Ujian Kasus Stase Anestesi
-
Upload
gustafianza27 -
Category
Documents
-
view
261 -
download
11
description
Transcript of Ujian Kasus Stase Anestesi
1
UJIAN KASUS STASE ANESTESI
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Bentunai, Selakau, Sambas
Suku : Melayu
Agama : Islam
Status : Sudah Menikah
Pekerjaan : Petani
Tanggal Masuk : 17 Desember 2014
Tanggal Operasi : 18 Desember 2014
B. PEMERIKSAAN PRA ANESTESI
1. Anamnesa
a. Keluhan utama : Nyeri di payudara kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Nyeri di payudara kanan dirasakan
sekitar 3 minggu yang lalu setelah dilakukan operasi mastektomi (25
November 2014). Pasien ini direncanakan untuk dilakukan skin graft
di payudara kanan. Selain nyeri, tidak ada keluhan lain yang dirasakan
pasien. Setahun yang lalu, pasien mengeluh terdapat benjolan sebesar
telur puyuh di payudara kanan. Benjolan teraba keras, dapat
digerakkan, permukaan rata, awalnya tidak nyeri. Semakin lama,
benjolan semakin membesar, sebelum dilakukan operasi benjolan
sudah sebesar telur bebek, terasa nyeri, bahkan ketika mengangkat
tangan juga terasa nyeri. Pasien mengaku bahwa dari putting payudara
kanannya pernah mengeluarkan darah. Pasien pernah berobat ke
Puskesmas dan kemudian dirujuk ke Pontianak untuk melakukan
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) sekitar bulan Agustus 2014.
Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan 3 kg selama
setahun.
2
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Diabetes mellitus, hipertensi, asma dan
penyakit jantung disangkal.
d. Riwayat Penyakit Pernapasan : disangkal
e. Riwayat Penyakit Kardiovaskular : disangkal
f. Riwayat Penyakit Lain : disangkal
g. Riwayat Alergi Obat : disangkal
h. Riwayat Operasi : Operasi Mastektomi dilakukan tanggal 25
November 2014
i. Kebiasaan : Merokok ( - ), alkoholik ( - ), obat-obatan ( - )
j. Riwayat Keluarga : disangkal
2. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : Baik GCS E4M6V5
Vital sign : TD : 110/70 mmHg
N : 100 kali per menit Rr : 20 kali per menit
Suhu : 36,9˚C BB : 47 kg
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor ϕ
3mm
Mulut : malampati derajat 1
Jalan nafas : tersumbat (-), ompong (+) 1 gigi seri bawah, gigi palsu (-),
oedem (-), kekakuan sendi rahang (-), kaku leher (-)
Thorax : Inspeksi : Simetris (-) payudara kanan sudah
diangkat, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Vocal fremitus normal, iktus kordis teraba
di linea midclavicula sinistra ICS 5
Perkusi : Pulmo : Sonor (+), Cor : pekak (+)
Auskultasi : Cor : S1-S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
Abdomen:
I : datar, distended (-), massa (-), skar (-), caput medusa (-)
A : Bising usus (+) 4 kali per menit
3
P : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
P : Timpani (+) pada empat kuadran
Ekstremitas : Oedem akral dingin
3. Pemeriksaan penunjang :
a. Laboratorium
Hemoglobin
Hct
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Gol darah
CT
BT
:
:
:
:
:
:
:
:
12,7 g/dL
34,7 %
TD
11.500/cmm
349.000/cmm
O
6’0”
2’30”
GDS
Ureum
Creatinin
Albumin
Natrium
Kalium
Clorida
HbsAg
HIV
:
:
:
:
:
:
:
:
:
98 mg/dL
39,9 mg/dL
0,7 m/dL
TD
TD
TD
TD
Non-reaktif
Non-reaktif
b. Foto Polos thorax : tidak ada
c. EKG : normal
d. PA/Sitologi : (11 Agustus 2014) Tumor mammae dextra, FNAB:
phylloides tumor, kesan : mallignant
e. USG : (13 Desember 2014) tidak ditemukan pembesaran KGB dextra
dan sinistra, tidak ditemukan gambaran masa pada axilla dextra dan
sinistra.
