UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/26937/1/4311412036.pdf ·...
-
Upload
truongphuc -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/26937/1/4311412036.pdf ·...
PENURUNAN KADAR ION Cd2+
DALAM LARUTAN
DENGAN KITOSAN IMOBILISASI DITIZON
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
oleh
Nur Rachmi Idzati
4311412036
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
i
PENURUNAN KADAR ION Cd2+
DALAM LARUTAN
DENGAN KITOSAN IMOBILISASI DITIZON
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
oleh
Nur Rachmi Idzati
4311412036
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
1. Life is too short to worry about stupid things. Have fun. Regret
nothing, and don’t let people bring you down.
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk :
1. Bapak Mohammad Suyatno dan Ibu Tukini yang
selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat,
serta bimbingan untuk tercapainya cita-cita.
2. Mas Budi, Mbak Indah dan Hasna yang selalu
memberikan semangat.
3. Sahabat yang turut memberikan doa, dorongan
dan semangat.
Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah.
vi
PRAKATA
Alhamdulillahhirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, kesehatan, kemudahan dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penurunan Kadar Ion Cd2+
dalam
Larutan dengan Kitosan Imobilisasi Ditizon”.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Program Studi Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, baik dalam penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan
terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kemudahan melakukan
penelitian.
2. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan bantuan administrasi teknis dan non teknis dalam penelitian
dan pelaporan hasil penelitian.
3. Ibu Dra.Woro Sumarni, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan perbaikan dalam penelitian maupun penulisan skripsi.
4. Bapak Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Ella Kusumastuti, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan pembelajaran dan bimbingan dari awal penulisan.
vii
5. Seluruh Dosen Program Studi Kimia yang telah membekali ilmu selama
dibangku perkuliahan.
6. Ibu Ida selaku teknisi Laboratorium Kimia Analitik, Ibu Martin selaku
teknisi Laboratorium Kimia Anorganik, Bapak Danang selaku teknisi
Laboratorium Teknik Kimia, Asisten Kimia Analitik, dan seluruh laboran
Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
atas bantuan yang diberikan selama penelitian.
7. Teman-teman seperjuangan Kimia Unnes 2012 atas semangat dan
dukungan selama ini.
8. Dan semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca maupun pihak
yang berkepentingan.
Semarang, Agustus 2016
Penulis
viii
ABSTRAK
Idzati, Nur Rachmi. 2016. Penurunan Kadar Ion Cd
2+ dalam Larutan dengan
Kitosan Imobilisasi Ditizon. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Drs.
Eko Budi Susatyo, M.Si dan Pembimbing Pendamping Ella Kusumastuti, S.Si.,
M.Si
Telah dilakukan sintesis kitosan terimobilisasi ditizon sebagai adsorben
untuk menurunkan kadar ion Cd2+
dalam larutan . Ion Cd2+
merupakan ion logam
berat beracun dan berbahaya yang sering ditemukan di industri elektroplating.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan karakterisasi gugus fungsi
pada keduanya dengan FT-IR dan mengetahui pengaruh imobilisasi pada kitosan
dalam adsorbsi. Penelitian ini meliputi tahap sintesis kitosan (pembentukan
kitosan bead, dan imobilisasi kitosan bead dengan ditizon), optimasi penurunan
kadar Cd2+
dengan metode batch meliputi variasi waktu kontak dan konsentrasi
larutan Cd2+
, serta aplikasinya pada larutan Cd2+
terinterferensi Pb2+
. Hasil
penelitian menunjukkan peningkatan kapasitas adsorbsi pada kitosan yang telah
diimobilisasi. Keberhasilan imobilisasi kitosan terbukti dengan munculnya gugus
S=C pada panjang gelombang 1078,87 cm-1
, dan C-N pada 1033,50 cm-1
dalam
hasil FT-IR kitosan terimobilisasi ditizon. Kondisi optimal penyerapan logam
Cd2+
pada pH 6 adalah 75 menit dengan konsentrasi 30 ppm untuk kitosan dan 50
ppm untuk kitosan terimobilisasi ditizon. Kenaikan kadar ion Cd2+
dalam larutan
interferensi Pb2+
dalam keadaan optimum mengalami peningkatan dari 6,6020
mg/g menjadi 8,4949 mg/g pada kitosan dan 11,0395 mg/g menjadi 15,8257 mg/g
dengan imobilisasi. Adanya gangguan ion logam Pb2+
menyebabkan interferensi
positif, artinya terjadi peningkatan nilai adsorbsi yang bisa disebabkan oleh letak
panjang gelombang kedua ion logam yang berdekatan dan sama-sama berada
pada valensi 2+.
Kata kunci : ditizon, kitosan, kitosan terimobilisasi ditizon, ion Cd2+
.
ix
ABSTRACT Idzati, Nur Rachmi. 2016. The Decreasing of Cd
2+ Ion Level in Solution of
Chitosan Immobilized by Ditizon. Thesis. Chemistry of Math and Science Faculty
of Semarang State University. Prime Supervisor by Drs. Eko Budi Susatyo, M. Si
and Supervisor by Ella Kusumastuti, S. Si., M. Si.
It has been done a synthesis of kitosan immobilized by ditizon as
adsorbent to decrease the level of Cd2+
ion in solution. Cd2+
ion is a toxic and
dangerous heavy metal ion often found in electroplate industry. The aim of the
research is to know the impact of ditizon imobilization in chitosan towards
adsorption and the difference of its both functional groups characterization by FT
IR. This research covers chitosan synthesis phase, bead chitosan formation, and
bead chitosan imobilization using ditizon. Optimation decreased level of ion Cd2+
using batch method covers contact time variation and concentration of Cd2+
solution, and its application towards Cd2+
solution interferenced by Pb2+
. The
result of the research presents that there is increasing in adsorption capacity of
kitosan that has been immobilized. The success of kitosan immobilization is
proven by the appearance of S=C formation in 1078,87cm-1
wavelength and C-N
in 1033,50cm-1
in the result of FT IR chitosan immobilized by ditizon. Optimal
condition of Cd2+
metal adsorption in pH 6 is 75 minutes with 30 ppm
concentration for chitosan, and 50 ppm for chitosan immobilized by ditizon. the
decreasing level of Cd2+
in interferenced Pb2+
solution in optimum condition
decreases from 6,6020 mg/g becomes 8,4949 mg/g in cytosan, and 11,0395 mg/g
becomes 15,8257 mg/g by immobilization. The Pb2+
metal ion interference causes
positive interference, means that there is an increase in absorbance value that
could be caused by the location of both adjacent metal ion wavelength and are in
the same valency 2+.
