UNIMED Undergraduate 22258 5. BAB II
-
Upload
ocha-malawat -
Category
Documents
-
view
15 -
download
2
description
Transcript of UNIMED Undergraduate 22258 5. BAB II
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Pengertian Belajar
Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya
mempengaruhi siswa agar belajar. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa
pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Akibat yang mungkin tampak
dari tindakan pembelajaran adalah siswa akan belajar sesuatu yang mereka tidak
akan pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar, atau mempelajari sesuatu dengan
cara yang lebih efisien.
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
(1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar, (2)
respons si pebelajar, dan (3) konsekuensi yang bersifat menhuatkan respons
tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.
Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pebelajar yang baik diberi hadiah.
Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman
(Dimyati & Mudjiono, 2006:9).
Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu: (1)
belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; (2) belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi (Slameto, 2010:13).
Definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh Slavin (dalam Trianto,
2011:16), yang mendefinisikan belajar sebagai:
Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience.
Chages caused by development (such as growing taller) are not instances og
learning. Neither are characteristics of individuals that are present at birth (such
as reflexes and respons to hunger or pain). However, huans do so much learning
from the day of their birth (and some say earlier) that learning and development
are enseparably linked.
-
8
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang
terjadi memalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak
lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan
perkembangan sangat erat kaitannya.
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak
disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu pperubahan
pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap
berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru
diperoleh individu. Sedangkan penggalaman meruupakan interaksi antara individu
dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar di sini diartikan
sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak
paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan
kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan
maupun individu itu sendiri (Trianto, 2011:16-17).
Dari ketiga pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu yang terjadi melalui
pengalaman individu itu sendiri, sehingga terjadi perubahan pada diri seseorang
baik berupa pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan dan aspek lainnya
yang ada pada diri seseorang.
2.1.2. Hasil Belajar
Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar
tiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah
hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian, dan
yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan
yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya
berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar dan evaluasi. Bagi siswa,
hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.
Oleh karena itu, pada umumnya guru mengadakan analisis tentang hasil belajar
siswa di kelasnya (Dimyati & Mudjiono, 2006 : 256 ).
-
9
Hasil belajar biasanya diacukan pada tercapainya tujuan belajar. Hasil
belajar yang tampak dari kemampuan yang diperoleh siswa, menurut Gagne dapat
dilihat dari lima kategori, yaitu keterampilan intelektual (intelectual skills),
informasi verbal (verbal information), strategi kognitif (cognitive strategies),
keterampilan motorik (motor skills), dan sikap (attitudes). Sementara itu, Bloom
dalam taksonominya terhadap hasil belajar (Taksonomi Bloom) mengkategorikan
hasil belajar pada tiga ranah atau kawasan, yaitu ranah kognitif (cognitive
domain), ranah afektif (affective domain), ranah psikomotorik (motor skill
domain) (Uno, 2011:210).
Menilai hasil belajar adalah unsur terakhir dalam proses perancangan
pembelajaran. Harus ada hubungan langsung antara sasaran belajar dengan soal
ujian. Dalam bidang pengujian dan pengukuran, hubungan ini merupakan
petunjuk kesalahan soal ujian. Penyusunan Tujuan Pembelajaran (TP) atau
Indikator Pencapaian Hasil Belajar (IPHB) didasarkan pada kompetensi Dasar
(KD) dan indikator yang tercantum dalam kurikulum tentang suatu konsep materi.
Menurut Sudirman N., dkk., dalam (Djamarah, 2005:247) tujuan penilaian dalam
proses belajar mengajar adalah: (1) mengambil keputusan tentang hasil belajar,
(2) memahami anak didik, (3) memperbaiki dan mengembangkan program
pengajaran. Kemudian menurut Sudirman N. dkk., lagi, pengambilan keputusan
tentang hasil belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang guru agar dapat
mengetahui berhasil tidaknya anak didik dalam proses belajar mengajar.
Ketidakberhasilan proses belajar mengajar disebabkan antara lain oleh: (1)
kemampuan anak didik yang rendah, (2) kualitas materi pelajaran tidak sesuai
dengan tingkat usia anak, (3) jumlah bahan pelajaran terlalu banyak sehingga
tidak sesuai dengan waktu yang diberikan, (4) komponen proses belajar mengajar
yang kurang sesuai dengan tujuan.
2.1.3. Pengertian Model Pembelajaran
Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir.sebuah
model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan.
Model juga dapat dipandang sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori
-
10
sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel
yang terdapat di dalam teori tersebut.
