· untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan...
Transcript of · untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar dan tantangan...
PROSES INTERNALISASI PENGGUNAAN CADAR (Studi Kasus: Perempuan Bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M Square)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyarataan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ayu Rosalia
1112111000008
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440H
i
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji tentang proses internalisasi penggunaan cadar pada
perempuan bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M Square. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan proses internalisasi makna cadar pada perempuan bercadar
dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam ruang sosialnya. Penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam sebagai data
primer dan dokumentasi sebagai data pendukung. Teori yang digunakan adalah teori
interaksionisme simbolik dari George Herbert Mead. Teori ini dipilih karena mampu
menjelaskan tentang bagaimana proses internalisasi berlangsung melalui makna cadar
dan makna simbol pada perempuan bercadar serta tantangan yang harus mereka
peroleh ketika sudah mengenakan cadar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
seluruh informan memiliki makna dan pengalaman yang berbeda-beda dalam
memahami cadar yang sudah terinternalisasi dalam dirinya. Proses internalisasi
penggunaan cadar terjadi ketika perempuan bercadar melakukan sosialisasi (otoriter
dan ekualitas) dan bagaimana memahami makna yang diperoleh dari pesan melalui
simbol-simbol bahasa yang diterima yang selanjutnya pemahaman tersebut dapat di-
transfer ke dalam ingatan informan dan melekat dalam diri informan yang mana hal
ini dapat ditunjukkan melalui perilaku dan tindakan yang dilakukan oleh informan.
Kemudian tantangan dalam ruang sosial berasal dari dalam keluarga maupun
lingkungan. Stigma-stigma yang diperoleh perempuan bercadar disebabkan oleh
adanya pertentangan dengan kebiasaan dan standard-standard di masyarakat.
Kata Kunci: Cadar, Makna Cadar, Internalisasi, Interaksionisme Simbolik, Stigma
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur atas
kehadirat Allah SWT., berkat rahmat, hidayah, dan ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, para
tabi’in, serta kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman yang menjadikannya
sebagai uswatun hasanah dan suri tauladan yang baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial dalam bidang ilmu sosiologi pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tentunya skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan, bimbingan, arahan, semangat, dukungan dan kontribusi beberapa pihak.
Oleh karena itu, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada beberapa
pihak yang telah memberi inspirasi dan juga kontributif dalam memberikan
sumbangan pemikiran, pesan moral dan lain-lain sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan, diantaranya:
1. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, institusi serta kampus
tempat penulis menyelami segala khazanah ilmu pengetahuan, tempat penulis
berinteraksi dengan berbagai dimensi kehidupan yang beragam, tempat
penulis mengeksplorasi serta meraih disiplin ilmu yang sangat berharga.
iii
Institusi yang telah memberikan banyak pelajaran akademik maupun non-
akademik yang berpengaruh langsung pada kehidupan. Institusi yang telah
mengambil satu bagian panjang dalam perjalanan hidup penulis.
2. Ali Munhanif, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Sosiologi dan Dr.
Joharatul Jamilah, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dosen pembimbing skripsi, Ibu Dr. Ida Rosyidah, MA yang telah banyak
mencurahkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan
memotivasi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staff pengajar pada program studi sosiologi atas segala
motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan pengalaman yang
mendorong penulis selama menempuh studi.
6. Untuk kedua orang tuaku tercinta. Ayah Djuwarto, yang dengan segala
perannya, tidak terhitung berapa banyak usaha dan hal yang telah ia berikan
untuk anak semata wayangnya ini. Dan Ibu Rahayu Kristiyatun, wanita
terkuat yang dengan segala kasih sayangnya, tidak terhitung berapa banyak
hal yang dia ajarkan, yang terus memotivasi diri dan mendo’akan penulis,
serta menjadi penyemangat agar terus berjuang menyelesaikan penelitian ini
hingga akhir, segalanya adalah untuk kebaikan penulis hingga membawa
iv
penulis pada tahap ini. Suatu hal yang sangat berat untuk dibalaskan. Do’aku
selalu bersama kalian.
7. Untuk Adik sepupu tersayang Putri Marina Amalia, S.KM yang selalu
menemani penulis sejak kecil dan menemani dari awal penyusunan skripsi ini
hingga sekarang, memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis.
8. Segenap keluarga besar Mbah H. Syamsu Sartin, Mbah Hj. Rodiah, Budeh,
Pakdeh, Om, Tante dan sepupu-sepupu yang selalu senantiasa mengingatkan
penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini. Tak ubahnya dengan orang tua,
memiliki mereka merupakan anugerah dari Allah yang sungguh besar bagi
penulis.
9. Teman-teman Gabuters Squad Ara, Rahmi, Reza Wushu, Faizal, Alby, Arief,
Ojay, Tegar yang telah menemani, berdiskusi, berkeluh-kesah, dan juga
bersenang-senang bersama, semoga tali silahturahmi kita selalu terjaga.
Aamiin.
10. Teman-teman seperjuangan penulisan skripsi Aulia, Anisya Bella dan
Lukman terima kasih untuk kalian semua sudah saling menyemangati,
menasehati, dan memotivasi satu sama lainnya. Tak lupa juga teman-teman
Sosiologi A Ayufit, Elita, Divya, Yuni, Cuplix, Galih, Mega, Ella, Runi, Ismi,
Rusydan, Saikhu, Suki, Neneng, Raka dan teman-teman Sosiologi 2012
lainnya. Teman-teman KKN PILAR 2015 Mila, Lela, Ghina, Nay, Osi, Dita,
Rizki, Maul, Ayut, Alex, Kahfi, Basith, Qomar, Aray. Di mana semuanya
v
sudah berbagi cerita, canda-tawa dan memberikan kenangan selama masa
perkuliahan yang tidak mudah untuk dilupakan.
11. Untuk Murabbi Ummi Ati dan segenap teman-teman Halaqah Kunciran Mas
Permai khususnya Liqo Jumpag serta teman-teman Sholehah terima kasih atas
do’a dan support-nya.
12. Untuk para pengurus kesekretariatan Masjid Blok M Square dan para ukhti-
ukhti yang telah memberi izin dan waktu luangnya dalam proses penelitian ini
berlangsung hingga selesai.
Kebaikan yang didapatkan penulis dari pihak-pihak di atas merupakan suatu
yang sangat berharga dan merupakan bekal utama penulis menyelesaikan karya ini.
Penulis sangat berharap segala kontribusi yang diberikan oleh semua pihak dapat
terbalaskan pula dengan segala kebaikan. Terima kasih untuk semuanya. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan setiap individu yang
membutuhkannya.
Jakarta, 27 April 2019
Ayu Rosalia
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
A. Pernyataan Masalah ..............................................................................1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................6
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................7
E. Kerangka Teori....................................................................................14
F. Definisi Konsep ...................................................................................22
G. Metode Penelitian................................................................................28
H. Analisis Data ......................................................................................34
I. Sistematika Penulisan .........................................................................35
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...........................36
A. Sejarah Masjid .....................................................................................36
vii
B. Visi dan Misi .......................................................................................38
C. Struktur Kepengurusan Masjid ...........................................................39
D. Program-Program Kegiatan Masjid ....................................................42
E. Fasilitas Masjid ...................................................................................46
BAB III TEMUAN DAN ANALISA DATA ...............................................53
A. Proses Internalisasi Penggunaan Cadar ...............................................53
1. Makna Menutup Aurat atau Berjilbab ..........................................55
2. Makna Cadar ................................................................................57
3. Proses Memakai Cadar ..................................................................66
4. Motivasi Memakai Cadar ..............................................................71
5. Simbolisasi ...................................................................................76
B. Tantangan di Ruang Sosial .................................................................80
1. Keluarga .......................................................................................81
2. Lingkungan ..................................................................................83
BAB III PENUTUP .......................................................................................87
A. Kesimpulan .........................................................................................87
B. Saran ....................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel I.D.1 Perbandingan Tinjauan Pustaka ..................................................... 11
Tabel I.H.1 Profil Informan ............................................................................. 30
Tabel I.H.2 Waktu Wawancara Informan ........................................................ 32
Tabel II.C.1. Bagan Kepengurusan Masjid Nurul Iman Blok M Square ......... 41
Tabel III.A.1. Matriks Makna Menutup Aurat ................................................. 55
Tabel III.A.2. Matriks Makna Cadar Sebelum Bercadar ................................. 58
Tabel III.A.3. Matriks Makna Cadar Setelah Bercadar ................................... 61
Tabel III.A.4. Matriks Proses Memakai Cadar ................................................ 66
Tabel III.A.5. Matriks Motivasi Memakai Cadar ............................................ 71
Tabel III.A.6. Profil Ragam Usia Informan ..................................................... 75
Tabel III.A.7. Matriks Simbol Signifikan ........................................................ 76
Tabel III.A.8. Bagan Kerangka Pemikiran........................................................ 80
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Tempat Manasik Haji atau Umrah ............................................... 45
Gambar II.2 Miniatur Ka’bah .......................................................................... 47
Gambar II.3 Taman dan Air Mancur ................................................................ 47
Gambar II.4 Area Luar Jalur Ikhwan (Kiri) dan Jalur Akhwat (Kanan) .......... 48
Gambar II.5 Area Tempat Wudhu Ikhwan ...................................................... 49
Gambar II.6 Area Akhwat Dalam Masjid Nurul Iman .................................... 50
Gambar II.7 Kajian Rutin Berlangsung ........................................................... 51
Gambar II.8 Bazar di Area Akhwat ................................................................. 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Pada dasarnya, wanita cenderung ingin terlihat cantik, dikagumi serta dipuji
oleh orang lain di sekitarnya, maka tak jarang mereka akan melakukannya dengan
berbagai cara salah satunya ialah dengan memakai pakaian yang modis dan trendi.
Saat ini, jilbab telah mengalami suatu perkembangan di mana jilbab sudah menjadi
trend fashion bagi para penggunanya dengan berbagai macam gaya ataupun model,
sehingga perempuan berjilbab bisa terlihat percaya diri dan tidak lagi terkesan kuno
dalam hal berbusana.
Dalam Islam sendiri, jilbab diidentikkan sebagai pakaian yang menutup
seluruh tubuh dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Dalam Kitab Suci Al-Qur’an
firman Allah SWT., telah dijelaskan bahwa menutup aurat itu merupakan sesuatu
yang diwajibkan bagi setiap muslimah, seperti yang terdapat di dalam (QS. Al
Ahzab:59) yang intinya menganjurkan kepada perempuan muslimah agar
memanjangkan jilbabnya. Karena sebelum Islam memerintahkan untuk mengulurkan
jilbabnya pun kaum perempuan sudah memakai kerudung namun hanya sekedarnya
saja dan tidak digunakan secara sempurna untuk menutupi auratnya. Mengulurkan
jilbab yang dimaksud di sini jika yang dimaksudkan ialah baju, maka menutup tangan
dan kakinya, dan jika yang dimaksud ialah kain kerudung, maka perintah
2
mengulurkannya ialah membuatnya longgar sehingga menutupi semua badan dan
pakaiannya ke seluruh tubuh mereka agar lebih mudah dikenal dan agar mereka
terhindar dari godaan laki-laki (M. Quraish Shihab 2004: 321).
Kemudian di dalam (QS. An Nur:31) menekankan perempuan muslim agar
menahan dan menjaga pandangannya, memelihara kemaluannnya sebagai bentuk
perintah yang mencakup kepada sarana yang mengarah kesana salah satunya ialah
menutup wajah, menurunkan kerudungnya sampai menutupi leher dan dadanya saja
menjadi suatu keharusan dan perintah agama apalagi jika memiliki paras yang cantik
lebih diutamakan agar tidak dilihat lelaki asing yang bukan mahramnya, serta tidak
menampakkan perhiasan yang dimilikinya kecuali kepada siapa-siapa yang termasuk
mahramnya karena hal ini ditakutkan akan menimbulkan fitnah.
Perubahan pola pikir masyarakat berdampak pula pada perubahan arus seperti
halnya trend fashion yang marak di tengah masyarakat di mana kebanyakan
masyarakat menggunakan pakaian yang ketat, transparant, celana jeans yang
memiliki model robek-robek, rok mini, dan lain sebagainya yang memperlihatkan
lekuk tubuh. Sehingga apabila kita melihat sesuatu yang berbeda pada umumnya
dengan nilai, norma dan kebiasaan yang telah ada sebelumnya maka hal itu dianggap
sebagai sesuatu yang tabu atau aneh.
Pada saat ini, sebagian perempuan mengenakan pakaian yang dalam hal
tampilan berbeda jauh seperti pada umumnya mayoritas pakaian yang dipakai
perempuan di Indonesia. Biasanya mereka selalu terlihat menggunakan jubah atau
3
terusan yang longgar, tanpa motif dengan pilihan warna dominan gelap (seperti warna
hitam, biru tua, cokelat tua, hijau tua, maupun ungu tua), jilbab besar yang menjuntai
keseluruh tubuh serta ditambah selembar kain kecil (cadar) yang menggantung pada
wajah yang menyembunyikan kecantikannya. Untuk itu cadar dipahami sebagai
pakaian wanita yang menutup wajah (Mutiara Sukma Novri 2016:2). Cadar atau
niqab yang biasa dipakai perempuan bercadar merupakan suatu tahapan setelah
memakai kerudung yang lebar. Namun, di sisi lain masih banyak terdapat penolakan
yang menjadi perdebatan tentang wajib atau sunnahnya mengenakan cadar baik itu di
masyarakat ataupun di kalangan ulama. Penolakan cadar lebih didasari pada stigma
negatif dari masyarakat yang tertuju kepada perempuan bercadar dengan anggapan
mereka aliran garis keras, ekstrem, terlalu fanatik terhadap agamanya apalagi setelah
adanya kasus bom Bali yang menyangkut pautkan kepada terorisme yang membuat
masyarakat terpengaruh oleh media yang mengkonstruksi perempuan bercadar
identik dengan hal yang negatif (Lintang Ratri 2011:29-37).
Jilbab dan cadar merupakan sebuah simbol identitas bagi perempuan
muslimah. Tak jarang masyarakat berpendapat bahwa cadar merupakan hasil dari
budaya Timur Tengah yang dibawa masuk ke Indonesia. Namun sejatinya, cadar
bukanlah sebuah budaya melainkan sunnah Rasulullah atau sebuah anjuran.
Kegunaan jilbab dan cadar memiliki kesamaan yakni sama-sama menutupi anggota
tubuh yang merupakan aurat, tetapi cadar menutupi semua anggota tubuh terkecuali
mata dan telapak tangan. Namun hal tersebut masih dalam perdebatan oleh beberapa
4
ahli yang memiliki perbedaan pendapat mengenai batasan-batasan aurat bagi seorang
muslimah, hal ini karena adanya perbedaan mazhab yang menjadi acuan bagi tiap-
tiap muslimah tersebut.
Belakangan ini fenomena perempuan bercadar menjadi suatu hal yang sudah
tidak asing lagi untuk ditemui (Mutiara Sukma Novri, 2016:2). Hal ini bisa dilihat
dalam artikel kompasiana yang menyebutkan bahwa jika diamati secara seksama
jumlah pemakai cadar ini di seluruh Indonesia ternyata sungguh mencengangkan, dan
mengalami perkembangan yang begitu pesat. Di beberapa daerah seperti di Aceh,
Poso, Bandung, Jakarta, Makassar dan Pekanbaru, jumlah pengguna cadar sangat
banyak. Maka dapat dikatakan bahwa keberadaan perempuan bercadar telah
menyebar di hampir seluruh kota di Indonesia. Hal ini tak bisa dielakkan karena
konsep dakwah ajaran ini telah menyebar ke seluruh pelosok penjuru tanah air.
(http://umum.kompasiana.com/2009/09/11/misteri-di-balikwanitabercadar11494html
diakses pada Rabu, 06 September 2017)
Di wilayah DKI Jakarta sendiri, perempuan yang memakai cadar mengalami
perkembangan yang begitu signifikan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya
perkumpulan perempuan pemeluk agama Islam yang menggunakan cadar seperti
yang terdapat di Masjid Istiqlal, Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng, Masjid Nurul
Iman Blok M Square, dalam Majelis-majelis ta’lim baik yang diadakan di masjid
maupun rumah-rumah, dan masih banyak lagi. Perempuan bercadar memiliki daya
tarik tersendiri karena mereka menggunakan cadar sebagai bentuk ketaatannya
5
kepada Allah SWT., yang berbeda dengan perempuan muslimah pada umumnya dan
untuk melindungi dirinya dari fitnah. Salah satu perkumpulan bagi perempuan
pemeluk agama Islam yang menggunakan cadar yang menjadi daya tarik bagi penulis
adalah perkumpulan di Masjid Nurul Iman Blok M Square yang terletak di
Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan. Hal yang menarik dari perkumpulan ini
dibandingkan dengan perkumpulan perempuan bercadar lainnya di kota Jakarta
Selatan ialah Masjid Nurul Iman yang tepat berada di atas Blok M Square lantai 7 ini
dimanfaatkan oleh jamaahnya sebagai tempat kajian majelis ta’lim. Peneliti banyak
menjumpai perempuan bercadar di dalam wilayah masjid itu, walaupun kajian itu
untuk umum namun tidak sedikit perempuan bercadar berkumpul disana. Padahal
seperti yang kita ketahui Blok M Square merupakan sebuah pusat perbelanjaan Mall
di wilayah Jakarta Selatan. Pusat perbelanjaan ini cukup ramai dikunjungi para
pengunjung setiap harinya. Namun disisi lain, yang membuat peneliti menarik
menjadi pusat perbelanjaan serta hiburan bagi masyarakat sekitar wilayah ini, lokasi
ini juga sebagai tempat kajian majelis ta’lim bagi para jamaah.
Oleh karena itu, tulisan ini akan berusaha memaparkan dan mengungkapkan
bagaimana proses internalisasi penggunaan cadar pada perempuan bercadar di Masjid
Nurul Iman Blok M Square tersebut, serta bagaimana mereka mempertahankan cadar
yang mereka kenakan dalam diri mereka.
6
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan sebelumnya,
maka rumusan masalah yang diajukan:
1. Bagaimana proses internalisasi penggunaan cadar pada perempuan
bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M Square?
2. Tantangan apa saja yang harus dihadapi perempuan bercadar dalam
ruang sosialnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian
ini bertujuan:
a. Memahami bagaimana proses internalisasi nilai cadar pada perempuan
bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M Square.
b. Mengetahui tantangan apa saja yang harus dihadapi perempuan
bercadar dalam ruang sosialnya di masyarakat.
2. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memiliki nilai guna, baik
secara teoritis maupun praktis:
7
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
pengetahuan dalam bidang sosiologi dan melengkapi studi-studi
terdahulu yang terkait dengan permasalahan-permasalahan sosial
yang ada di lingkungan masyarakat seperti persoalan cadar sebagai
bagian dari simbol-simbol makna.
b. Manfaat Praktis
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah
pengetahuan tentang masyarakat dan memperoleh gelar sarjana.
Kemudian penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi
tentang cadar, agar masyarakat tidak dengan mudah men-judge
negatif muslimah yang bercadar, bukan lagi mempersoalkan yang
paling baik agamanya ialah muslimah yang menggunakan cadar
dan yang belum menggunakan belumlah baik, melainkan sebagai
sebuah fenomena yang kompleks dari sudut pandang penggunanya.
D. Tinjauan Pustaka
Telah banyak peneliti yang fokus membahas mengenai makna yang terdapat
pada perempuan bercadar. Namun, terdapat penelitian yang relevan yaitu:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Amalia Sofi Iskandar yang berjudul
“Konstruksi Identitas Muslimah Bercadar” Metodologi yang digunakan dalam
8
penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini
memfokuskan pada pandangan muslimah bercadar tentang jilbab yang mereka
kenakan sehingga mereka menggunakan jilbab yang mereka lengkapi dengan cadar,
serta untuk mengetahui bagaimana muslimah bercadar dalam ruang sosialnya. Hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertama, pandangan muslimah tentang
jilbab, fungsi sosial jilbab dan makna jilbab bagi muslimah bercadar sehingga
masyarakat dapat mengetahui konsep jilbab menurut muslimah bercadar. Hal ini
sangat penting dilakukan karena masih adanya stigma negatif masyarakat terhadap
muslimah bercadar. Bagi muslimah bercadar cadar yang dikenakannya dilakukan
semata-mata hanya karena wujud ketaatan mereka terhadap perintah Allah dan cadar
dijadikan sebagai pelindung ekstra. Kedua, muslimah bercadar dalam ruang sosial
melingkupi ruang sosial keluarga dan lingkungan masyarakat. Dalam ruang sosial,
wanita bercadar melakukan interaksi dan hal-hal positif yang dilakukan menjadikan
masyarakat memiliki pandangan positif terhadap muslimah bercadar. Sehingga tidak
semua masyarakat menganggap negatif muslimah bercadar.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Sukma Novri yang berjudul
“Konstruksi Makna Cadar Oleh Wanita Bercadar Jamaah Pengajian Masjid
Umar Bin Khattab Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Pekanbaru”. Fokus
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana membangun makna motif,
makna dan pengalaman terkait komunikasi sehari-hari mereka. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Hasil dari
9
penelitian ini menunjukkan bahwa motif wanita bercadar pada masa lalu yaitu untuk
membentuk dasar agama karena motif teologis yang telah tertanam di dalamnya, serta
motif untuk menjauhkan diri dari pandangan pria yang tidak muhrim. Sedangkan
motif masa depan adalah untuk mengharapkan berkah Tuhan, menjadi wanita
shalehah, menjadi motivasi bagi orang lain sekaligus untuk menghormati suaminya.
Cadar yang mereka gunakan adalah suatu bentuk tatanan religius yang mereka yakini
sesuai hukum dan afdhol, mereka juga memakai jilbab sebagai kebutuhan psikologis
untuk pengendalian diri dan berperilaku. Pengalaman komunikasi bercadar masjid
Umar bin Khattab adalah pengalaman yang menyenangkan yang berasal dari
dukungan keluarga dan keluarganya, sedangkan pengalaman yang tidak
menyenangkan meliputi stigma orang yang diejek dan dihujat sebagai anggota
terorisme.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Lintang Ratri yang berjudul “Cadar,
Media, Dan Identitas Perempuan Muslim”. Fokus dari penelitian ini memusatkan
pada proses pembentukan kesadaran bercadar, dan pemaknaan atau pendefisian diri
sendiri dalam konteks muslimah bercadar. Metodologi yang digunakan penulis dalam
melaksanakan penelitian yaitu kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan
bahwa wanita bercadar memiliki karakter yang kuat karena mereka bertahan di
sekitar orang-orang termasuk umat Islam yang menganggapnya sebagai 'sisi lain'.
Wanita bercadar tidak pernah mengalami kecanggungan untuk berkomunikasi dengan
masyarakat. Mereka bersosialisasi (ukhuwah islamiah) dengan semua muslim
10
termasuk wanita muslim yang tidak memakai jilbab atau cadar. Mereka melawan
terorisme sebagai konsep jihad (perjuangan muslim melawan 'musuh'). Mereka
percaya bahwa jihad bisa dilakukan oleh banyak kegiatan lain seperti bekerja, belajar
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mereka mengatakan bahwa stigma wanita
berjilbab adalah istri teroris hanyalah konstruksi dari media massa. Dengan demikian,
mereka menyarankan agar semua wanita berjilbab terus berjuang untuk meraih posisi
sebagai wanita, sekaligus mempertahankan diri dari diskriminasi terhadap pilihan
mereka untuk memakai jilbab ataupun cadar.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Umi Nafisah yang berjudul
“Collective Action Komunitas Wanita Bercadar Dalam Perubahan Sosial
Keagamaan Di Sleman”. Fokus penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai yang
menjadi pijakan wanita bercadar dalam melakukan tindakan sosial keagamaan yang
mendorong terjadinya perubahan sosial keagamaan di masyarakat Sleman. Metode
yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus yang dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini bahwa kelompok wanita bercadar
mempunyai nilai-nilai yang menjadi pijakan dalam melakukan tindakan yaitu nilai
keagamaan dan nilai eksklusivisme. Pada kelompok wanita yang bercadar di Sleman,
secara progresif telah melakukan tindakan dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan
ekonomi. Di mana tindakan yang dilakukan secara kolektif wanita bercadar tersebut
dapat membawa perubahan di dalam sosial keagamaan masyarakat Sleman.
11
Perubahan tersebut dapat terlihat dari bertambahnya wanita yang menggunakan cadar
dalam kegiatan sehari-hari di masyarakat.
Tabel I.D.1. Perbandingan Tinjauan Pustaka
Peneliti Judul Penelitian Fokus Penelitian Teori yang
Digunakan
Metode
Penelitian
Amalia Sofi
Iskandar
Konstruksi
Identitas
Muslimah
Bercadar
Pandangan muslimah
bercadar tentang jilbab
yang mereka kenakan
sehingga mereka
menggunakan jilbab
yang mereka lengkapi
dengan cadar, serta
untuk mengetahui
bagaimana muslimah
bercadar dalam ruang
sosialnya
Teori Konstruksi
Sosial Berger dan
Luckman
Kualitatif
Mutiara
Sukma
Novri
Konstruksi Makna
Cadar Oleh
Wanita Bercadar
Jamaah Pengajian
Masjid Umar Bin
Khattab
Kelurahan Delima
Kecamatan
Tampan
Pekanbaru
Untuk mengetahui
bagaimana membangun
makna motif, makna
dan pengalaman terkait
komunikasi sehari-hari
mereka
Teori
Fenomenologi
Alfred Schutz dan
Teori Interaksi
Simbolik George
Herbert Mead
Kualitatif
Fenomenolo
gis
12
Lintang
Ratri
Cadar, Media,
Dan Identitas
Perempuan
Muslim
Memusatkan pada
proses pembentukan
kesadaran bercadar,
dan pemaknaan atau
pendefisian diri sendiri
dalam konteks
muslimah bercadar
Teori
Representasi
Sosial Moscovici
dan Teori
Identitas Coleman
Kualitatif
Umi
Nafisah
Collective Action
Komunitas Wanita
Bercadar Dalam
Perubahan Sosial
Keagamaan Di
Sleman
Mengetahui nilai-nilai
yang menjadi pijakan
wanita bercadar dalam
melakukan tindakan
sosial keagamaan yang
mendorong terjadinya
perubahan sosial
keagamaan di
masyarakat Sleman
Teori Collective
Action Charles
Tilly dan Teori
Strukturasi
Antony Giddens
Kualitatif
dan
Kuantitatif
Dari hasil penelitian di atas, telah diterangkan adanya persamaan dan
perbedaan dengan yang akan penulis teliti dalam makna cadar dan simbol pada
perempuan bercadar. Penelitian yang dilakukan oleh keempat penulis menunjukkan
adanya pembentukan identitas muslimah bercadar yang menekankan fokus
permasalahan pada makna identitas dan masih tertanamnya stigma negatif di
masyarakat terhadap muslimah bercadar. Dalam hal ini, penelitian yang akan penulis
13
teliti akan menekankan permasalahan dalam proses internalisasi penggunaan cadar
pada perempuan bercadar yang telah terinterpretasi dan terkonstruk dalam diri
mereka dan tantangan yang harus mereka hadapi di ruang sosialnya.
Penelitian tersebut pun mempunyai perbedaan dengan penelitian ini, antara
lain mengenai lokasi keempat penelitian ini jelas berbeda dengan lokasi penelitian
yang akan penulis teliti. Penelitian Amalia Sofi Iskandar menekankan pada
pandangan muslimah bercadar tentang jilbab yang mereka kenakan sehingga mereka
menggunakan jilbab yang mereka lengkapi dengan cadar, serta untuk mengetahui
bagaimana muslimah bercadar dalam ruang sosialnya, dengan menggunakan teori
konstruksi sosial. Penelitian Mutiara Sukma Novri menekankan pada bagaimana
membangun makna motif, makna dan pengalaman terkait komunikasi sehari-hari
mereka dengan menggunakan teori fenomenologi dan teori interaksi simbolik dengan
metode kualitatif fenomenologis. Penelitian Lintang Ratri yang paling relevan,
namun teori yang digunakan berbeda yaitu teori representasi sosial dan teori identitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Umi Nafisah menggunakan metode kuantitatif dan
kualitatif dengan pendekatan studi kasus, penelitian ini juga menekankan pada nilai-
nilai pijakan wanita bercadar dan perubahan sosial keagamaan di masyarakatnya.
14
E. Kerangka Teoritis
1. Interaksionisme Simbolik
Bermula dari psikologi sosial Interaksionisme simbolik memiliki keterkaitan
dengan George Herbert Mead (1943) dan Herbert Blumer (1969) serta per definisi
bertautan erat dengan penyelidikan kualitatif dan orientasi verstehen yang
mendasarinya. Perspektif ini amat menekankan pentingnya makna dan penafsiran
sebagai proses yang hakiki-manusiawi sebagai reaksi terhadap behavioralisme dan
psikologi stimulus-respons yang mekanistis. Orang menciptakan makna bersama
melalui interaksinya, dan bagi mereka makna itulah yang menjadi realitasnya.
Pentingnya interaksionisme simbolik dalam penyelidikan kualitatif adalah tekanan
jelas pada pentingnya simbol dua proses yang terjadi dalam interaksi sebagai sesuatu
yang mendasar untuk memahami perilaku manusia (Bagong Suyanto dan Sutinah
2005:180).
