UNIVERSITAS INDONESIA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN...

68
UNIVERSITAS INDONESIA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN Garcinia kydia Roxb. DENGAN METODE DPPH DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA FRAKSI YANG AKTIF SKRIPSI MELY MAILANDARI 0906601481 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI EKSTENSI FARMASI DEPOK JANUARI 2012 Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN...

UNIVERSITAS INDONESIA

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN Garcinia

kydia Roxb. DENGAN METODE DPPH DAN IDENTIFIKASI

SENYAWA KIMIA FRAKSI YANG AKTIF

SKRIPSI

MELY MAILANDARI0906601481

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM STUDI EKSTENSI FARMASI

DEPOKJANUARI 2012

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN Garcinia

kydia Roxb. DENGAN METODE DPPH DAN IDENTIFIKASI

SENYAWA KIMIA FRAKSI YANG AKTIF

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarsarjana farmasi

MELY MAILANDARI0906601481

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM STUDI EKSTENSI FARMASI

DEPOKJANUARI 2012

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Mely Mailandari

NPM : 0906601481

Tanda Tangan :

Tanggal : 19 Januari 2012

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

iv

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih

dan Maha Penyayang karena telah memberikan nikmat iman dan nikmat ilmu

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi

pada Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai

pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Dr. Katrin, MS selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu,

tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya selama proses penelitian

hingga penyusunan skripsi ini.

(2) Dr. Berna Elya, M.Si. selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu,

tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya selama proses penelitian

hingga penyusunan skripsi ini.

(3) Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku ketua departemen yang telah

membimbing dan membantu selama mengikuti perkuliahan di farmasi.

(4) Dra. Azizahwati, M.S. selaku ketua program ekstensi yang telah

membimbing dan membantu selama mengikuti perkuliahan dan penelitian

di famasi.

(5) Nadia Farhanah Syafhan S.Farm., M.Si selaku pembimbing akademis

yang telah membimbing saya selama mengikuti perkuliahan di farmasi.

(6) Pihak Pusat Konservasi dan LIPI Kebun Raya Bogor yang telah membantu

dalam pengadaan bahan baku tanaman serta determinasi tanaman.

(7) Seluruh staff dan dewan pengajar Departemen Farmasi FMIPA UI atas

bantuan dan bimbingannya selama mengikuti perkuliahan.

(8) Kedua orang tua dan kakak-kakak yang sangat penulis cintai beserta

seluruh keluarga yang telah memberi dukungan semangat, material dan

moral.

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

vi

(9) Seluruh teman-teman ekstensi angkatan 2009 di Farmasi UI atas

kebersamaan selama menempuh pendidikan di farmasi, dan seluruh

teman-teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

telah memberi banyak dukungan moral kepada penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas semua bantuan dan dukungan

yang telah diberikan dan semoga kebaikan semuanya mendapat balasan yang

berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi

ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di dalam

bidang farmasi.

Penulis2011

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Mely Mailandari

NPM : 0906601481

Program Studi : Ekstensi

Departemen : Farmasi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Garcinia kydia Roxb. dengan Metode

DPPH dan Identifikasi Senyawa Kimia Fraksi yang Aktif.”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia atau

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : DepokPada tanggal : 19 Januari 2012

Yang menyatakan

(Mely Mailandari)

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Mely MailandariProgram studi : Ekstensi FarmasiJudul : Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Garcinia kydia

Roxb Dengan Metode DPPH dan Identifikasi Senyawa KimiaFraksi Ekstrak Yang Aktif

Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom atau molekul yang memiliki satuatau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital paling luar dan menjaditidak stabil karena kehilangan elektronnya. Antioksidan menstabilkan radikalbebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, danmenghambat terjadinya reaksi pembentukan radikal bebas yang dapatmenimbulkan stress oksidatif. Dari penelitian yang telah dilakukan terhadapspesies Garcinia, diperoleh beberapa senyawa yang memiliki aktivitasantioksidan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji adanya aktivitas antioksidanpada daun Garcinia kydia Roxburgh. Pengujian dilakukan menggunakan ekstrakdan fraksi hasil kolom yang kemudian diuji aktivitas antioksidannya denganmetode DPPH. Parameter adanya aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh ekstrakdan fraksi ditunjukan oleh nilai % inhibisi dan IC50. Hasil pengujian aktivitasantioksidan menunjukkan bahwa semua ekstrak dan fraksi memiliki aktivitasantioksidan. Nilai IC50 ekstrak etilasetat paling aktif yaitu 12,05μg/mL, metanol12,51μg/mL dan n-heksan 50,71μg/mL. Golongan senyawa yang dikandung olehekstrak etilasetat adalah alkaloid, flavonoid dan terpen. Hasil fraksinasi kolomdipercepat menghasilkan sembilan fraksi dan diperoleh yang paling aktif IC504,82μg/mL adalah fraksi E dengan kandungan kimia yaitu alkaloid, flavonoid danterpen.

Kata Kunci : antioksidan, identifikasi golongan senyawa, DPPH, tanaman

obat

xiv + 51 halaman : 11 gambar, 9 tabel, 1 lampiran

Daftar referensi : 34 (1958-2011)

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Mely Mailandari

Program study : Pharmacy Extention

Title : Antioxidant Activity Test Leaf Extract of Garcinia kydia Roxbwith DPPH Method and Identification of ChemicalCompounds of Active Fraction

Free radical is an atom, group of atoms or molecules that have one or moreunpaired electrons in the outermost orbitals and become unstable when loss theirelectrons. Antioxidants stabilize free radicals with complete deficiency ofelectrons that are owned free radicals. From the research that has been conductedon Garcinia species, obtained several compounds that have antioxidant activity.This study was conducted to test antioxidant activity in leaves of Garcinia kydiaRoxburgh. Tests carried out using the extracts and fractions of the column whichtested antioxidant activity by DPPH method. Parameters of antioxidant activityfrom extracts and fractions indicated by the value of % inhibition and IC50. Testresults showed that all of extracts and fractions have antioxidant activity. Themost active ethylacetate extract with IC50 value 12,05μg/mL, methanol12,60μg/mL and n-hexane 50,71μg/mL. Chemical compounds of ethylacetateextracts are alkaloids, flavonoids, and terpene. The results of acceleratedfractionation column obtained nine fractions and the most active fraction withIC50 value 4,82μg/mL is fraction E contain alkaloids, flavonoids and terpenes asthe chemical compounds.

Key Words : antioxidant, DPPH, medicinal plants, phytochemical screening

xiv + 51 pages : 11 pictures, 9 tables, 1 appendix

Bibliography : 34 (1958-2011)

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... vii

ABSTRAK .............................................................................................................. viii

ABSTRACT ............................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

1.4. Manfaat Hasil Penelitian ................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

2.1. Garcinia kydia Roxb. ....................................................................... 3

2.2. Simplisia ........................................................................................... 5

2.3. Ekstrak…… ....................................................................................... 5

2.4. Penapisan Fitokimia ......................................................................... 6

2.5. Radikal Bebas.................................................................................... 8

2.6. Antioksidan ....................................................................................... 9

2.7. Metode Uji Antioksidan Dengan DPPH ........................................... 13

2.8. Spektrofotometer Uv-Vis .............................................................. 14

2.9. Kromatografi ..................................................................................... 15

BAB 3. METODE PENELITIAN ......................................................................... 18

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 18

3.2 Alat ................................................................................................... 18

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

xi Universitas Indonesia

3.3. Bahan ................................................................................................ 18

3.4. Cara Kerja ........................................................................................ 18

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 26

4.1. Penyiapan Bahan .............................................................................. 26

4.2. Ekstraksi Simplisia ........................................................................... 26

4.3. Penapisan Fitokimia .......................................................................... 27

4.4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH................... 29

4.5. Hasil Perhitungan Nilai IC50 ............................................................. 29

4.6. Hasil Fraksinasi Ekstrak Etilasetat dengan Kromatografi Kolom .... 30

4.7. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi ............................................. 30

4.8. Hasil Identifikasi Fraksi E................................................................. 31

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 32

5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 32

5.2. Saran………………………………………………………………... 32

DAFTAR REFERENSI ......................................................................................... 33

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

xii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Tanaman Garcinia kydia Roxburgh..................................................... 37Gambar 4.2 Daun Garcinia kydia Roxburgh ........................................................... 37Gambar 4.3 Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan ekstrak dengan

penyemprot DPPH................................................................................ 38Gambar 4.4 Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan fraksi dengan

penyemprot DPPH................................................................................ 38Gambar 4.5 Bagan uji aktivitas antioksidan daun Garcinia kydia Roxb................. 39Gambar 4.6 Bagan fraksinasi ekstrak etilasetat dengan kromatografi kolom dan

uji aktivitas antioksidan fraksi yang aktif............................................. 40Gambar 4.7 Kurva hubungan konsentrasi sampel terhadap % hambatan ekstrak

n-heksan................................................................................................ 41Gambar 4.8 Kurva hubungan konsentrasi sampel terhadap % hambatan ekstrak

etilasetat ................................................................................................ 42Gambar 4.9 Kurva hubungan konsentrasi sampel terhadap % hambatan ekstrak

metanol ................................................................................................. 43Gambar 4.10 Kurva hubungan konsentrasi sampel terhadap % hambatan

kuersetin ............................................................................................... 44Gambar 4.11 Kurva hubungan konsentrasi sampel terhadap % hambatan fraksi E .. 45

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Nilai susut pengeringan Garcinia kydia Roxb. ................................. 46Tabel 4.2. Bobot ekstrak kental dan nilai % rendemen...................................... 46Tabel 4.3. Data hasil serapan ekstrak n-heksan ................................................. 47Tabel 4.4. Data hasil serapan ekstrak etilasetat.................................................. 47Tabel 4.5. Data hasil serapan ekstrak metanol ................................................... 48Tabel 4.6. Data hasil serapan ekstrak kuersetin ................................................. 48Tabel 4.7. Data hasil serapan fraksi E................................................................ 49Tabel 4.8. Data hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan, etilasetat,

metanol, kuersetin dan fraksi E.........................................................Tabel 4.9. Hasil identifikasi golongan senyawa pada daun Garcinia kydia

Roxb…….... ...................................................................................... 50

49

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

xiv Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Determinasi Tanaman.............................................................. 51

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

1 Universitas Indonesia

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom atau molekul yang memiliki

satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital paling luar, termasuk

diantaranya adalah atom hidrogen, logam-logam transisi dan molekul oksigen.

Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil karena kehilangan

elektronnya. Untuk menjadi stabil, radikal bebas akan mengambil elektron dari

molekul atau sel lain dalam tubuh kita. Proses pengambilan elektron dari sel-sel

tubuh kita menyebabkan kerusakan sel (Solution, Holistic Health, 2011). Peranan

reaksi radikal bebas pada makhluk hidup telah menjadi objek penelitian yang

banyak diminati. Secara garis besar yang banyak dipahami, radikal bebas berperan

penting pada kerusakan jaringan dan proses patologi dalam organisme hidup

Radikal bebas diproduksi secara kontinyu oleh tubuh manusia sebagai

akibat dari proses metabolisme. Radikal bebas yang terdapat dalam tubuh,

menurut Aruoma dalam laporan penelitiannya yang bertajuk Free Radicals,

Oxidative Stress and Antioxidants in Human Health and Disease adalah hidroksil,

anion superoksida, hidrogen peroksida, asam hipoklorat, oksigen singlet dan

peroksil (Holistic Health Solution, 2011).

Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menunda dan

mencegah kerusakan yang disebabkan oleh proses oksidasi. Antioksidan ini

mampu mengubah sel-sel tubuh menjadi pengaman untuk melawan radikal bebas

sebagai penyebab berbagai penyakit. Antioksidan dapat menghambat oksidasi

melalui 2 jalur, pertama yaitu melalui penangkapan radikal bebas (free radical

scavenging). Antioksidan jenis ini disebut dengan antioksidan primer. Termasuk

dalam jenis ini adalah senyawa-senyawa fenolik seperti galat dan flavonoid. Jalur

kedua tanpa melibatkan penangkapan radikal bebas. Antioksidan ini disebut

dengan antioksidan sekunder yang mekanismenya melalui pengikatan logam dan

menyerap sinar ultraviolet (Pokorny et al., 2007). Radikal bebas yang umumnya

digunakan sebagai model dalam penelitian antioksidan adalah 1,1-difenil-2-

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

2

Universitas Indonesia

pikrilhidrazil (DPPH) merupakan metode yang mudah, cepat, dan murah untuk

menetapkan aktivitas antioksidan.

Genus Garcinia terkenal dengan nama kelompok manggis-manggisan,

tersebar di daerah dataran rendah hutan tropis Asia, Afrika, New Caledonia, dan

Polynesia (Merza, J., 2004). Di dunia jumlahnya diperkirakan mencapai 400 jenis.

Di Indonesia Garcinia tergolong tumbuhan yang banyak tersebar. Berdasarkan

data yang ada di Herbarium Bogoriense terdapat sekitar 100 jenis Garcinia

(Jansen, 1992). Secara tradisional beberapa spesies dari genus ini telah digunakan

untuk pengobatan. Keragaman manfaat tumbuhan Garcinia sebagai obat

tradisional tersebut terkait dengan kandungan kimianya (Panthong, K., 2006).

Beberapa spesies dari genus ini telah diteliti secara berkesinambungan baik

kandungan kimia maupun aktivitas biologinya. Pada genus Garcinia ini banyak

ditemukan senyawa santon, benzofenon dan triterpen yang bersifat anti bakteri,

antoksidan, dan antikanker (Lannang, A.M., 2005; Vieira, L.M.M., 2004).

Beberapa senyawa antioksidan yang ditemukan dari genus ini menunjukkan

aktivitas yang tinggi (Baggett, S., 2005; Deachathai, S., 2006). Dari penelitian

yang telah dilakukan terhadap spesies Garcinia, diperoleh beberapa senyawa yang

memiliki aktivitas biologis dan farmakologis seperti antiinflamasi, antimikroba,

antifungi dan mempunyai efek antioksidan (Mackeen, M.M., 2000).

Salah satu genus Garcinia yang telah banyak diteliti yaitu G. cowa yang

diketahui memiliki aktivitas antioksidan (Mahabusarakam,W., 2005). Berdasarkan

klasifikasi ilmiah, Garcinia kydia Roxburgh memiliki hubungan kekerabatan

dengan Garcinia cowa sehingga diharapkan menjadi suatu potensi antioksidan

alternatif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penelusuran pustaka belum ada penelitian tentang aktivitas

antioksidan pada daun Garcinia kydia Roxburgh oleh karena itu dilakukan

penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak daun Garcinia

kydia Roxburgh.

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

3

Universitas Indonesia

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada

ekstrak daun Garcinia kydia Roxburgh dan mengidentifikasi golongan kandungan

kimia dalam fraksi ekstrak daun Garcinia kydia Roxburgh yang aktif.

1.4 Manfaat Penelitian

Memberikan alternatif antioksidan baru khususnya sebagai antioksidan

alami sehingga meminimalkan pemakaian antioksidan sintetik yang memiliki efek

samping lebih besar dibandingkan antioksidan alami serta menambah data ilmiah

mengenai spesies Garcinia kydia Roxburgh.

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

4

Universitas Indonesia

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Garcinia kydia Roxb.

Garcinia kydia Roxb. memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut (Jones,

S.B., 1987) :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Suku : Clusiaceae

Marga : Garcinia

Jenis : Garcinia kydia Roxburgh

Secara umum, manggis-manggisan mampu tumbuh mencapai 7-25 meter.

Tumbuhan ini dapat tumbuh pada ketinggian 1-1000 m di atas permukaan laut.

Manggis-manggisan membutuhkan iklim yang memiliki kelembaban dan panas

dengan curah hujan merata. Daun tunggal, ruas daun berhadapan atau berbentuk

helaian. Daunnya mengkilat di bagian permukaannya dengan permukaan atas

berwarna hijau gelap dan permukaan bawah berwarna hijau terang, bentuk elips

memanjang, berukuran 12-23 x 4,5-10 cm, dengan panjang tangkai 1,5-2 cm.

Terdapat 1-3 bunga betina di ujung batang dengan susunan menggarpu, garis

tengah 5-6 cm (Holistic Health Solution, 2011).

Garcinia kydia Roxburgh merupakan salah satu marga pada suku

Clusiaceae. Tumbuhan ini berupa pohon besar dengan tinggi mencapai 30 meter.

Tangkai daun ramping dengan panjang 1 cm, anak tangkai daun berukuran kecil

atau sedang, daun berbentuk elips dan ujung daun berbentuk meruncing atau

terbelah dua. Permukaan daun mengkilat dengan bagian permukaan atas berwarna

hijau gelap dan permukaan bawah hijau muda. Bunga kecil, mengelompok di

bagian pangkal daun dan berwarna kuning.

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap jenis Garcinia, diperoleh

beberapa senyawa yang memiliki aktivitas biologis dan farmakologis seperti

4Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

5

Universitas Indonesia

antiinflamasi, antimikroba, antifungi dan mempunyai efek antioksidan (Mackeen,

M.M. 2000). Peneliti dari Thailand telah mengisolasi lima jenis santon dari

G.cowa dimana dua diantara senyawa tersebut menunjukkan sifat antimikrobial

(Na, 1994). Menurut penelitian dari Jepang, bagian batang dari G. subelliptica

diketahui memilki empat jenis santon yang dapat digunakan sebagai senyawa

antioksidan (Minami, et al, 1994). Hasil penelitian di Ferancis dengan

menggunakan kulit batang dari G. virgata diperoleh senyawa santon yang dapat

menghambat radikal bebas (Merza et al, 2004). Hasil penelitian dari India

menunjukkan ekstrak heksan dan kloroform kulit buah G. cowa dan G.

pedunculata memiliki aktivitas antioksidan (Joseph, G.S., 2004). Penelitian yang

dilakukan oleh National Cancer Institution di Amerika Serikat terhadap beberapa

suku Clusiaceae yaitu G. livingstonei dan G. ovalifolia dapat menghasilkan

senyawa yang diberi nama guttiferone (Gustaffson et al, 1992).

2.2. Simplisia

Simplisia dalam Materia Medika Indonesia diartikan sebagai bahan

alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan

apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu simplisia

nabati, simplisia hewani, simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah

simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan

(isi sel) yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara

tertentu dikeluarkan dari selnya. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa

hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan

belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa

bahan pelikan yang belum diolah dengan cara sederhana atau belum berupa zat

kimia murni (Departemen Kesehatan, 1995).

2.3. Ekstrak

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia

yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang

tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Struktur kimia

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

6

Universitas Indonesia

yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-

senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat

keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan

mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Departemen

Kesehatan, 2000).

Terdapat beberapa metode ekstraksi antara lain cara dingin yaitu maserasi

dan perkolasi serta cara panas yaitu refluks, sokletasi, digesti, infus, dekok.

Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang

digunakan dihaluskan dan disatukan dengan bahan pengekstraksi. Pada metode

maserasi, bahan berupa serbuk simplisia yang halus, yang direndam dalam pelarut

sampai meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zat-zat yang mudah larut

akan segera larut. Waktu lamanya maserasi berbeda-beda, antara 4-10 hari.

Rendemen harus dikocok berulang-ulang karena dalam keadaan diam selama

maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif pada simplisia.

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan

massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada

lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarutan (Harborne,

1987).

2.4. Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara kualitatif

untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan.

Pemeriksaan diarahkan pada senyawa metabolit sekunder yang memiliki khasiat

bagi kesehatan seperti alkaloid, senyawa fenol, flavonoid, glikosida, terpenoid,

steroid, tanin dan saponin.

2.4.1. Alkaloid

Alkaloid adalah metabolit basa yang mengandung satu atau lebih atom

nitrogen biasanya dalam gabungan berbentuk siklik, bereaksi dengan pereaksi

alkaloid. Macam dan strukturnya sangat banyak. Menurut sifatnya alkaloid

umumnya memiliki sifat padat, walaupun ada yang cair, memutar bidang

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

7

Universitas Indonesia

polarisasi, larut dalam air ada yang tidak larut dalam pelarut organik, bersifat basa

dan terasa pahit. Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan

tumbuhan memakai air yang diasamkan untuk melarutkan alkaloid sebagai garam.

Alkaloid dapat dideteksi dengan menggunakan pereaksi Dragendorf, Mayer, dan

Bouchardat.

2.4.2. Senyawa fenol dan flavonoid

Senyawa fenol merupakan senyawa yang memilki cincin aromatik dan

mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut

dalam air karena umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosida dan biasanya

terdapat dalam vakuola sel. Aktivitas senyawa fenolik tumbuhan banyak dan

sangat beragam, misal lignin untuk membangun sel, antosianin sebagai pigmen

bunga sedangkan senyawa yang termasuk golongan lain masih merupakan dugaan

belaka.

Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, senyawa ini

menghambat banyak reaksi oksidasi baik secara enzimatis maupun non enzimatis.

Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik dari radikal bebas dan

superoksida sehingga dapat melindungi lipid membran terhadap reaksi yang

merusak. Proses ekstraksi senyawa ini dilakukan dengan etanol mendidih untuk

menghindari oksidasi enzim. Pendeteksian adanya senyawa ini dapat dilakukan

dengan menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol yang

menimbulkan warna hijau, merah ungu, biru atau hitam kuat.

2.4.3. Terpen

Terpen adalah suatu senyawa yang tersusun atas isopren CH2=C(CH3)-

CH=CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih

satuan C5 ini. Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa seperti monoterpen

dan seskuiterpen yang mudah menguap, diterpen yang sukar menguap dan yang

tidak menguap, triterpen, dan sterol.

