UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina...

144
UNIVERSITAS INDONESIA HOME BASED EXERCISE TRAINING DALAM MENGATASI MASALAH KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RUANG RAWAT PENYAKIT DALAM MELATI ATAS RSUP PERSAHABATAN KARYA ILMIAH AKHIR LINA BUDIYARTI 0806316190 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI DEPOK JULI 2013 Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

UNIVERSITAS INDONESIA

HOME BASED EXERCISE TRAININGDALAM MENGATASI MASALAH KEPERAWATAN

INTOLERANSI AKTIVITAS PADA PASIENGAGAL JANTUNG KONGESTIF

DI RUANG RAWAT PENYAKIT DALAMMELATI ATAS RSUP PERSAHABATAN

KARYA ILMIAH AKHIR

LINA BUDIYARTI

0806316190

FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM STUDI PROFESI

DEPOKJULI 2013

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

UNIVERSITAS INDONESIA

HOME BASED EXERCISE TRAININGDALAM MENGATASI MASALAH KEPERAWATAN

INTOLERANSI AKTIVITAS PADA PASIENGAGAL JANTUNG KONGESTIF

DI RUANG RAWAT PENYAKIT DALAMMELATI ATAS RSUP PERSAHABATAN

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ners Keperawatan

LINA BUDIYARTI0806316190

FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM STUDI PROFESI

DEPOKJULI 2013

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

ii Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Lina Budiyarti, S.KepNPM : 0806316190Tanda Tangan :

Tanggal : 4 Juli 2013

ii Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Lina Budiyarti, S.KepNPM : 0806316190Tanda Tangan :

Tanggal : 4 Juli 2013

ii Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Lina Budiyarti, S.KepNPM : 0806316190Tanda Tangan :

Tanggal : 4 Juli 2013

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

iii Universitas Indonesia

HALAMAN PENGESAHAN

KIA-N ini diajukan oleh :Nama : Lina Budiyarti, S.KepNPM : 0806316190Program Studi : Ilmu KeperawatanJudul KIA : Home Based Exercise Training Dalam Mengatasi

Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas PadaPasien Gagal Jantung Kongestif Di Ruang RawatPenyakit Dalam Melati Atas RSUP Persahabatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagaipersyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan padaProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, UniversitasIndonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes ( )

NIP : 196805111993032002

Penguji : Ns. O. Rohana, S.Kep ( )

NIP : 196303111983032002

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 4 Juli 2013

iii Universitas Indonesia

HALAMAN PENGESAHAN

KIA-N ini diajukan oleh :Nama : Lina Budiyarti, S.KepNPM : 0806316190Program Studi : Ilmu KeperawatanJudul KIA : Home Based Exercise Training Dalam Mengatasi

Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas PadaPasien Gagal Jantung Kongestif Di Ruang RawatPenyakit Dalam Melati Atas RSUP Persahabatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagaipersyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan padaProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, UniversitasIndonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes ( )

NIP : 196805111993032002

Penguji : Ns. O. Rohana, S.Kep ( )

NIP : 196303111983032002

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 4 Juli 2013

iii Universitas Indonesia

HALAMAN PENGESAHAN

KIA-N ini diajukan oleh :Nama : Lina Budiyarti, S.KepNPM : 0806316190Program Studi : Ilmu KeperawatanJudul KIA : Home Based Exercise Training Dalam Mengatasi

Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas PadaPasien Gagal Jantung Kongestif Di Ruang RawatPenyakit Dalam Melati Atas RSUP Persahabatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagaipersyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan padaProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, UniversitasIndonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes ( )

NIP : 196805111993032002

Penguji : Ns. O. Rohana, S.Kep ( )

NIP : 196303111983032002

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 4 Juli 2013

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

iv Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,

saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah akhir

ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas

akhir dalam mencapai gelar Ners Ilmu Keperawatan. Saya menyadari bahwa tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai

penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan

karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Fakultas

Ilmu Keperawatan;

2. Ibu Efi Afifah, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing karya ilmiah akhir ners

yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan arahan serta masukan dalam

penyusunan karya ilmiah akhir ners ini

3. Bpk. I Made Kariasa S.Kp, M.Kep, Sp KMB selaku dosen pembimbing

pemintana keperawatan medikal bedah yang telah menyediakan waktu, tenaga,

pikiran dan arahan serta masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;

4. Ibu Dessie Wanda S.Kp., M.N selaku Pembimbing Akademik yang selalu

memberikan motivasi dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;

5. Ibu Riri Maria M.Kep, Sp KMB selaku koordinator mata ajar KIA yang telah

memberikan arahan, masukan dan saran dalam penyusunan karya ilmiah akhir

ners ini;

6. Ibu Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp. Komunitas selaku koordinator mata

ajar KKMP yang telah memberikan arahan, masukan dan saran dalam

penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;

7. Bapak Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia yang telah berkontribusi memberikan materi selama perkuliahan

berlangsung;

8. Ayah, Ibu dan Kakak tercinta yang tanpa lelah memberi doa dan motivasi lahir

dan batin sepanjang waktu;

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

v Universitas Indonesia

9. Ibu Desiwarni Laila Makmur sekeluarga selaku Ibu kost terbaik yang selalu

memberikan motivasi dan tempat tinggal selama perkuliahan;

10. Teman sepembimbing dan seperjuangan dan kelompok kkmp peminatan KMB

yaitu desyanti, syifa fauziah, ananda, diyanti, rina mardiana, bapak yudi elyas,

herli, dan esty yang senantiasa bersama selama proses bimbingan karya ilmiah

akhir ners, saling memberikan dukungan dan bertukar informasi selama

penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;

11. Sahabat tercinta #16’ers (Asih, Arum, Ollyvia, Ika, Nike, Wilda, Risa, Reni,

Diantika, Dinar, Alfa, Anggi, Memey, Mirda, Ananda) yang selalu memberikan

dukungan sehingga saya selalu bersemangat dan tidak menyerah dalam

penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;

12. Seluruh mahasiswa angkatan 2008 FIK UI yang selalu memberikan dukungan

dan bantuan selama perkuliahan hinggga penyelesaian karya ilmiah akhir ners ini,

satu kata untuk kita semua “PEDULI” ; dan

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 4 Juli 2013

Penulis

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

vi Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah

ini:

Nama : Lina Budiyarti

NPM : 0806316190

Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free

Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Home Based Exercise Training Dalam Mengatasi Masalah Keperawatan

Intoleransi Aktivitas Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di Ruang Rawat

Penyakit Dalam Melati Atas RSUP Persahabatan”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneklusif

ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola

dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai

pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 4 Juli 2013

Yang menyatakan,

(Lina Budiyarti)

vi Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah

ini:

Nama : Lina Budiyarti

NPM : 0806316190

Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free

Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Home Based Exercise Training Dalam Mengatasi Masalah Keperawatan

Intoleransi Aktivitas Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di Ruang Rawat

Penyakit Dalam Melati Atas RSUP Persahabatan”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneklusif

ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola

dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai

pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 4 Juli 2013

Yang menyatakan,

(Lina Budiyarti)

vi Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah

ini:

Nama : Lina Budiyarti

NPM : 0806316190

Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free

Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Home Based Exercise Training Dalam Mengatasi Masalah Keperawatan

Intoleransi Aktivitas Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di Ruang Rawat

Penyakit Dalam Melati Atas RSUP Persahabatan”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneklusif

ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola

dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai

pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 4 Juli 2013

Yang menyatakan,

(Lina Budiyarti)

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Lina BudiyartiProgram Studi : Profesi Ilmu KeperawatanJudul : Home Based Exercise Training Dalam Mengatasi Masalah

Keperawatan Intoleransi Aktivitas Pada Pasien Gagal JantungKongestif Di Ruang Rawat Penyakit Dalam Melati Atas RSUPPersahabatan

Gagal jantung kongestif merupakan suatu kondisi ketidakedukuatan jantung dalammemompa darah keseluruh tubuh. Faktor penyebab berasal dari faktor intrinsik danektrinsik dimana salah satu faktor ektrinsik adalah gaya hidup tidak sehat yangbanyak ditemukan pada masyarakat perkotaan. Manifestasi klinis gagal jantung salahsatunya adalah sesak nafas dan kelelahan ketika beraktivitas. Karya ilmiah akhir nersini bertujuan untuk menganalisis implementasi latihan aktivitas pada pasien dengangagal jantung yang dikemas dalam home based exercise training dalam mengatasimasalah keperawatan intoleransi aktivitas. Implementasi ini dilakukan pada Tn. Mu(77 th) yang dirawat selama tujuh hari di ruang rawat penyakit dalam Melati AtasRSUP Persahabatan. Evaluasi tindakan keperawatan home based exercise trainingmenunjukkan bahwa level toleransi pasien meningkat setiap harinya dan keluhanpusing, sesak nafas, serta kelelahan selama beraktivitas berkurang.

Kata kunci: latihan aktivitas, home based execise training, intoleransi aktivitas

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

viii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Lina BudiyartiStudy Program : NursingTitle : Home Based Exercise Training as Alternative Intervention to

Resolve Activity Intolerance in Patient With Congestive HeartFailure at Disesase Treatment Room, Melati Atas RSUPPersahabatan

Congestive heart failure is a condition when heart can not pump the blood adequatelythroughout the body. The etiology of congestive heart failure comes from intrinsicand extrinsic factors where one of extrinsic factors is the unhealthy lifestyle which isfound in many urban communities. One of clinical manifestations of CHF isshortness of breath and fatigue while doing activity. The aim of this paper was toanalyze the implementation of home based exercise training as alternative training toresolve activity intolerance in patient with heart failure. The exercise wereimplemented during a week in internal disease treatment room, Melati Atas RSUPPersahabatan. The nursing evaluation of home based exercise training showed thatthe patient's tolerance level increasing every day and no symptom of dizziness,shortness of breath, and reduced fatigue during exercise.

Keyword: activity exercise, home based exercise training, intolerancy activity

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

ix Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ iHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. iiHALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iiiKATA PENGANTAR ..................................................................................... ivHALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI .................................................. viABSTRAK ...................................................................................................... viiABSTRACT .................................................................................................... viiiDAFTAR ISI.................................................................................................... ixDAFTAR TABEL............................................................................................ xiDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xii1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 11.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 61.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 71.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 92.1 Konsep Umum Gagal Jantung Kongestif .......................................... 9

2.1.1 Definisi dan Etiologi Gagal Jantung Kongestif ...................... 92.1.2 Patofisiologi Gagal Jantung Kongestif .................................. 132.1.3 Manifestasi Klinis Gagal Jantung Kongestif ......................... 152.1.4 Komplikasi Gagal Jantung Kongestif .................................... 18

2.2 Manajemen Keperawatan Gagal Jantung Kongestif ........................ 192.2.1 Terapi Non-pembedahan ........................................................ 192.2.2 Terapi Pembedahan ................................................................ 23

2.3 Peran Perawat pada Gagal Jantung Kongestif ................................. 232.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................ 232.3.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................... 292.3.3 Rencana Asuhan Keperawatan .............................................. 32

2.4 Latihan Fisik Pada Gagal Jantung Kongestif .................................. 322.4.1 Pengertian Latihan Fisik ........................................................ 332.4.2 Tujuan Latihan Fisik .............................................................. 342.4.3 Kontraindikasi Latihan Fisik .................................................. 342.4.4 Adaptasi Tubuh terhadap Latihan Fisik ................................. 352.4.5 Prinsip Latihan Fisik .............................................................. 37

2.5 Konsep Kesehatan Masyarakat Perkotaan ....................................... 382.5.1 Definisi Urban/ Kota .............................................................. 382.5.2 Ilmu dan Seni Kesehatan Masyarakat Perkotaan ................... 39

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ..................................... 423.1 Pengkajian Keperawatan .................................................................. 42

3.1.1 Data Umum Klien .................................................................. 42

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

x Universitas Indonesia

3.1.2 Anamnesa dan Pengkajian Riwayat Keperawatan ................. 423.1.3 Pemeriksaan Fisik .................................................................. 453.1.4 Pengkajian Sistem .................................................................. 47

3.2 Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 593.3 Daftar Terapi Medis ......................................................................... 613.4 Analisis Data .................................................................................... 623.5 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 653.6 Rencana Intervensi Keperawatan ..................................................... 653.7 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan ........................... 68

4. ANALISIS SITUASI.............................................................................734.1 Profil Lahan Praktek ........................................................................734.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP

dan Konsep Gagal Jantung Kongestif ...............................................744.2.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP ....744.2.2 Analisis Intoleransi Aktivitas pada Gagal Jantung ............77

4.3 Analisis Tindakan Keperawatan Mengatasi Intoleransi Aktivitas ...794.4 Alternatif Pemecahan .......................................................................82

5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................855.1 Kesimpulan .......................................................................................855.2 Saran .................................................................................................86

5.2.1 Bidang Pelayanan Ruang Rawat ...............................................865.2.2 Bidang Keperawatan Medikal Bedah........................................865.2.3 Bidang Keperawatan KKMP.....................................................865.2.4 Penelitian Selanjutnya ...............................................................86

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 87LAMPIRAN

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

xi Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Diagnosa Keperawatan Gagal Jantung Kongestif ......... 30

Tabel 2.2 Mekanisme Kompetensi dan Respon Akut Latihan Aktivitas

pada Gagal Jantung Kongestif ........................................................ 36

Tabel 2.3 Komponen Latihan Fisik pada Gagal Jantung Kongestif ............... 38

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

xii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Asuhan Keperawatan

Lampiran 2 Implementasi Asuhan Keperawatan

Lampiran 3 Catatan Perkembangan Keperawatan

Lampiran 4 WOC Gagal Jantung Kongestif

Lampiran 5 Panduan Latihan Home Based Exercise Training

Lampiran 6 Leaflet home based exercise training

Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,

dan manfaat penulisan karya tulis akhir ini.

1.1 Latar Belakang

Gagal jantung kongestif (CHF) merupakan suatu keadaan ketidakmampuan

jantung dalam memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme tubuh yang mengedarkan nutrisi dan oksigen (Black and Hawks,

2009). Gagal jantung bukan merupakan suatu penyakit yang berdiri sendiri

mlainkan sebuah sindrom klinis yang dikarakteristikan dengan kelebihan volume

darah, tidak adekuatnya perfusi jaringan, dan penurunan toleransi aktivitas sehari-

hari. Gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai etiologi diantaranya adalah

faktor dari kelainan pada struktur dan fungsi jantung itu sendiri (faktor intrinsik),

maupun faktor yang disebabkan dari luar (faktor ekstrinsik).

Faktor intrinsik yang merupakan kelainan pada struktur dan fungsi jantung

memberikan pengaruh sebagian kecil dibanding faktor ektrinsik pada terjadinya

penyakit jantung kongestif yang banyak ditemukan di masyarakat sekarang ini.

Faktor ekstrinsik dalam hal ini berhubungan dengan perubahan pola hidup,

terutama pola hidup tidak sehat yang banyak ditemui di lingkungan masyarakat

perkotaan. Beberapa contoh pola hidup tidak sehat tersebut antara lain adalah

kurang olahraga, stress pekerjaan maupun psikologis, kebiasaan mengkonsumsi

junk food, polusi (udara, suara, air) dan sanitasi yang jauh dari syarat kesehatan.

Kumpulan faktor tersebut yang menyebabkan insiden penyakit jantung meningkat

setiap tahunnya terutama di lingkungan masyarakat perkotaan.

Insiden gagal jantung mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Prevalen gagal

jantung di Amerika Serikat diperkirakan 670.000 kasus baru didiagnosa setiap

tahun. Saat ini 5,7 juta masyarakat Amerika Serikat menderita penyakit gagal

jantung. Meskipun kmajuan teknologi pengobatan dapat meningkatkan angka

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

2

Universitas Indonesia

kelangsungan hidup penderita, akan tetapi angka kematian gagal jantung masih

tinggi. Pasien yang didiagnosa gagal jantung, 50% mengalami kematian dalam

lima tahun dan 25% mengalami kematian pada satu tahun pertama setelah di

diagnosa (AHA dalam Suharsono, 2011). Data di Eropa menunjukkan bahwa

kejadian gagal jantung berkisar 0,4%-2% dan meningkat pada usia yang ebih

lanjut, dengan rata-rata usia penderita adalah 74 tahun. Ramalan pada penderita

dengan gagal jantung akan buruk apabila dasar atau penyebabnya tidak dapat

diperbaiki. Setengah dari populasi pasien gagal jantung akan meninggal dalam

empat tahun terhitung sejak diagnosis ditegakkan dan pada keadaan gagal jantng

berat, lebih dari 50% akan meninggal dalam tahun pertama (Sudoyo dkk, 2009).

Data epidemiologi untuk gagal jantung sendiri belum ada. Data secara umum

diperoleh dari hasil Survei Kesehatan Nasional (Sukermas) tahun 2003 diperoleh

gambaran bahwa penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama

di Indonesia (26.4%). Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2003 yang menyebutkan bahwa penyakit jantung berada pada

urutan ke-delapan (2.8%) pada 10 jenis penyakit penyebab kematian terbanyak di

rumah sakit di Indonesia (Kumala, 2009).

Distribusi jenis penyakit yang terdapat di ruang melati atas RSP Persahabatan

berdasarkan data dari IRIN C (2013) untuk triwulan pertama (januari-maret)

diperoleh data bahwa jumlah pasien dengan penyakit dalam (DM, gastritis,

dispepsi, dll) yaitu 85.3%, neurologi yaitu 5.4%, penyakit jantung yaitu 4.5%,

penyakit yaitu bedah 2.5%, dan penyakit paru yaitu 2.3%. Berdasarkan data

tersebut dapat diketahui bahwa tiga besar jenis penyakit yang cukup banyak

ditemui di ruang melati atas yaitu penyakit dalam, neurologi, dan jantung

(termasuk dalam hal ini adalah gagal jantung kongestif). Beberapa pasien

umumnya tidak hanya dirawat dengan diagnosa medis tunggal, tetapi sebagian

besar memiliki beberapa jenis penyakit komplikasi akibat dari penyakit utamanya,

contohnya yaitu pasien gagal jantung kongestif yang disertai dengan penyakit

gagal ginjal atau DM.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

3

Universitas Indonesia

Data lebih spesifik terkait kasus gagal jantung yang ditemukan mahasiswa selama

praktek tujuh minggu di Ruang Melati Atas RSU Persahabatan ada sebanyak 10

pasien. Dari 10 pasien tersebut, 3 diantaranya datang dengan penyakit penyerta

adalah DM, hipertensi, 5 dengan penyakit penyerta DM, hipertensi dan gagal

ginjal, dan 2 pasien dengan penyakit penyerta gagal ginjal. Dilihat dari tanda dan

gejala yang ditemui pada 10 pasien tersebut, empat diantaranya menunjukkan

gejala sesak napas ketika istirahat dengan overload dan akhirnya tidak tertolong.

Sedangkan enam pasien laiinya datang dengan tanda dan gejala yang tidak terlalu

berat dan mengeluhkan sesak dan lelah pada tingkat aktivitas sedang sampai berat.

Manifestasi klinis atau yang dapat ditemukan pada pasien dengan gagal jantung

dapat berbeda-beda tergantung pada bagian jantung yang mengalami kerusakan

dan level kerusakan yang dialami atau yang sudah terjadi. Pada penderita dengan

gagal jantung sebelah kiri mengalamai kongesti paru yang menonjol karena

ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan

tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong kedalam jaringan

paru. Gejala yang umum dirasakan pada penderita gagal jantung kiri antara lain

dipsenea, ortopnea, mudah lelah, batuk, kegelisahan dan cemas. Berbeda dengan

penderita gagal jantung kanan dimana yang menonjol adalah kongesti visera dan

jaringan perifer. Keadaan tersebut terjadi karena jantung tidak mampu

mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat

mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.

Gejala yang umum dirasakan oleh penderita gagal jantung kanan adalah edema

ekstrimitas, hepatomegali, anoreksia dan mual, nokturia dan mudah lelah

(Smeltzer & Bare, 2002).

Merujuk dari berbagai manifestasi klinis yang muncul pada penderita gagal

jantung, baik gagal jantung kanan maupun gagal jantung kiri terdapat salah satu

gejala yang khas yaitu kelalah dalam beraktivitas. Tingkat kelelahan ketika

menjalankan aktivitas dijadikan pedoman dalam pengklasifikasian tingkatan gagal

jantung menurut NYHA yang dikelompokkan menjadi empat tingkatan (Black

and Hawks, 2009). Kelelahan terjadi karena pengaruh dari sirkulasi ke jaringan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

4

Universitas Indonesia

yang tidak adekuat sehingga konsumsi O2 ke jaringan juga mengalami penurunan.

Tubuh merespon dengan melakukan metabolisme anaerob yang menghasilkan zat

sisa berupa asam laktat. Penumpukan asam laktat pada otot yang berlebih akan

menyebabkan kelelahan sehingga muncul gelaja penurunan toleransi aktivitas

pada sebagian besar pasien dengan gagal jantung.

Hendrika et al ( 2001) dalam penelitiannya mengenai level of activities associated

with mobility during everyday life in patients with CHF as measured with an

“activity monitor”. Penelitian dilakukan pada lima pasien dengan CHF dengan

rata-rata usia 64 tahun. Penelitian dilakukan selama tiga hari dengan meneliti

aktivitas harian pasien yang dimonitor dengan signal dari accelerometer. Hasil

penelitian diperoleh bahwa durasi rata-rata aktivitas harian pada pasien CHF

cenderung menurun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien gagal

jantung cenderung mengalami penurunan terhadap toleransi aktivitasnya.

Intoleransi aktivitas pada penderita gagal jantung satu dengan yang lain dapat

berbeda tergantung dari kapasitas fungsional. Kapasitas fungsional merupakan

kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas yang biasa dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari (Wenger, 1989 dalam Suharsono, 2011). Pasien gagal

jantung yang mengalami kelainan struktur dan fungsi jantung menyebabkan

kerusakan fungsi ventrikel untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen ke

jaringan tubuh. Kondisi ini menyebabkan pasien dengan gagal jantung umumnya

mengalami penurunan kapasitas fungsional dan sesak napas (dipsnea) ketika

beraktivitas maupun ketika istirahat. Kondisi inilah yang menyebabkan pasien

gagal jantung mengalami penurunan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Pasien gagal jantung perlu untuk diajarkan melakukan aktivitas secara bertahap

dengan tujuan toleransi aktivitas dapat meningkat pula. Aktivitas dilakukan

dengan melihat respon sepeti peningkatan nadi, sesak napas dan kelelahan.

Aktivitas akan melatih kekuatan otot jantungs ehingga gejala gagal jantung

semakin minimal. Aktivitas ini akan dapat dilakukan secara informal dan lebih

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

5

Universitas Indonesia

efektif apabila dirancang dalam program latihan fisik yang terstruktur (Nicholson,

2007).

Latihan aktivitas yang disesuaikan dengan toleransi atau kapasitas fungsional

pasien gagal jantung menjadi salah satu intervensi yang dapat dilakukan. Latihan

aktivitas yang disesuaikan dengan toleransi bertujuan untuk meminimalkan

demand oksigen tubuh sehingga metabolisme anaerob dapat dikurangi. Selain itu,

latihan aktivitas bermanfaat untuk melatih jantung beradaptasi dengan kapasitas

maksimal dalam menjalankan fungsinya.

Penelitian terkait dilakukan oleh Suharsono (2011) yang meneliti mengenai

dampak HBET terhadap kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien gagal

jantung di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Penelitian tersebut menggunakan teknik

sampling quasi experiment, pre-post with control group yang melibatkan 23

responden terbagi menjadi 11 responden kelompok kontrol dan 12 responden

kelompok intervensi. Hasil penelitian diperoleh tidak terdapat perbedaan yang

signifikan terkait kapasitas fungsional dan kualitas hidup setelah perlakukan

antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi, meskipun demikian kelompok

intervensi mempuanyai mean kapasitas fungsional dan kualitas hidup yang lebih

baik.

Perawat merupakan salah satu profesi keperawatan yang berpengaruh terhadap

status kesehatan pasien dengan masalah gagal jantung kongestif selain profesi

kesehatan lain seperti dokter, farmasi dan ahli gizi. Menurut NACNS (2008,

dalam Perry & Potter, 2009) disebutkan bahwa peran perawat selain sebagai

pemberi asuhan keperawatan (care provider), adalah juga sebagai pendidik

(educator), konselor (conselor), manajer (manager), advokasi (adocator), dan

sebagai peneliti (researcher).

Berdasarkan uraian di atas, laporan akhir praktek profesi program ners ini akan

memaparkan hasil implementasi dari asuhan keperawatan yang telah diberikan

kepada pasien dengan masalah kardiovaskuler, spesifik pada asuhan keperawatan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

6

Universitas Indonesia

pasien dengan gagal jantung kongestif di ruang melati atas RSUP Persahabatan,

Jakarta Timur. Selain itu, laporan ini juga akan membahas keterkaitan antara

insiden penyakit gagal jantung kongestif dengan konsep keperawatan kesehatan

masayarakat perkotaan, dengan menitikberatkan pada perubahan pola hidup yang

tidak sehat.

1.2 Rumusan Masalah

Gagal jantung merupakan suatu keadaan ketidakmampuan jantung dalam

memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

yang mengedarkan nutrisi dan oksigen (Black and Hawks, 2009). Dampak

ketidakadekuatan suplai nutrisi dan oksigen ke organ tubuh dapat menyebabkan

terjadinya metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat berlebih sehingga

menyebabkan kelelahan yang berlebih pula. Keadaan tersebut menjadikan pasien

dengan gagal jantung cenderung mengalami penurunan toleransi terhadap

aktivitas sehari-hari. Intervensi yang umum disarakan untuk pasien gagal jantung

dengan masalah intoleransi aktivitas adalah bed rest. Anjuran untuk istirahat lebih

pada pasien dengan gagal jantung bukan tanpa alasan karena istirahat akan

membantu memperbaiki aliran balik vena dan mampu meningkatkan diuresis.

Namun, bed rest lebih disarankan untuk dilakukan pada fase akut. Setelah

melewati fase akut, pasien berada pada fase fecovery. Pada fase ini, bed rest

menjadi suatu saran yang kontroversial karena dapat memicu menurunnya level

toleransi aktivitas dan memperberat gejala gagal jantung seperti sesak disertai

batuk. Semua otot perlu dilatih untuk mempertahankan kekuatannya termasuk

dalam hal ini adalah otot jantung (Suharsono, 2011).

Pasien perlu untuk diajarkan melakukan aktivitas secara bertahap dengan tujuan

toleransi aktivitas dapat meningkat pula. Aktivitas ini akan dapat dilakukan secara

informal dan lebih efektif apabila dirancang dalam program latihan fisik yang

terstruktur (Nicholson, 2007). Fenomena peningkatan jumlah pasien gagal

jantung setiap tahunnya yang mengalami penurunan toleransi aktivitas ditemukan

pula di ruang rawat Melati Atas RSUP Persahabatan. Sebagian besar pasien yang

datang datang dengan keluhan sesak ketika beraktivitas sedang sampai berat.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

7

Universitas Indonesia

Intervensi latihan fisik terpusat di rumah sakit tidak memungkinkan untuk

dilakukan karena melihat jumlah pasien dan efisiensi perawatan. Oleh karena itu,

mahasiswa tertarik untuk menerapkan intervesi dan menganalisis kefektifan

latihan aktivitas dengan sistem home based exercise training pada pasien gagal

jantung di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan. Home based exercise training

merupakan salah satu alternatif latihan fisik yang bertujuan untuk

mempertahankan dan meningkatkan tleransi latihan pasien gagal jantung. HBET

merupakan jawaban dari fenomena (Hwang, Redfern, & Aison, 2008).

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Melakukan pemaparan terhadap kegiatan praktik profesi ners peminatan

keperawatan medikal bedah spesifik kasus gagal jantung kongestif di ruang melati

atas RSUP Persahabatan, Jakarta Timur.

1.3.2 Tujuan Khusus

Melakukan pemaparan hasil praktik profesi ners yang meliputi:

1.5.2.1 Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan pada pasien dengan

gagal jantung kongestif,

1.5.2.2 Peran sebagai pendidik dalam memberikan edukasi pada pasien dan

keluarga dengan gagal jantung kongestif.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam keilmuan keperawatan medikal

bedah dalam materi keperawatan kardiovaskuler khususnya tentang manajemen

keperawatan pada pasien dengan gagal jantung kongestif.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Praktik Pelayanan Keperawatan

Hasil pemaparan ini diharapkan bermanfaat bagi pelayanan keperawatan

sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian asuhan keperawatan yang

holistik pada pasien dengan gagal jantung kongestif. Selain itu, diharapkan

juga dengan pemaparan ini dapat meningkatkan motivasi bagi perawat,

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

8

Universitas Indonesia

khususnya perawat pelaksanan untuk memberikan pendidikan kesehatan

bagi penderita dengan gagal jantung kongestif.

1.2.2.3 Peneliti

Melalui hasil pemaparan ini penulis dapat mengembangkan pengetahuan

dan pengalaman dalam bidang penelitian keperawatan khususnya terkait

penelitian dengan masalah keperawatan sistem kardiovaskuler dengan topik

manajemen keperawatan pada pasien gagal jantung kongestif dikaitkan

dengan konsep keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

9 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas mengenai tinjauan teori yang berkaitan dengan judul

karya tulis akhir yaitu gagal jantung dan latihan fisik. Bab ini juga membahas

mengenai peran perawat secara umum dalam manajemen perawatan pasien

dengan gagal jantung. Selain itu dibahas juga terkait dengan konsep kesehatan

masyarakat perkotaan.

2.1 Konsep Umum Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif merupaka salah satu diagnosis di rumah sakit yang utama

pada usia lanjut dan dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Prevalensinya meningkat di banyak negara maju seiring dengan meningkatnya

populasi usia lanjut dan perubahan pola hidup kurang sehat dari masyarakat.

Penelitian pada populasi umum berdasarkan kriteria klinis menunjukkan

prevalensinya berkisar antara 0.3-2%, meningkat lebih dari 10% pada usia > 65

tahun. Mortalitas pada pasien dengan gagal jantung sebanding dengan penyakit

keganasan, dimana sekitar 60% pasien akan meninggal dalam 5 tahun sejak

diagnosis ditetapkan. Pasien dengan kelas NYHA IV mempunyai tingkat

mortalitas tahunan sekitar 50%. Pasien yang dirawat karena gagal jantung kronik

mempunyai laju mortalitas 1-20% dalam 1 bulan setelah perawatan pertama, dan

30-45% dalam 1 tahun setelah perawatan pertama (Alwi, 2012).

2.1.1 Definisi dan Etiologi Gagal Jantung Kongestif

Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan ketidakmampuan

jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan

akan oksigen dan nutrisi. Gagal jantung kongestif paling sering digunakan apabila

terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Smeltzer & Bare, 2002). Definisi lain

menyebutkan bahwa gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung

sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme

jaringan (Hudack, 2000). Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah pertama

defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan metabolik tubuh, kedua penekanan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

10

Universitas Indonesia

arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal

miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium. Gagal miokardium

umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik

sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal

jantung dalam fungsi pompanya.