Model-model pengajaran sebenarnya juga bisa dianggap sebagai model-
model pembelajaran. Saat kita membantu siswa memperoleh informasi, gagasan,
skill, nilai, cara berpikir, dan tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri,
sebenarnya tengah mengajari mereka untuk belajar. Pada hakikatnya, hasil
instruksi jangka panjang yang paling penting adalah bagaimana siswa mampu
meningkatkan kapabilitas mereka untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih
efektif pada masa yang akan datang, baik karena pengetahuan dan skill yang
mereka peroleh maupun karena penugasan mereka tentang proses belajar yang
lebih baik (Joyce, 2011:7).
Arends dalam (Trianto, 2011:22) menyatakan, The term teaching model refers to a perticular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment,
and management system. Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran
tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaannya. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas
daripada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri ciri tersebut
ialah : (1) rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4)
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih
model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, tingkat perkembangan
kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
-
11
Jadi, model pembelajaran merupakan desain sistem pembelajaran yang
menggambarkan langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk menciptakan
aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
2.1.4. Model Pembelajaran Inkuiri
Model Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak
diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran; sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dan pembimbing siswa untuk belajar.
Strategi pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal
dari bahasa Yunani, yaitu heureskein yang berarti saya menemukan (Sanjaya,
2006:196).
Mengapa menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri? Dalam Jarret
(http://educationnorthwest.org/webfm_send/748) Ada bukti bahwa inkuiri
berbasis instruksi dapat meningkatkan kinerja dan sikap siswa tentang ilmu
pengetahuan dan matematika. Di sekolah tingkat menengah, siswa yang
berpartisipasi dalam Inkuiri berbasis program laboratorium dan keterampilan
grafik berkembang lebih baik, dan belajar untuk menginterpretasikan data lebih
efektif. Model pembelajaran Inkuiri dapat bermanfaat bagi siswa dalam
menunjang beberapa aspek pembelajaran, yaitu sebagai berikut: (1) Improves
student attitude and achievement (Meningkatkan sikap siswa dan prestasi), (2)
Facilitates student understanding (Memfasilitasi pemahaman siswa), (3)
Facilitates mathematical discovery (Memfasilitasi penemuan matematika)
-
12
Gambar 2.1. Cerminan proses inkuiri
Model Inkuiri sebagai perancah untuk instruksi
Model Inkuiri menyediakan konten dan struktur untuk instruksi
menguraikan keterampilan dan strategi yang perlu diajarkan secara eksplisit
dalam setiap tahapan proses.
Model Inkuiri sebagai ukuran untuk perasaan
Proses inkuiri, seperti pengalaman belajar yang menuntut, membawa
serta berbagai perasaan, termasuk antusiasme, ketakutan, frustrasi dan
kegembiraan. Perasaan ini yang dialami pada pola tertentu dalam berbagai
tahapan dari proses inkuiri. Dengan mengacu pada model di seluruh penyelidikan
berdasarkan kegiatan pembelajaran, guru dapat mengantisipasi dan mengenali
siswa ketika mengalami perasaan yang kuat dan dapat merancang sistem
pendukung dan reflektif.
Model Inkuiri sebagai bahasa umum untuk guru dan siswa
Sebuah bahasa umum untuk para guru dan siswa, membantu siswa
untuk menginternalisasi model dan berbicara tentang keterlibatan pembelajaran
proses. Hal ini meningkatkan komunikasi yang efektif antara semua inquirers di
-
13
sekolah karena memberikan guru dan siswa kata-kata untuk berbicara tentang
bagian-bagian dari proses. Posting model di ruang kelas dan di perpustakaan (atau
tempat di sekolah mana pembelajaran inkuiri terjadi) mendorong siswa untuk
mengenali setiap fase sebagai bagian dari keseluruhan proses
Dalam Alberta Learning, Learning and Teaching Resources Branch
(http://education.alberta.ca/media/313361/focusoninquiry.pdf) menjelaskan bahwa
Model Pembelajaran Inkuiri berkaca pada proses adalah bagian integral dari
semua fase dalam Permintaan Model-Perencanaan, Mengambil, Pengolahan,
Menciptakan, Berbagi dan Mengevaluasi, dan mencakup baik afektif dan kognitif
domain terkait dengan metakognisi.
