Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Bullying
Transcript of Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Bullying
UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI BULLYING
(STUDI DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010/2011)
(Skripsi)
Oleh
SUCI CINTYA DEWI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
2011
ABSTRAK
UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI BULLYING
(STUDI DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010/2011)
Oleh
SUCI CINTYA DEWI
Bullying merupakan perilaku agresif yang sangat berbahaya, guru bimbingan dan konseling dituntut agar dapat memberi perhatian dan penanganan yang mendalam bagi siswa yang terlibat bullying. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi bullying oleh siswa di sekolah berdasarkan layanan bimbingan dan konseling, serta mengetahui faktor-faktor penyebab bullying dan melihat layanan yang paling efektif digunakan untuk mengatasi bullying. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni wawancara semiterstruktur dan dokumentasi. Subjek penelitian ini terdiri dari 3 orang guru bimbingan dan konseling dan 4 orang siswa yang pernah terlibat bullying. Penentuan partisipan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan bullying di SMAN 8 Bandar Lampung yaitu warga lingkungan sekolah yang biasa berbuat kasar, guru yang memberikan contoh tidak baik dan tidak menghargai siswa, senioritas yang tidak terselesaikan, karakter siswa yang agresif dan pendendam serta kurangnya komunikasi siswa dengan orang tua. Layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling untuk mengatasi bullying antara lain layanan orientasi, layanan informasi, layanan penguasaan konten, layanan konseling individual, layanan mediasi dan layanan konsultasi. Layanan yang paling efektif untuk mengatasi bullying di SMAN 8 Bandar Lampung yaitu layanan konseling individual dan layanan konsultasi.
UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI BULLYING
(STUDI DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010/2011)
Oleh
SUCI CINTYA DEWI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
2011
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah
bekerja keras (untuk urusan yang lain),
dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”
(Q.S Al-Insyirah:6-7)
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur pada Allah SWT, karya sederhana ini
aku persembahkan untuk:
Bapak dan Mamah, yang selalu sabar menanti keberhasilanku.
Adik-Adikku tersayang, Masela Anggita Sari dan M. Rafa Arya
Nugraha, motivasi besar untukku selalu melakukan yang tebaik.
Rendi Hartanto, teman hati yang selalu sabar mendampingi,
memotivasi dan membantuku.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis, Jawa Barat pada tanggal 24 Oktober 1988, sebagai
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Aan S. dan Ibu Asniwaty.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Darma Wanita
Natar pada tahun 1994. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD Negeri 4
Penengahan, Bandar Lampung pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama di
SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas
Negeri di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2006. Pada tahun yang
sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung (FKIP Unila) melalui jalur Penelusuran Kemampuan
Akademik dan Bakat (PKAB).
Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa
Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila dimulai pada tahun 2007 sampai 2009.
Penulis melaksanakan Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling (PLBK) di
SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada tahun 2009. Pada bulan Januari 2010,
penulis melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Yogyakarta.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul: “Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi
Bullying ( Studi di SMA Negeri 8 Bandar Lampung Tahun 2010/2011)” adalah salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
4. Bapak Drs. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku pembimbing pertama sekaligus
pembimbing akademik, yang telah meluangkan waktunya untuk bimbingan
selama penulisan skripsi ini.
5. Ibu Ratna Widiastuti, S.Psi,M.A.,Psi., selaku pembimbing kedua atas bimbingan
dan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Diah Utaminingsih,S.Psi,M.A.,Psi., selaku dosen pembahas yang telah
memberikan masukkan dan saran kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi saya.
8. Bapak dan Ibu staf dan karyawan Unila, terima kasih atas bantuannya dalam
memenuhi segala urusan administrasi kami.
9. Bapak Drs. Banjir Sihite, selaku kepala sekolah SMA Negeri 8 Bandar Lampung,
beserta guru, siswa, dan staf tata usaha SMA Negeri 8 Bandar Lampung.
10. Kedua orangtuaku, Bapak dan Mamah yang sangat aku sayangi, pendengar risau
dan pendamai hatiku, terimakasih untuk semua doa, dukungan, nasehat, kasih
sayang, dan kesabaran kalian dalam menanti keberhasilanku .
11. Kedua adikku, Masela Anggita Sari dan M. Rafa Arya Nugraha, motivasi
terbesarku untuk selalu berbuat yang terbaik yang selalu membantu dan
menghiburku saat jenuh.
12. Rendi Hartanto, ikhwan yang Insya Allah diamanahkan menjadi pendamping
hidupku, terima kasih atas kesabaran, dukungan serta bantuan yang tiada henti.
13. Umi Rita yang selalu memberikan motivasi, berbagi ilmu dan pengalaman, serta
pelajaran hidup yang sangat berarti.
14. Nenek Ilah, uwak-uwakku, om-tante, dan sepupu-sepupuku, terima kasih atas
nasehat dan motivasi yang kalian berikan.
15. Ibu Warsini dan Bapak Yusuf Suhaimi yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi.
16. Sahabat-sahabatku, Eka yang selalu setia mendengar keluhkesahku, Meri yang
selalu membuatku ingin belajar dan terus belajar, Araw yang selalu dapat
membuatku tetap kuat dan tersenyum dalam menghadapi masalah, Ucy yang
selalu sabar berbagi ilmu denganku, Juwi teman lama sahabat baruku, yang setia
menghiburku di titik jenuh detik-detik terakhir masa kuliahku. Terima kasih
untuk semua kebersamaan yang telah kalian berikan.
17. Teman-teman seperjuanganku anak-anak BK’06: Dian, Desma, Rista, Masliyah,
Meyta, Wulan Nani, Oky, Bundo, mba Maya, Wela, Rere, Penti, Cipy, Linda,
Bude, Vivin, Nene, Wiwin, Wulan nisa, Encep, Madam, Macil , Ami, mbak Yuni,
Nopay, Adel, Seri, Era, Kiki, mas Hendi, Qiay, Ridho, mas Roni, mas Aris, mas
Dwi, om Panca, Dian co, Hendra. Terimakasih untuk kebersamaan dan bantuan
kalian. Marah, tawa, canda bersama kalian pelajaran besar bagiku menuju
pendewasaan.
18. Teman-teman di HIMAJIP: Idrus, Adhi, Fitri, Aulia, Yeni, Danil, kak Angga, kak
Mpeb, terimakasih atas kepercayaan dan kesempatan belajar yang kalian berikan.
Adik-adiku Isa, Rangga, Indra, Tomy, Ara, Rey dan lainnya terimakasih untuk
kebersamaan kita, ‘Semangat Perubahan’ yang akan selalu ku teriakkan.
19. Semua pihak yang tak mungkin disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan moral maupun material hingga terselesaikannya skripsi ini.
Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak, hanya Allah
SWT yang dapat membalas dan memberi rahmat-Nya atas segala usaha dan bantuan
yang telah diberikan kepada penulis.
Bandar Lampung, Februari 2011
Penulis
Suci Cintya Dewi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang dan Masalah .................................................... 1 B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 9 C. Perumusan Pertanyaan Penelitian ............................................ 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12
A. Bullying .................................................................................. 12 1. Pengertian Bullying............................................................ 12 2. Bentuk Perilaku yang Dikategorikan Bullying .................... 13 3. Penyebab Bullying ............................................................. 15 4. Akibat Bullying.................................................................. 19 5. Mengatasi Bullying ........................................................... 21
B. Profesi Guru Bimbingan dan Konseling .................................. 22 1. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling ...................... 22 2. Persyaratan Guru Bimbingan dan Konseling ...................... 23 3. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling .............................. 26
C. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Bullying ................................................................................... 28 1. Layanan Orientasi .............................................................. 33 2. Layanan Informasi ............................................................. 35 3. Layanan Penguasaan Konten ............................................. 37 4. Layanan Penempatan dan Penyaluran ................................ 38 5. Layanan Konseling Individual ........................................... 39 6. Layanan Bimbingan Kelompok.......................................... 41 7. Layanan Konseling Kelompok ........................................... 42 8. Layanan Mediasi ............................................................... 43 9. Layanan Konsultasi ........................................................... 44
III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 47
A. Tempat dan Waktu .................................................................. 47 B. Alat Bantu Penelitian ............................................................... 47 C. Tipe Penelitian ........................................................................ 48 D. Karakteristik Informan ............................................................ 48 E. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 49 F. Prosedur Penelitian .................................................................. 50 G. Instrumen ................................................................................ 53 H. Analisis Data ........................................................................... 54
IV. HASIL DAN ANALISIS .............................................................. 56
A. Analisis Intra-Subjek ............................................................... 57 1. Informan 1 ......................................................................... 57 2. Informan 2 ......................................................................... 58 3. Informan 3 ......................................................................... 58 4. Informan 4 ......................................................................... 59 5. Informan 5 ......................................................................... 59 6. Informan 6 ......................................................................... 60 7. Informan 7 ......................................................................... 61
B. Analisis Inter-Subjek ............................................................... 61 1. Faktor yang Menyebabkan Bullying ................................... 62 2. Upaya Guru Pembimbing dalam Mengatasi Bullying ......... 72 3. Layanan yang Paling Efektif digunakan untuk mengatasi
Bullying di SMAN 8 Bandar Lampung .............................. 91
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 96
A. Kesimpulan ............................................................................. 96 B. Saran ....................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 99
LAMPIRAN ....................................................................................... 101
Surat Izin Penelitian ............................................................................ 101 Surat Keterangan Penelitian ................................................................ 102 Tabel 3-4 ............................................................................................ 103 Kisi-Kisi Wawancara .......................................................................... 122 Pedoman Wawancara .......................................................................... 125 Transkrip Verbatim ............................................................................. 138
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kasus Bullying yang Terjadi di SMAN 8 Bandar Lampung pada tahun 2008/2009 .............................................................. 4
2. Persentase Penanganan Kasus Bullying yang terjadi di SMAN 8 Bandar Lampung pada tahun 2008/2009 ............................... 93
3. Ringkasan Perbandingan Antar Subjek Mengenai Faktor-Faktor Penyebab Bullying .................................................................. 103
4. Ringkasan Perbandingan Antar Subjek Mengenai Upaya Guru Pembimbing dalam Mengatasi Bullying ................................... 107
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan
sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat.
Begitu banyaknya kekerasan terjadi dalam masyarakat, muncul kekhawatiran
bahwa kekerasan bisa dianggap sebagai hal yang normal dan wajar dalam
keseharian bangsa Indonesia. Padahal berbagai kesepakatan internasional
maupun hukum di Indonesia sendiri sudah jelas mengatakan bahwa kekerasan
adalah tindakan pelanggaran hukum. Kekerasan pada anak merupakan bagian
dari perlakuan yang salah terhadap anak. Sesuai dengan Piagam Hak Asasi
Anak-Anak PBB, siswa memiliki hak untuk merasa aman dan untuk
memperoleh pendidikan. Bangsa Indonesia sendiri telah meratifikasi Konvensi
Hak Anak pada tahun 1990 dan merumuskan Undang Undang Nomor 23
tentang Perlindungan Anak pada tahun 2002. Produk hukum tersebut
diharapkan mampu mengakomodir pemenuhan hak anak.
Kenyataan di lapangan masih terjadi kekerasan anak terutama di lingkungan
sekolah. Fakta menunjukkan bahwa di lingkungan pendidikan yang
seharusnya menjadi tempat pembelajaran bagi anak, justru menjadi tempat
terjadinya tindak kekerasan terhadap anak, seperti yang terjadi belum lama ini
di salah satu SMA Negeri favorit di Jakarta. Liputan TRANS 7 (2010)
mengungkap bahwa “terdapat siswi kelas X yang mengalami tindakan
kekerasan dari kakak kelasnya hanya karena tidak memakai singlet”. Hal
tersebut terjadi karena tingkat senioritas di sekolah tersebut memang tinggi.
Selain itu, Raditya (2008) menyatakan bahwa “tindak kekerasan menimpa
seorang siswa berusia 15 tahun kelas satu SMA yang berada di kawasan
Jakarta Selatan”. Anak ini dipukul, disundut rokok dan dipatahkan tangannya
oleh seniornya karena ia menolak untuk masuk ke dalam Genk Gezper yang
berada di sekolah tersebut, hal tersebut tidak jauh berbeda dengan yang
dilakukan oleh Genk Nero yang juga menganiaya juniornya. Banyak lagi
pemberitaan tentang adanya korban akibat proses perpeloncoan yang terjadi
pada penerimaan siswa baru. Akibat peristiwa tersebut biasanya sekolah
tersebut memecat siswa senior yang terlibat serta akan berjanji lebih ketat
dalam proses penerimaan siswa baru atau akan lebih baik bila hal tersebut
ditiadakan.
Teror yang berupa kekerasan fisik atau mental, pengucilan, intimidasi,
perpeloncoan, yang terjadi pada kasus-kasus di atas sebenarnya adalah contoh
klasik dari apa yang biasanya disebut bullying. Bullying adalah perilaku
agresif yang dilakukan secara langsung oleh seorang atau kelompok yang
merasa lebih kuat sehingga mengakibatkan tekanan kepada orang lain baik
secara fisik maupun psikologis. Pihak yang kuat di sini tidak hanya berarti
kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat secara mental. Korban bullying
tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara
fisik atau mental. Selain itu yang sangat penting kita perhatikan adalah bukan
sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi dampak tindakan tersebut bagi
korban. Misalkan saja seorang siswa mendorong bahu temannya dengan
kasar, bila yang didorong merasa terintimidasi, apalagi bila tindakan tersebut
dilakukan berulang-ulang, maka perilaku bullying telah terjadi. Bila siswa
yang didorong tidak merasa takut atau terintimidasi, maka tindakan tersebut
belum tentu dikatakan bullying.
Di Indonesia penelitian tentang fenomena bullying masih baru. Nusantara
(2008:6) mengungkapkan bahwa:
“berdasarkan hasil survei oleh Yayasan Semai Jiwa Amini kepada 250 peserta yang mengikuti seminar antibullying yang berasal dari seluruh Indonesia, sebanyak 94,9% peserta menyatakan bahwa bullying terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia”.
Selain itu ahli intervensi bullying, Huneck (dalam Nusantara, 2008:6)
mengungkapkan bahwa “10-60% siswa Indonesia melaporkan mendapat
ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan, ataupun dorongan,
sedikitnya sekali dalam seminggu”.
Kasus-kasus bullying tersebut terjadi di sekolah, kasus-kasus ini merupakan
fenomena gunung es dari banyak kasus lainnya yang terjadi di sekolah yang
tidak terekspos oleh media. Hal ini cendrung ditutupi oleh pihak sekolah
sebab jika diketahui publik, mereka khawatir sekolahnya akan mendapat
reputasi buruk. Perilaku ini seringkali dibiarkan oleh para guru selama tidak
menimbulkan akibat fisik yang parah.
SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang terletak di Jl. Laks. Malahayati No.10
Teluk Betung juga tidak terlepas dari praktek bullying yang dilakukan oleh
para siswanya. Terdapat beberapa jenis dan wujud bullying. Kasus bullying
yang terjadi di SMAN 8 Bandar Lampung salah satunya yaitu pemalakan yang
dilakukan oleh kakak kelas kepada adik kelasnya. Pemalakan ini dilakukan
oleh siswa yang merasa dirinya lebih kuat, selain korban adalah adik kelasnya
pelaku juga adalah seorang atlet beladiri yang cukup berprestasi, sehingga dia
merasa berkuasa dan berhak meminta uang kepada adik-adik kelasnya. Selain
contoh kasus tersebut, masih banyak lagi kasus-kasus bullying yang tercatat
oleh pihak bimbingan dan konseling SMAN 8 Bandar Lampung. Selain itu,
berdasarkan wawancara kepada koordinator bimbingan dan konseling SMAN
8 Bandar Lampung diperoleh bahwa terdapat penurunan jumlah kasus
bullying tiap tahunnya di sekolah tersebut. Data mengenai kasus bullying yang
terjadi di SMAN 8 Bandar Lampung tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel
1.
Tabel 1. Kasus Bullying yang Terjadi di SMAN 8 Bandar Lampung pada tahun 2008-2009.
No Bentuk bullying Jumlah
kasus 1. Adik kelas diwajibkan menunduk ketika bertemu kakak kelasnya karena
tradisi (pada saat MOS) 17
2. Adik kelas yang mengeluarkan bajunya dimarahi oleh kakak kelasnya di depan anak-anak lain 5
3. Seorang anak diolok-olok oleh sekelompok temannya sehingga ia khawatir untuk masuk sekolah 9
4. Siswa menampar temannya tanpa alasan yang jelas 3 5. Siswa menghasut agar temannya dijauhi 9 6. Menyebar fitnah di internet atau telepon genggam mengenai murid yang
tidak disenangi 15
7. Pengeroyokan oleh sekelompok kakak kelas karena mereka tidak suka gaya adik kelas 11
8. Siswa dipaksa masuk kelompok tertentu 3 9. Menyindir teman dengan kata-kata yang tidak pantas 17 10. Pemalakan 10 11. Memelototi adik kelas, sehingga adik kelas merasa takut 11
12. Memberi cap/label/julukan pada anak 12 13. Terdapat siswa yang dikucilkan 2 14. Meneror lewat sms atau e-mail oleh temannya 9
JUMLAH 133
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa tidak sedikit kasus bullying yang
terjadi di SMAN 8 Bandar Lampung, dimana hal tersebut seharusnya tidak
terjadi. Akibatnya, sekolah bukan lagi tempat yang menyenangkan bagi siswa,
tapi justru menjadi tempat yang menakutkan dan membuat trauma. Berbagai
tempat di lingkungan sekolah seakan menjadi tempat yang rawan bagi siswa
untuk mendapat kekerasan. Sekolah sebagai suatu institusi pendidikan,
sejatinya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa untuk
mengembangkan dirinya, serta menjadikan siswa yang mandiri, berilmu,
berprestasi dan berakhlak mulia. Hal tersebut tidak akan terwujud jika banyak
kasus bullying yang terjadi di sekolah. Karena begitu banyak dampak negatif
yang dapat timbul dari kasus-kasus bullying yang terjadi tersebut.
Kekerasan terhadap anak hampir tiap hari terjadi dalam berbagai bentuk di
lingkungan sekolah yang dapat menyebabkan berbagai dampak baik bagi
pelaku maupun bagi korban. Bagi korban akibat negatif dapat berbentuk fisik
maupun psikis. Akibat fisik seperti memar, lebam, atau luka. Sedangkan
dampak psikis seperti kepercayaan diri siswa menurun, malu, trauma, merasa
sendri, serba salah, mengasingkan diri dari sekolah, mengalami ketakutan
sosial, bahkan cendrung ingin bunuh diri. Akibat fisik cendrung dapat
langsung terlihat, berbeda dengan dampak psikis yang pada awalnya akan
terlihat wajar akan tetapi semakin memburuk jika didiamkan saja, sehingga
menimbulkan dampak dalam jangka waktu yang panjang.
Sumber: Bimbingan dan Konseling SMAN 8 Bandar Lampung
Bullying tidak dilakukan tanpa sebab, banyak faktor yang melatarbelakangi
siswa-siswa tersebut melakukan bullying. faktor tersebut dapat berasal dari
dalam ataupun dari luar diri siswa tersebut. Faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan dimana tempat siswa itu. Lingkungan yang mendorong siswa
untuk melakukan bullying antara lain, lingkungan sekolah yang kurang baik
seperti senioritas tidak pernah diselesaikan, dimana siswa yang melakukan
tindakan senioritas pada adik kelasnya tidak ditindak dengan tegas sehingga
senioritas menjadi budaya di sekolah tersebut. Selain itu sikap guru yang
kurang baik juga dapat mendorong siswa melakukan bullying. Selain
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga juga dapat menjadi salah satu
penyebab perilaku bullying, misalnya ketidakharmonisan dalam keluaga,
ketidakhadiran ayah atau ibu, kurangnya komunikasi serta ketidakmampuan
sosial ekonomi keluarga. Sedangkan faktor dari dalam diri yaitu karakter
siswa itu sendiri, seperti agresif, pendendam, dan iri hati.
Berdasarkan hal tersebut tergambar bahwa bullying sebagai perilaku agresif
tidak bisa didiamkan dan diabaikan begitu saja. Perlu ada upaya dari bebagai
pihak untuk mengatasi bullying yang terjadi di sekolah, salah satunya yaitu
guru bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan konseling yang dilakukan
di sekolah membuat guru bimbingan dan konseling mengetahui banyak
permasalahan yang dihadapi siswa di sekolah, termasuk permasalahan
bullying. Misalnya dari hasil sosiometri, diketahui bahwa penyebab salah satu
satu atau beberapa siswa kurang disenangi temannya adalah karena sikap dan
perilaku teman yang kasar baik kata-kata maupun perbuatannya, bahkan ada
yang suka menyakiti temannya.
Guru bimbingan dan konseling juga seringkali menjadi tempat siswa-siswa
melaporkan masalah yang mereka alami di sekolah, termasuk diantaranya
kasus bullying yang menimpa mereka. Siswa cendrung bercerita kepada guru
bimbingan dan konseling guna mendapat penyelesaian dari masalahnya
tersebut. Guru bimbingan dan konseling dituntut agar dapat memberi
perhatian dan penanganan yang mendalam bagi siswa-siswa yang terlibat
dalam kasus bullying. Berdasarkan fungsi dan layanan bimbingan dan
konseling, guru bimbingan dan konseling juga dapat memberikan kontribusi
nyata dalam mengatasi bullying.
Akan tetapi, terkait banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di kalangan
siswa, Argiati (2009) mengungkapkan kritik atas “peran guru bimbingan dan
konseling yang dinilai belum optimal dalam berkomunikasi dengan siswa,
yang mengakibatkan guru bimbingan dan konseling tidak dapat memberikan
bimbingan dan solusi bagi siswa yang terlibat bullying”. Hal tersebut terjadi
karena banyak guru bimbingan dan konseling yang tidak paham mengenai
bullying dan bagaimana cara mengatasinya. Hal tersebut dapat disebabkan
karena kurangnya sosialisasi mengenai bullying dan upaya apa saja yang dapat
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi bullying.
Selain itu, Sahputra (2009) mengemukakan bahwa “penelitian mengenai
bullying di Indonesia masih sangat langka”. Hal tersebut berakibat pada
semakin maraknya kasus bullying yang terjadi akibat ketidak pahaman
terhadap apa itu bullying dan dampak negatif yang disebabkan bullying.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Guru Bimbingan dan konseling
dalam Mengatasi Bullying (Studi di SMA Negeri 8 Bandar Lampung Tahun
2010/2011)”.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian yang
bersifat kualitatif. Hal ini untuk membatasi studi pada bidang penelitian.
Tanpa fokus penelitian, maka peneliti akan terjebak oleh banyaknya data yang
diperoleh di lapangan. Oleh karena itu fokus penelitian memiliki peranan yang
sangat penting untuk memandu dan mengarahkan jalannya penelitian. Azis
(dalam Bungin, 2003:41) menyatakan bahwa “fokus penelitian adalah
dimensi-dimensi yang menjadi pusat perhatian serta yang akan dibahas secara
mendalam dan tuntas”.
Fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu upaya guru bimbingan dan
konseling dalam mengatasi bullying yang dilakukan oleh siswa di sekolah.
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:
a. Mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling dalam mengatasi bullying oleh siswa di sekolah berdasarkan
layanan bimbingan dan konseling.
b. Mengetahui faktor-faktor penyebab siswa melakukan bullying.
c. Mengetahui layanan bimbingan dan konseling yang paling efektif
untuk mengatasi bullying yang dilakukan oleh siswa di sekolah.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
a. Secara teoritis
i. Hasil penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep ilmu
bimbingan dan konseling, khususnya dalam penanganan bullying
di sekolah.
ii. Mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan penulis dalam bidang penelitian.
b. Secara praktis
i. Bagi pihak sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
masukan dalam mengambil suatu kebijakan yang tepat sasaran dan
efektif terhadap siswa yang terlibat bullying.
ii. Bagi orang tua, penelitian ini dapat menambah wawasan untuk
mengetahui tentang bahaya bullying terhadap anak, sehingga dapat
melakukan usaha preventif agar tidak terdapat lagi korban akibat
bullying.
iii. Bagi siswa, sebagai informasi tentang bahaya yang ditimbulkan
oleh perilaku bullying agar siswa dapat menghindarinya
iv. Bagi guru bimbingan dan konseling, penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling, khususnya yang berkaitan dengan upaya mengatasi
bullying.
C. Perumusan Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam penelitian kualitatif dikemukakan dalam dua
bentuk, yaitu permasalahan umum ( grand tour question), dan beberapa sub
permasalahan (subquestion) yang berguna untuk menggali informasi tentang
isu-isu yang terkait dan dapat memperkaya penjelasan tentang pertanyaan
umum.
Adapun pertanyaan umum dalam penelitian ini yaitu : “bagaimanakah upaya
yang telah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi
bullying oleh siswa di sekolah?”
Sedangkan sub pertanyaan dalam penelitian ini yaitu:
a. Bagaimanakah pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam
mengatasi bullying yang dilakukan oleh siswa di sekolah?
b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan siswa melakukan bullying?
c. Layanan bimbingan dan konseling manakah yang paling efektif untuk
mengatasi bullying yang dilakukan oleh siswa di sekolah?
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying
1. Pengertian Bullying
Istilah bullying sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.
Masyarakat Indonesia sendiri belum begitu akrab dengan istilah bullying.
Namun istilah bullying terkadang digunakan untuk bentuk-bentuk
perilaku senioritas yang dilakukan oleh siswa senior kepada juniornya
seperti menghina, memukul, mengumpat, dan lain-lain.
Randal (dalam Parson, 2009:9) merumuskan perilaku bullying sebagai
“perilaku agresif yang muncul dari suatu maksud yang disengaja untuk
mengakibatkan tekanan kepada orang lain secara fisik dan psikologis”.
Sedangkan Rigby (dalam Astuti, 2008:3) mengemukakan bahwa:
“Bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti, hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertangung jawab, biasanya berulang-ulang, dan dilakukan dengan perasaan senang”.
Selain itu, Nusantara (2008:2) mengungkapkan definisi yang tidak jauh
berbeda mengenai bullying, “yaitu sebuah situasi dimana terjadinya
penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh
seseorang/sekelompok”.
Berdasarkan pendapat beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara langsung
oleh seorang atau kelompok yang merasa lebih kuat sehingga
mengakibatkan tekanan kepada orang lain baik secara fisik maupun
psikologis. Pihak yang kuat di sini tidak hanya berarti kuat dalam ukuran
fisik, tapi bisa juga kuat secara mental. Korban bullying tidak mampu
membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik atau
mental. Selain itu yang sangat penting diperhatikan adalah bukan sekedar
tindakan yang dilakukan, tetapi dampak tindakan tersebut bagi korban.
2. Bentuk-bentuk Perilaku yang dikategorikan Bullying
Bullying merupakan tindakan agresif yang bertujuan untuk menyakiti
orang lain baik sacara fisik maupun psikis. Pelaku akan menggunakan
berbagai cara agar tujuannya itu tercapai. Oleh karena itu ada banyak
perilaku yang dapat dikategorikan pada bullying, begitu luasnya hingga
para ahli mengelompokkannya dalam beberapa bagian.
Parson (2009:25) mengelompokkan jenis-jenis perilaku bullying dalam
tiga kelompok, yaitu “verbal/tertulis, fisik, dan sosial”. Verbal/tertulis
meliputi perilaku mengatai, ledekan, menakut-nakuti lewat email, dan sms
yang menyakitkan. Fisik meliputi perilaku yang termasuk yaitu memukul,
menendang, menginjak, menyerang, mengancam dengan kekerasan dan
paksaan. Sosial meliputi perilaku yang termasuk yaitu merangkai rumor
dan gosip, mengucilkan, mempermalukan, atau mencemooh.
Sedangkan Nusantara (2008:62) mengelompokkan dalam tiga kategori
yaitu “bullying fisik, bullying verbal, bullying psikologis”. Bullying fisik
meliputi perilaku menonjok, menampar, mendorong, menendang,
menggigit, mencubit, mencakar, dan lain-lain. Bullying verbal meliputi
perilaku mengejek, menghina, mengolok-olok, menakuti lewat telepon,
mencela, menyebarkan rumor, dan lain-lain. Bullying psikologis meliputi
perilaku mengucilkan, mengisolir, mendiamkan, memfitnah, memandang
dengan hina dan lain-lain.
Selain itu, Astuti (2008:22) mengelompokkan bullying dalam dua kategori
yaitu “Bullying fisik dan bullying non-fisik”. Bullying fisik, meliputi
perilaku menggigit, menarik, memukul, menendang, menonjok,
mendorong, dan lain-lain. Sedangkan bullying non-fisik, terbagi dalam
bentuk verbal dan non-verbal. Verbal contohnya pemalakan, pemerasan,
mengancam, atau mengintimidasi, menghasut, menyebarkan kejelekan
korban, dan lain-lain. Nonverbal terbagi menjadi menjadi langsung yang
meliputi manipulasi pertemanan, mengasingkan, tidak mengikutsertakan,
mengirim pesan menghasut, curang dan sembunyi-sembunyi. Dan tidak
langsung yang meliputi gerakan kasar mengancam, menatap, muka
mengancam, menggeram, hentakan mengancam, atau menakuti.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka terdapat beberapa bentuk
perilaku yang dikategorikan sebagai bentuk dari perilaku bullying
diantaranya bullying fisik, bullying verbal, dan bullying psikologis.
Bullying fisik meliputi perilaku yang menyerang fisik, bullying verbal
meliputi perilaku yang berupa perkataan yang merendahkan korban,
sedangkan bullying psikologis meliputi semua perilaku yang menyerang
korban secara psikologis yang dapat berbentuk nonverbal tidak langsung
atau intimidasi dalam kelompok sosial yang berdampak pada psikis
korban.
3. Penyebab Bullying
Mellor dan Djuwita (dalam Astuti, 2008:50) mengemukakan bahwa
“Bullying terjadi akibat faktor lingkungan, keluarga, sekolah, media,
budaya, dan peer group”. Selain itu, Astuti (2008:51) mengungkapkan
bahwa penyebab terjadinya bullying antara lain: lingkungan sekolah yang
kurang baik, senioritas tidak pernah diselesaikan, guru memberikan contoh
kurang baik pada siswa, ketidakharmonisan di rumah, dan karakter anak.
a. Lingkungan sekolah yang kurang baik
Lingkungan sekolah bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
bullying. Lingkungan sekolah yang dapat mendukung terjadinya
bullying mencakup lingkungan luar sekolah maupun lingkungan
sekolah itu sendiri. Lingkungan luar sekolah yakni adanya kebiasaan
orang-orang di sekitar sekolah seperti sering berkelahi atau
bermusuhan, serta berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada. Ehan
(2010:5) menyatakan bahwa hal yang mempengaruhi terjadinya
perilaku bullying:
“anak hidup pada lingkungan orang yang sering berkelahi atau bermusuhan,berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada, maka anak akan mudah meniru perilaku lingkungan itu dan merasa tidak bersalah”.
Hal tersebut mengungkap bahwa salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi siswa untuk melakukan bullying yakni lingkungan
sekitar tempat ia berada. Lingkungan dimana individu di dalamnya
biasa melakukan kekerasan ataupun perbuatan melanggar norma
lainnya dapat mendukung seseorang menjadi pelaku bullying. Hal
tersebut membuat siswa mudah meniru perilaku lingkungan tersebut
dan merasa tidak bersalah saat melakukannya, sehingga timbullah
perilaku bullying. Selain itu, lingkungan di dalam sekolah juga dapat
mempengaruhi timbulnya bullying, seperti kedisiplinan yang sangat
kaku dan peraturan yang tidak konsisten.
b. Senioritas tidak pernah diselesaikan
Senioritas merupakan salah satu penyebab bullying yang cukup
dominan. Senioritas yang tidak terselesaikan hanya akan menyuburkan
perilaku bullying di sekolah. Hal ini terkait dengan bagaimana sekolah
dan para guru menanggapi dan menindaklanjuti masalah senioritas di
sekolah.
