UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

25
(Pengabdian Pembangunan Bagi Masyarakat) Perjanjian No: III/LPPM/2016-02/19-PM UKM SADAR SAFETY Disusun Oleh: Kristiana Asih Damayanti, S.T., M.T. Paulina Kus Ariningsih, S.T., M.Eng Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan (2016)

Transcript of UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

Page 1: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

(Pengabdian Pembangunan Bagi Masyarakat)

Perjanjian No: III/LPPM/2016-02/19-PM

UKM SADAR SAFETY

Disusun Oleh:

Kristiana Asih Damayanti, S.T., M.T.

Paulina Kus Ariningsih, S.T., M.Eng

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Universitas Katolik Parahyangan

(2016)

Page 2: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................................. 2

ABSTRAK ..................................................................................................................................................................................... 3

BAB 1 MITRA KEGIATAN ..................................................................................................................................................... 4

BAB 2 PERSOALAN MITRA .................................................................................................................................................. 6

BAB 3 PELAKSANAAN KEGIATAN .................................................................................................................................. 10

3.1. Pelatihan UKM Sadar Safety ................................................................................................................................. 10

3.2. Pengamatan Ke Komunitas .................................................................................................................................. 11

3.3 Usulan Penataan Tempat Kerja ........................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................................ 25

Page 3: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

3

ABSTRAK

Peningkatan produktivitas dapat terjadi karena pengurangan kecelakaan dan peningkatan efisiensi kerja. Oleh karena itu, sebuah organisasi perlu menerapkan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dan 5R (Resik,Rrapi, Ringkas, Rajin, dan Rawat) dalam keputusan strategis, taktis, dan operasionalnya. Namun, kondisi Sentra UKM Rajut Binong Jati, yang merupakan salah satu sentra unggulan kota Bandung, belum menerapkan konsep K3 dan 5R dengan baik pada lantai produksinya, sehingga perlu diberikan pendampingan dalam bentuk program pengabdian masyarakat. Fokus pada pengabdian ini adalah pemberian pelatihan untuk membangun kesadaran pentingnya safety pada anggota Sentra UKM Rajut Binong Jati serta pendampingan proyek evaluasi K3 dan 5R pada percontohankomunitas Sentra UKM Rajut Binong Jati. Pemberian pelatihan dimaksudkan untuk membagi pengetahuan dan diskusi kendala pelaksanaan konsep K3 dan 5R. Target luaran pelatihan adalah kesadaran peserta akan pentingnya K3 dan 5R. Pendampingan proyek pelaksanaan dimaksudkan untuk memberikan contoh (pilot project) tentang pelaksanaan konsep K3 dan 5R.Pengabdian dari bulan Mei sampai Oktober 2016. Mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah komunitas yang tergabung dalam Koperasi Sentra Rajut Binongjati.Hasil dari pelaksanaan pengabdian ini, diantaranya adalah evaluasi terhadap metode dan lingkungan kerja pada salah satu komunitas dan usulan tahapan penerapan 5S.Luaran dari kegiatan ini berupa layanan pendampingan, hasil yang diseminasikan pada Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat, dan dipublikasikan dalam Jurnal Nasional Ethos.

Page 4: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

4

BAB 1

MITRA KEGIATAN

Sentra Industri Binongjati menempati lokasi di antara Jalan Gatot Subroto dan Jalan

Kiaracondong Bandung.Menurut data sensus BPS 2014, ada sekitar 14.000 jiwa yang tercatat di

kelurahan Binongjati.Hampir seluruh penduduk Binongjati berusaha/bekerja di industri rajut

ini.Koperasi Sentra Industri Binong Jati mencatat bahwa di tahun 2014, terdapat 120 unit usaha

dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 1440 orang (Darusman dan Rostiana, 2015).

Unit usaha tersebut merupakan sebuah komunitas tersendiri, tidak melulu berbentuk

perusahaan berbadan usaha resmi seperti CV atau PT. Setiap komunitas di Industri Binongjati

biasanya mempunyai pesanan yang harus dipenuhi masing-masing, walaupun ada kalanya

pesanan untuk sentra tersebut dibagi-bagi khususnya jika pesanan dalam jumlah besar.

Mitra kegiatan Pengabdian UKM Sadar Safety ini adalah Koperasi Rajut Binongjati.Koperasi ini

membina 60 komunitas pengrajin, sehingga komunitas tersebutlah yang menjadi sasaran

kegiatan pengabdian masyarakat ini. Beberapa tahun yang lalu di Sentra Rajut Binongjati ada

sekitar 400 komunitas pengrajin, namun berangsur turun mulai dua tahun terakhir menjadi

sekitar 100an komunitas dikarenakan banyaknya kaum muda di lingkungan tersbut yang tidak

lagi tertarik meneruskan usaha merajut, disamping serbuan produk rajutan dari Tiongkok yang

banyak masuk ke pasar Indonesia menyebabkan persaigan produk rajut juga makin tinggi.

