UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim...

19
UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya page 1 / 5

Transcript of UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim...

Page 1: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

page 1 / 5

Page 2: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

EDITORIAL BOARD

empty

page 2 / 5

Page 3: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

Table of Contents

No Title Page

1 Potret Pandangan Akademisi Di Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UGM (JSP)

Mengenai Permasalahan Demokrasi Di Indonesia

1 - 12

2 Upaya Perempuan Aktivis Buruh Dalam Memperjuangkan Hak-Hak Normatif Buruh

Perempuan Di Perusahaan Dalam Negeri Kabupaten Mojokerto

13 - 20

3 Politisasi Surat Ijo Surabaya Pemanfaatan Gerakan Pejuang Hapus Surat Ijo

Surabaya (GPHSIS) Untuk Kepentingan Politik

21 - 30

4 Kandidasi Perempuan Caleg Di Kota Surabaya Dalam Pemilihan Legislatif 2014 31 - 38

5 Peran Elit Organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Dalam Proses

Politik Pemilihan Legislatif 2014 Di Kabupaten Nganjuk (Studi Persaudaraan Setia

Hati Terate Dalam Proses Politik Di Kabupaten Nganjuk)

39 - 49

6 Perilaku Memilih Warga Surabaya Dalam Pemilu Legislatif 2014 (Hubungan Kesuaian

Program Kandidat, Kampanye, Identifikasi Partai dan Pemberian Imbalan Uang

dalam Menentukan Pilihan Partai Politik dalam Pemilu Legislatif 2014)

50 - 60

7 Politik Pengakuan : Memperjuangan Kepentingan Kelompok Difabel (Tunanetra) Kota

Surabaya

61 - 70

8 Rezim Pertumbuhan Kota Surabaya Studi tentang Pembangunan dan Revitalisasi

Hotel di Surabaya

71 - 78

9 Political Marketing Caleg Terpilih Partai Nasdem Pada Pemilu Legislatif

Dprd Kota Surabaya Tahun 2014

79 - 92

page 3 / 5

Page 4: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

Vol. 4 - No. 1 / 2015-01

TOC : 9, and page : 79 - 92

Political Marketing Caleg Terpilih Partai Nasdem Pada Pemilu Legislatif Dprd Kota Surabaya Tahun

2014

Political Marketing Caleg Terpilih Partai Nasdem Pada Pemilu Legislatif Dprd Kota Surabaya Tahun

2014

Author :

Andrea Hilmawan Apriliansyah | [email protected]

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Abstract

Abstrak Keberhasilan Partai NasDem di Kota Surabaya dengan meloloskan dua Calon Legislatif

dalam Pemilu Legislatif DPRD Kota Surabaya tahun 2014 merupakan sebuah prestasi yang luar biasa

bagi partai yang tergolong baru bermain dalam kontestasi politik lima tahunan ini. Keberhasilan ini

tidak lain buah upaya dari Vinsensius dan H. Fatchul Muid yang merupakan caleg terpilih partai

NasDem dalam melakukan kampanye dan meyakinkan pemilih untuk memilih mereka. Upaya

melakukan kampanye pemilu hingga berhasil meyakinkan pemilih atas pilihannya adalah sebuah

proses panjang dari sebuah Political Marketing yang dilakukan caleg tersebut. Fokus dalam

penelitian ini yaitu mencoba mendeskripsikan sebuah kerangka (framework) dari upaya Political

Marketing yang telah dilakukan oleh kedua Caleg Terpilih Partai NasDem dalam Pemilu Legislatif

DPRD Kota Surabaya tahun 2014, mulai dari pemetaan lingkungan Political Marketing hingga makna

politik yang tersampaikan dalam benak konstituen. Teori yang digunakan adalah Framework Political

Marketing dalam buku Political Marketing karya Adman Nursal. Penelitian ini menggunakan tipe

penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif. Untuk memperoleh data yang relevan dengan

penelitian maka dilakukan wawancara dan studi documenter data sekunder yang didapatkan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa proses Political Marketing yang dilakukan kedua Caleg Terpilih Partai

NasDem pada pemilu legislative tahun 2014 kemarin banyak didasarkan atas lingkungan internal

yang dimiliki Caleg, terutama terhadap sentimen golongan yang dalam hal ini adalah agama. Proses

kampanye juga banyak menekankan pada figuritas caleg daripada platform partai. Hal ini

disebabkan karena caleg lebih dikenal masyarakat dan partai NasDem merupakan partai baru yang

belum memiliki track record. Hal tersebut menyebabkan pengelolaan di lapangan ditentukan sekali

oleh Caleg. Akibatnya terjadi beberapa ketidaksesuaian antara platform partai dengan positioning

Caleg. Temuan lainnya adalah penggunaan social media sebagai alternative saluran komunikasi

yang dilakukan kedua Caleg dalam berkomunikasi dengan pemilih. Abstract Success NasDem

Party in Surabaya by passing two Legislative Candidates in legislative elections Surabaya City

Council in 2014 is a remarkable achievement for a relatively new party play in the five-year political

contestation. The success of one of them is an attempt of Vincent and H. Fatchul Muid that the

elected candidate NasDem party in campaigning and convince voters to vote for them. Efforts to

conduct successful election campaign to convince voters for his choice is a long process of a Political

Marketing conducted the candidate. The focus of this research is trying to describe a framework

(framework) of Political Marketing efforts that have been made by both chosen candidates of

NasDem Party in legislative elections Surabaya City Council in 2014, ranging from environmental

mapping Political Marketing to political meanings conveyed in the minds of constituents. The theory

used is the Framework of Political Marketing from Political Marketing book by Adman Nursal. This

study used a type of qualitative research and descriptive approach. To obtain data relevant to the

study conducted interviews and documentary study of secondary data obtained. The results showed

that the process of Political Marketing from the two candidates elected NasDem party in the

legislative elections of 2014 yesterday much based on internal environment owned candidates,

especially in lifting class sentiment which in this case is religion. Campaign process is also much

emphasis on figureof candidates rather than party platform. This is because the candidates known to

the public and NasDem partyis a new party that does not yet have a track record. This causes the

page 4 / 5

Page 5: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

management in the field is determined once by candidates. The result is some discrepancy between

the party platform with the positioning of candidates. Another finding is the use of social media as an

alternative communication channel that carried the two candidates in communicating with voters.

