UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id
Transcript of UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id
(Pengabdian Pembangunan Bagi Masyarakat)
Perjanjian No: III/LPPM/2016-02/19-PM
UKM SADAR SAFETY
Disusun Oleh:
Kristiana Asih Damayanti, S.T., M.T.
Paulina Kus Ariningsih, S.T., M.Eng
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Katolik Parahyangan
(2016)
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................................. 2
ABSTRAK ..................................................................................................................................................................................... 3
BAB 1 MITRA KEGIATAN ..................................................................................................................................................... 4
BAB 2 PERSOALAN MITRA .................................................................................................................................................. 6
BAB 3 PELAKSANAAN KEGIATAN .................................................................................................................................. 10
3.1. Pelatihan UKM Sadar Safety ................................................................................................................................. 10
3.2. Pengamatan Ke Komunitas .................................................................................................................................. 11
3.3 Usulan Penataan Tempat Kerja ........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................................ 25
3
ABSTRAK
Peningkatan produktivitas dapat terjadi karena pengurangan kecelakaan dan peningkatan efisiensi kerja. Oleh karena itu, sebuah organisasi perlu menerapkan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dan 5R (Resik,Rrapi, Ringkas, Rajin, dan Rawat) dalam keputusan strategis, taktis, dan operasionalnya. Namun, kondisi Sentra UKM Rajut Binong Jati, yang merupakan salah satu sentra unggulan kota Bandung, belum menerapkan konsep K3 dan 5R dengan baik pada lantai produksinya, sehingga perlu diberikan pendampingan dalam bentuk program pengabdian masyarakat. Fokus pada pengabdian ini adalah pemberian pelatihan untuk membangun kesadaran pentingnya safety pada anggota Sentra UKM Rajut Binong Jati serta pendampingan proyek evaluasi K3 dan 5R pada percontohankomunitas Sentra UKM Rajut Binong Jati. Pemberian pelatihan dimaksudkan untuk membagi pengetahuan dan diskusi kendala pelaksanaan konsep K3 dan 5R. Target luaran pelatihan adalah kesadaran peserta akan pentingnya K3 dan 5R. Pendampingan proyek pelaksanaan dimaksudkan untuk memberikan contoh (pilot project) tentang pelaksanaan konsep K3 dan 5R.Pengabdian dari bulan Mei sampai Oktober 2016. Mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah komunitas yang tergabung dalam Koperasi Sentra Rajut Binongjati.Hasil dari pelaksanaan pengabdian ini, diantaranya adalah evaluasi terhadap metode dan lingkungan kerja pada salah satu komunitas dan usulan tahapan penerapan 5S.Luaran dari kegiatan ini berupa layanan pendampingan, hasil yang diseminasikan pada Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat, dan dipublikasikan dalam Jurnal Nasional Ethos.
4
BAB 1
MITRA KEGIATAN
Sentra Industri Binongjati menempati lokasi di antara Jalan Gatot Subroto dan Jalan
Kiaracondong Bandung.Menurut data sensus BPS 2014, ada sekitar 14.000 jiwa yang tercatat di
kelurahan Binongjati.Hampir seluruh penduduk Binongjati berusaha/bekerja di industri rajut
ini.Koperasi Sentra Industri Binong Jati mencatat bahwa di tahun 2014, terdapat 120 unit usaha
dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 1440 orang (Darusman dan Rostiana, 2015).
Unit usaha tersebut merupakan sebuah komunitas tersendiri, tidak melulu berbentuk
perusahaan berbadan usaha resmi seperti CV atau PT. Setiap komunitas di Industri Binongjati
biasanya mempunyai pesanan yang harus dipenuhi masing-masing, walaupun ada kalanya
pesanan untuk sentra tersebut dibagi-bagi khususnya jika pesanan dalam jumlah besar.
Mitra kegiatan Pengabdian UKM Sadar Safety ini adalah Koperasi Rajut Binongjati.Koperasi ini
membina 60 komunitas pengrajin, sehingga komunitas tersebutlah yang menjadi sasaran
kegiatan pengabdian masyarakat ini. Beberapa tahun yang lalu di Sentra Rajut Binongjati ada
sekitar 400 komunitas pengrajin, namun berangsur turun mulai dua tahun terakhir menjadi
sekitar 100an komunitas dikarenakan banyaknya kaum muda di lingkungan tersbut yang tidak
lagi tertarik meneruskan usaha merajut, disamping serbuan produk rajutan dari Tiongkok yang
banyak masuk ke pasar Indonesia menyebabkan persaigan produk rajut juga makin tinggi.
