UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN...

113
ii UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK ETANOL 95% DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray) TERHADAP TIKUS SPRAGUE-DAWLEY JANTAN DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN SECARA IN VIVO SKRIPSI UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA AGUSTUS 2016

Transcript of UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN...

Page 1: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK

ETANOL 95% DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia

diversifolia (Hemsl.) A. Gray) TERHADAP TIKUS

SPRAGUE-DAWLEY JANTAN DENGAN METODE

INDUKSI ALOKSAN SECARA IN VIVO

SKRIPSI

UMI KULSUM

NIM. 1112102000043

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

AGUSTUS 2016

Page 2: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK

ETANOL 95% DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia

diversifolia (Hemsl.) A. Gray) TERHADAP TIKUS

SPRAGUE-DAWLEY JANTAN DENGAN METODE

INDUKSI ALOKSAN SECARA IN VIVO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

UMI KULSUM

NIM. 1112102000043

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

AGUSTUS 2016

Page 3: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD
Page 4: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD
Page 5: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD
Page 6: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

vi

ABSTRAK

Nama : Umi Kulsum

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Efek Antihiperglikemia Ekstrak Etanol 95% Daun

Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray)

terhadap Tikus Sprague-Dawley Jantan dengan Metode

Induksi Aloksan secara in vivo

Daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray) merupakan salah

satu tanaman yang secara tradisional digunakan untuk mengendalikan kadar

glukosa darah. Berbagai senyawa metabolit sekunder seperti antrakuinon,

flavonoid, saponin, tannin dan terpenoid diduga dapat mengendalikan kadar

glukosa darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek

antihiperglikemia ekstrak etanol 95% daun kembang bulan terhadap tikus Sprague-

Dawley jantan yang diinduksi aloksan. Sebanyak 30 ekor tikus dibagi menjadi 6

kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol normal) diberi akuades, kelompok II

(kontrol positif) diberikan Glibenklamid, kelompok III (kontrol negatif) diberi Na

CMC, dan kelompok IV, V, dan VI yang diberi ekstrak dengan dosis 10; 100; dan

1000 mg/kgBB. Sebelum diberi perlakuan, sebanyak 25 tikus uji diinduksi Aloksan

pada dosis 150 mg/kgBB secara intraperitoneal. Setelah 7 hari diinduksi, tikus uji

diberikan perlakuan selama 21 hari. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan

sebanyak 5 kali yaitu pada hari ke-0, 1, 8, 15, dan 22. Kadar glukosa darah secara

statistik diuji Kruskal-Wallis yang kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-

Whitney. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol 95% daun kembang bulan

dapat mengendalikan kadar gula darah. Persentase penurunan kadar glukosa darah

pada dosis ekstrak 10; 100; dan 1000 mg/kgBB adalah 32,2997%, 54,1731% dan

45,3056%. Sedangkan penurunan kadar gula darah pada kontrol positif adalah

69,6126%. Secara statistika, ekstrak etanol pada dosis 10; 100; dan 1000 mg/kgBB

menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan dibandingkan dengan kontrol

negatif (p ≤ 0,05). Penurunan glukosa darah tikus uji pada kelompok dosis 10

mg/KgBB, 100 mg/KgBB, dan 1000 mg/KgBB secara statistika menunjukkan

adanya perbedaan, tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan (p ≥ 0,05).

Kata Kunci : Antihiperglikemia, aloksan, daun kembang bulan, kadar glukosa

darah, Tithonia diversifolia.

Page 7: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

vii

ABSTRACT

Name : Umi Kulsum

Major : Pharmacy

Title : Antihyperglycemic Activity of Ethanol Extract of

Kembang Bulan Leaves (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A.

Gray) in Alloxan-Induced White Male Rats Sprague

Dawley Strain

Kembang bulan leaves (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray) is one of plants

traditionally used to control blood glucose level. The content of secondary

metabolites such as anthraquinone, flavonoid, saponin, tannin, and terpenoid could

be expected to lower blood glucose level. The purpose of this study was to

determine antihyperglycemic activity of ethanol extract of kembang bulan leaves in

Alloxan-induced white male rats Sprague Dawley strain. Thirty rats were divided

into 6 treatment groups. Group I (normal control) were treated distilled water,

Group II (positive control) were treated glibenclamide suspension, Group III

(Negative control) were treated CMC Sodium, and Group IV, V, and VI were

treated by extract in varian doses (10; 100; and 1000 mg/kgBB). Before treatment,

25 rats were induced by Alloxan at a dose of 150 mg/kgBB, intraperitoneally. After

7 days of induction, rats were treated orally for 21 days. Blood glucose

measurement performed 5 times at day-0, 1, 8, 15, and 22. Blood glucose level were

analyzed with Kruskal-Wallis test and post-hoc test using Mann-Whitney. Result

showed that extract ethanol of kembang bulan leaves can control blood glucose

level. Percentage of decreasing blood glucose level of glybenclamide and extract

treatment at doses 10, 100, and 1000 mg/kgBB are 69,6126%, 32,2997%,

54,1731% and 45,3056%, respectively. After 21 days treatment, there was a

significant reduction of glybenclamide and extract treatment at doses 10, 100, and

1000 mg/kgBB compared to negative control (p ≤ 0,05). There were glucose

reduction of extract treatments, but not statistically significant (p ≥ 0,05) compared

to each extract doses.

Keywords : Antihyperglycemic, alloxan, blood glucose level, kembang bulan

leaves, Tithonia diversifolia.

Page 8: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala

nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi. Serta shalawat dan salam untuk baginda Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa petunjuk bagi seluruh umat manusia, semoga kelak kita

mendapatkan syafaat beliau. Skripsi ini berjudul “Uji Efek Antihiperglikemia

Ekstrak Etanol 95% Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A.

Gray) terhadap Tikus Sprague-Dawley Jantan dengan Metode Induksi

Aloksan secara in vivo” yang telah diajukan sebagai persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi Program Studi Farmasi FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari

bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan

rasa terimakasih kepada:

1. Ibu DR. Delina Hasan, M. Kes., Apt dan Ibu Eka Putri M, Si., Apt selaku

pembimbing yang memiliki andil besar dalam proses penelitian dan

penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Arief Sumantri, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak dan ibu dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

4. Para staf karyawan dan laboran Program Studi Farmasi yang telah

banyak membantu selama berlangsungnya penelitian ini.

5. Bapak Senjaya dan Ibu Lita Apriliati yang selalu menjadi orang tua

terhebat yang telah berjuang keras membantu, mendo’akan dan

mendukung penulis dengan sepenuh hati. Serta adik Zakwan Hanif yang

selalu memberikan doa dan semangat.

6. Sahabat tersayang, Alinda Nurul Badriyah, Radita Isminiarti, Mia

Audina Musyadad, dan Marlyana Keumala. Terima kasih atas doa,

semangat, dan bantuan demi kelancaran skripsi.

Page 9: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

ix

7. Sahabat seperjuangan selama kuliah, Addina Syahida, Ayu Savitri

(Kesmas 2012), Afra Fitrianita, Ani Kurniawati, dan Yuli Andriani.

Terima kasih atas semua kebaikan, perhatian, semangat, bantuan, dan

do’a selama masa perkuliahan dan penelitian.

8. Teman seperjuangan penelitian Farmakologi 2012 (Amma, Ami,

Denny, Afina, Nita, Rahayu, Windi, Hary, Tania, Fika F, Afra, Atul,

Pipit, dan Fika HD). Terima kasih atas segala bantuan dan semangat

selama penelitian berlangsung.

9. Teman-teman di kost tulip (Afra, Rema, Yolan, Lilis, Resha, Elsa,

Rahayu, Pipit). Terima kasih atas bantuan dan semangat untuk penulis.

10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD yang banyak

membantu penulis selama masa perkuliahan.

11. Bapak Sholeh, Ibu Hesty dan suami, Beny (Farmasi 2012), Kak Arum

(Farmasi 2011), dan Kak Elsa (PSPD 2011). Terima kasih atas segala

bantuan selama penelitian berlangsung.

12. Serta kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama

penyusunan skripsi ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan pengetahuan khususnya di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan

pembaca pada umumnya.

Ciputat, 15 Agustus 2016

Penulis

Page 10: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD
Page 11: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .. ................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL....................................................................................... ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………..…… 1

1.1. Latar Belakang………………...………………………............ 1

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………...... 4

1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………….... 4

1.4. Hipotesis………………………………………………………. 4

1.5. Manfaat Penelitian…………………………………………...... 4

1.6. Ruang Lingkup……………………………………..…………. 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………...…………. 6

2.1. Tanaman Kembang Bulan………..…………………………… 6

2.1.1. Morfologi…………………………………………….... 6

2.1.2. Sistematika Tumbuhan…………….…………............ 7

2.1.3. Habitat………………………………………...……..... 7

2.1.4. Nama Lain……………………………………..…....... 7

2.1.5. Kandungan Kimia………………………………...…… 8

2.1.6. Khasiat Daun Kembang Bulan…………..……..…….. 9

2.1.7. Literature Review……………………………………... 10

2.1.8. Antioksidan……………….………………………..…. 12

2.1.9. Sesquiterpenoid Lakton………………………….……. 13

2.2. Simplisia………………………………………………………. 15

2.2.1. Definisi Simplisia………..…...……………….……… 15

2.2.2. Pengelolaan Simplisia…………..…………………….. 15

2.3. Ekstraksi……………..………………………………………... 16

2.3.1. Ekstrak…………………..……………………………. 16

2.3.2. Proses Pembuatan Ekstrak…..………………………... 16

2.3.3. Metode Ekstraksi…………..…………………………. 18

2.4. Diabetes Melitus………………………………………………. 19

2.4.1. Definisi…………...…………………………………… 19

2.4.2. Klasifikasi……………………………………………... 19

2.4.3. Gejala Klinik………...…...…………………………… 20

Page 12: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

xii

2.4.4. Diagnosis……………...………………………………. 21

2.4.5. Penatalaksanaan Diabetes Melitus……..…………….. 22

2.5. Model hewan uji pada pengujian efek antihiperglikemia...…. 26

2.6. Metode Pengukuran Glukosa Darah………………………….. 29

2.7. Glukosa Meter (Glukometer)………………………………... 30

2.8. Glibenklamid……………………...…………………………... 32

BAB 3. METODE PENELITIAN……………...………………….............. 34

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian……..………………………….. 34

3.2. Desain Penelitian……………..……………………………….. 34

3.3. Alat Dan Bahan……..…..……………………….……………. 35

3.3.1. Alat…………………..………………………………... 35

3.3.2. Bahan…………….……………………….…………… 36

3.4. Cara Kerja……………..………………………………………. 37

3.4.1. Pembuatan Simplisia……...…..………….…………… 37

3.4.2. Ekstraksi……………..…………………….………….. 37

3.4.3. Penapisan Fitokimia..…………………………………. 38

3.4.4. Pengujian Parameter Non Spesifik………..………….. 39

3.4.5. Pengujian Parameter Spesifik……..………………….. 39

3.5. Uji Induksi Aloksan……………..…………………………….. 40

3.5.1. Uji Pendahuluan Induksi Aloksan……..………...……. 40

3.5.2. Penginduksian Diabetes Dengan Aloksan ……….…… 40

3.6. Uji Antihiperglikemia…..………………………………….….. 41

3.6.1. Pembuatan Sediaan Dosis Uji…………..………….…. 41

3.6.2. Pengelompokan Hewan Uji dan Cara Kerja………..…. 42

3.6.3. Validasi Alat Glukometer…………………………...… 43

3.6.4. Pengambilan darah dan pengukuran kadar glukosa…... 43

3.6.5. Terminasi Hewan Uji…………………………………. 43

3.7. Verifikasi Data……………………………………….……….. 43

3.8. Analisis Data…………………………………………..……… 44

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………... 45

4.1 Hasil Penelitian………………………………………….…….. 45

4.1.1 Determinasi Tanaman………………………….……… 45

4.1.2 Ekstraksi………………………………………………. 45

4.1.3 Penapisan Fitokimia…………………………………... 45

4.1.4 Parameter Standar…………………………….……….. 46

4.1.5 Karakteristik tikus uji……………………….………… 47

4.1.6 Pengukuran Kadar Glukosa Darah………….………… 47

4.1.7 Penurunan Kadar Glukosa Darah…………..…………. 48

4.2 Pembahasan……………………………………...………….… 48

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………...……….. 59

5.1 Kesimpulan……………………………………………………. 59

5.2 Saran……………………………………………….………….. 59

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………....... 60

LAMPIRAN………………………………………………………………….. 67

Page 13: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Tanaman Kembang Bulan….…………………………………. 6

Gambar 2.2. Grafik Daya Antioksidan………………….………………….. 8

Gambar 2.3. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak………….………………… 8

Gambar 2.4. Struktur Germakranolida, Eudesmanolida, dan Guaianolida..... 13

Gambar 2.5. Struktur Tirotundin, Tagitinin A dan Tagitinin C..….………... 14

Gambar 2.6. Struktur Streptozotosin………….……………………………. 27

Gambar 2.7. Struktur Aloksan………..………………………………….…. 28

Gambar 2.8. Test Strip Glukosa……..…..…..……………………………… 31

Gambar 2.9. Reaksi Kimia Glukosa Pada Strip Glukometer…….………… 32

Gambar 2.10. Struktur Glibenklamid………...…………………………….… 32

Gambar 4.1. Kurva Respon Dosis................................................................... 55

Gambar 4.2. Skema Toksisitas Sel β Pankreas…..………………………… 57

Gambar 5.1. Alkaloid.…...………………………………………………….. 76

Gambar 5.2. Antrakuinon…………………………………………………… 76

Gambar 5.3. Flavonoid……...….…………………………………………… 76

Gambar 5.4. Saponin………...…………….………………………………... 76

Gambar 5.5. Tanin……..….………………………………………………… 76

Gambar 5.6. Terpenoid………...……….…………………………………… 76

Gambar 5.7. Tanaman Kembang Bulan……….……………………………. 77

Gambar 5.8. Proses Sortasi Basah……………….………………………….. 77

Gambar 5.9. Proses Pencucian……………………………....……………… 77

Gambar 5.10. Proses Pengeringan……………...…….………………………. 77

Gambar 5.11. Daun Kembang Bulan Kering……......……………………….. 77

Gambar 5.12. Proses Maserasi………...……………………………………... 77

Gambar 5.13. Proses Penyaringan Maserat…………...……………………… 77

Gambar 5.14. Proses Pengeringan Maserat……………...…………………… 77

Gambar 5.15. Ekstrak Kental…………...……………...…………………….. 77

Gambar 5.16. Proses Aklimatisasi Tikus…………………..……….……….. 78

Gambar 5.17. Pakan Tikus…………...………………………………………. 78

Gambar 5.18. Timbangan tikus……………...……………………………….. 78

Gambar 5.19. Seperangkat Alat Glukometer Beserta Strip Cek……...……… 78

Gambar 5.20. Darah Tikus Diambil ……...…………………….……………. 78

Gambar 5.21. Alat Glukometer Divalidasi ………..……………...…….……. 78

Gambar 5.22. Gula Darah Tikus Diukur Dengan Glukometer ………..…….. 79

Gambar 5.23. Tikus Disonde ……………………………………..………..... 79

Page 14: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Nilai Penegakkan Diagnosis Diabetes…………..………..……….. 21

Tabel 2.2. Parameter Keberhasilan Penatalaksanaan Diabetes….……..…….. 22

Tabel 3.1. Jadwal Kerja dan Kegiatan Uji Efek Antihiperglikemia.................. 34

Tabel 3.2. Perlakuan Metode Induksi Aloksan….….……....…………..……. 42

Tabel 4.1. Hasil Penapisan Fitokimia …...…………………………………… 45

Tabel 4.2. Parameter Standar Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan……....… 46

Tabel 4.3. Karakteristik Tikus Uji Sebelum Diinduksi……………………….. 47

Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Uji………………….... 47

Tabel 4.5. Persentase Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Uji………………. 48

Page 15: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Kembang Bulan…………….…….. 68

Lampiran 2. Surat Keterangan Kesehatan Tikus Uji………………....……...... 69

Lampiran 3. Surat CoA Aloksan Monohidrat ……….………………..……… 70

Lampiran 4. Surat CoA Glibenklamid………………………………….…….. 71

Lampiran 5. Alur Penelitian…………………………………………..………. 72

Lampiran 6. Perhitungan Dosis……………………………………….….…… 73

Lampiran 7. Perhitungan Rendemen, Kadar Air, dan Kadar Abu…..…...…… 75

Lampiran 8. Hasil Penapisan Fitokimia………………………………………. 76

Lampiran 9. Gambar Kegiatan Penelitian………..…………………………… 77

Lampiran 10. Nilai Kadar Gula Darah Tikus Pada Uji Pendahuluan……..….. 80

Lampiran 11. Nilai Kadar Gula Darah Tikus Penelitian…………………..….. 81

Lampiran 12. Nilai Berat Badan Tikus Penelitian………………………….… 82

Lampiran 13. Persentase Penurunan Kadar Gula Darah Tikus…….………..... 83

Lampiran 14. Kurva Kadar Gula Darah Tikus….........……………………….. 84

Lampiran 15. Analisis Data Kadar Gula Darah……...………………….……. 85

Lampiran 16. Foto Hasil Pengukuran Gula Darah Tikus Uji………………..... 92

Page 16: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun

akibat penurunan fungsi pankreas dalam memproduksi hormon insulin atau tubuh

tidak dapat menggunakan hormon insulin yang diproduksi secara efektif sehingga

menyebabkan kondisi hiperglikemia, yaitu kadar glukosa darah yang melebihi

batas normal. Diabetes melitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak

disadari oleh penderita dan saat telah diketahui sudah terjadi komplikasi.

Berdasarkan estimasi terakhir International Diabetes Federation (IDF), terdapat

382 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun

2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang

(Depkes, 2014).

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang membutuhkan biaya

yang besar untuk mengatasinya. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolit

yang membutuhkan waktu terapi jangka panjang. Mahalnya obat-obat diabetes

melitus dan lamanya pengobatan akan memberatkan penderita dari sisi ekonomi.

Berdasarkan hasil penelitian di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, pada tahun 2005

biaya total untuk mengelola penyakit diabetes melitus tipe 2 berkisar antara Rp.

208.500 sampai Rp. 754.500 per bulan (Andayani, 2006).

