upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dengan ...
-
Upload
duongtuong -
Category
Documents
-
view
238 -
download
3
Transcript of upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dengan ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING
PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN 2 MADIUN
TAHUN AJARAN 2011/2012
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program
Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh :
KASMINI
NIM S841008014
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN
QUANTUM LEARNING
Pada Siswa Kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun Tahun Ajaran 2011/2012
Disusun oleh
Kasmini
S841008014
Telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof.Dr.H.Sarwiji Suwandi, M.Pd. ......................... ........ 2011 NIP 19620407 198703 1 001
Pembimbing II Prof.Dr.Retno Winarni, M.Pd. ........................... ........ 2011 NIP 19560121 198203 2 003
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. NIP 19440315 197804 1 001
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN
QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN 2 MADIUN TAHUN AJARAN 2011/2012
TESIS
Oleh
Kasmini S841008014
Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. Herman Waluyo,M.Pd. ......................... 9-12- 2011 NIP 19440315 197804 1 001
Sekretaris Prof.Dr.St.Y. Slamet,M.Pd. . ................................ 9-12- 2011 NIP 19461208 198203 1 001
Anggota Prof.Dr.H.Sarwiji Suwandi,M.Pd……. ………… 9-12- 2011
Penguji NIP 19620407 198703 1 001 Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd ………………. 9-12-2011 NIP 19560121 198203 2 003
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal 9 Desember 2011
Mengetahui, Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Prof.Dr. Ir.Ahmad Yunus ,M.S. Prof. Dr. Herman J.Waluyo,M.Pd. NIP 19610717 198601 1 001 NIP. 19440315 197804 1 001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Motto
Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti.
Menarilah bagaikan tak seorang pun sedang menonton.
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan
ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran.
Agar dapat membahagiakan seseorang, isilah tangannya dengan kerja, hatinya
dengan kasih sayang, pikirannya dengan tujuan, ingatannya dengan ilmu yang
bermanfaat, masa depannya dengan harapan, dan perutnya dengan makanan.
Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat
mereka berbahagia di dunia ini, yaitu; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk
dilakukan, dan sesuatu untuk diharapkan.
Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan,
tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia
marah.
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada:
1. Ibu Tumirah dan Bapak Hardjo Kliwon, orang tuaku yang telah
menghantarkan kesuksesanku hingga sekarang.
2. Ibu Paniyah dan Bapak Hardjo Kamidjan (Almarhum) sebagai mertuaku
3. Drs.Mudoyo,M.Pd. suamiku tercinta yang selalu mendukung dan
memotivasiku.
4. Buah hatiku tersayang : Nadia Permata Yoni, Satria Bagaskara, dan Winda
Jeni Maharani.
5. Adik-adikku tercinta Kustini, Kusyanto, Sugeng Setyono, Fredi Cahyono, dan
Prasetyno.
6. Teman-Temanku terkasih yang selalu bersama menemaniku
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pernyataan
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Kasmini
NIM : S841008014
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul : Upaya
Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman dengan Pendekatan Quantum
Learning pada Siswa Kelas XI IPS MAN 2 Madiun Tahun Ajaran 2011/2012. Adalah
betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi akademik dari Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Madiun, 9 Desember 2011
Kasmini
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
yang dianugerahkan sehingga penelitian ini dapat selesai dengan lancar.
Dengan terselesaikannya penelitian Tindakan Kelas ini, saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Ravik Karsidi,M.S. Selaku Rektor UNS yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
2. Bapaka Prof. Drs.Suranto,M.Sc.Ph.D. selaku Direktur PPs. UNS yang telah
memberikan izin penyusunan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Herman J. Waluyo selaku ketua Program Pendidikan Bahasa
Indonesia, yang telah memberikan dorongan semangat demi terselesaikannnya
tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. H. Sarwiji Suwandi,M.Pd. selaku Pembimbing I yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan demi terselesaikannya tesis
ini.
5. Ibu Prof.Dr. Retno Winarni, M.Pd. selaku Pembimbing II yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan demi terselesaikannya tesis
ini.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Bapak Drs. Basuki Rachmad,M.Pd. selaku kepala MAN 2 Madiun yang telah
memberikan izin, dukungan, fasilitas dalam melakukan penelitian tindakan
kelas.
7. Rekan Guru Bahasa Indonesia MAN 2 Madiun yang telah bersedia menjadi
pengamat dan membantu mengadakan observasi, interpretasi, dan refleksi
selama pelaksanaan penelitian.
8. Siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun yang aktif mengikuti pelajaran,
memiliki motivasi untuk maju dan dengan penuh kesadaran meningkatkan
minatnya untuk selalu aktif membaca.
Saya menyadari bahwa dalam tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, demi lebih sempurnanya, kritik dan saran sangat saya harapkan. Akhirnya,
dengan segala keterbatasan yang ada, semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Madiun, 9 Desember 2011
Penulis
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………… i
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………….. ii
PENGESAHAN PENGUJI TESIS…………………………………. iii
MOTTO……………………………………………………………… iv
PERSEMBAHAN ………………………………………………….. v
PERNYATAAN……………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR……………………………………………… vii
DAFTAR ISI……………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xv
ABSTRAK…………………………………………………………… xvii
ABSTRACT………………………………………………………….. xviii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………. 1
A. Latar Belakang …………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………... 7
C. Tujuan Penelitian…………………………………………… 7
D. Manfaat penelitian…………………………………………. 7
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN………………………………… 10
A. Kajian Teori……………………………………………………. 10
1. Hakikat Keterampilan Memabaca Pemahaman…………….. 10
a. Pengertian Keterampilan………………………………... 10
b. Pengertian membaca……………………………………… 11
c. Jenis Membaca Pemahaman…………………………….. 22
d. Pengertian Membaca Pemahaman……………………… 29
e. Tujuan Membaca Pemahaman…………………………….. 35
f. Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman……………………. 39
g. Manfaat Membaca Pemahaman……………………… 40
h. Aspek-aspek Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman.. 42
2. Hakikat Pendekatan Quantum Learning………………… 49
a. Pengertian Pendekatan…………………………........... 49
b. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran………………... 50
c. Pengertian Quantum Learning...................................... 52
d. Pendekatan Quantum Learning dalam Keterampilan Membaca
Pemahaman di Kelas XI……………… 58
e. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Quantum Learning…… 60
f. Langkah-Langkah Pembelajaran Quantum Learning… 65
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Penelitian yang Relevan……………………………………… 72
C. Kerangka Berpikir…………………………………………… 73
D. Hipotesis Tindakan…………………………………………… 76
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………… 77
A. Setting Penelitian……………………………………………… 77
B. Subjek Penelitian……………………………………………… 79
C. Sumber Data…………………………………………………… 79
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………… 80
E. Validitas Data……………………………………………. 82
F. Teknik Analisis Data………………………………………… 83
G. Indikator Kinerja……………………………………………. 83
H. Prosedur Penelitian…………………………………………… 84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….... 89
A. Pendahuluan……………………………………………….. 89
B. Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………… 93
1. Deskripsi Siklus I……………………………………….. 93
2. Deskripsi Siklus II………………………………………. 111
3. Deskripsi Siklus III…………………………………….. 132
C. Pembahasan………………………………………………… 149
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……………… 158
A. Simpulan…………………………………………………….. 158
B. Implikasi…………………………………………………….. 159
C. Saran………………………………………………………… 161
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 163
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………… 167
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Jadwal Kegiatan Penelitian…………………………………………. 78
2. Indikator Keberhasilan Kinerja……………………………………… 84
3. Nilai Keterampilan Membaca pemahaman siklus I…………………. 108
4. Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus II……………….. 128
5. Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus III……………… 147
6. Nilai Rerata Keterampilan Membaca Pemahaman Antarsiklus……. 155
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Berpikir……………………………… 75
2. Alur Siklus PTK…………………………………………….. 85
3. Grafik Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus I…. 108
4. Grafik Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus II…. 129
5. Grafik Nilai Keterampilan Membaca pemahaman Siklus III… 147
6. Diagram Nilai Rerata Keterampilan Membaca Pemahaman
Antarsiklus………………………………………………….. 156
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Wawancara dengan Guru…………………………… 168
2. Hasil Wawancara dengan Siswa………………………….. 172
3. Observasi Pra- Tindakan…………………………………. 174
4. Angket (Observasi Awal)………………………………. 177
5. Instrumen Minat Siswa terhadap Minat Membaca………. 180
6. Lembar Pengamatan Siswa………… ……………………. 184
7. Wawancara Terstuktur (Observasi Awal)……………….. 188
8. Hasil Wawancara dengan Siswa…………………………. 190
9. Hasil Wawancara dengan Siswa…………………………. 192
10. Observasi Mendalam (Tahap Perencanaan Tindakan siklus I) 194
11. RPP Siklus I………………………………………………... 197
12. Jurnal Refleksi Guru………………………………………. 207
13. Jurnal Refleksi Siswa………………………………………. 208
14. Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I )
Pertemuan Pertama………………………………………………. 209
15. Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I)
Pertemuan Kedua……………………………………………….. 212
16. Lembar Penilaian Perencanaan Pembelajara Siklus I……………… 215
17. lembar Pengamatan Guru……………………………………… 217
18. Soal Kompetensi Siklus I……………………………………… 220
19. Perolehan Nilai Membaca Pemahaman pada Siklus I.............. 222
20. Observasi Mendalam (Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II)…. 225
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21. Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanan Tindakan Siklus II)
Pertemuan Pertama……………………………………………… 227
22. Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus II)
pertemuan Kedua ……………………………………………….. 231
23. RPP Siklus II……………………………………………………….. 232
24. Lembar Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus II…………… 244
25. Lembar Pengamatan Guru Siklus II……………………………… 246
26. Soal Kompetensi siklus II…………………………………………. 249
27. Perolehan Nilai Membaca Pemahaman pada Siklus II.............. ..... 251
28. Observasi Mendalam (Tahap Perencanaan Tindakan Siklus III) .. 254
29. Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus III)
Pertemuan Pertama..................................................................... 256
30. Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus III)
Pertemuan Kedua...................................................................... 259
31. RPP Siklus III………………………………………………. 262
32. Lembar Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus III……. 271
33. Lembar Pengamatan Guru Siklus III………………………… 273
34. Soal Kompetensi Siklus III………………………………….. 276
35. Perolehan Nilai Membaca Pemahaman Siklus III…………… 279
36. Deskripsi hasil Penelitian…………………………………….. 282
37. Rekapitulasi Nilai Membaca Pemahaman Siklus I,II,III……… 286
38. Lembar Penilaian Mengajar guru…………………………....... 288
39. Rekapitulasi Persentase Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Siswa 290
40. Foto-Foto Kegiatan…………………………………………….. 291
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK Kasmini. S8841008014, Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman dengan Pendekatan Quantum Learning pada Siswa Kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun Tahun ajaran 2011/2012. Komisi Pembimbing Pertama Prof. Dr. H. Sarwiji Suwandi,M.Pd. Pembimbing Dua Prof. Dr. Retno Winarni,M.Pd. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana, Pendidikan Bahasa Indonesia. Universitas Sebelas Maret. 2011. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan: 1) kualitas proses pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dan 2) kualitas hasil keterampilan membaca pemahaman siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun tahun ajaran 2011/2012. Penelitian tindakan kelas ini bertempat di MAN 2 Madiun, dengan subjek para siswa kelas XI IPS 2.Waktu pelaksanaan penelitian dari bulan Juni sampai dengan November 2011. Kualitas hasil didapat dari tes keterampilan membaca pemahaman. Sebagai sumber data adalah guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI IPS 2 , siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara, tes, dan dokumen. Teknik yang digunakan untuk validitas data ini adalah triangulasi . Data-data ini dikelompokkan menurut waktu penelitian/tindakan, sehingga seluruh data terbagi atas data survei awal, data siklus I, II, dan III. Teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan data yang diperoleh, kemudian dibandingkan antara data awal, siklus I, siklus II, dan Siklus III. Proses penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus yang meliputi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, serta tahap analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat peningkatan kualitas pembelajaran baik proses maupun hasil membaca pemahaman bagi siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun. Peningkatan kualitas proses pembelajaran tersebut ditandai dengan meningkatnya: 1) jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan apersepsi maupun dalam kegiatan pembelajaran; 2) jumlah siswa yang sudah memiliki kemampuan dalam pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan pendekatan quantum learning ; 3) jumlah siswa yang aktif dan termotivasi dalam proses pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning . Adapun peningkatan kualitas hasil pembelajaran ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan, yaitu pada siklus I adalah 17 siswa dari 31 siswa (54,84%). Pada siklus II menjadi 21 siswa (67,74%) dan meningkat lagi pada siklus III, yaitu 26 siswa (83,87%).
Kata Kunci: Keterampilan Membaca Pemahaman dan Quantum Learning xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTACT
Kasmini. S8841008014, Improving the Reading Comprehension Ability by Employing Quantum Learning Strategy to ward the XI Graders of 2nd Social program in MAN 2 Madiun 2011/2012 Academic year. The first commission of supervision Prof Dr. H Sarwiji Suwandi,M.Pd. The second supervision Prof Dr. Retno Winarni,M.Pd.Thesis. Surakarta: Graduate School. Indonesia Education Program. Sebelas Maret University of Surakarta 2011. This classroom Action reseaved is aimed to improve: 1) the quality of reading comprehension learning process; and 2) the quality of reading comprehension skill at XI IPS 2 of MAN 2 Madiun 2011/2011. This classroom action research was conducted to XI IPS 2 at MAN 2 Madiun in June to November 2011. The quality of research was taken from test reading comprehension. The subjects of the data is the collaborative Indonesian teacher and the students of XI IPS 2 at the students at MAN 2 Madiun. The technique of data collection was conducted by observation, interview, test, and documentation . The validity of the data was triangulation and the review of the informance key. The data was collected by the research time so that all of the data can be divided by the preliminary, cycle I II, and III. The technique of the data analysis was designed to describe by the data which was taken and then the cycle data was compared by the preliminary, cycle I, II, and III. The research process was implemented in three cycles which consist of four steps name by, planning, implementation observation, analysis and reflection. Based on the research result could be concluded by improving the quality of the learning process and the result of reading comprehentsion of the students of XI IPS 2 at MAN 2 Madiun. Improving the quality of learning process could be signed by the improvement: 1) the quantity of the active students in apperception and learning activities; 2) the quantity of the students had had the competences in the interesting, fun learning through quantum learning approach 3) the quantity of the active and motivated students in reading comprehension learning process through quantum learning. It was also signed by the improvement of the quantity of the students which achieved the minimal score in cycle I :17 of 31 students (54,84%). Cycle II: 21 students (67,74%) and increased in cycle III: 26 students (83,87%)
Key Words: Ability Reading Comprehension and Quantum Learning
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran membaca di Madrasah (MA) merupakan bagian yang integral
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran membaca sebagai bagian dari
empat keterampilan berbahasa yang mencakup keterampilan membaca, menulis,
menyimak, dan berbicara. Pembelajaran membaca di Madrasah Aliyah dapat
digolongkan dalam pembelajaran membaca tingkat Mahir/ Lanjut (Iskandar Wasid:
2009:29). Pembelajaran tingkat mahir lebih ditekankan pada penemuan ide pokok dan
ide penunjang, menafsirkan isi bacaan, membuat intisari bacaan, menceritakan
kembali berbagai jenis isi bacaan (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan
persuasi).
Membaca pemahaman adalah suatu kombinasi dari pengetahuan huruf,
intellect, emosi yang dihubungkan dengan pengetahuan si pembaca (background
knowledge) untuk memahami suatu pesan yang tertulis (Gillet, 1994:35). Tujuan
membaca yang utama adalah memahami isi atau pesan yang terkandung dalam suatu
bacaan secara efisien. Anderson, Durston, Poole (190:106-107) mengidentifikasi ada
tiga tingkatan penting dalam membaca pemahaman, yaitu 1) mampu memahami arti
harfiah (reading the lines), 2) mampu menginterpretasikan maksud penulis (reading
between the lines), dan 3) menarik simpulan atau generalisasi (reading beyond the
lines).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Keterampilan membaca berperan penting bagi siswa dalam kegiatan belajar
juga dalam kehidupan pada umumnya. Menurut Sri Hastuti (dalam Sarwiji Suwandi
dan Raheni Suhita, 2000:35) bahwa dalam membaca setiap orang akan memperoleh
sejumlah pengetahuan yang heterogen dan majemuk, pengalaman yang luas, perilaku
bahasa yang baik, dan akhirnya mampu bersikap dewasa dan rasional.
Pada kenyataannya, keterampilan membaca pemahaman siswa Madrasah
aliyah/ Sekolah Menengah Atas di Indonesia masih rendah. Dari 31 negara yang
diteliti, Indonesia berada pada peringkat ke-30. Peringkat tertinggi diduduki oleh
Finlandia, (Khaerudin Kurniawan, 2000:237). Hal yang sama dibuktikan dalam
sebuah penelitian tentang kemampuan membaca yang dilakukan oleh IEA
(International Association for the Evaluation of Education Achievement). Penelitian
terhadap kemampuan siswa SMA itu dilakukan di sejumlah negara (termasuk
Indonesia), hasil penelitian itu menunjukkan bahwa kemampuan para siswa SMA
Indonesia masih di bawah rata-rata dari 33 negara yang diteliti para siswa SMA,
Indonesia berada di urutan dua terbawah di atas Venezuela ( Sarwiji Suwandi dan
Raheni Suhita, 2000:34).
Selain hal tersebut di atas, kenyataan menunjukkan soal-soal ujian sekolah dan
ujian nasional mata pelajaran bahasa Indonesia sebagian besar menuntut pemahaman
siswa dalam mencari dan menentukan pikiran pokok, kalimat utama, membaca grafik,
alur/plot, amanat, setting, dan sebagainya. Tanpa kemampuan membaca pemahaman
yang tinggi mustahil siswa dapat menjawab soal-soal tersebut. Dalam hal ini peran
penting membaca pemahaman untuk menentukan jawaban yang benar. Belum lagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dengan adanya standar nilai kelulusan, hal ini memicu guru bahasa Indonesia
khususnya untuk dapat mencapai target nilai tersebut.
Rendahnya keterampilan membaca pemahaman menurut pengataman peneliti
juga terjadi di Madrasah Aliyah Negeri 2 Madiun. Hal ini dapat diketahui dari nilai
ulangan bahasa Indonesia khususnya Kompetensi Dasar Membaca. Siswa yang
mencapai batas ketuntasan pada KD membaca ini hanya 40% sedangkan selebihnya
belum mencapai batas ketuntasan. Selain itu, siswa sulit memahami isi bacaan. Hal
ini dapat diketahui dari kegiatan membaca yang dilakukan siswa. Setelah membaca,
siswa diberi pertanyaan berkaitan dengan isinya, jawaban mereka masih banyak
(60%) yang di bawah nilai ketuntasan. Hal ini disebabkan mereka belum mampu
menentukan atau menemukan gagasan utama dari isi bacaan tersebut.
Penyebab rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa di atas dapat
diindikasikan dari beberapa faktor. Salah satunya adalah metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru. Pembelajaran membaca pemahaman di MAN 2 Madiun pada
umumnya menggunakan sistem klasikal yang menempatkan kecepatan rata-rata siswa
(Ahmad Ridhani Ar. 2004:72).
Faktor siswa, guru dan persiapan pembelajaran dalam proses pembelajaran
merupakan komponen yang tidak boleh ditinggalkan. Sebagus apapun persiapan guru
dalam merencanakan pembelajaran, harus mempertimbangkan kemampuan siswa
sebagai subjek yang akan dibimbing. Ketepatan perencanaan dalam pembelajaran
harus dilengkapi adanya sebuah model yang tepat pula sebagai pengiring di
dalamnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Rendahnya keterampilan membaca pemahaman juga disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu. : (1) Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. Hal tersebut
terlihat saat mengikuti pelajaran membaca, siswa menunjukkan sikap acuh tak acuh
dan tidak memperhatikan pelajaran dengan sepenuhnya, (2) Siswa kesulitan dalam
memahami materi pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan siswa menganggap
pelajaran membaca itu sulit dan membosankan, (3) Siswa merasa jenuh pada mata
pelajaran bahasa Indonesia yang bersifat monoton dan kurang menarik, (4) Guru
merasa kesulitan dalam membangkitkan minat siswa selama pembelajaran membaca
dilaksanakan, siswa menunjukkan sikap yang kurang berminat dan kurang antusias,
(5) Guru merasa kesulitan menemukan model yang tepat dalam mengajarkan materi
membaca pemahaman. Selama ini dalam mengajarkan materi membaca pemahaman
pada siswa guru menggunakan metode ceramah dan tugas sehingga sifatnya masih
konvensional.
Adapun penyebab permasalahan yang telah dikemukakan di depan dari segi
siswa antara lain: (1) siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran bahasa Indonesia,
(2) keterampilan membaca belum dapat menjadi budaya/ kebiasaan sehingga tidak
bisa memaknai isi bacaan, (3) motivasi siswa masih sangat kurang (4) merasa
kesulitan memahami bacaan, (5) merasa ragu-ragu saat menjawab pertanyaan pada
wacana. Dengan demikian pembelajaran membaca pemahaman di MAN 2 Madiun
perlu dibenahi.
Ketetampilan membaca merupakan salah satu aspek keterampilan yang harus
sudah dikuasai siswa SMA/MA. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
didik mengenal diri, budayanya, dan budaya orang lain. Mengemukakan gagasan
perasaan, dan berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut,
dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis, imajinatif yang ada dalam
dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
kesastraan manusia Indonesia. Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh
siswa, maka perlu diadakan penelitian terhadap dampak pembelajaran yang
digunakan oleh guru dalam pembelajaran, termasuk pembelajaran membaca
pemahaman.
Pembelajaran berbahasa salah satunya adalah membaca. Membaca memiliki
fungsi yang berbeda-beda dan perlu disajikan secara kontekstual dalam situasi
pembelajaran yang menyenangkan, menarik, dan menantang bagi siswa untuk lebih
banyak mengeksplorasikan pemahaman dan pengetahuan awalnya, maka diperlukan
suatu pendekatan pembelajaran yang tepat, salah satunya pendekatan pembelajaran
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan
pendekatan quantum learning. Penggunaan quantum learning dalam pembelajaran ini
siswa diharapkan akan memberikan suasana belajar yang menarik, terjadi interaksi
proses belajar yang dapat menggerakkan potensi siswa sebagai pelajar sehingga
mereka mampu belajar merangsang kreativitas siswa dalam pembelajaran.
Pelaksanaan quantum learning ditekankan pada ciri-ciri yang pertama adalah
penciptaan lingkungan belajar yang penataannya bisa diibaratkan dengan tugas kru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
panggung (De Porter dan Henacki, 2005:13). Demikian pula dengan penataan
lingkungan belajar perlu diciptakan suasana seperti yang dilakukan kru panggung.
Penataan lingkungan belajar dalam quantum learning adalah penciptaan lingkungan
menyenangkan yang dilakukan mulai dari perabotan, bantuan visual (alat peraga)
baik yang dipergunakan selama pembelajaran ataupun yang digantung pada dinding
kelas. Ciri pelaksanaan yang kedua adalah menerapkan falsafah belajar sugestologi
atau sugestopedia. Sugesti dapat mempengaruhi situasi belajar. Wujud sugesti dalam
interaksi belajar yang disarankan De Porter dan Henacki (2005: 14) adalah komentar
positif. Komentar positif akan membentuk kepercayaan diri siswa tegang dan
terbebani dalam belajar. Di dalam pembelajaran, kedua karakteristik quantum
learning yaitu penciptaan lingkungan yang menyenangkan serta penerapan sugesti
diperlukan untuk memotivasi siswa agar mampu belajar seoptimal mungkin.
Pengembangan quantum learning dalam pembelajaran bahasa Indonesia
yang diterapkan di MAN 2 Madiun dengan mempertimbangkan kondisi yang ada,
siswa kelas XI IPS2 mengalami kesulitan untuk membaca pemahaman bacaan, maka
TANDUR (Tumbuhkankan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan)
dalam quantum learning diharapkan merupakan metode yang tepat untuk
mengatasinya. Melalui metode TANDUR, siswa dibantu untuk memahami apa yang
ingin dibaca dalam bacaan, tidak hanya dengan cara menugaskan siswa sekadar
membaca. Cara ini diharapkan cara yang sesuai untuk diterapkan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, pembelajaran membaca
pemahaman di MAN 2 Madiun yang telah dikemukakan tersebut , perlu diadakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pembenahan atau penyelesaian masalah tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan pendekatan quantum learning dalam pembelajaran membaca
pemahaman di MAN 2 Madiun tahun ajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apakah penerapan pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran keterampilan membaca pemahaman pada siswa
kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun tahun ajaran 2011/2012?
2. Apakah penerapan pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan
kualitas hasil keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas XI IPS 2
MAN 2 Madiun tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan membaca
pemahaman melalui pendekatan Quantum Learning pada siswa kelas XI IPS2
MAN 2 Madiun tahun ajaran 2011/2012.
2. Meningkatkan kualitas hasil keterampilan membaca pemahaman melalui
pendekatan Quantum Learning pada siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun
tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat baik
secara teoretis maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat dijadikan landasan pengembangan pembelajaran bahasa
Indonesia khususnya sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman siswa SMA/MA.
2. Manfaat praktis
Bagi Siswa :
a) Keterampilan membaca pemahaman siswa meningkat melalui pendekatan
quantum learning.
b) Pembelajaran akan lebih menarik karena berlangsung dalam situasi yang nyaman
dan menyenangkan.
c) Menumbuhkan motivasi siswa untuk berperan aktif sebagai pelaku utama
pembelajaran dengan dasar suka rela, riang, dan gembira.
Bagi Guru:
a) Kemampuan guru dalam menerapkan quantum learning dalam pembelajaran
keterampilan membaca pemahaman meningkat.
b) Sebagai upaya untuk menawarkan inovasi baru cara pembelajaran melalui metode
quantum learning dalam keterampilan membaca pemahaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Bagi Sekolah :
a) Sebagai masukan untuk memberikan dorongan kepada guru dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar agar menerapkan cara mengajar yang menarik.
b) Dapat menumbuhkan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga tercipta kualitas
pembelajaran yang baik, aktif, efektif, dan inovatif.
c) Menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang mendukung pembelajaran
membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
KAJIAN TEORI ,PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Hakikat Keterampilan Membaca Pemahaman
a. Pengertian Keterampilan
Pada hakikatnya setiap manusia pasti memiliki kemampuan, potensi atau
keterampilan yang dibawa sejak lahir. Keterampilan terus berproses sesuai dengan
bertambahnya usia seseorang. Keterampilan diartikan sebagai pengetahuan,
kemampuan, dan nilai-nilai dasar yang direfkeksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak (Depdiknas :2007) . Keterampilan yang dimaksud di sini adalah suatu
kemampuan untuk mengeluarkan sumber daya internal atau bakat dalam diri
seseorang yang dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Keterampilan digunakan untuk menyebutkan kemampuan individu yang
berfungsi dalam lingkungan yang membutuhkan suatu usaha yang besifat kognitif.
Keterampilan yaitu kemampuan untuk mengeluarkan semua sumber daya internal,
keunggulan, dan bakat agar dapat mendatangkan manfaat bagi diri sendiri maupun
orang lain.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ubaidilah (2002) keterampilan diartikan
sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan tepat dan mahir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berdasarkaan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu
kekuatan yang memerlukan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan tepat dan
dapat diukur. Keterampilan yang dimaksud yaitu kemampuan untuk mengeluarkan
semua sumber daya internal, keunggulan, dan bakat agar dapat mendatangkan
manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain
b. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti
atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Di samping itu, membaca juga
merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis (Samsu Somadayo,2011:5).
Gilet dan Temple (dalam Syafi’i,1999:6) menyatakan bahwa membaca adalah
kegiatan fisual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris baris tulisan,
pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata-kata dan
kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan. Membaca juga
merupakan proses pengembangan keterampilan, dari keterampilan memahami kata-
kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami
secara kritis dan evaluatif keseluruhan bacaan.
Menurut Nurhadi (1991:13) membaca adalah suatu proses yang kompleks dan
rumit. Kompleks berarti dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan
faktor eksternal pembaca. Faktor internal berupa faktor intelegensi, minat, sikap bakat,
motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
membaca, teks bacaan, faktor lingkungan atau faktor latar belakang sosial ekonomi,
kebiasaan, dan tradisi membaca.
Harjasujana (2003:36) menyatakan bahwa membaca adalah suatu kegiatan
komunikasi interaktif yang memberikan kesempatan kepada pembaca dan penulis
untuk membawa latar belakang dan hasrat masing-masing. Lebih lanjut, Bonomo
(1973:119) menyatakan bahwa membaca merupakan sutu proses memetik serta
memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringing).
Senada dengan pendapat di atas, Godman (1988:127) menyatakan bahwa
membaca adalah suatu kegiatan memetik makna atau pengertian yang bukan hanya
dari deretan kata yang tersurat (reading the lines) , melainkan makna di balik deretan
yang terdapat di antara baris (reading between the lines), bahkan juga makna yang
terdapat di balik deretan baris tersebut (reading beyond the lines). Menurutnya,
kegiatan membaca ini merupakan suatu proses yang aktif dan tidak lagi merupakan
proses yang pasif, membaca merupakan proses yang aktif dan bukan proses yang pasif
artinya seorang pembaca harus dengan aktif berusaha menangkap isi bacaan yang
dibacanya, tidak boleh hanya menerima saja.
