UPAYA MENINGKATKAN ETIKA PERGAULAN SISWA DENGAN...
Transcript of UPAYA MENINGKATKAN ETIKA PERGAULAN SISWA DENGAN...
UPAYA MENINGKATKAN ETIKA PERGAULAN SISWA DENGAN
METODE DEMONTRASI MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
MATERI AKHLAK MAHMUDAH KELAS IV SEMESTER I
DI MI MIFTAHUL ULUM KARANGWOTAN PUCAKWANGI PATI
TAHUN PERIODE 2010-2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Islam
Oleh:
HARYANTO
NIM 093111293
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Haryanto
NIM : 093111293
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Prodi : Kualifikasi SI
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 20 Juni 20011
Yang menyatakan
Haryanto NIM. 093111293
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Telp/Fax. (024)7601295,7615387 Semarang 50185
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan: Judul UPAYA MENINGKATKAN ETIKA PERGAULAN SISWA
DENGAN METODE DEMONTRASI MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI AKHLAK MAHMUDAH KELAS IV SEMESTER I DI MI MIFTAHUL ULUM KARANGWOTAN PUCAKWANGI PATI TAHUN PERIODE 2010-2011
Nama : Haryanto NIM : 093111293 Jurusan : PAI Program Studi : Kualifikasi SI Telah diujikan dalam sidang munaqosah oleh dewan penguji fakultasTarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam ilmu pendidikan agama islam.
Semarang, 24 Juni 2011
iv
v
ABSTRAK
Judul : UPAYA MENINGKATKAN ETIKA PERGAULAN SISWA
DENGAN METODE DEMONTRASI MATA PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK MATERI AKHLAK MAHMUDAH KELAS
IV SEMESTER I DI MI MIFTAHUL ULUM KARANGWOTAN
PUCAKWANGI PATI TAHUN PERIODE 2010-2011
Nama : Haryanto
NIM : 093111293
Skripsi ini membahas pelaksanaan tindakan kelas yang dilaksanakan di MI
Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati. MI Miftahul Ulum Karangwotan
Pucakwangi merupakan satu-satunya MI Negeri yang ada di Kota Pati. Kajian ini
dilatarbelakangi oleh adanya tingkat kedisiplinan siswa yang rendah. Studi ini
dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) bagaimanakah kediplinan siswa
yang terjadi? (2) apakah metode hukuman mampu meningkatkan kedisiplinan
siswa?. Permasalahan tersebut dibahas melalui pelaksanaan tindakan kelas.
Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan di MI Miftahul Ulum Karangwotan
Pucakwangi Pati. Sebagai subyek penelitian ini adalah kelas VI tahun ajaran
2010/2011. Data penelitian tindakan kelas ini diperoleh dengan cara wawancara
dengan guru kelas VI, dan guru Mapel yang mengajar di kelas tersebut, observasi
dan studi dokumentasi. Semua data dianalisa dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Kediplinan siswa MI Miftahul
Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati mengalami penurunan lebih-lebih yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Banyak siswa yang terlambat masuk kelas,
di dalam kelas banyak siswa yang hanya bermain atau dengan istilahnya “gojek”
tatkala diberi pelajaran, terhadap pekerjaan rumah juga demikian siswa
mengerjakannya tatkala masuk ke kelas. Siswa banyak yang menyontek, meminta
jawaban kepada siswa lain tatkala mengerjakan ulangan. (2) Setelah diadakannya
tindakan dengan penerapan kedisiplinan dengan menggunakan hukuman melalui
pemberian poin terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan siswa dimana dari
akumulasi jumlah poin pelanggaran tersebut siswa yang melanggar mendapatkan
jenis hukuman seperti membaca surat pendek, menulis surat pendek, menghafal
asmaul husna, dan menghafalkan surat pendek, maka kediplinan siswa mengalami
peningkatan yang signifikan. (3) Tingkat ketidakdisiplinan siswa mengalami
penurunan bahkan hanya ada satu siswa yang masih melakukan indisipliner. (4)
Hukuman ini bisa dilaksanakan pada sekup yang lebih luas yaitu madrasah secara
umum dengan pembuatan peraturan yang disetujui oleh semua komponen
madrasah yang kemudian menjadi peraturan madrasah.
vi
TRSNSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf arab Latin dalam skripsi ini
berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
R.I. Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/U/1987. Penyimpangan kata sandang
[al-] disengaja secara konsisten supaya sesuai teks Arabnya.
ا a ض d}
{t ط b ب
{z ظ t ت
‘ ع \s ث
g غ j ج
f ف {h ح
q ق kh خ
k ك d د
l ل \z ذ
m م r ر
n ن z ز
و s س w
h ه sy ش
‘ ء {s ص
y ي
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa
skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan
bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara
khusus penulis sampaikan kepada :
1. Bapak dan Ibu yang selalu memberi do’a restu serta kakak dan adik tercinta.
2. Dr. Sudja’i, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan
dengan baik, selama masa penelitian
3. Drs. Miswari, M. Ag selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan sekripsi ini.
4. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
5. MI Miftahul Ulum Karangwotan, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati.
6. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian
skripsi ini.
Kepada mereka semua, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a
semoga budi baik mereka diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan
berlipat ganda dari Allah SWT.
viii
Kemudian peneliti mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan dalam
menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Semarang, juni 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
TRANSLITERASI ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Penegasan Istilah ............................................................................. 6
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 10
Bab II : LANDASAN TEORI .......................................................................... 11
A. Etika Pergaulan .............................................................................. 11
1. Dimensi Sosial Insught ............................................................ 11
2. Dimensi Sosial Sensitivity ....................................................... 15
3. Dimensi Social Comunication ................................................. 17
B. Metode Demonstrasi ...................................................................... 17
1. Pengertian Metode Demonstrasi .............................................. 17
2. Tujuan Metode Demonstrasi .................................................... 18
3. Fungsi Metode demonstrasi................................................... .. 19
4. Aspek-aspek dalam Metode Demonstrasi ................................ 20
5. Syarat-syarat Penggunaan Metode Demonstrasi................ ...... 20
6. Langkah-langkah Demonstrasi................................................. 21
7. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi ..................... 22
C. Hasil Belajar ................................................................................... 24
x
1. Pengertian Hasil Belajar ........................................................... 24
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .................... 25
3. Aspek-aspek Hasil Belajar ....................................................... 27
D. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran PAI ............ 29
E. Kajian Pustaka yang Relevan ......................................................... 34
F. Hipotesis Tindakan......................................................................... 35
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 37
A. Metode Penelitian……………………………………………….. 37
B. Indikator Penelitian…………………………………………….. 46
C. Tekhnik Pengumpulan Data....................................................... 46
D. Metode Analisis Data................................................................ 48
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN ................................................. 53
A. Gambaran Umum Sekolah ............................................................. 53
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 54
1. Hasil Penelitian Pra siklus ........................................................ 54
C. Hasil Penelitian Siklus I ................................................................ 56
D. Hasil Penelitian Siklus II ................................................................ 62
E. Pembahasan .................................................................................... 67
1. Siklus I ..................................................................................... 67
2. Siklus II .................................................................................... 68
BAB V : PENUTUP ........................................................................................ 71
A. Simpulan ........................................................................................ 71
B. Saran-saran ..................................................................................... 72
C. Penutup ........................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran. Di
dalam PBM terdapat kunci-kunci bagaimana supaya seorang guru dalam
mengajar peserta didik bisa sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengajar
maupun oleh lembaga yang terkait. Dalam PBM juga ada yang dinamakan
metode, media dan pendekatan dalam pembelajaran, semua ini adalah
bertujuan bahwa pesan yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar
mengajar bisa di terima oleh anak dengan baik dan bisa menghasilkan tujuan
yang optimal.
Seorang guru atau pendidik hendaknya mampu memilih dan
menggunakan pola atau cara pembelajarannya dengan baik dan benar
sehingga dalam hal ini, seorang guru maupun anak didik dapat memperoleh
kondisi belajar yang lebih rilek, meningkatkan semangat dan konsentrasi
dalam proses belajar mengajar. Di mulai dari hal inilah, peneliti tertarik
mengadakan penelitian terhadap penerapan metode demonstrasi terkait
sebagai upaya meningkatkan etika pergaulan siswa.
Sementara itu, anak sekolah dasar dan madrasah membutuhkan
pembelajaran secara langsung dalam setiap pembelajarannya, sebagaimana
diungkapkan oleh Edga Dale yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono bahwa
belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati, tetapi
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya.1
Dengan demonstrasi sebagai metode mengajar dimaksudkan bahwa
seorang guru, orang luar yang sengaja diminta, atau siswa sekali pun dapat
1 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,
1999), hlm. 45
2
memperlihatkan pada seluruh kelas suatu proses, misalnya bagaimana cara
bekerjanya sebuah printer. Metode Demonstrasi adalah sebuah metode yang
bersifat Ekspositori atau metode belajar yang bersifat memberi dan menerima
(guru memberi ilmu kepada murid). Metode ini cukup efektif karena
membantu para murid untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu
proses atau peristiwa tertentu, dimana keaktifan biasanya lebih banyak dari
pihak guru.
Dengan metodologi eksperimen, dimaksudkan bahwa guru atau siswa
mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan
itu. Jika dalam metode demonstrasi, keaktifan lebih banyak dari pihak guru,
metode eksperimen langsung melibatkan para siswa melakukan percobaan
untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan.
Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab
I pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”2.
Dari rumusan tersebut dapat dinyatakan bahwa tujuan dari pendidikan
salah satunya adalah mempertinggi akhlak mulia (budi pekerti luhur). Hal ini
membuktikan bahwa pemerintah sangat mengharapkan kepada lembaga
pendidikan manapun di Indonesia untuk membantu terwujudnya program
tersebut sehingga akan terbentuk generasi Indonesia yang mempunyai budi
pekerti luhur. Sejalan dengan konsep Islam, maka pendidikan budi pekerti
merupakan hal yang sangat penting. Dalam Islam budi pekerti sering disebut
dengan akhlak. Karena secara etimologi arti kata budi pekerti3 dan akhlak
4
2 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), hlm. 4 3 Budi pekerti artinya tingkah laku, perangai, akhlak (Tim Penyusun Kamus Pusat
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. I, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 170
3
itu sama, keduanya hanya berbeda sumber bahasanya saja. Kata akhlak
berasal dari bahasa arab, sedangkan budi pekerti berasal dari bahasa
Indonesia. Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khulk yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat5. Dalam ensiklopedi
pendidikan dikatakan bahwa akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan
(kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari
sikap jiwa yang benar terhadap kholiknya dan sesama manusia6.
Pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi
atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari
situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah
tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi
timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal
pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya7.
Pembinaan akhlak mulia harus ditanamkan kepada seluruh lapisan dan
tingkatan masyarakat, mulai dari tingkat atas sampai ke lapisan bawah. Dari
lapisan atas itulah yang pertama wajib memberikan tauladan yang baik pada
masyarakat dan rakyatnya. Tetapi manakala para pemimpin memberikan
contoh yang buruk, maka akan berlaku pepatah: “kalau guru kencing berdiri,
murid akan kencing berlari. Andaikata guru kencing berdiri, niscaya murid
akan kencing menari-nari”8. Orang pintar yang tak berakhlak (budi pekerti
yang luhur) akan berbahaya namun orang yang berbudi pekerti luhur tetapi
tidak pintar juga kurang berguna. Itulah manusia yang akan menyelamatkan
dirinya, keluarga, bangsa, dan negaranya. Namun untuk mencapai yang
demikian, tidak bisa dibiarkan tumbuh sesukanya. Ia perlu tuntunan yang
4 Akhlak artinya budi pekerti, kelakuan, (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 2, (Jakarta: Balai Pustaka, t.th,)
hlm.17 5 Asmaran, As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet.
III, hlm. 1 6 Ibid, hlm. 2
7 Ibid, hlm. 2
8 Ibid.
4
disebut sebagai pendidikan. Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan pendidikan
itu sebagai pemeliharaan bagi tumbuh berkembangnya tanaman9.
Untuk mencapai manusia Indonesia yang berkualitas yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, menurut Dr. Zakiyah Daradjat
hanya mungkin lewat pendidikan agama.10
Pendidikan agama yang meliputi qur'an dan hadits, Aqidah dan Akhlak,
fiqih dan sejarah kebudayaan Islam di madrasah yang dijadikan landasan
pengembangan nilai spiritual, jika dilakukan dengan baik maka kehidupan
masyarakat akan lebih baik.
Pendidikan Aqidah Akhlak di MI sebagai bagian integral dari
pendidikan, agama, memang bukan satu-satunya faktor yang memerlukan
dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik, tetapi secara
substansial mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperhatikan nilai-nilai
keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-
hari.
Pendidikan Aqidah dan Akhlak adalah upaya sadar dan berencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan
mengimani Allah SWT, dan menaati-Nya dalam perilaku Akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
penggunaan dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk
dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada Aqidah di satu
sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut
agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.
Pergaulan anak dengan lingkungan sosial (teman sebaya), juga
berpengaruh terhadap perhatian anak dalam melaksanakan ajaran agamanya.
Jika teman-temannya pergi mengaji, mereka akan ikut mengaji, temanya rajin
9 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian I, Pendidikan, (Yogyakarta: MLPTS, 1977), hlm.
20 10
Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pendidikan Mental, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1982), Cet. IV, hlm. 27
5
salat jamaah ke masjid atau mushola juga akan turut serta pergi ke tempat
ibadah tersebut. Untuk itu, harus ada kontrol dari orang tua dalam mengamati
pergaulan anaknya. Sebab apabila kelompok anaknya, merupakan kelompok
yang tidak baik, dikhawatirkan akan mempengaruhi moralitas anak kearah
negatif.
Al-Ghazali menegaskan bahwa usaha untuk melatih anak-anak agar
mereka memperoleh akhlak yang mulia termasuk hal yang amat penting.
Seorang anak adalah amanat yang diberikan oleh Allah swt kepada orang
tuanya. Hatinya yang suci adalah bagaikan mutiara yang yang belum
dibentuk. Karena itu, dengan mudah saja ia menerima segala bentuk rekayasa
yang ditujukan kepadanya. Jika dibiasakan melakukan kebaikan dan
menerima pengajaran yang baik, ia akan tumbuh dewasa dalam keadaan baik
dan bahagia, dalam kehidupannya di dunia dan akhirat. Dan kedua orang
tuanya, gurunya serta pendidikannyapun ikut pula menerima pahala yang
disediakan baginya. Tetapi jika dibiasakan kepadanya perbuatan yang buruk
atau ditelantarkan seperti halnya hewan yang berkeliaran tak menentu,
niscaya ia akan sengsara dan binasa, dosanya akan dipikul juga oleh kedua
orang tuanya, walinya atau siapa saja yang bertanggung jawab atas
pendidikannya.11
Oleh karena seorang anak siap menerima pengaruh apapun dari orang
lain, maka pendidikan akhlak harus dimulai sejak dini sekali. Sejak awal anak
harus dihindarkan dari lingkungan yang jelek dan mesti diasuh dan disusui
oleh wanita yang shalihah, kuat dalam melaksanakan ajaran agama, dan tidak
makan kecuali yang halal saja.12
Kemudian pada saat kemampuan
membedakan antara yang baik dan buruk (tamyiz) mulai muncul dalam diri
anak, perhatian harus lebih ditingkatkan lagi untuk memastikan bahwa ia
mengaitkan nilai kebaikan dengan hal-hal yang memang baik dan nilai
keburukan kepada hal-hal yang memang buruk (asosiasi nilai).
11
Al-Ghazali, Ihya Al-Ghazali, Terj. Ismail Ya’kub, (Jakarta: Cv. Faisan, 1986, Jilid
IV), hal. 193 12 Ibid
6
Apabila dasar dari keagamaan telah sedikit dan dilupakan maka akan
terjadi banyak kejahatan dan tindak kriminal yang merugikan banyak orang.
Begitu pula tayangan yang ada di layar kaca (televisi) sekarang ini banyak
yang kurang bahkan tidak mendidik sama sekali, dan hal itu yang sekarang
menjadi trend dan banyak ditiru oleh kalangan anak-anak bahkan orang
dewasa sekalipun.
MI Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati mempunyai peserta
didik yang cukup banyak, maka tugas guru dalam mendidik terkait dengan
etika pergaulan siswa sangatlah penting. Dalam rangka hal itulah, di MI ini
banyak memberikan pembelajaran akidah akhlak banyak menggunakan
metode demonstrasi.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pelaksanaan pembelajaran di MI
Miftahul Ulum Karang Wotan Pucakwangi Pati dengan menggunakan metode
demonstrasi, siswa dapat aktif mengambil bagian bereksperimen untuk dirinya
sendiri. Siswa tidak hanya melihat seseorang menyelesaikan sesuatu
eksperimen tetapi juga dengan melakukan langsung ia mernperoleh
kepandaian-kepandaian yang diperlukan. Selain itu, siswa mendapat
kesempatan yang sebesar-besamya untuk melaksanakan langkah-langkah
dalam cara-cara berpikir ilmiah. Ramalan-ramalan atau hipotesa-hipotesa
dapat diuji kebenarannya dengan mengumpulkan data-data hasil observasi
kemudian menafsirkannya dan terakhir siswa membuat
kesimpulan.kesimpulan dari hasil observasi tersebut. Namun hal itu perlu
diteliti dan diuji.
Sehingga dari uraian di atas, penulis bermaksud untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Upaya meningkatkan etika pergaulan siswa dengan
menggunakan metode demontrasi dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak materi
akhlak mahmudah kelas IV semester I di MI Miftahul Ulum Karangwotan
Pucakwangi Pati periode 2010-2011”.
B. PENEGASAN ISTILAH
7
Agar tidak terjadi kesalahanfahaman dalam memahami judul diatas,
maka penulis perlu memberikan penegasan terlebih dahulu mengenai
beberapa istilah pada judul skripsi ini. Istilah-istilah tersebut antara lain:
1. Etika
Teori etika adalah gambaran umum rasional mengenai hakekat dan
dasar perbuatan dan keputusan yang benar serta prinsip-prinsip yang
menentukan klaim bahwa perbuatan dan keputusan tersebut secara moral
diperintahkan dan dilarang. Oleh karena itu penelitian etika selalu
menempatkan tekanan khusus terhadap definisi konsep-konsep etika,
justifikasi, dan penelitian terhadap keputusan moral, sekaligus
membedakan antara perbuatan atau keputusan yang baik dan buruk.13
2. Metode Demonstrasi
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa
Yunani”Metodhos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang
berarti melalui dan “hodhos” yang berarti jalan atau cara untuk mencapai
tujuan.14
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara yang
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, cara kerja bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan.15
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan tata cara melakukan atau
mengerjakan sesuatu.16
Menurut Abdul Ghafir, dalam buku metodologi
pendidikan agama demonstrasi merupakan metode interaktif yang sangat
13 Majid fakhry, Etika Dalam Islam, alih bahasa Zakiyuddin Baidawi, cet. ke-1,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), hlm.xv.
14
Armai arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 40 15
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Bandung:
Balai Pustaka, 1990) hlm. 652 16
Ibid., 221
8
efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan
sesuatu dan unsur yang terkandung di dalamnya.17
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang
memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu, dimana keaktifan
biasanya lebih banyak pada pihak guru.18
Jadi yang dimaksud metode demonstrasi dalam skripsi ini adalah
pelaksanaan metode dalam pembelajaran Akidah Akhlak melalui proses
demonstrasi yang dilakukan oleh guru akidah akhlak di MI Miftahul Ulum
Pucakwangi Pati kepada peserta didiknya.
3. Aqidah Akhlak
Pengertian aqidah menurut Muslim Nurdin adalah: aqidah berasal
dari kata ”aqada-ya’qidu-aqdan”, yang berarti mengikat atau meyakini.19
Jadi secara bahasa aqidah berarti ikatan atau keyakinan antara manusia
dengan Tuhan. Relevansi kata aqidah berarti yang terpaut dihati, yang
bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Hal ini tidak lain dari apa
yang diyakini oleh hati sebagai ide yang benar (sesuai dengan kenyataan)
atau ide yang baik (menghasilkan kebaikan bila diamalkan).
Sedang menurut istilah sebagaimana hadis Nabi Muhammad
SAW: “Rasulullah SAW bersabda; iman ialah engkau percaya dengan
yakin kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, utusan-
utusan-Nya, Hari akhir dan yakin kepada takdir baik dan buruk”. (H. R.