1.1 Mind dan Self
Individu melakukan tindakan dalam pikiran yang bersifat abstrak atau dapat
disebut dengan ilmu yang belum diamati. Dalam otak, proses belajar mental bersifat
tertutup sebelum dimulainya tindakan sebenarnya yang bersifat konkret berupa
perilaku yang dapat dilihat. Berpikir (mind) adalah suatu proses di mana individu
berinteraksi dengan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan menggunakan simbol-
simbol yang bermakna. Penggunaan isyarat-isyarat sebagai simbol merupakan bahasa
atau komunikasi. Mead menyatakan bahwa tertib masyarakat akan tercipta apabila
15
ada interaksi dan komunikasi melalui simbol-simbol. Isyarat sebagai simbol-simbol
signifikan tersebut muncul pada individu yang membuat respons dengan penuh
makna. Isyarat-isyarat dalam bentuk ini membawa pada suatu tindakan dan respons
yang dipahami oleh masyarakat yang telah ada. Melalui simbol-simbol itulah maka
akan terjadi pemikiran. Esensi pemikiran dikonstruk dari pengalaman isyarat makna
yang terinternalisasi dari proses eksternalisasi sebagai bentuk hasil interaksi dengan
orang lain. Oleh karena perbincangan isyarat memiliki makna, maka stimulus dan
respons memiliki kesamaan untuk semua partisipan (Ambo Upe 2010:223).
Simbol-simbol yang mempunyai arti tersebut bisa berbentuk gerak-gerik fisik
(gesture) tetapi bisa juga dalam bentuk bahasa. Kemampuan untuk menciptakan dan
menggunakan bahasa merupakan hal yang membedakan manusia dari binatang.
Guna mempertahankan keberlangsungan suatu kehidupan sosial, maka para
aktor harus menghayati simbol-simbol dengan arti yang sama. Hal itu berarti bahwa
mereka harus mengerti bahasa yang sama. Proses-proses berpikir, bereaksi dan
berinteraksi menjadi mungkin karena simbol-simbol yang penting dalam kelompok
sosial itu mempunyai arti yang sama dan membangkitkan reaksi yang sama pada
orang yang menggunakan simbol-simbol itu maupun pada orang yang bereaksi
terhadap simbol-simbol itu.
Pemikiran-pemikiran Mead secara umum, dan khususnya tentang pikiran,
melibatkan gagasannnya tentang pentingnya konsep diri, yaitu kemampuan seseorang
16
menjadikan dirinya sendiri sebagai objek; diri adalah kemampuan khas untuk menjadi
subjek sekaligus objek (George Ritzer dan Douglas J. Goodman 2004:385).
Diri (self) menurut Mead sebagai kemampuan untuk merefleksikan diri kita
sendiri dari perspektif orang lain. Di mana, diri berkembang dari sebuah jenis
pengambilan peran yang khusus, maksudnya membayangkan kita dilihat oleh orang
lain atau disebut sebagai cermin diri (looking glass self). Konsep ini merupakan hasil
pemikiran dari Charles Horton Cooley (West dan Turner 2009:106).
Kemudian Mead memandang perbuatan sebagai “unit paling inti” dalam
teorinya (1982:27). Dalam menganalisis perbuatan, Mead sangat dekat dengan
pendekatan behavioris dan memusatkan perhatiannya pada stimulus dan respons.
Namun, dalam hal ini pun stimulus tidak menimbulkan respons otomatis yang tak
diperkirakan aktor. Seperti dikatakan Mead (1982:28), “Kita memahami stimulus
sebagai situasi atau peluang untuk bertindak, bukan sebagai paksaan atau mandat”
(George Ritzer dan Douglas J. Goodman 2004:380). Menurut Mead terdapat empat
tahap tindakan yang saling berhubungan yakni:
Pertama, impuls merupakan dorongan hati yang meliputi rangsangan spontan
yang berhubungan dengan alat indera dan reaksi aktor terhadap stimulasi yang
diterima (Ambo Upe 2010:224). Rasa lapar adalah contoh yang tepat bagi impuls ini.
Aktor (manusia atau bukan) dapat merespons secara langsung dan tanpa perlu
berpikir, terhadap impuls, namun aktor manusia lebih cenderung berpikir tentang
respons yang sesuai (misalnya, makan sekarang atau nanti). Dalam memikirkan
17
respons tersebut, orang tersebut tidak hanya mempertimbangkan situasi terkini namun
juga pengalaman masa lalu dan antisipasi terhadap akibat-akibat dari tindakan
tersebut di masa depan. Rasa lapar datang dari kondisi batiniah aktor atau bisa
ditimbulkan oleh kehadiran makanan di dalam lingkungan, dan yang paling sering
muncul dari kombinasi keduanya. Terlebih lagi, orang yang lapar harus menemukan
cara untuk memuaskan impuls tersebut dalam lingkungan tempat makanan tidak
dapat langsung tersedia ataupun tidak dalam jumlah yang cukup. Impuls ini,
sebagaimana impuls-impuls lain, bisa terkait dengan masalah di dalam lingkungan
(yaitu, makanan yang tidak langsung tersedia), yang harus diatasi oleh aktor.
Memang, kendati suatu impuls seperti rasa lapar bisa datang dari individu (meskipun
dalam hal ini rasa lapar dapat disebabkan oleh stimulus eksternal, dan tidak ada
definisi sosial tentang kapan saat yang tepat untuk lapar), namun dia biasanya terkait
dengan keberadaan masalah di dalam lingkungan (misalnya, kurangnya bahan
makanan). Seperti halnya elemen-elemen lain dalam teori Mead, impuls juga
melibatkan aktor dan lingkungannya (George Ritzer dan Douglas J. Goodman
2004:380).
Kedua, persepsi dimana pada tahapan ini terjadi ketika aktor sosial
mengadakan penyelidikan dan bereaksi terhadap rangsangan yang berhubungan
dengan impuls (Ambo Upe 2010:224). Dalam hal ini adalah rasa lapar dan berbagai
cara yang ada untuk memuaskannya. Orang memiliki kemampuan merasakan atau
mengindra stimulus melalui pendengaran, penciuman, indra perasa, dan lain
18
sebagainya. Persepsi melibatkan stimulus yang datang, maupun citra mental yang
mereka ciptakan. Orang tidak sekedar merespons secara langsung stimulus eksternal,
namun berpikir tentang, dan menjajakinya, melalui pembayangan secara mental
(mental imagenery). Orang tidak sekedar terikat dengan stimulus eksternal; mereka
juga secara aktif menyeleksi sejumlah karakteristik stimulus dan memilih stimulus-
stimulus lain. Jadi, stimulus bisa mengandung beberapa dimensi, dan aktor mampu
memilah dan memilihnya. Selain itu, biasanya orang berhadapan dengan berbagai
stimulus berbeda, dan mereka memiliki kemampuan untuk memilih mana yang akan
diambil dan mana yang akan diabaikan. Mead menolak memisahkan orang dari objek
yang mereka persepsi. Adalah tindak mempersepsi objek yang menjadikannya objek
bagi seseorang; persepsi dan objek tidak dapat dipisahkan karena satu dengan yang
lain terkait secara dialektis (George Ritzer dan Douglas J. Goodman 2004:380-381).
Ketiga, manipulasi merupakan tahapan penentuan tindakan berkenaan dengan
objek itu. Tahap ini merupakan tahap yang penting dalam proses tindakan agar reaksi
tidak terjadi secara spontanitas (Ambo Upe 2010:224). Begitu impuls mewujudkan
dirinya dan objek telah dipersepsi, tahap selanjutnya adalah manipulasi objek, atau
lebih umum lagi, mengambil tindakan dalam kaitannya dengan objek tersebut. Selain
keunggulan mentalnya, orang memiliki keunggulan lain di atas binatang yang lebih
rendah. Orang memiliki tangan (dengan ibu jari yang dapat ditekuk) yang
memungkinkan mereka melakukan manipulasi terhadap objek jauh lebih baik dari
pada yang dapat dilakukan oleh binatang-binatang yang lebih rendah. Bagi Mead,
19
fase manipulasi ini menciptakan jeda temporer dalam proses tersebut sehingga suatu
respons tidak secara langsung terwujud. Manusia yang lapar melihat jamur, namun
sebelum memakannya, ia cenderung memetiknya terlebih dahulu, mencicipinya, dan
mungkin mengeceknya di buku panduan untuk mengetahui apakah jenis jamur
tersebut dapat dimakan atau tidak. Sebaliknya, binatang yang lebih rendah, cenderung
memakan jamur tersebut tanpa menimbang-nimbang dan mencicipinya (dan jelas
tanpa membaca tentangnya). Jeda yang diperoleh dari menimbang-nimbang objek
tersebut memungkinkan manusia merenungkan berbagai respons. Ketika berpikir
apakah akan memakan jamur tersebut atau tidak, masa lalu dan masa depan yang
dilibatkan. Orang dapat berpikir tentang pengalaman di masa lalu, yaitu ketika
mereka makan jamur kemudian jatuh sakit, dan mungkin mereka berpikir tentang
sakit yang mungkin muncul di masa-masa yang akan datang, atau bahkan kematian,
yang mungkin mengiringi proses makan jamur beracun. Manipulasi jamur menjadi
semacam metode eksperimental di mana aktor mencoba berpikir dengan cara menguji
beberapa hipotesis tentang apa yang akan terjadi jika jamur itu dikonsumsi (George
Ritzer dan Douglas J. Goodman 2004:381).
Keempat, konsumsi tahapan dimana aktor dapat mengambil tindakan yang
sesuai dengan keinginannya (Ambo Upe 2010:224). Berdasarkan pertimbangan sadar
ini, aktor dapat memutuskan untuk makan jamur (atau tidak), dan hal ini akan
memunculkan tahap terakhir tindakan, yaitu konsumsi, lebih umum lagi, mengambil
tindakan yang akan memuaskan impuls awal. Manusia dan binatang yang lebih
20
rendah cenderung tidak memakan jamur yang buruk karena kemampuannya
memanipulasi jamur dan berpikir (serta membaca) dampak dari makan jamur
tersebut. Binatang yang lebih rendah pasti mengandalkan metode coba-coba, namun
ini adalah teknik yang kalah efisien ketimbang kemampuan manusia berpikir melalui
tindakan-tindakan mereka. Dalam situasi ini, coba-coba adalah sesuatu yang
berbahaya; akibatnya, tampaknya bahwa binatang yang lebih rendah lebih rentan
terhadap kematian (George Ritzer dan Douglas J. Goodman 2004:381-382).
1.2 Simbol signifikan
Perhatian utama dari interaksionisme simbolik adalah dampak dari arti-arti
dan simbol-simbol dalam aksi dan interaksi manusia (Bernard Raho 2007:111).
Dalam proses interaksi sosial, manusia mengkomunikasikan arti-arti kepada
orang lain melalui simbol-simbol. Kemudian orang lain menginterpretasi simbol-
simbol itu dan mengarahkan tingkah laku mereka berdasarkan interpretasi mereka.
Dengan kata lain, dalam interaksi sosial, aktor-aktor terlibat dalam proses saling
mempengaruhi (Bernard Raho 2007:112).
Dalam interaksi sosial, orang belajar simbol-simbol dan arti-arti. Jika orang
memberikan reaksi terhadap tanda-tanda tanpa berpikir panjang, maka dalam
memberikan reaksi kepada simbol-simbol, orang harus terlebih dahulu berpikir.
Simbol adalah obyek sosial yang digunakan untuk mewakili (take place of) apa saja
yang disepakati untuk diwakilinya. Namun tidak semua obyek-obyek sosial
mempunyai arti yang lain dari pada apa yang ada di dalam dirinya. Tetapi obyek-
21
obyek yang merupakan simbol selalu mempunyai arti yang lain dari pada yang
tampak di dalam obyek itu sendiri. Orang menggunakan simbol-simbol untuk
mengkomunikasikan sesuatu tentang diri mereka (Bernard Raho 2007:109).
1.3 Generalized Other
Orang lain pada umumnya adalah harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan,
standard-standard umum dalam masyarakat (Bernard Raho 2007:104). Orang lain
pada umumnya adalah sikap seluruh komunitas yang memiliki kemampuan untuk
memikirkan peran orang lain pada umumnya sangat mendasar bagi diri (George
Ritzer dan Douglas J. Goodman 2004:388).
Baru ketika seseorang memasang sikap sebagaimana yang ada dalam
kelompok sosial tempat ia berada guna menyikapi aktivitas sosial yang terorganisasi
secara kooperatif atau serangkaian aktivitas yang dijalankan oleh kelompok tersebut,
barulah ia berkembang menjadi diri seutuhnya. Maka diri mencapai perkembangan
seutuhnya dengan menyusun sikap individual orang-orang lain menjadi sikap suatu
kelompok sosial atau sikap kelompok yang terorganisasi, dan dengan demikian
penataan ini menjadi refleksi individual dari pola-pola sistematis perilaku sosial atau
perilaku kelompok yang melibatkannya dan diri-diri yang lain pola yang
memasukkan keseluruhan ke dalam pengalaman individu berdasarkan sikap
kelompok yang terorganisasi dan yang dia pakai untuk menyikapi dirinya sendiri
sebagaimana ia menyikapi orang lain lewat mekanisme sistem saraf sentral (Mead
dalam Ritzer 2004:388).
22
Memikirkan peran orang lain pada umumnya tidak hanya merupakan sesuatu
yang esensial bagi diri, namun juga penting bagi perkembangan aktivitas kelompok
yang terorganisasi. Suatu kelompok mengharuskan individu mengarahkan aktivitas
mereka agar sejalan dengan sikap orang lain pada umumnya. Orang lain pada
umumnya pun mempresentasikan kecenderungan umum Mead untuk memberikan
prioritas pada kehidupan sosial, karena melalui orang lain pada umumnyalah
kelompok mempengaruhi perilaku individu (George Ritzer dan Douglas J. Goodman
2004:388).
Kerangka teori ini dapat dijadikan dasar pandangan analisis yang relevan
digunakan dalam menganalisa dinamika interaksi kelompok yang didasarkan pada
simbol sebagaimana terdapat pada kelompok perempuan bercadar di Masjid Blok M
Square. Berbagai karakter hingga pengalaman antara individu dengan kelompok
secara umum dapat diungkapkan secara sistematis, dikarenakan teori diatas sudah
cukup mencakup berbagai hal dalam beberapa aspek yang ingin diungkapkan dalam
studi kasus.
F. Definisi Konsep
Konsep-konsep yang dipakai pada penelitian ini menyentuh beberapa
asosiologis yang diantaranya:
23
1. Aurat dan Jilbab Dalam Pandangan Islam
Aurat merupakan sesuatu yang menimbulkan syahwat dan
membangkitkan nafsu angkara. Aurat memiliki kehormatan yang dibawa oleh
rasa malu agar ditutup rapi dan dipelihara supaya tidak mengganggu manusia
lainnya, serta menimbulkan kemurkaan. Bahwasannya ketenteraman hidup
dan kedamaian hendaklah dijaga sebaik-baiknya (Fuad Mohd. Fachruddin
1991:10).
Menutup aurat bisa dilakukan dengan memakai penutup kepala atau
jilbab. Jilbab merupakan busana sejenis jubah yang menutup rapat semua
tubuh (Syaikh Ibnu Taimiyah 1994:84). Jilbab berasal dari kata “Jalaba” yang
berarti menarik, maka karena tubuh wanita menarik pandangan dan perhatian
umum maka hendaklah ditutup. Jilbab bukan hanya sebagai penutup tubuh,
tetapi jilbab itu dapat menghilangkan sesuatu yang mengundang syahwat
(Fuad Mohd. Fachruddin 1991:24).
Era 1970-an wilayah Mesir dan negeri-negeri berbahasa Arab, dalam
pakaian wanita ada suatu penambahan: muhajjabah (seorang wanita yang
memakai hijab) memakai al-jilbab—gaun longgar, berlengan panjang dan
pada bagian bawah sampai kaki, berwarna polos dan terbuat dari kain tebal—
dan al-khimar, sehelai tutup kepala yang menutup rambut dan dahi, melintasi
pipi sampai bagian bawah dagu untuk menyembunyikan leher, dan terus ke
bawah menutup dada dan punggung. Warna yang biasa dipakai pada dekade
24
pertama adalah abu-abu, cokelat, biru laut, merah gelap, putih dan hitam.
Kode berpakaian informal dan sukarela ini meluas sampai pada perilaku yang
dikarakterisasikan dengan perilaku yang lebih serius dan tegas, yang berlaku
untuk kedua jenis kelamin. Munaqqabah (seorang perempuan menggunakan
niqab/cadar atau tutup wajah) secara lebih konservatif menambahkan al-
niqab, yang menutupi keseluruhan wajah kecuali kedua mata; pada yang lebih
ekstrem, wanita itu juga memakai sarung tangan dan kaos kaki tipis untuk
menutupi tangan dan kakinya. Tren ini telah meluas di seluruh dunia Arab,
khususnya di kalangan mahasiswa perguruan tinggi (Fadwa El Guindi 1999:
232).
2. Cadar
Dalam bahasa Inggris, istilah veil (sebagaimana varian Eropa lain,
misalnya voile dalam bahasa Perancis) biasa dipakai untuk merujuk pada
penutup tradisional kepala, wajah (mata, hidung, atau mulut), atau tubuh
perempuan di Timur Tengah dan Asia Selatan. Makna yang terkandung dalam
kata ini adalah “penutup”, dalam arti “menutupi” atau “menyembunyikan”,
atau “menyamarkan”. Kata veil dalam bahasa Arab tidak ada padanannya
yang tepat. Dalam The Encyclopedia of Islam, ada ratusan istilah untuk
menunjukkan bagian-bagian pakaian, yang kebanyakan digunakan untuk
padanan kata veiling. Beberapa istilah yang dapat disebutkan disini antara lain
25
„abayah, burqu‟, burnus, disydasya, gallaiyah, gina‟, gargush, habarah,
hasyik, jellabah, mungub, millayah, niqab, yashmik (Lintang Ratri 2011:31).
Cadar merupakan penutup wajah di mana yang terlihat hanya mata
mereka saja bahkan telapak tangan pun harus ditutupi. Jika berjilbab
mensyaratkan pula penggunaan baju panjang, maka bercadar diikuti kebiasaan
penggunaan gamis (bukan celana), rok-rok panjang dan lebar, dan biasanya
seluruh aksesoris berwarna hitam atau berwarna gelap (Lintang Ratri
2011:32).
Allah SWT., memerintahkan kepada segenap kaum wanita yang
beriman supaya mengenakan jilbab untuk menutupi bagian rambut, wajah dan
bagian anggota lain. Sehingga mereka dikenal sebagai orang yang menjaga
kehormatan dirinya, karena itu mereka tidak diganggu.
Kata Ali bin Abu Thalhah dari Ibnu Abbas RA bahwa Allah
memerintahkan wanita-wanita mukmin, apabila keluar rumah untuk suatu
keperluan supaya menutup wajahnya dengan jilbab, yang dipasang dari ujung
kepala. Hanya bagian mata saja yang tampak.
Muhammad bin Sirin mengatakan, aku pernah bertanya pada Ubaidah
As Salmani tentang maksud firman Allah dalam QS. Al Ahzab : 59 yakni,
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Ia
menjawab, yang dimaksud adalah penutup wajah, kepala dan hanya
menampakkan sebelah mata bagian kiri saja (Syaikh Ibnu Taimiyah 1994:61).
26
Ummu Salamah RA mengatakan, setelah ayat itu diturunkan wanita-
wanita Anshar jika keluar rumah, nampak seakan ada burung gagak
bertengger di kepalanya sebagai kesukaan. Mereka menggunakan pakaian
berwarna gelap. Tafsir para sahabat dapat menjadi hujjah, bahkan diantara
ulama mengatakan bahwa persoalan itu berada dalam hukum yang
dimarfu’kan kepada Nabi SAW (Syaikh Ibnu Taimiyah 1994:84).
Dalam penelitian ini cadar yang dimaksud merupakan kain kecil yang
digunakan untuk menutupi sebagian wajah seorang perempuan bercadar, baik
dalam bentuk cadar tali ataupun cadar bandana Yaman yang hanya
memperlihatkan hanya bagian matanya saja.
3. Internalisasi
Internalisasi adalah proses melalui tahapan-tahapan yang dilakukan
oleh pihak yang tengah menerima proses sosialisasi. Di mana, pihak yang
disosialisasi melakukan interpretasi (pemahaman) dari pesan yang diterima
terutama menyangkut makna yang dilihat dan di dengarnya. Selanjutnya,
meresapkan dan mengorganisasi hasil pemahamannya ke dalam ingatan dan
batinnya (Elly M. Setiadi dan Usman Kolip 2011:165).
Proses sosialisasi dilakukan oleh anggota-anggota atau warga
masyarakat baik secara sadar atau tidak secara sadar (asadar) orang-orang
yang memiliki kewibawaan atas individu-individu yang disosialisasi. Nilai-
27
nilai dan norma sosial yang disosialisasikan mengandung suatu keharusan
yang mesti ditaati. Pihak yang melakukan sosialisasi biasanya menggunakan
kekuasaan dan kewenangannya melalui “paksaan” atau secara otoriter agar
pihak yang tersosialisasi tunduk atau patuh pada nilai-nilai dan norma yang
disosialisasikan. Di sisi lain, proses sosialisasi juga dilakukan atas dasar
kesamaan antara pihak yang melakukan sosialisasi dengan pihak yang
disosialisasi. Proses ini disebut proses sosialisasi ekualitas. Proses sosialisasi
ekualitas merupakan peoses sosialisasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
memiliki kedudukan sederajat. Dalam proses ini tidak ada proses “paksaan”
dengan menggunakan otoritas dari pihak yang disosialisasi, melainkan pihak
yang disosialisasi diajak untuk memasuki suatu hubungan kerjasama secara
koordinatif dan kooperatif. Dengan demikian, proses ini lebih banyak
dilakukan untuk mengatur interaksi kepentingan bersama (Elly M. Setiadi dan
Usman Kolip 2011:158-164).
4. Simbol
Menurut Herusatoto (2000), bahwa ada juga sebagian orang yang
menyebutkan simbol dengan istilah “symbolos” yang berarti tanda atau ciri
yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang (Alex Sobur 2004:155).
West dan Turner (2008:7) menjelaskan bahwa “Simbol (symbol) adalah
sebuah label atau representasi dari sebuah fenomena. Hal tersebut
28
menjelaskan bahwa simbol itu adalah sesuatu hal yang memiliki makna yang
berbeda dari setiap individu yang memaknainya dan perlu mengulang kembali
penjelasan mengenai simbol tersebut jika dijelaskan kepada individu yang
berbeda”.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan di lapangan adalah metode kualitatif
dengan alasan, pertama, lebih mudah menyesuaikan di lapangan apabila berhadapan
dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
peneliti dengan responden, dan ketiga, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi
(Moleong dalam Ida Bagoes Mantra 2008: 29). Menurut Bogdan dan Tylor penelitian
kualitatif adalah “suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati” (Moleong
2002:4).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian fenomenologi di
sini menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang
terjadi pada beberapa individu khususnya perempuan bercadar. Peneliti
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan melalui wawancara secara mendalam kepada
29
para informan. Adapun fokus dalam penelitian ini adalah proses internalisasi makna
cadar pada perempuan bercadar dan tantangan apa saja yang harus dihadapi dalam
ruang sosialnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat peristiwa yang tengah
berlangsung pada saat studi yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari narasumber atau perilaku yang diamati.
Peneliti menggunakan fokus penelitian tersebut karena peneliti tertarik
menggali secara mendalam untuk mengetahui fenomena perempuan muslim bercadar
khususnya di Masjid Nurul Iman Blok M Square.
2. Subjek Penelitian
Subjek utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah perempuan bercadar
yang berada di Masjid Nurul Iman Blok M Square. Di mana dalam pemilihan
informan dilakukan secara snowball sampling, menurut Vogt (1999) Snowball
sampling “A technique for finding research subjects. One subject gives the
researcher the name of another subject, who in turn provides the name of a third, and
so on” (Sebuah teknik untuk mencari subjek penelitian. Yang mana dalam satu
subjek dapat memberikan peneliti nama subjek lain, yang pada gilirannya
menyediakan nama ketiga, dan begitupun seterusnya). Sehingga kelompok itu
senantiasa bertambah besarnya, ibarat bola salju yang lama-kelamaan kian membesar
apabila meluncur dari puncak bukit ke bawah (Ida Bagoes Mantra 2008: 118).
30
Berikut tabel mengenai data informan yang peneliti peroleh melalui
wawancara mendalam dengan informan:
Tabel I.H.1. Profil Informan
No. Informan
Usia
Status Pendidikan Pekerjaan Suku Awal
Bercadar
Saat
ini
1. TRJ 19 20 Belum
Menikah
SMA 110
Jakarta
Utara
Guru
Yayasan Jawa
2. DA (1) 20 20 Belum
Menikah
SMA 5
Sumsel
Guru
PAUD Minang
3. D 24 25 Menikah SKM
UNDIP
Swasta
(Bisnis
Online)
Jawa
4. DA (2) 21 24 Belum
Menikah
S1 Sastra
Jepang Univ
Dharma
Persada
Guru SMP Minang
5. SA 30 33 Menikah
S1
Sekretaris
ASMI
IRT Betawi
6. MSG 24 25 Belum
Menikah
D3 Humas
BSI Depok
Karyawan
CS Grab
Batak
Karo
7. AP 21 22 Belum
Menikah
S1 Institut
Agama
Islam Sahid
Mahasiswi Sunda
8. MMA 23 24 Belum
Menikah
S1 Ekonomi
Mercu
Buana
JakBar
Karyawan
Cattering Sunda
9. L 43 44 Menikah SMEA 1 IRT Betawi
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan
Informan 2019
31
Dalam penelitian ini, terdiri dari 9 orang informan yang mana subjek mampu
menceritakan kembali peristiwa ataupun pengalaman yang telah dialaminya dengan
terbuka, subjek merupakan seorang perempuan yang menggunakan cadar dan subjek
yang sering mengikuti kajian di Masjid Nurul Iman Blok M Square.
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari 2019 sampai April 2019.
Lokasi penelitian ini terletak di Masjid Nurul Iman Blok M Square di Kebayoran
Baru, Kota Jakarta Selatan yang mana peneliti sering bertemu dengan perempuan
muslim bercadar dan menjadi tempat para perempuan muslim bercadar mengadakan
kajian setiap minggu.
4. Teknik Pengumpulan Data
a) Data Primer
Data primer diperoleh dari data peneliti secara langsung (dari tangan
pertama). Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu perempuan bercadar yang
berada di Masjid Nurul Iman Blok M Square. Kemudian teknik pengumpulan data
yang digunakan peneliti adalah wawancara mendalam dengan informan.
Pada wawancara, suatu pertanyaan diajukan secara lisan (pengumpul data
bertatap muka dengan responden) secara terbuka dan tidak berstruktur dan
mengutamakan wawancara mendalam (indepth interview) (Sanapiah Faisal 2007: 52).
32
Dalam hal ini penulis menggunakan metode wawancara yang tidak terstruktur agar
penulis bisa memperoleh informasi yang mendalam, bervariasi dari informan yang
diteliti. Berikut tabel mengenai waktu wawancara dengan para informan:
Tabel I.H.2. Waktu Wawancara Informan
No. Informan Wawancara
1. TRJ 7 April 2019, Pukul 15:48
2. DA(1) 7 April 2019, Pukul 17:19
3. D 9 April 2019, Pukul 13:20
4. DA(2) 9 April 2019, Pukul 16:10
5. SA 10 April 2019, Pukul 16:45
6. MSG 10 April 2019, Pukul 17:07
7. AP 10 April 2019, Pukul 17:36
8. MMA 14 April 2019, Pukul 12:25
9. L 14 April 2019, Pukul 15:44
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019
Selama proses wawancara berlangsung perempuan bercadar menerima dengan
ramah untuk diwawancarai oleh penulis. Penulis memilih waktu penelitian disaat
sebelum dan setelah kajian berlangsung. Hal ini dikarenakan penulis ingin melihat
bagaimana interaksi dan aktifitas yang dilakukan perempuan bercadar pada saat dan
selesai kajian, dan karena letak tempat tinggal yang berjauhan dan kesibukan yang
33
dimiliki masing-masing perempuan bercadar itu dalam kesehariannya, maka akan
lebih efisien jika penelitian dilaksanakan di Masjid Nurul Iman Blok M Square.
Di sisi lain, penulis juga memiliki kendala dalam proses wawancara
berlangsung. Adapun kendala yang penulis temui yaitu respon pertama yang mereka
katakan ketika ingin diwawancarai adalah “iya ukh boleh kalo mau diwawancara, tapi
jangan yang susah-susah ya ukh nanyanya, dan kalo direkam ukhti aja yang boleh
denger” dan ada juga yang memberikan respon ketika ingin dimintai dokumentasi
foto seperti “afwan ukh, kalo bisa fotonya dari belakang aja ya, dan agak jauhan
ngambilnya”, dan beberapa lainnya menolak untuk difoto. Kemudian waktu
wawancara yang terpotong oleh adanya kajian yang diikuti, permasalahan tersebut
dijumpai saat penulis melakukan wawancara dengan SA, D, dan MMA, namun
kendala tersebut sudah diperkirakan oleh penulis sebelum wawancara berlangsung
sehingga solusi yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan menunggu kajian hingga
selesai atau membuat janji dahulu dengan informan agar tidak mengganggu dengan
jadwal kajian yang diikuti.
b) Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data seorang peneliti dari sumber yang sudah
ada. Sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi pengurus bagian dakwah,
jurnal, buku, dan dokumentasi menggunakan kamera handphone untuk
mengumpulkan data dan merekam suara saat berlangsungnya wawancara.
