11
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Bina Aksara, 1995, hal. 51.
17
1) Informasi verbal
Yaitu tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat
diungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain.
Siswa harus mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan baik
yang bersifat praktis maupun teoritis.
2) Kemahiran intelektual
Kemahiran intelektual menunjuk pada “knowing how”, yaitu
bagaimana seseorang berhubungan dengan lingkungan hidup dan
dirinya sendiri. Gagne membagi kemahiran intelektual menjadi empat
kategori yang diurutkan secara hierarkhis, yaitu subkemampuan yang
di bawah menjadi landasan bagi subkemampuan yang di atasnya.
Adapun empat subkemampuan tersebut adalah :
a) Diskriminasi jamak (Multiple discrimination), yaitu kemampuan
seseorang dalam membedakan antara objek yang satu dan objek
yang lain.
b) Konsep (Consept), yaitu satuan arti yang mewakili sejumlah objek
yang mempunyai ciri-ciri yang sama, yang dapat dilambangkan
dalam bentuk kata.
c) Kaidah (Rule), dua konsep atau lebih yang jika dihubungkan satu
sama lain, maka terbentuk suatu ketentuan yang mewakili suatu
keteraturan.
d) Prinsip (Higher-order rule), yaitu terjadinya kombinasi dari
beberapa kaidah, sehingga terbentuk suatu kaidah yang lebih
tinggi dan lebih kompleks.
3) Pengaturan kegiatan kognitif
Kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan
berpikir. Orang yang mampu mengatur dan mengarahkan aktivitas
mentalnya sendiri dalam bidang kognitif akan dapat menggunakan
semua konsep dan kaidah yang pernah dipelajari jauh lebih efisien
dan efektif, daripada orang yang tidak berkemampuan demikian.
18
4) Sikap
Sikap tertentu seseorang terhadap objek.
5) Ketrampilan motorik
Ketrampilan motorik yaitu seseorang yang mampu melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan
mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan
secara terpadu.12
Bloom mengemukakan ada tiga tipe prestasi belajar, yaitu :
1) Kognitif
Adalah keberhasilan belajar yang diukur oleh taraf penguasaan
intelektualitas. keberhasilan ini biasanya dilihat dengan bertambahnya
pengetahuan siswa.
2) Afektif
Adalah keberhasilan belajar yang diukur dalam taraf sikap dan
nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai
tingkah laku seperti berakhlak mulia, disiplin, mantaati norma-norma
yang baik.
3) Psikomotorik
Adalah keberhasilan belajar dalam bentuk skill (keahlian) bisa
dilihat dengan adanya siswa yang mampu mempraktekkan hasil
belajar dalam bentuk yang tampak.
2. Metode Sosiodrama
Metode Sosiodrama adalah bentuk metode mengajar dengan
mendramakan atau memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial.
Metode Sosiodrama dapat memberikan penghayatan yang lebih luas kepada
siswa terhadap materi pelajaran. Misalnya: dalam menerangkan bagaimana
sikap teguh pendirian dan dermawan seorang muslim dalam kehidupan
sehari-hari dan lain sebagainya.
12
Sri Esti Wuryanti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Grasindo, 2008, hal. 217
19
Metode sosiodrama dan bermain peran cocok digunakan bila mana :
a. Pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan peristiwa yang dialami dan
menyangkut orang banyak berdasarkan pertimbangan didaktis.
b. Pelajaran tersebut dimaksudkan untuk melatih siswa agar menyelesaikan
masalah-masalah yang bersifat psikologis.
c. Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberikan kemungkinan
bagi pemahaman terhadap orangkain beserta permasalahannya.13
Beberapa kelebihan dari metode sosiodrama, yaitu :
a. Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian.
b. Metode ini akan lebih menarik perhatian anak, sehingga suasana kelas
lebih hidup.
c. Anal-anak dapat menghayati suatu peristiwa, sehingga mudah mengambil
kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri.
d. Anak dilatih unutuk dapat menyusun buah pikiran dengan teratur.
Beberapa kelemahan dari metode sosiodrama, yaitu :
a. Metode ini membutuhkan waktu yang cukup panjang.
b. Memerlukan persiapan yang teliti dan matang (memerlukan banyak
kreasi guru).
c. Kadang-kadang anak-anak tidak mau memerankan suatu adegan, karena
malu.
d. Apabila pelaksanaan dramatisasi gagal, kita tidak dapat mengambil
kesimpulan apa-apa, dalam arti tujuan pendidikan tidak dapat tercapai.14
Model pembelajaran sosiodrama mempunyai langkah- langkah sebagai
berikut :
a. Guru menyusun atau menyiapkan sekenario yang akan ditampilkan.
b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari sekenario dua hari sebelum
KBM.
c. Guru membentuk kelompok sosial yang anggotanya 5 orang
13
M. Basyirudin Us man, Metode Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Ciputat Press, 2010,
hlm. 51 14
Zuhairini H, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama , Surabaya : Usaha Nasional, 1983,
hal. 101
20
d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan sekenario
yang sudah di siapkan.
f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil
memperhatikan, mengamati sekenario yang sedang diperagakan.
g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas
sebagai lembar kerja untuk membahas.
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
i. Evaluasi
j. Penutup.15
Alasan peneliti memilih metode sosiodrama adalah siswa senang
dengan bermian peran sesuai dengan pokok bahasan meneladani sikap teguh
pendirian dan dermawan dalam kehidupan sehari-hari, mempraktekkan dari
sikap teguh pendirian dan dermawan secara langsung.
Metode Sosiodrama dalam Aqidah Akhlak bertujuan:
a. Untuk menjelaskan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang
banyak dan berdasarkan pertimbangan didaktis, lebih baik di
dramatisasikan daripada diceritakan karena akan lebih jelas dan dapat
dihayati oleh anak-anak
b. Untujk melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-
masalah yang bersifat psikologis.
c. Untuk melatih anak agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi
pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. 16
3. Materi Membiasakan Akhlaq Terpuji.
Akhlak terpuji artinya sifat atau perilaku yang baik yang dimiliki
seseorang. Perilaku baik tersebut dapat menjadikan dirinya disukai dan
dicintai oleh orang lain sehingga dirinya akan menjadi teladan kebaikan bagi
orang lain.
15
Saminanto, Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas), Semarang : RaSAIL.Media
Group, 2010, hlm. 39. 16
Ibid, hal. 102.
21
Dalam mata pelajaran Akidah Akhlak kelas V semester II pada materi
akhlak terpuji 2 mencakup dua kompentensi dasar, yaitu :
d. Membiasakan sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupan
sehari-hari.
e. Membiasakan akhlak yang baik dalam hidup bertetangga dan
bermasyarakat.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil materi akhlak terpuji tentang
teguh pendirian dan dermawan.
a. Teguh pendirian
Teguh pendirian berarti memegang teguh apa yang menjadi
pendapatnya. Orang yang memiliki teguh pendirian tidak akan mudah
terpengaruh orang lain. Meskipun banyak orang yang berpendapat
berbeda dengan dirinya. Tetapi dia tetap mempertahankan pendapatnya,
orang seperti ini tidak suka mencari muka atau mengorbankan
pendapatnya hanya untuk menyenangkan orang lain.
b. Dermawan
Dermawan berarti orang yang dengan sukarela atau ikhlas
memberikan bantuan. Sifat dermawan merupakan sifat sika memberikan
hak miliknya kepada orang lain agar dapat dimanfaatkan tanpa
mengharapkan imbalan apapun. Agama islam mengajarkan kita hidup
tidak hanya memikirkan diri sendiri, melainkan juga memikirkan keadaan
orang lain. Manusia yang berjiwa sosial, pemurah, suka memberi, suka
menolong, senang beramal dan bersedekah, Alloh pun akan membalasnya
dengan hal-hal yang baik.17
Artinya : “Perumapamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan
Alloh seperti butir biji yang menunjukkan tujuh tangkai, pada setiap
17
Wiyadi, Membina Akidah dan Akhlak Kelas V, Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2009. hlm. 78.
22
tangkai ada seratus biji. Alloh melipat gandakan bagi siapa yang Dia
kehendaki, dan Alloh Maha Luas, Maha Mengetahui” (Q.S. al-Baqoroh :
261)18
4. Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak Terpuji Melalui Metode Sosiodrama
Dalam pelaksanaan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar
Akidah Akhlak pada materi akhlak terpuji melalui metode sosiodrama dengan
tema teguh pendirian dan dermawan, ada beberapa langkah sebagai berikut :
a. Menyiapkan skenario yang akan ditampilkan tentang teguh pendirian dan
dermawan.
b. Membentuk kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 5
anak.
c. Menunjuk salah satu kelompok untuk mendramatisasikan skenario yang
sudah dipersiapkan.
d. Membagi tugas dan peran masing-masing anak sesuai dengan skenario
Peran 1 : sebagai orang yang dermawan (2 anak)
Peran 2 : sebagai orang yang kikir (2 anak)
Peran 3 : sebagai orang pengemis (1 anak)
e. Kelompok lain duduk sambil memperhatikan dan mengamati drama yang
sedang diperankan.
f. Ketika kelompok yang pertama selesai memainkan peran dilanjutkan
dengan kelompok berikutnya.
g. Setelah selesai pementasan, kemudian diberikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) untuk dikerjakan.