Gambar 2.2. Model pembelajaran inkuiri
-
14
Tahap Perencanaan
Peserta didik harus memahami bahwa tujuan yang mendasari Inkuiri
berbasis proyek-proyek pembelajaran adalah untuk mengembangkan mereka
belajar untuk belajar keterampilan. Inkuiri berbasis pembelajaran dimulai dengan
minat atau rasa ingin tahu peserta didik tentang suatu topik. Ini adalah teka-teki
yang perlu dipecahkan. Pada tahap proses penyelidikan yang paling penting dari
para penemu adalah proses keseluruhan yang sering mengalami rasa optimis
tentang tugas-tugas ke depan.
Tahap Pengambilan
Para peserta didik selanjutnya berpikir tentang informasi yang mereka
miliki dan informasi yang mereka inginkan. Para penenmu mungkin harus
menghabiskan lama waktu tertentu untuk mengeksplorasi dan berpikir tentang
informasi yang mereka telah temukan sebelum mereka fokus untuk
penyelidikannya. Guru membantu siswa yang mengalami perasaan frustrasi
dengan mengajar mereka bahwa perasaan ini adalah orang yang semua peserta
didik alami saat melakukan penemuan, dan dengan mengajarkan keterampilan dan
strategi untuk memilih informasi yang relevan dan untuk menyesuaikan dan
memodifikasi pertanyaan.
Tahap pengolahan
Fase ini dimulai ketika peserta didik telah fokus untuk penyelidikan.
Fokus adalah aspek dimana siswa atau peserta didik telah memutuskan untuk
melakukan penyelidikan. Menuju fokus bisa sangat sulit untuk siswa, karena
melibatkan topik yang dipersempit. Ini melibatkan pertanyaan yang otentik,
perspektif pribadi dan menarik pernyataan penelitian. Meski begitu, memilih
informasi terkait dari sumber daya sering menjadi tugas yang sulit, mungkin
informasi yang terlalu sedikit atau terlalu banyak informasi, atau informasi
mungkin terlalu dangkal atau terlalu mendalam untuk para peserta didik.
Seringkali informasi yang ditemukan membingungkan dan kontradiktif, sehingga
siswa dapat merasa kewalahan.
-
15
Tahap menciptakan
Pengorganisasian informasi, menempatkan informasi ke dalam kata-kata
sendiri dan membuat format presentasi adalah tugas berikutnya dalam proses.
Siswa merasa lebih percaya diri pada tahap ini dan ingin memasukkan semua
pembelajaran baru yang mereka alami dalam produk mereka sendiri, sehingga
menghasilkan banyak informasi.
Tahap berbagi
Jika siswa telah diberikan cukup dukungan pada seluruh proses
penyelidikan, mereka akan bangga dengan hasil belajar mereka sendiri dan ingin
berbagi informasi yang telah mereka temukan, terlepas dari format atau orang
lain. Mereka kemungkinan merasa sedikit gugup menyajikan sesuatu yang mereka
dapatkan dari penelitian merek sendiri, dan mereka mungkin merasa cemas bahwa
orang lain mungkin tidak memahami atau menghargai usaha mereka. Namun
demikian, mereka akan merasa bahwa mereka telah melakukan yang terbaik.
Tahap mengevaluasi
Akhirnya, ketika sebuah proyek penelitian selesai, peneliti merasa lega
dan senang. Mereka sangat antusias dengan keterampilan baru mereka dan
pemahaman, dan mereka ingin merefleksikan evaluasi mereka terhadap produk
dan proses penyelidikan mereka. Siswa harus mampu mengartikulasikan
pentingnya bekerja untuk mengembangkan mereka belajar untuk belajar
keterampilan, dan mereka harus dapat melihat hubungan antara kerja penyelidikan
mereka dilakukan dalam sekolah dan pekerjaan mereka atau kegiatan yang
dilakukan di luar sekolah. Mereka juga harus dapat merefleksikan bagaimana
pengalaman mereka memiliki dipengaruhi Model Inkuiri pribadi mereka dan pada
apa yang mereka miliki belajar tentang diri mereka sebagai Penemu.
Gulo dalam (Trianto, 2011:166), menyatakan strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri.
-
16
Sasaran utama kegiatan pembelajaran ikuiri adalah: (1) keterlibatan siswa secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara logis dan
sistematis pada tujuan pembelajaran, (3) mengembangkan sikap percaya pada diri
siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi
dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak
(1996). Adapun tahapan pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Tahap pembelajaran inkuiri
Fase Kegiatan Guru
1. Menyajikan pertanyaan
atau masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah
dan masalah dituliskan dipapan tulis. Guru
membagi siswa dalam kelompok.
