ulmul HADIST

download ulmul HADIST

of 13

Transcript of ulmul HADIST

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Meneliti kebenaran suatu berita merupakan bagian dari upaya membenarkan yang benar dan membatalkan yang batil. Kaum muslimin sangat besar perhatiannya dalam segi ini, baik untuk penetapan suatu pengetahuan atau pengambilan suatu dalil. Apalagi jika hal itu berkaitan dengan riwayat hidup Nabi mereka atau ucapan dan perbuatan yang dinisbatkan kepada beliau. Dalam pada itu hanya satu jalan saja untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan mendapatkan kecintaan-Nya, yaitu mengikuti jejak Muhammad Saw dan berjalan di atas sunnah beliau. Sebagaimana difirmankan Allah SWT : Ketahuilah, jika kalian benarbenar mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad). Niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian . (Q.S. Ali-Imran : 31) Sejak masa-masa yang lama sekali, umat kita memelihara peninggalan Nabi Saw, menjaganya dari segala persangkaan negatif dan menganggap kebohongan yang dilakukan oleh siapa saja berkaitan dengan beliau sebagai jalan menuju adzab kekal di neraka. Hal ini mengingat bahwa yang demikian itu adalah bagian dari pemalsuan terhadap agama serta pendustaan keji terhadap Allah dan rasul-Nya. Sabda Nabi Saw. : Kebohongan yang dilakukan berkaitan dengan aku (yakni tentang ucapan dan perbuatan beliau) tidaklah sama dengan kebohongan yang berkaitan dengan siapapun selain aku. Barangsiapa berbohong tentang aku secara sengaja, hendaknya ia bersiap-siap menduduki tempatnya di neraka. B. Pembatas dan perumusan masalah Pada penulisan paper ini,telah menyusun pembatasan dan perumusan masalah yang membahas mengenai Posisi Hadist di Samping Al-Quran Adapun Pembatasan dan perumusan masalah yang disusun : 1. Apa Saja Syarat hadits-hadits Nabi Saw menurut Para ulama ahli hadist ? 2. Apa saja Hadist dan Ciri Kemanusiaan Nabi Saw ?

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 1

3. Apa saja Tugas Pokok Nabi Muhammad Saw ? 4. Apa saja Kedudukan Hadist dalam Syariat Islam ? C. Tujuan Penulisan Pada dasarnya, penulisan dalam paper ini penulis mempunyai tujuan dan maksud tertentu. Adapun tujuan dan maksud penulisan paper ini sebagai berukut: 1. Untuk mengetahui Syarat hadits-hadits Nabi Saw menurut Para ulama ahli hadist. 2. Untuk mengetahui Hadist dan Ciri Kemanusiaan Nabi Saw. 3. Untuk mengetahui Tugas Pokok Nabi Muhammad Saw. 4. Untuk mengetahui Apa saja Kedudukan Hadist dalam Syariat Islam. D. Metode pembelajaran Dalam kesempatan ini,penulis telah menyusun sistematika penulisan dengan tujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi paper ini. E. Sistematika penulisan Pada paper ini, penulis telah menyusun sistematika penulisan dengan tujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi paper ini. BAB I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang masalah yang dibahas pada paper ini.Bab ini juga mencakup latar belakang pembahasan dan perumusan masalah,tujuan,metode penulisan serta sistematika penulisan. BAB II. PEMBAHASAN Penulis menjelaskan Syarat, Posisi Hadist dalam Al-Quran, Tugas Pokok Nabi Muhammad Saw , dan Kedudukan Hadist dalam Syariat Islam.

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 2

BAB III. PENUTUP Pada bab ini penulis menjelaskan dan menyimpulkan apa yang tercantum pada paper ini serta berusaha untuk memperbaiki jika ada keselahan dan kekurangan pada paper ini.