Astuti (2008:6) mengemukakan bahwa “perilaku bullying diperparah
dengan tidak jelasnya tindakan dari para guru dan pengurus sekolah.
Sebagian guru cendrung membiarkan, sementara sebagian guru lain
melarangnya”. Guru seharusnya lebih peduli dengan bullying yang
terjadi di sekolah, akan tetapi tidak semua peduli. Hal tersebut
membuat siswa tidak jera dan terus melakukan bullying.
Guru dan pengurus sekolah seharusnya dapat membedakan antara
senioritas yang dimaksudkan sebagai upaya pendisiplinan atau
senioritas sebagai sebagai bentuk kesewenangan-wenangan senior
terhadap juniornya berdasarkan tatacara atau peraturan sekolah. Guru
yang membenarkan atau bahkan ikut melakukan bullying dengan
alasan perbuatan itu untuk mendisiplinkan siswa, atau memacu murid
agar tidak bodoh hanya akan mengakibatkan makin berkembangnya
perilaku bullying.
c. Guru memberikan contoh kurang baik pada siswa
Guru sebagai pengajar di sekolah dapat menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya bullying, terutama guru yang memberikan
contoh perilaku yang tidak baik. Ehan (2010:5) mengemukakan bahwa
salah satu hal yang mempengaruhi perilaku bullying yaitu:
“guru yang berbuat kasar kepada siswa, guru yang kurang memperhatikan kondisi anak baik dalam sosial ekonomi maupun dalam prestasi anak atau perilaku sehari hari anak di kelas atau di luar kelas bagaimana dia bergaul dengan teman-temannya”.
Perbuatan guru yang kurang baik dapat mendukung siswa melakukan
bullying yakni guru yang berbuat kasar kepada siswa, guru yang
kurang memperhatikan kondisi siswa baik dalam prestasi siswa atau
perilaku sehari hari siswa di kelas atau di luar kelas serta bagaimana
dia bergaul dengan teman-temannya.
d. Ketidakharmonisan di rumah
Keluarga juga berpengaruh terhadap perilaku bullying yang dilakukan
oleh siswa. Astuti (2008:53) menyatakan bahwa “kurangnya
komunikasi antara orang tua dan anak merupakan faktor penyebab
tindakan bullying”. Selain itu, Schwartz,dkk (dalam Papalia,dkk,
2008:514) menyatakan bahwa “Anak-anak yang menjad bullies
seringkali berasal dari lingkungan keluarga kasar dan keras yang
selanjutnya membiarkan mereka mendapat hukuman dan penolakan”.
Keluarga sebagai tempat tumbuh kembang anak sangat mempengaruhi
perilaku individu dalam kesehariannya. Kompleksitas masalah dalam
keluarga seperti ketidakhadiran ayah, kurangnya komunikasi antara
orang tua, dan ketidakmampuan sosial ekonomi, merupakan faktor
penyebab tindakan bullying yang dilakukan siswa.
e. Karakter anak
Karakter anak yang biasa menjadi pelaku bullying pada umumnya
adalah anak yang selalu berperilaku agresif, baik secara fisikal
maupun verbal. Astuti (2008:53) menyatakan bahwa faktor penyebab
bullying yakni “karakter anak sebagai pelaku umumnya agresif, baik
secara fisikal maupun verbal dan pendendam”. Anak yang ingin
populer, anak yang tiba-tiba sering berbuat onar atau selalu mencari
kesalahan orang lain dengan memusuhi umumnya termasuk dalam
kategori ini.
Anak dengan perilaku agresif telah menggunakan kemampuannya
untuk mengungkapkan ketidaksetujuannya pada kondisi tertentu
korban, misalnya perbedaan etnis/ras, fisik, golongan/agama, atau
jender. Selain itu, karakter siswa yang pendendam atau iri hati juga
dapat menyebabkan seorang siswa melakukan bullying.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab bullying
lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan, meski tidak dipungkiri bahwa
faktor dari dalam diri individupun ikut andil sebagai penyebab bullying.
Lingkungan tempat tinggal individu menjadi hal yang sangat berpengaruh
termasuk lingkungan sekolah dan keluarga. Lingkungan dapat
menyebabkan terbentuknya karakter individu yang rentan terhadap
perilaku bullying. Budaya dan kebiasaan tidak baik yang berlaku pada
suatu lingkungan juga dapat menyuburkan perilaku bullying.
4. Akibat Bullying
Bullying yang kerap kali terjadi di sekolah seringkali diabaikan, padahal
bullying sangat perlu ditanggulangi. Hal tersebut karena bullying dapat
menimbulkan akibat yang sangat besar bagi siswa yang terlibat, baik
sebagai korban ataupun pelaku. Banyak hal yang diakibatkan dari perilaku
bullying yang terjadi, seperti Alexander (dalam Nusantara, 2008:9) yang
menjelaskan bahwa:
“bullying adalah masalah kesehatan publik yang patut menjadi perhatian. Orang-orang yang menjadi korban bullying semasa kecil, kemungkinan besar akan menderita depresi dan kurang percaya diri dalam masa dewasa. Sementara pelaku bullying, kemungkinan akan terlibat dalam tindakan kriminal di kemudian hari.”
Selain itu, Nusantara (2008:12) mengemukakan gejala-gejala akibat bullying yaitu:
“mengurung diri, menangis, minta pindah sekolah, konsentrasi siswa berkurang, prestasi belajar menurun, tidak mau bermain/bersosialisasi, penakut, gelisah, berbohong, melakukan perilaku bullying terhadap orang lain, memar/lebam-lebam, tidak bersemangat, menjadi pendiam, menjadi rendah diri, suka menyendiri, menjadi kasar dan pedendam, tidak percaya diri, mudah cemas, cengeng, dan mudah tersinggung”.
Berdasarkan penjelasan mengenai akibat yang ditimbulkan bullying di
atas, maka diketahui bahwa bullying dapat menimbulkan banyak akibat
negatif baik bagi korban maupun bagi pelaku. Bagi korban akibat negatif
dapat berbentuk fisik maupun psikis. Akibat fisik seperti memar, lebam,
atau luka. Sedangkan dampak psikis seperti kepercayaan diri siswa
menurun, malu, trauma, merasa sendri, serba salah, mengasingkan diri dari
sekolah, mengalami ketakutan sosial, bahkan cendrung ingin bunuh diri.
Akibat fisik cendrung dapat langsung terlihat, berbeda dengan dampak
psikis yang pada awalnya akan terlihat wajar akan tetapi semakin
memburuk jika didiamkan saja, sehingga menimbulkan dampak dalam
jangka waktu yang panjang.
5. Mengatasi Bullying
Bullying yang terjadi tidak dapat didiamkan begitu saja. Setelah mengenali
dan menyadari bahwa praktik bullying telah terjadi, maka perlu ada upaya
untuk mengatasi bullying tersebut. Penanganan tidak hanya ditujukan
kepada korban bullying, akan tetapi pelaku bullying juga perlu penanganan
khusus agar tidak mengulangi tindakannya tersebut.
Nusantara (2008:31) menyatakan bahwa “Pelaku bullying harus ditangani
dengan sabar dan tidak menyudutkannya dengan pertanyaan yang
interogratif”. Karena Itu, jangan pernah menyalahkan pelaku bullying, tapi
sebaliknya beri kepercayaan agar dapat memperbaiki dirinya. Tumbuhkan
empatinya, agar pelaku dapat merasakan perasaan sang korban saat
menerima perlakuan bullying. Angkatlah kelebihan atau bakat sang pelaku
bullying di bidang yang positif, usahakan untuk mengalihkan energinya
pada bidang yang positif.
Korban bullying juga memerlukan penangan khusus. Nusantara (2008:32)
menyatakan bahwa “korban bullying mungkin lebih cendrung menutup
diri, sehingga perlu ditumbuhkan rasa nyaman dan percaya diri agar dia
mau lebih terbuka untuk menceritakan masalahnya”. Jika korban sudah
mau terbuka maka hal selanjutnya yang harus dilakukan yaitu dengan
menghormati pilihan dan membekalinya dengan cara-cara menghadapi
pelaku bullying. Patut diingat bahwa bullying tidak dapat dihadapi dengan
bullying, karenanya korban bullying harus diajari untuk menghadapi
bullying dengan tegas tapi peduli. Korban bullying dapat menanggapi
ejekan dengan tegar dan kemungkinan besar tidak memasukkan ke dalam
hati, sehingga pelaku bullying akan melihat dirinya sebagai pribadi yang
kuat dan tidak akan mengganggunya lagi. Selain itu, Cowie dan Jennifer
(2009:15) mengemukakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi
bullying antara lain “pengawasan guru terhadap siswa, penerapan
peraturan dan kode etik sekolah, membangun kesadaran dan pemahaman
siswa tentang bullying, dan menciptakan kondisi sekolah yang ramah
terhadap siswa”.
Berdasarkan uraian di atas, maka bullying harus ditangani tidak hanya bagi
pelaku tapi juga bagi pihak korban. Hal ini merupakan tanggung jawab
berbagai pihak dalam mengatasinya. Peranan sekolah sebagai institusi
pendidikan sangat dibutuhkan, mengingat bahwa tindakan bullying
sebagian besar terjadi di sekolah. Guru sebagai komponen utama dalam
sekolah dapat berperan dalam mengatasi bullying
B. Profesi Guru Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling merupakan petugas fungsional yang secara
resmi berwenang dalam pelaksaan layanan bimbingan dan konseling. SKB
Mendikbud dan kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993
tentang petunjuk pelaksanaan dan angka kreditnya pasal 1 (dalam
Prayitno, 1998:9) menyatakan bahwa ”guru bimbingan dan konseling
adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah
peserta didik”. Selain itu, Winkel (1991:167) menyatakan bahwa ”guru
bimbingan dan koseling adalah tenaga profesional yang mencurahkan
seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan (full-time guidance
counselor)”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan
dan konseling adalah tenaga profesional yang melakukan tugasnya secara
menyeluruh sesuai dengan hak dan wewenangnya dalam melaksanakan
bimbingan dan konseling kepada peserta didik atau konselee.
2. Persyaratan Guru Bimbingan dan konseling
Pekerjaan sebagai seorang guru bimbingan dan konseling tidak mudah dan
ringan, sebab siswa yang dihadapai di sekolah berbeda-beda, masing-
masing siswa mempunyai keunikan atau kekhasan baik dalam aspek
tingkah laku, kepribadian maupun sikap-sikapnya. Sukardi (2008:22)
menyatakan bahwa “guru bimbingan dan konseling harus memenuhi
persyaratan tertentu, diantaranya persyaratan formal (pendidikan),
kepribadian, dan sifat dan sikap”. Persyaratan formal yaitu persyaratan
yang berhubungan dengan pendidikan, pengalaman, kecocokan pribadi.
Persyaratan pendidikan yang harus dipenuhi oleh seorang guru bimbingan
dan konseling adalah secara umum, guru bimbingan dan konseling
serendah-rendahnya harus memiliki ijazah sarjana muda dari suatu
pendidikan yang sah dan memenuhi syarat untuk menjadi guru (memiliki
sertifikat mengajar) dalam jenjang pendidikan. Secara profesional, guru
bimbingan dan konseling telah mencapai tingkat pendidikan sarjana
bimbingan dan konseling. Seorang guru bimbingan dan konseling
hendaknya memiliki pengalaman mengajar dan melaksanakan praktek
konseling selama dua tahun.
Syarat yang kedua adalah kepribadian sebagai guru bimbingan dan
konseling. Guru bimbingan dan konseling di dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling haruslah memiliki sifat-sifat kepribadian
tertentu. Prayitno (1998:9) menyatakan bahwa “Ada sepuluh hal yang
harus diperhatikan dalam kaitannya dengan kepribadian seorang guru
bimbingan dan konseling yaitu:
P = Perangai E = Emosi M = Mandiri B = Bobot I = Integritas M = Mawas B = Berani I = Intelegensi N = Nalar G = Gagasan” Berdasarkan uraian di atas maka guru bimbingan dan konseling adalah
individu terlatih yang memiliki kepribadian yang baik, yaitu berkaitan
dengan pengetahuan, keterampilan dan nilai yang dimiliki.
Guru bimbingan dan konseling akan menghadapi banyak variasi dalam
berhadapan dengan siswa karena setiap siswa mempunyai masalah pribadi
yang bersifat individual, Gunawan (2001:127-131) menyatakan prinsip-
prinsip umum yang dapat dipegang dalam menghadapi bermacam-macam
siswa yaitu:
1. Guru bimbingan dan konseling harus membentuk hubungan baik dengan siswa.
2. Guru bimbingan dan konseling harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk berbicara dan mengekspresikan dirinya.
3. Guru bimbingan dan konseling tidak memberikan kritik kepada siswa dalam suatu proses konseling.
4. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya tidak menyanggah siswa, karena sanggahan dapat mengakibatkan rusaknya hubungan kepercayaan antara guru bimbingan dan konseling dan siswa.
5. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya melayani siswa sebagai pendengar yang penuh perhatian dan penuh pengertian dan guru bimbingan dan konseling diharapkan tidak bersikap atau bertindak otoriter.
6. Guru bimbingan dan konseling harus dapat mengerti perasaan dan kebutuhan siswa.
7. Guru bimbingan dan konseling harus dapat menanggapi pembicaraan siswa dalam hubungannya dengan latar belakang kehidupan pribadinya dan pengalaman-pengalamannya pada masa lalu.
8. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya memperhatikan setiap perbedaan pernyataan siswa, khususnya mengenai nilai-nilai dan nada perasaan siswa
9. Guru bimbingan dan konseling harus memperhatikan apa yang diharapkan oleh siswa dan apa yang dikatakan oleh siswa, tetapi siswa tidak dapat mengatakannya.
10. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya berbicara dan bertanya pada saat yang tepat.
11. Guru bimbingan dan konseling harus memiliki sikap dasar acceptance (menerima) terhadap siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki
beragam karakter dan memiliki masalah yang berbeda. Oleh sebab itu,
dalam memberikan bantuan juga tidak bisa disamaratakan, guru bimbingan
dan konseling perlu menyesuaikan dengan perbedaan yang dimiliki siswa.
Pekerjaan sebagai seorang guru bimbingan dan konseling tidaklah mudah
karena harus menghadapi bermacam-macam karakter siswa dan untuk itu
guru bimbingan dan konseling harus menerapkan prinsip-prinsip di atas
guna kelancaran layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling di sekolah memiliki tugas yang menjadi
dasar dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling, sehingga
pelaksanaan bimbingan dan konseling akan semakin efektif dan efisien.
Tugas-tugas yang akan dikemukakan berikut merupakan hal yang dapat
menjadi pegangan dalam proses layanan bimbingan dan konseling yang
berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan. Sukardi
(2008:92) menyatakan bahwa tugas guru bimbingan dan konseling dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah :
a. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. b. Memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling. c. Merencanakan program bimbingan dan konseling. d. Melaksanakan segenap program layanan bimbingan dan konseling. e. Mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan program layanan
bimbingan dan konseling. f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi program
pelayanan bimbingan dan konseling. g. Mengadministrasi kegiatan layanan bimbingan dan konseling. h. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling kepada koordinator bimbingan dan konseling.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tugas guru bimbingan dan
konseling adalah merencanakan, memasyarakatkan, melaksanakan,
mengevaluasi, menindaklanjuti, mengadministrasi program layanan BK,
dan mempertanggungjawabkan semuanya kepada pihak-pihak yang
terkait.
Sesuai dengan ketentuan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara
Nomor: 0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1991 diharapkan pada setiap
sekolah terdapat petugas yang melaksanakan layanan bimbingan yaitu
guru bimbingan dan konseling/konselor dengan rasio satu orang guru
bimbingan dan konseling/konselor untuk 150 orang siswa (Sukardi,
2008:97). Oleh karena kekhususan bentuk tugas dan tanggung jawab guru
bimbingan dan konseling/konselor sebagai suatu profesi yang berbeda
dengan bentuk tugas sebagai guru mata pelajaran, maka beban tugas atau
penghargaan jam kerja guru bimbingan dan konseling ditetapkan 36
jam/minggu. Sukardi (2008:97) menyatakan beban tugas tersebut meliputi:
a. Kegiatan penyusunan program pelayanan dalam bidang bimbingan pribadi-sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier, serta semua jenis layanan, termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.
b. Kegiatan melaksanakan pelayanan dalam bimbingan pribadi. bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 18 jam.
c. Kegiatan evaluasi pelaksanaan pelayanan dalam bidang bimbingan pribadi-sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier, serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 6 jam.
d. Sebagaimana guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling/konselor yang membimbing 150 orang siswa dihargai sebanyak 18 jam, selebihnya dihargai sebagai bonus dengan ketentuan sebagai berikut: 1. 10-15 siswa = 2 jam 2. 16-30 siswa = 4 jam 3. 31-45 siswa = 6 jam 4. 46-60 siswa = 8 jam 5. 61-75 siswa = 10 jam 6. 76-atau lebih = 12 jam
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa beban guru
bimbingan dan konseling adalah 36 jam/minggu yang dibagi terbagi di
setiap aspek kegiatan yang dilakukan dalam pemberian layanan bimbingan
dan konseling.
C. Layanan Bimbingan dan Konseling
Tujuan bimbingan dan konseling yaitu untuk membantu siswa menjadi pribadi
yang sehat dan dapat hidup bersama orang lain secara sehat. Hal ini
menunjukkan bahwa guru bimbingan dan konseling bertanggung jawab agar
siswa dapat membantu menyelesaikan masalah siswa dengan baik agar dapat
mencapai perkembangan optimalnya termasuk diantaranya masalah sosial
yang dialami oleh siswa.
Guru bimbingan dan konseling memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
perkembangan pribadi siswanya, oleh karena itu guru bimbingan dan
konseling wajib melakukan berbagai upaya untuk mengatasi tindakan siswa
yang mengarah pada perilaku bullying. Astuti (2008:14) mengemukakan
bahwa “penanganan masalah bullying merupakan bagian dari peraturan
mengenai etika sekolah yang berada di bawah wewenang petugas atau guru
bimbingan dan konseling”. Artinya melalui layanan bimbingan dan konseling
yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling dapat membantu siswa
yang terlibat dalam bullying.
Keefektifan layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi bullying telah
banyak dibuktikan dalam berbagai penelitian, antara lain penelitian yang
dilakukan oleh Kurniati (2007), penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan model layanan bimbingan dan konseling di sekolah terhadap
siswa yang mengalami bullying, dari penelitian ini disimpulkan bahwa
layanan bimbingan dan konseling dapat diberikan kepada siswa yang terlibat
bullying sesuai dengan kebutuhan siswa.
Selain itu, terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Sari (2004) dengan
judul “Upaya Sekolah dalam Mencegah dan Menanggulangi Kasus Pemerasan
Serta Perkelahian antar Siswa”. Dalam penelitian ini Sari (2005:46)
mengemukakan bahwa:
“Peranan guru bimbingan dan konseling sama pentingnya dengan wali kelas karena setiap kasus penanganan yang paling tinggi terhadap siswa yang bermasalah adalah pada guru bimbingan dan konseling. Peranannya juga tidak hanya sebatas memberikan selebaran dan membacakan peraturan pada siswa yang bermasalah pada khususnya tetapi juga mereka memberi pembinaan terhadap siswa selain itu siswa selalu diingatkan tentang konsekuensi yang akan didapat oleh mereka yang melanggar.”
Berdasarkan hal tersebut guru bimbingan dan konseling memiliki peranan
yang sangat penting terhadap penyelesaian masalah-masalah siswa, termasuk
di dalamnya kasus bullying yang terjadi pada diri siswa. Penanganan tidak
hanya terbatas pada pemberian informasi mengenai bullying, tapi lebih dalam
dari itu guru bimbingan dan konseling dituntut untuk dapat memberikan
pembinaan tidak hanya pada korban bullying tetapi juga pada pelaku bullying.
Hal itu dapat diwujudkan melalui pemberian layanan-layanan bimbingan dan
konseling oleh guru bimbingan dan konseling.
Menilik pentingnya peranan layanan bimbingan serta peranan guru bimbingan
dan konseling dalam membantu siswa menuntaskan hambatan-hambatan yang
dialami dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, maka perlu kiranya seorang
guru bimbingan dan konseling memahami dan mendalami permasalahan
bullying sebagai salah satu perilaku agresif terselubung yang saat ini sudah
semakin meresahkan dunia pendidikan. Guru bimbingan dan konseling harus
memahami bahwa siswa merupakan individu yang unik yang berbeda satu
dengan lainnya, perbedaan ini tidak hanya bersifat fisik namun juga
psikologis. Perbedaan inilah yang terkadang menimbulkan berbagai konflik
beragam dalam setiap hubungan yang terjadi antara masing-masing individu
yang satu dengan lainnya dalam situasi hubungan sosial yang terjadi di
sekolah.
Sehubungan dengan upaya yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling untuk mengatasi bullying Nusantara (2008:42) mengemukakan
“bahwa guru bimbingan dan konseling dituntut agar dapat memberikan
perhatian dan penanganan yang mendalam bagi siswa-siswa yang terlibat
dalam kasus bullying”. Hal itu berarti bahwa sudah seharusnya guru
bimbingan dan konseling lebih peka terhadap siswa-siswa yang menjadi
korban bullying. Guru bimbingan dan konseling dapat memberikan konseling
kepada korban bullying, karena seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
bullying sangat berbahaya terutama bagi perkembangan psikis siswa.
Kurniati (2007:11) mengemukakan bahwa “berdasarkan pada fungsi dan
layanan bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling juga dapat
memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi bullying”. Ada beberapa
langkah yang dapat ditempuh oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah
dalam mengatasi permasalahan bullying di sekolah sesuai dengan fungsi dari
layanan bimbingan konseling itu sendiri. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan tersebut antara lain “pencegahan, pemahaman, pengentasan, dan
advokasi”.
a. Langkah I : (Pencegahan)
Dalam langkah ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah
bullying di sekolah dan dalam diri siswa sehingga dapat menghambat
perkembangannya. Untuk itu perlu dilakukan orientasi tentang layanan
bimbingan dan konseling kepada setiap siswa. Guru bimbingan dan
konseling juga dapat membuat program-program yang efektif dalam
memberantas bullying.
b. Langkah II : (Pemahaman)
Langkah ini dimaksudkan memberikan pemahaman kepada siswa
tentang bullying dan segala hal yang terkait di dalamnya, termasuk
konsekuensi yang akan diterima siswa dari sekolah jika ia terlibat
dalam persoalan bullying. Sehingga siswa dapat memahami
bahayanya.
c. Langkah III : (Pengentasan)
Jika guru bimbingan dan konseling mengetahui ada siswa yang terlibat
dalam permasalahan bullying, maka guru bimbingan dan konseling
harus segera menangani permasalahan ini hingga tuntas. Baik itu
penanganan terhadap bully, korban, dan reinforcer yang terlibat
bullying. Termasuk juga pengentasan dalam masalah konsekuensi yang
akan diterimanya dari sekolah, karena melanggar peraturan dan
disiplin sekolah.
Setelah pengentasan maka perlu dilakukan pemeliharaan terhadap
segala sesuatu yang positif dari diri siswa, agar tetap utuh, tidak rusak,
dan tetap dalam keadaan semula, serta mengusahakan agar hal-hal
tersebut bertambah lebih baik dan berkembang.
Bagi anak-anak yang sudah terlibat bullying maka sebagai proses
rehabilitasi perlu dilakukan penyaluran minat dan bakat dengan tepat
ke dalam berbagai kegiatan-kegiatan ekskul di sekolah, maupun di luar
sekolah. Penyesuaian diri siswa dengan lingkungan sosial serta
pengembangan diri dalam mengembangkan potensi positifnya juga
perlu dilakukan dalam langkah pengentasan. Hal terpenting bagi
pelaku bullying adalah perbaikan.
d. Langkah IV : (Advokasi)
Artinya setiap permasalahan yang menyangkut perilaku bullying pada
permasalahan tertentu jika memang perlu untuk dilaporkan ke pihak
yang berwajib karena menyangkut masalah tindak pidana kriminal,
maka hal tersebut perlu dilakukan.
Menganalisa dampak yang demikian besarnya yang dapat ditimbulkan
oleh perilaku bullying di sekolah yang bisa berujung pada gangguan
psikologis bahkan kematian. Penting kiranya bagi guru bimbingan dan
konseling untuk memberikan layanan yang maksimal dalam mengatasi
perilaku bullying.
Prayitno dan Amti (1999:217) mengemukakan bahwa “layanan yang diberikan
sebenarnya mengemban fungsi bimbingan dan konseling dalam
pelaksanaannya”. Artinya dengan memberikan layanan guru bimbingan dan
konseling telah melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling.
Kurniati (2007:12) menyatakan bahwa:
“berdasarkan layanan yang diberikan, guru bimbingan dan konseling dapat mengatasi bullying dengan memberikan kesembilan layanan yang ada di bimbingan konseling yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan penguasaan konten, layanan penempatan dan penyaluran, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan mediasi, dan layanan konsultasi”.
1. Layanan Orientasi
Prayitno dan Amti (1999:256) mengemukakan bahwa “siswa yang baru
memasuki lingkungan baru perlu segera dan secepat mungkin memahami
lingkungan barunya”. Hal-hal yang perlu diketahui salah satunya yaitu
mengenai peraturan dan berbagai ketentuan lainnya (seperti disiplin, hak
dan kewajiban), jenis personal yang ada, tugas masing-masing dan saling
hubungan di antara mereka.
Pengenalan hal-hal di atas dapat membantu siswa agar terhindar dari
indakan bullying. Seperti yang diungkapkan oleh Kurniati (2007:12),
sehubungan dengan penanganan bullying maka “siswa perlu mendapatkan
penjelasan bahwa di sekolah terdapat guru bimbingan dan konseling yang
memberikan layanan kepada siswa secara individual”. Hal ini bertujuan
untuk mengajak siswa agar mau menyampaikan berbagai permasalahan
yang dialaminya kepada guru bimbingan dan konseling, sehingga dapat
membantu guru bimbingan dan konseling dalam mencegah terjadinya
perilaku bullying lebih awal. Selain itu, Christin (2009:17) mengemukakan
salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying yakni
“dengan memperketat peraturan sekolah dan memberikan sangsi kepada
anak-anak yang terlibat dalam bullying”. Hal ini berarti bahwa
memperketat peraturan sekolah dan menjelaskan sangsi yang diberikan
jika melakukan bullying merupakan hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi bullying. Pengenalan terhadap peraturan sekolah bisa menjadi
langkah awal dalam memperketat peraturan sekolah dan mengenalkan
sangsi yang diterima jika terjadi bullying.
Nusantara (2008:42) menyatakan bahwa “dalam menjalankan fungsinya
guru bimbingan dan konseling perlu bekerjasama dengan bidang
kesiswaan dan wali kelas untuk mencari jalan keluar kasus-kasus yang
dihadapi siswa”. Berdasarkan hal tersebut, siswa juga harus tahu bahwa di
sekolah juga terdapat wali kelas, wakil kepala bidang kesiswaan dan
Kepala sekolah yang dapat bekerja sama untuk mengatasi tindakan
bullying yang mungkin terjadi pada diri siswa. Siswa perlu diberitahu
bahwa tindakan bullying mungkin saja terjadi dan sudah menjadi tanggung
jawab sekolah untuk membantu siswa menyelesaikan kasus bullying yang
terjadi padanya.
2. Layanan informasi
Secara umum layanan informasi bersama dengan layanan orientasi
bermaksud memberikan pemahaman kepada siswa. Informasi yang
diberikan bermaksud untuk mengenalkan siswa pada hal-hal yang
berkaitan dengan sekolah, termasuk di dalamnya mengenai bullying.
Prayitno (2004:6) mengungkapkan mengenai informasi yang dapat
diberikan dalam layanan informasi dapat digolongkan ke dalam:
a. Informasi pengembangan diri b. Informasi hubungan antar-pribadi, sosial, nilai dan moral c. Informasi pendidikan, kegiatan belajar, dan keilmuan-teknologi d. Informasi pekerjaan/karir dan ekonomi e. Informasi sosial-budaya, politik, dan kewarganegaraan f. Informasi kehidupan berkeluarga g. Informasi kehidupan beragama
Layanan informasi yang diberikan diupayakan dapat menumbuhkan
pemahaman siswa mengenai bahaya dari perilaku bullying, karena bukan
hanya orang tua yang menganggap itu sabagai kenakalan biasa. Kurniati,
2007:12) mengungkapkan bahwa “siswa pun pertama-tama menganggap
bullying hanya kenakalan dan ejekan dari teman-teman semata”. Dimana
lama-kelamaan persepsi ini akan membuat siswa merasa aman dan
nyaman untuk melakukan kepada tingkat berikutnya. Hal tersebut dapat
berakibat pada terus berkembangnya perilaku bullying, bahkan tidak
menutup kemungkinan bullying akan menjadi suatu tradisi turun temurun
di sekolah tersebut.
Prayitno dan Amti (1999:256) menyatakan bahwa salah satu informasi
yang dapat diberikan dalam layanan informasi yaitu informasi “mengenai
sosial-budaya, khusunya pada bahasan “antarbudaya” manusia ditakdirkan
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa”. Mereka dijadikan seperti itu bukan
untuk saling bersaing dan bermusuhan, justru agar saling mengenal saling
memberi dan menerima sehingga tercipta kondisi dinamis yang
mendorong ke pada perubahan yang semakin baik. Hal tersebut perlu
diinformasikan pada siswa karena seperti yang diungkapkan oleh Astuti
(2008:54) bahwa “salah satu penyebab bullying yaitu perbedaan etnis/ras”.
Melalui pemberian informasi mengenai sosial budaya maka diharapkan
siswa mampu memahami perbedaan tersebut sebagai suatu kekuatan untuk
dapat saling memberi dan berbagi bukan menjadi alasan untuk saling
bermusuhan.
Guru bimbingan dan konseling juga dapat memberikan informasi kepada
siswa tentang konsekuensi yang akan diterima siswa dari sekolah
(hukuman) jika ia melakukan tindakan bullying. Kurniati (2007:12)
menyatakan hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying yakni:
“Memberikan pemahaman terhadap siswa tentang bahaya dari perilaku bullying dan memberikan informasi kepada siswa tentang konsekuensi yang akan diterimanya dari sekolah (hukuman) jika ia melakukan tindakan bullying”.
Dengan memberikan informasi yang jelas mengenai perilaku bullying serta
akibat yang akan mereka terima jika terlibat bullying, maka diharapkan
dapat mencegah siswa terlibat perilaku bullying di sekolah.
3. Layanan penguasaan konten
Layanan penguasaan konten merupakan layanan bantuan kepada individu
untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan
belajar. Tujuan umum layanan ini ialah dikuasainya suatu konten tertentu.
Prayitno (2004:1-2) mengungkapkan bahwa :
“penguasaan konten diperlukan bagi siswa untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara atau kebiasaan tertentu, untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah-masalahnya”.