Di abad ke-21 ini, telah terjadi perubahan paradigma masyarakat dalam

mengonsumsi obat. Banyak orang yang lebih tertarik untuk mengobati

penyakitnya dengan bahan-bahan yang berasal dari bahan alam. Perkembangan ini

sejalan dengan kondisi alam Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati,

dimana Indonesia dikenal secara luas sebagai negara dengan keanekaragaman

hayati (biodiversitas) terbesar ke-2 di dunia setelah Brazil. Di wilayah Indonesia,

sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan 7.000 diantaranya diperkirakan memiliki

khasiat sebagai obat. Sebanyak 2.500 jenis diantaranya merupakan tanaman obat

(Kemendag RI, 2014).

Minat masyarakat yang tinggi dalam mengobati penyakitnya dengan

tanaman herbal didukung oleh Pemerintah RI. Sejak tahun 2010, Kementerian

Page 17: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kesehatan RI menggalakkan program Saintifikasi Jamu yang merupakan kegiatan

pembuktian ilmiah tanaman obat yang dibuat menjadi jamu melalui penelitian

berbasis pelayanan kesehatan. Program ini bertujuan untuk memberikan landasan

ilmiah dalam menggunakan tanaman Indonesia sebagai obat. Tujuan selanjutnya

yaitu untuk meningkatkan ketersediaan tanaman obat yang memiliki khasiat nyata

dan teruji selama ilmiah untuk digunakan secara aman dan dimanfaatan secara

luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan

(Kemenkes, 2010).

Obat yang berasal dari tumbuhan, atau biasa disebut obat herbal, memiliki

berbagai keuntungan dibandingkan dengan obat-obatan konvensional, yaitu relatif

aman, tidak terlalu banyak menimbulkan efek samping, serta harga yang relatif

lebih murah dibandingkan dengan obat-obatan konvensional (Capasso et al.,

2003).

Salah satu tumbuhan yang sering digunakan masyarakat dalam

menurunkan hiperglikemia adalah daun kembang bulan. Daun yang memiliki

nama latin Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray ini secara empiris dapat

menurunkan kondisi hiperglikemia dengan cara meminum hasil rebusan daunnya

(Hutapea, 1994).

Berbagai peneliti telah membuktikan aktivitas antihiperglikemia daun

kembang bulan. Berdasarkan penelitian, ekstrak n-heksana daun kembang bulan

terbukti berkhasiat sebagai antihiperglikemia pada percobaan terhadap mencit

dengan kadar 5,38 g/kgBB dan 10,75 g/kgBB (Sumarny, 2011). Berdasarkan

penelitian Thongsom et al. (2013) ekstrak air daun kembang bulan terbukti

berpotensi sebagai antihiperglikemia dan antioksidan pada mencit dengan kadar

500mg/kgBB. Ekstrak etanol 95% daun kembang bulan juga dapat mengendalikan

glukosa darah tikus dengan metode toleransi glukosa pada dosis 77 mg/kgBB

(Darmawi et al., 2015).

Daun kembang bulan mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder

yang berperan dalam mengendalikan kadar glukosa darah. Beberapa diantaranya

yaitu tanin, alkaloid, steroid, terpenoid, dan fenol (Omoboyowa, 2015).

Berdasarkan penelitian, ekstrak etanol daun kembang bulan juga berpotensi

sebagai antioksidan (Juang et al., 2014).

Page 18: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Banyak obat antihiperglikemia yang bersumber dari tumbuhan juga

berpotensi sebagai antioksidan. Beberapa diantaranya adalah jahe (Zingiber

officinale) (Iranloye et al., 2011) dan daun zaitun (Olea europaea) (Jemai et al.,

2009).

Hubungan antara aktivitas antioksidan dan aktivitas antihiperglikemia

masih belum diketahui. Namun, berdasarkan berbagai penelitian, obat herbal yang

digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi juga memiliki

aktivitas antioksidan yang tinggi. Antioksidan dapat menstimulasi sekresi insulin

dan menghambat terjadinya apoptosis sel β pankreas pada mencit yang mengalami

diabetes (Kajimoto dan Kaneto, 2004).

Telah dilaporkan bahwa daun kembang bulan mengandung berbagai

senyawa sesquiterpenoid lakton. Salah satu senyawa sesquiterpenoid lakton,

Tagitinin C, terbukti terdapat dalam ekstrak etanol 95% daun kembang bulan

(Dhian, 2013).

Berdasarkan penelitian, sesquiterpenoid lakton yang terkandung dalam

tanaman Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray berpotensi memiliki aktivitas

antihiperglikemia dengan mekanisme yang sama dengan obat antidiabetes

golongan Tiazolidinedion sebagai peroxisome proliferator-activated receptor

agonists (PPARα/γ) dengan memodulasi ekspresi gen yang terlibat dalam

metabolisme glukosa dan lipid, transduksi sinyal insulin, dan diferensiasi adiposit

dan jaringan lainnya (Lin, Hsiang-Ru, 2012; Katzung, 2010).

Uraian di atas memberikan alasan bahwa senyawa yang memiliki aktivitas

antioksidan dan senyawa sesquiterpenoid lakton dapat mengendalikan glukosa

darah pada penderita diabetes melitus. Penelitian uji antihiperglikemia ekstrak

etanol 95% terhadap tikus Sprague-Dawley jantan yang diinduksi aloksan juga

belum pernah dilakukan. Hal-hal tersebut mendasari penelitian uji efek

antihiperglikemia ekstrak etanol 95% daun kembang bulan (Tithonia diversifolia

(Hemsl.) A. Gray) terhadap tikus Sprague-Dawley jantan dengan metode induksi

aloksan secara in vivo.

Page 19: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2. Rumusan Masalah

- Obat yang berasal dari tanaman banyak digunakan sebagai

antihiperglikemia, seperti daun kembang bulan (Tithonia diversifolia

(Hemsl.) A. Gray). Pada umumnya, masyarakat menggunakannya

secara tradisional.

- Penelitian ilmiah yang sudah dilakukan yaitu uji efek

antihiperglikemia ekstrak daun kembang bulan dengan pelarut n-

heksana dan air terhadap mencit yang diinduksi aloksan.

- Namun, penelitian uji efek antihiperglikemia ekstrak etanol 95% daun

kembang bulan pada tikus Sprague Dawley yang diinduksi aloksan

belum pernah dilakukan.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efek antihiperglikemia ekstrak etanol 95% daun

kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray) terhadap tikus

Sprague-Dawley jantan yang diinduksi aloksan.

1.4. Hipotesis

Ekstrak etanol 95% dari daun kembang bulan memiliki efek

antihiperglikemia pada tikus Sprague-Dawley jantan yang diinduksi

aloksan.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di

bidang bahan alam yang mempunyai efek antihiperglikemia dan

menambah perbendaharaan tanaman dalam buku Materia Medika.

b. Secara aplikatif

Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan obat

antihiperglikemia dari bahan alam dan dapat menjadi masukan bagi

pemerintah dalam menata tumbuhan obat dari bahan alam.

Page 20: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.6. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian dengan judul “Uji Efek Antihiperglikemia

Ekstrak Etanol 95% Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.)

A. Gray) Terhadap Tikus Sprague-Dawley Jantan Dengan Metode Induksi

Aloksan Secara in vivo” hanya dibatasi pada pengujian ekstrak etanol 95%

daun kembang bulan terhadap tikus Sprague-Dawley jantan. Induksi

Diabetes Melitus dilakukan menggunakan senyawa Aloksan Monohidrat.

Besar sampel yang digunakan adalah 30 ekor. Desain penelitian ini adalah

farmakologi eksperimental. Lokasi penelitian ini adalah di Laboratorium

Penelitian 1 dan Laboratorium Animal House di Gedung FKIK, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan.

Page 21: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kembang Bulan

2.1.1. Morfologi

Tumbuhan kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray)

merupakan semak tahunan dengan batang tegak dan bulat, tinggi hingga mencapai

9 m. Daun kembang bulan tunggal dan berseling, dengan panjang 26-32 cm dan

lebar 15-25 cm. Bagian ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun bergerigi,

pertulangan menyirip, dan berwarna hijau. Bunga merupakan bunga majemuk, di

ujung ranting, tangkai bulat, kelopak bentuk tabung. Perbungaan muncul di ketiak

daun atau ujung percabangan, kepala sari berwarna hitam dan di bagian atasnya

berwarna kuning. Buah kotak berbiji bulat dan keras. Jika masih muda berwarna

hijau setelah tua berwarna coklat. Bijinya bulat, keras, dan berwarna coklat.

Akarnya berupa akar tunggang berwarna putih kotor (Hidayat dan Napitupulu,

2015; Hutapea, 1994).

Gambar 2.1. Tumbuhan kembang bulan (kanan) dan simplisia daun kembang

bulan (kiri) (Koleksi pribadi, 2016)

Page 22: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2. Sistematika Tumbuhan

Tumbuhan kembang bulan memiliki sistematik sebagai berikut : (USDA,

2015)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida - Dicotyledons

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Asterales

Familia : Asteraceae / Compositae

Genus : Tithonia Desf. ex Juss.

Spesies : Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray

2.1.3. Habitat

Tumbuhan Kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray)

umumnya tumbuh liar di tempat-tempat curam, misalnya di tebing-tebing, tepi

sungai dan selokan. Sekarang banyak ditanam sebagai tanaman hias karena warna

bunganya yang kuning indah dan sebagai pagar untuk mencegah kelongsoran

tanah. Tumbuhan ini juga merupakan tumbuhan tahunan yang kerap tumbuh di

tempat terang dan banyak sinar matahari langsung. Tanaman ini tumbuh dengan

mudah di tempat atau di daerah berketinggian 5-1500 m di atas permukaan laut

(Didik dan Sulistijowati, 1999).

2.1.4. Nama Lain

Tumbuhan kembang bulan memiliki nama lain yaitu :

Sinonim : Mirasolia diversifolia (Hemsl) A. Gray (USDA, 2015)

Nama daerah : Kembang bulan, Paitan (Indonesia), Rondo-noleh, Rondose-

moyo, Harsaga (Jawa) (Didik dan Sulistijowati, 1999).

Nama asing : Mexican Sunflower, Tree Marigold (English); Guasmara,

Jalacate (Spanish); Verschiedenblaettrige Fackelblume

Page 23: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Germany); Daoruang-Yipun, Denchamat-Nam, Thantawan-Nu

(Thailand) (CABI, 2015).

2.1.5. Kandungan Kimia Daun Kembang Bulan

Daun kembang bulan terbukti memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai

IC50 0,93 ± 0,20 μg/mL dibandingkan dengan IC50 pada vitamin C yaitu 0,48 ±

0,10 μg/mL (Juang et al., 2014).

Gambar 2.2. Grafik perbandingan daya antioksidan ekstrak etanol daun insulin

dengan asam askorbat (Juang et al., 2014)

Berikut ini merupakan hasil penapisan fitokimia secara kuantitatif dari

ekstrak etanol daun kembang bulan. (Omoboyowa, 2015)

Gambar 2.3. Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun kembang bulan secara

kuantitatif (Omoboyowa et al., 2015)

Page 24: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Beberapa komponen kimia yang terkandung dalam tanaman kembang

bulan yaitu Tagitinin A, Tagitinin C, Tagitinin D (Tirotundin), Tagitinin F,

Triacontanol, dan β-Sitosterol. (Kristianto, 1995). Pada ekstrak etanol daun

kembang bulan, terbukti salah satu senyawa terpenoid lakton, tagitinin C,

terdeteksi pada KLT Rf 0,32 dengan fase gerak WB (Wash benzene) : EtOAc (Etil

asetat) (2:1; V/V) (Dhian, 2013).

2.1.6. Khasiat Tanaman Kembang Bulan

Tanaman kembang bulan dikenal memiliki berbagai khasiat, beberapa

diantaranya yaitu :

- Ekstrak air panas kembang bulan digunakan untuk mengobati malaria

di Guatemala, Taiwan, Meksiko, dan Nigeria.

- Cairan dekoksi dari daun kembang bulan digunakan untuk mengobati

hepatitis di Taiwan dan mengobati gangguan gastrointestinal di Kenya

dan Thailand.

- Cairan infusa daun ini juga digunakan untuk mengobati campak di

Kamerun.

- Daun kering kembang bulan diaplikasikan secara eksternal pada luka

di KostaRika.

- Cairan dekoksi dari bunga kembang bulan digunakan untuk mengobati

ekzim.

- Ekstrak kembang bulan dapat sebagai antimalaria, antiinflamasi, anti-

proliferasi, insektisida, analgesik, dan antibakteri (Obafemi, 2006).

Ekstrak fraksi n-heksana daun kembang bulan (Tithonia diversifolia

(Hemsl.) A. Gray) terbukti berkhasiat sebagai antidiabetes pada percobaan

terhadap mencit dengan kadar 5,38 g/kgBB dan 10,75 g/kgBB (Sumarny, 2011).

Ekstrak air daun kembang bulan terbukti berpotensi sebagai antidiabetes dan

antioksidan pada mencit dengan kadar 500mg/kgBB (Thongsom et al., 2013).

Page 25: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.7. Literature Review

Berikut ini merupakan beberapa penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan mengenai daya antihiperglikemia daun kembang bulan.

2.1.7.1. Uji Efek Pemberian Ekstrak n-Heksana Daun Kembang Bulan

terhadap Mencit yang Diinduksi Aloksan (Sumarny, 2011)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak n-

heksan daun kembang bulan terhadap penurunan kadar glukosa darah dengan

metode aloksan serta melihat gambaran histopatologi organ pankreas mencit putih

jantan.

Mencit dibagi dalam lima kelompok @ 25 ekor mencit yaitu kelompok

kontrol normal, kontrol positif (Klorpropramid), kontrol negatif, kelompok

perlakuan dosis 107,5 dan 215 mg/20 g BB. Semua kelompok mencit kecuali

kontrol normal disuntik dengan aloksan tetrahidrat secara iv dengan dosis 70

mg/kg BB. Pada hari ke 7 mencit mengalami hiperglikemik, kemudian dilanjutkan

dengan pemberian ekstrak n-heksan daun kembang bulan. Diukur kadar glukosa

darah dan histopatologi organ pankreas pada hari ke 7, 14, 21, 28. Pada hari ke 21

- hari ke 28 mencit tidak diberi perlakuan dengan tujuan pemulihan.

Hasil penelitian yaitu kadar glukosa darah, berat organ, luas area dibawah

kurva dan hasil histopatologi berupa diameter pulau Langerhans dan jumlah sel β

pankreas yang dianalisa dengan analisis varian satu arah (Anova).

Berdasarkan hasil penelitian, persentase penurunan kadar gula darah pada

kelompok Klorpropramid adalah 36%, pada ekstrak dosis 5,38 g/kgBB adalah

24%, dan pada ekstrak dosis 10,75% adalah 31%.

2.1.7.2. Uji Efek Antioksidan dan Hipoglikemia Ekstrak Air Daun Kembang

Bulan terhadap Mencit yang Diinduksi Aloksan (Thongsom et al.,

2013)

Aktivitas antihiperglikemia ekstrak air daun kembang bulan diuji dengan

metode toleransi glukosa (OGTT) pada mencit normal dan diberikan per oral

setiap hari selama 21 hari pada mencit DM yang telah diinduksi aloksan. Dosis

ekstak yang diujikan pada uji toleransi glukosa adalah dosis 500 mg/kgBB

Page 26: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sedangkan dosis ekstrak yang diujikan pada uji antihiperglikemia pada tikus DM

adalah dosis 100 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB.

Efek hipoglikemik ekstrak dosis 500 mg/kgBB terlihat signifikan

menurunkan kadar glukosa pada uji toleransi glukosa. Selanjutnya, ekstrak 500

mg/kgBB yang diberikan pada tikus yang diinduksi aloksan secara signifikan

menurunkan kadar glukosa, kolesterol total, trigliserida dan LDL, serta

meningkatkan kadar HDL.

2.1.7.3. Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Etanol dan N-Heksana

Daun Kembang Bulan [Tithonia Diversifolia (Hemsl.) A. Gray] pada

Tikus Putih Jantan (Darmawi et al. 2015)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak etanol

dan n-heksana daun kembang bulan dapat menurunkan kadar glukosa darah dan

seberapa besar efek antihiperglikemik ekstrak etanol dan n-heksana daun

kembang bulan dibandingkan dengan obat antidiabetes acarbose. Pada penelitian

ini, pengukuran kadar glukosa di dalam darah menggunakan metode tes toleransi

glukosa oral (TTGO) pada waktu menit ke- 0 hingga menit ke- 180.

Pada uji antihiperglikemia, sebelumnya tikus putih dipuasakan selama 16

jam. Tikus dikelompokkan secara acak menjadi 8 kelompok yang masing-masing

terdiri dari 3 ekor, kemudian berat badan tikus ditimbang dan diukur kadar gula

darah puasanya. Lalu dibebankan larutan sukrosa secara oral. Setelah 30 menit

diukur kembali kadar gula darah tikus. Kelompok uji antara lain, CMC-Na 0,5 %,

acarbose, kelompok ekstrak etanol dan n-heksana dengan dosis 39 mg/kg BB, 77

mg/kg BB, 154 mg/kg BB.

Kadar glukosa darah masing-masing kelompok diukur pada selang waktu

60, 90, 120, 150 dan 180 menit. Kadar glukosa ditentukan dengan mengambil

darah pada ekor tikus dengan cara memotong ujung ekor kemudian ekor dipijat

dengan pelan hingga darah keluar. Darah kemudian dimasukkan kedalam Gluco

Test Strip kemudian dibaca menggunakan alat Glucometer. Data yang dihasilkan

merupakan kadar glukosa dalam darah (mg/dL).

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat penurunan kadar glukosa darah

masing-masing kelompok dimana kontrol positif dapat menurunkan kadar glukosa

Page 27: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

darah sebesar 55.57 %. Sedangkan dari kelompok perlakuan ekstrak dapat dilihat

bahwa ekstrak etanol dengan dosis 77 mg/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa

darah sebesar 54.15 % dimana persen penurunan tersebut mendekati persen

penurunan kontrol positif. Pemberian sukrosa 5625 mg/kgBB dapat meningkatkan

kadar glukosa darah sebesar < 50%.

2.1.8. Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat autooksidasi dengan

menghambat pembentukan radikal bebas atau dengan mengganggu pembentukan

radikal bebas melalui beberapa mekanisme, yaitu:

(1) Mengganggu zat yang menyebabkan peroksidasi

(2) Membentuk reaksi kelat ion logam sehingga tidak dapat membentuk

senyawa reaktif atau merusak lipid peroksida

(3) Menghambat pembentukan peroksida dengan menghilangkan ion O2

(4) Merusak reaksi ikatan autooksidasi

(5) Menurunkan konsentrasi O2 terlokalisir (Nawar, 1996).