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 3

BAB II PEMBAHASAN Posisi Hadits disamping Al-QuranA. Hadist dan ciri kemanusiaan Nabi SAW Banyak sekali sekali ciri kemanusiaan Nabi Muhammad SAW. Yang menunjukkan beliau sebagaiseorang utusan Allah ataupun sebagai manusia biasa. Hal ini dibuktikan, baik dari pendekatan dalil naqli maupun aqli yakni fenomena yang muncul mengiringi kehidupannya. Sebagai manusia biasa, suatu saat beliau didatangi para sahabatnya yang bertengkar memperebutkan keunggulan sikap tawadhu yang telah dilakukan oleh masing-masing. Disatu pihak karena ingin terus-terusan mengabdi kepada Allah, seseorang tidak pernah tidur di setiap malamnya. Pihak lainnya, dengan alasan yang sama, agar pengabdiannya kepada Allah tidah terganggu iapun mengambil sikap tidak igin menikah. Karena menurut pandangannya, menikah bukan tindakan dalam rangka beribadah kepada Allah, melainkan pengabdian kepada sesama manusia. Atas sikap demikian, kedua-duanya saling menganggap dirinya paling utama dibandingkan orang lain.Nabi SAW bersabda, sesungguhnya aku ini bangun dan tidur, berpuasa dan makan, dan mengawini perempuan... ( H.R. AL-Bukhari ). Sebagai rasul yang diutus membawa ajaran dari Allah SWT.yang akan memberikan teladan hidup bagi umatnya. secara logika, rasul SAW sebagai manusia biasa yang akan memberikan contoh perilaku kehidupan yang konkret bagi manusia. Oleh karena itu, secara filosofis, Allah yang maha mengetahui tidak menghendaki untuk mengirim utusanNya yang bukan manusia biasa, melainkan manusia biasa yang terdiri atas tulang, daging, dan darah yang suatu saat akan meninggal dunia dan tidak akan berubah dari tabiat kemanusiaannya. Pada tabiat lainnya misal nya malaikat. Bagaimanapun sucinya malaikat, baik dalam pandangan tuhan maupun dalam pandangan manusia, ia tetap bukan contoh yang paling layak untuk di teladani oleh manusia. Firman Allah SWT, menyatakan : ) ...(

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 4

Artinya : Katakanlah ( Muhammad ), Aku tidak mengatakan kepada-Mu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak ( pula ) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat.... ( QS. An-am [6]:50). Bahkan, Nabi pernah menyatakan tentang dirinya, yang diungkapkan dalam sabdanya, Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia yang bisa salah dan bisa benar . Karena sebagai manusia, tentu saja Nabi telah melakukan ijtihad dalam menghadapi berbagai kehidupannya. Bahkan, ijtihad nabi dalam arti menggunakan akal, lebih dari manusia lain. Sebab tanggung jawab kenabian yang disandangnya membutuhkan kekuatan akal dan kemampuan pikiran dalam membuat berbagai perhitungan yang tepat.a Problema hidup baik berupa rintangan dan tantangan dalam menjalankan misi kenabian, maupun meningkatkan kesejahteraan umat dalam konseptual, jauh lebih berat di banding dengan yang dihadapi manusia lain, sekalipun seorang mujtahid atau pembaru. B. Peranan dan Fungsi Hadits Dalam Al-Quran Para ulama telah meneliti bahwa antara Al-Quran dan hadits memiliki hubungan yang sangat erat dan saling memiliki keterkaitan. Di sini penulis berusaha memaparkan sedikit tentang fungsi hadits terhadap Al-Quran sebagai berikut : Memperkuat posisi hukum yang ada dalam Al-Quran, misalnya hadits Rasulullah Saw : "Sesungguhnya Allah menguburkan kedloliman pada orang dlolim. Ketika ia mengadzabnya, maka Ia tidak melepaskannya". Hadits ini bersesuaian dengan firman Allah Q.S. Hud : 102 : "Dan begitulah adzab Tuhanmu apabila dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat dlolim " Menjelaskan hal-hal yang dimaksudkan dalam Al-Quran. Pada point ini ada beberapa macam : Penjelasan pada hal-hal yang global dalam Al-Quran, seperti penjelasan tata cara sholat, waktu-waktu sholat, syarat-syarat sahnya, dan sebagainya. Dimana dalam Al-Quran tidak dijelaskan secara terperinci