Keywords: ditizon, chitosan, chitosan immobilized by ditizon, Cd 2+
ion.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
PERNYATAAN ................................................................................. ii
PERSETUJUAN ................................................................................ iii
PENGESAHAN ................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................... v
PRAKATA ......................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xv
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pencemaran Logam Berat ......................................................... 7
2.2. Kadmium (Cd) .......................................................................... 9
2.3. Interferensi ............................................................................... 9
2.4. Adsorpsi .................................................................................... 10
2.5. Kitosan Imobilisasi Ditizon ...................................................... 12
2.4.1 Kitosan ................................................................................. 12
2.4.2 Kitosan Imobilisasi Ditizon ................................................. 15
2.4.3 Difeniltiokarbazon (Ditizon) ............................................... 16
2.6. Hasil Penelitian Terkait ........................................................... 19
xi
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian ...................................................................... 21
3.2. Variabel Penelitian.................................................................... 21
3.3. Prosedur Penelitian ................................................................... 22
3.3.1 Alat dan Bahan .................................................................... 22
3.3.2 Cara Kerja ............................................................................ 23
3.3.3.1 Pembuatan Larutan Kitosan ............................................ 23
3.3.3.2 Pembuatan Kitosan Bead dan Kitosan Bead
Imobilisasi Ditizon ......................................................... 23
3.3.3.3 Penentuan Waktu Kontak Optimum ............................... 24
3.3.3.4 Penentuan Konsentrasi Larutan Optimum ...................... 24
3.3.3.5 Pembuatan Larutan Standar Kadmium ........................... 25
3.3.3.6 Aplikasi Penurunan Kadar Ion Cd2+
Terhadap Kitosan
dan Kitosan Imobilisasi Ditizon ...................................... 25
3.3.3.7 Pembuatan Larutan Standar Timbal ................................ 26
3.3.3.8 Aplikasi Penggunaan Kitosan Imobilisasi Ditizon
pada Larutan Kadmium Interferensi Timbal ................... 26
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sintesis Kitosan Imobilisasi Ditizon ......................................... 27
4.2. Karakterisasi Kitosan Imobilisasi Ditizon ................................ 30
4.3. Optimasi Waktu Kontak terhadap Adsorpsi Ion Cd2+
.............. 33
4.4. Optimasi Konsentrasi Larutan terhadap Adsorpsi Ion Cd2+
..... 34
4.5. Aplikasi optimasi penurunan kadar ion Cd2+
, dan
interferensinya terhadap Pb2+
pada kitosan dan kitosan
Imobilisasi Ditizon ................................................................... 36
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 40
5.2. Saran ......................................................................................... 40
xii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 41
LAMPIRAN ....................................................................................... 44
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Tabel Hasil FTIR Kitosan dan Kitosan Imobilisasi Ditizon. ... 31
4.2. Aplikasi titik optimum konsentrasi dan waktu kontak ............ 37
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Proses yang terjadi bila logam berat masuk ke lingkungan ...... 8
2.2. Struktur Kitin ............................................................................ 13
2.3. Struktur Kitosan ........................................................................ 13
2.4. Reaksi imobilisasi kitosan dengan ditizon ................................ 16
2.5. Struktur Ditizon ........................................................................ 17
2.6. Interaksi Cd2+
dengan adsorben Kitosan Imobilisasi
Ditizon ...................................................................................... 18
4.1. Perbedaan Fisik (a) Kitosan bead basah, (b) Kitosan bead
kering, (c) Kitosan bead Imobilisasi ditizon, (d) Serbuk
kitosan, (e) Serbuk Kitosan Imobilisasi ditizon ........................ 27
4.2. Hasil Spektra Inframerah Kitosan Imobilisasi Ditizon
dan Kitosan ............................................................................... 31
4.3. Pengaruh waktu kontak pada kitosan dan KTD ....................... 33
4.4. Pengaruh konsentrasi larutan pada kitosan ............................... 35
4.5. Pengaruh interferensi Pb2+
dalam Cd2+
pada kitosan dan
Kitosan Imobilisasi Ditizon ..................................................... 38
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Sertifikat Analisis Kitosan .......................................................... 44
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi ........................................................ 45
3. Pembuatan Larutan .................................................................... 45
4. Alur Kerja .................................................................................. 48
5. Foto Penelitian ........................................................................... 55
6. Spektrum FT-IR ......................................................................... 57
7. Data Penentuan Waktu Kontak Optimum Adsorpsi Cd2+
oleh
Kitosan dan Kitosan Imobilisasi Ditizon ................................... 58
8. Data Penentuan Konsentrasi Optimum Adsorpsi Cd2+
oleh
Kitosan dan Kitosan Imobilisasi Ditizon .................................... 65
9. Data Penentuan Aplikasi Optimum Adsorpsi Cd2+
oleh
Kitosan dan Kitosan Imobilisasi Ditizon .................................... 74
10. Data Perhitungan Penentuan Adsorpsi Cd2+
Terinterferensi
Pb2+
oleh Kitosan dan Kitosan Imobilisasi Ditizon ................... 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan komponen vital kehidupan setelah oksigen sekaligus
menjadi media transport utama bagi produk buangan yang dihasilkan dalam
proses kehidupan karena sifatnya sebagai pelarut yang baik.
Pencemaran perairan yang menjadi permasalahan global salah satunya
disebabkan oleh adanya logam berat. Meskipun berada dalam konsentrasi rendah
(ppm), keberadaan logam berat di lingkungan seperti Pb, Cd, Zn, Co, Ni, dan Cu
bersifat toksik dan berbahaya karena sifatnya yang sukar terurai ketika
terakumulasi dari banyaknya sisa industri yang dilepaskan ke perairan bebas tanpa
pengelolaan limbah. Hal ini akan membawa dampak negatif pada makhluk hidup
di lingkungan sekitarnya.
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (United States
Environment Protection Agency/USEPA) mengklasifikasikan beberapa logam berat
ke dalam daftar “Top 20 Hazardous Substance Priority List” yang mereka rilis.