Keyword : Political, Marketing, Caleg, Terpilih, Partai, NasDem,

Daftar Pustaka :

1. Surbakti, Ramlan, (1999). Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia.

2. Kotler, Philip, (2005). Manajemen Pemasaran, Jilis 1 dan 2. Jakarta : PT. Indeks Kelompok

Gramedia

3. Roudhonah, (2007). Ilmu Komunikasi. Jakarta : UIN Jakarta Press

Copy alamat URL di bawah ini untuk download fullpaper :

journal.unair.ac.id/filerPDF/jpm68dfd30f74full.pdf

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

page 5 / 5

Page 6: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

79Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

Political Marketing Caleg Terpilih Partai Nasdem PadaPemilu Legislatif Dprd Kota Surabaya Tahun 2014

Andrea Hilmawan ApriliansyahEmail: [email protected]

Abstrak

Keberhasilan Partai NasDem di Kota Surabaya dengan meloloskan dua Calon Legislatifdalam Pemilu Legislatif DPRD Kota Surabaya tahun 2014 merupakan sebuah prestasiyang luar biasa bagi partai yang tergolong baru bermain dalam kontestasi politik limatahunan ini. Keberhasilan ini tidak lain buah upaya dari Vinsensius dan H. Fatchul Muidyang merupakan caleg terpilih partai NasDem dalam melakukan kampanye danmeyakinkan pemilih untuk memilih mereka. Upaya melakukan kampanye pemilu hinggaberhasil meyakinkan pemilih atas pilihannya adalah sebuah proses panjang dari sebuahPolitical Marketing yang dilakukan caleg tersebut. Fokus dalam penelitian ini yaitumencoba mendeskripsikan sebuah kerangka (framework) dari upaya Political Marketingyang telah dilakukan oleh kedua Caleg Terpilih Partai NasDem dalam Pemilu LegislatifDPRD Kota Surabaya tahun 2014, mulai dari pemetaan lingkungan Political Marketinghingga makna politik yang tersampaikan dalam benak konstituen. Teori yang digunakanadalah Framework Political Marketing dalam buku Political Marketing karya AdmanNursal. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif.Untuk memperoleh data yang relevan dengan penelitian maka dilakukan wawancara danstudi documenter data sekunder yang didapatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwaproses Political Marketing yang dilakukan kedua Caleg Terpilih Partai NasDem padapemilu legislative tahun 2014 kemarin banyak didasarkan atas lingkungan internal yangdimiliki Caleg, terutama terhadap sentimen golongan yang dalam hal ini adalah agama.Proses kampanye juga banyak menekankan pada figuritas caleg daripada platform partai.Hal ini disebabkan karena caleg lebih dikenal masyarakat dan partai NasDem merupakanpartai baru yang belum memiliki track record. Hal tersebut menyebabkan pengelolaan dilapangan ditentukan sekali oleh Caleg. Akibatnya terjadi beberapa ketidaksesuaian antaraplatform partai dengan positioning Caleg. Temuan lainnya adalah penggunaan socialmedia sebagai alternative saluran komunikasi yang dilakukan kedua Caleg dalamberkomunikasi dengan pemilih.

Kata Kunci: Political Marketing, Caleg Terpilih, Partai NasDem

Abstract

Success NasDem Party in Surabaya by passing two Legislative Candidates in legislativeelections Surabaya City Council in 2014 is a remarkable achievement for a relatively newparty play in the five-year political contestation. The success of one of them is an attemptof Vincent and H. Fatchul Muid that the elected candidate NasDem party in campaigningand convince voters to vote for them. Efforts to conduct successful election campaign toconvince voters for his choice is a long process of a Political Marketing conducted the

Page 7: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

80Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

candidate. The focus of this research is trying to describe a framework (framework) ofPolitical Marketing efforts that have been made by both chosen candidates of NasDemParty in legislative elections Surabaya City Council in 2014, ranging from environmentalmapping Political Marketing to political meanings conveyed in the minds of constituents.The theory used is the Framework of Political Marketing from Political Marketing book byAdman Nursal. This study used a type of qualitative research and descriptive approach. Toobtain data relevant to the study conducted interviews and documentary study ofsecondary data obtained. The results showed that the process of Political Marketing fromthe two candidates elected NasDem party in the legislative elections of 2014 yesterdaymuch based on internal environment owned candidates, especially in lifting class sentimentwhich in this case is religion. Campaign process is also much emphasis on figureofcandidates rather than party platform. This is because the candidates known to the publicand NasDem partyis a new party that does not yet have a track record. This causes themanagement in the field is determined once by candidates. The result is some discrepancybetween the party platform with the positioning of candidates. Another finding is the use ofsocial media as an alternative communication channel that carried the two candidates incommunicating with voters.

Keywords: Political Marketing, chosen candidates, NasDem party

Latar Belakang

Pemilu di Indonesia dalam perkembangannya mengalami berbagai macam perubahanyang akhirnya sampai pada pemilihan langsung oleh rakyat. Konsekuensi dari pemilulangsung ini adalah adanya proses penawaran politik yang dilakukan oleh partai politikatau kandidat politik kepada pemilih supaya pemilih mau memilih mereka untuk menjadiperwakilan rakyat. Begitu pula partai NasDem yang juga berusaha menawarkan nilaipolitik pada pemilu 2014 kemarin di Kota Surabaya. Hasilnya, partai tersebut mendapatkan2 kursi DPRD Kota Surabaya tahun 2014. Ini merupakan sebuah prestasi yang patutdiberikan apresiasi dimana sebagai partai baru mampu mengirim dua kader terbaiknyamenjadi anggota DPRD Kota Surabaya tahun 2014-2019. Seperti kita ketahui, partai iniawalnya merupakan gerakan sosial kemasyarakatan. Berdiri pada tanggal 26 Juli 2011 diJakarta, partai ini senantiasa menyuarakan Gerakan Restorasi. Spirit restorasi initermanifestasi kepada calon anggota legislatif yang berhasil lolos ke kursi DPRD KotaSurabaya tahun 2014 sebagai pendatang baru. Menariknya sebagai partai pendatang baru,calon anggota legislatif dari Partai Nasdem menjadi salah satu yang mampu meyakinkanfloating mass masyarakat Surabaya dalam pilihan anggota legislatif. Hal tersebut dapatdilihat pada tabel berikut.

Page 8: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

81Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

Tabel 1 Perubahan peta kursi anggota DPRD Kota Surabayadari pemilu 2009 ke pemilu 2014.

Daerah Pemilihan Partai Politik Jumlah kursi 2009 Jumlah kursi 2014Kota Surabaya 2 Nasdem 0 1

PKB 1 1PKS 1 1PDIP 2 3Golkar 1 1Gerindra 1 1Demokrat 3 1PAN 0 1PPP 1 1PKNU 1 0

Kota Surabaya 5 Nasdem 0 1PKB 1 1PKS 1 1PDIP 1 2Gerindra 0 1Demokrat 3 2Hanura 0 1PDS 1 0PAN 1 0Golkar 1 0

Sumber : Hasil olahan data peta perolehan suara kursi anggota DPRD Kota Surabaya tahun2009 dan tahun 2014

Berdasarkan data tersebut, Partai Nasdem berhasil mengambil momentum politikmunculnya floating mass dengan menurunnya dukungan masyarakat kepada beberapapartai seperti partai Demokrat, PAN, maupun Golkar, dan dukungan masyarakat terhadappartai yang pada tahun 2014 tidak menjadi partai yang ikut serta pemilu seperti PKNU danPDS. Partai Nasdem mampu bersaing dengan partai-partai lama seperti Gerindra, PAN,Hanura, dan PDIP dalam merebut floating mass yang ada. Keberhasilan ini tentu sebuahprestasi yang membanggakan. Ditengah partai lama yang sudah memiliki popularitas yangtinggi, Partai Nasdem yang hanya memiliki waktu sekitar kurang dari tiga tahun mampumeyakinkan swing voters untuk memberikan hak politiknya kepada partai. Dengan katalain, Political Marketing yang dilakukan oleh Partai Nasdem bisa terbilang berhasil karenamampu mengkonversi swing voters yang ada menjadi pilihan politik kepada partaiNasdem.