Muslim).20
Jadi kesimpulannya aqidah adalah segala daya dan upaya untuk
memajukan bertumbuhnya aspek keyakinan dalam arti yang sebenarnya
tentang hakekat baik dan buruk. Sedangkan definisi akhlak menurut Al
Ghozali adalah
17
Abdul Ghafir, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 82 18
R. Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1995), hlm. 107 19
Muslim Nurdin, dkk, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: Alfabeta, 1993), hlm. 77 20
Imam Abi Husain Muslim bin Hajaj Al Qusyairi Annisaburry, Shahih Muslim, Juz I,
(Semarang: Thoha Putra, t. th), hlm. 22
9
“Khuluq (jamaknya akhlak) adalah ibarat (keterangan) tentang
keadaan yang tertanam dalam jiwa, dari padanyalah timbul perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan”.21
Dengan demikian yang penulis maksudkan dengan pembelajaran
aqidah akhlak adalah: usaha atau bimbingan secara sadar oleh orang
dewasa terhadap anak didik untuk menanamkan ajaran kepercayaan atau
keimanan terhadap keEsaan Allah SWT, yaitu keyakinan penuh yang
dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah, dan diwujudkan oleh amal
perbuatan.
Selain itu pembelajaran aqidah akhlak adalah salah satu bagian
dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan sebagai
wahana pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada
siswa agar dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran
Islam sehingga dapat membentuk prilaku-prilaku siswa yang sesuai
dengan norma dan syariat yang ada.
4. Siswa Kelas VI
Pengertian siswa berdasarkan UU RI no 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan siswa atau peserta
didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu.22
Jadi, siswa kelas VI yang dimaksud ialah
peserta didik yang tercatat sebagai siswa kelas VI di MI Miftahul Ulum
Karangwotan Pucakwangi Pati periode 2010-2011.
5. MI Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi
Pati merupakan tempat penelitian ini dilaksanakan. Madrasah Ibtidaiyah
ini adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang setaraf sekolah dasar
21
Imam Al Ghazali, Ihya’ Ulum Al-Din, Juz III, (Beirut: Darul Fikri, 1997), hlm. 63 22
UU RI no. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Nuansa
Aulia, 2005), hlm. 11.
10
(SD) di bawah naungan Departemen Agama RI yang beralamat di
Pucakwangi.
C. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penggunaan metode demontrasi dalam mata pelajaran Aqidah
Akhlak materi akhlak mahmudah kelas IV semester I di MI Miftahul
Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati periode 2010-2011?
2. Adakah peningkatan etika pergaulan siswa dengan menggunakan metode
demontrasi dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak materi akhlak
mahmudah kelas IV semester I di MI Miftahul Ulum Karangwotan
Pucakwangi Pati periode 2010-2011?
D. MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis
1. Secara Teoritis
a. Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan khazanah dan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu Psikologi Islam
b. Mampu menambah khazanah keilmuan Psikologi Islam dalam
memberikan pemahaman terhadap diri pribadi yang kaitannya tentang
kekerasan anak dalam lingkungan sosial, dan pola hidup yang Islami.
2. Secara Praktis
a. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pedoman orang tua dan
masyarakat dalam mengembangkan emosi positif anak di Pucakwangi
Pati sehingga bisa berakhlak yang baik serta berguna bagi diri sendiri,
agama dan bangsa.
b. Memberi motivasi orang tua agar lebih semangat dalam membimbing
anak di Daerah Pucakwangi Pati sehingga budaya kekerasan pada anak
terkikis demi kemajuan bangsa dan negara.
11
E. TUJUAN PENELITIAN
Setiap mengadakan suatu penelitian, perlu tujuan yang jelas, agar dapat
memahamkan orang yang akan pembaca, maka peneliti mempunyai tujuan
melakukan penelitian ilmiah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode demontrasi dalam mata
pelajaran Aqidah Akhlak materi akhlak mahmudah kelas IV semester I di
MI Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati periode 2010-2011.
2. Untuk mengetahui adakah peningkatan etika pergaulan siswa dengan
menggunakan metode demontrasi dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak
materi akhlak mahmudah kelas IV semester I di MI Miftahul Ulum Karang
Wotan Pucakwangi Pati periode 2010-2011.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Etika Pergaulan
B. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Metha” dan “Hodos”
metha berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara, jadi metode adalah jalan
atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan1. Ada beberapa metode yang
digunakan dalam pengajaran. Salah satu metode yang digunakan dalam
pengajaran adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode
mengajar yang sangat efektif, karena dapat membantu siswa untuk melihat secara
langsung proses terjadinya sesuatu.
Adapun beberapa ahli mendefinisikan, pengertian metode demonstrasi:
a. Tayar Yusuf, demonstrasi berasal dari kata demonstration (to slow) yang
berarti memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu2.
b. Pius A. Partanto, demonstrasi berarti unjuk rasa, tindakan bersama-sama untuk
menyatakan proses pertunjukan mengenai cara penggunaan suatu hal3.
c. Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau
orang lain yang sengaja diminta murid sendiri memperlihatkan pada seluruh
kelas tentang sesuatu proses suatu kaifah melakukan sesuatu4.
Ada beberapa metode dalam pembelajaran. Salah satu metode yang
digunakan adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode
mengajar yang sangat efektif, karena dapat membantu peserta didik untuk melihat
secara langsung proses terjadinya sesuatu. Metode demonstrasi adalah cara
penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada
1 Armai Arif, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.
40. 2 Tayar Yusuf dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo,
1999), hlm. 45. 3 Pius. A. Partanto, dkk., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1990), hlm. 100.
4 Muhammad Zein, Metodologi Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana), hlm. 177.
peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik
sebenarnya atau tiruan yang sering disertai penjelasan lisan.5
Metode demonstrasi adalah metode mengajar di mana seorang guru atau
orang lain yang sengaja diminta peserta didik sendiri memperlihatkan kepada
seluruh anak di dalam kelas, suatu kaifiyah melakukan sesuatu.6
Dari beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa metode demonstrasi
adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain bahkan murid
sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses melakukan atau
jalannya suatu proses perbuatan tertentu.
2. Tujuan Metode Demonstrasi
Sesuai dengan definisi metode demonstrasi yaitu memperlihatkan,
memperagakan dan mempraktekkan, maka tujuan demonstrasi yaitu anak
diarahkan dan dibimbing untuk menggunakan mata dan telinganya secara terpadu
sebagai hasil dari pengamatan.
Penerapan metode demonstrasi lebih banyak digunakan untuk
memperjelas cara mengerjakan atau kaifiyah suatu proses ibadah, misalnya
wudlu, shalat, haji, dan materi lain yang bersifat motorik.7 Metode demonstrasi
merupakan suatu wahana untuk memberikan pengalaman belajar agar anak dapat
menguasai pelajaran lebih baik. Metode demonstrasi anak dilatih untuk
menangkap unsur-unsur penting untuk proses pengamatan, maka kemungkinan
melakukan kesalahan sangat kecil bila terus menirukan apa yang telah
didemonstrasikan oleh guru dibandingkan jika ia melakukan hal yang sama hanya
berdasarkan penjelasan lisan.
Demonstrasi memiliki makna penting bagi anak antara lain:
a. Dapat memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan/ dilaksanakan/
diperagakan.
b. Dapat mengkomunikasikan gagasan, konsep, prinsip dengan peragaan.
c. Membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti dan cermat.
5Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 90
6Muhammad Zein, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana,
1995), hlm. 177 7Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramdani, 2000), hlm. 83
d. Membantu mengembangkan untuk melakukan segala pekerjaan secara teliti
dan cermat.
e. Membantu mengembangkan kemampuan menirukan dan pengenalan secara
tepat.8
Metode demonstrasi mempunyai pengaruh terhadap proses belajar peserta
didik dan bertujuan sebagai berikut:
a. Memberikan latihan keterampilan tertentu pada peserta didik.
b. Memudahkan penjelasan dan peserta didik terampil melakukannya.
c. Membantu peserta didik dalam memahami suatu proses secara cermat dan
teliti.9
3. Fungsi Metode Demontrasi
Demonstrasi sebagai suatu metode mengajar tentunya mempunyai fungsi
yang diharapkan dalam proses belajar mengajar antara lain:
a. Memberi gambaran yang jelas dan pengertian yang konkrit tentang suatu
proses atau ketrampilan dalam mempelajari konsep ilmu fiqih dari pada hanya
dengan mendengar penjelasan atau keterangan lisan saja dari guru
b. Menunjukkan dengan jelas langkah-langkah suatu proses atau ketrampilan-
ketrampilan ibadah pada siswa
4. Aspek-Aspek dalam Metode Demonstrasi
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang
didemonstrasikan tidak dapat diamati oleh peserta didik.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif jika tidak diikuti oleh aktivitas peserta
didik.
c. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal yang bersifat praktis.
e. Beri pengertian dan landasan teori yang akan didemonstrasikan.
f. Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang.10
5. Syarat-syarat Penggunanan Metode Demonstrasi
8Moeslihaton R., op, cit., hlm. 27
9Basyiruddin Usman, op, cit., hlm. 45-46
10Armai Arief, op, cit., hlm. 190
Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memiliki
keahlian mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan
tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Keahlian mendemonstrasikan
tersebut harus dimiliki oleh guru atau pelatih yang ditunjuk, setelah
mendemonstrasikan, siswa diberi kesempatan melakukan latihan ketrampilan
seperti yang telah diperagakan oleh guru atau pelatih. Metode demonstrasi ini
sangat efektif menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan seperti:
Bagaimana prosesnya? Terdiri dari unsur apa? Cara mana yang terbaik bagaimana
dapat diketahui kebenarannya? melalui pengamatan induktif.
Metode demonstrasi dapat dilaksanakan:
a. Manakala pembelajaran bersifat formal, magang, atau latihan kerja,
b. Bila materi pelajaran berupa ketrampilan gerak, petunjuk sederhana untuk
melakukan ketrampilan gerak dengan menggunakan bahsa asing, dan prosedur
melaksanakan suatu kegiatan.
c. Manakala guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan penyelesaian
kegiatan yang panjang, baik yang menyangkut pelaksanaan suatu prosedur
maupun dasar teorinya.
d. Pengajar bermaksud menunjukkan sesuatu standar penampilan.
e. Untuk menumbuh motivasi siswa tentang latihan/praktek yang kita laksanakan.
f. Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan
kegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca di dalam buku, karena
siswa memperoleh gambaran yang jela dari hasil pengamatannya.
g. Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat
dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi.11
Batas-batas metode demonstrasi sebagai berikut:
a. Demonstrasi akan merupakan kegiatan yang tidak wajar bila alat yang
didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa.
11
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru Dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007), hlm.10-141
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif jika tidak diikuti dengan aktivitas dimana
para siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu
pengalaman pribadi.
c. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan secara kelompok. Kadang-kadang,
bila suatu alat dibawa didalam kelas kemudian didemonstrasikan, terjadi
proses yang berlainan dengan proses dalam situasi nyata.
e. Jika siswa diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu yang banyak, dan
membosankan bagi peserta lain.12
6. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi
Langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang perlu ditempuh agar
metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan baik adalah:
a. Perencanaan
Hal yang dilakukan adalah:
1) Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan
yang diharapkan dapat ditempuh setelah metode demonstrasi berakhir.
2) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilaksanakan.
3) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
4) Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya introspeksi diri
apakah:
a) Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh peserta
didik.
b) Semua media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang baik
sehingga setiap peserta didik dapat melihat.
c) Peserta didik disarankan membuat catatan yang dianggap perlu.
5) Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan peserta didik.
b. Pelaksanaan
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
1) Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekian kalinya.
2) Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik.
12
Ibid, 141-142
3) Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar
demonstrasi mencapai sasaran.
4) Memperhatikan keadaan peserta didik, apakah semuanya mengikuti
demonstrasi dengan baik.
5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif memikirkan
lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk
mengajukan pertanyaan.
6) Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu
menciptakan suasana yang harmonis.
c. Evaluasi
Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering diiringi
dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa
pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan,
mengadakan latihan lebih lanjut. Selain itu, guru dan peserta didik
mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang dilakukan, apakah sudah
berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.13
7. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
a. Kelebihan metode demonstrasi
1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,
sehingga menghindari verbalisme.
2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3) Proses pengajaran lebih menarik.
4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.14
b. Kekurangan metode demonstrasi
1) Memerlukan keterampilan guru secara khusus.
2) Memerlukan waktu yang banyak.
3) Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan.
13
Ibid., hlm. 192-195 14
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, op, cit., hlm. 91
4) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus
dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan.15
Dalam buku Ramayulis menyebutkan kelebihan dan kelemahan metode
demonstrasi adalah sebagai berikut:
a. Kebaikan Metode Demonstrasi
1) Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau ada peserta didik
yang diikutsertakan.
2) Pengalaman peserta didik bertambah
3) Dapat membantu peserta didik mengingat lebih lama tentang materi
pelajaran yang disampaikan, karena peserta didik tidak hanya mendengar,
tetapi melihat dan mempraktekkannya secara langsung.
4) Dapat memfokuskan pengertian peserta didik terhadap materi pelajaran
dalam waktu relatif singkat.
5) Dapat memusatkan perhatian anak didik.
6) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pelajaran menjadi lebih jelas
dan konkrit.
7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa
karena mereka ikut serta berperan secara langsung.
8) Menghindari "coba-coba/gagal" yang banyak memakan waktu belajar.16
b. Kelemahan Metode Demonstrasi
1) Memerlukan waktu yang cukup lama, tempat dan peralatan yang cukup.
2) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang
efektif.
3) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama alat.
4) Membutuhkan tenaga dan kemampuan yang optimal dari pendidik dan
peserta didik.
5) Bila peserta didik tidak aktif, metode demonstrasi tidak efektif.17
15
Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 90 16
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 282 17
Armai Arif, op. cit., hlm. 192
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar.18
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku secara
keseluruhan yang dimiliki seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut
menyangkut perubahan tingkah laku kognitif, afektif dan psikomotorik.19
Hasil belajar merupakan penguasaan ketrampilan dan pengetahuan yang
dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran yang ditunjukkan dengan tes atau
nilai yang diberikan oleh guru serta kemampuan perubahan sikap/tingkah laku
yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar.
Jadi hasil belajar yang dimaksud adalah suatu hasil yang telah dicapai
(dilakukan) oleh peserta didik setelah adanya aktifitas belajar suatu mata pelajaran
yang telah ditetapkan dalam waktu yang telah ditentukan pula. Hasil belajar dapat
diketahui setelah dilakukan evaluasi hasil belajar. Setiap orang yang melakukan
suatu kegiatan ingin tahu hasil dari kegiatan yang dilakukannya. Untuk
mengetahui tentang baik dan buruknya dan proses hasil dari kegiatan
pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah ia menerima pengalaman belajarnya.20
Suatu proses belajar mengajar
dapat dikatakan berhasil apabila:
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh peserta
didik, baik secara individual maupun klasikal.21
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan
menjadi dua kategori. Yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor
18
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), hlm. 37 19
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm. 179 20
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.
22 21
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, op, cit., hlm. 106
tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar peserta didik.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu, faktor-faktor
eksternal ini meliputi:
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu.
Keadaan fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif bagi kegiatan belajar seseorang.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologi seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang
mempengaruhi proses belajar adalah:
a) kecerdasan/ intelegensi peserta didik
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat.
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
keaktifan kegiatan belajar peserta didik. Motivasilah yang mendorong
peserta didik ingin melakukan kegiatan belajar.
c) Minat
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
d) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang,
peristiwa, dan sebagainya.
e) Bakat
Secara umum bakat didefinisikan sebagai kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
masa yang akan datang.22
b. Faktor eksternal
1) Lingkungan sosial
a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi proses belajar peserta didik. Hubungan
yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi peserta
didik untuk belajar lebih baik di sekolah.
b) Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal peserta didik
akan mempengaruhi belajarnya.
c) Lingkungan sosial keluarga
Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaan keluarga, dapat memberi dampak bagi aktivitas
belajar peserta didik.
2) Lingkungan non sosial
a) Lingkungan alamiah
Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin
dan suasana yang sejuk dan tenang. Hal tersebut akan membawa pada
kondisi belajar yang baik. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam
yang tidak mendukung, proses belajar peserta didik akan terhambat.
b) Faktor instrumental
Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam,
yaitu:
22
Baharuddin, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm.
19-25
(1) Hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya.
(2) Software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah,
panduan silabi dan lain sebagainya.
c) Faktor materi pelajaran. Faktor ini hendak disesuaikan dengan usia
perkembangan peserta didik, begitu juga dengan metode mengajar
guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan peserta didik.23
3. Aspek-aspek Hasil Belajar
Secara umum belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku. Belajar
tidak ada warnanya jika tidak menghasilkan pengetahuan, pembentukan sikap dan
keterampilan.
Oleh karena itu proses belajar mengajar harus mendapat perhatian yang
serius dengan melibatkan berbagai aspek yang menunjang keberhasilan belajar
mengajar, yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.24
a. Aspek kognitif
Taksonomi tujuan pengajaran dalam kawasan kognitif menurut Bloom
terdiri atas enam level yaitu sebagai berikut:
1) Pengetahuan (knowledge), yaitu meliputi menyebutkan, menampilkan, dan
menjelaskan.
2) Pemahaman (comprehension), yaitu meliputi menjelaskan, mengurutkan,
dan memberi contoh.
3) Penerapan (aplication), yaitu meliputi menerapkan, menyerasikan.
4) Analisis (analysis), yaitu pada taraf mampu memahami proses dan cara
kerjanya suatu proses.
5) Sintesis (synthesis), yaitu mampu menyatukan dari berbagai unsur menjadi
satu.
6) Evaluasi (evaluation)25
, yaitu mampu menjawab pertanyaan guru.
b. Aspek afektif
23
Ibid., hlm. 26-28 24
Mudhofir, Teknologi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 64 25
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hlm. 57
Yaitu yang berhubungan dengan pembangkitan minat sikap/ emosi
juga penghormatan (kepatuhan) terhadap nilai atau norma. Dalam aspek
afektif terdiri atas 5 level, yaitu:
1) Penerimaan (receiving/ attending), yaitu memperhatikan, menyimak, dan
mendengarkan.
2) Penanggapan (responding), yaitu dengan mengajukan pertanyaan, dan
menjawab pertanyaan.
3) Penilaian (valuing), yaitu dengan ditandai penerimaan terhadap nilai yang
diperoleh.
4) Pengorganisasian (organizing), yaitu dengan memilah-milah nilai yang
diperoleh, dan menjadikan motivasi untuk menjadi lebih baik.
5) Karakteristik (characterization), yaitu dengan terbentuknya karakter
seseorang.26
c. Aspek psikomotorik
Yaitu pengajaran yang bersifat keterampilan atau yang menunjukkan
gerak, keterampilan tangan, menunjukkan pada tingkat keahlian seseorang
dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu. Sampson membagi aspek ini
menjadi lima level, yaitu:
1) Kesiapan (set), yaitu dengan menyiapkan alat untuk demonstrasi, kesiapan
dalam menerima pelajaran.
2) Meniru (imitation), yaitu dengan melakukan sesuatu sesuai dengan contoh
yang diamati.
3) Membiasakan (habitual), yaitu dapat melakukan sesuatu tanpa melihat
contoh.
4) Menyesuaikan (adaption), yaitu dapat menguasai garakan-gerakan
tertentu.
5) Menciptakan (Origination), yaitu sudah sampai pada taraf mahir, dapat
membuat variasi sendiri.27
26
Ibid, hlm. 66 27
Ibid, hlm. 69
Untuk mencapai keberhasilan belajar ketiga aspek tersebut tidak bisa
dipisahkan, namun jauh lebih baik jika dihubungkan. Penggabungan tiga
aspek tersebut akan dapat diketahui kualitas keberhasilan pembelajaran.
Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seorang
peserta didik. Setiap pembelajaran dapat menimbulkan suatu perubahan yang
khas. Hasil belajar secara luas tentu mencakup ketiga kawasan tujuan
pendidikan tersebut yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
D. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran PAI
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pembelajaran kepada peserta
didik, mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan. Pemberian kecakapan
dan pengetahuan kepada peserta didik yang merupakan proses pembelajaran,
dilakukan guru di sekolah dengan menggunakan metode-metode tertentu, cara inilah
yang sering disebut metode pembelajaran.
Para pendidik selalu berusaha memilih metode pembelajaran yang efektif dan
efisien sebagai alat untuk mencapai tujuan, makin tepat metode, diharapkan makin
efektif pula pencapaian tujuan tersebut.
Sebuah metode pembelajaran harus mampu diterima peserta didik dengan
baik, metode mengajar harus disajikan seefektif mungkin agar peserta didik dapat
mudah menerima materi pelajaran.
Ada beberapa metode dalam pembelajaran, salah satunya adalah metode
demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif,
karena dapat membantu siswa untuk memperjelas suatu pembelajaran dan membantu
peserta didik untuk mudah menerima materi pembelajaran.