Berdasarkan letak/ sisi jantung yang mengalami kerusakan, gagal jantung dapat

dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Sedangkan

berdasarkan progresi penyakitnya, gagal jantung juga dapat dibagi menjadi gagal

jantung akut, gagal jantung kronis dekompensasi, serta gagal jantung kronis

(Black and Hawks, 2009). Beberapa sistem klasifikasi telah dibuat untuk

mempermudah dalam pengenalan dan penanganan gagal jantung. Sistem

klasifikasi tersebut antara lain pembagian berdasarkan Killip yang digunakan pada

Infark Miokard Akut, klasifikasi berdasarkan tampilan klinis yaitu klasifikasi

Forrester, Stevenson dan NYHA. Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada

penderita infark miokard akut yang dibuat berdasarkan gejala klinis dan

penemuan foto rontgen toraks (Santoso dkk, 2007), dengan pembagian:

a. Derajat I : tanpa gagal jantung

b. Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di basal paru, S3 galop

dan peningkatan tekanan vena pulmonalis

c. Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh lapangan paru.

d. Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan darah sistolik - 90

mmHg) dan vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis dan diaforesis)

Klasifikasi Forrester dibuat berdasarkan gejala klinis dan karakteristik

hemodinamik seperti tanda-tanda kongesti dan kecukupan perfusi (Santoso dkk,

2007). Kongesti didasarkan adanya ortopnea, distensi vena juguler, ronkhi basah,

refluks hepato jugular, edema perifer, suara jantung pulmonal yang berdeviasi ke

kiri, atau square wave blood pressure pada manuver valsava. Status perfusi

ditetapkan berdasarkan adanya tekanan nadi yang sempit, pulsus alternans,

hipotensi simtomatik, ekstremitas dingin dan penurunan kesadaran. Pasien yang

mengalami kongesti disebut basah (wet) yang tidak disebut kering (dry). Pasien

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

11

Universitas Indonesia

dengan gangguan perfusi disebut dingin (cold) dan yang tidak disebut panas

(warm). Berdasarkan hal tersebut penderta dibagi menjadi empat kelas, yaitu:

a. Kelas I (A) : kering dan hangat (dry – warm)

b. Kelas II (B) : basah dan hangat (wet – warm)

c. Kelas III (L) : kering dan dingin (dry – cold)

d. Kelas IV (C) : basah dan dingin (wet – cold)

Sedangkan klasifikasi gagal jantung yang dikenal adalah klasifikasi menurut New

York Heart Association (NYHA) dengan melihat pada tanda dan gejala sehari-hari

yang dialami pasien dengan gagal jantung terutama keluhan sesak napas ketika

beraktivitas dalam beberapa tingkatan (Mansjoer, 2001), yaitu:

a. NYHA kelas I, para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam

kegiatan fisik serta tidak menunjukkan gejal-gejala penyakit jantung seperti

cepat lelah, sesak nafas atau berdebar-debar, apabila melakukan kegiatan

biasa.

b. NYHA kelas II, penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik.

Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik

yang biasa dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti

kelelahan, jantung berdebar, sesak nafas atau nyeri dada.

c. NYHA kelas III, penderita penyakit dengan banyak pembatasan dalam

kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi

kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala-

gejala insufisiensi jantung seperti yang tersebut di atas.

d. NYHA kelas IV, penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun

tanpa menimbulkan keluhan, yang bertambah apabila mereka melakukan

kegiatan fisik meskipun sangat ringan.

Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal (multi faktor). Secara

epidemiologi cukup penting untung mengetahui penyebab dari gagal jantung, di

Negara berkembang penyakit arteri koroner dan hipertensi merupakan penyebab

terbanyak sedangkan di negara berkembang yang menjadi penyebab terbanyak

adalah penyakit jantung katup dan penyakit jantung akibat malnutrisi. Pada

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

12

Universitas Indonesia

beberapa keadaan sangat sulit untuk menentukan penyebab dari gagal jantung.

Terutama pada keadaan yang terjadi bersamaan pada penderita. Beberapa faktor

yang diyakini menjadi penyebab terjadinya gagal jantung kongestif antara lain

adalah (Smeltzer & Bare, 2002):

a. Kelainan otot jantung

Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, sebagai

akibatnya adalah terjadi penurunan kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari

penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi atrial,

dan penyakit otot degenerative atau inflamasi.

b. Aterosklerosisi Koroner

Aterosklerosisi koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena

terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat

penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya

mendahului terjadinya gagal jantung.

c. Hipertensi sistemik atau pulmonal

Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban

kerja jantung yang manifestasi akhirnya dapat menyebabkan hipertrofi serabut

otot jantung. Efek serabut, (hipertrofi miokard) dapat di anggap sebagai

mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Akan

tetapi, pada kondisi tertentu hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi

secara nirmal, dan akhirnya memicu terjadinya gagal jantung.

d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif

Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal

jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, sehingga

pengaruhnya menyebabkan kontraktilitas jantung menurun.

e. Penyakit jantung lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak

secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlihat

mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (missal: stenosis katup

seminular), ketidakmampuan jantung untuk mengsisi darah (misal: temponade

pericardium), perikarditis konstruktif, atau stenosis katup AV, atau dapat juga

karena pengosongan jantung abnormal (misal: insufisiensi katup AV).

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

13

Universitas Indonesia

Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik

(hipertensi maligna) dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada

hipertrofi miokardial.

f. Faktor sistemik

Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal

jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal: hipertermia, tirotoksikosis),

hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi

kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai

oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan abnormalitas

elektrolit juga dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Disritma jantung yang

dapat terjadi dengan sendirinya atau secara sekunder akibat gagal jantung

menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.

2.1.2 Patofisiologi Gagal Jantung Kongestif

Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan

kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah

jantung normal. Konsep curah jantung dapat dijelaskan dengan persamaan

dibawah ini (Corwin, 2000):

Keterangan:

CO : cardiac output

HR : heart rate

SV : stroke volume

Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Apabila curah jantung

berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk

mempertahankan curah jantung. Ketika mekanisme kompensasi ini gagal untuk

mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup

jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.

Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut

otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat

CO = HR x SV

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

14

Universitas Indonesia

dipertahankan. Insufisensi suplai jantung ditentukan oleh cardiac output. Faktor

yang mempengaruhi atau membentuk cardiac output adalah heart rate dan stroke

volueme. Stroke volume jantung dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu preload,

contractility, dan afterload. Apabila ketiga variabel pembentuk stroke volume

mengalami gangguan atau kerusakan maka akan berpengaruh terhadap cardiac

output yang menyebabkan gagal jantung (Black and Hawks, 2009).

Suharsono (2011) dalam penelitiannya menjelaskan pengaruh ketiga variabel

pembentuk stroke volume.Variabel pertama yaitu preload merupakan volume

yang masuk menuju ventrikel kiri jantung, menggambarkan end diastolik pressure

pada kondisi klinik sering diukur dengan right arterial pressure. Preload selain

dipengaruhi oleh volume dalam ventrikel juga dipengaruhi oleh hambatan

pengisian ventrikel. Peningkatan tekanan positif intrapleural seperti pada kasus

pasien dengan asma dan COPD dapat menurunkan pengisian ventrikel. Apabila

volume meingkat maka jantung akan bekerja lebih keras untuk memompa darah

dari kondisi fisiologis/ normal.

Fungsi diastolik jantung ditentukan oleh dua faktor yaitu elastisitas dan relaksasi

miokardial. Relaksasi terjadi pada awal diastolik, pada ventrikel kiri yang

merupakan tempat terjadiny pross aktif yang menyebabkan pengisian ventrikel

kiri. Kehilangan elastisitas dan relaksasi pada ventrikel kiri akan menyebabkan

kerusakan struktur dan fungsi dari jantung itu sendiri yang berpengaruh terhadap

terganggunya pengisian jantung

Variabel kedua yang berpengaruh terhadap stroke volume adalah kontaktilitas otot

jantung. Kontraktilitas menggambarkan kekuatan pompa otot jantung yang dapat

diukur dengan menilai fraksi ejeksi (EF). Pada kondisi normal fungsi sistolik akan

mempertahankan EF > 50-55%.

Variabel ketiga adalah afterload merupakan tahanan yang harus dilawan jantung

ketika berkontraksi. Afterload dapat diukur dengan mean arterial pressure (MAP).

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

15

Universitas Indonesia

Pada kondisi fisiologis, jantung mampu melawan tahanan afterload sampai 140

mmHg. Tekanan intratorak juga berpengaruh terhadap afterload.

Gagal jantung khususnya gagal fungsi ventrikel kiri biasanya diawali dengan

penurunan cardiac output. Ketika jantung mulai mengalami kegagalan, aktivasi

neuro-hormonal menghasilkan vasokontriksi sistemik, retensi cairan, dan natrium

untuk meningkatkan cardiac output dan mempertahankan tekanan darah.

Mekanisme kompensasi tersebut akan berlangsung dalan jangka pendek, akan

tetapi proses kerusakan otot jantung terus terjadi dan dapat semakin memburuk

(Black and Hawks, 2009).

Tubuh secara fisiologis akan melakukan kompensasi terhadap respon yang tidak

sesuai. Sebagai bentuk kompensasi, jantung terutama bagian ventrikel akan

meningkatkan tekanan secara persisten yang dapat menyebabkan penebalan dan

kekakuan dinding ventrikel. Proses tersebut disebut sebagai cardiac remodelling.

Hasil dari remodelling ini adalah pembesaran/ hipertrofi dan pompa jantung yang

tidak efektif. Keadaan tersebut memicu aktivasi berlebihan sistem neuro-hormonal

yang menyebabkan frekuensi nadi meningkat (tachicardi). Pengaruh dari

perubahan tersebut mnyebabkan penurunan perfusi kororner dan pningkatan

konsumsi oksigen untuk organ jantung (Suharsono, 2011).

Kondisi patologi ini menghasilkan gejala seperti sesak nafas akibat kongesti

pembuluh darah paru, intoleransi aktivitas akibat kerusakan aliran darah ke otot,

dan edema akibat retensi cairan (Black and Hawks, 2009).

2.1.3 Manifestasi Klinis Gagal Jantung Kongestif

Manifestasi klinis yang dominan atau sering muncul pada klien dengan penyakit

gagal jantung kongestif adalah meningkatnya volume intravaskuler. Kongesti

jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat menurunnya

curah jantung pada kegagalan jantung kongestif. Peningkatan tekanan vena

pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru menuju alveoli,

sebagai akibatnya dapat terjadi edema paru yang dimanifestasikan dengan batuk

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

16

Universitas Indonesia

dan napas pendek. Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan

edema perifer umum dan penambahan berat badan (Smeltzer & Bare, 2002).

Penurunan curah jantung pada penyakit gagal jantung kongestif dimanifestasikan

secara luas karena darah tidak dapat mencapai jaringan dan organ (perfusi

jaringan dan organ menurun/rendah) untuk menyampaikan oksigen yang

dibutuhkan untuk metabolisme sel atau jaringan. Efek yang dapat terjadi sebagai

akibat dari perfusi jaringan yang rendah adalah pusing, konfusi, kelelahan, tidak

toleran terhadap latihan dan panas, ektrimitas dingin, dan haluaran urin berkurang

(oliguri). Tekanan perfusi ginjal menurun , mengakibatkan pelepasan rennin dari

ginjal yang pada gilirannya dapat menyebabkan sekresi hormone aldosteron,

retensi natrium dan cairan serta peningkatan volume intravaskuler.

Manifestasi klinis gagal jantung kongestif dapat diklasifikasikan lebih spesifik

lagi pada sisi area jantung yang mengalami kelainan atau kerusakan, berikut

adalah penjelasannya:

a. Gagal jantung sisi kiri dan kanan

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal

ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagagl ventrikel

kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan

atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan

penurunan perfusi jaringan. Tetapi manifestasi klinis kongestif dapat berbeda-

beda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.

b. Gagal jantung sisi kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak

mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkanan tekanan dalam

sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis

yang dapat terjadi meliputi dipsnue, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat

(takikardia) dengan bunyi denyut S1, kecemasan dan kegelisahan.

Dipsnea terjadi sebagai akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang

mengganggu pertukaran gas. Dipsnea bahkan dapat terjadi ketika istirahat atau

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

17

Universitas Indonesia

dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang. Dapat terjadi ortopnu,

kesulitan bernapas ketika berbaring. Beberapa pasien hanya mengalami ortopnu

pada malam hari, suatu kondisi yang dinamakan proximal noktural dispnea

(PND). Hal ini terjadi bagi pasien yang sebelumnya duduk lama dengan posisi

kaki dan tangan dibawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam

cairan yang tertimbun di ekstrimitas yang sebelumnya berada dibawah mulai di

absorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu tidak mampu mengosongkan

peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya, tekanan dalam sirkulasi paru

meningkat dan dampak lebih lanjut adalah cairan berpindah ke alveoli.

Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak

produktif tetapi yang tersaring adalah batuk basah, yaitu batuk yang menghasilkan

sputum berbusa dalam jumlah banyak yang kadang disertai darah.

Mudah Lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan

dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil

katabolisme. Kelelahan juga dapat terjadi sebagai akibat meningkatnya energy

yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress

pernapasan dan batuk.

Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress

akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan

bak. Seringkali ketika terjadi kecemasan, terjadi juga dipsnu yang pada gilirannya

memperberat kecemasan.

c. Gagal jantung sisi kanan

Apabila kerusakan atau kegagalan terjadi pada ventrikel kanan jantung maka

manifestasi klinis yang menonjol adalah kongesti visera dijaringan perifer. Hal ini

terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah

dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi atau memenuhi semua

darah yang secara normal kembali ke sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang

tampak meliputi edema ektrimitas bawah (edema dependen) yang biasanya

merupakan pitting edema, pertambahan BB, hepatomegali, distensi vena leher,

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

18

Universitas Indonesia

asites (penimbunan cairan di dalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual,

nokturia dan lemah.

Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap

bertambah ke atas tungkai dan pada, akhirnya dapat mencapai bagian genital

eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema sacral sering terjadi pada pasien dengan

kondisi berbaring lama (bed-rest), karena daerah sacral menjadi daerah yang

dependen. Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah

penekanan ringan dengan ujung jari, akan terlihat jelas setelah terjadi retensi

cairan paling tidak sebanyak 4,5kg.

Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat

pembesaran vena di hepar. Apabila proses ini berkembang , maka tekanan dalam

pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen,

suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan di rongga abdomen

dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernapasan.

Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual akibat pembesaran vena dan statis

vena di dalam rongga abdomen. Nokturia atau rasa ingin kencing pada malam hari

terjadi karena perfusi renal di dukung oleh posisi klien pada saat berbaring.

Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung akan

membaik dengan istirahat.

Lemah yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya

curah jantung, gangguan sirkulasi dan pembuangan produk sampah katabolisme

yang tidak adekuat dari jaringan.

2.1.4 Komplikasi Gagal Jantung Kongestif

Menurut Smeltzer & Bare (2002) potensial komplikasi meliputi syok kardiogenik,

episode tromboemboli, edema paru, efusi perikardium, dan tamponade

perikardium, serta komplikasi tambahan yang mungkin yaitu toksisitas digitalis

akibat pemakaian obat-obatan digitalis

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

19

Universitas Indonesia

a. Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang

mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan gangguan

berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas pada

syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya

40 % atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh

ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen

miokardium.

b. Episode tromboemboli

c. Edema Paru

Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja didalam

tubuh. Faktor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari

batas negatif menjadi batas positif. Penyebab kelainan paru yang paling umum

adalah gagal jantung kiri dan kerusakan pada membran paru akibat infeksi. Gagal

jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat peningkatan tekanan kapiler

paru dan membanjiri ruang interstitial dan alveoli. Sedangkan, kerusakan pada

membran kapiler paru yang disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia atau

terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti gas klorin atau gas sulfur

dioksida. Masing-masing menyebabkan kebocoran protein plasma dan cairan

secara cepat keluar dari kapiler.

d. Efusi perikardium

e. Temponade perikardium

f. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis

2.2 Manajemen Keperawatan pada Klien dengan Gagal Jantung Kongestif

2.2.1 Terapi non-pembedahan

a. Mengurangi beban kerja miokardial

Diuretik merupakan terapi yang penting karena organ ginjal merupakan organ

target utama dalam perubahan neurohormonal sebagai respon dari gagal jantung.

Pilihan terapi pertama adalah loop diuretik, seperti furosemide yang menghambat

reabsorpsi garam didalam lengkung henle ascending. Diuretik akan mengurangi

sirkulasi volume darah, mengurangi preload, dan mengurangi kongesti sistemik

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

20

Universitas Indonesia

maupun pulmonal. Loop diuretik dapat menyebabkan ketidakseimbangan

elektrolit dari ringan sampai berat. Hipokalemia merupakan efek samping dari

loop diuretik yang dapat menyebabkan kelemahan pada miokardial dan kardiak

distritmia. Hipokalemia juga berpotensi menyebabkan toksikasi digitalis.

Vasodilator dapat mengurangi preload dan afterload. Nitrogliserin mengurangi

kebutuhan oksigen di miokardial dengan menurunkan preload dan afterload.

Morphine IV digunakan pada pasien dengan gagal jantung pada fase akut.

Morphine selain berguna sebagai anxiolytic dan analgesik, efek terpentingnya

adalah dilatasi pembuluh darah vena yang akan menurunkan preload. Morphine

juga akan mendilatasi pembuluh darah arteri yang akan mengurangi resistensi

vaskular sistemik (SVR) dan meningkatkan cardiac output. Netriside merupakan

terapi terbaru yang dapat mendilatasi pembuluh darah vena dan arteri secara

bersamaan.

Beta adrenergik antagonis (beta blokers) digunakan untuk menghambat efek dari

sistem saraf simpatis dan mengurangi kebutuhan oksigen di miokardium. Beta

blockers akan memperbaiki aktivitas reseptor beta-1 atau menghambat aktivitas

katekolamin, yang berguna untuk melindungi jantung dengan gangguan pada

fungsi ventrikel kiri.

b. Elevasi kepala

Klien diberikan posisi fowler untuk mencegah terjadinya kongesti vena pada

pulmonal dan mengurangi terjadinya dispnea. Apabila terjadi edema pada

ekstremitas bawah, maka ekstremitas bawah dapat ditinggikan untuk

mempercepat aliran balik vena.

c. Mengurangi retensi cairan

Mengontrol retensi sodium dan cairan dapat meningkatkan kerja jantung. Retriksi

sodium dalam diet dapat mencegah, mengontrol, dan menangani edema.

Penggunaan loop diuretik dapat menyebabkan kehilangan potassium, yang dapat

mengakibatkan disritmia dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Retriksi

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

21

Universitas Indonesia

cairan tidak terlalu dianjurkan untuk pasien gagal jantung dengan tingkatan

rendah-sedang karena retriksi cairan akan menyebabkan hiponatrermia.

Hiponatremia terjadi karena retriksi sodium, peningkatan sodium melalui diuresis,

dan pembatasan cairan. Hiponatremia ditandai dengan letargi dan kelemahan.

d. Meningkatkan kerja pompa jantung

Cara untuk meningkatkan pompa jantung adalah dengan menggunakan agonis

adrenergik atau terapi inotropik. Agen inotropik utama adalah dobutamine,

milrinone, dopexamine, dan digoxin. Pada klien hipotensi dengan gagal jantung

maka dopamin dan dobutamin yang akan digunakan. Obat tersebut akan

memfasilitasi kontraktilitas miokardium dan meningkatkan volume sekuncup.

Selain itu, obat ini juga dapat memicu terjadinya disritmia.

Dobutamin adalah terapi yang sering digunakan untuk mengatasi gagal jantung

karena memproduksi stimulator beta didalam miokardium, yang akan

meningkatkan denyut jantung, konduksi atrioventrikular, dan kontraktilitas

miokardium. Dobutamin berguna untuk meningkatkan cardiac output tanpa

meningkatkan kebutuhan oksigen pada miokardium atau mengurangi aliran darah

koroner.

Milrinone dapat mendilatasi pembuluh darah. Amrinone jarang digunakan untuk

mengatasi gagal jantung karena dapat menyebabkan trombositopenia. Digoxin

lebih sedikit digunakan pada penanganan gagal jantung pada keadaan emergensi.

Digoxin memberikan efek yang sedikit atau bahkan tidak ada efek untuk

mendekompensasi gagal jantung.

e. Memberikan terapi oksigen

Pemberian konsentrasi oksigen yang tinggi dengan menggunakan masker atau

nasal kanul dapat membantu menangani hipoksia dan dispnea, serta membantu

mempercepat pertukaran O2 dan CO2. Jika hal ini tidak menaikkan PaO2 sampai

60 mmHg, maka dapat dilakukan intubasi dan dilakukan pemasangan ventilator.

Intubasi juga merupakan cara untuk menghilangkan sekret di bronki. Jika terjadi

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

22

Universitas Indonesia

bronkospasme atau bronkokonstriksi yang berat, dapat diberikan obat

bronkodilator. Irama jantung harus selalu dipantau selama pemberian

bronkodilator karena dapat menyebabkan disritmia.

f. Mengontrol disritmia

Fibrilasi atrial yaitu disritmia sering terjadi pada klien dengan gagal jantung

kronik sebagai respon cepat ventrikel. Fibrilasi atrial dapat menyebabkan stroke

emboli sehingga klien akan diberikan antikoagulan. Irama jantung dikontrol

dengan terapi obat, seperti amiodarone.

g. Mengurangi remodelling miokardial

Angiotensin converting enzim inhibitor merupakan pilihan terapi pertama untuk

menangani gagal jantung kronik. ACE inhibitor akan menghambat remodelling

pada miokardial jantung. Selain itu, juga akan mengurangi afterload dengan

menghambat produksi angiotensin, yang merupakan vasokonstriktor. ACE

inhibitor juga akan meningkatkan aliran darah ke ginjal dan menurunkan

resistensi vaskular ginjal yang memperkuat kerja diuretik. Efek samping dapat

menyebabkan hipotensi ortostatik, hacky cough, masalah ginjal, kemerahan pada

kulit, gangguan pada pengecapan, dan hiperkalemia. Level potasium harus

dimonitoring, terutama jika diuretik atau potasium suplemen digunakan.

h. Mengurangi stres dan risiko cedera

Untuk mengurangi kerja jantung dan mengurangi beban kerja miokardial, maka

klien harus mengurangi stres fisik maupun emosional. Istirahat dapat

meningkatkan diuresis, menurunkan denyut jantung, dan mengurangi dispnea.

Klien mungkin dapat diberikan mild sedatif atau dosis kecil barbiturat dan

transquilizers untuk meningkatkan istirahat, dan menghindari masalah akibat

kurang istirahat, insomnia, dan cemas.

i. Melakukan aktivitas sesuai toleransi

Pasien dengan gagal jantung memili manifestasi klinis salah satunya yaitu mudah

merasa lelah ketika beraktivitas. Tingkat kelelahan dirasakan berbeda setiap

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

23

Universitas Indonesia

individu sesuai dengan derajat dari gagal jantung yang dialami. Kelelahan terjadi

karena pengaruh dari sirkulasi ke jaringan yang tidak adekuat sehingga konsumsi

O2 ke jaringan juga mengalami penurunan. Tubuh merespon dengan melakukan

metabolisme anaerob yang menghasilkan zat sisa berupa asam laktat.

Penumpukan asam laktat pada otot yang berlebih akan menyebabkan kelelahan

sehingga muncul gelaja penurunan toleransi aktivitas pada sebagian besar pasien

dengan gagal jantung (Black and Hawks, 2009). Oleh karena itu, pasien dengan

gagal jantung lebih disarankan untuk mengurangi aktivitas yang berat. Pasien

dengan gagal jantung masih dapat melakukan aktivitas namun disesuaikan

dengan toleransi tubuh. Karena aktivitas diperlukan tubuh untuk melatih

kapasitas fungsional jantung tetapi juga ditujukan supaya aktivitas tersebut tidak

juga menjadi faktor pemberat terjadinya serangan jantung.

2.2.2 Terapi pembedahan

a. Alat pompa jantung

Tujuan dari pemasangan alat ini adalah sebagai ventrikel hipokinetik, menurunkan

kerja miokardial, menurunkan kebutuhan oksigen, dan mempertahankan perfusi

yang adekuat.

b. Transplantasi jantung

Saat jantung mengalami kerusakan irreversibel dan fungsinya sudah tidak

adekuat untuk menunjang kehidupan, transplantasi jantung dapat digunakan untuk

membantu ataupun mengganti fungsi jantung.

c. Cardiomyoplasty

Pada klien yang kardiak outputnya rendah, yang tidak diindikasikan menjalani

transplantasi jantung maka dapat dilakukan cardiomyoplasty. Prosedur ini akan

membungkus otot latissimus dorsi disekeliling jantung dan di stimulasi secara

elektrik untuk menselaraskan dengan irama sistol pada ventrikel.

2.3 Peran Perawat pada Pasien dengan Gagal Jantung Kongestif

2.3.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan aspek awal dalam asuhan keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan data baik data objektif maupun data subjektif yang

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

24

Universitas Indonesia

berkaitan baik dari sumber primer (pasien) maupun dari sumber sekunder

(keluarga, data rekam medis sebelumnya, dan pemeriksaan penunjang) (Potter &

Perry, 2009). Pengkajian harus dilakukan secara holistik meliputi bio, psiko,

sosial, dan spiritual. Pengkajian terkait pada pasien gagal jantung lebih spesifik

terhadap masalah kardiovaskuler.

2.3.1.1 Pengkajian Sistem Tubuh

Berikut akan dijelaskan mengenai pengkajian kardiovaskuler pada pasien dengan

gagal jantung (Doenges et al, 2000).

a. Aktivitas/ istirahat

Gejala

Keletihan/ kelelahan terus menerus yang dapat dirasakan sepanjang hari; insomnia;

nyeri dada dengan aktivitas; dipsnea pada istirahat atau pada pengarahan tenaga.

Tanda

Gelisah; perubahan status mental (misal: letargi); tanda-tanda vital berubah pada

saat beraktivitas.

b. Sirkulasi

Gejala

Riwayat hipertensi; IM baru/ akut; episode GJK sebelumnya; penyakit katup

jantung; bedah jantung; endokarditis; anemia; syok septik. Bengkak pada kaki;

telapak kaki; abdomen/ asites.

Tanda

Tekanan darah mungkin rendah (gagal pemompaan), normal (GJK ringan atau

kronis), atau tinggi (kelebihan beban cairan). Tekanan nadi mungkin sempit yang

menunjukkan penurunan volume sekuncup. Frekuensi jatung bisa takikardi (gagal

jantung kiri). Irama jantung umumnya disritmia (misal: fibrilasi atrium, blok

jantung). Bunyi jantung dapat S3 (gallops) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1

dan S2 mungkin melemah. Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan

adanya stenosis katup atau insufisiensi. Nadi perifer berkurang berupa perubahan

dalam kekuatan denyutan. Nadi sentral mungkin kuat (misal: nadi jugularis,

karotis, abdominal). Warna sianosis. Punggung kuku pucat atau sianotik dengan

CRT yang lambat. Hepar terkadang mengalami pembesaran. Bunyi napas krekles,

ronkhi. Edema mungkin dependen, umum atau itiing khususnya pada ekstrimitas.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

25

Universitas Indonesia

c. Integritas ego

Gejala

Ansietas, khawatir, ketakutan. Stress yang berhubngan dengan penyakit/

kerihatinan finansial (pekerjaan, biaya perawatan medis).

Tanda

Berbagai manifestasi perilaku (misal: ansietas, marah, ketakutan, atau mudah

tersinggung).

d. Eliminasi

Gejala

Penurunan berkemih, urin berwarna gelap. Berkemih pada malam hari (nokturia).

Diare/ konstipasi.

e. Makanan/ cairan

Gejala

Kehilangan nafsu makan; mual/ muntah. Penambahan berat badan signifikan.

Pembengkakan pada ektrimitas bawah. Pakaian dan atau sepatu terasa sesak. Diet

tinggi garam/ makanan yang telah diproses, lemak, gula, dan kafein. Penggunaan

diuretik.

Tanda

Penambahan berat badan yang cepat. Distensi abdomen (asites); edema (umum,

dependen, tekanan, pitting).

f. Higiene

Gejala

Keletihan/ kelemahan; kelelahan selama aktivitas perawatan diri.

Tanda

Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.

g. Neurosensori

Gejala

Kelemahan, pening, episode pingsan.

Tanda

Letargi, kusut ikir, disorientasi. Perubahan perilaku, mudah tersinggung.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

26

Universitas Indonesia

h. Nyeri/ Ketidaknyamanan

Gejala

Nyeri dada/ angina akut atau kronis. Nyeri abdomen kanan atas. Sakit pada otot.

Tanda

Tidak tenang, gelisah. Fokus menyempit (menarik diri). Perilaku melindungi diri.

i. Pernapasan

Gejala

Dipsnea ketika beraktivias, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal.

Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum. Riwayt penyakit paru kronis.

Penggunaan alat bantu pernapasan (misal: oksigen atau medikasi).

Tanda

Pernapasan takipnea, napas dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan. Batuk

kering/ nyaring/ non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/ tanpa

pembentukan sputum . Sputum mungkin brsemu darah, merah muda/ berbuih

(edema pulmonal). Bunyi napas mungkin tidak terdengar, dengan krakles basilar

dan mengi. Fungsi mental mugkin menurun, letargi atau dengan kegelisahan.

Warna kulit pucat atau sianosis.

j. Keamanaan

Gejala

Perubahan dalam fungsi mental. Kehilangan kekuatan/ tonus otot. Kulit lecet

k. Interaksi sosial

Gejala

Penurunan keikutsertaan dlam aktivitas sosial yang biasa dilakukan/ diikuti.

l. Pembelajaran/ pengajaran

Gejala

Menggunakan/ lupa menggunakan obat-obat jantung.

Tanda

Bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai

program terapi.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

27

Universitas Indonesia

2.3.1.2 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Dongoes et al (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

untuk menegakkan diagnosa CHF:

a. Elektrokardiogram (EKG)

Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia,

takikardi, fibrilasi atrial. Pada elektrokardiografi 12 lead didapatkan gambaran

abnormal pada hampir seluruh penderita dengan gagal jantung, meskipun

gambaran normal dapat dijumpai pada 10% kasus. Gambaran yang sering

didapatkan antara lain gelombang Q, abnormalitas ST – T, hipertrofi ventrikel

kiri, bundle branch block dan fibrilasi atrium. Bila gambaran EKG dan foto dada

keduanya menunjukkan gambaran yang normal, kemungkinan gagal jantung

sebagai penyebab dispneu pada pasien sangat kecil kemungkinannya.

b. Scan jantung

Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.

c. Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram doppler)

Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur

katup, atau area penurunan kontraktili tas ventrikular. Ekokardiografi merupakan

pemeriksaan non-invasif yang sangat berguna pada gagal jantung. Ekokardiografi

dapat menunjukkan gambaran obyektif mengenai struktur dan fungsi jantung.

Penderita yang perlu dilakukan ekokardiografi adalah semua pasien dengan tanda

gagal jantung,susah bernafas yang berhubungan dengan murmur,sesak yang

berhubungan dengan fibrilasi atrium, serta penderita dengan risiko disfungsi

ventrikel kiri (infark miokard anterior, hipertensi tak terkontrol,atau aritmia).

Ekokardiografi dapat mengidentifikasi gangguan fungsi sistolik, fungsi

diastolik,mengetahui adanya gangguan katup, serta mengetahui risiko emboli.

d. Kateterisasi jantung

Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung

kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.

e. Rongent dada

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau

hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal. Pada

pemeriksaan foto dada dapat ditemukan adanya pembesaran siluet jantung (cardio

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

28

Universitas Indonesia

thoraxic ratio > 50%), gambaran kongesti vena pulmonalis terutama di zona atas

pada tahap awal, bila tekanan vena pulmonal lebih dari 20mmHg dapat timbul

gambaran cairan pada fisura horizontal dan garis Kerley B pada sudut

kostofrenikus. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg didapatkan gambaran batwing

pada lapangan paru yang menunjukkan adanya udema paru bermakna. Dapat pula

tampak gambaran efusi pleura bilateral, tetapi bila unilateral, yang lebih banyak

terkena adalah bagian kanan.

f. Enzim hepar

Meningkat dalam gagal/kongesti hepar.

g. Elektrolit

Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal, terapi

diuretik.

h. Oksimetri nadi

Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut

menjadi kronis.

i. Analisa gas darah (AGD).

Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau

hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).

j. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin.

Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN

dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

k. Pemeriksaan tiroid.

Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre pencetus

gagal jantung kongestif.

Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia sebagai

penyebab susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya penyakit dasar serta

komplikasi. Pada gagal jantung yang berat akibat berkurangnya kemampuan

mengeluarkan air sehingga dapat timbul hiponatremia dilusional, karena itu

adanya hiponatremia menunjukkan adanya gagal jantung yang berat. Pemeriksaan

serum kreatinin perlu dikerjakan selain untuk mengetahui adanya gangguan ginjal,

juga mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi peningkatan serum

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

29

Universitas Indonesia

kreatinin setelah pemberian angiotensin convertingenzyme inhibitor dan diuretik

dosis tinggi. Pada gagal jantung berat dapat terjadi proteinuria.Hipokalemia dapat

terjadi pada pemberian diuretic tanpa suplementasi kalium dan obat potassium

sparring. Hiperkalemia timbul pada gagal jantung berat dengan penurunan fungsi

ginjal, penggunaan ACE-inhibitor serta obat potassium sparring. Pada gagal

jantung kongestif tes fungsi hati (bilirubin,AST dan LDH) gambarannya abnormal

karena kongesti hati. Pemeriksaan profil lipid, albumin serum fungsi tiroid

dianjurkan sesuai kebutuhan.Pemeriksaaan penanda BNP sebagai penanda

biologis gagal jantung dengan kadar BNP plasma 100pg/ml dan plasma NT-

proBNP adalah 300 pg/ml.

Pemeriksaan radionuklide atau multigated ventrikulografi dapat mengetahui

ejection fraction, laju pengisian sistolik, laju pengosongan diastolik,dan

abnormalitas dari pergerakan dinding. Angiografi dikerjakan pada nyeri dada

berulang akibat gagal jantung. Angiografi ventrikel kiri dapat mengetahui

gangguan fungsi yang global maupun segmental serta mengetahui tekanan

diastolik,sedangkan kateterisasi jantung kanan untuk mengetahui tekanan sebelah

kanan (atrium kanan,ventrikel kanan dan arteri pulmonalis) serta pulmonary

artery capillary wedge pressure.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Penegakan diagnosa keperawatan dilakukan berdasarkan data pengkajian yang

sudah terkumpul dan dikelompokkan sehingga mengarah kepada masalah

keperawatan yang ada (Potter & Perry, 2009). Diagnosa pasien dengan gagal

jantung berhubungan dengan sirkulasi dan pngaturan cairan dalam tubuh. Berikut

merupakan beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan gagal

jantung (NANDA, 2012). Klasifkasi diagnosa keperawatan dan batasan

karakteristik pada pasien dengan gagal jantung dapat dilihat pada tabel 2.1.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

30

Universitas Indonesia

Tabel 2.1 Klasifikasi Diagnosa Keperawatan Gagal Jantung Kongestif

Masalah Keperawatan Batasan Karakteristik

Nyeri akut Perubahan selera makan

Perubahan tekanan darah

Perubahan frekuensi jantung, napas

Diaforesis

Ekspresi perilaku (gelisah, merengek,

menangis, mendesah)

Sikap tubuh melindungi bagian yang sakit

Indikasi nyeri yang dapat diamati

Fokus menyempit

Gagguan tidur

Fokus pada diri sendiri

Melaporkan nyeri secara verbal

Penurunan curah jantung Perubahan frekuensi/ irama jantung

Aritmia

Bradikardi

Perubahan EKG

Palpitasi

Takikardi

Perubahan preload

Edema

Penurunan tekanan vena sentral (CVP)

Keletihan

Peningkatan CVP

Distensi vena jugular

Murmur

Kenaikan berat badan

Perubahan afterload

Kulit lembab

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

31

Universitas Indonesia

Penurunan nadi perifer

dipsnea

CRT memanjang

Oliguri

Perubahan warna kulit

Perubahan kontraktilitas

Crakles

Batuk

Perubahan fraksi ejeksi

Penurunan stroke volume

Ortopnea

Ketidakefektifan bersihan jalan

napas

Dipsnea

Peggunaan otot bantu pernapasan

Batuk, dahak sulit dikeluarkan

Pernapsan cuping hidung

Takikardi

Pernapasan abnormal (misal: kecepatan,

irama, kedalaman)

Sianosis

Gangguan pertukaran gas AGD abnormal

Pernapasan abnormal (misal: kecepatan,

irama, kedalaman)

Warna kulit abnormal (misal: sianosis)

Konfusi, gelisah

Dipsnea

Diaforesis

Hiperkapnia

Hipoksemia

Pernapasan cuping hidung

Takikardi

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

32

Universitas Indonesia

Kelebihan volume cairan Edema ektrimitas, asites, edema pulmonal

Auskultasi bunyi pernapasan: crakles, ronkhi

Penggunaan terapi diuretik

Dipsnea

Keletihan

Peningkatan CVP

Distensi vena jugular

Murmur

Kenaikan berat badan

Intoleransi aktivitas Respon tekanan darah dan frekuensi jantung

abnormal terhadap aktivitas

Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia,

iskemia

Ketidaknyamanan setelah beraktivitas

Dipsnea setelah beraktivitas

Menyatakan merasa letih, lemah

Sumber: NANDA (2012).

2.3.3 Rencana Intervensi Keperawatan

(terlampir)

2.4 Latihan Fisik Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif

Pasien dengan gagal jantung umumnya memiliki keterbatasan dalam toleransi

aktivitasya sehingga menyebabkan beberapa aktivitas harus dibatasi atau

dikurangi termasuk dalam hal ini adalah melakukan latihan fisik latar belakang

inilah yang menyebabkan tenaga kesehatan menyarankan sebagian besar pasien

jantung untuk mengurangi aktivitasnya. Mereka berpikiran bahwa melakukan

aktivitas termasuk latihan fisik akan menyebabkan pasien dengan gagal jantung

sesak dan timbul kelelahan. Anjuran untuk istirahat lebih pada pasien dengan

gagal jantung bukan tanpa alasan karena istirahat akan membantu memperbaiki

aliran balik vena dan mampu meningkatkan diuresis.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

33

Universitas Indonesia

Selama periode akut pasien dengan gagal jantung disarankan untuk bed rest yang

bertujuan untuk memperbaiki status hemodinamik. Setelah fase akut terlewati,

pasien berada pada fase rocovery. Pada fase ini, bed rest menjadi suatu saran yang

kontroversial karena dapat memicu menurunnya level toleransi aktivitas dan

memperberat gejala gagal jantung seperti sesak disertai batuk. Semua otot perlu

dilatih untuk mempertahankan kekuatannya termasuk dalam hal ini adalah otot

jantung (Suharsono, 2011).

Pasien perlu untuk diajarkan melakukan aktivitas secara bertahap dengan tujuan

toleransi aktivitas dapat meningkat pula. Aktivitas dilakukan dengan melihat

respon sepeti peningkatan nadi, sesak napas dan kelelahan. Aktivitas akan melatih

kekuatan otot jantung sehingga gejala gagal jantung semakin minimal. Aktivitas

ini akan dapat dilakukan secara informal dan lebih efektif apabila dirancang dalam

program latihan fisik yang terstruktur (Nicholson, 2007).

2.4.1 Pengertian Latihan Fisik

Latiha fisik merupakan aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur dengan

tujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kebugaran fisik. Latihan ini

melitupi tipe, intensitas, durasi dan frekuensi tertentu yang disesuaikan dengan

kondisi pasien (Levine, 2010).

Home based exercise training merupakan salah satu alternatif latihan fisik yang

bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan tleransi latihan pasien gagal

jantung. HBET merupakan jawaban dari fenomena peningkatan jumlah pasien

gagal jantung yang mengalami penurunan toleransi aktivitas, latihan fisik terpusat

di rumah sakit tidak memungkinkan untuk dilakukan. HBET terbukti dapat

meningkatkan kapasitas latihan, meningkatkan self efficacy dan menurunkan

angka dirawat ulang pada pasien gagal jantung (Hwang, Redfern, & Aison, 2008).

Beberapa penelitian mengenai home based exercise training menunjukkan

manfaat yan bermakna bagi pasien dengan gagal jantung. Salah satu penelitian

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

34

Universitas Indonesia

yang dilakukan oleh Suharsono (2011) mengenai dampak HBET terhadap

kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien gagal jantung di RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi. Penelitian tersebut menggunakan teknik sampling quasi

experiment, pre-post with control group yang melibatkan 23 responden terbagi

menjadi 11 responden kelompok kontrol dan 12 responden kelompok intervensi.

Hasil penelitian diperoleh tidak terdapat perbedaan yang signifikan terkait

kapasitas fungsional dan kualitas hidup setelah perlakukan antara kelompok

kontrol dan kelompok intervensi, meskipun demikian kelompok intervensi

mempuanyai mean kapasitas fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik.

2.4.2 Tujuan Latihan Fisik

Latihan fisik pada pasien dengan gagal jantung bertujuan untuk mengoptimalkan

kapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga dalam

mencegah perburukan dan membantu pasien untuk dapat kembali beraktivitas

fisik seperti sebelum mengalami gangguan jantung (Arovah, 2009). Menurut

Lavie et al (1993) menyebutkan bahwa latihan fisik dapat mengurangi efek

samping fisiologis dan psikologis tirah baring di rumah sakit, dapat dimanfaatkan

untuk memonitor kondisi fisiologis pasien, dan mempercepat proses pemulihan

dan kemampuan untuk kembali pada level aktivitas sebelum serangan jantung.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa dengan adanya latihan fisik

diharapkan dengan dilakukannya latihan fisik yang terpogram, pasien dengan

gagal jantug mampu meningkatkan toleransi aktivitas dan mampu kembali

produktif.

2.4.3 Kontraindikasi Latihan Fisik

Latihan fisik selain memberi manfaat terhadap vital tubuh, aktivitas tersebut juga

dapat menjadi pencetus serangan ulang. Untuk meminimalkan resiko tersebut,

latihan fisik memiliki beberapa kontraindikasi untuk pasien gagal jantung dengan

kriteria angina tidak stabil, TD sistolik istirahat > 200 mmHg atau distolik

istirahat > 100 mmHg, hipotensi orthostatik sebesar > 20 mmHg, stenosis aorta

sedang sampai berat, disritme ventrikel atau atrium tidak terkontrol, perubahan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

35

Universitas Indonesia

gelombang ST > 3mm, problem ortopedis yang mengganggu istirahat (Oldridge,

1988 dalam Arofah, 2009).

2.4.4 Adaptasi Tubuh terhadap Latihan Fisik

Latihan fisik berhubungan lurus dengan aktivitas metabolik tubuh. Ketika

melakukan latihan fisik, kebutuhan metabolik jaringan tubuh akan meningkat.

Pada saat yang sama kebutuhan oksigen dan nutrisi untuk jaringan juga

mengalami peningkatan yang diperukan selama metabolisme dilaksanakan.

Sedangkan disisi yang lain produksi karbondioksida, toksin, dan produk lain

sebagai hasil atau zat sisa metabolisme yang sudah tidak diperlukan akan dibuang.

Pada kondisi fisiologis atau keadaan normal, kondisi ini dikompensasi dengan

peningkatan cardiac output, bisa sampai 6 kali lipat dari kondisi istirahat. Latihan

fisik mencapai puncaknya pada kondisi maximal oxigen uptake, yang dikenal

dengan VO2-max. Ketika 80-90% dari VO2-max dibentuk karbondioksida secara

berlebihan, metabolisme otot anaerob, dan produksi asam laktat yang

menghasilkan kelelahan berlebih (Suharsono, 2011).

Pada pasien dengan gagal jantung, cardiac output ketika istirahat mungkin normal

tetapi kemampuan untuk meningkatkannya terbatas. VO2-max akan lebih rendah

dan respon fisiologis terhadap latihan fisik maksimal akan terjadi lebih cepat dari

individu yang tidak mengalami gangguan jantung. Pasien gagal jantung stabil

dapat mengikuti latihan fisik dengan baik apabila aliran darah ke oot adekuat.

Pasien tersebut dapat melakukan aktivitas sehari-hari tetapi mengalami penurunan

30% dari kapasitas latihannya (Nicholson, 2007).

Kompensasi akut dan adaptasi sistem tubuh terhadap latihan fisik pada penderita

gagal jantung terlihat pada tabel 2.2.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

36

Universitas Indonesia

Table 2.2 Mekanisme Kompensasi dan Respon Akut Latihan Pada Gagal Jantung

Organ Mekanisme

kompensasi pada

gagal jantung

Respon akut terhadap

Exercise Training

Adaptasi terhadap

Exercise Training

Jantung - Dilatasi ventrilkel

- Cardiac

remodelling

Tujuan:

Mempertahankan

cardiac output

Secara progresif terjadi

penurunan cardiac

output, stroke volume,

dan heart rate reserve

sesuai dengan derajad

gagal jantung

- Peningkatan

stroke volume

dan heart rate

reserve

- Terdapat sedikit

bukti

peningkatan

kontraktilitas

Pembuluh

darah

- Kehilangan

vascular reactivity

- Kekuatan arteri

- Penurunan

densitas kapiler

- Insufisiensi vena

Tujuan:

Mempertahankan

arterial blood

pressure adekuat

- Penurunan

kemampuan

mendistribusikan

nutrisi ke otot di

perifer

- Penurunan

kemampuan

membuang sisa

metabolisme

- Meningkatkan

fungsi vaskular

(reactivity and

stiffness)

- Meningkatkan

densitas

pembuluh

kapiler

- Meningkatkan

venous return

Tulang

dan otot

- Atrofi otot

- Penurunan

konsentrasi dan

aktivitas enzim

mitokondria

- Penurunan volume

dan densitas

mitokondria

Tujuan:

- Penurunan

kekuatan dan daya

tahan

- Tanda awal

asidosis otot untuk

mengurangi

akivitas

- Meningkatkan

fungsi dan

masa otot

- Meningkatkan

fungsi dan

densitas

mitokondria

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

37

Universitas Indonesia

Menurunkan kapasitas

latihan pada fungsi

jantung yang menurun

Sistem

otonom

- Kondisi

hyperandrenergic

- Perubahan respon

kardiovaskuler

Tujuan:

Mempertahankan

arterial blood

pressure yang adekuat

Meningkatnya denyut

jantung dibawah

denyut maksimal

Mengurangi kondisi

hyperadrenergic

Humoral - Meningkatkan

vasokontriksi dan

regulasi cairan

- Mengurangi

vasodilator

Tujuan:

Mempertahankan

tekanan adekuat

dengan regulasi cairan

Menurunnya

kemampuan

mendistribusikan

nutrisi ke otot perifer

Mengurangi

hiperaktivitas

humoral

Sumber:Parish, Kosma, and Welsech (2007).

2.4.5 Prinsip Latihan Fisik

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan fisik pada

pasien gagal jantung meiputi frekuensi, intensitas, durasi, mode, dan progresivitas

latihan. Latihan fisik pada pasien gagal jantung memerlukan beberapa

penyesuaian dengan kondisi pasien dan bersifat individual (Suharsono, 2011).

Berikut merupakan komponen latihan fisik yang telah terukti aman dan efektif

untuk dilakukan pada pasien gagal jantung yang meliputi tipe, frekuensi, durasi,

dan intensitas. Komponen latihan fisik pada pasien gagal jantung terdapat dalam

tabel 2.3.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

38

Universitas Indonesia

Tabel 2.3 Komponen Latihan Fisik pada Pasien Gagal Jantung Kongestif

Aspek Prinsip Komponen Latihan Fisik

Tipe Latihan aerobik yang dinamis dengan pembebabnan minimal.

Hindari latihan isotonik dan aktivitas pembentukan otot.

Intensitas Dibawah ventilatory treshold, 50-70% dari VO2-max atau setara

dengan 40-60% heart rate reserve. Level kelelahan dan sesak

nafas ketika latihan rata-rata 12-14 (Borg Scale).

Durasi Dimulai dari 20-30 menit setiap sesi dan dapat ditingkatkan

sesuai kemampuan pasien.

Frekuensi Tiga sampai dengan lima kali permnggu.

Sumber: Myers (2008).

2.5 Konsep Kesehatan Masyarakat Perkotaan

2.5.1 Definisi Urban/ Kota

Definisi urban/kota merupakan wilayah dengan jumlah penduduk lebih dari 2500

penduduk dan terdapat lebih dari 99 orang per-mil persegi (Stanhope dan

Lancaster, 1996). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa urban/ kota

merupakan suatu wilayah yang luas yang dihuni oleh banyak penduduk

didalamnya dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Urban atau kota memiliki

karakteristik yang membedakannya dengan wilayah rural atau desa. Beberapa

karakteristik dari urban atau kota antara lain dapat dilihat dari beberapa aspek

diantaranya adalah aspek demografi, aspek fisik, aspek sosial atau hubungan

antara warga, aspek perekonomian dan matapencaharian.

Karakteristik urban/ kota dilihat dari aspek demografi meliputi komunitas urban

terbentuk dari berbagai etnik atau suku dan adanya pemisahan secara ekonomi

serta sosial, pendudk asli yang bertempattinggal menjadi minoritas (artinya lebih

banyak penduduk pendatang) (Allender, Rector, dan Warner, 2010). Berdasarkan

aspek fisik, urban/ kota pada umumnya dikarakteristikkan terdapat banyak

bangunan gedung seperti sekolah tinggi terkenal dan pusat perbelanjaan, kondisi

ini sangat berbeda dengan desa yang jarang ditemukan gedung-gedung. Selain itu,

pembangunan tempat tinggal (rumah) di kota memiliki jarak yang berdekatan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

39

Universitas Indonesia

yang disebabkan oleh peningkatan kepadatan penduduk sedangkan di desa rumah

warga memiliki jarak yang cukup jauh dengan rumah warga lainnya. Karakteristik

lain dapat dilihat dari aspek perekonomian atau mata pencaharian, aktivitas

perekonomian penduduk kota umumnya pekerja kantoran, buruh pabrik dan

pedagang. Sedangkan penduduk desa umumnya mata pencahariaannya adalah

petani. Aspek lainnya yang mengkarakterisikkan urban atau kota adalah dari

aspek sosial atau hubungan antar warga, umumnya warga urban/ kota memiliki

sifat unsosial artinya jarang berintraksi dengan tetangga atau warga sekitar seperti

yang banyak ditemukan di lingkungan pedesaan (Stanhope dan Lancaster, 1996).

2.5.2 Ilmu dan Seni Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Perpindahan penduduk ke kota dipengaruhi oleh adanya fasilitas yang memadai

seperti adanya sekolah dan pusat perbelanjaan. Hal ini menjadi daya tarik orang

untuk tinggal berdekatan dengan fasilitas yang lengkap sehingga mudah

menjangkau tempat tersebut. Perpindahan masyarakat pedesaan ke wilayah

perkotaan secara terus menerus menyebabkan jumlah penduduk di wilayah

perkotaan meningkat.

Jumlah penduduk yang meningkat ini dapat menimbulkan berbagai faktor risiko

masalah kesehatan seperti peningkatan polusi, peningkatan jumlah pemukiman,

dan peningkatan jumlah limbah atau sampah. Masalah kesehatan yang terjadi pada

daerah kota dapat menyebar dengan cepat karena dipengaruhi oleh kesehatan

lingkungan yang kurang diperhatikan dan juga jarak pemukiman yang berdekatan.

Masalah kesehatan utama di lingkungan urban/ kota adalah polusi (air, udara,

suara)

Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang selalu dibutuhkan makhluk

hidup terutama manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Kebersihan air

sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti tidak membuang sampah dan

limbah pada sumber mata air sehingga diharapkan agar tidak terjadi penyebaran

penyakit melalui air. Air yang layak digunakan untuk mengolah makanan, minum,

mencuci pakaian, dan kebersihan adalah air bersih yang bebas dari kontaminasi

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

40

Universitas Indonesia

mikroorganisme dan zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Masalah

kesehatan yang mungkin muncul akibat dari kontaminasi air adalah masalah

pencernaan (contoh: demam typhoid) dan masalah integumen (contoh: dermatitis).

Tumbuhan berperan penting dalam menghasilkan udara yang bersih (oksigen)

untuk pernapasan bagi manusia dan hewan. Udara terutama oksigen berfungsi

untuk mengoksidasi makanan menjadi energi agar dapat melakukan aktivitas.

Semakin banyak tumbuhan yang ada maka akan semakin banyak udara yang

dihasilkan. Penduduk kota saat ini cenderung kurang memperhatikan keberadaan

hutan atau rawa sehingga tingkat polusi sangat tinggi dan mencemari udara di

sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam masalah

kesehatan terkait pernapasan seperti ISPA dan TBC.

Hutan dan rawa selain berfungsi sebagai penghasil udara bersih juga merupakan

tempat tinggal hewan-hewan. Jika hutan atau rawa yang ada diubah fungsinya

seperti dilakukan pembangunan rumah dan gedung maka hewan-hewan tersebut

akan musnah atau akan menyerang manusai sehingga berdampak terhadap

kesehatan contohnya pada nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit DBD.

Matahari merupakan sumber energi kehidupan di permukaan bumi karena sinar

matahari mampu menghasilkan panas bumi dan dibutuhkan untuk proses

fotosintesi. Sinar matahari juga berfungsi untuk mematikan bakteri pada TBC

sehingga sangat dianjurkan rumah penderita TBC mendapat penyinaran yang baik

atau dapat juga dengan berjemur. Pada manusia pembentukan vitamin D sangat

membutuhkan bantuan dari sinar matahari di waktu pagi hari sehingga mampu

mencegah terjadinya kerapuhan pada tulang.

Penduduk kota memiliki tingkat mobilisasi yang tinggi terutama dalam

penggunaan alat transportasi seperti mobil dan motor. Asap dari alat transportasi

ini dapat menyebabkan kerusakan berupa lubang pada lapisan ozon dan

menimbulkan efek gas rumah kaca. Kondisi ini menyebabkan sinar matahari yang

masuk ke dalam bumi tidak disaring oleh lapisan ozon sehingga berpotensi

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

41

Universitas Indonesia

menyebabkan kanker kulit jika terpajan dalam waktu yang lama dengan sinar

matahari tanpa menggunakan pelindung diri. Penumpukan polutan di udara akan

membentuk lapisan gas di bawah lapisan ozon dan ketika sinar matahari masuk ke

dalam bumi maka panas dari sinar matahari akan dipantulkan kembali ke dalam

bumi yang seharusnya dikeluarkan dari bumi. Kondisi ini sering disebut efek gas

rumah kaca yang menyebabkan suhu bumi meningkat dan perubahan suhu yang

ekstrim.

Selain perubahan-perubahan yang terjadi secara alam atau dilihat dari aspek

lingkungan, beberapa masalah kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan

perkotaan adalah terkait dengan perubahan gaya hidup (pola hidup tidak sehat)

seperti kurang olahraga, mengkonsumsi makanan yang berkolestrol tinggi,

kesibukan pekerjaan dan pengaruh lingkungan yang menyebabkan stress, dan lain

sebagainya (Stanhope dan Lancaster, 1996).

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

42 Universitas Indonesia

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Bab ini membahas mengenai kasus kelolaan utama mulai dari pengkajian, analisis

data, penetapan diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi terhadap implementasi keperawatan

pasien dengan gagal jantung selama praktek profesi pemintaan keperawatan

medikal bedah di ruang melati atas, RSUP Persahabatan.

3.1 Pengkajian Keperawatan

3.1.1 Data Umum Klien

1. Nama : Tn. Mu

2. Usia : 77 th

3. Tanggal Lahir : 05 Maret 1935

4. No RM : 001400647

5. Alamat :Kav. Bum Kahuripan blok B3 No.1, kecamatan Bebelan

6. Tgl masuk : 19 Mei 2013

7. Dx medis : PPOK Eksaserbasi akut, CHF fc II-III ec CAD HHD, DM

tipe II GD on regulasi, CAD aterosepal, Hipertensi grade I, AKI dengan

akut on CKD, trombositopenia ec CAD, VES jarang

3.1.2 Anamnesa

1. Keluhan utama ketika klien datang

Klien masuk di ruang rawat melati atas RS Persahabatan pada tanggal 19 Mei

2013 dengan keluhan sesak nafas sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit.

Paroxymal nocturnal dipsnea (PND) ditemukan pada pasien, selain juga ortopnea.

Klien juga mengeluhkan batuk dengan produksi dahak berwarna putih sedikit

kekuning kuningan. Tidak ditemukan demam pada klien ketika masuk RS. Klien

mengatakan bahwa sesak yang dirasakan saat ini sudah berkurang apabila

dibandingkan sebelum dibawa ke RS.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

43

Universitas Indonesia

2. Riwayat penyakit sekarang

Klien mengeluh sesak dada, batuk berdahak berwarna putih sedikit kekuning-

kuningan. Klien mengatakan cepat merasa lelah terutama setelah berjalan > 100

meter. Pada saat pengkajian, klien terlihat tirah baring dengan tingkat partial care

artinya beberapa aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat seperti BAB/ BAK

da kebersihan diri (mandi dan berhias). Klien mengatakan nafsu makan baik,

aktivitas mandiri sebelu sakit. Klien terlihat terpasang sirympump dengan humulin

R 50 unit, folley chateter tidak terpasang, nasal kanul dengan O2 4lpm.

3. Riwayat penyakit sebelumnya

Klien dan keluarga mengatakan bahwa klien memiliki riwayat peyakit gula (DM)

sejak 10 tahun yang lalu dengan pengobatan yang tidak teraturdan gula darah

yang tidak terkontrol. Klien juga memiliki riwayat penyakit darah tinggi

(hipertensi) sejak 6 tahun yang lalu dengan TD yang tidak terkontrol. Klien

mengatakan tekanan darah tertinggi yang pernah dicapai yaitu 170/ 100 mmHg.

Menurut keluarga, klien juga memiliki riwayat gejala stroke namun dapat pulih

kembali. Beberapa kali geja muncul seperti bibir sedikit menyong, ekstrimitas

susah digerakkan. Keluarga mengatakan bahwa gejala stroke tersebut berkurang

karena dibantu dengan pengobatan alternatif dan perawatan keluarga yang selalu

mengajarkan klien untuk menggerakkan anggota badan (olahraga ringan) dan

latihan mengangkat beban. Riwayat gejala stroke yang dapat pulih tersebut

dirasakan kurang lebih pada tahun 2010. Sejak satu tahun terakhir ini, klien

dikatakan jantung bengkak dan diberikan empat jenis obat (keluarga lupa

namanya dan pada waktu itu tidak dibawa). Klien tidak memiliki riwayat asma.

Penglihatan sedikit kabur karena faktor usia. Keluarga mengatakan bahwa klien

pernah menjalani operasi dua kali terkait dengan pembesaran prostat. Keluarga

mengatakan lupa tahun operasinya tetapi kurang lebih sudah lebih dari lima tahun

yang lalu.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

44

Universitas Indonesia

4. Genogram Keluarga

Keterangan:

Tn. Mu (77 th) merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua orang tua Tn.

Mu sudah meninggal, Ayah Tn. Mu meninggal ketika Tn. Mu masih kecil. Tn.

Mu tidak mengetahui secara jelas penyebab kematian dari ayahnya, yang

diketahui ayahnya meninggal karena sakit dan tidak memiliki biaya untuk

memeriksakan ke pelayanan kesehatan sampai akhirnya meninggal. Sedangkan Iu

dari Tn. Mu meninggal karena sakit darah tinggi/ Ibu Mu meninggal ketika Tn.

Mu berusia belasan tahun.

Tn. Mu menikah dengan Ny. S pada tahun 1956 dan dikarunia lima orang anak

namun dua anak meninggal ketika masih kecil. Tn. Mu dan Ny. S tinggal di

daerah lampung kota tepatnya di perumahan agkatan laut. Ketiga anaknya

dibesarkan dilampung sampai akhirnya sempat di mutasi bekerja di wilayah

jakarta dan menetap di daerah dure kalibata bersama keluarganya. Dari ketiga

anaknya, hanya satu yang perempuan. Ketiganya sekarang sudah berkeluarga dan

dikaruniani masing-masing anak.

Tn. Mu dan Ny. S sekarang ini tinggal bersama anak laki-lakinya yang terakhir

karena kondisi Tn. Mu yang sudah mengalami penurunan kesehatan sehingga

anak-anaknya tidak tega untuk membiarkan Ny. S mengurus Tn. Mu sendirian di

rumahnya. Mereka tinggal bersama kurag lebih sudah sekitar lima tahun.

Ny. S67 th

Ny. ATn. B

Tn. Mu77 th

Tn. S52 th

Tn. R

Ny. Y47 th

Tn. D39 th

Ny. Si Ny. M

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

45

Universitas Indonesia

Tn. Mu memiliki masalah kesehatan dengan riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu,

gula darah tidak terkontrol. Riwayat hipertensi sejak 6 tahun yang lalu dengan

tekanann darah yang tidak terkontrol. Riwayat stroke yang berulang tanpa

meninggalkan gejala sisa. Tn. Mu mengatakan memiliki riwayat merokok sejak

kecil dan sempat berhenti ketika bekerja sebagai angkatan laut namun sesekali

terkadang masih sempat merokok terutama ketika sedang banyak pikiran. Klien

mengatakan baru didiagnosis mengalami pembesaran jantung kurang lebih satu

tahun ini. Klien mengatakan sekitar seminggu sebelum masuk RS, sempat

mengalami bengkak terutama di bagian kaki. Klien mengatakan bengkak

berkurang setelah diberi obat pelancar BAK. Gejala lain yang ditunjukkan klien

adalah sesak napas dan merasa mudah lelah ketika beraktivitas ringan-sedang

seperti berjalan kaki kurang lebih jarak 100 meter, menaiki anak tangga atau

setelah mengangkat bebabn yang cukup berat.

3.1.3 Pemeriksaan Fisik

1. KU/ tingkat kesadaran : KU sedang/ kesadaran CM

2. BB/ TB : 65 Kg/ 158 cm

3. IMT : 26,034

4. TTV :

a. TD : 130/80 mmHg

b. Nadi : 78 x/menit

c. RR : 28 x/menit

d. Suhu : 36,50 C

5. Mata :

Konjungtiva sedikit anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan

penglihatan, hanya penglihatan sedikit kabur karena faktor usia. Respon pupil

kanan dan kiri baik. Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan

(kacamata).

6. Hidung :

Tidak ada keluhan flu, tidak ada sumbatan, tidak ada gangguan penciuman,

napas cuping hidung ada tetapi minima. Klien tidak memiliki riwayat sinusitis.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

46

Universitas Indonesia

7. Telinga :

Tidak ada cairan abnormal yang keluar dari lubang telinga (discharge),

terdapat gangguan pendengaran (terutama ada telinga bagian kiri) karena

faktor usia, tidak ada nyeri pada daerah telinga. Klien tidak menggunakan alat

bantu dengar.

8. Mulut :

Sebagian banyak gigi sudah tanggal, klien tidak menggunakan gigi palsu,

tidak ada bau mulut, tidak ada sariawan, kebiasaan membersihkan gigi dan

mulut 2x/hari, namun sejak dirawat d RS klien hanya membersihkan gigi

dengan cara berkumur.

9. Leher :

Tidk terlihat peningkatan JVP, tidak ada keluhan sakit menelan, tidak ada

pembengkakan kelenjar tiroid. Klien mengeluhkan bagian lehet belakang

(tengkuk) terkadang terasa nyeri/sakit.

10. Dada

a. Paru-paru

- Inspeksi : dada terlihat simetris, terlihat penggunaan otot

bantu pernapasan ketika klien bernapas biasa

- Palpasi : lapng kanan dan kiri dada klien sama

- Perkusi : sonor

- Auskultasi : bronkhial (+), bronkovesikuler (+), vesikuler (+),

Rh +/+, Whezing -/-, mengi -/-, ekspirasi memanjang

b. Jantung

- BJ1 dan BJ 2 normal , murmur (-) gallops (-)

11. Abdomen

- Inspeksi : terlihat sedikit buncit, acites (-)

- Palpasi : dinding perut supel, teraba sedikit keras, hati dan

lien tidak teraba

- Perkusi : dullnes terutama pada kuadran kiri

- Auskultasi : BU normal, 6X/ menit

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

47

Universitas Indonesia

12. Ektrimitas : akral hangat, bengkat/ edema ekstrimitas (saat

pengkahia) tidak ada, namun klien dan keluarga mengatakan memiliki

riwayat bengkak kurang lebih 1 bulan yang lalu dan lama berkurang edema.