34
H. Analisis Data
Analisis data adalah suatu upaya yang dilakukan dengan cara kerja data,
mengorganisasikan, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting lalu dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain (Lexy J. Moleong 2005:248). Menurut Miles dan Huberman (1992:16),
analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:
Pertama, Reduksi Data merupakan data mentah dari hasil pengumpulan data
wawancara dengan informan perempuan bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M
Square yang telah selesai dilakukan. Data mentah yang berupa transkip wawancara
ini yang kemudian peneliti masukkan ke dalam tahap pemilahan dan penyeleksian
berdasarkan pertanyaan yang sesuai dengan teori yang digunakan dan kriteria
perempuan bercadar yang peneliti wawancarai, selanjutnya pemfokusan atau
penyederhanaan data yang digunakan hanya yang terkait dalam proses internalisasi
penggunaan cadar pada perempuan bercadar. Data yang diperoleh peneliti disusun
secara sistematis guna memberi gambaran yang jelas.
Kedua, Penyajian Data dapat dilakukan setelah data tersebut telah selesai
diseleksi dan difokuskan. Penyajian data dapat berupa matriks, gambar, dan tabel
yang mana hal ini untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang diperoleh dan
dapat disajikan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian.
Ketiga, Penarikan Kesimpulan yang mana merupakan tahap inti dari proses
analisis data penelitian di mana peneliti melakukan pemaparan verifikasi dari setiap
35
proses analisis data tentang proses internalisasi penggunaan cadar pada perempuan
bercadar dan tantangan di ruang sosialnya, sehingga kesimpulan yang diambil
nantinya dapat dipertanggung jawabkan.
I. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Berisi pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, analisis data
dan sistematika penulisan.
BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Berisi gambaran umum Masjid Nurul Iman Blok M Square yang meliputi
sejarah masjid, visi dan misi, struktur kepengurusan masjid, program-program
kegiatan masjid, dan fasilitas masjid.
BAB III Temuan dan Analisa Data
Berisi mengenai uraian data temuan di lapangan dan mengaitkan data tersebut
dengan teori dan konsep untuk menjelaskan tentang proses internalisasi
penggunaan cadar bagi perempuan bercadar di Masjid Nurul Iman Blok M
Square.
BAB IV Penutup
Berisi mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian.
36
BAB II
PROFIL MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE
A. Sejarah Masjid Nurul Iman Blok M Square
Blok M Square merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang dimiliki oleh
Agung Podomoro Group (AGP) dan tanah tempat bangunan berdiri dimiliki oleh
Pemda DKI. Atas kerjasama keduanya dibangunlah Mall yang cukup besar di
wilayah Jakarta Selatan.
Menurut Bapak Yuni Fauzar selaku bidang dakwah masjid ini, bahwa Masjid
Nurul Iman sudah ada dari gedung lama yang telah terbakar, namanya pun sama
Masjid Nurul Iman juga. Kemudian dari pengurus-pengurus yang lama menginginkan
dibangunnya kembali masjid di gedung ini, mereka meminta izin hingga ke walikota
dan gubernur agar dibuatkan masjid kembali seperti masjid yang lama. Lalu
dibangunlah kembali masjid Nurul Iman, akan tetapi pada saat itu masih dengan
kondisi yang apa adanya. Kemudian para pengurus berusaha untuk merenovasi
masjid agar lebih nyaman untuk para jama’ah dalam beribadah. Dengan
mengumumkan kepada jama’ah hingga membuat design gambar masjid yang akan
dibangun nantinya, kemudian dibuatkan kotak-kotak infaq untuk membantu dalam
pembangunan masjid. Pembangunan masjid ini atas inisiatif para pengurus, kemudian
Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) bermusyawarah dengan mereka dan dibentuklah
panitia pembangunan. Dana yang digunakan itu dari kaum muslimin yang berasal
37
dari kotak-kotak infaq (wawancara pribadi pada tanggal 27 Februari 2019 pukul
13.20).
Pembangunan masjid bekerjasama dengan pengelola gedung, dengan gaya
arsitektur yang sangat menarik. Pasalnya gaya yang diadaptasi terinspirasi dari Timur
Tengah yakni dari masjid-masjid wilayah Makkah, Madinah, dan Turki yang
ditangani langsung oleh seorang arsitek bernama Muhammad Luthfi dan Dharma G.
Wallad selaku manager teknik saat itu. Bangunan masjid ini berbentuk kubus dengan
bertahtakan kubah berwarna emas menambah keindahan dan keeleganan Masjid
Nurul Iman. Ornamen khas pada dinding-dinding masjid yang berpolakan lingkaran
berbentuk bintang yang dibuat berlubang guna untuk sirkulasi udara segar di dalam
masjid.
Kemudian Bapak Yuni Fauzar juga menambahkan bahwa dahulu bangunan
ini merupakan gabungan dari empat gedung PD Pasar Jaya I, PD Pasar Jaya II,
Aldiron Plaza, dan Bowling yang kemudian setelah dibangun kembali dijadikan satu
gedung menjadi Blok M Square. Masjid Nurul Iman yang lama berada di PD Pasar
Jaya I yang berada di lantai atas juga dengan luas sekitar 2.500 m². Dengan adanya
pembangunan gedung ini dengan luas sekitar 2,1 hektar, bangunan Masjid Nurul
Iman ditempatkan di bagian lantai 7 yang merupakan lantai paling atas dengan luas
area mencapai 3.000 m² dan memiliki kapasitas jama’ah menampung sekitar 5.000
orang. Pada awalnya masjid ini memang tidak begitu luas dengan bentuknya yang
kotak berada di pojok sudut gedung, tanpa plafon, sirkulasi udara di dalam masjid
38
yang kurang, dan terkesan kurang nyaman untuk beribadah. Setelah masjid ini selesai
direnovasi kembali, barulah mulai ada kegiatan shalat jum’at dan shalat harian.
Sekitar tahun 2010, masjid ini perlahan-lahan mulai berkembang menjadi
ahlusunnah wal jama‟ah, dakwah yang berdasarkan al Qur’an dan as Sunnah, kerena
penganut Islam yang ada di Indonesia ini sudah banyak tercampur oleh tradisi-tradisi
dan kebiasaan-kebiasaan yang bukan berdasarkan dari al Qur’an dan as Sunnah. Hal
ini berdampak pada munculnya konflik antar jama’ah yang ada, praktek-praktek
ritual yang sering menimbulkan konflik seperti yasinan, tahlilan, pengiriman do’a al
Fatihah dan lainnya, setiap jum’at di masjid yang lain terbiasa melakukan shalat
ghaib. Pertentangan itu digunakan untuk meluruskan kembali pemahaman agama
Islam dengan aqidah dan ibadah yang benar, dengan mencari Ustadz-ustadz yang
sesuai pemahaman itu dan tidak menggunakan lagi Ustadz-ustadz yang dianggap
melenceng dari al Qur’an dan as Sunnah (wawancara pribadi dengan Bapak Yuni
Fauzar bidang dakwah pada tanggal 27 Februari 2019 pukul 13.20).
B. Visi dan Misi
1. Untuk meluruskan kembali aqidah-aqidah yang berlandaskan Al Qur’an dan
As Sunnah.
2. Untuk memakmurkan kembali masjid sebagai sarana dakwah sunnah.
3. Untuk memberikan fasilitas yang nyaman bagi para pedagang dan pengunjung
blok M Square yang ingin beribadah.
39
C. Struktur Kepengurusan Masjid Nurul Iman
Struktur kepengurusan Masjid Nurul Iman ini terdiri dari dewan pembina,
dewan penasehat, ketua umum dan wakil ketua, bendahara, sekretaris, bidang
dakwah, bidang protokol, bidang humas, bidang dana dan pembangunan, bidang
keamanan, dan bidang teknik.
Dewan pembina bertugas sebagai pembina pengurus masjid dan memiliki
tanggung jawab untuk memakmurkan masjid. Dewan penasehat bertugas sebagai
penasehat masjid dan mengawasi segala kegiatan seluruh pengurus yang ada di
masjid. Ketua umum bertugas sebagai pemimpin yang memantau kegiatan para
pengurus lainnya serta memiliki hak untuk menerima ataupun menolak kegiatan apa
saja yang akan dilaksanakan di masjid. Wakil ketua bertugas mewakili kegiatan
apabila ketua berhalangan hadir pada tiap pelaksanaan kegiatan. Kemudian bendahara
bertugas mencatat dan membuat laporan keuangan setiap harinya, lalu pada setiap
minggunya diumumkan kepada jama’ah yang datang ke masjid. Sekretaris bertugas
mencatat dan mengatur jadwal-jadwal kegiatan masjid. Bidang dakwah bertugas
untuk mencari referensi, menyeleksinya serta mengawasi Ustadz-ustadz yang akan
menyampaikan dakwah di masjid. Bidang protokol bertugas untuk memberitahu
bilamana ada pengumuman-pengumuman atau acara-acara, hampir sama seperti
bidang humas. Bidang dana dan pembangunan bertugas sebagai pengatur dana dalam
pembagunan renovasi dan perluasan masjid, serta bertanggung jawab dalam proses
40
pembangunannya, lebih mengetahui kondisi bangunan gedung. Bidang keamanan
bertugas untuk mengawasi dan menjaga keamanan di sekitar wilayah masjid agar
tercipta keamanan dan dapat membuat jama’ah yang beribadah lebih tenang. Bidang
teknik bertugas untuk mengontrol dan memperbaiki apabila ada lampu, AC, dan
lainnya yang mengalami gangguan.
Menurut Bapak Yuni Fauzar, yang menjadi pengurus di sini rata-rata
pedagang semua, jadi yang shalat rutin di sini orang-orang pekerja atau pedagang-
pedagang di bawah, namun ada juga yang dijadikan pegawai pemerintahan setempat
yakni ketua Umum yaitu Bapak H. Azwar Wahid sebagai ketua RT, lalu wakil ketua I
yaitu Bapak Ir. H. Nizarman sebagai RW di wilayah sini (wawancara pribadi pada
tanggal 27 Februari 2019 pukul 13.20).
Untuk struktur pengurus lebih detail bisa dilihat dalam lampiran. Berikut tabel
mengenai struktur kepengurusan Masjid Nurul Iman Blok M Square:
41
Tabel II.C.1. Bagan Kepengurusan Masjid Nurul Iman Blok M Square
Sumber: Kesekretariatan Masjid Nurul Iman Blok M Square
Bidang Keamanan
Richo Sabani
Bidang Teknik
Untung
Bidang Protokol
Yuni Fauzar
Abdul Jabar
Musril Sanif
Bidang Dana & Pembangunan
H. Deky Idris
H. Ir. Zainul Ikhwan
Dharma G. Wallad
M. Luthfi
H. Novriansyah/Buya
H. Chaidir Ibrahim
Bidang Humas
Jasimin
Bidang Dakwah
Yuni Fauzar
Sekretaris
Habibi Katin
Bendahara
H. Hefrizal
Wakil Ketua II
H. Yufrinal Abdullah Wakil Ketua I
Ir. H. Nizarman
Ketua Umum
H. Azwar Wahid/ H. Sagi
Penasehat
DR. H. Elfa Hendri Mukhlis, M.A
H. Irsal Pilson
H. Nasrun Saleh
Ust. Umar Lathif
Pembina
Walikota Jakarta Selatan
Camat Kebayoran Baru
Lurah Melawai
42
D. Program-program kegiatan Masjid Nurul Iman
1. Tabligh Akbar
Kegiatan tabligh akbar di Masjid Nurul Iman merupakan suatu
kegiatan yang dapat membangun komunikasi dalam silahturahmi sesama
umat. Di mana menurut keterangan dari Bapak Yuni Fauzar selaku bidang
dakwah kesekretariatan masjid, tabligh akbar pertama kali ada di Masjid
Nurul Iman ini saat memasuki tahun kedua, pada saat itu diisi oleh Ustadz
Yazid Nuzul. Yang datang kebanyakan orang yang bercadar dan memakai
celana cingkrang (celana sedikit naik di atas mata kaki) semua, yang saat itu
belum familiar sekali dan menuai pro dan kontra di mata para pedagang dan
pengunjung serta aparat setempat. Setelah Tabligh Akbar yang pertama
selesai, sekitar 2 bulan kemudian baru diadakan kembali Tabligh Akbar yang
kedua yang diisi oleh Ustadz Badrussalam. Biasanya Tabligh Akbar ini diisi
dengan tausyiah dan ceramah-ceramah yang dipimpin oleh para Ustadz-ustadz
lokal maupun nasional guna membangun persatuan umat dan menegakkan
kembali aqidah berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Ustadz-ustadz yang
mengisi kegiatan lain seperti imam shalat fardhu dan jum’atan melalui tahap-
tahap seleksi dan banyak berkonsultasi dari radio Rodja dan pondok-pondok
pesantren sunnah (wawancara pribadi pada tanggal 27 Februari 2019 pukul
13.20).
43
2. Kajian Rutin
Setelah 2 tahun Masjid Nurul Iman ini dibangun kembali, kemudian
mulai ada kajian-kajian namun belum rutin. Pada tahun ke 4 memasuki tahun
ke 5 barulah diadakan kajian rutin di Masjid ini. Bahkan dalam 2 tahun
terakhir belakangan ini sudah diadakan kajian rutin setiap harinya. Setiap
kajian yang ada sifatnya terbuka untuk umum, tidak ada kajian khususnya.
Materi yang dikaji bisa berkaitan dengan kitab tertentu seperti fiqih, aqidah,
sirah dan hadits-hadits. Kajian umum yang dilaksanakan rutin, seperti kajian
Ustadz Khalid Basalamah dan Ustadz Nuzul Dzikri. Dalam kajian Ustadz
tersebut ada koordinator kajiannya tersendiri yang mengelola dan meng-cover
aktivitas masing-masing. Jadi, menurut Bapak Yuni Fauzar masjid hanya
sebagai fasilitator saja, hal ini merupakan keterbatasan para pengurus bidang
dakwah (wawancara pribadi pada tanggal 27 Februari 2019 pukul 13.20).
3. Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA)
Salah satu hal menarik lainnya di Masjid Nurul Iman ini ialah dengan
adanya kegiatan Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA). Para pengurus
berinisiatif untuk membuat TPA, yang mana kegiatan ini memiliki tujuan
untuk mengenalkan huruf-huruf hijaiyah kepada anak-anak sejak usia dini.
Biasanya kegiatan ini diperuntukkan bagi anak-anak tingkat TK dan SD, ada
kelas. Kegiatan lainnya yang diberikan di sini, seperti membaca Iqra dan Al
Qur’an, dan ada program tahsin bagi anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar
44
anak-anak tersebut bisa lebih memperdalam lagi bagaimana cara membaca Al
Qur’an yang baik dan benar.
4. Tahsin
Di Masjid Nurul Iman juga memiliki pembelajaran tahsin. Dari data
yang penulis peroleh biasanya pembelajaran tahsin ini untuk akhwat setiap
jum’at sore, untuk ikhwan setiap ba’da maghrib dan untuk anak-anaknya
setiap senin-jum’at. Setiap anggota yang belajar tahsin di sini melalui seleksi-
seleksi tertentu serta memiliki kelasnya masing-masing agar lebih mudah
dalam proses penyampaian dan penerimaan ilmunya. Khusus tahsin untuk
akhwat setiap jum’at sore ada sertifikatnya, biasanya pertemuan berlangsung
sekitar 13 kali pertemuan dalam setiap paketnya. Kemudian tahsin untuk
umum yang dikelola oleh Ustadz Nuzul Dzikri diadakan setiap hari sabtu
pukul 16.30 WIB sampai dengan menjelang waktu maghrib. Namun, setiap
yang ingin menjadi anggota dalam tahsin ini ada waktu pendaftarannya. Tidak
setiap saat bisa masuk karena ada kelas-kelasnya juga, yang berbeda di sini
tidak mendapat sertifikat karena sifatnya untuk umum. Guru atau yang sering
diistilahkan dengan sebutan Murabbi yang mendampingi cukup banyak
sekitar 15 orang. Berbentuk halaqah di mana setiap gurunya membawahi 15
orang peserta, begitupun untuk yang ikhwan (wawancara pribadi dengan
Bapak Yuni Fauzar bidang dakwah pada tanggal 27 Februari 2019 pukul
13.20).
45
5. Manasik Haji atau Umrah
Manasik Haji atau Umrah adalah proses latihan yang dilakukan
sebelum melaksanakan perjalanan ke tanah suci. Manasik Haji atau Umrah
biasanya dilakukan secara bersama-sama dalam bentuk rombongan. Dalam
proses latihan ini para rombongan diajak untuk berkeliling di sekitar miniatur
Ka’bah dan pengenalan tempat keagamaan lainnya yang berada di tanah suci.
Proses sosialisasi ini biasanya dipimpin oleh pembimbing atau seorang
Ustadz.
Gambar II.1. Tempat Manasik Haji atau Umroh
Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada Februari 2019
Fasilitas Manasik Haji atau Umrah yang disediakan di masjid ini
cukup lengkap, namun pengelolanya dari gedung Blok M Square bukan dari
masjid. Pelatihan Manasik Haji atau Umrah di Masjid Nurul Iman ditujukan
46
bagi anak-anak TK Islam dan PAUD sebagai salah satu pendidikan agama
anak sejak usia dini dalam mengenal tempat ibadahnya di tanah suci.
6. Program Bahasa Arab
Program bahasa Arab ini juga merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan di Masjid ini. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan setiap hari
melalui rekaman via whatsapp dikirim oleh gurunya, kemudian pengulangan
pelajaran kembali atau pertemuan dilakukan di masjid ini sebulan sekali pada
sabtu pekan ketiga pagi. Syaratnya harus menjadi anggota terlebih dahulu,
dengan membeli buku paketnya. Lalu cara menjadi anggotanya dengan
mengikuti petunjuk di dalam buku itu (wawancara pribadi dengan Bapak Yuni
Fauzar bidang dakwah pada tanggal 27 Februari 2019 pukul 13.20).
E. Fasilitas Masjid Nurul Iman
Fasilitas yang dimiliki oleh Masjid Nurul Iman ini memang terbilang sudah
lengkap dibandingkan dengan dahulu. Adanya miniatur Baitullah menjadikan
suasana yang berbeda untuk sebuah masjid yang berada di lantai paling atas Mall ini.
Mulai dari Ka’bah, Hijr Ismail, Hajr Aswad, Terowongan Mina, Muzdalifah, Arafah
dan Tempat Melontar Jumroh, semua berada dalam satu area di depan Masjid Nurul
Iman.
47
Gambar II.2. Miniatur Ka’bah
Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada Februari 2019
Gambar II.3. Taman dan Air Mancur
Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada April 2019
48
Di bagian samping miniatur Ka’bah, terdapat taman kecil yang mana terdapat
rumput-rumput, pohon kurma, zaitun dan pohon buah Tin. Lalu ada tiga buah air
pancuran mini yang semuanya di adaptasi dari gaya Timur Tengah.
Dengan gaya arsitektur yang menarik untuk pengunjung, maka tak heran jika
banyak pengunjung yang mengunjungi masjid ini selain untuk beribadah, mengikuti
kajian dan tabligh akbar yang diselenggarakan, tempat beristirahat setelah berkeliling
Mall, dan tempat berfoto.
a. Area yang dimiliki Masjid ini, untuk masjid yang berada di lantai paling atas
sebuah pusat perbelanjaan terbilang cukup luas sekitar 3.000 m² yang dapat
menampung jama’ah dengan kapasitas kurang lebih 5.000 orang.
b. Untuk para ikhwan dan akhwat memiliki area tempat masuk yang terpisah,
sehingga kemungkinan untuk berbaur sangatlah minim.
Gambar II.4. Area Luar Jalur Ikhwan (Kiri) dan Jalur Akhwat (Kanan)
Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada Maret 2019
49
c. Tersedia tempat penitipan sendal dan sepatu yang cukup luas sehingga tidak
akan tercecer. Tempat penitipan tersebut tidak dipungut biaya alias gratis,
tetapi juga ada tempat kotak infaq seikhlasnya jika ada yang ingin
memberikan.
d. Selain itu, tersedia tempat wudhu yang sangat luas. Tempat wudhu ikhwan
berada di bagian barat daya bangunan masjid, akhwat berada di bagian timur
laut bangunan masjid.
Gambar II.5. Area Tempat Wudhu Ikhwan
Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada April 2019
50
Keduanya memiliki jarak yang cukup berjauhan dan berada di dalam suatu
bangunan masjid untuk menghindari dari panas dan hujan. Tempat wudhu ini
terbilang cukup bersih dan tersedia sendal-sendal yang banyak untuk
mengambil air wudhu atau ke toilet. Bagi tempat wudhu akhwat memiliki
bangunan yang tertutup agar para akhwat lebih nyaman ketika mengambil
wudhu, berbeda dengan tempat wudhu ikhwan memiliki bangunan yang agak
terbuka.
e. Ketika memasuki ruang utama masjid terbentang karpet merah yang di
datangkan langsung dari Turki.
Gambar II.6. Area Akhwat Dalam Masjid Nurul Iman
Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada April 2019
Karpet ini dipilih karena cukup tebal dan memiliki kesan yang nyaman untuk
beribadah, selain itu tersedia pendingin udara (AC), tirai atau kain pemisah
51
yang cukup tinggi antara ikhwan dan akhwat, mukena yang tidak hanya
banyak tapi bersih dan wangi, dan Al Qur’an.
f. Untuk keamanannya, tersedia CCTV di beberapa titik dan sudut-sudut area
dalam maupun luar masjid. CCTV ini langsung terhubung ke layar TV di
ruangan Kesekretariatan Masjid Blok M Square.
g. Kemudian apabila sedang ada kajian disediakan layar projector sebanyak 3
buah di ruang utama masjid bagian akhwat, dan ketika ada tabligh akbar juga
disediakan tenda-tenda di bagian area luar masjid, selain itu terdapat beberapa
TV yang terhubung kepada Ustadz yang sedang menyampaikan tausyiah atau
ceramah di dalam masjid.
Gambar II.7. Kajian Rutin Berlangsung
Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada Maret 2019
52
h. Apabila sedang ada acara kajian rutin atau tabligh akbar, biasanya terdapat
bazar baik itu berupa buku-buku Islami, makanan dan minuman, serta
perlengkapan pakaian wanita mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Gambar II.8. Bazar di Area Akhwat
Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi pada Maret 2019
53
BAB III
TEMUAN DAN HASIL ANALISIS DATA LAPANGAN
A. Proses Internalisasi Penggunaan Cadar
Dalam proses internalisasi, terdapat suatu proses sosialisasi yang dilakukan
melalui peresapan atau interpretasi dari pesan yang diterima baik itu berupa makna
yang diperoleh melalui panca inderanya. Kemudian peresapan hasil pemahaman
tersebut di-transfer masuk kedalam ingatan manusia (Elly M. Setiadi dan Usman
Kolip 2011:165).
Perspektif interaksionis menjelaskan bagaimana para individu itu memahami
atau menafsirkan dunia sosial di mana mereka menjadi bagian darinya. Perspektif ini
utamanya berfokus kepada perilaku manusia pada level individu ke individu.
Interaksionisme Simbolik sebagaimana yang dikembangkan oleh George Herbert
Mead (1863-1931) merupakan tanda-tanda, sinyal-sinyal, makna-makna yang
dimiliki oleh orang-orang di dalam diri mereka sendiri dan dapat ditemukan pada
perilaku orang lain. Manusia adalah makhluk yang unik, karena kebanyakan apa yang
mereka lakukan terhadap yang lain memiliki makna yang melampaui tindakan
konkretnya (Yusran Razak 2008:17).
Menurut Mead, bahwa manusia berbeda dengan binatang, manusia tidak
hanya merespons secara pasif rangsangan di lingkungannya, namun secara aktif
menciptakan dunia sosialnya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia terdiri atas
54
tindakan-tindakan sosial yang diperlihatkan oleh individu sebagaimana mereka
mengartikan dan menghubungkan makna simbolik pada objek sosial di sekitarnya,
yang mana objek sosial ini meliputi orang lain. Menurut Mead, interaksi yang ada
berupa percakapan isyarat dan termasuk juga diri (self). Dengan mengambil peran
orang lain, kita dapat bercermin diri kita seperti kita tampak oleh orang lain, dan
dengan demikian kita dapat menyesuaikan perilaku kita (John Scott 2011:231).
Dalam hasil temuan, penulis menemukan bahwa adanya proses internalisasi
yang terjadi pada perempuan yang menggunakan cadar di Masjid Nurul Iman Blok M
Square. Proses Internalisasi bermula dari proses sosialisasi di mana nilai-nilai dan
norma di-transfer melalui proses sosialisasi tentang pakaian dalam konteks cadar.
Proses sosialisasi ada dua jenis. Sosialisasi yang sifatnya otoriter dan sosialisasi yang
sifatnya ekualitas.
Proses sosialisasi otoriter yang dilakukan oleh tokoh-tokoh atau orang-orang
yang memiliki kharisma. Proses sosialisasi ekualitas yang dilakukan oleh teman-
teman sebaya dan sebagainya. Dalam penelitian ini, proses sosialisasi tentang nilai-
nilai dan norma perempuan bercadar itu jika dilihat dari jenis sosialisasi otoriter yang
dilakukan oleh tokoh-tokoh kharisma, dalam hal ini penulis menemukan proses
sosialisasi otoriter dilakukan oleh semacam Ustadz atau Murabbi (pembimbing) dan
ini dilakukan dengan cara sengaja melalui kajian-kajian. Kemudian sosialisasi
ekualitas yang dilakukan oleh teman-teman pergaulan atau sebaya di dalam kajian.
55
Selanjutnya, penulis menemukan adanya berbagai macam respon yang
didapat dalam dunia sosialnya membuat individu melakukan tindakan sosial sesuai
makna yang mereka peroleh. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam makna
melalui simbol-simbol yang dipahami oleh para informan ketika sebelum dan sesudah
memakai cadar.
1. Makna Menutup Aurat atau Berjilbab
Mulanya penulis bertanya tentang alasan mereka menutup aurat
sebelum akhirnya memakai cadar. Penulis menemukan dari ke 9 informan
terdapat kesamaan dalam jawaban mereka. Seperti informan TRJ, DA(1),
DA(2), SA, MSG, MMA, dan L menyatakan bahwa jilbab itu sebuah
keharusan, kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang perempuan
muslimah karena merupakan perintah dari Allah.
Tabel III.A.1. Matriks Makna Menutup Aurat
No.
Makna Menutup Aurat
Jumlah Ragam
Makna TRJ DA(1) D DA(2) SA MSG AP MMA L
1. Kewajiban √ √ - √ √ √ - √ √ 7
2. Risih - - √ - - - √ - - 2
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019
56
Informan TRJ menyatakan, “Yaa kan karena kewajiban, yaudah
karena udah paham kewajiban ya harus mau kita kayak gimana ya namanya
kewajiban harus” (wawancara pribadi dengan informan TRJ pada tanggal 7
April 2019). Menutup aurat dengan menggunakan jilbab itu merupakan suatu
kewajiban apalagi bagi mereka yang sudah paham ilmu dan hukumnya.
Karena hal tersebut merupakan salah satu bentuk ketaatan perempuan muslim
untuk mematuhi segala yang Allah telah perintahkan. Sama halnya seperti
yang informan DA(1) katakan:
“Kewajiban karena selain kewajiban kan itu memang salah satu bukti
kita taat sama Allah In Syaa Allah, terus menjaga diri juga orang tua
cowok itu kan kalo kita ga berjilbab dosanya semakin kita keluar
rumah semakin mendekatkan beliau ke neraka kan itu sih salah satu
faktornya kenapa aku berjilbab gitu” (wawancara pribadi dengan
informan DA(1) pada tanggal 7 April 2019, pukul 17:19).
Ia mengatakan bahwa sudah menjadi suatu hal yang wajib seorang
perempuan menutup aurat, apalagi akan menimbulkan dosa ketika dilihat oleh
yang bukan mahramnya ketika keluar rumah. Hal ini juga telah dijelaskan
dalam al Qur’an surat an Nur:31, bahwa Allah telah memerintahkan
perempuan muslim supaya menggunakan kerudungnya dan tidak
menampakkan perhiasannya kepada yang bukan mahramnya. Begitu pun
dalam al Qur’an surat al Ahzab:59 tentang kewajiban seorang muslimah
dalam kewajiban berjilbab. Sementara itu D dan AP memiliki jawaban sendiri
mengapa mereka menutup aurat dengan berjilbab pada awalnya. Informan D
57
mengatakan bahwa ia merasa risih memakai baju-baju pendek saat duduk di
bangku sekolah dulu.
“Kebetulan kalo jilbab itu saya dari kelas 2 SMA, waktu itu saya kan
SMA-nya di negeri kebetulan negeri yang unggulan, jadi sedikit sekali
yang pake jilbab, gatau kenapa saya tuh di situ satu kelas cuma dua
orang yang anak baru dua orang yang pake jilbab terus saya pengen
gitu rasanya saya risih gitu kalo pake baju pendek-pendek jadi kalo
alasannya kenapa memang dari diri sendiri tuh agak risih gitu loh
emang pengen menutup” (wawancara pribadi dengan informan D pada
tanggal 9 April 2019, pukul 13:20).