Metode demonstrasi merupakan salah satu metode mengajar yang digunakan
guru bila bahan ajarnya berupa keterampilan motorik yang berkaitan dengan proses
kerja sesuatu. Sebagai contoh dalam pembelajaran shalat lebih tepat apabila
menggunakan metode demonstrasi, sebab dengan guru memperagakan atau
mempraktekkan shalat kemudian peserta didik menirukan hasilnya akan lebih efektif
dan mudah dipahami oleh peserta didik. Seperti yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW ketika mengajarkan shalat kepada para sahabatnya.
عه أبى قالبة قال حدثىا مالك قال اتىا الى الىب صلى اهلل عل سلم وحه شببة متقاربن فأقمىا عىدي عشرىا
رحما رفقا فلما ظه اوا قد اشتىا الىا ا قدشتقىا سألىا عمه ما للة كان رسل اهلل صلى اهلل عل سلم
تركىا بعدوا فأخبرواي قال ارجعا الى الكم فأقما فم علمم مرم ذكر اشاء احفظا صلا كما
(راي البخاري). راتموى اصلى فاذا حضرت الصالت فلؤذن لكم احدكم لؤمكم اكبركم
Artinya: ”Malik Ra meriwayatkan: Kami datang kepada Nabi dan tinggal
bersamanya dua puluh hari dan malam. Kami semua adalah anak-anak
muda dengan umur yang hamper sama. Nabi ramah dan bersahabat dengan
kami. Sewaktu beliau mengetahui kerinduan kami kepada kelurga-keluarga
kami, beliau menanya kami tentang orang yang kami tinggal (di rumah) dan
kami pun memberitahukannya. Lalu beliau meminta kami supaya pulang ke
keluarga-keluarga kami dan tinggal bersama mereka dan mengajar mereka
(agama) dan agar menyuruh mereka supaya melakukan hal-hal yang baik
dan menyebutkan beberapa hal lain yang telah aku (ingat) dan yang aku
lupa. Nabi lalu menambahkan, “Shalatlah sebagaimana engkau melihatku
shalat dan kalau sudah waktunya shalat hendaknya seseorang diantara
kalian mengumandangkan adzan dan yang tertua diantara kalian
hendaknya mengimami shalat.”29
Hadits di atas merupakan implementasi dari metode demonstrasi yang
diterapkan oleh Nabi dalam mengajarkan shalat kepada para sahabatnya. Penerapan
kembali metode-metode yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam proses
pendidikan agama Islam adalah suatu konsep sistem yang relevan dengan
perkembangan pendidikan sekarang.
Pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran PAI, dalam pokok
bahasan shalat mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan metode demonstrasi sebagai berikut:
1. Perencanaan/ persiapan
Perencanaan meliputi:
a. Penentuan tujuan demonstrasi
28
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al- Bukhari, Shahih Bukhari, ( Beirut : Dar Al- kutb Al
Islamiyah, 1981), hlm.155 29
Ahmadie Thaha, terjemah Shahih bukhari, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986), hlm.543
Dalam perencanaan/ persiapan ini, peserta didik diharapkan terampil
melaksanakan gerakan-gerakan shalat, melafalkan bacaannya dan mampu
menyerasikan antara gerakan dengan bacaan shalat serta terbiasa
melaksanakannya.
b. Penentuan langkah-langkah pokok demonstrasi
Setelah penentuan tujuan demonstrasi sudah jelas, langkah selanjutnya
yaitu penentuan langkah-langkah pokok demonstrasi. Misalnya gerakan dan
bacaan shalat.
1) Gerakan shalat
Mempraktekkan gerakan shalat dengan benar dan luwes : berdiri,
tegak, takbir, bersedekap, rukuk, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud,
duduk tahiyat awal, duduk tahiyat akhir dan salam.
2) Bacaan shalat
Menghafal dan melatih bacaan shalat sehingga fasih, yaitu bacaan
shalat pada waktu : takbir, rukuk, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud,
duduk tahiyat awal, duduk tahiyat akhir dan salam
3) Keserasian antara gerakan dan bacaan shalat
Latihan menserasikan antara gerakan shalat dengan bacaannya.
c. Persiapan alat dan bahan yang diperlukan
Dalam persiapan praktek shalat ini seorang guru terlebih dahulu
mempersiapkan alat-alat/bahan yang akan digunakan dalam demonstrasi.
Misalnya: mukena, sajadah, dan tempat untuk demonstrasi.
2. Pelaksanaan demonstrasi
Selama pelaksanaan demonstrasi, yang dilakukan guru adalah:
a. Mengusahakan agar demonstrasi dapat diikuti, dan diamati oleh semua peserta
didik di dalam kelas
b. Menumbuhkan sikap kritis pada peserta didik, sehingga terdapat tanya jawab,
dan diskusi tentang masalah yang didemonstrasikan
c. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba, sehingga merasa
yakin tentang kebenaran suatu proses.
d. Membuat penilaian dari kegiatan peserta didik dalam demonstrasi tersebut.
3. Tindak lanjut demonstrasi
Setelah demonstrasi selesai, guru hendaknya memberikan tugas kepada
siswa baik secara tertulis maupun lisan, misalnya dengan memberi pertanyaan-
pertanyaan peserta didik dan selanjutnya memintanya untuk praktek.
Secara garis besar, persiapan guru untuk menggunakan metode
demonstrasi sama dengan metode eksperimen. Perbedaannya adalah pada metode
demonstrasi, tiap percobaan tidak dilakukan oleh setiap peserta didik, tetapi oleh
satu atau dua peserta didik, dan yang lain sebagai pengamat. Setelah proses
pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran PAI selesai, kemudian guru
mengadakan evaluasi.
Yang dimaksud dengan evaluasi PAI adalah suatu kegiatan untuk
menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan agama Islam.
Evaluasi adalah alat untuk mengukur sampai dimana penjelasan murid terhadap
bahan pendidikan yang telah diberikan.30
Sasaran dan fungsi evaluasi tersebut merumuskan ke dalam item-item
pertanyaan atau statement yang disajikan kepada peserta didik untuk direspon.
Hasil dari tanggapan mereka kemudian dianalisis secara psikologis, karena yang
menjadi pokok persoalan evaluasi adalah sikap mental dan pandangan dasar dari
mereka sebagai manifestasi keimanan dan keislaman serta ilmu pengetahuannya.31
Untuk mengevaluasi seorang guru dapat menggunakan berbagai alat untuk
melakukan penilaian. Teknik yang dapat digunakan antara lain:
a. Teknik penilaian melalui tes
Tes hasil belajar adalah tes untuk mengukur kemampuan seseorang
dalam suatu bidang tertentu yang diperoleh dari mempelajari bidang itu.32
Tes
hasil belajar tersebut berfungsi untuk mengukur kemampuan yang dicapai
setelah melakukan proses belajar. Dalam penelitian ini hasil belajar diperoleh
dari tes yang dilakukan pada tiap akhir siklus.
Jenis-jenis tes hasil belajar antara lain:
30
Ibid., hlm. 154. 31
Departemen Agama RI, Kendali Mutu PAI, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 2001), hlm. 28. 32
Muhammad Ali, Srategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 83
1) Tes penempatan, yaitu tes yang disajikan pada awal tahun pelajaran untuk
mengukur kesiapan peserta didik dan mengetahui tingkat pengetahuan
yang telah dicapai.
2) Tes formatif, yaitu jenis tes yang disajikan pada saat dilangsungkan proses
belajar mengajar untuk memantau kemajuan belajar peserta didik.
3) Tes sumatif, yaitu tes yang diberikan pada akhir tahun ajaran/ akhir suatu
jenjang pendidikan.
4) Tes diagnosis, yaitu tes yang bertujuan untuk mendiagnosa kesulitan
belajar peserta didik untuk mengupayakan perbaikan.33
b. Teknik penilaian melalui observasi
Observasi yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.34
Dalam penelitian
ini hal-hal yang diamati adalah keaktifan peserta didik dalam melakukan
proses pembelajaran.
Ada 3 macam jenis observasi, diantaranya:
1). Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi
dalam waktu itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok
yang sedang diamati.
2). Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati
sudah di daftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.
3). Observasi eksperimental, yaitu pengamat tidak berpartisipasi dalam
kelompok.35
Seorang guru melakukan evaluasi di sekolah mempunyai fungsi
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui peserta didik yang pandai dan yang bodoh.
2) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi
pelajaran.
33
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1993), hlm. 25 34
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 30 35
Ibid, hlm. 30-31
3) Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah
mengalami didikan dan ajaran.
4) Untuk mendorong persaingan yang sehat antar sesama peserta didik.
5) Untuk mengetahui tepat dan tidak guru dalam memilih bahan, metode dan
berbagai penyesuaian di dalam kelas.36
E. Kajian Pustaka yang Relevan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa pustaka sebagai acuan
dalam penulisan skripsi. Beberapa pustaka tersebut adalah:
1. Chodhori Supaat. Pendidikan Akhlaq dan Implementasiya pada Madrasah Aliyah
Negeri (Studi Kasus tentang MAN 01 Pati dan MAN 02 Pati). Program Pasca
Sarjana IAIN Walisongo Semarang, 2001.
Penelitian yang dilakukan oleh saudara Chodori Supaat, dikemukakan
beberapa masalah, yaitu adanya penyimpangan perilaku peserta didik yang
disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Isi atau materi kurikulum yang
tidak diimbangi dengan implementasi dan sistem evaluasi yang objektif, kontinyu,
integral terutama evaluasi ranah afektif, serta metode pengajaran yang masih
monoton untuk mata pelajaran akhlaq. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Munculnya gejala penyimpangan perilaku peserta didik baik ringan maupun
berat pada umumnya disebabkan oleh faktor eksternal atau faktor yang timbul
dari pengaruh luar, tidak timbul dari keinginan diri peserta didik sendiri. Hal
ini berarti kurang optimalnya guru akhlak dalam melaksanakan tugas secara
profesional.
b. Kurang tegasnya dalam menerapkan tata tertib madrasah, tidak ada sangsi
yang edukatif. Disamping itu adanya sikap dasar atas pembawaan peserta
didik itu sendiri, karakteristik negatif, yang kurang mendapatkan perhatian
serius.
c. Problematika yang ada dalam pendidikan akhlak diantaranya problematika
pengelolaan kelas, problematika penilaian, terbatasnya alokasi waktu,
36
Departemen Agama RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Departemen Agama,
2001), hlm. 28
interaksi antara guru dengan peserta didik yang kurang akrab, rendahnya
partisipasi peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.
2. Anita Nur Fitiana, Skripsi, berjudul “Metode Demonstrasi, Peranannya Dalam
Meningkatkan Keterampilan Ibadah Shalat Pada Anak Prasekolah Di TKIT
Permata Hati Ngaliyan Semarang Tahun 2006”, Penelitian ini berisi bahwa anak
usia dini membutuhkan bentuk pembelajaran dimana mereka dapat merasakan
langsung pembelajaran itu, oleh karena setiap pengajar di tuntut untuk dapat
memberikan satu bentuk metode dimana peserta didik tidak hanya mengerti tapi
memahami dan merasakan langsung pembelajaran itu, terutama dalam hal
keterampilan ibadah. Di TKIT Permata Hati Ngaliyan untuk lebih memfokuskan
pada pelaksanaan metode Demonstrasi dan peranan metode demonstrasi dalam
meningkatkan ketrampilan ibadah sholat anak prasekolah. 37
3. Azwiratul Mubarokah, Skripsi, berjudul “Pelaksanaan Metode Demonstrasi
Dalam Pembelajaran PAI Pada Anak Autisme Di SLB Negeri Semarang Tahun
Ajaran 2004/2005”. Pendidikan bagi anak luar biasa memerlukan pelayanan
tersendiri, yaitu suatu jenis pelayanan lain dari yang lain (normal) yaitu jenis
keluarbiasaan dari yang disandangnya. Dengan demikian mereka itu memerlukan
program pendidikan tersendiri yang harus disajikan dengan metode-metode
khusus oleh guru-guru di SLB Negeri Semarang yang dididik secara khusus pula.
Anak autisme karena hambatanya dalam bidang berkomunikasi dan berelasi
dengan lingkungannya, sehingga sulit mencerna pelajaran yang bersifat teori.
Oleh karenanya pengajaran pada mereka dititik beratkan pada hal-hal yang praktis
dan konkrit serta pengulangan-pengulangan, begitu juga dalam Pendidikan
Agama Islam. Berdasarkan analisis data dasar konsepsi teoritis dan lapangan,
maka metode yang paling tepat dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam, pada
materi yang berupa kejadian atau proses dan pengulangan atau latihan pada anak
autisme di SLB Negeri Semarang adalah metode demonstrasi.38
37
Anita Nur Fitriana NIM 3101386, Metode Demonstrasi, Peranannya Dalam Meningkatkan
Keterampilan Ibadah Shalat Pada Anak Prasekolah, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
2006). 38
Azwirotul Mubarokah NIM 3101114, Pelaksanaan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran
PAI Pada Anak Autisme Di SLB Negeri Semarang Tahun Ajaran 2004/2005, (Semarang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo, 2006).
Dari beberapa penelitian di atas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang
peneliti lakukan yaitu penggunaan metode demonstrasi sebagai metode pembelajaran,
akan tetapi fokus kajian peneliti mengarah pada penggunaan metode tersebut bagi
peningkatan etika pergaulan siswa.
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian ini adalah dengan menerapkan metode demonstrasi dalam
pembelajaran akidah akhlak materi pokok akhlak mahmudah dapat meningkatkan
etika pergaulan siswa. Metode demonstrasi sendiri bertujuan untuk memudahkan
peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru, karena guru
menjelaskan disertai dengan praktek. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas
permasalahan yang diteliti. Jawaban ini dapat benar, atau salah tergantung
pembuktian di lapangan. Seperti dikatakan, S. Margono, bahwa hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling
mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya39
.
Proses pembelajaran secara langsung yang diterapkan dalam metode
Demonstrasi ini, diduga akan menciptakan pembelajaran yang kondusif sehingga
peserta didik akan dengan mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Maka kemaksimalan pemahaman tersebut menjadikan etika pergaulan peserta
didik dapat meningkat lebih baik.
39
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 68.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistemematis. Jadi secara sederhana metodologi
penelitian adalah cara penelitian yang meliputi prosedur dan tehnik. Adapun
penentuan metode dalam penyusunan skripsi ini adalah :
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Reserch
(CAR).1 Penelitian tindakan kelas adalah salah satu strategi pemecahan masalah
yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan
dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.2 PTK dapat diartikan sebagai
upaya atau tindakan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memecahkan
masalah pembelajaran melalui kegiatan penelitian. Upaya ini dilakukan dengan
cara merubah kebiasaan (misalnya metode, strategi, media) yang ada dalam
kegiatan pembelajaran, perubahan tindakan yang baru ini diharapkan dapat
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Pada umumnya PTK dibagi
kedalam dua jenis, yakni (1) PTK individual, yakni guru sebagai peneliti, dan
(2) PTK kolaborasi, yakni guru bekerjasama dengan orang lain, orang lain ini
sebagai sebagai peneliti sekaligus pengamat.3 Dalam penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kolaborasi.
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm. 93, Cet. 13. 2 Djunaidy Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 8.
3 Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari Teori
Menuju Praktik Disertai Contoh Hasil Penelitian, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 15, Cet. 2.
37
38
Sumber data penelitian ini adalah peserta didik dan guru. Jenis data yang
diperoleh adalah kuntitatif dan kualitatif. Adapun lokasi penelitian di MI
Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati. Penelitian ini mengkaji tentang
penerapan metode demonstrasi dan etika pergaulan siswa dalam mata pelajaran
akidah akhlak meteri akhlak mahmudah kelas IV.
1. Model Penelitian
PTK merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai
kegiatan pembelajaran. Secara garis besar prosedur penelitian tindakan
mencakup empat daur: perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara lebih rinci
prosedur pelaksanaan PTK dapat digambarkan sebagai berikut4
Belum Terselesaikan
4 Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Mahasiswa IAIN Walisongo (Semarang: -----
,2008), hlm.7.
Gambar.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
Pencana Tindakan I
(Alternatif Pemecahan)
(Rencana tindakan II)
Penerapan model
pembelajaran model
Demonstrasi dalam
pembelajaran akidahakhlak
Materi akhlak mahmudah
Pelaksanaan Tindakan II Guru mengadakan proses
pembelajaran materi pokok
akhlak ,mahmudah sesuai
dengan model pembelajaran
Demonstrasi.
Refleksi II Jika belum berhasil,
refleksi siklus II
digunakan untuk acuan
perbaikan pada
pelaksanaan siklus
selanjutnya.
Analisis Data II:
Menganalisis hasil tes
belajar dan hasil
observasi kinerja peserta
didik dalam kelompok.
Pengamatan II Mengobservasi kinerja peserta
didik dalam kelompok,
memberikan tes hasil belajar
akidah akhlak materi pokok
akhlak mahmudah, dan
memberi angket..
Refleksi I Hasil refleksi siklus 1
digunakan untuk acuan
perbaikan pada
pelaksanaan siklus II
Analisis Data I:
Menganalisis hasil
tes belajar dan hasil
observasi kinerja
peserta didik dalam
kelompok.
Pengamatan I Mengobservasi kinerja
peserta didik dalam
kelompok, memberikan tes
hasil belajar akidah akhlak
materi akhlak mahmudah
dan memberi angket.
Permasalahan Materi akhlak
mahmudah peserta
didik pada materi
akidah akhlak masih
rendah,peserta didik
kurang aktif dalam
pembelajaran
Pencana Tindakan I
(Alternatif Pemecahan)
(Rencana tindakan I)
Penerapan model
pembelajaran demonstrasi
dalam pembelajaran akidah
akhlak Materi akhlak
mahmudah
Pelaksanaan Tindakan I Guru mengadakan proses
pembelajaran materi pokok
akhlak mahmudah sesuai
dengan prosedur model
pembelajaran Demonstrasi .
39
Prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah terdiri dari 4 tahap,
secara rinci sebagai berikut:
a. Perencanaan
1). Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator
keberhasilan penelitian.
2). Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di
kelas.
3). Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis proses
dan hasil tindakan.
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah
melaksanakan tindakan penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model Demonstrasi pada materi pokok akhlak mahmudah dalam
meningkatkan etika pergaulan siswa peserta didik yang telah
direncanakan.
c. Pengamatan
Dalam tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan. Peneliti melihat kondisi pembelajaran dan mencatat peserta
didik dan kelompok yang aktif dalam pembelajaran.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan,
dianalisis dan didiskusikan dengan kolaborator yaitu guru pelajaran
40
akidah akhlak dan dicari solusi dari permasalahan pembelajaran yang
telah berlangsung guna perbaikan pada siklus berikutnya.
2. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti memakai 2 siklus yaitu
siklus I dan siklus II. Sebelum peneliti melaksanakan siklus, terlebih
dahulu diadakan pre tes yaitu untuk mengetahui sejauhmana kemampuan
peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan sebelumnya.
Nilai dari kuis akan digunakan sebagai skor awal dalam menentukan poin
bagi kemajuan tim dalam game. Sedangkan untuk tiap – tiap siklus terdiri
dari 4 tahap yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi partisipasif
antara guru mata Pelajaran akidah akhlak kelas VI MI Miftahul Ulum
dengan peneliti.
a Pra siklus
Dalam pra siklus ini peneliti belum memberikan metode yang
akan ditawarkan pada guru pelajaran sehingga pengajaran yang di
gunakan masih murni belum tercampur oleh peneliti. Model
pembelajaran yang dipakai oleh guru kelas adalah model pembelajaran
yang masih bersifat konvensional dan kurang menarik minat peserta
didik untuk belajar akidah akhlak sehingga proses pembelajaran
akidah akhlak materi pokok akhlak mahmudah pada dua tahun
sebelumnya belum memperoleh hasil yang memenuhi KKM, yaitu 70.
Perolehan ini perlu ditingkatkan menjadi 70 sesuai KKM.
Siklus I
1) Perencanaan
a) Peneliti mengidentifikasi kesulitan peserta didik pada Materi
pokok aklak mahmudah kemudian peneliti mencari apa penyebab
peserta didik kurang aktif saat pembelajaran tersebut
berlangsung.
41
b) Peneliti menyiapkan Recana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
materi pokok akhlak mahmudah.
c) Peneliti menyiapkan lembar kegiatan pada materi pokok akhlak
mahmudah beserta kunci jawabannya.
d) Peneliti menyiapkan soal untuk kuis.
e) Peneliti menyiapkan soal – soal game.
f) Peneliti menyiapkan soal evaluasi.
g) Peneliti menyiapkan tugas rumah.
h) Peneliti merencanakan pembentukan kelompok
i) Peneliti membuat lembar pengamatan pembelajaran Demonstrasi
untuk peserta didik.
j) Peneliti menyiapkan lembar angket untuk mengetahui motivasi
peserta didik.
k) Peneliti menyiapkan hadiah bagi peserta didik yang memperoleh
nilai tertinggi.
2) Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah
melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu
sebagai berikut:
a) Memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan
dilakukan dan memberikan motivasi belajar.
b) Membagi peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari
peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen.
c) Menyampaikan apersepsi dan menyampaikan indikator tentang
akhlak mahmudah.
d) Menyampaikan materi secara singkat.
42
e) Membagi lembar kegiatan untuk membantu peserta didik
memahami materi yang akan diajarkan.
f) Memberikan bimbingan pada kelompok tertentu apabila
diperlukan.
g) Bila ada peserta didik yang tidak dapat mengerjakan lembar
kegiatan, teman satu tim atau kelompok bertanggungjawab untuk
menjelaskan kepada temannya.
h) Berikan kunci lembar kegiatan agar kelompok dapat mengecek
pekerjaannya sendiri.
i) Memberikan kuis secara individu untuk mengetahui seberapa
besar pemahaman peserta didik tentang materi yang telah
diberikan.
j) Memberikan soal game yang dikerjakan oleh tiap – tiap
kelompok.
k) Guru mengocok kartu soal.
l) Dengan cara rebutan anggota kelompok mengerjakan soal game
didepan kelas.
m) Mengawasi jalannya turnamen dan mencatat skor yang
dihasilkan oleh individu maupun kelompok.
n) Bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan hasil
belajar.
o) Memberikan tes evaluasi dan pekerjaan rumah.
p) Memberikan lembar angket etika pergaulan Siswa.
q) Memberikan penghargaan kepada kelompok dan memberikan
hadiah kepada peserta didik yang mendapatkan nilai tertinggi.
3) Pengamatan
43
a) Peneliti mengawasi aktivitas peserta didik ketika diskusi
kelompok dan keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan
tugas.
b) Mengamati aktivitas peserta didik saat mengisi lembar kegiatan.
c) Mengamati dan mencatat peserta didik yang aktif, berani
bertanya kepada guru, atau berani menjawab pertanyaan dari
teman yang belum paham dan berani mengerjakan tugas di papan
tulis.
d) Pengamatan pada guru kelas dalam menjalankan RPP.
4) Refleksi
a) Menganalisis hasil pengamatan untuk memberikan simpulan
sementara terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus I.
b) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada
pelaksnaan kegiatan penelitian dalam siklus II.
Siklus II
Pada siklus II, topik yang dibahas adalah akhlak mahmudah. Pada
prinsipnya, semua kegiatan sklus II mirip dengan kegiatan siklus I,. Siklus
II merupakan perbaikan dari siklus I, terutama didasarkan atas hasil
refleksi pada siklus I.
1) Tahapannya tetap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
2) Materi pelajaran berkelanjutan.
3) Diharapkan, kerjasama kelompok semakin meningkat.
Data hasil belajar diambil dari hasil kuis dan nilai evaluasi akhir
pada tiap siklus. Data tentang proses belajar mengajar pada saat
dilaksanakan penelitian tindakan kelas diambil dengan lembar observasi.
Data tentang refleksi dan perubahan – perubahan yang terjadi di kelas
diambil dari jurnal, angket, dan hasil tes akhir pembelajaran.
44
Nilai hasil belajar dikatakan meningkat apabila nilai rata – rata
kuis ditambah dengan evaluasi akhir pada siklus II lebih besar dari siklus
I. Motivasi belajar dikatakan meningkat apabila nilai rata – rata angket
semua peserta didik pada siklus II lebih tinggi daripada siklus I.
3. Sumber Data dan Jenis Data
a. Sumber data adalah subyek penelitian itu sendiri. Subyek yang akan
diteliti adalah peserta didik pada kelas IV yang berjumlah 45 peserta
didik yang terdiri dari 17 putra dan 28 putri.5
b. Jenis datanya adalah data kuantitatif dan kualitatif yang berupa (a)
penilaian hasil kuis, (b) hasil tes, dan (c) angket etika pergaulan.
4. Kolaborator
Kolaborasi (kerjasama) dalam PTK antara guru dengan peneliti
menjadi hal penting terutama dalam pemahaman, kesepakatan tentang
permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan
tindakan (action). Melalui kerjasama, mereka secara bersama dan mengkaji
permasalahan nyata yang dihadapi guru dan/ atau peserta didik di sekolah.
Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru
itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang
melakukan tindakan. Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif,
kedudukan antara peneliti dan guru mempunyai peran yang saling
membutukan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerja
sama sangat menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan
mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melakukan tindakan, observasi,
merekam data, evaluasi, refleksi, menyeminarkan hasil, dan menyusun
laporan akhir.6
5 Dokumen MI Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati 2010/2011
6 Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Mahasiswa IAIN Walisongo, (Semarang: ----
---, 2008), hlm.7.
45
46
5. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV yang berjumlah 45
peserta didik yang terdiri dari 17 putra dan 28 putri.
6. Waktu dan tempat penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 30 hari, dimulai tanggal 25
Januari sampai 25 Februari 2011 di kelas IV di MI Miftahul Ulum
Karangwaton Pucakwangi Pati.
B. Indikator Keberhasilan
1. Tercapainya tujuan pertama, yaitu adanya peningkatan etika pergaulan
peserta didik kelas IV MI Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati
dalam pada materi pokok akhlak mahmudah 65%.
2. Tercapainya tujuan kedua, yaitu ada peningkatan hasil belajar peserta didik
kelas IV di MI Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati dalam pada
materi pokok akhlak mahmudah yang ditandai rata-rata hasil belajar adalah
70 dengan ketuntasan klasikal 85%.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dasar untuk mencapainya suatu penelitian ini, maka diperlukan data yang
mempunyai validitas yang tinggi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
triangulasi metode yaitu:
1. Wawancara (Interview)
Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara. Interviu digunakan untuk menilai keadaan
seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang
murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.7
7 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 155.
47
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data-data tentang
permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sebelum pemberian
tindakan, diantaranya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran matematika, motivasi belajar dan hasil belajar peserta
didik sebelum pemberian tindakan pada materi pokok logaritma di tahun
pelajaran sebelumnya.
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang–barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda–benda tertulis seperti buku–buku, majalah, dokumen, peraturan–
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.8 Metode
dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui data nama
peserta didik dan guru, dokumen (catatan hasil belajar) 9
, dan arsip–arsip
lain yang berhubungan dengan penelitian.
Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta didik
yang termasuk dalam subjek penelitian, nilai formatif materi terakhir
sebelum pemberian tindakan dan sebagainya. Selain itu juga digunakan
untuk pengambilan gambar peserta didik dalam melaksanakan model
Demonstrasi.
3. Metode Tes
Tes merupakan alat ukur yang diberikan kepada individu untuk
mendapatkan jawaban–jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau
secara lisan atau secara perbuatan.10
Metode tes digunakan untuk mengukur
hasil belajar yang telah dicapai peserta didik kelas IV MI Miftahul Ulum
Karangwotan Pucakwangi Pati dalam belajar akidah akhlak pada materi
pokok akhlak mahmudah. Tes disusun oleh peneliti. Tes dalam penelitian ini
8 Ibid., hlm. 158.
9 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 125. 10
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2007), hlm. 100, Cet. 4.
48
ada dua yaitu kuis dan evaluasi akhir. Hasil tes tersebut dalam penelitian ini
disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar pada siklus I dipakai untuk
melihat keberhasilan sementara dalam pembelajaran menggunakan model
Demonstrasi, yang akan dibandingkan dengan hasil belajar pada pra siklus,
dan siklus I sebagai evaluasi untuk merefleksi pada siklus II. Sedangkan
hasil belajar pada siklus II adalah untuk melihat keberhasilan model
pembelajaran akidah akhlak dengan model pembelajaran Demonstrasi.
Metode ini digunakan untuk mengambil data tentang kemampuan
menyelesaikan soal tentang aklak mahmudah sebagai hasil belajar peserta
didik setelah penerapan pembelajaran. Dalam penelitian ini menggunakan
soal uraian.
4. Metode Observasi
Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan.11
a. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan usaha untuk memilih, membuang,
menggolongkan, menyusun kedalam kategorisasi, mengklasifikasikan data
untuk mendukung tujuan dari penelitian.
Sebagaimana dalam pelaksanaan PTK, analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan informasi yang
menggambarkan peningkatan etika pergaulan siswa.
2. Analisis Kuantitatif digunakan untuk menganalisis nilai hasil belajar peserta
didik dan perolehan skor dengan menggunakan metode demonstrasi pada
materi pokok akhlak mahmudah.
11
Ibid., hlm. 109.
49
Dalam hal ini peneliti menggunakan statistik deskripif dengan mencari
nilai rata-rata dan prosentase dari hasil belajar akhlak mahmudah.
Analisis yang digunakan secara umum terdiri dari proses analisis untuk
menghitung prosentase etika pergaulan peserta didik yang dilihat dari angket
dan mengetahui tingkat hasil belajar peserta didik.
1. Hasil kuesioner (angket) etika pergaulan siswa
Untuk mengetahui etika pergaulan terhadap penerapan pembelajaran
demonstrasi, analisis ini dilakukan pada instumen angket dengan
menggunakan teknik diskriptif melalui prosentase dan rata–rata skor etika
pergaulan peserta didik secara klasikal.
Instrumen angket terdiri dari 30 pertanyaan. Kriteria penilaian untuk
tiap 1 pertanyaan adalah sebagai berikut:
a. Skor 3 untuk peserta didik yang sangat setuju dengan pertanyaan
b. Skor 2 untuk peserta didik yang setuju dengan pertanyaan.
c. Skor 1 untuk peserta didik yang tidak setuju dengan pertanyaan.
d. Skor 0 untuk peserta didik yang sangat tidak setuju dengan pertanyaan.
Sehingga jumlah skor maksimal adalah 90.
Adapun perhitungan prosentase hasil angket motivasi belajar adalah:
Prosentase (%) = %100xN
n
Keterangan:
N = Jumlah seluruh skor
n = Jumlah skor yang diperoleh oleh peserta didik
% = Tingkat prosentase yang dicapai
Indikator motivasi belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
Skor %85 : motivasi belajar peserta didik tinggi.
65% ≤ Skor ≤ 84% : motivasi belajar peserta didik sedang.
45% ≤ Skor ≤ 64% : motivasi belajar peserta didik cukup.
Skor ≤ 44% : motivasi belajar peserta didik kurang.
50
Adapun rumus yang digunakan untuk rata – rata nilai motivasi belajar
semua peserta didik adalah:
P
Xx
Keterangan:
x = Rata – rata nilai motivasi peserta didik
X = Jumlah seluruh nilai
P = Jumlah peserta didik
Adapun rumus yang digunakan untuk prosentase dari rata-rata nilai
motivasi belajar peserta didik adalah:
Prosentase (%) = %100xR
r
Keterangan:
R = Jumlah seluruh skor
r = Jumlah rata-rata skor motivasi belajar peserta didik
% = Tingkat prosentase yang dicapai
2. Hasil evaluasi siklus peserta didik
Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
soal–soal, sianalisis dengan cara menghitung rata–rata nilai ketuntasan
belajar secara klasikal.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis (kuis
individu dan evaluasi akhir). Kuis pada siklus I terdiri dari 2 soal essay dan
di setiap soal terdapat 3 item dan evaluasi akhirnya terdiri dari 4 soal essay
sehingga jumlah seluruhnya 10 soal. Jika setiap jawaban benar maka
bernilai 10, jika kurang sedikit nilainya 8,mendekati benar 5 namun jika
jawaban salah bernilai 3, bila tidak diisi bernilai 0. Sedangkan pada siklus II
kuis terdiri dari 2 soal essay dan evaluasi akhirnya terdiri dari 3 soal essay
sehingga jumlah seluruhnya 5 soal. Jika setiap jawaban benar maka bernilai
51
20, jika mendekati benar nilainya 12, namun jika jawaban salah bernilai 8,
bila tidak diisi bernilai 0.
Rumus dan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Ketuntasan Individu
Dikatakan tuntas belajar jika peserta didik memperoleh nilai lebih
dari atau sama dengan KKM yang ada yaitu 70 .
b. Ketuntasan Klasikal
Data yang diperoleh dari hasil belajar peserta didik dapat
menentukan belajar klasikal menggunakan analisis diskriptif prosentase,
dengan perhitungan:
Ketuntasan belajar klasikal = %100xM
m
Keterangan: M = Jumlah seluruh peserta didik
m = Jumlah peserta didik belajar individu
% = Tingkat prosentase yang dicapai
Indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal ditentukan jika
rata–rata nilai yang diperoleh lebih dari nilai KKM dan minimal 85%
dari jumlah peserta didik dikelas tersebut mendapatkan 70.
c. Nilai perkembangan peserta didik
Hasil dari kuis individu selain untuk mengetahui kemampuan
individu juga dapat digunakan untuk penambahan skor tim/kelompok
selain skor yang didapat dari game.
Nilai rata – rata kuis siklus I:30
otaisemuaanggjumlahnila
Nilai rata – rata kuis siklus II:20
otaisemuaanggjumlahnila
Setiap soal game bernilai 2.
Nilai kelompok : Nilai rata – rata kuis + nilai perolehan saat game.
Nilai kelompok yang diperoleh kemudian diberikan penghargaan
menurut penggolongan sebagai berikut:
52
Nilai kelompok < 9 : Tim Kurang
9 ≤ Nilai kelompok < 10 : Tim Baik
10 ≤ Nilai kelompok < 12 : Tim Hebat
Nilai kelompok ≥ 12 : Tim Supe
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MI Miftahul Ulum Karangwotan
Lokasi penelitian di MI Miftahul Ulum Karangwotan, terletak di kawasan,
Desa Karangwotan Pati. Secara geografis, batas wilayah utara Desa Karangwotan
berbatasan dengan Desa Kebo Lampang, selatan berbatasan dengan Desa Bodeh,
timur berbatasan dengan Desa Ngampel. Sedangkan Barat berbatasan dengan Desa
Kebolampang,.
Sejak berdirinya Madrasah Ibtidiyah Miftahul Ulum berdiri pada tanggal 22
februari 1960 yang dipunggawai para ulama setempat, yayasan ini mengalami
perkembangan pesat. Hingga saat ini, suasana belajar di sekolah ini cukup kondusif
sehingga mendukung proses pembelajaran. Visi misi mengembangkan ilmu
pengetahuan agama dengan sasaran masyarakat menegah ke bawah dengan rata-rata
berprofesi sebagai petani, pedagang dan pegawai negeri1.
Sarana dan prasarana cukup memadai. Madrasah Ibtidiyah Miftahul Ulum
mempunyai ruang media, perpustakaan dan mushala yang dapat digunakan sebagai
penduduk proses pembelajaran yang kondusif dan baik.
Penelitian ini mengambil tempat di kelas IV yang terletak pada deretan
samping ruang guru. Suasana kelas yang bersih, rapi dan udara yang sejuk sehingga
suasana belajar nyaman dan menyenangkan. Jumlah Peserta didik 37, yang terdiri
dari 20 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki.
Sebelum diadakannya tindakan, peneliti terlebih dahulu mengadakan
observasi di kelas IV saat proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran PAI materi
akhlak mahmudah dengan menggunakan metode ceramah membuat peserta didik
jenuh dan kurang memahami materi. Namun setelah menggunakan metode
demonstrasi peserta didik tampak lebih aktif dan dengan mudah memahami materi.
Diterapkannya metode demonstrasi peserta didik tampak serius dalam melakukan
kegiatan pembelajaran untuk memahami materi pelajaran. Bagi peserta
1 Wawancara Kepala Sekolah MI Miftahul Ulum Karangwotan Sunaryo Spd, pada tanggal 2 Juni 2011.
52
53
didik yang pandai dapat dengan mudah memahami materi dan sebagian ada
yang memerlukan bimbingan guru.
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Pra siklus
Peneliti melakukan pra siklus. Tahan ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran umum tingkat pemahaman peserta didik sebelum menggunakan metode
demontrasi. Proses pembelajaran dalam tahap ini adalah dengan menggunakan
metode ceramah. Pada prosesnya guru akan memberikan sebuah catatan
kemudian meninggalkan kelas.
Hasil eksperimen awal itu, peneliti menemukan fakta bahwa metode ini
dinilai tidak efektif. Pasalnya, setelah guru meninggalkan ruang kelas, suasana
tidak kondusif. Rata-rata peserta didik merasa tidak mendapat pantauan sehingga
menjadi bebas bermain sendiri, suasana ruang kelas menjadi ramai. Ruang kelas
menjadi gaduh karena peserta didik berbicara dengan temannya sendiri bahkan
banyak peserta didik yang berjalan ke sana dan ke sini.
a. Hasil belajar
Sebelum memasuki proses siklus, peneliti mengumpulkan data awal
berupa daftar nama peserta didik dan nilai awal peserta didik. Nilai awal
peserta didik diambil dari nilai pre-test berupa nilai terakhir peserta didik
materi pokok akhlak mahmudah sebelum menggunakan metode demonstrasi.
Nilai pre-test dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Nilai Pre-test
No Nama Siswa Nilai
1 Alfin Hadi saputra (L) 60
2 Ajib Mahendra (L) 50
3 Aria Aji Saputra (L) 55
4 Yusril Irfansyah (L) 65
5 Dimas (L) 40
6 Ferry Indra (L) 50
7 Lia Indah Puspita (P) 55
8 Putri (P) 60
9 Siti Roiyadhotul Jannah (P)
75
10 Mailani Eka Safitri (P) 80
54
11 Helmi Nasarrudin (L) 75
12 Abid Taufiqirrahman (L) 65
13 Amsyar Azri (L) 75
14 Fiqqy Bagus Ariyanto (L) 75
15 Rudi Saputra (L) 60
16 Lenita Agustina (P) 70
17 Diah Ayu Saskiya (P) 70
18 Bahrus Sifa Dika (L) 60
19 Abdul Kholik (L) 60
20 Syahrul (L) 30
21 Noviana (P) 70
22 M Syaiful Qolbi (L) 50
23 Melinda Salsabila (P) 55
24 Leo Rezaldi (L) 60
25 Nur Baiti (P) 70
26 Muhammad Najib (L) 75
27 Siti Khoerunnisa (P) 65
28 Zahra (P) 45
29 Zulaiha Fitriani (P) 40
30 Siswati Ariani (P) 70
31 Nikmatul Auliya (P) 35
32 Mar’atus Sholihah (P) 65
33 Durratun Nafisah (P) 70
34 Alma Zaen (P) 65
35 Syifa Nurriya (P) 70
36 Sita Armayani (P) 75
37 Niswah (P) 65
Prosentase ketuntasan klasikal 37,8%
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta
didik berada pada klasifikasi rendah. Hal ini dapat dibuktikan pada ketuntasan
klasikal peserta didik hanya mencapai 37, 8%. Sebelumnya, dalam proses pra
siklus terdapat 23 peserta didik tidak tuntas. Sementara peserta didik yang
berhasil menuntaskan sebanyak 14 peserta. Asumsinya, penggunaan metode
yang digunakan sebelum metode demonstrasi kurang efektif. Hal itu
menyebabkan peserta didik kurang aktif akibat penggunaan metode yang
monoton.
Maka untuk langkah berikutnya adalah menyusun rencana untuk
perbaikan hasil belajar peserta didik. Peneliti beserta guru mata pelajaran
55
mengubah metode pembelajaran lama menjadi metode demonstrasi pada
pembelajaran akidah akhlak materi pokok akhlak mahmudah.
C. Hasil Penelitian Siklus I
Pada siklus I, hasil observasi yang dilakukan di kelas IV semester I di MI
Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati periode 2010-2011 menunjukkan
perubahan positif. Metode ini dinilai efektif karena secara fisik, peserta didik terlibat
aktif berfikir secara rileks. Dalam metode ini melibatkan semua indra peserta didi.
Dengan memperhatikan beberapa unsur kemampuan pada peserta didik, yakni
kemampuan afektif, kognitif dan psikomotorik.
Hasil penelitian pada mata pelajaran akidah akhlak materi akhlak mahmudah
menggunakan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Setelah dilakukan proses identifikasi masalah secara sistematis, maka
peneliti menyusun rencana tindakan yang akan laksanakan, yaitu berupa
penerapan metode pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.
Beberapa perangkat pembelajaran yang disiapkan oleh guru dan peneliti antara
lain: RPP, kisi-kisi soal, LOS dan soal-soal tes.
2. Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkan acuan yang tersusun dalam RPP, Guru kemudian melakukan
kegiatan pembelajaran. Peserta didik dikondusifkan kemudian guru
menyampaikan penjelasan tentang materi pokok akhlak mahmudah dengan
menggunakan metode demonstrasi. Guru mendemonstrasikan materi akhlak
mahmudah, baik melalui media gambar maupun dengan contoh sikap di depan
kelas tentang akhla mahmudah, semisal cara berbahasa yang santun. Di sela-sela
proses pembelajaran, guru mengingatkan kepada para peserta didik untuk tetap
memperhatikan. Guru meminta peseta didik maju di depan kelas untuk
mendemonstrasikan bahasa santun. Apabila peserta didik terdapat ketidak
maksimalan dalam mendemonstrasikan dengan baik, guru melakukan
pembimbingan.