Logam berat yang termasuk dalam 20 daftar berbahaya tersebut antara lain : raksa
pada peringkat 6, kadmium pada peringkat 7, kromium pada peringkat 8, dan nikel
di peringkat 13. Sedangkan peringkat pertama ditempati oleh arsenik (Ghifari,
2011). Kadmium merupakan logam berat berbahaya yang dalam bentuk garamnya
banyak digunakan pada beberapa jenis pabrik untuk proses produksinya. Industri
elektroplating merupakan salah satu industri yang banyak menggunakan kadmium
2
murni sebagai pelapis logam. Hingga kini diketahui bahwa kadmium merupakan
logam berat yang paling banyak menimbulkan toksisitas pada makhluk hidup
(Agusnar, 2007).
Selain kadmium terdapat logam berat seperti timbal (Pb) yang sangat
lambat penyerapannya di dalam tubuh, sehingga akan menyebabkan keracunan
progresif. Keracunan ini menyebabkan kadar timbal tinggi dalam aorta, hati,
ginjal, pancreas, paru-paru, tulang, limpa, testis, jantung dan otak. Kasus ini yang
terjadi di Amerika pada 9 kota besar yang pernah diteliti (Supriyanto, 2007).
Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengolah ion logam berat
antara lain netralisasi, presipitasi, pertukaran ion, biosorpsi dan adsorpsi. Adsorpsi
dapat dilakukan terhadap logam berat dengan menggunakan berbagai macam
adsorben, diantaranya zeolit, kitin-kitosan, biosorben dari spesialis alga, fly ash,
karbon aktif dan selulosa (Sholikhah, 2014).
Teknik adsorpsi merupakan salah satu teknik pengolahan limbah yang
diharapkan dapat menurunkan konsentrasi logam berlebih pada sistem perairan
yang di dasarkan interaksi ion logam dengan gugus fungsional pada permukaan
adsorben melalui interaksi pembentukan ion kompleks (Effendi, 2015).
Kitosan dipilih sebagai material dasar adsorben karena biaya produksinya
rendah, tidak menghasilkan limbah baru, dan efektif pada konsentrasi ionik
rendah. Senyawa kitin dan kitosan mempunyai sifat sebagai bahan pengemulsi
koagulasi, berperan sebagai penukar ion (ion exchanger) dan dapat berfungsi
sebagai absorben terhadap logam berat (Agusnar, 2007). Kitosan juga memliki
selektivitas dan kapasitas adsorbsi yang tinggi. Akan tetapi, kitosan memiliki sifat
3
mudah larut dalam sebagian dalam asam encer, seperti HNO3, HCl, HClO4, dan
lain-lain, sehingga penggunaan kitosan secara langsung sebagai adsorben menjadi
kurang efektif dan perlu dilakukan modifikasi terhadap kitosan.
Modifikasi adsorben dapat dilakukan dengan menggunakan ligan organik
seperti asam humat, 2-mercaptoimidazole dan ditizone untuk meningkatkan
kapasitas adsorbsi dan selektifitas pemisahan. Salah satu ligan organik yang
banyak digunakan adalah ditizon (1,5-difeniltiokarbazon) yang mempunyai atom
S dan N pada gugus –S-H dan –N-H yang sangat efektif berperan sebagai donor
pasangan elektron untuk membentuk khelat dengan adsorben. Interaksi ligan
ditizon yang terikat dalam permukaan kitosan memiliki pasangan elektron bebas
yang efektif sebagai basa lunak dan basa menengah pada atom N dan S. Selektif
ligan ini dalam membentuk ikatan koordinasi dengan logam berat dalam golongan
asam lunak dan asam menengah yang mendasari proses adsorbsi.
Muslimah (2015) menyebutkan penelitian menggunakan kitosan sebagai
adsorben logam telah dilakukan Ketkangplu dkk (2005) namun hasilnya kurang
selektif. Hal ini karena dalam suasana asam menyebabkan berkurangnya gugus
amina yang merupakan gugus aktif yang mampu berikatan dengan ion-ion logam
(Hastuti, 2011). Modifikasi kitosan untuk meningkatkan daya adsorbsi dapat
dilakukan dengan imobilisasi menggunakan penambahan ligan. Ligan yang
digunakan adalah ditizon yang sangat sensitif terhadap logam berat seperti Cd, Cr,
dan Cu karena banyak mengandung atom donor –NH, dan kelompok –SH.
Imobilisasi dengan ditizon diharapkan dapat memaksimalkan kemampuan
adsorpsi dan kestabilan menjadi semakin baik karena adanya penambahan gugus
4
aktif baru pada kitosan. Perbedaan kitosan dan kitosan yang telah diimobilisasi
dapat dikarakterisasi menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi baru
yang muncul setelah imobilisasi yang menyebabkan kemampuan adsorbsi
meningkat.
Solikhah (2014) menyebutkan bahwa zeolit imobilisasi ditizon lebih
optimum menyerap ion logam Cu2+
dibandingkan dengan zeolit teraktivasi.
Rohyami (2013) melaporkan jika menggunakan kitin imobilisasi ditizon sebagai
adsorben pengisi kolom ekstraksi fase padat dapat meningkatkan selektivitas dan
kapasitas adsorbsi untuk prekonsentrasi ion logam Cd(II). Modifikasi kitosan
imobilisasi ditizon diharapkan agar kitosan tersebut tidak mudah larut dalam
suasana asam dan memaksimalkan penyerapan.
Pengukuran penyerapan logam menggunakan SSA memungkinkan
terjadinya interferensi. Interferensi adalah munculnya gangguan substansi lain
terhadap analit yang sedang diukur. Interferensi menyebabkan hasil analisis
menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Mengingat adanya akumulasi limbah
bermacam-macam industri menyebabkan di dalam saluran perairan tidak hanya
terdapat satu jenis pengotor logam, melainkan terdapat cemaran ion logam Pb2+
dan Cu2+
. Yuliasari (2013) menyebutkan penurunan pembacaan konsentrasi Ni
pada larutan yang mengandung Fe dan Cr mencapai 32,19%. Penelitian Suliana
(2014) juga menyebutkan interferensi dari logam pengganggu Cu2+
dan Al3+
dengan pH optimum 6 dapat mempengaruhi arus puncak Cd2+
. Hal ini terjadi
karena ion pengganggu akan menempel pada adsorben sehingga jumlah ion logam
Cd(II) yang terserap menjadi berbeda.