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
i. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembahasan
Dengan metode ini akan lebih menarik perhatian anak, menyenangkan
dan tidak membosankan serta anak dapat menghayati suatu peristiwa
sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri.
Maka peneliti bisa menarik suatu kerangka atau kesimpulan bahwa metode
18
Departemen Agama RI, op.cit,
23
sosiodrama merupakan solusi yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar
akidah akhlak pada materi membiasakan akhlak terpuji. Dan mengatasi
kurangnya perhatian siswa, keaktifan siswa dan hasil belajar siswa atau
kurang bersemangatnya siswa dalam pembelajaran.
B. Telaah Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan heberapa
penelitian yang dilakukan terdahulu relevansinya dengan judul skripsi ini.
Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah :
1. Skripsi Khoirul Inayah NIM : 3102179 mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang Tahun 2007 yang berjudul "Efektivitas model ATI
(aptitude treatment interaction) pada pembelajaran Al-Qur'an" didalamnya
berisi pembelajaran ATI Al-Quran untuk mengetahui aptidute diperoleh
melalui pengukuran cara membaca, menulis dan hafalan Al-Quran peserta
didik dengan tahapan treatment awal, pengelornpokan peserta didik kelas
VIII A dan VIII C, memberikan perlakuan (treatment), Efektivitas
Pembelajaran ATI dinilai dari terjadinva peningkatan atau tidak antara tes
pertama dengan tes sesudah dilakukan treatment, Di SLTP H Isriati
Baiturrahman Semarang pembelajaran ATI Al-Qur'an sangat efektif
berdasarkan data nilai sesudah dilakukan treatment terjadi kenaikan dari pada
tes awal.
2. Kajian yang juga mempunvai kesamaan dengan penelitian skripsi ini adalah
Yuni Ifayati NIM 3102232 mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang tahun 2006 yang berjudul Implementasi Model Cooperative
Learning dalam pembelajaran PAI di SMP Semesta Semarang di dalamnya
berisi implementasi Cooperative Learning dalam pembelajaran PAI di SMP
Semesta Semarang, kesimpulannya bahwa Cooperative Learning merupakan
model pembelajaran yang menekankan aktivitas kooperatif peserta didik
dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang
sama dengan menggunakan berhagai macam aktifitas belajar guna
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memaharni materi pelajaran
24
dan memecahkan masalah secara kolektif yang mana harus memenuhi unsur
saling ketergantungan positif. (Positive Interdependence), tanggungjawab
perseorangan (Individual Accountability), tatap muka (Face to face
Interaction), ketrampilan sosial (Social Skill) dan proses kelompok (Group
Processing).
3. Model active learning juga pernah dilakukan oleh Khomisatun NIM 3102318
mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2007 yang
berjudul Implementasi Active Learning pada pembelajaran PAI di SMP
Negeri 02 Kebumen" yang di dalamnya berisi active learning merupakan
sebuah konsep pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua
anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu Active learning juga
dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada
proses pembelajaran dan menciptakan suasana yang tidak menjenuhkan dan
membosankan.
Dari beberapa penelitian diatas mempunyai kesamaan dengan penelitian
yang sedang peneliti lakukan yaitu tentang efektivitas, sebuah metode atau model
pembelaiaran, akan tetapi penelitian peniliti mengarah pada penelitian tindakan
kelas dengan model pernbelajaran active learning dengan metode sosiodrama
yang tentunya berbeda dengan penelitian diatas jadi beberapa penelitian diatas
menjadi rujukan peneliti.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan (action research).
Sesuatu tindakan yang secara khusus diamati terus-menerus, dilihat plus-
minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya
maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat. 1. Hal ini sesuai dengan yang
dilakukan oleh peneliti.
Secara ringkas tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk
meningkatkan kualitas pelaksanaan praktik atau layanan pembelajaran.)
Penelitian tindakan menekankan kepada kegiatan (tindakan) dengan
mengujicobakan suatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata dalam skala mikro,
yang diharapkan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar.2
Fokus penelitian ini adalah terletak pada tindakan-tindakan alternatif
yang dibuat oleh peneliti, kemudian diuji cobakan dan di evaluasi apakah
tindakan itu dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa.
Beberapa keunikan dari Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya sebaga i
berikut :
1. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya untuk
memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. PTK
merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional guru
(tumbuhnya sikap profesional dalam diri guru) karena PTK mampu
membelajarkan guru untuk berpikir kritis dan sistematis, mampu
membiasakan–membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan.
2. Hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoritis atau dari hasil
penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang nyata dan
aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas.
1 Suharsimi Arikunto,dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2007, hlm. 2
2 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan , Jakarta : Bumi Aksara, 2006,
hlm. 70
26
3. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata dan jelas mengenai
hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
4. Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa,
dan lain- lain) dan peneliti dalam pemahaman kesepakatan tentang
permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan
tindakan (action).
5. PTK dilakukan hanya apabila ada keputusan kelompok dan komitme untuk
pengembangan, untuk meningkatkan profesionalisme guru dan untuk
memperoleh pengetahuan sebagai pemecahan masalah. 3
B. Tempat dan Waktu penelitian
1. Tempat penelitian di MI An Nur Deyangan Mertoyudan Magelang Tahun
Ajaran 2010/2011.
2. Penelitian Tindakan Kelas direncanakan dalam kurun waktu minggu ke-1
bulan April sampai dengan minggu ke-1 bulan Mei 2011
C. Subyek Penelitian
Jumlah siswa kelas V MI An Nur Deyangan Mertoyudan Kabupaten
Magelang yang dijadikan subyek penelitian ini adalah 15 anak, yang terdiri atas 7
laki- laki dan 8 perempuan. Karakterisitik siswa kelas ini secara lebih detail dapat
digambarkan sebagai berikut:
Usia rata-rata 12 tahun
Latar belakang keluarga atau orang tua mayoritas berpendidikan SD dan
berprofesi sebagai petani dan buruh.
Tingkat kemampuan siswa berdasarkan informasi pengamatan selama guru
kelasnya mengajar adalah 6 siswa cukup pandai, 5 siswa berkemampuan
sedang dan 4 siswa kurang/lambat dalam belajar.
Subyek penelitian yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
3 Suharsimi Arikunto dkk, Opcit, hlm. 62
27
1. Siswa kelas V MI An Nur Deyangan Mertoyudan Magelang Tahun Ajaran
2010/2011
Tabel 2. Data Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2010/2011
No Nama L P Tempat, tgl lahir Nama Orangtua
1 Vita Sudari P Magelang, 14-12-99 Suwardi
2 Titis Asjaryati P Magelang, 25-03-00 Jarwadi
3 Siti Marfuah P Magelang, 07-05-00 Hadi Mudayat
4 Ahmad Faiz L Magelang, 15-12-99 Fatkhurohman
5 Irfan L Jakarta, 29-07-99 Tumarjo
6 Ulul Azmi P Magelang, 25-09-99 Khalimi
7 Dayan L Yogyakarta, 02-05-00 Subekhi
8 M. Ikhwan L Magelang, 12-05-00 Isyadi
9 Kurnia P Magelang, 04-01-01 Giyono
10 M. Riyan L Magelang, 23-04-99 Ningsih
11 Ani Puji Lestari P Magelang, 08-02-01 Nurohmat
12 Dian Naili Fadilah P Magelang, 17-11-00 Lukman Hakim
13 Nur Aini Hafida P Magelang, 20-03-00 Mufid
14 Rudi Alamsyah L Magelang, 15-03-00 Agus Purwanto
15 Ardin L Magelang, 23-10-99 Suwardi
JUMLAH 7 8
Dari data siswa di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran akan dibagi menjadi
3 kelompok dengan berbagai peran seperti yang terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 3. Daftar Kelompok Pembagian Peran
No Nama L P Peran
1 Vita Sudari P Dermawan
2 Titis Asjaryati P Dermawan
3 Siti Marfuah P Kikir
28
4 Ahmad Faiz L Kikir
5 Irfan L pengemis
6 Ulul Azmi P Dermawan
7 Dayan L Dermawan
8 M. Ikhwan L Kikir
9 Kurnia P Kikir
10 M. Riyan L pengemis
11 Ani Puji Lestari P Dermawan
12 Dian Naili Fadilah P Dermawan
13 Nur Aini Hafida P Kikir
14 Rudi Alamsyah L Kikir
15 Ardin L pengemis
2. Peneliti sebagai pelaksana sekaligus guru dan berkolaborasi dengan guru
yaitu Iswatun Masruroh, S.Pd.I, di dalam melakukan pembelajaran ini.
D. Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh langsung dari lokasi penelitian, khususnya pada proses
pelaksanaan tindakan kelas, sedang untuk mendapatkan data peneliti
menggunakan beberapa metode untuk menggali informasi yang dibutuhkan.