Keberhasilan Partai Nasdem tidak hanya berasal dari kemampuan partai politikmengemas citra partai yang mengusung perubahan atau restorasi. Salah satu ujung tombakmereka adalah para calon anggota legislatif yang terpilih menjadi anggota DPRD KotaSurabaya tahun 2014 ini. Mereka adalah H. Fatchul Muid, S.E. yang berada di daerahpemilihan (dapil) 2 Kota Surabaya dan Vinsensius, S.S. yang berada di dapil 5 KotaSurabaya. Fatchul Muid adalah Ketua Badan Rescue NasDem Kota Surabaya sekaligusWakil Ketua DPD Partai Nasdem Kota Surabaya. Pada tahun 2004 ia merupakan KetuaGerakan Putra Putri (GPP) NU sekaligus ketua Partai Bintang Reformasi (PBR) Surabaya(www.news.detik.com/read/ diakses 6 Juni 2014). Namun karena kendaraan politiknya

Page 9: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

82Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

tidak bisa lagi mengikuti pemilu, maka saat ini ia ikut bersama Partai Nasdem. Sejak tahun2012, Fatchul Muid sudah aktif terjun ke masyarakat bersama Partai Nasdem. Mulai darimembagi-bagikan takjil gratis pada bulan Ramadhan tahun 2012 kepada para pengendarakendaraan bermotor di jalan raya, bertemu dengan relawan di sekretariat, memberikanbeasiswa pendidikan gratis kepada anak kurang mampu, hingga mengadakan acara funbike bersama warga (www.twitter.com/fatchul_muid/ diakses 6 Juni 2014). Kegiatan inibersama Partai Nasdem dilakukan mulai pertengahan 2012 hingga terpilihnya beliaumenjadi anggota legislatif DPRD Surabaya tahun 2014. Sedangkan Vinsensius atau biasadisebut Bang Awey, merupakan Wakil Sekretaris DPW Partai NasDem Jawa Timur. Iamerupakan seorang aktivis sejak sebelum reformasi tahun 90’an. Beliau juga merupakantokoh keagamaan Kristen yang menganut prinsip pluralisme yang kuat antar sesamaagama. Meskipun Bang Awey merupakan Wakil Ketua Kerawam Keuskupan Surabaya,semangat pluralismenya sangat tinggi. Ini ia tunjukkan dengan menghadiri kegiatan-kegiatan antar umat beragama seperti buka puasa bersama dengna Ibu Dra. Sinta NuriyahAbdurrahman Wahid dalam acara buka bersama bulan Ramadhan di Surabaya. Dalamlingkungan sekitarnya, Awey terkenal sering turun ke paroki-paroki (semacamperkumpulan umat Katolik) yang berada di sekitar Daerah Pemilihan V Surabaya. Ia jugaaktif dalam kegiatan warga seperti menyambut peringatan 17 Agustus di daerah Citraland(www.facebook.com/VincAwey diakses 7 Juni 2014).

Kedua tokoh ini membawa keberhasilan Partai Nasdem dengan menjadi anggotalegislatif di DPRD Kota Surabaya. Tentu ini menunjukkan efektifitas penggunaan PoliticalMarketing calon anggota legislatif, terlebih calon anggota legislatif pendatang baru yangsukses. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa Political Marketing adalah sebuah proses,dimana serangkaian keberhasilan proses tersebut membawa pada efektifitas penggunaanPolitical Marketing. Berawal dari efektifitas memetakan faktor-faktor baik internalmaupun eksternal sebagai input bagi perumusan Marketing Process. Kemampuanmengidentifikasi dan memaksimalkan faktor-faktor tersebut akan berdampak padakesuksesan caleg merumuskan strategi yang jitu. Kemudian sebuah strategi yang tepattentu memiliki produk politik dan cara menjualnya yang khas dan tepat pula. Ketepatan inididukung dengan identifikasi pasar politik (Political Marketplace) yang tepat dalammenentukan kemana produk politik akan dipasarkan. Dan tentu akhir dari MarketingProcess adalah sebuah makna politis (Political Meaning) dan perilaku politik yangdiharapkan oleh Caleg kepada pemilihnya. Kesuksesan atas sebuah proses PoliticalMarketing caleg Nasdem sebagai pendatang baru yang mampu menggusur beberapaincumbent menjadi sebuah pertanyaan besar bagi para akademisi termasuk penulis sendiri.Berangkat dari sebuah pertanyaan besar tersebut, Penulis ingin mengetahui sebuah proses,atau dengan kata lain framework political marketing yang dilakukan oleh para calegpendatang baru Partai Nasdem dalam memenangkan Pemilu Legislatif Kota SurabayaTahun 2014.

Setelah melihat fakta keberhasilan Caleg Partai NasDem dalam merebut kursi DPRDKota Surabaya tahun 2014, Penulis memunculkan berbagai pertanyaan yang berkaitantentang Political Marketing mereka dalam kontestasi politik tersebut, yaitu: (1). Apa sajafaktor-faktor lingkungan pemasaran politik baik internal maupun eksternal yangmerupakan input bagi Political Marketing Caleg Nasdem dalam memenangkan kursiDPRD Kota Surabaya tahun 2014?. (2). Bagaimanakah Marketing Process yang dilakukanoleh Caleg Nasdem dalam memenangkan kursi DPRD Kota Surabaya tahun 2014?. (3).Apa makna politik (political meaning) dan perilaku politik yang menjadi output politicalmarketing Caleg Nasdem sebagai respon dari pemilih?. (4). Siapa saja Pasar Politik yang

Page 10: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

83Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

hendak menjadi sasaran penyampaian produk politik Caleg Nasdem dalam memenangkankursi DPRD Kota Surabaya tahun 2014?

Kajian Teoritik

Untuk mempelajari proses dari sebuah kampanye atau menawarkan nilai politikkepada masyarakat, maka Penulis menggunakan teori Framework Political Marketingsebagai dasar penelitian. Teori ini berasal dari buku Political Marketing : StrategiMemenangkan Pemilu dengan penulisnya yakni Adman Nursal.

