Upaya Pengobatan Dasar Tinea Corporis

download Upaya Pengobatan Dasar Tinea Corporis

of 15

description

laporan PKM

Transcript of Upaya Pengobatan Dasar Tinea Corporis

UPAYA PENGOBATAN DASAR

SUSPEK TINEA CORPORIS

OLEH:dr. Titis Ummi Nur Jannati

PENDAMPINGdr. Dwi Retno S

UPTD PUSKESMAS AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 2015

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKATUPAYA PENGOBATAN DASAR

SUSPEK TINEA CORPORIS

Disusun olehdr. Titis Ummi Nur Jannati

Telah disahkan padaTanggal 2015

Pendamping

dr. Dwi Retno SNIP. 197403132006042017

BA

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PENDERITA Nama:Ny. S Umur:72 tahun Jenis kelamin:Perempuan Status:Menikah Pendidikan:SD Agama:Islam Pekerjaan:Ibu rumah tangga Alamat:Kupang Kidul RT I / RW V Dikirim oleh:Sendiri Nomor CM:010216 Tanggal periksa: 24 April 2015

II. SUBYEKTIFANAMNESAA. Keluhan utamaBercak bercak merah di bawah payudara melinggar hingga ke bawah ketiak.B. Keluhan tambahanGatal.C. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke Puskesmas Ambarawa dengan keluhan gatal-gatal pada bagian bawah payudara sejak 1 bulan sebelum berobat ke puskesmas. Mula-mula timbul lesi kulit berupa bercak merah yang gatal, terutama bila berkeringat. Oleh karena gatal dan digaruk, lesi akan makin meluas. Tampak beberapa beberapa bercak merah, bersisik, gatal dengan bentuk dan ukuran yang bervariari di bagian bawah payudara pasien Pasien mengatakan sudah berobat ke mantri, diberi obat minum dan oles, namun keluhan belum berkurang. Pasien mengeluh gatal bertambah ketika berkeringat. D. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat dengan keluhan yang sama disangkalb. Riwayat Hipertensi disangkalc. Riwayat DM disangkal d. Riwayat asma disangkale. Riwayat TB disangkalf. Riwayat penyakit jantung disangkalg. Riwayat alergi obat disangkalh. Riwayat alergi makanan disangkali. Riwayat merokok disangkal.j. Riwayat mondok disangkalk. Riwayat operasi disangkalE. Riwayat Keluargaa. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkalb. Riwayat hipertensi : disangkalc. Riwayat DM: disangkal d. Riwayat asma : disangkal

F. Riwayat Sosial EkonomiPasien tinggal bersama anak, menantu dan cucunya. Pasien mandi 2 kali sehari. Pasien sering berkeringat dan memiliki berat badan berlebih. Pasien mencuci baju menggunakan air bersih dan deterjen bubuk. Kesan ekonomi menengah kebawah dan biaya pengobatan ditanggung pemerintah secara gratis.

III. OBYEKTIFStatus PasienKeadaan Umum : BaikKesadaran : compos mentisVital sign Tekanan darah: 120/80 mmHgNadi:84 x/menitRR:18 x/menitSuhu:36,5o CTB: 154 cmBB: 70 kgStatus Generalis1. Pemeriksaan Kepala Bentuk kepala: Mesocephal, simetris, tanda radang (-)Rambut :Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merataMata :Simetris, edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+) normal isokor 3 mm, Telinga : Discharge (-), deformitas (-) Hidung : Dicharge (-/-), deformitas (-), nafas cuping hidung (-)Mulut : Bibir kering (-), bibir pucat (-),sianosis (-), lidah kotor (-) atrofi papil lidah (-)2. Pemeriksaaan Leher Inspeksi : deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)Palpasi : JVP 5+2 cm H2O3. Pemeriksaan Toraks Pulmo Inspeksi :Dinding dada simetris, retraksi interkostal (-), ketinggalan gerak (-), jejas (-), eksperium di perpanjangPalpasi : Vokal fremitus paru kanan sama dengan paru kiriPerkusi : Sonor di kedua lapang paruAuskultasi :Suara Dasar Vesikuler (+), RBH (-/-), RBK (-/-), Wh (-/-), CorInspeksi: ictus cordis tampak SIC V 2 jari lateral LMCSPalpasi : ictus cordis teraba pada SIC V 2 jari lateral LMCS, kuat angkat (-)Perkusi : batas jantung 1. Kanan atas SIC II LPSD2. Kanan bawah SIC IV LPSD3. Kiri atas SIC II LPSS4. Kiri bawah SIC V 2 jari lateral LMCSAuskultasi : S1 > S2, regular, murmur (-), gallop (-)4. Pemeriksaan AbdomenInspeksi : datar, spider nervi (-)Auskultasi : Bising usus (+) NormalPerkusi : Tympani, tes pekak alih (-), pekak sisi (-)Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)Hepar : tidak terabaLien : tidak teraba5. Pemeriksaan Ekstremitas Superior:oedem (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-) Inferior:oedem (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), refleks fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)