2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis
yang relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritaskan penyelidikan
3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan
hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing
siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4. Melakukan percobaan
untuk memperoleh
informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi
melalui percobaan
5. Mengumpulkan dan
menganalisis data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok
untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang
terkumpul
6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan
(Trianto, 2011 : 172)
-
17
2.1.5. Model Pembelajaran Inquiri Berbasis Pictorial Riddle
Pendekatan dengan mengguanakan Pictorial Riddle adalah salah satu
teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan interest siswa di dalam
diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar, peraga atau situasi sesungguhnya
dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. Suatu
riddle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster atau diproyeksikan
dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan riddle.
Dalam membuat rancangan suatu riddle, guru harus mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut: (1) memilih beberapa konsep atau prinsip yang akan
diajarkan atau didiskusikan, (2) melukis suatu gambar, menunjukkan suatu
ilustrasi atau menggunakan potret (gambar) yang menunjukkan konsep, proses,
atau situasi, (3) suatu prosedur bergantian adalah untuk menunjukkan sesuatu
yang tidak sewajarnya, dan kemudian meminta siswa untuk mencari dan
menemukan mana yang salah dengan riddle tersebut, (4) membuat pertanyaan-
pertanyaan berbentuk divergent yang berorientasikan pada proses dan berkaitan
dengan riddle (gambar dan sebagainya) yang akan membantu siswa memperoleh
pengertian tentang konsep atau prinsip apakah yang terlibat di dalamnya (Amien,
1987:150).
2.1.6. Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa
dipakai guru dalam pengajaran, yaitu yang menempatkan guru sebagai sumber
segala informasi sedangkan siswa hanya mendengarkan saja. Hubungan siswa
dengan guru sangat kaku, sebab guru dianggap sebagai tokoh yang harus ditiru
dalam segalanya. Model pembelajaran konvensional mengarahkan siswa sesuai
dengan interaksi yang diinginkan oleh guru. Model pembelajaran ini telah
memberikan pengaruh yang kurang baik karena siswa berperan sebagai penerima
informasi yang pasif. Sanjaya menyatakan bahwa:
Dalam model pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif; siswa lebih banyak belajar
dengan menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran; pembelajaran bersifat
-
18
teoritis dan abstrak; perilaku siswa didasarkan faktor dari luar dirinya misalnya
takut hukuman dari guru; guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
Ini berarti dalam model pembelajaran konvensional guru menjadi pusat
pembelajaran dan sangat tidak memperhatikan perbedaan kemampuan individu
yang dimiliki siswa. Peneliti menggunakan model pembelajaran konvensional
yang biasa digunakan yakni ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran.
Model ini dipakai sebagai bandingan dengan model pembelajaran Inquiri Berbasis
Pictorial Riddle. Ceramah adalah penuturan lisan dari guru kapada siswanya.
Ceramah juga merupakan suatu kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata
di depan orang banyak. Penyampaian informasi dengan kata sering mengaburkan
dan kadang-kadang ditafsirkan salah. Ceramah dapat diartikan sebagai cara
menyajikan pelajaran melalui penuturan lisan atau penjelasan langsung kepada
sekelompok siswa.
1. Kelebihan Pembelajaran Konvensional
Adapun kelebihan dari pembelajaran konvensional ini adalah: (1)
mempunyai keunggulan karena dapat berbagi informasi yang tidak mudah
ditemukan di tempat lain, (2) menyampaikan informasi dengan cepat, (3)
membangkitkan minat akan informasi. Mengajari peserta didik yang cara belajar
terbaiknya dengan mendengarkan.
2. Kelemahan Pembelajaran Konvensional
Adapun kelemahan dari pembelajaran konvensional ini adalah : (1) tidak
semua peserta didik memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan, (2)
sering terjadi kesulitan pengajaran, (3) model ini cenderung tidak memerlukan
pemikiran yang kritis serta mengasumsikan bahwa cara belajar peserta didik itu
sama dan tidak bersifat pribadi, (4) kurang menekankan pada pemberian
keterampilan proses (hands-on activities), (5) pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan oleh pendidik pada saat belajar kelompok sedang
berlangsung, (6) para peserta didik tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar
pada hari itu dan penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas (hasil), (7)
daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal, (8) pendidik
-
19
jarang mengajar peserta didik untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu
konsep, (9) peserta didik hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan
cara (alternatif) sendiri dalam memecahkan masalah.
2.1.7. Materi
2.1.7.1 Besaran dan Satuan
a. Pengertian Besaran
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan
angka-angka. Besaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu besaran
pokok dan besaran turunan.