Metode yang dipakai peneliti untuk mendapatkan informasi tersebut antara lain
sebagai berikut :
1. Pengamatan (Observasi)
Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data tentang keaktifan
siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas V semester 2 di MI An Nur
Deyangan Mertoyudan Magelang dengan menggunakan metode sosiodrama.
2. Tes
Metode tes oleh peneliti digunakan untuk mendapatkan data prestasi
belajar siswa setelah melaksanakan tindakan metode sosiodrama pada mata
pelajaran Akidah Akhlak kelas V semester 2 di MI An Nur Deyangan
29
Mertoyudan Magelang sebagai evaluasi setelah proses tindakan berlangsung.
Bentuk evaluasi berupa tes pilihan ganda.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari beberapa tahap. Secara
rinci digambarkan sebagai berikut :
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Siklus I penelitian dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan April tahun
2011 dengan pokok bahasan Sikap teguh pendirian dan dermawan. Tahapan
dan langkah- langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini tercakup kegiatan sebagai berikut:
1) Refleksi awal, yaitu peneliti melakukan perenungan berdasarkan
evaluasi terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak yang selama ini
dilakukan.
2) Penentuan fokus permasalahan dan pengkajian teori untuk memilih
solusi bagi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.
3) Menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan, dan instrumen
pengumpulan data selama penelitian tindakan ini dilaksanakan.
4) Menyusun naskah drama yang sesuai dengan pokok bahasan.
5) Memilih anak yang akan memainkan peran tokoh dalam naskah
drama.
6) Memberikan naskah drama kepada masing-masing anak yang telah
ditunjuk untuk bermain peran.
7) Metode yang digunakan adalah metode sosiodrama.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan peneliti menerapkan strategi pembelajaran
sesuai dengan RPP, menggunakan Metode Sosiodrama, pokok bahasan
yang diajarkan adalah Sikap teguh pendirian dan dermawan. Langkah-
langkah pelaksanaan meliputi :
1) Guru mengucapkan salam pembuka
30
2) Appersepsi dan menanyakan materi yang sudah dipelajari di rumah.
3) Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran mengenai pokok bahasan
Sikap teguh pendirian dan dermawan
4) Membaca naskah drama
5) Bertanya jawab seputar isi dari naskah drama
6) Siswa memberikan tanggapan seputar naskah drama yang telah
dibacakan
7) Bersama siswa membuat kesimpulan
8) Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang
Sikap teguh pendirian dan dermawan dengan menggunaka Metode
Sosiodrama.
9) Dicocokkan secara silang, setelah diketahui hasilnya kemudia guru
memberi tugas untuk pertemuan yang akan datang
10) Anak diberikan naskah drama untuk dipelajari di rumah
11) Guru memberi motivasi
12) Salam penutup
c. Observasi
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui
efektifitas metode sosiodrama dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dan
untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar (SKM) dalam mata pelajaran
Aqidah Akhlak, maka observasi difokuskan pada perhatian siswa,
keaktifan siswa, dan hasil prestasi belajar siswa terhadap penggunaan
metode sosiodrama. Untuk melakukan observasi terhadap situasi kelas
pada saat pembelajaran peneliti melaksanakan sendiri.
d. Tes
Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana penguasaan dan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran setelah melaksanakan
tindakan metode sosiodrama pada mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas V
semester 2 di MI An Nur Deyangan Mertoyudan Magelang sebagai
evaluasi setelah proses tindakan berlangsung.
31
e. Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan situasi
pembelajaran dan hasil peningkatan perhatian, keaktifan dan hasil prestasi
belajar di akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
situasi pembelajaran pada siklus I belum menunjukkan hasil yang
memuaskan. Ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, anak
cenderung bermain sendiri atau berbicara dengan teman sebelah, sebagian
anak ada yang sibuk sendiri dengan mengerjakan tugas mata pelajaran
yang lain, anak belum bisa memahami isi naskah drama yang telah
disajikan, keaktifan siswa masih kurang, anak cenderung pasif masih takut
ataupun malu bertanya terhadap guru tentang materi yang telah
disampaikan, hasil prestasi belajar siswa belum mencapai Standar
Ketuntasan Belajar Minimal yang telah ditentukan oleh madrasah, maka
dapat diketahui bahwa pembelajaran Aqidah Akhlak dengan metode
sosiodrama belum dapat meningkatkan perhatian, keaktifan, dan hasil
prestasi belajar siswa. Kelemahan-kelemahan dalam menggunakan
metode sosiodrama adalah waktunya terlalu panjang atau memakan waktu
yang cukup lama, kesulitan dalam memahami karakter tokoh, dan
kurangnya pemahaman mengenai isi drama.
Berdasarkan hal-hal di atas, pada siklus II peneliti menugaskan
kepada siswa untuk mempelajari naskah drama di rumah. Hal ini
bertujuan agar materi atau naskah drama benar-benar bisa dipahami anak,
anak bisa mengetahui watak dari masing-masing tokoh dan mengetahui isi
drama.
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Siklus II penelitian dilaksanakan pada minggu ketiga bulan April 2011
dengan materi pokok Sikap teguh pendirian dan dermawan, dengan indikator
pencapaian “memahami manfaat sikap teguh pendirian dan dermawan dalam
kehidupan sehari-hari”. Tahapan dan langkah- langkah yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut:
32
a. Perencanaan
1) Refleksi dari hasil siklus pertama
2) Penentuan fokus permasalahan dan pengkajian teori untuk memilih
solusi bagi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.
3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan pokok
bahasan dilengkapi dengan instrumen pengumpulan data selama
penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
4) Mengatur kelas agar anak bisa lebih nyaman dalam proses
pembelajaran
5) Mengumpulkan tugas anak dalam siklus I
6) Mengumpulkan naskah drama yang telah dipelajari anak
7) Anak-anak memainkan peran tanpa menggunakan naskah drama
8) Menggunakan metode sosiodrama
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran.
Langkah- langkah pembelajaran yang ditempuh adalah:
1) Guru mengucapkan salam
2) Apersepsi : menanyakan pelajaran minggu lalu.
3) Siswa menyusun tempat duduk biar lebih memperhatikan.
4) Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran menganai pokok bahasan
Sikap teguh pendirian dan dermawan dengan indikator pencapaian
mengidentifikasi manfaat sikap teguh pendirian dan dermawan dalam
kehidupan sehari-hari.
5) Melaksanakan drama tanpa menggunakan teks
6) Siswa memberikan tanggapan terhadap penampilan drama yang telah
disajikan
7) Guru melakukan tanya jawab seputar materi
8) Bersama siswa guru membuat kesimpulan.
9) Melaksanakan evaluasi
10) Dicocokkan secara silang, untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh
siswa.
33
11) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali
naskah drama yang telah diberikan
12) Guru memberikan motivasi kepada siswa
13) Salam penutup
c. Observasi
Sesuai dengan tujuan pembelajaran pada siklus I, maka observasi
pada siklus II ini masih peneliti fokuskan pada perhatian siswa, keaktifan,
dan hasil prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan metode sosiodrama.
d. Tes
Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana penguasaan dan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Akidah Akhlak setelah
melaksanakan tindakan metode sosiodrama pada siklus II sebagai evaluasi
setelah proses tindakan berlangsung.
e. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran pada
siklus kedua ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I yaitu siswa
lebih memperhatikan, siswa lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran,
siswa sudah mengurangi bermain dan bergurau di dalam kelas, aktif dalam
proses pembelajaran, siswa sudah mulai berani dan tidak malu bertanya
terhadap materi yang telah diberikan dan hasil prestasi belajar siswa lebih
baik dari siklus I. Namun demikian Standar Ketuntasan Belajar Mengajar
belum bisa tercapai, untuk itu peneliti akan melaksanakan Siklus III.
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III
Siklus III penelitian dilaksanakan pada minggu keempat bulan April
2011 dengan materi pokok sikap teguh pendirian dan dermawan, dengan
indikator pencapaian “meneladani sikap teguh pendirian dan dermawan dalam
kehidupan sehari-hari”. Tahapan dan langkah- langkah yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut:
34
a. Perencanaan
1) Refleksi dari hasil siklus kedua
2) Penentuan fokus permasalahan dan pengkajian teori untuk memilih
solusi bagi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.
3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan pokok
bahasan dilengkapi dengan instrumen pengumpulan data selama
penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
4) Mengatur kelas sedemikian rupa agar siswa lebih memperhatikan
5) Mengumpulkan tugas siswa pada siklus II
6) Menyusun tempat duduk siswa agar lebih menyenangkan
7) Naskah drama dikunpulkan da siswa bermain peran tanpa
menggunakan teks
8) Menggunakan metode sosiodrama
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran.
Langkah- langkah pembelajaran yang ditempuh adalah:
1) Guru mengucapkan salam
2) Apersepsi : menanyakan pelajaran minggu lalu.
3) Siswa menyusun tempat duduk biar lebih memperhatikan.
4) Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran menganai pokok bahasan
Sikap teguh pendirian dan dermawan dengan indikator pencapaian
meneladani sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupan
sehari-hari
5) Melaksanakan drama tanpa menggunakan teks
6) Siswa memberikan tanggapan terhadap drama yang telah disajikan
7) Guru melakukan tanya jawab seputar materi
8) Bersama siswa guru membuat kesimpulan.
9) Melaksanakan evaluasi
10) Dicocokkan secara silang, untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh
siswa.
35
11) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
12) Salam penutup.
c. Observasi
Sesuai dengan tujuan pembelajaran pada siklus II, maka observasi
pada siklus III ini masih peneliti fokuskan pada perhatian, keaktifan dan
hasil prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode
sosiodrama.
d. Refleksi
Berdasarkan pengamatan pembelajaran aqidah akhlak melalui
metode sosiodrama pada siklus III ini menunjukkan adanya peningkatan
dari siklus sebelumnya, siswa lebih perhatian, siswa lebih bersemangat
dalam mengikuti pelajaran, siwa cenderung diam dan tidak membuat
suasana kelas gaduh, aktif, siswa berlomba- lomba bertanya terhadap
materi yang telah disampaikan dan prestasi belajar siswa pengamatan
terhadap situasi pembelajaran pada siklus III ini sudah mengalami
peningkatan dan sudah mencapai hasil yang diharapkan dan sesuai dengan
Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM).
36
Model PTK memiliki bentuk seperti gambar di bawah ini :4
F. Instrumen Penelitian
Sedangkan instrument yang peneliti gunakan untuk menilai tingkat
keberhasilan peserta didik adalah :
1. Instrumen evaluasi.
Instrumen evaluasi adalah alat untuk memperoleh hasil yang telah
sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Sedang bentuk evaluasi yang
dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik adalah soal tertulis
sebanyak 10 soal, dimana setiap item yang benar nilai 1 dan salah 0. Di mana
kisi-kisi dari soal-soal tersebut adalah sebagai berikut :
a. Siswa dapat menjelaskan pengertian teguh pendirian.
b. Siswa dapat menjelaskan pengertian sifat dermawan
c. Siswa dapat membiasakan sikap teguh pendirian dalam kehidupan sehari-
hari
d. Siswa dapat membiasakan sikap dermawan dalam kehidupan sehari-hari.
4 Nizar A lam Hamdani dkk., Op.Cit, hlm.52
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS
Selanjutnya
37
2. Lembar observasi untuk peserta didik.
Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang harus diisi oleh
observer. Lembar observasi berisi aktifitas peserta didik dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini ada beberapa aspek yang menjadi bahan
pengamatan peneliti diantaranya :
a. Kehadiran peserta didik
b. Peserta didik aktif bertanya pada guru tentang materi
c. Peserta didik aktif berusaha menjawab pertanyaan dari guru
d. Peserta didik berani mengemukakan pendapat/gagasan
Tabel 4. Lembar Pengamatan
No Nama Siswa
Kehadiran
Siswa
Bertanya
pada Guru
tentang
materi
Berusaha
menjawab
pertanyaan
guru
Beran i
mengemukak
an pendapat /
gagasan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1
Jumlah Siswa
Jumlah Keaktifan
siswa
Prosentase
Rt2 prosentase kelas
G. Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap
kali melakukan penelitian. Semua data yang telah terkumpul tidak akan berarti
kalau tidak diadakan penganalisaan. Hasil dari penganalisaan akan memberikan
gambaran, arah serta tujuan dan maksud penelitian.
Penelitian ini menggunakan analisis statistik sederhana, yaitu dengan
analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskrip tif kuantitatif adalah
model analisis dengan cara membandingkan rata-rata prosentasenya, kemudian
kenaikan rata-rata pada setiap siklus. Disini yang dianalisis yaitu tentang
perhatian, keaktifan, dan hasil prestasi belajar siswa pada tiap siklus.
Analisis deskriptif kualitatif adalah model analisis dengan cara
memberikan data yang berupa informasi dalam bentuk kalimat yang memberi
38
gambaran ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata
pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang
baru (afektif), aktivitas siswa pada saat mengikuti pelajaran, perhatian, antusias
dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya.
H. Indikator Keberhasilan
Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes atau
dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis
deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator
keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan belajar
pelaksanaan metode sosiodrama pada mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas V
MI An Nur Deyangan Mertoyudan Magelang. Adapun tehnik pengumpulan data
yang berbentuk kuantitatif berupa data-data yang disajikan berdasarkan angka-
angka maka analisis yang digunakan yaitu prosentase dengan rumus sebagai
berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%
Keseluruhan data yang dikumpulkan digunakan untuk menilai keberhasilan
tindakan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:
1. Meningkatnya prestasi belajar Akidah Akhlak kelas V semester 2 di MI An
Nur Deyangan Mertoyudan Magelang setelah melakukan tindakan dengan
menggunakan metode sosiodrama yang ditandai rata-rata nilai hasil kuis lebih
dari 7,0. Dan rata-rata siswa yang mendapat nilai tersebut adalah >70 %.
2. Adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran
Akidah Akhlak kelas V semester 2 di MI An Nur Deyangan Mertoyudan
Magelang setelah melakukan tindakan dengan menggunakan metode
sosiodrama.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Siklus I
Dalam pelaksanaan siklus I mengacu pada rencana pembelajaran
dengan menggunakan sosiodrama dengan pokok bahasan sikap teguh
pendirian dan dermawan. Pada setiap pertemuan dipandu dengan
menggunakan instrument berupa silabus pembelajaran, rencana pembelajaran
(RPP) dan alat evaluasi berupa soal.
Pada pertemuan pertama guru membagi siswa menjadi 3 kelompok,
secara bergantian setiap kelompok mendramatisasikan naskah drama dengan
cara membaca naskah drama.
Pada pelaksanaan siklus I dapat diketahui keaktifan siswa dalam
pembelajaran setelah menggunakan metode sosiodrama seperti terlihat dalam
tabel berikut ini.
Tabel 5. Keaktifan Siswa pada Siklus I
Aspek yang Dinilai F %
1. Keaktifan bertanya 4 26,67
2. Menjawab pertanyaan 6 40
3. Mengerjakan tugas 10 66,67
4. Mengemukakan pendapat 4 26,67
Rata-rata prosentase keaktifan siswa 40 %
Dari tabel tersebut dapat diketahui keaktifan siswa dalam
pembelajaran yang menggunakan sosiodrama memperoleh 40% dari 15
siswa. Keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan serta dalam
mengemukakan pendapat masih rendah, sehingga siswa cenderung pasif.
40
Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran
pada kegiatan akhir, peneliti mengadakan evaluasi.
Dari hasil pelaksanaan siklus I diperoleh hasil belajar sebagaimana
dalam tabel berikut
Tabel 6. Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Hasil Belajar Siswa Keterangan
1. Jumlah siswa tuntas belajar atau mendapat nilai > 70 6
2. Jumlah siswa belum tuntas belajar / mendapat nilai < 70 9
3. Jumlah siswa 15
4. Rata-rata nilai siswa 65,2
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari 15 siswa masih ada 9
siswa yang belum berhasil mencapai ketuntasan belajar. Hasil belajar pada
siklus I ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan atau yang diharapkan.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa 65,2 dengan nilai terendah 56 dan nilai
tertinggi 76. Namun jika dibandingkan dengan pelaksanaan evaluasi sebelum
menggunakan metode sosiodrama, hasil evaluasi pada siklus I sudah
menunjukkan peningkatan nilai rata-rata dari 63 menjadi 65,2.
Pada pelaksanaan siklus I, keaktifan siswa masih kurang baik dalam
bertanya, menjawab pertanyaan maupun dalam mengemukakan pendapat.
Ada beberapa siswa yang tidak konsentrasi dengan pelajaran, siswa kurang
percaya diri, dan juga masih malu untuk menanyakan hal-hal yang belum
diketahui, baik kepada guru maupun kepada teman sekelompoknya. Hal ini
disebabkan karena anak belum menguasai naskah drama. Karena dalam
mendramatisasikan anak masih membaca naskah drama.
Dengan keaktifan belajar siswa yang masih kurang menyebabkan
hasil belajar siswa masih rendah, belum memenuhi Standar Ketuntasan
Belajar Minimal (SKBM).
41
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, peneliti harus
memperbaiki kinerja pada siklus II dengan cara memberi naskah drama
kepada siswa untuk dipelajari di rumah agar lebih menguasai dan memahami
setiap karakter tokoh.
2. Pelaksanaan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi I pelaksanaan tindakan siklus II akan
dilakukan perbaikan tindakan. Dalam hal ini siswa lebih ditekankan untuk
mendramatisasikan naskah drama tanpa menggunakan teks agar lebih
menguasai dan menghayati karakter tokoh yang diperankan sehingga
kegiatan pembelajaran menjadi aktif. Peneliti menerapkan metode
sosiodrama dengan melakukan perbaikan di dalam perangkat pembelajaran
berupa RPP yang di dalamnya memuat metode sosiodrama dan soal evaluasi.