Kemudian sama halnya dengan informan D, informan AP pun
mengatakan, “Risih, kalau gak pake jilbab itu lebih risk-an sih bagi cewek,
apalagi kan membentuk badan banget jadi kalau pake kerudung jadi gak
mengundang orang buat gangguin”. Berdasarkan apa yang telah diungkapkan
D dan AP, mereka merasa risih apabila mengenakan baju-baju pendek ketika
semasa sekolah dulu, kegelisahan itu datang dari diri sendiri. Selain itu ada
perasaan risih yang timbul karena perempuan itu lebih mempunyai resiko
yang besar menerima hal yang negatif karena mengumbar-umbar lekuk
tubuhnya di depan khalayak umum.
2. Makna Cadar
a) Sebelum Menggunakan Cadar
Sebelum menggunakan cadar, informan TRJ, dan SA menganggap
mereka yang bercadar itu terlalu berlebihan dalam menutup aurat. Hal ini
58
menimbulkan sikap stereotip kepada mereka yang bercadar. Di mana stereotip
memberikan suatu kategori tertentu kepada sekelompok walaupun dalam
kenyataannya kategori itu tidak sesuai dengan kenyataan. Stereotip
melibatkan perasaan entah suka (terhadap anggota in-group) atau tidak suka
(terhadap anggota out-group) maka sulit sekali untuk mengubahnya walaupun
dalam kenyataannya penilaian seperti itu tidak benar (Bernard Raho
2014:199).
Tabel III.A.2. Matriks Makna Cadar Sebelum Bercadar
No.
Makna Cadar Sebelum Bercadar
Jumlah Ragam
Makna TRJ DA(1) D DA(2) SA MSG AP MMA L
1. Negatif √ - √ - √ - - √ √ 5
2. Suka Ikut
Demo √ - - - - - - - - 1
3. Fanatik √ - - - - - - √ - 2
4. Seram - - √ - - - - - √ 2
5.. Teroris - - - - √ - - - - 1
6. Ribet - - - - √ - - - - 1
7. Aneh - - - - - - - - √ 1
8. Tertutup - - - - - - - - √ 1
9. Penasaran - √ - - - √ √ - - 3
10. Senang - √ - √ - - - - - 2
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019
59
Sikap stereotip ini dialami oleh para informan ketika mereka belum
mengetahui tentang apa kegunaan cadar yang sebenarnya. Biasanya sikap
stereotip yang muncul ini mengarahkan seseorang untuk memiliki perasaan
negatif atau pun positif terhadap suatu anggota kelompok. Seperti halnya
pendapat informan TRJ dan informan SA:
“Sebelum ikut kajian jadi aku tuh ngeliat orang yang pakai cadar
kayak udah negatif aja kayak “apa sih kok ikut-ikutan demo terus”
gitu. Ya pokoknya pandangan aku agak gimana gitu ke mereka karena
mungkin saat itu aku belum paham-paham bener apa maksud mereka
seperti itu” (wawancara pribadi dengan informan TRJ pada tanggal 7
April 2019, pukul 15:48).
“...Jadi aku tuh gimana ya liat yang cadaran dulu tuh agak negatif dan
ribet banget pokoknya, ga ada pikiran sama sekali buat pake kayak
gitu juga...” (wawancara pribadi dengan informan SA pada tanggal 10
April 2019, pukul 16:45).
Makna cadar menurut informan TRJ sebelum mengenal cadar itu
sendiri ialah adanya pandangan yang negatif kepada mereka yang bercadar
karena suka ikut-ikutan dalam berdemo di jalanan walaupun tidak semua
perempuan bercadar itu berdemo, begitu pun informan SA menyatakan bahwa
dirinya memiliki pandangan negatif dan agak risih karena terkesan ribet dalam
berpakaian dan informan SA dulunya tidak memiliki niat sama sekali untuk
menggunakan cadar. Sedangkan dengan informan D, MMA dan L, mereka
berpandangan bahwa perempuan yang bercadar itu seram karena berpakaian
yang serba hitam-hitam, tidak mudah bergaul dan bersosialisasi serta aneh
karena sampai sebegitunya dalam membungkus tubuhnya.
60
Berbeda lagi dengan pernyataan informan DA(2) yang mengatakan,
“...Maa Syaa Allah, sama sekali ga berpikiran yang negatif paling terbesit
bilang dia pasti orang arab, tipikal yang gak mau tau urusan orang sih...”
(wawancara pribadi dengan informan DA(2) pada tanggal 9 April 2019).
Kemudian informan DA(1), MSG dan AP yang memiliki rasa penasaran yang
tinggi kepada mereka yang bercadar bahkan mereka melihatnya itu senang,
tidak merasa aneh sama sekali dan sudah tidak merasa asing lagi, seperti:
“Pertama kali liat itu kayak seneng aja gak ngerasa serem atau aneh,
ada rasa penasaran juga kok mereka pakaiannya seperti itu ya gitu, dan
karena rasa penasaran itu akhirnya tertarik dan coba-coba pake kan
gitu” (wawancara pribadi dengan informan DA(1) pada tanggal 7
April 2019, pukul 17:19).
“Waktu sebelum pake cadar aku penasaran kenapa sih mukanya selalu
ditutupin, emangnya secantik apa sih dia, kenapa harus ditutup selebay
itu, tapi setelah tau ya responku seneng aja sih, akunya aja dulu yang
terlalu cinta akan dunia” (wawancara pribadi dengan informan MSG
pada tanggal 10 April 2019, pukul 17:07).
“Dari sebelum belajar agama pun melihat pake cadar gak ngerasa
asing sih, biasa aja, cuma tetep sebagai orang awam tuh dulu apa sih
enaknya pake cadar, tetep ada rasa penasaran cuma gak merasa asing
gitu, gak merasa takut sama sekali” (wawancara pribadi dengan
informan AP pada tanggal 10 April 2019, pukul 17:36).
Awalnya mereka berpandangan bahwa mereka yang menggunakan
cadar itu terlalu berlebihan untuk menutup wajahnya, kenapa harus menutup
wajah hingga serapat itu, secantik apa wajah orang tersebut hingga harus
ditutupi dengan kain di wajahnya. Hal ini merupakan beberapa sikap stereotip
yang bermunculan kepada kelompok orang bercadar. Rasa penasaran yang
61
bermunculan dari ketiga informan DA(1), MSG, dan AP pada akhirnya
membawa mereka untuk menggunakan cadar.
b) Setelah Menggunakan Cadar
Selain itu, penulis juga menemukan berbagai macam makna yang
dipahami informan setelah menggunakan cadar.
Tabel III.A.3. Matriks Makna Cadar Setelah Bercadar
No.
Makna Cadar Setelah Bercadar
Jumlah Ragam
Makna TRJ DA(1) D DA(2) SA MSG AP MMA L
1. Konsisten √ - - - - - - - - 1
2.
Hal yang
berat untuk
dijalankan
- √ - - - - - - - 1
3. Mengontrol
hawa nafsu - √ - √ - √ - - - 3
4. Ketenangan - - √ - - - √ - - 2
5. Berharga - - - √ - √ - - - 2
6. Sunnah - - - - √ - - - - 1
7. Percaya diri - - - - - √ - √ - 2
8. Terjaga - - √ - - - √ - - 2
9. Kebanggaan - - - - - - - - √ 1
10. Lebih dekat
kepada Allah - - - - - - - - √ 1
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019
62
Dari data yang diperoleh, informan TRJ menyatakan bahwa jika ingin
memakai perlu adanya niat yang kuat dan konsisten untuk menjalaninya,
“...Menurutku ya kalo kita udah pakai cadar kita konsisten, jaga aurat bukan
hanya di dunia nyata tapi juga di dunia maya...” (wawancara pribadi dengan
informan TRJ pada tanggal 7 April 2019). Karena seperti yang diketahui
banyak perempuan bercadar yang melindungi dirinya di dunia nyata tetapi
masih eksis di dunia maya. Di mana mereka masih ingin dilihat, dipandang
dan dipuji di dunia maya. Maka tak heran beberapa perempuan bercadar
masih tergiur untuk meng-upload serta menampakkan dirinya ber-selfie di
media sosial, misalnya dengan menjadi brand ambassador produk pakaian
muslimah dengan cadar yang melekat pada wajahnya. Walaupun hal itu bisa
memberikan motivasi perempuan lain untuk bercadar, namun tetap saja
banyak mata yang memandangnya di dunia maya dan hal ini dikhawatirkan
menimbulkan sifat hasad dalam diri. Padahal dalam Islam baik laki-laki
maupun perempuan harus menundukkan pandangannya. Oleh karena itu,
perlu adanya niat yang serius dan tetap istiqomah dalam menjalani proses
hijrah perempuan bercadar karena memang hal ini membutuhkan usaha yang
cukup keras melawan nafsu dalam diri mereka. Seperti halnya informan
DA(1) yang mengatakan bahwa:
“Cadar itu sesuatu yang berat, maksud aku berat buat dijalanin gitu
kan karena kita sendiri kalo kita mempunyai suatu kelebihan itu sulit
buat nutup kayak pengen terus diliat pengen diliat gitu cuman
63
melawan nafsu dalam dirinya itu yang susah” (wawancara pribadi
dengan informan DA(1) pada tanggal 7 April 2019, pukul 17:19).
Informan DA(1) menyatakan bahwa pilihan untuk menggunakan cadar
merupakan sebuah keputusan yang berat bagi dirinya, karena sejatinya
perempuan itu memang memiliki perasaan ingin selalu dipandang oleh orang
lain. Hal ini secara tidak langsung dapat menimbulkan penyakit „ain pada diri
seseorang seperti yang dikatakan oleh informan MSG:
“Cadar tuh penting banget, karena ujiannya tuh kan laki-laki,
jangankan laki-laki kan adatuh yang namanya penyakit „ain, yang
sama-sama perempuan aja ehmm cantik itu kan relatif, ketika orang
melihat kita cantik atau dia ngerasa “ihh kok dia cakep banget” kan
ada timbul hasad di dalam hatinya kalo dia ga memuji Allah terlebih
dahulu, itu pasti kita dapet efeknya entah itu kita pulang-pulanag kita
sakit kepala atau entah nanti jadi pilek itu macem-macem deh, kalo
aku pribadi sih penting bangetlah pakai cadar aja gitu menghindari
mudharat yang besar. Aku kalo kerja begini boleh pake syar’i nah
cuma cadarnya aja diganti masker, aku pake cadar tuh bukan karena
mau datang kajian sih, sebenernya kerja aja tuh kadang-kadang mikir
coba aja kalo aku tuh pake cadar kurang lengkap rasanya, aku tuh
lebih pede keluar tuh pake cadar dibandingkan wajahku keliatan
kayaknya kalo wajahnya keliatan bajunya besar kayak gini kita jadi
pusat perhatian orang tuh bisa liat kita tuh siapa nah kalo kita pake
cadar orang mau liat tapi kan gatau, kita itu seperti apa, wajahnya
seperti apa. Jadi orang kan beda-beda, ada yang dia proses dulu dia
nyaman dulu nih kan pake cadar ditutup tuh hidungnya, harus
penyesuaaian dulu” (wawancara pribadi dengan informan MSG pada
tanggal 10 April 2019, pukul 17:07).
Informan MSG menegaskan dengan memakai cadar dirinya menjadi
lebih terjaga dari godaan laki-laki diluar sana, selain itu memberikan rasa
kepercayaan diri yang lebih ketika hendak memakai cadar dibandingkan
64
dengan tidak menggunakan cadar. Tidak berbeda jauh dengan informan MSG,
informan MMA juga menambahkan bahwa dirinya “Merasa lebih terjaga aja
sih ngerasa aman, jadi pas mau keluar kalo ga pake cadar itu malah gak pede
karena kemana-mana udah terbiasa pake cadar” (wawancara pribadi dengan
informan MMA pada tanggal 14 April 2019). Di sini cadar dianggap sebagai
suatu hal yang penting karena dapat menimbulkan rasa aman dalam diri dari
lingkungan sekitar. Adanya batasan-batasan sebagai sarana yang mengontrol
diri agar terjaga dari hawa nafsu. Seperti pernyataan informan DA(2):
“Makna cadar bagi diri sendiri itu sesuatu yang berharga buat pribadi,
yang bisa mengontrol dan menjaga hawa nafsuku, karena dengan
memakai cadar mau gak mau kita harus jaga sikap dan itu ngaruh sih
ke perilaku pribadi” (wawancara pribadi dengan informan DA(2) pada
tanggal 9 April 2019, pukul 16:10).
Cadar menurut DA(2) dianggap sebagai pengontrol diri terhadap hawa
nafsu. Karena jika sudah diniatkan untuk meggunakan cadar sudah pasti
dalam diri muncul rasa malu dalam berperilaku, apabila sudah ada kontrol
dalam diri maka tindakan yang diambil pun akan semakin berhati-hati dalam
mengambil setiap tindakan maupun keputusan tertentu.
Informan L mengatakan bahwa makna cadar untuk dirinya sebagai
suatu kebanggaan yang dimiliki dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah karena ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi bukan hanya
di mata manusia tetapi juga di mata Allah.
65
“Cadar itu menjadi suatu kebanggaan sih, bukan merasa bangga terus
sombong ngerasa diri kita lebih baik dari yang lain ya, enggak seperti
itu. Malah ngerasanya karena banyak dosa jadi ingin lebih dekat
kepada Allah aja dan memacu untuk menjadi lebih baik. Kalo kita
udah pake cadar kan pasti hati juga ingin merasa lebih baik lagi”
(wawancara pribadi dengan informan L pada tanggal 14 April 2019,
pukul 15:44).
Begitu pun yang dinyatakan informan D bahwa makna cadar bagi
dirinya sebagai sebuah ketenangan dan kenyamanan. Menurut informn SA,
bahwa “...Cadar itu hukumnya sunnah, ada beberapa mazhab yang bilang ada
yang wajib dan ada yang sunnah, kalo aku memang sudah diniatkan jadi wajib
buat diri aku...” (wawancara pribadi dengan informan SA pada tanggal 10
April 2019). Informan SA menegaskan bahwa cadar bagi dirinya bukan lagi
menjadi sunnah yang dianjurkan tetapi ia menganggapnya sebagai suatu
kewajiban untuk melindungi dan sebagai sarana pengontrol diri dari hawa
nafsu.
Dari berbagai makna yang telah dijelaskan maka penulis menemukan
makna yang diperoleh sangatlah beragam dari adanya sikap stereotip yang
didapat sebelum mereka menggunakan cadar, bahkan setelah menggunakan
cadar makna cadar bagi diri mereka sendiri sebagai sesuatu yang sudah
menjadi kewajiban bagi seorang perempuan untuk menutup auratnya, sarana
untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Illahi, sarana pengontrol diri dari
hawa nafsu dan perilaku yang kurang baik dilakukan oleh perempuan
bercadar, suatu kebanggaan yang dimiliki, sebagai sesuatu yang berharga dan
66
terjaga, dan merupakan sunnah yang dianjurkan karena adanya rasa ingin
mengikuti sunnah para istri Nabi zaman dahulu.
3. Proses Memakai Cadar
Dalam proses memakai cadar, penulis menemukan berbagai
pengalaman yang dialami oleh para informan salah satunya ialah adanya sikap
diskriminasi. Diskriminasi dapat diartikan dengan memperlakukan kelompok-
kelompok lain secara berbeda-beda. Diskriminasi dapat bersifat positif jika
perlakuan itu membawa keuntungan kepada kelompok yang meneriman
perlakuan diskriminatif itu. Tetapi diskriminasi dapat pula bersifat negatif
apabila perlakuan tersebut membawa kerugian kepada kelompok yang
menerima perlakuan diskriminatif itu (Bernard Raho 2014:202).
Tabel III.A.4. Matriks Proses Memakai Cadar
No.
Proses Memakai Cadar
Jumlah Ragam Proses
Bercadar TRJ DA(1) D DA(2) SA MSG AP MMA L
1. Diskriminasi √ - √ - - - - - √ 3
2. Penasaran - √ - - - √ - √ - 3
3. Bertahap/ tidak
instan - - √ - - - √ √ - 3
4. Jenuh - - - - √ - - - - 1
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019
67
Diskriminasi yang terjadi pernah ditemui penulis pada saat
mewawancarai informan beragam. Diskriminasi merupakan salah satu dari
bentuk kejadian yang kurang mengenakkan yang dialami seseorang. Tak
jarang, perempuan selalu yang dijadikan korban dalam tindakan yang kurang
pantas diterima. Dalam Islam, perempuan itu sangatlah dimuliakan
keberadaannya, jadi sudah semestinya kaum adam untuk menjaga,
meghormati, serta melindungi perempuan, seperti pernyataan informan Dari
informan yang penulis temui, terdapat tiga perempuan bercadar yang masuk
ke dalam kategori ini yaitu TRJ, D dan L.
“Ya karena pernah ngalamin kejadian yang gak enak itu, jadi waktu itu
tuh posisinya di busway ke arah HI, udah pakai syar’i, di situ aku
cuma diem gak banyak tingkah lah ya, terus tetap aja tiba-tiba dari
belakang ada orang bapak-bapak main meluk aku gitu aja refleks dong
aku bilang “apaan sih!” aku bilang kayak gitu kan, nah terus juga
emang di tempat lain pun emang sering di “Ssstttt... Sssssttt”, digoda-
godain kayak gitu kayak mikir “apaan sih, gw kayak gini masa
digodain” (wawancara pribadi dengan informan TRJ pada tanggal 7
April 2019, pukul 15:48).
Pernyataan milik informan TRJ membuktikan bahwa adanya
perlakuan yang tidak sepantasnya diterima oleh dirinya ketika berada di dalam
transportasi umum. Saat hal itu terjadi, informan menegur orang tersebut
sebagai salah satu bentuk ketidaknyamanannya. Namun yang sangat
disayangkan bahwa respon orang-orang sekitar tampak biasa-biasa saja
(individualis). Hal tersebut yang pada akhirnya membuat informan TRJ
mengintrospeksi dirinya dan memutuskan untuk memakai cadar beberapa
68
minggu dari kejadian itu. Sama seperti informan TRJ, informan D pun sempat
memiliki pengalaman yang sama akan hal tersebut pada saat ia pergi safar ke
Eropa tanpa ditemani oleh mahramnya.
“Nah ini sebenernya tuh panjang sekali kenapa saya memutuskan pake
niqab, 2016 saya itu pergi ke luar negeri kebetulan sendirian acara
kampus, memang waktu itu saya itu berdo’anya “Ya Allah, saya ini
baru pertama kali pergi langsung jauh sekali ke Eropa, gak ada temen”
dulu saya mikir gak tau kalo pergi sendirian cewek itu safar sendirian
memang kurang bagus, tapi saya memang niatnya itu selain memang
presentasi saya pengen bisa mendapat ilmu, ilmu yang ini sih kayak
apa yah merubah saya lebih baik, taunya di sana saya sebagai
minoritas apa-apa banyak sih hal-hal yang memang itu saya ngerasa
ditolong Allah sekali, terus suatu kejadian saya tuh lihat salah satu
laki-laki di sana ehmm kayak kurang enak gitu melihatnya ke saya,
maksudnya tuh kayak dia nyadarin oh ini ya, emang ga enak gitu
kayaknya emang udah pengen menutup pokoknya dari cerita-cerita itu
saya ngerasa saya sering ditolong Allah terus dari cerita-cerita tentang
ehmm apa ya memang kisah pribadi saya dengan laki-laki kayaknya
kok gak enak ya kalo dipandangin pokoknya risih gitu diliatin terus
gitu, ehmm saya SMA pake segiempat biasa, terus kuliah syar’i
pokoknya saya itu kalo ilmu agama masih minim ya masih belajar tapi
kenapa alasannya saya pake syar’i itu pertama dari saya tuh ngerasa
risih dulu gitu, terus baru deh ilmunya datang gitu kan”. (wawancara
pribadi dengan informan D pada tanggal 9 April 2019, pukul 13:20)
Pernyataan milik informan D membuktikan bahwa pada saat dirinya
melakukan safar seorang diri, informan D merasa sangat risih karena selalu
diperhatikan oleh laki-laki tapi tidak dengan sewajarnya, padahal ia mengaku
telah memakai pakaian syar’i semenjak kuliah agar tidak merasa terganggu.
Namun tetap saja ia masih menerima perlakuan kurang menyenangkan, dan
hal ini menimbulkan kegelisahan dalam hatinya. Kemudian setelah
menimbang-nimbang, informan D memutuskan untuk menutup wajahnya
69
dengan menggunakan kain cadar. Yang terakhir informan L menyatakan
bahwa perlakuan yang kurang menyenangkan itu datang dari temannya
semasa SMA. Informan L mengatakan:
“Saat itu mau ada acara reunian, kan ada banyak temen-temen cowok
nah salah satunya ada yang telpon ke handphone, kayak mau
ngedeketin gitu karena dia bilangnya suka sama aku dari zaman SMA,
dari situ mulai ngerasa keganggu aja sama sikapnya entah itu cuma
bercanda atau enggak ya. Saat kumpul reuni ketemu sama semua
temen-temen, aku tuh males ketemu sama dia itu, akhirnya setelah
diskusi sama suami dan untuk menghindari maksiat sebenernya itu kan
kejadian hal-hal aneh ya yang seperti itu aku mulai deh pake cadar.
Sampai sekarang In Syaa Allah istiqomah” (wawancara pribadi dengan
informan L pada tanggal 14 April 2019, pukul 15:44).
Informan L menyatakan bahwa keputusan yang telah diambilnya itu
untuk menghindari perlakuan buruk yang mengarah kepada perbuatan
maksiat. Hal itu disetujui oleh suaminya setelah ia mendiskusikannya terlebih
dahulu untuk mengenakan cadar hingga saat ini. Selain itu informan SA juga
berkata:
“...Gatau kenapa, di saat itu ada titik bener-bener aku tuh kok ngerasa
jenuh, kok hidup aku kok capek hidup aku kok gini-gini aja, tiba-tiba
di saat titik jenuh itu aku berusaha mendekatkan diri aku curhat sama
Allah memohon, lalu dikasih hidayah tiba-tiba aku tuh shalat maghrib
aku sambil pegang tafsir kalo tafsir itu kan ada terjemahannya ya tapi
kan tebel banget segini dan aku gatau sambil dengan kondisi mata aku
tuh merem tiba-tiba aku buka tengah-tengah aku tunjuk, ini posisi
mata aku merem aku tunjuk keluarlah surat al Ahzab “ulurkanlah
jilbabmu”, pas aku dikasih petunjuk seperti itu langsung terlintas aku
mulai aku berubah dari yang tadinya jilbab biasa masih pakai celana,
kemudian beralih ke pakaian dan jilbab syar’i kemudian pelan-pelan
memakai cadar dan alhamdulillah sampai saat ini...” (wawancara
pribadi dengan informan SA pada tanggal 10 April 2019, pukul
16:45).
70
Dari pemaparan di atas, informan SA menjelaskan dirinya berada di
titik jenuh, merasa lelah, tetapi rezeki berlimpah dan tidak kekurangan hal
apapun dalam hidupnya tetapi ia merasa sangat jauh dengan Allah. Setelah
mendapatkan hidayah, secara bertahap ia melakukan proses hijrah yang sesuai
sunnah. Informan DA(1), MMA dan MSG memiliki pernyataan yang sama
yaitu adanya rasa penasaran yang timbul dalam benaknya setelah melihat
orang yang ikut kajian menggunakan cadar. Namun di sini informan MSG
juga menambahkan “...Waktu itu aku nyari tau nih aku gamau meninggal
konyol dan aku gamau nanti di kuburan nyesel, jadi dari situ aku nyari tau
segala hal tentang Islam...” (wawancara pribadi dengan informan MSG pada
tanggal 10 April 2019). Ia berkata tidak ingin meninggal dalam keadaan
menyesal karena belum mempelajari tentang Islam secara benar. Perasaan
gelisah yang muncul ini selepas ibunya meninggal dunia. Hal itu
menyadarkan dirinya bahwa semua yang bernyawa akan kembali menghadap
Yang Kuasa dan mempertanggung jawabkan segala amal dan perbuatan yang
telah dilakukan semasa hidup di dunia.
Berbagai proses cadar yang dialami oleh para informan di atas
menerangkan bahwa adanya kegelisahan terhadap sikap diskriminasi yang
diterima dari beberapa informan, berada pada titik jenuh dan rasa penasaran
yang timbul yang pada akhirnya mendorong para informan untuk datang
71
mengikuti ke kajian dan secara bertahap melakukan proses hijrah untuk
istiqomah memakai cadar.
4. Motivasi Memakai Cadar
Dalam realitasnya, ketertarikan perempuan untuk menggunakan cadar
telah banyak ditemukan dalam sebuah kajian baik itu di masjid maupun di
tempat umum lainnya. Seperti halnya di Masjid Nurul Iman Blok M Square,
setelah diadakannya kajian rutin dan kajian sunnah yang telah dikenalkan di
sana semakin banyak perempuan bercadar yang berada di masjid tersebut, dan
itu bukan menjadi hal yang awam lagi.
Tabel III.A.5. Matriks Motivasi Memakai Cadar
No.
Motivasi Memakai Cadar
Jumlah Ragam
Motivasi TRJ DA(1) D DA(2) SA MSG AP MMA L
1. Keinginan
dari hati √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9
2. Diskriminasi √ - √ - - - - - √ 3
3. Teman
Kajian √ √ - - √ - √ - √ 5
4. Media Sosial - - - - - - - √ - 1
5. Mengikuti
istri Nabi - - - √ - - - - - 1
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019
72
Seperti yang penulis temukan dalam hasil wawancara dengan semua
informan mengatakan bahwa ada beberapa dari mereka yang menggunakan
cadar atas dasar keinginan dari hatinya, adanya dorongan dari hati ini yang
disebut Mead sebagai impuls, namun mereka juga memiliki faktor eksternal
lainnya yang membuatnya memutuskan untuk memakai cadar. Penulis
menemukan beberapa motivasi seseorang memakai cadar. Ketertarikan ini
muncul karena beberapa alasan yang mendorong dirinya untuk memakai
cadar. Yang pertama dan paling utama ialah adanya keinginan dari diri
sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh informan AP, “...Motivasi dateng dari
diri sendiri...” (wawancara pribadi dengan informan AP pada tanggal 10 April
2019). Sama halnya seperti informan TRJ, DA(1), D, DA(2), MSG, SA,
MMA dan L , mereka menerangkan ketertarikan yang timbul dari keinginan
dalam hatinya. Kemudian informan DA(1) juga senang meminta nasehat dan
masukan-masukan kepada teman-temannya yang menggunakan cadar di mana
tindakan ini adalah tahap persepsi menurut Mead. Informan DA(1) berkata:
“...Alhamdulillah itu kemudahan dari Allah dari temen-temen pastinya
kan, banyak semakin kita meminta nasehat semakin banyak In Syaa
Allah karena mereka sayang sama kita karena Allah kan jadi
diomongin “ayo Dea cadaran, kita itu kan fitnah” gitu kan “kita fitnah
dan kita berada di zaman fitnah, ayo cadaran” gitu kan, dan banyaklah
embel-embel duniawinya yang kayak “kamu kan ini, kamu kan itu,
jadi haruslah dijaga...” (wawancara pribadi dengan informan DA(1)
pada tanggal 7 April 2019, pukul 17:19).
73
Motivasi yang kedua berasal dari teman, di sini teman juga memiliki
andil yang penting sebagai pemberi semangat untuk saling men-support satu
sama lainnya. Menurut penulis, memang benar bahwa saat ini kita hidup di
zaman fitnah, apalagi wanita merupakan fitnah terbesar bagi kaum laki-laki.
Dan tidak ada salahnya jika ingin melindungi diri dengan memakai cadar
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian biasanya mereka
berteman karena sudah saling mengenal ketika di dalam kajian dan ukhuwah
yang dijaga sangatlah kuat. Informan TRJ, SA, AP dan L menjelaskan bahwa
mereka mempunyai jawaban yang sama dalam ketertarikannya mengenakan
cadar ketika bertemu dengan teman-teman dalam suatu kajian yang
kebanyakan menggunakan cadar, biasanya mereka sharing tentang hal yang
berkaitan dengan cadar. Berbeda hal dengan informan MMA, ia menyatakan
bahwa dirinya tertarik dengan cadar ketika melihat selebgram di Instagram
yang mengenakan cadar dengan berbagai bentuk dan macamnya. Kemudian
informan DA(2) juga berpendapat ingin mengikuti istri Nabi yang juga
mengenakan cadar.
Selanjutnya menurut Mead, manusia tidak bertindak atau bereaksi
secara otomatis namun secara berhati-hati mempertimbangkan dan bahkan
membayangkan apa yang akan mereka lakukan. Mereka mempertimbangkan
pihak-pihak lain yang terlibat dan situasi diri mereka sendiri. Berbagai
ekspetasi dan reaksi pihak-pihak lain sangat mempengaruhi tindakan tiap-tiap
74
individu. Orang-orang memberikan berbagai hal dengan makna-makna dan
bertindak atau bereaksi berdasarkan makna-makna tersebut (Yusran Razak
2008:17).