Komunitas yang tergabung dalam Koperasi Rajut Binongjati ini rata-rata merupakan komunitas
pioner dari usaha rajut di Binongjati, sehingga komunitas ini juga yang relatif banyak bertahan
walaupun ada produk pesaing dari Tiongkok.Karena merupakan pengrajin yang awalnya berdiri
di sentra ini,maka sebagian besar pelaku usahanya mereka yang sudah senior, sebagian besar
pemilik usaha rajut ini berusia di atas 50 tahun, mereka yang berusia 30 sampai 40an tahun
rata-rata meneruskan usaha yang telah dirintis oleh orang tuanya. Komunitas rajut ini termasuk
pada usaha mikro.Rata-rata pemilik komunitas berlatar pendidikan lulusan Sekolah Menengah
Atas, dan beberapa yang lain lulusan Sekolah Menengah Pertama.
Untuk menuju lokasi Sentra UKM Rajut Binongjati ini dapat diakses dengan beberapa alternatif
angkutan umum, seperti angkot dan bis kota yang melewati daerah Gatot Subroto atau
Kiaracondong Bandung. Jalan masuk menuju sentra ini dapat dilalui lewat Jalan Gatot Subroto
5
atau lewat daerah Binong.Lebar jalan hanya dapat dilalui 1 mobil saja.Pada pagi hari akses jalan
masuk dari Jalan Gatot Subroto biasanya digunakan sebagai pasar pagi, sehingga cukup
mengganggu keluar-masuknya kendaraan. Jarak sentra dari Universitas Katolik Parahyangan
sekitar 13 km, tim pengabdian ini biasanya menuju ke lokasi mitra dengan menggunakan
transportasi sendiri (mobil/motor). Komunikasi dengan mitra lebih banyak dilakukan dengan
bertelepon atau lewat pesan singkat.
Gambar 1. Gerbang masuk ke Sentra UKM Rajut Binongjati (sumber : www.wisatabandung.com)
6
BAB 2
PERSOALAN MITRA
Observasi awal yang dilakukan pada tahun 2015 dalam rangka penelitian dan pada awal tahun
2016 ditemukan bahwa pekerja yang ada pada industri rajut rata-rata telah berada pada usia tiga
puluh lima hingga berusia lansia. Hal ini dapat terlihat pada PD. SAE (salah satu usaha yang
terdapat di komunitas UKM Rajut Binongjati RT 02/04) yang memiliki karyawan dengan total
jumlah 55 orang dimana sekitar 20% berada pada kategori usia lansia, 70% berada pada usia 35
hingga 55 tahun sedangkan sisanya berada pada usia 20 tahun. Pada industri rajut ini tidak banyak
ditemukan pekerja berusia 20 tahun yang bekerja dikarenakan pengaruh tingkat pendidikan yang
semakin maju yang membuat anak muda di Binongjati memilih bekerja di pabrik dengan gaji yang
tetap.
Selain dari faktor usia, ditemukan pula beberapa posisi kerja yang tidak nyaman dan berisiko
celaka dalam industri rajut yaitu berdiri ataupun duduk secara terus-menerus, postur yang tidak
normal, saat melakukan proses pekerjaannya dan dalam waktu kerja yang cukup lama yaitu dari
jam 07.30 hingga 17.00. Tidak jarang ditemukan pekerja yang bekerja hingga malam hari, hal ini
dikarenakan sistem pembayaran dari pekerjaan ini adalah sistem brorongan, sehingga hal ini
membuat pekerja secara terus-menerus bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang lebih
banyak. Sebagian besar pekerja di komunitas sentra rajut ini adalah pendatang, sehingga mereka
banyak yang tidur di ruang produksi. Pola dan kondisi kerja yang seperti tersebut menyebabkan
beberapa keluhan muncul pada pekerja, oleh karenanya perlu dilakukan pengecekan.
Pengecekan awal dilakukan pada 3 komunitas dengan menggunakan kuesioner nordic body map
yang memetakan keluhan anggota tubuh berdasarkan pembagian seperti yang tercantum pada
Gambar 2. Hasil rekapitulasi untuk keluhan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.Nordic Body Map
mengukur keluhan-keluhan sakit di bagian tubuh yang dialami pekerja.Bagian-bagian tubuh yang
mengacu pada sendi-sendi tubuh. Penilaian keluahan sakit di bagian mengaju pada skala A sampai
dengan D dari tidak sakit sama sekali sampai dengan sangat sakit
Hasil pengukuran dengan Nordic Body Map dilakukan dengan menanyakan pada setiap pekerja
selama 3 hari berturut-turut setelah mereka selesai bekerja. Berikut pada Tabel 1 rekapitulasi hasil
keluhan skala C dan D di setiap proses . Pada Tabel 1 tersebut terlihat bahwa keluhan sakit pada
7
bagian tubuh terbanyak ada di bagian linking, diikuti rajut, rabut, dan keluhan paling sedikit ada
pada bagian packing.