3.1.3 Pengkajian dengan Pendekatan Sistem Tubuh

1. Aktivitas/ Istirahat

Gejala (Subjektif)

Klien mengatakan saat ini sudah tidak bekerja, klien merupakan pensiunan

angkatan laut (pensiun sejak tahun 1980). Setelah pensiun dari angkatan laut,

klien bekerja di kantor pertanian selama kurang lebih lima tahun. Aktivitas atau

hobi yang dilakukan klien sekarang ini seperti membaca koran, merawat tanaman

kebun kecil yang berada di pekarangan rumahnya. Aktivitas yang dilakukan klien

sekarang ini adalah aktivitas yang tergolong ringan seperti olahraga ditempat,

jalan kaki kurang lebih > 100 meter, angkat beban ringan dengan duduk atau

berdiri ditempat. Klien mengatakan pernah dianjurkan oleh dokter tempat klen

sering kontrol untuk tidak boleh terlalu lelah dan tetap olahraga ringan untuk

meminimalkan stroke supaya tidak kambuh kembali. Klien mengatakan tidak

pernah mengatakan bosan selama menjalai aktivitas atau hobi tersebut, karena

klien menjalaninya dengan senang hati. Keterbatasan kondisi yang dirasakan

klien adalah sering mudah lelah, riwayat edema ektrimitas bawah (tungkai kaki)

yang dirasa hilang timbul itulah yang terkadang menyebabkan aktivitas klien

terbatas.

Klien mengatakan kebiasaan tidur pada malam hari sekitar pukul 00.00 WIB dan

bangun pada pukul 04.00 WIB untuk sholat subuh dan kemudian tidur kembali

sampai pukul 07.00 WIB. Pada saat tidur, klien biasanya menggunakan dua

bantal apabila sedang sesak dada. Klien juga mengatakan, terkadang ketika

bangun tidur, kepala terasa pusing dan nyeri tengkuk. Klien mengeluhkan tidur

malam dirasa kurang akhir-akhir sebelum masuk ke RS. Kegiatan tidur siang

terkadang dilakukan klien yaitu sekitar 1-2 jam. Klien mengatakan dengan waktu

istirahat yang dimiliki, klien merasa bahwa waktu untuk istirahat atau tidur sudah

cukup baginya.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

48

Universitas Indonesia

Tanda

Respon terhadap aktivitas yang teramati pada saat pengkajian (20/05/2013)

terlihat bahwa klien berada pada tingkat kesadaran CM, KU sedang, saat ini tirah

baring di atas tempat tidur, kegiatan hanya dilakukan di tempat tidur termasuk

makan, minum, berhias, BAK dan BAB. Pemeriksaan pulsasi atau nadi terjadi

peningkatan frekuensi apabila klien berpindah posisi, seperti dari posisi baring ke

posisi duduk. Pernapasan klien terlihat lebih cepat dan dangkal, serta terlihat

penggunaan otot-otot bantu pernapasan ketika klien bernapas. Usaha napas klien

berkurang ketika klien berada pada posisi highfowler atau mencapai posisi duduk.

Klien terpasang nasal kanul dengan O2 4lpm. Pengkajian terkait muskuloskeletal

diperoleh data kekuatan otot:

5555 5545

5555 5555

Massa dan tonus otot masih mampu menahan tahanan, postur terlihat sedikit

bungkuk, terdapat tremor tetapi minimal, rentang gerak sendi masik baik dan tidk

ada deformitas tulang.

2. Sirkulasi

Gejala

Keluarga klien mengatakan bahwa klien memiliki riwayat hiperteni sejak enam

tahun yang lalu. Kelaurga juga mengatakan bahwa dokter tempat klien sering

kontrol di daerah tempat tinggalnya menyatakan bahwa klien dikatakan

jantungnya mengalami pembengkakan sejak satu tahun terakhir ini dan

dianjurkan untuk mium obat jantung namun keluarga lupa nama obat yang telah

diresepkan. Klien saat ini tidak mengalami demam. Saat ini kedua ekstrimitas

bawah klien tidak mengalami pembengkakakan. Klien dan keluarga mengatakan

bahwa sebelum dirawat, kedua kaki klien sempat bengkak lama dan beberapa

kali berobat kepada dokter yang berbeda hingga bengkak lama-kelamaan mulai

berkurang. Klie terkadang mengeluhkan kebas pada kaki dan tangan, batuk yang

disertai dengan sesak dan dahak berwarna putih. Klien mengatakan dalam sehari

klien dapat BAK 6-7 kali dalam sehari. Klien mengatakan bahwa pola berkemih

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

49

Universitas Indonesia

tersebut sudah biasa dan dianggap normal, bahkan terkadang frekunesi dapat

lebih dari itu. Keluarga dan klien mengatakan bahwa klien dalam kesehariannya

minum kurang lebih 2-3 botol aqua besar (ukuran 1,5 liter) sebelum sakit.

Menurut keluarga karena klien sering minum obat maka perlu untuk minum

yang banyak supaya ginjal cepat membuang zat sisa obat yang diminumnya.

Tanda (hasil pemeriksaan fisik 20/05/2013)

a. TTV

TD = 130/80 mmHg RR = 28 x/menit

Nadi = 78 x/menit Suhu = 36,5 0C

b. Dada

Paru-paru

- Inspeksi : dada terlihat simetris, terlihat penggunaan otot bantu pernapasan

ketika klien bernapas biasa

- Palpasi : lapang dada kiri dan kanan sama

- Perkusi : sonor

- Auskultasi : bronkhial (+), bronkovesikuler (+), vesikuler (+), Rh +/+,

Whezing -/-, mengi -/-, ekspirasi memanjang.

Jantung

- BJ1 dan BJ 2 normal , murmur (-) gallops (-)

c. CRT < 3”

d. Warna

- Lidah : pink pucat

- Konjungtiva : anemis

- Sklera : tidak ikterik

- Bibir : sedikit anemis

e. Turgor kulit : normal, membran mukosa lembab

f. Edema ekstrimitas tidak ada

g. Asites tidak ada

h. Distensi vena jugularis tidak ada (JVP 5-2 cmH2O)

i. Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

50

Universitas Indonesia

3. Integritas Ego

Gejala

Klien mengatakan saat ini yang menjadi pikiran adalah kondisi kesehatannya

saja yang mulai menurun. Klien mengatakan untuk mengatasi beban pikiran

yang dirasakan adalah dengan kembali pasrah kepada Allah SWT karena yang

memberi sehat dan sakit adalah Allah, menurutnya manusia hanya dapat

merencanakan dan berusahan namun Allah yang akan menentukan. Terkait

dengan masalah finansial, klien mengatakan saat ini beliau statusnya adalah

pensiunan angkatan laut dan biaya pensiunan menurutnya sudah cukup untuk

memenuhi kehidupan sehari-hari, untuk biaya kesehatan klien menggunakan

jaminan Askes dan sebagian dibantu oleh anak-anaknya. Klien beragama islam

dan masih rajin menjalankan sholat lima waktu. Ketika dirawat di rumah sakit,

klien melakukan sholat sambil berbaring atau duduk. Klien memiliki istri dan

anak-anak yang setia menemani ketika sehat maupun sakit.

Terkait denga gaya hidup, klien mengatakan memiliki riwayat merokok

(perokok aktif) sejak lulus SD (sekitar usia 11-12 tahun). Menurut klien awal

merokok karena sekedar ikut-ikutan teman yang juga mengajaknya untuk

merokok. Klien mampu menghabiskan 6-8 batang rokok dalam satu hari. Klien

mengatakan mulai berhenti merokok pada usia 30 tahun ketika bekerja sebagai

angkatan laut. Selain memiliki riwayat merokok, klien juga memiliki kebiasaan

minum kopi. Kebiasaan tersebut masih berlangsung sesaat sebelum klien sakit.

Klien biasanya dalam sehari mampu mengkonsumsi kopi 2-3kali.

Tanda

Status emosional klien saat pengkajian dilaksanakan (20/05/2013) adalah tenang.

Klien tidak terlihat cemas ketika diajak berkomunikasi maupun ketika dilakukan

pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

51

Universitas Indonesia

4. Eliminasi

Gejala

Klien mngatakn memiliki pola BAB dengan frekuensi 2-3 hari satu kali. Klien

mengatakan konsistensi BAB terkadang keras dan terkadang sulit untuk

dikeluarkan. Klien saat ini diberikan obat laxadine untuk membantu melunakkan

dan melancarkan pola BAB klien. Klien memiliki riwayat konstipasi terutama

setelah makan makanan jenis seafood (udang). Pola BAK klien adalah 6-7 kali

dalam satu hari. Saat ini BAK klin dilakukan ditempat tidur dengan

menggunakan pispot dibantu oleh istri klien. Klien mengatakan tidak ada

keluhan nyeri ketika sedang BAK.

Tanda

Pengkajian fisik abdomen dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi. Pada inspeksi terlihat bahwa perut klien sedikit buncit (mencembung).

Klien mengatakan keadaan tersebut sudah lama dialami, kurang lebih lima tahun,

klien mengatakan kemungkinan terjadi karena kebiasaan sehabis makan tidur

dan kurang olahraga. Pada palpasi ditemukan bahwa perut klien teraba keras

terutama pada bagian kuadran kiri atas dan bawah. Klien mengatakan belum

BAB selama dua hari ini. Auskultasi dilakukan pada semua kuadran, terdengan

bising usus 6 kali/ menit. Perkusi juga dilakukan pada semua kuadran dan

diperoleh bunyi dullnes terutama pada kuadran kiri abdomen. Klien mendapat

terapi laksatif 3 kali sehari karena klien mengeluh sudah 2-3 hari tidak dapat

BAB. Kondisi konstipasi dapat terjadi pada pasien CHF karena kondisi

intoleransi aktivitas yang menyebabkan klien kurang gerak sehingga peristaltik

usus menurun. Klien dibantu dengan terapi medis laxadine untuk membantu

melunakkan konsistensi feses sehingga mudah dikeluarkan. Selain itu, klien juga

dilatih melakukan masase abdomen dan menganjurkan mengkonsumsi jenis

buah-buahan yang merangsang periltaltik usus seperti pepaya atau pisang.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

52

Universitas Indonesia

5. Makanan dan Cairan

Tanda

Keluarga mengatakan klien memiliki kebiasaa banyak makan dan tidak tahan

lapar (artinya klien tidak bisa bertahan lama dalam keadaan perut kosong).

Keluarga menceritakan kejadian sebelum klien dirawat, sebelumnya klien dan

keluarga hendak pergi ke kampung halaman (lampung) untuk mengunjungi

keluarga lain, karena jarak tempuh cukup jauh dan klien merasa mudah lapar,

selama perjalanan klien makan cukup banyak makanan. Karena kurang

terkontrol, klien menunjukkan gejala hiperglikemi seperti lemas dan bayak BAK.

Ketika dilakukan cek gula darah diperoleh hasil bahwa gula darah klien sekitar

400 mg/dl. Klien kemudian segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat

penanganan terkait gula darah yang tinggi tersebut.

Diet klien saat ini adalah diet DM 1700 kkal, rendah karbohidrat. Pola makan

sebelum sakit 3 kali/hari dengan satu porsi makanan yang mampu dihabiskan

ditambah dengan 2-3 kali makanan selingan seperti biskuit, buah-buahan,

gorengan, agar atau kue. Ketika sakit, klien mampu menghabiskan makanan ¾ -

1 porsi makan, dengan frekuensi 3 kali makanan pokok dan dua kali makanan

selingan (snack). Jenis makanan yang disukai klien adalah jenis makanan

seafood terutama jenis udang, makanan yang bersantan dan pedas, daging dan

olahannya. Klien menyukai makanan tersebut namun tidak terlalu sering dalam

mengkonsumsinya. Menurut klien dan keluarga, berdasarkan penjelasan dari

dokter tidak ada jenis makanan yang harus dipantang hanya perlu mengurangi

frekuensi dan porsi ketika makan. Klien mengatakan tidak ada keluhan mual/

muntah, tidak ada penurunan nafsu makan sebelum maupun selama dirawat.

Keluarga mengatakan dahulu klien terlihat gemuk namun sejak sakit gula, berat

badan klien mulai menurun dalam kurun waktu kurang lebih lima tahun ini.

Penurunan berat badan kurang lebih 7-8 Kg dalam waktu lima tahun. Klien

mengatakan pernah mencapai BB tertinggi yaitu sekitar 73 Kg. Klien saat ini

terlihat sudah banyak giginya yang tanggal, hanya sisa kurang lebih 4 gigi atas,

dan 3 gigi bawah. Klien tidak menggunakan gigi palsu dalam kesehariannya.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

53

Universitas Indonesia

Klien mengalami penurunan dalam mengunyah makanan sehingga klien lebih

menyukai jenis makanan yang lunak atau lembut.

Gejala

a. BB/ TB : 65 Kg/ 158 cm, klien terlihat gemuk dengan postur tubuh pendek

b. IMT : 26,037

c. BU 6 kali/ menit (normal), perut teraba keras

6. Higiene

Tanda

Keluarga mengatakan sebelum sakit, aktivitas klien dilakukan secara mandiri

termasuk melakukan perawatan diri seperti mandi dan berhias. Selama dirawat,

kegiatan pemenuhan kebutuhan dasar dan perawatan diri serta berhias dibantu

pemenuhannya oleh keluarga (istri dan anak) dengan tingkat ketergantungan

sedang (partial care). Klien melakukan kegiatan kebersihan diri (mandi,

menggosok gigi, dan berhias) diatas tempat tidur dengan teknik lap dibantu oleh

istri klien.

Gejala

Penampilan umum klien terlihat bersih dan rapi. Klien terlihat lebih sering

menggunakan kaos dan celana pendek (sampai batas lutut) selama dirawat di

rumah sakit. Ketika berintraksi, tidak tercium bau badan maupun bau mulut atau

bau pesing. Kondisi kulit klien bersih dan lembab. Klien belum sempat

melakukan cukur jenggot karena sebelumnya sering berpergian jadi tidak sempat

mencukur. Klien mengatakan terkadang melakukan cukur jenggot setiap dua

minggu sekali, dan cukur rambut kurang lebih satu bulan sekali. Kuku klien

terlihat pendek dan bersih dengan lapisan kuku sedikit tebal.

7. Neurosensori

Gejala

Klien mengatakan terkadang merasakan pusing dan nyeri tengkuk. Karakteristik

pusing/ sakit kepala yang dirasakan adalah seperti berputar. Klien juga

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

54

Universitas Indonesia

mengeluhkan terkadang merasakan kebas pada kaki dan tangan. Keluhan

tersebut diatas dirasakan tidak tentu, terkadang ketika sedang banyak pikiran

atau kondisi tubuh terlalu lelah. Langkah yang dilakukan klien dan keluarga

apabila keluhan muncul adalah dengan minum obat darah tinggi seperti captopril

atau amlodipin yang diresepkan oleh dokter tempat klien melakukan kontrol

rutin.

Keluarga mengatakan bahwa klien memiliki riwayat stroke dengan gejala sisa

tidak ada. Klien mengatakan penglihatan sudah mulai berkurang dan sedikit

kabur karena pengaruh usia, jarak pandang yang masih bisa dilihat kurang dari

100 meter. Klien juga mengatakan bahwa pendengaran juga sudah mulai

berkurang terutama telinga bagian kiri.

Tanda

Status mental/ tingkat kesadaran klien adalah compos mentis. Klien masih

terorientasi waktu, tempat dan orang. Klien kooperatif ketika diajak

berkomuniksi maupun ketika pemeriksaan fisik dilakukan. Memori jangka

pendek klien masih baik, terbukti ketika klien ditanya sudah sarapan pagi atau

belum, klien mampu menjawab dengan benar dan jelas. Memori jangka panjang

sudah menurun, terbukti ketika ditanya mengenai kapan klien mulai berhenti

merokok, klien menjawab lupa tetapi kira-kira sekitar usia 30 tahun. Selain itu

juga ketika klien ditanya mengenai tahun klien pensiun, klien menjawab lupa

dan menjawab perkiraan tahun pensiun yaitu tahun 1980. Klien mampu

mengenali orang/ barang dengan jarak < 100 meter, tidak ada katarak. Fungsi

pendengaran menurun terutama telinga bagian kiri, ketika berbincang dengan

klien menggunakan suara yang lebih keras dan diarahkan ke telinga sebelah

kanan.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

55

Universitas Indonesia

8. Nyeri/ Ketidaknyamanan

Gejala

Klien mengatakan nyeri yang dirasakan saat ini adaah nyeri tengkuk. Nyeri

dirasakan tidak setiap hari, hanya waktu tertentu saja. Nyeri biasanya dirasakan

bersamaan dengan pusing kepala yang dialami seperti berputar.

Tanda

Tanda umum yang terlihat ketika klien merasakan nyeri tengkuk adalah

menyentuh dan melindungi bagian yang sakit yaitu di daerah tengkuk/ leher

belakang. Klien melakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri yang

dirasakan, selain istirahat sebagai salah satu alternatif yang dilakukan klien.

9. Pernapasan

Gejala

Klien mengeluhkan sering batuk disertai dengan sesak dada dan produksi dahak

yang berwarna putih sedikit kekuning-kuningan. Klien memiliki tidak memiliki

riwayat asma maupun TB. Klien memiliki riayat merokok sejak lulus SD (usia

11-12 tahun) karena pengaruh teman-temannya dan mulai berhenti pada usia 30

tahun. Klien mampu menghabiskan 6-8 batang rokok dalam sehari.

Tanda

Pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien (20/05/2013) terutama untuk frekuensi

pernapasan (respiration rate) diperoleh hasil bahwa RR klien adalah 28

kali/menit, napas dangkl dan cepat dengan ekspirasi yang memanjang. Ketika

klien bernapas, terlihat kien menggunakan otot-otot bantu pernapasan dan napas

cuping hidung yang minimal. Pemeriksaan dada juga dilakukan dengan teknik

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada inspeksi terlihat bahwa dada klien

simetris, tidak terlihat slah satu sisi dada lebih besar dari sisi yang lainnya.

Palpasi dilakukan dengan meminta klien mengucapkan kata”tujuh-tujuh”

bersamaan dengan pemeriksa meletakkan kedua telapaktangannya pada kedua

lapang paru klien depan maupun belakang. Hasil palpasi diperoleh bahwa

getaran yang diterima telapak tangan pada dada kiri dan kanan sadalah sama.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

56

Universitas Indonesia

Perkusi dilakukan pada lapang dada depan dan belakang diperoleh hasil suara

sonor. Auskultasi dilakukan dengan mendengarkan suara pernapasan dengan

menggnakan Stetoscope an diperoleh hasil bahwa bungi bronkhial (+),

bronkovesikuler (+), vesikuler (+), Rh +/+, Whezing -/-, mengi-/-, dan terdengan

ekspirasi lebih memanjang dari normal. Tanda sianosis terlihat pada konjungtiva

mata klien dan disekitar bibir. Ketik berinteraksi klien terlihat batuk-batuk

dengan dahak berwarna putih sedikit kekuning-kuningan. Klien terpasang nasal

kanul dengan O2 4lpm.

10. Keamanaan

Gejala

Klien mengatakan bengkak pada kaki sudah berkurang dan saat ini sudah tidak

bengkak lagi. Klien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat alergi baik

makanan, debu/ asap, maupun jenis obat-obatan. Klien terlihat lemas dan

melakukan sebagian besar aktivitasnya ditempat tidur seperti makan, minum,

kebersihan diri dan berhias, BAB, dan BAK. Klien mengatakan lebih suka tidur

di pinggir tempat tidur dan meminta supaya salah satu siderile tempat tidur

jangan dipasang. Klien terpasang bendera dan peneng warna kuning yang artinya

klien bereiko untuk jatuh.

Tanda

Pemeriksaan TTV khususnya suhu adalah 36,50 (subfebris), tidak ada diaforesis.

Klien terlihat masih lemas dan belum dapat beraktivitas sedang-berat termasuk

berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi. Klien memiliki riwayat stroke yang

berulang tanpa gejala sisa, tidak ada paralisis pada sisi tubuh klien. Siderile

tempat tidur klien terpasang satu sisi (atas permintaan klien), klien terpasang

bendera dan peneng kuning sebagai penanda bahwa klien beresiko jatuh. Klien

dan keluarga diedukasi mengenai pencegahan resiko jatuh seperti memasang

siderile tempat tidur ktika pasien tidur, mengurangi aktivitas berpindah tempat

apabila tubuh masih lemas dan pusing, menganjurkan untuk istirahat,

menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas di tempat tidur dan memotivasi

keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar klien di tempat tidur.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

57

Universitas Indonesia

11. Seksualitas

Gejala

Keluarga mengatakan bahwa klien memiliki riwayat pembesaran prostat dan

sudah dioperasi dua kali yaitu tahun 2000 dan tahun 2010. Keluarga (istri)

mengatakan kurang mengetahui jenis operasi pembesaran prostat yang dilakukan

apakah TURP atau open resection.

Tanda

Klien tidak terpasanga chateter folley karena masih mampu menahan BAK.

12. Interaksi Sosial

Gejala

Keluarga mengatakan bahwa klien merupakan termasuk orang yang supel dan

mudah bergaul. Klien mengatakan bahwa klien dan keluarga tinggal di blok

angkatan laut. Klie masih sering berkumpul dengan tetangga dekat rumah untuk

sekedar berbincang maupun olahraga bersama seperti bermain badminton atau

jalan kaki. Klien juga masih sering mengikuti kegiatan yang ada dimasayarakat

seperti rapat RT/RW, namun ketika kondisi kesehatannya menurun klien lebih

banyak mneghabiskan waktu untuk istirahat dirumah. Klien selalu mengajarkan

kepada anak-anaknya untuk selalu menjadi orang yang mandiri dalam hal

apapun dan mampu bergaul yang baik dan aman.

Tanda

Ketika pemeriksa melakukan kegiatan BHSP dan pengkajian, klien terlihat

mampu berinteraksi dan kooperatif dengan baik meskipun dengan orang yang

baru dikenalnya. Klien juga terlihat akrab dengan beberapa pasien yang berada

dalam satu ruangan. Klien mampu mengawali perbincangan dengan orang lain

seperti pasien yang ada dalam satu ruang perawatan dengan klien.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

58

Universitas Indonesia

13. Penyuluhan dan pembelajaran

Gejala

Bahasa dominan klien adalah bahasa indonesia. Klien mampu membaca dan

menulis, tingkat pendidikan terakhir klien adalah SMA. Klien mengetahui

beberapa jenis penyakit yang pernah dan masih dialaminya sekarang yaitu

penyakit gula, peyakit jantung, penyakit pembesaran prostat. Klien mengatakan

bahwa penyakit pembesaran prostat yang pernah dialaminya disebabkan karena

kurang minum, penyakit gula karena banyak makan yang manis-manis, dan

penyakit jantung karena riwayat darah tinggi yang dimilikinya sejak lama. Klien

mengatakan memilki riwayat darah tinggi kurang lebih > 10 tahun. Klien tidak

hafal nama-nama obat yang pernah diminumnya, klien hanya menyebutkan dua

jenis obat yang terakhir pernah diminunya adalah acptopril dan amlodipin untuk

menormalkan tekanan darah. Klien juga mengatakan pernah minum obat yang

membuat BAK menjadi sering dan mengurangi bengkak pada kaki dan tangan.

Faktor penyebab yang diketahui keluarga dan klien terkait penyait jantung dalah

riwayat darah tinggi, dan kebiasaan klien yang minum banyak 2-3 botol aqua

ukuran besar (setiap 1 botol berukuran 1,5 L) setelah dinyatakan klien

mengalami masalah pembesaran prostat. Faktor resiko dari penyakit gula yang

dialaminya menurut klien dan keluarga adalah karena kebiasaan makan makanan

yang manis-manis. Klien dan keluarga mampu menyebutkan keluhan yang

sering dialami seperti jantung berdebar-debar, batuk-batuk, sesak napas dan

menggunakan dua bantal atau lebih ketika tidur malam, banyak makan tetapi

mudah lapar, banyak minum, badan lemas, penurunan BB, nyeri tengkuk, pusing,

bengkak pada kaki dan tangan, kebas pada kaki dan tangan.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

59

Universitas Indonesia

3.2 Pemeriksaan Penunjang

1. Data Laboratorium

Tanggal Jenis Test Hasil Nilai normal

19/05/2013 KIMIA KLINIK

GDS sewaktu

Protein total

Albumin

Globulin

Bilirubin total

Bilirubin direk

Bilirubin indirek

AST (SGOT)

ALT (SGPT)

480 mg/dl

6.8 g/dl

4.5 g/dl

2.3 g/dl

0.63 mg/dl

0.20 mg/dl

0.43 mg/dl

31 UL

42 UL

< 180 mg/dl

6-8 g/dl

3.4-5 g/dl

1.3-2.7 g/dl

0.1-1.1 g/dl

0.1-0.4 g/d

0.1-0.7 g/dl

0-37 UL

0-40 UL

20/05/2013 DARAH RUTIN

Leukosit

Eritrosit

Hb

Ht

MCV

MCH

MCHC

RDW-CV

Trombosit

AGD

pH

pCO2

pO2

HCO3

BE

Sat O2

6.73 ribu/mm3

4.25 juta/UL

14.5 g/dl

39%

90.8 fL

34.1 pg

37.6%

14%

112 ribu/mm3

7.401

32.8 mmHg

84.5 mmHg

19.9 mmol/L

-3.8

96.5%

5-10 ribu/mm3

4.5-6.5 juta/UL

13-16 g/dl

40-52%

90-100 fL

26-34 pg

32-36%

11.5-14.5%

150-440 ribu/mm3

7.34-7.44

35-45 mmHg

85-95 mmHg

22-26 mmol/L

-2.5 – 2.5

96-97%

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

60

Universitas Indonesia

ELEKTROLIT

Natrium (Na)

Kalium (K)

Klorida (Cl)

KIMIA KLINIK

Trigliserida

Kolestrol total

Kolestrol HDL

Kolestrol LDL

133.0 mmol/L

3.30 mmol/L

104 mmol/L

114 mg/dl

162 mg/dl

33 mg/dl

100.2 mg/dl

135-145 mmol/L

3.5-5.5 mmol/L

98-109 mmol/L

<150 mg/dl

< 100 normal

200-239 batas tinggi

>240 tinggi

< 40 rendah

>60 tinggi

<100 optimal

100-129 mdkt optmal

130-159 batas tinggi

160-189 tinggi

2. Pemeriksaan Diagnostik: Ro. Thorax

Tanggal pemeriksaan: 19/05/2013

Hasil pemeriksaan: CTR>50%, infiltrat pada paru.

Keterangan:

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa klien mengalami pembesaran jantung

dan atau kongesti pulmonal. Ditemukannya infiltrat ada paru menunjukkan

bahwa paru-paru klien mengalami abnormalitas baik karena terdapat

penumpukan sekret maupun pembentukan jaringan parut di bagian paru-paru.

3. Pemeriksaan Diagnostik: EKG

Tanggal pemeriksaan: 19/05/2013

Hasil pemeriksaan:

a. Irama : reguler, sinus aritmia

b. HR : 100X/menit

c. Gelombang P : lebar 0.04 dtk dan tinggi 0.1 mV

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

61

Universitas Indonesia

d. Interval P-R : 0.16 dtk

e. Gelombang QRS :0.08 dtk

f. Gelombang Q : normal

g. Segmen ST : isoelestris (V4-V6)

h. Gelombang T : inverted (iskemik)

Keterangan:

Hasil pemeriksaan gambaran listrik jantung (EKG) diperoleh hasil sinus

aritmia, dan gelombang T inverted yang menunjukkan adanya iskemia pada

arteri koroner jantung yang menjadi etiologi dari CHF yang diderita.

3.3. Daftar Terapi Medis

Jenis Obat Nama Obat Dosis Cara Kerja Obat

Oral Acitomycin 1 x 500 mg Indikasi: untuk mengobati infeksi saluran

pernapasan, infeksi kulit dan infeksi/penyakit

hubungan seksual

Ambroxol 3 x CI Indikasi: mengobati penyakit saluran

pernapasan akut dan kronis yang disertai

sekresi bronkus yang abnormal, khususnya

pada eksaserbasi dan bronkhitis

Ascardia 1 x 80 mg Indikasi: mengurangi resiko kematian dan atau

serangan infark miokard pada penderita dengan

riwayat infark atai TIA berulang

Valsartan 1 x 80 mg Indikasi: mengobati tekanan darah tinggi

(hipertensi), gagal jantung dan pasca infark

miokard

Laxadine 3 x 15 cc Indikasi: mengurangi gejala konstipasi dan

untuk perbaikan peristaltik

Invebal 1 x 150 gr Indikasi: mengobati tekanan darah tinggi

(hipertensi) dengan menjaga pembulih darah

dari penyempitan yang mana membuat tekanna

darah menurun dan meningkatkan aliran darah

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

62

Universitas Indonesia

Injeksi Lasix 1 x 40 mg Indikasi: terapi tambahan pada pasien dengan

edema pulmonari akut, digunakan apabila igin

terjadi diuresis lebih cepat dan tidak mungkin

diberikan secara oral

Ceftriaxone 1 x 2 gr Indikasi: untuk mengobati infeksi saluran

pernapasan, infeksi THT, infeksi saluran

kemih, sepsis meningitis, infeksi tulang dan

sendi serta jaringan lunak

Levoflaxacin 1 x 500 gr Indikasi: mengobati infeksi sinusitis, bronkhitis

akut dengan eksaserbasi bakteri akut,

pneumonia, infeksi kulit, infeksi saluran kemih

dan atau komplikasinya

Novorapid 3 x 10 unit Indikasi: terapi diabetes mellitus (DM) tie 1

dan 2

Lain-lain Combivent /6 jam Indikasi: mengatasi bronkospasme yang

berhubungan dengan PPOK pada pasien yang

diterapi dengan ipatropium Br dan salbutamol

Pulmicort /8jama Indikasi: mengatasi bronkospasme, supresi axis

HPA dan insufesiensi adrenal, infeksi dan TB

3.4 Analisis Data

Data Pengkajian Masalah Keperawatan

Data Objektif

- Auskultasi bunyi pernapasan: terdengar

bunyi napas adventisius Rh +/+ basah

kasar dengan ekspirasi memanjang

- Terlihat penggunaan otot-otot bantu

pernapasan

- Terlihat pernapasan cuping hidung

minimal

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

63

Universitas Indonesia

- Dipsnea (+)

- TTV (20/05/2013)

RR = 28x/menit cepat dan dangkal

- Klien terlihat lebih sering duduk bersandar

ditempat tidur

- Klien terpasang alat bantu napas nasal

kanul dengan O2 4lpm

- Klien terlihat sering batuk dengan

sekret/sputum berwarna putih sedikit

kekuning-kuningan

Data Subjektif

- Klien mengeluh sesak napas

- Klien mengatakan ketika tidur dirumah

biasanya menggunakan dua bantal

- Klien mengatakan sering terbangun pada

malam hari karena batuk dan sesak

- Klien mengatakan masih sering batuk-

batuk, dn mampu mengeluarkan dahak,

dahak berwarna putih kekuningan

- Klien mengatakan lebih nyaman dengan

posisi duduk

Data Objektif

- TTV (TD 130/80 mmHg, Nadi 78x/mnt)

- CRT < 3”

- Konjungtiva sedikit anemis, sianosis

disekitar mulut minimal

- Akral hangat

- Edema ekstrimitas (-), asites (-)

- Interprestasi EKG (19/05/2013) = sinus

takikardi, HR 100x/menit, irama reguler,

Gel. P lebar 0,04 detik dan tinggi 0,1 mV,

Penurunan curah jantung

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

64

Universitas Indonesia

interval PR 0,16 detik, Gel. QRS 0,08

detik, Gel. Q normal, segmen ST

isoelestris, Gel.T inverted

Data Subjektif

- Klien mengeluh lemas dan pusing seperti

berputar

- Klien mengatakan terkadang jantung

berdebar-debar

Data Objektif

- Diagnosa medis: CHF fc. II-III, AKI ec

akut on CKD

- Dipsnea (+)

- TTV (20/05/2013)

TD = 130/80 mmHg RR = 28x/mnt

Nadi = 78 x/mnt Suhu = 36.50 C

- Penggunaan otot bantu pernapasan

- Bunyi adventisius pernapasan: Rh +/+

- Batuk (+), produksi sputum (+) warna

putih sedikit kekuningan

Data Subjektif

- Klien mengatakan sesak napas

- Klien mengatakan terkadang jantung

berdebar-debar

- Klien mengatakan dahak sudah dapat

dikeluarkan sedikit

Resiko kelebihan volume cairan tubuh

Data Objektif

- Klien terlihat lemas

- Konjungtiva terlihat sedikit anemis,

sianosis disekitar bibir minimal

Intoleransi aktivitas

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

65

Universitas Indonesia

- Kegiatan klien dilakukan di tempat tidur

- Klien lebih sering terlihat duduk bersandar

di atas tempat tidur

- Mobilisasi klien di atas tempat tidur

Data Subjektif

- Klien mengatakan mudah lelah jika

berjalan dengan jarak 50-100 meter

- Klien mengatakan pusing seperti berputar

- Klien mengatakan badan terasa lemas

- Klien bosan tiduran di tempat tidur

3.5 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengelompokan data pengkajian dan analisi data, diperoleh diagnosa

keperawatan pada Tn. Mu, yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas, penurunan

curah jantung, kelebihan volume cairan, dan intoleransi aktivitas.