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 5

Memberikan batasan yang bersifat mutlak, seperti hadits yang menjelaskan kalimat Alyad (tangan) pada Al-Quran Q.S. Al-Maidah ayat 38 : " maka potonglah tangan keduanya" dijelaskan bahwa pemotongan sampai pergelangan tangan, bukan sampai siku Mengkhususkan ayat-ayat yang masih bersifat umum, seperti hadits yang menjelaskan maksud kedloliman pada ayat Q.S. Al-Anam : 82 : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan tidak mencampurkan keimanannya pada hal yang bersifat dlolim " dengan kesyirikan. Menjelaskan hal-hal yang masih musykil, seperti kalimat Al-Khoith : benang pada AlQuran surat Al-Baqarah ayat 187. Hadits menjelaskan bahwa yang dimaksud Al-Khoith itu adalah siang hari dan malam hari Bisa jadi hadits menjelaskan hal-hal tidak dijelaskan dalam Al-Quran. Dalam persoalan ini DR. Taufiq Sidqi membantah bahwa Al-Quran sangat terperinci dan tidak perlu lagi dijelaskan oleh hadits. Dan penulis menganggap hal itu tidak benar, karena meskipun Al-Quran sendiri mengatakan bahwa ia telah memerinci dan menjelaskan segala persoalan (Q.S. Al-Anam : 38 dan Q.S. An-Nahl : 89) namun ketika Allah mengutus Rasul-Nya tetap ia diberi wewenang untuk menjelaskannya. Dan penjelasan Nabi bagi Allah adalah sebagai penjelasan Allah juga. Lihat Q.S. An-Nahl : 44 dan 89. Istilah Al-Bayan (Tibyan) pada ayat-ayat di atas juga bisa bermakna menjelaskan apa yang tidak dinashkan dalam Al-Quran. Contoh : hadits-hadits yang menjelaskan tentang haramnya menikahi sekaligus dengan bibinya dan haramnya makan hewan / daging khimar yang liar dan keduanya tidak dinashkan dalam Al-Quran. Jadi, bahwa posisi hadits sangat penting dalam pengejawantahan Al-Quran pada hukumhukum Islam. Dan hal itu terangkum dalam firman Allah Q.S. An-Nahl : 44 : "Dan Kami telah turunkan kepadamu tuntunan agar engkau menjelaskan kepada orang-orang tentang apa yang diturunkan kepada mereka". Pendapat para ulama tentang fungsi hadist sebagai dasar hukum islam dan fungsi hadist sebagai penjelas,interpretasi, dan bayan terhadap al- Quran sebagai berikut :

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 6

1. Menurut ulama ahl ar-rayi ( Abu Hanifah ), adalah sebagai berikut. a. Bayan taqrir, keterengan yang didatangkan Al-Hadist untuk menambah kokoh terhadap apa yang diterangkan oleh Al-Quran. b. Bayan tafsir, Menerangkan hal-hal yang tidak mudah di ketahui pengertiannya, yaitu yang mujmal dan musytarak fihi. c. Bayan tabdil ( Nasakh ), mengganti suatu hukum atau men-naskh-kan. Me-naskhkan Al-Quran dengan Al-Quran, menurut ulama ahlal-ar-rayi adalah boleh. Me-naskh-kan al-quran dengan hadist boleh kalau hadist itu mutawatir, masyur, atau mustafidh. 2. Menurut Malik a. Bayan taqrir, Menetapkan dan mengokohkan hukum-hukum Al-Quran. b. Bayan taudhih (tafsir), menerangkan maksud-maksud ayat, seperti hadist-hadist yang menerangkan maksud ayat yang dipahamkan oleh para sahabat berlainan dengan yang dimaksud oleh ayat yang bersangkutan. c. Bayan tafshil, menjelaskan ke mujmalan Al-quran,seperti hadist-hadist yang men tafshilkan tentang sholat. d. Bayan basthi ( tasbith atau tawil ); memanjangkan keterangan bagi apa yang diringkaskan keterangannya oleh al-Quran. e. Bayan tasyri, mewujudkan suatu hukum yang tidak tersebut didalam Al-quran, seperti menghukum dengan bersandar pada seorang saksi;dan seperti radhaah (saudara sepersusuan) mengharamkan pernikahan di antara keduanya. 3. Menurut Asy-Syafii a. bayan tafshil, menjelaskan ayat-ayat mujmal, yang sangat ringkas petunjuknya. b. Bayan takhshish, menentukan sesuatu dari keumuman ayat. c. Bayan tayin, menentukan salah satu perkara yang dimaksud dari dua tiga perkara yang mungkin dimaksud. d. Bayan tasyri,menetapkan hukum yang tidak didapati didalam Al-Quran secara tekstual. e. Bayan nasakh, menentukan ayat yang di nasikh kan dan ayat yang di mansukhan dari ayat-ayat al-qu;an yang kelihatan berlawanan.