Komunitas yang tergabung dalam Koperasi Rajut Binongjati ini rata-rata merupakan komunitas

pioner dari usaha rajut di Binongjati, sehingga komunitas ini juga yang relatif banyak bertahan

walaupun ada produk pesaing dari Tiongkok.Karena merupakan pengrajin yang awalnya berdiri

di sentra ini,maka sebagian besar pelaku usahanya mereka yang sudah senior, sebagian besar

pemilik usaha rajut ini berusia di atas 50 tahun, mereka yang berusia 30 sampai 40an tahun

rata-rata meneruskan usaha yang telah dirintis oleh orang tuanya. Komunitas rajut ini termasuk

pada usaha mikro.Rata-rata pemilik komunitas berlatar pendidikan lulusan Sekolah Menengah

Atas, dan beberapa yang lain lulusan Sekolah Menengah Pertama.

Untuk menuju lokasi Sentra UKM Rajut Binongjati ini dapat diakses dengan beberapa alternatif

angkutan umum, seperti angkot dan bis kota yang melewati daerah Gatot Subroto atau

Kiaracondong Bandung. Jalan masuk menuju sentra ini dapat dilalui lewat Jalan Gatot Subroto

Page 5: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

5

atau lewat daerah Binong.Lebar jalan hanya dapat dilalui 1 mobil saja.Pada pagi hari akses jalan

masuk dari Jalan Gatot Subroto biasanya digunakan sebagai pasar pagi, sehingga cukup

mengganggu keluar-masuknya kendaraan. Jarak sentra dari Universitas Katolik Parahyangan

sekitar 13 km, tim pengabdian ini biasanya menuju ke lokasi mitra dengan menggunakan

transportasi sendiri (mobil/motor). Komunikasi dengan mitra lebih banyak dilakukan dengan

bertelepon atau lewat pesan singkat.

Gambar 1. Gerbang masuk ke Sentra UKM Rajut Binongjati (sumber : www.wisatabandung.com)

Page 6: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

6

BAB 2

PERSOALAN MITRA

Observasi awal yang dilakukan pada tahun 2015 dalam rangka penelitian dan pada awal tahun

2016 ditemukan bahwa pekerja yang ada pada industri rajut rata-rata telah berada pada usia tiga

puluh lima hingga berusia lansia. Hal ini dapat terlihat pada PD. SAE (salah satu usaha yang

terdapat di komunitas UKM Rajut Binongjati RT 02/04) yang memiliki karyawan dengan total

jumlah 55 orang dimana sekitar 20% berada pada kategori usia lansia, 70% berada pada usia 35

hingga 55 tahun sedangkan sisanya berada pada usia 20 tahun. Pada industri rajut ini tidak banyak

ditemukan pekerja berusia 20 tahun yang bekerja dikarenakan pengaruh tingkat pendidikan yang

semakin maju yang membuat anak muda di Binongjati memilih bekerja di pabrik dengan gaji yang

tetap.

Selain dari faktor usia, ditemukan pula beberapa posisi kerja yang tidak nyaman dan berisiko

celaka dalam industri rajut yaitu berdiri ataupun duduk secara terus-menerus, postur yang tidak

normal, saat melakukan proses pekerjaannya dan dalam waktu kerja yang cukup lama yaitu dari

jam 07.30 hingga 17.00. Tidak jarang ditemukan pekerja yang bekerja hingga malam hari, hal ini

dikarenakan sistem pembayaran dari pekerjaan ini adalah sistem brorongan, sehingga hal ini

membuat pekerja secara terus-menerus bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang lebih

banyak. Sebagian besar pekerja di komunitas sentra rajut ini adalah pendatang, sehingga mereka

banyak yang tidur di ruang produksi. Pola dan kondisi kerja yang seperti tersebut menyebabkan

beberapa keluhan muncul pada pekerja, oleh karenanya perlu dilakukan pengecekan.