3.6 Rencana Intervensi Keperawatan

Rencana intrvensi disusun setelah mahasiswa memperoleh diagnosa keperawatan

yang ditegakkan berdasarkan data-data pengkajian yang telah dikelompokkan.

Mahasiswa merencanakan beberapa tindakan keperawatan yang brtujuan untuk

menyelesaikan empat dignosa keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan

napas, penurunan curah jantung, kelebihan volume cairan, dan intoleransi

aktivitas. Rencana tindakan keperawatan tersebut dilakukan dalam bentuk

tindakan mandiri maupun tindakan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

seperti dokter, ahli gizi, dan apoteker.

Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ketidakefektifan

bersihan jalan napas bertujuan supaya jalan napas klien kembali bersih. Kriteria

hasil yang akan dicapai dari rencana tindakan keperawatan tersebut yaitu bunyi

napas bersih/ jlas (Rh berkurang), TTV dalam batas normal (terutama RR dengan

frekunsi 16-20x/ menit), frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batas normal,

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

66

Universitas Indonesia

penggunaan otot bantu pernapasan minimal, penggunaan pernapasan cuping

hidung minimal/ tidak ada, dan klien mampu menunukkan perilaku untuk

memperbaiki jalan napas seperti melakukan teknik batuk efektif denga benar.

Rencana tindakan mandiri keperawatan yang disusun mahasiswa dalam mengatasi

masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas meliputi kaji sistem pernapasan

(inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi), kaji tanda-tanda kesulitan bernafas

(dipsnea, penggunaan otot bantu pernapasan, napas cuping hidung, sianosis),

observasi karakteristik batuk dan produksi sekret, memberikan klien posisi

nyaman baring (semifowler/ high semifowler), ajarkan teknik batuk efektif, dan

anjurkan klien untuk minum air hangat yang disesuaikan dengan program retriksi

cairan guna membantu mengencerkan sekret sehingga dapat lebih mudah untuk

dikeluarkan. Sedangkan tindakan kolaborasi yang direncanakan meliputi

kolaborasi dengan dokter terkait dengan terapi medis sesuai indikasi yang muncul

untuk mengurangi kesulitan pernapasan (bronkodilator), kolaborasi pemasangan

nasal kanul dengan oksigen sesuai indikasi, kolaborasi monitor data laboratorium

khususnya terkait hasil analisa gas darah (AGD).

Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa penurunan curah

jantung supaya tanda-tanda penurunan curah jantung dapat teratasi. Kriteria hasil

yang akan dicapai dari rencana tindakan keperawatan tersebut yaitu akral hangat,

sianosis berkurang/ tidak ada, CRT < 3”, TTV dalam batas normal terutama TD

dan nadi (TD sistole 110-130 mmHg, TD distole 70-90 mmHg, nadi 60-

100x/menit), produksi urin + 0,5-1 cc/KgBB/Jam, edema atau asites berkurang/

tidak ada.

Rencana tindakan mandiri keperawatan yang disusun mahasiswa dalam mengatasi

masalah penurunan curah jantung meliputi monitoring TTV terutama tekanan

darah dan nadi, kaji akral dan CRT, auskultasi nadi apikal, palpasi nadi perifer,

pantau haluaran urin, kaji perubahan tingkat kesadaran, anjurkan untuk istirahat,

anjurkan keluarga untuk bantu penuhi kebutuhan dasar klien (menyediakan pispot

dekat tempat tidur, bantu kebersihan diri, makan dan minum), anjurkan tinggikan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

67

Universitas Indonesia

kaki untuk membantu mempercepat aliran balik vena. Sedangkan rencana

tindakan kolaborasi yang direncanakan meliputi kolaborasi dengan dokter terkait

dengan pemberian obat sesuai indikasi, pemberian tambahan oksigen melalui

nasal kanul untuk meminimalkan demand oksigen, pemberian cairan infus sesuai

idikasi, pantau hasil laboratorium (terutama hasil elektrolit darah, PT/APTT,

SGOT,SGPT, BUN), pantau EKG dan foto thoraks.

Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa kelebihan volume

cairan adalah tanda-tanda kelebihan volume cairan berkurang atau teratasi.

Kriteria hasil yang akan dicapai dari rencana tindakan keperawatan tersebut yaitu

dipsnea/ sesak berkurang, CRT < 3”, TTV dalam batas normal terutama TD dan

nadi (TD sistole 110-130 mmHg, TD distole 70-90 mmHg, nadi 60-100x/menit,

RR 16-20x/menit), produksi urin + 0,5-1 cc/KgBB/Jam, edema atau asites

berkurang/ tidak ada., tidak ditemukan peningkatan vena juguaris (JVP).

Rencana tindakan mandiri keperawatan yang disusun mahasiswa dalam mengatasi

masalah kelebihan volume cairan meliputi kaji tanda-tanda kelebihan volume

cairan, monitor tanda-tanda vital (terutama tekanan darah, nadi dan frekuensi

pernapasan), auskultasi bunyi pernapasan dan catat bunyi adventisius, pantau

intake dan output serta hitung balance cairan, anjurkan klien untuk posisi yang

nyaman berbering, timbang berat badan setiap hari, palpasi hepar dan lien

kemunkinan adanya hepatomegali atau spleenomegai, auskultas BU, ukur lingkar

abdomen, anjurkan keluarga untuk membantu mencatat jumlah cairan yang amsuk

dan keluar setiap hari. Sedangkan tindakan kolaborasi yang direncanakan meliputi

kolaborasi dengan dokter terkait pemberian terapi medis sesuai dengan indikasi

(diuretik), program retriksi cairan, konsul dengan ahli diet, dan pantau foto

thoraks untuk mengetahui efektivitas pemberian terapi terhadap penurunan

kongesti pulmonal.

Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa intoleransi aktivitas

adalah klien mampu melakukan akvitias sesuai dengan toleransi tubuh. Kriteria

hasil yang akan dicapai dari rencana tindakan keperawatan tersebut yaitu klien

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

68

Universitas Indonesia

mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan dalam memenuhi

kebutuhan perawatan diri, kelamahan/ lemas dan sesak napas berkurang ketika

beraktivitas, TTV dalam batas normal (TD sistole 110-130 mmHg, TD distole 70-

90 mmHg, nadi 60-100x/menit, RR 16-20x/menit).

Rencana tindakan mandiri keperawatan yang disusun mahasiswa dalam mengatasi

masalah intoleransi aktivitas meliputi kaji tingkat toleransi klin terhadap akvitas

yang dilakukan, catat respon klien sebelum, selama atau setelah beraktivitas, kaji

atau monitor tanda-tanda vital, anjurkan klien untuk isirahat, anjurkan keluarga

untuk membantu memenuhi kebutuhan klien yang belum dapat dilakukan mandiri,

evaluasi tingkat atau level toleransi toleransi aktivitas klien, dan ajarkan klien

secara bertahap latihan aktivitas sesuai dengan kondisi klien.

3.7 Impementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang telah direncanakan untuk mengatasi empat diagnosa

keperawatan pada Tn. Mu dilakukan mulai tanggal 20/05/2013 sampai dengan

26/06/2013. Tindakan keperawatan pertama yang dilakukan yaitu pengkajian

fokus dan mengumpulkan data menunjang untuk dapat merumuskan masalah

keperawatan klien dan implementasi tindakan lagsung sederhana seperti

memberikan posisi semifowler, menganjurkan istirahat, menjelaskan kegunaan

dan efek pemberian terapi lasix, dan menyediakan pispot dekat dengan tempat

tidur klien.

Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa pertama yaitu

ketidakefektifan bersihan jalan napas meliputi mengkaji sistem pernapasan

(inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi), mengkaji tanda-tanda kesulitan

bernafas (dipsnea, penggunaan otot bantu pernapasan, napas cuping hidung,

sianosis), mengobservasi karakteristik batuk dan produksi sekret, memberikan

klien posisi nyaman baring (semifowler/ high semifowler), mengajarkan teknik

batuk efektif, dan anjurkan klien untuk minum air hangat yang disesuaikan

dengan program retriksi cairan guna membantu mengencerkan sekret sehingga

dapat lebih mudah untuk dikeluarkan. Sedangkan tindakan kolaborasi yang

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

69

Universitas Indonesia

direncanakan meliputi kolaborasi dengan dokter terkait dengan terapi medis sesuai

indikasi yang muncul untuk mengurangi kesulitan pernapasan (bronkodilator)

yaitu ambroxol, acitromicyn, dan program inhalasi combivent dan pulmocort.

Selain itu, kolaborasi pemasangan nasal kanul dengan oksigen dengan O2 4lpm,

kolaborasi monitor data laboratorium khususnya terkait hasil analisa gas darah

(AGD) diproleh hasil pemeriksaan AGD 20/05/2013 dengan hasil klien berada

pada kondisi alkaliosis metabolik.

Hasil pemeriksaan terkait dengan AGD diperoleh hasil pemeriksaan

kecenderungan klien berada pada alkaliosis metabolik. Kondisi tersebut terjadi

karena tubuh mengkompensasi dari kondisi AGD sebelumnya yaitu asidosis

metabolik yang umum terjadi pada pasien DM, PPOK, dan CHF. Ketika tubuh

berada pada kondisi asidosis metabolik, maka tubuh akan berusaha

mengkopensasi dalam hal ini adalah kompensasi sistem pernapasan (paru-paru)

dengan melakukan hiperkapnea utuk mengeluarkan CO2 yang tertahan di saluran

pernapasan sehingga dapat mengurangi tingkat keasaman gas darah. Selain itu,

bentuk kompensasi dapar kimia tubuh dengan meningkatkan HCO3 untuk

sehingga kondisi lenjadi basa, dan setelah kondisi basa tercapai maka nilai HCO3

akan kembali normal atau menurun.

Evaluasi terkait tindakan keperawatan yang dilakukan adalah klien mampu

menerapkan teknik batuk efektif dengan benar dan mampu mengeluarkan dahak,

klien mengatakan sesak berkurang, frekuensi batuk sudah mulai berkurang dan

produksi dahak yang sudah tidak terlalu banyak, tidur malam mulai nyenyak tanpa

disertai dengan sesak napas, kliem menerapkan minum air hangat untuk

membantu mengencerkan dahak supaya mudah dikeluarkan, suara napas bersih

(Rh berkurang) dengan auskultasi pernapasan, frekuensi dan kedalaman

pernapasan normal (terakhir dirawat RR 22x/menit), penggunaan otot bantu

pernapasan tidak ada, pernapasan cuing hidung tidak ada.

Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan

penurunan curah jantung dilakukan selama klien dirawat, namun pemantauan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

70

Universitas Indonesia

ketat dilakukan 2-3 hari awal klien perawatan. Tindakan keperawatan yang

dilakukan meiputi mengkaji TTV terutama tekanan darah dan nadi, mengkaji

akral dan CRT, mengauskultasi nadi apikal, mepalpasi nadi perifer, memantau

haluaran urin, mengkaji perubahan tingkat kesadaran, menganjurkan untuk

istirahat, menganjurkan keluarga untuk bantu penuhi kebutuhan dasar klien

(menyediakan pispot dekat tempat tidur, membantu kebersihan diri, makan dan

minum). Sedangkan rencana tindakan kolaborasi yang direncanakan meliputi

kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat sesuai indikasi,

pemberian tambahan oksigen melalui nasal kanul dengan O2 4lpm untuk

meminimalkan demand oksigen, pemberian cairan infus sesuai idikasi, pantau

hasil laboratorium (terutama hasil elektrolit darah, PT/APTT, SGOT,SGPT, BUN),

pantau EKG dan foto thoraks.

Evaluasi tindakan keperawatan dalam mengatsi masalah penurunan curah jantung

diperoleh TTV dalam batas normal, CRT <3” dengan akral hangat, nadi perifer

teraba kuat, sianosis berkurang terlihat dari perbaikan konjungtiva tidak terlihat

anemis pada akhir perawatan, edema pulmonal berkurang terlihat dari hasil

auskultasi pernapasan (Rh berkurang).

Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa kelebihan volume cairan

meliputi meliputi mengkaji tanda-tanda kelebihan volume cairan, mengkaji tanda-

tanda vital (terutama tekanan darah, nadi dan frekuensi pernapasan),

mengauskultasi bunyi pernapasan dan catat bunyi adventisius, memantau intake

dan output serta hitung balance cairan, menganjurkan klien untuk posisi yang

nyaman berbaring, menganjurkan keluarga untuk membantu mencatat jumlah

cairan yang amsuk dan keluar setiap hari. Sedangkan tindakan kolaborasi yang

direncanakan meliputi kolaborasi dengan dokter terkait pemberian terapi medis

sesuai dengan indikasi (diuretik) yaitu lasix, program retriksi cairan 600cc/24 jam,

dan memantau foto thoraks untuk mengetahui efektivitas pemberian terapi

terhadap penurunan kongesti pulmonal.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

71

Universitas Indonesia

Evaluasi terhadap tindakan keperawatan dalam mengatasi kelebihan volume

cairan adalah tidak ditemukan tanda-tanda kelebihan volume cairan seperti edema

ekstrimitas, edema pulmonal berkurang dengan auskultasi bunti pernapasan (Rh

berkurang), sesak berkurang, klien memantuhi program retriksi cairan 600 cc/24

jam, balance cairan ketika pada hari pertama dan ketiga perawatan adalah balance

negatif, dan setelah hari ke empat sampai akhir perawatan balance cairan normal.

Selain itu, tanda-tanda vital klien masih dalam batas normal, CRT < 3”, hasil

penimbangan badan terakhir turun 1Kg dari berat badan ketika masuk (65Kg).

Implemntasi untuk mengatasi diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas

dilakukan sejak awal klien datang sampai akhir masa perawatan yaitu enam hari.

Pada hari pertama dan ketiga perawatan klien masih dalam kondisi sesak napas

berat dan lemas. Selama tiga hari awal perawatan, tindakan keperawatan yang

dilakukan untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas adalah menganjurkan

klien untuk istrirahat yaitu tirah baring (bed rest). Istirahat dapat membantu

memperbaiki status hemodinamik klien yaitu dengan membantu mempercepat

aliran balik vena dan meminimalkan demnd oksigen tubuh. Selama tirah baring,

klien diajarkan untuk melakukan gerakan ektrimitas ringan di atas tempat tidur

seperti membuka dan menutup telapak tangan, menggerak-gerakkan pergelangan

tangan dan kaki, menekuk lengan tangan. Tindakan tersebut bertujuan untuk

melatih otot secara bertahap sehingga menimalkan atrofi otot dan meancarkan

sirkulasi darah. Mahasiswa tetap memonitor respon klien selama beraktivitas

dengan membandingkan denyut nadi perifer sebelum, selama, dan sesudah latihan

otot tersebut. Peningkatan denyut nadi lebih dari 20% dari denyut nadi sebelum

latihan merupakan indikator latihan harus segera dihentikan.

Pada hari keemat dan kelima perawatan, mahasiswa mengeveluasi tingkat

toleransi aktivitas klien. Klien diminta untuk latihan duduk di atas tempat tidur

kemudian berdiri kemudian kembali duduk. Mahasiswa mengevaluasi keluhan

pusing, dan tingkat kelelahan. Secara bertahap, klien diminta dari kondisi berdiri

perlahan berjalan kekamar mandi dan kembali ke tempat tidur. Mahasiswa

mengevaluasi respon pusing, denyut nadi, sesak napas atau jantung berdebar.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

72

Universitas Indonesia

Klien mengatakan lemas berkurang dan masih pusing namun sedikit berkurang,

sesak napas berkurang. Setelah itu, klien diajarkan latihan senam ringan di aats

tempat tidur. Gerakan yang diajarkan seperti gerakan ROM namun lebih ringkas

dan fokus pada gerakan otot-otot ektrimitas seperti menekuk lengan didada

kemudian luruskan kedepan, tekuk kemudian luruskan ke atas, tekuk kemudian

rentangkan ke samping. Selain itu, juga gerakan melatih otot lutut dengan

menekuk dan meluruskan kemabli. Latihan dilakukan sesuai dengan toleransi

aktivitas klien dengan menanyakan keluhan dan target denyut nadi yang akan

dicapai.

Perawatan hari keima dan keenam, klien sudah dapat melakukan latihan senam

ringan mandiri disamping tempat tidur dan latihan jalan dilantai yang datar

dengan jarak kurang lebih 100 meter. Sebelum aktivitas, klien diperiksa nadi dan

ditetapkan target nadai yang akan dicapai. Latihan aktivitas yang diajarkan adalah

rangkaian home based exercise training yang dimulai dari pemanasan, inti dan

pendinginan. Pemanasan berupa latihan erobik ringan yang dikemas seperti

latihan ROM, kegiatan inti adalah latihan berjalan dengan jarak yag ditambah

secara bertahap disesuaikan dengan respon klien, dan pendinginan dilakukan

mirip seperti gerakan pemanasan. Selama latihan, klien dievaluasi respon dengan

menanyakan keluahan pusing, sesak napas, dan kelelahan. Selama kegiatan

latihan aktivitas, mahasiswa juga menyertakan keluarga (istri) dan menjelasakan

manfaat dan prinsip latihan. Diharapkan keluarga dapat manjadi pendamping

klien dalam melaksanakan latihan dirumah setelah perawatan di rumah sakit

selesai.

Evaluasi secara keseluruhan terkait tindakan keperawata dalam mengatasi

ntoleransi aktivitas diperoleh hasil bahwa level toleransi aktivitas klien dari hari

kehari mengalami peningkatan. Keluhan sesak napas, pusing, dan kelelahan

berkurang selama mauun sesudah melakukan aktivitas, klien mampu

berpartisipasi dalam kegiatan kebutuhan dasar mandiri, klien mampu melakukan

latihan home based exercise training secara bertahap sesudai dengan kondisi.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

73 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

Bab ini membahas analisis situasi lingkungan lahan praktek profesi peminatan

keperawatan medikal bedah di Rumah Sakit Persahabatan. Analisis situasi kasus

kelolaan dengan pasien gagal jantung yang dihubungkan dengan intervensi

keperawatan terkait intoleransi aktivitas, analisis kasus dengan konsep kesehatan

masyarakat perkotaan. Selain itu, pembahasan mengenai alternatif pemecahan dari

masalah yang dapat dilakukan.

4.1 Profil Lahan praktek

Rumah Sakit Persahabatan merupakan salah satu rumah sakit rujukan untuk

pasien dengan permasalahan pernapasan. RS Persahabatan mempunyai Visi

Menjadi RS terdepan dalam menyehatkan masyarakat dengan unggulan kesehatan

respirasi kelas dunia dengan misi menyelenggarakan kegiatan pelayanan

pendidikan dan penelitian dalam bidang kesehatan secara profesional &

berorientasi pada pasien.

Ruangan Melati Atas merupakan salah satu ruang perawatan di RS Persahabatan

yang memiliki 10 ruangan yang berisi 30 tempat tidur. Ruang melati Atas

mempunyai Visi Menjadi Instalasi Rawat inap C terdepan dalam memberikan

pelayanan kesehatan yang menyenangkan pelanggan dan mempunyai misi: 1)

Menyelenggarakan pelayanan prima yang bersifat care & cure dan rehabilitatif

dirawat inap yang menyenangkan dalam rangka mewujudkan kepuasan pelanggan;

2) Memberikan dan mengupayakan terlaksananya pelayanan kesehatan berbagai

macam kasus bagi pelanggan rawat inap; 3) Memfasilitasi terlaksananya

pendidikan, pelatihan bagi tenaga kesehatan medik, keperawatan dan non medis

yang bermutu; 4) Menciptakan suasana kerja yang mendukung kebersamaan, rasa

memiliki, rasa bertanggung jawab dan peningkatan disiplin seluruh karyawan

IRIN C; 5) Memfasilitasi RS dalam menyelenggarakan fungsi RS dengan

pembiayaan terjangkau dan kesejahteraan semua pihak.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

74

Universitas Indonesia

Ruang Melati Atas merupakan ruang perawatan dewasa kelas II yang melakukan

perawatan untuk pasien dewasa laki-laki dan perempuan dengan kasus penyakit

dalam dengan tingkat ketergantungan pasien yang bervariasi yaitu minimal-partial

dan total care. Rentang usia pasien di ruangan ini adalah dewasa muda sampai

dengan dewasa akhir, dan terdapat juga beberapa pasien lanjut usia. Pelayanan

yang diberikan pada pasien di Ruang Melati Atas didasarkan pada pengkatagorian

pasien infeksius dan non infeksius. Ruang Melati atas memiliki kebijakan,

peraturan dan standar operasional prosedur yang diturunkan dari direktur rumah

sakit melalui bidang keperawatan.

Ruang melati atas memiliki jumlah tenaga sebanyak 20 orang perawat, yang

terdiri dari 1 orang kepala ruangan, 3 orang ketua tim, dan 16 orang perawat

pelaksana. Latar belakang pendidikan perawat di melati atas mayoritas adalah

lulusan D3 dengan jumlah 16 orang, kemudian S1 keperawatan sebanyak 2 orang

dan lulusan SPK sebanyak 2 orang. Pengorganisasian ruangan dibentuk oleh

kepala ruang dengan menggunakan metode tim. Jumlah tim di melati atas ada

sebanyak 3 tim yang terdiri dari seorang ketua tim dan 4 sampai 5 orang perawat

pelaksana.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan

Konsep Gagal Jantung Kongestif

4.2.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan konsep terkait KKMP

Kasus kelolaan utama yang dibahas dalam karya tulis akhir ini adalah klien

dengan masalah kardiovaskuler yaitu gagal jantung kongestif. Klien berusia 77

tahun dirawat di ruang melati atas RS Persahabatan dengan keluhan awal datang

keluhan sesak nafas sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit dan cepat

merasa lelah terutama setelah berjalan jarak kurang lebih 50 meter. Ketika

pengkajian paroxymal nocturnal dipsnea (PND) ditemukan pada pasien, selain

juga ortopnea. Klien juga mengeluhkan batuk dengan produksi dahak berwarna

putih sedikit kekuning kuningan. Klien memiliki riwayat penyakit DM sejak 10

tahun yang lalu dan hipertensi kurang lebih sejak 6 tahun yang lalu. Selain itu,

klien juga memiliki riwayat stroke berulang dan dapat pulih kembali dibantu

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

75

Universitas Indonesia

dengan pengobatan alternatif. Klien juga memiliki riwayat operasi pembesaran

prostat sebanyak dua kali. Keluarga mengatakan lupa tahun operasinya tetapi

kurang lebih sudah lebih dari lima tahun yang lalu.

Klien dan keluarga tinggal di komplek angkatan laut daerah lampung kota.

Keluarga menggambarkan wilayah sekitar komplek yang padat dan tidak memiliki

halaman di sekitar rumah. Bagian depan rumah klien langsung berhadapan dengan

lapangan badminton yang sering dipakai untuk kegiatan olahraga warga komplek.

Menurut keluarga, keadaan selokan di sekitar komplek tempat tinggal klien

terlihat kurang bersih dan sering macet/ tidak mengalir lancar sehingga

menyebabkan sering air tergenang dan dihuni jentik nyamuk. Klien mengatakan

cuaca cukup panas ketika musim kemarau karena jarang pepohonan disekitar

komplek. Tidak jauh dari komplek tempat klien tinggal adalah jalan raya dan

beberapa pabrik seperti pabrik kayu dan industri rumah tangga yang mengolah

makanan kecil. Selain itu, komplek pertokoan dan pasar induk daerah setempat.

Terkait dengan konsep kesehatan masyarakat perkotaan dimana salah satu

karakteristik dari perkotaan dilihat dari aspek demografi meliputi komunitas urban

terbentuk dari berbagai etnik atau suku dan adanya pemisahan secara ekonomi

serta sosial, penduduk asli yang bertempat tinggal menjadi minoritas (artinya lebih

banyak penduduk pendatang) (Allender, Rector, dan Warner, 2010). Klien dan

keluarga dapat dikatakan tinggal diwilayah perkotaan tepatnya di komplek

angkatan laut dengan karakteristik pemukiman padat, warga sekitar berasal dari

berbagai suku dimana penduduk asli tempat tinggal minoritas. Dilihat dari aspek

fisik juga wilayah

Lingkungan tempat tinggal klien tidak jauh dari komplek tempat klien tinggal

adalah jalan raya dan beberapa pabrik seperti pabrik kayu dan industri rumah

tangga yang mengolah makanan kecil. Selain itu, komplek pertokoan dan pasar

induk daerah setempat. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Stanhope

dan Lancaster (1996) mengenai karakterisik kota berdasarkan aspek fisik

umumnya dikarakteristikkan terdapat banyak bangunan gedung seperti sekolah

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

76

Universitas Indonesia

tinggi terkenal dan pusat perbelanjaan, kondisi ini sangat berbeda dengan desa

yang jarang ditemukan gedung-gedung.

Masyarakat yang tinggal disekitar tempat tinggal klien sebagian besar bekerja

sebagai pegawai kantor atau pabrik. Selain itu, tidak jauh dari tempat tinggal

terdapat beberapa rumah yang mendirikan kost untuk para pegawai yang bekerja

di kantor atau pabrik sekitar. Pekerjaan lain adalah pedagang karena dekat dengan

pasar, baik pedagang asongan maupun pedagang ruko toko. Hubungan sosial antar

warga disekitar tempat tinggal klien umumnya hanya sekedarnya atau sesuai

kebutuhan, artinya tidak terlalu mengenal baik karakteristik warga disekitarnya.

Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Stanhope dan Lancaster (1996)

mengenai karakteristik perkotaan dilihat dari aspek perekonomian dan hubungan

sosial. Karakteristik perkotaan dilihat dari aspek perekonomian atau mata

pencaharian, sebagian besar masyarakat kota memiliki aktivitas perekonomian

sebagai pekerja kantoran, buruh pabrik dan pedagang. Sedangkan dilihat dari

aspek sosial atau hubungan antar warga, umumnya warga urban/ kota memiliki

sifat unsosial artinya jarang berintraksi dengan tetangga atau warga sekitar seperti

yang banyak ditemukan di lingkungan pedesaan.

Klien mengatakan dahulu bekerja sebagai angkatan laut dan pensiun sekitar tahun

1980, menurutnya sekitar 10 tahun bekerja dilingkungan laut yang penuh

tantangan. Klien mengatakan setelah pensiun, klien merasa ada hal yang hilang

dalam hidupya oleh karena itu klien berusaha mencari pekerjaan baru. Klien

bekerja di kantor pertanian selama kurang lebih lima tahun. Klien berhenti dari

pekerjaannya karena usianya yang sudah semakin bertambah dan mulai uncul

masalah kesehatan. Klien mengatakan jarang berolahraga terutama setelah

pensiun dari angkatan laut. Klien memiliki riwayat merokok dari kecil dan sempat

berhenti merokok ketika bekerja sebagai angkatan laut. Setelah itu, klien mulai

kembali merokok dan berhenti ketika uncul keluhan batuk dan sesak napas. Klien

memiliki makanan kesukaan adalah jenis makanan seafood seperti udang. Selain

itu, klien juga menyukai masakan bersantan dan pedas. Klien mengatakan hampir

tidak ada jenis makanan yang menjadi pantangan kecuali beberapa jenis makanan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

77

Universitas Indonesia

seperti melinjo, tempe, sayuran hijau cenderung dibatasi karena klien memiliki

riwayat penyait asam urat.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dikatakan bahwa klien memiliki kebiasaan

atau pola hidup yang tidak sehat. Seperti kurang berolahraga, mengkonsumsi jenis

makanan yang berlemak/ berkolestrol tinggi, dan merokok. Selain itu, klien

mungkin juga mengalami stress ringan-sedang karena berada pada masa pensiun,

dimana terjadi perubahan perekonomian dan aktivitas sosial bersama rekan kerja.

Koping klien juga terlihat kurang efektih karena klien cenderung mengalihkan

perhatian dari kondisi stress tersebut dengan merokok. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Stanhope dan Lancaster (1996) yang mengatakan bahwa salah satu

karakteristik masyarakat perkotaan adalah perubahan pada gaya hidup yang tidak

sehat seperti kurang olahraga, mengkonsumsi makanan yang berkolestrol tinggi,

kesibukan pekerjaan dan pengaruh lingkungan yang menyebabkan stress dan lain

sebagainya.

4.2.2 Analisis Intoleransi Aktivitas pada Klien dengan Gagal Jantung

Gagal jantung kongestif yang dialami klien memberikan dampak fisik, yaitu salah

satunya sesak napas dan mudah merasa lelah ketika beraktivitas. Kondisi tersebut

menyebabkan penurunan toleransi tubuh terhadap aktivitas sehari-hari klien.

Pernyataan tersebut sejalan dengan Smeltzer & Bare (2002) yang menyatakan

bahwa pasien gagal jantung yang mengalami kelainan struktur dan fungsi jantung

menyebabkan kerusakan fungsi ventrikel untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan

oksigen ke jaringan tubuh. Kondisi ini menyebabkan pasien dengan gagal jantung

umumnya mengalami penurunan kapasitas fungsional dan sesak napas (dipsnea)

ketika beraktivitas maupun ketika istirahat. Kondisi inilah yang menyebabkan

pasien gagal jantung mengalami penurunan dalam menjalankan aktivitas sehari-

hari.

Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh data bahwa klien mengeluh sesak napas

dan mengatakan mudah lelah ketika beraktivitas seperti berjalan dengan jarak >

100 meter atau setelah mengangkakt beban yang cukup berat dan ketika menaiki

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

78

Universitas Indonesia

anak tangga di lingkungan rumah. Strategi yang biasa klien lakukan ketika merasa

lelah adalah istirahat sejenak sampai hilang rasa lelah. Klien jarang mengeluh

nyeri dada ketika beraktivitas ringan. Pernyataan data hasil pengkajian tersebut

dikaitkan dengan konsep klasifikasi gagal jantung menurut NYHA berada pada

kategori NYHA II. New York Heart Association (NYHA) mengkalsifikasikan

gagal jantung dengan melihat pada tanda dan gejala sehari-hari yang dialami

pasien dengan gagal jantung terutama keluhan sesak napas ketika beraktivitas

Mansjoer, 2001. Kategori NYHA II dikarakteristikkan penderita dengan sedikit

pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat,

akan tetapi kegiatan fisik yang biasa/ ringan dapat menimbulkan gejala-gejala

insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung berdebar, sesak nafas atau nyeri

dada.