Menurut Crawley dan Mountain (1995:22) membaca pada hakikatnya adalah
suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan,
tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, dan metakognitif sebab proses visual
membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata
lisan.
Hal tersebut juga dinyatakan oleh Imam Syafi’ie (1999: 8) bahwa membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman
literal, interpretasi, kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa
aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus. Selanjutnya di samping
pandangan tentang hakikat membaca tersebut, salah satu konsep yang sangat penting
yang telah dihasilkan dari berbagai penelitian tentang membaca adalah konsep reading
readines atau emergent literacy (kesiapan membaca).
Beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca semakin
penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek
melibatkan kegiatan membaca. Tanda-tanda jalan mengarahkan orang yang bepergian
pada tujuannya, menginformasikan pengemudi mengenai bahaya di jalan dan
mengingatkan aturan-aturan. Disamping itu, kemampuan membaca merupakan
tuntutan realitas kehidupan sehari-hari.
Membaca sebagai aktivitas umum bagi orang kebanyakan dan sebagai aspek
yang digunakan dalam pembelajaran bahasa . Menurut Smith ( 1978) dalam Endang
Fauzi (2002:139) “It defines reading more pragmatically as understanding a massage
conveyed by the writter through visual and non visual information.”
Pernyataan Smith di atas, menerangkan bahwa membaca merupakan suatu
proses yang bersifat transformatif karena adanya pemindahan informasi dari penulis
kepada pembaca menjelaskan bahwa membaca secara pragmatik adalah suatu
pengiriman pesan oleh penulis melalui informasi visual atau nonvisual. Dalam hal ini,
Smith menekankan bahwa membaca merupakan kegiatan pemahamn terhadap pesan
yang disampaikan oleh pengirim kepada si penerima pesan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Merujuk dari pendapat Smith, Gusti Ngurah Oka (1983:12) mengemukakan
definisi para pakar dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Para penganut teori itu
memandang membaca sesuai dengan dimensi keilmuannya masing-masing, sehingga
menghasilkan pengertian yang bervariasi , mereka ada yang memandang bahwa
membaca sebagai suatu keterampilan, membaca sebagai suatu persepsi, dan membaca
sebagai suatu proses merekonstruksi. Secara eksplisit pandangan tersebut sebagai
berikut.
Penganut teori keterampilan, memandang membaca sebagai suatu proses atau
kegiatan menerapkan seperangkat keterampilan dalam mengolah tuturan tertulis yang
dibacanya untuk menangkap maknanya. Perangkat keterampilan ini antara lain
dimaksudkan keterampilan mengenal atau merekognisi kata, keterampilan menangkap
makna kalimat, keterampilan menangkap isi pokok bacaan, isi bagian, dan isi penjelas.
Penganut persepsi memandang membaca adalah kegiatan mempersepsi, yaitu
memberikan respon bermakna kepada symbol-simbol grafis yang telah dikenal.
Dengan demikian dapat dikatakan membaca adalah suatu proses kegiatan secara aktif
kreatif untuk mengenal, mengolah, dan memahami symbol-simbol bunyi yang
terdapat di dalam bahan bacaan.
Penganut teori psikolinguistik memandang membaca adalah proses
merekonstruksi pesan yang telah dituangkan pengarang ke dalam tuturan tertulis
(Ngurah Oka, 1983:12)
Selanjutnya, dikatakan bahwa membaca adalah proses pengolahan bacaan
secara kritis kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai,
fungsi, dan dampak bacaan itu.
Membaca merupakan suatu proses untuk memahami suatu bahan tertulis,
sebagamana Ram dan Moorman (dalam Soenjono Dardjowidjojo,2003:303)
menyatakan bahwa membaca sebagai proses untuk menganalisis input yang
berupa bahan tertulis dan menghasilkan output yang berupa pemahaman atas
bahan tersebut.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hodgson (1960:43) membaca adalah
suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa
tulis.
Pendapat dari beberapa ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
adalah suatu proses yang dilakukan untuk memahami suatu bahan tertulis untuk
menangkap pesan yang dimaksudkan.
Davies (1995: xi-1) menyatakan, “Reading is a complex which, since the turne
of the century, has been extensively studied across a wide range of different
diciplines. Lebih jauh dikatakan, “Reading is private. It is mental, or cognitive,
process whicen involves a reader in trying to follow and respond to a massage from a
writer who is dstant in space and time”.
Hal tersebut dapat dipahami bahwa membaca pada dasarnya adalah suatu
proses yang kompleks, yang sejak permulaan abad ini telah banyak dilakukan studi
dan penelitian dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Membaca merupakan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mental atau kognitif yang membawa seorang pembaca untuk mencoba mengikuti dan
merespons pesan dari penulis yang berada jauh dan waktu yang berbeda.
Membaca merupakan suatu proses yang rumit, sebagaimana De Boer Dallman
(dalam Sujoko,1999) menyatakan bahwa membaca yang efektif melibatkan proses
mental yang lebih tinggi. Membaca melibatkan pengingatan kembali, penalaran,
penilaian, pembayangan, pengorganisasian, penerapan dan pemecahan masalah.
Hornby (1995: 699) mengemukakan, “Reading is a look at and understanding
written or printed”. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Harris (1971: 13),
“Reading is a meaningfull interpretation of printed or written verbal symbol”.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
adalah melihat kemudian memahami sesuatu yang berupa tulisan atau cetakan.
Membaca adalah suatu penafsiran arti yang bermakna dari suatu simbol-simbol
verbal yang berupa cetakan atau tulisan. Membaca adalah memetik serta memahami
arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis atau bacaan. Hal ini
dikuatkan pula dengan pendapat Wallace (1996: 4) yang menyatakan, “Reading as
interpreting means reacting to a written text as a piece of communication: in other
words, we assume some purpose in attempting to understanding”. Membaca
merupakan aktivitas untuk menafsirkan. Maksudnya memberi reaksi terhadap sebuah
teks tertulis sebagai bagian dari komunikasi. Dengan kata lain, pembaca
mengasumsikan beberapa maksud komunikatif dari penulis, dalam hal ini pembaca
mempunyai beberapa tujuan dalam memahami teks tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Lebih lanjut, Wallace (1965:5) mengatakan, “Effective reading means a flexible
and appropriate response to the material in hand, and this is always guide by the
reader’s purpose”. Membaca efektif berarti pembaca secara fleksibel dapat
memberikan tanggapan atau reaksi terhadap materi dan hal ini selalu didasarkan pada
tujuan si pembaca itu sendiri.
Berkaitan dengan tujuan membaca, Wallace (1996:6-7) membagi tujuan
membaca menjadi tiga, yaitu: (1) Reading for Survival;(2) Reading for learning; (3)
Reading for pleasure“. Tujuan seseorang dalam membaca didasarkan pada tiga
tujuan, yaitu: (1) membaca untuk keselamatan diri; (2) membaca menambah
pengetahuan; dan (3) membaca untuk kesenangan.
Membaca bagi pembaca bertujuan untuk menambah pengetahuan. Dijelaskannya
bahwa membaca untuk menambah pengetahuan adalah membaca untuk belajar.
Tujuan untuk memperluas pengetahuan. Hasil yang penting dari belajar untuk
kesenangan adalah untuk kelancaran.. Jika membaca tidak memiliki kelancaran, yaitu
kecepatan dan kesenangan membaca, membaca materi apapun untuk tujuan apapun
mungkin dapat membosankan. Hal ini dapat disikapi bahwa untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, seorang membaca harus mempunyai rasa seang terhadap bacaan
atau teks yang dibaca.
As Alderson and Urquhart (dalam Wallace, 1996:39) berpandangan bahwa
membaca sebagai produk berhubungan hanya dengan apa yang sudah didapatkan oleh
pembaca melalui teks, sedangkan pandangan membaca sebagai proses adalah
meneliti teks, sedangkan pandangan membaca sebagai proses adalah meneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
bagaimana pembaca dapat sampai pada sebuah penafsiran atau pemahaman tertentu.
Hal itu sesuai dengan pernyataannya,”Point out. A product view relates only to what
the reader has got out of the text while a process view investigates how the reader
may arrive at a particular interpretation’.
Harjasudjana dan Tulalessy (dalam Fathur rohman, 2005:1) menjelaskan bahwa
prinsip-prinsip dasar membaca: (1) membaca adalah satu peristiwa psikologis dan
fisiologis yang bersifat individual, (2) pendidikan dibangun di atas keterampilan
membaca, dan (3) diagnose kemampuan dan daya baca seseorang sejak dini akan
menolong perkembangan membaca orang itu.
Terdapat beberapa aspek mendasar dalam membaca sebagaimana pendapat
Heilman (dalam Budhi Setiawan, 2004) yaitu: (1) membaca adalah berinteraksi
dengan bahasa yang telah dituangkan dalam bahasa tulisan; (2) hasil interaksi dengan
bahasa tulis berupa pemahaman (comprehention); (3) kemampuan membaca erat
berkaitan dengan kemampuan berbahasa lisan; (4) membaca merupakan proses yang
aktif dan berkelanjutan secara langsung dipengaruhi interaksi antara individu dengan
lingkungannya.
Lebih lanjut, Fathur Rohman (2005: 1-2) menjelaskan bahwa membaca
merupakan proses psikologis. Proses psikologi tentang peristiwa membaca, yaitu
dengan cahaya, bacaan masuk ke mata dan oleh saraf sensorik sebagai reseptor
diteruskan ke pusat bahasa yaitu pusat pembentukan kalimat dan langsung ke pusat
organisasi berpikir. Setelah diolah melalui proses transtendensi dikembalikan
melalui reseptor di mulut dan alat-alat ucap maka terjadilah perist iwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
membaca. Dalam proses ini tidak hanya terjadi proses psikologis, yaitu berpikir,
tetapi sekaligus peristiwa psikologis, yaitu pekerjaannya alat-alat ucap sewaktu
mernbaca Selain alat-alat produksi suara, hal-hal grafis juga berperan, yaitu besar,
bentuk, dan jenis huruf, gambar atau kertas. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah membaca merupakan peristiwa individual. Apabila perkembangan
berpikir atau mata seseorang dalam hal ini adalah siswa, terganggu, maka
perkembangan mernbaca siswa itu juga terganggu
Menyikapi pemahaman terhadap bacaan. Brown (2001:306) mengatakan,
"Strategies for reading comprehension: (1 ) Identify the purpose in reading; (2)
Use grophemic rules and patterns to aid in bottom-up decoding (especially for
beginning level learners); (3) Use efficient silent reading techniques for relatifelly
rapid comprehension (for intermediate to advanced levels); (4) Skim the text for
main ideas; (5) Scan the text for specific information; (6) Use Semantic mapping or
cluster; (7) Guess when you aren't certain, (8) Afailyze vocabulary; (9) distinguish
between literal and implied meanings; (!0) Capitalize on discourse markers to
process relationships".
Bertolak dari pernyataan tersebut d i atas, dapat dipaha mi bahwa
strategi untuk me mahami bacaan adalah: (1) mengidentifikasi tu juan
me mbaca; (2) menggunakan aturan dan pola-pola bentuk tertulis untuk
me mbantu pengkodean (bagi pela jar pe mula); (3) menggunakan teknik
me mbaca dalam hati untuk pemahaman bacaan yang cepat dan efisien (bagi
pelajar menengah dan lanjutan); (4) membaca cepat (skimming) untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menemukan ide utama; (5) menyecan (scanning) teks untuk informasi-
informasi khusus; (6) menggunakan Pemetaan semantik; (7) menebak saat anda
tidak yakin; (8) menganalis is kosa kata;(9) me mbedaka n makna; tersurat
(literal) dengan makna tersirat (implied) ; (10 mengkapasitasikan penanda wacanana
Untuk pemrosesan hubungan.
Selain itu, membaca juga sebagai salah satu alat untuk belajar berbagai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Membaca itu sendiri adalah satu dari empat
kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari
komunikasi tulisan (Tampubolon, 2008: 5).
Seorang pembaca dapat dikatakan berhasil dalam membaca, apabila memiliki
kemampuan. Yang dimaksudkan kemampuan dalam hal ini adalah kemampuan untuk;
(1) menggunakan kata-kata sesuai dengan arti leksiklalnya; (2) menggunakan
pengetahuan gramatikalnya untuk menangkap makna, misalnya menafsirkan anak
kalimat yang tak terbatas ;(3) menggunakan teknik-teknik; berbeda untuk tujuan yang
berbeda pula, misalnya membaca melompat dan sekilas untuk kata atau sebuah
informasi; (4) menghubungkan isi teks dengan latar belakang pengetahuannya
terhadap objek yang dibacanya;dan (5) mengidentikasi makna retorika atau fungsi
dari kalimat atau segmen teks misalnya dengan memahami kapan penulis memberikan
suatu definisi atau ringkasan walaupun tidak diberi frasa-frasa penanda (David
Nunan 1999: 32).
Ahmad Slamet Harja Sujana (2003:2) mengungkapkan bahwa membaca
adalah sebagai kegiatan yang meliputi pengenalan lambang-lambang tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
atau lambang tercetak yang berperan sebagai stimuli untuk mengingat makna
yang dibangun berdasar pada pengalaman yang lalu dan penyusunan
makna-makna baru dengan jalan memanipulasi konsep-konsep yang telah
dimiliki oleh pembaca.
Berdasarkan beberapa konsep membaca seperti yang telah dipaparkan di atas,
disimpulkan bahwa membaca bukan sekadar mengenal simbol bunyi yang tercetak
tetapi membaca merupakan proses pengolahan bacaan secara kritis - kreatif yang
dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang
bacaan itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses
kegiatan secara aktif kreatif untuk mengenal, mengolah, dan mernaharni simbol-simbol
bunyi (grafis) yang terdapat di dalam bahan bacaan..
Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis kreatif yang
dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang
bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi dan dampak bacaan itu
(I Gusti Ngurah Oka, 1983:17).
Menurut Tinker Mils dan Me Cullough Caonstance (dalam Prana Dwija
Iswara dan Ahmat Slamet Harja Sujana,1996:2) membaca adalah sebagai
kegiatan yang meliputi pengenalan lambang-lambang tertulis atau lambang
tercetak yang berperan sebagai stimuli untuk mengingat makna yang dibangun
berdasar pada pengala man yang lalu dan penyusunan makna-makna baru
dengan jalan memanipulasi konsep-konsep yang telah dimiliki oleh pembaca.
Mansoer Pateda (1989:92) membaca a da lah suat u interprestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
simbol-simbol tertulis atau membaca adalah menangkap makna dari rangkaian
huruf tertentu.
Para ahli memberikan definisi yang berbeda tentang kegiatan membaca,
tetapi pada dasarnya mereka mempunya persamaan persepsi berkembang (a
Developmen process). Pada tahap awal membaca sebagai suatu pengenalan simbol-
simbol huruf cetak (word recognition) yang terdapat sebuah wacana. Dari rnembaca
per huruf, per kata, per kalimat , kemudian ber lan jut de nga n me mbaca per
paragraf da n esai pendek. 2) rnenyimpulkan pengertian membaca adalah suatu
kombinasi dari pengenalan huruf intellect, emosi yang dihubungkan dengan
pengetahuan si pembaca (background knowledge) untuk memahami suatu pesan
yang tertulis. 3) untuk seorang pemula membaca berarti mengenal simbol (printed
symbol) dari sebuah bahasa. Pemahaman bahasa secara bertahap akan dikuasai
setelah word recognition ini dikuasai, tentunya setelah mengadopsi strategi-
strategi membaca yang sesuai dengan tujuannya.
Berpijak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah
proses pengolahan bacaan secara kritis - kreatif yang dilakukan dengan tujuan
memperoleh pernahama n ya ng ber s ifat menye luruh tent ang bacaa n itu .
Ja d i, me mbaca adalah suatu proses kegiatan secara aktif kreatif untuk
mengenal, mengolah, dan memahami simbol-simbol bunyi (gratis) yang terdapat
di dalam bahan bacaan.
c. Jenis Membaca Pemahaman
Jenis-jenis membaca dan karakteristik membaca ditinjau dari segi terdengar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
atau tidaknya suara pembaca suara, maka membaca pemahaman adalah membaca
dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya dikuasai (David
Haryokusumo, 2009:7). Membaca pemahaman terbagi menjadi dua yaitu membaca
telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa ( linguistic reading
study). Membaca telaah isi dibagi lagi menjadi membaca teliti (close reading),
membaca pemahaman (reading for understanding), membaca kritis (critical
reading) dan membaca ide (reading for ideas). Adapun membaca telaah bahasa
dibagi lagi menjadi membaca bahasa asing (foreign language reading) dan
membaca sastra (literary reading).
Menurut Farr, 1969 dalam Soenardi Djiwandono (2008: 117) ada berbagai
tingkatan dalam kemampuan membaca pemahaman:
1) Tingkat kemampuan dasar meliputi (1) memahami arti kata-kata sesuai
penggunaan dalam wacana, (2) mengenali susunan organisasi wacana dan antar
hubungan bagian-bagiannya, (3) mengenali pokok-pokok pikiran yang
terungkap dalam wacana, (4) mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana.
2) Tingkat kemampuan menengah meliputi (1) memahami arti kata-kata sesuai
penggunaan dalam wacana, (2) mengenali susunan organisasi wacana dan antar
hubungan bagian-bagiannya, (3) mengenali pokok-pokok pikiran yang
terungkap dalam wacana, (4) mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana, (5) mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam wacana meskipun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda, (6) mampu menarik inferensi
tentang isi wacana.
3) Tingkat kemampuan membaca lanjut (1) memahami arti kata-kata sesuai
penggunaan dalam wacana, (2) mengenali susunan organisasi wacana dan antar
hubungan bagian-bagiannya, (3) mengenali pokok-pokok pikiran yang
terungkap dalam wacana, (4) mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana, (5) mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam wacana meskipun
diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda, (6) mampu menarik inferensi
tentang isi wacana, (7) mampu mengenali dan memahami kata dan ungkapan-
ungkapan untuk memahami nuansa sastra, (8) mampu mengenali dan
memahami maksud dan pesan penulis sebagai bagian dari pemahaman tentang
penulis.
Membaca pemahaman pada hakikatnya adalah suatu proses membangun
pemahaman terhadap wacana tulis. Proses ini terjadi dengan menjodohkan atau
menghubungkan skemata pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya dengan isi informasi dalam wacana sehingga terbentuk pemahaman
terhadap wacana yang dibaca.
Dalam proses membaca seperti ini, pembaca menggunakan beberapa jenis
pemahaman, yaitu pemahaman literal, pemahaman interpretatif, pemahaman kritis,
dan pemahaman kreatif (Samsu Somadoya 2011:19).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
a) Pemahaman Literal
Menurut Syafi’ie (1994:34) pemahaman literal adalah pemahaman terhadap
apa yang dikatakan atau disebutkan penulis dalam teks bacaan. Pemahaman ini
diperoleh dengan memahami arti kata, kalimat, paragraf dalam konteks bacaan ini
seperti apa adanya.
b) Pemahaman Interpretasi
Menurut Syafi’ie (1994:34), pemahaman interpretasi adalah pemahaman
terhadap apa yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks bacaan. Pemahaman ini
lebih mendalam dibandingkan dengan pemahaman literal. Apabila dalam
pemahaman literal pembaca hanya mengenal, dan mengingat apa yang tertulis
dalam bacaan, dalam pemahaman interpretasi ini pembaca berusaha mengetahui
apa yang dimaksudkan oleh penulis yang tidak secara langsung dinyatakan dalam
teks bacaan.
c) Pemahaman Kritis
Menurut Syafi’ie (1994:36) pemahaman kritis adalah pemahaman bacaan
yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pemahaman interpretative.
Proses pemahaman kritis melampaui pemahaman interpretatif. Artinya, dalam
pemahaman interpretatif, penalaran yang dilakukan pembaca masih berada pada
lingkup memahami apa yang dikemukakan oleh penulis, sedangkan dalam
pemahaman kritis, disamping pemahaman apa yang dikatakan oleh penulis,
pembaca juga memberikan reaksi secara personal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
d) Pemahaman Kreatif
Menurut Syafi’ie (1994:36), pemahaman kreatif adalah pemahaman yang
paling tinggi tingkatannya dalam proses membaca. Dalam proses pemahaman
kreatif ini, pertama membaca memahami bacaaan secara literal apa yang dikatakan
oleh penulis. Kemudian ia mencoba menginterpretasikannya dan memberikan
reaksinya berupa penilaian terhadap apa yang dikatakan penulis. Selanjutnya, ia
mengembangkan pemikiran-pemikirannya sendiri untuk membentuk gagasan baru,
mengembangkan wawasan baru, pendekatan baru, serta pola-pola pikirnya sendiri.
Henry Guntur Tarigan(2008:58) berpendapat bawa membaca pemahaman
(reading for understanding) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk
memahami :
1) Standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards);
2) Resensi kritis ( critical review);
3) Drama tulis (printed drama);
4) Pola-pola fiksi ( patterns of fiction).
Menurut I Gusti Ngurah Oka (1983:71-73) macam-macam pengajaran
membaca mencakup :
1) Pengajaran membaca permulaan
Pengajaran rnembaca ini disajikan kepada siswa tingkat-tingkat permulaan
Sekolah Dasar. Tujuannya adalah membinakan dasar-dasar mekanisme membaca,
sepert i misalnya kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa
yang diwakilinya, membina gerak mata memhaca dari kiri ke kanan, membaca kata-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kata, dan kalimat-kalimat sederhana dan lainnya.
2) Pengajaran membaca nyaring
Pengajaran membaca nyaring ini di satu pihak dianggap merupakan bagian atau
lanjutan dari pengajaran membaca permulaan, dan di pihak lain dipandang.juga sebagai
pengajaran membaca tersendiri yang sudah tergolong tingkat lanjut, misalnya
membaca sebuah kutipan dengan suara nyaring.
3) Pengajaran membaca dalam hati
Pengajaran me mbaca ini membina siswa agar mereka mampu
membaca tanpa suara dan mampu memahami isi tuturan tertulis yang dibacanya,
baik isi pokoknya maupun isi bagiannya. Termasuk pula isi yang tersurat dan
tersirat.
4) Pengajaran membaca pemahaman
Dalam praktiknya, pengajaran membaca pemahaman hampir tak berbeda dari
pengajaran membaca dalam hati.
5) Pengajaran membaca bahasa
Pengajara n membaca in i pada dasarnya me rupaka n alat dar i
pengajaran bahasa. Guru-guru memanfaatkannya untuk membina kemampuan bahasa
siswa.
6) Pengajaran Membaca Teknik
Pengajaran membaca teknik memusatkan perhatiannya kepada pembinaan-
pembinaan siswa menguasai teknik--teknik membaca yang dipandang patut
pelaksanaannya, pengajaran me mbaca te kn ik ser ing ka li ber impit dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pe nga jara n me mbaca nyaring, dan dengan pengajaran membaca permulaan. Di
pihak lain, pengajaran membaca banyak pula terlibat dengan cara-cara membaca
atau tuturan tertulis yang tergolong rumit. Lebih lanjut, dikatakan bahwa selain dari
keenam macam membaca di atas, secara sistematis ada pula lembaga pendidikan
yang dilaksanakan pengajaran membaca cepat yang membina kecepatan
membaca.
Menurut Imam Syaf i’ie (1993: 49-52) strategi dan teknik pengajaran
keterampilan membaca adalah keterampilan membaca akan dapat dikuasai
oleh siswa dengan baik apabila mereka banyak berlat ih membaca. Untuk itu,
perlu dipikirkan strategi yang tepat. Salah satunya ialah memastikan kegiatan
siswa dalam belajar membaca tidak hanya dilakukan di dalam kelas dan jam
pelajaran membaca saja, melainkan juga dilakukan dalam berbagai
kesempatan, baik di sekolah maupun di rumah. Guru Bahasa Indonesia dapat
menyusun perencanaan kegiatan membaca untuk para siswa, bekerjasama dengan
guru-guru bidang studi yang lain. Untuk menunjang pelaksanaan pengajaran
membaca tentunya diperlukan perpustakaan sekolah yang memadai, tersedianya
buku-buku bacaan, baik buku sastra ataupun pengetahuan umum sangat
diperlukan.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa membaca itu memerlukan
beberapa strategi adan teknik berlatih sehingga proses membaca dapat berjalan dengan
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
d. Pengertian Membaca Pemahaman
Ditinjau dari pelaksanaannya, membaca pemahaman lebih cenderung tidak
disuarakan, sehingga semua alat ucap tidak dipakai agar dapat memahami informasi
atau pesan yang disampaikan dalam bacaan bisa lebih cermat tentunya dengan kecepatan
yang wajar. Sebagaimana yang diungkapkan Henry Guntur Tarigan (2008: 30) menyatakan
bahwa kegiatan membaca dalam hati hanya mempergunakan pengaktifan mata dan
ingatan. Dari segi keintensifannya, kegiatan membaca dalam hati lebih cepat daripada
membaca yang disuarakan, karena membaca dalam hati lebih cepat daripada membaca
yang disuarakan, sehingga proses penangkapan idea atau gagasan lebih cepat daripada
membaca yang disuarakan.
Kualitas pemahaman juga dipengaruhi oleh skemata pembaca masing-
masing. Aminudin (1997: 104) menyatakan bahwa membaca pemahaman
merupakan proses memahami paparan dalam bacaan dan menghubungkan gambaran
dalam bacaan dengan skemata pembaca untuk memperoleh informasi secara
menyeluruh. Pendapat serupa dikemukakan oleh Gillet (1994: 35) bahwa
pemahaman merupakan perpaduan informasi baru dengan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Pemahaman sesuatu yang baru dengan melibatkan
pengetahuan yang tersimpan dalam memori yang disebut skemata.
Membaca pemahaman berkaitan erat dengan usaha memahami hal-hal penting
dari apa yang dibacanya. Yang dimaksud membaca pemahaman atau Reading
Comprehention adalah kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail,
penting, dan seluruh pengertian (Agustinus Suyoto, 2009). Pemahaman ini berkaitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
erat dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya. Usaha efektif untuk
memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan: a) mengorganisasikan
bahan yang dibacanya dalam kaitan yang mudah dipahami; dan b) mengaitkan fakta
yang satu dengan fakta yang lain atau menghubungkannya dengan fakta dan konteks.
Menurut Rubin (1982:106), membaca pemahaman adalah proses intelektual
yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata
dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal
Senada dengan itu, Syafii (1999:35) menyatakan bahwa membaca pada
hakikatnya adalah suatu proses membangun pemahaman wacana tulis. Proses ini
terjadi dengan cara menjodohkan atau menghubungkan skemata pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan isi informasi dalam wacana
sehingga membentuk pemahaman terhadap wacana yang dibaca.
Smith (1982:45) menyatakan bahwa membaca pemahaman adalah suatu
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan
informasi baru dengan informasi lama dengan maksud untuk mendapat pengetahuan
baru.
Menurut Gillet (1994:34) membaca pemahaman melibatkan pengetahuan latar,
pengetahuan tentang struktur teks, dan suatu pencarian informasi dalam teks secara aktif.
Agak berbeda dengan Henry Guntur Tarigan (2008: 58) memberikan batasan
membaca pemahaman sebagai kegiatan membaca yang bertujuan untuk memahami
standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standars), resensi kritis
(critical review), drama tulis (printed drama), dan pola-pola fiksi (pattern of fiction).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Membaca kritis menurut Albert sebagaimana yang dikutip H.G. Tarigan (2008:89)
membaca kritis adalah sejenis kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana,
penuh tenggang hati, mendalam evaluatif, serta analitis dan bukan hanya mencari
kesalahan. Membaca ide masih menurut H.G. Tarigan (2008: 11) membaca yang
bertujuan untuk mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat dalam
bacaan.
Kemudian menurut Anderson (1972) dalam H.G. Tarigan (2008: 117)
menyatakan bahwa membaca ide merupakan kegiatan membaca ide merupakan
kegiatan membaca yang bertujuan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari
suatu bacaan; mengapa hal itu merupakan judul atau topik yang baik; masalah apa yang
dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut ; hal - hal apa yang dipelajari dan
dilakukan oleh si tokoh.
Kegiatan membaca ini menuntut pembaca untuk membaca dengan kritis.
Membaca kritis dapat dilakukan dengan membaca sekilas isi bacaan, kemudian
mengajukan pertanyaan seputar isi bacaan tentang informasi yang terkandung dalam
bacaan. Setelah itu dilanjutkan membaca kembali secara teliti setelah mengetahui
informasi penting yang terdapat dalam wacana. Tahap berikutnya meringkas isi bacaan
dan diakhiri dengan menguji diri sendiri tentang apa-apa yang sudah dibaca.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah proses
memahami bacaan pada hal-hal yang penting dengan cermat dan teliti tanpa disuarakan
sesuai dengan apa yang dibacanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Berkaitan dengan aspek mekanis membaca pemahaman, Burmeister (1978:
45), seorang pakar pendidikan bahasa Universitas Texas di El Paso, dalam
Improving Speed of Comprehension in Reading mengawali uraiannya dengan
melontarkan beberapa pertanyaan. Bagaimana mata seseorang bergerak ketika
mereka membaca? Apakah mata tersebut bergerak dengan lembut, seperti ketika
mengawasi seekor burung yang sedang terbang atau menyaksikan pesawat terbang
yang sedang mendarat? Atau apakah mata bergerak, berhenti, bercorak, berhenti lagi,
bergerak lagi dan berhenti lagi?