Pekerja di bagian linking melakukan pekerjaannya dalam posisi duduk dalam mengoperasikan
mesin linking dan harus mengerjakannya dengan cepat, jika tidak maka penyatuan rajutan harus
dibongkar lagi dan jari tangan bisa terluka karena terkena susunan jarum yang bergerak dengan
cepat di mesin linking. Karena mesin linking ini pendek, maka pekerja banyak yang membungkuk
untuk mengoperasikannya, maka keluhan sakit di bagian leher dan tangan menjadi dominan.
Pekerja mengeluh sakit di betis dan paha dikarenakan saat melakukan pekerjaan linking mereka
juga harus menahan beban rajutan yang diletakkan di paha.
Gambar 2. Bagian tubuh yang dinilai (sumber: Sari, 2010)
Pekerjaan di bagian rajut dilakukan secara berdiri sepanjang hari dengan menggerakkan tuas untuk
kerja jarum rajut seberat 2 kg secara terus menerus. Kekuatan lengan dan tangan sangat
dibutuhkan pada pekerjaan ini. Keluhan sakit pada bagian lengan dan tangan serta kaki adalah yang
terbanyak dirasakan oleh pekerja. Banyaknya hasil rajutan yang bisa diproduksi oleh pengrajin
ditentukan oleh bagian ini.
8
Keluhan rasa sakit tidak banyak ditemukan pada pekerjaan rabut serta packing, waluapun pada
bagian rabut, keluhan sakit terlihat pada bagian tubuh leher, kaki dan pergelangan tangan. Keluhan
ini muncul dikarenakan pekerja melakukan pekerjaan dalam posisi duduk di lantai, beberapa
pekerja di bagian rabut juga banyak yang telah berusia lanjut.
Tabel 1.Hasil penilaian Nordic Body Map skala C dan D
No Bagian Tubuh
Proses
Rajut Linking Rabut Packing
0 Leher Atas √ √
1 Leher Bawah √ √ √
2 Bahu Kiri √
3 Bahu Kanan √ √
4 Lengan Atas Kiri
5 Punggung √
6 Lengan Atas Kanan √ √ √
7 Pinggang √ √
8 Pantat (Buttock) √
9 Pantat(Bottom)
10 Siku Kiri
11 Siku Kanan √ √ √
12 Lengan Bawah Kiri √
13 Lengan Bawah Kanan √ √ √
14 Pergelangan Tangan Kiri
15
Pergelangan Tangan
Kanan
√ √
16 Tangan Kiri
17 Tangan Kanan √ √
18 Paha Kiri
19 Paha Kanan √
20 Lutut Kiri √
21 Lutut kanan √
22 Betis Kiri √
23 Betis Kanan √ √
24 Pergelangan Kaki Kiri
25 Pergelangan Kaki Kanan
26 Kaki Kiri √
27 Kaki Kanan √
9
Beberapa keluhan tersebut muncul dikarenakan postur tubuh saat bekerja dan kondisi lingkungan
kerjanya.Berikut pada Gambar 3 beberapa kondisi lingkungan kerja di lantai salah satu komunitas
rajut.Pada Gambar 3 juga terlihat penataan tempat kerjanya tidak rapi yang selain menyebabkan
kesulitan untuk mencari barang yang diperlukan juga dapat menimbulkan risiko terkait
keselamatan kerja. Walaupun risikonya tidak besar, namun penataan tempat kerja yang lebih rapi
diharapkan dapat mengurangi risiko bahaya dan sekaligus lebih melancarkan proses pekerjaan
para pekerja yang pada akhirnya berdampak pada efisiensi dan produktivitas tempat kerja.
Gambar 3. Kondisi Kerja di salah satu komunitas rajut (hasil observasi awal)
Konsep K3 bertujuan untuk memastikan pekerja tidak mengalami perubahan kesehatan dan
kondisi fisik dan mental akibat resiko yang terkandung dalam pekerjaannya.Ruang lingkup K3
adalah mengurangi resiko kecelakaan pada saat bekerja, mengurangi resiko stres pada saat bekerja,
mengurangi resiko sakit akibat pekerjaan.Oleh karena itu, perbaikan integratif sistem K3 dapat
mencakup tata ruang stasiun kerja dan bangunan.Konsep 5R (Resik, Rapi, Rajin, Ringkas dan
Rawat) adalah sebuah konsep sederhana yang bertujuan untuk mengatur tata ruang stasiun kerja
dan bangunan sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih aman dan efisien.