Klien mengatakan sesak dirasakan memberat sejak satu minggu sebelum masuk

rumahsakit. Keluhan sesak klien disertai dengan batuk yang cenderung menetap

disertai dengan produksi sputum berwarna putih sedikit kekuningan dan terlihat

sedikit busa. Sesak dirasakan memberat terutama pada malam hari sehingga klien

juga mengeluhkan gangguan tidur karena batuk dan sesak yang dirasakan, klien

terkadang mengeluarkan suara seperti mendekur ketika tidur malam. Ketika

beraktivitas seperti berjalan dengan jarak > 100 meter klien merasakan lelah dan

sesak napas dan harus segera mencapai tempat duduk untuk istirahat. Klien juga

mengatakan lelah ketika harus menaiki anak tangga dan harus diselingi dengan

istirahat ketika menaikinya. Hal tersebut sejalan dengan peneitian yang dilakukan

oleh Hendrika et al ( 2001) dalam penelitiannya mengenai level of activities

associated with mobility during everyday life in patients with CHF as measured

with an “activity monitor”. Penelitian tersebut dilakukan dilakukan selama tiga

hari dengan meneliti aktivitas harian pasien yang dimonitor dengan signal dari

accelerometer pada lima pasien dengan CHF dengan rata-rata usia 64 tahun. Hasil

penelitian diperoleh bahwa durasi rata-rata aktivitas harian pada pasien CHF

cenderung menurun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien gagal

jantung cenderung mengalami penurunan terhadap toleransi aktivitasnya.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

79

Universitas Indonesia

Berdasarkan hasil observasi pengkajian hari pertama klien dirawat di ruang melati

atas, terlihat bahwa klien lebih nyaman dengan posisi duduk, terpasang oksigen

dengan nasal kanul dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum,

BAK dan BAB menggunakan alat bantu pispot, serta aktivitas kebersihan diri di

atas tempat tidur dibantu oleh keluarga (istri). Klien mengatakan tidak kuat untuk

berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

klien mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari dan

memerlukan alat bantu serta bantuan dari orang lain untuk memenuhi kebutuhan

dasar klien tersebut. Pernyataan tersebut sesuai dengan penjelasan Black & Hwaks

(2009) yang menyebutkan mengenai manifestasi yang dapat ditemukan pada

pasien dengan gagal jantung diantaranya adalah sesak napas dan kelelahan/

penurunan toleransi aktivitas. Kelelahan terjadi karena pengaruh dari sirkulasi ke

jaringan yang tidak adekuat sehingga konsumsi O2 ke jaringan juga mengalami

penurunan. Tubuh merespon dengan melakukan metabolisme anaerob yang

menghasilkan zat sisa berupa asam laktat. Penumpukan asam laktat pada otot

yang berlebih akan menyebabkan kelelahan sehingga muncul gelaja penurunan

toleransi aktivitas pada sebagian besar pasien dengan gagal jantung.

4.3 Analisis Tindakan Keperawatan dalam Mengatasi Intoleransi Aktivitas

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah intoleransi

aktivitas yang dialami klien yaitu dengan melakukan pengkajian terhadap

kekuatan otot klien, mengkaji tingkat toleransi terhadap aktivitas, memonitor

tanda-tanda vital klien sebelum dan sesudah aktivitas, mencatat respon klien

terhadap aktivitas, kolaborasi dengan keluarga klien untuk membantu memenuhi

kebutuhan dasar kien diatas tempat tidur (misal: memfasilitasi pisot untuk BAK

dan BAB, memfasilitasi keperluan kebersihan diri di atas tempat tidur), kolaborasi

dengan dokter pemberian tambahan oksigen mlalui nasal kanul 4lpm,

menganjurkan klien untuk istirahat cukup, serta mengajarkan klien untuk latihan

aktivitas secara bertahap mulai dari latihan aerobik ringan ditempat tidur sampai

dengan latihan berjalan di lantai mendatar dengan jarak yang ditambah secara

bertahap. Latihan aktivitas dikemas dalam rangkaian latihan home based exercise

training yag diperuntukkan untuk pasien dengan gagal jantung.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

80

Universitas Indonesia

Tindakan keperawatan pertama yang dilakukan penulis adalah memperkenalkan

diri dan menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan dan pemberian

impelemntasi keperawatan selama klien dirawat. Penulis selanjutnya melakukan

pengkajian yang meliputi pengkajian fisik, riwayat kesehatan, observasi, dan hasil

pemeriksaan diagnostik klien. Pengkajian merupakan aspek awal dalam asuhan

keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data baik data objektif maupun

data subjektif yang berkaitan baik dari sumber primer (pasien) maupun dari

sumber sekunder (keluarga, data rekam medis sebelumnya, dan pemeriksaan

penunjang) (Potter & Perry, 2009). Pengkajian harus dilakukan secara holistik

meliputi bio, psiko, sosial, dan spiritual.

Tindakan keperawatan kedua yang dilakukan penulis adalah disesuaikan dengan

tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu, klien memperoleh data terkait dengan

pengkajian khusus terkait tingkat atau level toleransi aktivitas klien. Penulis

melakukan pengkajian terkait dengan kekuatan otot klien dan menilai respon klien

terhadap aktivitas sehari-hari. Hasil pemeriksaan kekuatan otot diperoleh bahwa

kekuatan otot klien masih baik pada keempat ekstrimitas. Sedangkan terkait

dengan pengkajian level/ tingkat terhadap toleransi aktivitas diperoleh data bahwa

klien belum mampu bergerak dari tempat tidur ke kamar mandi ruang rawat

sehingga untuk pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAK dan BAB) dibatu oleh

keluarga dengan menggunakan pispot. Begitu pula aktivitas kebersihan diri

(mandi dan berhias), makan dan minum klien lakukan di atas tempat tidur

(Smeltzer & Bare, 2002).

Tindakan keperawatan ketiga yang dilakukan penulis adalah menganjurkan klien

untuk istirahat dan menganjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan

dasar. Tindakan tersebut disesuaikan dengan prinsip implementasi pada pasien

dengan gagal jantung yaitu menganjurkan klien untuk istirahat yang berguna

untuk menurunkan demand oksigen sehingga metabolisme anaerob dapat

diminimalkan (Black and Hawks, 2009). Selain itu, anjuran istirahat lebih pada

pasien dengan gagal jantung bukan tanpa alasan karena istirahat akan membantu

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

81

Universitas Indonesia

memperbaiki aliran balik vena dan mampu meningkatkan diuresis (Doenges et al,

2000).

Tindakan keperawatan keempat, penulis berkolaborasi dengan dokter untuk

memberikan tambahan oksigen melalui nasal kanul dengan O2 yang diberikan

4lpm. Pemberian tambahan O2 kepada klien bertujuan untuk meminimalkan

demand oksigen pada tubuh sehingga metabolisme anaerob dapat dicegah dan

dampak penumpukan asam laktat penyebab kelelahan berlebih pada pasien gagal

jantung juga dapat dikurangi. Hasil yang diharapkan klien dapat meningkat

toleransi terhadap aktivitas sehari-hari. Implementasi tersebut sejalan dengan

pernyataan Black & Hwaks (2009) yang menyebutkan kelelahan pada pasien

gagal jantung terjadi karena pengaruh dari sirkulasi ke jaringan yang tidak adekuat

sehingga konsumsi O2 ke jaringan juga mengalami penurunan. Tubuh merespon

dengan melakukan metabolisme anaerob yang menghasilkan zat sisa berupa asam

laktat. Penumpukan asam laktat pada otot yang berlebih akan menyebabkan

kelelahan sehingga muncul gelaja penurunan toleransi aktivitas pada sebagian

besar pasien dengan gagal jantung.

Tindakan keperawatan kelima yang penulis lakukan adalah mengajarkan latihan

aktivitas secara bertahap. Latihan aktivitas yang diajarkan berupa latihan aerobic

ringan yang dapat dilakukan ditempat tidur dan latihan berjalan di lanti yang datar

dengan jarak tertentu yang ditambah secara bertahap. Sebelum dan sesudah

latihan aktivitas, klien diperikas tanda-tanda vital terlebih dahulu terutama nadi.

Selama pelaksanaan latihan aktivitas, penulis memantau respon klien terhadap

aktivitas yang dilakukan seperti sesak, kelelahan, pusing, atau jantung berdebar.

Implementasi tersebut sejalan dengan Nicholson (2007) yang mengatakan bahwa

pasien gagal jantung perlu untuk diajarkan melakukan aktivitas secara bertahap

dengan tujuan toleransi aktivitas dapat meningkat pula. Aktivitas dilakukan

dengan melihat respon sepeti peningkatan nadi, sesak napas dan kelelahan.

Aktivitas akan melatih kekuatan otot jantung sehingga gejala gagal jantung

semakin minimal.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

82

Universitas Indonesia

Latihan aktivitas yang dikemas dalam bentuk home based exercise training

diimplementasikan kepada klien kelolaan utama mulai diterapkan pada hari empat

perawatan dengan melihat respon klien terhadap peningkatan level terhadap

aktivitas. Penulis berkeyakinan bahwa hari pertama sampai hari ketiga perawatan

klien masih berada pada fase akut dengan melihat respon pasien terhadap aktivitas

yang dilakukan. Pada fase tersebut implementasi yang dilakukan adalah lebih

kepada menganjurkan klien untuk bed rest dalam mengatasi masalah keperawatan

intoleransi aktivitasnya. Sedangkan, pada hari keempat perawatan, klien sudah

mulai mampu berpindah dari tempat tidur ke kamar mandi dengan dibantu oleh

keluarga. Penulis berkeyakinan bahwa pasien telah melewati masa akut dan

sekarang sudah berada pada fase recovery dimana level terhadap toleransi

aktivitas sudah mulai meningkat. Oleh karena itu penulis melakukan implementasi

berupalatihan aktivitas. Latihan tahap awal yang diajarkan adalah latihan aerobic

di tempat tidur. Prinsip tindakannya adalah latihan ringan dengan menggerakkan

otot tubuh dengan durasi yang disesuaikan dengan kondisi tubuh pasien. Durasi

awal untuk latihan aerobic pertama ditetapkan oleh penulis adalah 10 menit.

Gerakan berupa menggerakkan otot kepala, otot ektrimitas, dan otot pernapasan.

Implementasi tersebut sejalan dengan pernyataan Suharsono (2011) yang

mengatakan bahwa selama periode akut pasien dengan gagal jantung disarankan

untuk bed rest yang bertujuan untuk memperbaiki status hemodinamik. Setelah

fase akut terlewati, pasien berada pada fase rocovery. Pada fase ini, bed rest

menjadi suatu saran yang kontroversial karena dapat memicu menurunnya level

toleransi aktivitas dan memperberat gejala gagal jantung seperti sesak disertai

batuk. Semua otot perlu dilatih untuk mempertahankan kekuatannya termasuk

dalam hal ini adalah otot jantung.

4.4 Alternatif Pemecahan

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap implementasi keperawatan dalam mengatasi

intoleransi aktiitas yang dikaitkan dengan teori dan konsep terkait, maka diperoleh

alternatif pemecahan. Menganjurkan klien untuk istirahat (bed rest) selama klien

masih berada pada fase akut. Istirahat (bed rest) disarankan pada fase akut pasien

dengan gagal jantung karena diyakini dapat memperbaiki status hemodinamik.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

83

Universitas Indonesia

Selain itu, selama fase akut juga disarankan untuk membantu memenuhi

kebutuhan dasar klien seperti makan dan minum di tempat tidur, menyediakan

pispot untuk memenuhi kebutuhan eliminasi (BAK dan BAB), membantu

memenuhi kebutuhan kebersihan diri (mandi dan berias) ditempat tidur. Klien

juga dianturkan untuk melakukan aktivitas ditempat tidur sesuai dengan toleransi

tubuh, memantau respon klien terhadap aktivitas yang dilakukan serta monitor

tanda-tanda vital untuk mengetahui kemungkinan perubahan status hemodinamik

yang dapat terjadi secara tiba-tiba. Kerjasama atau kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain juga diperlukan seperti dokter dan ahli gizi. Berkolaborasi dengan

tim medis (dokter) dalam memberikan terapi medikasi untuk memperbaiki fungsi

jantung (kontraktilitas) dan pemberian tambahan oksigen melalui nasal kanul

untuk meminimalkan demand oksigen klien. Sedangkan bentuk kolaborasi dengan

ahli gizi adalah menganjurkan pemberian diet jantung sesuai kebutuhan kalori

tubuh klien dengan tekstur yang lembut sehingga mudah dicerna dan diserap oleh

tubuh klien.

Alternatif pemecahan masalah yang penulis temukan yaitu latihan aktivitas yang

dikemas dalam bentuk home based exercise training mampu diterapkan sebagai

bagian dari bentuk implementasi untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas

pada klien gagal jantung yang telah melewati fase akut (sudah berada pada fase

recovery) dan pada klien yang tidak masuk dalam daftar kontraindikasi kondisi-

kondisi khusus yang tidak diperkenankan mengikuti latihan aktivitas. Alternatif

dalam masalah ini adalah dengan menganjurkan klien untuk melakukan latihan

aktivitas secara bertahap disesuaikan dengan toleransi tubuh dengan melihat

respon klien terhadap aktivitas yang dilakukan. Selain itu, memberikan informasi

kesehatan klien meliputi mengenai tanda dan gejala bahaya, cara mempertahankan

kesehatan setelah masa perawatan, jadwal dan manfaat medikasi yang diresepkan

untuk dikonsumsi dirumah, dan jadwal kontrol terkait dengan masalah kesehatan

klien.

Tindakan alternatif yang telah disebutkan di atas perlu dikomunikasikan kepada

keluarga klien. Keluarga dimotivasi oleh perawat untuk berperan aktif dalam

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

84

Universitas Indonesia

pelaksanaan kegiatan dan memberikan dukungan kepada klien dalam latihan

aktivitas home based exercise training terutama setelah masa perawatan di rumah

sakit selesai. Selain itu, keluarga dapat terlibat dalam menilai perkembangan

kemampuan klien terhadap level toleransi aktivitas selama latihan home based

exercise training dilakukan.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

85 Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran terkait berdasarkan

hasil analisis situasi hasil pengkajian dengan konsep terkait. Selain itu, analisis

terkait dengan intervensi yang dipilih penulis dalam pemecahan alternatif masalah

keperawatan klien dengan gagal jantung yaitu latihan aktivitas home based

exercise training. Saran ditujukan untuk bidang keperawatan medikal bedah,

bidang keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, pelayanan keperawatan di

ruang rawat, dan untuk penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis situasi terkait dengan implementasi home based

exercise training pada pasien dengan gagal jantung di ruang rawat melati atas

RSUP Persahabatan, maka diperoleh kesimpulan:

1. Masalah keperawatan kasus kelolaan utama (Tn. Mu) adalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas, penurunan curah jantung, kelebihan

volume cairan, dan intoleransi aktivitas

2. Fokus pembahasan analisis kasus adalah pada masalah keperawatan

intoleransi aktivitas dengan impelementasi latihan aktivitas yang dikemas

dalam home based exercise training

3. Latihan aktivitas home based exercise training dapat diterapkan sebagai

salah satu bentuk intervensi keperawatan pada pasien dengan gagal jantung

dengan masalah keperawatan intoleransi aktivitas

4. Latihan aktivitas home based exercise training dilakukan disesuaikan

dengan kondisi pasien dan level toleransi aktivitas

5. Sebelum dan sesudah dilaksanakan latihan aktivitas home based exercise

training perlu dimonitor tanda-tanda vital dan melihat respon pasien

terhadap aktivitas yang dilakukan

6. Durasi dan frekuensi latihan aktivitas home based exercise training

disesuaikan dengan konidisi dan level toleransi aktivitas

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

86

Universitas Indonesia

7. Evaluasi implementasi latihan aktivitas cukup efektif pada Tn. Mu dilihat

dari perkembangan level toleransi aktivitas setiap hari

5.2 Saran

5.2.1 Bidang Pelayanan Ruang Rawat

1. Diharapkan hasil analisis kasus dapat menjadi masukan dan sumber

informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan latihan

aktivitas home based exercise training pada pasien gagal jantung kongestif

dan masalah keperawatan intoleransi aktivitas

5.2.2 Bidang Keperawatan Medikal Bedah

1. Dapat menjadi evidence base untuk menyusun rencana program latihan

aktivitas home based exercise training yang ditujukan pada pasien dengan

gagal jantung kongestif

5.2.3 Bidang Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

1. Dapat menjadi evidence base untuk menyusun rencana program kesehatan

masyarakat perkotaan terkait dengan upaya pencegahan/ preventif penyakit

degeneratif termasuk dalam hal ini adalah penyakit gagal jantung kongestif

5.2.3 Penelitian Selanjutnya

1. Diharapkan hasil analisis kasus dapat digunakan sebagai bahan informasi

penelitian selanjutnya yang berkaitan, jenis latihan aktivitas lain yang

dapat diterapkan pada pasien dengan gagal jantung dengan masalah

keperawatan intoleransi aktivitas.

2. Diharapkan penelitian selanjutnya mampu memperdalam analisis kasus

dan menetapkan beberapa kriteria khusus pada pasien kelolaan utama yang

akan dikelola

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

87 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T. Dan McFarlane, Judith. (2001). Buku ajar keperawatankomunitas: teori dan praktik. Edisi ketiga. Jakarta: EGC.

Allender, Judith A., Rector, Cherie, dan Warner, Kristine D. (2010). Communityhealth nursing: promoting and protecting the public’s health. Edisi ketujuh.China: Lippincott Williams & Wilkins

Alwi, I. (2012). Tatalaksana holistik penyakit kardiovaskular.Jakarta: Interna publishing.

Arofah, N.I. (2009). Program latihan fisik rehabilitatif pada penderita penyakitjantung.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132300162/3.%20Progra%20Latihan%20Fisik%20Rehabilitatif%20Pada%20Penderita%20Penyakit%20%20Jantung.pdf di unduh pada 25 Juni 2013 Pukul 12.30 WIB.

Black, J. and Hawks, J. (2009). Medical Surgical Nursing: Clinical Managementfor Positive Outcomes 8th edition. Singapore: Elsevier.

Corwin, E.J. (2000). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman UntukPerencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.Jakarta: EGC.

Hendrika van, d. B., Bussmann, J., Balk, A., Keijzer-Oster, D., & Stam, H. (2001).Level of activities associated with mobility during everyday life in patientswith chronic congestive heart failure as measured with an "activitymonitor". Physical Therapy, 81(9), 1502-11. Retrieved fromhttp://search.proquest.com/docview/223115463?accountid=17242

Hwang, R., Redfern, J., Alison, J. (2008). A narrative review on home basedexercise training for patient with chronic heart failure. Phisical therapyreview. 3:227-234.

Hudack., Gallo. (2000). Keperawtan kritis pendektan holistik. Jakarta: EGC.

Kusmana, D. (2006). Olah raga untuk orang sehat dan penderita penyakit jantung.Edisi kedua. BP FKUI. Jakarta.

Lavie, C.J., Milani, R.V., Littman, A.V. (1993). Benefit of cardiac rehabilitationand exercise training in secondary coronary prevention in the elderely.Journal of the American college of cardiology. 22(3): 678.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

88

Universitas Indonesia

Levine, GN. (2010). Cardiology secrets, 3rt Ed. Mosby Elsevier. Philadelphia.

Mansjoer, A., dkk. (2001). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Penerbit MediaAusculapius FKUI.

Myers, J. (2008). Principle of exercise prescription for patient with chronic heartfailure. Heart fall rev. 13;61-68.

NANDA International. (2012). Nursing diagnoses: definitions & classification2012-2014. United kingdom: Blackwell Publishing.

Nicholson, C. (2007). Heart failure, A clinical nursing handbook. John Wiley &Sons. Ltd.

Parish, TR., Kosma, M., Welsch, MA. (2007). Exercise training for the patientwith heart failure: is your patient ready?. Cardiopulmonary physicaltherapi journal. 18 (3): 12-20.

Perry, A.G., & Potter, P.A. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan:konsep, proses dan praktik (Ed. ke-4) (Renata, K., dkk, Penerjemah).Jakarta: EGC.

Santoso A, Erwinanto, Munawar M, Suryawan R, Rifqi S, Soerianata S. (2007).Diagnosis dan tatalaksana praktis gagal jantung akut.

Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. dan Bare, G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner dan Suddarrth Volume 3 Edisi 8. Jakarta: EGC.

Stanhope, Marcia dan Lancaster, Jeanette. (1996). Edisi keempat. Communityhealth nursing: promoting health of aggregates, families, and individuals.St. Louis: Mosby.

Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I., dkk. (2009). Buku ajar penyakit dalam.Jakarta: Interna Publishing.

Suharsono, T. (2011). Dampak home based exercise training terhadap kapasitasfungsional dan kualitas hidup pasien gagal jantung di RSUD NgudiWaluyo Wlingi. Tesis FIKUI.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 1

Rencana Asuhan Keperawatan Gagal Jantung Kongestif

DiagnosaKeperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan Rasional

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Ketidakefektifanbersihan jalan napas

Data Objektif- Auskultasi bunyi

napas: bunyi napasadventisius Rh +/+

- Dipsnea (+)- Posisi klien sering

duduk bersandardiatas tempat tidur

- Batuk-batuk menetap(+), produksi dahak(+) warna putihsedikit kekuningan

- Pernapasan cupinghidung (+) minimal

- Penggunaan ototbantu pernapasan

- TTV (20/05/2013)RR 28x/menit,pernapasan cepat dandangkal

Jalan napaskembali bersih

o Bunyi napas bersih/jelas (Rh berkurang)

o TTV (terutama RR)dalam batas normal(16 – 20x/menit)

o Frekuensi dankedalamanpernapasan dalambatas normal

o Penggunaan otobantu pernapasanminimal

o Penggunaanpernapasan cupinghidung minumal/tidak ada

o Klien menunjukkanperilaku untukmemperbaiki jalannapas (contoh:mampu batukefektif danmengeluarkansputum)

Mandiri

o Auskultasi bunyi napas, catatbunyi napas adventisius (Rh,Whz, Crk)

o Kaji/pantau frekunsi dankedalaman pernapasan. Catatrasio inspirasi/ekspirasi

o Catat adanya derajat dipsnea(misal: mengeluh sesak napas,cemas/gelisah, distresspernapasan, penggunaan ototbantu pernapasan)

o Kaji klien untuk posisi nyaman(misal: peninggian kepalatempat tidur, duduk padasandaran tempat tidur)

o Mengobservasi karateristikbatuk (misal: menetap, batukpendek, batuk basah)

o Bantu/ dorong klien untuklatihan batuk efektif

oBeberapa derajat spasme bronkusterjadi dengan obstruksi jalan napas dandapat/tk dimanifestasikan adanya bunyinapas adventisus (misal: Rh, Crk, Whz)

oTekipnea biasanya ada ada beberapaderajat dan dapat ditemukan padapenerimaan atau selama stress/adanyaproses infeksi akut

oDisfungsi pernapasan adalah variabelyang tergantung pada tahap proseskronis selain proses akut yangmenimbulkan perawatan di RS

oPeninggian kepala tempat tidurmempermudah fungsi pernapasandengan mneggunakan gravitasi untukmemperluas ekspansi dada

oBatuk dapat menetap tetapi tidakefektif, khususnya bia klien lansia, sakitakut, atau adanya kelemahan.

oBatuk efektif digunakan untukmembantu klien mengeluarkan sekretyang tertahan. Batuk paling efektif padaposisi duduk tinggi atau kepala dibawah

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 1

Data Subjektif- Klien mengeluh sesak- Klien mengatakan

lebih nyaman dudukdari pada berbaring

- Klien mengatakansering batuk danmampu mengeluarkandahak, warna putihsedikit kekuningan

o Menganjurkan klien untukminum air hangat untukmembant mengencerkan sekret

Kolaborasi

o Berikan obat sesuai indikasi:- Bronkodilator: albuterol

(proventil, ventolin),epinefrin (adrenain,vaponefrin), terbutalin(brethine, brethaire), isoetarin(brokosol, bronkometer)

o Tambahan O2 melalui nasalkanul

o Awasi/ buat grafik GDA, nadioksimetri, foto dada

setelah perkusi dadaoHidrasi membantu menurunkan

kekentalan sekret dan mempermudahpengeluaran dngan batuk efektif

- Merilekskan otot halus danmenurunkan kongesti okal,menurunkan spasme jalan napas,mengi, dan produksi mukosa

- Menurunkan kemampuan sistempernapasan dalam konsumsi O2

- Membuat dasar pengawasan kemajuanatau kemunduran proses penyakit danatau komplikasi

Penurunan curahjantung

Data Objektif- TTV (20/05/2013)

TD = 130/80 mmHgNadi = 78 x/menit

- CRT < 3”- Konjungtiva sedikit

anemis, sianosisdisekitar bibir

- Akral hangat

Penurunan curahjantung teratasi

o Akral hangato Sianosis berkurang/

tidak adao CRT < 3”o TTV dalam batas

normal, terutama TDdan nadi (TD sistol110 – 130 mmHg,TD diastol 70-90mmHg, nadi 60-100x/menit)

o Produksi urin + 0,5-1cc/KgBB/Jam

Mandiri:

o Kaji TTV dan tingkatkesadaran klien

o Kaji akral, CRT dan tandasianosis

o Mengetahui perubahan statushemodinamik klien. Pada GJK dini,sedang atau kronis tekanan darah dapatmeningkat sehubungan dengan SVR.Pada HCF lanjut tubuh tidak mampulagi mengkompensasi dan hipotensi takdapat normal lagi.

o Sirkulasi perifer yang tidak adekuatakan dimanifestasikan denganperubahan akral dingin, sianosis danCRT > 3”. Pucat menunjukkan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 1

- Edema ektrimitas (-),asites (-)

- Interpretasi EKG:sinus takikardi, Gel. Tinverted (iskemik)

Data Subjektif- Klien mengeluh lemas- Klien mengatakan

terkadang jantungberdebar-debar

o Edema dan atauasites berkurang

o Auskultasi nadi apical; kajifrekuensi, irama jantung

o Catat bunyi jantung

o Palpasi nadi perifer.

o Pantau haluaran urine, catatpenurunan haluaran dankepekatan/konsentrasi urine.

o Kaji perubahan pada sensori,contoh letargi, bingung,disorientasi, cemas, dandepresi

o Berikan istirahat semirekumben pada tempat tidur

menurunnya perfusi perifer sekundertehadap tidak adekuatnya curahjantung, vasokonstriksi dan anemia.Sinosis dapat terjadi sebagai refraktoriGIK. Area yang sakit sering berwarnabiru atau belang karena peningkatankongesti vena

o Biasanya terjadi takikardi (meskipunpada saat istirahat) untukmengkompensasi penurunankontraktilitas ventrikuler.

o S1 dan S2 mungkin lemah karenamenurunnya kerja pompa. Irama gallopumum (S3 dan S4) dihasilkan sebagaialiran darah ke dalam sermabi yangdistensi. Murmur dapat menunjukkaninkompetensi/stenosis katup.

o Penurunan curah jantung dapatmenunjukkan menurunnya nadi radial,popliteal, dorsalis pedis, dan postibial.Nadi mungkin cepat hilang atau tidakteratur untuk dipalpasi, dan pulsusalternan (denyut kuat lain dengandenyut lemah) mungkin ada.

o Ginjal berespon untuk menurunkancurah jantung dengan menahan cairandan natrium. Haluaran urin biasanyamenurun selam sehari karenaperpindahan cairan ke jaringan tetapidapat meningkat pada malam harisehingga cairan berpindah kembali kesirkulasi bila pasien tidur.

o Dapat menunjukkan tidak adekuatnyaperusi serebral sekunder tehadap

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 1

atau kursi. Kaji denganpemeriksaan fisik sesuaiindikasi.

o Berikan istirahat psikologidengan lingkungan tenang;menjelaskan manajemenmedik/keperawatan;membantu pasien menghindarisituasi stress,mendengar/berespon terhadapekspresi perasaan/takut.

o Berikan pispot di sampingtempat tidur. Hindari aktivitasrespons Valsava, contohmengejan selama defekasi,menahan nafas selamaperubahan posisi.

o Tinggikan kaki, hindaritekanan pada bawah lutut.Dorong olahraga aktif/pasif.Tingkatkan ambulasi/aktivitassesuai toleransi.

o Periksa nyeri tekan betis,menurunnya nadi pedal,pembengkakan, kemerahanlocal atau pucat padaektremitas.

o Jangan beri preparat digitalisdan laporkan dokter bilaperubahan nyata terjadi padafrekuensi jantung atau iramaatau tanda toksisitas digitalis.

penurunan curah jantung.o Istirahat fisik harus dipertahankan

selama GIK akut atau refraktori untukmemperbaiki efisiensi kontraksijantung dan menurunkankebutuhan/konsumsi oksigen miokarddan kerja berlebihan.

o Stres emosi menghasilkanvasokonstriksi, yang meningkatkantekanan darah dan meningkatkanfrekuensi/kerja jantung.

o Pispot digunakan untuk menurunkankerja ke kamar mandi atau kerja kerasmenggunakan bedpan. Manuvervalsava menyebabkan rangsang vagaldiikuti dengan takikardi, yangselanjutnya berpengaruh pada fungsijantung/curah jantung.

o Menurunkan stasis vena dan dapatmenurunkan insidenthrombus/pembentukan embolus

o Menurunnya curah jantung,bendungan/stasis vena dan tirah baringlama meningkatkan resikotromboflebitis.

o Insiden toksisitas tinggi (20%) karenamenyempitnya batas antara rentangterapeutik dan toksik. Digoksin harusdihentikan pada adanya kadar obat

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 1

Kolaborasi :

o Berikan oksigen tambahandengan kanula nasal/maskersesuai indikasi.

o Berikan obat sesuai indikasi.

Diuretic, contoh furosemid(Lasix); asam etakrinik(decrin); bumetanid(Bumex); spironolakton(Aldakton)

Vasodilator, contoh nitrat(nitro-dur, isodril);arteriodilator, contohhidralazin (Apresoline);kombinasi obat, contohprazosin (Minippres).

Digoksin (Lanoxin).

Captopril (Capoten);

toksik, frekuensi jantung lambat, ataukadar kalium rendah.

o Meningkatkan sediaan oksigen untukkebutuhan miokard untuk melawanefek hipoksia/iskemia.

o Banyaknya obat dapat digunakan untukmeningkatkan volume sekuncup,memperbaiki kontraktilitas, danmenurunkan kongesti. Tipe dan dosis diuretic tergantung

pada derajat gagal jantung dan statusfungsi ginjal. Penurunan preloadpaling banyak digunakan dalammengobati pasien dengan curahjantung relative normal ditambahdengan gejala kongesti. Diuretik blokreabsorpsi diuretic, sehinggamempengaruhi reabsorpsi natriumdan air.

Vasodilator digunakan untukmeningkatkan curah jantung,menurunkan volume sirkulasi(vasodilator) dan tahanan vaskulersistemik (arteeiodilator), juga kerjaventrikel.

Meningkatkan kekuatan kontraksimiokard dan memperlambatfrekuensi jantung denganmenurunkan konduksi dan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 1

lisinopril (Prinivil);enalapril (Vasotec).

Morfin sulfat.

Tranquilizer/sedatif.

Antikoagulan, contohheparin dosis rendah,warfarin (Coumadin).

o Pemberian cairan IV,pembatasan jumlah total sesuaiindikasi. Hindari cairan garam.

o Pantau/ganti elektrolit.

o Pantau seri EKG dan

memperlama periode refraktori padahubungan AV untuk meningkatkanefesiensi/curah jantung.

Inhibitor ACE dapat digunakan untukmengontrol gagal jantung denganmenghambat konversi angiotensindalam paru dan menurunkanvasokonstriksi, SVR, dan TD.