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih
dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Dalam Sistem Internasional (SI)
ada 7 besaran pokok yang mempunyai satuan dan 2 besaran pokok yang tidak
mempunyai satuan. Besaran Pokok yang mempunyai satuan diantaranya seperti
tertera pada tabel dibawah ini
Tabel 2.2. Besaran Pokok dan Satuannya
No. Besaran pokok Satuan SI Singkatan
1. Panjang Meter M
2. Massa kilogram Kg
3. Waktu Sekon S
4. Suhu kelvin K
5. Kuat arus ampere A
6. Jumlah molekul Mole Mol
7. Intensitas cahaya candela cd
-
20
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok.
Tabel 2.3. Besaran Turunan
No. Besaran turunan Besaran pokok Satuan
1. Luas panjang x lebar m2
2. Volume panjang x lebar x tinggi m3
3. Kecepatan Jarak / waktu m/s
4. Massa jenis massa / panjang x lebar x tinggi kg/m3
b. Pengertian Satuan
Satuan didefinisikan sebagai pembanding dalam suatu pengukuran
besaran. Setiap besaran mempunyai satuan masing-masing, tidak mungkin dalam
2 besaran yang berbeda mempunyai satuan yang sama. Apa bila ada dua besaran
berbeda kemudian mempunyai satuan sama maka besaran itu pada hakekatnya
adalah sama. Sebagai contoh Gaya (F) mempunyai satuan newton dan berat (w)
mempunyai satuan newton. Besaran ini kelihatannya berbeda tetapi sesungguhnya
besaran ini sama yaitu besaran turunan gaya.
c. Dimensi Besaran
Dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf teretntu dan
diberi kurung persegi ([ ]). Dalam soal biasanya kurung persegi dihilangkan.
Tabel di bawah ini memberikan rumusan dimensi dari besaran-besaran pokok.
Tabel 2.4. Dimensi Besaran Pokok
Besaran Pokok Satuan Singkatan Dimensi
Panjang
Massa
Waktu
Temperatur
Kuat Arus Listrik
Intensitas Cahaya
Jumlah Zat
Meter
kilogram
sekon
kelvin
ampere
candela
mol
m
kg
s
K
A
cd
mol
[L]
[M]
[T]
[]
[I]
[J]
[N]
-
21
Dimensi dari besaran turunan dapat disusun dari dimensi besaran-besaran
pokok tersebut. Sebagai contoh, dimensi kecepatan merupakan hasil bagi antara
dimensi panjang dan dimensi waktu.
[daya] = [gaya] [kecepatan]
= [MLT-2] [LT-1]
= ML2T-3
2.1.7.2. Instrumen Pengukuran
a. Pengukuran Panjang
Pengukuran besaran panjang dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai alat ukur, misalnya mistar ukur, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Mistar ukur
Alat ukur panjang yang sering Anda gunakan adalah mistar atau
penggaris. Pada umumnya, mistar memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm.
Mistar mempunyai ketelitian pengukuran 0,5 mm, yaitu sebesar setengah dari
skala terkecil yang dimiliki oleh mistar. Pada saat melakukan pengukuran dengan
menggunakan mistar, arah pandangan hendaknya tepat pada tempat yang diukur.
Artinya, arah pandangan harus tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda
yang di ukur. Jika pandangan mata tertuju pada arah yang kurang tepat, maka
akan menyebabkan nilai hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil.
Kesalahan pengukuran semacam ini di sebut kesalahan paralaks.
Gambar 2.3. Cara membaca yang tepat hasil pengukuran yang akurat
-
22
Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap dan rahang geser.
Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap merupakan skala utama, sedangkan
skala pendek yang terdapat pada rahang geser merupakan skala nonius atau
vernier. Nama vernier diambilkan dari nama penemu jangka sorong, yaitu Pierre
Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis.
Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm.
Sedangkan skala nonius pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm dan di bagi
dalam 10 skala, sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala
utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah
0,1 mm atau 0,01 cm.
Jangka sorong tepat digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter
dalam, kedalaman tabung, dan panjang benda sampai nilai 10 cm. Untuk lebih
memahami tentang tentang jangka sorong, perhatikan Gambar 2.2.
Gambar 2.4 Jangka sorong dan bagian-bagiannya
Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup sering digunakan untuk mengukur tebal bendabenda
tipis dan mengukur diameter benda-benda bulat yang kecil seperti tebal kertas dan
diameter kawat. Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu poros tetap dan
-
23
poros ulir. Skala panjang yang terdapat pada poros tetap merupakan skala utama,
sedangkan skala panjang yang terdapat pada poros ulir merupakan skala nonius.
Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan skala
noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius mempunyai
nilai 1/50 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup mempunyai tingkat
ketelitian paling tinggi dari kedua alat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu
0,01 mm. Perhatikan gambar berikut!
Gambar 2.5. Mikrometer sekrup dan bagian-bagiannya
b. Pengukuran Massa
Massa benda menyatakan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu benda.
Massa tiap benda selalu sama dimana pun benda tersebut berada. Satuan SI untuk
massa adalah kilogram (kg).
Alat untuk mengukur massa disebut neraca. Ada beberapa jenis neraca,
antara lain, neraca ohauss, neraca lengan, neraca langkan, neraca pasar, neraca
tekan, neraca badan, dan neraca elektronik. Setiap neraca memiliki spesifikasi
penggunaan yang berbeda-beda. Jenis neraca yang umum ada di sekolah Anda
adalah neraca tiga lengan dan empat lengan.
Pada neraca tiga lengan, lengan paling depan memuat angka satuan dan
sepersepuluhan, lengan tengah memuat angka puluhan, dan lengan paling
belakang memuat angka ratusan. Cara menimbang dengan menggunakan neraca
tiga lengan adalah sebagai berikut.
-
24
Posisikan skala neraca pada posisi nol dengan menggeser penunjuk pada
lengan depan dan belakang ke sisi kiri dan lingkaran skala diarahkan pada
angka nol!
Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang!
Letakkan benda yang akan diukur di tempat yang tersedia pada neraca!
Geser ketiga penunjuk diurutkan dari penunjuk yang terdapat pada ratusan,
puluhan, dan satuan sehingga tercapai keadaan setimbang!
Bacalah massa benda dengan menjumlah nilai yang ditunjukkan oleh
penunjuk ratusan, puluhan, satuan, dan sepersepuluhan!
Gambar 2.6. Neraca tiga lengan
c. Pengukuran Waktu
Standar satuan waktu adalah sekon atau detik (dalam buku ini akan
digunakan sekon). Alat yang digunakan untuk mengukur waktu biasanya adalah
jam atau arloji. Untuk megukur selang waktu yang pendek di gunakan stopwatch.
Stopwatch memiliki tingkat ketelitian sampai 0,01 detik. Alat ukur yang paling
tepat adalah jam atom. Jam ini hanya digunakan oleh para ilmuwan di
laboratorium.
-
25
Gambar 2.7. Arloji dan bagian-bagiannya
Arloji ada dua jenis, yaitu arloji mekanis dan arloji digital. Jarum arloji
mekanis digerakkan oleh gerigi mekanis yang selalu berputar, sedangkan arloji
digital berdasarkan banyaknya getaran yang dilakukan oleh sebuah kristal kuarsa
yang sangat kecil. Arloji akan bekerja sepanjang sumber energinya masih ada.
Ketelitian arloji adalah 1 sekon. Kelemahan arloji mekanis maupun digital adalah
selalu bergerak sehingga sulit dibaca secara teliti.
Waktu yang terbaca pada arloji mekanis ditunjukkan oleh kerja ketiga
jarum, yaitu jarum jam, jarum menit, dan jarum detik. Jarum jam bergerak satu
skala tiap satu jam, jarum menit bergerak satu skala tiap satu menit, jarum detik
bergerak satu skala tiap satu detik. Cara membaca untuk arloji digital sangat
mudah sebab angka yang ditampilkan pada arloji sudah menunjukkan waktunya.
2.1.7.3. Angka Penting
Angka penting adalah semua angka yang didapat dari hasil pengukuran
dengan mempergunakan alat ukur. Angka penting terdiri atas angka-angka pasti
dan angka taksiran pertama sesuai dengan tingkat ketelitian pengukuran dari suatu
alat ukur yang dipergunakan. Cara menentukan angka penting adalah sebagai
berikut.
-
26
a. Aturan-Aturan Penulisan Angka Penting
Dalam penulisan angka penting, terdapat lima aturan yang menyatakan apakah
suatu angka termasuk angka penting atau bukan. Lima aturan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh : 21,2 ( Mengandung 3 angka penting)
12,34 (Mengandung 4 angka penting)
2. Angka nol yang terletak diantara dua angka bukan nol termasuk angka
penting.
Contoh : 10,01 (Mengandung 4 angka penting)
80,1 (Mengandung 3 angka penting)
3. Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka-angka yang
ditulis dibelakang koma desimal termasuk angka penting.
Contoh : 2,10 (Mengandung 3 angka penting)
32,10 (Mengandung 4 angka penting)
4. Angka-angka nol yang terletek di sebelah kiri dan sebelah kanan koma
desimal adalah bukan angka penting.