Di sini penulis membuktikan bahwa adanya pertimbangan yang
dimiliki ketika para informan akan memakai cadar. Tahap penentuan tindakan
dengan cara menimbang-nimbang agar reaksi tidak terjadi secara spontanitas
ini yang disebut Mead tahap manipulasi. Hal ini salah satunya dapat dijumpai
oleh informan DA(1) yang menyatakan, “...Rata-rata itu faktor duniawi kayak
takut ga menarik lagi gitu kan, terus gimana nih dapet jodohnya gitu...”
(wawancara pribadi dengan informan DA(1) pada tanggal 7 April 2019).
Informan DA(1) memiliki kekhawatiran terhadap dirinya apabila nanti ia
memakai cadar pasti sulit mendapatkan pekerjaan ataupun masalah jodoh. Hal
ini sangat wajar karena perempuan yang menutup wajahnya dengan cadar
pada awalnya akan memiliki pikiran tidak menarik lagi dipandang karena
pada umumnya perempuan itu senang dipandang dan dipuji, dan akan terasa
aneh dilihat orang lain apabila ditutupi, dan lain sebagainya. Setelah para
informan memutuskan (tahap konsumsi) untuk menggunakan cadar, berikut
data tabel profil ragam usia informan yang penulis wawancarai:
75
Tabel III.A.6. Profil Ragam Usia Informan
No. Informan
Usia
Awal Bercadar Saat ini
1. TRJ 19 20
2. DA (1) 20 20
3. D 24 25
4. DA (2) 21 24
5. SA 30 33
6. MSG 24 25
7. AP 21 22
8. MMA 23 24
9. L 43 44
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019
Dalam tabel matriks di atas, dapat terlihat bahwa rata-rata pengguna
cadar yang informan temui memiliki keragaman lama usia ketika awal
memakai cadar. Dari ke 9 informan perempuan bercadar, terdapat 6 orang
informan yang telah menggunakan cadar selama setahun belakangan ini, yaitu
TRJ, D, DA(2), AP, MMA, dan L. Sementara itu, informan DA(1) baru
sekitar satu bulan ini menggunakan cadar dan masih dalam proses tahap
belajar dan In Syaa Allah istiqomah. Lalu informan SA dan MSG telah
menggunakan cadar selama 3 tahun belakangan dan mereka yang sudah lebih
dahulu menggunakan cadar dari data yang penulis temui.
76
5. Simbolisasi
Leslie White menyatakan simbol sebagai “a thing the value or
meaning of which is bestowed upon by those who use it” (White, 1968). Jadi,
simbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan oleh mereka
yang mempergunakannya (Kamanto Sunarto 1993:43). Yang dimaksudkan
White di sini, bahwa makna atau nilai yang diperoleh hanya dapat ditangkap
melalui cara-cara simbolis bagi yang menggunakannya.
Tabel III.A.7. Matriks Simbol Signifikan
No.
Simbol Signifikan
Jumlah Ragam
Simbol TRJ DA(1) D DA(2) SA MSG AP MMA L
1. Teman √ √ - √ - - - - - 3
2. Ustadz √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9
3.
Sosial Media
(Youtube dan
Instagram)
- - √ - - - - √ √ 3
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Wawancara Mendalam Dengan Informan 2019
Dari hasil temuan data, bahwa bentuk simbolisasi yang diperoleh yang
paling memungkinkan bagi para perempuan bercadar ialah proses interaksi di
antara mereka baik ketika berada dalam suatu kajian ataupun tidak. Proses
interaksi itu berlangsung selama adanya hubungan saling timbal balik antar
77
individu atau kelompok perempuan bercadar. Hal ini disampaikan oleh
informan AP:
“Pernah dengar ceramah tentang pakai cadar itu dari Ustadz Firanda,
sebenernya dengar anjuran memakai jilbab itu dari SMK itu udah
ngerti, udah harus walaupun belum pernah denger ceramah dari
Ustadz-Ustadz. Katanya baiknya kaum perempuan dan cantiknya
wanita itu, maksudnya tiap ketemu orang, “Oh cantik ya” gitu, dipuji
terus, baiknya ditutup. Menjaga diri tuh perlu, apalagi yang buat
cewek-cewek single ya jadi mereka kadang suka terbawa suasana itu
pasti kadang sama temennya pergi keluar kan kita gak tau,
seenggaknya kalau pakai cadar oh iya mau ngapain kita tau kan
katanya kalo perempuan tuh suka sembrono gitu ya, mau ketawa
ketiwi malu ah pakai cadar jadi lebih menjaga diri, ada kontrolnya.
Selama ini, belum pernah dengar, cuma kalau dari ana kan gak tau ya,
ana kan gak hafal haditsnya ya tapi kalau misalkan dari kisah-kisah
Nabi itu mereka emang gak mau memperlihatkan wajah mereka di
depan laki-laki yang bukan mahram pasti ditutupin entah pakai kain
atau apa, mungkin namanya bukan cadar ya pasti ditutupin, yang ana
tau sih kayak gitu” (wawancara pribadi dengan informan AP pada
tanggal 10 April 2019, Pukul 17:36).
Bentuk simbolisasi di atas melalui ajakan seorang Ustadz dalam suatu
kajian. Biasanya dalam suatu kajian informan mendengarkan anjuran untuk
menutup aurat yang wajib dilakukan oleh seorang perempuan muslimah
seperti yang telah dikatakan oleh informan AP diatas dan beberapa informan
lainnya juga memperoleh hal yang sama seperti informan TRJ, DA(1), D,
DA(2), SA, MSG, MMA dan L. Selain dari Ustadz, simbol yang diterima bisa
dari teman seperti yang dikemukakan oleh informan TRJ:
“Dari teman, kalo di kajian banyak yang pake cadar, mulai tergerak
cuman emang biasa aja gitu loh pas cari tau-cari tau tadinya pernah
pakai cadar cuman kayak ngerasain cadar itu fashion doang, nah terus
awalnya kayak gitu, terus cerita sama Ummu itu kata Ummu “dibuka
dulu aja mba cadarnya, cari tau ilmunya” yaudah aku putusin kayak
78
gitu. Alhamdulillah cari tau, dia selalu nerangin yaudah” (wawancara
pribadi dengan informan TRJ pada tanggal 7 April 2019, Pukul 15:48).
Makna simbol yang dapat ditemui pada informan TRJ ialah melalui
teman yang ia sebut dengan panggilan Ummu. Simbol yang diperoleh berupa
bahasa yang dikomunikasikan untuk mencari tahu tentang cadar dan setelah
itu menerangkannya. Begitupun dengan informan DA(1) dan DA (2), mereka
juga memperoleh makna simbol melalui teman-temannya yang dijumpai di
dalam kajian, “Dari temen-temen kajian, ngeliat semua udah pake cadar itu
kayak gimana gitu. Kenalan, ngobrol, nyambung, sama-sama menuntut ilmu
dan sering ketemu kalo kajian bareng ketemuan di sini gitu” (wawancara
pribadi dengan informan DA(1) pada tanggal 7 April 2019). Adanya interaksi
yang berawal dari ikut kajian sendiri, berkenalan dengan kelompok
perempuan yang bercadar, dan mengobrol seputar cadar akhirnya membawa
pada suatu makna simbol yang dapat diterima oleh para informan.
Simbol lainnya dapat dilihat melalui peranan social media yang juga
memiliki pengaruh dalam proses internalisasi para informan. Seperti yang
dikatakan informan L, “...Dari sosmed sih, liat-liat terus baca-baca posting-an
tentang anak-anaknya Rasulullah...” (wawancara pribadi dengan informan L
pada tanggal 14 April 2019). Sama dengan informan D yang menyatakan,
“Saya belajar sendiri sih maksudnya dari youtube” (wawancara pribadi
dengan informan D pada tanggal 9 April 2019). Lalu informan MMA juga
79
mengatakan, “Dari sosial media, itu sih yang paling berpengaruh kan bisa liat
pakaiannya, bentuk-bentuk dan macam-macam cadarnya” (wawancara pribadi
dengan informan MMA pada tanggal 14 April 2019).
Dalam hal ini proses interaksi yang terjadi melalui bahasa sebagai
salah satu bentuk isyarat suara. Di mana bahasa menjadi simbol yang
menjawab makna yang dialami individu pertama yang mencari makna dalam
individu kedua. Penulis menemukan bahwa simbol yang didapat berupa
bahasa, yang mana ini terjadi ketika adanya interaksi antara seseorang yang
memiliki pengaruh pada dirinya yang kemudian menganjurkan informan
untuk mengenakan cadar.
Dari data yang penulis peroleh mengenai berbagai makna maupun
simbol yang terkait dengan proses internalisasi perempuan bercadar, maka di
sini penulis dapat menyimpulkan bahwa proses internalisasi itu ada dua tahap
yaitu pertama, individu itu aktif melakukan interpretasi atau penafsiran
terhadap makna-makna yang diperoleh yang bermula dari proses sosialisasi.
Tahap kedua, individu aktif mengorganisir makna-makna itu kemudian makna
tersebut diresapi dalam pikiran, perasaan, dan batin yang kemudian melekat
menjadi sebuah kepribadian yang diwujudkan dalam bentuk perilaku-perilaku
pada perempuan bercadar. Berikut bagan kerangka pemikiran dari hasil
analisis yang penulis peroleh:
80
Tabel III..A.8. Bagan Kerangka Pemikiran
Sumber: Hasil Olahan Analisis Peneliti
B. Tantangan di Ruang Sosial
Di dalam ruang sosial, tak jarang perempuan bercadar mengalami berbagai
tantangan yang harus mereka hadapi. Dalam penelitian ini, penulis menemukan ada
dua stigma yang diperoleh oleh perempuan bercadar, yaitu:
Sosialisasi
Sosialisasi
Otoriter Sosialisasi
Ekualitas Internalisasi
Makna
Interpretasi
Interaksi
81
1. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, di mana dalam
suatu anggota keluarga memiliki hubungan yang kuat satu sama lainnya. Lalu
jika salah seorang dari anggota tersebut mengalami suatu perubahan, anggota
keluarga lainnya akan memberikan respon. Seperti halnya yang dialami oleh
beberapa pengalaman informan perempuan bercadar di sini. Informan D
mengatakan bahwa:
“Nah itu juga pelan-pelan soalnya orang tua saya kayaknya
cenderungnya masih tahap belajar pengenalan agama jadi ya pelan-
pelan kasih tau, awalnya ya pasti dilarang tapi ya itu balik lagi sih kalo
kamu mungkin dengan cadarmu itu ibaratnya tetap sama ya gapapa”
(wawancara pribadi dengan informan D pada tanggal 9 April 2019,
Pukul 13:20).
Informan D memiliki ibu seorang mualaf dan kedua orang tuanya
masih dalam tahap belajar ilmu agama. Ketika informan D mengenakan cadar,
respon dari keluarga awalnya melarangnya, namun setelah diberi penjelasan
dan pemahaman bahwa dia tidak akan berubah masih sama seperti yang dulu
dan jika itu sudah menjadi sebuah prinsipnya maka pelan-pelan orang tuanya
bisa menerima keputusannya tersebut. Tak hanya informan D, informan TRJ,
MSG, AP, MMA, DA(2), SA juga mendapati pengalaman yang sama.
Informan SA menerangkan bahwa:
“Dari keluarga besar itu dicibirin sampai aku dibilangnya terorislah
apalah segala macem sampai dibilang sama tante aku ini kalo jalan
sama dia aku harus lepas cadar, aku bilang “what?” aku bilang aku
gamau bergantung diri aku sama manusia enggak, aku bilang kalo
82
tante aku mau jalan sama aku dengan kondisi aku seperti ini ayo kalo
gamau gausah jalan kayak gitu. Justru keluarga aku kan namanya NU
saklek banget ya, respon mereka ya gamau nerima kondisi yang nuduh
aku teroris gitu, apa sih pakaian aku kayak gini, lama-lama aku
berusaha menjelaskan, tadinya aku ga diizinin sama orang tua pake
sebelum nikah tuh aku ga diizinin pake cadar ehmm sampe orang tua
tuh bilang boleh pake cadar kalo di kajian kalo di rumah ga boleh” itu
tuh masih yang bertentangan banget gitu ga ngertilah dibilangnya aku
aliran sesat kayak gitu, tapi aku berusaha ngeyakinin keluarga lama-
lama aku cobain pake cadar pelan-pelan pelan-pelan ternyata ihh
nyaman gitu” (wawancara pribadi dengan informan SA pada tanggal
10 April 2019, Pukul 16:45).
Informan SA juga berasal dari keluarga yang mengikuti NU, sulit
untuk menerima suatu bentuk perubahan yang baru. Ketika keluarganya
mengetahui bahwa informan SA mengenakan cadar, ia juga tak lepas
mendapat cibiran seorang teroris oleh keluarganya sendiri. Kemudian
informan MSG dan MMA merupakan orang yang merantau di Jakarta,
“...Enaknya sih karena aku ngerantau sendiri yah di Jakarta jadi aku mau pake
ga didoktrin sama orang-orang sama keluarga gitu loh. It‟s my choice gitu...”
(wawancara pribadi dengan informan MSG pada tanggal 10 April 2019).
Mereka mengatakan bahwa lebih mudah ketika melakukan proses hijrahnya di
Jakarta karena tidak banyak orang yang mengenalnya, di Jakarta orang-orang
sekitarnya lebih kepada individualis sehingga mereka tidak terlalu
menghiraukan pendapat orang lain tentang cadar yang mereka gunakan.
Berbeda dengan informan yang lainnya, justru informan L dan DA(1)
mendapat dukungan dari keluarga. Informan L mengatakan, “Kalo dulu sih ya
83
dari suami sendiri yang bilang kok ektrim banget sih pake yang begituan, tapi
alhamdulillah sekarang suami udah bisa nerima dan malah mendukung sekali,
kalo dari keluarga sih nerima aja, ga ada omongan dan larangan sih”
(wawancara pribadi dengan informan L pada tanggal 14 April 2019).
Kemudian pernyataan informan DA(1), “Kalo dari keluarga dari Tanteku
yang tempat tinggal aku sekarang mereka itu berpikiran selama itu baik untuk
kamu lakuin, selama itu membuat ada perubahan yang positif ya gapapa gitu,
Maa Syaa Allah sih orang tua seneng kalo anaknya dulu dari yang terbuka
jadi lebih tertutup, dulu aku berjilbab tapi yang enggak semenutup ini.”
(wawancara pribadi dengan informan DA(1) pada tanggal 7 April 2019).
Kedua informan membuktikan bahwa mereka mendapatkan dukungan ketika
ingin berhijrah menggunakan cadar dari dalam keluarganya, baik dari suami,
tante, orang tua dan keluarga besar lainnya.
2. Lingkungan
Lingkungan juga merupakan tempat tantangan lainnya bagi para
informan yang bercadar. Stigma-stigma yang didapat biasanya tidak melulu
datang dari keluarga, stigma-stigma yang diperoleh bisa datang dari
lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja. Respon yang diperoleh
dari lingkungan biasanya tidak mau diambil pusing oleh para informan.
Karena mereka menganggap hal yang sia-sia memperdebatkan pandangannya
84
tentang cadar yang dikenakan kepada orang yang belum tentu paham akan hal
tersebut. Penulis menemukan bahwa para informan lebih terkesan cuek dan
tidak memikirkan omongan orang lain. Seperti penjelasan informan TRJ:
“Teman-teman yang beda juga pada ngejauh, yaudah ngejauh. Ya
emang kan katanya semakin kita dewasa lingkaran pertemanan kita
semakin kecil kan, semakin sedikit tapi berkualitas dan makin bermutu
semua ya kan, gak cuma sekedar teman yang cerita ini itu. Kalo aku
yaudah biarin aja gada pengaruhnya, intinya alhamdulillah ya dia
ngertiin sahabat-sahabatku” (wawancara pribadi dengan informan TRJ
pada tanggal 7 April 2019, Pukul 15:48).
Informan TRJ menyatakan bahwa dirinya merasa ruang lingkup
pertemanannya menjadi lebih sempit setelah menggunakan cadar. Teman-
teman yang tidak sepemahaman dengannya memilih untuk menjauh. Sama
dengan TRJ, informan SA, AP, dan DA (2) juga mengatakan hal yang sama.
Informan DA(2) berpendapat bahwa:
“Pandangan orang melihat kita seperti apa ya jadi kitanya jangan
mudah baper (bawa perasaan), terus juga jangan terlalu memikirkan
apa yang menjadi omongan orang, karena mereka gak tau apa yang
ada di hati kita, kita jangan menutup diri harus sosialisasi harus
bersikap ramah, kalo misalkan gak ada ikhwan cadar dibuka aja biar
mereka tahu wajah kita, ekspresi kita ketika berinteraksi, gak usah
kaku sih biasa aja kalau ada orang yang gak ngerti” (wawancara
pribadi dengan informan DA(2) pada tanggal 9 April 2019, Pukul
16:10).
Ia mengatakan untuk tidak tersinggung dengan apa yang orang lain
bicarakan, justru informan DA (2) menyarankan untuk lebih terbuka dengan
tetap bersikap ramah dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hal itu
85
juga disampaikan oleh informan MSG, “...Awalnya orang-orang itu takut, tapi
lama-lama aku tetep bergaul, bermuamalah jadi mereka ga takut lagi, tapi
kadang aku tuh mikir kalo aja aku bisa pake cadar ini setiap waktu tiap aku
keluar rumah karena kan kalo kerja aku lepas ganti masker...” (wawancara
pribadi dengan informan MSG pada tanggal 10 April 2019). Informan MSG
menjelaskan bahwa saat bekerja dalam hal berpakaian syar’i ia tidak
mengalami kendala, namun ia mengganti cadarnya dengan memakai masker.
Informan MMA juga mengatakan:
“Kalo di Jakarta itu responnya biasa aja gitu kan kalo di Jakarta kayak
“lu-lu, gua-gua” individualis lah nah beda dengan di kampung kan
masih jarang orang yang bercadar jadi kayak terlihat aneh gitu padahal
ini kan syari’at tapi tidak semua orang bisa nerima. Kalo di lingkungan
kerja karena orang-orangnya masih awam, ya responnya buat mereka
itu asing gitu malah disangka teroris dan jadi bahan ejekan radikal-
radikal gitu” (wawancara pribadi dengan informan MMA pada tanggal
14 April 2019, Pukul 12:25).
Sama halnya dengan informan lainnya, informan MMA juga mendapat
stigma yang negatif dari lingkungan maupun tempat mereka bekerja, karena
informan baru memakai cadar pada saat sudah pindah ke Jakarta, ketika
pulang ke kampung yang masih awam melihat perempuan bercadar dipandang
aneh. Kemudian di tempat kerja informan MMA juga menerima cemoohan
oleh teman-temannya karena dianggap radikal bahkan teroris. Sedangkan
kendala yang dialami lainnya, “...Kalo untuk segala aktivitas sih gak
mengalami kendala semuanya bisa berjalan dengan lancar cuma saat di
86
pekerjaan memang ana lepas cadar karena memang kondisinya tidak
memungkinkan...” (wawancara pribadi dengan informan MMA pada tanggal
14 April 2019). Sementara itu informan L menjelaskan, “...Pertama kali ya
kaget, karena disini kan lingkungannya yang biasa-biasa aja kan...”
(wawancara pribadi dengan informan L pada tanggal 14 April 2019). Lain
halnya dengan informan D yang mengatakan bahwa dirinya biasa saja dan
tidak terlalu mengambil pusing dengan apa kata orang lain. Informan DA(1)
juga menerangkan bahwa ia mendapat respon yang baik sekali dan sangat
terbuka oleh teman-teman kajian, lingkungan tempat tinggal, maupun di
lingkungan tempat bekerja. Ia mengatakan bahwa:
“...Kalo dari temen mereka sih terbuka ya, karena kan mereka udah
duluan pake cadar kalo dari lingkungan kayaknya engga ada dan
tempat kerja sih alhamdulillah lebih ngertiin kalo itu udah jadi prinsip
yang aku ambil ya gapapa, asal aku ngajarnya bagus...” (wawancara
pribadi dengan informan DA(1) pada tanggal 7 April 2019, Pukul
12:25).
Berbagai respon mengenai stigma-stigma baik itu positif maupun
negatif yang diterima informan dalam generalized other ini kebiasaan-
kebiasaan, standard-standard yang ada di masyarakat sangat bertentangan
dengan kehidupan perempuan bercadar. Karena pandangan terhadap sesuatu
yang apalagi masih jarang mereka lihat dalam kesehariannya akan
menimbulkan berbagai respon yang akan diterima.
87
BAB IV
PENUTUP
Dalam bab terakhir ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari
hasil penelitian mengenai proses internalisasi penggunaan cadar bagi perempuan
bercadar di Masjid Blok M Square.
A. KESIMPULAN
Dilihat dari hasil temuan dan analisa kasus pada penelitian ini, dapat dilihat
bahwa pertama, proses internalisasi penggunaan cadar terjadi ketika perempuan
bercadar melakukan sosialisasi melalui interaksi yang dikomunikasikan melalui
sosialisasi (otoriter dan ekualitas) tentang bagaimana memahami berbagai makna dan
respon yang diperoleh. Penulis menemukan berbagai macam makna dalam proses
internalisasi penggunaan cadar, yaitu makna menutup aurat, makna cadar sebelum
dan setelah menggunakan cadar, proses memakai cadar, motivasi memakai cadar dan
simbol-simbol makna yang diterima. Makna-makna yang dipahami berupa pesan
melalui simbol-simbol bahasa. Kemudian, peresapan hasil pemahaman tersebut
ditransfer ke dalam ingatan diri informan sehingga ia bisa merefleksikan dirinya
sendiri ataupun terhadap perspektif orang lain yang mengenakan cadar.
Kedua, dalam generalized other kebiasaan-kebiasaan, harapan dan standard-
standard umum yang ada di masyarakat bahwa perempuan bercadar memperoleh
88
tantangan dalam ruang sosialnya, tantangan tersebut berasal dari stigma perempuan
bercadar baik di dalam keluarga maupun dari lingkungan yang masih bertentangan
dengan pandangannya. Perempuan bercadar seringkali masih di cap kurang baik dan
dipandang sebelah mata oleh tradisi dan kebiasaan di masyarakat pada umumnya.
B. SARAN
Dari kesimpulan hasil penelitian di atas, maka berikut beberapa saran yang
dapat penulis berikan:
1. Bagi Masyarakat, khususnya yang masih memiliki stigma negatif oleh
perempuan bercadar, sebaiknya tidak men-judge terlebih dahulu dan lebih
mengenal lagi perempuan bercadar dengan membuka topik pembicaraan yang
tidak menyinggung perasaannya karena pada dasarnya mereka memiliki sifat
yang amat ramah dan terbuka.
2. Bagi para peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini mampu menjadi
bahan acuan yang kompetibel dan bisa memberikan informasi semaksimal
mungkin yang dapat dibutuhkan untuk penelitian mendatang, khususnya bagi
penelitian mengenai perempuan bercadar.
89
Daftar Pustaka
Buku
Bagong, Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka.
Fachruddin, Fuad Mohd. 1991. Aurat Dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam.
Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.
Faisal, Sanapiah. 2007. Format – Format Penelitian Sosial. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Guindi, El Fadwa. 1999. Jilbab Antara Kesalehan, Kesopanan, Dan Perlawanan.
Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Mantra, Ida Bagoes. 2008. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Raho Bernard. 2014. Sosiologi. Maumere: Penerbit Ledalero.
Razak, Yusran, (ed). 2008. Sosiologi sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran
Sosiologi Perspektif Islam. Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2004. Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Scott, John. 2011. Sosiologi: The Key Concepts. Jakarta: Rajawali Pers.
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
90
Shahab, Husein. 1995. Jilbab Menurut Al-Qur‟an Dan As-Sunnah. Bandung: Penerbit
Mizan.
Shihab, M. Quraish. 2004. Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah: Pandangan Ulama
Masa Lalu dan Cendekiawan Temporer. Jakarta: Lentera Hati.
Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Taimiyah, Syaikh Ibnu. 1994. Jilbab Dan Cadar Dalam Al-Qur‟an Dan As-Sunnah.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Upe, Ambo. 2010. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke Post
Positivistik. Jakarta: Rajawali Pers.
Jurnal dan Laporan Penelitian
Byrne, Robert A. Baron Donn. 2003. Psikologi Social. Jakarta: Erlangga.
Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Vogt, W. P. 1999. Dictionary of Statistic and Methodology: A nontechnical Guide for
the Social Sciences. London: Sage.
West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
West, Richard dan Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Sumber Internet atau Jurnal Online
Iskandar, Amalia Sofi. 2013. Konstruksi Identitas Muslimah Bercadar. Diakses dari
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/58973/Amalia%20So
fi%20Iskandar.pdf?sequence=1 pada tanggal 13 Agustus 2017.
91
Nafisah, Umi. 2016. Collective Action Komunitas Wanita Bercadar Dalam
Perubahan Sosial. Diakses dari http://digilib.uin-
suka.ac.id/21849/1/1420310014_BAB-I_IV-atau-V_DAFTARPUSTAKA.pdf
pada tanggal 01 Agustus 2017.
Novri, Mutiara Sukma. 2016. Konstruksi Makna Cadar Oleh Wanita Bercadar
Jamaah Pengajian Masjid Umar Bin Khattab Kelurahan Delima Kecamatan
Tampan Pekanbaru. JOM FISIP Vol 3 No. 1 Februari 2016. Diakses dari
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/8369/8038 pada
tanggal 06 September 2017.
Ratri, Lintang. 2011. Cadar, Media dan Identitas Perempuan Muslim. Jurnal
Universitas Diponegoro. Volume 39 no 02. Diakses dari
http:///Ejournal,undip.ac.id pada tanggal 18 Desember 2017.
Wawancara
Wawancara pribadi dengan Bagian Dakwah Kesekretariatan Masjid Blok M Square,
pada 27 Februari 2019.
Wawancara pribadi dengan Informan TRJ pada 7 April 2019.
Wawancara pribadi dengan Informan DA(1) pada 7 April 2019.
Wawancara pribadi dengan Informan D pada 9 April 2019.
Wawancara pribadi dengan Informan DA(2) pada 9 April 2019.
Wawancara pribadi dengan Informan SA pada 10 April 2019.
Wawancara pribadi dengan Informan MSG pada 10 April 2019.
Wawancara pribadi dengan Informan AP pada 10 April 2019.
Wawancara pribadi dengan Informan MMA pada 14 April 2019.
Wawancara pribadi dengan Informan L pada 14 April 2019.
92
Berita Online
http://umum.kompasiana.com/2009/09/11/misteri-di-balikwanitabercadar11494html
diunduh pada tanggal 06 September 2017.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
TRANSKRIP WAWANCARA
Hasil Wawancara 1
Nama : Tifanny Raudhatul Jannah / TRJ
Usia : 20 tahun
Lokasi : Masjid Blok M Square
Suku : Jawa Timur
Pendidikan : SMA 110 Jakarta Utara
Pekerjaan : Tenaga Pengajar Yayasan LSM Gugah Nurani Indonesia dan Private
Pendapatan : 2jt/bulan
Status : Belum Menikah
Tanggal dan waktu : 7 April 2019, Pukul 15:48
Q: Question
(Pertanyaan)
A: Answer
(jawaban) NO. DIALOG
1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?
A: Yaa kan karena kewajiban, yaudah karena udah paham kewajiban ya harus
mau kita kayak gimana ya namanya kewajiban harus.
2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti
kajian?
A: Sebelum ikut kajian jadi aku tuh ngeliat orang yang pakai cadar kayak udah
negatif aja kayak “apa sih kok ikut-ikutan demo terus” gitu. Ya pokoknya
pandangan aku agak gimana gitu ke mereka karena mungkin saat itu aku belum
paham-paham bener apa maksud mereka seperti itu. Terlalu fanatik beragama,
apaan sih kayak gitu, pokoknya negatiflah ke perempuan bercadar.
3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?
A: Kalo menurutku ya kalo kita udah pakai cadar kita konsisten, jaga aurat
bukan hanya di dunia nyata tapi juga di dunia maya, kayak misalkan banyak nih
perempuan bercadar jadi brand ambassador gitu, kalo menurutku kalo udah
niat pakai cadar ya niatin bener-bener pakai, kalo kayak gitu kan jatuhnya jadi
kalo yang beneran mau pakai cadar pun kena imbasnya, walaupun dengan dalih
memotivasi akhwat lainnya.
4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?
A: Sebenarnya sempat ada kejadian yang gak enak, posisinya tuh aku pakainya
syar’i gitu tapi kok masih diperlakuin kayak gitu sama orang, terus sampai
kayak nyari-nyari kok bisa, katanya kan manusia semua itu terlahir baik kalo
ada manusia jahat cari tau sebabnya kayak gitu kan, ya ternyata kalo menurutku
mungkin ya karena ada dalam diriku tuh yang gimana gitu ya bikin orang kayak
gimana, terus sampai akhirnya ada yang nyaranin kenapa gak coba pakai cadar
tapi belajar dulu ilmunya. Jadi udah begitu belajar tau sunnah wajib atau
hukumnya kayak gitu yaudah bismillah. Walaupun ayah belum ngizinin cuma
In Syaa Allah kalo emang udah nikah kan itu udah lain halnya baru In Syaa
Allah jadiin cadar itu wajib kalo buat sekarang sendiri aku masih pakai sunnah
karena kan ayah gak ngizinin.
5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk
memakai cadar?