Penurunan tahanan vaskuler danaliran balik vena menurunkan kerjamiokard. Menghilangkan cemas danmengistirahatkan siklus umpan balikcemas/pengeluarankatekolamin/cemas.

Meningkatkan istirahat/relaksasi danmenurunkan kebutuhan oksigen dankerja miokard.

Dapat digunakan secara profilaksisuntuk mencegah pembentukanthrombus/emboli pada adanya factorresiko seperti statis vena, tirah baring,disritmia jantung, dan riwayatepisode trombolik sebelumnya.

o Karena adanya peningkatan tekananventrikel kiri, pasien tidak dapatmentolerir peningkatakn volume cairan(preload). Pasien GJK jugamengeluarkan sedikit natrium yangmenyebabkan retensi cairan danmeningkatkan kerja miokard.

o Perpindahan cairan dan pengguanaandiuretic dapat mempengaruhi elektrolit

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 1

perubahan foto dada.

o Pantau pemeriksaanlaboratorium, contoh BUN dankreatinin.

o Pemeriksaan fungsi hati (AST,LDH).

o PT/APTT/pemeriksaankoagulasi.

o Siapkan untukinsersi/mempertahankan alatpacu jantung, biladiindikasikan.

(khususnya kalium dan klorida) yangmempengaruhi irama jantung dankontraktilitas.

o Deprsi segmen ST dan datarnyagelombang T dapat terjadi karenapeningkatan kebutuhan oksigenmiokard, meskipun tak ada penyakitarteri koroner. Foto dada dapatmenunjukkan pembesaran jantung danperubahan kongesti pulmonal.

o Peningkatan BUN/kreatininmenunjukkan hipoperfusi/gagal ginjal.

o AST/LDH dapat meningkat sehubungandengan kongesti hati dan menunjukkankebutuhan untuk obat dengan dosis lebihkecil yang didetoksikasi oleh hati.

o Mengukur perubahan pada proseskoagulasi atau keefektifan terapiantikoagulan.

o Mungkin perlu untuk memperbaikibradisritmia tak responsive terhadapintervensi obat yang dapat berlanjutmenjadi gagal kongesti/menimbulkanedema paru

Kelebihan volumecairan

Data Objektif- Dipsnea (+)- Diagnosa medis: CHF

fc II-III, AKI ec akuton CKD

- Edema ektrimitas (-),

Tanda-tandakelebihan volumecairan dapatteratasi

o Dipsnea/ sesakberkurang atauminimal

o CRT < 3”o TTV dalam batas

normal (TD sistol110 – 130 mmHg,TD diastol 70-90mmHg, RR 16-20x/menit, nadi 60-

Mandiri:

o Kaji adanya tanda-tandakelebihan volume cairan tubuh(misal: edema, asites, dipsnea,bunyi adventisius pernapasan)

o Monitor TTV dan CVP (bilaada)

o Memberikan data dasar untukmenyusun rencana intervensi sesuaidengan keluhan pasien

o Mengetahui perubahan statushemodinamik. Hipertensi danpeningkatan CVP menunjukkankelebihan volume cairan dan dapatmenunjukkan terjadinya/peningkatan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 1

asites (-)- TTV (20/05/2013)

TD = 130/80 mmHgNadi = 78x/mnitRR = 28x/menitSuhu = 36.50 C

- Penggunaan ototbantu pernapasan

- Bunyi adventisiuspernapasan Rh +/+

- Batuk (+), produksisputum (+) warnaputih sedikitkekuningan

Data Subjektif- Klien mengeluh sesak

napas- Klien mengatakan

terkadang jantungberdebar-debar

- Klien mengatakandahak dapatdikeluarkan sedikitdemi sedikit

100x/menit, suhu36 – 37.20 C)

o Edema (ektrimitasdan atau ulmonal)berkurang, asitestidak ada

o Produksi urin + 0.5– 1 cc/KgBB/Jam

o Peningkatan venajugularis (-)

o Auskultasi bunyi nafas, catatpenurunan dan/atau bunyitambahan, contoh krekels,mengi. Catat adanyapeningkatan dispnes, takipnea,ortopnea, dispnea noktyurnalparoksismal, batuk persisiten

o Pantau haluaran urine, catatjumlah dan warna saat haridimana diuresis terjadi.

o Pantau/hitung keseimbanganpemasukan dan pengeluaranselama 24 jam.

o Pertahankan duduk atau tirahbaring dengan posisisemifowler selama fase akut.

o Buat jadwal pemasukan cairan,digabung dengan keinginanminum bila mungkin. Berikanperawatan mulut/es batusebagai bagian dari kebutuhancairan

o Timbang berat badan tiap hari.

o Catat perubahan ada/hilangnyaedema sebagai respons

kongesti paru, gagal jantungo Kelebihan volume cairan sering

menimbulkan kongesti paru. Gejalaedema paru dapat menunjukkan gagaljantung kiri akut. Gejala pernafasanpada gagal jantung kanan (dispnea,batuk, otopnea) dapat timbul lambattetapi lebih sulit membaik

o Haluaran urine mungkin sedikit danpekat (khususnya selama sehari)karena penururnan perfusi ginjal.Posisi telentang memebantu diuresis,sehingga haluaran urine dapatditingkatkan pada malam/selama tirahbaring.

o Terapi diuretic dapat disebabkan olehkehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan(hipovolemia) meskipun edema/asitesmasih ada.

o Posisi telentang meningkatkan filtrasiginjal dan menurunkan produksi ADHsehingga meningkatkan diuresis.

o Melibatkan pasien dalam programterapi dapat meningkatkan perasaanmengontrol dan kerjasama dalampembatasan

o Peningkatan 2.5 kg menunjukkankurang lebih 2L cairan. Sebaliknya,diuretic dapat mengakibatkan cepatnyakehilangan/perpindahan cairan dankehilangan berat badan.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 1

terhadap terapi.

o Ubah posisi dengan sering.Tinggikan kaki bila duduk.Lihat permukaan kulit,pertahanakan tetap kering danberikan bantalan sesuaiindikasi.

o Selidiki keluhan dispneaekstrem tiba-tiba, kebutuhanuntuk bangun dari duduk,sensasi sulit bernafas, rasapanic atau ruangan sempit

o Kaji bising usus. Catatkeluhan anoreksia, mual,distensi abdomen, konstipasi.

o Berian makanan yang mudahdicerna, porsi kecil dan sering.

o Ukur lingkar abdomen sesuaiindikasi.

o Retensi cairan berlebihan dapatdimanifestasikan oleh pembendunganvena dan pembentukan edema. Edemaperifer mulai pada kaki/mata kaki (atauarea dependen) dan meningkat sebagaikegagalan paling buruk. Edema pittingadalah gambaran secara umum hanyasetelah retensi sedikitnya 5 kg cairan.Peningkatan kongesti vaskuler(sehubungan dengan gagal jantungkanan) secara nyata mengakibatkanedema jaringan sistemik.

o Pembentukan edema, sirkulasimelambat, gangguan pemasukannutrisi dan imobilisasi/tirah baringlama merupakan kumpulan stressoryang mempengaruhi integritas kulitdan memerlukan intervensipengawasan ketat/pencegahan.

o Dapat menunjukkan terjadinyakomplikasi (edema paru/emboli) danberbeda dari ortopnea dan dispneanocturnal paroksismal yang terjadilebih cepat dan memerlukan intervensisegera.

o Kongesti visceral (terjadi pada GJKlanjut) dapat mengganggu fungsigaster/intestinal.

o Penurunana motilitas gaster dapatberefek merugikan pada digestif danabsorpsi. Makan sedikit dan seringmeningkatkan digesti/mencegahketidaknyamanan abdomen.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 1

o Dorong untuk menyatakanperasaan sehubungan denganpembatasan

o Palpasi hepatomegali. Catatkeluhan nyeri abdomenkuadran kanan atas/nyeritekan.

o Catat peningkatan letargi,hipotensi, kram otot.

Kolaborasi :

o Pemberian obat sesuai indikasi Diuretik, contoh furosemid

(Lasix); bumetadine(Bumex).

Tiazid dengan agenpelawan kalium, contohspironolakton (Aldakton)

Tambahan kalium

o Mempertahankancairan/pembatasan natriumsesuai indikasi

o Konsul dengan ahli diet.

o Pada gagal ajntung lanan lanjut, cairandapat berpindah ke dalam areaperitoneal, menyebabkanmeningkatnya lingkar abdomen(asites).

o Ekpresi perasaan/masalah dapatmenurunkan stress/cemas, yangmengeluarkan energi dan dapatmenimbulkan perasaan lemah

o Perluasan gagal jantung menimbulkankongesti vena, menyebabkan distensiabdomen, pembesaran hati, dan nyeri.Ini akan mengganggu fungsi hati danmengganggu /memperpanjangmetabolisme obat

o Tanda defesit kalium dan natrium yangdapat terjadi sehubungan dengaperpindahan cairan dan terapi diuretic.

Meningkatkan laju aliran urine dandapat menghambat reabsorpsinatrium/klorida pada tubulus ginjal.

Meningkatkan diuresis tanpakehilangan kalium berlebihan.

Mengganti kehilangan kalium sebagaiefek samping terapi diuretik, yangdapat mempengaruhi fungsi jantung.

o Menurunkan air total tubuh/mencegahreakumulasi cairan.

o Perlu memberikan diet yang dapatditerima pasien yang memenuhi

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 1

o Pantau foto toraks.

o Kaji dengan torniketrotasi/flebotomi, dialysis, atauultrafiltrasi sesuai indikasi

kebutuhan kalori dalam pembatasannatrium.

o Menunjukkan perubahan indikasifpeningkatan/perbaikan kongesti paru.

o Meskipun tidak sering digunakan,penggantian cairan mekanis dilakukanuntuk mempercepat penurunanavolume sirkulasi, khususnya padaedema paru refraktori pada terapi lain.

Intoleransi aktivitas

Data Objektif- Klien terlihat lemas- Knjungtiva sedikit

anemis, sianosisdisekitar bibir

- KDM klien dilakukandi tempat tidur

- Klien terlihat lebihsering dudukbersandar di tempattidur

Data Subjektif- Klien mengatakan

mudah lelah jikaberjalan dengan jarak50-100 meter

- Klien mengatakanpusing sepertiberputar

- Klien mengatakanmerasa bosan tidurandi atas tempat tidur

Klien mampuberaktivitassesuai dengantoleransinya

o Klien mampuberpartisipasi padaaktivitas yangdiinginkan dalammemenuhikebutuhanperawatan diri

o Kelemahan/ lemasberkurang

o Kelelahanberkurang

o TTV dalam batasnormal selamaberaktivitas (TDsistol 110 – 130mmHg, TD diastol70-90 mmHg, RR16-20x/ menit, nadi60-100x/menit,suhu 36 – 37.20 C)

Mandiri

o Monitor TTV sebelum dansesudah beraktivitas(khususnya apabila klienmenggunakan terapivasodilator, diuretik,penyekat beta)

o Catat respon kardipulmonalterhadap aktivitas (contoh:takikardi, disritmia, dipsnea,diaforesis, sianosis)

o Kaji presipitator/ penyebabterjadinya kelelahan (contoh:efek obat, nyeri)

o Evaluasi tingkat toleransiaktivitas

o Berikan bantuan terhadapaktivitas yang dilakukan

o Selingi periode aktivitasdengan istirahat

o Hipotensi ortostatik dapat terjadiketika beraktivitas karena pengaruhobat vasodilatasi, perpindahan cairan(diuretik), pengaruh fungsi jantung

o Merupakan tanda-tanda yang perlumenjadi perhatian akibat toleransiaktivitas yang menurun

o Klemahan dapat disebabkan feksamping dari beberapa jenis obat(contoh: beta blocker)

o Menunjukkan peningkatandekompensasi jantung terhadapaktivitas

o Pemenuhan kebutuhan perawatan diri

o Memberikan kesempatan miokarduntuk mendapatkan oksigen

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 1

Kolaborasi

o Implementasikan programrehabilitasi jantung/ aktivitas o Peningkatan bertahap pada aktivitas,

menghindari kerja jantung/ konsumsioksigen yang berlebihan. Penguatandan perbaikan fungsi jntung dibawahstress apabila fungsi jantung tidakdapat membaik kembali

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 2

Implementasi Asuhan Keperawatan Gagal Jantung Kongestif Tn. Mu

Masalah Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil ImplementasiKetidakefektifanbersihan jalan napas

Jalan napaskembali bersih

o Bunyi napas bersih/ jelas (Rh berkurang)o TTV (terutama RR) dalam batas normal (16

– 20x/menit)o Frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam

batas normalo Penggunaan oto bantu pernapasan minimalo Penggunaan pernapasan cuping hidung

minumal/ tidak adao Klien menunjukkan perilaku untuk

memperbaiki jalan napas (contoh: mampubatuk efektif dan mengeluarkan sputum)

Mandirio Melakukan monitor TTV (terutama RR, frekuensi

dan kedalaman)o Melakukan auskultasi bunyi napas, catat bunyi

napas adventisius (Rh, Whz, Crk)o Mencatat adanya derajat dipsnea (misal:

mengeluh sesak napas, cemas/gelisah, distresspernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan)

o Memberikan posisi semifowlero Mengobservasi karateristik batuk (misal:

menetap, batuk pendek, batuk basah)o Melatih dan memotivasi klien untuk latihan batuk

efektifo Menganjurkan klien untuk minum air hangat

untuk membant mengencerkan sekret

Kolaborasio Memberikan obat sesuai indikasi: ambroxol

3xCI, acitromycin 1x500mg, inhlasi combivent/6jam dan pulmicort/ 8 jam

o Memberikan tambahan O2 melalui nasal kanuldengan O2 4lpm

o Memonitor data laboratorium terkait AGD danfoto dada: CRT > 50%

Penurunan curahjantung

Penurunan curahjantung teratasi

o Akral hangato Sianosis berkurang/ tidak adao CRT < 3”o TTV dalam batas normal, terutama TD dan

nadi (TD sistol 110 – 130 mmHg, TD diastol70-90 mmHg, nadi 60-100x/menit)

Mandiri:o Melakukan monitor TTV dan tingkat kesadaran

klieno Mengkaji akral, CRT dan tanda sianosiso Mengauskultasi nadi apikal, frekuensi, irama

jantung

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 2

o Produksi urin + 0,5-1 cc/KgBB/Jamo Edema dan atau asites berkurang

o Mencatat bunyi jantungo Memantau haluaran urine, catat penurunan

haluaran dan kepekatan/konsentrasi urine.o Menganjurkan klien untuk istirahato Memberikan pispot di samping tempat tidur.

Hindari aktivitas respons Valsava, contohmengejan selama defekasi, menahan nafasselama perubahan posisi.

Kolaborasi :o Memberikan oksigen tambahan dengan nasal

kanul O2 4lpmo Memberikan obat sesuai indikasi.

Diuretik (lasix) 1x 40 mg Valsartan 1x80 mg, invebal 1x150 mg Ascardia 1x80 mg

o Memberian cairan IV RL 12 tpm, pembatasanjumlah total sesuai indikasi. Hindari cairangaram.

o Memantau data laboratorium: elektrolit, profillipid, kimia darah, Ur/ Cr, PT/ APTT/pemeriksaan koagulasi darah

o Memantau seri EKG dan perubahan foto dada:CRT > 50%, infiltrat pada paru (+)

Resiko kelebihanvolume cairan

Tanda-tandakelebihan volumecairan dapatteratasi

o Dipsnea/ sesak berkurang atau minimalo CRT < 3”o TTV dalam batas normal (TD sistol 110 –

130 mmHg, TD diastol 70-90 mmHg, RR16-20x/ menit, nadi 60-100x/menit, suhu 36– 37.20 C)

o Edema (ektrimitas dan atau ulmonal)berkurang, asites tidak ada

o Produksi urin + 0.5 – 1 cc/KgBB/Jamo Peningkatan vena jugularis (-)

Mandiri:o Mengkaji adanya tanda-tanda kelebihan volume

cairan tubuh (misal: edema, asites, dipsnea,bunyi adventisius pernapasan)

o Memonitor TTV dan CVP (bila ada)o Melakukan auskultasi bunyi nafas, catat

penurunan dan/atau bunyi tambahan, contohkrekels, mengi. Catat adanya peningkatandispnes, takipnea, ortopnea, dispnea noktyurnalparoksismal, batuk persisiten

o Memantau haluaran urine, catat jumlah dan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 2

warna saat hari dimana diuresis terjadio Memantau/hitung keseimbangan pemasukan dan

pengeluaran selama 24 jam.o Mempertahankan duduk atau tirah baring dengan

posisi semifowler selama fase akut.o Mencatat perubahan ada/hilangnya edema

sebagai respons terhadap terapi.o Mengkaji bising usus. Catat keluhan anoreksia,

mual, distensi abdomen, konstipasi.o Menganjurkan mengkonsumsi makanan yang

mudah dicerna, porsi kecil dan sering.o Melakukan palpasi hepatomegali. Catat keluhan

nyeri abdomen kuadran kanan atas/nyeri tekan.Kolaborasi :o Memberikan obat sesuai indikasi

Diuretik (lasix) 1x 40 mgo Mempertahankan cairan/pembatasan natrium

sesuai indikaso Memantau foto toraks: CRT > 50%

Intoleransi aktivitas Klien mampuberaktivitas sesuaidengan toleransitubuh

o Klien mampu berpartisipasi pada aktivitasyang diinginkan dalam memenuhi kebutuhanperawatan diri

o Kelemahan/ lemas berkurango Kelelahan berkurango TTV dalam batas normal selama beraktivitas

(TD sistol 110 – 130 mmHg, TD diastol 70-90 mmHg, RR 16-20x/ menit, nadi 60-100x/menit, suhu 36 – 37.20 C)

Mandirio Memonitor TTV sebelum dan sesudah

beraktivitas (khususnya bila klien menggunakanterapi vasodilator, diuretik, penyekat beta)

o Mencatat respon kardipulmonal terhadapaktivitas (contoh: takikardi, disritmia, dipsnea,diaforesis, sianosis)

o Mengkaji presipitator/ penyebab terjadinyakelelahan (contoh: efek obat, nyeri)

o Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitaso Menganjurkan keluarga untuk membatu KDMo Menganjurkan klien untuk istirahat

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN TN. Mu

Tanggal/ jam Masalah Keperawatan Implementasi Evaluasi20/05/013 Belum teridentidikasi 1. BHSP

2. Memonitor TTV3. Melakukan pengkajian PF4. Melakukan pengkajian keluhan kesehatan

saat ini dan riwayat kesehatan sebelumnya5. Memberikan posisi semifowler6. Menganjurkan untuk istirahat7. Menganjurkan klien untuk melakukan

aktivitas di tempat tidur (contoh: makan,minum, BAK, BAB, dan perawatankebersihan diri)

S:- Klien mengatakan sesak dan lemas- Klien mengatakan tidak kuat untuk berjalan- Klien mengatakan memiliki riwayat sakit gula

dan darah tinggi sudah sejak lama sekitar 10tahun yang lalu, dan riwayat sakit jantung yangdiketahui kurang lebih sudah satu tahun ini

- Klien dan keluarga mengatakan bahwa klienpernah menjalani operasi pembesaran prostatdua kali, terakhir dilaksanakan sekitar tahun2010

- Klien mengatakan sesak sedikit berkurang danmerasa lebih nyaman setelah dirubah posisibarig menjadi semifowler

O:- TTV (TD 130/80 mmHg, Nadi 78x/mnt, RR

28x/mnt, suhu 36.50 C)- Klien terlihat melakukan aktivitas ditempat

tidur seperti makan, mium, BAK, BAB, danperawatan kebersihan diri/ berhias

- IVFD: RI 50 unit dengan 2cc/ jam, dan RL 12tpm

- Klien terlihat lebih nyaman dengan posisisemifowler

- Terlihat penggunaan otot bantu pernapasan- Terlihat pernapasan cuping hidung, tetapi

minimal- Klien terpasang nasal kanul dengan O2 4lpm- Auskultasi bunyi pernapasan: Rh +/+

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

- Klien terlihat sesak ketika bernapas- Tidak terlihat edema ektrimitas saat ini, tidak

ada asites- Klien terlihat sering batuk dan mengeluarkan

sputum sedikit warna putih sedikit kekuningan- GDS (Jam 12.00 WIB = 456 g/dl)- Terapi medis: ambroxol, laxadine, invebal,

inhalasi combivent, pulmicort, novorapidkelipatan 3

- Data laboratorium:DPL (Leukosit 6.73 ribu/mm3 , Hb 14.5 g/dl, Ht39%, Trombosit : 112 ribu/mm3 )AGD (pH 7.401, pCO2 32.8 mmHg, pO2 84.5mmHg, HCO3 19.9 mmol/L, BE -3.8, Sat O2

96.5%)Elektrolit (Na 133.0 mmol/L, K 3.30 mmol/L,Cl 104 mmol/L)Kimia klinik (Trigliserida 114 mg/dl,Kolestrol total 162 mg/dl, HDL 33 mg/dl, LDL100.2 mg/dl)

A:- Masalah keperawatan: bersihan jalan napas,

penurunan curah jantung, resiko kelebihanvolume cairan, dan intoleransi aktivitas

P:- Latih batuk efektif- Anjurkan untuk istirahat- Pertahankan posisi semifowler- Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering- Anjurkan untuk membatasi aktivitas, lakukan

aktivitas sesuai toleransi tubuh- Pantau data laboratorium

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

21/05/2013 Penurunan curah jantung 1. BHSP2. Memonitor TTV3. Mengkaji akral, CRT dan warna kulit

(tanda-tanda sianosis)4. Mengauskultasi bunyi jantung dan bunyi

pernapasan5. Menganjurkan klien untuk membatasi

cairan + 600cc/hari6. Menganjurkan klien untuk istirahat7. Mempertahankan posisi baring semifowler8. Menganjurkan klien untuk mengurangi

stress dengan teknik relaksasi napas dalam9. Memberikan lingkungan yang tenang10. Memberikan terapi medis: digitalis,

diuretik, vasodilator

S:- Klien mengatakan masih merasa sesak, namun

sudah sedikit berkurang dibanding awal masukrumah sakit

- Klien mengatakan jantung terkadang berdebar-debar

- Klien mengatakan minum air putih sudah mulaidibatasi + 1 botol aqua ukuran sedang habisdalam satu hari, namun terkadang lebih sedikit

- Klien mengatakan malam masih susah tidurkarena sesak dan batuk sehingga terkadangmenyebabkan bangun dimalam hari

- Klien mengatakan tidak ada masalah yangsedang dipikirkan

- Klien mengatakan nyaman dengan posisisemifowler

- Klien mengatakan nyaman setelah melakukanteknik relaksasi napas dalam

O:- TTV (130/90 mmHg, nadi 82/mnt, RR 24x/mnt,

suhu 36,20 C)- Klien mendapat program retriksi cairan

600cc/24 jam- Posisi baring klien semifowler- Klien mampu melakukan teknik relatksasi

dengan napas dalam dan mencobanya sebanyaktiga kali

- Auskultasi paru (Rh +/+), auskultasi jantungBJ1 dan BJ2 normal, murmur (-), gallops (-)

- Klien terlihat istirahat siang kurang lebihsetengah jam

- Terapi medis: lasix, valsartan, invebal- IVFD: RI 50 unit 2cc/jam, RL 12tpm- Akral hangat

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

- Konjungtiva sedikit anemis- CRT < 3”- Sianosis orbital (-), sekitar bibir minimal

A:- Penurunan curah jantung teratasi sebagian

P:- Monitor TTV- Kaji akral, CRT dan tanda sianosis- Anjurkan klien untuk istirahat- Motivasi klien untuk minum sesuai dengan

program retriksi cairan + 600cc/24 jam- Pertahankan posisi baring semifowler- Berikan lingkungan tenang dan kurangi stress

pada klienResiko kelebihan volumecairan

1. BHSP2. Memonitor TTV3. Mengkaji tanda-tanda kelebihan cairan

(contoh: edema ektrimitas, edemapulmonal, asites)

4. Mengauskultasi bunyi pernapasan5. Menganjurkan klien untuk membatasi

cairan + 600cc/hari6. Menganjurkan klien untuk menghitung

input (minum) dan output (BAK) cairan/hari

S:- Klien mengatakan BAK 6-7 x/hari- Klien mengatakan minum air putih sekitar 1

botol aqua sedang dalam sehari, terkadang lebihsedikit

- Klien mengatakan jarang berkeringat- Klien mengatakan masih merasaka sesak

terutama pada malam hari ketika tidur- Klien mengatakan mmiliki riwayat bengkak

pada kaki sebelum dirawat dan berkurangsedikit demi sedikit (+ 2 minggu) dibantudengan obat pelancarBAK dari dokter tempatklien kontrol kesehatan

O:- TTV: (130/90 mmHg, nadi 82/mnt, RR

24x/mnt, suhu 36,20 C)- Auskultasi bunyi pernapasan Rh +/+- Intake (air minum 600 cc, sayur dimakanan 100

cc)- Output (BAK 6-7X/hari, BAB + 50 cc, IWL +

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

20 cc)- Perhitungan balance cairan: intake (700 cc),

output (770 cc) = balance (-70 cc)- Edema esktrimitas (-), asites (-)- Terapi medis: lasix- Data laboratorium (20/05/2013):

Elektrolit (Na 133.0 mmol/L, K 3.30 mmol/L,Cl 104 mmol/L)

A:- Resiko kelebihan volume cairan teratasi

sebagianP:

- Monior TTV- Anjurkan klien untuk membatasi minum sesuai

dengan rogram retriksi cairan( 600 cc/ 24 jam)- Pantau tanda-tanda kelebihan cairan- Pantau hasil laboratorium

Ketidakefektifan bersihanjalan napas

1. BHSP2. Memonitor TTV (terutama RR)3. Mengauskultasi bunyi pernapasan4. Mengkaji pernapasan (penggunaan otot

bantu pernapasan, pernapasan cupinghidung, frekuensi dan karakteristik napasklien, alat bantu pernapasan yangterpasang)

5. Mempertahankan posisi semifowler6. Memberikan terapi medis: ambroxol dan

inhalasi combivent, pulmicort7. Menganjurkan klien untuk minum air

hangat (disesuaikan dengan intruksipembatasan cairan)

S:- Klien mengatakan masih merasaka sesak

terutama pada malam hari ketika tidur- Klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi

setengah duduk atau duduk ditempat tidur- Klien mengatakan sesak berkurang setelah

dilakukan inhalasi- Klien mengatakan selalu minum air hangat

setelah dilakukan inhalasi- Klien mengatakan paham mengenai manfaat

minum air hangat untuk membantumengencerkan dahak

O:- Klien terlihat masih sesak- Penggunaan otot bantu masih terlihat,

pernapasan cuping hidung minimal

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

- TTV: (130/90 mmHg, nadi 82/mnt, RR24x/mnt, suhu 36,20 C)

- Frekuensi pernapasan cepat dan dangkal- Klien terlihat minum air hangat setelah

dilakukan inhalasi- Terapi medis: ambroxol dan inhalasi

combivent, pulmicort- Klien terpasang nasal kanul dengan O2 4lpm- Posisi baring semifowler- Data laboratorium (20/05/2013):

AGD (pH 7.401, pCO2 32.8 mmHg, pO2 84.5mmHg, HCO3 19.9 mmol/L, BE -3.8, Sat O2

96.5%)A:

- Ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasisebagian

P:- Monitor TTV (terutama RR, frekuensi dan

kedalaman)- Pertahankan posisi semifowler- Anjurkan klien untuk minum air hangat- Pantau data laboratorium- Kolaborasi pemberian inhalasi

22/05/2013 Ketidakefektifan bersihanjalan napas

1. BHSP2. Memonitor TTV (terutama RR)3. Mengauskultasi bunyi pernapasan4. Mengkaji pernapasan (penggunaan otot

bantu pernapasan, pernapasan cupinghidung, frekuensi dan karakteristik napasklien, alat bantu pernapasan yangterpasang)

5. Mengkaji adanya tanda-tanda sianosis(konjungtiva, CRT)

6. Mempertahankan posisi semifowler

S:- Klien mengatakan tidak kesulitan melakukan

cara batuk efektif yang diajarkan- Klien mengatakan masih batuk dan mampu

mengeluarkan dahak dengan batuk efektif- Klien mengatakan sesak napas berkurang

setelah diberikan inhalasi- Klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi

baring setengah duduk- Klien mengatakan sudah mengerti manfaat

minum air putih hangat untuk membantu

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

7. Mengajarkan teknik batuk efektif8. Memberikan terapi medis: ambroxol dan

inhalasi combivent, pulmicort9. Menganjurkan klien untuk minum air

hangat (disesuaikan dengan intruksipembatasan cairan)

mengencerkan dahak supaya lebih mudahdikeluarkan

- Klien mengatakan akan minum air putih hangat,jumlahnya disesuikan dengan anjuran dokteruntuk pembatasan minum

O:- TTV (TD 140/90 mmHg, Nadi 80x/mnt, RR

26x/mnt, suhu 36,80 C)- Pernapasan cepat dan dangkal- Klien masih terpasang nasal kanul dengan O2

4lpm- Konjungtiva sedikit anemis- CRT < 3”- Klien masih terlihat penggunaan otot bantu

pernapasan, pernapasan cuping hidung tidakada

- Klien terlihat lebih nyaman dengan posisisemifowler

- IVFD: pemflon- Terapi medis yang diberikan: ambroxol dan

inhalasi combivent, pulmicort- Klien terlihat minum air hangat setelah

dilakukan inhalasiA:

- Ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasisebagian

P:- Anjurkan klien untuk latihan batuk efektif- Pertahankan posisi semifowler- Pantau data laboratorium- Monitor TTV (terutama RR, frekuensi dan

kedalaman)- Kolaborasi pemberian inhalasi

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

Intoleransi aktivitas 1. BHSP2. Memonitor TTV3. Mengkaji toleransi aktivitas yang dapat

dilakukan4. Menganjurkan klien untuk istirahat di

antara waktu aktivitas5. Menganjurkan klien untuk melakukan

aktivitas di tempat tidur (contoh: makan,minum, BAK, BAB, perawatan kebersihandiri/ berhias)

S:- Klien mengatakan masih lemas- Klien mengatakan makan, minum, BAK, BAB,

dan mandi dengan kain dilakukan ditempattidur

- Klien mengatakan tidur malam kurang nyenyakkarena sesak, tidur siang kurang lebih 1 jam

- Klien mengatakan belum mampu berpindah/bangun dari tempat tidur, karena masih sedikitpusing dan lemas

O:- Klien terlihat makan dan munim ditempat tidur- Klien terlihat terbaring masih lemas- Klien terlihat tertidur pada siang hari- TTV (TD 130/80 mmHg, Nadi 78x/menit, RR

24x/menit, suhu 36,20 C)- IVFD: pemflon

A:- Intoleransi aktivitas teratasi sebagian

P:- Anjurkan klien untuk istirahat, lakukan aktivitas

sesuai dengan toleransi klien- Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi

KDM klien yang tidak bisa dilakukan sendiri- Monitor TTV- Kaji perkembangan toleransi klien terhadap

aktivitas23/05/2013 Penurunan curah jantung 1. BHSP

2. Memonitor TTV3. Mengkaji akral, CRT dan warna kulit

(tanda-tanda sianosis)4. Mengauskultasi bunyi jantung dan bunyi

pernapasan5. Menganjurkan klien untuk membatasi

S:- Klien mengatakan masih sesak sudah berkurang- Klien mengatakan jantung terkadang berdebar-

debar- Klien mengatakan minum air putih sudah mulai

dibatasi + 1 botol aqua ukuran sedang habisdalam satu hari

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

cairan + 600cc/hari6. Menganjurkan klien untuk istirahat7. Mempertahankan posisi baring semifowler8. Memberikan lingkungan yang tenang9. Memberikan terapi medis: digitalis,

diuretik, vasodilator

- Klien mengatakan tidur malam nyenyak, sesakberkurang pada saat tidur malam

- Klien mengatakan nyaman dengan posisisemifowler

O:- TTV (130/80 mmHg, nadi 86/mnt, RR 22x/mnt,

suhu 36,70 C)- Klien mendapat program retriksi cairan

600cc/24 jam- Posisi baring klien semifowler- Auskultasi paru (Rh +/+), auskultasi jantung