4. Kesimpulan :
Kelainan sistemik : Tidak Ada Kelainan Sistemik
Kegawatan : Tidak Ada
Status fisik ASA : I
- ---
----- - - -
4
C. RENCANA ANESTESI
1. Persiapan Operasi
- Informed consent
- Persetujuan operasi tertulis (+)
- Puasa 6 jam
2. Jenis Anestesi : Anestesi umum
3. Teknik Anestesi : GA intubasi, SC, ET no. 6,5, NK
4. Obat-obatan : midazolam 5mg, fentanyl 100µg, propofol 140mg,
atracurium besilat 25mg
5. Maintenance : O2 2 lpm, N20 2 lpm, isoflurance 1,5 vol %
6. Monitoring : tanda-tanda vital, kedalaman anestesi dan perdarahan
7. Perawatan pasca anestesi di ruang pemulihan
D. TATALAKSANA ANESTESI
1. Di ruang persiapan
- Pasien masuk ke ruang persiapan operasi
- Pemeriksaan kembali : identitas pasien, persetujuan operasi, lama
puasa 6 jam, dan darah yang akan diperlukan.
- Pastikan pasien telah terpasang infus dan lancer serta kateter urin.
- Persiapkan peralatan dan obat-obatan anestesi.
2. Di ruang operasi
- Pasien masuk ke ruang operasi, manset dan indikator saturasi oksigen
dipasang serta monitor menyala.
- Pastikan STATICS dan obat-obatan yang akan digunakan selama
anestesi sudah disiapkan.
- Dilakukan premedikasi dengan midazolam 5 mg dan fentanyl 100 µg
secara IV
5
- Dilakukan induksi dengan propofol 140 mg IV, segera kepala
diekstensikan, facemask didekatkan pada hidung dengan O2 5 lpm.
Setelah refleks bulu mata menghilang, atracurium besilat 25 mg
diinjeksikan secara IV. Dilakukan pemijatan ambu hingga saturasi
100%. Sesudah tenang dilakukan intubasi dengan endotrakeal tube no.
6,5. Setelah terpasang dengan baik dihubungkan dengan mesin anestesi
untuk mengalirkan O2 2 lpm, N2O 2lpm dan isoflurance 1,5 vol %.
Nafas dikendalikan dengan ventilator.
- Setelah anestesi berjalan dengan baik, operasi dimulai,
- Tanda-tanda vital terus dimonitor sampai operasi selesai dan pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan sebelum dibawa kembali ke bangsal.
Monitoring Selama Anestesi
Jam Tensi Nadi Sa02
10.35 110/76 89 99%
10.40 98/65 102 100%
10.45 128/88 101 100%
10.50 128/88 109 100%
10.55 114/91 126 100%
11.00 120/92 123 100%
11.05 126/88 125 100%
11.10 124/89 125 100%
11.15 127/83 123 100%
11.20 128/83 130 97%
11.25 135/77 130 100%
11.30 144/91 123 100%
11.35 133/79 105 99%
11.40 141/74 103 99%
11.45 140/76 110 99%
11.50 124/69 74 99%
11.55 122/69 96 98%
6
12.00 134/75 96 98%
12.05 124/69 95 99%
12.10 119/70 93 99%
12.15 130/68 100 98%
12.20 132/78 133 92%
12.25 121/72 118 90%
12.30 121/72 115 93%
3. Di ruang pemulihan
Monitoring Pasca Anestesi
Jam Nadi RR
12.35 118 99%
12.40 108 99%
12.45 104 99%
12.50 106 99%
4. Instruksi Pasca Anestesi
- Posisi terlentang
- Tirah baring 24 jam
- Kontrol tanda-tanda vital
- Infus RL 20 tpm
- Inj. Ketorolac 30 mg tiap 8 jam
- Diet oral bila bising usus (+)
7
PEMBAHASAN
Untuk mencapai trias anestesi yaitu analgesic, hypnosis dan relaksasi otot
maka setelah dipasang jalur intravena dengan cairan RL (ringer Laktat) sebagai
loading mulai dimasukkanlah obat-obat premedikasi, midazolam 5 mg bertujuan
untuk memberikan efek sedasi dan amnesia retrograde, fentanyl 100 mcg sebagai
analgetik opioid, propofol 140 mg sebagai obat induksi anestesia, muscle relaksan
dengan golongan non-depolarisasi jenis intermediete acting yaitu atrakurium dosis
25 mg. Sebagai obat anestesi diberikan isofluran 1,5 vol % dengan tambahan O2 2
lpm dan N2O 2 lpm.