Kegiatan pengabdian ini lebih ditekankan pada menciptakan kesadaran Keselamatan Kerja di UKM
Rajut Binongjati dengan melakukan workshop dan memperbaiki kondisi tempat kerja dengan
pendekatan 5R.Dengan menggunakan konsep sederhana, diharapkan pelaku UKM dapat
menerapkannya sehingga terjadi perubahan dalam organisasi tersebut.
10
BAB 3
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dibagi menjadi 3 tahapan, sebagai berikut:
1. Pelatihan 5S, pengenalan tentang 5S dan daftar komitmen komunitas untuk perubahan
2. Observasi, kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data keluhan pekerja dan kondisi
lingkungan kerja komunitas
3. Usulan untuk penataan tempat kerja, kegiatan ini dilakukan pada salah satu komunitas.
3.1. Pelatihan UKM Sadar Safety Pelatihan UKM Sadar Safety dilakukan pada 27 Juli 2016, pelaksanaan pelatihan ini terpaksa
mundur dari yang dijadwalkan (seharusnya bulan Mei 2016)dikarenakan kesibukan produksi
pada komunitas mitra.Pelatihan mengundang seluruh komunitas binaan koperasi (60
komunitas), namun kemudian yang dapat hadir hanya sekitar 30 wakil komunitas.Pelatihan
dilaksanakan di Rumah Ramah Sentra Rajut Binongjati, difasilitasi oleh Koperasi.
Pelatihan dimoderatori oleh sekretaris Koperasi dan dibuka oleh Ketua Koperasi.Materi yang
disampaikan pada pelatihan ini adalah tentang pentingnya penataan tempat kerja dan tahapan
5S. Di akhir pelatihan ditawarkan kepada komunitas siapa saja yang mau untuk bergabung pada
tahapan pelaksanaan 5S yang didampingi oleh tim pengabdian. Salah satu yang antusias adalah
industri rajut milik Bp. Haji Abas, yang kemudian disepakati untuk menjadi pilot project
kegiatan ini.Pada Gambar 4 foto bersama dengan sebagian peserta pelatihan.
Gambar 4. Peserta Pelatihan UKM Sadar Safety
11
3.2. Pengamatan Ke Komunitas Kegiatan pengamatan ke salah satu komunitas dilakukan di pusat produksi rajut milik Bapak
Haji Abas. Pengamatan dilakukan untuk mengevaluasi lingkungan kerja dan sekaligus proses
produksi serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menata tempat kerja. Gambaran
kondisi tempat produksi di Haji Abas tidak terlalu berbeda dengan data awal yang
didapatkan.Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kondisi tempat produksi milik Haji Abas
Secara umum proses produksi untuk pembuatan rajutan diawali dengan pemilihan benang rajut
sesuai dengan pesanan dan model rajutan pada hari tersebut, benang-benang yang telah dipilih
tersebut kemudian di rajut dengan menggunakan mesin rajut brother. Pada pembuatan rajutan
dengan mesin ini, pekerja melakukannya dengan berdiri terus menerus sambil melakukan
pnggeseran tuas rajut, di beberapa sela-sela pengerjaan rajut, adakalanya perlu melakukan
penggantian jarum yang patah. Proses pembuatan rajut ini biasanya memakan waktu antara 5
sampai 15 menit tergantung pada panjang rajutan yang harus dibuat.
Proses kedua adalah linking, pada proses ini, rajutan-rajutan yang dihasilkan pada proses
sebelumnya disatukan mengikuti pola baju yang akan dibuat. Proses linking ini dilakukan
dengan mesin linking dan memerlukan ketelitian dan keterampilan untuk melakukakannya.
Pada proses linking inilah sebetulnya hasil produk rajutan terlihat bentuknya.
12
Proses ketiga adalah proses merapikan hasil akhir atau sering disebut dengan proses rabut.
Pada proses ini benang-benang sisa yang muncul akibat pengerjaan pada proses linking
dipotong dengan menggunakan cutter dan jika perlu untuk menambahkan asksesoris makan
digunakan pula jarus dan benang.. Pekerja yang melakukan proses ini di beberapa pengrajin
biasanya dilakukan oleh wanita karena membutuhkan ketelitian agar hasilnya bisa rapi.