Pengecekan awal dilakukan pada 3 komunitas dengan menggunakan kuesioner nordic body map

yang memetakan keluhan anggota tubuh berdasarkan pembagian seperti yang tercantum pada

Gambar 2. Hasil rekapitulasi untuk keluhan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.Nordic Body Map

mengukur keluhan-keluhan sakit di bagian tubuh yang dialami pekerja.Bagian-bagian tubuh yang

mengacu pada sendi-sendi tubuh. Penilaian keluahan sakit di bagian mengaju pada skala A sampai

dengan D dari tidak sakit sama sekali sampai dengan sangat sakit

Hasil pengukuran dengan Nordic Body Map dilakukan dengan menanyakan pada setiap pekerja

selama 3 hari berturut-turut setelah mereka selesai bekerja. Berikut pada Tabel 1 rekapitulasi hasil

keluhan skala C dan D di setiap proses . Pada Tabel 1 tersebut terlihat bahwa keluhan sakit pada

Page 7: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

7

bagian tubuh terbanyak ada di bagian linking, diikuti rajut, rabut, dan keluhan paling sedikit ada

pada bagian packing.

Pekerja di bagian linking melakukan pekerjaannya dalam posisi duduk dalam mengoperasikan

mesin linking dan harus mengerjakannya dengan cepat, jika tidak maka penyatuan rajutan harus

dibongkar lagi dan jari tangan bisa terluka karena terkena susunan jarum yang bergerak dengan

cepat di mesin linking. Karena mesin linking ini pendek, maka pekerja banyak yang membungkuk

untuk mengoperasikannya, maka keluhan sakit di bagian leher dan tangan menjadi dominan.

Pekerja mengeluh sakit di betis dan paha dikarenakan saat melakukan pekerjaan linking mereka

juga harus menahan beban rajutan yang diletakkan di paha.

Gambar 2. Bagian tubuh yang dinilai (sumber: Sari, 2010)

Pekerjaan di bagian rajut dilakukan secara berdiri sepanjang hari dengan menggerakkan tuas untuk

kerja jarum rajut seberat 2 kg secara terus menerus. Kekuatan lengan dan tangan sangat

dibutuhkan pada pekerjaan ini. Keluhan sakit pada bagian lengan dan tangan serta kaki adalah yang

terbanyak dirasakan oleh pekerja. Banyaknya hasil rajutan yang bisa diproduksi oleh pengrajin

ditentukan oleh bagian ini.

Page 8: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

8

Keluhan rasa sakit tidak banyak ditemukan pada pekerjaan rabut serta packing, waluapun pada

bagian rabut, keluhan sakit terlihat pada bagian tubuh leher, kaki dan pergelangan tangan. Keluhan

ini muncul dikarenakan pekerja melakukan pekerjaan dalam posisi duduk di lantai, beberapa

pekerja di bagian rabut juga banyak yang telah berusia lanjut.

Tabel 1.Hasil penilaian Nordic Body Map skala C dan D

No Bagian Tubuh

Proses

Rajut Linking Rabut Packing

0 Leher Atas √ √

1 Leher Bawah √ √ √

2 Bahu Kiri √

3 Bahu Kanan √ √

4 Lengan Atas Kiri

5 Punggung √

6 Lengan Atas Kanan √ √ √

7 Pinggang √ √

8 Pantat (Buttock) √

9 Pantat(Bottom)

10 Siku Kiri

11 Siku Kanan √ √ √

12 Lengan Bawah Kiri √

13 Lengan Bawah Kanan √ √ √

14 Pergelangan Tangan Kiri

15

Pergelangan Tangan

Kanan

√ √

16 Tangan Kiri

17 Tangan Kanan √ √

18 Paha Kiri

19 Paha Kanan √

20 Lutut Kiri √

21 Lutut kanan √

22 Betis Kiri √

23 Betis Kanan √ √

24 Pergelangan Kaki Kiri

25 Pergelangan Kaki Kanan

26 Kaki Kiri √

27 Kaki Kanan √

Page 9: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

9

Beberapa keluhan tersebut muncul dikarenakan postur tubuh saat bekerja dan kondisi lingkungan

kerjanya.Berikut pada Gambar 3 beberapa kondisi lingkungan kerja di lantai salah satu komunitas

rajut.Pada Gambar 3 juga terlihat penataan tempat kerjanya tidak rapi yang selain menyebabkan

kesulitan untuk mencari barang yang diperlukan juga dapat menimbulkan risiko terkait

keselamatan kerja. Walaupun risikonya tidak besar, namun penataan tempat kerja yang lebih rapi

diharapkan dapat mengurangi risiko bahaya dan sekaligus lebih melancarkan proses pekerjaan

para pekerja yang pada akhirnya berdampak pada efisiensi dan produktivitas tempat kerja.