Di dalam pelaksanaan ini guru lebih menekankan keaktifan siswa dan
mengarahkan dalam kerja kelompok, guru lebih aktif dalam memotivasi
siswa agar siswa lebih menguasai dan menghayati karakter tokoh yang
diperankan, sehingga kelompok-kelompok lain akan tertarik dan pementasan
akan lebih menarik.
Hasil observasi pada pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 7. Keaktifan Siswa pada Siklus II
Aspek yang Dinilai F %
1. Keaktifan bertanya 9 60
2. Menjawab pertanyaan 8 53
3. Mengerjakan tugas 11 73,3
4. Mengemukakan pendapat 5 33,3
Rata-rata prosentase keaktifan siswa 54,9 %
42
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa keaktifan siswa dalam
metode sosiodrama pada pembelajaran aqidah akhlak menunjukan adanya
peningkatan dibanding dengan siklus I. Sebagian besar siswa sudah aktif
bertanya dan menjawab pertanyaan. Tetapi siswa merasa malu untuk
mengungkapkan pendapatnya. Nilai prosentase kelas 54,9% dari 15 siswa.
Hal ini akan mempengaruhi belajar siswa sebagaimana tabel berikut :
Tabel 8. Hasil Belajar Siswa Siklus II
No Hasil Belajar Siswa Keterangan
1. Jumlah siswa tuntas belajar atau mendapat nilai > 70 10
2. Jumlah siswa belum tuntas belajar / mendapat nilai < 70 5
3. Jumlah siswa 15
4. Rata-rata nilai siswa 70,9
Dari tabel di atas diketahui bahwa hasil pelaksanaan evaluasi pada
siklus II nilai rata-rata kelas 70,9. Dengan nilai terendah 63 dan nilai tertinggi
78 dari 15 siswa, ada 10 siswa yang berhasil mencapai nilai 70 ke atas
sedangkan siswa yang mendapat kurang dari 70 ada 5 siswa. Nilai rata-rata
kelas sudah sesuai dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM),
namun demikian masih ada 5 anak yang belum mencapai SKBM.
Selama proses pembelajaran pada siklus II keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran sudah ada peningkatan dibandingkan dengan siklus
I, walaupun belum maksimal yaitu dari 40% menjadi 54,9%. Begitu juga
dengan hasil belajar siswa juga menunjukkan adanya peningkatan dari 65,2
menjadi 70,9. Dari jumlah rata-rata tersebut sudah cukup baik. Namun masih
ada beberapa anak yang belum tuntas atau belum memenuhi SKBM yang
diinginkan. Dari data hasil belajar pada siklus II ini dari 15 siswa masih ada 5
siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Hal ini disebabkan siswa
tersebut kurang konsentrasi dalam pembelajaran. Untuk mengetahui masalah
43
tersebut, peneliti harus memperbaiki kinerja pada siklus III. Adapun bentuk
perbaikannya dengan cara menyusun tempat duduk agar siswa lebih
memperhatikan dan tidak membosankan sehingga dapat menunjang
pembelajaran yang dapat mengaktifan peserta didik.
3. Pelaksanaan Siklus III
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus II masih perlu dilakukan
tindakan untuk mencapai hasil yang maksimal. Adapun bentuk perbaikannya
dengan cara menyusun tempat duduk agar siswa lebih memperhatikan
sehingga dapat menunjang pembelajaran. Dalam pelaksanaan tindakan siklus
III, guru lebih aktif dalam memotivasi siswa untuk menanggapi hasil
pementasan dan memberikan pertanyaan, arahan untuk siswa yang kesulitan
mengemukakan pendapat. Guru juga mengarahkan siswa untuk saling
membantu dan menjelaskan kepada teman sekelompoknya yang belum
menguasai materi. Kemudian dilajutkan dengan masing-masing siswa
mengerjakan soal individual.
Hasil observasi pada pelaksanaan tindakan siklus III diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 9. Keaktifan Siswa pada Siklus III
Aspek yang Dinilai F %
1. Keaktifan bertanya 10 66,67
2. Menjawab pertanyaan 12 80
3. Mengerjakan tugas 15 100
4. Mengemukakan pendapat 10 66,67
Rata-rata prosentase keaktifan siswa 78,3 %
Berdasarkan tabel tersebut diketahui jumlah rata-rata prosentase jelas
78,3%. Dari berbagai aspek yang meliputi keaktifan bertanya, menjawab
44
pertanyaan, mengerjakan tugas dan mengemukakan pendapat mengalami
peningkatan. Perubahan strategi dalam pembelajaran mampu meningkatkan
penguasaan siswa pada materi pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, siswa
diberikan tes tertulis dan hasilnya memuaskan, seperti tabel di bawah ini :
Tabel 10. Hasil Belajar Siswa pada Siklus III
No Hasil Belajar Siswa Keterangan
1. Jumlah siswa tuntas belajar atau mendapat nilai > 70 13
2. Jumlah siswa belum tuntas belajar / mendapat nilai < 70 2
3. Jumlah siswa 15
4. Rata-rata nilai siswa 82,8
Dari tabel di atas diketahui hasil pelaksanaan evaluasi pada siklus III
mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata kelas 82,8 dari 15 siswa. Ada 13
siswa yang berhasil mencapai ketuntasan belajar dan dua orang siswa yang
belum mencapai ketuntasan belajar. Hasil belajar pada siklus III ini sudah
menunjukkan hasil yang memuaskan, dengan nilai rata-rata hasil tes tertulis
lebih dari SKBM.
Selama pembelajaran pada siklus III, keaktifan siswa mengalami
peningkatan. Siswa lebih banyak berani mengkomunikasikan idenya,
menanggapi pendapat orang lain serta meningkatnya kemauan bertanya
kepada temannya bila mengalami kesulitan, kerja kelompok juga semakin
meningkat.
Perubahan strategi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan merubah
posisi tempat duduk mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Meskipun
masih ada dua siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar siswa. Untuk
mengatasinya peneliti memberikan bimbingan khusus berupa penjelasan
kembali dan pemberian tugas.
45
B. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I,
siklus II, siklus III mengalami peningkatan. Peningkatan ini dicapai setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode sosiodrama
sebagaimana teori belajar menurut ilmu jiwa Gestald. Menurut teori ini, jiwa
manusia bersifat hidup dan aktif, berinteraksi dengan lingkungan karena itu
belajar menurut pandangan ini berarti mengalami bereaksi, berbuat, dan berfikir
secara kritis sehingga akan diperoleh hasil belajar. 1, dalam teori belajar menurut
ilmu jiwa asosiasi. Menurut teori ini jiwa manusia terdiri dari asosiasi dari
berbagai tanggapan yang masuk ke dalam jiwa. Manusia berkat adanya stimulus-
response, belajar berarti membentuk hubungan-hubungan stimulus respon dan
melatih hubungan itu agar bertalian erat serta membentuk kebiasaan-kebiasaan.
1. Siklus I
Pada siklus I guru menjelaskan materi pelajaran pada siswa dengan
menggunakan metode sosiodrama. Berdasarkan hasil penelitian tindakan
siklus I diketahui dari hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Hal ini diketahui nilai rata-rata tes tertulis siswa sebesar 65,2 dan baru 6
siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar. Keaktifan siswa dalam
mengikuti pelajaran masih kurang dengan perolehan nilai rata-rata prosentase
40%. Hal ini disebabkan karena siswa masih kurang dapat menerima
pembagian kelompok yang hiterogen, tingkat kerja sama antar siswa dalam
kelompok masih kurang dan rendahnya kesadaran siswa untuk
menyumbangkan nilai bagi kelompoknya. Siswa juga masih bingung dan
belum terbiasa dengan aturan yang dilakukan dalam metode sosiodrama. Dari
pengamatan selama pembelajaran berlangsung dapat dilihat bahwa siswa
kurang dapat mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, mereka cenderung
asyik dengan diri sendiri dan kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini
dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran yang
diterapkan.
1 Abu Ahmadi, Psiko logi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta, 1999, hlm. 280.
46
Berdasarkan uraian di atas, masih perlu diadakan perbaikan untuk
proses pembelajaran selanjutnya. Guru meningkatkan hasil belajar siswa
dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan antara lain lebih
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, memotivasi siswa untuk berperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Siklus II
Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus II terlihat adanya
peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus ini, nilai
rata-rata kelas sebesar 70,9 dan siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar
mencapai 10 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas ada 5 siswa.
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah meningkat meskipun
belum optimal yaitu dari 40% menjadi 54,9%.. Sebagian siswa kurang
konsentrasi dalam pembelajaran serta merasa malu untuk mengungkapkan
pendapatnya.
Dengan hasil penelitian tersebut, guru perlu meningkatkan hasil
belajar dengan melakukan perbaikan-perbaikan yang dilakukan antara lain
guru lebih menekankan kegiatan siswa dan mengarahkan dalam kerja
kelompok. Guru lebih aktif dalam memotivasi siswa agar siswa lebih
menguasai dan menghayati karakter tokoh yang diperankan, sehingga
pementasan akan lebih menarik. Guru juga perlu mengubah strategi
pembelajaran agar lebih mudah dikuasai siswa, maka perlu dilakukan
pembelajaran kembali pada siklus III mengalami peningkatan.