Pekerjaan ini dilakukan dengan duduk di lantai menggunakan alas batal/guling yang tidak
terpakai.Di beberapa sentra produksi, pekerjaan ini biasanya juga dilakukan oleh para lansia.
Sisa-sisa potongan benang banyak yang dibuarkan menyebar di sekitar pekerja, sehingga cukup
mengganggu lalu lalang pekerja yang lain dan bahkan konsumen.
Proses terakhir adalah proses melipat hasil rajutan dan memasukkan dalam kemasan. Pada
proses inilah hasil akhir produk telah jadi.
Dari pengamatan didapatkan bahwa penataan tempat kerja belum diperhatikan pada tempat
produksi ini, sehingga gambaran keluhan yang sudah didapatkan sebelumnya menjadi jelas
alasannya, yaitu terkait dengan posisi kerja.Haji Abas sendiri cukup terbuka menerima masukan
dan bahkan meminta untuk diberikan masukan untuk penataan tempat kerja.
3.3 Usulan Penataan Tempat Kerja Dalam subab ini akan dipaparkan mengenai usulan perbaikan dari kondisi UKM Rajut Binong
Jati milik Bp. Haji Abbas yang telah dilakukan peninjauan. Usulan perbaikan ini dikembangkan
untuk setiap tahapan pelaksanaan 5S sehingga 5S dapat berlangsung dengan baik dan saling
berkelanjutan dan meningkatkan keamanan (safety) kerja UKM Rajut .
3.3.1 Usulan Tahap Ringkas (Seiri)
Tahap ringkas dilakukan dengan memilih dan memilah barang – barang yang selayaknya berada
di tempat kerja dan di mana tempatnya. Pemilihan dengan menggolongkan benda tersebut
dalam beberapa kategori seperti pada tabel 2
Tabel 2. Penggolongan benda tahap Ringkas
Lokasi / Stasiun Kerja
Benda Kondisi Kategori Aksi yang Dilakukan
Gudang bahan baku
Benang, kertas, plastik
Berantakan Sering digunakan
Dilakukan perapihan
Pemintalan Mesin pintal tidak terpakai
Perlu perbaikan Digunakan 6 bulan sekali
Dilakukan pembersihan dan perawatan
(lanjut)
13
Tabel 2. Penggolongan benda tahap Ringkas (lanjutan) Perajutan Jarum jahit, oli,
dan benang Berantakan di atas dan sekitar meja rajut
Sering digunakan
Dilakukan perapihan
Sisa benang dan benang bahan
Limbah Dilakukan pembuangan
Barang setengah jadi
Diperlukan untuk proses selanjutnya
Dilakukan perapihan
Pola rajut Agak jarang digunakan
Disimpan di area perajutan
Gelas, piring, dan benda pribadi
Sering digunakan
Dirapikan di dekat mesin
Sparepart mesin Berantakan di sekitar mesin rajut
Sangat jarang digunakan
Disimpan di gudang bahan baku
Debu benang Berantakan di seluruh area
Limbah Dibersihkan Galon, TV, Gelas, Penunjang
Penjahitan Barang setengah jadi dan kain tenun
Berantakan di sekitar mesin jahit, dan sebagian dipangku oleh operator
Diperlukan untuk proses selanjutnya
Dilakukan perapihan
Selongsong benang
Berserakan di sekitar mesin jahit
Limbah Dibuang
Finishing Benang sisa penjahitan
Berserakan disekitar operator
Limbah Dibuang
Bahan setengah jadi dan barang jadi
Bertumpuk tidak dapat diidentifikasi langsung
Diperlukan untuk proses selanjutnya
Dilakukan perapihan
Packing Sisa perekat plastik berserakan
Berserakan di sekitar stasiun packing
Limbah Dibuang
Kardus bahan packing
Diperlukan untuk proses selanjutnya
Dilakukan perapihan
Kantor Penjualan
Barang jadi sample
Berserakan di sekitar ruangan dan tidak menarik perhatian pembeli
Diperlukan untuk proses penjualan
Dilakukan perapihan
Barang sisa penjualan
Dapat dijual lagi atau menjadi sample
14
3.3.2. Usulan Tahap Rapi (Seiton)
Tahap rapi dilakukan untuk menata benda-benda yang diperlukan, yaitu hasil identifikasi tahap
ringkas, ke tempat yang tepat sehingga mempermudah dan mengefisienkan pekerja dalam
menggunakan benda tersebut.Prinsip yang digunakan dalam tahap rapi adalah menggunakan
manajemen visual serta mendekatkan benda yang paling sering digunakan.
a. Gudang Bahan Baku
Prinsip penataan pada gudang bahan baku yaitu menata benang dan material sesuai dengan
jenis SKU dan warnanya. Prinsip dedicated layout berlaku pada bahan baku sesuai dengan jenis
materialnya (ukuran, bahan benang, merk/jenis), sedangkan alokasi bahan per warna mengikuti
kebutuhan. Bahan yang lebih sering digunakan akan diletakkan pada bagian yang lebih mudah
dijangkau dari pintu, sementara bahan yang kurang sering digunakan diletakkan lebih jauh dari
pintu. Contoh penyimpanan benang seperti pada gambar 6.