Gambar 3. Kondisi Kerja di salah satu komunitas rajut (hasil observasi awal)

Konsep K3 bertujuan untuk memastikan pekerja tidak mengalami perubahan kesehatan dan

kondisi fisik dan mental akibat resiko yang terkandung dalam pekerjaannya.Ruang lingkup K3

adalah mengurangi resiko kecelakaan pada saat bekerja, mengurangi resiko stres pada saat bekerja,

mengurangi resiko sakit akibat pekerjaan.Oleh karena itu, perbaikan integratif sistem K3 dapat

mencakup tata ruang stasiun kerja dan bangunan.Konsep 5R (Resik, Rapi, Rajin, Ringkas dan

Rawat) adalah sebuah konsep sederhana yang bertujuan untuk mengatur tata ruang stasiun kerja

dan bangunan sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih aman dan efisien.

Kegiatan pengabdian ini lebih ditekankan pada menciptakan kesadaran Keselamatan Kerja di UKM

Rajut Binongjati dengan melakukan workshop dan memperbaiki kondisi tempat kerja dengan

pendekatan 5R.Dengan menggunakan konsep sederhana, diharapkan pelaku UKM dapat

menerapkannya sehingga terjadi perubahan dalam organisasi tersebut.

Page 10: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

10

BAB 3

PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dibagi menjadi 3 tahapan, sebagai berikut:

1. Pelatihan 5S, pengenalan tentang 5S dan daftar komitmen komunitas untuk perubahan

2. Observasi, kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data keluhan pekerja dan kondisi

lingkungan kerja komunitas

3. Usulan untuk penataan tempat kerja, kegiatan ini dilakukan pada salah satu komunitas.

3.1. Pelatihan UKM Sadar Safety Pelatihan UKM Sadar Safety dilakukan pada 27 Juli 2016, pelaksanaan pelatihan ini terpaksa

mundur dari yang dijadwalkan (seharusnya bulan Mei 2016)dikarenakan kesibukan produksi

pada komunitas mitra.Pelatihan mengundang seluruh komunitas binaan koperasi (60

komunitas), namun kemudian yang dapat hadir hanya sekitar 30 wakil komunitas.Pelatihan

dilaksanakan di Rumah Ramah Sentra Rajut Binongjati, difasilitasi oleh Koperasi.

Pelatihan dimoderatori oleh sekretaris Koperasi dan dibuka oleh Ketua Koperasi.Materi yang

disampaikan pada pelatihan ini adalah tentang pentingnya penataan tempat kerja dan tahapan

5S. Di akhir pelatihan ditawarkan kepada komunitas siapa saja yang mau untuk bergabung pada

tahapan pelaksanaan 5S yang didampingi oleh tim pengabdian. Salah satu yang antusias adalah

industri rajut milik Bp. Haji Abas, yang kemudian disepakati untuk menjadi pilot project

kegiatan ini.Pada Gambar 4 foto bersama dengan sebagian peserta pelatihan.

Gambar 4. Peserta Pelatihan UKM Sadar Safety

Page 11: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

11

3.2. Pengamatan Ke Komunitas Kegiatan pengamatan ke salah satu komunitas dilakukan di pusat produksi rajut milik Bapak

Haji Abas. Pengamatan dilakukan untuk mengevaluasi lingkungan kerja dan sekaligus proses

produksi serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menata tempat kerja. Gambaran

kondisi tempat produksi di Haji Abas tidak terlalu berbeda dengan data awal yang

didapatkan.Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kondisi tempat produksi milik Haji Abas

Secara umum proses produksi untuk pembuatan rajutan diawali dengan pemilihan benang rajut

sesuai dengan pesanan dan model rajutan pada hari tersebut, benang-benang yang telah dipilih

tersebut kemudian di rajut dengan menggunakan mesin rajut brother. Pada pembuatan rajutan

dengan mesin ini, pekerja melakukannya dengan berdiri terus menerus sambil melakukan

pnggeseran tuas rajut, di beberapa sela-sela pengerjaan rajut, adakalanya perlu melakukan

penggantian jarum yang patah. Proses pembuatan rajut ini biasanya memakan waktu antara 5

sampai 15 menit tergantung pada panjang rajutan yang harus dibuat.

Proses kedua adalah linking, pada proses ini, rajutan-rajutan yang dihasilkan pada proses

sebelumnya disatukan mengikuti pola baju yang akan dibuat. Proses linking ini dilakukan

dengan mesin linking dan memerlukan ketelitian dan keterampilan untuk melakukakannya.

Pada proses linking inilah sebetulnya hasil produk rajutan terlihat bentuknya.

Page 12: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

12

Proses ketiga adalah proses merapikan hasil akhir atau sering disebut dengan proses rabut.

Pada proses ini benang-benang sisa yang muncul akibat pengerjaan pada proses linking

dipotong dengan menggunakan cutter dan jika perlu untuk menambahkan asksesoris makan

digunakan pula jarus dan benang.. Pekerja yang melakukan proses ini di beberapa pengrajin

biasanya dilakukan oleh wanita karena membutuhkan ketelitian agar hasilnya bisa rapi.