Secara umum senyawa ini larut dalam lemak dan terdapat dalam

sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya senyawa ini diekstraksi degan menggunakan

eter dan kloroform. Steroid merupakan senyawa triterpen yang terdapat dalam

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

8

Universitas Indonesia

bentuk glikosida. Senyawa ini biasanya diidentifikasi dengan reaksi Lieberman-

Burchard (anhidrat asetat-H2SO4) yang memberikan warna hijau kehitaman

sampai biru.

2.4.4. Tanin

Tanin merupakan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan dan tersebar

luas, memiliki gugus fenol, memilki rasa sepat dan mempunyai kemampuan

menyamak kulit. Jika bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap

yang tak larut dalam air. Tanin secara kimia dikelompokkan menjadi dua

golongan yaitu tannin kondensasi dan tannin terhidrolisis. Tanin terkondensasi

atau flavolan secara biosntesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi

katekin tunggal yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang

lebih tinggi. Tanin terhidrolisis mengandung ikatan ester yang dapat terhidrolisis

jika dididihkan dalam asam klorida encer. Tanin dapat diidentifikasi dengan

menggunakan cara pengendapan menggunakan larutan gelatin 10%, campuran

natrium klorida-gelatin, besi (III) klorida 3%, dan timbal (II) asetat 25%.

2.4.5. Saponin

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan busa

jika dikocok denga air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan

hemolisis sel darah merah pada tikus. Identifikasi dapat dilakukan dengan

mengocok ekstrak dengan air hangat di dalam tabung reaksi dan akan timbul busa

yang dapat bertahan lama, setelah penambahn HCl 2N busa tidak hilang (Katzung,

1995).

2.5. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom atau molekul yang memiliki

satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital paling luar, termasuk

diantaranya adalah atom hidrogen, logam-logam transisi dan molekul oksigen.

Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil karena kehilangan

elektronnya. Untuk menjadi stabil, radikal bebas akan mengambil elektron dari

molekul atau sel lain dalam tubuh kita. Proses pengambilan elektron dari sel-sel

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

9

Universitas Indonesia

tubuh kita menyebabkan kerusakan sel (Solution, Holistic Health, 2011). Peranan

reaksi radikal bebas pada makhluk hidup telah menjadi objek penelitian yang

banyak diminati. Secara garis besar yang banyak dipahami, radikal bebas berperan

penting pada kerusakan jaringan dan proses patologi dalam organisme hidup.

Radikal bebas yang terdapat dalam tubuh, menurut Aruoma dalam laporan

penelitiannya yang bertajuk Free Radicals, Oxidative Stress and Antioxidants in

Human Health and Disease adalah hidroksil, anion superoksida, hydrogen

peroksida, asam hipoklorat, oksigen singlet dan peroksil (Holistic Health Solution,

2011).

Radikal bebas juga dapat terpapar dari lingkungan kedalam tubuh

(eksogen) melalui asap rokok, radiasi, polusi lingkungan, sinar ultra violet, obat-

obatan tertentu, pestisida, dan ozon. Adanya elektron tidak berpasangan

menyebabkan radikal bebas secara kimiawi sangat reaktif. Jika dua radikal bebas

bertemu, radikal- radikal tersebut dapat menggabungkan masing-masing elektron

yang tidak berpasangan membentuk ikatan kovalen. Ketika radikal bebas bereaksi

dengan senyawa non-radikal, radikal yang baru akan terbentuk dan reaksi berantai

dapat terjadi. Oleh karena itu radikal bebas memerlukan elektron yang berasal dari

sekitarnya sehingga terjadi perpindahan elektron dari molekul donor ke molekul

radikal untuk menjadikan radikal tersebut stabil. Antioksidan ini mampu

mengubah sel-sel tubuh menjadi pengaman untuk melawan radikal bebas

penyebab berbagai penyakit.

2.6. Antioksidan

2.6.1. Definisi antioksidan

Antioksidan adalah suatu zat yang diperlukan tubuh untuk menetralisir

radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas

terhadap sel normal. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi

kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya

reaksi pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stress oksidatif

(Holistic Health Solution, 2011).

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

10

Universitas Indonesia

2.6.2. Penggolongan dan sumber antioksidan

Antioksidan dapat digolongkan kedalam dua kelas: pertama yaitu

antioksidan preventif, yang mengurangi kecepatan inisiasi (permulaan) rantai

reaksi, dan yang kedua antioksidan pemutus rantai yang akan memotong

perbanyakan reaksi berantai (Holistic Health Solution, 2011).

Antioksidan preventif mencakup enzim katalase serta peroksidasi lain

yang bereaksi dengan ROOH, dan zat-zat khelasi ion. Antioksidan pemutus-rantai

sering berupa senyawa fenol atau amin aromatik. Sumber-sumber antioksidan

dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik

(antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami

(antioksidan hasil ekstraksi bahan alami). Beberapa contoh antioksidan sintetik

yang diijinkan penggunaanya untuk makanan dan penggunaannya telah sering

digunakan, yaitu butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil

galat dan tert-butil hidoksi quinon (TBHQ). Senyawa antioksidan alami tumbuhan

umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan

flavonoid, kumarin dan tokoferol. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas

antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin, flavonol dan kalkon

(Windono et al., 2001).

2.6.3. Mekanisme kerja antioksidan

Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama

merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen.

Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai

antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke

radikal lipida (R-, ROO-) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara

turunan radikal antioksidan (A+) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding

radikal lipida. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu

memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme

pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih

stabil. Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada

lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak..

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

11

Universitas Indonesia

Radikal-radikal antioksidan (A+) yang terbentuk pada reaksi tersebut

relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan

molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru. Besar konsentrasi antioksidan

yang ditambahkan dapat berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi,

aktivitas antioksidan grup fenolik sering lenyap bahkan antioksidan tersebut

menjadi prooksidan. Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung

pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji. Antioksidan

bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi tinggi (Jati, S. Handoko. 2008).

AH + O2 -----------> A+ + HOO-

AH + ROOH -----------> RO + H2O + A (2.1)

2.6.4. Metode Analisa Antioksidan

Metode analisa yang dapat digunakan untuk antioksidan diantaranya

terdapat beberapa metode pengujian secara in vitro yaitu:

2.6.4.1 Metode dengan DPPH

Metode menggunakan DPPH sebagai radikal bebas merupakan metode

yang paling sering digunakan untuk skrining aktivitas antioksidan berbagai

tanaman obat. Metode ini didasarkan pada reaksi reduksi dari larutan metanol di

dalam radikal bebas DPPH yang berwarna dengan penghambatan radikal bebas.

Dalam metode ini melibatkan pengukuran penurunan serapan DPPH pada panjang

gelombang maksimalnya, dimana sebanding dengan konsentrasi penghambat

radikal bebas yang ditambahkan ke dalam larutan reagen DPPH.

Aktivitas tersebut dinyatakan sebagai konsentrasi inhibisi (Inhibition

Concentration) atau IC50 (Shivaprasad, Mohan,Kharya,Shiradkar dan

Lakshman,2005). IC50 merupakan nilai yang menunjukan kemampuan

penghambatan proses oksidasi sebesar 50% suatu konsentrasi sampel (ppm). Nilai

IC50 yang semakin kecil menunjukkan semakin tingginya aktivitas antioksidan.

Suatu senyawa dikatakan memilki aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai IC50

kurang dari 50 ppm, antioksidan kuat untuk IC50 bernilai 50-100 ppm, antioksidan

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

12

Universitas Indonesia

sedang jika bernilai IC50 100-150 ppm,dan antioksidan lemah jika nilai IC50

bernilai 151-200 ppm (Blois, 1958).

2.6.4.2 Metode uji kapasitas serapan radikal oksigen atau Oxygen Radical

Absorbance Capacity (ORAC)

Prinsip metode ini adalah mengukur aktivitas antioksidan terhadap radikal

bebas yang berasal dari makanan, vitamin, suplemen nutrisi atau bahan kimia

lainnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan trolox (analog vitamin E)

sebagai standar untuk menentukan trolox ekuivalen (TE). Selanjutnya dilakukan

penghitungan dari TE yang ditunjukkan sebagai satuan atau nilai ORAC.

Kekuatan antioksidan ditandai dengan semakin tingginya nilai ORAC

(Shivaprasad, Mohan, Kharya,Shiradkar dan Laksman, 2005).

2.6.4.3 Aktivitas penghambatan radikal superoksida

Aktivitas penghambatan radikal superoksida secara in vitro diukur dari

reduksi riboflavin/cahaya/nitro blue tetrazolium (NBT). Metode yang paling

dikenal adalah reduksi NBT. Prosedur ini didasarkan pada pengaktifan radikal

superoksida oleh autooksidasi dari riboflavin dengan adanya cahaya. Radikal

superoksida akan mereduksi NBT menjadi formazon yang berwarna biru dan

dapat diukur pada 560 nm.

Kemampuan ekstrak dalam penghambatan warna hingga 50% diukur

dengan IC50. Radikal superoksida dapat juga dideteksi dengan oksidasi

hidrosilamin yang akan menghasilkan nitrit kemudian diukur enggunakan reaksi

kolorimetri (Shivaprasad, Mohan, Kharya,Shiradkar dan Laksman, 2005).

2.6.4.4 Aktivitas penghambatan radikal hidroksil

Kemampuan dalam menghambat radikal hidroksil yang berasal dari

ekstrak dikaitkan langsung dengan aktivitas antioksidan.

Metode ini melibatkan pengaktifan secara in vitro dari radikal hidroksil

menggunakan Fe3+/askorbat/EDTA/H2O2 berdasarkan reaksi Fenton. Radikal

hidroksil yang terbentuk dengan adanya oksidasi kemudian direaksikan dengan

dimetil sulfoksida (DMSO) agar membentuk formaldehid yang akan memberikan

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

13

Universitas Indonesia

warna kuning intensif bila direaksikan dengan pereaksi Nash (ammonium asetat 2

M). Intensitas warna kuning yang terbentuk kemudian diukur pada 412 nm

dengan spektrofotometer. Persentase penghambatan radikal hidroksil dinyatakan

sebagai aktivitas antioksidannya (Shivaprasad, Mohan, Kharta,Shiradkar dan

Lakshman, 2005).

2.7 Metode Uji Antioksidan Dengan DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil)

Aktivitas antioksidan suatu senyawa diukur dari kemampuannya dalam

menangkap radikal bebas. Radikal bebas yang biasa digunakan sebagai metode

dalam mengukur kemampuan penangkapan radikal bebas adalah 1,1-difenil-2-

pikrihidrazil (DPPH). DPPH merupakan suatu senyawa radikal bebas yang stabil

dan dalam penggunaannya sebagai pereaksi dalam uji penangkapan radikal bebas

cukup dilarutkan. Bila disimpan dalam keadaan kering dengan kondisi

penyimpanan yang baik akan stabil selama bertahun-tahun (Packer,1999).