3. Siklus III
Pada siklus III hasil belajar siswa terlihat adanya peningkatan dari
siklus II. Perolehan nilai rata-rata siswa adalah 82,8. Hasil belajar pada siklus
III ini menunjukkan hasil yang memuaskan, dengan nilai rata-rata hasil tes
tertulis lebih dari SKBM. Pada siklus III ini diketahui hanya ada 2 siswa yang
belum mencapai ketuntasan belajar. Keaktifan siswa telah meningkat menjadi
78,3%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan indikator yang diinginkan telah
tercapai. Pencapaian hasil belajar pada siklus III disebabkan adanya
47
perbaikan dalam penerapan model pembelajaran. Pada siklus III lebih
mengoptimalkan kerja sama dan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
Siswa juga sudah bisa menerima pembagian kelompok yang heteroggen,
siswa berani menyampaikan ide- idenya dan sudah paham serta terbiasa
dengan pelaksanaan metode pembelajaran. Siswa akan mendapat motivasi
dari teman sekelompoknya karena semua anggota kelompok betanggung
jawab atas anggota kelompoknya tersebut.
Dengan adanya kerja sama antar anggota kelompoknya berarti siswa
telah melakukan interaksi sosial dalam proses pembelajaran. Sehingga
diharapkan akanterjalin sikap saling membantu antara anggota kelompok
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Tabel 11. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
No Siklus Nilai Rata-Rata
1 I 65,2
2 II 70,9
3 III 82,8
Berdasarkan tabel di atas, dari hasil evaluasi pada tindakan siklus I
sampai siklus III yang telah dilakukan mengalami peningkatan nilai rata-rata
sebesar 65,2 menjadi 82,8 maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode sosiodrama serta perubahan strategi dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak pada
materi akhlak terpuji dengan pokok bahasan sikap teguh pendirian dan dermawan
seperti terlihat dalam tabel berikut ini.
48
Tabel 11.
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan
Metode Sosiodrama
Nilai Sebelum Siklus I Siklus II Siklus III Ket
< 70 11 9 5 2 Tidak tuntas
> 70 4 6 10 13 Tuntas
Rata Kelas 61,1 65,2 70,9 82,8
Berdasarkan tabel di atas, dari hasil evaluasi sebelum menggunakan
metode sosiodrama dan sesudah menggunakan metode sosiodrama, dari siklus I
sampai siklus III dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Aqidah Akhlak dalam
materi sifat terpuji melalui penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam pelaksanaan
pembelajaran aqidah akhlak dengan menggunakan metode sosiodrama pada kelas
V MI Ma’arif An-Nur Deyangan Mertoyudan Magelang dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Penerapan metode sosiodrama sangat cocok untuk mata pelajaran Aqidah
Akhlak kelas V MI An Nur Deyangan, hal ini bukan disebabkan karena
sistem pengajaran yang diulang-ulang, tetapi karena adanya strategi dalam
setting kelas yang dapat meningkatkan pemahaman siswa, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak kelas V MI An Nur Deyangan
yaitu nilai rata-rata hasil prestasi belajar siklus I 65,2 dan pada siklus II 70,9
serta pada siklus III 82,8.
B. Saran
Dengan selesainya pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan metode sosiodrama pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas V
dengan pokok materi akhlak terpuji pada Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif An-Nur
Deyangan Mertoyudan Magelang ini, maka penulis memberikan saran,
diantaranya :
1. Pembelajaran dengan metode sosiodrama perlu dikembangkan dan diterapkan
pada pokok bahasan yang lain karena terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
2. Dalam seluruh pembelajaran, hendaknya peserta didik dilibatkan secara aktif,
baik secara fisik maupun secara psikis.
50
3. Dalam melakukan pembelajaran, seorang guru hendaknya melakukan
persiapan sedetail mungkin, agar proses pembangunan dapat berjalan dengan
lancar dan hasil belajar yang dicapai menjadi maksimal.
C. Penutup
Alhamdulillah laporan penelitian ini dapat penulis selesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari akan kekurangan penulis dalam segala hal. Hanya penulis
berharap Alloh SWT senantiasa memberikan kemanfaatan untuk apa yang telah
kita lakukan. Demikian halnya, semoga hasil penelitian ini bermanfaat untuk
penulis sendiri, MI Ma’arif An Nur Deyangan Mertoyudan Kabupaten Magelang,
dan siapapun yang membaca hasil penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Alloh-
lah penulis berserah diri dan mengharap keridhoannya, Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta, 1999.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, 2010.
Bahreisj Hussein, Hadits Shahih : Al-Jamius Shahih Bukhari-Muslim, Surabaya : CV Karya Utama, 1985
Darsono, Max dkk, Belajar dan Pembelajaran, IKIP Semarang Press, 2000.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta.
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Standar Kompetensi, Departemen Agama, Jakarta, 2004.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2008.
Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, Alumni, Bandung, 1986.
M.Basyiruddin Usman dan H.Asnawer, Media Pembelajaran, Delia Citra Utama,
Jakarta, 2010.
Nashar, H, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, Delia Press, Jakarta, 2003.
Saminanto, Ayo Praktik PTK : Penelitian Tindakan Kelas, Semarang, RaSAIL Media Group, 2010
Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1995.
Sriyanti, Lilik, Psikologi Pendidikan, STAIN SalatigaPress, 2003.
Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2007.
Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Bina Aksara, 1988.
Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1995.
Zuhairini, H dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usaha Nasional, Surabaya
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Bumi Aksara, 2006.
Lampiran 1.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
(RPP)
Satuan Pendidikan : MI An Nur Deyangan
Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak Kelas / Semester : V / II Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan).
Standar Kompetensi : Membiasakan akhlak terpuji Kompetensi Dasar : Membiasakan sikap teguh pendirian dan dermawan
dalam kehidupan sehari-hari Indikator : 1. Menjelaskan pengertian teguh pendirian 2. Menyebutkan keuntungan bersikap teguh
pendirian 3. Menyebutkan dampak negatif tidak bersikap
teguh pendirian. 4. Menjelaskan pengertian dermawan 5. Menyebutkan keuntungan bersikap dermawan.
6. Menyebutkan dampak negatif tidak bersikap dermawan.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian teguh pendirian
2. Siswa dapat menyebutkan keuntungan bersikap teguh pendirian 3. Siswa dapat menyebutkan dampak negatif tidak bersikap teguh pendirian.
4. Siswa dapat menjelaskan pengertian dermawan 5. Siswa dapat menyebutkan keuntungan bersikap dermawan. 6. Siswa dapat menyebutkan dampak negatif, tidak bersikap dermawan.
B. Materi Pembelajaran
1. Pengertian teguh pendirian dan dermawan 2. Keuntungan bersikap teguh pendirian dan dermawan.
C. Metode Pembelajaran
Ceramah
Sosiodrama Tanya jawab Penugasan
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan pendahuluan (apersepsi) a. Guru mengucapkan salam pembuka dan berdoa b. Guru menanyakan materi yang sudah dipelajari di rumah
c. Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran mengenai pokok bahasan sikap teguh pendirian dan dermawan
d. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok masing-masing kelompok
beranggotakan 5 anak 2. Kegiatan Inti
a. Guru menunjuk salah satu kelompok mendramatisasikan sekenario yang
sudah dipersiapkan dengan membaca teks drama. b. Bertanya jawab seputar isi dari naskah drama.
c. Siswa memberikan tanggapan seputar naskah drama yang sudah dibacakan
3. Kegiatan Akhir
a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan b. Evaluasi
c. Tindak lanjut, anak diberikan naskah drama untuk dipelajari di rumah. d. Doa penutup.
E. Media / Sumber Belajar
Buku aqidah akhlak kelas V Madrasah Ibtidaiyah
LKS PAI Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah Buku lain yang relevan.
F. Penilaian
1. Tehnik : Tertulis dan tes pengamatan
2. Bentuk : Isian dan pilihan ganda
Mengetahui
Kepala Madrasah
BAMBANG SUTRISNO, S.Pd.I.
NIP. 19740225 200501 1 002
Deyangan, …………………………..
Guru Pendidikan Agama Islam
M. MUHAIMIN
Lampiran 2.
SOAL SIKLUS I
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar pada lembar jawaban yang tersedia.
1. Orang yang bersifat teguh pendirian ..... Pendapatnya. a. Mudah goyah b. Tidak mudah goyah
c. Gampang dipengaruhi d. Suka berubah-ubah
2. Dermawan adalah orang yang …..
a. Suka pamer
b. Pelit c. Suka memberi
d. Rakus
3. Dengan sifat dermawan, Alloh SWT akan ….. rizki dari arah yang tidak
terduga. a. Menjauhkan
b. Melimpahkan c. Menahan d. Menanggugkan
4. Orang yang mudah berubah-ubah pikiran disebut ….
a. Teguh pendirian b. Ngotot c. Plin-plan
d. Keras hati.