Penelitian dalam ranah ini jelas menarik bagi para ilmuwan pendidikan yang
banyak berhubungan dengan masalah penelitian akademis, sedangkan hasilnya
diperkirakan banyak menarik minat para instruktur pengajaran bahasa yang
lebih banyak berkiprah dalam ranah yang jauh lebih bersifat praktikal.
Salah satu metodologi yang, digunakan untuk meneliti pergerakan mata. yang
menurut penggagasnya dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja dalam kelas
pengajaran bahasa, adalah dengan meminta salah seorang memperhatikan mata
seseorang ketika dia sedang membaca. Apakah mata si pembaca bergerak dengan
lembut? Jika mata tersebut bergerak dengan lembut, maka dapat dipastikan bahwa
dia tidak sedang membaca.
Lebih jauh pakar pendidikan ini mengatakan bahwa dalam kenyataannya,
tentu saja berdasarkan hasil penelitiannya selama bertahun-tahun, kata (atau kata-
kata) hanya dapat dibaca apabila mata tidak bergerak. Hanya apabila mata
berhenti bergerak, atau terpusat pada satu bagian dari kata, pada satu kata,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
atau pada satu frasa, maka barulah si pembaca mendapatkan apa yang
dinamakan citra visual. Berikutnya, jika memang dikehendaki mata akan bergerak
untuk kemudian berhenti lagi jika si pembaca ingin mendapatkan citra visual yang
lain. Atau dengan kata lain, dalam ,membaca, mata sesorang pembaca haruslah berhenti,
bergerak, berhenti lagi, bergerak lagi, dan seterusnya, jika dia menginginkan
memahami apa yang dibacanya.
Dalam keadaan sebenarnya, khususnya lanjutan dan bukannya hanya satu kata
saja, proses berhenti ketika seseorang membaca secara berkelanjutan dan bukannya
hanya satu kata saja, proses berhenti dan bergerak ini mungkin memerlukan waktu
tidak lebih dari seperenam detik. Spache (1962: 23) dalam l s This A Breakthrough
in R e a d i n g ? menyatakan bahwa lebar rentang jarak yang diperlukan sepasang
mata dalam membaca tidak dapat melebihi tiga kata, atau dengan kata lain
seorang pembaca yang paling cepat sekali pun, berdasarkan hasil penelitian ini,
tidak akan mampu membaca lebih banyak dan tiga kata dalam satu periode tertentu
sebelum dia menggerakkan kembali matanya menuju ke kelompok kata yang
lain.
Mata pembaca harus bergerak pada kumpulan tiga kata berikutnya, setelah
membaca tiga kata, pergerakan inilah yang oleh para pakar pendidikan bahasa
dinamakan saccadic sweep, sebuah pergerakan yang membutuhkan waktu paling
cepat sekitar 1/30 detik. Waktu ini hanya dapat dilakukan oleh seorang pembaca
yang baik dan tentunya waktu ini akan bertambah jika dilakukan oleh pembaca
yang kurang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Jadi, jika hasil kedua penelitian ini digabungkan akan didapatkan bahwa
jumlah waktu total yang dibutuhkan oleh seorang pembaca yang baik untuk
membaca tiga buah kata dan kemudian berpindah pada kelompok tiga kata
berikutnya adalah seperenam detik ditambah sepertiga puluh detik atau sama
dengan seperlima detik. Atau dengan kata lain, dalam satu detik, seorang pembaca
yang baik diperkirakan mampu membaca sekitar 15 kata, atau sekitar 900 kata
dalam satu menitnya. Tentunya dengan pemahaman yang baik pula.
Dari uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman
adalah suatu kombinasi dari pengetahuan huruf, intellect, emosi yang dihubungkan
dengan pengetahuan si pembaca (background knowledge) untuk memahami suatu
pesan yang tertulis.
Turner (1988: 159) mengungkapkan bahwa seorang pembaca dikatakan
memahami bahan bacaan secara baik apabila pembaca dapat:
(1) Mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui
maknanya,
(2) Menghubungkan makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna
yang ada dalam bacaan,
(3) Memahami seluruh makna secara kontekstual, dan
(4) Membuat pert imbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalaman
membaca.
Pearson dan Jhonson dalam Burns, Roe da Ross,(1996:207)
menyatakan bahwa aktivitas membaca pemahaman merupakan suatu kesatuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
proses dan serangkaian proses yang mempunyai ciri tersendiri . Membaca
pemahaman juga merupakan rekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks
yang dibaca sehingga dalam proses membaca terjadi interaksi bahasa dan
pikiran.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa membaca
pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif
melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca
serta dihubungkan dengan isi bacaan. Dengan demikian, terdapat t iga hal
pokok dalam membaca pemahaman, yaitu (1) pengetahuan dan pengalaman
yang telah dimiliki tentang topik, (2) menghubungkan pengetahuan dan
pengalaman dengan teks yang akan dibaca, dan (3) proses memperoleh makna
secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki.
e. Tujuan Membaca Pemahaman
Menurut Rivers dan Temperly (1978) dalam Samsu Somadayo (2011:11)
tujuan utama dalam membaca pemahaman adalah memperoleh pemahaman.
Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang berusaha memahami isi
bacaan/teks secara menyeluruh. Seorang dikatakan memahami bacaan secara baik
apabila memiliki kemampuan sebagai berikut.
(1) Kemampuan menangkap arti kata dan ungkapan yang digunakan penulis,
(2) Kemampuan menangkap makna tersurat dan makna tersirat, dan
(3) Kemampuan membuat simpulan. Semua aspek-aspek kemampuan membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
tersebut dapat dimiliki oleh seorang pembaca yang telah memiliki tingkat
kemampuan membaca tinggi. Namun, tingkat pemahamannya tentu saja terbatas.
Artinya, mereka belum dapat menangkap maksud persis sama dengan yang
dimaksud oleh penulis.
Senada dengan itu, Nutall (1982:167) menyatakan bahwa tujuan membaca
merupakan bagian dari proses membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan
atau makna dari teks yang dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi,
pengetahuan, dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih.
Selain itu, Anderson (1972:208) menyatakan bahwa membaca pemahaman
memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan tersebut antara lain:
(1) Membaca untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta-fakta
(2) Membaca untuk mendapatkan ide pokok,
(3) Membaca untuk mendekatkan urutan organisasi teks,
(4) Membaca untuk mendapatkan kesimpulan,
(5) Membaca untuk mendapatkan klasifikasi, dan
(6) Membaca untuk membuat perbandingan atau pertentangan.
Keterampilan membaca bukanlah sekadar kemampuan mengartikan sintaksis
dan leksikal sebuah teks melainkan juga kemampum menyadari kebermaknaan
dan tujuan informasi. Berbicara tentang tujuan informasi, Morrow (dalam Sri Utari
Subyakto-Nabahan, 1993: 164-165) menyatakan bahwa tujuan membaca adalah
mencari informasi yang: 1) kognitif dan intelektual, yaitu yang digunakan seseorang
untuk menambah keilmuannya sendiri, (2) referensi dan faktual, yaitu yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini, (3) afektif
dan emosional, yaitu yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam
membaca.
Berbicara tentang tujuan membaca Burn, 1996 (dalam Farida Rahim 2008:11)
mengungkapkan bahwa tujuan membaca mencakup 1) kesenangan; 2)
menyempurnakan membaca nyaring; 3) menggunakan strategi tertentu; 4)
memperbaharui pengetahuannnya tentang suatu topik; 5) mengaitkan informasi baru
dengan informasi yang telah diketahuinya; 6) memperoleh informasi untuk laporan
lisan atau tertulis; 7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; 8) menampilkan
suatu eksperimen; dan 9) menjawab pertanyaan yang spesifik.
Suyatno (2004: 107) mengungkapkan bahwa tujuan membaca pemahaman
yaitu siswa dapat memahami bacaan secara intensif, tanpa bersuara, dan tuntas. Siswa
memahami bacaan tertentu tanpa harus berkomat-kamit, sangat rukun, sangat tekun,
dan analitis. Kemudian siswa dapat menjawab pertanyaan bacaan sesulit apapun.
Secara terperinci Anderson yang dikutip oleh Henry Guntur, (2008:9-10)
mengemukakan tujuan utama dalam membaca yaitu untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Maka, arti
(meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kata
dalam membaca. Berikut ini beberapa tujuan yang penting dalam kegiatan
membaca pemahaman.
a ) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah
dilakukan oleh si tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk me mecahkan masalah-
masalah yang dibuat oleh sang tokoh.
b) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik
dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari
atau yang dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh
sang tokoh untuk mencapai tujuan
c) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita. apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan
ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu
masalah, adegan-adegan dan kejadian-kejadian buat dramatis.
d) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh
merasakan sepert i cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh
sang pengarang kepada para pembaca mengapa para tokoh berubah, kualitas
yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.
e) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak bisa, tidak
wajar, mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita atau apakah
cerita itu benar atau tidak benar.
f) Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan
ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh
sang tokoh. atau bekerja sepert i cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.
g) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,
bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagairnana dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
cerita mempunyai perasaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca.
Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca
pemahaman adalah menemukan, memperoleh informasi, mencakup isi, memahami
makna bacaan, dan mengetahui topik yang baik dan menarik yang ada dalam
cerita.
f. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman
Mc Laughlin dan Allen (2002) dalam Samsu Somadayo (2011: 16), prinsip-
prinsip membaca pemahaman yang didadasarkan pada penelitian yang paling
mempengaruhi pemahaman membaca yakni:
(1) Pemahaman merupakan proses konstruksi sosial,
(2) Keseimbangan kemahiraksaraan,
(3) Guru membaca yang profesional (unggul) memengaruhi belajar siswa,
(4) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif
dalam proses membaca,
(5) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna,
(6) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai bahan bacaan
pada berbagai tingkat kelas,
(7) Perkembangan kosa kata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman
pembaca,
(8) Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman,
(9) Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(10)Asesmen yang dinamis yang menginformasikan pembelajaran membaca
pemahaman.
Brown (1984: 54) menyatakan bahwa prinsip utama pembaca yang baik
ialah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses membaca. Mereka
mempunyai tujuan yang jelas serta memonitor tujuan membaca mereka dari teks
bacaan yang mereka baca. Pembaca yang baik menggunakan strategi pemahaman
untuk mempermudah membangun makna. Strategi ini mencakup tinjauan,
membuat pertanyaan sendiri, membuat hubungan, memvisualisasikan, mengetahui
bagaimana membentuk makna, memonitor, meringkas, dan mengevaluasi.
Anderson dalam Burns,dkk (1996: 43), pembaca yang baik bisa
mengintergrasikan informasi dengan terampil dalam teks dengan pengetahuan
sebelumnya tentang topik. Sebaliknya, pembaca yang tidak baik mungkin
terlampau menekankan simbol-simbol dalam teks atau terlampau menekankan
pengetahuan sebelumnya tentang topik.
Bertolak dari beberapa ahli tersebut di atas, dari beberapa ahli dapat
disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah berpartisipasi aktif dalam proses
memahami sebuah topik dalam konteks. Prinsip-prinsip yakni pemahaman
terhadap proses kontruktivitis sosial, keseimbangan kemahiraksaraan, serta
strategi dan keterampilan yang bisa diajarkan guru dalam pembelajaran membaca
pemahaman.
g. Manfaat Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman memiliki banyak manfaat. DeBoer dan Dallmann
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
(1966: 7) menjelaskan bahwa “Reading is an important means of introducing the
child to the surrounding; world. In this fact, we find opportunity as well as our
Challenge. Through reading the child can view ever-widening horizons and explore
ever-new areas in the world of things, people, and events". Dengan kata lain,
membaca sebagai alat untuk memperkenalkan anak kepada dunia. Melalui
kegiatan membaca, siswa akan memperoleh manfaat tentang pengetahuan dan
perkembangan yang ada di dunia (membuka cakrawala dunia).
Secara lebih lengkap, DR. Aidh bin Abdullah al-Qarni (dalam Dwi Putri (2006 )
menambahkan bahwa manfaat membaca yaitu:
1) Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.
2) Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam
kebodohan.
3) Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa
berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja.
4) Dengan sering membaca, orang bisa mengembangkan keluwesan dan
kefasihan dalam bertutur kata.
5) Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara
berpikir.
6) Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan
memori dan pemahaman.
7) Dengan membaca, orang mengambil manfaat dari pengalaman orang lain,
kearifan orang bijaksana dan pemahaman para sarjana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
8) Dengan sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya; baik
untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk
mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup.
9) Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari
keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia.
10) Dengan sering membaca, orang bisa menguasai banyak kata dan
mempelajari berbagai tipe dan model kalimat; lebih lanjut lagi ia bisa
meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk
memahami apa yang tertulis "diantara baris demi baris" (memahami apa yang
tersirat).
Berpijak dari hal di atas di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat
membaca adalah dapat mengembangkan kemampuannya baik untuk mendapat
dan memproses ilmu pengetahuan maupun mempelajari berbagai disiplin ilmu
dan aplikasinya dalam hidup.
h. Aspek-aspek Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman
Keterampilan seseorang dapat diukur mela lui tes. baik tes yang
bersifat sub jektif maupun objektif. Soenardi Djiwandono (1996: 64-65)
menyatakan bahwa tujuan pokok penyelenggaraan tes membaca adalah
mengetahui dan mengukur tingkat keterampilan memahami makna tersurat, tersirat
maupun implikasi dari isi suatu bacaan. oleh karenanya dapat dipilih tes bentuk
subjektif maupun objektif`. Tes bentuk subjektif dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan
yang dijawab melalui jawaban panjang dan lengkap atau sekadar jawaban pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Berbeda dengan tes objektif dapat disusun dalam bentuk tes melengkapi, menjodohkan,
pilihan ganda, atau bentuk-bentuk gabungan.
Burhan Nurgiyantoro (2001: 253) mengungkapkan bahwa pengukuran kegiatan
membaca dapat mencakup dua segi yaitu keterampilan dan kemauan. Keterampilan
membaca lebih berkaitan dengan aspek kognit if yang mencakup enam
tingkatan, yaitu (1) tes keterampilan membaca tingkat ringan, (2) tes keterampilan
membaca tingkat pemahaman, (3) tes keterampilan membaca t ingkat penerapan,
(4) tes keterampilan membaca tingkat analisis, (5) tes keterampilan membaca
tingkat sintesis, (6) tes keterampilan membaca tingkat evaluasi, Faktor kemauan
berkaitan dengan aspek afektif. Jadi, membaca pemahaman pada siswa SMA/MA ada
pada tes membaca tingkat ketiga yaitu tes keterampilan membaca tingkat pemahaman
lanjut.
Sebagaimana halnya tes untuk keterampilan berbahasa, tes untuk mengetahui
tingkat keterampilan memahami isi bacaan dapat diselenggarakan dengan
menggunakan berbagai format tes yang tersedia. Tes membaca dapat disajikan dalam
bentuk tes subjektif dengan pertanyaan-pertanyaan yang wajib melalui jawaban
panjang dan lengkap, atau sekadar jawaban-jawaban pendek. Tes membaca juga
dapat disajikan dalam bentuk objektif, setelah melengkapi, menjodohkan, pilihan
ganda, atau bentuk-bentuk gabungan.
Menurut Rockhan dan Martutik (1991: 42-43) tes membaca dimaksudkan
untuk mengukur keterampilan tes dalam memahami suatu bacaan. Untuk mengukur
keterampilan memahami bacaan diperlukan bahan tes yang berupa bacaan. Tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
membaca merupakan tes bahasa untuk mengukur keterampilan seseorang dalarn
memahami suatu bacaan yang di dalamnya melibatkan aspek: pemahaman bahasa
dan lambang tertulis, gagaasan, serta nada dan gaya bahasa.
Sikap dan kemauan membaca yang bagian afektif itu akan sangat
mempengaruhi dua aspek yang lain, kognitif dan psikomotorik. Dalam
kaitannya dengan penngajaran membaca di sekolah, kita juga perlu "mengukur" sikap
dan kemauan membaca siswa. Penilaian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
masalah sikap tidak mempergunakan teknik tes, melainkan teknik nontes.
Pelaksanakan tes membaca pemahaman di atas, diperlukan indikator
keterampilan membaca pemahaman. Berkaitan dengan indikator tersebut, David Russel
dalam Ahmad Slamet Harja Sujana, (1985: 65-66) menyatakan bahwa kompetensi
membaca adalah kemampuan memberi respons yang tepat dan akurat terhadap
tuturan tertulis yang dibaca, termasuk di dalamnya adalah: (1) keterampilan memberi
respons komunikatif terhadap kata-kata urutan kalimat yang diamati pada
permukaan bacaan atau yang sering disebut kemampuan membaca yang tersurat,
(2) keterampilan memberikan interpretatif terhadap hal-hal yang tersimpan di
sela-sela atau dibalik permukaan bacaan atau yang sering disebut dengan kemampuan
membaca tersorot, dan (3) keterampilan memberikan respons evaluatif imajinatif
terhadap keseluruhan bacaan.
Sementara itu, Smith (2006) dalam massofa (2008) mengelompokkan
tingkat keterampilan membaca pemahaman menjadi 4 kategori, yaitu 1)
pemahaman literal, 2) interpretasi, 3) membaca krit is. dan 4) membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
kreatif.
Berbeda dengan Smith, Anderson (1972: 106) membedakan t ingkat
pemahaman atas t iga t ingkatan yaitu: (1) membaca barisan, (2) membaca
antarbarisan, dan (3) membaca di luar barisan. Membaca barisan diart ikan
sebagai memahami arti harfiah, membaca antarbarisan diartikan
menginterpretasikan maksud tulisan, dan membaca di luar barisan diartikan
menarik kesimpulan dari generalisasi. Selanjutnya, Anderson menyatakan bahwa
ada tujuh kemampuan yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1) kemampuan
mengetahui makna kata, (2) kemampuan mengetahui fakta, (3) kemampuan
menentukan tema pokok, (4) kemampuan memahami hubungan timbal-balik, (5)
kemampuan menganalisis (6) kemampuan menyimpulkan, dan (7) kemampuan
melihat tujuan pengarang.
Sehubungan dengan kompetensi yang dituntut dalam membaca, Munby
dalam Grellet, (1986:4-5) menyatakan bahwa ada sembilan belas kompetensi yang
dituntut agar seseorang dapat membaca dengan baik. Selanjutnya, dia menjelaskan
bahwa indikator keterampilan membaca tersebut dapat dilihat dari kemampuan
siswa dalam (1) menetapkan ide pokok, (2) memilih butir-butir penting, (3)
mengikuti petunjuk-petunjuk, (4) menentukan organisasi bahan bacaan, (5)
menentukan citra visual dan citra lainnya dalam bacaan, (6) menarik kesimpulan-
kesimpulan, (7) menduga dan meramalkan dampak dari kesimpulan, (8)
merangkum bacaan, (9) membaca fakta dari pendapat, (10) memperoleh informasi
dari aneka sarana khusus, seperti ensiklopedia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Berbeda dengan pendapat di atas, Davies dan Widdowson (1974: 167)
menyatakan bahwa indikator-indikator untuk mengukur kemampuan membaca
pemahaman terdiri atas: (1) acuan langsung yang dirinci dalam kemampuan
memahami makna kata, istilah, ungkapan, kemampuan menangkap informasi
dalam kalirnat dan kemampuan menjelaskan ist ilah; (2) penyimpulan yang
dirinci dala m ke ma mpuan menemukan sifat hubungan suatu ide dan kemampuan
menangkap isi bacaan baik tersurat maupun tersirat; (3) dugaan yang dirinci dalam
kemampuan menduga pesan yang terkandung dalam bacaan clan kemampuan
menghubungkan teks dengan situasi komunikasi, (4) penilaian, yang dirinci dalam
kemampuan menilai isi teks, kemampuan menilai ketepatan organisasi bacaan, dan
kemampuan menilai ketepatan pengungkapan informal.
Aktivitas membaca melibatkan proses mental (berpikir) sepert i
penilaian, penalaran, pertimbangan, pengkhayalan, dan pemecahan masalah. Dalam
kegiatan membaca, pembaca akan melibatkan dirinya secara aktif dalam bacaan,
mengolah inf'ormasi visual clan nonvisual, serta merekonstruksikan isi tersurat dan
tersirat apa-apa yang terkandung dalam bacaan. Pembaca melibatkan beberapa
kemampuan sepert i kemampuan linguistik, psikologis, dan perseptual. Dalam
kaitannya dengan kajian penelitian ini, pemahaman yang dinilai mencakup : (1)
pemahaman literal ; (2) pemahaman interpretatif; (3) pemahaman kritis, dan (4)
pemahaman kreatif. Sementara itu, aspek yang diukur dari masing-masing
pemahaman di atas dikembangkan peneliti dengan bersumber pada teori atau
konsep-konsep yang telah dipaparkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Bertolak dari paparan tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa kompetensi
membaca siswa dikatakan baik atau tidak, dapat ditentukan melalui kecekatan
mereka dalam: (a) mengingat dan mengenali kembali apa yang tertulis dalam teks
bacaan, (b) memahami informasi yang dinyatakan secara tersurat (eksplisit)
dalam bacaan, (c) memahami informasi yang dinyatakan secara tersirat (implisit).
(d) membuat kesimpulan berdasarkan bahan bacaan, (e) menganalisis beberapa
informasi yang diperoleh dari bahan bacaan. (f) mengorganisasi informasi yang
diperoleh dari bacaan, (g) menilai bahan bacaan yang telah dibaca (h) mengapresiasi
bahan bacaan yang telah dibaca.
Berpijak pemaparan konsep teoretik di atas, dapat disimpulkan bahwa
sebagai suatu kecekatan pembaca (dalam hal ini siswa) dalam
mendayagunakan seluruh fungsi kognitif mentahnya untuk mernahami
lambang/simbol bahasa tertulis seperti kata, frasa, kalimat yang terdapat dalam
bacaan, baik secara tersirat (pemahaman literal) maupun tersirat (pemahaman
interpretasi, kritis, kreatif) dengan tepat. Jadi, kompetensi membaca pemahaman
merupakan aktivitas dari seluruh potensi fisik maupun psikologis.
Tes subjektif digunakan untuk mengetes kompetensi membaca dalam
penelitian ini, yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaiatan dengan teks
bacaan. Responden diminta membaca teks bacaan yang berbeda-beda (teks
bacaan tidak harus utuh ada yang berupa penggalan dari sebuah wacana) yang
telah ditetapkan penulis. Setiap teks bacaan yang berbeda diikuti beberapa
nomor pernyataan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tingkatan kognitif dari hasil belajar membaca ini ditentukan dengan
berdasarkan pada acuan t ingkatan hasil belajar kognitif menurut Taksonomi
Bloom, yaitu: (1) ingatan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) analisis, (5)
sintesis, dan (6) evaluasi. Sementara itu indikator yang diukur menurut tingkatan
hasil belajar tersebut dapat dijelaskan berikut ini.
Indikator untuk mengukur aspek ingatan responden pada teks bacaan yang
telah dibaca adalah mereka harus mampu menyebutkan kembali fakta, definisi,
atau konsep yang terdapat dalam teks bacaan; sedangkan, untuk mengukur aspek
pemahaman terhadap teks bacaan yang telah dibaca adalah mereka harus mampu
memahami bacaan, mencari hubungan antarhal, sebab akibat, dan persamaan
antarhal.
Aspek penerapan diukur a ta u d iindikat o r me la lui ke ma mpuan
pembaca dalam menerapkan atau memberi contoh. Sementara itu, untuk mengukur
aspek analisis teks bacaan, responden harus mampu menganalisis, atau
mengidentifikasi informasi.
Kemampuan pembaca dalam menghubungkan konsep atau masalah yang
terdapat dalam teks bacaan merupakan indikator untuk mengukur aspek sintesis, dan
aspek evaluasi diukur melalui kemampuan pembaca dalam memberikan penilaian
terhadap isi wacana.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
aspek-aspek penilaian keterampilan membaca pemahaman adalah keterampilan
memberi respons yang tepat dan akurat terhadap tuturan tertulis yang dibaca, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kedalamannya termasuk: (1) keterampilan memberi respons komunikatif terhadap
kata-kata urutan kalimat yang diamati pada permukaan bacaan, (2) keterampilan
memberikan interpretatif terhadap hal-hal yang tersimpan di sela-sela atau dibalik
permukaan bacaan, (3) keterampilan memberikan respons evaluatif-imajinatif
terhadap keseluruhan bacaan.
2. Hakikat Pendekatan Quantum Learning
a. Pengertian Pendekatan
Pendekatan adalah seperangkat asumsi korelasi yang menangani hakikat
pengajaran dan pembelajaran bahasa. Pendekatan memerikan hakikat pokok
bahasan yang diajarkan (Depdiknas, 2007:70).
Iskandar Wasid dan Dadang Sunendar (2009:40) mengungkapkan bahwa
pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya
berupa asumsi yang saling berkaitan.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
siswa (student centered approach), dan (2) pendekatan pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach) (Abin Syamsuddin
Makmun, 2003: 26)
Imam Syafi’i (1993:16) menjelaskan bahwa istilah pendekatan dalam pengajaran
bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakikat bahasa dan pembelajaran yang
berfungsi sebagai landasan dan prinsip pengajaran bahasa. Setiap pendekatan dalam
pengajaran bahasa mempunyai karakteristik tertentu.
Pendekatan berada pada tingkat yang tertinggi, yang kemudian diturunkan atau
dijabarkan dalam bentuk metode. Selanjutnya metode dituangkan atau diwujudkan
dalam sebuah teknik.
Metode merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan bahasa secara rapi
dan tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang dikontradiksi, dan kesemuanya itu
didasarkan pada pendekatan yang dipilih. Pendekatan bersifat aksiomatis sedangkan
metode bersifat prosedural. Di dalam satu pendekatan mungkin terdapat banyak
metode.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan adalah sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu.
b. Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan guru di dalam kelas ada
bermacam-macam (Andayani, 2009: 2) antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1) Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah sebuah konsep pembelajaran yang
membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata pelajarannya
dengan situasi nyata. Situasi nyata yang disajikan dalam pembelajaran adalah
situasi nyata yang benar-benar dialami dalam kehidupan siswa. Penerapan
pendekatan ini dapat memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan
dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sebagai anggota keluarga dan
bahkan sebagai anggota masyarakat.
2) Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran koopertif adalah adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sengaja mengembangkan interaksi yang saling silih asuh untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan,
sebagai latihan hidup di masyarakat.
3) Pendekatan Pembelajaran Quantum Learning
Dalam pembelajaran, Quantum Learning merupakan interaksi yang
mengubah energi menjadi "cahaya". Sebagai pelajar tujuannya adalah meraih
sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi
cahaya.
4) Pendekatan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia
siswa, dan ada kaitannya dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari
berbagai materi pelajaran.
Berdasarkan jenis pendekatan tersebut di atas, maka dapat ditarik simpulan
bahwa dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar mempunyai beberapa cara yaitu: pendekatan kontekstual,
pembelajaran kooperatif, pembelajaran quantum learning, dan pembelajaran
tepadu
c. Pengertian Quantum Learning
Istilah quantum berasal dari ilmu fisika yang berarti energi cahaya. Dalam
quantum learning merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi "cahaya".
Sebagai pelajar tujuannya adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi,
hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Bobbi De Porter dan
Henacki,2005:16).
Selanjutnya, Hernowo (2005:29) mengartikan quantum learning sebagai
interaksi yang terjadi dalam prosess belajar sehingga mampu mengubah potensi
yang ada pada diri manusia menjadi pancaran dalam memperoleh hal-hal baru
untuk ditularkan kepada orang lain.
Quantum Learning merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses
belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta. membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat (Akhmad Sudrajad :
2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Berdasarkan pengertian quantum learning, maka quantum learning untuk
menggerakkan energi potensial pelajar agar berfungsi dalam interaksi proses
pembelajaran sehingga pembelajar menjadi mampu melakukan hal-hal seperti
menulis laporan IPA (sains) dan khususnya membaca pemahaman.
Berkaitan dengan pendekatan quantum learning, Suyatno (2004:31)
mengungkapkan bahwa pendekatan quantum learning mencakup petunjuk
spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang
kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Pendekatan
quantum learning adalah pengubahan bermacam-macam, interaksi yang ada di
dalam dan di sekitar momen belajar dengan menyingkirkan hambatan yang
menghalangi proses belajar alamiah denmagn secara sengaja menggunakan
musik, mewarnai lingkungan sekeliling, dan keterlibatan aktif siswa dan guru.
Asas yang digunakan adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan
dunia kita ke dunia mereka.
Kelahiran quantum learning sebagai pendekatan pembelajaran di
Indonesia, diawali dengan adanya praanggapan bahwa manusia Indonesia
terjangkit virus keseraga man. Keseragaman in i meliputi sentralist ik dan
uniformistik yang mewarnai pengemasan dunia pembelajaran (Nyoman S.
Degeng, 2005:2-4). Keseragaman yang menjangkiti dunia pembelajaran ini
mengakibatkan kegagalan dalam pembelajaran itu sendiri, karena berlawanan
dengan hakikat murid yang sebenarnya me milik i
keberanekaragaman.Terlebih lagi, pemaksaan melalu i t indakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
keseragaman dalam pe mbelajaran terhadap murid akan menjauhkan dari
keberhasilan belajar.
Berkenaan dengan hal itu Nyoman S. Degeng (2005:4) menjelaskan bahwa
quantum learning ini sebagai "orkestra pembelajaran yang penuh dengan
suasana bebas, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan”.