Adman Nursal berpendapat bahwa partai politik maupun kandidat politik berusahauntuk menawarkan nilai politik dan menanamkannya kepada benak pemilu supaya merekamau memilihnya. Proses menawarkan dan menanamkan nilai politik tertentu inimerupakan proses Political Marketing. Namun bagi beliau, proses menawarkan danmenanamkan nilai politik tertentu kepada masyarakat tidak hanya pada implementasinyasaja, melainkan juga pada proses membuat keputusan strategi sebelum melakukanimplementasi. Oleh karena itu, Adman Nursal memasukkan pemetaan kondisi lingkunganPolitical Marketing yang terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal PoliticalMarketing. Proses ini merupakan proses awal partai politik maupun kandidat politikmerumuskan strategi Political Marketing. Dari proses demikian, partai politik maupunkandidat politik mampu mengetahui keunggulan dan kelemahan dirinya, serta apa-apa sajayang bisa dimanfaatkan dari kondisi lingkungan eksternal. Proses ini kemudian dilanjutkandengan melaksanakan strategi yakni proses dari Political Marketing itu sendiri. Secaraumum, Adman Nursal tidak banyak membedakan antara proses Bussiness Marketing danPolitical Marketing. Istilah-istilah yang digunakan pun kerap kali mirip. Mulai daripenentuan segmentasi, targeting, hingga positioning. Bauran produk yang dilakukansebagai implementasi dari positioning diantaranya adalah Party, Person, Policy, danPresentation. Adman Nursal memasukkan Presentation dalam salah satu bauran produksebab terkadang pemilih sering kali memilih presentation dari sebuah produk ketimbangproduk itu sendiri. Dari bauran produk tersebut, proses selanjutnya adalah prosesmenyampaikan produk yakni dengan tiga besaran saluran komunikasi, yakni PullMarketing, Push Marketing, dan Pass Marketing. Pull Marketing biasanya digunakanmelalui saluran media massa. Push Marketing biasanya digunakan melalui salurankomunikasi langsung yang bersifat tatap muka atau dating langsung ke pemilih. SedangkanPass Marketing biasanya menggunakan pihak berpengaruh atau menjadi rujukan bagi parapemilih. Berikutnya menentukan pasar politik mana saja yang saluran komunikasi diatasbisa digunakan. Dan yang terakhir adalah menilai respon pemilih terhadap nilai politikyang ditawarkan sebagai Output Political Marketing. Output Political Marketing ini jugamenjadi dasar apakah proses Political Marketing yang dilakukan partai politik ataupunkandidat politik sesuai atau tidak.

Metode dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah denganmenggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian kualitatifdeskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenaifakta-fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian ini peneliti berusahamendeskripsikan tentang proses Political Marketing Caleg Terpilih Partai NasDem padapemilu legislative 2014 di kota Surabaya, mulai dari proses pemetaan lingkungan Political

Page 11: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

84Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

Marketing hingga makna politik yang tersampaikan di benak masyarakat. Penelitiandeskriptif adalah suatu pengumpulan fakta-fakta dari suatu keadaan yang bertujuan untukmengetahui dan memperoleh gambaran tentang sesuatu dengan jelas terhadap suatukeadaan.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknikpengumpulan data secara Kualitatif, yaitu wawancara mendalam dan langsung kepadainforman baik elite maupun pemilih yang dilakukan di beberapa tempat seperti KantorDPRD Kota Surabaya, Sekretariat PMKRI Kota Surabaya, dan tempat tinggal pemilih diDaerah Pemilihan masing-masing.

Pembahasan

Vinsensius dan H. Fatchul Muid merupakan Caleg dari Partai NasDem. Sebagaicaleg dari partai NasDem, mereka memiliki tugas untuk memperjuangkan nilai-nilai politikdalam partai. Restorasi Indonesia merupakan strategi inti dari partai NasDem yangdiberikan kepada Caleg mereka. Karena Restorasi Indonesia menjadi slogan dan jugakompas bagi setiap Caleg untuk melaksanakan kegiatan politik baik ketika masa pemilihanumum, maupun setelah masa pemilihan umum baik ketika menjadi anggota Legislatif,maupun tidak. Strategi inti partai ini kemudian disesuaikan dengan kondisi internal yangdimiliki oleh kedua caleg. Kondisi internal ini diantaranya adalah modal social danjaringan caleg.

Modal sosial maupun modal dasar kedua Caleg Partai NasDem ini adalah sumberdaya strategis yang sangat dibutuhkan dalam proses Political Marketing. Vinsensiusmemiliki sumber daya strategis berupa integritas dan idealisme kebangsaan. Tidak hanyaitu, beliau juga memiliki jabatan yang strategis sebagai petinggi di keuskupan Surabaya.Beliau juga memiliki sumber pendanaan yang cukup besar sebagai seorang pengusaha.Dan beliau memiliki penampilan fisik etnis Tionghoa sebagai minoritas di Surabaya.Sedangkan H. Fatchul Muid memiliki sumber daya strategis berupa pribadi Nahdliyin yangreligius dan merupakan keturunan tokoh Nahdliyin yang cukup terkenal di Tambaksari.Beliau juga memiliki sumber pendanaan yang tidak sedikit karena merupakan seorangpengusaha. Beliau juga memiliki relasi dengan elite dalam struktur organisasi NU karenapernah menjadi Ketua Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU). Tidak hanya itu beliaujuga memiliki penampilan fisik yang menarik, terutama bagi kaum perempuan.

Jaringan dengan pemilih sangat dibutuhkan untuk menjangkau pemilih-pemilihtersebut agar bisa berinteraksi, menerima, dan memilih partai politik atau Kandidat Politik.Jaringan yang dimiliki oleh Vinsensius maupun H. Fatchul Muid merupakan jaringan yangdibentuk sejak lama, sebelum mereka berdua maju dalam pemilihan legislatif 2014. Olehkarena itu jaringan yang dibentuk ini sangat kuat dan memberikan akses dengan pemilihbegitu mudah dan begitu dekat. Kekuatan jaringan pemilih ini dikarenakan sentimenagama. Vinsensius memiliki jaringan keuskupan gereja Katolik se-Surabaya, sedangkan H.Fatchul Muid memiliki jaringan kedekatan dengan kaum Nahdliyin, terutama elite-elitenya.

Diluar kondisi internal caleg, mereka juga memperhatikan situasi politik Surabayadimana secara umum kultur politik masyarakat Surabaya dipengaruhi oleh dua kekuatanpolitik besar, yakni kekuatan Nasionalis dan kekuatan Islam. Kedua kekuatan inimempengaruhi karakteristik dan kultur politik masyarakat Surabaya. Selain itu kondisiperekonomian masyarakat di daerah pemilihan masing-masing juga akan mempengaruhiPolitical Marketing yang dilakukan. Misalkan daerah Vinsensius Dapil 5 yang banyak

Page 12: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

85Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

terdapat perumahan menengah ke atas ketimbang daerah H. Fatchul Muid di Dapil 2 yangcenderung padat penduduk dan menengah ke bawah.