Pekerjaan ini dilakukan dengan duduk di lantai menggunakan alas batal/guling yang tidak

terpakai.Di beberapa sentra produksi, pekerjaan ini biasanya juga dilakukan oleh para lansia.

Sisa-sisa potongan benang banyak yang dibuarkan menyebar di sekitar pekerja, sehingga cukup

mengganggu lalu lalang pekerja yang lain dan bahkan konsumen.

Proses terakhir adalah proses melipat hasil rajutan dan memasukkan dalam kemasan. Pada

proses inilah hasil akhir produk telah jadi.

Dari pengamatan didapatkan bahwa penataan tempat kerja belum diperhatikan pada tempat

produksi ini, sehingga gambaran keluhan yang sudah didapatkan sebelumnya menjadi jelas

alasannya, yaitu terkait dengan posisi kerja.Haji Abas sendiri cukup terbuka menerima masukan

dan bahkan meminta untuk diberikan masukan untuk penataan tempat kerja.

3.3 Usulan Penataan Tempat Kerja Dalam subab ini akan dipaparkan mengenai usulan perbaikan dari kondisi UKM Rajut Binong

Jati milik Bp. Haji Abbas yang telah dilakukan peninjauan. Usulan perbaikan ini dikembangkan

untuk setiap tahapan pelaksanaan 5S sehingga 5S dapat berlangsung dengan baik dan saling

berkelanjutan dan meningkatkan keamanan (safety) kerja UKM Rajut .

3.3.1 Usulan Tahap Ringkas (Seiri)

Tahap ringkas dilakukan dengan memilih dan memilah barang – barang yang selayaknya berada

di tempat kerja dan di mana tempatnya. Pemilihan dengan menggolongkan benda tersebut

dalam beberapa kategori seperti pada tabel 2

Tabel 2. Penggolongan benda tahap Ringkas

Lokasi / Stasiun Kerja

Benda Kondisi Kategori Aksi yang Dilakukan

Gudang bahan baku

Benang, kertas, plastik

Berantakan Sering digunakan

Dilakukan perapihan

Pemintalan Mesin pintal tidak terpakai

Perlu perbaikan Digunakan 6 bulan sekali

Dilakukan pembersihan dan perawatan

(lanjut)

Page 13: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

13

Tabel 2. Penggolongan benda tahap Ringkas (lanjutan) Perajutan Jarum jahit, oli,

dan benang Berantakan di atas dan sekitar meja rajut

Sering digunakan

Dilakukan perapihan

Sisa benang dan benang bahan

Limbah Dilakukan pembuangan

Barang setengah jadi

Diperlukan untuk proses selanjutnya

Dilakukan perapihan

Pola rajut Agak jarang digunakan

Disimpan di area perajutan

Gelas, piring, dan benda pribadi

Sering digunakan

Dirapikan di dekat mesin

Sparepart mesin Berantakan di sekitar mesin rajut

Sangat jarang digunakan

Disimpan di gudang bahan baku

Debu benang Berantakan di seluruh area

Limbah Dibersihkan Galon, TV, Gelas, Penunjang

Penjahitan Barang setengah jadi dan kain tenun

Berantakan di sekitar mesin jahit, dan sebagian dipangku oleh operator

Diperlukan untuk proses selanjutnya

Dilakukan perapihan

Selongsong benang

Berserakan di sekitar mesin jahit

Limbah Dibuang

Finishing Benang sisa penjahitan

Berserakan disekitar operator

Limbah Dibuang

Bahan setengah jadi dan barang jadi

Bertumpuk tidak dapat diidentifikasi langsung

Diperlukan untuk proses selanjutnya

Dilakukan perapihan

Packing Sisa perekat plastik berserakan

Berserakan di sekitar stasiun packing

Limbah Dibuang

Kardus bahan packing

Diperlukan untuk proses selanjutnya

Dilakukan perapihan

Kantor Penjualan

Barang jadi sample

Berserakan di sekitar ruangan dan tidak menarik perhatian pembeli

Diperlukan untuk proses penjualan

Dilakukan perapihan

Barang sisa penjualan

Dapat dijual lagi atau menjadi sample

Page 14: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

14

3.3.2. Usulan Tahap Rapi (Seiton)

Tahap rapi dilakukan untuk menata benda-benda yang diperlukan, yaitu hasil identifikasi tahap

ringkas, ke tempat yang tepat sehingga mempermudah dan mengefisienkan pekerja dalam

menggunakan benda tersebut.Prinsip yang digunakan dalam tahap rapi adalah menggunakan

manajemen visual serta mendekatkan benda yang paling sering digunakan.