Penciptaan suasana seperti itu, dapat: (1) dibangun motivasi; (2) ditumbuhkan
simpati dan saling pengertian; (3) dibangun sikap takjub kepada
pembelajaran; dibangun perasaan saling memiliki; dan (5) dapat memberikan
keteladanan.
Quantum learning dalam pembelajaran antara guru dan siswa “ Show teacher
how to orchestrate their student’s success by taking into account “everything” in the
classroom along whit the environment, the design of thecurriculum, and how
it’spresented. The result; a highly-effective way to teach anything to anybody”
(Akhmad Sudrajad, 2006)
Pembelajaran dengan menggunakan quantum learning, guru harus
membawa pikiran siswa ke dalam pikiran guru dan sebaliknya pemikiran guru
menjadi pemikiran siswa. Dengan demikian. ada kedekatan secara psikologis
antara guru dengan siswa. Guru juga harus mengenali gaya belajar siswa,
apakah gaya belajarnya visual (mementingkan segala sesuatu yang dilihat),
apakah audit if (mementingkan pendengaran), apakah kinestetik (memerlukan
gerakan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Hal-ha l yang perlu d ilat ih dala m quantum learning ini menurut
Bobbi de Potter dan Mike Hernacki (2005:24) adalah (1) cara siswa
memusatkan perhatian (konsentrasi), (2) cara mencatat yang benar, (3) cara
belajar menyiapkan ujian, (4) cara membaca cepat, dan (5) cara menumbuhkan
ingatan jangka panjang (long time memory).
Dalam pelaksanaannya quantum learning memiliki petunjuk yang bersifat
spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang bahan ajar,
menyampaikan isi pembelajaran, dan memudahkan proses belajar (De
Porter,2005:4-5). Dalam hal tersebut diuraikan cara-cara efektif pelasanaaan
quantum learning sebagai berikut: (1) partisipasi dengan cara mengubah kelas dari
kelas yang biasa menjadi kelas yang menarik;(2) memotivasi dan menumbuhkan
minat dengan menerangkan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan
TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan);
(3) membangun rasa kebersamaan: (4) menumbuhkan dan mempertahankan daya
ingat; dan (5) merangsang daya dengar anak didik. Semua itu pada hakikatnya akan
menempatkan guru dan murid pada jalur cepat menuju kesuksesan belajar.
“Quantum learning sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dari
berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/
neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada. Quantum Learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan NPL dengan teori,
keyakinan, dan metode” (Massofa,2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Kegiatan pelaksanaan quantum lerning mempunyai dua ciri. Ciri quantum
learning yang pertama adalah penciptaan lingkungan belajar yang perantaranya
bisa diibaratkan dengan tugas kru panggung (Bobbi De Potter, 2005:66). Kru
panggung untuk pementasan mempersiapkan dengan cara menata ruang pentas
mulai dari pencahayaan, tata suara, setiap nuansa warna, dan bentuk yang akan
menentukan dan membantu penyampaian pesan kepada penonton. Demikian pula
terkait dengan penataan lingkungan belajar, dimulai dengan penataan lingkungan
belajarjar. Quantum Learning menekankan pada penciptaan ruangan belajar yang
sama dengan kru panggung, yaitu penciptaan lingkungan menyenangkan mulai dari
penataan perabotan, bantuan visual (alat peraga) baik yang digunakan selama
pembelajaran maupun yang tergantung di dinding kelas, tampilan guru "pleasant
to look it", bila perlu didengarkan musik, semuanya merupakan kunci yang dapat
mcnciptakan lingkungan belajar yang optimal. Oleh sebab itu, dalam proses
pembelajaran guru haruslah "pleasant to look at" (sedap dipandang) karena
berpengaruh positif terhadap siswa untuk betah di kelas.
Ciri quantum learning yang kedua adalah menerapkan falsafah belajar
sugestologi atau sugestopedia, yaitu pada dasarnya sugesti dapat dan pasti
mempengaruhi hasil belajar siswa (Bobbi De Potter dan Henacki,2005:14). Wujud
sugesti dalam interaksi belajar disarankan oleh (Bobbi De Potter dan Henacki,
2005:24) adalah komentar positif. Komentar positif akan membentuk kepercayaan
pada diri siswa ketika belajar. Hal ini berarti bahwa quantum learning menghindari
komentar negatif: misalnya guru mengatakan “Tidak jawaban itu salah, saya heran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
melihatmu.” Komentar posit if akan membentuk kepercayaan pada diri siswa
ketika belajar. Hal ini berarti bahwa quantum learning menghindari komentar
negatif; misalnya guru mengatakan "Tidak jawaban itu salah,saya heran melihatmu".
Komentar negatif ini akan menyebabkan (1) siswa terguncang, sehingga benih-benih
keraguan akan tertanam pada diri siswa, (2) dapat menjadikan siswa berhenti belajar dan
secara tidak sadar akan menutupi atau menghalangi pengalaman siswa dalam belajar,
dan (3) akan membuat perasaan siswa dalam belajar menjadi.terasa tegang dan
terbebani. Istilah lain yang dapat dipertukarkan dalam sugestologi adalah percepatan
belajar (accelerant learning). Percepatan belajar didefinisikan sebagai
memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan dengan
upaya yang normal.
Sehubungan dengan pembelajaran yang dipercepat, Aqib, (2002: 177)
mengartikan istilah quantum learning menjadi quick and quality (cepat dan
berkualitas), bahwasanya proses pembalajaran itu berlangsung cepat sesuai alokasi
waktu yang ditetapkan, namun tetap menjadi sasaran dan tujuan.
Berdasarkan kedua ciri dari quantum learning di atas, maka pelaksanaan
quantum learning dalam kegiatan pembelajaran diarahkan pada (1) suasana
belajar yang menenangkan (peralatan, perabotan, bantuan visual/alat peraga yang
digunakan selama pembelajaran ataupun yang tergantung di dinding kelas,
tampilan guru yang pleasant to look at, dan (2) menekankan sugasti (pemberian
komentar positif) dan pembelajaran yang dipercepat, maksudnya siswa cepat dapat
belajar dalam memperoleh kemampuan tertentu misalnya membaca pemahaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Bertolak dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
quantum learning merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi "cahaya"
sehingga dapat meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi
agar menghasilkan energi cahaya dalam pembelajaran.
d. Pendekatan Quantum Learning dalam Meningkatkan Kualitas Hasil
Keterampilan Membaca Pemahaman di Kelas XI
Pembelajaran membaca pemahaman di SMA/MA termuat dalam standar
kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI. Secara tersurat siswa
diharapkan mampu menemukan gagasan utama tiap paragraf, perbedan, ciri-ciri,
identifikasi paragraf induktif dan deduktif pada teks bacaan. Membaca
pemahaman merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Keberhasilan dari
keterampilan membaca ini sangat bergantung pada sikap, tingkat keseriusan, dan
kesiapan dalam menerapkan model pembelajaran. Maksud pembelajaran yang
dimaksud di sini adalah pendekatan quantum learning dengan metode TANDUR.
Pendekatan Quantum Learning sangat cocok diterapkan untuk siswa kelas XI
SMA/MA, hal ini dikarenakan ada kecenderungan bahwa anak seusia kelas XI
SMA/MA sangat menyenangkan dengan pembelajaran quantum learning yang
diterapkan secara ekstensif atas dasar hal-hal tersebut akan membantu siswa
mencapai tujuan belajarnya dalam proses KBM .
Dengan menerapkan pendekatan quantum learning dengan metode
TANDUR, siswa (khususnya kelas XI) akan dilatih pemahamannya dan dipupuk
rasa senangnya serta sikap positif dalam pekerjaannya maupun terhadap dirinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
sendiri (Nurhadi dan Agus G.S.,2003:60). Agar semua siswa dapat mengambil
manfaat dari aktivitas kerja siswa, mereka hendaknya diberi kesempatan untuk
mengembangkan berbagai keterampilan. Misalnya, siswa perempuan diberi
pengalaman sebagai presenter dan siswa laki-laki diberi pengalaman sebagai
notulis. Semua siswa hendaknya mengembangkan keterampilan berbicara dan
mendengar di hadapan orang lain.
Penerapan pendekatan quantum learning agar mampu meningkatan kualitas
pembelajaran, De Porter, Reardon, dan Singer-Nourie (2001:335) menyatakan
bahwa para pelajar quantum dapat belajar secara menyenangkan dengan
mengikuti petunjuk sebagai berikut. (1) sebelum membaca, lihat materi bacaan
secara sekilas sebelumnya; (2) manfaatkanlah setiap waktu; (3) belajarlah di
tempat dan waktu yang teratur; (4) gunakan musik untuk mengendorkan pikiran;
(5) setiap setengah jam lakukan istirahat selama lima menit; (6) umpan balik
adalah diperlukan untuk mendapatkan keberhasilan dan memberikan arah.
Kelebihan quantum learning adalah (1) siswa dapat lebih aktif dalam
kegiatan belajar mengajar; (2) belajar siswa lebih efektif; (3) latar belakang dalam
proses pembelajaran berupa musik. Kelemahan dari pendekatan quantum learning
adalah diperlukan biaya yang tinggi karena diperlukan media pembelajaran seperti
tape recorder atau laptop. (Aqib,2002:190)
Badan standar Nasional Pendidikan (2006:260) menyatakan bahwa
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dilaksanakan untuk membantu peserta
didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut. Agar tujuan pembelajaran
tersebut dapat tercapai diperlukan strategi pembelajaran membaca pemahaman.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru harus dinamis, demokratis,
berorientasi pada siswa, dan tidak membosankan juga mampu merangsang siswa
kreatif dan inovatif sehingga siswa merasa memiliki kemampuan dan timbul
ketertarikannya pada pelajaran membaca pemahaman.
Proses pembelajaran memerlukan keterampilan guru dalam mengelola kelas,
menyampaikan bahan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
tertentu yang melibatkan sebanyak mungkin kemampuan peserta didik selama
berlangsungnya proses pembelajaran (student centered) dan pembelajaran tuntas
(mastery learning). Jadi, pendekatan quantum learning dengan metode TANDUR
merupakan pendekatan yang tersusun dari berbagai latar belakang, yang sangat cocok
dan menyenangkan untuk pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas XI
SMA/MA.
Bertolak dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan
quantum learning adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru
harus dinamis, demokratis, berorientasi pada siswa, dan tidak membosankan juga
mampu merangsang siswa kreatif dan inovatif sehingga siswa merasa memiliki
kemampuan dan timbul ketertarikannya pada pelajaran membaca pemahaman.
e. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum Learning
Prinsip dapat berarti (1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal
dan (2) sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental. Quantum leraning juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dibangun di atas aturan aksi, hukum, aksioma, dan atau doktrin fundamental
mengenai dengan pembelajaran dan pembelajar. Setidak-tidaknya ada tiga macam
prinsip utama yang membangun sosok quantum learning (Sugiyanto,2011:78).
Ketiga prinsip utama yang dimaksud sebagai berikut.
1. Prinsip utama quantum learning berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar)
ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam
Dunia Mereka (Pembelajar). Setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap
rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas
prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dunia
pembelajar sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga mengharuskan
pengajar untuk membangun jembatan otentik memasuki kehidupan pembelajar.
Untuk itu, pengajar dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki
pembelajar sebagai titik tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah
membelajarkan pembelajar baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan
memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Jika hal
tersebut dapat dilaksanakan, maka baik pembelajar maupun pengajar akan
memperoleh pemahaman baru. Di samping itu berarti dunia pembelajar dan dunia
pengajar diperluas. Di sinilah Dunia Kita menjadi dunia bersama pengajar dan
pembelajar. Inilah dinamika pembelajaran manusia selaku pembelajar.
2. Dalam quantum learning juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran
merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
permainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord. Struktur dasar chord ini
dapat disebut prinsip-prinsip dasar quantum learning.
3. Dalam quantum learning juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus
berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini
bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi quantum learning.
Ada Tujuh prinsip keunggulan yang juga disebut delapan kunci keunggulan
yang diyakini dalam pembelajaran kuantum. Tujuh kunci keunggulan itu sebagai
berikut.
(1) Terapkanlah Hidup dalam Integritas
Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir
ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi
belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain, integritas
dapat membuka pintu jalan menuju prestasi puncak.
(2) Akuilah Kegagalan dapat Membawa Kesuksesan
Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau
kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar
lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil. Kegagalan janganlah membuat cemas terus
menerus dan diberi hukuman karena kegagalan merupakan tanda bahwa seseorang
telah belajar.
(3) Berbicaralah dengan Niat Baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti
positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Niat baik
berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar pembelajar.
(4) Tegaskanlah Komitmen
Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti
visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan. Untuk itu, mereka
perlu melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan. Di sinilah perlu
dikembangkan slogan: Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang memang harus saya
selesaikan, bukan yang hanya saya senangi.
(5) Jadilah Pemilik
Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak
mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. Karena itu, pengajar dan
pembelajar harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas mereka. Mereka
hendaklah menjadi manusia yang dapat diandalkan, seseorang yang bertanggung
jawab.
(6) Tetaplah Lentur
Dalam pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk mengubah yang
sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar, lebih-lebih
pengajar, harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-
pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan. Misalnya, di kelas
guru dapat saja mengubah rencana pembelajaran bilamana diperlukan demi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
keberhasilan siswa-siswanya; jangan mati-matian mempertahankan rencana
pembelajaran yang telah dibuat.
(7) Pertahankanlah Keseimbangan
Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam
satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.
Tetap dalam keseimbangan merupakan proses berjalan yang membutuhkan
penyesuaian terus-menerus sehingga diperlukan sikap dan tindakan cermat dari
pembelajar dan pengajar
Bobbi De Potter dan Henacki (2005:14), menyatakan beberapa prinsip yang
harus diterapkan dalam pembelajaran quantum learning, yaitu.
(1) Segalanya Bicara
Maksudnya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas
yang dibagikan guru hingga rancangan pengajaran guru, keseluruhannya mengirim
pesan tentang belajar.
(2) Memiliki Tujuan
Semua yang terjadi karena guru mempunyai tujuan seperti seorang guru
yang harus secara hati-hati menyusun pelajaran.
(3) Pengalaman Sebelum Pemberian Nama
Otak kiri berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang
akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik
terjadi ketika siswa mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
apa yang mereka pelajari. Pembelajaran berjalan sukses ketika murid mengalami
informasi pada awal pembelajaran.
(4) Mengakui Setiap Usaha
Dalam belajar mengandung risiko, keluar dan rasa nyaman. Pada langkah
ini, mur id berhak atas pengukuran dari kecakapan dan rasa percaya dir i
me reka.
(5) Layak Dipelajari maka Layak Dirayakan (diberi reward)
Perayaan atau memberikan sesuatu reward adalah suatu umpan balik
mengenal kemajuan murid dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
belajar.
Berdasarkan prinsip-prinsip quantum learning di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam pembelajaran, segalanya bicara, memiliki tujuan, pengalaman
sebelum pemberian nama, mengakui setiap usaha, dan layak dirayakan.
f. Langkah-langkah Pendekatan Quantum Learning dalam Pembelajaran
Membaca Pemahaman
Pendekatan pembelajaran adalah cara untuk melaksanakan pembelajaran
dengan pendekatan dan metode yang tepat sehingga diperoleh hasil belajar yang
akurat dan dipercaya. Dengan demikian, dapat dipilih pendekatan yang tepat demi
tercapainya hasil melalui proses membaca pemahaman yang sesuai dengan tujuan
atau standar kompetensi. De Porter (2005:45) menyatakan bahwa salah satu
pendekatan yang digunakan adalah Quantum Learning dan metode yang tepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
digunakan adalah TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi,
dan Rayakan). Unsur-unsur ini membentuk basis struktural keseluruhan yang
melandasi quantum learning.
Jika metode TANDUR ini digunakan dengan baik maka akan diperoleh
pembelajaran yang membuat siswa aktif (dan guru) aktif, dengan begitu
berkembanglah inovatif, dengan inovatif siswa termotivasi bertindak ke hal-hal yang
belum dilakukan oleh temannya. Kreativitas siswa maupun guru berjalan dengan
efektif dan akhirnya menyenangkan bagi semua.
Quantum learning menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses
belajar guru lewat pemaduan seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun
mata pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan pendekatan quantum learning,
guru akan menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan
pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa.
Quantum Learning adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala
nuansanya. Quantum Learning menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan
yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Learning berfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka
belajar. Untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dan agar membuat siswa
menjadi lebih tertarik dalam pembelajaran di kelas, siswa mendengarkan musik
instrumentalia dalam pembelajaran membaca pemahaman.
Langkah-langkah pembelajaran quantum learning dengan metode TANDUR
yang disebutkan oleh De Porter dan Henacki (2005 : 54) adalah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
a) Tumbuhkan
Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu dalam
bentuk; apakah manfaatnya bagiku (AMBAK) jika aku mengikuti topik pelajaran ini
dengan guruku? Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam
suasana relaks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke dalam pikiran
mereka dan bawalah alam pikiran mereka ke dalam pikiran anda, yakinkan siswa
mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa, bukan
suatu keharusan. Tumbuhkan niat yang kuat pada diri Anda bahwa anda akan menjadi
guru dan pendidik yang hebat.
b) Alami
Unsur ini mendorong hasrat alami otak untuk “menjelajah”. Cara apa yang
terbaik agar siswa memahami informasi? Kegiatan apa yang dapat diberikan agar
pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki siswa bertambah.
c) Namai
Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada topik tertentu, ajak mereka
untuk menulis di kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh, apakah itu
informasi, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Ajak mereka untuk
menempelkan nama-nama tersebut di dinding kelas dan dinding kamar tidurnya.
d) Demonstrasikan
Melalui pengalaman belajar siswa mengerti dan mengetahui bahwa dia
memiliki kemampuan (kompetensi) dan infomasi (nama) yang cukup, sudah saatnya
dia mendemonstrasikan dihadapan guru, teman, maupun saudara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
e) Ulangi
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu
bahwa aku tahu ini”
f) Rayakan
Perayaan adalah ekspresi kelompok atau seseorang yang telah berhasil
mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik. Jadi, jika siswa sudah
mengerjakan tugas dan kewajibannya dengan baik, layak untuk dirayakan lewat:
bertepuk tangan, bernyanyi bersama-sama, atau secara bersama-sama mengucapkan:
“Aku berhasil”.
Langkah-langkah Pokok pembelajaran membaca pemahaman dengan
pendekatan quantum learning sebagai berikut.
a) Pendahuluan
Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam. Setelah itu, guru
memeriksa kehadiran siswa, kebersihan kelas dan kerapian siswa sebagai wujud
kepedulian terhadap lingkungan.
b) Kegiatan Inti
Materi : Paragraf yang berpola deduktif dan induktif
Metode yang digunakan : TANDUR
Pendekatan yang digunakan : Quantum Learning
Langkah-langkah pembelajaran:
1. Tumbuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Guru mengingatkan siswa tentang macam-macam paragraf dengan memutarkan
sebuah gambar-gambar lewat media yang diiringi musik dan berkaitan dengan
paragraf yang disuguhkan serta memberikan soal yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari,. bacaannya sebagai berikut.
Pagi itu langit cerah. Angin bertiup lembut. Matahari dengan malu-malu
menampakkan dirinya dari timur. Sinarnya yang hangat dan menyegarkan mencuci
kaki langit, membias ke awan-awan. Kicauan burung-burung menambah pesona
alam. . . . . alangkah indahnya.
Musim kemarau yang panjang menyebabkan halaman MAN 2 Madiun penuh
dengan debu ketika murid-murid bermain dihalaman. Mereka bermain dengan riang
gembira, masing-masing sibuk dengan permainannya sendiri. Anak-anak cowok ada
yang bermain sepak bola,basket, dan ada juga yang bermain bola voli. Sementara
anak-anak cewek banyak yang duduk diteras sekolah dan ada juga anak yang lagi
mempelajari pelajaran yang akan disampaikan. Mereka sama-sama bermain dengan
ceria penuh canda dan tawa.
Tiba-tiba sedang asyiknya mereka bermain terdengar suara bel berbunyi
tanda masuk. Mereka segera menghentikan permainannya.
“ Masuk….masuk….,” teriak anak-anak sambil menuju ke kelasnya masing-
masing.
Suasana didepan kelas menjadigaduh, karena itu sudah kebiasaan bila masuk
ke kelas. Sesaat kemudian Bapak dan Ibu Guru masuk ke kelas, siap untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
memberikan materi yang akan dipelajari. Mereka diam tak bersuara, lebih-lebh
murid kelas X. Disalah satu kelas dikelas X ada seorang anak yang rajin dan pandai
tetapi dia termasuk anak orang miskin, dia bernama Arman dia menjadiketua kelas
dikelas tersebut, kemudian Arman menyiapkan untuk berdoa.
“Teman-teman sekalian, marilah kita bersama-sama membaca surat Al-
Fatihah sebagai doa pembukaan pelajaran kita hari ini, berdoa dimulai!”....
Dari paragraf tersebut, sebutkan jenis paragraf berdasarkan kalimat utamanya
dan kalimat penjelasnya. Kemungkinan jawaban yang dilontarkan siswa yaitu:
paragraf deduktif, induktif, ineratif, dan campuran.
Selain itu, guru juga mengingatkan siswa tentang penentuan gagasan utama
masing-masing paragraf,perbedaan paragraf induktifdan deduktif dan lain-lain.
Dalam hal ini, siswa diminta untuk menyatakan idenya ke dalam bahasa Indonesia.
Dengan pemberian soal tersebut, siswa diharapkan mengembangkan kemampuan
komunikasi berbahasa Indonesia, khususnya dalam menyatakan peristiwa sehari-hari
ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat termotivasi dan
lebih siap untuk mengikuti pembelajaran.
2. Alami
Guru menayangkan gambar-gambar yang berkaitan dengan tema pembelajaran
hari itu di media LCD. Masing-masing memberikan tanggapan terhadap gambar
seperti yang dialami dalam kehidupan sehari-hari . Setelah guru memberikan bacaan,
siswa dapat menentukan jenis paragraf induktif dan deduktif, gagasan utama, ciri-ciri,
perbedaan, dan identifikasi paragraf induktif dan deduktif. Guru membimbing siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dalam berdiskusi. Dengan pemberian bacaan tersebut, siswa diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi bahasa Indonesia mereka, khususnya
dalam menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa Indonesia, serta
menjelaskan pengertian paragraf, jenis/pola paragraf secara lisan atau tulisan. Setelah
diskusi, beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka, sedangkan
kelompok lain menyimak dan boleh bertanya jika ada yang kurang dimengerti.
3. Namai
Guru menayangkan contoh paragraf, siswa menyebutkan paragraf yang
ditayangkan guru tersebut
4. Demonstrasikan dan Ulangi
Guru memberikan latihan soal untuk menguatkan pemahaman siswa mengenai
jenis paragraf. Setelah itu, siswa diminta untuk mengerjakan dan menjelaskannya di
depan kelas.
5. Rayakan
Guru bersama siswa mengevaluasi pembelajaran yang telah berlangsung,
kemudian merayakannya (misalnya dengan tos lima jari, tepuk tangan yel-yel, atau
berteriak kemenangan, baik sesama siswa maupun siswa dengan guru).
c) Penutup
Guru memberikan tugas kepada siswa sebagai pekerjaan rumah (PR) untuk
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dan dipandang sebagai penelitian mengenai
pembelajaran membaca pemahaman pada sekolah/ Madrasah yang dilakukan di
MAN 2 Madiun. Adapun yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
Bambang Subiyanto (2002) yang menyimpulkan bahwa (1) kemampuan membaca
pemahaman dan sikap terhadap sastra berkoleratif positif dengan kemampuan
apresiasi cerpen dan (2) kemampuan membaca pemahaman memiliki sumbangan
yang paling besar terhadap kemampuan apresiasi cerpen dibanding variabel yang lain.
Persamaan dengan penelitian ini pada penekanan kemampuan membaca pemahaman
yang menjadi variabel. Perbedaan dengan penelitian ini pada sumbangan yang
diberikan lebih menekankan pada kemampuan apresiasi cerpen kalau penelitian ini
pada metode yang digunakan yaitu quantum learning. Selain itu jenis penelitian ini
cenderung ke Penelitian Tindakan Kelas ( penelitian kualitatif) sedangkan Bambang
Subiyanto pada penelitian kuantitatif.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Andang Muhammad Indro Birowo
(2002;116) yang berjudul “Hubungan Antara Kemampuan Membaca Pemahaman dan
Sikap Bahasa dengan kemampuan Berbicara Siswa SLTP Negeri 3 Jatipura”. Hasil
penelitiannya membuktikan adanya hubungan positif antara kemampuan membaca
pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan kemampuan berbicara.
Persamaannya pada penelitian membaca pemahaman, perbedaannya pada variabel
kedua membaca pemahaman dikaitkan dengan sikap berbahasa dengan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
berbicara. Pada penelitian ini variabel kedua pada metode yang digunakan yang
berbeda yaitu metode quantum learning dan subjek serta setting penelitiannnya.
Michel Pressley Handbook of Reading Research: Volume III ( Pressley 2000)
mengungkapkan bahwa ada berbagai cara divalidasi dengan baik untuk meningkatkan
membaca pemahaman pada siswa melalui interuksi yang dirangkum dalam sebuah
artikel. Selain itu, hipotesis baru tentang intruksi membaca pemahaman yang efektif
muncul dan ini juga diringkas. Kalau dalam penelitian ini persamaannya
menggambarkan tentang membaca pemahaman yang diterapkan di sebuah sekolah.
Perbedaanya pada pendekatan yang digunakan peneliti menggunakan pendekatan
quantum learning.
Berdasarkan berbagai penelitian yang diuraikan di atas, relevansinya dengan
penelitian ini mengenai pembahasan membaca pemahaman dan Quantum Learning.
C. Kerangka Berpikir
Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang
dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman terhadap isi bacaan. Membaca
mengarah kepada pemahaman yang memerlukan otak. Otak diperlukan dalam proses
penalaran. Dengan proses penalaran, pembaca berusaha menemukan dan memahami
informasi yang dikomunikasikan oleh pengarang melalui karangan yang
bersangkutan. Di samping melibatkan kemampuan otak kegiatan membaca juga
melibatkan faktor-faktor psikologis, khususnya berkaitan dengan motivasi. Oleh
karena itu pembaca perlu mengoptimalkan potensi otak dan meningkatkan motivasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Keterampilan membaca pemahaman di MAN 2 Madiun masih rendah. Hal ini
dapat diketahui dari nilai ulangan bahasa Indonesia khususnya kompetensi dasar
membaca. Siswa yang mencapai batas ketuntasan pada KD membaca ini hanya 40%
sedangkan selebihnya mencapai batas ketuntasan yaitu 60%.
Penyebab rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa di atas dapat
diindikasikan dari beberapa faktor antara lain: 1) Motivasi baca siswa yang masih
rendah; 2) Guru kurang tepat dalam menerapkan pendekatan pembelajaran. Oleh
karena itu untuk mencapai tujuan pembelajaran membaca pemahaman yang
diharapkan dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran yang dapat meningkatkan
keterampilan membaca pemahamn. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga
dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan
pendekatan quantum learning.
Setelah diterapkan pendekatan pembelajaran tersebut, diharapkan motivasi
baca siswa meningkat yang pada akhirnya sasaran utama meningkatnya proses dan
hasil pembelajaran keterampilan membaca pemahaman siswa akan terwujud.
Bertolak pada uraian di atas dapat disusun kerangka berpikir dalam penelitian
ini sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Guru belum menerapkan pendekatan pembelajaran yang
tepat
Penerapan Pendekatan Quantum Learning (Pengajaran yang menyenangkan siswa)
Prestasi keterampilan membaca pemahaman tinggi
Motivasi membaca siswa meningkat
Kondisi awal, pembelajaran membaca pemahaman di MAN 2 Madiun
Keterampilan membaca pemahaman rendah
Motivasi membaca siswa rendah
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran menyenangkan
terasa tepat
Kondisi akhir, keterampilan membaca pemahaman meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
D. Hipotesis Tindakan
Pendekatan Quantum Learning akan membantu mengembangkan keterampilan
membaca pemahaman siswa, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun tahun
ajaran 2011/2012. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai
berikut.
1. Pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran keterampilan membaca pemahaman siswa kelas XI IPS 2 MAN
2 Madiun tahun ajaran 2011/2012.
2. Pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran keterampilan membaca pemahaman siswa kelas XI IPS 2 MAN
2 Madiun tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB III
METODOLOGI PENELITAN
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk memperbaiki proses dan hasil
pembelajaran membaca pemahaman yang kurang berhasil. Berdasarkan hal tersebut,
penelit ian ini berusaha untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran
membaca pemaharnan siswa kelas XI IPS2 MAN 2 Madiun. Untuk itu bab ini akan
dibahas: (A) setting penelitian, (B) subjek penelitian, (C) sumber data, (D) teknik
pengumpulan data, (E) validitas data , (F) teknik analisis data, (G) indikator
keberhasilan kinerja. (H) prosedur penelitian.
A. Setting Penelitian
1 . Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS2 MAN 2 Madiun, Kelurahan
Mojorejo, Kecamatan Taman Kota Madiun, dengan alasan sebagai berikut.
1) Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain:
keterampilan siswa dalam memahami isi bacaan masih rendah. hal tersebut
dikarenakan belum mendapatkan pendekatan pembelajaran membaca
pemahaman yang tepat.
2) Sebagian besar guru masih mengandalkan ceramah sebagai metode dalam
pembelajaran.