Status DermatologisRegio epicondriaca, hypocondriaca dextra et sinistra, dan axilla : makula eritema, anular, tersebar difus, berbatas tegas, pinggir lesi polisiklik dan agak meninggi, dengan papul dan vesikel di tepi. Daerah tengah relatif lebih tenang, skuama (+), likenifikasi (+).

IV. RINGKASANa. AnamnesaPasien mengeluh gatal-gatal pada bagian bawah payudara sejak 1 bulan sebelum berobat ke puskesmas. Tampak beberapa beberapa bercak merah, bersisik, gatal dengan bentuk dan ukuran yang bervariari di bagian bawah payudara pasien Pasien mengatakan sudah berobat ke mantri namun keluhan belum berkurang. Pasien mengeluh gatal bertambah ketika berkeringat.

b. Pemeriksaan FisikVital sign Tekanan darah: 120/80 mmHgNadi:84 x/menitRR:18 x/menitSuhu:36,5o CTB: 154 cmBB: 70 kgStatus Generalis1. Pemeriksaan Kepala Bentuk kepala: Mesocephal, simetris, tanda radang (-)Rambut :Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merataMata :Simetris, edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+) normal isokor 3 mm, Telinga : Discharge (-), deformitas (-) Hidung : Dicharge (-/-), deformitas (-), nafas cuping hidung (-)Mulut : Bibir kering (-), bibir pucat (-),sianosis (-), lidah kotor (-) atrofi papil lidah (-)2. Pemeriksaaan Leher Inspeksi : deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)Palpasi : JVP 5+2 cm H2O3. Pemeriksaan Toraks Pulmo Inspeksi :Dinding dada simetris, retraksi interkostal (-), ketinggalan gerak (-), jejas (-), eksperium di perpanjangPalpasi : Vokal fremitus paru kanan sama dengan paru kiriPerkusi : Sonor di kedua lapang paruAuskultasi :Suara Dasar Vesikuler (+), RBH (-/-), RBK (-/-), Wh (-/-), CorInspeksi: ictus cordis tampak SIC V 2 jari lateral LMCSPalpasi : ictus cordis teraba pada SIC V 2 jari lateral LMCS, kuat angkat (-)Perkusi : batas jantung 5. Kanan atas SIC II LPSD6. Kanan bawah SIC IV LPSD7. Kiri atas SIC II LPSS8. Kiri bawah SIC V 2 jari lateral LMCSAuskultasi : S1 > S2, regular, murmur (-), gallop (-)4. Pemeriksaan AbdomenInspeksi : datar, spider nervi (-)Auskultasi : Bising usus (+) NormalPerkusi : Tympani, tes pekak alih (-), pekak sisi (-)Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)Hepar : tidak terabaLien : tidak teraba5. Pemeriksaan Ekstremitas Superior:oedem (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-) Inferior:oedem (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), refleks fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)

Status DermatologisRegio epicondriaca, hypocondriaca dextra et sinistra, dan axilla : makula eritema, anular, tersebar difus, berbatas tegas, pinggir lesi polisiklik dan agak meninggi, dengan papul dan vesikel di tepi. Daerah tengah relatif lebih tenang, skuama (+), likenifikasi (+)

V. DIAGNOSISSuspek Tinea Corporis

VI. DIAGNOSIS BANDING1. Dermatitis Nummularis2. Psoriasis3. Pitiriasis Rosea

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan KOH 2. Lampu Wood 3. Pembiakan Sabouraud

VIII. PENATALAKSANAAN a. PromotifMemberikan penyuluhan mengenai penyakit Tinea Corporis secara lengkap. Meliputi, pengetahuan dasar tentang Tinea Corporis, menghindari pencetus.b. Preventif1. Fokus KeluargaKeluarga harus menjalankan pola hidup bersih dan sehat yaitu mandi teratur 2 kali sehari dan mencuci pakaian dengan bersih. Memberikan edukasi kepada keluarga yang lain terkait dengan kebersihan diri.2. Fokus lingkunganMenjaga kebersihan rumah. Hindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi jamurc. KuratifMedikamentosa : Cetirizine 1 x 10 mg Ketokonazole tablet 1 x 200 mg Ketokonazole salep 2 x perhari

d. Rehabilitatif1. Menyarankan kepada pasien untuk mandi secara teratur dan menggunakan pakaian yang menyerap keringat.2. Pemberian nutrisi yang cukup bagi tubuh