A: Alhamdulillah ada, sahabat saya sendiri sama ada satu lagi teman tapi bukan
seumuran saya gitu, tapi yang paling berpengaruh ya teman. Karena kan
memakai cadar itu gak gampang kan, kayak waktu aku belum pakai cadar aja
banyak omongan-omongan gak enak nah imbasnya sekarang pakai cadar juga
ada omongan-omongan gak enak, jadi ya paling didiemin ajalah.
6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau
menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?
A: Pernah tapi aku bukan tanya ke temen, jadi aku kenal kayak yang suka ikut
kajian juga, aku panggil dia Ummu. Aku cari tau hukum cadar itu gimana, terus
dibalikin ya kalo emang mau pakai bisa kita pakai hukum wajib bisa pakai
hukum sunnah karena kan emang asal mulanya kan sunnah cuma ada juga yang
mewajibkan semua tergantung ke kitanya sendiri mau yang kayak gimana.
7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai
untuk memakai cadar?
A: Paling kayak kan ada tuh lingkungan, ditambah lagi lingkungannya emang
jarang. Di lingkungan rumah aku itu ada tiga orang yang pakai cadar dan tiga-
tiganya kena imbas omongan yang gak enak, cuma kataku yaudah lah ngapain
didengerin kan kita gak minta makan ke dia. Kalo dikucilin sama teman-teman
enggak, cuma kalo sama tetangga emang rada beda, ya kalo aku mah yaudah
biarin aja orang gak ngusik.
8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?
A: Ya karena pernah ngalamin kejadian yang gak enak itu, jadi waktu itu tuh
posisinya di busway ke arah HI, udah pakai syar’i, di situ aku cuma diem gak
banyak tingkah lah ya, terus tetap aja tiba-tiba dari belakang ada orang bapak-
bapak main meluk aku gitu aja refleks dong aku bilang “apaan sih!” aku bilang
kayak gitu kan, nah terus juga emang di tempat lain pun emang sering di
“Ssstttt... Sssssttt”, digoda-godain kayak gitu kayak mikir “apaan sih, gw kayak
gini masa digodain”
9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?
A: Sejak akhir Agustus, semenjak kejadian gak mengenakkan itu pas 17
Agustus.
10. Q:Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?
A: Alhamdulillah klo aku rasa tepat, karena kan aku pernah denger pendapat
kalo kuku aja bisa bikin laki-laki tergoda apalagi ini kita. Yang aku tau ya
perempuan itu kan dilarang eksis dengan seluruh anggota tubuhnya termasuk
mau di foto dari belakang, kukunya atau kakinya, kan laki-laki bisa dari mana
aja bisa jadiin bahan pikiran-pikiran aneh. Jadi, kalo aku karena tau pendapat
kuku aja bisa ngegoda apalagi inian kita gitu kecantikan kita gitu.
11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?
A: Dari teman, kalo kajian ikut karena sebelum hijrah pun masih pacar-pacaran
tuh dikasih tau kaya gitu kalo di kajian banyak yang pake cadar, mulai tergerak
cuman emang biasa aja gitu loh pas cari tau-cari tau tadinya pernah pakai cadar
cuman kayak ngerasain cadar itu fashion doang, nah terus awalnya kayak gitu,
terus cerita sama Ummu itu kata Ummu “dibuka dulu aja mba cadarnya, cari
tau ilmunya” yaudah aku putusin kayak gitu. Alhamdulillah cari tau, dia selalu
nerangin yaudah.
12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?
A: Pernah, tapi baru dengernya pas udah pakai cadar. Setelah ikut kajian baru
denger-denger. Aku biasanya kayak Ustadz Zainuddin al Banjary, Ustadz
Syafiq Riza Basalamah, Ustadz Khalid Basalamah, Ustadz Subhan Bawazier.
13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?
A: Yang aku denger sih ya paling tentang menutup aurat, kalo yang tema yang
lebih spesifik tentang cadar sih belum ya cuma ya itu tadi kalo dianjurkan sih
memang iya karena kan wajah seorang wania itu fitnah ya jadi kalo bisa ditutup
aja biar lebih aman dan terjaga.
14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai
cadar?
A: Ya kayak yang tadi aku bilang ada pendapat yang bilang kalo kukunya aja
bisa menimbulkan syahwat apalagi wajahnya, aku lupa itu hadits apa pokoknya
kan ada empat imam yang bilang cadar itu sunnah tapi ada juga yang bilang
kalo muka itu termasuk aurat.
15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di
Timur Tengah?
A: Kalo menurut aku pribadi beda sih, kalo di Arab mungkin jadiin cadar itu
bener-bener kebutuhan, kalo di Indonesia kan tau sendiri kayak gimana. Ya
lebih beralih ke arah fashion sih kalo menurut aku ya, jadi bercadar itu bukan
lagi suatu bentuk ketaatan, soalnya kalo emang udah bercadar berarti
konsekuensi buat nurutin semua yang emang dilarang, kalo masih upload foto
ya terus itu belum mantap dong.
16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?
A: Kalo stigma pasti ada lah ya tapi aku biarinin aja sih ga mau denger apa kata
orang lain yang penting kalo menurut kita ini udah yang terbaik ya jalanin aja
terus.
17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar
anda?
A: Teman-teman yang beda juga pada ngejauh, yaudah ngejauh. Ya emang kan
katanya semakin kita dewasa lingkaran pertemanan kita semakin kecil kan,
semakin sedikit tapi berkualitas dan makin bermutu semua ya kan, gak cuma
sekedar teman yang cerita ini itu. Kalo aku yaudah biarin aja gak ada
pengaruhnya, intinya alhamdulillah ya dia ngertiin sahabat-sahabatku.
18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?
A: Sama ayah beda pendapat karena ayahku itu Jawanya tulen masih percaya
kayak gitu-gituan, emang banyak banget pertentangan. Selalu negatif dengan
perempuan bercadar bahkan dengan kajian sunnah pun masih negatif. Jadi ya
mau gak mau disesuaikan kan. Alhamdulillah kalo mamih selagi gak yang
aneh-aneh ya gapapa.Ya yaudah biarin aja orang mau bilang apa diemin aja ntar
juga capek berhenti sendiri. Gak mau ambil pusing.
19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?
A: Sering dicemooh orang, cuman paling kadang suka ya gimana ya nanggepin
omongan-omongan kasar ya kadang kalo lagi cengeng nangis cuman kadang
yaudah lah gausah dengerin omongan kayak gitu. Lebih ke arah cemooh-
cemoohan orang sih, sama paling stigma-stigma perempuan bercadar suka
demo udah karena kan staff di yayasan itu ada yang Kristen juga non Islam, dia
tuh takut dengan perempuan bercadar, bener-bener sampai di kereta pun dia
naik commuterline ya ada perempuan bercadar dia berdiri bangun karena
katanya takut, tapi setelah aku jelasin pelan-pelan gini-gini. Ya alhamdulilah
sih, akhirnya itu yang non Islam itu malah salah satu di antara mereka suka ikut
kajian di Astra tapi belum pakai hijab kan dia masih Kristen, bahkan emang
sering sharing-sharing agama. Kalo di kerjaan sih alhamdulillah gak ada
masalah, cuma kalo ketemu orang staff kan banyak ikhwan tuh nyosor aja gitu
loh kalo salaman, mau kita kayak gini (menolak bersentuhan) pun tetep cuma
aku bilang maaf tolong toleransinya kayak gitu.
Hasil Wawancara 2
Nama : Dea Ardian / DA(1)
Usia : 20 tahun
Lokasi : Masjid Blok M Square
Suku : Minang
Pendidikan : SMA 5 Sumatera Selatan
Pekerjaan : Tenaga Pengajar di PAUD Bimba AIUEO Tanah Kusir
Pendapatan : 1,9 jt/bulan
Status : Belum Menikah
Tanggal dan waktu : 7 April 2019, Pukul 17:19
Q: Question
(Pertanyaan)
A: Answer
(jawaban) NO. DIALOG
1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?
A: Kewajiban karena selain kewajiban kan itu memang salah satu bukti kita taat
sama Allah In Syaa Allah, terus menjaga diri juga orang tua cowok itu kan kalo
kita ga berjilbab dosanya semakin kita keluar rumah semakin mendekatkan
beliau ke neraka kan itu sih salah satu faktornya kenapa aku berjilbab gitu.
2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti
kajian?
A: Kalo sebelumnya karena kan aku awam ya jadi aku ga ngerti tuh kewajiban
apa sih pakai cadar itu enggak gitu kan, sama sekali gak ngerti. Gak gak sama
kepikiran juga pengen bercadar jadi yaudah terserah gitu kan. Pertama kali liat
itu kayak seneng aja gak ngerasa serem atau aneh, ada rasa penasaran juga kok
mereka pakaiannya seperti itu ya gitu, dan karena rasa penasaran itu akhirnya
tertarik dan coba-coba pake kan gitu.
3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?
A: Setelah ngaji ikut kajian, menurut aku gimana ya, cadar itu sesuatu yang
berat, maksud aku berat buat dijalanin gitu kan karena kita sendiri kalo kita
mempunyai suatu kelebihan itu sulit buat nutup kayak pengen terus diliat
pengen diliat gitu cuman melawan nafsu dalam dirinya itu yang susah itu sih
aku memahaminya, jadi cadar itu masih sampai sekarang pun ngambang aja di
aku belum bener-bener tertanam “oh iya harus cadaran, oh ya harus begitu” gitu
sih. Jujur aku pun belum istiqomah, belum terlalu istiqomah dalam bercadar
event sampai sekarang pun kan tapi bismillah gitu sih, baru sebulanan ini deh
bismillah untuk istiqomah.
4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?
A: Hmm gak ada yang spesial sih kalo aku mah, karena waktu itu gatau sih
bukan suatu hal yang menarik kali ya kayak mampir ke toko baju muslimah
gitu kan, pasti mereka jualan cadar kan terbesit “lucu deh kayaknya pakai
cadar”, saat itu aku umur 18 masuk 19 tahun tuh akhirnya aku coba aja di situ
kan terus kayak manusiawi “cantik deh ya” yaudah “berapa bang?” yaudah beli,
dari situ kayak emang sih efeknya tuh kayak cowok-cowok pada kalo biasanya
dia nabrak-nabrak aja kalo jalan kan risih ya, itu kayak minggir dan itu ehmm
Maa Syaa Allah ya ternyata kalo pakai cadar itu sempet beberapa bulan tuh
pakai cadar dan itu belum istiqomah. Aku ga suka pakai masker karena menurut
aku pengap aja kalo pakai masker mending kalo menurut aku, aku tuh sukanya
orang yang all out aja gitu loh jadi yaudah gausah setengah-setengah gitu, tapi
aku bener-bener harus ngumpulin niatnya dan niatnya gak boleh setengah-
setengah juga kalo aku pengen ngelakuin sesuatu hal gitu , orang kan mungkin
dia Maa Syaa Allah ya kita ga memungkiri orang yang mau pakai cadar terus
dia pake masker dulu berproses gitu nah kalo aku tipikal orang yang pengennya
tuh langsung tapi niat aku juga harus langsung gitu dan itu susah ngumpulin
niat, jujur itu susah.
5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk
memakai cadar?
A: Alhamdulillah itu kemudahan dari Allah dari temen-temen pastinya kan,
banyak semakin kita meminta nasehat semakin banyak In Syaa Allah karena
mereka sayang sama kita karena Allah kan jadi diomongin “ayo Dea cadaran,
kita itu kan fitnah” gitu kan “kita fitnah dan kita berada di zaman fitnah, ayo
cadaran” gitu kan, dan banyaklah embel-embel duniawinya yang kayak “kamu
kan ini, kamu kan itu, jadi haruslah dijaga” jadi oh yaudah.
6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau
menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?
A: Ada nanya cuma aku lupa sama siapa Ya Allah, pasti nanya rasanya gimana,
terus kayak di lingkungan diterima gak, terus kayak susah gak nyari kerja gitu.
Mereka sih alhamdulillah niatnya karena Allah jadi ya jawabnya enteng aja
yaudah coba aja dulu, In Syaa Allah kalo karena Allah mah dimudahin aja kok
de jalannya kayak gini-gini. Sebagai manusia juga gak langsung nyari gak
langsung kayak “oh yaudah yaudah bener ya kata temen gw, oh yaudah bener
ya gini gini gini” enggak, aku kayak “udahlah nanti banyak kok yang udah Maa
Syaa Allah agamanya tapi belum bercadar gitu kan yaudah nanti ajalah, belum
menyadari segitu pentingnya cadar sih belum.
7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai
untuk memakai cadar?
A: Banyak, rata-rata itu faktor duniawi kayak takut ga menarik lagi gitu kan,
terus gimana nih dapet jodohnya gitu, tapi karena itu tadi kalo niat kita udah
bener-bener bismillahirrahmanirrahim aja tapi karena aku itu ngumpulin
niatnya lumayan lama makanya muncul pertimbangan seperti itu.
8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?
A: Karena banyak orang yang bilang kalo aku ini fitnah, jadi kenapa ga ditutup
gitu, dan ga perlu banyak mikir lagi niatin aja semuanya ini karena Allah.
9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?
A: Alhamdulillah sejak sebulan yang lalu.
10. Q:Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?
A: In Syaa Allah tepat sih ya. Karena para sahabat aja melakukan yang sunnah
itu seperti yang wajib dan melakukan yang makruh aja seperti sesuatu yang
dibenci gitu. Jadi kenapa kita gak mengikuti para salaf.
11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?
A: Dari temen-temen kajian, ngeliat semua udah pake cadar itu kayak gimana
gitu. Kenalan, ngobrol, nyambung, sama-sama menuntut ilmu dan sering
ketemu kalo kajian bareng ketemuan di sini gitu.
12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?
A: Ehmm, tapi kalo untuk kajian khususnya belum tapi kalo disela-sela kajian
ada yang bertanya tentang cadar sih ada ya, pernah denger.
13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?
A: Kalo semua Ustadz Ahlussunnah biasanya mereka punya rasa kecemburuan
yang tinggi gitu kan terhadap istrinya terus terhadap wanita tuh mereka
memuliakan dan mereka pasti ingin menundukkan pandangan, nah jadi kayak
“istri antum tuh cantik cadarin aja” gitu kan itu bisa jadi fitnah, itu sih sebagian
Ustadz yang salaf pasti mereka punya rasa untuk menjaga perempuan sangat
tinggi dan menjaga perempuan-perempuan yang mereka miliki kayak istri atau
anak itu tinggi banget dan pasti nyuruh buat bercadar gitu.
14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai
cadar?
A: Kalo menurut aku sih hukum cadar itu sunnah kan, ada 4 imam mazhab
yang bilang kalo pake cadar itu sunnah dan ada juga yang wajib. Tapi kita kan
gaboleh terlalu fanatik terhadap mazhab itu kan karena kita itu harus balik lagi
ke al Qur’an dan as Sunnah.
15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di
Timur Tengah?
A: Gak ada sih ya sama aja, cuma di Indonesia mungkin karena baru, booming-
nya kan baru ya jadi akhwat yang bercadar banyak yang masih suka foto, kalo
yang di Arab kan alhamdulillah sih ya karena mereka dimudahin tinggal di sana
dan mengenal sunnahnya di situ jadi mereka lebih menutup diri juga sih.
16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?
A: Aku ga pernah dengerin stigma-stigma mereka mungkin tapi ada kali ya,
tapi alhamdulillah sih ya karena aku tuh ke Jakarta langsung dipertemukan
berteman dengan orang yang bercadar, jadi aku ga sempet lagi bergaul sama
anak-anak gaul Jakarta. Jalan hijrahku itu dimudahkan sekali sama Allah gitu.
17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar
anda?
A: Kalo dari temen mereka sih terbuka ya, karena kan mereka udah duluan pake
cadar.
18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?
A: Kalo dari keluarga dari Tanteku yang tempat tinggal aku sekarang mereka
itu berpikiran selama itu baik untuk kamu lakuin, selama itu membuat ada
perubahan yang positif ya gapapa gitu, Maa Syaa Allah sih orang tua seneng
kalo anaknya dulu dari yang terbuka jadi lebih tertutup, dulu aku berjilbab tapi
yang enggak semenutup ini.
19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?
A: Sebenernya dari diri aku sendiri sih, kayak mau ke mall masih terbesit pake
cadar ga yah, nanti takut diliatin, diperhatiin sama orang lain, kalo dari
lingkungan kayaknya engga ada dan tempat kerja sih alhamdulillah lebih
ngertiin kalo itu udah jadi prinsip yang aku ambil ya gapapa, asal aku ngajarnya
bagus.
Hasil Wawancara 3
Nama : Devi / D
Usia : 25 tahun
Lokasi : Masjid Blok M Square
Suku : Jawa
Pendidikan : S1 Kesehatan Masyarakat UNDIP
Pekerjaan : Swasta (Bisnis Online Pakaian Muslim dan Mainan Anak)
Pendapatan : >10 jt/bulan
Status : Menikah
Tanggal dan waktu : 9 April 2019, Pukul 13:20
Q: Question
(Pertanyaan)
A: Answer
(jawaban) NO. DIALOG
1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?
A: Kebetulan kalo jilbab itu saya dari kelas 2 SMA, waktu itu saya kan SMA-
nya di negeri kebetulan negeri yang unggulan, jadi sedikit sekali yang pake
jilbab, gatau kenapa saya tuh di situ satu kelas cuma dua orang yang anak baru
dua orang yang pake jilbab terus saya pengen gitu rasanya saya risih gitu kalo
pake baju pendek-pendek padahal kebetulan saya dulu itu dari ehmm kecil
kebetulan keluarga saya kan macem-macem agamanya, saya juga suka ke
gereja dulunya, pokoknya banyaklah cerita kayak gitu, jadi kalo alasannya
kenapa memang dari diri sendiri tuh agak risih gitu loh emang pengen menutup,
kebetulan saya juga ehmm gak pernah pacaran sebelum menikah tapi
sebenernya gak pernah pacarannya itu bukan karena saya dulunya itu tau ilmu
kalo dosa atau apa-apa, tapi gak pernahanya itu kayak ehmm males gitu, jadi
emang dari diri sendiri aja sih.
2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti
kajian?
A: Nah ini sebenernya tuh panjang sekali kenapa saya memutuskan pake niqab,
2016 saya itu pergi ke luar negeri kebetulan sendirian acara kampus, memang
waktu itu saya itu berdo’anya “Ya Allah, saya ini baru pertama kali pergi
langsung jauh sekali ke Eropa, gak ada temen” dulu saya mikir gak tau kalo
pergi sendirian cewek itu safar sendirian memang kurang bagus, tapi saya
memang niatnya itu selain memang presentasi saya pengen bisa mendapat ilmu,
ilmu yang ini sih kayak apa yah merubah saya lebih baik, taunya di sana saya
sebagai minoritas apa-apa banyak sih hal-hal yang memang itu saya ngerasa
ditolong Allah sekali, terus suatu kejadian saya tuh lihat salah satu laki-laki di
sana ehmm kayak kurang enak gitu melihatnya ke saya, maksudnya tuh kayak
dia nyadarin oh ini ya, emang ga enak gitu kayaknya emang udah pengen
menutup pokoknya dari cerita-cerita itu saya ngerasa saya sering ditolong Allah
terus dari cerita-cerita tentang ehmm apa ya memang kisah pribadi saya dengan
laki-laki kayaknya kok gak enak ya kalo dipandangin pokoknya risih gitu
diliatin terus gitu, ehmm saya SMA pake segiempat biasa, terus kuliah syar’i
pokoknya saya itu kalo ilmu agama masih minim ya masih belajar tapi kenapa
alasannya saya pake syar’i itu pertama dari saya tuh ngerasa risih dulu gitu,
terus baru deh ilmunya datang gitu kan.
Kalo dulu emang agak serem sebenernya mungkin beberapa tahun yang lalu,
karena kan cadarnya masih item-item kalo sekarang kan udah macem-macem
warna-warni jadi gak terlalu takut sih. Kalo dulu emang lumayan ya kayak
kaget aja, tapi ga nganggep “oh ini teroris” gak sih biasa aja. Justru pertama kali
itu saya lihat sih ini yah di luar negeri juga, kebetulan waktu umrah jadi kan
setelah saya pergi ke Eropa itu setahun kemudian saya umrah, waktu umrah itu
kebetulan saya juga menyendiri gitu kan gak sama rombongan, gak tau ya
kayak rasanya tuh dideketin orang-orang dia bener-bener pake niqab gitu saya
gak bisa bahasanya cuma ya apa saya ngerasanya ya kok ini ya orang-orang ini
kok enak gitu pake kayaknya emang udah panggilan Allah sih saya didatengin
orang-orang seperti itu, sebenernya saya juga waktu kuliah pernah ada ikut
acara di lingkungan anak-anak hafidz padahal saya ini gak hafidz, kan malu
gitu kan, disuruh jadi perwakilan padahal saya gak hafidz nah di situ ternyata
orang-orang itu yang cewek-cewek pake niqab, jadi kayaknya memang dari
Allah datengin orang-orang lingkungan seperti itu, jadi kayak tanda-tanda gitu
kayaknya memang ini saya harus berniqab gitu memang dari diri ya awalnya.
3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?
A: Kalo pemahamannya, kalo saya sendiri sih ketenangan lebih enak memakai
cadar walaupun saya juga masih belajar sih belum sempurna, lebih tenang aja.
4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?
A: Kalo prosesnya ya pelan-pelan, gak bisa langsung menutup gitu kan pelan-
pelan sih, awalnya pake masker tapi gak lama sih kalo masker, memang kalo
masker kan kalo saya sendiri lebih baik mending beli cadar tali dibanding
masker, kalo masker itu ya gapapa cuma pandangan saya sendiri kadang kayak
orang sakit gitu mending sekalian cadar tali gitu.
5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk
memakai cadar?
A: Pengaruh dari suami itu gak ada sih, saya mulai pake cadar itu setelah nikah,
minta izin gimana kalo pake cadar gitu memperbolehkan sekali malah seneng
sekali. Ehmm dari keluarga kebetulan belum ada yang pake cadar, temen deket
gak ada yang pake cadar, pokoknya itu saya tuh sebenernya lingkungannya
beragam, pernah juga ikut acara misal pendanaan dari Amerika gitu-gitu nah
kebetulan saya yang pake hijab besar sendiri ya gak besar sih maksudnya
tertutup gitu jadi kayak rasanya tuh salah lingkungan gitu kayak ehmm gimana
ya, ya pokoknya beraneka ragam temen tapi kemudian saya memutuskan yang
berbeda gitu, ya memang sih saya ngerasa setelah berniqab itu semuanya tuh
kayak beda sekali gitu, tapi saya sih ambil ininya aja sih In Syaa Allah ini yang
terbaik gitu.
6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau
menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?
A: Ehmm itu, waktu itu pernah sekamar sama yang acara anak-anak hafidz itu
sekamar sama ya itu ukhtinya itu pake cadar kebetulan berarti dia kakak tingkat
saya itu, yaudah nanya-nanya gimana sih rasanya, terus kamu awalnya gimana,
kok kenapa pake cadar gitu aja, tapi dulu belum kepikiran mau pake cadar cuma
sebatas nanya.
7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai
untuk memakai cadar?
A: Kalo takut dijauhin sih engga, kebetulan setelah kuliah saya ketemu kawan
saya, dia gak tau nih dulunya saya kayak gimana setelah saya bercadar memang
memutuskan banyak ini sih pergaulan sama temen-temen cowok, dulu kan saya
orangnya kumpul itu banyak sekali kawan cowok cewek macem-macemlah
pokoknya, suatu ketika ketemu temen saya “gimana kamu takut ga aku bercadar
kayak ini” katanya gak sih biasa aja, alhamdulillah paling yah kalo kaget sih.
8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?
A: Yang membuat semakin memantapkan diri ya itu proses dari 2016 bener-
bener ditolong Allah waktu kepepet itu di luar negeri sendiri, bener-bener kalo
dibayangin itu ga mungkin kamu tuh selamet gitu loh ibaratnya, kamu sendiri
terus ini ini gaenaklah, ceritanya banyak macem-macem. Pokoknya itu proses
banyak lah, ya pernah sih ditolong orang pokoknya saya ini ngerasa ditolong
Allah banget-banget gitu, misal apa yang saya inginkan kayaknya Allah kasih,
terus waktu saya emang butuh pertolongan itu saya ngerasa Allah tolong, kalo
secara nalar kayak gak mungkin gitu.
9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?
A: Sejak 2018, bulannya saya lupa pokoknya belum ada setahun.
10. Q: Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?
A: Alhamdulillah sih udah karena dari yang pas saya safar sendirian itu ke
Eropa dan suka risih kalo dipandangi orang lain jadi In Syaa Allah sudah tepat
sih.
11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?
A: Saya belajar sendiri sih maksudnya dari youtube, kebetulan orang tua saya
itu mualaf jadi emang belajar proses sendiri.
12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?
A: Itu sih dengerin Ustadz Khalid, tapi gak menyuruh untuk bercadar tapi
menutup aurat.
13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?
A: Yang saya inget sih seperti istri Rasul terus ehmm apa ya emang sih ga
wajib, bagi orang tertentu sih wajib tapi kalo yang saya alami sendiri kan setiap
pribadi orang kan beda-beda, kayaknya saya ngerasa memang ada wajibnya
begitu.
14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai
cadar?
A: Ya itu kan ada bilang yang berdasarkan mazhab ada yang wajib ada yang
sunnah gitu, kalo saya kembalikan lagi sih tergantung posisi kamu gitu.
15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di
Timur Tengah?
A: Kalo di Arab itu kan memang dia dari pemerintahnya disuruh menutup,
entah itu kamu misalnya maaf ya wanita malam, tapi kalo kamu mw pergi atau
apa kan disuruh pake, tapi kalo malem kamu ehmm apa namanya keluar ke
club-club gitu kan dibuka, jadi emang di sana kan disuruh bukan dari diri
kitanya sendiri kalo di Indonesia kebetulan ehmm niatnya mungkin yah bukan
dari pemerintahnya yang mewajibkan kamu pake, kalo di Arab kan wajib kan
disuruh pake, terus ada lagi kalo kamu ke Dubai biasanya kalo dari misal
Mekkah nih orang-orangnya bercadar tapi mungkin maaf ya wanitanya lebih
kayak yang hanya cuma dipake aja gak ada batinnya paling nanti ke Dubai buka
pakai ya gitu bedalah. Tapi beda lagi yang sangat di khususkan itu di Tarim, di
Tarim itu Maa Syaa Allah wanita-wanitanya memang kita condongnya ke sana
sih lebihnya yah, untuk karena memang orangnya culture-nya, gimana
memuliakan wanita di sana dan orang-orang wanitanya gimana, imagenya
gimana itu setau saya.
16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?
A: Kalo yang saya rasain kalo di Jakarta udah banyak, paling kalo kita masih di
tempat yang sedikit nah paling orang tuh ngeliatin, kalo awal-awal mungkin di
kira ehmm apa namanya kayak ekstrim gitu ya, terus pernah sih waktu di pusat
pembelanjaan shalat gitu ada ibu-ibu lah muslim soalnya lg di tempat wudhu
gitu, ibu-ibu itu menurut saya ibu-ibu hedon itu kayak ngomong gitu loh kayak
“gausah kayak gitu kali terlalu ekstrim” dia ngomong bgtu ke aku karena pada
saat itu cuma ada aku kok sepi.
Sebenernya tergantung kita sih mau pake cadar atau enggak pake ya tapi kalo
kitanya sendiri ke sosial nunjukin yang enggak bagus ya pasti dibilang gak
bagus, kalo menurut saya sih tergantung bagaimana show up kamu kepada
orang lain meskipun mereka ga kenal ke kita kalo emang dia agak gak suka ke
perempuan bercadar pasti tanggepannya berbeda yaudah biarin paling di
senyumin aja sambil nunduk.
17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar
anda?
A: Biasa aja sih paling ya, karena saya gak terlalu memperdulikan gak tau gitu
kan ga harus kita meminta pendapat orang untuk diri sendiri ya yang pasti kamu
nyamannya gimana, menurut kamu gimana yaudah lakukan, gak terlalu
memperdulikan omongan orang.
18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?
A: Nah itu juga pelan-pelan soalnya orang tua saya kayaknya cenderungnya
masih tahap belajar pengenalan agama jadi ya pelan-pelan kasih tau, awalnya
ya pasti dilarang tapi ya itu balik lagi sih kalo kamu mungkin dengan cadarmu
itu ibaratnya tetap sama ya gapapa.
19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?
A: Kalo kendala lainnya mungkin paling kalo ke tempat umum pas panas
ngerasanya panas aja tapi gak terus sih antisipasinya paling cari kain yang
bahannya adem gitu tapi kalo yang lain-lain enggak ya, kalo di Jakarta sini
menurut saya udah banyak orang yang bercadar ya jadi orang gak terlalu kaget
mau ke mall yang ini gak terlalu kaget. Kalo manfaat lainnya ya gak tau sih,
orang tuh kayak lebih percaya ke kita misal nih saya gak kenal sama dia tapi
disuruh jagain tasnya kayak dia terlalu berpikir positif kali ya, saya berpikir apa
gak takut saya curi gitu kan, jadi kayak ngerasa orang-orang tertentu sih
rasanya kita itu nih jujur gitu.