3) Sekolah ini belum pernah digunakan sebagai objek penelitian sejenis, sehingga
terhindar dari kemungkinan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
4) Peneliti adalah salah satu guru di MAN 2 Madiun.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama kurang lebih enam bulan,
pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/ 2012. Penelitian ini dimulai bulan
Juni sampai dengan November 2011. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam rangka penelitian tersebut meliputi: pengenalan lapangan (sekolah yang akan
diteliti), penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penyusunan
laporan kegiatan dengan jadwal sebagai berikut.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
NO
Kegiatan
Bulan
Juni Juli Agustus Sept Okt Nov
1. Survei awal sampai
penyusunan proposal
xx
3. Pelaksanaan Siklus I xx
4. Pelaksanaan Siklus II xx
5. Pelaksanaan Siklus III xx
6. Penyelesaian dan
penyusunan laporan
xx
xx
7. Ujian xx
8. Revisi xx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun tahun
pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 31 anak, dan guru yang mengajar di kelas XI
IPS 2 , yaitu Ibu Rita Purbawanti,S.Pd. Penelitian ini bersifat kolaboratif. Selain
peneliti juga melibatkan guru dan siswa dengan pertimbangan mereka mewakili ciri
umum kelas yang diteliti .
C. Sumber Data
a. Sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Peristiwa atau kegiatan, yaitu proses pembelajaran membaca pemahaman
menggunakan pendekatan quantum learning.
2. Pelaku peristiwa, yaitu informan atau nara sumber dari guru kelas XI IPS 2 yang
berinisial RP (Rita Purbawanti), dan siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun tahun
ajaran 2011/2012.
3. Tempat berlangsungnya pembelajaran, tepatnya di kelas XI IPS 2, ruang
multimedia, dan lingkungan sekolah.
4. Dokumen berupa kurikulum, silabus pembelajaran yang dibuat guru, dan hasil
kerja siswa.
b. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa:
1) Hasil keterampilan membaca pemahaman terdiri dari dua unsur, yaitu (1)
paragraf deduktif dan induktif; (2) pemahaman isi bacaan. Adapun pemahaman isi
dihitung dari jumlah skor jawaban benar dibagi ideal dibagi 100%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2) Proses pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan pembelajaran
quantum learning untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran membaca
pemahaman.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data di atas meliputi:
pengamatan, wawancara, tes, dan analisis dokumen. Masing- masing teknik akan
diuraikan secara singkat sebagai berikut.
1. Pengamatan
Pengamatan dalam penelit ian ini dilakukan dengan berperan serta
secara pasif. Dalam kegiatan pcngamatan tersebut peneliti tidak terlibat dalam
kegiatan pembelajaran (peneliti t idak berinteraksi dengan guru maupun siswa),
tetapi peneliti hanya membuat catatan untuk memperoleh informasi. Sementara
guru mengajar dengan memberi pelatihan membaca pemahaman sesuai RPP yang
telah disusun bersama antara peneliti dan guru, peneliti mengamati proses pelatihan
membaca pemahaman dengan mengambil tempat duduk di bagian belakang seraya
melaksanakan pengamatan terhadap proses dan kondisi pelatihan quantum learning
serta praktik membaca pemahaman suatu wacana. Dengan demikian peneliti akan
leluasa melakukan pengamatan.
Pengamatan ditujukan pula kepada pelaku proses, yakni guru kelas XI IPS 2
MAN 2 Madiun. Pengamatan terhadap guru difokuskan pada kegiatan awal, kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
inti, dan kegiatan penutup (akhir) dalam proses pembelajaran membaca pemahaman
dengan pendekatan quantum learning . Hasil pengamatan tersebut kemudian dibuat
menjadi catatan lapangan dan perlu didiskusikan dengan guru maupun teman sejawat.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan guru kelas XI IPS 2 dan para siswa. Kegiatan
wawancara terhadap guru kelas XI IPS2 dan siswa dilakukan secara mendalam di
luar kelas setelah setiap proses pembelajaran selesai dan untuk menambah data yang
mendukung lainnya. Pertanyaan yang diajukan meliputi ha1-hal yang berkaitan
dengan pembelajaran membaca serta pelaksanaan pelatihan-pelatihan pendekatan
quantum learning seperti, 1) pelatihan persepsi 2) pelatihan identifikasi kata-kata
sukar 3) pelatihan konsentrasi, dan 4) pembelajaran praktik membaca pemahaman.
Wawancara pada dasarnya ada dua yaitu wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur . Wawancara dalam penelitian ini dilakukan tidak terstruktur yaitu dengan
pertanyaan yang bersifat terbuka "open ended" dan bersifat lentur untuk menggali
pandangan subjek penelitian tentang hal-hal yang bermanfaat bagi penelitian.
Kelenturan wawancara ini diharapkan akan mampu menggali kejujuran informan,
sehingga informasi yang diberikan itu benar sepert i yang diungkapan oleh
(Sutopo, 2002: 59).
3. Tes
Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes awal (praktik membaca
wacana) untuk mengetahui kondisi awal keterampilan membaca pemahaman dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
tes pada akhir siklus (praktik membaca wacana) untuk mengetahui perkembangan
keterampilan membaca pemahaman.
4. Dokumen
Dokumen yang dapat dikaji berupa rencana pembelajaran yang disusun guru,
jurnal mengajar, kurikulum, hasil belajar atau buku penilaian. Dengan tujuan untuk
melengkapi kombinasi yang telah ditemukan melalui wawancara dan pengamatan.
E. Validitas Data
Informasi yang dijadikan data penelitian perlu diuji validitasnya sehingga data
tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipergunakan sebagai dasar yang kuat
dalam menarik simpulan. Teknik yang digunakan untuk validitas data ini adalah
triangulasi dan review informan kunci. Triangulasi digunakan sumber data dan
triangulasi metode pengumpulan data. Penerapan triangulasi ini misalnya untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran quantum
learning dan mengadakan pengamatan saat pembelajaran berlangsung.
Review informan kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interpretasi
temuan kepada informan pokok, sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti
dan informan tentang data atau interpretasi teman tersebut. Hal ini dilakukan
rnelalui diskusi antara peneliti dan guru setelah kegiatan atau kajian dokumen.
Transkrip hasil pengamatan dan wawancara perlu dicek kembali keabsahanya. Oleh
karena itu semua catatan lapangan hasil pengamatan dan wawancara ditandatangani
oleh informan. Data yang diperoleh diuji validitasnya melalui praktik di lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
diskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Teknik deskriptif komparatif
digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan nilai tes antar
siklus. Data yang berupa nilai tes antar siklus tersebut dibandingkan sehingga
dapat mencapai batas ketercapaian yang telah ditetapkan dalam indikator
kinerja. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif, mencakup kegiatan
untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan siswa dan guru dalam proses beiajar,
mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis Maupun
dari ketentuan yang ada (Sarwiji Suwandi, 2010: 61). Hasil analisis dijadikan dasar
dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus
yang ada. Berkaitan dengan keterampilan membaca analisis deskriptif komparatif
mencakup hasil membaca siswa yang dilakukan pada saat survei. Hal itu untuk
mengetahui kondisi awal siswa mengenai keterampilan membaca
Setelah kondisi awal siswa diketahui, selanjutnya direncanakan siklus
diadakan untuk menangani masalah. Setiap siklus berakhir dianalisis kekurangan dan
kelebihannya sehingga diketahui peningkatan keterampilan membaca analisis
deskriptif komparatif terhadap keterampilan membaca mencakup indikator yang
telah ditentukan dalam setiap rencana pembelajaran.
G. Indikator Keberhasilan Kinerja
Untuk mengetahui ketercapain tujuan penelitian di atas, dapat dilihat dari
indikator keberhasilan penelitian berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 3.2 Indikator Keberhasilan Kinerja
Aspek yang Diukur
Persentase Target Capaian
Cara Mengukur
Siklus III Keaktifan siswa selama apersepsi
75%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
75%
Diamati saat pembelajaran dengan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan
Mekanisme kerja masing-masing siswa
75%
Diamati saat pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dengan menggunakan lembar observasi dan angket yang diberikan kepada siswa.
Ketuntasan hasil belajar (keterampilan membaca pemahaman)
75%
Dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas berdasarkan tes yang dilakukan oleh guru.
H. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini diawali dengan persiapan dan pengenalan awal
keterampilan membaca pemahaman dengan pendekatan, yang kemudian
dilaksanakan melalui beberapa langkah, sebagai berikut (1) perencanaan tindakan,
(2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) analisis dan refleksi. Keempat langkah
tersebut dapat divisualisasikan dalam siklus sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 03. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan Tindakan
Pengamatan Refleksi
Perencanaan Tindakan
Refleksi Pengamatan
Terselesaikan
Terselesaikan
Perencanaan Tindakan
Pengamatan Refleksi
Terselesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Keempat langkah tersebut membentuk siklus yang dilakukan berulang-ulang
sesuai dengan tingkat kebutuhan dalarn penelitian. Siklus akan berakhir jika
penelitian telah berhasil memecahkan masalah penelitian sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Uraian masing-masing kegiatan secara garis besarnya sebagai berikut.
a. Awal Kegiatan
1. Persiapan
Pember itahuan dan permohonan kepada kepala seko lah
untuk : mela kukan ke giatan penelit ia n, di sekolah yang menjad i
we we nangnya. Se lanjutnya, pe nelit i mene mui dan meminta guru
kelas XI IP S 2 M AN 2 Madiun untuk menjad i kolaborator dalam
penelitian ini. Pada tahap ini antara peneliti dan guru perlu adanya
persamaan persepsi mengenai tujuan penelit ian, karakterist ik penelit ian,
langkah penelit ian, dan pelaksanaan penelit ian
2. Pengenalan Awal Keterampilan Membaca Pemahaman dengan
Pendekatan Quantum Learning
Peneliti memberikan pretes pada siswa pada siswa sebelum mendapat
tindakan apapun. Selain itu, mengamati pelaksanaan pembelajaran membaca
pemahaman dalam beberapa pertemuan. Melalui kegiatan ini diusahakan dapat
mengukur tingkat keterampilan membaca pemahaman serta kesulitan yang dialami
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
b. Langkah-langkah Tindakan
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan pre-tes
dengan guru kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun. Rencana tindakan meliputi perbaikan
dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Perencanaan tindakan juga
mempertimbangkan teori yang relevan dan hasil pengumpulan data yang diperoleh
dari instrumen lain. Rencana tindakan ini da1am bentuk siklus-siklus. Dalam
penelit ian ini terdapat tiga siklus dan pelaksanaan setiap siklusnya kurang
lebih selama dua minggu. Setiap siklus memuat beberapa langkah dengan
memberikan pelatihan membaca pemahaman dengan pendekatan quantum
learning tiga siklus mampu menyelesaikan masalah dan keterampilan membaca
pemahaman dengan pendekatan quantum learning.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun. Saat
pelaksanaan pembelajaran melalui pelatihan membaca pemahaman guru harus
benar-benar melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun. Dalam rencana
pembelajaran tersebut telah tersusun pendekatan quantum learning tersebut antara
lain : (1) latihan identifikasi paragraf induktif dan deduktif. (2)latihan
menentukan gagasan utama (3) latihan menemukan kalimat utama dan kalimat
penjelas (4) latihan membedakan paragraf induktif dan deduktif (5)latihan
menentukan ciri-ciri paragraf induktif dan deduktif (6) latihan konsentrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan memfokuskan pada kegiatan siswa dalam
membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning. Peneliti dalam hal
ini harus dengan cermat mengamati agar dapat menemukan kekurangan dalam setiap
langkah untuk dapat diperbaiki pada setiap siklusnya dengan lembar pengamatan
yang tersedia. Selain penerapan pelatihan dalam membaca pemahaman, peneliti
juga mengukur perkembangan kecepatan membaca siswa sesuai rumusan
indikator dalarn rencana pembelajaran .
4. Analisis dan Refleksi
Analisis adalah kegiatan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dan hasil belajar siswa yang
ditunjukan dengan meningkatnya proses dan hasil pembelajaran siswa sesuai
dengan rumusan indikator. Hasil evaluasi itu selanjutnya dijadikan masukan untuk
merefleksi atas kegiatan yang telah dilaksanakan. Dalarn tahap ini peneliti
merenungkan perbaikan yang akan direncanakan guna mengatasi kekurangan yang
dijumpai pada siklus terdahulu, selanjutnya bersama guru kelas XI IPS 2 MAN 2
Madiun menyusun rencana pembelajaran pada siklus berikutnya untuk
mengatasi masalah yang ada. Dalam penelitian ini, direncanakan dalam tiga siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini mengenai hasil penelitian yang terdiri atas pendahuluan, deskripsi hasil
penelitian, dan pembahasan.
A. Pendahuluan
Siswa mengalami kesulitan apabila harus membaca dengan memahami wacana
secara mendetail. Hal ini hanya ada beberapa saja yang mampu membaca
pemahaman dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan membaca siswa
kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun tahun ajaran 2011/2012, Desa Mojorejo Kecamatan
Taman Kota Madiun masih belum memadai. Keterampilan membaca yang belum
memadai tersebut disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran membaca yang selama
ini masih kurang kreatif dan variatif. Maka dari itu, dalam menyampaikan
pembelajaran keterampilan membaca menumbuhkan minat dan semangat belajar
siswa terhadap pembelajaran membaca sehingga prestasi atau hasil belajar siswa juga
dapat meningkat.
Sebagai salah satu alternatif pembelajaran inovatif yang dapat mengembangkan
keterampilan membaca yang dapat digunakan sebagai sarana interaksi sosial dan
sekaligus menjawab masalah yang ada di sekolah. Adapun yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini apakah penggunaan pendekatan quantum learning
dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
pemahaman siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun tahun ajaran 2011/2012
Kecamatan Taman Kota Madiun.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru yang
bersangkutan, kurang optimalnya kualitas pembelajaran keterampilan membaca
pemahaman pada siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun tahun ajaran 2011/2012,
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) Siswa kurang antusias dalam mengikuti
pelajaran. Hal tersebut terlihat saat mengikuti pelajaran membaca, siswa
menunjukkan sikap acuh tak acuh dan tidak memperhatikan pelajaran dengan
sepenuhnya, (2) Siswa kesulitan dalam memahami materi pelajaran bahasa
Indonesia. Hal ini disebabkan karena menganggap pelajaran membaca itu sulit dan
membosankan, (3) Siswa merasa jenuh pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang
bersifat monoton dan kurang menarik, (4) Guru merasa kesulitan dalam
membangkitkan minat siswa selama pembelajaran membaca dilaksanakan, siswa
menunjukkan sikap yang kurang berminat dan kurang antusias, (5) Guru merasa
kesulitan menemukan model yang tepat dalam mengajarkan materi membaca
pemahaman. Selama ini dalam mengajarkan materi membaca pemahaman pada siswa
guru menggunakan metode ceramah dan tugas sehingga sifatnya masih konvensional.
Adapun penyebab permasalahan yang telah dikemukakan di depan dari segi
siswa antara lain: (1) siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran bahasa Indonesia,
(2) keterampilan membaca belum dapat menjadi budaya/ kebiasaan sehingga tidak
bisa memaknai isi bacaan, (3) motivasi siswa masih sangat kurang (4) merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
kesulitan memahami bacaan, (5) merasa ragu-ragu saat menjawab pertanyaan pada
wacana.
Kelebihan dari pendekatan quantum learning adalah: (1) menciptakan
lingkungan belajar yang efektif; (2) memotivasi dan minat menumbuhkan minat
dengan menerangkan kerangka yang dikenal dengan singkatan TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan); (3) menerapkan
falsafah belajar sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar; (4) membangun
rasa kebersamaan; (5) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat; (6)
merangsang daya dengar anak didik; (7) tujuan pendekatan quantum learning adalah:
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan bantuan visual/alat peraga
yang digunakan selama pembelajaran; (8) tampilan guru yang pleasant to look at.
Adapun target yang diharapkan oleh peneliti adalah keaktifan siswa selama
apersepsi yang dilakukan oleh guru semakin meningkat jika pada siklus 1
diprediksikan sekitar 45% siswa yang aktif, diharapkan pada siklus 2 dapat
meningkat menjadi 60% dan pada siklus 3 lebih meningkat lagi menjadi 75% atau
bahkan lebih siswa yang aktif. Selanjutnya diikuti dengan keaktifan siswa selama
mengikuti pembelajaran membaca dapat semakin meningkat pula . Jika pada siklus I
hanya 60% siswa yang aktif, diharapkan pada siklus 2 meningkat menjadi 75% siswa
yang aktif, dan pada siklus 3 menjadi 80% siswa yang aktif.
Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada keaktifan siswa untuk dapat
membaca dengan baik, percaya diri, tidak ragu-ragu, kreatif dalam mengembangkan
gagasannya. Sebelum siswa membaca terlebih dahulu dipertunjukkan objek/gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
yang dipersiapkan. Berdasarkan hasil tes membaca tersebut, guru dapat mengetahui
kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Oleh sebab itu, dalam hal ini guru
mengadakan penetapan target bersama dengan peneliti untuk dapat mengetahui
sejauh mana siswa dapat menangkap penjelsan yang diberikan oleh guru. Adapun
target yang diterapkan oleh guru dan peneliti adalah pada siklus I diprediksikan hanya
60% siswa yang dapat menangkap penjelasan yang diberikan oleh guru, sebab
pembelajaran yang diberikan oleh guru adalah pembelajaran yang inovatif yang
kemungkinan besar sebelumnya siswa belum pernah mendapatkan pola mengajar
seperti yang dilakukan oleh guru bersama dengan peneliti. Pada siklus 2
diprediksikan sekitar 65% siswa sudah dapat menangkap keterangan yang diberikan
oleh guru. Harapan guru pada sikus 3 terdapat 75% siswa yang dapat aktif dalam
menerima penjelasan yang diberikan oleh guru dan melaksanakan tugas yang telah
diberikan oleh guru.
Salah satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam penelitian ini mampu
menjadikan siswa lebih paham dan terampil membaca pemahaman seta dapat
memahami bacaan dengan baik. Maka dari itu guru, guru bersama dengan peneliti
menetapkan target terhadap pemahaman dalam membaca. Pada siklus I ini
diprediksikan target masih berada pada kondisi yang belum maksimal. Kemudian
pada siklus 2 guru bersama dengan peneliti menargetkan sudah 60% siswa yang
bersedia aktif dan paham dalam membaca dengan baik, selanjutnya pada siklus 3
diharapkan ada 75% siswa yang aktif dan lebih paham, serta tidak ragu-ragu dalam
menjawab tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari 4 tahapan, yakni : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi
dan, 4) analisis dan refleksi.
1. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan pada survei awal yang dilakukan dari kegiatan pratindakan,
diketahui bahwa ada dua permasalahan utama yang menyebabkan siswa tidak
mencapai batas minimal ketuntasan belajar. Permasalahan pertama adalah proses
pembelajaran yang konvensional, sehingga menyebabkan siswa tidak aktif dalam
pembelajaran. Permasalahan kedua adalah keterampilan membaca yang masih
rendah.
Bertolak dari analisis itulah, peneliti berasumsi bahwa tindakan perlu dilakukan
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tahap I dari siklus I adalah perencanaan
tindakan. Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Sabtu, 10
September 2011 di ruang guru MAN 2 Madiun. Peneliti dan guru kelas XI IPS2
mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini.
Kemudian, disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan
dalam waktu dua kali pertemuan. Adapun pelaksanaannya dilakukan pada hari Senin,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
19 September 2011 dan Rabu, 21 September 2011 sesuai dengan jadwal pelajaran
bahasa Indonesia.
Pada kesempatan tersebut peneliti berdiskusi dengan guru sebagai kolaborator.
Hal-hal yang didiskusikan antara lain: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru
mengenai penelitian yang dilakukan, (2) peneliti mengusulkan penerapan pendekatan
quantum learning dengan penerapan metode TANDUR yaitu, tumbuhkan (T), alami
(A), namai (N), demonstrasikan (D), ulangi (U), dan rayakan (R) dalam pembelajaran
membaca pemahaman serta menjelaskan cara penerapannya, (3) peneliti dan guru
bersama-sama menyusun RPP untuk siklus I, (4) peneliti dan guru bersama-sama
merumuskan indikator pencapaian tujuan, dan (5) guru dan peneliti bersama-sama
membuat lembar penilaian siswa yaitu instrument penelitian berupa tes dan nontes.
Instrumen nontes digunakan untuk menilai membaca pemahaman yang dilaksanakan
siswa. Instrumen nontes digunakan untuk menilai sikap siswa dalam pembelajaran
membaca. Instrumen nontes ini berbentuk observasi, dan (6) menentukan jadwal
pelaksanaan tindakan.
Tahap perencanaan tindakan I peneliti bersama guru merancang skenario
pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning, yakni
dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.
1) Peneliti dan guru menyusun perangkat pembelajaran, berupa penentuan
kompetensi dasar yang akan dicapai, perangkat pembelajaran, penentuan tema
pembelajaran, menyiapkan artikel pendek, dan menyiapkan tes penilaian
keterampilan membaca pemahaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
materi membaca pemahaman berdasarkan silabus dari sekolah.
3) Peneliti dan guru menyusun pengembangan materi, hal ini dilakukan karena
materi dalam buku pelajaran belum sesuai dengan kebutuhan anak.
4) Peneliti dan guru menyusun instrumen penilaian kinerja guru dan siswa .
5) Peneliti dan guru menyusun instrumen observasi untuk mengamati keaktifan dan
sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
6) Peneliti dan guru menentukan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran.
7) Peneliti dan guru mengadakan diskusi bersama untuk mengatasi permasalahan
yang ada.
8) Peneliti bersama guru merencanakan skenario pembelajaran keterampilan
membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning dengan metode
TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) yang
akan digunakan dalam pembelajaran.
9) Peneliti dan guru menyusun instrumen penilaian, yakni berupa tes dan nontes.
Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam membaca pemahaman
dan beberapa soal pendukung. Sedangakan instrumen nontes dinilai
berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung.
10) Peneliti memberi pelatihan langkah-langkah pembelajaran quantum learning di
kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Dari kegiatan diskusi disepakati pula bahwa tindakan dalam siklus I
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Senin, 19 September 2011
dan Rabu 21 September 2011.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tindakan pertemuan pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin 19 September
(pukul 07.45 -09.15 WIB) selama dua jam pelajaran (2X45 menit) di ruang kelas XI
IPS 2 MAN 2 Madiun. Dalam pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama ini, guru
bertindak sebagai sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar, sedangkan
peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan melakukan
wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir. Peneliti bertindak
sebagai partisipan pasif dengan duduk di kursi paling belakang untuk mengamati
jalannya pembelajaran.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah berikut ini.
a. Pada awal pembelajaran guru memulai dengan salam “Assalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh” Siswa menjawab dengan serempak “Wa’alaikum
Salam Warohmatullahi wabarokatuh”. Sebelum kita memulai pelajaran hari ini,
ibu absen dulu. Hari ini siapa yang tidak masuk sekolah? Siswa menjawab Afian
Ismail sama Cita Mukti sakit, Bu.”Selain itu guru melihat kebersihan kelas,
kerapian dan kedisiplinan siswa pada hari itu sebagai wujud dari kepedulian guru
terhadap lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
b. Selanjutnya guru memulai pembelajaran dengan kegiatan tanya jawab atau
apersepsi, guru menanyakan tentang materi pembelajaran paragraf induktif dan
deduktif . Berikut petikan tanya jawab yang dilakukan oleh guru dan siswa. Guru
bertanya, “Siapa yang suka membaca artikel di rumah?” Guru melanjutkan
pertanyaan dengan menanyakan “Siapa yang bisa menyebutkan pengertian dan
ciri- ciri paragraf induktif dan deduktif ?”. Kemudian siswa diminta untuk
berpendapat, dari sini guru sudah dapat mengetahui kemampuan awal siswa
tentang paragraf induktif dan deduktif. Pada awalnya siswa masih malu-malu
berpendapat, tapi guru terus melemparkan pertanyaan kepada siswa. Akhirnya ada
Ada dua siswa yang mengangkat tangan dan bersedia berpendapat, siswa tersebut
bernama Mutohar “Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya di
akhir sedangkan paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya di
awal.” Kemudian Meyta Aryanti berpendapat “paragraf induktif adalah dari
khusus ke umum dan paragraf deduktif adalah dari umum ke khusus”
c. Guru memberikan penjelasan sekilas mengenai pengertian dan ciri-ciri paragraf
induktif dan deduktif. Kemudian guru mengajak bernyanyi lagu wajib Halo-Halo
Bandung.
d. Guru kemudian guru mengajak siswa untuk melihat gambar video yang
bertemakan tentang pasar pasar yang ada di Indonesia dan contoh sebuah artikel
pendek dari media massa. Setelah selesai penayangan, siswa disuruh menemukan
dan mengungkapkan hal hal yang berkaitan dengan pasar tersebut dan jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
paragraf pada bacaan tersebut. Guru menanyakan sesuatu tentang suasana yang
ada di pasar dan yang pernah mereka alami dengan pasar tersebut.
e. Guru menyuruh siswa untuk menyebutkan jenis paragraf induktif dan deduktif
dari artikel bacaan yang ditayangkan tadi. Banyak siswa yang menyeletuk
mengenai jenis paragraf induktif dan deduktif. Kemudian guru membagikan
lembaran soal dan menyuruh siswa untuk mengerjakannya. Soal-soal tersebut
tentang mengidentifikasi paragraf induktif dan deduktif dalam bacaan.
f. Setelah selesai mengerjakan soal, guru menunjuk beberapa siswa untuk
membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. “Siapa yang berani membacakan
hasil pekerjaannya di depan kelas? Beberapa siswa tunjuk jari sambil
mengatakan. Saya Bu, sahut Ika Ayu. “Ya silakan! kamu ke depan!” Jawab Bu
Guru.
g. Guru menyuruh siswa untuk memberikan tanggapan hasil pekerjaan yangtelah
dibaca di depan tadi. Petikan ucapan guru. Siapa yang akan memberi masukkan
dari hasil pekerjaan temanmu tadi. Ada satu orang yang mengangkat tangan dan
bersedia berpendapat, Siswa tersebut bernama Maulida. Ya silakan! Jawab Bu
Guru. Masukan Maulida diantaranya jawaban Ika Ayu tentang penemuan gagasan
utama kurang, Bu. Gagasan utama itu bisa juga ditemukan pada kalimat utama,
Bu. Kemudian Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang baru saja
disampaikan dengan beberapa pertanyaan. “Baik, setelah memahami materi
paragraf induktif dan deduktif serta mengidentifikasi ciri- ciri paragraf induktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
dan deduktif dalam bacaan, coba temukan dan berikan contoh!” Beberapa siswa
megacungkan jari dan guru menunjuk siswa tersebut untuk berpendapat.
h. Guru memberikan simpulan dari hasil pembelajaran hari itu. Berikut petikan kata-
kata guru. Diantaranya adalah: “Hasil pekerjaan kalian sudah bagus, tetapi kalian
kurang cepatdan tepat dalam memahami sebuah bacaan, maka kalian harus
banyak berlatih membaca pemahaman sehingga kalian terlatih untuk memahami
sebuah bacaan dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan benar! “Untuk
itu kalian harus belajar di rumah!” Siswa menjawab dengan serentak, “Ya, Bu!”
i. Pada akhir pembelajaran guru bersama siswa memberikan applause kepada siswa
yang mampu berpendapat dengan baik dan benar melalui yel-yel kelas secara
serentak.
j. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan salam.
Petikan kata-kata Guru, “Terima kasih atas perhatian kalian dan sampai bertemu
pada pertemuan berikutnya, Insya Allah. “Wassalamu’alaikum Wr.Wb” Siswa
menjawab dengan serentak “Wa’alaikum salam Wr.Wb”.
Tindakan pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 21
September 2011 (Pukul 07.45-08.30) selama satu jam pelajaran (1X45 menit) di
ruang kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun. Di ruangan tersebut telah dipersiapkan
instrumen yang akan digunakan sebagai pembelajaran membaca pemahaman yang
akan dilaksanakan pada siswa kelas XI. Media tersebut berupa laptop, speaker, LCD.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
a. Pada awal pembelajaran guru memberi salam kepada siswa. Petikan kata-kata
guru sebagai berikut, “Assalamualaikum Wr. Wb. Siswa serentak menjawab
Waalaikum salam. Guru menanyakan keadaan siswa pada hari itu. Petikan Guru
sebagai berikut, Bagaimana keadaan kalian hari ini sehat dan baik –baik saja?