VIII. PROGNOSISQua Ad Vitam: ad bonamQua Ad Fungsionam: ad bonamQua ad Sanam: ad bonam

IX. KOMPLIKASIKomplikasi dari Tinea Corporis adalaha. Infeksi bakteri

TINJAUAN PUSTAKATINEA CORPORIS

A. DefinisiTinea corporis merupakan infeksi jamur dermatofita pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin) di daerah muka, lengan, badan, gan glutea.2 Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada paha. Dalam hal ini disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya tinea cruris et corporis.B. EpidemiologiTinea korporis dan kruris terdapat di seluruh dunia, terutama pada daerah tropis dan insiden meningkat pada kelembaban udara yang tinggi. Penyakit ini masih banyak terdapat di Indonesia dan masih merupakan salah satu penyakit rakyat.4 Di Jakarta, golongan penyakit ini menempati urutan kedua setelah dermatitis. Di daerah lain, seperti Padang, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Menado, keadaanya kurang lebih sama, yakni menempati urutan kedua sapai keempat terbanyak dibandingkan golongan penyakit lainnya.2Tinea korporis dan cruris dapat menyerang semua umur. Pada tinea korporis dapat menyerang pria dan wanita, sedangkan tinea kruris lebih banyak terjadi pada laki-laki. Kebersihan badan dan lingkungan yang kurang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembagan penyakit ini.Cara penularannya dapat langsung dari tanah, hewan dan manusia ke manusia dan secara tidak langsung, yaitu kontak dengan benda yang sudah terkontaminasi, misalnya dari tanaman yang terkena jamur, kateter, pakaian yang lembab, dan air.3,4

C. EtiologiTinea korporis dan kruris disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yang meneyrang jaringan berkeratin. Jamur ini bersifat keratinofilik dan keartinolisis. Dermatofita terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporon, Epidermofiton, dan Trikofiton.4Penyebab tersering tinea korporis adalah T rubrum dan T. mentagrophytes, sedangkan tinea kruris biasanya disebabkan oleh E. floccosum, namun dapat pula oleh T. rubrum dan T. mentagrophytes, yang ditulaskan secara langsung atau tidak langsung.2, 3

D. PatogenesisUntuk dapat menimbulkan suatu penyakit, jamur harus dapat mengatasi pertahanan tubuh non spesifik dan spesifik. Pada waktu menginvasi pejamu, jamur harus mempunyai kemampuan melekat pada kulit dan mukosa, serta menembus jaringan pejamu. Selanjutnya jamur harus mampu bertahan di dalam lingkungan dan dapat menyesuaiakn diri dengan suhu serta keadaan biokimia pejamu untuk dapat berkembang biak dan menimbulkan reaksi jaringan atau radang. Dari berbagai kemampuan tersebut, kemampuan jamur untuk menyesuaikan diri di dalam lingkungan pejamu, dan kemampuan mengatasi pertahanan seluler, merupakan dua mekanisme terpenting dalam patogenesis penyakit jamur.Mekanisme imun non spesifik merupakan pertahanan lini pertama melawan infeksi jamur. Mekanisme ini dapat dipengaruhi faktor umum, seperti gizi, keadaan hormonal, usia dan faktor khusus seperti penghalang mekanik dari kulit dan mukosa, sekresi permukaan, dan respon radang.Produksi keringat dan sekresi kelenjar merupakan pertahanan spesifik termasuk asam laktat dan asam lemak yang mempunyai pH yang rendah untuk menambah potensi anti jamur.