Layanan penguasaan konten memungkinkan siswa untuk menguasai suatu
materi melalui proses pembelajaran yang berguna untuk membantu siswa
mengatasi masalah-masalahnya. Prayitno (2004:5-6) mengungkapkan
materi layanan penguasaan konten dapat diangkat dari:
a. Pengembangan kehidupan pribadi b. Pengembangan kemampuan hubungan sosial c. Pengembangan kegiatan belajar d. Pengembangan dan perencanaan karir e. Pengembangan kehidupan berkeluarga f. Pengembangan kehidupan beragama
Selain itu, Prayitno (2004:4) mengungkapkan bahwa “penguasaan konten
yang tepat dan terarah memungkinkan individu membela diri sendiri
terhadap ancaman ataupun pelanggaran-pelanggaran atas haknya”. Hal
uitu berarti siswa yang mengalami masalah bullying dapat diberikan
layanan penguasaan konten. Kurniati (2007:12) menyatakan bahwa
“dengan layanan penguasaan konten guru bimbingan dan konseling bisa
melatih siswa-siswa yang introvert (tertutup) untuk berkomunikasi dan
mengungkapkan ide-idenya kepada orang lain”. Dengan begitu siswa bisa
berlatih berkata tidak dan menolak jika ada siswa lain yang berusaha
menyakitinya atau mungkin mengajaknya untuk melakukan bullying.
Kenapa siswa introvert? Karena merekalah yang berpeluang besar menjadi
korban bullying.
Siswa introvert cendrung menjadi korban bullying karena mereka lebih
memilih untuk diam jika mengalami suatu masalah. Hal tersebut membuat
pelaku bullying dengan mudah terus melancarkan aksinya. Melalui
layanan penguasaan konten diharapkan siswa mengalami proses belajar
agar mampu berkomunikasi dengan baik, sehingga mampu
mengungkapkan perasaan dan berani untuk mengatakan tidak. Dengan
begitu pelaku bullying tidak akan dapat bertindak semena-mena lagi
terhadap dirinya, sehingga perilaku bullying dapat dihentikan.
4. Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran diberikan untuk menyalurkan
potensi dan mengembangkan diri siswa. Prayitno (1999:272
mengungkapkan bentuk penempatan dan penyaluran yang dapat dilakukan
di sekolah yaitu:
a. Layanan penenempatan di dalam kelas b. Penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok belajar c. Penempatan dan penyaluran ke dalam kegiatan ko/ekstra
kurikuler d. Penempatan dan penyaluran ke jurusan/program studi
Nusantara (2008:13) mengemukakan bahwa “salah satu cara menangani
pelaku bullying yaitu dengan mengangkat kelebihan atau bakat sang
pelaku bullying di bidang yang positif, dan mengusahakan untuk
mengalihkan energinya pada bidang yang positif”. Hal tersebut dapat
terwujud melalui layanan penempatan dan penyaluran. Melalui layanan ini
guru bimbingan dan konseling dapat mengarahkan siswa untuk dapat
menyalurkan potensi dan mengembangkan diri siswa.
Kurniati (2007:12) menyatakan bahwa “dengan layanan ini membantu
siswa-siswa yang cenderung hiperaktif, diskruptif, impulsif dan over aktif
untuk dapat menyalurkan energi ke dalam berbagai kegiatan sekolah”.
Sehingga siswa dapat menjaga keseimbangan metabolisme tubuhnya serta
mengarahkannya kepada kegiatan yang positif.
Guru bimbingan dan konseling dapat mengarahkan potensi siswa dengan
menempatkan dan menyalurkan siswa ke dalam kegiatan-kegiatan
ekstrakulikuler yang sesuai dengan bakat dan minat siswa. Dengan begitu
siswa dapat menyalurkan energinya ke arah yang positif, sehingga mereka
tidak perlu melakukan hal-hal negatif untuk menyalurkan energinya yang
kemudian berujung pada perilaku bullying.
5. Layanan Konseling Individual
Layanan konseling individual dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengatasi masalh yang ada pada diri siswa. Prayitno (204:1)
mengungkapkan bahwa:
“konseling perorangan merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien yang dilaksanakan interaksi langsung antara klien dan konselor”.
Astuti (2008:14) mengemukakan bahwa “salah satu yang dapat dilakukan
oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi bullying yaitu
dengan mengefektifkan konseling”. Konseling merupakan upaya layanan
yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan bagi siswa.
Melalui layanan ini diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalahnya
secara mandiri, termasuk masalah bullying yang dialami siswa.
Kurniati (2007:12) mengungkapkan bahwa “layanan konseling sangat
membantu sekali bagi siswa yang ingin curhat (istilah anak sekarang)
berbagai macam permasalahannya kepada guru bimbingan dan
konselingnya”. Dengan layanan ini siswa tidak perlu merasa takut
dikatakan mengadu atau melapor jika ia menjadi korban bullying, atau
menyaksikan perilaku bullying.
Guru bimbingan dan konseling dituntut untuk dapat memahami berbagai
gejolak yang secara potensial sering muncul dan cara-cara penanganannya.
Guru bimbingan dan konseling harus mengetahui teknik-teknik konseling
karena aplikasi pendekatan dan teknik konseling serta penyesuaiannya
banyak tergantung pada keunikan siswa dan masalahnya. Hal itu berlaku
pula pada siswa yang mengalami kasus bullying, mengingat bahwa kasus-
kasus bullying memiliki berbagai bentuk sehingga diperlukan teknik
khusus untuk menanganinya.
6. Layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada
sekelompok individu. Layanan ini memanfaatkan dinamika kelompok
untuk menyelesaikan masalah yang timbul. Gazda (dalam Prayitno dan
Amti, 1999:309) mengemukakan bahwa:
“layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Informasi yang diberikan merupakan materi topik-topik umum. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang terwujudnya tingkah laku yang lebih efektif”.
Layanan bimbingan kelompok ditandai dengan ciri homogenitas dalam
kelompok, seperti para anggota bimbingan kelompok yang homogen,
permasalahn, tindak lanjut serta kegiatan yang dilakukan oleh anggota
kelompokpun memiliki kesamaan. Hal ini sangat cocok untuk mengatasi
bullying, seperti yang diungkapkan oleh Kurniati (2007:12) bahwa
“layanan bimbingan kelompok sangat membantu siswa dalam
mengungkapkan berbagai permasalahan yang sifatnya umum yang dialami
oleh semua siswa di sekolah”. Termasuk di dalamnya pembahasan
persoalan bullying. Karena di dalam layanan bimbingan kelompok tujuan
bersama menjadi komitmen bersama. Artinya jika semua siswa bertujuan
mencegah dan memberantas bullying bersama maka semua siswa yang
ikut di dalam kegiatan tersebut memiliki komitmen yang sama juga untuk
melakukannya.
7. Layanan Konseling Kelompok
Prayitno dan Amti (1999:311) menyatakan bahwa “layanan konseling
kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling individual yang
dilaksanakan di dalam suasana kelompok”. Sehingga dalam konseling
kelompok terdapat pengungkapan dan pemahaman masalah siswa,
penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah,
kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
Kurniati (2007:12) mengemukakan bahwa:
“layanan konseling kelompok dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membahas permasalahan yang sifatnya pribadi dalam dinamika kelompok. Sehingga siswa-siswa yang terkait dengan permasalahan bullying dapat menjadikan layanan ini sebagai media untuk mengentaskan permasalahannya dengan bantuan anggota kelompok yang lain”.
Melalui dinamika interaksi sosial yang terjadi di antara anggota kelompok,
masalah yang dialami oleh masing-masing individu anggota kelompok
dicoba untuk dientaskan, termasuk diantaranya masalah bullying yang
dialami siswa. Peranan guru bimbingan dan konseling dapat diperkuat oleh
peranan dinamika interaksi sosial dalam suasana kelompok. Dengan
demikian, proses pengentasan masalah individu dalam konseling
kelompok mendapatkan dimensi yang lebih luas. Dengan begitu konseling
kelompok dapat menjadi cara yang baik untuk menangani konflik-konflik
antar pribadi seperti yang kebanyakan terjadi pada kasus bullying, selain
itu siswa juga dapat mengembangkan kemampuan pribadinya seperti
pengendalian diri, tenggang rasa, dan teposeliro. Hal-hal tersebut
diharapkan dapat berguna bagi upaya pengentasan kasus bullying.
8. Layanan Mediasi
Layanan mediasi merupakan layanan yang dilaksanakan untuk mencapai
kondisi hubungan yang positif dan kondusif di antara pihak-pihak yang
berselisih. Prayitno (2004:1) mengemukakan bahwa:
“layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak (atau lebih) yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan. Tujuan dari layanan ini yaitu untuk mencapai kondisi hubungan yang positif dan kondusif di antara para siswa yang berselisih.”
Masalah yang dibahas di dalam layanan mediasi pada dasarnya adalah
masalah hubungan yang terjadi di antara individu atau kelompok-
kelompok yang bertikai, yang memerlukan bantuan konselor untuk
mengatasinya.
Astuti (2008:14) mengungkapkan bahwa “salah satu yang dapat dilakukan
oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi bullying yaitu
melalui mediasi”. Artinya layanan mediasi juga dapat menjadi salah satu
alternatif untuk menyelesaikan masalah bullying. Mediasi dapat
dilaksanakan antara korban dan pelaku bullying. Pelaksanakan mediasi
oleh guru bimbingan dan konseling tidak boleh menyalahkan salah satu
pihak. Guru bimbingan dan konseling sebagai perencana dan
penyelenggara layanan mediasi harus memahami permasalahan yang
terjadi dan mengupayakan membangun jembatan yang menganga di antara
korban dan pelaku bullying. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Kurniati (2007:12) bahwa “guru bimbingan dan
konseling hendaknya dapat menjadi penghubung serta fasilitator dalam
penyelesaian permasalahan bullying, karena memang persoalan ini bisa
melibatkan banyak pihak yang terkait di dalamnya”.
9. Layanan Konsultasi
Layanan konsultasi merupakan layanan yang memungkinkan konselor
untuk membantu menyelesaikan masalah sindividu melalui pihak ketiga.
Prayitno (2004:2) mengemukakan bahwa:
“layanan konsultasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor terhadap seorang konsulti yang memungkinkan konsulti memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi dan/atau permasalahan pihak ketiga”.
Tujuan dilaksanakan layanan ini yaitu agar konsulti dengan
kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi dan/atau permasalahan
yang dialami pihak ketiga.
Kurniati (2007:12) mengemukakan bahwa “guru bimbingan dan konseling
hendaknya menjadi tempat konsultasi berbagai pihak yang terkait dengan
permasalahan bullying”. Selain itu, Astuti (2008:58) menyatakan bahwa
“guru bimbingan dan konseling juga diharapkan dapat memberi data atau
informasi mengenai pemahaman bullying yang terjadi di sekolah kepada
semua pihak yang membutuhkan”.
Dalam upaya mengatasi bullying, layanan konsultasi dapat diberikan pada
pihak-pihak terkait yang dapat berperan dalam membantu siswa-siswa
yang terlibat bullying. Nusantara (2008:37) mengungkapkan bahwa
“pihak-pihak yang dapat berperan dalam mengatasi bullying antara lain
kepala sekolah, guru, dan orang tua”. Kepala sekolah, guru, dan orang tua
sebagai konsulti dapat meminta bantuan kepada guru bimbingan dan
konseling agar mampu menangani kondisi/atau permasalahan pihak ketiga
(korban/pelaku bullying) yang menjadi tanggung jawabnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan dan
konseling memiliki peranan penting dalam membantu menangani masalah-
masalah yang dialami siswa termasuk di dalamnya masalah bullying yang
dialami oleh siswa. Guru bimbingan dan konseling harus memberikan
perhatian kepada siswa yang terlibat dalam bullying, tidak hanya pada siswa
yang menjadi korban bullying, tapi juga pada pelaku bullying. Oleh karena
itu, guru bimbingan dan konseling harus melakukan berbagai upaya untuk
dapat menangani kasus-kasus bullying yang terjadi di sekolah. Upaya-upaya
yang dilakukan harus sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling di
sekolah. Berdasarkan fungsi bimbingan dan konseling guru bimbingan dan
konseling dapat mengatasi bullying disekolah melalui beberapa langkah yaitu
pencegahan, pemahaman, pengentasan, dan advokasi. Langkah-langkah
tersebut dapat terwujud melalui layanan yang ada di bimbingan dan konseling.
Oleh karena itu, berdasarkan layanan yang diberikan, guru bimbingan dan
konseling dapat mengatasi bullying dengan memberikan kesembilan layanan
yang ada di bimbingan konseling yaitu layanan orientasi, layanan informasi,
layanan penguasaan konten, layanan penempatan dan penyaluran, layanan
konseling individual, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling
kelompok, layanan mediasi, dan layanan konsultasi.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun
2010/2011. Penelitian berlangsung dari tanggal 1 November 2010 hingga 19
Januari 2011.
B. Alat Bantu Penelitian
Alat bantu dalam penelitian ini diperlukan untuk memperoleh transkrip yang
lengkap dari wawancara yang dilakukan, dimana data yang terkumpul akan
dilaporkan secara rinci dalam bentuk verbatim. Hal ini berguna untuk
menanggulangi keterbatasan kecepatan peneliti untuk mencatat berbagai
informasi yang dikemukakan oleh partisipan. Alat bantu yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu berupa handphone yang dilengkapi dengan fasilitas
perekam suara. Alat bantu ini bermanfaat untuk merekam situasi yang relevan
dalam memberikan gambaran yang lebih jelas tentang fenomena yang diteliti.
Perekam suara digunakan untuk merekam keseluruhan wawancara agar
verbatim dapat dibuat dengan benar dan sesuai dengan yang diungkapkan oleh
partisipan.
C. Tipe Penelitian
Penelitian ini meneliti mengenai upaya guru bimbingan dan konseling dalam
mengatasi bullying, dimana hal tersebut merupakan masalah kompleks yang
dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial
tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif. Selain itu masalah yang
diteliti juga merupakan masalah yang bersifat holistik, dimana masalah
tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan akan tetapi harus mencangkup
keseluruhan situasi sosial yang ada, sehingga penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif. Sugiyono (2009:1) mengungkapkan “bahwa penelitian
kualitatif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial”. Dengan kata lain
penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah
berlangsung pada saat studi.
Sugiyono (2009:205) mengemukakan bahwa dengan “menggunakan metode
kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam,
kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai”. Oleh karena
itu, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
D. Karakteristik Informan
Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah informan.
informan dalam penelitian ini yaitu guru bimbingan dan konseling dan siswa
yang terlibat bullying baik sebagai korban ataupun pelaku. Siswa dipilih
karena dalam kasus bullying yang merasakan dampak dari upaya yang
diberikan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah dalam mengatasi
bullying adalah siswa. Penentuan informan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan teknik snowball sampling, dimana informan dipilih pada
awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Pengambilan informasi
diawali pada satu individu yang biasa disebut informan kunci, setelah itu baru
didapatkan calon-calon informan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data yang cukup karena dari jumlah informan yang sedikit
belum mampu memberikan data yang memuaskan sehingga dibutuhkan
partisipan lebih banyak lagi.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara
semiterstruktur. Jenis wawancara ini termasuk dalam kategori wawancara
mendalam (indepth interview), dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur, dimana peneliti menggunakan
pedoman wawancara bersifat umum yang mencantumkan isu-isu yang harus
diliput.
Wawancara dilakukan kepada guru bimbingan dan konseling untuk
mendapatkan data mengenai upaya guru bimbingan dan konseling yang telah
dilaksanakan dalam mengatasi bullying. Selain itu, wawancara juga dilakukan
kepada siswa yang merasakan langsung upaya yang dilaksanakan guru
bimbingan dan konseling . Indikator yang akan diungkap dalam wawancara
yaitu mengenai upaya guru bimbingan dan konseling yang meliputi sembilan
layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan dalam upaya mengatasi
bullying serta faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan bullying.
Pengumpulan data dalam penelitian ini juga didukung dengan telaah
dokumen. Dokumen digunakan untuk mendukung data-data yang diperoleh
dari hasil wawancara. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih dapat dipercaya. Dokumen-dokumen yang dapat digunakan antara
lain catatan pihak bimbingan dan konseling mengenai siswa seperti latar
belakang keluarga, tingkat sosial ekonomi, prestasi, serta catatan-catatan lain
yang berkaitan dengan data yang akan diungkap.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian merupakan proses ilmiah dimana salah satu syaratnya yaitu harus
sistematis. Sistematis artinya di dalam suatu penelitian harus terdapat prosedur
yang jelas dalam pelaksanaanya. Prosedur penelitian harus jelas mulai dari
persiapan hingga pelaksanaannya.
Prosedur dalam penelitian ini mengacu pada prosedur penelitian yang
dikemukakan oleh Santoso dan Royanto (2009:65). Penelitian ini dimulai dari
tahap persiapan, yakni peneliti mempersiapkan instrumen berupa pedoman
wawancara. Setelah itu, peneliti terjun ke lapangan dengan berbekal surat izin
penelitian dari fakultas. Setelah di lapangan peneliti mulai melaksanakan
penelitian, dengan terlebih dahulu mencari calon partisipan. Partisipan yang
pertama dalam penelitian ini yaitu koordinator bimbingan dan konseling
sekolah. Karena menggunakan teknik snowball sampling, maka dari
koordinator bimbingan dan konseling di sekolah ini lah akan diperoleh
partisipan lainnya yang terkait dengan masalah dalam penelitian ini, seperti
siswa yang terlibat bullying serta guru bimbingan dan konseling yang ikut
andil dalam mengatasi bullying yang terjadi di sekolah tersebut.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam penelitian ini yaitu adanya isu etis,
sehingga peneliti melakukan beberapa upaya agar hal tersebut dapat
diminimalisir, yaitu antara lain dengan merahasiakan identitas partisipan.
Sebab itu, dalam penelitian ini nama informan akan dirahasiakan yakni
dengan mengunakan inisial huruf. Syarat lain dalam penelitian kualitatif yaitu
informan memiliki hak untuk mengetahui apa yang akan dilakukan oleh
peneliti terhadap dirinya. Sehubungan dengan hal itu, maka peneliti akan
mencoba menjelaskan secara lisan tujuan dilaksanakannya penelitian ini dan
mengungkapkan peran informan tersebut sebagai sumber data yang relevan
dalam penelitian ini. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini
yaitu mengenai pengujian kredibilitas data yang diperoleh. Pengujian
kredibilitas data penelitian dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. Perpanjangan pengamatan
Penelitian akan diperpanjang jika data yang diperoleh belum memadai dan
belum kredibel. Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, dan
wawancara lagi dengan nara sumber data yang pernah ditemui maupun
yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini diharapakan hubungan
peneliti dengan nara sumber akan semakin membentuk rapport, semakin
akrab, semakin terbuka, dan saling mempercayai sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan lagi.
2. Meningkatkan Ketekunan
Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan
dengan cara penelitian membaca seluruh catatan hasil penelitian secara
cermat, sehingga dapat diketehui kesalahan dan kekurangannya. Demikian
juga dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat memberikan
deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
Sebagai bekal penelitian untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan
cara membaca sebagai refrensi buku maupun hasil penelitian atau
dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.
Dengan membaca ini maka wawasan penelitian akan semakin luas dan
tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan
itu benar/dipercaya atau tidak.
3. Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan
waktu. Tringulasi teknik dilakukuan dengan cara menanyakan hal yang
sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara menanyakan hal
yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya
adalah guru bimbingan dan konseling. Triangulasi waktu artinya
pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan
sore hari. Dengan tringulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat
diketahui apakah nara sumber memberi data yang sama atau tidak. Kalau
nara sumber memberikan data yang berbeda maka berarti datanya belum
kredibel.
4. Analisis kasus negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti
penelitian mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan
data yang telah ditemukan . Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat
dipercaya. Tetapi bila diteliti masih mendapatkan data-data yang
bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan
merubah temuannya.
G. Instrumen
Instrumen penelitian yang utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
Mengingat bahwa dalam penelitian kualitatif pada awalnya permasalahan
belum jelas dan pasti, sehingga yang menjadi instrumen adalah peneliti
sendiri. Keberhasilan penelitian sendiri terletak pada keterampilan peneliti
untuk menggali informasi dan menginterprestasikannya serta membina
kedekatan (rapport) dengan partisipan.
Pedoman wawancara juga diperlukan oleh peneliti sebagai alat bantu dalam
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Pedoman wawancara dalam
penelitian ini akan membantu peneliti dalam mengungkap upaya-upaya yang
telah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi bullying
baik dari kacamata guru bimbingan dan konseling sebagai pelaksana layanan
maupun dari siswa yang merasakan langsung upaya yang diberikan guru
bimbingan dan konseling tersebut. Selain itu perlu diungkap juga mengenai
faktor-faktor penyebab siswa melakukan bullying.
H. Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan harus dianalisis agar dapat disimpulkan dan
mendapatkan hasil sesuai tujuan penelitian, untuk itu dibutuhkan analisis data
yang tepat. Analisis dilakukan pada semua data yang terkumpul, baik dalam
bentuk coretan atau catatan, hasil wawancara dalam bentuk rekaman,
dokumen, foto-foto dan sebagainya.
Hal pertama yang perlu dilakukan yaitu menuliskan hasil wawancara dalam
bentuk transkrip verbatim secara lengkap. Hasil wawancara ditulis kata
perkata sesuai dengan hasil rekaman wawancara. Selain itu, hal yang tidak
kalah penting yakni dalam pengorganisasian data. Pengorganisasian data
dalam penelitian ini akan dilakukan secara cross sectional, dimana data yang
didapat diatur secara kronologis atau tematis, sehingga ketika dibutuhkan data
dapat diperoleh dengan cepat dan efisien. Selanjutnya, untuk mempermudah
pengorganisasian data maka dilakukan koding. Koding merupakan proses
mengelompokkan dan memilah data. Kode yang digunakan berupa kata atau
serangkaian kata yang digunakan pada sebagian data yang diperoleh dari
jawaban pertanyaan. Koding yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
koding analisis, dimana koding dilakukan dengan cara menyediakan kolom di
lembar verbatim untuk membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu.
Tahapan dalam koding analisis yaitu inisial koding, yang merupakan proses
dimana peneliti mencari apa yang dapat ditemukan dan dijelaskan dari data
yang diperoleh. Lalu selanjutnya fokus koding, yang merupakan proses
memilih dan memfokuskan sekelompok kode yang digunakan untuk
meningkatkan kekayaan data.
Analisis data penelitian yang selanjutnya yaitu dengan membuat uraian
tentang setiap partisipan (analisis intra-subyek) dan analisis antar partisipan
(analisis inter-subyek). Analisis intra-subyek menguraikan secara rinci
mengenai jenis kelamin, usia, pendidikan, keluarga, kebiasaan dan hal-hal
yang terkait dengan topik penelitian. Selain itu, peneliti juga akan memaknai
setiap informasi berkaitan dengan topik penelitian yang didapatkan dari
partisipan.
Analisis data inter-subyek dilakukan karena dalam penelitian ini partisipan
terdiri lebih dari satu orang. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan
satu partisipan dengan partisipan yang lain. Dengan begitu akan diperoleh
pola atau konsistensi aspek yang diteliti. Selanjutnya, dalam penelitian ini
akan digunakan teknik analisis data segmenting. Tesch (dalam Santoso dan
Royanto, 2009:72) menyatakan bahwa segmenting merupakan “teknik analisis
data dimana data yang diperoleh berupa transkrip diambil satu bagian tertentu,
kemudian bagian tersebut diinterprestasikan sesuai dengan teori atau konsep
yang telah dikemukakan”. Artinya data yang diperoleh berupa transkrip
dikutip langsung dan diinterprestasikan berdasarkan teori pendukung yang
telah ada, tanpa mengurangi arti sesungguhnya dari apa yang diungkapkan
oleh informan.
IV. HASIL DAN ANALISIS
Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data kualitatif yang
berbentuk catatan, rekaman wawancara, dan dokumen. Data tersebut dianalisis
dengan membuat uraian tentang setiap partisipan yang disebut analisis intra-
subyek. Analisis intra-subyek menguraikan secara rinci mengenai jenis
kelamin, usia, pendidikan, keluarga, kebiasaan dan hal-hal yang terkait dengan
topik penelitian. Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai analisis data inter-
subyek. Analisis inter-subyek menguraikan tentang upaya guru bimbingan dan
konseling dalam mengatasi bullying, faktor-faktor yan menyebabkan bullying,
dan layanan yang paling efektif dalam mengatasi bullying. Hal tersebut
dijelaskan berdasarkan pendapat informan yang dikutip langsung dan
diinterprestasikan berdasarkan teori pendukung yang telah ada, tanpa
mengurangi arti sesungguhnya dari apa yang diungkapkan oleh informan.
A. Analisis Intra-Subjek
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara di SMAN 8
Bandar Lampung, maka untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan dalam
mengatasi bullying di SMAN 8 Bandar Lampung didapat tiga orang guru
bimbingan dan konseling sebagai informan. Selain itu, agar data yang
diperoleh dapat lebih dipercaya dan untuk mengetahui layanan yang paling
efektif digunakan untuk mengatasi bullying berdasarkan faktor-faktor
penyebabnya, maka penulis menambahkan informasi perwakilan dari siswa.
1. Informan 1
Informan 1 berinisial I berjenis kelamin perempuan berstatus lajang.
Wanita berumur 48 tahun ini beralamat di Jl. Dr. Sutomo Penengahan
Bandar Lampung. Beliau menjabat sebagai koordinator bimbingan dan
konseling di SMAN 8 Bandar Lampung.
Proses wawancara dengan informan berlangsung di ruang BK SMAN 8
Bandar lampung. Informan bersikap terbuka dan sangat menerima
kehadiran peneliti. Informan dapat bekerja sama dengan baik dengan
memberikan semua informasi yang dibutuhkan peneliti.
2. Informan 2
Informan 2 berinisial M berjenis kelamin laki-laki. Beliau berstatus
menikah dan memiliki 3 orang anak. Pria berumur 36 tahun ini berlamat di
Jl. Laks. Malahayati Teluk Betung Bandar Lampung. Beliau menjabat
sebagai guru bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar Lampung.
Proses wawancara berlangsung di ruang BK, dimana terdapat beberapa
guru bimbingan dan konseling lainnya. Meskipun demikian proses
wawancara tetap berjalan, informan pun dapat bekerjasama dengan baik
hingga data yang dibutuhkan terpenuhi.
3. Informan 3
Informan 3 berinisial G berjenis kelamin perempuan. Beliau berstatus
menikah dan memiliki 3 orang anak. Wanita berumur 37 tahun ini
berlamat di Perum Permata Biru Sukarame Bandar Lampung. Beliau
menjabat sebagai guru bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar
Lampung.
Proses wawancara berlangsung di ruang BK, dimana terdapat beberapa
guru bimbingan dan konseling lainnya serta terdapat beberapa siswa yang
datang. Meskipun demikian proses wawancara tetap berjalan, informan
pun dapat bekerjasama dengan baik hingga data yang dibutuhkan
terpenuhi.
4. Informan 4
Informan 4 berinisial R berjenis kelamin laki-laki berusia 16 tahun. Siswa
kelas XII IPS 3 ini beralamat di Jl. Beringin Raya Bakung Bandar
Lampung.
Siswa menjalani wawancara di ruang BK. R dengan sukarela bersedia
untuk diwawancara dan memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti.
Wawancara sempat terganggu karena terdapat guru lain yang masuk ke
ruangan. Berdasarkan interaksi yang terjadi tersebut dapat diketahui
bahwa R merupakan siswa yang cukup agresif dan kurang dapat
mengendalikan emosinya. Informan R mengatakan:
“Orang ngelunjak geh bu, dia tu diem-diem tapi kalo ngeliat orang itu sinis aja, dari pertama tu saya dah kesel. Kebeneran ngata-ngatain temen saya. Ya udah gebukin aja”. Berdasarkan perkataan R tersebut dapat dilihat bahwa R merupakan siswa
yang agresif dan suka mencari-cari kesalahan dari temannya. Hal tersebut
juga mengungkap bahwa R pernah terlibat perilaku bullying secara fisik.
5. Informan 5
Informan 5 berinisial Y berjenis kelamin laki-laki. Informan Y berusia 18
tahun dan duduk di kelas XII IPS 2. Informan Y tinggal di Jl. Ikan Mujair
No.16 kelurahan Talang Teluk betung selatan. Peneliti mewawancarai Y
di ruang BK. Awalnya Y menolak saat wawancara yang dilakukan harus
direkam, tapi peneliti memberikan pengertian ke Y hingga akhirnya Y
bersedia untuk merekam proses wawancara yang dilakukan.
Y merupakan siswa yang sering kali terlibat bullying, baik di dalam
sekolah ataupun di luar sekolah. Y terlibat bullying secara fisik.
“Selisih paham pas di lapangan itu, kalah gak terima. Pertama ribut kan di viva, di tempat futsalnya, udah itu gak jadi, ada yang misahin, selepas diorang pulang, diorang nunggu di jembatan, jembatan BW, kitorang pulang, kitorang di uber sama diorang masih deket SMA 8 juga digebukin”. Berdasarkan perkataannya tersebut dapat diketahui bahwa Y merupakan
korban bullying. Selain itu, Y juga pernah menjadi pelaku bullying secara
fisik, seperti yang diungkapkan olehnya berikut:
“Permasalahannya sms, temen saya di sms sama dia bahasanya gak enak, udah itu kita gebukin”. Hal tersebut menunjukkan bahwa Y merupakan siswa yang agresif dan
suka mencari-cari kesalahan temannya.
6. Informan 6 Informan 6 berinisial O berjenis kelamin perempuan. O berusia 16 tahun
beralamat di Jl. Pulau Legundi No.7 Sukabumi Bandar Lampung. O
terdaftar sebagai siswa kelas XII IPS 3. O merupakan siswa pindahan, ia
bersekolah di SMAN 8 Bandar Lampung sejak kelas XI. Proses
wawancara dengan O berlangsung di ruang BK. O dapat bekerjasama
dengan baik dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Berdasarkan keterangan dari guru bimbingan dan
konseling diketahui bahwa O pernah menjadi korban bullying, dimana ia
mendapat ejekan berupa kata-kata kasar dari teman-temannya. Selain itu O
juga pernah menjadi korban bullying secara fisik, seperti yang
diungkapkan olehnya berikut ini:
“Pas O lagi di kantin, cewek ini dateng dari arah berlawanan, terus dia ngomong ngapa lu nyolot ama gua, kan emosi jadi ngedorong”. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa O merupakan siswa yang
seringkali terlibat bullying, khususnya menjadi korban bullying dari
teman-temannya.
7. Informan 7
Informan 7 berinisial A berjenis kelamin laki-laki. A berusia 17 tahun
dan duduk di kelas XII IPS 1. A beralamat di Jl. Asrama Polisi No.3 Teluk
betung Bandar Lampung. A menjalani proses wawancara di ruang BK. A
dapat menerima kehadiran peneliti dengan baik. A bersikap terbuka dan
tidak sungkan menceritakan semua kejadian yang terkait dengan masalah
penelitian. Hingga data yang dibutuhkan peneliti terkumpul.
A merupakan siswa yang seringkali terlibat bullying di sekolahnya. A
pernah menjadi pelaku bullying. Informan A mengatakan:
“Biasa kenakalan remaja, berantem. Awalnya salah paham se, dia ngomongin A kan, pas A tanya dia gak mau ngaku, ya udah dia kurang suka A tanyain, ribut ujung-ujungnya”. Selain itu, A juga pernah menjadi korban bullying teman-temannya.
“Pernah dikeroyok A, ama 10 orang A dikeroyok. Masalahnya gara-gara maen bola mba, A gak sengaja nginjek kaki dia kan, gak seneng dia kirain A maen rusuh, maen curangkan ama dia. Denger-denger ngajak A senggolan, iya A samperin, tau-tau temen-temen nyentangin dari belakang. Alhamdulillah gak papa”.