5
Penelitian ini menyelidiki kemampuan kitosan imobilisasi ditizon dalam
menyerap ion logam, dimana logam tersebut memiliki potensi pencemaran
lingkungan relatif tinggi. Dengan menggunakan metode statis (batch) serta
analisis penyerapan logam menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA),
diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan pengetahuan dalam pengelolaan
limbah industri sehingga mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan oleh
keberadaan senyawa beracun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang diungkapkan di atas, dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
a) Bagaimana perbedaan karakteristik kitosan sebelum dan sesudah imobilisasi
ditizon ditinjau dari gugus fungsi?
b) Bagaimana kondisi optimal (waktu pengadukan dan konsentrasi larutan)
adsorbansi Cd2+
oleh kitosan dan KTD ?
c) Bagaimana interferensi Pb2+
dalam larutan Cd2+
terhadap pengukurannya
menggunakan kitosan imobilisasi ditizon pada kondisi optimum?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka dapat
dirumuskan tujuan berikut :
a) Mengetahui perbedaan karakteristik kitosan sebelum dan sesudah imobilisasi
ditizon ditinjau dari gugus fungsi.
b) Mengetahui kondisi optimal (konsentrasi larutan dan waktu pengadukan)
adsorbansi Cd2+
oleh kitosan dan KTD.
6
c) Mengetahui interferensi Pb2+
dalam larutan Cd2+
terhadap pengukurannya
menggunakan kitosan imobilisasi ditizon pada kondisi optimum.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendorong
para peneliti mengetahui kondisi optimal dan interferensinya pada logam-logam
lain.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Logam Berat
Pencemaran lingkungan perairan merupakan masalah global dan perlu
penanganan serius dari semua kalangan. Banyak industri menghasilkan limbah
yang hanya dialirkan ke perairan menjadi salah satu penyebab keberadaan logam
berat di lingkungan perairan. Tingginya kandungan logam berat di suatu perairan
dapat menyebabkan kontaminasi, akumulasi bahkan pencemaran terhadap
lingkungan seperti biota, sedimen, air dan sebagainya.
Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram
atau lebih untuk setiap cm³, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram
adalah logam ringan. Berdasarkan toksikologi, logam berat dibagi menjadi dua
jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, keberadaanya dalam jumlah
tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebih
menimbulkan efek racun, misalnya Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dll. Sedangkan jenis
kedua logam tidak esensial atau beracun, dimana kebaradaanya dalam tubuh
belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb,
Cr, dll (Muhajir, 2009).
Dalam perairan logam-logam ditemukan dalam bentuk (Hamidah,1980
dalam Bangun, 2005) :
1. Terlarut, yaitu ion logam bebas air dan logam yang membentuk kompleks
dengan senyawa organik dan anorganik.
8
2. Tidak terlarut, terdiri dari partikel yang berbentuk koloid dan senyawa
kompleks metal yang terabsorbsi pada zat tersuspensi.
Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan
mengalami tiga macam proses akumulasi, yaitu proses fisik (disebarkan oleh
adukan turbulensi da arus laut), kimia (pemekatan) dan biologis (dibawa oleh arus
laut maupun biota). Buangan limbah industri yang mengandung bahan berbahaya
dengan toksisitas tinggi dan kemampuan biota laut untuk menimbun logam-logam
bahan pencemar langsung terakumulasi secara fisik dan kimia kemudian
mengendap di dasar perairan sesuai Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Proses yang terjadi bila logam berat masuk ke lingkungan
laut (Bangun, 2005).
9
2.2 Kadmium (Cd)
Kadmium merupakan logam lunak mudah dibentuk berwarna putih yang
disimbolkan dengan Cd. Logam dengan nomor atom 48 dan berat atom sebesar
112,411, umumnya mempunyai valensi 2+ dalam persenyawaan. Bila dimasukkan
dalam larutan mengandung ion OH, ion-ion Cd2+
akan mengalami proses
pengendapan dalam bentuk senyawa terhidrasi berwarna putih.
Kadmium merupakan salah satu logam berat yang bersifat racun dan
merugikan bagi semua organisme hidup, bahkan juga berbahaya untuk manusia.
Batas toleransi untuk kadmium adalah 20 ppm dan dalam air minum sebesar 0,01
ppm. Jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat menghambat kerja
paru-paru, bahkan mengakibatkan kanker paru-paru, mual, muntah, diare, kram,
anemia, dermatis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati, serta gangguan
kardiovaskuler. Kadmium dapat pula merusak tulang (osteomalacia, osteoporosis)
dan meningkatkan tekanan darah. Gejala umum keracunan kadmium adalah sakit
dada, nafas sesak (pendek), batuk-batuk dan lemah (Setyaningrum 2013).
2.3 Interferensi
Interferensi secara umum didefinisikan sebagai gangguan yang
menyebabkan hasil analisis menyimpang dari hasil yang sebenarnya (true value).
Interferensi menyebabkan nilai yang terukur lebih besar atau lebih kecil dari pada
nilai sebenarnya. Jika nilai yang terukur lebih besar, dikatakan terjadi interferensi
positif. Sebaliknya, jika yang terukur lebih kecil dikatakan terjadi interferensi
10
negatif. Terjadinya interferensi tersebut dapat merugikan kedua belah pihak yaitu
industri maupun pengguna lingkungan.
Bila dilihat dari penyebabnya, dikenal dua jenis interferensi, yaitu :
a. Interferensi Spektra
Interferensi spektra disebabkan karena tumpang tidih (overlap) dari
garis-garis resonansi unsur yang diemisikan, karena unsur memiliki garis
spektra pada berbagai panjang gelombang. Ganggungan spektra ini dapat
diatasi dengan meningkatnya resolusi dengan prisma dan filter, atau dengan
teknik pemisahan baik pengendapan atau ekstraksi pelarut.
b. Interferensi Kimia
Terjadinya interferensi kimia disebabkan oleh terbentuknya senyawa
yang stabil yang menyebabkan peruraian tidak sempurna. Jenis gangguan ini
dapat diatasi dengan meningkatkan temperatur nyala, menggunakan zat
pembebas dan ekstraksi. Penyebab lain interfernsi kimia adalah ionisasi atom
atom gas dalam keadaan dasar. Gangguan ini dapat diatasi dengan
menggunakan temperatur nyala yang lebih rendah atau dengan menambahkan
zat penekan ionisasi (Sunarto, 2005).
2.4 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap zat
tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya tarik atom atau
molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap ke dalam. Adsorpsi menjadi
salah satu metode untuk menghilamgkan zat pencemar dari air limbah. Adsorpsi
11
merupakan terjerapnya suatu zat pada permukaan adsorben. Zat yang teradsorpsi
merupakan fase teradsorpsi (adsorbat) dan zat yang mengadsorpsi disebut
adsorben (Agustiningtyas, 2012).