E. Gejala KlinisMula-mula timbul lesi kulit berupa bercak eritematosa yang gatal, terutama bila berkeringat. Olah karena gatal dan digaruk, lesi akan makin meluas, terutama pada daerah kulit yang lembab.2Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnyamer bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu.1Tinea korporis yang menahun ditandai dengan sifat kronik. Lesi tidak menunjukkan tanda-tanda radang yang akut, kelainan ini biasanya terjadi pada bagian tubuh dan tidak jarang bersama-sama dengan tinea kruris.2 Pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan, dapat menyebar luas dan kadang berbentuk lingkaran yang dapat diasumsikan sebagai penampakan granulomatosa.5

F. DiagnosisDiagnosis tinea korporis dan kruris ditegakkan berdasarkan klinik dan lokalisasinya, serta pemeriksaan kerokan kulit dari tepi lesi dengan mikroskop langsung dengan larutan KOH 10-20% untuk melihat hifa atau spora jamur.2 Untuk melihat elemen jamur lebih nyata, dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya tinta parker superchroom blue black.1Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung sedian basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar dekstrosa Sabouraud.1

G. Diagnosis BandingDiagnosis banding dari dermatitis numularis antara lain :1.Pitiriasis roseaMerupakan peradangan yang ringan dengan penyebab yang belum diketahui. Banyak diderita oleh wanita yang berusia antara 15 dan 40 tahun terutama pada musim semi dan musim gugur. Gambaran klinisnya bisa menyerupai dermatitis numular. Tetapi umumnya terdapat sebuah lesi yang besar yang mendahului terjadinya lesi yang lain. Lesi tambahan cenderung mengikuti garis kulit dengan distribusi pohon cemara dan biasanya disertai dengan rasa gatal yang ringan. Lesi-lesi tunggal berwarna merah muda terang dengan skuama halus. Bisa juga lebih eritematus. Pitiriasis rosea berakhir antara 3-8 minggu dengan penyembuhan spontan.2.PsoriasisPsoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas, dengan skuama yang kasar, berlapis, dan transparan. Disertai fenomena tetesan lilin, auspitz, dan koebner.

H. Tata LaksanaTerapi anti jamur topikal efektif untuk infeksi pada kulit tubuh yang tidak berambut dan membran mukosa untuk penyakit yang belum luas dan tidak ada komplikasi.5Biasanya dipakai salep atau krim antimikotik, seperti salep whitfield, campuran asam salisilat 5% dengan asam benzoat 10% dan resorsinol 5% dalam spirtus, Castellanis paint, imidazol, ketokonazol, dan piroksolamin siklik, yang digunakan selama 2-3 minggu. Pada tinea kruris, karena lokasinya sangat peka nyeri, maka konsentrasi obat harus lebih rendah dibandingkan lokasi yang lain.3Terapi sistemik diindikasikan untuk kasus tinea korporis dan kruris yang berat yang melibatkan penderita immunocompromised, dengan lesi inflamasi atau pada kasus yang tidak responsif dengan terapi topikal.5Griseofulvin, terbinafin, ketokonazol, sering digunakan untuk terapi sistemik. Griseofulvin oral meningkatkan efisiensi dari medikasi topikal. Griseofulvin bersifat fungsistatik. Secara umum, griseofulvin dapat dibeirkan 0,5 1g untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10 25 mg per kg berat badan. Lama pengobatan bergantung pada beratnya penyakit. Setelah sembuh klinis, dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. Terbinafin yang bersifat fungisidal juga dapat diberikan dengan dosis 250 mg sehari selama 1 minggu. Obat peroral lain yang dapat diberikan adalah ketokonazol yang bersifat fungisitatik, dengan dosis 100-200 mg sehari selama 10 hari 2 minggu.1, 7Selain dengan terapi dan sistemik, perlu diberikan edukasi pada pasien untuk menjaga kebersihan kulit dan lingkungan, memakai pakaian dari katun dan tidak ketat, menggunakan sabun ringan dan menjaga agar kulit yang sakit tetap kering.8

I. Prognosis Dengan terapi yang benar dan menjaga kebersihan kulit, pakaian dan lingkungan. Prognosis tinea korporis dan kruris adalah baik. Penting juga untuk menghilangkan sumber penularan untuk mencegah reinfeksi dan penyebaran lebih lanjut.6

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja, U., (2000). Mikosis. Dalam: Djuana, A., (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal: 90-72. Harahap Marwali, (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Hal: 77-83. Siregar RS., (1996). Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC. hal:19-21.4. Hartadi, Hardjono, Naoryda. (1991). Dermatomikologi. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. hal:9-115. Harahap Marwali. (1997). Diagnosis and Treatment of Skin Infection. London: Blackwell Science Ltd. p:339-43.6. Budimulja, U., (2001). Dermatomikosis Superficialis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. hal: 7-16, 29-437. Arnold, Harry, L., et al. (1990). Andrews Diseases of The Skin: Clinical Dermatology. Philadelphia: WB Saunders Company. p:331-353.8. Pendit, Brahm, U., (2001). Dermatologi Praktis. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Hal: 102-6.

10