Berbagai kondisi tersebut membuat kedua Caleg berusaha membuat strategiPolitical Marketing yang sesuai. Dalam strategi segmentasi, keduanya menggunakansegmentasi agama. Segmentasi agama salah satu segmentasi yang sangat penting untukmemahami karakter pemilih Indonesia. Segmentasi-segmentasi yang dilakukan olehVinsensius maupun H. Fatchul Muid, memiliki kesamaan bahwa keduanya sama-samamembagi pemilih berdasarkan aliran agamanya. Dan perbedaanya, Vinsensius jugamembagi pemilih berdasarkan kelas sosial/ekonominya, sedangkan H. Fatchul Muid lebihmemilih segmentasi berdasarkan gender dan geografis. Persamaan maupun perbedaansegmentasi yang terjadi dikarenakan sumber daya strategis yang mereka miliki mampumengakses dan menyesuaikan segmentasi yang mereka bangun. Hal ini senada denganperspektif Political Marketing bahwa segmentasi haruslah dapat diakses, cenderunghomogen, dan memiliki respon yang khas. Vinsensius membangun segmentasi agamakarena beliau dekat dengan kalangan kaum Kristiani dibandingkan muslim dan tiap segmenagama memberikan khas respon yang berbeda. Beliau juga membagi segmen berdasarkantingkat ekonomi karena beliau merupakan seorang pengusaha dan karakter idealismenyacenderung lebih diminati oleh masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas. SedangkanH. Fatchul Muid yang segmentasi agamanya berdasarkan profil dirinya yang religius danberasal dari kaum Nahdliyin tulen. Segmentasi gendernya didasarkan atas penampilan fisikyang dimiliknya, dan segmentasi geografis didasarkan atas keterkenalannya di daerahRangkah, Tambaksari. Ini menunjukkan bahwa segmentasi pemilih yang dilakukan adalahhasil analisis dari kemampuan sumber daya strategis mampu menjangkau pemilih yangseperti apa. Tanpa adanya sumber daya strategis yang dimiliki, tentu berakibat tidak akandipilihnya segmentasi tertentu. Misalkan seperti Vinsensius yang merupakan warga nonSurabaya, ia tidak mungkin melakukan segmentasi berdasarkan wilayah karena tidak semuaorang di daerahnya kenal dengan dirinya. Adanya hubungan antara sumber daya strategisdengan pembuatan segmentasi pemilih menunjukkan bahwa dalam melakukan segmentasitidak boleh asal, perlu melihat lingkungan internal yang dimiliki.Berangkat daripermasalahan segmentasi, didapat pula kedua Caleg ini melakukan segmentasi yang lebihdalam dari yang dijelaskan oleh Adman Nursal. Tidak hanya berbicara antar agama Islamdengan Kristiani, atau Kristiani dengan yang lainnya, melainkan dalam satu agama punterdapat kategorisasi. Misalkan saja H. Fatchul Muid, tidak hanya melihat Islam dalam satukeseluruhan, namun Islam dengan jenis-jenis alirannya. Sebab, berbeda aliran Islam punmampu mempengaruhi factor memilih seorang pemilih. Oleh karenanya ia mencobamembangun segmentasi agama hingga aliran/jenis aliran agama yang dianut olehmasyarakat. Begitu juga dengan Vinsensius, beliau tidak hanya melihat agama sebagaiagama yang ada pada aturan Negara, melainkan aliran-aliran agama yang berada dimasyarakat. Kristen Katolik dan Kristen Protestan meskipun sama-sama Kristen, namunmemiliki karakter beragama yang berbeda, yang ini tentu bisa saja mempengaruhi factormemilih kedua penganut agama tersebut.

Dalam upaya targetting yang efektif haruslah ditopang dari tiga input informasi,yakni hasil segmentasi, lingkungan internal dan lingkungan eksternal Political Marketing.Vinsensius dan H. Fatchul Muid sudah menentukan sesuai dengan syarat tersebut.Vinsensius misalnya target utamanya adalah segmen jemaat Gereja Paroki St. YakobusCitraland karena segmen ini adalah hasil segmentasi aliran agama. Segmen ini secaralingkungan internal mampu diakses oleh Vinsensius dengan jaringan struktural GerejaKatolik dan sumber daya strategis kedekatan dengan mereka. Dan secara lingkungan

Page 13: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

86Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

eksternal segmen ini mendukung kampanye yang menekankan figuritas karena bersifatkedekatan, dan berada pada polarisasi sentimen agama. Sedangkan H. Fatchul Muidmemilih target utamanya adalah segmen kaum Nahdliyin Kelurahan Rangkah karenasegmen ini adalah hasil segmentasi agama dan geografis. Selain itu segmen ini secaralingkungan internal mampu diakses oleh H. Fatchul Muid dengan jaringan keorganisasianNU dan sumber daya strategis kedekatan sesama kaum Nahdliyin, warga asli daerahRangkah, serta keturunan tokoh Nahdliyin. Dan secara lingkungan eksternal segmen inimendukung kampanye yang menekankan figuritas karena bersifat kedekatan, dan beradapada polarisasi sentimen agama.Upaya targeting yang dilakukan oleh kedua Caleg ini tidakmemilih salah satu atau beberapa segmen dalam sebuah kategori segmentasi tertentu,melainkan dengan menggabungkan hasil segmentasi satu dengan yang selainnya sehinggamenghasilkan sebuah segmen yang lebih spesifik untuk di target. Semakin spesifik targetyang dipilih, maka semakin berbeda pula pasar politik yang akan diperebutkan dengan caleglain, dan semakin kuat pula positioning yang akan terbangun. Vinsensius berusaha untukmenggabungkan segmen kristiani katolik dengan mereka yang berkelas social menengah keatas sebagai segmen paling prioritas. Sedangkan H. Fatchul Muid menggabungkan segmenIslam Nahdliyin dengan mereka yang bertempat tinggal di kecamatan Tambaksari sebagaisegmen paling prioritas.

Dalam membangun positioning, Vinsensius maupun H. Fatchul Muid mampumemberikan citra yang kuat terhadap masyarakat. Vinsensius misalnya dengan citra etnisTionghoa yang idealis terhadap nilai-nilai Nasionalis-Religius, menunjukkan posisi yangbukan fundamentalis Katolik dan juga bukan Fundamentalis sekuler. Posisi ini bisa bermaindi kedua segmen masyarakat. Citra demikian juga berasal dari sumber daya strategisVinsensius yakni berpenampilan Tionghoa, jaringan Katolik yang kuat, dan memilikipengalaman aktifis dan keberagaman dalam pandangan politiknya. Secara kategorial,pemilihnya pun jelas bukan dari kalangan islam yang tradisional maupun fundamental,melainkan dari kalangan Katolik atau non-muslim. Citra ini juga ditujukan untuk benefitpemilih kaum minoritas yang kurang diperhatikan. Dan secara pesaing, positioning inimemberikan posisi yang jelas berbeda dari segi penampilan dan pangsa pasar.H. FatchulMuid juga dengan citra keturunan Nahdliyin yang Religius dan Santun, menunjukan posisikeislaman yang cukup kuat. Sehingga pangsa pasar kaum muslim, terutama Nahdliyinsangat diutamakan. Citra demikian juga berasal dari sumber daya strategis H. Fatchul Muidyakni keturunan tokoh Nahdliyin terkenal di daerah Tambaksari, kegiatan organisasi NUyang selama ini diikuti oleh beliau, dan jaringan NU dan Ahlusunnah Wal Jama’ah yangcukup baik. Secara kategorial pemilih, jelas positioning ini menunjukkan dirinya adalahwakil dari kaum Nahdliyin dan tentu memberikan benefit bagi kaum Nahdliyin agaraspirasinya bisa disalurkan. Dan secara pesaing, positioning ini memberikan posisi yangjelas berbeda dengan pesaing terbesarnya yakni Baktiono dari PDI Perjuangan karenapenampilan yang religius Islam dan pangsa pasar Nahdliyin.Secara strategi positioning,meskipun kedua caleg ini baru memiliki basis calon konstituen mereka dan belum memilikipengalaman politik menjabat menjadi anggota legislatif, namun keduanya telah menerapkanstrategi penguatan di masing-masing basis tersebut. Maksudnya strategi penguatan adalahmenunjukkan citra tertentu dan membuktikan citra tersebut melalui kinerja selamamengemban jabatan publik tertentu. Vinsensius dengan citra etnis Tionghoa yang idealisterhadap nilai-nilai Nasionalis-Religius, hal tersebut telah ia lakukan ketika menjadi aktifisdalam keorganisasian PMKRI. Selain itu ia juga menunjukkan dengan loyalitasnya kepadakeorganisasian Gereja Katolik dan pandangannya terhadap toleransi antar umat beragamayang begitu besar. Selain itu ia tidak ragu untuk memasukkan unsur politik ke dalam Gereja