Adsorpsi dapat terjadi karena gaya tarik atom atau molekul pada
permukaan padatan tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan cenderung menarik
molekul-molekul yang lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan, baik
fasa gas atau fasa larutan ke dalam permukaanya. Akibatnya, konsentrasi molekul
pada permukaan menjadi lebih besar dari pada dalam fasa gas atau zat terlarut
dalam larutan.
Banyaknya adsorbat yang terserap pada permukaan adsorben dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu: (Apriliani, 2010)
1. Jenis adsorbat, meliputi ukuran molekul adsorbat dan polaritas molekul
adsorbat;
2. Sifat adsorben, meliputi kemampuan adsorben, luas permukaan, temperature,
dan tekanan.
Apriliani (2010) menyebutkan metode adsorpsi dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
1. Statis yaitu ke dalam wadah berisi sorben dimasukkan larutan yang
mengandung komponen yang diinginkan, selanjutnya diaduk dalam waktu
tertentu, kemudian dipisahkan dengan penyaringan atau dekantasi.
Komponen yang telah terikat pada sorben dilepaskan kembali dengan
melarutkan sorben dalam pelarut tertentu dan volumenya lebih kecil dari
volume larutan mula-mula.
12
2. Dinamis (kolom) yaitu ke dalam kolom yang telah diisi dengan sorben
dilewatkan larutan yang mengandung komponen tertentu selanjutnya
komponen yang telah terserap dilepaskan kembai dengan mengalirkan
pelarut (eluen) sesuai dengan volume yang lebih kecil
Adsorpsi atau dalam bentuk lain disebut pertukaran ion (ion exchange) ini
sangat sesuai untuk memisahkan bahan dengan konsentrasi kecil dari campuran
yang mengandung bahan lain berkonsentrasi tinggi. Kecepatan adsorpsi tidak
hanya bergantung pada perbedaan konsentrasi dan luas permukaan adsorben,
melainkan juga suhu, pH, larutan, tekanan (untuk gas), ukuran partikel, dan
porositas adsorben tetapi jugabergantung pada ukuran molekul bahan yang akan
diadsorbsi dan viskositas campuran yang akan dipisahkan (Apriliani, 2010).
2.5 Kitosan Imobilisasi Ditizon
2.5.1 Kitosan
Kitosan adalah suatu biopolimer dari D-glukosamin yang dihasilkan dari
pross deasetilasi khitin dengan menggunakan alkali kuat. Kitosan bersifat polimer
kationik yang tidak larut dalam air, dan larutan alkali dengan pH diatas 6,5.
Kitosan mudah larut dalam asam organik seperti asam formiat, asam asetat, dan
asam sitrat (Rahayu 2007).
Pada dasarnya, baik kitosan maupun kittin keduanya merupakan ko-
polimer N-asetil-D-Glukosamin dan D-Glukosamin. Kitin biasanya mempunyai
derajat deasetilasi kurang dari 10 %, Sedangkan sekitar 60% derajat deasetilasi
untuk kitosan dan 90-100% untuk kitosan yang mengalami deasetilasi penuh.
13
Harga ini didasarkan dari bahan baku kittin yang digunakan dan proses yang
dijalankan (Rahayu 2007).
Perbedaan kitin dan kitosan didasarkan pada kandungan nitrogennya. Bila
nitrogen kurang dari 7% disebut kitin dan apabila kandungan total nirogennya
lebih dari 7% maka disebut kitosan.
Kitosan tidak beracun, mudah mengalami biodegradasi dan bersifat
polielektrolitik yang artinya memiliki muatan elektron yaitu muatan negatif
sehingga mampu berikatan dengan logam berat yang bermuatan positif, disamping
itu kitosan dapat dengan mudah berinteraksi dengan zat-zat organik lainnya
seperti protein, oleh karena itu kitosan relatif lebih banyak digunakan pada
berbagai industri terapan dan industri kesehatan (Rahawarin, 2011).
Gambar 2.2 . Struktur kitin
Gambar 2.3 . Struktur kitosan
Gambar 2.2 dan 2.3 memperlihatkan struktur dari kitin dan kitosan. Secara
umum proses pembuatan khitosan meliputi 3 tahap, yaitu deproteiasi,
demineralisasi dan deasetilasi. Proses deproteinasi bertujuan mengurangi kadar
protein dengan menggunakan larutan alkali encer dan pemanasan yang cukup.
14
Proses demineralisasi dimaksudkan untuk mengurangi kadar mineral (CaCO3)
dengan menggunakan asam konsentrasi rendah untuk mendapatkan khitin,
sedangkan proses deasetilasi bertujuan menghilangkan gugus asetil dari khitin
melalui pemanasan dalam larutan alkali kuat dengan konsentrasi tinggi. Proses
deasetilasi dengan menggunakan alkali pada suhu tinggi akan menyebabkan
terlepasnya gugus asetil (CH3CHO) dan molekul khitin. Gugus Amida pada khitin
akan berikatan dengan gugus hydrogen yang bermuataan positif sehingga
membentuk gugus amina bebas –NH2 . Dengan adanya gugus ini kitosan dapat
mengadsorpsi ion logam dengan membentuk senyawa kompleks. (Yunizal dkk
2001 dalam Rahayu 2007).
Prinsip dasar dalam mekanisme pengikatan antara kitosan dan logam berat
yang terkandung dalam limbah cair adalah prinsip penukar ion. Gugus amina
khususnya nitrogen dalam kitosan akan bereaksi dan mengikat logam dari
persenyawaan limbah cair. Kitosan sebagai polimer kationik yang dapat mengikat
logam dimana gugus amino yang terdapat pada kitosan berikatan dengan
logamdapat membentuk ikatan kovalen. Gaya yang bekerja yaitu gaya Van der
Walls, gaya elektrostatik, ikatan hydrogen dan ikatan kovalen. Standarisasi
penyerapan limbah logam dengan kitosan sebesar ≥ 70%. Kitosan yang tidak
dapat larut dalam air akan menggumpalkan logam menjadi flok-flok yang akan
bersatu dan dapat dipisahkan dari air limbah.