a. Gudang Bahan Baku

Prinsip penataan pada gudang bahan baku yaitu menata benang dan material sesuai dengan

jenis SKU dan warnanya. Prinsip dedicated layout berlaku pada bahan baku sesuai dengan jenis

materialnya (ukuran, bahan benang, merk/jenis), sedangkan alokasi bahan per warna mengikuti

kebutuhan. Bahan yang lebih sering digunakan akan diletakkan pada bagian yang lebih mudah

dijangkau dari pintu, sementara bahan yang kurang sering digunakan diletakkan lebih jauh dari

pintu. Contoh penyimpanan benang seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Contoh penyimpanan benang seperti pada UKM Desa Pedurenan Kudus (Sumber:

http://pemdespadurenan.blogspot.co.id/p/potensi-desa-padurenan.html)

Layout usulan pada gudang bahan baku dapat dilihat pada gambar 7. Pada gambar tersebut,

gudang bahan baku stasiun kerja diberikan tambahan berupa rak/area penyimpanan sementara

barang jadi yang belum terkirimkan atau barang jadi sisa produksi. Area penyimpanan akan

dibedakan dengan bahan baku untuk mempermudah mencari barang. Prinsip penyimpanannya

adalah barang jadi yang paling sering dipesan/dikirim akan diletakkan didekat pintu, sementara

barang jadi yang paling lama dipesan akan disimpan lebih jauh.

Page 15: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

15

Gambar7. Sketsa layout gudang bahan baku

Ruang lingkup pengabdian ini memang belum menyentuh pada efisiensi penataan ruangan.Oleh

karena itu, jika diinginkan mendapatkan penataan gudang yang paling efektif, perlu diadakan

penelitian lebih lanjut.

b. Stasiun Kerja Penenunan

Adapun layout usulan pada stasiun kerja penenunan dapat dilihat pada gambar 8. Pada gambar

tersebut dapat terlihat bahwa ditambahkan container untuk dapat menampung barang jadi dan

bahan baku dengan lebih mudah dan rapi. Selain itu pula, perlu ditambahkan tempat alat

pendukung mesin tenun supaya tidak berserakan.Tempat alat pendukung dapat digunakan

untuk meletakkan pernak-pernik alat tenun, jarum, benang cadangan, dan oli. Contoh container

yang digunakan untuk menampung barang jadi maupun bahan baku dapat dilihat pada gambar

9, sementara usulan tempat alat pendukung dapat dilihat pada gambar 10.

Page 16: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

16

Keterangan gambar: A = alat pendukung; B = stasiun kerja; C = container; D = loker gantung; E = sandaran punggung yang terletak di dinding

Gambar 8. Usulan sketsa layout stasiun kerja penenunan

Gambar 9. Usulan bentuk container stasiun kerja penenunan

Detail

pekerjaan

Pekerja

Page 17: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

17

Keterangan gambar: A = tempat menaruh benang cadangan; B = tempat menaruh botol oli; C = tempat menaruh pernak-pernik alat; D = tempat menaruh jarum jahit yang berasal dari busa

Gambar 10. Usulan tempat alat pendukung

Pada gambar 8 pula dapat dilihat bahwa pada stasiun kerja penenunan, tempat barang pribadi

dari setiap pekerja dirapikan dalam loker pekerja.Penggunaan loker pada stasiun kerja dapat

mengurangi banyaknya barang pribadi yang berada pada sekitar tempat kerja seperti gambar

11.

Gambar 11. Usulan sketsa loker gantung di stasiun kerja penenunan

Pada gambar 8 pula dapat dilihat bahwa terdapat loker produksi.Loker produksi didedikasikan

untuk setiap pekerja.Loker ini berfungsi sebagai tempat pekerja mendapatkan pasokan benang

dan mengirimkan barang jadi-nya. Tempat pasokan benang dan barang jadi berupa keranjang

container dengan nama pekerja seperti pada gambar 12. Pada tempat pekerja tersebut, akan

dituliskan kartu yang berisi detail pekerjaan yang harus dilakukan pekerja dan sejumlah bahan

baku (benang) untuk mengerjakannya. Pekerja tersebut akan mengambil container dan

Page 18: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

18

mengerjakan pekerjaan yang tertulis pada kartu, lalu meletakkan barang jadi kembali pada

container. Setelah seluruh pekerjaan pada detail kartu selesai dikerjakan, pekerja dapat

meletakkan kembali container yang telah berisi pekerjaan pada loker produksi. Di loker

produksi, seyogyanya telah terisi kembali dengan bahan baku yang disiapkan oleh petugas

pemasok. Petugas pemasok akan secara rutin melakukan pengecheckan secara rutin pada loker

produksi dan menukar container barang jadi dengan container bahan baku.