Berdasarkan perkataannya tersebut tampak bahwa bullying merupakan
perilaku yang berkesinambungan, siswa yang pernah menjadi korban
bullying cendrung akan bertindak kasar dan melakukan bullying kepada
orang yang lebih lemah darinya.
B. Analisis Inter-Subjek
1. Upaya guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi bullying
a. Layanan orientasi dalam mengatasi bullying
Layanan orientasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
berkaitan dengan fungsi pemahaman. Siswa perlu memahami berbagai
hal penting dari suasana yang ditemuinya, begitu juga dengan siswa
yang rentan terkena bullying. Layanan orientasi yang dapat diberikan
kepada siswa agar terhindar dari bullying yakni mengenai pemahaman
tugas dan fungsi guru bimbingan dan konseling serta peranan personil
sekolah lainnya dalam mengatasi bullying.
Guru bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar Lampung sendiri
telah memberikan layanan orientasi guna mengatasi bullying. Informan
I mengatakan:
“Tapi andaikan kalian gak bisa mengatasi bicara aja dengan dewan guru, bisa guru bidang studi, bisa guru wali kelas bisa juga guru BK. Kalo masalah pribadi kalian bisa pilih guru yang kalian percaya. Mereka nyebutnya curhat sharing bukan konseling”. Informan perwakilan dari siswa, O juga mengatakan: “Iya disampein, pas pelajaran BK itu, setiap minggunya. Tugasnya untuk ngebimbing siswa yang terlibat”. Selain itu, informan R juga mengatakan: “Iya tau se, untuk mengatasi masalah. Taunya dari kalo kena masalah ngadepnya guru BK, untuk ngasi masukan-masukan. Pernah juga disampein di kelas”. Akan tetapi, terdapat informan yang berpendapat sedikit berbeda seperti informan Y: “Sedikit banyak nya tau lah, Cuma kan sepenuhnya gak ngertilah. Kalo kata saya se buat ngebimbing muridnya untuk lebih baik. Diingetin di kelas pas pelajaran dia”. Berdasarkan perkataan informan I diketahui bahwa guru bimbingan
dan konseling telah berupaya mengenalkan pada siswa bahwa segala
perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolah dapat mereka
laporkan kepada pihak sekolah agar dapat diselesaikan. Akan tetapi
tidak semua siswa paham dan melakukan hal yang disarankan oleh
guru bimbingan dan konselingnya tersebut. Hal itu sesuai dengan apa
yang diungkapkan Kurniati (2007:12), sehubungan dengan
penanganan bullying maka “siswa perlu mendapatkan penjelasan
bahwa di sekolah terdapat guru bimbingan dan konseling yang
memberikan layanan kepada siswa secara individual”. Selain itu,
Nusantara (2008:42) menyatakan bahwa “dalam menjalankan
fungsinya guru bimbingan dan konseling perlu bekerjasama dengan
bidang kesiswaan dan wali kelas untuk mencari jalan keluar kasus-
kasus yang dihadapi siswa”. Berdasarkan hal tersebut, pengenalan
bahwa personil sekolah yang lain juga dapat berperan dalam mengatasi
bullying perlu juga disampaikan.
Selain itu, guru bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar
Lampung juga memberikan layanan orientasi berupa pengenalan
peraturan sekolah mulai dari awal siswa memasuki sekolah dan
berkelanjutan hingga ke keseharian siswa.
Informan M mengatakan:
“Kita sampaikan bahwa di sekolah ini punya aturan, punya tata tertib sehingga mereka bisa mengerti, dan juga cara kita menyampaikan tidak memaksa, tapi secara kesadaran mereka saja. Disampaikannya saat masuk kelas atau istirahat seperti ini, sering juga kami sampaikan satu per satu ke anaknya. Yang paling ini sekali waktu upacara, upacara hari senin itu kan disampaikan tata tertib sekolah, sopan santun, tata krama pada anak-anak itu”. Informan A juga mengatakan: “Dikasih tau lah bu, pas pertama masuk dikasih tau peraturan-peraturan, pas di MOS itu. Ada Tri janji siswa juga dibaca tiap upacara”.
Berdasarkan perkataan informan tersebut dapat diketahui bahwa guru
bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar Lampung juga
memperkenalkan peraturan di sekolah agar diketahui oleh siswa sejak
awal masuk sekolah melalui MOS. Pengenalan peraturan sekolah yang
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling tersebut sangat berguna
untuk langkah awal pencegahan berkembangnya perilaku bullying.
Christin (2009:17) mengatakan salah satu hal yang dapat dilakukan
untuk mengatasi bullying yakni “dengan memperketat peraturan
sekolah dan memberikan sangsi kepada anak-anak yang terlibat dalam
bullying”. Hal ini berarti bahwa memperketat peraturan sekolah dan
menjelaskan sangsi yang diberikan jika melakukan bullying
merupakan hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying.
Pengenalan terhadap peraturan sekolah bisa menjadi langkah awal
dalam memperketat peraturan sekolah dan mengenalkan sanksi yang
diterima jika terjadi bullying.
Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa di SMAN 8 Bandar
Lampung pelaksanaan layanan orientasi dalam mengatasi bullying
diberikan dalam bentuk pengenalan tugas dan fungsi guru bimbingan
dan konseling dan peranan personil sekolah lainnya dalam mengatasi
bullying serta pengenalan terhadap peraturan sekolah. Guru bimbingan
dan konseling menyatakan telah mengenalkan tugas dan fungsi guru
bimbingan dan konseling dan peranan personil sekolah lainnya dalam
mengatasi bullying, akan tetapi tidak semua siswa memahami hal
tersebut. Hal ini terjadi karena guru bimbingan dan konseling
menyampaikannya dengan tidak secara mendalam, sehingga siswa
hanya sebatas mengetahui tanpa benar-benar memahami informasi
yang telah diberikan tersebut. Pengenalan terhadap peraturan sekolah
sendiri dapat menjadi langkah awal dalam memperketat peraturan
sekolah dan mengenalkan sanksi yang diterima jika terjadi bullying,
dimana hal tersebut dapat dilakukan untuk mengatasi bullying.
b. Layanan informasi dalam mengatasi bullying
Layanan informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
bermaksud memberikan pemahaman kepada siswa mengenai berbagai
hal. Penguasaan informasi tersebut diharapkan dapat digunakan untuk
pemecahan masalah yang dialami siswa. Guru bimbingan dan
konseling di SMAN 8 Bandar Lampung telah berupaya memberikan
layanan informasi untuk mengatasi bullying. Informan G mengatakan:
“Layanan informasi ini yang kita berikan ke anak, kita kasih pengertian dulu tentang manfaat dari berantem itu apa, segi negatifnya apa positifnya apa. Terus kita tanya permasalahannya apa, akibatnya apa kalo mengadakan perkelahian itu kan, hukuman dari sekolah kan bermacam-macam. Kalo yang tidak fatal, kalo yang fatal kan dikeluarkan. Nah itu lah informasi yang kita berikan di kelas. Jadi kita kan dikasih waktu untuk BK 1 jam per kelas, dari situlah kita dapat berinteraksi dengan anak”. Informan perwakilan dari siswapun mengatakan hal yang tidak jauh
berbeda, dimana R mengatakan:
“Memberi masukan untuk mematuhi peraturan. Diingetin juga jangan berantem lagi, diingetin dampaknya, bisa dilaporin polisi”.
Berdasarkan perkataan informan di atas dapat diketahui bahwa layanan
informasi untuk mengatasi bullying telah dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling. Kurniati (2007:12) menyatakan hal yang
dapat dilakukan untuk mengatasi bullying yakni:
“Memberikan pemahaman terhadap siswa tentang bahaya dari perilaku bullying dan memberikan informasi kepada siswa tentang konsekuensi yang akan diterimanya dari sekolah (hukuman) jika ia melakukan tindakan bullying”.
Dengan memberikan informasi yang jelas mengenai perilaku bullying
serta akibat yang akan mereka terima jika terlibat bullying, maka
diharapkan dapat mencegah siswa terlibat perilaku bullying di sekolah.
Upaya tersebut telah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling di
SMAN 8 Bandar Lampung. Guru bimbingan dan konseling telah
berupaya menyampaikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan bentuk nyata dari bullying yakni berkelahi. Guru bimbingan
dan konseling telah menyampaikan pengertian dan dampak dari
berkelahi.
Berkaitan dengan layanan informasi, Informan I juga mengatakan:
“Iya, kaya gender gitu, kebersamaan antara pria dan wanita. Saling menghargai. Itu disampaikannya secara klasikal, kalo secara individu itu disampaikannya kalau sudah terjadi. Ada juga mengenai pergaulan, antara pria dan wanita, yang pertama paling pokok itu agama. Jadi kalo kita bergaul dimanapun, kalo kita beragama memegang ajaran agama maka gak akan terjadi hal-hal yang negatif”. Informan perwakilan dari siswapun mendukung perkataan dari
informan guru saat ditanyakan mengenai materi apa saja yang
diberikan mengenai layanan informasi. Informan R mengatakan:
“Cara bergaul, memilih teman disampaikan tapi selingan aja gak ada materi khusus”. Selain itu,informan Y juga mengatakan: “Kalo kelas 3 ini lagi diajarin materi kenakalan remaja”.
Hal tersebut sesuai dengan Prayitno dan Amti (1999:256) yang
menyatakan bahwa salah satu informasi yang dapat diberikan dalam
layanan informasi yaitu informasi “mengenai sosial-budaya, khusunya
pada bahasan “antarbudaya” manusia ditakdirkan bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa”. Hal tersebut perlu diinformasikan pada siswa
karena seperti yang diungkapkan oleh Astuti (2008:54) bahwa “salah
satu penyebab bullying yaitu perbedaan etnis/ras”. Melalui pemberian
informasi mengenai sosial budaya maka diharapkan siswa mampu
memahami perbedaan tersebut sebagai suatu kekuatan untuk dapat
saling memberi dan berbagi bukan menjadi alasan untuk saling
bermusuhan. Hal serupa dilakukan guru bimbingan dan konseling di
SMAN 8 Bandar Lampung, dimana guru bimbingan dan konseling
berupaya memberikan materi mengenai pergaulan, cara berteman,
perbedaan gender pria dan wanita serta pemahaman agama guna
mengatasi bullying yang dilakukan siswa di sekolah. Hal tersebut
diberikan untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa agar dapat
menerima perbedaan dan tidak menjadikan hal tersebut sebagai alasan
untuk bermusuhan atau menindas seseorang.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa guru bimbingan dan
konseling di SMAN 8 Bandar Lampung telah memberikan layanan
informasi dalam upaya mengatasi bullying yang dilakukan oleh siswa.
Layanan informasi yang diberikan yakni pemberian informasi
mengenai pengertian serta dampak dari berkelahi. Guru tidak
menyampaikan mengenai bullying, karena berdasarkan pernyataan dari
guru bimbingan dan konseling diketahui bahwa mereka belum begitu
akrab dengan istilah bullying, meskipun diakui bahwa pada
kenyataannya bullying juga terjadi di SMAN 8 Bandar Lampung.
Selain itu, informasi yang diberikan juga mengenai kehidupan sosial
budaya, dimana siswa diinformasikan mengenai pergaulan, cara
berteman, perbedaan gender pria dan wanita serta pemahaman agama
guna mengatasi bullying yang dilakukan siswa di sekolah. Akan tetapi,
berdasarkan pernyataan siswa bahwa materi yang disampaikan oleh
guru bimbingan dan konseling diberikan hanya berupa kilasan singkat
tanpa materi khusus sehingga tidak banyak informasi yang diterima
oleh siswa. Hal tersebut membuat layanan informasi yang diberikan
menjadi kurang maksimal.
c. Layanan penguasaan konten dalam mengatasi bullying
Layanan penguasaan konten merupakan layanan bantuan kepada
individu untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu
melalui kegiatan belajar. Tujuan umum layanan ini ialah dikuasainya
suatu konten tertentu. Guru bimbingan dan konseling di SMAN 8
Bandar Lampung menyatakan telah memberikan layanan konten bagi
siswa yang terlibat bullying. Informan I mengatakan:
“Ya, paling di kelas itu, saat di kelas atau saat kejadian, kan diciduk tu kalau kejadian, semua yang berkaitan, dikasih masukan, ditanyakan masalah itu, antisipasinya itu ya cepet lapor dengan guru bidang studi, atau BK. Tapi kalo memang untuk pertamanya pisah dulu, pegang temen masing-masing, tapi kalo memang gak bisa baru cepet lapor guru terdekat. Ya paling umi juga ngomong, kalo kalian melakukan perbuatan seperti itu, banyak manfaatnya apa mudorotnya, mereka bilang banyak mudorotnya, maka harus dihindari”. “Kalo untuk korbannya juga, kalo memang gak sesuai dengan diri kamu, kamu lapor ajalah dengan guru BK biar dipanggil biar ada penyelesaikan. Jadi intinya ngelapor secepatnya. Ngelapor itu kan biar mereka itu gak resah, sekolah besok gak resah, mereka juga gak akan ngulangi perbuatannya. Tapi kalo udah ke BK insya Allah berubah low, karena mereka mungkin takut dengan perjanjian itu. Tapi ada juga kalo yang saya tahu biar korbannya itu melawan jika ditindas, kalo memang tidak begitu berbahaya gak papa dibalas biar mereka gak mau mengulanginya lagi, tapi harus tetap sepengetahuan BK nya”. Informan M juga mengatakan: “Itu lebih ke tatakrama dia, kalian kan harus menghindari pekerjaan yang merugikan, contohnya apabila kamu diajak bertikai kenapa kamu harus ikut-ikutan, nah itu kamu harus bisa mencegah, harus bisa menolak, dan juga harus memberikan bimbingan kepada siswa itu. Itu disampaikan saat di kelas atau dipanggil per individu”. Selain itu, dari pihak siswa juga menyatakan hal tak jauh berbeda saat
ditanyakan mengenai hal apa saja yang telah diajarkan pada mereka
untuk menghadapi bullying.
Informan O mengatakan:
“Diajarin, misalnya kalo emang dia nya udah sangking ngelunjak, kalo udah keseringan gitu, dilawan aja”. “Iya, kan anak baru, beda nya gak punya banyak temen. Disaraninnya buat bisa beradaptasi aja, misalnya kalo lagi belajar gitu harus bisa buat diri itu nyaman, biar temennya nyaman temenan sama kita”. Berdasarkan pernyataan informan di atas diketahui bahwa layanan
penguasaan konten yang diberikan guru bimbingan dan konseling di
SMAN 8 Bandar Lampung meliputi kemampuan siswa untuk membela
diri dan cara bersosialisasi agar terhindar dari bullying. Prayitno
(2004:5-6) mengungkapkan materi layanan penguasaan konten dapat
diangkat dari “pengembangan kemampuan hubungan sosial dan
pengembangan kehidupan pribadi”. Konten mengenai hubungan sosial
diajarkan guru bimbingan dan konseling kepada siswa yang terlibat
bullying yakni dengan mengajarkan siswa agar tidak sombong, dapat
membela diri bagi korban bullying serta dapat menolak ajakan
bullying. Seperti yang dikatakkan oleh A:
“Diajari, gak usah dibawa dendamlah, pokoknya nasehatin biar masalahnya selesai disitu juga. Terus diajarin jangan sombong”. Berdasarkan pernyataan dari informan A tersebut, kita juga dapat
mengetahui bahwa konten pengembangan kehidupan peribadi juga
telah diajarkan oleh guru bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar
Lampung antara lain mengenai kemampuan untuk tidak menaruh
dendam. Selain itu informan G juga mengatakan:
“Paling kita secara individual, misalnya mereka punya penampilan yang berlebihan kita kasih tahu “nak supaya tidak mengundang perhatian temen, kamu jangan bersikap seperti itu. Bukan nasehat ya, hanya informasi saja, masukan-masukan”. Berdasarkan perkataan informan G kita dapat mengetahui bahwa siswa
yang memiliki kemungkinan terkena bullying juga diajarkan hal-hal
yang berkaitan dengan cara bergaul dan berpenampilan agar terhindar
dari bullying.
Kurniati (2007:12) menyatakan bahwa “dengan layanan penguasaan
konten guru bimbingan dan konseling bisa melatih siswa-siswa yang
introvert (tertutup) untuk berkomunikasi dan mengungkapkan ide-
idenya kepada orang lain”. Selain itu, Prayitno (2004:4)
mengungkapkan bahwa “penguasaan konten yang tepat dan terarah
memungkinkan individu membela diri sendiri terhadap ancaman
ataupun pelanggaran-pelanggaran atas haknya”.
Hal tersebut sesuai dengan layanan penguasaan konten yang tengah
diupayakan oleh guru bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar
Lampung, dimana mereka mengajarkan pada siswa agar dapat
membela diri ketika mendapatkan ancaman, seperti tegas mengatakan
tidak dan menolak jika ada siswa lain yang berusaha menyakitinya
atau mungkin mengajaknya untuk melakukan bullying, yakni dengan
segera melaporkan ke guru bimbingan dan konseling jika terjadi
bullying dan menjaga perilaku dalam pergaulan sehari-hari. Akan
tetapi, pemberian layanan penguasaan konten oleh guru bimbingan dan
konseling di SMAN 8 Bandar Lampung seperti terintegrasi ke dalam
layanan informasi, karena siswa hanya diajarkan secara lisan dan tidak
ada format khusus seperti seharusnya. Hal tersebut membuat layanan
penguasaan konten yang dimaksud kurang sesuai, sehingga siswa tidak
dapat maksimal dalam penguasaan konten yang diharapkan.
d. Layanan penempatan dan penyaluran dalam mengatasi bullying
Guru bimbingan dan konseling dapat mengarahkan potensi siswa
dengan menempatkan dan menyalurkan siswa ke dalam kegiatan-
kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai dengan bakat dan minat siswa.
Dengan begitu siswa dapat menyalurkan energinya ke arah yang
positif, sehingga mereka tidak perlu melakukan hal-hal negatif untuk
menyalurkan energinya yang kemudian berujung pada perilaku
bullying. Akan tetapi di SMAN 8 Bandar Lampung ternyata tidak
memanfaatkan layanan ini, seperti yang diungkapkan oleh informan I:
“Itu kakak kelas saat MOS dipromosikan ekskulnya, jadi lebih pada keinginan mereka mau masuk mana. Kadang-kadang penyalurannya memang dari SMP sudah disalurin. Jadi sesuai hati nurani mereka”.
Informan G juga mengatakan:
“Enggak, anak kan memilih eskul sesuai keinginan mereka sendiri. Lebih pada bakat dan kesadaran mereka sendiri”.
Informan perwakilan dari siswa juga mengatakan hal serupa saat
ditanyakan mengenai peranan guru bimbingan dan konseling dalam
penempatan dan penyaluran.
Informan R mengatakan:
“Gak ada. Gak pernah di tanya-tanya juga bu”.
Informan Y juga menjawab tidak jauh berbeda saat ditanyakan hal
yang sama:
“Gak, dari kelas 1, 2 emang gak ikut. Kalo kelas 3 ini kan harus fokus dengan ujian nasional”.
Berdasarkan pernyataan para informan tersebut diketahui bahwa
layanan penempatan dan penyaluran tidak dilaksanakan oleh guru
bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar Lampung, khususnya
dalam upaya mengatasi bullying.
e. Layanan konseling individual dalam mengatasi bullying
Layanan konseling individual dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengatasi masalah yang ada pada diri siswa, termasuk masalah
bullying yang dialami siswa. Guru bimbingan dan konseling di SMAN
8 Bandar Lampung sendiri mengatakan telah melakukan konseling
individual guna membantu siswa yang terlibat bullying. Informan I
mengatakan:
“Kalo dateng sendiri biasanya setelah kejadian mereka suka curhat, jadi dikasih masukan-masukan. Kita jangan kaku harus fleksibel, kita juga harus menghargai siswa itu. Kalo mereka sudah merasa dihargai maka mereka akan mudah menerima masukan. Kalo PD nya udah dinaikin maka gak akan marah mau diapain juga. Diberitahu juga kekurangan dan kelebihan melakukan itu apa”. Informan G juga mengatakan:
“Ada yang harus dipanggil, ada yang dengan kesadaran datang sendiri, tapi untuk kelas XI, kelas XII mereka sudah merasakan manfaat ke ruang BK, jadi mereka datang sendiri”.
“Kalo yang berkelahi pas BK melihat, langsung kita bawa, kita tanya dulu penyebabnya apa, tidak kita pertemukan dulu antara 2 orang yang berselisih ini, kita tanya satu persatu baru kita selesaikan. Tapi kalo kita dapat laporan dari guru lain paling anaknya kita panggil. Lalu kita selesaikan”.
Informan perwakilan siswa juga mendukung pernyataan dari informan
guru. R mengatakan:
“Iya, sempet kan ditanya kenapa se kamu ne ikut-ikutan. Saya kesel ,gini,gini,gini…sharing lah sama umi, kadang-kadang sama bu G”. Informan A juga mengatakan:
“Kalo A lagi ada masalah sering sharing sama guru BK nya, curhat”. Berdasarkan keterangan dari para informan diketahui bahwa layanan
konseling telah dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling di
SMAN 8 Bandar Lampung untuk membantu para siswa yang terlibat
bullying. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Astuti
(2008:14), yang mengemukakan bahwa “salah satu yang dapat
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi
bullying yaitu dengan mengefektifkan konseling”. Selain itu, Kurniati
(2007:12) juga mengungkapkan bahwa “layanan konseling sangat
membantu sekali bagi siswa yang ingin curhat (istilah anak sekarang)
berbagai macam permasalahannya kepada guru bimbingan dan
konselingnya”. Dengan layanan ini siswa tidak perlu merasa takut
dikatakan mengadu atau melapor jika ia menjadi korban bullying, atau
menyaksikan perilaku bullying.
Siswa SMAN 8 Bandar Lampung biasa menyebut konseling individual
dengan istilah sharing atau curhat. Konseling individual biasa
dilakukan setelah perilaku bullying terjadi. Konseling individual
diberikan kepada siswa yang terlibat bullying baik sebagai korban
ataupun pelaku. Proses pelaksanaan konseling individual dimulai
dengan pemanggilan siswa yang terlibat bullying, lalu menggali akar
permasalahan dan ditanyakan penyebabnya, baru setelah itu guru
bimbingan dan konseling membantu siswa untuk dapat menyelesaikan
masalahnya secara mandiri. Guru bimbingan dan konseling berusaha
fleksibel dan tetap menghargai siswa yang terlibat bullying, termasuk
dengan siswa pelaku bullying, dengan begitu diharapkan siswa tidak
segan dan mau melakukan konseling agar masalah bullying yang
menimpanya tidak terus berlanjut.
f. Layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok dalam
mengatasi bullying
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan
kepada sekelompok individu. Layanan ini sangat membantu anak
dalam mengungkapkan berbagai permasalahan yang sifatnya umum
yang dialami oleh semua anak di sekolah. Termasuk di dalamnya
pembahasan persoalan bullying, karena di dalam layanan bimbingan
kelompok tujuan bersama menjadi komitmen bersama. Sedangkan
layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling
individual yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Konseling
kelompok dapat menjadi cara yang baik untuk menangani konflik-
konflik antar pribadi seperti yang kebanyakan terjadi pada kasus
bullying, selain itu siswa juga dapat mengembangkan kemampuan
pribadinya seperti pengendalian diri, tenggang rasa, dan teposiliro.
Hal-hal tersebut diharapkan dapat berguna bagi upaya pengentasan
kasus bullying.
Akan tetapi di SMAN 8 Bandar Lampung ternyata tidak
memanfaatkan kedua layanan ini, seperti yang diungkapkan oleh
informan I:
“Tidak, karena memang kan konseling kelompok dan bimbingan itu harus ada tempat, sedangkan kita kondisi kelasnya tidak memadai”.
Informan G juga mengatakan:
“Gak ada, jadi memang hanya di kelas itu lah kita kasih informasinya”.
Guru bimbingan dan konseling mengaku tidak pernah memberikan
layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok dengan alasan
materi telah disampaikan secara klasikal dan karena keterbatasan
tempat. Informan dari perwakilan siswa juga mengaku tidak pernah
mendapatkan layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok,
bahkan mereka tidak paham dengan kedua istilah tersebut meski telah
dijelaskan. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa layanan
bimbingan kelompok dan konseling kelompok tidak dilaksanakan oleh
guru bimbingan dan konseling termasuk dalam upaya mengatasi
bullying.
g. Layanan mediasi dalam mengatasi bullying
Layanan mediasi merupakan layanan yang dilaksanakan untuk
mencapai kondisi hubungan yang positif dan kondusif di antara pihak-
pihak yang berselisih. Layanan mediasi diberikan guru bimbingan dan
konseling di SMAN 8 Bandar Lampung untuk menyelesaikan kasus
bullying yang terjadi. Informan G mengatakan:
“Pertama itu kan, kita tanya kedua belah pihak ni, kalo memang masalahnya terlalu parah itu kita panggil orang tua. Orang tua kita panggil, wali kelas, dan wakil kesiswaan itu kita libatkan, tapi kalo memang masalahnya tidak terlalu parah ya cukup antara yang berkelahi saja, cukup diketahui guru BK dan wali kelas saja. Prosesnya yang berkelahi kita kumpulkan dulu, kita data dulu permasalahannya apa kejadiannya dimana waktunya kapan, terus terjadi korban atau tidak, terjadi pemukulan tidak, parah atau tidak”. “Anak yang berkelahi kan kita panggil kita damaikan, dan mereka mau berdamai dan tidak akan mengulanginya lagi maka cukup dengan perjanjian. Tapi dengan perjanjian, di lain waktu mereka mengulangi lagi maka orang tua kita panggil, biar oang tua juga tau posisi anak disekolah seperti apa, kondisi anaknya di sekolah itu sering berkelahi atau tidak”.
Informan M juga mengatakan: “Misalnya dia bertikai, dia sempat memukul kawannya, selain siswa di beri surat perjanjian kita memanggil ortu nya juga biar orangtuanya juga bisa mewanti-wanti anaknya dirumah, jangan semau-maunya gaplok anak orang jadi tau masalahnya. Jadi kerja sama antara guru dan orangtuanya itu perlu. Karena banyak kejadian anak itu di rumah manggut-manggut rajin, tapi di sekolah berantem”.
Berdasarkan pernyataan dari informan di atas dapat diketahui bahwa
layanan mediasi telah dilakukan di SMAN 8 Bandar Lampung untuk
mengatasi bullying yang terjadi. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Astuti (2008:14) bahwa “salah satu yang dapat
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi
bullying yaitu melalui mediasi”. Selain itu, Kurniati (2007:12) juga
menyatakan bahwa “guru bimbingan dan konseling hendaknya dapat
menjadi penghubung serta fasilitator dalam penyelesaian permasalahan
bullying, karena memang persoalan ini bisa melibatkan banyak pihak
yang terkait di dalamnya”.
Layanan mediasi diberikan kepada korban dan pelaku bullying untuk
mendamaikan pertikaian di antara mereka. Layanan mediasi juga
diberikan kepada orang tua dan siswa yang terlibat bullying guna
memberikan pemahaman mengenai bullying bagi keduanya agar
perilaku bullying tidak lagi terjadi.
Guru bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar Lampung kerap
kali memanggil siswa yang terlibat bullying, baik itu korban ataupun
pelaku untuk mendamaikan mereka hingga bullying tidak terulang lagi.
Informan R mengatakan:
“Pernah, dikumpulin, diomongin gimana baiknya, terus salaman”.
Informan O juga mengatakan hal yang sama:
“Dipanggil tiba-tiba, ke sini ternyata ada 2 cewek dari gank itu, jadi ngomonglah apa masalahnya, lama-lama baekan se, sampe cium pipi malah”.
Selain diberikan kepada korban dan pelaku bullying, layanan mediasi
juga diberikan kepada orang tua siswa yang terlibat bullying. Informan
A mengatakan:
“Guru BK nya yang ngedamain, semuanya yang terlibat dikumpulin, orang tuanya juga dateng semuanya dari yang mukulin yang dipukul. Diselesaian di sini, sampe selesai semuanya, kalo bisa diluar gak usah diperpanjang lagi. Soalnya kalo abis berantem ya, buat perjanjian kalo ngulangin lagi bakal dikeluarin di skors”. Layanan mediasi pada dasarnya adalah untuk menyelesaikan masalah
hubungan yang terjadi di antara individu atau kelompok-kelompok
yang bertikai, yang memerlukan bantuan guru bimbingan dan
konseling untuk mengatasinya sehingga sangat tepat diberikan kepada
pihak-pihak yang berkaitan dengan kasus bullying yang terjadi.
Berdasarkan pernyataan para informan jelas nampak bahwa guru
bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar Lampung telah
melaksanakan layanan mediasi dan menjadi fasilitator untuk
menyelesaikan kasus bullying yang terjadi.
h. Layanan konsultasi dalam mengatasi bullying
Layanan konsultasi merupakan layanan yang memungkinkan konselor
untuk membantu menyelesaikan masalah individu melalui pihak
ketiga. Guru bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar Lampung
menggunakan bantuan dari orang tua untuk menyelesaikan
permasalahan bullying yang terjadi. Informan I mengatakan:
“Setelah dipanggil orang tua. Jadi kita mohon juga pada orang tua itu mantau bukan hanya perilakunya, mungkin juga cara belajar, kamar dia, teman bergaulnya, jadi memang lebih utamanya orang tua”. Informan G juga mengatakan: “Yang pertama kita tanya dulu anak ke berapa, tinggal dimana, di rumah dia perilakunya seperti apa, suka keluar malem atau enggak, siapa temannya, paling itu informasi yang kita bisa gali dari orang tua. Informasi dari orang tua bisa menjadi satu tolak ukur bagi kita mengapa si anak dapat berperilaku seperti ini, berartikan latar belakang dia di rumah dulu”. “Setelah kita mengetahui informasi dari orang tua, baru kita memberikan informasi dari pihak sekolah, seperti absensi dia, tingkah laku dia di sekolah seperti apa, cara bergaul dia, sopan santun terhadap guru seperti apa, dengan teman seperti apa, baru di situ nanti ketemu. Kalo kita hanya informasinya dari anak , kadang-kadang anak itu di depan orang tuanya baik tapi di sekolah brutal. Kadang-kadangkan Orang tua taunya anaknya ini bagus, baik, nurut tapi ternyata di luar berontak. Lalu paling kita mengarahkan untuk memperhatikan anak ini dalam cara bergaul, waktu tidurnya di rumah dan aktivitasnya di luar. Orang tua harus tahu anaknya bergaul dengan siapa, lingkungan tempat bergaul bagaimana, intinya orang tua harus lebih perhatian”. Berdasakan perkataan dari informan tersebut dapat diketahui bahwa di
SMAN 8 Bandar Lampung orang tua siswa diikutsertakan dalam
upaya mengatasi bullying. Layanan konsultasi bagi orang tua siswa ini
dilakukan jika guru bimbingan dan konseling sudah berupaya
mengatasi, namun belum juga berhasil sehingga diperlukan campur
tangan orang tua siswa untuk menangani masalah bullying yang
dilakukan siswa.
Nusantara (2008:37) mengungkapkan bahwa “pihak-pihak yang dapat
berperan dalam mengatasi bullying antara lain kepala sekolah, guru,
dan orang tua”. Hal itu berarti tindakan guru bimbingan dan konseling
di SMAN 8 Bandar Lampung yang mengikutsertakan orang tua dalam
mengatasi bullying merupakan hal yang tepat, karena bagaimanapun
juga perilaku anak tidak lepas dari tanggung jawab orangtuanya.