Wiyarsi, dkk (2009) menyatakan bahwa kitosan diketahui tidak larut di
dalam air dan beberapa pelarut organik seperti dimetilsulfoksida (DMSO) dan
pelarut alkohol organik namun kitosan dapat larut dalam asam organik encer
15
melalui protonasi gugus amino bebas pada pH kurang dari 6,5. Sebagai
pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Ketkangplu,dkk.(2005) yang
melakukan prekonsentrasi logam Cu(II), Cd(II) dan Pb(II) menggunakan adsorben
kitosan, maka akan dilakukan modifikasi dari kitosan yang memiliki gugus aktif
amina (-NH2) dengan penambahan ditizon agar kemampuan adsorpsi dan
kestabilannya menjadi semakin baik. Peningkatan kemampuan penyerapan logam
diperkirakan terjadi karena adanya penambahan gugus aktif baru pada kitosan
yang telah diimobilisasi menggunakan ditizon.
2.5.2 Kitosan Imobilisasi Ditizon
Imobilisasi merupakan suatu modifikasi untuk meniru keadaan asalnya di
alam yang diyakini berada dalam keadaan terikat pada partikel-partikel dalam
sel. Tujuan utama mengimobilisasi adalah untuk memperoleh adsorpsi plus yang
diharapkan akan meningkatkan daya serap atau adsorpsi (Zaborsky,1973 dalam
Fatimah 2013).
Kitosan imobilisasi ditizon dapat memiliki karakter yang berbeda jika
dibandingkan dengan tanpa imobilisasi. Hal ini disebabkan oleh adanya
antaraksi yang terjadi antara ditizon dan material yang mengimobilisasi.
Antaraksi yang terjadi dapat berupa gaya van der Waals, ikatan hidrogen,
bahkan ikatan kovalen. Antaraksi yang terjadi dipengaruhi oleh teknik yang
dilakukan dalam mengimobilisasi ditizon dengan materialnya, dalam penalitian
ini berupa kitosan.
Kitosan yang berbentuk bead dimodifikasi dengan imobilisasi ditizon
dapat meningkatkan kinerja adsorpsi dari kitosan. Adsorben yang awalnya
16
berwarna putih berubah menjadi merah keunguan setelah berinteraksi dengan
ditizon sesuai dengan Gambar 2.4 (Agustrya modifikasi, 2015).
Gambar 2.4. Reaksi imobilisasi kitosan dengan ditizon melalui ikatan hidrogen
Gambar 2.4 merupakan prediksi reaksi imobilisasi. Kitosan merupakan
polimer yang terdiri dari beberapa monomer. Ditizon dapat berikatan dengan
gugus N-H dan gugus –OH pada kitosan secara bersamaan pada dua monomer
berbeda. Interaksi yang terjadi berupa interaksi fisik, karena kitosan terlebih
dahulu dibentuk bead sebelum diimobilisasikan menggunakan larutan ditizon-
khloroform. Perbedaan bentuk antara bead dan larutan menyebabkan
pencampuran menjadi kurang optimal. Atom H dari gugus -NH pada ditizon
dengan atom O dari gugus –OH pada kitosan berinteraksi melalui ikatan hidrogen.
2.5.3 Difeniltiokarbazon (Ditizon)
Difeniltiokarbazon (ditizon) memiliki rumus H2DZ (Mr 256,3 ;
m.p.165°C) berupa serbuk kristal ungu kehitaman, tidak larut dalam air dan
asam lemah, lebih larut dalam tetraklorida (0,5 mg/L) dan larut dengan baik
dalam kloroform (20 mg/L). Ditizon merupakan reagen yang sudah dikenal dan
17
masih digunakan sebagai agen kromogenik untuk penentuan logam berat dengan
ekstraksi klasik analit dalam medium pelarut organik (Nezio et al.2005 dalam
Agustiningtyas 2012).
Gambar 2.5. Struktur Ditizon (Agustiningtyas, 2012).
Gambar 2.5 menampilkan struktur ditizon yang mempunyai dua atom
hidrogen aktif yang dapat disubtitusi dengan kation. Selain itu ditizon juga
merupakan molekul yang memiliki atom donor elektron, yaitu sulfur dan nitrogen
yang dapat bereaksi dengan kation seperti Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Pd, Ag, Cd, In,
Sn, Pt, Au, Hg, Ti, Pb, Bi, Se, Te, dan Po.
Reaksi sejumlah ditizon dengan ion logam berat membentuk senyawa
yang lebih dikenal sebagai “logam ditizonaid”. Beberapa logam berat dapat
menempati satu atau kedua atom H membentuk ditizonat primer ataupun ditizonat
sekunder. Bentuk primer lebih penting, dan hanya sedikit logam yang membentuk
ditizonat sekunder yang bersifat labil dan kurang larut dalam pelarut organik.
Dalam pembentukan kompleks ditizonat primer maupun sekunder, pH sangat
berpengaruh. Ditizonat primer dibemtuk pada pH rendah (medium asam)
sedangkan ditizonat sekunder pada pH tinggi (medium basa).
18
Gambar 2.6. Interaksi Cd
2+ dengan adsorben Kitosan Imobilisasi Ditizon
(Agustrya modifikasi 2015).
Gambar 2.6 menunujukkan interaksi ion logam Cd2+
dengan adsorben
kitosan imobilisasi ditizon. Ligan ditizon yang terikat dalam permukaan adsorben
kitosan memiliki pasangan elektron bebas yang efektif sebagai basa lunak dan
basa menengah pada atom N dan S. Ligan ini sangat selektif membentuk ikatan
koordinasi dengan logam berat dalam golongan asam lunak dan asam menengah.
Kompleks logam-ditizonat dengan logam bervalensi dua merupakan kompleks
netral. Interaksi inilah yang mendasari proses adsorbsi ion logam Cd2+
dengan
ligan ditizon yang terikat pada permukaan kitin (Agustrya,2015).
Pada suasana asam, terjadi kompetisi antara ion Cd2+
dengan ion H+ untuk
berikatan dengan ditizon. Jika ion H+ berikatan dengan ditizon maka akan
terbentuk asam ditizonat sedangkan bila ion Cd2+
berikatan dengan ditizon akan
terbentuk kompleks Cd2+
-ditizon yang tidak stabil. Dalam suasana basa, ion OH-
akan berikatan dengan salah satu ion H+ pada ditizon sehingga membentuk
kompleks yang stabil dengan Cd2+
(Agustiningtyas, 2012).