Gambar 12. Usulan bentuk loker produksi

Untuk menerapkan sistem yang diusulkan pada loker produksi ini perusahaan memerlukan

seseorang yang bertindak sebagai petugas pemasok.Pada kondisi UKM Rajut Bapak Haji Abbas,

disarankan petugas packing untuk diberikan tanggung jawab sebagai petugas pemasok karena

beban kerja packing yang tidak terlalu berat.Selain itu, perlu juga dilakukan penghitungan target

produksi serta pengaturan jadwal produksi. Penghitungan target produksi dan pengaturan

jadwal produksi disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Selain itu, untuk mengurangi kelelahan pekerja akibat postur yang berdiri, diusulkan untuk

membuat bantalan tempat pekerja dapat bersandar sejenak ketika merasa lelah.Bantalan

dipasang dibagian belakang stasiun kerja.

Untuk mempermudah dalam tracking target produksi, dibuatkan papan komunikasi dalam

ruang stasiun kerja yang dipasang di dekat tiang sehingga bisa diakses oleh semua orang.Contoh

papan komunikasi seperti pada gambar 13.

Page 19: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

19

Tanggal : 12 Desember 2016 Rencana Produksi Total : …………………………………………………………pcs

Pekerja A

Pekerja B

Pekerja C

Pekerja D

Pekerja E

Pekerja F

Rencana produksi bulanan

Target Harian Nama Produk

Realisasi

Gambar 13. Contoh papan komunikasi UKM

c. Stasiun Kerja Penjahitan

Adapun layout usulan pada stasiun kerja penjahitan dapat dilihat pada gambar 14. Pada stasiun

kerja penjahitan, supaya pekerja tidak memangku hasil jahit, perlu diberikan container sebagai

wadah bahan baku maupun barang setengah jadi hasil penjahitan. Container yang digunakan

dapat menggunakan container yang sama dengan proses penenunan. Container tersebut akan

berupa bahan yang harus dijahit dan akan dikembalikan ke petugas pemasok dengan berisi

bahan hasil jahitan. Petugas pemasok akan memberikan container hasil penjahitan ke bagian

finishing.

Gambar 14. Usulan sketsa layout kerja Pejahitan

d. Stasiun Kerja Finishing

Stasiun kerja Finishing dikerjakan secara manual dengan kondisi duduk dilantai. Posisi tersebut

membuat peredaran darah bagian kaki dan tengkuk kurang lancar, akibatnya tubuh akan pegal

Page 20: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

20

di bagian kaki, leher dan punggung. Diusulkan untuk diberikan alas duduk yang memberikan

kenyamanan ketika bagian tubuh yang tertekuk dapat mengistirahatkan ototnya, seperti pada

gambar 15.Selain itu, diberikan container untuk menyimpan bahan setengah jadi maupun

barang jadi.Oleh karena itu, layout stasiun kerja finishing berubah menjadi seperti pada gambar

16.

Gambar 15. Usulan Alas Duduk Stasiun Kerja Finishing

Gambar 16. Usulan sketsa layout stasiun kerja finishing

e. Stasiun Kerja Packing

Pada stasiun kerja packing tidak banyak berubah layout.Hanya saja perlu diadakan perapihan

dan pengawasan supaya ketika belum ada yang dipacking, stasiun ini tidak digunakan untuk

menyimpan barang-barang yang tidak diperlukan.

f. Kantor Sales

Page 21: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

21

Ruangan kantor sales ditata dengan menekankan pada display atau visual merchandising

produk unggulan perusahaan. Penggunaan rak gantung dapat menjadikan display lebih menarik,

interaktif. Produk yang didisplay terdiri dari desain unggulan (motif rajut), bahan baku unggulan

dan contoh barang jadi unggulan. Barang yang digantung dapat diganti sesuai dengan

perkembangan atau tren fashion yang terjadi.Adapun konsep rak gantung dapat dibuat seperti

gambar 17.Pada gambar 17.barang jadi dapat digantungkan, sementara barang setengah jadi

dapat dilipat dan diletakkan pada rak.

Gambar 17 Konsep Rak Gantung Display

Dengan adanya rak gantung, maka terjadi perubahan layout kantor penjualan. Layout akan

berubah seperti pada gambar 18. Pada gambar 18 terlihat bahwa tumpukan barang jadi yang

tidak terpakai dipindahkan ke gudang bahan baku, sehingga ruangan akan lebih luas.