5. Orang yang pelit merasa takut menjadi ….. a. Miskin b. Banyak harta
c. Kaya d. Konglomerat
6. Dermawan adalah perbuatan yang …..
a. Tercela
b. Terpuji c. Dilarang
d. Dibenci
7. Orang yang tidak punya pendirian hatinya akan mudah merasa …..
a. Bimbang b. Tenang
c. Aman
d. Nyaman
8. Orang yang suka memberikan bantuan dengan ikhlas disebut …..
a. Optimis b. Pesimis
c. Teguh pendirian d. Dermawan
9. Peribahasa “Bagaikan air di dalam talas” sangat sesuai untuk orang yang bersifat …..
a. Teguh pendirian b. Mudah terpengaruh orang lain c. Teguh hati
d. Bersemangat baja
10. Salah satu ciri-ciri orang yang teguh pendirian adalah ….. a. Mudah berubah-ubah b. Mudah goyah
c. Tidak mudah goyah d. Mudah dipengaruhi
II. Jawablah pertanyaan di bawah ini !
1. Jelaskan pengertian dari teguh pendirian ! 2. Sebutkan ciri-ciri orang yang mempunyai sifat teguh pendirian !
3. Apa kebaikan yang akan timbul jika kita dermawan ? 4. Jelaskan pengertian dari sifat dermawan ! 5. Sebutkan ciri-ciri orang yang dermawan !
Lampiran 3.
Lembar Jawaban Soal Siklus I
I 1. B 2. C
3. B 4. C 5. A
6. B 7. A
8. D 9. B 10. C
II 1. Orang yang memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya.
2. - Tidak mudah goyah pendapatnya - Tidak mudah terpengaruh orang lain - Tidak mudah berubah pikiran
3. - Akan disayang teman - Akan dilipatgandakan rejekinya
4. Orang yang dengan sukarela atau ikhlas memberikan bantuan kepada orang lain.
5. - Berjiwa sosial
- Suka memberi - Pemurah
- Suka beramal - Suka menolong
Lampiran 4.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
(RPP)
Satuan Pendidikan : MI An Nur Deyangan
Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak Kelas / Semester : V / II Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan).
Standar Kompetensi : Membiasakan akhlak terpuji Kompetensi Dasar : Membiasakan sikap teguh pendirian dan dermawan
dalam kehidupan sehari-hari Indikator : 1. Menjelaskan pengertian teguh pendirian 2. Menyebutkan keuntungan bersikap teguh
pendirian 3. Menyebutkan dampak negatif tidak bersikap
teguh pendirian. 4. Menjelaskan pengertian dermawan 5. Menyebutkan keuntungan bersikap dermawan.
6. Menyebutkan dampak negatif tidak bersikap dermawan.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian teguh pendirian
2. Siswa dapat menyebutkan keuntungan bersikap teguh pendirian 3. Siswa dapat menyebutkan dampak negatif tidak bersikap teguh pendirian.
4. Siswa dapat menjelaskan pengertian dermawan 5. Siswa dapat menyebutkan keuntungan bersikap dermawan. 6. Siswa dapat menyebutkan dampak negatif, tidak bersikap dermawan.
B. Materi Pembelajaran
1. Pengertian teguh pendirian dan dermawan 2. Keuntungan bersikap teguh pendirian dan dermawan.
C. Metode Pembelajaran
Ceramah
Sosiodrama Tanya jawab Penugasan
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan pendahuluan (apersepsi) a. Guru mengucapkan salam pembuka dan berdoa b. Guru menanyakan pelajaran minggu yang lalu
c. Guru membuka kesempatan tanya jawab kepada peserta didik mengenai materi yang belum jelas.
d. Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran mengenai pokok bahasan
sikap teguh pendirian dan dermawan 2. Kegiatan Inti
a. Guru menunjuk salah satu kelompok mendramatisasikan sekenario yang
sudah dipersiapkan tanpa membaca teks drama. b. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini.
d. Guru bertanya jawab seputar isi dari naskah drama. e. Siswa memberikan tanggapan seputar naskah drama yang telah
diperagakan.
3. Kegiatan Akhir a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan
b. Evaluasi c. Tindak lanjut, memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari kembali
naskah drama.
d. Guru memberikan motivasi kepada siswa. e. Doa penutup.
E. Media / Sumber Belajar
Buku aqidah akhlak kelas V Madrasah Ibtidaiyah
LKS PAI Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah Buku lain yang relevan.
F. Penilaian
1. Tehnik : Tertulis dan tes pengamatan
2. Bentuk : Isian dan pilihan ganda
Mengetahui
Kepala Madrasah
BAMBANG SUTRISNO, S.Pd.I.
NIP. 19740225 200501 1 002
Deyangan, …………………………..
Guru Pendidikan Agama Islam
M. MUHAIMIN
Lampiran 5.
SOAL SIKLUS II
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar pada lembar jawaban yang tersedia.
1. Sifat memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya disebut ….. a. Teguh pendirian b. Berkemauan keras
c. Ngotot d. Percaya diri
2. Walaupun seseorang hidup pas-pasan, ia tetap suka berinfaq. Sikap seperti ini
disebut …..
a. Adil b. Dermawan
c. Rendah diri d. Teguh pendirian
3. Orang yang dapat memegang teguh pendapatnya berarti ia memiliki sifat ….. a. Teguh hati
b. Teguh pendirian c. Keras hati d. Plin-plan
4. Kebalikan dari sifat teguh pendirian adalah …..
a. Teguh hati b. Ngotot c. Keras hati
d. Plin-plan
5. Berikut ini adalah ciri-ciri sifat dermawan, kecuali ….. a. Berjiwa sosial b. Pemurah
c. Suka mandiri d. Suka mengejek
6. Orang yang selalu memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya disebut …
a. Teguh hati
b. Teguh pendirian c. Plin-plan
d. Keras hati
7. Orang yang memiliki sifat dermawan akan ….
a. Jatuh miskin b. Hartanya berkurang
c. Dilipatgandakan rejekinya
d. Dijauhi teman
8. Orang yang dermawan akan …..
a. Disukai b. Dibenci
c. Dikucilkan d. Dimusuhi
9. Orang yang selalu berubah-ubah pikiran disebut ….. a. Teguh hati
b. Teguh pendirian c. Plin-plan d. Keras hati
10. Orang yang tidak mempunyai pendirian akan mudah merasa ….
a. Aman b. Nyaman c. Tenang
d. Bombing.
II. Jawablah pertanyaan di bawah ini ! 1. Apa arti peribahasa “Bagaikan air di daunt alas” ? 2. Apa janji Alloh terhadap orang yang dermawan ?
3. Apa arti dari sifat teguh pendirian ? 4. Sebutkan ciri-ciri orang yang mempunuai sifat dermawan !
5. Apa akibat jika kita tidak mempunyai sifat teguh pendirian ?
Lampiran 6.
Lembar Jawaban Soal Siklus II
I 1. A 2. B
3. B 4. D 5. D
6. B 7. C
8. A 9. C 10. D
II 1. Orang yang tidak mempunyai pendirian yang kuat 2. Alloh akan melipatgandakan rejekinya. 3. Orang yang memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya.
4. - Berjiawa sosial - Pemurah
- Suka memberi - Suka beramal
5. - Akan terpengaruh orang lain
- Mudah goyah - Suka berubah-ubah pikiran
Lampiran 7.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS III
(RPP)
Satuan Pendidikan : MI An Nur Deyangan
Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak Kelas / Semester : V / II Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan).
Standar Kompetensi : Membiasakan akhlak terpuji Kompetensi Dasar : Membiasakan sikap teguh pendirian dan dermawan
dalam kehidupan sehari-hari Indikator : 1. Menjelaskan pengertian teguh pendirian 2. Menyebutkan keuntungan bersikap teguh
pendirian 3. Menyebutkan dampak negatif tidak bersikap
teguh pendirian. 4. Menjelaskan pengertian dermawan 5. Menyebutkan keuntungan bersikap dermawan.
6. Menyebutkan dampak negatif tidak bersikap dermawan.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian teguh pendirian
2. Siswa dapat menyebutkan keuntungan bersikap teguh pendirian 3. Siswa dapat menyebutkan dampak negatif tidak bersikap teguh pendirian.
4. Siswa dapat menjelaskan pengertian dermawan 5. Siswa dapat menyebutkan keuntungan bersikap dermawan. 6. Siswa dapat menyebutkan dampak negatif, tidak bersikap dermawan.
C. Materi Pembelajaran
1. Pengertian teguh pendirian dan dermawan 2. Keuntungan bersikap teguh pendirian dan dermawan.
D. Metode Pembelajaran
Ceramah
Sosiodrama Tanya jawab Penugasan
E. Langkah-Langkah Pembelajaran
2. Kegiatan pendahuluan (apersepsi) a. Guru mengucapkan salam pembuka dan berdoa b. Guru menanyakan materi pelajaran minggu lalu
c. Guru bersama siswa merubah susunan tempat duduk agar pembelajaran bisa aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.
d. Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran mengenai pokok bahasan
sikap teguh pendirian dan dermawan dengan indikator pencapaian meneladani sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupans sehari-hari.