Tumbuhan mengandung banyak senyawa yang memiliki aktivitas

antioksidan. Beberapa tanaman telah diuji sebagai sumber antioksidan yang aman.

Beberapa senyawa antioksidan yang terdapat pada tumbuhan adalah senyawa

golongan flavonoid (epikatekin, kuersetin, epikatekin gallat, epigallokatekin

gallat, dan rutin), asam fenolat (gallat, protokatekat, asam p-kumarat, asam kafeat,

dan asam rosmarinat), minyak uap (eugenol, carvacrol, safrol, timol, menthol, 1,8-

sineol, a-terpineol, p-cymene, sinamaldehida, miristisin, dan piperin), dan

tokoferol (Brewer, 2011).

Berbagai tumbuhan yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi ternyata

juga memiliki aktivitas antidiabetes. Mekanisme penurunan glukosa darah oleh

senyawa antioksidan masih belum diketahui secara jelas, tetapi beberapa

penelitian membuktikan bahwa antioksidan dapat menstimulasi sekresi insulin

dan menghambat terjadinya apoptosis sel β pankreas pada mencit yang mengalami

diabetes (Kajimoto dan Kaneto, 2004).

Page 28: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.9. Sesquiterpenoid Lakton

Sesquiterpenoid lakton adalah metabolit sekunder dengan sifat lipofil,

yang merupakan subfamili terpenoid. Seskuiterpenoid lakton tidak berwarna dan

terasa pahit. Senyawa ini terutama terkandung dalam tanaman famili Asteraceae.

Sumber tanaman lainnya yang mengandung sesquiterpenoid lakton adalah lumut

hati, dan tanaman famili Apiaceae, Lamiaceae, Lauraceae, dan Magnoliaceae

(Rahman, 2012). Pada tanaman dengan keluarga Asteraceae, sesquiterpenoid

lakton terutama ditemukan pada bagian aerial tanaman (daun dan bunga) dengan

konsentrasi 5% bobot keringnya.

Sesquiterpenoid lakton dikelompokkan menjadi 4 kelompok utama.

- Germakranolida, dengan cincin yang terdiri dari 10 karbon (contoh:

alatolida)

- Eudesmolides, dengan gabungan 2 cincin yang masing-masing terdiri

dari 6 karbon (contoh: alantolacton)

- Guaianolides, dengan gabungan 2 cincin yang terdiri dari 5 karbon dan

7 karbon, serta adanya substituen metil pada C4

- Pseudoguaianolides, yang memiliki karakteristik yang sama dengan

guaianolides, tetapi memiliki substituen metil pada C5 (contoh:

ambrosin).

Gambar 2.4. Struktur Germakranolida, Eudesmanolida, dan Guaianolida

(Hoffmann, 2003)

Page 29: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sesquiterpenoid lakton aktif secara biologis. Beberapa diantaranya bersifat

toksik pada mamalia, dan sebagian diantaranya dapat menyebabkan alergi

dermatitis kontak. Senyawa ini memiliki aktivitas antikanker. Penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara struktur senyawa dengan

aktivitasnya. Pada sesquiterpenoid lakton, aktivitas sitotoksik, antileukimia,

inhibisi tumor, dan immunostimulan terdapat pada senyawa lakton α,β-eksosiklik

tidak jenuh.

Berbagai jenis sesquiterpenoid lakton memiliki aktivitas antibakteri,

antifungal, antelmintik, antihiperlipidemia, dan mempengaruhi kardiovaskular.

Beberapa diantaranya memiliki aktivitas antiinflamasi (Hoffmann, 2003).

Berdasarkan penelitian, sesquiterpenoid lakton yang terkandung dalam

tanaman Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray berpotensi memiliki aktivitas

antidiabetes dengan mekanisme yang sama dengan obat antidiabetes golongan

Tiazolidinedion sebagai peroxisome proliferator-activated receptor agonists

(PPARα/γ) dengan memodulasi ekspresi gen yang terlibat dalam metabolisme

glukosa dan lipid, transduksi sinyal insulin, dan diferensiasi adiposit dan jaringan

lainnya (Lin, Hsiang-Ru, 2012; Katzung, 2010).

Berdasarkan penelitian, senyawa sesquiterpenoid lakton yang berpotensi

berkhasiat sebagai antidiabetes adalah Tirotundin, Tagitinin A dan Tagitinin C

dengan struktur sebagai berikut :

Tirotundin Tagitinin A Tagitinin C

Gambar 2.5. Struktur Tirotundin, Tagitindin A, Tagitinin C (Lin, Hsiang-

Ru, 2012)

Page 30: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2. Simplisia

2.2.1. Definisi Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk

pengobatan dan belum mengalami pengolahan (Depkes RI, 2009).

2.2.2. Pengelolaan Simplisia

Beberapa tahapan pengelolaan simplisia adalah sebagai berikut :

A. Sortasi basah

Tahap ini dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing lain dari

bahan simplisia. Pembersihan bahan simplisia dari bahan lain dapat mengurangi

jumlah mikroba awal.

B. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah atau pengotor lainnya

yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih. Bahan

simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air mengalir, pencucian

hendaknya dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin.

C. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami perajangan untuk

memperoleh proses pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Semakin tipis

bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga

mempercepat waktu pengeringan. Namun, irisan yang terlalu tipis dapat

memperbanyak pengurangan zat aktif yang mudah menguap.

D. Pengeringan

Tahap ini dilakukan dengan mengurangi kadar air dan menghentikan

reaksi enzimatik pada bahan simplisia. Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan

simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang

lebih lama. Proses pengeringan sudah dapat menghentikan reaksi enzimatik pada

bahan simplisia bila kadar airnya kurang dari 10%. Hal-hal yang perlu

diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban

udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan.

Suhu pengeringan terbaik adalah tidak meebihi 60OC, tetapi bahan aktif

yang tidak tahan pemanasan atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu

Page 31: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

serendah mungkin, sekitar 30-45OC. Terdapat dua cara pengeringan yaitu

pengeringan alami (dengan sinar matahari langsung atau dengan diangin-

anginkan) dan pengeringan buatan (menggunakan instrumen).

E. Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan

simplisia. Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang

masih ada pada simplisia kering.

F. Penyimpanan

Setelah disortasi kering, simplisia kemudian ditempatkan dalam wadah

tersendiri agar tidak bercampur dengan bahan lain. Faktor-faktor yang

mempengaruhi penyimpanan simplisia adalah cahaya, oksigen, sirkulasi udara,

reaksi kimia yang terjadi antara zat aktif simplisia dengan wadah, penyerapan air,

kemungkinan proses dehidrasi, dan pengotoran yang disebabkan oleh serangga,

kapang atau yang lainnya.

Wadah yang digunakan sebagai pembungkus simplisia harus bersifat inert,

yang berarti tidak mudah bereaksi dengan bahan lain, tidak beracun, mampu

melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga, penguapan

zat aktif, sertadari pengaruh cahaya, oksigen, dan uap (Depkes, 1985).

2.3. Ekstraksi

2.3.1. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan

menyari simplisia nabati atau simplisia hewani menurut cara yang cocok, di luar

pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes, 2009).

2.3.2. Proses Pembuatan ekstrak

A. Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya

Simplisia yang telah didapatkan selanjutnya dibuat serbuk simplisia

dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Semakin halus serbuk

simplisia, proses ekstraksi semakin efektif-efisien. Namun, semakin halus serbuk

simplisia, semakin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.

Gerakan dan interaksi simplisia dengan benda keras akan menimbulkan panas

Page 32: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang dapat mempengaruhi senyawa kandungan. Namun, hal ini dapat

dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair.

B. Cairan pelarut

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang

optimal untuk senyawa kandungan yang aktif sehingga senyawa tersebut dapat

terpisah dari senyawa lain. Faktor utama sebagai pertimbangan pada pemilihan

cairan penyari adalah: selektifitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan

tersebut, ekonomis, ramah lingkungan, dan keamanan. Berdasarkan peraturan

yang berlaku, pelarut yang diperbolehkan adalah air dan etanol serta

campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanol dll. (alkohol turunannya), heksana

dll. (hidrokarbon alifatik), toluen dll. (hidrokarbon aromatik), kloroform (dan

segolongannya), aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap separasi

dan tahap pemurnian (fraksinasi).

C. Separasi dan pemurnian

Tahapan ini dilakukan untuk menghilangkan atau memisahkan senyawa

pengotor semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa kandungan yang

dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada

tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak campur, sentrifugasi,

dekantasi, filtrasi serta proses adsorpsi dan penukar ion.

D. Pemekatan / Penguapan

Pemekatan adalah peningkatan jumlah zat terlarut secara penguapan

pelarut sampai menjadi kental atau pekat.

E. Pengeringan ekstrak

Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga

menghasilkan serbuk. Beberapa proses pengeringan yang dapat dilakukan yaitu :

pengeringan evaporasi, pengeringan vaporasi, pengeringan sublimasi, pengeringan

konveksi, pengeringan kontak, pengeringan radiasi, dan pengeringan dielektrik.

F. Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara bobot ekstrak yang diperoleh

dengan bobot simplisia awal (Depkes, 2000).

Page 33: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.3. Metode Ekstraksi

2.3.3.1. Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut

A. Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruang. Metode ini

merupakan ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada

kesetimbangan.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang biasanya dilakukan pada suhu ruang. Proses terdiri

dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap

penetesan/penampungan ekstrak yang terus menerus hingga diperoleh misella

(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan.

B. Cara panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya, selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya

pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses sampai 3-5 kali hingga

reaksi berlangsung sempurna.

2. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya

dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah

pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (pengadukan kontinu) pada suhu yang

lebih tinggi dari suhu kamar, biasanya pada suhu 40-50oC.

4. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air (96-98oC)

selama 15-20 menit.

Page 34: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Dekok

Dekok adalah proses infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan

pada suhu titik didih air.

2.3.3.2. Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak

atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air. Metode ini dilakukan

berdasarkan tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air

secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap

campuran menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah secara

sempurna atau sebagian (Depkes, 2000).

2.4. Diabetes Melitus

2.4.1. Definisi

Berdasarkan WHO tahun 1999, Diabetes melitus didefinisikan sebagai

suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang

ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah disertai dengan gangguan

metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi

insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi

produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan

oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2005).

2.4.2. Klasifikasi

Diabetes melitus tipe 1 atau disebut dengan IDDM (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus) merupakan diabetes melitus yang terjadi pada pasien dengan

sekresi insulin yang sedikit atau insulin tidak disekresi oleh pankreas sehingga

membutuhkan terapi insulin dari luar untuk menjaga kadar glukosa darahnya.

Diabetes melitus tipe 1 ditandai oleh destruksi sel β secara selektif dan defisiensi

insulin absolute atau berat. Penyakit ini disebabkan karena autoimun dan

idiopatik, kebanyakan disebabkan oleh penyakit autoimun dan terjadi pada usia

muda. Pasien hipoinsulinemia dan hiperglikemia beresiko terjadi ketosis dan

ketoasidosis (Sweetman, 2009; Katzung, 2010).

Page 35: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Diabetes melitus tipe 2 (DM 2) atau disebut dengan NIDDM (Non-Insulin-

Dependent Diabetes Mellitus) merupakan diabetes melitus yang biasa terjadi pada

pasien usia lanjut. Sekresi insulin pada pasien ini normal atau bahkan lebih, tetapi

terjadi resistensi insulin pada sel tubuh. Rata-rata pasien DM 2 mengalami

obesitas. Pasien DM 2 beresiko terkena penyakit kardiovaskular dan sindrom

metabolik lain (Sweetman, 2009).

Diabetes melitus tipe 3 adalah peningkatan kadar glukosa darah yang

disebabkan oleh berbagai penyebab atau penyakit lain yang tidak mempengaruhi

pankreas, terapi lain, dll.

Diabetes melitus tipe 4 atau diabetes melitus gestasional merupakan

intoleransi glukosa yang terjadi pada masa kehamilan. Diabetes gestasional terjadi

pada sekitar 7% dari ibu hamil. Selama kehamilan, plasenta dan hormon plasenta

menimbulkan resistensi insulin yang paling mencolok pada trimester ke-tiga.

Pengujian klinis penting pada kasus ini, dan terapi DM akan menurunkan

morbiditas dan mortalitas janin (Katzung, 2010).

2.4.3. Gejala Klinik

Diabetes melitus (DM) seringkali muncul tanpa gejala. Namun, terdapat

beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai tanda kemungkinan diabetes.

Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita antara lain poliuria (sering buang

air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar).

Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak

anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal

yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa

sebab yang jelas.

Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,

polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),

iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).

Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM

Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi.

Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari

Page 36: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

luka, daya pengelihatan semakin buruk, dan umumnya menderita hipertensi,

hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf

(Depkes, 2005).

2.4.4. Diagnosis

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila terdapat keluhan

khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang

tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin disampaikan

penderita antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal,

pandangan kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita.

Apabila terdapat keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah

sewaktu > 200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil

pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dL juga dapat digunakan

sebagai patokan diagnosis DM (Depkes, 2005).

Berikut ini merupakan parameter penegakkan diagnosis diabetes melitus

berdasarkan data Depkes tahun 2014 dan American Diabetes Association (ADA)

tahun 2015.

Tabel 2.1. Tabel parameter penegakkan diagnosis Diabetes Melitus (ADA, 2015;

Depkes, 2014)

Parameter Nilai (Depkes, 2014) Nilai (ADA, 2015)

Glukosa darah puasa/fasting

plasma glucose

Lebih dari 126 mg/dL ditambah

4 gejala khas DM (banyak

makan, sering kencing, sering

haus, berat badan turun).

≥126 mg/dL (7,0

mmol/L)

Glukosa darah

sewaktu/random plasma

glucose

Lebih dari 200 mg/dL ditambah

4 gejala khas DM.

≥200 mg/dL (11,1

mmol/L)

Glukosa darah pada uji

toleransi glukosa / impaired

glucose tolerance (IGT)

Lebih dari 200 mg/dL ≥200 mg/dL (11,1

mmol/L)

HbA1c - 6,5% atau lebih

Page 37: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.5. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

2.4.5.1. Tujuan dan Target Penatalaksanaan DM

A. Tujuan penatalaksanaan diabetes melitus

Secara spesifik, tujuan utama penatalaksanaan diabetes melitus adalah

untuk menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal serta

mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes

(Depkes, 2005).

B. Target penatalaksanaan diabetes melitus

Berikut ini merupakan beberapa parameter yang dapat digunakan untuk

menilai keberhasilan penatalaksanaan Diabetes Melitus (ADA, 2015).

Tabel 2.2. Tabel parameter keberhasilan penatalaksanaan Diabetes Melitus

(ADA, 2015)

Parameter Kadar ideal yang diharapkan

Kadar glukosa plasma preprandial

(puasa selama 8-12 jam)

80-130 mg/dL (4,1 – 7,2 mmol/L)

Kadar glukosa plasma postprandial (2

jam setelah makan)

< 180 mg/dL (< 10,0 mmol/L)

HbA1C < 7%

Tekanan darah (pada kondisi DM dan

hipertensi)

Sistol : < 130 mmHg

Diastol : < 90 mmHg

Page 38: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.5.2. Terapi Non Farmakologis

A. Pengaturan Diet

Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang

dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik

sebagai berikut:

• Karbohidrat : 60-70%

• Protein : 10-15%

• Lemak : 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres

akutdan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal.

Penurunan berat badan telah terbukti dapat mengurangi resistensi insulin

dan memperbaiki respon sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu

penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar

HbA1c sebanyak 0,6%.

Asupan kolesterol tetap diperlukan, tidak lebih dari 300 mg per hari.

Sumber lemak diupayakan berasal dari bahan nabati yang mengandung lebih

banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh.

Masukan serat diusahakan paling tidak 25 g per hari. Selain akan

menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat

dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap

dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih (Depkes,

2005).

B. Olah Raga

Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar glukosa

darah tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE

(Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Beberapa

contoh olahraga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda,

berenang, dll. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40

menit per hari. Olahraga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas

Page 39: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa

(Depkes, 2005).

2.4.5.3. Terapi Farmakologis

A. Terapi Insulin

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul sebesar 5808 pada

manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai (A

dan B) yang dihubungkan oleh jembatan disulfida. Insulin merupakan obat utama

untuk penderita DM tipe 1 dan beberapa pasien DM tipe 2 yang dikombinasikan

dengan obat antihiperglikemia oral. Insulin dapat diberikan melalui beberapa cara,

yaitu disuntikkan secara intravena, intramuskular, dan subkutan.

Preparat insulin dapat dibedakan berdasarkan lama kerjanya yaitu insulin

kerja cepat (rapid-action) dengan onset kerja yang sangat cepat dan lama kerja

yang pendek, insulin kerja singkat (short-acting) dengan onset kerja yang cepat,

insulin kerja sedang (intermediate-acting), dan insulin kerja lama (long-acting).

Dosis awal insulin pasien DM adalah 0,7-1,5 U/kgBB. Pasien baru DM 1

belum memerlukan insulin karena terkadang terjadi remisi dan pada periode ini

insulin tidak dibutuhkan (honeymoon phase). Untuk terapi awal, insulin regular

dan insulin kerja sedang (intermediate-acting) dapat menjadi pilihan dan

diberikan 2 kali sehari. Untuk pasien DM dewasa yang kurus, diberikan insulin

kerja sedang 8-10 U yang diberikan 20-30 menit sebelum makan pagi dan 4-5 U

sebelum makan malam. Untuk pasien DM dewasa yang gemuk, diberikan insulin

20 U pada pagi hari dan 10 U sebelum makan malam. Dosis ditingkatkan secara

bertahap sesuai hasil pemeriksaan glukosa darah dan urin.

B. Obat Antidiabetik Oral

Terdapat 5 golongan antidiabetik oral yang dapat digunakan untuk

diabetes melitus dan telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan: Sulfonilurea,

Meglitinida, Biguanida, Penghambat α-glikosidase, dan Tiazolidinedion. Kelima

golongan ini dapat diberikan pada DM tipe 2 yang tidak dapat dikontrol hanya

dengan diet dan latihan fisik saja.

Page 40: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi obat sulfonilurea. Generasi pertama terdiri dari

tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid dan klorpropramid. Generasi kedua yaitu

gliburid (glibenklamid), glipizid, gliklazid, dan glimepirid. Mekanisme kerja

golongan ini adalah dengan merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel β

langerhans pankreas dengan cara berinteraksi dengan ATP-sensitive K Channel

pada membran sel β yang menimbulkan depolarisasi membran. Pada penggunaan

jangka panjang atau dosis yang besar dapat menyebabkan hipoglikemia.