Hasil Wawancara 4
Nama : Dela Anam / DA(2)
Usia : 24 tahun
Lokasi : Masjid Blok M Square
Suku : Minang
Pendidikan : S1 Sastra Jepang Universitas Dharma Persada Jakarta Timur
Pekerjaan : Tenaga Pengajar di SMP Dharma Patria Bekasi
Pendapatan : 2 jt/bulan
Status : Belum Menikah
Tanggal dan waktu : 9 April 2019, Pukul 16:10
Q: Question
(Pertanyaan)
A: Answer
(jawaban) NO. DIALOG
1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?
A: Pertama sih karena wajib kan, selain wajib pake pendek tuh awalnya ribet
lebih nyaman pake yang panjang, kalo panjang kan langsung dan jauh lebih
terjaga. Kan ada tuh di surat tentang jilbab tuh QS. Ahzab:59.
2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti
kajian?
A: Sama sekali ga berpikiran yang negatif paling terbesit bilang dia pasti orang
Arab, tipikal yang gak mau tau urusan orang sih. Maa Syaa Allah, karena kan
pertama kali melihatnya tuh kayak mereka udah punya ilmu lebih banyak pasti
kan.
3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?
A: Makna cadar bagi diri sendiri itu sesuatu yang berharga buat pribadi, yang
bisa mengontrol dan menjaga hawa nafsuku, karena dengan memakai cadar
mau gak mau kita harus jaga sikap dan itu ngaruh sih ke perilaku pribadi,
walaupun gak 100% tapi itu untuk mengontrol diri aku sendiri.
4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?
A: Simple aja ya, awalnya pake cadar karena ada komunitas yang kalo kita
kumpul bareng itu pake cadar, cuma gak wajib, terus aku ikutan pake cadar.
Tapi belum rutin pake cadar cuma pada saat ikut di situ aja baru pake cadar,
dalam keseharian masih belum pake, pada suatu hari pas ada kuliah hari sabtu
mau ke kampus, karena gak sempet pulang dan ganti kerudung yang lebih
pendek jadi ya langsung aja ke kampus pake cadar.
5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk
memakai cadar?
A: Pada saat itu sih gak ada, karena pengen aja gitu ikutin istri Nabi pada saat
itu yang cantik aja ditutupin gitu. Kalau dari yang lain sih gak ada kayaknya,
dari keinginan diri sendiri aja sih, In Syaa Allah.
6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau
menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?
A: Gak, karena bagi saya pribadi kalo ga ngerasain sendiri, kalo denger dari
cerita orang agak gak percaya gitu, kan setiap pandangan orang berbeda, jadi ya
saya lebih milih ngerasain sendiri, saya coba sendiri.
7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai
untuk memakai cadar?
A: Orang tua awalnya gak boleh, tapi aku anaknya keras kepala, terus aja jalan
pake cadar, tapi alhamdulillah sekarang menerima, intinya yakin aja ke Allah,
kalau pertimbangan saat ngajar di sekolah saya kan umum paling kalau di
sekolah itu tidak saya pakai cadarnya, saya lepas, tapi tetap pakai baju gamis
seperti itu masih di perbolehkan.
8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?
A: Balik lagi ke awal, kan udah jadi sunnahtullah juga tadi, motivasiin diri
sendiri juga agar tetap terjaga.
9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?
A: Mulai belajar itu akhir 2016, dan sampai sekarang.
10. Q: Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?
A: In Syaa Allah tepat.
11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?
A: Dari komunitas daerah Jakarta Pusat di Istiqlal, kalau di Masjid Blok M ini
sih dulu cuma sebentar aja.
12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?
A: Pernah, tapi saya lupa di mananya gak inget. Tapi pernah ada, seperti Ustadz
Yazid juga pernah memberi tahu tentang cadar tapi di mananya saya lupa,
banyak sih Ustadz-ustadz yang memberi tahu tentang bercadar, jamaah nanya
tentang cadar jadi Ustadznya menjelaskan.
13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?
A: Intinya, kan ada banyak akhwat mendingan cadarnya di buka aja karna
lingkungan nya kan masih banyak yang belum tau di masjid ini. Kalau CCTV
gak terlalu gimana sih, karna jauh juga kan jadi gak kaku banget.
14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai
cadar?
A: Dalil yang memutuskan sih ada 4 madzhab, Syafii, Hambali, Hanafi sama
satu lagi Maliki. Itu aja yang saya tahu sih.
15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di
Timur Tengah?
A: Saya sebenernya kurang tau sih yang di Arab itu kaya gimana, tapi kalo di
sana sih kayak udah jadi sebuah aturan dari pemerintah disana.
16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?
A: Paling sih kayak lingkungan keluarga, sosial sih kaget sih gitu.
17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar
anda?
A: Pandangan orang melihat kita seperti apa ya jadi kitanya jangan mudah
baper (bawa perasaan), terus juga jangan terlalu memikirkan apa yang menjadi
omongan orang, karena mereka gak tau apa yang ada di hati kita, kita jangan
menutup diri harus sosialisasi harus bersikap ramah, kalo misalkan gak ada
ikhwan cadar dibuka aja biar mereka tahu wajah kita, ekspresi kita ketika
berinteraksi, gak usah kaku sih biasa aja kalau ada orang yang gak ngerti.
18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?
A: Pandangan keluarga pertama kali ya kaget tapi beri pengertian aja karena
mereka belum tau dan paham tapi pada akhirnya mereka menerima, kalau
masih ada lingkungan keluarga, keluarga inti atau besar tetap dibuka cadarnya
sih, kecuali keluar rumah.
19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?
A: Alhamdulillah selama ini sih di mudahkan. In Syaa Allah kan karena niatnya
baik karena Allah.
Hasil Wawancara 5
Nama : Santi Arifani / SA
Usia : 33 tahun
Lokasi : Masjid Blok M Square
Suku : Betawi
Pendidikan : S1 Sekretaris di ASMI
Pekerjaan : IRT
Pendapatan : -
Status : Menikah
Tanggal dan waktu : 10 April 2019, Pukul 16:45
Q: Question
(Pertanyaan)
A: Answer
(jawaban) NO. DIALOG
1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?
A: Alasannya untuk menjaga aja sih menjaga pandangan khususnya badan ya
karena biar gak fitnah buat laki-laki kayak gitu dan emang udah kewajiban
seorang muslimah memang harus menutup auratnya dan di situ udah tercantum
kan di dalam al Qur’an kalo wanita eh muslimah harus menutup auratnya,
kecuali muka dan telapak tangan.
2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti
kajian?
A: Jadi aku tuh gimana ya liat yang cadaran dulu tuh agak negatif dan ribet
banget pokoknya, ga ada pikiran sama sekali buat pake kayak gitu juga, tapi
gak tau kenapa makin ke sini lama-lama aku perhatiin oh ternyata mereka gak
seperti yang aku kira, di situ aku juga udah mulai seneng liat orang yang pake
pakaian syar’i karena awalnya kan aku liat dari fashion dulu ya mulai
tertariknya gitu. Tadinya tuh aku ngeliat wanita bercadar, “ihh apa sih” gitu
makan ribet banget udah gendong anak haduuuuh risih banget udah bajunya
gelap-gelap dan sampai aku pun nyinyir-nyinyirin mereka gitu, “ih teroris” apa
gitu dan gatau kenapa ya itulah mulut itu makanya kita gak boleh ya berucap
pasti bakalan kemakan sama kita.
3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?
A: Sebenernya cadar itu hukumnya sunnah, kan ada beberapa mazhab, 4
mazhab yang bilang bahwa ada yang wajib dan ada yang sunnah, tapi
kebanyakan sunnah tapi ehmm jika kita meyakini buat kita pribadi ya cadar itu
menjadi wajib buat kita yaudah itu jadi kewajiban, tapi kalo kita menganggap
buat diri kita itu sunnah yaudah lepas tutup itu pun gak masalah karena gak
akan berdosa juga gitu lepas tutup cadar kayak gitu, mungkin buat ukhti-ukhti
yang masih belum berani memakai cadar ya mungkin bisa disiasati dengan pake
masker kayak gitu sih kalo emang belum berani kayak gitu karena kita mau
pake cadar harus satu siap mental, niat juga sih walaupun mau buka tutup juga
gak masalah di depan keluarga di mana pun kondisinya mungkin saat kajian aja
pake cadar ya gak masalah juga gitu kan kembali ke diri kita diniatinnya kayak
gimana gitu, kalo aku memang sudah diniatkannya jadi wajib buat diri aku ya,
ya kecuali di depan keluarga inti ya kayak abang kan mahram ya, kakak-kakak
aku gapapa kecuali ipar, pokoknya kalo keluarga inti sih.
4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?
A: Awalnya aku itu pakai jilbab itu dari tahun 2008 itu masih jilbab-jilbab biasa
ya kan, mulai hijrah itu ketika tahun 2016 karena di saat aku memakai
sebenernya awal-awal aku mau pakai hijrah dengan memakai pakaian seperti
syar’i sekarang khususnya juga cadar tadinya sih gak kepikiran gada minat
sama sekali gatau kenapa ya mungkin itulah yang dinamakan hidayah, karena
dari perjalanan setiap orang mempunyai perjalanan kehidupan punya masa lalu
punya ya segala lika-liku kayaknya merasa jenuh gitu ya. Hmm dulu-dulu saya
pemikirannya lebih ke duniawi apa-apa karena saya kerja gitu yang sering ke
luar negeri yang lebih ke duniawi ga pernah mikirin yang namanya agama
mungkin bisa dibilang shalat aja tuh jarang, bolong-bolong gitu. Gatau kenapa,
di saat itu ada titik bener-bener aku tuh kok ngerasa jenuh kok hidup aku kok
capek hidup aku kok gini-gini aja, uang punya, materi punya tapi kok aku
ngerasa kayaknya gada yang agama tuh buat aku kayaknya jauh gitu dan suatu
ketika aku berusaha mendekatkan diri, aku shalat, tahajud, berusaha semuanya
jalanin itu puasa senin-kamis berusaha walaupun sebenernya tuh ga pengen tapi
aku pengen pasti ada yang salah dalam hidup aku gitu, masalahnya aku mikir
gini rezeki aku lancar apapun lancar tapi kalo agama kayak aku kadang suka
gimana ya ngeliat orang-orang yang pernah gitu ya terlintas gitu ngeliat orang-
orang yang pakai pakaian syar’i seneng gitu, nah seneng aja kayaknya bajunya
bagus gitu ya event dia cuma pakai bajunya yang warna-warni masih tabarruj
tapi aku seneng tapi aku ga kepikiran tiba-tiba di saat titik jenuh itu aku
berusaha mendekatkan diri aku curhat sama Allah memohon gitu ya, aku gatau
itu yang namanya dikasih hidayah tiba-tiba aku tuh shalat maghrib aku sambil
pegang tafsir kalo tafsir itu kan ada terjemahannya ya tapi kan tebel banget
segini dan aku gatau sambil dengan kondisi mata aku tuh merem tiba-tiba aku
buka tengah-tengah aku tunjuk, ini posisi mata aku merem aku tunjuk keluarlah
surat al Ahzab “ulurkanlah jilbabmu...” kayak aku tuh bener-bener nangis aku
tuh kayak ngerasa “hahhh...” aku tuh tersadar dari situ ternyata bener ya kalo
wanita tuh harus mengulurkan jilbabnya tuh ada di al Qur’an itu apa ya
bukannya aku hoax ya itu tuh nyata aku real ngalamin itu aku nangis dan bener-
bener dan nah sejak kejadian itu aku kayak ngerasa dikasih petunjuk, “oh
berarti bener selama ini ya” gitu kayak gini, dulu-dulu aku tuh gak pernah buka
al Qur’an pas aku dikasih petunjuk seperti itu langsung terlintas aku mulai aku
berubah dari yang tadinya jilbab biasa masih pakai celana, kemudian beralih ke
pakaian dan jilbab syar’i kemudian pelan-pelan memakai cadar dan
alhamdulillah sampai saat ini.
5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk
memakai cadar?
A: Sebenernya motivasi itu datangnya dari diri aku sendiri sih untuk pake
cadar, mungkin setelah ikut kajian dan bertemu dengan teman-teman lain yang
juga pake cadar juga itu yang bikin akhirnya terus berlanjut sampai sekarang
ini.
6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau
menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?
A: Jadi aku tuh tiba-tiba nyari kajian sendiri padahal aku ga ngerti bahwa
kajian-kajian itu apa sebenernya cuma awalnya aku liat instagram apa sih
tentang ini aku liat kajian, aku ga paham yang namanya kajian-kajian sunnah
itu apa, tiba-tiba aku nanya cari tau sama orang apa sih kajian eh dikasih tau lah
sama temen “tuh di Blok M banyak kajian” gitu, eh datenglah kesini aku sendiri
dengan kondisi aku masih pakaian gamis-gamis biasalah pas dateng kesini “ihh
kok hitam-hitam semua” kayak aku ngerasa tuh ini apaan sih gitu, kok
kelompok-kelompok, aku mengamati semua orang-orang, aku kan tipikal orang
yang senang mengamati aku perhatiin ini ngapain orang ini ngapain sampai di
kamar mandi aku liatin “ihh ini pake cadar maksudnya apa tujuannya apa” aku
masih ga paham tuh masih ga paham, lama-lama yah itulah berjalan aku kenal
teman dari tempat majelis ilmu ini kenal satu-satu lama-lama semakin banyak
temannya gitu kan semakin banyak semakin banyak semakin banyak dari situ
aku mulai berubah berganti karakter yang tadinya berpakaian tabarruj dan
semakin aku mungkin dengan belajar aku semakin ngerti ya apa yang salah ini
salah ini salah dulu aku lakuin salah, dan alhamdulillah aku mulai berubah
jalanin-jalanin pelan-pelan.
7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai
untuk memakai cadar?
A: Kalo pertimbangan pasti ada yah tapi karena dari diri aku sendiri yang udah
yakin karena saklek juga jadinya yaudah ga ngehirauin yang lainnya sih.
8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?
A: Setelah yang aku abis shalat maghrib itu sih aku buka al Qur’an terjemahan
dan tiba-tiba surat yang aku tunjuk sambil merem itu ternyata perintah untuk
memanjangkan jilbab gitu, mungkin itu teguran ya sekaligus hidayah dari Allah
untuk diri aku.
9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?
A: Dulu kan sebelum aku nikah aku pake cadar sebelum nikah ya, aku nikah
2017 jadi pas gitu ehmm aku pun nikah ta’aruf kan aku coba-coba pake cadar
kok lama-lama nyaman gitu dan aku ngerasa pas aku baca-baca ternyata tuh
fitnahnya wanita itu lebih besar di wajah ya kan, aku ngerasa lama-lama aku
coba aku coba ihh ternyata enak ya. setelah aku tertarik dengan pakaian yang
hitam-hitam gitu akhirnya aku berusaha pake cadar yaudah akhirnya aku
ngerasa nyaman jalanin terus dan aku berusaha ngedeketin diri sama keluarga
jelasin begini-begini-begini alhamdulillah sih keluarga bisa nerima dan detik
ini pun alhamdulillah jadi malah aku ngerasa sekarang tuh bisa dibilang yang
tadinya aku ga punya temen sekarang di sini aku jadi panitia di beberapa
majelis gitu aku jadi ngerasa Maa Syaa Allah perbedaan gitu yang luar biasa
360 derajat perbedaan aku dulu sama sekarang.
10. Q:Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?
A: Alhamdulillah sih In Syaa Allah, karena untuk temen-temen yang dulu pun
sudah aku bener-bener tinggalin gitu karena bener-bener aku sudah menjaga
bukannya aku gamau karena aku gamau lagi dengan kondisi aku dengan
perjuangan aku sekarang seperti ini gitu ya aku udah berusaha untuk tetap bisa
istiqomah gitu ya berusaha walaupun kadang yah namanya iman pasti ada turun
naiknya tapi aku berusaha makanya aku menjauhi temen-temen yang menurut
aku bukan berada di jalur bukan berada sekufu sama aku saat ini, jadi aku
milih-milih temen yang baik yang sejalan tuh memang bener gitu loh, apalagi
kalo yang sudah bisa mengingatkan kita ke akhirat gitu itu kan penting banget
kalo mungkin nyari temen yang cuma duniawi banyak gitu ya gampang kok
kita mau berteman kemana aja pasti gampang kita mau istilahnya kita berteman
sama orang tukang parfum ikut wangi, sama tukang sampah pasti ikut bau
gampang aja sih semua kembali ke diri kita masing-masing kita mau sama siapa
berteman bagaimana kita mau diri kita seperti apa itu pasti kita kita yang tau
semua kembali ke niat dalam diri itu aja.
11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?
A: Ehmm gatau kenapa ya tiba-tiba aku mencari hijrah itu sendiri yaitu dengan
tadi buka tafsir itu tiba-tiba aku gatau kenapa aku cuma mohon petunjuk sama
Allah tolong tunjukkan aku ke jalan yang benar aku pengen hidup yang benar
pokonya bener-bener gatau kenapa ya aku jalan sendiri dengan cara ya nyari
kajian-kajian. Nah dari situ aku liat banyak orang-orang yang pake cadar di
dalam kajian.
12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?
A: Pernah sih tapi tentang menutup aurat ya pas waktu itu ikut kajian tapi aku
lupa dimana, kalo tentang keharusan memakai cadar sih enggak.
13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?
A: Isinya ya menyangkut seorang muslimah baiknya yang sudah baligh itu
harus menutup auratnya gitu.
14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai
cadar?
A: Dalilnya itu surat al Ahzab ayat 59 ya kayaknya karena itu kan ada perintah
seorang wanita harus menutup auratnya.
15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di
Timur Tengah?
A: Kayaknya sama aja sih karena kan fitnahnya wanita itu lebih banyak di
wajah apalagi malah ya kalo di Arab itu ada yang cuma pake purdah yang
ditutupin semua, itu mata tuh lebih jahat loh, coba kalo wanita-wanita yang
bercadar kan banyak tuh yang matanya indah-indah banget itu sebenernya juga
jahat itu kalo di Arab itu ditutupin semua, cuma kan kalo di sini kayaknya
masih jaranglah serem tapi kalo di Arab banyak kayak gitu, orang-orang sana
tuh lebih bener-bener menjaga istrinya tuh anak kecil-kecil aja di sana udah
pake cadar kan bajunya juga gak ada yang warna-warni kayak kita.
16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?
A: Dari keluarga besar itu dicibirin sampai aku dibilangnya terorislah apalah
segala macem sampai dibilang sama tante aku ini kalo jalan sama dia aku harus
lepas cadar, aku bilang “what?” aku bilang aku gamau bergantung diri aku
sama manusia enggak, aku bilang kalo tante aku mau jalan sama aku dengan
kondisi aku seperti ini ayo kalo gamau gausah jalan kayak gitu, karena aku
tipikal orang tuh keras kepala yang saklek kalo A ya A kalo B ya B, jadi aku
bukannya yang bisa dibilang bukannya ehmm kendorlah gampang dinyinyirin
dipengaruhin langsung down enggak, aku orangnya gak seperti itu karena
ketika aku ingin bener-bener merubah diri yaudah merubah gitu melihat ke
depan kayak gitu aja sih.
17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar
anda?
A: Kalo lingkungan sekitar jadi aku mau dilihat sekitar tetangga siapapun gitu
ya ehmm gak peduli aku orangnya gak peduli diomongin sama orang
dibagaimanain bodo amat, prinsip aku jalani hidup aku toh dosa-dosa aku
apapun ke depannya aku yang bertanggung jawab kelak di akhirat kan aku sih
mikirnya kayak gitu.
18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?
A: Justru keluarga aku kan namanya NU saklek banget ya, respon mereka ya
gamau nerima kondisi yang nuduh aku teroris gitu, apa sih pakaian aku kayak
gini, lama-lama aku berusaha menjelaskan, tadinya aku ga diizinin sama orang
tua pake sebelum nikah tuh aku ga diizinin pake cadar ehmm sampe orang tua
tuh bilang boleh pake cadar kalo di kajian kalo di rumah ga boleh” itu tuh
masih yang bertentangan banget gitu ga ngertilah dibilangnya aku aliran sesat
kayak gitu, tapi aku berusaha ngeyakinin keluarga lama-lama aku cobain pake
cadar pelan-pelan pelan-pelan ternyata ihh nyaman gitu.
19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?
A: Alhamdulillah sih ya selama aku hijrah aku memakai cadar alhamdulillah
mungkin niatnya karena Allah ya, aku bukannya karena manusia, aku memang
mau memperbaiki diri aku gitu ya karena yah buat apalagi sih gitu dulu-dulu
aku tuh udah merasakan kehidupan dunia yang enak gitu sekarang saatnya aku
udahlah berserah diri aja jadi alhamdulillah Allah kasih aku yang ujian-ujian
berat masalah kayak cadar kayak gitu sih justru aku udah ngerasa nyaman sih
dengan cadar udah mantap ketika aku jalan di mana pun ya mungkin laki-laki
juga gak ada yang berani kali ya takut gitu tapi image-nya dia tuh “teroris-
teroris takutlah”, justru aku malah bangga dibilang teroris kan mereka gak
berani ganggu kita ya biarin aja.
Hasil Wawancara 6
Nama : Minarti Sarah Ginting / MSG
Usia : 25 tahun
Lokasi : Masjid Blok M Square
Suku : Batak Karo Sumatera Utara
Pendidikan : D3 Humas BSI Depok
Pekerjaan : Customer Service Kantor Grab
Pendapatan : 6 jt/bulan
Status : Belum Menikah
Tanggal dan waktu : 10 April 2019, Pukul 17:07
Q: Question
(Pertanyaan)
A: Answer
(jawaban) NO. DIALOG
1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?
A: Itu kan langkah pertama, itu ehmm emang sih dari dulu udah pake jilbab tapi
belum kepikiran pake syar’i, mungkin nanti kali yah kalo udah nikah, terus
ternyata karena sesuatu hal dan akhirnya mulai belajar agama nah aku tau kalo
kewajiban seorang wanita tuh harus menutup semuanya kecuali muka dan
telapak tangan gitu kan. Terus pas aku waktu butuh ilmu agama langsung
nerapin di dalam hati aku tuh sami’na wa atho’na jadi ketika aku udah tau
hukumnya apa jadi sekuat tenaga aku mulai mengikuti nurut manut dulu nih
jadi setelah aku tau hukumnya aku mulai mengganti semua pakian aku menjadi
syar’i, karena itu sudah menjadi perintah dari Allah, kewajiban.
2. Q:Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti
kajian?
A: Waktu sebelum pake cadar aku penasaran kenapa sih mukanya selalu
ditutupin, emangnya secantik apa sih dia, kenapa harus ditutup selebay itu, tapi
setelah tau ya responku seneng aja sih, akunya aja dulu yang terlalu cinta akan
dunia.
3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?
A: Cadar tuh penting banget, karena ujiannya tuh kan laki-laki, jangankan laki-
laki kan adatuh yang namanya penyakit ‘ain, yang sama-sama perempuan aja
ehmm cantik itu kan relatif, ketika orang melihat kita cantik atau dia ngerasa
“ihh kok dia cakep banget” kan ada timbul hasad di dalam hatinya kalo dia ga
memuji Allah terlebih dahulu, itu pasti kita dapet efeknya entah itu kita pulang-
pulang kita sakit kepala atau entah nanti jadi pilek itu macem-macem deh, kalo
aku pribadi sih penting bangetlah pakai cadar aja gitu menghindari mudharat
yang besar. Aku kalo kerja begini boleh pake syar’i nah cuma cadarnya aja
diganti masker, aku pake cadar tuh bukan karena mau datang kajian sih,
sebenernya kerja aja tuh kadang-kadang mikir coba aja kalo aku tuh pake cadar
kurang lengkap rasanya, aku tuh lebih pede keluar tuh pake cadar dibandingkan
wajahku keliatan kayaknya kalo wajahnya keliatan bajunya besar kayak gini
kita jadi pusat perhatian orang tuh bisa liat kita tuh siapa nah kalo kita pake
cadar orang mau liat tapi kan gatau, kita itu seperti apa, wajahnya seperti apa.
Jadi, orang kan beda-beda, ada yang dia proses dulu dia nyaman dulu nih kan
pake cadar ditutup tuh hidungnya, harus penyesuaian dulu.
4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?
A: Oh waktu itu aku di kampung, mamahku kan setahun lalu baru meninggal
dan aku kaget, mamahku meninggal kan gak sakit tuh tiba-tiba meninggal,
sementara bapakku kan udah meninggal dari aku kecil jadi mamahku gedein
anak-anaknya kan sendiri 4 orang , jadi aku tuh cengeng banget deh sama
mamah, jadi pas mamahku meninggal tuh aku mikirnya “hah meninggal?
berarti aku mau meninggal juga dong?” jadi gitu, jadi dipikiran aku tuh cuma
“meninggal-meninggal-meninggal”, makanya waktu itu aku nyari tau nih aku
gamau meninggal konyol dan aku gamau nanti di kuburan nyesel, jadi dari situ
aku nyari tau segala hal tentang Islam kan, waktu aku belajar kan kita kan harus
tau dulu hukum haram halal yang dasarnya, nah untuk perempuan kan menutup
aurat kan kewajiban nah waktu itu aku liat tuh tetangga aku ada yang pake
cadar terus aku liatin, “kayaknya dia gak engap deh, gak panas yah” biasa aja
gitu, nah aku udah pengen. Keluargaku kan awam ya jadi ga paham, jadi aku
udah beli diem-diem buat kirim ke Jakarta aku kan orang Medan, jadi aku kirim
diem-diem sesampainya di Jakarta aku udah ganti baju semua, enaknya sih
karena aku ngerantau sendiri yah di Jakarta jadi aku mau pake ga didoktrin
sama orang-orang sama keluarga gitu loh. It’s my choice gitu.
5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk
memakai cadar?
A: Kayaknya mungkin dari kejadian itu tadi ya dan karena liat tetangga aku
yang cadaran itu makanya aku jadi tertarik dan jadi motivasi buat diri sendiri
sih gitu.
6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau
menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?
A: Ehmm mungkin aku awalnya penasaran ya sama tetangga aku yang cadaran
itu karena kan waktu itu aku liat tuh tetangga aku ada yang pake cadar terus aku
liatin, kayaknya dia gak engap deh, gak panas yah biasa aja gitu, nah aku udah
pengen. Kalo sama temen aku sih malah paling aku suka nanya “takut ga sama
aku?” gitu, biasanya kalo di luar sana kan yang pake cadar itu ga ngobrol, pake
item-item mungkin atau gede banget jadi udah berpikiran negatif, kalo aku kan
ajak ngobrol, curhat, dan ketika aku pake cadar awalnya serem tapi lama-lama
ya ini temenku Sarah jadi biasa aja sih jadi gak serem lagi.
7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai
untuk memakai cadar?
A: Gak sama sekali langsung nekat pake, walaupun orang merasa kayak “wah
si Sarah, jangan-jangan aliran sesat lagi, jangan-jangan alirannya terlalu
ekstrim” tapi aku sih ga terlalu ambil pusing, aku tuh cuma kayak yang
senyum-senyum yah ini hukum Allah kenapa kaget sedangkan banyak di luaran
sana yang berpakaian minim kok gak kaget yah gitu. Hukum syari’at orang
kaget, giliran orang meninggalkan syari’at biasa aja, berarti kan yang salah
siapa? Yg salah bukannya syari’atnya tapi manusianya.
8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?
A: Untuk menutup diri, karena kana dulu aku tuh haus tapi bukan haus juga sih,
seneng aja gitu dipuji orang, misalkan orang suka bilang “Sarah lu cakep cakep
cakep”, nah kan dari situ kita makin terdorong buat terus makeup menghias diri,
pake pakaian yang bagus, yang glamour, supaya ya orang gimana gitu. Ketika
aku ga dandan malah orang nanya “lo kenapa? lagi patah hati?”. Jadi aku tuh
dulu normalnya sering dandan, nah itu yang aku bilang ‘ain, orang hasad itu
banyak hal yang bikin hidup kita gak tenang gak nyaman, ga pernah ngerasa
cukup dengan segala hal. Saat aku mulai menutup diri, gak pernah posting di
medsos, gak upload foto, ga pernah pamer kecantikan sama orang-orang justru
aku mulai ngerasa hidup aku tuh nyaman. Kadang aku tuh suka curhat tapi kan
sekarang udah ada koridornya gak kayak dulu, jadi tuh orang nganggep aku
kayak yang gak punya masalah, hidupnya cukup ya pokoknya hidupnya tenang-
tenang aja, padahal mah tetep aku punya masalah tapi tetap punya koridornya
untuk menuangkan keluh kesah aku.
9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?
A: Kalo pake cadar mah aku baru, hampir mau setahun Mei besok.
10. Q: Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?
A: Pastinya, karena kita terjaga dan aku ngerasa terhormat gitu sebagai
perempuan aku tuh merasa punya harga diri yang tinggi gak sembarangan orang
melihat wajahku, dengan tertutup itu aku ngerasa aku jauh lebih cantik, lebih
pede dan lebih berharga, kalo sesuatu yang berharga kan pasti kita simpen,
kayak berlian kan kita gak mungkin tunjuk-tunjukkin gitu, tapi kalo semuanya
tertutup gitu kan lebih bagus kualitasnya.
11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?
A: Dari tetangga, sebenernya dari dulu sih udah ngeliat orang-orang yang
bercadar cuma mulai ngerasa ingin mengenakan cadar waktu aku liat tetangga
aku.
12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?
A: Pernah dari Ustadz Firanda Andirja tentang menutup aurat.
