UNIVERSITAS INDONESIA PEMODELAN FISIK ALIRAN AIR DAN...

78
UNIVERSITAS INDONESIA PEMODELAN FISIK ALIRAN AIR DAN TRANSPOR PENCEMAR PADA MEDIA BERPORI JENUH MENGGUNAKAN SEEPAGE TANK SKRIPSI HERLAMBANG CIPTA AJI 0806315710 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR DEPOK JUNI 2012 Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA PEMODELAN FISIK ALIRAN AIR DAN...

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    PEMODELAN FISIK ALIRAN AIR DAN TRANSPOR PENCEMAR PADA MEDIA BERPORI JENUH

    MENGGUNAKAN SEEPAGE TANK

    SKRIPSI

    HERLAMBANG CIPTA AJI 0806315710

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

    KEKHUSUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR DEPOK

    JUNI 2012

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

    PerpustakaanNoteSilakan klik bookmarks untuk melihat atau link ke hlm

  • 1140/FT.01/SKRIP/07/2012

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PEMODELAN FISIK ALIRAN AIR DAN TRANSPOR PENCEMAR PADA MEDIA BERPORI JENUH

    MENGGUNAKAN SEEPAGE TANK

    SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik

    HERLAMBANG CIPTA AJI 0806315710

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

    KEKHUSUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR DEPOK

    JUNI 2012

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • r ':."8r+-! \-

    HALAMAN PERI\TYATAA}T ORISINALITAS

    Skrifsi if,t rdrhh h*il krrye cendiri,

    dan semua eumberbdkyrngdkufip msupun diruluk

    telah erye nyetaken dengen berrr

    Nama : Herkmbarg Cipta Aii

    NPM :0t06315710

    TandaTangan :,Arfui:Tanggal :25Junt2012

    u

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • Telah berhasil dipertahankan di hadapan I)ewan Penguji dan diterimasebagai bagian dari persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelarSarjana Teknik pada Program studi Teknik Sipil Fakultas TeknikUniversitas Indonesia

    DE\ilAN PENGUJI

    Pembimbing : k. Herr Soeryantono, M.Sg Ph.D

    Skripsi ini diajukan oleh

    NamaNPMProgram StudiJudul Skripsi

    Penguji I

    Penguji 2

    Ditetapkan di : De,pokTanggal :25luni20l2

    IIALAMAN Pf,NGESAHAN

    Herlambang Cipta Aji0806315710Teknik SipilPemodelan Fisik Aliran Air dan TransporPencemar pada Media Berpori JanuhMenggunak at S e ep a ge Tank

    :Ir. Ruswan Rasul MSi

    ill

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • iv

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang karena rahmat-Nya, penulisan

    skripsi berjudul “Pemodelan Fisik Aliran Air dan Transpor Pencemar pada

    Media Berpori Jenuh menggunakan Seepage Tank” ini dapat terselesaikan.

    Makalah ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Teknik Jurusan Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

    Bagaimana pun juga, terselesaikannya karya tulis ini tidak lepas dari bantuan

    berbagai pihak yang telah mendukung penulis dari awal hingga akhir, secara sadar

    maupun tidak. Terima kasih saya ucapkan kepada:

    1) Ir. Herr Suryantono, M.Sc, Phd. sebagai pembimbing skripsi yang dengan

    sabar memberikan arahan dan motivasi di tengah kesibukannya;

    2) Ma’rufi, Nanda, dan Desy, teman-teman yang telah menjadi tiga “tembok

    besar” yang harus dilampaui, memberi semangat kompetisi, dan membuat

    suasana kuliah selama satu tahun belakangan terasa menyenangkan;

    3) Bapak Subagyo dan Mbak Wiwit yang telah rela disibukkan untuk membantu

    praktikum dan perawatan alat seepage tank selama 3 bulan lebih;

    4) Irvan, Nico, Indra, Febri, Meydam, Lina, Faza, Zidni, Ryan, Sella, Rezki D.

    N., Asrovi, Crystin, Noni, Akbar, Yuditia, Zahra, Kemal, Nisa, dan Vincent

    yang telah membantu proses percobaan di laboratorium;

    5) Seluruh staf pengajar dan karyawan Departemen Teknik Sipil serta teman-

    teman angkatan 2008 yang telah berhasil membuat kampus terasa seperti

    rumah;

    6) Sumpeno dan Handri Anik E., kedua orang tua terbaik yang telah menjadi

    sebuah “alasan” terkuat untuk menyelesaikan skripsi ini, serta adikku Rani

    yang bisa menjadi penghibur di kala susah; serta

    7) Semua pihak telah yang mendukung dan membantu terselesaikannya skripsi

    ini.

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • Akhir kata, kiranya Allah memberi balasan terbaik kepada semua pihak yang telah

    membantu proses pengerjaan skripsi saya. Semoga skripsi ini dapat menjadi salah

    satu karya yang berman faat bagiperkembangan ilmu pengetahuan.

    Depok, 25luni20l2

    Eilambang Cipta Aji

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • HALAMAN PERI\IYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGASAKHIR UNTT]K KEPENTINGAN AI(ADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

    bawah ini:

    Nama :Herlambang Cipta AjiNPM :0806315710Program Studi :Teknik SipilDepartemen :Teknik SipilFakultas :TeknikJenis karya :Skripsi

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekskluslf (Non-exclusive Royalty-

    Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

    Pemodelan Aliran Air dan Transpor Pencemar pada Media Berpori Jenuh

    Menggunakan Seepage Tank

    beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini

    Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola

    dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas

    akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan

    sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di: DepokPadatanggal: 25 Juni2Al2

    Yang menyatakan

    dill#t(Herlambang' Cipta Aji)

    VI

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • vii Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Herlambang Cipta Aji

    Program Studi : Teknik Sipil

    Judul : Pemodelan Fisik Aliran Air dan Transpor Pencemar pada Media

    Berpori Jenuh Menggunakan Seepage Tank

    Hubungan manusia dan sumberdaya air penting dan saling mempengaruhi satu sama lain. Salah satu peristiwa yang perlu mendapat perhatian adalah kontaminasi air tanah melalui dinding sungai. Makalah skripsi ini mengusulkan suatu protokol untuk memodelkan kejadian tersebut menggunakan seepage tank. Pemodelan ini meliputi aliran air melalui media berpori pada kondisi steady dan unsteady serta transpor pencemar mekanisme adveksi-dispersi yang terjadi akibat point-source loading. Meski demikian, terdapat kekurangan dalam analisa hasil pemodelan ini sehingga dibutuhkan pengembangan yang lebih lanjut. Kata kunci: pemodelan fisik, seepage tank, aliran air melalui media berpori, steady, unsteady, adveksi-dispersi

    ABSTRACT

    Name : Herlambang Cipta Aji

    Study Program : Teknik Sipil

    Title : Physical Modeling of Flow and Contaminant Transport through

    Saturated Porous Media Using Seepage Tank

    There is a reciprocal interaction between human and groundwater resources in which all components influence each other. Contamination occurred along soil-water interface in a river is an issue that has to be examined. Physical model of flow through porous media and contaminant transport using seepage tank is proposed to help the understanding of the phenomena. This model describes the flow of water through porous media in steady and unsteady condition and also transport of contaminant in advection-dispersion mechanism that happens for point-source loading. Yet, more development is needed to complete the analysis of this model’s output. Keywords: physical model, seepage tank, flow through porous media, steady,

    unsteady, advection-dispersion

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • viii Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................ vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Tujuan .............................................................................................. 3 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan ........................................................... 3 1.4 Sistematika Penulisan ....................................................................... 4

    2. DASAR TEORI ............................................................................................ 6

    2.1 Air Tanah ......................................................................................... 6 2.2 Persamaan Aliran Air Tanah: Transient Saturated Flow .................... 7 2.3 Transpor Pencemar ............................................................................ 9 2.4 Persamaan Transpor Pencemar .......................................................... 9 2.5 Klasifikasi Tanah .............................................................................. 11 2.6 Hukum Darcy ................................................................................... 12 2.7 Porositas ........................................................................................... 15 2.8 Konduktivitas Hidrolik ..................................................................... 15

    2.8.1 Konduktvitas Hidrolik dari Tanah Berlapis ............................. 16 2.8.2 Pengujian Konduktivitas Hidrolik ........................................... 18

    2.8.2.1 Pengujian Tinggi Konstan (Constant Head Test) ......... 19 2.8.2.2 Pengujian Tinggi Jatuh (Falling Head Test) ................ 19

    2.9 Kompresibilitas................................................................................. 23 2.9.1 Kompresibilitas dari Media Berpori ........................................ 23 2.9.2 Kompresibilitas dari Air .......................................................... 23

    2.10 Spesific Yield dari Akifer Tidak Terkekang ..................................... 23 2.11 Koefisien Dispersi .......................................................................... 24 2.12 Jaringan Aliran ............................................................................... 26 2.13 Seepage Tank .................................................................................. 28

    3. METODE PENELITIAN ........................................................................... 30

    3.1 Pemilihan Pasir sebagai Media Berpori ............................................ 31 3.2 Pengukuran Karakteristik Sistem Aliran .......................................... 31

    3.2.1 Pengujian Porositas Media Berpori ......................................... 32 3.2.2 Pengujian Konduktivitas Hidrolik ........................................... 32 3.2.3 Pengukuran Kompresibilitas Pasir ........................................... 32 3.2.4 Pengukuran Konsentrasi Larutan Dye ..................................... 32 3.2.5 Pengukuran Koefisien Dispersi ............................................... 33

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • ix Universitas Indonesia

    3.3 Pemodelan Aliran Air Tanah dan Transpor Pencemar ...................... 33 3.3.1 Persiapan Alat Seepage Tank .................................................. 33 3.3.2 Mengatur Kondisi Pengaliran untuk Model Aliran Air Tanah

    Unsteady ................................................................................ 34 3.3.3 Pembacaan Manometer untuk Model Aliran Air Tanah Unsteady

    ............................................................................................... 34 3.3.4 Mengatur Kondisi Pengaliran Steady untuk Model Transpor

    Pencemar ................................................................................ 34 3.3.5 Memasukkan Dye sebagai Model Pencemar ke Pasir ............... 35 3.3.6 Pengamatan Gradien Konsentrasi Dye Sepanjang Aliran ......... 35

    3.4 Algoritma Permodelan Fisik Aliran Air Tanah dan Transpor Pencemar pada Akifer Tak Terkekang Jenuh.................................................... 36

    4. IMPLEMENTASI RENCANA PENELITIAN .......................................... 38

    4.1 Pengecekan Visibilitas Pasir dalam Mengalirkan Larutan Dye .................. 38 4.2 Pengukuran Karakteristik Sistem Aliran ........................................... 39