Siswa serentak menjawab “Alhamdulillah sehat dan baik-baik saja, Bu. Bu, kita
melanjutkan pelajaran membaca pemahamn lagi, Bu?” Tanya siswa spontan,
“Ya” jawab guru.
b. Selanjutnya guru memulai pelajaran dengan kegiatan tanya jawab atau apersepsi,
guru menanyakan tentang materi pelajaran pada pertemuan kemarin. Petikan
pertanyaan guru, Siapa yang bisa menyebutkan hal hal yang menarik dari gambar
yang ibu tunjukkan tersebut? Ada dua orang siswa yang mengangkat tangan,
siswa itu bernama Eka Erbhaena dan Aulia Mu’tashim. Eka menjawab, itu
gambar suasana Ibu Kota Jakarta. Sedangkan Aulia menjawab itu gambaran
kehidupan kesibukan orang-orang Jakarta, Bu.”
c. “Mari anak-anak, kalian masih ingat lagu yang ada kaitannya dengan gambar ibu
kota Jakarta?” Siswa menjawab dengan serentak, Masih Bu! Lagu apa, coba
sebutkan judulnya!” Lagu “ Abang Jakarta “ jawab salah seorang siswa yang
bernama Ella Resika Putri. “Ya, mari kita bernyanyi bersama-sama.” Siswa
dengan riang gembira menyanyikan lagu “Abang Jakarta.” Setelah selesai
menyanyikan lagu lagu, guru bertanya. Petikan pertanyaan guru,”Sebutkan hal-
hal yang menarik dari gambar tersebut!”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
d. Selanjutnya guru bertanya kepada siswa. Petikan pertanyaan guru “Bagaimana
tugas kalian tentang membaca pemahaman bacaan artikel pertemuan kemarin,
apakah sudah selesai? Siswa menjawab dengan serentak belum?” Petikan kata-
kata siswa”Belum,Bu!” “ Baiklah, pertemuan hari ini nanti akan kita gunakan
untuk melanjutkan memabaca pemahaman.” Guru menyuruh siswa untuk
menyebutkan kembali ciri-ciri paragraf, kalimat utama dan kalimat penjelas,
gagasan utama dalam paragraf, serta perbedaan paragraf induktif dan deduktif
dari bacaan artikel.
e. Setelah selesai, menyuruh siswa untuk membacakan hasil pekerjaan di depan
kelas “Nah silakan yang belum tampil segera mempersiapkan diri untuk tampil,
dan seperti pelajaran kemarin siswa yang lainnya ikut menilai bagaimana hasil
pekerjaan dari temanmu”, kata Bu Guru. Apabila ada yang memberi masukan bisa
disampaikan nanti setelah temanmu selesai membacakan di depan kelas, “Paham,
anak-anak?: “Paham Bu,” jawab anak-anak dengan serentak.
f. “Baik, sekarang silakan kita memulai kegiatan membacakan hasil pekerjaan ke
depan” Siapa yang ingin lebih dahulu?” “Saya Bu,” jawab Elsinta Meina. Setelah
Elsinta, siapa lagi?” Sambil mengacungkan jari, Binti Nur menjawab, “Saya Bu!”
g. Guru mengamati kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa sambil memberikan
pengarahan apabila ada yang kurang tepat, siswa diminta untuk memberi
masukan. Pada kegiatan menumbuhkan kembali rasa kepercayaan diri siswa,
tetapi juga untuk menumbuhkan keberanian siswa dalam berbicara, supaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
perasaan takut, malu, ragu-ragu yang dulunya sering menjadi alasan bagi siswa
menjadi hilang dan siswa menjadi lebih berani.
h. Pada akhir pembelajaran guru memberikan reward kepada siswa berupa pujian
dengan kata-kata:”Bagus kamu Eka Erbhaena “ Kalian sudah bisa membaca
pemahaman dengan baik, bisa menemukan gagasan utama, kalimat utama dan
kalimat penjelas serta membedakan paragraf induktif dan deduktif dalam bacaan
artikel.” Siswa dengan serentak memberikan applause kepada Elsinta Meina.
i. Pada akhir pelajaran guru bersama siswa memberikan applause kepada siswa
yangmemperoleh nilai paling baik. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengingatkan kepada siswa bahwa membaca bukanlah hal yang sulit dan
membosankan tetapi diperlukan keinginan untuk mau berlatih. Kemudian diakhiri
dengan ucapan salam “Wassalamualaikum Wr. Wb.” Siswa menjawab dengan
serentak “Waalaikum salam Wr. Wb.”
a. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran membaca pemahaman dengan
pendekatan quantum learning di kelas XI IPS2 MAN 2 Madiun. Pada pelaksanaan
proses pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning
penerapan metode TANDUR, guru mengajarkan materi membaca pemahaman
dengan tema “Ekonomi Kuat Rakyat Sejahtera.” Pada awal pembelajaran, guru
melakukan apersepsi dengan menerangkan mengenai tema pembelajaran. Kemudian,
guru menjelaskan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang akan dicapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
dan memberi motivasi kepada siswa agar rajin belajar. Setelah itu, siswa mulai
mengerjakan sesuai dengan tugasnya.
Setelah siswa tertata dengan baik guru menerangkan mekanisme kerja dan
menjelaskan materi membaca pemahaman secara garis besar. Guru meminta siswa
membuka teks bacaan dengan judul Barang Impor Menjelajah Negeri Ini yang ada di
buku paket. Guru menugasi masing-masing siswa untuk mengidentifikasi paragraf
induktif dan deduktif, kalimat utama dan penjelas, gagasan utama, selanjutnya berani
mengungkapkan secara ringkas isi bacaan tersebut. (Guru memandu siswa untuk
menemukan paragraf induktif dan deduktif, beberapa kalimat utama dan penjelas
yang merupakan gagasan utama bacaan tersebut dan membuat ringkasannya).
Setelah menugasi siswa untuk berdiskusi, guru menunjuk siswa tersebut untuk
mempresentasikan hasil diskusinya tersebut di depan teman-temannya. Mereka dapat
membaca pemahaman secara bergantian dan saling melengkapi isinya. Setelah siswa
tampil, guru memberikan tugas mengerjakan soal yang sudah disiapkan oleh guru
(tugas ini sebagai proses membaca pemahaman). Setelah semua siswa mengerjakan
tes membaca pemahaman, guru dan siswa menyimpulkan terhadap hasil
pembelajaran dan guru memberi tahu tiga siswa yang memperoleh nilai terbaik. Dan
memberikan tepuk tangan sebagai ungkapan penghargaan.
Dari kegiatan tersebut, diperoleh deskripsi tentang jalannya proses belajar
mengajar membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning penerapan
metode TANDUR. Sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
1) Sebelum mengajar guru telah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku
di sekolah tersebut yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2) Untuk meningkatkan motivasi dan minat, guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning
dengan benar, yakni dengan cara mengajar secara konseptual. Artinya, guru
mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana. Pada awal
pembelajaran, guru dengan jelas menggunakan apa yang akan diajarkan pada hari
itu kepada siswa, yaitu membaca pemahaman. Sebelum menugasi siswa
membaca, guru terlebih dahulu menjelaskan mengenai pengertian paragraf
induktif dan deduktif. Sebelum menutup pelajaran untuk pertemuan berikutnya
siswa disuruh membawa gambar mengenai kehidupan pasar pasar di Indonesia.
3) Setelah menyampaikan materi pelajaran, pada pertemuan selanjutnya guru
mengajak siswa untuk mengamati gambar yang telah dipersiapkan yakni gambar
macam- macam jenis pasar di Indonesia. Siswa diminta untuk mencermati dan
mengingat kembali hal-hal yang penting sesuai dengan gambar tersebut. Usai
mengamati dan mengumpulkan ingatan, kembali guru menugasi siswa untuk
menjawab pertanyaan terkait dengan gambar dan contoh paragraf yang mereka
amati.
4) Guru memotivasi beberapa siswa agar mau membaca bahan bacaan dengan
pendekatan quantum learning. Namun, tidak ada siswa yang mau, kemudian guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
menunjuk beberapa siswa dan meminta siswa yang lain untuk mencermati dan
memberikan komentar serta masukan. Guru menjelaskan mengenai penilaian
yang dilakukan.
5) Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru terlibat dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu:
a) Posisi guru lebih banyak di depan kelas dan duduk di kursi pada waktu mengajar
menyebabkan ia kurang berinteraksi dengan siswa, sehingga ia tidak dapat
memonitor siswa yang duduk di bagian belakang saat mengerjakan tugas.
b) Guru kurang memahami dalam menerapkan pendekatan quantum learning
dengan metode TANDUR dalam KBM.
c) Guru tidak memberikan umpan balik kepadasiswa, tentang seberapa jauh tingkat
pemulihan siswa setelah materi tersebut disampaikan
d) Guru masih belum bisa membangkitkan semangat siswa untuk membaca
pemahaman.
Selanjutnya, kelemahan dari sisi siswa dapat diidentifikasi beberapa kelemahan,
yaitu:
a) Pada awal pembelajaran membaca pemahaman, keaktifan proses pembelajaran
yang menyenangkan belum tampak dan masih rendah, siswa terlihat belum
sepenuhnya aktif dalam pembelajaran. Mereka lebih banyak bercanda dengan
guru dan teman sebangkunya.
b) Siswa belum mampu membaca pemahaman dengan baik;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
c) Siswa lain yang sedang tidak tampil presentasi mengganggu temannya yang
sedang tampil, bahkan ada yang berbicara dengan temanya yang lain dan
membuat gaduh;
d) Siswa yang belum mencapai batas ketuntasan sebesar 45,16%;
e) Mayoritas siswa presentasi dengan suara pelan sehingga siswa bagian belakang
tidak bisa mendengarnya.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan proses belajar mengajar
membaca pemahaman, diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa
selama kegiatan belajar Sedangkan dari penerapan pendekatan quantum learning
dengan metode TANDUR ditemukan kelemahan yang berupa;
a) Pendekatan quantum learning belum sama sekali diterapkan di MAN 2 Madiun,
sehingga guru belum siap dalam menjalankannya.
b) Dalam penerapan metode TANDUR siswa masih terlihat pasif, belum banyak
yang aktif.
6) Berdasarkan hasil; observasi terhadap proses pembelajaran tersebut diperoleh
gambaran tentang keaktifan dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung , yaitu sebagai berikut ini.
(1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak (17 siswa) 54,84% dan
keaktifan selama proses pembelajaran sebesar (16 siswa) 51,61%, sedangkan (15
siswa) 48,39% lainnya tampak berbicara dengan temannya, melamun, dan
menelungkupkan kepalanya di atas meja, memainkan benda-benda tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
pulpen, penggaris, buku, dan sebagainya), melihat gambar milik teman. Dari hasil
wawancara dengan siswa yang kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung, diperoleh penjelasan bahwa diantara mereka ada yang tidak
berminat dengan kegiatan membaca, mengantuk, dan malas.
(2) Siswa yang melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan menyenangkan
sebanyak 16 (51,61%) anak, sedangkan yang lain belum melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik dan menyenangkan sebanyak 15 (48,39%) anak
lainya kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa tersebut kebanyakan
berada pada posisi tengah hingga belakang, sedangkan posisi guru lebih banyak
berada di depan.
(3) Siswa yang antusias dan tuntas menjawab soal-soal (lisan maupun tulis)
sebanyak 17 (54,84%) anak, sedangkan 14 (45,16%) anak lainya diam saja saat
diberi pertanyaaan lisan dan mengerjakan tidak sungguh-sungguh saat diminta
mengerjakan pertanyaan tertulis.
(4) Hasil pembelajaran membaca pemahaman pada siklus I disajikan dalam tabel
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Tabel 4.1. Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus I
No. Nilai Membaca Pemahaman
Frekuensi Frekuensi (%) Keterangan
1. 65-69 6 19,35% Kurang sekali
2. 70-74 8 25,80% kurang
3. 75-79 10 32,25% Cukup baik
4. 80-84 7 22,59% Baik
5. 85-89 0 0% Baik sekali
Jumlah 31 100%
.Dari data tabel di atas dapat disajikan berupa grafik sebagai berikut.
Gambar 4.1. Grafik Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman
Siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun
0
5
10
15
20
25
30
35
0-64 65-69 70-74 75-79 80-85 85-89
Frekuensi
Frekuensi (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Hasil tes membaca pemahaman yang disajikan pada tabel dan grafik di atas
menunjukkan siswa yang sudah mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan 75 didapat 17 siswa (54,84%) sudah mampu membaca pemahaman
dengan cukup baik, sedangkan 14 siswa (45,16%) masih perlu perbaikan.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran pada silkus
berjalan dengan baik.
c. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, dilakukan analisis dan refleksi sebagai
berikut.
(1) Guru belum mampu menerapkan pendekatan quantum learning dengan sempurna,
masih banyak kekurangan yang dilakukan oleh guru terkait kesiapan media dan
topik pembelajaran dalam pelaksanaan metode TANDUR.
(2) Guru tidak hanya berada di depan kelas dan duduk di kursi saat memberikan
penjelasan kepada siswa. Guru juga harus berkeliling memonitor siswa yang
berada di kursi bagian belakang dan memberi pertanyaan kepada siswa yang
ramai agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan merasa
diperhatikan guru.
(3) Untuk mendorong siswa agar secara sukarela mau mengemukakan pendapat,
menjawab pertanyaan, dan mau membaca pemahaman dengan tepat sebaiknya
guru memberikan reward dan feedback kepada siswa, misalnya berupa pujian
seperti; bagus sekali, baik sekali, bagus, dan sebagainya atau pun dengan
memberi nilai tambahan kepada siswa yang tampil bagus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
(4) Masalah keberhasilan proses pembelajaran yang menyenangkan, dapat diatasi
guru dengan memberikan penjelasan kepada siswa tentang kualitas proses dan
keberhasilan tujuan belajar. Penjelasan ini dapat dilakukan dengan cara meminta
siswa berdiskusi dan presentasi secara serius tapi menyenangkan untuk
mencapai tujuan belajar.
(5) Untuk masalah kurang cermat dalam menemukan paragraf induktif dan deduktif,
gagasan utama, kalimat utama dan kalimat penjelas pada bacaan, dapat diatasi
dengan guru memberi penjelasan kepada siswa bahwa gagasan utama dapat
diambil dari kalimat utamanya serta tentang pengertian paragraf induktif dan
deduktif. Untuk itu, siswa harus memahami dengan baik teks bacaan yang ada
agar mampu meringkas isi bacaan tersebut.
(6) Untuk mengatasi siswa yang mengganggu siswa lain yang sedang tampil atau
membuat gaduh kelas, siswa diberi motivasi yang lebih untuk memperhatikan
siswa lain yang sedang tampil. Setelah itu, siswa akan diajak guru untuk
mengevaluasi penampilan siswa yang baru saja tampil.
(7) Berdasarkan hasil analisis dan refleksi, tindakan padasiklus I dikatakan berhasil
akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Peningkatan memang terjadi
pada beberapa indikator yang telah ditentukan pada survei awal. Akan tetapi, nilai
rata-rata membaca pemahaman siswa masih jauh dari batas Kriteria Ketuntasan
Minimal hasil belajar (KKM=75) dibandingkan dengan nilai pre-tes membaca
pemahaman, nilai rata-rata kelas meningkat sebesar 8,6 point dari 74,5 menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
65,50. Nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 83. Adapun nilai terendah siswa
adalah 66.
(8) Guru memotivasi siswa untuk bersuara jelas dan memberitahu siswa bahwa suara
mereka direkam agar mereka lebih termotivasi untuk memperjelas suaranya.
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencaaan Tindakan II
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Oktober 2011 di ruang guru,
peneliti dan guru kelas XI mengadakan diskusi. Peneliti dan guru sepakat bahwa
pelaksanaan tindakan selanjutnya, pada siklus II akan dilaksanakan pada hari Senin, 3
Oktober 2011 (pertemuan I) dan Rabu, 5 Oktober 2011 (pertemuan II). Kemudian
peneliti dan guru mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam
proses penelitian selanjutnya. Dalam kesempatan kali ini, penelitian disampaikan
dengan analisis hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan pada
siklus I. Penelitian ini disampaikan dengan segala kelebihan dan kelemahan selama
berlangsungnya proses pembelajaran membaca pemahaman pada siklus I.
Kelebihan yang sudah mulai tampak selama berlangsungnya proses
pembelajaran keterampilan membaca pemahaman:
(1) Siswa sudah mulai diberi tindakan (treatment) guru memberi stimulan berupa
gambar. Guru mengajak siswa berpikir dan menemukan hal-hal yang menarik dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
gambar tersebut dikaitkan dengan tema membaca paragraf induktif dan deduktif.
Kemudian siswa baru diarahkan untuk membaca wacana yang disediakan.
(2) Siswa mulai tertarik dengan teknik mengajar guru melalui pendekatan quantum
learning yang dikemas secara aktif, kreatif, dan menyenangkan diiringi
instrumentalia.
(3) Siswa yang sudah membaca bacaan dan menemukan paragraf induktif dan
deduktif secara individu untuk menyampaikan hasilnya di depan kelas.
(4) Setidaknya pada tahap ini sudah dapat mencairkan ketegangan, kecanggungan,
dan ketidakbiasaan yang selama ini menjadi alasan bagi siswa ketika harus tampil
di depan teman-teman maupun gurunya.
(5) Pada tahap ini siswa sudah bersedia tampil bercerita tanpa diminta oleh guru,
mereka sudah mempunyai kesadaran untuk bersedia unjuk kemampuan tanpa
disuruh oleh guru, bahkan siswa yang tadinya masih malu-malu bisa lebih berani
untuk tampil tanpa disuruh oleh guru.
(6) Ekspresi siswa ketika melihat penampilan temannya saat membacakan hasil
karyanya di depan, ada hal-hal yang lucu yang membuat siswa yang lainnya
tertawa, ada pula yang beberapa kata yang membuat siswa yang lainya tidak
mempercayai (berlebih-lebihan) dan ada pula siswa yang terlalu polos dan lugu
dalam menyampaikan hasilnya.
Untuk mengatasi masalah berbagai kekurangan yang ada, akhirnya peneliti dan
guru mengambil keputusan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
(1) Guru tidak hanya berada di depan kelas dan duduk di kursi saat memberikan
penjelasan kepada siswa. Guru juga harus memonitor siswa yang berada di kursi
bagian belakang dan memberi pertanyaan kepada siswa yang ramai agar mereka
juga ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan merasa diperhatikan guru.
(2) Untuk mendorong siswa agar secara sukarela mau mengemukakan pendapat,
menjawab pertanyaan, dan mau membaca pemahaman, sebaiknya guru
memberikan reward dan feedback kepada siswa, misalnya berupa pujian seperti :
bagus sekali, baik sekali, tepat sekali, bagus, dan sebagainya atau pun dengan
memberikan nilai tambahan siswa yang tampil bagus.
(3) Masalah proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dapat diatasi
dengan guru memberikan penjelasan kepada siswa tujuan pembelajaran
pendekatan quantum learning metode TANDUR dan keharusan bersemangat
dalam pembelajaran di kelas. Penjelasan ini dapat dilakukan dengan cara
meminta kepada siswa dalam berdiskusi dan presentasi secara tepat dan sesuai
untuk mencapai tujuan belajar yang menyenangkan.
(4) Untuk masalah kurang terampil dalam mengidentifikasi gagasan utama, kalimat
utama dan kalimat penjelas , paragraf deduktif dan induktif serta meringkas
bacaaan, dapat diatasi dengan guru memberi penjelasan kepada siswa bahwa
gagasan utama dapat diambil dari kalimat utamanya, penjelasan perbedaan
paragraf induktif dan deduktif, dan siswa diharapkan lebih memperhatikan teks
bacaan yang ada agar mampu meringkas dan menyimpulkan isi bacaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
(5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat lebih aktif dari
sebelumnya, dengan cara memupuk keberanian siswa untuk mengemukakan
pendapat di depan kelas.
(6) Untuk mengatasi siswa yang mengganggu siswa lain yang sedang tampil atau
membuat gaduh kelas, siswa diberi motivasi yang lebih mengena untuk
memperhatikan siswa lain yang sedang tampil. Setelah itu, siswa akan diajak guru
untuk mengevaluasi penampilan temannya yang baru saja tampil.
(7) Guru memotivasi siswa untuk bersuara jelas dan memberitahu siswa lain bahwa
suara mereka direkam agar mereka lebih termotivasi untuk memperjelas suaranya.
Selain itu, yang sangat ditekankan dalan siklus II ini peneliti juga akan
menambah pengetahuan siswa tentang langkah-langkah membaca pemahaman, teknik
dan strategi membaca pemahaman. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan setelah
dianalisis hasil tes membaca pemahaman siswa masih belum bisa membedakan
paragraf induktif dan deduktif dalam bacaan, menemukan kalimat utama dan kalimat
penjelas dengan tepat, mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam
wacana, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit dalam
wacana, mampu menarik inferensi tentang isi wacana, mampu mengenali dan
memahami maksud dan pesan penulis sebagai bagian dari pemahaman tentang
penulis. Kemudian hasil tes membaca mereka pada siklus sebelumnya akan
dibacakan dan bersama guru akan menganalisis salah satu pekerjaan siswa untuk
diperbaiki dan dijadikan contoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Sebagai upaya mengatasi kelemahan dan teratasinya satu masalah pendekatan
quantum learning tersebut diharapkan mampu menutupi kekurangan dari masalah
yang lainya. peneliti dan guru kemudian menyusun rencana pembelajaran membaca
pemahaman dengan pendekatan quantum learning. Berdasarkan pertimbangan
bersama, peneliti dan guru kembali memberikan pembelajaran membaca pemahaman
sesuai dengan silabus KTSP kelas IX. Pada siklus pertama guru menerapkan
pendekatan quantum learning dengan media gambar jenis- jenis pasar-pasar di
Indonesia untuk mengingat kembali memori ingatanya. Pada kesempatan ini guru
juga akan kembali menggunakan media pembelajaran untuk membantu kelengkapan
komponen quantum learning, diantaranya media gambar dan tayangan melalui LCD
dengan menerapakan metode TANDUR bermediakan gambar Tanaman Obat-obatan
dan menyanyikan lagu “Indonesia Tanah Airku”
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut.
(1) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran membaca pemahaman,
penentuan tema pembelajaran, menyiapkan artikel pendek, dan menyiapkan tes
penilaian keterampilan membaca pemahaman untuk pertemuan pertama (Senin,3
Oktober 2011).
(2) Peneliti menyusun pedoman observasi untuk mengamati keaktifan, dan sikap
siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
(3) Peneliti bersama guru merencanakan skenario pembelajaran keterampilan
membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning, yakni dengan
langkah –langkah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
a) Guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa, kebersihan kelas dan
kerapian siswa sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan dan kedisiplinan.
b) Guru memberikan apersepsi, yakni menggali pengetahuan awal siswa berkenaan
dengan perbedaan paragraf induktif dan deduktif secara komunikatif, serta
menyegarkan kembali ingatan siswa terhadap membaca quantum learning
padapertemuan yang lalu, misalnya anak-anak perhatikan gambar berikut ini!
Cermati apa saja yang tampak pada gambar tersebut! Kemudian sebutkan ciri-ciri
gambar yang kalian amati.
c) Guru menjelaskan siswa tentang mengidentifikasi kalimat utama, gagasan
utama, perbedaan , ciri-ciri paragraf induktif dan deduktif pada tiap-tiap paragraf
pada bacaan artikel berdasarkan hasil paparan siswa.
d) Guru memberi kepada kesempatan siswa untuk membacakan hasil pekerjaannya
di depan kelas..
e) Dari hasil pekerjaan siswa ternyata mereka masih kurang tepat dalam menentukan
gagasan utama pada masing –masing paragraf dalam bacaan artikel tersebut.
f) Siswa kemudian diajak untuk mengidentifikasi salah satu hasil pekerjaan mereka,
ternyata hasil yang diperoleh kurang memuaskan.
g) Guru menerangkan kepada siswa materi membaca pemahaman paragraf induktif
dan deduktif dengan metode TANDUR dalam pendekatan quantum learning.
h) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang telah
dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
(4) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
membaca Pemahaman.
(5) Peneliti dan guru mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar tampilan
LCD terkait dengan topik “ Tanaman Obat-obatan.”
(6) Peneliti dan guru menyusun instrument penelitian, yaitu berupa tes dan nontes.
Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam membaca pemahamandan
beberapasoal pendukung. Sedangkan instrument nontes dinilai berdasarkan
pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sikap siswa
selama pembelajaran berlangsung.
(7) Dalam pembuatan rencana persiapan pengajaran penilaian proses untuk siswa
berdasarkan lembar penilaian proses.
Dari kegiatan diskusi disepakati pula bahwa tindakan dalam siklus II
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Senin, 3 Oktober 2011 dan
Rabu 5 Oktober 2011.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanaksanan pada hari Senin, 3 Oktober
2011 selama 2 jam pelajaran, akan dilaksanakan tindakan II. Satu kali pertemuan
dilaksanakan selama 2X 45. Sesuai dengan RPP pada Siklus II ini, pembelajaran
dilakukan oleh guru kelas, sedang pembelajaran dan melakukan wawancara kepada
beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir sedangkan peneliti melakukan
observasi terhadap proses tindakan tersebut sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
(a) Pada awal pembelajaran guru memulai dengan salam “Assalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh” Siswa menjawab dengan serempak “Wa’alaikum
Salam Warohmatullahi wabarokatuh”. Sebelum kita memulai pelajaran, hari ini
siapa yang tidak masuk?” Siswa menjawab “Nihil Bu”
(b) Selanjutnya guru memulai pembelajaran dengan mengajak bernyanyi bersama-
sama lagu “Indonesia Tanah Airku” Siswa dengan penuh riang menyanyikan lagu
tersebut. Dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab atau apersepsi, guru
menanyakan tentang materi pembelajaran menyimak puisi pada pertemuan
sebelumnya. Berikut petikan tanya jawab yang dilakukan oleh guru dan siswa.
Guru bertanya, “Anak-anak, masih ingat paragraf induktif dan induktif, yang pada
petemuan lalu sudah kita pelajari. Kemudian siswa diminta untuk berpendapat,
dari sini guru sudah dapat mengetahui kemampuan awal siswa tentang paragraf
induktif dan deduktif. Hampir semua siswa serempak menjawab “masih, Bu”
Kemudian guru menyuruh siswa menyebutkannya, dengan serempak mereka
menjawab. “
(c) Guru membahas salah satu hasil pekerjaan siswa.
(d) Guru menjelaskan materi perbedaan paragraf induktif dan deduktif.
(e) Guru menayangkan gambar dan video mengenai tanaman obat-obatan di
Indonesia. Guru menyuruh siswa mengamati gambar tersebut dengan seksama.
Guru bertanya, gambar apakah ini anak-anak?” Siswa menjawab: “Kunir, jahe,
daun sere.”” Siapa yang di rumah mempunyai tanaman obata-obatan seperti ini?”
“Saya Bu” Jawab beberapa siswa dengan serentak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
(f) Guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu “Aku Cinta Indonesia” siswa
menyanyikan lagu dengan penuh riang gembira.
(g) Guru membagikan lembaran soal dan menyuruh siswa untuk mengerjakannya.
Soal-soal tersebut tentang perbedaan, ciri-ciri paragraf induktif dan
deduktif,gagasan utama, kalimat utama dan kalimat penjelas pada masing-masing
paragraf pada bacaan artikel.
(h) Setelah selesai mengerjakan siswa diminta untuk mengumpulkan hasil
pekerjaannya.Kemudian guru menunjuk beberapa siswa untuk diminta
membacakan hasil tulisan di depan kelas.” Siapa yang berani membacakan hasil
pekerjaan kalian di depan kelas?” Beberapa anak tunjuk jari sambil mengatakan.
“Saya Bu” Sahut Anang Yulianto. “Ya silakan, kamu ke depan!” Jawab Bu Guru.
(i) Guru menyuruh siswa lain untuk memberikan tanggapan hasil pekerjaan yang
telah dibacakan temannya. “Siapa yang akan memberi masukan dari hasil
pekerjaan temanmu?”. “Saya Bu” Sahut Binti Nur. “Ya, silahkan” jawab Bu
Guru. Masukan dari Binti Nur diataranya adalah pada paragraf kedua harusnya
termasuk jenis paragraf induktif bukan deduktif. Gagasan utamanya adalah itulah
sekelumit sejarah pemakaian minyak jarak. Bukan kebijakan yang diterapkan
Jepang.”
(j) Guru memberikan simpulan dari hasil pembelajaran hari itu, diantaranya kata-
kata guru sebagai berikut. “Anak-anak hasil pekerjaan kalian sudah bagus, tetapi
menentukan paraf induktif dan deduktif ,gagasan utama dalam tiap-tiap paragraf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
kurang tepat, maka perlu ditingkatkan belajarnya!” Untuk itu kalian kalian harus
belajar di rumah ya!” siswa menjawab dengan serentak ,”Ya,Bu.!”
(k) Guru memberi penjelasan kepadasiswa mengenai hal-hal yangmasih belum
dipahami oleh siswa, dari kegiatan itu sedikit banyak siswa sudah tergerak untuk
mau bertanya, tanpa merasa malu lagi atau takut salah.
(l) Pada akhir pembelajaran guru bersama siswa memberikan applause kepada siswa
yang mampu berpendapat dengan baik dan benar serta hasil pekerjaannnya baik,
melalui yel-yel kelas secara serentak.
(m) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan salam.
Terima kasih atas perhatian kalian dan sampai bertemu pada pertemuan
berikutnya , Insya Allah “Wassalamu’alaikum Wr.Wb” Siswa menjawab dengan
serentak “Wa’alaikum salam Wr.Wb”.
Pada pertemuan kedua siklus II ini masih dengan tindakan yang sama yaitu
melanjutkan jegiatan pada pertemuan pertama yang belum selesai. Pada pertemuan
kedua ini dilaksanakan hari Rabu, 5 Oktober 2011. Adapun urutan pelaksanaan kedua
adalah sebagai berikut.
(a) Pada awal pembelajaran guru memberi salam kepada siswa. Petikan kata-kata
guru sebagai berikut, “Assalamualaikum Wr. Wb. Siswa serentak menjawab
Waalaikum salam. Guru menanyakan keadaan siswa pada hari itu. Petikan Guru
sebagai berikut, Bagaimana keadaan kalian hari ini sehat dan baik –baik saja?