BJ1 dan BJ2 normal, murmur (-), gallops (-)- Klien terlihat istirahat siang kurang lebih

setengah jam- Terapi medis: lasix, valsartan, invebal- IVFD: pemflon- Akral hangat- Konjungtiva sedikit anemis- CRT < 3”- Sianosis orbital (-), sekitar bibir minimal

A:- Penurunan curah jantung teratasi sebagian

P:- Monitor TTV- Kaji akral, CRT dan tanda sianosis- Anjurkan klien untuk istirahat- Motivasi klien untuk minum sesuai dengan

program retriksi cairan + 600cc/24 jam- Pertahankan posisi baring semifowler- Berikan lingkungan tenang dan kurangi stress

pada klien- Pertahankan posisi barig semifowler

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

Intoleransi aktivitas 1. BHSP2. Memonitor TTV3. Mengkaji toleransi aktivitas yang dapat

dilakukan4. Menganjurkan klien untuk istirahat di

antara waktu aktivitas5. Menganjurkan klien untuk melakukan

aktivitas di tempat tidur (contoh: makan,minum, BAK, BAB, perawatan kebersihandiri/ berhias)

6. Melatih senam ringan untuk jantung sehat

S:- Klien mengatakan lemas berkurang- Klien mengatakan sudah mandiri melakukan

aktivitas KDM seperti makan, minum- Klien mengatakan sudah mampu berpindah dari

tempat tidur ke kamar mandi dengan didampingi/ dipapah oleh keluarga

- Klien mengatakan sudah mampu BAK danBAB di kamar mandi

- Klien mengatakan tidur malam nyenyakO:

- Klien terlihat sudah mampu makan dan minumsecara mandiri

- Klien terihat sudah mampu berjalan ke kamarmandi untuk BAK atau BAB

- Klien terlihat tertidur pada siang hari- TTV (130/80 mmHg, nadi 86/mnt, RR 22x/mnt,

suhu 36,70 C)- IVFD: pemflon- Klien mampu melakukan senam ringan di

tempat tidur selama 10 menit- Klien terlihat antusias melakukan senam ringan- Terlihat keluarga (istri) terlibat kegiatan senam

A:- Intoleransi aktivitas teratasi sebagian

P:- Anjurkan klien latihan berpindah secara

bertahap- Monitor TTV sebelum dan sesudah melakukan

senam ringan- Kaji perkembangan toleransi klien terhadap

aktivitas- Motivasi untuk latihan senam ringan mandiri

setiap pagi dengan durasi sesuai toleransi tubuh

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

24/05/2013 Ketidakefektifan bersihanjalan napas

1. BHSP2. Memonitor TTV (terutama RR)3. Mengauskultasi bunyi pernapasan4. Mengkaji pernapasan (penggunaan otot

bantu pernapasan, pernapasan cupinghidung, frekuensi dan karakteristik napasklien, alat bantu pernapasan yangterpasang)

5. Mempertahankan posisi semifowler6. Memberikan terapi medis: ambroxol dan

inhalasi combivent, pulmicort7. Menganjurkan klien untuk minum air

hangat (disesuaikan dengan intruksipembatasan cairan)

S:- Klien mengatakan masih batuk dan mampu

mengeluarkan dahak dengan batuk efektif- Klien mengatakan sesak napas berkurang

setelah diberikan inhalasi- Klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi

baring setengah duduk- Klien mengatakan sudah mempraktekkan

minum air putih hangat, jumlahnya disesuikandengan anjuran dokter untuk pembatasanminum

O:- TTV (TD 140/80 mmHg, Nadi 88x/mnt, RR

22x/mnt, suhu 36,80 C)- Auskultasi pernapasan Rh - / -- Pernapasan normal tetapi masih dangkal- Klien masih terpasang nasal kanul dengan O2

4lpm jika sesak saja- Konjungtiva sedikit anemis- CRT < 3”- Penggunaan otot bantu napas minimal- Klien terlihat lebih nyaman dengan posisi

semifowler- IVFD: pemflon- Terapi medis yang diberikan: ambroxol dan

inhalasi combivent, pulmicort- Klien terlihat minum air hangat setelah

dilakukan inhalasiA:

- Ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasisebagian

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

P:- Anjurkan klien untuk latihan batuk efektif- Pertahankan posisi semifowler- Monitor TTV (terutama RR, frekuensi dan

kedalaman)- Kolaborasi pemberian inhalasi- Anjurkan klien untuk minum air hangat

(sesuaikan dengan program retriksi cairan)Resiko kelebihan volumecairan

1. BHSP2. Memonitor TTV3. Mengkaji tanda-tanda kelebihan cairan

(contoh: edema ektrimitas, edemapulmonal, asites)

4. Mengauskultasi bunyi pernapasan5. Menganjurkan klien untuk membatasi

cairan + 600cc/hari6. Menganjurkan klien untuk menghitung

input (minum) dan output (BAK) cairan/hari

S:- Klien mengatakan BAK 5-6 x/hari- Klien mengatakan minum air putih sekitar 1

botol aqua sedang dalam sehari- Klien mengatakan jarang berkeringat- Klien mengatakan sesak sudah berkurang- Klien mengatakan batuk sudah mulai berkurang

dan dahak sudah tidak terlalu banyak yangdikeluarkan

O:- TTV: (TD 140/80 mmHg, Nadi 88x/mnt, RR

22x/mnt, suhu 36,80 C)- Auskultasi bunyi pernapasan Rh - / -- Intake (air minum 600 cc, sayur dimakanan 50

cc)- Output (BAK 5-6X/hari, BAB + 50 cc, IWL +

20 cc)- Perhitungan balance cairan: intake (650 cc),

output (670 cc) = balance (-20 cc)- Edema esktrimitas (-), asites (-)

A:- Resiko kelebihan volume cairan teratasi

sebagianP:

- Monior TTV- Anjurkan klien untuk membatasi minum sesuai

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

dengan rogram retriksi cairan( 600 cc/ 24 jam)- Pantau tanda-tanda kelebihan cairan- Pantau hasil laboratorium

25/05/2013 Ketidakefektifan bersihanjalan napas

1. BHSP2. Memonitor TTV (terutama RR)3. Mengauskultasi bunyi pernapasan4. Mengkaji pernapasan (penggunaan otot

bantu pernapasan, pernapasan cupinghidung, frekuensi dan karakteristik napasklien, alat bantu pernapasan yangterpasang)

5. Mempertahankan posisi semifowler6. Memberikan terapi medis: ambroxol dan

inhalasi combivent, pulmicort7. Menganjurkan klien untuk minum air

hangat (disesuaikan dengan intruksipembatasan cairan)

S:- Klien mengatakan batuk masih tetapi sudah

mulai jarang- Klien mengatakan dahak yang dikeluarkan

sudah mulai berkurang- Klien mengatakan sesak napas berkurang

setelah diberikan inhalasi- Klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi

baring setengah duduk- Klien mengatakan sudah mempraktekkan

minum air putih hangat, jumlahnya disesuikandengan anjuran dokter untuk pembatasanminum

O:- TTV (TD 130/80 mmHg, Nadi 86x/mnt, RR

22x/mnt, suhu 36,50 C)- Auskultasi pernapasan Rh - / -- Pernapasan normal tetapi masih dangkal- Klien masih terpasang nasal kanul dengan O2

4lpm jika sesak saja- Konjungtiva sedikit anemis- CRT < 3”- Penggunaan otot bantu napas minimal- Klien terlihat lebih nyaman dengan posisi

semifowler- IVFD: pemflon- Terapi medis yang diberikan: ambroxol dan

inhalasi combivent- Klien terlihat minum air hangat setelah

dilakukan inhalasiA:

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

- Ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasisebagian

P:- Anjurkan klien untuk latihan batuk efektif- Pertahankan posisi semifowler- Monitor TTV (terutama RR, frekuensi dan

kedalaman)- Kolaborasi pemberian inhalasi- Anjurkan klien untuk minum air hangat

(sesuaikan dengan program retriksi cairan)Intoleransi aktivitas 1. BHSP

2. Memonitor TTV3. Mengkaji toleransi aktivitas yang dapat

dilakukan4. Menganjurkan klien untuk istirahat di

antara waktu aktivitas5. Menganjurkan klien untuk melakukan

aktivitas di tempat tidur (contoh: makan,minum, BAK, BAB, perawatan kebersihandiri/ berhias)

6. Motivasi klien melakukan senam ringanuntuk jantung sehat

S:- Klien mengatakan lemas berkurang- Klien mengatakan sudah mandiri melakukan

aktivitas KDM seperti makan, minum- Klien mengatakan sudah mampu berpindah dari

tempat tidur ke kamar mandi dengan didampingi/ dipapah oleh keluarga

- Klien mengatakan sudah mampu BAK danBAB di kamar mandi

- Klien mengatakan tidur malam nyenyak- Klien mengatakan sudah mempraktekkan

senam ringan setiap pagi setelah bangun tidursesuai toleransi tubuh

O:- Klien terlihat sudah mampu makan dan minum

secara mandiri- Klien terihat sudah mampu berjalan ke kamar

mandi untuk BAK atau BAB- TTV (130/80 mmHg, nadi 86/mnt, RR 22x/mnt,

suhu 36,70 C)- IVFD: pemflon- Klien mampu melakukan senam ringan di

tempat tidur selama 10 menit- Klien terlihat sudah mampu berjalan-jalan dari

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

tempat tidur ke halaman ruang rawat/ nursestation

A:- Intoleransi aktivitas teratasi sebagian

P:- Anjurkan klien latihan berpindah secara

bertahap- Monitor TTV sebelum dan sesudah melakukan

senam ringan- Kaji perkembangan toleransi klien terhadap

aktivitas- Motivasi untuk latihan senam ringan mandiri

setiap pagi dengan durasi sesuai toleransi tubuh26/05/2013 Penurunan curah jantung 1. BHSP

2. Memonitor TTV3. Mengkaji akral, CRT dan warna kulit

(tanda-tanda sianosis)4. Mengauskultasi bunyi jantung dan bunyi

pernapasan5. Menganjurkan klien untuk membatasi

cairan + 600cc/hari6. Menganjurkan klien untuk istirahat7. Mempertahankan posisi baring semifowler8. Menganjurkan klien untuk mengurangi

stress dengan teknik relaksasi napas dalam9. Memberikan lingkungan yang tenang10. Melakukan pendkes (bagian dari dischare

planning) mengenai pola hidup sehatdirumah: mengurangi makanan yangberlemak, diet rendah garam, berhentimerokok

S:- Klien mengatakan masih sesak sudah berkurang- Klien mengatakan minum air putih sudah mulai

dibatasi + 1 botol aqua ukuran sedang habisdalam satu hari

- Klien mengatakan tidur malam nyenyak- Klien mengatakan nyaman dengan posisi

semifowler- Klien mengatakan paham mengenai batasan

aktivitas yang perlu dikurangi ketika di rumah- Klien mengatakan paham mengenai tanda-tanda

yang perlu diperhatikan dan harus segeramengunjungi pelayanan kesehatan (seperti:keluhan nyeri dada yang semakin sering, sesakketika istirahat, lelah yang tidak hilang denganistirahat, jantung berdebar-debar)

- Klien megatakan paham pentingnya kontrolkesehatan di pelayanan kesehatan setelah selesimasa perawatan

- Klien mengatakan paham pentingnya olahraga,mengurangi stress dan istirahat cukup untuk

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

kesehatan jantungnyaO:

- TTV (130/80 mmHg, nadi 86/mnt, RR 22x/mnt,suhu 36,00 C)

- Klien mendapat program retriksi cairan600cc/24 jam

- Posisi baring klien semifowler- Auskultasi paru (Rh -/-), auskultasi jantung BJ1

dan BJ2 normal, murmur (-), gallops (-)- IVFD: pemflon- Akral hangat- Konjungtiva sedikit anemis- CRT < 3”- Sianosis orbital (-), sekitar bibir minimal- Klien terlihat antusias dalam pendkes- Keluarga (istri) terlibat dalam pendkes- Klien dan keluarga aktif bertanya terkait dengan

beberapa jenis aktivitas yang perlu untukdibatasi

A:- Penurunan curah jantung teratasi sebagian

P:- Anjurkan klien untuk membagi waktu istirahat

dan aktivitas dirumah- Motivasi klien untuk minum sesuai dengan

program retriksi cairan + 600cc/24 jam- Berikan lingkungan tenang dan kurangi stress

pada klien- Motivasi klien untuk menerapkan pendkes

dalam kehidupan sehari-hari setelah selesaimasa perawatan di RS

Ketidakefektifan bersihanjalan napas

1. BHSP2. Memonitor TTV (terutama RR)3. Mengauskultasi bunyi pernapasan

S:- Klien mengatakan batuk masih tetapi sudah

jarang

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

4. Mengkaji pernapasan (penggunaan ototbantu pernapasan, pernapasan cupinghidung, frekuensi dan karakteristik napasklien, alat bantu pernapasan yangterpasang)

5. Mempertahankan posisi semifowler6. Memberikan terapi medis: ambroxol dan

inhalasi combivent, pulmicort7. Menganjurkan klien untuk minum air

hangat (disesuaikan dengan intruksipembatasan cairan)

8. Melakukan pendkes (bagian dari dischareplanning) mengenai pembuatan inhalasisederhana dengan menggunakan minyakkayu putih yang dicampur dengan air putihpanas/ mendidih

- Klien mengatakan dahak yang dikeluarkansudah mulai berkurang

- Klien mengatakan sesak napas- Klien mengatakan sudah mampu berjalan dari

tempat tidur ke halaman kamar rawat/ nursestation (jarak + 50-80 meter)

- Klien mengatakan sudah mempraktekkanminum air putih hangat, jumlahnya disesuaikandengan anjuran dokter untuk pembatasanminum

- Klien mengatakan paham mengenai carapembuatan inhalasi sederhana dirumah denganminyak kayu putih dan air mendidih

- Klien mengatakan paham mengenai etika batukyang benar

- Klien mengatakan paham mengenai jenis obatdan dosis yang perlu diminum dirumah untukmengurangi batuk dan sesak

- Klien mengatakan paham mengenai tanda-tandapernapasan yang buruk yang harus segeramengunjungi pelayanan kesehatan seperti:batuk meneta, dahak sulit dikeluarkan, sesakmemberat dan mengganggu istirahat malam

O:- TTV (130/80 mmHg, nadi 86/mnt, RR 22x/mnt,

suhu 36,00 C)- Auskultasi pernapasan Rh - / -- Pernapasan normal- Klien tidak terpasang alat bantu oksigen- Konjungtiva sedikit anemis- CRT < 3”- Penggunaan otot bantu napas minimal- Klien terlihat lebih nyaman dengan posisi

semifowler

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

- IVFD: pemflon- Terapi medis yang diberikan: ambroxol dan

inhalasi combivent- Klien terlihat minum air hangat setelah

dilakukan inhalasi- klien terlihat tidak sesak setelah berjalan dari

tempat tidur ke halaman ruang rawatA:

- Ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasisebagian

P:- Anjurkan klien untuk latihan batuk efektif- Anjurkan untuk mencoba cara inhalasi

sederhana dirumah- Anjurkan klien untuk minum air hangat

(sesuaikan dengan program retriksi cairan)- Motivasi klien untuk kontrol setelah selesai

perawatanIntoleransi aktivitas 1. BHSP

2. Memonitor TTV3. Mengkaji toleransi aktivitas yang dapat

dilakukan4. Menganjurkan klien untuk istirahat di

antara waktu aktivitas5. Menganjurkan klien untuk melakukan

aktivitas di tempat tidur (contoh: makan,minum, BAK, BAB, perawatan kebersihandiri/ berhias)

6. Melatih senam ringan untuk jantung sehat7. Melakukan pendkes (bagian dari

discharge planning) mengenai pembatasanaktivitas (jenis-jenis aktivitas yang perludikurangi frekuensi dan durasinya),memotivasi melakukan aktivitas/ olahraga

S:- Klien mengatakan lemas berkurang- Klien mengatakan sudah mandiri melakukan

aktivitas KDM seperti makan, minum- Klien mengatakan sudah mampu berpindah dari

tempat tidur ke kamar mandi sendiri- Klien mengatakan sudah mempraktekkan

senam ringan setiap pagi setelah bangun tidursesuai toleransi tubuh

- Klien mengatakan paham mengenai beberapaaktivitas yang perlu dibatasi dirumah

- Klien mengatakan paham mengenai perlunyaolahraga sesuai dengan toleransi (kekuatan)tubuh klien untuk mempertahankan kesehatanjantung (contoh: olahraga ringan)

- Klien mengatakan paham mengenai pentingnya

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 3

ringan sesuai toleransi tubuh membagi waktu untuk istirahat dan aktivitas- Klien mengatakan paham mengenai tanda-tanda

yang perlu diperhatikan ketika terjadi keluhansesak napas saat beraktivitas

O:- Klien terlihat sudah mampu makan dan minum

secara mandiri- Klien terihat sudah mampu berjalan ke kamar

mandi untuk BAK atau BAB- TTV (130/80 mmHg, nadi 86/mnt, RR 22x/mnt,

suhu 36,00 C)- IVFD: pemflon- Klien mampu melakukan senam ringan di

tempat tidur selama 15 menit- Klien terlihat sudah mampu berjalan-jalan dari

tempat tidur ke halaman ruang rawat/ nursestation

- Klien tidak terihat sesak setelah berjalan daritempat tidur ke ruang perawat (+ 50-80 meter)

- Klien dan keluarga terlihat antusiasmendengarkan beberapa jenis aktivitas yangperlu dibatasi dirumah

- Keluarga (istri) terlibat dalam kegiatan pendkesaktivitas klien dirumah

A:- Intoleransi aktivitas teratasi sebagian

P:- Anjurkan klien latihan berpindah secara

bertahap- Kaji perkembangan toleransi klien terhadap

aktivitas- Motivasi untuk latihan senam ringan mandiri

setiap pagi dengan durasi sesuai toleransi tubuh

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 4

WOC GAGAL JANTUNG Tn. Mu

Riwayat HipertensiPola hidup tidak sehat

(merokok)Diabetes Mellitus PPOK AKI acute on CKD

Karbon monoksida (CO) LDL, HDL

Mengikat Hb

Suplai O2 ke jantung

Fungsi sel otot jantung

Plak pemb. darah koroner

Atherosklerosis art. koroner

Viskositas darah

Plak pemb. darah Aliran vena balik

Positif intrapleural

Pengisian ventrikel

SV dan proload

Fungsi ekresi ginjal

Fungsi renin terganggu

Overload cairan

Kontraktilitas

Beban kerja jantung

Cardiac output

Gagal jantung/ CHF

Gagal Jantung vent. kiri Gagal Jantung vent. kanan

Foward failure Backward failure

Suplai O2 ke otak Suplai O2 ke ginjal Suplai O2 ke periferSuplai O2 ke jantung

Hipoksia jaringan

Metabolisme anaerob

Kontraktilitas Asam laktat

dx: penurunancurah jantung

dx: nyeri akut/kronik

Sinkop

Hipoksia jaringan

dx: resiko gang.Perfusi jar. cerebral

RAA

Aldosteron

ADH

Retensi Na dan H2O

dx: kelebihanvol. cairan

fatigue

Hipoksia jaringan

Metabolisme anaerob

Asam laktat

dx: intoleransiaktivitas

LVED

Tek. Vena pulmonalis

Tek. Kapiler paru

Edema paru

Iritasi mukosa paru Gang. Pertukarangas di alveoli

Sekresi mukus

dx: ketidakefektifanbersihan jln napas

dx: gang.Pertukaran gas

Beban vent. kanan

Hipertrofi vent. kanan

Penyempitan lumenvent. kanan

Tek. Diastole

Bendungan atr. kanan

Bendungan vena sistemik

Hepar Lien Ektrimitas

Hepatomegali Splenomegali Edema

Menekan diafragma

dx: pola napastdk efektif

dx: kelebihanvol. cairan

Afterload

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 5

Panduan Home Based Exercise Training

1. Lakukan pengukuran denyut nadi sebelum latihan.2. Lakukan pemanasan terlebih dahulu, setelah selesai pemanasan hidung nadi

anda.3. Jalan kaki dengan kecepatan saat test di rumah sakit.4. Jika tidak terdapat keluhan apa-apa setelah berjalan 5 menit, cobalah

menghitung denyut nadi anda. Jika denyut nadi anda belum mencapai targetyang diinginkan cobalah percepat langkah anda.

5. Teruskanlah berjalan, kemudian pada menit ke 15 hitung kembali denyut nadianda, apakah sudah mencapai target yang diinginkan tetapi jangan melampauitarget yang diharapkan. Jika sudah sesuai target, pertahankan kecepatan jalananda.

6. Teruskanlah latihan sampai menyelesaikan program jalan 30 menit, hitungkembali denyut nadi anda. Jika target denyut nadi sudah tercapai lakukanlatihan yang sama pada latihan berikutnya.

7. Untuk pertimbangan keamanan selama latihan di rumah, jika anda merasakangejala ketidaknyamanan selama melakukan latihan, latihan harus dihentikanwalaupun denyut nadi target belum tercapai.

8. Lakukan pendinginan dan hitung kembali denyut nadi pada saat istirahat.9. Lakukan latihan yang sama pada hari lainnya dan hitung pula denyut nadi

latihan.10. Berdassarkan denyut nadi dan tidak adanya keluhan saat latihan, lama latihan

dan jarak latihan dapat ditingkatkan. Lakukan 3 kali latihan dengan jarak danwaktu yang sama (1 minggu), jika denyut nadi saat latihan masih dibawahtarget peningkatan latihan dapat dilakukan. Sebaliknya jika denyut nadi saatlatihan lebih tinggi dari denyut nagi target, maka latihan jalan harus dikurangidengan cara berjalan lebih pelan.

11. Lakukan latihan ini dengan teratur minimal 3 kali dalam seminggu.12. Catat denyut nadi sebelum latihan, setelah pemanasan, 5 menit latihan, 15

menit latihan segera setelah latihan selesai, dan setelah pendinginan. Selainitu, catat pula keluhan saat latihan jalan, misalnya sesak nafas, nyeri dada,letih. Jika tidak ada keluhan, catat pupa di raport latihan jalan.

Sumber: Modifikasi dari Kusmana (2006), Suharsono (2011).

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 5

Cara Melakukan Pemanasan

1. Berdiri tegak, kaki dibuka selebar bahu, siku lengan menekuk dan dikatupkanpada dada. Kemudian luruskan siku ke arah depan, tekuk kembali siku danulangi sampai hitungan ke-8.

2. Berdiri tegak, kaki dibuka selebar bahu, siku lengan menekuk di dada.Kemudian luruskan siku dan lengan ke arah atas. Tekuk kembali ke posisisemula dan ulangi sampai hitungan ke-8.

3. Berdiri tegak, kaki dibuka selebar bahu, siku lengan menekuk ke arah dada.Kemudian lengan direntangkan ke arah samping pinggang. Katupkan lagilengan pada dada dan ulangi sampai hitungan ke-8.

4. Berdiri tegak, kaki dibuka selebar bahu dan lengan disamping badan. Dengantetap meluruskan siku angkat lengan ke atas kepala. Turunkan lengan kembalike samping badan dan ulangi sampai hitungan ke-8.

5. Berdiri tegak, kaki dibuka selebar bahu dan lengan disamping badan.Rentangkan tangan setinggi bahu. Gerakkan secara melingkar tangan danlengan dengan arah depan dengan tetap meluruskan siku, ulangi sampaihitungan ke-8.

6. Berdiri tegak, kaki dibuka selebar bahu dengan lengan ditekuk di depan.Angkat satu kaki dengan menekuk lutut seperti saat berbaaris. Ayunkanlengan untuk membantu menjaga keseimbangan, ulangi sampai sampai 8 kali.

7. Berdiri tegak, kaki dibuka selebar bahu. Tekuk lengan sehingga tanganmenyentuh pinggang kanan, pertahankan kaki dan punggung tetap lurus,ulangi sampai 8 kali.

8. Berdiri tegak, kaki dibuka selebar bahu, tekuk lengan dan tempatkan tangandi pinggang. Putar bahu ke kanan kemudian kembali. Putar bahu kekirikemudian kembali. Ulangi sampai hitungan ke-8.

9. Berdiri tegak, kaki dibuka selebar bahu, lengan diangkat diatas kepala. Tekukpunggung sampai tangan menyentuh lutut. Angkat kembali lengan ke ataskepala. Putar tubh ke kiri dan kemudian kembali, ulangi sampai 8 kali.

10. Berdiri tegak, kaki dibuka selebar bahu, tangan menyentuh pinggang. Tekukpunggung ke depan dan lutut juga menekuk. Kembali luruskan punggung.Ulangi sampai hitungan ke-8.

11. Gerakan latihan pernapasan sederhana setiap akan memulai latihan dansetelah selesai latihan sebegai gerakan pendinginaan.

Sumber: Modifikasi Ades (2001 dalam Arofah, 2009).

Catatan: Gerakan dapat dipilih dan tidak harus semua dilakukan, dipilih gerakanyang sesuai dengan kondisi pasien. Gerakan juga tidak harus dilakukan denganberdiri. Apabila pasien belum kuat untuk berdiri, gerakan dapat dimodifikasidengan duduk di kursi atau di atas tempat tidur.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 5

Cara Menghitung Nadi

1. Posisikan tangan kiri anda dalam posisi menadahkan tangan.2. Letakkan tiga jari (telunjuk, tengan dan manis) tangan kanan anda di

pergelangan tangan kiri, geser 2 cm ke arah siku (jika anda melakukan ditangan kanan lakukan sebaliknya).

3. Rasakan adanya denyutan.4. Hitung denyutan yang muncul dalam 15 detik. Kemudian kalikan 4 jumlah

denyutan yang muncul dalam 15 detik. Itulah denyut nadi dalam satu menit.5. Lakukan sampai anda terampil melakukannya.

Sumber: Suharsono (2011)

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 5

Kapan Latihan Jalan Anda Harus Dihentikan?

1. Timbul nyeri dada. Bila timbul nyeri dada saat latihan, perlambat jaan danistirahatlah. Jika nyeri tidak berkurang, minum obat pengurang nyeri dada(ISDN) dibawah lidah. Jangan lupa membawa obat saat latihan.

2. Timbul sesak nafas. Sesak nafas yang berat dapat menjadi tanda beban latihananda terlalu berat atau jantung anda terlampau kemampuannya. Segera akhirilatihan. Biasanya keluhan akan segera membaik.

3. Timbul kepala pusing. Pusing terjadi akibat peningkatan atau penurunantekanan darah drastis karena beban latihan melampaui kekuatan jantung.Latihan harus segera dihentikan.

4. Apabila denyut nadi latihan telah tercapai. Bila denyut nadi latihan telahtercapai dan waktu latihan telah habis, maka latihan harus dihentikan. Apabilawaktu latihan belum habis, maka latihan boleh diteruskan asal beban latihantidak ditambah.

5. Merasakan gejala ketidaknyamanan selama melakukan latihan. Latihan harusdihentikan meskipun denyut nadi latihan belum tercapai.

Sumber: Modifikasi Suharsono (2011).

Catatan: Peningakatn denyut nadi yang dapat ditoleransi oleh tubuh setelahlatihan adalah 20% dari denyut nadi sebelum latihan. Apabila peningkatan denyutnadi > 20% denyut nadi awal, sebaiknya latihan dihentikan dan segera istirahat.

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Lampiran 5

Kapan Anda Tidak Boleh Latihan Jalan?

1. Pada saat anda menderita sakit. Sakit apa saja, termasuk demam makan andatidak diperkenankan untuk melakukan latihan aktivitas.

2. Apabila anda sedang nyeri dada. Jika nyeri dada timbul, sikap anda yangbenar adalah menghentikan semua aktivitas. Minum obat (ISDN) dibawahlidah dan segera pergi ke rumah sakit apabila nyeri tidak juga hilang setelahminum obat.

3. Apabila baru sembuh dari sakit. Jika anda baru sembuh dari sakit, latihanharus dimulai lagi dari awal, karena kemampuan jantung menurun jika andatidak melakukan latihan selama 2 minggu.

4. Apabila semalam kurang tidur. Jika anda kurang tidur, kemampuanmelakukan aktivitas akan menurun, sebaiknya latihan di tunda pada hariberikutnya.

Sumber: Kusmana (2006), Suharsono (2011).

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Latihan AktivitasHome Based Exercise Training

Pada PasienGagal Jantung Kongestif

Mahasiswa Profesi 2012Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia

Gerakan LatihanAktivitas HBET

Pemanasan

Siku ditekuk dandikatupkan pada dada.Luruskan ke depan &tekuk kembali

Siku ditekuk dandikatupkan pada dada.Luruskan ke atas & tekukkembali

Siku ditekuk dandikatupkan pada dada.Rentangkan lengan kesamping & tekuk kembali

Siku lurus ke atas dan turunkankembali kesamping badan

Lengan disamping badandan rentangkan setinggibahu, gerakan melingkartangan & lengan ke depan

Angkat satu kaki dgmenekuk lutut spt berbaris.Ayunkan lengan untukmenjaga keseimbangan

Tangan menyentuh pinggang,Kaki & punggung tetap lurus

Tangan di pinggang, putarbahu kekanan & kekiri

Angkat lengan ke atas.Tekuk punggung samapimenyentuh lutut, angkatkembali ke atas kepala

Tangan ke pinggang.Tekuk punggung dan lututke depan. Kembaliluruskan punggungHome based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

Apa itu Home BasedExercise Training ?

Prinsip– Prinsip

Latihan Aktivitas HBET

Home Based Exercise Training(HBET) adalah salah satu bentuklatihan aktivitas yang bertujuanuntuk mempertahankan danmeningkatkan tleransi latihanpasien gagal jantung

Tujuan LatihanAktivitas HBET

Mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh

Meningkatkan level tolerasi aktivitas

Mempercepat proses pemulihan

Mengurangi efek samping fisiologisdan psikologis dari tirah baring

Memberi penyuluhan klien dankeluarga dalam mencegah perburukan

Latihan Aktivitas

Segera Dihentikan Jika...

Latihan yang dilakukan adalahkategori latihan ringan

Latihan dilakukan secarabertahap sesuai kondisi pasien

Tipe, intensitas, durasi danfrekuensi latihan disesuakikan

dengan kondisi pasien

Monitor denyut nadi dan respon klienselama latihan, segera berhenti jika

timbul keluhan/ denyut nadimeningkat melebihi target

Sebelum latihan, tentukan targetdenyut nadi yg akan dicapai

Latihan dilakukan dengan urutanpemanasan, inti dan pendinginan

Timbul Nyeri Dada

Timbul Sesak Nafas

Timbul Kepala Pusing

Target Denyut Nadi Tercapai

Timbul Gejala KetidaknyamananSelama Latihan

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351448-PR-Lina Budiyarti.pdf · bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai ... metabolisme

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lina Budiyarti, S.Kep.

Tempat Tanggal lahir :Wonosobo, 18 Mei 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat Asal : Ds. Jlegong RT 02 RW 01Kecamatan Sukoharjo,

Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah

Alamat Tinggal : Jl. Yahya nuih No. 9, RT 02 RW 01, Pondok Cina, Beji.

Depok, 16424

Email : [email protected] / [email protected]

Telepon : 085729782071

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1996 : TK Pamekar Budi 3 Sukoharjo, Wonosobo

Tahun 2002 : SD 3 Sukoharjo, Wonosobo

Tahun 2005 : SMP 1 Sukoharjo, Wonosobo

Tahun 2008 : SMA 1 Wonosobo

Tahun 2012 : S1 Ilmu Keperawatan FIK UI

Home based ..., Lina Budiyarti, FIK UI, 2013