Page 14: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

87Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

dengan mengadakan kegiatan yang bersifat pendidikan politik bagi jemaat. Begitu halnyadengan H. Fatchul Muid dengan citra keturunan Nahdliyin yang Religius dan Santun. Iamenunjukkannya dengan membangun relasi yang kuat dengan teman-teman Abahnyasesama kaum Nahdliyin. Ia juga aktif dalam kegiatan keagamaan mulai dari menjadiTakmir Masjid hingga Ketua Pemuda Nahdlatul Ulama.Akan tetapi, bagi H. Fatchul Muidini merupakan sebuah pertaruhan politik yang cukup besar untuk membangun persepsimasyarakat, terutama pemilihnya. Sebab sedari awal H. Fatchul Muid merupakan sosokyang kental dengan nuansa religious Nahdliyin. Padahal ia bernaung dalam sebuah Partaipolitik NasDem yang notabene adalah salah satu partai nasionalis. Citra partai dengan citrakandidat pada akhirnya akan dipertaruhkan. Artinya sebuah positioning tidak harus sesuaidengan arahan atau platform partai politik. Apalagi dengan iklim politik dimana orang lebihmemilih kandidat ketimbang partai, maka bisa jadi pada implementasi tingkat caleg,platform partai lebih dipinggirkan dan mementingkan citra kandidat yang kuat dan sesuaidengan situasi.

Dari positioning tersebut, kedua caleg membangun bauran produk politik. kedua calegPartai NasDem ini membangun produk politik yang berasal dari citra kandidat itu sendiri,program/kebijakan/isu yang dihembuskan, serta presentasi dari produk politik. Vinsensiusmisalkan membangun citra diri etnis Tionghoa yang idealis terhadap nilai-nilai Nasionalis-Religius. Akan tetapi ia tidak menekankan isu/program yang ditawarkan kepada pemilih. Iatidak membangun komitmen tertentu kepada pemilih. Adapun itu sangat umum untukmemberikan pelayanan kepada masyarakat. Vinsensius sangat kuat dalam membentukpresentasi dari citra dirinya melalui simbol linguistik tentang Nasionalisme, religiusitas,pluralisme, dan selainnya. Simbol akustik yang ia tampilkan juga dengan gaya bicara yangtegas dan logis. Ia juga mampu menciptakan simbol ruang dan waktu dengan turun kekelompok masyarakat yang paling bawah pada segmen yang dibidiknya.Hal senada jugadilakukan oleh H. Fatchul Muid yang membangun citra keturunan Nahdliyin yang religiusdan santun. Ia pun menekankan isu/program yang ia tawarkan kepada pemilih berupakomitmen pembanguna daerah, bahkan sampai terciptanya kontrak politik antara beliaudengan pemilih. H. Fatchul Muid juga kuat dalam membangun presentasi produk politiknyamelalui simbol linguistik berupa religiusitas dan mewakili kepentingan Nahdliyin. Simboloptik yang ia tunjukkan juga sangat kuat melalui kopiah dan baju putih sebagai bentukreligiusitas dan kesederhanaan. Gaya bicaranya yang pelan dan lemah lembut menunjukkansikap santun terhadap orang lain. Simbol ruang dan waktu juga ia tampilkan denganmendatangi kelompok-kelompok bahkan personal kalangan nahdliyin di daerahpemilihannya.Dalam pembuatan produk politik yang dilakukan oleh kedua caleg, antar jenisproduk politik yang ditawarkan tidak saling meniadakan satu sama lain. Antar produk salingsinergi membentuk sebuah makna positioning yang sama. Misalkan Vinsensius dengancitranya sebagai idealis sinergis dengan keenggananya untuk memberikan janji-janji/komitmen kepada pemilih. Presentasi yang ditampilkan juga guna menguatkan citrayang dibangunnya. Begitu pula dengan H. Fatchul Muid, antara citra diri,komitmen/kontrak politik dengan pemilih, dan presentasinya saling menguatkan dansinergis satu sama lain.

Produk politik yang ada kemudian berusaha disampaikan kepada pemilih dengansaluran komunikasi yang sesuai. Kedua caleg ini menggunakan beberapa pendekatan dalamdelivery process produk politik yang telah dibangun. Dalam pendekatan Pull Marketing,kedua caleg ini menggunakan alat peraga seperti spanduk, kaus, notes, pamflet, danselainnya untuk menjangkau secara luas pemilih mereka agar kenal dengan mereka. BahkanVinsensius menggunakan media massa berupa majalah-majalah komunitas Katolik untuk