Ditizon merupakan ligan organik yang banyak digunakan karena
mempunyai atom S dan N pada gugus –S-H dan –N-H yang berperan sebagai
donor pasangan eektron untuk membuat khelat dengan adsorben. Dengan
penambahan ditizon diharapkan kemampuan adsorpsi dan kestabilan menjadi
19
semakin baik. Peningkatan kemampuan penyerapan logam diperkirakan terjadi
karena adanya penambahan gugus aktif baru pada kitosan yang telah diimobilisasi
menggunakan ditizon.
2.6 Hasil Penelitian Terkait
Berbagai modifikasi adsorben telah dikembangkan oleh peneliti untuk
mendapatkan hasil yang lebih efektif dalam penjerapan logam berat oleh material
adsorben, dalam hal ini khususnya kitosan. Modifikasi adsorben dapat dilakukan
dengan menggunakan ligan organik untuk meningkatkan kapasitas adsorbsi dan
selektifitas pemisahan.
Allent 2014 dan Muslimah 2015 melakukan modifikasi kitosan dengan
imobilisasi ditizon menggunakan ekstraksi fase padat untuk menurunkan kadar
logam berat, didapatkan hasil yang lebih efektif dan selektif untuk kitosan yang
telah diberi perlakuan imobilisasi dengan ditizon.
Allent dalam penelitiannya berjudul “Recovery Timbal dengan Ekstraksi
Fase Padat Menggunakan Kitosan Imobilisasi Ditizon” menyebutkan penyerapan
20 mL larutan Pb2+
pada kolom prekonsentrasi mencapai optimum pada pH 6 dan
konsentrasi EDTA 0,05 M dengan volume 10 mL.
Penelitian Rohyami tahun 2013 menyatakan penentuan logam berat Cu,
Cd, Pb dengan metode ekstraksi padat didapatkan pH optimum untuk Cd dan Cu
maksimal 6, sedangkan Pb optimal pada pH maksimal 5.
Agustiningtyas (2012) melakukan penelitian untuk meningkatkan kerja
zeolit melalui modifikasi dengan agen pengelat ditizon dalam mengurangi ion
20
Pb2+
dari larutan. Hasil penelitian didapatkan kapasitas adsorbsi zeolit dengan
modifikasi agen pengelat ditizon lebih tinggi dibandingkan dengan zeolit tanpa
modifikasi. Bobot adsorben terbaik untuk zeolit modifikasi adalah 0,2 g. Kondisi
terbaik untuk zeolit modifikasi diperoleh pada pH 6, konsentrasi Pb2+
300 ppm
dengan waktu kontak 60 menit, sedangkan untuk zeolite tanpa modifikasi
didapatkan kondisi terbaik pada pH 4, konsentasi Pb2+
250 ppm, dan waktu kontak
60 menit.
Agusnar (2007) menunjukkan penurunan kadar ion logam Cd dengan
waktu kontak 75 menit diperoleh kondisi optimum dengan % penyerapan sebesar
35,74%. Hal serupa terjadi pada penelitian Solikhah (2014) yang menyebutkan
waktu kontak optimum dari zeolit imobilisasi ditizon untuk penyerapan ion logam
Cu2+
adalah 75 menit dengan 0,8437 mg/g dengan presentase sebesar 93,2847%,
dan konsentrasi optimum 3 ppm dengan daya serap sebesar 1,0595 mg/g dengan
presentase 95,4133%. Penelitian Solikhah juga menyebutkan bahwa zeolit
imobilisasi ditizon lebih optimum menyerap ion logam Cu2+
dibandingkan dengan
zeolit teraktivasi. Hal ini dikarenakan pada zeolit imobilisasi ditizon bukan hanya
gugus-gugus aktif silanol dan siloksan yang ikut dalam proses penyerapan, tetapi
juga gugus sulfur dan nitrogen dari ditizon yang ikut dalam proses penyerapan.
40
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Perbedaan karakteristik kitosan sebelum dan sesudah imobilisasi
ditizon ditandai dengan munculnya gugus S=C pada panjang
gelombang 1078,87 cm-1
, dan C-N pada panjang gelombang 1033,50
cm-1
.
2. Pengaruh kitosan imobilisasi ditizon terhadap penurunan ion Cd2+
berdasarkan kondisi optimal, didapatkan peningkatan adsoropsi
dengan rata-rata jumlah ion Cd2+
yang terlepas sebesar 21,5420 mg/g
untuk KTD dengan konsentrasi 50 ppm, dan 19,4511 mg/g untuk
kitosan dengan konsentrasi 30 ppm.
3. Besar kenaikan kadar ion Cd2+
dalam larutan interferensi Pb2+
dalam
keadaan optimum mengalami peningkatan dari 6,6020 mg/g menjadi
8,4949 mg/g pada kitosan dan 11,0395 mg/g menjadi 15,8257 mg/g
dengan imobilisasi.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk interferensi logam-logam
yang lain.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk aplikasi langsung pada
limbah.
41
DAFTAR PUSTAKA
Agusnar, H. 2007. Penggunaan Kitosan dari Tulang Rawan Cumi-Cumi (Loligo
pealli) Untuk Menurunkan Kadar Ion Logam Cd dengan Menggunakan
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Sains Kimia, Vol. 11(1): 15-20.
Agustiningtyas, Z. 2012. Optimasi Adsorpsi Ion Pb(II) Menggunakan Zeolit Alam
Termodifikasi Ditizon. Skripsi. Bogor: IPB.
Agustrya, N., Lia.D., Titin,A.Z. 2015. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Kitosan
Terimobilisasi Ditizon Terhadap Cd(II). Jurnal Kimia Khatulistiwa, Vol.
4(3): 73-78.
Allen, C. V., Lia,D., Titin, A.Z. 2014. Recovery Timbal dengan Ekstraksi Fase
Padat Menggunakan Kitosan Terimobilisasi Ditizon. Jurnal Kimia
Khatulistiwa, Vol. 3(2): 1-6.
Apriliani, A. 2010. Pemanfaatan Arang Ampas Tebu Sebagai Adsorben Ion
Logam Cd, Cr, Cu, dan Pb dalam Air Limbah. Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Ardana,S.K., Eko,B.S., Fransisca,W.M. 2014. Sintesis Silika-Kitosan Bead untuk
Menurunkan Kadar Ion Cd(II) dan Ni(II) dalam Larutan. Indonesian
Journal of Chemistry Science, Vol. 3(3).:193-197.
Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika 2. Jakarta: Erlangga.