56
Dengan menggunakan lembar observasi siswa yang telah disiapkan terlebih
dahulu, peneliti melakukan pantauan secara cermat terkait kondisi dalam ruang
kelas. Mencatat segala aktifitas peserta didik yang berkaitan dengan kelemahan
saat berlangsung proses pembelajaran. Sehingga akan diketahui mana peserta
didik yang banyak mengobrol atau belum konsentrasi pada pembelajaran. Atau
seballiknya, mana peserta didik yang aktif dalam pembelajaran.
Guru memberikan tes tertulis kepada peserta didik di akhir siklus untuk
mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang baru dibahas di dalam
kelas. Guru mengulangi contoh akhlak mahmudah kemudian peserta didik
mempraktekkan secara bergantian.
Dalam proses ini (Siklus I) ternyata peneliti masih menemukan ketidak-
optimalan proses pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan masih
ditemukannya beberapa peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
Ada beberapa peserta didik yang lain berbicara sendiri. Hal itu menunjukkan
bahwa proses pembelajaran pada proses ini belum mampu memancing
ketertarikan peserta didik terhadap pembelajaran akidah akhlak materi akhlak
mahmudah. Asumsi sementara karena peserta didik belum terbiasa menggunakan
metode demonstrasi.
3. Observasi
Peneliti masih melakukan observasi dengan menggunakan lembar
observasi dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi ini dilaksanakan
saat proses pembelajaran akidah akhlak materi pokok akhlak mahmudah sedang
berlangsung.
a. Hasil belajar
Pada akhir siklus I, peserta didik mengerjakan 20 butir soal yang
nantinya menjadi nilai hasil belajar peserta didik dalam siklus I dengan
menggunakan metode demonstrasi.
Berikut ini nilai akhir siklus I:
57
Tabel 4.2 Nilai Test Siklus I
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Alfin Hadi saputra (L) 65 Tidak Tuntas
2 Ajib Mahendra (L) 55 Tidak Tuntas
3 Aria Aji Saputra (L) 60 Tidak Tuntas
4 Yusril Irfansyah (L) 70 Tuntas
5 Dimas (L) 60 Tidak Tuntas
6 Ferry Indra (L) 55 Tidak Tuntas
7 Lia Indah Puspita (P) 80 Tuntas
8 Putri (P) 60 Tidak Tuntas
9 Siti Roiyadhotul Jannah (P) 75 Tuntas
10 Mailani Eka Safitri (P) 70 Tuntas
11 Helmi Nasarrudin (L) 70 Tuntas
12 Abid Taufiqirrahman (L) 80 Tuntas
13 Amsyar Azri (L) 75 Tuntas
14 Fiqqy Bagus Ariyanto (L) 80 Tuntas
15 Rudi Saputra (L) 70 Tuntas
16 Lenita Agustina (P) 65 Tidak Tuntas
17 Diah Ayu Saskiya (P) 60 Tidak Tuntas
18 Bahrus Sifa Dika (L) 80 Tuntas
19 Abdul Kholik (L) 80 Tuntas
20 Syahrul (L) 60 Tidak Tuntas
21 Noviana (P) 90 Tuntas
22 M Syaiful Qolbi (L) 65 Tidak Tuntas
23 Melinda Salsabila (P) 65 Tidak Tuntas
24 Leo Rezaldi (L) 75 Tuntas
25 Nur Baiti (P) 85 Tuntas
26 Muhammad Najib (L) 70 Tuntas
27 Siti Khoerunnisa (P) 75 Tuntas
28 Zahra (P) 60 Tidak Tuntas
29 Zulaiha Fitriani (P) 50 Tidak Tuntas
30 Siswati Ariani (P) 75 Tuntas
31 Nikmatul Auliya (P) 55 Tidak Tuntas
32 Mar’atus Sholihah (P) 85 Tuntas
33 Durratun Nafisah (P) 75 Tuntas
34 Alma Zaen (P) 70 Tuntas
35 Syifa Nurriya (P) 75 Tuntas
36 Sita Armayani (P) 75 Tuntas
37 Niswah (P) 70 Tuntas
Prosentase ketuntasan klasikal 62,2% Tuntas
58
Berdasarkan data hasil tes di atas, terdapat 14 peserta didik belum
mencapai nilai 70. Terdapat 7 peserta didik mendapat nilai 70. Sementara 16
peserta didik berhasil memperoleh nilai di atas 70.
Data hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa siklus I ini belum
mencapai titik optimal. Terbukti dengan masih adanya 14 peserta didik yang
belum tuntas belajar dan baru 23 peserta didik mampu menuntaskan
pembelajaran.
Berdasarkan catatan lembar observasi, ketidak-optimalan ini
disebabkan karena masih ditemukannya peserta didik yang tidak mengikuti
atau memperhatikan demonstrasi guru saat proses pembelajaran. Terlihat
adanya beberapa peserta didik belum bisa menirukan bahasa santun dengan
benar. Beberapa di antara peserta didik yang lain terlihat mengobrol saat
proses pembelajaran berlangsung.
a. Hasil proses
Analisa peneliti terkait hasil proses menemukan beberapa bentuk
aktivitas dalam metode demonstrasi. Materi pokok akhlak mahmudah yang
dilakukan oleh peserta didik dapat peneliti gambarkan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Aktivitas Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Siklus I
No Nama Siswa Keaktifan yang dilakukan Jumlah
Keaktifan A B C D
1 Alfin Hadi saputra (L) 0 1 1 0 2
2 Ajib Mahendra (L) 1 0 1 0 2
3 Aria Aji Saputra (L) 1 1 1 0 3
4 Yusril Irfansyah (L) 1 0 1 0 2
5 Dimas (L) 1 0 1 1 3
6 Ferry Indra (L) 0 1 1 0 2
7 Lia Indah Puspita (P) 1 1 1 1 4
8 Putri (P) 1 1 0 0 2
9 Siti Roiyadhotul Jannah (P) 1 0 1 1 3
10 Mailani Eka Safitri (P) 0 1 1 0 2
11 Helmi Nasarrudin (L) 1 1 0 1 3
12 Abid Taufiqirrahman (L) 1 1 1 1 4
13 Amsyar Azri (L) 1 0 1 1 3
14 Fiqqy Bagus Ariyanto (L) 1 1 1 1 4
15 Rudi Saputra (L) 0 1 1 0 2
59
16 Lenita Agustina (P) 1 1 1 0 3
17 Diah Ayu Saskiya (P) 0 1 1 0 2
18 Bahrus Sifa Dika (L) 1 0 1 1 3
19 Abdul Kholik (L) 0 1 1 1 3
20 Syahrul (L) 1 0 1 0 2
21 Noviana (P) 1 1 1 1 4
22 M Syaiful Qolbi (L) 0 1 1 0 2
23 Melinda Salsabila (P) 1 0 1 0 2
24 Leo Rezaldi (L) 1 0 1 1 3
25 Nur Baiti (P) 1 1 1 1 4
26 Muhammad Najib (L) 0 1 1 1 3
27 Siti Khoerunnisa (P) 1 1 0 1 3
28 Zahra (P) 1 0 1 0 2
29 Zulaiha Fitriani (P) 1 0 1 0 2
30 Siswati Ariani (P) 1 0 1 1 3
31 Nikmatul Auliya (P) 1 1 0 0 2
32 Mar’atus Sholihah (P) 1 1 0 1 3
33 Durratun Nafisah (P) 0 0 1 1 2
34 Alma Zaen (P) 0 1 1 0 2
35 Syifa Nurriya (P) 1 0 1 0 2
36 Sita Armayani (P) 1 1 1 1 4
37 Niswah (P) 0 1 1 1 3
Jumlah 100
Berdasarkan data observasi di atas, peneliti mengetahui aktifitas peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.
Setelah dilakukan metode demonstrasi secara sistematis dan sesuai skenario
pembelajaran, metode demontrasi dinilai efektif. Meskipun secara keseluruhan
belum semua peserta didik menuntaskan tes secara maksimal. Hal itu disebabkan
masih ditemukan peserta didik yang tidak aktif dan kurang memperhatikan
penjelasan guru.
4. Refleksi
Nilai tes akhir pada siklus I menunjukkan bahwa metode demonstrasi
belum maksimal. Hal ini dibuktikan masih banyak peserta didik yang masih
kurang aktif, masih banyak yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Peserta
didik cenderung terlihat pasif, sehingga tidak mau bertanya saat mengalami
kesulitan. Peserta didik dinilai belum terbiasa mengikuti proses pembelajaran
60
dengan menggunakan metode demonstrasi. Peserta didik masih terpengaruh
dengan metode lama.
Pada siklus I guru menggunakan metode demonstrasi. Guru menjelaskan
di depan kelas, guru mempraktekkan cara mengungkap kan adab sopan santun
dengan menggunakan bahasa yang santun, peserta didik diminta untuk
mendengarkan dengan seksama, kemudian siswa diminta oleh guru untuk
mendemonstrasikan contoh akhlak mahmudah itu dengan baik dan benar. Guru
membimbing peserta didik yang belum bisa mendemonstrasikan dengan baik.
Data hasil belajar peserta didik pada siklus I menunjukkan kekurangan
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan demontrasi, maka berdampak
pada kurangnya tingkat pemahaman. Hal ini terlihat pada yang menunjukkan
bahwa indikator ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal belum tercapai,
peserta didik yang tuntas belajar baru mencapai 62,2%.
Dalam siklus ini ada 14 peserta didik yang belum mencapai nilai 70, 7
anak mendapat nilai 70 dan 16 anak telah mencapai nilai di atas 70. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ada 14 peserta didik yang belum tuntas belajar.
Selanjutnya di akhir kegiatan peneliti mengisi Lembar Observasi Siswa
pada siklus I ini dan selanjutnya peneliti melakukan refleksi dengan mengevaluasi
kegiatan yang ada di siklus I, mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang
ditemukan di kelas dengan melakukan tindakan selanjutnya.
Upaya meningkatkan semangat dan motivasi harus ditingkatkan. Peneliti
memotivasi peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Peneliti berupaya menghidupkan suasanan kelas dengan
variasi humor agar suasana tidak tegang dan lebih menyenangkan agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai indikator
keberhasilan.
Pada tahap berikutnya adalah merencanakan dan melaksanakan kembali
upaya perbaikan dengan menyusun kembali sekenario pembelajaran pada siklus II
yang berupa RPP, LOS, kisi-kisi soal dan soal tes siklus II.
Peneliti menemukan beberapa solusi terhadap permasalahan proses belajar
mengajar mata pelajaran akidah akhlak materi akhlak mahmudah di kelas IV
61
semester I di MI Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati periode 2010-
2011.
Analisis hasil refleksi pada tahap ini kemudian dijadikan oleh peneliti
sebagai rumusan untuk diterapkan pada siklus II. Hal ini bertujuan untuk
melakukan upaya perbaikan terhadap proses pembelajaran peserta didik pada
siklus I.
D. Hasil Penelitian Siklus II
1. Perencanaan
Dari hasil refleksi pada siklus I yang dinilai belum mencapai maksimal.
Terbukti adanya peserta didik belum memperhatikan penjelasan guru, ada yang
masih berbicara sendiri dan kurang aktif dalam proses pembelajaran. Adanya
pesrta didik yang belum mau bertanya saat peserta didik belum paham. Hal itu
adalah bukti bahwa peserta didik belum belum merasa tertarik dengan proses
pembelajaran.
Dari permasalahan tersebut, peneliti dan guru melakukan upaya perbaikan
pada proses siklus II. Hal ini peneliti menyusun kembali RPP, kisi-kisi soal, LOS
dan soal tes siklus II.
Agar peserta didik tidak merasa jenuh, guru mengupayakan agar proses
pembelajaran menjadi lebih menarik, berupa variasi-variasi dalam proses belajar
mengajar. Sehingga bagi peserta didik yang sebelumnya masih belum aktif
menjadi lebih aktif dan lebih tertarik.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam proses ini guru menjelaskan kembali materi yang sedang
disampaikan. Kemudian mendemonstrasikan perilaku akhlak mahmudah. Dalam
proses itu peserta didik mengamati guru yang sedang mendemonstrasikan di
depan kelas. Kemudian peserta didik diminta mendemonstrasikan apa yang
disampaikan guru di depan kelas sesuai nomor urut paserta didik.
Dalam proses akhir pada siklus II, peneliti dan guru memberi tes yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi peserta didik. Guru
memberikan arahan agar peserta didik dapat melaksanakan tatacara berbahasa
yang santun. Guru membuka tanya jawab, apabila ada peserta didik yang belum
62
faham. Guru menjelaskan kembali dan bila perlu mendemonstrasikan kembali
contoh-contoh akhlak mahmudah.
3. Observasi
Pada proses observasi peneliti mengamati kegiatan yang dilakukan oleh
peserta didik. Peneliti mengisi Lembar Observasi Siswa.
a. Hasil belajar
Nilai hasil belajar peserta didik dalam siklus II diambil dari ulangan
peserta didik dengan soal sebanyak 20 butir soal dapat peneliti gambarkan
sebagai berikut :
Tabel 4.4 Nilai Test Siklus II
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Alfin Hadi saputra (L) 65 Tidak tuntas
2 Ajib Mahendra (L) 70 tuntas
3 Aria Aji Saputra (L) 80 tuntas
4 Yusril Irfansyah (L) 75
5 Dimas (L) 65 Tidak tuntas
6 Ferry Indra (L) 70 tuntas
7 Lia Indah Puspita (P) 85 Tuntas
8 Putri (P) 80 Tuntas
9 Siti Roiyadhotul Jannah (P) 90 Tuntas
10 Mailani Eka Safitri (P) 95 Tuntas
11 Helmi Nasarrudin (L) 80 Tuntas
12 Abid Taufiqirrahman (L) 100 Tuntas
13 Amsyar Azri (L) 95 Tuntas
14 Fiqqy Bagus Ariyanto (L) 85 Tuntas
15 Rudi Saputra (L) 70 Tuntas
16 Lenita Agustina (P) 75 Tuntas
17 Diah Ayu Saskiya (P) 75 Tuntas
18 Bahrus Sifa Dika (L) 85 Tuntas
19 Abdul Kholik (L) 85 Tuntas
20 Syahrul (L) 75 Tuntas
21 Noviana (P) 100 Tuntas
22 M Syaiful Qolbi (L) 75 Tuntas
23 Melinda Salsabila (P) 70 Tuntas
24 Leo Rezaldi (L) 95 Tuntas
25 Nur Baiti (P) 90 Tuntas
26 Muhammad Najib (L) 95 Tuntas
27 Siti Khoerunnisa (P) 80 Tuntas
28 Zahra (P) 70 Tuntas
29 Zulaiha Fitriani (P) 60 Tidak tuntas
63
30 Siswati Ariani (P) 80 Tuntas
31 Nikmatul Auliya (P) 65 Tidak tuntas
32 Mar’atus Sholihah (P) 90 Tuntas
33 Durratun Nafisah (P) 80 Tuntas
34 Alma Zaen (P) 75 Tuntas
35 Syifa Nurriya (P) 80 Tuntas
36 Sita Armayani (P) 90 Tuntas
37 Niswah (P) 85 Tuntas
Prosentase ketuntasan klasikal 89,2%
Dari hasil data di atas menunjukkan bahwa pada siklus II hasil belajar
peserta didik mengalami peningkatan, peserta didik yang telah tuntas belajar
ada 33 anak dan 4 anak tidak tuntas belajar. Hal ini menunjukkan bahwa
indikator keberhasilan peserta didik telah tercapai. Ada 5 peserta didik yang
mendapat nilai 70, 28 peserta didik mendapat nilai di atas 70 dan hanya 4
peserta didik yang belum mencapai nilai 70. Ketuntasan secara klasikal telah
mencapai 89,2%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran akidah akhlak
pada materi akhlak mahmudah dengan menggunakan metode demonstrasi
telah mendekati berhasil.
b. Hasil proses
Setelah proses peneliti melakukan observasi melalui lembar observasi
siswa yang dipegang peneliti. Peneliti menemukan perubahan yang terjadi
pada proses pembelajaran. Pada siklus II, peserta didik menjadi lebih aktif dan
serius saat proses pembelajaran berlangsung dan peserta didik sudah bisa
mendemonstrasikan contoh-contoh perilaku yang termasuk akhlak
mahmudah.
Bentuk aktivitas dalam metode demonstrasi materi akhlak mahmudah
yang dilakukan oleh peserta didik dapat peneliti gambarkan sebagai berikut
dengan bentuk penilaian terlampir :
64
Tabel 4.5 Aktivitas Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Siklus II
No Nama Siswa Keaktifan yang dilakukan Jumlah
Keaktifan A B C D
1 Alfin Hadi saputra (L) 1 1 1 0 3
2 Ajib Mahendra (L) 1 1 0 1 3
3 Aria Aji Saputra (L) 1 1 1 1 4
4 Yusril Irfansyah (L) 1 0 1 1 3
5 Dimas (L) 1 1 1 0 3
6 Ferry Indra (L) 0 1 1 0 2
7 Lia Indah Puspita (P) 1 1 1 1 4
8 Putri (P) 1 1 0 1 3
9 Siti Roiyadhotul Jannah (P) 1 1 1 1 4
10 Mailani Eka Safitri (P) 1 1 0 1 3
11 Helmi Nasarrudin (L) 1 1 1 1 4
12 Abid Taufiqirrahman (L) 1 1 0 1 3
13 Amsyar Azri (L) 1 1 1 1 4
14 Fiqqy Bagus Ariyanto (L) 0 1 1 1 3
15 Rudi Saputra (L) 1 1 1 0 3
16 Lenita Agustina (P) 1 0 1 1 3
17 Diah Ayu Saskiya (P) 0 1 1 1 3
18 Bahrus Sifa Dika (L) 1 1 0 1 3
19 Abdul Kholik (L) 1 1 1 1 4
20 Syahrul (L) 1 0 1 1 3
21 Noviana (P) 1 1 1 1 4
22 M Syaiful Qolbi (L) 1 1 0 1 3
23 Melinda Salsabila (P) 1 0 1 1 3
24 Leo Rezaldi (L) 1 1 1 1 4
25 Nur Baiti (P) 1 1 1 1 4
26 Muhammad Najib (L) 1 1 1 1 4
27 Siti Khoerunnisa (P) 1 1 0 1 3
28 Zahra (P) 1 0 1 1 3
29 Zulaiha Fitriani (P) 1 1 1 0 3
30 Siswati Ariani (P) 1 1 1 1 4
31 Nikmatul Auliya (P) 1 0 0 1 2
32 Mar’atus Sholihah (P) 1 1 1 1 4
33 Durratun Nafisah (P) 1 1 1 1 4
34 Alma Zaen (P) 1 0 1 1 3
35 Syifa Nurriya (P) 1 1 0 1 3
36 Sita Armayani (P) 1 1 1 1 4
37 Niswah (P) 1 1 0 1 3
Jumlah 123
65
Data hasil observasi digunakan untuk mengetahui aktifitas peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi. Dalam
pelaksanaan pembelajaran guru telah melaksanakan sesuai dengan skenario
pembelajaran, guru telah mampu menciptakan pembelajaran menjadi lebih
menarik, peserta didik mulai aktif saat proses pembelajaran berlangsung, peserta
didik memperhatikan penjelasan guru, dan banyak peserta didik yang telah
mampu mempraktekkan beberapa perilaku akhlak mahmudah dengan baik dan
benar. Data di atas menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik mengalami
peningkatan, berarti bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru telah
berhasil.
4. Refleksi
Berdasarkan data hasil tes siklus II diperoleh ketuntasan belajar peserta
didik adalah 89,2%. Pada siklus II menunjukkan terjadi peningkatan pada hasil
belajar peserta didik. Guru berhasil menciptakan suasana pembelajaran menjadi
menarik sehingga peserta didik sudah mulai tertarik dengan proses pembelajaran.
Peserta didik memperhatikan penjelasan guru sehingga peserta didik merasa lebih
mudah dalam memahami pelajaran, karena guru mempraktekkan didepan kelas
dan peserta didik memperhatikan. Setelah semua peserta didik dianggap paham,
guru meminta peserta didik mendemonstrasikan contoh-contoh perilaku akhlak
mahmudah di depan kelas dengan baik dan benar. Terdapat 5 peserta didik yang
mendapat nilai 70, 28 peserta didik mendapat nilai di atas 70 dan ada 4 peserta
didik belum mencapai nilai 70.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II indikator kinerja guru mengalami
peningkatan. Dari siklus I dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebanyak
62,2%. Siklus II dengan ketuntasan belajar secara klasikal 89,2%. Pada siklus I
ada 14 peserta didik yang belum tuntas belajar, dan setelah diadakan perbaikan
pada siklus II ada 4 peserta didik yang tidak tuntas belajar.