13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?
A: Terus disarankan kan memakai cadar sunnah muakad hukumnya, sebenernya
kan wajah itu tidak termasuk aurat yang diperintahkan oleh Allah itu wajah dan
telapak tangan bukan termasuk, tapi para ulama sepakat kalo cadar itu
hukumnya sunnah muakad di karenakan telapak kaki itu kan menggiurkan, tapi
lebih menggiurkan wajah dibandingkan dengan telapak kaki itu jadi jaranglah
orang menimbulkan hasad dan syahwat tapi kalo wajah itu kan langsung, “ih
cakep ya” gitu. Jadi Ustadz Firanda Andirja bilang, “jika anda merasa diri anda
berharga, diri anda cantik yaudah pakailah niqab supaya tidak menimbulkan
fitnah”.
14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai
cadar?
A: Kalo setau aku itu ada di QS. al Ahzab:59 yang anjuran untuk menjulurkan
jilbab sampai menutup dada.
15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di
Timur Tengah?
A: Kalo orang Arab itu lebih terjaga daripada kita di Indonesia ini laki-laki
sama perempuan itu ikhtilath (campur baur antara ikhwan dan akhwat) itu udah
biasa tapi kalo di Timur Tengah itu setau aku perempuan itu kalo keluar rumah
itu harus dengan mahramnya bahkan yang belanja ke pasar itu suaminya loh
kalo ada sesuatu yang urgent baru berdua, tapi kalo sehari-hari itu suaminya.
Karena wanita itu seluruhnya adalah aurat. Aku tuh pernah liat akhwat-akhwat
itu jadi cadarnya itu bener-bener hitam semua, dari dalam cadarnya dia bisa
melihat orang lain tapi orang lain gak bisa melihat ada puringnya gitu.
16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?
A: Stigma positif ada sih itu untuk orang-orang yang terbuka hatinya, tapi ada
juga stigma negatif mereka ini yang mungkin belum tau hukum Allah katanya
gausah kayak orang Arablah kita di Indonesia gak ada pasir debu ngapain pake
ditutup-tutup hidungnya segala.
17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar
anda?
A: Awalnya orang-orang itu takut, tapi lama-lama aku tetep bergaul,
bermuamalah jadi mereka ga takut lagi.
18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?
A: Kalo dari keluarga sih gatau kenapa pada ga berani nanya, karena kan aku
termasuk yang instant ya dari yang dulunya ga ngerti agama tau-tau langsung
pake cadar itu mereka pasti berpikiran aku ini didoktrin siapa gitu walaupun
aku juga selama ini belum ketemu secara langsung tapi aku udah jelasin pelan-
pelan kalo aku sekarang udah seperti ini.
19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?
A: Kalo kendala yang berarti sih gada, mulu-mulus aja. Karena kao kita udah
seperti ini sih kita kan berpikirannya udah gak lagi tentang dunia, tapi akhirat.
Tapi kadang aku tuh mikir kalo aja aku bisa pake cadar ini setiap waktu tiap
aku keluar rumah karena kan kalo kerja aku lepas ganti masker.
Hasil Wawancara 7
Nama : Astie Pratiwi / AP
Usia : 22 tahun
Lokasi : Masjid Blok M Square
Suku : Sunda
Pendidikan : S1 Institut Agama Islam Sahid
Pekerjaan : Mahasiswi
Pendapatan : -
Status : Belum Menikah
Tanggal dan waktu : 10 April 2019, Pukul 17:36
Q: Question
(Pertanyaan)
A: Answer
(jawaban) NO. DIALOG
1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?
A: Risih, kalau gak pake jilbab itu lebih risk-an sih bagi cewek, apalagi kan
membentuk badan banget jadi kalau pake kerudung jadi gak mengundang
orang buat gangguin.
2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti
kajian?
A: Sebelum tau kajian, justru aku ikut kajian dulu baru pake cadar, sebelumnya
pake cadar kenapa sih, tapi kalau untuk kerudung sih jauh dari sebelum ikut
kajian juga udah pake. Dari sebelum belajar agama pun melihat pake cadar gak
ngerasa asing sih, biasa aja, cuma tetep sebagai orang awam tuh dulu apa sih
enaknya pake cadar, tetep ada rasa penasaran cuma gak merasa asing gitu, gak
merasa takut sama sekali. Responnya ana malu pertama kali, dulu kan Ustadz-
Ustadznya masih Ustadz-Ustadz motivator gitu kan, pas pertama kali ya ana
malu, karena ana gak punya baju yang sepantasnya perempuan kayak gamis,
karena dulu kan ana gak suka, rok pun bisa dihitung 2 sampai 3 gitu. Ya malu
responnya, ana makin ke sini harus bisa merubah diri, entah itu awalnya dari
fashion dulu atau gimana dulu, pokoknya harus ada perubahan yang ana lakuin
harusnya gitu. Awal karena ikut fashion dulu.
3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?
A: Ya gak mengundang perhatian sih buat orang sebenernya, ehmm kalau pun
mengundang perhatian gak terlalu frontal sih, mereka gak nunjukkin.
4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?
A: Awalnya itu ana ikut tabligh akbarnya Ustadz Syafiq di Istiqlal, abis itu pas
berangkat karena kan dulu ngekost di Bogor, pas berangkat dari Bogor tuh udah
terbesit, ah mau pake cadar tapi belum punya cadar. Jadi, pas lagi perjalanan ke
sana, qadarullah di depan-depan situ kan suka ada yang jualan nah beli cadar
pertama kali di situ. Pakenya pun minta dipakein sama yang jual, karena ana
gak tau nih pake cadar yang kayak gini, kayak ninja karena takut gak pas juga
kan jadi minta tolong dipakein.
5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk
memakai cadar?
A: Gak, gak ada. Motivasi dateng dari diri sendiri.
6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau
menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?
A: Ehmm gak, gak pernah cari tahu maksudnya gimana sih pake cadar, apa sih
hambatannya, gak pernah.
7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai
untuk memakai cadar?
A: Pertimbangannya waktu itu otomatis sebagai anak takut sama orang tua,
setelah pakai cadar, ana lagi di angkot ehmm tapi sesudah ana ikut tabligh akbar
yang di Istiqlal sama temen udah gak takut, kalau ngaji sekarang pake cadar
minta izin sama orang tua lewat whatsapp karena kan dulu ana tinggal sendiri
jadi cuma whatsapp aja, dibolehin sih tapi kan temen-temen ana banyak yang
laki-laki, jadi cuma disaranin diperhatiin aja pergaulannya, kan masih banyak
laki-laki itu, sebelumnya kan dulu ana bekerja di bank, jadi dulu tuh ana kerja
sambil kuliah, Qadarullah ana resign karena udah tau hukum-hukum riba
segala macam, iya bilangnya maksudnya minta izinnya kalau lagi pergi ngaji
saja pake cadar ya, boleh sih cuma makin lama makin kesini, mainpun suka
pakai cadar, kecuali kalau di kampus dan keluar sama orang tua.
8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?
A: Ehmm khususnya gak beralasan juga ya, gak tau ada kejanggalan aja kalau
ngaji, udah ke setting kali ya, pokoknya kalau ngaji itu harus pakai cadar, gak
tau kalau dilepas pun kayaknya gak enak, gak nyaman aja gitu.
9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?
A: Mulainya Juli 2018, baru mau setahun.
10. Q: Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?
A: Pilihannya, sebenernya mantap juga kadang belum 100% banget, karena
kalau pakai cadar itu ya dijalan kan ana maksudnya dalam situasi seperti ini
kan mau kemana-mana gak mungkin ditemani orang, jadi kalau bukan kita
sendiri yang menjaga diri sendiri dulu terus siapa lagi, klo buat mantap atau
gaknya sih 80% karena suka ada terbesit, “pengen buka ah” gitu, masih suka
terbesit kaya gitu tapi gak pernah terealisasi, alhamdulillah.
11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?
A: Pas ke Masjid Istiqlal.
12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?
A: Pernah, pernah dengar ceramah tentang pakai cadar itu dari Ustadz Firanda,
sebenernya dengar anjuran memakai jilbab itu dari SMK itu udah ngerti, udah
harus walaupun belum pernah denger ceramah dari Ustadz-Ustadz.
13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?
A: Katanya baiknya kaum perempuan dan cantiknya wanita itu, maksudnya tiap
ketemu orang, “Oh cantik ya” gitu, dipuji terus, baiknya ditutup. Menjaga diri
tuh perlu, apalagi yang buat cewek-cewek single ya jadi mereka kadang suka
terbawa suasana itu pasti kadang sama temennya pergi keluar kan kita gak tau,
seenggaknya kalau pakai cadar oh iya mau ngapain kita tau kan katanya kalo
perempuan tuh suka sembrono gitu ya, mau ketawa-ketiwi malu ah pakai cadar
jadi lebih menjaga diri, ada kontrolnya.
14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai
cadar?
A: Selama ini, belum pernah dengar, cuma kalau dari ana kan gak tau ya, ana
kan gak hafal haditsnya ya tapi kalau misalkan dari kisah-kisah Nabi itu mereka
emang gak mau memperlihatkan wajah mereka di depan laki-laki yang bukan
mahram pasti ditutupin entah pakai kain atau apa, mungkin namanya bukan
cadar ya pasti ditutupin, yang ana tau sih kayak gitu.
15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di
Timur Tengah?
A: Ana sejauh ini gak tau spesifiknya beda atau gak, ehmm sebenernya itu dia
ya jadi sekarang syari’at menanggapnya orang-orang itu culture sebagai budaya
aja, ana sih gak terlalu ambil hati banget ya pernyataan kaya gitu, kita kan udah
ngaji harusnya bisa lebih ngontrol, lebih tau opini-opini orang sama kita, ya
kembalikan lagi ke ilmunya. Kalau misalkan ada yang ngomong kaya gitu.
Ehmm yang udah saya pelajari kayak gitu gak ya, ya kalau emang gak yaudah
liatin aja, karena ya emang orang gak tau ya, mungkin kalau emang mereka
udah belajar. Karena ana juga gitu gak tau sama sekali, ana orangnya kalau gak
tau gak berani komentar gitu, pas udah tau “oh jadi begini gitu.”
16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?
A: Ada pasti dari keluarga ya, justru kebalik dari eksternal mungkin karena
mereka gak ada ya, “lu-lu, gue-gue” gitu maksudnya, justru yang lebih ada
negatif itu dari keluarga, jadi maksud ana gini, selama ana gak macem-macem
kenapa sih harus dipandang negatif gitu, mungkin kalau ana bercadar atau
gimana gitu terus ketahuan, paling kalo ada negatif ya ana diem aja, berlepas
diri gitu, mending diem aja sih.
17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar
anda?
A: Dari teman-teman sih paling nasehat aja sih, karena kan ana lingkungannya
emang laki-laki jadi cuma bisa dinasehati, paling kalau lagi keadaan misalkan
ana dari kampus mau pulang, kan kadang suka nebeng tuh sama cowok, ya
disaranin kalau ada angkot ya naik angkot aja, itu aja sih dalam pergaulan aja,
gak sampe dikucilin sih.
18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?
A: Dari keluarga inti iya bisa menerima, tapi kalau sama keluarga besar, sama
Nenek, Om, Tante itu belum masih beda gitu.
19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?
A: Gak ada sih, kayak orang normal aja biasa aja, gak pernah merasa kayaknya
ada yang beda deh kalau pake cadar, gak, sama aja.
Hasil Wawancara 8
Nama : Mellinda Mutina Ayu / MMA
Usia : 24 tahun
Lokasi : Masjid Blok M Square
Suku : Sunda
Pendidikan : S1 Ekonomi Mercu Buana Jakarta Barat
Pekerjaan : Cattering di Puri Botanical Residence
Pendapatan : 2,5 jt/bulan
Status : Belum Menikah
Tanggal dan waktu : 14 April 2019, Pukul 12:25
Q: Question
(Pertanyaan)
A: Answer
(jawaban) NO. DIALOG
1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?
A: Karena perintah Allah, terus ngerasa kayak nyaman aja, awalnya dulu
emang gak berjilbab pas masuk SMP pake jilbab tapi cuma di sekolah aja, terus
SMA udah mulai berjilbab tapi jilbab gaul sampai masuk kuliah. Pakai jilbab
itu kewajiban, sebagai ciri perempuan terjaga dan tertutup.
2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti
kajian?
A: Waktu SMP ada ibu-ibu yang pake niqab, terus ana ngerasanya ini orang
kenapa sih kok kayak gitu banget, pakaiannya itu kan kotor keseret-seret gitu
kan, terus pas pindah ke Jakarta ngeliat orang yang bercadar udah biasa aja.
Melihat orang yang bercadar itu kok kayak berlebihan banget, kenapa harus
kayak gitu sih kan orang jadi sulit untuk mengenali satu sama lainnya.
3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?
A: Merasa lebih terjaga aja sih ngerasa aman, jadi pas mau keluar kalo ga pake
cadar itu malah gak pede karena kemana-mana udah terbiasa pake cadar.
4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?
A: Awalnya ngeliat orang-orang yang kajian disini pake cadar, ana kan
orangnya termasuk yang suka kepo-kepo (ingin tau) gitu gimana sih rasanya,
terus mulai deh coba-coba pake awalnya emang pengap, tapi pada saat itu
masih buka tutup, setelah tau hukumnya gimana yaudah deh akhirnya lanjut
terusin aja pake cadar, mencoba untuk istiqomah, tapi kalo di tempat kerja
diganti dengan masker, kalo ada ikhwan tetep dipake kalo akhwat semua ya di
buka.
5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk
memakai cadar?
A: Kalo aku sih termotivasi salah satunya dengan selebgram di instagram
Wardah Maulina, terus kesannya gimana gitu, kok dia bisa sih kayak gitu, kan
kalo orang cadaran pasti mikir ntar makannya gimana yah, aktivitas kita
terhambat atau engggak, tapi dia ya fleksibel aja gitu, terus liat orang-orang di
sini juga mereka biasa aja gitu.
6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau
menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?
A: Pernah nanya sama temen sih apa gerah gak pake cadar, aktivitasnya jadi
terhambat gak sih gitu.
7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai
untuk memakai cadar?
A: Ada sih, dalam pergaulan kita harus lebih menjaga karena kan udah pake
seperti ini masa sih bergaulnya masih dengan yang lawan jenis gitu, karena kan
mereka bukan mahram kita jadi lebih dijaga aja dalam pergaulannya gitu.
8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?
A: Ana pake cadar itu karena malu karena selama ini ngerasa banyak dosa tapi
Allah selalu memberi rahmatnya kepada ana, dulu itu ana jahil banget karena
mungkin kurang bersyukur, Allah masih terus menutupi aib-aibku, bukan ingin
menampilkan diri ini sudah baik atau sudah hijrah dan sok suci tapi karena rasa
malu itu yang muncul. Kan sebagai pengontrol diri dan agar lebih terjaga juga
dan orang lain akan lebih menghargai diri kita dengan cadar ini gitu.
9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?
A: Pertengahan 2017 itu mulai tertarik dengan cadar, mulai mantap istiqomah
itu sejak Maret 2018.
10. Q:Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?
A: In Syaa Allah sudah tepat, kita jangan ngejar dunia terus gitu ya, kalo udah
ditunjukkan jalannya kenapa kita ga berubah, karena hidup di dunia kan cuma
sebentar ya.
11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?
A: Dari sosial media, itu sih yang paling berpengaruh kan bisa liat pakaiannya,
bentuk-bentuk dan macam-macam cadarnya.
12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?
A: Pernah dari Ustadz Zainudin al Banjary.
13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?
A: Kalo Ustadz itu lebih ke menutup aurat dengan kerudung, terus diberi
nasihat kalo akhwat bercadar itu semoga istiqomah.
14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai
cadar?
A: Kalo di dalam al Qur’an itu , tapi yang ana tau itu 4 imam mazhab, kalo
tidak salah itu aurat wanita di depan laki-laki yang bukan mahram seluruh
tubuhnya itu adalah aurat sehingga kalo pake cadar ya berarti wajib, kalo
menurut Imam Hambali, Hanafi, Maliki berpendapat kalo wajah wanita
bukanlah aurat tapi memakai cadar itu hukumnya sunnah atau dianjurkan, dan
menjadi wajib jika di khawatirkan menimbulkan fitnah.
15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di
Timur Tengah?
A: Sama aja gak ada perbedaan cuma kalo di kita itu biasanya pake cadar
Yaman, cadar bandana, cadar yang cuma setengah ke hidung gitu dari mata ke
jidatnya masih terlihat gitu, tapi kalo di sana burqa udah ada, terus ada yang
cuma jaring-jaring tipis di mata untuk melihat di sana ada, tapi secara umumnya
sih gak ada perbedaan ya sama aja.
16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?
A: Wallahu’alam juga ya karena ana itu orangnya kan cuek, ana melakukan
suatu hal karena ini kan syari’at, kalo ada orang lain yang menghujat gak suka
dan memberi komentar negatif gak ana tanggepin kan gada faedahnya banget.
17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar
anda?
A: Kalo di Jakarta itu responnya biasa aja gitu kan kalo di Jakarta kayak “lu-lu,
gua-gua” individualis lah, nah beda dengan di kampung kan masih jarang orang
yang bercadar jadi kayak terlihat aneh gitu padahal ini kan syari’at tapi tidak
semua orang bisa nerima. Kalo di lingkungan kerja karena orang-orangnya
masih awam, ya responnya buat mereka itu asing gitu malah disangka teroris
dan jadi bahan ejekan radikal-radikal gitu.
18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?
A: Kalo saat berkumpul dengan keluarga kan di rumah jadi ga selalu pakai
cadar, terus kalo ketemu dengan keluarga besar lain kan di situ kumpul ada
yang mahram dan tidak nah mereka bersikap biasa aja gak nge-judge teroris
atau apa tapi lebih kepada kaget melihat perubahan ana seperti ini ketika pulang
dari Jakarta. Tapi setelah dijelasin akhirnya keluarga ya biasa aja nerima.
19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?
A: Kendalanya itu pertama kali emang agak pengap tapi pas ke sini-sini
tergantung kita pilih bahan cadarnya kayak apa terus pakainya yang nyaman aja
untuk ana. Kalo untuk segala aktivitas sih gak mengalami kendala semuanya
bisa berjalan dengan lancar cuma saat di pekerjaan memang ana lepas cadar
karena memang kondisinya tidak memungkinkan dan sudah terikat dengan akad
kerja gitu, kalo untuk sehari-hari sih gak ada masalah ya yang membatasi
aktivitas kemana-kemana selalu pakai cadar Alhamdulillah.
Hasil Wawancara 9
Nama : Lellyana / L
Usia : 44 tahun
Lokasi : Masjid Blok M Square
Suku : Betawi
Pendidikan : SMEA 1
Pekerjaan : IRT dan Dagang Online Sperpart Truk
Pendapatan : 10jt/bulan
Status : Menikah
Tanggal dan waktu : 14 April 2019, Pukul 15:44
Q: Question
(Pertanyaan)
A: Answer
(jawaban) NO. DIALOG
1. Q: Mengapa anda memakai jilbab?
A: Yaa itu kan udah kewajiban, walau siap gak siap ya wajib, dulu sih emang
gak pernah pake semenjak tau kalo itu adalah kewajiban yaudah dipake terus.
2. Q: Bagaimana anda memahami pentingnya memakai cadar sebelum mengikuti
kajian?
A: Menurutku orang yang bercadar itu ga gampang bergaul dengan orang, lebih
tertutup. Qadarullah itu di tempatku kan belum banyak ya yang pake cadar, jadi
mereka tuh lebih kayak menjaga pertemanan, jadi kayak pilih-pilih teman.
Aneh, serem banget, kok nutup auratnya sampe sebegitunya, emang gak gerah
dan ribet gitu.
3. Q: Setelah anda memakai cadar, bagaimana anda memahami tentang cadar?
A: Cadar itu menjadi suatu kebanggaan sih, bukan merasa bangga terus
sombong ngerasa diri kita lebih baik dari yang lain ya, enggak seperti itu.
Malah ngerasanya karena banyak dosa jadi ingin lebih dekat kepada Allah aja
dan memacu untuk menjadi lebih baik. Kalo kita udah pake cadar kan pasti hati
juga ingin merasa lebih baik lagi.
4. Q: Bagaimana proses pertama kali anda memakai cadar?
A: Jadi awalnya itu karena adanya keinginan dari hati bukan cuma ikut-ikutan
orang lain. Kayak perempuan nih kan kebanyakan perempuan itu seneng gitu
dipandang dan dipuji orang, sering posting foto, dikomentarin sama orang jadi
timbul sifat sombong, dan laki-laki itu seneng memandang orang. Saat itu mau
ada acara reunian, kan ada banyak temen-temen cowok nah salah satunya ada
yang telpon ke handphone, kayak mau ngedeketin gitu karena dia bilangnya
suka sama aku dari zaman SMA, dari situ mulai ngerasa keganggu aja sama
sikapnya entah itu cuma bercanda atau enggak ya. Saat kumpul reuni ketemu
sama semua temen-temen, aku tuh males ketemu sama dia itu, akhirnya setelah
diskusi sama suami dan untuk menghindari maksiat sebenernya itu kan kejadian
hal-hal aneh ya yang seperti itu aku mulai deh pake cadar. Sampai sekarang In
Syaa Allah istiqomah.
5. Q: Apakah terdapat tokoh yang berpengaruh yang menganjurkan anda untuk
memakai cadar?
A: Ehmm ada dari temen Nur Baiti Hasan, dia yang pertama kali ngenalin aku
pake syar’i dan pakai cadar pun dia juga yang nganjurin untuk pake.
6. Q: Ketika anda tertarik dengan cadar, apakah anda pernah bertanya atau
menyelidiki kepada teman-teman anda yang telah memakai cadar?
A: Gak pernah sih ya jalan aja gitu ngalir, jadi aku tuh tau-tau langsung gitu aku
tuh niat dari dalam hati aku sendiri.
7. Q: Apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika anda akan memulai
untuk memakai cadar?
A: Kayaknya bukan pertimbangan sih, jadi mungkin perasaan itu muncul dari
diri kita sendiri sih kayak aneh gak sih begini diliatin orang gitu. Jadi ya kayak
perang batin terkadang di hati.
8. Q: Hal apa yang membuat anda memantapkan diri untuk memakai cadar?
A: Ingin menjadi hamba Allah yang lebih baik lagi aja sih, sebenernya kan
cadar sunnah yang dianjurkan, bila dikerjakan kan dapet pahala, kalo enggak ya
gapapa gitu.
9. Q: Sejak kapan anda memutuskan untuk memakai cadar?
A: Oktober tahun lalu, ya sekitar 7 bulanan yang lalu.
10. Q: Apakah menurut anda pilihan untuk memakai cadar sudah tepat?
A: Sebenernya bukan sudah tepat sih, ini ya udah jadi keputusan kalo udah A
ya A jangan belok-belok lagi gitu, takut dibilang jadi orang munafik gitu.
11. Q: Darimana anda pertama kali mengenal tentang cadar?
A: Eehmm, dari sosmed sih, liat-liat terus baca-baca posting-an tentang anak-
anaknya Rasulullah gitu.
12. Q: Apakah anda pernah mendengarnya dari Ustadz?
A: Pernah, tapi yang spesifik tentang cadar sih belum ya biasanya tentang
menutup aurat itu sering banget.
13. Q: Bagaimana isi ceramah dari Ustadz tersebut?
A: Tentang menutup aurat kan menjulurkan kain kerudung ke seluruh tubuh ya
dan hukumnya menutup aurat itu ya wajib gitu.
14. Q: Apakah terdapat dalil yang mengkhususkan seseorang untuk memakai
cadar?
A: QS. 33:59, itu surat al Ahzab, terus sunnah dari Rasulullah juga ada yang
dianjurkan, dan 4 mazhab itu juga ada.
15. Q: Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan cadar di Indonesia dengan di
Timur Tengah?
A: Sekarang udah banyak modelnya kan, kalo di Timur Tengah tuh ada yang
udah pake burqa yang semuanya ketutup mukanya, cuma kan memiliki
fungsinya masing-masing dan alasannya yang berbeda, mungkin di sana karena
perempuannya cantik-cantik gitu.
16. Q: Apakah ada stigma yang anda peroleh setelah menggunakan cadar?
A: Kalo dulu tuh suka di bilanginnya kayak batman gitu terus juga ada yang
bilang kayak pake jas ujan karena bajunya kan lebar ya syar’i, tapi kalo
sekarang-sekarang sih kayaknya gak deh gak ada yang bilang sampai ekstrim
atau teroris sih engga ya, biasa aja. Dulu ada yang bercadar juga tinggal di sini
tapi sekarang orangnya udah pindah.
17. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari lingkungan orang-orang sekitar
anda?
A: Pasti pertama kali ya kaget, karena disini kan lingkungannya yang biasa-
biasa aja kan.
18. Q: Bagaimana respon yang anda peroleh dari keluarga anda?
A: Kalo dulu sih ya dari suami sendiri yang bilang kok ektrim banget sih pake
yang begituan, tapi alhamdulillah sekarang suami udah bisa nerima dan malah
mendukung, kalo dari keluarga sih nerima aja, ga ada omongan dan larangan
sih.
19. Q: Apakah anda mengalami kendala lainnya setelah memakai cadar?
A: Alhamdulillah sampai saat ini sih enggak ada ya dilancarkan semua dengan
Allah.
LAMPIRAN 2
PERTANYAAN WAWANCARA
Nama :
Usia :
Lokasi :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Pendapatan :
Status :
Tanggal dan waktu :
Teori Pertanyaan
Berpikir (mind) adalah suatu
proses di mana individu
berinteraksi dengan dirinya
sendiri dan lingkungannya
dengan menggunakan simbol-
simbol yang bermakna.
Mead mendefinisikan diri (self)
sebagai kemampuan untuk
merefleksikan diri kita sendiri
dari perspektif orang lain.
- Mengapa anda memakai jilbab?
- Bagaimana anda memahami
pentingnya memakai cadar sebelum
mengikuti kajian di Masjid Nurul
Iman?
- Setelah memakai cadar, bagaimana
anda memahami tentang cadar?
Impuls merupakan dorongan hati
yang meliputi rangsangan spontan
yang berhubungan dengan alat
indera dan reaksi aktor terhadap
stimulasi yang diterima.
- Bagaimana proses pertama kali
anda memakai cadar?
- Apakah terdapat tokoh-tokoh yang
berpengaruh yang kemudian
menganjurkan anda untuk memakai
cadar?
Persepsi dimana pada tahapan ini
terjadi ketika aktor sosial
mengadakan penyelidikan dan
bereaksi terhadap rangsangan
yang berhubungan dengan
impuls.
- Ketika anda tertarik dengan cadar,
apakah anda pernah bertanya
dengan teman-teman anda yang
telah memakai cadar? Apakah yang
anda tanyakan?
Manipulasi merupakan tahapan
penentuan tindakan berkenaan
dengan objek itu. Tahap ini
merupakan tahap yang penting
dalam proses tindakan agar reaksi
tidak terjadi secara spontanitas.
- Apakah ada pertimbangan-
pertimbangan tertentu ketika anda
akan memulai untuk memakai
cadar?
- Hal apa yang membuat anda
memantapkan diri untuk memakai
cadar?
Konsumsi tahapan dimana aktor
dapat mengambil tindakan yang
sesuai dengan keinginannya.
- Sejak kapan anda mulai
memutuskan untuk memakai cadar?
- Apakah menurut anda pilihan untuk
mengenakan cadar sudah tepat,
mengapa demikian?
Dalam proses interaksi sosial,
manusia mengkomunikasikan
arti-arti kepada orang lain melalui
simbol-simbol. Kemudian orang
lain menginterpretasi simbol-
simbol itu dan mengarahkan
tingkah laku mereka berdasarkan
interpretasi mereka.
- Darimana anda pertama kali
mengenal tentang cadar?
- Apakah anda pernah mendengarnya
dari Ustadz?
- Jika iya, bagaimana isi ceramah
dari Ustadz tersebut?
- Apakah terdapat dalil yang
mengkhususkan seseorang untuk
memakai cadar?
- Apakah terdapat perbedaan antara
penggunaan cadar di Timur Tengah
dengan yang ada di Indonesia?
Generalized Other adalah
harapan-harapan, kebiasaan-
kebiasaan, standard-standard
umum dalam masyarakat.
- Apakah ada stigma yang anda
peroleh setelah menggunakan
cadar?
- Bagaimana respon orang-orang
yang berada di lingkungan sekitar
anda?
- Bagaimana respon yang anda
peroleh dari keluarga anda?
- Apakah anda mengalami kendala
lainnya setelah memakai cadar?
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI WAWANCARA DAN KEGIATAN KAJIAN
Wawancara dengan Informan TRJ di Masjid Nurul Iman Blok M Square
Wawancara dengan Informan DA(1) di Masjid Nurul Iman Blok M Square
Wawancara dengan Bidang Dakwah Kesekretariatan Masjid Nurul Iman
Blok M Square
Dokumentasi saat kajian Ustadz Khalid Basalamah di Masjid Nurul Iman Blok M
Square
LAMPIRAN 4
STRUKTUR KEPENGURUSAN MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE
Sumber: Kesekretariatan Masjid Nurul Iman Blok M Square
LAMPIRAN 5
JADWAL KAJIAN RUTIN MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE
Sumber: Kesekretariatan Masjid Nurul Iman Blok M Square