Bangun, J. M. 2005. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd)
dalam Air, Sedimen, dan Organ Tubuh Ikan Sokang (Triacanthus
nieuhofi) Di Perairan Ancol, Teluk Jakarta. Skripsi. Bogor: ITB.
Cahyaningrum,S.E.,Narsito.,Sri,J.S.,Rudiana,A. 2008. Adsorpsi Ion Logam Zn(II)
pada Bead Kitosan dari Cangkang Udang Windu (Penaus
Monodon).Jurnal Manusia dan Lingkungan.Vol 15(2):90-99.
Cahyaningrum,S.E.,Narsito.,Sri,J.S.,Rudiana,A.,2008. Adsorpsi Ion Logam Zn(II)
dan Cu(II) pada Kitosan Nano Bead dari Cangkang Udang Windu
(Penaus Monodon).Jurnal Manusia dan Lingkungan.Vol 18(3):200-205.
Effendi, R. 2015. Adsorbsi Logam Ni(II) dan Pb(II) dengan Menggunakan Arang
Aktif Sekam Padi yang Teraktivasi H3PO4. Skripsi. Yogyakarta: UIN
Kalijaga.
42
Fatimah, N.,Agung.T.P., Woro,S. 2014. Penggunaan Silika Gel Terimobilisasi
Biomassa Aspergillus niger untuk Adsorpsi Ion Logam Fe(III).
Indonesian Journal of Chemistry Science, Vol. 3(3).:183-187.
Ghiffari, A. S. 2011. Biosorpsi Logam Berat di Lingkungan Akuatik
Menggunakan Limbah Sekam Padi (Oryza sativa L.) sebagai Biosorben.
Makalah Seminar Sains-Teknologi-Kesehatan. Depok: Universitas
Indonesia.
Hastuti, B., Masykur, A., Ifada, F. 2009. Modifikasi Kitosan Melalui Proses
Swelling dan Crosslinking Menggunakan Glutaraldehit Sebagai
Pengadsorbsi Logam Cr(VI) Pada Limbah Industri Batik. Jurnal.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Ketkangplu, P., Chanyut P., dan Unob F. 2005. Preconcentration of Heavy Metals
from Aqueous Solution Using Chitosan Flake. Journal Sains Res Chula
University, Vol 30(1): 87-95.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Mudasir., Ginanjar, R., Iqmal, T., Endang.T.W. 2008. Immobillization of
Dithizone onto Chittin Isolated from Prawn Seawater Shells (P.
merguensis) and its Prellminary Study for the Adsorption of Cd(II) Ion..
Jurnal of Physical Science, Vol 19(1):63-78.
Muhajir, A. 2009. Studi Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kerang
Darah (Anadara granosa) dari Beberapa Pasar Kota Malang. Skripsi.
Malang:UIN Maulana Malik Ibrahim.
Muslimah, Lia D., Titin A. 2015. Prekonsentrasi Timbal (II) pada Air Sungai
Kapuas Menggunakan Kitosan Terimobilisasi Ditizon. Jurnal Kimia
Khatulistiwa, Vol. 4(3): 22-27.
Pratiwi,D.T., Agung T.P., Woro.S. 2013. Penentuan Kadar Kromium Dalam
Limbah Industri Melalui Pemekatan Dengan Metode Kopresipitasi
Menggunakan Cu-Pirolidin Dithiokarbonat. Indo.J.Chem. Sci.2(3) :235-
240.
Rahawarin, S. L. 2011. Potensi Kitin Kepiting Bakau (Scylls olivacea Herbst)
Dalam Menyerap Logam Berat Tembaga (Cu) Dari Limbah Tailing
Industri Pertambangan di Timika, Papua. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Atmajaya Yogyakarta.
Rahayu, L. H. Purnavita,S. 2007. Optimasi Pembuatan Kitosan dari Kitin Limbah
Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus) Untuk Adsorben Ion Logam
Merkuri. Jurnal Reaktor Vol. 11(1): 45-49.
43
Rahmanita, N. 2015. Pemanfaatan Kulit Singkong untuk Mengadsorpsi Ion
Logam Timbal (Pb). Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Rohyami, Y. 2013. Penentuan Cu, Cd, dan Pb dengan AAS Menggunakan Solid
Phase Extraxtion. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 2(1): 19-25.
Setyaningrum, D., Eko, B.S., Mohammad,A. 2014. Sintesis Membran Kitosan-
Silika Abu Sekam Padi Untuk Filtrasi Ion Cd2+
dan Cu2+
. Indonesian
Journal of Chemistry Science, Vol. 3(1):75-80.
Sholikah, S. Budi, U. Budi, U. 2014. Perbedaan Penggunaan Adsorben dari Zeolit
Alam Teraktivasi dan Zeolit Terimobilisasi Dithizon Untuk Penyerapan
Ion Logam Tembaga (Cu2+
). Makalah Seminar Nasional. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Suliana, A dan Pirim,S. 2014. Pembuatan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi
Bentonit Untuk Analisisi Cadmium(II) Dengan Ion Pengganggu
Aluminium(III) Dan Tembaga (II) Secara Voltametri. Jurnal Kimia, Vol
3(1):26-36.
Sunarto. 2005. Aplikasi Konstanta Kestabilan Kompleks Pada Analisis
Spektrofotometri Serapan Atom. Artikel Ilmiah. Yogyakarta: FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta. Halaman 1-7.
Supriyanto, C., Samin., Zainul K., 2007. Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu,
dan Cd pada Ikan Air Tawar dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan
Atom (SSA). Seminar Nasional. ISSN 1978-0176. Yogyakarta: STTN-
BATAN.
Trisnawati, E., Dewid, A., Abdullah,S. 2013. Pembuatan Kitosan Dari Limbah
Cangkang Kepiting Sebagai Bahan Pengawet Buah Duku dengan Variasi
Lama Pengawetan. Jurnal Teknik Kimia, Vol.19(2): 17-26.
Wiyarsi, A dan Erfan,P. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kitosan dari Cangkang
Udang Terhadap Efisiensi Penjerapan Logam Berat. Jurnal. Yogyakarta:
UNY.
Yuliansari, N., Widia, P., Frisca, Y.S. 2013. Studi Interferensi Besi dan Krom
Terhadap Analisis Nikel Secara Spektrofotometer Atom dan Aplikasinya
Pada Limbah Elektroplating Seng. Jurnal Penelitian Sains.Vol 16(1C):
21-26.