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 7

4. Menurut Ahmad ibn Hambal: a. bayan takid (taqrir),menerangkan apa yang di maksudkan oleh Al-Quran apabila hadist itu bersesuaian petunjuknya dengan petunjuk al-Quran. b. Bayan tafsir, menjelaskan suatu hukum Aquran dengan menerangkan apa yang dimaksud oleh Al-Quran. c. Bayan tasyri, mendatangkan suatu hukum yang didiamkanoleh Al-Quran, yang tidak diterangkan hukumnya. d. Bayan takhshihsh dan taqyid, mengkhususkan Al-Quran dan meng qayid kannya. Dari uraian uraian di atas, jelas bahwa hadist atau sabda-sabda Nabi merupakan dasar bagi hukum-hukum islam setelah Al-Quran.umat islam harus mengikuti petunjuk hadist sebagaimana dituntut mengikuti petunjuk Al-Quran C. Tugas Pokok Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana para Nabi terdahulu, seperti Nabi Nuh, Abraham, Loth, Ismael, Ishak, Yakub, Musa, Samuel, Daud, Salomo, Yehezkiel, Yeremia, Elia, Yosua, Yesaya, Yohanes, Yesus, dan Nabi Muhammad SAW hanya membawa satu misi yaitu mengajak umat manusia menyembah kepada ALLAH yang Maha Satu,dan mengajak umat manusia taat kepada hukum ALLAH (kitab suci). Ajaran para Nabi dan Rasul tersebut yaitu : melarang menyembah berhala, melarang berbuat kejahatan kepada seluruh makhluk, melarang berzina, melarang membunuh, melarang mencuri, melarang berdusta, melarang mencaci maki, dan lain sebagainya. Begitu juga Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada umatnya semua larangan tersebut. Sehingga tercipta kedamaian/Islam/shalowm bagi yang menjalankannya. Dan juga para Nabi serta para Rasul mengajar umatnya untuk : beribadah hanya kepada ALLAH, berkasih sayang kepada seluruh makhluk ALLAH (kecuali kepada iblis), berdermawan, menghormati kedua orang tua, dan lain sebagainya. Begitu juga Nabi Muhammad SAW sama halnya dengan para Nabi dan Rasul yang lain, beliau juga mengajarkan kepada umatnya dalam semua perintah ALLAH tersebut. Sehingga tercipta damai sejahtera/Islam/shalowm bagi yang menjalankannya.

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 8

.Namun

hukum-hukum

(Firman)

ALLAH

walaupun

pada

hakekatnya/substansialnya sama yaitu menuju kedamaian/ kesejahteraan (tidak boleh dirubah-rubah dan tidak boleh dihapus), namun Firman ALLAH tersebut tetap disesuaikan menurut zaman atau menurut keadaan umat waktu itu yang berbeda-beda. Kemudian ALLAH mengutus para Nabi dan Rasul kepada mereka untuk menggenapi/menyempurnakan hukum ALLAH yang telah dipakai di zaman umat dan Nabi sebelumnya. Dalil-dalil kewajipan mengikut dan menerima sunnah nabi s.a.w. Al-Quran Al-Karim :

Firman Allah s.w.t : {Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah} [Al-Hasyr:7].

Firman Allah s.w.t : {Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".} [Ali Imran:32].

Firman Allah s.w.t : {maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cubaan atau ditimpa azab yang pedih.} [An-Nur:63].

Firman Allah s.w.t : {Dan tidaklah patut bagi laki-laki dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan mereka ada pilihan (yang lain) dalam urusan mereka. Dan barangsiapa menderhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat sesatan yang nyata.} [Al-Ahzab:36].

Firman Allah s.w.t : {Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman (pada hakekatnya) hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.} [An-Nisaa':65].

Firman Allah s.w.t : {maka jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.} [A-Nisaa':59].

Firman Allah s.w.t : {Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat, dan banyak berzikir kepada Allah.} [Al-Ahzab:21].

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 9

Hadis Nabi s.a.w :

Sabda Nabi s.a.w : (Ketahuilah aku didatangkan kitab dan juga bersamanya sepertinya, ketahuilah aku didatangi Al-Quran dan juga bersamanya sepertinya) [H.R al-Khatib al-Baghdadi di dalam karyanya al-Kifayah].