Kurniati (2007:12) mengemukakan bahwa “guru bimbingan dan
konseling hendaknya menjadi tempat konsultasi berbagai pihak yang
terkait dengan permasalahan bullying”. Selain itu, Astuti (2008:58)
menyatakan bahwa “guru bimbingan dan konseling juga diharapkan
dapat memberi data atau informasi mengenai pemahaman bullying
yang terjadi di sekolah kepada semua pihak yang membutuhkan”. Hal
itu sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling di SMAN 8 Bandar Lampung, dimana orang tua siswa yang
terlibat bullying dipanggil dan dimintai keterangan mengenai perilaku
anaknya di luar sekolah, setelah itu baru guru bimbingan dan konseling
menyampaikan perilaku siswa di sekolah dan upaya apa saja yang
dapat dilakukan oleh orang tua untuk membantu menyelesaikan
masalah bullying yang dilakukan anaknya tersebut.
2. Faktor- faktor yang menyebabkan bullying
Maraknya aksi bullying di institusi pendidikan menggambarkan bahwa
adanya penurunan moral di institusi pendidikan. Sebenarnya tindakan
bullying memiliki motif tertentu dari pelakunya yang terkadang luput dari
perhatian masyarakat. Penyebab bullying lebih dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, meski tidak dipungkiri bahwa faktor dari dalam diri
individupun ikut andil sebagai penyebab bullying. Lingkungan tempat
tinggal individu menjadi hal yang sangat berpengaruh termasuk
lingkungan sekolah dan keluarga. Lingkungan dapat menyebabkan
terbentuknya karakter individu yang rentan terhadap perilaku bullying.
Budaya dan kebiasaan tidak baik yang berlaku pada suatu lingkungan juga
dapat menyuburkan perilaku bullying.
Astuti (2008:51) mengungkapkan bahwa penyebab terjadinya bullying
antara lain: “lingkungan sekolah yang kurang baik, senioritas tidak pernah
diselesaikan, guru memberikan contoh kurang baik pada siswa,
ketidakharmonisan di rumah, dan karakter anak”. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan pada siswa yang terlibat bullying didapatkan
faktor-faktor penyebab bullying di SMAN 8 Bandar Lampung.
a. Lingkungan sekolah yang kurang baik
Lingkungan sekolah bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
bullying. Lingkungan sekolah yang dapat mendukung terjadinya
bullying mencakup lingkungan luar sekolah maupun lingkungan
sekolah itu sendiri. Lingkungan luar sekolah yakni adanya kebiasaan
orang-orang di sekitar sekolah seperti sering berkelahi atau
bermusuhan, serta berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada. Hal
tersebut membuat siswa mudah meniru perilaku lingkungan tersebut
dan merasa tidak bersalah saat melakukannya, sehingga timbullah
perilaku bullying. Hal tersebut juga terjadi di SMAN 8 Bandar
Lampung, seperti yang diungkapkan oleh informan R berikut:
“Anak sekolah sini kan pake bunga gitu kan, emang anak ini tempramen bu, jadi dikatain “alahh… gak pernah ke bali lu ya..!”. Gak terima mungkin bu, ditimpuk-timpukin mobilnya, ampe pecah kaca angkotnya. Pernah denger kabar aja. Anak sekolah SMA 8 dipalak di depan Gg itu, setiap pulangkan lewat situ, dipalakin, handphone nya diambil”. Perkataan informan R senada dengan perkataan informan O:
“Pernah, ada kawan, dari SMA 8 juga malakin anak SMP”.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa orang-orang
sekitar lingkungan di SMAN 8 Bandar Lampung seringkali melakukan
hal-hal yang melanggar norma, baik oleh warga sekitar ataupun siswa
SMAN 8 Bandar Lampung sendiri. Hal–hal tersebut berkaitan dengan
kekerasan seperti pemukulan, pengroyokan, dan pemalakan. Kondisi
lingkungan seperti itu dapat mendukung terjadinya bullying, sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Ehan (2010:5) yang menyatakan
bahwa hal yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying:
“anak hidup pada lingkungan orang yang sering berkelahi atau bermusuhan, berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada, maka anak akan mudah meniru perilaku lingkungan itu dan merasa tidak bersalah”.
Hal tersebut mengungkap bahwa salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi siswa untuk melakukan bullying yakni lingkungan
sekitar tempat ia berada. Lingkungan dimana individu di dalamnya
biasa melakukan kekerasan ataupun perbuatan melanggar norma
lainnya dapat mendukung seseorang menjadi pelaku bullying. Begitu
pula dengan yang terjadi di SMAN 8 Bandar Lampung, dimana
lingkungan sekitarnya kerap kali terjadi tindakan kekerasan yang
mengarah pada perilaku bullying, sehingga siswa meniru dan merasa
tidak bersalah saat melakukannya.
b. Senioritas tidak pernah diselesaikan
Senioritas merupakan salah satu penyebab bullying yang cukup
dominan. Senioritas yang tidak terselesaikan hanya akan menyuburkan
perilaku bullying di sekolah. Hal ini terkait dengan bagaimana sekolah
dan para guru menanggapi dan menindaklanjuti masalah senioritas di
sekolah. Senioritas juga terjadi di SMAN 8 Bandar Lampung. Hal ini
seolah sudah menjadi tradisi di sekolah tersebut. Kakak kelas tidak
segan berlaku kasar kepada adik kelasnya. Seperti yang diungkapkan
oleh informan R berikut:
“Ada bu, kemarin baru kejadian. Kelas XI nyerang kelas X. Digampar, handphonenya di banting, gara-gara cowok katanya bu”. Selain itu, pernyataan dari informan O juga mendukung pernyataan
dari informan R, dimana siswa senior khususnya wanita sering kali
melabrak adik kelasnya.
“Ada, sering malah, banyak gara-gara cowok. Ceweknya itu menel-menel sok berkuasa gitu, cowok yang dia suka sama cewek, cewek ini yang dilabrak. Apalagi anak baru kaya O, kalo cewek pindahan pasti dimusuhin”.
Senioritas yang terjadi antar siswa laki-laki di SMAN 8 Bandar
Lampung biasanya berupa kekerasan fisik seperti pemukulan dan
pengroyokan, seperti yang diungkapkan oleh informan A.
“Paling-paling kalo adek kelas gak sopan. Awal-awal MOS kemaren tu banyak adek-adek kelas yang gak sopan. Kita kerjain di kamar mandi, kita mos juga. Kaya kemaren itu ada anak kelas 1 gak sopan ngomong ama kakak kelas, gayanya ngesok tengil. Kita bawa kamar mandi, tanyain bagus-bagus ngelawan, tonjokin rame-rame di situ, tapi BK gak tahu. Sering mba, kalo 8 ne hobi ribut. Istilahnya kalo 8 ne mbak, gaya kita tengil ngotak itu bakal dimusuhin di 8 ini”. Senioritas berupa pemukulan dimulai dari pertama kali siswa masuk ke
sekolah, yakni saat MOS. Para senior mencari adik kelas yang tampak
menonjol dan memperlakukan mereka dengan kasar. Senioritas terus
berlanjut, tidak hanya pemukulan tapi pemalakanpun juga dilakukan
oleh kakak kelas pada adik kelasnya, seperti yang diungkapkan oleh
subjek Y.
“Iya ada se, yang suka minta-mintain duit. Saya pernah dimintain. Cuma sekarang saya juga pernah mintai, gentian”. Hal tersebut menunjukkan bahwa senioritas sering kali terjadi di
SMAN 8 Bandar Lampung. Senioritas yang terjadi antara lain
pemukulan, pemalakan, pengeroyokan dan pelabrakan. Berdasarkan
keterangan siswa tidak semua kejadian itu diketahui oleh pihak
sekolah. Informan Y mengatakan:
“Ada yang pernah ketawan sama guru BK Pak M dan Pak E”.
Informan R juga mengatakan hal senada:
“Ada se, dikasi tegoran, itu biasanya guru-guru yang ngeliat aja bu”.
Pengawasan yang kurang tersebut membuat senioritas di SMAN 8
Bandar Lampung tidak pernah terselesaikan dengan tuntas. Astuti
(2008:6) mengemukakan bahwa “perilaku bullying diperparah dengan
tidak jelasnya tindakan dari para guru dan pengurus sekolah. Sebagian
guru cendrung membiarkan, sementara sebagian guru lain
melarangnya”. Ketidakjelasan tindakan dari guru tersebut membuat
senioritas di SMAN 8 Bandar Lampung tidak terselesaikan dengan
tuntas, sehingga hal tersebut memicu siswa untuk terus melakukan
bullying.
c. Guru memberikan contoh kurang baik pada siswa
Guru sebagai pengajar di sekolah dapat menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya bullying, terutama guru yang memberikan
contoh perilaku yang tidak baik. Hukuman secara fisik kerap kali
dilakukan oleh guru di SMAN 8 Bandar lampung. Informan R
mengatakan:
“Ada yang suka mukul, suka nendang”.
Informan Y juga mengatakan:
“Iya, ada se pak E, dia tu keras, kalo mukul,mukul betulan, kalo salah pasti dipukul sama dia. saya pernah itu di jejek bu, karena bajunya gak masuk. Lumayan sakit”. Sependapat dengan kedua perkataan informan di atas, informan O juga
mengatakan:
“Ada pak E, untuk disiplin tapi terlalu lo. Kaya kemaren ada kawan pake sepatu putih, dipanggil di proses-proses, sepatunya diambil, trus dia ke kelas pake sandal. Pak E tau, digebukin dia di kelas ampe penggaris patah. Pake kaki nendang gitu”. Tidak jauh berbeda informan A juga mengatakan: “Kalo di gampar, dijewer biasalah mbak, suka nendang. Pake penggaris, A kemaren baru patah 1 penggaris. Pelajaran dia kan kosong, A ke kantin bentar pas balik ditanya “kenapa keluar-keluar?” megang penggaris dia, dipukul ampe patah”.
Berdasarkan perkataan para informan di atas, hukuman fisik sering kali
diberikan oleh guru. Hukuman fisik yang diberikan antara lain
memukul dan menendang. Hal tersebut memungkinkan siswa untuk
melakukan hal serupa yang dilakukan oleh gurunya. Informan R
mengatakan:
“Pasti semua orang adalah pikiran kaya gitu bu. Dia aja seenak jidat ngelakuin, nanti kalo jadi guru saya juga mau kaya gitulah bu”. Perbuatan kasar yang dilakukan guru dengan dalih pendisiplinan
membuat siswa menganggap hal tersebut benar dan ingin meniru
perbuatan tersebut.
Guru di SMAN 8 Bandar Lampung juga sering mengabaikan kondisi
prestasi siswanya. Informan R mengatakan:
“Ada itu bu, pas kelas XI. Ceritanya kan saya ini telat ngerjain tugasnya. Trus kata dia “apa lagi kamu ini ngumpul-ngumpul tugas, udah gak usah dikumpul, gak akan saya nilai juga, bawa pulang lagi”. Besoknya saya udah ngerjain lagi bu, udah tepat bu, cuma kurang 1 nomor bu. Terus kata dia, “ini kurang 1, udah-udah” kayanya benci gitu sama saya bu, dari situ saya gak mau masuk kelas dia lagi, 1 semester saya gak masuk pelajaran dia”. Informan Y dan A juga mengaku pernah mengalami hal yang sama: “Pernah, waktu kelas 1, saya tu kan memang jarang masuk, saya buat tugas gak diterima”. “Ada, guru geografi, masalahnya pertama ama dia itu, pas pelajaran dia A maen basket, diliat ama dia kan. Minggu depannya A masuk pelajaran dia, nama A kan absennya pertamakan langsung dilangkahin gak pernah diabsen. Jadi A ngerjain tugas 1 semester itu gak dihargain sama dia. Udah minta maaf berulang-ulang. 1 tahun malah mbak semester 2 nya juga ia geh mbak”.
Tidak jauh berbeda informan O juga mengatakan pernah mengalami
hal serupa dan sempat merasa sakit hati akibat perbuatan gurunya
tersebut:
“Oh iya, ada itu, ini ada, disuruh buat 18 jurnal umum, udah cape sampe ngantuk-ngantuk, ada 1 salah gak diterima “udah-udah gak jadi”, “ikhh… ibu ini lo dah capek-capek juga, gak dihargain bener, tandatanganin aja kek kan”, ya kaya gitu lah gak dihargain, jadi males, jijik bener geh, sakit hati saya”.
Selain itu guru juga terkadang tidak begitu memperhatikan perilaku
siswa-siswanya. Informan Y mengatakan:
“Gak ada yang ngawasin, wayahnya istirahat guru juga biasa duduk aja di kantor”. Perbuatan guru yang kurang baik, seperti suka berbuat kasar,
mengabaikan prestasi siswa, dan tidak memperdulikan perilaku siswa
sehari-hari tersebut dapat mendukung siswa melakukan bullying.
Ehan (2010:5) mengemukakan bahwa salah satu hal yang
mempengaruhi perilaku bullying yaitu:
“guru yang berbuat kasar kepada siswa, guru yang kurang memperhatikan kondisi anak baik dalam sosial ekonomi maupun dalam prestasi anak atau perilaku sehari hari anak di kelas atau di luar kelas bagaimana dia bergaul dengan teman-temannya”.
Guru yang berbuat kasar membuat siswa termotivasi untuk melakukan
hal yang sama. Guru yang seringkali mengabaikan siswa baik kondisi,
prestasi maupun perilaku siswa sehari-hari membuat siswa kurang
terpantau dan cendrung mengarah pada perilaku bullying. Hal serupa
terjadi di SMAN 8 Bandar Lampung, sehingga para siswa memiliki
kesempatan dan terdorong untuk melakukan bullying.
d. Ketidakharmonisan di rumah
Keluarga juga berpengaruh terhadap perilaku bullying yang dilakukan
oleh siswa. Kompleksitas masalah dalam keluarga merupakan faktor
penyebab tindakan bullying yang dilakukan siswa. Siswa SMAN 8
yang menjadi pelaku bullying mengaku jarang berkomunikasi dengan
orangtuanya. Informan Y mengatakan:
“Jarang, yang ada berantem. Minta duit kadang gak dikasih jadi marah”. Informan A juga mengatakan hal yang serupa: “Jarang, gak pernah juga. Kemaren kasus dimarah-marahin, handphone disita, gak dikasih uang jajan, motor gak dikasih”. Berdasarkan perkataan mereka tampak bahwa mereka jarang sekali
mendiskusikan urusan sekolah pada kedua orang tua mereka. Astuti
(2008:53) menyatakan bahwa “kurangnya komunikasi antara orang tua
dan anak merupakan faktor penyebab tindakan bullying”. Selain itu,
Schwartz,dkk (dalam Papalia,dkk, 2008:514) menyatakan bahwa
“Anak-anak yang menjad bullies seringkali berasal dari lingkungan
keluarga kasar dan keras yang selanjutnya membiarkan mereka
mendapat hukuman dan penolakan”.
Siswa yang kurang berkomunikasi dengan orang tua memiliki
kemungkinan besar melakukan bullying, karena tanpa komunikasi
orang tua tidak dapat mengontrol perilaku anaknya sehingga anak
dapat berbuat semaunya termasuk berlaku kasar pada temannya. Selain
itu orang tua yang suka memarahi dan membiarkan anak mendapatkan
hukuman dan penolakan membuat siswa terbiasa dengan perilaku
kasar dan dengan mudah melakukannya. Siswa di SMAN 8 Bandar
Lampung yang menjadi pelaku bullying mengaku jarang
berkomunikasi dengan orangtuanya dan seringkali mendapat hukuman
dan perlakuan keras dari orangtuanya, sehingga mereka lebih mudah
terjerumus menjadi pelaku bullying
e. Karakter anak
Karakter anak yang biasa menjadi pelaku bullying pada umumnya
adalah anak yang selalu berperilaku agresif, baik secara fisikal
maupun verbal. Siswa SMAN 8 Bandar Lampung yang menjadi pelaku
bullying pasti berlaku agresif baik secara fisikal maupun verbal.
Informan R, Y, dan A mengaku pernah terlibat bullying khususnya
secara fisik seperti pemukulan dan pengeroyokan. Astuti (2008:53)
menyatakan bahwa faktor prnyebab bullying yakni “karakter anak
sebagai pelaku umumnya agresif, baik secara fisikal maupun verbal
dan pendendam”.
Siswa pelaku bullying saat ditanya alasan yang mendasari mereka
menindas temannya yakni karena rasa dendam. Informan R
mengatakan:
“Ya gak se bu, saya tu dari pertama ngeliatnya itu, gayanya tengil gitu, sok, jadi kesel saya”. “Saya ma lagi duduk aja bu, ngeliat dia digebukin udah gekh ikutan. Ngeliatin muka dia itu bingsal aja bu. Pokoknya dalam hati itu kalo ada yang berantem ama dia, saya pasti mau turun”.
Informan Y juga mengatakan hal yang tidak jauh berbeda saat
ditanyakan pertanyaan yang sama:
“dia tu kalo jalan ngengkeng, belagu, kalo bawa motor ketemu kebatkebut-kebatkebut”. Informan A juga mengatakan:
“Kalo di luar pernah lah ribut mba, namanya juga cowok mbak. Masalahnya ponakan A, ponakan A cewekkan agak tomboy orangnya anak tamsis dicentang, masa cewek dicentang ama cowok. Pas pulang biru, pas A tanyain berantem ama cewek katanya, ya A biarin. Barang ma, kawan dia yang cewek bilang ama A, dia dicentang ama cowok, langsung emosi A. Langsung samperin ke sekolahnya bawa rombongan anak-anak 8 ini, tawuran”. Berdasarkan pernyataan dari ketiga informan dapat diketahui bahwa
mereka melakukan bullying pada korban yang sebelumnya
menampakkan perbuatan yang tidak mereka suka, sehingga mereka
menaruh dendam pada korbannya tersebut. Karakter siswa SMAN 8
Bandar Lampung yang pendendam dan suka bertindak agresif menjadi
salah satu faktor yang mendorong mereka melakukan bullying.
3. Layanan yang paling efektif digunakan untuk mengatasi bullying di
SMAN 8 Bandar Lampung
Bullying sebagai perilaku agresif tidak bisa didiamkan dan diabaikan
begitu saja. Guru bimbingan dan konseling dituntut agar dapat memberi
perhatian dan penanganan yang mendalam bagi siswa-siswa yang terlibat
dalam kasus bullying. Melalui layanan bimbingan dan konseling, guru
bimbingan dan konseling juga dapat memberikan kontribusi nyata dalam
mengatasi bullying. Guru bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar
Lampung telah menjalankan layanan bimbingan konseling yang dapat
berguna bagi siswa yang terlibat bullying. Akan tetapi, tidak semua
layanan tersebut efektif untuk mengatasi bullying yang terjadi, meskipun
tidak menutup kemungkinan layanan yang diberikan saling berkaitan dan
menunjang satu sama lain.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada siswa dan guru bimbingan
dan konseling di SMAN 8 Bandar Lampung diketahui bahwa layanan
yang dianggap paling efektif untuk mengatasi bullying di SMAN 8 Bandar
Lampung yaitu layanan konseling individual dan layanan konsultasi.
Ketika ditanyakan mengenai layanan mana yang paling efektif, Informan I
mengatakan:
“Setelah dipanggil orang tua. Jadi kita mohon juga pada orang tua itu mantau bukan hanya perilakunya, mungkin juga cara belajar, kamar dia, teman bergaulnya, jadi memang lebih utamanya orang tua”.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari informan R, yang mengatakan: “Pasti dari orang tua lah bu. Udah jangan kaya gitu lagi, malu katanya”. Akan tetapi, tidak semua sepakat bahwa layanan yang paling efektif
adalah layanan konsultasi. Informan lainnya mengatakan bahwa layanan
yang efektif adalah layanan konseling individual. Informan G mengatakan:
“Konseling individual, kita berlaku sebagai teman”. Informan A juga mengatakan: “Lebih seneng share berdua, soalnya apa yang unek-unek di hati kita itu dikeluarin, kalo rame-ramekan gak enak”.
Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari pihak bimbingan dan
konseling SMAN 8 Bandar Lampung juga dapat diketahui layanan mana
yang paling banyak digunakan dalam mengatasi bullying. Layanan yang
paling banyak digunakan merupakan layanan yang dinilai paling efektif
untuk mengatasi bullying yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Data
mengenai layanan apa saja yang digunakan dalam mengatasi bullying di
SMAN 8 Bandar Lampung dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Persentase Penanganan Kasus Bullying yang Terjadi SMAN 8 Bandar Lampung pada Tahun 2008-2009
Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa layanan orientasi digunakan
sebanyak 2,26 % untuk mengatasi bullying, layanan informasi digunakan
sebanyak 7,5 % untuk mengatasi bullying, layanan penguasaan konten
digunakan sebanyak 11,28 % untuk mengatasi bullying, layanan konseling
individual digunakan sebanyak 45,1 % untuk mengatasi bullying, layanan
mediasi digunakan sebanyak 11,3 % untuk mengatasi bullying, dan
layanan konsultasi digunakan sebanyak 22,56 % untuk mengatasi bullying.
Layanan yang paling banyak digunakan untuk mengatasi bullying
merupakan layanan yang dianggap paling efektif untuk mengatasi bullying
2.26
7.511.28
45.1
11.3
22.56
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Orientasi Informasi Penguasaan Konten
Konseling Individual
Mediasi Konsultasi
P E R S E N T A S E
di SMAN 8 Bandar Lampung. Layanan konseling individual merupakan
layanan yang paling banyak digunakan untuk mengatasi bullying di
SMAN 8 Bandar Lampung dengan persentase sebesar 45,1 % dan layanan
konsultasi berada diurutan kedua dengan persentase sebesar 22,56 %.
Berdasarkan data persentase dan hasil wawancara dari para informan dapat
disimpulkan bahwa layanan yang paling efektif digunakan untuk
mengatasi bullying oleh siswa di SMAN 8 Bandar Lampung yaitu layanan
konseling individual dan layanan konsultasi. Hal tersebut sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Olweus (dalam Papalia, dkk, 2008: 514) bahwa hal
yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying yakni dengan mengadakan
“percakapan yang serius dengan para pelaku, korban dan orang tua”.
Melalui layanan konsultasi dan konseling individual percakapan yang
serius dengan siswa dan orang tua untuk menyelesaikan masalah bullying
dapat terlaksana dengan baik.
Berdasarkan data dan wawancara dapat diketahui bahwa siswa merasa
lebih efektif menyelesaikan masalahnya saat melakukan konseling
individual, karena siswa dapat menjelaskan semua permasalahannya
secara terbuka tanpa takut diketahui orang lain. Akan tetapi, itu semua
tidak bisa lepas dari peran serta orang tua, karena bagaimanapun perilaku
siswa merupakan tanggung jawab dari orang tua. Saat di luar sekolah guru
bimbingan dan konseling tidak dapat mengontrol perilaku siswa, dan yang
dapat melakukannya hanyalah orang tua siswa itu sendiri. Koordinasi yang
baik harus terjalin antara guru bimbingan dan konseling dan orang tua
siswa. Oleh karena itu, peran serta orang tua tidak dapat lepas dari upaya
mengatasi bullying yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa layanan yang paling
efektif untuk mengatasi bullying di SMAN 8 Bandar Lampung adalah
layanan konseling individual dan layanan konsultasi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan
oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi bullying oleh siswa di
sekolah berdasarkan layanan bimbingan dan konseling, serta melihat layanan
yang paling efektif digunakan untuk mengatasi bullying berdasarkan faktor-
faktor penyebab bullying. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan dan konseling di SMAN 8 Bandar
Lampung telah menjalankan layanan bimbingan dan konseling yang berguna
bagi siswa yang terlibat bullying.
Faktor-faktor yang menyebabkan bullying di SMAN 8 Bandar Lampung yaitu
warga lingkungan sekolah yang biasa berbuat kasar, guru yang memberikan
contoh tidak baik dan tidak menghargai siswa, senioritas yang tidak
terselesaikan, karakter siswa yang agresif dan pendendam serta kurangnya
komunikasi dengan orang tua. Layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan oleh guru bimbingan dan konseling untuk mengatasi bullying antara
lain layanan orientasi, layanan informasi, layanan penguasaan konten, layanan
konseling individual, layanan mediasi dan layanan konsultasi.
Layanan orientasi yang diberikan dalam upaya mengatasi bullying berbentuk
pengenalan pengaturan sekolah dan tugas dan fungsi guru bimbingan dan
konseling serta personil sekolah lainnya dalam mengatasi bullying. Layanan
informasi yang diberikan dalam upaya mengatasi bullying meliputi
pemahaman sosial budaya khususnya mengenai pemahaman agama dan
pergaulan, serta informasi mengenai bullying dan dampaknya. Layanan
penguasaan konten yang disampaikan untuk membantu siswa yang terlibat
bullying antara lain kemampuan untuk dapat membela diri ketika
mendapatkan ancaman, seperti tegas mengatakan tidak dan menolak jika ada
siswa lain yang berusaha menyakitinya atau mungkin mengajaknya untuk
melakukan bullying, yakni dengan segera melaporkan ke guru bimbingan dan
konseling jika terjadi bullying dan menjaga perilaku dalam pergaulan sehari-
hari. Layanan konseling individual untuk mengatasi bullying diberikan baik
bagi korban maupun pelaku bullying setelah terjadi bullying. Layanan mediasi
untuk mengatasi bullying diberikan antara korban dan pelaku bullying, dan
jika diperlukan antara siswa yang terlibat dan orang tuanya. Layanan
konsultasi untuk mengatasi bullying diberikan kepada orang tua siswa yang
terlibat bullying, hal ini dilakukan agar orang tua dapat ikut membantu
anaknya yang terlibat bullying.
Layanan yang paling efektif untuk mengatasi bullying di SMAN 8 Bandar
Lampung yaitu layanan konseling individual dan layanan konsultasi. Hal
tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Olweus (dalam Papalia, dkk,
2008: 514) bahwa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying yakni
dengan mengadakan “percakapan yang serius dengan para pelaku, korban dan
orang tua”. Melalui layanan konseling individual dan layanan konsultasi
percakapan yang serius dengan siswa dan orang tua untuk menyelesaikan
masalah bullying dapat terlaksana dengan baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka saran yang dapat diajukan
yaitu:
1. Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian serupa dengan
melibatkan kepala sekolah dan guru sebagai partisipan untuk memperoleh
informasi mengenai bullying yang dilakukan oleh siswa dan guru.
2. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya dapat memaksimalkan layanan
konseling individual dan layanan konsultasi untuk mengatasi bullying di
sekolah.
3. Pihak sekolah sebaiknya memberikan sosialisasi mengenai bullying dan
pelatihan kepada pihak-pihak terkait untuk mengatasi bullying.
4. Siswa sebaiknya memahami perilaku bullying serta dampak negatif yang
ditimbulkan sehingga dapat terhindar dari perilaku bullying.
5. Orang tua siswa sebaiknya memahami bullying dan bersedia menjalin
kerjasama dengan pihak sekolah untuk mengatasi bullying yang terjadi di
sekolah.
Tabel 2. Persentase Penanganan Kasus Bullying yang Terjadi di SMAN 8 Bandar Lampung pada tahun 2008-2009.
No Bentuk Bullying Jumlah kasus yang diselesaikan dengan layanan
Orientasi Informasi Penguasaan Konten
Konseling Individual Mediasi Konsultasi
1. Adik kelas diwajibkan menunduk ketika bertemu kakak kelasnya karena tradisi (pada saat MOS)
10 3 4
2. Adik kelas yang mengeluarkan bajunya dimarahi oleh kakak kelasnya di depan anak-anak lain
3 2
3. Seorang anak diolok-olok oleh sekelompok temannya sehingga ia khawatir untuk masuk sekolah
9
4. Siswa menampar temannya tanpa alasan yang jelas 3
5. Siswa menghasut agar temannya dijauhi 5 4 6. Menyebar fitnah di internet atau telepon
genggam mengenai murid yang tidak disenangi
2 9 4
7. Pengeroyokan oleh sekelompok kakak kelas karena mereka tidak suka gaya adik kelas 2 9
8. Siswa dipaksa masuk kelompok tertentu 1 2 9. Menyindir teman dengan kata-kata yang tidak
pantas 12 2 3
10. Pemalakan 6 4 11. Memelototi adik kelas, sehingga adik kelas
merasa takut 4 5 2
12. Memberi cap/label/julukan pada anak 6 6 13. Terdapat siswa yang dikucilkan 1 1 14. Meneror lewat sms atau e-mail oleh temannya 9
JUMLAH 3 10 15 60 15 30 PERSENTASE (%) 2,26 7,5 11,28 45,1 11,3 22,56
Sumber: Bimbingan dan Konseling SMAN 8 Bandar Lampung
Tabel 3. Ringkasan Perbandingan antar Subjek mengenai Faktor-Faktor Penyebab Bullying
No Faktor-Faktor Penyebab Bullying Subjek R Subjek Y Subjek O Subjek A
1 Lingkungan sekolah yang kurang baik
“Anak sekolah sini kan pake bunga gitu kan, emang anak ini tempramen bu, jadi dikatain “alahh… gak pernah ke bali lu ya..!”. Gak terima mungkin bu, ditimpuk-timpukin mobilnya, ampe pecah kaca angkotnya. “Pernah denger kabar aja. Anak sekolah SMA 8 dipalak di depan Gg itu, setiap pulangkan lewat situ, dipalakin, handphone nya diambil”.
“Pernah anak sekolah, ribut masalah futsal. Saya waktu itu yang dipukulin dengan anak-anak taman siswa”.
“Pernah, ada kawan, dari SMA 8 juga malakin anak SMP”.
“Kalo di luar pernah lah ribut mba, namanya juga cowok mba. Masalahnya ponakan A, ponakan A cewekkan agak tomboy orangnya anak tamsis dicentang, masa cewek dicentang ama cowok. Pas pulang biru, pas A tanyain berantem ama cewek katanya, ya A biarin. Barang ma, kawan dia yang cewek bilang ama A, dia dicentang ama cowok, langsung emosi A. langsung samperin ke sekolahnya bawa rombongan anak-anak 8 ini, tawuran”.
2 Senioritas tidak pernah diselesaikan
“Ada bu, kemarin baru kejadian. Kelas XI nyerang kelas X. Digampar, handphonenya di banting, gara-gara cowok katanya bu”.
“Iya ada se, yang suka minta-mintain duit. Saya pernah dimintain. Cuma sekarang saya juga pernah mintai,
“Ada, sering malah, banyak gara-gara cowok. Ceweknya itu menel-menel sok berkuasa gitu, cowok yang dia suka sama
“Paling-paling kalo adek kelas gak sopan. Awal-awal MOS kemaren tu banyak adek-adek kelas yang gak sopan. Kita kerjain di kamar mandi,
“Ada se, dikasih tegoran, itu biasanya guru-guru yang ngeliat aja bu”.
gentian”. “Ada yang pernah ketawan sama guru BK Pak M dan Pak E”.
cewek, cewek ini yang dilabrak. Apalagi anak baru kaya O, kalo cewek pindahan pasti dimusuhin”.
kita mos juga. Kaya kemaren itu ada anak kelas 1 gak sopan ngomong ama kakak kelas, gayanya ngesok tengil. Kita bawa kamar mandi, tanyain bagus-bagus ngelawan, tonjokin rame-rame di situ, tapi BK gak tahu. Sering mba, kalo 8 ne hobi ribut. Istilahnya kalo 8 ne mbak, gaya kita tengil ngotak itu bakal dimusuhin di 8 ini”.