Semua obat-obatan golongan sulfonilurea dimetabolisme di hati. Beberapa

diantaranya merupakan obat aktif, sedangkan yang lainnya merupakan metabolit

inaktif.

b. Golongan Meglitinide

Repaglitinida dan Nateglinida merupakan obat-obatan golongan ini dengan

mekanisme yang sama dengan sulfonilurea, tetapi struktur kimia golongan ini

sangat berbeda dengan sulfonilurea. Berdasarkan farmakodinamika, golongan ini

bekerja dengan menutup kanal K yang bersifat ATP-independent di sel β

pankreas.

Berdasarkan farmakokinetika, absorpsi obat ini yang diberikan secara oral

bekerja cepat dan kadar puncak dicapai dalam waktu 1 jam. Waktu paruh obat ini

adalah 1 jam, sehingga harus diberikan beberapa kali dalam sehari sebelum

makan. Metabolisme utamanya di hepar, dan sekitar 10% di ginjal. Efek samping

utama penggunaan obat ini adalah hipoglikemia dan gangguan saluran cerna.

c. Golongan Biguanida

Beberapa obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah fenformin,

buformin, dan metformin. Namun, obat yang pertama telah ditarik dari peredaran.

Sekarang yang banyak digunakan adalah metformin.

Biguanida memiliki mekanisme kerja menurunkan produksi glukosa di

hepar dan meningkatkan sensitifitas jaringan otot dan adiposa terhadap insulin.

Metformin oral diabsorpsi di usus, diekskresikan melalui urin dalam keadaan

utuh, dan memiliki waktu paruh sekitar 2 jam. Dosis awal metformin adalah 2 x

500 mg dengan dosis maksimum 2,5 gram sehari yang diminum bersamaan

dengan makanan.

Page 41: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Efek samping obat ini adalah gangguan pada sistem pencernaan seperti

mual-muntah. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau sistem

kardiovaskular, pemberian biguanida dapat menimbulkan peningkatan asam laktat

dalam darah. Biguanida tidak boleh diberikan pada ibu hamil, pasien dengan

penyakit hepar berat, penyakit ginjal dengan uremia, penyakit jantung kongestif

dan penyakit paru dengan hipoksia kronik.

d. Golongan Tiazolinedion

Obat-obatan yang termasuk ke dalam golongan ini adalah pioglitazon,

rosiglitazon, dan troglitazon. Namun, troglitazon telah ditarik dari peredaran

karena menimbulkan toksisitas hati.

Tiazolinedion bekerja dengan menurunkan resistensi insulin. Kerja utama

obat ini adalah mengatur gen yang terlibat dalam metabolisme lipid dan glukosa

dan diferensiasi adiposit. Efek samping obat ini adalah resistensi cairan yang

bermanifestasi sebagai anemia ringan dan edema perifer. Beberapa laporan

mengindikasikan peningkatan risiko gagal jantung.

e. Inhibitor α-glukosidase

Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah akarbosa dan

miglitol. Obat golongan ini bekerja dengan memperlambat absorpsi polisakarida

(starch), dekstrin, dan disakarida dalam saluran pencernaan. Obat golongan ini

menurunkan glukosa plasma postprandial pada DM tipe 1 dan 2. Efek samping

obat ini adalah malabsorpsi, flatulen, diare, dan abdominal-boasting. Efek

samping ini bersifat dose-dependent (Nafrialdi, 2007; Katzung, 2010).

2.5. Model Hewan Uji pada Pengujian Efek Antihiperglikemia (Etuk,

2010)

Selama beberapa tahun terakhir, beberapa model hewan uji telah

dikembangkan sebagai bahan pembelajaran diabetes melitus atau sebagai sampel

pengujian agen antidiabetes. Beberapa model hewan uji dalam pengujian efek

antihiperglikemia adalah sebagai berikut:

2.5.1. Model Hewan Uji Normoglikemik

Hewan uji sehat dapat digunakan untuk menguji agen hiperglikemik oral.

Metode ini valid untuk digunakan dalam menguji efek antihiperglikemia obat

pada hewan uji walaupun tidak ada aktivitas perusakan pankreas.

Page 42: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5.2. Model Hewan Uji yang Diberikan Asupan Glukosa secara Oral

Metode ini disebut juga sebagai metode induksi fisiologi diabetes mellitus

karena peningkatan kadar glukosa darah yang terjadi tidak disertai dengan adanya

kerusakan pankreas. Prosedur metode ini adalah hewan uji dipuasakan sepanjang

malam lalu diberikan asupan glukosa oral (1-2,5 g/kgBB). Selanjutnya kadar

glukosa darah dipantau selama interval waktu tertentu. Kelemahan dari metode ini

adalah kondisi hiperglikemia yang terjadi lebih fluktuatif dibandingkan dengan

kondisi hiperglikemia yang dihasilkan oleh induksi aloksan monohidrat.

2.5.3. Model Penginduksian Diabetes Melitus secara Kimiawi

Beberapa senyawa kimia yang dapat menginduksi diabetes melitus adalah

aloksan monohidrat, streptozosin, ferri nitriloasetat, ditizon, dan serum

antiinsulin. Di antara semua senyawa penginduksi, streptozosin dan aloksan

monohidrat adalah senyawa yang paling sering digunakan. Rute pemberian

senyawa induksi ini adalah secara parenteral (intravena, intraperitoneal, atau

subkutan).

2.5.3.1.Model Streptozosin

Gambar 2.6. Struktur kimia streptozosin (PubChem, 2016)

Streptozosin adalah derivat nitrosourea glukopiranosa sintetik yang

diisolasi dari hasil fermentasi Streptomyces achromogenes yang merupakan

anibiotik antitumor. Streptozosin dapat digunakan untuk menginduksi DM tipe 1

ataupun DM tipe 2. Dosis tunggal streptozosin dalam buffer sitrat steril untuk

menginduksi diabetes adalah 150 mg/kgBB untuk mencit, dan 80 mg/kgBB untuk

Page 43: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tikus yang diberikan secara intraperitoneal. Diabetes akan terjadi secara bertahap

dan dapat dideteksi selama beberapa hari, biasanya 4 hari untuk mencit dan 7 hari

untuk tikus.

Meskipun streptozosin merupakan senyawa penginduksi diabetes yang

banyak digunakan, penggunaan streptozosin memiliki banyak kekurangan. Salah

satu kekurangan penggunaan streptozosin adalah pemulihan segera dari kadar

glukosa darah yang tinggi akibat insulinoma serta insiden tumor ginjal dan tumor

hati akibat sifat onkogenik dari streptozosin. Apabilah hal-hal tersebut terjadi,

maka akan terjadi penurunan kadar glukosa darah secara signifikan dan hewan uji

tidak dapat digunakan sebagai model pengujian agen antidiabetes.

2.5.3.2.Model Aloksan

Gambar 2.7. Struktur kimia aloksan (PubChem, 2015)

Aloksan merupakan suatu derivat urea yang memiliki struktur molekul

C4H2N2O4 dengan bobot molekul 142,06968 g/mol. Pada pH netral dan suhu

37OC, aloksan memiliki waktu paruh sebesar 1,5 menit. Pada suhu yang lebih

rendah, waktu paruh aloksan dapat diperpanjang. Aloksan mudah larut dalam air,

larut dalam aseton, alkohol, metanol, dan dalam asam asetat glasial. Aloksan agak

sukar larut dalamkloroform, petroleum eter, toluene, etil asetat, dan asam asetat

anhidrat, serta tidak larut dalam eter (O’Neil, 2001).

Aloksan dan produk hasil reduksinya, asam dialurat, dapat menghasilkan

reaksi redoks dengan membentuk radikal superoksida. Radikal tersebut akan

mengalami dismutase menjadi hidrogen peroksida. Melalui reaksi Fenton,

hidrogen peroksida akan berubah menjadi radikal hidroksil reaktif. Aksi radikal

hidroksil dengan peningkatan konsentrasi kalsium pada sitosol menyebabkan

Page 44: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kerusakan sel β pankreas dengan cepat, sehingga produksi insulin menurun

(Szkudelski, 2001).

Aloksan bekerja pada sel-sel β pankreas dalam 4 tahap. Tahap pertama,

yaitu 30 menit setelah injeksi aloksan, terjadi peningkatan sekresi insulin dalam

waktu singkat. Tahap kedua, yaitu 1 jam setelah injeksi aloksan, terjadi fase

hiperglikemik pertama yang ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan kadar

glukosa darah yang disertai dengan penurunan kadar insulin dalam darah selama

2-4 jam. Tahap ketiga, yaitu 4-8 jam setelah injeksi aloksan, kembali terjadi

penurunan kadar glukosa darah yang berangsung selama beberapa jam karena

adanya peningkatan kadar insulin akibat hancurnya membran sel-sel beta

pankreas. Tahap keempat adalah terjadinya hiperglikemia permanen (Lenzen,

2008).

2.6. Metode Pengukuran Glukosa Darah

Glukosa dapat diukur pada sampel darah, plasma atau serum. Molekul

glukosa tidak dapat diukur secara langsung. Secara umum terdapat 3 metode

pengukuran glukosa yang dapat digunakan, yaitu metode reduksi, metode

kondensasi, dan metode enzimatik. Namun, metode yang lebih sering digunakan

saat ini adalah metode enzimatik (Rand, 2013).

a. Metode reduksi (McMillin, 1990)

Metode reduksi merupakan metode tertua yang memanfaatkan sifat

reduktor dari glukosa. Metode ini kurang spesifik karena dapat terjadi bias akibat

keberadaan agen pereduksi kuat lainnya sehingga memberikan hasil pengukuran

kadar glukosa darah terlalu tinggi. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan

menambahkan tahap tertentu untuk meniadakan pengaruh agen pereduksi lain.

Metode ini tidak dianjurkan dan saat ini sudah banyak ditinggalkan.

b. Metode kondensasi (McMillin, 1990)

Beberapa gugus aldehida pada glukosa dapat berkondensasi dengan

senyawa aromatika untuk membentuk senyawa yang berwarna. Pada reaksi

kondensasi, senyawa o-toluidine akan bereaksi dengan glukosa membentuk

senyawa glukosamin yang berwarna hijau. Intensitas warna tersebut kemudian

diukur dengan instrumen spektrofotometer untuk mengestimasi konsentrasi

Page 45: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

glukosa. Reaksi ini berlangsung cepat dan memiliki tingkat sensitifitas warna

yang tinggi. Dari beberapa senyawa aldosa, hanya mannosa dan galaktosa yang

memiliki hasil warna yang baik. Namun kadarglukosa tersebut tidak terlalu

banyak terdapat dalam darah. Senyawa o-toluidine juga bersifat sangat korosif dan

toksik. Alasan-alasan tersebut yang menyebabkan metode ini ditinggalkan.

c. Metode enzimatik (Rand, 2013)

Saat ini, metode ini paling sering digunakan dalam mengukur kadar

glukosa darah. Enzim yang paling sering digunakan adalah enzim Hexokinase.

Enzim heksokinase mempercepat reaksi antar glukosa dan adenosine trifosfat

dengan mengubah glukosa menjadi glukosa-6-fosfat. Selanjutnya enzim glukosa-

6-fosfat dehidrogenase, dengan adanya nikotinamida dinukleotida (NAD), akan

mengoksidasi glukosa-6-fosfat untuk mereduksi NAD (NADH) dan

fosfoglukonat. Senyawa NADH inilah yang dapat diukur secara spektrofotometri.

2.7. Glukometer (Glukosa Meter)

Glukometer adalah alat pengukur kadar glukosa darah dengan metode

enzimatik yang mudah dibawa (Hönes et al., 2008). Terdapat berbagai jenis

glukometer yang bekerja dengan berbagai teknologi, seperti:

- Reflectance Photometry, yang menggunakan prinsip kolorimetri.

- Teknologi biosensor, yang menggunakan prinsip elektrokimia (Thomas,

2016).

Persentase pengguna glukometer biosensor di seluruh dunia lebih dari

85% sehingga teknologi glukometer semakin dikembangkan. Pada glukometer

biosensor, teknologi yang terus dikembangkan adalah pada bagian test strip. Pada

umumnya, test strip glukometer mengandung enzim, koenzim, mediator dan

indikator yang berada pada lapisan tipis matriks untuk mengubah kadar glukosa

darah menjadi sinyal yang dapat dibaca oleh alat glukometer (Hönes et al., 2008).

Page 46: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.8. Test strip glukometer (Hönes et al.,, 2008)

Sejarah awal glukometer biosensor dimulai dari alat glukometer pertama

yang dibuat oleh Clark dan Lyons pada tahun 1962. Glukometer tersebut

menggunakan enzim glukosa oksidase (GOx) yang terperangkap pada elektroda

oksigen melalui membran dialisis semipermeabel. Pengukuran dilakukan

berdasarkan jumlah glukosa yang digunakan pada reaksi enzimatik.

Pada katoda platinum, diberikan potensial negatif untuk mendeteksi

jumlah oksigen yang tereduksi (Wang, 2008).

Diketahui hingga saat ini terdapat 3 generasi teknologi glukometer yaitu

glukometer generasi pertama yang menggunakan oksigen sebagai substrat dan

mengukur kadar glukosa darah berdasarkan jumlah hidrogen peroksida yang

terbentuk, glukometer generasi ke-2 yang menggunakan mediator eletron antara

enzim GOx dan permukaan elektroda, dan glukometer generasi ke-3 yang tidak

menggunakan mediator melainkan menggunakan konduktor organik (Wang,

2008).

Pada penelitian ini, glukometer yang digunakan adalah GlucoDR

Biosensor yang merupakan glukometer biosensor generasi ke-2 yang

menggunakan kalium ferrisianida. Berikut ini merupakan reaksi kimia yang

terjadi dalam menentukan kadar glukosa darah oleh alat GlucoDR.

Page 47: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.9. Reaksi kimia glukosa pada strip Glukometer (Wang, 2008)

Beberapa kelebihan pada pengecekan kadar glukosa darah dengan

menggunakan glukometer adalah mudah digunakan, akurat, dan bisa digunakan

pada pasien buta warna. Namun, kekurangan glukometer adalah terbatasnya

interval analisis pengukuran, hanya cocok pada sampel kontrol tertentu, adanya

efek matriks pada alat, suhu yang dapat mempengaruhi ketepatan hasil, serta

harganya yang lebih mahal daripada metode pengukuran lain (Thomas, 2016).

2.8. Glibenklamid

Gambar 2.10. Struktur Glibenklamid (British Pharmacopoeia, 2009)

Glibenklamid berwarna putih atau hampir putih dan merupakan bubuk

kristalin (BP, 2009). Dosis lazim glibenklamid adalah 5 mg/hari sedangkan dosis

maksimumya adalah 20 mg/hari (Dipiro, 2008).

Secara farmakokinetik, Glibenklamid diabsorpsi di lambung dan terikat

oleh protein plasma dalam darah. Absorbsi dapat lebih lambat pada pasien

hiperglikemia atau waktu absorbsi dapat berubah sesuai dengan ukuran

partikelnya. Obat ini dimetabolisme di hepar dan dieliminasi sebagian melalui

hepar, sebagian lagi melalui feses (Sweetman, 2009).

Mekanisme kerja glibenklamid adalah meningkatkan sekresi insulin

dengan berikatan pada kanal ion kalium yang bersifat ATP-dependent, sehingga

effluks kalium menurundan terjadi depolarisasi membran. Hal ini menyebabkan

kanal ion kalsium terbuka dan ion Ca2+ masuk. Peningkatan ion Ca2+ intraselular

Page 48: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menyebabkan eksositosis glanul insulin sehingga insulin lepas dari sel (Dipiro,

2008).

Onset kerja glibenklamid adalah 2-4 jam dengan durasi kerja hingga 24

jam. Efek samping glibenklamid adalah hipoglikemia dan porphyria (akumulasi

jumlah porphyrin dalam darah) (Sweetman, 2009). Glibenklamid sebaiknya

disimpan di dalam wadah tertutup rapat (BP, 2009).

Page 49: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian I dan Laboratorium

Hewan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Desember 2015

sampai dengan bulan Juli 2016.

3.2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian eksperimental.

Hewan uji yang digunakan adalah tikus Sprague-Dawley jantan yang berusia 2-3

bulan dengan berat badan 130-220 gram sebanyak 30 ekor. Metode induksi

diabetes yang digunakan adalah induksi aloksan monohidrat pada dosis 150

mg/kgBB.

Penelitian ini dilakukan dengan mengekstraksi daun kembang bulan

menggunakan pelarut etanol 95% dengan metode maserasi, kemudian ekstrak

tersebut diberikan kepada tikus yang telah diinduksi diabetes dengan aloksan

monohidrat dan selanjutnya diamati penurunan glukosa darah tikus tersebut.

Berikut merupakan tabel jadwal kerja dan kegiatan selama penelitian.

Tabel 3.1. Jadwal kerja dan kegiatan uji aktivitas antihiperglikemia

Hari ke Perlakuan

H0 1. Dilakukan pengukuran kadar glukosa darah setelah dipuasakan

selama 12 jam.

2. Induksi Aloksan

3. Pemberian pakan dan minum tikus selama 1 minggu

H1 1. Dilakukan pengukuran kadar glukosa darah setelah dipuasakan

selama 12 jam.

2. Pemberian bahan uji secara per oral

3. Pemberian pakan dan minum tikus

Page 50: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

H2-H7 1. Pemberian bahan uji secara per oral

2. Pemberian pakan dan minum tikus

H8 1. Dilakukan pengukuran kadar glukosa darah setelah dipuasakan

selama 12 jam.

2. Pemberian bahan uji secara per oral

3. Pemberian pakan dan minum tikus

H9-H14 1. Pemberian bahan uji secara per oral

2. Pemberian pakan dan minum tikus

H15 1. Dilakukan pengukuran kadar glukosa darah setelah dipuasakan

selama 12 jam.

2. Pemberian bahan uji secara per oral

3. Pemberian pakan dan minum tikus

H16-H21 1. Pemberian bahan uji secara per oral

2. Pemberian pakan dan minum tikus

H22 1. Dilakukan pengukuran kadar glukosa darah setelah dipuasakan

selama 12 jam.

2. Tikus diterminasi dengan metode inhalasi eter

3.3. Alat dan Bahan

3.3.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

kandang tikus beserta tempat makan dan minum, timbangan tikus, sekam, sonde

oral, jarum suntik, alat glukometer dan strip (GlucoDR), gunting, blender, botol

maserasi, botol hasil maserat, corong, erlenmeyer, beker glass, kaca arloji, cawan

uap, spatula, vacuum rotary evaporator (EYELA), botol timbang dangkal, oven,

tanur, krus, timbangan analitik, pipet, tabung reaksi, kertas saring, kapas, sarung

tangan, masker, alumunium foil dan lap.