    4.2.1 Pengujian Porositas Media Berpori ......................................... 39 4.2.2 Pengujian Konduktivitas Hidrolik ........................................... 39 4.2.3 Pengukuran Kompresibilitas Pasir ........................................... 42 4.2.4 Pengukuran Konsentrasi Larutan Dye ..................................... 43 4.2.5 Pengukuran Koefisien Dispersi ............................................... 43

    4.3 Pemodelan Aliran Air Tanah dan Transpor Pencemar ....................... 43 4.3.1 Metode Deposit Pasir .............................................................. 43 4.3.2 Pengaturan Kondisi Batas ....................................................... 44 4.3.3 Pengaturan Tinggi Muka Air di Hulu dan Hilir........................ 48 4.3.4 Injeksi larutan dye ke dalam pasir ............................................ 49 4.3.5 Pengamatan data tekanan kondisi steady ................................. 51 4.3.6 Pengamatan data tekanan kondisi unsteady ............................. 52 4.3.7 Pengamatan Transpor Pencemar .............................................. 52

    5. PELAKSANAAN PEMODELAN ALIRAN AIR DAN TRANSPOR

    PENCEMAR PADA MEDIA BERPORI JENUH MENGGUNAKAN SEEPAGE TANK ....................................................................................... 54

    5.1 Tujuan Percobaan ............................................................................. 54 5.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 54 5.3 Prosedur Percobaan .......................................................................... 55

    5.3.1 Persiapan ................................................................................ 55 5.3.2 Pengamatan data tekanan pada kondisi steady ......................... 55 5.3.3 Pengamatan data tekanan pada kondisi unsteady ..................... 56 5.3.4 Pengamatan transpor pencemar ............................................... 56

    5.4 Hasil Pengamatan ............................................................................. 57 5.4.1 Pengamatan Kondisi Steady .................................................... 57 5.4.2 Pengamatan Kondisi Unsteady ................................................ 57 5.4.3 Pengamatan Transpor Pencemar .............................................. 57

    5.5 Pengolahan Data .............................................................................. 59 5.5.1 Distribusi Tekanan dan Garis Aliran Kondisi Pertama ............. 59 5.5.2 Distribusi Tekanan dan Garis Aliran Kondisi Kedua................ 59 5.5.3 Kecepatan Transpor Pencemar ................................................ 59

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • x Universitas Indonesia

    5.6 Analisa ............................................................................................. 60 5.6.1 Analisa Praktikum ................................................................... 60 5.6.2 Analisa Hasil ........................................................................... 62 5.6.3 Analisa Kesalahan ................................................................... 63

    6. PENUTUP ................................................................................................... 64 6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 64 6.2 Saran ................................................................................................ 65

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • xi Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Distribusi air di bawah permukaan tanah ..................................... 6 Gambar 2.2 Control volume elemental untuk aliran melalui media berpori ....... 7 Gambar 2.3 (a) Perisitiwa adveksi-dispersi ....................................................... 9 Gambar 2.3 (b) Perisitiwa adveksi .................................................................... 9 Gambar 2.4 Keseimbangan massa pada transport pencemar............................ 10 Gambar 2.5 Kurva distribusi ukuran partikel .................................................. 12 Gambar 2.6 Percobaan Darcy ......................................................................... 13 Gambar 2.7 ...Konduktivitas hirolik ekivalen pada aliran horisontal melalui tanah

    berlapis ....................................................................................... 17 Gambar 2.8 Konduktivitas hirolik ekivalen pada aliran vertikal melalui tanah

    berlapis ....................................................................................... 18 Gambar 2.9 Percobaan constant head test ....................................................... 21 Gambar 2.10 Percobaan falling head test .......................................................... 22 Gambar 2.11 Ilustrasi specific yield pada akifer tidak terkekang ....................... 24 Gambar 2.12 Pengujian koefisien dispersi ........................................................ 25 Gambar 2.13 Grafik C/Co terhadap (U-1)/U0.5 ................................................ 26 Gambar 2.14 Jaringan Aliran ............................................................................ 27 Gambar 2.15 Peralatan seepage tank ................................................................ 29 Gambar 3.1 Pengaturan alat seepage tank ....................................................... 30 Gambar 3.2. Algoritma pemodelan .................................................................. 37 Gambar 4.1 Pengecekan visibilitas pasir ......................................................... 38 Gambar 4.2 Sampel pasir dalam mould permeabity ........................................ 40 Gambar 4.3 Selang untuk mengalirkan air ke mould ....................................... 41 Gambar 4.4 Selang terhubung dengan reservoir atas ....................................... 41 Gambar 4.5 Pengukuran debit air yang keluar ................................................ 41 Gambar 4.6 Penumbukan pasir dengan beban cincin 1 kg ............................... 44 Gambar 4.7 Distribusi tekanan untuk head hulu 39 cm dan head hilir 32,5 cm,

    permeable boundary .................................................................... 45 Gambar 4.8 Equipotential line untuk kondisi batas lolos air............................ 45 Gambar 4.9 Distribusi tekanan untuk head hulu 39 cm dan head hilir 32,5 cm,

    impermeable boundary ................................................................ 46 Gambar 4.10 Equipotential line untuk kondisi batas tidak lolos air ................... 46 Gambar 4.11 .Gerusan di awal pengisian air ...................................................... 47 Gambar 4.12 .Air mulai berbalik ke arah pembatas ........................................... 47 Gambar 4.13 .Rangkaian alat injeksi dye ........................................................... 49 Gambar 4.14 .Ilustrasi metode injeksi larutan dye .............................................. 50 Gambar 4.15 .Larutan dye tidak dapat masuk akibat tekanan yang terlalu besar 51 Gambar 4.16 Gelembung udara terperangkap dalam manometer ...................... 52 Gambar 5.1 Pengamatan perjalanan ujung warna dye ..................................... 58 Gambar 5.2 Distibusi tekanan dan garis aliran kondisi pertama ...................... 59 Gambar 5.3 Distibusi tekanan dan garis aliran akhir kondisi kedua ................. 59 Gambar 5.4 Grafik jarak terhadap waktu tempuh ujung pencemar .................. 60

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • xii Universitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Distribusi ukuran partikel ........................................................... 11 Tabel 2.2. Rentang nilai permeabilitas ......................................................... 15 Tabel 2.3. Konduktivitas hidrolik menurut Casagrande ................................ 16 Tabel 2.4. Konduktivitas hidrolok menurut Wesley pada suhu standar (200 C) .................................................................................................... 16 Tabel 4.1 Data sampel pasir ........................................................................ 40 Tabel 4.2 Hasil pengukuran debit ................................................................ 41 Tabel 5.1 Bacaan manometer kondisi steady ............................................... 57 Tabel 5.2 Waktu perubahan manometer hingga stabil (dalam detik) ............ 57 Tabel 5.3 Bacaan akhir manometer (dalam cm)........................................... 57 Tabel 5.4 Bacaan manometer untuk transpor pencemar ............................... 58 Tabel 5.5 Pengamatan awal adveksi dan dispersi dye .................................. 58 Tabel 5.6 Munculnya ujung warna dye ........................................................ 58 Tabel 5.7 Hasil pengamatan ujung warna dye.............................................. 60 Tabel 5.8 Perbandingan distribusi tekanan dan garis aliran dua kondisi muka

    air ............................................................................................... 62 Tabel 5.9 Waktu perubahan manometer di kondisi unsteady ....................... 62

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kegiatan produksi dan konsumsi yang dilakukan manusia telah

    mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitarnya. Termasuk sumber daya air, yang

    dengannya manusia terus berinteraksi. Perubahan kualitas dan kuantitas air akibat

    kegiatan manusia hingga saat ini telah menjadi masalah yang populer mengingat

    besarnya dampak yang bisa muncul dari hal ini.

    Salah satu permasalahan sumber daya air akibat aktivitas manusia adalah

    pencemaran badan air permukaan oleh limbah. Pencemaran air permukaan ini

    dapat berasal dari tingginya kandungan sedimen yang berasal dari (1) erosi,

    kegiatan pertanian, penambangan, konstruksi, pembukaan lahan, dan aktivitas

    lain; (2) limbah organik dari manusia, hewan, dan tanaman; (3) kecepatan

    pertambahan senyawa kimia yang berasal dari aktivitas industri yang membuang

    limbahnya ke perairan (Hendrawan, 2005). Menurut penilaian IKA (Indeks

    Kualitas Air) yang mewakili parameter fisika, kimia, dan biologi pada sungai dan

    situ DKI Jakarta pada tahun 2005, diketahui bahwa 83% sungai dan 79% situ

    yang ada berada pada kondisi yang buruk.

    Pencemaran air di badan sungai tidak hanya mempengaruhi kualitas air

    di sungai saja, tetapi juga kualitas air tanah. Hal ini terjadi terutama di sungai

    alami pada daerah dataran rendah yang dindingnya masih berupa tanah. Air

    sungai yang tercemar dapat masuk ke dalam tanah ketika muka air sungai lebih

    tinggi daripada muka air tanah. Hal ini tentu menjadi berbahaya mengingat

    menyebarnya pencemar pada sistem air tanah secara kasat mata tidak terlihat

    namun dampaknya dapat dirasakan secara nyata.

    Untuk dapat meminimalisasi efek dari pencemaran air tanah akibat

    kontak dengan badan sungai yang tercemar, perlu ada pencegahan dan

    pengendalian terhadap sumber pencemar maupun mekanisme transpornya.

    Pencegahan dan pengendalian pada sumber pencemar dapat dilakukan dengan

    mengurangi masukan pencemar yang masuk ke sungai, sementara pengendalian

    terhadap mekanisme transpor pencemar dapat dilakukan dengan melakukan

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 2

    Universitas Indonesia

    tindakan-tindakan rekayasa guna mencegah pencemar menyebar ke wilayah yang

    lebih luas. Agar dapat melakukan pengendalian dan pencegahan yang sesuai,

    diperlukan adanya pemahaman mengenai rembesan dan transpor pencemar di

    dalam sistem air tanah.

    Ada berbagai kondisi yang menyebabkan terjadinya peristiwa aliran air

    dan transpor pencemar dalam air tanah. Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu

    batasan-batasan mengenai jenis pencemar yang akan ditinjau beserta sudut

    pandang yang digunakan dalam mengamati alirannya.

    Materi-materi yang dalam pergerakannya tidak mengalami perubahan

    struktur kimia mengalir dalam tanah melalui mekanisme adveksi dan dispersi.

    Dalam mekanisme adveksi, massa pencemar mengalir sesuai arah aliran air dalam

    tanah. Dan dengan adanya peristiwa dispersi, konsentrasi pencemar dalam

    alirannya kemudian terpecah ke arah longitudinal dan transversal aliran sehingga

    menimbulkan perubahan konsentrasi terhadap ruang dan waktu. Aliran yang

    terjadi dalam peristiwa transpor pencemar dari sungai ke air tanah melalui dinding

    sungai ini bergerak secara dua dimensi. Pencemar bergerak ke arah tegak lurus

    aliran sungai akibat resapan tanah dan ke bawah akibat pengaruh gravitasi.