3 Guru memberikan contoh kurang baik pada siswa
“Ada yang suka mukul, suka nendang”. “Pasti semua orang adalah pikiran kaya gitu bu. Dia aja seenak jidat ngelakuin, nanti kalo jadi guru saya juga mau kaya gitulah bu”. “Ada itu bu, pas kelas XI. Ceritanya kan saya ini telat ngerjain tugasnya. Trus kata dia
“Iya, ada se pak E, dia tu keras, kalo mukul,mukul betulan, kalo salah pasti dipukul sama dia. saya pernah itu di jejek bu, karena bajunya gak masuk. Lumayan sakit”. “Pernah,waktu kelas 1, saya tu kan memang jarang masuk, saya buat
“Ada pak E, untuk disiplin tapi terlalu lo. Kaya kemaren ada kawan pake sepatu putih, dipanggil di proses-proses, sepatunya diambil, trus dia ke kelas pake sandal. Pak E tau, digebukin dia di kelas ampe penggaris patah. Pake kaki nendang gitu”. “Oh iya, ada itu, ini ada,
“Kalo di gampar,dijewer biasalah mbak,suka nendang. Pake penggaris, A kemaren baru patah 1 penggaris. Pelajaran dia kan kosong, A ke kantin bentar pas balik ditanya “kenapa keluar-keluar?” megang penggaris dia, dipukul ampe patah”. “Ada, guru geografi, masalahnya pertama ama dia itu, pas pelajaran dia A
“apa lagi kamu ini ngumpul-ngumpul tugas, udah gak usah dikumpul, gak akan saya nilai juga, bawa pulang lagi”. Besoknya saya udah ngerjain lagi bu, udah tepat bu, cuma kurang 1 nomor bu. Terus kata dia, “ini kurang 1, udah-udah” kayanya benci gitu sama saya bu, dari situ saya gak mau masuk kelas dia lagi, 1 semester saya gak masuk pelajaran dia”.
tugas gak diterima”. “Gak ada yang ngawasin, wayahnya istirahat guru juga biasa duduk aja di kantor”.
disuruh buat 18 jurnal umum, udah cape sampe ngantuk-ngantuk, ada 1 salah gak diterima “udah-udah gak jadi”, ikhh… ibu ini lo dah capek-capek juga, gak dihargain bener, tandatanganin aja kek kan, ya kaya gitu lah gak dihargain, jadi males, jijik bener geh, sakit hati saya”.
maen basket, diliat ama dia kan. Minggu depannya A masuk pelajaran dia, nama A kan absennya pertamakan langsung dilangkahin gak pernah diabsen. Jadi A ngerjain tugas 1 semester itu gak dihargain sama dia. Udah minta maaf berulang-ulang. 1 tahun malah mbak semester 2 nya juga ia geh mbak”.
4 Ketidakharmonisan di rumah
“Ya kadang-kadang se bu, misalnya ada masalah di sekolah tu cerita. Kadang-kadang ada masalah saya cerita. Saya jadi jaga perilaku bu, tapi namanya kesel, kalo dah kesel sama orang susah lah bu”.
“Jarang, yang ada berantem. Minta duit kadang gak dikasih jadi marah”.
- “Jarang, gak pernah juga. Kemaren kasus dimarah-marahin, handphone disita, gak dikasih uang jajan, motor gak dikasih”.
5 Karakter anak “Orang ngelunjak geh bu, dia tu diem-diem tapi kalo ngeliat orang itu sinis aja, dari pertama tu saya dah kesel. Kebeneran ngata-ngatain temen saya. Ya udah gebukin aja”. “Ya gak se bu, saya tu dari pertama ngeliatnya itu, gayanya tengil gitu, sok, jadi kesel saya”. “Saya ma lagi duduk aja bu, ngeliat dia digebukin udah gekh ikutan. Ngeliatin muka dia itu bingsal aja bu. Pokoknya dalam hati itu kalo ada yang berantem ama dia, saya pasti mau turun”.
“Permasalahannya sms, temen saya di sms sama dia bahasanya gak enak, udah itu kita gebukin”. “dia tu kalo jalan ngengkeng, belagu, kalo bawa motor ketemu kebatkebut-kebatkebut”.
- “Biasa kenakalan remaja, berantem. Awalnya salah paham se, dia ngomongin A kan, pas A tanya dia gak mau ngaku, ya udah dia kurang suka A tanyain, ribut ujung-ujungnya”. “Kalo di luar pernah lah ribut mba, namanya juga cowok mba. Masalahnya ponakan A, ponakan A cewekkan agak tomboy orangnya anak tamsis dicentang, masa cewek dicentang ama cowok. Pas pulang biru, pas A tanyain berantem ama cewek katanya, ya A biarin. Barang ma, kawan dia yang cewek bilang ama A, dia dicentang ama cowok, langsung emosi A. langsung samperin ke sekolahnya bawa rombongan anak-anak 8 ini, tawuran”.
Sumber: Wawancara dengan siswa SMAN 8 Bandar Lampung
Tabel 4. Ringkasan Perbandingan antar Subjek mengenai Upaya Guru Bimbingan dan konseling dalam Mengatasi Bullying
No
Upaya Guru
bimbingan dan
konseling
Informan Perwakilan Guru Informan Perwakilan Siswa
Informan I Informan G Informan M Informan R Informan
Y Informan O
Informan
A
1 Layanan orientasi
“Tapi andaikan kalian gak bisa mengatasi bicara aja dengan dewan guru, bisa guru bidang studi, bisa guru wali kelas bisa juga guru BK. Kalo masalah pribadi kalian bisa pilih guru yang kalian percaya.
“Memang iya, setiap upacara kan memberikan,nasehat-nasehat, larangan-larangan dan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah. Tapi kadangkan anak-anak ini masuk kuping kanan keluar kuping kiri, waktu upacara iya didengerin waktu kita masuk kelas iya, tapi setelah kita gak ada. Disinikan terjadinya bullying saat meraka
“Kita sampaikan bahwa di sekolah ini punya aturan, punya tata tertib sehingga mereka bisa mengerti, dan juga cara kita menyampaikan tidak memaksa, tapi secara kesadaran mereka saja. Disampaikannya saat masuk kelas atau istirahat seperti ini, sering juga
“Iya tau se, untuk mengatasi masalah. Taunya dari kalo kena masalah ngadepnya guru BK, untuk ngasi masukan-masukan. Pernah juga disampein di kelas”.
“Sedikit banyak nya tau lah, Cuma kan sepenuhnya gak ngertilah. Kalo kata saya se buat ngebimbing muridnya untuk lebih baik. Diingetin di kelas pas pelajaran dia”.
“Iya disampein, pas pelajaran BK itu, setiap minggunya. Tugasnya untuk ngebimbing siswa yang terlibat”.
“Dikasih tau lah bu, pas pertama masuk dikasih tau peraturan-peraturan, pas di MOS itu. Ada Tri janji siswa juga dibaca tiap upacara”.
Mereka nyebutnya curhat sharing bukan konseling”.
istirahat dan di kantin, kan di situ interaksinya”.
kami sampaikan satu per satu ke anaknya. Yang paling ini sekali waktu upacara, upacara hari senin itu kan disampaikan tata tertib sekolah, sopan santun, tata krama pada anak-anak itu”.
2 Layanan informasi
“Iya, kaya gender gitu, kebersamaan antara pria dan wanita. Saling menghargai. Itu disampaikannya secara klasikal, kalo secara
“Layanan informasi ini yang kita berikan ke anak, kita kasih pengertian dulu tentang manfaat dari berantem itu apa, segi negatifnya apa positifnya apa. Terus kita tanya permasalahannya apa, akibatnya apa
“Iya diajarkan itu, cara berkomunikasi dengan kawan-kawannya, sopan santun, dunia pergaulan juga, di dalam modulnya juga ada, sehingga mereka tahu
“Memberi masukan untuk mematuhi peraturan. Diingetin juga jangan berantem lagi, diingetin dampaknya, bisa dilaporin polisi”.
“Cara bergaul, memilih teman disampaikan tapi
“Kalo kelas 3 ini lagi diajarin materi kenakalan remaja”.
“Dijelasinlah, waktu kesini pas sendirian, kalo gak pas waktu gurunya ke kelas ngajar. Misalnya, kalo kaya lagi berantem itu.
“Iya pasti
diomongin
gitulah,
misalnya
berantemny
a tadi
langsung
dibawa
individu itu disampaikannya kalau sudah terjadi. Ada juga mengenai pergaulan, antara pria dan wanita, yang pertama paling pokok itu agama. Jadi kalo kita bergaul dimanapun, kalo kita beragama memegang ajaran agama maka gak akan terjadi hal-hal yang negatif”.
kalo mengadakan perkelahian itu kan, hukuman dari sekolah kan bermacam-macam. Kalo yang tidak fatal, kalo yang fatal kan dikeluarkan. Nah itu lah informasi yang kita berikan di kelas. Jadi kita kan dikasih waktu untuk BK 1 jam per kelas, dari situlah kita dapat berinteraksi dengan anak”.
bergaul dengan siapa, tempat-tempat bersosialisasiny juga tentunya mereka bisa menyesuaikan diri”.
selingan aja gak ada materi khusus”.
Kata cewek itu kan “gua gak suka liat lu itu, kalo lewat gua gak senyum” berarti kata gurunya kamu harus senyum setiap orang, jangan sombong, jalan tu yang bener, jangan angkuh”.
kesini
diingetin”.
3 Layanan penguasaan konten
“Ya, paling di kelas itu, saat di kelas atau
“Paling kita secara individual, misalnya mereka
“Itu lebih ke tatakrama dia, kalian kan
“Diajarin, jangan emosi,tahan aja gitu. Diingetin kalo
“Ya paling diajarin biar gak
“Diajarin, misalnya kalo emang
“Diajari, gak usah dibawa
saat kejadian, kan diciduk tu kalau kejadian, semua yang berkaitan, dikasih masukan, ditanyakan masalah itu, antisipasinya itu ya cepet lapor dengan guru bidang studi, atau BK. Tapi kalo memang untuk pertamanya pisah dulu, pegang temen masing-masing, tapi kalo memang gak bisa baru cepet lapor guru terdekat. Ya paling
punya penampilan yang berlebihan kita kasih tahu “nak supaya tidak mengundang perhatian temen, kamu jangan bersikap seperti itu. Bukan nasehat ya, hanya informasi saja, masukan-masukan”.
harus menghindari pekerjaan yang merugikan, contohnya apabila kamu diajak bertikai kenapa kamu harus ikut-ikutan, nah itu kamu harus bisa mencegah, harus bisa menolak, dan juga harus memberikan bimbingan kepada siswa itu. Itu disampaikan saat di kelas atau dipanggil per individu”.
ada masalah mending sharing aja sama guru BK nya. Tu biasanya kalo lagi ada kasus diingetin jangan kaya gitu lagi”.
emosian, jangan cepet kepancing, terus langsung lapor kalo ada apa-apa”.
dia nya udah sangking ngelunjak, kalo udah keseringan gitu, dilawan aja”. “Iya, kan anak baru, beda nya gak punya banyak temen. Disaraninnya buat bisa beradaptasi aja, misalnya kalo lagi belajar gitu harus bisa buat diri itu nyaman, biar temennya nyaman temenan sama kita”.
dendamlah, pokoknya nasehatin biar masalahnya selesai disitu juga. Terus diajarin jangan sombong”.
umi juga ngomong, kalo kalian melakukan perbuatan seperti itu, banyak manfaatnya apa mudorotnya, mereka bilang banyak mudorotnya, maka harus dihindari”. “Kalo untuk korbannya juga, kalo memang gak sesuai dengan diri kamu, kamu lapor ajalah dengan guru BK biar dipanggil biar ada penyelesaikan. Jadi
intinya ngelapor secepatnya. Ngelapor itu kan biar mereka itu gak resah, sekolah besok gak resah, mereka juga gak akan ngulangi perbuatannya. Tapi kalo udah ke BK insya Allah berubah low, karena mereka mungkin takut dengan perjanjian itu. Tapi ada juga kalo yang saya tahu biar korbannya itu melawan jika ditindas, kalo
memang tidak begitu berbahaya gak papa dibalas biar mereka gak mau mengulanginya lagi, tapi harus tetap sepengetahuan BK nya”.
4 Layanan penempatan dan penyaluran
“Itu kakak kelas saat MOS dipromosikan ekskulnya, jadi lebih pada keinginan mereka mau masuk mana. Kadang-kadang penyalurannya memang
“Enggak, anak kan memilih eskul sesuai keinginan mereka sendiri. Lebih pada bakat dan kesadaran mereka sendiri”.
“Kadang kita kasih masukan-masukan aja. kita tanya pada anak apa yang digemari, tapi itu cuma sebagian gak semuanya”.
“Gak ada. Gak pernah di tanya-tanya juga bu”.
“Gak, dari kelas 1, 2 emang gak ikut. Kalo kelas 3 ini kan harus fokus dengan ujian nasional”.
“Enggak”. “Karate doank, saya dari kelas 1 SD, dari masuk sini A emang udah ikut karate, udah jadi atlet”.
dari SMP sudah disalurin. Jadi sesuai hati nurani mereka”.
5 Layanan konseling individual
“Kalo dateng sendiri biasanya setelah kejadian mereka suka curhat, jadi dikasih masukan-masukan. Kita jangan kaku harus fleksibel, kita juga harus menghargai siswa itu. Kalo mereka sudah merasa dihargai maka mereka akan mudah menerima
“Ada yang harus dipanggil, ada yang dengan kesadaran datang sendiri, tapi untuk kelas XI, kelas XII mereka sudah merasakan manfaat ke ruang BK, jadi mereka datang sendiri”.
“Kalo yang berkelahi pas BK melihat, langsung kita bawa, kita tanya dulu penyebabnya apa, tidak kita pertemukan dulu antara 2 orang yang berselisih ini, kita tanya satu
“Kebanyakan kalo di SMAN 8 ini,itulah keuntungan kami tu kesadaran anak-anak itu datang sendirinya untuk sharing. Contohnya mereka punya masalah di luar, atau mereka punya masalah dengan kawan, kadang-kadang punya masalah dengan orang tua, mereka curhat. Jadi
“Iya, sempet kan ditanya kenapa se kamu ne ikut-ikutan. Saya kesel ,gini,gini,gini…sharing lah sama umi, kadang-kadang sama bu G”.
“Pernah lah, pas kelas1, pas pelajaran saya ngomong saya ada masalah, terus pas ruang BK nya sepi saya datang curhat”.
“Pernah, itu tu gak sengajakan, jadi O tu dari kamar mandi, sama temen tu yang comel, jadi waktu itu salaman sama umi, terus ditanyain kenapa, terus kata temen itu dibilangin baru berantem, dah itu di suruh curhat sama umi”.
“Kalo A
lagi ada
masalah
sering
sharing
sama guru
BK nya,
curhat”.
masukan. Kalo PD nya udah dinaikin maka gak akan marah mau diapain juga. Diberitahu juga kekurangan dan kelebihan melakukan itu apa”.
persatu baru kita selesaikan. Tapi kalo kita dapat laporan dari guru lain paling anaknya kita panggil. Lalu kita selesaikan”.
minta pendapat dari pihak kami, kami memberikan masukan-masukan agar mereka keluar dari masalah mereka itu. Kalo untuk pelaku kita panggil, kami tanya bagaimana ceritanya, lalu diberikan masukan-masukan agar mereka keluar dari kesulitan”.
6 Layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok
“Tidak, karena memang kan konseling kelompok dan bimbingan itu harus ada
“Gak ada, jadi memang hanya di kelas itu lah kita kasih informasinya”.
“Kalo bimbingan dan konseling kelompok itu , enggak. Materi khususnya juga gak ada , paling tentang
“Gak pernah”. “Gak pernah”.
“enggak pernah”.
“Gak pernah”.
tempat, sedangkan kita kondisi kelasnya tidak memadai”.
emosi aja. Dampak negatif juga disampaikan tapi lebih ke klasikal saja”.
7 Layanan mediasi
Mediasi dalam mengatasi bullying dilakukan antara siswa dan orangtuanya
“Pertama itu kan, kita tanya kedua belah pihak ni, kalo memang masalahnya terlalu parah itu kita panggil orang tua. Orang tua kita panggil, wali kelas, dan wakil kesiswaan itu kita libatkan, tapi kalo memang masalahnya tidak terlalu parah ya cukup antara yang berkelahi saja, cukup diketahui guru BK dan wali kelas saja. Prosesnya yang
“Misalnya dia bertikai, dia sempat memukul kawannya, selain siswa di beri surat perjanjian kita memanggil ortu nya juga biar orangtuanya juga bisa mewanti-wanti anaknya dirumah, jangan semau-maunya gaplok anak orang jadi tau masalahnya.
“Pernah, dikumpulin, diomongin gimana baiknya, terus salaman”.
“Dipanggil orang tua, semua orang tuanya dikumpulin. Dibilangin kelakuan anaknya di sekolah”.
“Dipanggil tiba-tiba, ke sini ternyata ada 2 cewek dari gank itu, jadi ngomonglah apa masalahnya, lama-lama baekan se, sampe cium pipi malah”.
“Guru BK nya yang ngedamain, semuanya yang terlibat dikumpulin, orang tuanya juga dateng semuanya dari yang mukulin yang dipukul. Diselesaian di sini, sampe selesai semuanya, kalo bisa
berkelahi kita kumpulkan dulu, kita data dulu permasalahannya apa kejadiannya dimana waktunya kapan, terus terjadi korban atau tidak, terjadi pemukulan tidak, parah atau tidak”. “Anak yang berkelahi kan kita panggil kita damaikan, dan mereka mau berdamai dan tidak akan mengulanginya lagi maka cukup dengan perjanjian. Tapi dengan perjanjian, di lain waktu mereka mengulangi lagi maka orang tua kita panggil, biar oang tua juga tau posisi anak
Jadi kerja sama antara guru dan orangtuanya itu perlu. Karena banyak kejadian anak itu di rumah manggut-manggut rajin, tapi di sekolah berantem”.
diluar gak usah diperpanjang lagi. Soalnya kalo abis berantem ya, buat perjanjian kalo ngulangin lagi bakal dikeluarin di skors”.
disekolah seperti apa, kondisi anaknya di sekolah itu sering berkelahi atau tidak”.
8 Layanan konsultasi
“Setelah dipanggil orang tua. Jadi kita mohon juga pada orang tua itu mantau bukan hanya perilakunya, mungkin juga cara belajar, kamar dia, teman bergaulnya, jadi memang lebih utamanya orang tua”.
“Yang pertama kita tanya dulu anak ke berapa, tinggal dimana, di rumah dia perilakunya seperti apa, suka keluar malem atau enggak, siapa temannya, paling itu informasi yang kita bisa gali dari orang tua. Informasi dari orang tua bisa menjadi satu tolak ukur bagi kita mengapa si anak dapat berperilaku seperti ini, berartikan latar belakang dia di rumah dulu”.
“Menyampaikan sesuai dengan permasalahan anaknya sendiri, setelah disampaiakan masalah anakanya, jangan Cuma di sekolah dibinanya, tapi di rumah jug a agar dibina. Lalu, mengikat mereka dengan surat perjanjian tandatangan anak dan orang tuanya. Yang pertama cukup anaknya dan
“Orang tua sempet dipanggil, dikasi tahu kejelekan-kejelekan saya di sekolah. Disuruh nanganin saya di rumah”.
“Dipanggil orang tua, semua orang tuanya dikumpulin. Dibilangin kelakuan anaknya di sekolah. Dikasih tau sama guru BK untuk lebih jagain. Waktu itu, orang tua saya dipanggil bu G, bicara 4
- “Kalo guru BK nya curhat tentang kita juga se, disampein semua ke orang tua, tapi kita gak tahu itu kan dikhususin pas ngomong ke orang tuanya, siswa nya dipisah dulu”.
“Setelah kita mengetahui informasi dari orang tua, baru kita memberikan informasi dari pihak sekolah, seperti absensi dia, tingkah laku dia di sekolah seperti apa, cara bergaul dia, sopan santun terhadap guru seperti apa, dengan teman seperti apa, baru di situ nanti ketemu. Kalo kita hanya informasinya dari anak , kadang-kadang anak itu di depan orang tuanya baik tapi di sekolah brutal. Kadang-kadangkan Orang tua taunya anaknya ini bagus, baik, nurut tapi ternyata di luar berontak.
guru BK saja, baru yg selanjutnya orang tua, anak dan guru BK nya. Kita juga kadang memberi masukan, kadang juga kita mendapat masukan dari orang tua. Misalnya, bahwa anaknya tidak bisa dikerasin, lalu kita juga menjelaskan anaknya bagaimana disekolah. Jadi lebih ke sharing dengan orang tua. Kita juga sangat-sangat
mata ngomong berdua aja mereka”.
Lalu paling kita mengarahkan untuk memperhatikan anak ini dalam cara bergaul, waktu tidurnya di rumah dan aktivitasnya di luar. Orang tua harus tahu anaknya bergaul dengan siapa, lingkungan tempat bergaul bagaimana, intinya orang tua harus lebih perhatian”.
mewanti-wanti orang tuanya agar anak-anknya betul-betul dijaga dan diawasi, sebaliknya orang tua juga menitipkan anaknya kepada kami, tolong anak-anak kami dibimbing. Kami juga perlu selalu komunikasi dengan orang tua, karena setiap saat kan, iya kalo anak-anaknya baik terus suatu ketika anaknya punya masalah perlu kita kontek, makanya kita
minta no hp orang tua begitu juga orang tua kadang minta no hp kita untuk mempermudah memantau anaknya”.
Sumber: Wawancara dengan siswa dan guru bimbingan dan konseling SMAN 8 Bandar Lampung
100
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM MENGATASI BULLYING
A. Faktor-faktor yang menyebabkan bullying
1. Lingkungan sekolah yang kurang baik
a. Kebiasaan orang-orang di sekitar sekolah yang sering berkelahi
atau bermusuhan
b. Kebiasaan orang-orang di sekitar sekolah yang sering berlaku tidak
sesuai dengan norma yang ada
c. Kedisiplinan sekolah yang sangat kaku
d. Peraturan yang tidak konsisten
2. Senioritas tidak pernah diselesaikan
a. Senioritas sebagai upaya pendisiplinan
b. Senioritas sebagai sebagai bentuk kesewenangan-wenangan senior
terhadap juniornya
c. Guru yang membenarkan atau bahkan ikut melakukan bullying
3. Guru memberikan contoh kurang baik pada siswa
a. Guru yang berbuat kasar kepada siswa
b. Guru yang kurang memperhatikan prestasi siswa
c. Guru yang kurang memperhatikan perilaku sehari-hari siswa
d. Guru yang kurang memperhatikan pergaulan siswa
4. Ketidakharmonisan di rumah
a. Ketidakhadiran ayah
b. Kurangnya komunikasi antara orang tua
c. Ketidakmampuan sosial ekonomi,
5. Karakter anak
a. Perilaku agresif baik secara fisikal maupun verbal
b. Pendendam atau iri hati
101
B. Upaya Guru Bimbingan dan konseling dalam Mengatasi Bullying
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara langsung oleh
seorang atau kelompok yang merasa lebih kuat sehingga mengakibatkan
tekanan kepada orang lain baik secara fisik maupun psikologis.
1. Layanan orientasi
a. Disiplin di sekolah
b. Hak dan kewajiban siswa di sekolah
c. Tugas dan fungsi guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi
bullying
d. Peranan personal sekolah dalam mengatasi bullying
2. Layanan informasi
a. Informasi mengenai pentingnya pemahaman sosial budaya kepada
siswa
b. Informasi mengenai apa itu bullying, penyebab, dan dampaknya
3. Layanan penguasaan konten
a. Materi pengembangan kehidupan pribadi kepada siswa
b. Materi pengembangan kemampuan hubungan sosial kepada siswa
4. Layanan penempatan dan penyaluran
a. Menyalurkan bakat-bakat siswa
b. Menyalurkan siswa yang terlibat bullying dalam kegiatan-kegiatan
yang positif
5. Layanan konseling individual
a. Konseling individual bagi korban bullying
b. Konseling individual bagi pelaku bullying
6. Layanan bimbingan kelompok
a. Bimbingan kelompok bagi siswa yang belum terlibat bullying
b. Bimbingan kelompok bagi siswa yang pernah terlibat bullying
7. Layanan konseling kelompok
a. Konseling kelompok bagi korban bullying
b. Konseling kelompok bagi pelaku bullying
8. Layanan mediasi
a. Mediasi antara korban dan pelaku bullying
102
b. Mediasi antara korban/pelaku bullying dengan pihak lain yang
terlibat (teman, guru, atau orang tua)
9. Layanan konsultasi
a. Layanan konsultasi mengenai bullying kepada kepala sekolah
b. Layanan konsultasi mengenai bullying kepada guru
c. Layanan konsultasi mengenai bullying kepada orang tua siswa
d. Layanan konsultasi mengenai bullying kepada siswa
103
PEDOMAN WAWANCARA UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM MENGATASI BULLYING
Informan: Guru Bimbingan dan konseling
I. Identitas Informan
1. Nama/inisial : 2. Tempat tgl lahir : 3. Alamat : 4. Agama : 5. Pendidikan : 6. Status : menikah/ belum menikah 7. Jabatan :
II. Daftar Pertanyaan
C. Faktor-faktor yang menyebabkan bullying
6. Lingkungan sekolah yang kurang baik
e. Apakah siswa sering bergaul dengan warga sekitar lingkungan
sekolah?
f. Apakah pernah terjadi perkelahian di sekitar lingkungan sekolah?
Apakah itu membuat siswa meniru tindakan tersebut?
g. Apakah ada warga di sekitar sekolah yang sering berlaku tidak
sesuai dengan norma yang ada (seperti memalak, mengganggu
orang yang lewat)? Apakah itu membuat siswa meniru tindakan
tersebut?
h. Apakah penerapan disiplin di sekolah membuat siswa merasa
terkekang dan ingin memberontak (dengan tidak mematuhi disiplin
sekolah)?
i. Apakah siswa siswa yang melanggar peraturan mendapatkan
hukuman? Apakah hukuman yang diberikan sesuai dengan
peraturan sekolah?
7. Senioritas tidak pernah diselesaikan
d. Apakah ada siswa yang mendapat perlakuan sewenang-wenang
dari kakak kelasnya? Apakah hal itu membuat siswa ingin
104
memperlakukan adik kelas anda sama seperti kakak kelas
memperlakukannya?
e. Apakah anda menegur kakak tingkat yang bertindak sewenang-
wenang kepada adik kelas?
8. Guru memberikan contoh kurang baik pada siswa
e. Apakah ada guru yang sering berbuat kasar kepada siswa
f. Apakah ada guru yang sering tidak menghargai apa yang telah
dilakukan (prestasi) siswa? Apakah itu menurunkan motivasi siswa
untuk berprestasi dan membuat siswa ingin berontak?
g. Apakah guru-guru di sekolah memperhatikan perilaku sehari-hari
siswa?
h. Apakah guru-guru di sekolah memperhatikan dengan siapa anda
bergaul?
9. Ketidakharmonisan di rumah
d. Apa status pernikahan orang tua siswa (cerai atau tidak)? Apakah
hal tersebut mempengaruhi siswa dalam berperilaku?
e. Bagaimana status sosial siswa (pekerjaan orang tua) ? Apakah hal
tersebut mempengaruhi siswa dalam bergaul dan berperilaku
sehari-hari?
10. Karakter anak
c. Apakah siswa suka berbuat onar dengan berkata-kata tidak baik?
Apa alasan siswa?
d. Apakah siswa suka mencari-cari kesalahan teman yang tidak anda
suka lalu memusuhinya? Apa alasan siswa?
e. Apa siswa sering merasa dendam dengan teman yang pernah
menyakitinya? Apa alasan siswa?
f. Apa siswa sering merasa iri dengan apa yang telah dimiliki/diraih
oleh temannya? Apa alasan siswa?
105
D. Upaya Guru Bimbingan dan konseling dalam Mengatasi Bullying
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara langsung oleh
seorang atau kelompok yang merasa lebih kuat sehingga mengakibatkan
tekanan kepada orang lain baik secara fisik maupun psikologis.
10. Layanan orientasi
e. Apakah anda mengenalkan peraturan-peraturan (termasuk disiplin)
di sekolah? Bagaimana cara anda menyampaikannya?
f. Apakah anda memberitahu mengenai hak dan kewajiban siswa di
sekolah (seperti kewajiban mematuhi peraturan sekolah, hak anda
untuk meminta pembelaan jika anda dirugikan)? Bagaimana cara
anda menyampaikannya?
g. Apakah anda memberitahu tugas dan fungsi guru bimbingan dan
konseling dalam mengatasi bullying? Bagaimana cara anda
menyampaikannya?
h. Apakah anda memberitahu peranan personal (kepala sekolah, guru)
sekolah dalam mengatasi bullying? Bagaimana cara anda
menyampaikannya?
11. Layanan informasi
c. Apakah anda menerangkan bahwa perbedaan antar manusia bukan
untuk saling bersaing dan bermusuhan? Bagaimana cara anda
menyampaikannya?
d. Apakah anda memberi informasi mengenai apa itu bullying,
penyebab, dan dampaknya? Bagaimana cara anda
menyampaikannya?
12. Layanan penguasaan konten
c. Apakah anda mengajarkan siswa untuk dapat berkomunikasi
khususnya dalam menolak ajakan melakukan bullying? Bagaimana
cara anda mengajarkannya?
d. Apakah anda mengajarkan siswa untuk dapat berkomunikasi
khususnya dalam menolak jika siswa mendapat tindakan bullying?
Bagaimana cara anda mengajarkannya?
106
e. Apakah anda mengajarkan siswa bagaimana mengatasi kekurangan
yang ada pada diri siswa(berfisik kecil/lemah, sulit bergaul, kurang
percaya diri, canggung, aksen yang berbeda, tidak cantik/ganteng,
tidak kaya, kurang pandai, gagap)? Bagaimana cara anda
mengajarkannya?
f. Apakah anda mengajarkan siswa bagaimana mengatasi kekurangan
yang ada pada diri siswa? Bagaimana cara guru anda
mengajarkannya?
g. Apakah anda mengajarkan siswa bagaimana cara menunjukkan
eksistensi diri secara positif? Bagaimana cara anda
mengajarkannya?
13. Layanan penempatan dan penyaluran
c. Apakah anda menempatkan dan menyalurkan siswa ke dalam
kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai dengan bakat dan
minat siswa? Bagaimana cara anda melakukan hal tersebut?
d. Apakah anda menempatkan dan menyalurkan siswa ke dalam
kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang dapat membantu siswa jika
terkena bullying (eksrakulikuler beladiri, ekstrakulikuler yang
dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dan
percaya diri seperti OSIS atau pramuka)? Bagaimana cara anda
melakukan hal tersebut?
14. Layanan konseling individual
c. Apakah anda memberikan konseling individual kepada siswa yang
menjadi korban bullying? Bagaimana cara anda melakukan hal
tersebut? Apakah hal tersebut berguna bagi siswa?
d. Apakah anda memberikan konseling individual saat siswa menjadi
pelaku bullying? Bagaimana cara anda melakukan hal tersebut?
Apakah hal tersebut berguna bagi siswa?
15. Layanan bimbingan kelompok
c. Apakah anda memberikan bimbingan kelompok kepada siswa yang
belum terlibat bullying? Materi apa saja yang anda berikan?
107
d. Apakah anda memberikan bimbingan kelompok kepada siswa yang
telah terlibat bullying? Materi apa saja yang anda berikan?
16. Layanan konseling kelompok
a. Apakah anda memberikan konseling kelompok kepada siswa
korban bullying? Bagaimana cara anda memberikannya?
b. Apakah anda memberikan konseling kelompok kepada siswa
pelaku bullying? Bagaimana cara anda memberikannya?
17. Layanan mediasi
c. Apakah anda memberikan mediasi antara korban dan pelaku
bullying? Bagaimana cara anda melaksanakannya?
d. Apakah anda memberikan mediasi antara korban/pelaku bullying
dengan pihak lain yang terlibat (teman, guru, atau orang tua)?