Page 51: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.2. Bahan

3.3.2.1. Tanaman Uji

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kembang

bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A Gray) pada bagian daunnya. Tanaman ini

diperoleh di daerah Bekasi, Jawa Barat. Tanaman kembang bulan segar yang

digunakan adalah sebanyak 6 kg. Sebelum diproses menjadi simplisia, tanaman

dideterminasi, yaitu memverifikasi identitas tanaman di Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor.

3.3.2.2. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus galur

Sprague-Dawley, berjenis kelamin jantan, berusia 2-3 bulan, memiliki berat badan

130-220 gram (Dianasari dan Fajrin, 2015), dan dalam kondisi sehat. Hewan uji

yang digunakan adalah sebanyak 30 ekor. Tikus uji diperoleh di Institut Pertanian

Bogor.

3.3.2.3. Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Ekstrak etanol 95% daun kembang bulan

Ekstrak etanol 95% diperoleh dari 5 kg tanaman kembang bulan yang

selanjutnya dibuat menjadi simplisia daun kembang bulan sebanyak

620 gram. Simplisia kemudian diekstraksi dengan metode maserasi

dengan pelarut etanol 95% sebanyak 5 L. Ekstrak ini dibuat di

Laboratorium Penelitian I.

- Glibenklamid (kontrol positif) yang diperoleh dari PT. Indofarma

- Aloksan monohidrat (penginduksi diabetes) yang diperoleh dari

Sigma-Aldrich di Singapura.

3.3.2.4. Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Etanol 95% yang diperoleh dari PT. Bratako (pelarut),

- Kloroform (pelarut)

Page 52: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Na CMC (Suspending agent)

- FeCl3 (pereaksi)

- Pereaksi Meyer (mengandung gabungan senyawa HgCl2 dan KI)

- Pereaksi Dragendroff (mengandung senyawa Bi(NO3)3 dan KI)

- Amoniak encer (Pereaksi)

- Asam asetat (Pereaksi)

- H2SO4 pekat (Pereaksi)

- Aquadest (Pereaksi dan pelarut)

- Etanol 70% (Disinfektan)

3.4. Cara Kerja

3.4.1. Pembuatan Simplisia

Pembuatan simplisia terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut :

1. Dilakukan pengumpulan daun kembang bulan segar.

2. Tanaman kembang bulan sebanyak 6 kg disortasi untuk

memudahkan pencucian dan untuk memisahkan pengotor pada

simplisia.

3. Dilakukan pencucian dengan air mengalir.

4. Dilakukan pengeringan dengan cara diangin-anginkan pada suhu

ruang yang tidak terpapar sinar matahari langsung hingga simplisia

kering.

5. Setelah kering, kembali dilakukan sortasi untuk memastikan

simplisia bebas dari pengotor.

6. Simplisia ditimbang dan diblender hingga menjadi serbuk.

3.4.2. Ekstraksi

Proses ekstraksi dilakukan melalui tahapan berikut:

1. Dilakukan penimbangan serbuk simplisia. Serbuk simplisia yang

digunakan adalah sebanyak 620 gram.

2. Simplisia dimasukkan ke dalam wadah botol berwarna coklat.

3. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi dengan metode maserasi

menggunakan pelarut etanol 95% sampai seluruh serbuk terendam

Page 53: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

oleh pelarut. Jumlah keseluruhan pelarut etanol 95% yang digunakan

adalah sebanyak 5 L.

4. Campuran disimpan dan sesekali diaduk.

5. Filtrat yang diperoleh diuapkan dengan rotary evaporator hingga

didapatkan ekstrak yang kental.

Maserasi dilakukan berkali-kali hingga tidak ada lagi senyawa yang

terekstrak yang ditandai dengan warna pelarut yang hampir jernih (warna hijau

pudar).

3.4.3. Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan dengan menguji adanya golongan senyawa

alkaloid, antrakuinon, flavonoid, saponin, tannin dan terpenoid. Berikut prosedur

pengujiannya.

a. Identifikasi Alkaloid (Ayoola et al., 2008)

Sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dengan etanol 96%. Selanjutnya

ditambahkan asam klorida encer 2N. Filtrat yang didapatkan kemudian disaring

lalu diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi Meyer dan Draggendorff.

Adanya endapan putih krem pada uji Meyer dan endapan coklat kemerahan pada

uji Dragendorff menunjukkan positif adanya alkaloid.

b. Identifikasi Antrakuinon (Ayoola et al., 2008)

Sebanyak 0,5 g ekstrak dididihkan dengan 10 ml H2SO4 kemudian disaring

selagi panas. Filtrat dikocok dengan 5 ml kloroform. Bagian kloroform dipipet ke

dalam tabung reaksi lain dan ditambahkan amoniak encer. Hasil positif

ditunjukkan dengan adanya perubahan warna pada larutan.

c. Identifikasi Flavonoid (Zohra et al., 2012)

Sebanyak 5 ml maserat ditambahkan asam sulfat pekat dan 0,5 g Mg.

Adanya pewarnaan yang menghilang atau tetap selama 3 menit menandakan

adanya senyawa flavonoid.

d. Identifikasi Saponin (Zohra et al., 2012)

Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambahan 5 ml aquadest pada tabung reaksi, lalu

dikocok kuat hingga terbentuk busa stabil. Busa yang terbentuk kemudian

diamati. Busa yang stabil selama 20 menit menandakan adanya senyawa saponin.

Page 54: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Identifikasi Tanin (Ayoola et al., 2008)

Sebanyak 0,5 g ekstrak dididihkan dalam 10 ml air pada tabung reaksi

yang kemudian disaring. Beberapa tetes FeCl3 0,1% ditambahkan ke dalamnya.

Pembentukan warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman pada campuran

menunjukkan positif adanya tanin.

f. Identifikasi Terpenoid (uji Salkowski) (Ayoola et al., 2008)

Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambahkan 2 ml kloroform. Kemudian H2SO4

pekat sebanyak 3 ml secara hati-hati ditambahkan untuk membentuk lapisan.

Adanya warna coklat kemerahan pada bagian interface menunjukkan adanya

terpenoid.

3.4.4. Pengujian Parameter Non Spesifik (Depkes RI, 2009)

a. Kadar Air

Ekstrak ditimbang sebanyak 3 g di dalam wadah yang sebelumnya telah

ditara. Ekstrak dikeringkan pada suhu 105OC selama 5 jam kemudian ditimbang.

Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam hingga perbedaan antara

2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.

b. Kadar Abu

Ekstrak ditimbang sebanyak 2-3 g, lalu dimasukkan ke dalam krus platina

yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan. Ekstrak kemudian

dipijarkan di dalam tanur hingga arang habis, kemudian didinginkan lalu

ditimbang. Apabila dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan

air panas, lalu disaring dengan kertas saring. Sisa pada kertas saring dipijar

bersama kertas saring pada krus yang sama hingga bobotnya tetap. Kadar abu

dihitung terhadap bobot ekstrak dan dinyatakan dalam %B/B.

3.4.5. Pengujian Parameter Spesifik (Depkes RI, 2000)

Uji parameter spesifik dilakukan dengan cara menguji ekstrak secara

organoleptik terhadap:

1. Bentuk

2. Warna

3. Bau

4. Rasa dari ekstrak daun kembang bulan.

Page 55: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.5. Uji Induksi Aloksan

3.5.1. Uji Pendahuluan Induksi Aloksan

Prosedur uji pendahuluan induksi aloksan terhadap tikus uji adalah sebagai

berikut :

1. Sebanyak 4 tikus uji diaklimatisasi selama 7 hari untuk mendapatkan

berat badan yang seragam. Sebanyak satu tikus uji digunakan sebagai

kontrol dan 3 tikus uji lainnya diinduksi dengan aloksan.

2. Sebelum diberikan aloksan, tikus uji dipuasakan selama 12 jam

kemudian diberikan injeksi aloksan monohidrat secara intraperitoneal

pada dosis 150 mg/kgBB.

3. Selanjutnya, tikus uji diberikan minum larutan glukosa 5% setelah 1

jam penginduksian secara intraperitoneal selama 24 jam.

4. Setelah 7 hari, kadarglukosa darah tikus uji yang diinduksi aloksan

diukur dengan glukometer untuk mengetahui tikus sudah mengalami

hiperglikemia permanen atau belum. Parameter hiperglikemia adalah

tikus dengan kadar glukosa darah lebih dari 140 mg/dL (Gabriel et al.,

2014).

3.5.2. Penginduksian Diabetes dengan Aloksan

Prosedur uji pendahuluan induksi aloksan terhadap tikus uji adalah sebagai

berikut :

1. Sebanyak 30 tikus uji diaklimatisasi selama 7 hari untuk mendapatkan

berat badan yang seragam. Sebanyak 5 tikus uji digunakan sebagai

kontrol dan 25 tikus uji lainnya diinduksi dengan aloksan.

2. Sebelum diberikan aloksan, tikus uji dipuasakan selama 12 jam,

kemudian diberikan injeksi aloksan monohidrat secara intraperitoneal

pada dosis 150 mg/kgBB.

3. Selanjutnya, tikus uji diberikan minum larutan glukosa 5% setelah 1

jam penginduksian secara intraperitoneal selama 24 jam.

4. Setelah 7 hari, kadar glukosa darah tikus uji yang diinduksi aloksan

diukur dengan glukometer untuk mengetahui tikus sudah mengalami

hiperglikemia permanen atau belum. Parameter hiperglikemia adalah

Page 56: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tikus dengan kadar glukosa darah lebih dari 140 mg/dL (Gabriel et al.,

2014).

Tikus yang mengalami hiperglikemia dipilih dan digunakan dalam

penelitian. (Radenkovic et al., 2015)

3.6. Uji Antihiperglikemia

3.6.1. Pembuatan Sediaan Dosis Uji

1. Dosis Ekstrak Daun Kembang Bulan

Dosis yang digunakan pada ekstrak etanol 95% daun kembang bulan

adalah dosis 10 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 1000 mg/kgBB. Pada dosis 10

mg/kgBB, jumlah ekstrak yg diberikan kepada 1 ekor tikus dengan berat badan

200 gram adalah 2 mg. Pada dosis 100 mg/kgBB, jumlah ekstrak yg diberikan

kepada 1 ekor tikus dengan berat badan 200 gram adalah 20 mg. Pada dosis 1000

mg/kgBB, jumlah ekstrak yg diberikan kepada 1 ekor tikus dengan berat badan

200 gram adalah 200 mg. Ekstrak diberikan secara oral dalam bentuk suspensi.

Suspending agent yang digunakan adalah CMC Na dengan konsentrasi 1,0%.

Proses pembuatan sediaan adalah dengan mengembangkan CMC Na

dengan air panas sebanyak 20 kali berat CMC Na, selanjutnya diberikan ekstrak

dan akuades secara perlahan lalu diaduk hingga homogen.

2. Dosis Glibenklamid sebagai Kontrol Positif

Kontrol positif glibenklamid diberikan dalam bentuk suspensi dengan Na

CMC 1% sesuai dengan dosis oral efektif pada manusia, yaitu 5 mg/60 kgBB.

Dosis tersebut selanjutnya dikonversikan berdasarkan perhitungan luas permukaan

tubuh (HED). Dosis untuk setiap 200 g BB tikus menjadi 0,1 mg/200 gBB.

Proses pembuatan sediaan adalah dengan mengembangkan CMC Na

dengan air panas sebanyak 20 kali berat CMC Na, selanjutnya diberikan

glibenklamid dan akuades secara perlahan lalu diaduk hingga homogen.

3. Dosis Aloksan sebagai Penginduksi Diabetes pada Tikus

Dosis aloksan monohidrat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

150 mg/kgBB yang diberikan secara intraperitoneal (Radenkovic et al., 2014).

Page 57: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Aloksan dilarutkan dalam larutan saline dingin lalu diberikan segera kepada tikus

uji.

3.6.2. Pengelompokan Tikus Uji dan Cara Kerja

Tikus uji dipilih secara acak untuk dibagi menjadi 6 kelompok, masing-

masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Penentuan jumlah tikus tiap kelompok

dilakukan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh WHO (WHO, 2000).

Tabel 3.2. Perlakuan metode induksi aloksan

Kelompok Jumlah Perlakuan

I 5 Kontrol normal, diberi air suling

II 5 Kontrol negatif, diinduksi aloksan dan diberi

Na CMC 1%

III 5 Kontrol positif, diinduksi aloksan kemudian

diberi suspensi glibenklamid 0,5 mg/kgBB

tikus uji

IV 5 Perlakuan dosis rendah, diinduksi aloksan

kemudian diberi suspensi Na CMC 1% ekstrak

daun kembang bulan dalam dosis 10 mg/kgBB

V 5 Perlakuan dosis sedang, diinduksi aloksan

kemudian diberi suspensi Na CMC 1% ekstrak

daun kembang bulan dalam dosis 100 mg/kgBB

VI 5 Perlakuan dosis tinggi, diinduksi aloksan

kemudian diberi suspensi Na CMC 1% ekstrak

daun kembang bulan dalam dosis 1000

mg/kgBB

Semua tikus diberikan air minum. Setiap 7 hari (H0, H1, H8, H15, H22) berat

badan dan glukosa darah tikus dipantau, dan setelah 21 hari perlakuan, tikus

diterminasi dengan diberi inhalasi eter.

Page 58: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.6.3. Validasi Alat Glukometer

Berikut ini merupakan tahapan prosedur validasi alat glukometer:

1. Tombol Power ditekan kemudian strip validasi dimasukkan pada

lubang tempat memasukkan strip.

2. Setelah cek strip dimasukkan akan muncul tulisan:

- OK = Alat dalam kondisi baik

- E-2 = Alat dalam kondisi rusak

3. Apabila hasil pengecekan sudah muncul, strip validasi ditarik kembali

dan disimpan untuk pengecekan berikutnya.

3.6.4. Pengambilan Darah dan Pengukuran Kadar Glukosa

Pengambilan darah tikus dilakukan dengan memasukkan tikus ke dalam

kandang kecil, kemudian ekor tikus dibersihkan dengan etanol 70%. Darah

diambil secara intravena melalui ujung ekor sambil dilakukan pijatan perlahan

agar darah keluar. Kadar glukosa darah tikus diukur dengan alat glukometer

GlucoDR Biosensor.

3.6.5. Terminasi Tikus Uji

Terminasi tikus uji dilakukan dengan metode inhalasi dengan

menggunakan senyawa eter. Cairan eter dimasukkan ke dalam toples, lalu

dijenuhkan. Selanjutnya tikus uji dimasukkan ke dalam toples tersebut dan

didiamkan hingga denyut jantung tikus uji tidak lagi terasa.

3.7. Verifikasi Data

Hasil pengukuran data glukosa darah tikus diverifikasi dengan memotret

nilai glukosa darah yang tercantum pada alat GlucoDR Biosensor menggunakan

kamera handphone Samsung J2 5 MP. Foto glukosa darah tikus tercantum pada

lampiran 16.

Page 59: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.8. Analisis Data

1. Analisis secara Statistik

Data yang didapatkan diolah secara statistik dengan menggunakan aplikasi

SPSS. Analisis data yang pertama yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji

homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Metode

Kolmogorov-Smirnof, sedangkan uji homogenitas dilakukan dengan

menggunakan Metode Levene. Analisis masalah yang dilakukan adalah dengan

Metode One-Way ANOVA yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil

(BNT) apabila data terdistribusi normal dan memiliki varian homogen. Apabila

data tidak terdistribusi normal atau varian tidak homogen, dilakukan analisis

dengan metode Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney

(Dahlan, 2010).

Hipotesis :

Ho : tidak ada perbedaan bermakna antara setiap kelompok

Ha : ada perbedaan bermakna antara setiap kelompok

Pengambilan keputusan :

Apabila nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima.

Apabila nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak.

2. Perhitungan Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah (Farida et

al., 2011)

Untuk mengetahui kemampuan ekstrak dalam menurunkan kadar glukosa

darah, dilakukan perhitungan dengan rumus persentase penurunan kadar glukosa

darah, yaitu :

Keterangan :

Go: glukosa darah puasa sebelum diberikan sediaan uji

Gt: glukosa darah setelah diberikan sediaan uji

Page 60: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Hasil determinasi

menunjukkan bahwa tanaman uji adalah benar tanaman kembang bulan (Tithonia

diversifolia (Hemsl.) A. Gray) dari familia Asteraceae. Surat pernyataan

determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.

4.1.2 Ekstraksi

Berdasarkan hasil pengeringan maserat, diperoleh rendemen ekstrak etanol

95% daun kembang bulan adalah 13,39% yang berarti dari 100 gram simplisia

kering daun kembang bulan yang diekstraksi akan diperoleh 13,39 gram ekstrak

etanol 95% daun kembang bulan.

4.1.3 Penapisan Fitokimia

Hasil penapisan fitokimia kualitatif ekstrak etanol 95% daun kembang

bulan menunjukkan adanya beberapa golongan senyawa. Hasil penapisan

fitokimia kualitatif ekstrak etanol 95% daun kembang bulan secara keseluruhan

dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 95% Daun Kembang

Bulan

Identifikasi Metode Hasil Keterangan

Alkaloid Uji Meyer Tidak ada endapan

krem atau putih. Negatif

alkaloid Uji

Draggendorff

Tidak ada endapan

coklat kemerahan.

Page 61: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antrakuinon Direaksikan

dengan H2SO4,

kloroform, dan

NH4OH

Perubahan warna pada

lapisan kloroform,

yaitu jernih krem

keruh

Positif

antrakuinon

Flavonoid Penambahan

H2SO4 pekat

dan logam Mg

Terdapat perubahan

warna hijau coklat Positif

flavonoid

Saponin Uji ketahanan

busa dengan

air

Busa tidak hilang

selama > 20 menit Positif

Saponin

Tannin Penambahan

FeCl 0,1%

Perubahan warna

kuning coklat Positif tanin

Terpenoid Uji Salkowski Terdapat warna coklat

pada bagian interface

H2SO4-kloroform

Positif

terpenoid

4.1.4 Parameter Standar

Hasil pengujian parameter standar spesifik dan non spesifik yang

dilakukan terhadap ekstrak dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Parameter standar ekstrak etanol 95% daun kembang bulan

Parameter Hasil

Identitas ekstrak - Nama latin tumbuhan : Tithonia diversifolia (Hemsl.) A.