    Pemahaman mengenai aliran dan transpor pencemar dalam air tanah

    tidak mudah didapatkan. Air tanah, sebagai suatu sumber daya alam, memiliki

    sifat yang kompleks dan melibatkan banyak variabel. Untuk itu diperlukan adanya

    model yang dapat menyederhanakan kejadian dalam sistem air tanah. Dengan

    pemodelan, pemahaman mengenai hubungan antar paramater menjadi lebih jelas

    dan prediksi pun dapat dilakukan tanpa harus melakukan pengujian secara

    langsung di lapangan. Berbagai macam model dapat dibuat untuk

    menggambarkan aliran dan transpor pencemar dalam air tanah, begitu pula dengan

    metode analisa yang digunakan. Secara garis besar, ada dua model yang dapat

    dibuat: model matematis yang diwujudkan dalam program komputer dan model

    fisik yang diwujudkan melalui percobaan.

    Pemodelan fisik dengan Seepage Tank merupakan suatu bentuk metode

    yang belum banyak ditemukan dalam pembelajaran air tanah karena adanya

    kesulitan dalam memperoleh kondisi yang dapat mewakili keadaan sesungguhnya.

    Masukan atau perlakuan yang diberikan harus dapat menghasilkan respon sesuai

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 3

    Universitas Indonesia

    dengan prediksi-prediksi matematis yang sudah lebih dahulu di sepakati. Karena

    itu diperlukan adanya kontrol terhadap lingkungan dari peralatan, media berpori

    yang digunakan, dan masukan yang diberikan. Setelah semua itu tercapai,

    kesulitan berikutnya yang muncul adalah bagaimana memastikan pengamatan

    yang dilakukan melalui alat tersebut dapat digunakan untuk berbagai kasus lain

    yang memiliki kondisi batas (boundary condition) berbeda.

    Melihat tantangan-tantangan yang ada, penulis merasa perlu adanya suatu

    prosedur operasional standar yang dapat digunakan dalam memodelkan aliran dan

    transpor pencemar dalam air tanah secara fisik. Dalam karya tulis ini akan dibuat

    suatu percobaan dari aliran dan transpor pencemar dalam air tanah menggunakan

    Seepage Tank yang dapat menyederhanakan pemahaman mengenai karakter air

    tanah sekaligus menjadi pembanding bagi model-model matematik yang sudah

    ada. Dengan terlebih dahulu mempersiapkan alat agar dapat menggambarkan

    berbagai parameter aliran dan berbagai kasus yang mungkin terjadi, diharapkan

    dapat diperoleh suatu standar untuk dapat merepitasi sekaligus menduplikasi

    percobaan mengenai aliran dan transpor pencemar dalam air tanah.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari karya tulis ini adalah:

    1. Mendapatkan prosedur standar untuk mensimulasi secara fisik aliran air dan

    transpor pencemar pada media berpori jenuh mengunakan peralatan Seepage

    Tank.

    2. Mensimulasi dinamika tekanan hidrolik (hydraulic head) di berbagai titik

    akibat perubahan tekanan hidrolik pada kondisi batas media berpori jenuh

    menggunakan peralatan Seepage Tank.

    3. Memodelkan fungsi konsentrasi terhadap jarak dan waktu dalam kejadian

    transpor pencemar pada media berpori jenuh akibat point source loading

    mengunakan peralatan Seepage Tank.

    1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

    Untuk menyederhanakan pembahasan, dalam karya tulis ini dibuat

    batasan-batasan masalah sesuai tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 4

    Universitas Indonesia

    1. Percobaan menggunakan peralatan Seepage Tank untuk memodelkan aliran

    dan transpor pencemar pada media berpori jenuh.

    2. Aliran air yang dimodelkan berada pada kondisi pengaliran tak-tunak

    (unsteady) dan bergerak dalam arah dua dimensi tanpa adanya perubahan

    massa jenis.

    3. Mekanisme transpor pencemar yang dimodelkan merupakan peristiwa

    adveksi dan dispersi dan berada pada kondisi pengaliran tunak (steady).

    1.4 Sistematika Penulisan

    BAB 1 : PENDAHULUAN

    Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, deskripsi permasalahan,

    tujuan penelitian, ruang lingkup permasalahan, dan sistematika penulisan.

    BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam bab ini dibahas teori-teori dasar dari air tanah, persamaan aliran

    air tanah dan transpor pencemar, parameter-parameter dalam aliran air pada media

    berpori dan transpor pencemar, serta alat yang digunakan dalam pengamatan.

    BAB 3 : METODE PENELITIAN

    Membahas rancangan langkah-langkah yang akan diambil dalam

    kegiatan hingga diperoleh suatu prosedur pemodelan aliran air tanah dan transpor

    pencemar pada media berpori jenuh menggunakan perlatan seepage tank.

    BAB 4 : IMPLEMENTASI RENCANA PENELITIAN

    Menjelaskan pelaksanaan, hasil, dan kendala dalam pelaksanaan

    rancangan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh prosedur pemodelan

    fisik.

    BAB 5 : PELAKSANAAN PEMODELAN ALIRAN AIR DAN TRANSPOR

    PENCEMAR PADA MEDIA BERPORI JENUH MENGGUNAKAN SEEPAGE

    TANK

    Memberikan prosedur pemodelan fisik menggunakan seeage tank beserta

    pembahasan suatu kasus aliran air dan transpor pencemar pada media berpori.

    BAB 6 : PENUTUP

    Berisi kesimpulan dari kegiatan yang sudah dilakukan, jawaban dari

    tujuan penelitian, dan saran untuk pengembangan lebih lanjut.

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 5 Universitas Indonesia

    BAB 2

    DASAR TEORI

    2.1 Air Tanah

    Keberadaan air di dalam tanah dapat dibagi menjadi beberapa lapisan

    seperti yang terlihat pada gambar 2.1. Pertama, soil water zone, yaitu lapisan yang

    paling dekat dengan permukaan tanah dan memiliki kandungan air yang

    jumlahnya sangat bergantung pada curah hujan dan infiltrasi. Kedua, vadose zone,

    yang merupakan lapisan yang terletak di atas muka air tanah. Munculnya

    kandungan air di zona ini terjadi akibat gaya higroskopis dan gaya kapiler dari air

    tanah di bawahnya. Tebal zona kapiler (capillary zone/fringe) berbanding terbalik

    dengan ukuran pori tanah dan berbanding lurus dengan tegangan permukaan

    (surface tension) air di bawahnya. Kedua lapisan tersebut di atas disebut juga

    sebagai zona aerasi dan merupakan lapisan tidak jenuh air (unsaturated zone).

    Lapisan ketiga, adalah groundwater zone, yang merupakan lapisan jenuh air

    (saturated zone) dan berada di bawah muka air tanah. Di lapisan ini lah

    pengambilan air tanah dengan sumur dilakukan.

    Gambar 2.1. Distribusi air di bawah permukaan tanah

    Sumber: Bear (1979)

    Akifer didefinisikan sebagai suatu formasi tanah yang mengandung

    cukup banyak material lolos air (permeabel) untuk dapat menghasilkan air dalam

    jumlah yang signifikan bagi sumur dan mata air (Bedient, Rifai, & Newell, 1994).

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 6

    Universitas Indonesia

    Akifer terbagi menjadi dua, yaitu akifer tidak terkekang (unconfined aquifer) dan

    akifer terkekang (confined aquifer). Akifer tidak terkekang adalah zona air tanah

    yang berada di atas lapisan kedap air dan membentuk muka air tanah di atasnya.

    Akifer terkekang adalah zona air tanah yang dibatasi oleh dua lapisan kedap air di

    atas dan bawahnya.

    2.2 Persamaan Aliran Air Tanah: Transient Saturated Flow

    Hukum kekekalan massa untuk aliran tak tunak (unsteady) pada kondisi

    tanah jenuh (saturated) menyatakan bahwa jumlah massa yang masuk dan keluar

    dari suatu control volume sama dengan perubahan massa tampungan dari control

    volume tersebut.

    Persamaan massa untuk aliran tak tunak pada akifer terkekang jenuh

    adalah sebagai berikut:

    Gambar 2.2. Control volume elemental untuk aliran melalui media berpori

    Sumber: Bedient, et al (1994)

    −�(���)

    ��−

    ������

    ��−

    �(���)

    ��=

    �(��)

    ��= �

    ��

    ��+ �

    ��

    �� (2.1)

    dengan

    ρ: massa jenis fluida (kg/m3)

    v: kecepatan aliran (m/s)

    n: porositas

    Suku pertama dari persamaan di sisi kanan, ����

    ��� , menunjukkan

    peristiwa berubahnya massa akibat perubahan massa jenis air ρ per satuan waktu

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 7

    Universitas Indonesia

    sementara suku kedua, ����

    ���, menunjukkan peristiwa berubahnya massa akibat

    perubahan porositas n per satuan waktu. Suku pertama dipengaruhi oleh

    kompresibilitas fluida dan suku kedua dipengaruhi oleh kompresibilitas tanah

    atau media berpori .

    Persamaan tersebut kemudian disederhanakan dengan pemahaman bahwa

    perubahan ρ dan n dipengaruhi oleh perubahan tekanan hidrolik h dan bahwa

    volume air yang dihasilkan dari kedua mekanisme per satuan tekanan dapat

    dinyatakan sebagai Ss, spesific storage, yang dirumuskan dengan �� =

    ��(� + ��). Diperoleh persamaan

    −�(���)

    ��−

    ������

    ��−

    �(���)

    ��= ���

    ��

    �� (2.2)

    Dengan penurunan parsial �(���)

    ��= �

    ���

    ��+ ��

    ��

    �� , ditemukan bahwa

    ����

    ��≫ ��

    ��

    �� dan begitu pula untuk sumbu y dan sumbu z. Persamaan lalu

    dirubah menjadi:

    −����

    ��− �

    ���

    ��− �

    ���

    ��= ���

    ��

    �� (2.3)

    Sesuai Hukum Darcy, �� = ����

    �� dengan Kx adalah konduktivitas tanah

    pada arah x, maka didapat persamaan aliran transien air tanah pada akifer

    terkekang sebagai berikut:

    �����

    ��

    ��� +

    �����

    ��

    ��� +

    �����

    ��

    ��� = ��

    ��

    �� (2.4)

    atau

    ���

    ���+

    ���

    ���+

    ���

    ���=

    ��

    ��

    �� (2.5)

    Untuk akifer tidak terkekang, ruas kanan persamaan ini dinyatakan dalam

    Spesific Yield Sy sehingga menjadi

    ���

    ���+

    ���

    ���+

    ���

    ���=

    ��

    ��

    �� (2.6)

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 8

    Universitas Indonesia

    2.3 Transpor Pencemar

    Menurut Bedient, Rifai, & Newell (1994), mekanisme transpor pencemar

    yang menjadi perhatian utama pada pembahasan air tanah adalah adveksi,

    dispersi, adsorpsi, biodegradasi, dan reaksi kimia. Adveksi adalah bergeraknya

    pencemar bersama aliran air tanah dengan kecpatan yang sama dengan kecepatan

    aliran tersebut. Difusi adalah transpor massa molekular yang membuat padatan

    berpindah dari tempat dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

    Dispersi adalah proses gabungan yang terjadi akibat perbedaan kecepatan

    rembesan pada media berpori. Pada peristiwa dispersi, terjadi penyebaran

    konsentrasi pada tepi pencemar yang bergerak. Adsorpsi adalah terurainya

    pencemar dari larutan asal yang kemudian masuk ke dalam matriks tanah.