Page 15: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

88Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

mengenalkan dirinya kepada kalangan komunitas Katolik. Ia juga memiliki kesempatanuntuk memperkenalkan diri dan gagasan politik ketika menjadi narasumber dalam siarantelevisi lokal dan radio. Pendekatan Push Marketing atau dengan kata lain menyentuhpemilih secara langsung dengan cara lebih personal juga mereka lakukan. H. Fatchul Muiddatang langsung ke undangan-undangan yang warga tujukan kepadanya untukmenyampaikan visi-misinya. Sedangkan Vinsensius menghadiri langsung kegiatan doa dankelompok-kelompok kecil baik pada komunitasnya maupun di luar komunitas Katoliknya.Mereka juga mendatangi elite-elite masyarakat yang ada di daerahnya. Dalam perspektifPolitical Marketing ini adalah pendekatan Pass Marketing. Elite-elite ini merupakaninfluencer yang mempunyai pengaruh besar dan menjadi rujukan bagi para pemilih untukmenentukan pilihan. Vinsensius misalnya mendatangi tokoh-tokoh dewan Gereja KatolikSurabaya untuk meminta dukungan. Tidak hanya itu ia juga mendatangi ketua wilayahdalam komunitas jemaat Gereja Katolik sekitar Daerah Pemilihan. Dari sana iadihubungkan dengan ketua lingkungan yang membawahi beberapa orang jemaat.Sedangkan H. Fatchul Muid bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh Nahdliyin seperti ketuaTakmir Masjid/musholla, Ketua pengurus NU tingkat kelurahan/kecamatan, dan ketuaJami’ah Yasin Tahlil. Ia juga bersilaturahmi dengan pejabat struktural maupun fungsionalseperti Ketua RT, Ketua RW, pak modin, guru ngaji, dan lainnya.Adapun penggunaansocial media menjadi salah satu bentuk saluran komunikasi pemasaran politik yang berbedadari ketiganya. Social media mampu menjadi media massa memperkenalkan caleg kepadamasyarakat di dunia maya, namun terbatas hanya yang menggunakan internet ataupunmengikuti akun miliki caleg tersebut. Social media juga bisa berhubungan langsung denganorang per orang di dunia maya baik kelompok maupun personal. Artinya social mediamampu menjadi Pull Marketing yang terbatas, dan juga bisa menjadi Push Marketing,bahkan Pass Marketing kepada tokoh-tokoh yang memang mempunyai akun social mediajuga. Terbatas disini adalah hanya orang-orang yang memiliki akun social media juga.Tentu ini membutuhkan orang-orang yang sudah melek teknologi/internet. Meskipun luascakupannya, namun tak seluas media massa yang bisa diakses siapa saja, tak harusmenggunakan internet. Baik Vinsensius maupun H. Fatchul Muid memandang social mediamenjadi alternative komunikasi yang efektif apalagi dengan kemajuan teknologi dankonsumsi masyarakat terhadap internet yang semakin tinggi. Dari saluran komunikasi inimenunjukkan pula pasar politik yang akan disasar oleh saluran komunikasi masing-masing.Vinsensius misalnya berhasil merebut pasar perantara yakni media massa lokal sepertiKompas TV, SBO-TV, J-TV, TVRI, Radio MNC, dan beberapa koran lokal untuk menjadiFree Media dalam delivery process kepada para pemilihnya. Meskipun kenyataanya iajuga akan terpasarkan ke dapil di luar dapil 5 kota Surabaya. Ia pun berhasil menjadinarasumber untuk tulisan yang dimuat di majalan-majalah internal gereja seperti majalahArue, Majalah Efata, Majalah Gracia, dan Majalah Suara FM yang menyampaikan profil,visi-misi dan gagasa politik Vinsensius kepada komunitas Gereja Katolik yang merupakanpangsa pasarnya.Sedangkan H. Fatchul Muid memang tidak berhasil merebut pasarperantara media massa, namun ia berhasil sama seperti Vinsensius, yakni merebut pasarperantara influencers. Ia berhasil merebut hati tokoh-tokoh atau kelompok-kelompokNahdliyin seperti pengurus NU kelurahan maupun kecamatan, ketua Jami’ah Yasin Tahlil,dan ketua Takmir Masjid/Musholla, yang dekat dengan figur Abahnya. Tokoh-tokoh iniadalah orang yang memiliki pengaruh di tiap daerah-daerah tempat tinggal mereka.Sehingga mereka juga memiliki pengaruh kepada pemilih-pemilih di daerahnya untuk ikutmemilih H. Fatchul Muid.Kedua pasar perantara ini berhasil masuk ke pasar tujuanmasing-masing Caleg. Vinsensius misalnya kepada kalangan Katolik, Protestan dan Islam

Page 16: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

89Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

abangan. Sedangkan H. Fatchul Muid kepada kalangan Nahdliyin dan muslim lainnya.Dengan media massa dan juga tokoh-tokoh masyarakat yang mendukung mereka, parasegmen pemilih yang mereka bidik akan semakin terkuatkan makna politik dan preferensiyang terbentuk kepada kedua Caleg ini. Sehingga tidak hanya melalui datang, tatap mukadan turun langsung kepada pemilih, melainkan juga informasi dari media massa dandukungan tokoh masyarakat kepada mereka. Antara pasar perantara dan pasar tujuan inijuga perlu sinergisasi. Tidak mungkin salah satunya tidak dilakukan oleh Caleg. Misalkanhanya datang menemui tokoh masyarakat tanpa bertemu langsung dengan masyarakat,maka sisi emosional pemilih tidak akan tersentuh. Sedangkan hanya datang ke masyarakattanpa adanya informasi di media massa ataupun kepercayaan dari tokoh berpengaruh,maka sisi kepercayaan pemilih juga sulit untuk dijangkau.Pasar tujuan masing-masingcaleg juga didekati dengan social media. Social media ini bisa dikatakan sebagai pasarperantara karena mampu membangun popularitas pada para pengguna social media. Dariyang tidak tahu menjadi tahu melalui adanya akun social media milik masing-masingcaleg. Namun social media ini juga bisa menjadi pasar tujuan jika akun-akun yang beradadi social media merupakan akun asli dan memang merupakan pemilih dari DaerahPemilihan Caleg. Tentu social media ini bisa sangat costumized, sebab secara personal jugabisa berhubungan dengan pemilih. Dengan kata lain, Vinsensius dan H. Fatchul Muidmampu membangun popularitas dalam social media dan juga mampu membangunkomunikasi personal dengan pemilih. Tentu social media ini sangat efisien sebab sifatnyaFree Media dan tidak perlu memakan waktu dan biaya untuk bertemu langsung denganpemilih.

Proses sebuah Political Marketing tidak akan berhasil tanpa adanya output dariPolitical Marketing itu sendiri. Output dari Political Marketing berupa makna politik yangada dalam benak pemilih. Makna politis yang terbentuk dalam pemilih Vinsensius maupunpemilih H. Fatchul Muid didasarkan atas orientasi Social Imagery. Citra Vinsensius dan H.Fatchul Muid ini berada pada citra agama, yakni wakilnya dari kelompok golongantertentu. Vinsensis mewakili kelompok atau golongan kaum Kristiani, terutama kalanganTionhoa. Dan H. Fatchul Muid mewakili kelompok atau golongan kaum muslim, terutamamuslim Nahdliyin dan Ahlusunnah Wal Jama’ah.Kedua Caleg ini menunjukkan maknapolitik yang tertanam di benak pemilih mereka ternyata tidak berbeda jauh denganpositioning apa yang mereka tawarkan ke pemilih. Makna politik pemilih Vinsensiussebagai wakil dari umat Katolik yang memperjuangkan Indonesia yang beragam dantoleran tidak jauh berbeda dengan Positioningnya sebagai etnis Tionghoa yang idealisterhadap nilai Nasionalis-Religius. Begitu juga H. Fatchul Muid sebagai anaknya AbahAtik Falbala, tokoh NU yang disegani dari Tambaksari, tidak berbeda jauh denganpositioningnya sebagai keturunan kaum Nahdliyin yang religius dan santun. Ini artinyapositioning yang mereka bangun cukup efektif membekas dalam benak masyarakat.Sehingga masyarakat lebih memilih mereka dari sekian banyak informasi caleg-caleg lainyang mereka dapatkan pada pemilu legislatif 2014 kemarin.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenaiPolitical Marketing Caleg Terpilih Partai NasdemPada Pemilu Legislatif Dprd Kota Surabaya Tahun 2014, maka penulis dapatmenyimpulkan :

Pertama, Caleg Partai NasDem Terpilih, Vinsensius dan H. Facthul Muid, sebelummelakukan kampanye ke masyarakat, mereka memetakan terlebih dahulu lingkungan

Page 17: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

90Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

internal maupun lingkungan eksternal Political Marketing. Dari lingkungan internal,terdapat arahan dari Partai NasDem yang merupakan strategi inti berupa petunjuk umumdalam melakukan kampanye dari awal hingga akhir. Selain itu, keduanya memetakansumber daya strategis mereka yang berasal dari dalam diri mereka masing-masing yangdiantaranya modal sosial kedekatan emosional dengan pangsa pasar mereka, jabatanstrategis, pengalaman keorganisasian, sumber pendanaan, hingga penampilan fisik.Jaringan dengan pemilih yang mereka miliki pun sudah terbentuk sejak lama, tinggaldiaktifkan kembali melalui silaturahmi dan kedekatan emosional. Sedangkan merekamelihat lingkungan eksternal berupa aturan pemilu legislatif dan kecenderunganmasyarakat dalam pemilu untuk mengoptimalkan figur dalam meraih simpati dandukungan. Selain itu mereka juga memetakan kondisi sosial politik Kota Surabaya yangterjadi dikotomi kuat antara Nasionalis dan Islamis.