Gambar 6. Contoh penyimpanan benang seperti pada UKM Desa Pedurenan Kudus (Sumber:
http://pemdespadurenan.blogspot.co.id/p/potensi-desa-padurenan.html)
Layout usulan pada gudang bahan baku dapat dilihat pada gambar 7. Pada gambar tersebut,
gudang bahan baku stasiun kerja diberikan tambahan berupa rak/area penyimpanan sementara
barang jadi yang belum terkirimkan atau barang jadi sisa produksi. Area penyimpanan akan
dibedakan dengan bahan baku untuk mempermudah mencari barang. Prinsip penyimpanannya
adalah barang jadi yang paling sering dipesan/dikirim akan diletakkan didekat pintu, sementara
barang jadi yang paling lama dipesan akan disimpan lebih jauh.
15
Gambar7. Sketsa layout gudang bahan baku
Ruang lingkup pengabdian ini memang belum menyentuh pada efisiensi penataan ruangan.Oleh
karena itu, jika diinginkan mendapatkan penataan gudang yang paling efektif, perlu diadakan
penelitian lebih lanjut.
b. Stasiun Kerja Penenunan
Adapun layout usulan pada stasiun kerja penenunan dapat dilihat pada gambar 8. Pada gambar
tersebut dapat terlihat bahwa ditambahkan container untuk dapat menampung barang jadi dan
bahan baku dengan lebih mudah dan rapi. Selain itu pula, perlu ditambahkan tempat alat
pendukung mesin tenun supaya tidak berserakan.Tempat alat pendukung dapat digunakan
untuk meletakkan pernak-pernik alat tenun, jarum, benang cadangan, dan oli. Contoh container
yang digunakan untuk menampung barang jadi maupun bahan baku dapat dilihat pada gambar
9, sementara usulan tempat alat pendukung dapat dilihat pada gambar 10.
16
Keterangan gambar: A = alat pendukung; B = stasiun kerja; C = container; D = loker gantung; E = sandaran punggung yang terletak di dinding
Gambar 8. Usulan sketsa layout stasiun kerja penenunan
Gambar 9. Usulan bentuk container stasiun kerja penenunan
Detail
pekerjaan
Pekerja
17
Keterangan gambar: A = tempat menaruh benang cadangan; B = tempat menaruh botol oli; C = tempat menaruh pernak-pernik alat; D = tempat menaruh jarum jahit yang berasal dari busa
Gambar 10. Usulan tempat alat pendukung
Pada gambar 8 pula dapat dilihat bahwa pada stasiun kerja penenunan, tempat barang pribadi
dari setiap pekerja dirapikan dalam loker pekerja.Penggunaan loker pada stasiun kerja dapat
mengurangi banyaknya barang pribadi yang berada pada sekitar tempat kerja seperti gambar
11.
Gambar 11. Usulan sketsa loker gantung di stasiun kerja penenunan
Pada gambar 8 pula dapat dilihat bahwa terdapat loker produksi.Loker produksi didedikasikan
untuk setiap pekerja.Loker ini berfungsi sebagai tempat pekerja mendapatkan pasokan benang
dan mengirimkan barang jadi-nya. Tempat pasokan benang dan barang jadi berupa keranjang
container dengan nama pekerja seperti pada gambar 12. Pada tempat pekerja tersebut, akan
dituliskan kartu yang berisi detail pekerjaan yang harus dilakukan pekerja dan sejumlah bahan
baku (benang) untuk mengerjakannya. Pekerja tersebut akan mengambil container dan
18
mengerjakan pekerjaan yang tertulis pada kartu, lalu meletakkan barang jadi kembali pada
container. Setelah seluruh pekerjaan pada detail kartu selesai dikerjakan, pekerja dapat
meletakkan kembali container yang telah berisi pekerjaan pada loker produksi. Di loker
produksi, seyogyanya telah terisi kembali dengan bahan baku yang disiapkan oleh petugas
pemasok. Petugas pemasok akan secara rutin melakukan pengecheckan secara rutin pada loker
produksi dan menukar container barang jadi dengan container bahan baku.