    Biodegradasi adalah perubahan senyawa organik menjadi CO2 dan air akibat

    aktivitas mikroba dalam tanah.

    Gambar 2.3. (a) Peristiwa adveksi-dispersi, dan (b) Peristiwa adveksi

    Sumber: Bedient, et al (1994)

    2.4 Persamaan Transpor Pencemar: Advection-Dispertion Equations

    Hukum kekekalan massa yang berlaku dalam transpor pencemar adalah

    perubahan massa

    larutan dalam

    control volume

    =

    fluks larutan

    keluar control

    volume

    +

    fluks larutan

    masuk control

    volume

    ±

    Perubahan

    akibat reaksi-

    reaksi tertentu

    Proses fisik yang berpengaruh pada fluks keluar dan masuk control

    volume adalah peristiwa adveksi dan dispersi, sementara perubahan akibat reaksi

    kimia dipengaruhi oleh peristiwa beodegradasi atau reaksi kimia.

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 9

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.4. Keseimbangan massa pada transport pencemar

    Sumber: Bedient, et al (1994)

    Transpor massa pencemar akibat adveksi = �̅ �� �� (2.7)

    Transpor massa pencemar akibat dispersi = ��� ��

    �� �� (2.8)

    Dl merupakan koefisien dispersi pada arah longitudinal aliran, �� =

    ���̅ + �∗. Nilai �� adalah properti fisik dari media berpori yang disebut sebagai

    dispersivity (L) sementara D* adalah coefficient of molecular diffusion dari

    larutan dalam media berpori (L2/T).

    Fx, Fy, dan Fz merupakan total massa larutan per satuan luas yang

    bergerak akibat peristiwa adveksi dan dispersi.

    �� = �̅ ��� − �����

    ��

    �� = �̅ ��� − �����

    ��

    �� = �̅ ��� − �����

    �� (2.9)

    Karena pencemar yang masuk dianggap non reaktif, maka selisih antara

    massa yang masuk dan keluar dari control volume sama dengan jumlah

    kandungan larutan yang terjadi dalam control volume tersebut. Persamaan massa

    yang terjadi adalah

    ���

    ��+

    ���

    ��+

    ���

    ��= −�

    ��

    �� (2.10)

    ������

    ���+ ��

    ���

    ���+ ��

    ���

    ����− � �̅�

    ��

    ��+ ��̅

    ��

    ��+ ��̅

    ��

    ���=

    ��

    �� (2.11)

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 10

    Universitas Indonesia

    2.5 Klasifikasi Tanah

    Menurut ukuran partikelnya, British Standard mengklasifikasikan tanah

    menjadi lima: lempung, lanau, pasir, kerikil, cobbles, dan boulders. Rentang

    ukuran partikel menurut BS diberikan oleh gambar berikut:

    Tabel 2.1. Distribusi ukuran partikel

    Sumber: Craig (1991)

    Kebanyakan jenis tanah terdiri dari campuran beberapa ukuran dan

    biasanya lebih dari dua rentang ukuran (Craig, 1991). Dalam analisa distribusi

    ukuran partikel tanah, dilakukan penentuan persentase berat partikel dalam

    rentang ukuran yang berbeda. Distribusi ukuran tanah berbutir kasar ditentukan

    melalui metode pengayakan, sementara distribusi ukuran tanah berbutir halus

    ditentukan melalui metode pengendapan.

    Distribusi ukuran partikel dapat digambarkan di atas kertas semi

    logaritmik dengan sumbu ordinatnya adalah persentase berat partikel yang lebih

    kecil daripada ukuran absisnya yang diketahui. Semakin landai kurva distribusi,

    semakin besar rentang distribusinya. Sementara semakin curam kurvanya,

    semakin kecil rentang distribusinya.

    Secara umum tanah bergradasi baik diwakili oleh kurva distribusi yang

    cembung dan mulus (Craig, 1991). Sementara tanah bergradasi buruk ditandai

    dengan ukuran partikel yang seragam atau dengan adanya lompatan (gap) pada

    distribusi ukuran partikelnya.

    Ukuran partikel tanah yang memiliki persentase lebih kecil dari suatu

    angka yang ditinjau dinyatakan sebagai Dx. Sebagai contoh, D10 menyatakan

    ukuran partikel tanah yang memiliki persentase lebih kecil daripada 10% total

    tanah.

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 11

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.5. Kurva distribusi ukuran partikel

    Parameter penting dalam kurva distribusi ukuran adalah koefisien

    keseragaman (Cu= coefficient of uniformity) dan koefisien kelengkungan (Cc=

    coefficient of curvature). Semakin besar nilai Cu, semakin besar rentang distribusi

    partikel tanah. Tanah bergradasi baik biasanya memiliki nilai Cc antara 1 sampai

    3. Nilai kedua koefisien ini masing-masing adalah

    �� =���

    ��� (2.12)

    �� =����

    ������ (2.13)

    2.6 Hukum Darcy

    Aliran air tanah melalui media dapat dijelaskan melalui Hukum Darcy.

    Hukum Darcy menyatakan bahwa debit aliran melalui media berpori berbanding

    lurus dengan kehilangan energi yang terjadi dan berbanding terbalik dengan

    panjang lintasannya. Secara matematis, Hukum Darcy dituliskan sebagai

    � = � ∗ �∆�

    ∆� (2.14)

    dengan

    Q= debit aliran (m3/s)

    A= luas penampang yang dilalui aliran (m2)

    K= konduktivitas hidrolik dari media berpori, berupa konstanta (m/s)

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 12

    Universitas Indonesia

    Δh= besarnya kehilangan energi (m)

    ΔL= panjang lintasan aliran air (m)

    Gambar 2.6. Percobaan Darcy

    Sumber: Instruction Manual Seepage Tank (Armfield, Ltd, 1995)

    Energi yang diwakilkan oleh variabel h merupakan energi total yang

    terdiri atas tekanan pori, kecepatan aliran, dan elevasi.

    ℎ =�

    ��+

    ��

    ��+ � (2.15)

    dengan

    h= tekanan hidrolik/hydraulic head (m)

    u= tekanan air pori (N/m2)

    w= berat jenis air (N/m3)

    v= kecepatan aliran air (m/s)

    g= percepatan gravitasi (m/s2)

    z= elevasi (m)

    Rasio ∆�

    ∆� dalam persamaan (2.3) disebut sebagai gradien hidrolik (i) dan

    merupakan kemiringan dari garis energi antara dua titik pengamatan. Sementara K

    merupakan konstanta proporsionalitas pada aliran melalui media berpori, disebut

    sebagai konduktivitas hidrolik dan nilainya tergantung dari jenis media berpori

    serta fluida yang melewatinya. Dimensi dari konduktivitas hidrolik sama dengan

    dimensi kecepatan, yaitu LT-1.

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 13

    Universitas Indonesia

    Pada skala mikroskopis, aliran air dalam tanah mengikuti suatu alur yang

    berliku di antara partikel-partikel tanah, tetapi secara makroskopis, untuk

    pengamatan aliran satu dimensi, alur tersebut dapat dianggap sebagai garis lurus.

    Besarnya kecepatan rata-rata aliran air ke pori-pori tanah dapat dihitung dengan

    membagi volume aliran per satuan waktu dengan luas rata-rata pori-pori (Av) pada

    potongan melintang normal terhadap arah aliran. Kecepatan ini disebut kecepatan

    rembesan (seepage velocity; vs) (Craig, 1991).

    � = �� ∗ �� (2.16)

    bila diketahui � = �� + ��

    dan � = � ∗ �;

    maka �� ∗ �� = (�� + ��) ∗ � (2.17)

    dengan

    A= luas penampang total media berpori (m2)

    Av= luas pori dalam penampang media berpori (m2)

    As= luas partikel padat dalam penampang media berpori (m2)

    v= kecepatan debit (discharge velocity) (m/s)

    vs= kecepatan rembesan (m/s)

    Kecepatan rembesan jika dinyatakan dengan porositas dapat berubah

    menjadi persamaan baru tanpa adanya variabel luas penampang.

    Diketahui porositas

    � =∀�

    ∀ (2.18)

    dan dinyatakan sebagai

    � =���

    �� =�

    ��

    �� =�

    �∗�=

    � (2.19)

    atau

    �� = �∆�

    ∆�∗� (2.20)

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 14

    Universitas Indonesia

    2.7 Porositas

    Porositas merupakan rasio dari volume pori per volume total dari tanah.

    Menurut Freeze & Cherry (1979), pengukuran nilai porositas dapat dilakukan

    dengan membuat suatu sampel tanah menjadi jenuh, mengukur volume total dan

    massanya, kemudian mengeringkan sampel pada oven. Berat dari air yang hilang

    dapat diubah menjadi volume dengan membaginya terhadap massa jenis air.

    2.8 Konduktivitas hidrolik

    Konduktivitas hidrolik merupakan ukuran dari kemampuan media

    berpori meloloskan fluida yang melewatinya. Nilai konduktivitas hidrolik

    tergantung dari jenis media berpori serta fluida yang melewatinya dengan dimensi

    yang sama dengan kecepatan, yaitu LT-1. Konduktivitas hidrolik ini sering disebut

    sebagai koefisien permeabilitas.

    Koefisien permeabilitas tergantung pada ukuran rata-rata pori yang

    dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel, dan struktur tanah.

    Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan

    makin rendah permeabilitasnya (Craig, 1991).

    Dari segi gradasi butiran, tanah dengan distribusi ukuran partikel baik

    memiliki nilai konduktivitas hidrolik yang lebih kecil daripada tanah dengan

    distribusi ukuran partikel buruk. Hal ini terjadi karena pada tanah bergradasi baik,

    ruang pori yang terbentuk di antara partikel kasar dapat tertutupi oleh partikel

    yang lebih halus.