Analisis data keaktifan peserta didik dalam pelaksanaan praktek
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai praktek dari siklus I ke siklus II.
66
Setelah diadakan langkah-langkah perbaikan tindakan pada siklus II, memberi
dampak positif bagi peningkatan hasil belajar peserta didik.
Dari hasil refleksi ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran akidah
akhlak pada materei akhlak mahmudah dengan menggunakan metode demonstrasi
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, untuk itu siklus dihentikan.
E. Pembahasan
1. Siklus I
Selama proses pembelajaran berlangsung, peserta didik melakukan
kegiatan-kegiatan yang dirancang oleh peneliti di dalam RPP dan LOS. Kegiatan
yang dilakukan antara lain peneliti memberikan penjelasan apa yang harus
dilakukan pada saat mendemonstrasikan contoh-contoh akhlak mahmudah.
Peserta didik diminta untuk mengamati secara cermat dan teliti pada saat guru
mendemonstrasikan di depan kelas. Guru membimbing peserta didik pada saat
proses demonstrasi berlangsung. Di akhir kegiatan pembelajaran peserta didik
diminta untuk menarik kesimpulan kemudian peserta didik memberikan tes soal
di akhir siklus untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi
pelajaran yang telah dibahas di dalam kelas.
Selama pelaksanaan siklus I, diperoleh data bahwa masih banyak peserta
didik yang kurang aktif, banyak yang tidak memperhatikan guru. Hasil belajar
peserta didik pada pembelajaran siklus I dengan ketuntasan 62, 2% belum dapat
mencapai nilai ketuntasan yang peneliti tetapkan. Pada siklus I ada 14 peserta
didik yang belum tuntas belajar.
Hal ini diakibatkan karena:
a. Banyak peserta didik yang belum aktif mengajukan pertanyaan saat
mengalami kesulitan
b. Banyak peserta didik yang kurang sepenuhnya memperhatikan demonstrasi
guru
c. Banyak peserta didik yang belum terbiasa mendemonstrasikan perilaku akhlak
mahmudah.
Untuk itu guru bersama peneliti menyusun kembali upaya perbaikan pada
siklus II.
67
2. Siklus II
Untuk pelaksanaan siklus II, guru mempersiapkan RPP dan LOS. Guru
memperbaiki cara mengajarnya supaya peserta didik termotifasi untuk
memperhatikan, bertanya dan serius dalam mendemonstrasikan contoh-contoh
akhlak mahmudah. Guru memacu peserta didik untuk memperhatikan dan
mengamati dengan lebih seksama lalu mendemonstrasikan hasil pengamatannya
dengan benar. Guru memberi sanksi yang mendidik bagi peserta didik yang tidak
memperhatikan guru. Guru membimbing peserta didik saat demonstrasi
berlangsung. Guru mengajari peserta didik yang kesulitan dalam
mendemonstrasikan tindakan akhlak mahmudah.
Tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki siklus I adalah sebagai
berikut:
a. Guru menjelaskan secara rinci beberapa contoh akhlak mahmudah.
b. Memberikan motivasi pada peserta didik untuk lebih aktif lagi dalam proses
pembelajaran
c. Peserta didik diminta untuk lebih serius dalam mendemonstrasikan salah satu
contoh akhlak mahmudah.
Langkah-langkah perbaikan tindakan yang dilakukan pada pembelajaran
siklus II memberi dampak positif pada peningkatan hasil belajar peserta didik.
Hasil tes akhir siklus II menunjukkan 89,2% peserta didik telah tuntas belajar.
Peningkatan hasil belajar peserta didik dari pra siklus, siklus I dan siklus II
membuktikan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode
demonstrasi memberikan hasil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian dari hasil pengamatan dan tes yang telah
dikemukakan di atas, pada pelaksanaan tindakan siklus I dan Siklus II dapat
diketahui perubahan-perubahan baik dari cara belajar siswa dan hasil belajarnya
dengan diadakannya pembelajaran menggunakan metode demonstrasi.
Interaksi dalam kegiatan belajar dengan metode demonstrasi pada
permulaan siklus I siswa masih belum bisa sepenuhnya aktif dan masih banyak
siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Siswa dalam
mendemonstrasikan masih sepenuhnya mendapat bimbingan guru. Dengan
68
diadakan perbaikan pada tindakan siklus II peserta didik dapat melakukan kerja
metode demonstrasi dengan mandiri tanpa bantuan guru dan guru membimbing
seperlunya saja.
Table 4.6 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik
pada Siklus I dan Siklus II
Kriteria
.
Tingkat
ketuntasan
Siklus I Siklus II
prosentas
e
Peserta
didik
Prosenta
se Peserta didik
<70 Tidak Tuntas 37,8% 14 11% 4
70 Tuntas 19% 7 13,5% 5
>70 Tuntas 43,2% 16 75,6% 28
Dari tabel diatas membuktikan dengan beberapa tindakan yang dilakukan
peneliti dan guru terutama dalam membimbing siswa dan memotivasi untuk aktif
dalam proses pembelajaran akidah akhlak pada materi akhlak mahmudah telah
meningkatkan tingkat ketuntasan peserta didik dalam proses pembelajaran akidah
Akhlak materi akhlak mahmudah kelas IV semester I di MI Miftahul Ulum
Karang Wotan Pucakwangi Pati periode 2010-2011.
Peserta didik yang semula pada siklus I ada 14 peserta didik yang tidak
tuntas belajar, nilai ketuntasan secara klasikal hanya mencapai 62,2%. Setelah
diadakan perbaikan pada siklus II, hasil belajar menjadi meningkat, peserta didik
yang tuntas belajar mencapai 89,2% atau 33 peserta didik tuntas belajar. Berarti
bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran akhlak mahmudah. Untuk itu siklus dihentikan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan teori, uraian data dan analisis dalam bab-bab sebelumnya.
Maka skripsi yang berjudul: “Upaya meningkatkan etika pergaulan siswa
dengan menggunakan metode demontrasi dalam mata pelajaran Akidah
Akhlak materi akhlak mahmudah kelas IV semester I di MI Miftahul Ulum
Karangwotan Pucakwangi Pati periode 2010-2011”, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Penggunaan metode demontrasi pada mata pelajaran akidah akhlak materi
akhlak mahmudah kelas IV semester I di MI Miftahul Ulum Karangwotan
Pucakwangi Pati, yaitu guru menyiapkan bahan pelajaran sebelum proses
pembelajaran berlangsung. Guru menyiapkan RPP dan skenario
pembelajaran. Guru mendemonstrasikan beberapa contoh akhlak
mahmudah dengan jelas di depan kelas, guru meminta peserta didik untuk
memperhatikan. Setelah selesai guru meminta peserta didik untuk
mempraktekkan di hadapan teman-temannya. Guru menyuruh peserta
didik untuk mengamati segala kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh
guru dan teman yang berdemonstrasi. Selama awal proses demonstrasi
guru mengalami kesulitan, karena peserta didik belum terbiasa
menggunakan metode demonstrasi, peserta didik masih terbiasa dengan
metode lama, peserta didik belum aktif saat proses pembelajaran
berlangsung, mereka masih malu saat diminta mendemonstrasikan di
depan kelas. Namun selelah diadakannya siklus II, peserta didik mulai
terbiasa menggunakan metode demonstrasi, mereka memperhatikan
penjelasan guru dengan seksama, peserta didik dapat mendemonstrasikan
dengan baik dan benar. Guru membimbing dan memantau proses
demonstrasi, guru membuka tanya jawab bagi peserta didik ynag belum
paham. Guru sering berkeliling mendekati peserta didik, mencatat kegiatan
69
70
yang terjadi di dalam kelas selama kegiatan demonstrasi berlangsung dan
mengisi Lembar Observasi Siswa. Metode demonstrasi efektif karena
dengan metode demonstrasi peserta didik mengamati saat proses
berlangsung, maka kemungkinan melakukan kesalahan sangat kecil,
apabila ia sering menirukan apa yang didemonstrasikan oleh guru.
2. Etika pergaulan siswa sebelum menggunakan metode demontrasi pada
mata pelajaran akidah akhlak belum memenuhi standar maksimal.
Kemudian setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan
metode demontrasi, etika pergaulan peserta didik mengalamai mengalami
peningkatan. Terlihat bahwa pada siklus kedua telah mengalami
peningkatan yaitu telah mencapai tingkat sempurna, pada siklus I yaitu
mencapai 62,2 % atau sebanyak 23 peserta didik yang tuntas belajar dan
meningkat pada siklus II ada 89,2% atau 33 peserta didik yang tuntas
belajarnya. Ini artinya metode demontrasi yang digunakan dalam
pembelajaran akidah akhlak materi akhlak mahmudah efektif untuk
meningkatkan etika pergaulan pada peserta didik.
B. Saran-saran
Dari uraian tersebut di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran
dengan maksud proses pembelajaran akidah akhlak dengan metode
demonstrasi yang diterapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
1. Kepada guru
Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik hendaknya
menggunakan penerapan metode demonstrasi dalam penyampaian materi
yang berupa proses atau bahan ajar yang berupa kemampuan
psikomotorik.
2. Kepala sekolah dan pengurus yayasan
a. Untuk semakin lancarnya proses belajar mengajar, maka hendaknya
lebih dilengkapi sarana dan prasarana yang sekiranya bisa menunjang
keberhasilan metode yang digunakan.
71
b. Begitu juga dalam hal perpustakaan, hendaknya buku-buku yang ada
lebih dilengkapi dengan menambah buku-buku yang bersifat
keagamaan. Dengan tujuan diharapkan anak dapat bertambah
pengetahuan agamanya.
3. Kepada Siswa
Siswa harus terus meningkatkan hasil belajarnya agar mendapatkan
hasil yang baik dalam proses pembelajaran yang dilakukan dan berusaha
membiasakan melaksanakan akhlak mahmudah sebagai etika pergaulan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kepada Orang Tua
Orang tua harus mendukung program belajar yang di desain
sekolah dengan membantu peserta didik dalam mencapai hasil yang lebih
baik serta memantau kegiatan anak di rumah.
C. Penutup
Rasa syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
terselesainya skripsi ini. Dengan menyadari akan kekurangan dan kekhilafan
yang ada pada diri penulis, memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan dalam
skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran demi lebih
sempurnanya skripsi ini.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, dengan
harapan semoga Allah SWT menerima sebagai amal kebaikan dan memberi
pahala dunia dan akhirat.
Dengan teriring doa dan harapan semoga skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1999)
Abi, Abdillah Muhammad bin Ismail Al- Bukhari, Shahih Bukhari, (
Beirut : Dar Al- kutb Al Islamiyah, 1981)
Al Ghazali Imam, Ihya’ Ulum Al-Din, Juz III, (Beirut: Darul Fikri, 1997).
---------------------, Ihya Al-Ghazali, Terj. Ismail Ya’kub, (Jakarta: Cv.
Faisan, 1986, Jilid IV)
Ali, Muhammad, Srategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa,
1993)
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002)
Arif Armai, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Cet.
13., (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)
Asmaran, As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), cet. III.
Baharuddin, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010)
Daradjat, Zakiyah, Pendidikan Agama Dalam Pendidikan Mental, (Jakarta
: Bulan Bintang, 1982)
Departemen Agama RI, Kendali Mutu PAI, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001)
Departemen Agama RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Departemen Agama, 2001)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia,(Bandung: Balai Pustaka, 1990) hlm. 652
Dewantara Ki Hadjar, Karya Bagian I, Pendidikan, (Yogyakarta: MLPTS,
1977)
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta, 1999)
Fakhry Majid, Etika Dalam Islam, alih bahasa Zakiyuddin Baidawi, cet.
ke-1, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996)
Fitriana Anita Nur, Metode Demonstrasi, Peranannya Dalam
Meningkatkan Keterampilan Ibadah Shalat Pada Anak Prasekolah, (Semarang:
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006).
Ghafir Abdul, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani,
1993)
Ghony, Djunaidy, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN Malang
Press, 2008)
Gulo W., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002)
Husain Imam Abi Muslim bin Hajaj Al Qusyairi Annisaburry, Shahih
Muslim, Juz I, (Semarang: Thoha Putra, t. th)
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008).
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2000)
Mubarokah, Azwirotul, Pelaksanaan Metode Demonstrasi Dalam
Pembelajaran PAI Pada Anak Autisme Di SLB Negeri Semarang Tahun Ajaran
2004/2005, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006).
Mudhofir, Teknologi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999)
Mufarokah, Anissatul, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras,
2009)
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004)
Nana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002)
Nurdin, Muslim, dkk, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: Alfabeta, 1993)
Partanto, Pius. A., dkk., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1990)
Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Mahasiswa IAIN
Walisongo (Semarang: -----,2008)
Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Mahasiswa IAIN
Walisongo, (Semarang: -------, 2008)
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
(Bandung)
R. Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1995)
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2005)Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara.
Sudjana Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007), Cet. 4.
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006)
Thaha Ahmadie, terjemah Shahih bukhari, (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1986)
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Semarang: Aneka Ilmu, 2003)
UU RI no. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung:
Nuansa Aulia, 2005)
Wahidmurni dan Ali Nur, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama
dan Umum Dari Teori Menuju Praktik Disertai Contoh Hasil Penelitian,
(Malang: UIN Malang Press, 2008), Cet. 2.
Yamin, Martinis, Profesionalisasi Guru Dan Implementasi KTSP, (Jakarta:
Gaung)
Yusuf, Tayar dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
Jakarta: Raja Grafindo, 1999)
Zein, Muhammad, Metodologi Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra
Buana)
Zein, Muhammad, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: AK
Group dan Indra Buana, 1995)
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramdani, 2000),
Lampiran RPP Pra Siklus.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Madrasah
Mata Pelajaran
Alokasi Waktu
Kelas / Semester
:
:
:
:
MI Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati
Aqidah Akhlak
IV / I
8 x 35 menit (4 x pert)
Standar Kompetensi : Membiasakan Akhlak tepuji
Kompetensi dasar
:
Membiasakan sikap hormat dan patuh dalam
kehidupan sehari-hari
Membiasakan sikap tabah dan sabar dalam
menghadapi cobaan malalui kisah Mashitoh.
Indikator : Menemukan pengertian hormat dan patuh
Menunjukkan contoh-contoh sifat-sifat hormat
dan patuh.
Menyadari pentingnya bersikap dan berperilaku
hormat dan patuh.
Membiasakan untuk sikap hormat dan patuh
dalam kehidupan sehari-hari
Menemukan pengertian tabah dan sabar.
Memilih sikap tabah dan sabar
Membiasakan untuk bersikap tabah dan sabar
dalam menghadapi cobaan malalui kisah
Mashitoh
Menyebutkan pelajaran yang berharga yang
dapat di ambil dari kisah Mashitoh.
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa dapat :
1. Menemukan pengertian hormat dan patuh.
2. Menunjukkan contoh-contoh sifat hormat dan patuh.
3. Berperilaku hormat dan patuh.
4. Membiasakan bersikap hormat dan patuh.
5. Menemukan pengertian tabah dan sabar.
6. Memilih sikap tabah dan sabar
7. Membiasakan untuk bersikap tabah dan sabar.
8. Mengambil hikmah dari keteguhan Masyitoh.
II. Materi Ajar
“Akhlak terpuji“
III. Metode Pembelajaran
- Ceramah
- Demonstrasi
- Drill.
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan awal
a. Guru membuka salam
b. Tanya jawab tentang materi yang lalu.
c. Guru memberikan Motivasi tentang pemahaman materi yang lalu
d. Menjelaskan materi yang akan di ajarkan.
2. Kegiatan inti
a. Guru merespon siswa mengulang materi pelajarn yang lalu.
b. Siswa diminta menemukan pengertian hormat dan patuh.
c. Siswa membagikan potongan kertas kepada semua siswa.
d. Siswa diminta menuliskan definisi kembali hormat dan patuh
e. Siswa menjelaskan kembali dan meminta siswa untuk membiasakan
bersikap hormat dan patuh
3. Kegiatan akhir
a. Siswa diberi tugas soal-soal latihan.
b. Siswa di beri tugas soal-soal latihan.
V. Alat / Sumber Bahan
Buku Aqidah Ahklak kelas IV, Tiga Serangkai, LKS Agama kelas IV, Buku
bacaan tentang kisah para Nabi, VCD Kisah terpuji.
VI. Penilaian
Pertemuan Pertama
a. Tehnik : tes tertulis
b. Bentuk : Uraian
c. Instrumen :
Contoh : Jelaskan pengetian hormat dan patuh dalam kehidupan
sehari-hari!
Mengetahui
Kepala Madrasah
(SUNARYO)
Guru Mapel
(HARYANTO)
LAMPIRAN RPP SIKLUS 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Madrasah
Mata Pelajaran
Alokasi Waktu
Kelas / Semester
:
:
:
:
MI Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati
Aqidah Akhlak
IV / I
8 x 35 menit (4 x pert)
Standar Kompetensi : Membiasakan Akhlak tepuji
Kompetensi dasar
:
Membiasakan sikap hormat dan patuh dalam
kehidupan sehari-hari
Membiasakan sikap tabah dan sabar dalam
menghadapi cobaan malalui kisah Mashitoh.
Indikator : Menemukan pengertian hormat dan patuh
Menunjukkan contoh-contoh sifat-sifat hormat
dan patuh.
Menyadari pentingnya bersikap dan berperilaku
hormat dan patuh.
Membiasakan untuk sikap hormat dan patuh
dalam kehidupan sehari-hari
Menemukan pengertian tabah dan sabar.
Memilih sikap tabah dan sabar
Membiasakan untuk bersikap tabah dan sabar
dalam menghadapi cobaan malalui kisah
Mashitoh
Menyebutkan pelajaran yang berharga yang
dapat di ambil dari kisah Mashitoh.
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa dapat :
9. Menemukan pengertian hormat dan patuh.
10. Menunjukkan contoh-contoh sifat hormat dan patuh.
11. Berperilaku hormat dan patuh.
12. Membiasakan bersikap hormat dan patuh.
13. Menemukan pengertian tabah dan sabar.
14. Memilih sikap tabah dan sabar
15. Membiasakan untuk bersikap tabah dan sabar.
16. Mengambil hikmah dari keteguhan Masyitoh.
V. Materi Ajar
“Akhlak terpuji“
VI. Metode Pembelajaran
- Ceramah
- Demonstrasi
- Drill.
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
4. Kegiatan awal
a. Guru membuka salam
b. Tanya jawab tentang materi yang lalu.
c. Menjelaskan materi yang akan di ajarkan.
5. Kegiatan inti
a. Guru merespon siswa mengulang materi pelajarn yang lalu.
b. Siswa diminta menemukan pengertian hormat dan patuh.
c. Siswa membagikan potongan kertas kepada semua siswa.
d. Siswa diminta menuliskan definisi kembali hormat dan patuh
e. Siswa menjelaskan kembali dan meminta siswa untuk membiasakan
bersikap hormat dan patuh
6. Kegiatan akhir
a. Siswa diberi tugas soal-soal latihan.
b. Siswa di beri tugas soal-soal latihan.
Pertemuan Kedua
1. Kegiatan awal
a. Guru membuka salam.
b. Tanya jawab tentang materi yang lalu
2. Kegiatan inti
a. Guru merespon siswa mengulang materi pelajaran yang lalu.
b. Siswa diminta untuk menyadari pentingnya bersikap dan berperilaku
hormat dan patuh
c. Siswa diminta.untuk membiasakan bersikap hormat dan patuh.
3. Kegiatan akhir
a. Guru berdemonstrasi dengan cara berinteraksi dengan siswa.
b. Siswa diminta menuliskan satu contoh sikap hormat dan patuh.
c. Guru meminta siswa untuk mempraktikkan contoh sikap hormat dan
patuh yang telah dituliskan di depan kelas.
d. Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar
e. Siswa di beri latihan soal.
Pertemuan Ketiga
1. Kegiatan Awal
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan di pelajari.
b. Guru mengulang kembali pelajaran yasng telah lalu dengan melakukan
tanya jawab.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa diajak untuk menemukan pengertian dari tabah dan sabar.
b. Siswa diminta untuk memilih sikap dari tabah dan sabar dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Guru mendemonstrasikan sikap sabar dan tabah dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Kegiatan Akhir
a. Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
b. Siswa diberi latihan-latihan soal.
Pertemuan IV
2. Kegiatan Awal
a. Guru membuka salam untuk membuka pelajaran.
b. Tanya jawab tentang materi yang lalu.
3. Kegiatan Inti
a. Guru merespon siswa untuk mengulang materi yang lain.
b. Guru menyuruh siswa untuk membiasakan besikap tabah dan sabar
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Guru meminta siswa untuk mengambil pelajaran yag berharga dari
kisah masyitoh.