Sabda Nabi s.a.w : (Ketahuilah sekira-kira seorang itu disampaikan kepadanya hadisku sedangkan dia menyandar kemudian berkata : "aku tidak mengetahui apa ini, kamu hendaklah berpegang kepada Al-Quran". Maka barangsiapa telah sampai kepadanya hadisku kemudian mendustainya atau mendustai aku dengan sengaja, maka tersedia tempatnya di dalam neraka) [H.R al-Khatib al-Baghdadi di dalam karyanya al-Kifayah]. Ijamk ulama' : Telah bersepakat ulama' muslimin semenjak zaman sahabat sehingga

hari ini bahawa Hadis Nabi s.a.w adalah sumber kedua selepas Al-Quran, menthabitkan apa yang terdapat di dalam Al-Quran, dan apa yang tiada di dalamnya. D.Kedudukan Hadis dalam Syariat Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah SAW. Sebagai dasar kedua dalam hukum syariat Islam, tetapi sebagai dua serangkai. Al-Quran sebagai kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. Sedang Hadis sebagai wahyu yang langsung kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat An-Najm ayat 3-4 yang artinya: " Tiadalah ia berkata-kata menurutkan hawa nafsu, hanya semata-mata wahyu yang diwahyukan Allah kepadanya." Siapa yang percaya kepada Allah (wajib) beriman dan percaya kepada Rasulullah SAW. Beriman dan percaya itu berarti tidak ragu, tidak menentang, tidak membantah dan tidak mengoreksi.

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 10

Beriman dan percaya itu berarti menyerahkan sebulat-bulatnya kepada keterangan Nabi Muhammad SAW, sebagai perintah Allah pada tiap muslim/mukmin dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 65 yang artinya: " Demi Tuhanmu, mereka tidak beriman (percaya), mereka bertahkim (minta hukum/fatwa) kepadamu dalam menyelesaikan segala sengketa yang terjadi di antara mereka. Kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka untuk menerima putusan dan menyerahkan sebulat-bulatnya." Sedangkan orang-orang yang ragu terhadap putusan Rasulullah SAW, termasuk orang munafik, sebagaimana tersebut dalam surat An-Nur ayat 48 yang artinya: " Dan apabila mereka diajak bertahkim kepada Allah (Al-Quran) dan Rasulullah (hadis) untuk memutuskan persoalan mereka, tiba-tiba sebagian mereka mengabaikan." sedang pada ayat 51 Allah memuji kaum mukminin yang artinya: " Sesungguhnya perkataan orang mukmin jika diajak kembali kepada hukum Allah dan Rasulullah untuk memutuskan urusan mereka, hanya berkata: Sami'na wa atha'na: Kami mendengar dan kami patuh taat. Dan merekalah yang pasti beruntung bahagia." Dengan dua ayat ini nyatalah perbedaan jiwa orang munafik dengan orang mukmin ketika menerima sabda keterangan Rasulullah SAW.

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 11

BAB III PENUTUPKesimpulan Jadi jelaslah bahwa Rasulullah Saw diperintahkan untuk menjelaskan AlQuran kepada umat manusia, sedangkan dalam sholat, zakat, haji dan lain sebagainya di Al-Quran dicantumkan secara garis besar. Dari bunyi lafadl-nya tidak dapat diketahui apa yang sebenarnya diharuskan Allah kepada kita. Oleh karena itu dilengkapi dengan penjelasan dari Nabi Saw. Sekiranya penjelasan tersebut tidak dijamin keutuhannya tidak mungkin digunakan untuk menafsirkan nash Al-Quran. Dengan demikian sebagian besar syariat yang difardhukan kepada kita akan gugur dan tidak akan mengetahui apa yang sebenarnya yang dikehendaki Allah SWT dengan ayat-ayat tersebut.

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 12

DAFTAR PUSTAKAKhaeruman Badri. Ulumul Hadist. Bandung: Pustaka Setia. 2010. Abu Al-Jalil Isa. Ijtihad Rasulullah SAW. Alih Bahasa oleh Mamum Muhammad Murai, dkk. Bandung: Al-Maarif. 1980. Endang Soetari Ad. Problematika Hadist Mengkaji Paradigma pariwayatan. Bandung: Gunung Djati Press. 1997.

Posisi Hadist di Samping Al Quran

Page 13