    Tabel 2.2. Rentang nilai permeabilitas (m/s) menurut BS 8004:1986

    Sumber: Craig (1991)

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 15

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.3. Koefisien permeabilitas menurut Casagrande

    Jenis Tanah K (m/s)

    Kerikil 1x10-2 – 1

    Pasir/campuran pasir-kerikil 1x10-5 – 1x10-2

    Pasir halus, lanau organik, campuran pasir, lanau,

    lempung 1x10-9 – 1x10-5

    Lempung padat 1x10-11 – 1x10-9

    Sumber: Modul Praktikum Mekanika Tanah UI

    Tabel 2.4. Koefisien permeabilitas menurut Wesley pada suhu standar (200 C)

    Jenis Tanah K (m/s)

    Pasir berlempung, pasir berlanau 5x10-5 – 1x10-4

    Pasir halus 1x10-5 – 5x10-5

    Pasir kelanauan 1x10-6 – 2x10-5

    Lanau 1x10-7 – 5x10-6

    Lempung 1x10-11 – 1x10-8

    Sumber: Modul Praktikum Mekanika Tanah UI

    2.8.1 Konduktivitas hidrolik dari tanah berlapis

    Adanya lapisan-lapisan dalam tanah memunculkan perbedaan

    konduktivitas hidrolik aliran air pada arah sejajar dan tegak lurus lapisan. Air

    akan lebih mudah mengalir pada arah sejajar lapisan daripada pada arah tegak

    lurus menembus lapisan-lapisan tanah. Konduktivitas hidrolik untuk aliran sejajar

    lapisan lebih besar daripada konduktivitas hidrolik untuk aliran tegak lurus

    lapisan. Konduktivitas hidrolik pada tanah yang berlapis dapat diketahui dengan

    terlebih dahulu memeriksa besarnya konduktivitas hidrolik dari masing-masing

    lapisan tanah.

    dengan

    i1, i2,… in = gradien hidrolik di tiap lapisan (m/m)

    K1, K2,… Kn = konduktivitas hidrolik dari masing-masing lapisan (m/s)

    H1, H2,... Hn = tebal dari masing-masing lapisan (m)

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 16

    Universitas Indonesia

    H = H1 + H2 + …Hn = total tebal dari massa tanah (m)

    KI = konduktivitas hidrolik rata-rata untuk aliran dengan arah sejajar lapisan (m/s)

    KII= konduktivitas hidrolik rata-rata untuk aliran dengan arah tegak lurus lapisan

    (m/s)

    Besarnya konduktivitas hidrolik untuk aliran dengan arah sejajar lapisan

    dihitung dengan metode berikut:

    Gambar 2.7. Konduktivitas hidrolik ekivalen pada aliran horizontal melalui tanah

    berlapis

    Sumber: Presentasi kuliah Mekanika Tanah UI

    kecepatan aliran rata-rata dinyatakan dalam kecepatan aliran terbobot:

    � =�

    �(���� + ���� +⋯����) (2.21)

    �� ∗ � =�

    �(������ + ������ +⋯������) (2.22)

    karena dalam aliran sejajar lapisan nilai gradien hidrolik I di tiap lapisan harus

    seragam, maka

    �� =�

    �(���� + ���� + ⋯���) (2.23)

    �� =�

    �∑ �������� (2.24)

    Sementara untuk aliran pada arah tegak lurus lapisan, nilai gradien

    hidrolik i berbeda di tiap lapisnya dan besar gradien hidrolik total di sepanjang

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 17

    Universitas Indonesia

    tebal lapisan sama dengan total kehilangan energi (Δh) dibagi dengan tebal

    seluruh tanah (H).

    Gambar 2.8. Konduktivitas hidrolik ekivalen pada aliran vertikal melalui tanah

    berlapis

    Sumber: Presentasi kuliah Mekanika Tanah UI

    ∆ℎ = ���� + ���� + ⋯ ���� (2.25)

    Pada aliran ini, kecepatan di masing-masing lapisan harus sama.

    � = ��� ∗∆�

    �= ���� = ���� = ⋯���� (2.26)

    ��� =�

    ����

    �����

    �⋯����

    (2.27)

    �� =�

    �∑��

    ��

    ���� �

    (2.28)

    2.8.2 Pengujian Konduktivitas Hidrolik

    Nilai konduktivitas hidrolik dari suatu media berpori dapat diketahui

    melalui empat metode: Capillarity Head Test, korelasi data konsolidasi untuk

    menghitung konduktivitas hidrolik, Variable Head Test (atau pada literatur lain

    disebut Falling Head Test), dan Constant Head Test.

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 18

    Universitas Indonesia

    2.8.2.1 Pengujian Tinggi Konstan (Constant Head Test)

    Konduktivitas hidrolik untuk tanah berbutir-kasar dapat ditentukan

    ditentukan dari uji tinggi konstan (constant head test). Contoh tanah pada

    kelembaban yang sesuai ditempatkan pada sebuah silinder tembus pandang

    (perspex) , dengan luas penampang A. Contoh tanah tersebut beralaskan sebuah

    filter kasar atau sebuah saringan kawat. Pada saat pengujian, air mengalir konstan

    dalam arah vertikal dengan tinggi energi yang konstan pula. Kemudian volume

    pengaliran air per satuan waktu (Q) dihitung. Di sisi silinder terdapat kran-kran

    yang digunakan dalam penentuan gradien hidrolik �ℎ �� �. Kemudian dari Hukum

    Darcy didapat:

    � =� ∗ �

    � ∗ ℎ

    � =�∗�

    �∗�∗� (2.29)

    Keterangan:

    K= konduktivitas hidrolik media berpori (m/s)

    V= volume aliran (m3)

    L= panjang sampel tanah (m)

    t= lama pengamatan (s)

    A= luas penampang sampel tanah (m2)

    h= tinggi muka air (m)

    Pengujian ini harus dilakukan beberapa kali, masing-masing dengan laju

    aliran yang berbeda-beda. Sebelum pengujian dilakukan, contoh tanah

    divakumkan dulu untuk mendapatkan tingkat kejenuhan yang mendekati 100%.

    Kalau tingkat kejenuhan yang tinggi harus dipertahankan, air yang digunakan

    dalam pengujian harus tanpa udara (de-aired water).

    2.8.2.2 Pengujian Tinggi Jatuh (Falling Head Test)

    Untuk tanah berbutir halus digunakan uji tinggi jatuh (falling-head test).

    Dalam hal ini digunakan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed) dan silinder

    yang digunakan dalam pengujian ini adalah tabung penyimpan contoh tanah

    tersebut. Panjang contoh tanah dalam uji coba adalah L m dan luas potongannya

    A. Sebuah filter kasar ditempatkan di kedua ujung conoh tanah tersebut dan

    bagian atas silinder disambungkan dengan sebuah pipa tegak yang memiliki luas

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 19

    Universitas Indonesia

    penampang a. Pada saat percobaan, air yang mengalir ke luar ditampung pada

    sebuah reservoir dengan tinggi air yang diusahakan konstan. Pipa tegak diisi

    penuh dengan air dan dalam kurun waktu terentu (t1) dilakukan pengukuran

    terhadap tinggi muka air pipa relatif terhadap tinggi muka air pada reservoir.

    Dalam kurun waktu tersebut, tinggi muka air pipa turun dari h0 menjadi h1. Pada

    suatu waktu antara t, tinggi muka air pada pipa adalah h dan laju perubahannya

    adalah –dh/dt. Pada saat itu perbedaan tinggi energi total adalah h. Sehingga

    berdasarkan rumus Darcy:

    � = � ∗ � = �−�ℎ

    ��

    −��ℎ

    ��= ��

    ∆ℎ

    ∆�

    −���ℎ

    ��

    ��

    ��

    =��

    ∆�� ����

    � =� ∗ ∆�

    � ∗ ����ℎ�ℎ�

    � = 2,3�∗∆�

    �∗�����

    ��

    �� (2.30)

    Keterangan:

    K= konduktivitas hidrolik media berpori (m/s)

    A= luas penampang silinder tegak (m2)

    L= panjang contoh tanah di dalam permeameter (m)

    A= luas penampang contoh tanah (m2)

    t1= total waktu pada pengukuran (s)

    h0, h1= tinggi head (m)

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 20

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.9. Percobaan constant head test

    Sumber: Modul Praktikum Mekanika Tanah UI

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 21

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.10. Percobaan falling head test

    Sumber: Modul Praktikum Mekanika Tanah UI

    Pada pengujian ini tanah harus dijaga tingkat kejenuhannya mendekati

    100%. Pengujian ini harus dilakukan beberapa kali, dengan harga h0 dan h1 yang

    berbeda dan/atau dengan diameter pipa tegak yang berbeda.

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 22

    Universitas Indonesia

    2.9 Kompresibilitas

    Kompresibilitas (compressibility) merupakan sifat material yang

    menjelaskan perubahan volume media berpori maupun air per volume total

    material akibat adanya perubahan tekanan.

    2.9.1 Kompresibilitas dari Media Berpori ()

    Kompresibilitas media berpori () adalah perubahan volume tanah (�∀�)

    per volume total tanah (∀�) akibat perubahan tegangan efektif (e).

    � = −�∀�

    ∀��

    ��� (2.31)

    Volume total tanah Vt terdiri dari volume butiran tanah (Vs) dan volume

    pori (Vv), yaitu Vt=Vs+Vv. Pengingkatan tekanan efektif tanah e akan

    menurunkan nilai volume total tanah Vt . Meski demikian, dianggap volume

    butiran tanah tidak berubah (dVs=0) sehingga dVt=dVv.

    Besarnya kompresibilitas suatu sampel tanah dapat diketahui melalui uji

    konsolidasi. Dari uji konsolidasi akan dicari nilai void ratio tanah e untuk

    menghitung persamaan kompresibilitas

    � =��� (����)⁄

    ��� (2.32)

    2.9.2 Kompresibilitas dari Air ()

    Kompresibilitas dari air () adalah perubahan volume air (�∀� ) per

    volume total air (∀�) akibat perubahan tekanan fluida p.

    � = −�∀� ∀�⁄

    �� (2.33)

    Persamaan ini menunjukkan bahwa nilai adalah kemiringan garis dari

    grafik regangan versus tegangan dari air. Sepanjang rentang tekanan yang menjadi

    pembahasan dalam maslah air tanah, nilai ini konstan, yaitu sebesar 4,4 x 10-10

    m2/N.

    2.10 Spesific Yield dari Akifer Tidak Terkekang

    Spesific yield Sy didefinisikan sebagai volume air yang dikeluarkan oleh

    akifer tidak terkekang dari tampungannya per satuan luas penampang akifer untuk

    tiap penurunan muka air tanah. Besarnya Sy dapat dihitung sebagai �� =

    ��(� + ��).