Bagaimana cara anda melaksanakannya?
18. Layanan konsultasi
e. Apakah anda memberikan layanan konsultasi mengenai bullying
kepada kepala sekolah? Bagaimana cara anda melaksanakannya?
f. Apakah anda memberikan layanan konsultasi mengenai bullying
kepada guru? Bagaimana cara anda melaksanakannya?
g. Apakah anda memberikan layanan konsultasi mengenai bullying
kepada orang tua siswa? Bagaimana cara anda melaksanakannya?
h. Apakah anda memberikan layanan konsultasi mengenai bullying
kepada siswa? Bagaimana cara anda melaksanakannya?
108
PEDOMAN WAWANCARA UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM MENGATASI BULLYING
Informan: Siswa pelaku bullying
I. Identitas Informan
1. Nama/inisial : 2. Tempat tgl lahir : 3. Alamat : 4. Agama : 5. Pendidikan : 6. Kelas :
II. Daftar Pertanyaan
A. Faktor-faktor yang menyebabkan bullying
1. Lingkungan sekolah yang kurang baik
a. Apakah anda sering bergaul dengan warga sekitar lingkungan
sekolah anda?
b. Apakah pernah terjadi perkelahian di sekitar lingkungan sekolah
anda? Apakah itu membuat anda ingin melakukan hal yang sama
seperti mereka?
c. Apakah ada warga di sekitar sekolah yang sering berlaku tidak
sesuai dengan norma yang ada (seperti memalak, mengganggu
orang yang lewat)? Apakah itu membuat anda ingin melakukan hal
yang sama seperti mereka?
d. Apa pendapat anda mengenai penerapan disiplin di sekolah?
Apakah itu membuat anda merasa terkekang dan ingin
memberontak (dengan tidak mematuhi disiplin sekolah)?
e. Apa pendapat anda mengenai pemberian hukuman yang berlebihan
(tidak sesuai dengan peraturan) bagi siswa yang melanggar
peraturan sekolah?
2. Senioritas tidak pernah diselesaikan
a. Apa pendapat anda mengenai tindakan senioritas? Apakah anda
pernah mendapat perlakuan sewenang-wenang dari kakak kelas
109
anda? Apakah hal itu membuat anda ingin memperlakukan adik
kelas anda sama seperti kakak kelas memperlakukan anda?
b. Apakah guru menegur kakak tingkat yang bertindak sewenang-
wenang kepada adik kelas? Apakah hal tersebut membuat anda
ingin meniru apa yang dilakukan oleh kakak kelas anda?
3. Guru memberikan contoh kurang baik pada siswa
a. Apa pendapat anda mengenai guru yang berbuat kasar kepada
siswa? adakah guru anda yang seperti itu? Apakah menurut
anda wajar jika anda juga berprilaku seperti guru anda
tersebut?
b. Apa pendapat anda mengenai guru yang tidak menghargai apa
yang telah dilakukan (prestasi) siswa? Apakah itu menurunkan
motivasi anda untuk berprestasi dan membuat anda ingin
berontak?
c. Apakah guru anda memperhatikan perilaku sehari-hari anda?
Apakah hal tersebut membuat anda merasa perlu menjaga
perilaku sehari-hari anda?
d. Apakah guru anda memperhatikan dengan siapa anda bergaul?
Apakah hal tersebut membuat anda merasa perlu menjaga
pergaulan anda?
4. Ketidakharmonisan di rumah
a. Apa status pernikahan orang tua anda (cerai atau tidak)?
Apakah hal tersebut mempengaruhi anda dalam berperilaku?
b. Apakah anda sering berdiskusi dengan orang tua mengenai
aktivitas sekolah anda? Apakah hal tersebut membuat anda
merasa perlu menjaga perilaku sehari-hari anda?
c. Bagaimana status sosial anda (pekerjaan orang tua) ? Apakah
hal tersebut mempengaruhi anda dalam bergaul dan berperilaku
sehari-hari?
5. Karakter anak
a. Apakah anda suka berbuat onar dengan berkata-kata tidak
baik? Apa alasan anda?
110
b. Apakah anda suka mencari-cari kesalahan teman yang tidak
anda suka lalu memusuhinya? Apa alasan anda?
c. Apa anda sering merasa dendam dengan teman yang pernah
menyakiti anda? Apa alasan anda?
d. Apa anda sering merasa iri dengan apa yang telah
dimiliki/diraih oleh teman anda? Apa alasan anda?
B. Upaya Guru Bimbingan dan konseling dalam Mengatasi Bullying
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara langsung oleh
seorang atau kelompok yang merasa lebih kuat sehingga mengakibatkan
tekanan kepada orang lain baik secara fisik maupun psikologis.
1. Layanan orientasi
a. Apakah guru anda mengenalkan peraturan-peraturan (termasuk
disiplin) di sekolah? Bagaimana cara guru anda
menyampaikannya?
b. Apakah guru anda memberitahu mengenai kewajiban anda di
sekolah (seperti kewajiban mematuhi peraturan sekolah)?
Bagaimana cara guru anda menyampaikannya?
c. Apakah guru anda memberitahu tugas dan fungsi guru bimbingan
dan konseling dalam mengatasi bullying? Bagaimana cara guru
anda menyampaikannya?
d. Apakah guru anda memberitahu peranan personal (kepala sekolah,
guru) sekolah dalam mengatasi bullying? Bagaimana cara guru
anda menyampaikannya?
2. Layanan informasi
a. Apakah guru anda menerangkan bahwa perbedaan antar manusia
bukan untuk saling bersaing dan bermusuhan? Bagaimana cara
guru anda menyampaikannya?
b. Apakah guru anda memberi informasi mengenai apa itu bullying,
penyebab, dan dampaknya? Bagaimana cara guru anda
menyampaikannya?
111
3. Layanan penguasaan konten
a. Apakah guru anda mengajarkan anda untuk dapat berkomunikasi
khususnya dalam menolak ajakan melakukan bullying? Bagaimana
cara guru anda mengajarkan anda?
b. Apakah guru anda mengajarkan anda bagaimana mengatasi
kekurangan yang ada pada diri anda? Bagaimana cara guru anda
mengajarkan anda?
c. Apakah guru anda mengajarkan anda bagaimana cara
menunjukkan eksistensi diri secara positif? Bagaimana cara guru
anda mengajarkan anda?
4. Layanan penempatan dan penyaluran
Apakah guru anda menempatkan dan menyalurkan anda ke dalam
kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai dengan bakat dan minat
anda? Bagaimana cara guru anda melakukan hal tersebut?
5. Layanan konseling individual
Apakah guru anda memberikan konseling individual saat anda menjadi
pelaku bullying? Bagaimana cara guru anda melakukan hal tersebut?
Apakah hal tersebut berguna bagi anda?
6. Layanan bimbingan kelompok
a. Apakah guru anda memberikan bimbingan kelompok sebelum
anda terlibat bullying? Materi apa saja yang diberikan?
b. Apakah guru anda memberikan bimbingan kelompok setelah anda
terlibat bullying? Materi apa saja yang diberikan?
7. Layanan konseling kelompok
Apakah guru anda memberikan konseling kelompok kepada anda ?
Bagaimana cara guru anda memberikannya?
8. Layanan mediasi
a. Apakah guru anda pernah mempertemukan anda dengan siswa
yang anda bully guna menyelesaikan masalah bullying yang anda
alami? Bagaimana guru anda melakukannya?
b. Apakah guru anda pernah mempertemukan anda dengan pihak lain
yang terlibat (teman, guru, atau orang tua) guna menyelesaikan
112
masalah bullying yang anda alami? Bagaimana guru anda
melakukannya?
9. Layanan konsultasi
a. Apakah guru anda pernah memberikan layanan konsultasi kepada
orang tua anda terkait kasus bullying yang anda lakukan?
Bagaimana cara guru anda melakukannya?
b. Apakah guru anda pernah memberikan layanan konsultasi kepada
teman anda yang terkait dengan kasus bullying yang anda lakukan?
Bagaimana cara guru anda melakukannya?
113
PEDOMAN WAWANCARA UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM MENGATASI BULLYING
Informan: Siswa korban bullying
I. Identitas Informan
1. Nama/inisial : 2. Tempat tgl lahir : 3. Alamat : 4. Agama : 5. Pendidikan : 6. Kelas :
II. Daftar Pertanyaan
Upaya Guru Bimbingan dan konseling dalam Mengatasi Bullying
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara langsung oleh
seorang atau kelompok yang merasa lebih kuat sehingga mengakibatkan
tekanan kepada orang lain baik secara fisik maupun psikologis.
1. Layanan orientasi
a. Apakah guru anda mengenalkan peraturan-peraturan (termasuk
disiplin) di sekolah? Bagaimana cara guru anda
menyampaikannya?
b. Apakah guru anda memberitahu mengenai hak anda di sekolah
(seperti hak untuk meminta pembelaan jika anda dirugikan)?
Bagaimana cara guru anda menyampaikannya?
c. Apakah guru anda memberitahu tugas dan fungsi guru bimbingan
dan konseling dalam mengatasi bullying? Bagaimana cara guru
anda menyampaikannya?
d. Apakah guru anda memberitahu peranan personal (kepala sekolah,
guru) sekolah dalam mengatasi bullying? Bagaimana cara guru
anda menyampaikannya?
2. Layanan informasi
a. Apakah guru anda menerangkan bahwa perbedaan antar manusia
bukan untuk saling bersaing dan bermusuhan? Bagaimana cara
guru anda menyampaikannya?
114
b. Apakah guru anda memberi informasi mengenai apa itu bullying,
penyebab, dan dampaknya? Bagaimana cara guru anda
menyampaikannya?
3. Layanan penguasaan konten
Apakah guru anda mengajarkan anda bagaimana mengatasi
kekurangan yang ada pada diri anda (berfisik kecil/lemah, sulit
bergaul, kurang percaya diri, canggung, aksen yang berbeda, tidak
cantik/ganteng, tidak kaya, kurang pandai, gagap)? Bagaimana cara
guru anda mengajarkan anda?
4. Layanan penempatan dan penyaluran
Apakah guru anda menempatkan dan menyalurkan anda ke dalam
kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang dapat membantu anda jika
terkena bullying (eksrakulikuler beladiri, ekstrakulikuler yang dapat
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dan percaya diri
seperti OSIS atau pramuka)? Bagaimana cara guru anda melakukan hal
tersebut?
5. Layanan konseling individual
Apakah guru anda memberikan konseling individual saat anda menjadi
korban bullying? Bagaimana cara guru anda melakukan hal tersebut?
Apakah hal tersebut berguna bagi anda?
6. Layanan bimbingan kelompok
Apakah guru anda memberikan bimbingan kelompok yang terkait
dengan bullying kepada anda? Materi apa saja yang diberikan?
7. Layanan konseling kelompok
Apakah guru anda memberikan konseling kelompok kepada anda ?
Bagaimana cara guru anda memberikannya?
8. Layanan mediasi
a. Apakah guru anda pernah mempertemukan anda dengan siswa
yang mem-bully anda guna menyelesaikan masalah bullying yang
anda alami? Bagaimanakah guru anda melakukannya?
b. Apakah guru anda pernah mempertemukan anda dengan pihak lain
yang terlibat (teman, guru, atau orang tua) guna menyelesaikan
115
masalah bullying yang anda alami? Bagaimana guru anda
melakukannya?
9. Layanan konsultasi
a. Apakah guru anda pernah memberikan layanan konsultasi kepada
orang tua anda terkait kasus bullying yang anda lakukan?
Bagaimana cara guru anda melakukannya?
b. Apakah guru anda pernah memberikan layanan konsultasi kepada
teman anda yang terkait dengan kasus bullying yang anda terima?
Bagaimana cara guru anda melakukannya?
116
TRANSKRIP VERBATIM
A. Transkrip verbatim
Subjek : I Tanggal : 1 November 2010 Lokasi : Ruang BK
Baris P/S Isi Wawancara Tema 1 P: Bagaimana layanan orientasi dalam
mengatasi bullying?
S: Layanan orientasi ini kan biasanya awal kelas X pertama masuk. Iya kita kenalkan, dalam setiap individu itu minimal harus menyadari mereka itu kan sekolah bukan untuk saling ego, jadi kita berikan tata krama. Itu diberikan pas masuk, pas MOS, yang menyampaikan itu guru BK. Mengenai hak dan kewajiban siswa itu dimasukkan ke dalam peraturan sekolah. Di dalam buku saku juga terdapat hak dan kewajiban siswa dan pelanggaran-pelanggaran. Setiap upacara juga dibacain tri janji siswa.
Pengenalan peraturan sekolah saat MOS serta pembacaan tri janji siswa saat upacara sebagai bentuk layanan orientasi dalam upaya mengatasi bullying.
P: Dijelaskan gak mengenai tugas dan fungsi guru BK dalam mengatasi bullying?
S: Iya, kita kan bilang ke anak-anak, ini permasalahan yang terjadi ama diri kalian baik itu masalah pribadi baik itu masalah sosial, masalah harga diri, kalo kalian masih bisa mengatasi dengan cara baik-baik mencoba mengatasi sendiri, silahkan. Tapi andaikan kalian gak bisa mengatasi bicara aja dengan dewan guru, bisa guru bidang studi, bisa guru wali kelas bisa juga guru BK. Kalo masalah pribadi kalian bisa pilih guru yang kalian percaya. Mereka nyebutnya curhat sharing bukan konseling. Tapi lebih banyak itu guru BK dibandingkan dengan guru-guru lain.
Pengenalan tugas dan fungsi guru dalam mengatasi bullying.
5 P: Layanan informasi dalam mengatasi bullying, apakah diberikan?
S: Iya, kaya gender gitu, kebersamaan antara pria dan wanita. Saling menghargai. Itu
Pemberian materi mengenai
117
disampaikannya secara klasikal, kalo secara individu itu disampaikannya kalau sudah terjadi. Ada juga mengenai pergaulan , antara pria dan wanita, yang pertama paling pokok itu agama. Jadi kalo kita bergaul dimanapun, kalo kita beragama memegang ajaran agama maka gak akan terjadi hal-hal yang negatif.
persamaan gender, pergaulan serta agama sebagai bentuk layanan informasi dalam mengatasi bullying.
P: Apakah dijelaskan mengenai apa itu bullying, dampak, dan penyebabnya?
S: Nah, itu aku aja baru taunya dari suci jadi kita taunya kekerasan dalam sosial, kekerasan perilaku, entah sesama murid, atau guru sama murid, itu disampaikan. Karena kalo udah terjadi otomatis kita panggil tu orang tua mereka, perjanjian ada, kita kaya konfrensi kasus gitu, jadi semua pada tau dan diikat dengan perjanjian.
Guru belum paham mengenai istilah bullying, sehingga tidak menyampaikan mengenai bullying kepada siswanya tetapi bentuk langsung dari perilaku bullying sendiri.
P: Untuk penguasaan konten apakah diajarkan kepada siswa bagaimana agar mereka tidak terlibat bullying?
10 S: Ya, paling di kelas itu, saat di kelas atau saat kejadian, kan diciduk tu kalau kejadian, semua yang berkaitan, dikasih masukan, ditanyakan masalah itu, antisipasinya itu ya cepet lapor dengan guru bidang studi, atau BK. Tapi kalo memang untuk pertamanya pisah dulu, pegang temen masing-masing, tapi kalo memang gak bisa baru cepet lapor guru terdekat. Ya paling umi juga ngomong, kalo kalian melakukan perbuatan seperti itu, banyak manfaatnya apa mudorotnya, mereka bilang banyak mudorotnya, maka harus dihindari. Kalo untuk korbannya juga , kalo memang gak sesuai dengan diri kamu, kamu lapor ajalah dengan guru BK biar dipanggil biar ada penyelesaikan. Jadi intinya ngelapor secepatnya. Ngelapor itu kan biar mereka itu gak resah, sekolah besok gak resah,
Pemberian layanan penguasaan konten, dimana siswa diajarkan untuk segera memisahkan teman, dan melapor untuk terhindar menjadi pelaku bullying. Bagi korban untuk dapat melawan jika mendapat tindakan bullying.
118
mereka juga gak akan ngulangi perbuatannya. Tapi kalo udah ke BK insyaallah berubah low, karena mereka mungkin takut dengan perjanjian itu. Tapi ada juga kalo yang saya tahu biar korbannya itu melawan jika ditindas, kalo memang tidak begitu berbahaya gak papa dibalas biar mereka gak mau mengulanginya lagi, tapi harus tetap sepengetahuan BK nya.
P: Untuk penempatan dan penyaluran bagaimana mi, apakah guru BK ikut berperan?
S: Itu kakak kelas saat MOS dipromosikan ekskulnya, jadi lebih pada keinginan mereka mau masuk mana. Kadang-kadang penyalurannya memang dari SMP sudah disalurin. Jadi sesuai hati nurani mereka.
Guru BK tidak berperan dalam penempatan dan penyaluran siswa.
P: Bagaimana dengan konseling kelompok dan bimbingan kelompok dalam mengatasi bullying, apakah dilaksanakan mi?
S: Tidak, karena memang kan konseling kelompok dan bimbingan itu harus ada tempat, sedangkan kita kondisi kelasnya tidak memadai.
Bimbingan kelompok dan konseling kelompok tidak dilaksanakan karena alasan keterbatasan sarana.
15 P: Bagaimana dengan konseling individual, apakah diberikan, bagaimana prosesnya?
S: Kalo untuk prosesnya, kalo untuk korban, kalo memang gak salah bener, jadi kita kasih langkah-langkahnya, cepet lapor, jangan takut kalo memang kamu bener, dalam arti cepet lapor ke BK jadi ada solusinya. Kalo dateng sendiri biasanya setelah kejadian mereka suka curhat, jadi dikasih masukan-masukan. Kita jangan kaku harus fleksibel, kita juga harus menghargai siswa itu. Kalo mereka sudah merasa dihargai maka mereka akan mudah menerima masukan. Kalo PD nya udah dinaikin maka gak akan marah mau diapain juga. Diberitahu juga kekurangan dan kelebihan melakukan itu apa.
Konseling individual dilakukan setelah terjadi tindakan bullying. Dalam melaksanakan konseling siswa harus tetap dihargai meski dia sebagai pelaku yang dinyatakan bersalah.
P: Bagaimana dengan mediasi mi, apa saja
119
yang dilakukan dalam upaya mengatasi bullying?
S: Panggil orang tua pasti, apalagi kalo udah sampe cakar-cakaran. Tahapannya kita tanya satu-satu lalu kita kasih masukan. Lalu dibuat perjanjian untuk pelakunya, kalo korban gak perlu. Setelah itu baru dipanggil orang tua. Kita panggil kedua belah pihak, kita kasih masukan ke orang tua anaknya seperti apa. Jadi tolonglah sampe rumah anaknya diomongin, nanti orang tuanya juga dibuatin surat perjanjian juga.
Mediasi dalam mengatais bullying dilakukan antara siswa dan orangtuanya.
P: Lalu, saat orang tua nya datang apa saja yang dideritahukan pada orang tua siswa tersebut?
20 S: Dikasih tau tentang perilaku anaknya, kejadian sebelumnya. Pokoknya kejadian-kejadian yang memang pernah buat perjanjian di bundellah, jadi saat orang tua dateng kita tunjukin. Setelah itu kita tanya apa masukannya setelah ibu tau ini. Lalu kalo memang perlu saya kasih nomor handphone biar komunikasinya lebih mudah kalo ada masalah lagi.
Layanan konsultasi dalam mengatasi bullying diberikan kepada orang tua siswa.
P: Lalu, menurut umi layanan mana yang paling efektif dalam mengatasi bullying?
22 S: Setelah dipanggil orang tua. Jadi kita mohon juga pada orang tua itu mantau bukan hanya perilakunya, mungkin juga cara belajar, kamar dia, teman bergaulnya, jadi memang lebih utamanya orang tua.
Layanan yang paling efektif dalam mengatasi bullying yakni konsultasi.
120
B. Transkrip verbatim
Subjek : G Tanggal : 2 November 2010 Lokasi : Ruang BK
Baris P/S Isi Wawancara Tema 1 P: Apakah siswa dikenalkan mengenai
peraturan-peraturan di sekolah ?
S: Memang iya, setiap upacara kan memberikan,nasehat-nasehat, larangan-larangan dan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah. Tapi kadangkan anak-anak ini masuk kuping kanan keluar kuping kiri, waktu upacara iya didengerin waktu kita masuk kelas iya, tapi setelah kita gak ada. Disinikan terjadinya bullying saat meraka istirahat dan di kantin, kan di situ interaksinya.
Layanan orientasi mengenai peraturan sekolah diberikan saat upacara.
P: Apa yang dilakukan guru BK bila terjadi bullying?
S: Kita tanya permasalahannya apa, pendekatannya apa, baru kita cari akar masalahnya, seperti berkelahi, kita kumpulin dulu, kita tanyain dulu satu persatu, jadi dari mereka ini kita ambil kesimpulannya.
Pemberian layanan mediasi kepada sesama siswa.
5 P: Bagaimana bentuk layanan informasi yang diberikan kepada siswa dalam upaya mengatasi bullying?
S: Layanan informasi ini yang kita berikan ke anak, kita kasih pengertian dulu tentang manfaat dari berantem itu apa, segi negatifnya apa positifnya apa. Terus kita tanya permasalahannya apa, akibatnya apa kalo mengadakan perkelahian itu kan, hukuman dari sekolah kan bermacam-macam. Kalo yang tidak fatal, kalo yang fatal kan dikeluarkan. Nah itu lah informasi yang kita berikan di kelas. Jadi kita kan dikasih waktu untuk BK 1 jam per kelas, dari situlah kita dapat berinteraksi dengan anak. Kita bisa lihat absensinya, tingkah
Layanan informasi dalam mengatasi bullying diberikan secara klasikal melalui materi yang berkaitan dengan bullying.
121
lakunya, jadi kita bisa lihat anak ini, mana yang lebih dominan mana yang tidak. Kalo materi yang disampaikan itu berkaitan dengan perilaku sehari-hari, tidak melakukan penindasan, tidak egois.
P: Apakah siswa diajarkan untuk dapat menolak ajakan bullying?
S: Secara individual tadi, konseling individual, dari hati ke hati tadi. Kita tanya lagi kenapa kamu melakukan, apa sebabnya, dari situ kan nanti tergali apa yang dilakukan, dari situkan kita bisa kasih jalan keluarnya. Jadi kita preventif dulu.
Penguasaan konten diberikan pada siswa yang terlibat bullying saat konseling individual.
P: Bagaimana dengan korban, apakah diajarkan bagaimana cara terhindar dari perilaku bullying?
10 S: Untuk korban, kita panggil dulu, terus kita tanya dulu kenapa bisa terjadi peristiwa seperti itu, setelah itu anak kita pertemukan, antara korban dan pelaku. Si pelaku mengutarakan pendapatnya, si korban mengutarakan pendapatnya , disitu kita satukan, kita damaikan pada saat penyelesaian masalah itu,dan si pelaku membuat surat perjanjian dengan tidak akan mengulanginya lagi.
Layanan mediasi antara korban dan pelaku bullying.
P: Bagi siswa yang mengalami kekurangan atau kelebihan yang dapat menyebabkan ia mengalami bullying,apakah anda mengajarkan cara untuk mengatasinya?
S: Paling kita secara individual, misalnya mereka punya penampilan yang berlebihan kita kasih tahu “nak supaya tidak mengundang perhatian temen, kamu jangan bersikap seperti itu. Bukan nasehat ya, hanya informasi saja, masukan-masukan.
Layanan penguasaan konten bagi siswa bagi siswa yang berpeluang menjadi korban bullying.
P: Apakah ada bentuk penyaluran yang dilakukan kepada siswa untuk memilih ekstrakulikuler ?
S: Enggak, anak kan memilih eskul sesuai keinginan mereka sendiri. Lebih pada bakat dan kesadaran mereka sendiri.
Guru BK tidak berperan dalam penempatan dan
122
penyaluran siswa. 15 P: Apakah ada penyaluran bagi korban atau
pelaku bullying?
S: Kita gak nyampe situ ya, paling kita penyelesaiannya hanya pada saat mereka bermasalahnya saja. Kalo pengembangan diri itu lebih pada anaknya.
Guru BK tidak memberikan penempatan dan penyaluran siswa bagi siswa yang terlibat bullying.
P: Bagaimana proses konseling individual bagi siswa yang terlibat bullying?
S: Ada yang harus dipanggil, ada yang dengan kesadaran datang sendiri,tapi untuk kelas XI ,kelas XII mereka sudah merasakan manfaat ke ruang BK, jadi mereka datang sendiri. Kalo yang berkelahi pas BK melihat, langsung kita bawa, kita tanya dulu penyebabnya apa, tidak kita pertemukan dulu antara 2 orang yang berselisih ini, kita tanya satu persatu baru kita selesaikan. Tapi kalo kita dapat laporan dari guru lain paling anaknya kita panggil. Lalu kita selesaikan, kalo memang perlu kita panggil orang tuanya, ya kita panggil orang tua, tapi kalo memang tidak perlu panggilan orang tua atau bisa kita selesaikan disini ya kita selesaikan disini.
Proses layanan konseling individual bagi siswa yang terlibat bullying.
P: Bagaimana dengan layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok , apakah diberikan pada siswa?
20 S: Gak ada, jadi memang hanya di kelas itu lah kita kasih informasinya.
Bimbingan kelompok dan konseling kelompok tidak dilaksanakan karena alasan telah memberikan materi secara klasikal.
P: Apakah layanan mediasi diberikan dalam upaya mengatasi bullying? Bagaimana prosesnya?
S: Pertama itu kan, kita tanya kedua belah Layanan mediasi diberikan pada
123
pihak ni, kalo memang masalahnya terlalu parah itu kita panggil orang tua. Orang tua kita panggil, wali kelas, dan wakil kesiswaan itu kita libatkan, tapi kalo memang masalahnya tidak terlalu parah ya cukup antara yang berkelahi saja, cukup diketahui guru BK dan wali kelas saja. Prosesnya yang berkelahi kita kumpulkan dulu, kita data dulu permasalahannya apa kejadiannya dimana waktunya kapan, terus terjadi korban atau tidak, terjadi pemukulan tidak, parah atau tidak. Anak yang berkelahi kan kita panggil kita damaikan, dan mereka mau berdamai dan tidak akan mengulanginya lagi maka cukup dengan perjanjian. Tapi dengan perjanjian, di lain waktu mereka mengulangi lagi maka orang tua kita panggil, biar oang tua juga tau posisi anak disekolah seperti apa, kondisi anaknya di sekolah itu sering berkelahi atau tidak.
pelaku dan korban bullying. Jika diperlukan mediasi juga dilakukan antara siswa dan orangtuanya.
P: Saat orang tua datang apa saja yang guru BK sampaikan?
S: Yang pertama kita tanya dulu anak ke berapa, tinggal dimana, di rumah dia perilakunya seperti apa, suka keluar malem atau enggak, siapa temannya, paling itu informasi yang kita bisa gali dari orang tua. Informasi dari orang tua bisa menjadi satu tolak ukur bagi kita mengapa si anak dapat berperilaku seperti ini, berartikan latar belakang dia di rumah dulu. Setelah kita mengetahui informasi dari orang tua, baru kita memberikan informasi dari pihak sekolah, seperti absensi dia, tingkah laku dia di sekolah seperti apa , cara bergaul dia, sopan santun terhadap guru seperti apa, dengan teman seperti apa, baru di situ nanti ketemu. Kalo kita hanya informasinya dari anak , kadang-kadang anak itu di depan orang tuanya baik tapi di sekolah brutal. Kadang-kadangkan Orang
Layanan konsultasi dalam mengatasi bullying diberikan kepada orang tua siswa.
124
tua taunya anaknya ini bagus, baik, nurut tapi ternyata di luar berontak. Lalu paling kita mengarahkan untuk memperhatikan anak ini dalam cara bergaul, waktu tidurnya di rumah dan aktivitasnya di luar. Orang tua harus tahu anaknya bergaul dengan siapa, lingkungan tempat bergaul bagaimana, intinya orang tua harus lebih perhatian.
25 P: Lalu, menurut ibu layanan mana yang paling efektif dalam mengatasi bullying?
26 S: Konseling individual, kita berlaku sebagai teman
Layanan yang paling efektif dalam mengatasi bullying yakni konseling individual.
125
C. Transkrip verbatim
Subjek : M Tanggal : 2 November 2010 Lokasi : Ruang BK
Baris P/S Isi Wawancara Tema 1 P: Layanan orientasi apa saja yang diberikan
dalam mengatasi bullying?
S: Itulah salah satunya pekerjaan guru BK itu, yang pertama memang ada jam di kelas, di saat ada jam itu selalu kita selipkan. Selain itu, kita sebagai guru BK juga melakukan pendekatan-pendekatan terutama siswa-siswa yang arogan, kita sampaikan bahwa di sekolah ini punya aturan, punya tata tertib sehingga mereka bisa mengerti, dan juga cara kita menyampaikan tidak memaksa, tapi secara kesadaran mereka saja. Disampaikannya saat masuk kelas atau istirahat seperti ini,sering juga kami sampaikan satu per satu ke anaknya. Yang paling ini sekali waktu upacara, upacara hari senin itukan disampaikan tata tertib sekolah, sopan santun, tata krama pada anak-anak itu.
Layanan orientasi mengenai peraturan sekolah disampaikan secara klasikal dan individu serta saat upacara.
P: Bagaimana mengenai tugas dan fungsi guru BK dalam mengatasi bullying, apakah diinformasikan kepada siswa?
S: Itu kalo biasanya mereka punya buku saku mereka. Kalo pake buku saku,misalnya mereka bertikai dapet berapa point mereka, itu ditunjukkan ke mereka. Kedua untuk mengatasi itu dipanggil dua-duanya dibuat surat perjanjian, jika sampai terulang lagi maka akan dikembalikan ke orang tua atau mendapat sanksi selanjutnya.
Pengenalan terhadap peraturan dan peranan guru melalui buku saku.
5 P: Apakah layanan informasi diberikan kepada siswa ? apa saja materi yang diajarkan?
S: Iya diajarkan itu, cara berkomunikasi dengan kawan-kawannya, sopan santun, dunia pergaulan juga, di dalam modulnya juga ada, sehingga mereka tahu bergaul
Pemberian layanan informasi melalui materi-materi yang berkaitan dengan
126
dengan siapa, tempat-tempat bersosialisasiny juga tentunya mereka bisa menyesuaikan diri.
kehidupan sosial.
P: Biasanya kan siswa diajak dalam melakukan bullying , untuk mencegah itu agar mereka bisa menolak bagaimana caranya?
S: Itu lebih ke tatakrama dia, kalian kan harus menghindari pekerjaan yang merugikan, contohnya apabila kamu diajak bertikai kenapa kamu harus ikut-ikutan, nah itu kamu harus bisa mencegah, harus bisa menolak, dan juga harus memberikan bimbingan kepada siswa itu. Itu disampaikan saat di kelas atau dipanggil per individu. Secara umum di kelas itu disampaikan secar a individu itu perorangan. Contonya siswa yang bertikai kita panggil, sebelum orang tua dipanggil mereka juga sudah di nasehati dulu. Setelah itu tetap kita panggil orang tuanya bahwa masalah anaknya seperti ini sehingga mereka bertikai, jadi kita memberikan surat perjanjian ditandatangani wali kelas, BK dan ortunya sehingga jika diulangi lagi mereka akan mendapatkan sanksi lebih berat lagi seperti di skorsing, ataukah dikeluarkan dari sekolah dikembalikan ke orang tua sehingga mereka takut untuk mengulanginya lagi.
Layanan penguasaan konten bagi siswa yang terlibat bullying secara individual.