Gray

- Bagian tumbuhan yang digunakan : daun

- Nama Indonesia : Kembang Bulan

Organoleptik - Bentuk : kental

- Warna : hijau tua

- Bau : aromatik

- Rasa : pahit

Kadar air 7,6496%

Kadar abu 16,0431%

Page 62: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.5 Karakteristik Tikus Uji

Berikut ini merupakan karakteristik tikus uji yang meliputi data berat

badan dan kadar glukosa darah sebelum diinduksi dengan Aloksan Monohidrat

150 mg/kgBB.

Tabel 4.3. Karakteristik tikus uji sebelum diinduksi

Perlakuan Rerata Berat Badan Tikus

Uji (gram)

Rerata Kadar Glukosa

Darah (mg/dl)

Kontrol Normal 151,2 ± 12,04 85,3 ± 3,51

Kontrol Negatif 156,8 ± 17,75 116,5 ± 7,59

Kontrol Positif 150,2 ± 14,62 123,5 ± 6,60

Dosis 10 mg/KgBB 163,8 ± 22,96 110,25 ± 6,18

Dosis 100 mg/KgBB 160,6 ± 17,16 90,5 ± 6,65

Dosis 1000 mg/KgBB 158,8 ± 21,78 104,5 ± 12,28

Data ditampilkan dalam bentuk Mean ± Standar Deviasi (SD)

4.1.6 Pengukuran Kadar Glukosa Darah Pada Metode Induksi Aloksan

Hasil pengukuran kadar glukosa darah selama 21 hari terhadap 6

kelompok tikus uji yang diinduksi aloksan dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi pengukuran kadar glukosa darah tikus uji pada

kelompok perlakuan saat H0, H1, H8, H15, dan H22.

Perlakuan Kadar Glukosa Darah Tikus Uji (mg/dl)

H0 H1 H8 H15 H22

Kontrol Normal 87,4 ±

15,662

109,4 ±

24,704

112,8 ±

18,294

100,6 ±

12,895

104,6 ±

30,237

Kontrol Negatif 114,8 ±

10,568

171,6 ±

29,108

195, 8 ±

34,230

194 ±

32,695

180,4 ±

21,542

Kontrol Positif 118,4 ±

12,759

366,6 ±

206,866

208,8 ±

126,990

143,4 ±

47,130

111,2 ±

16,902

Dosis 10 mg/KgBB 104,6 ±

12,903

154,8 ±

9,884

141,4 ±

5,770

111,6 ±

13,277

104,8 ±

13,953

Dosis 100 mg/KgBB 87,4 ±

9,016

258,8 ±

134,772

188,8 ±

86,658

138,6 ±

47,109

118,6 ±

12,973

Dosis 1000 mg/KgBB 94,6 ±

24,562

183,2 ±

15,172

146,6 ±

13,145

109,2 ±

21,626

100,2 ±

30,768

Data ditampilkan dalam bentuk Mean ± Standar Deviasi (SD)

Page 63: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.7 Penurunan Kadar Glukosa Darah

Hasil persentase penurunan kadar glukosa darah tikus uji pada kelompok

positif, dosis 10 mg/kgBB, dosis 100 mg/kgBB, dan dosis 1000 mg/kgBB dapat

dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Persentase penurunan kadar glukosa darah tikus uji pada

kelompok kontrol positif, dan kelompok dosis selama beberapa waktu

pengukuran.

Kelompok Perlakuan H8 H15 H22

Kontrol positif 43,0442% 60,8838% 69,6126%

Dosis 10 mg/kgBB 8,6563% 27,9069% 32,2997%

Dosis 100 mg/kgBB 27,0479% 46,6770% 54,1731%

Dosis 1000 mg/kgBB 19,9781% 40.3930% 45,3056%

Data penurunan kadar gula darah dianalisis secara statistika menggunakan

uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil varian

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara bermakna antara kontrol positif,

dosis 10 mg/kgBB, dosis 100 mg/kgBB, dan dosis 1000 mg/kgBB terhadap

kontrol negatif. Selain itu, tidak ada perbedaan secara bermakna antara kelompok

dosis ekstrak dan dengan kontrol positif. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada

lampiran 15.

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, dilakukan pengujian aktivitas penurunan kadar glukosa

darah terhadap tikus galur Sprague Dawley jantan yang diinduksi diabetes dengan

senyawa Aloksan Monohidrat. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian

ini adalah tanaman kembang bulan pada bagian daunnya yang diperoleh di

Bekasi, Jawa Barat. Sebelum daun kembang bulan digunakan sebagai bahan

penelitian, terlebih dahulu dilakukan determinasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Hasil

determinasi menunjukkan bahwa tanaman uji adalah benar tanaman kembang

bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray) dari familia Asteraceae.

Page 64: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Daun kembang bulan segar kemudian diproses menjadi simplisia dengan

berbagai tahapan, yaitu sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering, dan

penghalusan menjadi serbuk simplisia. Setelah proses tersebut dilakukan,

didapatkan serbuk simplisia seberat 620 g. Serbuk simplisia yang telah diperoleh

kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi. Metode ini dipilih

karena mudah dan menghasilkan rendemen ekstraksi yang tinggi (Saifudin, 2014).

Pada prosesnya, ekstraksi dengan metode maserasi cukup mudah dengan

menggunakan peralatan yang sederhana dibandingkan dengan metode ekstraksi

cara dingin lainnya.

Pada proses maserasi, serbuk simplisia direndam dengan pelarut etanol

95% sebanyak 5 L di dalam botol gelap selama beberapa waktu pada temperatur

kamar. Berdasarkan penelitian, ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 95%

memiliki ekstraktabilitas yang baik, selain dengan pelarut metanol dan etanol 70%

(Saifudin, 2014).

Tahapan ekstraksi selanjutnya yaitu maserat disaring menggunakan kapas

dan kertas saring sehingga diperoleh filtrat dan serbuk simplisia yang terbawa.

Filtrat kemudian dipekatkan dengan menggunakan alat Rotary Evaporator hingga

didapatkan ekstrak kental sedangkan serbuk simplisia yang terbawa dimasukkan

kembali ke dalam botol gelap. Etanol yang telah terpisah dari filtrat dimasukkan

kembali ke dalam botol gelap untuk merendam serbuk simpilisia. Proses ini

disebut remaserasi (pengulangan maserasi). Remasersi dilakukan hingga warna

maserat hampir jernih yang ditandai pelarut berwarna hijau muda yang memudar.

Setelah proses pemekatan ekstrak dengan alat Rotary Evaporator, ekstrak

yang dihasilkan ternyata belum kental sehingga dilakukan proses pemekatan

selanjutnya dengan alat Freeze Dryer. Proses ini dilakukan selama 8 jam di

Laboratorium Fitokimia Gedung Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) Cibinong, Jawa Barat. Setelah dilakukan pemekatan dengan Freeze Dryer,

didapatkan ekstrak kental seberat 83,030 g.

Setelah didapatkan ekstrak kental, dilakukan uji parameter standar ekstrak

yakni parameter spesifik dan non spesifik. Uji parameter standar non spesifik

yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji kadar air dan kadar abu ekstrak.

Pengujian kadar air ekstrak dilakukan untuk memberikan batasan minimal atau

Page 65: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rentang tentang besarnya kandungan air di dalam ekstrak (Depkes, 2000).

Berdasarkan Materia Medika Indonesia Jilid 6 (1996), batas kadar air ekstrak

yang masih memenuhi syarat adalah di bawah 10%. Pada hasil uji kadar air

ekstrak, didapatkan hasil persentase kadar air ekstrak yaitu 7,6496% yang berarti

kadar air ekstrak telah memenuhi syarat.

Uji parameter non spesifik lainnya adalah uji kadar abu. Tujuan

dilakukannya uji ini adalah untuk memberikan gambaran kandungan mineral

internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.

Berdasarkan hasil uji kadar abu ekstrak, didapatkan persentase kadar abu ekstrak

yaitu 16,0431%. Kadar abu ekstrak memenuhi persyaratan, yaitu tidak lebih dari

16,67%.

Pada uji parameter spesifik, hal yang diujikan adalah identifikasi terhadap

bentuk, warna, bau dan rasa ekstrak secara organoleptis. Hasil identifikasi ini

dapat menjadi karakter spesifik ekstrak etanol 95% daun kembang bulan.

Pemeriksaan selanjutnya adalah penapisan fitokimia ekstrak. Tujuan

penapisan fitokimia ekstrak adalah untuk mengetahui keberadaan golongan-

golongan senyawa tertentu di dalam ekstrak, khususnya golongan senyawa yang

diduga dapat memiliki aktivitas antihiperglikemia. Hasil penapisan fitokimia

menunjukkan hasil positif terhadap adanya antrakuinon, flavonoid, saponin, tanin,

dan terpenoid; serta negatif terhadap alkaloid. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan di Nigeria, diketahui secara kuantitatif terdapat alkaloid di dalam

ekstrak sebanyak 236,728 mg/100 g ekstrak (Omoboyowa, 2015). Perbedaan hasil

ini dapat disebabkan karena bedanya tempat asal tanaman karena tempat asal

tanaman dapat mempengaruhi kandungan kimia dari tanaman tersebut.

Pada penelitian ini hewan uji yang digunakan adalah tikus putih galur

Sprague-Dawley berjenis kelamin jantan yang berusia 2-3 bulan dengan berat

badan 130-220 g, dalam kondisi sehat. Secara umum, tikus dipilih sebagai hewan

uji karena hewan ini memiliki sifat fisiologis yang mirip dengan manusia

(Lannaccone et al., 2009). Sel β pankreas tikus juga sensitif terhadap aloksan

dibandingkan dengan hewan lain seperti kelinci, babi, anjing dan marmut. Tikus

galur Sprague-Dawley dipilih karena sel β pankreas tikus galur Sprague-Dawley

terbukti sensitif terhadap Aloksan (Tyrberg et al., 2001).

Page 66: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kelompok perlakuan yang diujikan yaitu kelompok kontrol dan kelompok

dosis uji. Kelompok kontrol terdiri dari kontrol normal, kontrol positif, dan

kontrol negatif. Kelompok perlakuan kontrol digunakan untuk memastikan bahwa

hasil uji tidak terpengaruh oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil uji

(Budiharto, 2008).

Senyawa yang digunakan dalam perlakuan kelompok positif adalah

glibenklamid dengan dosis tikus 0,5 mg/kgBB dengan tujuan untuk memastikan

bahwa glukosa darah tikus uji terbukti menurun dengan obat antihiperglikemia

yang telah beredar di masyarakat. Obat Glibenklamid dipilih karena memiliki

mekanisme kerja meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas (Katzung, 2010).

Hal ini sejalan dengan penelitian ini dimana diharapkan daya antioksidan ekstrak

dapat menghambat kematian sel β pankreas sehingga insulin dapat dihasilkan

lebih banyak.

Pada kelompok uji negatif, tikus uji diberikan Na CMC 1% tanpa ekstrak

untuk memastikan bahwa glukosa darah tikus uji yang diinduksi tanpa diberi

ekstrak akan tinggi dan berada pada kondisi hiperglikemia. Sedangkan pada

kelompok uji normal, tikus uji tidak diberikan perlakuan apapun untuk

memastikan bahwa glukosa darah tikus tanpa perlakuan akan berada pada posisi

normal.

Pada kelompok dosis, dosis yang diberikan kepada tikus uji yaitu dosis

ekstrak 10 mg/kgBB, dosis ekstrak 100 mg/kgBB, dan dosis ekstrak 1000

mg/kgBB. Variasi dosis ini digunakan dengan interval rasio 10 kali lipat untuk

mengetahui dosis ekstrak yang paling efektif dalam mengendalikan glukosa darah

tikus uji (Praptiwi et al., 2007).

Pada pengujian, ekstrak diberikan secara oral dalam bentuk suspensi. Hal

ini disebabkan karena ekstrak tidak dapat larut dalam air, sehingga ekstrak

didispersikan dalam air. Suspending agent yang digunakan adalah natrium

karboksimetil selulosa (Na CMC) sebanyak 1%. Na CMC dipilih berdasarkan

penelitian Shyam dan Ganapaty (2013) yang menggunakan Na CMC sebagai

suspending agent. Konsentrasi 1% digunakan karena dapat mendispersikan

glibenklamid serta seluruh ekstrak pada setiap konsentrasi.

Page 67: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk membuat kadar glukosa

darah tikus uji tinggi adalah dengan metode induksi senyawa Aloksan. Metode

induksi Aloksan dipilih karena ditujukan untuk mengamati penurunan glukosa

darah pada tikus diabetes yang pankreasnya dirusak. Pada penginduksian diabetes

dengan senyawa diabetogen Aloksan, sel pankreas yang dirusak hanya sel β

pankreas yang merupakan penghasil hormon insulin. Jika dibandingkan dengan

Streptozotosin yang juga merupakan senyawa kimia diabetogen, harga Aloksan

relatif lebih murah, serta daya rusak sel pankreas tidak sebesar Streptozotosin

sehingga potensi mortalitas tikus uji lebih kecil (Lenzen, 2008).

Sebelum dilakukan penginduksian diabetes, tikus uji diaklimatisasi selama

7 hari. Pada proses aklimatisasi, tikus diberi makan dan minum, ditimbang, serta

dipelihara dengan baik. Selama penelitian, tikus uji diberi makan pakan 512

sebanyak 10-15% berat badan dalam sehari dan minum secara ad libitum. Proses

aklimatisasi tikus bertujuan untuk membuat tikus uji beradaptasi dengan

lingkungannya, menstabilkan parameter fisiologis dan perilaku tikus akibat proses

pengiriman, dan menganalisis kelayakan tikus untuk menjadi tikus uji. Tikus

dianggap layak menjadi tikus uji apabila selama proses aklimatisasi tidak terjadi

penurunan berat badan lebih dari 10% dalam sehari (Arts et al., 2012; K.

Chapman et al., 2013).

Sebelum dilakukan penginduksian pankres dengan Aloksan, tikus uji

sebelumnya dipuasakan selama 12 jam. Hal ini disebabkan karena aloksan dan

glukosa berkompetisi untuk masuk ke dalam sel β pankreas. Adanya glukosa

dapat menghambat aloksan untuk masuk ke dalam sel β pankreas sehingga

dilakukan pemuasaan untuk meminimalkan jumlah glukosa darah tikus uji

(Radenkovic, 2015).

Penginduksian diabetes dengan senyawa Aloksan dilakukan secara

intraperitoneal dengan konsentrasi 30 mg/ml dalam larutan saline. Rute

intraperitoneal dipilih untuk mempercepat efek pengerusakan sel β pankreas,

sedangkan konsentrasi 30 mg/ml dipilih karena berdasarkan perhitungan, tikus

seberat 200 g diberikan aloksan sebanyak 30 mg dengan volume 1 ml.

Berdasarkan Certificate of Analysis senyawa Aloksan Monohidrat, 40 mg Aloksan

Page 68: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Monohidrat larut dalam 1 ml air sehingga volume larutan saline yang digunakan

mampu melarutkan aloksan.

Dosis aloksan yang digunakan untuk menginduksi diabetes pada tikus uji

adalah 150 mg/kgBB. Dosis ini diambil berdasarkan penelitian sebelumnya

(Radenkovic, 2015). Dosis ini pun dipilih menjadi dosis untuk uji pendahuluan

induksi aloksan. Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang telah dilakukan,

diketahui bahwa induksi dengan aloksan dosis 150 mg/kgBB terbukti dapat

menyebabkan diabetes dalam waktu 7 hari setelah diinduksi. Hasil uji

pendahuluan dapat dilihat pada lampiran 10.

Setelah 1 jam tikus diinduksi dengan aloksan, tikus diberikan larutan

glukosa 5% secara ad libitum selama 24 jam. Hal ini dilakukan berdasarkan

penelitian terdahulu untuk mencegah fase hipoglikemia selama masa

pengerusakan pankreas (Radenkovic, 2015). Berdasarkan penelitian, terdapat 4

fase selama masa pengerusakan pankreas yaitu fase hipoglikemia pertama pada 30

menit setelah induksi, lalu fase hiperglikemia awal pada 2-4 jam setelah induksi.

Selanjutnya terjadi fase hipoglikemia ke-2 yang terjadi 4-8 jam setelah induksi.

Setelah itu barulah terjadi hiperglikemia ke-2 yang bersifat permanen (Lenzen,

2008).

Setelah 30 tikus diinduksi aloksan, sebanyak 25 tikus memiliki nilai kadar

glukosa darah di atas 140 mg/dl, 3 tikus memiliki nilai kadar glukosa darah

kurang dari 140 mg/dl, dan 2 tikus mati. Diantara 25 tikus yang diabetes,

sebanyak 17 tikus memiliki kadar glukosa darah 140-200 mg/dl, 5 tikus memiliki

kadar glukosa darah 201-400 mg/dL, dan 3 tikus memiliki kadar glukosa darah di

atas 400 mg/dL. Berdasarkan penelitian sebelumnya, sebanyak 40% tikus uji yang

diinduksi berhasil diabetes, 20% tikus uji mengalami sedikit kenaikan kadar

glukosa darah atau tidak sama sekali, dan 40% tikus uji lainnya mati pada minggu

pertama atau minggu sebelumnya yang kemungkinan disebabkan karena asidosis

(Carvalho et al., 2003). Akhirnya, pada penelitian ini setiap kelompok perlakuan

terdiri dari 5 tikus uji. Jumlah ini masih memenuhi persyaratan dari WHO.

Waktu pengamatan efektifitas antihiperglikemia yang digunakan adalah

selama 21 hari. Waktu pengamatan efektifitas antihiperglikemia dilakukan

berdasarkan jurnal Radenkovic pada tahun 2015.

Page 69: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengukuran glukosa darah tikus uji dilakukan dengan alat glukometer

GlucoDR. Glukometer yang menerapkan metode enzimatik ini dipilih karena

lebih mudah, praktis, akurat, cepat dan hanya membutuhkan sedikit alat dan darah

(sekitar 0,3-1 μl) dibandingkan dengan metode pengukuran lain yang

menggunakan instrumen lain seperti alat spetrofotometer dengan metode reduksi

dan kondensasi dengan menggunakan berbagai reagen kimia (Thomas et al.,

2016; McMiller, 1990).

Pada manusia, waktu pengukuran glukosa darah paling baik adalah pada

pagi hari sebelum sarapan (Chase dan Fiallo-Scharer, 2002). Pada pagi hari

sebelum sarapan, sekitar pukul 5-9 pagi, terjadi kondisi dawn phenomenon pada

pasien diabetes. Dawn phenomenon merupakan kondisi dimana pada pagi hari

terjadi kenaikan glukosa darah. Pada pasien normal, terjadi kenaikan glukosa

darah tetapi tidak banyak karena insulin tetap disekresikan, tetapi pada pasien

diabetes hal tersebut tidak terjadi sehingga pada pagi hari glukosa darah pasien

diabetes cukup tinggi (Abma, 2009). Dawn phenomenon juga terjadi pada tikus,

tetapi pada waktu yang berbeda, yakni pada awal malam hari (Gale et al., 2011).