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 23

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.11. Ilustrasi specific yield pada akifer tidak terkekang

    Sumber: Freeze dan Cherry (1979)

    2.11 Koefisien Dispersi

    Koefisien dispersi besarnya tergantung pada nilai dispersivitas dan

    koefisien difusi D* dengan persamaan

    �� = ���̅ + �∗ (2.34)

    Koefisien dispersi dari suatu media berpori dapat diukur di laboratorium

    dengan menggunakan kolom tanah atau pasir yang dialiri oleh larutan. Pengujian

    bertujuan untuk mencari nilai konsentrasi larutan C yang melalui kolom pasir dan

    nilai volume pori U dari massa pasir tersebut. Volume pori (pore volume, U)

    mewakili volume air yang akan mengisi seluruh pori-pori pasir di sepanjang

    sampel kolom. Nilai volume pori total suatu kolom pasir selama pengujian sama

    dengan debit total dibagi dengan volume satu pori.

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 24

    Universitas Indonesia

    � =�����

    ���=

    ���

    � (2.13)

    dengan �� adalah kecepatan rembesan, A adalah luas penampang kolom pasir, L

    adalah panjang kolom, dan n adalah porositas pasir.

    Gambar 2.12. Pengujian koefisien dispersi

    Sumber: Freeze dan Cherry (1979)

    Pickens dan Grisak (1981) menunjukkan bahwa plot data � ��⁄ terhadap

    (� − 1) ��.�⁄ pada distribusi normal menghasilkan sebuah garis lurus yang

    kemiringan garisnya berhubungan dengan nilai Dl.

    Estimasi koefisien dispersi adalah sebagai berikut

    �� =���

    �× [ �(0,84) − �(0,16) ]� (2.35)

    dengan J(0,84) adalah nilai dari fungsi volume pori saat C/Co= 0.84

    dan J(0,16) adalah nilai dari fungsi volume pori saat C/Co= 0.16.

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 25

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.13. Grafik C/Co terhadap (U-1)/U0.5

    2.12 Jaringan Aliran

    Jaringan aliran merupakan representasi grafis dari aliran air melalui tanah

    atau media berpori lainnya. Jaringan aliran digunakan untuk menggambarkan

    fungsi dari tekanan dan kecepatan pada kondisi-kondisi batas yang diketahui.

    Aliran dalam media berpori dapat terjadi akibat adanya perbedaan tekanan.

    Perbedaan tekanan ini ditransformasi menjadi energi kinetik aliran air. Sebagai

    reaksi, tanah yang dilalui oleh air kemudian melawan aliran ini dengan suatu

    tekanan negatif. Tahanan yang diberikan tanah terhadap aliran air ini disebut

    sebagai gesekan viskos (viscous friction) dan menyebabkan terjadinya pelepasan

    energi kinetik dari aliran air secara bertahap.

    Jalur yang dibentuk oleh aliran air pada peristiwa rembesan melalui

    massa tanah yang jenuh disebut sebagai garis aliran (flow lines). Garis aliran

    disebut juga sebagai kontur kecepatan yang menggambarkan fungsi aliran ψ(x,z).

    Selisih kecepatan antara dua garis berdekatan dinotasikan sebagai Δψ. Fungsi

    ψ(x,z) ini merupakan kecepatan aliran per satuan tebal tanah sehingga �� = Δ�.

    −��

    ��= �� = −�

    ��

    �� (2.36)

    −��

    ��= �� = −�

    ��

    �� (2.37)

    Sementara garis pada jaringan aliran yang menghubungkan titik-titik

    dengan tinggi tekanan total yang sama disebut garis ekipotensial (equipotential

    lines). Garis ekipotensial disebut juga sebagai kontur tekanan yang

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 26

    Universitas Indonesia

    menggambarkan fungsi tekanan ϕ(x,z). Selisih tekanan total antara dua garis

    berdekatan dinotasikan sebagai Δϕ.

    ��

    ��= �� = −�

    ��

    �� (2.38)

    ��

    ��= �� = −�

    ��

    �� (2.39)

    Gambar 2.14. Jaringan Aliran

    Sumber: Presentasi kuliah Mekanika Tanah UI

    Untuk memudahkan analisa grafis, ada beberapa kondisi dasar yang

    harus dipenuhi dalam penggambaran jaringan aliran. Pertama, sudut yang

    terbentuk pada perpotongan antara garis aliran dan garis ekipotensial harus

    membentuk sudut siku-siku. Kedua, dianjurkan untuk menggunakan Δψ yang

    sama besar untuk dua garis aliran berdekatan dan menggunakan Δϕ yang sama

    besar untuk dua garis ekipotensial berdekatan. Ketiga, menggunakan ds dan dm

    yang sama panjang sehingga daerah yang dibatasi oleh dua garis ekipotensial dan

    dua garis aliran membentuk area bujur sangkar. Dengan terpenuhinya ketiga

    kondisi ini, akan berlaku

    Δ� = Δ� (2.40)

    karena Δ� = Δq dan Δ� = �.Δℎ, maka

    Δ� = �. Δℎ (2.41)

    Sementara gradien hidrolik ditentukan sebesar

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 27

    Universitas Indonesia

    i =��

    �� (2.40)

    untuk keseluruhan jaringan aliran, h= perbedaan tinggi energi total antara garis

    ekipotensial pertama dan terakhir, Nd= jumlah penurunan ekipotensial, masing-

    masing dengan kehilangan tinggi energi total Δh yang sama, dan Nf= jumlah alur

    aliran (flow channels), masing-masing dengan kapasitas aliran Δq yang sama.

    Dari sini dapat ditentukan bahwa

    Δℎ =�

    �� (2.41)

    dan

    � = ��. � (2.42)

    Sehingga debit aliran per satuan tebal tanah di suatu titik pada jaringan aliran

    dapat dinyatakan dengan

    � = �. ℎ.��

    �� (2.43)

    2.13 Seepage Tank

    Seepage tank merupakan suatu perangkat percobaan yang digunakan

    untuk menggambarkan fenomena rembesan pada media berpori. Komponen

    utama alat ini terdiri atas kotak kaca tembus pandang yang sisi belakangnya

    terhubung dengan manometer, pipa masukan air, dua pipa pelimpah air di sisi kiri

    dan kanan, pelat tak-lolos air (impermeable) sebagai model sheet pile, serta

    pompa dan bak air di bagian bawahnya.

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 28

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.15. Peralatan Seepage Tank

    Sumber: Instruction Manual Seepage Tank (Armfield, Ltd, 1995)

    Keterangan:

    1. Tangki seepage tank

    2. Baffle plate (membran impermeabel)

    3. Bingkai baja berbentuk U

    4. Bak air

    5. Rak/papan

    6. Kaca

    7. Panel aluminium

    8. Penyangga

    9. Keran penguras

    10. Penguras bak air

    11. Pompa sentrifugal

    12. Saklar

    13. Pipa pelimpah

    14. Pipa inlet air

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 29 Universitas Indonesia

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    Pemodelan fisik untuk aliran air tanah dan transpor pencemar pada akifer

    jenuh tak terkekang dilakukan menggunakan alat seepage tank. Pengamatan

    dilakukan terhadap aliran air dan transpor pencemar pada media pasir yang

    ditaruh di dalam tangki kaca. Di tengah tangki kaca tersebut diletakkan suatu

    pembatas berupa baffle plate yang tidak tembus air sehingga volume pasir di

    dalam kotak terbagi menjadi dua di hulu dan hilir. Pipa pelimpah di sisi kanan dan

    kiri seepage tank diatur untuk mendapatkan tinggi muka air di hulu dan hilir sheet

    pile. Air dimasukkan dengan selang ke dalam set alat, dibiarkan mengalir melalui

    pasir dan merembes di bawah baffle plate hingga ke hilir. Kondisi jenuh diperoleh

    setelah muka air sama dengan ketinggian pipa pelimpah di masing-masing sisi

    alat. Setelah kondisi jenuh terpenuhi, dimulailah pengamatan untuk aliran air dan

    transpor pencemar pada media pasir.

    Gambar 3.1. Pengaturan Alat Seepage Tank

    Sumber: Olahan penulis

    Pemodelan aliran air tanah dilakukan dengan mengamati tinggi tekanan

    dari berbagai titik dalam media pasir akibat peristiwa rembesan. Aliran air diatur

    sedemikian rupa sehingga didapat kondisi pengaliran tak-tunak (unsteady).

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 30

    Universitas Indonesia

    Tekanan yang terjadi diukur melalui bacaan manometer yang diletakkan pada dua

    puluh titik di tepi seepage tank dan merupakan fungsi dari ruang dan waktu.

    Pemodelan transpor pencemar dilakukan dengan mengamati pola penyebaran

    warna dari larutan yang dimasukkan ke dalam media pasir. Larutan ini

    dimasukkan dengan sebuah dye injection unit setelah diperoleh kondisi pasir

    jenuh. Berbeda dengan pemodelan aliran air tanah, pemodelan transpor pencemar

    ini dilakukan pada kondisi pengaliran tunak (steady).

    Dibutuhkan serangkaian kegiatan percobaan, perhitungan, dan pengujian

    untuk memperoleh model fisik aliran dan transpor pencemar air tanah pada akifer

    jenuh tak terkekang dengan alat seepage tank. Rangkaian kegiatan tersebut

    dimaksudkan untuk memastikan bahwa seluruh kondisi batas (boundary

    condition) dan kondisi awal (initial condition) yang diharapkan dapat terpenuhi,

    intervensi yang diberikan dapat terukur, serta respon yang terjadi dapat diamati.

    Dengan memastikan hal-hal tersebut di atas, diharapkan dapat diperoleh sebuah

    pemodelan fisik yang valid untuk diulang (repeatable) dan diduplikasi

    (replicable) pada kegiatan-kegiatan berikutnya.

    3.1 Pemilihan Pasir sebagai Media Berpori

    Pemodelan transpor pencemar membutuhkan media berpori dengan

    karakter visual yang sesuai. Dalam pemodelan ini digunakan pasir dengan warna

    putih. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengamatan penyebaran larutan yang

    dimasukkan ke dalam media berpori pada kegiatan pemodelan transpor pencemar.

    Untuk itu jenis pasir yang digunakan harus diuji dahulu kemampuannya dalam

    memperlihatkan larutan berwarna yang melewatinya. Dengan pasir berwarna

    putih, diharapkan warna larutan yang muncul dapat terlihat lebih jelas daripada

    jika menggunakan pasir berwarna gelap.

    3.2 Pengukuran Karakteristik Sistem Aliran

    Dalam persamaan aliran air tanah dan transpor pencemar pada akifer

    jenuh tak terkekang, dibutuhkan data-data mengenai properti sistem aliran.