Page 22: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

22

KURSI PENERIMA TAMU

ME

JA

DA

N K

UR

SI K

AN

TO

R

AREA DISPLAY

Gambar 18. Usulan sketsa layout kantor penjualan

3.3.3. Usulan Tahap Resik (Seisou)

Pada tahap resik, dilakukan dengan mengusulkan jadwal pembersihan yaitu minimal seminggu

sekali untuk keseluruhan kebersihan tempat kerja, dan rutin setiap hari pada stasiun kerja.

Diusulkan juga untuk dibuat check list yang ditempelkan pada setiap ruangan untuk memastikan

bahwa pekerjaan kebersihan telah dilakukan. Adapun contoh usulan check list kebersihan pada

daerah gudang seperti pada tabel 3. Pada check list tersebut memuat area yang harus diperiksa

dan dibersihkan oleh petugas. Jika petugas telah memeriksa dan membersihkan sebuah area

yang ada dalam check list tersebut, maka petugas akan menandai

Tabel 3. Check list kebersihan daerah gudang

No. Area Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu 1. Rak benang 2. Rak alat 3. Rak bahan

kemas

… n. Rak barang jadi

3.3.4 Usulan Tahap Rawat (Seiketsu)

Tahap rawat adalah langka awal dalam menjaga supaya kondisi resik, rapi dan ringkas dapat

berlangsung terus-menerus.Pendekatan usulan ini dilakukan pada 2 hal yaitu pengangkatan

Page 23: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

23

penanggung jawab 5R dan pemberian aturan.Penanggung Jawab 5R diusulkan untuk diangkat

secara bergantian per periode tertentu, misalnya per minggu atau per bulan dengan supervisi

pemilik usaha. Hal ini dilakukan supaya seluruh pekerja mendapatkan tanggung jawab dengan

harapan para pekerja akan memiliki kebiasaan dan budaya hasil dari tanggung jawab tersebut.

Sementara pada pemberian aturan diusulkan untuk memasukkan aturan mengenai pelaksanaan

5R pada prosedur operasi baku pada masing – masing stasiun kerja dengan menambahkan poin

sebagai berikut :

i. Pastikan barang-barang sesuai pada tempatnya

ii. Lakukan pembersihan pada tempat kerja Anda sebelum beristirahat.

3.3.5 Usulan Tahap Rajin (Shitsuke)

Hasil dari kebiasaan rawat yang menjadi budaya adalah tujuan utama dari tahap rajin.Oleh

karena itu, untuk menumbuhkan budaya perlu diberikan motivasi bagi pekerja sehingga

mengerjakan dengan program dengan baik.Motivasi dapat berupa pemberian penghargaan

dengan nilai dan bentuk yang sederhana sesuai dengan kemampuan perusahaan.Bentuk

penghargaan dapat berupa bonus kecil seperti pemberian sembako lebih, uang saku, sampai

kenaikan gaji, promosi.

Page 24: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

24

BAB 4

HASIL DAN KESIMPULAN

Dampak kegiatan pengabdian ini baru dapat diidentifikasi dari upaya pengenalan terhadap K3

dan 5S, khususnya untuk kegiatan penerapan keilmuan keselamatan kerja, dan sekaligus upaya

kesadaran untuk menata tempat kerja.

Program pengabdian ini masih sebatas untuk mengenalkan dan mengusulkan upaya-upya

penataan tempat kerja, sehingga masih perlu dilakukan tindak lanjut untuk kesinambungan

program.

Page 25: UKM SADAR SAFETY - repository.unpar.ac.id

25

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, K.A. dan Ariningsih P.A. (2017), Evaluasi Metode dan Lingkungan Kerja di Sentra Rajut Binongjati, ETHOS vol 5 no. 2 (telah diterima untuk diterbitkan Juni 2016) Darusman, F.M, dan Endang Rostiana (2015) Penyerapan Tenaga Kerja pada Sentra Indsutri Rajutan Binong Jati Kota Bandung, Trikonomika, Vol. 14, No. 1, hal. 25-37ILO (2012) Hari Keselamatan Kerja Dunia : mempromosikan K3 di Industri Kecil dan Menengah [online] Available : http://www.ilo.org/jakarta (diakses 20 Januari 2015) Islami, S.B. (2013) Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Industri Kecil Menengah dengan metode WISE, Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, ITS. Sutjana, I.D.P Hambatan dalam penerapan Ergonomi dan K3 di Perusahaan [Online]. Available http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijbs/article/viewFile/3698/2722 (diakses 6 April 2015) Osada, T. (2000), Sikap Kerja 5S, CV Teruna Grafica, Jakarta Sari, A. E. (2010), Perancangan Troli Makanan yang Ergonomis untuk Lanjut Usia, Skripsi Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret, Surakarta: tidak diterbitkan.