Sehingga pada penelitian ini pengukuran glukosa darah dilakukan pada malam

hari pukul 6-7 malam.

Pada umumnya, nilai GDP tikus normal berkisar antara 85-132 mg/dl

(Kohn et al., 2002). Tikus dinyatakan diabetes bila pada pengukuran, nilai GDP

sebesar lebih dari 140 mg/dl (Gabriel et al., 2014).

Berdasarkan hasil persentase penurunan gula darah pada tikus uji selama

21 hari, dosis ekstrak yang paling baik dalam menurunkan gula darah tikus uji

adalah pada dosis 100 mg/kgBB. Persentase penurunan kadar guka darah pada

dosis 100 mg/kgBB adalah sebesar 54,1731%, lebih besar dibandingkan dengan

persentase penurunan kadar guka darah pada dosis 10 mg/kgBB dan dosis 1000

mg/kgBB yakni sebesar 32,2997% dan 45,3056%. Namun, daya penurunan kadar

gula darah pada ekstrak dosis 100 mg/kgBB masih lebih rendah daripada daya

penurunan kadar gula darah pada Glibenklamid yng menjadi kontrol positif,

dimana penurunan penurunan kadar gula darah pada kontrol positif adalah sebesar

69,6126%.

Page 70: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan hasil persentase penurunan kadar glukosa darah, diketahui

penurunan kadar glukosa darah tidak bersifat dose-dependent. Hal ini mungkin

disebabkan karena tingginya dosis ekstrak membuat reseptor target jenuh,

sehingga ekstrak yang tidak berikatan dengan reseptor target akan berikatan

dengan reseptor lain yang menghasilkan efek antagonis yang akhirnya

menyebabkan efek menurun (Walsh dan Schwartz-Bloom, 2004).

Gambar 4.1. Kurva respon dosis terhadap efek agonis (a) dan agonis disertai

adanya efek antagonis non kompetitif sesuai dengan peningkatan dosis (b, c, d)

(Craig et al., 2004)

Hasil pengukuran kadar glukosa darah tikus uji dianalisis secara statistika

dengan menggunakan program SPSS 21.0. Uji statistik yang pertama dilakukan

adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan metode Kolmogorov-Smirnof. Uji normalitas ini bertujuan untuk

mengetahui persebaran data setiap kelumpok uji. Uji homogenitas dengan

menggunakan metode Levene. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui

adanya varian homogen pada data. Data terdistribusi normal dan homogen apabila

memiliki nilai p ≥ 0,05.

Secara statistika, penelitian ini termasuk ke dalam analitik komparatif

numerik tidak berpasangan. Analisis yang dilakukan adalah dengan metode One-

Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) bila data

terdistribusi normal dan memiliki varian homogen. Apabila data tidak terdistribusi

normal atau varian tidak homogen, dilakukan analisis dengan uji Kruskal-Wallis

yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2010).

Page 71: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarhan hasil penelitian, diketahui bahwa data tidak terdistribusi

normal pada hari setelah induksi aloksan (H1) dan 7 hari setelah pemberian

ekstrak (H8) (p ≤ 0,05). Data juga tidak homogen pada H1, H8, dan H15 (p ≤ 0,05).

Pengolahan data tidak bisa dilanjutkan dengan uji One-Way ANOVA apabila

terdapat setidaknya data satu kelompok tidak terdistribusi normal (Dahlan, 2010),

sehingga pengolahan metode selanjutnya dilakukan dengan metode Kruskal-

Wallis.

Berdasarkan hasil analisis dengan metode Kruskal-Wallis, diketahui

semua kelompok berbeda secara bermakna pada waktu sebelum induksi (H0),

setelah induksi, 14 hari setelah pemberian ekstrak (H15) dan 21 hari setelah

pemberian ekstrak (H22) (p ≤ 0,05). Namun, semua kelompok tidak berbeda secara

bermakna pada H8 (p ≥ 0,05). Analisis data selanjutnya dilakukan dengan metode

Mann-Whitney yang bertujuan untuk menentukan kelompok mana yang

memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya.

Hasil uji statistik Mann-Whitney menunjukkan bahwa kontrol positif,

dosis 10 mg/kgBB, dosis 100 mg/kgBB, dan dosis 1000 mg/kgBB berbeda secara

signifikan dengan kontrol negatif pada H22. Hal ini membuktikan bahwa kontrol

positif, dosis 10 mg/kgBB, dosis 100 mg/kgBB, dan dosis 1000 mg/kgBB mampu

menurunkan kadar gula darah tikus. Di sisi lain, hasil antara kelompok kontrol

positif, dosis 10 mg/kgBB, dosis 100 mg/kgBB, dan dosis 1000 mg/kgBB berbeda

tidak signifikan baik pada H8, H15, maupun H22 yang berarti tidak ada perbedaan

efek yang signifikan antar kelompok perlakuan.

Penelitian sebelumnya telah membuktikan daya antihiperglikemia tanaman

ini. Berdasarkan penelitian Sumarny pada tahun 2011, ekstrak n-heksana daun

kembang bulan dapat mengendalikan glukosa darah mencit pada dosis 5,38

g/KgBB dan 10,75 g/KgBB. Ekstrak air daun kembang bulan dapat

mengendalikan kadar glukosa darah mencit secara efektif pada kadar 500

mg/kgBB (Thongsom et al., 2013). Ekstrak etanol 95% daun kembang bulan juga

dapat mengendalikan glukosa darah tikus dengan metode toleransi glukosa pada

dosis 77 mg/kgBB dengan persentase penurunan kadar glukosa darah sebesar

54,15% (Darmawi et al., 2015).

Page 72: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penurunan kadar glukosa darah tikus oleh ekstrak etanol 95% daun

kembang bulan ini terjadi melalui beberapa mekanisme yang mungkin terjadi.

Berdasarkan jurnal antihiperglikemia ekstrak etanol 95% daun kembang bulan

dengan metode toleransi glukosa, terbukti bahwa ekstrak etanol 95% dapat

mengurangi absorpsi glukosa dengan menghambat enzim α-glukosidase dalam

memecah disakarida sukrosa menjadi glukosa pada saluran intestinal (Darmawi et

al., 2015).

Senyawa sesquiterpenoid lakton yang terkandung dalam ekstrak etanol

95% daun kembang bulan (Tagitinin C) dapat mengendalikan kadar glukosa darah

dengan berikatan pada reseptor agonis PPARγ (peroxisome proliferator-activated

receptor agonists). Efek ikatan ini adalah memodulasi ekspresi gen yang terlibat

dalam metabolisme glukosa dan lipid, transduksi sinyal insulin, dan diferensiasi

pada jaringan adiposit dan jaringan lainnya (Lin, Hsiang-Ru, 2012).

Pada kondisi hiperglikemia, jumlah stress oksidatif dalam tubuh

meningkat. Peningkatan jumlah stress oksidatif dapat menyebabkan toksisitas

pada sel β pankreas sehingga jumlah sel β pankreas dan sekresi insulin berkurang.

(Kajimoto dan Kaneto, 2004). Skema toksisitas sel β pankreas dapat dilihat pada

gambar 4.2.

Gambar 4.2. Skema toksisitas sel β pankreas (Kajimoto dan Kaneto, 2004)

Berdasarkan berbagai penelitian, daya antioksidan yang tinggi dapat

mengendalikan glukosa darah pada pasien diabetes. Hal ini didukung oleh

penelitian yang menyatakan bahwa antioksidan dapat menstimulasi sekresi

Page 73: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

insulin. Pada analisis histologi, terlihat perbanyakan jumlah sel β pankreas pada

mencit DM yang diberikan antioksidan, dan pemberian antioksidan dapat

menghambat terjadinya apoptosis sel β pankreas tanpa mengubah laju proliferasi

sel. Pemberian antioksidan juga dapat dapat meningkatkan jumlah insulin dan

mRNA insulin. Ekspresi gen PDX-1 juga terlihat pada sel islet setelah pemberian

antioksidan (Kajimoto dan Kaneto, 2004).

Diduga hal-hal di atas juga terjadi pada tikus uji penelitian ini yang

mengalami penurunan kadar glukosa darah akibat pemberian ekstrak. Untuk

membuktikan hal tersebut, selanjutnya perlu dilakukan uji kadar insulin dalam

darah dan uji histopatologi pankreas tikus uji.

Page 74: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

59 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ekstrak etanol 95% daun kembang bulan dengan dosis 10 mg/KgBB, 100

mg/KgBB, dan 1000 mg/KgBB terbukti memiliki efek antihiperglikemia

terhadap tikus Sprague-Dawley jantan yang diinduksi aloksan.

2. Penurunan glukosa darah tikus uji pada kelompok dosis 10 mg/KgBB, 100

mg/KgBB, dan 1000 mg/KgBB secara statistika menunjukkan adanya

perbedaan, tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna.

3. Penurunan kadar glukosa darah pada kelompok dosis 100 mg/kgBB paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok uji dosis 10 mg/kgBB dan 1000

mg/kgBB, yaitu sebesar 54,1731%.

5.2. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam hal mencari dosis yang tepat

dalam mengendalikan kadar glukosa darah dari ekstrak etanol 95% daun kembang

bulan yang tumbuh di Indonesia serta perlu dilakukan uji kadar insulin dalam

darah dan uji histopatologi pankreas tikus uji untuk mengetahui adanya perbaikan

pada pankreas tikus akibat pemberian ekstrak.

Page 75: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

60 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes—2015.

Diabetes Care. Volume 38 (suppl 1) : S1-S93

Arts et al. 2012. The Impact of Transportation on Physiological and Behavioral

Parameters in Wistar Rats: Implications for Acclimatization Periods. ILAR

J (2012) 53 (1): E82-E98 DOI:10.1093/ilar.53.1.82

Ayoola et al. 2008. Phytochemical Screening and Antioxidant Activities of Some

Selected Medicinal Plants Used for Malaria Therapy in Southwestern

Nigeria. Benin City. Tropical Journal of Pharmaceutical Research,

Volume 7 (3): 1019-1024

Brewer, M.S. 2011. Natural Antioxidants: Sources, Compounds, Mechanisms of

Action, and Potential Applications. Comprehensive Reviews in Food

Science and Food Safety, 10. Page 221–247. DOI: 10.1111/j.1541-

4337.2011.00156.x.

British Pharmacopoeia. 2009. British Pharmacopoeia, Volume I & II. London.

Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA). Page

2757.

Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu

Kesehatan Gigi. Jakarta: Penerbit IKAPI. Hal 51.

Capasso et al. 2003. Phytotherapy : A Quick Reference to Herbal Medicine. New

York. Springer-Verlag. Page 3.

Carvalho et al. 2003. Experimental Model of Induction of Diabetes Mellitus in

Rat. Acta Cirurgica Brasileira, 18 (spe), 60-64. DOI: 10.1590/S0102-

86502003001100009.

Chase dan Fiallo-Scharer. 2002. Understanding Diabetes. Children Diabetes

Foundation. Hal. 51.

Chukwuka et al. 2014. Extraction and Characterization of Essential Oils from

Tithonia difersifolia (Hemsl.) A. Gray. Nigeria. American Journal of

Essential Oils and Natural Product. Page 1-5.

Page 76: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Centre for Agriculture and Biosciences International (CABI). 2015. Tithonia

diversifolia. In: Invasive Species Compendium (www.cabi.org/isc, 11

December 2015). Wallingford, UK. CABI Publishing.

Craig et al. 2004. Modern Pharmacology with Clinical Applications. Baltimore.

Lippincott Williams & Wilkins Publisher. Page 18.

Dahlan, Sopiyudin. 2010. Mendiagnosis dan Menata Laksana 13 Penyakit

Statistik: Disertai Aplikasi Program Stata. Jakarta: Penerbit IKAPI. Hal.

178.

Darmawi et al. 2015. Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Etanol dan N-

Heksana Daun Kembang Bulan [Tithonia Diversifolia (Hemsl.) A. Gray]

pada Tikus Putih Jantan. FMIPA Unmul. Jurnal Kimia Mulawarman,

Volume 12 Nomor 2. Hal 59-63.

Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta. Direktorat

Jenderal BPOM.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid 6. Jakarta.

Direktorat Jenderal BPOM.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Jakarta. Direktorat Jenderal BPOM. Hal 10.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes

Militus. Jakarta. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Hal. 1-

27.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Farmakope Herbal Edisi Pertama. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. Hal : 5.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Permenkes RI Nomor

003/MENKES/PER/I/2010 Tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian

Berbasis Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Depkes RI. Hal. 1-15

Departemen Kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta. Pusat

Data dan Analisis Kementerian Kesehatan RI. Hal 1-2.

Dhian, Adysti. 2013. Standardisasi Tagitinin C Pada Ekstrak Etanol Tithonia

diversifolia (Hemsl.) A. Gray dan Pengaruhnya Pada Fungsi Serta

Histopatologi Hati Mencit Galur Swiss. Universitas Gadjah Mada.

Page 77: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dianasari dan Fajrin. 2015. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air Kelopak Bunga

Rosella (Hibiscus sabdarrifa L.) pada Tikus dengan Metode Induksi

Aloksan. Jurnal Farmasi Sains Dan Terapan, Vol 2 (1). Hal. 54-58.

Dipiro et al. 2008. Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach 7th Edition.

United State of America.McGraw-Hill. Page 1220-1223.

Etuk, E.U. 2010. Animals Models for Studying Diabetes Mellitus. Agriculture

and Biology Journal of North America, 1 (2). Page 130-134.

Gabriel et al. 2014. Evaluation of Methanol Extract of Gongronema latifolium

Leaves Singlyand in Combination with Glibenclamide for Anti-

Hyperglycemic Effects in Alloxan-Induced Hyperglycemic Rats.

ScopeMed. Journal of Intercultural Ethnopharmacology. Vol 3. DOI

:10.5455/jice.20140610054950. Page 120.

Gale et al. 2011. Disruption of Circadian Rhythms Accelerates Development of

Diabetes through Pancreatic Beta-Cell Loss and Dysfunction. J Biol

Rhythms 2011 26: 423. DOI: 10.1177/0748730411416341.

Hidayat, Syamsul. Napitupulu, Rodame M. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta :

Penerbit AGRIFLO. Page 201.

Hoffmann, David. 2003. Medical Herbalism : The Science and Practice of Herbal

Medicine. Vermont. Healing Arts Press. Page 69.

Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Hal. 297-298.

Iranloye et al. 2011. Anti-diabetic and Anti-oxidant Effects of Zingiber officinale

on Alloxan-Induced and Insulin-Resistant Diabetic Male Rats. Niger J

Physiol Sci. 23;26 (10). Page 89-96.

Jemai et al. 2009. Antidiabetic and Antioxidant Effects of Hydroxytyrosol and

Oleuropein from Olive Leaves in Alloxan-Diabetic Rats. J Agric Food

Chem. 2009 Oct 14;57(19). DOI: 10.1021/jf901280r. Page 8798-9804.

Juang et al. 2014. Investigation of Anti-oxidative Stress in vitro and Water

Apparent Diffusion Coefficient in MRI on Rat After Spinal Cord Injury in

vivo with Tithonia diversifolia Ethanolic Extracts Treatment. Biomed

Central Ltd. Page 1-8.

Page 78: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

K Chapman et al. 2013. A Global Pharmaceutical Company Initiative: An

Evidence-Based Approach to Define The Upper Limit of Body Weight

Loss in Short Term Toxicity Studies. Regulatory Toxicology and

Pharmacology. Volume 67, Page 27–38. DOI :

10.1016/j.yrtph.2013.04.003

Kajimoto dan Kaneto. 2004. Role of Oxidative Stress in Pancreatic β-Cell

Dysfunction. Ann. N.Y. Acad. Sci. 1011: 168–176. New York Academy of

Sciences. DOI: 10.1196/annals.1293.017. Hal 168-176.

Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi Ke-10. Jakarta.

Penerbit EGC. Hal.704-725.

Kementerian Perdagangan RI. 2014. Obat Herbal Indonesia. Jakarta. Warta

Ekspor. Edisi September 2014. Hal. 2.

Kohn D.F et al. 2002. Biology and diseases of Rats. Laboratory Animal Medicine,

2nd Ed. New York: Academic Press, 121-167.

Kristianto, Rudy. 1995. Studi Isolasi dan Penentuan Struktur Molekul Senyawa-

Senyawa yang Terdapat Pada Akar Kipait (Tithonia diversifolia (Hemsl.)

A. Gray) Dalam Fraksi Kloroform. Universitas Indonesia.

Lannaccone et al. 2009. Rats!. Disease Models & Mechanism 2, 206-210. DOI:

10.1242/dmm.002733.

Lenzen, S. 2008. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin-Induced

Diabetes. Diabetologia, Vol 51. Page 216-226.

Lin, Hsiang-Ru. 2012. Sesquiterpene Lactones from Tithonia diversifolia Act As

Peroxisome Proliferator-Activated Receptor Agonists. Oxford. Bioorganic

& Medicinal Chemistry Letters 22. Page 2954–2958.

McMillin. 1990. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory

Examinations. Third Edition. Boston. Elsevier. Page 663.

Nafrialdi dan Setawati, A. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi Ke-5. Jakarta.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI. Hal.

481-494.

National Center for Biotechnology Information. PubChem Compound Database;

CID=5300, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/5300 (accessed

Feb. 22, 2016)

Page 79: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

National Center for Biotechnology Information. PubChem Compound Database;

CID=5781, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/5781 (accessed

Dec. 22, 2015)

Nawar WF. 1996. Lipids. In: Fennema O, editor. Food chemistry. 3rd ed. New

York: Marcel Dekker, Inc. Page 279–288

O'Neil, M.J. 2001. The Merck Index - An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and

Biologicals, 13th Edition. Whitehouse Station, NJ: Merck and Co., Inc.,

Page 53

Obafemi et al. 2006. Antimicrobial Activity of Extracts and Germacranolide-Type

Sesquiterpene Lactone from Tithonia diversifolia Leaf Extract. Nigeria.

African Journal of Biotechnology Vol.5. Page 1254-1258.

Omoboyowa et al. 2015. Anti-Typhoid and Hepatic Response in Salmonella typhi

Infected Rats Treated with Ethanol Leaf Extract of Tithonia diversifolia.

Pelagia Research Library 5(8):34-46.