4. Kegiatan Akhir
a. Guru dan siswa mengadakan tanya jawab.
b. Siswa di beri soal-soal latihan.
VIII. Alat / Sumber Bahan
Buku Aqidah Ahklak kelas IV, Tiga Serangkai, LKS Agama kelas IV, Buku
bacaan tentang kisah para Nabi, VCD Kisah terpuji.
IX. Penilaian
Pertemuan Pertama
a. Tehnik : tes tertulis
b. Bentuk : Uraian
c. Instrumen :
Contoh : Jelaskan pengetian hormat dan patuh dalam kehidupan
sehari-hari!
Pertemuan Kedua
a. Tehnik : tes tertulis
b. Bentuk : uraian
c. Instrumen :
Contoh :Berikan contoh sikap patuh terhadap guru di sekolah.
Pertemuan Tiga
a. Tehnik : tes tertulis
b. Bentuk : uraian
c. Instrumen :
Contoh :Jelaskan pengertian tabah dan sabar !
Pertemuan Empat
a. Tehnik : tes tertulis dan praktikum demonstrasi siswa
b. Bentuk : performance
c. Instrumen :
Contoh :Sebutkan pelajaran yang berharga yang dapat kita ambil
hikmahnya
dari kisah masyitoh !
Mengetahui
Kepala Madrasah
(SUNARYO)
Guru Mapel
(HARYANTO)
LAMPIRAN RPP SIKLUS II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Madrasah
Mata Pelajaran
Alokasi Waktu
Kelas / Semester
:
:
:
:
MI Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati
Aqidah Akhlak
IV / I
8 x 35 menit (4 x pert)
Standar Kompetensi : Membiasakan Akhlak tepuji
Kompetensi dasar
:
Membiasakan sikap hormat dan patuh dalam
kehidupan sehari-hari
Membiasakan sikap tabah dan sabar dalam
menghadapi cobaan malalui kisah Mashitoh.
Indikator : Menemukan pengertian hormat dan patuh
Menunjukkan contoh-contoh sifat-sifat hormat
dan patuh.
Menyadari pentingnya bersikap dan berperilaku
hormat dan patuh.
Membiasakan untuk sikap hormat dan patuh
dalam kehidupan sehari-hari
Menemukan pengertian tabah dan sabar.
Memilih sikap tabah dan sabar
Membiasakan untuk bersikap tabah dan sabar
dalam menghadapi cobaan malalui kisah
Mashitoh
Menyebutkan pelajaran yang berharga yang
dapat di ambil dari kisah Mashitoh.
VII. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa dapat :
17. Menemukan pengertian hormat dan patuh.
18. Menunjukkan contoh-contoh sifat hormat dan patuh.
19. Berperilaku hormat dan patuh.
20. Membiasakan bersikap hormat dan patuh.
21. Menemukan pengertian tabah dan sabar.
22. Memilih sikap tabah dan sabar
23. Membiasakan untuk bersikap tabah dan sabar.
24. Mengambil hikmah dari keteguhan Masyitoh.
VIII. Materi Ajar
“Akhlak terpuji“
IX. Metode Pembelajaran
- Ceramah
- Demonstrasi
- Drill.
X. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan awal
a. Guru membuka salam
b. Tanya jawab tentang materi yang lalu.
c. Menjelaskan materi yang akan di ajarkan.
2. Kegiatan inti
a. Guru merespon siswa mengulang materi pelajarn yang lalu.
b. Siswa diminta menemukan pengertian hormat dan patuh.
c. Guru membagikan potongan kertas kembali kepada semua siswa.
d. Siswa diminta menuliskan definisi kembali hormat dan patuh dengan
bimbingan dari guru
e. Guru dan siswa bersama-sama mendemonstrasikan kembali contoh sikap
hormat dan patuh dalam kehidupan sehari-hari,.
f. Guru menjelaskan kembali dan meminta siswa untuk membiasakan
bersikap hormat dan patuh
3. Kegiatan akhir
a. Siswa di beri tugas soal-soal latihan.
Pertemuan Kedua
1. Kegiatan awal
a. Guru membuka salam.
b. Tanya jawab tentang materi yang lalu
2. Kegiatan inti
a. Guru merespon siswa mengulang materi pelajaran yang lalu.
b. Guru memberikan motifasi kepada siswa tentang arti penting perilaku
hormat dan patuh.
c. Siswa diminta untuk menyadari arti pentingnya bersikap dan
berperilaku hormat dan patuh
d. Siswa diminta.untuk membiasakan bersikap hormat dan patuh.
3. Kegiatan akhir
a. Guru berdemonstrasi kembali tentang contoh praktik hormat dan patuh
dengan cara berinteraksi dengan siswa.
b. Siswa diminta menuliskan contoh sikap hormat dan patuh yang
didemonstrasikan oleh guru..
c. Guru meminta siswa untuk mempraktikkan ulang contoh sikap hormat
dan patuh yang telah didemonstrasikan guru di depan kelas.
d. Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar
e. Siswa di beri latihan soal.
Pertemuan Ketiga
4. Kegiatan Awal
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan di pelajari.
b. Guru mengulang kembali pelajaran yasng telah lalu dengan melakukan
tanya jawab.
5. Kegiatan Inti
a. Siswa dimotifasi untuk menemukan pengertian dari tabah dan sabar.
b. Siswa diminta untuk memilih sikap dari tabah dan sabar dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Guru mendemonstrasikan sikap sabar dan tabah dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Siswa diminta mendemonstrasikan ulang sikap sabar dan tabah dalam
kehidupan sehari-hari seperti yang telah dicontohkan guru.
6. Kegiatan Akhir
a. Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
b. Siswa diberi latihan-latihan soal.
Pertemuan IV
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka salam untuk membuka pelajaran.
b. Tanya jawab tentang materi yang lalu.
2. Kegiatan Inti
a. Guru merespon siswa untuk mengulang materi yang lain.
b. Guru menyuruh siswa untuk membiasakan besikap tabah dan sabar
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Guru meminta siswa untuk mengambil pelajaran yag berharga dari
kisah masyitoh.
d. Guru mendemonstrasikan tentang cerita masyitoh di depan kelas
e. Siswa diminta mengkaji ulang cerita tentang masitoh yang telah
didemonstrasikan guru serta menjadikannya cermin dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Kegiatan Akhir
c. Guru dan siswa mengadakan tanya jawab.
d. Siswa di beri soal-soal latihan.
XI. Alat / Sumber Bahan
Buku Aqidah Ahklak kelas IV, Tiga Serangkai, LKS Agama kelas IV, Buku
bacaan tentang kisah para Nabi, VCD Kisah terpuji.
XII. Penilaian
Pertemuan Pertama
d. Tehnik : tes tertulis
e. Bentuk : Uraian
f. Instrumen :
Contoh : Jelaskan pengetian hormat dan patuh dalam kehidupan
sehari-hari!
Pertemuan Kedua
d. Tehnik : tes tertulis
e. Bentuk : uraian
f. Instrumen :
Contoh :Berikan contoh sikap patuh terhadap guru di sekolah.
Pertemuan Tiga
d. Tehnik : tes tertulis
e. Bentuk : uraian
f. Instrumen :
Contoh :Jelaskan pengertian tabah dan sabar !
Pertemuan Empat
d. Tehnik : tes tertulis dan praktikum demonstrasi siswa
e. Bentuk : performance
f. Instrumen :
Contoh :Sebutkan pelajaran yang berharga yang dapat kita ambil
hikmahnya
dari kisah masyitoh !
Mengetahui
Kepala Madrasah
(SUNARYO)
Guru Mapel
(HARYANTO)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Madrasah
Mata Pelajaran
Alokasi Waktu
Kelas / Semester
:
:
:
:
MI Miftahul Ulum Karangwotan Pucakwangi Pati
Aqidah Akhlak
IV / I
8 x 35 menit (4 x pert)
Standar Kompetensi : Membiasakan Akhlak tepuji
Kompetensi dasar
:
Membiasakan sikap hormat dan patuh dalam
kehidupan sehari-hari
Membiasakan sikap tabah dan sabar dalam
menghadapi cobaan malalui kisah Mashitoh.
Indikator : Menemukan pengertian hormat dan patuh
Menunjukkan contoh-contoh sifat-sifat hormat
dan patuh.
Menyadari pentingnya bersikap dan berperilaku
hormat dan patuh.
Membiasakan untuk sikap hormat dan patuh
dalam kehidupan sehari-hari
Menemukan pengertian tabah dan sabar.
Memilih sikap tabah dan sabar
Membiasakan untuk bersikap tabah dan sabar
dalam menghadapi cobaan malalui kisah
Mashitoh
Menyebutkan pelajaran yang berharga yang
dapat di ambil dari kisah Mashitoh.
X. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa dapat :
25. Menemukan pengertian hormat dan patuh.
26. Menunjukkan contoh-contoh sifat hormat dan patuh.
27. Berperilaku hormat dan patuh.
28. Membiasakan bersikap hormat dan patuh.
29. Menemukan pengertian tabah dan sabar.
30. Memilih sikap tabah dan sabar
31. Membiasakan untuk bersikap tabah dan sabar.
32. Mengambil hikmah dari keteguhan Masyitoh.
XI. Materi Ajar
“Akhlak terpuji“
XII. Metode Pembelajaran
- Ceramah
- Demonstrasi
- Drill.
XIII. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
7. Kegiatan awal
a. Guru membuka salam
b. Tanya jawab tentang materi yang lalu.
c. Menjelaskan materi yang akan di ajarkan.
8. Kegiatan inti
a. Guru merespon siswa mengulang materi pelajarn yang lalu.
b. Siswa diminta menemukan pengertian hormat dan patuh.
c. Siswa membagikan potongan kertas kepada semua siswa.
d. Siswa diminta menuliskan definisi kembali hormat dan patuh
e. Siswa menjelaskan kembali dan meminta siswa untuk membiasakan
bersikap hormat dan patuh
9. Kegiatan akhir
a. Siswa diberi tugas soal-soal latihan.
b. Siswa di beri tugas soal-soal latihan.
Pertemuan Kedua
4. Kegiatan awal
a. Guru membuka salam.
b. Tanya jawab tentang materi yang lalu
5. Kegiatan inti
a. Guru merespon siswa mengulang materi pelajaran yang lalu.
b. Siswa diminta untuk menyadari pentingnya bersikap dan berperilaku
hormat dan patuh
c. Siswa diminta.untuk membiasakan bersikap hormat dan patuh.
6. Kegiatan akhir
a. Guru berdemonstrasi dengan cara berinteraksi dengan siswa.
b. Siswa diminta menuliskan satu contoh sikap hormat dan patuh.
c. Guru meminta siswa untuk mempraktikkan contoh sikap hormat dan
patuh yang telah dituliskan di depan kelas.
d. Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar
e. Siswa di beri latihan soal.
Pertemuan Ketiga
7. Kegiatan Awal
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan di pelajari.
b. Guru mengulang kembali pelajaran yasng telah lalu dengan melakukan
tanya jawab.
8. Kegiatan Inti
a. Siswa diajak untuk menemukan pengertian dari tabah dan sabar.
b. Siswa diminta untuk memilih sikap dari tabah dan sabar dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Guru mendemonstrasikan sikap sabar dan tabah dalam kehidupan
sehari-hari.
9. Kegiatan Akhir
a. Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
b. Siswa diberi latihan-latihan soal.
Pertemuan IV
5. Kegiatan Awal
c. Guru membuka salam untuk membuka pelajaran.
d. Tanya jawab tentang materi yang lalu.
6. Kegiatan Inti
d. Guru merespon siswa untuk mengulang materi yang lain.
e. Guru menyuruh siswa untuk membiasakan besikap tabah dan sabar
dalam kehidupan sehari-hari.
f. Guru meminta siswa untuk mengambil pelajaran yag berharga dari
kisah masyitoh.
7. Kegiatan Akhir
e. Guru dan siswa mengadakan tanya jawab.
f. Siswa di beri soal-soal latihan.
XIV. Alat / Sumber Bahan
Buku Aqidah Ahklak kelas IV, Tiga Serangkai, LKS Agama kelas IV, Buku
bacaan tentang kisah para Nabi, VCD Kisah terpuji.
XV. Penilaian
Pertemuan Pertama
a. Tehnik : tes tertulis
b. Bentuk : Uraian
c. Instrumen :
Contoh : Jelaskan pengetian hormat dan patuh dalam kehidupan
sehari-hari!
Pertemuan Kedua
g. Tehnik : tes tertulis
h. Bentuk : uraian
i. Instrumen :
Contoh :Berikan contoh sikap patuh terhadap guru di sekolah.
Pertemuan Tiga
g. Tehnik : tes tertulis
h. Bentuk : uraian
i. Instrumen :
Contoh :Jelaskan pengertian tabah dan sabar !
Pertemuan Empat
g. Tehnik : tes tertulis dan praktikum demonstrasi siswa
h. Bentuk : performance
i. Instrumen :
Contoh :Sebutkan pelajaran yang berharga yang dapat kita ambil
hikmahnya dari kisah masyitoh !
Mengetahui
Kepala Madrasah
Sunaryo
Guru Mapel
Haryanto
Contoh soal tertulis Pelajaran Aqidah Akhlak MI Kelas IV
Semester I
materi Akhlak Mahmudah
Berilah tanda silang ( x ) pada jawaban yang benar di bawah ini !
1. Akhlak makhmudah disebut juga akhlak…..
a. akhlak tercela
b. akhlak terpuji
c. akhlak biasa
d. akhlah jelek
2. Kepada yang lebih tua kita harus…..
a. menyayangi
b. menjauhi
c. menghormati
d. membenci
3. Sopan termasuk jenis akhlak….
a. akhlak tercela
b. akhlak biasa
b. akhlak terpuji
c. akhlak jelek
4. Kepada yang lebih kecil kita harus…
a. menjauhi
b. menyayangi
c. menghormati
d. membenci
5. Tabah dalam menerima cobaan disebut…..
a. fasik
b. munafik
c. tabah
d. syukur
6. Salah satu sikap patuh adalah…
a. Menghiraukan perintah ibu
b. mengejek polisi
c. melaksanakan tugas guru
d. mengejek teman
7. Apabila kita kena musibah sikap kita adalah…
a. sedih
b. malu
c. pesimis
d. sabar
8. Kepada perintah bapak ibu kita harus….
a. membiarkan
b. mendengarkan saja
c. menghiraukan
d. melaksanakan
9. Sombong termasuk salah satu akhlak….
a. mazmumah
b. jelak
c. makhmudah
d. sabar
10. Orang yang sabar akan di…….Tuhan
a. benci
b. sakiti
c. saying
d. murkai
11. Allah akan selalu bersama orang-orang yang….
a. hianat
b. sabar
c. jahat
d. bodoh
12. Orang yang beriman pasti akan melakukan akhlak yang….
a. tercela
b. terjahat
c. terpuji
d. terjelek
13. Dalam kehidupan sehari hari kita harus membiasakan akhlak…
a. terburuk
b. terjelek
c. terpuji
d. terhormat
14. Sikap kita jika diberi tugas oleh guru adalah….
a. melaksanakan dengan baik
b. menghiraukan
c. melupakan
d. tidur
15. Dalam keadaan miskin, sebagai orang Islam sikap
kita adalah…
a. menangis
b. merana
c. bunuh diri
d. sabar dan berusaha
16. Pemberian yang baik adalah dilakukan dengan…..
a. disertai hinaan
b. tulus ikhlas
c. mengharap pujian
d. ejekkan
17. Yang dapat kita ambil teladan dari kisah masyitoh…
a. kejahatanya
b. kecantikanya
c. kekayaanya
d. kesabaran
18. Orang yang sabar kelak masuk…
a. neraka
b. rumah
c. surga
d. jurang
19. Sikap kita terhadap tetangga lain agama adalah…
a. membiarkan
b. mengejek
c. menghormati
d. mencemooh
20. Bersyukur termasuk akhlak yang……
a. tercela
b. terjelek
c. terpuji
d. terburuk
CONTOH SOAL SIKLUS I
Contoh soal tertulis Pelajaran Aqidah Akhlak MI Kelas IV
Semester I
materi Akhlak Mahmudah
Berilah tanda silang ( x ) pada jawaban yang benar di bawah ini !
21. Akhlak makhmudah disebut juga akhlak…..
a. akhlak tercela
b. akhlak terpuji
c. akhlak biasa
d. akhlah jelek
22. Kepada yang lebih tua kita harus…..
a. menyayangi
b. menjauhi
c. menghormati
d. membenci
23. Sopan termasuk jenis akhlak….
a. akhlak tercela
b. b. akhlak biasa
c. akhlak terpuji
d. akhlak jelek
24. Kepada yang lebih kecil kita harus…
a. menjauhi
b. menyayangi
c. menghormati
d. membenci
25. Tabah dalam menerima cobaan disebut…..
a. fasik
b. munafik
c. tabah
d. syukur
26. Salah satu sikap patuh adalah…
a. Menghiraukan perintah ibu
b. mengejek polisi
c. melaksanakan tugas guru
d. mengejek teman
27. Apabila kita kena musibah sikap kita adalah…
a. sedih
b. malu
c. pesimis
d. sabar
28. Kepada perintah bapak ibu kita harus….
a. membiarkan
b. mendengarkan saja
c. menghiraukan
d. melaksanakan
29. Sombong termasuk salah satu akhlak….
a. mazmumah
b. jelak
c. makhmudah
d. sabar
30. Orang yang sabar akan di…….Tuhan
a. benci
b. sakiti
c. saying
d. murkai
31. Allah akan selalu bersama orang-orang yang….
e. hianat
f. sabar
g. jahat
h. bodoh
32. Orang yang beriman pasti akan melakukan akhlak yang….
a. tercela
b. terjahat
c. terpuji
d. terjelek
33. Dalam kehidupan sehari hari kita harus membiasakan akhlak…
a. terburuk
b. terjelek
c. terpuji
d. terhormat
34. Sikap kita jika diberi tugas oleh guru adalah….
a. melaksanakan dengan baik
b. menghiraukan
c. melupakan
d. tidur
35. Dalam keadaan miskin, sebagai orang Islam sikap kita adalah…
a. menangis
b. merana
c. bunuh diri
d. sabar dan berusaha
36. Pemberian yang baik adalah dilakukan dengan…..
a. disertai hinaan
b. tulus ikhlas
c. mengharap pujian
d. ejekkan
37. Yang dapat kita ambil teladan dari kisah masyitoh…
a. kejahatanya
b. kecantikanya
c. kekayaanya
d. kesabaran
38. Orang yang sabar kelak masuk…
a. neraka
b. rumah
c. surga
d. jurang
39. Sikap kita terhadap tetangga lain agama adalah…
a. membiarkan
b. mengejek
c. menghormati
d. mencemooh
40. Bersyukur termasuk akhlak yang……
a. tercela
b. terjelek
c. terpuji
d. terburuk
Contoh soal tertulis Pelajaran Aqidah Akhlak MI Kelas IV
Semester I
materi Akhlak Mahmudah
Berilah tanda silang ( x ) pada jawaban yang benar di bawah ini !
1. Akhlak makhmudah disebut juga akhlak…..
a. akhlak tercela
b. akhlak terpuji
c. akhlak biasa
d. akhlah jelek
2. Kepada yang lebih tua kita harus…..
a. menyayangi
b. menjauhi
c. menghormati
d. membenci
3. Sopan termasuk jenis akhlak….
a. akhlak tercela
b. akhlak biasa
c. akhlak terpuji
d. akhlak jelek
4. Kepada yang lebih kecil kita harus…
a. menjauhi
b. menyayangi
c. menghormati
d. membenci
5. Tabah dalam menerima cobaan disebut…..
a. fasik
b. munafik
c. tabah
d. syukur
6. Salah satu sikap patuh adalah…
a. Menghiraukan perintah ibu
b. mengejek polisi
c. melaksanakan tugas guru
d. mengejek teman
7. Apabila kita kena musibah sikap kita adalah…
a. sedih
b. malu
c. pesimis
d. sabar
8. Kepada perintah bapak ibu kita harus….
a. membiarkan
b. mendengarkan saja
c. menghiraukan
d. melaksanakan
9. Sombong termasuk salah satu akhlak….
a. mazmumah
b. jelak
c. makhmudah
d. sabar
10. Orang yang sabar akan di…….Tuhan
a. benci
b. sakiti
c. saying
d. murkai
11. Allah akan selalu bersama orang-orang yang….
a. Hianat
b. Sabar
c. Jahat
d. bodoh
12. Orang yang beriman pasti akan melakukan akhlak yang….
a. tercela
b. terjahat
c. terpuji
d. terjelek
13. Dalam kehidupan sehari hari kita harus membiasakan akhlak…
a. terburuk
b. terjelek
c. terpuji
d. terhormat
14. Sikap kita jika diberi tugas oleh guru adalah….
a. melaksanakan dengan baik
b. menghiraukan
c. melupakan
d. tidur
15. Dalam keadaan miskin, sebagai orang Islam sikap kita adalah…
a. menangis
b. merana
c. bunuh diri
d. sabar dan berusaha
16. Pemberian yang baik adalah dilakukan dengan…..
a. disertai hinaan
b. tulus ikhlas
c. mengharap pujian
d. ejekkan
17. Yang dapat kita ambil teladan dari kisah masyitoh…
a. kejahatanya
b. kecantikanya
c. kekayaanya
d. kesabaran
18. Orang yang sabar kelak masuk…
a. neraka
b. rumah
c. surga
d. jurang
19. Sikap kita terhadap tetangga lain agama adalah…
a. membiarkan
b. mengejek
c. menghormati
d. mencemooh
20. Bersyukur termasuk akhlak yang……
a. tercela
b. terjelek
c. terpuji
d. terburuk
CONTOH SOAL SIKLUS II
Contoh soal tertulis Pelajaran Aqidah Akhlak MI Kelas IV
Semester I
materi Akhlak Mahmudah
Berilah tanda silang ( x ) pada jawaban yang benar di bawah ini !