    Properti yang dimaksud adalah porositas, konduktivitas hidrolik, kompresibilitas,

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 31

    Universitas Indonesia

    dan koefisien dispersi. Melalui pengukuran, data-data tersebut dapat diperoleh

    sebelum kegiatan pemodelan dengan seepage tank dimulai.

    Sebelum memulai pengukuran, ditetapkan terlebih dahulu kerapatan pasir

    yang diinginkan. Kerapatan pasir dapat diatur dengan menuangkan pasir

    mengikuti suatu metode tertentu. Metode penuangan ini harus konsisten sehingga

    kerapatan pasir yang akan dimasukkan ke dalam alat seepage tank sama dengan

    kerapatan dari sampel pasir yang digunakan dalam pengukuran karakeristik sistem

    aliran. Dalam kegiatan ini akan digunakan metode penuangan pasir secara berlapis

    tanpa pemadatan. Pasir dituang secara bertahap setinggi 30 mm untuk tiap

    lapisnya. Angka ini merupakan taksiran yang dibuat untuk mendapatkan massa

    pasir yang cukup rapat tanpa adanya pemadatan.

    3.2.1 Pengujian Porositas Media Berpori

    Porositas diperlukan sebagai tolak ukur sama atau tidaknya sampel pasir

    dalam pengujian dengan pasir yang akan digunakan dalam peralatan seepage tank.

    Pengujian porositas (n) dilakukan dengan kegiatan perendaman dan pengeringan

    sampel pasir. Melalui rangkaian kegiatan tersebut akan diperoleh volume total dan

    volume pori yang kemudian dibandingkan untuk mendapatkan nilai prorositasnya.

    3.2.2 Pengujian Konduktivitas Hidrolik

    Konduktivitas hidrolik (K) diukur dengan metode pengujian tinggi jatuh

    (falling head test). Metode ini dipilih karena sampel merupakan pasir dengan

    permeabilitas dan angka pori yang besar. Dalam pengujian ini digunakan air

    karena dalam pemodelan, yang dibutuhkan adalah kemampuan air dalam

    meloloskan air.

    3.2.3 Pengukuran Kompresibilitas Pasir

    Kompresibilitas pasir diukur untuk dapat menghitung nilai spesific yield.

    Pengukuran dilakukan dengan alat konsolidometer tipe cincin tetap (fixed-ring

    concolidometer) dan dari hasil pengujian ini akan diperoleh angka pori yang dapat

    digunakan untuk menghitung nilai kompresibilitas sampel pasir.

    3.2.4 Pengukuran Konsentrasi Larutan Dye

    Konsentrasi larutan diperlukan untuk pengujian koefisien dispersi dari

    sistem aliran transpor pencemar. Konsentrasi larutan dapat diketahui melalui

    informasi langsung dari produk pewarna makanan, bila digunakan larutan yang

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 32

    Universitas Indonesia

    sudah jadi, maupun dengan cara mengukur massa bubuk pewarna dan volume

    total larutan, bila diperlukan pencampuran terlebih dahulu. Banyaknya konsentrasi

    larutan dapat dievaluasi jika ternyata setelah dilakukan pemodelan dirasa warna

    yang muncul kurang jelas terlihat.

    3.2.5 Pengukuran Koefisien Dispersi

    Koefisien dispersi arah longitudinal aliran (Dl) diukur dengan

    mengalirkan larutan dye melalui kolom berisi pasir dan mengukur kecepatan

    rembesan yang terjadi beserta konsentrasi larutan yang keluar. Hasil dari

    pengujian ini akan dibuat sebagai grafik dan kemudian dihitung kemiringan

    garisnya yang dapat dianggap sebagai nilai koefisien dispersi.

    3.3 Pemodelan Aliran Air Tanah dan Transpor Pencemar

    3.3.1 Persiapan Alat Seepage Tank

    Persiapan seepage tank meliputi pengaturan tinggi pasir, posisi baffle

    plate, dan tinggi pipa pelimpah pada hulu dan hilir. Pengaturan ini dimaksudkan

    untuk memperoleh kondisi-kondisi batas dari pengamatan yang akan dimodelkan.

    Tinggi pasir di dalam tangki dan posisi baffle plate menjadi kondisi batas

    yang tetap untuk kegiatan pemodelan aliran air tanah maupun transpor pencemar.

    Pasir diisi hingga mencapai ketinggian 300 mm di atas dasar tangki. Penuangan

    pasir ke dalam tangki ini mengikuti cara yang sama dengan cara penuangan pasir

    saat dilakukan pengujian karakteristik pasir, yaitu dengan mengisi tangki secara

    bertahap, setinggi 30 mm untuk tiap lapisnya. Baffle plate diletakkan di tengah

    tangki dengan jarak tepi bawahnya terhadap dasar tangki adalah 150 mm. Bidang

    kontak antara tepi baffle plate di sebelah hilir dengan tangki diberi lilin sebagai

    perkuatan guna mengantisipasi terdorongnya baffle plate akibat tekanan air yang

    terjadi di sisi hulu.

    Tinggi muka air dalam pemodelan aliran air tanah dan transpor pencemar

    dibuat berbeda. Hal ini dilakukan karena pemodelan aliran air tanah

    membutuhkan kondisi aliran tak-tunak (unsteady) sementara pemodelan transpor

    pencemar membutuhkan aliran tunak (steady). Meski demikian, sebagai persiapan

    untuk membuat media pasir jenuh, muka pipa pelimpah di hulu dibuat berada

    pada jarak 150 mm di bawah permukaan atas tangki dan muka pipa pelimpah di

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 33

    Universitas Indonesia

    hilir berada pada jarak 25 mm di atas permukaan pasir. Pengisian air dimulai dari

    kotak pengisian di hilir lalu selang dipindah ke hulu sampai ketinggian muka

    airnya tercapai. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan yang terjadi

    pada sisi hulu baffle plate akibat rembesan.

    3.3.2 Mengatur Kondisi Pengaliran untuk Model Aliran Air Tanah Unsteady

    Aliran tidak tunak (unsteady) dibuat untuk mendapatkan variasi nilai

    tekanan terhadap waktu. Kondisi ini dapat diperoleh dengan membuat tinggi

    muka air di hulu berubah terhadap waktu. Maka dalam kegiatan ini, sebagai

    percobaan awal, tinggi muka air di hulu dibuat naik sebanyak 100 mm. Setelah

    pasir jenuh pada posisi muka air awal yang konstan, pipa pelimpah di sisi hulu

    dinaikkan sebanyak 100 mm sementara aliran air ke dalam tangki tetap

    dipertahankan sehingga muncul kenaikan tekanan. Tinggi kenaikan pipa ini akan

    dievaluasi lagi untuk memastikan bahwa bacaan manometer dapat menunjukkan

    perubahan tinggi tekanan yang terlihat jelas. Jika tidak, maka perubahan tinggi

    muka air diperbesar sehingga perbedaan tekanannya semakin signifikan.

    3.3.3 Pembacaan Manometer untuk Model Aliran Air Tanah Unsteady

    Pembacaan manometer bertujuan untuk mengamati perubahan tekanan

    per satuan waktu yang terjadi dan dilakukan pada selang waktu tertentu yang

    konstan selama terjadi kenaikan tinggi muka air di hulu. Sebagai percobaan awal,

    pengamatan dilakukan sebanyak lima kali sejak pipa hulu dinaikkan sampai tinggi

    muka air di hulu mencapai elevasi rencana akhir. Dengan demikian, penentuan

    waktu pengamatan dilakukan dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan air

    untuk naik dan membaginya menjadi lima bagian. Diharapkan dengan begini

    didapat perbedaan bacaan manometer yang cukup jelas di tiap waktu

    pengamatannya. Hasil pengamatan kemudian dicatat sebagai tinggi tekanan pada

    tiga puluh enam manometer pada lima rentang waktu yang ditetapkan.

    3.3.4 Mengatur Kondisi Pengaliran Steady untuk Model Transpor Pencemar

    Pemodelan transpor pencemar bertujuan untuk mendapatkan gradien

    konsentrasi pencemar ketika merembes di massa pasir. Pemodelan transpor

    pencemar dilakukan pada kondisi pengaliran tunak (steady) agar diperoleh

    kecepatan rembesan yang konstan. Tinggi muka air di hulu dibuat tetap, yaitu

    sama dengan tinggi akhir muka air hulu di kegiatan pemodelan aliran air tanah

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 34

    Universitas Indonesia

    sebelumnya. Sebelum kegiatan dilanjutkan, harus dipastikan bahwa pada kondisi

    ini bacaan manometer sudah konstan, atau tidak ada perubahan tekanan terhadap

    waktu. Kondisi awal muka air ini dapat dievaluasi jika ternyata penyebaran

    konsentrasi larutan yang diamati di akhir kegiatan tidak memberikan hasil yang

    jelas.

    3.3.5 Memasukkan Dye sebagai Model Pencemar ke Pasir

    Posisi dan cara memasukkan dye perlu dikontrol untuk memastikan

    bahwa dye dapat mengalir bersama dengan aliran air yang terjadi pada pasir dan

    bahwa gradien konsentrasi dye dalam aliran dapat terlihat jelas. Larutan yang

    digunakan sebagai dye adalah pewarna makanan dengan warna merah. Larutan ini

    dimasukkan ke dalam pasir menggunakan dye injection unit yang merupakan

    salah satu kelengkapan dari seepage tank. Larutan ditampung dalam botol dari dye

    injection unit dan dikeluarkan dengan konsentrasi konstan melalui jarum.

    Konsentrasi larutan yang masuk ini harus diperhitungkan agar dye dapat mengalir

    bersama aliran air dan tidak menyebar ke arah atas atau horisontal dari permukaan

    pasir akibat terlalu tingginya konsentrasi pencemar yang masuk.

    Sebagai percobaan awal, jarum dari dye injection unit dimasukkan di

    tengah penampang atas pasir dengan kedalaman penetrasi sebesar 6 mm. Jarum

    dimasukkan di tengah penampang pasir, bukan di tepi kaca, agar larutan berwarna

    benar-benar mengalir melalui massa pasir. Jika penempatan jarum terlalu dekat

    dengan tepi tangki, dikhawatirkan proses transpor pencemar justru terjadi melalui

    tepi kaca. Meski penempatan dye injection unit di tepi kaca membuat penjalaran

    larutan lebih mudah diamati, masuknya dye di tengah pasir dianggap lebih baik

    karena dapat mewakili peristiwa adveksi dan dispersi.

    3.3.6 Pengamatan Gradien Konsentrasi Dye Sepanjang Aliran

    Setelah dye disuntikkan ke dalam pasir, diharapkan ia akan menyebar

    secara gradual mengikuti arah aliran rembesan. Penjalaran konsentrasi larutan

    terjadi di arah longitudinal dan transversal aliran sehingga muncul gradien

    konsentrasi larutan sepanjang aliran. Penjalaran ini kemudian dicatat sebagai

    dokumentasi video yang menunjukkan perubahan konsentrasi selama rentang

    waktu tertentu.

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 35

    Universitas Indonesia

    3.4 Algoritma Pemodelan Fisik Aliran Air Tanah dan Transpor Pencemar

    pada Akifer Tak Terkekang Jenuh

    Rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menemukan prosedur

    pemodelan aliran air tanah dan transpor pencemar dengan alat seepage tank dapat

    digambarkan melalui bagan alir berikut:

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 36

    Universitas Indonesia

    hasil berupa nilai tinggi

    tekanan pada waktu

    tertentu

    Pengamatan gradien

    konsentrasi dye sepanjang

    aliran

    hasil berupa dokumentasi penyebaran

    konsentrasi dye

    penyebaran

    dye tampak

    jelas

    Pemodelan Transpor

    Pencemar

    Mengatur kondisi

    pengaliran steady

    Mengatur tinggi muka air hulu dan hilir Mengalirkan air hingga jenuh

    Menentukan masukan dye

    ke dalam pasir

    Pengamatan manometer

    T

    Pemodelan Aliran Air

    Tanah

    Mengatur kondisi

    pengaliran unsteady

    Mengatur tinggi muka air hulu dan hilir Mengalirkan air hingga jenuh Menaikkan tinggi muka air hulu

    Pengamatan manometer

    tampak

    perubahan

    tekanan

    Menentukan jenis pasir

    cek visibilitas

    pasir

    Y T

    Mulai

    Menentukan metode

    pengisian pasir

    Uji Laboratorium

    Porositas Hydraulic Conducticity Compressibility Konsentrasi dye Koefisien Dispersi

    Properti Pasir dan Larutan

    Set alat Seepage Tank

    Y

    T

    Y

    Gambar 3.2. Algoritma Pemodelan

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 37 Universitas Indonesia

    BAB 4

    IMPLEMENTASI RENCANA PENELITIAN

    Untuk memperoleh kegiatan pemodelan fisik yang terukur dan sesuai

    dengan kondisi sistem yang diharapkan, telah dilakukan serangkaian pengujian

    dan percobaan sesuai dengan rancangan metode penelitian yang telah dijelaskan

    sebelumnya. Hasil dari pengujian dan percobaan ini menjadi penentu arah dalam

    penetapan protokol dari kegiatan pemodelan aliran air dan transpor pencemar

    pada media berpori jenuh menggunakan seepage tank.

    4.1 Pengecekan Visibilitas Pasir dalam Mengalirkan Larutan Dye

    Pengecekan dilakukan dengan percobaan skala kecil yang bertujuan

    untuk melihat kenampakan warna dari larutan yang melewati suatu sampel pasir.

    Dalam percobaan ini digunakan wadah transparan dari bekas kemasan air mineral,

    sampel pasir, dan larutan pewarna makanan.

    Kemasan air mineral berbentuk gelas dilubangi di bagian alasnya dan

    kemudian diisi pasir. Untuk menjaga pasir tidak jatuh, alas wadah ini perlu

    ditahan dengan tangan. Setelah pasir masuk, kemudian sampel tersebut dialiri air

    untuk membuatnya jenuh. Larutan pewarna pun dimasukkan ke pasir

    menggunakan alat suntik yang diletakkan di tengah permukaan pasir, sedikit ke

    tepi wadah. Apabila turunnya pewarna dapat terlihat dari tepi wadah, maka pasir

    dianggap dapat digunakan untuk memodelkan kejadian transpor pencemar

    mekanisme adveksi-dispersi.

    Gambar 4.1 Pengecekan visibilitas pasir

    Sumber: dokumentasi pribadi

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 38

    Universitas Indonesia

    4.2 Pengukuran Karakteristik Sistem Aliran

    4.2.1 Pengujian Porositas Media Berpori

    Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa sampel pasir

    yang digunakan dalam kegiatan pengukuran karakteristik sistem aliran memiliki

    kerapatan yang sama dengan pasir yang digunakan dalam alat seepage tank.

    Pengujian ini mengalami kendala karena tidak dapat dilakukan pengambilan

    sampel pasir dari dalam alat seepage tank untuk diuji porositasnya akibat gaya

    kohesi antar pasir sangat lemah. Sebagai solusi dari kendala ini, pembuatan

    sampel untuk pengujian properti pasir di laboratorium dilakukan dengan cara yang

    sama dengan cara penumpukan pasir di alat seepage tank, yaitu dipadatkan

    dengan beban yang sama dan dijatuhkan dari ketinggian yang sama pula.

    4.2.2 Pengujian Konduktivitas Hidrolik

    Pengujian konduktivitas hidrolik dijalankan melalui tes permeabilitas

    dari suatu sampel pasir. Tes permeabilitas dilakukan dengan peralatan yang terdiri

    dari alat constant head-test, mould permeability, batang penumbuk, gelas ukur,

    stopwatch, penggaris, dan jangka sorong.

    Pengujian konduktivitas hidrolik ini dibuat sedemikian rupa sehingga

    dapat memastikan bahwa sampel media berpori dan fluida yang diuji sesuai dan

    mewakili sistem yang digunakan dalam pemodelan di seepage tank. Media

    berpori yang diuji merupakan pasir dengan jenis fine sand berdiameter 0,084 –

    0,141 mm. dan fluida yang dipakai untuk pengetesan adalah air.

    Pengetesan diawali dengan pembuatan sampel pasir. Pembuatan sampel

    dalam mould permeability dilakukan dalam beberapa lapis dengan tebal tiap lapis

    adalah 3 cm. Setiap lapis ditumbuk dengan sebuah alat pemukul yang

    menggunakan beban cincin 1 kg sebagai penumbuknya. Beban dijatuhkan dari

    tinggi konstan 20 cm sebanyak 10 kali. Metode penumbukan ini mengikuti

    metode penumbukan pasir yang dilakukan di tahap persiapan kegiatan pemodelan

    di seepage tank. Setelah mould terisi penuh dengan pasir, diberi satu lembar

    kertas saring di atasnya. Kertas saring ini nantinya akan berada di bagian bawah

    setelah mould dibalik dan berfungsi untuk menjaga agar pasir tidak jatuh. Mould

    kemudian dibalik dan diletakkan di atas piringan logam yang memiliki lubang-

    lubang dan berfungsi untuk mengalirkan air yang melewati kolom pasir saat

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 39

    Universitas Indonesia

    dilakukan tes permeabilitas. Terakhir, mould ditutup dengan piringan logam lain

    yang hanya memiliki satu lubang di atasnya untuk memasukkan air dan kemudian

    kedua piringan logam di atas dan bawah tersebut dikencangkan dengan batang

    besi penjaga.

    Tabel 4.1 Data sampel pasir

    tinggi silinder : 13,03 cm

    diameter dalam : 9,95 cm2

    luas permukaan : 310,8678 cm2

    Gambar 4.2 Sampel pasir dalam mould permeabity

    Sumber: dokumentasi pribadi

    Tahap berikutnya adalah menyambungkan semua peralatan untuk

    pelaksanaan pengujian. Mould permeability dimasukkan ke dalam sebuah wadah

    yang berfungsi untuk menampung volume air yang keluar dari mould. Wadah

    yang digunakan dalam kegiatan ini adalah suatu kotak plastik berwarna putih

    dengan kapasitas 8 L dan memiliki keran untuk mengeluarkan limpasan air.

    Bagian atas mould permeability disambungkan dengan selang dari reservoir atas.

    Tes permeabilitas dilakukan dengan mengalirkan air ke reservoir atas dan

    mengamati debit air yang keluar dari keran wadah tampungan. Debit air yang

    keluar dari reservoir dan masuk ke kolom pasir konstan karena terdapat pipa

    pelimpah yang dapat mengatur tinggi permukaan air di di dalam reservoir. Air

    turun melalui selang dan masuk ke mould permeability sehingga terjadi aliran air

    dalam media berpori. Sebagian air keluar melalui lubang-lubang yang ada di dasar

    mould dan mengisi wadah tampungan. Ketika tinggi muka air telah mencapai

    keran outlet, air akan keluar dari wadah. Volume dan waktu keluarnya air dari

    keran ini kemudian dicatat sebagai debit aliran dalam pasir.

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 40

    Universitas Indonesia

    Gambar 4.3 Selang untuk mengalirkan

    air ke mould

    Sumber: dokumentasi pribadi

    Gambar 4.4 Selang terhubung dengan

    reservoir atas

    Sumber: dokumentasi pribadi

    Untuk menghitung konduktivitas hidrolik, dipastikan dahulu bahwa debit

    yang keluar tersebut sudah konstan, karenanya dibutuhkan beberapa pengambilan

    data debit. Pengukuran debit dilakukan dengan gelas ukur dan stopwatch. Dalam

    pengukuran debit ini, tidak ditentukan volume maupun waktu pengambilan air ke

    gelas ukur. Sehingga pengukuran dilakukan secara spontan, penampungan air

    dapat dilakukan pada volume dan waktu yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan

    untuk menghindari terjadinya ketidakakuratan waktu dalam mengangkat gelas

    ukur maupun dalam menghentikan stopwatch.

    Gambar 4.5 Pengukuran debit air yang keluar

    Sumber: dokumentasi pribadi

    Tabel 4.2 Hasil pengukuran debit

    Time (s) Volume (mL)

    80,5 380

    87 410

    Pemodelan fisik..., Herlambang Cipta Aji, FTUI, 2012

  • 41

    Universitas Indonesia

    Lanjutan tabel 4.2

    Time (s) Volume (mL)

    85,9 400

    85 390

    Dari data tersebut kemudian dihitung nilai permeabilitas dari media

    berpori dengan persamaan

    � =�∗�

    �∗�∗� (4.1)

    dengan:

    K= konduktivitas hidrolik media berpori (m/s)

    V= volume aliran (m3)

    L= panjang sampel tanah (m)

    t= lama pengamatan (s)

    A= luas penampang sampel tanah (m2)

    h= beda tinggi antara muka air di wadah dengan di reservoir atas = 1,2 m

    Diperoleh nilai permeabilitas sampel pasir adalah 0,00985 m/s. Angka ini

    menunjukkan bahwa pasir yang digunakan termasuk jenis clean sand.

    4.2.3 Pengukuran Kompresibilitas Pasir

    Kompresibilitas media berpori dibutuhkan untuk menghitung nilai

    Spesific Yield dari suatu model akifer tidak terkekang. Untuk menghitungnya

    secara empiris, dibutuhkan pengujian konsolidasi dari sampel tanah. Karena

    media berpori yang digunakan dalam kegiatan pemodelan ini adalah pasir dengan

    nilai permeabilitas tinggi, tes konsolidasi tidak dapat dilakukan. Yang menjadi

    kendala adalah pembuatan sampel yang sulit dan karakterist