Tindakan operasi skin graft juga memerlukan relaksasi otot agar
visualisasi menjadi lebih baik dan tekanan insuflasi yang diperlukan lebih rendah,
sehingga diperlukan relaksan otot. Relaksan otot ini bekerja pada otot rangka,
sehingga terjadi kelumpuhan otot pernapasan, otot interostalis, abdominalis, dan
relaksasi otot-otot ekstremitas. Kondisi ini tidak memungkinkan pasien untuk
bernapas spontan karena otot pernapasan lumpuh, sehingga diperlukan teknik
ventilasi yang menjamin zat anestesi inhalasi dan O2 masuk ke trakea dengan
benar.
Setelah operasi selesai, pasien segera dipindahkan ke ruang recovery room. Pasien
segera diperiksa nilai kesadarannya menggunakan Aldrette score. Penilaian
tersebut mencakup penilaian terhadap kesadaran, warna kulit, aktivitas,
kardiovaskuler dan respirasi. Pasien ini mendapat nilai 9/10 yang berarti pasien
dapat dipindahkan ke ruang perawatan.
Pemberian obat-obatan analgesik tetap dilanjutkan hingga pasien kembali
di ruangan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri pada luka pasca operasi. Selain
obat-obatan, terapi cairan juga diberikan secara tepat untuk mengoreksi
kehilangan darah selama operasi.
a. Defisit cairan karena puasa 6 jam : 2cc x 47kg x 6jam = 564 cc
b. Kebutuhan cairan selama operasi sedang selama 2 jam = kebutuhan dasar
selama operasi + kebutuhan operasi sedang (2cc x 47kg x 2jam) + (6cc x
47kg x 2jam) = 188 cc + 564 cc = 752 cc
8
c. Perdarahan yang terjadi kira-kira 100 cc
EBV = 70 cc x 47kg = 3.290 cc.
Darah yang hilang = 100/3.290 x 100% = 3,04% EBV
Bila perdarahan 10% dari EBV maka dapat diberikan kristaloid subsitusi
dengan perbandingan 1 : 2-4 ml cairan kristaloid. Jadi pada pasien ini :
= 1 : 2-4 ml
= 100 : 200 cc – 400 cc kristaloid
Jadi perdarahan saat operasi yang keluar sekitar 100 cc dapat diganti
dengan kristaloid sebesar 200 cc - 400 cc
d. Kebutuhan cairan total = 564 + 752 + (200-400) = 1516 - 1716 cc
e. Cairan yang sudah diberikan
- Pra anestesi = 500 cc
- Saat operasi = 150 cc
f. Total cairan yang masuk = 650 cc
Jadi terdapat kekurangan cairan sekitar 866 cc – 1066 cc, maka penambahan
cairan masih diperlukan saat pasien dibangsal ditambah kebutuhan cairan per hari
selama 24 jam.
g. Terapi cairan pasca bedah
Memenuhi kebutuhan air, elektrolit nutrisi
Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah (cairan lambung,
febris)
Melanjutkan penggantian defisit pre operatif dan durante operatif
Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan
Kebutuhan cairan pasien post operasi 50 cc /kgBB/24 jam
50 cc x 47 kg = 2350 cc/24 jam
Kebutuhan elektrolit anak dan dewasa
Na+ = 2 - 4 mEq / kgBB
= (2 x 47) – (4 x 47) = 94 – 188 mEq
K+ = 1 – 2 mEq / kgBB
= (1 x 47) – (2x47) = 47 – 94 mEq
9
Kebutuhan Kalori Basal
Dewasa = BB x 20-30
= (47 x 20) – (47 x 30)
= 940 – 1410 mEq