Siswa serentak menjawab “Alhamdulillah sehat dan baik-baik saja, Bu. Bu, kita
melanjutkan pelajaran membaca pemahaman lagi, Bu?” Tanya siswa spontan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
“ya” jawab guru. Dengan riang siswa menjawab yes yes yes. Guru membuka
pelajaran denagn memotivasi siswa sambil membawa gambar- gambar yang akan
diamati siswa. Kemudian mengajak siswa untuk menyanyikan lagu sesuai dengan
gambar tersebut. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan minat belajar siswa serta
belajar untuk dapat mencatat hal- hal yang penting berkaitan dengan gambar
tersebut.
(b) Mari anak-anak, kalian masih ingat lagu yang ada kaitannnya dengan gambar
tersebut?” Siswa menjawab dengan serentak, “Masih Bu!” Lagu apa, coba
sebutkan judulnya” Indonesia Tanah Airku” Jawab salah seorang siswa. “Ya,
mari kita bernyanyi bersama-sama.” Siswa dengan penuh riang gembira
menyanyikan lagu Indonesia Tanah Airku.”
(c) Guru memulai pelajaran dengan kegiatan tanya jawab atau apersepsi, guru
menanyakan tentang materi pelajaran pada pertemuan kemarin. Petikan
pertanyaan guru, Siapa yang bisa menyebutkan hal hal yang menarik dari gambar
yang ibu tunjukkan tersebut? Ada dua orang siswa yang mengangkat tangan,
siswa itu bernama Eka Erbhaena dan Aulia Mu’tashim. Eka menjawab, itu
gambar macam-macam bumbu dapur yang bias dipakai obat Bu. Sedangkan Aulia
menjawab itu tanaman apotek hidup, Bu.”
(d) Selanjutnya guru bertanya kepada siswa. Petikan pertanyaan guru “Bagaimana
tugas kalian tentang membaca pemahaman bacaan artikel pertemuan kemarin,
apakah sudah selesai? Siswa menjawab dengan serentak belum?” Petikan kata-
kata siswa”Belum,Bu!” “ baiklah, pertemuan hari ini nanti akan kita gunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
untuk melanjutkan memabaca pemahaman.” Guru menyuruh siswa untuk
menyebutkan kembali ciri-ciri paragraf, kalimat utama dan kalimat penjelas,
gagasan utama dalam paragraf, serta perbedaan paragraf induktif dan deduktif
dari bacaan artikel .Siswa melaksanakan tugas guru denghan penuh antusias.
(e) Setelah selesai, menyuruh siswa untuk membacakan hasil pekerjaan di depan
kelas “Nah silakan yang belum tampil segera mempersiapkan diri untuk tampil,
dan seperti pelajaran kemarin siswa yang lainnya ikut menilai bagaimana hasil
pekerjaan dari temanmu”, kata Bu Guru. Apabila ada yang memberi masukan bisa
disampaikan nanti setelah temanmu selesai membacakan di depan kelas, “Paham,
anak-anak?: “Paham Bu:, jawab anak-anak dengan serentak.
(f) “Baik, sekarang silakan kita memulai kegiatan membacakan hasil tulisan
kedepan” Siapa yang ingin lebih dahulu?” “Saya Bu,” jawab Moh Fahmi Fatchur.
Setelah Elsinta, siapa lagi?” Sambil Mengacungkan jari, Maulida menjawab,
“Saya Bu!”
(g) Guru mengamati kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa sambil memberikan
pengarahan apabila ada yang kurang tepat, siswa diminta untuk memberi
masukan.
(h) Pada kegiatan menumbuhkan kembali rasa kepercayaan diri siswa, tetapi juga
untuk menumbuhkan keberanian siswa dalam berbicara, supaya perasaan takut,
malu, ragu-ragu yang dulunya sering menjadi alasan bagi siswa menjadi hilang
dan siswa menjadi lebih berani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
(i) Perubahan sudah cukup banyak terjadi pada siklus II ini, siswa sudah mulai dapat
membaca pemahaman dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ada. Siswa
sudah bisa menentukan gagasan utama, kalimat utama dan kalimat penjelas,
perbedaan paragraf induktif dan deduktif dengan tepat.
(j) Pada akhir pembelajaran guru memberikan reward kepada siswa berupa pujian
dengan kata-kata:”Bagus kamu Fahmi “ kalian sudah bisa membaca pemahaman
dengan baik, bisa menemukan gagasan utama, kalimat utama dan kalimat penjelas
serta membedakan paragraf induktif dan deduktif dalam bacaan artikel.
Siswadengan serentak memberikan applause kepada Fahmi.
(k) Pada akhir pelajaran guru bersama siswa memberikan applause kepada siswa
yang memperoleh nilai paling baik. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengingatkan kepada siswa bahwa membaca bukanlah hal yang sulit dan
membosankan tetapi diperlukan keinginan untuk mau berlatih. Kemudian diakhiri
dengan ucapan salam “Wassalamualaikum Wr. Wb.” Siswa menjawab dengan
serentak “Waalaikum salam Wr. Wb.”
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran membaca pemahaman dengan
pendekatan quantum learning di kelas XI MAN 2 Madiun tahu ajaran 2011/2012.
Peneliti mengambil posisi di ruang kelas bagian belakang agar keberadaannya tidak
mengganggu jalannya proses pembelajaran. Kegiatan observasi ini dimaksudkan
untuk mendeskripsikan apakah kekurangan-kekurangan teknik pengajaran pada siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
I. Pada pelaksanaan proses pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan
quantum learning, guru mengajarkan materi dengan tema “Manfaat Tanaman Obat-
Obatan.”
Seperti pada pelaksanaan sebelumnya pada petemuan pertama dalam siklus II
di ruang kelas XI, guru akan mengajarkan keterampilan membaca pemahaman pada
materi paragraf induktif dan deduktif dengan pendekatan quantum learning. Hal ini
dilakukan dengan mengoreksi hasil pekerjaan siswa.
Pada pertemuan berikutnya dilanjutkan dengan menggunakan ruang
multimedia yang berupa tayangan LCD yang telah dipersiapkan sebelumnya. Guru
menampilkan gambar macam-macam jenis tanaman obat-obatan. Selesai melihat
tampilan tersebut siswa diminta berkomentar bahkan banyak diantara mereka
memiliki tanaman obat-obatan seperti itu di rumah. Setelah itu, siswa siap menerima
perintah dari guru untuk mengerjakan tugas seperti pada siklus sebelumnya. Guru
menerangkan mekanisme kerja dan menjelaskan materi membaca pemahaman secara
garis besar. Guru meminta siswa membaca teks bacaan dengan judul “Tanaman
Suruh Berfungsi Ganda” yang dibagikan oleh guru. Hal ini dilakukan karena semua
siswa tidak memiliki buku tersebut.
Guru menugasi masing-masing siswa untuk menganalisis bahan bacaan tersebut.
Guru memandu siswa untuk menemukan beberapa kalimat utama yang merupakan
gagasan utama bacaan tersebut, menemukan perbedaaan paragraf induktif dan
deduktif pada bacaan serta membuat ringkasannya. Setelah menugasi mereka untuk
berdiskusi, guru menunjuk tiap-tiap siswa tersebut untuk mempresentasikan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
diskusinya tersebut di depan teman-temannya. Mereka dapat membaca pemahaman
secara bergantian dan saling melengkapi isinya. Guru memberikan pujian terhadap
siswa yang tampil bagus dan merayakan dengan tepuk tangan dan yel-yel.
Setelah siswa tampil, guru memberikan tugas mengerjakan soal yang sudah
disiapkan oleh guru. Tugas ini sebagai postes membaca pemahaman. Setelah semua
siswa mengerjakan tes membaca pemahaman, guru dan siswa menyimpulkan
terhadap hasil pembelajaran dan guru memberi tahu siswa yang memperoleh nilai
terbaik.
Dari kegiatan tersebut terlihat bahwa guru sudah berupaya untuk lebih
mengaktifkan siswa melalui pemberian stimulus dan waktu yang memadai untuk
memahami bagaimana membaca pemahaman dengan tepat. Hasilnya, lebih banyak
siswa aktif merespon secara tepat terhadap stimulus-stimulus dari guru. Selain itu
guru sudah tidak terlihat lagi mendominasi kelas.
Pada pertemuan selanjutnya, Rabu 5 Oktober 2011 dilaksanakan 1 jam
(1X45menit). Guru mengajak siswa untuk mengamati LCD dengan mengambil
gambar macam-macam tanaman obat-obatan dengan diiringi musik instrumental.
Siswa diminta untuk mengamati dan mencermati tayangan melalui LCD tersebut
dengan seksama. Setelah selesai mengamati siswa banyak yang komentar mengenai
gambar tersebut.
Setelah mengamati tampilan tersebut, guru meminta siswa untuk
mengungkapkan komentar, pendapat, dan hal-hal yang menarik dari tayangan melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
LCD. Usai mendiskusikan tampilan tersebut, guru menugasi siswa untuk membaca
pemahaman.
Guru memotivasi beberapa siswa untuk membacakan hasil analisis membaca
pemahaman materi paragraf induktif dan deduktif di depan kelas setelah siswa selesai
mengerjakan. Berbeda dengan siklus terdahulu, siswa mulai berani membacakan hasil
analisisnya. Guru meminta siswa yang lain untuk mencermati dan memberikan
komentar serta masukan.
Usaha pemberian reward, baik berwujud nilai tambahan maupun pujian bagi
siswa yang dapat membaca pemahaman serta menganalisis dengan tepat, ternyata
terbukti mampu membangkitkan minat siswa untuk mengungkapkan komentar
mereka, serta merespon pertanyaan dari guru secara sukarela.
Suasana kelas mulai terlihat hidup ketika siswa mampu melihat guru
memberikan reward berupa pujian dan nilai tambah pada siswa yang mampu
memberi respon terhadap pertanyaan guru. Selanjutnya, tampak beberapa orang siswa
yang mengangkat tangan untuk mengajukan diri menjawab pertanyaan dari guru.
Terlihat jelas adanya interaksi dari guru dan siswa. Sedangkan, siswa yang belum
mampu menjawab pertanyaan dari guru, terlihat berdiskusi dengan teman
sebangkunya tentang jawaban pertanyaan yang diajukan guru.
Berdasarkan pengamatan peneliti, guru mampu menerapkan pendekatan
quatum learning dalam kegiatan membaca pemahaman dengan baik. Siswa sangat
tertarik dengan gaya mengajar yang dilakukan guru. Hal ini terlihat dengan raut
wajah mereka yang sangat antusias melihat tampilan yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Sedangkan dari siswa berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar
mengajar tersebut dapat dinyatakan kemampuan membaca pemahaman sudah lebih
baik dibandingkan siklus sebelumnya, terkait dari segi pemahaman paragraf induktif
dan deduktif, kalimat utama dan kalimat penjelas pada bacaan sudah hampir tepat.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar membaca
pemahaman, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa selama kegiatan belajar
berlangsung, yakni sebagai berikut.
1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 20 (64,52%) siswa,
sedangkan 11 (35,48%) lainnya tampak berbicara dengan temannya, melamun,
menelungkupkan kepalanya di atas meja, dan memainkan benda-benda tertentu
(pulpen, penggaris, buku, dan sebagainya).. Dari hasil wawancara dengan siswa
yang kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, diperoleh
penjelasan bahwa diantara mereka ada yang tidak berminat dengan kegiatan
membaca, mengantuk, dan malas.
2) Pelaksanaan siklus kedua siswa yang antusias menjawab soal-soal ( lisan maupun
tulisan) sebanyak 19 (61,29%) siswa, sedangkan 12 (38,71%) lainya diam saja
saat diberi pertanyaan lisan. Hal ini merupakan bentuk usaha guru memberikan
reward kepada siswa, misalnya berupa pujian seperti: bagus sekali, baik sekali,
tepat sekali, bisa juga berupa nilai tambahan kepada siswa, ataupun perlengkapan
alat tulis sehingga terlihat antusias.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
3) Siswa yang mengerjakan dengan bagus dan mencapai ketuntasan mencapai
20(64,52%) siswa, sedangkan yang lain belum bekerja dengan baik sehingga
belum mencapai ketuntasan mencapai 11 (35,48%) siswa.
Hasil keterampilan membaca pemahaman pada siklus II disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut.
Tabel 4.2. Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus II
No. Nilai Membaca Pemahaman
Frekuensi Frekuensi (%) Keterangan
1. 65-69 4 12,90% Kurang sekali
2. 70-74 7 22,58% Kurang
3. 75-79 11 35,48% Cukup baik
4. 80-84 9 29,09% Baik
5. 85-89 0 0 Sangat Baik
Jumlah 31 100%
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Gambar 4.2. Grafik Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus II Siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun
Hasil tes yang disajikan pada tabel dan grafik di atas menunjukkan yang telah
mencapai batas Kriteria Ketuntatasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 75 di dapat 20
siswa (64,52%) siswa, sedangkan siswa yang lain belum mencapai batas ketuntasan
sebanyak 11 (35,48%) siswa dan masih memerlukan perbaikan. Berdasarkan hasil
tersebut dapat diketahui bahwa nilai ketuntatasan yang dicapai belum memenuhi
indikator kinerja.
Kelemahan yang dimiliki oleh guru pada tindakan pertama sudah mampu
teratasi dengan baik pada tindakan kedua. Kemudian, pada pelaksanaan tindakan
kedua, guru sudah mampu mengelola kelas dengan baik sehingga relatif tidak
ditemukan kelemahan guru pada pelaksanaannya.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0-64 65-69 70-74 75-79 80-85 85-89
Frekuensi
Frekuensi (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Selanjutnya, kelemahan dari sisi siswa dapat diidentifikasi beberapa kelemahan
yaitu:
1) Kemampuan dan kecepatan membaca pemahaman siswa masih rendah;
2) Siswa yang belum mencapai batas ketuntasan sebesar 35,48%;
3) Masih banyak siswa presentasi dengan suara pelan sehingga siswa bagian
belakang tidak bisa mendengarnya.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan
Proses pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan quantum
learning siklus kedua dilaksanakan di ruang kelas (pertemuan pertama) dan di ruang
multimedia ( pertemuan kedua) MAN 2 Madiun yang dilaksanakan pada Senin, 3
Oktober 2011 dan Rabu 5 Oktober 2011 (pertemuan kedua) berjalan dengan lancar.
Siswa merespon dengan semangat dan antusias.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, dilakukan analisis dan refleksi sebagai
berikut.
1) Guru sudah mampu menerapkan pendekatan quantum learning dalam
pembelajaran membaca pemahaman. Terlihat dari penerapan media alternatif dan
topik yang berbeda yang dapat digunakan untuk menunjang pengajaran membaca
pemahaman paragraf induktif dan deduktif kepada siswa terutama dalam
menerapkan pendekatan quantum learning dengan metode TANDUR.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
2) Posisi guru tidak lagi berada di depan kelas dalam memberikan penjelasan. Guru
sudah mau berotasi untuk memonitor siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Jadi
siswa yang duduk di posisi belakang bisa terkontrol dan aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
3) Guru Memberi penjelasan ulang berkenaan paragraf induktif dan deduktif serta
kalimat utama dan kalimat penjelas. Mereka juga diberi motivasi untuk tetap rajin
berlatih membaca pemahaman dan kecepatan membacanya. Selain itu, guru
menjelaskan perlunya pemahaman dalam membaca dan konsentrasi untuk
menemukan gagasan utamanya dan mengidentifikasi paragraf induktif dan
deduktif . Mereka dapat belajar bersama.
4) Guru menayangkan gambar/video pada tindakan kedua sebelum mereka tampil
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan memberi feedback
terhadap isinya. Selain itu, guru juga selalu memotivasi siswa untuk bersuara
keras dan memberitahu siswa bahwa suara mereka direkam. Dengan demikian,
diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk mengeraskan suaranya.
5) Pelaksanaan siklus kedua siswa yang antusias menjawab soal-soal ( lisan maupun
tulisan) sebanyak 19 (61,29%) siswa, sedangkan 12 (38,71%) lainya diam saja
saat diberi pertanyaan lisan. Hal ini merupakan bentuk usaha guru memberikan
reward kepada siswa, misalnya berupa pujian seperti: bagus sekali, baik sekali,
tepat sekali, bisa juga berupa nilai tambahan kepada siswa, ataupun perlengkapan
alat tulis sehingga terlihat antusias.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
6) Tindakan II masih mempunyai beberapa kelemahan terutama dari segi pendekatan
quantum learning dengan menerapkan multimedia.
(a) Guru masih kesulitan dalam menerapkan metode TANDUR dalam pendekatan
quantum learning.
(b) Pada saat disampaikan tayangan gambar/objek yang harus dilihat siswa, banyak
yang berbicara sendiri karena diantara mereka ada yang mempunyai benda sesuai
dengan gambar yang ditayangkan.
(c) Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus II dikatakan
berhasil akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal secara keseluruhan.
Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan pada
survei awal. Nilai rata-rata sudah mencapai Kriteria Ketuntatasan Minimal
(KKM=75). Dibandingkan dengan nilai siklus I membaca pemahaman siklus II,
nilai rata-rata kelas meningkat sebesar 0,8 dari 74,5 menjadi 75,3. Nilai tertinggi
yang diraih siswa adalah 83 . Adapun nilai terendah diperoleh yang diperoleh
siswa adalah 66.
(d) Respon siswa terhadap pembelajaran cukup memuaskan. Kekurangan yang terjadi
pada siklus sebelumnya telah dapat diatasi.
3. Deskripsi Siklus III
a. Perencanaan Tindakan III
Bertolak dari hasil refleksi tindakan siklus II, peneliti bersama guru yang
bersangkutan kembali mengadakan diskusi untuk mengatasi kekurangan yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
pada siklus sebelumnya untuk diterapkan pada siklus III. Pada pelaksanaan siklus II
pembelajaran dengan pendekatan quantum learning sudah mulai menampakkan
keberhasilannnya dalam memberikan solusi dalam permasalahan kesulitan membaca
pemahaman pada siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun tahun ajaran 2011-2012.
Pada hari Sabtu, 8 Oktober 2011 di ruang guru, peneliti dan guru kelas XI IPS
2 MAN 2 Madiun tahun ajaran 2011-2012 mengadakan diskusi. Dalam kesempatan
kali ini, peneliti perlu menyampaikan analisis hasil observasi terhadap pembelajaran
membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning yang dilakukan pada
sikluas II. Peneliti menyampaikan segala kelebihan dan kelemahan selama proses
pembelajaran membaca pemahaman pada siklus II. Peneliti dan guru akhirnya
menyepakati bahwa untuk siklus selanjutnya guru akan menerapkan teknik self
correction sebagai upaya perbaikan hasil pekerjaan siswa. Peneliti dan guru juga
menerapkan jadwal penelitian selanjutnya yaitu Senin, 10 Oktober 2011 dan Rabu, 12
Oktober 2011.
Tahap perencanaan tindakan pada siklus III meliputi kegiatan sebagai berikut.
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran membaca pemahaman
dengan pendekatan quantum learning dan menyiapkan tes penilaian keterampilan
pemahaman, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa sebagai upaya
menyegarkan kembali ingatan siswa terhadap pembelajaran membaca
pemahaman pada pertemuan yang lalu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
b) Guru membagikan hasil pekerjaan siswa pada siklus I dan Siklus II, pekerjaan
siswa pada siklus I telah diteliti oleh guru dan peneliti dengan cara memberikan
tanda koreksi pada hal-hal yang salah, sedangkan pekerjaan siswa dalam siklus II
telah dikoreksi guru dan peneliti tetapi tidak diberi tanda koreksi secara detail.
c) Guru menjelaskan tentang perbedaan paragraf induktif dan deduktif dalam
wacana, kalimat utama dan kalimat penjelas, ciri-ciri paragraf induktif dan
deduktif berdasarkan hasil pekerjaan siswa.
d) Siswa menganalisis pekerjaan mereka dengan membandingkan hasil pekerjaan
mereka pada siklus I dan siklus II.
e) Siswa memperbaiki hasil pekerjaan paragraf induktif dan deduktif mereka.
f) Guru meminta siswa mengumpulkan pekerjaan
g) Guru mengadakan refleksi pembelajaran dan menutup pelajaran dengan tepuk
tangan dan siswa membacakan yel-yel.
Tahap perencanaan tindakan III pertemuan kedua (Rabu, 12 Oktober 2011)
meliputi kegiatan sebagai berikut.
a) Guru mengadakan apersepsi untuk menggali ingatan siswa mengenai
pembelajaran siswa lalu terkait pendekatan quantum learning.
b) Guru menampilkan gambar “ Pentingnya Kesehatan” melalui LCD diiringi musik
instrumental.
c) Siswa mengamati gambar melalui tayangan LCD.
d) Guru menyuruh siswa untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan
dengan kejadian yang mereka amati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
e) Guru menyuruh siswa membaca bacaan yang berkaitan dengan tema tayangan
gambar yang sudah disediakan.
f) Guru menyuruh beberapa siswa untuk membacakan hasil pekerjaan di depan
kelas.
g) Guru mengadakan refleksi pembelajaran hari ini.
2) Guru menyusun rencana pembelajaran untuk materi membaca pemahaman
paragarf induktif dan deduktif.
3) Peneliti dan guru mempersiapkan media pembelajaran LCD dengan mengambil
tema “Kebiasaan Hidup Menentukan Tingkat Kesehatan.” Pemilihan tema ini
untuk menumbuhkan rasa kepedulian terhadap diri dan lingkungan.
4) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan nontes.
Instrumen tes ini dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam membaca pemahaman
dan beberapa soal pendukung. Sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan
pedoman observasi yang dilakukan peneliti denga mengamati keaktifan siswa
selama pembelajaran berlangsung.
Dalam pembuatan Rencana Persiapan Pengajaran penilaian proses untuk siswa
berdasarkan lembar penilaian proses yang disediakan. Dari kegiatan diskusi
disepakati pula bahwa tindakan dalam siklus III dilaksanakan dalam dua kali
petemuan yaitu pada hari Senin, 10 Oktober 2011 dan Rabu, 12 Oktober 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
b. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama pada tindakan siklus III dilaksanakan pada hari Senin , 10
Oktober 2011 (pukul 07.45-09.15 WIB) selama dua jam pelajaran (2X45 menit) di
ruang multimedia MAN 2 Madiun. Dalam pelaksanaan tindakan siklus III ini guru
mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk mengatasi
kekurangan pada proses pembelajaran membaca pemahaman pada siklus II,
sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran.
Materi pada pelaksanaan siklus III ini adalah membaca bacaan yang telah
disiapkan dengan tema “Kebiasaan Hidup Menentukan Tingkat Kesehatan”, sesuai
dengan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut.
(a) Pada awal pembelajaran guru memulai dengan salam “Assalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh” Siswa menjawab dengan serempak “Wa’alaikum
Salam Warohmatullahi wabarokatuh”. Sebelum kita memulai pelajaran, hari ini
siapa yang tidak masuk?” Siswa menjawab “Nihil Bu”
(b) Selanjutnya guru memulai pembelajaran dengan mengajak bernyanyi bersama-
sama lagu “Anak Sehat” Siswa dengan penuh riang menyanyikan lagu tersebut.
Dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab atau apersepsi, guru menanyakan
tentang materi pembelajaran menyimak puisi pada pertemuan sebelumnya.
Berikut petikan tanya jawab yang dilakukan oleh guru dan siswa. Guru bertanya,
“Anak-anak, masih ingat paragraf induktif dan induktif, yang pada petemuan lalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
sudah kita pelajari. Kemudian siswa diminta untuk berpendapat, dari sini guru
sudah dapat mengetahui kemampuan awal siswa tentang paragraf induktif dan
deduktif. Hampir semua siswa serempak menjawab “masih, Bu.” Kemudian guru
menyuruh siswa menyebutkannya, Widodo Wicaksono menjawab, “Saya masih
ingat Bu”Kemudian Widodo Wicaksono menjawab dengan lancar mengenai ciri-
ciri paragraf induktif dan deduktif.
(c) Kemudian guru menjelaskan tentang rencana untuk pertemuan hari ini.”Hari ini
Ibu akan membagi hasil pekerjaan kalian padapertemuan kemarin, bahwa hasil
pekerjaan nanti akan kamu koreksi lagi hal-hal yang salah.” Bagaimana sudah
siap apa belum?” jawab siswa dengan serentak, “Siap , Bu!”
(d) Siswa melaksanakan tugas guru untuk mengoreksi hasil pekerjaan pada
pertemuan terdahulu, dengan cara memberi tanda koreksi pada-hal yang salah
terutama dalam menentukan gagasan utama pada tiap-tiap paragraf.
(e) Setelah siswa selesai mongoreksi hasil pekerjaannya,guru menunjuk beberapa
siswa untuk membacakan hasil pekerjaan di depan kelas. “Siapa yang berani
membacakan hasil pekerjaan kalian di depan kelas?” Beberapa anak tunjuk jari
sambil mengatakan. “Saya Bu” Sahut Yuvita. “Ya silakan, kamu ke depan!”
Jawab Bu Guru.
(f) Guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu “Aku Anak Sehat” siswa
menyanyikan lagu dengan penuh riang gembira.
(g) Guru menyuruh siswa lain untuk memberikan tanggapan hasil pekerjaan yang
telah dibacakan temannya. “Siapa yang akan memberi masukan dari hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
pekerjaan temanmu?”. “Saya Bu” Sahut Binti Nur. “Ya, silahkan” jawab Bu
Guru.
(h) Guru memberikan simpulan dari hasil pembelajaran hari itu, diantaranya kata-
kata guru sebagai berikut. “Anak-anak hasil pekerjaan kalian sudah bagus, tetapi
menentukan paraf induktifdan deduktif ,gagasan utama dalam tiap-tiap paragraf
kurang tepat, maka perlu ditingkatkan belajarnya!” Untuk itu kalian kalian harus
belajar di rumah ya!” siswa menjawab dengan serentak ,”Ya,Bu.!”
(i) Guru memberi penjelasan kepada siswa mengenai hal-hal yang masih belum
dipahami oleh siswa, dari kegiatan itu sedikit banyak siswa sudah tergerak untuk
mau bertanya, tanpa merasa malu lagi atau takut salah.
(j) Pada akhir pembelajaran guru bersama siswa memberikan applause kepada siswa
yang mampu berpendapat dengan baik dan benar serta hasil pekerjaannnya baik,
melalui yel-yel kelas secara serentak.
(k) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan salam.
Terima kasih atas perhatian kalian dan sampai bertemu pada pertemuan
berikutnya, Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengingatkan kepada siswa
bahwa membaca bukanlah pemahaman bukanlah hal yang sulit dan membosankan
tetapi diperlukan keinginan untuk berlatih. “Wassalamu’alaikum Wr.Wb”. Siswa
menjawab dengan serentak “Wa’alaikum salam Wr.Wb”.
Pada pertemuan kedua siklus III dilaksanakan pada hari Rabu,12 Oktober 2011
selama 1 jam pelajaran (1X45 menit). Seperti tindakan-tindakan sebelumnya di ruang
multimedia telah dipersiapkan instrumen-instrumen yang akan digunakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
pelengkap pembelajaran dalam pendekatan quantum learning sebagai bentuk upaya
mengajak anak untuk dapat dengan tepat memahami isi sebuah bacaan yang akan
dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun tahun ajaran 2011/2012.
Dalam tahap ini guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan
pembelajaran di kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif.
Adapun urutan pada pelaksanaan tindakan siklus III pada pertemuan kedua adalah
sebagai berikut.
(a) Pada awal pembelajaran guru memberi salam kepada siswa. Petikan kata-kata
guru sebagai berikut, “Assalamualaikum Wr. Wb. Siswa serentak menjawab
Waalaikum salam. Guru menanyakan keadaan siswa pada hari itu. Petikan Guru
sebagai berikut, Bagaimana keadaan kalian hari ini sehat dan baik –baik saja?
Siswa serentak menjawab “Alhamdulillah sehat dan baik-baik saja, Bu. Bu, kita
melanjutkan pelajaran membaca pemahaman lagi, Bu?” Tanya siswa spontan,
“Ya” jawab guru. Dengan riang siswa menjawab yes yes yes. Guru membuka
pelajaran dengan memotivasi siswa sambil membawa gambar- gambar yang akan
diamati siswa. Kemudian mengajak siswa untuk menyanyikan lagu sesuai dengan
gambar tersebut. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan minat belajar siswa serta
belajar untuk dapat mencatat hal- hal yang penting berkaitan dengan gambar
tersebut.
(b) Mari anak-anak, kalian masih ingat lagu yang ada kaitannnya dengan gambar
tersebut?” Siswa menjawab dengan serentak, “Masih Bu!” Lagu apa, coba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
sebutkan judulnya “Aku Anak Sehat” Jawab salah seorang siswa. “Ya, mari kita
bernyanyi bersama-sama.” Siswa dengan penuh riang gembira menyanyikan lagu
“Indonesia Tanah Airku”.
(c) Guru memulai pelajaran dengan kegiatan tanya jawab atau apersepsi, guru
menanyakan tentang materi pelajaran pada pertemuan kemarin. Petikan
pertanyaan guru, Siapa yang bisa menyebutkan hal hal yang menarik dari gambar
yang ibu tunjukkan tersebut? Ada dua orang siswa yang mengangkat tangan,
siswa itu bernama Eka Erbhaena dan Aulia Mu’tashim. Eka menjawab, itu
gambar orang berolah raga di lapangan, Bu. Sedangkan Aulia menjawab itu
gambar orang sakit di rumah sakit, Bu.”