3. Kegiatan Inti a. Guru menunjuk salah satu kelompok mendramatisasikan sekenario yang
sudah dipersiapkan tanpa menggunakan teks drama. b. Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap drama yang sudah
didramatisasikan.
c. Siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. d. Guru melakukan tanya jawab seputar materi.
4. Kegiatan Akhir a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan b. Evaluasi
c. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran siswa untuk menguasai materi tentang teguh
pendirian dan dermawan. d. Doa penutup.
F. Media / Sumber Belajar
Buku aqidah akhlak kelas V Madrasah Ibtidaiyah
LKS PAI Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah Buku lain yang relevan.
G. Penilaian
1. Tehnik : Tertulis dan tes pengamatan
2. Bentuk : Isian dan pilihan ganda
Mengetahui
Kepala Madrasah
BAMBANG SUTRISNO, S.Pd.I.
NIP. 19740225 200501 1 002
Deyangan, …………………………..
Guru Pendidikan Agama Islam
M. MUHAIMIN
Lampiran 8.
SOAL SIKLUS III
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar
pada lembar jawaban yang tersedia. 1. Orang yang tidak mudah berubah pikiran disebut …..
a. Teguh pendirian b. Dermawan
c. Plin-plan d. Keras hati
2. Salah satu ciri-ciri orang yang teguh pendirian adalah ….. a. Mudah berubah-ubah
b. Mudah goyah c. Tidak mudah goyah d. Mudah dipengaruhi
3. Suka memberi adalah ciri-ciri orang yang …..
a. Teguh pendirian b. Dermawan c. Serakah
d. Pelit
4. Sifat dermawan dapat mendorong seseorang menjadi …. a. Berderma b. Tidak mau berbagi
c. Rakus d. Pelit
5. Harta yang kita miliki adalah …..
a. Milik kita
b. Warisan orang tua c. Milik orang tua kita
d. Titipan Alloh
6. Orang yang dermawan akan ….. orang lain
a. Disukai b. Dibenci
c. Dimusuhi d. Dikucilkan
7. Manusia yang berjiwa sosial, pemurah, suka memberi, suka menolong,
termasuk ciri orang yang mempunyai sifat ….. a. Pelit b. Serakah
c. Dermawan d. Teguh pendirian
8. Orang yang suka rela atau ikhlas memberikan bantuan disebut dengan ….
a. Pelit
b. Serakah c. Dermawan
d. Teguh pendirian
9. “Bagaikan air di daunt alas” ibarat dari orang yang memiliki sifat ….
a. Teguh pendirian b. Mudah terpengaruh orang lain
c. Teguh hati d. Bersemangat baja
10. Orang yang tidak mempunyai pendirian hatinya akan mudah merasa … a. Bimbang
b. Tenang c. Aman d. Nyaman
II. Jawablah pertanyaan di bawah ini !
1. Apa arti dari orang yang memiliki sifat dermawan ? 2. Sebutkan ciri-ciri orang yang dermawan ! 3. Apakah peribahasa yang sesuai dengan orang yang tidak mempunyai
pendirian ? 4. Apa keuntungan yang diperoleh dari orang yang dermawan ?
5. Apa arti dari sifat teguh pendirian ?
Lampiran 9.
Lembar Jawaban Soal Siklus III
I 1. A 2. C
3. B 4. A 5. D
6. A 7. C
8. C 9. B 10. A
II 1. Orang yang dengan suka rela atau ikhlas memberikan bantuan kepada orang
lain. 2. - Berjiwa sosial
- Suka memberi
- Suka menolong - Pemurah
- Suka beramal 3. Bagaikan air di daunt alas 4. - Akan dilipatgandakan rejekinya oleh Alloh SWT
- Akan disukai temannya 5. Orang yang memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya.
Lampiran 10.
Tabel Keaktifan Siswa pada Siklus I
No Nama Siswa
Mengerjakan
Tugas
Bertanya
pada Guru
tentang
materi
Berusaha
menjawab
pertanyaan
guru
Beran i
mengemukak
an pendapat /
gagasan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Vita Sudari
2 Titis A. √ √ √ √
3 Siti Marfuah √
4 Ahmad Faiz
5 Irfan √ √
6 Ulul Azmi
7 Dayan √ √ √ √
8 M. Ikhwan √
9 Kurnia √
10 M. Riyan √
11 Ani Puji L.
12 Dian Naili F. √ √ √ √
13 Nur Aini H. √ √
14 Rudi A. √ √ √ √
15 Ardin
Jumlah Keaktifan
siswa 10 4 6 4
Prosentase 66,67% 26,67 % 40% 26,67%
Rt2 prosentase kelas 40%
Lampiran 11.
Tabel Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I
No. Nama Siswa Nilai
1 Vita Sudari 60
2 Titis Asjaryati 76
3 Siti Marfuah 74
4 Ahmad Faiz 65
5 Irfan 71
6 Ulul Azmi 60
7 Dayan 72
8 M. Ikhwan 60
9 Kurnia 60
10 M. Riyan 58
11 Ani Puji Lestari 60
12 Dian Naili Fadilah 70
13 Nur Aini Hafida 62
14 Rudi Alamsyah 71
15 Ardin 60
Jumlah 978
Rata-rata 65,2
Lampiran 12.
Tabel Keaktifan Siswa pada Siklus II
No Nama Siswa
Mengerjakan
Tugas
Bertanya
pada Guru
tentang
materi
Berusaha
menjawab
pertanyaan
guru
Beran i
mengemukak
an pendapat /
gagasan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Vita Sudari √ √
2 Titis A. √ √ √ √
3 Siti Marfuah √ √
4 Ahmad Faiz √
5 Irfan √ √
6 Ulul Azmi √
7 Dayan √ √ √
8 M. Ikhwan √ √ √
9 Kurnia √ √ √
10 M. Riyan √ √
11 Ani Puji L. √
12 Dian Naili F. √ √ √ √
13 Nur Aini H. √ √
14 Rudi A. √ √ √ √
15 Ardin
Jumlah Keaktifan
siswa 12 9 8 5
Prosentase 80% 60% 53,33% 33,33%
Rt2 prosentase kelas 54,9%
Lampiran 13.
Tabel Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II
No. Nama Siswa Nilai
1 Vita Sudari 63
2 Titis Asjaryati 78
3 Siti Marfuah 70
4 Ahmad Faiz 75
5 Irfan 73
6 Ulul Azmi 66
7 Dayan 76
8 M. Ikhwan 75
9 Kurnia 66
10 M. Riyan 63
11 Ani Puji Lestari 63
12 Dian Naili Fadilah 73
13 Nur Aini Hafida 76
14 Rudi Alamsyah 73
15 Ardin 74
Jumlah 1.064
Rata-rata 70,93
Lampiran 14.
Tabel Keaktifan Siswa pada Siklus III
No Nama Siswa
Mengerjakan
Tugas
Bertanya
pada Guru
tentang
materi
Berusaha
menjawab
pertanyaan
guru
Beran i
mengemukak
an pendapat /
gagasan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Vita Sudari √ √ √
2 Titis A. √ √ √
3 Siti Marfuah √ √ √
4 Ahmad Faiz √ √ √ √
5 Irfan √ √ √ √
6 Ulul Azmi √ √
7 Dayan √ √ √ √
8 M. Ikhwan √ √
9 Kurnia √ √ √
10 M. Riyan √ √
11 Ani Puji L. √ √ √ √
12 Dian Naili F. √ √ √
13 Nur Aini H. √ √ √ √
14 Rudi A. √ √ √ √
15 Ardin √ √
Jumlah Keaktifan
siswa 15 10 12 10
Prosentase 100% 66,67% 84% 66,67%
Rt2 prosentase kelas 78,3%
Lampiran 15.
Tabel Prestasi Belajar Siswa pada Siklus III
No. Nama Siswa Nilai
1 Vita Sudari 80
2 Titis Asjaryati 95
3 Siti Marfuah 95
4 Ahmad Faiz 100
5 Irfan 80
6 Ulul Azmi 68
7 Dayan 85
8 M. Ikhwan 90
9 Kurnia 75
10 M. Riyan 69
11 Ani Puji Lestari 85
12 Dian Naili Fadilah 75
13 Nur Aini Hafida 90
14 Rudi Alamsyah 80
15 Ardin 75
Jumlah 1.242
Rata-rata 82,8
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : M. Muhaimin
2. Tempat & Tanggal Lahir : Magelang, 09 Agustus 1970
3. NIM : 093111202
4. Alamat Rumah : Pangonan RT.04 RW.07 Deyangan
Mertoyudan Magelang Jawa Tengah
5. HP : 081328372324
B. Riwayat Pendidikan
1. SDN Deyangan I Mertoyudan Magelang Lulus Tahun 1984
2. MTs N Mertoyudan Magelang Lulus Tahun 1987
3. PGAN Magelang Lulus Tahun 1990
4. DII STAIN Salatiga Lulus Tahun 2002
5. Mahasiswa IAIN Tahun Akademik 2009/2010
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya
Semarang, 19 Mei 2011 Penulis,
M. Muhaimin
NIM 093111202