Kedua, pemetaan lingkungan Political Marketing dilakukan dalam rangkamembangun Marketin Process yang efektif. Strategi segmentasi yang dilakukan keduanyadidasarkan atas sumber daya strategis dan kedekatan dengan segmen pemilih tertentu. Haltersebut juga mereka gunakan dalam melakukan targetting terhadap segmen pasar yangbisa diakses oleh kedekatan sentimen agama dengan mereka. Hingga positioning yangterbentuk pun juga membentuk positioning yang menekankan sentimen agama yangmereka anut. Positioning ini membentuk bauran produk politik yang sinergis. Artinyaberbagai produk politik membentuk satu positioning yang sama. Kedua Caleg ini sama-sama menekankan kualitas figur sentimen agama, meskipun ada juga yang menekankanprogram/isu tertentu kepada masyarakat. Tapi figur tetap menjadi prioritas. Itu tercermindari presentasi produk yang mereka tampilkan dalam proses kampanye, dimana simbol-simbol dan juga sentimen agama ditunjukkan ke pemilih. Berbagai produk ini kemudiandisampaikan oleh caleg dengan menekankan kegiatan tatap muka langsung dan datang ketokoh-tokoh masyarakat/organisasi. Selain itu ada juga yang menjadi media darling untukberkesempatan memperkenalkan diri kepada publik. Tentunya pendekatan ini disesuaikandengan kebutuhan dan kemampuan untuk akses ke masyarakat.

Ketiga, dalam proses Political Marketing, kedua Caleg ini berhasil memasuki pasarpolitik utama yakni pemilih, dan juga pasar politik perantara yakni tokoh-tokohmasyarakat, terutama tokoh-tokoh agama. Adapun yang juga masuk ke pasar politikmedia-media lokal Surabaya seperti Kompas TV, SBO-TV, J-TV, TVRI Surabaya, RadioMNC, dan koran-koran lokal Surabaya. Dan antara pasar perantara dan pasar utama yangdidatangi memiliki titik tekan yang sama. Artinya tidak ada ketimpangan untuk hanyadatang ke pemilih saja secara langsung, atau hanya datang ke tokoh agama dan tampil dimedia massa. Keduanya saling bersinergis menguatkan makna politik yang ada dalambenak pemilih akan kedua Caleg ini.

Keempat, dari OutputPolitical Marketing ini, mereka berhasil membentuk responpemilih berupa makna politik yang tidak jauh berbeda dengan positioning yang merekabangun, yakni sebagai orang yang mewakili kepentingan golongan sentimen agamamereka masing-masing. Makna politik demikian menghasilkan kecenderungan orientasipemilih untuk memilih berdasarkan citra sosial kandidat sebagai orang yang mewakilikepentingan golongan mereka, terutama agama. Dan tentunya, makna politik dan orientasimemilih ini berhasil dikonversi menjadi bentuk pilihan politik kepada kedua Caleg PartaiNasDem, sehingga mereka terpilih menjadi anggota DPRD Kota Surabaya periode 2014-2019.

Ke lima, dalam penelitian ini ditemukan bahwa dalam membangun sebuah positioning,terutama positioning kandidat politik, tidak selalu bersesuaian dengan positioning /

Page 18: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

91Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

platform dari partai politik pengusung. H. Fatchul Muid yang cenderung religius denganpartai NasDem yang cenderung Nasionalis merupakan fenomena perbedaan nilai yangcukup kental. Akan tetapi, H. Fatchul Muid tetap pada karakter diri sehinggamemposisikan sebagai seorang yang religius dan santun. Di lapangan riel, kandidat lebihdiminati oleh pemilih ketimbang partai politik, apalagi partai NasDem merupakan partaibaru yang belum memiliki track record. Sehingga adanya fenomena ini menguatkanparadigma bahwa Caleg/kandidat politik menjadi kekuatan utama partai dalammendapatkan suara pemilih.

Ke enam, fenomena social media yang menjadi saluran komunikasi alternatif diluarsaluran konvensional lain. Kedua caleg menggunakan social media sebagai salurankomunikasi membangun persepsi di masyarakat secara efisien, sebab selain menjadisaluran yang bersifat masiv, namun juga bisa menjadi saluran komunikasi yang lebihcustomized/personal. Hampir di setiap kegiatan maupun pemikiran kedua Caleg,dituangkan dengan memposting di social media. Postingan tersebut mendapatkan responyang cukup baik dari masyarakat, dan juga caleg bisa membalas respon tersebut sehinggaterjadi komunikasi yang bersifat personal. Efisiensi social media juga bisa dilihat sebagaiFree Media dan juga tidak membutuhkan waktu dan biaya untuk bertemu dengan pemilihsecara personal. Meski memiliki kelebihan, kekurangan social media ini adalah verifikasiterhadap akun-akun yang merespon, karena bisa saja terjadi pemalsuan akun.

Daftar Pustaka

Surbakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widia SaranaIndonesia.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilis 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks KelompokGramedia.

Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi.Jakarta: UIN Jakarta Press. Cet ke-1.Nursal, Adman. 2004. Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu : Sebuah

Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.

Firmanzah Ph.D. 2008. Marketing Politik : Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

_____________. 2010. Persaingan, Legitimasi Kekuasaan, dan Marketing Politik:Pembelajaran politik Pemilu 2009. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Agung Wasesa, Silih. 2011. Political Branding & Public Relations. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.

Kasali, Rhenald. 2007. Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targeting, Positioning.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dovi, Suzanne. 2007. The Good Representative. UK: Blackwell Publishing LtdJ. Maarek, Philippe dan Gadi, Wolfsfeld (eds). Political Communication In A New Era.

London and New York: Routledge Taylor & Francis GroupSulthan, Muhammad. 2011. “Komunikasi Pemasaran Politik Elite PKS Kota Bandung.”

Jurnal Komunikasi Acta DiurnA 7(1):51-67.Cipto, Bambang. 2007. Politik dan Pemerintahan Amerika. Yogyakarta: Lingkaran Buku.Harrison, Lisa. 2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana Prenanda Media

Group. Cetakan ke-1

Page 19: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim …journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8685-59948034b2full... · 2017. 10. 16. · UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim

92Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 79 - 92

Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress

KPU Kota Surabaya. 2014. Surat Keputusan KPU Kota Surabaya Nomor: 13/Kpts/KPU-Kota_014.329945/2014 tenang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik dan CalonTerpilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surabaya dalampemilihan Umum tahun 2014. Surabaya.

Vincen Abel. Wawancara Kompas TV dengan Caleg Terpilih Vincensius Awey SebelumPemilu 2014 part 1-4 diunggah pada 19 Mei 2014 dan diakses pada 08 Juni 2014.

http://politik.kompasiana.com/ (diakses 5 Juni 2014)http://www.news.detik.com/ (diakses 6 Juni 2014)http://www.twitter.com/ (diakses 6 Juni 2014)http://facebook.com/ (diakses 6 Juni 2014)