(d) Selanjutnya guru bertanya kepada siswa. Petikan pertanyaan guru “Bagaimana
tugas kalian tentang membaca pemahaman bacaan artikel pertemuan kemarin,
apakah sudah selesai? Siswa menjawab dengan serentak belum?” Petikan kata-
kata siswa”Belum,Bu!” “ baiklah, pertemuan hari ini nanti akan kita gunakan
untuk melanjutkan memabaca pemahaman.” Guru menyuruh siswa untuk
menyebutkan kembali ciri-ciri paragraf, kalimat utama dan kalimat penjelas,
gagasan utama dalam paragraf, serta perbedaan paragraf induktif dan deduktif
dari bacaan artikel .Siswa melaksanakan tugas guru dengan penuh antusias.
(e) Setelah selesai, menyuruh siswa untuk membacakan hasil pekerjaan di depan
kelas “Nah, silakan yang belum tampil segera mempersiapkan diri untuk tampil,
dan seperti pelajaran kemarin siswa yang lainnya ikut menilai bagaimana hasil
pekerjaan dari temanmu”, kata Bu Guru. Apabila ada yang memberi masukan bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
disampaikan nanti setelah temanmu selesai membacakan di depan kelas, “Paham,
anak-anak?: “Paham Bu “ jawab anak-anak dengan serentak.
(f) “Baik, sekarang silakan kita memulai kegiatan membacakan hasil pekerjaan
kalian ke depan” Siapa yang ingin lebih dahulu?” “Saya Bu,” jawab Moh Rizal.
Setelah Rizal, siapa lagi?” Sambil Mengacungkan jari, Maulida menjawab, “Saya
Bu!”
(g) Guru mengamati kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa sambil memberikan
pengarahan apabila ada yang kurang tepat, siswa diminta untuk memberi
masukan.
(h) Pada kegiatan menumbuhkan kembali rasa kepercayaan diri siswa, tetapi juga
untuk menumbuhkan keberanian siswa dalam berbicara, supaya perasaan takut,
malu, ragu-ragu yang dulunya sering menjadi alasan bagi siswa menjadi hilang
dan siswa menjadi lebih berani.
(i) Perubahan sudah cukup banyak terjadi pada siklus III ini, siswa sudah mulai
dapat membaca pemahaman dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ada.
Siswa sudah bisa menentukan gagasan utama, kalimat utama dan kalimat
penjelas, perbedaan paragraf induktif dan deduktif dengan tepat.
(j) Pada akhir pembelajaran guru memberikan reward kepada siswa berupa pujian
dengan kata-kata:”Bagus kamu Mohamaad Rizal “ Kalian sudah bisa membaca
pemahaman dengan baik, bisa menemukan gagasan utama, kalimat utama dan
kalimat penjelas serta membedakan paragraf induktif dan deduktif dalam bacaan
artikel.” Siswa dengan serentak memberikan applause kepada Rizal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
(k) Guru mengadakan refleksi pembelajaran hari ini. Selanjutnya guru memberikan
reward berupa buku dan bupen yang memperoleh nilai tertinggi di atas 80
yangtelah menyelesaikan tugas siklus II dengan baik. Siswa terlihat antusias
menantikan penerima reward kali ini. Di sela-sela acara pemberian reward
tersebut guru menyisipkan bahwa membaca bukanlah hal yang sulit dan
membosankan tetapi diperlukan keinginan untuk mau berlatih agar sukses nanti
kedepannnya dan dapat berprestasi serta mendapat penghargaan dari instansi lain.
(l) Pada akhir pelajaran guru bersama siswa memberikan applause kepada siswa
yang memperoleh nilai paling baik. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
ucapan salam “Wassalamualaikum Wr. Wb.” Siswa menjawab dengan serentak
“Waalaikum salam Wr. Wb.”
Guru tadi mengawali pembelajaran hari ini dengan menyapa siswa dan
mengadakan presensi kehadiran siswa. Selanjutnya guru memberikan reward berupa
alat tulis yang memperoleh nilai tertinggi 85 kepada 3 orang siswa yang telah
menyelesaikan tugas siklus III dengan baik. Siswa terlihat antusias menantikan
penerimaan reward kali ini. Di sela-sela acara pemberian reward tersebut guru
menyisipkan pesan agar siswa dapat membaca pemahaman dengan baik dan tepat
serta cepat agar mendapatkan penghargaan dari guru maupun penghargaan instansi
lain. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih
dan salam dan sampai bertemua untuk pertemuan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
c. Observasi dan Interpretasi
Pembelajaran berlangsung selama tiga jam pelajaran (dua kali pertemuan).
Peneliti mengamati proses pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan
quantum learning di kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun. Pada pelaksanaan proses
pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning, berjalan
dengan baik, terbukti guru sudah terampil dalam memimpin jalannya proses belajar
mengajar secara jelas dan terencana. Siswa terlihat tertib dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Dari kegiatan observasi tersebut, diperoleh deskripsi mengenai
jalanya kegiatan pembelajaran membaca pemahaman sebagai berikut.
Pada awal pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya
jawab kepada siswa seputar materi keterampilan membaca pemahaman paragraf
induktif dan deduktif. Selanjutkan di ruang multimedia tersebut guru menayangkan
gambar-gambar yang bertema tentang kesehatan. Setelah menampilkan gambar-
gambar tersebut, siswa diminta berkomentar mengenai gambar itu dan
mengungkapkan ide mereka dengan bahasa sendiri dengan tepat dan benar.
Tujuannya untuk menyegarkan kembali ingatan siswa terhadap materi yang akan
dibahas pada hari itu. Kemudian, guru mengulangi materi sebelumnya dan
menjelaskan indikator pembelajaran yang akan dicapai dan memberi motivasi kepada
siswa agar rajin belajar. Setelah itu siswa diminta guru untuk mengingat kembali
materi-materi membaca paragraf induktif dan deduktif secara garis besar.
Guru memberi tugas kepada siswa membuka teks bacaan dengan judul “Pola
Hidup Menentukan Tingkat Kesehatan,” yang ada di buku paket. Guru menugasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
masing-masing siswa untuk menganalisis bahan bacaan tersebut. Guru memandu
siswa untuk menemukan beberapa paragraf induktif dan deduktif, kalimat utama dan
kalimat penjelas yang ada dalam bacaan tersebut dan membuat ringkasannnya dengan
pendekatan quantum learning. Selain itu, guru juga memandu siswa untuk
menghitung kecepatan membacanya. Setelah menugasi mereka untuk berdiskusi,
guru menunjuk beberapa siswa tersebut untuk mempresentasikan hasil diskusinya
tersebut di depan teman-temannya.
Setelah siswa tampil, guru memberikan tugas mengerjakan soal postes yang
sudah disiapkan oleh guru. Setelah semua siswa mengerjakan tes membaca
pemahaman, guru dan siswa menyimpulkan terhadap hasil pembelajaran dan guru
mengumumkan tiga siswa yang memperoleh nilai terbaik.
Dari deskripsi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di atas, dapat
disimpulkan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah disusun. Dari kegiatan tersebut terlihat bahwa guru sudah
berupaya untuk lebih mengaktifkan siswa melalui pemberian stimulus dan waktu
yang memadai untuk mencoba memahami bagaimana membaca pemahaman dengan
tepat dan benar. Hasilnya banyak siswa yang aktif merespon secara tepat terhadap
stimulus-stimulus dari guru. Selain itu guru sudah tidak terlihat lagi mendominasi
kelas.
Pada pertemuan selanjutnya, Rabu 12 Oktober 2011 selama 1 jam pelajaran
(1X45 menit). Guru mengajak siswa untuk mengamati tampilan LCD dengan
gambar-gambar baru dengan diiringi lagu. Siswa diminta untuk mengamati dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
mencermati tayangan melalui LCD tersebut dengan seksama. Setelah selesai
mengamati siswa banyak yang komentar mengenai gambar tersebut.
Setelah mengamati tampilan tersebut, guru meminta siswa untuk
mengungkapkan komentar, pendapat, dan hal-hal yang menarik dari tayangan melalui
LCD. Setelah mendiskusikan tampilan tersebut, guru menugasi siswa untuk membaca
bacaan yang sudah disediakan guru, sesuai tema pembelajaran pada hari itu.
Guru memotivasi beberapa siswa untuk membacakan hasil pekerjaaannya di
depan kelas setelah siswa selesai mengerjakan. Berbeda dengan siklus terdahulu,
siswa sudah mulai berani membacakan hasil pekerjaaanya. Guru meminta siswa yang
lain untuk mencermati dan memberikan komentar serta masukan.
Usaha pemberian reward, baik berwujud nilai tambahan maupun pujian bagi
siswa yang dapat membaca pemahaman dengan baik, ternyata terbukti mampu
membangkitkan minat siswa untuk mengungkapkan komentar mereka, serta
merespon pertanyaan dari guru secara sukarela.
Suasana kelas mulai terlihat hidup ketika siswa melihat guru memberikan
reward berupa pujian dan nilai tambah pada siswa yang mampu memberi respon
terhadap pertanyaan guru. Selanjutnya, tampak beberapa orang siswa yang
mengangkat tangan untuk mengajukan diri menjawab pertanyaan dari guru. Terlihat
jelas adanya interaksi dari guru dan siswa. Sedangkan, siswa yang belum mampu
menjawab pertanyaan dari guru, terlihat berdiskusi dengan teman sebangkunya
tentang jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Berdasarkan pengamatan peneliti, guru mampu menerapkan pendekatan
quantum learning dalam kegiatan membaca pemahaman dengan baik. Siswa sangat
tertarik dengan gaya mengajar yang dilakukan guru. Hal itu terlihat dengan raut
wajah mereka yang sangat antusias melihat tampilan yang diberikan
Sedangkan dari sisi siswa berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar
mengajar tersebut dapat dinyatakan keterampilan membaca pemahaman sudah lebih
baik dibandingkan siklus sebelumnya.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar membaca
pemahaman, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut.
1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi dan proses pembelajaran sebesar 23
(74,19%,) siswa sedangkan 8 (25,81%) siswa lainya tampak berbicara dengan
temannya, melamun ,dan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Dari hasil
wawancara dengan siswa yang kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung, diperoleh penjelasan bahwa di antara mereka ada yang tidak
berminat dengan kegiatan membaca, mengantuk, dan malas.
2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung sebanyak
22 ( 70,96%) siswa, sedangkan 9 (29,04%) siswa yang lainnya kurang
memperhatikan penjelasan guru.
3) Siswa yang tuntas dan antusias menjawab soal-soal (lisan maupun tulis sebanyak
26 (83,87,%) siswa, sedangkan 5 ( 16,13%) siswa lainya diam saja 9
saat diberi pertanyaan lisan maupun tulis dan tidak sungguh-sungguh saat
diminta mengerjakan soal postes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Adapun hasil tes keterampilan membaca pemahaman sebagai berikut.
Tabel 4.3. Hasil Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus III
No. Nilai Membaca Pemahaman
Frekuensi Frekuensi (%) Keterangan
1. 65-69 0 0 Kurang Sekali
2. 70-74 5 16,13% Kurang
3. 75-79 8 25,81% Cukup baik
4. 80-84 14 45,16% Baik
5. 85-89 0 12,90% Sangat Baik
Jumlah 31 100%
Dari tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
Gambar 4.3. Grafik Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus III
Siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0-64 65-69 70-74 75-79 80-85 85-89
Frekuensi
Frekuensi (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Hasil tes yang disajikan pada tabel atau grafik di atas menunjukkan siswa yang
sudah mencapai batas Kriteria Ketuntatasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 75 di
dapat 26 siswa (83,87%) sudah mampu membaca pemahaman dengan baik.
Sedangkan 5 siswa (16,13%) belum mencapai batas ketuntasan.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan
Proses pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan quantum
learning di kelas XI MAN 2 Madiun tahun pelajaran 2011/2012 pada siklus III yang
dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yakni pada Senin 10 Oktober 2011 dan
Rabu, 12 Oktober 2011 berjalan dengan lancar. Siswa merespons dengan semangat
dan penuh perhatian. Guru berhasil membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti
kegiatan belajar mengajar dengan tertib.
Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dan siklus II telah dapat
diatasi. Siswa yang pada awalnya kurang mampu memahami bacaan dengan baik dan
kurang antusias dalam KBM, akhirnya terampil membaca pemahaman . Secara
keseluruhan, proses belajar mengajar berjalan mengajar dengan lancar. Peningkatan
indikator-indikator ini dapat dilihat dari nilai siswa pada lampiran yang dilakukan
pada siklus I, siklus II, dan siklus III.
Pelaksanaan pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dengan
pendekatan quantum learning, ternyata mampu meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman siswa. Terbukti pendekatan quantum learning dapat memancarkan
cahaya positif yang menggerakkan daya kreatif dan sangat membantu untuk
meningkatkan keterampilan membacanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Peningkatan Kualitas hasil Pembelajaran Keterampilan Membaca
Pemahaman dengan Penerapan Pendekatan Quantum Learning.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan padasiklus I, II, dan III dapat
dinyatakan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan membaca
pemahaman dengan menggunakan quantum learning dari siklus I ke siklus
berikutnya. Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk
mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Dari kegiatan survei ini, peneliti
menemukan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca pemahaman di
kelas XI IPS2 MAN 2 Madiun tahun pelajaran 2011/2012 masih tergolong rendah
serta guru masih mengunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Kemudian,
peneliti berkolaborasi dengan guru kelas XI IPS 2 untuk mengatasi masalah tersebut
dengan menerapkan model pembelajaran pendekatan quantum learning dalam proses
pembelajaran membaca pemahaman.
Peneliti dan guru kelas XI IPS 2 menyusun rencana guna melaksanakan
siklus I. Siklus pertama ini merupakan tindakan awal untuk memperbaiki
pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning. Dalam
siklus ini guru menerapkan pendekatan quantum learning dengan metode TANDUR
dan menggunakan media gambar sebagai media. Berdasrkan siklus pertama ini, dapat
dideskripsikan hasil pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dengan
pendekatan quantum learning masih rendah. Dari deskripsi tersebut ternyata masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
terdapat beberapa kelemahan atau kekurangan dalam pelaksanaannya. Siklus II
dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan yang ada pada siklus I.
Siklus II merupakan siklus untuk memberikan solusi yang dilaksanakan untuk
mengatasi kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran
keterampilan membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning dengan
metode TANDUR pada siklus I. Berdasarkan pelaksanaan siklus II dapat dilihat
peningkatan proses dan hasil jika dibandingkan siklus I. Namun, pada siklus II masih
terdapat sedikit kekurangan atau kelemahan. Kemudian, kelemahan pada siklus II ini
diatasi dengan melaksanakan pembelajaran keterampilan membaca pemahaman yang
menerapkan pendekatan quantum learning metode TANDUR pada siklus III.
Siklus III untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada
siklus II. Selain itu siklus III merupakan siklus terakhir dalam tindakan penelitian
ini. Dalam siklus ini guru dan peneliti berusaha memperkecil segala kelemahan yang
terjadi selama pembelajaran keterampilan membaca pemahaman berlangsung dengan
mengenalkan teknik self correction. Siklus III dilaksanakan dengan menggunakan
penerapan pendekatan quantum learning dengan metode TANDUR yang menguatkan
siklus I dan siklus II bahwa pendekatan quantum learning dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas XI IPS 2
MAN 2 Madiun tahun pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan
pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning yang
mampu mengefektifkan waktu pembelajaran keterampilan membaca pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
sehingga kemampuan membaca pemahaman siswa dapat terkembangkan dengan
optimal dan meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca
pemahaman. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja
guru karena dengan pendekatan quantum learning dapat mengefektifkan waktu
pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dan menarik memancarkan energi
positif siswa di kelas. Pendekatan quantum learning juga sebagai sarana bagi guru
untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran keterampilan
membaca pemahaman. Keberhasilan pendekatan quantum learning dalam
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca pemahaman dapat
dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut.
a. Siswa terlihat antusias mengikuti pelajaran keterampilan membaca
pemahaman
Sebelum tindakan penelitian ini dilaksanakan, siswa terlihat kurang antusias
mengikuti pembelajaran keterampilan membaca pemahaman. Hal tersebut disebabkan
siswa tidak tertarik dengan cara mengajar yang digunakan oleh guru. Cara mengajar
yang biasa digunakan oleh guru dalam mengajarkan pelajaran membaca adalah
dengan cara ceramah dan dengan menyuruh siswa mengerjakan tugas membaca
bacaan begitu saja. Kelemahan dari pendekatan konvensional ini adalah munculnya
suatu kebosanan dan keengganan pada siswa, sehingga siswa tidak tertarik untuk
mengikuti pelajaran membaca pemahaman, dan rendahnya minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran membaca. Hal itu terlihat dari suasana kelas pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
kegiatan belajar mengajar membaca pemahaman yang sedang berlangsung, siswa
tidak begitu aktif menanggapi stimulus dari guru, ada yang tidak menaruh perhatian
sepenuhnya pada proses pembelajaran, dan terlihat ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan pelajaran, diam dan tidak merespon serta berbicara dengan teman.
Setelah dilakukan tindakan, yaitu menerapkan pendekatan quantum learning
dengan metode TANDUR dalam pembelajaran, siswa tertarik untuk mengikuti
pembelajaran membaca. Siswa terlihat memperhatikan penjelasan dari guru, serta
banyak yang bertanya terhadap hal yang belum mereka pahami dalam pembelajaran.
Selain itu, siswa mulai mau aktif ambil bagian dalam proses pembelajaran yang
sedang terjadi, seperti mau menyanyi bersama dalam upaya meningkatkan motivasi,
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada mereka.
Dalam memberikan tugas pada siswa untuk membaca pemahaman teks
bacaan, pada siklus I siswa yang sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran KBM
16 (51,61%) siswa, namun pada siklus II terjadi peningkatan, yakni sebesar 19
(61,29%) siswa dan meningkat lagi pada siklus III yang sebesar 22 ( 70,96%).
Dengan demikian, tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan keterampilan
membaca pemahaman dan kecepatan membaca pemahaman cukup berhasil.Tindakan
tersebut berupa menugasi siswa menemukan gagasan utama dan mengidentifikasi
perbedaan paragraf induktif dan deduktif . Karena mereka berdiskusi, mereka saling
belajar menemukan, mengidentifikasi dan menyebutkan ciri-ciri paragraf induktif
dan deduktif, menemukan kalimat utama dan kalimat penjelas. Tindakan yang
dilakukan guru ini sebagai upaya mengatasi permasalahan individu yang dialami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
setiap siswa. Jadi dengan metode pembelajaran yang menyenangkan dapat
ditingkatkan taraf perkembangan kepribadian seseorang, seperti rasa minder menjadi
berani, sifat malas dan kurang bersemangat dapat dihilangkan karena adanya metode
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Perlu menjadi perhatian penting bagi
guru bahwa siswa belajar dalam keadaan santai tapi serius dan menyenangkan
tersebut akan sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan tugasnya dari guru .
b. Siswa mengalami peningkatan nilai keterampilan membaca pemahaman
Sebelum diadakan tindakan siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti
pelajaran membaca pemahaman. Siswa juga merasa malas untuk mengawali
kegiatannya dalam pelajaran membaca, apalagi masih sulit untuk memahami bacaan
untuk menemukan perbedaan, ciri-ciri paragraf induktif dan deduktif, kalimat utama
dan kalimat penjelas, dan menemukan gagasan utama dalam bacaan. Kebanyakan
siswa masih kesulitan untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan.
Setelah diadakan tindakan keterampilan membaca pemahaman meningkat. Hal ini
dapat dilihat dari hasil pekerjaannya. Mereka sudah mampu membaca pemahaman
dengan metode TANDUR. Hasil pekerjaan mereka sudah baik. Hal ini tidak lepas
dari peran guru yang selalu mengingatkan siswa mengerjakan tugas dengan tepat.
Tingkat keberhasilan penelitian ini cukup signifikan. Nilai yang diperoleh siswa dari
tiap siklusnya naik dengan memuaskan
Tingkat keberhasilan penelitian ini cukup signifikan. Nilai yang diperoleh siswa
dari tiap siklusnya naik dengan memuaskan. Penilaian yang dilakukan peneliti dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
guru meliputi ketepatan menentukan letak gagasan utama pada paragraf, menentukan
kalimat utama dan kalimat penjelas, ketepatan menentukan paragraf induktif dan
deduktif dalam bacaan, mengidentifikasi paragraf induktif dan deduktif, menjelaskan
perbedaan paragraf induktif dan deduktif. Berikut nilai yang diperoleh siswa selama
penelitian.
Pada pelaksanaan siklus I, nilai rerata kelas, tes keterampilan membaca
pemahaman pada kondisi awal adalah 65,9. Setelah diberi tindakan perbaikan pada
siklus I, meningkat menjadi 74,5. Peningkatan dari rerata 65,9 menjadi 74,5 belum
mencapai nilai bataas ketuntasan sesuai dengan indicator kinerja. Dari segi ketuntasan
belajar secara individu belum mencapai tujuan yangdiharapkan. Dari 31 jumlah
siswa, tercatat 14 siswa belum mencapai batas tuntas, sedangkan 17 siswa telah
mencapai batas tuntas. Penelitian tindakan kelasdilanjutkan padasiklus II.
Pada siklus II hasil rerata tes keterampilan membaca sebesar 75,3. Dilihat dari
nilai rerata siswa sudah memenuhi kriteria. Namun secara individual dari hasil tes
pada siklus II tersebut masih terdapat 11 siswa mendapat nilai kurang dari 75.
Sedangkan yang mendapat lebih besar atau sama dengan 75 sebanyak 20 siswa.
Ketuntasan secara kalasikal 64,52%. Jadi hasil tes keterampilan membaca
pemahaman siswa pada siklus II, jika dilihat dari batas minimal sesuai dengan
indikator belum memenuhi kriteria. Penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus
III.
Nilai rerata tes keterampilan membaca pemahaman membaca pada siklus III
mencapai 79,4. Dilihat dari minimal nilai rerata siswa sudah memenuhi kriteria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Namun, secara individual dari hasil tes padasiklus III tersebut masih terdapat 5 siswa
mendapat nilai kurang dari 75. Sedangkan yang mendapat nilai lebih besar atau sama
dengan 75 sebanyak 26 siswa. Ketuntatasan secara klasikal sebesar 83,87%. Jadi,
nilai rerata keterampilan membaca pemahaman siswa padasiklus III belum semua
mencapai batas tuntas yang telah ditetapkan dengan tingkat ketuntatasan secara
klasikal sebesar 100% .Berikut tabel dan grafik hasil rerata tes membaca
pemahaman dari siklus I, II, dan III.
Tabel 4.4 Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Antarsiklus
Siswa Kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun
Tindakan Nilai Rerata kelas <75,00 ≥75,00
Survei Awal 65,9 93,54% 6,46%
Siklus I 74,5 45,16% 54,84%
Siklus II 75,3 35,48% 64,52%
Siklus III 79,4 16,13% 83,87%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Gambar 4.4. Diagram Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman Antarsiklus
Siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun
c. Guru berhasil membangkitkan minat siswa dengan pendekatan quantum
learning
Minat siswa terhadap pembelajaran membaca pemahaman dapat dikatakan
mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihatdari sikap siswa saat mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Siswa terlihat antusias dan semangat. Dengan penerapan
pendekatan quantum learning melalui metode TANDUR yaitu, tumbuhkan, alami,
namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan sehingga mampu memancarkan energi
positif pada diri siswa. Misalnya banyak siswa yang mengacungkan tangan menjawab
pertanyaan dari guru dan berani mengemukakan pendapat, bertanya kepada guru
apabila menemukan hal-hal yang belum mereka pahami. Hal ini terjadi karena guru
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Survei Awal Siklus I Siklus II Siklus III
<75
>75
Rerata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
berusaha membangkitkan minat dengan mengajak mereka menyanyikan lirik lagu
bersama-sama yang berbeda dari kegiatan belajar mengajar yang biasanya yaitu
metode ceramah saja dan pemberian reward berupa pujian, penambahan nilai dan
benda-benda yang bermanfaat bagi siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar di kelas.
Siswa juga selalu menunggu-nunggu untuk mengikuti pelajaran membaca
pemahaman dengan pendekatan quantum learning. Mereka merasa kegiatan
belajarnya menjadi semakin menyenangkan karena tidak harus berhadapan dengan
buku teks dan papan tulis melulu di dalam ruang kelas tetapi juga diajak guru di
ruang multimedia. Siswa merasa sangat terhibur karena adanya suasana baru dalam
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun
tahun ajaran 2011/2012 ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang aktif
dalam kegiatan apersepsi pada siklus I adalah 17 siswa dari 31 siswa (54,84%),
pada siklus II sebanyak 20 siswa (64,52%),dan pada siklus III sebanyak 23 siswa
(74,19%) maupun meningkatnya jumlah siswa yang antusias bertanya dan aktif
dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan pada siklus I sebanyak 16
siswa (51,61%), pada siklus II sebanyak 19 siswa (61,29%), dan pada siklus III
sebanyak 22 siswa (70,96%) .
2) Penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kualitas hasil
keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas XI IPS 2 MAN 2 Madiun,
ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan,
yaitu pada siklus I adalah 17 siswa dari 31 siswa (54,84%). Pada siklus II
menjadi 20 siswa (64,52%) dan meningkat lagi pada siklus III, yaitu 26 siswa
(83,87%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan
proses dan hasil pembelajaran bergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut berasal dari pihak guru dan siswa. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan
dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi,
kemampuan guru dalam mengelola kelas, memilih model pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran, serta teknik yang digunakan sebagai sarana untuk
menyampaikan materi. Kemudian faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung sehingga harus diupayakan agar
semua faktor tersebut dapat terpenuhi. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik
dalam menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik
dan sarana yang memadai, pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Selain faktor
tersebut, pemilihan pendekatan quantum learning yang tepat akan sangat
mengefektifkan pembelajaran. Penyampaian materi dan penggunaan pendekatan
quantum learning dengan metode TANDUR yang tepat akan dapat diterima siswa
apabila siswa juga memilki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan berjalan lancar,
kondusif, efektif, dan efisien.
Penelitian ini membuktikan bahwa dengan menerapkan pendekatan quantum
learning dengan metode TANDUR sebagai model pembelajaran membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
pemahaman dapat berhasil . Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam melaksanakan pembelajaran
membaca pemahaman siswa. Dengan pendekatan quantum learning ini, siswa dapat
saling membantu menemukan gagasan utama,kalimat utama dan kalimat penjelas,
dan perbedaan paragraf induktif dan deduktif dalam bacaan dan mampu memahami
dan mendalami seluruh isi bacaan.
Penerapan pendekatan quantum learning dalam pembelajaran membaca
pemahaman, keterampilan membaca pemahaman siswa dapat dikembangkan. Siswa
dipilih secara heterogen yaitu dengan mempertimbangkan prestasi keterampilan
membacanya. Siswa yang mampu membaca pemahaman dengan baik. Selanjutnya,
guru memberi kesempatan kepada tiap siswa untuk mendiskusikan materi bacaan
dengan teman yang lain. Mereka berdiskusi untuk membuat ringkasan bacaan dan
mempresentasikannya di depan kelas. Setelah itu siswa tersebut tampil presentasi,
guru mengajak siswa yang tidak tampil presentasi memberi respon terhadap
penampilan mereka.
Pemberian tindakan pada siklus I, siklus II, dan siklus III memberikan
deskripsi bahwa terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses
pembelajaran membaca pemahaman berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan
tersebut dapat teratasi pada pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas
pembelajaran membaca pemahaman baik proses maupun hasilnya. Dari segi proses,
pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dengan memupuk rasa senang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
siswa dan memotivasi siswa untuk meningkatkan keterampilan membaca
pemahamannnya. Adapun dari segi hasil, terdapat peningkatan nilai tes keterampilan
membaca pemahaman siswa dari siklus I sampai siklus III.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, dapat diajukan saran sebagai
berikut.
1. Bagi Siswa
a. Siswa diharapkan dapat aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
b. Siswa diharapkan mulai gemar membaca setelah diterapkan pembelajaran
membaca pemahaman dengan pendekatan quantum learning.
c. Siswa diharapkan mempresentasikan hasil ringkasannya dengan suara yang
jelas sehingga dapat di dengar oleh siswa yang lainnya.
d. Siswa yang tidak tampil presentasi, hendaknya memperhatikan dan menyimak
siswa lain yang sedang tampil presentasi.
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya memonitor dan membimbing siswa yang mengalami
kesulitan sewaktu pembelajaran.
b. Guru hendaknya memotivasi siswa agar aktif selama proses pembelajaran.
c. Guru hendaknya mengarahkan siswa agar aktif selama kegiatan pembelajaran
dan sewaktu mereka tampil presentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
d. Guru hendaknya mengubah pembelajaran keterampilan membaca pemahaman
yang teacher-centered menjadi student-centered dengan menerapkan
pendekatan quantum learning.
3. Bagi Sekolah
a. Hendaknya pihak sekolah selalu memberi motivasi kepada guru dengan jalan
antara lain membeir penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerjanya
dengan baik.
b. Hendaknya sekolah berupaya untuk selalu menciptakan iklim kerja yang
kondusif melalui suasana yang harmonis dan komunikasi yang terbuka.
4. Bagi Peneliti
a. Pendekatan quantum learning dapat diterapkan di kelas lain maupun di
sekolah lain dengan penyesuaian kondisi siswa dan sekolahnya.
b. Bagi peneliti yang ingin menerapkan pendekatan quantum learning dapat
bekerja sama dan berkolaborasi dengan guru yang mengalami permasalahan
pembelajaran membaca pemahaman.