Gambar 12. Usulan bentuk loker produksi
Untuk menerapkan sistem yang diusulkan pada loker produksi ini perusahaan memerlukan
seseorang yang bertindak sebagai petugas pemasok.Pada kondisi UKM Rajut Bapak Haji Abbas,
disarankan petugas packing untuk diberikan tanggung jawab sebagai petugas pemasok karena
beban kerja packing yang tidak terlalu berat.Selain itu, perlu juga dilakukan penghitungan target
produksi serta pengaturan jadwal produksi. Penghitungan target produksi dan pengaturan
jadwal produksi disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
Selain itu, untuk mengurangi kelelahan pekerja akibat postur yang berdiri, diusulkan untuk
membuat bantalan tempat pekerja dapat bersandar sejenak ketika merasa lelah.Bantalan
dipasang dibagian belakang stasiun kerja.
Untuk mempermudah dalam tracking target produksi, dibuatkan papan komunikasi dalam
ruang stasiun kerja yang dipasang di dekat tiang sehingga bisa diakses oleh semua orang.Contoh
papan komunikasi seperti pada gambar 13.
19
Tanggal : 12 Desember 2016 Rencana Produksi Total : …………………………………………………………pcs
Pekerja A
Pekerja B
Pekerja C
Pekerja D
Pekerja E
Pekerja F
Rencana produksi bulanan
Target Harian Nama Produk
Realisasi
Gambar 13. Contoh papan komunikasi UKM
c. Stasiun Kerja Penjahitan
Adapun layout usulan pada stasiun kerja penjahitan dapat dilihat pada gambar 14. Pada stasiun
kerja penjahitan, supaya pekerja tidak memangku hasil jahit, perlu diberikan container sebagai
wadah bahan baku maupun barang setengah jadi hasil penjahitan. Container yang digunakan
dapat menggunakan container yang sama dengan proses penenunan. Container tersebut akan
berupa bahan yang harus dijahit dan akan dikembalikan ke petugas pemasok dengan berisi
bahan hasil jahitan. Petugas pemasok akan memberikan container hasil penjahitan ke bagian
finishing.
Gambar 14. Usulan sketsa layout kerja Pejahitan
d. Stasiun Kerja Finishing
Stasiun kerja Finishing dikerjakan secara manual dengan kondisi duduk dilantai. Posisi tersebut
membuat peredaran darah bagian kaki dan tengkuk kurang lancar, akibatnya tubuh akan pegal
20
di bagian kaki, leher dan punggung. Diusulkan untuk diberikan alas duduk yang memberikan
kenyamanan ketika bagian tubuh yang tertekuk dapat mengistirahatkan ototnya, seperti pada
gambar 15.Selain itu, diberikan container untuk menyimpan bahan setengah jadi maupun
barang jadi.Oleh karena itu, layout stasiun kerja finishing berubah menjadi seperti pada gambar
16.
Gambar 15. Usulan Alas Duduk Stasiun Kerja Finishing
Gambar 16. Usulan sketsa layout stasiun kerja finishing
e. Stasiun Kerja Packing
Pada stasiun kerja packing tidak banyak berubah layout.Hanya saja perlu diadakan perapihan
dan pengawasan supaya ketika belum ada yang dipacking, stasiun ini tidak digunakan untuk
menyimpan barang-barang yang tidak diperlukan.
f. Kantor Sales
21
Ruangan kantor sales ditata dengan menekankan pada display atau visual merchandising
produk unggulan perusahaan. Penggunaan rak gantung dapat menjadikan display lebih menarik,
interaktif. Produk yang didisplay terdiri dari desain unggulan (motif rajut), bahan baku unggulan
dan contoh barang jadi unggulan. Barang yang digantung dapat diganti sesuai dengan
perkembangan atau tren fashion yang terjadi.Adapun konsep rak gantung dapat dibuat seperti
gambar 17.Pada gambar 17.barang jadi dapat digantungkan, sementara barang setengah jadi
dapat dilipat dan diletakkan pada rak.
Gambar 17 Konsep Rak Gantung Display
Dengan adanya rak gantung, maka terjadi perubahan layout kantor penjualan. Layout akan
berubah seperti pada gambar 18. Pada gambar 18 terlihat bahwa tumpukan barang jadi yang
tidak terpakai dipindahkan ke gudang bahan baku, sehingga ruangan akan lebih luas.