Contoh : 0,007 (Mengandung 1 angka penting)
0,080 (Mengandung 2 angka penting)
5. Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya yang memiliki
angka-angka nol pada deretan akhir harus dituliskan dalam notasi ilmiah
agar jelas apakah angka-angka nol tersebut termasuk angka penting atau
bukan.
Contoh : 450000 (Mengandung 4 angka penting)
5,00 ( Mengandung 2 angka penting)
Contoh :
1. Dengan menggunakan jangka sorong hasil pengukuran ketebalan lembar
kertas adalah 1,3 mm maka hasil pengukuran ini memiliki 2 angka penting.
2. Hasil pengukuran sebuah penggaris terhadap pensil adalah 17,5 cm, dari
hasil pengukuran ini menunjukkan 3 angka penting.
-
27
3. Dari gambar dibawah terlihat bahwa skala utamanya adalah 5,5 mm dan
skala nonius yang segaris dengan skala utama adalah skala ke-25 (25 0,01
mm = 0,25 mm). Sehingga hasil pengukuran tersebut adalah 5,5 mm + 0,25
mm = 5,75 mm dimana hasil pengukuran ini memiliki 3 angka penting.
Gambar 2.8. Banyak angka penting hasil pengukuran micrometer sekrup
b. Operasi-Operasi Dalam Angka Penting
Di dalam operasi penjumlahan atau pengurangan dalam angka penting dari
operasi tersebut hanya boleh mengandung satu angka yang diragukan, angka
kedua yang di ragukan tak perlu di tuliskan dan jika seluruh bilangan tidak di
garis bawahi, angka yang terakhir adalah angka yang di ragukan atau angka
tafsiran.
Dalam operasi perkalian atau pembagian, banyaknya angka penting dari
kedua macam operasi tersebut harus sama dengan angka penting yang paling
sedikit. Misalnya deretan pertama memiliki lima angka penting dan deretan
bilangan kedua hanya mempunyai dua angka penting, maka hasil operasi
perkalian atau pembagian hanya memiliki dua angka penting.
Aturan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Penting
Hasil penjumlahan dan pengurangan dua atau lebih bilangan penting yang
berdimensi sama hanya boleh memiliki satu angka yang diragukan.
Contoh : l1 = 6,48 m
l2 = 18,2 m +
(l1 + l2) = 24,68 m
-
28
Menurut aturan penjumlahan angka penting, penulisan (l1 + l2) adalah (l1 + l2) =
24,7 m. Jadi terdapat satu angka yang diragukan, yakni angka 7. hal yang sama
berlaku :
Contoh :
l2 = 18,2 m
l1 = 6,48 m +
(l2 l1) = 11,72 m
Menurut aturan pengurangan antgka penting, penulisan (l2 l1) menjadi (l2 l1) =
11,7 m.
Perkalian dan Pembagian Bilangan Penting
Perkalian dan pembagian bilangan penting harus menghasilkan suatu
bilangan yang banyak angka pentingnya sama dengan bilangan awal yang angka
pentingnya paling sedikit.
Contoh :
Tentukan luas bangun persegi panjang, jika hasil pengukuran panjang dan
lebarnya adalah :
Luas = p l
= 3,22 cm x 2,1 cm = 6,8 cm2
sebab 3,22
2,1
3,22
6,44 +
6,762 dibulatkan menjadi 6,8 (2 angka penting)
c. Notasi Ilmiah
Untuk memudahkan Anda mengetahui banyaknya angka penting suatu
besaran, digunakan cara penulisan yang disebut notasi ilmiah. Cara penulisan ini
juga sering membantu dalam operasi perhitungan Fisika.
Penulisan hasil pengukuran 0,0124 m menjadi 1,24 x 10-2
m dan 2.500 kg
menjadi 2,5 x 103 kg disebut penulisan dengan cara notasi ilmiah. Penulisan ini
-
29
akan sangat menguntungkan seperti pada penulisan jarak Bumi ke Matahari, yaitu
150.000.000 km dapat dituliskan menjadi 1,5 x 108 km. Demikian juga penulisan
massa sebuah elektron, yaitu 9,11 x 10-31
kg (setelah dibulatkan). Jika massa
elektron ditulis, Anda akan membutuhkan tempat yang sangat panjang. Oleh
karena itu, penulisan dengan notasi ilmiah menjadi sangat menguntungkan. Jadi,
deretan angka nol yang terdapat di belakang atau di depan angka bukan nol, dapat
diganti dengan bilangan sepuluh berpangkat yang disebut sebagai orde besaran.