Metode DPPH merupakan suatu metode pengukuran antioksidan yang

sederhana, cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen seperti uji lainnya (santin

oksidase, metode Tiosianat, antioksidan total). Pada metode ini, DPPH berperan

sebagai radikal bebas yang kemudian diredam radikal bebasnya oleh antioksidan

yang terdapat pada bahan uji, dimana DPPH akan bereaksi dengan antioksidan

tersebut membentuk 1,1,-difenil-2- pikril hidrazin. Reaksi tersebut menyebabkan

terjadinya perubahan warna yang dapat diukur menggunakan spektrofotometer

sinar tampak pada panjang gelombang 515 nm, dengan demikian aktivitas

peredaman radikal bebas oleh sampel dapat ditentukan.

Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode

peredaman radikal bebas DPPH (Yeh-Cen, 1995) yang mendasarkan prinsip kerjanya

pada sampel (mengandung senyawa bersifat antioksidan) yang dapat meredam radikal

bebas (DPPH).

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

14

Universitas Indonesia

Mekanisme reaksi metode DPPH adalah sebagai berikut :

O 2 N

N - N ( C 6 H 5 ) 2

N O 2

N O 2

+ A H

O 2 N

N - N ( C 6 H 5 ) 2

N O 2

N O 2

H

+ A

1,1-difenil-2-pikrilhidrazil + Antioksidan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin

2.8 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrum UV-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi

elektromagnetik (REM) dengan molekul.(Harmita, 2006). Bentuk energi radiasi

elektromagnetik mempunyai sifat gelombang dan partikel (foton). (Harmita,

2006) Besarnya tenaga foton berbanding lurus dengan frekuensi dari REM

dinyatakan dengan rumus :

E = h.v (2.2)

dimana E = Energi (Joule.molekul-1); h = Tetapan Planck = 6,63.1034

Joule.S.molekul-1; v = Frekuensi (S-1)

Pengukuran serapan dapat dilakukan pada panjang gelombang daerah

ultraviolet (panjang gelombang 190 nm – 380 nm) atau pada daerah cahaya

tampak (panjang gelombang 380 nm – 780 nm).

Pengukuran serapan dari suatu sampel dapat dilakukan dengan

perhitungan Lambert-Beer sebagai berikut:= IoIt = ε. b. c = a. b. c (2.3)

dimana A = serapan; a = daya serap; b = tebal lapisan zat yang menyerap sinar

(cm); c = kadar (g/L); ε = absorbsivitas molekuler (mol.cm.L-1); Io = Intensitas

sinar datang; It = Intensitas sinar yang diteruskan.

Senyawa atau zat yang dapat diperiksa adalah yang memiliki ikatan

rangkap terkonjugasi yang lebih dikenal dengan istilah kromofor. Senyawa yang

mengandung gugus kromofor akan mengabsorbsi radiasi sinar ultraviolet dan

cahaya tampak jika diikat oleh senyawa-senyawa bukan pengabsorbsi

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

15

Universitas Indonesia

(auksokrom). Gugus auksokrom yaitu gugus yang mempunyai elektron non

bonding dan tidak menyerap radiasi UV jauh contohnya -OH, -NH2, -NO2, -X.

(Harmita, 2006).

Spektrum serapan adalah hubungan antara serapan dengan panjang

gelombang yang biasanya digambarkan dalam bentuk grafik. Untuk

mengidentifikasi suatu zat pada daerah ultraviolet pada umunya dilakukan dengan

menggambarkan spektrum serapan larutan zat dalam pelarut, dan dengan kadar

yang tertera seperti pada monografi, untuk menetapkan serapan maksumum atau

minimum. Spektrum serapan dari zat yang diperiksa kadang-kadang perlu

dibandingkan dengan pembanding kimia yang sesuai. Pembanding kimia tersebut

dikerjakan dengan cara yang sama dan kondisi yang sama dengan zat yang

diperiksa. Blanko digunakan untuk koreksi serapan yang disebabkan pelarut,

pereaksi, sel ataupun pengaturan alat. Pengukuran serapan biasanya dilakukan

pada panjang gelombang serapan maksimum atau yang tercantum dalam

monografi.( Departemen Kesehatan, 2000).

Jenis spektrofotometer UV-Vis ada dua yaitu single beam dan double

beam. Pada single beam celah keluar sinar monokromatis hanya satu, wadah kuvet

yang dapat dilalui sinar hanya satu dan setiap perubahan panjang gelombang alat

harus dinolkan. Pada double beam celah keluar sinar monokromatis ada dua,

wadah melaui dua kuvet sekaligus dan cukup satu kali dinolkan dengan cara

mengisi kedua kuvet dengan larutan blanko.(Harmita, 2006).

2.9 Kromatografi

Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh

suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase

atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah

tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan

adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul

atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat

diidentifkasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Departemen Kesehatan,

2000).

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

16

Universitas Indonesia

Teknik kromatografi yang sering digunakan yaitu kromatografi kolom,

kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas dan kromatografi gas. Sebagai

adsorban selain kertas digunakan juga zat penjerap berpori misalnya aluminium

oksida, silika gel, dan selulosa. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis

umumnya digunakan untuk identifikasi, karena cara ini khas dan mudah dilakukan

untuk senyawa yang mudah menguap dan untuk identifikasi dan penetapan kadar,

sedangkan kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa dalam

jumlah yang lebih banyak (Harborne, 1987).

2.9.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan fisikokimia

yang didasarkan atas penyerapan, partisi (pembagian) atau gabungannya(Harmita.

2006). Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih

murah dibandingkan dengan kromatografi kolom.

2.9.1.1 Penyerap/Fase diam

Penyerap yang paling sering digunakan pada KLT adalah silika dan serbuk

selulosa, sementara mekanisme penyerapan yang merupakan suatu mekanisme

perpindahan solut dari fase diam ke fase gerak atau sebaliknya yang utama pada

KLT adalah partisi dan adsorbsi (Rohman, A., 2009). Ukuran standar untuk

lempeng KLT adalah 20 x 20 cm. Ukuran lainnya dari lempeng antara lain 5 x 20

cm, 10 x 20 cm dan 20x40 cm (Gritter,Bobbit dan Schwarting,1991).

2.9.1.2 Fase gerak

Sistem yang paling sederhana dalam pemilihan fase gerak adalah dengan

menggunakan campuran dua pelarut organik karena daya elusi campuran kedua

pelarut ini dapat mudah diatur sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih fase gerak adalah fase gerak

harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik

yang sensitive, daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa agar

memaksimalkan pemisahan, pemisahan dengan menggunakan fase diam polar

seperti silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan nilai Rf.

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

17

Universitas Indonesia

2.9.1.3 Aplikasi (penotolan) sampel

Pemisahan pada KLT yang optimal akan diperoleh hanya jika menotolkan

sampel dengan ukuran sekecil dan sesempit mungkin dan jika sampel yang

digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi. Sampel dengan pita

yang sempit akan menjamin resolusi yang paling tinggi bahkan jika sampel

mengandung sejumlah komponen dengan perbedaan nilai Rf yang minimal.

Penotolan sampel dalam jumlah banyak secara manual membutuhkan waktu yang

lama dan juga menghasilkan reprodusibilitas yang kurang bagus. Reprodusibilitas

dan kecepatan sering dicapai dengan menggunakan penotolan otomatis.

2.9.1.4 Pengembang

Beberapa teknik pengembangan dalam KLT dan KLT kinerja tinggi yaitu

konvensional, pengembangan dua dimensi, pengembangan kontinyu dan

pengembangan gradient.

2.9.1.5 Deteksi

Bercak pemisahan KLT umumnya merupakan bercak yang tidak berwarna.

Penentuan bercak dapat dilakukan meggunakan cara kimia, fisika maupun biologi.

Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu

pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Beberapa cara

kimiawi untuk mendeteksi bercak antara lain mengamati lempeng di bawah lampu

ultra violet pada panjang gelombang emisi 254 atau 366 nm dan menyemprot

lempeng KLT dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat lalu dipanaskan

untuk mengoksidasi pelarut organik yang nampak berwarna hitam sampai

kecokelatan (Rohman, A., 2009).

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

18

Universitas Indonesia

BAB 3METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Laboratorium Penelitian Fitokimia, Departemen Farmasi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, selama

bulan September hingga Desember 2011.

3.2 Alat

Labu destilasi, botol cokelat, kondensor, penangas air, tabung reaksi, rak

tabung reaksi, termometer, erlenmeyer, beker glass, gelas ukur, pipet volume,

pipet mikro, pipet tetes, cawan penguap, labu takar, spektofotometer UV-Vis

(Hitachi), kuvet kuarsa, kolom kromatografi, , lempeng KLT (Merck), plat tetes,

batang pengaduk, spatel, sendok tanduk, gelas arloji, penguap vakum putar, pipet

mikro (Eppendorf).

3.3 Bahan

3.3.1 Bahan Uji

Daun Garcinia kydia Roxburgh yang diperoleh dari Kebun Raya Bogor.

3.3.2 Bahan Kimia

Metanol, etilasetat, n-heksan yang telah didestilasi, metanol p.a (Merck),

DPPH (Sigma-Aldrich), mayer LP, bouchardat LP, dragendorf LP, asam sulfat

pekat p.a (merck), asam klorida p.a (merck), serbuk seng (Merck), dietil eter p.a

(Merck), gelatin, natrium klorida, natrium klorida-gelatin, besi (III) klorida 3%,

anhidrat asetat, kloroform, amoniak.

3.3.2 Bahan Pembanding

Kuersetin (Sigma-Aldrich)

3.4 Cara kerja

3.4.1 Penyiapan bahan

Tahap awal dilakukan pengumpulan tanaman yang diambil dari Kebun

Raya Bogor dan dideterminasi di LIPI Kebun Raya Bogor, Tanaman yang

18Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

19

Universitas Indonesia

diperoleh adalah daun yang belum kering merata dan telah disortasi basah serta

dicuci untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang masih menempel

pada bahan. Setelah itu dikeringanginkan dalam ruangan AC dengan suhu 180C

selama 10 hari. Daun yang diperoleh tersebut selanjutnya dikeringkan dalam

oven sampai kering merata. Proses terakhir dilakukan perajangan dan diblender.

Simplisia disimpan di tempat yang kering dan terlindung dari cahaya.

3.4.2 Ekstraksi

Proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi bertingkat dengan pelarut

yang memilki kepolaran meningkat yaitu pelarut n-heksan, etilasetat dan metanol

sambil tiap kali dikocok sampai terekstraksi sempurna. Ekstrak pertama yang

didapatkan adalah ekstrak n-heksan. Ampas kemudian diangin-anginkan agar

bebas dari pelarut n-heksan lalu dimaserasi kembali dengan etilasetat, setelah

didapatkan ekstrak etilasetat, ampas dimaserasi kembali menggunakan pelarut

metanol sampai didapatkan ekstrak metanol. Masing-masing ekstrak yang didapat

kemudian diuapkan pelarutnya menggunakan rotavapor kemudian dikentalkan

dengan waterbath pada suhu kurang lebih 50oC.