22
KURSI PENERIMA TAMU
ME
JA
DA
N K
UR
SI K
AN
TO
R
AREA DISPLAY
Gambar 18. Usulan sketsa layout kantor penjualan
3.3.3. Usulan Tahap Resik (Seisou)
Pada tahap resik, dilakukan dengan mengusulkan jadwal pembersihan yaitu minimal seminggu
sekali untuk keseluruhan kebersihan tempat kerja, dan rutin setiap hari pada stasiun kerja.
Diusulkan juga untuk dibuat check list yang ditempelkan pada setiap ruangan untuk memastikan
bahwa pekerjaan kebersihan telah dilakukan. Adapun contoh usulan check list kebersihan pada
daerah gudang seperti pada tabel 3. Pada check list tersebut memuat area yang harus diperiksa
dan dibersihkan oleh petugas. Jika petugas telah memeriksa dan membersihkan sebuah area
yang ada dalam check list tersebut, maka petugas akan menandai
Tabel 3. Check list kebersihan daerah gudang
No. Area Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu 1. Rak benang 2. Rak alat 3. Rak bahan
kemas
… n. Rak barang jadi
3.3.4 Usulan Tahap Rawat (Seiketsu)
Tahap rawat adalah langka awal dalam menjaga supaya kondisi resik, rapi dan ringkas dapat
berlangsung terus-menerus.Pendekatan usulan ini dilakukan pada 2 hal yaitu pengangkatan
23
penanggung jawab 5R dan pemberian aturan.Penanggung Jawab 5R diusulkan untuk diangkat
secara bergantian per periode tertentu, misalnya per minggu atau per bulan dengan supervisi
pemilik usaha. Hal ini dilakukan supaya seluruh pekerja mendapatkan tanggung jawab dengan
harapan para pekerja akan memiliki kebiasaan dan budaya hasil dari tanggung jawab tersebut.
Sementara pada pemberian aturan diusulkan untuk memasukkan aturan mengenai pelaksanaan
5R pada prosedur operasi baku pada masing – masing stasiun kerja dengan menambahkan poin
sebagai berikut :
i. Pastikan barang-barang sesuai pada tempatnya
ii. Lakukan pembersihan pada tempat kerja Anda sebelum beristirahat.
3.3.5 Usulan Tahap Rajin (Shitsuke)
Hasil dari kebiasaan rawat yang menjadi budaya adalah tujuan utama dari tahap rajin.Oleh
karena itu, untuk menumbuhkan budaya perlu diberikan motivasi bagi pekerja sehingga
mengerjakan dengan program dengan baik.Motivasi dapat berupa pemberian penghargaan
dengan nilai dan bentuk yang sederhana sesuai dengan kemampuan perusahaan.Bentuk
penghargaan dapat berupa bonus kecil seperti pemberian sembako lebih, uang saku, sampai
kenaikan gaji, promosi.
24
BAB 4
HASIL DAN KESIMPULAN
Dampak kegiatan pengabdian ini baru dapat diidentifikasi dari upaya pengenalan terhadap K3
dan 5S, khususnya untuk kegiatan penerapan keilmuan keselamatan kerja, dan sekaligus upaya
kesadaran untuk menata tempat kerja.
Program pengabdian ini masih sebatas untuk mengenalkan dan mengusulkan upaya-upya
penataan tempat kerja, sehingga masih perlu dilakukan tindak lanjut untuk kesinambungan
program.
25
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, K.A. dan Ariningsih P.A. (2017), Evaluasi Metode dan Lingkungan Kerja di Sentra Rajut Binongjati, ETHOS vol 5 no. 2 (telah diterima untuk diterbitkan Juni 2016) Darusman, F.M, dan Endang Rostiana (2015) Penyerapan Tenaga Kerja pada Sentra Indsutri Rajutan Binong Jati Kota Bandung, Trikonomika, Vol. 14, No. 1, hal. 25-37ILO (2012) Hari Keselamatan Kerja Dunia : mempromosikan K3 di Industri Kecil dan Menengah [online] Available : http://www.ilo.org/jakarta (diakses 20 Januari 2015) Islami, S.B. (2013) Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Industri Kecil Menengah dengan metode WISE, Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, ITS. Sutjana, I.D.P Hambatan dalam penerapan Ergonomi dan K3 di Perusahaan [Online]. Available http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijbs/article/viewFile/3698/2722 (diakses 6 April 2015) Osada, T. (2000), Sikap Kerja 5S, CV Teruna Grafica, Jakarta Sari, A. E. (2010), Perancangan Troli Makanan yang Ergonomis untuk Lanjut Usia, Skripsi Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret, Surakarta: tidak diterbitkan.