2.1.7.4. Ketidakpastian Pengukuran
Setiap pengukuran mengandung ketidakpastian. Adapun penyebab dari
ketidakpastian adalah orang yang melakukan pengukuran dan alat ukur itu sendiri.
Berikut ini adalah beberapa jenis sumber-sumber ketidakpastian yang sering di
jumpai.
a. Ketidakpastian Bersistem
Ketidakpastian bersistem dapat disebut sebagai sumber kesalahan, karena
bersumber dari alat ukur. Ketidakpastian ini meliputi :
1. Kesalahan kalibrasi
2. Kesalahan titik nol
3. Kesalahan komponen alat
4. Gesekan, biasanyaa pada alat-alat yang dapat bergerak
5. Paralaks.
b. Ketidakpastian Acak
Ketidakpastian ini bersumber pada keadaan atau gangguan yang sifatnya acak.
Penyebab ketidak pastian ini antara lain :
1. Gerak brown molekul udara
2. Fluktuasi tegangan listrik
3. Landasan yang bergetar
4. Bising
-
30
c. Adanya Nilai Skala Terkecil Alat Ukur
Setiap alat ukur mempunyai sksla terkecil dari berbagai ukuran. Karena
keterbatasan penglihatan dalam pembacaan, skala terkecil ini juga merupakan
sumber kesalahan.
a. Keterbatasan pengamatan.
Biasanya di sebabkan karena kurang terampilnya pengamat menggunakan alat
utamanya alat-alat canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur.
2.1.7.5. Melaporkan Hasil Pengukuran
a. Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Adapun
ketidakpastian pada pengukuran tunggal ditetapkan sama dengan setengah
skala terkecil. Ketidakpastian pengukuran tunggal
x = x skala terkecil
b. Pengukuran berulang
Pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan lebih dari satu kali.
Misalnya, suatu besaran fisika diukur N kali pada kondisi yang sama, dan
diperoleh hasil-hasil pengukuran x1, x2 x3,xN (disebut sebagai sampel). Nilai
rata-rata sampel didefinisikan sebagai berikut.
x = =
Ketidak pastian pengukuran berulang dinyatakan oleh simpangan baku nilai
rata-rata sampel.
=
-
31
2.2. Kerangka Konseptual
Inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih
mendalam. Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yakni Inquiry, berarti, pertanyaan,
atau pemeriksaan, penyelidikan. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak
siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat.
Dalam proses pembelajaran model inkuiri dapat menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa
menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Model pembelajaran inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia
lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam si sekelilingnya
merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Hingga dewasa keingintahuan
manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan
pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna manakala
didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah model pembelajaran inkuiri
dikembangkan.
Metode pictorial riddle merupakan salah satu metode yang termasuk ke
dalam model inkuiri. Metode pictorial riddle adalah suatu metode atau teknik
untuk mengembangkan aktifitas siswa dalam diskusi kelompok besar maupun
kecil melalui penyajian masalah yang disajikan dalam bentuk ilustrasi. Suatu
riddle biasanya berupa gambar, baik di papan tulis, papn poster, maupun
diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan
yang berkaitan dengan riddle itu.
Salah satu upaya untuk memecahkan masalah rendahnya aktivitas belajar
siswa yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa adalah dengan
menerapkan model pembelajaran inkuiri berbasis pictorial riddle. Inkuiri
merupakan pendekatan yang mengembangkan aktivitas belajar siswa secara
optimal, sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Sedangkan pictorial
riddle merupakan pendekatan yang mempresentasikan informasi ilmiah dalam
bentuk gambar yang digunakan sebagai sumber diskusi. Dengan penerapan
pembelajaran ini diharapkan siswa bisa lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
-
32
mengajar Fisika dan memperoleh hasil belajar yang maksimal, sehingga dapat
meningkatkan pemahaman konsep khususnya pada materi pokok pengukuran di
Kelas X semester I SMA Swasta Methodist Lubuk Pakam.
2.3. Hipotesis
Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak terdapat perbedaan akibat pengaruh penggunaan model pembelajaran
inkuiri berbasis pictorial riddle terhadap hasil belajar Fisika siswa pada
materi pengukuran di kelas X semester I SMA Swasta Methodist Lubuk
Pakam.
Ha : Terdapat perbedaan akibat pengaruh penggunaan model pembelajaran
inkuiri berbasis pictorial riddle terhadap hasil belajar Fisika siswa pada
materi pengukuran di kelas X semester I SMA Swasta Methodist Lubuk
Pakam.