3.4.3 Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH

Masing-masing ekstrak dari daun Garcinia kydia Roxb. (ekstrak n-heksan,

etil asetan dan metanol) dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui aktivitas

antioksidannya. Sebanyak 10 mg ekstrak dilarutkan dalam 10 mL metanol,

kemudian dari masing-masing ekstrak tersebut ditotolkan pada lempeng silika gel

F254 dengan menggunakan pipa kapiler. Selanjutnya lempeng disemprot dengan

larutan DPPH dalam metanol. Lempeng dibiarkan selama beberapa menit,

kemudian bercak yang muncul diamati. Bercak akan memberikan warna kuning

atau putih dengan latar belakangnya berwarna ungu. Hal ini menunjukkan adanya

suatu aktivitas penghambatan radikal bebas DPPH.

Setelah dilakukan uji pendahuluan dan didapat ekstrak yang memilki

komponen aktif yang dapat menghambat radikal bebas, kemudian dilakukan uji

aktivitas antioksidan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Pada masing-

masing ekstrak dari daun Garcinia kydia Roxb. (ekstrak n-heksan, ekstrak

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

20

Universitas Indonesia

etilasetat, ekstrak metanol) diuji aktivitas antioksidan dengan metode Blois. Nilai

IC50 didapatkan dengan perhitungan menggunakan rumus persamaan regresi.

3.4.3.1 Pembuatan larutan DPPH

Sejumlah 5,0 mg DPPH ditimbang dan dilarutkan dalam 50 mL metanol

p.a didapatkan konsentrasi 100 µg/ml.

3.4.3.2 Pembuatan larutan blanko

Larutan blanko dibuat dengan 1,0 mL metanol p.a dimasukkan kedalam

tabung reaksi dan ditambahkan 2,0 mL metanol serta 1,0 mL DPPH, kemudian

dikocok sampai homogen. Selanjutnya larutan diinkubasi selama 30 menit pada

suhu 37oC.

3.4.3.3 Optimasi panjang gelombang DPPH

Larutan DPPH dengan konsentrasi 100 µg/ml ditentukan spektrum

serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400

nm hingga 700 nm agar didapatkan panjang gelombang optimumnya.

3.4.3.4 Persiapan larutan uji

a. Pembuatan larutan induk ekstrak konsentrasi 1000 µg/mL

Sebanyak 10 mg ekstrak ditimbang kemudian dilarutkan dalam 10 mL

metanol p.a kemudian dikocok sampai homogen.

b. Pembuatan larutan seri ekstrak n-heksan konsentrasi 250, 200, 150, 100,dan 50 µg/mL

Masing-masing larutan induk ekstrak n-heksan dipipet sebanyak 0,5; 1,0;

1,5; 2,0 dan 2,5 mL kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan

dicukupkan volumenya dengan metanol p.a hingga 10 mL, dikocok sampai

homogen.

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

21

Universitas Indonesia

c. Pembuatan larutan seri ekstrak etilasetat konsentrasi 65, 55, 45, 30 dan20µg/mL

Masing-masing larutan induk ekstrak etilasetat dipipet sebanyak 0,2; 0,3;

0;45; 0,55 dan 0,65 mL kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan

dicukupkan volumenya dengan metanol p.a hingga 10 mL, dikocok sampai

homogen.

d. Pembuatan larutan seri ekstrak metanol konsentrasi 65, 55, 45, 30 dan20µg/mL

Masing-masing larutan induk ekstrak metanol dipipet sebanyak 0,2; 0,3;

0;45; 0,55 dan 0,65 mL kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan

dicukupkan volumenya dengan metanol p.a hingga 10 mL, dikocok sampai

homogen.

3.4.3.5 Pembuatan larutan pembanding kuersetin

a. Pembuatan larutan induk kuersetin konsentrasi 100 µg/mL

Sebanyak 5,0 mg kuersetin ditimbang kemudian dilarutkan dalam 50 mL

metanol p.a, dikocok sampai homogen.

b. Pembuatan larutan seri kuersetin konsentrasi 9, 7, 5, 3 dan 1 µg/mL

Masing-masing larutan induk kuersetin dipipet sebanyak 0,01; 0,03; 0,05;

0,07 dan 0,09 mL kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan

dicukupkan volumenya dengan metanol p.a hingga 10 mL, dikocok sampai

homogen.

3.4.3.6 Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak

Masing-masing larutan uji dan larutan pembanding dipipet 1,0 mL

dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan sebanyak 2,0 mL

methanol dan 1,0 mL DPPH 100 µg/mL, dikocok sampai homogen. Selanjutnya

larutan tersebut diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC dan diukur

serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517

nm.

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

22

Universitas Indonesia

3.4.3.7 Penghitungan nilai IC50

Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50%

(IC50) yaitu konsentrasi sampel yang dapat meredam radikal DPPH sebanyak

50%. Nilai IC50 dihitung berdasarkan presentase inhibisi terhadap radikal DPPH

dari masing-masing konsentrasi larutan sampel dengan rumus (Valentao, P. dkk.,

2001) :

Absorban blanko – Absorban sampel% inhibisi = -------------------------------------------------- x 100%

Absorban blanko

Dari masing-masing konsentrasi yang diuji maka akan didapatkan

presentase inhibisi, kemudian hasil tersebut diplotkan dalam sebuah grafik,

didapatkan suatu persamaan y = a + bx dan akan diperoleh nilai IC50 dengan

perhitungan secara regresi linear dimana x adalah konsentrasi (µg/mL) dan y

adalah presentase inhibisi (%). Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah mengganti

y = 50.

3.4.4. Identifikasi kandungan kimia

3.4.4.1 Identifikasi alkaloid (Depkes RI, 1995)

Sejumlah ekstrak kental dilarutkan dengan 9 ml air suling dan 1 ml HCL

2N, kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, lalu didinginkan.

Selanjutnya disaring dan filtrat digunakan sebagai larutan percobaan yang akan

digunakan dalam pengujian. Sejumlah 1 ml filtrat dipindahkan pada kaca arloji,

kemudian ditambahkan 2 tetes Bouchardat LP. Hasil positif ditunjukkan dengan

adanya endapan coklat hitam. Sejumlah 1 ml filtrat dipindahkan ke kaca arloji,

ditambahkan 2 tetes Mayer LP. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya

endapan putih atau kuning yang larut dalam metanol P. Berikutnya 1 ml filtrat

dipindahkan ke kaca arloji, ditambahkan 2 tetes Dragendorf LP. Hasil positif

ditunjukkan dengan terbentuknya endapan jingga coklat.

3.4.4.2 Identifikasi glikosida (Depkes RI, 1995)

Sejumlah ekstrak kental ditambahkan 25 ml air dan 25 ml timbal (II) asetat

0,4 M, kocok, didiamkan selama 5 menit dan saring. Sari filtrat tiga kali, tiap kali

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

23

Universitas Indonesia

dengan 20 ml campuran (3:1) kloroform P dan isopropanol. Pada kumpulan sari

ditambahkan natrium sulfat anhidrat, disaring, dan diuapkan pada suhu tidak lebih

dari 50o. Sisa sari dilarutkan dengan 2 ml metanol. Larutan ini digunakan sebagai

larutan percobaan. Pada percobaan pertama larutan sebanyak 1 mL diuapkan

hingga kering, sisanya ditambahkan 5 ml asam asetat anhidrat P dan 10 tetes asam

sulfat P. Hasil positif ditandai oleh terbentuknya warna biru atau hijau. Pada

percobaan selanjutnnya larutan sebanyak 1 mL diuapkan hingga kering, sisanya

dilarutkan dengan 2 mL air dan 5 tetes Molisch LP. Kemudian ditambahkan 2 mL

asam sulfat P dengan hati-hati. Hasil positif ditandai oleh terbentuknya cincin

berwarna ungu pada batas cairan (Reaksi Molisch).

3.4.4.3 Identifikasi saponin (Depkes RI, 1995)

Sejumlah ekstrak kental dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan 10 mL air suling panas, didinginkan, dikocok kuat-kuat selama 10

detik. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang mantap tidak

kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam

klorida 2 N buih tidak hilang.

3.4.4.4 Identifikasi flavonoid (Depkes RI, 1995)

Ekstrak kental dilarutkan dalam 5 ml etanol 95% kemudian dilakukan

percobaan. Pada uji pertama diambil 2 ml larutan ekstrak, ditambahkan 0,5 gram

serbuk seng, kemudian ditambahkan 2 ml HCl 2N, didiamkan 1 menit. Setelah itu

ditambahkan 10 tetes HCl pekat. Kocok perlahan, kemudian didiamkan 2-5 menit.

Hasil positif ditandai oleh terbentuknya warna merah intensif. Uji selanjutnya

diambil 2 ml larutan ekstrak, ditambahkan 0,1 gram serbuk magnesium.

Kemudian ditambahkan 10 tetes HCl pekat. Kocok perlahan. Terbentuk warna

merah jingga hingga merah ungu yang menunjukkan positif adanya flavonoid.

Jika terjadi warna kuning jingga, menunjukkan adanya flavon, kalkon, dan auron.

Ekstrak kental dilarutkan dengan aseton., kemudian ditambahkan sedikit

serbuk asam borat dan asam oksalat, dipanaskan hati-hati lalu ditambahkan 10 ml

eter. Hasil diamati dengan sinar ultraviolet 366 nm. Larutan akan berfluoresensi

kuning intensif yang menunjukkan positif flavonoid.

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

24

Universitas Indonesia

3.4.4.5 Identifikasi tanin (Farnsworth, 1966)

Sejumlah ekstrak kental dilarutkan dalam 5 mL air suling panas dan

diaduk. Setelah dingin disentrifugasi dan bagian cairan dipisahkan dan diberi

larutan NaCL 10% kemudian disaring. Filtrat sebanyak masing-masing 1 mL

ditambahkan 3 mL larutan gelatin 10% dan diperhatikan adanya endapan.

Selanjutnya filtrat sebanyak I mL ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 3% dan

diperhatikan terjadinya perubahan warna menjadi hijau violet. Kemudian filtrat

sebanyak 1 mL ditambahkan 3 mL larutan NaCl-gelatin (larutan gelatin 1% dalam

larutan NaCl 10%) dan diperhatikan adanya endapan.

3.4.4.6 Identifikasi kuinon/antrakuinon (Depkes RI, 1995)

Sejumlah ekstrak dilarutkan dengan 5 mL asam sulfat 2 N, dipanaskan

sebentar kemudian didinginkan. Tambahkan 10 mL benzen P, kocok, didiamkan.

Lapisan benzen dipisahkan, disaring, filtrat berwarna kuning menunjukkan adanya

antrakuinon. Lapisan benzen dikocok dengan 1 mL sampai 2 mL natrium

hidroksida 2 N, didiamkan, lapisan air berwarna merah intensif dan lapisan

benzen tidak berwarna.