P: Apakah guru BK membantu siswa dalam menyalurkan ke ekstrakulikuler?
10 S: Kadang kita kasih masukan-masukan aja. kita tanya pada anak apa yang digemari, tapi itu cuma sebagian gak semuanya.
Guru BK tidak begitu berperan dalam penempatan dan penyaluran semua siswa.
P: Bagaimana dengan proses konseling individual yang dilaksanakan dalam mengatasi bullying?
S: Kebanyakan kalo di SMAN 8 ini,itulah keuntungan kami tu kesadaran anak-anak
Proses layanan konseling individual bagi
127
itu datang sendirinya untuk sharing. Contohnya mereka punya masalah di luar, atau mereka punya masalah dengan kawan, kadang-kadang punya masalah dengan orang tua, mereka curhat. Jadi minta pendapat dari pihak kami, kami memberikan masukan-masukan agar mereka keluar dari masalah mereka itu. Kalo untuk pelaku kita panggil, kami tanya bagaimana ceritanya, lalu diberikan masukan-masukan agar mereka keluar dari kesulitan.
siswa yang terlibat bullying.
P: Bagaimana dengan bimbingan dan konseling kelompok, apakah disampaikan?
S: Kalo bimbingan dan konseling kelompok itu , enggak. Materi khususnya juga gak ada , paling tentang emosi aja. Dampak negatif juga disampaikan tapi lebih ke klasikal saja.
Bimbingan kelompok dan konseling kelompok tidak dilaksanakan karena alasan telah memberikan materi secara klasikal.
15 P: Apakah layanan mediasi diberikan dalam upaya mengatasi bullying? Bagaimana prosesnya?
S: Misalnya dia bertikai, dia sempat memukul kawannya, selain siswa di beri surat perjanjian kiat memanggil ortu nya juga biar orangtuanya juga bisa mewanti-wanti anaknya dirumah, jangan semau-maunya gaplok anak orang jadi tau masalahnya. Jadi kerja sama antara guru dan orangtuanya itu perlu. Karena banyak kejadian anak itu di rumah manggut-manggut rajin, tapi di sekolah berantem.
Layanan mediasi diberikan pada pelaku dan korban bullying. Jika diperlukan mediasi juga dilakukan antara siswa dan orangtuanya.
P: Hal-hal apa saja yang disampaikan ke orang tua?
S: Menyampaikan sesuai dengan permasalahan anaknya sendiri, setelah disampaiakan masalah anakanya, jangan Cuma di sekolah dibinanya, tapi di rumah jug a agar dibina. Lalu, mengikat mereka dengan surat perjanjian tandatangan anak
Layanan konsultasi dalam mengatasi bullying diberikan kepada orang tua siswa.
128
dan orang tuanya. Yang pertama cukup anaknya dan guru BK saja, baru yg selanjutnya orang tua, anak dan guru BK nya. Kita juga kadang memberi masukan, kadang juga kita mendapat masukan dari orang tua. Misalnya, bahwa anaknya tidak bisa dikerasin, lalu kita juga menjelaskan anaknya bagaimana disekolah. Jadi lebih ke sharing dengan orang tua. Kita juga sangat-sangat mewanti-wanti orang tuanya agar anak-anknya betul-betul dijaga dan diawasi, sebaliknya orang tua juga menitipkan anaknya kepada kami, tolong anak-anak kami dibimbing. Kami juga perlu selalu komunikasi dengan orang tua, karena setiap saat kan, iya kalo anak-anaknya baik terus suatu ketika anaknya punya masalah perlu kita kontek, makanya kita minta no hp orang tua begitu juga orang tua kadang minta no hp kita untuk mempermudah memantau anaknya. Lalu ada juga homevisit, homevisit dilakukan kalo kita sudah mengadakat peringatan-peringatan kepada siswa, atau siswa sudah dipanggil orang tuanya di undang tapi tidak datang maka kita langsung homevisit.
P: Lalu, menurut ibu layanan mana yang paling efektif dalam mengatasi bullying?
20 S: Kita sebagai guru lebih bekerja sama dengan orang tuanya. Karna kalo kita Cuma menasehati saja tak kan ini, tapi kalo orang tua nya tau permasalahn anakny, di rumah diwanti-wanti di sekolah diwanti-wanti gurunya, sehingga dia sedikit peluang untuk berbuat, jadi kita harus lancar komunikasi berkoordinasi dengan orangtuanya.
Layanan yang paling efektif dalam mengatasi bullying yakni konsultasi.
129
D. Transkrip verbatim
Subjek : R Tanggal : 3 November 2010 Lokasi : Ruang BK
Baris P/S Isi Wawancara Tema 1 P: Pernah terlibat perkelahian? S: Pernah bu, ngegebukin anak orang bu. P: Kenapa digebukin? S: Orang ngelunjak geh bu, dia tu diem-diem
tapi kalo ngeliat orang itu sinis aja, dari pertama tu saya dah kesel.kebeneran ngata-ngatain temen saya. Yaudah gebukin aja.
Siswa pernah terlibat perilaku agresif secara fisik.
5 P: Pernah gak terjadi perkelahian di sekitar sekolah ini?
S: Pernah se, anak sekolah sini sama supir angkot.
P: Kasusnya apa itu? S: Anak sekolah sini kan pake bunga gitu kan,
emang anak ini tempramen bu,jadi dikatain “alahh..gak pernah ke bali lu ya”. Gak terima mungkin bu, ditimpuk-timpukin mobilnya, ampe pecah kaca angkotnya.
Kebiasaan orang sekitar sekolah yang sering melanggar norma.
P: Ada gak kasus lain, seperti pemalakan? 10 S: Pernah denger kabar aja. Anak sekolah
SMA 8 dipalak di depan Gg itu, setiap pulangkan lewat situ, dipalakin, handphone nya diambil.
Kebiasaan orang sekitar sekolah yang sering melanggar norma.
P: Bagaimana dengan pemberian hukuman di SMA 8?
S: Kalo salah ya dihukum bu, gak pilih kasih. Kalo salah pertama dikasih peringatan kalo besok gak dikerjain, suruh kerjain di lapangan trus dijewer.
Bentuk pemberian hukuman di SMAN 8 Bandar Lampung.
P: Ada tidak kakak kelas yang berbuat semena-mena dengan adik kelasnya?
S: Ada bu, kemarin baru kejadian. Kelas XI nyerang kelas X. digampar, handphonenya di banting, gara-gara cowok katanya bu.
Senioritas sebagai bentuk kesewenangan senior terhadap juniornya.
15 P: Kalo ada tindakan seperti itu ditegor guru
130
tidak? S: Ada se, dikasi tegoran, itu biasanya guru-
guru yang ngeliat aja bu. Guru menindak siswa yang terlibat bullying.
P: Ada gak guru yang suka berbuat kasar? S: Ada yang suka mukul, suka nendang. Guru berbuat kasar
pada siswa. P: Ada pikiran gak untuk berbuat seperti itu
juga?
20 S: Pasti semua orang adalah pikiran kaya gitu bu. Dia aja seenak jidat ngelakuin, nanti kalo jadi guru saya juga mau kaya gitulah bu.
Siswa termotivasi untuk ikut berperilaku kasar seperti gurunya.
P: Apakah ada guru yang tidak menghargai kamu?
S: Ada itu bu, pas kelas XI. Ceritanya kan saya ini telat ngerjain tugasnya. Trus kata dia “apa lagi kamu ini ngumpul-ngumpul tugas,udah gak usah dikumpul, gak akan saya nilai juga, bawa pulang lagi”. Besoknya saya udah ngerjain lagi bu, udah tepat bu, cuma kurang 1 nomor bu. Terus kata dia, “ini kurang 1, udah-udah” kayanya benci gitu sama saya bu, dari situ saya gak mau masuk kelas dia lagi, 1 semester saya gak masuk pelajaran dia. Kelas XII juga ada se bu, guru akuntansi. Gak pernah ngehargain murid dia ini bu.
Guru tidak menghargai siswa.
P: Bagaimana dengan orang tua kamu, sering berdiskusi enggak mengenai aktivitas sekolah?
S: Ya kadang-kadang se bu, misalnya ada masalah di sekolah tu cerita. Kadang-kadang ada masalah saya cerita. Saya jadi jaga perilaku bu, tapi namanya kesel, kalo dah kesel sama orang susah lah bu.
Orang tua memberikan perhatian yang cukup, namun siswa sering kali tidak dapat menahan emosinya.
25 P: Sebenernya temen yang kamu gebukin tu ada salah gak se?
S: Ya gak se bu, saya tu dari pertama ngeliatnya itu, gayanya tengil gitu, sok, jadi kesel saya.
Siswa menaruh dendam pada teman yang menjadi korbannya.
131
P: Darimana kamu tahu peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah?
S: Dikasih tau lah bu, pas pertama masuk dikasih tau peraturan-peraturan, pas di MOS itu. Ada Tri janji siswa juga dibaca tiap upacara.
Pengenalan peraturan sekolah saat MOS serta pembacaan tri janji siswa saat upacara sebagai bentuk layanan orientasi dalam upaya mengatasi bullying.
P: Apakah kamu paham tugas dan fungsi guru BK dalam mengatasi bullying?
30 S: Iya tau se, untuk mengatasi masalah.taunya dari kalo kena masalah ngadepnya guru BK,untuk ngasi masukan-masukan. Pernah juga disampein di kelas.
Pemahaman siswa terhadap tugas dan fungsi guru BK dalam mengatasi bullying.
P: Bagaimana dengan kepala sekolah? S: Kepala sekolahnya kurang respect, kayanya
dia tu mentingin diri sendiri. Kepala sekolah kurang berperan dalam mengatasi bullying di sekolah.
P: Biasanya guru BK memberi materi apa kalo masuk ke kelas?
S: Memberi masukan untuk mematuhi peraturan, evaluasi absensi. Cara bergaul, memilih teman disampaikan tapi selingan aja gak ada materi khusus. Dingetin juga jangan berantem lagi, diingetin dampaknya, bisa dilaporin polisi.
Pemberian layanan informasi melalui materi-materi yang berkaitan dengan kehidupan sosial serta dampak dari perilaku bullying.
35 P: Saat kamu berkelahi seperti kata kamu tadi, itu di ajak atau hanya ikut-ikut?
S: Saya ma lagi duduk aja bu, ngeliat dia digebukin udah gekh ikutan. Ngeliatin muka dia itu bingsal aja bu. Pokoknya dalam hati itu kalo ada yang berantem ama dia, saya pasti mau turun.
Siswa berperilaku agresif.
P: Diajarin gak sama guru BK nya gimana cara nahan biar gak emosi kaya gitu?
S: Diajarin, jangan emosi,tahan aja gitu. Diingetin kalo ada masalah mending sharing aja sama guru BK nya. Tu biasanya kalo lagi ada kasus diingetin jangan kaya
Layanan penguasaan konten bagi siswa yang terlibat bullying
132
gitu lagi. secara individual. P: Pernah merasa punya kekurangan pada diri
kamu gak? Diajarin gak sama guru BK nya buat ngatasin itu?
40 S: Pernah bu, 1 dari materi bu. Diajarin se, dinasehatin pas sharing, “udah apa adanya aja, jangan gak ada di ada-adain”.
Layanan penguasaan konten pengembangan kehidupan peribadi disisipkan dalam konseling individual bagi siswa.
P: Pernah gak guru BK ngajarin hal yang positif biar dikenal?
S: Iya ngajarin, yang pasti dari ini bu, belajar, prestasi dalam sekolah. Tapi saya belum pernah ada prestasi bu. Paling berantem itu biar eksis bu.
Siswa tidak memanfaatkan layanan konten dalam pengembangan kehidupan pribadi dalam kesehariannya.
P: Guru BK nya ada yang menyarankan gak masuk ekstrakulikuler?
S: Gak ada. Gak pernah di tanya-tanya juga bu.
Guru BK tidak berperan dalam penempatan dan penyaluran siswa.
45 P: Pernah konseling dengan guru BK nya saat berantem?
S: Iya, sempet kan ditanya kenapa se kamu ne ikut-ikutan. Saya kesel ,gini,gini,gini…sharinglah sama umi, kadang-kadang sama bu.G.
Konseling individual dilakukan setelah terjadi tindakan bullying.
P: Pernah gak bimbingan atau konseling kelompok?
S: Gak pernah. Siswa tidak pernah menerima layanan bimbingan kelompok dan
133
konseling kelompok.
P: Bagaimana dengan layanan mediasi, apakah kamu dipertemukan dengan korban yang kamu pukulin?
50 S: Pernah, dikumpulin, diomongin gimana baiknya, terus salaman.
Layanan mediasi bagi korban dan pelaku bullying.
P: Lalu, guru BK pernah nemuin kamu dengan orang tua gak?
S: Orang tua sempet dipanggil, dikasi tahu kejelekan-kejelekan saya di sekolah. Disuruh nanganin saya di rumah.
Layanan mediasi bagi siswa dan orang tuanya.serta layanan konsultasi bagi orang tua siswa.
P: Menurut kamu dari semua itu, yang paling efektif, yang buat kamu sadar gak mau mengulangi lagi yang mana?
54 S: Pasti dari orang tua lah bu. Udah jangan kaya gitu lagi, malu katanya.
Layanan yang paling efektif dalam mengatasi bullying yakni mediasi.
134
E. Transkrip verbatim
Subjek : Y Tanggal : 8 November 2010 Lokasi : Ruang BK
Baris P/S Isi Wawancara Tema 1 P: Apakah pernah terjadi perkelahian di sekitar
sini?
S: Pernah anak sekolah, ribut masalah futsal. Saya waktu itu yang dipukulin dengan anak-anak taman siswa.
Siswa pernah menjadi korban bullying
P: Bisa dijelaskan apa penyebabnya? S: Selisih paham pas di lapangan itu, kalah
gak terima. Pertama ribut kan di viva, di tempat futsalnya, udah itu gak jadi, ada yang misahin, selepas diorang pulang, diorang nunggu di jembatan, jembatan BW, kitorang pulang, kitorang di uber sama diorang masih deket SMA 8 juga digebukin.
5 P: Lalu, apakah kamu pernah memukul orang juga?
S: Pernah, permasalahannya sms, temen saya di sms sama dia bahasanya gak enak, udah itu kita gebukin.
Siswa menjadi pelaku bullying.
P: Lalu, balik ke masalah tadi, ada gak masalah lain?
S: Ada se, dia tu kalo jalan ngengkeng, belagu, kalo bawa motor ketemu kebatkebut-kebatkebut.
Siswa menaruh dendam pada korbannya.
P: Ada gak kakak tingkatnya yang suka bertindak sewenang-wenang?
10 S: Iya ada se, yang suka minta-mintain duit. Saya pernah dimintain. Cuma sekarang saya juga pernah mintai, gantian. Ada yang pernah ketawan sama guru BK Pak M dan pak. E
Siswa senior memalak siswa junior.
P: Dari gurunya sendiri, ada gak yang suka melakukan kekerasan?
S: Iya, ada se pak E, dia tu keras, kalo mukul,mukul betulan, kalo salah pasti dipukul sama dia. saya pernah itu di jejek bu, karena bajunya gak masuk. Lumayan
Guru suka menghukum siswa secara fisik.
135
sakit. P: Lalu ada tidak guru yang tidak menghargai
siswanya?
S: Pernah,waktu kelas 1, saya tu kan memang jarang masuk, saya buat tugas gak diterima.
Guru tidak menghargai apa yang dilakukan siswa.
15 P: Apakah guru sering mengawasi perilaku sehari-hari siswa?
S: Gak ada yang ngawasin, wayahnya istirahat guru juga biasa duduk aja di kantor.
Guru kurang memperhatikan perilaku siswanya.
P: Dengan orang tua sendiri, sering berdiskusi gak tentang sekolah?
S: Jarang , yang ada berantem. Minta duit kadang gak dikasih jadi marah.
Kurangnya komunikasi siswa dan orang tua.
P: Sejak masuk sekolah ini, kamu paham mengenai peraturan sekolah ini dari mana?
20 S: Iya pas MOS itu lah, disampein sama guru. Pengenalan pengaturan sekolah saat MOS.
P: Kamu paham tugas dan fungsi guru BK? S: Sedikit banyak nya tau lah, Cuma kan
sepenuhnya gak ngertilah. Kalo kata saya se buat ngebimbing muridnya untuk lebih baik. Diingetin di kelas pas pelajaran dia.
Pemahaman siswa mengenai tugas dan fungsi guru BK.
P: Apakah kamu diajarkan agar tidak terlibat bullying oleh guru bimbingan dan konseling?
S: Ya paling diajarin biar gak emosian, jangan cepet kepancing, terus langsung lapor kalo ada apa-apa.
Layanan penguasaan konten.
25 P: Materi apa yang biasa disampaikan guru BK yang berkaitan dengan bullying?
S: Kalo kelas 3 ini lagi diajarin materi kenakalan remaja.
Guru BK memberikan materi berkaitan dengan bullying.
P: Pernah gak curhat dengan guru BK nya? S: Pernah lah, pas kelas1, pas pelajaran saya
ngomong saya ada masalah, terus pas ruang BK nya sepi saya datang curhat.
Siswa datang sendiri untuk mendapatkan
136
layanan konseling individual.
Pernah mendapatkan bimbingan atau konseling kelompok tidak oleh guru BK nya?
30 Gak pernah. Siswa tidak pernah menerima layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
P: Lalu bagaimana cara penanganan dari guru BK jika terjadi bullying?
S: Yang nangani pak E. jadi didamaiin. Sempet sharing juga sama guru bk nya, ditanya masalahnya kenapa, kok bisa gebukin.
Siswa mendapatkan layanan konseling individual untuk mengatasi bullying.
P: Apakah guru BK mengarahkan kamu untuk ikut ekstrakulikuler?
S: Gak, dari kelas 1, 2 emang gak ikut. Kalo kelas 3 ini kan harus fokus dengan ujian nasional.
Guru BK tidak berperan dalam penempatan dan penyaluran siswa.
35 P: Saat kasus pernah sampai dipanggil orang tua gak?
36 S: Dipanggil orang tua, semua orang tuanya dikumpulin. Dibilangin kelakuan anaknya di sekolah. Dikasih tau sama guru BK untuk lebih jagain. Waktu itu, orang tua saya dipanggil bu G, bicara 4 mata ngomong berdua aja mereka.
Layanan mediasi diberikan kepada siswa dan orang tua. Selain itu orang tua juga mendapatkan layanan konsultasi.
137
F. Transkrip verbatim
Subjek : O Tanggal : 8 November 2010 Lokasi : Ruang BK
Baris P/S Isi Wawancara Tema 1 P: Pernah terjadi tindakan kejahatan di sekitar
sini?
S: Pernah, ada kawan, dari sma 8 juga malakin anak smp.
Kebiasaan orang sekitar sekolah yang sering melanggar norma.
P: Apakah kamu pernah terlibat perkelahian? S: Pernah, pas O lagi di kantin, cewek ini
dateng dari arah berlawanan, terus dia ngomong ngapa lu nyolot ama gua, kan emosi jadi ngedorong.
Siswa menjadi korban bullying.
P: Menurut kamu bagaimana disiplin di SMA 8?
S: Disiplin se, disiplin banget. Kemaren sampe 2 jam dijemur, gara-gara telat. Kalo gak piket dikeluarin dari pelajaran. Kaya gitu se.
Pemberian hukuman secara fisik.
5 P: Pernah gak ada kakak tingkat yang berbuat sewenang-wenang?
S: Ada, sering malah, banyak gara-gara cowok. Ceweknya itu menel-menel sok berkuasa gitu, cowok yang dia suka sama cewek, cewek ini yang dilabrak. Apalagi anak baru kaya O, kalo cewek pindahan pasti dimusuhin.
Senioritas sebagai bentuk kesewenangan senior terhadap juniornya.
P: Guru sendiri ada yang menegur gak? S: Ditegor sama bunda, dipanggil tiba-tiba, ke
sini ternyata ada 2 cewek dari gank itu, jadi ngomonglah apa masalahnya, lama-lama baekan se, sampe cium pipi malah.
Guru BK menegur siswa yang melakukan bullying (layanan mediasi)
P: Ada gak guru-guru yang berbuat kasar? 10 S: Ada pak E, untuk disiplin tapi terlalu lo.
Kaya kemaren ada kawan pake sepatu putih, dipanggil di proses-proses, sepatunya diambil, trus dia ke kelas pake sandal. Pak E tau digebukin dia di kelas, ampe penggaris patah. Pake kaki nendang gitu.
Guru berlaku kasar kepada siswa.
138
P: Ada gak guru yang tidak menghargai apa yang sudah kamu kerjakan?
S: Oh iya, ada itu,Ini ada, disuruh buat 18 jurnal umum, udah cape sampe ngantuk-ngantuk, ada 1 salah gak diterima “udah-udah gak jadi”, ikhh… ibu ini lo dah capek-capek juga, gak dihargain bener, tandatanganin aja ke kan, ya kaya gitu lah gak dihargain, jadi males, jijik bener gekh, sakit hati saya.
Guru tidak menghargai pekerjaan siswanya.
P: Kamu paham mengenai disipilin di SMA ini dari mana?
S: Dikasih tau, pertama masuk dikasih tahu. Guru BK nya juga nyampein di kelas.
Guru BK memberikan layanan orientasi mengenai peraturan sekolah.
15 P: Apakah diberitahu tidak tugas dan fungsi guru bk dalam mengatasi bullying ?
S: Iya disampein, pas pelajaran BK itu, setiap minggunya. Tugasnya untuk ngebimbing siswa yang terlibat.
Pemahaman siswa mengenai tugas dan fungsi guru BK dalam mengatasi bullying.
P: Kalo kepala sekolah ikut campur tangan gak kalo ada kasus?
S: Kalo kata BK se jangan ke kepala sekolah ,kalo ke kepala sekolah tu udah di akhir dahmau di DO.
Kepala sekolah kurang berperan dalam mengatasi bullying.
P: Diajarin gak sama guru bk nya materi yg berkaitan dengan bullying?
20 S: Dijelasinlah, waktu kesini pas sendirian, kalo gak pas waktu gurunya ke kelas ngajar. Misalnya, kalo kaya lagi berantem itu. Kata cewek itu kan “gua gak suka liat lu itu, kalo lewat gua gak senyum” berarti kata gurunya kamu harus senyum setiap orang, jangan sombong, jalan tu yang bener, jangan angkuh
Guru BK memberikan materi berkaitan dengan bullying serta layanan konten untuk menghadapi perilaku bullying.
P: Lalu, diajarin gak cara melawan tindakan
139
bullying yang kamu terima? S: Diajarin, misalny kalo emang dia nya udah
sangking ngelunjak, kalo udah keseringan gitu tabok aja, dilawan aja.
Layanan penguasaan konten untuk mengatasi jika terkena perilaku bullying.
P: Pernah ngerasa ada kekurangan gak, lalu ada saran dari guru BK buat ngatasin itu?
S: Iya, kan anak baru, beda nya gak punya banyak temen. Disaraninnya buat bisa beradaptasi aja, misalnya kalo lagi belajar gitu harus bisa buat diri itu nyaman, biar temennya nyaman temenan sama kita.
Guru BK mengajari siswa untuk mengatasi kekurangan siswa yang kurang dapat bergaul.
25 P: Ada tidak upaya penyaluran ke ekstrakulikuler tertentu?
S: Enggak. Guru BK tidak berperan dalam penempatan dan penyaluran siswa.
P: Pernah sharing gak sama guru bk nya? S: Pernah, itu tu gak sengajakan, jadi O tu dari
kamar mandi, sama temen tu yang comel, jadi waktu itu salaman sama umi, terus ditanyain kenapa, terus kata temen itu dibilangin baru berantem, dah itu di suruh curhat sama umi.
Siswa mendapatkan layanan konseling individual.
P: Merasa terbantu gak? 30 S: Lega lah, soalnya itu kan dah nahan-nahan
nangis, lagi sedih banget.
P: Pernah bimbingan atau konseling kelompok?
S: Enggak pernah. Siswa tidak pernah menerima layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
140
G. Transkrip verbatim
Subjek : A
Tanggal : 10 November 2010
Lokasi : Ruang BK
Baris P/S Isi Wawancara Tema 1 P: Sering maen ke ruang BK gak? Pernah kena
masalah apa?
S: Pernah, terakhir kelas 2. Biasa kenakalan remaja, berantem. Awalnya salah paham se, dia ngomongin A kan, pas A tanya dia gak mau ngaku , yaudah dia kurang suka A tanyain, ribut ujung-ujungnya.
Siswa menjadi pelaku bullying.
P: Pernah kena kasus lain gak? S: Pernah dikeroyok A, ama 10 orang A
dikeroyok. Masalahnya gara-gara maen bola mba, A gak sengaja nginjek kaki dia kan, gak seneng dia kirain A maen rusuh, maen curangkan ama dia. Panggil kawan-kawannya, “A tu badannya gede kalo gua sendiri gak sanggup ramean aja ngeroyokin” kata dia. Denger-denger ngajak A senggolan, iya A samperin, tau-tau temen-temen nyentangin dari belakang. Alhamdulillah gak papa.
Siswa menjadi korban bullying.
5 P: Masih pernah masalah lagi di BK? S: Ini masalahnya pas A kelas 2 mba, masih
kawan tetangga anak polisi juga motornya ilang. Kitorang ini sebenernya tujuannya gimana buat bantu kakak kelas itu, tapi pikiran diorang kita mintanya maksa. Gak seneng ngadu ke BK. Kena kasus lagi A.
Siswa menjadi pelaku bullying
P: Pernah kasus sama orang luar gak? S: Kalo di luar pernah lah ribut mba, namanya
juga cowok mba. Masalahnya ponakan A, ponakan A cewekkan agak tomboy orangnya anak tamsis dicentang, masa cewek dicentang ama cowok. Pas pulang biru, pas A tanyain berantem ama cewek
Kebiasaan orang sekitar sekolah yang sering melanggar norma.
141
katanya, ya A biarin. Barang ma, kawan dia yang cewek bilang ama A, dia dicentang ama cowok, langsung emosi A. langsung samperin ke sekolahnya bawa rombongan anak-anak 8 ini, tawuran.
Ada gak guru yang berbuat kasar kalo memberi hukuman?
10 Kalo di gampar,dijewer biasalah mbak,suka nendang. Pake penggaris, A kemaren baru patah 1 penggaris. Pelajaran dia kan kosong, A ke kantin bentar pas balik ditanya “kenapa keluar-keluar?” megang penggaris dia, dipukul ampe patah.
Guru suka berbuat kasar terhadap siswa.
Dari guru lainnya , ada gak yang negor saat Paling-paling BK. Kalo guru-guru lain gak
peduli, kalo bukan pelajaran dia terserah mau keluar apa gak.
Guru BK lebih sering memperhatikan perilaku siswa sehari-hari.
Ada gak keinginan kamu untuk menghukum adik tingkat yang melanggar peraturan?
Paling-paling kalo adek kelas gak sopan. Awal-awal MOS kemaren tu banyak adek-adek kelas yan gak sopan. Kita kerjain di kamar mandi, kita mos juga. Kaya kemaren itu ada anak kelas 1 gak sopan ngomong ama kakak kelas, gayanya ngesok tengil. Kita bawa kamar mandi, tanyain bagus-bagus ngelawan, tonjokin rame-rame di situ, tapi BK gak tahu. Sering mba,kalo 8 ne hobi ribut. Istilahnya kalo 8 ne mbak, gaya kita tengil ngotak itu bakal dimusuhin di 8 ini.
Senioritas sebagai bentuk kesewenangan senior terhadap juniornya.
15 Ada gak guru yang tidak menghargai apa yang udah kamu kerjakan?
Ada, guru geografi, masalahnya pertama ama dia itu, pas pelajaran dia A maen basket, diliat ama dia kan. Minggu depannya A masuk pelajaran dia, nama A kan absennya pertamakan langsung dilangkahin gak pernah diabsen. Jadi A
Guru tidak menghargai apa yang telah diperbuat siswa.
142
ngerjain tugas 1 semester itu gak dihargain sama dia. Udah minta maaf berulang-ulang. 1 tahun malah mbak semester 2 nya juga ia gekh mbak.
Pernah gak diskusi dengan orang tua tentang masalah sekolah?
Jarang, gak pernah juga. Kemaren kasus dimarah-marahin, handphone disita, gak dikasih uang jajan, motor gak dikasih. Semenjak itu dikontrol banget, A gak dateng sekali aja langsung papah ditelpun BK.
Kurangnya komunikasi siswa dengan orangtuanya.
Dari awal masuk, paham peraturan di SMA 8 dari mana?
20 Diumumin pas baru masuk itu pas MOS itu, guru BK nya juga sering ngingetin, gak pernah bosen-bosen ngingetin kita. Tu pas istirahat, jam kosong, guru BK nya juga seminggu sekali masuk kelas. Saat istirahat atau jam kosong itu, biasanya siswanya yang dipanggil, di suruh sharing.
Pengenalan peraturan sekolah saat MOS sebagai bentuk layanan orientasi dalam upaya mengatasi bullying
Paham gak sama tugas dan fungsi guru BK..?
Biasanya guru BK nya masuk kelas ngasih materi apa?
Ngasih tau, misalnya ada masalah untuk diselesaikan, soalnya setiap guru ada masalah sama A atau temen-temen ngadunya ke BK.
Guru BK memberikan materi berkaitan dengan bullying.
Pernah dingetin gak sama guru BK nya mengenai dampak jika melakukan bullying?
25 Iya pasti diomongin gitulah, misalnya berantemnya tadi langsung dibawa kesini diingetin, kalo sendirian biasanya pas udah selesai masalah, dipanggil satu-satu terus disuruh share.
Guru BK memberikan materi mengenai dampak jika melakukan bullying dan konseling individual.
Kamu pernah jadi korban kan, pernah diajarin gak gimana cara menyelesaikannya?
143
Diajari, gak usah dibawa dendamlah, pokoknya nasehatin biar masalahnya selesai disitu juga. Terus diajarin jangan sombong.
Pemberian layanan penguasaan konten bagi siswa yang menjadi pelaku bullying.
Kamu ikut organisasi apa? Ikut itu berdasarkan saran guru BK gak?
Karate doank, saya dari kelas 1 SD, dari masuk sini A emang udah ikut karate, udah jadi atlet.
Guru BK tidak berperan dalam penempatan dan penyaluran siswa.
30 Sering konseling individual sama guru BK nya?
Kalo A lagi ada masalah sering sharing sama guru BK nya, curhat.
Siswa mendapatkan layanan konseling individual.
Untuk mendamaikan kalian yang bertikai itu, apa yang dilakukan guru BK nya?
Guru BK nya yang ngedamain, semuanya yang terlibat dikumpulin, orang tuanya juga dateng semuanya dari yang mukulin yang dipukul. Diselesaian di sini, sampe selesai semuanya, kalo bisa diluar gak usah diperpanjang lagi. Soalnya kalo abis berantem ya, buat perjanjian kalo ngulangin lagi bakal dikeluarin di skors.
Layanan mediasi bagi korban dan pelaku bullying serta orang tuanya.
Untuk orang tua kamu sendiri apa yang diberikan oleh guru BK nya saat datang itu?
35 Kalo guru BK nya curhat tentang kita juga se, disampein semua ke orang tua, tapi kita gak tahu itu kan dikhususin pas ngomong ke orang tuanya, siswa nya dipisah dulu.
Layanan konsultasi bagi orang tua siswa yang terlibat bullying.
Menurut kamu mana yang pling efekti bagi kamu
Lebih seneng share berdua, soalnya apa yang unek-unek di hati kita itu dikeluarin, kao rame-ramekan gak enak
Layanan paling efektif dalam mengatasi bullying yakni konseling individual.