41. Akhlak makhmudah disebut juga akhlak…..
a. akhlak tercela
b. akhlak terpuji
c. akhlak biasa
d. akhlah jelek
42. Kepada yang lebih tua kita harus…..
a. menyayangi
b. menjauhi
c. menghormati
d. membenci
43. Sopan termasuk jenis akhlak….
a. akhlak tercela
b. b. akhlak biasa
c. akhlak terpuji
d. akhlak jelek
44. Kepada yang lebih kecil kita harus…
a. menjauhi
b. menyayangi
c. menghormati
d. membenci
45. Tabah dalam menerima cobaan disebut…..
a. fasik
b. munafik
c. tabah
d. syukur
46. Salah satu sikap patuh adalah…
a. Menghiraukan perintah ibu
b. mengejek polisi
c. melaksanakan tugas guru
d. mengejek teman
47. Apabila kita kena musibah sikap kita adalah…
a. sedih
b. malu
c. pesimis
d. sabar
48. Kepada perintah bapak ibu kita harus….
a. membiarkan
b. mendengarkan saja
c. menghiraukan
d. melaksanakan
49. Sombong termasuk salah satu akhlak….
a. mazmumah
b. jelak
c. makhmudah
d. sabar
50. Orang yang sabar akan di…….Tuhan
a. benci
b. sakiti
c. saying
d. murkai
51. Allah akan selalu bersama orang-orang yang….
i. hianat
j. sabar
k. jahat
l. bodoh
52. Orang yang beriman pasti akan melakukan akhlak yang….
a. tercela
b. terjahat
c. terpuji
d. terjelek
53. Dalam kehidupan sehari hari kita harus membiasakan akhlak…
a. terburuk
b. terjelek
c. terpuji
d. terhormat
54. Sikap kita jika diberi tugas oleh guru adalah….
a. melaksanakan dengan baik
b. menghiraukan
c. melupakan
d. tidur
55. Dalam keadaan miskin, sebagai orang Islam sikap kita adalah…
a. menangis
b. merana
c. bunuh diri
d. sabar dan berusaha
56. Pemberian yang baik adalah dilakukan dengan…..
a. disertai hinaan
b. tulus ikhlas
c. mengharap pujian
d. ejekkan
57. Yang dapat kita ambil teladan dari kisah masyitoh…
a. kejahatanya
b. kecantikanya
c. kekayaanya
d. kesabaran
58. Orang yang sabar kelak masuk…
a. neraka
b. rumah
c. surga
d. jurang
59. Sikap kita terhadap tetangga lain agama adalah…
a. membiarkan
b. mengejek
c. menghormati
d. mencemooh
60. Bersyukur termasuk akhlak yang……
a. tercela
b. terjelek
c. terpuji
d. terburuk
Lampiran Tabel 4.1 Nilai Pre-test
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Alfin Hadi saputra (L) 60 Tidak Tuntas
2 Ajib Mahendra (L) 50 Tidak Tuntas
3 Aria Aji Saputra (L) 55 Tidak Tuntas
4 Yusril Irfansyah (L) 65 Tidak Tuntas
5 Dimas (L) 40 Tidak Tuntas
6 Ferry Indra (L) 50 Tidak Tuntas
7 Lia Indah Puspita (P) 55 Tidak Tuntas
8 Putri (P) 60 Tidak Tuntas
9 Siti Roiyadhotul Jannah (P) 75 Tuntas
10 Mailani Eka Safitri (P) 80 Tuntas
11 Helmi Nasarrudin (L) 75 Tuntas
12 Abid Taufiqirrahman (L) 65 Tidak Tuntas
13 Amsyar Azri (L) 75 Tuntas
14 Fiqqy Bagus Ariyanto (L) 75 Tuntas
15 Rudi Saputra (L) 60 Tidak Tuntas
16 Lenita Agustina (P) 70 Tuntas
17 Diah Ayu Saskiya (P) 70 Tuntas
18 Bahrus Sifa Dika (L) 60 Tidak Tuntas
19 Abdul Kholik (L) 60 Tidak Tuntas
20 Syahrul (L) 30 Tidak Tuntas
21 Noviana (P) 70 Tuntas
22 M Syaiful Qolbi (L) 50 Tidak Tuntas
23 Melinda Salsabila (P) 55 Tidak Tuntas
24 Leo Rezaldi (L) 60 Tidak Tuntas
25 Nur Baiti (P) 70 Tuntas
26 Muhammad Najib (L) 75 Tuntas
27 Siti Khoerunnisa (P) 65 Tidak Tuntas
28 Zahra (P) 45 Tidak Tuntas
29 Zulaiha Fitriani (P) 40 Tidak Tuntas
30 Siswati Ariani (P) 70 Tuntas
31 Nikmatul Auliya (P) 35 Tidak Tuntas
32 Mar’atus Sholihah (P) 65 Tidak Tuntas
33 Durratun Nafisah (P) 70 Tuntas
34 Alma Zaen (P) 65 Tidak Tuntas
35 Syifa Nurriya (P) 70 Tuntas
36 Sita Armayani (P) 75 Tuntas
37 Niswah (P) 65 Tidak Tuntas
Prosentase ketuntasan klasikal 37,8%
Lampiran
Tabel 4.2 Nilai Test Siklus I
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Alfin Hadi saputra (L) 65 Tidak Tuntas
2 Ajib Mahendra (L) 55 Tidak Tuntas
3 Aria Aji Saputra (L) 60 Tidak Tuntas
4 Yusril Irfansyah (L) 70 Tuntas
5 Dimas (L) 60 Tidak Tuntas
6 Ferry Indra (L) 55 Tidak Tuntas
7 Lia Indah Puspita (P) 80 Tuntas
8 Putri (P) 60 Tidak Tuntas
9 Siti Roiyadhotul Jannah (P) 75 Tuntas
10 Mailani Eka Safitri (P) 70 Tuntas
11 Helmi Nasarrudin (L) 70 Tuntas
12 Abid Taufiqirrahman (L) 80 Tuntas
13 Amsyar Azri (L) 75 Tuntas
14 Fiqqy Bagus Ariyanto (L) 80 Tuntas
15 Rudi Saputra (L) 70 Tuntas
16 Lenita Agustina (P) 65 Tidak Tuntas
17 Diah Ayu Saskiya (P) 60 Tidak Tuntas
18 Bahrus Sifa Dika (L) 80 Tuntas
19 Abdul Kholik (L) 80 Tuntas
20 Syahrul (L) 60 Tidak Tuntas
21 Noviana (P) 90 Tuntas
22 M Syaiful Qolbi (L) 65 Tidak Tuntas
23 Melinda Salsabila (P) 65 Tidak Tuntas
24 Leo Rezaldi (L) 75 Tuntas
25 Nur Baiti (P) 85 Tuntas
26 Muhammad Najib (L) 70 Tuntas
27 Siti Khoerunnisa (P) 75 Tuntas
28 Zahra (P) 60 Tidak Tuntas
29 Zulaiha Fitriani (P) 50 Tidak Tuntas
30 Siswati Ariani (P) 75 Tuntas
31 Nikmatul Auliya (P) 55 Tidak Tuntas
32 Mar’atus Sholihah (P) 85 Tuntas
33 Durratun Nafisah (P) 75 Tuntas
34 Alma Zaen (P) 70 Tuntas
35 Syifa Nurriya (P) 75 Tuntas
36 Sita Armayani (P) 75 Tuntas
37 Niswah (P) 70 Tuntas
Prosentase ketuntasan klasikal 62,2%
Lampiran
Tabel 4.3 Aktivitas Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Siklus I
No Nama Siswa Keaktifan yang
dilakukan
Jumlah
Keaktifan
A B C D
1 Alfin Hadi saputra (L) 0 1 1 0 2
2 Ajib Mahendra (L) 1 0 1 0 2
3 Aria Aji Saputra (L) 1 1 1 0 3
4 Yusril Irfansyah (L) 1 0 1 0 2
5 Dimas (L) 1 0 1 1 3
6 Ferry Indra (L) 0 1 1 0 2
7 Lia Indah Puspita (P) 1 1 1 1 4
8 Putri (P) 1 1 0 0 2
9 Siti Roiyadhotul Jannah (P) 1 0 1 1 3
10 Mailani Eka Safitri (P) 0 1 1 0 2
11 Helmi Nasarrudin (L) 1 1 0 1 3
12 Abid Taufiqirrahman (L) 1 1 1 1 4
13 Amsyar Azri (L) 1 0 1 1 3
14 Fiqqy Bagus Ariyanto (L) 1 1 1 1 4
15 Rudi Saputra (L) 0 1 1 0 2
16 Lenita Agustina (P) 1 1 1 0 3
17 Diah Ayu Saskiya (P) 0 1 1 0 2
18 Bahrus Sifa Dika (L) 1 0 1 1 3
19 Abdul Kholik (L) 0 1 1 1 3
20 Syahrul (L) 1 0 1 0 2
21 Noviana (P) 1 1 1 1 4
22 M Syaiful Qolbi (L) 0 1 1 0 2
23 Melinda Salsabila (P) 1 0 1 0 2
24 Leo Rezaldi (L) 1 0 1 1 3
25 Nur Baiti (P) 1 1 1 1 4
26 Muhammad Najib (L) 0 1 1 1 3
27 Siti Khoerunnisa (P) 1 1 0 1 3
28 Zahra (P) 1 0 1 0 2
29 Zulaiha Fitriani (P) 1 0 1 0 2
30 Siswati Ariani (P) 1 0 1 1 3
31 Nikmatul Auliya (P) 1 1 0 0 2
32 Mar’atus Sholihah (P) 1 1 0 1 3
33 Durratun Nafisah (P) 0 0 1 1 2
34 Alma Zaen (P) 0 1 1 0 2
35 Syifa Nurriya (P) 1 0 1 0 2
36 Sita Armayani (P) 1 1 1 1 4
37 Niswah (P) 0 1 1 1 3
Jumlah 100
Lampiran
Tabel 4.4 Nilai Test Siklus II
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Alfin Hadi saputra (L) 65 Tidak Tuntas
2 Ajib Mahendra (L) 70 Tuntas
3 Aria Aji Saputra (L) 80 Tuntas
4 Yusril Irfansyah (L) 75 Tuntas
5 Dimas (L) 65 Tidak Tuntas
6 Ferry Indra (L) 70 Tuntas
7 Lia Indah Puspita (P) 85 Tuntas
8 Putri (P) 80 Tuntas
9 Siti Roiyadhotul Jannah (P) 90 Tuntas
10 Mailani Eka Safitri (P) 95 Tuntas
11 Helmi Nasarrudin (L) 80 Tuntas
12 Abid Taufiqirrahman (L) 100 Tuntas
13 Amsyar Azri (L) 95 Tuntas
14 Fiqqy Bagus Ariyanto (L) 85 Tuntas
15 Rudi Saputra (L) 70 Tuntas
16 Lenita Agustina (P) 75 Tuntas
17 Diah Ayu Saskiya (P) 75 Tuntas
18 Bahrus Sifa Dika (L) 85 Tuntas
19 Abdul Kholik (L) 85 Tuntas
20 Syahrul (L) 75 Tuntas
21 Noviana (P) 100 Tuntas
22 M Syaiful Qolbi (L) 75 Tuntas
23 Melinda Salsabila (P) 70 Tuntas
24 Leo Rezaldi (L) 95 Tuntas
25 Nur Baiti (P) 90 Tuntas
26 Muhammad Najib (L) 95 Tuntas
27 Siti Khoerunnisa (P) 80 Tuntas
28 Zahra (P) 70 Tuntas
29 Zulaiha Fitriani (P) 60 Tidak Tuntas
30 Siswati Ariani (P) 80 Tuntas
31 Nikmatul Auliya (P) 65 Tidak Tuntas
32 Mar’atus Sholihah (P) 90 Tuntas
33 Durratun Nafisah (P) 80 Tuntas
34 Alma Zaen (P) 75 Tuntas
35 Syifa Nurriya (P) 80 Tuntas
36 Sita Armayani (P) 90 Tuntas
37 Niswah (P) 85 Tuntas
Prosentase ketuntasan klasikal 89,2%
Lampiran Tabel 4.5
Aktivitas Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Siklus II
No Nama Siswa Keaktifan yang
dilakukan
Jumlah
Keaktif
an A B C D
1 Alfin Hadi saputra (L) 1 1 1 0 3
2 Ajib Mahendra (L) 1 1 0 1 3
3 Aria Aji Saputra (L) 1 1 1 1 4
4 Yusril Irfansyah (L) 1 0 1 1 3
5 Dimas (L) 1 1 1 0 3
6 Ferry Indra (L) 0 1 1 0 2
7 Lia Indah Puspita (P) 1 1 1 1 4
8 Putri (P) 1 1 0 1 3
9 Siti Roiyadhotul Jannah (P) 1 1 1 1 4
10 Mailani Eka Safitri (P) 1 1 0 1 3
11 Helmi Nasarrudin (L) 1 1 1 1 4
12 Abid Taufiqirrahman (L) 1 1 0 1 3
13 Amsyar Azri (L) 1 1 1 1 4
14 Fiqqy Bagus Ariyanto (L) 0 1 1 1 3
15 Rudi Saputra (L) 1 1 1 0 3
16 Lenita Agustina (P) 1 0 1 1 3
17 Diah Ayu Saskiya (P) 0 1 1 1 3
18 Bahrus Sifa Dika (L) 1 1 0 1 3
19 Abdul Kholik (L) 1 1 1 1 4
20 Syahrul (L) 1 0 1 1 3
21 Noviana (P) 1 1 1 1 4
22 M Syaiful Qolbi (L) 1 1 0 1 3
23 Melinda Salsabila (P) 1 0 1 1 3
24 Leo Rezaldi (L) 1 1 1 1 4
25 Nur Baiti (P) 1 1 1 1 4
26 Muhammad Najib (L) 1 1 1 1 4
27 Siti Khoerunnisa (P) 1 1 0 1 3
28 Zahra (P) 1 0 1 1 3
29 Zulaiha Fitriani (P) 1 1 1 0 3
30 Siswati Ariani (P) 1 1 1 1 4
31 Nikmatul Auliya (P) 1 0 0 1 2
32 Mar’atus Sholihah (P) 1 1 1 1 4
33 Durratun Nafisah (P) 1 1 1 1 4
34 Alma Zaen (P) 1 0 1 1 3
35 Syifa Nurriya (P) 1 1 0 1 3
36 Sita Armayani (P) 1 1 1 1 4
37 Niswah (P) 1 1 0 1 3
Jumlah 123
TABEL HASIL TES SIKLUS I
No Kode No Butir Soal
Jumlah Nilai Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 S-01 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 11 55 TT
2 S-02 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 13 65 TT
3 S-03 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 70 T
4 S-04 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 12 60 TT
5 S-05 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 12 60 TT
6 S-06 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 11 55 TT
7 S-07 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 16 80 T
8 S-08 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 12 60 TT
9 S-09 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 15 75 T
10 S-10 1 1 0 1 1 14 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 14 70 T
11 S-11 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 14 70 T
12 S-12 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 16 80 T
13 S-13 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 15 75 T
14 S-14 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 16 80 T
15 S-15 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 14 70 T
16 S-16 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 13 65 TT
17 S-17 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 12 60 TT
18 S-18 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 16 80 T
19 S-19 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 16 80 T
20 S-20 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 12 60 TT
21 S-21 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 18 90 T
22 S-22 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 13 65 TT
23 S-23 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 13 65 TT
24 S-24 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 15 75 T
25 S-25 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 17 85 T
26 S-26 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 14 70 T
27 S-27 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 15 75 T
28 S-28 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 12 60 TT
29 S-29 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 10 50 TT
30 S-30 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 15 75 T
31 S-31 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 11 55 TT
32 S-32 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 T
33 S-33 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 15 75 T
34 S-34 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 70 T
35 S-35 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 15 75 T
36 S-36 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 15 75 T
37 S-37 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 14 70 T
Jumlah 34 26 24 27 38 48 20 21 45 42 31 36 30 37 48 44 47 44 51 36 517 2585
Nilai tertinggi 1 90
Nilai terendah 1 50
Rata-rata 70
Ketuntasan 62,2% 23
TABEL HASIL TES SIKLUS II
No Kode No Butir Soal
Jumlah Nilai Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 S-01 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 13 65 TT
2 S-02 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 14 70 T
3 S-03 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 16 80 T
4 S-04 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 75 T
5 S-05 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 13 65 TT
6 S-06 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 14 70 T
7 S-07 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85 T
8 S-08 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16 80 T
9 S-09 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 90 T
10 S-10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 T
11 S-11 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 16 80 T
12 S-12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 T
13 S-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 95 T
14 S-14 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 T
15 S-15 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 14 70 T
16 S-16 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 15 75 T
17 S-17 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15 75 T
18 S-18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85 T
19 S-19 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 85 T
20 S-20 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 15 75 T
21 S-21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 T
22 S-22 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15 75 T
23 S-23 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 14 70 T
24 S-24 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 T
25 S-25 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 T
26 S-26 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 T
27 S-27 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 T
Lam
pira
n 7
28 S-28 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 14 70 T
29 S-29 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 12 60 TT
30 S-30 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 80 T
31 S-31 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 13 65 TT
32 S-32 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 90 T
33 S-33 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 16 80 T
34 S-34 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 15 75 T
35 S-35 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 T
36 S-36 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 T
37 S-37 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 T
Jumlah 29 23 33 35 35 31 40 37 45 45 31 42 43 44 46 49 47 52 49 47 596 2980
Nilai tertinggi 2 100
Nilai terendah 1 60
Rata-rata 80,5
Ketuntasan 89,2% 33
Lampiran 8
Tabel keaktifan siswa selama pembelajaran siklus I - II
No Kode
Jenis Keaktifan
A B C D
Siklus I Siklus
II
Siklus I Siklus
II
Siklus I Siklus
II
Siklus I Siklus
II
1 S-01 0 1 1 1 1 1 0 0
2 S-02 1 1 0 1 1 0 0 1
3 S-03 1 1 1 1 1 1 0 1
4 S-04 1 1 0 0 1 1 0 1
5 S-05 1 1 0 1 1 1 1 0
6 S-06 0 0 1 1 1 1 0 0
7 S-07 1 1 1 1 1 1 1 1
8 S-08 1 1 1 1 0 0 0 1
9 S-09 1 1 0 1 1 1 1 1
10 S-10 0 1 1 1 1 0 0 1
11 S-11 1 1 1 1 0 1 1 1
12 S-12 1 1 1 1 1 0 1 1
13 S-13 1 1 0 1 1 1 1 1
14 S-14 1 0 1 1 1 1 1 1
15 S-15 0 1 1 1 1 1 0 0
16 S-16 1 1 1 0 1 1 0 1
17 S-17 0 0 1 1 1 1 0 1
18 S-18 1 1 0 1 1 0 1 1
19 S-19 0 1 1 1 1 1 1 1
20 S-20 1 1 0 0 1 1 0 1
21 S-21 1 1 1 1 1 1 1 1
22 S-22 0 1 1 1 1 0 0 1
23 S-23 1 1 0 0 1 1 0 1
24 S-24 1 1 0 1 1 1 1 1
25 S-25 1 1 1 1 1 1 1 1
26 S-26 0 1 1 1 1 1 1 1
27 S-27 1 1 1 1 0 0 1 1
28 S-28 1 1 0 0 1 1 0 1
29 S-29 1 1 0 1 1 1 0 0
30 S-30 1 1 0 1 1 1 1 1
31 S-31 1 1 1 0 0 0 0 1
32 S-32 1 1 1 1 0 1 1 1
33 S-33 0 1 0 1 1 1 1 1
34 S-34 0 1 1 0 1 1 0 1
35 S-35 1 1 0 1 1 0 0 1
36 S-36 1 1 1 1 1 1 1 1
37 S-37 0 1 1 1 1 0 1 1