3.4.4.7 Identifikasi terpen (Farnsworth, 1966)

Sejumlah ekstrak kental ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam sulfat

pekat (2:1). Hasil positif ditandai dengan terbentuknya merah-hijau atau violet-

biru.

3.4.5 Pemisahan dan Identifikasi Senyawa Kimia Fraksi yang Paling Aktif

Pemisahan dilakukan menggunakan kolom dipercepat yang memilki tinggi

16 cm dan diameter 4 cm serta menggunakan eluen dengan kepolaran yang

meningkat. Fase diam yang digunakan adalah silika gel sebanyak 100 gram yang

telah disetimbangkan dengan 200 mL n-heksan dan fase gerak secara berturut-

turut yaitu n-heksan-etilasetat (100:0, 95:5, 90:10, 85:15. 80:20, 75:25, 70:30,

65:35, 60:40, 55:45, 50:50, 45:55, 40:60, 35:65, 30:70, 25:75, 20: 80, 15: 85,

10:90, 5:95, 0:100) selanjutnya etilasetat-metanol (95:5, 90:10, 85:15. 80:20,

75:25, 70:30, 65:35, 60:40, 55:45, 50:50, 45:55, 40:60, 35:65, 30:70, 25:75, 20:

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

25

Universitas Indonesia

80, 15: 85, 10:90, 5:95, 0:100). Ekstrak etilasetat dilarutkan dengan sedikit eluen

kemudian ditambahkan silika gel secukupnya sampai menjadi serbuk, kemudian

ditambahkan ke dalam kolom dan dialiri eluen. Fraksi yang didapat dikumpulkan

dan dengan menggunakan KLT fraksi yang memiliki pola kromatogram yang

sama digabungkan. Fraksi yang ditampung masing-masing sebanyak 200 mL

menggunakan botol vial.

Masing-masing fraksi dilakukan uji pendahuluan aktivitas antioksidan

dengan perlakuan yang sama seperti uji aktivitas antioksidan terhadap ekstrak,

kemudian dilakukan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH.

Identifikasi kimia dilakukan terhadap ekstrak yang paling aktif menggunakan

pereaksi kimia.

3.4.5.1 Uji aktivitas antioksidan fraksi

a. Pembuatan larutan induk konsentrasi 1000 µg/mL

Sebanyak 10,0 mg kuersetin ditimbang kemudian dilarutkan dalam 10 mL

metanol p.a, dikocok sampai homogen.

b. Pembuatan larutan seri konsentrasi 30, 20, 15, 10 dan 5 µg/mL

Masing-masing larutan induk dipipet sebanyak 0,05; 0,1; 0,15; 0,2 dan 0,3

mL kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10mL dan dicukupkan volumenya

dengan metanol p.a hingga 10mL, dikocok sampai homogen.

3.4.5.3 Pengujian aktivitas antioksidan fraksi

Masing-masing larutan uji dan larutan pembanding dipipet 1,0 mL

dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan sebanyak 2,0 mL

metanol dan 1,0 mL DPPH 100 µg/mL, dikocok sampai homogen. Selanjutnya

larutan tersebut diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC dan diukur

serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang

517nm.

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

26

Universitas Indonesia

BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyiapan Bahan

Tanaman diambil bagian daunnya dari Kebun Raya Bogor dan telah

dideterminasi di LIPI Kebun Raya Bogor. Determinasi tanaman bertujuan untuk

memastikan bahwa bahan yang digunakan benar daun Garcinia kydia Roxburgh.

Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 4.1, gambar tanaman dan daun

Garcinia kydia Roxburgh dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Selanjutnya daun yang diambil disortasi basah untuk memisahkan kotoran atau

bahan-bahan asing lainnya yang masih menempel pada daun. Proses selanjutnya

dilakukan pencucian untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang

masih menempel pada bahan yang sudah disortasi basah. Setelah itu

dikeringanginkan dalam ruangan AC dengan suhu 180C selama 10 hari dan

dioven sampai kering merata agar bahan yang diperoleh tidak mudah rusak oleh

mikroorganisme. Proses terakhir dilakukan perajangan dan diserbuk

menggunakan blender untuk memperkecil ukuran simplisia agar semua bagian

dapat terekstraksi secara keseluruhan. Selanjutnya dihitung % nilai susut

pengeringan dengan rumus sebagai berikut :

Nilai susut pengeringan = x 100 % (4.1)

Nilai susut pengeringan yang diperoleh adalah 42,85 %, data dapat dilihat

pada Tabel 4.1. Bagan skema kerja dapat dilihat selengkapnya pada Gambar 4.5

dan Gambar 4.6.

4.2 Ekstraksi Simplisia

Metode ekstraksi simplisia digunakan maserasi bertingkat dengan

peningkatan kepolaran pelarut, masing-masing pelarut berturut-turut yaitu n-

heksan, etilasetat dan metanol. Alasan pemilihan maserasi bertingkat sebagai

metode ekstraksi agar zat-zat yang terdapat dalam simplisia dapat terekstraksi dan

dipisahkan berdasarkan perbedaan kepolarannya serta melindungi ekstrak agar

tidak mudah rusak khususnya antioksidan disamping proses pengerjaannya yang

26Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

27

Universitas Indonesia

lebih mudah dibandingkan dengan metode lain. Ekstrak yang didapat kemudian

disaring, lalu ampas dikeringanginkan untuk memisahkan pelarut yang masih

tertinggal di dalam ampas. Ampas yang telah dipisahkan diekstraksi kembali

dengan metode yang sama hingga mengalami 5 kali remaserasi. Ekstrak kemudian

dikumpulkan dan diuapkan dengan evaporator dilanjutkan dalam penangas air

hingga menjadi ekstrak kental lalu ditimbang dan dihitung nilai % rendemen

menggunakan rumus berikut:

% rendemen = x 100 % (4.2)

Nilai % rendemen yang didapat dari ekstrak n-heksan, etilasetat dan

metanol yaitu 3,67%, 7,67% dan 10,33%. Data selengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

4.3 Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun Garcinia kydia Roxb.

Masing-masing ekstrak diuji dengan pereaksi kimia, yang pertama adalah

ekstrak n-heksan. Ekstrak ini memberikan hasil positif dengan pereaksi terpen.

pereaksi Liebermann Burchard yang terdiri dari gabungan antara asam asetat

anhidrat dan asam sulfat pekat (2:1) yang menghasilkan warna merah, pink, hijau

biru, atau ungu (Fransworth, 1966). Hal ini dapat disebabkan karena n-heksan

merupakan pelarut yang bersifat nonpolar sehingga banyak pengotor yang tertarik

didalamnya dan tidak begitu banyak zat berkhasiat yang dapat larut.

Hasil uji penapisan fitokimia dengan ekstrak etilasetat memberikan hasil

positif pada pereaksi terpen dan alkaloid. Identifikasi golongan alkaloid, dengan

penambahan air dan HCl (9:1) bertujuan untuk melarutkan alkaloid yang

umumnya dalam bentuk garam sehingga cenderung bersifat larut air (Fransworth,

1966). Selanjutnya direaksikan dengan Mayer, Dragendorf dan Bouchardat,

endapan yang terbentuk menunjukkan hasil yang positif terhadap alkaloid. Pelarut

etilasetat bersifat semipolar sehingga zat-zat yang dapat larut merupakan zat yang

bersifat semipolar.

Hasil uji identifikasi dengan ekstrak metanol memberikan hasil positif

pada antrakuinon, alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan glikosida karena pelarut

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

28

Universitas Indonesia

yang digunakan bersifat polar sehingga pada hasil uji ini banyak yang

memberikan hasil positif.

Identifikasi golongan antrakuinon dilakukan dengan reaksi Borntrager,

hasil postif ditandai dengan terbentuknya filtrat benzen berwarna kuning dan

lapisan air berwarna merah dengan pengocokkan menggunakan NaOH 2N

(Fransworth, 1966). Identifikasi golongan antrakuinon dilakukan dengan

terbentuknya filtrat benzen berwarna kuning dan lapisan air berwarna merah

dengan pengocokkan NaOH 2N (Fransworth, 1966). Hasil yang didapat

menunjukkan bahwa ekstrak metanol mengandung antrakuinon.

Pada identifikasi flavonoid, dilihat dengan perubahan larutan uji menjadi

warna merah menunjukkan adanya flavon, warna jingga untuk flavanol, dan

warna hijau untuk aglikon (Fransworth, 1966) dengan penambahan serbuk

magnesium dan HCl pekat. Hasil yang didapat pada ekstrak metanol berwarna

merah jingga. Pengujian golongan flavonoid juga dilakukan dengan penambahan

serbuk Zn dan HCl pekat dan memberikan hasil positif berwarna merah pada

ekstrak metanol. Identifikasi selanjutnya dengan cara menguji dengan KLT

menggunakan eluen yang sesuai, hasil kromatogram disemprot menggunakan

AlCl3 dan memberikan fluorosensi hijau-kuning pada sinar UV dengan panjang

gelombang 366 nm menunjukkan hasil positif flavonoid (Harborne, 1987). Hal

tersebut menunjukkan bahwa ekstrak metanol mengandung flavonoid.

Pada identifikasi golongan glikosida, ekstrak kental harus dihidrolisis

dahulu menjadi bentuk gilkon dan aglikon dengan dilarutkan dalam HCl dan

dipanaskan yang kemudian ditambahkan eter dan disari agar senyawa non polar

yang terdapat dalam larutan uji dapat dipisahkan dari senyawa yang bersifat polar

(Fransworth, 1966), bagian polar direaksikan dengan pereaksi Molisch dengan

H2SO4 pekat. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya cincin ungu oleh ekstrak

metanol. Golongan tanin diidentifikasi dengan penambahan gelatin 10% untuk

memeriksa adanya endapan. Identifikasi tanin juga dilakukan dengan penambahan

NaCl-gelatin yang menunjukkan terbentuknya endapan. Selain itu, dilakukan

penambahan FeCl3 1% untuk memeriksa terbentuknya kompleks warna hijau-

violet, hijau-biru, atau biru-hitam. Ekstrak metanol memberikan endapan pada

reaksi dengan gelatin 10 % dan NaCl-gelatin serta memberikan warna biru-hitam

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

29

Universitas Indonesia

pada penambahan FeC l3 1%. Pada identifikasi golongan saponin, pengocokkan

ekstrak dengan air panas dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan busa yang

stabil. Ekstrak yang memberikan hasil positif adalah metanol dengan tinggi busa 3

cm setelah pengocokkan dengan air suling panas dan tetap stabil setelah diberi

penambahan asam encer. Hasil identifikasi golongan senyawa selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 4.9.

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan ekstrak secara KLT

menggunakan fase diam silika gel dengan penyemprot DPPH diperoleh semua

ekstrak memberikan bercak kuning dengan latar ungu sehingga dapat disimpulkan

semua ekstrak memiliki aktivitas antioksidan. Data selengkapnya dapat dilihat

pada Gambar 4.3.

Hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH diperoleh serapan

yang diukur pada spektrofotometri dengan panjang gelombang 517nm. Kurva

hubungan konsentrasi sampel terhadap persentase hambatan selengkapnya dapat

dilihat pada Gambar 4.7 sampai Gambar 4.11. Pada ekstrak etilasetat dan metanol

dibuat dalam konsentrasi kecil karena serapan yang dihasilkan tidak memenuhi

range bila dibuat dalam konsentrasi yang besar.. Hasil data serapan untuk uji

aktivitas antioksidan ekstrak dan kuersetin dapat dilihat pada Tabel 4.3 sampai

Tabel 4.6.

4.5 Hasil Penghitungan Nilai IC50

Dari masing-masing konsentrasi yang diuji didapatkan presentase inhibisi,

hasil tersebut diplotkan dalam sebuah grafik, didapatkan suatu persamaan y=a+bx

dan diperoleh nilai IC50 dengan perhitungan secara regresi linear dimana x adalah

konsentrasi (µg/mL) dan y adalah presentase inhibisi (%). Nilai IC50 didapatkan

dari nilai x setelah mengganti y = 50. Nilai IC50 dihitung berdasarkan presentase

inhibisi terhadap radikal DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan sampel.

Nilai IC50 yang didapat menunjukkan aktivitas masing-masing ekstrak sebagai

antioksidan. Aktivitas yang paling tinggi diperoleh pada ekstrak etilasetat sebesar

12,05 μg/mL diikuti ekstrak metanol sebesar 12,51 μg/mL. Hal ini dapat terjadi

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

30

Universitas Indonesia

karena pada ekdtrak tersebut diperkirakan mengandung senyawa yang aktif

sebagai antioksidan dibandingkan dengan ekstrak n-heksan yang hanya memilki

nilai IC50 sebesar 50,71 μg/mL. Namun bila dibandingkan dengan baku

pembanding kuersetin sebesar 1,82 μg/mL, kedua ekstrak tersebut memiliki nilai

yang lebih rendah. Hal ini dapat disebabkan karena kuersetin merupakan senyawa

yang lebih murni dibandingkan dengan ekstrak-ekstrak yang diuji. Nilai IC50

yang tertinggi pada ketiga ekstrak diperoleh oleh ekstrak etilasetat sehingga dapat

disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan paling tinggi terdapat pada ekstrak

etilasetat sebesar 12,05 μg/mL dan dipilih sebagai ekstrak yang digunakan untuk

pemisahan menggunakan kolom dipercepat. Data yang lebih lengkap dapat dilihat

pada tabel 4.8.

4.6 Hasil Fraksinasi Ekstrak Etilasetat dengan Kromatografi Kolom

Hasil fraksinasi ekstrak etilasetat menggunakan kromatografi cair vakum

dengan fase diam silika gel dan eluen yang dipakai adalah n-heksan-etilasetat dan

etilasetat-metanol dengan urutan kepolaran yang semakin meningkat. Hasil yang

didapat adalah 31 fraksi yaitu fraksi dari eluen n-heksan-etilasetat 100:0, 95:5,

90:10, 85:15, 80:20, 75:25, 70:30, 65:35, 60:40, 55:45, 50:50, 45:55, 40:60,

35:65, 30:70, 25:75, 20:80, 15:85, 10:90, 5:95 dan 0:100 serta dari eluen

etilasetat-metanol 95:5, 90:10, 85:15, 80:20, 75:25, 70:30, 65:35, 60:40, 55:45,

50:50. Pada eluen etilasetat-metanol diperoleh hanya sepuluh fraksi karena pada

perbandingan eluen 45:55, 40:60, 35:65, 30:70, 25:75, 20:80, 15:85, 10:90, 5:95

dan 0:100 hasil tampungan berwarna bening, hal ini berarti bahwa hasil yang

ditampung hanya eluen saja dan setelah diuapkan hasil tersebut tidak

menghasilkan residu. Proses selanjutnya dilakukan KLT dan digabungkan fraksi

yang memiliki pola kromatogram yang sama dan diperoleh 9 fraksi yang dibagi

menjadi fraksi A(1-3), B(4-6), C(7-9), D(10-11), E(12-16), F(17-21), G(22-23),

H(24) dan I(25-31).

4.7 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi

Hasil uji pendahuluan secara KLT menggunakan fase diam silika gel

dengan penyemprot DPPH menunjukkan bahwa semua fraksi memilki aktivitas

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

31

Universitas Indonesia

antioksidan, data selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.4. Selanjutnya hasil

uji aktivitas antioksidan pada masing-masing fraksi diperoleh nilai IC50 sebesar

4,82 µg/mL untuk fraksi E yang merupakan fraksi paling aktif dibandingkan

dengan fraksi yang lain.

4.8 Hasil Identifikasi Fraksi E

Hasil uji aktivitas antioksidan terhadap fraksi E menghasilkan nilai IC50

sebesar 4,82 µg/mL dan hasil identifikasi golongan senyawa menggunakan

pereaksi kimia didapatkan bahwa fraksi E mengandung alkaloid, flavonoid dan

terpen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

32

Universitas Indonesia

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak daun Garcinia kydia Roxburgh terhadap

ekstrak yang diuji menunjukkan aktivitas antioksidan. Ekstrak yang memiliki

aktivitas antioksidan paling tinggi adalah ekstrak etilasetat diikuti dengan

ekstrak metanol dan ekstrak n-heksan dengan nilai IC50 berturut-turut yaitu

12,05 μg/mL, 12,51 μg/mL dan 50,71 μg/mL.

b. Golongan senyawa yang terdapat pada fraksi yang paling aktif yaitu fraksi E

dengan nilai IC50 sebesar 4,82 μg/mL adalah alkaloid, flavonoid dan terpen.

5.2 Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang senyawa yang aktif sebagai

antioksidan pada ekstrak daun Garcinia kydia Roxb. serta perlu dilakukan

penelitian dengan uji in vivo dan uji klinik lain agar tanaman ini dapat

dimanfaatkan dalam dunia kesehatan sebagai alternatif obat alami.

32Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

33

Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Baggett, S., P. Protiva, E.P. Mazzola, H. Yang, E.T. Ressler, M.J. Basile, I.B.

Weinstein, dan E.J. Kennelly, (2005), Bioactive Benzophenones from

Garcinia xanthochymus fruits, Journal of Naural Products, 68:354-360

Blois, MS. 1958.Antioxidant Determinations By The Use Of A Stable Free

Radical. Nature, 181: 1199- 1200

Deachathai, S., W. Mahabusarakam, S. Phongpacichit, W.C. Taylor, Y.J. Zhang,

dan C.R. Yang, (2006), Phenolic Compounds from the Flowers of Garcinia

dulcis, Phytochemistry, 67:464-469

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia

Jilid VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta : X, 333-337

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi

IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta:7,1002,1061-1075

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta : 9-12

Fransworth, R. Norman. (1966). Biological and Phytochemical Screening of

Plants. Journal of Pharmaceutical Science Vol. 55 No.3

Fruitipedia. Cowa. http://www.fruitipedia.com/Cowa_Garcinia_cova.htm.

Diakses 29 Agustus 2011

Gritter, R, J., J. M. Bobbits, and A. E. Schwarting, 1987. Introduction to

Chromatography (Pengantar Kromatografi), Edisi ke-2,diterjemahkan

oleh K. Padmawinata, Bandung : Penerbit ITB

Gustaffson, K.R., J.W. Blunt, M.H.G. Munro, R.W. Fuller, T.C. McKee, J.H.I.I.

Cadellina, J.B. McMahon, G.M. Cragg, M.R. Boyd. (1992). The

Guttiferones, HIV-InhibitoryBenzophenones from Symphoniaglobulifera,

Garcinia livingstonei, Garcinia ovalifolia and Clusia rosea. Tetrahedron,

10: 10093-100102

Harborne, J.B.(1987). Metode Fitokimia. Ter. Dari Phytochemical Methods oleh

Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB, Bandung: 47-245

33Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

34

Universitas Indonesia

Harmita, Hayun, Hariyanto, Herman S., Nelly D.L., Sabarijah W., Umar

M.,(2006). Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi.

Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok : 134-153

Harmita.(2006). Analisis Fisikokimia. Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok :

11, 39,205-211

Holistic Health Solution. (2011). Khasiat Fantastis Kulit Manggis. Grasindo,

Jakarta : 17-71

Jati, S. Handoko. (2008). Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70 % Daun Salam

(Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.) Pada Hati Tikus Putih Jantan

Galur Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4). Fakultas

Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jansen, P.J.M. (1992). Garcinia L. In Edible Fruits and Nuts. PROSEA. Bogor

Jones, S.B. (1987). Plant Systematics Second Edition. Migraw-Hill Book

Company, Singapore, 2 : 477-478

Joseph, G.S., G.K. Jayaprakasha, A.T. Selvi, B.S. Jena, K.K. Sakariah. (2004)

Antiaflatoxigenic and antioxidant activities of Garcinia extracts.

International Journal of Food Microbiology, 8: 153-160

Katzung, B.G. (1995). Farmakologi Dasar dan Klinik (ed V) I. Jakarta, EGC: 57

Lannang, A.M., J. Komguem, F.N. Ngninzeko, J.G. Tangmoua, D. Lonsti, A.

Ajaz, M.I. Choudhary, R. Ranjit, K.P. Devkota, dan B.L. Sondengam,

(2005), Bagangxanthone A and B, Two Xanthones from the Stem Bark of

Garcinia polyantha Olive, Phytochemistry, 66:2351-2355

Lopez-Alarcon, C., E. Lissi. (2006). A Novel and Simple ORAC Methodology

based on The Interaction of Pyrogallol red with Peroxyl Radicals. Free

Rad Res, 40 (9), 979-985

Mahabusarakam, W., P. Chairerk, W.C. Taylor. (2005). Xanthones from Garcinia

cowa Roxb. Latex. Phytochemistry, 6:1148-1153

Merza, J., M. C. Aumond, D. Rondeau, V. Dumontet, A. M. Le Ray, D. Seraphin,

dan P. Richomme, (2004). Prenylated Xanthones and Tocotrienols from

Garcinia virgata, Phytochemistry, 65:2915-2920

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

35

Universitas Indonesia

Minami, H., M. Kinoshita, Y. Fukuyama, M. Kodama, T. Yoshizawa, M. Sugiura,

K. Nakagawa and H. Tago. (1994). Antioxidant Xanthones from Barcinia

subelliptica. Phytochemistry, 6: 501-506

Mackeen, M.M., A.M. Ali, N.H. Lajis, K. Kawazu, Z. Hassan, M. Amran, M.

Habsah, L.Y. Mool, S.M. Mohamed. (2000). Antimicrobial, antioxidant,

antitumour-promoting and cytotoxic activities of different plant part

extracts of Garcinia atroviridis Griff, Journal of Ethnopharmacology,

72:359-402

Na, P. P., W. Thongtheeraparp, P. Wiriyachitra and W. C.Taylor. (1994).

Xanthones from Garcinia cowa. Planta Medica, 4: 365-368

Valentao, P., E. Fernandens, F. Carvalho, P.B. Andrade, R.M. Seabra, M.L.

Bastos, (2001). Antioxidant activity of Centaurium erythraea infusion

evidenced by its superoxide radical scavenging and xanthine oxidase

inhibitory activity, J. Agric. Food Chem. 49:3476–3479.

Panthong, K., P. Pongcharepon, S. Phongpaichit, dan W.C.Taylor, (2006).

Tetraoxygenated Xanthone from the Fruits of Garcinia cowa,

Phytochemistry, 67:999-1004

Pokorny J. (2007). Are the natural antioxidants better – and safer – than synthetic

antioxidants, Eur. J. Lipid Sci. Tech., 109:629-642

Rohman, A. (2009). Kromatografi untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Penerbit

Graha Ilmu

Shivapprasad, H. N., S. Mohan, M.D. Kharya, M. R. Shiradkar, & K.

Lakshman.,2005. In-Vitro models for antioxidant activity evaluation :A

review. http://www.pharmainfo.net/reviews/vitro-models-antioxidant-

activity-evaluation- review

Vieira, L.M.M., A. Kijjoa, R. Wilairat, M.S.J. Nascimento, L. Gales, A.M.

Damas, A.M.S. Silva, I.O. Mondranondra, dan W. Herz, (2004), Bioactive

Friedolanostanes and 11 (10-8)-Abeolanostanes from The Bark of Garcinia

speciosa, Journal of Natural Products, 67:2043-2947

Windono, T., S. Soediman, U. Yudawati, E. Ermawati, A. Srielita, T.I. Erowati,

(2001). Uji Peredaman Radikal Bebas Terhadap 1,1-Diphenyl-2-

picrylhydrazyl (DPPH) dari ekstrak Kulit Buah dan Biji Anggur (Vitis

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

36

Universitas Indonesia

vinifera L.). Probolinggo Biru dan Bali. Artocarpus Media Phrmaceutica

Indonesiana: 34-43

Yen, G.C. dan H.Y. Chen. (1995). Antioxidant Activity of Various Tea Extracts

in Relation to Their Antimutagenicity. J. Agric. Food. Chem. Hal 27-32

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

GAMBAR

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

37

Universitas Indonesia

Gambar 4.1. Tanaman Garcinia kydia Roxburgh

Gambar 4.2. Daun Garcinia kydia Roxburgh

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

38

Universitas Indonesia

Gambar 4.3. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan ekstrak denganpenyemprot DPPH

Gambar 4.4. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan fraksi denganpenyemprot DPPH

Etilasetatn-heksan Metanol

Fraksi A Fraksi B Fraksi C

Fraksi D

Fraksi IFraksi H

Fraksi FFraksi E

Fraksi G

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

39

Universitas Indonesia

Maserasi denganEtil Asetat,disaringdan dievaporasi

Maserasi denganMetanol,disaringdan dievaporasi

Gambar 4.5. Bagan uji aktivitas antioksidan daun Garcinia kydia Roxb

1,5 kg Simplisia DaunGarcinia kydia Roxb.

Maserasi dengan n-heksan, disaring dan

dievaporasi

Ampas Ekstrak n-heksan

Ampas

Ekstrak etil asetat

Ampas

Ekstrak metanol

Uji AktivitasAntioksidan

Ekstrak yang PalingAktif

Penapisan Fitokimia

Fraksinasi

Fraksi yang PalingAktif

Uji AktivitasAntioksidan

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

40

Universitas Indonesia

Gambar 4.6. Bagan fraksinasi ekstrak etilasetat dengan kromatografi kolom danuji aktivitas antioksidan fraksi yang aktif

10 gram ekstrak kentaletilasetat

31 fraksi

Fraksinasi dengan kolommenggunakan fase diam silika

gel dengan eluen n-heksan-etilasetat dan etilasetat-metanol

KLT menggunakan eluen n-heksan-etilastetat (4:1)

Fr. A

(1-3)

Fr. B

(4-6)

Fr. C

(7-9)

Fr. D

(10-11)

Fr. H

(24)

Fr. F

(17-21)

Fr. G

(22-23)

Fr. I

(25-31)

Fr. E

(12-16)

Uji aktivitas antioksidan

Fr. E

(12-16)

Penapisan Fitokimia

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

41

Universitas Indonesia

Gambar 4.7. Kurva hubungan konsentrasi sampel terhadap % hambatan ekstrak n-heksan

y = 0,406x + 29,41R² = 0,984

0

10

20

30

40

50

60

70

0 10 20 30 40 50 60 70

% H

amba

tan

Konsentrasi sampel (ppm)

% Hambatan

Linear (% Hambatan)

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

42

Universitas Indonesia

Gambar 4.8. Kurva hubungan konsentrasi sampel terhadap % hambatan ekstraketilasetat

y = 2,498x + 19,88R² = 0,991

0

10

20

30

40

50

60

70

0 5 10 15 20

% H

amba

tan

Konsentrasi sampel (ppm)

% Hambatan

Linear (% Hambatan)

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

43

Universitas Indonesia

Gambar 4.9. Kurva hubungan konsentrasi sampel terhadap % hambatan ekstrakmetanol

y = 2,765x + 15,40R² = 0,976

0

10

20

30

40

50

60

70

0 5 10 15 20

% H

amba

tan

Konsentrasi sampel (ppm)

% Hambatan

Linear (% Hambatan)

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

44

Universitas Indonesia

Gambar 4.10. Kurva hubungan konsentrasi sampel terhadap % hambatankuersetin

y = 19,92x + 13,55R² = 0,991

0

10

20

30

40

50

60

70

0 0,5 1 1,5 2 2,5

% H

amba

tan

Konsentrasi ssampel (ppm)

% Hambatan

Linear (% Hambatan)

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

45

Universitas Indonesia

Gambar 4.11. Kurva hubungan konsentrasi terhadap % hambatan fraksi E

y = 5,875x + 20,05R² = 0,988

0

10

20

30

40

50

60

70

0 1 2 3 4 5 6 7 8

% H

amba

tan

Konsentrasi sampel (ppm)

% Hambatan

Linear (% Hambatan)

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

TABEL

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

46

Universitas Indonesia

Tabel 4.1. Nilai susut pengeringan Garcinia kydia Roxb.

No. Nama TanamanBagian yangdigunakan

Bobotbasah(gram)

Bobotkering(gram)

Susutpengeringan

(%)

1.Garcinia kydia

Roxburghdaun 3500 1500 42, 85

Tabel 4.2. Bobot ekstrak kental dan nilai % rendemen

No. PelarutBagianyang

digunakan

Bobot simplisiayang diekstraksi

(gram)

Bobotekstrakkental(gram)

Rendemen(%)

1. n-heksan daun 1500 55 3,672. etilasetat daun 1500 115 7,673. metanol daun 1500 155 10,33

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

47

Universitas Indonesia

Tabel 4.3. Data hasil serapan ekstrak n-heksan

Konsentrasi(ppm)

Serapansampel

Serapanblangko

Hambatan Konsentrasisampel(ppm)

% Hambatan

50 0,398 0,534 0,254682 12,5 25,46816

100 0,341 0,534 0,361423 25 36,14232

150 0,293 0,534 0,451311 37,5 45,13109

200 0,264 0,534 0,505618 50 50,5618

250 0,244 0,534 0,543071 62,5 54,30712

Tabel 4.4. Data hasil serapan ekstrak etilasetat

Konsentrasi(ppm)

Serapansampel

Serapanblangko

Hambatan Konsentrasisampel(ppm)

% Hambatan

20 0,363 0,534 0,320225 5 32,02247

30 0,331 0,534 0,38015 7,5 38,01498

45 0,268 0,534 0,498127 11,25 49,81273

55 0,244 0,534 0,543071 13,75 54,30712

65 0,216 0,534 0,595506 16,25 59,55056

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

48

Universitas Indonesia

Tabel 4.5. Data hasil serapan ekstrak metanol

Konsentrasi(ppm)

Serapansampel

Serapanblangko

Hambatan Konsentrasisampel(ppm)

% Hambatan

20 0,381 0,534 0,286517 5 28,65169

30 0,331 0,534 0,38015 7,5 38,01498

45 0,289 0,534 0,458801 11,25 45,88015

55 0,263 0,534 0,507491 13,75 50,74906

65 0,201 0,534 0,623596 16,25 62,35955

Tabel 4.6. Data hasil serapan kuersetin

Konsentrasi(ppm)

Serapansampel

Serapanblangko

Hambatan Konsentrasisampel(ppm)

% Hambatan

1 0,444 0,534 0,168539 0,25 16,85393

3 0,376 0,534 0,29588 0,75 29,58801

5 0,319 0,534 0,402622 1,25 40,26217

7 0,276 0,534 0,483146 1,75 48,31461

9 0,228 0,534 0,573034 2,25 57,30337

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

49

Universitas Indonesia

Tabel 4.7. Data hasil serapan fraksi E

Konsentrasi(ppm)

Serapansampel

Serapanblangko

Hambatan Konsentrasisampel(ppm)

% Hambatan

5 0,359 0,534 0,327715 1,25 32,77154

10 0,329 0,534 0,383895 2,5 38,38951

15 0,295 0,534 0,447566 3,75 44,75655

20 0,257 0,534 0,518727 5 51,87266

30 0,201 0,534 0,623596 7,5 62,35955

Tabel 4.8. Data hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan, etilasetat,metanol, kuersetin dan fraksi E

Uji aktivitasantioksidan

Persamaan regresi r IC50 (µg/mL)

Ekstrak n-heksan y = 0,406x + 29,41 0,991967741 50,71428571

Ekstrak etilasetat y = 2,498x + 19,88 0,995489829 12,05764612

Ekstrak metanol y = 2,765x + 15,40 0,987927122 12,51356239

Kuersetin y = 19,92x + 13,55 0,995489829 1,829819277

Fraksi E y = 4,810x + 26,78 0,998498873 4,827442827

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

50

Universitas Indonesia

Tabel 4.9. Hasil identifikasi golongan senyawa pada daun Garcinia kydia Roxb.

KandunganKimia Pereaksi Kimia

Ekstrakn-heksan

Ekstraketil asetat

EkstrakMetanol

FraksiE

Terpen Lieberman-Burchard + + - +Antrakuinon Benzen+NaOH 2N - - + -

AlkaloidMayer LP - + + -

Bouchardat LP - + + +Dragendorf LP - + + +

FlavonoidSerbuk Zn + HCl

2N+ HCl (p) - + + +Serbuk Mg + HCl (p) - + + +

Saponin Air Panas - - + -

TaninFeCl3 - - + -

Gelatin 10% - - + -NaCl-Gelatin - - + -

Glikosida Molisch - - + -

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

LAMPIRAN

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012

51

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Surat determinasi

Uji aktivitas..., Mely Mailandari, FMIPA UI, 2012