Praptiwi et al. 2007. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Buah Makasar (Brucea

javanica (L) Merr.) terhadap Plasmodium berghei secara in vivo pada

Mencit. Bogor: LIPI Puslit Biologi.

Radenkovi´c, M., Stojanovi´c, M. & Prostran, M. 2015. Experimental Diabetes

Induced by Alloxan and Streptozotocin: The Current State of The Art.

Journal of Pharmacological and Toxicological Methods. DOI:

10.1016/j.vascn.2015.11.004. Page 54-58.

Rahman, Atta-ur. 2012. Studies in Natural Products Chemistry, Volume 37.

Oxford. Elsevier. Page 49.

Rai, Amita et al. 2012. Interaction of Herbs and Glibenclamide: A Review. ISRN

Pharmacology. DOI: 10.5402/2012/659478. Page 1-5.

Rand, Jacquie. 2013. Feline Diabetes, An Issue of Veterinary Clinics: Small

Animal Practice. Elsevier. Volume 43, Issue 2, Pages 221-446

Saifudin, Azis. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder: Teori, Konsep, dan

Teknik Pemurnian. Yogyakarta: Deepublish.

Shyam dan Ganapaty. 2013. Evaluation of Antidiabetic Activity of Methanolic

Extracts from the Aerial Parts of Barleria montana in Streptozotocin

Page 80: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Induced Diabetic Rats. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry.

Volume 2 Issue 1. Hal 188.

Sulistijowati, Asri. Gunawan, Didik. 1999. Efek Ekstrak Daun Kembang Bulan

(Tithonia diversifolia A. Gray.) terhadap Candida albicans serta Profil

Kromatografinya. Media Litbangkes Edisi Khusus ‘Obat Asli Indonesia.

Volume VIII No 3 & 4. Hal. 32-33.

Sumarny, Ros. 2011. The Effect of Administration of N-Hexane Extract of

Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray) Leaf to Alloxan

Diabetes Mice. Yogyakarta. Faculty of Pharmacy Universitas Gadjah

Mada. Page 208-212.

Sweetman, Sean C. Martindale, The Complete Drug Reference 36th edition.

Chicago. Pharmaceutical Press. Page 440.

Thomas et al. 2016. Clinical Atlas in Endocrinology & Diabetes: A Case-Based

Compendium. New Delhi. Jaypee Brothers Medical Publishers. Hal. 132.

Thongsom et al. 2013. Antioxidant and Hypoglycemic Effects of Tithonia

diversifolia Aqueous Leaves Extract in Alloxan-induced Diabetic Mice.

Advances in Environmental Biology, 7(9): 2116-2125.

Tyrberg et al. 2001. Species Differences in Susceptibility of Transplantated and

Cultured Pancreatic Islet to the B-Cell Toxin Alloxan. General and

Comparative Endocrinology 122, 238-251. DOI: 10.1006/gcen.2001.7638.

United States Departement of Agriculture (USDA). 2015. The PLANTS Database

(http://plants.usda.gov, 10 December 2015). National Plant Data Team,

Greensboro, NC 27401-4901 USA.

Walsh dan Schwartz-Bloom. 2004. Levine’s Pharmacology: Drug Actions and

Reactions, 7th Edition. Boston. Taylor and Francis Publisher. Page 199.

World Health Organization. 2000. General Guidelines for Methodologies on

Research and Evaluation of Traditional Medicine. Geneva. World Health

Organization. Page 28.

Zohra et al. 2012. Phytochemical Screening and Identification of Some

Compounds from Mallow. Scholars Research Library 2 (4):512-516.

ISSN : 2231 – 3184.

Page 81: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Abma, Rebecca K. 2009. Blood Sugar Monitoring: When to Check and Why.

http://www.diabetesselfmanagement.com/managing-diabetes/blood-

glucose-management/blood-glucose-monitoring-when-to-check-and-why/

(diakses pada tanggal 8 Juli 2016)

Page 82: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

67 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Page 83: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Kembang Bulan

Page 84: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Surat Keterangan Kesehatan Tikus Uji

Page 85: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Surat CoA Aloksan Monohidrat

Page 86: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Surat CoA Glibenklamid

Page 87: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Alur Penelitian

Suspensi Na

CMC 1,0%

Aquadest Glibenklamid

0,5/kgBB

Dosis

10mg/kg

BB

Dosis

100mg/kg

BB

Dosis

1000mg/kg

BB

Pengukuran BB dan glukosa darah sebelum induksi dan setelah induksi hari ke 1, 8, 15, dan 21

Analisis data

Persiapan tikus puasa selama 12 jam

Kontrol

normal

Kontrol

negatif

Dosis

sedang

Kontrol

positif

Dosis

rendah

Dosis tinggi

Induksi aloksan dosis 150 mg/kgBB tikus Aquadest

Perkembangan tikus uji selama 7 hari

Pengukuran kadar hiperglikemia awal

Page 88: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Perhitungan dosis

A. Ekstrak etanol 95% daun kembang bulan dengan kelompok dosis :

- Dosis rendah (D1) = 10 mg/kgBB

- Dosis sedang (D2) = 100 mg/kgBB

- Dosis tinggi (D3) = 1000 mg/ kgBB

1. Dosis rendah

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume larutan sediaan untuk dosis

rendah adalah :

10 mg/kgBB = 2 mg/200 g BB

VAO =

VAO =

VAO = 1 mL

2. Dosis sedang

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume larutan sediaan untuk dosis

sedang adalah :

100 mg/kgBB = 20 mg/200 g BB

VAO =

VAO =

VAO = 1 mL

3. Dosis tinggi

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume larutan sediaan untuk dosis

tinggi adalah :

1000 mg/kgBB = 200 mg/200 g BB

VAO =

Page 89: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

VAO =

VAO = 2 mL

B. Glibenklamid

HED (mg/kg) =

5 mg/60 kg =

5 mg/60 kg =

Dosis tikus =

Dosis tikus = 0,5 mg/kg

Dosis tikus = 0,1 mg/ 200 g BB

C. Aloksan monohidrat

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume larutan sediaan untuk dosis

tinggi adalah :

150 mg/kgBB = 30 mg/200 g BB

VAO =

VAO =

VAO = 1 mL

Page 90: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Perhitungan Rendemen, Kadar Air, dan Kadar Abu Ekstrak Etanol

95% Daun Kembang Bulan

A. Perhitungan Rendemen Ekstrak

Persentase rendemen ekstrak =

=

= 13,39%

B. Pemeriksaan Kadar Air

Bobot botol timbang kosong (O) : 12,4759 gram

Bobot botol timbang + sampel sebelum dioven (A) : 15,2551 gram

Bobot botol timbang + sampel setelah dioven (B) : 15,0425 gram

Persentase kadar air ekstrak =

=

= 7,6496%

C. Pemeriksaan Kadar Abu

Bobot krus porselen kosong (O) : 33,9231 gram

Bobot krus porselen + sampel sebelum dipanaskan (A) : 35,9919 gram

Bobot krus porselen + sampel setelah dipanaskan (B) :34,2550 gram

Persentase kadar abu ekstrak =

=

= 16,0431%

Page 91: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 95% Daun Kembang

Bulan

Gambar 5.1

Alkaloid

Gambar 5.2

Antrakuinon

Gambar 5.3

Flavonoid

Gambar 5.4

Saponin

Gambar 5.5

Tanin

Gambar 5.6

Terpenoid

Page 92: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Gambar Kegiatan Penelitian

Gambar 5.7

Tanaman Kembang

Bulan

Gambar 5.8

Proses Sortasi Basah

Gambar 5.9

Proses Pencucian

Gambar 5.10

Proses Pengeringan

Gambar 5.11

Daun kembang bulan kering

Gambar 5.12

Proses Maserasi

Gambar 5.13

Proses Penyaringan

maserat

Gambar 5.14

Proses Pengeringan maserat

Gambar 5.15

Ekstrak kental

Page 93: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.16

Proses aklimatisasi tikus

Gambar 5.17

Pakan Tikus

Gambar 5.18

Timbangan tikus

Gambar 5.19

Seperangkat alat glukometer beserta strip

cek

Gambar 5.20

Alat glukometer divalidasi

Gambar 5.21

Darah tikus diambil

Page 94: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.22

Glukosa darah tikus diukur dengan

glukometer

Gambar 5.23

Tikus disonde

Page 95: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Nilai kadar glukosa darah tikus pada uji pendahuluan

Tikus Uji

Nilai kadar Glukosa Darah Tikus (mg/dl)

Sebelum Induksi H+3 Induksi H+7 Induksi

Tikus 1 100 128 166

Tikus 2 126 136 161

Tikus 3 125 287 492

Tikus 4 (Normal) 92 99 91

Page 96: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

81 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Nilai kadar glukosa darah tikus uji

Waktu

perlakuan

Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

Kontrol Normal Kontrol Negatif Kontrol Positif Dosis 10 mg/kgBB Dosis 100 mg/kgBB Dosis 1000 mg/kgBB

I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V

Sebelum

diinduksi

aloksan 150

mg/kgBB

(H0)

89 112 82 85 69 109 119 126 112 98 98 114 124 128 128 103 109 84 118 111 75 81 94 96 91 92 110 97 119 55

Hari

pertama

diberikan

ekstrak

etanol daun

kembang

bulan (H1)

125 102 73 109 138 156 211 145 194 152 588 205 598 228 214 148 154 172 151 149 455 341 146 198 154 199 192 189 161 175

Tujuh hari

setelah

diberikan

ekstrak

etanol daun

kembang

bulan (H8)

122 115 82 115 130 234 119 149 221 176 357 128 337 126 96 135 142 147 147 136 309 248 102 154 131 130 160 160 143 140

Empat belas

hari setelah

diberikan

ekstrak

etanol daun

kembang

bulan (H15)

104 96 107 81 115 237 194 195 199 145 207 109 176 131 94 90 116 126 115 111 207 160 93 135 98 84 113 119 138 92

Dua puluh

satu hari

setelah

diberikan

ekstrak

etanol daun

kembang

bulan (H21)

122 117 55 98 131 195 188 170 201 148 126 97 132 106 95 114 117 109 102 82 139 103 118 115 118 134 54 115 111 87

Page 97: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

82 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Berat Badan Tikus Uji

Waktu

perlakuan

Berat Badan Tikus (gram)

Kontrol Normal Kontrol Negatif Kontrol Positif Dosis 10 mg/kgBB Dosis 100 mg/kgBB Dosis 1000 mg/kgBB

I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V

Sebelum

diinduksi

aloksan 150

mg/kgBB

(H0)

144 170 140 146 156 156 134 178 170 146 136 139 173 150 153 130 161 192 176 160 156 180 168 165 134 136 165 137 186 170

Hari

pertama

diberikan

ekstrak

etanol daun

kembang

bulan (H1)

160 185 158 159 169 158 140 186 171 153 152 148 183 158 155 150 171 205 190 185 162 188 175 177 141 141 169 145 193 176

Tujuh hari

setelah

diberikan

ekstrak

etanol daun

kembang

bulan (H8)

180 198 170 168 173 157 145 191 185 162 164 163 191 168 169 163 188 226 214 219 181 198 189 191 162 165 181 160 207 187

Empat belas

hari setelah

diberikan

ekstrak

etanol daun

kembang

bulan (H15)

189 209 183 173 190 160 156 195 192 171 189 177 201 183 179 176 194 230 223 225 189 209 199 203 184 181 194 178 221 195

Dua puluh

satu hari

setelah

diberikan

ekstrak

etanol daun

kembang

bulan (H21)

205 221 198 191 214 169 168 193 198 182 201 192 218 204 198 189 217 245 236 232 204 221 217 216 193 208 214 196 249 221

Page 98: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus

A. Kontrol Positif (Glibenklamid)

Hari ke-7 setelah pemberian ekstrak 43,0442%

Hari ke-14 setelah pemberian ekstrak 60,8838%

Hari ke-21 setelah pemberian ekstrak 69,6126%

B. Dosis rendah (ekstrak 10mg/kgBB)

Hari ke-7 setelah pemberian ekstrak 8,6563%

Hari ke-14 setelah pemberian ekstrak 27,9069%

Hari ke-21 setelah pemberian ekstrak 32,2997%

C. Dosis sedang (ekstrak 100 mg/kgBB)

Hari ke-7 setelah pemberian ekstrak 27,0479%

Hari ke-14 setelah pemberian ekstrak 46,6770%

Hari ke-21 setelah pemberian ekstrak 54,1731%

D. Dosis tinggi (ekstrak 1000 mg/kgBB)

Hari ke-7 setelah pemberian ekstrak 19,9781%

Hari ke-14 setelah pemberian ekstrak 40,3930%

Hari ke-21 setelah pemberian ekstrak 45,3056%

Page 99: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Kurva Kadar Glukosa Darah Tikus

Page 100: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Analisis Data Kadar Glukosa Darah

1. Uji Normalitas dan Homogenitas kadar glukosa darah

a. Uji normalitas Kolmogorov – Smirnov

Tujuan : Untuk melihat distribusi data kadar gula darah tikus uji

Hipotesis : Ho = Data kadar gula darah tikus terdistribusi normal

Ha = Data kadar gula darah tikus tidak terdistribusi

normal

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Keputusan : Kadar gula darah tikus tidak terdistribusi normal pada data

setelah induksi dan hari ke-7 setelah pemberian ekstrak (p ≤ 0,05)

b. Uji homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data kadar gula darah tikus uji homogen

atau tidak

Hipotesis : Ho = Data kadar gula darah tikus homogen

Ha = Data kadar gula darah tikus tidak homogen

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Page 101: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keputusan : Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sebanyak 3

kelompok perlakuan tidak homogen (p ≤ 0,05) sehingga analisis

dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis.

2. Uji Kruskal-Wallis

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kadar gula

darah tikus

Hipotesis : Ho = Data kadar gula darah tikus tidak berbeda secara

bermakna

Ha = Data kadar gula darah tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Keputusan : Terdapat perbedaan yang bermakna pada waktu sebelum

induksi, setelah induksi, H15 dan H22. Terdapat perbedaan yang tidak

bermakna pada H8. Analisis dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney

Page 102: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Uji Mann Whitney

Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah tikus yang

bermakna

a. Kontrol negatif vs kontrol positif

- Tidak ada perbedaan kadar glukosa darah secara bermakna antara

kontrol positif dan kontrol negative pada waktu sebelum induksi, H8

dan H15

- Terdapat perbedan kadar glukosa darah secara bermakna antara kontrol

positif dan kontrol negative pada waktu setelah induksi dan H22

b. Kontrol negatif vs dosis rendah

- Tidak ada perbedaan kadar glukosa darah secara bermakna antara

Kontrol negatif dan dosis rendah pada waktu sebelum induksi dan

setelah induksi.

- Terdapat perbedan kadar glukosa darah secara bermakna antara

Kontrol negatif dan dosis rendah pada waktu H8, H15 dan H22.

Page 103: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Kontrol negatif vs dosis sedang

- Tidak ada perbedaan kadar glukosa darah secara bermakna antara

kontrol negatif dan dosis sedang pada waktu setelah induksi, H8 dan

H15

- Terdapat perbedan kadar glukosa darah secara bermakna antara

kontrol negatif dan dosis sedang pada waktu sebelum induksi dan H22.

d. Kontrol negatif vs dosis tinggi

- Tidak ada perbedaan kadar glukosa darah secara bermakna antara

Kontrol negatif dan dosis tinggi pada waktu sebelum induksi dan

setelah induksi.

- Terdapat perbedan kadar glukosa darah secara bermakna antara

Kontrol negatif dan dosis tinggi pada waktu H8, H15 dan H22.

Page 104: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Kontrol positif vs dosis rendah

- Tidak ada perbedaan kadar glukosa darah secara bermakna antara

kontrol positif dan dosis rendah pada waktu sebelum induksi, H8, H15

dan H22.

- Terdapat perbedan kadar glukosa darah secara bermakna antara

kontrol positif dan dosis rendah hanya pada waktu setelah induksi.

f. Kontrol positif vs dosis sedang

- Tidak ada perbedaan kadar glukosa darah secara bermakna antara

kontrol positif dan dosis sedang pada waktu setelah induksi, H8, H15

dan H22.

- Terdapat perbedan kadar glukosa darah secara bermakna antara

kontrol positif dan dosis sedang hanya pada waktu sebelum induksi.

Page 105: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

g. Kontrol positif vs dosis tinggi

- Tidak ada perbedaan kadar glukosa darah secara bermakna antara

kontrol positif dan dosis tinggi pada waktu H8, H15 dan H22.

- Terdapat perbedan kadar glukosa darah secara bermakna antara

kontrol positif dan dosis tinggi pada waktu sebelum induksi dan

setelah induksi.

h. Dosis rendah vs dosis sedang

- Tidak ada perbedaan kadar glukosa darah secara bermakna antara

dosis rendah dan dosis sedang pada waktu setelah induksi, H8, H15 dan

H22.

- Terdapat perbedan kadar glukosa darah secara bermakna antara dosis

rendah dan dosis sedang hanya pada waktu sebelum induksi.

Page 106: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

i. Dosis rendah vs dosis tinggi

- Tidak ada perbedaan kadar glukosa darah secara bermakna antara

dosis rendah dan dosis tinggi pada waktu sebelum induksi, H8, H15

dan H22.

- Terdapat perbedan kadar glukosa darah secara bermakna antara dosis

rendah dan tinggi pada waktu setelah induksi.

j. Dosis sedang vs dosis tinggi

- Tidak ada perbedaan kadar glukosa darah secara bermakna antara

dosis sedang dan dosis tinggi pada waktu sebelum induksi, setelah

induksi, H8, H15 dan H22.

Page 107: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Foto Hasil Pengukuran Gula Darah Tikus Uji

Kelompok

Perlakuan

Sebelum

diinduksi

dengan

aloksan

monohidrat

150 mg/KgBB

(H0)

7 hari

setelah

diinduksi

dengan

aloksan

monohidrat

150

mg/KgBB

(H1)

7 hari

setelah

diberikan

ekstrak

etanol 95%

daun

kembang

bulan

(H8)

14 hari

setelah

diberikan

ekstrak

etanol 95%

daun

kembang

bulan

(H15)

21 hari

setelah

diberikan

ekstrak

etanol 95%

daun

kembang

bulan

(H22)

Kontrol

Normal

Page 108: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kontrol

Negatif

119

Page 109: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kontrol

Positif

Page 110: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosis Rendah

Page 111: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosis Sedang

96

Page 112: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosis Tinggi

Page 113: UMI KULSUM NIM. 1112102000043 FAKULTAS KEDOKTERAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33432/1/Umi... · 10. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi BD

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta